Upload
gebayokta
View
296
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
skizofrenia paranoid
Citation preview
SKIZOFRENIA PARANOID (F20.0)
GEBY OKTAVIA SARI
C111 11 006
PEMBIMBING :dr. jumiarni umar
SUPERVISORDr. dr. H.M. Faisal Idrus, Sp.KJ(K)
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWAFAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN2015
STATUS PASIEN I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. F
Umur : 34 Tahun (Lahir pada tanggal 7 Januari 1981)
Agama : Islam
Suku : Makassar
Status Pernikahan : Sudah Menikah
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : Buruh Harian
Alamat : Bonto Cinde, Gowa
A. KELUHAN UTAMAmengamuk
B. RIWAYAT GANGGUAN SEKARANGSeorang laki-laki dibawa ke RSKD untuk pertama kalinya karena mengamuk dialami sejak 3 bulan yang lalu namun memberat beberapa hari terakhir. Saat mengamuk, pasien mengejar dan menyerang orang-orang yang mengganggunya, ataupun orang yang tidak mempedulikannya. Pasiennya mengamuk terutama jika keinginannya tidak dipenuhi. Pasien juga memecahkan barang-barang.
Perubahan perilaku diperhatikan oleh keluarga mulai sejak 4 bulan yang lalu, pasien sering berbicara sendiri, juga tertawa sendiri. Pasien juga mulai suka mengurung diri di kamarnya. Pasien pernah bercerita kepada keluarganya bahwa ia mendengar suara-suara yang berbisik di telinganya. Menurut keluarga, 4 bulan yang lalu pasien dipecat akibat berselisih dengan teman kerja. Sebelumnya pasien bekerja sebagai seorang buruh harian dan memiliki gaji yang cukup. Akan tetapi pernah terjadi sedikit kesalahpahaman dengan teman kerjanya. Pasien beradu mulut dengan rekan kerjanya dan sejak saat itu pasien berhenti bekerja.
Selain itu, pasien juga beberapa kali melihat ada bayangan seorang anak perempuan yang sering melintas dihadapannya tanpa berkata-kata. Pasien juga mengaku mendapatkan perintah/wahyu dari malaikat Jibril dan bertemu langsung dengannya. Pasien juga mengatakan bahwa kadang-kadang mendengar pembicaraan yang membahas tentang dirinya. Pasien juga selalu curiga bahwa dirinya sedang diceritakan oleh orang-orang sekitar (tetangga).
HENDAYA/DISFUNGSI: Hendaya sosial (+) Hendaya pekerjaan (+) Hendaya waktu senggang (+) FAKTOR STRESSOR PSIKOSOSIAL Antara pasien dan teman kerjanya pernah ada kesalahpahaman. Penyebab kesalahpahaman tidak terlalu jelas setelah ditanyakan kepada keluarga dan pasien sendiri.
HUBUNGAN GANGGUAN SEKARANG DENGAN PENYAKIT FISIK DAN PSIKIS SEBELUMNYA Riwayat Infeksi (-) Riwayat Trauma (-) Riwayat Kejang (-) Namun Pasien, memiliki kebiasaan merokok sebanyak 2 bungkus perhari. Memiliki riwayat konsumsi alkohol, frekuensi tidak diketahui. Dan tidak pernah menggunakan obat-obatan terlarang.
C. RIWAYAT GANGGUAN SEBELUMNYA1. Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ditemukan adanya riwayat penyakit fisik seperti infeksi, trauma, dan kejang. 2. Riwayat Penggunaan Zat PsikoaktifPasien, memiliki kebiasaan merokok sebanyak 2 bungkus perhari. Memiliki riwayat konsumsi alkohol namun tidak terlalu sering, frekuensi tidak diketahui. Dan tidak pernah menggunakan obat-obatan terlarang. 3. Riwayat Gangguan Psikiatri SebelumnyaPasien belum pernah dirawat di RSJ sebelumnya.
