Manajemen Praktis Usaha Agribisnis Dan Agroindustri

Embed Size (px)

Citation preview

MANAJEMEN PRAKTIS USAHA BIDANG AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI Oleh : RONI KASTAMAN Disampaikan Pada Acara Kegiatan Pembekalan Peningkatan Keterampilan Dan Wawasan Pegawai Dalam Masa Persiapan Purna Tugas Di Lingkungan Perum Jasa Tirta II Jatiluhur, 6 April 2005

GAMBARAN UMUM

Di Jawa Barat terdapat 6.751.999 unit UKMK atau 99,89% dari total kelompok usaha Pertanian Tanaman Pangan = 84,97% Perkebunan = 11,83% Perikanan = 1,15% Peternakan = 0,25% Kehutanan = 0,02% Jenis Pertanian Lainnya = 1,78%

BIDANG PERTANIAN (AGRIBISNIS & AGROINDUSTRI) MASIH MENDOMINASI UKMK

Agribisnis adalah kegiatan usaha yang membudidayakan tanaman, ternak mulaidari saat awal pertumbuhan hinggamenghasilka n produk siap konsumsi dansiap olah untuk proses lebih lanjut. Agroindustri adalah usaha yang mengolah bahan mentah dari pertaniantermasuk di dalamnya tanaman danternak sedem ikian rupa menghasilkanproduk hasil olahan yang beragam jenisdan manfaatnya.

PROSPEK USAHA BIDANG AGRIBISNIS & AGROINDUSTRI

Kebutuhan pasar domestik tinggi karena populasi penduduk banyak. Variabilitas produk yang dapat dihasilkan untuk pasar domestik danekspor tinggi Dukungan sumberdaya alam memadai Kondisi geografis Indonesia diuntungkan Berada pada jalur lalu lintas perdagangan dunia

KARAKTERISTIK PRODUK PERTANIAN

Mudah rusak karena pengaruh fisik, kimia atau biologi Bersifat klimaterik (respon terhadap udara luar disekeliling produk tinggi) Umur produksi agak lama (3 bulan hingga tahunan) Umur konsumsi dalam bentuk segar pendek Memegang peranan penting dalam pemenuhan sandang, papan, pangan, pakan

BEBERAPA FAKTOR YANG PERL DIPERTIMBANGKAN DALAM AGRIBISNIS / AGROINDUSTRI

Umur tanam hingga produksi Lama konsumsi dari produk pertanian tersebut(umur simpan) Variabilitas bahan untuk diolah dari satu produk ke produk yang lain Cara penanganan pasca panen, penyimpanan dan penyajian Kesesuaian dengan standar yang ditetapkan Penampakan produk dalam rangka menarikminat konsumen Aspek lingkungan pemasaran

RANTAI NILAI USAHA Pendukung Logistik Manajemen produksi Sistem distribusi Pemasaran Pelayanan pada pelanggan Pendukung Logistik Manajemen produksi Sistem distribusi Pemasaran Pelayanan pada pelanggan

TAHAPAN KEGIATAN DALAM AGRIBISNIS TAHAPAN KEGIATAN DALAM AGRIBISNIS

FAKTOR PENENTU AGRIBISNIS Benih, bibit Pupuk Pengolahan tanah Pestisida Irigasi & drainase Pemeliharaan Pemanenan Keputusan dalam memasarkan produk (cara ijon atau dengan pemasaran sendiri )

Sektor Agribisnis dengan Dukungan BUMN Sektor Pertanian 1. Pertanian Padi 2. Pertanian jagung 3. Pertanian palawija 4. Pertanian yang lain tanaman Sektor Peternakan 1. Peternak sapi/kerbau dll 2. Peternak kambing/domba biri-biri 3. Peternak ayam, bebek dll payau/sungai 4. Peternak unggas ikan/udang Sektor Holtikultura 1. Tani tanaman sayuran 2. Tani tanaman buah-buahan 3. Tani tanaman hias/bunga 4. Budidaya pembibitan Sektor Perikanan: 1. 2. 3. 4. 5. Peternak ikan air tawar Peternak ikan air laut Peternak ikan air Budi daya pembibitan Budidaya pakan ternak dll

ACUAN PEMILIHAN KOMODITAS AGRIBISNIS Komoditas dengan tingkat produksi per satuan luas Profit per satuan produk Tingkat utilisasi lahan produksi yang lebih tinggi Kemungkinan diversifikasi olahan produk lebih banyak Titik pulang modal (break even point) atau periode kembali modal (pay back period) Umur produksi yang sesingkat mungkin

ILUSTRASI PROFIT AGRIBISNIS ILUSTRASI PROFIT AGRIBISNIS

TAHAPAN KEGIATAN DALAM AGROINDUSTRI TAHAPAN KEGIATAN DALAM AGROINDUSTRI

AKTIVITAS & PRODUK AGROINDUSTRI AKTIVITAS & PRODUK AGROINDUSTRI

CONTOH AGROINDUSTRI CONTOH AGROINDUSTRI

KOMODITAS & AKTIVITAS AGROINDUSTRI KOMODITAS & AKTIVITAS AGROINDUSTRI

PERENCANAAN USAHA AGRIBISNIS AGROINDUSTRI

Menganalisis situasi yang berhubungan usaha yang akan dilakukan. Permintaan pasar Pangsa pasar & segmentasi pasar Strategi memasuki pasar Pemahaman tentang organisasi dan tata laksana perusahaan. Bagaimana menentukan harga pokok dan harga jual produk, penentuan volume produksi dan perhitungan titik impas usaha, sistem pembukuan keuangan. Pengetahuan tentang konsep bunga uang (cara hitungbunga) Kemampuan dalam menganalisis alternatif usaha yang paling menguntungkan Bagaimana cara menjalin kemitraan Melakukan studi kelayakan usaha Mengelola sistem produksi dalam berusaha dengan cara yang efektif dan efisien Menjaga usaha yang dilakukan agar berkesinambungandengan mengacu pada kaidah 3K yaitu : KAPASITAS, KUALITAS dan KONTINYUITAS.

CONTOH KEGIATAN AGRIBISNIS CONTOH KEGIATAN AGRIBISNIS

CONTOH KEGIATAN AGRIBISNIS CONTOH KEGIATAN AGRIBISNIS

CONTOH KEGIATAN AGRIBISNIS CONTOH KEGIATAN AGRIBISNIS

CONTOH KEGIATAN AGRIBISNIS CONTOH KEGIATAN AGRIBISNIS

CONTOH KEGIATAN AGROINDUSTRI CONTOH KEGIATAN AGROINDUSTRI

CONTOH KEGIATAN AGROINDUSTRI CONTOH KEGIATAN AGROINDUSTRI

CONTOH KEGIATAN AGROINDUSTRI CONTOH KEGIATAN AGROINDUSTRI

Pedoman Sederhana Menghitung Kelayakan Usaha Perkiraan biaya investasi untuk kurun waktu usaha tertentu Perkiraan biaya produksi (operasi produksi) Perkiraan pendapatan selama periode usaha tertentu Perhitungan nilai bersih usaha dengan mempertimbangkan aspek bunga bank Perhitungan periode pengembalian investasi

MODUL PELATIHAN MANAJEMEN PRAKTIS USAHA BIDANG AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI OLEH : RONI KASTAMAN Disampaikan Pada Acara Kegiatan Pembekalan Peningkatan Keterampilan Dan Wawasan Pegawai Dalam Masa Persiapan Purna Tugas Di Lingkungan Perum Jasa Tirta II Jatiluhur, 4 7 April 2005

