48
PERHITUNGAN BIAYA PER UNIT Oleh : Padlah Riyadi, SE, Ak, CA. A. Sistem Perhitungan Biaya Produk Menentukan biaya yang akurat dari suatu produk atau jasa sangatlah penting bagi keberhasilan perusahaan disebahagian besar industri. Sebagai contoh smith fabrication Inc di Kent Washington menggunakan sistem perhitungan biaya produk untuk memperkirakan biaya dan membebankan pelanggan atas produk logam lembaran yang disediakan bagi produsen lain dalam industri produk produk penerbangan computer, telekomunikasi, dan kesehatan. Metode perhitungan produk biaya produk yang digunakan memberikan nilai kompetitif, yaitu melalui penyediaan informasi biaya akurat dalam bentuk yang mudah dimengerti oleh pelanggan. Demikian pula Kurtz industries menawarkan harga yang kompetitif atas jasa pemrosesn menggunakan mesin melalui penggunaan penghitungan biaya produk berdasarkan harga pasar wajar. Apa yang telah disadari oleh perusahaan perusahaan ini dan perusahaan-perusahaan lainnya adalah metode perhitungan biaya yang sederhana, namunakurat memiliki peran yang sangat penting dalam keberhasilan kompetitif mereka. Contoh lainnya adalah pembangunan dan renovasi rumah, dimana penghitungan biaya produk adalah sangat penting untuk memperkirakan biaya dan 1

Sistem Perhitungan Biaya Per Unit

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Akuntansi Manajemen

Citation preview

Page 1: Sistem Perhitungan Biaya Per Unit

PERHITUNGAN BIAYA PER UNIT

Oleh : Padlah Riyadi, SE, Ak, CA.

A. Sistem Perhitungan Biaya Produk

Menentukan biaya yang akurat dari suatu produk atau jasa sangatlah penting bagi

keberhasilan perusahaan disebahagian besar industri. Sebagai contoh smith fabrication Inc di

Kent Washington menggunakan sistem perhitungan biaya produk untuk memperkirakan

biaya dan membebankan pelanggan atas produk logam lembaran yang disediakan bagi

produsen lain dalam industri produk produk penerbangan computer, telekomunikasi, dan

kesehatan. Metode perhitungan produk biaya produk yang digunakan memberikan nilai

kompetitif, yaitu melalui penyediaan informasi biaya akurat dalam bentuk yang mudah

dimengerti oleh pelanggan. Demikian pula Kurtz industries menawarkan harga yang

kompetitif atas jasa pemrosesn menggunakan mesin melalui penggunaan penghitungan biaya

produk berdasarkan harga pasar wajar.

Apa yang telah disadari oleh perusahaan perusahaan ini dan perusahaan-perusahaan lainnya

adalah metode perhitungan biaya yang sederhana, namunakurat memiliki peran yang sangat

penting dalam keberhasilan kompetitif mereka. Contoh lainnya adalah pembangunan dan

renovasi rumah, dimana penghitungan biaya produk adalah sangat penting untuk

memperkirakan biaya dan menetapkan harga pesanan.

Smith fabrication, Kurtz Industries, dan banyak pembangunan rumah lainnya menggunakan

perhitungan biaya produk yang disebut dengan sistem penghitungan biaya yang berdasarkan

pesanan (job costing system). Perhitungan biaya berdasarkan pesanan adalah salah satu dari

beragam sistem perhitungan biaya yang dapat digunakan perusahaan. Sistem perhitungan

biaya berdasarkan pesanan khususnya cocok untuk perusahaan yang memproduksi produk

berdasarkan pesanan (made to order product)  seperti pemrosesan menggunakan mesin

(machining) pengerjaan logam (metal working) dan pembangunan rumah. Pembuatan produk

atau jasa berdasarkan pesanan spesifik pelanggan. Hal ini berbeda dengan perusahaan yang

memproduksi barang dalam jumlah besar untuk dijual kepada pedagang grosir dan ritel.

1

Page 2: Sistem Perhitungan Biaya Per Unit

Perusahaan-perusahaan ini tidak secara langsung berhubungan dengan konsumen akhir.

Perusahaan pengemas botol soda, pemroses makanan, dan produsen perlengkapan kamar

mandimerupakan contoh yang tepat. Jenis-jenis perusahaan yang disebut terakhir memiliki

orientasi produksi pada proses dibandingkan pesanan pelanggan. Berdasarkan konsep biaya

penerapan perhitungan biaya berdasarkan pesanan digunakan pada saat mudah untuk

menelusuri biaya bahan bakku dan biaya tenaga kerja untuk tiap pesanan pelanggan. Dalam

perusahaan yang berorientasi pada proses. Biaya biasanya ditelusuri ke departemen produksi

dan kemudian dialokasi kemasing-masing produk.

Perhitungan biaya produk (product costing) adalah proses pengumpulan pengelompokan dan

pembebanan biaya biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik pada

produk dan jasa. Perhitungan biaya produk memberikan informasi biaya yang berguna bagi

perusahaan manufaktur maupun perusahaan nonmanufaktur. Berikut perbedaan antara Job

order cost dan Process cost system. Pengertian : Biaya pesanan, merupakan suatu sistem

pengumpulan biaya produksi yang didasarkan pada produk yang dipesan oleh pelanggan.

Dengan demikian maka produk yang dihasilkanpun merupakan produk yang spesifikasinya

berdasarkan pada si pemesan. Harga pokok perunit produk merupakan total biaya produksi

atas produk yang dipesan dibagi dengan jumlah produk pesanan tersebut.

 

2

Page 3: Sistem Perhitungan Biaya Per Unit

B. Job Order Costing System (Sistem Berbasis Pesanan)

1. Karakteristik  Perusahaan yang berbasis Pesanan.

Pada perusahaan-perusahaan yang menggunakan basis harga pokok pesanan perhitungan

biaya-biaya yang timbul dapat didasarkan pada biaya-biaya yang timbul selama proses

produksi (historical cost) ataupun biaya yang ditentukan dimuka (predetermine cost).

Ciri utama persahaan yang menggunakan sistem ini adalah:

1.   Proses produksi yang tidak kontinyu, oleh karena belum tentu pesanan suatu produk

diperoleh secara terus menerus dengan spesifikasi yang sama.

2.   Produk yang dihasilkan disesuaikan dengan spesifikasi produk yang dipesan oleh

langganan.

3.   Proses produksi semata-mata ditujukan pada pemenuhan pesanan pelanggan bukan

untuk pemenuhan persediaan .

 

2. Perhitungan Harga Pokok Pesanan.

Untuk menentukan besarnya harga pokok pesanan, perusahaan biasanya melakukan :

1.     Memproduksi produk dengan beragam jenis kemudian menghitung biayanya

berdasarkan jenis tersebut

2.     Menghitung biaya produksi, dalam hal ini maka biaya-biaya yang timbul  lebih relevan

digolongkan atas dasar hubungannya dengan produk, dengan konsep biaya ini maka

biaya dapat dikelompokkan atas 2 kelompok besar yaitu ; biaya produksi langsung dan

biaya produksi tidak langsung.

3.     Harga pokok perunit produk yang ditawarkan didasarkan pada total biaya produksi

dibagi dengan jumlah unit yang dihasilkan.

 

3. Arus Biaya

Sistem akuntansi biaya pesanan menghendaki adanya informasi biaya untuk tiap-tap pesanan.

Semua biaya sehubungan dengan proses produksi dikumpulkan menurut pesanan  (pekerjaan)

sesuai dengan kartu pesanan. Disamping itu arus masuk keluarnya biaya dalam proses

produksi harus dicatat. Untuk itu didalam buku besar perusahaan dibuatkan perkiraan

teersendiri yang diberi nama : Pekerjaan dalam Proses. Dengan cara ini, biaya produksi dapat

diketahui setiap saat., yaitu dengan melihat catatan dalam account Persediaan dalam Proses.

Berikut ini diilustrasikan arus biaya didalam sistem akuntansi biaya pesanan.

1. Pembelian Bahan Baku dan Bahan Penolong.

Anggaplah bahwa selama bulan juni 1996 dibeli bahan baku dan bahan penolong seharga Rp

22.000.000,-. Potongan pembelian, retur pembelian dan pengurangan harga serta transaksi-

transaksi lain yang berhubungan dengan pembelian tersebut diabaikan dalam contoh ini.

3

Page 4: Sistem Perhitungan Biaya Per Unit

Maka ayat jurnal atas transaksi tersebut adalah :

Persediaan Bahan Baku dan Penolong.................Rp 22.000.000

       Hutang Dagang ........................................................ Rp 22.000.000

Ayat jurnal tersebut diatas merupakan gabungan transaksi selama satu bulan, namun setiap

terjadi kali terjadi transaksi seharusnya dilakukan jurnal.

