Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
SKRIPSI
PEMBERDAYAAN KELOMPOK TANI PADI
DI KECAMATAN TANETE RILAU KABUPATEN BARRU
Disusun dan Diusulkan Oleh
ARFANDY PRASETYO. S
Nomor Stambuk : 105640210215
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
PEMBERDAYAAN KELOMPOK TANI PADI
DI KECAMATAN TANETE RILAU KABUPATEN BARRU
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Ilmu Pemerintahan
Disusun dan Diajukan Oleh
ARFANDY PRASETYO. S
Nomor Induk Mahasiswa : 105640210215
Kepada
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
v
ABSTRAK
Arfandy Prasetyo S. 2020 : Pemberdayaan Kelompok Tani Padi di
Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru.(Dibimbing oleh Alimuddin Said
dan Rudi Hardi)
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Pemberdayaan Kelompok Tani Padi di
Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru. Jenis penelitian ini adalah kualitatif
dengan tipe penelitian studi kasus. Informan berjumlah 8 orang ditetapkan secara
purposive. Teknik analisis data dengan menggunakan metode diskriptif kualitatif.
Teknik pengumpulan data melalu pengamatan (observasi), Wawancara dan
dokumentasi. Penelitian ini dilakukan di Kab. Barru dan Kota Pare-pare Provinsi
Sulawesi Selatan, infoman penelitian ini adalah : Dinas Pertanian, Jasindo Pare-
Pare, Kelompok Tani Padi. Jumlah keseluruhan informan pada penelitian ini
sebanyak 8 orang, data-data penelitian diperoleh dari berbagai sumber data guna
menjawab permasalahan penelitian, yaitu data primer dan sekunder. Pengumpulan
data dilakukan melalui observasi dan wawancara. Tehnik analisa data yang
dipakai dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Langkah pengolahan data
adalah sebagai berikut : data yang didapat dari observasi dikumpulkan, dan
dikelompokkan, selanjutnya indentifikasi dan akhirnya disimpulkan baerupa hasil
potensi dan permasalahan. Untuk data yang didapat dari wawancara berupa
rekaman wawancara, dinarasikan dan diedit agar dapat menghasilkan tata kalimat
yang baik dan benar. Narafikasi dari hasil wawancara dianalisa berdasarkan teori
dan konsep yang ada, selanjutnya disimpulkan. Hasil penelitian menunjukkan
pelaksanaan Pemberdayaan Kelompok Tani Padi oleh Dinas Pertanian Kab. Barru
dengan Jasindo, yaitu a. Penyadaran dan Pembentukan Perilaku, yaitu melakukan
Penyuluhan secara berkala yakni empat kali dalam seminggu. serta membantu
petani melalui program asuransi usaha tani (AUTP). b. Transformasi Pengetahuan
dan Keterampilan, yaitu melakukan pelatihan dengan cara pemaparan presentasi
slide, pratik dan penyuluhan disaat yang bersamaan, memberdayakan Kelompok
Tani dengan mengolah dan memanfaatkan lahan pekarangan. Serta memfasilitasi
Kelompok Tani membuat RDKK (Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok) yaitu
membuat kebutuhan pupuk untuk setiap tahunnya c. peningkatan kemampuan
intelektual, yaitu sudah tahu berapa umur bibit padi baru bisa ditanam agar
terhindar dari hama keong mas, serta jenis bahan semprot hama yang cocok dan
tidak merusak padi. Faktor pendukungnya yaitu a. Penyuluhan yang tinggi, b.
Sarana dan prasarana, yaitu c. Potensi sumber daya alam. Adapun faktor
penghambatnya yaitu : a. Cuaca, b. Penyakit Padi, c. SDM yang kualitasnya
belum merata.
Kata Kunci :Pemberdayaan, Kelompok Tani, penyadaran, transformasi
pengetahuan, peningkatan intelektual.
vi
KATA PENGANTAR
“Bismillahirrahmanirrahim”
“Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh”
Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan syukur
Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, atas segalah limpahan rahmat, hidayah dan
magfirah-nya sehingga meski harus melewati perjuangan panjang dan cukup
melelahkan namun penulis skripsi yang berjudul : Pemberdayaan Kelompok Tani
Padi di Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru dapat diselesaikan.
Skripsi ini adalah tugas akkhir yang diajukan untuk memenuhi syarat
dalam memperoleh gelas sarjana (S1) Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar. Sebagai bentuk
karya ilmiah, penulis menyadari bahwa banyak menghadapi hambatan dan
tantangan selama dalam penelitian dan penulisan skripsi ini. Namun berkat
bantuan, arahan serta petunjuk dari ayahanda Drs. Alimuddin Said, M.Pd sebagai
pembimbing I dan ayahanda Rudi Hardi, S.Sos.,M.Si sebagai pembimbing II,
yang dengan tulus membimbing penulis, melakukan koreksi dan perbaikan-
perbaikan yang amat berharga sejak dari awal sampai selesainya skripsi ini.
Gagasan-gagasan merupakan kenikmatan intelektual yang tak ternilai harganya.
Teriring do‟a semoga Allah SWT menggolongkan upaya-upaya beliau sebagai
kebaikan.
vii
Selanjutnya pada kesempatan ini, tak lupa penulis mengucapkan penghargaan
dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan terutama kepada :
1. Bapak Dr. H Abdul Rahman Rahim, SE, MM, sebagai Rektor
Universitas Muhammadiyah Makassar, yang telah membina Universitas
ini dengan sebaik-baiknnya.
2. Ibunda Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik yang telah membina fakultas ini sebaik-baiknya.
3. Ibu Dr. Nuryanti Mustari, S.IP.,M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu
Pemerintahan yang telah membina jurusan ini sebaik-baiknya.
4. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik serta Staf Tata
Usaha Universitas Muhammadiyah Makassar yeng telah memberi bekal
ilmu pengetahuan dan pelayanan kepada penulis selama menempuh
pendidikan dibidang ini.
5. Para pihak Dinas Pertanian Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten
Barrudan Jasa Asuransi Indonesia (Jasindo) serta Kelompok Tani yang
telah bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi informan sewaktu
proses penelitian.
6. Teristimewah penulis persembahkan kepada saudara (i) Sospol 015
terutama IP.A 015 yang sama-sama berjuang meraih cita-cita.
7. Keluargabesar HIMJIP, IMM Fisip, BEM Fisipol Unismuh Makassar
yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat dalam
menyelesaikan skripsi.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL. ................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI.................................................... ii
HALAMAN PENERIMAAN TIM ............................................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN .................................................................... iv
ABSTRAK.......... .......................................................................................... v
KATA PENGANTAR................. ................................................................ vi
DAFTAR ISI....................................... ......................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .................. ................................................................ xi
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......... ................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................... ................................... 6
C. Tujuan Penelitian................... ...................................................... 7
D. Manfaat Penelitian.................... ................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pemberdayaan............... ............................................. 8
B. Pengertian Kelompok Tani ........................................................ 13
C. Kerangka Pikir................ ........................................................... 17
D. Fokus Penelitian .......... .............................................................. 18
E. Deskripsi Fokus Penelitian... ...................................................... 18
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi Dan Waktu Penelitian .................................................... 20
B. Jenis Dan Tipe Penelitian ................ .......................................... 20
C. Sumber Data ..................................... ......................................... 21
D. Informan Penelitian.................. .................................................. 21
E. Teknik Pengumpulan Data............... .......................................... 22
F. Analisis Data............... ............................................................... 23
G. Keabsahan Data............. ............................................................. 24
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Dinas Pertanian.. .............................................................................. 27
1. Gambaran Umum ...................................................................... 27
2. Struktur Organisasi Dinas Pertanian ......... ................................ 31
3. Visi Misi ........ ............................................................................ 31
4. Tujuan dan Sasaran .................................................................... 32
5. Lahan Menurut Penggunaan ...................................................... 34
6. Pola Usaha Tani ......................................................................... 35
B. Jasa Asuransi Indonesia ................................................................... 41
1. Gambaran Umum ....................................................................... 41
2. Visi Misi.......... ........................................................................... 43
x
3. Tujuan Pedoman dan Etika Kerja .............................................. 44
4. Struktur Organisasi Jasindo........................................................ 45
5. Program Asuransi Jasindo Agri ................................................. 46
C. Dinas Pertanian dengan Jasindo ....................................................... 48
1. Tahap Penyadaran dan Pembentukan Prilaku ............................ 49
2. Tranformasi Pengetahuan dan Keterampilan ............................. 52
3. Peningkatan Kemampuan Intelektual ........................................ 55
D. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat .................................... 56
1. Faktor Pendukung ...................................................................... 57
2. Faktor Penghambat..................................................................... 62
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan... ................................................................................... 66
B. Saran..................................... ............................................................ 67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks Halaman
2.1 Bagan Kerangka Pikir ......................................................................... 17
4.1 Bagan Struktur Organisasi Dinas Pertanian ........................................ 31
4.2 Bagan Struktur Organisasi Jasa Asuransi Indonesia ........................... 45
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Teks Halaman
3.1 Informan Penelitian ............................................................................. 22
4.1 Lahan Sawah ....................................................................................... 33
4.2 Lahan Kering ...................................................................................... 33
4.3 Luas Tanam Padi di kecamatan Tanete Rilau ..................................... 34
4.4 Jumlah Penduduk di Wilayah Kecamatan Tanete Rilau .................... 36
4.5 Kelompok Tani Padi Kecamatan Tanete Rilau Desa Pao-Pao............ 36
4.6 Kelompok Tani Padi Sipatokkong Kecamatan Tanete Rilau Desa
Pancana ..................................................................................................... 37
4.7 Kelompok Tani Padi Kaluku Loloe Kecamatan Tanete Rilau ........... 38
4.8 Kelompok Tani Padi Sipatokkong II Kecamatan Tanete Rilau Desa
Pancana ..................................................................................................... 38
4.9 Kelompok Tani Padi Lapalakka Kecamatan Tanete Rilau Desa
Corowali .................................................................................................... 39
4.10 Kelompok Tani Padi Lapalakka Kecamatan Tanete Rilau Desa
Corowali .................................................................................................... 40
4.11 Kelompok Tani Padi Sappe Walie Kecamatan Tanete Rilau Desa
Tellumpanua .............................................................................................. 40
4.12 Kelompok Tani Padi Samalewae Kecamatan Tanete Rilau Desa
Tellumpanua .............................................................................................. 41
4.13 Faktor Pendukung dan Penghambat .................................................. 57
4.14 Sarana dan Prasarana......................................................................... 59
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sasaran utama kementrian pertanian dalam pembangunan nasional priode
2010-2014 seperti yang dicantum dalam rencana strateginya adalah pencapaian
swasembada dan swasembada berkelanjutan dengan fokus utama pada lima
komoditas unggulan nasional, yaitu : Padi, jagung, kedelai, Gula, dan daging sapi.
(kementrian pertanian, 2010). Kementrian pertanian telah berupaya keras untuk
mempercepat peningkatan produksi komodits diatas. Namun demikian, harus
diakui bahwa dalam pelaksanan dilapangan banyak tantangan yang harus dilalui
dan berbagai masalah harus di hadapi sehingga tidak semua target dapat
dicapai.Pembangunan seluruh subsektor pada sektor pertanian dalam priode 2015-
2019 sedang dikerahkan untuk menyediakan bahan pangan bagi masyarakat,
menghasilkan produk berbasis pertanian, membuka lapangan kerja, meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, serta memperbaiki kondisi ekonomi
dan lingkungan. Dalam kaitan inilah ketanahan dan kemandirian pangan dinilai
sebagai salah satu tujuan utama pembangunan pertanian nasional. Kekurangan
bahan pangan, khususnya makanan pokok beras akan menimbulkan gejolak sosial
ekonomi dan politik ang mempengaruhi kehidupan masyarakat, sementara
masalah-masalah multidimensional yang dihadapi untuk memenuhi permintaan
berbagai komoditas pertanian sangat beragam. Dalam situasi seperti ini,
pemerintah berusaha untuk terus meningkatkan produksi, seperti upaya
2
mengadopsi inovasi teknologi dan menerapkan program percepatan produksi
usaha pertanian.
Pertanian termasuk salah satu jenis usaha yang resiko dan
ketidakpastiannya tinggi. Sumber resiko dan ketidakpastian berasal dari
lingkungan alam, terutama iklim, bencana alam, dan eksplosi organisme
pengganggu tanaman atau lingkungan sosial ekonomi, terutama yang terkait
dengan perilaku pasar masukan maupun keluaran usaha tani. Selain itu, dinamika
kaitan bisnis antara sektor pertanian dan non pertanian, serta konfik sosial.
Menyimak kecenderungan yang telah berlangsung, diperkirakan sebagian
besar sumber resiko dan ketidakpastian berasal dari perubahan iklim, karena
proses produksi pertanian berbasis proses biologi. Sementara kemampuan
manusia untuk mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim masih dalam tahap
awal dari perjalanan panjang. Terkait perubahan iklim, sebarang spasial dan
temporal curah hujanberubah dan makin sulit diprediksi. Bersamaan dengan
sumber daya lingkungan yang terdekradasi, perubahan iklim merupakan sumber
terjadinya peningkatan bencana kekeringan, banjir, serta tanah longsor. Pada saat
yang sama, perilaku iklim yang kurang kondusif tersebut juga meningkatkan
peluang munculnya eksplosi serangan hama penyakit tanaman.
Kehadiran negara untuk melidungi petani melalui asuransi pertanian
berlandaskan pada argumen mendasar. Pertama, sebagian besar petani kita adalah
petani kecil yang kemampuannya mengatasi resiko tidak memadai. Kedua,
mengingat petani adalah „Soko Guru‟ penyediaan pangan bangsa, sehingga secara
moral dan rasional negara berkewajiban melindungi petani dari resiko yang dapat
3
mengancam keberlanjutan usaha tani dan kesejahteraannya. Ketiga, perlindungan
melalui skema asuransi memungkinkan terbentuknya risk sharing antar petani
yang sinergis dengan prinsip penguatan kohesi sosial dalam komunitas petani.
