10
Abstrak Pemuliaan berbasis pembudidaya memerlukan integrasi program dan pelaksanaan yang sinergis antar semua stakeholder. Pemikiran, pencurahan waktu, dan upaya bersama antar sesama pembudi- daya (user), pemulia (breeder), dan pemerintah dalam konteks pemuliaan berbasis pembudidaya dapat mengatasinya. Program yang seksama, manajemen yang konsisten, dan pemahaman lingkungan yang cermat akan memberikan hasil yang menguntungkan. Dengan ikan unggul, pakan yang memadai, dan lingkungan optimal, pembudi- daya bisa memperoleh keuntungan maksimal. Dewasa ini kenyataan menunjukkan bahwa penggunaan benih varietas unggul bermutu oleh kalangan pembudidaya skala besar dan kecil, ternyata pada umumnya masih rendah untuk semua jenis ikan. Perkecualian terdapat antara lain pada usaha perikanan swasta yang bergerak pada ikan salmon dan nila. Benih varietas unggul bermutu untuk banyak komoditi, bahkan masih mengimpor, dan menghabiskan devisa cukup besar. Selain menghabiskan devisa, impor jenis hanya akan menguntungkan bagi negara pengekspor jenis tersebut. Rendahnya tingkat penggunaan benih varietas unggul dan bermutu untuk segala macam komoditi pertanian termasuk perikanan sesungguhnya membuka peluang bagi industri perbenihan dalam negeri, baik yang masih dalam taraf penangkar, maupun industri benih yang sudah mampu membuat varietas unggul baru sendiri. Selama ini hampir semua varietas unggul baru dari berbagai komoditi, dihasilkan oleh kelembagaan penelitian Pemerintah dan Perguruan Tinggi. KATA KUNCI: pemuliaan berbasis pembudi- daya, cooperative breeding system, pembiakan koope- ratif, strategi pemuliaan ikan SISTEM PEMULIAAN BERBASIS PEMBUDIDAYA ( COOPERATIF BREEDING SYSTEM ): STRATEGI PEMULIAAN IKAN TEPAT GUNA Wartono Hadie *) dan Lies Emmawati Hadie *) *) Pusat Riset Perikanan Budidaya PENDAHULUAN Sistem pemuliaan ikan di Indonesia baru dimulai pada akhir 1980-an yang dilakukan pada ikan mas. Oleh karena itu pemahaman yang sesungguhnya tentang pemuliaan belum dimiliki oleh para praktisi. Kendala utama adalah pengetahuan tentang sumber daya manusia (SDM), tujuan, metode, dan fasilitas dalam melakukan pemuliaan ikan secara benar. Pada era 1990-an metode telah berkembang sehingga telah diperoleh tahapan dasar yang harus diikuti. Tahapan yang ditetapkan meliputi koleksi, karakterisasi, seleksi dan multiplikasi. Dengan terbitnya Undang- Undang No. 29 Tahun 2000, yang mengatur tentang perlindungan varietas (khususnya tanaman) dapat juga diacu oleh subsektor perikanan sebagai acuan dalam pengakuan kerja hasil pemuliaan dan perlindungannya oleh pemerintah. Dalam undang-undang tersebut juga secara jelas diakui keberadaan seorang pemulia, yang mencakup hak dan kewajibannya. Pada akhirnya kendala umum yang dirasakan oleh unit pelaksana pemuliaan adalah keterbatasan sarana riset untuk pemuliaan. Dalam pelaksanaan pemuliaan dibutuhkan sarana yang memadai, dan kadang-kadang tidak cukup hanya mengandalkan kepemilikan dari satu lembaga riset. Dengan demikian agar pemuliaan dapat terlaksana dengan kaidah ilmiah yang benar, maka perlu ada kerja sama antara lembaga riset dengan masyarakat pembudidaya. Kerja sama ini tidak saja mencakup sarana atau fasilitas kolam, melainkan juga program, tujuan, maupun metode pelaksanaan yang selanjutnya disebut sistem pemuliaan berbasis pembudidaya. Strategi ini akan menyelesaikan beberapa kendala yang selama ini menjadi penyebab utama tidak berjalannya pemuliaan dengan cepat. Pemuliaan berbasis pembudi- daya akan dapat membagi peran, tanggung jawab, dan beban finansial dalam melakukan pemuliaan. Namun demikian hasilnya akan secara cepat dirasakan oleh pengguna karena tujuannya merupakan tujuan bersama. Mengingat cara ini sangat strategis, maka pemuliaan berbasis pembudidaya ini juga suatu strategi yang tepat guna. Media Akuakultur Volume 3 Nomor 1 Tahun 2008 54

