82
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk (PT Telkom) adalah penyedia layanan telekomunikasi dan jaringan terbesar di Indonesia. PT Telkom menyediakan layanan Infocom, telepon tidak bergerak kabel (fixed wireline) dan telepon tidak bergerak nirkabel (fixed wireless), layanan telepon seluler, data dan internet, baik secara langsung maupun melalui anak perusahaan. Sampai dengan 31 Desember 2009, jumlah pelanggan PT Telkom telah tumbuh sebesar 21,2% atau menjadi 105,1 juta pelanggan. PT Telkom melayani 8,4 juta pelanggan telepon tidak bergerak kabel, 15,1 juta pelanggan telepon tidak bergerak nirkabel, dan 81,6 juta pelanggan telepon seluler (Telkom, 2010). Seiring dengan terus berkembangnya PT Telkom, jumlah aset yang dimiliki juga terus bertambah dari tahun ke tahun. PT Telkom memiliki aset dengan nilai kapital yang besar dan dapat menunjang proses bisnis diantaranya aset operasional kantor dan aset infrastruktur telekomunikasi. Saat ini pengelolaan aset PT Telkom sudah menggunakan jasa outsourcing dan leasing, tapi pada kenyataannya PT Telkom tetap memiliki aset yang harus 1

SK Joga (Email)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SK Joga (Email)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk (PT Telkom) adalah penyedia layanan

telekomunikasi dan jaringan terbesar di Indonesia. PT Telkom menyediakan layanan

Infocom, telepon tidak bergerak kabel (fixed wireline) dan telepon tidak bergerak

nirkabel (fixed wireless), layanan telepon seluler, data dan internet, baik secara

langsung maupun melalui anak perusahaan. Sampai dengan 31 Desember 2009,

jumlah pelanggan PT Telkom telah tumbuh sebesar 21,2% atau menjadi 105,1 juta

pelanggan. PT Telkom melayani 8,4 juta pelanggan telepon tidak bergerak kabel,

15,1 juta pelanggan telepon tidak bergerak nirkabel, dan 81,6 juta pelanggan telepon

seluler (Telkom, 2010).

Seiring dengan terus berkembangnya PT Telkom, jumlah aset yang dimiliki

juga terus bertambah dari tahun ke tahun. PT Telkom memiliki aset dengan nilai

kapital yang besar dan dapat menunjang proses bisnis diantaranya aset operasional

kantor dan aset infrastruktur telekomunikasi. Saat ini pengelolaan aset PT Telkom

sudah menggunakan jasa outsourcing dan leasing, tapi pada kenyataannya PT

Telkom tetap memiliki aset yang harus dikelola dengan baik. Aset operasional PT

Telkom dikelola oleh setiap staf aset di tiap divisi perusahaan. Berbeda dengan

pengelolaan aset operasional, PT Telkom memiliki Divisi Infrastruktur

telekomunikasi (Infratel) untuk mengelola seluruh aset infrastruktur yang diperlukan

dalam menyelenggarakan jasa dan akses infocom. Divisi ini dibentuk, untuk

merespon tantangan bisnis global dan mengakomodasi bisnis lama divisi network

seperti penyediaan network panggilan jarak jauh, network domestic dan internasional,

satelit dan intelligent network (IN).

Aset membutuhkan manajemen yang baik untuk dapat dimonitor, dijaga, dan

dipelihara, sehingga aset memiliki kemudahan dalam pengelolaan. Kebutuhan akan

pengelolaan aset yang baik sangat penting guna mendukung proses bisnis perusahaan.

1

Page 2: SK Joga (Email)

Kegiatan pengelolaan aset dimulai dari perencanaan kebutuhan, pengadaan, operasi

dan pemeliharaan, hingga penghapusan aset (write off).

Kegiatan pengelolaan aset di PT Telkom dirasa masih kurang baik, hal ini dapat

dilihat dari adanya beberapa permasalahan dalam hal mutasi dan penghapusan aset.

Mutasi merupakan perpindahan aset dari suatu bagian atau divisi ke bagian atau divisi

lain dengan tujuan pengoptimalisasian aset dan pengefektifan kinerja. Sedangkan

Penghapusan adalah tindakan menghapus barang milik negara/daerah dari daftar

barang dengan menerbitkan surat keputusan dari pejabat yang berwenang untuk

membebaskan pengguna dan/atau kuasa pengguna barang dan/atau pengelola barang

dari tanggung jawab administrasi dan fisik atas barang yang berada dalam

penguasaannya (PP No. 6 Tahun 2006).

Penghapusan dan mutasi aset merupakan salah satu proses pengelolaan aset

yang memegang peranan penting dalam kinerja perusahaan. Semakin menurunnya

kondisi fisik suatu aset, kegiatan penghapusan aset tetap tidak dapat dihindarkan lagi.

Begitu pula dengan kegiatan mutasi aset, kebutuhan akan aset yang tidak dapat

ditangguhkan menyebabkan pentingnya mutasi aset tetap antar Network Regional

(Netre) di divisi infratel.

Kurang optimalnya kegiatan operasional aset tetap di divisi Infratel PT Telkom

menyebabkan tingkat pencapaian dari proses penghapusan aset masih belum optimal.

Hal ini dibuktikan dengan banyaknya kartu aset yang sulit di temukan sehingga aset

yang dimaksudkan belum dapat dihapuskan. Adapun masalah lain dalam pengelolaan

aset sehingga menghambat dalam kegiatan penghapusan di divisi Infratel PT Telkom

diantaranya:

1. Masih ditemukan aset yang sudah dihapuskan, tetapi masih tercatat dalam

Daftar Aset

2. Kesulitan mencari Nomor Kartu Aset (NKA) dari aset yang dimutasikan

3. Banyak aset yang sudah dimutasikan namun secara pencatatan belum dilakukan

editing

2

Page 3: SK Joga (Email)

Berdasarkan penjelasan di atas, kegiatan pengelolaan aset di divisi Infratel PT

Telkom perlu dioptimalkan. Hal ini menarik untuk dibahas sebagai dasar untuk

pengambilan Studi Kasus (SK), maka diajukan judul “Evaluasi Kinerja

Pengelolaan Aset Tetap Divisi Infratel PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk.”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan pada latar belakang, dapat

dikatakan bahwa kegiatan pengelolaan aset di divisi Infratel PT Telkom belum dapat

mencapai tingkat optimal. Hal ini terlihat dari beberapa masalah yang terjadi dalam

kegiatan pengelolaan aset. Maka diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kinerja pengelolaan aset tetap di divisi Infratel PT Telkom saat ini?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dan manfaat dari penelitian berdasarkan permasalahan yang di angkat

adalah sebagai berikut:

1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi kinerja pengelolaan aset tetap di divisi Infratel PT Telkom

saat ini.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat bagi PT Telekomunikasi, Tbk, yaitu sebagai informasi dan masukan

pada PT Telkom khususnya divisi Infratel mengenai efektivitas dan efisiensi

dalam proses penghapusan aset.

2. Manfaat bagi pembaca, yaitu sebagai referensi dalam melakukan penelitian

dengan jenis objek yang hampir sama dengan makalah ini.

3

Page 4: SK Joga (Email)

3. Manfaat bagi penulis, yaitu dalam rangka pengaplikasian dan

mengembangkan ilmu manajemen aset yang telah dipelajari dalam proses

pembelajaran di program studi manajemen aset.

1.4 Jadwal dan Lokasi Penelitian

Penelitian Studi Kasus dilakukan di divisi Infratel PT Telekomunikasi, Tbk yang

berlokasi di Jl. Japati No.2, Bandung. Jangka waktu penelitian Studi Kasus ini

selama tiga bulan yang dimulai pada awal bulan Januari 2010 sampai dengan awal

bulan Maret 2010. Untuk lebih jelasnya mengenai jadwal pelaksanaan penelitian

yang dilakukan tertera pada tabel 1.1.

Tabel 1.1

Jadwal Pelaksanaan Penelitian

NO KEGIATAN

BULAN KEGIATAN/TAHUN 2011

Januari Februari Maret

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Tinjauan Lapangan

2 Penentuan bidang kajian Penelitian

3 Pertemuan dengan Kaprog

4 Pertemuan dengan pembimbing POLBAN

5 Pengumpulan data awal

6 Pengolahan data awal

7 Pengumpulan data akhir

8 Pengolahan data

9 Penulisan laporan studi kasus

10Persetujuan Pembimbing untuk seminar studi kasus

11Penyerahan laporan studi kasus ke Program Studi

12 Seminar studi kasus

13 Revisi laporan studi kasus

14 Pengumpulan laporan studi kasus

Sumber : Data hasil olahan, (2011).

4

Page 5: SK Joga (Email)

1.5 Kerangka Berfikir

Berdasarkan hasil pengumpulan data awal pada saat malakukan kerja praktek,

diketahui bahwa kegiatan pengelolaan aset tetap di divisi Infratel PT Telkom saat ini

masih dirasa kurang optimal, sehingga kegiatan penghapusan aset pun belum dapat

mencapai tingkat optimal. Hal ini dapat dilihat dari beberapa permasalahan yang

terjadi pada kegiatan penghapusan aset divisi Infratel PT Telkom, diantaranya (1)

banyaknya kartu aset yang sulit di temukan sehingga aset yang dimaksudkan belum

dapat dihapuskan, (2) masih ditemukan aset yang sudah dihapuskan, tetapi masih

tercatat dalam Daftar Aset, (3) kesulitan mencari Nomor Kartu Aset (NKA) dari aset

yang dimutasikan, serta (4) banyak aset yang sudah dimutasikan namun secara

pencatatan belum dilakukan editing. Dari fenomena yang terjadi diidentifikasi

permasalahan yaitu:

a. Bagaimana kinerja pengelolaan aset tetap di divisi Infratel PT Telkom saat ini?

Setelah diidentifikasi, dilakukan pengumpulan data yang diperoleh dari

wawancara, observasi, dan penyebaran angket. Data yang diperoleh kemudian diolah

dan dianalisis mengacu pada teori dan peraturan yang berlaku. Dari hasil analisis,

dapat diketahui bagaimana kinerja pengelolaan aset di divisi Infratel saat ini.

Untuk lebih jelasnya, mengenai kerangka berfikir dalam penelitian ini, dapat

dilihat pada gambar 1.1.

5

Page 6: SK Joga (Email)

Identifikasi Masalah:Bagaimana kinerja pengelolaan aset tetap di divisi Infratel PT Telkom saat ini?

Tujuan:Mengetahui kinerja pengelolaan aset tetap di divisi Infratel PT Telkom saat ini

Evaluasi Kinerja Pengelolaan Aset Tetap Divisi Infratel PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk.

WawancaraObservasi LapanganAngket

Landasan Normatif Pengelolaan Aset:PP No 6 Tahun 2006PMK No 96/PMK.06/2007KD 35/HK240/COP-A0011000/2009

Landasan Teori:Manajemen AsetStrategi Pengelolaan Aset

Kurang optimalnya pengelolaan aset tetap divisi Infratel PT Telkom

Gambar 1.1

Kerangka Berfikir

Sumber: Hasil Olah Data, (2011)

6

Page 7: SK Joga (Email)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Aset

Berdasarkan modul Prinsip-Prinsip Manajemen Aset/Barang Milik Daerah,

aset merupakan harta atau kekayaan yang memiliki nilai manfaat ekonomi

dan/atau sosial yang dimiliki oleh badan usaha, instansi atau individu. Oleh

karena itu, suatu aset harus dikelola dengan baik agar dapat mencapai tujuan yang

telah ditetapkan. Sebelum mengetahui tentang bagaimana pengelolaan aset,

terlebih dahulu harus diketahui tentang pengertian aset, bentuk aset, kategori, dan

siklus hidup aset. Hal tersebut dimaksudkan agar pengelolaan aset dilakukan

secara tepat, sehingga dapat mencapai tujuan sesuai yang diharapkan.

