35
STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN TATA RIAS PENGANTIN JENJANG II Berbasis Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia Indonesian Qualification Framework DIREKTORAT PEMBINAAN KURSUS DAN PELATIHAN

SKL Video Editing berbasis KKNI bab 1-6 - LSK Tata Rias ... SOLO... · Web viewTitle SKL Video Editing berbasis KKNI bab 1-6 Subject Bandung 25-27 nop 2012 Author Konsr Broadc: Darso

  • Upload
    others

  • View
    17

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

SKL Video Editing berbasis KKNI bab 1-6

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL)

KURSUS DAN PELATIHAN

TATA RIAS PENGANTIN

JENJANG II

Berbasis

Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia

Indonesian Qualification Framework

DIREKTORAT PEMBINAAN KURSUS DAN PELATIHAN

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

2019

DAFTAR ISI

iDAFTAR ISI

1I.PENDAHULUAN

1A.Latar Belakang

3B.Tujuan Penyusunan SKL

4C.Uraian Program

4D.Pengertian

7II.STANDAR KOMPETENSI LULUSAN BERBASIS KKNI

7A.Profil Lulusan

7B.Jabatan Kerja

7C.Capaian Pembelajaran

8D.Standar Kompetensi Lulusan

27E.Rekognisi Pembelajaran Lampau

29III.PENUTUP

I. PENDAHULUANA. Latar Belakang

Indonesia memiliki berbagai keunggulan untuk mampu berkembang menjadi negara maju. Keanekaragaman sumberdaya alam, flora dan fauna, kultur, penduduk serta letak geografis yang unik merupakan modal dasar yang kuat untuk melakukan pengembangan di berbagai sektor kehidupan yang pada saatnya dapat menciptakan daya saing yang unggul di dunia internasional. Dalam berbagai hal, kemampuan bersaing dalam sektor sumber daya manusia tidak hanya membutuhkan keunggulan dalam hal mutu akan tetapi juga memerlukan upaya-upaya pengenalan, pengakuan, serta penyetaraan kualifikasi pada bidang-bidang keilmuan dan keahlian yang relevan baik secara bilateral, regional maupun internasional.

Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) secara khusus dikembangkan untuk menjadi suatu rujukan nasional bagi upaya-upaya meningkatkan mutu dan daya saing bangsa Indonesia di sektor sumberdaya manusia. Pencapaian setiap tingkat kualifikasi sumber daya manusia Indonesia berhubungan langsung dengan tingkat capaian pembelajaran baik yang dihasilkan melalui sistem pendidikan maupun sistem pelatihan kerja yang dikembangkan dan diberlakukan secara nasional. Oleh karena itu upaya peningkatan mutu dan daya saing bangsa akan sekaligus pula memperkuat jati diri bangsa Indonesia.

Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) merupakan salah satu langkah untuk mewujudkan mutu dan jati diri bangsa Indonesia dalam sektor sumber daya manusia yang dikaitkan dengan program pengembangan sistem pendidikan dan pelatihan secara nasional. Setiap tingkat kualifikasi yang dicakup dalam KKNI memiliki makna dan kesetaraan dengan capaian pembelajaran yang dimiliki setiap insan pekerja Indonesia dalam menciptakan hasil karya dan kontribusi yang bermutu dibidang kerjaannya masing-masing.

Kebutuhan Indonesia untuk segera memiliki KKNI sudah sangat mendesak mengingat tantangan dan persaingan global pasar tenaga kerja nasional maupun internasional yang semakin terbuka. Pergerakan tenaga kerja dari dan ke Indonesia tidak lagi dapat dibendung dengan peraturan atau regulasi yang bersifat protektif. Ratifikasi yang telah dilakukan Indonesia untuk berbagai konvensi regional maupun internasional, secara nyata menempatkan Indonesia sebagai sebuah negara yang semakin terbuka dan mudah tersusupi oleh kekuatan asing melalui berbagai sektor termasuk sektor perekonomian, pendidikan, sektor ketenagakerjaan dan lain-lain. Oleh karena itu, persaingan global tidak lagi terjadi pada ranah internasional akan tetapi sudah nyata berada pada ranah nasional.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi tantangan globalisasi pada sektor ketenagakerjaan adalah meningkatkan ketahanan sistem pendidikan dan pelatihan secara nasional dengan berbagai cara antara lain sebagai berikut :

1. Meningkatkan mutu pendidikan dan pelatihan,

2. Mengembangkan sistem kesetaraan kualifikasi antara capaian pembelajaran yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan, pengalaman kerja maupun pengalaman mandiri dengan kriteria kompetensi yang dipersyaratkan oleh suatu jenis bidang dan tingkat pekerjaan,

3. Meningkatkan kerjasama dan pengakuan timbal balik yang saling menguntungkan antara institusi penghasil dengan pengguna tenaga kerja,

4. Meningkatkan pengakuan dan kesetaraan kualifikasi ketenagakerjaan Indonesia dengan negara-negara lain di dunia baik terhadap capaian pembelajaran yang ditetapkan oleh institusi pendidikan dan pelatihan maupun terhadap kriteria kompetensi yang dipersyaratkan untuk suatu bidang dan tingkat pekerjaan tertentu.

Secara mendasar langkah-langkah pengembangan tersebut mencakup permasalahan yang bersifat multi aspek dan keberhasilannya sangat tergantung dari sinergi dan peran proaktif dari berbagai pihak yang terkait dengan peningkatan mutu sumber daya manusia nasional termasuk Kemendibud, Kemennakertrans, asosiasi profesi, asosiasi industri, institusi pendidikan dan pelatihan serta masyarakat luas.

