Upload
trananh
View
227
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
SKRIPSI
ANALISIS TATA GUNA LAHAN DAN KECUKUPAN IRIGASI
DI DESA CIHIDEUNG UDIK DAN DESA CIHIDEUNG ILIR,
LINGKAR KAMPUS IPB
Oleh :
FARAH FATIMAH
F14062236
2010
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Farah Fatimah. F14062236. Analysis of Land Use and Irrigation Sufficiency in
Cihideung Udik Village and Cihideung Ilir Village, Surrounding of IPB Campus.
Supervised by Nora H. Pandjaitan and Sutoyo.
ABSTRACT
Land and water are the most important elements that support agriculture.
Land use is the way of planning land usage of certain area, by dividing it based on
specific functions of settlement, paddy field, plantation, industry, etc. The
purposes of this research are to identify land use and irrigation availability for
planting, and to find out irrigation sufficiency in two villages around campus.
Irrigation requirement for the both villages were sufficient. Although the
agriculture area is wide, it was only used for planting of palawija. Based on the
result of the both villages availability, the land can be planted with the pattern of
paddy-paddy-palawija. Irrigation requirements were obtained using Cropwat. In
Cihideung Udik Village, the irrigation requirement was 0.07751 l/s and the
average daily debit was 22.36 l/s. In Cihideung Ilir Village, the values obtained
were respectively 0.29313 l/s and 23.39 l/s. These values showed that both
villages have sufficient water supply. The average daily debit were far bigger than
the irrigation requirement.
A change in land use was also discovered, from farming area to settlement.
Total farming area in 2009 (village profile) was less than the one in 2008
(Bakosurtanal).
Keyword : land use, water irrigation availability, water irrigation requirement,
Cropwat, crop pattern
Farah Fatimah. F14062236. Analisis Tata Guna Lahan dan Kecukupan Irigasi di
Desa Cihideung Udik dan Desa Cihideung Ilir, Lingkar Kampus IPB. Di bawah
bimbingan : Nora H. Pandjaitan dan Sutoyo.
RINGKASAN
Air dan tanah merupakan unsur terpenting yang menunjang pertanian dan
lainnya. Air digunakan untuk irigasi pada bidang pertanian sedangkan tanah
merupakan tempat tumbuhnya tanaman dan salah satu tempat sumber air. Tata
guna lahan adalah suatu upaya dalam merencanakan penggunaan lahan dalam
suatu kawasan yang meliputi pembagian wilayah untuk pengkhususan fungsi-
fungsi tertentu, misalnya fungsi pemukiman, pertanian, perdagangan, industri, dll.
Rencana tata guna lahan merupakan kerangka kerja yang menetapkan keputusan-
keputusan terkait tentang lokasi, kapasitas dan jadwal pembuatan jalan, saluran air
bersih dan air limbah, gedung sekolah, pusat kesehatan, taman dan pusat-pusat
pelayanan serta fasilitas umum lainnya. Kebutuhan air tanaman merupakan
jumlah air yang diperlukan untuk menghasilkan produksi atau bahan kering
tanaman yang maksimal.
Analisis tata guna lahan dan kecukupan irigasi, diambil di dua desa lingkar
kampus IPB yaitu Desa Cihideung Udik dan Desa Cihideung Ilir. Kedua desa
tersebut diambil sebagai daerah contoh karena merupakan daerah sub-urban yang
memiliki dua sisi kehidupan (kota/perindustrian dan tradisional/pertanian).
Ketersediaan air untuk dua desa tersebut pun dapat diketahui dengan pengukuran
debit aliran air yaitu cut throat flume yang dipasang di saluran tersier pada
masing-masing desa tersebut.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis tata guna lahan dan kebutuhan air
irigasi untuk penanaman di dua desa tersebut dalam satu tahun, serta menganalisis
kecukupan air irigasi pada tahun 2010 di masing-masing desa tersebut. Penelitian
ini dilaksanakan di dua desa lingkar kampus IPB yaitu Desa Cihideung Udik dan
Desa Cihideung Ilir, Kecamatan Ciampea, Bogor. Penelitian ini dilaksanakan dari
bulan Februari sampai Juli 2010.
Metode yang dilakukan pada penelitian ini di antaranya adalah survei lahan
pada masing-masing desa, pengambilan data primer dan data sekunder,
pengukuran debit dan perhitungan debit aliran selama 3 bulan ( Februari-April
2010), dengan menggunakan cut throat flume dan 2 minggu dengan menggunakan
current meter sehingga diperoleh ketersediaan air irigasi pada saluran irigasi
tersebutr, pembagian kuesioner kepada 10 orang petani, revisi peta yang sudah
ada, dan pendugaan kebutuhan air tanaman untuk masing-masing desa.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa terjadinya peralihan fungsi dari
pertanian (pesawahan) menjadi pemukiman dan pabrik-pabrik untuk industri
sehingga terjadinya penurunan luas areal persawahan dan menaiknya luas areal
pemukiman dan industri. Berdasarkan data yang diperoleh, dapat terlihat
perbedaan luasan tata guna lahan di masing-masing desa. Terdapat perubahan luas
lahan hasil data yang diperoleh dari profil desa dengan data luas tata guna lahan
berdasarkan peta rupa bumi (Bakosurtanal) (2008) memiliki luas persawahan baik
Desa Cihideung Udik dan Desa Cihideung Ilir lebih besar dibandingkan dengan
luas lahan yang diperoleh dari data profil desa (2009), sedangkan untuk
pemukiman, luas pemukiman baik di Desa Cihideung Udik maupun Desa
Cihideung Ilir pada hasil data peta rupa bumi (Bakosurtanal) (2008) memiliki luas
lebih sedikit (luas Desa Cihideung Udik 65.26 ha dan Desa Cihideung Ilir 38.8
ha) dibandingkan dengan data dari profil desa (2009) yaitu Desa Cihideung Udik
72.3 ha dan Desa Cihideung Ilir 55.5 ha. Hal tersebut memperlihatkan bahwa
terjadi peralihan fungsi tata guna lahan dari tahun 2008 ke tahun 2009 sehingga
terjadi perubahan luasan tata guna lahan.
Kebutuhan air irigasi untuk kedua desa tersebut tercukupi walaupun areal
persawahan memiliki luas yang besar tetapi penggunaan lahan pertanian banyak
digunakan untuk penanaman palawija meskipun air irigasi di kedua desa tersebut
melimpah. Sehingga untuk kedua desa tersebut masih bisa ditanami dengan pola
padi-padi-palawija. Kebutuhan air irigasi diketahui dengan menggunakan
software Cropwat, Desa Cihideung Udik adalah 0.07751 liter/detik, sedangkan
Desa Cihideung Ilir adalah 0.29313 liter/detik.
Ketersediaan air irigasi diperlihatkan pada besarnya debit aliran yang
mengalir melewati cut throat flume yang dipasang. Hasil pengukuran selama 3
bulan (Februari-April) dapat menunjukan bahwa ketersediaan air irigasi untuk
kedua desa tersebut cukup. Hal itu juga terlihat dengan jumlah irigasi yang
dibutuhkan untuk tanaman lebih kecil daripada ketersediaan air irigasi yang ada di
kedua desa tersebut. Rata-rata debit harian untuk Desa Cihideung Udik adalah
22.36 liter/detik dan Desa Cihideung Ilir adalah 23.39 liter/detik
Kata kunci : tata guna lahan, ketersediaan air irigasi, kebutuhan air irigasi,
Cropwat, pola tanam
ANALISIS TATA GUNA LAHAN DAN KECUKUPAN IRIGASI
DI DESA CIHIDEUNG UDIK DAN DESA CIHIDEUNG ILIR,
LINGKAR KAMPUS IPB
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada Departemen Teknik Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
FARAH FATIMAH
F14062236
2010
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Skripsi : Analisis Tata Guna Lahan dan Kecukupan Irigasi di Desa
Cihideung Udik dan Desa Cihideung Ilir, Lingkar Kampus
IPB
Nama : Farah Fatimah
NIM : F14062236
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA Sutoyo, STP, MSi
NIP. 19580527 198103 2 001 NIP. 19770212 200701 1 003
Mengetahui :
Ketua Departemen Teknik Pertanian
Dr. Ir. Desrial, MEng
NIP. 19661201 199103 1 004
Tanggal Ujian : 6 Agustus 2010 Tanggal Lulus : Agustus 2010
BIODATA
Penulis dilahirkan pada tanggal 28 Juni 1987 di Cianjur.
Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara dari
Oktaviani Siti Harliati, Muhammad Rafi Fathurrahman dan
Muhammad Syahrul Rasyad dari pasangan Abdul Haris
Jaelani Gaosudin, SPd, MMPd dan Nyi Solihati, SPdI. Penulis
menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 2000 di SD
Negeri Jambudipa 3, kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama di
SMP Negeri 2 Cianjur, hingga tahun 2003. Penulis kemudian menamatkan
pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Cianjur pada tahun 2006, dan
melanjutkan pendidikan tinggi di Institut Pertanian Bogor, Departemen Teknik
Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian melalui jalur USMI pada tahun 2006.
Selama menjalani pendidikan di IPB, penulis aktif di organisasi
kemahasiswaan, di antaranya sebagai anggota OMDA Cianjur (2006-2008), staf
biro akademik divisi PSDM Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian (Himateta)
(2008) dan sekretaris umum eksternal Himateta (2009). Penulis juga aktif pada
kepanitiaan di antaranya sebagai staf divisi konsumsi seminar Job Preparation Vs
Agrotechnopreneur (2007), sekretaris II perlombaan Engineering Science
Competition (2008), bendahara 2 orientasi mahasiswa SAPA (2008), bendahara I
seminar Pekan Teknik Pertanian dari Himateta (2008), staf divisi PJ AK pada
orientasi mahasiswa TECHNO-F dari BEM-F (2008), dan staf divisi public
relation pada field trip TEP 43 (2009). Penulis pernah menjadi asisten dosen mata
kuliah Matematika Teknik dari Departemen Teknik Pertanian (2008 dan 2009),
penulis juga pernah mendapat hibah proposal di antaranya hibah proposal PKM-K
(2008 dan 2009), proposal Program Student Center Learning yang diadakan oleh
Departemen Teknik Pertanian (2008), dan proposal LPPM yang diadakan oleh
IPB (2009). Pada bulan Juli sampai Agustus 2009 penulis melaksanakan praktek
lapangan dengan judul “Aspek Keteknikan Pertanian Pada Budidaya Tanaman
Tebu di PT PG Rajawali II Subang”. Sebagai tugas akhir penulis melakukan
penelitian dengan judul “Analisis Tata Guna Lahan Dan Kecukupan Irigasi di
Desa Cihideung Udik dan Desa Cihideung Ilir, Lingkar Kampus IPB” di bawah
bimbingan Dr. Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA dan Sutoyo, STP, MSi.
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil „alamin, puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena
dengan izin-Nya skripsi dengan judul “Analisis Tata Guna Lahan dan Kecukupan
Irigasi di Desa Cihideung Ilir dan Desa Cihideung Ilir, Lingkar Kampus IPB” ini
dapat tersusun. Penelitian telah dilaksanakan dari bulan Februari sampai Juli
2010.
Selama pelaksanaan penelitian ini didapatkan banyak bantuan dan arahan
serta bimbingan dari berbagai pihak sehingga pada kesempatan ini diucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan dan motivasi serta
doa selama proses pembuatan skripsi ini.
2. Dr. Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA dan Sutoyo, STP, MSi, selaku dosen
Pembimbing Akademik yang telah memberikan arahan dan bimbingan.
3. Dr. Ir. Gatot Pramuhadi, Msi, selaku dosen penguji.
4. Bapak Trisnadi selaku teknisi Laboratorium Hidrolika dan Hidromekanika
yang selalu memberikan arahan dan bantuannya.
5. Bapak Mista selaku petugas Desa Cihideung Udik dan Bapak Ahmad selaku
petugas Desa Cihideung Ilir yang telah membantu selama proses penelitian.
6. Iin Hartanti yang selalu bersama dalam suka dan duka selama penelitian.
7. Aprileni Dwi Saptasari, Daniel Pramudita, Dela, Nurhudaya, Siti Devi Yanti,
Siti Dewi Yanti, Sri Hartini dan Wynda Julia Rahmasari yang telah
membantu dalam penyelesaian penelitian.
8. Rekan-rekan di Departemen Teknik Pertanian Angkatan 43 dan Fakultas
Teknologi Pertanian yang telah memberi nasihat, semangat dan dukungan.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya yang telah membantu
dalam penyusunan laporan skripsi ini.
Kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT, oleh karena itu diharapkan saran
dan kritik yang bersifat membangun untuk melengkapinya. Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi yang membutuhkannya.
Bogor, Agustus 2010
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 2
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistem Irigasi 3
B. Kebutuhan Air Irigasi 7
C. Ketersediaan Air Irigasi 13
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 15
B. Bahan dan Alat 15
C. Metode Penelitian 17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Tata Guna Lahan 25
B. Jaringan Irigasi 28
C. Kebutuhan Air Irigasi 31
D. Ketersediaan Air Irigasi 33
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 35
B. Saran 36
DAFTAR PUSTAKA 37
LAMPIRAN 38
v
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Koefisien Tanaman Padi (kc) 8
Tabel 2. Klasifikasi Penggunaan Lahan Berdasarkan Data Profil Desa 26
Tabel 3. Klasifikasi Penggunaan Lahan Berdasarkan Bakosurtanal 26
Tabel 4. Luas Lahan Berdasarkan Jenis Tanah 27
Tabel 5. Evapotranspirasi Padi Desa Cihideung Udik Berdasarkan
CROPWAT 8.0 32
Tabel 6. Evapotranspirasi Padi Desa Cihideung Ilir Berdasarkan
CROPWAT 8.0 33
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Rancangan Penelitian 16
Gambar 2. Pengukuran Debit dengan Menggunakan Current Meter 18
Gambar 3. Instrumen Pengukur Kecepatan Aliran (Current Meter) 18
Gambar 4. Cut Throat Flume yang Dipasang Pada Saluran Irigasi 19
Gambar 5. Pengolahan Tanah fengan Tenaga Kerbau 20
Gambar 6. Areal Persemaian 21
Gambar 7. Tanaman Padi Berumur 10 Hari Setelah Tanam 22
Gambar 8. Tanaman Padi Berumur 90 Hari Setelah Tanam 23
Gambar 9. Sketsa Cut Throat Flume yang Digunakan 24
Gambar 10. Bendung Cihideung 29
Gambar 11. Saluran Primer 30
Gambar 12. Saluran Kuarter 31
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Peta Tata Guna Lahan Desa Cihideung Udik dan Desa
Cihideung Ilir 39
Lampiran 2. Peta Jenis Tanah Desa Cihideung Udik dan Desa Cihideung
Ilir 40
Lampiran 3. Batas Wilayah Desa Cihideung Udik dan Desa Cihideung
Ilir 41
Lampiran 4. Data Iklim Stasiun Dramaga Bogor 42
Lampiran 5. Hubungan Antara Tinggi Muka Air Pada Cut Throat Flume
dengan Debit Aliran 43
Lampiran 6. Generalisasi koefisien aliran bebas dan nilai eksponen n,
serta St untuk CTF (satuan dalam metrik) 44
Lampiran 7. Hasil Pengukuran Debit dengan Menggunakan Cut Throat
Flume 45
Lampiran 8. Debit yang Diperoleh dari Perhitungan Kecepatan dengan
Menggunakan Current Meter di Desa Cihideung Udik dan
Desa Cihideung Ilir 47
Lampiran 9. Selisih Debit Hasil Pengukuran dan Hasil Perhitungan 48
Lampiran 10. Contoh Perhitungan Debit 49
Lampiran 11. Hasil Kuesioner 50
Lampiran 12. Tampilan Hasil Perhitungan dalam Software Cropwat 8.0 51
Lampiran 13. Petakan Lahan yang Mendapat Irigasi Melalui Cut Throat
Flume di Desa Cihideung Udik 65
Lampiran 14. Petakan Lahan yang Mendapat Irigasi Melalui Cut Throat
Flume di Desa Cihideung Ilir 67
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air dan tanah merupakan unsur terpenting yang menunjang kehidupan
manusia dan makhluk hidup lainnya. Air digunakan untuk irigasi pada bidang
pertanian sedangkan tanah merupakan tempat tumbuhnya tanaman dan salah satu
tempat sumber air. Dengan bertambahnya kebutuhan air untuk kegiatan manusia
dan juga peningkatan jumlah penduduk kelangkaan air merupakan hal yang ada
dihadapan kita. Jumlah air di permukaan bumi ini secara keseluruhan relatif tetap.
