Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
SKRIPSI
ANALISIS KINERJA BIDAN PADA PELAYANANANTENATAL CARE DI
PUSKESMAS SEKABUPATEN GOWA
LUSIARUT LAMERE K 111 09576
Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
JURUSAN ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
ANALISIS KINERJA BIDAN PADA PELAYANAN ANTENATAL CARE DI
PUSKESMAS SEKABUPATEN GOWA
RINGKASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor Pengetahuan, Motivasi Kerja,
Kepemimpinan, Insentif / Imbalan, dan Rekan Kerja yang berhubungan dengan kinerja bidan
yang berkaitan dengan pelayanan Antenatal Care ( ANC ) di Puskesmas Sekabupaten Gowa,
penelitian ini menggunakan penelitian observasi analitik dengan rancangan “cross sectional
study” dengan jumlah sampel 49 bidan dengan menggunakan rumus (ariawan,1998 dalam
yatino,2005) dengan melakukan wawancara dan kuesioner. Terdapat 19 responden memiliki
pengetahuan kurang 47,4% memilki kinerja rendah. Hasil uji chi-square diperoleh nilai p=0,04 (
p< 0,05) berarti Ho ditolak dan Ha diterima dengan demikian ada hubungan antara faktor
pengetahuan dengan kinerja bidan pada pelayanan ANC. Hasil Uji statistik untuk melihat
keeratan hubungan diperoleh nilai Rφ = 0,289 yang menyatakan ada hubungan rendah.
responden yang memilki motivasi kerja kurang, 58,3% memiliki kinerja rendah, hasil uji Chi-
Square diperoleh nilai ρ=0,016 yang berarti Ho ditolak Ha diterima berarti ada hubungan. Hasil
uji koefisien φ (phi) diperoleh Rφ=0,343 yang menyatakan ada hubungan rendah. responden
yang menyatakan kepemimpinan pemimpin puskesmas Cukup baik, 82,9% memiliki kinerja
Tinggi. hasil uji statistic dengan Chi- Square diperoleh nilai ρ=0,00 yang berarti ada hubungan
kepemimpinan dengan kinerja, uji statistic koefisien φ (phi) yang diperoleh nilai Rφ = 0,25
berarti terdapat hubungan rendah. responden yang menyatakan kurang terhadap insentif yang
diterima 50,0% memilki kinerja rendah, Uji Statistik dengan Chi – Square diperoleh nilai ρ =
0,025 terdapat hubungan antara insentif / imbalan terhadap kinerja, Keeratan hubungan tersebut
diketahui dengan hasil uji koefisien φ (phi) diperoleh nilai Rφ = 0,321 terdapat hubungan rendah.
responden yang memberikan penilaian cukup baik terhadap rekan kerjanya 20,5% memiliki
kinerja rendah. Chi – Square diperoleh nilai ρ = 0,00 Keeratan hubungan tersebut diketahui
dengan hasil uji koefisien φ (phi) diperoleh nilai Rφ = 0,433 terdapat hubungan sedang antara
rekan kerja dengan kinerja bidan pada pelayanan ANC.
Kata Kunci : Faktor- faktor yang berhubungan dengan Kinerja Bidan, Pelayanan ANC
PERFORMANCE ANALYSIS OF THE MIDWIFE IN HEALTH CARE SERVICES
ANTENATAL IN THE COUNTY GOWA
SUMARRY
This study aims to identify factors Knowledge, Work Motivation, Leadership, Incentives /
Rewards, and Coworkers associated with midwives' work related to service Antenatal Care
(ANC) or by pregnant women prenatal care at the health center in the county Gowa, this study
used observational research analytic design "cross sectional" with a sample of 49 midwives
using the formula (Ariawan, 1998 in yatino, 2005) by conducting interviews and questionnaires.
There are 19 respondents have less knowledge has an 47.4% lower performance. Results
obtained by chi-square test p-value = 0.04 (p <0.05) means that Ho is rejected and Ha is
accepted as such there is a relationship between knowledge factor with the performance of
midwives in ANC. Statistical test results to see the relationship obtained Rφ value = 0.289 which
states there is a low relationship between knowledge of the performance of midwives in ANC.
respondents who have the motivation to work less, 58.3% had low performance, Chi-Square test
results obtained by the value of ρ = 0.016, which means rejected Ho Ha received means no
working relationship with the midwives' work motivation in the ANC. Test results coefficient φ
(phi) obtained Rφ = 0.343 which states there is a low relationship. respondents who claimed
leadership clinic leaders Pretty good, 82.9% had a High performance. statistical test results
obtained with the Chi-Square value ρ = 0.00 which means that there is a relationship with the
leadership of the ANC midwives performance, the test statistic coefficient φ (phi) values obtained
Rφ = 0.25 means that there is low relationship. respondents who expressed less of the incentives
that have the low performance of 50.0%, Test Statistics with Chi - Square obtained value ρ =
0.025 there is a relationship between incentives / rewards to the performance of midwives in
ANC, the relationship has been known to test the results of the coefficient of φ ( phi) values
obtained Rφ = 0.321 there is a low relationship. respondents gave fairly good assessment of the
co-workers 20.5% had low performance. Chi - Square obtained value ρ = 0.00 relationship has
been known to test the results of coefficient φ (phi) values obtained Rφ = 0.433 there is a
relationship between co-workers are with midwives in ANC performance.
Keywords: Factors associated with performance Midwife, ANC services
KATA PENGANTAR
Penulis panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis
Kinerja Bidan Pada Pelayanan Antenatal Care di Puskemas Sekabupaten Gowa.” Sebagai
syarat untuk menyelesaikan pendidikan Strata Satu pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanuddin.
Dengan penuh rasa hormat dan cinta penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu
tercinta Mariana Batmomolin atas segala dukungannya baik secara moril maupun materil demi
terselesainya skripsi ini. Dengan segala kasih sayang dan pengorbanan serta doa yang selalu Ibu
berikan sehingga menyertai penulis sampai saat ini. Tak lupa Almahrum Ayah tercinta Ferdi
Lamere meski telah dipanggil pulang Allah disisiNya, penulis percaya disana ayah mendoakan
yang terbaik bagi penulis terutama dalam menggapai impian dan cita-cita.
Ucapan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Ibu Ir.
Nurhayani,M.Kes selaku pembimbing I dan Ibu Prof. Dr. Hj. Asiah Hamzah, Dra, MA selaku
pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam penulisan
skripsi ini.
Selain itu tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan dan motivasi dalam penyusunan dan penyelasaian skripsi ini terutama
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. dr. H. M. Alimin Maidin, MPH sebagai dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanuddin beserta seluruh staf atas bantuannya selama penulis
mengitu pendidikan.
2. Bapak Dr. Darmawansyah, SE selaku ketua jurusan bagian Administrasi Kebijakan
Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.
3. Ibu Balqis, SKM, M.Kes, M. Sc. PH , Prof. Dr. H. Indar, SH, MPH , dan Bapak Dr. drs.
Mappeaty Nyorong, MPH selaku penguji yang telah memberikan saran dan kritik demi
perbaikan skripsi ini.
4. Kedua orang yang sangat kukasihi dan cintai (Virgo Tharob dan JJ Tharob), keluarga besar
Lamere di Makassar ( Oma Ruth, Tante Marleen, Tante Jenny Amelia & Om Yusuf
Majid,Om Ulis Lamere & Tante Uli, Tante Rika, adikku tercinta Elisabeth Lamere, sepupu-
sepupuku Vira, Saldy,Kiki, Tirta, Cakra,Tantri, Cemara, dan yang lainnya) yang dengan cara
mereka masing-masing telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
5. Keempat Kepala Puskesmas (Puskesmas Parigi, Tinggimoncong, Manuju, dan Parangloe)
dan ibu-ibu bidan yang memberikan izin penelitian dan turut berpartisipasi membantu
penulis.
6. Kepada Sahabat-sahabatku Yonior Patty, Febriyani Rahangiar, Jenifer Lololuan, Kak Elyn
Jean , Kak Vita Takendare, Kak Anty Demny, Kak Valy de Jong ,dan Kak Ikha Loran yang
memberikan saran dan masukkan kepada penulis.
7. Seluruh teman-teman jurusan Administrasi Kebijakan Kesehatan Masyarakat Universitas
Hasanuddin angkatan 2009 yang turut membantu.
8. Seluruh teman Generasi Intelektual Terbaik Tamalanrea, kakak – kakak dan adik-adik FKM
UNHAS.
Kepada siapa saja yang tidak penulis sebutkan, terima kasih atas bantuannya. Semoga
Tuhan selalu memberikan yang terbaik untuk kita semua. Penulis menyadari skripsi ini masih
jauh dari kesempurnaan, sehingga penulis mohon saran dan kritikan yang sifatnya membangun.
Penulis juga mohon maaf bila terdapat kekurangan ataupun salah penulisan dalam skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Penulis ucapkan banyak terima kasih.
Makassar , Mei 2013
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………
LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………
DAFTAR ISI ………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................... 10
C. Tujuan Penelitian .......................................................... 10
D. Manfaat Penelitian ............................................................. 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum tentang Kinerja ………………………………….. 13
B. Tinjauan Umum tentang Bidan ………………………………… 15
C. Tinjauan Umum tentang Antenatal Care (ANC)………………………….. 22
D. Tinjauan Umum tentang Pelayanan ANC ……………………………. 25
E. Tinjauan Umum Tentang Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Kinerja Bidan pada ANC ………………………………………………… 31
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran Variabel …………………….…………………………… 35
B. Kerangka Teori ..………………………………………………………. 36
C. Pola Pikir Variabel Yang Di Teliti ………………………………………… 37
D. Kerangka Konsep …………………………………………………………... 38
E. Defenisi Operasional Dan Kriteria Objektif ………………………………. 39
F. Hipotesis Penelitian…………………………………………………………. 47
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian …………………………………………………………. 48
B. Lokasi Penelitian .…………………………………………………………. 48
C. Populasi dan Sampel .………………………………………………………. 48
D. Pengambilan Data ………………………………………………………… 50
E. Pengolahan Data ……………………………………………………………. 51
F. Analisis Data ……………………………………………………………... 51
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian …………………………………………………………….. 55
B. Pembahasan ………………………………………………………………… 76
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………………………… 89
B. Saran ……………………………………………………………………….. 90
DAFTAR PUSTAKAN
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Interval Koefisien φ (Phi) dan Tingkat Hubungan
Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Bidan di Puskesmas Sekabupaten Gowa
Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Bidan di Puskesmas
Sekabupaten Gowa
Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Status Perkawinan Bidan di Puskesmas
Sekabupaten Gowa
Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja Bidan di Puskesmas Sekabupaten
Gowa
Tabel 6 Distribusi Responden Berdasarkan Status Kepegawaian Bidan di Puskesmas
Sekabupaten Gowa
Tabel 7 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Bidan di Puskesmas
Sekabupaten Gowa
Tabel 8 Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi Bidan di Puskesmas Sekabupaten
Gowa
Tabel 9 Distribusi Responden Berdasarkan Kepemimpinan Bidan di Puskesmas
Sekabupaten Gowa
Tabel 10 Distribusi Responden Berdasarkan Insentif/Imbalan Bidan di Puskesmas
Sekabupaten Gowa
Tabel 11 Distribusi Responden Berdasarkan Rekan Kerja Bidan di Puskesmas Sekabupaten
Gowa
Tabel 12 Distribusi Responden Berdasarkan Kinerja Bidan di Puskesmas Sekabupaten
Gowa
Tabel 13 Hubungan Umur dengan Kinerja Bidan pada Pelayanan Antenatal Care (ANC) di
Puskesmas Sekabupaten Gowa.
Tabel 14 Hubungan Pendidikan Terakhir dengan Kinerja Bidan pada Pelayanan Antenatal
Care (ANC) di Puskesmas Sekabupaten Gowa.
Tabel 15 Hubungan Status Perkawinan dengan Kinerja Bidan pada Pelayanan Antenatal
Care (ANC) di Puskesmas Sekabupaten Gowa.
Tabel 16 Hubungan Masa Kerja dengan Kinerja Bidan pada Pelayanan Antenatal Care
(ANC) di Puskesmas Sekabupaten Gowa.
Tabel 17 Hubungan Status Kepegawaian dengan Kinerja Bidan pada Pelayanan Antenatal
Care (ANC) di Puskesmas Sekabupaten Gowa.
Tabel 18 Hubungan Pengetahuan dengan Kinerja Bidan pada Pelayanan Antenatal Care
(ANC) di Puskesmas Sekabupaten Gowa.
Tabel 19 Hubungan Motivasi dengan Kinerja Bidan pada Pelayanan Antenatal Care (ANC)
di Puskesmas Sekabupaten Gowa.
Tabel 20 Hubungan Kepemimpinan dengan Kinerja Bidan pada Pelayanan Antenatal Care
(ANC) di Puskesmas Sekabupaten Gowa.
Tabel 21 Hubungan Insentif / Imbalan dengan Kinerja Bidan pada Pelayanan Antenatal
Care (ANC) di Puskesmas Sekabupaten Gowa.
Tabel 22 Hubungan Rekan Kerja dengan Kinerja Bidan pada Pelayanan Antenatal Care
(ANC) di Puskesmas Sekabupaten Gowa.
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Teori Faktor-faktor yang berhubungan kinerja……………
Gambar 2 Kerangka Pikir……………………………………………………….
Gambar 3 Kerangka Konsep……………………………………………………
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Kinerja Bidan pada Pelayanan Antenatal Care (ANC)
Lampiran 2 Master Tabel Penelitian
Lampiran 3 Output Analisis Hasil Penelitian
Lampiran 4 Surat Izin Penelitian dari Dekan FKM UH
Lampiran 5 Surat Izin Penelitian dari Gubernur Sulawesi Selatan
Lampiran 6 Surat Izin dari Bupati Kabupaten Gowa
Lampiran 7 Riwayat Hidup Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Saat ini di dunia Angka Kematian Ibu (AKI) saat melahirkan dan Angka Kematian Bayi
khususnya bayi baru lahir masih tinggi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat,tiap
tahunnya sekitar 14.180 wanita Indonesia meninggal karena hamil dan melahirkan,sedangkan di
dunia mencapai lebih dari 585.000 ibu meninggal saat hamil atau bersalin (Depkes,2010 ).
Kematian dan kesakitan ibu hamil,bersalin dan nifas masih merupakan masalah besar di Negara
berkembang termasuk Indonesia. Sekitar 25-50% kematian wanita usia subur disebabkan
masalah yang berkaitan dengan kehamilan,persalinan dan nifas di Negara miskin.
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indicator penting dalam menentukan
derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu
penyebab kematian terkait gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk
kecelakaan atau kasus insiden) selama kehamilan,melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari
setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup
(Profil Kesehatan Indonesia,2010). Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
Tahun 2002 Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sebesar 307/100.000 kelahiran hidup
(KH) sedangkan hasil SDKI pada tahun 2007 AKI 228/100.000 KH. Dari pernyataan diatas
terdapat penurunan angka kejadian,namun angka tersebut masih jauh Millenium Development
Goals (MDGs) yang sudah harus dicapai pada tahun 2015 yaitu AKI 102/100.000 KH dan bila
dibandingkan dengan negara lain di Asia Tenggara, angka kematian ini merupakan yang
tertinggi diantara Negara-negara ASEAN. Angka Kematian Ibu (AKI) di negara Malaysia
41/100.000 kelahiran hidup, Singapura 6/100.000 kelahiran hidup, Thailand 44/100.000
kelahiran hidup, Filiphina 170/100.000 kelahiran hidup, Vietnam 160/100.000 kelahiran hidup
(Depkes RI, 2004 )
Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah yang meninggal sebelum mencapai usia 1
tahun yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. AKB juga
merupakan indicator yang biasanya digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat.
Oleh karena itu banyak upaya yang kesehatan dilakukan dalam rangka menurunkan AKB.
Menurut hasil SDKI terjadi penurunan AKB sejak tahun 1991. Pada tahun 1991 diestimasikan
AKB sebesar 68/1000 kelahiran hidup. Sedangkan hasil SDKI 2007 mengetimasikan AKB
sebesar 34/1000 kelahiran hidup . hasil estimasi tersebut memperhitungkan Angka Kematian
Bayi dalam periode 5 tahun terakhir sebelum survey,misalnya pada SDKI tahun 2007 diperoleh
AKB untuk 5 tahun sebelumnya yaitu tahun 2003-2007 sebesar 34/1000 kelahiran hidup (Profil
Kesehatan Iindonesia,2010).
