15
SISTEM AGRIBISNIS USAHA PERSUTERAAN ALAM DI JAWA TENGAH DAN STRATEGI PENGEMBANGANNYA Oleh : Haris Setiana I. PENDAHULUAN Agribisnis merupakan seluruh kegiatan usaha yang berkaitan (menunjang dan atau ditunjang) dengan sektor pertanian dalam arti luas baik pertanian, peternakan, perikanan, dan kehutanan (Saragih. 2010). Agribisnis merupakan suatu cara lain untuk melihat pertanian sebagai suatu sistem bisnis yang terdiri dari empat subsistem yang terkait satu sama lain. Keempat subsistem tersebut adalah (1) subsistem agribisnis hulu, (2) subsistem agribisnis usaha tani, (3) subsistem agribisnis hilir, dan (4) subsistem jasa penunjang (supporting institution). Usaha persuteraan alam merupakan salah satu kegiatan agribisnis yang mempunyai rangkaian kegiatan yang cukup panjang mulai dari pertanaman murbei, pembibitan ulat sutera, pemeliharaan ulat sutera, prosesing kokon, pemintalan dan pertenunan. Denga menempatkan sistem agribisnis sebagai paradigma baru dalam usaha persuteraan, maka usaha persuteraan

Sistem Agribisnis Usaha Persuteraan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Sistem Agribisnis Usaha Persuteraan

SISTEM AGRIBISNIS USAHA PERSUTERAAN ALAM DI JAWA

TENGAH DAN STRATEGI PENGEMBANGANNYA

Oleh : Haris Setiana

I. PENDAHULUAN

Agribisnis merupakan seluruh kegiatan usaha yang berkaitan

(menunjang dan atau ditunjang) dengan sektor pertanian

dalam arti luas baik pertanian, peternakan, perikanan, dan

kehutanan (Saragih. 2010).

Agribisnis merupakan suatu cara lain untuk melihat

pertanian sebagai suatu sistem bisnis yang terdiri dari empat

subsistem yang terkait satu sama lain. Keempat subsistem

tersebut adalah (1) subsistem agribisnis hulu, (2) subsistem

agribisnis usaha tani, (3) subsistem agribisnis hilir, dan (4)

subsistem jasa penunjang (supporting institution).

Usaha persuteraan alam merupakan salah satu kegiatan

agribisnis yang mempunyai rangkaian kegiatan yang cukup

panjang mulai dari pertanaman murbei, pembibitan ulat

sutera, pemeliharaan ulat sutera, prosesing kokon,

pemintalan dan pertenunan. Denga menempatkan sistem

agribisnis sebagai paradigma baru dalam usaha persuteraan,

maka usaha persuteraan memiliki subsistem agrbisnis yang

lengkap mulai dari pengadaan sarana produksi, budidaya,

industri pengolahan, pemasaran dan kelembagaan

pendukung.

Pada setiap subsistem agribisnis tersebut terdapat berbagai

permasalahan, antara lainpengadaan sarana produksi yang

Page 2: Sistem Agribisnis Usaha Persuteraan

belum efisien, bibit unggul dan pupuk yang masih sulit

diperoleh, teknologi budidaya masih konvensional dan kurang

higienis, teknologi pengolahan kokon (pemintalan) masih

belum efisien dan peran kelembagaan kelompok tani dan

pemasaran masih kurang.

Dengan melakukan pendekatan kekuatan, kelemahan,

peluang dan ancaman pada sistem agribisnis usaha

persuteraan alam di Jawa Tengah, diharapkan dapat diperoleh

alternatif dan strategi untuk mengatasi berbagai kendala

tersebut serta pengembangan usaha persuteraan di Jawa

Tengah..

II. ARTI EKONOMI USAHA PERSUTERAAN ALAM

Kegiatan usaha persuteraan alam khususnya produksi kokon

dan benang sutera dirasakan sangat menguntungkan karena

cepat mendatangkan hasil dan bernilai ekonomi tinggi.

Teknologi yang digunakan relatif sederhan, tiak memerlukan

keterampilan khusus, dapat dilakukan sebagai usaha pokok

maupun sambilan yang merupakan usaha keluarga serta

dapat dilakukan oleh pris, wanita, dewasa maupun anak-anak.

Di samping itu kegaitan ini bersifat padat karya, dapat

menajdi sumber pendapatan masyarakat yang

menguntungkan, sehingga kegiatn ini merupakan salah satu

alternatif meningkatkan peranan sektor Kehutaan dalam

mendorong perekonomian masyarakat pedesaan.