SISTEM PEMULIAAN BERBASIS PEMBUDIDAYA COOPERATIF …

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SISTEM PEMULIAAN BERBASIS PEMBUDIDAYA COOPERATIF …

Abstrak

Pemuliaan berbasis pembudidaya memerlukanintegrasi program dan pelaksanaan yang sinergisantar semua stakeholder. Pemikiran, pencurahanwaktu, dan upaya bersama antar sesama pembudi-daya (user), pemulia (breeder), dan pemerintahdalam konteks pemuliaan berbasis pembudidayadapat mengatasinya. Program yang seksama,manajemen yang konsisten, dan pemahamanlingkungan yang cermat akan memberikan hasilyang menguntungkan. Dengan ikan unggul, pakanyang memadai, dan lingkungan optimal, pembudi-daya bisa memperoleh keuntungan maksimal.Dewasa ini kenyataan menunjukkan bahwapenggunaan benih varietas unggul bermutu olehkalangan pembudidaya skala besar dan kecil,ternyata pada umumnya masih rendah untuksemua jenis ikan. Perkecualian terdapat antara lainpada usaha perikanan swasta yang bergerak padaikan salmon dan nila. Benih varietas unggulbermutu untuk banyak komoditi, bahkan masihmengimpor, dan menghabiskan devisa cukup besar.Selain menghabiskan devisa, impor jenis hanyaakan menguntungkan bagi negara pengeksporjenis tersebut. Rendahnya tingkat penggunaanbenih varietas unggul dan bermutu untuk segalamacam komoditi pertanian termasuk perikanansesungguhnya membuka peluang bagi industriperbenihan dalam negeri, baik yang masih dalamtaraf penangkar, maupun industri benih yangsudah mampu membuat varietas unggul barusendiri. Selama ini hampir semua varietas unggulbaru dari berbagai komoditi, dihasilkan olehkelembagaan penelitian Pemerintah dan PerguruanTinggi.

KATA KUNCI: pemuliaan berbasis pembudi-daya, cooperative breedingsystem, pembiakan koope-ratif, strategi pemuliaan ikan

SISTEM PEMULIAAN BERBASIS PEMBUDIDAYA(COOPERATIF BREEDING SYSTEM ): STRATEGI PEMULIAAN

IKAN TEPAT GUNA

Wartono Hadie*) dan Lies Emmawati Hadie*)

*) Pusat Riset Perikanan Budidaya

PENDAHULUAN

Sistem pemuliaan ikan di Indonesia baru dimulai padaakhir 1980-an yang dilakukan pada ikan mas. Oleh karenaitu pemahaman yang sesungguhnya tentang pemuliaanbelum dimiliki oleh para praktisi. Kendala utama adalahpengetahuan tentang sumber daya manusia (SDM), tujuan,metode, dan fasilitas dalam melakukan pemuliaan ikansecara benar. Pada era 1990-an metode telah berkembangsehingga telah diperoleh tahapan dasar yang harus diikuti.Tahapan yang ditetapkan meliputi koleksi, karakterisasi,seleksi dan multiplikasi. Dengan terbitnya Undang-Undang No. 29 Tahun 2000, yang mengatur tentangperlindungan varietas (khususnya tanaman) dapat jugadiacu oleh subsektor perikanan sebagai acuan dalampengakuan kerja hasil pemuliaan dan perlindungannya olehpemerintah. Dalam undang-undang tersebut juga secarajelas diakui keberadaan seorang pemulia, yang mencakuphak dan kewajibannya.

Pada akhirnya kendala umum yang dirasakan oleh unitpelaksana pemuliaan adalah keterbatasan sarana risetuntuk pemuliaan. Dalam pelaksanaan pemuliaandibutuhkan sarana yang memadai, dan kadang-kadangtidak cukup hanya mengandalkan kepemilikan dari satulembaga riset. Dengan demikian agar pemuliaan dapatterlaksana dengan kaidah ilmiah yang benar, maka perluada kerja sama antara lembaga riset dengan masyarakatpembudidaya. Kerja sama ini tidak saja mencakup saranaatau fasilitas kolam, melainkan juga program, tujuan,maupun metode pelaksanaan yang selanjutnya disebutsistem pemuliaan berbasis pembudidaya.

Strategi ini akan menyelesaikan beberapa kendala yangselama ini menjadi penyebab utama tidak berjalannyapemuliaan dengan cepat. Pemuliaan berbasis pembudi-daya akan dapat membagi peran, tanggung jawab, danbeban finansial dalam melakukan pemuliaan. Namundemikian hasilnya akan secara cepat dirasakan olehpengguna karena tujuannya merupakan tujuan bersama.Mengingat cara ini sangat strategis, maka pemuliaanberbasis pembudidaya ini juga suatu strategi yang tepatguna.

Media Akuakultur Volume 3 Nomor 1 Tahun 2008

54

Page 2: SISTEM PEMULIAAN BERBASIS PEMBUDIDAYA COOPERATIF …

Kondisi Budidaya Perikanan di Indonesia

Beberapa fenomena pemuliaan di negara maju dalammelaksanakan pemuliaan suatu komoditas adalah:menggunakan teknologi tinggi, metode yang sempurnadalam mengukur dan mengevaluasi hewan uji, tingkatpengorganisasian yang tinggi, berhasil dalam peningkatanmanajemen genetik (Bruns, 2005).

Sementara itu di negara berkembang, kondisipemuliaannya masih mengadopsi teknologi dari negaramaju. Hal ini biasanya tidak tepat guna, beberapa hewansebagai hasil kerja sama atau bantuan tidak terpeliharadengan baik, tidak runut atau tidak mampu membuatperencanaan dengan baik, dan tidak memperhatikanlingkungan budidaya (Solkner et al., 2000).

Dalam perkembangan dunia pemuliaan hewan, Bruns(2005) menjelaskan bahwa terdapat perbedaan manajemenyang menyolok dalam pelaksanaan pemuliaan antaranegara maju dan negara berkembang. Dalam hal initerdapat tiga kelompok berdasarkan pelakunya yaitu:program nasional, komersial, dan masyarakat.

Program pemuliaan nasional sangat umum, tidakspesifik, sangat hati-hati atau hampir tidak realistis.Program pemuliaan skala komersial direncanakan olehperusahaan, mengutamakan pengembalian modal tanpamemperhatikan lingkungan dan aspek sosial. Programpemuliaan yang dilakukan di pedesaan diorganisir olehmasyarakat kecil (pembudidaya) pada level subsistem,dipengaruhi oleh musim, ketersediaan pakan, ada tekananpenyakit, pengorganisasian tingkat rendah, sistempencatatan data kurang, input sistem produksi rendah,dugaan respons seleksi dalam galur rendah (Bruns, 2005).