Secara umum, kondisi awal yang dibutuhkan untuk dapat melaksanakan suatu program penyetaraan kualifikasi ketenagakerjaan tersebut nampak belum cukup kondusif dalam beberapa hal seperti misalnya belum meratanya kesadaran mutu dikalangan institusi penghasil tenaga kerja, belum tumbuhnya kesadaran tentang pentingnya kesetaraan kualifikasi antara capaian pembelajaran (learning ourcomes) yang dihasilkan oleh penghasil tenaga kerja dengan deskripsi keilmuan, keahlian dan keterampilan yang dibutuhkan di bidang kerja atau profesi termasuk terbatasnya pemahaman mengenai dinamika tantangan sektor tenaga kerja di tingkat dunia. Oleh karena itu upaya-upaya untuk mencapai keselarasan mutu dan penjenjangan kualifikasi antara lulusan dari institusi pendidikan formal dan non formal atas dengan deskripsi kompetensi kerja yang diharapkan oleh pengguna lulusan perlu diwujudkan dengan segera.

Di jalur pendidikan non formal, pada tahun 2012 tercatat sekitar 17.000 lembaga kursus yang menyelenggarakan pendidikan dalam bentuk beragam jenis kursus (sumber: nilek.online) di bawah pembinaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Maka, salah satu infrastruktur yang penting dalam mencapai keselarasan mutu dan penjenjangan kualifikasi antara lulusan dari institusi penyelenggara kursus dengan deskripsi kompetensi kerja yang diharapkan oleh pengguna lulusan adalah dokumen Standar Kompetensi Lulusan disingkat SKL, sebagaimana dinyatakan pada PP No.32 tahun 2013 tentang Perubahan PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Permendiknas No. 47 tahun 2010 tentang SKL Kursus.

Terkait dengan kepentingan yang strategis dan telah kuat aspek hukumnya, SKL disusun sebagai pelaksanaan amanah PP No. 32 tahun 2013 tentang Perubahan tentang Standar Nasional Pendidikan dalam dan Permendiknas No. 47 tahun 2010 tentang SKL Kursus. Pada tahun 2009, dokumen SKL untuk 16 bidang telah selesai disusun dan ditetapkan oleh Mendiknas tahun 2010. Selanjutnya SKL 10 bidang kursus telah berhasil disusun tahun 2010 dan ditetapkan tahun 2011. Dengan terbitnya Peraturan Presiden No. 8 tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia, maka SKL yang telah disusun tersebut perlu dikaji keselarasannya dengan kualifikasi pada KKNI. Revisi SKL ini juga sekaligus dimaksudkan untuk mengakomodasi perubahan kebutuhan kompetensi kerja dari pengguna lulusan di dunia kerja dan dunia industri.

Berdasarkan survei penduduk antar sensus (Supas) 2015 Jumlah penduduk Indonesia pada 2019 diproyeksikan mencapai 266,91 juta jiwa. Menurut jenis kelamin, jumlah tersebut terdiri atas 134 juta jiwa laki-laki dan 132,89 juta jiwa perempuan. Indonesia saat ini sedang menikmati masa bonus demografi di mana jumlah penduduk usia produktif lebih banyak dari usia tidak produktif, yakni lebih dari 68% dari total populasi. Oleh karena itu memicu terjadinya peningkatan taraf hidup penduduk Indonesia.

Indonesia yang terdiri dari berbagai macam adat istiadat setempat. Penduduk Indonesia sekarang berusaha untuk melakukan yang terbaik dalam menyelenggarakan pesta pernikahan yang dihidupkan dengan suasana adat setempat. Karena rias pengantin disetiap daerah memiliki keunikan tersendiri dan mesti dilestarikan. HARPI Melati sebagai organisasi perias seluruh Indonesia melakukan pembakuan jenis-jenis pengantin tradisional bekerja sama dengan pemangku adat di tiap-tiap daerah. Pembakuan itu telah menghasilkan 127 jenis rias pengantin tradisional.

B. Tujuan Penyusunan SKL

SKL disusun untuk digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik pada lembaga kursus dan pelatihan serta bagi yang belajar mandiri dan sebagai acuan dalam menyusun, merevisi, atau memutakhirkan kurikulum, baik pada aspek perencanaan maupun implementasinya.

C. Uraian Program

1. NAMA PROGRAM

Kursus dan Pelatihan Tata Rias Pengantin Tradisional Level III KKNI

2. Tujuan : tujuan diadakan kursus TRP

a. Melestarikan adat budaya rias pengantin tradisional Indonesia

b. Meningkatkan jumlah perias pengantin tradisional Indonesia yang tersertifikasi

3. MANFAAT

a. Peserta Didik atau Lulusan dapat berwira usaha mandiri

b. Lembaga Penyelenggara Kursus dan Pelatihan memberikan peluang kepada SDM dalam mencerdaskan & mengurangi pengangguran

c. DUDI : memberikan peluang/pekerjaan kepada lulusan LKP

4. KUALIFIKASI PESERTA

Yang bisa mengikuti kursus dan pelatihan minimal 17 tahun dan memiliki ijazah SMP sederajat.

