Upload
others
View
11
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
SISTEM PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN WAKAF
PRODUKTIF DI PONDOK PESANTREN MODERN DINIYYAH PASIA
DARI TAHUN 1991-2017
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat – Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Fajri Agusta
NIM 11150860000013
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1440H / 2019M
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Identitas Pribadi
Nama : Fajri Agusta
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat, Tanggal Lahir : Maur, 06 Agustus 1996
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : JL. Pesanggrahan No. 54 Cempaka Putih, Ciputat
Timur, Tangerang Selatan, Provinsi Banten.
No. HP : 0822882825209
E-mail : [email protected]
Pendidikan Formal
2002 – 2003 : TK Melati Kampung Tengah
2003 – 2009 : SDN 04 Talang Maur
2009 – 2012 : MTSs Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia
2012 – 2015 : MAs Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia
2015 – 2019 : Program Sarjana (S1) Jurusan Ekonomi Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
vii
Pengalaman Organisasi
1. Bagian Kepramukaan Organisasi Pelajar Pondok Modern Diniyyah
(OPPMD) masa amanah 2012 – 2013
2. Bagian Kepramukaan Organisasi Pelajar Pondok Modern Diniyyah
(OPPMD) masa amanah 2012 – 2013
3. Anggota Divisi Litbang Himpunan Mahasiswa Jurusan Ekonomi Syarih
2015 – 2016
4. Sekretaris Umum Keluarga Mahasiswa Minangkabau (KMM) Ciputat
2016-2017
5. Pembina Organisasi Keluarga Mahasiswa Minangkabau (KMM) Ciputat
2017-2018
Pengalaman Kerja
1. Surveyor Indonesia Researc and Survey 2016
2. Kuliah Kerja Nyata (KKN) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Desa
Tanjakan Mekar, Kabupaten Tanggerang, 2018.
3. Surveyor CSIS dan Tenggara, 2018.
4. Surveyor Konsultan Citra Indonesia, 2019
Latar Belakang Keluarga
Ayah : Fitra Yunda
Tempat, Tanggal Lahir : Maur, 15 Juni 1970
Ibu : Gusrida Warni
Tempat, Tanggal Lahir : Maur, 16 Agustus 1973
Alamat : Jorong Maur, Kenagarian Talang Maur, Kecamatan
Mungka, Kabupaten 50 Kota, Sumatera Barat.
Anak ke dari : 3 dari 3 bersaudara
viii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem pengelolaan wakaf
produktif lahan sawah di Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia, dan sistem
pengembangan wakaf produktif lahan sawah di Pondok Pesantren Modern
Diniyyah Pasia. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kualitatif bersifat field research. Metode pengumpulan data yang peneliti gunakan
adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Metode analisis data yang
digunakan adalah analisis deskriptif.
Hasil penelitian ini menunjukkan 1). Pengelolaan wakaf produktif di
Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia belum berjalan maksimal, karena
sisstem yang digunakan dalam pengelolaan wakaf ini masih bersifat tradisional
dan belum terorganisir, nadzir yang mengelola harta wakaf tersebut hanyalah
perorangan dan tidak terstruktur sehingga dalam pengelolaan harta benda wakaf
tersebut tidak maksimal. 2). Harta wakaf di Pondok Pesantren Modern Dinyyah
Pasia tidak mengalami perkembangan, karena setiap harta wakaf yang diwakafkan
kepada Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia hanya difokuskan kepada
penambahan pembangunan gedung belajar santri/santriwati dan asrama sehingga
mengakibatkan harta wakaf tersebut tidak produktif.
Kata kunci : Pengelolaan, Pengembangan, Wakaf Produktif
ix
ABSTRACT
This study aims to determine the productive waqf management system of
paddy fields in the Pasia Modern Diniyyah Boarding School, and how the system
of developing productive waqf of paddy fields in the Pasia Modern Diniyyah
Boarding School. The type of research used in this research is qualitative field
research. The data collection method that the researcher uses is interview and
documentation. The data analysis method used in the study is descriptive analysis.
The results of this study are, 1). The management of productive waqf in the
Modern Diniyyah Islamic Boarding School has not run optimally, because the
system used in the management of waqf is still traditional and unorganized, but
the management of waqf assets is only individual and unstructured so that the
management of waqf property is not optimal. 2). The nature of waqf in the
Dinyyah Modern Islamic Boarding School did not experience development,
because each waqf property represented by the Diniyyah Pasia Modern Islamic
Boarding School was only focused on the addition of the construction of students'
/ santriwati's building and dormitory so that the waqf property was unproductive.
Keywords : Management, Development, Productive Waqf
x
ن حم ٱلره حيم بسم ٱلله ٱلره
KATA PENGANTAR
Assalaamualaikum Wr.Wb.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang selalu melimpahkan rahmat
dan karuniaNy,a sehingga penulis bisa menyelesaikan Skripsi berjudul: “Sistem
Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf Produktif di Pondok Pesantren
Modern Diniyyah pasia dari Tahun 1991-2017”
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk meneyelesaikan studi
Strata Satu (S1) guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S.E) pada jurusan
Ekonmi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitasi Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa banyak tangan yang
terulur memberikan bantuan. Ucapan rasa hormat dan terimakasih yang tulus atas
segala kepedulian mereka yang telah memberikan bantuan baik berupa kritik,
masukan, dorongan semangat, dukungan finansial maupun sumbangan pemikiran
dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan rasa syukur dan terimakasih kepada :
1. Rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat yang
belum tentu didapatkan oleh orang lain. Atas nikmatnya penulis dapat
menyelesaikan studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Segala nikmat yang
Allah berikan patut disyukuri tanpa bantuan Allah semua ini sulit terjadi.
xi
2. Bapak Dr. Amilin, SE, M.Si, Ak, CA, BKP selaku Dekan Fakultas ekonomi
dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (UIN) Jakarta.
3. Ibu Dr. Erika Amelia, SE, M.Si selaku Ketua prodi Ekonomi Syariah dan
Ibu Dwi Nur’aini Ihsan, M.M. selaku Sekertaris prodi Ekonomi Syariah.
4. Bapak Dr. Desmadi Saharuddin, MA selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan, bimbingan, saran, dan semangat kepada penulis dalam
skripsi.
5. Bapak Dr. Ir. Roikhan Muhammad Aziz, MM selaku Dosen Akademik yang
telah meluangkan waktunya untuk selalu memberikan ilmu dan motivasi
yang bermanfaat dari awal semester sampai perkuliahan berakhir. Semoga
Allah senantiasa memberkahi dan membalas kebaikan bapak.
6. Teristimewa untuk orangtua penulis, Ayahanda Fitra Yunda dan Ibunda
Gusrida Warni tersayang yang telah membesarkan dan mendidik penulis
hingga seperti sekarang ini, dengan penuh do’a, kasih sayang, kesabaran ,
keikhlasan dan penuh perjuangan hidup demi kelansungan pendidikan dan
masa depan putra-putrinya.
7. Saudara kandung penulis, Resta Andria, S.Farm, Apt dan Fuji Lestari, Amd.
Keb serta kakak ipar, dr. Amalia Putri Batsir dan Yogi Sagita, Amd dan
orang terdekat penulis Ns.Nur Aslinda, S.Kep, yang telah memberikan
dukungan berupa moril dan materil kepada penulis.
xii
8. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan
ilmu yang sangat berharga dan bermanfaat bagi penulis. Serta karyawan dan
staf UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan pelayanan
terbaik dan membantu selama perkuliahan. Semoga Allah memberikan
pahala yang banyak atas kebaikan bapak dan ibu semua.
9. Drs. H. Nawazir Muchtar, Lc. Sebagai pimpinan serta nadzir wakaf di
Pondok Pesantren Modern Dinyyah Pasia yang telah memberikan informasi
kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.
10. Segenap jajaran mejlis guru Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia yang
telah memberiakan arahan, masukan, saran dalam penulisan skripsi ini.
11. Seluruh teman-teman Jurusan Ekonomi Syariah A-B Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah (UIN) Jakarta terkhusus untuk kelas ZISWAF
yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
12. Seluruh anggota Keluarga Mahasiswa Minangkabau KMM Ciputat yang
menjadi rumah serta keluarga kedua bagi penulis, terkhusus kepada teman-
teman Bujang Gadih 15 yang selalu memeberikan do’a dan dukungan bagi
penulis
13. Terimakasih juga kepada teman-teman teman dekat penulis, M. Marfirozi,
Ismail Marzuki, Putra Kurnia Pratama, Ifnu Rusdi, Aisyah Wahyuni,
Halimatun Sa’diah, Hafiza Hanum, Zaharatul Fadili, Anadiatul Khairiah,
Lathifa Azizah, Aulia Mega Hidayanti yang selalu mensuport dan
memberikan masukan secara terus menerus kepada penulis dalam penulisan
skripsi ini.
xiii
14. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih banyak
atas motivasi selama ini.
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih memiliki banyak
kekurangan sehubungan dengan keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman
yang dimiliki penulis. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran
serta masukan, baik kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 27 Juni 2019
Fajri Agusta
xiv
COVER …………………………………………………………………………...i
LEMBARAN PENGESAHAN SKRIPSI ……………………………………...ii
LEMBARAN PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF …………………iii
LEMBARAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI …………………………….iv
LEMBARAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ……………..v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP …………………………………………………vi
ABSTRACT ……………………………………………………………………...x
ABSTRAK ……………………………………………………………………....xi
KATA PENGANTAR ……………………………………………………….....xii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………...xvi
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………...xx
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………..xxi
BAB I ……………………………………………………………………………..1
PENDAHULUAN ………………………………………………………………..1
A. Latar Belakang Masalah .………………………………………………1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ..……………………………...11
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………………………….11
BAB II …………………………………………………………………………..14
TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………………..14
A. Landasan Teori …………………………………………………………14
1. Wakaf Produktif ……………………………………………………14
a. Pengertia Wakaf Produktif ……………………………………14
b. Landasan Hukum Wakaf Produktif ………………………….16
xv
c. Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf Produktif ………….22
d. Pedoman Pengelolaan Wakaf Produktif ……………………...23
e. Pedoman Pengembangan Wakaf Produktif ………………….23
f. Strategi Pengembangan Wakaf produktif ……………………27
2. Manajemen …………………………………………………………29
a. Pengertian manajemen…………………………………………29
b. Fungsi-fungsi manajemen dalam pengelolaan wakaf………...31
c. Pola pengelolaan wakaf ………………………………………..36
d. Hambatan dan Tantangan pengelolaan wakaf secara umum di
Indonesia………………………………………………………...39
e. Pengelolaan wakaf produktif untuk pemberdayaan ekonomi
umat……………………………………………………………...43
3. Nadzir .………………………………………………………………44
a. Pengertian Nadzir ……………………………………………...44
b. Syarat-syarat Nadzir …………………………………………...44
c. Macam-macam Nadzir ………………………………………...47
d. Kewajiban dan Hak Nadzir ……………………………………48
4. Penelitian Terdahulu ………………………………………………51
BAB III ………………………………………………………………………….54
METODOLOGI PENELITIAN ………………………………………………54
A. Jenis Penelitian …………………………………………………………54
B. Pendekatan Penelitia …………………………………………………...54
C. Lokasi Penelitian …………………………………………………….....55
D. Sumber Data …………….……………………………………………...55
E. Metode Pengumpulan Data ……………………………………………56
1. Wawancara ………… ……………………………………………...56
2. Observasi ……………………………………………………………57
3. Dokumentasi ………………………………………………………..57
F. Teknik Analisis Data …………………………………………………...58
xvi
1. Editing ………………………………………………………………58
2. Klasifikasi …………………………………………………………..58
3. Verifikasi ……………………………………………………………59
4. Analisis ……………………………………………………………...59
5. Penarikan kesimpulan …………………...………………………...60
BAB IV ………………………………………………………………………….61
PEMBAHASAN dan HASIL PENELITIAN …………………………………61
A. Gambaran Umum Pengelolaan Wakaf Produktif di Pondok Pesantren
Modern Diniyyah Pasia ………………………………………………..61
1. Kondisi Geografis pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia …61
2. Visi, Misi dan Strategi Pembelajaran di Pondok Pesantren
Modern Diniyyah Pasia …………………………………………...62
3. Kondisi Pendidikan Santri/Santriwati ……………………………64
4. Kondisi Kesehatan Santri/Santriwati …………………………….66
5. Struktur Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf Produktif di
Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia ……………………...70
B. Analisis Pengelolaan Wakaf Produktif di Pondok Pesantren Modern
Diniyyah Pasia ………………………………………………………….70
1. Model Pengelolaan Aset Wakaf Produktif ……………………….72
2. Strategi Pengembangan Aset Wakaf Produktif ……………….....79
C. Analisis SWOT …………………………………………………………90
1. Kekuatan (Strenght) ………………………………………………..90
2. Kelemahan (Weakness) …………………………………………….91
3. Peluang (Opportunity) ……………………………………………...93
4. Ancaman (Threath) ………………………………………………...94
5. Hasil Evaluasi Faktor Internal (EFI) ..……………………………95
6. Hasil Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) …………………………..99
7. Matrik SWOT ……………………………………………………..102
BAB V ………………………………………………………………………….105
KESIMPULAN dan SARAN ………………………………………………105
A. Kesimpulan ……………………………………………………………105
xvii
B. Saran …………………………………………………………………...107
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………108
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 (Daftar Informan)……………………………………………………55
Tabel 4.1 (Jumlah Santri/Santriwati Pondok Pesantren Modern Diniyyah
Pasia)……………………………………………………………….. 64
Tabel 4.2 (Harta Wakaf Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia) ……...68
Tabel 4.3 (Rincian Wakaf Tunai) ……………………………………………..73
Tabel 4.4 (Rekap Hasil Penen Lahan Sawah) ………………………………..77
Tabel 4.5 (Tabel IFAS) ………………………………………………………...92
Tabel 4.6 (Tabel EFAS) ………………………………………………………..95
Tabel 4.7 (Pembobotan Faktor Internal) ……………………………………..96
Tabel 4.8 (Hasil Perhitungan Skala Bobot) …………………………………..97
Tabel 4.9 (Hasil Evaluasi Faktor Internal) …………………………………...97
Tabel 4.10 (Pembobotan Faktor Eksternal) ………………………………….99
Tabel 4.11 (Hasil Perhitungan Skala Bobot) ………………………………..100
Tabel 4.12 (Hasil Evaluasi Faktor Eksternal) ………………………………100
Tabel 4.13 (Hasil Matrik SWOT) ……………………………………………102
Tabel 4.14 (Matrik SWOT) …………………………………………………..103
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 (Hasil Wawancara) ……………...……………………………...112
Lampiran 2 (Jumlah Wakaf Lahan Sawah) ………………………………...121
Lampiran 3 (Peta Lahan Sawah) …………………………………………….122
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Madrasah Diniyyah Pasia merupakan lembaga pendidikan yang
didirikan oleh Haji Muhammad Isa pada tahun 1928, tepatnya di Kenagarian
Pasia Kecamatan Ampek Angkek Kabupaten Agam. Awal berdirinya
Madrasah Diniyyah memiliki tanah wakaf seluas 1.400 M2 yang terdiri dari
ruang belajar, kantor yayasan, perpustakaan, ini merupakan aset wakaf
pertama kali pada tahun 1928 (Zaenal Arifin, 2008: 30).
Seiring perkembangan zaman, untuk meningkatkan mutu pendidikan
Madrasah Diniyyah para alumni, masyarakat, dan petinggi Nagari serta
pemerintah melakukan sebuah pertemuan yang bertujuan untuk menjadikan
Madrasah Diniyyah sebagai sebuah Yayasan. Yayasan tersebut diberi nama
Yayasan Pengembangan Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia, serta
Lembaga Penyelenggara Pendidikan yaitu Pondok Pesantren Modern
Diniyyah Pasia yang di pimpin oleh Ustad Drs. Nawazir Muchtar, Lc
(Novia Safarda, 2018: 11).
Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia memiliki tiga lokasi untuk
melaksanakan kegiatan pembelajaran yaitu Kampus I yang terletak di
Jorong Pincuran Tujuh, Kampus II dan Kampus III terletak di Jorong
Cibuak Ameh Kenagarian Pasia Kecamatan Ampek Angkek Kabupaten
Agam. Jumlah santri/santriwati Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia
di Kenagarian Pasia Kecamatan Ampek Angkek Kabupaten Agam hingga
2
tahun 2018 berjumlah 780 santri/santriwati terdiri dari jenjang pendidikan
Madrasah Aliyah dan Madrasah Tsanawiyyah (Data Tata Usaha, 2018).
Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia adalah lembaga pendidikan
keagamaan yang mempunyai kekhasan tersendiri dan berbeda dengan
lembaga pendidikan lainnya, sehingga para santri/santriwati yang sekolah di
Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia banyak berasal dari luar daerah
seperti Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, dan Banten. Sistem
pendidikan di Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia memakai sistem
Kulliyatul Muallimiina Al Islamiyyah dan kurikullum Nasional. Sehingga
santri/santriwati lulusan Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia bisa
bersaing tidak hanya di bidang keagamaan tetapi juga di bidang umum
lainnya (Novia Safarda, 2018: 30).
Peminat yang ingin sekolah di Pondok Pesantren Modern Diniyyah
Pasia setiap tahun selalu meningkat, hal ini bisa dilihiat dari jumlah calon
santri/santriwati yang mendaftar ke Pondok Pesantren Modern Diniyyah
Pasia tiga tahun belakang meningkat, terlihat bahwa tiga tahun belakangan
ini, Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia hanya menerima ±200
santri/santriwati yang mendaftar dan menolak ±150 santri/santriwati setiap
tahunya. Berdasarkan wawancara dengan Khairul Hafiez salah satu panitia
penerimaan calon santri/santriwati Pondok Pesantren Modern Diniyyah
Pasia. Mengatakan, bahwa alasan tidak diterima beberapa calon
santri/santriwati disebabkan karena sarana dan prasarana yang belum
memadai mulai dari kelas serta asrama untuk tempat tinggal.
3
Selain menerapkan dua kurikulum dalam proses pembelajarannya.
Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia merupakan salah satu Pondok
Pesantren di Sumatera Barat yang mewajibkan santri/santriwatinya
berbahasa Arab dan Inggris dalam kehidupan sehari-harinya serta dalam
proses belajar mengajar, sehingga banyak dari lulusan Pondok Pesantren
Modern Diniyyah Pasia yang melanjutkan pendidikannya di beberapa
Negara seperti, Maroko, Yaman, Mesir, Libiya, Jepang dan Malaysia
(Nawazir Muchtar, wawancara, 7 Juli 2018). Selain menerapkan dua
kurikulum dan berbahasa Arab dan Inggris dalam keseharianya, untuk
meningkatakan mutu para lulusan Pondok Pesantren Modern Diniyyah
Pasia. Pondok Pesantren menfasilitasi para santi/santriwati dengan berbagai
macam ekstrakurikuler seperti tahfizd, jurnalistik, PMR, pramuka, beladiri
serta berbagai macam kegiatan olahraga, sehingga hal ini menjadi daya tarik
dari pada calon santri/santriwati serta orang tua untuk menyekolahkan
anaknya di Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia serta banyaknya
tenaga pendidik tamatan dari luar negeri yang mengajar di Pondok
Pesantren Modern Dinyyah Pasia.
Berdasarkan Laporan Pertanggung Jawaban Yayasan Pengembangan
Diniyyah Pasia terakhir, pendanaan dari pengembangan Pondok Pesantren
Modern Diniyyah ini selain berasal dari iuaran santri/santriwati juga berasal
dari infak, sadaqah serta bersumber dari harta wakaf yaitu wakaf tanah dan
wakaf tunai, wakaf tanah yang telah diterima Pondok Pesantren Modern
Diniyyah Pasia adalah sebesar 25.324 M2 berbentuk sawah dan ladang.
4
Sedangkan untuk wakaf tunai masih terbilang sedikit. Dengan jumlah tanah
wakaf yang siqnifikan ini bisa menjadi salah satu solusi untuk
mengembangakan sarana prasarana di Pondok Pesantren Modern Diniyyah
Pasia.
Hal ini bisa dilihat dari sistem pengelolaan dan pengembangan wakaf
produktif di Pondok Modern Darussalam Gontor yang lebih awal
menerapkan sistem pendanaan Pondok dari wakaf produktif.
Awal mulanya Pondok Modern Darussalam Gontor berdiri pada abad
ke-18 dengan nama Pondok Tegalsari yang sistem pengajaran masih bersifat
tradisional, didirikan oleh Kiai Ageng Muhammad Besari. Kepemimpinan
Pondok Tegalsari ini berlansung selama enam generasi yaitu setelah
wafatnya Kiai Ageng Muhammad Besari dilanjutkan oleh Kiai Ilyas, Kiai
Hasan Yahya, Kiai Hasan Besari II, Kiai Santoso Anom Besari, Kiai Hasan
Khalifah. Pada masa kepemimpinan Kiai Hasan Khalifah ini Pondok
Tegalsari mengalami kemunduran, untuk mengatasi masalah tersebut Kiai
Hasan Khalifah menikahkan salah satu murid kesayangannya bernama R.M.
Sulaiman Djamaluddin dengan putri bungsu beliau Oemijatin. Mereka
diberi tugas mendirikan pesantren baru untuk meneruskan Pondok Tegalsari
berbekal 40 santri yang dibawa dari Pondok Tegalsari yang diberi nama
Pondok Gontor. Kepemimpinan Pondok Gontor hanya berlansung selama
tiga generasi yaitu Kiai R.M Sulaiman Djamaluddin, Kiai Archan Anom
Basari, dan Kiai Santosa Anom Besari. Kiai Santosa Anom Besari wafat
5
pada 1918 dan meninggalkan tiga orang anak, shingga Pondok Gontor lama
akhirnya berakhir (Rozalinda, 2015: 310).
Setelah Pondok Gontor lama ini sirna, akhirnya tiga dari anak Kiai
Santosa Anom Besari yang bernama Ahmad Sahal, Zaenuddin Fannani dan
Imam Zarkasyi mendirikan Pondok Gontor kembali dengan mengubah
sistem pondok yang awalnya tradisional ke sistem modern. Kemudian pada
tahun 1936 Imam Zarkasyi memproklamirkan Pondok Gontor ini menjadi
Pondok Modern Darussalam Gontor (Rozalinda, 2015: 311).
Pada tanggal 12 Oktober 1958 bertepatan dengan 12 Rabiul Awal
1378 Masehi, ketiga pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor yang
disebut Trimurti mewakafkan Pondok Ini kepada Umat Islam. Langkah
awal yang di lakukan adalah menyerahkan pondok melalui ikrar wakaf
kepada sebuah lembaga yang disebut badan wakaf, penyerahan tersebut
terjadi pada tanggal 12 Oktober 1958, walaupun sebagai wakif dan pendiri
Pondok Modern Darussalam Gontor, serta keluarganya tidaklah memiliki
hak atas pondok tersebut, tetapi milik umat Islam. Walaupun pendiri tidak
memiliki hak waris secara materil tetapi mereka mempunyai hak dan
bertanggung jawab mewarisi kesinambungan nilai-nilai Pondok Pesantren
(Rozalinda, 2015: 311).