Perkembangan budidaya perikanan di Indonesia telahsampai pada taraf pemanfaatan teknologi modern yangmeliputi jenis-jenis ikan komersial. Patut dicermati bahwaikan-ikan hasil budidaya kita telah dipasarkan ke pasardalam negeri dan luar negeri. Udang sebagai contoh yaituudang windu, udang galah, udang vanamei menjadi andalanutama dalam menjaring devisa. Bahkan beberapa jenisdarinya tidak dapat memenuhi kuota ekspor karenaperkembangan budidaya belum dapat memasok besarnyapermintaan pasar.

Dilihat dari sudut pandang pemuliaan menurutNeidhardt et al. (1996), ada empat tingkatan hubunganantara pembudidaya dengan ikan berdasarkan pemahamandan apa yang dipraktekkan oleh pembudidaya ikan yangada kaitannya dengan kegiatan pemuliaan. Tingkat pertamadisebut user, di mana pembudidaya hanya sebagaipengguna yang mengeksplotasi sejumlah ikan yangdimilikinya tanpa melakukan perbaikan apapun. Usaha

yang dilakukan biasanya hanya sebatas melindungiterhadap gangguan. Tingkat kedua adalah keepers, padatingkat ini pemilik ikan telah memahami kebutuhan dasarikan dan memenuhinya sehingga mengharapkan hasil yanglebih baik. Tingkat ketiga adalah producer, pada tingkatini pembudidaya telah dapat memanfaatkan induk-indukdengan perawatan dan perhatian yang cukup untukmemproduksi benih dan induk. Tingkat yang terakhiradalah breeder, pada tingkatan ini pembudidaya (pemulia)telah memiliki pemahaman yang baik akan akidahpemuliaan serta mampu menerapkan pengetahuan danteori pemuliaan dengan baik (Solkner et al., 2000).Sebagai konsekuensi atas tingkatan dalam kemampuantersebut maka jika pemerintah ingin mengadakan programbantuan sehubungan dengan program pemuliaan, satu halyang harus diingat adalah bahwa user tidak mungkinmeloncat pengetahuan dan keterampilannya menjadiproducer bahkan breeder hanya dalam waktu satu ataudua tahun. Hal ini hendaknya menjadi bahan pertimbangandalam pelaksanaan program pemerintah sehubungandengan program pemuliaan.

Status Kini Pemuliaan Perikanan di Indonesia

Tujuan definitif dari pemuliaan untuk produksi ikanberkelanjutan, semata-mata bukanlah pertimbangan pasarseperti halnya nilai pasar produk pemuliaan, tetapi jugaharus mempertimbangkan segi etis (ethical). Kebutuhanuntuk jangka panjang yang merupakan suatu tujuan yangditetapkan adalah tujuan biologis, ekologis, dansosiologis. Hal ini dikarenakan tujuan pemuliaan hewankadangkala ditetapkan hanya oleh permintaan pasar sesaatatau jangka pendek dan menyebabkan efek samping yangtidak diinginkan, biasanya berupa ancaman terhadapplasma nutfah.

Pemeliharaan diawali dengan domestikasi danbreeding serta respons seleksi terhadap cepat tumbuhtelah diupayakan dalam banyak kegiatan pemuliaan ikan.Dari beberapa laporan Olsen et al. (2005) menyatakanbahwa respons seleksi untuk sifat laju pertumbuhan daribeberapa jenis ikan berkisar antara 4% dan 20%. Selainitu, Tave (1995) menganjurkan untuk memperhatikanheritabilitas di atas 0,25 agar respons terhadap seleksilebih baik.

Tujuan pemuliaan lebih jauh mencakup kesehatanikan dan trait fungsional selain trait produksi yang telahdirencanakan. Dasar ilmu seperti hak asasi hewan (animalwelfare) dan pemahaman terhadap kelainan tingkah lakuikan juga sangat dibutuhkan agar manusia bertanggungjawab dari segi etik. Kurang dari 1% material ikan dalamakuakultur pada tahun 1993 berasal dari program seleksi.

55

Sistem pemuliaan berbasis pembudi daya: strategi pemuliaan ikan tepat guna (Wartono Hadie)

Page 3: SISTEM PEMULIAAN BERBASIS PEMBUDIDAYA COOPERATIF …

Banyak dari program pemuliaan spesies yang diseleksi,hanya sedikit sekali yang dapat berjalan dengan baikkarena pada umumnya tidak memiliki ukuran populasiefektif yang mencukupi. Walaupun demikian masih banyakdari jenis yang tidak mencapai perbaikan genetik yangmaksimal ini mencapai banyak pasar. Hal ini pada akhirnyaakan menimbulkan masalah baru, yakni penurunankeragaman genetik pada jenis tersebut. Inbreeding yangberkepanjangan dan kehilangan variasi genetik karenaerosi genetik (genetic drift) akan berpengaruh terhadapkeragaan jenis dan perkembangan genetik selanjutnya.Suatu populasi yang mencukupi jumlahnya dan keragamangenetik yang tinggi dengan struktur famili yangdirencanakan merupakan kebutuhan pokok jika inginmelakukan kegiatan pemuliaan.

Hal penting yang perlu diperhatikan sebelummelakukan program pemuliaan untuk program produksiberkesinambungan adalah perencanaan yang baik,didukung oleh kebijakan pemerintah, memikirkan danmemperdulikan prinsip akuakultur, alam, dan sosialserta menerapkan prinsip dalam UU No. 29/2000 dan UUNo. 12/1992. Suatu pandangan yang sifatnya umum diseluruh dunia didasari epistemologis dan ontologis yangholistik adalah hal yang dibutuhkan dalam programpemuliaan ikan.