MANAJEMEN PRAKTIS USAHA BIDANG AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI 1. Pendahuluan Usaha kecil menurut definisi dari Bank Indonesia, adalah usaha dengan kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 juta (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha), atau usaha yang memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1 miliar, dimiliki WNI dan berdiri sendiri (Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 30/4/KEP/DIR tanggal 4 April 1997 tentang Pemberian Kredit Usaha Kecil) Menurut data Dinas KUKM Propinsi Jawa Barat, jumlah kelompok usaha kecil di Propinsi Jawa Barat pada tahun 2000 tercatat sekitar 6.751.999 unit usaha kecil menengah atau 99,89% dari jumlah keseluruhan kelompok usaha yang ada di Jawa Barat. Dari jumlah tersebut, sektor usaha bidang pertanian masih mendominasi dengan jumlah usaha (rumahtangga) sebanyak 4.094.672 unit atau 60,57% dari total keseluruhan usaha yang ada (www.bi.go.id, 2002). Gambaran umum kegiatan usaha bidang pertanian tersebut antara lain sebagai berikut : 1. Pertanian Tanaman Pangan = 84,97% 2. Perkebunan = 11,83% 3. Perikanan = 1,15% 4. Peternakan = 0,25% 5. Kehutanan = 0,02% 6. Jenis Pertanian Lainnya = 1,78% Berdasarkan gambaran tersebut, usaha dengan basis bahan baku dari pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan untuk kondisi di Jawa Barat masih menjadi perhatian utama. Permintaan akan tanaman pangan dalam hal ini masih menjadi prioritas utama petani mengingat kebutuhan hidup kebanyakan penduduk di Jawa Barat dan

juga daerah lain masih tertumpu pada komoditas ini, terutama pada tanaman padi dan palawija. Secara garis besarnya kegiatan usaha kecil dan menengah dengan mengambil basis kegiatan pertanian dapat dikelompokkan dalam 2 kegiatan, yaitu : Agribisnis dan Agroindustri. Agribisnis adalah kegiatan usaha yang membudidayakan tanaman, ternak mulai dari saat awal pertumbuhan hingga menghasilkan produk siap konsumsi dan siap olah untuk proses lebih lanjut. Sedangkan agroindustri adalah usaha yang mengolah bahan mentah dari pertanian termasuk di dalamnya tanaman dan ternak sedemikian rupa menghasilkan produk hasil olahan yang beragam jenis dan manfaatnya. Sebenarnya usaha dalam bidang agribisnis dan agroindustri apabila dikelola dengan baik dapat menjadi lahan usaha yang sangat menjanjikan, hal ini didasarkan atas pengamatan empiris di lapangan bahwa sektor ini banyak menyerap tenaga kerja dan permintaan pasar domestik maupun global cenderung mengalami peningkatan. Sebagai contoh misalnya. Untuk pemenuhan kebutuhan hari raya qurban dan ibadah haji di pasaran Arab Saudi setiap tahun tidak kurang dari 2 juta ternak domba, biri atau unta diperlukan untuk keperluan jamaah haji. Selama ini pemenuhan permintaan tersebut dipenuhi oleh beberapa negara penghasil ternak di Eropa, Amerika atau Australia. Padahal kedekatan psikologis untuk pasar Arab Saudi bagi Indonesia tidaklah terlalu sulit untuk memasukinya, namun untuk memenuhi hal tersebut produsen ternak dalam negeri tidak dapat memenuhinya. Jangankan untuk ekspor, untuk pasar dalam negeri saja tidak dapat terpenuhi. Belum lagi permintaan akan komoditas buah-buahan dan sayuran tropika untuk pasar Eropa, Amerika dan negara lainnya, yang selama ini sebagian kecil dipenuhi

oleh Malaysia atau Thailand. Inilah sekilas gambaran bahwa sebenarnya potensi pengembangan komoditas pertanian memiliki prospek yang baik. 2. Karakteristik Usaha Agribisnis Dan Agroindustri Dalam upaya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, manusia akan selalu membutuhkan makanan kapan dan dimanapun dia berada, oleh karena itu bidang pertanian merupakan bidang strategis bagi kehidupan manusia. Dengan demikian mengembangkan usaha dalam bidang pertanian, baik berupa produk mentah, bahan setengah jadi maupun produk jadi pada dasarnya merupakan kegiatan yang memiliki prospek sangat baik dan orientasinya bisa seumur hidup apabila sistem tata niaga dan pengelolaannya baik. Mengembangkan usaha dalam bidang agribisnis dan agroindustri, baik berupa produk mentah, bahan setengah jadi maupun produk jadi merupakan kegiatan yang memiliki prospek sangat baik. Hal ini disebabkan oleh karena selama manusia hidup akan selalu memerlukan sandang, pangan, pakan dan papan untuk kebutuhan hidupnya, yang notabene sumber bahan bakunya berasal dari kegiatan bidang pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan. Jadi usaha dalam bidang ini orientasinya bisa seumur hidup. Permasalahannya adalah dalam mengembangkan usaha bidang ini banyak kendala yang dihadapi, mulai dari ketersediaan bahan baku, aspek kesehatan, periode waktu atau umur konsumsi hingga cara penanganannya. Karakteristik produk pertanian pada umumnya dipengaruhi oleh musim, mudah rusak (karena fisik, kimia atau bilologis) dan bentuknya beragam sehingga bagi kebanyakan orang awam

mengelola kegiatan agribisnis atau agroindustri dianggap beresiko tinggi disamping untuk dapat menghasilkan membutuhkan waktu yang cukup lama dibandingkan usaha lainnya. Sebagai contoh misalnya : untuk dapat menghasilkan gabah tanaman padi membutuhkan waktu proses sekitar 3 4 bulan dari sejak tanam sehingga selama itu petani belum dapat menikmati dari hasil usahanya. Sedangkan mereka yang mengolah gabah menjadi nasi (usaha catering misalnya) dapat langsung mendapatkan hasilnya antara 1 2 hari. Ada beberapa karakteristik umum yang dapat dijadikan dasar dalam pengembangan produk pertanian, antara lain yaitu : 1. Umur tanam hingga produksi 2. Lama konsumsi dari produk pertanian tersebut (umur simpan) 3. Variabilitas bahan untuk diolah dari satu produk ke produk yang lain 4. Cara penanganan pasca panen, penyimpanan dan penyajian 5. Kesesuaian dengan standar yang ditetapkan 6. Penampakan produk dalam rangka menarik minat konsumen 7. Aspek lingkungan pemasaran Semua faktor di atas akan berdampak pada keberhasilan dalam pemasaran produk kepada konsumen. Idealnya produk pertanian yang akan dipasarkan memiliki umur konsumsi yang lama, mudah diolah menjadi berbagai macam produk, mudah dalam mengolah dan menyajikannya, tidak sulit dalam menyajikan kemasannya, memenuhi standar yang berlaku umum untuk produk pangan terutama yang menyangkut kesehatan dan dapat dipasarkan di berbagai tempat. Untuk mendapatkan produk pertanian yang ideal tersebut tidak mudah, oleh karena tidak semua bahan memiliki karakteristik yang sama, yang pada akhirnya akan membawa konsekuensi kepada biaya produksi. Hal lain yang juga perlu diperhatikan dalam kaitannya

dengan aspek pemasaran produk adalah strategi pemasaran yang bagaimana yang akan dipilih oleh perusahaan dalam kaitannya dengan produk yang dibuat. Porter (1985) mengemukakan bahwa pada dasarnya ada 3 strategi penting untuk mendapatkan kesuksesan dalam bidang pemasaran produk, yaitu : 1. Keunggulan dalam biaya / ongkos. Pemasaran produk dengan mengandalkan keunggulan dalam biaya, misalnya menjual produk dengan harga yang murah namun dengan kualitas yang baik. Hal ini bisa dilakukan karena perusahaan mampu menghemat biaya produksi dalam proses produksi, baik pada pemilihan bahan baku, proses, kemasan maupun biaya untuk tenaga kerja. 2. Keunggulan karena adanya ciri pembeda atau keunikan dari produk yang dibuat (diferensiasi). Strategi ini menekankan pada aspek keunikan pada produk yang dipasarkan, baik penekanan pada merk, bentuk, logo, kualitas atau image dari produknya itu sendiri. Untuk strategi ini biasanya diikuti dengan biaya yang tinggi. 3. Keunggulan karena memfokuskan pada target atau segmen pasar tertentu. Strategi ini mengandalkan pada suatu fokus tertentu, misalnya hanya mengkhususkan pada segmen pasar remaja atau orang tua saja. Ke tiga model strategi yang dapat ditempuh tersebut pada akhirnya akan menentukan karakteristik produk yang akan dibuat hingga perencanaan investasi dan produksinya. Selanjutnya Porter (1985) menyatakan bahwa hal penting lainnya yang perlu diperhatikan dalam menjalankan suatu usaha adalah beberapa elemen penting yang dinamakan dengan rantai nilai (value chain) dari suatu usaha (Gambar 1).