2. Pemakaian Bahan Baku dan Penolong.

Anggaplah bahwa selam bulan juni 1996 pemakaian bahan baku dan bahan penolong masing-

masing berjumlah Rp 15.000.000,- dan Rp 5.000.000,-. Maka ayat jurnal penggunaan bahan

baku dan penolong (selama bulan juni) ini adalah sbb:           

Persediaan dalam proses.....................Rp 15.000.000

Biaya Overhead....................................Rp   5.000.000

Persediaan Bahan Baku dan Penolong.............Rp 20.000.000

Pemakaian bahan baku dibuatkan suatu bukti (dokumen) yang disebut Bukti pengeluaran

bahan (Matrial’s Requisition). Dan atas dasar dokumen ini maka penggunaan bahan baku dan

penolong dicatat didalam buku yang disebut Buku Pengeluaran Bahan (Matrial’s Requisition

Journal). Bentuk dokumen dan buku tersebut dapat dilukiskan sbb:

Bukti Pengeluaran BahanNo Pesanan: 101                                                            No Bukti : 001                                                                                        Tanggal : 2/ 6/ 1996

No.Jenis

Nama Bahan JmlUnit

Harga PokokPerunit

Total

K.47 Kertas HVS 80 gr 20 rim Rp 25.000 Rp 500.000,-

T.28 Tinta parker 10 btl Rp 15.000 Rp 150.000,-

  Rp 650.000,-

 

Diminta oleh   :Disetujui oleh  :

Dikeluarkan oleh :Diterima oleh      :

 

 

Buku Pengeluaran Bahan

Tgl No.Bukti Keterangan Bahan Baku Bahan Penolong

Jun   2 001 Pekerjaan No: 101 Rp 500.000 Rp 150.000

4

Page 5: Sistem Perhitungan Biaya Per Unit

4 002 Pekerjaan No: 102 Rp 300.000 Rp  50.000

5 003 Pekerjaan No: 103 Rp 800.000 Rp 250.000

5 004 Pekerjaan No: 101 Rp 100.000 Rp  50.000

         

    Dst    

3. Pemakaian Tenaga Kerja

Anggaplah bahwa gaji dan upah yang telah dan yang masih harus dibayar selama bulan juni

1996 berjumlah Rp 13.000.000. Jumlah ini terdiri dari gaji dan ipah langsung Rp

10.000.000,- dan buruh tidak langsung Rp 3.000.000,-

Maka atas transaksi ini dilakukan jurnal sbb:

            Gaji dan Upah.......................Rp 13.000.000,-

                        Kas/Hutang........................................Rp 13.000.000,-

 

4. Pembebanan Biaya Gaji dan Upah

Alokasi biaya gaji dan upah kedalam biaya produksi adalah sbb:

            Persediaan Dalam Proses..................Rp 10.000.000,-

            Biaya Overhead...................................Rp  3.000.000,-

                        Gaji dan Upah........................................ Rp 13.000.000,-

5. Pemakaian Biaya Overhead

Jika selama bulan juni biaya overhead yang masih harus dibayar adalah; biaya mandor Rp

1.000.000,- biaya listrik, air, dan telepon Rp 500.000,- dan biaya penyusutan Rp 5.000.000,-

serta biaya overhead lainnya Rp 4.000.000,- maka ayat jurnal untuk mencatat transaksi ini

adalah :

            Biaya Overhead...................Rp 10.500.000,-

                        Kas/Hutang.......................................Rp 5.500.000,-

                        Akumulasi Penyusutan.....................Rp  5.000.000,-

6. Pembebanan Biaya Overhead

Jika pembebanan biaya overhead didasarkan pada taksiran biaya buruh misalkan 80% maka

overhead yang dibebankan adalah sebesar 80% x jml upah buruh, maka 80% x  Rp

13.000.000 = Rp 10.400.000,-. Maka ayat jurnal atas pembebanan overhead adalah :

            Persediaan dalam Proses.......................Rp 10.400.000,-

                        Biaya Overhead.................................... Rp 10.400.000,-

Setelah ayat jurnal ini maka pada perkiraan overhead akan terlihat selisih antara pembebanan

biaya overhead dan biaya overhead sesungguhnya. Selisih Rp 100.000 dapat dibebankan ke

5

Page 6: Sistem Perhitungan Biaya Per Unit

harga pokok penjualan dengan jurnal :

            Harga pokok Penjualan ........................Rp 100.000

                        Biaya Overhead........................................Rp 100.000

 

7. Pencatatan Harga Pokok Barang Jadi

Anggaplah bahwa pekerjaan yang telah diselesaikan adalah sebesar Rp 30.000.000, maka

ayat untuk mencatat penyelesaian ini adalah :

Persediaan barang jadi..........................Rp 30.000.000,-

                        Persediaan dalam Proses......................... Rp 30.000.000

 

8. Pencatatan Harga Pokok Penjualan

Jika selama bulan juni telah dijual produk tersebut sebesar Rp 50.000.000, dengan harga

pokok Rp 25.000.000 maka ayat jurnal untuk mencatat transaksi ini :

            Harga Pokok Pesanan.....................Rp 25.000.000

                        Persediaan barang jadi......................Rp 25.000.000

 

4. Kartu Pekerjaan

Job order cost sheet atau kertas kerja pesanan dapat disusun untuk masing-masing no.

Pesanan seperti contoh berikut :

Order No : 101                                     Dikerjakan tgl :Spesifikasi :                                          Diselesaikan tgl :Jumlah :

Jenis Biaya Jumlah Keterangan

1. Bahan Baku Rp 15.000.000  

2. Tenaga Kerja Rp 10.000.000  

3. Overhead Rp 10.400.000  

   Total Rp 35.400.000   

 

6

Page 7: Sistem Perhitungan Biaya Per Unit

C. Process Costing

1. Pendahuluan

Pada sistem biaya proses, biaya diakumulasikan menurut masing-masing departemen, pusat

biaya atau proses.  Biaya  unit rata-rata untuk satu hari, seminggu atau setahun diperoleh

dengan membagi biaya departemen dengan jumlah unit (ton, kg dsb) yang dihasilkan selama

periode bersangkutan.

Sistem biaya pemerosesan ditetapkan di mana produksi dilakukan dengan metode produksi

massal atau proses secara sinambung. Diantara industri yang menerapkan sistem biaya proses

misalnya industri kertas, baja, bahan kimia, dan tekstil. Aneka industri yang menerapkan

proses perakitan seperti industri mobil, mesin cuci, dan alat-alat listrik pada umumnya juga

menerapkan sistem biaya proses.

 

2. Akumulasi Biaya

Dalam suatu biaya proses, harus dikembangkan prosedur untuk :

(1)   Mengumpulkan biaya bahan, upah tenaga kerja dan overhead pabrik menurut 

departemennya.

(2)   Menentukan biaya unit untuk masing-masing departemen

(3)   Mengalihkan biaya dari satu departemen ke departemen berikutnya

(4) Membebankan biaya kepada pekerjaan dalam proses

Untuk mudahnya, pembahasan tentang akumulasi biaya akan difokuskan kepada masing-

masing departemen, dan bukan kepada pusat-pusat biaya (cost centers) atau masing-masing

proses. Namun ada kemungkinan terdapat dua atau lebih jenis proses yang diselenggarakan

pada satu departemen (dan karena itu akan terdapat lebih dari satu pusat biaya dalam satu

departemen). Dalam keadaan demikian ada kemungkinan biaya akan banyak bervariasi pada

masing-masing pusat biaya, sehingga dalam praktek biaya itu diakumulasikan menurut pusat-

pusat biaya ataupun menurut masing-masing departemennya. Akumulasi biaya dalam buku

perkiraan diperincikan dibawah ini :

1. Biaya Bahan(material cost)

Pada suatu sistem biaya proses, banyaknya permintaan (requitions) atau pembebanan

biaya bahan jauh lebih kecil dari pada sistem biaya pekerjaan pesanan, karena biaya

beberapa industri, tipe dan kuantitas bahan dapat dispesifikasikan dengan rumus atau

spesifikasi rekayasa (engineering specification). Bilamana terdapat penggunaan bahan-

bahan yang sama selama terus menerus, maka jumlah penggunaan per hari atau per

minggu dapat diperoleh dari laporan penggunaan (consumption reports) dan bukan

terutama dari surat-surat permintaan bahan. Maka ayat jurnal untuk pembebanan biaya

bahan akan menjadi :

7

Page 8: Sistem Perhitungan Biaya Per Unit

 

Barang dalam proses, bahan , Dept. A ……….  21.000

Bahan baku  …………………………………….... 21.000 

2. Biaya tenaga kerja

Data akumulasi biaya upah menurut departemen juga kurang terperinci dibandingkan

dengan pengumpulan biaya menurut masing-masing pekerjaan pada sistem biaya

pekerjaan pesanan. Biaya tenaga kerja masing-masing departemen dapat diikhtisarkan

dalam jurnal pembebanan upah sebagai berikut :

PDP, Tenaga kerja-Dept. A …………………… 12.000

PDP, Tenaga kerja-Dept. B ……………………   4.000

         Upah    …………………………………………..16.000

 

Ayat ini juga dapat ditulis sebagai berikut :  