Pada awalnya luas tanah wakaf yang dimiliki terdiri 16,851 ha tanah
basah (sawah), 1.740 ha tanah kering (daratan), 1 unit masjid, 2 unit gedung
sekolah, 1 unit balai pertemuan, 6 unit asrama, 1 unit rumah guru, 1 unit
perpustakaan. Dari 12 unit gedung ini berdiri atas tanah seluas 4,995,73 M2.
6
Seiring berkembangnya wakaf tersebut, Pondok Modern Darussalam Gontor
menerima beberapa bentuk wakaf seperti: wakaf lembaga, wakaf benda
tidak bergerak (wakaf tanah), wakaf benda bergerak, wakaf uang (cash
wakaf). Terhitung dari tahun 1970 sampai saat ini Pondok Modern
Darussalam Gontor menghasilkan 50 unit usaha yang dikelola dengan baik
hasil dari wakaf (Rozalinda, 2015: 337).
Pesantren, surau merupakan pilar utama dalam perkembang Islam di
Indonesia, hal ini dibuktikan dari perkembangan Islam yang telah masuk ke
Indonesia dan meluas serta berkembang sekitar abad XIII, hal ini dibuktikan
dari tanah Hijaz yang kemudian berkembang di Sumatera dan Nusantara.
Untuk menjadikan Islam sebagai agama sekaligus ajaran yang bisa dikenal
oleh masyarakat Indonesia, maka memerlukan sarana untuk menyebar-
luaskan ajaran Islam itu sendiri, termasuk dalam kaitanya ialah keberadaan
pesantren dan surau sebagai salah satu pusat pendidikan Islam yang ada di
Indonesia. Secara legalitas pendidikan Islam di Indonesia telah
mendapatkan prioritas utama masyarakat muslim Indonesia sejak awal
perkembangan sampai sekarang. Hal ini bisa dibuktikan dari eksistensi
pendidikan Islam saat ini, meskipun dalam kemodernan penggunaan istilah
surau telah bergeser pada keberadaan pesantren (Saeful Anam, 2017: 146).
Pondok Pesantren merupakan salah satu pendidikan Islam tertua di
Indonesia. Keberadaan pesantren di Indonesia telah dimulai sejak Islam
masuk ke Indonesia dengan mengadopsi sistem pendidikan keagamaan yang
sebenarnya telah lama berkembang sebelum kedatangan Islam. Sebagai
7
lembaga pendidikan yang telah lama berdiri di negeri ini, diakui memiliki
andil yang sangat besar terhadap sejarah bangsa (Haediri & H.Amin, 2007:
3). Menurut Fauzan, kehadiran pesantren di Indonesia telah memberikan
kontribusi yang luar biasa terhadap pembangunan Indonesia, dimana sejak
awal berdirinya pesantren telah menghasilkan tokoh-tokoh nasional yang
mampu berkiprah dalam pembangunan bangsa, terbukti dengan banyaknya
alumni pesantren yang menghasilkan karya-karya munamental dalam segala
lini kehidupan masyarakat, baik ditingkat daerah hingga pusat. Berbicara
tentang prestasi pesantren, tidak terlepas dari sistem pendidikan yang
diajarakan pesantren dan karakter yang membentuk mental santri menjadi
kuat serta mampu berkompetisi dan berkiprah di dunia nyata. Keberhasilan
ini tidak terlepas dari totalitas pendidikan yang terintegritas dalam kegiatan
yang berlansung hampir selama 24 jam sehari semalam yang mampu
mensinergikan rabah kognitif, afektif, dan psikomotorik sehingga bisa
menghasilkan santri yang memiliki kecakapan yang cukup, mental yang
tangguh dan berkarakter (Fauzan, 2015: 168).
Pola pengajaran yang di terapkan di Pondok Pesantren sangatlah
berbeda dengan pola pengajaran yang diterapkan di lembaga pendidikan
umum, Pondok Pesantren mendidik santrinya untuk bisa hidup mandiri
karna setiap kegiatan yang di lakukan serta masalah-masalah yang ada akan
diselesaikan sendiri oleh para santri tersebut sehingga dengan belajar
menyelesaikan masalah atau pekerjaan sendiri, menjadikan generasi muda
8
yang melakukan pendidikan di Pondok Pesantren memiliki rasa tanggung
jawab.
Lembaga Pondok Pesantren di Indonesia telah memberikan peran
penting sebagai lembaga yang berfungsi menyebar agama Islam dan
mengadakan perubahan dalam masyarakat kearah yang lebih baik. Maka
harus dipahami bahwa Pondok Pesantren sebagai wahana pengkaderan
ulama. Wahana yang melahirkan sumber daya manusia yang handal dengan
sejumlah predikat yang menyertainya, seperti: Ikhlas, mandiri, penuh
perjuangan, heroik, tabah serta mendahulukan kepentingan masyarakat yang
ada disekitarnya. Semua predikat baik ini, juga diuji oleh zaman yang
sedang berkembang maju dengan segenap tantangannya (Djamaluddin,
2001: 100).
Semenjak kemunculannya Pondok Pesantren mudah diterima dan
mengakar kuat di dalam masyarakat Indonesia. Dalam menghadapi era
modern sekarang Pondok Pesantren diperlukan mempersiapkan peranan dan
dinamika dalam masyarakat Indonesia modern, dinamika modernitas
mempengaruhi secara fundamental keberadaan pesantren sehingga
mengakibatkan munculnya problem identitas kultural pesantren. Akibatnya,
medernitas ini memberi tantangan secara lansung terhadap Pondok
Pesantren, karena problem ini memberikan perubahan-perubahan dalam
berbagai aspek kehidupan terkhususnya institusi keagamaan (Miftahul
Huda, 2012: 212).
9
Untuk menghadapi modernitas, aktivitas yang di lakukan pesantren
adalah dengan melakukan pengembangan perekonomian guna untuk
melangsungkan roda program kehidupan pesantren, sebagai bagian dari
kultur masyarakat yang harus tetap eksis walaupun hanya dari swadaya.
Dalam hal ini kemampuan Kiai, Ustad, Santri, dan masyarakat sekitar
menjadi kunci utama untuk kehidupan pesantren bisa lebih berlanjut dan
berkembang. Akan tetapi banyak dari pesantren Indonesia yang mengalami
kesulitan dalam pengembangan karena pendanaan. Pendanaan memang
menjadi masalah dan tantangan besar bagi pengembangan Pondok Pesantren
di Indonesia, padahal potensi ekonomi yang terdapat dalam Pondok
Pesantren cukuplah besar (A. Halim, 2005: 222).
Seiring berjalannya waktu, pendanaan pesantren yang berasal dari
iuran santri pertahunnya tidak lagi memadai untuk keberlansungan
pendidikan di pesantren. Akan tetapi, setelah adanya Undang-Undang
SISDIKNAS pasal 46 ayat 1 yang berbunyi “pendanaan pendidikan menjadi
tanggungjawab bersama antara pemerintah daerah, dan masyarakat.”
(Undang-undang RI, 2006). Dari undang-undang ini dapat diartikan bahwa
tanggung jawab pendidikan menjadi tanggung jawab pemerintah dan
msyarakat. Jadi, pembiayaan pendidikan tidak sepenuhnya dari pemerintah
tapi juga dari masyarakat, walaupun pada kenyataanya pemerintah belum
seutuhnya memadai pendanaan pendidikan di Indonesia terkhususnya
pesantren. Sedangkan pesantren merupakan wadah pendidikan Islam yang
10
memiliki banyak kontribusi dalam pembangunan sumber daya manusia dari
waktu ke waktu (Imam Suhadak, 2013: 12).
Maka upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk pendanaan pesantren
menurut mujamil adalah: mengajukan proposal finansial kepada pemerintah
pusat, mengedarkan surat permohonan bantuan kepada orangtua siswa,
mengundang alumni yang sukses untuk dimintai bantuan, mengadakan
kegiatan-kegiatan yang dapat mendatangkan keuntungan finansial,
mengajukan proposal bantuan finansial kepada kolega, dan donatur luar
negeri, memberdayakan solidaritas anggota organisasi keagamaan yang
menaungi lembaga pendidikan Islam untuk membantu mencarikan dana,
memberdayakan wakaf, hibah, infaq, jariyah, dan sebagainya. Jadi dapat
diketahui, bahwa salah satu sumber pendanan yang di terima Pondok
Pesantren bersumber dari wakaf (Mujamil :167-168).
Berdasarkan fenomena di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti
lebih lanjut mengenai pengelolaan wakaf produktif di Pondok Pesantren
Modern Diniyyah Pasia dengan mengangkat judul “SISTEM
PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF
DI PONDOK PESANTREN MODERN DINIYYAH PASIA DARI
TAHUN 1991-2017”. Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian
yang diteliti oleh Hasan Asy’ari. Hal yang membedakan adalah penelitian
ini peneliti lebih terfokus terhadap pengelolaan dan pengembangan tanah
wakaf produktif berupa lahan sawah. Sedangkan Hasan Asy’ari
11
memfokuskan penelitiannya terhadap pengelolaan wakaf produktif unit
usaha berbentuk koperasai.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah merupakan usaha untuk menetapkan
batasan-batasan dari masalah penelitian yang akan diteliti. Batasan
masalah ini berguna untuk mengidentifikasi, faktor mana saja yang
tidak termasuk dalam ruang lingkup masalah penelitia.
Karna permasalahan yang cukup luas dalam penelitian ini,
maka peneliti memberi batasan yaitu, Sistem pengelolaan dan
pengembangan wakaf produktif di Pondok Pesantren Modern
Diniyyah Pasia terhadap lahan sawah.
2. Perumusan Masalah
Untuk memudahkan dalam penulisan skripsi ini maka peneliti
membuat rumusan masalah sebagai berikut :
a. Bagaimana sistem pengelolaan wakaf produktif lahan sawah di
Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia ?
b. Bagaimana sistem pengembangan wakaf produktif lahan sawah di
Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Setiap penelitian sudah tentu memiliki tujuan dan manfaat.
Tujuan penelitian ini adalah :
12
a. Untuk mengetahui sistem pengelolaan wakaf produktif lahan
sawah di Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia.
b. Untuk mengetahui pengembangan wakaf produktif lahan sawah di
Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
a. Akademisi
1) Penelitian ini memberikan manfaat yang besar bagi penulis
untuk mengetahui bagaimana praktek pengembangan dan
pengelolaan wakaf produktif yang dikelola Pondok Pesantren
Modern Diniyyah Pasia.
2) Kemudian penelitian ini juga memberikan pengetahuan banyak
bagi penulis bagaimana mengembangkan dan mengelola wakaf
produktif yang baik dan benar dalam rangka pengembangan
ekon omi umat.
3) Selain mengetahui bagaimana cara pengelolaaan dan
pengembangan wakaf produktif yang baik dan benar, penelitian
ini juga memberikan informasi yang akurat bagi penulis
bagaimana mengembangakan dan mengelola Pondok Pesantren
yang baik.
b. Praktisi
13
1) Penelitian ini dapat menjadi rujukan dalam Pengembangan dan
Pengelolaan Wakaf Produktif di Pondok Pesantren Modern
Diniyyah Pasia agar lebih baik untuk kedepannya.
2) Kemudian penelitian ini juga bisa menjadi rujukan bagi praktisi
untuk mengembangkan dan mengelola wakaf produktif dan
Pondok Pesantren yang baik.
c. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini juga memberikan informasi kepada masyarakat
tentang berbagai manfaat dari wakaf, sehingga dapat menjadi daya
tarik tersendiri bagi masyarakat untuk mewakafkan sebagian
hartanya, khususnya kepada Pondok Pesantren.
14
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Wakaf Produktif
a. Pengertian Wakaf Produktif
Konsep wakaf produktif pada dasarnya dilandasi oleh ketidak
puasan pemerintah dan ulama terhadap pengelolaan harta wakaf yang
dilakukan oleh nadzir. Ketidakpuasan ini memicu pemerintah dan
ulama untuk memperbaiki paradigma wakaf produktif dengan cara
membentuk Undang-Undang tentang wakaf.
Wakaf produktif berasal dari dua kata wakaf dan produktif.
Wakaf seperti yang didefinisakan Ibnu Qudamah adalah tahbish al-
Ashl wa tasbil al-Tsamarah (menahan pokok harta dan
mendistribusikan hasilnya). Definisi ini mengisyaratkan bahwa wakaf
perlu produktif karena yang di distribusikan dan dimanfaatkan
hanyalah hasil dari pokok, sementara pokok tetap utuh. Jadi para
nadzir dituntut untuk memberdayakan harta wakaf agar menghasilkan
suatu produk , disisi lain juga dituntut untuk melestarikan pokok harta
wakaf tersebut agar tidak berkurang. Sementara produktif merupakan
kata sifat dari produksi yang didefenisikan sebagai kegiatan manusia
untuk menghasilkan barang atau jasa yang kemudian dimanfaatkan
oleh konsumen (Mubarok, 2013: 22).
15
Jaih Mubarok mendefinisikan wakaf produktif dengan
transformasi dari pengelolaan wakaf alami menjadi wakaf yang
propesional untuk meningkatkan atau menambah manfaat wakaf
(Mubarok, 2013: 22). Menurut Mundzir Qahaf, wakaf adalah
memberikan harta atau pokok benda yang produktif terlepas dari
campur tangan pribadi, menyalurakan hasil dan manfaatnya secara
khusus sesuai dengan tujuan wakaf, baik untuk kepentingan
perorangan, masyarakat, agama atau umum (Mubarok, 2013: 22).
Taqiyuddi Abu Bakr mendefenisikan wakaf dengan: “Menahan harta
yang kekal zatnya untuk diambil manfaatnya tanpa merusak (tindakan)
pada zatnya yang dibelanjakan manfaatnya dijalan kebaikan dengan
tujuan uantuk mendekatkan diri kepada Allah SWT (Imam Taqiyuddin
Abubakar, 2007: 719).
Jadi wakaf produktif adalah wakaf harta yang digunakan untuk
kepentingan produksi, baik dibidang pertanian, perindustrian,
perdagangan dan jasa yang manfaatnya bukan pada benda lansung
tetapi dari keuntungan bersih hasil pengembangan wakaf yang
diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya sesuai
dengan tujuan wakaf. Wakaf produktif dikelola oleh nadzir untuk
menghasilkan barang dan jasa sesuai dari tujuan wakaf tersebut.
Sebagian hasil yang diperoleh dari wakaf produktif ini di jadikan
sebagai sumber pendanaan wakaf tersebut dan setelah itu dibagikan
16
kepada orang-orang yang berhak menerimanya (Hasan Asy’ari, 2016:
29).
b. Landasan Hukum Wakaf Produktif
Adapun landasan hukum yang menganjurkan kita untuk
melakukan wakaf produktif :
1) Al-Qur’an
Beberapa ayat dalam Al-Qur’an yang menjadi landasan
dalam melakukan wakaf produktif sebagai berikut :
a) Surat Ali-Imran ayat 92
تۦ عهى ٱلل ء فإ يا ذفقا ي ش ا ذذث ٢٩ ن ذانا ٱنثش درى ذفقا ي
Artinya : Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan
(yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian
harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan
maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. (QS: 3/92).
b) Surat Al-Baqarah Ayat 261
ف ثم ٱنز ائح ي ثهح ي ثرد سثع ساتم ف كم س ثم دثح أ ك نى ف سثم ٱلل أي ق
سع عهى ٱلل شاء عف ن ض ٱلل ٩٦٢دثح
Artinya : Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-
orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah
serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir,
pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan
17
(ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha
Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui (QS: 2/261).
c) Surat Al-Hajj ayat 77
ش نعهكى ذفهذ ٱفعها ٱنخ ٱعثذا ستكى ٱسجذا ءايا ٱسكعا ا ٱنز أ
۩ ٧٧
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, ruku´lah kamu,
sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan,
supaya kamu mendapat kemenangan (QS: 22/77).
Dalam ayat-ayat diatas menjelaskan kepada kita
bahwasanya Allah memerintahkan kita untuk menyumbangkan
sebagian harta-harta atau apapun yang kita cintai, dan Allah SWT
telah berjanji akan membalas semuanya dengan balasan yang
berlipat ganda. Maka dari itu mafaatkanlah semua yang Allah
berikan sesuai dengan fungsinya.
2) Al- Hadist
Adapun hadist yang menjadi dasar hukum pelaksanaan
wakaf sebagai berikut :
a) Shahih Muslim 3084
ا٤٨٠٣صذخ يسهى سعذ ثح ع ات قر ب أ ثا ذى ت ثا : دذ دجش قانا دذ ت
شج أت ش ع أت انعلء ع جعفش ع ات عم إس
ه إل ي ع قطع ع ا سا سهى قال إرا ياخ ال عه صهى للا سسل للا ثلثح إل أ
نذ صانخ ذع ن أ رفع ت عهى صذقح جاسح أ ي
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub dan
Qutaibah -yaitu Ibnu Sa'id- dan Ibnu Hujr mereka berkata: telah
18
menceritakan kepada kami Isma'il -yaitu Ibnu Ja'far- dari Al 'Ala'
dari Ayahnya dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda: "Apabila salah seorang manusia
meninggal dunia, maka terputuslah segala amalannya kecuali tiga
perkara: sedekah jariyah ,ilmu yang bermanfa'at baginya dan anak
shalih yang selalu mendoakannya (Shahih Muslim 3084).
Dari hadist di atas dijelaskan bahwasanya ketika manusia
meninggal dunia maka terputuslah semua amalannya kecuali
sadakah jariah, ilmu yang bermanfaat, serta anak shaleh yang
selalu mendoakan kedua orangtuanya. Sadakah jariah disni
termsuk salah satunya adalah harta wakaf, selama harta wakaf yang
di wakafkan masih ada dan di pakai manfaatnya, maka sepanjang
itu juga balasan atau pahala yang bakal di terima para wakif.
b) Sunan Tirmidzi 2340
ثا ٩٤٣٨س انرشيزي دذ ش أت يذص ت ثا دص يسعذج دذ ذ ت ثا د : دذ
يسعد ات ش ع ع ات أت ستاح ع ثا عطاء ت دذ دث س انش ق ت دس
ان در ع ذ ست ع و انقايح ي آدو سهى قال ل ذضل قذو ات عه صهى للا ى ث
فى اكرسث أ ي يان فى أتل شثات ع فى أفا ش ع س ع خ فق أ سأل ع
ا عهى م ف يارا ع
صهى للا انث يسعد ع دذث ات قال أت عسى زا دذث غشة ل عشف ي
ف ف ان س ضع ق ت دس س ق ت دذث انذس سهى إل ي قثم عه ذذث ي
أت سعذ أت تشصج ف انثاب ع دفظ
19
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Humaid bin Mas'adah
telah menceritakan kepada kami Hushain bin Numair Abu
Mihshan telah menceritakan kepada kami Husain bin Qais Ar
Rahabi telah menceritakan kepada kami 'Atho` bin Abu Rabah dari
Ibnu Umar dari Ibnu Mas'ud dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa
Salam beliau bersabda" :Kaki Anak Adam tidaklah bergeser pada
hari Kiamat dari sisi Rabbnya sehingga ditanya tentang lima hal:
tentang umurnya untuk apa dia habiskan, tentang masa mudanya
untuk apa dia pergunakan, tentang hartanya dari mana dia
peroleh dan kemana dia infakkan dan tentang apa yang telah dia
lakukan dengan ilmunya." Abu Isa berkata: Hadits ini gharib, kami
tidak mengetahuinya dari hadits Ibnu Mas'ud dari Nabi
Shallallahu 'alaihi wa Salam kecuali dari Hadits Al Husain bin
Qais, sementara Husain bin Qais dilemahkan dalam masalah
hadits karena sisi hafalannya, dan dalam bab ini ada hadits dari
Abu Barzah dan Abu Sa'id ) Sunan Tirmidzi 2340)
3) Atsar Sahabat
Adapun beberapa kisah yang mensyariatkan kita untuk
melakukan wakaf produktif ini adalah:
a) Ketika Umar bin Khattab mendapatkan tanah dari Khaibar.
Kemudian ia mendatangi Rasulullah Saw, maka saya katakan
kepadanya, “ saya mendapatkan tanah, dan sebelumnya saya
belum pernah mendapatkan sesuatu yang lebih berharga dari
20
tanah itu, maka apa yang bisa engkau perintahkan kepada saya?
Rasulullh bersabda,” Apabila kamu mau, kamu bisa menahan
pokoknya dan mendermakan hasilnya”, maka, Umar
mewakfkan tanah itu yang tidak untuk dijual atau diberikan,
melainkan hasilnya dibagikan kepada fakir miskin, kerabat,
para tamu dan musafir. Tidak berdosa bagi orang mengelolanya
untuk memakan darinya dengan cara yang biak, bukan untuk
menu,mpuk dan berlebihan. (HR. Bukhari)
b) Usman bin Affan juga pernah mewakafkan hartanya, ketika
menyambut seruan Rasulullah Saw untuk membeli sumur
rumah sebagaimana yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Nasai
dari Abu salamah BI Abdurrahman dan Ahnaf bi Qais. Dalam
sebaian riwayatnya Rasulullah bersabda, barang siapa yang
membeli sumur raumah, dan menimba bersama-sama kaum
muslimin di sumur itu dengan baik, maka ia akan mendapatkan
surga. (HR. Bukhari)
c) Dalam kitab al-Bidayah wa al-Nibayah (Ibn Katsir, 1994: 30),
Ibn Katsir menulis kisah Mukhairik, orang yang beragama
Yahudi yang telah menunaikan janjinya kepada Rasulullah
Saw. Ketika Madinah diserang pada masa peperangan Uhud.
Mukharik telah terbunuh bersama sebagian kaum Muslimin
yang mempertahankan kota madinah. Ketika itu akan
berangakat perang ia berkata, “Jika saya mati dalam
21
pertempuran, maka harta saya untuk Muhammad Saw untuk
dimanfaatkan sesuai perintah Allah SWT. Harta itu berupa
tujuh areal perkebunan dan telah diterima Rasulullah, lalu
hasilnya dibagiakan untuk kepentingan kaum Madinah
(Mubarok, 2013: 23).
4) Ijma’
Dari segi ijma’, Imam At-Tarmidzi mengatakan.
Diriwayatkan bahwa Syuraih mengingkarinya. Abu Hanifa
mengatakan bahwa wakaf itu tidak lazim. Namun dari Mazhab
Hanafi tidak menyetujui pendapat ini, kecuali Zulfa bin Al Hudail.
At Thahawi meriwayatkan dari Isa bin Aban bahwa Abu Yusuf
(sahabat utama Abu Hanifa) membolehkan jual beli wakaf
kemudian sampai kepadanya riwayat Ibn Umar, kemudian ia
mengatakan kalau sampai kepada Abu Hanifa riwayat tersebut,
pasti ia berpendapat tidak boleh menjual wakaf, lalu Abu Yusuf
menarik kembali pendapat bolehnya menjual wakaf (Ibn Hajar Al
Asqolani, 1379: 403)
5) Peraturan Pemerintah dan Undang-Undang
a) Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960.
b) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1997 tentang Tata Caa
Perwakafan Tanah Milik.