Pendukung Logistik Manajemen produksi Sistem distribusi Pemasaran Pelayanan pada pelanggan Pendukung Logistik Manajemen produksi Sistem distribusi Pemasaran Pelayanan pada pelanggan Gambar 1. Rantai Nilai Kegiatan Usaha Sebagai rantai awal yang sangat penting dan mendukung produksi suatu usaha, tidak terkecuali kegiatan pertanian adalah dukungan logistik atau supplier. Bagian ini merupakan unsur penunjang utama dalam kegiatan usaha yang terutama bergerak dalam bidang produksi komoditas pertanian. Keberhasilan suatu usaha yang memproduksi suatu komoditas sangat ditentukan oleh pengelolaan sistem produksi dan hubungannya dengan pemasok bahan baku atau logistik. Dengan demikian bagian inipun sebenarnya memiliki potensi ekonomi yang tinggi bila dikembangkan dengan baik, jadi tidak hanya mengandalkan kepada kekuatan dalam memproduksi saja. Manajemen produksi dalam hal ini merupakan faktor utama yang menentukan jalannya roda usaha produksi komoditas. Sedangkan sistem distribusi merupakan bagian penyalur komoditas yang telah dibuat pada tingkat penyaluran produk dalam jumlah yang banyak sebelum sampai kepada pelanggan atau pemakai. Untuk dapat menyampaikan produk yang telah diproduksi diperlukan adanya jaringan pemasaran pemasaran yang memadai sebagai kepanjangan tangan jaringan distribusi. Produk yang diproduksi dan dipasarkan tidak akan bertahan lama untuk tetap diminati oleh pemakai apabila aspek pelayanan kepada pelanggan (Service & maintenance) diabaikan. Melihat keterkaitan diantara variabel yang satu dengan variabel lainnya dari rantai nilai kegiatan usaha tersebut, dapatlah dipahami bahwa kebanyakan perusahaan-perusahaan yang bertaraf

internasional berhasil dalam menjalankan usahanya karena mereka mampu menjalankan seluruh variabel yang ada pada rantai nilai tersebut. Kondisi ini berbeda dengan kebanyakan perusahaan di Indonesia, dimana masih banyak diantara perusahaan tersebut yang belum dapat memadukan semua variabel rantai nilai menjadi satu kesatuan yang utuh dan terintegrasi sehingga menciptakan suatu usaha yang kuat. Sebagai contoh kasus misalnya pada bidang agribisnis. Kebanyakan wirausaha agribisnis di Indonesia sudah mampu mengelola sistem produksi (manajemen produksi) dengan baik, namun ketergantungan produsen pada pemasok (supplier) baik itu pupuk, benih atau sarana produksi lainnya maupun kepada jaringan distribusi dan pemasarannya masih lemah. Kondisi ini seringkali menyebabkan produsen produk-produk pertanian (petani) menderita kerugian karena adanya permainan dari pemasok bahan baku, disamping itu masalah lain adalah spekulan yang bergerak di sektor distribusi, pemasaran dan pelayanan pelanggan yang turut mengatur sistem sedemikian rupa produsen berada pada posisi tawar menawar yang lemah. Dalam pemilihan kegiatan usaha yang akan dilakukan oleh calon wirausaha (UKMK) baru baik dalam bidang agribisnis maupun agroindustri terlebih dahulu harus dipahami masing-masing karakteristik kegiatan dalam ke dua bidang usaha tersebut. Hal ini penting mengingat untuk kegiatan agribisnis lebih menekankan pada kegiatan di lapangan (lahan usaha tani) sementara kegiatan agroindustri dilakukan dalam ruang usaha (pabrik atau bangunan unit produksi). Secara umum kegiatan agribisnis memiliki perbedaan yang mendasar dibandingkan dengan kegiatan agroindustri. Beberapa perbedaan tersebut antara lain :

Tabel 1. Karakteristik Agribisnis dan Agroindustri NO AGRIBISNIS AGROINDUSTRI 1 Kegiatan produksi pada lahan dan dipengaruhi oleh kondisi topografi, iklim, karakteristik tanah dan tata air Kegiatan produksi dipengaruhi oleh ketersediaan bahan baku yang dihasilkan dari kegiatan agribisnis 2 Produktivitas hasil dipengaruhi oleh aplikasi teknis dilapangan Produktivitas hasil dipengaruhi oleh kreatifitas dan tingkat pemanfaatan teknologi proses 3 Pemeliharaan tanaman sebagai penghasil produk perlu intensif Penanganan produk pasca panen menjadi titik kritis 4 Tingkat resiko keberhasilan usaha tinggi karena tergantung pada alam Resiko keberhasilan usaha relatif lebih kecil karena dapat diprediksi lebih baik dan tidak tergantung pada alam 5 Terfokus pada satu produk (dari satu komoditas hanya dihasilkan satu produk) Dari 1 input sumber bahan baku dapat dihasilkan produk yang bervariasi 6 Produk yang dihasilkan mudah rusak, umur konsumsi pendek Produk yang dihasilkan lebih tahan lama, umur konsumsi lebih lama 7 Tidak ada nilai tambah karena nilai jual terpaku pada satu produk akhir komoditasnya Ada nilai tambah, karena dari satu sumber bahan baku dapat dihasilkan beragam produk olahan dengan berbagai variasi harga 8 Membutuhkan waktu cukup lama untuk menghasilkan produk ( 3 bulan hingga tahunan) Waktu pengolahan produk relatif singkat (hitungan jam atau hari) 9 Kegiatan dilakukan di lahan usaha tani Kegiatan di lakukan dalam ruang unit produksi Sebagai bahan pertimbangan bagi pelaku usaha yang akan

terjun dalam bidang agribisnis ataupun agroindustri, perlu kiranya diketahui terlebih dahulu tahapan-tahapan kegiatan yang harus dilakukan. Beberapa tahapan kegiatan yang biasa dilakukan dalam bidang agribisnis adalah sebagai berikut :

KONDISI PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS KONDISI PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS SEGMENTASI PASAR PERSIAPAN LAHAN ANALISIS KESESUAIAN LAHAN, TANAH, KETINGGIAN, IKLIM

PENYIAPAN BENIH, BIBIT PENYIAPAN TANAM, PEMUPUKAN, IRIGASI, DRAINASE

PEMELIHARAAN, PEMBERANTASAN HAMA & PENYAKIT PANEN PENANGANAN & PEMASARAN Gambar 2. Tahapan Kegiatan Agribisnis

Dari tahapan tersebut, maka faktor penentu keberhasil usaha agribisnis terletak pada uapaya pemenuhan : -Benih, bibit -Pupuk -Pengolahan tanah -Pestisida -Irigasi & drainase -Pemeliharaan -Pemanenan -Keputusan dalam memasarkan produk (cara ijon atau dengan pemasaran sendiri ) Apabila diamati dari beberapa faktor tersebut, sebenarnya masingmasing elemen dapat pula dijadikan sebagai bagian dari unit usaha lain yang dapat dikembangkan, sebagai contoh misalnya : -Usaha penyedia benih, bibit, pupuk, pestisida, peralatan dan mesin -Usaha jasa penyewaan peralatan dan mesin pertanian -Usaha pemasaran dan transportasi produk Pengamatan di lapangan menunjukkan beberapa kegiatan agribisnis yang banyak mendapat dukungan dari pemerintah khususnya melalui BUMN antara lain seperti yang disajikan pada gambar. Dari sekian banyak yang mendapatkan bantuan, dalam kurun waktu 2 4 tahun usaha yang dibina telah mampu berkembang dan meningkatkan kegiatan usahanya.

