Upload
lekien
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
SKRIPSI
PENGARUH PENGGUNAAN ISOPROPANOL DENGAN
KONSENTRASI YANG BERBEDA TERHADAP NILAI RENDEMEN
KARAGINAN YANG DIEKSTRAKSI DARI RUMPUT LAUT Halymenia
durvillei
Oleh:
YUYUN MAGHFIROH
GRESIK – JAWA TIMUR
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ii
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Yuyun Maghfiroh
NIM : 141211132029
Tempat, tanggal lahir : Gresik, 28 Pebruari 1994
Alamat : Desa. Melirang No.17 RT.03 RW.01 Kec. Bungah Kab. Gresik
Telp./HP 085 730 654 243
Judul Skripsi : Pengaruh Penggunaan Isopropanol dengan Konsentrasi yang
Berbeda terhadap Nilai Rendemen Karaginan yang Diekstraksi dari
Rumput Laut Halymenia durvillei
Pembimbing : 1. Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh., DEA.
2. Rahayu Kusdarwati, Ir., M.Kes.
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa hasil tulisan laporan Skripsi yang saya buat adalah
murni hasil karya saya sendiri (bukan plagiat) yang berasal dari Dana Penelitian : Mandiri / Proyek
Dosen / Hibah / PKM (coret yang tidak perlu).
Di dalam skripsi / karya tulis ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan
orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau
simbol yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada
penulis aslinya, serta kami bersedia :
1. Dipublikasikan dalam Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Airlangga;
2. Memberikan ijin untuk mengganti susunan penulis pada hasil tulisan skripsi / karya tulis saya
ini sesuai dengan peranan pembimbing skripsi;
3. Diberikan sanksi akademik yang berlaku di Universitas Airlangga, termasuk pencabutan gelar
kesarjanaan yang telah saya peroleh (sebagaimana diatur di dalam Pedoman Pendidikan Unair
2010/2011 Bab. XI pasal 38 – 42), apabila dikemudian hari terbukti bahwa saya ternyata
melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain yang seolah-olah hasil pemikiran
saya sendiri.
Demikian surat pernyataan yang saya buat ini tanpa ada unsur paksaan dari siapapun dan
dipergunakan sebagaimana mestinya.
Surabaya, 26 Agustus 2016
Yang membuat pernyataan,
Yuyun Maghfiroh
NIM. 14211132029
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
iii
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
SKRIPSI
PENGARUH PENGGUNAAN ISOPROPANOL DENGAN
KONSENTRASI YANG BERBEDA TERHADAP NILAI RENDEMEN
KARAGINAN YANG DIEKSTRAKSI DARI RUMPUT LAUT Halymenia
durvillei
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan Pada
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga
Oleh :
YUYUN MAGHFIROH
NIM. 141211132029
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh., DEA
NIP. 19520517 197803 2 001
Rahayu Kusdarwati, Ir., M.Kes.
NIP. 19591022 198601 2 001
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
iv
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
SKRIPSI
PENGARUH PENGGUNAAN ISOPROPANOL DENGAN
KONSENTRASI YANG BERBEDA TERHADAP NILAI RENDEMEN
KARAGINAN YANG DIEKSTRAKSI DARI RUMPUT LAUT Halymenia
durvillei
Oleh :
YUYUN MAGHFIROH
141211132029
Telah diujikan pada
Tanggal : 25 Agustus 2016
KOMISI PENGUJI SKRIPSI
Ketua : Agustono, Ir., M.Kes.
Anggota : Abdul Manan, S.Pi., M.Si.
Wahju Tjahjaningsih, Ir., M.Si.
Prof. Dr. Hj. SrI Subekti, Drh., DEA.
Rahayu Kusdarwati, Ir., M.Kes.
Surabaya,
Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Airlangga
Dekan,
Dr. Mirni Lamid, drh, M.P.
NIP. 19620116 199203 2 001
v
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
RINGKASAN
YUYUN MAGHFIROH. Pengaruh Penggunaan Isopropanol dengan
Konsentrasi yang Berbeda terhadap Nilai Rendemen Karaginan yang
Diekstraksi dari Rumput Laut Halymenia durvillei. Dosen Pembimbing :
Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh., DEA dan Rahayu Kusdarwati, Ir., M.Kes.
Pemanfaatan rumput laut yang bernilai ekonomis tinggi adalah karaginan.
Halymenia merupakan salah satu rumput laut merah yang dapat menghasilkan
karaginan. Presipitasi merupakan tahapan dalam ekstraksi yang dapat berfungsi
untuk mengambil serat-serat karaginan dari rumput laut dengan pelarut. Salah satu
bahan yang dapat digunakan untuk tahap presipitasi karaginan adalah isopropanol.
Dalam industri konsentrasi isopropanol menjadi aspek penting karena berkaitan
dengan biaya produksi dan jumlah karaginan yang dihasilkan oleh industri.
Konsentrasi dari bahan presipitasi tersebut belum diketahui jelas mana yang
paling efektif dalam menghasilkan karaginan terbaik dari rumput laut H. durvillei.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi
isopropanol terhadap nilai rendemen karaginan dari rumput laut H. durvillei.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) sebagai rancangan
percobaan. Perlakuan yang digunakan adalah konsentrasi isopropanol yang
berbeda, yaitu P1 (1:0), P2 (1:1), P3 (1:2), P4 (1:3) dan P5 (1:4) masing-masing
perlakuan diulang 4 kali. Parameter utama yang diamati adalah rendemen
karaginan. Parameter pendukung yang diamati adalah kadar air, kadar abu,
viskositas, gel strength karaginan dan spektrofotometri FTIR.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan isopropanol dengan
konsentrasi yang berbeda berpengaruh terhadap nilai rendemen karaginan yang
diekstraksi dari rumput laut H. durvillei. Konsentrasi isopropanol yang dapat
menghasilkan karaginan dengan nilai rendemen tertinggi adalah 1:2.
vi
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
SUMMARY
YUYUN MAGHFIROH. The Effect of Using Isopropanol with Difference
Concentration on Yield Value of Carrageenan which Extracted from
seaweed Halymenia durvillei. Academic Advisor : Prof. Dr. Hj. Sri Subekti,
drh., DEA. and Rahayu Kusdarwati, Ir., M.Kes.
Utilization of seaweed with high economic value is carrageenan.
Halymenia is one of red seaweed that can produce carrageenan. Precipitation is a
stage in the extraction which can take the fibers carrageenan from seaweed with
solvent. One of the materials that can be used for precipitation carrageenan is
isopropanol. Isopropanol concentration in the industry is an important aspect
because it relates to the cost of production and the amount of carrageenan
produced by industry. The concentration of the substance is still unknown
precipitation which is the most effective in production the best carrageenan from
seaweed H. dulvillaei.
This study aims to determine the effect of differences isopropanol
concentrations on yield value of carrageenan from seaweed H. durvillei. This
study uses a completely randomized design (RAL) as the experimental design.
The treatment used is the differences isopropanol concentration are P1 (1: 0), P2
(1: 1), P3 (1: 2), P4 (1: 3) and P5 (1: 4), each treatment was repeated 4 times. The
main parameters measured was yield of carrageenan. The second parameters
measured were moisture content, ash content, viscosity, gel strength of
carrageenan and FTIR spectrophotometry.
The results showed that using isopropanol with differences
concentrations affect on yield value of carrageenan which extracted from seaweed
H. durvillei. The concentration of isopropanol that can produce carrageenan in
highest yield value is 1: 2.
vii
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rakhmat, taufiq serta
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi tentang Pengaruh
Penggunaan Isopropanol dengan Konsentrasi yang Berbeda terhadap Nilai
Rendemen Karaginan yang Diekstraksi dari Rumput Laut Halymenia durvillei.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Perikanan pada Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan
Kelautan Universitas Airlangga Surabaya.
Akhirnya penulis berharap semoga Skripsi ini bermanfaat dan dapat
memberikan informasi kepada semua pihak, khususnya bagi mahasiswa Fakultas
Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya guna kemajuan serta
perkembangan ilmu dan teknologi dalam bidang perikanan, terutama teknologi
industri hasil perikanan.
Surabaya, 23 Juli 2016
Penulis
viii
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
UCAPAN TERIMAKASIH
Pada kesempatan ini, dengan penuh rasa hormat penulis haturkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Dr. Mirni Lamid, drh., MP. selaku Dekan Fakultas Perikanan dan
Kelautan Universitas Airlangga Surabaya
2. Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh., DEA selaku Dosen Pembimbing Pertama
dan Ibu Rahayu Kusdarwati, Ir., M.Kes. selaku Dosen Pembimbing Kedua
yang telah memberikan arahan, masukan serta bimbingan sejak
penyusunan usulan hingga penyelesaian Skripsi ini
3. Ibu Wahju Tjahjaningsih, Ir., M.Si., Bapak Abdul Manan, S.Pi., M. Si. dan
Bapak Agustono Ir., M.Kes. sebagai Dosen Penguji yang telah
memberikan masukan, kritik dan saran atas penyempurnaan Skripsi ini
4. Bapak Agustono Ir., M.Kes. selaku koordinator Skripsi yang telah
memberikan bimbingannya
5. Prof. Moch. Amin Alamsjah, Ir., M.Si., Ph.D. sebagai Dosen Wali yang
telah memberikan masukan, kritik dan saran atas penyempurnaan Skripsi
ini
6. Seluruh dosen dan staf Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas
Airlangga yang telah membantu dalam pelaksanaan dan penyelesaian
Skripsi ini
7. Kedua orang tua tercinta yang selalu menjadi sumber semangat saya
selama menempuh perkuliahan serta seluruh keluarga besar yang selalu
memberikan dukungan dan semangat
8. Otin, veni, nisa, yustika, mina, mas jul, azmil, dewi dan lita yang
senantiasa memberikan semangat dan dukungan untuk menyelesaikan
penyusunan Skripsi ini.