22
c) Peraturan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 1978 tentang
Perincian Terhadap Peratuan Pemerintah Nomor 28 Tahun
1977 tentang Tata Cara Perwakafan Tanah Milik.
d) Instruksi Bersama Mentri Agama Republik Indonesia dan
Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 4 Tahun 1990,
Nomor 24 Tahun 1990 tentang sertifikat Tanah Wakaf.
e) Badan Pertanahan Nasional Nomor 630.1-2782 Tentang
Pelaksanaan Penyertifikatan Tanah wakaf.
f) Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi
Hukum Islam.
g) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf.
h) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 tahun
2006 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41 Tahun
2004 tentang Wakaf (Elsa Kartika Sari, 2007: 57-58).
c. Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf Produktif
Pengelolaan dan pengembangan wakaf produktif ini tidak bisa
dipisahkan dari peranan para nadzir wakaf, karana produktif atau
tidaknya wakaf yang dikelola tergantung kepada seberapa ahli para
nadzir wakaf dalam mengelolaanya, walaupun para mujtahid tidak
memasukkan nadzir ini pada rukun wakaf tetapi para ulama telah
bersepakat menjadikan nadzir ini sebagai salah satu pokok penting
dalam pengelolaan dan pengembangan wakaf di Indonesia
(Departemen Agama RI, 2006: 103).
23
d. Pedoman Pengelolaan Wakaf Produktif
Dalam mengelola wakaf produktif di Indonesia yang pertama
kali adalah pembentukan suatu badan atau lembaga yang
mengkoordinir secara Nasional bernama Badan Wakaf Indonesia
(BWI) sesuai dengan Undang-Undang No 41 tahun 2004.
Badan Wakaf Indonesia (BWI) ini berfungsi untuk
mengembangkan wakaf secara produktif dengan cara membina para
nadzir secara Nasional sehingga dapat meningkatkan taraf hidup
masyarakat. Sesuai dengan pasal 47 ayat (2) mengatakan bahwa Badan
Wakaf Indonesia (BWI) bersifat independen, yang mana pemerintah
berperan sebagai fasilitator yang tugas utamanya adalah
memberdayakan wakaf melalui fungsi pembinaan, baik benda
bergerak maupun tidak bergerak di Indonesia sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat.
Karena tugas dari Badan Wakaf Indonesia (BWI) ini sangatlah
berat, maka anggota dari organisasi ini harus lah ramping dan solid,
yang terdiri dari para ahli dibidangnya, seperti ahli fikih, ahli dalam
bidang ekonomi syariah, ahli perbankan syariah dan para cendikiawan
muslim lainnya (Departemen Agama RI, 2006: 105).
e. Pedoman Pengembangan Wakaf Produktif
Untuk menjamin keberlansungan harta wakaf ini agar bisa terus
berkembang dan memberikan pelayanan yang baik sesuai dengan
24
fungsinya, diperlukan dana untuk pemeliharaan diatas biaya-biaya
yang telah dikeluarkan. Seperti penyediaan jasa maupun pada proyek
penghasilan pendapatan, sehingga hal ini membutuhkan pendanaan
atau biaya untuk pemeliharaannya.
Setelah melalui proses investasi hasilnya yang diharapkan
adalah untuk menutup semua biaya investasi dan pemeliharannya.
Hitungan inilah yang menjadi studi kelayakan ekonomi suatu proyek
wakaf. Dengan perkembangan fikih dalam hal transaksi keuangan pada
era sekarang ini, memudahkan penemuan modal untuk pembiayaan
pengelolaan harta wakaf produktif.
Model pembiayaan secara Islami ini haruslah dipertahankan
untuk meningkatkan kualitas hidup umat. Buku fikih klasik
menjelaskan lima cara pembiayaan proyek wakaf produktif secara
tradisional seperti: Pembiayaan wakaf dengan menciptakan wakaf baru
untuk mengembangkan harta wakaf yang lama, pinjaman untuk
pembiayaan kebutuhan operasional harta wakaf, penukaran pengganti
harta wakaf, model pembiayaan sewa berjangka panjang dengan
pembayaran di muka yang besar (hukr), model pembiayaan sewa
dengan dua kali pembayaran (ijarataini).
Dari kelima model pembiayaan ini empat dari model
pembiayaan hanya membiayaan operasional dan mengembalikan
produktifitas semua harta wakaf (Departemen Agama RI, 2006: 112-
25
118). Seiring perkembangan fikih untuk transaksi keuangan dalam dua
puluh tahun trakhir ini sejalan dengan tumbuhnya lembaga keuangan
Islami, maka memudahkan nadzir dalam menemukan model-model
pembiayaan untuk pengelolaan wakaf produktif diantaranya adalah :
1) Model Pembiayaan Murabahah
Dalam pembiayaannya nadzir dapat melakukan akad
murabahah dengan bank atau lembaga keuangan untuk pembelian
bahan material seperti traktor, cangkul, bibit, pupuk dan barang-
barang yang dibutuhkan. Untuk pembayaran atas pembelian
barang-barang akan dibayar kepada bank atau lembaga keuangan
dengan cara dicicil dari hasil pengembangan wakaf.
2) Model Pembiayaan Istisna
Dalam model pembiayaan ini nadzir wakaf memesan
barang yang dibutuhkan untuk pengembangan wakaf kepada bank
atau lembaga keuangan, lalu bank atau lembaga keuangan
membuat kontrak dengan kontraktor untuk memenuhi pesanan
pengelola harta wakaf melalui bank atau lembaga keuangan,
sedangkan untuk pembayaran bisa di bayar di awal, di cicil dan di
akhir.
3) Model Ijarah.
26
Model pembiayaan ini merupakan penerapan ijarah dimana
pengelola harta wakaf tetap memegang kendali penuh atas
manajemen proyek. Dalam pelaksanaannya, pengelola harta wakaf
memberikan ijin yang berlaku untuk beberapa tahun saja kepada
penyedia dana untuk mendirikan sebuah gedung di atas tanah
wakaf. Lalu nadzir menyewa bangunan tersebut yang pada saat itu
milik penyedia dana untuk keberlansunagan pengelolaan wakaf dan
nadzir membayar sewa kepada penyedia dana untuk pendirian
bangunan tersebut secara berkala.
4) Model Mudharabah
Pada model pembiayaan mudharabah modal diberikan
kepada orang yang berniaga dan pemilik modal mendapatkan
persentase dari hasil keuntungan yang di dapat sesuai kesepakatan.
Sedangkan keti usaha yang di jalankan rugi tidak disebabkan oleh
kelalain pengelolaa maka semuanya menjadi tanggung jawab
pemilik modal, tetapi jika kerugian disebabkan karna kelalain
pengelolaa maka semuanya akan menjadi tanggung jawab
pengelola sepenuhnya.
5) Model pembiayaan musaqqat dan muzaraahh
Model pembiayaan musaqat di jadikan model pembiayaan
untuk lahan seperti sawah, perkebuanan maupun ladang. Dalam
model pembiayaan musaqat ini kerjasama yang di lakukan adalah
27
pada perawatan tanaman, seperti penyiangan, pengairan hingga
panen dengan peralatan yang dimiliki. Pihak yang menjadi patner
kerjasama ini akan mendapatkan persentase dari hasil panen
tersebut.
Model pembiayaan muzaraah adalah kerjasama antara
pemilik modal dan petani. Dalam hal ini pemilik lahan
memberikan lahan untuk dikelola oleh petani sedangkan hasil dari
lahan tersebut akan di bagi sesuai kesepakatan, pada model
pembiayaan muzaraah ini benih yang bakal di tanam di berikan
oleh pemilik lahan. Sedangkan pada model mukhabaroh benih
berasal dari pengelolaa lahan pertanian (Departemen Agama RI,
2006: 119-124).
f. Strategi Pengembangan Wakaf produktif
Sebagaimana yang kita ketahui wakaf telah memiliki peranan
penting dalam peningkatan perekonomian Indonesia, maka alangkah
baiknya kita mengkaji, menganalisis, dan mengembangkan strategi
pengelolaan dalam rangka pengembangan wakaf di Indonesia.
Khususnya tanah-tanah wakaf yang strategis, karana masih banyak
tanah-tanah wakaf yang ada di Indonesia belum menjadi wakaf
produktif. Oleh karena itu dalam pengelolaan wakaf ini kita bisa
menerapkan sistim pengelolaan wakaf yang ada di Negara-Negara
muslim lainnya seperti Mesir, Yordania dan Banglades, karna dengan
28
tanah-tanah wakaf yang bersifat wakaf produktif ini bisa meningkatkan
perekonomian umat. Di Indonesia masih sedikit para wakif yang
mewakafkan tanahnya dalam bentuk wakaf produktif, karna para wakif
hanya mewakafkan tanahnya tetapi tidak memikirkan bagaimana
pendanaan dari wakaf tersebut, jika ini terjadi maka kita harus
berusaha untuk memenuhi pendanaan itu (Direktorat BIMAS dan
Penyelenggara Haji, 2003: 87-88).
Oleh karena itu, diperlukan strategi rill agar tanah-tanah wakaf
yang begitu banyak dapat segera diberdayakan untuk kepentingan
kesejahteraan umat, dalam hal ini strategi rill yang harus dilakukan
adalah dengan kemitraan. Lembaga-lembaga nadzir haruslah menjalin
kemitraan usaha dengan pihak-pihak lain yang mempunyai modal dan
ketertarikan usaha sesuai dengan posisi tanah yang ada. Dalam sistem
kerjasama yang dilakukan dengan pihak ketiga haruslah menggunakan
sistem syariah seperti mudharobah maupun musyarakah.
Pihak ketiga disini adalah :
1) Lembaga investasi usaha yang berbentuk badan usaha non lembaga
jasa keuangan. Lembaga ini berasal dari lembaga lain diluar wakaf
atau lembaga wakaf lain yang tertarik atas kerjasama tersebut.
2) Investasi perseorangan yang memiliki modal cukup. Modal yang
ditanamkan berbentuk saham kepemilikan sesuai dengan kadar
nilai yang ada.
29
3) Lembaga perbankan syariah atau keuangan syariah lainnya sebagai
pihak yang memiliki dana pinjaman. Dana pinjaman yang akan
diberikan kepada pihak nadzir wakaf berbentuk kartu kredit
dengan sistem bagi hasil melalui study kelayakan oleh pihak bank
(Departemen Agama RI, 2006: 121-122).
Selain itu semua untuk mengimplementasikan wakaf produktif
maka diperlukan juga stratergi-strategi yang dapat mengembangkan
seperti :
1) Sosialisasi Peraturan per Undang-Undang dan paradigma baru
wakaf dalam rangka memasyarakatkan Peraturan Perundang-
Undang Tentang wakaf dan Paradigm baru Wakaf di Indonesia
2) Sertivikasi, inventarisasi, dan advokasi harta benda wakaf untuk
menjalankan amanat Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004
tentang Wakaf terkait dengan pengamanan harta benda wakaf di
Indonesia.
3) Peningkatan kualitas nadzir dan lembaga wakaf karena nadzir
adalah ujung tombak pengelolaan dan pengembangan wakaf.
Nadzir haruslah di berikan motivasi dan pembinaan untuk
pengelolaan wakaf produktif secara professional (Dewi Sri Indriati,
2017: 137).
2. Manajemen
a. Pengertian Manajemen
30
Prinsip-prinsip manajemen dalam Islam merupakan prinsip
yang universal dan berlaku bagi semua golongan masyarakat di dunia.
Dalam Islam prinsip manajemen digali berdasarkan al-Quran dan
Hadist. Dalam perwakafan, pengelola wakaf atau nadzir sangat
membutuhkan manajemen dalam melakukan tugasnya. Manajemen
digunakan untuk mengatur kegiatan pengelolaan wakaf, menghimpun
wakaf uang dan menjaga hubungan baik nadzir, wakif dan masyarakat.
Karena begitu banyak tanah-tanah wakaf yang ada di Indonesia tidak
terkelola dengan baik yang mengakibatkan penurunan harga tanah
wakaf tersebut.
Manajemen berasal dari bahasa Inggris Management dengan
kata kerja to manage yang artinya mengendalikan atau mengelola.
Menurut Peter F. Drucker, manajemen adalah seni atau proses dalam
menyelesaikan sesuatu terkait dengan pencapain tujuan agar tujuan
dari organisasi dapat dicapai secara efisien dan efektif. Pada dasarnya
dalam islam maupun ilmu ekonomi lainnya manajemen memiliki
makna yang sama yaitu sebagai ilmu dan seni kepemimpinan. Menurut
Ahmad al-Shahab mengemukakan manajemen merupakan sebuah
proses yang dilakukan dengan mengarahkan semua sumber daya untuk
mewujudkan tujuan yang sudah ditetapkan (Rozalinda, 2015: 72)
Dalam wakaf, manajemen diperlukan sebagai upaya agar
kegiatan pengelolaan wakaf dapat berjalan secara efektif dan efisien.
Jadi, manajemen wakaf merupakan proses membuat perencanaan,
31
pengeorganisasian, kepemimpinan, dan pengawasan berbagai usaha
dari nadzir, kemudian menggunakan semua sumber daya organisasi
untuk mencapai tuajan tertentu (Rozalinda, 2015: 74).
b. Fungsi Manajemen Dalam Pengelolaan Wakaf
1) Perencanaa (Planning)
Perencanaan merupakan keputusan utama tentang apa yang
akan dilakukan, Ahmad Ibrahim Abu Sinn mengatakan
perencanaan strategis sebagai proses penentuan tujuan organisasi,
penentuan kebijakan, dan program yang diperlukan untuk
mencapai sasaran tertentu dalam rangka mencapai tujuan.
Perencanaan merupakan fungsi manajemen yang penting dan ini
peran penting setiap manajer.
Dari pendapat para ahli, ada tiga hal mendasar dalam
perencanan wakaf :
a. Dari posisi proses , perencanaan merupakan proses dasar yang
digunakan untuk pengelolaan wakaf untuk menetapkan sumber
daya yang dibutuhkan dan menetapkan standar keberhasilan.
b. Dari sisi fungsi manajemen, perencanaan akan mempengaruhi
dan memberikan wewenang pada nadzir untuk menentukan
rencana kegiatan.
32
c. Dari sisi pengambilan keputusan, perencanaan merupakan
pengambilan keputusan dalam waktu jangka panjang mengenai
apa yang akan dilakukan nadzir.
Perencanaan berisi rumusan tindakan-tindakan yang
penting untuk mencapai hasil yang diinginkan sesuai dengan
maksud dan tujuan yang ditetapkan. Jadi seorang manajer wakaf
haruslah memikirkan terlebih dahulu sasaran dan tindakan
berdasarkan metode, rencana, logika. Karena perencanaan akan
menentukan tercapai atau tidaknya tujuan suatu organisasi dan
perencaan merupakan proses berkesinambungan yang
mencerminkan dan menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi
di lingkungan sekitar organisasi (Rozalinda, 2105: 75-76).
2) Pengorganisasian (Organizing)
Pengeorganisasian adalah proses mengatur dan
mengalokasikan pekerjaan, wewenang, dan sumber daya di antara
anggota organisasi sehingga mereka dapat mencapai tujuan dari
organisasi. Menurut Ahmad Ibrahim Abu Sinn mengatakan,
pengorganisasian pada hakikatnya mengandung pengertian sebagai
proses penetapan struktur peran melalui penentuan aktivitas-
aktivitas yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi,
pengelompokan aktivitas-aktivitas, penugasan kelompok-kelompok
33
kepada manajer, pendelegasian wewenang dan informasi, baik
horizontal maupun vertikal.
Dengan adanya pengorganisasian, memungkinkan untuk
mengatur sumber daya insani nadzir wakaf, guna untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan dengan segala potensi secara efisien
dan efektif. Dalam proses pengorganisasian wakaf, manajer wakaf
atau nadzir mengalokasikan sumber daya organisasi sesuai dengan
rencana yang telah dibuat berdasarkan kerangka kerja organisasi
(Rozalinda, 2015: 77).
3) Kepemimpinan (Leading)
Kepemimpinan adalah melakukan interaksi dengan
manusia hari demi hari, membantu mengarahkan, dan memberikan
inspirasi pada mereka untuk mencapai tujuan tim dan organisasi.
Tiga unsur penting dari pengertian kepemimpinan adalah pertama,
kepemimpinan melibatkan orang lain, karyawan, atau anggota.
Kedua, kepemimpinan berkaitan erat dengan pencapain tujuan
organisasi. Ketiga, kepemimpinan adalah kemampuan
menggunakan berbagai bentuk kekuasaan untuk mempengaruhi
tingkah laku anggota dengan berbagai cara.
Seorang pemimpin memiliki peran yang krusial dalam
menentukan maju mundurnya sebuah perusahaan. Untuk itu, ketua
nadzir , baik nadzir perorangan, organisasi maupun yayasan harus
34
memiliki kemampuan mengarahkan dan memimpin anggota atau
bawahannya untuk maju dalam rangka meraih tujuan bersama.
Seorang pemimpin harus memiliki beberapa kompetensi yang
mencerminkan pilar-pilar sebuah kepemimpinan. Kompetensi ini
berhubungan dengan wawasan pemimpin untuk mengetahui
kondisi lingkungan dimana harta wakaf itu berada (Rozalinda,
2105: 81).
Kompetensi yang harus dimiliki seorang pemimpin :
a. Kemampuan Strategis
Kemampuan strategis adalah kemampuan untuk
membuat perancanaan strategis, kebijakan, atau program-
program yang harus dijalankan untuk mewujudkan tujuan
wakaf. Untuk mendukung kemampuan strategis ini, maka
manajer harus memiliki kemampuan. Pertama, kemampuan
konseptual, keahlian berfikir secara abstrak, sistematis,
termasuk dalam menganalisis dan mendiagnosis masalah.
Kedua, keahlian dalam mengambil keputusan, keahlian dalam
mengidentifikasi dan menawarkan alternatif penyelesain
masalah. Ketiga, keahlian dalam mengelola waktu,
memanfaatkan waktu secara efektif dan efisien.
b. Kemampuan Interpersonal
35
Kemampuan interpersonal diartikan sebagai
kemampuan pemimpin untuk membina hubungan baik,
berkomunikasi, berinteraksi, dengan para bawahan dan seluruh
elemen masyarakat. Kemampuan interpersonal pemimpin bisa
di aplikasikan dalam perilaku dan kepemimpinan dihadapan
para bawahan, dan kemampuan berinteraksi dengan
masyarakat.
c. Kemampuan Teknis
Kemampuan teknis diartikan sebagai pengetahuan dan
kemampuan khusus yang dimiliki seorang pemimpin untuk
menjalankan tugas dan tanggung jawab dengan sebaik mungkin
atau kemampuan menggunakan peralatan tertentu guna
memperlancar pekerjaan (Rozalinda, 2015 :83).
4) Pengawasan (Controling)
Pengawasan merupakan proses yang dilakukan untuk
memastikan seluruh rangkain kegiatan yang telah
direncanakan, diorganisasikan, dan diimplementasikan agar
bisa berjalan sesuai dengan target yang diharapkan sekalipun
terjadi berbagai perubahan. Pengawasan merupakan fungsi
derivasi yang bertujuan untuk memastikan, bahwa aktivitas
manajemen berjalan sesuai dengan tujuan yang direncanakan
dan menyingkap kesalahan, penyelewengan, serta memberi
36
tindakan korektif. Dalam prinsip Islam pengawasan tidak hanya
dikenal dengan pengawasan yang bersifat eksternal semata,
tetapi juga internal. Internal muncul dari sikap amanah dan adil
dalam setiap pekerjaan (Rozalinda, 2015: 84).
c. Pola Pengelolaan Wakaf
1) Mekanisme Kerja
a. Perorangan
Nadzir perorangan adalah nadzir yang dalam
pengelolaan dan pengembangan wakafnya terdiri dari 3 orang
atau lebih. Dalam hal ini mekanisme kerjanya harus jelas.
Untuk hal itu haruslah di bentuk badan pengurus yang
menepati jabatan sebagai ketua, sekretaris, bendahara dan
sebagainya. Dalam hal ini haruslah dibangun hubungan secara
internal yaitu hubungan baik atar sesama nadzir atau pengurus
serta secara eksternal dengan pemerintahan dan masyarakat.
b. Nadzir Berbadan Hukum
Pembagaian kerja dan kerangka jabatan pada nadzir
berbadan hukum ini sama halnya dengan nadzir perorangan.
Bedanya dengan nadzir perorangan adalah dalam hal
pengambilang keputusan yang mana dalam pengambilan
keputusan, nadzir berbadan hukum harus mempertimbangakan
segala keputusan sesuai dengan organisasi induk. Hubungan
37
eksternalnya tidak ahanya dengan pemerintah tetapi juga
dengan oraganisasi diatasnya.
2) Pola Koordinasi
a. Nadzir Perorangan
Nadzir peroranga dalam pembentukan kepengurusan
ditunjuk lansung oleh Kantor Urusan Agama (KUA)
Kecamatan setempat atas saran dari Mejlis Ulama Kecamatan.
Dalam hal ini perlu adanya hubungan yang baik untuk
pengelolaan dan pengembangan wakaf serta jika terjadinya
masalah dengan KUA setempat.
b. Nadzir Berbadan Hukum
Dalam hal ini pola koordinasi nadzir berbadan hukum
sama dengan nadzir perorangan. Tetapi ditambah dengan
koordinasi kepada organisai induknya. Selain dengan
organisasi induknya, nadzir berbadan hukum harus tetap
melakukan koordinasi dengan pemerintahan.
c. Hubungan kerja antara dua macam nadzir ini adalah bersifat
horizontal, yang mana antara nadzir perorangan dan nadzir
berbadan hukum bisa melakukan kerja sama atau konsultasi
tanpa meliahat bentuk nadzir yang mereka miliki. Karna tujuan
dari kedua bentuk nadzir tersebut adalah sama-sama untuk
mengelola dan mengambangakan harta benda wakaf yang ada.