Sumber : CDC Telkom (2004) Gambar 3. Sektor Pertanian yang Mendapat Dukungan Pendanaan Dari BUMN sebagai Dana Kemitraan bagi UKMK Pengalaman yang diperoleh dari Mitra Pembina atau Mitra Pendamping Usaha Kecil Bidang Agribisnis menunjukkan bahwa tidak semua usaha bidang pertanian, peternakan dan perikanan dapat memberikan keuntungan yang signifikan bagi pelaku usahanya. Dengan demikian bagi wirausahawan pemula yang akan terjun dalam bidang ini, pemilihan komoditas agribisnis yang akan dilakukan menjadi penting. Sebagai gambaran umum misalnya dari sekian banyak tanaman hortikultura, ada beberapa komoditas yang dapat memberikan nilai pendapatan yang signifikan bagi pelaku usahanya. Dari contoh pada Tabel 2 diketahui bahwa tidak semua komoditas tanaman akan memberikan keuntungan (profit) yang signifikan bagi petani. Komoditas dengan tingkat produksi per satuan luas, profit per satuan produk dan tingkat utilisasi lahan produksi yang lebih tinggi, Kemungkinan diversifikasi olahan produk (untuk agroindustri) lebih banyak, titik pulang modal (break even point) periode kembali modal (pay back period) usaha tani yang sesingkat mungkin setidaknya harus menjadi acuan pemilihan komoditas yang akan diusahakan.

Tabel 2. Profit dan Titik Impas Usaha Budidaya Tanaman Menurut Prioritas Yang Diusahakan Petani Per Hektar *) NO KOMODITAS BIAYA PRODUKSI (Rupiah) PENDAPATAN PRODUKSI (Rupiah) PROFIT PER MUSIM (Rupiah) PROFIT PER BULAN (Rupiah) BEP (kg) BEP (ha) 1 Jagung 3122500 4400000 1.277.500 425833 3356 0.61 2 Cabe Merah 27041500 48000000 20.958.500 6986167 6724 0.42 3 Singkong 4092500 9000000 4.907.500 613438 11052 0.37 4 Tomat 11325000 45562500 34.237.500 8559375 2081 0.06 5 Kacang Tanah 3302500 4500000 1.197.500 399167 1251 0.63 6 Bawang Merah 11052000 8925000 -2.127.000 -709000 358630 30.14 7 Kacang Merah 4552500 9000000 4.447.500 1482500 1080 0.36 *) Menurut hasil studi kasus di Desa Palasari, Kec. Cibiru, Kota Bandung (2004). Berbeda dengan kegiatan agribisnis, kegiatan agroindustri pada dasarnya merupakan kegiatan tindak lanjut dari usaha yang dilakukan dalam agribisnis dimana output dari agribisnis merupakan bahan baku bagi kegiatan agroindustri. Dengan demikian tahapan kegiatannya merupakan kelanjutan dari kegiatan agribisnis, yaitu sebagai berikut : KONDISI PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS SEGMENTASI PASAR PENGOLAHAN BAHAN BAKU PRODUK AGRIBISNIS PENGEMASAN & PEMASARAN Gambar 4. Tahapan Kegiatan Agroindustri 13

Pengolahan produk pertanian agribisnis menjadi produk agroindustri dapat dilakukan sesuai dengan jenis produk akhir yang diinginkan, sebagai contoh misalnya : apabila produk yang diinginkan dari buah pisang adalah tepung pisang, maka proses pengolahannya harus mengikuti tahapan pemilihan buah dengan kematangan 60% , pembersihan, pengupasan, perendaman buah, perlakuan bahan agar tidak berwarna pucat, perajangan, pengeringan, penepungan (pengecilan ukuran) dengan mesin, pengemasan. Sementara bila produk akhir yang diinginkan adalah sale pisang, maka pengolahannya adalah pemilihan buah dengan tingkat kematangan 90 95%, pengupasan, pengeringan, pemipihan dengan mesin atau alat pemipih (roller), pengemasan. Dari kedua jenis produk, proses pengolahan maupun mesin atau peralatan atau teknologi proses yang digunakan berbeda. Dengan kata lain makin banyak produk akhir yang ingin dibuat akan makin banyak pula teknologi proses yang dibutuhkan. Beberapa contoh kategori kegiatan agroindustri menurut tingkatan proses transformasi bahan bakunya adalah sebagai berikut. Tabel 3. Tahapan Aktivitas dan Ilustrasi Produk Agroindustri AKTIVITAS PENGOLAHAN Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4 Pembersihan Pengupasan Pemasakan Perlakuan kimia Pemilihan Pemotongan Pasteurisasi Teksturisasi Pencampuran Pengalengan Dehidrasi Pendinginan Pengeringan Ekstraksi ILUSTRASI PRODUK Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4 Buah segar Biji-bijian Produk susu Makanan instan Sayuran segar Daging Daging Ban Telur Bumbu Saos Parfum Pakan ternak Tekstil Obat-obatan Katun Minyak Karet Furnitur Kayu Gula

Beberapa contoh model agroindustri yang dapat dikembangkan misalnya seperti yang disajikan pada beberapa gambar berikut. Gambar 5. Contoh Derivat Produk Agroindustri Dan Nilai Tambah Yang Dihasilkan

Apabila dilihat dari sumber bahan bakunya, kegiatan agroindustri akan dapat memberikan variabilitas usaha dan produk yang lebih banyak daripada kegiatan agribisnis mulai dari budidaya hingga tanaman atau ternak berproduksi saja. Menurut kategori jenis tanaman atau ternak yang dibudidayakan, kegiatan agroindustri yang dapat dikembangkan setidaknya membutuhkan bahan baku dari tanaman pangan, tanaman perkebunan, tanaman obat & industri, peternakan dan perikanan. Berikut adalah beberapa contoh pohon industri menurut jenis ko awal yang dihasilkan. Tabel 4. Contoh Jenis Komoditas Dan Kegiatan Agroindustri NO JENIS KOMODITAS CONTOH KOMODITAS KEGIATAN AGROINDUSTRI 1 PALAWIJA SINGKONG KERIPIK GAPLEK TAPE : ETANOL CHIP : TEPUNG 2 TANAMAN PERKEBUNAN KELAPA SABUT : SAPU, TALI, FURNITUR DAUN : HIASAN, BAHAN KEMASAN BATANG : HIASAN, FURNITUR, LIDI : SAPU AIR : NATA DE COCO, SIRUP, GULA DAGING BUAH : MINYAK, SANTAN, MANISAN 3 TANAMAN INDUSTRI NILAM DAUN & BATANG : MINYAK ATSIRI LIMBAH : KOMPOS, CAMPURAN OBAT 4 TERNAK SAPI PERAH SUSU KALENG KARAMEL KEJU YOUGHURT

3. Aspek Penting Dalam Perencanaan Usaha Dalam Agribisnis Dan Agroindustri Pada saat seseorang memutuskan untuk memulai usahanya, maka pada saat itu pula ia harus dapat merencanakan kegiatan usahanya dengan baik. Kesalahan dalam perencanaan merupakan suatu langkah awal menuju kegagalan. Kegiatan perencanaan usaha setidaknya mengikuti beberapa tahapan, antara lain : 1. Menganalisis situasi yang berhubungan usaha yang akan dilakukan. Pada tahapan ini perlu diketahui situasi dan kondisi pasar yang akan dijadikan obyek usaha, baik yang menyangkut produk yang prospektif (prospek produk), lokasi, karakteristik konsumen, segmen pasar yang akan dirujuk dan semua aspek yang menyangkut kemungkinan usaha apa yang sebaiknya akan dibuat atau dikembangkan. Sumber informasi yang dapat diperoleh untuk mendapatkan gambaran situasi pasar potensial dari usaha yang akan dikembangkan antara lain : Media massa (koran, majalah, televisi, radio), internet, melihat langsung di lapangan (survey pasar) atau informasi yang diperoleh dari teman (kolega) yang mengelola suatu usaha. Berdasarkan informasi awal yang diperoleh maka usaha apa yang akan dilakukan dapat segera dianalisis kemungkinan pelaksanaan dan kelayakannya. Perkiraan target produksi produk dalam kaitan dengan perencanaan usaha dapat ditentukan dengan menggunakan pendekatan perkiraan atau hitungan kebutuhan dari data terkait usaha bidang yang akan dimasuki.