2.1.1 Pengertian Aset

Menurut Siregar (2004) pengertian aset adalah barang (thing) atau

sesuatu barang (anything) yang mempunyai nilai ekonomi (economic value),

nilai komersial (commercial value) atau nilai tukar (exchange value) yang

dimiliki oleh badan usaha, instansi atau individu. Ada dua jenis aset yaitu aset

berwujud (tangible) dan aset tidak berwujud (intangible). Berdasarkan modul

Prinsip-Prinsip Manajemen Aset/Barang Milik Daerah, aset adalah barang,

yang dalam pengertian hukum disebut benda, yang terdiri dari benda tidak

bergerak dan benda bergerak, baik yang berwujud (tangible) maupun yang

tidak berwujud (Intangible), yang tercakup dalam aktiva/kekayaan atau harta

kekayaan dari suatu instansi, organisasi, badan usaha ataupun individu

perorangan.

Aset negara menurut Siregar (2004) adalah bagian dari kekayaan

negara atau harta kekayaan negara (HKN) yang terdiri dari barang bergerak

atau barang tidak bergerak yang dimiliki, dikuasai oleh Instansi Pemerintah,

yang sebagian atau seluruhnya dibeli atas beban Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN) serta dari perolehan yang sah, tidak termasuk

7

Page 8: SK Joga (Email)

kekayaan negara yang dipisahkan (dikelola BUMN) dan kekayaan Pemerintah

Daerah. Sedangkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003,

pengertian aset negara adalah sangat luas yang meliputi semua hak dan

kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu baik

yang berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan milik negara.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa aset merupakan barang atau benda yang

mempunyai nilai ekonomis dan nilai tukar yang dapat memberikan manfaat

ekonomi dan/atau sosial yang dimiliki oleh suatu badan usaha atau individu

yang berpotensi untuk meningkatkan kinerja dan mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.

2.1.2 Bentuk Aset

Menurut Hermanto (2009), aset berdasarkan bentuknya dibagi atas dua

jenis, yaitu aset berwujud (tangible) dan aset tidak berwujud (intangible).

Bentuk aset berwujud adalah bangunan, infrastruktur, mesin/peralatan dan

fasilitas. Sedangkan untuk bentuk aset yang tidak berwujud adalah Sistem

Organisasi (Tujuan, Visi, dan Misi), Patent (Hak Cipta), Quality (Kualitas),

Goodwill (Nama Baik/Citra), Culture (Budaya), Capacity (Sikap, Hukum,

Pengetahuan, Keahlian), Contract (Perjanjian) dan Motivation (Motivasi).

Aset intangible (tidak berwujud), adalah aset non keuangan yang dapat

di identifikasikan dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk

digunakan dalam menghasilkan barang atau jasa atau digunakan untuk tujuan

lainnya termasuk hak atas kekayaan intelektual. Sedangkan aset tangible

(berwujud) adalah aset yang mempunyai masa manfaat lebih dari dua belas

bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh

masyarakat umum. Aset tangible (berwujud) meliputi tanah, peralatan dan

mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan. Adapun agar lebih

jelas, mengehai bentuk aset dapat dilihat pada tabel 2.1, sebagai berikut:

8

Page 9: SK Joga (Email)

Tabel 2.1

Bentuk Aset

No Bentuk Aset Aset

1 Berwujud (Tangible)

BangunanInfrastrukturMesin/PeralatanFasilitas

2Tidak Berwujud

(Intangible)

Sistem Organisasi (Tujuan, Visi, dan Misi)Patent (Hak Cipta)Quality (Kualitas)Goodwill (Nama Baik/Citra)Culture (Budaya)Capacity (Sikap, Hukum, Pengetahuan, Keahlian)Contract (Perjanjian)Motivation (Motivasi)

Sumber: Bentuk Aset (Hermanto, 2009).

2.1.3 Kategori Aset

Menurut Hariyono (2007), kategori aset publik dalam kaidah

internasional mencakup aset operasional, aset non operasional, aset

infrastruktur, dan community aset. Kategori aset publik ditunjukkan pada tabel

2.2.

Berdasarkan tabel 2.2, kategori aset publik dalam kaidah internasional,

sebagai adalah berikut:

1. Aset Operasional

Aset yang dipergunakan dalam operasional pemerintah/perusahaan yang

dipakai secara berkelanjutan dan/atau dipakai pada masa yang akan

datang.

a. Dimiliki dan dikuasai/diduduki untuk digunakan/dipakai operasional

pemerintah/ perusahaan.

b. Bukan aset khusus, artinya jika aset khusus berupa prasarana dan aset

peninggalan sejarah (yang harus dikontrol oleh pemerintah), tetapi

secara fisik tidak harus ditempati untuk tujuan operasional.

9

Page 10: SK Joga (Email)

Tabel 2.2

Kategori Aset Publik

Kategori Aset Keterangan

Aset Operasional Tanah yang termasuk special propertyRumah Tinggal DinasPerumahan LainnyaBangunan KantorSekolahPerpustakaanGedung OlahragaGolfMessMuseum dan GaleryBengkel Tempat ParkirKendaraanMesinKuburan

Aset Non Operasional Tanah yang akan dibangunKomersial propertyAset InvestasiAset berlebih (Surplus Aset)

Aset Infrastruktur Jalan RayaPelabuhan/ DermagaJembatanSaluran AirDan lain-lain

Community Aset Halaman dan TamanBangunan BersejarahBangunan KesenianMuseumSarana Ibadah

Sumber: Hariyono, 2007

2. Aset Non Operasional

Aset Non Operasional adalah aset yang tidak merupakan bagian integral

dari operasional perusahaan / pemerintah dan diklasifikasikan sebagai aset

berlebih yang tidak dipakai untuk penggunaan secara berkelanjutan atau

mempunyaimpotensi untuk digunakan dimasa yang akan dating.

10

Page 11: SK Joga (Email)

3. Aset Infrastruktur

Aset infrastruktur adalah aset yang melayani kepentingan publik yang

tidak terkait, biaya pengeluaran dari aset infrastruktur ditentukan oleh

kontinuitas penggunaan aset bersangkutan, seperti jalan raya, jembatan

dan sebagainya.

4. Community Aset

Community aset adalah aset milik pemerintah yang digunakan secara terus

menerus, namun umur ekonomis atau umur gunanya tidak ditetapkan dan

terkait kepada pengalihan yang terbatas (tidak dapat dialihkan).

Dari penjelasan kategori aset publik diatas, dapat disimpulkan bahwa

aset yang bersifat pelayanan terhadap publik disesuaikan dengan berbagai

macam aktivitasnya. Aset tersebut memiliki banyak fungsi yang

diperuntukkan bagi pelayanan public

2.1.4 Siklus Hidup Aset

Menurut Hariyono (2007), siklus hidup dari suatu aset memiliki tiga

fase, meliputi: pengadaan (acquisition), operasi (operation), dan penghapusan

(disposal). Kemudian dilakukan proses lanjutan yaitu fase perencanaan, yang

merupakan suatu proses lanjutan, dimana output dari setiap fase digunakan

sebagai input untuk perencanaan.

Suatu aset memiliki siklus hidup agar dapat membedakan tanggung

jawab dari setiap fase penanganannya. Secara khusus, tanggung jawab untuk

keputusan pengadaan suatu aset dalam suatu organisasi berbeda dengan

tanggung jawab untuk operasi dan pemeliharaan aset maupun dengan

tanggung jawab untuk penghapusan suatu aset. Siklus hidup aset menurut

Hariyono (2007), dapat ditunjukkan pada gambar 2.1.

Dalam gambar 2.1 fase-fase yang dilalui suatu aset selama hidupnya

antara lain:

11

Page 12: SK Joga (Email)

Pengadaan (Acquisition)

Operasi (Operation)

Penghapusan (Disposal)

Perencanaan (Planning)

Sumber: Hariyono, 2007

Gambar 2.1Siklus Hidup Aset

1. Fase perencanaan, yaitu ketika adanya kebutuhan permintaan terhadap

suatu aset untuk direncanakan dan dibuat,

2. Fase pengadaan, yaitu ketika suatu aset dibeli, dibangun, atau dibuat,

3. Fase pengoperasian dan pemeliharaan, yaitu ketika suatu aset digunakan

untuk tujuan yang telah ditetapkan. Fase ini mungkin diselingi dengan

pembaharuan atau perbaikan besar-besaran secara periodik, penggantian

atas aset yang rusak dalam periode penggunaannya, dan

4. Fase penghapusan, yaitu ketika umur ekonomis suatu aset telah habis atau

ketika kebutuhan atas pelayanan yang disediakan oleh aset bersangkutan

telah hilang.

2.2 Manajemen Aset

Manajemen aset merupakan suatu teori baru dalam ilmu properti yang

muncul akibat adanya kenyataan bahwa suatu wilayah yang memiliki kekayaan

12

Page 13: SK Joga (Email)

sumber daya, baik sumber daya alam, manusia maupun infrastruktur. Tingkat

kemiskinan penduduk yang relatif tinggi di Indonesia merupakan akibat dari

pengelolaan aset yang tidak optimal. Dalam pemerintahan, manajemen aset

dilaksanakan dalam rangka menuju penyelenggaraan kepemerintahan yang baik

(good governance) yang mencakup pelaksanaan akuntabilitas, partisipasi dan

keterbukaan. Manajemen aset ini berkembang cukup pesat dimulai dengan

orientasi yang statis, kemudian berkembang menjadi dinamis, inisiatif dan

strategis. Manajemen aset merupakan salah satu profesi atau keahlian yang belum

sepenuhnya berkembang dan populer dimasyarakat.

2.2.1 Pengertian Manajemen Aset

Pemerintah South Australia dalam Hariyono (2007) mendefinisikan

manajemen aset sebagai “…a process to manage demand and guide

acquisition, use and disposal of assets to make the most of their service

delivery potential, and manage risks and costs over their entire life”, yang

artinya proses untuk mengelola permintaan dan akuisisi panduan, penggunaan

dan penjualan aset untuk memanfaatkan potensi layanan, dan mengelola risiko

dan biaya seumur hidup aset.

Definisi lain dari manajemen aset menurut Danylo dan Lemer dalam

Hariyono, (2007) adalah “…a methodology to efficiently and equitably

allocate resources amongst valid and competing goals and objectives.”, yang

artinya sebuah metodologi efisien dan mengalokasikan sumber daya secara

adil untuk mencapai tujuan dan sasaran.

Dari beberapa definisi dapat disimpulkan bahwa manajemen aset

mencakup proses mulai dari proses perencanaan (planning) sampai dengan

penghapusan (disposal) dan perlu adanya pengawasan terhadap aset-aset

tersebut selama umur penggunaannya oleh suatu organisasi. Kegiatan

pengelolaan aset, biasanya tidak terlepas dari siklus pengelolaan barang yang

dimulai dari perencanaan sampai penghapusan. Namun hal ini disesuaikan

dengan kebutuhan suatu entitas. Dalam modul Prinsip-Prinsip Manajemen

Aset/Barang Milik Daerah, manajemen aset mencakup rangkaian kegiatan dan

13

Page 14: SK Joga (Email)

tindakan terhadap barang daerah yang meliputi, perencanaan kebutuhan dan

penganggaran, pengadaan, penerimaan penyimpanan dan penyaluran,

penggunaan, penatausahaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan,

penilaian, penghapusan, pemindah-tanganan, pembinaan pengawasan dan

pengendalian, pembiayaan dan, tuntutan ganti rugi.