Langkah-langkah dalam pemuliaan ikan yang telahdisepakati dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaanpemuliaan ikan adalah sebagai berikut:1 . Koleksi. Jika jenis ikan telah menjadi jenis ikan budi-

daya, maka berarti langkah ini telah terlewati. Jikabelum maka koleksi plasma nutfah merupakan awaldari langkah budidaya.

2 . Karakterisasi dan evaluasi. Langkah ini terdiri atasdua makna yaitu memperoleh karakter ikan sesung-guhnya dan yang kedua adalah mengevaluasi keragaandari sifat genetiknya dalam budidaya.

3 . Domestikasi. Langkah ini sesungguhnya adalah suatualat untuk memperkenalkan plasma nutfah kedalamjajaran ikan budidaya, yang diterima di masyarakatsesuai fitur harapan.

4 . Pengembangan budidaya di masyarakat. Langkahini akan berkembang sesuai kondisi masyarakat yangmenerima. Ada jenis ikan yang perkembangannyasangat cepat karena preferensi masyarakat tinggi danatau nilai komersial yang tinggi. Tetapi ada juga suatujenis atau komoditas yang perkembangannya tidakcepat karena hanya dibutuhkan oleh sedikit masyarakatatau karena nilai ekonomi yang kurang tinggi.

5 . Pemuliaan. Langkah ini akan diambil karena padaumumnya kondisi genetik ikan budidaya sudah begitu

merosot sehingga tidak lagi menguntungkan. Padalangkah inilah pemuliaan beraksi, dengan tujuanyang jelas yakni untuk memulihkan atau bahkanmeningkatkan keunggulan genetik jenis ikan tersebut.

6 . Pelepasan jenis/varietas. Langkah ini merupakanusaha untuk memperkenalkan jenis baru kepadapembudidaya atau mengganti jenis yang sudah turunmutunya. Inipun biasanya masih pro-kontra sebelumjenis hasil pemuliaan tersebut terbukti sebagai fiturikan yang diharapkan.

Ada beberapa jenis ikan yang telah dirilis pemerintahmelalui Menteri Kelautan dan Perikanan yaitu udang galahyang merupakan rilis varietas. Sedangkan kelompok keduayang merupakan rilis jenis lokal adalah patin jambal(Pangasius djambal), dan ikan mas. Jenis introduksi adalahpatin siam (Pangasius hypophthalmus), lele dumbo(sangkuriang), udang vanamei (Penaeus vannamei), udangstilorostris (Metapenaeus stylorostris), dan lobster airtawar (Cherax quadricarinatus). Jenis-jenis tersebutsekarang telah berkembang di masyarakat sebagai ikan-ikan budidaya.

Selama ini pemuliaan dilakukan oleh institusipemerintah yang berada di bawah Badan Riset Kelautandan Perikanan dan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya.Di beberapa unit kerja, kadang-kadang tidak tersediatenaga pemulia yang secara khusus menangani haltersebut. Oleh karena itu, tenaga pemulia sebagai legalitasatas rilis tersebut perlu membantu unit kerja LembagaPenyelenggara Pemuliaan (LPP/P) yang bersangkutan.Dengan demikian rilis varietas maupun jenis telah meme-nuhi standar yang berlaku (UU No. 12, 1992; PP 44, 1995).

Pemuliaan beberapa jenis ikan (Gambar 1) sebagaicontoh dari hasil kerja yang dilakukan oleh LembagaPenyelenggara Pemuliaan (Badan Riset Kelautan danPerikanan), telah melaksanakan pemuliaan ikan mas sejakpertengahan tahun 1980 dan telah merilis jenis ikan masrajadanu pada tahun 2001. Udang galah telah melakukankegiatan pemuliaan sejak pertengahan tahun 1990 dantelah merilis varietas udang galah GIMacro pada tahun2001 (Hadie et al., 2001).

Pemuliaan Berbasis Pembudidaya

Filosofis dari suatu program pemuliaan adalahmeningkatkan breeding value dari suatu populasi.Selanjutnya tujuan dari pemuliaan itu sendiri dapatberbeda-beda sesuai permintaan pengguna seperti lajupertumbuhan, efisiensi pakan, tahan penyakit, edibleportion, karkas, warna, dan lain sebagainya. Ini semuaharus betul-betul menjadi landasan dalam pelaksanaanpemuliaan agar ada keberlanjutan usaha.

Media Akuakultur Volume 3 Nomor 1 Tahun 2008

56

Page 4: SISTEM PEMULIAAN BERBASIS PEMBUDIDAYA COOPERATIF …

Industri perbenihan nasional tidak akan tumbuh danberkembang apabila tidak terdapat jaminan perlindunganterhadap produk varietas unggul baru yang merekahasilkan. Jaminan yang merupakan hak khusus yangeksklusif untuk mengeksploitasi varietas unggul baruyang dibuatnya, dikenal pula sebagai hak perlindunganvarietas tanaman atau juga dikenal sebagai Hak PemuliaTanaman (plant breeder’s right). Hak tersebut merupakansalah satu bentuk hak intelektual, seperti hak paten, hakcipta, hak tentang merek, hak tentang disain tata letaksirkuit terpadu, disain industri, dan hak tentang rahasiadagang (Baihaki, 2006). Di sektor perikanan, hal ini belumdilaksanakan hingga sekarang karena kita belumsepenuhnya mengacu kepada undang-undang yang ada.