2. Pemahaman tentang organisasi dan tata laksana perusahaan. Kegiatan berikutnya yang harus dilakukan sebelum memulai berwirausaha adalah bekal pemahaman tentang bagaimana menjalankan suatu usaha baik dari segi pembentukan badan usaha (organisasi usaha), manajemen organisasi usaha maupun pengetahuan tentang manajemen keuangannya. Dalam tahapan ini seorang wirausahawan perlu mengetahui dan menguasai beberapa aspek penting dalam pengelolaan usaha seperti : a. Bagaimana menentukan harga pokok dan harga jual produk, penentuan volume produksi (bila produk tersebut diproduksi sendiri) dan perhitungan titik impas usaha, sistem pembukuan keuangan. b. Pengetahuan tentang konsep bunga uang (cara hitung bunga) yang diperlukan dalam menentukan seberapa besar tingkat keuntungan perusahaan dapat diperoleh dan untuk antisipasi kegiatan usaha yang sistem keuanganya melibatkan perbankan (misalnya modal diperoleh dari pinjaman bank). c. Kemampuan dalam menganalisis alternatif usaha yang paling menguntungkan sehingga usaha yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan dalam jangka waktu yang lama atau bisa dialih generasikan. d. Bagaimana cara menjalin kemitraan dengan berbagai pihak terkait dengan dunia usaha, baik itu bank, koperasi, dinas instansi terkait, lembaga riset & pengembangan. Dengan demikian pengetahuan dan keterampilan membuat proposal dan teknik negosiasi sangat dipelukan.

3. Melakukan studi kelayakan usaha Sebagai tahapan akhir dari kegiatan perencanaan usaha adalah menganalisis kelayakan ekonomi dari usaha yang akan didirikan. Bekal pengetahuan dasar sebelumnya akan dapat menunjang dalam melakukan analisis kelayakan ekonomi kegiatan usaha. Untuk menganalisis kelayakan ekonomi dari suatu diperlukan perkiraan pendapatan dan pengeluaran biaya yang akan terjadi seandainya usaha tersebut jadi dilaksanakan. Oleh karena pada tahapan ini baru berupa perencanaan, maka dalam analisisnya diperlukan harga atau nilai-nilai perkiraan. Apabila kriteria kelayakan ekonomi terpenuhi, maka kegiatan usaha dapat dilakukan. 4. Mengelola sistem produksi dalam berusaha dengan cara yang efektif dan efisien Kegiatan ini terkait dengan bagaimana memadukan unsur Manusia, Mesin, Material (bahan baku), Metode Kerja, Modal Kerja, dan Memasarkan Produk dengan seefektif dan seefisien mungkin. 5. Menjaga usaha yang dilakukan agar berkesinambungan dengan mengacu pada kaidah 3K yaitu : KAPASITAS, KUALITAS dan KONTINYUITAS. Kaidah ini mengandung makna bahwa usahakan kegiatan usaha selalu memenuhi kapasitas standar bagi pemenuhan target produksi yang direncanakan dengan tidak melupakan unsur kualitas produk yang baik dan terjaga (kesehatan, penampakan, aman, dan manfaat) serta dapat diproduksi secara kontinyu (berkesinambungan).

4. Pedoman Sederhana Menghitung Kelayakan Usaha Agribisnis Dan Agroindustri Setiap pelaku usaha selalu menginginkan usahanya tidak rugi, oleh karenanya pada awal kegiatan memulai usahanya terlebih dahulu dilakukan perhitungan sederhana atau kalkulasi apakah kegiatan usaha yang akan dilakukan tersebut menguntungkan ataukah tidak. Cara sederhana untuk memperkirakan apakah usaha yang akan dilaksanakan itu menguntungkan atau tidak adalah dengan menghitung beberapa item biaya dan pendapatan sebagai berikut : 1. Perkiraan biaya investasi untuk kurun waktu usaha tertentu 2. Perkiraan biaya produksi (operasi produksi) 3. Perkiraan pendapatan selama periode usaha tertentu 4. Perhitungan nilai bersih usaha dengan mempertimbangkan aspek bunga bank 5. Perhitungan periode pengembalian investasi Untuk lebih mudahnya dapat dipelajari dengan menggunakan contoh kasus berikut. Contoh Profil Usaha Budidaya dan Pemasaran Produk Jamur Shimeiji Pendahuluan Berdasarkan penelitian, di dunia dikenal lebih dari 2.000 jenis jamur yang dapat dimakan, 50 jenis diantaranya telah dibudidayakan di Indonesia dan dapat dimakan. Jamur yang umum dibudidayakan untuk tujuan komersial antara lain jamur kuping (Auricularia polytricha), jamur payung/shiitake (Lentinus edodes) dan jamur tiram putih/shimeiji (P!eurotus ostreatus). Dari kandungan gizinya jamur segar lebih banyak mengandung protein nabati dibandingkan dengan

jenis sayuran lainnya. Sebagai contoh jamur kuping, kadar proteinnya 7,7% dan karbohidratnya mencapai 73,6%. Selain itu jamur bermanfaat untuk menguatkan tubuh, anti tumor, anti virus, anti bakteri dan bisa menurunkan kolesterol (Trubus, 1988). Prospek memasyarakatkan jamur kayu di Indonesia cukup besar hal ini didasarkan hasil penelitian Suprapti dalam Trubus (1988) yaitu bahwa dengan menguji rasa, aroma, konsistensi, pengolahan dan tingkat pengenalan terhadap jamur tiram pink, tiram putih dan jamur kuping pada kelompok etnik Sunda, Jawa dan Luar Jawa (Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Ambon) ternyata jamur-jamur yang ditanam pada limbah industri dapat diterima oleh masyarakat sebagai sumber makanan tambahan. Dalam pemakaian bahan bahan baku produksi jamur sebaiknya mempertimbangkan beberapa hal seperti : 1. Media tanam dapat diganti-ganti dengan bahan-bahan yang mudah diperoleh. 2. Prinsip untuk media tumbuh jamur adalah limbah .yang mengandung selulosa dan lignin seperti jerami, daun pisang, ampas tebu, tongkol jagung, sekam padi, dedak, sisa Ampas kapas, kulit kacang tanah dan serbuk gergaji. 3. Penggunaan bahan baku yang murah harganya dan diusahakan dengan cara memanfaatkan limbah pertanian yang jumlahnya besar, sebagi contoh misalnya serbuk gergaji (limbah kayu gergajian). Bila serbuk gergaji merupakan 40% dari masukan kayu dengan perkiraan kebutuhan kayu rata-rata di suatu daerah sekitar 50 ribu meter kubik/tahun, maka jumlah serbuk gergaji yang dapat dimanfaatkan akan mencapai sekitar 20 ribu meter kubik/tahun dan ini jumlah yang sangat besar dan sangat menguntungkan. Pada dasarnya banyak elemen usaha budidaya jamur shimeiji yang dapat dijadikan sumber usaha, antara lain :

a. Penyediaan bibit. b. Penjualan produk jamurnya itu sendiri. c. Penjualan produk olehan dari jamur dalam kemasan. Masing-masing produk yang dikembangkan akan memiliki nilai jual yang berbeda-beda tergantung dari kreatifitas dan cara peningkatan nilai tambahnya. Untuk melihat kelayakan usaha budidaya dan pemasaran jamur shimeiji ini perlu diketahui berapa kebutuhan investasi . Kebutuhan Investasi Pada dasarnya ada dua modal yang diperlukan untuk melakukan usaha budidaya jamur shimeiji, yakni modal tetap dan modal variabel. Modal tetap dalam hal ini adalah modal yang diperlukan untuk mengadakan fasilitas berupa peralatan dan bangunan tempat produksi. Sedangkan modal berjalan atau modal variabel adalah modal yang diperlukan untuk kegiatan operasional proses produksi selama kegiatan usaha tersebut berlangsung hingga periode waktu tertentu. Untuk memudahkan dalam perhitungan diasumsikan bahwa semua peralatan dan bangunan yang termasuk ke dalam modal tetap atau asset tetap tersebut memiliki umur teknis yang sama yaitu untuk jangka waktu operasi selama 3 tahun. Data lengkap untuk perhitungan modal tetap dan modal berjalan usaha budidaya jamur shimeiji ini adalah sebagaimana disajikan pada tabel berikut :