Berkenaan dengan hal itu, kementrian Pertanian telah menginisiasi
perkembangan asuransi pertanian, termasuk dalamnya memberikan bantuan premi
kepada petani yang menjadi peserta. Dengan demikian, jika petani mengalami
gagal panen akan memperoleh ganti rugi sebagai modal kerja untuk
keberlangsungan usah taninya.
Program Asuransi Pertanian tersebut sesuai amanat undang-undang No.19
Tahun 2013 tentang perlindungan dan pemberdayaan petani (P3). Undang-undang
tersebut ditindaklanjuti dengan peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No. 40
Tahun 2013 tentang fasilitasi asuransi pertanian. Undang-undang 19/2013 tentang
P3 tersebut merupakan landasan hukum utama untuk merealisasikan asuransi
pertanian di Indonesia. Pada hakekatnya, perlindungan dan pemberdayaan petani
ini bertujuan untuk :
1. Mewujudkan kedaulatan dan kemandirian petani dalam rangka
meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas dan kehidupan yang lebih
baik.
2. Menyediakan prasarana dan sarana pertanian yang dibutuhkan dalam
mengembangkan usaha tani.
3. Memberikan kepastian usaha tani.
4. Melindungi petani dari fluktuasi harga, praktik ekonomi biaya tinggi
dan gagal panen.
4
5. Meningkatkan kemampuan dan kapasitas petani, serta kelembagaan
petani dalam menjalankan usaha tani yang produktif, maju, modern,
dan berkelanjutan..
6. Menumbuh kembangkn kelembagaan pembiayaan pertanian yang
melayani kepentingan usaha tani.
Perlindungan dan pemberdayaan petani berasaskan pada kedaulatan,
kemandirian, kebersmaan, keterpaduan, keterbukaan, efisiensi keadilan, serta
berkelanjutan. Pada pasal 7 ayat 2 UU 19/2013 tentang P3 dirumuskan pengaturan
bahwa strategi perlindungan petani melalui penyediaan prasarana dan sarana
produksi pertanian, kepastian usaha, dan harga komoditas pertanian. Selain itu,
penghapusan praktik ekonomi biaya tinggi, ganti rugi gagal panen akibat kejadian
luar biasa, sistem peringatan dini, penangan dan faktor perubahan iklim, dan
asuransi pertanian. Asuransi pertanian dilakukan untuk melindungi petani dari
kerugian gagal panen akibat bencana alam, serangan oragnisme pengganggu
tumbuhan, wabah penyakit hewan penular, dampak perubahan iklim, dan jenis
resiko-resiko lain diatur dengan peratur menteri. Dengan peran strategisnya dalam
pembanguna nasional, sektor pertanian menjadi salah satu sektor yang mampu
menyerap banyak tenaga kerja, memberikan kontribusi terhadap produk domestik
bruto, sebagai sumber devisa, menyediakan bahan baku industri, sebagai sumber
bahan pangan dan gizi, serta sebagai pendorong bergeraknya sektor-sektor
ekonomi rill lainnya (Ashari, 2009).
5
Pada tahun 2007, sektor pertanian mempunyai andi besar dalam PDRB
Kabupaten Barru yaitu sebesar 46,64% dihitung berdasarkan harga konstan,
diikuti sektor jasa lainnya sebesar18,82% mata pencaharian penduduk Kabupaten
Barru pada umumnya adalah bertani. Komoditas unggulan yang dikembangkan
saat ini adalah Padi. Area persawahan 13.028 Ha, didukung oleh irigasi sederhana
dan irigasi pedesaan dengan rata-rata produksi per Ha 5,22 ton GKG/tahun.
Melihat kondisi masyarakat Indonesia yang sebagian besar adalah
masyarakat agraris maka sumbangsi yang berpotensi besar dalam pembangunan
nasional adalah bidang pertanian, ditunjukkan oleh sebagian besar pendapatan
mereka berasal dari pertanian seperti tanaman pangan, perkebunan, peternakan,
perikanan dan kehutanan. Kenyataan yang harus diakui bahwa sektor pertanian
yang ada di Indonesia sebagian besar dibangun oleh petani dengan skala yang
relatif kecil.Sulawesi selatan adalah wilayah yang sangat potensial dan menjadi
titik sentral pengembangan program upaya khusus peningkatan hasil produksi
pertanian dalam mendukung mewujudkan swasembada pangan nasional.
Kabupaten Barru menempatkan sektor pertanian menjadi sektor unggulan, luas
lahan sawah di kabupaten Barru tahun 2010 adalah 13.218 Ha, yang meliputi
irigasi setengah teknis 1.458 Ha, irigasi sederhana 1.529 Ha, irigasi desa/ non PU
2.124 Ha dan tadah hujan 8.107 Ha. Barru menjadi salah satu penopang
swasembada pangan nasional tersebut pada april 2015. Namun, pada april 2019
harga gabah di kabupaten Barru mengalami penyusutan tajam dimasa panen kali
ini. Turunnya harga disebabkan kekeringan petani pun harus menanggung rugi
akibat menurunnya harga. Harga gabah kering panen hanya Rp 3.700 – Rp 3.800
6
per kilonya. Data dinas pertanian Kabupaten Barru, sulawesi selatan menyebutkan
40 persen dari total 6.645 hektare atau 3.000 hektare lebih lahan pagi gagal
panen.Adapun salah satu faktor yang menyebabkan gagal panen adalah iklim
yang tak menentu seperti kekeringan, dan seragan hama padi.
Pertumbuhan ekonomi kabupaten barru selama 2 kurun waktu terakhir
menurun, Kepala Badan Pusat Statistik Barru, Samigun Mengungkapkan angka
pertumbuhan mlambat hingga angk 0,22 persen. Berdasarkan hasil survei data
pertumbuhan ekonomi tahun 2015 mencapai angka 6,31 persen. Sementara tahun
2016 melambat hingga angka 6,09 persen. Faktor pemicu melambatnya
pertumbuhan ekonomi selama ini diakibatkan menurunnya produktifitas pertanian
yang selama ini menjadi penunjang utama pertumbuhan ekonomi.
Berdasarkan hal tersebut, melihat gagasan atau uraian latar belakang yang
ada diatas maka peneliti tertarik untuk menggagas judul skripsi “Pemberdayaan
Kelompok Tani Padi di Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru.’’
B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang ada diatas, maka rumusan masalah
penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana Pemberdayaan Kelompok Tani padi di Kecamatan Tanete Rilau
Kabupaten Barru?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi Pemberdayaan Kelompok Tani Padi di
Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru?
7
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui:
1. Perberdayaan Kelompok Tani Padi di Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten
Barru
2. Faktor yang mempengaruhi Pemberdayaan Kelompok Tani padi di Kecamatan
Tanete Rilau Kabupaten Barru
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah diharapkan berguna dan
bermanfaat sebagai suatu hasil karya ilmiah serta menjadi referensi yang
dapat menunjang pengetahuan baru bagi para pembaca.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan
dalam aparatur negara dan swasta dalam pemberdayaan kelompok tani
padi.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Pemberdayaan
(Ristinura Endrika, 2013) berpendapat bahwa pemberdayaan masyarakat
bertujuan untuk memberdayakan masyarakat sehingga terjadi peningkatan
kualitas sumber daya manusia. (Suharto: 2010) mendefenisikan sebagai sebuah
proses dan tujuan. Sebagai porses pemberdayaan adalah sebagai serangkaian
kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam
masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan.
Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang
ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat yang berdaya,
memliki kekuasaan atau pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya yang baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti
memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata
pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam
melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Menurut (Zubaedi: 2007) bahwa
pemberdayaan adalah upaya untuk membangun kemampuan masyarakat, dengan
mendorong, memotivasi, membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki
dan berupaya untuk mengembangkan potensi itu menjadi tindakan nyata.
Menurut Payne yang dikutip oleh (Isbandi Rukminto Adi: 2008) dalam
buku Intervensi Komunitas Pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya
Pemberdayaan Masyarakat, bahwa suatu pemberdayaan (empowerment), padai
intinya ditunjukkan guna membantu klien memperoleh daya untuk mengambil
9
keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait dengan
diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam
melakukan tindakan, hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa
percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki, antara lain melalui transfer
daya dari lingkungan.Salah satu upaya yang dilakukan oleh berbagai pihak
tersebut adalah dengan jalan pemberdayaan masyarakat. Hal tersebut juga di
sebutkan oleh (Widayanti: 2012) mengemukakan bahwa pemberdayaan
masyarakat menjadi concern publik dan dinilai sebagai salah satu pendekatan
yang sesuai dalam mengatasi masalah sosial, terutama kemiskinan, yang
dilaksanakan berbagai elemen mulai dari pemerintah, dunia usaha dan masyarakat
melalui organisasi masyarakat sipil. Aksi pemberdayaan masyarakat merupakan
salah satu upaya yang dihadapinya. Aksi pemberdayaan masyarakat juga
dimaksudkan untuk memandirikan masyarakat agar dapat menghadapi berbagai
tantangan kehidupan.
Menurut (Anwas, 2013) pemberdayaan masyarakat merupakan upaya
menjadikan masyarakat berdaya dan mandiri, mampu berdiri diatas kakinya
sendiri, pemberdayaan masyarakat pada dasarnya mengubah perilaku masyarakat
kearah yang lebih baik sehingga kualitas dan kesejahteraan hidupnya secara
bertahap dapat meningkat. Sedangkan menurut (Mardikanto & Soebiato, 2013)
pemberdayaan merupakan serangkaian kegiatan untuk memperkuat dan atau
mengoptimalkan keberdayaan (dalam arti kemampuan dan atau keunggulan
bersaing) kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang
mengalami masalah kemiskinan.
10
Pemberdayaan dalam Oxford English Dictonary adalah terjemahan dari
kata empowerment yang mengandung dua pengertian (1) to give power to
(memberi kekuasaan, mengalihkan kekuasaan atau mendelegasikan otoritas pada
pihak lain. (2) to give ability to , enable (usaha untuk memberi kemampuan).
Pemberdayaan beraasal dari kata daya yang berarti kekuasaan atau kemampuan.
Berdaya suatu kondisi atau keadaan yang mendukung adanya kekuatan tau
kemampuan. Pemberdayaan adalah suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan
dan potensi yang dimiliki oleh suatu masyarakat sehingga mereka
mengaktualisasikan jati diri, hasrat dan matrabatnya secara maksimal untuk
bertahan dan mengembangkan diri secara mandiri (Anita Fauziah, 2009).
Pemberdayaan petani Menurut Kepala Badan SDM Pertanian (2010)
dilakukan dengan 5 (lima) jurus yakni : Kegiatan agribisnis harus berorientasi
pasar ( kuantitas, kualitas dan kontiunitas), usaha agribisnis menguntungkan dan
comparable dengan usaha lainnya, agribisnis merupakan kepercayaan jangka
panjang, kemandirian dan daya saing usaha, komitmen terhadap kontrak usaha.
1. Tahapan Pemberdayaan.
Pemberdayaan sebagai suatu proses, tentunya dilaksanakan secara
bertahap, dan tidak bisa dilaksanakan secara instan. Adapun cara tahapan
pemberdayaan menurut Ambar Teguh Sulistyani yang dikutip oleh (Aziz
Muslim: 2012) dalam buku yang berjudul Dasar-Dasar Pengembangan
Masyarakat, bahwa tahap-tahap yang harus dilalui dalam pemberdayaan
diantaranya adalah:
11
a. Pertama, tahap penyadaran dan pembentukan prilaku. Perlu
membentuk kesadaran menuju prilaku sehingga merasa membutuhkan
peningkatan kapasitas diri. Dalam tahapan ini pihak yang menjadi
sasaran pemberdayaan harus disadarkan mengenai perlu adanya
perubahan untuk merubah agar keadaan dapat sejahtera. Sentuhan akan
lebih membuka keinginan dan kesadaran akan tentang kondisinya saat
itu, dan demikian akan dapat merangsang kesadaran akan perlunya
memperbaiki kondisi untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.
Sehingga penyadaran ini dapat mengunggah pihak yang menjadi
sasaran pemberdayaan dalam merubah prilaku.
b. Kedua, tahap transformasi pengetahuan dan kecakapan keterampilan,
dalam hal ini perlu adanya pembelajaran mengenai berbagai
pengetahuan, dan kecakapan keterampilan untuk mendukung kegiatan
pemberdayaan yang dilaksanakan. Dengan adanya pengetahuan,
kecakapan dan keterampilan mka sasaran dari pemberdayaan akan
memiliki pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan yang menjadi
nilai tambahan dari potensi yang dimiliki. sehingga pada nantinya
pemberdayaan dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
c. Ketiga, tahap peningkatan kemampuan intelektual dan kecakapan
keterampilan, dalam tahapan peningkatan kemampuan intelektual dan
sasaran dari pemberdayaan akan memiliki pengetahuan, kemampuan,
dan keterampilan yang menjadi tambahan dari potensi yang dimiliki.
12
sehingga pada nantinya pemberdayaan dapat berjalan sesuai dengan
tujuan yang diharapkan.
2. Hasil pemberdayaan
Suatu kegiatan pemberdayaan tentunya memiliki beberapa
indikator penentu pencapaian dalam pemberdayaan tersebut. Hasil
pemberdayaan menurut (Edi Soeharto: 2005) adalah pemberdayaan
merujuk pada kemampuan orang khususnya kelompok rentan, dan
kelompok lemah sehingga mereka memiliki kekuatan dan kemampuan
dalam hal:
1) Memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki
kebebasan (freedom) dalam arti bukan saja bebas
mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan,
bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan.
2) Menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan
mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh
barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan.
3) Berpartisipasinya dalam proses pembangunan dan keputusan-
keputusan yang mempengaruhi mereka.