Di Sulawesi Selatan, berdasarkan hasil surkesnas 2002-2003 AKB di Sulawesi selatan
sebesar 47/1000 KH. Di Kabupaten Gowa angka kematian bayi selama kurun waktu tahun 2000
sampai dengan tahun 2005 memperlihatkan penurunan yaitu 9,44/1000 KH menjadi 3,07/1000
KH pada tahun 2005. Namun AKB di kabupaten gowa mengalami peningkatan yaitu 4,3/ 1000
KH pada tahun 2006 dan mengalami penurunan lagi yaitu 4,17 pada tahun 2007 (Profil
Kesehatan Kab. Gowa,2007).
AKI secara nasional tampak berbeda dari satu propinsi ke propinsi lain. Hal ini
menunjukkan adanya disparitas dari satu tempat ke tempat lain karena adanya perbedaan seperti
tingkat ekonomi, etnis, budaya dan wilayah geografis. Sebagai contoh AKI di propinsi DKI
Jakarta (24/1000 kelahiran hidup) lebih rendah dibandingkan di Papua (730/100.000 kelahiran
hidup) (Profil Kesehatan DKI Jakarta dan Papua, 2007). Angka Kematian Ibu di Sulawesi
Selatan menurun dari 1,17/1000 KH (kelahiran hidup) pada tahun 2000 menjadi 1,07/1000 KH
pada tahun 2001,Semenatara Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun 2008 disebabkan oleh
komplikasi persalinan yaitu pendarahan 72%, infeksi 5%, eklamsia 19%, dan lain-lain 20%
(Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, 2008).
Dan AKI di Kabupaten Gowa yaitu 1,36/1000 KH pada tahun 2002 -2003. Kemudian
mengalami penurunan selama 2 tahun kemudian yaitu 0,83/1000 KH pada tahun 2004-2005,dan
mengalami peningkatan yaitu 1,19/1000 KH pada tahun 2006. Kemudian mengalami penurunan
lagi yaitu 0,81/1000 KH pada tahun 2007(Profil Kesehatan Kab. Gowa,2007)
Angka Kematian Ibu dan Anak di puskesmas tinggimoncong kabupaten gowa pada
tahun 2012 yakni 1 orang ibu dan 9 orang bayi, sementara di puskesmas parigi pada tahun 2012
tidak ada yang meninggal baik Ibu dan Bayi. Meski pada tahun 2010 dan 2011 di puskesmas
parigi meninggal 1 orang bayi per tahun. Kemudian di puskesmas manuju meninggal 2 orang
ibu dan 5 bayi pada tahun 2012. Dan di puskesmas parangloe pada tahun 2012 meninggal 1
orang ibu dan 1 orang bayi.
Jika melihat Target MDG’s tahun 2015 adalah bahwa AKI di Indonesia 102/100.000
kelahiran hidup, dihawatirkan target dalam MDGs pada tahun 2015 dalam pengentasan
kematian ibu sulit dicapai sehingga perlu adanya terobosan guna percepatan penurunan AKI dan
AKB di Indonesia (naskah akademik pendidikan bidan,2010).
Angka kematian ibu adalah jumlah ibu yang meninggal pada saat kehamilan, persalinan
dan masa nifas. Umumnya kematian ini dapat dicegah apabila pelayanan kesehatan pada saat
kehamilan (Ante Natal Care = ANC) dapat dilakukan dengan baik. Komponen penting dalam
kesehatan ibu adalah akses terhadap informasi tentang kesehatan reproduksi dan pelayanan
kesehatan yang universal. Pelayanan antenatal merupakan pelayanan oleh tenaga kesehatan
profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat)
kepada ibu hamil selama masa kehamilan.
Kinerja adalah tingkat pencapaian hasil atas penampilan seseorang dalam melaksanakan
tugas (Mangkunegara,2006). Mengingat kinerja mengandung komponen kompetensi dan
produktifitas hasil,maka hasil kinerja sangat tergantung pada tingkat kemampuan individu
dalam pencapaian hasil (Depkes,2004). Kinerja tenaga kesehatan menjadi unsure yang sangat
penting untuk dikaji dalam rangka memelihara dan meningkatkan pembangunan kesehatan.
Survey tentang kinerja bidan (Tim IBI & AIPKIND, 2010) melalui pendekatan kualitatif
menunjukkan bahwa pada intinya masyarakat mengharapkan bidan yang ramah, terampil dan
tanggap dibidangnya namun sejauh ini masih terdapat masalah akibat kinerja bidan terutama
pada pelayanan Antenatal Care pada ibu hamil.
Bidan sebagai ujung tombak dari pembangunan kesehatan yang berhubungan langsung
dengan pelayanan kesehatan masyarakat dapat menjadi faktor pendukung atau pendorong
namun juga dapat menjadi faktor penghambat keberhasilan program antenatal care pada ibu
hamil. Kinerja bidan dapat dipengaruhi oleh beberapa factor. Ada tiga variabel yang
mempengaruhi kinerja seseorang yaitu variable individu, variabel organisasi dan variabel
psikologi. Faktor-faktor individu meliputi pengetahuan,pendidikan, kemampuan dan
keterampilan, pengalaman dan karakteristik demografi. Faktor-faktor psikologis meliputi antara
lain persepsi, sikap, kepribadian dan motivasi. Sedangkan faktor-faktor organisasi meliputi
sumberdaya, kepemimpinan, imbalan, struktur dan desain pekerjaan (Gibson, 1996 dalam
Suparjo, 2003).
Penelitian Dhia Farida (2010) menyimpulkan untuk pengetahuan bidan tentang standar
pelayanan antenatal dari delapan informan mengetahui tujuan dan manfaat dari standar
pelayanan antental, yaitu memudahkan pelayanan antental, bekerja sesuai aturan, bekerja sesuai
standar. Sedangkan manfaat yaitu dapat terlindungi, Ibu dan janin dapat terdeteksi secara dini
bila ada kelainan, pelayanan lebih berkualitas, meningkatkan pelayanan dan pelayanan menjadi
aman. Kemudian Penelitian yang dilakukan Suparjo (2003) di kabupaten kudus menyimpulakan
bahwa masa kerja mempunyai hubungan yang signifikan dengan kinerja bidan. Masa kerja
bidan lebih dari 3 – 6 tahun (dua periode) sebesar 65% dan 35% kurang dari 3 tahun ( satu
periode ).
Penelitian yang dilakukan Yatino (2005) di lampung barat, menyimpulkan bahwa
Factor internal yaitu ; Umur bidan desa sebagian besar < 30 th (79,6%) dan >=30 (18,4%),
tingkat pendidikian bidan desa terbanyak adalah PPB A sebesar 59,2% dan PPB C sebesar
38,8%, semua bidan desa pernah mengikuti pelatihan (100%), bidan desa yang merupakan
pendudukasli Lampung Barat sebesar 39,6% dan selebihnya pendatang yaitu 60,4%, Bidan desa
yang memiliki motivasi baik sebesar 66,7% dan yang bermotivasi kurang sebesar 33,3%, faktor
eksternal yaitu; sarana kesehatan, contoh yang mempunyai sarana kesehatan dengan kategori
lengkap sebesar 36,6% dan kategori sedang sebesar 61,0%, untuk sarana gizi contoh yang
mempunyai sarana gizi dengan kategori lengkap sebesar 95,8% dan yang mempunyai sarana
gizi dengan kategori sedang sebesar 4,2%, bidan desa menerima insentif dengan kategori
memadai sebesar 50%, bidan desa dengan pembinaan dengan kategori baik sebesar 36,6%,
bidan desa yang mempunyai mitra kerja dengan kategori baik sebesar 68,8%.
Selain itu jurnal oleh beberapa dosen ( Mardiah dkk, 2011) menyimpulkan Hubungan
imbalan dengan kinerja bidan dalam mendukung program IMD di Kota Pekanbaru tahun 2011
dilihat dari hasil uji chi-square menunjukan hubungan yang tidak bermakna dengan p > 0,05.
walaupun bidan sudah mendapatkan imbalan yang cukup/baik namun dalam kenyataannya bias
saja bidan yang mendapatkan imbalan kurang lebih baik kinerjanya didalam mendukung
program inisiasi menyusu dini. Karena imbalan yang diterima bidan tidak hanya sebatas imbalan
ekstrinsik berupa finansial namun imbalan yang diterima bidan dapat berbentuk instrinsik
(internal) mencakup aspek psikologis dan sosial seperti pemberian pujian.
Sebagaimana Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1457/Menkes/SK/X/2003 tentang
Standar Pelayanan Minimal di bidang kesehatan di kabupaten atau kota sebagai salah satu usaha
untuk menurunkan AKI dan AKB melalui pelayanan kesehatan ibu dan anak berupa kunjungan
Antenatal empat kali (K4) ibu hamil dengan target sebesar 95% pada tahun 2015
Pemeriksaan kehamilan atau yang lebih sering disebut antenatal care adalah kegiatan
yang diberikan untuk ibu sebelum melahirkan atau dalam masa kehamilan. Pemeliharaan
kehamilan merupakan suatu upaya yang dilakukan dalam pemeliharaan terhadap kesehatan ibu
dan kandungannya. Penting seorang ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan (Antenatal
Care) secara rutin untuk mengetahui kondisi janin di dalam kandungannya,selain itu untuk
mencegah kematian ibu maupun bayi dalam kandungan.
Di Indonesia, berdasarkan data Kemenkes RI tahun 2010 jumlah tenaga bidan adalah
175.124 orang yang tersebar di berbagai tatanan pelayanan kesehatan dan pendidikan (Rumah
sakit, Puskesmas, RSAB, bidan Desa, BPS, institusi pendidikan dan institusi lain). Bidan di
kabupaten gowa pada tahun 2012 berjumlah 248 orang yang tersebar di 25 puskesmas tingkat
kecamatan dan Rumah Sakit Umum serta Dinas Kesehatan Kabupaten Gowa. Profil bidan di
Indonesia merupakan tampilan kinerja bidan pada area pelayanan kebidanan yaitu mencakup
sebagai pemberi asuhan (care provider), pengambil keputusan (decision maker), komunikator
(communicator), pemimpin masyarakat (community leader), dan manajer (manager). Bidan
memiliki peran yang penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak hanya bagi
perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan komunitas. Tugas ini harus dilakukan pada
pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua dan dapat pula meluas pada kesehatan
perempuan, seksual atau kesehatan reproduksi dan asuhan pada anak (SKBI,2011).
Pelayanan kebidanan mempunyai tujuan yang mulia, melindungi dan mem-promosikan
kesehatan perempuan, terutama membantu perempuan hamil dan keluarganya. Pelayanan yang
diberikan agar perempuan dan keluarganya memperoleh penyesuaian emosional dalam
menghadapi kehamilan dan persalinan, serta menjamin calon ibu mendapatkan pengetahuan,
keterampilan dan informasi yang cukup untuk memasuki masa menjadi ibu (motherhood) dengan
peran dan tanggungjawab yang benar dan tepat (Pairman, S. & Picombe, J., 1999). Di
Kabupaten Gowa,Persentasi cakupan pelayanan K1 tahun 2007 sebesar 90,63% dan K4 tahun
2007 sebesar 74,04% (Profil Kesehatan Kab. Gowa,2007).
Beberapa masalah mengenai kinerja bidan pada pelayanan antenatal care di beberapa
puskesmas di kabupaten gowa yakni kebanyakan ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan
di puskesmas pada saat usia kandungannya telah berumur lebih dari tiga bulan padahal
seharusnya melakukan pemerikssan sebelum usia kandungannya memasuki minggu ke empat.
Sehingga cakupan K4 untuk pelayanan antenatal care tidak sesuai. Ini disebabkan ketidaktauan
akan dirinya yang telah hamil ataupun jarak rumah jauh dari puskesmas dan keterbatasan
kendaraan dan cuaca yang buruk membuat ibu hamil malas melakukan pemeriksaan kehamilan.
Kemudian ada ibu yang hamil banyak kali karena malu dengan kehamilannya tidak melakukan
pemeriksaan kehamilan, Ini disebabkan karena tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah.
Untuk menangani permasalahan ketidakberaturan ibu melakukan pemeriksaan kehamilan
maka bidan selaku tenaga professional yang penting peranannya untuk meningkatkan kesehatan
ibu dan anak harus lebih kreatif dan efektif kinerja. Namun pada kenyataannya kebanyakan
bidan yang bertugas di keempat puskesmas ini yakni bidan muda yang masih kurang
pengalaman dan pelatihan dari instansi tersebut sehingga kurang kompeten dalam bidangnya. Ini
dapat dilihat pada contoh kasus yang terjadi di tahun 2010, seorang ibu hamil yang kebetulan
saudara jauh penulis yang saat itu telah mengandung 7 bulan dan melakukan pemeriksaan
kehamilan di salah satu puskesmas tempat penelitian. Setelah melakukan pemerikssan dan tablet
(vitamin) oleh bidan setempat. Beberapa hari kemudian ibu hamil tersebut tidak sadar bahwa
bayi dalam kandungannya telah meninggal dunia. Kemungkinan bayi mengalami keracunan.
Sungguh disayangkan hal ini terjadi akibat keteledoran bidan. Untuk itu perlu diperhatikan
kinerja bidan agar tidak terjadi lagi hal demikian . Motivasi bidan yang kurang dalam melakukan
pelayanan antenatal care dan jumlah bidan sedikit padahal beban kerjanya banyak serta status
bidan di puskesmas telah menikah. Hal ini mempengaruhi bidan untuk jarang berada ditempat
tugas. Factor lain yang mempengaruhi kinerja bidan yakni bidan tidak diberikan izin atau
kesempatan oleh pimpinannya untuk melanjutkan studi kebidanan. Dari semua permasalahan-
permaslahan diatas tentu saja sangat mempengaruhi kinerja bidan pada pelayanan antenatal care.
Untuk itu Salah satu kunci keberhasilan pelayanan Antenatal Care adalah tergantung
kualitas kinerja Bidan . Melalui pemeriksaan yang rutin dan teratur oleh ibu hamil dan ditunjang
dengan kualitas kinerja bidan yang baik dan berkompeten maka menghasil penurunan angka
kematian ibu dan bayi. Untuk itu penting dilakukan penelitian ini dengan judul “Analisis kinerja
Bidan pada Pelayanan Antenatal Care di Puskesmas Sekabupaten Gowa”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas terdapat pertanyaan masalah yang dirumuskan yakni:
Bagaimana Hubungan Kinerja Bidan dengan Pelayanan Antenatal Care di Puskesmas
Sekabupaten Gowa?
C. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan kinerja bidan dengan
pelayanan antenatal care di beberapa puskesmas di kabupaten gowa.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan bidan dengan kinerja bidan pada
pelayanan Antenatal Care (ANC) di beberapa puskesmas di kabupaten gowa.
2. Untuk mengetahui menghubungkan motivasi bidan dengan kinerja bidan pada
pelayanan Antenatal Care (ANC) di beberapa puskesmas di kabupaten gowa.
3. Untuk mengetahui hubungan Kepemimpinan dengan kinerja bidan pada pelayanan
Antenatal Care (ANC) di beberapa puskesmas di kabupaten gowa.
4. Untuk mengetahui hubungan imbalan/insentif dengan kinerja bidan pada pelayanan
Antenatal Care (ANC) di beberapa puskesmas di kabupaten gowa.
5. Untuk mengetahui hubungan rekan kerja dengan kinerja bidan pada pelayanan
Antenatal Care (ANC) di beberapa puskesmas di kabupaten gowa.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
Sebagai bahan masukan dan informasi dan menambah khasanah ilmu pengetahuan
tentang hubungan kinerja bidan dengan pelayanan Antenatal Care (ANC) di puskesmas
sekabupaten gowa.
2. Manfaat Institusi
Sebagai bahan evaluasi bagi Puskesmas Parigi, Puskesmas Tinggimoncong, Puskesmas
Manuju, dan Puskesmas Parangloe dalam meningkatkan pelayanan untuk ibu hamil
berupa pemeriksaan kehamilan yang ditunjang dengan Kinerja Bidan yang berkualitas.
3. Manfaat Praktis
Sebagai wahana pengalaman, pembelajaran, dan pengetahuan dalam memperluas
wawasan peneliti serta sebagai wahana untuk mengaplikasikan pengetahuan yang
diperoleh dari bangku kuliah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjaun Umum Tentang Kinerja
Menurut Wirawan (2009 dalam Nurhayani, 2012) kinerja adalah keluaran yang
dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator-indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam
waktu tertentu. Menurut Mangkunegara (2001 dalam Yatino 2005) kinerja adalah hasil kerja
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. T. Hani Handoko (2008)
menyebutkan bahwa kinerja pegawai baik atau tidak tergantung pada motivasi, kepuasan kerja,
tingkat stres, kondisi fisik pekerjaan, system kompensasi, desain pekerjaan, aspek-aspek
ekonomis dan teknis serta keperilakuan lainnya.