2.2.2 Tujuan Manajemen Aset

Berdasarkan Hariyono, (2007), tujuan utama manajemen aset adalah

membantu suatu entitas dalam memenuhi tujuan penyediaan pelayanan secara

efektif dan efisien. Hal ini mencakup panduan pengadaan, penggunaan, dan

penghapusan aset, serta mengatur risiko dan biaya yang terkait selama siklus

hidup aset. Menurut Hariyono juga, agar efektif dalam prinsip dan teknik

manajemen aset sebagai aktivitas komprehensif, perlu dikaitakan dengan

beberapa faktor sebagai berikut:

1. Kebutuhan dari para pengguna aset,

2. Kebijakan dan peraturan perundangan,

3. Kerangka manajemen dan perencanaan organisasi,

4. Kelayakan teknis dan kelangsungan komersial,

5. Pengaruh eksternal/pasar (seperti komersial, teknologi, lingkungan, dan

industri), serta

6. Persaingan permintaan dari para stakeholder dan kebutuhan

merasionalisasikan operasi untuk memperbaiki pemberian pelayanan atau

untuk meningkatkan keefektifan biaya.

Sedangkan menurut Siregar (2002), ada tiga tujuan utama dari

manajemen aset yaitu efisiensi pemanfaatan dan pemilikan, terjaga nilai

ekonomis dan objektivitas dalam pengawasan dan pengendalian peruntukkan,

penggunaan serta alih penguasaan.

1. Efisiensi pemanfaatan dan pemilikan

Pengelolaan yang baik, akan meningkatkan pemanfaatan aset sehingga

lebih optimal. Aset yang dikelola dapat digunakan sesuai dengan tugas

14

Page 15: SK Joga (Email)

pokok dan fungsi (Tupoksi) dan dimanfaatkan secara efektif dan efisien

sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan.

2. Terjaga nilai ekonomis dan potensi yang dimiliki

Nilai ekonomis suatu aset akan terjaga, apabila aset dikelola dengan baik.

Potensi yang dimiliki oleh aset akan memberikan keuntungan baik dari

segi pendapatan maupun dari pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

3. Objektivitas dalam pengawasan dan pengendalian peruntukkan,

penggunaan serta alih penguasaan.

Pengelolaan aset yang baik, dapat membuat pengawasan lebih terarah

sehingga peruntukkan, penggunaan dan alih penguasaan aset akan tepat

sesuai dengan rencana. Selain itu pengawasan bertujuan membantu

pencapaian tujuan dari aset tersebut.

Dalam pencapaian tujuan manajemen aset, suatu entitas (organisasi)

selaku pengelola aset harus bertanggung jawab atas optimalisasi pengelolaan

aset negara/daerah. Hal tersebut ditujukkan agar pengelolaan aset dapat

mencapai kecocokan/kesesuaian sebaik mungkin antara aset dengan strategi

program penyediaan pelayanan efektif dan efisien.

2.2.3 Tahapan Kerja Manajemen Aset

Menurut Siregar (2004), suatu manajemen aset terdiri dari lima tahapan

kerja yang satu sama lainnya saling berkaitan. Tahapan kerja manajemen aset

meliputi: inventarisasi aset, legal audit, penilaian aset, optimalisasi aset dan

pengembangan SIMA (sistem informasi manajemen aset). Kelima tahapan

kerja ini saling berhubungan dan terintegrasi, sebagai berikut:

1. Inventarisasi Aset

Inventarisasi aset terdiri atas dua aspek yaitu inventarisasi fisik dan

yuridis/legal. Aspek fisik terdiri atas bentuk, luas, lokasi, volume/jumlah,

jenis, alamat dan lain-lain. Sedangkan aspek yuridis adalah status

penguasaan, masalah legal yang dimiliki, batas akhir penguasaan dan lain-

lain. Proses kerja yang dilakukan adalah pendataan, kodifikasi/labeling,

15

Page 16: SK Joga (Email)

pengelompokkan dan pembukuan/administrasi sesuai dengan tujuan

manajemen aset

2. Legal Audit

Legal audit merupakan suatu lingkup kerja manajemen aset yang berupa

inventarisasi status penguasaan aset, sistem dan prosedur penguasaan atau

pengalihan aset, identifikasi dan mencari solusi atas permasalahan legal

yang terkait dengan penguasaan ataupun pengalihan aset. Permasalahan

legal yang sering ditemui antara lain status hak penguasaan lemah, aset

dikuasai pihak lain, pemindahtanganan aset yang tidak terminator, dan

lain-lain.

3. Peniliaian Aset

Penilaian aset merupakan satu proses kerja untuk melakukan penilaian atas

aset yang dikuasai. Biasanya ini dikerjakan oleh konsultan penilaian yang

independen. Hasil dari nilai tersebut akan dapat dimanfaatkan untuk

mengetahui nilai kekayaan maupun informasi untuk penetapan harga bagi

aset yang ingin dijual.

4. Optimalisasi Aset

Optimalisasi aset merupakan proses kerja dalam manjemen aset yang

bertujuan untuk mengoptimalkan potensi fisik, lokasi, nilai,

jumlah/volume, legal dan ekonomi yang dimiliki aset tersebut. Dalam

tahap ini aset-aset yang dimiliki pemerintah diidentifikasi dan

dikelompokkan atas aset yang memiliki potensi dan tidak memiliki

potensi. Aset yang memiliki potensi dapat dikelompokkan berdasarkan

sektor-sektor unggulan yang menjadi tumpuan dalam strategi

pengembangan ekonomi nasional, baik jangka pendek, menengah maupun

jangka panjang. Tentunya kriteria untuk menentukan hal tersebut harus

terukur dan transparan. Sedangkan aset yang tidak dapat dioptimalkan,

harus dicari penyebabnya. Apakah faktor permasalahan legal, fisik, nilai

ekonomi yang rendah ataupun faktor lainnya. Hasil akhir dari tahapan ini

16

Page 17: SK Joga (Email)

adalah rekomendasi yang berupa sasaran, strategi dan program untuk

mengoptimalkan aset yang dikuasai.

5. Pengawasan dan Pengendalian

Lingkup pengawasan dan pengendalian aset adalah pengawasan dan

pemanfaatan seluruh aset yang ada pada suatu perusahaan atau daerah.

Satu sarana yang efektif untuk meningkatkan aspek ini adalah

pengembangan SIMA (Sistem Informasi Manajemen Aset). Melalui SIMA

transparansi kerja dalam pengelolaan aset sangat terjamin tanpa perlu

adanya kekhawatiran akan pengawasan dan pengendalian yang lemah.

Sedangkan lingkup manajemen aset yang berdasarkan dalam Peraturan

Pemerintah No.6 Tahun 2006 tentang pengelolaan Barang Milik Negara

(BMN)/ Barang Milik Daerah (BMD) meliputi: perencanaan kebutuhan dan

penganggaran, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan

pemeliharaan, penilaian, penghapusan, pemindahtanganan, penatausahaan

dan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian. Untuk lebih jelasnya lingkup

pengelolaan aset dimaksud dalam Peraturan Pemerintah No.6 Tahun 2006,

dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Perencanaan Kebutuhan dan Penganggaran

Perencanaan kebutuhan merupakan awal dari proses pengelolaan aset.

Tujuan dan fungsi dari suatu perusahaan merupakan hal yang mendasari

kegiatan perencanaan. Dalam kegiatan ini dirumuskan rincian kebutuhan

barang untuk menghubungkan pengadaan barang yang telah lalu dengan

keadaan yang sedang berjalan sebagai dasar dalam melakukan tindakan

yang akan datang.

2. Pengadaan

Pengadaan barang milik negara/daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip-

prinsip efisien, efektif, transparan dan terbuka, bersaing, adil/tidak

diskriminatif dan akuntabel. Pengaturan mengenai pengadaan tanah

dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

17

Page 18: SK Joga (Email)

3. Penggunaan

Penggunaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pengguna barang dalam

mengelola dan menatausahakan barang milik daerah yang sesuai dengan

tugas pokok dan fungsi instansi yang bersangkutan.

4. Pemanfaatan

Pemanfaatan adalah pendayagunaan barang milik negara/daerah yang

tidak dipergunakan sesuai dengan TUPOKSI dalam bentuk sewa, pinjam

pakai, kerjasama pemanfaatan, dan bangun serah guna/bangun guna serah

dengan tidak mengubah status kepemilikan.

5. Pengamanan dan Pemeliharaan

Pengamanan dimaksudkan agar pengelola barang, pengguna barang

dan/atau kuasa pengguna barang wajib melakukan pengamanan barang

milik negara/daerah yang berada dalam penguasaannya. Pengamanan

barang milik negara/daerah meliputi pengamanan administrasi,

pengamanan fisik, dan pengamanan hukum.

Sedangkan melalui pemeliharaan, diharapkan agar pengguna barang

dan/atau kuasa pengguna barang bertanggung jawab atas pemeliharaan

barang milik negara/daerah yang ada di bawah penguasaannya.

Pemeliharaan harus berpedoman pada Daftar Kebutuhan Pemeliharaan

Barang (DKPB), serta biaya pemeliharaan barang milik daerah dibebankan

pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)/Daerah (APBD).

6. Penilaian

Penilaian adalah suatu proses kegiatan penelitian yang selektif didasarkan

pada data/fakta yang objektif dan relevan dengan menggunakan

metode/teknik tertentu untuk memperoleh nilai barang milik

negara/daerah. Dalam kegiatan penilaian aset ini, metode penilaian yang

digunakan harus sesuai dengan pedoman dan peraturan perundang-

undangan yang terkait.

18

Page 19: SK Joga (Email)

7. Penghapusan

Penghapusan adalah tindakan menghapus barang milik negara/daerah dari

daftar barang dengan menerbitkan surat keputusan dari pejabat yang

berwenang untuk membebaskan pengguna dan/atau kuasa pengguna

barang dan/atau pengelola barang dari tanggung jawab administrasi dan

fisik atas barang yang berada dalam penguasaannya.

8. Pemindahtanganan

Pemindah tanganan adalah pengalihan kepemilikan barang milik

negara/daerah sebagai tindak lanjut dari penghapusan dengan cara dijual,

dipertukarkan, dihibahkan atau disertakan sebagai modal pemerintah.

9. Penatausahaan

Penatausahaan adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pembukuan,

inventarisasi, dan pelaporan barang milik negara/daerah sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

10. Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian

Dalam melakukan pembinaan, menteri keuangan menetapkan kebijakan

umum pengelolaan barang milik negara/daerah mencakup kebijakan teknis

dan melakukan pembinaan pengelolaan barang milik negara.

Dalam melaksanakan pengawasan dan pengedalian, pengguna barang

melakukan pemantauan dan penertiban terhadap penggunaan,

pemanfaatan, pemindahtanganan, penatausahaan, pemeliharaan, dan

pengamanan barang milik daerah yang berada di bawah penguasaannya.

Pelaksanaan pemantauan dan penertiban sebagaimana untuk kantor/satuan

kerja dilaksanakan oleh kuasa pengguna barang. Kuasa pengguna barang

dan pengguna barang dapat meminta aparat pengawas fungsional untuk

melakukan audit tindak lanjut hasil pemantauan dan penertiban sesuai

ketentuan perundang-undangan.

