5
Skleritis adalah penyakit inflamasi yang mengenai sklera, inflamasi dapat terlokalisasi, berupa nodul atau difus, Skleritis dapat mengenai segmen anterior dan segmen posterior mata yang bermanifestasi sebagai adanya kemerahan pada mata dan nyeri yang berat pada malam hari. 4 Skleritis terbagi menjadi dua yaitu skleritis anterior dan posterior. Skleritis posterior jarang terjadi, tetapi dapat terjadi secara bersamaan dengan skleritis anterior. Skleritis anterior terbagi menjadi empat, yaitu: 4 1. Skleritis anterior difus. Penyebaran inlamasinya pada sebagian sclera. Umumnya bersifat benign. 2. Skleritis anterior nodular. Memiliki karakteristik satu atau lebih bentuk eritematosa, inflamasi nodul pada sclera anterior. 20% kasus berkembang menjadi skleritis nekrosis. 3. Skleritis anterior nekrosis dengan inflamasi. Merupakan bentuk tersering yang bersamaan dengan kelainan kolagen pembuluh darah pada arthritis rematoid. Pada keadaan ini biasanya didapatkan nyeri yang parah dan kerusakan sklera dapat terlihat jelas. Skleritis anterior nekrosis dengan inflamasi kornea disebut dengan sklerokeratitis. 4. Skleritis anterior nekrosis tanpa inflamasi. Merupakan bentuk yang terjadi pada pasien dengan rematoid arthritis yang sudah lama. Skleritis anterior nekrosis tanpa inflamasi disebut dengan perforansi skleromalasia.

Skl Eritis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

mata

Citation preview

Page 1: Skl Eritis

Skleritis adalah penyakit inflamasi yang mengenai sklera, inflamasi dapat terlokalisasi,

berupa nodul atau difus, Skleritis dapat mengenai segmen anterior dan segmen posterior mata

yang bermanifestasi sebagai adanya kemerahan pada mata dan nyeri yang berat pada malam

hari.4

Skleritis terbagi menjadi dua yaitu skleritis anterior dan posterior. Skleritis posterior

jarang terjadi, tetapi dapat terjadi secara bersamaan dengan skleritis anterior. Skleritis anterior

terbagi menjadi empat, yaitu:4

1. Skleritis anterior difus. Penyebaran inlamasinya pada sebagian sclera. Umumnya bersifat

benign.

2. Skleritis anterior nodular. Memiliki karakteristik satu atau lebih bentuk eritematosa,

inflamasi nodul pada sclera anterior. 20% kasus berkembang menjadi skleritis nekrosis.

3. Skleritis anterior nekrosis dengan inflamasi. Merupakan bentuk tersering yang

bersamaan dengan kelainan kolagen pembuluh darah pada arthritis rematoid. Pada

keadaan ini biasanya didapatkan nyeri yang parah dan kerusakan sklera dapat terlihat

jelas. Skleritis anterior nekrosis dengan inflamasi kornea disebut dengan sklerokeratitis.

4. Skleritis anterior nekrosis tanpa inflamasi. Merupakan bentuk yang terjadi pada pasien

dengan rematoid arthritis yang sudah lama. Skleritis anterior nekrosis tanpa inflamasi

disebut dengan perforansi skleromalasia.

Skleritis posterior ditandai dengan rasa nyeri dan penurunan kemampuan melihat.

Pemeriksaan objektif didapatkan adanya perubahan fundus, adanya perlengketan massa eksudat

di sebagian retina, perlengketan cincin koroid, massa di retina, udem nervus optikus dan udem

makular. Inflamasi skleritis posterior yang lanjut dapat menyebabkan ruang okuli anterior

dangkal, proptosis, pergerakan ekstra ocular yang terbatas dan retraksi kelopak mata bawah

Angka kejadian skleritis lebih sering terjadi pada wanita dibanding laki-laki dengan rasio

1,6:1, usia tersering pada usia dekade 5 kehidupan, namun tidak ada bukti terjadinya skleritis

dengan ras.4

Sklera terdiri dari kolagen dan jaringan ikat, yang berfungsi melindungi mata. Degradasi

enzim fibril kolagen dan masuknya sel-sel inflamasi, termasuk sel T dan makrofag, berperan