Tabel 5. Perhitungan Modal Tetap untuk Umur Pakai 3 Tahun NO JENIS MODAL BIAYA (Rp.) 1 Tangki sterilisasi 100.000 2 Kompor semawar 100.000 3 Rak kayu 125.000 4 Drum bekas 4 buah 120.000 5 Tempat minyak tanah 15.000 6 Lampu spirtus 25.000 7 Thermometer 10.000 8 Timbangan kue 115.000 9 Sprayer tangan 6.000 10 Terpal 45.000 11 Saringan serbuk gergaji 35.000 12 Sekop 59.000 13 Ember 35.000 14 Bak sortasi 125.000 15 Sendok bibit 15.000 16 Hygrometer 75.000 17 Spuyer kawat 3.000 18 Bangunan kumbung 81 m2 @ Rp. 50000 4.050.000 Jumlah Modal Tetap 5.058.000 Catatan : Standar ongkos dihitung untuk tahun 2004 yang lalu Perhitungan modal tetap di atas belum termasuk kebutuhan dana atau modal untuk menjalankan usaha budidaya jamur shimeiji, seperti : dana untuk pembelian bibit, serbuk gergaji, dedak, kapur, tepung jagung dan bahan-bahan lainnya. Sedangkan untuk dana operasional (modal berjalan) perinciannya adalah sebagai berikut :

Tabel 6. Perhitungan Modal Berjalan untuk 1 Tahun Kegiatan Produksi NO JENIS MODAL BIAYA (Rp.) A Bahan 1 Serbuk gergaji 7,5 ton @ Rp.60000/6 bulan 900.000 2 Dedak halus 1,5 ton @ Rp. 600000/6 bulan 1.800.000 3 Gips 75 kg @ Rp. 1500/6 bulan 225.000 4 Kapur (CaCO3) 225 kg @ Rp.400/6 bulan 180.000 5 Tepung jagung 150 kg @ Rp.2000/6 bulan 600.000 6 TSP 12,5 kg @ Rp. 3500/6 bulan 87.500 7 Plastik (25 x 35 cm2) 75 kg @ Rp.7500/6 bulan 1.125.000 8 Minyak tanah 1500 liter @ Rp. 400/6 bulan 1.200.000 9 Cincin bambu 10000 buah @ Rp. 50/6 bulan 1.000.000 10 Karet cincin 6 kg @ Rp. 15000/6 bulan 180.000 11 Kapas sumbat 15 kg @ Rp. 7500/6 bulan 225.000 12 Bibit jamur 450 botol @ Rp. 3000/6 bulan 2.700.000 Jumlah Biaya Bahan Produksi 10.222.500 B Tenaga Kerja 1 Pencampuran media 20 HKP @ Rp. 7000 280.000 2 Pengisian polibag 100 HKW @ Rp. 5000 1.000.000 3 Sterilisasi 20 HKP @ Rp. 7000 280.000 4 Pemeliharaan 30 HKP @ Rp. 7000 420.000 5 Panen 100 HKW @ Rp. 5000 1.000.000 Jumlah Biaya Tenaga Kerja 2.980.000 TOTAL MODAL BERJALAN PER TAHUN (A+B) 13.202.500 Catatan : Standar ongkos dihitung untuk tahun 2004 yang lalu Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa untuk investasi fasilitas peralatan dan bangunan (modal tetap atau asset tetap) selama 3 tahun produksi jamur shimeiji diperkirakan sebesar Rp. 5.058.000,sedangkan modal berjalan atau modal yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan budidaya jamur tersebut selama satu tahun adalah sebesar Rp. 13.202.500,- dengan luasan produksi satu hektar dan kapasitas produksi per tahun sebesar 6400 kg. Total dana yang harus disediakan untuk menjalankan usaha budidaya jamur shimeiji ini untuk satu tahun berdasarkan data dari petani jamur dan data dari

berbagai literatur adalah sebesar Rp. 18.260.500,-, yakni dana untuk modal tetap dan modal operasional produksi jamur selama 1 tahun. Penentuan Harga Pokok Produksi dan Harga Jual Produk Setelah biaya investasi awal ditetapkan, data lain yang diperlukan untuk menganalisis kelayakan usaha produksi dan pemasaran jamur adalah data biaya pokok atau harga pokok produk dalam jumlah tertentu. Menurut informasi yang diperoleh dari petani dan literatur diketahui bahwa untuk luas areal produksi 1 hektar per tahun dapat dihasilkan jamur shimeiji sebanyak 2 x 3200 kg (2 musim per tahun) atau sebanyak 6400 kg dengan harga jual jamur shimeiji per kg adalah Rp. 5.000,- Perhitungan harga pokok produk per kg selengkapnya disajikan pada Tabel 7. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa harga pokok jamur shimeiji per kg sebesar Rp. 4.079,- dengan harga jual jamur yang umum di pasaran adalah sebesar Rp. 5.000 per kg. Dengan demikian dari setiap kg jamur yang terjual diperoleh keuntungan kotor sebesar Rp. 921,- atau untuk kapasitas produksi per tahun 6.400 kg yang terjual habis akan diperoleh keuntungan kotor sebesar Rp. 5.894.400,- per tahun. Harga pokok produksi jamur sebesar Rp. 4.079 tersebut adalah merupakan biaya variabel yang dapat digunakan untuk menentukan titik impas produksi jamur dalam kurun waktu produksi tertentu (misalnya dalam periode produksi tahunan). Untuk melihat periode pengembalian investasi menurut titik impas modal usaha (Break even Point) diperlukan data biaya tetap per tahun dari investasi awal, biaya pokok per satuan produk dan harga jual per satuan produknya. Data yang diperoleh untuk menentukan titik impas tersebut disajikan pada Tabel 8.

Tabel 7. Contoh Perhitungan untuk Penentuan Harga Pokok Produksi dan Harga Jual Produk Jamur shimeiji NO JENIS BIAYA TOTAL BIAYA (Rp) I BIAYA PRIMER (BAHAN & BURUH LANGSUNG) A Bahan Langsung 1 Bibit jamur 450 botol @ Rp. 3000/6 bulan 2.700.000 B Buruh Langsung 1 Pencampuran media 20 HKP @ Rp. 7000/6 bulan 280.000 2 Pengisian polibag 100 HKW @ Rp. 5000/6 bulan 1.000.000 3 Sterilisasi 20 HKP @ Rp. 7000/6 bulan 280.000 4 Pemeliharaan 30 HKP @ Rp. 7000/6 bulan 420.000 JUMLAH BIAYA PRIMER (A + B) 4.680.000 II BIAYA TAK LANGSUNG A Bahan Tak Langsung 1 Serbuk gergaji 7,5 ton @ Rp.60000/6 bulan 900.000 2 Dedak halus 1,5 ton @ Rp. 600000/6 bulan 1.800.000 3 Gips 75 kg @ Rp. 1500/6 bulan 225.000 4 Kapur (CaCO3) 225 kg @ Rp.400/6 bulan 180.000 5 Tepung jagung 150 kg @ Rp.2000/6 bulan 600.000 6 TSP 12,5 kg @ Rp. 3500/6 bulan 87.500 7 Plastik (25 x 35 cm2) 75 kg @ Rp.7500/6 bulan 1.125.000 8 Minyak tanah 1500 liter @ Rp. 400/6 bulan 1.200.000 9 Cincin bambu 10000 buah @ Rp. 50/6 bulan 1.000.000 10 Karet cincin 6 kg @ Rp. 15000/6 bulan 180.000 11 Kapas sumbat 15 kg @ Rp. 7500/6 bulan 225.000 B Buruh Tak Langsung 1 Panen 100 HKW @ Rp. 5000/ 6 bulan 1.000.000 C Biaya Tak Langsung Lainnya 0 JUMLAH BIAYA TAK LANGSUNG (A+B+C) 8.522.500 III BIAYA PRODUKSI (BIAYA I + II) 13.202.500 IV BIAYA KOMERSIAL A Biaya Administrasi 1 Gaji pegawai per tahun 9.000.000 2 Belanja administrasi per tahun 3.000.000 B Biaya Pemasaran 1 Biaya pemasaran dan advertensi per tahun 900.000 JUMLAH BIAYA KOMERSIAL (A + B) 12.900.000 V BIAYA POKOK (HARGA POKOK) = BIAYA PRODUKSI + BIAYA KOMERSIAL (untuk 6400 kg produksi jamur per tahun) 26.102.500 BIAYA POKOK (HARGA POKOK) PER KG JAMUR 4.079 HARGA JUAL PER KG JAMUR 5.000 KEUNTUNGAN KOTOR PER KG JAMUR 921