9. Teman-teman angkatan 2012 Prodi Budidaya Perairan Fakultas Perikanan
dan Kelautan Universitas Airlangga
ix
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iv
RINGKASAN ....................................................................................................... v
SUMMARY .......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
UCAPAN TERIMAKASIH.................................................................................viii
DAFTAR ISI........................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 4
1.3 Tujuan ................................................................................................... 4
1.4 Manfaat ................................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 6
2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Halymenia durvillei ............................................... 6
2.2 Karaginan ............................................................................................... 7
2.3 Karakteristik Fisik Karaginan ................................................................ 9
2.3.1 Viskositas..................................................................................... 9
2.3.2 Kekuatan Gel ............................................................................... 9
2.3.3 Rendemen ................................................................................... 10
2.4 Karakteristik Kimia Karaginan .............................................................. 10
2.4.1 Kadar Air ..................................................................................... 10
2.4.2 Kadar Abu.................................................................................... 11
2.5 Ekstraksi Karaginan .............................................................................. 11
2.6 Presipitasi atau Pengendapan Karaginan ............................................... 13
2.7 Standar Mutu Karaginan ........................................................................ 13
2.8 Aplikasi Karaginan ................................................................................ 14
x
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
BAB III KONSEPTUAL PENELITIAN DAN HIPOTESIS ............................... 16
3.1 Kerangka Konseptual Penelitian............................................................ 16
3.2 Hipotesis Penelitian ............................................................................... 19
BAB IV METODOLOGI ...................................................................................... 20
4.1 Tempat dan Waktu ................................................................................. 20
4.2 Materi Penelitian .................................................................................... 20
4.2.1 Peralatan Penelitian ..................................................................... 20
4.2.2 Bahan Peneltian ........................................................................... 20
4.3 Prosedur Penelitian ................................................................................ 21
4.3.1 Rancangan Peneltian.................................................................... 21
4.3.2 Prosedur Kerja ............................................................................. 22
4.3.2.1 Ekstraksi Karaginan .......................................................... 22
4.3.2.2 Presipitasi dengan Isopropanol .......................................... 22
4.3.2.3 Penghitungan Rendemen .................................................. 23
4.3.2.4 Pengujian Viskositas ........................................................ 23
4.3.2.5 Pengujian Kekuatan Gel .................................................... 24
4.3.2.6 Pengujian Kadar Air .......................................................... 24
4.3.2.7 Pengujian Kadar Abu ........................................................ 25
4.4 Parameter Pengamatan........................................................................... 25
4.4.1 Parameter Utama ................................................................. 25
4.4.2 Parameter Pendukung........................................................... 25
4.5 Analisis Data .......................................................................................... 26
4.6 Diagram Alir Penelitian ....................................................................... 27
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 28
5.1 Hasil ....................................................................................................... 28
5.1.1 Rendemen Karaginan Rumput Laut H. durvillei pada Konsentrasi
Isopropanol yang Berbeda .................................................................... 28
5.1.2 Kualitas Karaginan ...................................................................... 29
5.1.3 Hasil Spektrofotometri FTIR ....................................................... 30
5.2 Pembahasan ........................................................................................... 31
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 38
6.1 Kesimpulan ............................................................................................ 38
6.2 Saran ...................................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 39
LAMPIRAN.......................................................................................................... 43
xi
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Spesifikasi Mutu Karaginan ............................................................................ 14
2.2 Absorbansi Karaginan pada Spektrofotometer ............................................... 14
5.1 Rata-rata Rendemen Karaginan Rumput Laut H. durvillei dengan Konsentrasi
Isopropanol yang Berbeda………………………………………………….28
5.2 Kualitas Karaginan Rumput Laut H. durvillei. ............................................... 30
5.3 Spektrum FTIR Karaginan Hasil Penelitian ................................................... 31
xii
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Halymenia durvillei .. ................................................................................... 6
2.2 Struktur Kappa, Iota, dan Lambda Karaginan .............................................. 8
3.1 Bagan Kerangka Konseptual Penelitian ........................................................ 18
4.1 Diagram Alir Penelitian ................................................................................ 27
5.1 Grafik Rata-rata Rendemen Karaginan Rumput Laut H. durvillei dengan
Konsentrasi Isopropanol yang Berbeda Struktur Kimia β-Karoten ............. 29
5.2 Spektrum FTIR Karaginan Rumput Laut H. durvillei .................................. 30
xiii
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Data Kuantitatif (Rendemen) Karaginan Rumput Laut H. durvillei .............. 43
2. Data Kualitatif Mutu Karaginan Rumput Laut H. durvillei……………….…44
3. Hasil Uji FTIR dengan Menggunakan Spektrofotometri ............................... 45
4. Hasil Uji ANAVA Rendemen Karaginan Rumput Laut H. durvillei ............ 46
5. Hasil Uji Viskositas dan Kekuatan Gel Karaginan ........................................ 47
6. Perhitungan Kadar Air dan Kadar Abu Karaginan ........................................ 48
7. Dokumentasi Penelitian……………………………………………………..50
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rumput laut merupakan salah satu komoditas hasil perikanan yang
memiliki potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia (Desiana dan
Hendrawati, 2015). Produksi rumput laut Indonesia pada tahun 2014 mencapai
10,2 juta ton atau meningkat lebih dari tiga kali lipat dibandingkan dengan
produksi rumput laut pada tahun 2010 yang hanya berkisar 3,9 juta ton (KKP,
2015). Jenis rumput laut Indonesia yang memiliki nilai ekonomis penting adalah
Rhodophyceae (ganggang merah) dan rumput laut ini merupakan penghasil agar-
agar dan karaginan (Ulfah, 2009).
Jenis rumput laut penghasil agar-agar yaitu Gracilaria dan Gellidium,
sedangkan rumput laut penghasil karaginan adalah Chondrus crispus, Gigartina,
Eucheuma dan Halymenia (Suparmi dan Sahri, 2009). Meskipun Indonesia
memiliki pasokan rumput laut yang sangat melimpah, namun hal tersebut tidak
diimbangi dengan pemanfaatan sebagai produk industri yang signifikan (Salam
dan Larasati, 2014). Pemanfaatan rumput laut di Indonesia masih belum optimal
dikarenakan sebagian besar rumput laut diekspor dalam bentuk kering dan baru
sekitar 20% yang dapat diolah industri dalam negeri (Desiana dan Hendrawati,
2015). Upaya di Indonesia dalam mengolah bahan baku mentah menjadi produk
bernilai guna belum dapat dimanfaatkan secara maksimal sehingga komoditas
rumput laut dapat habis termanfaatkan oleh negara lain (Salam dan Larasati,
2014).
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 2
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
Salah satu pemanfaatan rumput laut yang bernilai ekonomis tinggi adalah
karaginan (Prasetyowati dkk., 2008). Karaginan merupakan kelompok
polisakarida yang diekstraksi dari rumput laut (Diharmi dkk., 2011). Data dari
Institut Medical Research Internasional menyebutkan bahwa kebutuhan
karaginan dunia sekitar 50 ribu ton dan meningkat rata-rata 3% per tahun (Bunga
dkk, 2013). Produksi karaginan perlu ditingkatkan dari segi kuantitas dan kualitas.
Kuantitas dan kualitas karaginan dapat ditentukan oleh beberapa faktor yaitu
budidaya, pemanenan, penanganan pasca panen dan metode ekstraksi (Wenno
dkk., 2012).
Menurut Faridah (2001), karaginan dapat dimanfaatkan pada produk
pangan dan non pangan. Karaginan juga telah dimanfaatkan dalam berbagai
bidang seperti formulasi obat, kosmetik, industri makanan dan industri tekstil
(Campo et al., 2009). Pemanfaatan karaginan pada industri makanan adalah
sebagai pengental, pembentuk gel, penstabil serta memperbaiki tekstur pada
produk seperti keju, puding dan saos (Campo et al., 2009).
Halymenia merupakan rumput laut merah penghasil karaginan yang jarang
dimanfaatkan dan saat ini banyak dibudidayakan oleh masyarakat Banyuwangi
dan Bali. Menurut Suryaningrum dkk. (2006), Halymenia hanya dimanfaatkan
oleh masyarakat pesisir sebagai bahan makanan seperti sayuran dan manisan.
Alga merah dari genus Halymenia ternyata memiliki galaktan yang komplek
sehingga banyak dari genus ini membawa sulfat C2 dari unit D-galaktosa (D25)
dan secara umum genus ini menghasilkan lambda karaginan (Pelegrin et al.,
2011).
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 3
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
Proses ekstraksi karaginan berpengaruh terhadap rendemen dan kualitas
karaginan (Wenno dkk., 2012). Beberapa tahapan dalam ekstraksi karaginan yaitu
proses perendaman, ekstraksi, pemisahan karaginan dengan pelarut (tahap
presipitasi) dan pengeringan (Distantina dkk., 2009). Presipitasi merupakan tahap
pengambilan serat-serat karaginan dari rumput laut dengan pelarut. Tahap
presipitasi karaginan dari pelarut diindikasikan akan mempengaruhi kuantitas dan
kualitas dari produk (Distantina dkk., 2009).
Salah satu bahan yang dapat digunakan untuk tahap presipitasi karaginan
adalah isopropanol. Mustamin (2012) menggunakan isopropanol sebagai bahan
presipitasi dalam ekstraksi karaginan rumput laut karena dapat menghasilkan
karaginan yang lebih murni dan pekat. Penelitian sebelumnya pernah dilakukan
oleh Distantina dkk. (2009) yang meneliti tentang efek bahan kimia pada tahap
presipitasi terhadap rendemen dan sifat karaginan dari rumput laut Eucheuma
cottoni dan didapat hasil bahwa rasio supernatan dan etanol terbaik adalah 1:3.
Berdasarkan penelitian Das et al. (2016), perbandingan supernatan dan
isopropanol yang digunakan dalam presipitasi karaginan rumput laut
Kappaphycus alvarezii adalah 1:3. Dalam industri konsentrasi isopropanol
menjadi aspek penting karena berkaitan dengan biaya produksi dan jumlah
karaginan yang dihasilkan oleh industri. Konsentrasi dari bahan presipitasi
tersebut belum diketahui jelas mana yang paling efektif dalam menghasilkan
rendemen karaginan dari rumput laut H. durvillei.
Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu dilakukan penelitian tentang
pengaruh penggunaan isopropanol dengan konsentrasi yang berbeda terhadap nilai
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 4
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
rendemen karaginan yang diekstraksi dari rumput laut H. durvillei, sehingga
didapat konsentrasi isopropanol yang optimal dalam ekstraksi karaginan rumput
laut H. durvillei.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah penelitian ini
sebagai berikut :
1. Apakah penggunaan isopropanol dengan konsentrasi yang berbeda
berpengaruh terhadap nilai rendemen karaginan yang diekstraksi dari
rumput laut H. durvillei?
2. Berapakah konsentrasi isopropanol yang dapat menghasilkan karaginan dari
rumput laut H. durvillei dengan nilai rendemen tertinggi?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh penggunaan isopropanol dengan konsentrasi yang
berbeda terhadap nilai rendemen karaginan yang diekstraksi dari rumput
laut H. durvillei.
2. Mengetahui konsentrasi isopropanol yang dapat menghasilkan karaginan
dari rumput laut H. durvillei dengan nilai rendemen tertinggi.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
pengetahuan tentang pengaruh penggunaan isopropanol dengan konsentrasi yang
berbeda terhadap nilai rendemen karaginan dari rumput laut H. durvillei sehingga
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 5
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
didapatkan karaginan dengan jumlah dan mutu terbaik yang berfungsi untuk
industri pangan dan non pangan.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 6
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Halymenia durvillei
Alga merah genus Halymenia adalah rumput laut (Rhodophyceae) yang
tergolong ordo Halymeniales (Pelegrin et al., 2011). Halymenia durvillei
merupakan salah satu rumput laut merah yang dapat menghasilkan karaginan jenis
lambda (Fenoradosoa et al., 2012). Gambar H. durvillei dapat dilihat pada
Gambar 2.1. Klasifikasi H. durvillei menurut Guiry (2011) sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Filum : Rhodophyta
Kelas : Florideophyceae
Ordo : Halymeniales
Famili : Halymeniaceae
Genus : Halymenia
Spesies : Halymenia durvillei
Gambar 2.1 Halymenia durvillei
(Sumber : Guiry, 2011).