19

Page 20: SK Joga (Email)

2.3 Strategi Manajemen Aset

Strategi manajemen aset yang berpadangan ke depan (forwardlooking)

sangat diperlukan. Proses perencanaan hendaknya menyesuaikan prospektif

permintaan aset dengan profil penawaran aset saat ini untuk mengembangkan

strategi aset. Proses pengembangan strategi aset berdasarkan Hariyono (2007)

terdiri dari 4 tahap pendekatan:

1. Menentukan kebutuhan aset dengan mengacu pada pelayanan/jasa yang akan

diberikan;

2. Mengevaluasi aset yang ada (existing asset) dalam hal kapasitas untuk

mendukung penyediaan pelayanan;

3. Melakukan analisis kesenjangan (gap analysis) antara aset yang ada dengan

aset yang dibutuhkan; dan

4. Menyusun strategi aset yang berisikan rencana pengadaan, operasi,

pemeliharaan, dan penghapusan.

Berikut dijelaskan secara terperinci dari setiap tahapan:

1. Menentukan Kebutuhan Aset

Perencanaan kebutuhan akan aset di suatu perusahaan merupakan salah satu

tahap dalam penyusunan rencana strategis perusahaan. Dengan menyertakan

perencanaan kebutuhan aset, implikasi jangka panjang dari pengambilan

keputusan pada tingkat corporate terhadap aset dapat diidentifikasi. Alasan

utama untuk mengadakan, mengoperasikan, dan memelihara aset bagi entitas

sektor publik adalah untuk mendukung penyediaan pelayanan. Menurut

Hariyono (2007), untuk memastikan terwujudnya penyediaan pelayanan aset

yang baik, sebagai langkah pertama, organisasi harus

menyusun/mengembangkan strategi penyediaan pelayanan yang dapat:

a. menjelaskan ruang lingkup, standar, dan tingkat pelayanan yang akan

diberikan;

b. menilai metode pemberian pelayanan tersebut;

c. mengidentifikasi sumber daya, termasuk aset, yang dibutuhkan untuk

menyediakan pelayanan.

d. menentukan, apabila mungkin, metode pencatatan permintaan pelayanan.

20

Page 21: SK Joga (Email)

Dengan mendefinisikan pelayanan yang akan diberikan, maka pelayanan yang

memerlukan dukungan aset dapat diidentifikasi sehingga perencanaan akan

kebutuhan aset dapat dibuat.

2. Mengevaluasi Aset yang Telah Ada

Dalam mengelola aset, hal penting yang harus dilakukan yaitu evaluasi aset.

Menurut Hariyono (2007), evaluasi atas aset adalah untuk menentukan apakah

kinerja aset-aset tersebut memadai untuk mendukung strategi penyediaan

pelayanan yang telah dilakukan. Berdasarkan modul Prinsip dan Teknik

Manajemen Kekayaan Negara, untuk mengevaluasi aset-aset negara yang

perlu dilakukan salah satunya yaitu mengevaluasi kinerja aset. Dalam

melakukan evaluasi terhadap kinerja suatu aset, maka suatu entitas harus

melaksanakan evaluasi kinerja aset secara rutin. Hal tersebut dimaksudkan

agar suatu entitas dapat mengetahui apakah kinerja aset-aset yang dimilikinya

atau dikelolanya dilakukan secara optimal atau tidak dalam mendukung

penyediaan pelayanan yang sesuai dengan tujuan.

Seluruh aset yang saat ini sedang digunakan untuk memberikan pelayanan

perlu diidentifikasi dan dibuatkan suatu daftar (register). Selain itu, seberapa

efektif aset-aset tersebut mendukung kebutuhan pelayanan juga harus

ditentukan. Hariyono (2007), mengungkapkan bahwa ukuran yang digunakan

untuk mengevaluasi kinerja aset tersebut sudah optimal atau belum, yaitu

dapat ditinjau dari kondisi fisik aset, pemanfaatan (utilisation) aset,

fungsionalitas aset dan kinerja finansial aset.

3. Membandingkan antara Permintaan dan Penawaran

Berdasarkan Hariyono (2007), perencanaan pada tingkat strategis akan

memberikan perbandingan antara aset yang dibutuhkan untuk penyediaan

pelayanan dan aset yang saat ini tersedia dan/atau sedang dilakukan

pengadaan. Dalam hal ini organisasi harus mampu mengidentifikasi:

a. Aset yang ada yang masih diperlukan dan masih mampu mendukung

penyediaan pelayanan;

21

Page 22: SK Joga (Email)

b. Aset yang ada yang masih dibutuhkan tetapi berada di bawah standar dan

memerlukan perbaikan guna memenuhi kebutuhan penyediaan pelayanan;

c. Aset yang berlebih untuk penyediaan pelayanan dan dapat dihapuskan; dan

d. Aset yang harus dihapuskan untuk memenuhi kebutuhan penyediaan

pelayanan.

4. Menyusun Strategi Manajemen Aset

Dengan melakukan evaluasi atas biaya siklus hidup, manfaat, dan risiko yang

terkait dengan masingmasing alternatif, strategi dari manajemen aset akan

mengidentifikasi pendekatan yang paling memadai untuk memenuhi

kebutuhan pemberian pelayanan. Berdasarkan Hariyono (2007), beberapa

perencanaan yang didasarkan dari strategi manajemen aset diantaranya adalah:

a. Rencana pengadaan, menjelaskan aset yang dibutuhkan atau diganti dalam

periode perencanaan dan yang menyusun sumber dan biaya pendanaan

untuk pengadaan.

b. Rencana operasional menjelaskan kebijakan penggunaan aset yang telah

ada dan mungkin mencakup beberapa hal seperti jam operasi, pemakaian,

keamanan, manajemen energi dan pembersihan.

c. Rencana pemeliharaan menyusun standar atas aset yang akan dipelihara,

bagaimana standar akan dicapai, dan bagaimana pelayanan pemeliharaan

akan diberikan.

d. Rencana penghapusan akan menjelaskan seluruh aset yang akan

dihapuskan dalam periode perencanaan, metode penghapusan yang dipilih

dan hasil yang diharapkan dari peghapusan.

2.4 Siklus Manajemen Aset

Seperti halnya siklus hidup aset, dalam kegiatan manajemen aset terdapat

siklus manajemen aset. Namun berbeda dengan siklus hidup aset, kegiatan

perencanaan aset dalam siklus manajemen aset menjadi salah satu tahapan utama

demi terciptanya efektivitas manajemen aset. Berdasarkan Hariyono (2007), siklus

manajemen aset diantaranya adalah:

22

Page 23: SK Joga (Email)

2.4.1 Perencanaan Aset

Perencanaan aset merupakan hal yang fundamental bagi manajemen

yang efektif atas bisnis yang ditekuni suatu entitas, yang juga merupakan fase

pertama dalam siklus hidup aset. Kesesuaian antara kebutuhan aset dari suatu

entitas dengan strategi penyediaan pelayanan entitas semestinya menghasilkan

aset dengan kapasitas dan kinerja yang diperlukan. Perencanaan aset juga

memberi arah pada tindakan-tindakan khusus seperti membeli aset baru yang

diperlukan (pengadaan), menjual aset yang berlebih, dan mengoperasikan dan

memelihara aset secara efektif. Berdasarkan Hariyono (2007), operasional

asaet adalah Kegiatan yang merumuskan secara rinci mengenai kebutuhan

suatu aset, operasional aset, waktu penggunaan, strategi pengembangan,

risiko dan pendanaan aset, yang mungkin akan terjadi sehingga menghasilkan

aset dengan kapasitas dan performance yang diharapkan. Adapun beberapa hal

yang harus dilakukan dalam kegiatan perencanaan diantaranya adalah:

1. Menentukan Kebutuhan Aset

Keputusan manajemen aset yang menyangkut pengadaan, penggunaan,

dan penghapusan aset dibuat dalam suatu kerangka perencanaan pelayanan

dan finansial yang terintegrasi dan dalam konteks kebijakan dan prioritas

alokasi seluruh sumber daya pemerintah. Kebutuhan akan suatu aset secara

langsung berhubungan dengan ketentuan pelayanan. Perencanaan aset

meliputi penilaian terhadap aset yang telah ada dan perencanaan

pengadaan dibandingkan dengan kebutuhan penyediaan pelayanan. Dalam

proses pengadaan aset, proposal pengadaan aset baru harus dijustifikasi

melalui evaluasi seluruh alternatif penyediaan pelayanan.

Semua entitas bertanggung jawab untuk mengembangkan strategi

penyediaan pelayanan dalam konteks rencana dan tujuan organisasi

mereka masingmasing. Strategi tersebut didasarkan pada analisis

kebutuhan dan review bagaimana pelayanan yang sekarang ini diberikan.

Opsi atau alternatif pelayanan perlu dievaluasi dari segi finansial,

ekonomi, sosial, dan lingkungan.

23

Page 24: SK Joga (Email)

2. Mengevaluasi Aset yang Ada

Evaluasi atas aset yang telah ada adalah untuk menentukan apakah kinerja

aset tersebut memadai untuk mendukung strategi penyediaan pelayanan

yang telah ditentukan. Evaluasi program pelayanan mencakup evaluasi

atas kinerja aset. Kinerja aset ditinjau ulang (review) secara rutin dengan

pembanding praktik terbaik (best practice) untuk mengidentifikasi aset

yang kinerjanya buruk, atau membutuhkan biaya terlalu tinggi untuk

dimiliki atau dioperasikan. Review ini juga memungkinkan dilakukannya

alih investasi dalam aset. Evaluasi hendaknya dapat menemukan aset yang

memiliki kapasitas berlebih, atau melebihi kebutuhan.

Aset yang dipelihara secara tidak memadai dapat menimbulkan potensi

risiko keamanan atau kesehatan, mengganggu pelayanan utama, atau

menimbulkan pengeluaran tak terduga untuk perbaikan kerusakan.

3. Menyesuaikan/Menyelaraskan Aset dengan Penyediaan Pelayanan

Salah satu hal penting dalam perencanaan aset adalah penyesuaian antara

aset yang akan direncanakan dengan program penyediaan pelayanan suatu

organisasi. Kegiatan ini dapat mendorong penentuan biaya dari

penyediaan pelayanan. Proses ini juga dapat membandingkan antara aset

yang dibutuhkan dengan aset yang sedang digunakan dalam kegiatan

pelayanan.

4. Mengembangkan Strategi Aset

Untuk mengembangkan sistem dan proses guna mendukung penyusunan

strategi aset lima tahun kedepan yang meliputi pengadaan, pemeliharaan,

perbaikan, alokasi, dan penghapusan, secara bersamaan menggunakan

penyertaan modal dan biaya operasi. Suatu pendekatan terintegrasi

terhadap perencanaan dan manajemen aset akan memungkinkan entitas

untuk memberikan pelayanan berbasis aset yang berkualitas secara efisien

dan efektif.

24

Page 25: SK Joga (Email)

2.4. 2 Pengadaan Aset

Dalam siklus hidup aset, pengadaan merupakan tahap selanjutnya setelah

tahap perencanaan. Bentuk/jenis aset yang dimiliki oleh suatu entitas adalah:

a. Tanah, (baik yang dikembangkan maupun tidak dikembangkan);

b. Bangunan dan semua pekerjaan yang terkait dengannya, dan konstruksi

publik lainnya (yakni aset-aset yang dibangun);

c. Aset-aset lainnya, termasuk peralatan/barang modal (yakni seperti aset-

aset yang tercatat dalam daftar aset, tanpa memandang dari mana sumber

pendanaannya).