Tabel 8. Perhitungan Biaya Tetap Fasilitas Produksi Jamur Shimeiji DATA PERHITUNGAN NILAI (Rp.) 1. Investasi awal (P) 5.058.000 2. Nilai akhir asset (S) diasumsikan = 10% P 505.800 3. Depresiasi : CRF * (P-S)x(A/P,12%,3) = (P-S) x (0,4164) 1.895.536 4. Pajak (asumsi 10% P) 505.800 5. Asuransi 0 6. Perawatan alat & fasilitas (asumsi 5% P) 252.900 BIAYA TETAP PER TAHUN (1+2+3+4+5) 2.654.236 Titik impas (BEP) dalam hal ini dihitung dengan menggunakan persamaan Biaya Tetap per tahun BEP = --------------------------------------------------------------------(Harga jual produk/kg - Biaya variabel produk/kg) dimana Biaya tetap produksi jamur (BT) = Rp. 2.654.236 Harga jual produk per kg = Rp. 5.000 Biaya variabel produk per kg = Rp. 4.079 2.654.236 BEP = ----------------------- = 2.882 kg 5.000 - 4.079 Berdasarkan nilai BEP dapat disimpulkan bahwa titik impas untuk usaha budidaya jamur shimeiji ini adalah pada kapasitas produksi minimum 2.882 kg atau pada saat produksi awal investasi sudah dapat kembali lagi (yakni pada 6 bulan pertama dengan kapasitas produksi 3.200 kg).

Perhitungan Kelayakan Ekonomi Usaha Untuk memperkirakan tingkat pendapatan dan biaya selama jangka waktu analisis usaha produksi jamur shimeiji diperlukan data harga pokok produksi dan harga jual produk dari hasil perhitungan sebelumnya. Diasumsikan bahwa usaha budidaya jamur shimeiji ini berproduksi pada kapasitas rutin selama 3 tahun sebesar 6.400 kg, sehingga perkiraan biaya tahunan dan penerimaan tahunannya dapat dihitung sebagai berikut : Tabel 9. Perkiraan Biaya dan Penerimaan Penjualan Jamur Shimeiji PERKIRAAN PENDAPATAN TAHUN JUMLAH PRODUK SATUAN HARGA JUAL (Rp) TOTAL PENDAPATAN (Rp) Tahun 0 ---Tahun 1 6.400 kg 5.000 32.000.000 Tahun 2 6.400 kg 5.000 32.000.000 Tahun 3 6.400 kg 5.000 32.000.000 + 505.800 *) PERKIRAAN BIAYA TAHUN JUMLAH PRODUK SATUAN HARGA POKOK (Rp) TOTAL BIAYA (Rp) Tahun 0 --- 5.058.000 **) Tahun 1 6.400 kg 4079***) 26.105.600 Tahun 2 6.400 kg 4079 26.105.600 Tahun 3 6.400 kg 4079 26.105.600 Keterangan : *) Pendapatan dari hasil penjualan produk dan nilai akhir asset **) Biaya investasi peralatan dan bangunan (asset tetap) Tabel 8. ***) Harga pokok sudah termasuk komponen biaya tetap tahunan Perhitungan kelayakan ekonomi untuk produksi jamur shimeiji selama 3 tahun kegiatan usaha (disesuaikan dengan perkiraan umur teknis peralatan dan bangunan / asset tetap untuk budidaya jamur) adalah sebagai berikut :

Tabel 10. Hasil Perhitungan Kelayakan Ekonomi Produksi Jamur Shimeiji Selama 3 Tahun Produksi PERHITUNGAN NILAI SEKARANG PENDAPATAN Untuk tingkat suku bunga 12% per tahun TAHUN FAKTOR PENDAPATAN NILAI SEKARANG Tahun 0 1.0000 Tahun 1 0.8929 32.000.000 28.572.800 Tahun 2 0.7972 32.000.000 25.510.400 Tahun 3 0.7118 32.505.800 23.137.628 Total Nilai Sekarang Pendapatan 77.220.828 PERHITUNGAN NILAI SEKARANG BIAYA Untuk tingkat suku bunga 12% per tahun TAHUN FAKTOR BIAYA NILAI SEKARANG Tahun 0 1.0000 5.058.000 5.058.000 Tahun 1 0.8929 26.105.600 23.309.690 Tahun 2 0.7972 26.105.600 20.811.384 Tahun 3 0.7118 26.105.600 18.581.966 Total Nilai Sekarang Biaya 67.761.040 Net Present Value (Pendapatan Biaya) 9.459.788 BC Ratio (Nilai sekarang Pendapatan/Biaya) 1.14 IRR 51,03% Keterangan : Nilai sekarang = faktor bunga x pendapatan atau biayanya. Faktor bunga yang dihitung adalah (P/F,i%,n) Dengan melihat nilai NPV > 0; BC Ratio > 1 dan IRR > suku bunga analisis yang berlaku saat ini di pasar (MARR = 12% per tahun), dapat disimpulkan bahwa usaha budidaya jamur shimeiji ini secara ekonomi menguntungkan dan memiliki prospek ekonomi yang baik. IRR dalam hal ini diperoleh dengan cara coba-coba untuk tingkat suku bunga yang berbeda. Pada suku bunga 12% diperoleh NPV sebesar Rp. 9.459.788 sedangkan pada suku bunga 15% diperoleh NPV sebesar Rp. 8.732.658 Ke dua NPV pada masingmasing tingkat suku bunga tersebut kemudian dimasukkan ke dalam persamaan IRR, yaitu :

IRR = i1 - NPV1 * (i2 - i1)/(NPV2-NPV1) IRR = 12% - 9.459.788 * (15% -12%)/(8.732.658 - 9.459.788) = 12% + 39,03% = 51,03% Dari data hasil perhitungan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa usaha dalam bidang produksi dan pemasaran produk jamur shimeiji secara ekonomi menguntungkan. Gambaran keuntungan yang diperoleh dalam hal ini belum termasuk nilai tambah yang didapatkan dari hasil penjualan produk lainnya yaitu : bibit jamur shimeiji (kultur awal) dan produk olahan lainnya dengan bahan baku dari jamur shimeiji. Dengan demikian wirausaha dalam pemasaran produk jamur shimeiji ini memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan lebih lanjut. Selain dengan BEP perhitungan periode pengembalian investasi dapat pula dihitung dengan menggunakan cara periode kembali (pay back period) yaitu dengan cara sebagai berikut : Tabel 11. Perhitungan Periode Pengembalian Investasi TAHUN TOTAL PENDAPATAN (Rp) TOTAL BIAYA (Rp) TOTAL SALDO (Rp) Tahun 0 0 5.058.000 - 5.058.000 Tahun 1 32.000.000 26.105.600 836.400 Tahun 2 32.000.000 26.105.600 6.730.800 Tahun 3 32.505.800 26.105.600 13.131.000 Dari tabel di atas diketahui bahwa periode pengembalian investasinya pada tahun 1 (pertama). Hal ini sesuai dengan perhitungan BEP dimana modal kembali sekitar 6 bulan pertama usaha tersebut berjalan.