Menurut Kusnadi (2003), suatu kinerja yang tidak terukur dan tidak diukur akan
cenderung menyimpang keluar dari tujuan yang diharapkan dan akibatnya kinerja menjadi tidak
efektif dan efisien. Kinerja karyawan dapat meningkat atau menurun dipengaruhi oleh banyak
faktor. Pemahaman terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja sangatlah penting agar
dapat diketahui mana faktor-faktor yang dibutuhkan sesuai dengan keadaan tertentu.
Menurut Wirawan (2009 dalam Nurhayani,2012) kinerja pegawai merupakan hasil
sinergi dari sejumlah faktor, yaitu:
a. Faktor Lingkungan Internal Pegawai : Yaitu faktor-faktor dari dalam diri pegawai
yang merupakan faktor bawaan dari lahir dan faktor yang diperoleh ketika pegawai
tersebut berkembang. Faktor-faktor bawaan ( misalnya:1. Bakat, 2. Sifat pribadi ,3.
Keadaan fisik dan kejiwaan) Sedangkan faktor-faktor yang diperoleh, misalnya:
1. Pengetahuan
2. Ketrampilan
3. Etos kerja
4. Pengalaman kerja
5. Motivasi kerja
b. Faktor Lingkungan Eksternal Pegawai : Faktor lingkungan eksternal pegawai adalah
keadaan, kejadian, atau situasi yang terjadi di lingkungan eksternal organisasi yang
mempengaruhi kinerja karyawan. Misalnya, krisis ekonomi serta budaya masyarakat.
Dalam organisasi pelayanan kesehatan sangat penting untuk memiliki instrumen
penilaian kinerja yang efektif bagi tenaga kerja professional. Proses penilaian kerja merupakan
upaya dalam manajemen untuk meningkatkan kinerja organisasi yang efektif. Kinerja dalam
organisasi dilakukan oleh segenap sumber daya manusia dalam organisasi, baik unsure pimpinan
maupun pekerja,banyak sekali factor yang dapat mempengaruhi sumber daya manusia dalam
menjalankan kinerja. Keberhasilan dan kesuksesan suatu organisasi ditentukan oleh kualitas
sumber daya manusianya,pimpinan dan bawahan sehingga pemahaman dan kemampuan dalam
mengoperasikan manajemen kinerja merupakan suatu kebutuhan (Wibowo, 2010 dalam
Nurhayani, 2012)
B. Tinjauan Umum tentang Bidan
1. Kedudukan
Asal kata bidan, dalam bahasa Sansekerta, wirdhan yang berarti perempuan
bijaksana, dalam bahasa perancis sage-femme yang berarti wise women, dalam bahasa
Inggris, midwife berarti with-woman” i.e. “the woman with, the woman assisting”
(Naskah Akademi Bidan Indonesia,2012). Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti
dan menyelesaikan program pendidikan bidan yang telah diakui pemerintah dan lulus
ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku (Depkes RI, 1994 dalam Suparjo,2003).
Dengan mempertimbangkan aspek -budaya dan kondisi masyarakat Indonesia
serta mengacu kepada definisi bidan ICM yang telah diakui oleh FIGO (The International
Federation of Gynecology and Obstetrics) dan WHO, maka Ikatan Bidan Indonesia
menetapkan Bidan Indonesia adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan
yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia
serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk registrasi, sertifikasi dan atau secara sah
mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan. Definisi yang sama disahkan
dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
369/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan ( SKBI,2011 )
2. Fungsi /Peran Bidan
Secara sederhana, bidan memiliki peran dan fungsi sebagai seorang professional
yang memberikan pelayanan kesehatan serta bertanggungjawab atas praktiknya. Peran
dan fungsi bidan ( Dhia Farida,2010) dijabarkan di bawah ini sebagai berikut:
Peran sebagai pelaksana
Peran bidan sebagai pelaksana, meliputi tiga tugas yaitu, yaitu :
1) Tugas mandiri yang terdiri dari :
Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap kegiatan kebidanan.
Memberikan pelayanan dasar pada anak remaja dan wanita pra-nikah
Memberikan pelayanan pada ibu hamil.
Memberikan pelayanan pada masa persalinan dengan melibatkan klien dan
keluarga.
Memberikan perawatan pada bayi baru lahir.
Memberikan pelayanan pada ibu dalam masa nifas.
Memberikan pelayanan pada wanita usia subur yang membutuhkan pelayanan
keluarga berencana.
Memberikan pelayanan pada wanita yang mengalami gangguan daerah
reproduksi dan wanita pada masa menopause.
Memberikan pelayanan pada bayi dan balita.
2) Tugas kolaborasi/kerjasama yang terdiri dari :
Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap kegiatan kebidanan dengan
melibatkan klien dan keluarganya.
Memberikan pelayanan pada ibu hamil beresiko tinggi.
Memberikan pelayanan pada ibu dalam masa persalinan dengan resiko tinggi
dengan kerjasama klien dan keluarganya.
Memberikan pelayanan pada ibu nifas dengan resiko tinggidengan kerjasama
klien dan keluarga.
Memberikan pelayanan pada pada bayi baru lahir dengan resiko tinggi dan yang
mengalami komplikasi dengan kerja sama klien dan keluarga.
Memberikan pelayanan pada balita dengan resiko tinggi dan yang mengalami
komplikasi dengan melibatkan keluarga.
3) Tugas ketergantungan / merujuk yang terdiri dari :
Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap pelayanan sesuai dengan fungsi
ketertiban klien dan keluarga.
Memberikan pelayanan yang melalui konsultasi dan rujukan ibu hamil dengan
risiko tinggi.
Memberikan pelayanan melalui konsultasi dan rujukan pada masa persalinan
dengan menyulit tertentu dengan melibatkan klien dan keluarga.
Memberikan pelayanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu dalam masa nifas
dengan menyulit tertentu dengan melibatkan klien dan keluarga.
Memberikan pelayanan pada bayi baru lahir dengan kelainan tertentu yang
memerlukan konsultasi dan rujukan dengan melibatkan klien/keluarga.
Memberikan pelayanan kepada anak balita dengan kelainan tertentu yang
memerlukan konsultasi dan rujukan yang melibatkan klien/ keluarga.
Peran sebagai pengelola
1) Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan terutama pelayanan kebidanan untuk
individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat di wilayah kerja dengan
melibatkan masyarakat daerah yaitu:
Bersama tim kesehatan dan pemuka tim masyarakat mengkaji kebutuhan
terutama yang berhubungan dengan kesehatan dan anak untuk meningkatkan
dan mengembangkan program pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya.
Menyusun rencana kerja sesuai dengan hasil pengkajian dengan masyarakat.
Mengelola beberapa kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat khususnya
kesehatan ibu dan anak serta KB sesuai dengan rencana.
Mengkoordinir, mengawasi dan membimbing kader, dukun, petugas
kesehatan lain dalam melaksanakan program/kegiatan pelayanan kesehatan
ibu dan anak serta KB
Mengembangkan strategi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat
khususnya kesehatan ibu dan anak serta KB termasuk pemanfaatan sumber-
sumber yang ada pada program yang terkait.
Menggerakkan, mengembangkan kemampuan masyarakat dan memelihara
kesehatannya dengan memanfaatkan potensi yang ada.
Mempertahankan, meningkatkan mutu keamanan praktek, rasional melalui
pendidikan, pelatihan magang, dan beberapa kegiatan dalam kelompok
profesi.
Mendokumentasikan seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan.
2) Berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan ? lain di
wilayah kerjanya melalui peningkatan kemampuan dukun bayi, kader
kesehatan, dan tenaga kesehatan lain yang berada di bawah bimbingan dalam
wilayah kerjanya, dengan cara :
Bekerja sama dengan puskesmas, institusi lain sebagai anggota tim dalam
memberikan asuhan kepada klien dalam bentuk konsultasi rujukan dan tindak
lanjut.
Membina hubungan baik dengan dukun dan kader kesehatan serta masyarakat.
Melaksanakan pelatihan, membimbing dukun bayi, kader, dan petugas
kesehatan lainnya.
Memberikan pelayanan kepada klien rujukan dari dukun bayi.
Membina kegiatan yang ada di masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan.
Peran sebagai pendidik
Pendidikan kesehatan adalah proses yang menjembatani jurang antara informasi
kesehatan dan praktek kesehatan. Pendidikan kesehatan memotivasi orang untuk
mendapatkan informasi dan melakukan hal yang sesuai dengan informasi tersebut.
Pendidikan kesehatan berkaitan dengan perilaku kesehatan, baik didalam menolong orang
untuk mempertahankan gaya hidupnya maupun dalam membantu mereka
mengembangkan gaya hidupnya kearah yang menguntungkan kesehatan.
Peran sebagai peneliti.
Peran bidan sebagai peneliti ialah dengan melakukan investigasi atau peneliti
terapan dalam kesehatan baik secara mandiri maupun secara kelompok.
3. Standar Pelayanan Kebidanan
Seorang bidan sudah seharusnya memiliki suatu kompetensi,pengetahuan,
ketrampilan, serta perilaku yang elegan dalam melaksanakan praktik kebidanan secara
aman dan bertanggungjawab dalam ragam bentuk tatanan pelayanan kesehatan (Zian
Farodis,2011).
Terdapat lima dimensi kompetensi asuhan kebidanan,yang sudah seharusnya
dimiliki seorang bidan (Zian Farodis, 2011 dalam buku Panduan Lengkap Manajemen
Kebidanan). Lima dimensi kompetensi asuhan kebidanan tersebut meliputi :
1. Task Skill
Memiliki kemampuan dalam melakukan atau melaksanakan asuhan kebidanan
pemeriksaan fisik ibu hamil.
2. Task Management Skill
Memiliki kemampuan dalam mengidentifikasi sedini mungkin pola persalinan
abnormal dan kegawatdaruratan dengan intervensi sesuai SOP atau rujukan yang
benar.
3. Contingency Management Skill
Memiliki kemampuan dalam memimpin persalinan dalam kondisi bersih aman dan
mampu menangani situasi kegawatdaruratan bersama dengan tim kebidanan.
4. Job/Role Management Skill
Memiliki kemampuan guna menangani keadaan diruang bersalin pascapersalinan ibu
supaya senantiasakebersihannya tetap terjaga dan tidak membahayakan pada dirinya
serta rekan kerja.
5. Transfer Skill
Memiliki kemampuan dalam memindahkan ibu nifas dan bayi pascapersalinan ke
ruang perawatan ibu dan bayi.
C. Tinjauan Umum Tentang Antenatal Care
Menurut Prawiroharjo (2005), pemeriksaan kehamilan merupakan pemeriksaan ibu
hamil baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan
masa nifas, sehingga keadaan mereka post partum sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga
mental.
1. Tujuan Antenatal Care (ANC)
Menurut Nurul Jannah,2012 dalam buku asuhan kebidanan : kehamilan,tujuan Antenatal
Care (ANC) sebagai berikut :
a. Mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi dengan
pendidikan,nutrisi, kebersihan diri,serta proses kelahiran bayi.
b. Mendeteksi dan Menatalaksanakan komplikasi medis,beda,atau obstetric selama
kehamilan.
c. Memantau kemajuan kehamilan , memastikan kesejahteraan ibu, dan tumbuh kembang
janin
d. Mengembangkan persiapan persalinan serta kesiapan menghadapi komplikasi.
e. Membantu menyiapkan ibu untuk menyusui dengan sukses,menjalankan nifas normal,
merawat anak secara fisik ,psikologis,dan social.
f. Mempersiapkan ibu dan keluarga dapat berperan dengan baik dalam memelihara bayi
agar dapat tumbuh dan berkembang secara normal.
Menurut Depkes RI (2004) tujuan Antenatal Care (ANC) adalah untuk menjaga agar ibu
hamil dapat melalui masa kehamilannya, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat, serta
menghasilkan bayi yang sehat. Menurut Wiknjosastro (2005) tujuan Antenatal Care (ANC)
adalah menyiapkan wanita hamil sebaik-baiknya fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan
anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka pada post partum
sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental. Keuntungan layanan antenatal sangat
besar karena dapat mengetahui resiko dan komplikasi sehingga ibu hamil dapat diarahkan untuk
melakukan rujukan ke rumah sakit. Layanan antenatal dilakukan sehingga dapat dilakukan
pengawasan yang lebih intensif, pengobatan agar resiko dapat dikendalikan, serta melakukan
rujukan untuk mendapat tindakan yang adekuat (DhiaFarida,2010)
Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter
sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan
antenatal. Pada setiap kunjungan Antenatal Care (ANC), petugas mengumpulkan dan
menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk
mendapatkan diagnosis kehamilan intrauterine serta ada tidaknya masalah atau komplikasi
(Saifudin, 2005). Menurut Henderson (2006), kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kontak
ibu hamil dengan pemberi perawatan/asuhan dalam hal mengkaji kesehatan dan kesejahteraan
bayi serta kesempatan untuk memperoleh informasi dan memberi informasi bagi ibu dan petugas
kesehatan. Kunjungan antenatal untuk pemantauan dan pengawasan kesejahteraan ibu dan anak
minimal empat kali selama kehamilan dalam waktu sebagai berikut : sampai dengan kehamilan
trimester pertama (<14 minggu) satu kali kunjungan, dan kehamilan trimester kedua (14-28
minggu) satu kali kunjungan dan kehamilan trimester ketiga (28-36 minggu dan sesudah minggu
ke-36) dua kali kunjungan (Saifuddin, 2005).
Kebijakan teknis pelayanan antenatal setiap kehamilan dapat berkembang menjadi
masalah atau komplikasi setiap saat. Itu sebabnya mengapa ibu hamil memerlukan pemantauan
selama kehamilannya. Penatalaksanaan ibu hamil secara keseluruhan meliputi komponen-
komponen sebagai berikut : mengupayakan kehamilan yang sehat, melakukan penatalaksanaan
awal serta rujukan bila diperlukan, persiapan persalinan yang bersih dan aman, perencanaan
antisipatif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi komplikasi.
D. Tunjaun Umum tentang Pelayanan Antenatal Care
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara bersama-sama
dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, mencegah dan
mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan per orangan, kelompok, keluarga, dan ataupun
masyarakat (Azwar, 2002).
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu
selama masa kehamilannya,dilaksanakan sesuai standar pelayanan antenatal yang ditetapkan
dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK). Sedangkan tenaga kesehatan yang berkompeten
memberikan pelayanan antenatal kepada ibu hamil antara lain dokter spesialis
kebidanan,dokter,bidan dan perawat (Profil Kesehatan Indonesia,2010). Pelayanan antenatal
adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilannya sesuai
dengan standar pelayanan antenatal yang mencakup anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan
kebidanan, pemeriksaan laboratorium atas indikasi tertentu serta indikasi dasar. Selain itu aspek
yang lain yaitu penyuluhan, Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE), motivasi ibu hamil dan
rujukan (Dhia Farida,2010). Pelayanan antenatal mempunyai pengaruh yang baik terhadap
pertumbuhan janin atau lama waktu mengandung, baik dengan diagnosis maupun dengan
perawatan berkala terhadap adanya komplikasi kehamilan. Pertama kali ibu hamil melakukan
pelayanan antenatal merupakan saat yang sangat penting, karena berbagai faktor resiko bisa
diketahui seawal mungkin dan dapat segera dikurangi atau dihilangkan. (Dhia Farida,2010).
Pelaksanaan pelayanan antenatal dilakukan oleh dokter, bidan (bidan puskesmas, bidan di desa,
bidan di praktek swasta), pembantu bidan, perawat yang sudah dilatih dalam pemeriksaan
kehamilan (Depkes RI, 2002).
1) Standar Pelayanan Antenatal Care
Terdapat enam standar dalam standar pelayanan antenatal (Dhia Farida,2010)
seperti berikut ini :
a) Standar : Identifikasi Ibu Hamil
Standar ini bertujuan mengenali dan memotivasi ibu hamil untuk memeriksakan
kehamilannya.
Pernyataan standar : Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan
masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami
dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya
sejak dini dan secara teratur.
b) Standar : Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal
Pemeriksaan dan pemantauan antenatal bertujuan memberikan pelayanan antenatal
berkualitas dan diteliti dalam komplikasi. Bidan memberikan sedikitnya 4 x
pelayanan antenatal. Pemeriksaan meliputi anamnesa dan pemantauan ibu dan dan
janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal.
Bidan juga harus mengenal kehamilan risti/ kelainan, khususnya anemia, kurang gizi,
hipertensi, PMS/ Infeksi HIV ; memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan
penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh Puskesmas.