Ketersediaan air di bumi dipengaruhi oleh proses hidrologi, yaitu siklus
yang menggambarkan perjalanan sirkulasi air dengan proses alami. Daur hidrologi
menyebabkan air selalu tersedia di bumi untuk kepentingan makhluk hidup. Air
yang jatuh ke bumi terserap ke dalam tanah (infiltrasi), yang tersimpan di danau
ataupun di kolam maupun yang mengalir ke sungai (air permukaan). Air
merupakan sumberdaya alam terbaharui, tetapi ketersediaannya tidak selalu
berjalan dengan kebutuhan dalam artian lokasi, jumlah, waktu dan mutu. Jumlah
kebutuhan air untuk keperluan domestik (rumah tangga), industri dan pertanian
selalu meningkat dengan meningkatnya jumlah penduduk dan karena peningkatan
taraf hidup akibat pembangunan. Sebaliknya, potensi ketersediaan air relatif tetap
dan beragam menurut tempat dan waktu. Keadaan ini sering mengakibatkan
timbulnya masalah karena tidak seimbangnya ketersediaan dan kebutuhan pada
tempat dan waktu tertentu, sehingga perlu dirancang manajemen pemanfaatan dan
pengolahan air yang optimal.
Ketersediaan tanah berhubungan dengan tata guna lahan adalah suatu upaya
dalam merencanakan penggunaan lahan dalam suatu kawasan yang meliputi
pembagian wilayah untuk pengkhususan fungsi-fungsi tertentu, misalnya fungsi
pemukiman, pertanian, perdagangan, industri, dll. Rencana tata guna lahan
merupakan kerangka kerja yang menetapkan keputusan-keputusan terkait tentang
lokasi, kapasitas dan jadwal pembuatan jalan, saluran air bersih dan air limbah,
gedung sekolah, pusat kesehatan, taman dan pusat-pusat pelayanan serta fasilitas
umum lainnya untuk pemanfaatan setiap bidang tanah sesuai dengan kemampuan
tanah tersebut dan melakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan
agar kerusakan tanah dapat diminimalkan.
2
Kebutuhan air tanaman merupakan jumlah air yang diperlukan untuk
menghasilkan produksi atau bahan kering tanaman yang maksimal. Kebutuhan air
tanaman dapat dibedakan menjadi kebutuhan air konsumtif dan kebutuhan air
irigasi. Faktor – faktor yang mempengaruhi kebutuhan air tanaman adalah jenis
tanaman, jenis tanah, iklim, teknik budidaya dan sistem irigasi. Kebutuhan air
tanaman yang dipengaruhi oleh pendugaan evapotranspirasi, pengukuran
evapotranspirasi, frekuensi irigasi, efisiensi irigasi, kebutuhan air untuk padi
sawah ataupun untuk palawija.
Analisis tata guna lahan dan kecukupan irigasi, diambil di dua desa
lingkar kampus IPB yaitu Desa Cihideung Udik dan Desa Cihideung Ilir. Kedua
desa tersebut diambil sebagai daerah contoh karena merupakan daerah sub-urban
yang memiliki dua sisi kehidupan (kota/perindustrian dan tradisional/pertanian).
Ketersediaan air untuk dua desa tersebut pun dapat diketahui dengan pengukuran
debit aliran air yaitu cut throat flume yang dipasang di saluran tersier pada
masing-masing desa tersebut.
Pada penelitian ini akan menganalisis tata guna lahan dan kecukupan irigasi
untuk penanaman di dua desa lingkar kampus (Desa Cihideung Udik dan
Cihideung Ilir-Bogor) dalam satu tahun.
B. Tujuan
1. Menganalisis tata guna lahan dan kebutuhan air irigasi di Desa Cihideung
Udik dan Desa Cihideung Ilir-Bogor.
2. Menganalisis kecukupan air irigasi pada tahun 2010 di masing-masing desa.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistem Irigasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan sistem irigasi antara lain
ketersediaan air, tipe tanah, topografi lahan dan jenis tanaman. Pemilihan sistem
irigasi berdasarkan factor-faktor di atas bertujuan untuk menghasilkan pemakaian
air oleh tanaman yang paling efisien (Kalsim, 2002).
Secara umum sistem irigasi dapat dibedakan atas :
1. Sistem Irigasi Bertekanan
Sistem irigasi bertekanan dibedakan menjadi dua yaitu irigasi curah dan
irigasi tetes. Pada metoda irigasi curah, air irigasi diberikan dengan cara
menyemprotkan air ke udara dan menjatuhkannya di sekitar tanaman seperti
hujan. Penyemprotan dibuat dengan mengalirkan air bertekanan melalui orifice
kecil atau nozzle. Tekanan biasanya didapatkan dengan pemompaan. Untuk
mendapatkan penyebaran air yang seragam diperlukan pemilihan ukuran nozzle,
tekanan operasional, jarak sprinkler dan laju infiltrasi tanah yang sesuai (Kalsim,
2002).
Beberapa keuntungan irigasi curah antara lain:
a) Efisiensi pemakaian air cukup tinggi
b) Dapat digunakan untuk lahan dengan topografi bergelombang dan kedalaman
tanah (solum) yang dangkal, tanpa diperlukan perataan lahan (land grading).
c) Cocok untuk tanah berpasir di mana laju infiltrasi biasanya cukup tinggi.
d) Aliran permukaan dapat dihindari sehingga memperkecil kemungkinan
terjadinya erosi.
e) Pemupukan terlarut, herbisida dan fungisida dapat dilakukan bersama-sama
dengan air irigasi.
f) Biaya tenaga kerja untuk operasi biasanya lebih kecil daripada irigasi
permukaan
g) Dengan tidak diperlukannya saluran terbuka, maka tidak banyak lahan yang
tidak dapat ditanami
h) Tidak mengganggu operasi alat dan mesin pertanian.
4
Menurut Prastowo (2002), pemberian air pada irigasi tetes dilakukan dengan
menggunakan alat aplikasi (applicator, emission device) yang dapat memberikan
air dengan debit yang rendah dan frekuensi yang tinggi (hampir terus-menerus) di
sekitar perakaran tanaman. Tekanan air yang masuk ke alat aplikasi sekitar 1.0 bar
dan dikeluarkan dengan tekanan mendekati nol untuk mendapatkan tetesan yang
terus menerus dan debit yang rendah. Sehingga irigasi tetes diklasifikasikan
sebagai irigasi bertekanan rendah. Pada irigasi tetes, tingkat kelembaban tanah
pada tingkat yang optimum dapat dipertahankan. Sistem irigasi tetes sering
didesain untuk dioperasikan secara harian (minimal 12 jam per hari.)
Irigasi tetes mempunyai kelebihan dibandingkan dengan metoda irigasi
lainnya, yaitu:
a) Meningkatkan nilai guna air
b) Meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil
c) Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemberian air
d) Menekan resiko penumpukan garam
e) Menekan pertumbuhan gulma
f) Menghemat tenaga kerja
2. Sistem Irigasi Tidak Bertekanan
Sistem irigasi tidak bertekanan merupakan sistem irigasi berdasarkan gaya
gravitasi sehingga air dapat mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih
rendah. Pada irigasi gravitasi, air diberikan secara langsung melalui permukaan
tanah dari suatu saluran atau pipa dimana elevasi muka airnya lebih tinggi dari
elevasi lahan yang akan diairi (sekitar 10-15 cm). Air irigasi mengalir pada
permukaan tanah dari pangkal ke ujung lahan dan meresap ke dalam tanah
membasahi daerah perakaran tanaman (Kalsim, 2002).
Sistem irigasi gravitasi dibagi menjadi tiga yaitu irigasi border, irigasi check
basin dan irigasi alur. Pada irigasi border, dalam petakan lahan dibuat pematang
sejajar sebagai pengendali lapisan aliran air irigasi yang bergerak ke arah
kemiringan lahan. Lahan dibagi menjadi beberapa petakan yang sejajar yang
dipisahkan masing-masing oleh pematang yang rendah. Masing-masing petakan
(border) diberikan air irigasi secara terpisah. Air irigasi menyebar merata
sepanjang kemiringan lahan yang dikendalikan oleh pematang tersebut.
5
Pada irigasi check basin, lahan dibagi menjadi petakan-petakan kecil yang
hampir datar. Pematang sekeliling petakan dibentuk untuk menahan air irigasi
agar tergenang di petakan dan berinfiltrasi. Ukuran basin beragam mulai dari 1 m2
sampai 1 atau 2 ha. Jika lahan dapat didatarkan secara ekonomis, maka bentuk
basin biasanya segi empat. Tetapi jika topografinya bergelombang maka
pematang dibuat mengikuti kontur. Biasanya beda elevasi antar pematang
bervariasi dari 6 - 12 cm untuk tanaman palawija dan 15 - 30 cm untuk tanaman
padi. Ukuran basin tergantung pada debit yang tersedia, ukuran pemilikan lahan
dan karaktersitik infiltrasi. Untuk irigasi buah-buahan biasanya dibuat basin
berbentuk lingkaran atau segi empat pada setiap pohon.
Irigasi alur merupakan sistem pemberian air irigasi dalam bentuk aliran
kecil melalui alur (saluran kecil) yang dibuat di antara baris tanaman. Jarak antar
alur tergantung pada jenis tanaman yang akan ditanam, tekstur tanah, dan tipe alat
atau mesin pertanian yang akan digunakan. Pola pembasahan pada tekstur pasir
cenderung ke arah vertikal, sedangkan pada tekstur liat cenderung ke arah
horizontal. Kedalaman alur (guludan) umumnya antara 0.15 m – 0.4 m, tergantung
pada alat/mesin pembuat alur (Kalsim, 2002).
Jaringan Irigasi
Jaringan irigasi dibagi dalam jaringan irigasi utama dan jaringan irigasi
tersier. Jaringan irigasi utama yaitu bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari
bangunan utama (tubuh bendung, bangunan pembilas, pintu pengambilan,
bangunan pengelak dan peredam energi, kantong lumpur, tanggul banjir,
bangunan pengatur muka air, rumah jaga dan bangunan pelengkap lainnya),
saluran primer, saluran sekunder, bangunan bagi, bangunan sadap, saluran
pembuangan dan bangunan pelengkap (tanggul, talang, sipon, jembatan, gorong –
gorong, jembatan, dan tangga cuci). Jaringan irigasi tersier merupakan jaringan
irigasi yang terdiri dari bangunan bagi tersier, saluran tersier dan kuarter, saluran
pembuang, boks tersier dan kuarter, serta bangunan pelengkap lain yang terdapat
di petak tersier (Kartasapoetra, 1994).
a. Bendung yaitu bangunan yang melintang di palung sungai yang berfungsi
untuk menaikkan muka air sungai untuk dialirkan ke lokasi yang
memerlukan.
6
b. Saluran primer yaitu saluran yang berfungsi membawa air dari bangunan bagi
pada saluran primer sampai bangunan bagi terakhir.
c. Saluran sekunder yaitu saluran yang berfungsi untuk membawa air dari
bangunan bagi pada saluran sekunder sampai bangunan bagi tersier
d. Saluran tersier yaitu saluran yang berfungsi untuk mengairi satu petak tersier
yang mengambil air dari saluran sekunder atau saluran primer.
Efisiensi Irigasi
Secara kuantitatif efisiensi irigasi suatu jaringan irigasi sangat kurang
diketahui dan merupakan parameter yang sukar diukur. Kehilangan air irigasi
pada tanaman padi berhubungan dengan : (a) kehilangan air di saluran primer,
sekunder dan tersier melalui rembesan, evaporasi, pengambilan air tanpa izin, (b)
kehilangan akibat pengoperasian termasuk pemberian air yang berlebihan
(Kalsim, 2002).
1. Efisiensi pemakaian air (EPA)
Efisiensi pemakaian air (application efficiency) di sawah adalah
perbandingan jumlah air irigasi yang diperlukan tanaman (Vn) dengan jumlah air
yang sampai ke suatu inlet jalur atau petakan sawah (Vsw). Jumlah air irigasi
yang diperlukan tanaman disebut dengan V netto adalah jumlah air yang
diperlukan tanaman (W) dikurangi dengan hujan efektif (He). Untuk padi sawah
nilai W adalah perjumlahan dari nilai ET, perkolasi, dan genangan.
Vn = ET + g + p − h (1)
EPA = 𝑉𝑛
𝑉𝑠𝑤 × 100% (2)
di mana : Vn = jumlah air irigasi yang diperlukan tanaman (m3)
Vsw = jumlah air yang sampai petakan sawah (m3)
ET = evapotranspirasi (mm/hari)
EPA = efisiensi pemakaian air (%)
2. Efisiensi penyaluran
Kehilangan air di saluran dapat diukur dengan beberapa metoda. Salah satu
metoda adalah inflow-outflow atau teknik keseimbangan air pada suatu ruas
saluran. Hal ini dapat dilakukan dengan mengukur debit inflow pada pangkal
7
saluran dan debit outflow pada ujung saluran. Efisiensi penyaluran air dinyatakan
dengan persamaan:
Ec = Debit di pangkal −debit di ujun g
debit di pangkal x 100% (3)
dengan : Ec = efisiensi penyaluran (%)
Untuk mendapatkan efisiensi distribusi yang wajar, jaringan tersier harus
dirancang dengan baik, dan mudah dioperasikan oleh petani (Kalsim, 2002).
B. Kebutuhan Air Irigasi
1. Evapotranspirasi
Evapotranspirasi tanaman dapat diketahui dengan cara pengukuran dan
pendugaan. Metoda pendugaan evapotranspirasi acuan (ETo) dapat digunakan
apabila data iklim di daerah tersebut tersedia. Berbagai metoda pendugaan ETo
menurut FAO adalah: Thornthwaite, Blaney dan Criddle, Radiasi, Panci
evaporasi dan Penman-Monteith. FAO merekomendasikan metoda Penman-
Monteith untuk digunakan jika data iklim tersedia (suhu rerata udara harian, jam
penyinaran rerata harian, kelembaban relatif rerata harian, dan kecepatan angin
rerata harian). Selain itu diperlukan juga data letak geografi dan elevasi lahan di
atas permukaan laut. Evapotranspirasi tanaman acuan (reference crop
evapotranspiration, ETo) didefinisikan sebagai evapotranspirasi dari tanaman
rumput berdaun hijau, tinggi sekitar 15 cm, tumbuh sehat, cukup air, dan
menutupi tanah dengan sempurna (Kalsim, 2002).
Menurut Doorenbos dan Pruitt (1977), evapotrasnpirasi tanaman untuk
tanaman tertentu dihitung dengan persamaan:
ETc = kc x ETo (4)
Dimana : ETc : evapotranspirasi tanaman tertentu (mm/hari)
ETo : evapotranspirasi tanaman acuan (mm/hari)
kc : koefisien tanaman yang tergantung pada jenis dan periode
pertumbuhan tanaman.
Nilai koefisien tanaman untuk tanaman padi disarankan menggunakan data
dari FAO karena nilai kc padi dari beberapa literatur di Indonesia umumnya
8
menggunakan pendugaan evapotranspirasi tanaman acuan dengan metoda yang
berlainan. Koefisien tanaman padi yang disarankan oleh Departemen Pekerjaan
Umum dan FAO tercantum pada Tabel 1.
