Upload
aminudin-fhyon
View
25
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
sikap profesional keguruan
Citation preview
SIKAP PROFESIONAL
KEGURUAN
Maret 16, 2011
PROFESIONAL, adalah orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan
purna waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu
keahlian yang tinggi. Profesional menunjukkan pelaku, sekaligus sifat,
atribut atau kualitas bagi penyandang gelar ini. Definisi paling gampang
dan sederhana dari “profesional” adalah “bukan amatir”. Dalam
manajemen sumber daya manusia, menjadi profesional adalah tuntutan
jabatan, pekerjaan ataupun profesi. Ada satu hal penting yang menjadi
aspek bagi sebuah profesi, yaitu sikap profesional dan kualitas kerja.
Profesional (dari bahasa Inggris) berarti ahli, pakar, mumpuni dalam
bidang yang digeluti. Menjadi profesional, berarti menjadi ahli dalam
bidangnya. Dan seorang ahli, tentunya berkualitas dalam melaksanakan
pekerjaannya. Akan tetapi tidak semua Ahli dapat menjadi berkualitas.
Karena menjadi berkualitas bukan hanya persoalan ahli, tetapi juga
menyangkut persoalan integritas dan personaliti. Dalam perspektif
pengembangan sumber daya manusia, menjadi profesional adalah satu
kesatuan antara konsep personaliti dan integritas yang dipadupadankan
dengan skil atau keahliannya. Guru yang Profesional
Menjadi profesional adalah tuntutan setiap profesi, seperti dokter, insinyur,
pilot, ataupun profesi yang telah familiar ditengah masyarakat. Akan tetapi
guru…? Sudahkan menjadi profesi dengan kriteria diatas. Guru jelas
sebuah profesi. Akan tetapi sudahkah ada sebuah profesi yang
profesional…? Minimal menjadi guru harus memiliki keahlian tertentu dan
distandarkan secara kode keprofesian. Apabila keahlian tersebut tidak
dimiliki, maka tidak dapat disebut guru. Artinya tidak sembarangan orang
bisa menjadi guru.
Kalau mengacu pada konsep di atas, menjadi profesional adalah meramu
kualitas dengan intergiritas, menjadi guru pforesional adalah keniscayaan.
Namun demikian, profesi guru juga sangat lekat dengan peran yang
psikologis, humannis bahkan identik dengan citra kemanusiaan. Karena
ibarat sebuah laboratorium, seorang guru seperti ilmuwan yang sedang
bereksperimen terhadap nasib anak manusia dan juga suatu bangsa.Ada
beberapa kriteria untuk menjadi guru profesional.
Secara umum, sikap profesional seorang guru dilihat dari faktor luar. Akan
tetapi, hal tersebut belum mencerminkan seberapa baik potensi yang
dimiliki guru sebagai seorang tenaga pendidik. Menurut PP No. 74 Tahun
2008 pasal 1.1 Tentang Guru dan UU. No. 14 Tahun 2005 pasal 1.1
Tentang Guru dan Dosen, guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalar
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan
keahlian, kemahiran, dan kecakapan yang memenuhi standar mutu atau
norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (UU. No. 14 Tahun
2005 Tentang Guru dan Dosen pasal 1.4). Guru sebagai pendidik
professional dituntut untuk selalu menjadi teladan bagi masyarakat di
sekelilingnya.
1. Sikap Pada Peraturan
Pada butir sembilan Kode Etik Guru Indonsia disebutkan bahwa : ” Guru
melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang
pendidikan” (PGRI,1973). Kebijaksanaan pendidikan di negara kita
dipegang oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan melalui
ketentuan-ketentuan dan peraturan-peraturan yang harus dilaksanakan
oleh aparatur dan abdi negara. Guru mutlak merupakan unsur aparatur
dan abdi negara. Karena itu guru harus`mengetahui dan melaksanakan
kebijakan-kebijakan yang ditetapkan. Setiap Guru di Indonesia wajib
tunduk dan taat terhadap kebijaksanaan dan peraturan yang ditetapkan
dalam bidang pendidikan, baik yang dikeluarkan oleh Depdikbud maupun
departemen lainnya yang berwenang mengatur pendidikan. Kode Etik
Guru Indonesia memiliki peranan penting agar hal ini dapat terlaksana.
