12
SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT MENGGUNAKAN KOMBINASI METODE ANALISIS ABC, MINIMUM MAXIMUM STOCK LEVEL (MMSL) DAN REORDER POINT (ROP) DI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN DRUG INVENTORY CONTROL SYSTEM USE COMBINATION METHODS OF ANALYSIS ABC, MINIMUM MAXIMUM STOCK LEVEL (MMSL) AND REORDER POINT (ROP) IN HASANUDDIN UNIVERSITY HOSPITAL 1 Jannatul Ma’wa , 2 Fridawaty Rivai, 3 Masni 1 Manajemen Administrasi Rumah sakit, FKM, UNHAS ([email protected]) 2 Manajemen Administrasi Rumah sakit, FKM, UNHAS ([email protected]) 3 Biostatistik/ KKB, FKM, UNHAS ([email protected]) Alamat Korespondensi : Jannatul Ma’wa Rumah Sakit Universitas Hasanuddin Makassar, 90245 Hp. 081242555502 Email : [email protected]

SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...penyediaan obat termasuk perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian serta pemilihan

  • Upload
    others

  • View
    27

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

  • SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT MENGGUNAKAN KOMBINASI METODE ANALISIS ABC, MINIMUM MAXIMUM STOCK

    LEVEL (MMSL) DAN REORDER POINT (ROP) DI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN

    DRUG INVENTORY CONTROL SYSTEM USE COMBINATION METHODS OF ANALYSIS ABC, MINIMUM MAXIMUM STOCK LEVEL (MMSL) AND

    REORDER POINT (ROP) IN HASANUDDIN UNIVERSITY HOSPITAL

    1Jannatul Ma’wa ,

    2Fridawaty Rivai,

    3Masni

    1 Manajemen Administrasi Rumah sakit, FKM, UNHAS ([email protected]) 2 Manajemen Administrasi Rumah sakit, FKM, UNHAS ([email protected])

    3Biostatistik/ KKB, FKM, UNHAS ([email protected])

    Alamat Korespondensi :

    Jannatul Ma’wa

    Rumah Sakit Universitas Hasanuddin

    Makassar, 90245

    Hp. 081242555502

    Email : [email protected]

  • Abstrak

    Aspek terpenting dalam pelayanan kefarmasian adalah melakukan pengendalian persediaan dengan mengoptimalkan

    penyediaan obat termasuk perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian serta pemilihan dan

    pengendaliannya. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan nilai persediaan, nilai stagnan dan nilai stockout

    obat sebelum dan setelah dilakukan simulasi pengendalian persediaan menggunakan kombinasi metode Analisis

    ABC, Minimal Maximal Stock Level (MMSL) dan Reorder Point (ROP) di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin

    (RS Unhas). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode pre eksperimental design. Penelitian

    dilaksanakan di RS Unhas. Pengumpulan data dilakukan menggunakan teknik dokumentasi dan studi pustaka. Data

    dianalisis menggunakan analisis paired samples t test. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi perbedaan

    hasil pengelompokan obat dengan analisis ABC sebelum dan setelah simulasi. Terdapat perbedaan yang signifikan

    pada nilai persediaan, nilai stagnan dan nilai stockout pada kelompok sebelum dan sesudah simulasi dengan nilai

    p=0.001. Hal ini menunjukkan bahwa simulasi pengndalian persediaan obat di Instalasi Farmasi RS Unhas dengan

    kombinasi metode analisis ABC, MMSL dan ROP dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas jumlah dan item

    persediaan obat.

    Kata Kunci: Manajemen logistik, nilai persediaan, nilai stagnan, nilai stockout

    Abstrack

    The most important aspect of pharmaceutical services is to control inventory by optimizing the supply of drugs,

    including planning, procurement, storage, distribution and selection and control. This study aims to determine

    differences of inventory value, stagnant value and stockout value before and after inventory control simulations use

    combination methods of ABC analysis, Minimal Maximal Stock Level (MMSL) and Reorder Point (ROP) at

    Hasanuddin University Hospita (HUH)l. This research is a quantitative research with pre experimental design

    method. The research was carried out at HUH. Data collection was carried out using documentation and literature

    study techniques. Data were analyzed using paired samples t test analysis. The results of this study indicated that

    there were differences in the results of grouping of drugs with ABC analysis before and after the simulation. There

    were significant differences in inventory value, stagnant value and stockout value of the groups before and after

    simulation with p=0.001. These show that the simulation of inventory control at Pharmacy unit of HUH with

    combination methods of ABC analysis, MMSL and ROP can improve the efficiency and effectiveness of the amount

    and item of drug supply.