Tabel 1. Koefisien tanaman padi (Kc)
Waktu (hst) Varietas Unggul Baru Varietas Lokal
Selama penyiapan Lahan 1.20 1.20
15 1.20 1.20
30 1.27 1.20
45 1.33 1.32
60 1.30 1.40
75 1.30 1.35
90 0 1.24
105 1.12
120 0
Sumber : FAO, 1998
hst : hari setelah tanam
2. Kebutuhan Air Tanaman
Kebutuhan air untuk tanaman padi dihitung mulai dari pengolahan tanah
sampai panen.
a. Periode Pengolahan Tanah
Keperluan air selama pengolahan tanah mencakup keperluan untuk
menjenuhkan tanah dan untuk lapisan genangan yang diperlukan segera setelah
tanam (Kalsim, 2002). Persamaan yang dapat digunakan untuk menduga
keperluan air pada waktu pengolahan tanah adalah :
S = [S(a) - S(b)] x N x d x 10-4
+ Fl + Fd (5)
di mana :
S : keperluan air pengolahan lahan (mm)
S(a) : lengas tanah sesudah pelumpuran (%)
S(b) : lengas tanah sebelum pelumpuran (%)
N : porositas tanah (%)
d : kedalaman lapisan tanah yang dilumpurkan (mm)
Fl : kehilangan air selama pelumpuran (mm)
Fd : tinggi genangan di petakan sawah setelah tanam (mm).
9
b. Periode persemaian
Areal persemaian umumnya antara 2-10% dari areal tanam. Lama
pertumbuhan antara 20-25 hari. Jumlah keperluan air di persemaian kurang lebih
sama dengan penyiapan lahan, sehingga keperluan air untuk persemaian biasanya
disatukan dengan keperluan air untuk pengolahan tanah (Kalsim, 2002).
c. Pertumbuhan vegetatif
Periode ini merupakan periode berikutnya setelah tanam (transplanting)
yang mencakup (a) tahap pemulihan dan pertumbuhan akar yaitu 0-10 hari setelah
tanam (hst), (b) tahap pertumbuhan anakan maksimum yaitu 10-50 hst dan (c)
pertunasan efektif dan pertunasan tidak efektif yaitu 35-45 hst. Selama periode ini
akan terjadi pertumbuhan jumlah anakan. Segera setelah tanam, kelembaban yang
cukup diperlukan untuk perkembangan akar-akar baru. Kekeringan yang terjadi
pada periode ini akan menyebabkan pertumbuhan yang kurang baik dan
menghambat pertumbuhan anakan sehingga mengakibatkan penurunan hasil. Pada
tahap berikutnya setelah tahap pertumbuhan akar, diperlukan genangan yang
dangkal selama periode vegetatif ini. Beberapa kali pengeringan (drainase)
membantu pertumbuhan anakan dan juga merangsang perkembangan akar untuk
berpenetrasi ke lapisan tanah bagian bawah. Selain itu drainase juga membantu
menghambat pertumbuhan anakan tak-efektif (non-effective tillers) (Kalsim,
2002).
d. Periode reproduktif (generatif)
Periode ini mengikuti periode anakan maksimum dan mencakup tahap
perkembangan awal malai (panicle primordia) yaitu 40-50 hst, masa bunting pada
umur 50-60 hst dan pembentukan bunga pada umur 60-80 hst. Situasi ini dicirikan
dengan pembentukan dan pertumbuhan malai. Pada sebagian besar dari periode
ini tanaman membutuhkan banyak air. Kekeringan yang terjadi pada periode ini
akan menyebabkan beberapa kerusakan yang disebabkan oleh terganggunya
pembentukan malai maupun pembungaan yang berakibat pada pengurangan hasil
panen (Kalsim, 2002).
10
e. Periode pamatangan (ripening atau fruiting)
Selama periode pematangan diperlukan sedikit air dan secara berangsur-
angsur sampai sama sekali tidak diperlukan air sesudah periode matang kuning
(yellow ripe). Selama periode ini drainase perlu dilakukan, akan tetapi
pengeringan yang telalu awal akan mengakibatkan bertambahnya gabah hampa
dan beras pecah (broken kernel), sedangkan pengeringan yang terlambat
mengakibatkan tanaman rebah. Kekurangan air selama periode pematangan
menyebabkan pengurangan hasil panen. Dengan demikian perencanaan program
irigasi di areal yang jumlah air irigasinya terbatas untuk menggenangi sawah pada
seluruh periode, prioritas harus diberikan untuk memberikan air irigasi selama
periode pertumbuhan akar dan seluruh periode pertumbuhan reproduktif (Kalsim,
2002).
3. CROPWAT
Berdasarkan User Guide CROPWAT for Windows (ver. 4.2.0013) (FAO,
1998), program ini dapat digunakan untuk menghitung :
a. Evapotranspirasi Tanaman Acuan (Reference Crop Evapotranspiration)
b. Kebutuhan Air Tanaman (Crop Water Requirement)
c. Kebutuhan Air Irigasi (Irrigation Water Requirement)
d. Penjadwalan Air Irigasi (Irrigation Scheduling)
Data – data yang diperlukan untuk perhitungan kebutuhan air tanaman
dengan menggunakan CROPWAT adalah data iklim berupa suhu udara,
kelembaban relatif (RH), kecepatan angin, lama penyinaran matahari dan
evapotranspirasi serta data hujan bulanan.
Menu utama program software CROPWAT diantaranya :
a. Perhitungan ETo dengan Metode Penman-Monteith
Berdasarkan User Guide CROPWAT for Windows (ver. 4.2.0013) (FAO,
1998), data yang diperlukan untuk menghitung ETo dengan metode Penman-
Monteith yaitu : nama stasiun, altitude (elevasi m dpl), koordinat lintang, bujur,
data iklim rata-rata harian setiap bulan (Januari-Desember), suhu udara (0C),
kelembaban relatif (RH) (%), kecepatan angin (m/det atau km/hari), lama
penyinaran matahari (% atau jam/hari).
11
b. Crop Water Requirements (CWR)
1) Perhitungan hujan efektif
a) Nilai persentase tertentu dari hujan bulanan (Fixed Percentage): Peff = a. Ptot,
biasanya nilai a = 0.7 – 0.9
b) Dependable rain (hujan andalan) didefinisikan sebagai hujan dengan peluang
terlewati tertentu: Peluang terlewati 80% menggambarkan kondisi tahun
kering, 50% kondisi tahun normal dan 20% kondisi tahun basah. Secara
empirik menurut AGLW/FAO:
Pef = 0.6 * P mean - 10; untuk P mean < 60 mm/bulan
Pef = 0.8 * P mean - 25; untuk P mean > 60 mm/bulan
c) Berdasarkan rumus empirik (locally developed):
Biasanya dikembangkan dengan rumus umum sebagai berikut:
Peff = a Pmean+ b untuk Pmean< Z mm
Peff = c Pmean+ d untuk Pmean> Z mm
Konstanta a, b, c dan d dikembangkan berdasarkan penelitian secara lokal.
Berdasarkan User Guide CROPWAT for Windows (ver. 4.2.0013) (FAO,
1998), hujan bulanan dengan peluang terlewati tertentu (misalnya 75%). Untuk
beberapa daerah sudah mempunyai persamaan linier antara hujan bulanan rata-
rata dengan hujan bulanan dengan peluang terlewati tertentu.
d) USBR:
Pef = P mean x (125 - 0.2 P mean )/125; untuk P mean < 250 mm
Pef = 125 + 0.1 x P mean ; untuk P mean > 250 mm
e) Hujan tidak diperhitungkan
2) Input Crop Data
Data tanaman terdiri dari: nama tanaman; tahap pertumbuhan tanaman (4);
pada setiap tahap pertumbuhan: umur tanaman (hari), koefisien tanaman (kc),
dalam perakaran (m), depletion level (p), response hasil (Ky)
3) Tanggal tanam (planting date)
4) Perhitungan CWR dilakukan setiap 10 harian
Menurut Doorenbos dan Pruitt (1977), perhitungan evapotranspirasi dilihat
pada :
12
(Persamaan 4)
IRReq = ETc - Peff (6)
CWR = IRReq – ETc + Peff (7)
Keterangan :
ETc : evapotranspirasi tanaman (mm/hari)
IRReq : keperluan air irigasi (mm/air)
Peff : hujan efektif (mm/hari)
CWR : crop water requirement (mm/hari)
c. Perhitungan kebutuhan air irigasi untuk padi sawah
Berdasarkan User Guide CROPWAT for Windows (ver. 4.2.0013) (FAO,
1998), perhitungan keperluan air irigasi untuk padi termasuk untuk
evapotranspirasi, perkolasi, penyiapan lahan dan persemaian. Evapotranspirasi
dan perkolasi akan terjadi selama petakan sawah tergenang. Selama persemaian
ETc dan perkolasi terjadi hanya pada sebagian luasan persemaian.
Pada umumnya tinggi genangan air adalah sekitar 50 - 75 mm untuk padi
sawah varietas unggul, sedangkan untuk varietas lokal antara 100 - 120 mm.
Maksimum genangan air pada varietas unggul adalah sekitar 15 cm.
Persamaan yang dapat digunakan untuk menduga keperluan air pada waktu
pengolahan tanah adalah :
S = [S(a) - S(b)] x N x d x 10-4
+ Fl (8)
di mana :
S : keperluan air pengolahan lahan (mm)
S(a) : lengas tanah sesudah pelumpuran (%)
S(b) : lengas tanah sebelum pelumpuran (%)
N : porositas tanah (%)
d : kedalaman lapisan tanah yang dilumpurkan (mm)
Fl : kehilangan air selama pelumpuran (mm)
Berdasarkan User Guide CROPWAT for Windows (ver. 4.2.0013) (FAO,
1998), jumlah keperluan air di persemaian kurang lebih sama dengan penyiapan
lahan. Sehingga keperluan air untuk persemaian biasanya disatukan dengan
13
keperluan air untuk pengolahan tanah. Maka kebutuhan air irigasi dapat dihitung
dengan persamaan :
Keperluan air irigasi = ETc + P + persemaian + pengolahan tanah (9)
di mana :
ETc : evapotranspirasi (mm/hari)
P : perkolasi (mm/hari)
d. Penjadwalan irigasi (Irrigation Scheduling)
Berdasarkan User Guide CROPWAT for Windows (ver. 4.2.0013) (FAO,
1998), program penjadwalan irigasi memberikan kemungkinan untuk:
Mengembangkan dan merancang penjadwalan irigasi yang sesuai dengan
kondisi operasional di lapangan
Evaluasi lapangan dari program irigasi dalam hal efisiensi penggunaan air
irigasi dan hasil produksi
Mensimulasikan program irigasi di lapangan pada kondisi kekurangan air,
tadah hujan, irigasi suplemen dan lain-lain.
C. Ketersediaan Air Irigasi
Kartasapoetra (1994) mengatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan air
irigasi bagi lahan pertanian, debit air dari sumber harus cukup untuk disalurkan ke
areal pertanian. Agar penyaluran air irigasi ke areal pertanian dapat diatur dengan
sebaik–baiknya (dalam arti tidak berlebihan atau dapat dimanfaatkan seefisien
mungkin), maka dalam pelaksanaannya perlu dilakukan pengukuran debit air.
Dengan distribusi yang terkendali dan dengan pengukuran tersebut, maka masalah
kebutuhan air irigasi selalu dapat diatasi tanpa menimbulkan gejolak di
masyarakat petani pemakai air irigasi.
Pengukuran debit dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.
Dalam pengukuran debit secara langsung, dapat digunakan beberapa alat ukur
seperti pintu Romijn, sekat ukur tipe Cipoletti, sekat ukur tipe Thompson,
parshall flume dan cut throat flume. Cut throat flume adalah alat ukur debit yang
mempunyai bagian yang menyempit (tenggorokan) dengan lebar tertentu. Debit
air diukur berdasarkan mengalirnya air melalui bagian yang menyempit tersebut
dengan bagian dasar yanag direndahkan. Lebar bagian penyempitan mempunyai
14
ukuran yang berbeda–beda, oleh karena itu penggunaan rumus juga disesuaikan
dengan ukuran lebar bagian yang menyempit tersebut. Dalam pelaksanaan
pengukuran debit air irigasi secara langsung dengan alat–alat ukur tersebut
biasanya lebih mudah karena dapat melihat tabel debit air yang tersedia
(Kartasapoetra, 1994).
Kartasapoetra (1994) mengatakan bahwa pengukuran debit secara tidak
langsung dapat menggunakan alat pengukur kecepatan aliran (current meter).
Current meter merupakan alat pengukur kecepatan aliran yang dilengkapi baling–
baling yang digerakkan dengan tenaga baterai dan setiap putaran sumbu akan
menghasilkan bunyi. Kecepatan aliran diperhitungkan dengan jumlah bunyi atau
jumlah putaran setiap waktu. Persamaan yang digunakan untuk current meter
adalah :
V = aN + b (10)
di mana : V = kecepatan aliran (m/s)
N = jumlah putaran per detik
a dan b = koefisien yang diperoleh dari pemeriksaan
Debit aliran dihitung dengan persamaan :
Q = V x A (11)
di mana : Q = debit aliran (m3/detik)
V = kecepatan aliran (m/detik)
A = luas penampang saluran (m2)
Pada lebar penyempitan cut throat flume 30 cm dan panjangnya 90 cm,
maka menggunakan persamaan :
C = KW1.025
(12)
Q = CHan (13)
di mana : C = koefisien aliran bebas
Q = debit (m3/dt)
W = lebar penyempitan (m)
Ha = tinggi muka air (m)
K dan n = koefisien (dari nomogram)
15
III. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian dilakukan secara bertahap dan tahapan pelaksanaan selengkapnya
disajikan pada rancangan penelitian (Gambar 1).
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di dua desa lingkar kampus IPB yaitu Desa
Cihideung Udik dan Desa Cihideung Ilir, Kecamatan Ciampea, Bogor. Penelitian
ini dilaksanakan dari bulan Februari sampai Juli 2010.
B. Bahan dan Alat
1. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Peta tata guna lahan Cihideung Udik dan Desa Cihideung Ilir 1:25000
b. Peta jenis tanah Desa Cihideung Udik dan Desa Cihideung Ilir 1:25000
c. Data primer meliputi data debit dan kuesioner
d. Data sekunder (Januari-Desember 2009 dan Januari-April 2010) meliputi data
iklim (curah hujan, kelembaban relatif (RH), temperatur, kecepatan angin dan
lama penyinaran matahari), letak lintang dan ketinggian tempat
e. Software CROPWAT
2. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Talang ukur (cut throat flume)
b. Current meter
c. Stopwatch
d. Planimeter
e. Global Positioning System (GPS)
f. Meteran
g. Seperangkat komputer
h. Kamera
i. Alat - alat tulis
16
Gambar 1. Rancangan Penelitian
Data koefisien
tanaman (kc)
CROPWAT
Kebutuhan air irigasi Ketersediaan air irigasi Tata guna lahan
Kecukupan air irigasi
Profil desa
2009
Luas tata guna
lahan (ha)
MapInfo
Peta tata guna lahan
(Bakosurtanal dan GoogleMap)
1. Periode pengolahan tanah
2. Periode persemaian
3. Periode pertumbuhan vegetatif
4. Periode reproduktif (generatif)
5. Periode pematangan
Data sekunder :
1. Data iklim (curah hujan, RH,
temperatur, kecepatan angin,
lama penyinaran matahari)
2. Letak lintang
3. Ketinggian tempat
Cut throat flume
Current meter
V = 0.13N – 0.001
Q = V × A
C = KW1.025
Q = CHan
Pengukuran
debit aliran
17
C. Metode Penelitian
Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah :
1. Survei wilayah yang akan diamati
Sebelum melaksanakan penelitian, dilakukan survei terhadap lokasi-lokasi
yang akan dijadikan tempat penelitian yang meliputi tempat di mana alat ukur
debit dipasang dan lokasi lahan pertaniannya.
2. Pengambilan data primer dan sekunder
Pada penelitian ini dilakukan pengambilan data primer maupun sekunder.
Pengambilan data primer dilakukan dengan pengukuran kecepatan dan debit aliran
serta pembagian kuesioner kepada petani. Data-data sekunder diperoleh dari
laporan desa, skripsi, Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), dan Balai
Penelitian Tanah. Data sekunder yang digunakan untuk program CROPWAT
meliputi data iklim (curah hujan, kelembaban relatif, temperatur, lama penyinaran
matahari, kecepatan angin), letak lintang, ketinggian tempat, luas lahan dan luas
tata guna lahan pertanian masing-masing desa tersebut, peta topografi dan peta
tata guna lahan masing-masing desa, data koefisien tanaman (kc).
