Upload
harissetiana
View
203
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
SISTEM AGRIBISNIS USAHA PERSUTERAAN ALAM DI JAWA
TENGAH DAN STRATEGI PENGEMBANGANNYA
Oleh : Haris Setiana
I. PENDAHULUAN
Agribisnis merupakan seluruh kegiatan usaha yang berkaitan
(menunjang dan atau ditunjang) dengan sektor pertanian
dalam arti luas baik pertanian, peternakan, perikanan, dan
kehutanan (Saragih. 2010).
Agribisnis merupakan suatu cara lain untuk melihat
pertanian sebagai suatu sistem bisnis yang terdiri dari empat
subsistem yang terkait satu sama lain. Keempat subsistem
tersebut adalah (1) subsistem agribisnis hulu, (2) subsistem
agribisnis usaha tani, (3) subsistem agribisnis hilir, dan (4)
subsistem jasa penunjang (supporting institution).
Usaha persuteraan alam merupakan salah satu kegiatan
agribisnis yang mempunyai rangkaian kegiatan yang cukup
panjang mulai dari pertanaman murbei, pembibitan ulat
sutera, pemeliharaan ulat sutera, prosesing kokon,
pemintalan dan pertenunan. Denga menempatkan sistem
agribisnis sebagai paradigma baru dalam usaha persuteraan,
maka usaha persuteraan memiliki subsistem agrbisnis yang
lengkap mulai dari pengadaan sarana produksi, budidaya,
industri pengolahan, pemasaran dan kelembagaan
pendukung.
Pada setiap subsistem agribisnis tersebut terdapat berbagai
permasalahan, antara lainpengadaan sarana produksi yang
belum efisien, bibit unggul dan pupuk yang masih sulit
diperoleh, teknologi budidaya masih konvensional dan kurang
higienis, teknologi pengolahan kokon (pemintalan) masih
belum efisien dan peran kelembagaan kelompok tani dan
pemasaran masih kurang.
Dengan melakukan pendekatan kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman pada sistem agribisnis usaha
persuteraan alam di Jawa Tengah, diharapkan dapat diperoleh
alternatif dan strategi untuk mengatasi berbagai kendala
tersebut serta pengembangan usaha persuteraan di Jawa
Tengah..
II. ARTI EKONOMI USAHA PERSUTERAAN ALAM
Kegiatan usaha persuteraan alam khususnya produksi kokon
dan benang sutera dirasakan sangat menguntungkan karena
cepat mendatangkan hasil dan bernilai ekonomi tinggi.
Teknologi yang digunakan relatif sederhan, tiak memerlukan
keterampilan khusus, dapat dilakukan sebagai usaha pokok
maupun sambilan yang merupakan usaha keluarga serta
dapat dilakukan oleh pris, wanita, dewasa maupun anak-anak.
Di samping itu kegaitan ini bersifat padat karya, dapat
menajdi sumber pendapatan masyarakat yang
menguntungkan, sehingga kegiatn ini merupakan salah satu
alternatif meningkatkan peranan sektor Kehutaan dalam
mendorong perekonomian masyarakat pedesaan.
III. PERMASALAHAN
a. Subsistem Bagian Hulu
Di beberapa kabupaten dimana usaha persuteraan alam
berkembang, pupuk untuk kebun murbei masih sulit
didapatkan karena bersaing dengan kebutuhan pupuk
pada lokasi pertanian lain.
Akibatnya harga pupuk menajdi mahal atau tidak
dilakukan pemupukan pada lokasi tanaman murbei
sehinga produktivitas tanaman murbei menjadi rendah.
Demikian pula halnya dengan kaporit dan formalin sebagai
sarana untuk disinfeksi pada pemeliharaan ulat beberapa
waktu sangat sulit didapatkan karena adanya larangan
penggunaan kedua zat tersebut, akibatnya banyak ulat
sutera pada waktu pemeliharaan terganggu dan
memberikan hasil kokon yang rendah.