Menurut (Mu‟arifudin, 2011) dalam artikelnya dia mengemukakan bahwa
terdapat beberapa hambatan dalam pemberdayaan masyarakat, antara lain bidang
permodalan, yang disebabkan oleh tingkat sumber daya manusia yang rendah
dalam hal pengadministrasian modal, yang kedua bidang produksi meliputi
kepemilikan lahan sempit dan iklim yang tidak mendukung kurangnya
13
pemahaman dan kurangnya motivasi, dan yang terakhir bidang pemasaran yang
terjadi ketergantungan antar kelompok lain.
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa hasil pemberdayaan
dapat dilihat dari tingkat pemenuhan dan kebutuhan, dan partisipasi.
B. Pengertian Kelompok Tani
Pembangunan pertanian tidak terlepas dari peran serta masyarakat tani.
Dengan peran yang sangat penting sebagai pemutar roda perekonomian negara,
maka perlu dilakukan pemberdayaan masayrakat tani, sehingga petani mampu
mandiri menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Salah satu usaha pemerintah
bersama petani dalam rangka membangun upaya kemandiriannya adalah dengan
membentuk kelompok-kelompok tani di pedesaan. Kelompok tani menghendaki
terwujudnya pertanian yang baik, usahatani yang optimal dan keluarga tani yang
sejahtera dalam perkembangan kehidupannya para anggota dibina agar
berpandangan sama, berminat yang sama dan atas dasar kekeluargaan
(Nainggolan dkk, 2014).
Kelompok tani merupakan kelembagaan tani yang langsung mengorganisir
para petani dalam mengembangkan usaha taninya, kelompok tani merupakan
organisasi yang dapat dikatakan berfungsi dan ada secara nyata, disamping
berfungsi sebagai wahana penyuluhan dan penggerak kegiatan anggotanya.
beberapa kelompok tani juga mempunyai kegiatan lain, seperti gotong royong ,
usaha simpan pinjam dan arisan kerja untuk kegiatan usaha tani (Hermanto,
2007).
14
Menurut (Departemen Pertanian:2007), pengembangan kelompok tani
diarahkan pada peningkatan kemampuan para anggota dalam pengembangan
agribisnis, penguatan kelompok tani menjadi organisasi petani yang kuat dan
mandiri. Potensi kelompok tani sangat besar dalam mendukung dan melaksanakan
berbagai program pembangunan pertanian. Program pemberdayaan kelompok tani
harus dapat meningkatkan kemampuan kelompok tani dalam hal:
1. Memahami potensi dan kelemahan pokok.
2. Memperhitungkan peluang dan tantangan yang dihadapi pada saat
mendatang.
3. Memilih berbagai alternatif yang ada untuk mengatasi yang dihadapi.
4. Menyelenggarakan kehidupan berkelompok dan bermasyarakat yang
serasi dengan lingkungannya secara berkesinambungan (Hermanto dan
Swastika, 2011).
Kelompok tani juga diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 82
Tahun 2013 Tentang Pedoman Pembinaan Kelompok Tani dan Gabungan
Kelompok Tani yang mendefenisikan bahwa “Kelompok tani adalah kumpulan
petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan, kepentingan,
kesamaan kondisi lingkungan sosial, ekonomi dan sumberdaya, kesamaan
komoditas, dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha
anggota”. Dalam kelompok tani terdapat anggota kelompok tani yang disebut
sebagai pelaku utama dan pelaku usaha. Pelaku utama adalah petani yang
melakukan usaha tani dibidang pangan, holtikultural, perkebunan dan atau
peternakan. Sedangkan pelaku usaha adalah setiap orang yang melakukan usaha
15
agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam
mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumber daya lainnya
untuk dapat meningkatkan produktivitas, efesiensi usaha, pendapatan dan
kesejahteraan, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian lingkungan hidup.
Lingkungan sosial mempunyai peranan penting dalam meningkatkan
kemampuan kelompok tani menuju kemandirian. Lingkungan sosial adalah
wilayah yang dianggap sebagai tempat berlangsungnya bermacam-macam
interaksi sosial antara berbagai kelompok peserta pranatanya (Purba, 2002).
Upaya pengembangan kapasitas kelembagaan kelompok tani perlu diarahkan pada
peningkatan kesadaran tentang pentingnya kebersamaan anggota dalam
mendukung kegiatan kelompok. Penguatan kegiatan produktif kelompok perlu
didukung dengan “channeling” pemasaran (kemitraan) dan akses permodalan
yang terjangkau petani (Purwanto, dkk.2007).kebersaman anggota dalam
mendukung kegiatan kelompok merupakan wujud antar anggota kelompok untuk
meningkatkan dinamika kelompok tani.
Adapun unsur pengikat kelompok tani adalah sebagai berikut:
a. Adanya kepentingan yang sama diantara para anggotanya.
b. Adanya kawasan usaha tai yang menjadi tanggung jawab bersama
diantara anggotanya
c. Adanya kader tani yang berdedikasi untuk menggerakkan para petani
dan kepemimpinannya diterima oleh sesama petani
d. Adanya kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya oleh sekurang-
kurangnya sebagian besar anggotanya.
16
e. Adanyan dorongan atau motivasi dari tokoh masyarakat setempat
untuk menunjang program yang telah ditentukan.
17
C. Kerangka Pikir
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat bagan dibawah ini:
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir
Pemberdayaan Kelompok Tani Padi di
Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru
Penyelenggara Pemberdayaan :
1. Dinas Pertanian
2. Jasindo
Hambatan:
1. Cuaca
2. Penyakit padi
3. SDM yang Kualitasnya Belum
Merata
Pendukung:
1. Kemapuan Penyuluhan yang
Tinggi
2. Sarana dan Prasarana
3. Potensi Sumber Daya Alam
Pemberdayaan Petani:
1. Tahap Penyadaran dan Pembentukan Prilaku
2. Transformasi Pengetahuan dan Kecakapan Keterampilan
3. Peningkatan kemampuan intelektual
Meningkatkan Produksi Serta Produktifitas Kelompok Tani
18
D. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini berangkat dari latar belakang masalah, kemudian
dirumuskan dalam rumusan masalah dan di kaji berdasarkan teori dalam tinjauan
pustaka. Adapun fokus penelitian yang bersangkutan dari rumusan masalah adalah
“Pemberdayaan Kelompok Tani Padi di Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten
Barru”.
Fokus penelitian ini tediri dari beberapa hal yang perlu diuraikan yaitu:
1. Penyadaran dan Pembentukan Perilaku
2. Pengetahuan dan Kecakapan Keterampilan
3. Peningkatan kemampuan intelektual
E. Deskripsi Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini bertujuan untuk mengkaji atau menggambarkan
tentang pemberdayaan. antara lain dalam pemberdayaan kelompok tani padi.
Adapun definisi fokus penelitian yang dimaksud dalam penelitian ini sebagai
berikut :
1. Penyadaran dan Pembentukan Perilaku
Penyadaran dan Pembentukan Prilaku dalam hal ini adalah niat dan tekad
(kesadaran Kolektif) bersama antara Dinas Pertanian dengan Jasindo Kecamatan
Tanete Rilau Kabupaten Barru dalam proses pemberdayaan kelompok tani
terkhususnya di Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru.
2. Pengetahuan dan Kecakapan Keterampilan.
Pengetahuan dan Kecakapan Keterampilan ini adalah lebih merujuk pada
bagaimana pemberian pengetahuan serta keterampilan yang dilakukan Dinas
19
Pertanian dengan Jasindo Dalam Pemberdayaan Kelompok Tani Padi di
Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten barru. Sehingga tugas dan tujuan dari
masing-masing pihak terwujud antara Dinas Pertanian, Jasindo dan Kelompok
tani.
3. Peningkatan kemampuan intelektual
Peningkatan kemampuan intelektual adalah merujuk pada sejauh mana
pemahaman dan mengimplementasikan dari pengetahuan yang diberikan Dinas
Pertanian dengan Jasindo dalam Pemberdayaan Kelompok Tani Padi di
Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru.
20
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu Penelitian di lakukan selama 2 bulan. Penelitian ini mengambil
lokasi di Kabupaten Barru Kecamatan Tanete Rilau Provinsi Sulawesi Selatan dan
Kota Pare-Pare Provinsi Sulawesi Selatan. dimana lokasi ini menjadi objek
penelitian saya untuk mengetahui bentuk-bentuk pemberdayaan kelompok tani
padi yang dilakukan oleh Dinas Pertanian dengan Jasindo dikecamatan Tanete
Rilau Kabupaten Barru.
B. Jenis dan Tipe Penelitian
1. Jenis penelitian
Penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif. Hal ini
dikarenakan penelitian ini berupaya untuk mengetahui Pemberdayaan
Kelompok Tani Padi di Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru.
Penggunaan lebih dari satu pendekatan pengumpulan data mengizinkan
evaluator menggabungkan kekuatan dan kebenaran dari suatu sumber data hal
ini berangkat dari pemaknaan pendekatan penelitian kualitatif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriftif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang atau prilaku yang di amati.
2. Tipe penelitian
Tipe penelitian yang di gunakan adalah tipe deskriptif kualitatif yaitu
penulis mencoba menggambarkan permasalahan yang terkait dengan
Pemberdayaan Kelompok Tani Padi di Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten
21
Barru, menginterpretasikan serta menjelaskan data secara sistematis. Dasar
penelitian ini adalah wawancara yang melakukan dialog (wawancara
pertanyaan kepada informan yang berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai hal
yang berhubungan dengan penelitian).
C. Sumber Data
1. Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh peneliti dari hasil pengisian,
wawancara, dan observasi atau pengamatan langsung terhadap objek yang di
teliti yaitu :Pemberdayaan Kelompok Tani Padi di Kecamatan Tanete Rilau
Kabupaten Barru.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang di peroleh dari buku-buku beberapa
dokumen berupa laporan-laporan tertulis dan peraturan-peraturan yang ada
berkaitan dengan Pemberdayaan Kelompok Tani Padi di Kecamatan Tanete
Rilau Kabupaten Barru.
D. Informan Penelitian
Penelitian informan dalam penelitian ini digunakan metode dengan cara
pemilihan secara purposive, informan dipilih berdasarkan pada tujuan penelitian
dan pertimbangan tertentu. Adapun yang dijadikan informan pada penelitian ini
adalah sebagai berikut :
22
Tabel 3.1 Informan penelitian
NO INFORMAN INISIAL JABATAN
1 Subhan, S.ST SN Pemimpin Pertanian Kecamatan
2 Yuliana, S.Pt YA Penyuluh Pertanian Muda
3 Muhlisah Ali, S.Pt MA Penyuluh Pertanian Lanjutan
4 Muzakkir MR Ketua Kelompok
5 Basri BI Anggota Kelompok Tani
6 Sudirman, SE SN Staff Tehnik Jansindo
7 Syamsukri, A.md SI AE Agri Jasindo
8 Syamsidar SR Anggota Kelompok Tani
E. Tehnik Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif ini, pengumpulan data dilakukan dengan tehnik
pengumpulan data lebih banyak pada observasi serta wawancara mendalam dan
dokumentasi. Dalam penelitian ini, penelitian menggunakan tehnik pengumpulan
data melalui observasi wawancara dan dari dokumentasi dalam rangka
mengumpulkan data-data untuk keperluan peneliti. Observasi di lakukan oleh
peneliti untuk mengamati kegiatan informan. Wawancara dilakukan untuk
memperoleh data informasi dari informan yang telah di tentukan melalui proses
tanya jawab seputar masalah yang di jadikan fokus penelitian, dalam hal ini
23
penelitian ini akan membuat panduan pertanyaan sederhana yang di ajukan
kepada narasumber. Kemudian langkah lainnya yang di gunakan adalah mencari
data dari data tertulis, berupa : arsip-arsip, buku-buku, surat kabar, majalah dll.
Hal ini dilakukan untuk menunjang data yang di peroleh di lapangan.
F. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang di peroleh dari wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data dalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit,
melakukan sintesia, menyusun kedalam pola, pemilihan mana yang penting dan
yang akan di pelajari dan membuat kesimpulan. Analisis data dalam penelitian
kualitatif di lakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan
setelah selesai di lapangan. Analisis telah mulai sejak merumuskan dan
menjelaskan masalah, sebelum terjun kelapangandan berlangsung terus sampai
penulisan hasil penelitian.
Kegiatan dalam analisis data dalam penelitian ini, yakni :
1. Kegiatan reduksi data (data education), pada tahap ini peneliti memilih hal-hal
yang pokok dari data yang di dapat dari lapangan, merangkum, memfokuskan
pad hal-hal yang penting dan dicari tema dan polanya. Proses redukasi ini
dilakukan secara bertahap, selama dan setelah pengumpulan data sampai
laporan hasil. Penulis memilah-milah data yang penting yang berkaitan
dengan fous penelitian dan membuat kerangka penyajiannya.
2. Penyajian data (data display), setelah mereduksi data, maka langkah
selanjutnya adalah mendisplay data. Didalam kegiatan ini, penulis menyusun
24
kembali data berdasarkan kualifikasi dan masing masing topik kemudian
dipisahkan, kemudian topik yang sama disimpan dalam satu tempat, masing-
masing tempat dan diberi tanda, hal ini untuk memudahkan dalam penggunaan
data agar tidak terjadi kekeliruan.
3. Data yang dikelompokkan pada kegiatan kedua kemudian diteliti kembali
dengan cermat, dilihat mana data yang telah lengkap dan data yang belum
lengkap yang masih memerlukan data tambahan, dan kegiatan ini dilakukan
pada saat kegiatan ini berlangsung.
4. Setelah data telah dianggap cukup dan telah sampai pada titik jenuh atau telah
memperoleh kesesuaian,maka kegiatan selanjutnya yaitu menyusun laporan
hingga pada akhir pembuatan simpulan.
Analisis data dalam penelitian kualitatif menggunakan metode induktif.