BAHAN KEPUSTAKAAN 1. Buchari Alma, 1999. Kewirausahaan. Panduan Perkuliahan. Penerbit Alfabeta. Bandung. 2. CDC Telkom. 2004. Bahan Presentasi Program Kemitraan BUMN. 3. Porter M.E., 1985. Competitive Advantage. Creating and Sustaining Superior Performance. The Free Press. A Division of Macmillan Inc. New York 4. PT. Cipta Andhika Persada Bandung. 2004. Identifikasi Model Sinergi Usahatani Pola Konfigurasi Umum Dan Khusus Serta Implementasinya Dalam Rangka Revitalisasi Pertanian Kota. Laporan Akhir Kegiatan. 5. Roni Kastaman, 2000. Pengantar Ekonomi Teknik. Modul Tutorial. Jurusan Teknologi Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Padjadjaran. Bandung. 6. Schwartz, 1978. The Magic of Thinking Big. Alih Bahasa oleh Sumantri Mertodipuro. Penerbit Gunung Jati. Jakarta 7. Steinhoff D., John F. B., 1993. Small Business Management Fundamentals. International Editions. Mc Graw Hill Book Company. Singapore. 8. www.bi.go.id., 2002. Ringkasan Eksekutif Usaha Kecil dan Menengah di Propinsi Jawa Barat

Lampiran. Rumus Hitung Dan Cara Analisis Kelayakan Usaha Tabel Faktor Bunga dan Rumus Bunga DIKETAHUI DICARI FAKTOR BUNGA RUMUS BUNGA P F ( )1 + i n = (F/P,i,n) F = P(F/P,i,n) F P 1 ( 1 )+ i n = (P/F,i,n) P = F(P/F,i,n) F A i i n( )1 1+ = (A/F,i,n) A = F(A/F,i,n) P A i i i n n ( ) ( ) 1 1 1 + + = (A/P,i,n) A = P(A/P,i,n) A F ( )1 1+ -i i n = (F/A,i,n) F = A(F/A,i,n) A P ( ) .( ) 1 1 1 + + i i i n n = (P/A,i,n) P = A(P/A,i,n) Tentukan nilai rumus bunga (F/P, 5%,5) atau yang berarti sejumlah uang pada saat sekarang (P) yang akan dicari nilainya pada saat yang akan datang (F) dengan suku bunga 5% dan jangka waktu hitungan 5 tahun.

Pembahasan : Langkah pertama : lihat tabel bunga sebagaimana contoh berikut : Contoh Penyajian Tabel Bunga untuk Tingkat Suku Bunga 5% i % suku bunga n (tahun) F/P P/F A/F A/P F/A P/A 5% 5 1,2763 0,7835 0,1809 0,2309 5,526 4,329 6 1,3401 0,7462 0,1470 0,1970 6,802 5,076 7 1,4071 0,7107 0,1228 0,1728 8,142 5,786 8 1,4775 0,6768 0,1047 0,1547 9,549 6,463 9 1,5513 0,6446 0,0906 0,1406 11,027 7,108 10 1,6289 0,6139 0,0795 0,1295 12,578 7,722

Langkah ke dua : Cari tabel bunga untuk suku bunga yang diinginkan Pada contoh ini suku bunganya adalah 5% Langkah ke tiga : Cari nilai faktor yang diinginkan. Faktor bunga yang dicari adalah (F/P,5%,5), yaitu dengan melihat pada kolom F/P dalam tabel bunga untuk bilangan tahun (n) = 5 yang terletak pada baris ke 5 hingga didapat nilai faktor bunga sebesar 1,2763. (Gambar 4.1.) Hasil hitung manual dengan rumus : (1 + i ) n akan sama dengan yang diperoleh melalui tabel bunga. Untuk (F/P,5%,5) = (1 + .05)5 = 1,2763 i % suku bunga n (tahun) F/P P/F A/F A/P F/A P/A 5% 5 1,2763 0,7835 0,1809 0,2309 5,526 4,329 6 1,3401 0,7462 0,1470 0,1970 6,802 5,076 7 1,4071 0,7107 0,1228 0,1728 8,142 5,786 ( F/P : 5% : 5 ) diperoleh faktor = 1,2763 Gambar Mencari Nilai Faktor Bunga pada Tabel Bunga Beberapa metode yang dapat digunakan untuk menilai kelayakan ekonomi suatu investasi usaha antara lain yaitu : 1. Metode ekivalensi nilai sekarang (present worth analysis) atau lebih dikenal dengan isitilah umum NPV atau Net Present value. Metode ini didasarkan atas nilai sekarang bersih dari hasil perhitungan nilai sekarang aliran dana masuk (penerimaan) dengan nilai sekarang aliran dana keluar (pengeluaran) selama jangka waktu analisis dan suku bunga tertentu. Kriteria

kelayakannya adalah apabila nilai sekarang bersih atau NPV > 0, yang dirumuskan dengan : NPV = (S PV Pendapatan) - (S PV Pengeluaran) 2. Metode ekivalensi nilai tahunan (annual worth analysis). Metode ini didasarkan atas ekivalensi nilai tahunan dari aliran dana masuk dan aliran dana keluar (nilai Abersih). Kriteria kelayakannya adalah bila nilai Abersihnya positif atau lebih besar dari nol (Abersih > 0) 3. Metode ekivalensi nilai yang akan datang (future worth analysis). Metode ini hampir sama dengan dua metode sebelumnya hanya yang dihitung adalah nilai yang akan datangnya. Kriteria kelayakannya juga sama yaitu bila nilainya lebih besar dari nol. 4. Metode periode pengembalian modal (payback period analysis). Metode periode pengembalian modal ini berbeda dengan metodemetode lainnya. Pada metode ini tidak digunakan perhitungan dengan menggunakan rumus bunga, akan tetapi yang dianalisis adalah seberapa cepat modal atau investasi yang telah dikeluarkan dapat segera kembali. Kriteria penilaiannya adalah semakin singkat pengembalian investasi akan semakin baik. 5. Metode rasio manfaat dan biaya (benefit cost ratio analysis) atau lebih dikenal dengan istilah BC Ratio. Metode BC Ratio pada dasarnya menggunakan data ekivalensi nilai sekarang dari penerimaan dan pengeluaran, yang dalam hal ini BC Ratio adalah merupakan perbandingan antara nilai sekarang dari penerimaan atau pendapatan yang diperoleh dari kegiatan investasi dengan nilai sekarang dari pengeluaran (biaya) selama investasi tersebut berlangsung dalam kurun waktu tertentu. Kriteria kelayakannya adalah bila nilai BC Ratio > 1. dan dirumuskan dengan : BCR = (S Nilai Sekarang Pendapatan) : (S Nilai sekarang Pengeluaran)

6. Metode tingkat suku bunga pengembalian modal (rate of return analysis) atau lebih dikenal dengan nama IRR (Internal Rate of Return). IRR adalah suatu nilai penunjuk yang identik dengan seberapa besar suku bunga yang dapat diberikan oleh investasi tersebut dibandingkan dengan suku bunga bank yang berlaku umum (suku bunga pasar atau Minimum Attractive Rate of Return / MARR). Pada suku bunga IRR akan diperoleh NPV = 0, dengan perkataan lain bahwa IRR tersebut mengandung makna suku bunga yang dapat diberikan investasi, yang akan memberikan NPV = 0. Syarat kelayakannya yaitu apabila IRR > suku bunga MARR. Untuk menghitung IRR dapat digunakan cara coba-coba dengan formula berikut : IRR = i1 - NPV1 * (i2 - i1)/(NPV2-NPV1) dimana : i1 = suku bunga ke NPV1 = Net Present i2 = suku bunga ke NPV2 = Net Present 1 Value pada suku bunga ke 1 2 Value pada suku bunga ke 2