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 7
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
Rumput laut H. durvillei mempunyai talus dengan panjang hingga 42 cm
dan bercabang, talus pada H. durvillei mempunyai lebar 5,4 cm serta meruncing.
Halymenia durvillei mempunyai warna merah muda hingga warna merah serta
mempunyai permukaan talus yang licin dan halus (De Smedt et al., 2001).
Sebagian dari genus Halymenia tumbuh di area dengan temperatur yang rendah
tetapi secara umum genus ini ditemukan di area dengan temperatur yang hangat
atau daerah tropis (Kantun et al., 2012).
2.2 Karaginan
Karaginan merupakan polisakarida yang diekstraksi dari rumput laut
merah dari jenis Chondrus, Eucheuma, Gigartina, Hypnes, Iredea dan
Phyllophora (Priastami, 2011). Karaginan adalah polisakarida dengan berat
molekul yang tinggi dan merupakan campuran dari galaktan-galaktan linier yang
mengandung sulfat dan larut dalam air. Galaktan-galaktan tersebut terhubung oleh
3-β-D-galaktopiranosa (G-unit) dan 4-α-D-galaktopiranosa (D-unit) atau 4-3,6-
anhidrogalaktosa (DA-unit) membentuk unit pengulangan disakarida dari
karaginan. Galaktan yang mengandung sulfat diklasifikasikan berdasarkan adanya
4-3,6-anhidrogalaktosa serta posisi dan jumlah golongan sulfat pada strukturnya
(Imeson, 2010).
Karaginan secara komersial terdiri dari iota karaginan, kappa karaginan
dan lambda karaginan (McHugh, 2003). Perbedaan dari ketiga karaginan tersebut
ialah komposisi dan struktur kimiawi, struktur yang berbeda terletak pada 3,6-
anhidrogalaktosa dan gugus sulfat (Imeson, 2010). Kappa karaginan terdapat 3,6-
anhidrogalaktosa dengan hanya satu gugus ester sulfat, sedangkan iota karaginan
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 8
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
terdapat 3,6-anhidrogalaktosa dengan dua gugus ester sulfat. Lamda karaginan
tidak memiliki gugus 3,6-anhidrogalaktosa namun memiliki tiga gugus ester sulfat
(Venugopal, 2011). Menurut Phillips and Williams (2009), kappa karaginan
memiliki 22% ester sulfat dan 33% 3,6-anhidrogalaktosa, iota karaginan memiliki
32% ester sulfat dan 26% 3,6-anhidrogalaktosa dan lambda karaginan memiliki
37% ester sulfat. Komponen tersebut akan mempengaruhi kekuatan gel, tekstur,
kelarutan, suhu leleh dan sineresis. Struktur karaginan dapat dilihat pada Gambar
2.2
Gambar 2.2 Struktur Kappa, Iota, dan Lambda Karaginan
(Sumber : Venugopal, 2011).
Kappa karaginan mempunyai sifat gel yang kuat, kaku, warna gel sedikit
buram dan mudah mengalami sineresis. Iota karaginan mempunyai sifat gel yang
lebih elastis, lebih stabil ketika didinginkan dan tidak mudah mengalami sineresis,
sedangkan lambda karaginan tidak membentuk gel (McHugh, 2003).
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 9
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
2.3 Karakteristik Fisik Karaginan
Karaginan terdiri dari tiga macam tipe yaitu kappa, iota dan lambda
karaginan (Priastami, 2011). Masing-masing tipe mempunyai sifat yang berbeda.
Secara fisika sifat karaginan meliputi viskositas, kekuatan gel dan rendemen
(Peranginangin dkk., 2011).
2.3.1. Viskositas
Viskositas adalah tingkat kekentalan karaginan pada konsentrasi dan suhu
tertentu (Wenno, 2009). Adanya garam-garam yang terlarut dalam karaginan akan
menurunkan muatan bersih sepanjang rantai polimer, penurunan muatan ini
menyebabkan penurunan gaya tolakan antar gugus-gugus sulfat, sehingga sifat
hidrofilik polimer semakin lemah dan menyebabkan viskositas larutan menurun
(Priastami, 2011). Menurut Moirano (1977) dalam Mustamin (2012)
mengemukakan bahwa semakin kecil kandungan sulfat, maka nilai viskositas juga
semakin kecil, tetapi konsistensi gel semakin meningkat. Priastami (2011) juga
menambahkan bahwa larutan karaginan akan menurun seiring dengan
peningkatan suhu sehingga terjadi depolimerisasi yang kemudian dilanjutkan
dengan degradasi karaginan.
2.3.2 Kekuatan Gel
Kekuatan gel (gel strength) merupakan parameter utama karaginan,
berfungsi untuk mengubah bentuk cair menjadi padat atau mengubah bentuk sol
menjadi gel yang bersifat irreversible (Wenno dkk., 2012). Kemampuan ini yang
menyebabkan karaginan banyak digunakan baik dalam bidang pangan maupun
non pangan (Faridah, 2001). Menurut Campo et al. (2009), mekanisme
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 10
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
pembentukan gel terdiri dari dua tahap yaitu dimulai dengan perubahan
konformasi intramolekuler yang tidak berhubungan dengan ion-ion, kemudian
diikuti oleh pembentukan ikatan silang yang tergantung pada adanya ion-ion
spesifik (kation) yang menyebabkan struktur gel terbentuk.
2.3.3 Rendemen
Rendemen karaginan adalah berat karaginan yang dihasilkan dari rumput
laut kering dan dinyatakan dalam persen, semakin tinggi nilai rendemen semakin
besar output yang dihasilkan (Peranginangin dkk., 2011). Rendemen dihitung
berdasarkan persentase berat karaginan serbuk yang dihasilkan terhadap berat
sampel yang digunakan (Hidayah dkk., 2013). Distantina dkk. (2010), juga
mempertegas bahwa rendemen dihitung dengan cara membagi berat akhir hasil
pengeringan dengan berat awal sampel kemudian dikali 100%.
Rendemen menyatakan nilai efisiensi dari proses pengolahan sehingga
dapat diketahui jumlah karaginan yang dihasilkan dari bahan dasar awal
(Mustamin, 2012). Rendemen dapat dipengaruhi oleh bertambahnya umur panen
tetapi sampai pada batas tertentu. Hal tersebut disebabkan semakin tua umur
panen maka kandungan polisakarida yang dihasilkan semakin banyak sehingga
kandungan karaginan semakin tinggi (Wenno, 2009).
2.4 Karakteristik Kimia Karaginan
2.4.1 Kadar Air
Pengujian kadar air digunakan untuk mengetahui seberapa besar
kandungan air dalam karaginan karena kadar air sangat berpengaruh terhadap
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 11
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
daya simpan (Wenno dkk., 2012). Kadar air sangat mempengaruhi aktivitas
mikroba selama penyimpanan karaginan (Bunga dkk., 2013). Kadar air juga
sangat dipengaruhi oleh kondisi pengeringan, pengemasan dan cara penyimpanan
(Diharmi dkk., 2011). Kandungan air karaginan yang terukur merupakan air
terikat (ikatan kimia) sedangkan air bebas diduga telah menguap (Wenno dkk.,
2012).
2.4.2 Kadar Abu
Analisis kadar abu dilakukan untuk mengetahui secara umum kandungan
mineral yang terdapat dalam karaginan (Wenno dkk., 2012). Abu adalah zat
anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik dan berhubungan erat
dengan jumlah kandungan mineral suatu bahan (Peranginangin dkk., 2011).
Mineral yang dihasilkan dalam proses pemanasan adalah mineral total sebagai zat
anorganik. Rumput laut termasuk bahan pangan yang mengandung mineral cukup
tinggi karena mempunyai kemampuan dalam menyerap mineral yang berasal dari
lingkungan (Wenno dkk., 2012). Mineral yang terdapat dalam karaginan antara
lain adalah kalium, natrium, kalsium dan magnesium (Diharmi dkk., 2011).
2.5 Ekstraksi Karaginan
Berdasarkan metode ekstraksi karaginan yang digunakan, dapat diperoleh
dua jenis ekstrak karaginan yaitu semi refined dan refined (Fatimah, 2012).
Rumput laut penghasil karaginan dapat dengan mudah menjadi semi refined
carrageenan (SRC) melalui proses alkalisasi (Basir, 2014). Metode ekstraksi
karaginan semi refined atau biasa disebut dengan ATC (alkali treated
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 12
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
carrageenophyte) umumnya berasal dari rumput laut jenis Eucheuma cottoni.
Menurut Fatimah (2012), proses produksi ATC dilakukan melalui proses
pemanasan dalam larutan alkali pada suhu antara 65-80°C, lebih rendah dari suhu
yang digunakan pada metode ekstraksi refined carrageenan yang menggunakan
suhu antara 85-95°C. Penggunaan suhu yang lebih rendah pada produksi SRC
dimaksudkan agar karaginan yang terkandung dalam rumput laut tidak larut ke
dalam larutan alkali yang akan menurunkan rendemen SRC yang dihasilkan. Hasil
dari produk SRC berbentuk chips dan ada pula yang berbentuk tepung (Eko dkk.,
2013).
Semi refined hanya mengekstrak bahan baku dengan larutan alkali tanpa
menggunakan alkohol atau KCl untuk proses presipitasi seperti pada proses
refined (McHugh, 2003). Karaginan murni (refined carrageenan) merupakan
hasil olahan rumput laut karaginofit. Karaginan murni didapatkan dari proses
ekstraksi karaginan yang dilakukan dengan menggunakan air panas atau larutan
alkali panas. Suasana alkalis dapat diperoleh dengan menambahkan larutan basa
misalnya larutan NaOH, Ca(OH)2, atau KOH (Arfini, 2011).
Pemisahan karaginan dari bahan pengekstrak dilakukan dengan cara
penyaringan dan pengendapan setelah proses ekstraksi. Penyaringan ekstrak
karaginan umumnya masih menggunakan penyaringan konvensional yaitu kain
saring. Pengendapan karaginan dapat dilakukan antara lain dengan metode gel
press atau pengendapan dengan alkohol (Basir, 2014).