Penelitian ini menguji hipotesis (akan tetapi, hipotesis kerjahanya digunakan
sebagai pedoman) tetapi lebih merupakan penyusunan abstraksi berdasarakan data
yang dikumpulkan. Analisis data dilakukan lebih intensif setelah semu data yang
diperoleh dilapangan sudah memadai dan dianggap cukup,untuk diolah dan susun
menjadi hasil penelitian sampai dengan tahap akhir yakni kesimpulan penelitian.
G. Keabsahan Data
Didalam penelitian kualitatif, yang mejadi instrumen adalah penelitian itu
sendiri oleh karena itu peneliti sebagai insrtumen juga harus divalidasi seberapa
jauh penelitian kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun
kelapangan. Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen mengkuti validasi
terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap
25
bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk measuki objek penelitian, baik secara
akademik maupun logistiknya.
Instrumen utama dalam penelitian kualitatif adalah penelitian sendiri.
Namun, selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas maka akan di
kembangkan instrumen penelitian sederhana, yang di harapakan dapat melengkapi
data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi
dan wawancara. Yang melakukan validasi adalah peneliti itu sendiri.
Tehnik pengumpulan data triangulasi diartikan sebagai teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai tehnik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Berikut 3 macam triangulasi
yaitu:
1. Triangluasi sumber
Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data
yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.sebagai contoh, untuk
menguji kredibilitas data tentang prilaku muird, maka pengumpulan
dan pengujian data yang telah diperoleh dapat dilakukan keguru, teman
murid yang bersangkutan dan orang tuanya.
2. Triangulasi tehnik
Untuk menguji kedibilitas data dengan cara mengecek data kepada
sumber yang sama dengan tehnik yang berbeda. Misanya, data
diperoleh dengan cara wawancara, lalu dicek dengan observasi,
dokumentasi, atau kuesioner.
3. Triangulasi waktu
26
Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang
dikumpul dengan tehnik wawancara dipagi hari pada saat narasumber
masih segar, belum banyak masalah akan memberikan data yang lebih
valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu, dalam rangka pengujian
kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan
dengan wawancara, observasi, atau teknik lain dalam waktu atau
situasi yang berbeda.
27
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini peneliti menjelaskan tentang hasil penilitian dan pembahasan
pelaksanaan Pemberdayaan Kelompok Tani Padi di Kecamatan Tanete Rilau
Kabupaten Barru. Hasil penelitian ini berupa wawancara dengan narasumber yang
berkaitan dengan tujuan penelitian, menggambarkan seperti apa Pemberdayaan
Kelompok Tani Padi di Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru, dan
mengumpulkan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan hasil penelitian ini.
Pemerintah Daerah Kabupaten Barru melakukan pemberdayaan dengan
Jasindo yang ditandai dengan nota kesepahaman (MOU) dengan Nomor:
02/Kpts/SR.230/B/01/2020 tentang Pedoman Premi Bantuan Asuransi Usaha Tani
padi (AUTP). Kegiatan ini telah dimulai pada tahun 2016. Pada bagian ini peneliti
menjelaskan tentang pemberdayaan yang berfokus pada Tahap Penyadaran dan
Pembentukan Prilaku, Transformasi Pengetahuan dan Kecakapan Keterampilan
serta Peningkatan Kemapuan Intelektual.
A. Dinas Pertanian
1. Gambaran Umum
Kabupaten Barru dahulu sebelum terbentuk adalah sebuah kerajaan
kecil yang masing-masing dipimpin oleh seorang Raja yaitu : kerajaan Berru
(Barru) Kerajaan Tanete, Kerajaan Soppeng Riaja dan Kerajaan Mallusetasi.
Seiring dengan perjalanan waktu, maka pada tanggal 24 Februari 1960
merupakan tongkak sejarah yang menandai awal kelahiran kabupaten Daerah
TK.II Barru dengan ibukota Barru berdasarkan Undang-Undang Nomor 229
28
tahun 1959 tentang pembentukan Daerah-Daerah Tk.II di Sulawesi Selatan.
Kabupaten Barru terbagi dalam 7 kecamatan dan 55 Desa/Kelurahan.
Kabupaten Barru terletak di Pantai Barat Sulawesi Selatan, berjarak
sekitar 100 km arah utara Kota Makassar.Secara geografis terletak pada
koordinat 4°05'49" LS - 4°47'35" LS dan 119°35'00" BT - 119°49'16"
BT.Secara astronomis, Kabupaten Barru terletak diantara 4°05'49"
LS4°47'35" LS dan 119°35'00" BT - 119°49'16" BT.Luas Wilayah Kabupaten
Barru seluas 1.174,72 km2, terbagi dalam 7 kecamatan yaitu : Kecamatan
Tanete Riaja seluas 174,29 km2, Kecamatan Tanete Rilau seluas 79,17 km2,
Kecamatan Barru seluas 199,32 km2, Kecamatan Soppeng Riaja seluas 78,90
km2, Kecamatan Mallusetasi seluas 216,58 km2, Kecamatan Pujananting
seluas 314,26 km2, dan Kecamatan Balusu seluas 112,20 km2.
Kabupaten Barru terdiri dari 7 Kecamatan dan 55 Desa/Kelurahan, yaitu:
a. Tanete Riaja : Mattirowalie, Harapan, Lompo Riaja, Libureng,
Kading, Lompo Tengah, dan Lempang .
b. Tanete Rilau : Lasitae, Pancana, Lalabata, Corowali, Pao-Pao,
Tellumpanua, Lalolang, Tanete, Lipukasi, dan Garessi.
c. Barru : Sumpang Binangae, Coppo, Tuwung, Anabanua, Palakka,
Galung, Tompo, Sepee, Mangempang, dan SIawung.
d. Soppeng Riaja : Ajakkang, Paccekke, Kiru-Kiru, Mangkoso,
Lawallu, Siddo, dan Batupute.
e. Mallusetasi : Cilellang, Manuba, Nepo, Palanro, Mallawa, Kupa,
Bojo dan Bojo Baru.
29
f. Pujananting : Bulo-Bulo, Gattareng, Pujananting, Jangan-Jangan,
Patappa, Bacu-bacu dan Mattappawalie.
g. Balusu : Binuang, Madello, Takkalasi, Kamiri, Balusu, dan
Lampoko.
Penyuluhan adalah Rencana kegiatan Dinas Penyuluhan
Pertanian,yang menyatakan aspirasi petani dengan potensi wilayah yang
ada.didalam penyusunan ProgramPenyuluhan Pertanian mencakup
beberapa hal yaitu: masalah-masalah dan langkah-langkah pemecahan
masalah serta cara untuk mencapai tujuan sehingga apa yang di
programkan dalam penyusunan sasaran dapat tercapai.
Program Penyuluhan Pertanian tahun 2020 merupakan suatu acuan
dalam menyusun Rencana Kerja Tahunan Dinas Penyuluh Pertanian,
dalam rangka mencapai tujuan yang ingin dicapai. Penyelengaraan
Penyuluhan Pertanian perlu ada dukungan sarana dan prasarana
Penyuluhan yang efektif dan efisien sehingga apa yang diharapkan sesuai
tujuan dapat tercapai.
a. Pemetaan Wilayah
Luas wilayah Kecamatan Tanete Rilau 79,17 km2 yang terdiri
dari 8 Desa dan 2 Kelurahan 7 Lingkungan dan 22 Dusun.Mengenai
pemetaan wilayah secara rinci belum terlaksana dengan baik, namun
secara kenyataan dilapangan disebut bahan yang diperlukan semua
komoditas pertanian antara lain:
1) Komoditas Tanaman Pangan
30
2) Komoditas Perkebunan
3) Komoditas Peternakan
b. Karakteristik/ Topografi
Karakteristik tanah, iklim, dan curah hujan mengenai keadaan
tanah di wilayah BPP Kec.Tanete Rilau berdasarkan hasil analisa data
sebagai berikut:
1) Tingkat keasaman Tanah (pH) antara 5,4-5,9
2) Kemiringan tanah ada yang menacapai 8-14%
3) Bukit dan Pegunungan 20%
4) Ketinggian tempat dari permukaan laut rata-rata 5-10 m dari
permukaan laut (dpl)
31
3. Struktur Organisasi Dinas Penyuluh Pertanian Kabupaten Barru
Gambar 4.1 Bagan Struktur Dinas penyuluh Pertanian
Sumber: Dinas Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten
Barru 2018.
3. Visi dan Misi
Visi :
„‟Terwujudnya Kabupaten Barru Lebih Maju, Sejahtera, Taat Azas dan
Bermartabat yang Berlandaskan Keagamaan‟‟.
Misi :
a. Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya pembangunan untuk
kesejahteraan masyarakat
Kepala BPP
Abdul Azis, SP
Kelompok Fungsional
Tenaga Administrasi
Nurjannah,
SE
Jaharuddin
, SE
Nurlina,
SE
Yusriani,
Sos
Penyuluh Pertanian Lapangan
Herlind
a, SP
Subhan,
S.ST
Yuliana,
S.PT
Muh.
Araf
Marhaeti,
SP
Saparud
din, S.ST
Sumarni
S.PT
Muhus
a Ali, S.
PT
Hj. ST.
Rahmani
ah, SP
Umar
Pawiloi
Bakhtiar Jufri Ir. Hj. Nahariah
32
b. Meningkatkan kecerdasan dan profesionalisme sdm
c. Mengembangkan interkoneksitas sinergis antar wilayah ditingkat,
nasional, regional dan internasional
d. Menciptakan lingkungan yang kondusif
e. Mewujudkan tata kepemerintahan yang baik (good governance)
4. Tujuan dan Sasaran
a. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan
pertaniaanadalah sebagai berikut :
1) Meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap perilaku kepada
pelaku utama. Pelaku usaha penyuluh agar dapat menerapkan paket
teknologi usaha tani yang dianjurkan
2) Meningkatkan produksi dan produktifitas usaha tani dengan
memanfaatkan potensi sumber daya alam (sda) dari manusia
(sdm)yang ada secara efektif dan efisien.