2. Sikap Terhadap Organisasi Profesi
Dalam UU. No 14 Tahun 2005 pasal 7.1.i disebutkan bahwa ” guru harus
memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-
hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.”
Pasal 41.3 menyebutkan ” Guru wajib menjadi anggota organisasi profesi”
Ini berarti setiap guru di Indonesia harus tergabung dalam suatu
organisasi yang berfungsi sebagai wadah usaha untuk membawakan misi
dan memantapkan profesi guru. Di Indonesia organisasi ini disebut
dengan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Dalam Kode `Etik
Guru Indonesia butir delapan disebutkan : Guru secara bersama-sama
memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana
perjuangan dan pengabdian. Ini makin menegaskan bahwa setiap guru di
Idonesia harus tergabung dalam PGRI dan berkewajiban serta
bertanggung jawab untuk menjalankan, membina, memelihara dan
memajukan PGRI sebagai organisasi profesi. Baik sebagai pengurus
ataupun sebagai anggota. Hal ini dipertegas dalam dasar keenam kode
etik guru bahwa Guru secara pribadi dan bersama-sama
mengembangkan, dan meningkatkan martabat profesinya. Peningkatan
mutu profesi dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti penataran,
lokakarya, pendidikan lanjutan, pendidikan dalam jabatan, studi
perbandingan dan berbagai kegiatan akademik lainnya. Jadi kegiatan
pembinaan profesi tidak hanya terbatas pada pendidikan prajabatan atau
pendidikan lanjutan di perguruan tinggi saja, melainkan dapat juga
dilakukan setelah lulus dari pendidikan prajabatan ataupun dalam
melaksanakan jabatan.
3. Sikap Terhadap Teman Sejawat
Dalam ayat Kode Etik Guru disebutkan bahwa ” Guru memelihara
hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan
sosial.” Ini berarti bahwa:
1. Guru hendaknya menciptakan dan memelihara hubungan sesama guru
dalam lingkungan kerjanya.
2. Guru hendaknya menciptakan dan memelihara semangat kekeluargaan
dan kesetiakawanan sosial di dalam dan di luar lingkungan kerjanya.
Dalam hal ini ditunjukkan bahwa betapa pentingnya hubungan yang
harmonis untuk menciptakan rasa persaudaraan yang kuat di antara
sesama anggota profesi. Di lingkungan kerja, yaitu sekolah, guru
hendaknya menunjukkan suatu sikap yang ingin bekerja sama,
menghargai, pengertian, dan rasa tanggung jawab kepada sesama
personel sekolah. Sikap ini diharapkan akan memunculkan suatu rasa
senasib sepenanggungan, menyadari kepentingan bersama, dan tidak
mementingkan kepentingan sendiri dengan mengorbankan kepentingan
orang lain. Sehingga kemajuan sekolah pada khususnya dan kemajuan
pendidikan pada umumnya dapat terlaksana. Sikap ini hendaknya juga
dilaksanakan dalam pergaulan yang lebih luas yaitu sesama guru dadri
sekolah lain.
4. Sikap Terhadap Anak Didik
Dalam Kode Etik Guru Indonesia disebutkan : ”Guru berbakti membimbing
peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya berjiwa
Pancasila”. Dasar ini mengandung beberapa prinsip yang harus dipahami
seorang guru dalam menjalankan tugasnya sehari-hari, yakni: tujuan
pendidikan nasional, prinsip membimbing, dan prinsip pembentukan
manusia Indonesia yang seutuhnya.
Tujuan Pendidikan Nasional sesuai dengan UU. No. 2/1989 yaitu
membentuk manusia Indonesia seutuhnya berjiwa Pancasila. Prinsip yang
lain adalah membimbing peserta didik, bukan mengajar, atau mendidik
saja. Pengertian membimbing seperti yang dikemukakan oleh Ki Hajar
Dewantara yaitu Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, dan
tut wuri handayani. Kalimat ini mengindikasikan bahwa pendidikkan harus
memberi contoh, harus dapat memberikan pengaruh, dan harus dapat
mengendalikan peserta didik.