3. Pengamatan tata guna lahan
Pengamatan tata guna lahan dilakukan dengan cara membandingkan hasil
survei lapangan dengan peta tata guna lahan yang sudah ada. Dengan demikian
dapat diketahui klasifikasi penggunaan lahan pada dua desa seperti luas areal
persawahan, pemukiman, dan tegalan.
4. Pengukuran dan perhitungan debit aliran
a. Pengukuran debit dengan current meter
Kecepatan aliran air irigasi yang melewati saluran diukur dengan current
meter selama satu minggu. Debit aliran diperoleh dengan mengalikan luas
penampang saluran dengan kecepatan aliran. Besarnya kecepatan aliran yang
diukur dengan current meter dihitung dengan persamaan :
V = 0.13 N - 0.001 (14)
(Persamaan 11)
di mana : N = jumlah putaran per detik
V = kecepatan aliran (m/detik)
18
Debit hasil pengukuran secara tidak langsung dengan current meter ini nantinya
akan dibandingkan dengan debit hasil pengukuran dengan menggunakan cut
throat flume.
Gambar 2. Pengukuran debit dengan menggunakan current meter
Gambar 3. Instrumen pengukur kecepatan aliran (current meter)
5) Pengukuran debit dengan cut throat flume
Pengukuran debit dengan cut throat flume dilakukan satu minggu setelah
pengukuran debit dengan current meter. Cut throat flume merupakan alat
pengukur debit yang dipasang pada suatu saluran irigasi, di mana pada dinding cut
throat flume tersebut sudah dipasang penggaris yang digunakan untuk membaca
tinggi muka air. Selain itu sudah tersedia tabel yang memuat hubungan tinggi
19
muka air dengan debit aliran yang melewati cut throat flume tersebut. Tabel
hubungan antara tinggi muka air dan debit aliran disajikan pada Lampiran 2.
Pengukuran debit yang masuk ke petak tersier bertujuan mengetahui jumlah air
irigasi yang masuk ke lahan, sehingga dapat diprediksi ketersediaan air irigasi
yang akan digunakan selama masa tanam.
a. Di Desa Cihideung Udik
b. Di Desa Cihideung Ilir
Gambar 4. Cut throat flume yang dipasang pada saluran irigasi
5. Pembagian dan pengisian kuesioner kepada petani
Kuesioner diberikan kepada 10 orang (petani, penyuluh pertanian, perangkat
desa) pada desa yang bersangkutan secara acak. Kuesioner berisi pertanyaan–
Penggaris untuk membaca
ketinggian muka air
20
pertanyan tentang luas lahan pertanian, pola tanam, berapa kali panen dalam
setahun, besarnya debit air yang masuk ke lahan, lama waktu pemberian air
irigasi, apakah air irigasi sudah cukup atau kurang, berapa hasil panen dalam satu
kali panen, dan lain-lain.
6. Analisis data dan revisi peta tata guna lahan
Berdasarkan pengamatan tata guna lahan pada dua desa yang diamati, maka
akan diperoleh data yang nantinya akan dianalisis perubahan tata guna lahan yang
terjadi. Selain itu, peta tata guna lahan yang sudah ada akan direvisi sesuai dengan
keadaan tata guna lahan pada saat pengamatan.
7. Pendugaan kebutuhan air tanaman
Kebutuhan air untuk tanaman padi dihitung mulai dari pengolahan tanah
sampai panen.
a. Periode pengolahan tanah
Keperluan air selama pengolahan tanah mencakup keperluan untuk
menjenuhkan tanah dan suatu lapisan genangan yang diperlukan segera setelah
tanam. Persamaan yang dapat digunakan untuk menduga keperluan air pada waktu
pengolahan tanah terdapat pada Persamaan 8.
Gambar 5. Pengolahan tanah dengan tenaga kerbau
21
b. Periode persemaian
Areal persemaian umumnya antara 2%-10% dari areal tanam. Lama
pertumbuhan antara 20-25 hari. Jumlah keperluan air di persemaian kurang lebih
sama dengan penyiapan lahan. Sehingga keperluan air untuk persemaian biasanya
disatukan dengan keperluan air untuk pengolahan tanah.
Gambar 6. Areal persemaian
c. Pertumbuhan vegetatif
Periode ini merupakan periode berikutnya setelah tanam (transplanting)
yang mencakup (a) tahap pemulihan dan pertumbuhan akar yaitu 0-10 hari setelah
tanam (hst), (b) tahap pertumbuhan anakan maksimum yaitu 10-50 hst dan (c)
pertunasan efektif dan pertunasan tidak efektif yaitu 35-45 hst. Selama periode ini
akan terjadi pertumbuhan jumlah anakan. Segera setelah tanam, kelembaban yang
cukup diperlukan untuk perkembangan akar-akar baru. Kekeringan yang terjadi
pada periode ini akan menyebabkan pertumbuhan yang kurang baik dan
menghambat pertumbuhan anakan sehingga mengakibatkan penurunan hasil. Pada
tahap berikutnya setelah tahap pertumbuhan akar, diperlukan genangan yang
dangkal selama periode vegetatif ini. Beberapa kali pengeringan (drainase)
membantu pertumbuhan anakan dan juga merangsang perkembangan akar untuk
22
berpenetrasi ke lapisan tanah bagian bawah. Selain itu drainase juga membantu
menghambat pertumbuhan anakan tak-efektif (non-effective tillers).
Gambar 7. Tanaman padi berumur 10 hari setelah tanam
d. Periode reproduktif (generatif)
Periode ini mengikuti periode anakan maksimum dan mencakup tahap
perkembangan awal malai (panicle primordia) yaitu 40-50 hst, masa bunting pada
umur 50-60 hst, dan pembentukan bunga pada umur 60-80 hst. Situasi ini
dicirikan dengan pembentukan dan pertumbuhan malai. Pada sebagian besar dari
periode ini tanaman membutuhkan banyak air. Kekeringan yang terjadi pada
periode ini akan menyebabkan beberapa kerusakan yang disebabkan oleh
terganggunya pembentukan malai maupun pembungaan yang berakibat pada
pengurangan hasil panen.
e. Periode pematangan (ripening atau fruiting)
Selama periode pematangan diperlukan sedikit air dan secara berangsur-
angsur sampai sama sekali tidak diperlukan air sesudah periode matang kuning
(yellow ripe). Selama periode ini drainase perlu dilakukan, akan tetapi
pengeringan yang telalu awal akan mengakibatkan bertambahnya gabah hampa
dan beras pecah (broken kernel), sedangkan pengeringan yang terlambat
mengakibatkan tanaman rebah. Kekurangan air selama periode pematangan
23
menyebabkan pengurangan hasil panen. Dengan demikian perencanaan program
irigasi di areal yang jumlah air irigasinya terbatas untuk menggenangi sawah pada
seluruh periode, prioritas harus diberikan untuk memberikan air irigasi selama
periode pertumbuhan akar dan seluruh periode pertumbuhan reproduktif (Kalsim,
2002).
Gambar 8. Tanaman padi berumur 90 hari setelah tanam
8. Analisis ketersediaan air irigasi
Ketersediaan air irigasi untuk suatu petakan sawah dapat dilihat dari
besarnya debit air irigasi yang dialirkan dari bangunan ukur sampai ke petakan
sawah terakhir. Ketersediaan air irigasi dihitung berdasarkan data debit yang
diperoleh dari pengukuran dengan cut throat flume dan current meter. Cut throat
flume adalah alat ukur debit yang mempunyai bagian menyempit (tenggorokan)
dengan lebar tertentu. Lebar bagian penyempitan mempunyai ukuran yang
berbeda - beda, oleh karena itu penggunaan rumus juga disesuaikan dengan
ukuran lebar bagian yang menyempit tersebut (Kartasapoetra, 1994).
24
Sumber : Kalsim, 2002
Gambar 9. Sketsa cut throat flume yang digunakan
Persamaan yang digunakan untuk menghitung debit yang melewati cut
throat flume terdapat pada Persamaan 12 dan Persamaan 13.
Bila panjang cut throat flume 0.9 m maka diperoleh nilai K = 3.68 dan n =
1.84 (Lampiran 6 ).
Safei (2009) menyatakan bila lebar penyempitan cut throat flume 30 cm dan
panjangnya 90 cm, maka besarnya debit adalah :
Q = 1.071 Ha1.84
(20)
dimana :
Q = debit (m3/dt)
Ha = tinggi muka air (m)
inlet outlet
25
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Tata Guna Lahan
Tata guna lahan merupakan upaya dalam merencanakan penyebaran
penggunaan lahan dalam suatu kawasan yang meliputi pembagian wilayah untuk
pengkhususan fungsi-fungsi tertentu, misalnya fungsi pemukiman, pertanian,
perkebunan dan industri. Tata guna lahan ini merupakan cara penetapan keputusan
yang terkait tentang lokasi dan kapasitas berupa pembuatan jalan, saluran air
bersih dan air limbah, gedung sekolah, pusat kesehatan, taman dan pusat-pusat
pelayanan serta fasilitas umum lainnya.
Pemanfaatan setiap bidang tanah sesuai dengan kemampuan tanah tersebut
dan melakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar kerusakan
tanah dapat diminimalkan. Kerusakan lahan pertanian sebagian besar disebabkan
oleh pemilihan dan penerapan teknologi yang salah tanpa memperhatikan nilai-
nilai ekologi. Penanaman yang dilakukan secara terus menerus tanpa ada masa
istirahat dan penerapan teknologi yang kurang baik dapat menyebabkan
kandungan unsur hara di dalam tanah semakin lama akan semakin
berkurang/menurun dan mengakibatkan produksi tanaman semakin menurun
maka akan memberikan peluang erosi yang sangat besar.
Tata guna lahan di Desa Cihideung Udik dapat terlihat pada Lampiran 1.
Peta tersebut dapat terlihat penggunaan lahan di daerah Desa Cihideung Udik ini
masih berpotensial pada daerah pertanian, selanjutnya disusul oleh pemukiman
dan gedung-gedung di daerah tersebut kemudian penggunaan lahan digunakan
untuk daerah perkebunan. Hal tersebut juga dapat diperlihatkan pada jumlah
luasan lahan di daerah Desa Cihideung Udik yang terlihat pada Tabel 2 atau
Tabel 3.
Tata guna lahan di Desa Cihideung Ilir dapat terlihat pada Lampiran 1. Peta
tersebut dapat terlihat penggunaan lahan di daerah Desa Cihideung Ilir ini masih
berpotensial pada daerah pertanian, selanjutnya disusul oleh pemukiman dan
gedung-gedung di daerah tersebut kemudian penggunaan lahan digunakan untuk
daerah perkebunan. Hal tersebut juga dapat diperlihatkan pada jumlah luasan
lahan di daerah Desa Cihideung Ilir yang terlihat pada Tabel 2 atau Tabel 3. Akan
tetapi, ada peralihan fungsi di desa Cihideung Ilir ini. Terdapat peralihan fungsi
26
dari daerah pertanian menjadi daerah pemukiman dan industri, yaitu dibangunnya
perumahan-perumahan dan pabrik-pabrik di daerah tersebut.
Tabel 2. Klasifikasi penggunaan lahan berdasarkan data profil desa
Sumber : - Profil Desa Desa Cihideung Udik, 2009
- Profil Desa Desa Cihideung Ilir, 2009
Tabel 3. Klasifikasi penggunaan lahan berdasarkan Bakosurtanal
Keterangan Cihideung Udik Cihideung Ilir
(ha) (%) (ha) (%)
Pemukiman 65.260 21.062 38.8 21.276
Persawahan 215.700 69.615 130.7 71.669
Perkebunan 24.370 7.865 7.437 4.078
Lain-lainnya 4.517 1.450 5.428 2.977
Jumlah 309.847 100 182.365 100
Sumber : Peta rupa bumi (Bakosurtanal), 2008
Berdasarkan data yang diperoleh, dapat terlihat perbedaan luasan tata guna
lahan di masing-masing desa. Terdapat perubahan luas lahan hasil data yang
diperoleh dari profil desa dengan data luas tata guna lahan berdasarkan peta rupa
bumi (Bakosurtanal) (2008) memiliki luas persawahan baik Desa Cihideung Udik
dan Desa Cihideung Ilir lebih besar dibandingkan dengan luas lahan yang
diperoleh dari data profil desa (2009), sedangkan untuk pemukiman, luas
pemukiman baik di Desa Cihideung Udik maupun Desa Cihideung Ilir pada hasil
data peta rupa bumi (Bakosurtanal) (2008) memiliki luas lebih sedikit (luas Desa
Cihideung Udik 65.26 ha dan Desa Cihideung Ilir 38.8 ha) dibandingkan dengan
Komponen Desa Cihideung Udik Desa Cihideung Ilir
(ha) (%) (ha) (%)
Pemukiman, kantor dan
prasarana umum 72.3 25.46 55.5 31.18
Persawahan 183.0 64.44 93.0 52.25
Perkebunan 24.2 8.52 27.0 15.17
Kuburan dan pekarangan 4.5 1.58 2.5 1.40
Total 284.0 100 178.0 100
27
data dari profil desa (2009) yaitu Desa Cihideung Udik 72.3 ha dan Desa
Cihideung Ilir 55.5 ha. Hal tersebut memperlihatkan bahwa terjadi peralihan
fungsi tata guna lahan dari tahun 2008 ke tahun 2009 sehingga terjadi perubahan
luasan tata guna lahan. Terdapat pada Tabel 2 dan Tabel 3.
Pada penelitian ini dilakukan identifikasi penggunaan lahan di dua desa
yaitu Desa Cihideung Udik dan Desa Cihideung Ilir. Kedua desa tersebut
termasuk dalam wilayah Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Secara
geografis Desa Cihideung Udik terletak pada koordinat 6°33‟35‟‟-6° 36‟15‟‟LS
dan 106°42‟25‟‟-106°43‟25‟‟ BT dan Desa Cihideung Ilir terletak pada koordinat
6°33‟40‟‟-6°34‟50‟‟ LS dan 106°42‟50‟‟-106°43‟55‟‟ BT dengan batasan desa
terdapat pada Lampiran 3.
Berdasarkan Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor (1979), jenis
tanah untuk wilayah Desa Cihideung Udik dan Desa Cihideung Ilir sebagian besar
termasuk dalam jenis tanah latosol. Jenis tanah ini memiliki sifat fisik tanah yaitu
tekstur halus, drainase sedang, dan sesuai untuk ditanami padi, tanaman semusim
maupun tanaman tahunan. Peta jenis tanah kedua desa tersebut dapat dilihat pada
Lampiran 2, dengan luasan lahan terdapat pada tabel di bawah ini.
Petakan lahan pertanian sawah baik Desa Cihideung Udik maupun
Cihideung Ilir yang dialiri air irigasi dari cut throat flume dapat dilihat pada
Lampiran 13 dan Lampiran 14.
Tabel 4. Luas lahan berdasarkan jenis tanah
Jenis Tanah Luas lahan (ha)
Cihideung Udik Cihideung Ilir
Aluvial coklat 98.6 44.59
Regosol coklat 3.0 44.66
Latosol coklat - 88.82
Latosol coklat kemerahan 182.4 -
Jumlah 284.0 178.0
Sumber : Pusat Penelitian Tanah dan Agro Klimat, 1979
Tanaman yang ditanam pada petakan di Desa Cihideung Udik terdiri atas
padi, singkong, jagung, ubi, dan kacang panjang. Tanaman yang paling dominan
28
ditanam di desa tersebut yaitu padi sekitar 28.29 % dari jumlah luasan petakan
sawah yang dialiri air irigasi dari cut throat flume yaitu 3.36375 ha, kemudian ubi
sekitar 25.5 %, jagung sekitar 14.27 % dan singkong 14.02 %. Luasan lahan jenis
tanaman Desa Cihideung Udik terdapat pada Lampiran 13. Terdapat juga tanaman
yang ditanam dengan menggunakan sistem tumpang sari seperti jagung dan ubi,
katuk dan pepaya, ubi dan pepaya, serta jambu dan katuk. Tanaman yang ditanam
pada petakan di Desa Cihideung Ilir terdiri atas padi, singkong, jagung, ubi, dan
kacang panjang. Tanaman yang paling dominan ditanam di desa tersebut yaitu ubi
sekitar 42.36 % dari jumlah luasan petakan sawah yang dialiri air irigasi dari cut
throat flume yaitu 5.07165 ha, kemudian jagung sekitar 32.75 % dan padi sekitar
16.76 %. Terdapat juga tanaman yang ditanam dengan menggunakan sistem
tumpang sari seperti jagung dan ubi. Luasan lahan jenis tanaman Desa Cihideung
Udik terdapat pada Lampiran 14.
