Upload
elizabethpurba
View
12
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5/25/2018 Skizofrenia Paranoid
1/7
Etiologi
Terdapat beberapa teori yang menjelaskan awal timbulnya skizofrenia. Secara biologis
dikatakan bahwa skizofrenia mungkin timbul akibat keabnormalan dalam perkembangan
struktur otak. Hal ini terutama disebabkan akibat komplikasi yang dialami ibu selama masa
kehamilan dan beberapa gangguan neurologis bawaan. Skizofrenia juga berkaitan dengan
faktor kecukupan gizi ibu pada masa kehamilan, beberapa penelitian terdahulu menunjukan
bahwa seorang anak yang dilahirkan dari ibu dengan gizi buruk pada masa kehamilan
memiliki kemungkinan menderita skizofrenia dua kali lipat lebih tinggi.
Teori kedua dari kelompok biologis adalah hipotesis dopamin yang mengatakan bahwa
skizofrenia terjadi akibat ketidakseimbangan kadar neurotransmitter dopamin di otak.Penelitian yang diadakan pada penderita skizofrenia menunjukan bahwa kadar dopamin
ternyata berlebihan di daerah mesolimbik yang mengatur emosi. Akibat tingginya kadar
dopamin pada daerah tersebut menyebabkan timbulnya gejala-gejala positif skizofrenia, yaitu
kumpulan gejala yang berlebihan dibandingkan orang normal seperti waham dan halusinasi.
Saat ini dengan semakin majunya ilmu pengetahuan dan penelitian mengenai otak dan
struktur-strukturnya, diketahui bahwa selain dopamin, beberapa neurotransmiter lain ikut
berperanan dalam gejala-gejala yang muncul pad skizofrenia, di antaranya serotonin,
norepinephrine, dan GABA.
Teori terakhir tentang skizofrenia menunjukan bahwa gangguan jiwa ini dapat diturunkan
secara genetik. Keluarga generasi pertama dari penderita skizofrenia memiliki kemungkinan
sepuluh kali lipat lebih besar untuk menderita gangguan yang sama. Sedangkan pada
keluarga generasi kedua dan ketiga, kemungkinan ini berkurang jauh. Pada anak kembar satu
telur, kemungkinan bahwa anak kedua menderita skizofrenia setelah salah satunya menderita
skizofrenia adalah sekitar 50 persen. Sedangkan pada anak kembar yang berasal dari dua
telur, kemungkinan ini berkurang jauh sekali.
Peranan keluarga dalam timbulnya Skizofrenia
5/25/2018 Skizofrenia Paranoid
2/7
Penelitian terdahulu dari skizofrenia menunjukan bagaimana keluarga sangat
berperanan dalam memicu timbulnya skizofrenia. Pola relasi interpersonal yang buruk
antara ibu dan anak pada masa kecil akan memperbesar kemungkinan seorang anak
untuk menderita skizofrenia pada usia dewasanya. Pola asuh yang buruk akan
menghasilkan kepercayaan diri yang rendah dari anak sehingga pada masa dewasanya
ketika menghadapi masalah, ia akan lebih senang untuk masuk ke dunia khayalannya
dibandingkan menghadapi kenyataan.
Menurut Theodore Lidz, terdapat dua pola keluarga yang abnormal pada skizofrenia. Pada
tipe keluarga pertama, jelas terdapat perpecahan pola asuh di antara kedua orang tua yaitu
salah satu orang tua terlalu dekat dengan anak yang berasal dari gender yang berbeda.
Sedangkan pada tipe keluarga kedua, hubungan yang buruk antara anak dan salah satu orangtua melibatkanpower struggleantara kedua orang tua dan berakhir dengan d ominansi salah
satu orang tua. Kedua pola keluarga tersebut akan menghasilkan anak dengan kapasitas
adaptasi yang buruk terhadap dunia di sekitarnya.
Penelitian lain menujukan keluarga dengan ekspresi emosi yang tinggi meningkatkan
kemungkinan seseorang menderita skizofrenia. Pada pasien-pasien dengan skizofrenia,
kemungkinan untuk mengalami kekambuhan gejala amat besar jika ia memiliki keluarga
dengan ekspresi emosi yang tinggi. Ekspresi emosi yang tinggi ini di antaranya kritik,
hostilitas, dan perilaku ikut campur yang berlebihan. Ekspresi emosi bukan hanya melibatkan
bahasa verbal yang dikatakan saja melainkan juga sikap bagaimana hal tersebut dikatakan.