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 13
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
2.6 Presipitasi atau Pengendapan Karaginan
Presipitasi adalah tahap pemisahan karaginan dengan pelarut (Distantina
dkk, 2009). Presipitasi atau yang disebut dengan pengendapan merupakan salah
satu tahapan dari ekstraksi karaginan. Pengendapan karaginan hasil ekstraksi yang
telah mengalami filtrasi dapat dilakukan dengan alkohol (Glicksman, 1983 dalam
Mustamin, 2012). Alkohol yang dapat digunakan yaitu metanol, etanol dan
isopropanol. Kebanyakan karaginan yang dipakai dalam pangan isolasi dengan
pengendapan selektif oleh isopropil alkohol karena hasil yang didapat lebih
murni, pekat dan kental, akan tetapi harga isopropil alkohol lebih mahal dibanding
dengan metanol dan etanol (Mustamin, 2012).
Menurut Rahmawati (2004), metanol merupakan pelarut polar yang sangat
efektif, tetapi metanol merupakan senyawa yang toksik apabila terhisap ataupun
terserap pada permukaan kulit. Oleh sebab itu metanol tidak digunakan pada
bahan pangan. Selain menggunakan alkohol, proses presipitasi juga dapat
dilakukan dengan gel method (Distantina dkk., 2009). Gel method dilakukan atas
dasar kemampuan kappa karaginan dalam membentuk gel dengan garam kalium.
2.7 Standar Mutu Karaginan
Standar mutu karaginan di Indonesia sampai saat ini belum ada. Standar
mutu karaginan yang telah diakui dikeluarkan oleh Food Agriculture
Organization (FAO), Food Chemical Codex (FCC) dan European Economic
Community (EEC) (Henriani, 2015). Spesifikasi mutu karaginan dapat dilihat
pada Tabel 2.1 dan absorbansi karaginan pada spektrofotometer dapat dilihat pada
Tabel 2.2.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 14
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
Tabel 2.1. Spesifikasi Mutu Karaginan
Spesifikasi FAO FCC EEC
Kadar sulfat (%) 15-40 18-40 15-40
Kadar abu (%) 15-40 Maks.35 15-40
Viskositas (cP) Min.5 - -
Kadar air (%) Maks.12 Maks. 12 Maks. 12
Kekuatan gel (g/cm2) 500 - -
Sumber : A/S Kobenhvns Pektifabrik (1978) dalam Wenno dkk. (2009)
Tabel 2.2. Absorbansi Karaginan pada Spektrofotometer
Panjang
gelombang
(cm-1
)
Molekul
Absorbansi relatif terhadap 1050
(cm-1
)
Kappa Iota Lamda
1220-1260 Ester sulfat 0.3-1.4 1.2-1.7 1.4-2.0
928-933 3,6-anhydrogalactose 0.2-0.7 0.2-0.4 0-0.2
840-850 Galactose-4-sulfate 0.2-0.5 0.2-0.4 -
825-830 Galactose-2-sulfate - - 0.2-0.4
810-820 Galactose-6-sulfate - - 0.1-0.3
800-805 3,6-anhydrogalactose-2-
sulfate 0-0.2 0.2-0.4 -
Sumber : FAO (2007)
2.8 Aplikasi Karaginan
Karaginan dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang seperti farmasi,
industri makanan dan industri non pangan. Pemanfaatan karaginan pada industri
makanan adalah sebagai pembentuk gel, pengemulsi, penstabil, serta memperbaiki
tekstur berbagai produk seperti saus, es krim dan produk susu (Campo et al.,
2009). Penggunaan karaginan di dalam industri non pangan digunakan pada
industri makanan ternak, keramik, dan cat. Karaginan dalam bentuk pelet ikan
digunakan untuk menstabilkan dan mempertahankan komposisi senyawa
hidrokoloid agar tidak mudah terurai. Pada keramik, karaginan memiliki
kemampuan gelling point pada temperatur dan tekanan yang tinggi sehingga tidak
mudah pecah (Prasetyowati dkk, 2008).
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 15
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
Karaginan dalam industri juga sering dijadikan bahan campuran kosmetik,
obat-obatan, es krim, susu, kue, roti dan berbagai produk makanan (McHugh,
2003). Pemanfaatan karaginan di bidang farmasi dapat digunakan sebagai gelling
agent pada produk pewangi, binder pada pasta gigi, bodying agent pada lotion dan
cream, stabilizer, penstabil dan pengemulsi pada vitamin. Sementara itu untuk
bidang bioteknologi karaginan digunakan dalam immobilisasi biokatalis
(Prasetyowati dkk, 2008).
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 16
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
III KONSEPTUAL PENELITIAN DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konseptual Penelitian
Indonesia memiliki 6,42% sumberdaya plasma nutfah rumput laut dari
total biodiversitas rumput laut dunia yaitu 555 spesies rumput laut dari 8.642
spesies rumput laut dunia (Suparmi dan Sahri, 2009). Saat ini rumput laut menjadi
komoditas hasil perikanan yang popular di dunia (Hakim dkk., 2011). Halymenia
durvillei merupakan salah satu rumput laut merah yang banyak dibudidayakan
oleh masyarakat Banyuwangi dan Bali tetapi belum dimanfaatkan secara
maksimal dan dijual dalam bentuk kering maupun basah. Halymenia diketahui
dapat menghasilkan lambda karaginan (Pelegrin et al., 2011). Karaginan adalah
getah rumput laut yang diekstraksi dengan larutan alkali dari spesies tertentu dari
kelas Rhodophyceae (Hidayah dkk., 2013). Data dari Institut Medical Research
Internasional menyebutkan bahwa kebutuhan karaginan dunia sekitar 50 ribu ton
dan meningkat rata-rata 3% per tahun (Bunga dkk., 2013).
Ekstraksi karaginan dari rumput laut meliputi beberapa tahapan yaitu
proses perendaman, ekstraksi, pemisahan karaginan dengan pelarut (tahap
presipitasi), kemudian pengeringan karaginan (Distantina dkk., 2009). Metode
presipitasi dapat dibagi menjadi dua macam yaitu alcohol precipitation dan gel
method (Basir, 2014). Gel method dilakukan atas dasar kemampuan kappa
karaginan dalam membentuk gel dengan garam kalium. Pada alcohol
precipitation ada beberapa jenis alkohol yang dapat digunakan sebagai bahan
presipitasi diantaranya metanol, etanol dan isopropanol.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 17
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
Menurut Rahmawati (2004), metanol merupakan pelarut polar yang sangat
efektif, tetapi metanol merupakan senyawa yang toksik apabila terhisap ataupun
terserap pada permukaan kulit. Oleh sebab itu metanol tidak digunakan pada
bahan pangan. Mustamin (2012) juga menjelaskan bahwa penggunaan
isopropanol pada tahap presipitasi karaginan akan menghasilkan karaginan yang
lebih murni, pekat dan kental dibandingkan dengan jenis alkohol lain. Menurut
Distantina dkk. (2009), pada proses alcohol precipitation prinsip yang digunakan
adalah pelarut (alkohol) dapat berikatan dengan air membentuk ikatan hidrogen.
Gugus OH pada alkohol dapat menarik air dan akan mengendapkan fraksi berat
polimer karaginan. Karaginan yang bersifat hidrofilik dan mempunyai kandungan
sulfat tinggi akan cenderung lebih mudah larut sehingga terbentuk serat-serat
karaginan.
Jumlah serat karaginan yang terbentuk ditentukan oleh dua faktor yaitu
konsentrasi isopropanol yang ditambahkan dan lama waktu presipitasi. Semakin
tinggi konsentrasi isopropanol maka semakin banyak serat karaginan yang
terbentuk sehingga berdampak pada rendemen karaginan. Batas konsentrasi
isopropanol yang dapat mengendapkan karaginan secara maksimal adalah 1:3
(Distantin, dkk., 2009). Karaginan dapat dimanfaatkan pada produk pangan dan
non pangan (Faridah, 2001). Karaginan pada produk non pangan digunakan dalam
berbagai bidang seperti kosmetik dan industri tekstil. Pemanfaatan karaginan
pada industri makanan adalah sebagai pengental, pembentuk gel, penstabil serta
memperbaiki tekstur pada produk seperti keju, puding dan saos (Campo et al.,
2009).
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 18
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
Gambar 3.1 Bagan Kerangka Konseptual Penelitian
Keterangan :
= Aspek yang diteliti
= Aspek yang tidak diteliti
Halymenia durvillei
Ekstraksi
Tahap presipitasi
Gel method Alcohol precipitation
Isopropanol Etanol Metanol
Isopropanol berikatan dengan air membentuk ikatan hidrogen
Waktu presipitasi
Mengendapkan fraksi berat polimer karaginan
Konsentrasi isopropanol
Konsentrasi yang optimum
Pengendapan serat
karaginan secara
maksimal
Rendemen karaginan
Gugus OH pada isopropanol menarik air
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 19
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
3.2 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, hipotesis yang diberikan yaitu
penggunaan isopropanol dengan konsentrasi yang berbeda berpengaruh terhadap
nilai rendemen karaginan yang diekstraksi dari rumput laut H. durvillei.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 20
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
IV METODOLOGI
4.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2016 di
Laboratorium Pendidikan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga,
Surabaya untuk proses ekstraksi karaginan, pengujian kadar air, kadar abu dan
rendemen, sedangkan untuk pengujian viskositas dan kekuatan gel dilaksanakan
di Laboratorium Pengujian Mutu dan Keamanan Pangan Universitas Brawijaya,
Malang serta uji spektrofotometer Fourier Transformed Infrared (FTIR) di
Laboratorium Material dan Metalurgi Institut Sepuluh November Surabaya.
4.2 Materi Penelitian
4.2.1 Peralatan Penelitian
Alat-alat yang diperlukan dalam penelitian ini adalah ember, kapas, plastik
tahan panas, karet, gunting, terpal plastik, gelas Beaker, tabung Erlenmeyer,
autoclave, centrifuge, batang pengaduk, gelas ukur, oven, masker, sarung tangan,
corong, kertas label, saringan, timbangan analitik, mortar, cawan porselin,
desikator, termometer, crush tang, tanur listrik, viscometer dan spektrofotometer
Fourier Transformed Infrared (FTIR).
4.2.2 Bahan Penelitian
Bahan penelitian yang digunakan adalah rumput laut H. durvillei yang
diperoleh dari Pantai Kutuh, Desa Kutuh, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten
Badung, Bali, isopropanol dan akuades.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 21
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
4.3 Metode Penelitian
4.3.1 Rancangan Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental
(true eksperimental) dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) sebab dalam
penelitian ini semua dikondisikan sama kecuali konsentrasi isopropanol.
Perlakuan pada penelitian ini terdiri dari lima perlakuan dengan empat ulangan.