Berdasarkan hasil kuesioner yang diambil di dua desa tersebut secara acak,
dapat diketahui pola tanam para petani tahun 2009 yang pada umumnya
menggunakan pola padi-palawija-palawija. Rencana tanam untuk 2010 dengan
pola padi-padi-palawija, karena jumlah air irigasi yang mengalir di dua desa
tersebut mencukupi untuk penanaman sesuai dengan pola tersebut. Pada
umumnya, para petani menanam padi sawah jenis IR 64 dan Cisadane, sedangkan
untuk jenis tanaman palawija di anataranya adalah ubi, jagung, singkong, kacang
dan jenis sayuran daun. Jumlah hasil panen padi yang diperoleh sesuai dengan
luas lahan penanaman padi tersebut, hasil panennya antara 2.1-4.5 kw. Hasil
kuesioner dapat diketahui pada Lampian 11.
B. Jaringan Irigasi
Irigasi dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk mendatangkan air dari
sumbernya guna keperluan pertanian, mengalirkan dan membagikan air secara
teratur dan setelah digunakan dapat pula dibuang kembali. Irigasi digunakan untuk
mencukupi kebutuhan air bagi tanaman berupa membasahi lahan (penggenangan)
dan menghindari gangguan hama dalam tanah. Pemberian air irigasi ini kepada
muka tanah dari bidang yang letaknya lebih tinggi.
Jaringan irigasi yang terdapat di daerah Desa Cihideung Udik dan
Cihideung Ilir merupakan jaringan irigasi semi teknis. Di kedua desa tersebut air
29
irigasi yang dialirkan ke sawah dapat diatur oleh petaninya sendiri sesuai dengan
kebutuhan tanaman atau masa pertumbuhan tanaman yang sedang ditanam atau
kondisi/umur tanamannya. Pembagian air dilakukan tidak dengan seksama karena
pembagian air yang dilakukan di desa tersebut hanya sesuai dengan pemikiran
sebagai seorang petani saja, sehingga bila ada petani yang membutuhkan banyak
air irigasi untuk persawahannya maka aliran air akan diperbanyak menuju
sawahnya.
Gambar 10. Bendung Cihideung
Jaringan irigasi di kedua desa tersebut dibagi dalam jaringan irigasi utama
dan jaringan irigasi tersier. Jaringan irigasi utama yaitu bagian dari jaringan irigasi
yang terdiri dari bangunan utama/bendung, saluran primer, saluran sekunder,
bangunan bagi, bangunan sadap, saluran pembuangan dan bangunan pelengkap.
Jaringan irigasi tersier merupakan jaringan irigasi mulai air keluar dari bangunan
ukur tersier, terdiri dari saluran tersier dan kuarter, saluran pembuang, serta
bangunan pelengkap lain yang terdapat di petak tersier.
Air irigasi yang sampai ke petakan sawah dialirkan melalui saluran –
saluran irigasi yang meliputi saluran primer, saluran sekunder, saluran tersier dan
saluran kuarter. Air irigasi yang mengairi persawahan di Desa Cihideung Udik
dan Desa Cihideung Ilir bersumber dari sungai Cihideung dengan memanfaatkan
bendung Cihideung yang berada di Desa Cihideung Udik.
30
Pada daerah irigasi (DI) Cihideung terdapat 1 bendung, 12 bangunan sadap,
4 bangunan terjun, 2 jembatan, 1 gorong-gorong, 1 got miring. Saluran irigasi
terdiri atas sluran primer dengan panjang 5.6 km dan saluran sekunder dengan
panjang 3 km. Daerah irigasi dalam wilayah UPT Leuwiliang ini terletak di
Kecamatan Ciampea dan direncanakan dapat melayani areal seluas 166 Ha
meliputi desa Cihideung Udik dan Cihideung Ilir (Bappeda Kabupaten Bogor,
data tahun 2006).
Saluran irigasi ini terdiri atas 1 buah saluran primer dan 1 buah saluran
sekunder. Saluran primer memiliki panjang 5600 m, saluran sekunder memiliki
panjang 3000 m. Titik awal saluran berada di Desa Cihideung Udik memanjang
sampai dengan Desa Cihideung Ilir (Dinas Bina Marga dan Pengairan, 2010). Air
irigasi yang mengalir sampai ke petakan sawah dikedua desa dialirkan melalui
saluran – saluran irigasi yang meliputi saluran primer, saluran sekunder, saluran
tersier dan saluran kuarter. Saluran primer dan sekunder yang ada, dikelola oleh
Dinas Bina Marga Kabupaten Bogor, sedangkan saluran tersier dan saluran
kuarter dikelola oleh masyarakat setempat.
Gambar 11. Saluran primer
31
Gambar 12. Saluran kuarter
Kerusakan-kerusakan pada saluran irigasi dan prasarananya dapat
digolongkan menjadi rusak berat, rusak ringan, sedang dan baik. Saluran primer
dan sekunder dapat dikatakan kondisinya masih cukup baik, sedangkan saluran
tersier dan kuarter terdapat kerusakan-kerusakan kecil akibat kurangnya
perawatan oleh masyarakat.
C. Kebutuhan Air Irigasi
Kebutuhan atau pemakaian air setiap tanaman tidak sama pada setiap saat,
tetapi sesuai dengan periode pertumbuhan tanaman (umur tanaman), suhu udara
dan cuaca. Kebutuhan air untuk irigasi padi sawah terdiri dari :
1. Air untuk pengolahan/penyiapan lahan
2. Air untuk pertumbuhan tanaman yang dinyatakan dengan besarnya
evapotranspirasi yang berubah menurut umur tanaman dan iklim setempat.
3. Air untuk mengganti air yang hilang karena perkolasi, untuk penggenangan di
petakan.
Pada penelitian ini untuk mengetahui kebutuhan air irigasi digunakan
software CROPWAT 8.0. Data iklim rerata bulanan selama satu tahun (2009)
yang dibutuhkan untuk menghitung kebutuhan air irigasi tersebut diantaranya
suhu udara maksimum dan minimum (°C), kelembaban relatif (%), kecepatan
angin (km/hari), dan lama penyinaran matahari (jam) yang diperoleh dari Stasiun
32
Klimatologi Darmaga, Bogor. Perhitungan evapotranspirasi dalam program
software CROPWAT ini menggunakan metode Penman-Monteith. Secara terinci
besarnya evapotranspirasi disajikan dalam Tabel 5 dan Tabel 6.
Data iklim tahun 2009 (Lampiran 4) digunakan untuk menghitung
kebutuhan air dengan menggunakan software CROPWAT 8.0, maka diperoleh
nilai evapotranspirasi acuan (mm/hari) untuk daerah sekitar Stasiun Klimatologi
Darmaga rata-rata tahun 2009 adalah 3.53 dengan hujan efektif 1695.1 mm. Hujan
efektif yang terjadi di daerah tersebut lebih kecil dibandingkan dengan jumlah
curah hujan pada tahun 2009 yaitu 3497.5 mm. Nilai evapotranspirasi (mm/hari)
Desa Cihideung Udik adalah 452.1 mm/hari dan Desa Cihideung Ilir adalah
449.6 mm/hari.
Tabel 5. Evapotranspirasi padi Desa Cihideung Udik
berdasarkan perhitungan program software CROPWAT 8.0
Bulan Dekade ETc (mm/hari)
Maret 2 3.11
Maret 3 2.94
April 1 4.02
April 2 3.62
April 3 2.95
Mei 1 3.37
Mei 2 3.69
Mei 3 4.08
Juni 1 4.08
Juni 2 4.14
Juni 3 2.66
Juli 1 3.67
Total 452.1
33
Tabel 6. Evapotranspirasi padi Desa Cihideung Ilir
berdasarkan perhitungan program software CROPWAT 8.0
Bulan Dekade ETc (mm/hari)
Maret 2 4.9
Maret 3 52.2
April 1 45.1
April 2 43.5
April 3 40.8
Mei 1 37.4
Mei 2 34.3
Mei 3 40.1
Juni 1 38.9
Juni 2 40.6
Juni 3 41.8
Juli 1 30.0
total 449.6
Pada umumnya masa penanaman padi adalah 105-120 hari, dihitung dari
persemaian sampai panen. Masa persemaian selama 25 hari, pertumbuhan
vegetatif selama 30 hari, pertumbuhan vegetatif selama 40 hari, dan pematangan
selama 20 hari. Penanaman padi pada saat penelitian ini merupakan masa tanam
(MT) II adalah pada pertengahan bulan Maret. Selama masa pertumbuhannya,
padi diberi air irigasi pada dekade satu dan dekade tiga di bulan Maret, sedangkan
sisanya tidak diperlukan irigasi karena curah hujan sudah mencukupi kebutuhan
air yang diperlukan tanaman.
Pola tanam yang dilakukan di kedua desa tersebut pada umumnya padi-
palawija-palawija, tetapi terdapat juga petani yang menggunakan pola tanam padi-
padi-palawija. Berdasarkan kuesioner yang dilakukan kepada petani di kedua desa
tersebut, petani dengan menggunakan pola tersebut beralasan bahwa terdapat
hama yang merusak padi sehingga menyebabkan kerugian bagi para petani
sehingga untuk menganggulangi kerugian tersebut para petani menggunakan pola
34
tanam padi-padi-palawija. Hama yang sering mengganggu penanaman padi
diantaranya adalah tikus, keong, wereng, serangga dan burung.
Berdasarkan program CROPWAT, hasil perhitungan untuk total kebutuhan
air irigasi pada MT II ini Desa Cihideung Udik diperoleh 0.743 mm/hari dengan
luas sawah yang airnya berasal dari cut throat flume yaitu seluas 3.36375 ha,
hasilnya adalah 0.07751 liter/detik. Dari perhitungan kebutuhan air irigasi dengan
program CROPWAT, kebutuhan air irigasi hanya pada saat pengolahan tanah,
sedangkan bulan – bulan berikutnya tidak diperlukan irigasi karena curah hujan
sudah mencukupi kebutuhan air yang diperlukan tanaman. Desa Cihideung Ilir,
kebutuhan air irigasinya sebesar 1.843 mm/hari dengan luas sawah seluas
5.07165 ha sehingga total kebutuhan airnya adalah 0.29313 liter/detik.
Setelah kebutuhan air irigasi diperoleh, kemudian dibandingkan dengan
ketersediaan air yang ada di desa tersebut.
D. Ketersediaan Air Irigasi
Ketersediaan air (air yang tersedia) adalah air yang berada di sungai,
bendung, bendungan, waduk dan air yang berasal dari daerah yang mempunyai
mata air. Ketersediaan air dapat digunakan dengan optimal bila luasan yang dialiri
maksimal. Jumlah debit air irigasi yang tersedia dapat berubah setiap waktu
tergantung pada besarnya curah hujan, faktor iklim serta daerah tangkapan hujan.
Pada penelitian ini, ketersediaan air irigasi dapat diketahui dengan
menggunakan cut throat flume yang dipasang pada saluran irigasi. Pengambilan
data debit dilakukan selama tiga bulan, terhitung dari Februari-April 2010. Data
yang diperoleh sesuai dengan ketinggian aliran selama tiga bulan yang melewati
alat tersebut terlampir pada Lampiran 7. Selain itu, Pengukuran debit juga
dilakukan dengan menggunakan current meter selama dua minggu. Pengukuran
ini bertujuan untuk membandingkan debit hasil pengukuran dengan cut throat
flume yang dipasang pada saluran irigasi.
Ketersediaan air irigasi dengan terlihat pada besarnya debit aliran yang
melewati alat tersebut dengan rata-rata debit harian untuk Desa Cihideung Udik
adalah 22.36 liter/detik dan Desa Cihideung Ilir adalah 23.39 liter/detik. Besarnya
debit tersebut telah mencukupi kebutuhan air irigasi di kedua desa tersebut.
35
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Tata guna lahan pada kedua desa tersebut tersebar untuk daerah persawahan,
pemukiman, perkebunan dan industri. Terdapat alih fungsi menjadi
pemukiman (perumahan) dan dibangunnya pabrik-pabrik sehingga terjadi
penurunan luas areal persawahan dan kenaikan luas areal pemukiman dan
industri. Berdasarkan data yang diperoleh, dapat terlihat perbedaan luasan tata
guna lahan di masing-masing desa. Berdasarkan peta rupa bumi
(Bakosurtanal) (2008), luas persawahan baik Desa Cihideung Udik dan Desa
Cihideung Ilir lebih besar dibandingkan dengan luas lahan yang diperoleh
dari data profil desa (2009), sedangkan untuk pemukiman, luas pemukiman
kedua desa tersebut pada peta rupa bumi (Bakosurtanal) (2008) memiliki luas
lebih sedikit (luas Desa Cihideung Udik 65.26 ha dan Desa Cihideung Ilir
38.8 ha) dibandingkan dengan data profil desa (2009) yaitu Desa Cihideung
Udik 72.3 ha dan Desa Cihideung Ilir 55.5 ha. Hal tersebut memperlihatkan
bahwa terjadi peralihan fungsi tata guna lahan dari tahun 2008 ke tahun 2009
sehingga terjadinya penurunan luas persawahan di masing-masing desa.
2. Kebutuhan air irigasi untuk kedua desa tercukupi walaupun areal persawahan
memiliki luas yang besar dan penggunaan lahan pertanian banyak digunakan
untuk penanaman palawija. Sehingga untuk kedua desa tersebut masih bisa
ditanami dengan pola padi-padi-palawija. Kebutuhan air irigasi Desa
Cihideung Udik adalah 0.07751 liter/detik, sedangkan Desa Cihideung Ilir
adalah 0.29313 liter/detik.
3. Ketersediaan air irigasi diperlihatkan pada besarnya debit aliran yang
mengalir melewati cut throat flume yang dipasang. Hasil pengukuran selama
3 bulan (Februari-April) dapat menunjukan bahwa ketersediaan air irigasi
untuk kedua desa tersebut cukup. Hal itu juga terlihat dengan jumlah irigasi
yang dibutuhkan untuk tanaman lebih kecil daripada ketersediaan air irigasi
yang ada di kedua desa tersebut. Rata-rata debit harian untuk Desa Cihideung
Udik adalah 22.36 liter/detik dan Desa Cihideung Ilir adalah 23.39 liter/detik.
36
B. Saran
1. Tata guna lahan lebih diprioritaskan pada bidang pertanian dengan tidak
adanya peralihan fungsi lahan dari pertanian (persawahan) menjadi
pemukiman atau industri yang saat ini banyak dilakukan di desa tersebut.
2. Ketersediaan air irigasi yang melimpah di kedua desa tersebut dapat
digunakan untuk keperluan irigasi persawahan sehingga disarankan para
petani menanam dengan pola padi-padi-palawija bukan padi-palawija-
palawija.
37
DAFTAR PUSTAKA
Allen, RG. 1998. Crop Evapotranspiration. FAO Irrigation and Drainage Paper.
Utah State University. USA.
Astuti, P. 1995. Analisis Ketersediaan Air Irigasi Daerah Aliran Sungai Kuranji
Sumatera Barat. Tesis. IPB. Bogor.
BAKOSURTANAL. 2008. Peta Rupa Bumi Indonesia. Bogor.
Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Bogor. 2010. Inventarisasi Jaringan
Irigasi. Bogor.
Direktorat Jenderal Pengairan, Departemen Pekerjaan Umum. 1986. Standar
Perencanaan Irigasi KP-04. CV. Galang Persada. Bandung.
Doorenbos, J dan Pruitt, W. O. 1977. Guidelines for Predicting Crop Water
Requirements. FAO. Rome.
FAO. 1998. User Guide CROPWAT for Windows (ver. 4.2.0013). Rome.
Kalsim, DK. 2002. Rancangan Irigasi Gravitasi, Drainase dan Infrastruktur.