Prinsip manusia seutuhnya dalam kode etik ini memandang manusia
sebagai kesatuan yang bulat, utuh baik jasmani maupun rohani, tidak
hanya berilmu tinggi tetapi juga bermoral tinggi pula. Dalam mendidik guru
tidak hanya mengutamakan aspek intelektual saja, tetapi juga harus
memperhatikan perkembangan seluruh pribadi peserta didik, baik jasmani,
rohani, sosial, maupun yang lainnya sesuai dengan hakikat pendidikan.
5. Sikap Tempat Kerja
Untuk menyukseskan proses pembelajaran guru harus bisa menciptakan
suasana kerja yang baik, dalam hal ini adalah suasana sekolah. Dalam
kode etik dituliskan: ”Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya
yang menunjang berhasilnya proses belajar mengajar.” Oleh sebab itu
guru harus aktif mengusahakan suasana baik itudengan berbagai cara,
baik dengan penggunaan metode yang sesuai, maupun dengan
penyediaan alat belajar yang cukup, serta pengaturan organisasi kelas
yang mantap, ataupun pendekatan yang lainnya yang diperlukan.
Selain itu untuk mencapai keberhasilan proses pembelajaran guru juga
harus mampu menciptakan hubungan yang harmonis antar sesama
perangkat sekolah, orang tua siswa dan juga masyarakat. Hal ini dapat
diwujudkan dengan mengundang orang tua sewaktu pengambilan rapor,
membentuk BP3 dan lain- lain.
Ciri-Ciri Guru Yang Profesional
Memiliki skill/keahlian dalam mendidik atau mengajar
Menjadi guru mungkin semua orang bisa. Tetapi menjadi guru yang
memiliki keahlian dalam mendidikan atau mengajar perlu pendidikan,
pelatihan dan jam terbang yang memadai. Dalam kontek diatas, untuk
menjadi guru seperti yang dimaksud standar minimal yang harus dimiliki
adalah:
Memiliki kemampuan intelektual yang memadai
Kemampuan memahami visi dan misi pendidikan
Keahlian mentrasfer ilmu pengetahuan atau metodelogi
pembelajaran
Memahami konsep perkembangan anak/psikologi perkembangan
Kemampuan mengorganisir dan problem solving
Kreatif dan memiliki seni dalam mendidik
Personaliti Guru
Profesi guru sangat identik dengan peran mendidik seperti membimbing,
membina, mengasuh ataupun mengajar. Ibarat sebuah contoh lukisan
yang akan ditiru oleh anak didiknya. Baik buruk hasil lukisan tersebut
tergantung dari contonya. Guru (digugu dan ditiru) otomatis menjadi
teladan. Melihat peran tersebut, sudah menjadi kemutlakan bahwa guru
harus memiliki integritas dan personaliti yang baik dan benar. Hal ini
sangat mendasar, karena tugas guru bukan hanya mengajar (transfer
knowledge) tetapi juga menanamkan nilai – nilai dasar dari bangun
karakter atau akhlak anak.
Memposisikan profesi guru sebagai The High Class Profesi
Di negeri ini sudah menjadi realitas umum guru bukan menjadi profesi
yang berkelas baik secara sosial maupun ekonomi. Hal yang biasa,
apabila menjadi Teller di sebuah Bank, lebih terlihat high class
dibandingkan guru. jika ingin menposisikan profesi guru setara dengan
profesi lainnya, mulai di blow up bahwa profesi guru strata atau derajat
yang tinggi dan dihormati dalam masyarakat. Karena mengingat begitu
fundamental peran guru bagi proses perubahan dan perbaikan di
masyarakat.