III. PERMASALAHAN

a. Subsistem Bagian Hulu

Page 3: Sistem Agribisnis Usaha Persuteraan

Di beberapa kabupaten dimana usaha persuteraan alam

berkembang, pupuk untuk kebun murbei masih sulit

didapatkan karena bersaing dengan kebutuhan pupuk

pada lokasi pertanian lain.

Akibatnya harga pupuk menajdi mahal atau tidak

dilakukan pemupukan pada lokasi tanaman murbei

sehinga produktivitas tanaman murbei menjadi rendah.

Demikian pula halnya dengan kaporit dan formalin sebagai

sarana untuk disinfeksi pada pemeliharaan ulat beberapa

waktu sangat sulit didapatkan karena adanya larangan

penggunaan kedua zat tersebut, akibatnya banyak ulat

sutera pada waktu pemeliharaan terganggu dan

memberikan hasil kokon yang rendah.

Selain itu, pada umumnya lembaga-lembaga yang terkait

dengan pengadaan sarana produksi seperti kelompok tani,

koperasi unit desa dan lainnya masih kurang berperan.

Terbatasnya modal, informasi dan bimbingan serta akses

atau kemudaha menjadi kendala utama dalam pengadaan

sarana produksi.

Bibit murbei yang ditanam juga masih bermacam-macam

sehingga belum terjamin keunggulannya.

b. Subsistem Produksi (On-Farm)

Budidaya usaha persuteraan alam terdiri dari 2 kegiatan

yaitu kegiatan budidaya murbei dan budidaya

pemeliharaan ulat sutera.

Pada budidaya murbei, dilakukan secara konvensional dan

menggunakan input yang terbatas. Tanaman murbei

setelah dipanen untuk penyediaan pakan ulat sutera

Page 4: Sistem Agribisnis Usaha Persuteraan

biasanya hanya dibiarkan tumbuh begitu saja sampai

pemanenan berikutnya.

Budidaya ulat sutera dilakukan belum sesuai standar.

Banyak petani pemelihara ulat sutera yang tidak

mengindahkan kaidah-kaidah pemeliharaan ulat sutera

baik dalam hal kecukupan pakan, kebersihan ruangan

untuk pemeliharaan ulat sutera sampai dengan cara

pemanenan kokon yang kurang sempurna.

c. Subsistem Hilir

Kokon yang dihasilkan dipintal menjadi menjadi benang

sutera dan benang sutera kemudian ditenun menjadi

benang. Teknologi dan peralatan produksi yang digunakan

untuk kegiatan tersebut masih belum standar.

Akibat dari budidaya yang belum pada subsistem onfarm

yang tidak mengikuti kaidah bididaya akan menghasilkan

kokon dengan mutu yang rendah. Kokon dengan mutu

yang rendah sebagai bahan baku pada pemintalan benang

sutera akan menghasilkan benang sutera dengan mutu

yang rendah pula ditambah lagi dengan kondisi mesin

pintal yang.masih belum standar. Akibatnya kain sutera

yang dihasilkan pun akan menjadi rendah.

d. Subsistem Pelayanan Pendukung

Peran kelembagaan di tingkat petani masih sangat

terbatas. Di tingkat desa dan kecamatan di Jawa Tengah,

peran kelompok tani dalam agribisnis usaha persuteraan

alam masih lemah. Hal ini dapat dilihat dari terbatasnya

penyediaan sarana produksi.

Permodalan

Page 5: Sistem Agribisnis Usaha Persuteraan

IV. ANALISIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN SISTEM

AGRIBISNIS USAHA PERSUTERAAN ALAM

Strategi merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan.

Penentuan alternatif strategi dalam pengembangan sistem

agribisnis umumnya dilakukan dengan cara mengidentifikasi

faktor kekuatan dan kelemahan internal serta peluang dan

ancaman eksternal. Alat analisis yang cocok untuk

merumuskan strategi dari berbagai faktor yang diidentifikasi

tersebut adalah analisis SWOT. Analisis SWOT didasarkan

pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength)

dan peluang (opportunities), dan secara bersamaan dapat

meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman

(threats).

IV.1. Analisis SWOT

Implementasi strategi pengembangan sistem agribisnis

usaha persuteraan alam berdasarkan analisis SWOT

diuraikan berikut ini :

a. Kekuatan

- Sumber daya alam Jawa Tengah mempunyai

potensi lahan kering yang cukup potensial.