Perlakuan konsentrasi presipitasi isopropanol yang digunakan mengacu pada
penelitian yang dilakukan oleh Das et al. (2016), yang menggunakan konsentrasi
presipitasi isopropanol (volume/volume) sebesar 1:3 (supernatan : isopropanol)
pada ekstraksi karaginan rumput laut Kappaphycus alvarezii, namun belum
diketahui jelas pada konsentrasi berapa isopropanol dapat berfungsi dengan baik
dalam menghasilkan karaginan H. durvillei, sehingga perlakuan pada penelitian
ini adalah :
P1 = Rasio supernatan dengan konsentrasi presipitasi isopropanol sebesar 1:0
P2 = Rasio supernatan dengan konsentrasi presipitasi isopropanol sebesar 1:1
P3 = Rasio supernatan dengan konsentrasi presipitasi isopropanol sebesar 1:2
P4 = Rasio supernatan dengan konsentrasi presipitasi isopropanol sebesar 1:3
P5 = Rasio supernatan dengan konsentrasi presipitasi isopropanol sebesar 1:4
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel
meliputi variabel bebas, variabel terkontrol dan variabel terikat. Variabel bebas
penelitian ini adalah konsentrasi presipitasi isopropanol, variabel terikat meliputi
rendemen karaginan, viskositas karaginan, kekuatan gel karaginan, kadar air
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 22
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
karaginan dan kadar abu karaginan, sedangkan variabel terkontrol meliputi jenis
rumput laut dan pelarut yang digunakan saat ekstraksi.
4.3.2 Prosedur Kerja
4.3.2.1 Ekstraksi Karaginan
Rumput laut H. durvillei dibersihkan menggunakan air tawar untuk
menghilangkan garam, kotoran dan pasir, kemudian dikeringkan di bawah sinar
matahari hingga berat konstan ditandai dengan tidak ada perubahan berat sebagai
fungsi waktu pengeringan. Rumput laut kering sebanyak 10 gram direndam dalam
200 ml akuades selama 10 jam dengan tujuan membuat tekstur rumput laut
menjadi lunak kemudian hasil rendaman tersebut diekstraksi. Ekstraksi rumput
laut H. durvillei menggunakan metode panas bertekanan. Rumput laut hasil
perendaman dimasukkan ke dalam tabung Erlenmeyer dan diekstraksi
menggunakan autoclave pada suhu 1070C selama 1,5 jam. Tujuan dari ekstraksi
adalah memecah dinding sel yang ada pada rumput laut sehingga karaginan yang
terkandung pada dinding sel bisa keluar. Setelah diekstraksi dengan autoclave,
rumput laut disaring dan disentrifugasi menggunakan centrifuge 3600 rpm selama
15 menit sehingga didapat supernatan (cairan) dan endapan. Supernatan yang
didapat akan dipresipitasi menggunakan alkohol (Das et al., 2016).
4.3.2.2 Presipitasi dengan Isopropanol (Perlakuan)
Supernatan yang didapat dari hasil sentrifugasi dimasukkan ke dalam gelas
Beaker, kemudian ditambahkan isopropanol dengan perbandingan antara
supernatan dengan isopropanol adalah 1:3, kemudian diaduk dan didiamkan
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 23
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
selama dua jam. Setelah itu endapan yang diperoleh dari hasil presipitasi
dikeringkan di dalam oven 600C (Das et al., 2016).
Seluruh tahapan dalam proses ekstraksi karaginan rumput laut Halymenia
durvillei ini diperlakukan sama terhadap semua sampel penelitian kecuali pada
tahapan presipitasi. Pada tahap ini rasio supernatan dengan isopropanol akan
diubah mulai dari 1:0, 1:1, 1:2, 1:3 dan 1:4. Setiap perlakuan akan diulang
sebanyak empat kali.
4.3.2.3 Perhitungan Rendemen
Rendemen yang dihasilkan dari ekstraksi Halymenia durvillei berupa
crude carrageenan. Menurut Distantina dkk. (2010), rendemen dihitung dengan
cara membagi berat akhir hasil pengeringan (crude carrageenan ) dengan berat
awal rumput laut (kering) kemudian dikali 100%. Berikut rumus yang digunakan:
Rendemen % = (berat crude carrageenan : berat rumput laut kering) x 100%
4.3.2.4 Pengujian Viskositas
Pengujian viskositas karaginan mengacu pada metode yang digunakan
oleh Food Marine Colloids Corporation (1977), yaitu larutan karaginan
konsentrasi 1,5% dipanaskan dalam bak air mendidih sambil diaduk secara teratur
hingga mencapai suhu 75⁰C. Viskositas diukur dengan alat viscometer pada saat
suhu larutan mencapai 75⁰C. Pembacaan dilakukan setelah satu menit putaran
penuh untuk spindle no. 02. Viskositas yang terukur mempunyai satuan poise
(1 poise = 100 centipoise).
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 24
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
4.3.2.5 Pengujian Kekuatan Gel
Pengujian kekuatan gel karaginan mengacu pada metode Falshaw et al.
(1988) dalam Distantina (2010), yaitu karaginan kering dilarutkan dalam akuades
dengan pemanasan sehingga diperoleh larutan 1,5% (berat/volume). Larutan
karaginan sebanyak 10 ml dituang dalam wadah dengan diameter 3 cm dengan
ketinggian larutan berkisar 1,2-1,4 cm. Larutan didiamkan selama 12 jam pada
suhu kamar dengan diletakkan di atas neraca. Batang silinder stainless stell
dengan luas penampang 0,786 cm2 diletakkan di atas sampel kemudian ditekan
menggunakan tangan hingga gel pecah. Berat gel setelah pecah dicatat dan
kekuatan gel adalah selisih berat gel sebelum pecah dan setelah pecah dibagi luas
penampang silinder stainless stell.
4.3.2.6 Pengujian Kadar Air
Pengujian kadar air karaginan mengacu pada metode yang digunakan
Andarwulan dkk. (2011), yaitu cawan porselin dikeringkan dalam oven selama
15 menit kemudian didinginkan dalam desikator selama 10 menit dan ditimbang.
Setelah itu sebanyak 5 gram karaginan diletakkan dalam cawan porselin kemudian
dikeringkan dalam oven 105⁰C selama 6 jam, setelah itu karaginan didinginkan
dalam desikator dan ditimbang kembali menggunakan timbangan analitik. Kadar
air dapat dihitung dengan rumus :
Kadar air % = {(B-(C-A)) : (C-A)} x 100%
Keterangan :
A : Berat cawan kering yang sudah konstan
B : Berat sampel awal
C : Berat cawan dan sampel kering yang sudah konstan
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 25
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
4.3.2.7 Pengujian Kadar Abu
Pengujian kadar abu karaginan mengacu pada metode yang digunakan
Association of Official Analitycal Chemist (AOAC) (1995), yaitu cawan porselin
dikeringkan di dalam oven selama 1 jam pada suhu 105⁰C kemudian didinginkan
selama 30 menit di dalam desikator dan ditimbang hingga didapatkan berat tetap
(A). Sampel sebanyak 1 gram (B) dimasukkan ke dalam cawan porselin dan
dimasukkan ke dalam tanur listrik (furnace) dengan suhu 600⁰C selama ± 6 jam.
Selanjutnya cawan didinginkan pada desikator kemudian ditimbang hingga
didapatkan berat tetap (C). Kadar abu dihitung dengan rumus (AOAC, 1995) :
Kadar abu % = {(A+B-C) : B} x 100%
Keterangan :
A : Berat cawan porselin (tetap)
B : Berat sampel
C : Berat cawan dan sampel yang telah didinginkan
4.4 Parameter Pengamatan
4.4.1 Parameter Utama
Parameter utama dalam penelitian ini adalah rendemen karaginan.
4.4.2 Parameter Pendukung
Parameter pendukung digunakan untuk melengkapi data dari parameter
utama. Parameter pendukung dalam penelitian ini adalah viskositas karaginan,
kekuatan gel karaginan, kadar air karaginan, kadar abu karaginan dan uji FTIR.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 26
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
4.5 Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini berupa rendemen yang akan
dianalisis menggunakan Anova (Analysis of Variance) untuk mengetahui ada atau
tidak perbedaan hasil dari setiap perlakuan. Jika dari analisis diketahui bahwa
perlakuan menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata atau berbeda sangat nyata,
maka akan dilakukan uji lanjut yaitu Uji Duncan. Uji Duncan bertujuan untuk
membandingkan perlakuan mana yang menghasilkan hasil terbaik (Kusriningrum,
2012). Sedangkan untuk analisis data kadar air, kadar abu, viskositas dan
kekuatan gel karaginan akan dibandingkan dengan standar karaginan yang
dikeluarkan oleh FAO, FCC dan EEC.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 27
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
4.6 Diagram Alir Penelitian
Gambar 4.1 Diagram Alir Penelitian
Pencucian rumput laut dengan air tawar
Sentrifugasi menggunakan centrifuge 3600 rpm selama 15 menit
Penyaringan dengan saringan
Ekstraksi dengan suhu bertekanan menggunakan
autoclave pada suhu 1070C selama 1,5 jam (1:20)
Pengeringan di bawah sinar matahari
Perendaman dengan akuades selama 10 jam
Rasio
supernatan :
IPA (1:0)
Rasio
supernatan :
IPA (1:1)
Rasio
supernatan :
IPA (1:2)
Analisis dengan
spektrofotometri
FTIR
Pengukuran kadar air,
kadar abu, viskositas dan
kekuatan gel
Pengukuran
rendemen
Analisis data
Kesimpulan
Pengeringan dengan oven 600C
Rasio
supernatan :
IPA (1:3)
Rasio
supernatan :
IPA (1:4)
Supernatan dihasilkan
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 28
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Rendemen Karaginan Rumput Laut H. durvillei dengan Konsentrasi
Isopropanol yang Berbeda
Analisis rendemen dilakukan untuk mengetahui persentase karaginan yang
dihasilkan berdasarkan konsentrasi isopropanol yang diberikan. Hasil perhitungan
rendemen karaginan dilakukan dengan cara membagi berat akhir hasil
pengeringan (crude carrageenan) dengan berat awal rumput laut kering kemudian
dikali 100%. Data rata-rata rendemen karaginan rumput laut H. durvillei dapat
dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1 Rata-rata Rendemen Karaginan Rumput Laut H. durvillei dengan
Konsentrasi Isopropanol yang Berbeda
Perlakuan Rata-rata Rendemen (%) ± SD
P1 (kontrol) (1:0) 1,47 d ± 0,64
P2 (1:1) 23,74 c ± 6,76
P3 (1:2) 39,43 a ± 3,65
P4 (1:3) 34,79 ab
± 2,17
P5 (1:4) 32,62 b ± 1,63
Keterangan: Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan
yang nyata (p < 0,05).