Mereka harus mencatat data yang tepat padu setiap kunjungan. Bila ditemukan
kelainan, mereka harus mampu mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuknya
untuk tindakan selanjutnya.
c) Standar : Palpasi Abdominal
Standar palpasi abdominal bertujuan memperkirakan usia, kehamilan, pemantauan
pertumbuhan jenis, penentuan letak, posisi dan bagian bawah janin. Bidan
melakukan pemeriksaan abdomen dengan seksama & melakukan palpasi utk
memperkirakan usia kehamilan. Bila umur kehamilan bertambah, memeriksa posisi,
bagian terendah, masuknya kepala janin ke dlm rongga panggul, untuk mencari
kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu. Secara tradisional perkiraan tinggi
fundus dilakukan dengan palpasi fundus dan membandingkannya dengan beberapa
patokan antara lain simfisis pubis, umbilikus atau prosesus sifoideus. Cara tersebut
dilakukan dengan tanpa memperhitungkan ukuran tubuh ibu. Sebaik-baiknya
pemeriksaan (perkiraan) tersebut, hasilnya masih kasar dan dilaporkan hasilnya
bervariasi.
d) Standar : Pengelolaan Anemia pada Kehamilan
Standar ini bertujuan menemukan anemia pada kehamilan secara dini dan
melakukan tindakan lanjut yang memadai untuk mengatasi anemia sebelum
persalinan berlangsung. Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan,
penanganan dan/atau rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Pemeriksaan Hemoglobin (Hb) secara rutin selama kehamilan merupakan kegiatan
yang umumnya dilakukan untuk mendeteksi anemia. Namun ada kecendurungan
bahwa kegiatan ini tidak dilaksanakan secara optimal selama masa kehamilan.
e) Standar :Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan
Standar ini bertujuan mengenali dan menemukan secara dini hipertensi pada
kehamilan dan melakukan tindakan diperlukan. Bidan menemukan secara dini
setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenali tanda serta gejala
preeklamsia lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.
f) Standar : Persiapan Persalinan.
Standar Persiapan Persalinan dengan tujuan untuk memastikan bahwa persalinan
direncanakan dalam lingkungan yang aman dan memadai dengan pertolongan bidan
terampil. Bidan memberikan saran yang tepat Kepada ibu hamil, suami/
keluarganya pada trisemester III memastikan bahwa persiapan persalinan bersih
dan aman dan suatu suasana yang menyenangkan akan direncanakan dengan baik,
di samping persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi
keadaan gawat darurat. Bidan mengusahakan untuk melakukan kunjungan ke setiap
rumah ibu hamil untuk hal ini.
2) Konsep Pemeriksaan Antenatal
Hasil pencapaian program pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan
menggunakan indicator cakupan pelayanan K1 dan K4 yang dihitung dengan membagi
jumlah ibu hamil yang melakukan pemeriksaan antenatal pertama kali oleh tenaga
kesehatan(untuk perhitungan K1) atau jumlah ibu hamil yang melakukan pemeriksaan
kehamilan minimal 4 kali sesuai standar oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah pada
kurun waktu tertentu (untuk perhitungan K4) dengan jumlah sasaran ibu hamil yang ada
di wilayah kerja dalam 1 tahun (Profil Kesehatan Indonesia,2010)
Menurut Departemen Kesehatan RI (2002), kunjungan ibu hamil adalah kontak
antara ibu hamil dengan petugas kesehatan yang memberikan pelayanan antenatal standar
untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Istilah kunjungan disini dapat diartikan ibu
hamil yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan atau sebaliknya petugas kesehatan
yang mengunjungi ibu hamil di rumahnya atau posyandu. Kunjungan ibu hamil dilakukan
secara berkala yang dibagi menjadi beberapa tahap, seperti :
a. Kunjungan ibu hamil yang pertama (K1)
Kunjungan K1 adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas kesehatan
untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan trimester I,
dimana usia kehamilan 1 sampai 12 minggu. Dalam Profil Kesehatan Indonesia tahun
2010 tentang cakupan pelayanan antenatal di Indonesia selama enam tahun terakhir
terlihat bahwa cakupan K1 pada tahun 2004 sampai 2010 terus mengalami
peningkatan dari 88,09% menjadi 95,26% pada tahun 2010 (Profil Kesehatan
Indonesia,2010). Kunjungan K1 meliputi : (1) Identitas/biodata, (2) Riwayat
kehamilan, (3) Riwayat kebidanan, (4) Riwayat kesehatan, (5) Riwayat sosial
ekonomi, (6) Pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan, (7) Penyuluhan dan
konsultasi (DepKes RI,2002)
b. Kunjungan ibu hamil yang keempat (K4)
Kunjungan K4 adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih dengan petugas
kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan
pada trimester III, usia kehamilan > 24 minggu. Cakupan K4 di Indonesia pada
tahun 2004-2010 cenderung meningkat dari 77% pada tahun 2004 menjadi
85,56% pada tahun 2010. (Profil Kesehatan Indonesia,2010). Kunjungan K4
meliputi : (1) Anamnese (keluhan/masalah) (2) Pemeriksaan kehamilan dan
pelayanan kesehatan, (3) Pemeriksaan psikologis, (4) Pemeriksaan laboratorium
bila ada indikasi/diperlukan, (5) Diagnosa akhir (kehamilan normal, terdapat
penyulit, terjadi komplikasi, atau tergolong kehamilan risiko tinggi (6) Sikap dan
rencana tindakan (persiapan persalinan dan rujukan) (DepKes RI,2002)
Menurut Muchtar (2005), jadwal pemeriksaan antenatal yang dianjurkan adalah : a).
Pemeriksaan pertama kali yang ideal yaitu sedini mungkin ketika haid terlambat satu bulan , b).
Periksa ulang 1 kali sebulan sampai kehamilan 7 bulan , c). Periksa ulang 2 kali sebulan sampai
kehamilan 9 bulan.
E. Tinjauan Umum tentang Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja
Bidan
a. Faktor dari dalam individu (internal)
1. Tingkat pengetahuan
adalah informasi yang dimiliki yang memampukan seseorang untuk dapat secara
percaya diri memahami sesuatu dengan kemampuan dalam menggunakannya untuk
suatu tujuan tertentu. ( SKBI,2011). Pengetahuan merupakan sesuatu yang diketahui
berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses belajar ini dipengaruhi berbagai faktor
dari dalam seperti motivasi dan faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia
serta keadaan sosial budaya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003). Pengetahuan
adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca
indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.. Menurut
Taufik (2007), pengetahuan merupakan penginderaan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
lain sebagainya).
2. Masa Kerja
Lama kerja adalah jangka waktu yang telah dilalui seseorang sejak menekuni
pekerjaan. Lama kerja dapat menggambarkan pengalaman seseorang dalam
menguasai bidang tugasnya. Pada umumnya, petugas dengan pengalaman kerja yang
banyak tidak memerlukan bimbingan dibandingkan dengan petugas yang pengalaman
kerjanya sedikit. ( Yatino,2005)
3. Motivasi
Menurut Hasibuan (2003), motivasi adalah daya penggerak yang menciptakan
kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan
terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan.Pada dasarnya,
organisasi bukan saja mengharapkan tenaga kerja yang mampu, cakap dan terampil,
tetapi yang terpenting mereka mau bekerja giat dan berkeinginan untuk mencapai
hasil kerja yang optimal. Kemampuan, kecakapan dan keterampilan tenaga kerja tidak
ada artinya bagi organisasi jika mereka tidak mau bekerja keras dengan
mempergunakan kemampuan, kecakapan dan keterampilan yang dimilikinya.
Motivasi merupakan hal yang penting, karena dengan adanya motivasi diharapkan
setiap individu sebagai tenaga kerja mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai
produktivitas kerja yang tinggi ( yatino, 2005 )
b. Faktor dari luar (external)
1. Pelatihan
Pelatihan adalah setiap usaha untuk memperbaiki kinerja pekerja pada suatu
pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya atau suatu pekerjaan
yang ada kaitannya dengan pekerjaannya (Gomez, 2001). Pelatihan juga merupakan
cara untuk membekali tenaga kerja yang tidak mempunyai pendidikan formal sesuai
tugasnya, sehingga meningkatkan kualitas kerjanya.Dengan pelatihan diharapkan
seseorang dapat lebih mudah melaksanakan tugasnya (Yatino, 2005)
2. Kepemimpinan
Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan mengarahkan pengikut-
pengikutnya untuk bekerjasama dengan kepercayaan dan tekun mengerjakan tugas-
tugas yang diberikan oleh pimpinan mereka (Daud Nataniel,2011)
3. Imbalan /insentif
Insentif adalah perangsang atau pendorong yang diberikan dengan sengaja kepada
para petugas agar dalam diri mereka timbul semangat yang lebih besar untuk
berprestasi bagi organisasinya. Insentif ada dua macam yaitu insentif positif dan
insentif negatif. Insentif positif adalah pimpinan memotivasi bawahan dengan
memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi baik. Dengan insentif positif ini
semangat kerja bawahan akan meningkat, karena manusia pada umumnya senang
menerima yang baik-baik saja. Sedangkan insentif negatif adalah pimpinan
memotivasi bawahannya dengan memberikan hukuman kepada mereka yang
pekerjaannya kurang baik /prestasi rendah ( Yatino,2005 ). Dengan insentif negatif ini
semangat kerja bawahan dalam jangka waktu pendek akan meningkat (Hasibuan,
2003). Insentif dalam penelitian ini berupa penghargaan yang diberikan pimpinan
kepada bawahannya/bidan desa. Insentif yang biasa diberikan berupa uang atau paket
yang diberikan setiap triwulan atau menjelang lebaran/idul fitri/natal.
4. Rekan kerja
Kebanyakan karyawan ( bidan ) , kerja juga mengisi kebutuhan akan interaksi social.
Untuk itu tidaklah mengejutkan bila mempunyai rekan kerja yang ramah dan
mendukung dalam kinerja. Seberapa besar rekan kerja terampil secara teknis dan
secara social memberikan dukungan ( Frederik Herzbeg dalam Nurhayani, 2012 )
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran Variabel yang diteliti
Angka Kematian Ibu (AKI) di indonesia masih sangat tinggi bahkan tertinggi diantara
negara-negara ASEAN. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonseia (SDKI) pada tahun
2007 AKI 228/100.000 kelahiran hidup (KH) . Dari pernyataan diatas terdapat penurunan angka
kejadian,namun angka tersebut masih jauh Millenium Development Goals (MDGs) yang sudah
harus dicapai pada tahun 2015 yaitu AKI 102/100.000 .Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI)
dan Angka Kematian Bayi (AKB) di suatu Negara menunjukkan derajat kesehatan masyarakat
yang tidak baik di Negara tersebut. Tentu angka kematian ini harus diturunkan yakni dengan
pelayanan kesehatan yang baik dan pengadaanfasiltitas kesehatan yang memadai.
Oleh karena itu penting seorang ibu hamil melakukan pemeriksaan pada bidan untuk
mengetahui kondisi janinnya sekaligus dilkukan pencegahan sedini mungkin bila terjadi
gangguan kehamilan. Pelayanan antenatal atau bisa juga disebut dengan ante natal care (ANC)
adalah jenis pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil selama masa kehamilan oleh
tenaga kesehatan (dokter spesialis kebidanan, bidan,dll) (Zian Farodis,2012). Untuk itu seorang
bidan yang memiliki peranan penting dalam pelayanan antenatal care sudah seharusnya memiliki
suatu kompetensi,pengetahuan,ketrampilan,serta perilaku yang elegan dalam melaksanakan
praktik kebidanan secara aman dan bertanggungjawab.
Adapun variabel yang diteliti adalah :
a. Variabel independen : tingkat pengetahuan, motivasi, kepemimpianan, Insentif / imbalan,
dan rekan kerja.
b. Variabel dependen : kinerja bidan.
B. Kerangka Teori
Menurut Hersey, Blanchard, dan Johnson dalam buku manajemen kinerja (2007)
mengatakan bahwa kinerja sangat dipengaruhi oleh beberapa factor yang bersumber dari pekerja
sendiri maupun yang bersumber dari organisasi. Dari pekerja sangat dipengaruhi oleh
kemampuan atau kompetensinya. Sementara dari segi organisasi dipengaruhi oleh seberapa baik
pemimpin memberdayakan pekerjanya (kepemimpinan), bagaimana mereka memberikan
penghargaan pada pekerjanya (penghargaan), dan bagaimana mereka membantu meningkatkan
kemampuan kinerja pekerja melalui coaching, mentoring, counselling (Pelatihan)
KINERJA
VARIABEL INDIVIDU (INTERNAL )
Kompetensi /Kemampuan
VARIABEL ORGANISASI (EXTERNAL)
Kepemimpinan Imbalan / Insentif Pelatihan
Sumber : Manajemen Kinerja Prof.Dr.Wibowo,S.E.,M.Phil.Penerbit Raja G.Persada,2012
C. Pola Pikir Variabel yang di Teliti
Factor – factor yang berhubungan dengan kinerja bidan
I. Kompetensi / Kemampuan
Pengetahuan bidan
Motivasi kerja bidan
II. Kepemimpinan
sikap pemimpin:
mendorong,mengarahkan,dan
member semengat
sikap bidan:
bertanggungjawab pada
tugasnya, menaati aturan
yang berlaku.
III. Imbalan/insentif/penghargaan:
Promosi kenaikan pangkat di
unit kerja
Pemberian upah/uang (di luar
gaji pokok) kepada bidan
Kesempatan melanjutkan
pendidkan (study)
IV. Rekan Kerja
Rekan kerja terampil
Member dukangan
Sumber : Manajemen Kinerja
Prof.Dr.Wibowo,S.E.,M.Phil.Penerbit Raja
G.Persada,2012
KINERJA BIDAN
standar pelayanan ANC
Identifikasi Ibu Hamil Pemeriksaan dan Pemantauan
Antenatal Palpasi Abdominal Pengelolaan Anemia pada
Kehamilan Pengelolaan Dini Hipertensi
pada Kehamilan Persiapan Persalinan
Sumber : Panduan Lengkap Manajemen.
Kebidanan Zian Farodis.Penerbit D-
D. Kerangka Konsep
Pengetahuan
Variable independen
Variable dependen
Motivasi
Imbalan/ Insentif/
Penghargaan
Kinerja Bidan
Pada Pelayanan
Antenatal Care (ANC)
Rekan Kerja
Kepemimpinan
E. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif
Untuk menghindari salah pengertian mengenai data yang akan dikumpulkan serta untuk
menghindari kekeliruan dalam menentukan alat pengumpulan data, maka batasan operasional
yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kinerja bidan : Kemampuan bidan melakukan tugasnya dalam kegiatan pelayanan antenatal
care (ANC). Data dikumpulkan dengan menggunakan skala likert yang susun dalam 10
pertanyaan tertutup atau pernyataan. Metode pengukurannya menggunakan skala Liker.
Skor nilai pada kuesioner adalah :
5 : Jika bidan menjawab Sangat Setuju
4 : Jika bidan menjawab Setuju
3 : Jika bidan menjawab Ragu – ragu
2 : Jika bidan menjawab Tidak Setuju
1 : Jika bidan menjawab Sangat Tidak Setuju
Cara perhitungannya dengan rumus interval :
I = K
R
Dimana :
I = Interval
R = Ranga/kisaran
K = Jumlah kategori
Skor tertinggi = 5 x 10 = 50 (100%)
Skor terendah = 1 x 10 = 10 (20 %)
Interval kelas:
I = K
R
= 100 % – 20 % = 80 % / 2 = 40 %
Skor Standar : 100 % - 20 % = 80 %
Kriteria Objektif:
TINGGI : Jika skor rata – rata jawaban bidan > 80 %.
RENDAH : Jika skor rata – rata jawaban bidan < 80 %.
2. Tingkat pengetahuan : yang di mkasud dengan tinggkat pengetahuan dalam penelitian ini
yaitu kemampuan intelektual dan tingkat pemahaman bidan terutama pengetahuan bidan
terhadap penerapan standar pelayanan antenatal care sesuai pendidikan kebidanan. Data
dikumpulkan dengan menggunakan skala likert yang susun dalam 8 pertanyaan tertutup
atau pernyataan. Metode pengukurannya menggunakan skala Likert. Setiap jawaban
diberi skor 5 – 1 , dengan skor tertinggi 5 dan skor terendah 1.