Diktat Kuliah Teknik Irigasi dan Drainase Edisi ke 2. Laboratorium
Teknik Tanah dan Air, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Kartasapoetra, AG, Sutedjo, Pollein E. 1994. Teknologi Pengairan Pertanian
(Irigasi). Bumi Aksara. Jakarta.
Prastowo. 2002. Prosedur Rancangan Irigasi Tetes. Laboratorium Teknik Tanah
dan Air, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologin Pertanian, Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. 2010. Peta Jenis Tanah. Bogor.
Smith, M. 2009. CROPWAT 8.0 : Manual and Guidelines. FAO.
Sujaman, E. 1985. Kebutuhan Air Tanaman Padi Varietas Cisadane dan Efisiensi
Irigasi di Petak Tersier Sindon–Ngesrep D.I. Watuweler, Kabupaten
Boyolali, Jawa Tengah. Skripsi. Fateta, IPB, Bogor.
Suroso dan Susanto, H.A. 2006. Pengaruh Perubahan Tata Guna Lahan
Terhadap Debit Banjir Dearah Aliran Sungai Banjaran. Jurnal Teknik
Sipil, Vol. 3, No. 2. Universitas Jendral Soedirman. Purwokerto.
Surya. 1998. Optimasi Pola Tanam dan Penentuan Jadwal Irigasi Pada Jaringan
Irigasi Air Tanah Di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Skripsi. Fateta,
IPB, Bogor.
Tobing, A. L. P. 1993. Analisa Kecukupan Air dan Kajian Keragaan Jaringan
Irigasi Pada Proyek Rehabilitasi Daerah Irigasi Cisadane Empang. Skripsi,
Fateta, IPB, Bogor.
Wirawan, S. 1991. Uji Coba Penggunaan Cut Throat Flume dan Current Metr
Untuk Pengukuran Debit dan Kehilangan Air Irigasi Di Saluran Tersier.
Skripsi,Fateta, IPB, Bogor.
41
Lampiran 3. Batas Wilayah Desa Cihideung Udik dan Desa Cihideung Ilir
Batas
Desa Cihideung Udik Desa Cihideung Ilir
Desa Kecamatan Desa Kecamatan
Utara Cihideung Ilir Ciampea Cibanteng Ciampea
Selatan Situdaun Tenjolaya Cihideung Udik Ciampea
Timur Sinar Sari, Neglasari dan Petir Dramaga Sungai Cihideung dan Kec. Dramaga Ciampea dan Dramaga
Barat Bojong Jengkol Ciampea Cihideung Udik Ciampea
Sumber : - Profil Desa Cihideung Udik, 2009
- Profil Desa Cihideung Ilir, 2009
42
Lampiran 4. Data Iklim Stasiun Dramaga Bogor
Garis Lintang
: 06.33'12.9'' LS
Garis Bujur
: 106.44'59.4'' BT
Elevasi
: 190 m dpl
Bulan
Temperatur (°C) Kelembaban Penyinaran Kec. Curah
Maksimum Minimum
Relatif Matahari Angin Hujan
(%) (jam) (km/hari) (mm/tahun)
2009 1 2 3 4 5 6
Januari 29.3 22.0 88.0 3.0 95.0 360.8
Februari 29.6 22.1 87.5 2.3 116.1 305.3
Maret 32.0 21.8 82.4 5.8 97.3 261.1
April 32.1 22.6 82.2 5.2 77.0 259.9
Mei 31.7 22.8 85.2 3.8 72.4 570.6
Juni 31.8 22.8 80.7 6.3 69.7 338.1
Juli 32.1 21.9 76.7 7.2 79.4 131.1
Agustus 32.9 22.0 75.1 7.3 81.0 33.1
September 33.7 22.6 75.2 5.5 89.7 156.8
Oktober 32.6 22.7 82.1 5.9 79.7 415.8
November 31.8 23.2 81.4 0.4 85.5 407.0
Desember 31.8 22.9 85.1 4.5 77.5 258.2
2010 1 2 3 4 5 6
Januari 30.2 22.9 88.0 3.1 93.0 252.0
Februari 31.8 23.3 85.0 4.2 69.8 460.0
Maret 31.8 23.0 86.0 4.5 69.8 415.0
Sumber : BMKG Dramaga Bogor
43
Lampiran 5. Hubungan Antara Tinggi Muka Air Pada Cut Throat Flume dengan
Debit Aliran
Tinggi (cm) Debit (lt/det)
Tinggi (cm) Debit (lt/det)
0.5 0.0
15.5 31.0
1.0 0.0
16.0 33.0
1.5 0.0
16.5 35.0
2.0 1.0
17.0 37.0
2.5 1.0
17.5 39.0
3.0 2.0
18.0 41.0
3.5 2.0
18.5 43.0
4.0 3.0
19.0 45.0
4.5 3.0
19.5 47.0
5.0 4.0
20.0 49.0
5.5 5.0
20.5 51.0
6.0 6.0
21.0 54.0
6.5 6.0
21.5 56.0
7.0 7.0
22.0 58.0
7.5 8.0
22.5 61.0
8.0 9.0
23.0 63.0
8.5 11.0
23.5 66.0
9.0 12.0
24.0 68.0
9.5 13.0
24.5 71.0
10.0 14.0
25.0 73.0
10.5 15.0
25.5 76.0
11.0 17.0
26.0 79.0
11.5 18.0
26.5 81.0
12.0 20.0
27.0 84.0
12.5 21.0
27.5 87.0
13.0 23.0
28.0 90.0
13.5 24.0
28.5 93.0
14.0 26.0
29.0 96.0
14.5 27.0
29.5 99.0
15.0 29.0
30.0 102.0
44
Lampiran 6. Generalisasi Koefisien Aliran Bebas dan Nilai Eeksponen n, Serta
St Untuk CTF (Satuan dalam Metrik)
45
Lampiran 7. Hasil Pengukuran Debit dengan Menggunakan Cut Throat Flume
Februari Maret
Talang Ukur (Cut Throat Flume)
Talang Ukur (Cut Throat Flume)
Tgl
Cihideung Udik Cihideung Ilir
Tgl
Cihideung Udik Cihideung Ilir
tinggi debit tinggi debit
tinggi debit tinggi debit
(cm) (lt/dt) (cm) (lt/dt)
(cm) (lt/dt) (cm) (lt/dt)
1 14.5 27.0 13.0 23.0
1 9.0 12.0 19.0 45.0
2 13.0 23.0 11.0 17.0
2 14.0 26.0 22.5 61.0
3 11.0 17.0 20.0 49.0
3 11.0 17.0 21.0 54.0
4 8.5 11.0 16.5 35.0
4 10.0 14.0 20.0 49.0
5 10.5 15.0 4.0 3.0
5 13.0 23.0 21.0 54.0
6 11.0 17.0 8.0 9.0
6 14.0 26.0 18.5 43.0
7 16.5 35.0 12.0 20.0
7 10.0 14.0 18.0 41.0
8 14.5 27.0 11.0 17.0
8 11.0 17.0 21.5 56.0
9 13.0 23.0 18.0 41.0
9 13.0 23.0 19.0 45.0
10 14.0 26.0 12.0 20.0
10 11.0 17.0 18.0 41.0
11 10.0 14.0 8.0 9.0
11 13.0 23.0 17.0 37.0
12 11.0 17.0 17.0 37.0
12 10.0 14.0 15.0 29.0
13 10.0 14.0 21.0 54.0
13 12.0 20.0 16.0 33.0
14 13.0 23.0 15.5 31.0
14 14.0 26.0 13.0 23.0
15 13.0 23.0 13.0 23.0
15 13.0 23.0 10.0 14.0
16 14.0 26.0 10.0 14.0
16 12.5 21.0 9.0 12.0
17 14.5 27.0 10.0 14.0
17 13.0 23.0 11.0 17.0
18 14.0 26.0 10.5 15.0
18 12.0 20.0 12.5 21.0
19 14.0 26.0 25.0 73.0
19 11.5 18.0 13.0 23.0
20 10.0 14.0 16.0 33.0
20 12.5 21.0 11.0 17.0
21 11.0 17.0 17.0 37.0
21 10.0 14.0 12.0 20.0
22 16.5 35.0 18.0 41.0
22 11.5 18.0 11.0 17.0
23 15.0 29.0 15.0 29.0
23 10.0 14.0 12.5 21.0
24 17.0 37.0 21.0 54.0
24 12.0 20.0 12.0 20.0
25 15.0 29.0 19.0 45.0
25 11.0 17.0 18.0 41.0
26 14.0 27.0 21.0 54.0
26 14.0 27.0 17.0 37.0
27 12.0 20.0 2.5 1.0
27 11.0 17.0 15.0 29.0
28 11.0 17.0 19.0 45.0
28 12.0 20.0 13.0 23.0
29 12.0 20.0 15.0 29.0
30 9.0 12.0 12.0 20.0
31 11.0 17.0 17.0 37.0
46
Lampiran 7. Lanjutan
April
Talang Ukur (Cut Throat Flume)
Tgl
Cihideung Udik Cihideung Ilir
tinggi debit tinggi debit
(cm) (lt/dt) (cm) (lt/dt)
1 10.5 15.0 20.0 49.0
2 10.0 14.0 24.2 68.0
3 13.0 23.0 23.4 63.0
4 13.0 23.0 21.1 54.0
5 12.0 20.0 17.5 39.0
6 13.0 23.0 21.2 54.0
7 12.0 20.0 9.5 13.0
8 10.0 14.0 3.5 2.0
9 13.0 23.0 6.0 6.0
10 12.5 21.0 10.0 14.0
11 15.0 29.0 10.5 15.0
12 19.0 45.0 11.0 17.0
13 19.0 45.0 11.5 18.0
14 18.0 41.0 11.0 17.0
15 17.0 37.0 10.5 15.0
16 17.0 37.0 10.0 14.0
17 19.0 45.0 12.0 20.0
18 15.5 31.0 11.0 17.0
19 16.0 33.0 10.5 15.0
20 15.0 29.0 10.0 14.0
21 14.0 26.0 11.0 17.0
22 16.0 33.0 11.5 18.0
23 10.0 14.0 12.0 20.0
24 9.0 12.0 6.0 6.0
25 10.5 15.0 8.0 9.0
26 11.0 17.0 7.0 7.0
27 11.5 18.0 10.0 14.0
28 12.0 20.0 11.0 17.0
29 11.0 17.0 12.0 20.0
30 10.0 14.0 11.0 17.0
Ket : diukur pada jam 10.00
47
Lampiran 8. Debit yang Diperoleh dari Perhitungan Kecepatan dengan Menggunakan Current Meter di Desa Cihideung Udik
dan Cihideung Ilir
Desa Cihideung Udik Desa Cihideung Udik
Tanggal cut throat
flume current meter
cut throat
flume current meter
2010 TMA debit N V A Q TMA debit N V A Q
(cm) (lt/dt) (put/dt) (m/s) (m²) (lt/dt) (cm) (lt/dt) (put/dt) (m/s) (m²) (lt/dt)
15 Februari 13.0 23.0 1.833 0.237 0.108 25.596 13.0 23.0 1.667 0.216 0.117 25.233
16 Februari 14.0 26.0 2.000 0.259 0.111 28.749 10.0 14.0 1.222 0.158 0.101 16.010
17 Februari 14.5 27.0 2.167 0.281 0.112 31.472 10.0 14.0 1.333 0.172 0.101 17.475
18 Februari 14.0 26.0 2.111 0.273 0.111 30.303 10.5 15.0 1.278 0.165 0.101 16.742
19 Februari 14.0 26.0 2.056 0.266 0.111 29.526 25.0 73.0 2.778 0.360 0.218 78.648
20 Februari 10.0 14.0 1.500 0.194 0.078 15.132 16.0 33.0 1.889 0.245 0.148 36.243
21 Februari 11.0 17.0 1.722 0.223 0.081 18.063 17.0 37.0 2.056 0.266 0.148 39.454
17 April 19.0 45.0 3.111 0.378 0.132 49.896 12.0 20.0 1.667 0.205 0.117 23.985
18 April 15.5 31.0 2.833 0.345 0.114 39.330 11.0 17.0 1.500 0.185 0.117 21.645
19 April 16.0 33.0 2.667 0.325 0.120 39.000 10.5 15.0 1.500 0.185 0.109 20.202
20 April 15.0 29.0 2.500 0.305 0.114 34.770 10.0 14.0 1.444 0.178 0.109 19.474
21 April 14.0 26.0 2.278 0.278 0.111 30.858 11.0 17.0 1.667 0.205 0.109 22.386
22 April 16.0 33.0 2.500 0.305 0.120 36.600 11.5 18.0 1.667 0.205 0.117 23.985
23 April 10.0 14.0 1.722 0.212 0.087 18.444 12.0 20.0 1.667 0.205 0.125 25.584
48
Lampiran 9. Selisih Debit Hasil Pengukuran dan Hasil Perhitungan
Cihideung Udik
Bulan Tgl Q pengukuran Q perhitungan selisih Q
(lt/dt) (lt/dt) (lt/dt) (%)
Februari
15 25.63 26.0 0.37 1.44
16 28.75 26.0 2.75 9.56
17 31.32 27.0 4.32 13.80
18 30.35 26.0 4.35 14.34
19 29.55 26.0 3.55 12.02
20 15.13 14.0 1.13 7.48
21 18.05 17.0 1.05 5.84
April
17 49.94 45.0 4.94 9.89
18 39.33 35.0 4.33 11.01
19 37.80 33.0 4.80 12.70
20 33.63 29.0 4.63 13.77
21 29.79 26.0 3.79 12.71
22 35.40 33.0 2.40 6.78
23 17.55 14.0 3.55 20.21
Cihideung Ilir
Bulan Tgl Q pengukuran Q perhitungan selisih Q
(lt/dt) (lt/dt) (lt/dt) (%)
Februari
15 25.23 26.0 0.77 3.04
16 16.01 14.0 2.01 12.55
17 17.48 14.0 3.48 19.89
18 16.74 15.0 1.74 10.40
19 78.65 73.0 5.65 7.18
20 36.24 33.0 3.24 8.95
21 39.45 37.0 2.45 6.22
April
17 23.99 20.0 3.99 16.61
18 21.65 17.0 4.65 21.46
19 19.11 15.0 4.11 21.51
20 18.38 14.0 4.38 23.84
21 21.29 17.0 4.29 20.17
22 22.82 18.0 4.82 21.10
23 24.34 20.0 4.34 17.82
49
Lampiran 10. Contoh Perhitungan Debit
Cut throat flume :
Tinggi muka air = 13 cm
Debit = 23 lt/dt (sesuai dengan tabel)
Data untuk menghitung kecepatan diperoleh dari pengukuran dengan current
meter di Desa Cihideung Udik (15 Februari 2010)
Current meter :
1 bunyi = 10 putaran
a = 0.130
b = 0.001
V = aN + b
Jumlah bunyi1 = 11 bunyi
N = 11 ×10
60 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 = 1.833 put/dt
Jumlah bunyi 2 = 12 bunyi
N = 12 ×10
60 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 = 2.000 put/dt
Jumlah bunyi 3 = 10 bunyi
N = 10 ×10
60 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 = 1.667 put/dt
Nrata-rata = 𝑁1+𝑁2+𝑁3
3=
1.833+2.000+1.667
3 = 1.833 put/dt
V = aN + b = (0.130 × 1.833) + 0.001 = 0.237 m/s
A = d × l = 18 × 60 = 1080 cm2 = 0.108 m
2
Q = A × V = 0.108 × 0.237 = 0.025596 m3/dt = 25.596 lt/dt
50
Lampiran 11. Hasil Kuesioner
Responden