Selain itu, pada umumnya lembaga-lembaga yang terkait
dengan pengadaan sarana produksi seperti kelompok tani,
koperasi unit desa dan lainnya masih kurang berperan.
Terbatasnya modal, informasi dan bimbingan serta akses
atau kemudaha menjadi kendala utama dalam pengadaan
sarana produksi.
Bibit murbei yang ditanam juga masih bermacam-macam
sehingga belum terjamin keunggulannya.
b. Subsistem Produksi (On-Farm)
Budidaya usaha persuteraan alam terdiri dari 2 kegiatan
yaitu kegiatan budidaya murbei dan budidaya
pemeliharaan ulat sutera.
Pada budidaya murbei, dilakukan secara konvensional dan
menggunakan input yang terbatas. Tanaman murbei
setelah dipanen untuk penyediaan pakan ulat sutera
biasanya hanya dibiarkan tumbuh begitu saja sampai
pemanenan berikutnya.
Budidaya ulat sutera dilakukan belum sesuai standar.
Banyak petani pemelihara ulat sutera yang tidak
mengindahkan kaidah-kaidah pemeliharaan ulat sutera
baik dalam hal kecukupan pakan, kebersihan ruangan
untuk pemeliharaan ulat sutera sampai dengan cara
pemanenan kokon yang kurang sempurna.
c. Subsistem Hilir
Kokon yang dihasilkan dipintal menjadi menjadi benang
sutera dan benang sutera kemudian ditenun menjadi
benang. Teknologi dan peralatan produksi yang digunakan
untuk kegiatan tersebut masih belum standar.
Akibat dari budidaya yang belum pada subsistem onfarm
yang tidak mengikuti kaidah bididaya akan menghasilkan
kokon dengan mutu yang rendah. Kokon dengan mutu
yang rendah sebagai bahan baku pada pemintalan benang
sutera akan menghasilkan benang sutera dengan mutu
yang rendah pula ditambah lagi dengan kondisi mesin
pintal yang.masih belum standar. Akibatnya kain sutera
yang dihasilkan pun akan menjadi rendah.
d. Subsistem Pelayanan Pendukung
Peran kelembagaan di tingkat petani masih sangat
terbatas. Di tingkat desa dan kecamatan di Jawa Tengah,
peran kelompok tani dalam agribisnis usaha persuteraan
alam masih lemah. Hal ini dapat dilihat dari terbatasnya
penyediaan sarana produksi.
Permodalan
IV. ANALISIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN SISTEM
AGRIBISNIS USAHA PERSUTERAAN ALAM
Strategi merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan.
Penentuan alternatif strategi dalam pengembangan sistem
agribisnis umumnya dilakukan dengan cara mengidentifikasi
faktor kekuatan dan kelemahan internal serta peluang dan
ancaman eksternal. Alat analisis yang cocok untuk
merumuskan strategi dari berbagai faktor yang diidentifikasi
tersebut adalah analisis SWOT. Analisis SWOT didasarkan
pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength)
dan peluang (opportunities), dan secara bersamaan dapat
meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman
(threats).
IV.1. Analisis SWOT
Implementasi strategi pengembangan sistem agribisnis
usaha persuteraan alam berdasarkan analisis SWOT
diuraikan berikut ini :
a. Kekuatan
- Sumber daya alam Jawa Tengah mempunyai
potensi lahan kering yang cukup potensial.
Potensi lahan kering untuk pengembangan usaha
peruteraan alam + 160.000 ha tersebar di
20kabupaten.
- Sumber daya manusia :Jawa Tengah mempunyai
potensi penduduk yang cukup banyak untuk
dapat mengembangkan usaha persuteraan alam.