38
3) Aspek Sumber Daya Manusia
Sebuah lembaga atau organisasi akan mencapai tujauan
yang telah ditetapkan jika sumber daya manusia yang ada
didalamnya memadai. Dalam hal ini pengelolaan dan
pengembangan wakaf yang paling memiliki peranan penting adalah
para nadzir wakaf. Jadi untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, nadzir wakaf haruslah memiliki keterampilan,
kreatifitas serta rasa kepedulian terhadap pemanfaatan wakaf
tersebut. Oleh karena itu nadzir wakaf haruslah memiliki aspek-
aspek berikut :
a. Aspek pengetahuan, nadzir harus mengerti tentang :
1. Kewajiban, hak serta fungsi nadzir
2. Tata cara pengelolaan wakaf
3. Tata cara membina dan membimbing pemanfaatan wakaf
b. Aspek keterampilan, dalam hal ini nadzir diharapkan memiliki
keterampilan dalam :
1. Melakukan pelayanan administrasi wakaf
2. Pembukuan keuangan wakaf
3. Mengatur kebersiahan dan ketertiban sarana wakaf
4. Mengumpulakan dana untuk pengembangan wakaf
5. Melakukan pencatan serta dokumentasi wakaf
6. Mampu melakukan advokasi serta sosialisasi fatwa DSN
MUI tentang wakaf
39
7. Memberdayakan wakaf secara efektif
c. Aspek Perilaku, ini merupakan salah satu aspek yang sangat
penting dimiliki nadzir wakaf
1. Peduli terhadap kepentingan dan kemajuan wakaf
2. Aktif dengan masyarakat untuk pemanfaatan hasil wakaf
dalam pengembangan ekonomi umat
3. Meningkatkan produktifitas serta membangun kerja sama
dengan pihak swasta dan lain sebagainya
4. Tanggap terhadap masalah dan kesulitan dalam mengelola
wakaf (Hasan Asy’ari, 2016: 63-65)
d. Hambatan dan Tantangan Pengelolaan Wakaf Secara Umum di
Indonesia
1) Pemahaman masyarakat Indonesia terhadap perwakafan masih
sangat lugu karena sikap jujur yang tinggi dan saling percaya satu
dengan yang lain di masa-masa awal. Hal ini yang sering
menimbulkan persengketaan karena tidak adanya bukti-bukti yang
mampu menunjukkan bahwa benda-benda wakaf tersebut telah
diwakafkan. Hal ini disebabkan oleh :
a. Ikrar wakaf
Masih banyak dari wakif yang mengikrarkan wakaf secara lisan
tanpa tulisan, hal ini berlandasan atas saling kepercayaan.
b. Harta benda wakaf yang diwakafkan
40
Pemikiran masyarakat Indonesia adalah harta benda yang bisa
diwakafkan hanyalah berupa benda tidak bergerak seperti
tanah, kebun, panti asuhan, sekolah, masjid dan lain
sebagainya.
c. Kedudukan harta setelah diwakafkan
Sebagian besar umat Islam berpendapat bahwa wakaf itu
adalah sesuatu yang mengikat, wakif tidak bisa menarik
kembali dan membelanjakannya yang dapat mengakibatkan
perpindahan hak milik, dan juga tidak mengikrarkan bahwa
benda wakaf itu menjadi hak milik orang lain, juga tidak dapat
menjual, menggadaikan, menghibahkan serta mewariskan.
d. Boleh tidaknya tukar menukar harta wakaf
Dalam masalah ini, sebagian besar wakif dari umat Islam
Indonesia berpegang pada pandangan konservatifnya Asy-
Syafi’i yang mengatakan bahwa harta wakaf tidak boleh
ditukar dengan alasan apapun (Departemen Agama RI, 2006:
60-64).
2) Banyaknya tanah wakaf yang tidak strategis dan pro-kontra
mengenai pengalihan wakaf untuk tujuan produktif.
Menurut data departemen Agama dari seluruh tanah wakaf
yang diwakafkan, tidak seluruhnya yang berlokasi strategis,
sehingga tanah ini tidak memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
Dengan minimnya pendanaan untuk pengelolaan tanah wakaf ini,
41
mengakibatkan tanah tersebut tidak menghasilkan output.
Permasalahan seperti ini bisa saja diatasi dengan cara menjual
tanah tersebut dan hasil penjualannya di belikan untuk tanah yang
beralokasi strategis, sehingga tanah yang di beli dari hasil
penjualan bisa di produktifkan. Akan tetapi kebanyakan
pemahaman para wakif tetap pada awal yaitu tanah wakaf ini
bersifat abadi dan kepemilikannya dikembalikan kepada Allah.
Padahal dengan mengalihkan tanah yang tidak strategis ke tanah
yang strategis bisa menghasilkan output (Rozalinda, 2015: 70).
3) Banyaknya tanah yang belum bersertifikat
Hingga pada saat ini sangat banyak tanah-tanah wakaf yang
belum memiliki sertifikat, karena banyak dari tanah wakaf yang
tidak memiliki bukti perwakafan, seperti surat-surat yang
memberikan keterangan bahwa tanah tersebut telah diwakafkan.
Tanah wakaf yang tidak memiliki bukti ini karena masih banyak
dari wakif yang menjalankan tradisi lisan dengan kepercayaan
yang tinggi jika akan mewakafkan tanahnya kepada nadzir
perorangan maupun lembaga (Rozalinda, 2015: 75).
4) Nadzir wakaf masih tradisional- konsumtif
Rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) nadzir
wakaf, karena banyak dari para wakif menyerahkan harta wakafnya
berdasarkan kepercayaan kepada guru, ustadz, kiai dan sebagainya,
42
sedangkan mereka tidak mempertimbangkan kualitas
manajerialnya, yang mengakibatkan benda-benda wakaf tidak
terurus. Selain itu banyak dari para nadzir yang tidak memiliki
kemauan yang kuat dalam membangun semangat pemberdayaan
wakaf untuk kesejahteraan umat. Bahkan ada dari beberapa nadzir
wakaf yang mengambil keuntungan secara sepihak dan menyalah
gunakan peruntutan benda wakaf. Padahal nadzir wakaf ini adalah
yang paling berperan untuk pengembangan wakaf produktif
sehingga bisa di bermanfaat bagi orang banyak (Rozalinda, 2015:
77).
5) Kurangnya sosialisasi lebih luas terhadap paradigma baru tentang
pengembangan wakaf produktif. Sosialisasi masih dengan
memasukkan wakaf sebagai instrument pengembangan ekonomi
umat menjadi aspek penting bagi gagasan wakaf produktif. Dengan
minimnya pengetahuan masyarakat bahwa wakaf produktif adalah
salah satu cara untuk memecahkan masalah perekonomian harus di
tuntaskan.
6) Minimnya para inisiator (promotor) dari umat Islam yang
membuka akses kepada investor dari Timur Tengah yang memiliki
dana melimpah. Banyaknya kekayaan wakaf yang di miliki oleh
umat Islam Indonesia seharusnya menjadi daya tarik untuk
pengembangan secara lebih produktif dengan melibatkan para
43
investor asing yang perhatian terhadap pengembangan wakaf
(Dewi Sri Indriati, 2017: 145).
e. Pengelolaan Wakaf Produktif untuk Pemberdayaan Ekonomi
Umat
Wakaf produktif adalah wakaf yang barang pokoknya di
produktifkan untuk menghasilkan surplus untuk pembiayaan
pengelolaannya serta surplus inilah yang digunakan untuk
kemashlahatan umat. Tetapi pada saat ini masih banyak dari tanah-
tanah wakaf yang belum di produktifkan. Wakaf produktif merupakan
salah satu ekonomi umat sehingga dengan terlaksananya wakaf
produktif ini bisa dijadikan sebagai alternatif pengembangan, pelatihan
serta pendanaan bagi umat dalam rangka menuju kemandirian financial
sehingga terciptanya kemandirian ekonomi umat.
Untuk hal ini ada beberapa cara pemberdayaan wakaf demi
kepentingan ekonomi umat :
1) Pemberian hasil harta wakaf kepada pihak tertentu tidak berupa hal
yang bersifat akan habis, akan tetapi wakaf yang diberikan kiranya
bermanfaat sebagai kepentingan umum, adapun yang di berikan
berupa wakaf rumah, toko atau daerah yang produksinya masih
kecil, maka berikan wakaf yang bisa meningkatkan produksi
mereka.
44
2) Lembaga wakaf seharusnya tidak hanya menerima wakaf berupa
tanah tetapi menerima benda-benda wakaf seperti wakaf tunai,
surat-surat berharga, wakaf saham dan lain sebagainya (Dewi sri
Indriati, 2017: 145).
3. Nadzir
a. Pengertian Nadzir
Secara bahasa nadzir berasal dari bahasa Arab Nadzira-
yandzaru yang artinya mengurus atau menjaga (Taufiq Hamami,
2003: 97). Sedangkan dalam terminologi fikih, nadzir adalah orang
yang diberi kewajiban dan kekuasaan untuk mengelola dan mengurus
harta benda wakaf (Ibnu Syihab al-Ramli, 1996: 610). Menurut istilah
nadzir juga dikatakan sebagai lembaga yang di amanahkan untuk
mengelola dan mengurusi haarta benda wakaf sesuai dengan tujuan
dari wakaf itu sendiri (M. Daud, 1998: 91). Berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 28 tahun 1997 butir keempat menjelaskan bahwa
nadzir merupakan badan hukum atau kelompok yang diberikan tugas
untuk pengurusan dan pemeliharaan harta benda wakaf.
b. Syarat-Syarat Nadzir
Dalam pengelolaan dan pengembangan wakaf tidak bisa
dipisahkan dari peranan para nadzir, walapun dalam Al-Quran dan
Hadist tidak ada yang menjelaskan tentang nadzir secara terperinci.
Akan tetapi para ulama telah sepakat menjadikan nadzir menjadi salah
45
satu pokok penting dalam pengelolaan dan pengembangan wakaf. Oleh
karena itu untuk menjadi seorang nadzir haruslah memenuhi kriteria
atau syarat-syarat tertentu :
1. Memiliki keahlian dalam melaksanakan perbuatan hukum Mukallaf
agar bisa mengelola wakaf dengan baik.
2. Memiliki kreatifitas yang tinggi (Ahmad Rofiq M.A, 1998: 499).
Menurut Kompilasi Hukum Islam pasal 219 menjelaskan syarat-
syarat nadzir sebagai berikut :
1. Nadzir perorangan sebagaimana tercantum dalam pasal 215 ayat
(4) harus memenuhi syarat :
a. Warga Negara Indonesia (WNI)
b. Beragama Islam
c. Sudah dewasa
d. Sehat jasmani dan rohani
e. Tidak berada dibawah pengampunan
f. Berdomisili di kecaman tempat harta benda yang diwakafkan
2. Jika Nadzir yang berbentuk badan hukum harus memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut :
a. Badan hukum Indonesia dan bertempatan di Indonesia
b. Adanya perwakilan di Kecamatan tempat letak harta wakaf
c. Badan hukum yang bertujuan untuk kepentingan peribadatan
atau yang lainya sesuai dengan ajaran agama Islam
46
d. Seluruh pengurus harus memenuhi syarat-syarat sebagai
seorang nadzir
3. Nadzir dalam ayat (1) dan (2) adalah nadzir yang telah terdaftar di
Kantor Urusan Agama Kecamatan setempat setelah mendapatkan
pengesahan dari Majlis Ulama Kecamatan dan Camat.
4. Sebelum melaksanakan tugasnya, nadzir harus mengucapkan
sumpah di Kantor Urusan Agama Kecamatan yang disaksikan
sekurang-kurangnya 2 orang
5. Satu unit perwakafan hanya diperbolehkan sekurang-kurangnya 3
oranga dan sebanyak-banyaknya 10 orang yang di angkat oleh
kepala Kantor Urusan Agama atas saran Majlis Ulama Kecamatan
dan camat setempat berdasarkan pasal 25 ayat (5).
Dalam buku paradigm baru wakaf di Indonesia yang
diterbitkan Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Departemen
Agama RI membagi syarat nadzir menjadi tiga bagian yaitu :
1. Syarat moral
a. Memahami tentang hukum wakaf dan ZIS, dbaik dilihat dari
syari’ah maupun Peraturan Perundang-Undangan RI
b. Dapat dipercaya dalam proses pengelolaan wakaf
c. Konsisten menyangkut perkembangan usaha
d. Sungguh-sungguh dan suka tantangan
e. Cerdas, baik emosional maupun intelektual
2. Syarat menejemen
47
a. Memiliki kapabilitas dan kapasitas yang baik dalam leadership
b. Visioner
c. Memiliki kecerdasansecara intelektual, sosial dan
pemberdayaan
d. Professional
e. Memiliki perencanaan atau program kerja yang jelas
3. Syarat bisnis
a. Mempunyai pengalaman
b. Mempunyai keinginan
c. Mempunyai feeling dalam melihat peluang usaha
Dari syarat-syarat diatas dapat diketahui bahwa seorang nadzir
merupakan ujung tombak atau bagian utama dalam penjagaa,
pengelolaan dan pengembangan wakaf agar bisa di manfaatkan bagi
para penerimanya (Departemen Agama RI, 2007)
c. Macam-Macam Nadzir
1) Perorangan
Nadzir perorangan adalah nadzir yang dalam pengelolaan
dan pengembangan wakafnya terdiri dari 3 orang atau lebih. Dalam
hal ini mekanisme kerjanya harus jelas. Untuk hal itu haruslah di
bentuk badan pengurus yang menepati jabatan sebagai ketua,
sekretaris, bendahara dan sebagainya. Dalam hal ini haruslah
dibangun hubungan secara internal yaitu hubungan baik sesama
48
nadzir atau pengurus serta secara eksternal dengan pemerintahan
dan masyarakat.
2) Nadzir Berbadan Hukum
Pembagaian kerja dan kerangka jabatan pada nadzir
berbadan hukum ini sama halnya dengan nadzir perorangan.
Bedanya dengan nadzir perorangan adalah dalam hal
pengambilang keputusan yang mana dalam pengambilan
keputusan, nadzir berbadan hukum harus mempertimbangakan
segala keputusan sesuai dengan organisasi induk. Hubungan
eksternalnya tidak ahanya dengan pemerintah tetapi juga dengan
oraganisasi diatasnya.
d. Kewajiban dan Hak Nazdir
Dalam pengelolaan wakaf, seorang nadzir memiliki kewajiban
untuk menjaga kondisi harta benda wakaf agar tetap terjaga dan
dipertahankan. Dalam kitab Fathul Wahab menjelaskan bahwa yang
bertanggung jawab dalam pengelolaan, pengembangan,
mengumpulkan serta mendistribusi kepada orang-orang yang berhak
menerimanya (Abi Yahya Zakariyah Al-Anshori, t.th: 209). Dalam
mengelola dan mengembangakan harta wakaf agar tetap kekal dan
bermanfaat, nadzir bisa mempekerjakan beberapa orang untuk
membantu dalam menjalankan urusan-urusan yang berkaitan dengan
kewajiban nadzir (Ibnoe Wahyudi M, 2005: 119).
49
Dalam mengurus dan mengawasi harta wakaf, nadzir memiliki
kewajiban untuk :
1. Menjaga salinan lembar Akta Ikrar Wakaf. Hal ini sangatlah
penting dilakukan karna lembar Akta Ikrar Wakaf merupakan bukti
nyata pemindahan hak kepemilikan harta wakaf dari wakif, serta
untuk mencegah terjadinya persengketaan terhadap harta wakaf
tersebut.
2. Menjaga, mengurus serta memanfaatkan harta wakaf dan berusaha
untuk terus meningkatkan produktifitas hasil wakaf.
3. Memanfaatkan hasil wakaf sesuai denga ikrarnya (Taufiq Humami,
2003: 107-108)
Selain kewajiban diatas, para nadzir juga mempunyai
kewajiban sebagai berikut :
1. Mengurus serta mengawasi harta benda wakaf yang terdiri dari:
a. Menyimpan lembar kedua Salinan Ikrar Wakaf
b. Memelihara tanah wakaf
c. Memanfaatkan tanah wakaf
d. Berusaha meningkatkan hasil wakaf
e. Membuat pembukuan dan administrasi yang meliputi :
1) Catatan tentang keadaan tanah wakaf
2) Catatan pengelolaan dan hasil tanah wakaf
50
3) Catatan tentang pemanfaatan hasil tanah wakaf (Abdurrahman,
1991: 34)
2. Melaporkan kepada Kantor Urusan Agama Kecamatan tentang:
a. Hasil pencatatan tanah milik oleh Pejabat Agraria
b. Perubahan status tanah milik yang telah diwakafkaan
c. Pelaksanaan kewajiban mengurus dan mengawasi harta benda
wakaf serta melaporkan hasilnya setiap setahun sekali
3. Melaporkan anggota nadzir yang berhenti dari jabatannya
4. Mengusulkan kepada Kantor Urusan Agama untuk bakal calon
pengganti anggota yang berhenti (Mohammad Daud Ali, 1988:
114).
Dalam pengelolaan dan pengembangan wakaf produktif, para
nadzir berhak mendapatkan upah yang layak demi keberlansungan
hidupnya (Abdul Gofar, 2002: 77). Sedangkan menurut para fuqoha
nadzir berhak mendapatkan upah yang layak terhitung dari awal nadzir
mulai mengurus, mengelolaa, mengembangkan serta mencakup dalam
pengumpulan dan pendistribusian hasil wakaf sebagai balasan dari
perkerjaan para nadzir beserta rekan-rekanya (Muhammad Abid
Abdullah Al-Kabisi, 2004: 500).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 28 Tahun 1997
dijelaskan bahwa fasilitas serta besarnya penghasilan yang diterima
nadzir ditentukan oleh Mentri Agama. Sedangkan dalam Undang-
Undang nomor 41 tahun 2004 pasal 12 dijelaskan bahwa nadzir wakaf
51
menerima imbalan dari hasil bersih pengelolaan harta wakaf tidak
lebih dari 10% (Elimartati, 2010: 107-108). Selain itu, dalam
melaksanakan tugasnya nadzir juga mendapatkan pembinaan dari
menteri dan Badan Wakaf Indonesia (BWI), serta harus terdaftar pada
Menteri dan juga Badan Wakaf Indonesia (BWI).
B. Penelitian Terdahulu
Dari penelusuran yang penulis lakukan, maka ada beberapa
kajian ilmiah yang berkaitan dengan pembahasan tentang “Pengelolaan
dan Pengembangan Wakaf Produktif di Pondok Pesantren Modern
Diniyyah Pasia “ diantaranya :
Manajemen Wakaf Produktif oleh Rozalinda.yang diterbitkan
pada tahun 2015. Buku ini menjelaskan tentang panduan pengelolaan
harta wakaf produktif dan juga perkembangan pengelolaan wakaf di
dunia internasional sampai dengan pengelolaan wakaf produktif di
Indonesia.
Badru Rohmat, Strategi Pengelolaan Wakaf uang secara
Produktif pada Baitul Mal Muamalat (Badru Rohmat, 2010). Hasil
penelitianya adalah apabila harta wakaf berupa wakaf uang tunai maka
harta wakaf tersebut dikelola oleh nazhir yang terdiri dari dua pihak,
yaitu manajer pendayagunaan wakaf, manajer dalam hal ini adalah
Baitul Mal Muamalat (BMM) dan Pelaksana Administrasi Dana
Wakaf yaitu PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Keduanya
52
menyelenggarakan kerjasam pengelolaan dana wakaf secara bersama-
sama bertanggung jawab atas penerimaan dan pengelolaan dana wakaf
serta melaporkannya kepada wakif .
Hasan Asy’ari, Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf
Produktif di Yayasan Pondok Pesantren Miftahul Ulum Al-Yasini
(Hasan Asy’Ary, 2016). Hasil penelitiannya adalah wakaf produktif
yang diterima Yayasan Pondok Pesantren Miftahul Ulum Al-Yasin
berkembang baik dengan legalnya badan hukum koperasi yang
memberikan peluang besar untuk pengelolaan dan pengembangan
wakaf di Yayasan pondok Pesantren Miftahul Ulum Al-Yasin di masa
mendatang. Yang terutama dalam masalah pengorganisasian dilakukan
dengan tujuan membagi kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan
lebih kecil, dimana yang berperan adalah manejer-manejer masing-
masing koperasi yang didirika.
Fitriwati, Evaluasi Pengelolaan dan Penyaluran Dana Wakaf
Pada Griya Yatim dan Dhuafa (GYD) di Bumi Serpong Damai (BSD)
(Fitriawati, 2016). Hasil penelitianya adalah penyaluran dana
wakafnya digunakan untuk pembangunan pondok pesantren terpadu
SMPIT dan SMAIT NAWAWI AL BANTANI dan pembangunan
masjid, dan pada tahun 2014 wakaf yang diterima Griya Yatim dan
Dhuafa di Bumi Serpong Damai mengalami penurunan karna
kurangnya transparansi pada penyaluran dan pengelolaan dana
wakafnya.
53
Niryad Muqisthi Suryadi, Strategi Pengelolaan Wakaf
Produktif Dalam Rangka Pemberdayaan Umat di Kecamatan
Pangkajenen Kabupaten Pangkep (Niryad Muqisthi Suryadi, 2017).
Hasil dari penelitianya adalah pengelolaan wakaf produktif di
Kecamatan Pangkajenen telah sesuai dengan Undang-Undang Nomor
41 tahun 2014 tentang wakaf. Namun, dalam pengelolaannya masih
kurang efektif karna pihak KUA Kecamatan Pangkajena tidak ikut
campur dalam pengelolaan wakaf, sepenuhnya pengelola wakaf ini
diserahkan kepada nadzir yang di pilih oleh para wakif itu sendiri.
Salah satu yang menyebab kan wakaf produktif di Kecamatan
Pengkajena ini tidak berkembang karena banyaknya anggapan dari
masyarakat bahwa wakaf ini tidak perlu di ketahui orang banyak tetapi
cukup internal keluarga saja yang mengetahuinya. Hal ini yang
menyebabkan banyaknya dari masyarakat yang tidak tahu bagaimana
cara atau prosedur untuk mewakafkan harta bendanya.
54
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode merupakan cara kerja untuk mamahami objek sasaran yang
diteliti, dalam rangka memperoleh data yang akurat dan relevan dan disusun
secara sistematis untuk dianalisa sesuai dengan tujuan diadakan penelitian.
Berbagai hal yang menjadi bagian dari metode yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah :
A. Jenis Penelitian
Sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, maka jenis
penelitian ini bersifat field research (penelitian lapangan) atau bisa disebut
dengan penelitian sosiologis atau emipiris. Dalam penelitian ini
menfokuskan pengumpulan data dari hasil-hasil yang di dapat dari
informan-informan yang telah ditetapkan (Lexy J. Maleong, 2002: 135).
Dalam hal ini informannya adalah Nadzir wakaf Pondok Pesantren
Modern Diniyyah Pasia, Yayasan Pengembangan Pondok Pesantren
Modern Diniyyah Pasia, Masyarakat yang mengelola lahan sawah wakaf
Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia.
B. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah kualitatif
deskriptif yaitu penelitian yang mencoba menggambarkan, memaparkan
dan menafsirkan suatu fenomena yang terjadi pada saat ini (Lexy J.
Maleong, 1995: 3). Penelitian ini menganalisis sistem pengelolaan dan
55
pengembangan wakaf produktif di Pondok Pesantren Modern Diniyyah
Pasia Kecamatan Ampek Angkek Kabupaten Agam.
C. Lokasi Penelitian
Adapun penelitian ini akan dilakukan di Pondok Pesantren Modern
Diniyyah Pasia, Kenagaian Pasia, Kecamatan Ampek Angkek , Kabupaten
Agam, Provinsi Sumatera Barat.
