23
LAPORAN KASUS SCHIZOFRENIA PARANOID (F20.0) IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. M Umur : 28 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Status Pernikahan : Belum menikah Agama : Islam Warga Negara : Indonesia Suku Bangsa : Makassar Pendidikan : Sekolah Kepolisian Pekerjaan : Polisi staf Polda SPKT Alamat : Jl. Pettarani III No. 38 Diagnosa sementara : (F20.0). Masuk Poli Jiwa RS Bayangkara : 6 April 2015, pertama kali tanggal 18 Desember 2014 LAPORAN PSIKIATRI I. Riwayat Penyakit (diperoleh dari Autoanamnesis) A. Keluhan utama : Jantung berdebar B. Riwayat gangguan sekarang : 1. Keluhan dan Gejala 1

Refarat skizofrenia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

psikiatri

Citation preview

LAPORAN KASUS

SCHIZOFRENIA PARANOID (F20.0)IDENTITAS PASIEN

Nama

: Tn. M Umur

: 28 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-lakiStatus Pernikahan

: Belum menikah

Agama

: Islam

Warga Negara

: Indonesia

Suku Bangsa

: Makassar Pendidikan

: Sekolah KepolisianPekerjaan

: Polisi staf Polda SPKTAlamat: Jl. Pettarani III No. 38Diagnosa sementara

: (F20.0).Masuk Poli Jiwa RS Bayangkara: 6 April 2015, pertama kali tanggal 18 Desember 2014LAPORAN PSIKIATRI

I. Riwayat Penyakit (diperoleh dari Autoanamnesis)

A. Keluhan utama :Jantung berdebarB. Riwayat gangguan sekarang :

1. Keluhan dan GejalaPasien datang ke poliklinik psikiatri RS Bhayangkara dengan keluhan jantung berdebar-debar, dialami sejak awal tahun 2015. Keluhan tersebut dirasakan hilang timbul. Keluhan disertai dengan rasa tegang pada leher, keringat dingin, sasak nafas, nyeri ulu hati, cepat lelah dan nafsu makan menurun. Pasien juga sulit tidur, sering terbangun saat tengah malam dan sulit berkonsentrasi. Gejala dirasakan sejak sekitar awal tahun 2015 setelah mendapati suaminya sedang berduaan dengan seorang wanita di kamar kos. Pasien mengaku sudah sering memergoki suaminya berselingkuh dengan seorang wanita sejak 10 tahun yang lalu. Awalnya pasien tidak begitu khawatir, namun akhir-akhir ini pasien sering merasa gelisah apabila suaminya tidak pulang kerumah, sehingga pasien sering tidak tidur karena memikirkan hal tersebut dan pasien biasanya menelpon suaminya untuk mengetahui dimana keberadaannya.

Pasien mengaku sering bertengkar di rumah dengan suaminya di hadapan anak-anaknya sehingga pasien juga mengkhawatirkan psikologis anaknya. pasien juga khawatir kepada anak pertamanya yang sering mengkonsumsi obat-obatan. Anaknya tersebut sudah pernah masuk ke panti rehabilitasi dan setelah keluar anaknya tersebut kembali mengkonsumsi obat-obatan.

Pasien belum pernah berobat sebelumnya. Awalnya pasien mengira dia menderita penyakit jantung, namun dari hasil pemeriksaannya semua normal.

Hendaya/Disfungsi:

- Hendaya dalam bidang sosial (+)

- Hendaya dalam bidang pekerjaan (+)

- Hendaya dalam penggunaan waktu senggang (+)

Faktor Stressor Psikososial:

Mendapati suami berselingkuh dengan perempuan lain Hubungan gangguan, sekarang dengan riwayat penyakit fisik dan psikis sebelumnya:

Riwayat penyakit medis (-)

Riwayat trauma (-)

Riwayat kejang (-)

Riwayat infeksi (-)

Riwayat NAPZA (-)

C. Riwayat gangguan sebelumnya :

1. Riwayat penyakit dahuluTidak ada2. Riwayat penggunaan zat psikoaktifPasien tidak memiliki riwayat penggunaan zat psikoaktif.3. Riwayat gangguan psikiatri sebelumnyaPasien tidak memiliki riwayat psikiatri sebelumnya.D. Riwayat kehidupan pribadi :

1. Riwayat Prenatal dan Perinatal ( 0-1 tahun )Pasien lahir normal, cukup bulan dan ditolong oleh bidan. Selama masa kehamilan,ibu pasien dalam keadaan sehat. Pasien tumbuh dan berkembang dengan baik. Pasien merupakan anak yang diharapkan.