D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI 1. Riwayat Prenatal dan Perinatal (Usia 0-1 tahun)
Pasien lahir normal di rumah secara normal ditolong oleh bidan
2. Riwayat Masa Kanak Awal (Usia 1-3 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan pasien pada masa anak-anak awal sesuai dengan perkembangan anak seusianya. Tidak ada masalah perilaku yang menonjol.
3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan (Usia 4-11 tahun)Selama masa kanak-kanak pasien sekolah dan meluluskan pendidikannya di sekolah dasar. Selama bersekolah pasien dikenal mudah bergaul, senang bermain bersama dengan teman semasa kanak-kanaknya.
4. Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja (Usia 12-18 tahun)Setelah selesai dari SD, pasien melanjutkan pendidikan ditingkat SMP dan dikenal sebagai pribadi yang mudah bergaul, bisa berkerjasama dengan temannya.
5. Riwayat Masa DewasaRiwayat Pendidikan : Pendidikan terakhir pasien adalah Sekolah Menengah Atas (SMA)Riwayat Pekerjaan : Bekerja sebagai buruh harianRiwayat Pernikahan : Telah menikah pada tahun 2007 dan memiliki 2 orang anak berusia 6 tahun dan 2 tahun.Riwayat Agama : Pasien memeluk agama Islam, dan menjalankan ibadah agama dengan cukup baik
Riwayat Militer Pasien tidak pernah mengikuti kegiatan militer Riwayat Pelanggaran Hukum Selama ini pasien tidak pernah terlibat dengan masalah hukum Aktivitas Sosial Pasien memiliki kehidupan sosial yang cukup baik dengan orang-orang disekitarnya. Pasien mengaku tidak memiliki musuh. Kehidupan rumah tangganya juga hampir tidak bermasalah.
Riwayat KeluargaPasien merupakan anak ke-2 dari 4 bersaudara (♂,♂, ,♂♂). Pasien memiliki hubungan yang baik dengan seluruh keluarga. Riwayat anggota keluarga dengan keluhan yang sama tidak ada. Situasi Kehidupan SekarangPasien tinggal bersama dengan istri dan kedua anaknya di Bontocinde, Gowa. Persepsi pasien tentang diri sendiri dan keluarganyaPasien merasa dirinya tidak sakit dan tidak butuh pengobatan (Tilikan 1)
II. PEMERIKSAAN STATUS MENTALA. DESKRIPSI UMUM
Penampilan: Seorang laki-laki, wajah sesuai umur, postur tubuh sedang, memakai baju kemeja berwarna kuning, celana panjang warna coklat muda, rambut gondrong, perawatan diri kurang. Kesadaran: Berubah Perilaku dan aktivitas motorik: gelisah Pembicaraan: Spontan, lancar, intonasi biasa Sikap terhadap pemeriksa: Kooperatif
B. KEADAAN AFEKTIF (MOOD), PERASAAN DAN EMPATI Mood: Sulit dinilai Afek: Inapropriate Empati: Tidak dapat dirabarasakan
C. FUNGSI INTELEKTUALTaraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan: Sesuai dengan tingkat pendidikan Daya konsentrasi : Baik Orientasi Waktu : Baik Tempat : Baik Orang : Baik Daya ingat Jangka panjang : Baik Jangka sedang : Baik Jangka pendek : Baik Jangka segera : Baik Pikiran abstrak : Tidak terganggu Bakat kreatif : Tidak ada Kemampuan menolong diri sendiri : Kurang
D. GANGGUAN PERSEPSIHalusinasi : Halusinasi visual (pasien melihat bayangan anak perempuan yang melintas dihadapannya dan pernah melihat dan bertemu dengan malaikat Jibril). Halusinasi auditorik (pasien suara-suara laki-laki kadang juga perempuan melarang dirinya untuk menolong orang lain). Ilusi : Tidak ada Depersonalisasi : Tidak ada Derealisasi : Tidak ada
E. Proses Berfikir Arus Pikiran Produktivitas : Cukup Kontinuitas : Relevan, Koheren Hendaya berbahasa : Tidak ada Isi PikiranPre-okupasi : Tidak adaGangguan isi pikir : Ideas of Reference (pasien yakin orang–orang yang duduk berbicara disekitar rumahnya sedang membicarakan dirinya. Waham Bizarre : Mendapat wahyu dan bertemu dengan Malaikat Jibril.