Program Profesionalisme Guru
Pola rekruitmen yang berstandar dan selektif
Pelatihan yang terpadu, berjenjang dan berkesinambungan (long
life eduction)
Penyetaraan pendidikan dan membuat standarisasi mimimum
pendidikan
Pengembangan diri dan motivasi riset
Pengayaan kreatifitas untuk menjadi guru karya (Guru yang bisa
menjadi guru)
Peran Manajeman Sekolah
Fasilitator program Pelatihan dan Pengembangan profesi
Menciptakan jenjang karir yang fair dan terbuka
Membangun manajemen dan sistem ketenagaan yang baku
Membangun sistem kesejahteraan guru berbasis prestasi
Hambatan-hambatan menjadi guru yang profesional
Banyak hambatan yang dihadapi seorang guru untuk menjadi guru yang
baik. Beberapa hambatan tersebut diantaranya adalah:
1. Gaji yang terlalu pas-pasan bahkan mungkin kurang. Gaji yang pas-
pasan memaksa seorang guru untuk mencari nafkah tambahan seusai
jam kerja. Hal ini mengakibatkan tidak memiliki kesempatan untuk
membuat persiapan mengajar dengan membaca ulang materi pelajaran
yang akan diajarkan besok hari. Hal ini dapat mengurangi kesiapan dan
penampilan di muka kelas.
2. Tugas-tugas administrasi yang memberatkan. Sejak diberlakukannya
kurikulum 2006, banyak tugas-tugas administrasi yang harus dikerjakan
seorang guru yang tujuannya untuk meningkatkan profesionalitas seorang
guru. Ternyata tugas-tugas ini menjadi beban yang cukup berat dan
hampir tidak ada manfaatnya untuk menambah penampilan dan kesiapan
seorang guru di muka kelas. Sebagian besar tugas administrasi dibuat
dengan setengah terpaksa hanya untuk menyenangkan hati atasan.
Sebagai contoh, seorang guru diwajibkan membuat KTSP, Silabus dan
Tetek bengek yang lain, yang memaksa guru menuliskan uraian yang
sama pada tugas pertama dan ditulis ulang pada tugas kedua dan tugas
ketiga. Semuanya ini tidak pernah dipakai untuk meringankan beban
mengajar di kelas karena tugas-tugas tersebut tidak pernah dibaca lagi
pada waktu akan/dan sedang mengajar. Seorang guru lebih suka
membuka dan membaca buku pegangan mengajar daripada membawa
Program Satuan Mengajar, Analisis Materi Pelajaran ataupun Rencana
Pengajaran. Tugas-tugas ini memang sangat berguna bagi seorang calon
guru. Tapi bagi guru yang sudah mengajar lebih dari tiga tahun, tugas ini
hanya merupakan pekerjaan yang sia-sia
Bagaimana menguasai bahan tergantung pada kemampuan guru unuk
menggunakan teknik-teknik mengajar dan alat-alat pengajaran yang dapat
menjamin murid dapat berhasil dalam belajarnya.Guru perlu pula
memehami prinsip dan tahu bagaimana prinsip-prinsip tersebut dapat
diterapkan pada muridnya,Karena itu prosedur mengajar harus disuaikan
dengan prinsip-prinsip mengajar.biasanya guru yang efektif adalah guru
yang menyesuaikan prosedur mengajarnya dengan pengetahuannya
tentang prinsip-prinsip psikologi serta pengertian tentang kemampuan
tentang murid-muridnya.
Fungsi pendidikan yang semakin bertambah penting adalah membimbing
murid mengembangkan sikap dan pola-pola tingkah laku yang dapat di
terima oleh masyarakat.Aspek social dari pendidikan ini tidak dapat
dipisahkan dari aspek personalnya.Reaksi-reaksi emosional anak didik di
rumah,di sekolah ataupun di masyarakat merupakan pengalaman-
pengalaman yang dapat mengembangkankan sikap.Meskipun para
psikolog,sosiolog,para pendidik,dan tokoh masyarakat berusaha
meningkat kan dan memperbaiki situasi serta kondisi rumah tangga dan
masyarakat yang dapat menangkal siskap-sikap antisocial pada diri anak
tetapi tanggung jawab membentuk sikap itu merupaakan fungsi sekolah
yang perdana.
Situasi belajar mengajar itu mempunyai implikasi-implikasi
emosional.Sikap guru terhadap murid, terhadap pekerjaannya, terhadap
hidup umumnya perpengaruh sekali terhadap sikap emosional
murid.Konsekuensinya,seperti apakah pribadi guru itu berpengaruh sekali
terhadap keberhasilan mengajar dan belajar ketimbang luas serta
dalamnya pengetahuan yang dimiliki dan cara pendekatannya dalam
mengajar.
Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru
Guru profesional seharusnya memiliki empat kompetensi, yaitu
kompetensi pedagogis, kognitif, personaliti, dan sosial.
Oleh karena itu, selain terampil mengajar, seorang guru juga memiliki
pengetahuan yang luas, bijak, dan dapat
bersosialisasi dengan baik. Profesi guru dan dosen merupakan bidang
pekerjaan khusus yang memerlukan prinsip-prinsip profesional. Mereka
harus memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme, memiliki
kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan
yang sesuai dengan bidang tugasnya, memiliki kompetensi yang
diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya, mematuhi kode etik profesi,
memiliki hak dan kewajiban dalam melaksanakan tugas, memperoleh
penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerjanya, memiliki
kesempatan untuk mengembangkan profesinya secara berkelanjutan,
memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
profesionalnya, dan memiliki organisasi profesi yang berbadan hukum
(sumber UU tentang Guru dan Dosen).
Bila kita mencermati prinsip-prinsip profesional di atas, kondisi kerja pada
dunia pendidikan di Indonesia masih memiliki
titik lemah pada hal-hal berikut.
(1) Kualifikasi dan latar belakang pendidikan tidak sesuai dengan bidang
tugas. Di lapangan banyak di antara guru mengajarkan mata pelajaran
yang tidak sesuai dengan kualifikasi pendidikan dan latar belakang
pendidikan yang dimilikinya.
(2) Tidak memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai bidang tugas.
Guru profesional seharusnya memiliki empat kompetensi, yaitu
kompetensi pedagogis, kognitif, personaliti, dan sosial. Oleh karena itu,
seorang guru selain terampil mengajar, juga memiliki pengetahuan yang
luas, bijak, dan dapat bersosialisasi dengan baik.
(3) Penghasilan tidak ditentukan sesuai dengan prestasi kerja.
Sementara ini guru yang berprestasi dan yang tidak berprestasi
mendapatkan penghasilan yang sama. Memang benar sekarang terdapat
program sertifikasi. Namun, program tersebut tidak memberikan peluang
kepada seluruh guru. Sertifikasi hanya dapat diikuti oleh guru-guru yang
ditunjuk kepala sekolah yang notabene akan berpotensi subjektif.
(4) Kurangnya kesempatan untuk mengembangkan profesi secara
berkelanjutan. Banyak guru yang terjebak pada rutinitas. Pihak
berwenang pun tidak mendorong guru ke arah pengembangan
kompetensi diri ataupun karier. Hal itu terindikasi dengan minimnya
kesempatan beasiswa yang diberikan kepada guru dan tidak adanya
program pencerdasan guru, misalnya dengan adanya tunjangan buku
referensi, pelatihan berkala, dsb.
Profesionalisme dalam pendidikan perlu dimaknai he does his job well.
Artinya, guru haruslah orang yang memiliki insting pendidik, paling tidak
mengerti dan memahami peserta didik. Guru harus menguasai secara
mendalam minimal satu bidang keilmuan. Guru harus memiliki sikap
integritas profesional. Dengan integritas barulah, sang guru menjadi
teladan atau role model.
Menyadari banyaknya guru yang belum memenuhi kriteria profesional,
guru dan penanggung jawab pendidikan harus mengambil langkah. Hal-
hal yang dapat dilakukan di antaranya:
penyelenggaraan pelatihan. Dasar profesionalisme adalah kompetensi.
Sementara itu, pengembangan kompetensi mutlak harus berkelanjutan.
Caranya, tiada lain dengan pelatihan.
(2) Pembinaan perilaku kerja. Studi-studi sosiologi sejak zaman Max
Weber di awal abad ke-20 dan penelitian-penelitian manajemen dua
puluh tahun belakangan bermuara pada satu kesimpulan utama bahwa
keberhasilan pada berbagai wilayah kehidupan ternyata ditentukan oleh
perilaku manusia, terutama perilaku kerja.