Luas
Lahan
(m2)
Pola tanam tahun 2009 Rencana pola
tanam 2010
Varietas
padi yang
biasa
ditanam
Periode tanam Jumlah
hasil
panen
(kw)
MT I MT II MT III
1 300 Padi-jagung-jagung Padi-padi-jagung IR 64 Okt-Feb Mar-Jul Agust-Sept 2.1 - 3.0
2 600 Padi-ubi-ubi Padi-padi-ubi IR 64 Sep-Jan Feb-Jun Juli-Agust 3.1 - 4.0
3 650 Padi-singkong-singkong Padi-padi-singkong Cisadane Okt-Feb Mar-Jul Agust-Sept 3.6 - 4.5
4 400 Padi-kacang-kacang Padi-padi-kacang Cisadane Sep-Jan Feb-Jun Juli-Agust 2.6 - 3.5
5 350 Padi-ubi-ubi Padi-padi-ubi IR 64 Sep-Jan Feb-Jun Juli-Agust 2.1 - 3.0
6 600 Padi-padi-singkong Padi-padi-padi IR 64 Okt-Feb Mar-Jul Agust-Sept 3.1 - 4.0
7 600 Padi-padi-ubi Padi-padi-padi IR 64 Okt-Feb Mar-Jul Agust-Sept 3.1 - 4.0
8 300 Padi-ubi-ubi Padi-padi-ubi IR 64 Nov-Mar Apr-Agust Sept-Okt 2.1 - 3.0
9 500 Padi-kacang-kacang Padi-padi-kacang Cisadane Nov-Mar Apr-Agust Sept-Okt 2.6 - 3.5
10 450 Padi-sayuran-sayuran Padi-padi-sayuran IR 64 Okt-Feb Mar-Jul Agust-Sept 2.6 - 3.5
51
Lampiran 12. Tampilan Hasil Perhitungan Dalam Software CROPWAT 8.0
1. Perhitungan evapotranspirasi
2. Perhitungan hujan efektif
52
Lampiran 12. Lanjutan
3. Input data tanaman
a. Cihideung Udik (MT 2)
b. Cihideung Ilir (MT 1)
4. Input data umum tanah
53
Lampiran 12. Lanjutan
5. Perhitungan kebutuhan air irigasi
a. Cihideung Udik (MT 2)
b. Cihideung Ilir (MT 2)
54
Lampiran 12. Lanjutan
6. Nilai CWR
a. Desa Cihideung Udik
1. Padi
Umur CWR
Umur CWR
Umur CWR
(hst) (mm/hari)
(hst) (mm/hari)
(hst) (mm/hari)
1 0.17
43 0.19
85 0.20
2 0.17
44 0.19
86 0.20
3 0.17
45 0.19
87 0.20
4 0.18
46 0.19
88 0.20
5 0.18
47 0.19
89 0.20
6 0.18
48 0.19
90 0.20
7 0.18
49 0.19
91 0.20
8 0.18
50 0.19
92 0.20
9 0.18
51 0.19
93 0.20
10 0.18
52 0.20
94 0.20
11 0.18
53 0.20
95 0.20
12 0.18
54 0.20
96 0.20
13 0.18
55 0.20
97 0.20
14 0.18
56 0.20
98 0.20
15 0.18
57 0.20
99 0.20
16 0.18
58 0.20
100 0.20
17 0.18
59 0.20
101 0.20
18 0.18
60 0.20
102 0.20
19 0.18
61 0.20
103 0.20
20 0.18
62 0.20
104 0.20
21 0.18
63 0.20
105 0.20
22 0.18
64 0.20
106 0.20
23 0.18
65 0.20
107 0.20
24 0.18
66 0.20
108 0.20
25 0.18
67 0.20
109 0.20
26 0.18
68 0.20
110 0.20
27 0.18
69 0.20
Jumlah 21.01
28 0.18
70 0.20
29 0.18
71 0.20
30 0.18
72 0.20
31 0.18
73 0.20
32 0.18
74 0.20
33 0.18
75 0.20
34 0.18
76 0.20
35 0.19
77 0.20
36 0.19
78 0.20
37 0.19
79 0.20
38 0.19
80 0.20
39 0.19
81 0.20
40 0.19
82 0.20
41 0.19
83 0.20
42 0.19
84 0.20
55
Lampiran 12. Lanjutan
2. Jagung
Umur CWR
Umur CWR
Umur CWR
Umur CWR
(hst) (mm/hari)
(hst) (mm/hari)
(hst) (mm/hari)
(hst) (mm/hari)
1 0.17
43 0.42
85 0.74
127 0.43
2 0.17
44 0.43
86 0.74
128 0.41
3 0.17
45 0.45
87 0.74
129 0.40
4 0.17
46 0.46
88 0.74
130 0.38
5 0.17
47 0.47
89 0.74
131 0.37
6 0.17
48 0.49
90 0.74
132 0.35
7 0.17
49 0.50
91 0.74
133 0.34
8 0.17
50 0.52
92 0.74
134 0.33
9 0.17
51 0.53
93 0.74
135 0.31
10 0.17
52 0.54
94 0.74
Jumlah 67.73
11 0.17
53 0.56
95 0.74
12 0.17
54 0.57
96 0.75
13 0.17
55 0.59
97 0.75
14 0.17
56 0.60
98 0.75
15 0.17
57 0.61
99 0.75
16 0.17
58 0.63
10 0.75
17 0.17
59 0.64
101 0.75
18 0.17
60 0.66
102 0.75
19 0.17
61 0.67
103 0.75
20 0.17
62 0.69
104 0.75
21 0.17
63 0.70
105 0.75
22 0.17
64 0.71
106 0.73
23 0.17
65 0.73
107 0.72
24 0.17
66 0.73
108 0.70
25 0.17
67 0.73
109 0.69
26 0.19
68 0.73
110 0.68
27 0.20
69 0.73
111 0.66
28 0.21
70 0.73
112 0.65
29 0.23
71 0.73
113 0.63
30 0.24
72 0.73
114 0.62
31 0.25
73 0.73
115 0.60
32 0.27
74 0.73
116 0.59
33 0.28
75 0.73
117 0.57
34 0.29
76 0.74
118 0.56
35 0.31
77 0.74
119 0.54
36 0.32
78 0.74
120 0.53
37 0.34
79 0.74
121 0.52
38 0.35
80 0.74
122 0.50
39 0.36
81 0.74
123 0.49
40 0.38
82 0.74
124 0.47
41 0.39
83 0.74
125 0.46
42 0.40
84 0.74
126 0.44
56
Lampiran 12. Lanjutan
3. Ubi
Umur CWR
Umur CWR
Umur CWR
Umur CWR
(hst) (mm/hari)
(hst) (mm/hari)
(hst) (mm/hari)
(hst) (mm/hari)
1 0.46
43 0.86
85 1.16
127 0.80
2 0.46
44 0.88
86 1.16
128 0.79
3 0.46
45 0.90
87 1.16
129 0.77
4 0.46
46 0.93
88 1.16
130 0.76
5 0.46
47 0.95
89 1.16
Jumlah 116.2
6 0.46
48 0.97
90 1.16
7 0.46
49 0.99
91 1.16
8 0.46
50 1.01
92 1.16
9 0.46
51 1.04
93 1.16
10 0.46
52 1.06
94 1.16
11 0.46
53 1.08
95 1.16
12 0.47
54 1.10
96 1.16
13 0.47
55 1.13
97 1.16
14 0.47
56 1.13
98 1.16
15 0.47
57 1.13
99 1.16
16 0.47
58 1.13
10 1.16
17 0.47
59 1.13
101 1.15
18 0.47
60 1.13
102 1.14
19 0.47
61 1.13
103 1.12
20 0.47
62 1.13
104 1.11
21 0.47
63 1.14
105 1.10
22 0.47
64 1.14
106 1.08
23 0.47
65 1.14
107 1.07
24 0.47
66 1.14
108 1.06
25 0.47
67 1.14
109 1.04
26 0.49
68 1.14
110 1.03
27 0.51
69 1.14
111 1.02
28 0.54
70 1.14
112 1.00
29 0.56
71 1.14
113 0.99
30 0.58
72 1.14
114 0.98
31 0.60
73 1.15
115 0.96
32 0.62
74 1.15
116 0.95
33 0.64
75 1.15
117 0.94
34 0.66
76 1.15
118 0.92
35 0.69
77 1.15
119 0.91
36 0.71
78 1.15
120 0.90
37 0.73
79 1.15
121 0.88
38 0.75
80 1.15
122 0.87
39 0.77
81 1.15
123 0.85
40 0.79
82 1.15
124 0.84
41 0.82
83 1.15
125 0.83
42 0.84
84 1.15
126 0.81
57
Lampiran 12. Lanjutan
4. Singkong
Umur CWR
Umur CWR
Umur CWR
Umur CWR
Umur CWR
(hst) (mm/hari)
(hst) (mm/hari)
(hst) (mm/hari)
(hst) (mm/hari)
(hst) (mm/hari)
1 0.13
43 0.22
85 0.50
127 0.51
168 0.38
2 0.13
44 0.23
86 0.50
128 0.51
170 0.37
3 0.13
45 0.24
87 0.50
129 0.51
171 0.37
4 0.13
46 0.25
88 0.50
130 0.51
172 0.36
5 0.13
47 0.25
89 0.50
131 0.51
173 0.36
6 0.13
48 0.26
90 0.50
132 0.51
174 0.35
7 0.13
49 0.27
91 0.50
133 0.51
175 0.35
8 0.13
50 0.27
92 0.50
134 0.51
176 0.34
9 0.13
51 0.28
93 0.50
135 0.51
177 0.34
10 0.13
52 0.29
94 0.50
136 0.51
178 0.33
11 0.13
53 0.29
95 0.50
137 0.51
179 0.33
12 0.13
54 0.30
96 0.50
138 0.51
180 0.32
13 0.13
55 0.31
97 0.50
139 0.51
181 0.32
14 0.13
56 0.32
98 0.50
140 0.51
182 0.31
15 0.13
57 0.32
99 0.50
141 0.51
183 0.31
16 0.13
58 0.33
10 0.50
142 0.51
184 0.30
17 0.13
59 0.34
101 0.50
143 0.50
185 0.30
18 0.13
60 0.34
102 0.50
144 0.50
186 0.29
19 0.13
61 0.35
103 0.50
145 0.49
187 0.29
20 0.13
62 0.36
104 0.50
146 0.49
188 0.28
21 0.13
63 0.37
105 0.51
147 0.48
189 0.28
22 0.13
64 0.37
106 0.51
148 0.48
190 0.27
23 0.13
65 0.38
107 0.51
149 0.47
191 0.27
24 0.13
66 0.39
108 0.51
150 0.47
192 0.26
25 0.13
67 0.40
109 0.51
151 0.46
193 0.26
26 0.13
68 0.40
110 0.51
152 0.46
194 0.25
27 0.13
69 0.41
111 0.51
153 0.45
195 0.25
28 0.14
70 0.42
112 0.51
154 0.45
Jum 71.03
29 0.14
71 0.43
113 0.51
155 0.44
30 0.14
72 0.43
114 0.51
156 0.44
31 0.14
73 0.44
115 0.51
157 0.43
32 0.15
74 0.45
116 0.51
158 0.43
33 0.16
75 0.46
117 0.51
159 0.43
34 0.16
76 0.46
118 0.51
160 0.42
35 0.17
77 0.47
119 0.51
161 0.42
36 0.18
78 0.48
120 0.51
162 0.41
37 0.18
79 0.49
121 0.51
163 0.41
38 0.19
80 0.49
122 0.51
164 0.40
39 0.20
81 0.49
123 0.51
165 0.40
40 0.20
82 0.49
124 0.51
166 0.39
41 0.21
83 0.49
125 0.51
167 0.39
42 0.22
84 0.49
126 0.51
168 0.38
58
Lampiran 12. Lanjutan
5. Kacang Panjang
Umur CWR
Umur CWR
Umur CWR
(hst) (mm/hari)
(hst) (mm/hari)
(hst) (mm/hari)
1 0.03
43 0.07
85 0.09
2 0.03
44 0.07
86 0.09
3 0.03
45 0.08
87 0.09
4 0.03
46 0.08
88 0.09
5 0.03
47 0.08
89 0.09
6 0.03
48 0.08
90 0.09
7 0.03
49 0.08
91 0.09
8 0.03
50 0.09
92 0.08
9 0.03
51 0.09
93 0.08
10 0.03
52 0.09
94 0.08
11 0.03
53 0.09
95 0.07
12 0.03
54 0.09
96 0.07
13 0.03
55 0.09
97 0.07
14 0.03
56 0.09
98 0.06
15 0.03
57 0.09
99 0.06
16 0.03
58 0.09
10 0.06
17 0.03
59 0.09
101 0.06
18 0.03
60 0.09
102 0.05
19 0.03
61 0.09
103 0.05
20 0.03
62 0.09
104 0.05
21 0.03
63 0.09
105 0.04
22 0.03
64 0.09
106 0.04
23 0.03
65 0.09
107 0.04
24 0.04
66 0.09
108 0.03
25 0.04
67 0.09
109 0.03
26 0.04
68 0.09
110 0.03
27 0.04
69 0.09
Jumlah 7.00
28 0.04
70 0.09
29 0.05
71 0.09
30 0.05
72 0.09
31 0.05
73 0.09
32 0.05
74 0.09
33 0.05
75 0.09
34 0.06
76 0.09
35 0.06
77 0.09
36 0.06
78 0.09
37 0.06
79 0.09
38 0.06
80 0.09
39 0.07
81 0.09
40 0.07
82 0.09
41 0.07
83 0.09
42 0.07
84 0.09
59
Lampiran 12. Lanjutan
6. Pisang Umur CWR
Umur CWR
Umur CWR
Umur CWR
Umur CWR
Umur CWR
(hst) (mm/hari)
(hst) (mm/hari)
(hst) (mm/hari)
(hst) (mm/hari)
(hst) (mm/hari)
(hst) (mm/hari)
1 0.02
44 0.02
87 0.02
130 0.03
173 0.04
216 0.04
2 0.02
45 0.02
88 0.02
131 0.03
174 0.04
217 0.04
3 0.02
46 0.02
89 0.02
132 0.03
175 0.04
218 0.04
4 0.02
47 0.02
90 0.02
133 0.03
176 0.04
219 0.04
5 0.02
48 0.02
91 0.02
134 0.03
177 0.04
220 0.04
6 0.02
49 0.02
92 0.02
135 0.03
178 0.04
221 0.04
7 0.02
50 0.02
93 0.02
136 0.03
179 0.04
222 0.04
8 0.02
51 0.02
94 0.02
137 0.03
180 0.04
223 0.04
9 0.02
52 0.02
95 0.02
138 0.03
181 0.04
224 0.04
10 0.02
53 0.02
96 0.02
139 0.03
182 0.04
225 0.04
11 0.02
54 0.02
97 0.02
140 0.03
183 0.04
226 0.04
12 0.02
55 0.02
98 0.02
141 0.03
184 0.04
227 0.04
13 0.02
56 0.02
99 0.02
142 0.03
185 0.04
228 0.04
14 0.02
57 0.02
10 0.02
143 0.03
186 0.04
229 0.04
15 0.02
58 0.02
101 0.02
144 0.03
187 0.04
230 0.04
16 0.02
59 0.02
102 0.02
145 0.03
188 0.04
231 0.04
17 0.02
60 0.02
103 0.02
146 0.03
189 0.04
232 0.04
18 0.02
61 0.02
104 0.02
147 0.03
190 0.04
233 0.04
19 0.02
62 0.02
105 0.02
148 0.03
191 0.04
234 0.04
20 0.02
63 0.02
106 0.02
149 0.03
192 0.04
235 0.04
21 0.02
64 0.02
107 0.02
150 0.04
193 0.04
236 0.04
22 0.02
65 0.02
108 0.02
151 0.04
194 0.04
237 0.04
23 0.02
66 0.02
109 0.02
152 0.04
195 0.04
238 0.04
24 0.02
67 0.02
110 0.02
153 0.04
196 0.04
239 0.04
25 0.02
68 0.02
111 0.02
154 0.04
197 0.04
240 0.04
26 0.02
69 0.02
112 0.02
155 0.04
198 0.04
241 0.04
27 0.02
70 0.02
113 0.02
156 0.04
199 0.04
242 0.04
28 0.02
71 0.02
114 0.03
157 0.04
200 0.04
243 0.04
29 0.02
72 0.02
115 0.03
158 0.04
201 0.04
244 0.04
30 0.02
73 0.02
116 0.03
159 0.04
202 0.04
245 0.04
31 0.02
74 0.02
117 0.03
160 0.04
203 0.04
246 0.04
32 0.02
75 0.02
118 0.03
161 0.04
