13
  1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suhu tubuh manusia merupakan hasil akhir dari produksi panas oleh proses metabolik dan atau aktivitas otot dan kehilangan panas, dihantar oleh aliran darah ke struktur subkutan dan kutan dan disebaarkan oleh keringat. Tidak ada suhu inti yang dapat dianggap normal, karena pengukuran yang dilakukan pada sebagian besar orang yang sehat memperlihatkan rentang suhu normal, yaitu sekitar 36,8 o C  37,4 o C. Suhu tubuh meningkat selama olahraga dan bervariasi pada suhu lingkungan yang ekstrim, karena mekanisme pengaturan suhu tidaklah sempurna. Bila dibentuk panas yang berlebihan di dalam tubuh karena kerja fisik yang melelahkan, suhu akan meningkat sementara sampai 101 o hingga 104 o F. Sebaliknya, ketika tubuh terpajan dengan suhu yang dingin, suhu dapat turun sampai di bawah nilai 96 o F. Demam merupakan peningkatan suhu tubuh di atas batas normal. Demam ini bisa merupakan gejala awal suatu penyakit dan bisa juga sebagai hal yang fisiologis. Demam bisa merupakan suatu gejala awal penyakit jika terdapat kuman penyakit yang telah mengganggu homeostasis tubuh. Dan respon tubuh dalam menjaga homeostasisnya, yaitu dengan cara menaikkan suhu tubuh (demam). Sedangkan yang fisiologis terutama setelah kita melakukan aktivitas atau latihan fisik. Namun, sebagian besar demam adalah akibat kondisi yang ditimbulkan oleh perubahan dalam pusat pengatur panas melalui pengaruh sitokin yang dihasilkan oleh makrofag (Guyton, 2007). B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan demam ? 2. Apa yang dimaksud dengan menggigil ?

SKENARIO3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SKENARIO3

5/17/2018 SKENARIO3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skenario3-55b07d5b42a07 1/13

 

  1

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah

Suhu tubuh manusia merupakan hasil akhir dari produksi panas oleh

proses metabolik dan atau aktivitas otot dan kehilangan panas, dihantar

oleh aliran darah ke struktur subkutan dan kutan dan disebaarkan oleh

keringat. Tidak ada suhu inti yang dapat dianggap normal, karena

pengukuran yang dilakukan pada sebagian besar orang yang sehat

memperlihatkan rentang suhu normal, yaitu sekitar 36,8oC – 37,4

oC. Suhu

tubuh meningkat selama olahraga dan bervariasi pada suhu lingkungan

yang ekstrim, karena mekanisme pengaturan suhu tidaklah sempurna. Bila

dibentuk panas yang berlebihan di dalam tubuh karena kerja fisik yang

melelahkan, suhu akan meningkat sementara sampai 101o

hingga 104o

F.

Sebaliknya, ketika tubuh terpajan dengan suhu yang dingin, suhu dapatturun sampai di bawah nilai 96

oF.

Demam merupakan peningkatan suhu tubuh di atas batas normal. Demam

ini bisa merupakan gejala awal suatu penyakit dan bisa juga sebagai hal

yang fisiologis. Demam bisa merupakan suatu gejala awal penyakit jika

terdapat kuman penyakit yang telah mengganggu homeostasis tubuh. Dan

respon tubuh dalam menjaga homeostasisnya, yaitu dengan cara

menaikkan suhu tubuh (demam). Sedangkan yang fisiologis terutama

setelah kita melakukan aktivitas atau latihan fisik.

Namun, sebagian besar demam adalah akibat kondisi yang ditimbulkan

oleh perubahan dalam pusat pengatur panas melalui pengaruh sitokin yang

dihasilkan oleh makrofag (Guyton, 2007).

B.  Rumusan Masalah

1.  Apa yang dimaksud dengan demam ?

2.  Apa yang dimaksud dengan menggigil ?

Page 2: SKENARIO3

5/17/2018 SKENARIO3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skenario3-55b07d5b42a07 2/13

 

  2

3.  Apa yang dimaksud dengan obat ?

4.  Apa yang dimaksud dengan kompres dan bagaimana teknik 

mengkompres yang benar ?