(3) Penciptaan waktu luang. Waktu luang (leisure time) sudah lama
menjadi sebuah bagian proses pembudayaan. Salah
satu tujuan pendidikan klasik (Yunani-Romawi) adalah menjadikan
manusia makin menjadi “penganggur terhormat”,
dalam arti semakin memiliki banyak waktu luang untuk mempertajam
intelektualitas (mind) dan kepribadian (personal).
(4) Peningkatan kesejahteraan. Agar seorang guru bermartabat dan
mampu “membangun” manusia muda dengan penuh
percaya diri, guru harus memiliki kesejahteraan yang cukup.
Seorang guru yang profesional perlu mengetahui tentang mengajar yang
efektif.Mengajar yang efektif meliputi tiga langkah,yaitu:
1.Langkah Sebelum Mengajar
Langkah ini meliputi:
a).Menentukan tujuan pengajaran,baik tujun jangka panjang maupun
jangka pendek.Untuk hal ini guru harus menjawab pertanyaan-
pertanyaan seperti:
-Hasil-hasil apakah yang ingin di capai dari proses belajar mengajar?
-Bagaimanakah kaitan hasil-hasil tersebut dengan tujuan instruksional
umum,tujuan instruksional khusus,tujuan kurikuler,tujuan institusional dan
tujuan nasional?
b).Setelah itu guru harus memilih strategi mengajar untuk meraih tujuan-
tujuan yang telah ditetapkan dan mengumpulkan bahan-bahan
pengetahuan dan keterampilan yang berguna dalam proses belajar
mengajar.
c).Yang lebih peting lagi adalah guru harus menyadari tingkat kesiapan
murid untuk menerima pelajaran.Kesiapan murid ditentukan oleh
bermacam-macam faktor:
1).pengetahuan dan keterampilan yang sudah dimiliki sebelumnya.
2).motivasi yang tepat.
Murid-murid yang telah menguasai pengetahuan dan keterampilan dasar
akan dapat menerima dengan baik pelajaran baru yang diberikan
guru,demikian pula murid-murid yang mempunyai motivasi belajar.
d).Merencanakan cara penilaian
-Bagaimana menentukan ukuran pencapaian tujuan pengajaran.
-Dengan cara bagainmana proses pengajaran dan hasil belajar itu di nilai?
-Bagaimana hasil penilaian itu akan perpengaruh terhadap keputusan-
keputusan pengajaran berikutnya.
2.Langkah Pelaksanaan Pengajaran
Langkah ini berupa pelaksanaan strategi-strategi yang telah di rancang
untuk membawa murid mencapai tujuan pengajaran.Pada umumnya
langkah ini meliputi komunikasi,kepemimpinan, motivasi,dan kontrol
(pembinaan disiplin dan pengelolaan).
3.Langkah Sesudah Mengajar
Langkah ini berupoa pengukuran dan penilaian hasil mengajar
sehubungan dengan tujuan-tujuan yang ditetapkan guru sebelum
mengajar.Dari proses penilaian ini dapat diketahui efiktf tidaknya proses
belajar,tepat tidaknya tujuan pengajaran,seberapa tinggi tingkat kesiapan
murid,tepat tidaknya strategi belajar yang digunakan dan bahkan derajat
relevansi serta ketepatan prosedur yang di tempuh.
Kebutuhan Profesional Dan Personal Guru
Dalam bidang studi apapun,menguasai isi pelajaran yang diajarkan adalah
tanggung jawab murid,guru tidak dapat mengunyah dan mencerna isi
pelajaran bagi muridnya.Fungsi guru adalah mengarahkan kegiatan
belajar menuju tercapainya tujuan-tujuan yang telaah ditetapakan.Guru
harus benar-benar menguasai pelajaran yang diajarkan,,agar
mengajarnya lebih berhasil guru harus yakin bahwa bahan yang yang
diajarkan itu bernilai bagi murid –muridnya.Ditambah lagi guru harus dapat
memotivasi murid-muridnya agar bergairah dalam belajar,agar memahami
mengapa dan untuk apa ia belajar.