2. Masa Kanak Awal ( 1-3 tahun )

Pasien diasuh oleh kedua orang tuanya. Pertumbuhan dan perkembangan pasien pada masa anak-anak awal sesuai dengan perkembangan anak seusianya. Tidak ada masalah perilaku yang menonjol.

3. Masa Kanak Pertengahan ( 4-11 tahun )

Semasa sekolah pasien dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Pasien tinggal bersama orang tuanya. Pasien mudah bergaul dan memiliki banyak teman. 4. Masa Kanak Akhir ( 12-18 tahun )

Pasien melanjutkan SMA dan menyelesaikan sekolahnya dengan prestasi belajar yang cukup baik.5. Riwayat Masa dewasaPendidikan terakhir pasien ialah lulus SMA. Pasien sudah menikah dan mempunyai 4 orang anak.

6. Riwayat Kehidupan BeragamaPasien beragama islam. Pasien merupakan muallaf mengikuti agama suaminya setelah menikah.E. Riwayat Kehidupan keluarga :

1. Pasien merupakan anak tunggal.2. Hubungan dengan orangtua dan saudara lainnya baik.3. Pasien sudah menikah dan punya 4 orang anak.4. Riwayat keluarga dengan penyakit yang sama (-).

5. Ayah pasien meninggal karena menderita penyakit jantung.

F. Situasi Sekarang :

Pasien tinggal bersama dengan anak dan suaminya.

G. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya :

Pasien merasa dirinya sakit dan butuh pengobatan.II. STATUS MENTAL

A. Deskripsi Umum

1. Penampilan: Seorang perempuan wajah sesuai umur, perawakan sedang dan perawatan diri baik, menggunakan baju daster warna orange bermotif bunga.2. Kesadaran: Baik3. Perilaku dan aktivitas psikomotor: normoaktif4. Pembicaraan: Spontan, lancar dengan intonasi biasa.5. Sikap terhadap pemeriksa: Kooperatif.

B. Keadaan afektif (mood), perasaan dan empati, keserasian:

1. Mood:cemas2. Afek:apropriate3. Keserasian: serasi4. Empati : Dapat dirabarasakanC. Fungsi Intelektual (kognitif):

1. Taraf pendidikan: Sesuai dengan tingkat pendidikan pasien

2. Daya konsentrasi: Baik

3. Orientasi: Waktu: Baik Tempat: Baik Orang: Baik4. Daya ingat: Daya Ingat Jangka Panjang: baik

Daya Ingat Jangka Pendek: baik

Daya Ingat Jangka Segera:baik

5. Pikiran abstrak: Baik

6. Bakat kreatif: Tidak ada

7. Kemampuan menolong diri sendiri: BaikD. Gangguan persepsi:

1. Halusinasi: Tidak ada

2. Ilusi: Tidak ada

3. Depersonalisasi: Tidak ada

4. Derealisasi: Tidak ada

E. Proses berpikir :

1. Arus pikiran :

a. Produktivitas :Baik, spontan

b. Kontinuitas : Relevan dan koheren

c. Hendaya berbahasa : Tidak ada

2. Isi pikiran

a. Preokupasi : ada, tentang penyakitnya.b. Gangguan isi pikiran : Tidak ada.F. Pengendalian impuls : Baik

G.Daya Nilai 1. Norma Sosial : Baik

2. Uji daya Nilai : Baik

3. Penilaian Realitas : Baik

H.Tilikan (insight) :Derajat 6 (sadar kalau dirinya sakit dan perlu pengobatan)

I. Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya.IV.Pemeriksaan Diagnostik Lebih Lanjut