     Tenaga kerja dalam proses-Dept. A ………….  12.000

     Tenaga kerja dalam proses-Dept. B  ………….   4.000

              Upah …………………………………………….. 16.000

 

3. Biaya Overhead Pabrik

Terdapat banyak perbedaan antara kalkulasi biaya pekerjaan pesanan dan kalkulasi biaya

proses dibandingkan dengan perbedaan biaya bahan dan tenaga kerja terutama pada biaya

overhead. Pada umumnya industri yang produksinya mass product akan lebih tepat

menerapkan biaya proses, karena produksinya dihasilkan untuk persediaan dan bukanlah

untuk memenuhi suatu pesanan khusus. Ayat jurnal pembebanan overhead adalah :

              B. Dalam Proses Overhead pabrik –Dept. A ……18.000

              B. dalam proses, Overhead pabrik –Dept. B ……. 8.000

                      Pengendalian overhead pabrik ………………….…26.000

Cara lain adalah :

              Overhead dalam proses-Dept. A ………………. 18.000

              Overhead dalam proses-Dept. B ……………….   8.000

                        Overhead Pabrik ……………………………….. 26.000

Apabila biaya overhead pabrik terakumulasi secara seimbang sepanjang tahun, ataupun

dengan taraf normal dari bulan ke bulan, kebanyakan perusahaan membebankan biaya

overhead yang sebenarnya. Namun, bilamana terdapat fluktuasi dalam produksi dari

bulan ke bulan, hal ini menyebabkan kekeliruan (distorsi) jumlah overhead yang

dibebankan pada produksi. Maka seringkali digunakan suatu tingkat overhead yang tetap,

yang didasarkan kepada kegiatan (operation) tahunan, hal ini dilakukan untuk

menghindarkan kesulitan yang timbul karena pembebanan overhead yang didasarkan

8

Page 9: Sistem Perhitungan Biaya Per Unit

kepada jumlah produksi bulanan yang berakibat pada distorsi pembebanan overhead.

 

3. Pengalihan Antar Departemen

Sistem biaya proses biasanya diterapkan apabila barang-barang produksi memerlukan

beraneka jenis kegiatan, yang diselenggarakan pada dua atau lebih banyak departemen atau

pusat biaya. Misalnya, kegiatan awal diselenggarakan pada Dept. A seperti misalnya

pembubutan atau pembauran bahan. Setelah proses itu selesai, unit-unit dialihkan (transfer)

kepada Dept. B, misalnya, untuk proses perakitan atau penyelesaian. Lalu setelah selesai,

barang dialihkan kepada persediaan barang jadi (Finished goods inventories).

Contoh 1 :

PT cahaya membuat produk X yang memerlukan pemerosesan pada Dept. A dan Dept. B.

Selama bulan Juli 2002, 5.000 unit dimulai produksinya yang selesai dalam sebulan itu.

Biayanya adalah sebagai berikut : Bahan Rp. 20.000, upah langsung Rp. 18.000 dan

overhead pabrik Rp. 12.000. perhitungannya adalah sebagai berikut :

Pekerjaan dalam proses- Dept. A

                                                   Jumlah Biaya      Biaya Unit

Bahan masuk produksi              Rp. 20.000         Rp.   4

Upah tenaga kerja langsung       Rp. 18.000          Rp.   3,6

Overhead pabrik                         Rp. 12.000          Rp.  2,4

Jumlah biaya     Rp. 50.000 Rp. 10

 

Biaya unit setiap kali diperoleh dengan membagikan jumlah biaya dengan jumlah unit yang

dibuat. Setelah selesai pemerosesan pada Dept. A, 5.000 unit itu dialihkan kepada Dept. B

 

4. Arus Unit

Arus unit (dalam ukuran kuantitas) sepanjang suatu sistem biaya proses dapat diikhtisarkan

dengan rumus persamaan sbb. :

Unit dalam proses awal :

(+) unit yang mulai masuk proses atau yang ditransfer

(=) unit yang dialihkan keluar

     + unit yang selesai dan masih tertahan

     + unit dalam proses akhir

Jika diketahui 4 unsur seperti pada persamaan itu, maka unsur yang belum diketahui dapat

dihitung berdasarkan rumus persamaan itu. Perlu diingat bahwa belum tentu semua

komponen akan terdapat pada setiap situasi (misalnya tidak selalu terdapat unit dalam proses

awal periode bersangkutan ataupun unit yang selesai dan masih tertahan pada akhir periode

itu).

9

Page 10: Sistem Perhitungan Biaya Per Unit

Contoh 2 :

Asumsikan bahwa PT Sentosa mempunyai 3.000 unit dalam proses awal bulan, dan

dimasukkan 10.000 unit ke dalam proses lalu terdapat 2.000 unit dalam proses pada akhir

bulan. Seluruh unit yang selesai telah dialihkan kepada Dept. B. Maka jumlah unit yang

dialihkan dihitung sbb. :

  3.000  Unit dalam proses awal10.000   Unit dimasukkan dalam proses13.000  Unit tersedia  (2.000)   Unit masih dalam proses11.000  Unit dialihkan kepada Dept. B 

5. Ekuivalen Unit Dalam Produksi

Jarang terjadi semua unit yang dimasukkan dalam proses selama sebulan akan selesai dan

dialihkan keluar pada akhir bulan. Pada umumnya terdapat persediaan awal dan persediaan

akhir dari barang dalam proses yang berada pada berbagai tingkat penyelesaian pada setiap

akhir bulan.

Untuk membebankan biaya bilamana terdapat persediaan barang yang baru diselesaikan

sebagian, seluruh unit (termasuk persediaan awal, barang yang telah dialihkan dan persediaan

akhir) harus dapat dinyatakan dalam bilangan unit yang telah selesai. Hal ini dilakukan

dengan bantuan suatu angka sebutan (common denominator), yang disebut unit ekuivalen

produksi atau ekuivalen produksi. Dengan menggunakan angka ekuivalen produksi tsb.,

biaya unit untuk suatu bulan akan mencakup biaya penyelesaian semua pekerjaan dalam

proses yang terdapat pada awal bulan, serta biaya yang telah dikeluarkan sampai saat itu

berkenaan dengan pekerjaan dalam proses pada akhir periode tsb.

Lazimnya diperlukan 2 rincian yang terpisah dari ekuivalen produksi, pertama, mengenai

bahan baku. kedua, mengenai biaya konversi (tenaga kerja dan overhead) karena tingkat

penyelesaian kedua unsur ini jarang sekali sama.

Ada 2 metode pokok untuk mengkalkulasikan biaya persediaan pekerjaan dalam proses, yaitu

: (1) perhitungan Average (biaya rata-rata) dan (2) kalkulasi biaya FIFO (First In First Out =

masuk awal, keluar awal). Diantara keduanya terdapat perbedaan dalam format atau

prosedurnya; perbedaan terutama berkaitan dengan cara penanganan persediaan barang

dalam proses.

 

6. Perhitungan Biaya Rata-rata

Menurut metode ini, yang disebut juga kalkulasi biaya rata-rata terbobot (weighted average

costing), persediaan awal barang dalam proses disatukan (mergered) dengan biaya selama

periode yang baru, dan diperoleh angka rata-rata yang baru. Dengan cara demikian, akan

terdapat hanya satu angka rata-rata untuk barang yang telah diselesaikan.

Unit ekuivalen produksi yang diperoleh dengan kalkulasi biaya rata-rata dapat dijabarkan

10

Page 11: Sistem Perhitungan Biaya Per Unit

sbb. :

Unit yang selesai (termasuk yang telah dialihkan dan yang masih tertahan) + (persediaan

akhir barang dalam proses x tingkat penyelesaian (%))

Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa seluruh persediaan awal barang dalam proses

telah diselesaikan selama periode bersangkutan.

Contoh 3

Data berikut menyangkut kegiatan pada Dept. A selama bulan Mei :

                                                                                   Unit

Persediaan awal barang dalam proses   (100% selesai unsur bahan dan 70 %     selesai biaya konversi)..................................     16.000Barang masuk proses.........................................   172.000Unit yang ditransfer ke Dept. B.........................    160.000Unit selesai masih tertahan.................................       8.000Persedaiaan akhir barang dalam proses   (100% selesai unsur bahan dan 60 %     selesai unsur biaya konversi)..........................    20.000

 

Lalu ekuivalen produksi pada Dept. A untuk bulan Mei dengan menerapkan kalkulasi biaya

rata-rata dijabarkan sbb. :

                                                                Bahan        Biaya KonversiUnit selesai :     Ditransfer ke Dept. B.......................  160.000            160.000     Selesai dan tertahan.......................      8.000                8.000Persediaan akhir, jumlah unit selesai :     Unsur bahan (100%).......................    20.000     Biaya konversi (60%)......................                              12.000Ekuivalen produksi                                  188.000            180.000

 

Dalam metode ini persediaan awal barang dalam proses yang telah diselesaikan dalam bulan

sebelumnya ditambahkan pada jumlah produksi bulan berjalan. Akibatnya ialah sebagian

persediaan awal barang dalam proses untuk bulan sebelumnya dihitung 2 kali sebagai

persedian akhir barang dalam proses pada bulan Mei.