- Teknologi budidaya : Jawa Tengah mempunyai
potensi modal dasar yaitu adanya Pusat
Pembibitan Ulat Sutera Candiroto di Temanggung
Jawa Tengah dan Pabrik pemintalan benang
sutera Regaloh di Kabupaten Pati
- Kondisi agroklimat sangat mendukung untuk
pengembanan budidaya sutera, tenaga kerja
cukup banyak, teknologi dasar persuteraan alam
telah dikuasai serta dimilikinya fasilitas produksi.
b. Kelemahan
- Persuteraan alamsudah cukup lama dikenal dan
dibudidayakan di Indonesia. Namun Jawa Tengah
belum intensif mengembangkan persuteraan
alam tersebut dan masih sangat terbatas
pengembangannya.
- Belum adanya standarisasi mutu dan harga
yang memadai.
- Intensifikasi budidaya murbei dan manajemen
produksi daunnya belum maksimal
- Harga jual tinggi, namun biaya produksi relatif
tinggi
- Kurangnya sumber permodalan yang memadai
- Rendahnya tingkat produksi usaha persuteraan
alam dengan kualitas kokon yang relatif rendah.
- Teknologi dan keterampilan yang dikuasai
penyuluh/petugas dan petani sutera masih
terbatas.
- Jumlah tenaga teknisi, peneliti danpenyuluh
yang menangani kegiatan persuteraan alam
sangat terbatas termasuk dukungan sarana dan
prasarananya.
c. Peluang
- Budidaya murbei semakin berkembang,
termasuk dikembangkannya studi
pengembangan berupa unit percontohan
(demplot-demplot pada beberapa kabupaten.
- Pengetahuan dan keterampilan budidaya ulat
sutera berkembang melalui pelatihan-pelatihan
- Pasar sutera masih terbuka luas, permintaan
masih lebih besar daripada persediaan.
- Diversifikasi produk sutera beraneka ragam,
antara lain sebagai benang bedah, bahan
parasut dan lain-lain
- Adanya permintaan pemasaran kokon dan
benang sutera.
- Kebutuhan benang sutera di indonesia setiap
tahunnya cukup tinggi (> 400 ton), sedangkan
tingkat produksi baru sekitar 30% dari
kebutuhan nasional, khususnya untuk
memenuhi kebutuhan industri sutera rakyat.
- Industri pertenunan sutera alam telah
berkembang baik di indonesia.
d. Ancaman
- Semakin berkembangnya teknologi
memungkinkan munculnya barang substitusi
yang berkualitas dengan harga yang relatif
rendah.
- Rangkaian kegiatan persuteraan yang cukup
panjang membutuhkan kebersamaan dan
keterpaduan semua instansi yang terkait. Jika
keterpaduan dankebersamaan tidak
dikembangkan dapat mengancam terhadap
keefektifan dan keefisienan usaha
pengembangan
- Dengan adanya globalisasi perdagangan, maka
munsul ancaman produksi persuteraan alam dari
luar negeri.
IV.2.Alternatif Strategi dan Kebijakan
Pembangunan sistem agribisnis merupakan salah satu
landasan dalam pengembangan ekonomi Indonesia.
Pembangunan pertanian yang di dalamnya mencakup
pengembangan sistem agribisnis, mulai dari subsistem
agribisnis hulu sampai hilir serta subsistem penunjang.
Kelemahan pada subsistem agribisnis hulu , seperti
benih dan sarana produksi akan berdampak pada
produksi, kelemahan di sektor hilir menyebabkan
ketidakmampuan untuk memperoleh nilai tambah dan
produk rentan terhadap fluktuasi harga (Saragih. 2010).
Oleh karena itu, strategi pembangunan agribisnis usaha
persuteraan alam harus didasarkan pada sistem
mekanisme pasar terkendali, dimana Pemerintah ikut
berperan agar setiap pelaku usaha persuteraan alam
dapat berperan optimal.
a. Upaya Pemberdayaan
Upaya pemberdayaan dilakukan terahdap kelompok
usaha persuteraan alam yang dilakukan melalui
proses pendidikan yang berkelanjutan dengan
menerapkan prinsip “menolong diri mereka sendiri”
dan berlandaskan pada peningkatan kemampuan
menghasilkan pendapatan.