2. Sasaran
Sasaran penyuluhan adalah petani dan keluarganya melalui pembentukan:
a) Kelompok tani dewasa
b) Kelompok wanita tani
c) Kelompok taruna tani
d) Gapoktan
33
Tabel 4.1. Lahan sawah
No Desa/
Keluarahan
Sawah Irigasi (Ha)
Juml
ah
(Ha) ½ Teknis Desa Sederhana Pompa
Tad
ah
Huj
an
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Garessi
Lipukasi
Tanete
Lalolang
Tellumpanua
Pao-Pao
Corawali
Lalabata
Pancana
Lasitae
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
120,28
-
-
-
-
-
219
395
220
25
241
239
260
207
125
16
219
395
220
25
241
239
260
207
125
16
Jumlah - - - 120,28 1.94
7 1.947
Sumber : Dinas Pertanian Penyuluhan Tanete Rilau 2019
Tabel 4.2. Lahan Kering
No Desa/Kelurahan Lahan kering (Ha)
Kebun Tegalan Pekarangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Garessi
Lipukasi
Tanete
Lalolang
Tellumpanua
Pao-Pao
Corawali
Lalabata
Pancana
Lasitae
51,00
214,76
11,00
-
53,40
133,4
6,00
200,50
152,40
15,00
51,00
14,13
5,14
-
-
101,72
82,00
116,20
70,00
85,00
20,03
40,00
11,00
48,04
13,25
49,2
31,20
26,50
20,50
11,70
Jumlah 837,46 525,19 271,42
Sumber: Dinas Pertanian Penyuluhan Tanete Rilau 2019
34
5. Lahan Menurut Penggunaan
a. Tegalan : 525,19 Ha
b. Pekarangan : 271,42 Ha
c. Perkebunan : 837,46 Ha
d. Padang Rumput : 50,00 Ha
e. Sawah : 1.947Ha
f. dan lain-lain : 205,84 Ha
Tabel. 4.3 Luas Tanam Padi di Kecamatan Tanete Rilau Kab. Barru
NO DESA/KELURAHAN Padi
Rendengan
Padi Gadu Jumlah
1 Garessi 219,00 60,00 279,00
2 Lipukasi 395,00 181,00 576,00
3 Tanete 220,00 50,00 270,00
4 Lalolang 25,00 _ 25,00
5 Tellumpanua 241,00 100,00 341,00
6 Pao-Pao 239,00 50,00 289,00
7 Corowali 260,00 55,00 315,00
8 Lalabata 207,00 80,00 287,00
9 Pancana 125.00 60,00 185,00
10 Lasitae 16,00 16,00 32,00
Jumlah 194,00 645,00 2,592
Sumber : Dinas Pertanian Penyuluhan Tanete Rilau 2019
35
6. Pola Usaha Tani
a. Pola Usaha Tani pada lahan sawah
1) Padi – Padi – Bero
2) Padi – Padi – Palawija
3) Padi – Horti – Palawija
4) Padi – Horti - Horti
5) Padi – Bero
b. Pola Usaha Tani pada Lahan Kering
1) Palawija – Palawija
2) Palawija – Horti
3) Palawija – Padi Gogo
4) Tanaman tahunan Tumpangsari Palawija
5) Tumpangsari palawija dan horti
Tabel 4.4 Jumlah Penduduk di Wilayah Kecamatan Tanete Rilau
No Desa/ Kelurahan Jumlah Penduduk
Jumlah KK L P Jumlah
1 Garessi 1.429 1.421 2.850 831
2 Lipukasi 2.081 2.226 4.307 1.367
3 Tanete 2.863 1.759 4.622 875
4 Lalolang 2.496 3.798 6.294 1.305
5 Tellumpanua 1.632 1.618 3.250 882
6 Pao – Pao 2.077 2.060 4.295 1.205
7 Corawali 1.337 1.403 2.740 772
8 Lalabata 2.214 2.183 4.397 1.015
9 Pancana 1.734 1.803 3.537 1.177
10 Lasitae 958 996 1.954 609
Jumlah 18.821 19.267 38.088 10.038
Sumber Data :BKKBN Tanete Rilau dan Profil Desa/Kel.2019
36
Tabel 4.5 Kelompok Tani Kecamatan Tanete Rilau Desa Pao-Pao
NO NAMA L/P JABATAN
1. MUZAKKIR L Ketua Kelompok
2. SAHARUDDIN NABA L Anggota kelompok
3. SAHRIMAN L Anggota kelompok
4. MASJUD L Anggota kelompok
5. LA TUO L Anggota kelompok
6. BASRI DIANA L Anggota kelompok
7. LA PARE P Anggota kelompok
8. SAIPUL SAFA L Anggota kelompok
9. MUHAMMAD ARIF BAHRU L Anggota kelompok
10 HATTA L Anggota kelompok
11 SITTI MARYAM P
Anggota kelompok
12 SIMPUANG L Anggota kelompok
13
MAKMUR
L Anggota kelompok
14
RUSLIS
L Anggota kelompok
15 I CABBE P Anggota kelompok
Sumber Data: Dinas Pertanian Penyuluhan Tanete Rilau 2020
Tabel 4.6 Kelompok Tani Sipatokkong Kecamatan Tanete Rilau Desa
Pancana
NO NAMA L/P JABATAN
1. MASSE L Ketua Kelompok
2. RAMLI L Anggota kelompok
37
3. ALFA KADIR L Anggota kelompok
4. SAMSU L Anggota kelompok
5. MASTANG L Anggota kelompok
6. AKMAL L Anggota kelompok
7. DAHLAN. M L Anggota kelompok
8. MUH, SUKRI L Anggota kelompok
9. JUMARDI L Anggota kelompok
10 SAENUDDIN L Anggota kelompok
11 RIDWAN L
Anggota kelompok
12 MASKUR L Anggota kelompok
13
LABUNA
L Anggota kelompok
14
H. MANSYUR
L Anggota kelompok
15 IBRAHIM L Anggota kelompok
Sumber Data: Dinas Pertanian Penyuluhan Tanete Rilau 2020
Tabel 4.7 Kelompok Tani Kaluku Loloe Kecamatan Tanete Rilau
NO NAMA L/P JABATAN
1. ABD. GAFFAR L Ketua Kelompok
2. LATAHANG L Anggota kelompok
3. HANAPIN L Anggota kelompok
4. MUH. KASAU L Anggota kelompok
5. MUH. AMIR L Anggota kelompok
Sumber Data: Dinas Pertanian Penyuluhan Tanete Rilau 2020
38
Tabel 4.8 Kelompok Tani Sipatokkong II Kecamatan Tanete Rilau
Desa Pancana
NO NAMA L/P JABATAN
1. SOPYAN L Ketua Kelompok
2. MARE L Anggota kelompok
3. HAMKA L Anggota kelompok
4. ABU BAEDA L Anggota kelompok
5. SUDIRMAN L Anggota kelompok
6. RUSDIN L Anggota kelompok
7. MASSE L Anggota kelompok
Sumber Data: Dinas Pertanian Penyuluhan Tanete Rilau 2020
Tabel 4.9 Kelompok Tani Lapalakka Kecamatan Tanete Rilau Desa
Corowali
NO NAMA L/P JABATAN
1. HERMAN L Ketua Kelompok
2. ABD. KADIR L Anggota kelompok
3. MUH. SATA. B L Anggota kelompok
4. JUFRI L Anggota kelompok
5. ILHAM L Anggota kelompok
6. MUSTAFA L Anggota kelompok
7. DARWIS. S L Anggota kelompok
8. BAHARUDDIN L Anggota kelompok
39
9. M. ALI L Anggota kelompok
10 MULYADI L Anggota kelompok
11 MAMING L
Anggota kelompok
12 NASIR L Anggota kelompok
13
AMIRUDDIN
L Anggota kelompok
14
LA COLLENG
L Anggota kelompok
Sumber Data: Dinas Pertanian Penyuluhan Tanete Rilau 2020
Tabel 4.10 Kelompok Tani Sipatuo II Kecamatan Tanete Rilau Desa
Corowali
NO NAMA L/P JABATAN
1. JAMALUDDIN L Ketua Kelompok
2. HAERUDDIN L Anggota kelompok
3. MURSALIM L Anggota kelompok
4. MUHAMMAD ALI L Anggota kelompok
5. RISI L Anggota kelompok
6. MUHAMMAD YUNUS L Anggota kelompok
7. UKKASE L Anggota kelompok
8. HERMAN L Anggota kelompok
9. ALMUDIR L Anggota kelompok
10 ARMAN L Anggota kelompok
Sumber Data: Dinas Pertanian Penyuluhan Tanete Rilau 2020
40
Tabel 4.11 Kelompok Tani Sappe Walie Kecamatan Tanete Rilau Desa
Tellumpanua
NO NAMA L/P JABATAN
1. JALALUDDIN L Ketua Kelompok
2. MUH. SAID L Anggota kelompok
3. ABU BAKAR L Anggota kelompok
4. JAMALUDDIN L Anggota kelompok
5. HAERUDDIN L Anggota kelompok
6. SUDIRMAN L Anggota kelompok
7. MUSDALIFAH L Anggota kelompok
Sumber Data: Dinas Pertanian Penyuluhan Tanete Rilau 2020
Tabel 4.12 Kelompok Tani Samalewae Kecamatan Tanete Rilau Desa
Tellumpanua
NO NAMA L/P JABATAN
1. HAERIS L Ketua Kelompok
2. HASANUDDIN L Anggota kelompok
3. SYAHARUDDIN L Anggota kelompok
4. TAMRIN L Anggota kelompok
5. ADNAN L Anggota kelompok
6. MADE ALI L Anggota kelompok
7. MUH. NUR. S L Anggota kelompok
8. BARAMANG L Anggota kelompok
9. ISKANDAR L Anggota kelompok
41
10 ARHAM L Anggota kelompok
11 ALIMUDDIN L
Anggota kelompok
12 MUH JAFAR L Anggota kelompok
13
LA MUKE
L Anggota kelompok
14
UMAR
L Anggota kelompok
15 SAHARUDDIN L Anggota kelompok
Sumber Data: Dinas Pertanian Penyuluhan Tanete Rilau 2020
B. Jasindo
1. Gambaran Umum
Pembentukan PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) merupakan
bagian penting dari perjalanan sejarah bangsa dan tanah air Indonesia.
Sejarah tersebut bermula pada tahun 1845 ketika dilaksanakan
nasionalisasi atas NV Assurantie Maatschappij de nasionalisasi atas NV
Assurantie Maatschappij de Nederlander, sebuah perusahaan asuransi
umum milik kolonial Belanda, dan Bloom Vander, Perusahaan asuransi
umum Inggris yang berkedudukan di Jakarta.
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang dinyatakan
pada 17 Agustus 1945 oleh proklamator RI, Ir. Soekarno dan Mohammad
hatta, sekaligus mengamanatkan pemindahan kekuasaan dan kepemilikan
kerajaan belanda kepada pemerintah Indonesia. Termasuk, melakukan
nasionalisasi terhadap dua perusahaan tersebut dan mengubah nama
keduanya menjadi PT Asuransi Bendasyara yang bergerak dibidang
42
asuransi umum dalam rupiah dan PT Umum Internasional Underwrites
(UIU) yang bergerak pada bidang asuransi umum dalam valuta asing.
Dalam perjalanan bersejarahnya, melalui Keputusan Menteri
Keuangan No.764/MK/IV/12/1972, pemerintah Indonesia memutuskan
untuk melakukan merger antara PT Asuransi Bendasyara dan PT Umum
Internasional Underwrites (UIU) menjadi PT Asuransi Jasa Indonesia
(Persero) sebagai badan usaha milik negara yang bergerak dibidang usaha
asuransi umum. Pengesahan penggabungan tersebut selanjutnya
dikukuhkan dengan Akta Notaris Mohamad Ali Nomor 1 tanggal 2 Juni
1973.
Sebagai salah satu BUMN yang memiliki kinerja usaha gemilang
di Indonesia, seluruh saham PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) dimiliki
oleh Negara Republik Indonesia. Pengalaman ini memberikan nilai
kepeloporan tersendiri bagi keberadaan dan pertumbuhan kinerja Asuransi
Jasindo hingga saat ini, sehingga berhasil meraih kepercayaan publik baik
yang ada didalam maupun diluar negeri.
2.Visi dan Misi serta Budaya Perusahaan
Visi :
“ Menjadi Perusahaan Asuransi Terpercaya dan Terandal”
Misi :
“Menyelenggarakan Usaha Asuransi Dengan Pelayanan Prima dan
Tetap Menjaga Kemampulabaan yang Berkesinambungan”
Budaya Perusahaan :
43
Perusahaan memiliki buadaya Asah, Asih, dan Asuh yang
dipandang masih relevan sebagai perusahaan yang sejalan dengan Visi dan
Misi perusahaan yang di singkat “CARE” adalah sebagai berikut:
a. “C” (Cepat) adalah kecepatan pelayanan yang akan memberikan:
kepastian dan ketenangan kepada pelanggan, melalui sikap :
bertindak cepat, responsif, bertindak proaktif, siaga, dan fleksibel.
b. “A” (Akurat) adalah kecepatan dalam menjamin kepuasan
pelanggan, melalui perbuatan :checkdan re-check, bertindak cepat
cepat dalam mengambil keputusan, bertindak cermat, dapat
dipercaya, teliti dalam pertimbangan laporan dan disiplin.
c. “R” (Ramah) adalah keramahan dalam memberikan pelayanan,
kenyamanan dan keakraban dalam kemitraan, melalui prilaku:
supel, empati, bersikap terbuka, peduli, menghargai pendapat
orang lain, sopan dan santun,serta rapi.
d. “E” (Efisien) adalah efesiensi yang menjamin nilai produk yang
ditawarkan serta layanan yang diberikan serta denga kualitas
yang diharapkan, melalui tingkah laku: berorientasi pada sasaran,
hemat waktu dan biaya, hemat dalam proses.
3. Tujuan Pedoman dan Etika Kerja Jasindo
a. Mengembangkan standar etika bisnis sejalan prinsip GCG khususnya
dibidang perasuransian sehingga terciptanya budaya perusahaan
yang baik sehingga dapat meningkatkan nilai.
44
b. Mengembangkan hubungan yang harmonis, sinergi dan saling
menguntungkan antara pelanggan, agen asuransi, broker, lembaga
keuangan, mitra kerja, karyawan, dan pihak yang berkepetingan
lainnya dengan perusahaan.
45
4. Struktur Organisasi Jasindo
Direktur Utama
Direktur Pengembangan Bisnis Direktur SDM dan Umum Direktur Operasional Direktur Keuangan dan
Investasi Direktur Bisnis Strategi
Oil dan Gas
Aset operasional
& KKKS
Kontruksi Migas &
KKKS
Underwating Aset
Operasional
Underwriting oil &
Gas
Telekomunikasi
& Transportasi
Underwriting
telekomunikasi &
Transportasi
Transportasi
Telekomunikasi
Energi & Industri
Underwriting
Energi & Industri
Energi
Industri
Energi & Industri
Private Sector
Kontruksi
Infrastruktur
Broker
Underwriting
Private Sector
Pngembangan
Produk & Bisnis
Pengembangan
Produk
Pengembangan
Bisnis
Asuransi Pertanian,
Mikro & Program
Pemerintah
Komersial
Penugasan
Pemerintah
Teknik
Keuangan
Asuransi Kesehatan
Pemasaran
Operasi
Jamkesmen
keuangan
Bisnis Perbankan &
Pembiayaan
Marketing
perbankan Swasta
Marketing
Perbankan BUMN
Marketing
Pembiayaan
Underwriting
Perbankan &
Pembiayaan
Marketing Surety
& BG
Underwriting
Asuransi
keuangan
Marketing LC
Asuransi Keuangan
Underwriting
Underwriting Property
Underwriting Marine
Underwriting KBM &
Aneka
Reasuransi & Aktualisasi
Treaty & incoming
Bisnis
Incoming Dalam
Negeri
Aktuaria
Klaim Bisnis dan Strategi
Klaim Properti
Klaim Marine &
Aviation
Klaim Oil dan Gas
Klaim Eginering &
Liability
Klaim Pengembangan
Bisnis
Klaim Eginering &
Liability
Klaim Aneka &
Keuangan
Klaim Kendaran
Bermotor
Klaim Pengembangan
Bisnis
Klaim Aneka &
Keuangan
Klaim Aneka &
Keuangan
Klaim Aneka &
Keuangan
Klaim Aneka &
Keuangan
Pembendaharaan &
Investasi
Manajemen
Portopolio
Operasional Investasi
Pembendaharaan
Piutang & Akuntansi
reasuransi
Piutang Premi
Akuntansi koasuransi
Akuntasi reasuransi
Auntansi Umum &
Anggaran
Akuntansi Umum
Pelaporan
Anggaran &
Pembendayaan Biaya
Perpajakan
Sumber Daya Manusia
Manajemen Talenta
Layanan SDM
Human Capital
Business Partner
Manajemen Strategi
SDM
Teknologi Industri
Perencanaan &
Arsitektur TI
Kebijakan, Prosedur
& Sekuriti TI
Solusi Bisnis TI
Operasional TI
Umum
Prasarana
Manajemen Aset
Pengadaan
Manajemen Strategis
Perencanaan
Pengendalian Mutu
& Kinerja
Tranformasi
Manajemen Risiko
Perusahaan
Kepatuhan
Manajemen Risiko
Kebijakan &
Prosedur
Sekertaris Perusahaan
Humas & marketing
Communication
Protokol,
Hubungan
kelembagaan
Hukum
CSR & PKBL
Satuan Pengawas
Internal
Pengawasan
Operasional
Pengawasan
Keuangan
Quality Assurance
Special Function
46
Sumber : Struktur Organisasi PT Asuransi Jasa Indonesia Sulawesi Selatan
2019.
