48
BAB I PENDAHULUAN Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering terjadi. Hampir 1% penduduk di dunia menderita skizofrenia selama hidup mereka. Gejala skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja akhir atau dewasa muda. Awitan pada laki-laki biasanya antara 15- 25 tahun dan pada perempuan antara 25-35 tahun. Prognosis biasanya lebih buruk pada laki-laki bila dibandingkan dengan perempuan. Awitan setelah umur 40 tahun jarang terjadi. 1 Penyebab skizofrenia sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Namun berbagai teori telah berkembang seperti model diastesis-stres dan hipotesis dopamin. Model diastesis stres merupakan satu model yang mengintegrasikan faktor biologis, psikososial dan lingkungan. 2 Pada umumnya pasien dengan skizofrenia ditandai dengan penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (Inappropriate) atau tumpul (Blunted). Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian. 1 1

Skizofrenia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

skizofrenia

Citation preview

BAB IPENDAHULUANSkizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering terjadi. Hampir 1% penduduk di dunia menderita skizofrenia selama hidup mereka. Gejala skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja akhir atau dewasa muda. Awitan pada laki-laki biasanya antara 15-25 tahun dan pada perempuan antara 25-35 tahun. Prognosis biasanya lebih buruk pada laki-laki bila dibandingkan dengan perempuan. Awitan setelah umur 40 tahun jarang terjadi.1Penyebab skizofrenia sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Namun berbagai teori telah berkembang seperti model diastesis-stres dan hipotesis dopamin. Model diastesis stres merupakan satu model yang mengintegrasikan faktor biologis, psikososial dan lingkungan.2Pada umumnya pasien dengan skizofrenia ditandai dengan penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (Inappropriate) atau tumpul (Blunted). Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.1

Menurut DSM-IV, adapun klasifikasi untuk skizofenia ada 5; yakni subtipe paranoid, terdisorganisasi (hebefrenik), katatonik, tidak tergolongkan dan residual. Untuk istilah skizofrenia simpleks dalam DSM-IV adalah gangguan deterioratif sederhana.2 Sedangkan menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesia yang ke-III skizofrenia dibagi ke dalam 6 subtipe yaitu katatonik, paranoid, hebefrenik, tak terinci (undifferentiated), simpleks, residual dan depresi pasca skizofrenia. 3 Salah satu tipe skizofrenia yang paling stabil dan paling sering dialami adalah skizofrenia tipe paranoid. Gejala terlihat sangat konsisten, sering paranoid dan pasien dapat atau tidak bertindak sesuai dengan wahamnya. Waham dan halusinasu menonjol sedangkan afek dan pembicaraan hamper tidak terpengaruh. 1 Dalam hal penatalaksanaan pasien dengan skizofrenia paranoid dapat dilakukan perawatan di rumah sakit sesuai dengan indikasi, terapi somatik dengan pengobatan antipsikotik, dan melakukan terapi psikososial. Prognosis pasien dengan skizofrenia secara umum adalah 25% individu dapat sembuh sempurna, 40% mengalami kekambuhan dan 35% mengalami perburukan. 1BAB II

STATUS PSIKIATRI

Nama Pasien

: Tn ErmantoTanggal Periksa: 8 oktober 2014Dokter Pemeriksa: dr. Utami Dokter Muda

: Ayu Ivotika, Ida Ayu Ratna, Riska YolandaDiagnosis

: Aksis I: Aksis II:

Aksis III:

Aksis IV: Aksis V: KETERANGAN PRIBADI PASIEN

Nama

: Tn. Ermanto Jenis Kelamin

: Laki-laki Tempat, tanggal Lahir/ Umur

: 40 tahun Status Perkawinan

: Sudah Menikah Bangsa

: Indonesia Suku

: Jambi Agama

: Islam Pendidikan

: SMP Pekerjaan

: Tani sawit dan pangkas rambut Alamat

: Tanjung Maruo RT 007 Muaro Tembesi Pernah masuk Rumah Sakit Jiwa: Pernah 1x pada tanggal 6 oktober 2014 (pasien rawat jalan) dengan keluhan yang sama.KETERANGAN DARI ALLO/INFORMAN

Nama

: Anton Jenis Kelamin

: Laki-laki Umur

: 32 Pendidikan

: SMA Pekerjaan

: Wiraswasta Alamat & No. telepon

: Tanjung Maruo RT 002 Muaro Tembesi Hubungan dengan Pasien

: Adik Kandung Keakraban dengan Pasien: Pasien selalu berunding masalah dengan Tn. Anton. Tn. Anton yang paling dekat dengan pasien Sudah berapa lama kenal pasien: Sejak kecil Kesan pemeriksa/Dokter terhadap: Jujur dan sangat menyayangi pasienI. ANAMNESIS

Keterangan/anamnesis di bawah ini diperoleh dari :