 

7. Biaya FIFO

Dalam metode ini biaya persediaan awal barang dalam proses dipisahkan dari biaya

tambahan yang dibebankan dalam periode yang baru. Dengan demikian akan terdapat 2

macam biaya unit untuk periode bersangkutan yaitu : (1) persediaan awal barang dalam

proses yang diselesaikan dan (2) unit yang dimulai dan diselesaikan selama periode yang

sama.

Menurut sistem FIFO persediaan awal barang dalam proses diasumsikan telah diselesaikan

dan ditransfer. Lalu persediaan akhir barang dalam proses diasumsikan bersasal dari barang

yang dimasukkan kedalam produksi selama periode itu. Dengan demikian persediaaan akhir

11

Page 12: Sistem Perhitungan Biaya Per Unit

barang dalam proses diperhitungkan atas dasar biaya unit periode tsb., sesuai dengan tingkat

penyelesaiannya. Dalam penghitungan biaya FIFO unit ekuivalen dijabarkan sbb.

Unit  Selesai (yang ditransfer dan yang tertahan)

(-)  Persediaan awal barang dalam proses (tanpa memperhatikan tingkatpenyelesaian)

(+)  Jumlah biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan persediaan awalbarang dalam

proses

(+)  Jumlah biaya penyelesaiaan persedaiaan akhir barang dalam proses

Contoh 4

Berdasarkan data yang sama dengan contoh 3, dijabarkan ekuivalen produksi untuk Dept. A

dengan metode FIFO sbb:    

Unit                                                                        Bahan         KonversiUnit selesai :     Ditransfer ke Dept. B                                160.000            160.000     Selesai dan tertahan                                    8.000                8.000(-) Persediaan awal barang dlm proses         (16.000)            (16.000) Dimulai dan diselesaikan dlm periode ini    152.000            152.000Penyelesaiaan unit persediaan awal :     Bahan (0%)                                                          0     Biaya konversi (30%)                                                                    4.800                                                                        152.000             156.800Jmh biaya penyelesaian persediaan akhir     Bahan (100%)                                              20.000     Biaya konversi (60%)                                                                         12.000                 Ekuivalen produksi                                          172.000            168.800

 

Ekuivalen produksi berdasarkan metode FIFO dapat pula dihitung dengan cara mengurangi

sebagian persediaan awal barang dalam proses yang telah diselesaikan dalam bulan

sebelumnya dari jumlah produksi ekuivalen menurut metode kalkulasi biaya rata-rata :

Unit                                                                Bahan             KonversiEkuivalen produksi, perhitungan   biaya rata-rata (contoh 3)                   188.000              180.000(-) persediaan awal brg dlm proses   (diselesaikan selama bln sebelumnya)    Bahan (100%)                                     (16.000)    Biaya konversi (70%)                                                                  (11.200)Ekuivalen Produksi, biaya FIFO             172.000              168.800

 

Metode FIFO lebih unggul daripada metode biaya rata-rata, karena ia mengoreksi hitungan

ganda yang diakibatkan oleh pengalihan (carry over) jumlah barang dalam proses dari bulan

sebelumnya. Namun sekalipun terdapat cacat bahwa pada metode kalkulasi biaya rata-rata

tsb.,  metode ini umumnya diterapkan dalam dunia usaha, karena perhitungan ganda itu

hanya menyangkut sebagian kecil yang tak berarti dari keseluruhan jumlah unit yang

diproduksi.

12

Page 13: Sistem Perhitungan Biaya Per Unit

8. Laporan Biaya Produksi

Laporan biaya produksi menunjukkan seluruh biaya yang dapat dibebankan ke suatu

departemen atau suatu pusat biaya (cost center) untuk suatu periode tertentu. Karena tujuan

utamanya ialah pengendalian biaya, maka perlu disediakan data mendetail mengenai jumlah

biaya dan biaya unit. Lazimnya perincian biayanya mencakup setiap unsur biaya pada

masing-masing departemen (atau masing-masing pusat biaya). Laporan itu dapat juga

digunakan untuk dasar pencatatan (jurnal) pada akhir bulan.Pada umumnya laporan biaya

produksi mencakup 4 bagian :

Kuantitas. Bagian ini melukiskan arus fisik dari unit-unit keluar masuk pada masing-masing

departemen. 

Produksi Ekuivalen. Bagian ini menunjukkan: (1) unit dalam proses, yang diubah dalam

bilangan unit selesai dan (2) unit selesai yang aktual.

Biaya yang harus diperhitungkan (cost to account for). Dalam bagian ini diperhitungkan

biaya : (1) barang dalam proses pada awal periode bersangkutan, (2) barang yang ditransfer

masuk dari departemen terdahulu dan (3) barang yang ditambahkan pada departemen

bersangkutan.

Biaya yang telah diperhitungkan (cost accounted for). Dalam bagian ini diperhitungkan

penggunaan biaya yang dibebankan kepada departemen bersangkutan: (1) ditransfer keluar

departemen lainnya atau ke persediaan barang jadi (2) telah diselesaikan dan tertahan atau (3)

masih dalam proses pada akhir periode bersangkutan. Perlu diperhatikan bahwa jumlah biaya

yang harus diperhitungkan mutlak harus sama dengan biaya yang telah diperhitungkan.

Laporan biaya produksi ada yang sangat terinci, dan yang hanya menunjukkan jumlah

totalnya saja, tergantung pada kebutuhan perusahaan atau keinginan manajemen.

 

13

Page 14: Sistem Perhitungan Biaya Per Unit

D. Biaya Overhead pabrik

Biaya overhead pabrik dapat digolongkan dengan tiga cara penggolongan:

1. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut sifatnya.

Dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, biaya overhead pabrik adalah

biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya-biaya

produksi yang termasuk dalam biaya overhead pabrik dikelompokkan menjadi beberapa

golongan yaitu:

a. Biaya bahan penolong.

Bahan penolong adalah bahan yang tidak menjadi bagian produk jadi atau bahan yang

meskipun menjadi bagian produk jadi tetapi nilainya relatif kecil bila dibandingkan

dengan harga pokok produksi tersebut. Contohnya bahan penolong dalam perusahaan

percetakan : bahan perekat, tinta koreksi, dan pita mesin tik.

b. Biaya reparasi dan pemeliharaan.

Biaya ini berupa biaya suku cadang (spareparts), biaya bahan habis pakai, dan harga

perolehan jasa dari pihak luar perusahaan untuk keperluan perbaikan dan pemeliharaan

emplasemen, perumahan, bangunan pabrik, mesin-mesin dan peralatan, kendaraan,

perkakas laboratorium, dan aktiva tetap lain yang digunakan untuk keperluan pabrik.

c. Biaya tenaga kerja tidak langsung.

Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja pabrik yang upahnya tidak dapat

diperhitungkan secara langsung kepada produk atau pesanan tertentu. Biaya ini terdiri

dari upah, tunjangan, dan biaya kesejahteraan yang dikeluarkan untuk tenaga kerja tidak

langsung tersebut. Tenaga kerja tidak langsung terdiri dari:

1) Karyawan yang bekerja dalam departemen pembantu, seperti departemen-departemen

pembangkit tenaga listrik, uap, bengkel, dan departemen gudang.

2) Karyawan tertentu yang bekerja dalam departemen produksi seperti kepala

departemen produksi, karyawan administrasi pabrik, mandor.

d. Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap.

Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini adalah biaya-biaya depresiasi

emplasemen pabrik, bangunan pabrik, mesin dan peralatan, perkakas laboratorium, alat

kerja, dan aktiva tetap lain yang digunakan di pabrik.

e. Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu.

Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya-biaya asuransi

gedung dan emplasemen, asuransi mesin dan peralatan, asuransi kendaraan, dan asuransi

kecelakaan karyawan.

f. Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran uang tunai.

14

Page 15: Sistem Perhitungan Biaya Per Unit

Biaya overhead pabrik yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya

reparasi yang diserahkan kepada pihak luar perusahaan, biaya listrik PLN, dan

sebagainya.

2. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut perilakunya dalam hubungannya dengan

perubahan volume kegiatan.

Ditinjau dari perilaku unsur-unsur biaya overhead pabrik dalam hubungannya dengan

perubahan volume kegiatan, biaya overhead pabrik terbagi menjadi tiga golongan, yaitu:

a. Biaya overhead pabrik tetap adalah biaya overhead pabrik yang tidak berubah dalam

kisaran perubahan volume kegiatan tertentu.

b. Biaya overhead pabrik variabel adalah biaya overhead pabrik yang berubah sebanding

dengan perubahan volume kegiatan.

c. Biaya overhead pabrik semivariabel adalah biaya overhead pabrik yang berubah tidak

sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Untuk keperluan penentuan tarif biaya

overhead pabrik dan untuk pengendalian biaya, biaya overhead pabrik yang bersifat

semivariabel dipecah menjadi dua unsur : biaya tetap dan biaya variabel.

3. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut hubungannya dengan departemen.

Ditinjau dari hubungannya dengan departemen-departemen yang ada dalam pabrik, biaya

overhead pabrik dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu:

a. Biaya overhead pabrik langsung departemen (direct departmental overhead expenses)

adalah biaya overhead pabrik yang terjadi dalam departemen tertentu dan manfaatnya

hanya dinikmati oleh departemen tersebut. Contohnya adalah biaya gaji mandor

departemen produksi, biaya depresiasi mesin, dan biaya bahan penolong.

b. Biaya overhead pabrik tidak langsung departemen (indirect departmental overhead

expenses) adalah biaya overhead pabrik yang manfaatnya dinikmati oleh lebih dari satu

departemen. Contohnya adalah biaya depresiasi, pemeliharaan dan asuransi gedung

pabrik (dengan catatan: gedung pabrik digunakan oleh beberapa departemen produksi).

Penentuan Tarif Biaya Overhead pabrik

Dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, biaya overhead pabrik

dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan di muka. Berikut ini alasan

pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan di muka dan

langkah-langkah penentuan tarif biaya overhead pabrik.

Alasan Pembebanan Biaya Overhead Pabrik kepada Produk atas Dasar Tarif yang

Ditentukan Di Muka

Alasan pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan

di muka adalah sebagai berikut :

15

Page 16: Sistem Perhitungan Biaya Per Unit

1. Pembebanan biaya overhead pabrik atas dasar biaya yang sesungguhnya terjadi seringkali

mengakibatkan berubah-ubahnya harga pokok per satuan produk yang dihasilkan dari bulan

yang satu ke bulan yang lain. Hal ini akan berakibat pada penyajian harga pokok persediaan

dalam neraca dan besar kecilnya laba atau rugi yang disajikan dalam laporan rugi-laba,

sehingga mempunyai kemungkinan mempengaruhi keputusan-keputusan tertentu yang

diambil oleh manajemen. Sebenarnya harga pokok produksi per satuan tidak harus tetap sama

dari bulan ke bulan. Naik turunnya harga pokok produksi per satuan tidaklah dikehendaki jika

penyebabnya adalah karena terjadinya ketidakefisienan, terjadinya biaya yang tidak normal,

dan turunnya kegiatan produksi yang sifatnya sementara. Apabila biaya overhead pabrik yang

sesungguhnya terjadi dibebankan kepada produk, maka harga pokok produksi per satuan

mungkin akan berfluktuasi karena :

a. Perubahan tingkat kegiatan produksi dari bulan ke bulan.

b. Perubahan tingkat efisiensi produksi.

c. Adanya biaya overhead pabrik yang terjadinya secara sporadik, menyebar tidak merata

selama jangka waktu tertentu.

d. Biaya overhead pabrik tertentu sering terjadi secara teratur pada waktu-waktu tertentu.

2. Dalam perusahaan yang menghitung harga pokok produksinya dengan menggunakan harga

pokok pesanan, manajemen memerlukan informasi harga pokok produksi per satuan pada saat

pesanan selesai dikerjakan. Padahal ada elemen biaya overhead pabrik yang baru dapat

diketahui jumlahnya pada akhir setiap bulan, atau akhir tahun. Contohnya tagihan listrik PLN

yang baru dapat diketahui setelah bulan tertentu berakhir.

Langkah-langkah Penentuan Tarif Biaya Overhead pabrik

Penentuan tarif biaya overhead pabrik dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu:

1. Menyusun anggaran biaya overhead pabrik.

Dalam menyusun anggaran biaya overhead pabrik harus diperhatikan tingkat kegiatan

(kapasitas) yang akan di pakai sebagai dasar penaksiran biaya overhead pabrik. Ada tiga

macam kapasitas yang dapat dipakai sebagai dasar pembuatan anggaran biaya overhead

pabrik : kapasitas praktis, kapasitas normal, dan kapasitas sesungguhnya yang

diharapkan. Penentuan kapasitas praktis dan kapasitas normal dapat dilakukan dengan

lebih dahulu menentukan kapasitas teoritis, yaitu volume produksi maksimum yang dapat

dihasilkan oleh pabrik.

2. Memilih dasar pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk.

Setelah anggaran biaya overhead pabrik disusun, langkah selanjutnya adalah memilih

dasar yang akan dipakai untuk membebankan secara adil biaya overhead pabrik kepada

produk. Ada berbagai macam dasar yang dapat dipakai untuk membebankan biaya

overhead pabrik kepada produk, diantaranya adalah:

16

Page 17: Sistem Perhitungan Biaya Per Unit

a. Satuan produk

Metode ini adalah yang paling sederhana dan yang langsung membebankan biaya

overhead pabrik kepada produk. Beban biaya overhead pabrik untuk setiap produk

dihitung dengan rumus :

Taksiran biaya overhead pabrik = Tarif biaya overhead pabrik per satuanTaksiran jumlah satuan produk yang dihasilkan

Metode ini cocok digunakan dalam perusahaan yang hanya memproduksi satu

macam produk. Bila perusahaan menghasilkan lebih dari satu macam produk yang

serupa dan berhubungan erat satu sama lain (perbedaannya hanya pada berat atau

volume), pembebanan biaya overhead pabrik dapat dilakukan dengan dasar

tertimbang atau dasar nilai.

b. Biaya bahan baku

Jika biaya overhead pabrik yang dominan bervariasi dengan nilai bahan baku

(misalnya biaya asuransi bahan baku), maka dasar yang dipakai untuk

membebankannya kepada produk adalah biaya bahan baku yang dipakai. Rumusnya :

Taksiran biaya overhead pabrik x 100% = Persentase biaya overhead pabrik dari biaya bahan baku yang dipakaiTaksiran biaya bahan baku yang

dipakai

Semakin besar biaya bahan baku yang dikeluarkan dalam pengolahan produk,

semakin besar pula biaya overhead pabrik yang dibebankan kepadanya.

Metode ini terbatas pemakaiannya, karena suatu produk mungkin terbuat dari bahan

baku yang harganya mahal, sedangkan produk yang lain dibuat dari bahan yang lebih

murah. Jika proses pengerjaan kedua produk tersebut adalah sama, maka produk

pertama akan menerima beban biaya overhead pabrik yang lebih tinggi bila

dibandingkan dengan produk yang kedua. Hal ini tidaklah adil.

Bila biaya overhead pabrik bervariasi dengan jumlah (berat) bahan baku, misalnya

biaya penanganan persediaan, maka dasar pembebanan biaya overhead pabrik yang

dipakai adalah kuantitas bahan baku yang dipakai.

c. Biaya tenaga kerja langsung

Jika sebagian besar elemen biaya overhead pabrik mempunyai hubungan yang erat

dengan jumlah upah tenaga kerja langsung (misalnya pajak penghasilan atas upah

karyawan yang menjadi tanggungan perusahaan), maka dasar yang dipakai untuk

membebankan biaya overhead pabrik adalah biaya tenaga kerja langsung. Tarif ini

dihitung dengan rumus:

Taksiran biaya overhead pabrik x 100% = Persentase biaya overhead pabrik dari biaya tenaga kerja langsungTaksiran biaya tenaga kerja langsung

17

Page 18: Sistem Perhitungan Biaya Per Unit

Kelemahan metode ini :

1) Biaya overhead pabrik harus dipandang sebagai tambahan nilai produk. Karena

biaya depresiasi mesin dan peralatan yang mempunyai harga pokok tinggi, yang

tidak mempunyai hubungan dengan biaya tenaga kerja langsung.

2) Jumlah biaya tenaga kerja langsung merupakan jumlah total upah dengan tarif

tinggi dan rendah. Bila suatu pekerjaan atau produk ditangani oleh karyawan yang

tarif upahnya tinggi, maka beban biaya overhead pabriknya akan relatif tinggi bila

dibandingkan dengan produk yang dikerjakan oleh karyawan yang tarif upahnya

rendah.

d. Jam tenaga kerja langsung

Karena ada hubungan erat antara jumlah upah dengan jumlah jam kerja (jumlah upah

adalah hasil kali jumlah jam kerja dengan tarif upah) maka disamping biaya standar

pabrik dibebankan atas dasar upah tenaga kerja langsung, dapat pula dibebankan atas

dasar jam tenaga kerja langsung. Jadi bila biaya overhead pabrik mempunyai

hubungan erat dengan waktu untuk membuat produk, maka dasar yang dipakai untuk

membebankan adalah jam tenaga kerja langsung. Rumusnya :

Taksiran biaya overhead pabrik= Tarif biaya overhead per jam

tenaga kerja langsungTaksiran jam tenaga kerja

e. Jam mesin

Bila biaya overhead pabrik bervariasi dengan waktu penggunaan mesin (misalnya

bahan bakar atau listrik yang dipakai untuk menjalankan mesin), maka dasar yang

dipakai untuk membebankannya adalah jam mesin. Tarif biaya overhead pabrik

dihitung dengan rumus :

Taksiran biaya overhead pabrik= Tarif biaya overhead pabrik per

jam mesinTaksiran jam kerja mesin

3. Menghitung tarif biaya overhead pabrik.

Rumus dalam menghitung tarif biaya overhead pabrik yaitu:

Biaya overhead pabrik yang dianggarkan= Tarif biaya overhead pabrik

Taksiran dasar pembebanan

Untuk keperluan analisis selisih antara biaya overhead pabrik sesungguhnya dengan yang

dibebankan kepada produk atas dasar tarif, tarif biaya overhead pabrik harus di pecah

menjadi dua macam: tarif biaya overhead pabrik tetap dan tarif biaya overhead pabrik

variabel. Oleh karena itu tiap-tiap elemen biaya overhead pabrik yang dianggarkan harus

18

Page 19: Sistem Perhitungan Biaya Per Unit

sudah digolongkan sesuai dengan perilaku dalam hubungannya dengan perubahan volume

kegiatan.