Berdasarkan Hariyono (2007), Pengadaan aset adalah kegiatan

mendapatkan aset berdasarkan spesifikasi dan peruntukan aset tersebut yang

di dalamnya ditentukan mengenai, metode pengadaan, penjadwalan dan

pendanaan (sumber dana). Sebelum pengadaan, proses perencanaan

mengidentifikasi kesenjangan antara aset-aset yang telah ada (existing asset)

dan aset-aset yang dibutuhkan untuk menyediakan pelayanan. Kegiatan

perencanaan juga mengidentifikasi aset-aset yang memerlukan penggantian,

pembaharuan atau perbaikan untuk memenuhi kebutuhan penyediaan

pelayanan. Kebutuhan aset baru selama periode perencanaan akan

dipertimbangkan kembali dengan pertimbangan atas alternatif-alternatif

kepemilikan aset. Begitu dilakukan, maka biaya modal, sebagai bagian dari

strategi aset, dapat dialihkan ke dalam estimasi anggaran pengeluaran dan

operasi.

Suatu aset diperlukan untuk penyediaan pelayanan, namun bisa saja

suatu organisasi/entitas tidak perlu memiliki aset tersebut. Penggunaan sektor

privat untuk penyediaan pelayanan adalah salah satu alat yang mana dengan

itu risiko kepemilikan dapat dialihkan. Desain ulang (redesign) terhadap

strategi penyediaan pelayanan juga dapat mengeliminasi atau mengurangi

kebutuhan atas aset. Pilihan utama dalam pemerintah umum adalah apakah

menyewa (lease) atau membeli aset. Leasing memberikan pilihan antara

operating lease dan finance lease.

25

Page 26: SK Joga (Email)

Pilihan terakhir secara substansial mengalihkan risiko dan manfaat

kepemilikan ke organisasi/entitas, dan memberikan fleksibilitas yang lebih

besar. Proses dan pertimbangan di atas harus didokumentasikan dalam rencana

pengadaan, sebagai bagian dari kerangka akuntabilitas.

2.4.2.1 Rencana Pengadaan

Praktik yang lebih baik untuk pengadaan besar adalah menyusun

suatu proses pengadaan aset yang memperinci keputusan pengadaan,

target waktu, target biaya yang dipenuhi, dan sejenisnya. Rencana

pengadaan disusun selama fase perencanaan dan sebelum dilakukan

pengadaan aset. Menurut Hariyono 2007), rencana pengadaan sekurang-

kurangnya harus menyebutkan:

a. Kebutuhan penyediaan pelayanan termasuk strategi dan standar

pelayanan;

b. Solusi-solusi nonaset yang dipertimbangkan termasuk pemanfaatan

aset-aset yang telah ada (existing asset);

c. Analisis terhadap metode pengadaan, pegawai yang terlibat dengan

pengadaan dan tanggung jawab mereka;

d. Kerangka waktu untuk proses pengadaan; dan

e. Penjadwalan (timing) dan jumlah pengeluaran modal.

2.4.2.2 Metode Pengadaan

Setelah kebutuhan aset ditentukan, maka ada tiga pilihan dasar

dalam pengadaan aset yaitu membeli, membangun, atau menyewa. Khusus

untuk proyek infrastruktur dan konstruksi besar mencakup build, transfer,

operate (BTO) dan build, operate, transfer (BOT).

Bangun Guna Serah (BOT) adalah pemanfaatan tanah milik

pemerintah pusat/daerah oleh pihak lain dengan mendirikan bangunan dan

atau sarana berikut fasilitasnya, kemudian didayagunakan oleh pihak lain

tersebut dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati untuk

selanjutnya diserahkan kembali tanah beserta bangunan dan atau sarana

26

Page 27: SK Joga (Email)

berikut fasilitasnya kepada pengelola barang setelah berakhirnya jangka

waktu. Bangun Serah Guna (BTO) adalah pemanfaatan tanah milik

pemerintah pusat/daerah oleh pihak lain dengan mendirikan bangunan dan

atau sarana berikut fasilitasnya, dan setelah selesai pembangunannya

diserahkan kepada Pengelola Barang untuk kemudian didayagunakan oleh

pihak lain tersebut selama jangka waktu tertentu yang disepakati.

2.4.3 Pengoperasian dan Pemeliharaan

Organisasi harus menyusun mekanisme akuntabilitas yang efektif yang

memastikan penggunaan dan pemeliharaan berkelanjutan atas aset masih relevan

dengan kebutuhan penyediaan pelayanan dan standar pelayanan seperti yang

dijelaskan di dalam rencana pengadaan. Perbaikan dalam sektor publik telah

diarahkan pada penyusunan akuntabilitas, pada tingkat program penyediaan

pelayanan. Dalam hal ini, manajer program bertanggung jawab atas input dan

hasil yang bisa dikendalikan dari masing-masing program.

Untuk memastikan penggunaan aset yang efektif, seorang manajer harus

bertanggung jawab terhadap biaya dari penggunaan aset dalam program

penyediaan pelayanan dan kinerja aset tersebut dalam pencapaian tujuan program

penyediaan pelayanan. Dalam hal ini juga manajer harus mencari mekanisme

penyusunan akuntabilitas finansial dan kinerja aset. Selain itu juga harus

memberikan panduan untuk implementasi penilaian kondisi dan pemantauan

kinerja yang memadai.

1. Kinerja Aset

Entitas harus menyusun dan memelihara proses manajemen secara rutin

memantau dan menilai aset-aset yang berada di bawah kendali mereka.

Melindungi potensi pemberian pelayanan dan mengarahkan perhatian pada

kesehatan dan keselamatan merupakan prioritas pada waktu pembuatan

keputusan tentang penggunaan dan pemeliharaan aset kegiatan evaliasi

mengenai kinerja aset sangat penting guna meyakinkan bahwa hasil

(outcomes) yang diharapkan telah tercapai.

27

Page 28: SK Joga (Email)

Hasil dari berbagai penentuan kinerja aset perlu dilaporkan kepada

manajemen untuk:

a. Mengidentifikasi berbagai tindakan yang akan diambil; dan

b. Memenuhi ketentuan pelaporan pemerintah.

Terdapat beberapa ukuran yang digunakan untuk menentukan kinerja

aset, yaitu kondisi fisik aset, pemanfaatan aset, fungsionalitas aset, dan kinerja

finansial aset yang diuraikan sebagai berikut.

a. Kondisi fisik

Menurut Hariyono (2007), suatu aset harus dapat digunakan secara aman

dan efektif. Hal ini berarti agar tetap berada dalam kondisi yang memadai

untuk digunakan sesuai dengan tujuan, maka aset perlu dipelihara. Apabila

aset tersebut tidak mengalami masalah, maka kemampuan aset untuk

memberikan pelayanan akan sesuai dengan standar yang diisyaratkan.

Maka dalam melakukan evaluasi terhadap kondisi fisik suatu aset, kinerja

pemeliharaan suatu aset haruslah diperhatikan.

b. Pemanfaatan (utilisation)

Untuk menilai pemanfaatan, hal yang perlu ditetapkan pertama kali adalah

kriteria pelayanan dan pembandingnya, serta jenis aset yang sedang

dipertimbangkan. Menurut Hariyono, (2007) kriteria tadi hendaknya

memperhatikan:

a. Nilai dari unit potensi manfaat/pelayanan aset yang sedang digunakan

relatif terhadap unit manfaat/pelayanan yang sekarang diberikan

b. Ukuran fisik dari kapasitas aset relatif terhadap unit manfaat/pelayanan

yang sedang diberikan.

c. Penggunaan suatu aset relatif terhadap ketersediaan optimal dari jenis

aset tersebut.

c. Fungsionalitas

Fungsionalitas suatu aset hendaknya ditinjau secara rutin untuk

mengidentifikasi pengaruh signifikan kinerja aset terhadap pelayanan. Hal

ini memungkinkan adanya perubahan berkala yang dibuat untuk

28

Page 29: SK Joga (Email)

memperbaiki pemberian pelayanan dan standar fungsional. Untuk

memantau dan menilai fungsionalitas, entitas harus menenentukan:

1) Peranan yang dimainkan aset,

2) pencapaian hasil dari pemberian pelayanan, dan

3) Karakter fungsional yang diisyaratkan dari suatu aset untuk

mendukung aktivitas tertentu.

d. Kinerja keuangan (financial)

Kinerja keuangan dari suatu aset harus dievaluasi untuk menentukan

apakah aset tersebut dapat memberikan pelayanan yang sehat secara

ekonomis atau tidak. Untuk melakukan hal tersebut, suatu entitas perlu

memantau dan menilai hal-hal berikut:

a.Beban operasi (operating expenses)

b. Arus kas saat ini dan proyeksinya, termasuk pengeluaran modal

(capital expenditures).

2.4.4 Penghapusan Aset

Salah satu tahap pengelolaan aset menurut Peraturan Pemerintah No.6/2006

yaitu penghapusan aset. Dalam suatu pengelolaan aset, kegiatan penghapusan

tidak dapat ditangguhkan. Beberapa akibat dari kurang diperhatikannya kegiatan

penghapusan diantaranya:

a. Menambah beban/kerugian dalam pemeliharaan, perawatan, penyimpanan dan

pengamanannya.

b. Membebani gudang/ruangan penyimpanan dengan tumpukan barang rusak,

tak terpakai dan kadaluarsa, dan membebani lingkungan dengan polusi.

c. Merusak lingkungan hidup atau lingkungan kerja.

d. Membebani terus dalam penatausahaannya, dan sebagainya.

Menurut Hariyono (2007), Penghapusan adalah kegiatan yang merubah

bentuk kepemilikan atas suatu aset yang dimiliki berdasarkan umur aset, kinerja

aset dan bentuk penghapusan dengan mempertimbangkan potensi risiko yang

timbul dari metode yang digunakan. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan

29

Page 30: SK Joga (Email)

Nomor 96/PMK.06/2007 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan,

Pemanfaatan, Penghapusan, Dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara,

penghapusan didasarkan kepada keputusan dari pejabat yang berwewenang untuk

menghapus barang dari inventaris (Buku Inventaris) dengan tujuan membebaskan

staf pengurus barang terhadap barang yang berada dibawah pengurusannya dan

penguasaannya sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku dari

pertanggung jawaban administrasi barang, dan pertanggung jawaban fisik barang.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa penghapusan adalah suatu

Kegiatan melepaskan aset baik secara fisik maupun pencatatan administrasi

berdasarkan kondisi fisik, umur aset dan kinerja finansial dengan

mempertimbangkan risiko yang timbul dan bentuk penghapusan yang digunakan.

Kegiatan penghapusan ini akan membebaskan pengguna dan/atau kuasa pengguna

barang dan/atau pengelola barang dari tanggung jawab administrasi dan tanggung

jawab fisik atas barang yang berada dalam penguasaannya. Berdasarkan KD

Telkom No. 35 tahun 2009, penghapusan fisik adalah kegiatan pelepasan aset

secara fisik sesuai dengan aturan/prosedur, berdasarkan kondisi fisik,

fungsionalitas, pemanfaatan, dan kinerja finansial. Sedangkan penghapusan

administrasi adalah kegiatan pelepasan aset secara administratif dikarenakan

hilang/tidak ditemukannya aset secara fisik baik desebabkan oleh kelalaian

administrasi, kelalaian pengguna barang maupun diluar kelalaian pengguna

barang, dan force majeure lainnya.