1. Pasien sendiri (autoanamnesis): (x)2. Informan (alloanamnesis): ()1. Pasien datang ke fasilitas kesehatan ini atas keinginanKeluarga pasien2. Sebab utama pasien dibawa keluarganya ke RSJ Pasien mengamuk dan mengoceh sejak lima hari yang lalu (3-10-2014) Isi ocehan beragam namun mengenai keagamaan (sifat-sifat wali) Pasien lupa orang-orang disekitarnya (menganggap orang lain dan ririnya sendiri sebagai wali)3. Keluhan utama pasien dan telah berlangsung selamaSelama 5 hari 4. Riwayat perjalanan penyakit pasien sekarang Seminggu sebelumnya, istri pasien mengaku pasien tiba-tiba berpesan untuk menitipkan sertifikat tanah, harta benda, tolong mengurus anak, istri dipersilahkan menikah kembali (seolah meninggalkan wasiat) Hari jumat siang (tanggal 3-10-2014), pasien terjatuh dari kursi akibat melamun dan kepala mengalami benjol Malam harinya pasien mulai mengoceh masalah wali namun masih bisa mengingat keluarganya Sabtu siang (4-10-2014), pasien kembali terjatuh dari tempat duduk karena melamun, dan malam harinya mulai mengoceh dan tidak lagi bisa mengingat anggota keluarganya Hari senin (6-10-2014) pasien dibawa ke IGD RSJ Jambi dengan keluhan yang sama dan semakin berat (mengoceh masalah agama seolah-olah ada lawan bicara) karena disertai keadaan bersilat-silat. Pasien dianjurkan untuk dirawat namun keluarga menolak Hari rabu (8-10-2014) pasien kembali datang ke IGD dengan keluhan yang sama dan akhirnya dirawat.5. Riwayat penyakit pasien sebelumnya tiga belas tahun yang lalu, pasien pernah kesurupan untuk pertama kalinya dan di rukiah 3x dan akhirnya kembali normal. Sejak saat itu pasien mudah mengalami sakit kepala dan sering mengkonsumsi obat penghilang sakit kepala (bodrex dan paramex). enam bulan yang lalu, pasien diperiksa ke rumah sakit karena mengalami migren yang berat. Hasil pemeriksaan tidak ditemukan kelainan di otak.

6. Riwayat Keluarga pasien

a. Identitas Orang tua

IDENTITASORANG TUA

AYAH: Ponijo (alm)IBU: Aslamiah

BangsaIndonesiaIndonesia

SukuJawaJambi

AgamaIslamIslam

PendidikanSR (SD)SR (SD)

PekerjaanTani sawitTani

Umur63 tahun50an thn

AlamatTanjung Maruo RT 007

Hubungan dengan OsAyah KandungAyah Kandung

b. Kepribadian

Bapak ( Dijelaskan oleh kakak os) Tegas, keras (tidak memukul), disiplin, pekerja keras, dan sangat bergantung kepada pasien Ibu (Dijelaskan oleh kakak os) Penyayang dan sangat memperhatikan anak-anaknyac. Os bersaudara 8 orang ( ber-5 dari istri pertama/ibu kandung dan tiga orang dari istri kedua) dan os anak ke- 2d. Urutan saudara dan usianya :

1. Ernawati (43)2. Ermanto (40)3. Erwanto (37)4. Paryanto (34)

5. Anton (32)

6. Eti Susanti (36)

7. Wahyu Irwando (25)

8. Dandi (15)e. Gambaran kepribadian masing-masing saudara os dan hubungan terhadap saudara :Saudara Ke -Gambaran KepribadianHubungan dengan saudara

1Cuek, kurang perhatian, gampang tertekanTidak terlalu dekat

2Periang, bertanggungjawab, sangat memperhatikan anggota keluargaSangat baik

3 Mudah marah, keras, mudah stresBaik

4Terbuka, periang, penyayangSangat baik

f. Gambaran kepribadian orang lain yang tinggal di rumah os dan hubungan terhadap os :

Pasien tinggal bersama istri dan ketiga anak nya. Istri pasien memiliki kepribadian pendiam, tertutup, penurut, dan penyayang. Anak-anak pasien masih kecil dan keadaannya baikg. Riwayat penyakit jiwa, kebiasaan-kebiasaan dan penyakit fisik pada anggota keluarga :1. Saudara tertua pasien (anak ke-1) ( sering mengalami kesurupan sejak muda, mudah tertekan jika mendapat masalah, sering memendam masalah, bersikap tidak memperhatikan orang lain, dan sering sakit kepala sejak muda2. Saudara ke tiga (anak ke-4) pasien, pernah mengalami kecelakaan dan mengalami koma selama 24 hari di rumah sakit. Sejak saat itu, sering mengoceh dan gampang marah serta pernah tidak mau menggunakan pakaian di rumah selama satu minggu setelah sadar dari koma.

h. Riwayat tempat tinggal

Rumah tempat tinggalKeadaan Rumah

TenangCocokNyamanTak menentu

Rumah

7. Gambaran seluruh faktor-faktor fisik dan mental yang bersangkut paut dengan perkembangan kejiwaan os selama masa sebelum sakit (pramorbid)a. Riwayat sewaktu dalam kandungan dan dilahirkan :Lahir cukup bulan dengan dukunb. Riwayat masih bayi dan anak-anak

Pertumbuhan fisik : normal Minum ASI

: Usia mulai bicara: seperti pada anak umumnya Usia mulai jalan: seperti pada anak umumnyac. Kesehatan fisik masa kanak-kanakPasien dilaporkan tidak pernah mengalami sakit berat. Hanya demam ringan baisa selama masa balitad. Kepribadian serta tempramen sewaktu anak-anakTidak diketahui e. Masa sekolah PerihalSD-SMP

Umur Masuk SD 5 tahun

PrestasiBaik, tidak ada tinggal kelas

Aktifitas SekolahMulai merokok dan minum alkohol saat SMP

Sikap terhadap Teman Baik

Sikap terhadap Guru Baik

f. Masa remaja

Kenakalan remaja (-),Perokok berat (+), Penggunaan obat terlarang (-), Peminum Minuman Keras (+).g. Riwayat pekerjaan

Pasien dari pagi hingga siang hari bekerja sebagai petani karet dan setelah itu bekerja sebagai tukang pangkas rambut di rumahh. Percintaan, perkawinan, kehidupan sosial, dan rumah tangga : Rumah tangga berjalan harmonis namun sedikit terganggu akibat pasien menjual sebidang tanah tanpa sepengetahuan istri8. Stressor psikososial

Hutang sebesar sepuluh juta rupiah yang terus ditagih oleh orang lain Ada masalah dengan warga di sekitar rumah9. Riwayat penyakit fisik yang pernah diderita os

Penyakit maag kronis10. Pernah suicide : keinginan bunuh diri pernah diungkapkan paien kepada saudaranya 11. Penggunaan alkohol/zat adiktif lainnya : alkohol ()II. PEMERIKSAAN PSIKIATRIK KHUSUS

A. Gambaran Umum

1. Penampilan

: tampak tidak sehatSikap Tubuh

: rahang bawah tampak tidak simetrisCara berpakaian

: rapiKesehatan fisik

: lemas karena tidak mau makan sejak pagi 2. Perilaku dan aktifitas psikomotor

Cara berjalan

: normal 3. Sikap terhadap pemeriksa : tidak kooperatifB. Pembicaraan dan fragmen pembicaraan

Arus pembicaraan

: mengulang topik yang samaPembendaharaan bahasa: sedikitC. Afek, mood, dan emosi lainnya

Afek

: datarMood

: disforikD. Pikiran

: waham keagamaan ().