Pengendalian Impuls : Terganggu
Daya Nilai Norma sosial : Terganggu Uji Daya Nilai : Terganggu Penilaian Realitas : Terganggu Tilikan (insight) : Derajat 1, yaitu pasien merasa tidak sakit Taraf Dapat Dipercaya : Dapat dipercaya.
PEMERIKSAAN FISIK DAN NEUROLOGI Status Internus TD = 120/70 mmHg, N = 72x/menit, P = 18x/menit, S =
36.5oC. Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterus. Paru : Bunyi pernapasan: vesikuler; Bunyi tambahan:
ronchi (-/-), wheezing (-/-) Jantung : Bunyi jantung I/II murni, regular;Bising tidak ada Abdomen : Peristaltik usus (+) kesan normal; Hepar dan
lien tidak teraba
Status Neurologi GCS: E4M6V5 Pupil: bulat, isokor, reflex cahaya langsung dan tidak
langsung (+/+) Fungsi kortikal luhur: dalam batas normal Tanda rangsang meningeal: Kaku kuduk (-), Kernig’s sign
(-/-) Fungsi motoris dan sensoris keempat ekstremitas
dalam batas normal Tidak ditemukan refleks patologis.
IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA Dari hasil alloanamnesis dan autoanamnesis didapatkan pasien laki– laki dengan usia 34 tahun 10 bulan diantar keluarganya ke RSKD Dadi untuk pertama kalinya dengan keluhan mengamuk yang dialami sejak 4 bulan yang lalu namun memberat beberapa hari terakhir ini. Pasien selalu mengerjar dan hendak menyakiti orang-orang yang tidak memperdulikannya. Perubahan perilaku pertama kali kurang lebih 4 bulan lalu, awalnya pasien sering tertawa sendiri, berbicara sendiri dan mengurung dirinya. Pasien mengaku bahwa sering mendengar suara-suara yang berbisik ditelinganya dan melarangnya untuk tidak menolong orang lain dan diancam jika perintah itu dilanggar. Pasien juga sering melihat bayangan anak perempuan yang lewat dihadapannya tanpa berkata-kata. Pasien juga mengakui mendapat wahyu dan pernah bertemu langsung dengan malaikat jibril.
Pasien selalu merasa bahwa jika ada orang yang berkumpul dan berbincang disekitaran rumahnya, pasien yakin bahwa dia mendengar pembicaraan orang-orang tersebut yang sedang membicarakan tentang dirinya. Pasien pernah bekerja sebagai seorang buruh harian dan pernah ada kesalahpaham dengan rekan kerjanya. Hingga saat ini pasien tidak lagi bekerja. Saat ini didapatkan adanya herdaya sosial, herdaya pekerjaan, dan herdaya waktu luang. Dari pemeriksaan mental didapatkan mood sedih, afek tumpul, empati sulit dirabarasakan. Gangguan persepsi berupa halusinasi visual dan halusinasi auditorik, gangguan isi pikir berupa waham curiga dan waham kebesaran. Daya nilai terganggu dan tilikan derajat 1. Pemeriksaan internus dan neurologis tidak ditemukan kelainan bermakna.
EVALUASI MULTI AKSIAL
Aksis I
Berdasarkan autoanamnesis dan pemeriksaan status mental didapatkan gejala klinis bermakna berupa perilaku mengamuk. Hal ini menimbulkan penderitaan (distress) dan hendaya (disability) bagi orang lain sehingga dapat disimpulkan sebagai Gangguan jiwa.
Ditemukan pula adanya hendaya berat dalam menilai realita berupa halusinasi visual, halusinasi auditorik, waham curiga, dan waham kebesaran digolongkan ke dalam Gangguan Jiwa Psikotik.