5. UJI KOMPETENSI

Uji Kompetensi perlu diikuti peserta didik untuk mendapat pengakuan secara nasional dan internasional di bidang Tata Rias Pengantin Tradisional level III. Uji Kompetensi diadakan oleh Lembaga Sertifikasi Kompetensi Tata Rias Pengantin dan dilaksanakan di Tempat Uji Kompetensi Tata Rias Pengantin.

Peserta didik yang dinilai kompeten akan diberikan sertifikat kompetensi dimana blanko sertifikat dikeluarkan oleh Kemendikbud dan diisi oleh LSK Tata Rias Pengantin.

D. Pengertian

(SKL) Adalah kemampuan yang diperoleh melalui internalisasi pengetahuan, sikap, keterampilan, kompetensi, dan akumulasi pengalaman kerja.

1. Profil lulusan adalah gambaran peran yang dapat dilakukan oleh lulusan dengan keterampilan dan jenjang tertentu sesuai kualifikasi KKNI;

2. Jabatan kerja adalah gambaran jabatan kerja yang dapat diraih oleh lulusan pada bidang keterampilan dan jenjang tertentu sesuai kualifikasi KKNI;

3. Capaian pembelajaran adalah kemampuan yang diperoleh melalui pembelajaran dan internalisasi pengetahuan, sikap, keterampilan, kompetensi, dan akumulasi pengalaman kerja;

4. Deskripsi umum KKNI adalah deskripsi menyatakan kemampuan, karakter, kepribadian, sikap dalam berkarya, etika, moral dari setiap manusia Indonesia pada setiap jenjang kualifikasi sebagaimana dinyatakan pada Lampiran Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012;

5. Deskripsi kualifikasi KKNI adalah deskripsi yang menyatakan ilmu pengetahuan, pengetahuan praktis, pengetahuan, afeksi dan kompetensi yang dicapai seseorang sesuai dengan jenjang kualifikasi I sampai IX sebagaimana dinyatakan pada Lampiran Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012;

6. Deskripsi capaian pembelajaran adalah deskripsi capaian minimum dari setiap program kursus tertentu yang mencakup deskripsi umum dan selaras dengan Deskripsi Kualifikasi KKNI;

7. Sikap dan tata nilai adalah kecenderungan psikologis, sebagai hasil dari penghayatan seseorang terhadap nilai dan norma, kehidupan yang tumbuh dari proses pendidikan, pengalaman kerja, serta lingkungan keluarga dan masyarakat;

8. Pengetahuan adalah penguasaan dan pemahaman tentang konsep, fakta, informasi, teori, dan metodologi pada bidang keilmuan, keahlian dan pekerjaan tertentu oleh seseorang;

9. Keterampilan adalah kemampuan psikomotorik dan kemampuan menggunakan metode, bahan, dan instrumen, yang diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan pengalaman kerja;

10. Kompetensi adalah akumulasi kemampuan seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan secara mandiri, bertanggung jawab dan terukur melalui suatu asesmen yang baik;

11. Hak dan tanggung jawab adalah konsekuensi dari dikuasainya pengetahuan dan kemampuan kerja dalam melaksanakan kewajiban kerja secara sadar akan hasil dan resikonya dan oleh karenanya mendapatkan hak sesuai dengan kualifikasinya;

12. Standar Kompetensi Lulusan Jenjang III KKNI adalah kemampuan minimum yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja dalam menyelesaikan suatu pekerjaan sesuai dengan unjuk kerja yang dipersyaratkan dan diturunkan dari capaian pembelajaran khusus pada jenjang II KKNI yang sesuai;

13. Elemen kompetensi adalah bagian yang menyusun satu kompetensi secara utuh dalam bentuk uraian pengetahuan, kemampuan kerja, tanggung jawab dan hak, maupun sikap berperilaku;

14. Indikator kelulusan adalah unsur yang menjadi tolok ukur keberhasilan yang menyatakan seseorang kompeten atau tidak.

15. Pakem Pengantin adalah ketentuan baku rias pengantin tradisional yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah yang menangani bidang kebudayaan.

16. TRP Paes adalah TRP yang memakai rias pada dahi.

17. TRP non paes TRP yang tidak memakai riasan pada dahi.

II. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN BERBASIS KKNIA. Profil Lulusan

Lulusan Tata Rias Pengantin Tradisional Level III KKNI mampu merias pengantin pria dan wanita dengan penguasaan konsep umum, pengetahuan dan keterampilan merias pengantin tradisional sesuai dengan adat tradisional yang dipilih.

B. Jabatan Kerja

Jabatan kerja yang dapat ditempati dan dilakukan oleh lulusan kursus dan pelatihan Tata Rias Pengantin Tradisional ini adalah sebagai perias pengantin tradisional setara dengan Level III dalam Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI).

C. Capaian Pembelajaran

CAPAIAN PEMBELAJARAN

BIDANG TATA RIAS PENGANTIN TRADISIONAL

SESUAI KKNI LEVEL III

Sikap dan Tata Nilai

Membangun dan membentuk karakter dan kepribadian manusia Indonesia yang:

1. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

2. Memiliki moral, etika dan kepribadian yang baik di dalam menyelesaikan tugasnya;

3. Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air serta mendukung perdamaian dunia;

4. Mampu bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial dan kepedulian yang tinggi terhadap masyarakat dan lingkungannya;

5. Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, kepercayaan, dan agama serta pendapat/temuan original orang lain;

6. Menjunjung tinggi penegakan hukum serta memiliki semangat untuk mendahulukan kepentingan bangsa serta masyarakat luas.

