4
Sirosis Hepatis dengan Hipoalbuminemia dan Ascites Dibuat oleh: Anggana Rafika P,Modifikasi terakhir pada Sun 03 of Oct, 2010 [09:41] ABSTRAK Berdasarkan manifestasi klinisnya Sirosis hepatis dibagi menjadi 2 yaitu sirosis hepatis kompensata dan dekompensata. Pada makalah kali ini didapatkan seorang wanita usia 46 tahun datang dengan keluhan perut membesar sejak satu minggu yang lalu disertai mual, muntah, lemas, BAK warna seperti air teh. Pasien pernah mengalami gejala serupa tiga bulan lalu dan membaik dengan pengobatan sebelumnya. Pemeriksaan fisik menunjukkan konjungtiva anemis, sclera ikterik, ascites dan splenomegali. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil anemia, hipoalbuminemia. Pasien mendapat terapi cairan, antibiotik, dan pemasangan NGT. keyword : sirosis hepatis, hipoalbuminemia, ascites KASUS Seorang wanita berusia 46 tahun datang dengan keluhan timbulnya perut membesar sejak satu minggu yang lalu disertai keluhan mual, muntah terdiri dari sisa makanan yang belum dicerna disertai lendir (+), berwarna kuning kehijauan – jernih, lemas, BAK warna seperti air teh. Tidak didapatkan keluhan BAB. Pasien memiliki riwayat serupa 3 bulan sebelumnya dan membaik setelah menjalani pengobatan. Dari pemeriksaan tanda vital didapat tekanan darah 120/70 mmHg, denyut nadi 88 x/menit, frekuensi nafas 28 x/menit dan suhu tubuh 36.7 0 C per aksilla. Dari pemeriksaan fisik didapat konjungtiva anemis, sclera ikterik, ascites dan splenomegali Schuffner 5-6. Dari pemeriksaan penunjang didapatkan hemoglobin 5.2 g/dL, Total prot : 5,55 mg/dL Albumin : 2,9 mg/dL Globulin : 2,6 mg/dL SGOT 26 u/L, SGPT 33 u/L HbsAg negative.

Sirosis Hepatis dengan Hipoalbuminemia dan Ascites (case.docx

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sirosis

Citation preview

Page 1: Sirosis Hepatis dengan Hipoalbuminemia dan Ascites (case.docx

Sirosis Hepatis dengan Hipoalbuminemia dan AscitesDibuat oleh: Anggana Rafika P,Modifikasi terakhir pada Sun 03 of Oct, 2010 [09:41]

ABSTRAK

Berdasarkan manifestasi klinisnya Sirosis hepatis dibagi menjadi 2 yaitu sirosis hepatis kompensata dan dekompensata. Pada makalah kali ini didapatkan seorang wanita usia 46 tahun datang dengan keluhan perut membesar sejak satu minggu yang lalu disertai mual, muntah, lemas, BAK warna seperti air teh. Pasien pernah mengalami gejala serupa tiga bulan lalu dan membaik dengan pengobatan sebelumnya. Pemeriksaan fisik menunjukkan konjungtiva anemis, sclera ikterik, ascites dan splenomegali. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil anemia, hipoalbuminemia. Pasien mendapat terapi cairan, antibiotik, dan pemasangan NGT.

keyword : sirosis hepatis, hipoalbuminemia, ascites

KASUS

Seorang wanita berusia 46 tahun datang dengan keluhan timbulnya perut membesar sejak satu minggu yang lalu disertai keluhan mual, muntah terdiri dari sisa makanan yang belum dicerna disertai lendir (+), berwarna kuning kehijauan – jernih, lemas, BAK warna seperti air teh. Tidak didapatkan keluhan BAB. Pasien memiliki riwayat serupa 3 bulan sebelumnya dan membaik setelah menjalani pengobatan.

Dari pemeriksaan tanda vital didapat tekanan darah 120/70 mmHg, denyut nadi 88 x/menit, frekuensi nafas 28 x/menit dan suhu tubuh  36.70C per aksilla. Dari pemeriksaan fisik didapat konjungtiva anemis, sclera ikterik, ascites dan splenomegali Schuffner 5-6.

Dari pemeriksaan penunjang didapatkan hemoglobin 5.2 g/dL, Total prot    : 5,55 mg/dL Albumin : 2,9 mg/dL Globulin          : 2,6 mg/dL SGOT 26 u/L, SGPT 33 u/L HbsAg negative.

DIAGNOSIS

Sirosis Hepatis dengan ascites dan splenomegali

TERAPI

Pada pasien ini dilakukan  pemberian terapi melalui enteral dan parenteral. Setelah dilakukan pemasangan NGT, terapi parenteral yang diberikan adalah infuse Assering 20 tetes per menit, injeksi cefotaxim 1 gram tiap 12 jam intravena, injeksi Lasix 1 ampul tiap 8 jam intravena, injeksi ranitidine 1 ampul tiap 12 jam intravena. Terapi peroral yang diberikan adalah Spironolacton 1 tablet tiap 12 jam, Aspar K 1 tablet tiap 12 jam, Methioson 1 tablet tiap 8 jam, Curcuma 1 tablet tiap 8 jam.