Skor nilai pada kuesioner adalah :
5 : Jika bidan menjawab Sangat Setuju
4 : Jika bidan menjawab Setuju
3 : Jika bidan menjawab Ragu – ragu
2 : Jika bidan menjawab Tidak Setuju
1 : Jika bidan menjawab Sangat Tidak Setuju
Dengan rumus interval :
I = K
R
Dimana :
I = Interval
R = Ranga/kisaran
K = Jumlah kategori
Skor tertinggi = 5x 8 = 40 (100%)
Skor terendah = 1x 8 = 8 (20%)
Interval kelas:
I = K
R
= 100% - 20% = 80% / 2 = 40%
Jadi skor standar : 100% - 40 % = 60%
Kriteria Objektif:
CUKUP : Jika skor rata-rata jawaban bidan ≥ 60%.
KURANG : Jika skor rata-rata jawaban bidan < 60%.
3. Motivasi : dorongan kerja yang timbul pada diri bidan untuk berperilaku dalam
melakukan kerja untuk mencapai target pelayanan antenatal care. Motivasi merupakan
kemauan atau keinginan didalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertindak
berdasarkan pendidikan kebidanan . untuk mengukur motivasi kerja bidan dengan
menggunakan skala likert.Variabel ini diukur dengan menggunakan kuesioner motivasi
yang terdiri dari 8 pernyataan. Setiap jawaban diberi skor 5 - 1, dengan skor tertinggi 5
dan skor terendah 1.
Skor nilai pada kuesioner adalah :
5 : Jika bidan menjawab Sangat Setuju
4 : Jika bidan menjawab Setuju
3 : Jika bidan menjawab Ragu – ragu
2 : Jika bidan menjawab Tidak Setuju
1 : Jika bidan menjawab Sangat Tidak Setuju
Dengan rumus interval :
I = K
R
Dimana :
I = Interval
R = Ranga/kisaran
K = Jumlah kategori
Skor tertinggi = 5x 8 = 40 (100%)
Skor terendah = 1x 8 = 8 (20%)
Interval kelas:
I = K
R
I = 100% - 20% = 80% / 2 = 40%
Jadi skor standar : 100% - 40 % = 60%
Kriteria Objektif :
CUKUP : jika jawaban rata-rata bidan > 60%
KURANG : Jika jawaban rata-rata bidan < 60%
4. Kepemimpinan
Yang dimaksud dengan kepemimpinan dalam penelitian ini adalah keseluruhan aktifitas
kepala puskesmas dalam mendorong bawahan mengerjakan sesuatu atas kemauannya
sendiri. Untuk mengukur kepemimpinan dilakukan dengan dengan 6 pertanyaan dalam
bentuk skala likert dan Setiap jawaban diberi skor 5 - 1, dengan skor tertinggi 5 dan skor
terendah 1
Skor nilai pada kuesioner adalah :
5 : Jika bidan menjawab Sangat Setuju
4 : Jika bidan menjawab Setuju
3 : Jika bidan menjawab Ragu – ragu
2 : Jika bidan menjawab Tidak Setuju
1 : Jika bidan menjawab Sangat Tidak Setuju
dengan rumus interval:
I = K
R
Dimana :
I = Interval Kelas
R = Ranga/kisaran
K = Jumlah kategori
Skor tertinggi = 5 x 6 = 30 (100%)
Skor terendah = 1 x 6 = 6 (20%)
I = K
R
I = 100% - 20% = 80% / 2 = 40%
Jadi Skor Standar : 100% - 40% = 60%
Kriteria Objektif :
CUKUP : jika jawaban rata-rata bidan > 60%
KURANG : Jika jawaban rata-rata bidan < 60%
5. Insentif : pemberian diluar gaji material (uang,perumahan,kendaraan) ataupun non
material (misalnya: pelatihan,pendidikan berlanjut,peluang karierdan kenaikan pangkat
istimewa atau dalam bentuk penghargaan khusus) yang diterima oleh bidan. Di ukur
dengan 6 pertanyaan dan Setiap jawaban diberi skor 5 - 1, dengan skor tertinggi 5 dan
skor terendah 1.
Skor nilai pada kuesioner adalah :
5 : Jika bidan menjawab Sangat Setuju
4 : Jika bidan menjawab Setuju
3 : Jika bidan menjawab Ragu – ragu
2 : Jika bidan menjawab Tidak Setuju
1 : Jika bidan menjawab Sangat Tidak Setuju
dengan rumus interval:
I = K
R
Dimana :
I = Interval R = Ranga/kisaran K = Jumlah kategori
Skor tertinggi = 5 x 6 = 30 (100%)
Skor terendah = 1 x 6 = 6 (20%)
Interval kelas:
I = K
R
I = 100% - 20% = 80% / 2 = 40%
Jadi Skor Standar : 100% - 40% = 60%
Kriteria Objektif :
CUKUP : jika jawaban rata-rata bidan > 60%
KURANG : Jika jawaban rata-rata bidan < 60
6. Rekan Kerja : yang dimaksud dengan rekan kerja dalam penelitian ini adalah teman kerja
bidan yang sama – sama memberikan pelayanan Kesehatan Ibu dan anak, terutama
Pelayanan Pemeriksaan Kehamilan (Antenatal Care) di beberapa puskemas di kabupaten
gowa. Di ukur dengan menggunakan skala Gutmann, menggunakan 10 pertanyaan
kinerja yang dinilai oleh rekan kerja bidan dan Setiap jawaban diberi skor 1–0 .
Skor nilai pada kuesioner adalah :
1: Jika bidan menjawab Ya
0: Jika bidan menjawab Tidak
dengan rumus interval:
I = K
R
Dimana :
I = Interval R = Ranga/kisaran K = Jumlah kategori
Skor tertinggi = 1 x 10 = 10 (100%)
Skor terendah = 0 x 10 = 0 (50%)
Interval kelas:
I = K
R
I = 100% - 50% = 50% / 2 = 25%
Jadi Skor Standar : 100% - 25% = 75%
Kriteria Objektif :
CUKUP : jika jawaban rata-rata bidan > 75%
KURANG : Jika jawaban rata-rata bidan < 75%
F. Hipotesis Penelitian
Hipotesis Nol (Ho) 1. Ada hubungan tingkat pengetahuan dengan kinerja bidan pada pelayanan Antenatal Care
(ANC) di Puskesmas Sekabupaten Gowa.
2. Ada hubungan motivasi dengan kinerja bidan pada pelayanan Antenatal Care (ANC) di
Puskesmas Sekabupaten Gowa .
3. Ada hubungan Kepemimpinan dengan kinerja bidan pada pelayanan Antenatal Care
(ANC) di Puskesmas Sekabupaten Gowa.
4. Ada hubungan imbalan/insentif yang mempengaruhi kinerja bidan pada pelayanan
Antenatal Care (ANC) di Puskesmas Sekabupaten Gowa.
5. Ada hubungan Rekan Kerja yang mempengaruhi kinerja bidan pada pelayanan Antenatal
Care (ANC) Puskesmas Sekabupaten Gowa.
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian.
Jenis penelitian ini adalah observasi analitik dengan rancangan “cross sectional study”
yaitu melihat beberapa variable penelitian secara bersamaan pada waktu tertentu. Peneliti
mencari hubungan atau perbedaan antara factor resiko (independen) dengan factor efek
(dependen) ,dimana peneliti melakukan observasi atau pengukuran variable sekali dan sekaligus
B. Lokasi Penelitian Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja yaitu di Puskesmas Parigi,
Puskesmas Tinggimoncong, Puskesmas Manuju dan Puskesmas Parangloe di Kabupaten Gowa
pada tanggal 11 april sampai 24 april 2013.
C. Populasi Dan Sampel
a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua bidan yang terdaftar dan mengabdikan
dirinya di semua puskesmas di kabupaten gowa dengan jumlah 213 orang bidan (
Laporan tahunan Dinkes Kab. Gowa,2012)
b. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah semua bidan yang bekerja di puskesmas parigi,
puskesmas tinggimoncong, puskesmas manuju,dan puskesmas parangloe baik itu
bidan pegawai negeri sipil dan bidan pegawai tidak tetap yang bertugas di puskesmas
tersebut maupun yang ditugaskan oleh puskesmas ke desa-desa setempat. Total
sampel dalam penelitian ini berjumlah 49 orang bidan.
Rumus menghitung sampel yang biasa digunakan dalam penelitian kesehatan
(ariawan,1998 dalam yatino,2005) yaitu :
Keterangan : N = Jumlah populasi
n = Jumlah Sampel
Z(1-α/2) = Nilai Z pada tingkat kepercayaan 95 % (1,96)
d = Presisi (0,1)
P = Proporsi (0,5)
Dengan demikian
n =
�(��
∝�)
� �(���) �
��(���)��
(��∝�)
� �(���)
n = ��,��� �.�,� (���,�)���
�,��(�����)�(�,��)�.�,�(���,�)
n = ���,��
�,��
n = 49,1
n = 49
D. Pengambilan data
Pengambilan data dilakukan dengan dua cara yaitu:
1. Data Primer
Data primer diperoleh dengan melalui tahapan sebagai berikut :
a. Mendatangi puskesmas parigi , puskesmas tinggimoncong, puskesmas manuju,
puskesmas parangloe, dan dinas kesehatan kabupaten gowa di untuk mengambil
data awal.
b. Mengumpulkan data tentang kinerja bidan pada pelayanan antenatal care di
puskesmas parigi,puskesmas tinggimoncong, puskesmas manuju, dan puskesmas
parangloe kabupaten gowa.
c. Pengisian kuesioner dilakukan dengan cara wawancara dan observasi dimana
peneliti memberikan kuesioner kinerja bidan mengenai kinerjanya, pengetahuan,
motivasi , kepemimpinan, insentif, dan rekan kerja. Kuesioner rekan kerja lebih
berisikan bentuk penilaian rekan kerja bidan / teman seprofesi terhadap kinerja
bidan pada pelayanan Antenatal Care (ANC) yang dijadikan sampel dalam
penelitian ini.
d. Pengecekan kembali kuesioner yang telah di isi
2. Data sekunder.
Data sekunder di peroleh dari hasil pencatatan dan pelaporan berupa data cakupan
K1 dan K4 di tempat penelitian (puskesmas), AKI dan AKB di tingkat puskesmas
maupun tingkat kabupaten, dan distribusi tenaga bidan.
E. Pengolahan data
Setelah data terkumpul, dilanjutkan dengan pengolahan data yang dilakukan dengan
tahap-tahap sebagai berikut :
a. Editing.
Proses editing dilakukan setelah data terkumpul dan dilakukan dengan memeriksa
kelengkapan data, memeriksa kesinambungan data, dan keseragaman data serta
dilakukan pemeriksaan pada data yang telah di entri ke dalam computer.
b. Koding.
Proses koding di lakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data, semua jawaban
atau data perlu di sederhanakan yaitu dengan symbol-simbol tertentu, untuk setiap
jawaban (pengkodean).
c. Entry data.
Proses entry data di mulai dengan membuat program entry data pada program SPSS
sesuai dengan variabel yang di teliti untuk mempermudah proses hasil analisis hasil
penelitian, kemudian data yang terkumpul dari kuesioner dientry dalam computer.
F. Analisis data
a. Analisis Univariat.
Menganalisa variabel-variabel yang ada secara Deskriptif dengan menghitung
distribusi frekuensi dan persentase untuk mengetahui karateristik dan subjek
penelitian.
b. Analisis Bivariat.
Analisis yang di lakukan untuk melihat hubungan variable yang meliputi
variable independen terhadap dependen. Uji statistic pada analisis bivariat
menggunakan Chi-Square (X²) dengan tingkat kemaknaan α < 0,05 dan data diolah
dengan menggunakan computer dengan program SPSS. Adapun rumus yang
digunakan sebagai berikut :
X² =∑(�����)�
��
Keterangan :
X² : Nilai Chi-Squere
fo : frekuensi yang diobservasi ( frekuensi empiris )
fe : frekuensi yang diharapkan ( frekuensi teoritis )
Pengujian dilakukan berdasarkan Xhitung dengan Xtabel dengan cara
membandingkan antara X²hitung dan nilai X²tabel dengan syarat sebagai berikut :
Ho ditolak dan Ha diterima = Jika X²hitung > X²tabel ( berarti Ada hubungan
Pengetahuan, Motivasi, Kepemimpinan, Insentif, dan Rekan Kerja dengan
Kinerja Bidan pada Pelayanan Antenatal Care )
Ho diterima Ha ditolak = Jika Xhitung < Xtabel ( berarti Tidak ada Hubungan
Pengetahuan, Motivasi, Kepemimpinan, Insentif, dan Rekan Kerja yang
mempengaruhi Kinerja Bidan pada Pelayanan Antenatal Care) Sedangkan Jika
berdasarkan nilai Probabilitas (p) pengambilan pengambilan kesimpulan dapat
diketahui dengan syarat sebagai berikut :
Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima (berarti Ada
Hubungan Pengetahuan, Motivasi, Kepemimpinan, Insentif, dan Rekan
Kerja dengan Kinerja Bidan pada Pelayanan Antenatal Care)
Jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak (Tidak ada
Hubungan Pengetahuan, Motivasi, Kepemimpinan, Insentif, dan Rekan
Kerja dengan Kinerja Bidan pada Pelayanan Antenatal Care )
Untuk mengetahui tingkat keeratan antara dua variable yang telah diuji
digunakan koefisien φ (Phi). Stang (2005 : 36) di kutip dalam Nurhayani, 2012,
Koefisien φ (Phi) digunakan untuk mengetahui kuatnya hubungan jika hasil Uji Chi-
Squere (X²) untuk tabel kontigensi 2x2 bermakna. Adapun rumus yang digunakan
sebagai berikut :
Rφ = |�����|
�(���)(���)(���)(���)
Berdasarkan nilai Koefisien φ (Phi) berada antara 0 sampai 1 (0 < Phi < 1)
dikemukakan oleh sugiyono ( dalam Nurhayani 2012) yaitu pada tabel 1. berikut ini :
Inteval Koefisien Tingkat Hubungan
0,80 – 1,000 Sangat Kuat
0,60 – 0,799 Kuat
0,40 – 0,599 Sedang
0,20 – 0,399 Rendah
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
G. Penyajian Data
Data yang telah dianalisis disajikan dalam bentuk tabel dan narasi untuk membahas
hasil penelitian.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di empat Puskesmas di Kabupaten Gowa , mengingat untuk
mencapai target minimum sampel dalam suatu penelitian kesehatan. Empat Puskesmas tersebut
yakni Puskesmas Parigi, Puskesmas Tinggimoncong, Puskesmas Manuju, dan Puskesmas
Parangloe dengan total sampel dari keempat puskesmas ini adalah 49 responden.
Penelitian ini merupakan penelitian observasi analitik dengan rancangan “cross
sectional study” yaitu melihat beberapa variable penelitian secara bersamaan pada waktu
tertentu. Peneliti mencari hubungan antara factor Pengetahuan, Motivasi, Kepemimpinan,
Insentif / Imbalan, Rekan Kerja (independen) dengan factor Kinerja Bidan (dependen) pada
Pelayanan Antenatal Care ,dimana peneliti melakukan observasi atau pengukuran variable sekali
dan sekaligus.
Pengumpulan data pada penelitian ini yakni dengan data primer menggunakan kuesioner
berisi pertanyaan-pertanyaan seputar variable yang diteliti kemudian diberikan kepada
responden. Data yangt diperoleh diolah dengan menggunakan computer program SPSS 16 dan
disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan crosstab (tabulasi silang).
Adapun hasil penelitian diuraikan dalam bentuk tabel kemudian disertai penjelasan /
narasi , sebagai berikut :
1. Identitas Responden
Hasil penelitian ini memberikan gambaran karakteristik responden dari 49 bidan di
Puskesmas Parigi, Puskesmas Tinggimoncong, Puskesmas Manuju,dan Puskesmas
Parangloe Kabupaten Gowa yang terdiri dari Karakteristik Responden berdasarkan Umur,
Pendidikan, Status Perkawinan, Masa Kerja dan Status Kepegawaian.
a. Umur
Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Bidan
di Puskesmas Sekabupaten Gowa.
Umur
Frekuensi
N %
20 – 27 28-35 36-44 45-55
26 12 7 4
53,1 24,5 14,3 8,2
Jumlah 49 100 Sumber : Data Primer Tahun 2013
Berdasarkan Tabel 3 diatas menunjukkan bahwa presentasi Umur terbesar yaitu
kelompok umur 20 – 27 tahun sebanyak 26 responden ( 53,1% ), diikuti kelompok umur 28
– 35 tahun sebanyak 12 responden (24,5 %) . Sementara kelompok umur yang paling kecil
yakni 45 – 55 tahun sebanyak 4 responden (8,2 %).
b. Pendidikan Terakhir
Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Bidan
di Puskesmas Sekabupaten Gowa.