Pemuliaan berbasis pembudidaya memiliki pengertianbahwa kegiatan ini dilakukan secara bersama-sama danmemanfaatkan sumber daya ikan yang dimiliki olehpembudidaya. Pemuliaan ikan berbasis pembudidayaadalah suatu metode pemuliaan tepat guna karenamemiliki visi dan misi yang sama antar semua pelakubaik oleh pemerintah yang memiliki tanggung jawabterbesar, maupun pembudidaya sebagai penggunahasilnya.

Menarik mencermati adanya standar rilis suatu varietasatau rilis jenis, karena setiap peristiwa rilis tersebut harusada tenaga pemulia yang diakui kepakarannya. Mengapa

demikian, pengujian suatu varietas maupun jenis barumemerlukan perlakuan dan data ilmiah (scientific data)yang kepakarannya hanya dimiliki oleh pemulia yangmemenuhi standar pemerintah (UU No. 12, 1992).Terdapat pro-kontra sebenarnya, di satu sisi pelepasanvarietas, jenis lokal, dan introduksi mengacu kepadaUUPVT yang memungkinkan badan atau perorangan dapatmelakukan rilis ini. Namun di sektor perikanan belumterdapat aspek legal yang melindungi kegiatan ini. Denganacuan ini beberapa instansi pemerintah telah mengubahtugas pokoknya untuk merilis jenis/varietas dengan atautanpa tenaga pemulia.

Dalam program pemuliaan ikan berbasis pembudidayaini ada tiga komponen yang menentukan dan akan bekerjabersama-sama yaitu swasta, perorangan, dan pemerintah(Gambar 2). Ketiganya bisa bertindak sendiri-sendiritetapi terangkai dalam satu koridor. Beberapa keuntungandi antaranya adalah murah dan mudah berkembang pascarilis karena telah memenuhi kebutuhan yang dirumuskanbersama. Sudah saatnya masyarakat perikanan Indonesiabersatu padu menggalang potensi untuk membangunindustri pemuliaan sebagai soko guru berkembangnyaperikanan budidaya di Indonesia.

Hingga saat ini belum terlihat minat investor untukmembiayai penelitian pemuliaan di bidang perikanan.Namun begitu sudah ada minat yang muncul secara

Gambar 1. Beberapa jenis dan varietas ikan dan yang telah dirilis Departemen Kelautan dan Perikanan

Udang galah GIMacro (Hadie, et al., 2001) Lobster air tawar

Pangasius djambal Ikan Mas

57

Sistem pemuliaan berbasis pembudi daya: strategi pemuliaan ikan tepat guna (Wartono Hadie)

Page 5: SISTEM PEMULIAAN BERBASIS PEMBUDIDAYA COOPERATIF …

sporadik untuk melakukan pemuliaan dengan pengertiandan kemampuannya sendiri-sendiri. Ini merupakanpotensi awal yang baik untuk berkembangnya pemuliaandi Indonesia. Oleh karena pengaturannya harus segeradilakukan agar mendapatkan hasil yang cepat terintegrasidan dapat dipertanggungjawabkan.

Pemuliaan berbasis pembudidaya akan melibatkanbanyak para pihak (stakeholder) yang bekerja samadalam satu koordinasi. Koordinasi dan pengawasanpenyelenggara pemuliaan berada di bawah Badan Risetatau Perguruan Tinggi yang memiliki tenaga pemulia.Penyelenggara pemuliaan menetapkan tujuan akhir berupafitur ikan yang akan dihasilkan. Tujuan tersebut telahdisepakati semua elemen yang bersatu menyusun standarprosedur operasional pemuliaan yang mencakupmekanisme pengawasan dan pengendalian mutu (UU No.29, 2000).

Penyilangan antar tetua untuk kebutuhan seleksidilakukan oleh Lembaga Riset sebagai penyelenggarapemuliaan. Hasilnya kemudian dibagikan kepada parapartisipan yaitu para pembudidaya maupun swastaataupun UPT. Pada waktu ikan mencapai ukuran caloninduk, partisipan melakukan seleksi atas dasar kriteriayang telah disepakati.

Komersialisasi hasil pemuliaan sangat ditunggu agarsegera dapat dinikmati oleh masyarakat pembudidayamaupun industri. Untuk hal ini maka dalam kelembagaanpenyelenggara pemuliaan dapat terdiri atas lembagakomersial yang berfungsi sebagai penggerak ekonomidari hasil penelitian ini (Gambar 3).

Sebagai contoh bagaimana jika hasil suatu pemuliaanyang berpotensi ini tidak secara cepat diketahui olehpembudidaya. Dalam hal ini mitra komersial dapatmemperkenalkan kepada pembudidaya tentang hasilpenelitian pemuliaan yang sudah siap dikembangkan.Sistem demikian sangat efektif dan telah dilakukan dibeberapa negara (Gambar 4).

Mekanisme dalam pelaksanaan seleksi adalah sebagaiberikut:a. Lembaga riset yang telah memiliki program seleksi

memberikan sejumlah induk yang memenuhi standarNe kepada mitra (swasta, industri, atau UPR) untukmenghasilkan keturunan

b. Keturunan yang dihasilkan dari masing-masing mitra,sebanyak 25% terseleksi dikembalikan ke LembagaRiset sebagai bahan seleksi di Lembaga Riset

RANCANGAN PEMBIAKAN KOOPERATIF

Cooperative Breeding System (CBS), yang selanjutnyaakan dikenalkan sebagai pemuliaan berbasis pembudidaya(PBP) dihasilkan dari pemikiran berdasarkan prinsipgenetik, di mana seleksi yang lebih ketat akan dapatditerapkan terhadap populasi yang lebih besar diban-dingkan dengan populasi kecil.