D. Sumber Data
Dalam penelitian ini menggunakan 2 data yaitu data primer dan
sekunder
1. Data Primer
Dalam penelitian ini peneliti akan meminta data langsung kepada
Nadzir wakaf Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia, Yayasan
Pengembangan Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia, Masyarakat
yang mengelola sawah wakaf Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia.
Table 3.1
Daftar Informan
No Nama Keterangan
1 Drs. H. Nawazir Muchtar, Lc Nadzir wakaf Pondok Pesantren
Moderan Diniyyah Pasia
2 Adrizal Pengelola sawah wakaf Pondok
Pesantren Modern Diniyyah Pasia
3 Hamid Kasman Penanggung Jawab Kesehatan
4 Ernes Safitri Penyuluh Pertanian Lapangan Kec.
56
Mungka
5 Nelwati Ketua Kelompok Tani Pelita
Harapan
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti
secara tidak lansung, yaitu melalui sarana media perantara. Dalam data
sekunder ini peneliti menggunakan penilitian kepustakaan. Karena itu,
data yang diperoleh di dalam penelitian ini digali dari bahan-bahan
tertulis baik dari buku-buku ataupun karya ilmiah lainya yang
berkaitan lansung dengan pembahsan skripsi ini.
E. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar
untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Teknik
pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini di antaranya adalah
melalui observasi, wawancara serta dokumentasi yang akan dijelaskan
sebagai berikut :
1. Wawancara
Wawancara dapat diartikan sebagai percakapan dengan maksud
tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai atau yang
menjawab pertanyaan (Lexy J. Moleong, 1995: 135). Peneliti akan
melakukan wawancara, dimana peneliti bertatap muka langsung
57
dengan para informan agar mendapatkan data lengkap adan akurat
sebagai informasi penelitian. Adapun teknik wawancara yang penulis
gunakan adalah wawancara terstruktur dimana penulis akan
menyiapkan sejumlah daftar pertanyaan terlebih dahulu untuk
ditanyakan kepada narasumber.
2. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan sistematis
terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki. Selain itu observasi
adalah alat pengumpul data yang mempunyai ciri lebih spesifik bila
dibandingkan dengan teknik lainnya. Observasi langsung memberikan
sumbangan yang sangat penting sekali dalam penelitian deskriptif.
Jenis-jenis informasi tertentu dapat diperoleh melalui pengamatan
langsung oleh peneliti (Nasution, 2003: 143). Observasi yang peneliti
lakukan yaitu melihat keadaan sebenarnya yang terjadi di lapangan
dan mencatatnya ke dalam sebuah catatan lapangan. Dalam hal ini
peneliti meliahat atau mengamati laporan tahunan hasil wakaf di
Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia terkhususnya wakaf beruba
lahan sawah.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mengumpulkan data dengan cara
mengalir atau mengambil data-data dari catatan-catatan, dokumen,
administrasi yang sesuai dengan masalah yang diteliti (Nasution, 2003
: 143). Dalam memperoleh data yang lebih detail dokumentasi
58
dilakukan terhadap arsip-arsip seperti dokumen-dokumen yang
berkaitan dengan wakaf di Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia
dan sebagainya yang diperlukan oleh penulis untuk menunjang
penelitian ini. Dokumentasi yang digunakan sebagai sumber data bagi
peneliti dalam hal ini dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan,
bahkan untuk meramalkan data-data yang berkaitan dengan fokus
penelitian.
F. Teknik Analisis Data
Setelah mengumpulkan berbagai macam data, maka metode
selanjutnya yaitu mengolah data agar mendapat data yang akurat. Adapun
tahapannya adalah :
1. Editing
Editing adalah proses meneliti kembali data-data yang telah di
dapat dari informan (Amiruddin dan Zainal Asikin, 2004: 168). Dalam
hal ini adalah dengan meneliti kembali data-data yang telah didapat
dari informan dalam penelitian Sistem Pengelolaan dan Pengembangan
Wakaf Produktif di Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia tahun
1991-2017. Tujuanya untuk melihat apakah data-data sudah lengkap
dan sesuai dengan yang dibutuhkan serta dapat melihat kekurangan
dan kesalahan dari data tersebut.
2. Klasifikasi
Pengklasifikasian data adalah proses yang dilakukan setelah
proses editing. Dalam proses pengklasifikasian data ini
59
mengelompokkan data berdasarkan kategori-kategorinya. Agar lebih
memudahkan dalam pengelolaaan data dan mudah di pahami oleh para
pembaca.
Dalam hal ini, peneliti akan mengelompokkan data-data yang
diperoleh dari Nadzir wakaf Pondok Pesantren Modern Diniyyah
Pasia, Yayasan Pengembangan Pondok Pesantren Modern Diniyyah
Pasia, Masyarakat yang mengelola lahan sawah wakaf Pondok
Pesantren Modern Diniyyah Pasia.
3. Verifikasi
Verifikasi data yaitu pembuktian kebenaran data untuk
menjamin keaslian data. Dilakukan dengan cara menemui informan
dan melihatkan hasil wawancara apakah telah sesuai dengan yang
diinformasikan.
Dalam hal ini peneliti menemui informan yaitu Nadzir wakaf
Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia, Yayasan Pengembangan
Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia, Masyarakat yang
mengelola sawah wakaf Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia.
Untuk membuktikan hasil wawancara yang telah dicatat peneliti sesuai
dengan fakta.
4. Analisis
Analisis data adalah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian
dasar. Berdasarkan inti dari penyusunan diatas maka dalam
60
melaksanakan penganalisisan penyusunan penelitian ini, penulis
menggunakan metode analisis yang bersifat kualitatif deskriptif.
5. Penarikan Kesimpulan
Verifikasi yaitu penarikan kesimpulan dari penelitian. Dalam
penelitian ini penulis akan menarik kesimpulan dari informasi yang
telah didapatkan dan dianalisa pada tahap sebelumnya.
61
BAB IV
PEMBAHASAN dan HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Pengelolaan Wakaf Produktif di Pondok Pesantren
Modern Diniyyah Pasia
1. Kondisi Geografis pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia
Penelitian ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Modern
Diniyyah Pasia. Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia terletak di
Nagari Pasia Kecamatan IV Angkek kabupaten Agam Provinsi
Sumatera barat.Pondok Pesantren Diniyyah Pasia memiliki tiga lokasi
tempat santriwan dan santriwati melaksanakan kegiatan pembelajaran
yaitu Kampus I yang terletak di Jorong Pincuran Tujuh dan Kampus II
dan Kampus III yang terletak di Jorong Cibuak Ameh Kenagarian
Pasia Kecamatan Ampek Angkek Kabupaten Agam. Jarak ibu kota
kabupaten Agam dari nagari Pasia adalah ±65 Km dan jarak nagari
Pasia ke ibukota Provinsi Sumatera Barat adalah ±95 Km.
Dengan batas-batas sebagai berikut :
Sebelah utara : Nagari Ampang
Sebelah selatan : Nagari Batu Taba
Sebelah barat : Ampang Gadang / Kota Bukittinggi
Sebelah timur : Nagari Balai Gurah
Secara geografis nagari Pasia merupakan salah satu nagari yang
terletak di Kecamatan Ampek Ang kek Kabupaten Agam. Nagari Pasia
ini terletak di bagian timur kabupaten Agam, pada posisi 03’ Lintang
62
Selatan (LS) dan 100 27’ bujur timur (BT). Keadaan iklim dan cuaca
Nagari Pasia belum pernah diselidiki secara terperinci dan akurat.
Apalagi nagari Pasia merupakan bagian sangat kecil dari bagian
daratan tinggi Agam yang relatif sangat luas. Sementara iklim kota
Bukittinggi rata-rata 2.280 mn dengan jumlah hujan 193,5 hari setiap
tahun. Temperatur (suhu) di Kota Bukittinggi maksimal 220
C dan
kelembapan udara rata-rata 37%-75%. Adapun untuk jarak antara kota
Bukittinggi dengan nagari Pasia hanya sejauh tiga kilometer jika
ditarik garis lurus dengan ketinggian yang hampir sama (Muslim Dt St
Mantari, 2013: 10).
Keberadaan Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia ini
sangatlah mudah di jangkau dan strategis karena jarak pondok ke jalan
raya hanyalah sekitar 500 M dan mudah di jangkau oleh transportasi
umum serta Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia ini juga terletak
tidak jauh dari Kota Bukittingi sebagai kota wisata.
2. Visi, Misi dan Strategi Pembelajaran di Pondok Pesantren
Modern Diniyyah Pasia
Sebagai lembaga yang bergerak di bidang pendidikan Islam,
Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia memiliki visi dan misi
sebagai berikut (Nofia Safarda, 2018: 25):
Visi : Menjadi lembaga pendidikan Islam yang mampu menghasilkan
calon-calon ulama dan cendikiawan muslim.
63
Misi : Membentuk santri dan santriwati yang bertaqwa, menguasai
dasar-dasar Islam, pengetahuan umum, dan mempunyai
keterampilan serta mampu mengembangkan diri sebagai calon
ulama dan cendikiawan muslim.
Untuk mewujudkan visi dan misi lembaga sebagaimana
disebutkan di atas, maka PPMD menerapkan strategi-strategi sebagai
berikut (Zaenal Arifin, 2008: 56):
a. Mendidik para santri/santriwati mempunyai akhlak yang mulia
sesuai dengan ajaran Islam, memiliki keimanan dan ketaqwaan
yang tinggi.
b. Membina dan mendidik santri/wati menguasai dasar-dasar ilmu
agama Islam dan pengetahuan umum sebagai bekal untuk
melanjutkan pendidikan pada perguruan tinggi atau
mengembangkan diri secara otodidak setelah selesai menempuh
pendidikan di Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia.
c. Membina dan mendidik santri/wati mengauasai bahasa Arab, baik
muhadatsah, imla’, dan muthala’ah, beserta pemahamannya,
sehingga diharapkan mampu menggali ilmu dan menerapkan
syari’at Islam dari sumber aslinya, Al-Qur’an dan As-Sunnah.
d. Membina dan mendidik santri/wati mengauasai bahasa inggris agar
dapat berkomunikasi aktif dan mampu mengikuti perkembangan
ilmu dan teknologi.
64
e. Membekali santri/wati dengan berbegai keterampilan sehingga
mereka dapat mandiri dan menciptakan lapangan kerja sendiri.
f. Menanamkan semangat beragama, berbangsa dan bernegara
sehingga mereka dapat melaksanakan kewajiban dan bertanggung
jawab terhadap tersebarnya syi’ar Islam dan suksesnya
pembangunan Negara Republik Indonesia.
3. Kondisi Pendidikan Santri/Santriwati
Jumlah santri/santriwati di Pondok Pesantren Modern Diniyyah
Pasia selalu mengalami peningkatan dari tahun ketahun :
Table 4.1
Table Jumlah Santri/Santriwati MA dan MTS
Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia
Tahun
Santri Santriwati
Jumlah Mts MA Mts MA
2014 184 224 67 82 557
2015 200 219 77 113 609
2016 199 228 78 112 617
2017 217 228 92 132 669
2018 275 281 111 113 780
Di Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia para
santri/santriwati selain dibekali dengan pendidikan keagamaan dan
ilmu pengetahuam umum, santri/santriwati di Pondok Pesantren
Modern Diniyyah Pasia juga di bekali dengan berbagai macam
kegiatan rutin seperti, pramuka, latihan pidato (muhadarah),
jurnalistik, palang merah remaja (PMR). Hal ini bertujuan agar
65
santri/santriwati di Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia tidak
hanya memiliki kemampuan intelektual dibidang keagamaan tetapi
juga memiliki kemampuan non intelektual di lapangan, sehingga para
santri/santriwati Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia bisa
bersaing mengikuti zaman dengan berpondasikan pengetahuan
keislaman kata Drs. H. Nawazir Muchtar, Lc sebagai pimpinan Pondok
Pesantren Modern Diniyyah Pasia.
Hal ini bisa kita lihat dari beberapa prestasi para
santri/santriwati dan alumni Pondok Pesantren Modern Diniyyah
Pasia. diraih baik atas nama lembaga maupun perorangan (Novia
Safarda, 2018: 57) :
a. Terbaik 1 di Sumatera Barat baik perorangan maupun lembaga
untuk UAN 2007 Tingkat Madrasah Aliyah Jurusan IPS.
b. Tamatan Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia dapat diterima
melanjutkan studi di Libya, Mesir dan beberapa negara lain, serta
perguruan tinggi favorit di dalam negeri
c. Lulus Ujian Nasional 100% Tahun Pendidikan 2006 dan 2007
tingkat MA, dan 2006, 2007 dan 2008 tingkat MTs.
d. Kelas VI yang belum tamat sudah diminta untuk mengajar di
beberapa lembaga pendidikan Islam di Sumatera Barat.
e. Alumni yang sudah menyelesaikan pendidikannya di dalam
maupun di luar negeri berprofesi sebagai tenaga pengajar, lokal
66
staf kedubes, manajer perusahaan, pengamat politik dan peranan-
peranan strategis lainnya.
f. Juara umum pramuka pekan kreasi raih prestasi IAIN Imam Bonjol
padang tingkat Sumatera barat, Jambi dan Riau tahun 2014
g. Juara Umum Lomba Pramuka Santri Nusantara 2014
h. Juara 2 lomba Palang Merah Remaja se Sumatra barat tahun 2015
i. Diutusnya 4 orang santri dalam jamboree nasional di Cianjur tahun
2016
j. Diutus 2 orang santri menjadi anggota paskibra kabupaten agam
tahun 2017
k. Dan banyak prestasi lainnya.
4. Kondisi Kesehatan Santri/Santriwati
Dalam menunjang kesehatan santri/santriwati serta untuk
menunjang peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM), Pondok
Pesantren Modern Diniyyah Pasia bekerja sama dengan Puskesmas IV
Angkek Kabupaten Agam. Jarak Pondok Pesantren ke Puskesma IV
Angkek adalah ±3,3 KM sedangkan jarak Pondok Pesantren
ModernDiniyyah Pasia ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) ± 7,7
KM. Untuk peningkatan kualitas kesehatan santri dan santriwati
Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia, selain bekerja sama dengan
puskesmas IV Angkek juga mewajibkan para santri dan santriwati
untuk mengikuti kegiatan olahraga rutinan seminggu sekali, dan juga
setiap santi/ santriwati diberikan vitamin secara rutin, serta pola makan
67
yang di berikan di Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia adalah
makanan yang mengandung 4 sehat 5 sempurna (Hamid Kasman,
Wawancara, 29 Januari 2019).
Pada awal mula Pondok Pesantren modern Diniyyah Pasia
hanyalah memiliki 1400 M2
yang diwakafkan oleh H. Muhammad Isa
yaitu pada tahun 1928.Pada perkembangannya, Madrasah Diniyyah
Pasia mengalami perubahan ke arah kemajuan menjadi Pondok
Pesantren Modern Diniyyah Pasia.Hal ini diawali pada sekitar bulan
Juli 1986, dimana Drs. H. Muchtiar Muchtar bertemu dengan bapak
Mahyuddin St. Tumanggung (seorang pengusaha di Jakarta dan tokoh
masyarakat Pasia) dalam suatu pertemuan warga Ampek Angkek
Canduang di Jakarta. Sewaktu berbincang-bincang tentang
perkembangan Madrasah Diniyyah, beliau menyarankan, untuk
kemajuan lebih lanjut perlu ada pembaharuan manajemen Diniyyah
secara menyeluruh. Bila tidak demikian, kondisi madrasah tidak akan
berkembang sesuai dengan tuntutan zaman sekarang (Zaenal Arifin,
2008: 39).
Saran beliau tersebut disampaikan kepada beberapa orang
anggota pengurus Madrasah Diniyyah, di antaranya bapak H. Kahar
Yasin, Mansur Yasin, Drs. Mahyuddin Rahman dan Djabir Khatib.
Termotivasi pendapat tersebut, diadakanlah pertemuan pada tanggal 18
September 1991, yang dihadiri oleh para alumni dan pencinta
Diniyyah, serta pemuka masyarakat se- Kecamatan Ampek Angkek.
68
Hasil pertemuan tersebut adalah disepakatinya pembentukan Yayasan
Pengembangan Diniyyah (YPD) yang tujuan utama dibentuknya
adalah sebagai upaya peningkatan dan pengembangan pendidikan di
Perguruan Madrasah Diniyyah (Zaenal Arifin, 2008 : 40).
Semenjak 18 September 1991 Pondok Pesantren Modern
Diniyyah Pasia yang di pimpin oleh Drs. H. Nawazir Muchtar, Lc
mengalami perkembangan yang signifikan sehingga banyak dari para
dermawan yang ingin mewakafkan tanahnya untuk kemajuan
pendidikan di Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia.
Table 4.2
Table Harta Wakaf di Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia
No Lokasi Tahun
Wakif Luas M2
1 Pincuran VII 1928 H.Muhammad Isa 1.400
2 Cibuak ameh 1993 Sa’ludin 1.050
3 Pincuran VII 1993 Hj. Syarkawi ST Bagindo 985
4 Pincuran VII 1994 Hj. Bainar 1.780
5 Cibuak Ameh 1995 Amzar Syafe’i 490
6 Cibuak Ameh 1995 Akman Pamuncak
Tumangguang dan
H.Samsuniar
1.105
7 Cibuak Ameh 1996 Hj. Rakiah Alik 500
8 Pincuran VII 1998 H. Kaharudin Yasin 70
9 Cibuak Ameh 1999 Asiah Khatib dan Drs.
Zahrina Khatib
300
10 Cibuak Ameh 2002 H. Anwar Arif, Sri
Maharajo, Drs. Musanif
Rasyid
340
69
11 Cibuak Ameh 2003 Hj. Rosna 420
12 Pincuran VII 2004 Hj. Rabayyah Jamil 630
13 Pincuran VII 2004 Hj. Rabayyah Jamil 570
14 Cibuak Ameh 2005 Abbas Rahman dan Aini
Rahman
3.035
15 Cibuak Ameh 2010 Hj. Asni 300
16 Pincuran VII 2010 Hj. Asni 450
17 Cibuak Ameh 2012 H. Nasrul 1.200
18 Cibuak Ameh 2013 H. Ali Umar Zaini 925
19 Cibuak Ameh 2016 H. Rusyidi 320
20 Batu Plano
S.pua
2016 H. Ilyas 9.454
Jumlah
25.324
Dari 25.324 M2
tanah yang telah di wakafkan ke Pondok
Pesantren Modern Diniyyah Pasia 5.185 M2
di jadikan sebagai kampus
1 kampus 2 dan kampus 3, kampus 1 terdiri dari ruangan belajar,
kantor yayasan, wc santi/guru, perpustakaan. Kampus 2 terdiri dari
ruang belajar asrama putri berlantai 3, ruangan serba guna, mushalla,
kantor, ruangan KMI, ruangan pengasuahan, ruangan koperasi,
laboratorium komputer, mes guru, ruangan laundry, laboratorium IPA.
Sedangkan kampus 3 terdiri dari asrama putra 3 lantai, ruangan
koperasi dan wartel, kantor dan ruangan guru, ruangan belajar, ruangan
serba guna, mes guru, MCK, reservoir, dapur, masjid dan ruangan
pertemuan. Sisa dari pembuatan kampus 1, 2, dan tiga ini tanahnya
masih seluas 13.155 M2 lahan sawah dan 6.984 M
2 lahan
70
ladang/kebun. Selain menerima wakaf berupa sawah dan ladang,
Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia juga menerima wakaf
berupa uang tunai (Nawazir Muchtar, Wawancara, 28 Januari 2019).
5. Struktur Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf Produktif di
Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia
Dalam pengelolaan wakaf di Pondok Pesantren Modern
Diniyyah pasia di kelola oleh 4 orang nadzir yaitu Drs. H. Nawazir
Muchtar, Lc, yang menjabat sebagai pimpinan Pondok Pesantren
Modern Diniyyah Pasia, Dhiya Ulhaq Muchtar yang menjabat sebagai
guru, H.Fauzan Azim S.Pd.I, sebagai ketua Kulliyatul Muaalimin Al
Islamiyyah (KMI) dan Restu Fauzi, Lc, MA merupakan tenaga
pengajar di Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia.
B. Analisis Pengelolaan Wakaf Produktif di Pondok Pesantren Modern
Diniyyah Pasia
Menurut Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 di jelaskan
bahwa nadzir wakaf terdiri dari macam yaitu : nadzir perorangan,
nadzir organisasi dan nadzir badan hukum (Jaih Mubarok, 2008).
Adapun fungsi dari nadzir tersebut adalah untuk mengelolaa dan
mengembangkan segala jenis wakaf yang di amanatkan kepada
Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia.
Dalam proses perwakafan Pondok Pesantren Modern Diniyyah
Pasia telah memenuhi rukun dan syarat sebagai berikut :
a. Wakif
71
Wakif adalah orang yang mewakafkan hartanya kepada
Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia, dalam hal ini para
wakif adalah yang terlampir pada tabel 4.2 telah memenuhi syarat
sebagai wakif perorangan sebagai mana yang telah di atur dalam
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Pasal 7 yaitu wakif
haruslah dewasa, berakal sehat, tidak terhalang melakukan
perbuatan hokum dan pemilik sah harta benda wakaf.
b. Mauquf ‘alaih
Mauquf ‘alaih diartikan sebagai tujuan peruntukan wakaf,
selain itu ada juga yang menyebut bahwa mauquf ‘alaih adalah
pihak yang diberi wakaf atau nadzir. Dalam hal ini peruntukan
wakaf adalah untuk pembangunan dan pengembangan Pondok
Pesantren Modern DIniyyah Pasia yang di berikan kepada Drs. H.
Nawazir Muchtar, Lc sebagai nadzir wakaf dan pimpinan Pondok
Pesantren.
c. Mauquf (Harta Wakaf)
Dalam hal ini mauquf atau harta wakaf yang di serahkan
adalah berupa lahan sawah dan lahan ladang sebagai mana
terlampir pada table 4.2
d. Sighat
Sighat adalah pernyataan atau serah terima wakaf yang di
nyatakan dalam Akta Ikrar Wakaf serta di saksiakan oleh pejabat
kecamatan dan nagari setempat.
72
1. Model Pengelolaan Aset Wakaf Produktif
Dari hasil penelitian lapangan, Pondok Pesantren Modern
Diniyyah Pasia adalah salah satu pesantren yang berada di provinsi
Sumatera barat yang selalalu menerima wakaf untuk meningkatkan
mutu dan kualitas pendidikan di dalamnya. Para wakif yang
mewakafkan harta bendanya ke Pondok Pesantren Modern Diniyyah
Pasia tidak saja mewakafkan harta benda mati seperti lahan ladang dan
lahan sawah, akan tetapi juga banyak dari para wakif yang
mewakafkan harta bendanya berupa wakaf tunai. Walaupun wakaf
datang dari berbagai kalangan ke Pondok Pesantren Modern Diniyyah
pasia tetapi hingga saat sekarang ini Pondok Pesantren Modern
Diniyyah Pasia belum memiliki wakif tetap untuk pengembangannya
(Nawazir Muchtar, Wawancara, 28 Januari 2019).