Pendidikan Terakhir
Frekuensi
N %
Diploma III Srata I
46 3
93,9 6,1
Jumlah 49 100 Sumber : Data Primer Tahun 2013
Dari tabel diatas menjelaskan bahwa persentasi Pendidikan Terakhir Bidan yang
paling banyak adalah Diploma III 46 responden (93,9%) sementara yang paling sedikit
yakni 3 responden (6,1%).
c. Status Perkawinan
Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Status Perkawinan Bidan
di Puskesmas Sekabupaten Gowa.
Status Perkawinan
Frekuensi
N %
Belum Menikah Menikah
19 30
38,8 61,2
Jumlah 49 100 Sumber : Data Primer Tahun 2013
Dari tabel 4 diatas menunjukkan bahwa persentasi Status Perkawinan Bidan yang
belum Menikah sebanyak 19 responden ( 38,8%). Presentasi ini lebih sedikit bila
dibandingkan dengan presentasi bidan yang telah Menikah yakni sebanyak 30 responden
(61,2%).
d. Masa Kerja
Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Bidan
di Puskesmas Sekabupaten Gowa.
Masa Kerja /
Pengalaman
Frekuensi
N %
Cukup Lama
Kurang Lama
32
17
65,3
34, 7
Jumlah 49 100
Sumber : Data Primer Tahun 2013
Pada Tabel 5 diatas diketahui bahwa faktor masa kerja atau pengalaman
mempengaruhi kinerja bidan dari aspek kompetensi . Bidan yang masa kerjanya Cukup
Lama sebanyak 32 orang (65,3 %) dan bidan yang masa kerjanya Kurang Lama sebanyak
17 responden (34,7%).
e. Status Kepegawaian
Tabel 6 Distribusi Responden Berdasarkan Status Kepegawaian Bidan
di Puskesmas Sekabupaten Gowa.
Status Kepegawaian
Frekuensi
N %
PNS PTT
19 30
38,8 61,2
Jumlah 49 100 Sumber : Data Primer Tahun 2013
Tabel 6 diatas menunjukkan bahwa Status Kepegawaian Bidan yang paling banyak
yakni Bidan PTT (Pegawai Tidak Tetap) 30 responden ( 61,2%) dan yang paling sedikit
yakni Bidan PNS (Pegawai Negeri Sipil) 19 responden (38,8%).
2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Deskriptif Variabel Penelitian
Hasil penelitian ini memberikan gambaran Faktor- faktor yang mempengaruhi
Kinerja Bidan Pada Pelayanan Antenatal Care (ANC) di beberapa Puskesmas di Kabupaten
Gowa yang dapat ditinjau dari distribusi frekuensi berdasarkan deskriftif variable penelitian.
a. Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Bidan pada Pelayanan Antenatal Care
(ANC)
Dalam penelitian ini terdapat lima dimensi faktor yang mempengaruhi kinerja
bidan yakni faktor pengetahuan, faktor motivasi, faktor kepemimpinan, faktor insentif,
dan faktor rekan kerja.
1. Pengetahuan
Tabel 7 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Bidan di
Puskesmas Sekabupaten Gowa
Tingkat Pengetahuan
Frekuensi
N %
Cukup
Kurang
30
19
61,2
38,8
Jumlah 49 100
Sumber : Data Primer Tahun 2013 Pada Tabel 7 diatas menjelaskan bahwa bidan yang cukup tingkat pengetahuan
lebih besar daripada bidan yang tingkat pengetahuannya kurang. Dengan bidan yang
Cukup Pengetahuan sebanyak 30 responden (61,2 % ) dan bidan yang kurang
pengetahuannya sebanyak 19 responden (38,8% ).
2. Motivasi
Tabel 8 Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi Kerja Bidan
di Puskesmas Sekabupaten Gowa
Motivasi
Frekuensi
N %
Cukup Kurang
37 12
75,5 24,5
Jumlah 49 100 Sumber : Data Primer Tahun 2013
Tabel 8 diatas menjelaskan bahwa Faktor motivasi ini, dari 49 responden, 37
responden ( 75,5%) yang memiliki Motivasi yang cukup, 12 responden (24,5%) memilki
motivasi yang kurang.
3. Kepemimpinan
Tabel 9 Distribusi Responden Berdasarkan Kepemimpinan
di Puskesmas Sekabupaten Gowa
Kepemimpinan
Frekuensi N %
Cukup Kurang
38 8
77,6 22,4
Jumlah 49 100 Sumber : Data Primer Tahun 2013
Berdasarkan tabel 9 diketahui bahwa terdapat 38 responden (77,6%) yang
menyatakan kepemimpinan pemimpin puskesmas (kepala unit) Cukup baik dan 11
responden (22,4%) menyatakan kepemimpinan kepala puskesmas (kepala unit) kurang
baik.
4. Insentif / Imbalan
Tabel 10 Distribusi Responden Berdasarkan Insentif / Imbalan
di Puskesmas Sekabupaten Gowa
Sumber : Data Primer Tahun 2013
Berdasarkan tabel 10 diatas diketahui bahwa lebih banyak bidan merasa Cukup
Insentif yang mereka terima dari bidan yang merasa kurang terhadap Insentif yang
diterima. Sebanyak 31 responden (63,3%) merasa Cukup Insentif yang diterima dan
sebanyak 18 responden (36,7%) merasa Kurang.
Insentif / Imbalan
Frekuensi
N %
Cukup Kurang
31 18
63,3 36,7
Jumlah 49 100
5. Rekan Kerja
Tabel 11 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Rekan Kerja Bidan
di Puskesmas Sekabupaten Gowa.
Rekan Kerja
Frekuensi
N %
Cukup Kurang
39 10
79,6 20,4
Jumlah 49 100 Sumber : Data Primer Tahun 2013 Tabel 11 menjelaskan bahwa sebanyak 39 bidan (79,6%) merasa Hubungan
dengan sesama dan penilaian terhadap Rekan Kerja bidan cukup baik , sedangkan
sebanyak 10 bidan (20,4%) yang merasa hubungan dan penilaian terhadap rekan kerja
kurang baik.
6. Kinerja Bidan pada Pelayanan Antenatal (ANC)
Tabel 12 Distribusi Responden Berdasarkan Kinerja Bidan pada Pelayanan ANC di
Puskesmas Sekabupaten Gowa.
Kinerja Bidan pada Pelayanan ANC
Frekuensi
N %
Tinggi Rendah
34 15
69,4 30,6
Jumlah 49 100 Sumber : Data Primer Tahun 2013 Pada tabel 12 diketahui bahwa jumlah bidan yang kinerjanya Tinggi pada
pelayanan Antenatal Care ( ANC) lebih banyak daripada bidan yang kinerjanya rendah.
Sebanyak 34 responden (69,4%) yang memiliki kinerja Tinggi dan sebanyak 15
responden (30,6%) yang memiliki kinerja Rendah dari 49 responden.
3. Hubungan Karakteristik Responden dengan Kinerja Bidan pada Pelayanan
Antenatal Care (ANC)
Hasil penelitian memberikan gambaran hubungan karakteristik responden dengan Kinerja
Bidan pada pelayanan Antenatal Care (ANC) dengan 49 bidan yang bertugas di empat
puskesmas maupun yang ditugaskan Puskesmas ke desa-desa sekitar di Kabupaten Gowa yang
dapat ditinjau pada tabulasi silang yang merupakan hasil crosstab berikut ini
1. Umur dengan Kinerja Bidan pada Pelayanan ANC
Tabel 13 Hubungan Umur Responden dengan Kinerja Bidan pada Pelayanan ANC di
beberapa Puskesmas di Kabupaten Gowa.
S
Sumber : Data Primer Tahun 2013
Berdasarkan tabel 13 diatas diketahui bahwa sebagaian besar responden berada
pada kelompok umur 20 – 27 tahun yaitu sebanyak 26 responden dengan 17 responden
(65,4%) yang memiliki kinerja Tinggi pada Pelayanan Antenatal Care (ANC) dan
terdapat 9 responden (34,6%) yang memiliki Kinerja Rendah. Selanjutnya jumlah
responden pada kelompok umur 28 – 35 tahun terdapat 12 responden. Dari 12 responden
tersebut sebanyak 9 responden (75,0%) yang memiliki Kinerja Tinggi dan sebanyak 3
responden (25,0%) yang memiliki Kinerja Rendah.
Sementara itu, kelompok umur 36 – 44 tahun sebanyak 7 responden. 4 responden
(57,1%) memiliki Kinerja Tinggi dan 3 responden (42,9%) memiliki Kinerja Rendah.
Umur Kinerja bidan pada Pelayanan ANC
Total Tinggi Rendah
N % N % N %
20-27 17 65,4 9 34,6 26 100,0
28-35 9 75,0 3 25,0 12 100,0
36-44 4 57,1 3 42,9 7 100,0
45-55 4 100,0 0 0 4 100,0
Total 34 69,4 15 30,6 49 100,0
Serta untuk kelompok umur 45 – 55 tahun terdapat 4 responden (100%) memiliki Kinerja
Tinggi.
2. Pendidikan Terakhir dengan Kinerja Bidan pada Pelayanan ANC
Tabel 14 Hubungan Pendidikan dengan Kinerja Bidan pada Pelayanan ANC di beberapa
Puskesmas di Kabupaten Gowa.
Sumber :Data Primer Tahun 2013
Tabel 14 menunjukkan bahwa Pendidikan terakhir responden yaitu lulusan
Diploma III sebanyak 46 responden dan Starata I sebanyak 3 responden. Untuk bidan
lulusan diploma III terdapat 31 responden (67,4%) yang memiliki Kinerja Tinggi pada
pelayanan ANC dan terdapat 15 responden (32,6%) yang memiliki Kinerja Rendah pada
pelayanan ANC. Sementara itu untuk bidan lulusan Strata 1 sebanyak 3 responden
(100%) yang memiliki Kinerja Tinggi.
3. Status Perkawinan dengan Kinerja Bidan pada Pelayanan ANC
Pendidkan
Terakhir
Kinerja bidan pada Pelayanan
ANC
Total Tinggi Rendah
N % N % N %
Diploma III 31 67,4 15 32,6 46 100,0
Strata I 3 100,0 0 0 3 100,0
Total 34 69,4 15 30,6 49 100,0
Tabel 15 Hubungan Status Perkawinan dengan Kinerja Bidan pada Pelayanan ANC di
beberapa Puskesmas di Kabupaten Gowa.
Sumber : Data Primer Tahun 2013
Pada tabel 15 menjelaskan bahwa bidan yang belum menikah berjumlah 19
responden dan bidan yang sudah menikah berjumlah 30 responden. Bidan yang belum
menikah jumlahnya lebih sedikit daripada bidan yang sudah menikah. Dari 30 responden
yang telah menikah terdapat 21 reponden (70,0%) memiliki Kinerja Tinggi pada
pelayanan Antenatal Care (ANC) dan 6 responden (31,6%) memiliki Kinerja Rendah
pada pelayanan Antenatal Care (ANC). Selanjutnya 19 responden yang belum menikah
terdapat 13 responden (68,4%) yang memiliki Kinerja Tinggi pada pelayanan ANC dan
terdapat 6 responden (31,6%) yang memiliki Kinerja Rendah pada pelayanan ANC.
4. Masa Kerja dengan Kinerja Bidan pada Pelayanan ANC
Tabel 16.
Status
Perkawinan
Kinerja bidan pada Pelayanan
ANC
Total Tinggi Rendah
N % n % N %
Belum menikah 13 68,4 6 31,6 19 100,0
Menikah 21 70,0 9 30,0 30 100,0
Total 34 69,4 15 30,6 49 100,0
Hubungan Masa Kerja dengan Kinerja Bidan pada Pelayanan ANC di beberapa puskesmas di kabupaten gowa.
Sumber : Data Primer Tahun 2013
Pada tabel 16 menjelaskan bahwa sebanyak 32 responden yang masa kerjanya
cukup lama, diantara 32 responden itu sebanyak 23 responden (71,9%) memiliki kinerja
tinggi pada pelayanan ANC dan 9 responden (28,1%) memiliki kinerja rendah pada
pelayanan ANC. Sedangkan dari 17 responden yang kurang masa kerjanya, sebanyak 11
responden (64,7%) memilki kinerja tinggi dan 6 responden (35,3%) memilki kinerja
rendah.
5. Status Kepegawaian dengan Kinerja Bidan pada Pelayanan ANC
Tabel 17 Hubungan Status Kepegawaian dengan Kinerja Bidan pada Pelayana ANC di
beberapa Puskesmas di Kabupaten Gowa.
Sumber : Data Primer Tahun 2013
Berdasarkan Tabel 17 diatas menunjukkan bahwa status kepegawaian bidan
sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil) berjumlah 19 responden, sebanyak 16 responden
(84,2%) memiliki Kinerja Tinggi dan 3 responden (15,8%) memiliki Kinerja Rendah.
Masa Kerja
Kinerja bidan pada Pelayanan ANC
Total Tinggi Rendah
N % N % N %
Cukup lama 23 71,9 9 28,1 32 100,0
Kurang lama 11 64,7 6 35,3 17 100,0
Total 34 69,4 15 30,6 49 100,0
Status
Kepegawaian
Kinerja bidan pada Pelayanan
ANC
Total Tinggi Rendah
N % N % N %
PNS 16 84,2 3 15,8 19 100,0
PTT 18 60,0 12 40,0 30 100,0
Total 34 69,4 15 30,6 49 100,0
Sementara status kepegawaian bidan sebagai PTT (Pegawai Tidak Tetap) berjumlah 30
responden, sebanyak 18 responden (60,0%) yang memiliki Kinerja Tinggi dan 12
responden (40,0%) yang memiliki Kinerja Rendah.
4. Hubungan Variabel Independen dengan Variabel Dependen
Untuk melihat hubungan antara variable independen dan variable dependen digunakan
tabulasi silang dengan analisis Chi-Square. Sementara untuk melihat kekuatan hubungan antara
variable dilakukan dengan menggunakan uji Koefisien φ (Phi).
1. Hubungan Pengetahuan dengan Kinerja Bidan pada Pelayanan ANC
Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kondisi tahu seorang
bidan setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek melalui indera mata dan
telinga yaitu melalui proses pengalaman dan proses belajar secara formal maupun
informal melalui pendidikan dan pelatihan bagi bidan . Khususnya kondisi tahu seorang
bidan dalam pelayanan Antenatal Care (Pemeriksaan Kehamilan) pada ibu hamil.
Pengetahuan merupakan kemampuan intelektual dan tingkat pemahaman bidan
terutama kompetensi bidan terhadap penerapan standar pelayanan antenatal care sesuai
pendidikan kebidanan
Tabel 18. Hubungan Pengetahuan dengan Kinerja Bidan pada Pelayanan ANC di
Total
beberapa Puskesm
as di Kabupaten Gowa.
Sumber : Data Primer 2013
Berdasarkan tabel 18 menjelaskan bahwa dari 30 responden yang memiliki
Pengetahuan Cukup, terdapat 24 responden (80,0%) memiliki Kinerja Tinggi dan 6
responden (20,0%) memiliki Kinerja Rendah. Sementara itu dari 19 responden yang
memiliki Pengetahuan Kurang , terdapat 10 responden (52,6%) yang memiliki Kinerja
Tinggi dan 9 responden (47,4%) yang memiliki Kinerja Rendah.
Hasil uji statistic dengan Chi-Square diperoleh nilai ρ=0,04 lebih kecil dari α =
0,05 (ρ < 0,005) yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian terdapat
hubungan antara pengetahuan dengan kinerja bidan terhadap antenatal care di beberapa
puskesmas di kabupaten gowa. Hasil uji koefisien φ (phi) diperoleh nilai Rφ = 0,289
yang berada pada rentang antara 0,20 – 0,399. Dengan demikian terdapat hubungan
rendah antara pengetahuan dengan kinerja bidan pada pelayanan Antenatal Care di
puskesmas sekabupaten gowa. Hubungan tersebut menunjukkan bahwa salah satu yang
Pengetahuan Kinerja bidan pada Pelayanan
ANC
Uji
Statistik
Tinggi Rendah
n % n % N % X² = 4,102
Cukup 24 80,0 6 20,0 30 100,0 ρ = 0,04
Kurang 10 52,6 9 47,4 19 100,0 Rφ=0,289
Total 34 69,4 15 30,6 49 100,0
berhubungan dengan kinerja bidan pada pelayanan antenatal care adalah pengetahuan di
puskesmas sekabupaten gowa.
