12
173 “SI DAYANG RINDU TUNANG RAJA PALEMBANG”: MORFOLOGI VLADIMIR PROPP “Si Dayang Rindu Tunang Raja Palembang”: Morphology of Vladimir Propp Dian Anggraini Kantor Bahasa Provinsi Lampung Jalan Beringin II Kompleks Gubernuran Bandarlampung Lampung Telepon: (0721) 486407, Faksimile (0721) 486408 Pos-el: [email protected] Naskah masuk: 16 Agustus 2016, disetujui:28 November 2016, revisi akhir: 30 November 2016 Abstrak: “Si Dayang Rindu Tunang Raja Palembang” adalah cerita rakyat dari Provinsi Lampung yang sangat menarik untuk dikaji. Cerita ini menarik dikaji karena cerita ini menyebar di berbagai provinsi yang ada di Pulau Sumatera. Setiap provinsi dengan ciri khas masing-masing menyajikan cerita “Dayang Rindu” yang berbeda. Dengan menggunakan teori Vladimir Propp ini (fungsi pelaku, skema, pola cerita, dan cara pengenalan pelaku), keunikan dan kekhasan bentuk sastra lisan tersebut mampu terungkap. Fungsi yang ditemukan dalam cerita ini berjumlah 13 dengan skema (α) : ξ A D θ a ε E H I V L Q N: (X). Cerita “Si Dayang Rindu Tunang Raja Palembang” hanya memiliki empat lingkaran tindakan, yaitu penjahat, pahlawan, putri, dan donor. Singa Ralang menjadi pahlawan dalam cerita ini. Ia berjuang keras menyelamatkan Kerajaan Tanjung Iran dan juga melindungi Dayang Rindu dari hasrat Pangeran Riyo, raja Palembang. Ketiga belas fungsi tersebut melibatkan tiga pola keinginan, yaitu menyunting Dayang Rindu, menyerang Tanjung Iran, dan melampiaskan dendam karena malu. Kata kunci: Si Dayang Rindu Tunang Raja Palembang; morfologi Vladimir Propp Abstract: “Si Dayang Rindu Tunang Raja Palembang” is an oral tradition from Lampung Province, which is interesting to study. The writer is interested to analyze the story as it is well known among people in many provinces in Sumatra. Every province with its characteristic has different types of “Dayang Rindu”. Using Vladimir Propp theory, the writer can reveal the character function, scheme, the pattern of the story, the uniqueness, and the exclusivity of the oral tradition. The character functions found in “Si Dayang Rindu Tunang Raja Palembang” are thirteen with scheme (α): ξ A D θ a ε E H I V L Q N: (X). This story only has four spheres of action, namely, villain, hero, princess, and donor (provider). Singa Ralang became the hero in this story. He fought hard to save the kingdom of Tanjung Iran. He also protected Dayang Rindu from Pangeran Riyo, the King of Palembang. The thirteen functions involve three willingness patterns, namely, marrying Dayang Rindu, attacking Tanjung Iran, and taking revenge for shame. Key words: Si Dayang Rindu Tunang Raja Palembang; morphology of Vladimir Propp 1. Pendahuluan Indonesia kaya dengan keaneka- ragaman suku dan budayanya. Kebudayaan yang diturunkan secara turun- temurun, baik dalam bentuk lisan maupun tertulis salah satunya adalah sastra. Sastra lisan disebut sebagai sastra rakyat karena lebih dulu berkembang dibandingkan dengan sastra tulis. Keberlangsungan sastra lisan ini diwariskan dari generasi ke generasi. Sastra lisan biasanya tidak diketahui siapa pengarangnya, berkembang begitu saja di dalam masyarakat.

“SI DAYANG RINDU TUNANG RAJA PALEMBANG”: MORFOLOGI

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: “SI DAYANG RINDU TUNANG RAJA PALEMBANG”: MORFOLOGI

173

“SI DAYANG RINDU TUNANG RAJA PALEMBANG”:MORFOLOGI VLADIMIR PROPP

“Si Dayang Rindu Tunang Raja Palembang”: Morphology of Vladimir Propp

Dian AnggrainiKantor Bahasa Provinsi Lampung

Jalan Beringin II Kompleks Gubernuran Bandarlampung LampungTelepon: (0721) 486407, Faksimile (0721) 486408

Pos-el: [email protected]

Naskah masuk: 16 Agustus 2016, disetujui:28 November 2016,revisi akhir: 30 November 2016

Abstrak: “Si Dayang Rindu Tunang Raja Palembang” adalah cerita rakyat dari Provinsi Lampung yangsangat menarik untuk dikaji. Cerita ini menarik dikaji karena cerita ini menyebar di berbagai provinsi yangada di Pulau Sumatera. Setiap provinsi dengan ciri khas masing-masing menyajikan cerita “Dayang Rindu”yang berbeda. Dengan menggunakan teori Vladimir Propp ini (fungsi pelaku, skema, pola cerita, dan carapengenalan pelaku), keunikan dan kekhasan bentuk sastra lisan tersebut mampu terungkap. Fungsi yangditemukan dalam cerita ini berjumlah 13 dengan skema (α) : ξ A D θ a ε E H I V L Q N: (X). Cerita “SiDayang Rindu Tunang Raja Palembang” hanya memiliki empat lingkaran tindakan, yaitu penjahat, pahlawan,putri, dan donor. Singa Ralang menjadi pahlawan dalam cerita ini. Ia berjuang keras menyelamatkanKerajaan Tanjung Iran dan juga melindungi Dayang Rindu dari hasrat Pangeran Riyo, raja Palembang.Ketiga belas fungsi tersebut melibatkan tiga pola keinginan, yaitu menyunting Dayang Rindu, menyerangTanjung Iran, dan melampiaskan dendam karena malu.Kata kunci: Si Dayang Rindu Tunang Raja Palembang; morfologi Vladimir Propp