    Keywords:Logistic management, inventory value, stagnant value, stockout value

  • PENDAHULUAN

    Manajemen logistik adalah sistem terintegrasi yang mengkoordinasikan keseluruhan

    proses di organisasi/ perusahaan dalam mempersiapkan dan menyampaikan produk/ jasa kepada

    konsumen (Heizer, 2010). Manajemen logistik berfungsi untuk merencanakan, melaksanakan dan

    mengendalikan keefisienan dan keefektifan aliran barang, penyimpanan barang, pelayanan dan

    informasi terkait dari titik permulaan (point-of-origin) hingga titik konsumsi (point-of-

    consumption) dalam tujuannya untuk memenuhi kebutuhan para pelanggan (Seto, 2008).

    Di banyak negara berkembang, belanja obat di rumah sakit dapat menyerap sekitar 40-

    50% biaya keseluruhan rumah sakit (Mellen, 2013). Belanja perbekalan farmasi yang sedemikian

    besar tentunya harus dikelola dengan efektif dan efisien. Hal ini diperlukan mengingat dana

    kebutuhan obat di rumah sakit tidak selalu sesuai dengan kebutuhan. Pengelolaan perbekalan

    farmasi yang efektif dan efisien akan mendukung mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit

    (Dirjen Bina Kefarmasian dan Alkes, 2010).

    Data yang di peroleh dari Instalasi Farmasi RS Universitas Hasanuddin (RS Unhas)

    diketahui bahwa pada tahun 2016 telah terjadi penurunan obat stagnan yaitu menjadi 7%. Hal ini

    menunjukkan telah dilakukannya upaya pengendalian persediaan obat namun dinilai belum

    optimal, karena masih melebihi nilai standar obat stagnan yaitu kurang dari 2%.

    Untuk mengetahui obat dikelola secara efisien atau tidak, dapat diukur dengan

    menghitung nilai Turn Over Ratio (TOR) yang merupakan salah satu tes efisiensi pengendalian

    persediaan di rumah sakit. TOR adalah indikator yang digunakan untuk mengetahui kecepatan

    perputaran persediaan farmasi yaitu seberapa cepat persediaan farmasi dibeli, dijual dan

    digantikan (Quick, 2012).

    Angka TOR dapat diperoleh dari harga pokok penjualan per tahun dibagi nilai rata-rata

    persediaan obat. TOR obat merupakan besarnya perputaran dana untuk tiap jenis obat dalam satu

    periode. Semakin tinggi nilai TOR, maka semakin efisien pengelolaan persediaan (Yohanes,

    2015).

    Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh dari Instalasi Farmasi RS Unhas

    menunjukkan pada tahun 2016 nilai TOR obat adalah 2,36 kali per tahun. Dengan nilai TOR

    yang rendah menunjukkan bahwa nilai persediaan obat tergolong tinggi sehingga perputaran dana

    pun menjadi sangat kecil. Tingginya nilai persediaan tidak menjadi jaminan tersedianya seluruh

  • obat yang dibutuhkan pelayanan, terbukti dengan terjadinya stockout obat di RS Unhas pada

    tahun 2016 sebesar Rp 464.619.000.

    Diantara rumah sakit yang mengalami stockout obat tersebut, hampir setengahnya

    mengalami kekurangan sebanyak 21 atau lebih obat. Sebanyak 82% dari rumah sakit menunda

    perawatan pasien akibat kekurangan obat dan lebih dari setengahnya tidak mampu menyediakan

    obat sesuai dengan resep yang diberikan. Selain itu, sebagian besar rumah sakit tersebut

    melaporkan biaya obat meningkat sebagai akibat dari kekurangan obat (Mellen, 2013).