5. Program Asuransi Jasindo Agri
Merupakan suatu bentuk perlindungan kepada petani, peternak,
dan nelayan agar dapat mendapatkan kenyamanan dan keamanan dalam
menjalankan kegiatan mereka sehingga memusatkan perhatian pada
pengelolaan usahatani, peternakan, dan usaha penangkapan ikan yang
lebih baik, lebih aman, dan lebih menguntungkan.Sebagai bentuk asuransi
yang ditunjuk pemerintah sebagai pelaksana program, Jasindo Agri
memiliki beberapa produk asuransi yang mendapat dukungan dari
pemerintah antara lain:
1) Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP)
Memberikan perlindungan kepada petani dari ancaman
resiko gagal panen sebagai akibat risiko banjir, kekeringan,
penyakit, dan serangan organisme penganggu tanaman.
a) Premi : Rp.180.000 (bantuan pemerintah 80% menjadi
Rp.36.000)
b) Pertanggungan : maksimal Rp.6.000.000 per hektar
dengan intensitas kerusakan 75% serta luas kerusakan
75%.
c) Kriteria petani : Petani penggarap atau petani pemilik
lahan maksimal 2 hektar.
47
d) Kriteria lahan : lahan irigasi atau lahan tadah hujan yang
dekat dengan sumber air.
e) Ganti rugi : Umur padi sudah melewati 10 hari tanam
(HST), umur padi sudah melewati 30 hari.
2) Asuransi usaha ternak sapi (AUTS)
Memberikan perlindungan kepada peternak sapi dari
ancaman resiko kematian akibat beranak, penyakit, dan kecelakaan
serta kehilangan akibat kecurian.
a) Premi Rp. 200.000 (bantuan pemerintah 80% menjadi
Rp. 40.000).
b) Pertanggungan : maksimal pertanggungan Rp. 10.000
per ekor sapi.
c) Kriteria peternak : Peternak pembibitan / pembiakan &
peternak skala kecil yang diatur undang-undang.
d) Kriteria sapi : sapi indukan / sapi betina, usia produktif
minimal 1 tahun, memiliki identitas jelas (cap bakar,
kartu ternak, dll. Serta sapi dalam kondisi sehat
e) Ganti rugi : sesuai harga pertanggungan dikurangi hasil
penjualn daging (dalam hal sapi dilakukan potong
paksa)
48
3) Asuransi Nelayan
Memberikan perlindungan kepada nelayan dari ancaman
resiko meninggal dunia baik disaat melakukan aktivitas
penangkapan ikan maupun diluar aktivitas.
a) Premi : Rp. 175.000 ( 100% dibayar pemerintah)
b) Manfaat : santunan kecelakaan akibat melakukan
aktivitas penangkapan ikan dan santunan kecelakaan
akibat selain melakukan aktivitas penangkapan ikan.
c) Kriteria nelayan : memiliki kartu nelayan yng masih
berlaku, memiliki rekening tabungan atau membuat
surat pernyataan kesanggupan memiliki ekening
tabungan, menggunakan kapal penangkapan ikan
berukuran paling besar 10 Gross Tonnage (GT),
berusia maksimal 65 tahun.
C. Dinas Pertanian dengan Jasindo
Pemerintah Daerah Kabupaten Barru melakukan kegiatan pemberdayaan
dengan Jasindo yang ditandai dengan nota kesepahaman (MOU) dengan Nomor:
02/Kpts/SR.230/B/01/2020 yang telah dibuat dan diatur oleh putusan Mentri
Pertanian tentang Pedoman Premi Bantuan Asuransi Usaha Tani padi (AUTP).
Kegiatan ini telah dimulai pada tahun 2017. Salah satu tujuan dalam
melaksanakan suatu kerjasama yaitu dengan harapan dapat meraih tujuan yang
ingin dicapai dari pada masing-masing pihak. Pada bagian ini peneliti
menjelaskan tentang Pemberdayaan Kelompok Tani Padi di Kecamatan Tanete
49
Rilau Kabupaten Barru. bentuk penyadaran dan Pembentukan Prilaku,
Transformasi Pengetahuan dan Keterampilan serta peningkatan kemampuan
intelektual. berikut hasil wawancara dengan Staff Tehnik Jasindo di Kantor Pare-
Pare Sulawesi Selatan :
“Jadi tujuannya itu kembali lagi ke masyarakat, karena selama ini
yang kita liat banyak yang gagal panen kemudian tidak ada solusi
dari masyarakat itu sendiri pasti akan mngalami yang namanya
kerugian, dengan adanya asuransi ini, program dari pemerintah
bisa membantu petani untuk biaya menanam kembali, jadi yang
kita beri kepetani bukan keuntungan namun biaya untuk menanam
kembali, jadi biaya totalnya 6 juta per hektar. itu sudah termasuk
biaya garap, benih dan pupuknya itu telah di perhitungkan oleh
pemerintah dan jasindo (Hasil wawancara dengan SN, Staff
Jasindo Pare-Pare tanggal 7 februari 2020)”.
Pada bagian ini peneliti menjelaskan tentang Pemberdayaan kelompok
Tani Padi di Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru melalui Pembentukan
Prilaku, Tranformasi Pengetahuan dan Keterampilan.
1. Tahap Penyadaran dan Pembentukan Prilaku
Dinyatakan oleh Walgito (2003), pembentukan perilaku dibagi
menjadi tiga cara sesuai keadaan yang diharapkan, sebagai berikut :
a. Cara pembentukan perilaku dengan kondisioning atau
kebiasaan Salah satu cara pembentukan perilaku dapat
ditempuh dengan kondisioning atau kebiasaan. Dengan cara
membiasakan diri untuk berperilaku seperti yang
diharapkan, maka akhirnya akan terbentuklah perilaku
tersebut.
b. Pembentukan perilaku dengan pengertian (insight).Cara ini
didasarkan atas teori belajar kognitif yaitu belajar disertai
50
dengan adanya pengertian.
c. Pembentukan perilaku dengan menggunakan model.
Disamping cara-cara pembentukan perilaku diatas,
pembentukan perilaku masih dapat ditempuh dengan
menggunakan model atau contoh.
Berdasarkan pasal 16 ayat (2) dan pasal 31 pada buku pedoman
bantuan umum asuransi usahatani padi. Dinas Pertanian dengan Jasindo
mempunyai tujuan:
1) Memberikan perlindungan kepada petani jika terjadi
kerusakan tanaman padi yang dipertanggungkan yang
disebabkan karena risiko banjir, kekeringan, atau
serangan hama.
2) Mengalihkan kerugian akibat risiko banjir, kekeringan,
dan serangan OPT kepada pihak lain melalui
pertanggungan asuransi.
Adapun sasaran yang ingin dicapai :
1) Terlindungnya petani dari kerugian kerusakan tanaman
atau gagal panen karena memperoleh jaminan ganti rugi
jika tanaman padi mengalami kerusakan akibat bencana
banjir, kekeringan, atau serangan OPT.
2) Teralihkannya kerugian petani akibat resiko banjir,
kekeringan, atau serangan OPT kepada pihak lain
melalui skema pertanggungan asuransi.
51
Berikut hasil wawancara dengan Penyuluh Pertanian Muda:
“Bibit cisadani itukan dari dulu sudah 38 tahun itu rerus bibitnya
yang ditanam dan petani sudah fanatik dengan itu karena dia
sukamulai dari gampangnya ini merawat cisadani, dia pikir
gampang, tahan penyakit, kemudian bagus dimakan. Menurut
mereka bagus untuk di komsumsi itu yang dia sukanya, kemudian
kita kasi solusi dengan sistem pengantian varietas yang lebih
baikyang varietas genjah namanya yang berumur pendek. Itukan
kalau cisadani umurnya 135 hari kemudian yang bibit genjah
palingan 115 hari. dan dengan adanya program pemerintah tidak
direkomedasikannya lagi cisadani kemudian yang dari bulog juga
sudah tidak mau membeli, akhirnya tahun kemarin tidak ada yang
mau beli produksinya cisadani disitu mereka sudah kapok jadi
untuk tahun ini 98 persen sudah beralih (Hasil wawancara dengan
YA, Penyuluh Pertanian Muda tanggal 6 februari 2020)”.
Senada dengan pernyataan diatas, berikut pernyataan MA,
Penyuluh Pertanian Lanjutan Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru :
“dalam setiap kelompok itu kan ada aturan pertemuan kelompok
yang dibahas itu adalah apa kedepannya yang menjadi tujuan
semisal ini kan sudah masuk masa tanam, kit membahas apa yang
ingin dicapai pada saat penanaman, vairetasnya, artinya dalam 1
bulan itu melakukan 2 kali pertemuan lokasinya biasa di rumah
ketua kelompok tani kadang juga langsung ke area persawahan
(Hasil wawancara dengan MA, tanggal 7 februari 2020)”.
Adapun hasil wawancara dengan SI selaku AE AGRI Jasindo
Kantor Pare-pare Sulawesi Selatan :
“dengan melihat kita sering melakukan simbolis pengambilan
klaimdan seluruh kabupaten hampir semua sudah melihat
manfaatnya maka kemudian berbondong-bondonglah petani dan
peternak untuk masuk asuransi (Hasil wawancara dengan SI,
tanggal 7 februari 2020)”.
Hasil obsevasi dalam tahap penyadaran dan pembentukan prilaku
ini, semua pihak memiliki cara mereka masing-masing, yang dimana
Jasindo memiliki peran dan tanggung jawab dalam membantu petani
melalui program asuransi usaha tani (AUTP), Dinas Pertanian memiliki
52
peran dalam meningkatkan produksi serta produktifitas usaha tani serta
meningkatkan keterampilan, sikap dan pengetahuan dari para petani, dan
Kelompok tani memiliki peran dalam mengembangkan varietas tanaman
padi unggul yang memiliki nilai ekspor sehingga apa yang menjadi
tanggung jawab dari masing-masing pihak dapat menyukseskan
pelaksanaan kerjasama ini.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
penyadaran dan pembentukan prilaku pada pemberdayaan ini sehingga
terwujudnya pertumbuhan ekonomi dalam hal ini peningkatan komoditas
padi adalah Dinas Pertanian dengan Jasa Asuransi Indonesia (Jasindo)
sebagai penyelenggara, sekaligus melakukan pengawasan agar
terwujudnya petani berdaya bagi pertumbuhan ekonomi di Kab. Barru.
2. Tranformasi Pengetahuan dan Keterampilan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah
orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).
Berikut Hasil wawancara dengan YA, Penyuluh Pertanian Muda
Kecamatan Tanete Rilau :
“ada materi slide, kita putarkan sound system dengan video seperti
ini perkembangan pertanian sekarang, bagus seperti ini
dikembangkan (Hasil wawancara dengan YA, penyuluh Pertanian
Muda tanggal 6 maret 2020)”
53
Senada dengan pernyataan diatas, berikut pernyataan MA,
Penyuluh Pertanian Lanjutan Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru :
“Kalau itu sudah ada kemajuan kan dulunya itu varietasnya
cisadani terus menerus sampai bertahun-tahun, namun pada tahun
2020 ini sudah beralih ke varietas lain artinya karena mungkin
mereka banyak pengalaman pada saat produksinya yang sudah
menurun dan tidak ada yang mau beli makanya mereka sudah
beralih ke varitas padi yang umurnya pendek (Hasil wawancara
dengan MA, tanggal 7 februari 2020)”.
Dengan adanya pengetahuan yang diberikan, diharapkan dapat
meningkatkan kualitas pada kelompok tani dalam padi yang baik dan
benar. Dampak sumber daya manusia setelah diberikan pengetahuan yaitu
antara lain :
a. Memahami tentang bagaimana cara merawat yang baik dan
benar
b. Memahami tentang bagaimana pemberian pupuk yang telah
ditentukan.
c. Memahami tentang bagaimana proses panen yang baik dn
benar.
Adapun hasil wawancara dengan MA, Penyuluh Pertanian
Lanjutan Kecamatan Tanete Rilau Kab. Barru :
“Penyuluhan yang dilakukan menggunakan metode belajar secara
penyampaian informasi, ada juga praktik jadi penyuluhan sambil
praktik misanya kita mau buat pupuk cair (Hasil wawancara
dengan MA, tanggal 7 februari 2020)”.
Peneliti juga melakukan wawancara dengan MR selaku Ketua
Kelompok Tani Desa Pao-pao, kecamatan Tanete Rilau :
54
“materinya banyak biasanya kita diberi tahu cara bagaimana
menanam padi dengan baik dan benar, bagaimana mengatasi
masalah hama semisal hama wereng,peyakit-penyakit pada padi,
serta agrobisnis (Hasil wawancara dengan MR, tanggal 8 februari
2020)”
Berdasarkan hasil wawancara dengan Dinas Penyuluh Pertanian
MudaKecamatan Tanete Rilau, Ketua Kelompok Tani Desa Pao-Pao
Kecamatan Tanete Rilau, dapat disimpulkan bahwa dalam bentuk
pemberian pengetahuan diharapan petani dapat mengaplikasikan dan
mengimpelementasikannya, sehingga dapat membantu pekerjaannya
dalam mengembangkan komoditas tanaman padi dalam pelaksanaan
kerjasama ini.
Keterampilan adalah berbagai kemampuan seseorang terhadap
suatu hal yang meliputi semua tugas-tugas kecakapan, sikap, nilai dan
kemengertian yang semuanya dipertimbangkan sebagai sesuatu yang
penting untuk menunjang keberhasilannya didalam penyelesaian tugas.
(Yanto, 2005).
Berikut hasil wawancara dengan Dinas Pertanian PPL Kecamatan
Tanete Rilau mengenai bentuk keterampilan yang diberikan dalam
kerjasama ini :
“Pemberdayaan dilakukan dengan KWT yaitu diberdayakan
bagaimana agar mengelolah lahan pekarangannya supaya bisa dia
manfaatkan, memberikan pemberdayaan pada perempuan supaya
menambah hasil ekonominya dia tidak pergi lagi beli macam
sayur-sayurandia bisa ambil sendiri, macam dia tanam cabe, tomat
otomatis mengurangi biaya pengeluaran (Hasil wawancara dengan
NA, tanggal 7 februari 2020)”
55
Senada dengan pernyataan diatas, berikut pernyataan SN,
Pemimpin Pertanian Kecamatan tanete Rilau Kabupaten Barru :
“kita memfasilitasi petani untuk membuat RDKK yaitu Rencana
Defenitif Kebutuhan Kelompok itu untuk membuat kebutuhan
pupuk setiap tahunnya (Hasil wawancara dengan SN, tanggal 6
februari 2020)”.