Page 2: Skl Eritis

dalam proses terjadinya skleritis.3 Ketebalan sklera bervariasi antara 0,3-1,2 mm. Sklera yang

sehat berwarna putih. Inflamasi, merupakan proses terjadinya skleritis hal ini berhubungan

dengan reaksi inflamasi yang berhubungan dengan penyakit imun kolagen.4,5

Inflamasi pada sklera dapat berkembang menjadi iskemia dan nekrosis, menyebabkan

penipisan dan perforasi bola mata. Skleritis anterior nekrosis merupakan bentuk dari kerusakan

skeritis tersering.4,5

Skleritis dapat terjadi dalam beberapa hari. Sebagian besar skleritis merasakan nyeri yang

biasanya bersifat konstan dan tumpul serta memburuk ketika malam hari hingga terkadang

terbangun dari tidur. Rasa nyeri dapat merambat ke bagian kepala atau wajah yang lain, terutama

sisi wajah yang sama. Ketajaman penglihatan biasanya sedikit berkurang. Penurunan penglihatan

yang lebih mencolok terjadi apabila timbul peradangan kamera anterior, skleritis anterior akibat

invasi mikroba langsung, dan pada skleritis posterior. Bola mata sering terasa nyeri. Tanda klinis

kunci adalah bola mata berwarna ungu gelap akibat dilatasi pleksus vascular dalam sclera dan

episklera. Pada skleritis, pembuluh darah sclera menunjukkan pola bersilangan yang menempel

pada sklera dan tidak dapat digerakkan. Sklera juga membengkak, disertai edema episklera dan

kapsul tenon diatasnya.6,1,7

Penatalaksanaan bervariasi tergantung jenis skleritis. Skleritis nodular anterior lebih

sering respon terhadap NSAID, sedangkan skleritis nekrotikan lebih berespon terhadap

immunosupresan. Obat pilihan untuk skleritis non-nekrotikan adalah flubiprofen 100 mg tiga kali

sehari dan indometasin 25-50 mg 3 kali sehari. Jika penggunaan satu NSAID tidak mengurangi

nyeri, maka yang lain bisa dicoba.8 Penggunaan tumor necrosis factor (TNF) seperti remicade

pada penderita skleritis yang berhubungan dengan rheumatoid arthritis memberikan hasil yang

menjanjikan dalam pengobatan penyakit ini.14

Glukokortikoid sistemik digunakan pada tiga keadaan yaitu ketika penggunaan NSAID

tidak efektif, pada kasus skleritis nekrotikan anterior dan pada kasus skleritis posterior. Dosis

prednisone dimulai sebanyak 1 mg/kgBB perhari ( maksimal 60 mg/hari) dan kemudian di

tapering off sesuai dengan respon klinis. Pada pasien dengan gejala yang progresif, bisa

dilakukan terapi kejut secara intravena sebanyak 1 gram perhari selama 3 hari diikuti pemberian

prednisone 60mg/hari. Namun, Metode ini masih kontroversi, karena metode ini berisiko

menyebabkan perforasi sclera.

Page 3: Skl Eritis

Obat imunosupresi diberikan pada keadaan; skleritis nekrotikan yang mendapat terapi

siklofosfamid dan glukokortikoid; tipe skleritis yang lain yang tidak terkontrol dengan

pemberian glukokortikoid dosis tinggi selama 1 bulan; penggunaan prednisone lebih dari

10mg/hari sebagai dosis maintenance untuk mengontrol skleritis; dan isu hubungan

glukokortikoid dengan efek samping yang mungkin terjadi.

Penggunaan siklofosfamid (sampai 2 mg/kgBB/hari) menjadi terapi pilihan untuk pasien

dengan skleritis nekrotikan dan pada pasien dengan penyakit vaskulitis sistemik seperti

granulomatosis Wegener. Pembenaran penggunaan alkylating agent dalam kasus tersebut adalah

tingginya risiko kerusakan okuli yang progresif, lesi vaskulitis ekstraokuli, dan kematian.

Pasien dengan skleritis non-nekrotikan yang membutuhkan agen glukokortikoid-sparing,

pengobatan baris pertama terdiri dari methotrexate (sampai 25 mg / minggu), azathioprine

(sampai 200 mg / hari), atau mycophenolate mofetil (1 gram dua kali sehari). Dalam sebuah

penelitian retrospektif yang diperiksa hasil klinis dari 50 pasien yang diobati dengan agen ini,

46% mencapai ketenangan dan mampu menurunkan penggunaan prednison ≤ 10 mg / hari.

Tergantung pada beratnya penyakit, pengobatan biasanya dilanjutkan selama satu sampai dua

tahun setelah peradangan terkontrol. Agen lini kedua untuk skleritis termasuk kalsineurin

inhibitor (siklosporin atau tacrolimus), infliximab, atau rituximab.

Beberapa kasus skleritis anterior nekrotikan atau scleromalacia perforans, diperlukan

Terapi bedah untuk mengatasi perluasan penipisan sclera dan mencegah pecahnya bola mata.

Operasi pencangkokan sklera dapat dilakukan dengan donor sklera, periostium, atau fasia lata.

Upaya simultan untuk mengontrol peradangan yang mendasari dengan terapi medis sangat

penting ketika operasi diperlukan.