Kemampuan kerja

Mampu melaksanakan riasan pengantin tradisional dengan menggunakan alat, bahan dan perlengkapan yang menghasilkan riasan pengantin pria dan wanita sesuai adat istiadat pengantin yang dipilih, meliputi :

1. Membuat perlengkapan riasan pengantin,

2. Memakaikan busana pengantin pria dan wanita beserta aksesori,

3. Merias wajah pengantin pria dan wanita

4. Membuat sanggul pengantin wanita beserta aksesori.

5. Menetapkan biaya rias pengantin

Pengetahuan yang dikuasai

Menguasai konsep umum, pengetahuan dan keterampilan merias pengantin tradisional sesuai adat yang dipilih, meliputi :

1. Membuat perlengkapan riasan pengantin

2. Merias wajah pengantin pria dan wanita

3. Memakaikan busana pengantin pria dan wanita

4. Membuat sanggul pengantin wanita

5. Teknik komunikasi efektif terhadap pelanggan dan rekan kerja

6. Keamanan dan keselamatan lingkungan kerja

7. Menyusun perencanaan biaya rias pengantin

Hak dan tanggung jawab pada bidang kerjanya

Mampu bekerja sama dan melakukan komunikasi dalam lingkup merias pengantin tradisional serta bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas kuantitas dan mutu hasil kerja orang lain.

1. Hak : Dapat menentukan RAB sesuai TRP yang dikerjakan

2. Tanggung jawab : Dapat menyelesaikan pekerjaan sendiri maupun pekerjaan yang diberikan oleh orang lain dengan hasil yang berkualitas

D. Standar Kompetensi Lulusan

NO

UNIT KOMPETENSI

ELEMEN KOMPETENSI

INDIKATOR KELULUSAN

SIKAP DAN TATA NILAI

1

Mengaktualisa-sikan karakter dan kepribadian peserta didik

1.1 Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

1.1.1 Menunjukkan sikap menghargai agama dan kepercayaan orang lain

1.2 Memiliki moral, etika hidup berkelanjutan dan kepribadian yang baik di dalam menyelesaikan tugasnya

1.2.1 Menunjukkan sikap sopan dan bertutur kata yang santun ketika berada di kelas dan ketika berinteraksi dengan orang lain dalam menyelesaikan tugasnya

1.3 Berperan sebagai waga negara yang bangga dan cinta tanah air serta mendukung perdamaian dunia

1.3.1 Menunjukkan sikap menghargai adat istiadat dan budaya sendiri dan orang lain

1.3.2 Menjaga perdamaian dengan tidak memicu konflik

1.4 Mampu bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial da kepedulian yang tinggi terhadap masyarakat dan lingkungan hidupnya

1.4.1 Menunjukkan sikap mau bekerja sama

1.4.2 Menunjukkan sikap memiliki kepekaan sosial dan kepedulian yang tinggi terhadap masyarakat dan lingkungan hidupnya

1.5 Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, kepercayaan, dan agama serta pendapat/ temuan original orang lain

1.5.1 Menunjukkan sikap menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, kepercayaan, dan agama serta pendapat/ temuan original orang lain

1.6 Menjunjung tinggi penegakan hukum serta memiliki semangat untuk mendahulukan kepentingan bangsa serta masyarakat luas

1.6.1 Memahami hukum dan peraturan lainnya yang relevan

1.6.2 Menunjukkan sikap menjunjung tinggi penegakan hukum serta memiliki semangat untuk mendahulukan kepentingan umum

1.7 Memberikan pelayanan prima diukur dari tingkat kepuasan pemberi tugas

1.7.1 Menyerahkan tugas secara sesempurna mungkin diukur dari tingkat kepuasan pemberi tugas.

KEMAMPUAN DIBIDANG KERJA

2.

Membuat perlengkapan riasan pengantin

2.1. Menyiapkan alat dan bahan perlengkapan riasan pengantin sesuai adat yang dipilih

2.1.1. Ketepatan memilih alat untuk membuat perlengkapan riasan pengantin sesuai adat yang dipilih

2.1.2. Ketepatan memilih bahan untuk membuat perlengkapan riasan pengantin sesuai adat yang dipilih

2.1.3. Kelengkapan memilih alat untuk membuat perlengkapan riasan pengantin sesuai adat yang dipilih

2.1.4. Kelengkapan memilih bahan untuk membuat perlengkapan riasan pengantin sesuai adat yang dipilih

2.2. Menata alat dan bahan perlengkapan riasan pengantin sesuai adat yang dipilih

2.2.1. Ketepatan menata alat perlengkapan riasan pengantin sesuai adat yang dipilih

2.2.2. Ketepatan menata bahan perlengkapan riasan pengantin sesuai adat yang dipilih

2.3. Membuat perlengkapan riasan pengantin sesuai adat yang dipilih

2.3.1. Ketepatan membuat jenis perlengkapan riasan pengantin sesuai adat yang dipilih

2.3.2. Ketepatan membuat bentuk perlengkapan riasan pengantin sesuai adat yang dipilih

2.3.3. Ketepatan urutan membuat perlengkapan riasan pengantin sesuai pakem adat yang telah dibakukan

2.3.4. Ketepatan cara membuat perlengkapan riasan pengantin sesuai metode yang diajarkan

2.3.5. Ketepatan hasil perlengkapan riasan pengantin sesuai pakem

2.4. Menata hasil perlengkapan riasan pengantin sesuai adat yang dipilih

2.4.1. Ketepatan memilih wadah untuk menata hasil perlengkapan riasan pengantin sesuai jenis perlengkapan

2.4.2. Ketepatan menata hasil perlengkapan riasan pengantin di dalam wadah sesuai adat yang dipilih

2.4.3. Kerapian menata hasil perlengkapan riasan pengantin sesuai adat yang dipilih

3.