Sebenarnya tidak ada alasan bagi pembudidayakecil untuk tidak bergabung dengan pemerintah secarabersama mendapatkan hasil yang maksimal. Prinsip darirancangan CBS sangat sederhana seperti yang dilukiskanpada Gambar 5. Dalam hal ini terlihat bahwa induk ikanbetina dari pembudidaya yang berbeda besarnya

Gambar 2. Bagan alir pemuliaan berbasis pembudi daya dengan tujuan rilis jenismaupun varietas baru ( ikan potensial dan telah siap diterima masyarakat;

jalur normal plasma nutfah hingga budi daya)

R I L

I S

Plasma nutfah: Lokal Introduksi

Domestikasi Pembudi daya/Swasta BBI/UPT/UPTD Badan Riset/PT

Ikan budi daya

Penurunan mutu

PemuliaProgrampemuliaan

Jenis baru Varietas baru

Jenis baru

Media Akuakultur Volume 3 Nomor 1 Tahun 2008

58

Page 6: SISTEM PEMULIAAN BERBASIS PEMBUDIDAYA COOPERATIF …

(ukurannya) diseleksi dan yang terbaik akan masuk kepusat pembenihan dan demikian pula dengan induk jantandari pusat pembenihan akan keluar ke masing-masingpembudidaya.

Secara rinci kegiatan keseluruhan dari CBS ini adalahsebagai berikut:a. Di dalam pembenihan setiap pembudidaya menyeleksi

induk ikannya masing-masing. Induk betina denganranking tertinggi akan dikirim ke pusat pembenihan

b. Seluruh sistem untuk mencatat dan meranking yangdilaksanakan oleh pembudidaya harus memiliki

standar yang sudah ditentukan untuk mencegahterjadinya kesalahan-kesalahan dalam penentuan nilaimutu

c. Harus ditentukan terlebih dahulu di mana pusatpembenihan tersebut akan dibangun dan bagaimanamengelolanya. Juga harus ditentukan bagaimana sistematau peraturan mengenai ikan-ikan yang keluar masukpembenihan dari dan ke pembudidaya. Apakahpembudidaya harus membayar selama ikannya beradadi pusat pembenihan atau ditukar, semua ini harusditentukan terlebih dahulu

Gambar 3. Sifat kerja sama menurut tahapan pemuliaan (Deptan, 2006)

Bank gen BreedingVARIETASUNGGUL

TAHAP I TAHAP II TAHAP III

KOMERSIALISASI

PerbanyakanSeleksiHibridisasiRekayasa

PengkayaanMaintenanceKonservasi

SifatKelestarian

PanjangAcak

KeuntunganPendekAkurat

OrientasiKeberlanjutan

Goal

Multiplier unit

Farming sector

N u c l e u s

Lembaga RisetPerikanan/Lembaga

PenyelenggaraPemuliaan

Ditjen Budidaya Unit PembenihanRakyat

Pembudi Daya Pembudi DayaKooperatif

Benih/Fingerlings

Pemijahan/Benih/FingerlingsSpawn/fry/fingerlings

Gambar 4. Diagram pelaksanaan tugas pemuliaan berbasis pembudi daya.Jalur bahan seleksi; Jalur hasil seleksi (Reddy, 1999)

59

Sistem pemuliaan berbasis pembudi daya: strategi pemuliaan ikan tepat guna (Wartono Hadie)

Page 7: SISTEM PEMULIAAN BERBASIS PEMBUDIDAYA COOPERATIF …

d. Seleksi untuk pemilihan induk betina terbaik tetapdilakukan baik pada pembudidaya maupun pusatpembenihan. Pada awalnya penggantian ikan di pusatpembenihan berasal dari ikan yang paling baik daripembudidaya, selanjutnya dipakai sebagai pengganti,sebagian berasal dari pusat pembenihan, dan akhirnyaseluruh penggantian dapat berasal dari pusatpembenihan

e. Di dalam pusat pembenihan induk betina terbaik akandipindahkan ke kelompok elit dan untuk seterusnyadata-data prestasinya tetap diikuti. Induk-indukkelompok elit ini harus dipijahkan dengan pejantanterbaik yang kelak menghasilkan pejantan yang akandipakai di pusat pembenihan

Gambaran yang diberikan di atas tentu saja tidak ataubelum secara terinci melukiskan apa saja yang harusdilakukan dan bagaimana cara melakukannya. Padaumumnya pelaksanaan yang dilakukan di pusat pem-benihan dan kelompok elit tergantung dari kesepakatanpara pembudidaya mengenai parameter apa danbagaimana serta berapa besar produk yang akandihasilkan. Apakah pusat pembenihan akan dilakukan tesprestasi (performance test), tes keturunan (progeny test)tergantung kesepakatan, dan kebutuhan teknisnya(Chagunda & Mushota, 2005).

Dalam mengelola pusat pembenihan, hal penting yangharus diingat adalah bahwa sebagian besar hasil kemajuangenetik yang akan dicapai tergantung dari tingginyakemampuan seleksi (berhasil menyeleksi yang terbaik)yang dilaksanakan pada tahap-tahap pertama. Setelah ini

kemajuan genetik akan tergantung dari ketepatan seleksioleh para pembudidaya dan pusat pembenihan.

Hal yang sangat menarik dari sistem ini adalahterciptanya potensi pendidikan dan bimbingan yang sangatbaik. Pada waktu-waktu tertentu para pembudidaya harusberkumpul untuk membicarakan dan menyeleksi ikanmereka membicarakan cara dan sistem yang merekalakukan masing-masing dalam mengelola ikannya.Pandangan mereka tentang hal-hal tertentu dalam budi-daya sangat membantu satu sama lain.