    Pada unit farmasi terdapat ratusan hingga ribuan jenis obat yang harus diteliti dan

    diawasi. Masing-masing obat membutuhkan analisis tersendiri untuk mengetahui order size dan

    order point. Akan tetapi harus disadari bahwa berbagai jenis obat yang ada dalam persediaan

    tersebut tidak seluruhnya memiliki tingkat prioritas yang sama. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu

    kebijaksanaan pengendalian dengan pertimbangan efisiensi dan efektifitas untuk membedakan

    tingkat pengawasan tiap jenis obat (Wahyuni, 2005).

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengendalian persediaan obat dengan

    menggunakan metode pengendalian persediaan yang sesuai dengan karateristik persediaan rumah

    sakit.

    BAHAN DAN METODE

    Lokasi dan Desain penelitian

    Pengambilan data dilakukan oleh peneliti di RS Unhas Makassar pada bulan Februari

    2018 dengan menggunakan data pada bulan Januari sampai Desember tahun 2017. Penelitian ini

    menggunakan pendekatan analisis kauntitatif dengan metode penelitian pre eksperimental

    design., yang bertujuan untuk mengetahui pengendalian persediaan obat dengan menggunakan

    metode pengendalian persediaan yang sesuai dengan karateristik persediaan RS Unhas.

    Populasi dan Sampel

    Populasi adalah wilayah generalisasi yang teridiri dari objek atau subjek yang mempunyai

    kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

    ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh item obat di Instalasi

    Farmasi RS Unhas Makassar periode Januari sampai Desember 2017. Sampel adalah bagian yang

    diambil dari populasi. Prosedur Penarikan sampel dilakukan secara puroposive sampling. Teknik

    Purposive Sampling digunakan berdasarkan data obat yang terpakai, tersedia dan memiliki data

  • penerimaan langsung di Instalasi Farmasi RS Unhas yang digunakan sebagai sampel. Kriteria

    inklusi merupakan persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh subjek agar dapat diikutsertakan

    dalam penelitian.

    Pengumpulan Data

    Prosedur pengumpulan data di lokasi penelitian dengan mengacu pada bagaimana cara

    data tersebut diperoleh. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah dengan teknik dokumentasi dan studi pustaka.

    Analisis Data

    Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis univariat, yang berfungsi

    memberikan gambaran karakteristik populasi dan penyajian hasil deskriptif melalui frekuensi dan

    distribusi dari variabel bebas dan variabel terikat. Data yang sudah lengkap tersebut kemudian

    digunakan untuk menganalisis perbanedaan nilai persediaan, stagnan dan stockout obat.

    Perhitungan akan dilakukan menggunakan aplikasi Microsoft Excel dan akan disajikan ke dalam

    tabel. Analisis multivariate dalam penelitian ini menggunakan analisis (paired samples t test)

    dengan bantuan program komputer aplikasi IBM SPSS.

    HASIL

    Penelitian ini dilaksanakan di RS Unhas kota Makassar. Unit sampel (unit observasi)

    adalah seluruh item obat di Instalasi Farmasi RS Unhas Makassar periode Januari sampai

    Desember 2017.

    Pada penelitian ini untuk mendapatkan hasil pengelompokan obat dengan analisis ABC,

    dilakukan pengolahan data terhadap jumlah dan nilai pemakaian, persediaan awal, persediaan

    akhir dan penerimaan obat di Instalasi Farmasi RS Unhas selama periode Januari sampai

    Desember 2017.