5.  Bagaimana mekanisme terjadinya demam ?

6.  Bagaimana mekanisme menggigil ?

7.  Bagaimana peran hipothalamus sebagai pusat pengatur suhu tubuh ?

C.  Tujuan

1.  Untuk menjelaskan yang dimaksud dengan demam.

2.  Untuk menjelaskan yang dimaksud dengan menggigil.

3.  Untuk menjelaskan yang dimaksud dengan obat.

4.  Untuk menjelaskan yang dimaksud dengan kompres dan tekniknya.

5.  Untuk menjelaskan mekanisme terjadinya demam.

6.  Untuk menjelaskan mekanisme menggigil.

7.  Untuk menjelaskan peran hipotalamus sebagai pusat pengatur suhu

tubuh.

D.  Manfaat

1.  Untuk memahami yang dimaksud dengan demam.

2.  Untuk memahami yang dimaksud dengan menggigil.

3.  Untuk memahami yang dimaksud dengan obat.

4.  Untuk memahami yang dimaksud dengan kompres dan tekniknya.

5.  Untuk memahami mekanisme terjadinya demam.

6.  Untuk memahami mekanisme menggigil.

7.  Untuk memahami peran hipotalamus sebagai pusat pengatur suhu

tubuh.

Page 3: SKENARIO3

5/17/2018 SKENARIO3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skenario3-55b07d5b42a07 3/13

 

  3

BAB II

STUDI PUSTAKA

A.  Hipothalamus

Pusat pengaturan suhu tubuh terletak pada hipothalamus, yang berperan

sebagai thermostat, yang secara langsung mengendalikan sistem saraf 

autonom dan secara tidak langsung mempengaruhi aliran darah ke perifer.

Dengan demikian bila panas perlu dihemat karena suhu lingkungan

rendah, akan terjadi vasokonstriksi perifer (Davis dan Phair, 2004).

Suhu tubuh diatur hampir seluruhnya oleh mekanisme persarafan umpan

balik, dan hampir semua mekanisme ini terjadi melalui pusat pengaturan-

suhu yang terletak di hipothalamus. Agar mekanisme umpan balik ini

dapat berlangsung, harus juga tersedia pendetektor suhu untuk 

menentukan kapan suhu tubuh menjadi sangat panas atau sangat dingin.

Bila pusat suhu hipothalamus mendeteksi bahwa tubuh terlalu panas atau

terlalu dingin, hipothalamus akan memberikan prosedur penurunan atau

peningkatan suhu yang sesuai (Guyton, 2007).

B.  Mekanisme Penurunan Suhu Bila Tubuh Terlalu Panas

1.  Vasodilatasi pembuluh darah kulit

Pada hampir semua area di dalam tubuh, pembuluh darah kulit

berdilatasi dengan kuat. Hal ini disebabkan oleh hambatan pusat

simpatis di hipothalamus posterior yang menyebabkan vasokonstriksi.

Vasodilatasi penuh akan meningkatkan kecepatan pemindahan panas

ke kulit sebanyak delapan kali lipat.

2.  Berkeringat

Peningkatan suhu tubuh tambahan sebesar 1o

C, menyebabklan

pengeluaran keringat yang cukup banyak untuk membuang 10 kali

kecepatan pembentukan panas tubuh basal.

3.  Penurunan pembentukan panas

Page 4: SKENARIO3

5/17/2018 SKENARIO3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skenario3-55b07d5b42a07 4/13

 

  4

Mekanisme yang menyebabkan pembentukan panas yang berlebihan,

seperti menggigil dan termogenesis kimia, dihambat dengan kuat.

(Guyton, 2007)

C.  Mekanisme Penurunan Suhu Bila Tubuh Terlalu Dingin

1.  Vasokonstriksi kulit di seluruh tubuh

Hal ini disebabkan oleh rangsangan dari pusat simpatis hipothalamus

posterior.

2.  Piloereksi

Hal ini tidak penting pada manusia, tetapi pada hewan yang lebih

rendah.

3.  Peningkatan termogenesis

Pembentukan panas oleh sistem metabolisme meningkat dengan

memicu terjadinya menggigil, rangsangan simpatis untuk 

pembentukan panas, dan sekresi tiroksin.