A. Status Internus :1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran

: Compos mentis

3. Tanda vital

Tekanan Darah: 110/70 mmHg

Pernapasan

: 20 x/mnt

Nadi

: 80x/menit

Suhu

: 36,7oC

B. Status neurologik

1. GCS

: E4 V5 M6 2. Rangsang Meningeal: tidak dilakukan3. Tidak ditemukan reflex patologis

4. Sistem saraf otonom dalam batas normalV.Ikhtisar Penemuan Bermakna

Pasien datang ke poliklinik psikiatri RS Bhayangkara dengan keluhan jantung berdebar-debar, dialami sejak awal tahun 2015. Keluhan tersebut dirasakan hilang timbul. Keluhan disertai dengan rasa tegang pada leher, keringat dingin, sasak nafas, nyeri ulu hati, cepat lelah dan nafsu makan menurun. Pasien juga sulit tidur, sering terbangun saat tengah malam dan sulit berkonsentrasi.

Gejala dirasakan sejak sekitar awal tahun 2015 setelah mendapati suaminya sedang berduaan dengan seorang wanita di kamar kos. Pasien mengaku sudah sering memergoki suaminya berselingkuh dengan seorang wanita sejak 10 tahun yang lalu. Awalnya pasien tidak begitu khawatir, namun akhir-akhir ini pasien sering merasa gelisah apabila suaminya tidak pulang kerumah, sehingga pasien sering tidak tidur karena memikirkan hal tersebut dan pasien biasanya menelpon suaminya untuk mengetahui dimana keberadaannya.

Pasien mengaku sering bertengkar di rumah dengan suaminya di hadapan anak-anaknya sehingga pasien juga mengkhawatirkan psikologis anaknya. pasien juga khawatir kepada anak pertamanya yang sering mengkonsumsi obat-obatan. Anaknya tersebut sudah pernah masuk ke panti rehabilitasi dan setelah keluar anaknya tersebut kembali mengkonsumsi obat-obatan.

Pasien belum pernah berobat sebelumnya. Awalnya pasien mengira dia menderita penyakit jantung, namun dari hasil pemeriksaannya semua normal.

Dari status mental didapatkan seorang perempuan berusia 40 tahun,wajah sesuai umur, perawakan sedang dan perawatan diri baik, menggunakan baju daster warna orange bermotif bunga. Didapatkan perilaku psikomotor normoaktif, keadaan mood yang cemas, afek apropriate. Orientasi (waktu, tempat dan orang) baik. Preokupasi tentang penyakitnya. Tilikan (insight) :Derajat 6 (pasien sadar kalau dirinya sakit dan perlu pengobatan). Taraf dapat dipercaya: pasien tersebut dapat dipercaya.VI.Evalusi Multiaksial

Aksis I:Dari autoanamnesis didapatkan adanya gejala klinis yang bermakna yaitu serangan cemas, jantung berdebar-debar, rasa tegang pada leher, keringat dingin, sasak nafas, nyeri ulu hati, cepat lelah dan nafsu makan menurun. Pasien juga sulit tidur, sering terbangun saat tengah malam dan sulit berkonsentrasi.. Keadaan ini menimbulkan penderitaan (distress), terdapat hendaya pekerjaan dan sosial, disabilitas ringan sehingga dapat disimpulkan sebagai gangguan jiwa.Pada pemeriksaan status mental tidak ditemukan hendaya berat dalam menilai realita, sehingga digolongkan dalam gangguan jiwa non psikotik.Pada pemeriksaan status neurologis tidak ditemukan adanya kelainan yang mengindikasikan gangguan medis umum yang menimbulkan gangguan otak dan pada pemeriksaan EKG tidak dtemukan kelainan atau penyakit sehingga penyebab organik dapat disingkirkan, sehingga pasien didiagnosis sebagai gangguan jiwa non psikotik non-organik.Dari autoanamnesis serta pemeriksaan status mental didapatkan bahwa afek cemas, terdapat gejala-gejala anxietas (kecemasan, ketegangan motorik, dan overaktivitas otonomik). Serangan dirasakan sudah beberapa kali yang hampir setiap hari yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja. Setelah terjadinya masalah tersebut maka pasien digolongkan dalam Gangguan Cemas Menyeluruh(F41.1)Aksis II:

Ciri kepribadian tidak khas.Aksis III:tidak terdapat gangguan fisik.Aksis IV:

Masalah dalam rumah tangga sering mendapati suaminya selingkuh dan psikologis anak-anaknya terganggu dan anaknya ada yang mengkonsumsi obat-obatan.Aksis V

:

GAF Scale 70 61 : beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik.VII.Daftar Problem

Organobiologik: tidak ditemukan adanya gangguan fisik. Psikologik :Ditemukan hendaya ringan akibat masalah dalam rumah tangga.