Adapun hasil wawancara dengan MA, Penyuluh Pertanian
Lanjutan Kecamatan Tanete Rilau Kab. Barru :
“kita melakukan pemberdayaan kelompok KWT ini dengan
mengarahkan pada kemauannya, dia mau terjun ke arah produksi
atau pada pemanfaatan lahan pekarangan semacam di Desa Pao-
pao ada penjual telur asin itu kan KWT anjaya punya yang dijual
telur asin masak dan telur asin bakar (Hasil wawancara dengan
MA, tanggal 7 februari 2020)”.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
keterampilan pada kerjasama ini adala bagaimana terwujudnya kreatifitas
dan keterampilan yang dimiliki petani dalam hal ini peningkatan
komoditas tanaman padi adalah Dinas pertanian dan Jasindo sebagai
penyelenggara, sekaligus melakukan pengawasan agar terwujudnya
pertumbuhan ekonomi di Kab. Barru.
3. Peningkatan kemampuan intelektual
Peningkatan menggambarkan perubahan dari keadaan atau sifat
negatif berubah menjadi positif, kemudian hasil dari sebuah peningkatan
dapat berupa kuantitas dan kualitas. Hasil dari sebuah peningkatan dapat
ditandai dengan tercapainya tujuan pada satu titik tertentu. Sedangkan
kemampuan adalah kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam
tugas dalam suatu pekerjaan.
56
Berikut Hasil wawancara dengan SR, Anggota Kelompok Tani
Kecamatan Tanete Rilau :
“dengan adanya penyuluhan yang dilakukan oleh dinas pertanian
sekarang kita sudah tahu berapa umur bibit padi baru bisa ditanam
agar terhindar dari hama keong mas, serta jenis bahan semprot
hama yang cocok dan tidak merusak padi”.
Adapun hasil wawancara dengan SN, Staff Tehnik Jasindo Kantor
Pare-pare Sulawesi Selatan :
“setiap awal dan akhir musim panen turun langsung bersama
dengan Dinas Penyuluh Pertanian untuk melakukan pengawasan sekaligus
pemberdayaan baik itu keluhan dari petani kita maupun klaim asuransi jika
terjadi kerusakan pada padi”
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
peningkatan kemampuan pada pemberdayaan ini adalah bagaimana
terwujudnya pengetahuan baru serta mengaplikasikannya secara nyata dan
kemapuan intelektual yang dimiliki petani dalam hal ini peningkatan
berdaya dalam hal keterampilan, pengetahuan dan kemampuan dimana
Dinas pertanian dengan Jasindo sebagai penyelenggara, sekaligus
melakukan pengawasan agar terwujudnya pertumbuhan ekonomi di Kab.
Barru.
D. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat
Faktor pendukung merupakan semua faktor yang sifatnya turut
mendorong, menyokong, melancarkan, menunjang, membantu, mempercepat dan
sebagainya untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan faktor penghambat
merupakan semua jenis faktor yang sifatnya menghambat (menjadikan lambat)
atau bahkan menghalangi dan menahan terjadinya suatu tujuan. Berdasarkan hasil
57
observasi dalam faktor pendukung dan penghambat, berikut peneliti klasifikasikan
dalam tabel mengenai apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam
pelaksanaan program pemberdayaan ini :
Tabel 4.6
Faktor Pendukung dan Penghambat
No Faktor Pendukung Faktor Penghambat
1 Penyuluhan yang tinggi Cuaca
2 Sarana dan prasarana Penyakit padi
3 Potensi Sumber daya alam SDM yang kualitasnya belum
merata
1. Faktor pendukung :
a. Penyuluhan yang tinggi
Penyuluhan adalah suatu kegiatan yang dapat membantu dan
berpengaruh terhadap mengubah prilaku petani dan keluarganya, agar
mereka mengetahui dan mempunyai kemauan serta mampu memecahkan
masalahnya sendiri dalam usaha atau kegiatan meningkatkan hasil
usahanya dan tingkat kehidupannya. Salah satu tempat penyuluhan yang
ditetapkan sebagai pemberdayaan petani adalah Kecamatan Tanete rilau
Kab. Barru.
Berikut hasil wawancara dengan Dinas Penyuluh Pertanian bidang
PPK Kecamatan Tanete Rilau mengenai penyuluhan yang dilakukan:
58
“Tugasnya penyuluh itu hanya tiga yang mau dirubah pengetahuan,
keterampilan, dan sikap.kalau itu sikapnya yang sulit dirubah
melewati banyak proses caranya yaitu terus melakukan penyuluhan
paling tidak kita melakukan kegiatan dengan memperlihatkan alat.
karena kadang petani baru mengerti kalau melihat secara fisik.
penyuluhan dilakuan empat kali dalam seminggu, yaitu hari
senin,selasa,kamis,dan jum‟at kecuali hari rabu kita penyuluh
pertemuan di kantor (Hasil wawancara dengan SN, Dinas Penyuluh
Pertanian Bidang PPK Kecamatan Tanete Rilau tanggal 6 Februari
2020)”.
Berikut hasil wawancara dengan SN, Selaku Staff Kantor Jasindo
Pare-pare Sulawesi Selatan :
“jadi Jasindo itu sebagai penjamin, kita kerjasama dengan Dinas,
nah Dinas ini kan ada yang namanya penyuluh, penyuluh inilah
yang langsung ke masyarakat, kemudian pada saat kita
menjalankan suatu program atau sosialisasi jadi semua
dinas,penyuluh dan masyarakat dikumpulkan selanjutnya kita
jelaskan tujuannya dari asuransi serta manfaat asuransi(Hasil
wawancara dengan SN, tanggal 7 februari 2020)”.
Adapun hasil wawancara dengan MR, ketua kelompok Tani Desa
Pao-pao Kecamatan Tanete Rilau mengenai bentuk penyuluhan dalam
kerjasama ini :
“biasanya kita kalau kena semisal hama, kita biasa panggil dinas
penyuluh pertanian dengan menelfon karena dinas penyuluh
memberikan nomor handphonenya semisal sewaktu-waktu terjadi
peyakit ataupun hama pada padi (Hasil wawancara dengan MR 8
tanggal februari 2020)”
Diharapkan dengan adanya penyuluhan yang dilakukan dinas
pertanian secara berkala maka cepat atau lambat dapat mengubah prilaku
kelompok tani baik dalam hal pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Sehingga meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan kelompok tani
khususnya di Kecamatan Tanete Rilau Kab. Barru.
59
b. Sarana dan prasarana
Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dan
bahan untuk mencapai maksud dan tujuan dari suatu proses produksi.
Prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama
terselenggaranya produksi. Sarana yang dimaksud disini adalah trakor
yang merupakan alat yang mempermudah pekerjaan petani dalam
menggarap sawah. Sedangkan prasarana dalam pemberdayaan petani ini
seperti pompa air, benih, perbaikan irigasi, pengadaan sumur tanah
dangkal dan sumur tanah dalam.
Tabel 4.7
Sarana dan Prasarana Tanaman Padi
NO Desa/Kel Hand
Tracktor
Pompa
Air
Hand
Sprayer
Penggiling
an Gabah
Pengipa
san
Gabah
1. Garessi 11 7 114 2 -
2. Lipukasi 21 10 135 4 -
3. Tanete 5 10 320 3 -
4. Lalolang 4 3 80 1 1
5. Tellumpan
ua
11 15 300 2 -
60
6. Pao-Pao 10 15 500 3 -
7. Corowali 20 6 95 2 -
8. Lalabata 33 42 100 3 -
9. Pancana 18 15 500 3 -
10. Lasitae 3 3 230 1 -
Jumlah 136 126 2.374 24 1
Sumber : Dinas Pertanian Penyuluhan Tanete Rilau 2019
Berikut adalah hasil wawancara dengan YA selaku Dinas Penyuluh
Pertanian Kecamatan Tanete RilauKab. Barru :
“kalau semacam traktor itu dari dinas pertanian, kan ada disana
bidang-bidang termasuk bidang PSP. Kemudian ada bidang horti
yang menyediakan bantuan bibit itu khusus membidangi jagung
dengan padi (Hasil wawancara dengan YA tanggal 6 februari
2020)”.
Adapun hasil wawancara dengan Ketua Kelompok Tani Desa Pao-
pao Kecamatan tanete Rilau :
“pompa air sangat penting semisal sawah kekurangan air kan bisa
ditambahkan melalui air melalui sumur bor (Hasil wawancara
dengan MR, tanggal 8 februari 2020)”.
Dengan adanya fasilitas sarana dan prasarana yang diberikan,
diharapkan dapat menjalankan program kerjasama ini yakni meningkatkan
nilai ekspor pada komoditas tanaman padi dengan harapan dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah.
61
c. Potensi sumber daya alam
Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang berasal dari alam
yang dapat digunakan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup manusia.
Padi merupakan makanan pokok masyarakat indonesia, tanaman pangan
ini sangat penting didunia setelah gandum dan jagung. Padi merupakan
salah satu sumber daya alam yang dimiliki Kab. Barru yang berpotensi
meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah sehingga sangat mendukung
akan pelaksanaan program kerjasama ini dengan tujuan dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Berikut hasil wawancara dengan SN selaku Pemimpin Pertanian
Kecamatan Tanete Rilau:
“Kalau sumber daya alam ditinjau dari luasnya Kabupaten Barru
sudah 14.000 ribu hektar jadi memang sangat potensial untuk
dikembangkan dan dibandingkan dengan penduduk, terutama luas
sawah untuk padi, khusus Kecamatan Tanete Rilau 1.947 hektare
luas sawah yang ada sekarang (Hasil wawancara dengan SN,
Pemimpin Pertanian Kecamatan Tanete Rilau tanggal 2 maret
2020)”.
Pengembangan tanaman padi dilakukan karena memiliki nilai
ekspor terbesar di Sulsel. Melalui pembinaan yang secara sinergis
dilakukan bersama, diharapkan kualitas tanaman padi yang dikembangkan
dapat memenuhi standar ekspor dan tercipta hilirisasi produk olahan yang
selanjutnya dapat di ekspor.
62
2. Faktor penghambat :
a. Cuaca
Cuaca adalah salah satu faktor yang perlu diwaspadai oleh para
petani padi, misalnya hujan deras yang terjadi secara tiba-tiba dan
berlangsung dalam waktu yang singkat maupun dalam waktu yang cukup
lama, yang membuat padi tenggelamsehingga menghambat pertumbuhan
padi atau malah dapat mematikan bagi padi.
“Tahun lalu juga disini jarang panenkarena padi tenggelam banjir
selama satu minggu, jadinya gagal panen. namun dengan adanya
asuransi dapat membantu ada didapat uang ganti rugi (Hasil
wawancara dengan BI Anggota Kelompok Tani Padi Kecatamatan
Tanete Rilau Desa Pao-pao tanggal 8 Februari 2020)”
Senada dengan ungkapan diatas, Ketua kelompok Tani Desa Pao-
Pao mengatakan bahwa :
“sebenarnya salah satu kendala yaitu terlambat hujan dan kalau
hujan biasa deras sekali mau menanam tidak memungkinkan
karena tiba- tiba banjir yang disebabkan oleh faktor alam (Hasil
wawancara denga MR, Tanggal 8 februari 2020)”.
Salah satu faktor yang dapat menghambat dalam produksi padi ini
adalah faktor cuaca. Cuaca menjadi tantangan tersendiri dalam
pelaksanaan program kerjasama ini, dikarenakan perkembangan
penanaman padi sangat bergantung pada kondisi cuaca. Menghadapi
situasi ini, usaha maksimal yang bisa dilakukan para petani adalah dengan
melakukan perbaikan irigasi keluar masuknya air agar menetralisir
ancaman terjadinya air yang berlebih memenuhi sawah.
63
b. Penyakit
Penyakit utama yang kerap merugikan para petani padi terdiri dari
keong mas, tikus, burung, dan penyakit lainnya. Penyakit ini dapat
mengganggu perkembangan tanaman padi, penyakit ini biasanya terjadi
bersumber dari kondisi cuaca, kondisi lingkungan maupun cara merawat
yang kurang baik dari petani sendiri, maka dari itu perlu ada antisipasi dan
pemahaman dalam merawat produksi tanaman padi ini.
Berikut hasil wawancara dengan MR selaku Ketua Kelompok Tani
Desa Pao-pao Kecamatan Tanete Rilau :
“masalahnya yang sering makan padi itu keong mas kalau tidak di
semprot mati semua padi, apalagi padi umur muda yang ditanam
jadi harus lebih tua umurnya baru ditanam (Hasi wawancara
dengan MR tanggal 8 februari 2020)”.
Antisipasi yang mesti dilakukan dengan memperhatikan jangka
waktu panen dengan penanaman, atau dengan penyemprotan vaksin hama,
juga dengan memasang perangkap untuk mencegah masuknya hewan liar
seperti udang kecil, kepiting, dan burung ke dalam sawah yang bisa
menularkan penyakit dikarenakan hewan-hewan ini merupakan hewan
carrier (pembawa penyakit).
c. SDM yang kualitasnya belum merata.
Sistem penanaman padi secara intensif telah menjadi pola tanam
yang dianut oleh sebagian besar petani Indonesia dalam meningkatkan
produktifitas padi secara cepat. Namun, di Kecamatan Tanete Rilau,
mayoritas cara penanaman padi masih menggunakan metode tradisional.