(Guyton, 2007)

D.  Rangsangan Hipothalamus Terhadap Menggigil

Pusat motorik primer untuk menggigil terletak pada bagian

dorsomedial dari hypothalamus posterior dekat dinding ventrikel

ketiga. Pusat ini teraktivasi ketika suhu tubuh turun bahkan hanya

beberapa derajat di bawah nilai suhu kritis. Pusat ini kemudian

meneruskan sinyal yang menyebabkan menggigil melalui traktus

bilateral turun ke batang otak, kemudian ke dalam kolumna lateralis

medulla spinalis, dan akhirnya ke neuron-neuron motorik anterior.

Sinyal tersebut meningkatkan tonus otot rangka di seluruh tubuh

dengan meningkatkan aktivitas neuron-neuron motorik anterior.

Ketika tonus meningkat di atas nilai kritis tertentu, proses menggigil

dimulai. Selama proses menggigil maksimum, pembentukan panas

tubuh dapat meningkat hingga sebesar empat sampai lima kali lipat

dari normal (Guyton, 2007).

E.  Konsep Set Point untuk Pengaturan Suhu Tubuh

Page 5: SKENARIO3

5/17/2018 SKENARIO3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skenario3-55b07d5b42a07 5/13

 

  5

Nilai suhu kritis disebut “set - point” pada mekanisme pengaturan

suhu, yaitu semua mekanisme pengaturan suhu secara terus menerus

berupaya untuk mengembalikan suhu tubuh kembali ke nilai set-point .

Pada suhu inti tubuh yang kritis, sekitar 37,1o

C (98,8oF), akan

menyebabkan perubahan drastis kecepatan kehilangan panas dan

pembentukan panas. Pada suhu di atas nilai ini, kecepatan kehilangan

panas lebih besar dari kecepatan pembentukan panas, sehingga suhu

tubuh turun dan mendekati 37,1o

C. pada suhu di bawah nilai ini,

kecepatan pembentukan panas lebih besar dari kecepatan kehilangan

panas, sehingga suhu tubuh kini meningkat dan sekali lagi mendekati

nilai 37,1oC.

(Guyton, 2007)

F.  Demam

1.  Definisi Demam

Demam, yang berarti suhu tubuh di atas batas normal, dapat

disebabkan oleh kelainan di dalam otak sendiri atau oleh bahan-bahan

toksik yang memengaruhi pusat pengaturan-suhu (Guyton, 2007).

Demam merupakan manifestasi sistemik yang paling umum akibat

respon inflamasi dan merupakan keluhan utama penyakit infeksi

(Nairn, 2001).

Demam atau naiknya suhu tubuh, adalah tanda infeksi. Namun,

penderita penyakit serius dengan infeksi dapat tanpa demam atau suhu

lebih rendah daripada normal. Lagipula ada banyak penyebab demam

selain infeksi (Davis dan Phair, 2004).

2.  Penyebab Demam

1.  Penyakit yang disebabkan bakteri

Sebagian besar protein, hasil pemecahan protein, dan beberapa zat

tertentu lainnya, terutama toksin liposakarida yang dilepaskan dari

membran sel bakteri, dapat menyebabkan peningkatan set-point  

pada thermostat hipothalamus. Zat yang menimbulkan efek seperti

ini disebut pirogen.

Page 6: SKENARIO3

5/17/2018 SKENARIO3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skenario3-55b07d5b42a07 6/13

 

  6

Apabila bakteri atau hasil pemecahan bakteri terdapat di dalam

 jaringan atau dalam darah, keduanya akan difagositosis oleh

leukosit darah, makrofag jaringan, dan limfosit pembunuh

bergranula besar. Seluruh sel ini selanjutnya mencerna hasil

pemecahan bakteri dan melepaskan zat interleukin-1 yang juga

disebut leukosit pirogen atau pirogen endogen ke dalam cairan

tubuh. Interleukin-1, saat mencapai hipothalamus, segera

mengaktifkan proses yang menimbulkan demam, kadang-kadang

meningkatkan suhu tubuh dalam jumlah yang jelas terlihat dalam

waktu 8 sampai 10 menit. Pertama-tama dengan menginduksi

pembentukan salah satu prostaglandin, terutama prostaglandin E2 ,

atau zat yang mirip, dan selanjutnya bekerja di hipothalamus untuk 

membangkitkan reaksi demam.