Sosiologik

:Ditemukan hendaya dalam penggunaan waktu

senggang.

VIII. Rencana Terapi

a. Farmakoterapi : Alprazolam 1 mg 1/2- 1/2-1. Fluoxetine 20 mg b. Psikoterapi Ventilasi: Memberikan kesempatan kepada pasien untuk menceritakan keluhan dan isi hati serta perasaan sehingga pasien merasa lega.

Konseling: Memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien agar memahami penyakitnya dan bagaimana cara menghadapinya.c. Sosioterapi: Memberikan penjelasan kepada pasien, keluarga pasien dan orang-orang di sekitarnya. Sehingga dapat menerima dan menciptakan suasana lingkungan yang membantu.

IX. Follow Up

Memantau keadaan pasien dan perkembangan penyakitnya dengan memberi tahu kepada pasien untuk selalu teratur minum obat.X. Prognosis

: dubia ad bonamFaktor pendukung : Stressor jelas, pasien sadar bahwa dirinya sakit dan mau berobat, serta pasien mendapat dukungan dari keluarga.

Faktor penghambat: Stressor yang masih belum dapat diatasi dan terdapat keluhan yang sama dalam keluarga yaitu anaknya.XI. Diskusi Pembahasan Gangguan anxietas menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder, GAD) merupakan kondisi gangguan yang ditandai dengan kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan dan tidak rasional bahkan terkadang tidak realistik terhadap berbagai peristiwa kehidupan sehari-hari. Kondisi ini dialami hampir sepanjang hari, berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 bulan. Kecemasan yang dirasakan sulit untuk dikendalikan dan berhubungan dengan gejala-gejala somatik seperti ketegangan otot, iritabilitas, kesulitan tidur dan kegelisahan sehingga menyebabkan penderitaan yang jelas dan gangguan yang bermakna dalam fungsi sosial dan pekerjaan.GAD ditandai dengan kecemasan yang berlebihan dan khawatir yang berlebihan tentang peristiwa-peristiwa kehidupan sehari-harinya tanpa alasan yang jelas untuk khawatir. Kecemasan ini tidak dapat dikontrol sehingga dapat menyebabkan timbulnya stres dan mengganggu aktivitas sehari-hari, pekerjaan dan kehidupan sosial.

Pedoman diagnostik Gangguan Cemas Menyeluruh (F41.1) berdasarkan PPDGJ III dikatakan bahwa: yang pertama penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya free floating atau mengambang); yang kedua gejala-gejala tersebut bisanya mencakup unsur-unsur berikut: (a) kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti diujung tanduk, sulit konsentrasi, dsb.) (b) ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai) dan (c) overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering,dsb); yang ketiga pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan (reassurance) serta keluhan-keluhan somatic berulang yang menonjol; yang keempat adanya gejala-gejala lain yang menonjol yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari), khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama Gangguan Anxietas Menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode depesif(F32.-), gangguan anxietas fobik(F40.-), gangguan panic(F41.0), atau gangguan obsesif kompulsif(F42.-). Dari autoanamnesis serta pemeriksaan status mental didapatkan bahwa afek cemas, terdapat gejala-gejala anxietas (kecemasan, ketegangan motorik, dan overaktivitas otonomik). Serangan dirasakan sudah beberapa kali yang hampir setiap hari yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja. Setelah terjadinya masalah tersebut maka pasien digolongkan dalam Gangguan Cemas Menyeluruh.