Memakaikan busana pengantin wanita beserta aksesori

3.1. Menyiapkan busana dan aksesori pengantin wanita sesuai adat yang dipilih

3.1.1. Ketepatan memilih busana pengantin wanita sesuai adat yang dipilih

3.1.2. Ketepatan memilih aksesori pengantin wanita sesuai adat yang dipilih

3.1.3. Ketepatan menyiapkan jenis busana pengantin wanita sesuai bentuk tubuh

3.2. Menata busana dan aksesori pengantin wanita sesuai adat yang dipilih

3.2.1. Ketepatan menata busana pengantin wanita sesuai adat yang dipilih

3.2.2. Ketepatan menata aksesori pengantin wanita sesuai adat yang dipilih

3.2.3. Ketepatan menata jenis busana pengantin wanita sesuai adat yang dipilih

3.3. Memakaikan busana pengantin wanita sesuai adat yang dipilih

3.3.1. Ketepatan memakaian busana pengantin wanita sesuai adat yang dipilih

3.3.2. Ketepatan memakaian asesoris sesuai adat yang dipilih

3.4. Menyiapkan busana dan aksesori pengantin pria sesuai adat yang dipilih

3.4.1. Ketepatan memilih busana pengantin pria sesuai adat yang dipilih

3.4.2. Ketepatan memilih aksesori pengantin pria sesuai adat yang dipilih

3.4.3. Ketepatan menyiapkan jenis busana pengantin pria sesuai bentuk tubuh

4.

Merias wajah pengantin wanita

3.1. Mempersiapkan wajah pengantin wanita sesuai adat yang dipilih

3.1.1. Ketepatan dalam mengidentifikasi wajah pengantin wanita sesuai bentuk wajah

3.1.2. Ketepatan dalam mendiagnosa wajah pengantin wanita sesuai jenis kulit

3.2. Menyiapkan alat dan bahan rias wajah pengantin wanita sesuai adat yang dipilih

3.2.1. Ketepatan memilih alat rias wajah pengantin wanita sesuai adat yang dipilih

3.2.2. Ketepatan memilih bahan rias wajah pengantin wanita sesuai jenis kulit

3.3. Menata alat dan bahan rias wajah pengantin wanita sesuai adat yang dipilih

3.3.1. Ketepatan menata alat rias wajah pengantin wanita sesuai adat yang dipilih

3.3.2. Ketepatan menata bahan rias wajah pengantin wanita sesuai adat yang dipilih

3.4. Melakukan rias wajah calon pengantin wanita sesuai adat yang dipilih

3.4.1. Ketepatan dalam membersihkan wajah pengantin wanita sesuai jenis kulit

3.4.2. Ketepatan mengaplikasikan penyegar sesuai jenis kulit

3.4.3. Ketepatan mengaplikasikan pelembab sesuai jenis kulit

3.4.4. Ketepatan mengaplikasikan alas bedak sesuai adat yang dipilih

3.4.5. Ketepatan mengaplikasikan bedak tabur sesuai adat yang dipilih

3.4.6. Ketepatan mengaplikasikan bedak padat sesuai adat yang dipilih

3.4.7. Ketepatan membuat alis pengantin wanita sesuai bentuk wajah

3.4.8. Ketepatan memasang selotip mata (scoth tape) sesuai bentuk kelopak mata

3.4.9. Ketepatan mengaplikasikan dasar perona mata sesuai adat yang dipilih

3.4.10. Ketepatan membaur perona mata sesuai bentuk mata

3.4.11. Ketepatan memasang bulu mata palsu sesuai bentuk mata

3.4.12. Ketepatan mengaplikasikan penebal bulu mata (mascara) sesuai jenis mata

3.4.13. Ketepatan menyempurnakan riasan mata pengantin wanita sesuai bentuk mata

3.4.14. Ketepatan mengaplikasikan pemerah pipi sesuai bentuk wajah

3.4.15. Ketepatan membentuk garis bibir (cupido) sesuai bentuk bibir

3.4.16. Ketepatan mengaplikasikan pemerah bibir (cupido) sesuai bentuk bibir

3.4.17. Ketepatan membuat ciri khas rias wajah pengantin wanita sesuai adat yang dipilih

3.4.18. Ketepatan dalam membagi/mengukur cengkorongan

3.4.19. Ketepatan dalam membuat cengkorongan

3.4.20. Ketepatan dalam membuat ganjalan

3.4.21. Ketepatan dalam membuat penitis

3.4.22. Ketepatan dalam membuat godeg

3.4.23. Ketepatan dalam mengisi cengkorongan dengan pidih

3.4.24. Ketepatan memberikan sentuhan akhir rias wajah pengantin wanita sesuai adat yang dipilih

3.5. Merapikan alat dan bahan rias wajah pengantin wanita sesuai adat yang diplih

3.5.1. Ketepatan merapikan kembali alat rias wajah pengantin wanita sesuai tempatnya

3.5.2. Ketepatan merapikan kembali bahan rias wajah pengantin wanita sesuai tempatnya

3.5.3. Ketepatan mengemas kembali alat rias wajah pengantin wanita sesuai wadah

3.5.4. Ketepatan mengemas kembali bahan rias wajah pengantin wanita sesuai wadah

5.