Dalam rangka pemberdayaan yang perlu
dilaksanakan antara lain :
Pembuatan model usaha persuteraan alam pada
daerah prioritas.
Fasilitasi dalam bentuk pendidikan, latihan dan
penyuluhan antara lain bimbingan dalam hal
kerjasama kelompok dan antar kelompok,
Memberikan bantuan-bantuan sarana dan
prasarana
Memberikan bantuan modal berupa kredit dengan
bungan rendah sehingga mereka mampu
menjangkau (akses) terhsdap sumberdaya,
permodalan, teknologi dan pasar.
b. Pengembangan Kemitraan
Dalam rangka memperkuat usaha persuteraan alam
yang efisien dan bedaya saing, harus ada kemitraan
antara usaha ekonomi skala besar dengan usaha
petani/perajin persuteraan alam.
Dalam rangka pengembangan kemitraan, yang perlu
dilaksanakan antara lain :
Penyusunan pedoman pola kemitraan
Monev usaha persuteraan alam dengan pola
kemitraan
Mengadakan pertemuan, tukar menukar
informasi antar stake holder usaha persuteraan
alam dengan pola kemitraan dan pameran.
c. Peningkatan daya saing
Dalam rangka efisiensi dan upaya untuk memperkuat
daya saing produksi usaha persuteraan alam, maka
harus dibangun usaha persuteraan alam melalui
pendekatan sistem agribisnis yang efisien dan
berdaya saing tinggi.
Keunggulan bersaing tidak akan mampu dicapai bila
hanya satu subsistem saja yang berkembang,
sementara subsistem lainnya tidak berkembang.
Tingkat berkembangnya secara keseluruhan
ditentukan oleh subsistem dari agribisnis yang paling
belakang. Oleh karenanya, perkembangan antara
subsistem agribisnis haruslah berjalan secara
simultan dan harmonis.
Kegiatan yang perlu dilaksanakan adalah :
Sarana produksi hendaknya tersedia untuk petani
dengan harga wajar. Diperlukan kemudahan,
koordinasi dan kontrol yang baik agar semua
instansi terkait dapat berperan secara nyata,
termasuk informasi kebutuhan pasar.
Teknologi budi daya persuteraan alam perlu terus
disosialisasikan terutama budidaya yang efisien
dan berkelanjutan.
Teknologi pengolahan hasil harus diterapkan
disertai diversifikasi produk-produk setengah jadi
dan siap pakai (pakaian sutera) untuk meraih nilai
tambah.
Pengembangan pemasaran dan pengendalian
perdagangan benang sutera dipasaran.
V. KESIMPULAN
Strategi pengembangan usaha persutearaan alam di Jawa
Tengah adalah mengembangkan usaha budidaya pada lahan
yang sesuai, serta menerapkan teknologi dan peralatan yang
standar pada pelaksana produksi persutaraan alam, sehinga
diperoleh mutu produksi yang tinggi
Daya saing produk persuteraan alam dapat ditingkatkan
melalui peningkatan produktivitas dan kualitas serta
diversifikasi produk.
Pembinaan pelaku ekonomi budidaya persuteraan alam yaitu
BUMN, BUMS, Koperasi dan Kelompok sutera diharapkan akan
memperlancar pemasaran produksi persuteraan alam,
terutama yang berasal adri petani/perajin.
DAFTAR PUSTAKA
Saragih. 2010. Agribisnis : Paradigma Baru Pembangunan
Ekonomi Berbasis Pertanian. P.T. Penerbit IPB
Press. Bogor.
Sukiman, Atmosoedarjo; Kartasubrata, Junus. M. Kaomini; W. Saleh;
W. Moerdoko. 2000. Sutera Alam Indonesia.
Yayasan Sarana Wana Jaya. Jakarta