2.4.4.1 Dasar Pertimbangan Penghapusan

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.06/2007,

penghapusan barang/aset dilakukan berdasarkan pertimbangan atas alasan-

alasan sebagai berikut:

1. Barang bergerak

Barang bergerak dapat dipertimbangkan untuk disarankan/diusulkan

penghapusannya berdasarkan pertimbangan teknis, pertimbangan ekonomis

dan pertimbangan karena hilang/kekurangan sebagai berikut:

a. Pertimbangan teknis, antara lain:

30

Page 31: SK Joga (Email)

1) Secara fisik barang tidak dapat dipergunakan karena rusak berat,

dan tidak ekonomis bila diperbaiki.

2) Secara teknis tidak dapat digunakan lagi akibat modernisasi.

3) Telah melampaui batas waktu kegunaannya/kadaluarsa

4) Karena penggunaan biasa mengalami perubahan dalam spesifikasi

seperti terkikis, aus dan lain-lain.

5) Selisih dalam timbangan/ukuran disebabkan penggunaan/susut

dalam penyimpanan/pengangkutan.

b. Pertimbangan ekonomis, antara lain:

a. Karena berlebih (surplus, ekses)

b. Secara ekonomis lebih menguntungkan bagi daerah apabila

dihapus karena biaya operasional dan pemeliharaannya lebih besar

dari manfaat yang diperoleh.

c. Karena hilang/kekurangan Penyimpan atau kerugian yang disebabkan:

1) Kesalahan atau kelalaian penyimpan dan/atau pengurus barang.

2) Diluar kesalahan/kelalaian penyimpan dan/atau pengurus barang

3) Mati, bagi tanaman atau ternak/hewan.

4) Karena kecelakaan atau alasan tidak terduga (force majeure).

2. Untuk barang yang tak bergerak

Barang yang tak bergerak dapat atau perlu dipertimbangkan untuk

diusulkan penghapusannya atas pertimbangan sebagai berikut:

a. Rusak berat; terkena bencana alam, force majeure atau idle (tak

digunakan lagi).

b. Tidak dapat digunakan secara optimal (idle)

c. Terkena program planologi kota.

d. Kebutuhan organisasi karena perkembangan tugas.

e. Penyatuan lokasi dalam rangka efisiensi dan memudahkan koordinasi.

f. Pertimbangan dalam rangka pelaksanan rencana strategis Hankam.

31

Page 32: SK Joga (Email)

2.4.4.2 Pelaksanaan Penghapusan

Barang yang akan dihapuskan adalah barang hasil evaluasi aset yang

telah di review secara teratur. Setelah diuji, dan diketahui aset yang memiliki

penurunan kualitas baik dari segi kinerja dan umur ekonomis, maka

selanjutnya dilakukan kegiatan penghapusan.

Pelaksanaan penghapusan barang milik daerah ini terlaksana merupakan

tindak lanjut dari:

1. Pemindahtanganan/dalam rangka menjalankan putusan pengadilan yang

telah memiliki kekuatan hukum tetap.

2. Penghapusan itu sendiri seperti: penjualan, tukar-menukar, hibah, dan

penyertaan modal pemerintah daerah.

3. Dengan tindak lanjut pemusnahan yang dilakukan apabila barang milik

daerah tersebut;

a. Tidak dapat digunakan, tidak dapat dimanfaatkan, dan tidak dapat

dipindahtangankan, atau

b. Alasan lain sesuai ketentuan perundang-undangan

4. Hilang, kecurian, terbakar, banjir, gempa, post-majeura lainnya, susut,

menguap, mencair.

2.4.4.3 Metode Penghapusan

Kegiatan penghapusan aset yang dilakukan oleh tiap entitas memiliki

metode yang berbeda-beda. Hal ini didasarkan pada beberapa hal seperti

kondisi, umur, dan jenis aset. Menurut Hariyono (2007), metode penghapusan

yang utama diantaranya penjualan melalui lelang atau tender terbuka, menjual

ke swasta, tukar tambah, dan penghapusan dari catatan. Berdasarkan modul

Pemindah-Tanganan dan Penghapusan Aset/Barang Milik Daerah, bentuk

penghapusan yang dapat dilakukan adalah penjualan, pelelangan,

disumbangkan/dihibahkan, penyertaan modal atau guna susun dan

dimusnahkan.

32

Page 33: SK Joga (Email)

Dari beberapa teori diatas dapat diambil kesimpulan bahwa metode

penghapusan yang dapat dilakukan oleh suatu entitas diantaranya adalah

penjualan, lelang, hibah, dan penyertaan modal pemerintah.

Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan mengenai bentuk penghapusan,

sebagai berikut:

1. Penjualan

Penjualan adalah pengalihan kepemilikan Barang Milik Negara kepada

pihak lain dengan menerima penggantian dalam bentuk uang.

2. Lelang

Menurut Richard L. Hirshberg dalam Hermanto (2007), Lelang (auction)

merupakan penjualan umum dari properti bagi penawar yang tertinggi,

dimana pejabat lelang bertindak terutama sebagai perantara dari penjual.

3. Hibah

Hibah adalah pengalihan kepemilikan Barang Milik Negara dari

Pemerintah pusat kepada Pemerintah daerah atau kepada pihak lain tanpa

memperoleh penggantian.

4. Penyertaan Modal Pemerintah

Penyertaan Modal Pemerintah adalah pengalihan kepemilikan Barang

Milik Negara yang semula merupakan kekayaan negara yang tidak

dipisahkan menjadi kekayaan negara yang dipisahkan untuk

diperhitungkan sebagai modal/saham negara pada Badan Usaha Milik

negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) atau Badan Hukum

lainnya yang dimiliki oleh negara/daerah.

5. Pemusnahan

Pemusnahan adalah kegiatan menghilangkan suatu barang karena alasan

barang tersebut sudah tidak memiliki nilai ekonomis dan dengan alasan

tertentu. Penghapusan barang milk daerah dengan tindak lanjut

pemusnahan dilakukan apabila barang milik daerah dimaksud:

33

Page 34: SK Joga (Email)

a. Tidak dapat digunakan atau tidak dapat dimanfaatkan lagi dan tidak

dapat dipindah tangankan, atau

b. Alasan lain sesuai ketentuan perundang-undangan.

34

Page 35: SK Joga (Email)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Subyek

Populasi yang akan diteliti dalam studi kasus ini adalah para pegawai bagian

Manajemen Aset di divisi Infratel dan para operator penghapusan aset.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam studi kasus ini adalah metode

penelitian deskriptif. Menurut Sugiama (2008), metode deskriptif adalah upaya

peneliti untuk menjabarkan dan menggambarkan berbagai karakteristik dari

variabel yang dikaji berkaitan dengan situasi dan kondisi ketika penelitian itu

berlangsung. Sedangkan menurut Nazir (2003), metode deskriptif adalah suatu

metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu

sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Salah satu

metode dari penelitian deskriptif yaitu dengan melakukan penelitian studi kasus.

Penelitian studi kasus yaitu penelitian yang dilakukan terhadap suatu fase spesifik

atau khas dari seluruh keadaan atas subyek maupun obyek tertentu (Sugiama,

2008).

Metode penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat sebuah gambaran

mengenai fakta-fakta, sifat, serta hubungan antarfenomena yang sedang di teliti

secara sistematis. Metode ini cocok digunakan karena data diperoleh berdasarkan

penelitian melalui observasi dan studi dokumentasi terhadap objek penelitian yang

kemudian akan dilihat bagaimana kinerja pengelolaan aset tetap di divisi Infratel

PT Telkom.

3.3 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian adalah tata urutan dalam mengerjakan sesuatu secara

sistematis agar pengerjaan penelitian dapat lebih teratur sehingga mendapatkan

hasil yang optimal. Prosedur dalam penelitian ini mengacu pada Sekaran (2006).

Adapun langkah-langkah dalam penelitian studi kasus ini, yaitu sebagai berikut:

35

Page 36: SK Joga (Email)

1. Pengamatan

Langkah awal yang dilakukan peneliti dalam melakukan penelitian studi

kasus ini adalah dengan melakukan pengamatan. Pengamatan dilakukan

pada saat peneliti melakukan Kerja Praktik (KP) di divisi Infratel PT

Telkom. Pengamatan dilakukan dengan cara mengamati pengelolaan aset di

divisi Infratel sehingga ditemukan fenomena perusahaan yang bisa di angkat

ke dalam studi kasus.

2. Pengumpulan Data Awal

Setelah pengamatan, tahap selanjutnya adalah melakukan pengumpulan data

awal. Data awal dikumpulkan melalui wawancara tidak terstruktur kepada

pengelola aset di divisi Infratel PT Telkom sebagai bahan peneliti untuk

mendefinisikan masalah. Setelah data awal terkumpul, maka akan diketahui

masalah yang terjadi dalam proses pengelolaan aset tetap divisi Infratel PT

Telkom.

3. Definisi Masalah

Setelah dilakukan pengumpulan data, dapat didefinisikan masalah yang ada

dalam kegiatan pengelolaan aset divisi Infratel PT Telkom. Masalah yang

muncul dalam pengelolaan aset divisi Infratel adalah mengenai penghapusan

aset tetap divisi Infratel PT Telkom. Selanjutnya peneliti mempersempit

penelitian kedalam dua permasalahan. Pertama mengenai proses

pengelolaan aset tetap dan yang kedua mengenai kinerja penghapusan aset

tetap di divisi Infratel PT Telkom.

4. Kerangka Teoritis

Setelah masalah didentifikasi, lalu dibuat kerangka teoritis. Dalam kerangka

teoritis, yang menjadi variabel penelitian yaitu penghapusan yang kemudian

diuraikan ke dalam beberapa sub-variabel sehingga didapat indikator-

indikator yang akan dijadikan bahan uji dalam penelitian. Adapun sub

variabel dalam kegiatan pengelolaan ini adalah perencanaan, pengadaan,

operasi dan pemeliharaan, serta penghapusan. Untuk lebih jelasnya

36

Page 37: SK Joga (Email)

mengenai variabel, sub variabel dan indikator dalam penelitian ini dapat

dilihat pada bahasan mengenai operasionalisasi variabel.

5. Desain Penelitian Ilmiah

Desain ilmiah adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan

pelaksanaan penelitian, (Nazir, 2003). Dalam desain penelitian penulis

menentukan tujuan penelitian, metode penelitian, populasi dan sampel,

waktu pengukuran, serta metode pengumpulan data dan analisis data. Tujuan

penelitian yang didasarkan pada masalah, yaitu mengidentifikasi proses

pengelolaan aset tetap di divisi Infratel PT Telkom saat ini dan

mengidentifikasi kinerja pengelolaan aset yang diharapkan oleh pengelola

aset di divisi Infratel PT Telkom. Metode yang digunakan dalam penelitian

studi kasus ini adalah metode penelitian deskriptif. Unit responden dalam

penelitian ini adalah pengelola aset, pengadaan aset dan operator

pengelolaan aset. Sedangkan yang menjadi unit analisis adalah aset divisi

Infratel itu sendiri. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert.

Skala ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang

atau kelompok tentang fenomena sosial. Skala Likert diukur dari tingkat

sangat tidak setuju, tidak setuju, netral, setuju, dan sangat setuju untuk

mengukur persepsi karyawan bagian divisi Infratel terhadap kinerja

pengelolaan aset tetap.