Terapi terbaik untuk pengobatan gangguan cemas menyeluruh adalah alprazolam. Alprazolam dipilih sebagai drug of choice. Alprazolam sebagai anti anxietas mempunyai rasio terapeutik yang lebih tinggi dan lebih kurang menimbulkan efek adiksi dengan toksisitas rendah, selain itu onset of action dari alprazolam lebih cepat dibandingkan golongan benzodiazepine lainnya.

Prognosis untuk gangguan cemas pada pasien ini adalah dubia ad bonam. Faktor yang mendukung adalah adalah adanya dukungan sosial dari keluarga. Riwayat premorbid sosial dan pekerjaan baik. Tidak ada riwayat yang sama dalam keluarga. Pasien sadar dirinya sakit dan berusaha sembuh, dan stressor yang jelas. Faktor yang menghambat adalah stresor yang belum dapat diatasi dan terdapat keluhan yang sama dalam keluarga yaitu anaknya.XI. Lampiran Anamnesis

autoanamnesis pada tanggal 30 Maret 2015. Wawancara dilakukan dirumah pasien.DM:Assalamualaikum bu W bagaimana kabar?P:Waalaikumsalam baik dok,

DM:bisa saya mulai wawancaranya bu? P:boleh dok.DM: Boleh saya tau nama lengkapnya bu?

P:W dok. Tapi orang lebih mengenal saya dengan nama YI.DM:usianya berapa bu?

P:40 tahun dok.DM:Agamanya apa bu?P:Islam dokDM:Pendidikan terakhir ibu?

P:SMA dok.DM: Sudah menikah?

P: iya dok, menikah tahun 1992.DM:Kalau boleh ibu tolong ceritakan hal apa yang ibu keluhkan?P:jadi begini dok, saya semenjak awal tahun 2015 sering merasa jantung saya berdebar-debar, awalnya saya mengira saya sakit jantung karena kebetulan almarhum papa saya juga meninggal karena penyakit jantung, makanya saya pergi periksakan diri saya ke dokter tetapi kata dokter tidak ada apa-apa. Semua hasil pemeriksaannya normal dok. Saya juga bingung dokter saya sakit apa. M:Jantung berdebar-debar yang ibu rasakan itu hilang timbul atau terus-menerus?P:Kadang-kadang saja muncul dok, tidak setiap waktu.DM:Apakah ibu merasakan keringat dingin?P: Iya dok, kadang-kadang kalau muncul saya juga keringat dingin.

DM: Ibu merasa sering cepat capek atau rasa pegal di leher?

P: Iya dok, kadang-kadang begitu.

DM: Apakah rasa berdebar-debar itu ibu rasakan memberat saat beraktifitas?

P: Tidak tau juga dok, kadang-kadang lagi duduk-duduk santai begitu langsung kayak berdebar-debar jantungku saya rasa.

DM: Apakah ibu merasakan sesak?

P: Iya dok, saya juga rasa sesak tapi tidak selalu ji.

DM: Sesaknya itu timbul pada saat kapan?

P: Tidak pasti munculnya kapan dok, kadang kalau lagi santai-santai atau saat tidur jadi sesak begitu dok.

DM : Apakah ada peristiwa yang terjadi di awal tahun 2015 yang membuat ibu kepikiran?

P : Itu mi juga dok, tapi saya tidak yakin karena hal itu saya jadi begini, tapi memang saya rasa keluhan saya ini semakin berat sejak saya dapati suamiku selingkuh dengan perempuan lain. Sebenarnya lama mi dok suamiku begitu, dia sudah ditau bilang nakal memang. Sudah sering mi saya dapat dia selingkuh, sejak anakku yang kedua umur 8 tahun sering saya pergoki dia di kamar kos dengan cewek lain. DM : jadi pada awal tahun 2015 itu ibu pergoki suami ta berselingkuh?P: Iya dok, saya dapati mereka telanjang di kamar kos. Suami saya kan polisi dok, sering dia tidak pulang ke rumah alasannya lagi tugas. Tapi bisa sampai dua hari dia tidak pulang dok, kalau sudah begitu saya selalu tidak bisa tidur pikir dia dok, dan kalau saya sudah cemas begitu saya rasa berdebar-debar kayak ada firasatku begitu dok bilang ada lagi lain-lain dia bikin diluar begitu dok. Jadi biasanya saya telpon dia dok untuk tanyakan dia dimana.DM: Apakah ibu juga mengalami susah tidur?P: Iya dok, susah tidur kalau malam, saya kan tidur biasanya jam 9 keatas, dan selalu terbangun tengah malam, setelah itu tidak bisa tidur lagi dok biasa saya main hape tapi tidak ngantuk juga.