Potensi lahan kering untuk pengembangan usaha

peruteraan alam + 160.000 ha tersebar di

20kabupaten.

- Sumber daya manusia :Jawa Tengah mempunyai

potensi penduduk yang cukup banyak untuk

dapat mengembangkan usaha persuteraan alam.

- Teknologi budidaya : Jawa Tengah mempunyai

potensi modal dasar yaitu adanya Pusat

Page 6: Sistem Agribisnis Usaha Persuteraan

Pembibitan Ulat Sutera Candiroto di Temanggung

Jawa Tengah dan Pabrik pemintalan benang

sutera Regaloh di Kabupaten Pati

- Kondisi agroklimat sangat mendukung untuk

pengembanan budidaya sutera, tenaga kerja

cukup banyak, teknologi dasar persuteraan alam

telah dikuasai serta dimilikinya fasilitas produksi.

b. Kelemahan

- Persuteraan alamsudah cukup lama dikenal dan

dibudidayakan di Indonesia. Namun Jawa Tengah

belum intensif mengembangkan persuteraan

alam tersebut dan masih sangat terbatas

pengembangannya.

- Belum adanya standarisasi mutu dan harga

yang memadai.

- Intensifikasi budidaya murbei dan manajemen

produksi daunnya belum maksimal

- Harga jual tinggi, namun biaya produksi relatif

tinggi

- Kurangnya sumber permodalan yang memadai

- Rendahnya tingkat produksi usaha persuteraan

alam dengan kualitas kokon yang relatif rendah.

- Teknologi dan keterampilan yang dikuasai

penyuluh/petugas dan petani sutera masih

terbatas.

- Jumlah tenaga teknisi, peneliti danpenyuluh

yang menangani kegiatan persuteraan alam

Page 7: Sistem Agribisnis Usaha Persuteraan

sangat terbatas termasuk dukungan sarana dan

prasarananya.

c. Peluang

- Budidaya murbei semakin berkembang,

termasuk dikembangkannya studi

pengembangan berupa unit percontohan

(demplot-demplot pada beberapa kabupaten.

- Pengetahuan dan keterampilan budidaya ulat

sutera berkembang melalui pelatihan-pelatihan

- Pasar sutera masih terbuka luas, permintaan

masih lebih besar daripada persediaan.

- Diversifikasi produk sutera beraneka ragam,

antara lain sebagai benang bedah, bahan

parasut dan lain-lain

- Adanya permintaan pemasaran kokon dan

benang sutera.

- Kebutuhan benang sutera di indonesia setiap

tahunnya cukup tinggi (> 400 ton), sedangkan

tingkat produksi baru sekitar 30% dari

kebutuhan nasional, khususnya untuk

memenuhi kebutuhan industri sutera rakyat.

- Industri pertenunan sutera alam telah

berkembang baik di indonesia.

d. Ancaman

- Semakin berkembangnya teknologi

memungkinkan munculnya barang substitusi

Page 8: Sistem Agribisnis Usaha Persuteraan

yang berkualitas dengan harga yang relatif

rendah.

- Rangkaian kegiatan persuteraan yang cukup

panjang membutuhkan kebersamaan dan

keterpaduan semua instansi yang terkait. Jika

keterpaduan dankebersamaan tidak

dikembangkan dapat mengancam terhadap

keefektifan dan keefisienan usaha

pengembangan

- Dengan adanya globalisasi perdagangan, maka

munsul ancaman produksi persuteraan alam dari

luar negeri.

IV.2.Alternatif Strategi dan Kebijakan

Pembangunan sistem agribisnis merupakan salah satu

landasan dalam pengembangan ekonomi Indonesia.

Pembangunan pertanian yang di dalamnya mencakup

pengembangan sistem agribisnis, mulai dari subsistem

agribisnis hulu sampai hilir serta subsistem penunjang.

Kelemahan pada subsistem agribisnis hulu , seperti

benih dan sarana produksi akan berdampak pada

produksi, kelemahan di sektor hilir menyebabkan

ketidakmampuan untuk memperoleh nilai tambah dan

produk rentan terhadap fluktuasi harga (Saragih. 2010).

Oleh karena itu, strategi pembangunan agribisnis usaha

persuteraan alam harus didasarkan pada sistem

mekanisme pasar terkendali, dimana Pemerintah ikut

berperan agar setiap pelaku usaha persuteraan alam

dapat berperan optimal.