2.  Lesi otak 

Bila seorang ahli bedah otak melakukan operasi di daerah

hipothalamus, demam yang berat hampir selalu terjadi. Akan tetapi

 jarang timbul efek yang berlawanan, yakni terjadi hipotermia. Hal

tersebut memperlihatkan kemampuan mekanisme hipothalamus

untuk pengaturan suhu tubuh dan mudahnya kelainan di

hipothalamus dapat mengubah set-point pengaturan suhu. Keadaan

lain yang sering menyebabkan suhu tinggi yang berkepanjangan

adalah penekanan hipothalamus oleh tumor otak.

3.  Keadaan lingkungan yang dapat berakhir dengan heatstroke 

Apabila suhu tubuh meningkat melebihi suhu kritis, dalam rentang

105o

sampai 108o

F, orang tersebut dapat mengalami heatstroke.

Gejalanya meliputi pusing, rasa tidak enak pada perut yang kadang

disertai muntah, kadang delirium, dan akhirnya hilang kesadaran

bila suhu tubuh tidak segera turun. Gejala-gejala ini sering

diekserbasi oleh derajat syok sirkulasi yang disertai dengan

kehilangan banyak cairan dan elektrolit dalam keringat.

(Guyton, 2007)

Page 7: SKENARIO3

5/17/2018 SKENARIO3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skenario3-55b07d5b42a07 7/13

 

  7

G.  Tatalaksana Demam

Salisilat dan obat-obat lain yang digunakan untuk mengobati penyakit

rematik mempunyai kemampuan untuk menekan tanda dan gejala

peradangan. Beberapa dari obat ini juga mempunyai efek antipiretik dan

analgesic, tetapi efek anti-inflamasinya membuat obat-obat ini

bermanfaat dalam menanggulangi kelainan rasa nyeri yang berhubungan

dengan intensitas proses peradangan.

1.  Aspirin dan obat anti-inflamasi nonsteroid yang lebih baru (AINS)

(ibuprofen, naproksen, dan lain-lain), berhubungan secara kimiawi di

mana mereka adalah asam organik lemah. Obat-obat ini mempunyai

sifat penting menghambat prostaglandin. Efek antipiretik aspirin, yaitu

menurunkan demam, tetapi hanya sedikit mempengaruhi suhu badan

yang normal. Aspirin menghambat baik pirogen yang diinduksi oleh

pembentukan prostaglandin maupun respons susunan saraf pusat

terhadap interleukin-1 dan sehingga dapat mengatur kembali

“pengontrol suhu” di hipothalamus, sehingga memudahkan pelepasan

panas dengan jalan vasodilatasi.

2.  Asetaminofen merupakan obat penghambat prostaglandin yang lemah

pada jaringan perifer dan tidak memiliki efek anti-inflamasi yang

bermakna. Walaupun efek analgesik dan antipiretiknya setara dengan

aspirin, asetaminofen berbeda karena tidak adanya efek anti-inflamasi.

Obat-obat yang termasuk obat antiinflamasi non steroid (OAINS)

mempunyai efek analgesik, antipiretik, dan pada dosis yang lebih tinggi,

bersifat antiinflamasi (Payan dan Katzung, 2001).

Page 8: SKENARIO3

5/17/2018 SKENARIO3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skenario3-55b07d5b42a07 8/13

 

  8

BAB III

PEMBAHASAN

Pada skenario 4 blok 3 ini, dikatakan bahwa Dea, mahasiswi kedokteran

mengeluh demam dan menggigil. Demamnya terus-menerus, tidak turun

walaupun sudah dikompres dan minum obat. Oleh kakak tingkatnya diperiksa

suhu tubuh menggunakan thermometer di axilla, dan hasilnya 39oC. kemudian

Dea bertanya kepada kakak itu kenapa dia bisa demam. Kakak tingkatnya

mengatakan bahwa demam itu macam-macam sebabnya dan organ yang berperan

adalah hipothalamus.

Berdasarkan skenario di atas, kita perlu memahami definisi dari demam itu

sendiri. Secara umum, demam merupakan peningkatan suhu tubuh di atas normal

baik yang fisiologis ataupun yang patologis. Peningkatan suhu tubuh yang bersifat

fisiologis contohnya seperti peningkatan metabolisme dan latihan fisik.