Sistem seperti ini telah dilakukan masyarakat peternakdi Australia dalam peternakan sapi dan biri-biri. Di sanahal ini menjadi salah satu faktor penunjang majunya usahapeternakan di negara tersebut. Di negara-negara di manabanyak terdapat para pembudidaya yang kuat dan maju,sistem ini dapat diterapkan secara mandiri tanpa ikutcampur pemerintah yang berarti. Di negara berkembangterdapat pembudidaya yang lemah di mana setiappembudidaya hanya memiliki induk di bawah 10 ekor,akan sangat sulit dilakukan. Selain jumlah induk yang relatifsedikit, keterampilan pembudidaya juga terbatas.

Di Indonesia cara ini belum dilakukan mengingat caradan sistem pelaksanaannya belum banyak dipikirkan baikoleh pembudidaya maupun pemerintah. Namun demikiansetelah memahami konsep pemuliaan berbasis pembudi-daya, hal ini diharapkan akan segera terwujud. Dengandemikian diharapkan di masa datang mutu benih ikantidak lagi menjadi hambatan utama perkembangan budi-daya perikanan di Indonesia, karena faktor benih termasukdalam fixed cost dalam produksi.

Gambar 5. Rancangan pemuliaan berbasis pembudi daya (Pane, 1993)

Induk jantan masuk

Induk betina masuk

Induk jantan elitedigunakan di pusat

pembenihan

Induk betina daripusat pembenihan

menjadi induk elite

PusatPembenihan

Kelompok Elite

Media Akuakultur Volume 3 Nomor 1 Tahun 2008

60

Page 8: SISTEM PEMULIAAN BERBASIS PEMBUDIDAYA COOPERATIF …

Pada Tabel 1 terlihat bahwa kelanjutan daripengembangan ikan hasil pemuliaan bisa mendapathambatan jika pemilihan objek pemuliaan berjalansearah dari pemulia. Sebaliknya jika pemilihan objekberasal dari kompromi pengguna dan pemulia akanmemberikan jaminan pengembangan ikan hasil pemu-liaan lebih baik. Kombinasi ini adalah yang paling ideal,walaupun kadang-kadang timbul masalah jika meng-gunakan mitra yang banyak. Oleh karena itu, yang palingideal adalah membuat kesepakatan tujuan dari pemuliaan

dan memilih komoditas secara bersama antara pemuliadan pengguna.

Pada Gambar 6 terlihat bahwa mekanisme pemuliaanmembagikan beban pekerjaan kepada semua partisipandengan tanggung jawab terbesar berada di pihakpemerintah. Dengan pekerjaan demikian perolehanhasil akan dipercepat dan apapun hasilnya akan segeraditerima masyarakat karena telah menjadi tujuan utamasecara bersama dan merupakan keinginan penggunasecara kolektif.

Tabel 1. Beberapa model pelaksanaan pemuliaan ikan berbasis pembudi daya (Deptan, 2006)

M odelPe laksana pemuliaan

Konsumen sasaran Keterangan

Kons. 1 (pengusaha) kons. 2 (pembudi daya) kons. 3 (Konsumen akhir)

- Pemulia menawarkan varietas unggul- Risiko tidak laku

- Varietas unggul sesuai selera pasar- Risiko tergantung kesepakatan

III Pemulia + Pembudi daya (kons. 2)

Konsumen 3 - Sulit diterapkan karena melibatkan banyak mitra; - Masih mungkin diterapkan dengan kesepakatan tujuan

Kons. 2 kons. 3

I Pemulia

II Pemulia + Mitra (kons. 1)

Gambar 6. Skema pusat pembenihan dan mekanisme kerjanya (Pane, 1993)

Unit Binaan Pemerintah

Unit 1 Unit 3

Jalur induk betina ranking tertinggi untuk kelompok elitedan calon induk jantan ranking tertinggi untuk tes

Unit .. n

Sperma beku

Pusat preservasisperma beku

Sperma beku

Daerah laindi Indonesia

Kelompok elite

Induk jantanterbaik

Tes prestasiProgeny test

61

Sistem pemuliaan berbasis pembudi daya: strategi pemuliaan ikan tepat guna (Wartono Hadie)

Page 9: SISTEM PEMULIAAN BERBASIS PEMBUDIDAYA COOPERATIF …

Tata Cara Rilis

Di bidang perikanan, pemuliaan dan varietas ikan belummendapat perhatian cukup serius dibanding denganvarietas tanaman yang telah diatur dalam undang undang(UU No. 29 tahun 2000).

Dalam penyelenggaraan rilis bidang perikanan baikvarietas, jenis, maupun introduksi, pemerintah belummenetapkan aturan baku yang dapat diikuti oleh instansiyang bergerak di bidang pemuliaan. Hal ini akanberdampak kepada pengemban tugas pemeliharaan induksebar, benih bina, perlindungan varietas, dan lain-lain.Selama ini semua bidang tersebut bernaung kedalam

undang-undang perlindungan varietas tanaman (PP No.14, 2004). Dengan demikian peran pemerintah terhadappembinaan, perlindungan terhadap hasil karya pemuliaantidak dominan dan menjamin.

Jaminan pemerintah terhadap perlindungan varietas(Gambar 7) akan merupakan jaminan hukum bagi pemuliauntuk menghasilkan dan memanfaatkan hasil karyanyaberupa varietas.