Hasil uji Anova menunjukkan bahwa penggunaan isopropanol dengan
konsentrasi yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata (p<0,05) terhadap
nilai rendemen karaginan rumput laut H. durvillei. Tabel 5.1 menunjukkan bahwa
perbedaan konsentrasi isopropanol dapat meningkatkan rendemen. Hasil uji lanjut
menggunakan uji Jarak Berganda Duncan 5% dilakukan untuk mengetahui
perbedaan antar perlakuan. Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa perlakuan P3
(1:2) memiliki nilai terbaik terhadap rendemen yang tidak berbeda nyata dengan
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 29
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
P4 (1:3) namun berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Sedangkan pada
perlakuan P1 (1:0) atau kontrol memiliki nilai yang berbeda nyata dengan
perlakuan P2 (1:1), P3 (1:2), P4 (1:3) dan P5 (1:4). Uraian lengkap pengolahan
data rendemen dapat dilihat pada Lampiran 4. Grafik rata-rata rendemen
karaginan rumput laut H. durvillei selama penelitian dapat dilihat pada Gambar
5.1
Gambar 5.1 Grafik Rata-rata Rendemen Karaginan Rumput Laut H. durvillei
dengan Konsentrasi Isopropanol yang Berbeda
Berdasarkan grafik rata-rata rendemen karaginan, dapat diketahui bahwa
rendemen tertinggi terdapat pada perlakuan P3 (1:2) yaitu sebesar 39,43%,
sedangkan pada perlakuan P1 (1:0), P2 (1:1), P4 (1:3) dan P5 (1:4) masing-
masing yaitu 1,47%, 23,74%, 34,79% dan 32,62%.
5.1.2 Kualitas Karaginan
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh data sekunder berupa data kadar
air, kadar abu, viskositas dan kekuatan gel karaginan. Pengukuran kualitas
karaginan dilakukan setelah mendapat data hasil rendemen. Rendemen tertinggi
akan diuji kualitatif dan dibandingkan dengan standar mutu karaginan (FAO, FCC
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 30
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
dan EEC). Kualitas karaginan rumput laut H. durvillei dapat dilihat pada Tabel
5.2. Kualitas karaginan yang dihasilkan mempunyai nilai kadar air sebesar 4,93%,
kadar abu sebesar 36,61 %, viskositas sekitar 4912,2 cP dan nilai gel strength
0,05 g/cm2.
Tabel 5.2 Kualitas Karaginan Rumput Laut H. durvillei
No Parameter Hasil
1 Kadar Air 4,93 %
2 Kadar Abu 36,61 %
3 Viskositas 4912,2 cP
4 Kekuatan Gel 0,05 g/cm2
5.1.3 Hasil Spektrofotometri Fourier Transformed Infrared (FTIR)
Gambar 5.2 Spektrum FTIR Karaginan Rumput Laut H. durvillei
Spektrum FTIR pada hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karaginan
yang dihasilkan memperlihatkan struktur kimia karaginan jenis lambda. Gambar
5.2 memperlihatkan adanya serapan pada panjang gelombang 814,78 cm-1
dan
panjang gelombang 928,76 cm-1
. Serapan yang kuat terlihat pada panjang
gelombang 1012,04 cm-1
dan 1215,60 cm-1
. Spektrum FTIR karaginan yang
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 31
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
dihasilkan dari rumput laut H. durvillei pada penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel 5.3
Tabel 5.3 Spektrum FTIR Karaginan Hasil Penelitian
No. Panjang Gelombang (cm-1
) Ikatan Gugus
1 1215,60 S=O Ester Sulfat
2 1012,04 C-O-C Ikatan Glikosidik
3 928,76 C-O 3,6-anhidrogalaktosa
4 814,78 C-O-SO3 pada
C6
3,6-anhidrogalaktosa-
6-sulfat
5.2 Pembahasan
Halymenia durvillei merupakan rumput laut merah yang dapat
menghasilkan karaginan (Fenoradosoa et al., 2012). Karaginan tersebut terdapat
dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraseluler dan merupakan bagian
penyusun yang besar dari berat kering rumput laut dibandingkan dengan
komponen yang lain (Hellebust and Cragie, 1978 dalam Henriani, 2015).
Produksi karaginan Indonesia tahun 2007 baru mencapai 13% dari produksi
karaginan dunia (Hakim dkk., 2011). Salah satu usaha untuk memproduksi
karaginan dengan kualitas dan kuantitas yang baik adalah dengan
mengoptimalkan proses ekstraksi.
Presipitasi dengan isopropanol merupakan bagian dari tahap ekstraksi
yang diindikasikan dapat meningkatkan produksi karaginan. Penggunaan
isopropanol dalam proses presipitasi memiliki keunggulan dibandingkan dengan
jenis presipitan yang lain. Karaginan yang dihasilkan pada penelitian ini terbentuk
dengan cepat seiring dengan penambahan isopropanol, berwarna bening
kecoklatan, bentuk tidak beraturan dan pekat. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Mustamin (2012) bahwa karaginan yang menggunakan bahan
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 32
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
pengendap jenis isopropanol akan menghasilkan karaginan yang lebih murni,
pekat dan kental.
Berat karaginan yang dihasilkan dari rumput laut kering dan dinyatakan
dalam persen akan menghasilkan nilai rendemen. Rata-rata rendemen karaginan
yang dihasilkan dari penelitian ini berkisar 1,47-39,43%. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan didapat hasil bahwa perlakuan P3 (1:2) menghasilkan
rendemen lebih tinggi yaitu sebesar 39,43% dibandingkan perlakuan yang lain
yaitu P1 (1:0), P2 (1:1), P4 (1:3) dan P5 (1:4) yang masing-masing 1,47%,
23,74%, 34,79% dan 32,62%. Hal tersebut menunjukkan bahwa perbedaan
konsentrasi isopropanol berpengaruh terhadap nilai rendemen karaginan,
khususnya rendemen. Hasil uji Anova menunjukkan bahwa penggunaan
isopropanol dengan konsentrasi yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata
(p<0,05) terhadap nilai rendemen karaginan rumput laut H. durvillei.
Hasil uji jarak berganda Duncan memperlihatkan bahwa rendemen
tertinggi diperoleh dari perlakuan P3 (1:2) yang tidak berbeda nyata dengan
perlakuan P4 (1:3). Rendemen karaginan mengalami peningkatan dengan
bertambahnya konsentrasi isopropanol sampai pada konsentrasi 1:2 tetapi
mengalami penurunan pada konsentrasi 1:4. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Distantina dkk. (2009) yang menyatakan bahwa semakin tinggi
konsentrasi isopropanol yang diberikan maka akan muncul kecenderungan dalam
peningkatan nilai rendemen dan batas konsentrasi alkohol yang dapat
mengendapkan karaginan secara maksimal adalah 1:3.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 33
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
Rendemen yang dihasilkan pada perlakuan P5 (1:4) mengalami
penurunan. Hal ini diduga karena pada batas tertentu isopropanol sudah dapat
mengikat seluruh air yang terkandung di dalam hasil ekstraksi dan
mengendapkan fraksi berat polimer karaginan sehingga terbentuk serat karaginan.
Batas konsentrasi isopropanol dalam penelitian ini adalah 1:2 (volume filtrat:
isopropanol), hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Zatnika
dan Istini (2001) yang mengatakan bahwa isopropanol pada konsentrasi 1:2 dapat
mengendapkan karaginan secara maksimal dan menghasilkan rendemen dengan
nilai yang tinggi. Berdasarkan hasil penelitian pula diketahui bahwa perlakuan P4
(1:3) yang memiliki nilai tidak berbeda nyata dengan P3 (1:2) akan memberikan
keuntungan untuk dunia industri karaginan karena pada konsentrasi 1:2 karaginan
sudah terendapkan secara maksimal sehingga akan mengurangi biaya produksi
perusahaan.
Rendemen yang dihasilkan pada penelitian ini masih memenuhi standar
persyaratan minimum rendemen karaginan yang ditetapkan oleh Departemen
Perdagangan (1989) yaitu sebesar 25%. Isopropanol dapat mengendapkan
karaginan dengan cara bereaksi dengan air dan membentuk ikatan hidrogen,
kemudian mengendapkan fraksi polimer karaginan dengan membentuk serat
karaginan (Distantina dkk., 2009).
Penentuan kualitas karaginan dapat dilihat dari karakteristik kimia dan
fisika yang meliputi nilai kadar air, kadar abu, viskositas dan kekuatan gel. Pada
penelitian ini rendemen tertinggi akan diuji kualitatif untuk menentukan mutu
standar kualitas karaginan yang dihasilkan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 34
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
bahwa nilai rata-rata kadar air dari karaginan yang dihasilkan sebesar 4,93%. Nilai
tersebut sesuai dengan standar mutu karaginan yang dikeluarkan oleh FAO (Food
Agriculture Organization), FCC (Food Chemical Codex) dan EEC (European
Economic Community) yang menyatakan bahwa nilai kadar air karaginan
maksimal harus 12%.
Nilai kadar air ini dapat dipengaruhi oleh kondisi pengeringan (Diharmi
dkk., 2011) dan umur dari rumput laut (Wenno, 2009). Pengeringan karaginan
hasil penelitian ini diperlakukan sama yaitu dikeringkan dalam oven pada suhu
600C selama 12 jam. Selain itu umur rumput laut yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 15 hari. Wenno (2009), menjelaskan bahwa bertambahnya
umur panen menyebabkan kandungan air meningkat. Hal tersebut dikarenakan
semakin tua umur panen jumlah air yang diserap oleh rumput laut semakin
banyak. Kandungan air dalam karaginan sangat berpengaruh terhadap daya
simpan (Wenno dkk., 2012).
Kadar abu berhubungan dengan mineral suatu bahan. Menurut
Peranginangin dkk. (2011), kadar abu dihasilkan dari pembakaran bahan organik
dan berhubungan erat dengan jumlah mineral suatu bahan. Rata-rata kadar abu
karaginan yang dihasilkan dari penelitian ini sekitar 36,61%.
Kadar abu karaginan hasil ekstraksi masih memenuhi standar yang
ditetapkan oleh FAO dan EEC yaitu sekitar 15-40%, sedangkan berdasarkan
standar FCC karaginan yang dihasilkan belum memenuhi standar dikarenakan
nilai kadar abu lebih dari 35%. Tingginya nilai kadar abu disebabkan oleh
kandungan garam yang terlalu tinggi pada rumput laut. Semakin lama rumput laut
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 35
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
berada dalam perairan maka semakin banyak garam mineral yang diserap oleh
rumput laut (Wenno dkk., 2012).
Viskositas merupakan tingkat kekentalan karaginan pada konsentrasi dan
suhu tertentu (Wenno, 2009). Berdasarkan penelitian didapat hasil rata-rata nilai
viskositas yaitu sekitar 4912,5 cP. Nilai tersebut sesuai dengan standar viskositas
yang ditentukan oleh FAO yaitu minimal 5 cP. Viskositas dapat dipengaruhi oleh
kandungan garam yang ada pada rumput laut. Semakin tinggi kandungan garam
maka nilai viskositasnya akan menurun. Menurut Priastami (2011), adanya garam
terlarut akan menyebabkan penurunan gaya tolakan antar gugus-gugus sulfat
sehingga sifat hidrofilik polimer semakin lemah dan menyebabkan viskositas
larutan menurun. Moirano (1977) dalam Mustamin (2012) juga menambahkan
bahwa adanya korelasi antara kandungan sulfat dengan viskositas. Semakin kecil
kandungan sulfat, maka nilai viskositasnya juga semakin kecil.