Pada pemeriksaan status internus dan status neurologis tidak ditemukan adanya kelainan yang mengindikasikan gangguan medis umum yang menimbulkan gangguan fungsi otak, sehingga dapat digolongkan ke dalam Gangguan Jiwa Psikotik Non Organik.
Dari pemeriksaan status mental didapatkan adanya waham bizarre yang telah berlangsung > 1 bulan sehingga menurut PPDGJ-III dapat didiagnosis sebagai Skizofrenia (F20) menurut pedoman diagnostik satu gejala dan ditambahkan halusinasi dan waham curiga yang menonjol sehingga dikategorikan sebagai Skizofrenia Paranoid (F.20.0).
Aksis IIPasien dikenal sebagai orang yang cukup mudah bergaul dengan orang lain. Berdasarkan di atas belum cukup untuk mengarahkan kepribadian pasien ke dalam salah satu ciri kepribadian khas. (Z 03.2 : TIDAK ADA DIAGNOSIS AKSIS II)
Aksis IIITidak ada diagnosa (None)
Aksis IVStressor psikososial adalah pasien pernah berselisih paham dengan rekan kerjanya kemudian dipecat dari pekerjaannya. Penyebab pasien perselisihanpaham tidak diketahui secara pasti.
Aksis VGAF scale 50-41 (Gejala berat/serious, disabilitas berat)
DAFTAR MASALAH Organobiologik Tidak ditemukan adanya kelainan fisik yang bermakna, tetapi diduga terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter, maka pasien memerlukan terapi farmakoterapi. Psikologik Ditemukan adanya hendaya berat dalam menilai realita berupa halusinasi visual, halusinasi auditorik, dan waham curiga sehingga pasien memerlukan psikoterapi.
Sosiologik Ditemukan hendaya dalam bidang sosial, pekerjaan, dan penggunaan waktu senggang; sehingga diperlukan sosioterapi.
PROGNOSIS Faktor Pendukung: Adanya dukungan dari keluarga Stressor psikologis yang jelas Tingkat pendidikan sudah cukup tinggi (SMA) Faktor Penghambat: Usia muda
Dari faktor-faktor tersebut, dapat disimpulkan bahwa prognosis pasien: Dubia ad malam
RENCANA TERAPI Farmakoterapi Risperidone 2 mg 2x1 Clozapin 25 mg 2x1
Psikoterapi Pendekatan psikoterapi untuk skizofrenia berupa terapi suportif dan konseling sangat bermanfaat untuk terapi skizofrenia jangka panjang.
Sosioterapi Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarganya untuk memberikan dukungan moral dan menciptakan kondisi yang nyaman untuk pasien
FOLLOW UP Memantau keadaan umum pasien serta perkembangan penyakitnya, selain itu menilai efektivitas dan kemungkinan efek samping
DISKUSI Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola perilaku atau psikologik seseorang yang secara klinik
cukup bermakna dan yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau hendaya (impairment/disability) dalam satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia. Disfungsi itu tidak semata-mata terletak di dalam hubungan antara orang itu dengan masyarakat. Gangguan psikotik adalah salah satu jenis gangguan jiwa yang memenuhi kriteria yaitu adanya hendaya berat dalam menilai realita: hendaya dalam pekerjaan, hendaya dalam sosial, dan hendaya dalam waktu senggang. Skizofrenia paranoid adalah salah satu dari beberapa jenis skizofrenia, yaitu suatu penyakit mental yang kronis di mana seseorang kehilangan kontak dengan kenyataan/ realitas (psikosis). Gambaran umum dari skizofrenia paranoid adalah adanya delusi (waham) dan mendengar hal-hal yang tidak nyata.
Penderita dengan skizofrenia paranoid, kemampuan mereka dalam berpikir dan berfungsi dalam kehidupan sehari-hari mungkin lebih baik dibandingkan dengan jenis lain dari skizofrenia. Mereka mungkin tidak memiliki banyak masalah dengan emosi, ingatan, konsentrasi. Namun, skizofrenia paranoid adalah suatu kondisi serius, sering seumur hidup yang dapat menyebabkan banyak komplikasi, termasuk perilaku bunuh diri.