E. Persepsi

: Halusinasi visual (), halusinasi auditorik()F. Mimpi dan fantasi: Tidak diketahuiG. Sensorium

1. Kesadaran : kompos mentis2. Orientasi W/T/O : terganggu3. Konsentrasi dan kalkulasi: terganggu4. Memori: terganggu5. Pengetahuan Umum : terganggu6. Pikiran abstrak : tergangguH. Insight

Penyangkalan total terhadap penyakitnyaI. Kemampuan mengendalikan rangsang dari dalam diri : tergangguIII. PEMERIKSAAN INTERNA Keadaan Umum :

Sensorium:Kompos mentisSuhu:BB:

Nadi: 77Pernafasan:TB :

TD:Turgor: Status Gizi:

Sistem Kardiovaskular: tidak diketahui Sistem Respiratorik

: tidak diketahui Sistem Gastrointestinal: maag kronik Sistem Urogenital

: tidak diketahuiIV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK KHUSUS LAINNYA : tidak dilakukanV. PEMERIKSAAN OLEH PSIKOLOG/PETUGAS SOSIAL DAN LAIN-LAIN : tidak dilakukanVI. RESUME Atas dasar gejala-gejala di atas, maka berdasarkan PPDGJ-III dipertimbangkan diagnosis berupa F.20.0 Skizofrenia Paranoid. Dimana penegakkan diagnosis, berdasarkan gejala-gejala sebagai berikut :

Pedoman Diagnostik Skizofrenia 4Harus ada sedikitnya 1 gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya 2 gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas).

a. Thought echo = isi pikiranya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda

Thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikiranya di ambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal)Thought broadcasting = isi pikiranya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahui nya. b. Delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh sesuatu kekuatan tertentu dari luar.

Delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh sesuatu kekuatan dari luar

Delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap sesuatu kekuatan dari luar

Delusion perception = pengalaman indrawi yang tak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya mistik/mukjizat.

c. Halusinasi auditori :

Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien

Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara)

Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya: perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain)

Atau paling sedikit 2 gejala di bawah ini harus ada secara jelas:

e. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja yang terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus

f. Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan (interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme

g. Perilaku katatonik, seperti gaduh gelisah, posisi tubuh tertentu atau fleksibilitas cerea, negativism, mutisme, dan stuporh. Gejala-gejala negative seperti : sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar. Pedoman diagnostik Skizofenia Paranoid :4 Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.

Sebagai tambahan :

Halusinasi dan atau waham harus menonjol :

(a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit, mendengung, atau bunyi tawa.

(b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain perasaan tubuh halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.

(c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau Passivity (delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas.

Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata / menonjol.VII. DIAGNOSIS BANDING1. F.20.0 Skizofrenia Paranoid

Memenuhi kriteria skizofrenia, dan halusinasi dan atau waham yang menonjol. 2. Gangguan Psikotik Akibat ObatGejala psikosis atau katatonia dapat disebabkan oleh berbagai macam zat. Anamnesis lengkap dan pemeriksaan penunjang diperlukan untuk menyingkirkan diagnosis banding ini.3. Berpura- pura dan Gangguan BuatanDiagnosis berpura- pura atau gangguan buatan diberikan kepada orang yang meniru gejala skizofrenia tetapi sebenarnya tidak menderita skizofrenia. Berpura- pura skizofrenia (malingering) biasanya dilakukan seseorang yang memiliki masalah hukum atau finansial. 4. Gangguan Psikotik lain

Gangguan psikotik yang mirip dengan skizofrenia adalah skizofreniform, gangguan psikotik singkat & gangguan skizoafektif. Perbedaan skizofrenia dengan skizofreniform dilihat dari durasi gejalanya. Pada skizofreniform gejalanya lebih dari satu bulan tapi kurang dari enam bulan. Gangguan psikotik singkat bila gejala hanya berlangsung sekurangnya satu hari tetapi tidak lebih dari satu bulan. VIII. DIAGNOSISAksis I: F.20.0 Skizofrenia ParanoidAksis II: Ciri kepribadian introvert dan tidak ada retardasi mentalAksis III: Post amputasi phalank proximal os digiti II manus sinistraAksis IV: Tidak rutin minum obatAksis V: GAF 70 61 beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik

IX. TERAPI

Injeksi (im) diazepam, dosis 1 ampul /8 jam ( jika os gelisah

Haloperidol 5 mg (3 x 1

THP 2 mg ( 2 x 1

CPZ 100 mg ( 1x1

Cefadroxil 500 mg ( 2 x 1 (selama 5 hari)

X. SARAN/USUL

Tidak ada pemeriksaan diagnostik lanjutan yang harus dilakukan pada kasus Tn. P (21 tahun). Hal yang sebaiknya dilakukan dalam penanganan kasus Tn. P (21 tahun) adalah; bagaimana hubungan dokter pasien dapat terjaga dengan baik karena pasien skizofrenia seringkali sulit untuk percaya dengan orang lain sehingga, dokter psikiatri harus mampu menumbuhkan rasa percaya pasien terhadapnya karena dengan kepercayaan ini dapat membuat pasien tetap mengikuti psikoterapi, patuh dengan medikasi dan mendapatkan target terapi yang baik. XI. PROGNOSIS

Secara umum 25% individu sembuh sempurna, 40% mengalami kekambuhan dan

35% mengalami perburukan.