Gejala kunci/ Gejala Positif
Delusi (waham) dan halusinasi adalah gejala yang membuat skizofrenia paranoid paling
berbeda dari jenis lain dari skizofrenia.
5/25/2018 Skizofrenia Paranoid
3/7
Delusi. Pada skizofrenia paranoid, delusi yang umum adalah bahwa mereka sedangdipilih untuk sesuatu hal yang terkait dengan sesuatu yang berbahaya. Misalnya,
mereka mungkin percaya bahwa pemerintah mengawasi setiap langkah yang mereka
lakukan atau bahwa ada rekan kerja yang meracuni makan siangnya. Mereka juga
mungkin memiliki waham kebesaran (delusi keagungan) keyakinan bahwa mereka
bisa terbang, mereka adalah nabi atau mereka terkenal atau bahwa mereka memiliki
hubungan dengan orang terkenal, misalnya. Mereka berpegang pada keyakinan palsu
meskipun tidak ada bukti. Delusi dapat mengakibatkan agresi atau kekerasan jika
mereka percaya mereka harus bertindak membela diri terhadap orang orang yang ingin
mencelakai mereka.
Halusinasi suara. Sebuah halusinasi pendengaran adalah persepsi suarasuara dimanatidak ada orang lain yang ikut mendengar. Suara mungkin suara tunggal atau suara
banyak orang. Suara-suara mungkin berbicara baik kepada mereka atau satu sama lain.
Suara-suara tersebut biasanya tidak menyenangkan. Suara suara tersebut dapat
membuat kritik berkelanjutan dari apa yang penderita pikirkan atau lakukan, atau
membuat komentar kejam tentang kesalahan nyata atau kesalahan khayalan dari
penderita. Suara juga dapat memerintahkan penderita melakukan hal-hal yang dapat
membahayakan diri sendiri atau orang lain. Bila seseorang memiliki skizofrenia
paranoid, suara-suara tampak nyata. Penderita mungkin berbicara atau berteriak padasuara tersebut.
Gejala Negatif
Kegelisahan Kemarahan Emosi datar Kekerasan Banyak berargumentasi (berdebat) Merasa diri penting atau memandang orang lain rendah. Pikiran dan perilaku bunuh diri
5/25/2018 Skizofrenia Paranoid
4/7
Penatalaksanaan Skizofrenia Paranoid
Non Medikamentosa
Penanganan Biologis
1) Perawatan di rumah sakit (Hospitalization)Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan diagnostik, menstabilkan
medikasi, keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau membunuh, prilaku yang sangat
kacau termasuk ketidakmampuan memnuhi kebutuhan dasar.
Tujuan utama perawatan dirumah sakit yang harus ditegakkan adalah ikatan efektif antara
pasien dan sistem pendukung masyarakat. Rehabilitasi dan penyesuaian yang dilakukan pada
perawatan rumah sakit harus direncanakan. Dokter harus juga mengajarkan pasien dan
pengasuh serta keluarga pasien tentang skizofrenia. Perawatan di rumah sakit menurunkan
stres pada pasien dan membantu mereka menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya
perawatan rumah sakit tergantung dari keparahan penyakit pasien dan tersedianya fasilitas
pengobatan rawat jalan. Rencana pengobatan di rumah sakit harus memiliki orientasi praktis
ke arah masalah kehidupan, perawatan diri, kualitas hidup, pekerjaan, dan hubungan sosial.
5/25/2018 Skizofrenia Paranoid
5/7
Perawatan di rumah sakit harus diarahkan untuk mengikat pasien dengan fasilitas perawatan
termasuk keluarga pasien. Pusat perawatan dan kunjungan keluarga pasien kadang membantu
pasien dalam memperbaiki kualitas hidup.