Meskipun demikian, dengan pengobatan yang efektif, mereka dapat mengelola gejala skizofrenia paranoid dan bekerja untuk menjalani hidup sehat dan bahagia.
SKIZOFRENIA PARANOID F20.0 Pedoman Diagnostik menurut PPDGJ-III mengenai Skizofrenia: Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas): “Thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi
pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda ; atau “Thought insertion or withdrawal” = isi yang asing dan luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi
pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan “Thought broadcasting”= isi pikiranya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya; “Delution of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau “Delution of passivitiy” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar;
(tentang “dirinya” = secara jelas merujuk kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus);
“Delutional perception” = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasnya bersifatmistik atau mukjizat;
Halusinasi auditorik: Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien, atau Mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara), atau Jenis suara halusinasi lain yang berasal dan salah satu bagian tubuh.
Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk asing dan dunia lain)
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas: halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu minggu atau berbulan-bulan terus menerus; Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation), yang
berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme; Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu
(posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor; Gejala-gejala “negative”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons
emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik (prodromal)
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.
Pedoman Diagnostik PPDGJ-lll tentang Kriteria Skizofrenia Paranoid: Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia Sebagai tambahan:
Halusinasi dan/atau waham harus menonjol: Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau member
perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whisting), mendengung (humming) atau bunyi tawa (laughing)
Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa atau bersifat seksual atau lain-lain perasaan tubuh, halusinasi visual mingkin ada tapi jarang menonjol.
Waham dapat hampir setiap jenis tetapi waham dikendalikan, dipengaruhi dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam adalah yang paling khas.
- Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan serta gejala katatonik secara relative tidak nyata.
Pada pasien ini terdapat cukup gejala untuk menegakkan diagnosis Skizofrenia Paranoid. Adanya gejala waham Bizarre yang menetap > 1 bulan sudah cukup untuk menegakkan diagnosis Skizofrenia. Diagnosis lebih spesifik yaitu Skizofrenia Paranoid ditegakkan atas dasar adanya waham curiga yang menonjol. Prognosis pada pasien ini Dubia ad Bonam dikarenakan adanya faktor pendukung dari dukungan keluarga agar pasien dapat sembuh, tidak adanya kausa organobiologik, stressor psikososial yang jelas. sedangkan faktor penghambat usia pasien yang masih muda.
Sebagai terapi pada pasien skizofrenia, dapat diberikan obat antipsikotik (neuroleptika). Ada yang tipikal dan atipikal. Umumnya yang digunakan adalah tipikal, namun akhir-akhir ini lebih sering digunakan atipikal oleh karena golongan ini lebih jarang ditemukan adanya efek samping seperti Ekstrapiramidal sindrom. Salah satu contoh antipsikoti atipikal adalah risperidon yang merupakan golongan benzisoxazole yang mekanisme kerjanya pada serotonin 5 HT2 Reseptor serta dapat pula berafinitas terhadap Dopamine D2 Reseptor. Dosis yang dianjurkan untuk penggunakan risperidon 2-6 mg/h. Selain itu, dapat pula digunakan kombinasi dengan obat antipsikotik lainnya yang tidak menimbulkan efek samping ekstrapiramidal sindrom. Namun, pemilihan obat antipsikotik harus dipertimbangkan gejala psikotik yang dominan pada pasien dan efek samping penggunaan obatnya. Clozapin juga dapat digunakan sebagai terapi kombinasi ataupun terapi pengganggi dari obat antipsikotik, sebab tidak menimbulkan gejala ekstrapiramidal sindrom. Akan tetapi, penggunaan clozapin juga tetap harus diperhatikan dan dipantau, sebab efek samping lain yang dapat timbul dari penggunaan clozapin adalah agranulositosis. Dosis yang dianjurkan adalah 25-100 mg/h dengan efek sedasi yang lebih dominan ditimbulkan.