Membuat sanggul pengantin wanita beserta aksesori

5.1. Menyiapkan alat, bahan dan aksesori untuk membuat sanggul sesuai adat yang dipilih

5.1.1. Ketepatan memilih alat membuat sanggul sesuai adat yang dipilih

5.1.2. Ketepatan memilih bahan membuat sanggul sesuai adat yang dipilih

5.1.3. Ketepatan memilih aksesori membuat sanggul sesuai adat yang dipilih

5.1.4. Kelengkapan menyiapkan alat membuat sanggul sesuai adat yang dipilih

5.1.5. Kelengkapan menyiapkan bahan membuat sanggul sesuai adat yang dipilih

5.1.6. Kelengkapan menyiapkan aksesori membuat sanggul sesuai adat yang dipilih

5.2. Menata alat, bahan dan aksesori untuk membuat sanggul sesuai adat yang dipilih

5.2.1. Ketepatan menata alat membuat sanggul sesuai adat yang dipilih

5.2.2. Ketepatan menata bahan membuat sanggul sesuai adat yang dipilih

5.2.3. Ketepatan menata aksesori membuat sanggul sesuai adat yang dipilih

5.3. Membuat sanggul pengantin wanita

5.3.1. Ketepatan menyisir sesuai kondisi rambut

5.3.2. Ketepatan membagi rambut sesuai model sanggul

5.3.3. Ketepatan menentukan ciri khas sanggul pengantin wanita sesuai adat yang dipilih

5.3.4. Ketepatan membuat ciri khas sanggul pengantin wanita sesuai adat yang dipilih

5.3.5. Ketepatan menyasak bagian rambut sesuai adat yang dipilih

5.3.6. Ketepatan membentuk sanggul sesuai adat yang dipilih

5.3.7. Ketepatan melakukan sentuhan akhir sesuai adat yang dipilih

5.4. Menata bunga/ roncean dan aksesori sanggul pengantin wanita sesuai adat dipilih

5.4.1. Ketepatan menata bunga segar/ roncean sesuai adat yang dipilih

5.4.2. Kerapian menata bunga segar/ roncean sesuai adat yang dipilih

5.4.3. Ketepatan menata aksesori sanggul sesuai adat yang dipilih

5.4.4. Kerapian memasang aksesori sanggul sesuai adat yang dipilih

5.4.5. Keserasian memasang aksesori sanggul sesuai adat yang dipilih

5.5. Mengemas alat, bahan dan aksesori sanggul pengantin wanita sesuai adat yang dipilih

5.5.1. Ketepatan mengemas alat membuat sanggul pengantin wanita sesuai wadah yang disiapkan

5.5.2. Ketepatan mengemas bahan membuat sanggul pengantin wanita sesuai wadah yang disiapkan

5.5.3. Ketepatan mengemas aksesoris sanggul pengantin wanita sesuai wadah yang disiapkan

6.

Menetapkan biaya rias pengantin

3.6. Menentukan macam-macam kebutuhan pengantin sesuai adat yang dipilih

3.6.1. Ketepatan mengidentifikasi kebutuhan pengantin sesuai adat yang dipilih

3.6.2. Ketepatan menentukan kebutuhan pengantin sesuai adat yang dipilih

3.6.3. Ketepatan menetapkan kebutuhan pengantin sesuai adat yang dipilih

3.7. Menghitung biaya merias sesuai adat yang dipilih

3.7.1. Ketepatan merinci biaya merias sesuai adat yang dipilih

3.7.2. Ketepatan menghitung biaya merias sesuai adat yang dipilih

3.8. Menentukan biaya setiap pekerjaan sesuai adat yang dipilih

3.8.1. Ketepatan menentukan biaya sesuai adat yang dipilih

3.8.2. Ketepatan menetapkan pekerjaan sesuai kebutuhan

PENGETAHUAN YANG DIKUASAI

7.

Membuat perlengkapan riasan pengantin

7.1. Konsep umum ciri khas perlengkapan riasan pengantin sesuai adat yang dipilih

7.1.1. Ketepatan menyebutkan ciri khas perlengkapan rias pengantin sesuai adat yang dipilih Ketepatan menjelaskan jenis perlengkapan riasan pengantin pria dan wanita sesuai adat yang dipilih

7.2. Pengetahuan perlengkapan riasan pengantin sesuai adat yang dipilih

7.2.1. Ketepatan mengidentifikasi jenis perlengkapan riasan pengantin sesuai adat yang dipilih

7.2.2. Ketepatan menyebutkan bentuk perlengkapan riasan pengantin sesuai adat yang dipilih

7.2.3. Ketepatan menjelaskan ukuran perlengkapan riasan pengantin sesuai adat yang dipilih

7.3. Prosedur membuat perlengkapan riasan pengantin sesuai adat yang dipilih

7.3.1. Ketepatan menjelaskan urutan pekerjaan setiap jenis perlengkapan sesuai adat yang dipilih

8.