    Berdasarkan data pemakaian obat di RS Unhas diketahui bahwa dari 982 item obat yang

    dikelola oleh Instalasi Farmasi RS Unhas terdapat 852 item obat yang terpakai atau sebesar

    86,76% dengan nilai pemakaian sebesar Rp 10.296.273.409, sedangkan sisanya sebanyak 130

    item obat atau 13,24% tidak terpakai. Berdasarkan pengelompokan obat dengan analisis ABC

    dari data pemakaian menunjukkan kelompok A yang merupakan akumulasi lebih dari 80% nilai

    pemakaian terdiri dari 82 atau 9,62% item obat yang menyerap 80,00% jumlah pemakaian senilai

    Rp 8.237.027.760, kelompok B merupakan akumulasi dari 15-20% nilai pemakaian terdiri dari

  • 136 atau 15,96% item obat yang menyerap 15,22% atau sebanyak Rp 1.541.630.333 dan

    Kelompok C merupakan akumulasi kurang dari 5% nilai pemakaian yang menunjukkan sebanyak

    74,41% atau 634 item obat namun hanya menyerap senilai Rp 517.616.316 atau 5,03% dari total

    pemakaian senilai Rp 10.296.273.

    Berdasarkan data persediaan awal tanggal 1 Januari 2017 dapat diketahui bahwa dari 982

    item obat yang dikelola oleh Instalasi Farmasi RS Unhas tersedia sebanyak 579 item obat atau

    sebanyak 58,96% dari total item obat yang dikelola yaitu senilai Rp 4.037.514.511. Kelompok A

    yang merupakan akumulasi lebih dari 80% nilai persediaan terdiri dari 62 atau 10,71% item obat

    yang menyerap anggaran sebanyak Rp 3.217.204.435, kelompok B merupakan akumulasi dari

    15-20% nilai persediaan terdiri dari 100 atau 17,27% item obat yang menyerap anggaran

    sebanyak 15,26% atau senilai Rp 616.325.225, sedangkan kelompok C merupakan akumulasi

    dari 5,05% nilai persediaan dengan nilai investasi sebanyak Rp 203.984.851 yang terdiri dari 417

    item obat atau sebanyak 72,02% dari seluruh total item obat.

    Berdasarkan data obat persediaan akhir tanggal 31 Desember 2017 diketahui bahwa

    sebelum dilakukan simulasi pengendalian persediaan, stok obat yang tersedia di Instalasi Farmasi

    RS Unhas sebanyak 516 item obat atau sebanyak 52,55% dengan nilai investasi sebesar Rp

    4.835.087.839 sedangkan stok obat yang tersedia setelah dilakukan simulasi pengendalian

    persediaan dengan kombinasi Analisis ABC, MMSL dan ROP jumlah item obat meningkat

    menjadi 940 atau 95,72% dari seluruh item obat yang dikelola di Instalasi Farmasi RS Unhas

    selama Januari sampai Desember 2017 namun nilai persediaan menurun menjadi Rp

    2.450.410.122.

    Dari hasil pengelompokkan obat dengan analisis ABC data tersebut menunjukkan bahwa

    setelah dilakukan simulasi pengendalian persediaan dengan kombinasi analisis ABC, MMSL dan

    ROP masing-masing kelompok terjadi peningkatan jumlah item obat dengan persentase item obat

    Kelompok A dan B menurun sedangkan Kelompok C meningkat, namun dengan penurunan nilai

    persediaan yang signifikan.

    Dari data penerimaan obat menunjukkan bahwa setelah dilakukan simulasi pengendalian

    persediaan dengan analisis ABC, MMSL dan ROP diperoleh nilai penerimaan yang lebih kecil

    dibandingkan dengan nilai penerimaan sebelum dilakukan simulasi dengan selisih Rp

    465.234.387, namun item obat yang diterima lebih besar dari item obat sebelum simulasi dengan

    selisih 216.

  • Berdasarkan tabel 2 Perbedaan nilai persediaan obat sebelum dan setelah simulasi

    pengendalian persediaan metode analsis ABC, MMSL dan ROP di RS Universitas Hasanuddin

    Tahun 2017 diketahui bahwa nilai persediaan antara sebelum dengan setelah simulasi

    pengendalian persediaan dengan analisis ABC, MMSL dan ROP terjadi perbedaan yang

    sigifikan, diperoleh nilai p 0,001 lebih kecil dari 0,05. Perbedaan yang terjadi berupa peningkatan

    jumlah item obat yang tersedian di Instalasi Farmasi RS Unhas pada tanggal 31 Desember 2017

    sebanyak 82,17% namun dengan penurunan nilai investasi sebanyak 49,42% atau sebanyak Rp

    2.384.677.717 sehingga diperoleh nilai persediaan pada akhir periode menjadi Rp 2.450.410.122.