Karaginan mempunyai kemampuan membentuk gel saat larutan panas
menjadi dingin. Proses pembentukan gel bersifat thermoreversible artinya gel
dapat mencair pada saat pemanasan dan membentuk gel kembali pada saat
pendinginan. Adanya selulosa pada produk akhir dapat mengakibatkan gel yang
terbentuk akan rapuh (Imeson, 2000). Berdasarkan penelitian nilai kekuatan gel
dari karaginan yang dihasilkan adalah 0,05 g/cm2. Nilai kekuatan gel yang
dihasilkan rendah dan tidak sesuai dengan standar FAO yang mengatakan bahwa
nilai kekuatan gel pada karaginan minimal 500 g/cm2.
Hal tersebut diduga karena jenis karaginan yang dihasilkan oleh rumput
laut H. durvillei adalah jenis lambda. Pernyataan tersebut didukung oleh
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 36
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
Fenoradosoa et al. (2012) yang mengatakan bahwa H. durvillei mengandung
karaginan jenis lambda, yang tidak atau hanya sedikit mempunyai gugus 3,6-
anhidrogalaktosa (Venugopal, 2011), dimana adanya gugus tersebut sangat
berpengaruh terhadap pembentukan gel (McHugh, 2003). Menurut Philips and
Williams (2009), semakin kecil gugus 3,6-anhidrogalaktosa pada karaginan
rumput laut maka semakin kecil pula nilai kekuatan gelnya, sehingga rendahnya
nilai kekuatan gel pada penelitian mengidentifikasikan bahwa karaginan dari
rumput laut H. durvillei termasuk jenis lambda karaginan.
Menurut Imeson (2000), karaginan merupakan polisakarida berantai linier
dengan berat molekul yang tinggi. Rantai polisakarida tersebut terdiri dari ikatan
berulang antara gugus galaktosa dengan 3,6-anhidrogalaktosa, keduanya baik
yang berikatan dengan sulfat atau tidak, dihubungkan oleh ikatan glikosidik.
Adanya gugus 3,6-anhidrogalaktosa menyebabkan sifat anhidrofilik yang
memudahkan pembentukan heliks rangkap pada ikatan antar rantai polimer
karaginan sehingga pembentukan gel lebih cepat tercapai.
Berdasarkan hasil spektrum FTIR, karaginan yang dihasilkan
memperlihatkan struktur kimia karaginan jenis lambda. Hal tersebut dibuktikan
dengan adanya serapan pada panjang gelombang 814,78 cm-1
yang menunjukkan
gugus galaktosa 6 sulfat. FAO (2007) menjelaskan bahwa adanya serapan yang
sangat kuat pada panjang gelombang 810-820 cm-1
untuk gugus galaktosa 6 sulfat.
Gugus tersebut merupakan karakteristik dari lambda karaginan. Selain itu pada
panjang gelombang 928,76 cm-1
menunjukkan adanya ikatan C-O yang
merupakan gugus 3,6-anhidrogalaktosa. Hal tersebut sesuai dengan FAO (2007)
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 37
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
yang menyatakan bahwa pada panjang gelombang 928-933 cm-1
terdapat gugus
3,6-anhidrogalaktosa.
Ikatan S=O atau gugus ester sulfat juga terdapat pada penelitian ini
terbukti dengan munculnya peak pada panjang gelombang 1215,60 cm-1
. Menurut
Uy et al. (2005), spektrofotometri FTIR menunjukkan adanya berkas absorpsi
yang sangat kuat pada daerah 1210-1260 cm-1
karena ikatan ester sulfat dan
daerah 1010-1080 cm-1
dianggap ikatan glikosidik pada semua jenis karaginan.
Ikatan glikosidik pada penelitian ini dibuktikan dengan adanya absorbsi pada
panjang gelombang 1012,04 cm-1
. Hasil identifikasi FTIR dan uraian dari panjang
gelombang maka dapat disimpulkan bahwa karaginan yang dianalisis merupakan
karaginan tipe lambda. Hal tersebut didapatkan dengan adanya galaktosa 6 sulfat
dan ester sulfat, 3,6-anhidrogalaktosa serta ikatan glikosidik.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 38
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Penggunaan isopropanol dengan konsentrasi yang berbeda berpengaruh
terhadap nilai rendemen karaginan yang diekstraksi dari rumput laut H.
durvillei.
2. Konsentrasi isopropanol yang dapat menghasilkan karaginan dari rumput laut
H. durvillei dengan nilai rendemen tertinggi adalah pada perlakuan P3 yaitu
1:2 (filtrat : isopropanol) dengan nilai rendemen sebesar 39,43%.
6.2 Saran
1. Perlu adanya penelitian lanjutan tentang pengaruh lama presipitasi maupun
perbandingan dengan jenis presipitan yang lain sehingga didapat optimasi
pada proses presipitasi.
2. Karaginan yang dihasilkan dari rumput laut H. durvillei pada penelitian ini
dapat diaplikasikan untuk produk pangan maupun non pangan.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 39
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
DAFTAR PUSTAKA
Andarwulan, N., F. Kusnandar dan D. Herawati. 2011. Analisis Pangan. PT. Dian
Rakyat. Jakarta. 32-33 hal.
AOAC. 1995. Official Methods of Analysis of the Association of Official
Analitycal Chemist. Inc. Washington DC. pp. 185-189.
Arfini, F. 2011. Optimasi Proses Ekstraksi Pembuatan Karaginan dari Rumput
Laut Merah Eucheuma cottonii serta Aplikasinya sebagai Penstabil pada
Sirup Markisa. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 99 hal.
Basir, S. M. 2014. Pengaruh Proses Pemurnian Karaginan dengan Metode
Pengendapan Alkohol dan Kalium Klorida Press terhadap Mutu
Karaginan dari Eucheuma cottonii Asal Kabupaten Jeneponto. Skripsi.
Universitas Hasanuddin. Makassar. 77 hal.
Bunga, S. M., R. I. Montolalu., J. W. Hart., L. A. D. Y. Montolalu., A. H. Watung
dan N. Taher. 2013. Karakteristik Sifat Fisika Kimia Karaginan Rumput
Laut Kappaphycus alvarezii pada Berbagai Umur Panen yang Diambil
dari Daerah Perairan Desa Arakan Kabupaten Minahasa Selatan. Jurnal
Media Teknologi Hasil Perikanan. 1 (2): 54-58.
Campo, V. L., D. F. Kawano., D. B. D. S. Jr and I. Carvalho. 2009. Carrageenans
:Biological Properties, Chemical Modifications and Structural Analysis-
A Review. Carbohydrate Polymer. Elsevier. 77: 167-180.
Das, A. K., M. Sharma., D. Mondal and K. Prasad. 2016. Deep Eutectic Solvents
as Efficient Solvent System for the Extraction of K-Carrageenan from
Kappaphycus alvarezii. Carbohydrate Polymer. Elsevier. 136: 930-935.
De Smedt, G., O. De Clerek., F. Leliaert., E. Copejans and L. M. Liao. 2001.
Morphology and Systematics of the Genus Halymenia C. Agardh
(Halymeniales, Rhodophyta) in the Philippines. Nova Hedwigia. 73: 293-
322.
Desiana, E dan T. Y. Hendrawati. 2015. Pembuatan Karagenan dari Eucheuma
cottonii dengan Ekstraksi KOH menggunakan Variabel Waktu Ekstraksi.
Jurnal Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta. 7:1-7
Departemen Perdagangan. 1989. Ekspor rumput laut Indonesia. Jakarta. 57 hal.
Diharmi, A., D. Fardiaz., N. Andarwulan dan E. S. Heruwati. 2011. Karakteristik
Karagenan Hasil Isolasi Eucheuma spinosum (Alga Merah) dari Perairan
Sumenep Madura. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 16 (1): 117-124.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 40
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
Distantina S., Fadilah., Rochmadi., M. Fahrurrozi dan Wiratni. 2010. Proses
Ekstraksi Karagenan dari Eucheuma cottoni. Seminar Rekayasa Kimia
dan Proses. 21: 1-6.
Distantina, S., Fadilah., Y. C. Danarto., Wiratni dan M. Fahrurrozi. 2009. Efek
Bahan Kimia pada Tahap Presipitasi terhadap Rendemen dan Sifat
Karagenan dari Rumput Laut Eucheuma cottoni. Ekuilibrium. 8 (2): 47-
53.
Eko, K. S., N. Novan dan N. Taufiqu. 2013. Optimasi Proses Ekstraksi Karagenan
dari Kappaphycus alvarezii serta Aplikasi sebagai Balsam Analgesik.
Jurnal Teknologi Pertanian. Universitas Brawijaya. 1: 1-5.
Faridah, L. 2001. Studi Tentang Pembuatan Tepung Instan Karaginan dari
Rumput Laut Kappaphycus alvarezii. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Bogor. 101 hal.
Fatimah, S. 2012. Aplikasi Teknologi Ohmic dalam Ekstraksi Karaginan Murni
(Refined Carrageenan) dari Rumput Laut Eucheuma cottonii. Skripsi.
Universitas Hasanuddin. Makassar. 86 hal.
Fenoradosoa, T. A., C. Loranche., C. Delattre., V. Dulong., D. Le Cerf., L. Picton
and P. Michaud. 2012. Rheological Behavior and Non Enzymatic
Degradation of a Sulfated Galactan from Halymenia dulvillei
(Halymeniales, Rhodophyta). Appl Biochem Biotechnol. 167: 1303-1313.
Food Agriculture Organization (FAO). 2007. Compendium of Food Additive
Specifications. FAO Jecfa Monographs. United Nations. 10 pp.
Food Marine Colloids Corp (FMC Corp). 1977. Carrageenan Marine Colloid
Monograph Number One Springfield New Jersey. USA : Marine Colloid
Division FMC Corporation. pp: 23-29.
Guiry, M. D. 2011. Halymenia dulvillei. Algabase. http://algabase.org. Diakses
tanggal 12 Maret 2016.
Hakim, A. R., S. Wibowo., F. Arfini dan R. Peranginangin. 2011. Pengaruh
Perbandingan Air Pengekstrak, Suhu Presipitasi dan Konsentrasi Kalium
Klorida (KCl) terhadap Mutu Karaginan. J. Pascapanen Bioteknol Kel
Perik. 6 (1): 1-11.
Henriani. 2015. Karakteristik Karaginan dari Rumput Laut Kappaphycus alvarevi
yang Diekstraksi dengan KOH dan Dijendalkan dengan KCl dan IPA.
Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin.