Memakaikan busana pengantin pria dan wanita

8.1. Konsep umum memakaikan busana pengantin wanita sesuai adat yang dipilih

8.1.1. Ketepatan menyebutkan ciri khas busana pengantin wanita sesuai adat yang dipilih

8.2. Pengetahuan memakaikan busana pengantin wanita sesuai adat yang dipilih

8.2.1. Ketepatan menyebutkan busana pengantin wanita sesuai adat yang dipilih

8.2.2. Ketepatan menyebutkan alat yang diperlukan dalam memakaikab busana pengantin wanita sesuai adat yang dipilih

8.2.3. Ketepatan menyebutkan aksesori pengantin wanita sesuai adat yang dipilih

8.3. Prosedur memakaikan busana pengantin wanita sesuai adat yang dipilih

8.3.1. Ketepatan menguraikan cara memakaikan busana pengantin wanita sesuai adat yang dipilih

8.3.2. Ketepatan menjelaskan teknik memakaikan busana pengantin wanita sesuai adat yang dipilih

9. Merias wajah pengantin pria dan wanita

9.1. Konsep umum merias wajah pengantin wanita sesuai adat yang dipilih

9.1.1. Ketepatan menjelaskan ciri khas dalam rias wajah pengantin wanita sesuai adat yang dipilih

9.2. Pengetahuan merias wajah pengantin wanita sesuai ada yang dipilih

9.2.1. Ketepatan menjelaskan alat yang digunakan untuk merias wajah pengantin wanita sesuai adat yang dipilih

9.2.2. Ketepatan menjelaskan bahan untuk merias wajah pengantin wanita sesuai adat yang dipilih

9.2.3. Ketepatan menjelaskan kosmetik yang digunakan untuk merias wajah pengantin wanita sesuai jenis kulit

9.3. Prosedur merias wajah pengantin wanita sesuai

9.3.1. Ketepatan menjelaskan diagnose sebelum merias pengantin wanita sesuai jenis kulit

9.3.2. Ketepatan menjelaskan teknik koreksi dalam merias pengantin wanita sesuai bentuk wajah

9.3.3. Ketepatan menjelaskan urutan merias wajah pengantin wanita sesuai adat yang dipilih

9.3.4. Ketepatan menjelaskan cara merias wajah pengantin wanita sesuai adat yang dipilih

10.

Membuat sanggul pengantin wanita

10.1. Konsep umum membuat sanggul pengantin wanita sesuai adat yang dipilih

10.1.1. Ketepatan menjelaskan ciri khas membuat sanggul sesuai adat yang dipilih

10.2. Pengetahuan membuat sanggul pengantin wanita sesuai adat yang dipilih

10.2.1. Ketepatan menyebutkan alat yang dibutuhkan dalam membuat sanggul pengantin wanita sesuai adat yang dipilih

10.2.2. Ketepatan menyebutkan bahan yang dibutuhkan dalam membuat sanggul pengantin wanita sesuai adat yang dipilih

10.2.3. Ketepatan menyebutkan kosmetik yang diperlukan dalam membuat sanggul pengantin wanita sesuai adat yang dipilih

10.2.4. Ketepatan menyebutkan aksesori sanggul pengantin wanita sesuai adat yang dipilih

10.2.5. Ketepatan memyebutkan bunga/ roncean sanggul pengantin wanita sesuai adat yang dipilih

10.2.6. Ketepatan menjelaskan bentuk sanggul pengantin wanita sesuai adat yang dipilih

10.3. Prosedur membuat sanggul pengantin wanita sesuai adat yang dipilih

10.3.1. Ketepatan menguraikan urutan kerja membuat sanggul pengantin wanita sesuai adat yang dipilih

10.3.2. Ketepatan menjelaskan teknik membuat sanggul pengantin wanita sesuai adat yang dipilih

11.

Teknik komunikasi efektif terhadap pelanggan dan rekan kerja

11.1. Pengetahuan teknik komunikasi efektif terhadap pelanggan sesuai adat yang dipilih

11.1.1. Ketepatan menjelaskan teknik komunikasi yang efektif terhadap pelanggan sesuai adat yang dipilih

11.1.2. Ketepatan dalam menjelaskan prinsip teknik komunikasi efektif terhadap pelanggan sesuai adat yang dipilih

11.2. Prosedur teknik komunikasi efektif terhadap pelanggan sesuai adat yang dipilih

11.2.1. Ketepatan menjelaskan metode/ cara komunikasi efektif terhadap pelanggan sesuai adat yang dipilih

11.2.2. Ketepatan menjelaskan teknik komunikasi efektif terhadap pelanggan untuk menjaga citra baik seorang perias sesuai kode etik

11.3. Pengetahuan teknik komunikasi efektif terhadap rekan kerja sesuai adat yang dipilih

11.3.1. Ketepatan menjelaskan teknik komunikasi yang efektif terhadap rekan kerja sesuai adat yang dipilih

11.3.2. Ketepatan dalam menjelaskan prinsip teknik komunikasi efektif terhadap rekan kerja sesuai adat yang dipilih

11.4. Prosedur teknik komunikasi efektif terhadap rekan kerja sesuai adat yang dipilih

11.4.1. Ketepatan menjelaskan metode/ cara komunikasi efektif terhadap rekan kerja sesuai adat yang dipilih

11.4.2. Ketepatan menjelaskan teknik komunikasi efektif terhadap rekan kerja untuk menjaga citra baik seorang perias sesuai kode etik

12.

Keamanan dan keselamatan lingkungan kerja

12.1. Pengetahuan keamanan dan keselamatan lingkungan kerja sesuai adat yang dipilih

12.1.1. Ketepatan menjelaskan prinsip keamanan dan keselamatan lingkungan kerja sesuai area kerja

12.1.2. Ketepatan menjelaskan pengetahuan operasional dasar tentang keamanan dan keselamatan dalam melaksanakan tugas sesuai area kerja

12.1.3. Ketepatan menyebutkan bagian dalam pekerjaan yang harus dijaga keamanan dan keselamatan kerja sesuai urutan kerja

13.