Untuk menetapkan prognosis kita harus mempertimbangkan semua faktor dibawah ini :3Prognosis baikPrognosis buruk

Onset lambat

Faktor pencetus yang jelas

Onset akut

Riwayat sosial, seksual, pekerjaan pramorbid baik

Gejala gangguan mood

Menikah

Riwayat keluarga gangguan mood

Sistem pendukung yang baik

Gejala positif

Onset muda

Tidak ada faktor pencetus

Onset tidak jelas

Riwayat sosial, seksual, pekerjaan pramorbid buruk

Perilaku menarik diri, autistikTidak menikah, bercerai, janda/duda

Riwayat keluarga skizofrenia

Sistem pendukung yang buruk

Gejala negatifTanda dan gejala neurologis

Riwayat trauma perinatal

Tidak ada remisi dalam tiga tahun

Banyak relaps

Riwayat penyerangan

Saat ini dengan pengobatan modern, ternyata bila penderita itu datang berobat dalam tahun pertama setelah serangan pertama, maka kira-kira sepertiga dari mereka akan sembuh sama sekali (full remission atau recovery), sepertiga yang lain dapat dikembalikan ke masyarakat walaupun masih didapati cacat sedikit dan mereka masih harus sering diperiksa dan diobati selanjutnya (social recovery). Yang sisanya biasanya memiliki prognosis yang jelek, mereka tidak dapat berfungsi di masyarakat dan menuju kemunduran mental, sehingga mungkin menjadi penghuni tetap rumah sakit jiwa. Dari tabel di atas, dapat disimpulkan prognosis Tn. P adalah dubia ad malam.XII. TERAPI1. Perawatan di rumah sakit 2Indikasi utama perawatan di rumah sakit adalah:

Tujuan diagnostik

Menstabilkan medikasi

Keamanan pasien yang memiliki keinginan bunuh diri atau membunuh

Perilaku yang sangat kacau dan tidak sesuai

Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar, seperti makanan, pakaian dan tempat tinggal.

Perawatan di rumah sakit menurunkan stress pasien Lamanya perawatan di rumah sakit tergantung pada keparahan penyakit pasien dan tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan. Perawatan singkat di rumah sakit (4-6 minggu) sama efektifnya dengan perawatan jangka panjang di rumah sakit. Pendekatan perilaku aktif lebih efektif daripada hanya diberikan terapeutik.2. Farmakoterapi

Tidak ada pengobatan yang spesifik untuk masing-masing subtipe skizofrenia. Pengobatan hanya dibedakan berdasarkan gejala apa yang menonjol pada pasien. Pada skizofrenia paranoid, gejala positif lebih menonjol, maka adapun pengobatan yang disarankan kepada pasien obat-obat antipsikotik golongan tipikal (Chlorpromazine, Haloperidol).1 Dosis awal sesuai dengan dosis anjuran ( dinaikan setiap 2 3 hari ( dosis efektif (timbul sindrom psikosis) ( dievaluasi setiap 2 minggu dan bila perlu dinaikkan ( dosis optimal ( dipertahankan sekitar 8 12 minggu ( diturunkan setiap 12 minggu ( dosis maintenance ( dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun ( tapering off (dosis diturunkan tiap 2-4 minggu) ( stop5-7

Skizofrenia diobati dengan antipsikotik. Obat ini dibagi dalam dua kelompok, berdasarkan mekanisme kerjanya, yaitu dopamine receptor antagonist (DRA) atau antipsikotika generasi I (APG-I) dan serotonin-dopamine antagonist (SDA) atau antipsikotika generasi II (APG-II). Obat APG-1 disebut juga antipsikotika konvensional atau tipikal sedangkan APG-II disebut juga antipsikotika baru atau atipikal. 1

Obat APG-I berguna terutama untuk mengontrol gejala-gejala positif sedangkan untuk gejala negative hamper tidak bermanfaat. Obat APG-II bermanfaat baik untuk gejala positif maupun negatif. 1

Jenis-jenis obat APG-11Phenothiazine :

Chlorpromazine :

Dosis akut : 200-1000 mg/hari

Dosis pemeliharaan : 50-400 mg/hari

Butyrophenones :

Haloperidol :

Dosis akut : 5-20 mg/hari

Dosis pemeliharaan : 1-15 mg/hari

3. Terapi psikososial2

Dengan menggunakan terapi perilaku, berorientasi keluarga, kelompok dan individual. Keterampilan sosial pasien dilatih untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, dan komunikasi interpersonal. Psikoterapi berorientasi keluarga ini melibatkan anggota keluarga pasien. Psikoterapi individual dilakukan dokter psikiatrik dengan menjalin hubungan dokter pasien yang baik. Pasien skizofrenia seringkali sulit untuk percaya dengan orang lain. Dokter psikiatri harus mampu menumbuhkan rasa percaya pasien terhadapnya. Kepercayaan ini membuat pasien tetap mengikuti psikoterapi, patuh dengan medikasi dan mempunyai hasil yang baikBAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi

Skizofrenia adalah gangguan mental atau kelompok gangguan yang ditandai oleh kekacauan dalam bentuk dan isi pikiran (contohnya delusi atau halusinasi), dalam mood (contohnya afek yang tidak sesuai), dalam perasaan dirinya dan hubungannya dengan dunia luar serta dalam hal tingkah laku.2Menurut DSM-IV, adapun klasifikasi untuk skizofenia ada 5 yakni subtipe paranoid, terdisorganisasi (hebefrenik), katatonik, tidak tergolongkan dan residual. Untuk istilah skizofrenia simpleks dalam DSM-IV adalah gangguan deterioratif sederhana.3 Sedangkan menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesia yang ke-III skizofrenia dibagi ke dalam 6 subtipe yaitu katatonik, paranoid, hebefrenik, tak terinci (undifferentiated), simpleks, residual dan depresi pasca skizofrenia. 103.2 Epidemiologi