Makassar. 96 hal.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 41
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
Hidayah, R., Harlia., Gusrizal dan A. Sapar. 2013. Optimasi Konsentrasi Kalium
Hidroksida pada Ekstraksi Karaginan dari Alga Merah (Kappaphycus
alvarezii) Asal Pulau Lemukutan. JKK. 2 (2): 78-83.
Imeson A. 2000. Carrageenan. in : Phililps GO, Williams PA. Handbook of
Hydrocolloids. Wood Head Publishing. Cambridge England. pp. 87-102.
Imeson, A. 2010. Food Stabilisers, Thickeners and Gelling Agents. Wiley
Blackwell. India. pp. 73-79.
Kantun, J. J. H., A. R. Sherwood., R. R. Rodriguez., J. M. Huisman and O. De
Clerck., 2012. Branched Halymenia Species (Halymeniaceae,
Rhodophyta) in the Indo-Pacific Region, Including Descriptions of
Halymenia hawaiiana sp. nov. and H. tondoana sp. nov. European Journal
of Phycology. 47(4): 421-432.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). 2015. Komoditas Rumput Laut Kian
Strategis. Siaran Pers nomor 025/PDSI/HM.420/IV/2015. Sumba Timur.
1-3 hal.
Kusriningrum. 2012. Perancangan Percobaan. Airlangga University Press.
Surabaya. 84-86 hal.
McHugh, D. J. 2003. A Guide to the Seaweed Industry. FAO Fisheries Technical
Paper. Australia. pp. 61-65.
Mustamin, ST. F. 2012. Studi Pengaruh Konsentrasi KOH dan Lama Ekstraksi
terhadap Karakteristik Karagenan dari Rumput Laut (Eucheuma cottoni).
Skripsi. Universitas Hassanuddin. Makassar. 80 hal.
Pelegrin, Y. F., J. A. Azamar and A. D. Robledo. 2011. Preliminary
Characterization of Carrageenan from the Red Seaweed Halymenia
floresii. Journal Aquatic Food Product Technology. 20: 73-83.
Peranginangin, R., A. Rahman dan H. E. Irianto. 2011. Pengaruh Perbandingan
Air Pengekstrak dan Penambahan Celite terhadap Mutu Kappa Karaginan.
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. hal. 1077-1085.
Philips, G. O. and P. A. Williams. 2009. Handbook of Hydrocolloids (Second
Edition). Woodhead Publishing Limited. Washington. pp. 77-80.
Prasetyowati., C. Jasmine. dan D. Agustiawan. 2008. Pembuatan Tepung
Karaginan dari Rumput Laut (Eucheuma cottoni) Berdasarkan Perbedaan
Metode Pengendapan. Jurnal Teknik Kimia 2(15) : 27-33.
Priastami, C. S. 2011. Karagenan sebagai Bahan Penstabil pada Proses Pembuatan
Melorin. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 91 hal.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 42
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
Rakhmawati, D. 2004. Mempelajari Aktivitas Antioksidan dan Antimikroba
Ekstrak Antarasa (Litsea cubeba) dan Aplikasinya sebagai Pengawet
Alami pada Bahan Pangan. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut
Pertanian Bogor. Bogor. 87 hal.
Salam, M. R. B. dan D. Larasati. 2014. Pemanfaatan Material Rumput Laut
melalui Ekstraksi Karagenan untuk Desain Kemasan Edibel. Jurnal
Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain. 1 (1) : 1-9.
Suparmi dan A. Sahri. 2009. Mengenal Potensi Rumput Laut: Kajian Pemanfaatan
Sumber Daya Rumput Laut dari Aspek Industri dan Kesehatan. Jurnal
Sultan Agung. 44 (118) : 95-116.
Suryaningrum, D., T. Wikanta dan H. Kristiana. 2006. Uji Aktivitas Senyawa
Antioksidan dari Rumput Laut Halymenia harveyana dan Eucheuma
cottoni. Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelauatan dan Perikanan.
1(1): 51-64.
Ulfah, M. 2009. Pemanfaatan Iota Karaginan (Eucheuma spinosum) dan Kappa
Karaginan (Kappaphycus alvarezii) sebagai Sumber Serat untuk
Meningkatkan Kekenyalan Mie Kering. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Bogor. 111 hal.
Uy, F. S., A.J. Easteal and M. M. Fard. 2005. Seaweed Processing Using
Industrial Single-mode Cavity Microwave Heating (Preliminary
Investigation). Carbohydrate Research. 340 : 1357-1364.
Venugopal, V. 2011. Marine Polysaccharides Food Applications. CRC Press.
New York. pp. 111-115.
Wenno, M. R. 2009. Karakteristik Fisiko Kimia Karaginan dari Eucheuma cottoni
pada Berbagai Bagian Thalus, Berat Bibit dan Umur Panen. Tesis. Institut
Pertanian Bogor. Bogor. 127 hal.
Wenno, M. R., J. L. Thenu dan C. G. C. Lopulalan. 2012. Karakterisasi Kappa
Karaginan dari Kappaphycus alvarezii pada Berbagai Umur Panen. JPB
Perikanan. 7 (1) : 61-67.
Zatnika, A dan S. Istini. 2001. Pengaruh Jenis dan Volume Alkohol dalam Proses
Presipitasi pada Ekstraksi Iota Karaginan. Jurnal BPPT Seaweed Research
Team. 1 (4) : 128-136.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 43
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Kuantitatif (Rendemen) Karaginan Rumput Laut H. durvillei
Perlakuan Berat awal Berat akhir Rendemen (%) Rata-rata (%)
P1 (Kontrol) 50 0.57 1.14 1.47
50.08 0.41 0.82
50.01 1.09 2.18
50.09 0.87 1.74
P2 50.04 14.88 29.74 23.74
50.07 7.59 15.16
50.05 10.78 21.54
50.09 14.28 28.51
P3 50.04 20.4 40.77 39.42
50.03 17.08 34.14
50.01 20.14 40.27
50.05 21.28 42.52
P4 50.06 18.28 36.52 34.79
50.14 18.4 36.70
50.03 16.85 33.68
50 16.14 32.28
P5 50.06 18.28 36.52 34.79
50.14 18.4 36.70
50.03 16.85 33.68
50 16.14 32.28
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 44
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
Lampiran 2. Data Kualitatif Mutu Karaginan Rumput Laut H. durvillei
No Parameter Hasil Satuan
1 Kadar Air 4,93 %
2 Kadar Abu 36,61 %
3 Viskositas 4912,5 cP
4 Kekuatan Gel 0,05
g/cm2
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 45
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
Lampiran 3. Hasil uji FTIR dengan Menggunakan Spektrofotometri
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 46
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
Lampiran 4. Hasil uji ANAVA Rendemen Karaginan Rumput Laut H. durvillei
ANOVA
Rendemen
Sum of
Squares
df Mean Square F Sig.
Between Groups 3636,827 4 909,207 68,002 ,000
Within Groups 200,554 15 13,370
Total 3837,381 19
Rendemen
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05
d c b a
Duncana
P1 4 1,433782
P2 4 23,735534
P5 4 32,622629
P4 4 34,793305 34,793305
P3 4 39,424083
Sig. 1,000 1,000 ,414 ,093
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.
Descriptives
Rendemen
N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for
Mean
Minimu
m
Maximum
Lower Bound Upper Bound
P1 4 1,433782 ,6362809 ,3181405 ,421317 2,446247 ,8187 2,1796
P2 4 23,735534 6,7621241 3,3810620 12,975485 34,495582 15,1588 29,7362
P3 4 39,424083 3,6523554 1,8261777 33,612370 45,235795 34,1395 42,5175
P4 4 34,793305 2,1717820 1,0858910 31,337515 38,249095 32,2800 36,6972
P5 4 32,622629 1,6321273 ,8160637 30,025550 35,219707 31,6494 35,0649
Total 20 26,401866 14,2115248 3,1777936 19,750668 33,053065 ,8187 42,5175
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 47
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
Lampiran 5. Hasil Uji Viskositas dan Gel Strenght Karaginan Rumput Laut
H. durvillei
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 48
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
Lampiran 6. Perhitungan Kadar Air dan Kadar Abu Karaginan Rumput Laut
H. durvilei
A. Kadar Air Karaginan
Perlakuan Berat cawan
kering
Berat sampel Berat cawan +
sampel kering
Kadar air (%)
P3. 1 39.2784 2.0330 41.2159 4.929032
P3. 2 27.6307 2.0566 29.5826 5.364004
P3. 3 45.2425 2.0603 47.2014 5.176374
P3. 4 44.1728 2.0097 46.1008 4.237552
Rata-rata 4.926741
B. Perhitungan Kadar Air Karaginan
P3.1
Kadar air % = {(2.0330 - (41.2159 - 39.2784)) : (41.2159 - 39.2784)} x 100%
= 4.929032 % = 4.93 %
P3.2
Kadar air % = {(2.0566 - (29.5826 - 27.6307)) : (29.5826 - 27.6307)} x 100%
= 5.364004 % = 5.36 %
P3.3
Kadar air % = {(2.0603 - (47.2014 - 45.2425)) : (47.2014 - 45.2425)} x 100%
= 5.176374 % = 5.18 %
P3.4
Kadar air % = {(2.0097 - (46.1008 - 44.1728)) : (46.1008 - 44.1728)} x 100%
= 4.237552 % = 4.24 %
C. Kadar Abu Karaginan
Perlakuan Berat cawan
kering
Berat sampel Berat cawan +
sampel kering
Kadar abu
(%)
P3. 1 44.1535 1.0051 44.7915 36.52373
P3. 2 46.1345 1.0051 46.7660 37.17043
P3. 3 39.4593 1.0087 40.1075 35.73907
P3. 4 39.2946 1.0068 39.9287 37.01828
Rata-rata 36.61288
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 49
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
D. Perhitungan Kadar Abu Karaginan
P3.1
Kadar abu % = {(44.1535 + 1.0051 - 44.7915)) : (1.0051)} x 100%
= 36.52373 % = 36.52 %
P3.2
Kadar abu % = {(46.1345 + 1.0051 - 46.7660)) : (1.0051)} x 100%
= 37.17043 % = 37.17 %
P3.3
Kadar abu % = {(39.4593 + 1.0087 - 40.1075)) : (1.0087)} x 100%
= 35.73907 % = 35.74 %
P3.4
Kadar abu % = {(39.2946 + 1.0068 - 39.9287)) : (1.0068)} x 100%
= 37.01828 % = 37.02 %
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 50
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian
a). Penimbangan sampel b). Perendaman sampel
c). Persiapan ekstraksi d). Ekstraksi sampel
e). Penyaringan sampel f). Pemberian isopropanol
e
c
f
d
b a
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 51
SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN ISO… YUYUN MAGHFIROH
Lampiran 6. (Lanjutan)
g). Persiapan pengeringan h). Pengeringan sampel
i). Sampel karaginan kering j). Sentrifuge
k). Autoclave l). Tanur
g h
i j
k l