Sedangkan yang bersifat patologis seperti timbulnya perubahan pada pusat

pengatur panas dan suhu lingkungan yang ekstrem. Peningkatan suhu tubuh yang

fisiologis tidak setinggi peningkatan suhu tubuh yang bersifat patologis. Artinya,

 jika seseorang mengalami peningkatan aktivitas tubuh, suhu tubuhnya akan naik 

beberapa derajat dan nantinya akan pulih kembali (suhu tubuh normal). Berbeda

dengan peningkatan suhu tubuh yang bersifat patologis, karena peningkatan suhu

tubuh ini bisa berjam-jam bahkan berhari-hari (Davis dan Phair, 2004).

Menggigil merupakan upaya untuk memperbesar produksi panas pada suhu

lingkungan yang rendah. Proses mengigil ini ada kaitannya dengan demam. Tahun

1940, Beeson melakukan percobaan yang menunjukkan bahwa sel fagosit yang

dirangsang, akan melepaskan faktor-faktor yang menimbulkan demam pada

kelinci. Satu perangsang klasik dari fagosit ini dan respon lain adalah endotoksin

atau polisakarida dinding sel gram negatif. Atkins, Wood dan teman-temannya

pada suatu percobaan membuktikan bahwa pirogen endogen terpisah dari produk 

bakteri lain. Bodel menunjukkan bahwa sumber pirogen endogen adalah fagosit

Page 9: SKENARIO3

5/17/2018 SKENARIO3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skenario3-55b07d5b42a07 9/13

 

  9

mononuklear atau makrofag. Sekarang ditentukan bahwa interleukin-1

(merupakan produk dari fagosit mononuklear yang terangsang) adalah sitokin

yang merangsang pelepasan asam arakhidonat produk prostaglandin E2 , yang

 jelas mengatur-menaikkan fungsi pusat pengatur panas. Sebagai akibatnya

vasokonstriksi perifer yang sering disertai keadaan menggigil, yang dapat

ditampakkan sebagai dingin menggigil atau kaku, menghasilkan produksi panas,

penghematan panas, dan kenaikan suhu (Davis dan Phair, 2004).

Pirogen eksogen

Monosit-makrofag

Pirogen endogen

Sitokin adalah polipeptida dengan berat molekul rendah yang disekresi oleh

limfosit serta sel efektor dan APC (Antigen Presenting Cell), dalam situasi

tertentu, sel epitel dan mesenkim merupakan sumber yang penting pula. (Kumar,

2007). Sedangkan penyebab demam, tidak selamanya karena adanya infeksi

(masuknya kuman atau bibit penyakit ke dalam tubuh dan menimbulkan tanda

atau gejala klinis). Penyebab lainnya, yaitu seperti lesi otak dan suhu lingkungan

yang rendah. Jika penyebabnya karena lesi otak, kemungkinan besar hipothalamus

mengalami penekanan dengan adanya tumor. Sehingga fungsi sebagai pusat

pengatur suhu tubuh terganggu. Dan jika penyebabnya karena suhu lingkungan

Peningkatan produk

dan konservasi (CNS)

Respon sel T

terhadap IL-1

meningkat

Plasma berubah

DEMAM ↑ respon imun  ↓ pertumbuhan

mikroba

Page 10: SKENARIO3

5/17/2018 SKENARIO3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skenario3-55b07d5b42a07 10/13

 

  10

yang rendah hal ini hampir sama dengan demam yang diakibatkan adanya infeksi,

yaitu vasokonstriksi perifer, menggigil, menghasilkan produksi panas,

penghematan panas, dan kenaikan suhu (demam) (Nairn, 2001).

Lalu bagaimana dengan demam yang sudah dikompres dan minum obat

tetapi tidak kunjung turun juga. Hal ini kemungkinan karena adanya kesalahan

pemberian air kompres, salah obat karena ketidaktahuan si sakit, atau tidak 

tepatnya obat yang sesuai dengan penyebab demam. Jika seseorang itu mengalami

demam, akan lebih baik jika menggunakan air hangat dalam pengompresan. Hal

ini dilakukan agar terjadi vasodilatasi pembuluh perifer. Dengan terjadinya

vasodilatasi, akan meningkatkan pengeluaran panas ke kulit di mana suhu kulit

dipengaruhi oleh suhu lingkungan (Guyton, 2007). Kemungkinan yang kedua

adalah ketidaktahuan si sakit akan obat yang harus di minumnya. Biasanya obat

antidemam (antipiretik) yang umum digunakan dan dijual bebas adalah aspirin.