Penelitian insiden pada gangguan yang relatif jarang terjadi, seperti skizofrenia, sulit dilakukan. Survei telah dilakukan di berbagai negara, namun dan hampir semua hasil menunjukkan tingkat insiden per tahun skizofrenia pada orang dewasa dalam rentang yang sempit berkisar antara 0,1 dan 0,4 per 1000 penduduk. Ini merupakan temuan utama dari penelitian di 10-negara yang dilakukan oleh WHO. Untuk prevalensi atau insiden skizofrenia di Indonesia belum ditentukan sampai sekarang, begitu juga untuk tiap-tiap subtipe skizofrenia.9Prevalensinya antara laki-laki dan perempuan sama, namun menunjukkan perbedaan dalam onset dan perjalanan penyakit. Laki-laki mempunyai onset yang lebih awal daripada perempuan. Usia puncak onset untuk laki-laki adalah 15 sampai 25 tahun, sedangkan perempuan 25 sampai 35 tahun. Beberapa penelitian telah menyatakan bahwa laki-laki adalah lebih mungkin daripada wanita untuk terganggu oleh gejala negatif dan wanita lebih mungkin memiliki fungsi sosial yang lebih baik daripada laki-laki. Pada umumnya, hasil akhir untuk pasien skizofrenik wanita adalah lebih baik daripada hasil akhir untuk pasien skizofrenia laki-laki.

Skizofrenia tidak terdistribusi rata secara geografis di seluruh dunia. Secara historis, prevalensi skizofrenia di Timur Laut dan Barat Amerika Serikat adalah lebih tinggi dari daerah lainnya.23.3 Etiologi

Penyebab skizofrenia sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Namun berbagai teori telah berkembang seperti model diastesis-stres dan hipotesis dopamin. Model diastesis stres merupakan satu model yang mengintegrasikan faktor biologis, psikososial dan lingkungan. Model ini mendalilkan bahwa seseorang yang mungkin memiliki suatu kerentanan spesifik (diastesis) yang jika dikenai oleh suatu pengaruh lingkungan yang menimbulkan stres, memungkinkan perkembangan gejala skizofrenia. Komponen lingkungan dapat biologis (seperti infeksi) atau psikologis (seperti situasi keluarga yang penuh ketegangan).2Hipotesis dopamin menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh terlalu banyaknya aktivitas dopaminergik. Teori tersebut muncul dari dua pengamatan. Pertama, kecuali untuk klozapin, khasiat dan potensi antipsikotik berhubungan dengan kemampuannya untuk bertindak sebagai antagonis reseptor dopaminergik tipe 2. Kedua, obat-obatan yang meningkatkan aktivitas dopaminergik (seperti amfetamin) merupakan salah satu psikotomimetik. Namun belum jelas apakah hiperaktivitas dopamin ini karena terlalu banyaknya pelepasan dopamin atau terlalu banyaknya reseptor dopamin atau kombinasi kedua mekanisme tersebut. Namun ada dua masalah mengenai hipotesa ini, dimana hiperaktivitas dopamin adalah tidak khas untuk skizofrenia karena antagonis dopamin efektif dalam mengobati hampir semua pasien psikotik dan pasien teragitasi berat. Kedua, beberapa data elektrofisiologis menyatakan bahwa neuron dopaminergik mungkin meningkatkan kecepatan pembakarannya sebagai respon dari pemaparan jangka panjang dengan obat antipsikotik. Data tersebut menyatakan bahwa abnormalitas awal pada pasien skizofrenia mungkin melibatkan keadaan hipodopaminergik. 2Skizofrenia berdasarkan teori dopamin terdiri dari empat jalur dopamin yaitu:

1. Mesolimbik dopamin pathways: merupakan hipotesis terjadinya gejala positif pada penderita skizofrenia. Mesolimbik dopamin pathways memproyeksikan badan sel dopaminergik ke bagian ventral tegmentum area (VTA) di batang otak kemudian ke nukleus akumbens di daerah limbik. Jalur ini berperan penting pada emosional, perilaku khususnya halusinasi pendengaran, waham dan gangguan pikiran. Antipsikotik bekerja melalui blokade reseptor dopamin ksususnya reseptor dopamin D2. Hipotesis hiperaktif mesolimbik dopamin pathways menyebabkan gejala positif meningkat. 22. Mesokortikal dopamin pathways: jalur ini dimulai dari daerah VTA ke daerah serebral korteks khususnya korteks limbik. Peranan mesokortikal dopamin pathways adalah sebagai mediasi dari gejala negatif dan kognitif pada penderita skizofrenia. Gejala negatif dan kognitif disebabkan terjadinya penurunan dopamin di jalur mesokortikal terutama pada daerah dorsolateral prefrontal korteks. Penurunan dopamin di mesokortikal dopamin pathways dapat terjadi secara primer dan sekunder. Penurunan sekunder terjadi melalui inhibisi dopamin yang berlebihan pada jalur ini atau melalui blokade antipsikotik terhadap reseptor D2. Peningkatan dopamin pada mesokortikal dapat memperbaiki gejala negatif atau mungkin gejala kognitif. 23. Nigostriatal dopamin pathways: berjalan dari daerah substansia nigra pada batang otak ke daerah basal ganglia atau striatum. Jalur ini merupakan bagian dari sistem saraf ekstrapiramidal. Penurunan dopamin di nigostriatal dopamin pathways dapat menyebabkan gangguan pergerakan seperti yang ditemukan pada penyakit parkinson yaitu rigiditas, bradikinesia dan tremor. Namun hiperaktif atau peningkatan dopamin di jalur ini yang mendasari terjadinya gangguan pergerakan hiperkinetik seperti korea, diskinesia atau tik. 24. Tuberoinfundibular dopamin pathways: jalur ini dimulai dari daerah hipotalamus ke hipofisis anterior. Dalam keadaan normal tuberoinfundibular dopamin pathways mempengaruhi oleh inhibisi dan penglepasan aktif prolaktin, dimana dopamin berfungsi melepaskan inhibitor pelepasan prolaktin. Sehingga jika ada gangguan dari jalur ini akibat lesi atau penggunaan obat antipsikotik, maka akan terjadi peningkatan prolaktin yang dilepas sehingga menimbulkan galaktorea, amenorea atau disfungsi seksual.4Selain dopamin, neurotransmiter lainnya juga tidak ketinggalan diteliti mengenai hubungannya dengan skizofrenia. Serotonin contohnya, karena obat antipsikotik atipikal mempunyai aktivitas dengan serotonin. Selain itu, beberapa peneliti melaporkan pemberian antipsikotik jangka panjang menurunkan aktivitas noradrenergik.23.4 Gejala dan DiagnosisGejala dari skizofrenia paranoid berupa gejala positif dan negatif dari skizofrenia yang menonjol, misalnya perlambatan psikomotorik, aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non-verbal yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk.4 Gejala waham dan halusinasi dapat muncul dan terutama waham curiganya. 2Terlebih dahulu akan dibahas mengenai penegakan diagnosa skizofrenia. Adapun menurut DSM-IV sebagai berikut:

A. Gejala Karakteristik: dua (atau lebih) berikut, masing-masing ditemukan untuk bagian waktu yang bermakna selama periode 1 bulan (atau kurang jika diobati dengan berhasil):

1) Waham

2) Halusinasi

3) Bicara terdisorganisasi (misalnya sering menyimpang atau inkoherensi)

4) Perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas

5) Gejala negatif yaitu pendataran afektif, alogia, atau tidak ada kemauan (avolition)

Catatan: Hanya satu gejala kriteria A yang diperlukan jika waham adalah kacau atau halusinasi terdiri dari suara yang terus-menerus mengomentari perilaku atau pikiran pasien atau dua lebih suara yang saling bercakap-cakap satu sama lainnya.

B. Disfungsi sosial/pekerjaan: untuk bagian waktu yang bermakna sejak onset gangguan, satu atau lebih fungsi utama seperti pekerjaan, hubungan interpersonal, atau perawatan diri, adalah jelas di bawah tingkat yang dicapai sebelum onset (atau jika onset pada masa anak-anak atau remaja, kegagalan untuk mencapai tingkat pencapaian interpersonal, akademik, atau pekerjaan yang diharapkan).

C. Durasi: tanda gangguan terus-menerus menetap selama sekurangnya 6 bulan. Pada 6 bulan tersebut, harus termasuk 1 bulan fase aktif (yang memperlihatkan gejala kriteria A) dan mungkin termasuk gejala prodormal atau residual.

D. Penyingkiran gangguan skizoafektif atau gangguan mood: gangguan skizoafektif atau gangguan mood dengan ciri psikotik telah disingkirkan karena: (1) tidak ada episode depresif berat, manik atau campuran yang telah terjadi bersama-sama gejala fase aktif atau (2) jika episode mood telah terjadi selama gejala fase aktif, durasi totalnya relatif singkat dibandingkan durasi periode aktif dan residual.

E. Penyingkiran zat/kondisi medis umum

F. Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasif 3Sedangkan menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesia yang ke-III sebagai berikut:

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang jelas):

a) thought eco = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan walaupun isinya sama tapi kualitasnya berbeda.

thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan

thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya;

b) delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar, atau

delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau pikiran, tindakan atau penginderaan khusus); delusion perception = pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;

c) Halusinasi auditorik:

Suara halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus terhadap perilkau pasien, atauMendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara) atauJenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh pasien

d) Waham-waham menetap lainnya yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa3.5 Diagnosa Banding1. Gangguan Psikotik Sekunder dan akibat Obat

Gejala psikosis dan katatonia dapat disebabkan oleh berbagai macam zat. Saat memeriksa seseorang pasien psikotik, klinisi harus mengikuti tiga pedoman umum tentang pemeriksaan keadaan nonpsikiatrik. Pertama, klinisi harus cukup agresif dalam mengejar kondisi medis nonpsikiatrik jika pasien menunjukkan adanya gejala yang tidak lazim atau jarang atau adanya variasi dalam tingkat kesadaran. Kedua, klinisi harus berusaha untuk mendapatkan riwayat keluarga yang lengkap, termasuk riwayat gangguan medis, neurologis, dan psikiatrik. Ketiga, klinisi harus mempertimbangkan kemungkinan suatu kondisi medis nonpsikiatrik, bahkan pada pasien dengan diagnosis skizofrenia sebelumnya. Seorang pasien skizofrenia mempunyai kemungkinan yang sama untuk menderita tumor otak yang menyebabkan gejala psikotik dibandingkan dengan seorang pasien nonskizofrenik. Anamnesis lengkap dan pemeriksaan penunjang diperlukan untuk menyingkirkan diagnosis banding ini.22. Berpura- pura dan Gangguan Buatan

Diagnosis berpura- pura atau gangguan buatan diberikan kepada orang yang meniru gejala skizofrenia tetapi sebenarnya tidak menderita skizofrenia. Berpura- pura skizofrenia (malingering) biasanya dilakukan seseorang yang memiliki masalah hukum atau finansial. Pasien yang kurang mengendalikan pemalsuan gejala psikotiknya mungkin memenuhi diagnosis suatu gangguan buatan (factitious disorder). Tetapi, beberapa pasien dengan skizofrenia sering kali secara palsu mengeluh suatu eksaserbasi gejala psikotik untuk mendapatkan bantuan lebih banyak atau untuk dapat dirawat di rumah sakit.