    Berdasarkan tabel 3 Perbedaan nilai Stagnan Obat Sebelum dan Setelah Simulasi

    Pengendalian Persediaan Metode Analsiis ABC, MMSL dan ROP di RS Universitas Hasanuddin

    Tahun 2017 menunjukkan bahwa ada perbedaan signifikan antara nilai stagnan sebelum dengan

    setelah simulasi pengendalian persediaan dengan analisis ABC, MMSL dan ROP, perbedaan

    tersebut berupa penurunan jumlah item obat maupun nilai investasinya.

    Bersdasarkan tabel 4 Perbedaan Nilai Stockout Obat Sebelum dan Setelah Simulasi

    Pengendalian Persediaan Metode Analsiis ABC, MMSL dan ROP di RS Universitas Hasanuddin

    Tahun 2017 Berdasarkan hasil pengujian SPSS dengan paired samples test diperoleh nilai p

    0,000 yang lebih kecil dari 0,05 hal ini menunjukkan bahwa terjadi perbedaan yang signifikan

    antara nilai stockout sebelum dengan setelah simulasi pengendalian persediaan dengan analisis

    ABC, MMSL dan ROP.

    PEMBAHASAN

    Berdasarkan hasil uji analisis paired samples t test. Hasil dari sampel tersebut

    dibandingkan dengan nilai p, sehingga dari perbandingan tersebut dapat diketahui apakah nilai

    sampel yang diperoleh lebih tinggi atau lebih rendah dari nilai p yaitu 0,05.

    Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa Instalasi Farmasi RS Unhas memiliki

    nilai persediaan obat yang sangat besar yaitu Rp 4.037.514.511 dengan nilai TOR sebanyak 8,51

    kali per tahun berdasarkan hasil tersebut Instalasi Farmasi RS Unhas perlu melakukan proses

    pengelolaan nilai persediaan obat yang efektif dan efesien. Nilai persediaan obat di Instalasi

    Farmasi RS Unhas sebelum dilakukan simulasi pengendalian didapatkan nilai investasi

    persediaan sebesar Rp 4.835.087.839 dengan jumlah item obat sebanyak 516 jenis obat,

    sedangkan setelah peneliti melakukan pengendalian persediaan dengan cara simulasi metode

    analisis ABC dengan mengelompokkan obat dan menentukan minimum dan maksimum dengan

  • metode MMSL serta menentukan waktu dan jumlah pemesanan dengan metode ROP diperoleh

    nilai investasi persediaan menjadi Rp 2.450.410.122 dari jumlah item obat sebanyak 940 jenis

    obat sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi efisiensi sebesar 49,42% atau sebesar Rp

    2.384.677.717 dengan nilai TOR meningkat menjadi 16,80 kali per tahun atau efisiensi sebesar

    97,50%, selain itu juga ditemukan bahwa item obat yang tersedia lebih efektif karena mengalami

    peningkatan sebesar 82,17%. Hal tersebut menunjukkan bahwa penerapan metode pengendalian

    kombinasi analisis ABC, MMSL dan ROP dianggap cukup efektif dan efisien dalam menentukan

    jumlah obat yang tersedia di Instalasi Farmasi RS Unhas. Dari hasil uji perbandingan nilai

    persediaan antara kelompok sebelum dan setelah simulasi pengendalian persediaan dengan

    analisis ABC, MMSL dan ROP dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan secara signifikan

    antara kelompok sebelum dan setelah simulasi dengan nilai p sebesar 0,001.

    Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Maimun (2008), mengenai perencanaan

    obat antibiotik berdasarkan kombinasi metode konsumsi dengan analisis ABC dan ROP

    ditemukan bahwa perencanaan dengan kombinasi metode tersebut terbukti dapat menurunkan

    nilai persediaan dan meningkatkan TOR serta didapatkan efisiensi sebesar 30,14%.

    Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan jumlah nilai investasi obat stagnan sebelum

    dilakukan simulasi adalah sebesar Rp 3.653.965.851 dengan jumlah obat sebanyak 460 jenis

    obat, keadaan ini menunjukkan adanya penggunaan dana yang kurang efisien. Sedangkan setelah

    dilakukan simulasi pengendalian persediaan dengan kombinasi metode analisis ABC, MMSL dan

    ROP diperoleh jumlah nilai investasi obat stagnan menjadi Rp 438.587.990 dengan jumlah item

    obat sebanyak 444 jenis obat sehingga disimpulkan bahwa terjadi efisiensi yang cukup besar

    yaitu sebanyak Rp 3.215.377.860 yang berarti terjadi penurunan yang signifikan sebanyak

    88,00% dengan jumlah item obat 16 jenis obat. Hal tersebut menunjukkan bahwa penerapan

    kombinasi metode pengendalian tersebut dianggap cukup efisien dan efektif dalam menurunkan

    jumlah obat yang stagnan di Instalasi Farmasi RS Unhas.

    Dari hasil uji perbandingan nilai stagnan antara kelompok sebelum dan setelah simulasi

    pengendalian persediaan dengan analisis ABC, MMSL dan ROP dapat disimpulkan bahwa

    terdapat perbedaan secara signifikan antara kelompok sebelum dan setelah simulasi dengan nilai

    p sebesar 0,001. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Imas Sayyidati

    (2016), dengan judul Faktor penyebab kejadian stagnant dan stockout di Instalasi Farmasi Upt

    Rumah Sakit Mata Masyarakat Jawa Timur yang menyatakan hasil penelitiannya adalah masih

  • belum terlaksananya sistem manajemen logistik dengan benar sehingga menyebabkan kerugian

    yang cukup besar akibat adanya kejadian obat stagnant dan stockout di Instalasi Farmasi UPT

    RSMM Jawa Timur.

    Berdasarkan hasil penelitian pada perhitungan nilai stockout sebelum simulasi sebanyak

    652 item obat senilai Rp 369.147.130 dan setelah simulasi pengendalian persediaan

    pengendalian persediaan dengan kombinasi analisis ABC, MMSL dan ROP tidak terjadi stockout

    obat selama Januari sampai Desember 2017. Hal ini menunjukkan bahwa dengan penerapan

    metode pengendalian yang disesuaikan dengan karateristik serta sifat persediaan maka dapat

    diperoleh hasil yang efektif dan efisien terbukti dengan diperolehnya hasil akhir dari nilai

    stockout adalah nol.

    Dari hasil uji perbandingan antara kelompok sebelum dan setelah simulasi dapat

    disimpulkan bahwa terdapat perbedaan secara signifikan antara kelompok sebelum dan setelah

    simulasi pengendalian persediaan dengan analisis ABC, MMSL dan ROP dengan nilai p sebesar

    0,001.

    Penggunaan analisis ABC terhadap nilai persediaan item obat sangat berpengaruh

    terhadap anggaran belanja rumah sakit, hal ini disebabkan oleh anggaran pembelian obat yang

    meningkat akibat penetapan harga obat yang tidak sesuai (Fadhila, 2013). Besarnya harga satu

    item obat akan mempengaruhi seluruh anggaran pembelian RS Unhas. Sejalan dengan penelitian

    yang dilakukan oleh Utari (2015), Pengendalian Persediaan Obat Paten dengan Metode Analisis

    ABC, Metode Economic Order Quantity (EOQ), Buffer Stock dan Reorder Point (ROP) di Unit

    Gudang Farmasi RS Zahirah, ditemukan bahwa dengan adanya penentuan stok minimum dan

    maksimum masing-masing obat generik dapat menghindari kejadian stockout dan kelebihan

    persediaan.