Dengan pola seperti di atas jaminan hukum terhadaplembaga yang bergerak di bidang pemuliaan, hak atasvarietas, jalur pembinaan benih maupun induk hasilpemuliaan menjadi lebih jelas. Demikian juga antara

Gambar 7. Prosedur permohonan hak atas perlindungan varietas tanaman (Deptan, 2004)

Permohonan banding(pasal 36)

Permohonan

30 hari

Persyaratan Biasa (Pasal 11 dan 12) Hak prioritas (Pasal 14) Membayar biaya (pasal 11)

Tanggal penerimaan(Pasal 15)

Dipenuhi

Pemeriksaanpersyaratan (pasal 24)

Memenuhi ketentuan(pasal 11 dan/atau pasal 14)

Pengumuman6 bulan (pasal 25)

Permohonanpemeriksaan substansi

membayar biaya(pasal 29)

7 13 bln

7 19 bln

Penolakan

7 3 bulan

TidakDilengkapi ? 7 3 bulan + 3 bulan (maks.)

(pasal 16)

Tidak

Dianggap ditarikkembali (pasal 18)Ya

7 6 bulan (biasa)

7 12 bulan (hak prioritas)

Permohonandapat ditarik

kembali

Pandangan ataukeberatan (pasal 28)

Sanggahan danpenjelasan (pasal 28)7 1 bulan

Pemeriksaansubstansi (BUSS)

24 bulan (pasal 30) Jelas/Lengkap ?(pasal 32)

Memenuhisyarat ?

PemberianSertifikat Hak PVT

(pasal 34)

Tidak Ya

Ya

Tidak

Tidak

Media Akuakultur Volume 3 Nomor 1 Tahun 2008

62

Page 10: SISTEM PEMULIAAN BERBASIS PEMBUDIDAYA COOPERATIF …

lembaga riset penghasil varietas dan lembaga pengembangdan pemelihara hasil pemuliaan menjadi lebih jelas dantidak tumpang tindih.

KESIMPULAN

Pemuliaan berbasis pembudidaya merupakan salahsatu strategi baru dalam upaya perbaikan mutu ikan yangdilakukan secara bersama-sama oleh pemerintah (pemulia)dan masyarakat untuk menciptakan ikan unggul yang dapatditerima oleh masyarakat. Pemuliaan berbasis pembudi-daya akan menjadi cara yang tepat guna, murah, mudah,dapat segera memenuhi kebutuhan masyarakat karenahasilnya telah memenuhi selera pengguna.

DAFTAR PUSTAKA

Baihaki, A. 2006. Manfaat dan Implementasi UU No. 29Tahun 2000 Tentang Pvt dalam Pembangunan IndustriPerbenihan. Makalah disampaikan pada KongresKomisi Daerah Plasma Nutfah se Indonesia, KomisiNasional Plasma Nutfah, Balitbang Deptan, 31 Juli—2Agustus 2006, di Balikpapan, Kaltim. 10 pp.

Bruns, E.W. 2005. Village Breeding Programs andSmallholde Recording Systems. Institute of AnimalBreeding and Genetics George-August-Universityof Goettingen Albrecht-Thaer-Weg 3, 37075,Goettingen, Germany. 19 pp.

Chagunda, M.G.G. and N. Mushota. 2005. The frameworkfor a smallholder recording system in Sub SaharanAfrican countries Department of Animal Science,Bunda College of Agriculture, University of Malawi,P.O. Box 219, Lilongwe, Malawi. 18 pp.

Departemen Pertanian. 2004. Pusat Perlindungan VarietasTanaman, Departemen Pertanian Republik Indonesia.http://database1.deptan.go.id/ppvt/pelayanan/prosedur_pvt.php.

Departemen Pertanian. 2006. Panduan Umum Model danProsedur Kerjasama Pemuliaan Partisipatif PertanianBadan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.http://www.litbang.deptan.go.id/special/raker06/P04.ppt. 34 pp.

Hadie, L.E., W. Hadie, I.I. Kusmini, Jaelani, B. Gunadi,dan H. Supriyadi. 2001. Naskah Pelepasan VarietasUdang Galah GIMacro. Pusat Riset Perikanan Budidaya.Badan Riset Kelautan dan Perikanan. DepartemenKelautan dan Perikanan. 8 pp.

Neidhardt, R., G. Grell, W. Schrecke, and H. Jakob. 1996.Animal research and development. 43(44): 44—52.

Olsen, E.M., G.R. Lilly, M. Heino, M.J. Morgan, J. Brattey,and U. Dieckmann. 2005. Assessing changes in ageand size at maturation in collapsing populations ofAtlantic cod (Gadus morhua). Can J Fish Aquat Sci.62: 811—823.

Pane, I. 1993. Pemuliabiakan ternak sapi. Penerbit PTGramedia, Jakarta. 155 pp.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44Tahun 1995. Tentang Pembenihan Tanaman. 5 pp.

Reddy, P.V.G.K. 1999. Genetic resources of Indian majorcarps. FAO Fisheries Technical Paper. No. 387. Rome,FAO. 76 pp.

Solkner, J., H. Nakimbugwe, and A.V. Zarate. 2000.Analysis of determinants for success and failure ofvillage breeding programes. Animals conference. 6 pp.

Tave, D. 1995. Selective breeding programmes formedium-sized fish farms. FAO Fisheries TechnicalPaper 352. Rome. 122 pp.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun1992. Tentang Sistem Budidaya Tanaman. 38 pp.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun2000. Tentang Perlindungan Varietas Tanaman. 42 pp.

63

Sistem pemuliaan berbasis pembudi daya: strategi pemuliaan ikan tepat guna (Wartono Hadie)