2. Hubungan Motivasi dengan Kinerja Bidan pada Pelayanan ANC
Motivasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dorongan kerja yang ada
pada pribadi bidan yang berperilaku dalam kinerjanya untuk mencapai target pelayanan
antenatal care. Motivasi merupakan kemauan atau keinginan didalam diri seseorang yang
mendorongnya untuk bertindak berdasarkan pendidikan kebidanan
Tabel 19. Hubungan Motivasi dengan Kinerja Bidan pada Pelaayanan ANC di
Puskesmas Sekabupaten Gowa.
S
Sumber : Data Primer Tahun 2013
Sesuai tabel 19 diatas menunjukkan bahwa dari 37 responden yang memiliki
motivasi kerja Cukup, terdapat 29 responden (78,4%) memiliki kinerja tinggi dan 8
responden (21,6%) memiliki kinerja rendah. Selanjutnya responden yang memilki
motivasi kerja kurang, terdapat 5 responden (41,7%) memiliki kinerja tinggi dan 7
responden (58,3%) memiliki kinerja rendah.
Hasil uji statistic dengan Chi-Square diperoleh nilai ρ=0,016 lebih kecil dari α =
0,05 (ρ < 0,005) yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian terdapat
Motivasi
Kinerja bidan pada Pelayanan
ANC Total
Uji
Statistik
Tinggi Rendah
N % N % N % X² = 5,749
Cukup 29 78,4 8 21,6 37 100,0 ρ=0,016
Kurang 5 41,7 7 58,3 12 100,0 Rφ=0,343
Total 34 69,4 15 30,6 49 100,0
hubungan yang bermakna antara motivasi dengan kinerja bidan pada pelayanan antenatal
care di puskesmas sekabupaten gowa. Hasil uji koefisien φ (phi) diperoleh nilai Rφ =
0,343 yang berada pada rentang antara 0,20 – 0,399. Dengan demikian terdapat hubungan
rendah antara motivasi dengan kinerja bidan pada pelayanan Antenatal Care di
puskesmas sekabupaten gowa. Hubungan tersebut menunjukkan bahwa salah satu yang
berhubungan dengan kinerja bidan pada pelayanan antenatal care adalah Motivasi Kerja
di puskesmas sekabupaten gowa.
3. Hubungan Kepemimpinan dengan Kinerja bidan pada Pelayanan ANC
Yang dimaksud dengan kepemimpinan dalam penelitian ini adalah keseluruhan
aktifitas kepala puskesmas atau kepala unit dalam mendorong dan mengarahkan bawahan
mengerjakan tugasnya atas kemauannya sendiri. Kebanyakan bawahan menginginkan
pemimpin yang jiwa solidaritas tinggi dan mengayomi sehingga dapat meningkat
semangat kerja. Dengan demikian kinerja yang dihasilkanpun akan baik.
Tabel 20. Hubungan Kepemimpinan dengan Kinerja Bidan pada Pelayanan ANC di di
Puskesmas Sekabupaten Gowa
Sumber : Data Primer Tahun 2013
Pada tabel 20 dijelaskan bahwa dari 38 responden yang menyatakan
kepemimpinan pemimpin puskesmas Cukup baik , sebanyak 30 responden (78,9%)
Kepemimpinan
Kinerja bidan pada Pelayanan
ANC Total
Uji
Statistik
Tinggi Rendah
n % N % N % X² = 7,283
Cukup 30 78,9 8 21,1 38 100,0 ρ= 0,007
Kurang 4 36,4 7 63,6 11 100,0 Rφ=0,386
Total 34 69,4 15 30,6 49 100,0
memiliki kinerja Tinggi dan sebanyak 8 responden (21,1%) memiliki kinerja Rendah.
Sementara itu, terdapat 11 responden yang menyatakan kepemimpinan pemimpin mereka
Kurang baik yakni sebanyak 4 responden (36,4%) memiliki kinerja yang tinggi dan
sebanyak 7 responden (63,6%) yang memiliki kinerja rendah.
Hasil Uji Statistik dengan Chi – Square diperoleh nilai ρ = 0,007 lebih kecil dari α
= 0,05 (ρ < 0,005) yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian terdapat
hubungan antara kepemimpinan pemimpin puskesmas dengan kinerja bidan pada
pelayanan antenatal care di puskesmas sekabupaten gowa. Hasil uji koefisien φ (phi)
diperoleh nilai Rφ = 0,386 yang berada pada rentang antara 0,20 – 0,399. Dengan
demikian terdapat hubungan rendah antara kepemimpinan pemimpin puskesmas dengan
kinerja bidan pada pelayanan Antenatal Care di puskesmas sekabupaten gowa. Hubungan
tersebut menunjukkan bahwa salah satu yang berhubungan dengan kinerja bidan pada
pelayanan antenatal care adalah kepemimpinan di puskesmas sekabupaten gowa.
4. Hubungan Insentif / Imbalan dengan Kinerja Bidan pada Pelayanan ANC
Yang dimaksudkan dengan Insentif pada penelitian ini adalah pemberian gaji
pokok bidan ataupun diluar gaji pokok berupa material (seperti
uang,perumahan,kendaraan) ataupun non material (seperti: pelatihan,pendidikan
berlanjut,peluang karier dan kenaikan pangkat istimewa atau dalam bentuk penghargaan
khusus) yang diterima oleh bidan.
Tabel. 21 Hubungan Insentif / Imbalan dengan Kinerja Bidan pada Pelayanan ANC di
beberapa Puskesmas di Kabupaten Gowa.
Sumber : Data Primer Tahun 2013
Berdasarkan tabel 21 diketahui bahwa sebanyak 31 responden menyatakan Cukup
insentif yang diterima,sebanyak 25 responden (80,6%) memiliki kinerja tinggi dan
sebanyak 6 responden (19,4%) memilki kinerja rendah. Disamping itu terdapat 9
responden yang menyatakan kurang terhadap insentif yang diterima, sebanyak 9
responden (50,0 %) yang memilki kinerja tinggi dan 9 responden (50,0%) memilki
kinerja rendah.
Hasil Uji Statistik dengan Chi – Square diperoleh nilai ρ = 0,025 lebih kecil dari α
= 0,05 (ρ < 0,005) yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian terdapat
hubungan antara insentif / imbalan dengan kinerja bidan pada pelayanan antenatal care di
puskesmas sekabupaten gowa. Hasil uji koefisien φ (phi) diperoleh nilai Rφ = 0,321 yang
berada pada rentang antara 0,20 – 0,399. Dengan demikian terdapat hubungan rendah
antara insentif yang diterima dengan kinerja bidan pada pelayanan Antenatal Care di
puskesmas sekabupaten gowa. Hubungan tersebut menunjukkan bahwa salah satu yang
Insentif / imbalan
Kinerja bidan pada Pelayanan
ANC Total
Uji Statistik
Tinggi Rendah
N % N % N % X² = 5,035
Cukup 25 80,6 6 19,4 31 100,0 ρ= 0,025
Kurang 9 50,0 9 50,0 18 100,0 Rφ = 0,321
Total 34 69,4 15 30,6 49 100,0
berhubungan dengan kinerja bidan pada pelayanan antenatal care adalah insentif di
puskesmas sekabupaten gowa.
5. Hubungan Rekan kerja dengan Kinerja Bidan pada Pelayanan ANC
Yang dimaksud dengan rekan kerja dalam penelitian ini adalah teman kerja bidan
yang sama – sama memberikan pelayanan Kesehatan Ibu dan anak, terutama Pelayanan
Pemeriksaan Kehamilan (Antenatal Care) yang berada dalam satu organisasi yakni
puskesmas. Seorang bidan memberikan penilaian seberapa besar teman kerjanya
melakukan kinerja pada pelayanan antenatal care.
Tabel 22 Hubungan Rekan Kerja dengan Kinerja Bidan pada Pelayanan ANC di
beberapa Puskesmas di Kabupaten Gowa.
SSumber : Data Primer Tahun 2013
Sesuai tabel 22 menjelaskan bahwa sebanyak 39 responden memberikan penilaian
cukup baik terhadap rekan kerjanya. Yakni sebanyak 31 responden (79,5%) memilki
kinerja tinggi dan 8 responden (20,5%) memilki kinerja rendah. Selanjutnya terdapat
sebanyak 10 responden yang memberikan penilaian kurang baik terhadap rekan kerjanya,
sebesar 3 responden (30,0%) yang memilki kinerja tinggi dan sebanyak 7 responden
(70,0%) yang memilki kinerja rendah dari 49 responden yang diteliti.
Rekan Kerja
Kinerja bidan pada Pelayanan
ANC Total
Uji Statistik
Tinggi Rendah
N % n % N % X² = 9,176
Cukup Baik 31 79,5 8 20,5 39 100,0 ρ=0,00
Kurang Baik 3 30,0 7 70,0 10 100,0 Rφ= 0,433
Total 34 69,4 15 30,6 49 100,0
Hasil Uji Statistik dengan Chi – Square diperoleh nilai ρ = 0,00 lebih kecil dari α
= 0,05 (ρ > 0,005) yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian terdapat
hubungan antara rekan kerja dengan kinerja bidan pada pelayanan antenatal care di
puskesmas sekabupaten gowa. Hasil uji koefisien φ (phi) diperoleh nilai Rφ = 0,433 yang
berada pada rentang antara 0,40 – 0,599. Dengan demikian terdapat hubungan sedang
antara rekan kerja dengan kinerja bidan pada pelayanan Antenatal Care di puskesmas
sekabupaten gowa. Hubungan tersebut menunjukkan bahwa salah satu yang
mempengaruhi kinerja bidan pada pelayanan antenatal care adalah insentif di puskesmas
sekabupaten gow
B. PEMBAHASAN
1. Karakteristik Responden dengan Kinerja Bidan pada Pelayanan ANC (Antenatal
Care)
Berdasarkan hasil penelitian dengan jumlah sampel adalah 49 responden yang
bertugas empat puskesmas ataupun di desa-desa sekitar puskesmas tersebut. Responden
dengan kelompok umur dan kinerja bidan di beberapa puskesmas di kabupaten gowa
dapat dilihat pada tabel 11, kelompok umur termuda 20 – 27 tahun yaitu 34,6% yang
memiliki Kinerja Rendah. Selanjutnya jumlah responden pada kelompok umur 28 – 35
tahun 25,0% yang memiliki Kinerja Rendah. Sementara itu, kelompok umur 36 – 44
tahun (42,9%) memiliki Kinerja Rendah. Serta untuk kelompok umur 45 – 55 tahun 0%
memiliki Kinerja rendah. Hal ini menunjukkan semakin tua responden semakin tinggi
kinerjanya terhadap pelayanan antenatal care. Semakin tua berarti semakin banyak
pengalaman yang didapat dalam melayani sehingga berefek pada peningkatan kesehatan
ibu dan anak. Secara tidak langsung responden belajar sambil mempraktekkan. Tentu saja
ini akan berdampak pada kinerja bidan tersebut.
Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi kinerja seseorang. Bidan yang bekerja di
empat puskesmas ( puskesmas parigi, puskesmas tinggimoncong, puskesmas manuju dan
puskesmas parangloe) kebanyakan lulusan Diploma III dan Strata I. Dengan jenjang
pendidikan yang berbeda tentunya akan meberikan perbedaan kinerjanya pada pelayanan
antenatal care. Pada tabel 12 menjelaskan bahwa responden yang pendidikan terakhir
diploma III, 32,6% yang memiliki Kinerja Rendah pada pelayanan ANC. Sedangan
responden yang pendidikan terakhir Strata I, 0% memiliki kinerja rendah pada pelayanan
ANC. Dengan demikian semakin tinggi tingkat pendidikan responden semakin tinggi
pula kinerjanya pada pelayanan ANC.
Selanjutnya status perkawinan responden di empat puskesmas dikabupaten gowa,
pada tabel 13 sebelumnya menjelaskan untuk bidan yang telah menikah 30,0% (6
responden dari 19 responden) memiliki kinerja rendah pada pelayanan ANC dan untuk
responden yang belum menikah 31,6% (9 responden dari 30 responden) yang memiliki
kinerja rendah pada pelayanan ANC. Hal ini menunjukkan responden yang belum
menikah kinerjanya lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang menikah. Ini
dipengaruhi oleh tanggungjawab yang emban responden yang telah menikah lebih besar
daripada responden yang belum menikah yakni tanggungjawab terhadap keluarga(suami
dan anak-anak).
Masa kerja menggambarkan pengalaman responden dalam menguasai bidangnya.
Pada umumnya responden dengan pengalaman kerja yang banyak tidak memerlukan
banyak bimbingan dibanding dengan responden yang pengalaman kerjanya sedikit. Masa
kerja responden dapat dilihat pada tabel 14, pada tabel tersebut dapat diketahui bahwa
responden yang masa kerjanya > 3 tahun 28,1% (9 responden dari 32 responden )
memilki kinerja rendah dan responden yang masa kerjanya < 3 tahun 35.3% (6 responden
dari 17 responden) memilki kinerja rendah. Dengan demikian semakin lama masa kerja
responden semakin tinggi pula kinerja responden pada pelayanan ANC.
Berdasarkan status kepegawaian bidan di empat puskesmas di kabupaten gowa
lebih banyak Pegawai tidak tetap (PTT) dengan kinerja rendah dari pada pegawai negeri
sipil (PNS). Sesuai tabel 15 dijelaskan bahwa responden sebagai PNS 15,8% (3
responden dari 19 responden ) memiliki kinerja rendah dan responden sebagai PTT
40,0% (12 dari 30 responden) memiliki kinerja rendah. Hal menunjukkan responden PTT
kinerjanya lebih rendah dari pada responden PNS. Hal ini dipengaruhi oleh proses
penyeleksian dalam perekrutan sebagai PNS yang diikuti oleh responden PNS.
2. Hubungan Variabel Independen dengan Variabel Dependen
Menurut Timple (dalam wawan setiawan,2007) faktor –faktor yang
mempengaruhi kinerja terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor Internal yaitu
faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat seseorang, misalnya kinerja seseorang baik
disebabkan karena mempunya kemampuan tinggi dan seseorang itu tipe pekerja keras.
Sedangkan seseorang mempunya kinerja jelek disebabkan orang tersebut mempunyai
kinerja rendah dan orang tersebut tidak mempunyai upaya-upaya untuk memperbaiki
kemampuannya. Faktor Eksternal yaitu faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja
seseorang yang berasal dari lingkungan, seperti perilaku, sikap dan tindakan-tindakan
rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja, dan iklim organisasi.
Dalam penelitian ini terdapat lima dimensi faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja bidan pada pelayanan Antenatal Care (ANC) sebagai variable independen.
Kelima dimensi tersebut adalah pengetahuan, motivasi, kepemimpinan, insentif, dan
rekan kerja. Sementara variable dependen adalah kinerja bidan pada pelayanan antenatal
care di emapat puskesmas di kabupaten gowa. Adapun hubungan antara variable
independen dengan variabel dependen tersebut sebagai berikut :
a. Hubungan antara Pengetahuan dengan Kinerja Bidan pada pelayanan ANC
Kemampuan adalah kapasitas individu untuk melaksanakan berbagai tugas
dalam pekerjaan tertentu. Pengetahuan merupakan bagian dari kemapuan individu
seseorang yang diaplikasikan dalam kinerja yang di hasilkan.
Berdasarkan tabel 16 diketahui bahwa dari 30 responden yang memiliki
Pengetahuan Cukup 20,0% memiliki Kinerja Rendah dan 19 responden yang
memiliki Pengetahuan Kurang , (47,4% yang memiliki Kinerja Rendah. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin rendah pengetahuan responden semakin rendah
pula kinerja bidan. Penelitian yang dilakukan oleh Emanuel Hamoko (2008)
mengatakan ada pengaruh pengetahuan terhadap kinerja klinis perawat dengan
nilai ρ 0,004 (< 0,25).
Hasil uji statistic dengan Chi-Square untuk melihat hubungan antara
variable independen dan variable dependen dan untuk melihat tingkat kemaknaan
diperoleh nilai ρ=0,04 lebih kecil dari α = 0,05 (ρ < 0,005) yang berarti Ho ditolak
dan Ha diterima. Dengan demikian terdapat hubungan antara pengetahuan dengan
kinerja bidan pada pelayanan antenatal care di puskesmas sekabupaten gowa.
Selanjutnya dilakukan lagi uji statistic untuk melihat keeratan hubungan
tersebut. Hasil uji koefisien φ (phi) diperoleh nilai Rφ = 0,289 yang menyatakan
ada hubungan rendah antara pengetahuan dengan kinerja bidan pada pelayanan
Antenatal Care di puskesmas sekabupaten gowa. Hubungan tersebut
menunjukkan bahwa salah satu yang berhubungan dengan kinerja bidan pada
pelayanan antenatal care adalah pengetahuan di puskesmas sekabupaten gowa.
b. Hubungan antara Motivasi dengan Kinerja Bidan pada pelayanan ANC
Menurut Muchlas (1997) dan Robbins (1996) (dalam Yatino,2005)
terdapat tiga kunci utama tentang motivasi dalam perilaku organisasi yaitu
kemauan untuk berusaha, pencapaian tujuan organisasi dan pemenuhan kebutuhan
pribadi individu dalam organisasi.