Tapi ada juga yang menggunakan asetaminofen dan ibuprofen. Tetapi yang sering

digunakan adalah aspirin. Karena selain merupakan obat terbaik yang ada untuk 

menurunkan demam bila dikehendaki dan bila tak ada kontraindikasipenggunanya, harganya pun cukup terjangkau untuk semua kalangan (Neal,

2006). Kemungkinan terakhir jika obat yang digunakan tidak sesuai dengan

penyebab demamnya. Untuk itu, perlu anamnesis lebih lanjut dan pemeriksaan

laboratorium untuk penunjang.

Page 11: SKENARIO3

5/17/2018 SKENARIO3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skenario3-55b07d5b42a07 11/13

 

  11

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A.  Kesimpulan

1. Demam (kenaikan suhu tubuh di atas normal) bisa terjadi dalam kondisi

fisiologis ataupun patologis. Bersifat fisiologis terutama jika tubuh

melakukan latihan fisik. Dan bisa bersifat patologis, jika demam ini

merupakan suatu gejala adanya penyakit.

2. Demam tidak selalu disebabkan karena adanya infeksi karena banyak 

penyebab demam selain infeksi, seperti lesi otak dan suhu lingkungan.

Selain itu, penderita penyakit serius dengan infeksi dapat tanpa demam

atau suhu lebih rendah daripada normal.

(Davis dan Phair, 2004)

B. Saran

1. Jika mendapati seseorang yang demam segera lakukan tindakan, bisamengompresnya dengan air hangat atau memberikan obat antidemam

(antipiretik) yang dijual bebas di apotek.

2.  Jika demamnya tidak turun-turun juga, segera periksakan ke dokter.

karena dikhawatirkan demamnya merupakan suatu gejala adanya

penyakit. Dengan diperiksanya ke dokter, dokter akan melakukan

anamnesis dan dengan bantuan pemeriksaan laboratorium, bisa

diketahui penyebab dari demam tersebut.

Page 12: SKENARIO3

5/17/2018 SKENARIO3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skenario3-55b07d5b42a07 12/13

 

  12

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

Davis A. T dan Phair J. P., 2004. Pengaturan Suhu, Patogenesis Demam, dan

Pendekatan terhadap Penderita Demam dalam buku edisi bahasa Indonesia :

 Dasar Biologis dan Klinis Penyakit Infeksi oleh Shulman, Phair, Sommers.

Dalam buku edisi bahasa Inggris : The Biologic and Clinical Basis of 

 Infectious Diseases by Shulman, Phair, Sommers. 4th

ed. Yogyakarta : Gadjah

Mada University Press.

Guyton A. C. and Hall A.J., 2007.  Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta :

EGC.

Kumar Vinay.dkk., 2007. Buku Ajar Patologi. Jakarta : EGC.

Nairn R., 2001. Imunologi dalam buku edisi bahasa Indonesia :  Mikrobiologi

Kedokteran oleh Jawetz, Melnick, dan Adelberg’s. Dalam buku edisi bahasa

Inggris : Medical Microbiology  by Jawetz, Melnick, and Adelberg’s. 22nded.

Jakarta : Salemba Medika. 

Neal M. J., 2006. At A Glance Farmakologi Medis. Jakarta : Erlangga.

Payan D. G dan Katzung B. G., 2001. Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid;Analgesik 

Nonopioid;Obat yang Digunakan Pada Gout dalam buku edisi bahasa

Indonesia : Farmakologi Dasar dan Klinik  oleh Katzung. Dalam buku edisi

bahasa Inggris : Basic And Clinical Pharmacology by Katzung. 6th

ed. Jakarta

: EGC.

Page 13: SKENARIO3

5/17/2018 SKENARIO3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skenario3-55b07d5b42a07 13/13

 

  13