3. Gangguan Psikotik lain

Gangguan psikotik yang mirip dengan skizofrenia adalah skizofreniform, gangguan psikotik singkat & gangguan skizoafektif. Perbedaan skizofrenia dengan skizofreniform dilihat dari durasi gejalanya. Pada skizofreniform gejalanya sekurang 1 bulan tetapi kurang dari enam bulan. Gangguan psikotik singkat bila gejala hanya berlangsung sekurangnya satu hari tetapi tidak lebih dari satu bulan. Gangguan skizoafektif jika sindrom manic atau depresif berkembang bersama-sama dengan gejala utama skizofrenia. 23.6 TerapiTidak ada pengobatan yang spesifik untuk masing-masing subtipe skizofrenia. Pengobatan hanya dibedakan berdasarkan gejala apa yang menonjol pada pasien. Pada skizofrenia paranoid, gejala positif lebih menonjol, maka adapun pengobatan yang disarankan kepada pasien obat-obat antipsikotik golongan tipikal (CPZ, HLP).9Obat Risperidon adalah suatu obat antipsikotik dengan aktivitas antagonis yang bermakna pada reseptor serotonin tipe 2 (5-HT2) dan pada reseptor dopamin tipe 2 serta antihistamin (H1). Menurut data penelitian, obat ini efektif mengobati gejala positif maupun negatif.2 Risperidon senyawa antidopaminergik yang jauh lebih kuat, berbeda dengan klozapin, sehingga dapat menginduksi gejala ekstrapiramidal juga hiperprolaktinemia yang menonjol. Meskipun demikian, risperidon dianggap senyawa antipsikotik atipikal secara kuantitatif karena efek samping neurologis ekstrapiramidalnya kecil pada dosis harian yang rendah.6Klozapin termasuk obat antipsikotik atipikal yang juga mempunyai aktivitas antagonis yang bermakna pada reseptor serotonin tipe 2 (5-HT2) dan antagonis lemah pada reseptor dopamin tipe 2 juga bersifat antihistamin (H1). Efek samping berupa gejala ekstrapiramidal sangat minimal, namun mempunyai sifat antagonis -1 adrenergik yang bisa menimbulkan hipotensi ortostatik dan sedatif.6 Selain itu, dilaporkan terjadinya agranulositosis dengan insiden 1-2% ditambah harganya yang mahal. Klozapin adalah obat lini kedua yang jelas bagi pasien yang tidak berespon terhadap obat lain yang sekarang ini tersedia.2Selain terapi obat-obatan, juga bisa diterapkan terapi psikososial yang terdiri dari terapi perilaku, terapi berorientasi keluarga, terapi kelompok, psikoterapi individual. Terapi perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif didorong dengan pujian atau hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan sehingga frekuensi maladaptif atau menyimpang dapat diturunkan.

Terapi berorientasi keluarga cukup berguna dalam pengobatan skizofrenia. Pusat dari terapi harus pada situasi segera dan harus termasuk mengidentifikasi dan menghindari situasi yang kemungkinan menimbulkan kesulitan. Setelah pemulangan, topik penting yang dibahas di dalam terapi keluarga adalah proses pemulihan khususnya lama dan kecepatannya. Selanjutnya diarahkan kepada berbagai macam penerapan strategi menurunkan stres dan mengatasi masalah dan pelibatan kembali pasien ke dalam aktivitas.2Terapi kelompok biasanya memusatkan pada rencana, masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Terapi kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan dan meningkatkan tes realitas bagi pasien dengan skizofrenia. 2Psikoterapi individual membantu menambah efek terapi farmakologis. Suatu konsep penting didalam psikoterapi adalah perkembangan hubungan terapeutik yang dialami psien adalah aman. Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahli terapi, jarak emosional antara ahli terapi dan pasien, dan keikhlasan ahli terapi seperti yang diinterpretasikan oleh pasien. Ahli psikoterapi sering kali memberikan interpretasi yang terlalu cepat terhadap pasien skizofrenia. psikoterapi untuk seorang pasien skizofrenia harus dimengerti dalam hitungan dekade, bukannya sesi, bulanan, atau bahkan tahunan. Di dalam konteks hubungan profesional, fleksibilitas adalah penting dalam menegakkan hubungan kerja dengan pasien. Ahli terapi mungkin akan makan bersama, atau mengingat ulang tahun pasien. Tujuan utama adalah untuk menyampaikan gagasan bahwa ahli terapi dapat dipercaya, ingin memahami pasien dan akan coba melakukannya dan memiliki kepercayaan tentang kemampuan pasien sebagai manusia. Mandred Bleuler menyatakan bahwa sikap terapeutik terhadap pasien adalah dengan menerima mereka bukannya mengamati mereka sebagai orang yang tidak dapat dipahami dan berbeda dari ahli terapi. 23.7 Prognosis

Prognosis tidak berhubungan dengan tipe apa yang dialami seseorang. Secara umum 25% individu sembuh sempurna, 40% mengalami kekambuhan dan

35% mengalami perburukan.Perbedaan prognosis paling baik dilakukan dengan melihat pada prediktor prognosis spesifik di Tabel 2.1. 2,3Prognosis baikPrognosis buruk