Page 2: Sirosis Hepatis dengan Hipoalbuminemia dan Ascites (case.docx

DISKUSI

Sirosis Hepatis adalah penyakit yang ditandai oleh adanya peradangan difus dan menahun pada hati, di ikuti dengan proliferasi jaringan ikat, degenerasi dan regenerasi sel-sel hati, sehingga timbul kekacauan dalam susunan parenkim hati.

Sirosis hati secara klinis dibagi menjadi sirosis hati kompensata yang berarti belum adanya gejala klinis yang nyata dan sirosis hati dekompensata yang ditandai gejala-gejala dan tanda klinis yang jelas.

Stadium awal sirosis sering tanpa gejala sehingga kadang ditemukan pada waktu pasien melakukan pemeriksaan kesehatan rutin atau karena kelainan penyakit lain. Gejala awal sirosis (kompensata) meliputi perasaan mudah lelah dan lemas, selera makan berkurang, perasaan perut kembung, mual, berat badan menurun, pada laki-laki dapat timbul impoten, testis mengecil, buah dada membesar, hilangnya dorongan seksualitas. Bila sudah lanjut (sirosis dekompensata), gejala-gejala lebih menonjol terutama bila timbul komplikasi kegagalan hati dan hipertensi porta, meliputi hilangnya rambut badan, gangguan tidur, dan demam tak begitu tinggi. Mungkin disertai adanya gangguan pembekuan darah, perdarahan gusi, epistaksis, gangguan siklus haid, ikterus dengan air kemih berwarna seperti the pekat, muntah darah dan atau melena. Serta perubahan mental, meliputi mudah lupa, sukar konsentrasi, bingung, agitasi, sampai koma.

Pada penurunan fungsi hepatoseluler terjadi penurunan dari sintesis albumin, dimana albumin ini memegang peranan penting dalam menjaga tekanan osmotik darah. Dengan menurunnya kadar albumin, maka tekanan osmotik akan menurun yang berakibat eksudasi cairan intravaskular ke dalam jaringan interstitial di seluruh tubuh, diantaranya adalah rongga peritoneum. Splenomegali-sering ditemukan terutama pada sirosis yang penyebabnya nonalkoholik. Pembesaran ini akibat kongesti pulpa merah lien karena hipertensi porta. Caput medusa-juga dapat terjadi sebagai akibat hipertensi porta. Ikterus-pada kulit dan membran mukosa akibat bilirubinemia. Bila kadar bilirubin kurang 2-3 mg/dl gejala ini dapat tak terlihat. Warna urin terlihat gelap seperti air teh.

Terapi & prognosis sirosis hati tergantung pada derajat komplikasi kegagalan hati dan hipertensi portal. Dengan kontrol pasien yang teratur pada fase dini akan dapat dipertahankan keadaan kompensasi dalam jangka panjang dan kita dapat memperpanjang timbulnya komplikasi.

Untuk sirosis hepatis yang disertai dengan asites dapat dilakukan tirah baring dan diawali diet rendah garam, konsumsi garam sebanyak 5,2 gram atau 90 mmol/hari. Diet rendah garam dikombinasi dengan obat-obatan diuretik. Awalnya dengan pemberian spironolakton dengan dosis 100-200 mg sekali sehari.  Respon diuretik bisa dimonitor dengan penurunan berat badan 0,5 kg/hari, tanpa adanya edema kaki atau 1 kg/hari dengan adanya edema kaki. Bilamana pemberian spironolakton tidak adekuat bisa dikombinasi dengan furosemid dengan dosis 20-40 mg/hari.n pemberian furosemid bisa ditambah dosisnya bila tadak ada respons, maksimal dosisnya 160 mg/hari. Parasentesis dilakukan bila asites sangat besar. Pengeluaran asites bisa hingga 4-6 liter dan dilindungi dengan pemberian albumin.

 

Page 3: Sirosis Hepatis dengan Hipoalbuminemia dan Ascites (case.docx

KESIMPULAN

Terapi & prognosis sirosis hati tergantung pada derajat komplikasi kegagalan hati dan hipertensi portal. Sesuai dengan penemuan klinis ascites, splenomegali, warna BAK seperti air teh dan hipoalbuminemia, maka pada pasien ini telah masuk ke dalam sirosis hati dekompensata dan telah mendapatkan terapi antibiotik, diuretic, suplemen Kalium dan hepatoprotektor.

REFERENSI

Wilson, L. M., Lester, L. N.: Hati, Saluran Empedu, dan Pankreas dalam Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Prose Penyakit. EGC. Edisi 4.,  442, 1994.

Yogiantoro. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi IV. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Panyakit Dalam FK UI: Jakarta