204 0.04
247 0.04
33 0.02
76 0.02
119 0.03
162 0.04
205 0.04
248 0.04
34 0.02
77 0.02
120 0.03
163 0.04
206 0.04
249 0.04
35 0.02
78 0.02
121 0.03
164 0.04
207 0.04
250 0.04
36 0.02
79 0.02
122 0.03
165 0.04
208 0.04
251 0.04
37 0.02
80 0.02
123 0.03
166 0.04
209 0.04
252 0.04
38 0.02
81 0.02
124 0.03
167 0.04
210 0.04
253 0.03
39 0.02
82 0.02
125 0.03
168 0.04
211 0.04
254 0.03
40 0.02
83 0.02
126 0.03
168 0.04
212 0.04
255 0.03
41 0.02
84 0.02
127 0.03
170 0.04
213 0.04
Jumlah 7.38 42 0.02
85 0.02
128 0.03
171 0.04
214 0.04
43 0.02
86 0.02
129 0.03
172 0.04
215 0.04
60
Lampiran 12. Lanjutan
6. Nilai CWR
b. Desa Cihideung Ilir
1. Padi
Umur CWR
Umur CWR
Umur CWR
(hst) (mm/hari)
(hst) (mm/hari)
(hst) (mm/hari)
1 0.73
43 0.80
85 0.85
2 0.74
44 0.80
86 0.85
3 0.74
45 0.81
87 0.85
4 0.74
46 0.81
88 0.85
5 0.74
47 0.81
89 0.85
6 0.74
48 0.81
90 0.85
7 0.74
49 0.82
91 0.85
8 0.74
50 0.82
92 0.85
9 0.74
51 0.82
93 0.85
10 0.74
52 0.82
94 0.85
11 0.74
53 0.83
95 0.85
12 0.74
54 0.83
96 0.85
13 0.75
55 0.83
97 0.85
14 0.75
56 0.83
98 0.85
15 0.75
57 0.83
99 0.85
16 0.75
58 0.83
100 0.84
17 0.75
59 0.83
101 0.84
18 0.75
60 0.84
102 0.84
19 0.75
61 0.84
103 0.84
20 0.75
62 0.84
104 0.84
21 0.75
63 0.84
105 0.84
22 0.75
64 0.84
106 0.84
23 0.75
65 0.84
107 0.84
24 0.76
66 0.84
108 0.84
25 0.76
67 0.84
109 0.83
26 0.76
68 0.84
110 0.83
27 0.76
69 0.84
Jumlah 88.84
28 0.76
70 0.84
29 0.77
71 0.84
30 0.77
72 0.84
31 0.77
73 0.84
32 0.77
74 0.84
33 0.78
75 0.84
34 0.78
76 0.84
35 0.78
77 0.84
36 0.78
78 0.85
37 0.79
79 0.85
38 0.79
80 0.85
39 0.79
81 0.85
40 0.79
82 0.85
41 0.80
83 0.85
42 0.80
84 0.85
61
Lampiran 12. Lanjutan
2. Jagung
Umur CWR
Umur CWR
Umur CWR
Umur CWR
(hst) (mm/hari)
(hst) (mm/hari)
(hst) (mm/hari)
(hst) (mm/hari)
1 0.33
43 0.79
85 1.42
127 0.85
2 0.33
44 0.82
86 1.43
128 0.82
3 0.33
45 0.85
87 1.43
129 0.79
4 0.33
46 0.87
88 1.43
130 0.76
5 0.33
47 0.9
89 1.43
131 0.73
6 0.33
48 0.93
90 1.43
132 0.71
7 0.33
49 0.95
91 1.43
133 0.68
8 0.33
50 0.98
92 1.43
134 0.65
9 0.33
51 1.01
93 1.44
135 0.62
10 0.33
52 1.03
94 1.44
Jumlah 130.63
11 0.33
53 1.06
95 1.44
12 0.33
54 1.09
96 1.44
13 0.33
55 1.12
97 1.44
14 0.33
56 1.14
98 1.44
15 0.33
57 1.17
99 1.45
16 0.33
58 1.20
10 1.45
17 0.33
59 1.22
101 1.45
18 0.33
60 1.25
102 1.45
19 0.33
61 1.28
103 1.45
20 0.33
62 1.31
104 1.45
21 0.33
63 1.33
105 1.45
22 0.33
64 1.36
106 1.43
23 0.33
65 1.39
107 1.40
24 0.33
66 1.39
108 1.37
25 0.33
67 1.39
109 1.35
26 0.36
68 1.39
110 1.32
27 0.38
69 1.40
111 1.29
28 0.41
70 1.40
112 1.27
29 0.43
71 1.40
113 1.24
30 0.46
72 1.40
114 1.21
31 0.48
73 1.40
115 1.18
32 0.51
74 1.40
116 1.16
33 0.54
75 1.41
117 1.13
34 0.56
76 1.41
118 1.10
35 0.59
77 1.41
119 1.07
36 0.61
78 1.41
120 1.04
37 0.64
79 1.41
121 1.02
38 0.66
80 1.41
122 0.99
39 0.69
81 1.42
123 0.96
40 0.72
82 1.42
124 0.93
41 0.74
83 1.42
125 0.90
42 0.77
84 1.42
126 0.88
62
Lampiran 12. Lanjutan
3. Ubi
Umur CWR
Umur CWR
Umur CWR
Umur CWR
(hst) (mm/hari)
(hst) (mm/hari)
(hst) (mm/hari)
(hst) (mm/hari)
1 0.73
43 1.36
85 1.84
127 1.29
2 0.73
44 1.39
86 1.84
128 1.27
3 0.73
45 1.43
87 1.84
129 1.25
4 0.73
46 1.46
88 1.84
130 1.23
5 0.73
47 1.49
89 1.84
Jumlah 184.72
6 0.73
48 1.53
90 1.85
7 0.73
49 1.57
91 1.85
8 0.73
50 1.60
92 1.85
9 0.73
51 1.64
93 1.85
10 0.73
52 1.67
94 1.85
11 0.73
53 1.71
95 1.85
12 0.73
54 1.74
96 1.85
13 0.74
55 1.78
97 1.86
14 0.74
56 1.78
98 1.86
15 0.74
57 1.78
99 1.86
16 0.74
58 1.78
10 1.86
17 0.74
59 1.79
101 1.84
18 0.74
60 1.79
102 1.82
19 0.74
61 1.79
103 1.80
20 0.74
62 1.79
104 1.78
21 0.74
63 1.79
105 1.76
22 0.74
64 1.80
106 1.74
23 0.74
65 1.80
107 1.72
24 0.74
66 1.80
108 1.70
25 0.75
67 1.80
109 1.68
26 0.78
68 1.80
110 1.65
27 0.81
69 1.81
111 1.63
28 0.85
70 1.81
112 1.61
29 0.88
71 1.81
113 1.59
30 0.91
72 1.81
114 1.57
31 0.95
73 1.81
115 1.55
32 0.98
74 1.82
116 1.53
33 1.01
75 1.82
117 1.51
34 1.05
76 1.82
118 1.49
35 1.08
77 1.82
119 1.47
36 1.11
78 1.82
120 1.44
37 1.15
79 1.83
121 1.42
38 1.18
80 1.83
122 1.40
39 1.22
81 1.83
123 1.38
40 1.25
82 1.83
124 1.36
41 1.29
83 1.83
125 1.34
42 1.32
84 1.84
126 1.32
63
Lampiran 12. Lanjutan
4. Singkong
Umur CWR
Umur CWR
Umur CWR
Umur CWR
Umur CWR
(hst) (mm/hari)
(hst) (mm/hari)
(hst) (mm/hari)
(hst) (mm/hari)
(hst) (mm/hari)
1 0.06
43 0.10
85 0.23
127 0.23
168 0.17
2 0.06
44 0.11
86 0.23
128 0.23
170 0.17
3 0.06
45 0.11
87 0.23
129 0.23
171 0.17
4 0.06
46 0.11
88 0.37
130 0.23
172 0.16
5 0.06
47 0.11
89 0.23
131 0.23
173 0.16
6 0.06
48 0.12
90 0.23
132 0.23
174 0.16
7 0.06
49 0.12
91 0.23
133 0.23
175 0.16
8 0.06
50 0.12
92 0.23
134 0.23
176 0.16
9 0.06
51 0.13
93 0.23
135 0.23
177 0.15
10 0.06
52 0.13
94 0.23
136 0.23
178 0.15
11 0.06
53 0.13
95 0.23
137 0.23
179 0.15
12 0.06
54 0.14
96 0.23
138 0.23
180 0.15
13 0.06
55 0.14
97 0.23
139 0.23
181 0.14
14 0.06
56 0.14
98 0.23
140 0.23
182 0.14
15 0.06
57 0.15
99 0.23
141 0.23
183 0.14
16 0.06
58 0.15
10 0.23
142 0.23
184 0.14
17 0.06
59 0.15
101 0.23
143 0.23
185 0.14
18 0.06
60 0.16
102 0.23
144 0.23
186 0.13
19 0.06
61 0.16
103 0.23
145 0.22
187 0.13
20 0.06
62 0.16
104 0.23
146 0.22
188 0.13
21 0.06
63 0.17
105 0.23
147 0.22
189 0.13
22 0.06
64 0.17
106 0.23
148 0.22
190 0.12
23 0.06
65 0.17
107 0.23
149 0.21
191 0.12
24 0.06
66 0.18
108 0.23
150 0.21
192 0.12
25 0.06
67 0.18
109 0.23
151 0.21
193 0.12
26 0.06
68 0.18
110 0.23
152 0.21
194 0.12
27 0.06
69 0.19
111 0.23
153 0.21
195 0.11
28 0.06
70 0.19
112 0.23
154 0.20
Jumlah 32.31
29 0.06
71 0.19
113 0.23
155 0.20
30 0.06
72 0.20
114 0.23
156 0.20
31 0.06
73 0.20
115 0.23
157 0.20
32 0.07
74 0.20
116 0.23
158 0.20
33 0.07
75 0.21
117 0.23
159 0.19
34 0.07
76 0.21
118 0.23
160 0.19
35 0.08
77 0.21
119 0.23
161 0.19
36 0.08
78 0.22
120 0.23
162 0.19
37 0.08
79 0.22
121 0.23
163 0.18
38 0.09
80 0.22
122 0.23
164 0.18
39 0.09
81 0.22
123 0.23
165 0.18
40 0.09
82 0.22
124 0.23
166 0.18
41 0.10
83 0.23
125 0.23
167 0.18
42 0.10
84 0.23
126 0.23
168 0.17
64
Lampiran 12. Lanjutan
5. Kacang Panjang
Umur CWR
Umur CWR
Umur CWR
(hst) (mm/hari)
(hst) (mm/hari)
(hst) (mm/hari)
1 0.06
43 0.14
85 0.18
2 0.06
44 0.15
86 0.18
3 0.06
45 0.15
87 0.18
4 0.06
46 0.15
88 0.18
5 0.06
47 0.16
89 0.18
6 0.06
48 0.16
90 0.18
7 0.06
49 0.17
91 0.17
8 0.06
50 0.17
92 0.16
9 0.06
51 0.17
93 0.16
10 0.06
52 0.17
94 0.15
11 0.06
53 0.17
95 0.15
12 0.06
54 0.17
96 0.14
13 0.06
55 0.17
97 0.13
14 0.06
56 0.17
98 0.13
15 0.06
57 0.17
99 0.12
16 0.06
58 0.17
10 0.12
17 0.06
59 0.17
101 0.11
18 0.06
60 0.17
102 0.10
19 0.06
61 0.17
103 0.10
20 0.06
62 0.17
104 0.09
21 0.06
63 0.17
105 0.09
22 0.06
64 0.17
106 0.08
23 0.07
65 0.17
107 0.07
24 0.07
66 0.17
108 0.07
25 0.08
67 0.17
109 0.06
26 0.08
68 0.17
110 0.05
27 0.08
69 0.17
Jumlah 13.77
28 0.09
70 0.17
29 0.09
71 0.17
30 0.09
72 0.17
31 0.10
73 0.17
32 0.10
74 0.17
33 0.10
75 0.17
34 0.11
76 0.17
35 0.11
77 0.17
36 0.12
78 0.18
37 0.12
79 0.18
38 0.12
80 0.18
39 0.13
81 0.18
40 0.13
82 0.18
41 0.14
83 0.18
42 0.14
84 0.18
65
Lampiran 13 Petakan Lahan yang Mendapat Irigasi Melalui Cut Throat Flume
di Desa Cihideung Udik
PETAKAN LAHAN CIHIDEUNG UDIK
LEGENDA
Aliran air irigasi
cut throat flume
66
Lampiran 13. Lanjutan
Luas Petakan Desa Cihideung Udik No. jenis tanaman Luas lahan (ha)
No. jenis tanaman Luas lahan (ha)
1 padi baru panen 0.04455
47 jagung 0.05078
2 kacang panjang 0.06064
48 jagung 0.04489
3 bengkoang 0.04224
49 ubi 0.02917
4 padi 0.05464
50 singkong 0.04070
5 ubi + pepaya 0.07972
51 tanah baru diolah 0.06204
6 katuk + pepaya 0.06751
52 padi 0.02633
7 padi 0.04609
53 padi 0.03525
8 jagung 0.07397
9 ubi 0.09206
10 padi 0.04928
Jumlah Luasan Masing-masing jenis tanaman
11 ubi 0.08459
12 jagung 0.09513
No. Jenis Tanaman Luas lahan (ha) (%)
13 ubi 0.05459
1 Padi 0.95155 28.29
14 padi 0.07841
2 Jagung 0.47993 14.27
15 ubi 0.05452
3 Ubi 0.85773 25.50
16 padi 0.08126
4 Singkong 0.47170 14.02
17 ubi + jagung 0.04942
5 Kacang Panjang 0.06064 1.80
18 singkong 0.06834
6 Pisang 0.02740 0.81
19 singkong 0.06208
7 Katuk 0.24119 7.17
20 padi 0.08124
8 Pepaya 0.14723 4.38
21 singkong 0.05262
9 Bengkoang 0.04224 1.26
22 padi 0.07226
10 Jambu 0.08414 2.50
23 singkong 0.06010
Jumlah 3.36375 100
24 singkong 0.06429
25 singkong 0.04906
26 jambu + katuk 0.08414
27 ubi + singkong 0.07451
28 ubi + jagung 0.06483
29 ubi 0.05280
30 padi 0.07532
31 padi 0.03803
32 jagung + ubi 0.04073
33 padi 0.06867
34 padi 0.07270
35 padi 0.05585
36 padi 0.03607
37 ubi 0.02148
38 pisang 0.02740
39 katuk 0.08954
40 ubi 0.05273
41 padi 0.04059
42 ubi 0.02732
43 jagung 0.06018
44 ubi 0.04708
45 padi 0.03956
46 ubi 0.03218
67
Lampiran 14. Petakan Lahan yang Mendapat Irigasi Melalui Cut Throat Flume
di Desa Cihideung Ilir
PETAKAN LAHAN CIHIDEUNG ILIR
LEGENDA Aliran air irigasi
cut throat flume
68
Lampiran 14. Lanjutan
Luas Petakan Desa Cihideung Ilir
No. Jenis tanaman Luas lahan (ha)
Jumlah Luasan Masing-masing jenis tanaman
1 jagung + ubi 0.21760
2 ubi 0.15000
No. Jenis Tanaman Luas lahan (ha) (%)
3 jagung 0.09367
1 Padi 0.84979 16.76
4 kacang 0.15820
2 Jagung 1.66119 32.75
5 jagung 0.48580
3 Ubi 2.14857 42.36
6 padi 0.12900
4 Singkong 0.25390 5.01
7 ubi 0.08603
5 Kacang Panjang 0.15820 3.12
8 jagung 0.11770
Jumlah 5.07165 100
9 singkong 0.16800
10 jagung 0.08082
11 ubi 0.20560
12 ubi 0.10620
13 ubi 0.13470
14 kacang 0.05732
15 ubi 0.08587
16 padi 0.23880
17 ubi 0.07965
18 jagung 0.13540
19 ubi + jagung 0.11520
20 ubi 0.05566
21 ubi 0.19250
22 ubi + jagung 0.27030
23 jagung 0.14470
24 padi 0.12500
25 ubi 0.14730
26 padi 0.27490
27 ubi 0.07756
28 ubi 0.22440
29 singkong 0.08590
30 padi 0.08209