Dalam penentuan tarif ini, terdapat masalah mengenai diikutsertakan tidaknya elemen

biaya overhead pabrik yang bersifat tetap dalam penghitungan harga pokok produksi.

Dalam akuntansi biaya terdapat dua pendapat mengenai elemen-elemen biaya yang

dimasukkan dalam harga pokok produksi, yaitu:

a. Pendapat pertama mengatakan bahwa semua biaya produksi merupakan harga pokok

produksi. Jadi menurut pendapat ini harga pokok produksi terdiri dari biaya bahan

baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku

tetap maupun yang variabel. Metode penentuan harga pokok produksi yang

memperhitungkan semua biaya produksi sebagai harga pokok produksi dikenal

dengan nama full costing method (absorption costing atau conventional costing

method).

b. Pendapat kedua mengatakan bahwa harga pokok produksi hanya terdiri dari biaya-

biaya produksi yang berperilaku variabel saja. Biaya-biaya produksi yang berperilaku

tetap diperlakukan sebagai biaya periode. Jadi menurut pendapat ini, harga pokok

produksi terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya

overhead pabrik variabel. Metode penentuan harga pokok produksi yang hanya

memperhitungkan biaya produksi variabel saja ke dalam harga pokok produksi

dikenal dengan nama direct costing atau variable costing.

Setelah tarif biaya overhead pabrik ditentukan, produk yang diproduksi dalam tahun

anggaran dibebani dengan biaya overhead pabrik dengan tarif tersebut. Dalam tahun

anggaran tersebut dikumpulkan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi. Pada

akhir tahun, biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk berdasarkan tarif

dibandingkan dengan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi. Dalam metode

full costing selisih yang terjadi antara biaya overhead pabrik dibebankan berdasarkan tarif

dengan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dianalisis menjadi dua macam

selisih, yaitu:

1. Selisih anggaran, menunjukkan perbedaan antara biaya yang sesungguhnya terjadi

dengan taksiran biaya yang seharusnya dikeluarkan menurut anggaran. Selisih

anggaran pada dasarnya berhubungan dengan biaya overhead pabrik variabel, tetapi

jika biaya overhead pabrik tetap berbeda dari apa yang dianggarkan (misalnya

kenaikan pajak, tarif premi asuransi atau kenaikan biaya depresiasi karena tambahan

fasilitas pabrik) hal ini juga menimbulkan selisih anggaran.

2. Selisih kapasitas, disebabkan karena tidak dipakainya atau dilampauinya kapasitas

yang dianggarkan. Jumlah selisih kapasitas merupakan perbedaan antara biaya

19

Page 20: Sistem Perhitungan Biaya Per Unit

overhead pabrik tetap yang dianggarkan dengan biaya overhead pabrik tetap yang

dibebankan kepada produk.

3. Selisih tersebut pada akhir tahun diperlakukan sebagai penyesuai terhadap rekening-

rekening persediaan dan harga pokok penjualan atau diperlakukan sebagai penyesuai

perhitungan rugi laba.

20

Page 21: Sistem Perhitungan Biaya Per Unit

Kasus Process Costing – Metode FIFO dan Rata-rata

PT Didi memproduksi susu dengan berbagai macam rasa, salah satunya susu coklat. Dua bahan baku untuk membuat susu coklat yaitu susu dan sirup coklat dikerjakan pada Departemen Produksi. Tidak ada bahan baku yang menguap dalam proses produksi, sehingga satu galon bahan baku dapat menghasilkan satu galon susu coklat.

Sebanyak 15.000 galon sedang dalam proses pada awal Mei. Semua bahan baku telah dimasukan namun unit hanya 2/3 dari tahap selesai. Biaya bahan baku sebesar Rp19.200,00 dan biaya konversi sebesar Rp14.400,00 dibebankan pada persediaan awal.

Selama bulan Mei, 435.000 galon bahan baku dikerjakan dengan biaya sebesar Rp426.300,00. Sedangkan biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp103.000,00 dan biaya overhead sebesar Rp309.000,00.

Ending work in process pada bulan Mei adalah sebanyak 50.000 galon. Seluruh bahan baku telah dimasukan pada persediaan akhir dan 20% dari biaya konversi telah dibebankan. Output dari Departemen Produksi kemudian ditransfer ke Departemen Pengepakan.

Pertanyaan :

1. Dengan menggunakan metode FIFO, buatkan Process Cost Report Departemen Produksi pada bulan Mei!

2. Berapa jumlah unit yang akan ditransfer keluar dari Work in Process Inventory Departemen Produksi dan ke mana jumlah rupiah tersebut akan ditransfer? Buat jurnalnya!

3. Dengan menggunakan metode rata-rata, buatkan Process Cost Report Departemen Produksi pada bulan Mei!

4. Jawab pertanyaan nomor 2 berdasarkan jawaban dari pertanyaan nomor 3!

21

Page 22: Sistem Perhitungan Biaya Per Unit

Jawaban

1. Process cost report dengan metode FIFO Departemen Produksi

Process Cost Report – FIFO MethodUntuk bulan Mei

Beginning inventory 15.000Unit started this period 435.000Units to be accounted for 450.000

Current Equivalent Units of EffortPhysical

UnitsDirect

Materials% Incurred

During Period

Conversion % Incurred During Period

Beginning Inventory 15.000 - 0% 5.000 33%Units started and completed

385.000 385.000 100% 385.000 100%

Ending inventory 50.000 50.000 100% 10.000 20%Units accounted for 450.000 435.000 400.000

Total Costs (Rp)

Direct Materials

Costs

Conversion Costs

Beginning Inventory 33.600,00 = 19.200,00 + 14.400,00Current costs 838.300,00 = 426.300,00 + 412.000,00Total costs 871.900,00

Current Costs 426.300,00 412.000Equivalent Units 435.000 400.000Cost per equivalent unit 2,01 = 0,98 + 1,03

Cost of goods manufactured and transferred out :From beginning inventory

33.600,00

Current costs to complete

5.150,00 = 0 + (5.000 x 1,03)

Units started and complete

773.850,00 = (385.000 x 0,98) + (385.000 x 1,03)

Cost of goods manufactured

812.600,00

Ending inventory 59.300,00 = (50.000 x 0,98) + (10.000 x 1,03)Total costs 871.900,00

2. Biaya sebesar Rp812.600,00 akan ditransfer ke Work In Process Inventory pada Departemen Pengepakan. Dengan jurnal :Work in process (Departemen Pengepakan) 812.600,00 Work in process (Departemen Produksi) 812.600,00

22

Page 23: Sistem Perhitungan Biaya Per Unit

3. Process cost report dengan metode rata-rataDepartemen Produksi

Process Cost Report – Metode Rata-rataUntuk Bulan Mei

Beginning inventory 15.000Units started this period 435.000Units to be accounted for 450.000

Total Equivalent Units of EffortPhysical

UnitsDirect

Materials% Incurred

During Period

Conversion % Incurred During Period

Units completed and transferred out

400.000 400.000 100% 400.000 100%

Ending inventory 50.000 50.000 100% 10.000 20%Units accounted for 450.000 450.000 410.000

Total Costs (Rp)

Direct Materials

Costs

Conversion Costs

Beginning Inventory 33.600,00 = 19.200,00 + 14.400,00Current costs 838.300,00 = 426.300,00 + 412.000,00Total costs 871.900,00 445.500,00 426.400,00

Total Costs 445.500,00 426.400,00Equivalent Units 450.000 410.000Cost per equivalent unit 2,03 = 0,99+ 1,04

Cost of goods manufactured and transferred out : 812.000,00 = (400.000 x 0,99) + (400.000 x 1,04)Ending inventory 59.300,00 = (50.000 x 0,99) + (10.000 x 1,04)Total costs 871.900,00

4. Biaya sebesar Rp812.000,00 akan ditransfer ke Work In Process Inventory pada Departemen Pengepakan. Dengan jurnal :Work in process (Departemen Pengepakan) 812.000,00 Work in process (Departemen Produksi) 812.000,00

23

Page 24: Sistem Perhitungan Biaya Per Unit

Contoh Kasus Job Order Costing

Bostian Co. menggunakan job order costing. Sebagian besar produk dikerjakan oleh 2 Departemen. Berikut adalah data-data yang tersedia :

Departemen A Departemen BBudgeted overhead Rp100.000,00 Rp500.000,00Actual overhead Rp110.000,00 Rp520.000,00Expected activity (DLH) 50.000 10.000Expected machine hours 10.000 50.000

Job 101Direct Materials Rp20.000,00Direct labor cost : Departemen A (5.000 jam, @Rp6,00 per jam) Rp30.000,00 Departemen B (1.000 jam, @Rp6,00 per jam) Rp6.000,00Machine hours (MH) used : Departemen A 100 Departemen B 1.200Units produced 10.000

Bostian Co. menggunakan direct labor hours (DLH) untuk menentukan predetermined overhead rate. Bostian Co. menjual produk Job 101 sebesar total biaya plus 30%.