6. Pengumpulan, Analisis dan Interpretasi Data

Data dalam penelitian ini diperoleh melalui data primer dan data sekunder.

Data primer didapatkan dari hasil observasi terhadap objek yang di teliti,

wawancara, serta pembagian angket kepada pengelola aset dan pengadaan

aset PT Telkom. Sedangkan data sekunder didapatkan dari modul kerja

pengelolaan aset divisi Infratel PT Telkom, jurnal penelitian, browsing

internet dan studi literatur mengenai pengelolaan aset. Setelah data

terkumpul, maka data di analisis dengan analisis deskriptif untuk selanjutnya

diinterpretasikan data hasil analisis tersebut.

37

Page 38: SK Joga (Email)

7. Deduksi

Selanjutnya peneliti membuat sebuah deduksi (kesimpulan) dari hasil

analisis data. Apabila dari hasil analisis dan interpretasi data masalah

penelitian dapat terjawab, penelitian dapat dilanjutkan ke penulisan laporan

penelitan. Sebaliknya, apabila setelah dilakukan analisis dan interpretasi

masalah penelitian tidak dapat terselesaikan, maka perlu dicari penyebab

mengapa data tersebut tidak bisa menjawab masalah penelitan dan kegiatan

penelitian diulang kembali ke langkah sebelumnya.

8. Penulisan Laporan

Setelah didapatkan kesimpulan dari penelitian, maka dilanjutkan dengan

penulisan laporan penelitian studi kasus.

9. Presentasi Laporan

Kemudian setelah laporan penelitian studi kasus selesai dibuat, akan

dilakukan presentasi laporan.

10. Pengambilan Keputusan Manajerial

Apabila laporan disetujui oleh pihak pengelola aset divisi Infratel PT

Telkom, maka dilakukan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh

manajer aset atau pengelola aset divisi Infratel PT Telkom.

Untuk lebih jelas, mengenai prosedur dari penelitian studi kasus ini dapat

dilihat pada gambar 3.1 sebagai berikut:

38

Page 39: SK Joga (Email)

9PENULISAN LAPORAN

10PRESENTASI LAPORAN

11PENGAMBILAN KEPUTUSAN

1 PENGAMATAN

2PENGUMPULAN DATA AWAL

3 DEFINISI MASALAH

4KERANGKA TEORITIS

5DESAIN PENELITIAN ILMIAH

6PENGUMPULAN, ANALISIS, DAN INTERPRETASI DATA

8KEPU

TUSAN

7DEDUKSI

TIDAK

Sumber: Adaptasi dari Sekaran, Research methods For Bussiness.2006

Gambar 3.1

Prosedur Penelitian

39

Page 40: SK Joga (Email)

3.4 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan upaya pencarian informasi tentang

permasalahan tertentu. Pengumpulan data dapat bervariasi dimulai dari

pengamatan yang sederhana di suatu lokasi sampai suatu survey besar-besaran

mengenai perusahaan-perusahaan multinasional. Pengumpulan data adalah

prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan

(Nazir, 2003). Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah dengan cara mengumpulkan data-data primer yang didapat melalui

observasi, wawancara, dan penyebaran kuisioner serta data sekunder dari buku-

buku dan peraturan-peraturan yang berhubungan dengan penelitian.

1. Data Primer

Data Primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari

individu atau perseorangan seperti hasil dari wawancara atau hasil pengisian

kuisioner yang biasa dilakukan oleh peneliti, (Umar, 2004). Menurut Sugiama

(2008), data primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung melalui

survey, observasi, atau dengan eksperimen. Data primer merupakan sumber

asli yang dikumpulkan secara khusus untuk menjawab pertanyaan penelitian.

Berikut beberapa teknik pengambilan data primer, diantaranya:

a. Observasi

Observasi adalah proses sistematis dalam merekam perilaku manusia,

suatu objek, dan kejadian-kejadian tanpa mengajukan pertanyaan pada

subjek atau pada mereka yang diobservasi, (Sugiama, 2008). Dengan

melakukan observasi, penulis dapat melakukan scanning terhadap kondisi

kegiatan penghapusan aset tetap di divisi Infratel PT Telkom. Observasi

dilakukan dengan cara pengamatan langsung terhadap data-data dari aset

yang belum dapat dihapuskan. Dari hasil observasi yang dilakukan,

diperoleh informasi mengenai status aset tetap yang belum dapat

dihapuskan.

40

Page 41: SK Joga (Email)

b. Wawancara

Wawancara (Interview) adalah proses interaksi antara pewawancara dan

responden, (Nazir, 2003). Wawancara dilakukan dengan manajer aset

divisi Infratel dan beberapa karyawan yang bertugas dalam pengelolaan

aset terutama dalam hal penghapusan divisi infratel PT Telkom. Tujuan

dari kegiatan wawancara ini adalah mencari informasi lebih dalam

mengenai kegiatan penghapusan aset tetap di divisi Infratel PT Telkom.

c. Angket

Menurut Sugiama (2008), Angket merupakan serangkaian pertanyaan

tertulis yang kemudian disampaikan kepada sejumlah responden. Dalam

pencarian data melalui angket ini, sebelumnya ditentukan terlebih dahulu

yang akan menjadi responden. Angket yang digunakan ditujukan kepada

para pegawai divisi Infratel PT Telkom, khususnya yang berhubungan

dengan kegiatan pengelolaan aset. Pengisian angket ini bertujuan untuk

mengetahui kinerja penghapusan aset tetap di divisi Infratel PT Telkom.

2. Data Sekunder

Data sekunder menurut Sugiama (2008) adalah data yang dikumpulkan dari

pihak lain yang mana data tersebut dijadikan peneliti sebagai sarana untuk

kepentingan peneliti sendiri. Sementara itu menurut Umar, (2004) data

sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan

baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain misalnya dalam

bentuk tabel-tabel atau diagram. Data sekunder biasanya diperoleh lebih cepat

dan lebih mudah dibandingkan dengan data primer.

Data sekunder didapat dengan cara meminta data ke perusahaan, melihat buku

di perpustakaan, browsing data di internet serta membaca modul-modul dan

jurnal. Beberapa data yang diambil diantaranya adalah:

a. Prosedur pengelolaan aset tetap,

b. Tingkat pencapaian aset tetap,

c. Juklak penghapusan aset tetap,

d. Peraturan perusahaan mengenai pengelolaan aset tetap, dan

41

Page 42: SK Joga (Email)

e. Peraturan perusahaan mengenai kegiatan penghapusan aset.

f. Teori aset dan manajemen aset

g. Teori pengelolaan aset

h. PP Nomor 6 tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik

Negara/Daerah.

i. PMK No 96/PMK.06/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan,

Pemanfaatan, Penghapusan dan Pemindah Tanganan Barang Milik

Negara.

3.5 Populasi dan Sample

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009).

Sedangkan menurut Sugiama, (2008) populasi adalah sekumpulan dari individu

yang memiliki karakteristik tertentu. Jika dalam suatu populasi jumlah anggota

individunya tetap, maka disebut populasi finit. Sedangkan jika populasi jumlahnya

berubah-ubah, maka disebut populasi infinit (Sugiama, 2008: 115). Populasi pada

penelitian ”Evaluasi Kinerja Pengelolaan Aset Tetap Divisi Infratel PT

Telekomunikasi Indonesia, Tbk.” ini lebih difokuskan pada populasi finit, karena

penelitian dilakukan di perusahaan dimana jumlah pegawai suatu perusahaan yang

tetap.

Menurut Sugiama (2008), sample adalah adalah suatu bagian yang diambil

dari sebuah populasi untuk menentukan sifat serta ciri-ciri yang dikehendaki dari

populasi yang bersangkutan. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian

ini adalah teknik sampling jenuh. Teknik sampling jenuh adalah teknik penentuan

sample bila semua anggota populasi digunakan sebagai sample (Sugiyono, 2008).

3.6 Identifikasi dan Operasionalisasi Variabel

Variabel dalam penelitian ini adalah penghapusan aset. Variabel tersebut

kemudian didefinisikan berdasarkan referensi dari beberapa literatur yang

berhubungan dengan pengelolaan aset. Pengelolaan aset adalah suatu kegiatan

42

Page 43: SK Joga (Email)

pengelolaan barang dimulai dari kegiatan perencanaan kebutuhan, pengadaan,

operasi dan pemeliharaan, hingga penghapusan. Dari variabel tersebut dapat

ditentukan sub variabel yaitu perencanaan kebutuhan, pengadaan, operasi dan

pemeliharaan, hingga penghapusan. Selanjutnya dari sub variabel diperoleh

indikator yang akan dijadikan bahan perancangan alat ukur yang kemudian

dijabarkan menjadi butir-butir pernyataan.

Identifikasi variabel dan proses pengembangan alat ukur variabel dapat

dilihat sebagaimana dalam tabel 3.1 sebagai berikut:

43

Page 44: SK Joga (Email)

Tabel 3.1

Operasional Variabel Evaluasi Pengelolaan Aset Tetap Divisi Infratel PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk.

Variabel Indikator Kisi-kisi Pernyataan

Teknik

Pengumpula

n Data

Kinerja Pengelolaan Aset

adalah kegiatan mengelola aset dari mulai

perencanaan, pengadaan, operasi dan

pemeliharaan, serta penghapusan aset yang

ditinjau dari kondisi fisik, fungsional,

utilitas, dan kinerja finansial aset.

Sub variabel penelitian diantaranya adalah:

1. Perencanaan Aset

Kegiatan yang merumuskan secara

rinci mengenai kebutuhan suatu

aset, operasional aset, waktu

penggunaan, risiko dan

pendanaan aset, yang mungkin

akan terjadi sehingga

menghasilkan aset dengan

kapasitas dan performance yang

diharapkan.

1.1 Kebutuhan aset.

1.2 Operasional Aset.

1.3 Waktu

Penggunaan

1.4 Bentuk

Pemanfaatan

1.5 Prakiraan risiko

1.6 Pendanaan

3.1.1 Aset direncanakan sesuai dengan kebutuhan.

3.1.2 Perencanaan kebutuhan aset disusun secara rinci.

1.2.1 Perencanan operasional aset disesuaikan dengan sumber daya yang

dimiliki.

1.2.2 Perencanaan operasional aset didasarkan pada kondisi aset.

1.3.1 Waktu penggunaan aset telah masuk ke dalam perencanaan aset.

1.3.2 Waktu penggunaan aset yang direncanakan telah sesuai dengan

kinerja aset yang ada.

1.4.1 Aset yang dimiliki telah memiliki rencana pemanfaatannya.

1.4.2 Perencanaan pemanfaatan aset didasarkan pada kondisi aset saat

ini.

1.5.1 Risiko kenaikan suku bunga diperhatikan dalam kegiatan

perencanaan aset.

1.6.1 Sumber dana dalam kegiatan pengelolaan aset direncanakan dari

pihak ke dua.

Angket,

wawancara

44

Page 45: SK Joga (Email)

Lanjutan tabel 3.1

Sub Variabel Indikator Kisi-kisi Pernyataan

Teknik

Pengumpulan

Data

2. Pengadaan Aset

Kegiatan mendapatkan aset melalui

spesifikasi dan peruntukan aset

tersebut yang di dalamnya

ditentukan mengenai, metode

pengadaan, penjadwalan dan

pendanaan (sumber dana).

2.1 Metode

Pengadaan

2.2 Penjadwalan

2.3 Sumber Dana

2.2.1 Metode swakelola dilakukan untuk mengadakan aset berdasarkan

spesifikasi yang sesuai dengan peruntukannya.