Onset lambat

Faktor pencetus yang jelas

Onset akut

Riwayat sosial, seksual, pekerjaan pramorbid baik

Gejala gangguan mood

Menikah

Riwayat keluarga gangguan mood

Sistem pendukung yang baik

Gejala positif

Onset muda

Tidak ada faktor pencetus

Onset tidak jelas

Riwayat sosial, seksual, pekerjaan pramorbid buruk

Perilaku menarik diri, autistik

Tidak menikah, bercerai, janda/duda

Riwayat keluarga skizofrenia

Sistem pendukung yang buruk

Gejala negatif

Tanda dan gejala neurologis

Riwayat trauma perinatal

Tidak ada remisi dalam tiga tahun

Banyak relaps

Riwayat penyerangan

Saat ini dengan pengobatan modern, ternyata bila penderita itu datang berobat dalam tahun pertama setelah serangan pertama, maka kira-kira sepertiga dari mereka akan sembuh sama sekali (full remission atau recovery), sepertiga yang lain dapat dikembalikan ke masyarakat walaupun masih didapati cacat sedikit dan mereka masih harus sering diperiksa dan diobati selanjutnya (social recovery). Yang sisanya biasanya memiliki prognosis yang jelek, mereka tidak dapat berfungsi di masyarakat dan menuju kemunduran mental, sehingga mungkin menjadi penghuni tetap rumah sakit jiwa.BAB IVANALISIS KASUS

Anamnesis dan pemeriksaan psikiatrik yang dilakukan terhadap pasien Tn. E umur 40 tahun yang datang ke Unit Gawat Darurat RSJ Jambi tanggal 8-10-2014, pasien dibawa oleh keluarga karena pasien mengoceh mengenai keagamaan dan menganggap orang disekitarnya sebagai orang lain (wali), pasien juga bertingkah aneh (bersilat-silat) 5 hari yang lalu. Keluhan tersebut baru dirasa oleh keluarga. Sejak seminggu sebelumnya, pasien mulai berbicara kepada istrinya mengenai menitipkan sertifikat rumah, perawatan anak, dan mempersilahkan istrinya untuk menikah lagi (seperti meniggalkan wasiat). Hari jumat tanggal 3-10-2014 pasien terjatuh dari kursi karena melamun dan malam harinya mulai mengoceh tidak karuan. Keesokan harinya, sabtu tanggal 4-10-2014 pasien mengoceh tambah parah dan mulai tidak mengenali anggota keluarganya. Menurut keterangan keluarga, pasien memiliki keingintahuan yang besar perihal keagamaan terutama sejak pasien diangkat menjadi pengurus mesjid pada Januari 2014. Pasien gemar mebaca buku keagamaan tanpa bimbingan. Menurut laporan keluarga, pasien juga memiliki 2 hutang yang menjadi beban pikiran selama kurang lebih 1 tahun terakhir. Hutang pertama telah dilunasi. Perihal hutang yang kedua, pemilik uang selalu mendesak pasien untuk segera membayar hutang tersebut. Hal ini tidak diceritakan pasien pada keluarganya. Hingga beberapa bulan belakangan, keluarga baru mengetahui masalah tersebut.

Pada pemeriksaan status mentalis didapatkan seorang laki-laki dengan penampilan kurang rapih, kesadaran komposmentis, perilaku dan aktivitas normoaktif, pembicaraan tidak dapat dimengerti, intonasi datar, afek inappropriate, mood disforik, fungsi intelektual menurun, daya konsentrasi menurun, orientasi tempat, waktu, dan orang terganggu, ada gangguan sensasi persepsi berupa halusinasi visual dan isi pikiran berupa waham keagamaan, pengendalian impuls terganggu, insight derajat 1. RTA pasien terganggu.

Pada penderita ditunjukkan gejala skizofrenia sebagai gejala utama yang berlangsung sejak 6 bulan terakhir dan memberat dalam 1 minggu terakhir.

Diagnosis banding yang dipertimbangkan adalah (F 20.0) Skizofrenia Paranoid, gangguan psikotik sekunder dan akibat obat, berpura-pura dan gangguan buatan, dan gangguan psikotik lain. Pada penderita, berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia edisi ke III 1993 (PPDGJ-III), tanda dan gejala yang dialami penderita dapat digolongkan dalam gangguan skizofrenia(F. 20.0)Penatalaksanaan yang diberikan pada penderita ini adalah dengan farmakoterapi dan nonfarmakoterapi. Jenis farmakoterapi yang digunakan pada penderita ini adalah golongan neuroleptik tipikal yaitu Haloperidol dengan pertimbangan untuk mengatas gejala postif yang dominan pada pasien ini. Selain terapi obat-obatan, juga bisa diterapkan terapi psikososial yang terdiri dari terapi perilaku, terapi berorientasi keluarga, terapi kelompok, psikoterapi individual. Prognosis penderita ini adalah dubia ad bonam. Hal ini didasarkan pada penilaian terhadap GAF Scale penderita (30-21) selama beberapa bulan dalam 1 tahun terakhir.DAFTAR PUSTAKA

1. Amir, Nurmiati. Skizofrenia. Dalam: buku ajar psikiatri. Sylvia D.E, Gitayanti H. editor. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010. hal. 172 3.2. Kaplan, Harold I, Benjamin J. Sadock dan Jack A. Grebb. Skizofrenia Dalam: synopsis psikiatri. Jilid satu. Jakarta: Binapura Aksara; 2010. hal. 474; 699 743.

3. Maramis, F willy. skizofrenia dalam catatan ilmu kedokteran jiwa. Edisi: II. Jakarta: Airlangga University press; 2009.hal. 259 2814. Maslim, Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ III. Jakarta : PT.Nuh Raya; 2001. hal. 52 3. 5. Maslim, Rusdi. Penggunaan klinis obat psikotropik. Edisi 1999. Jakarta; 1999. hal 14-216. Kesley, Jeffrey E, D Jeffrey Newport dan Charles B. Nemeroff. 2006. Prinsiples of Psychopharmacology for Mental Health Professionals. Canada : Wiley-Liss Inc.

7. Soares JC, Gershon S. 2004 Handbook of Medical Psychiatry ed. 2nd. Philadelphia : Elsevier.

8. Mansjoer, Arif. Gangguan Psikotik. Dalam: kapita selekta kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1999. hal. 199.9. Syamsulhadi dan Lumbantobing. Skizofrenia. FK UI. Jakarta: 2007. hal 26-34.10. Kumala, Poppy dkk. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 25. EGC. Jakarta:1998. hal. 970. 16