David C. McClelland berpendapat bahwa ada hubungan yang positif
antara motif berprestasi dengan pencapaian kinerja. Sedangkan McClelland
mengemukkan 6 karakteristik dari pegawai yang memilikimotif berprestasi tinggi
yaitu: memilki tanggungjawab pribadi yang tinggi, berani mengambil resiko,
memiliki tujuan yang realistis, memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan
berjuang untuk merealisasikan tujuannya, memanfaatkan umpan balik dan mencar
I kesempatan untuk merealisasikan rencana tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian pada 49 bidan di beberapa puskesmas di
kabupaten gowa, umumnya memilki motivasi kerja yang baik pada pelayanan
antenatal care. Motivasi kerja yang baik memberikan rasa tanggungjawab pada
bidan untuk menyelasaikan tugasnya pada pelayanan ANC sehingga hasil
kinerjanyapun tinggi. Sesuai tabel 17 sebelumnya diketahui bahwa 37 responden
yang memiliki motivasi kerja Cukup, terdapat 29 responden (78,4%) memiliki
kinerja tinggi dan 8 responden (21,6%) memiliki kinerja rendah. Selanjutnya
responden yang memilki motivasi kerja kurang, terdapat 5 responden (41,7%)
memiliki kinerja tinggi dan 7 responden (58,3%) memiliki kinerja rendah. Hal ini
menjelaskan bahwa semakin tinggi motivasi kerja responden maka tinggi pula
kinerja responden pada pelayanan antenatal care. Hasil ini berbeda dengan
penelitian Yatino ( 2005 ) yang menjelaskan bahwa responden yang memiliki
motivasi baik mempunyai kinerja kurang. Hal ini dikarenakan responden tidak
mendapai insentif yang memadai dari Kepala Puskesmas ( 50%) dan lebih dari
setengahnya merupakan pendatang (60,4%), Hasil statistiknya juga menyebutkan
terdapat hubungan antara motivasi dengan kinerja bidan desa.
Selanjutnya untuk mengetahui hubungan dan tingkat kemaknaan motivasi
dengan kinerja bidan pada pelayanan antenatal care di puskesmas sekabupaten
gowa maka dilakukan uji statistic. Hasil uji statistic tersebut dilakukan dengan uji
Chi-Square diperoleh nilai ρ=0,016 yang berarti Ho ditolak Ha diterima.
Dengan mengetahui kemaknaan positif hubungan motivasi dengan kinerja
bidan pada pelayanan ANC di puskesmas sekabupaten gowa maka selanjutnya
dilakukan lagi uji statistic. Dimana keeratan tersebut diketahui dengan uji
koefisien φ (phi) diperoleh Rφ=0,343 yang menyatakan ada hubungan rendah
antara motivasi kerja dengan kinerja bidan pada pelayanan ANC di puskesmas
sekabupaten gowa. Semakin tinggi motivasi kerja, maka semakin tinggi pula
kinerja bidan pada pelayanan ANC.
c. Hubungan antara Kepemimpinan dengan Kinerja Bidan pada pelayanan
ANC
Menurut Siagian (2000, dalam suparjo,2003) menyebutkan bahwa
kepemimpinan adalah inti dari manajemen, karena kepemimpinan adalah motor
penggerak bagi sumber daya manusia dan sumber daya alam lainnya. Kurangnya
pemeliharaan dan perhatian pada tenaga kerja biasa menyebabkan semangat kerja
rendah,cepat lelah dan bosan serta lamban dalam menyelesaikan pekerjaannya,
yang pada akhirnya menurunkan prestasi kerja.
Berdasarkan hasil penelitian pada 49 bidan di empat puskesmas di
kabupaten gowa. Dijelaskan pada tabel 18 sebelumnya bahwa dari 41 responden
yang menyatakan kepemimpinan pemimpin puskesmas Cukup baik , sebanyak 34
responden (82,9) memiliki kinerja Tinggi dan sebanyak 7 responden (17,1%)
memiliki kinerja Rendah. Sementara itu, terdapat 8 responden yang menyatakan
kepemimpinan pemimpin mereka Kurang baik yakni sebanyak 6 responden
(75,0%) memiliki kinerja yang tinggi dan sebanyak 2 responden (25,0%) yang
memiliki kinerja rendah.
Kebanyakan bidan cukup menyukai kepemimpinan kepala puskesmas
mereka, walau sebagian kecil juga kurang menyukai. Ini berdampak pada kinerja
bidan pada pelayanan ANC. Hal ini sejalan dengan penelitian Suparjo (2003)
yang menyebutkan respoden memberikan kategori baik pada kepemimpinan
kepala puskesmas lebih banyak (52%) daripada kategori kurang (2%).
Selanjutnya yatino (2005) menyebutkan ada Hubungan antara kepemimpinan
dengan kinerja bidan yakni nilai p = 0,006 artinya Ho ditolak dan Ha dterima.
Hasil uji statistic dengan Chi- Square diperoleh nilai ρ=0,00 lebih kecil
dari α = 0,05 (ρ < 0,005) yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan
demikian terdapat hubungan antara kepemimpinan pemimpin puskesmas dengan
kinerja bidan pada pelayanan antenatal care di puskesmas sekabupaten gowa.
Sementara untuk menguji bagaimana tingkat keeratan hubungan
kepemimpinan dengan kinerja bidan pada pelayanan ANC dilakukan dengan
menggunakan uji statistic koefisien φ (phi) yang diperoleh nilai Rφ = 0,25 yang
berada pada rentang antara 0,20 – 0,399. Dengan demikian terdapat hubungan
rendah antara kepemimpinan pemimpin puskesmas dengan kinerja bidan pada
pelayanan Antenatal Care di puskesmas sekabupaten gowa. Semakin baik
kepemimpinan kepala puskesmas semakin tinggi pula kinerja bidan pada
pelayanan antenatal care.
d. Hubungan antara Insentif/Imbalan dengan Kinerja Bidan pada pelayanan
ANC
Pada umumnya para karyawan mendambakan bahwa kinerja mereka akan
berkolerasi dengan imbalan-imbalan yang diperoleh dari organisasi. Imbalan
diartikan Gibson (dalam Wawan Setiawan,2007) sesuatu yang diberikan manajer
kepada karyawan setelah memberikan kemampuan, keahlian dan usahanya
kepada organisasi, imbalan dapat berupa upah, alih tugas promosi, pujian dan
pengakuan.
Berdasarkan tabel 19 diketahui bahwa sebanyak 31 responden menyatakan
Cukup insentif yang diterima, sebanyak 6 responden 19,4% memilki kinerja
rendah. Dan terdapat 15 responden yang menyatakan kurang terhadap insentif
yang diterima, 9 responden 50,0% memilki kinerja rendah. Hal ini menunjukkan
semakin rendah insentif yang diterima responden semakin rendah pula kinerja
bidan tersebut pada pelayanan ANC. Ini terbukti dari data diatas diketahui lebih
banyak bidan yang kinerjanya rendah karena insentif yang terima kurang daripada
bidan yang kinerjanya tinggi dan merasa cukup insentif yang diterima.
Hubungan insentif dengan kinerja bidan pada pelayanan antenatal care di
beberapa puskesmas di kabupaten gowa diketaui dengan melihat hasil Uji
Statistik dengan Chi – Square diperoleh nilai ρ = 0,025 lebih kecil dari α = 0,05 (ρ
< 0,005) yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian terdapat
hubungan antara insentif / imbalan terhadap kinerja bidan pada pelayanan
antenatal care di puskesmas sekabupaten gowa. Sementara itu. Keeratan
hubungan tersebut diketahui dengan hasil uji koefisien φ (phi) diperoleh nilai Rφ
= 0,321 yang berada pada rentang antara 0,20 – 0,399. Dengan demikian terdapat
hubungan rendah antara insentif yang diterima dengan kinerja bidan pada
pelayanan Antenatal Care di puskesmas sekabupaten gowa. Kebanyakan bidan
merasa gaji dan insentif yang diterima kurang dan tidak sesuai dengan beban kerja
mereka.
e. Hubungan Rekan Kerja dengan Kinerja Bidan pada pelayanan ANC
Pada umumnya bidan di keempat puskesmas di kabupaten gowa
menyatakan cukup baik hubungan mereka dengan rekan kerjanya. Sesuai tabel 20
sebelumnya menjelaskan bahwa sebanyak 39 responden memberikan penilaian
cukup baik terhadap rekan kerjanya. Yakni sebanyak 31 responden (79,5%)
memilki kinerja tinggi dan 8 responden (20,5%) memilki kinerja rendah.
Selanjutnya terdapat sebanyak 10 responden yang memberikan penilaian kurang
baik terhadap rekan kerjanya, sebesar 3 responden (30,0%) yang memilki kinerja
tinggi dan sebanyak 7 responden (70,0%) yang memilki kinerja rendah dari 49
responden yang diteliti. Dengan demikian dapat diketahui bahwa semakin baik
hubungan dengan rekan kerja melalui penilaian pribadi responden terhadap
kinerja rekan kerja dapat memberikan bantuan dalam bentuk kritikan ataupun
saran agar kinerja rekan kerja responden lebih baik dan berkualitas.
Hubungan rekan kerja dengan kinerja bidan terhadap pelayanan antenatal
care diketahui terdapat hubungan bermakana dengan hasil uji Statistik dengan Chi
– Square diperoleh nilai ρ = 0,00 lebih kecil dari α = 0,05 (ρ > 0,005) yang berarti
Ho ditolak dan Ha diterima. Keeratan hubungan tersebut diketahui dengan hasil
uji koefisien φ (phi) diperoleh nilai Rφ = 0,433 yang berada pada rentang antara
0,40 – 0,599. Dengan demikian terdapat hubungan sedang antara rekan kerja
dengan kinerja bidan pada pelayanan Antenatal Care di puskesmas sekabupaten
gowa. Hubungan tersebut menunjukkan bahwa salah satu yang berhubungan
dengan kinerja bidan pada pelayanan antenatal care adalah insentif di puskesmas
sekabupaten gowa.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang hubungan faktor- faktor yang
mempengaruhi kinerja bidan terhadap kinerja bidan itu sendiri pada pelayanan Antenatal Care
di Puskesmas Sekabupaten Gowa maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Ada hubungan faktor pengetahuan dengan kinerja bidan pada pelayanan antenatal care di
puskesmas sekabupaten gowa. Hal ini ditunjukkan pada hasil uji statistic Chi-Square
yang dipeoleh nilai ρ=0,043 (ρ<0,05)
2. Ada hubungan faktor Motivasi dengan kinerja bidan pada pelayanan antenatal care di
puskesmas sekabupaten gowa. Hal ini ditunjukkan pada hasil uji statistic Chi-Square
yang dipeoleh ρ=0.016 (ρ<0,005).
3. Ada hubungan faktor kepemimpinan dengan kinerja bidan pada pelayanan antenatal care
di puskesmas sekabupaten gowa. Hal ini ditunjukkan dengan hasul uji statistic Chi-
Square yang diperoleh yaitu nilai ρ= 0,007 (ρ<0,05).
4. Ada hubungan faktor insentif dengan kinerja bidan pada pelayanan antenatal care di
puskesmas sekabupaten gowa. Hal ini ditunjukkan dengan hasul uji statistic Chi-Square
yang diperoleh yaitu nilai ρ= 0,025 (ρ<0,05).
5. Ada hubungan faktor rekan kerja dengan kinerja bidan pada pelayanan antenatal care di
puskesmas sekabupaten gowa. Hal ini ditunjukkan dengan hasul uji statistic Chi-Square
yang diperoleh yaitu nilai ρ= 0,002 (ρ<0,05).
B. SARAN
1. Empat Puskesmas di Kabupaten Gowa (Puskesmas Parigi, Puskesmas Tinggimoncong,
Puskesmas Manuju, dan Puskesmas Parangloe) diharapkan memperhatikan faktor –
faktor yang berhubungan dengan kinerja bidan seperti pengetahuan, motivasi kerja,
kepemimpinan, insentif, dan rekan kerja. Dengan demikian bidan memiliki kinerja yang
baik dalam pelaksanaan pelayanan Antenatal Care (ANC) pada ibu hamil.
2. Peneliti diharapkan untuk dapat meneliti lebih jauh variable – variable lain yang dapat
berhubungan dengan kinerja bidan pada pelayanan Antenatal Care (ANC) di Puskesmas
Sekabupaten Gowa.
DAFTAR PUSTAKA
Aryanti, FD. 2010. Analisis Kualitas Pelayanan Antenatal oleh Bidan di puskesmas di
kabupaten purbalingga. Tesis AKK minat MKIA Universitas Diponegoro. Skripsi.
Dinas Kesehatan Kabupaten Gowa, 2012, Laporan Data Dinas Kesehatan Kabupaten Gowa
dan Puskesmas di Kabupaten Gowa.
Ditjen Dikti Kemdikbud , 2011 , Standar Kompetensi Bidan Indonesia.
Depkes RI, 2004, Penilaian K I dan K IV, Jakarta.
Depkes RI, 2010. Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010.
Gomes, J.F.C. 2001. Manajemen sumber daya manusia. Andi Offeset. Yogjakarta
Hasibuan, M.S.P. 2003. Organisasi dan motivasi, dasar peningkatan produktivitas. PT Bumi
Aksara, Jakarta.
Hasmoko, Emanuel ( 2008 ), Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja klinis perawat
berdasarkan penerapan system pengembangan manajemen kinerja klinis (SPMKK) di
ruang rawat inap rumah sakit panti wilasa citarum semarang. Tesis AKK. Universitas
Dipenogoro
Handerson, C., Jones, K., 2006. Buku Ajar Konsep Kebidanan (Alih Bahasa Ria Anjarwati,
Renata Komala Sari, Dian Adiningsih), Jakarta : EGC.
Farodis , Zian. 2012 , Buku Panduan Lengkap Manajemen Kebidanan. Yogjakarta: D-Medika
Jannah , Nurul. 2012 , Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan. Yogyakarta: Penerbit Andi
Manuaba, I.A.C., Manuaba, I.B.G.F., Manuaba, I.B.G., 2008. Memahami Kesehatan
Reproduksi Wanita, Jakarta : EGC.
Mardiah dkk., 2011. “Faktor- factor yang berhubungan dengan Kinerja Bidan dalam
mendukung program inisiasi menyusui dini (IMD) Di Kota pekanbaru. Jakarta :
Universitas Terbuka.
Mochtar, R., 2005, Sinopsis Obstetri, Jakarta: EGC.
Nurhayani, 2012. “Hubungan kepuasan kerja dengan kinerja perawat di ruang rawat inap RSU
Daya Kota Makassar”. Makassar : Fakultas Kesehatan Masyarakat Unversitas
Hasanuddin. Skripsi
Prawirohardjo, S., 2005. Ilmu Kebidanan, Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, 2009
Profil Kesehatan Indonesia , 2010
Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Gowa, 2007
Riyanto, Agus. 2011, Buku Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan Yogjakarta : Medical
Book
Saifuddin, 2005. Buku Acuan Praktis Maternal dan Neonatal, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Sistem Pendidikan Kebidanan Indonesia. 2012. Naskah Akademik . Jakarta: IBI & AIPKI
Suparjo. 2003. Analisa Faktor – factor yang mempengaruhi kinerja bidan pegawai tidak tetap
(PTT) dalam Pelayanan Antenatal. Tesis Konsentrasi Administasi Kebijakan Kesehatan
Universitas Dipenegoro.
Setiawan, Wawan .2007. Beberapa faktor yang berhubungan dengan kinerja bidan desa dalam
pertolongan persalinan di kabupaten tasikmalaya. Tesis Konsentasi Administrasi
Kebijakan Kesehatan Universitas Dipenegoro.
Thabita L.M dkk. 2009. Persepsi ibu bersalin tentang kinerja dan sikap bidan dalam
memberikan asuhan persalinan di Rumah sakit ibu dan anak Sitti Fatimah Makassar
Periode juli – Agustus 2009. Jurnal Media Kebidanan Poltekes Makassar.
Yatino. 2005. Analisis Kinerja Bidan Desa dan Hubungannya dengan keberhasilan program
perbaikan gizi dan kesehatan di kabupaten lampung barat. Skripsi Depertemen Gizi dan
Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB. di akses pada desember 2012