Wakaf yang diterima Pondok Pesantren Modern Diniyyah
Pasia ini berupa wakaf tunai, wakaf benda tidak bergerak. Wakaf
benda tidak bergerak berupa lahan sawah dan lahan ladang atau tanah
kosong. Sistem pengelolaannya adalah sebagai berikut :
a. Wakaf tunai
Wakaf tunai adalah wakaf berupa uang yang di salurkan
para wakif ke Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia. Dalam
pengelolaanya wakaf tunai yang di berikan ke Pondok Pesantren
Modern Diniyyah Pasia di jadikan sebagai dana untuk
73
pengembangan pembangunan seperti asrama, ruang belajar, masjid
dan lain sebagainya. Wakaf tunai yang digunakan untuk
pembangunan ini hanya untuk pembelian bahan untuk
pembangunan seperti semen, atap, besi, pasir, kerikil, kayu, paku
dan sebagainya. Sedangkan untuk pembiayaan upah tukang tidak
di ambil dari wakaf tunai tersebut (Nawazir Muchtar, Wawancara,
28 Januari 2019).
Wakaf tunai yang diterima oleh Pondok Pesantren Modern
Diniyyah Pasia dari tahun tiga tahun terakhir sebanyak
Rp.77.095.000 dengan rincian sebagai berikut (Data bagian
Keuangan Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia, 2015, 2016,
2017) :
Tabel 4.3
Rincian Wakaf Tunai
NO Tahun Jumlah Keteranga
1 2015 51.185.000 Untuk pembelian material
bangunan sesuai dengan
tujuan wakif
2 2016 2.600.000 Untuk pembelian material
bangunan sesuai dengan
tujuan wakif
3 2017 23.310.000 Untuk pembelian material
bangunan sesuai dengan
tujuan wakif
Jumlah 77.095.000
74
b. Wakaf Lahan Sawah
Selain menerima wakaf berupa wakaf tunai, Pondok
Pesantren Modern Diniyyah Pasia juga menerima wakaf benda
tidak bergerak berupa lahan sawah seluas 13.155 M2, dalam
pengelolaannya, lahan sawah dikelola oleh masyarakat setempat,
yang mana lahan sawah ini di tanami padi setiap dua kali dalam
satu tahun. Dalam sistem pengolahannya, para petani yang
mengelola lahan sawah tersebut meminta pupuk, serta benih ke
Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia (Nawazir Muchtar,
Wawancara, 28 Januari 2019).
Benih yang digunakan para petani untuk ditanami di lahan
tersebut adalah Rendah Putih, jenis benih ini akan di panen setelah
berumur 120 hari, untuk perawatan dan penyokong pertumbuhan
padi tersebut, para petani menggunakan pupuk kimia berupa pupuk
Urea, Ponska, SP 36. Dalam proses pengolahanya, benih padi di
rendam dengan air biasa selama 1 hari dan di keringkan selama 3
hari, untuk lahan seluas 1000 M2 membutuhkan 20 Kg benih padi,
sedangkan persemain di kelola sehari sebelum benih di taburkan ,
persemain benih tidak menggunankan pupuk kompos atau kimia
setelah benih disemaikan lalu di biarkan selama 12 hari, dalam
wakatu12 hari benih sudah bisa di tanami ke sawah yang telah
dilumpurkan (Adrizal, Wawancara, 29 Januari 2019).
75
Sebelum benih padi ditanami, pematang sawah terlebih
dahulu ditinggikan, dibersihkan serta sekeliling pematang sawah
digali sedalam 30 cm dengan luas 30 cm guna untuk kontrol
pengairan permukaan sawah yang akan ditanami padi dan juga
sebagai antisipasi dari hama siput, setelah pematang sawah
ditinggikan benih padi bisa lansung di tanami 4 sampai 6 batang
benih per titik, pola penanaman yang digunakan adalah pola biasa
dengan jarak antara satu titik benih dengan benih lain adalah 20
cm,sedangkan kontrol pengarian permukaan sawah setelah
ditanami benih hanya ada di sekeliling pematang sawah (Adrizal,
Wawancara, 29 Januari 2019).
Untuk penyokong pertumbuhan padi para petani menaburi
pupuk jenis Urea ketika padi berumur 15 hari yang berfungsi untuk
pertumbuhan daun pada padi, lalu ketika padi berumur 45 hari
petanai menaburkan pupuk jenis ponska untuk penyokong
pertumbuhan buah , penyiangan sawah di lakukan 15 hari atau
bersamaan ketika sawah di taburi pupuk, untuk penyiangan
selanjutnya dilakukan ketika padi berumur 45,dan 75 hari
berikutnya (Adrizal, Wawancara, 29 Januari 2019).
Panen padi dilakukan ketika padi telah berumur 120 hari,
dari hasil panen biasanya, dari 1000 M2 di peroleh hasil sebanyak
2.450 Kg padi (Adrizal, Wawancara, 29 Januari 2019). Dalam hal
ini Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia model pembiayaan
76
yang di gunakan adalah model bagi hasil (output) atau model
muzara’ah dengan pembagian 50% dari seluruh hasil panen sawah
diserahkan kepada Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia, hasil
panen diserahkan berupa beras yang di manfaatkan untuk
tambahan konsumsi santri/santri wati. Akan tetapi tiga tahun
terakhir nadzir wakaf Pondok Pesantren Modern Diniyyah pasia
mendapat laporan bahwa hasil panen tersebut gagal total karna
hama tikus. Tetapi laporan ini diterima nadzir hanya berupa
laporan sepihak dari petani tanpa melihat kondisi di lapangan
(Nawazir Muchtar, Wawancara, 28 Januari 2019).
Setalah dikelola beberapa tahun oleh masyarakat, begitu
banyak kendala yang dirasakan oleh para nadzir wakaf, yang mana
banyaknya dari para petani yang diamanahkan untuk mengelola
lahan tersebut yang tidak memiliki tingkat kejujuran yang tinggi.
Beberapa tahun belakangan ini para petani selalu mengatakan
bahwa panenya gagal, dan juga ada dari beberapa petani yang tidak
melaporkan hasil panenya sesuai dengan yang di dapatkan, padahal
nadzir wakaf Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia selalu
mengeluarkan modal untuk proses pengolahan lahan tersebut, akan
tetapi hasil yang selalu diperoleh hanyalah balik modal saja dan
tidak memperoleh keuntungan seperti yang diharapkan bahkan
mengalami kerugian (Nawazir Muchtar, Wawancara, 28 Januari
2019). Hal ini bisa kita lihat dari table berikut:
77
Table 4.4
Rekap Hasil Panen
No Tgl/Bln/Tahun Jumlah Luas
Lahan
Keterangan
1 26 Maret 2017 1.000.000 450 M2
Berupa uang
tunai
2 14 Februari 2018 1.000.000 450 M2 Berupa uang
tunai
Dari table 4.4 dapat kita lihat bahwasanya hanya 450 M2
lahan sawah yang selalu dilaporkan ke Pondok Pesantren Modern
Diniyyah Pasia. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya fungsi
pengawasan (controling) dari para nadzir wakaf di Pondok
Pesantren Modern Diniyyah Pasia. Dengan tidak adanya
pengawasan dari para nadzir wakaf atau tidak adanya bidang
sendiri yang bertugas untuk melakukan pengawasan terhadap
pengolahan tanah wakaf ini, maka para petani yang diamanahkan
untuk mengolah lahan sawah tersebut tidak merasa diawasi dan
mereka berprilaku seenaknya karena tidak adanya pengawasan dari
para nadzir.
c. Wakaf Lahan Ladang
Selain wakaf tunai, wakaf benda tidak bergerak seperti
lahan sawah, Pondok pesantren modern diniyyha pasia juga
78
menerima wakaf berupa lahan ladang yang mana hingga tahun
2017 Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia telah menerima
wakaf berupa lahan ladang sebesar 12.169 M2. Wakaf ladang ini
dimanfaatkan untuk pembangunan gedung-gedung untuk
penyokong kualitas pendidikan santri/santriwati di Pondok
Pesantren Modern Diniyyah Pasia. 5.185 M2 lahan ladang atau
lahan kosong yang di wakafkan ke Pondok Pesantren Modern
Dinyyah Pasia telah di jadikan sebagai sarana dan prasarana yang
bertujuan untuk meningkatakan mutu pendidikan para
santri/santriwati yang terdiri dari kampus 1, kampus 2 dan kampus
3 (Nawazir Muchtar, Wawancara, 28 Januari 2019).
Kampus 2 dijadikan sebagai tempat aktifitas santriwati
berlansung setiap harinya, yang terdiri dari asrama, gedung belajar,
masjid, ruang makan, labor dan perumahan para ustadzah yang
telah berkeluarga, sedangkan para tenaga pengajar yang belum
berkeluarga di tempatkan di setiap kamar santriwati untuk
pengawasan di asrama putri. Sedangkan kampus 3 adalah tempat
para santri melakukan segal aktifitas harianya yang mana kampus 3
ini terdiri dari asrma ruang belajar, masjid, aula
pertemuan,perpustakaan, ruang makan dan perumahn ustadz yang
telah berkeluarga, sedangkan kampus 1 di fungsikan sebagai
tempat pembelajara para santri kelas 3 Madrasah Tsanawiyyah dan
79
seluruh santri Madrasah Aliyah (Nawazir Muchtar, Wawancara, 28
Januari 2019).
Sedangkan 900M2 tanah kosong yang dimiliki Pondok
Pesantren Modern Diniyyah Pasia di sewakan sebesar Rp. 300.000-
, per tahun. lahan ini digunakan untuk bercocok tanam oleh
masyarakat yang menyewa lahan tersebut. Nilai sewa tanah Rp.
300.000,- per tahun ini sangatlah rendah dan tidak sebanding
dengan hasil yang di dapat masyarakat yang menyewa tanah
tersebut. Sedangkan 6.984 M2 sisa lahan kosong yang dimiliki di
kelola oleh masyarakat setempat, dalam pengolahan lahan kosong
tersebut hanya diberikan hak pakai kepada masyarakat setempat
yang mana tidak ada bagi hasil yang diberikan kepada Pondok
Pesantren Modern Diniyyah Pasia dan tanaman yang di tanami
pada saat ini adalah berupa labu siam dan ubi kayu. Hal ini
bertujuan agar tanah kosong tersebut tidak mati. Lahan tersebut
akan dikelola setelah adanya wakif yang berwakaf berupa wakaf
tunai maka lahan kosong ini akan diambil untuk di dirikan
bangunan baru (Nawazir Muchtar, Wawancara, 28 Januari 2019).
2. Strategi Pengembangan Aset Wakaf Produktif
Agar aset wakaf yang dimiliki Pondok Pesantren Modern
Diniyyah Pasia tetap terjaga dan bisa menjadi produktif, maka
80
haruslah memiliki strategi yang baik dalam jangka panjang untuk
kedepannya.
a. Wakaf uang tunai
Dengan jumlah wakaf tunai yang tebilang banyak di terima
oleh Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia, seharusnya telah
menghasilkan usaha-usaha mikro milik Pesantren. Walaupu
pembangunan juga di butuhkan akan tetapi dengan gedung yang
telah ada maka para nadzir tidak lah terfokus hanya untuk
pembangunan saja akan tetapi juga harus fokus untuk mendirikan
usaha-usaha mikro kecil menengah pesantren, karena hal ini
merupakan program jangka panjang yang sangat menguntungkan
untuk Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia. Dengan adanya
usah-usaha mikro kecil menengah milik pesantren, maka dalam
pengembangan pembangunan tidak hanya dengan menunggu
masyarakat untuk mewakafkan hartanya berupa uang tunai tetapi
dengan keuntungan dari usaha-usah yang di miliki pesantren juga
bisa mengembangkan pembangunan di Pondok Pesantren Modern
Diniyyah Pasia.
Hal seperti ini telah di praktikkan oleh Pondok Modern
Darussalam Gontor, yang mana hasil yang di terima adalah hasil
positif. Setiap wakaf tunai yang di salurkan ke Pondok Modern
Darussalam Gontor tidak di jadikan sebagai modal untuk pendirian
81
pembangunan atau penambahan gedung-gedung, akan tetapi wakaf
tunai yang di terima disalurkan sebagai modal usaha milik
pesantren untuk jangka panjangnya. Sehingga dalam jangka
panjang laba hasil usaha milik pesantren ini ajan di jadikan sebagai
dan untuk pembiayaan pembangunan di Pondok Modern
Darussalam Gontor, wakaf tunai yang di salurkan para wakif
tersebut tidak hanya memiliki satu manfaat yaitu untuk biaya
pembangunan tetapi banyak manfaat yang akan di peroleh dalam
jangka panjang seperti adanya usaha milik pesantren, kurangnya
pengangguran masyarakat setempat dan bisa mengembangkan
pembangunan yang telah ada (Rozalinda, 2015: 313).
b. Wakaf Lahan Sawah
Dengan lahan sawah yang begitu banyak seharusnya
Pondok Pesantren telah memiliki banyak keuntungan yang akan di
peroleh, karena pada saat sekarang ini dengan adanya padi yang
bisa panen setelah 120 hari tanam maka hal ini sangat membantu
untuk meningkatkan keuntungan bagi para petani dan Pondok
Pesantren Modern Diniyyah Pasia sebagai pemilik lahan dan
pemodal.
Dalam pengolahan lahan tersebut, para petani bisa memakai
benih Padi yang bermutu seperti Sijunjung, cara untuk memilih
benih yang bermutu adalah dengan merendam benih dalam larutan
82
ZA 20gr/liter air selama 2 kali 24 jam, setelah direndam akan
kelihatan benih yang bermutu dan tidak, hal ini bisa kita lihat
ketika benih mengapung maka benih tersebut tidaklah bermutu
sedangkan benih yang tetap tenggelam merupakan benih yang
cocok untuk di budidayakan, untuk meningkatkan kualitas hasil
panen para petani bisa menggunakan pupuk kompos berupa jerami
padi hasil panen sebelumnya. Untuk menghasilkan pupuk kompos
ini para petani bisa melakukan cara yaitu dengan mengumpulkan
seluruh jerami bekas panen sebelumnya di tengah sawah, lalu di
kasih pupuk urea yang bertujuan mempercepat pembusukan jerami,
setelah terjadi pembusukan jerami pupuk kompos tersebut di
taburkan keseluruh permukaan sawah yang bakal di tanami, selain
dengan cara mengumpulkan jerami di tengah-tengah sawah hal
yang bisa kita lakukan adalah dengan cara menaburkan jerami hasil
panen di seluruh bagian sawah, tetapi proses ini sedikit lebih lama,
selain dengan jerami untuk meningkatkan kualitas padi, bisa
dengan cara memberi pupuk kompos lain seperti serbuk kayu dan
sekam yang telah melapuk/abu (Ernes Safitri,Wawancara,31
Januari 2019 ).
Persemain benih dilakukan 25 hari sebelum masa tanam
datang, tempat persemain padi sebaiknya dalam satu hamparan luas
agar mudah pemeliharaanya, persemain padi harus terkena sinar
matahari lansung tetapi tidak dekat dengan sinar lampu yang dapat
83
mengundang serangga datang pada malam harinya, untuk 1000 M2
sawah dibutuhkan 400 M2
lahan untuk persemainnya sedangkan
benih yang di butuhkan adalah 10Kg untuk lahan seluas 1000M2.
Lahan persemain padi di olah terlebih dahulu dengan cara
mencangkul sehingga tanah menjadi lumpur dan tidak ada lagi
bongkahan tanah. Ketika persemain telah halus dan tidak ada
bongkahan tanah, persemain di taburi pupuk kompos agar
meningkatkan kualitas benih. Lahan yang telah halus dipetak-petak
dan di buat parit untuk mempermudah pengaturan air. Benih yang
telah di rendam 2 kali 24 jam dan sudah berkecambah di taburkan
secara hati-hati agar tidak ada benih yang tertumpuk, benih tidak
harus terbenam kedalam lumpur karna untuk menghindari benih
membusuk (Ernes Safitri, Wawancara, 31 Januari 2019 ).
Cara pengolahan lahan untuk persiapan budidaya padi
tersebut adalah dengan cara membersihkan pematang sawah dari
rerumputan dan di buat tinggi untuk penahanan air selama
pengelolaan lahan. Setelah pematang sawah di bersihkan dan di
tinggikan, lanjut pada tahap pencangkulan atau pembajakan agar
tanah sawah melumpur dan siap di tanami padi. Sebelum di bajak
sawah di genangi air terlebih dahulu agar mudah dalam
pembajakan nanti. Pembajakan sawah di lakukan dua kali agar
gumpalan tanah benar benar menjadi lumpur (Ernes Safitri,
Wawancara, 31 Januari 2019 ).
84
Penanaman benih dilakukan ketika benih berumur 20 hari
dan ciri-ciri benih yang siap dipindahkan adalah memiliki 5-6 daun
helai dengan tinggi 22-25 cm. Untuk penanaman setelah benih
dipindahkan dari tempat persemain, benih di tanami 1 bibit per
lubang tanam tetapi untuk pemula biasanya menanami 2-3 bibit
perlubang, dengan kedalaman 2 cm yang mana tujuannya adalah
agar benih tidak mudah hanyut. Pola penanaman yang di lakukan
adalah dengan pola jajar legowo (Ernes Safitri, Wawancara, 31
Januari 2019 ).
Selanjutnya untuk memperoleh keuntungan yang besar dari
hasil panen, sawah ini tidak hanya bisa di tanami padi, tetapi sawah
bisa jadikan tempat pembudidayakan ikan. Proses yang dilakukan
untuk penanaman padi sekaligus pembudidayakan ikan dengan
cara mengikuti stetmen berikut. Pertama, sebelum menanam padi,
di sekiling pematang sawah harus di gali dengan kedalaman ± 0,5
M dengan lebar ±0,5 M atau 1 M, kedua, setelah penggalian di
sekililing pematang sawah para petani bisa melakukan penanaman
padi dengan cara jajar legowo, maksudnya adalah dengan
menanam 4 baris lalu di kosongkan sebesar ±50 cm lalu di tanami
lagi 4 baris dan begitu selanjutnya (Nelwati, Wawancara, 1
Februari 2019).
Setelah padi berumur 15 hari para petani bisa memasukan
bibit ikan. Ikan akan di bongkar setelah padi berumur 90 hari.
85
Dengan lahan seluas 1000 M2 bisa menampung sebanyak 12.500
ekor benih ikan, dengan benih sebanyak 12.500 ekor ikan akan
menghabiskan 1.800 Kg pelet ikan dan setelah 3 bulan akan
menghasilakan sebnyak 1.200 Kg ikan. biaya yang di keluarkan
untuk budidaya ikan dalam 1000M2
sawah adalah, untuk bibit ikan
12.500 x 300 = 3.750.000, makanan ikan (pelet) 1.600 Kg x 12.000
= 19.200.000 sedangkan hasil panen ikan adalah 1.200 Kg ikan x
29.000 = 34.800.000. dalam hal ini untuk bibi dan makanan ikan
menghabiskan biaya sebesar Rp.22.950.000 sedangkan untuk hasil
yang diperolah selama 90 hari adalah 34.800.000 setelah hasil
panen dikurangi modal maka di terima keuntungan sebesar
Rp11.850.000 per 1000 M2 lahan. Sedangkan padi yang di
hasilakan dari 1000M2 lahan tersebut dengan bermodalkan 10 Kg
benih menghasilakan 2.950 Kg padi dan meningkat sebesar 500 Kg
padi dari cara tanam padi dengan pola biasa (Nelwati, Wawancara,
1 Februari 2019).
Dalam proses ini keuntungan yang kita dapat tidak hanya
padi tetapi juga memperoleh ikan. manfaat bagi padi yang di
tanami adalah dengan adanya makanan ikan yang di berikan setiap
harinya, hal ini akan meningkatkan mutu dan kualiatas padi yang
ditanami karna makanan ikan tersebut akan menjadi pupuk, selain
meningkatkan mutu dan kualitas pertanian, para petani tidak harus
lagi menyiangi sawahnya secara rutin sebagaimana yang dilakukan
86
oleh para petani biasa yang hanya menanami padi saja (Kelompok
Tani Pelita Harapan Talang Maur, Wawancara, 1 Februari 2019).
c. Wakaf Lahan Ladang
Agar tanah kosong atau ladang yang dimilikin Pondok
Pesantren Modern Diniyyah Pasia bisa produktif dan menghasilkan
hasil yang maksimal. Para nadzir wakaf harus mengarahkan serta
memodali masyarakat yang mengelola tanah tersebut untuk
menanami tumbuhan-tumbuah atau sayuran yang cocok sesuai
tanah, agar tanah kosong tersebut bisa lebih produktif dan
menghasilkan output untuk Pondok Pesantren Modern Diniyyah
Pasia salah satunya dengan menggunakan sistem mudarabah.
Dengan luasnya lahan ladang yang dimiliki Pondok
Pesantren Modern Diniyyah Pasia bisa dimanfaatkan untuk
menanami berbagai macam tanaman pangan, tanaman pangan ini
bisa dimanfaatkan untuk pemenuhan konsumsi santri/santriwati
serta majlis guru di Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia.
Semua ini akan menghasilakan dampak positif terhadap konsumsi
dapur Pondok Pesantren.
Dalam pengelolaan dan pengembangan wakaf produktif ini
harus lah dengan manajemen yang baik . Menejemen yang di
gunakan untuk pengelolaan dan pengembangan wakaf produktif di
87
Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia belum maksimal yang
mana :
a. Perencanaan (Planning)
Agar pelaksanaan kegiatan ekonomi berjalan lancar maka
di butuhkan perencanaan, membuat perencanaan merupakan
sebuah keharusan dalam setiap kegiatan ekonomi, karena dengan
adanya perencanaan ini kita telah memikirkan bagaimana jalanya
suatu usaha untuk kedepannya, dalam perencanaan ini telah
terkonsep hal-hal positif yang bakal terjadi dan juga kemungkinan
hal-hal negatif yang bakal terjadi. Makanya dalam perencanaan
suatu usaha haruslah di fikirkan sedemikian mungkin. Dalam hal
ini Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia telah membuat
sebuah perencanaan untuk membangun sebuah usaha untuk
pengembangan wakaf produktif kedepannya, walaupun
kenyataannya saat sekarang ini hal tersebut belum terwujudkan.
b. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian juga diartikan sebagai fasilitas, material
dan orang.Dalam pengorganisasian dibutuhkan struktur organisasi
yang jelas agar suatu organisasi tersebut berjalan tertib. Untuk
pemilihan anggota dalam organisasi tersebut haruslah sesuai
kemampuan dan skil masing-masing serta anggota tim yang serasi,
struktur dari organisasi ini menunjukkan tugas-tugas pada masing-
masing bagian dalam rangka mewujutkan tujuan dari organisasi
88
tersebut. Pada pengelolaan dan pengembangan wakaf produktif di
Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia belum terbentuk
struktur yang komplit yang mana nadzir wakaf hanya perorangan.