2.2.2 Metode leasing dilakukan untuk mengadakan aset berdasarkan

spesifikasi yang sesuai dengan peruntukannya.

2.2.3 Pengadaan aset melalui jasa pihak ke dua dilakukan untuk

mengadakan aset dengan spesifikasi tertentu.

2.3.1 Pengelola meyusun jadwal pengadaan aset dengan

mempertimbangkan metode yang digunakan (leasing, beli, atau

swakelola).

2.3.2 Penjadwalan pengadaan dilakukan dengan mempertimbangkan

metode pengadaan (leasing, beli, atau swakelola).

2.3.3 Sumber dana pengadaan berasal dari PT Telkom.

2.1.1 Sumber dana pengadaan berasal dari pihak eksternal.

Angket,

wawancara

45

Page 46: SK Joga (Email)

Lanjutan Tabel 3.1

Sub Variabel Indikator Kisi-kisi Pernyataan

Teknik

Pengumpulan

Data

3. Operasi dan pemeliharaan Aset

a. Operasional aset adalah kegiatan

penggunaan aset sesuai tupoksi

dan pemanfaatan aset yang

dilakukan dengan memperhatikan

kondisi dan kinerja finansial aset

tersebut.

b. Pemeliharaan aset adalah

kegiatan menjaga kualitas dari

kondisi suatu aset agar dapat

digunakan dan dimanfaatkan

sesuai dengan tupoksi.

3.1 Penggunaan

3.2 Pemanfaatan

3.3 Pemeliharaan

3.1.1 Penggunaan aset sesuai dengan peruntukannya dengan

memperhatikan kondisi existing aset.

3.1.2 Evaluasi kondisi aset dilakukan tiap tahun seiring penggunaan

aset.

3.1.3 Aset digunakan sesuai tugas pokok dan fungsi (TUPOKSI) yang

telah ditetapkan.

3.1.4 Penggunaan aset saat ini sudah optimal berdasarkan kondisi

asetnya.

3.1.5 Penggunaan aset saat ini dapat menambah pendapatan perusahaan

secara optimal.

3.2.1 Aset yang ada dimanfaatkan dengan memperhatikan kondisi aset.

3.2.2 Hasil dari pemanfaatan aset dapat menambah pendapatan

perusahaan.

3.3.1 Pemeliharaan aset dilakukan setelah evaluasi terhadap kondisi

aset.

3.3.2 Aset dipelihara secara rutin dengan penjadwalan yang sudah

Angket,

wawancara, dan

observasi

46

Page 47: SK Joga (Email)

ditetapkan.

3.3.3 Pencatatan administrasi dalam pengelolaan aset telah dilakukan

dengan baik dalam rangka pemeliharaan aset.

3.3.4 Kondisi aset yang perlu dipelihara diketahui dari pencatatan

administrasinya.

Lanjutan Tabel 3.1

Sub Variabel Indikator Kisi-kisi Pernyataan

Teknik

Pengumpulan

Data

4. Penghapusan Aset

Kegiatan melepaskan aset baik

secara fisik maupun pencatatan

administrasi berdasarkan kondisi

fisik, umur aset dan kinerja finansial

dengan mempertimbangkan risiko

yang timbul dan bentuk

penghapusan yang digunakan

4.1 Kondisi Fisik

Aset

4.2 Umur aset

4.3 Kinerja

finansial

4.4 Bentuk

Penghapusan

4.1.1 Aset yang dihapuskan dilihat dari kondisi fisiknya.

4.1.2 Perusahaan dapat dengan mudah menghapuskan aset secara fisik.

4.1.3 Kondisi aset yang akan dihapuskan dapat diketahui dari pencatatan

administrasinya.

4.1.4 Perusahaan dapat dengan mudah menghapuskan fisik aset secara

administrasi.

4.2.1 Aset di lokasi tertentu diketahui dengan jelas umur ekonomis dan

umur fungsionalnya.

4.2.2 Umur aset yang akan dihapuskan diketahui dari pencatatan

administrasinya.

Angket, dan

wawancara

47

Page 48: SK Joga (Email)

4.3.1 Kinerja finansial aset menjadi pertimbangan dalam melakukan

penghapusan.

4.4.1 Penjualan dilakukan dalam penghapusan bangunan dan kendaraan

bermotor dengan mempertimbangkan risiko keuangan.

4.4.2 Seluruh aset infrastruktur dihapuskan dengan cara dijual dengan

mempertimbangkan risiko keuangan.

4.4.3 Penghapusan aset dokumen dan modul mempertimbangkan risiko

keamanan.

4.4.4 Bentuk penghapusan dilakukan berdasarkan biaya yang akan

dikeluarkan.

Sumber: Modifikasi PP No 6 Tahun 2006 dan Hariyono (2007)

48

Page 49: SK Joga (Email)

3.7 Metode Analisis Data

Setelah didapat data hasil penyebaran angket, dilakukan analisis terhadap

data yang didapat. untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan digunakan

analisis deskriptif. Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan

cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul

sebagaimana adanya, tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk

umum atau generalisasi, (Sugiono, 2009). Metode analisis ini digunakan dalam

penelitian ini karena penelitian ini menggambarkan data mengenai kondisi aset

pada saat ini tanpa bermaksud memberikan kesimpulan secara umum. Analisis

deskriptif yang dimaksud diantaranya penyajian data melalui tabel, grafik,

diagram, perhitungan modus, median, mean, standar deviasi dan perhitungan

persentase.

Setelah peneliti hasil analisis deskriptif diperoleh, peneliti menjawab

identifikasi masalah mengenai pengelolaan aset divisi Infratel PT Telkom. Untuk

mendeskripsikan hal tersebut, peneliti menggunakan rata-rata (mean). Sedangkan

untuk menentukan panjang interval dalam melakukan interpretasi digunakan

rumus sebagai berikut:

Panjang Kelas Interval=Rentang (Kelasterbesar−Kelasterkecil)

BanyaknyaKelas Interval

Panjang Kelas Interval=5−15

=0.8

Sumber: Sudjana. STATISTIKA. 2000.

Dari perhitungan di atas, maka dapat diketahui indeks rentang kinerja

pengelolaan aset divisi Infratel PT Telkom yang digunakan. Indeks rentang aset

divisi Infratel PT Telkom tersebut dapat dilihat pada tabel 3.2. Nilai yang

bersikar antara 4.20-5.00 itu berarti sangat tinggi/sangat baik. Nilai yang berkisar

antara 3.39-4.19 ini berarti tinggi/baik. Sedangkan untuk jawaban yang bernilai

antara 2.58-3.38 itu berarti sedang/cukup. Jawaban yang bernilai antara 1.77-2.57,

49

Page 50: SK Joga (Email)

berarti rendah/kurang dan untuk jawaban yang bernilai <1.76, berarti sangat

rendah/sangat kurang.

Tabel 3.2

Indeks Rentang Kinerja Pengelolaan Aset Divisi Infratel

Skala Kriteria Penilaian4,20 – 5,00 Sangat Tinggi / Sangat Baik

3,39 – 4,19 Tinggi / Baik

2,58 – 3,38 Sedang / Cukup

1,77 – 2,57 Rendah / Kurang

< 1,76 Sangat Rendah / Sangat Kurang

Sumber: Sudjana. STATISTIKA. 2000.

3.8 Skala Pengukuran Variabel

Menurut Sugiama (2008), pembuatan skala adalah suatu prosedur pemberian

angka-angka atau simbol-simbol tertentu kepada sejumlah karakteristik objek-

objek untuk menggambarkan ciri-ciri objek bersangkutan ke dalam bentuk angka-

angka. Jenis skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert.

Skala ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau

kelompok tentang fenomena sosial. Skala Likert adalah skala yang dirancang

untuk menguji apakah responden sangat tidak setuju (strongly disagree) atau

sangat setuju (strongly agree) terhadap objek psikologis yang dinilainya,

(Sugiama: 2008, 98). Sedangkan menurut Sekaran (2006). Jadi skala Likert ini

digunakan untuk menguji apakah responden sangat setuju atau sangat tidak setuju

mengenai pernyataan dalam sebuah angket.

50

Page 51: SK Joga (Email)

Tabel 3.3

Bentuk Skala Pengukuran

Alternatif Jawaban KodeAngka PernyataanPositif Negatif

Sangat Setuju SS 5 1Setuju S 4 2Netral N 3 3

Tidak Setuju TS 2 4Sangat Tidak Setuju STS 1 5

Sumber: Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis. 2008:133.

Skala Likert diukur dari tingkat sangat tidak setuju, tidak setuju, netral,

setuju, dan sangat setuju untuk mengukur persepsi karyawan bagian divisi

Infratel terhadap kinerja pengelolaan aset tetap.

Selain skala pengukuran yang menggunakan skala Likert, skala angka yang

digunakan pada penelitian ini adalah skala ordinal. Pengertian skala ordinal

adalah pemberian angka pada suatu objek yang menunjukkan tingkatan. Angka

pada skala ordinal mengandung arti sebagai tingkatan atau urutan dari satu tingkat

ke tingkat berikutnya (Sugiama, 2008). Sedangkan untuk profil responden (tenant

dan pengelola) yang meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan unit

kerja menggunakan skala nominal. Menurut Sugiama (2008:78), skala nominal

adalah suatu skala yang menggunakan angka atau huruf untuk suatu objek yang

hanya menunjukkan label saja, tidak mencerminkan tingkatan atau nilai apapun.

Jadi dalam skala nominal angka yang diberikan tidak menunjukkan nilai apapun,

hanya sebagai label saja.

3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas

Instrumen penelitian yang digunakan harus memenuhi syarat valid dan

reliabel. Data primer yang telah terkumpul, kemudian diolah dengan

menggunakan Software Statistical Program for Social Science (SPSS) for

Windows verse 17.0, kemudian dianalisis sehingga diketahui valid atau tidaknya

alat ukur dalam penelitian ini. Untuk itu perlu dijelaskan lebih lanjut mengenai

uji validitas dan uji reliabilitas.

51

Page 52: SK Joga (Email)

3.9.1 Uji Validitas

Menurut Sugiama (2008), uji validitas adalah kebenaran pengukuran

yang dilakukan sehingga dapat menghasilkan data yang benar-benar akan

diukur. Suatu pengukuran dikatakan valid , jika alat yang digunakan dapat

mengukur apa yang akan kita ukur. Sedangkan menurut Sugiono (2008),

item-item dalam pernyataan dikatakan valid jika nilai r ≥ 0.3, sedangkan item-

item pernyataan dikatakan tidak valid jika r ≤ 0.3. Jika instrumen yang dibuat

tidak valid maka dilakukan pembuatan angket kembali sampai angket tersebut

valid.

3.9.2 Uji Reliabilitas

Menurut Sugiyono (2008), reliabel adalah instrumen yang bila

digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan

menghasilkan data yang sama. Suatu kuesioner dikatakan reliabel jika

jawaban seseorang terhadap pertanyaan konsisten dari waktu ke waktu.

Menurut Sekaran (2006), kuesioner dapat dikatakan reliabel jika nilai

Cronbach Alpha nya minimal sebesar 0,6. Koefisien keandalan yang semakin

mendekati 1.0 berarti semakin baik. Keandalan yang kurang dari 0.6 dianggap

buruk, keandalan dalam kisaran 0.70 bisa diterima, sedangkan keandalan yang

lebih dari 0.80 adalah baik.

52