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Berdasarkan hasil uji analisis adanya perbedaan hasil yang ditemukan pada saat

    perhitungan sebelum dan setelah simulasi menunjukkan bahwa penerapan pengedalian persediaan

    dengan kombinasi metode analisis ABC, MMSL dan ROP di Instalasi Farmasi RS Unhas sangat

    efisien dalam mengelompokkan dan mengendalikan item serta jumlah persediaan obat. Nilai

    persediaan menunjukkan perbedaan yang signifikan pada kelompok sebelum dan setelah simulasi

    dimana terjadi penurunan jumlah item obat dengan selisih sebesar 424 atau 82,17% dengan nilai

  • investasi Rp 2.384.677.717. Hal tersebut menunjukkan bahwa simulasi metode pengendalian

    dianggap efektif dan efisien dalam menekan persediaan obat. Nilai stagnan menunjukkan

    perbedaan yang signifikan pada kelompok sebelum dan setelah simulasi dimana terjadi

    penurunan jumlah item obat stagnan dengan selisih sebesar 16 atau 3,48% dengan nilai investasi

    Rp 3.215.377.860. Hal tersebut menunjukkan bahwa simulasi metode pengendalian dianggap

    cukup efektif dan efisien dalam menekan kejadian stagnan obat. Nilai stockout menunjukkan

    perbedaan yang signifikan pada kelompok sebelum dan setelah simulasi dimana terdapat selisih

    jumlah item obat stockout sebesar 652 atau 100% dengan nilai investasi Rp 1.919.356.427. Hal

    tersebut menunjukkan bahwa pengendalian persediaan dengan simulasi kombinasi metode

    analisis ABC, MMSL dan ROP dianggap sangat efektif dan efisien dalam menekan kejadian

    stockout. Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dirumuskan, maka

    dikemukakan beberapa saran atau rekomendasi sebagai berikut: RS Unhas perlu membuat daftar

    persediaan sesuai dengan tingkat prioritasnya, agar semua pihak yang terlibat dalam pengelolaan

    obat memiliki persepsi yang sama terhadap setiap item obat serta perbaikan dan pengembangan

    manajemen logistik melalui SIM agar mengurangi tingkat kesalahan dalam pencatatan,

    pengambilan dan pengolahan data persediaan. Agar mencapai nilai persediaan obat yang ideal

    sebaiknya pihak manajemen RS Unhas perlu meningkatkan pengendalian pada proses distribusi

    dengan mengkoordinasikan pihak Instalasi Farmasi RS Unhas dengan pengguna. Agar stagnan

    obat dapat terus ditekan sebaiknya Instalasi Farmasi perlu melakukan perbaikan dan

    pengembangan pada proses perencanaan dengan mempertimbangkan jumlah minimal dan

    maksimal serta pada proses pengadaan dilakukan secara bertahap disesuaikan dengan tingkat

    persediaan saat reorder point sehingga persediaan yang diterima tidak menumpuk dan dapat

    memperoleh jumlah persediaan yang optimal. Serta agar stockout obat dapat dihindari sebaiknya

    manajemen RS Unhas melaksanakan proses perencanaan dan pengadaan melalui SIM yang

    terintegrasi agar data pemakaian dan stok persediaan yang digunakan adalah data yang akurat

    serta dengan mempertimbangkan lead time dan safety stock.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Arnita, A. (2015). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Obat Stagnant di Instalasi Farmasi

    Rumah Sakit Universitas Hasanuddin Makassar Tahun 2014. Makassar: Pascasarjana

    Universitas Hasanuddin.

    Dirjen Binakefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes RI (2010). ‘Pedoman Pengelolaan

    Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit’.

    Fadhila, R. (2013). Studi Pengendalian Persediaan Obat Generik Melalui Metode Analisis ABC,

    EOQ dan ROP di Gudang Farmasi RS Islam Asshobirin Tahun 2013. Jakarta:

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

    Heizer, (2010). Manajemen Operasi. Jakarta: Salemba empat

    Maimun, A. (2008). Perencanaan Obat Antibiotik Berdasarkan Kombinasi Metode Konsumsi

    dengan Analisis ABC dan Reorder Point Terhadap Nilai Persediaan dan Turn Over

    Ratio di Instalasi Farmasi RS Darul Istiqomah Kaliwungu Kendal. Program Pascasarjana

    Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat-UNDIP. (http://eprints.undip.ac.id/16382/, diakses

    24 Agustus 2017).

    Mellen, P. W. (2013). ‘Faktor Penyebab dan Kerugian Akibat Stockout dan Stagnant Obat di

    Unit Logistik RSU Haji Surabaya’, Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesi, (Online),

    Vol. 1, No. 1.