Dengan ini, baik dari pihak Dinas Pertanian maupun Jasindo dengan
64
adanya program kerjasama ini, dapat meningkatkan kualitas para
Kelompok Petani di Kecamatan Tanete Rilau. Pengembangan dengan
metode intensif di Kabupaten Barru diharapkan dapat menginisiasi petani
lainnya untuk mengimplementasikan hal yang serupa sehingga
peningkatan produktivitas dapat lebih luas.
Berikut hasil wawancara dengan AE AGRI Jasindo mengenai
faktor penghambat dalam kerjasama ini:
“kalau salah satu sih kendala masih banyaknya masyarakat yang
memang belum berminat dan berpikir bahwa asuransi itu tidak ada,
kemungkinannya juga mungkin tidak dapat. Masalah yang kedua
ini dimana petani-petani ini kadang ada yang belum terlalu paham
mekanisme klaim asuransinya padahal ini yang sangat penting
misalkan terjadi kerusakan(Hasil wawancara dengan SI, AE AGRI
Jasindo KP Pare-Pare tanggal 7 februari 2020)”.
SDM yang kualitasnya belum merata sangat berpengaruh dalam
merawat padi, maka dari itu dengan adanya edukasi yang diberikan baik
dari dinas pertanian maupun jasindo dapat membantu memberikan
pemahaman kepada kelompok tani dikecamatan tanete rilau tentang
bagaimana cara merawat tanaman padi yang baik dan benar.
Berikut hasil wawancara dengan YA selaku Dinas Pertanian bidang
Penyuluh Pertanian Muda kecamatan tanete rilau:
“kendalanya yaitu kurangnya mengikuti saran pemerintah,
kemudian dari tingkat pendidikan rendah dan berbeda-beda.cuma
terkadang yang juga dia tau itu bagus tapi dia tidak lakukan
kemudian banyaknya faktor dari teman petani yang mempengaruhi
untuk tidak melakukan(Hasil wawancara dengan YA, tanggal 6
februari 2020)”.
Senada dengan pernyataan diatas, berikut pernyataan MA,
Penyuluh Pertanian Lanjutan Kecamatan tanete Rilau Kab. Barru:
65
“Kalau perkembangannya yaitu belum relevan dengan penyuluhan
artinya minat atau merubah watak masyarakat itu susah artinya
belum ada perubahan secara signifikan artinya 50:50 ada yang
sudah berubah ada yang tidak karena pola pikirnya masyarakat itu
susah diatur kalau petani kan dimatanya itu cuman melihat artinya
dia mau melakukan sesuatu ketika dia lihat itu sudah berhasil tapi
sebelum ada kejadian atau keberhasilan disuatu tempat dia tidak
mau melakukan disebakan pola fikirnya yang masih minim, kita
sebagai penyuluh tugasnya pendampingan dan yang mau dirubah
adalah pola fikirnya, sebenarnya dulunya itu dia tanam serumpak
atau tanam biasa sekarang kan ada program untuk meningkatkan
produktifitas diantaranya jajar legowo ada yang 2:1 ada yang 3:1
dan 4:1 untuk merubah pola fikirnya masyarakat untuk beralih ke
pola itu di belum bisa serta kemauan yang kurang(Hasil
wawancara dengan MA, tanggal 7 februari 2020)”.
Adapun hasil wawancara dengan MR selaku Ketua Kelompok Tani
Desa Pao-pao Kecamatan Tanete Rilau kab. Barru:
“itu masyarakat biasanya tidak mau mendengar kalau diberi tahu,
kendalanya kita sebagai ketua kelompok menghadapi banyak
anggota kelompok. biasanya mereka tidak mau merubah
pendiriannya, semisal saya mengajak mereka ke penyuluh soal
hama-hama. mereka bilang, buat apa kita datang karena kita sudah
tahu (wawancara dengan MR, tanggal 8 Februari 2020)”.
Berdasarkan hasil wawancara denganAE AGRI Jasindo KP Pare-
Pare dan Dinas Pertanian bidang Penyuluh Pertanian Muda Kecamatan
Tanete Rilau Kab. Barru serta ketua Kelompk Tani, dapat disimpulkan
bahwa dalam pelaksaan ini pastinya tak lepas dari faktor pendukung dan
penghambat, maka dengan itu baik dari pihak Jasindo maupun Dinas
Pertanian pastinya akan memaksimalkan faktor-faktor yang dapat
mendukung program kerjasama ini, juga berupaya mengantisipasi tentang
apa yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan pemberdayaan
ini.
66
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yag dilakukan, maka penulis menyimpulkan
sebagai berikut :
1. Dinas Pertanian Kab. Barru melakukan kegiatan pemberdayaan dengan
Jasindo (Jasa Asuransi Indonesia) melalui nota kesepahaman (MOU)
dengan Nomor: 02/Kpts/SR.230/B/01/2020 tentang Pedoman Premi
Bantuan Asuransi Usaha Tani padi (AUTP). Kegiatan Dinas Pertanian
dan Jasindo dalam bentuk:
a. Penyadarandan Pembentukan Prilaku
Yaitu dalam tahap ini, Dinas Pertanian melakukan dengan
Penyuluhan secara berkala yakni empat kali dalam seminggu,
serta merubah pola fikir petani dengan peralihan vairetas
cisadani yang berumur 135 hari ke varietas bibit genjah dimana
umur tanamnya lebih singkat dari pada sebelumnya yakni 115
hari. Kemudian Jasindo memilik peran dan tanggung jawab
dalam kerjasama ini yakni membantu petani melalui program
asuransi usaha tani (AUTP) dengan simbolis pengambilan klaim
sehingga sewaktu-waktu terkena terkena bencana semisal banjir,
kekeringan dan hama mendapat jaminan modal untuk usaha
menanam kembali.
67
b. Transformasi Pengetahuan dan Keterampilan
Yaitubahwa, Dinas Pertanian melakukan dengan cara yaitu
pemberian pengetahuan dilakukan dengan pemaparan presentasi
slide, pratik dan penyuluhan disaat yang bersamaan, adapun
pengetahuan yang diberikan bagaimana mengatasi hama seperti
cara mengatasi hama wereng, keong mas, penyakit-penyakit
pada padi serta agrobisnis.
Adapun keterampilan yang yang dilakukan Dinas Pertanian
dalam kerjasama ini yaitu memberdayakan Kelompok Tani
dengan mengolah dan memanfaatkan lahan pekarangan agar
penghasilannya bertambah, dan memfasilitasi Kelompok Tani
membuat RDKK (Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok)
yaitu membuat kebutuhn pupuk untuk setiap tahunnya.
c. peningkatan kemampuan intelektual
Yaitu bahwa dalam bentuk peningkatan kemampuan intelektual,
Kelompok tani, telah mengetahui dan sadar bagaimana umur
yang tepat penanaman bibit padi dan jenis bahan semport hama
yang digunakan tanpa merusak tanaman padi. Serta terampil
dalam mengolah lahan pekarangan rumahnya sendiri agar dapat
mengurangi pengeluaran ekonomi.
2. Faktor pendukung dalam Pemberdayaan Kelompok Tani Padi di
Kecamatan Tanete Rilau Kab. Barru adalah peyuluhan yang tinggi,
sarana dan prasarana, juga sumber daya alam. Faktor penghambat
68
dalam Pemberdayaan Kelompok Tani Padi di Kecamatan Tanete Rilau
Kabupaten Barruyaitu cuaca, hama, penyakit padi, dan SDM yang
masih kurang merata.
69
B. Saran
Dengan memperhatikan kesimpulan diatas dan menganalisis hasil
pembahasan pada bab sebelumnya maka penulis mereka perlu memberikan
masukan sebagai berikut :
1. Perlu dipertahankan dan dikembangkan program ini demi
meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan Kelompok Tani
khususnya di Kecamatan Tanete Rilau Kab. Barru
2. Perlu ada kesadaran sikap yang tinggi dan partisipasi Kelompok Tani
dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam demi
meningkatkan kesejahteraannya salah satunya turut andil dalam
Pelaksanaan Penyuluh Dinas Pertanian Kecamatan Tanete Rilau
dengan PT Jasindo.
70
DAFTAR PUSTAKA
Ameli, Patrizia and D. Christoper Kayes, 2011. Triple Loop in a Cross sector
Partner: the DC Central Kitchen Partnership. Washington. Vol.18, No.3.
Ashari, 2009. Peran Perbankan Nasional Dalam Pembiayaan Sektor Pertanian di
Indonesia. Forum Penelitian Agro Ekonomi. Vol.27, No. 1.
Anwas, Oos M, 2013. Pemberdayaan Masyaraka di Era Global. Bandung:
Alfabeta.
Anita, Fauziah, 2009. Pemberdayaa Masyarakat. Malang: Direktorat Pendidikan
tinggi Islam Depak RI hal. 17
Aziz, Muslim, 2012. Dasar-Dasar Pengembangan Masyarakat. Yogyakarta:
Samudra Biru.
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian, 2010. Modal Pendidikan
dan Pelatihan Fungsional Penyuluh Pertanian. Jakarta: Departemen
Pertanian.
Edi, Soerharto, 2005. Membangun Masyarakat dan Memberdayakan Rakyat.
Jakarta: PT. Refika Aditama
Hermanto, Swastika, 2011. Pusat Sosial Eknomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor.
Penguatan Kelompok Tani: Langkah Awal Peningkatan Kesejahteraan
Petani.Vol.8, No.3.
Hermanto, 2007. Rancangan Kelembangaan Tani Dalam Implementasi Prima
Tani di Sumatra Selatan. Bogor. Analisis Kebijakan Pertanian: Pusat
Analisis Sosek dan Kebijakan Pertanian. Vol.5, No. 2.
Isbandi, Rukminto, Adi, 2008. Intervensi Komunitas Pengembangan Masyarakat
Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: PT. Grafindo Persada.
Jonny, Purba, 2002. Pengelolaan Lingkungan Sosial. Yayasan Obor Indonesia.
Kementrian Pertanian, 2010. Rencana Strategis Kementrian Pertanian tahun
2010-2014. Jakarta: Kementrian Pertanian.
Kusnadi, H. (2003). Masalah, Kerjasama, Konflik, dan Kinerja. Malang: Taroda.
Lewis, Thomas & Elaine, B, Johnson, 2014. Contextual Teaching Learning.
Jakarta: Kaifa
71
Jafar, muhammad, Hafsah, 2000. Kemitraan Usaha, Konsepsi dan Strategi.
Jakarta: Sinar Harapan.
Mu‟arifudin, 2011. Pemberdayaan Petani Anggrek Melalui Pengembangan
Usaha Agrobisnis Pedesaan di Kelompok Tani Anggrek Jrobang Indah
Kelurahan Ngresep Kecamatan Banyumanik di Kota Semarang. Semarang:
Tidak di Terbitkan.
Mardikanto, Totok dan Poerwoko Soebiato, 2013. Pemberdayaan Masyarakat
Dalam Presektif Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka
Cipta.
Nainggolan, Kaman, Mukti,I, Erdiman. 2014. Teknologi Melipatgandakan
Produksi Padi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Pertanian, D. & Petani, P.P.K. 2007. Pedoman Pertumbuhan dan Pengembangan
Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani. Jakarta: Deptan.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 82 Tahun 2013 Tentang Pedoman Pembinaan
Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani. BPK5K Kabupaten Bogor.
Purwanto, Syukur, M. Santoso, P. 2007. Penguatan Kelembagaan Kelompok Tani
Dalam Mendukung Pembangunan Pertanian di Jawa Timur,
BuletinTeknologi dan Informasi Pertanian Jawa Timur. Vol.9, No.41.
Roestiyah, 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Ristinura, Indrika, 2013. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Kelompok
Usaha Bersama (KUBE) Tanjung dalam Meningkatkan Kualitas Hidup
(Studi di Desa Wonokerso Tembarak Temanggung) Yogyakarta: Skripsi
Tidak di Terbitkan
Samani, Haryanto, 2012. Pendidikan Karakter. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Suharto, Edi, 2010. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung:
Refika Aditama.
Undang-undang No.19 Tahun 2013 tentang perlindungan dan pemberdayaan
petani
Undang-undang No.19 Tahun 2013 tentang perlindungan dan pemberdayaan
petani pasal 7ayat 2
72
Undang-undang Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No. 40 Tahun 2015
tentang Fasilitasi Asuransi Pertanian.
Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi Yogyakarta
Widayanti, S, 2012. Pemberdayaan Masyarakat: Pendekatan Teoritis. Jurnal
Welfare Hal. 87-102.
Yusuf, Wibisono, 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR. Gresik: Fascho
Publishing.
Yanto Ari (2005). Kesiapan Kerja Siswa Program Keahlian Listrik (Studi Kasus
di SMK N 2 Pengasih dan SMK Ma’arif 1 Tahun Ajaran
2004/2005).Yogyakarta: Wates Kulon Progo
Zubaedi, 2007.Wacana Pembangunan Alternatif: Ragam Prespektif
Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Ar Ruzz Media.
73
LAMPIRAN
74
AE Agri Jasindo Cabang Pare-Pare
75
Dinas Penyuluh Pertanian kab.Barru
76
77
Wawancara Anggota Kelompok Tani Kec.Tanete Rilau Kab.Barru
78
RIWAYAT HIDUP
Arfandy Prasetyo S. Dilahirkan di Barru Kabupaten Barru
pada tanggal 21 Maret 1998, dari pasangan Ayahanda Sarrif
S.Sos dan Ibu Dra. Rostiah. Penulis masuk sekolah dasar pada
tahun 2003 di SD Inpres Barru 1 dan tamat tahun 2009, tamat
di SMP Negeri 1 Barru tahun 2012, dan tamat SMA Negeri 1 Barru tahun 2015.
Pada tahun yang sama (2015), Penulis melanjutkan Pendidikan pada Program
Strata Satu (S1) Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
Dan pada tahun 2020, Penuis menyelesaikan Skripsi dengan menyusun
Karya Ilmiah yang berjudul “Pemberdayaan Kelompok Tani Padi di Kecamatan
Tanete Rilau Kabupaten Barru”.