Menyusun perencanaan biaya rias pengantin

13.1. Pengetahuan menyusun perencanaan biaya rias pengantin sesuai adat yang dipilih

13.1.1. Ketepatan menjelaskan perencanaan biaya rias pengantin sesuai adat yang dipilih

13.2. Prosedur menyusun perencanaan biaya rias pengantin sesuai adat yang dipilih

13.2.1. Ketepatan menguraikan cara menyusun perencanaan biaya rias pengantin sesuai adat yang dipilih

HAK DAN TANGGUNG JAWAB

10

Mampu bekerja sama dan melakukan komunikasi dalam lingkup merias pengantin tradisional serta bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas kuantitas dan mutu hasil kerja orang lain.

10.1 Bekerja sesuai prosedur operasi standar tempat bekerja.

10.1.1Mentaati peraturan yang berlaku;

10.1.2Ketepatan membuat laporan kerja sesuai prosedur operasi standar yang berlaku.

E. Rekognisi Pembelajaran Lampau

Rekognisi P

embelajaran Lampau (RPL) adalah proses penilaian dan pengakuan berbasis KKNI, atas capaian pembelajaran seseorang yang diperoleh selama hidupnya, baik melalui program pendidikan formal, informal, non-formal maupun secara otodidak.

RPL dapat dikembangkan pada sektor pendidikan, sektor ketenagakerjaan (kenaikan pangkat, jenjang karir) atau pemberian penghargaan dan pengakuan oleh masyarakat terhadap seseorang yang telah menunjukkan bukti-bukti unggul dalam keahlian atau kompetensi tertentu.

RPL diharapkan dapat memperluas akses dan kesempatan serta mempercepat waktu bagi masyarakat luas dalam meningkatkan kemampuan maupun keahliannya melalui program kursus atu pelatihan.

Pengembangan dan pelaksanaan RPL harus didasari oleh beberapa prinsip, antara lain :

1. Mengutamakan transparasi dan akuntabilitas. Informasi tentang proses penyelenggaraan dan persyaratan untuk mengikuti RPL harus dapat diakses secara luas baik oleh pengguna (indvidu yang membutuhkan) maupun masyarakat umum.

2. Institusi atau lembaga penyelenggara RPL harus telah terakreditasi oleh badan akreditasi tingkat nasional, memiliki mandat yang sah dari institusi atau badan yang relevan dan berwenang untuk hal tersebut.

3. Menunjukkan kesadaran mutu terhadap penyelenggaraan dan implikasi RPL pada lulusan, khusus nya dan masyarakat luas pada umumnya.

4. Setiap institusi atau lembaga penyelenggara RPL harus melakukan evaluasi secara berkelanjutan baik secara untuk menjamin pencapaian mutu lulusan sesuai dengan standar yang di tetapkan

5. Penyelenggara kursus dan pelatihan yang memiliki sifat multi disiplin perlu mempertimbangkan kemungkinan untuk menyelenggarakan program RPL.

Terkait dengan kursus ini, maka arah pengembangan spesifik yang akan dilakukan adalah lulusan dapat mengembangkan karier kerja menjadi perias pengantin utama yang dapat diikuti pada level berikutnya. Perkembangan lain dapat dilakukan dengan mengikuti perkembangan dan tuntutan dunia usaha tata rias pengantin.

III. PENUTUP

Program kursus dan pelatihan telah mulai berkembang sejak lama diberbagai negara maju, sehingga banyak jenis kursus dan pelatihan yang dikembangkan di Indonesia mungkin telah pula berkembang dengan baik dinegara-negara lain. Oleh karena itu arah pengembangan lembaga kursus dan pelatihan di indonesia pada waktu yang akan datang harus menuju kearah intenasionalisasi, sedemikian sehingga dapat dicapai kesetaraan baik capain pembelajaran, standar kompetensi atau mutu lulusan.

Tendensi pergerakan pekerja antar negara akan semakin besar diwaktu yang akan datang sebagai implikasi dari globalisasi. Oleh karena itu lembaga kursus dan pelatihan di Indonesia akan menjadi salah satu penyedia tenaga kerja terampil yang potensial baik untuk Indonesia sendiri maupun negara-negara lain yang membutuhkan. Hal ini menuntut perlunya ditumbuhkan kesadaran yang tinggi akan penjaminan mutu berkelanjutan, baik dalam lingkungan internal lembaga penyelenggara maupun secara eksternal melalui badan-badan akreditasi dan sertifikasi. Keunggulan dalam memenangkan persaingan antara lulusan lembaga kursus nasional dengan lembaga kursus internasional harus menjadi salah satu fokus pengembangan dimasa yang akan datang

Sebagai bangsa yang memiliki kekayaan tradisi dan budaya maka berbagai kursus dan pelatihan yang khas Indonesia sudah berkembang dengan pesat sampai saat ini, terutama dalam bidang seni, pariwisata, kuliner, dan lain-lain . Walaupun demikian, masih diperlukan upaya untuk memperoleh pangakuan yang lebih luas baik ditingkat nasional maupun internasional, mengembangkan standar kompetensi lulusan yang khas serta menjadikannya sebagai kekayaan nasional.