DM: kalau nafsu makan ibu bagaimana?

P: Agak malas makan dok, tapi saya memang dari dulu kurus begini ji dok.

DM: Apakah ada dalam keluarga ibu yang menderita hal yang sama?

P: Tidak ji dok, Cuma itu anak pertamaku saya khawatir juga dok.

DM: Kenapa dengan anak pertamanya bu?

P: Anu dok, dia sering mengkonsumsi itu obat namanya Tramadol. Sudah pernah mi dia masuk di rehab sempat berhenti tapi kembali lagi saya liat dia minum dok.

DM:sudah sejak kapan dia konsumsi itu obat bu?P: sudah sejak SMP kayaknya dok, begitu mi dok karena dia selalu bergaul sama teman-temannya yang nakal. Padahal dia pernah daftar polisi tapi lari dok nda mau. Apakah berpengaruh dok itu lingkungan rumah dengan perilaku anak-anakku?DM: Iya bu sangat berpengaruh. Maaf ibu apakah sering betengkar di rumah?

P: Iya dok. Sering.

DM: Kalau bertengkar di hadapan anak?

P: Iya dok.

DM: Itu bisa sangat mempengaruhi mental anak ta bu. Apakah anak ta yang lain tidak ada gangguan?

P: Iya dok, anak keduaku itu sering keringat dingin juga kalau maju di depan kelas untuk berbicara dok. Biasa sampai pusing dia rasa dok.

DM: mungkin saja anak ta juga mengalami gangguan cemas bu.

P: Oh begitu ya dok.DM

: Bagaimana aktifitas sehari-harinya ibu?P: Saya sekarang lebih sering di rumah dok, jarang keluar rumah jadi malas bikin apa-apa.DM:Ibu pernah melihat bayangan-bayangan atau bisikan-bisikan?P: Tidak pernah dok.

DM: Apakah ibu pernah menderita penyakit lain?

P: Tidak pernah dok.DM : Maaf bu, apakah ibu pernah mengkonsumsi obat-obatan atau alkohol?P: Tidak pernah dok.

DM: Apakah ibu merokok?

P: tidak dok.

DM: Bagaimana kehidupan beragama ibu?

P: Saya kebetulan muallaf dok sejak menikah dengan suami. Tapi suami saya juga jarang shalat dok.

DM:Jadi bu, dari gejala-gejala yang ibu sebut itu termasuk kedalam gangguan cemas.P:Oh begitu ya dok.DM: Iya bu, jadi gangguan itu biasanya timbul karena adanya konflik di dalam batin ibu yang belum terselesaikan. Salah satunya mungkin seperti yang ibu paparkan tadi mengenai suami ibu.P: Jadi apakah bisa sembuh dok?

DM: Insha Allah bisa bu, asalkan pemicunya jelas, kita coba atasi dan ibu teratur minum obat, Insha Allah bisa sembuh bu. Apakah ada hal lain yang mau ibu tambahkan atau tanyakan?

P: Tidak ji dok.

DM: Kalau begitu wawancaranya sudah selesai. Terima kasih banyak ibu atas waktunya.P:Iya dok, sama-sama. Terima kasih banyak atas kunjungannya dok. DAFTAR PUSTAKA1. Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Cetakan 1. 2001. Jakarta: Penerbit Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya. Dicetak oleh PT.Nuh Jaya.

2. Kaplan & Saddock. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. 2012. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.3. D.Elvira, Sylvia. Hadisukanto, Gitayanti. Buku Ajar Psikiatri. 2010. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.4. Maslim, Rusdi. Panduan Praktis, Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Cetakan ketiga. 2007. Jakarta: Penerbit Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya. Dicetak oleh PT.Nuh Jaya.1