Hal seperti ini yang menjadikan wakaf yang ada tidak terkelola
secara produktif.
c. Pengawasan (Controling)
Dalam menilai keberhasilan suatu usaha pengawasan ini
menjadi faktor yang sangat penting.Dengan adanya pengawasan ini
bisa menilai sejauh mana kinerja dari anggota organisasi tersebut,
dan juga dengan adanya pengawasan, bisa melihat penyimpangan-
penyimpangan yang terjadi dalam kelompok tersebut.
Jadi dalam pengelolaan harta benda wakaf produktif tidak
hanya sesuai dengan persayaratan yang di atur dalam Undang-Undang
Nomor 41 Tahun 2004 saja, tetapi juga banyak hal-hal kecil yang
harus dipikirkan karena wakaf produktif ini bertujuan untuk
peningkatan ekonomi umat dari sektor wakaf.
Karena tanggung jawab dari nadzir wakaf ini sangatlah berat ,
maka para nadzir wakaf yang dipilih haruslah kompeten dan kreatif
serta menguasai berbagai bidang keilmuan, untuk meningkatkan mutu
dari para nadzir, haruslah di lakukan pembinaan atau pelatihan yang
mampu meningkatkan mutu dari para nadzir ini. Hal ini disebabkan
tanggung jawab nadzir wakaf yang mengelolaa wakaf produktif
sangatlah berat dibandingakan nadzir wakaf yang mengelola wakaf
89
yang lansung di manfaatkan hasilnya. Maka dari itu para nadzir
haruslah memeiliki pengetahuan tentang bisnis dalam islam serta
kemampuan mengambil strategi dalam pengambilan keputasan untuk
peningkatan sumber daya manusia (SDM).
Dalam hal ini pengelolaan dan pengembangan wakaf produktif
di Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia bisa berkaca kepada
Pondok Modern Darussalam Gontor yang telah memiliki aset wakaf
produktif yang banyak. Setiap wakaf produktif yang amanatkan kepada
Pondok Modern Darussalam Gontor dikelola dan di kembangkan oleh
nadzir, yang mana dalam pengelolaan dan pengembangan wakaf
produktif ini dibentukalah sebuah badan wakaf bernama Yayasan
Pemelihara dan Perluasan Wakaf Pondok Modern (YPPWPM). Setiap
anggota yang terlibat dalam pemeliharaan dan pengembangan wakaf
ini di didik dan diberikan pelatiahan, hal ini dilakukan dengan 2 cara
yaitu : 1. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM) di tempuh
melalui pendidikan (diklat) yang diaksanakan di Pusat Latihan
Manajemen dan Pengembangan Masyarakat (PLMPM), 2.
Pemberdayaan wakaf melalui unit-unit usaha yang terkoordinasi dalam
koperasi Pondok pesantren. Setiap wakaf yang di amanatkan ke
Pondok Modern Darussalam Gontor di jadikan usaha atau UMKM
sehingga hasil dari unit-unit usaha inilah yang di jadikan untuk
pengembangan pembangunan atau penunjang pembelajaran
santri/santri wati di Pondok Modern Darussalam Gontor, hingga saat
90
ini Pondok Modern Darussalam Gontor memiliki berbagai macam
Unit usaha yang berdampak pada peningkatan pendapatan penduduk
setempat (Rozalinda, 2015: 318).
C. Analisi SWOT
Agar tujuan dari yang telah ditetapkan terwujud, ada beberapa hal
yang harus diperhatikan, yaitu kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
di waktu sekarang dan yang akan datang. Dalam hal ini nadzir Pondok
Pesantren Modern Diniyyah Pasia harus memperhatikan faktor kekuatan,
kelemahan, peluang serta acaman yang mungkin terjadi dalam
pengelolaan wakaf produktif di Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia.
Hal ini bisa digambarkan leawat analisi SWOT sebagai berikut (Desmadi
Saharuddin & Riyantama Wiradifa, 2017: 11);
1. Kekuatan (Strenght)
Kekuatan yang dimiliki nadzir wakaf Pondok Pesantren
Modern Diniyyah Pasia, adalah:
a. Memiliki lahan tanah wakaf yang luas
Sejak berdirinya Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia
dari tahun 1991 -2017 selalu menerima tanah wakaf berupa lahan
sawah dana lahan ladang setiap tahunya. Wakaf yang diterima
berasal dari masyarakat setempat serta wali santri/santriwati.
b. Adanya wakaf tunai
91
Selain wakaf berupa lahan sawah dan lahan ladang, Pondok
Pesantren Modern Diniyyah Pasia juga menerima wakaf berupa
wakaf tunai.
c. Disahkanya Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 dan Peraturan
Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaanya.
Dengan disahkanya Undang-Undang Nomor 41 Tahun
2004 dan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006. Menjadi
kekuatan bagi Pondok pesantren Modern Diniyyah Pasia dalam
mengelola wakaf, karena telah memiliki kekuatan hukum
tersendiri.
d. Pelayanan Yang Baik
Keramahan para nadzir dalam melayani para wakif menjadi
daya tarik tersendiri dari para wkif untuk mewakafkan harta
bendanya ke Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia.
2. Kelemahan (Weakness)
Kelemahan dari nadzir wakaf Pondok Pesantren Modern
Diniyyah Pasia, adalah:
a. Nadzir Bersifat Perorangan
Nadzir yang dipakai di Pondok Pesantren Modern Diniyyah
Pasia adalah nadzir yang bersifat perorangan, yang terdiri dari 4
92
orang nadzir, semua nadzir ini merupakan pemimpin di Pondok
Pesantren Modern Diniyyah Pasia, Ketua KMI dan Majlis guru di
Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia
b. Tidak ada program khusus dalam pengelolaan wakaf produktif
Tidak adanya program-program khusus dalam pengelolaan
dan pengembangan wakaf produktif di Pondok Pesantren Modern
Diniyyah Pasia menjadi salah satu kelemahan dalam
pengembangan wakaf produktif tersebut.
Tabel 4.5
Table IFAS
Kekuatan
(strenght)
Kelemahan
(weakness)
a. Memiliki lahan tanah wakaf
yang luas
b. Adanya wakaf tunai
c. Disahkanya Undang-
Undang Nomor 41 Tahun
2004 dan Peraturan
Pemerintah Nomor 42
Tahun 2006 tentang
pelaksanaanya.
d. Pelayanan yang baik
a. Nadzir bersifat perorangan
b. Tidak ada program khusus
dalam pengelolaan wakaf
produktif
93
3. Peluang (Oppoturnity)
Peluang yang dimiliki nadzir wakaf Pondok Pesantren Modern
Diniyyah Pasia, adalah:
a. Mayoritas masyarakat Nagari Pasia Muslim
Penduduk nagari Pasia yang berjumlah 2.854 jiwa dengan
jumlah 99% muslim, merupakan peluang besar bagi Pondok
Pesantren Modern Diniyyah Pasia dalam menjaring para wakif.
b. Tingginya minat masyarakat untuk mewakafkan hartanya
Tingginya minat masyarakat dan para wali santri/santriwati
untuk mewakafkan sebagain hartanya ke Pondok Pesantren
Modern Diniyyah Pasia menjadi sebuah peluang bagi para nadzir
untuk memanfaatkan dan mengembangakan wakaf tersebut, guna
untuk peningkatan mutu dan kualitas Pondok Pesantren Modern
Diniyyah Pasia.
c. Daerah pasia merupakan daerah yang subur
Dengan kondisi geografis yang bagus, menjadikan daerah
Pasia menjadi daerah yang subur dan cocok untuk bercocok tanam.
d. Nadzir dipilih langsung oleh kepala Kantor Urusan Agama (KUA)
Kecamatan Ampek Angkek
94
Nadzir yang dipilih langsung dari Kantor Urusan Agama
Kecamatan Ampek Agkek merupakan bukti keseriusan Pondok
Pesantren Modern Diniyyah Pasia dalam pengelolaan dan
pengembangan wakaf .
4. Ancaman (Threath)
Adapun acaman dalam pengelolaan dan pengembangan wakaf
di Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia, adalah:
a. Tidak adanya bidang-bidang khusus yang bertanggung jawab atas
pengelolaan dan pengembangan harta wakaf.
Tidak adanya bidang-bidang khusus yang bertanggung
jawab dalam pengelolaan wakaf merupakan salah satu ancaman
dalam pengelolaan wakaf. Karena dalam pengelolaan dan
pengembanganya semua harta wakaf hanya diserahkan kepada
masyarakat saja.
b. Tingkat kejujuran pengelola wakaf yang rendah
Rendahnya tingkat kejujuran dari para masyarakat yang
mengelola harta wakaf ini , menjadi salah satu ancaman dalam
pengelolaan dan pengembangan wakaf produktif di Pondok
Pesantren Modern Diniyyah Pasia. Karna kejujuran merupakan
faktor utama untuk kemajuan suatu usaha.
95
Table 4.6
Table EFAS
Peluang
(Opportunity)
Ancaman
(Threath)
a. Mayoritas masyarakat Nagari
Pasia muslim
b. Tingginya minat masyarakat
untuk mewakafkan hartanya
c. Daerah Pasia merupakan daerah
yang subur
d. Nadzir di pilih lansung oleh
kepala Kantor Urusan Agama
(KUA) Kecamatan Ampek
Angkek
a. Tidak ada bidang-bidang
khusus yang bertanggung
jawab atas pengelolaan dan
pengembangan wakaf
b. Tingkat kejujuran pengelola
wakaf yang rendah
5. Hasil Evaluasi Faktor Internal (EFI)
Berdasarkan peringkat (rating) dan bobot yang diberikan
informan terhadap evaluasi faktor internal menghasilkan sebagai
berikut:
96
Tabel 4.7
Pembobotan Faktor Internal
No Faktor Internal 1 2 3
Kekuatan (Strenght)
1 Memiliki lahan tanah wakaf yang luas
2 Adanya wakaf tunai
3 Disahkan Undang-Undang No 41 Tahun
2004 dan Peraturan Pemerintah Nomor
42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaanya
4 Pelayanan yang baik
Kelemahan (Weakness)
5 Nadzir bersifat perorangan
6 Tidak ada program khusus dalam
pengelolaan wakaf produktif
Keterangan :
1 = Kurang Penting
2 = Penting
3 = Sangat Penting
Cara menghitung bobot:
Diketahui jumlah seluruh faktor internal adalah 16 yang di
dapat dari 3+3+2+3+2+3=16. Setiap skala pada faktor dibagi jumlah
total keseluruhan skala faktor, maka akan diperoleh angka 0,96
97
Tabel 4.8
Hasil Perhitungan Skala Bobot
3/16 0,18
3/16 0,18
2/16 0,12
3/16 0,18
2/16 0,12
3/16 0,18
Jumlah 0,96
Tabel 4.9
Hasil Evaluasi Faktor Internal
No Faktor Internal (Kekuatan) Bobot Rating Bobot*
Rating
1 Memiliki lahan tanah wakaf yang
luas
0,18 +4 0,72
2 Adanya wakaf tunai 0,18 +4 0,72
3 Disahkan Undang-Undang No 41
Tahun 2004 dan Peraturan
Pemerintah Nomor 42 Tahun
2006 tentang Pelaksanaanya
0,12 +3 0,36
4 Pelayanan yang baik 0,18 +4 0,72
Total Skor Kekuatan (S) 2,52
98
No Faktor Internal (Kelemahan) Bobot Rating Bobot*
Rating
1 Nadzir bersifat perorangan 0,12 +2 0,14
2 Tidak ada program khusus dalam
pengelolaan wakaf produktif
0,18 +1 0,18
Total Skor Kelemahan (W) 0,32
Jumlah total skor Kekuatan + Kelemahan (S+W) = 2,84
Keterangan :
Reting untuk masing-masing faktor diberikan skala mulai dari
4 hingga 1, yang menunjukkan pengaruh terhadap kondisi yang
bersangkutan. Untuk pemberian rating terhadap faktor kekuatan
bersifat positif (kekuatan paling besar diberi rating +4 sedangkan
paling terkecil diberikan rating +1). Sedangkan untuk pemberian rating
terhadap faktor kelemahan kebalikan dari kekuatan yaitu ketika
kelemahan sangat besar diberi rating +1 dan yang terkecil diberi rating
+4.
Dari tabel di atas diketahui bahwa faktor yang paling dominan
dalam skor IFAS terhadap aspek kekuatan, adalah memiliki lahan yang
luas, adanya wakaf tunai serta pelayanan yang baik dengan skor 0,72,
jadi bisa diartikan bahwa ketiga faktor ini merupakan kekuatan bagi
nadzir wakaf Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia dalam
pengelolaan dan pengembangan wakaf produktif.
99
6. Hasil Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)
Hasil evaluasi faktor eksternal ini didasarkan atas bobot dan
peringkat (rating) yang diberikan oleh responden terhadap faktor-
faktor eksternal yang telah ditentukan. Hasil dari faktor eksternal
tersebut adalah :
Tabel 4.10
Pembobotan Faktor Eksternal
No Faktor Eksternal 1 2 3
Peluang (Opportunity)
1 Mayoritas masyarakat nagari Pasia
muslim
2 Tingginya minat masyarakat untuk
mewakafkan hartanya
3 Daerah Pasia merupakan daerah yang
subur
4 Nadzir dipilih lansung oleh kepala
Kantor Urusan Agama (KUA) AMpek
Angkek
Ancaman (Threath)
5 Tidak ada bidang-bidang khusus yang
bertanggung jawab atas pengelolaan dan
pengembangan wakaf
6 Tingkat kejujuran pengelola wakaf yang
rendah
Keterangan :
1 = Kurang Penting
100
2 = Penting
3 = Sangat Penting
Cara menghitung bobot:
Dari total seluruh faktor eksternal didapat sebanyak 15 yang
didapat dari 2+3+3+1+3+3 = 15. Setiap skala pada faktor dibagi
dengan jumlah total keseluruhan makan akan diperoleh angka 0,99.
Tabel 4.11
Hasil Perhitungan Skala Bobot
2/15 0,13
3/15 0,2
3/15 0,2
1/15 0,06
3/15 0,2
3/15 0,2
Jumlah 0,99
Tabel 4.12
Hasil Evaluasi Faktor Eksternal
No Faktor Eksternal (Peluang) Bobot Rating Bobot*
Rating
1 Mayoritas masyarakat nagari
Pasia muslim
0,13 +2 0,26
2 Tingginya minat masyarakat
untuk mewakafkan hartanya
0,2 +4 0,8
3 Daerah Pasia merupakan daerah 0,2 +4 0,8
101
yang subur
4 Nadzir dipilih lansung oleh
kepala Kantor Urusan Agama
(KUA) Ampek Angkek
0,06 +1 0,06
Total Skor Peluang (O) 1,92
No Faktor Eksternal (Ancman) Bobot Rating Bobot*
Rating
1 Tidak ada bidang-bidang khusus
yang bertanggung jawab atas
pengelolaan dan pengembangan
wakaf
0,2 1 0,2
2 Tingkat kejujuran pengelola
wakaf yang rendah
0,2 1 0,2
Total Skor Ancaman (T) 0,4
Total skor Peluang + Ancaman = 2,32
Reting untuk masing-masing faktor diberikan skala mulai dari
4 hingga 1, yang menunjukkan pengaruh terhadap kondisi yang
bersangkutan. Untuk pemberian rating terhadap faktor peluang bersifat
positif (kekuatan paling besar diberi rating +4 sedangkan paling
terkecil diberikan rating +1). Sedangkan untuk pemberian rating
terhadap faktor ancaman kebalikan dari kekuatan yaitu ketika ancaman
sangat besar diberi rating +1 dan yang terkecil diberi rating +4.
Dari tabel di atas diketahui bahwa faktor yang paling dominan
dalam skor EFAS terhadap aspek Peluang, adalah tingginya minat
masyarakat untuk mewakafkan hartanya serta daerah Pasia merupakan
102
daerah yang subur dengan skor 0,8, jadi bisa diartikan bahwa kedua
faktor ini merupakan peluang bagi nadzir wakaf Pondok Pesantren
Modern Diniyyah Pasia dalam pengelolaan dan pengembangan wakaf
produktif.
7. Matrik SWOT
Setelah menyusun tabel evaluasi faktor internal (EFI) dan
evaluasi faktor eksternal (EFE), untuk menentukan strategi mana yang
efektif dalam pengelolaan dan pengembangan wakaf produktif di
Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia maka dibuatlah tabel matrik
SWOT dengan rumusan berdasarkan hasil evaluasi faktor internal
(EFI) dan juga evaluasi faktor eksternal (EFE) sebagai berikut :
Tabel 4.13
Hasil Matrik SWOT
EFI
EFA
Kekuatan (S) Kelemahan (W)
Peluang (O)
Strategi SO
SO = 2,52 + 1,92
SO = 4,44
Strategi WO
WO = 0,32 + 1,92
WO = 2,24
Ancaman (T)
Strategi ST
ST = 2,52 + 0,4
ST = 2,92
Strategi WT
WT = 0,32 + 0,4
WT = 0,72
Dari hitungan matrik SWOT diatas, maka terlihatlah strategi
mana yang harus dipakai dalam pengelolaan dan Pengembangan
Wakaf Produktif di Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia dengan
103
melihat skor strategi tertinggi, yaitunya strategi SO dengan
memanfaatakan kekuatan (S) internal dan mengambil peluang (O)
yang dimiliki.
Table 4.14
Matrik SWOT
IFAS
EFAS
Kekuatan
(Strenght)
1. Memiliki lahan tanah
wakaf yang luas
2. Adanya wakaf tunai
3. Disahkanya Undang-
Undang Nomor 41
Tahun 2004 dan
Peraturan Pemerintah
Nomor 42 Tahun 2006
Tentang pelaksanaan
wakaf
4. Pelayanan yang baik
Kelemahan
(Weakness)
1. Nadzir bersifat
perorangan
2. Tidak ada program
khusus dalam
pengelolaan dan
pengembangan
wakaf produktif
Peluang
(Opportunity)
1. Mayoritas masyarakt
nagari Pasia muslim
2. Tingginya minat
masyarakat untuk
mewakafkan hartanya
3. Daerah Pasia merupakan
daerah yang subur
4. Nadzir dipilih lansung
oleh Kepala Kantor
Urusan Agama (KUA)
Kecamatan Ampek
Angkek
Strategi 1
SO
1. Lahan tanah wakaf
yang luas
diberdayakan untuk
mendirikan usaha-
usaha yang produktif
2. Wakaf tunai yang
dimiliki dijadikan
sebagai modal untuk
memproduktifkan
lahan-lahan kosong
yang dimiliki
3. Pelayanan yang baik
bisa menjadi salah satu
faktor pendorong
masyarakat untuk
selalu mewakafkan
hartanya
Strategi 3
WO
1. Membentuk nadzir
berbadan hukum
2. Merancang
program-program
khusus dalam
mengembangkan
harta wakaf
Ancaman
(Threath)
1. Tidak ada bidang-bidang
khusus yang bertanggung
Strategi 2
ST
1. Membentuk bidang-
bidang khusus yang
Strategi 4
WT
1. Membentuk bidang-
bidang khusus yang
104
jawab atas pengelolaan
dan pengembangan
wakaf
2. Tingkat kejujuran
pengelola wakaf yang
rendah
bertanggung jawab
atas pengelolaan dan
pengembangan wakaf
2. Meningkatkan
kejujuran
bertanggung jawab
dalam pengelolaan
dan pengembangan
wakaf
2. Membentuk nadzir
berbadan hukum
Berdasarkan tabel analisis matrik SWOT diatas bisa
disimpulakan bahwa strategi yang harus digunakan dalam
pengelolaan dan pengembangan wakaf produktif di Pondok
Pesantren Modern Diniyyah Pasia adalah dengan menggunakan
strategi SO,yaitu dengan cara:
1. Memberdayakan lahan tanah wakaf yang luas untuk
mendirikan usaha-usaha yang produktif
2. Wakaf tunai yang dimiliki dijadikan sebagai modal untuk
memproduktifkan lahan-lahan kosong yang dimiliki
3. Pelayanan yang baik bisa menjadi salah satu faktor pendorong
masyarakat untuk selalu mewakafkan hartanya
105
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Pengelolaan wakaf produktif di Pondok Pesantren Modern Diniyyah
Pasia belum berjalan maksimal, karena sistem yang digunakan dalam
pengelolaan wakaf ini masih bersifat tradisional dan belum
terorganisir, nadzir yang mengelola harta wakaf tersebut hanyalah
perorangan dan tidak terstruktur sehingga dalam pengelolaan harta
benda wakaf tersebut tidak ada pengawasan dalam mengawasi para
pengelola harta wakaf Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia.
Harta wakaf yang berikan kepada Pondok Pesantren Modern Diniyyah
Pasia berupa lahan sawah dan lahan ladang yang tidak memiliki lokasi
yang strategis tidak dimaksimalkan dengan cara mengganti tanah
wakaf tersebut dengan tanah yang beralokasi strategis sehingga bisa di
jadikan unit usaha produktif, diganti yang di maksud disini adalah
dengan cara menjual tanah wakaf yang tidak strategis tersebut dan
hasil penjualannya di belikan untuk pembilan tanah yang
beralokasikan strategis agar bisa didirikan unit-unit usaha yang dapat
megembangan wakaf tersebut serta untuk pengembangan sarana
prasarana di Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia,
2. Harta wakaf di Pondok Pesantren Modern Dinyyah Pasia tidak
mengalami perkembangan, karena setiap harta wakaf yang di
diwakafkan ke Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia hanya
difokuskan kepada penambahan pembangunan gedung belajar
106
santri/santriwati dan asrama sehingga mengakibatkan harta wakaf
tersebut tidak produktif.
Faktor-faktor yang mengakibatkan wakaf di Pondok Pesantren
Modern Diniyyah Pasia ini tidak berkembang adalah:
a. Tidak adanya struktur badan pengelola wakaf di Pondok Pesantren
Modern Diniyyah Pasia, yang mana struktur keorganisasian ini
sangatlah dibutuhkan dalam pengelolaan dan pengembangan wakaf
tersebut, dengan adanya struktur yang jelas hal ini memudahkan
nadzir wakaf untuk mengelola dan mengembangakan wakaf itu
sendiri.
b. Setiap harta wakaf yang di berikan kepada Pondok Pesantren
Modern Diniyyah Pasia berupa lahan tanah kosong dan wakaf uang
tunai di jadikan untuk pembangunan sarana dan prasarana di
Pondok pesantren Modern Diniyyah Pasia, tidak menjadikan tanah
dan wakaf tunai tersebut untuk pendirian unit-unit usaha untuk
pengembangan pembangunan di Pondok Pesantren Modern
Diniyyah Pasia dalam jangka panjang. Padahal dengan melihat
pengelolaan dan pengembanga harta wakaf di Pondok Modern
Darussalam Gontor dan juga Yayasan Miftahul Ulum Al-Yasini
yaitu dengan menjadikan harta wakaf yang ada untuk pendirian
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) bisa mengembangakan
fasilitas belajar dan asrama di Pondok Modern Darussalam Gontor
107
dan juga Yayasan Miftahul Ulum Al-Yasini maju dan berkembang
hingga memiliki banyak cabang di Indonesia.