Pertanyaan :

1. Berapa predetermined overhead rate?2. Hitung berapa biaya per unit (Unit cost) untuk Job 101!3. Asumsikan Job 101 selesai pada bulan Mei dan dijual pada bulan September. Apa jurnal

yang dilakukan untuk penyelesaian dan penjualan Job 101?4. Lakukan penghitungan biaya per unit jika Bostian Co menggunakan departmental

overhead rates. Gunakan DLH untuk Departemen A dan MH untuk Departemen B. Apakah penggunaan metode ini menghasilkan unit cost yang lebih akurat? Jelaskan!

5. Asumsikan Job 101 selesai dikerjakan bulan Mei dan terjual di bulan September. Dengan menggunakan hasil pada poin 4, lakukan penjurnalan pada saat Job 101 selesai dikerjakan dan terjual?

24

Page 25: Sistem Perhitungan Biaya Per Unit

Solusi :

1. Lakukan penjumlahan biaya overhead pada masing-masing departemen dibagi dengan aktivitas DL.Predetermined overhead rate = Rp600.000,00/60.000 = Rp10,00 per DLH.

2. Direct materials 20.000,00Direct labor 36.000,00Overhead (Rp10,00 x 6.000 DLH) 60.000,00 Total manufacturing cost 116.000,00Unit cost (Rp116.000,00/10.000) 11,60

3. Finished Goods 116.000,00 Work in Process 116.000,00Cost of Goods Sold 116.000,00 Finished Goods 116.000,00Accounts Receivable 150.800,00 Sales 150.800,00(116.000,00 + (0,3)(116.000,00) = 150.800,00)

4. Predetermined rate departemen A : Rp100.000,00/50.000 = Rp2,00 per DLHPredetermined rate departemen B : Rp500.000,00/50.000 = Rp10,00 per MH

Direct materials 20.000,00Direct labor 36.000,00Overhead : Departemen A : Rp2,00 x 5.000 10.000,00 Departemen B : Rp10,00 x 1.200 12.000,00Total manufacturing costs 78.000,00Unit cost (Rp78.000,00/10.000) 7,80

Perhitungan overhead menggunakan departemental rates lebih akurat. Hal ini karena lebih terdapat korelasi antara overhead yang ditetapkan dengan overhead yang dikonsumsi di masing-masing Departemen. Job 101 menghabiskan waktu lebih lama di Departemen A, yang memiliki rate lebih rendah dibandingkan dengan rate di Departemen B. Dengan menggunakan Deparmental Rate dapat merefleksikan perbedaan waktu dan konsumsi overhead lebih baik dari pada metode DLH saja.

5. Finished Goods 78.000,00 Work in Process 78.000,00Cost of Goods Sold 78.000,00 Finished Goods 78.000,00Accounts Receivable 101.400,00Sales 101.400,00(78.000,00 + (0,3)(78.000,00) = 101.400,00

25

Page 26: Sistem Perhitungan Biaya Per Unit

Kasus Pembebanan Overhead Pabrik

Untuk menggambarkan penggunaan metode harga pokok pesanan, berikut contoh kasus

pengumpulan biaya produksi dengan menggunakan metode harga pokok pesanan dan pendekatan

full costing dalam penentuan harga pokok produksi.

PT. Sayonara berusaha dalam bidang percetakan. Semua pesanan diproduksi berdasarkan

spesifikasi dari pemesan, dan biaya produksi dikumpulkan menurut pesanan yang diterima. Untuk

dapat mencatat biaya produksi, tiap pesanan diberi nomor dan tiap dokumen sumber dan dokumen

pendukung diberi identitas nomor pesanan yang bersangkutan.

Dalam bulan November 1999, PT. Sayonara mendapat pesanan untuk mencetak undangan

sebanyak 1.500 lembar dari PT.Chimera. Harga yang dibebankan kepada pesanan tersebut adalah

Rp.3.000 per lembar. Dalam bulan yang sama perusahaan juga menerima pesanan untuk

mencetak pamflet iklan sebanyak 20.000 lembar dari PT. Anbu, dengan harga yang dibebankan

kepada pemesan sebesar Rp. 1.000 per lembar. Pesanan dari PT. Chimera diberi nomor 101 dan

pesanan dari PT. Anbu diberi nomor 102.

Perhitungan dan jurnal nya:

Kartu Harga Pokok :

PT.Sayonara                      Banjarmasin     

KARTU HARGA POKOK     No.Pesanan : A-101 Pemesanan : PT. Chimera

Jenis Produk : UndanganSifat Pesanan : Segera

Tgl Pesan : 02-Jan-99 Jumlah : 500 ExemplarTgl Selesai : 22-Jan-99 Harga Jual : Rp.500.000   

Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja Biaya overhead pabrik

Tgl. No.BPBG Ket. Jumlah Tgl. No. Kartu Jam Kerja

Jumlah Tgl. Jam Mesin

Tarif Jumlah

                                                                                        

Kegiatan produksi dan kegiatan lain untuk memenuhi pesanan tersebut, yaitu:

1. Pembelian bahan baku dan bahan penolong.

Pada tanggal 3 November perusahaan membeli bahan baku dan bahan penolong :

Bahan baku:

Kertas jenis X 85 Ream @ Rp. 10.000,- Rp. 850.000,-Kertas jenis Y 10 Roll @Rp.350.000,- 3.500.000,-Tinta jenis A 5 kg @Rp.100.000,- 500.000,-Tinta jenis B 25kg @Rp.25.000,- 625.000,-

26

Page 27: Sistem Perhitungan Biaya Per Unit

Jumlah bahan baku yang dibeli Rp.5.475.000,-

Bahan Penolong:

Bahan penolong P 17kg @Rp.10.000,- 170.000,-Bahan penolong Q 60 liter @Rp.5.000,- 300.000,-Jumlah bahan penolong yang dibeli Rp. 470.000,-Jumlah total Rp.5.945.000,-

Bahan baku dan bahan penolong tersebut dibeli oleh Bagian Pembelian. Bahan tersebut kemudian

disimpan dalam gudang menanti saatnya dipakai dalam proses produksi untuk memenuhi pesanan

tersebut. Perusahaan menggunakan dua rekening kontrol untuk mencatat persediaan bahan:

Persediaan bahan baku dan Persediaan bahan penolong. Pembelian bahan baku dan bahan

penolong tersebut dijurnal:

Jurnal 1:

Persediaan bahan baku Rp. 5.475.000,-Utang dagang Rp.5.475.000,-

Jurnal 2:

Persediaan bahan penolong Rp. 470.000,-Utang dagang Rp. 470.000,-

2. Pemakaian bahan baku dan penolong dalam produksi.

Untuk memproses pesanan 101 dan 102, bahan baku yang digunakan yaitu:

Bahan baku untuk Pesanan 101:Kertas jenis X 85 ream @Rp.10.000,- Rp. 850.000,-Tinta jenis A 5 kg @Rp.100.000,- 500.000,- Jumlah bahan baku untuk pesanan 101 Rp.1.350.000,-

Bahan baku untuk Pesanan 102:Kertas jenis Y 10 roll @Rp. 350.000,- Rp.3.500.000,-Tinta jenis B 25 kg @Rp. 25.000,- 625.000,-Jumlah bahan baku untuk pesanan 102 Rp.4.125.000,-Jumlah bahan baku yang dipakai Rp.5.475.000,-

Pada saat memproses dua pesanan tersebut, perusahaan menggunakan bahan penolong sebagai

berikut:

Bahan penolong P 10 kg @Rp.10.000,- Rp. 100.000,-Bahan penolong Q 40 liter @Rp.5.000,- 200.000,-Jumlah bahan penolong yang dipakai dalam produksi Rp. 300.000,-

27

Page 28: Sistem Perhitungan Biaya Per Unit

Kartu Harga Pokok Pesanan 101

PT.Sayonara                      

Banjarmasin

KARTU HARGA POKOK

No.Pesanan : A-101 Pemesanan :

PT. Chimera

Jenis Produk :Undangan Sifat Pesanan : Segera  

Tgl Pesan :02-Jan-

99 Jumlah :

500 Exemplar

Tgl Selesai :22-Jan-

99 Harga Jual :Rp.500.000

   

Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja Biaya overhead pabrik

Tgl. No.BPBG Ket. Jumlah Tgl.No. Kartu Jam Kerja

Jumlah Tgl.