A.Pengertian
Guru sebagai pendidik professional mempunyai citra yang baik di
masyarakat apabila dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia
layak menjadi panutan atau teladan masyarakat sekelilingnya,masyarakat
terutama akan melihat bagaimana sikap dan perbuatan guru itu sehari-
hari.
Pola tingkah laku guru yang berhubungan dengan sikap profesional
keguruan yaitu terhadap:peraturan perundang-undangan,organisasi,
profei yang sejawat,anak didik,tempat kerja,pemimpin,dan pekerjaan.
B.Sasaran Sikap Profesional
1.Sikap Terhadap Peraturan Perundang-Undangan
Pada butir sembilan kode etik Guru Indonedia disebutkan balik: “Guru
meleksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang
pendidikan”(PGRI,1973).Kebijaksanaan pemerintah dalam bidang
pendidikan ialah segala peraturan-peraturan pelaksanaan baik yang
dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan,di pusat
maupun di daerah maupun departemen lain dalam rangka pembinaan
pendidikan di negara kita.
2.Sikap Terhadap Organisasi Profesi
Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu
organisasiPGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.Yang di
maksud organisasi di sini adalah semua anggota dengan seluruh
pengurus dan segala perangkat serta alat-alat perlengkapannya.
Dalam dasar keenam dari kode etik dengan gambling juga
dituliskan,bahwa Guru secara pribadi dan bersama-sama
mengembangkan dan meningkatkan mutu serta martabat
profesinya.Untuk meningkatkan mutu suatu profesi,khususnya profesi
keguruan.Dapat dilakukan dengan berbagai cara,misalnya dengan
melakukan penataran,lokakarya,pendidikan lanjutan,pendidikan dalam
jabatan,studi pertandingan,dan berbagai kegiatan akademik lainnya.
3.Sikap Terhadap Teman Sejawat
Dalam ayat tujuh kode etik Guru disebutkan bahwa “Guru memelihara
hubungan seprofesi,semangat kekeluargaan,dan kesetiakawanan
sosial”.Ini berarti bahwa:
1).Guru hebdaknya menciptakan dan memelihara hubungan sesame guru
dalam lingkungan kerjanya.
2).Guru hendaknya menciptakan dan memelihara semangat kekeluargaan
dan kesetiakawanan social di dalam dan di luar lingkungan kerjanya.
Hubungsan sesama anggota profesi dapat di lihat dari dua segi,yakni
hubungan formal dan hubungan kekeluargaan.
Hubungan formal ialah hubungan yang perlu di lakukan dalam rangka
melakukan tugas kedinasan,sedangkan hubungan kekeluargaan ialah
hubungan persaudaraan yang perlu di lakukan,baik dalam lingkungan
kerja maupun dalam hubungan keseluruhan dalam rangka menunjang
tercapainya keberhasilan anggota profesi dalam membawakan misalnya
sebagai pendidik bangsa.
a).Hubungan Guru Berdasarkan Lingkungan Kerja
Agar setiap personel sekolah dapat berfungsi sebagaimana mestinya
mutlak adanya hubungan baik antara kepala sekolah dengan guru,guru
dangan guru,dan kepala sekolah atau guru dengan personel sekolah
lainnya.Sikap professional lain yang perlu ditumbuhkan oleh guru adalah
sikap ingin nekerjasama,saling harda menghargai,saling mengerti,dan
rasa tanggung jawab.
b).Hubungan Guru Berdasarkan Lingkungan keseluruhan
Dalam hal ini dimaksudkan kepada profesi keguruan,yang sejauh ini
masih memerlukan pembinaan yang sunggh-sungguh..Agar Rasa
persaudaraan antar teman sejawat dapat tumbuh seperti halnya profesi
kedokteran.
4.Sikap terhadap Anak Didik
Dalam kode etik Guru Indonesia dengan jelas dituliskan bahwa: guru
berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia
seutuhnya yang berjiwa Pancasila.Prinsipo yang harus di pahami oleh
seorang guru dalam menjalankan tugasnya,yakni:tujuan Pendidikan
Nasional,prinsip membimbing,dan prinsip pembentukan manusia
Indonesia seutuhnya.