    Quick, R. (2012). ‘Inventory Management in Maganging Drug Supply. Third Edition Managing

    accss to Medicines and health Technologies’, Management Sciences for Health.

    Sayyidati, (2016). ‘Faktor Penyebab Kejadian Stagnan dan Stockout di Instalasi Farmasi UPT

    Rumah Sakit Mata Masyarakat Jawa Timur’, Jurnal Manajemen Kesehatan.

    Seto (2008). Manajemen Farmasi; Apotek, Farmasi Rumah Sakit, Pedagang Farmasi, Industri

    Farmasi. Surabaya: Airlangga

    Utari, A. (2015). ‘Cara Pengendalian Persediaan Obat Paten dengan Metode Analisis ABC,

    Metode Economic Order Quantity (EOQ), Buffer Stock dan Reorder Point (ROP) di

    Unit Gudang Farmasi RS Zahirah Tahun 2014’, Jurnal Kesehatan Masyarakat UIN

    Syarif Hidayatullah.

    Wahyuni, R.T. (2005). Perbandingan Metode Perencanaan dengan Menggunakan Minimum-

    Maximum Stock Level (MMSL) dan Economic Order Quantity (EOQ). Program Studi

    Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Program Pascasarjana-UNAIR.

    Yohanes. (2015). ‘Analisis Faktor Yang Mepengaruhi Pengelolaan Obat Publik di Instalasi

    Farmasi Kabupaten (Studi di Papua Wilayah Selatan)’, Jurnal Ilmu Kefarmasian

    Indonesia, 94-101

  • Tabel 1 Pengelompokan Obat dengan Analisis ABC Berdasarkan Data Penerimaan,

    Persediaan dan Penerimaan di RS Universitas Hasanuddin Tahun 2017

    Kelompok Pemakaian Persediaan

    Awal

    Persediaan Akhir Penerimaan

    Sebelum Setelah Sebelum Setelah

    A 82 62 78 98 80 78

    B 136 100 108 177 110 131

    C 634 417 330 665 332 529

    - 130 403 446 42 460 244

    Total 982 982 982 982 982 982

    Sumber : Data Primer 2018

    Tabel 2 Perbedaan Nilai Persediaan Obat Sebelum dan Setelah Simulasi Pengendalian

    Persediaan Metode Analsis ABC, MMSL dan ROP di RS Universitas Hasanuddin

    Tahun 2017

    Sumber : Data Primer, 2018

    Tabel 3 Perbedaan Nilai Stagnan Obat Sebelum dan Setelah Simulasi Pengendalian

    Persediaan Metode Analsis ABC, MMSL dan ROP di RS Universitas Hasanuddin

    Tahun 2017

    Sumber : Data Primer, 2018

    Tabel 4 Perbedaan Nilai Stockout Obat Sebelum dan Setelah Simulasi Pengendalian

    Persediaan Metode Analsis ABC, MMSL dan ROP di RS Universitas Hasanuddin

    Tahun 2017

    Sumber : Data Primer, 2018

    Kelompok Item Obat Nilai Persediaan Nilai P

    Sebelum 516 Rp 4.835.087.839

    0,000

    Setelah 940 Rp 2.450.410.122

    Setelah – Sebelum 424 (Rp 2.384.677.717)

    Persentase 82,17%

    (100%-182,17%)

    49,42%

    (100%-50,68%)

    Kelompok Item Obat Nilai Stagnan Nilai P

    Sebelum 460 Rp 3.653.965.851

    0,000

    Setelah 444 Rp 438.587.990

    Setelah – Sebelum (16) (Rp 3.215.377.860)

    Persentase 3,48%

    (100%-96,52%)

    88,00%

    (100%-12,00%)

    Kelompok Item Obat Nilai Stockout Nilai P

    Sebelum 652 Rp 1.919.356.427

    0,000 Setelah - -

    Setelah – Sebelum (652) (Rp 1.919.356.427)

    Persentase ∞ ∞