Jam Mesin

Tarif Jumlah

                     

      Kertas X 850,000       900,000

B.Tenaga kerja langsung

 

      Tinta A 500,000          

                 15

0% 1,350,000

      Jumlah 1,350,000   Jumlah 900,000 Jumlah   1,350,000

            Jumlah total biaya produksi adalah……. 3,600,000

                     

                         

Kartu harga pokok pesanan 102

28

Page 29: Sistem Perhitungan Biaya Per Unit

PT.Sayonara                      Banjarmasin  

KARTU HARGA POKOK

No.Pesanan : 102 Pemesanan : PT. Anbu

Jenis Produk :Pamflet iklan

Sifat Pesanan : Biasa  

Tgl Pesan : 15-Nov-99 Jumlah :20.000 Lembar

Tgl Selesai : 16-Nov-99 Harga Jual : Rp.20.000.000   

Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja Biaya overhead pabrik

Tgl. No.BPBG Ket. Jumlah Tgl.No. Kartu Jam Kerja

Jumlah Tgl.

Jam Mesin

Tarif Jumlah

                     

      Kertas X 3,500,000       5,000,000

B.Tenaga kerja langsung

 

      Tinta A 625,000          

                  150% 7,500,000

      Jumlah 4,125,000   Jumlah 5,000,000 Jumlah   7,500,000

            Jumlah total biaya produksi adalah……. 16,625,000

                     

                         

Jurnal untuk mencatat pemakaian bahan baku diatas adalah:

Jurnal 3 :

Barang dalam proses-Biaya bahan baku Rp. 5.475.000,-Persediaan bahan baku Rp. 5.475.000,-

Jurnal pencatatan bahan penolong yang merupakan unsur biaya produksi tidak langsung :

Jurnal 4 :

Biaya Overhead pabrik sesungguhnya Rp. 300.000,-Persediaan bahan penolong Rp. 300.000,-

3. Pencatatan biaya tenaga kerja

Dalam harga pokok pesanan ini harus dipisahkan antara upah tenaga kerja langsung dengan upah

tenaga kerja tidak langsung.

29

Page 30: Sistem Perhitungan Biaya Per Unit

Dari contoh di atas, misalnya biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh departemen produksi :

Upah langsung untuk pesanan 101 225 jam@ Rp. 4.000,- Rp. 900.000,-Upah langsung untuk pesanan 102 1.250 jam@ Rp. 4.000,- Rp.5.000.000,-Upah tidak langsung Rp.3.000.000,-Jumlah upah Rp.8.900.000,-Gaji karyawan administrasi dan umum Rp.4.000.000,-Gaji karyawan bagian pemasaran Rp.7.500.000,-Jumlah gaji Rp.11.500.000,-Jumlah biaya tenaga kerja Rp.20.400.000,-

Pencatatan biaya tenaga kerja dilakukan melalui 3 tahap berikut ini:

a. pencatatan biaya tenaga kerja yang terutang oleh perusahaanb. pencatatan distribusi biaya tenaga kerjac. pencatatan pembayaran gaji dan upah

dari data di atas, jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja yaitu:

a. Pencatatan biaya tenaga kerja yang terutang oleh perusahaan.

Jurnal 5 :

Gaji dan upah Rp. 20.400.000,-Utang gaji dan upah Rp.20.400.000,-

b. Pencatatan distribusi biaya tenaga kerja.

Jurnal 6 :

Barang dalam proses-biaya tenaga kerja langsung Rp.5.900.000,-Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp.3.000.000,-Biaya administrasi dan umum Rp.4.000.000,-Biaya pemasaran Rp.7.500.000,-

Gaji dan upah Rp.20.400.000,-

c. Pencatatan pembayaran gaji dan upah.

Jurnal 7 :

Utang gaji dan upah Rp.20.400.000,-Kas Rp.20.400.000,-

4. Pencatatan biaya overhead pabrik.

Biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada tiap pesanan :Pesanan 101 150%x Rp.900.000 Rp. 1.350.000,-Pesanan 102 150%x Rp.5.000.000 Rp. 7.500.000,-Jumlah biaya overhead pabrik yang dibebankan Rp. 8.850.000,-

Jurnal untuk mencatat beban biaya overhead pabrik kepada pesanan tersebut :

Jurnal 8 :

Barang dalam proses-biaya overhead pabrik................ Rp.8.850.000,-Biaya overhead pabrik yang dibebankan .............................. Rp.8.850.000,-

30

Page 31: Sistem Perhitungan Biaya Per Unit

Misalnya biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi (selain biaya bahan penolong

Rp.300.000 dan biaya tenaga kerja tidak langsung sebesar Rp.3000.000,- seperti pada jurnal 4 dan

6):

Biaya depresiasi mesin Rp.1500.000,-Biaya depresiasi gedung pabrik Rp.2000.000,-Biaya asuransi gedung pabrik dan mesin Rp. 700.000,-Biaya pemeliharaan mesin Rp.1000.000,-Biaya pemeliharaan gedung Rp. 500.000,-Jumlah Rp 5700.000,-

Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi :

Jurnal 9 :

Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp.5.700.000,-Akumulasi depresiasi mesin Rp. 1.500.000,-Akumulasi depresiasi gedung Rp. 2.000.000,-Persekot asuransi Rp. 700.000,-Persediaan suku cadang Rp. 1.000.000,-Persediaan bahan bangunan Rp. 500.000,-

Untuk mengetahui apakah biaya overhead pabrik yang dibebankan berdasar tarif menyimpang

dari biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi, saldo rekening biaya overhead pabrik yang

dibebankan di tutup ke rekening biaya overhead pabrik sesungguhnya. Jurnal penutupnya:

Jurnal 10:

Biaya overhead pabrik yang dibebankan Rp. 8.850.000,- Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp. 8.850.000,-

Selisih biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk dengan biaya overhead pabrik

yang sesungguhnya terjadi dalam suatu periode akuntansi ditentukan dengan menghitung saldo

rekening biaya overhead pabrik sesungguhnya. Setelah jurnal 10 dibukukan, saldo rekening biaya

overhead pabrik sesungguhnya:

Debit :

Jurnal 4 Rp. 300.000,-Jurnal 6 Rp. 3.000.000,-Jurnal 9 Rp. 5.700.000,-Jumlah debit Rp. 9.000.000,-

Kredit :

Jurnal 10 Rp. 8.850.000,-

Selisih pembebanan kurang Rp. 150.000,-

Selisih biaya overhead pabrik pada akhirnya dipindahkan ke rekening selisih biaya overhead

pabrik. Jika terjadi selisih pembebanan kurang, jurnalnya:

Jurnal 11 :

Selisih biaya overhead pabrik Rp. 150.000,-

31

Page 32: Sistem Perhitungan Biaya Per Unit

Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp. 150.000,-

5. Pencatatan harga pokok produk jadi.

Harga pokok pesanan 101 dihitung:Biaya bahan baku Rp. 1.350.000,-Biaya tenaga kerja langsung Rp. 900.000,-Biaya overhead pabrik Rp. 1.350.000,-Jumlah harga pokok pesanan 101 Rp. 3.600.000,-Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi tersebut :

Jurnal 12 :

Persediaan produk jadi Rp. 3.600.000,-Barang dalam proses- Biaya bahan baku Rp. 1.350.000,-Barang dalam proses-Biaya tenaga kerja langsung Rp. 900.000,-Barang dalam proses-Biaya overhead pabrik Rp. 1.350.000,-

6. Persediaan harga pokok produk dalam proses.

Pada akhir periode kemungkinan terdapat pesanan yang belum selesai diproduksi. Misalnya dari

contoh di atas, pesanan 102 pada akhir periode akuntansi belum selesai dikerjakan. Harga pokok

pesanan 102 dapat dihitung dengan menjumlah biaya-biaya produksi yang telah dikeluarkan

sampai dengan akhir bulan November 1999.

Jurnal 13 :

Persediaan produk dalam proses Rp.16.625.000,-Barang dalam proses-biaya bahan baku Rp. 4.125.000,-Barang dalam proses-biaya tenaga kerja langsung Rp. 5.000.000,-Barang dalam proses-biaya overhead pabrik Rp. 7.500.000,-

7. Pencatatan harga pokok produk yang dijual.

Jurnal 14 :

Harga pokok penjualan Rp. 3.600.000,-Persediaan produk jadi Rp. 3.600.000,-

8. Pencatatan pendapatan penjualan produk.

Pada awal contoh ini telah disebutkan bahwa pesanan 101 berupa pesanan 1500 lembar undangan

dengan harga jual Rp. 3.000,- per lembar atau harga total Rp. 4.500.000,-. Jurnal yang dibuat

untuk mencatat piutang kepada pemesan :

Jurnal 15 :

Piutang dagang Rp. 4.500.000,-Hasil penjualan Rp.4.500.000,-

-SELESAI-

32