5.Sikap Terhadap Tempat Kerja
Suasana yang baik di tempat kerja akan meningkatkan produktivitas,hali
ini harys disadari dengan sebaik-bai8knya oleh setiap guru,dan guru
berkewajiban menciptakan suasana tersebut dalam lingkungannya.Untuk
menciptakan suasana kerja yang baik ini ada dua hal yang harus
diperhatikan,yaitu:
a).Guru sendiri
b).hubungan guru dengan orangtua dan masyarakat seliling.Penciptaan
suasana kerja harus di lengkapi dengan terjalinnya hubungan yang baik
dengan orang tua dan masyarakat sekotaernya,hal ini maksudnya untuk
membina peran serta dan tanggung jawab bersama terhadap
pendidikan.Keharusan guru membina hubungan dengan orang tua dan
masyarakat sekitarnya merupakan isi dari butir kelima kode etik Guru
Indonesia.
6.Sikap Terhadap Pemimpin
Pemimpin suatu unit atau organisasi mempunyai kebijaksanaan dan
arahan dalam memimpinorganisasinya,di mana tiap anggota organisasi di
tuntut berusaha untuk bekerjasama dalam melaksanakan tujuan
organisasi.Kerjasama yang di tuntut pemimpin diberikan berupa tuntutan
akan kepatuhan dalam melaksanakan arahan dan petunjuk yang diberikan
mereka.Di sini dapat disimpulkan bahwa sikap seorang guru terhadap
pemimpin harys positif,maksudnya adalah harus adanya sikap
bekerfasama dalam menyukseskan program yang sudah disepakati,baik
di sekolah maupun di luar sekolah.
7.Sikap Terhadap Pekerjaan
Dalam kode etik Guru Indonesia berbunyi: guru secara pribadi dan
bersama-sama,mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat
profesinya.Dalam hal ini guru di tuntut,baik secara pribadi maupun secara
kelompok untuk selalu meningkatkan mutu dan martabat profesinya.Untuk
meningkatkan mutu profesinya secara sendiri-ssendiri,guru dapat
melakukannya secara formal maupun informal.Secara formal,artinya guru
mengikuti berbagai pendidikan lanjutan atau kursus yang sesuai dengan
tugas,keinginan,waktu.Secara informal guru dapat meningkatkan
pengetahuan dan keterampilannya melalui mssa media seperti
televise,radio,majalah ilmiah,Koran,atau pun membaca buku teks dan
pengetahuan lainnya yang cocok dengan bidangnya.
C.Pengembangan Sikap Propesional
1),Pengembangan Sikap Selama Prajabatan
Dalam Pendidikan prajabatan,calon guru di didik dalam berbagai
pengetahuan,sikap,dan keterampilan yang diperlukan dalam
pekerjaannya,karena tugasnya yang bersifat unik,guru selalu menjadi
panutan bagi siswanya dan bagi masyarakat sekelilingnya.
2).Pengembangan Sikap Selama Dalam Jabatan
Pengembangan sikap professional tidak berhenti apabila calon guru
selesai mendapatkan pendidikan prajabatan.Seperti telah di sebut
peningkatan dapat di lakukan dengan cara formal melalui kegiatan
mengikuti penataran,lokakarya,seminar atau kegiatan ilmiah
lainnya,ataupun informal melalui media massa seperti
televise,radio,Koran,dan majalah maupun publikasi lainnya.Kegiatan ini
selain dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan,sekaligus
dapatn juga meningkatkan sikap professional guru.
Daftar Rujukan
Prof.SOETJIPTO dan Drs.RAFLIS KOSASI,M.Sc.1994,Profesi
Keguruan.Rineka Cipta.
Sumber: http://beta.pikiran-rakyat.com/index Oleh Dede Mohamad Riva,
S.Pd. Penulis, guru SMP Negeri 3 Kota Bogor,
Hermawan S,R. 1979.Etika Keguruan:Suatu Pendekatan Terhadap kode
etik guru Indonesia. Jakarta: PT. Margi wahyu.
PGRI. 1973. Buku Kenang-kenangan Kongres PGRI XIII 21 s.d 25
November 1973 dan HUT PGRI XXIII. Jakarta: PGRI