B. Saran
1. Dalam pengelolaan wakaf di Pondok Pesantren Modern Diniyyah
Pasia haruslah di bentuk sebuah badan wakaf khusus untuk
pengelolaan dan pengembangan wakaf tersebut yang terdiri penasehat,
pengawas, ketua, sekretaris, bendahara, dan bidang-bidang
pengembangan sector bisnis. Para nadzir wakaf yang telah ditentukan
haruslah fokus terhadap peranannya sebagai nadzir dan tidak boleh
rangkap jabatan. Hal ini harus dilakukan agar setiap wakaf yang di
wakafkan ke Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia bisa
membantu pengembangan sarana dan prasarana yang ada, dengan
memproduktifkan harta benda wakaf yang bisa membantu peningkatan
ekonomi masyarakat setempat.
2. Harta wakaf yang masuk ke Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia
di jadikan untuk pendirian unit-unit usaha yang mampu
mengembangakan Pondok Pesantren Modern Dinyyah Pasia dalam
jangka panjang.
3. Untuk penelitian selanjutnya, agar meneliti lebih dalam lagi tentang
sistem pengelolaan dan pengembangan wakaf produktif di Pondok
Pesantren Modern diniyyah Pasia, yang bisa diterapkan oleh Sumber
Daya Manusia (SDM) yang mengelola harta wakaf tersebut.
108
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia,ed. Pertama, Akademika
Presindo, Jakarta, 1992
Al Asqolani, Ibn Hajar, Fath Al Bari, Birut, Dar Al Marifah, 1379 H
Al-Kabisi, Muhammad Abid Abdullah, Hukum Wakaf,Kajian Kontemporer
Pertama dan Terlengkap tentang Fungsi dan Pengelolaan Wakaf serta
Penyelesain atas Sengketa Wakaf, Dompet Dhuafa Republika, Jakarta, 2004
Ali, Mohammad Daud, Sistem Ekonomi Islam, Zakat dan Wakaf, UI Press,
Jakarta, 1998
Anam, Saeful, “Journal Of Applied Linguistics and Islamic Education”, Vol. 01
No. 01, INKAFA Gresik, Jawa Timur, 2017
Anshori (al), Syekh Islam Abi Yahya Zakariyah, Fathul Wahab, Juz I, Toha
Putra, Semarang, t.th
Arifin, Zaaenal, “80 Tahun Perguruan Diniyyah Pasia Catatan Perjalanan
Panjang Tiga Zaman”, Pondok Pesantren Diniyyah Pasia, Pasia, 2008
Arikunto, Suharsimi, “Prosedur Penelitian”, Rineka Cipta, Jakarta, 2010
Asy’ari, Hasan, “Pengelolaan dan pengembangan wakaf produktif di Yayasan
Pondok Pesantren Miftahul Ulum Al-Yasini”, UIN Maulana Malik Ibrahim,
Malang, 2016
Djamaluddin, “Teologi Pendidikan”, Pt Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001
Elimartati, “Hukum Perdata Islam di Indonesia”, STAIN Batusangkar,
Batusangkar, 2010
Fauzan,”Zakat Produktif sebagai Titik Tolak Kebangkitan Peradaban Islam (El-
Furqania)”, Vol. 01, No. 01, STAI AL-Khairat, Pemekasan, 2015
Fitriwati, “Evaluasi Pengelolaan dan Penyaluran Dana Wakaf pada Griya Yatim
dan Dhuafa (GYD) di Bumi Serpong Damai (BSD)”, UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 2016
Gofar, Abdul, Kebaradaan Undang-Undang Wakaf di Dalam Perspektif Tata
Hukum Nasional, Al Hikmah, Mimbar Hukum No. 57 Tahun XIII, Jakarta,
2002
109
Halim, A, et. all, ”Menggali Potensi Ekonomi Pondok Pesantren”, Pustaka
Pesantren, Yogyakarta, 2005
Hamami, Taufiq, Perwakafan Tanah Dalam Politik Hukum Agraria
Nasional,Tatanusa, Jakarta, 2003
Hasbullah, “Kapita Selekta Islam”, Rajawali Pers, Jakarta, 1999
Huda, Miftahul, “Wakaf dan Kemandirian Pesantren Dari Tebuireng Hingga
Gontor (Islamika)”, Vol. 7 No. 1, STAIN Ponorogo, Jawa Timur, 2012
Imam Taqiyuddin Abu Bakar bin Muhammad al-Husaini, Kifayat al-Akhyar, ter.
KH. Syarifuddin Anwar, 2007, Bijna Iman, Surabaya, 2007)
Indonesia, Departemen Agama RI, “Pedoman Pengelolaan & Pengembangan
Wakaf”, Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jendral Bimbingan
Masyarakat Islam, Jakarta, 2006
Indonesia, Departemen Agama RI,” Proyek Peningkatan Zakat dan Wakaf,
Panduan Pemberdayaan Tanah Wakaf Produktif Strategis di Indonesia”,
Direktorat Jendral BIMAS dan Penyelenggaraan Haji, Jakarta, 2003
Indonesia, Departemen Agama RI, ”Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyyah”,
Direktorat Jendral kelembagaan Agama Islam, Jakarta, 2003
Indonesia, Departemen Agama RI,” Proyek Peningkatan Zakat dan Wakaf,
Panduan Pemberdayaan Tanah Wakaf Produktif Strategis di Indonesia”,
Direktorat Jendral BIMAS dan Penyelenggaraan Haji, Jakarta, 2006
Indriati, Dewi Sri, “Urgensi Wakaf Produktif Ddalam Pembangunan Ekonomi
Masyarakat (Jurnal Ilmiah Al-SYir’ah)”, Vol. 15, No. 02, Balai Diklat, Kota
Manado, 2017
Katsir Ibn, “al-Bidayah wa an-Nibayah Juz III”, Dar al- Kutub al-Ilmiyyah,
Bairut, 1994
Lexy, Maleong J, “Metode Penelitian Kualitatif”, Remaja Rosda Karya, Bandung
1995
M, Ibnoe Wahyudi, Hukum Islam Zakat dan Wakaf Teori dan Prakteknya di
Indonesia, Cet. Ke-1, Papas Sinar Sinanti Anggota Ikapi, Jakarta, 2005
Mantari, Muslim D St, “ Menyibak Gemilang 67 Tahun Nagari Pasia”, Pasia,
2013
Mubarok, Jauih, “Wakaf Produktif”, Simbiosa Rakatama Media, Bandung, 2008
110
Mufraini, M. Arif, “Metodologi Penelitian Bidang Ekonomi Islam”, Cet. 1, UIN
Jakarta Press, Tanggerang Selatan, 2013
Mujamil, Menajemen Pendidikan, hal.167-168
Mubarok, “Jurnal Hukum Islam (JHI”), Vol. 11, No. 01, STAIN Pekalongan,
Jawa Tengah, 2013
Nasution, “Metodologi Research Penelitian Ilmiah”, Bumi Aksara, Jakarta 2003
Rafiq, Ahmad, Hukum Islam di Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
1998
Ramli (al), Ibnu Syihab, Nihayah Al-Muhtaj, Juz IV, Daar al-Kitab al-Alamiyah,
Bairut, 1996
Rozalinda, “Manajemen Wakaf Produktif “, Cet. 1, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2015
Rohmat, Badru, “Strategi Pengelolaan Wakaf uang secara Produktif pada Baitul
Mal Muamalat”, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2010
Safarda, Nofia, “Wahid Ka Alfin Kiprah dan Pengabdian Diniyyah Pasia”, Cet. 1,
CV. Visigraf, Kota Padang, 2018
Saharuddin, Desmadi, et. All, “Strategi Pendistribusian Zakat, Infak, dan
Sadakah (ZIS) di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Tangerang
Selatan (Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam)”, Vol. 3, No.1, UIN Jakarta,
Jakarta, 2017
Setiowati, Nur Eka, “Manajemen Pembiayaan Pendidikan Pondok Pesantren dan
Lembaga Pendidikan Terpadu Nurushiddiq Cirebon”, IAIN Syehk Nurjati,
Cirebon, 2013
SM, Ismail, et. all, “Dinamika Pesantren dan Madrasa”, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2002
Suryadi, Niryad Muqisthi, “Strategi Pengelolaaan Wakaf Produktif Dalam
Rangka Pemberdayaan Umat di Kecamatan Pangkajene Kabupaten
Pangkep”, UIN Alauddin, Makassar, 2017
Undang-undang RI, “Sitem pendidikan Nasional”, Fermana, Bandung, 2006
111
Wawancara
Wawancara Pribadi dengan Drs. H. Nawazir Muchtar, Lc, Pasia, Senin, 28
Januari 2019
Wawancara Pribadi dengan Khairul Hafies, S.Th.I, Pasia, Kamis, 5 Juli 2018
Wawancara Pribadi dengan Hamid Kasman, Pasia, Selasa, 29 Januari 2019
Wawancara Pribadi dengan Adrizal, Pasia, Selasa, 29 Juli 2019
Wawancara Pribadi dengan Dinas Pertanian dan Perikanan Kab. 50 Kota,
Sarilamak, Kamis, 31 Januari 2019
Wawancara Pribadi Kelompok Tani Pelita Harapan, Talang Maur, Kamis, 31
Januari 2019
Internet
Imam Suhadak, Manajemen Keuangan dan Penggalian Dana Dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan Islam, di akses dari
http://masimamsuhadak.blogspot.co.id/2013/02/manajemen-keuangan-dan-
penggalian.html, pada tanggal 01 Februari 2019
112
Lampiran 1 Hasil Wawancara
A. Petunjuk Umum Wawancara (Nadzir Wakaf)
Pewawancara : Apa sumber pendanaan Pondok Pesantren Modern
Diniyyah Pasia ?
Narasumber 1 : Untuk sumber pendaan kita di Pondok berasal dari SPP
bulanan santri/santriwati, selain itu kita juga menerima
infak, sadaqoh serta wakaf dari masyarakat dan juga para
wali santri/santriwati.
Pewawancara : Berapa jumlah harta wakaf pertama kali di terima pondok
ustadz?
Narasumber 1 : Kalau untuk harta wakaf yang pertama kali kita terima
yaitu kampus 1 yang berada di Jorong pincuran VII dengan
luas tanah sebesar1.400 M2.
Pewawancara : Bagaimana cara pengelolaan wakaf produktif di Pondok
Pesantren Modern Diniyyah Pasia ustadz ?
Narasumber 1 : Kalau untuk pengelolaan wakaf produktif di pondok itu
sendiri, saat ini kita serahkan semuanya kepada masyarakat
setempat untuk mengelolanya, dengan tujuan agar bisa
membantu perekonomian masyarakat.
Pewawancara : Kemana penyaluran hasil wakafnya ustadz ?
Narasumber 1 : Di Pondok sendiri kita selalu menerima wakaf berupa
wakaf uang, wakaf lahan sawah dan lahan ladang.
113
1. Untuk wakaf uang, semuanya kita jadikan untuk
pembelian bahan-bahan material pembangunan seperti
semen, pasir, besi, atap, kayu dan lain-lain.
2. Untuk lahan sawah, dalam pengelolaan sawah kita
serahkan kepada masyarakat setempat untuk
mengelolanya, dalam pengelolaanya semua biaya
seperti bibit, pupuk dan yang dibutuhkan disediakan
oleh yayasan, dan untuk bagi hasilnya kita bagi 50%
pada setiap kali panenya. Hasil yang diterima pondok
yaitu ada yang berupa beras dan padi yang langsung
diserahkan ke dapur pondok untuk tambahan bahan
makanan santri/santriwati.
3. Untuk wakaf ladang, sebagian telah kita jadikan
bangunan kampus 1,2 dan 3. Sisanya kita juga serahkan
kepada masyarakat setempat untuk di kelola, ada yang
menjadikannya untuk penanaman ubi kayu, labu siam.
Dan hanya 900 M2
dari lahan ladang yang disewakan
dengan tariff 300.000 pertahunya.
Pewawancara : Apa usaha-usaha yang berasal dari harta wakaf ustadz ?
Narasumber 1 : Untuk usaha-usaha dari harta wakaf sendiri kita belum
memiliki unit-unit usaha, tetapi insyaallah kedepanya akan
kita rencanakan.
Pewawancara : Apakah ada wakif tetap di Pondok Pesantren Modern
114
Diniyyah Pasia ?
Narasumber 1 : Untuk wakif tetap kita belum memiliki wakif tetap, tetapi
Alhamdulillah setiap tahun kita selalu menerima wakaf
baik lahan sawah atau ladang dan juga berupa uang.
Pewawancara : Apa program wakaf produktif dalam jangka panjang ustadz
?
Narasumber 1 : Sekarang ini kita lagi mengusahakan untuk mendirikan
wisma penginapan untuk para wali santri/santriwati yang
mengunjungi anaknya serta juga terbuka untuk umum.
Pewawancara : Berapa luas harta wakaf pondok hingga saat ini uastadz ?
Narasumber 1 : Untuk luas harta wakaf kita baik lahan swah atau lahan
ladang serta ketiga kampus kita hingga saat ini 25.324 M2.
Pewawancara : Apa kendala yang terjadi dalam pengelolaan wakaf
produktif di pondok ustadz ?
Narasumber 1 : Untuk kendala sendiri kita yaitu di lahan sawah, kurangnya
tingkat kejujuran dari para petani, masyarakat yang
mengelola lahan tersebut tidak melaporkan hasil panenya
sesuai dengan hasil sebenarnya, belakangan ini mereka
selalu mengatakan panengnya gagal, dan kita hanya
menerima tetapi setelah di Tanya-tanya kepada masyarakat
hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan yang di laporkan.
Untuk wakaf lahan ladang, kita hanya memberikan hak
pakai kepada masyarakat, dan juga ada masyarakat yang
115
menyewah tanah kita tetapi hanya dengan harga 300.000
per tahunya, dan ini tidak sesuai dengan hasil yang
diperoleh dari tanah tersebut.
B. Petunjuk Umum Wawancara (Petani)
Pewawancara : Jenis benih yang ditanami apa ya pak /
Narasumber 2 : Untuk jenis benih yang di tanam kita memakai randah putih
Pewawancara : Berapa kali panen dalam setahun ya pak /
Narasumber 2 : Dalam setahun itu kita panen selama 2 kali karena kita
memakai padi yang tumbuh dalam waktu 120 hari sedang
kan 4 bulan laginya untuk proses pembajakan serta
pengairan sawah.
Pewawancara : Untuk jenis pupuk yang dipakai apa ya pak ?
Narasumber 2 : Untuk persemain padi kita tidak memakai pupuk, tetapi
setalah padi berumur 15 hari di taburkan pupuk Urea untuk
pertumbuhan daun, dan ketika berumur 45 hari di taburi
lagi pupuk jenis Ponska dan SP36 untuk penyokong buah
Pewawancara : Apa pola penananaman yang digunakan pak ?
Narasumber 2 : Untuk penananaman padi kita seperti biasa, ya itu
menanami padi 5 sampai 6 batang padi di setiap titiknya.
Pewawancara : Berapa hasil yang diperoleh setiap panen pak?
Narasumber 2 : Untuk hasil sendiri dalam setiap panenya kita selalu
116
menerima 2.450 Kg dalam 1.000 M2
Pewawancara : Apa kendala yang sering terjadi dalam pengelolaannya
pak?
Narasumber 2 : Kendala yang sering terjadi ya seperti banyaknya
“pianggang” dan juga hama tikus
Pewawancara : Setelah panen , bagaimana cara bagi hasil dengan pondok
ya pak ?
Narasumber 2 : Untuk bagi hasil sendiri, karena kita di modali semua dari
pondok kita bagai 50% setiap kali panen.
C. Petunjuk Umum Wawancara (Penanggung Jawab Kesehatan )
Pewawancara : Bagaiman pola makan yang diterapkan di Pondok
Pesantren Modern Diniyyah Pasia ustadz ?
Narasumber 3 : Untuk pola makan sendiri di pondok pesantren, sama
seperti yang lain, kita makan 3 kali sehari yaitu pagi
sebelum pergi kesekolah, siang setelah shalat zuhur dan
malam sehabis shalat magrib, untuk makan sendiri itu
terdiri dari 4 sehat 5 sempurna.
Pewawancara : Bagaimana pola hidup yang diterapkan kepada
santri/santriwati ?
Narasumber 3 : Untuk pola hidupp sendiri , kita mewajibkan seluruh
santri/santriwati untuk selalu mengikuti kegiatan olahraga,
117
karna kita juga menfasilitasi hal tersebut, setiap seminggu
sekali kita mewajibkan lari pagi dan juga kita menfasilitasi
santri/santriwati yang tidak mau berolahraga dengan
mengikuti kegiatan beladiri serta setiap seminggu sekali
kita selalu memberikan vitamin kepada para
santri/santriwati. Untuk pola istrahat jam 10 malam kita
telah mewajibkan santri/santriwati untuk masuk kedalam
asrama dan beristirahat.
D. Petunjuk Umum Wawancara (Pengawas Pertanian Lapangan Kec.
Mungka )
Pewawancara : Bagaimana cara pemilihan bibit yang bermutu ?
Narasumber 4 : Dalam pemilihan bibit padi yang bermutu yaitu dengan
cara merendam bibit dengan larutan ZA 20gram/liter air
selama 2 kali 24 jam. Setelah benih direndam maka akan
kelihatan benih yang bermutu dan tidak bermutu, benih
yang tidak bermutu akan mengapung di dalam air,
sedangkan benih yang bermutu akan tetap terbenam
didalam air. Dan untuk 1.000 M2 lahan sawah cukup
dengan 10 kg padi.
Pewawancara : Bagaimana cara untuk perbuatan persemain yang baik ?
Narasumber 4 : Untuk pembuatan persemain sendiri harus di buat di tempat
118
yang terkena sinar matahari lansung, ketika persemain telah
di buat dan lumpurnya di cangkul sehalus mungkin, maka
kita bisa menaburi dengan pupuk kompos seperti jerami
yang telah dibusukan dari hasil panen sebelumnya.
Pewawancara : Apa ya bu jenis bibit yang bagus untuk di tanami?
Narasumber 4 : kalau untuk jenis bibit hampir sama tetapi saya lebih
menyarankan menggunakan jenis Sijunjung
Pewawancara : Kalau untuk jenis pupuk untuk penyokong pertumbuhan
padi sendiri apa ya bu?
Narasumber 4 : Untuk penyokong pertumbuhan padi cukup dengan
menggunakan pupuk kompos di awal sebelum padi
ditanami ketika sawah di bajak. Lalu selanjutnya tidak usah
di taburi pupuk karena ketika kita menerapkan sistem mina
padi, yaitu dengan menanam padi dan sekaligus
membudidayakan ikan, maka makanan ikan yang kita kasih
akan menjadi penyokong untuk meningkatkan kualitas
pertumbuhan padi.
Pewawancara : Bagaimana pola penanaman padi untuk sistem mina pada
ini ya bu?
Narasumber 4 : Pola penanaman padi dengan sistem mina padai adalah
dengan menggunakan jajar legowo yaitu menanami padi 1
sampai 2 batang pertitik, dan ditanami sebanyak 4 atau 5
banjar setelah itu di kasih jarak ±50 Cm dan di tanami lagi
119
4 banjar hingga seterusnya.
Pewawancara : Apa yang dilakukan untuk meminimalisir hama tikus ?
Narasumber 4 : Dengan menggunakan sistem mina padi ini, maka air akan
selalu menggenangi sawah dan hal ini akan mengurangi
hama tikus yang banyak membuat para petani gagal panen.
E. Petunjuk Umum Wawancara (Kelompok Tani Pelita Harapan)
Pewawancara : Apa jenis benih yang ibu tanami di Kelompok Tani Pelita
Harapan?
Narasumber 5 : Di Kelompok Tani Pelita Harapan sendiri kita memakai
benih Sijunjung yang bisa di panen setelah 120 hari.
Pewawancara : Berapa kali panen dalam setahun ya bu?
Narasumber 5 : Untuk panen , karna kita menggunakan benih yang 120 hari
maka kita panen hanya 2 kali dalam setahun, karna sisanya
lagi kita jadikan untuk penyempurnaan pencangkulan atau
pembajakan sawah kembali dan juga untuk penaburan
pupuk kompos berupa jerami hasil panen sebelumnya.
Pewawancara : Apa jenis pupuk yang dijadikan untuk penyokong
pertumbuhan padi?
Narasumber 5 : Kalau untuk pupuk sendiri kita hanya menggunakan pupuk
kompos karna selain pupuk kompos pertumbuhan padi
akan di sokong dengan adanya makanan ikan.
120
Pewawancara : Berapa hasil padi dan ikan yang diperoleh dalam sekali
panen bu ?
Narasumber 5 : Dalam sekli panen itu untuk padi kita mendapatkan hasil
panen sebanyak 2.950 Kg padi per 1.000 M2 lahan sawah.
Serta untuk hasil ikan sendiri kita mendapakan 1.200 Kg
ikan dalam 1.000 M2 lahan sawah dengan modal. Untuk
benih ikan 12.500 x 300 = 3.750.000, sedangkan makanan
ikan 1.600 kg x 12.000 = 19.200.000 dan total biayanya
adalah sebesar 22.950.000 untuk sekali panen. Untuk hasil
yang diperoleh adalah sebanyak 1.200 kg ikan x 29.000 =
34.800.000 dan keuntungan yang diperoleh setiap panen
adalah 11.850.000 per 1.000 M2 lahan sawah.
Pewawancara : Apa pola penanaman padi yang digunakan untuk mina padi
ini bu ?
Narasumber 5 : Untuk pola penanaman kita menggunakan pola penanaman
jajar legowo
Pewawancara : Untuk kendala dalam menerapkan sistem ini apa ya bu?
Narasumber 5 : Dalam pengelolaaan sawah pakai sistem mina padi ini
adalah kita harus siap dan selalu mengontrol pengairan
sawah, jangan sampai kurang dan jangan sampai
melimpah.
118
Lampiran 2 (Wakaf lahan Sawah)
No Lokasi Tahun
Wakif Luas M2
1 Pincuran VII 1993 Hj. Syarkawi ST Bagindo 985
2 Pincuran VII 1994 Hj. Bainar 1.780
3 Pincuran VII 2004 Hj. Rabayyah Jamil 630
4 Pincuran VII 2004 Hj. Rabayyah Jamil 570
5 Pincuran VII 2010 Hj. Asni 450
6 Cibuak Ameh 1993 Hj. Syarkawi ST Bagindo 850
7 Cibuak Ameh 2005 Abbas Rahman dan Aini
Rahman
3.035
8 Batu Plano
S.pua
2016 H. Ilyas 4.855
Jumlah
13.155
122
Lampiran 3 (Peta lahan Sawah)
123
124
125