Page 9: Sistem Agribisnis Usaha Persuteraan

a. Upaya Pemberdayaan

Upaya pemberdayaan dilakukan terahdap kelompok

usaha persuteraan alam yang dilakukan melalui

proses pendidikan yang berkelanjutan dengan

menerapkan prinsip “menolong diri mereka sendiri”

dan berlandaskan pada peningkatan kemampuan

menghasilkan pendapatan.

Dalam rangka pemberdayaan yang perlu

dilaksanakan antara lain :

Pembuatan model usaha persuteraan alam pada

daerah prioritas.

Fasilitasi dalam bentuk pendidikan, latihan dan

penyuluhan antara lain bimbingan dalam hal

kerjasama kelompok dan antar kelompok,

Memberikan bantuan-bantuan sarana dan

prasarana

Memberikan bantuan modal berupa kredit dengan

bungan rendah sehingga mereka mampu

menjangkau (akses) terhsdap sumberdaya,

permodalan, teknologi dan pasar.

b. Pengembangan Kemitraan

Dalam rangka memperkuat usaha persuteraan alam

yang efisien dan bedaya saing, harus ada kemitraan

antara usaha ekonomi skala besar dengan usaha

petani/perajin persuteraan alam.

Dalam rangka pengembangan kemitraan, yang perlu

dilaksanakan antara lain :

Penyusunan pedoman pola kemitraan

Page 10: Sistem Agribisnis Usaha Persuteraan

Monev usaha persuteraan alam dengan pola

kemitraan

Mengadakan pertemuan, tukar menukar

informasi antar stake holder usaha persuteraan

alam dengan pola kemitraan dan pameran.

c. Peningkatan daya saing

Dalam rangka efisiensi dan upaya untuk memperkuat

daya saing produksi usaha persuteraan alam, maka

harus dibangun usaha persuteraan alam melalui

pendekatan sistem agribisnis yang efisien dan

berdaya saing tinggi.

Keunggulan bersaing tidak akan mampu dicapai bila

hanya satu subsistem saja yang berkembang,

sementara subsistem lainnya tidak berkembang.

Tingkat berkembangnya secara keseluruhan

ditentukan oleh subsistem dari agribisnis yang paling

belakang. Oleh karenanya, perkembangan antara

subsistem agribisnis haruslah berjalan secara

simultan dan harmonis.

Kegiatan yang perlu dilaksanakan adalah :

Sarana produksi hendaknya tersedia untuk petani

dengan harga wajar. Diperlukan kemudahan,

koordinasi dan kontrol yang baik agar semua

instansi terkait dapat berperan secara nyata,

termasuk informasi kebutuhan pasar.

Teknologi budi daya persuteraan alam perlu terus

disosialisasikan terutama budidaya yang efisien

dan berkelanjutan.

Page 11: Sistem Agribisnis Usaha Persuteraan

Teknologi pengolahan hasil harus diterapkan

disertai diversifikasi produk-produk setengah jadi

dan siap pakai (pakaian sutera) untuk meraih nilai

tambah.

Pengembangan pemasaran dan pengendalian

perdagangan benang sutera dipasaran.

V. KESIMPULAN

Strategi pengembangan usaha persutearaan alam di Jawa

Tengah adalah mengembangkan usaha budidaya pada lahan

yang sesuai, serta menerapkan teknologi dan peralatan yang

standar pada pelaksana produksi persutaraan alam, sehinga

diperoleh mutu produksi yang tinggi

Daya saing produk persuteraan alam dapat ditingkatkan

melalui peningkatan produktivitas dan kualitas serta

diversifikasi produk.

Pembinaan pelaku ekonomi budidaya persuteraan alam yaitu

BUMN, BUMS, Koperasi dan Kelompok sutera diharapkan akan

memperlancar pemasaran produksi persuteraan alam,

terutama yang berasal adri petani/perajin.

DAFTAR PUSTAKA

Saragih. 2010. Agribisnis : Paradigma Baru Pembangunan

Ekonomi Berbasis Pertanian. P.T. Penerbit IPB

Press. Bogor.

Page 12: Sistem Agribisnis Usaha Persuteraan

Sukiman, Atmosoedarjo; Kartasubrata, Junus. M. Kaomini; W. Saleh;

W. Moerdoko. 2000. Sutera Alam Indonesia.

Yayasan Sarana Wana Jaya. Jakarta