2) Terapi Elektrokonvulsif (Terapi Kejut)
Terapi Elektrokonvulsif disingkat ECT juga dikenal sebagai terapi elektroshock. ECT telah
menjadi pokok perdebatan dan keprihatinan masyarakat karena beberapa alasan. Di masa lalu
ECT ini digunakan di berbagai rumah sakit jiwa pada berbagai gangguan jiwa, termasuk
schizophrenia. Namun terapi ini tidak membuahkan hasil yang bermanfaat. Sebelum
prosedur ECT yang lebih manusiawi dikembangkan, ECT merupakan pengalaman yang
sangat menakutkan pasien. Pasien seringkali tidak bangun lagi setelah aliran listrik dialirkan
ke tubuhnya dan mengakibatkan ketidaksadaran sementara, serta seringkali menderita
kerancuan pikiran dan hilangnya ingatan setelah itu. Adakalanya, intensitas kekejangan otot
yang menyertai serangan otak mengakibatkan berbagai cacat fisik.
Namun, sekarang ECT sudah tidak begitu menyakitkan. Pasien diberi obat bius ringan dan
kemudian disuntik dengan penenang otot. Aliran listrik yang sangat lemah dialirkan ke otak
melalui kedua pelipisatau pada pelipis yang mengandung belahan otak yang tidak dominan.
Hanya aliran ringan yang dibutuhkan untuk menghasilkan serangan otak yang diberikan,
karena serangan itu sendiri yang bersifat terapis bukan aliran listriknya. Penenang otot
mencegah terjadinya kekejangan otot tubuh dan kemungkinan luka. Pasien bangun beberapa
menit dan tidak ingat apa-apa tentang pengobatan yang dilakukan. Kerancuan pikiran dan
hilang ingatan tidak terjadi, terutama bila aliran listrik hanya diberikan kepada belahan otak
yang tidak dominan (nondominan hemisphere). Pada pelaksanaan Terapi ini dibutuhkan
persiapan sebagai berikut :
Pemeriksaan jantung, paru dan tulang punggung. Penderita harus puasa Kandung kemih dan rectum perlu dikosongkan Gigi palsu dan benda metal perlu dilepaskan Penderita berbaring telentang lurus di atas permukaan yang datar dan agak keras.
5/25/2018 Skizofrenia Paranoid
6/7
Bagian kepala yang akan dipasang elektroda ( antara os prontal dan os temporalis)dibersihkan.
Diantara kedua rahang di beri bahan lunak dan di suruh agar pasienmenggigitnya5,6,7,8
Frekuensi dilakukannya terapi ini tergantung dari keadaan penderita dapat diberi:
2-4 hari berturut-turut , 1-2 kali sehari 2-3 seminggu pada keadaan yang lebih ringan Maintenance tiap 2-4 minggu Dahulu sebelum jaman psikotropik dilakukan 12-20 kali tetapi sekarang tidak dianut
lagi.
Indikasi pemberian terapi ini adalah pasien skizofrenia katatonik dan bagi pasien karena
alasan tertentu karena tidak dapat menggunakan antipsikotik atau tidak adanya perbaikan
setelah pemberian antipsikotik.
Kontra indikasi Elektro konvulsiv terapi adalah Dekompensasio kordis, aneurisma aorta,
penyakit tulang dengan bahaya fraktur tetapi dengan pemberian obat pelemas otot pada
pasien dengan keadaan diatas boleh dilakukan.
Kontra indikasi mutlak adalah tumor otak. Sebagai komplikasi terapi ini dapat terjadi
luksasio pada rahang, fraktur pada vertebra, Robekan otot-otot, dapat juga terjadi apnue,
amnesia dan terjadi degenerasi sel-sel otak.
Prognosis
Komplikasi
Paranoid schizophrenia yang tidak ditangani dengan benar dapat menyebabkan
komplikasi berikut:
- Keinginan atau usaha bunuh diri.
5/25/2018 Skizofrenia Paranoid
7/7
- Perilaku merusak diri sendiri.
- Depresi.
- Penyalahgunaan alkohol, obat-obatan terlarang, maupun obat yang diresepkan.
- Kemiskinan dan tuna wisma.
- Pengurungan, misalnya oleh keluarga.
- Konflik keluarga.
- Tidak mampu bekerja atau bersekolah.
- Masalah kesehatan akibat penggunaan obat antipsikosis.
- Menjadi pelaku ataupun korban kejahatan.
- Terkena penyakit jantung atau paru-paru.
Preventif