Abstract: “Si Dayang Rindu Tunang Raja Palembang” is an oral tradition from Lampung Province,which is interesting to study. The writer is interested to analyze the story as it is well known amongpeople in many provinces in Sumatra. Every province with its characteristic has different types of“Dayang Rindu”. Using Vladimir Propp theory, the writer can reveal the character function, scheme,the pattern of the story, the uniqueness, and the exclusivity of the oral tradition. The characterfunctions found in “Si Dayang Rindu Tunang Raja Palembang” are thirteen with scheme (α): ξ AD θ a ε E H I V L Q N: (X). This story only has four spheres of action, namely, villain, hero,princess, and donor (provider). Singa Ralang became the hero in this story. He fought hard to savethe kingdom of Tanjung Iran. He also protected Dayang Rindu from Pangeran Riyo, the King ofPalembang. The thirteen functions involve three willingness patterns, namely, marrying DayangRindu, attacking Tanjung Iran, and taking revenge for shame.Key words: Si Dayang Rindu Tunang Raja Palembang; morphology of Vladimir Propp

1. Pendahuluan

Indonesia kaya dengan keaneka-ragaman suku dan budayanya.Kebudayaan yang diturunkan secara turun-temurun, baik dalam bentuk lisan maupuntertulis salah satunya adalah sastra. Sastra

lisan disebut sebagai sastra rakyat karenalebih dulu berkembang dibandingkandengan sastra tulis. Keberlangsungan sastralisan ini diwariskan dari generasi kegenerasi. Sastra lisan biasanya tidakdiketahui siapa pengarangnya, berkembangbegitu saja di dalam masyarakat.

Page 2: “SI DAYANG RINDU TUNANG RAJA PALEMBANG”: MORFOLOGI

174

METASASTRA Jurnal Penelitian Sastra, Vol. 9 No. 2, Desember 2016: 173—184

Sastra lisan memiliki berbagai fungsidalam masyarakat. Amir (2013: 35)mengatakan bahwa fungsinya adalahsebagai media sosial, menyimpan puitikakosakata yang kaya, menghimpun dana,menonjolkan orang-orang yang terlibatdalam pertunjukan, serta sebagai saranapendidikan. Proses pendidikan yangdimaksud, yakni yang tua menasihati yangmuda dengan memberi contoh yang baik,orang yang dipandang cendekia dapatmemberi pesan kearifan dan memberiteladan yang mulia. Oleh karena itu, sastralisan pada zamannya menjadi pertunjukanyang sangat ditunggu oleh masyarakatkarena manfaatnya yang begitu besar.

Bentuk sastra lisan dalam pandanganfolklor di antaranya teka teki, gelartradisional, lagu permainan anak, puisirakyat, gelar tradisional, dan cerita lisanrakyat (Amir, 2013: 43). Lalu, BurhanNurgiyantoro menyebutkan sastratradisional terdiri atas fabel, mitos, legenda,nyanyian rakyat, cerita rakyat, dan lainnya(2013: 171). Dari contoh sastra lisantersebut, cerita rakyat merupakan bentukyang paling menarik hati bagi anak-anakdan masyarakat umum. Dalam cerita rakyatselalu ada cerita awal dan akhir, sertamasalah dan jawaban. Biasanya, tokohutamalah yang akan memberikan akhir daricerita.

Cerita “Dayang Rindu” adalah salahsatu cerita rakyat yang penyebarannyatergolong luas di Sumatera bagian Selatan,mencakup empat provinsi, yaitu SumateraSelatan, Bengkulu, Jambi, dan Lampung.Menurut Arman (2013: 10), dari kuantitasversi cerita, Sumatera Selatan memiliki pal-ing banyak versi cerita “Dayang Rindu”. DiProvinsi Sumatera Selatan, cerita ini lebihdikenal dengan nama “Dayang Merindu”.Kabupaten Muara Enim memiliki palingbanyak relevansi kedaerahan dengan lokusdan tokoh cerita. Bahkan sejumlah lokus(sungai, makam, kampung, petilasan, danbenda yang diyakini peninggalan keluargaDayang Rindu), terdapat di sejumlahkabupaten di sana, seperti Muara Enim atauBaturaja dan Ogan Komering Ulu (OKU).

Arman juga mengatakan bahwa dari aspekhistoris, “Dayang Rindu” versi Lampungmemiliki keunikan tersendiri dibanding versilain. Di Lampung, cerita “Dayang Rindu”bertajuk “Si Dayang Rindu Tunang RajaPalembang” dan “Tetimbai Dayang Rindu”.

Saat ini, manuskrip “Si Dayang Rindu”yang ditulis dalam aksara Lampung beradadi Provinsi Lampung bersamaan dengankembalinya Kamus Bahasa Lampung Van DeerTuuk tahun 2014 lalu. Sebelumnya,manuskrip ini berada dan tersimpan diempat perpustakaan di Eropa (Leiden, Lon-don, Munich, Dublin). Disinyalir, “TetimbaiSi Dayang Rindu” (TSDR) adalah satu-satunya data manuskrip tertua mengingatbelum ada informasi atau belumditemukannya manuskrip serupa di tigaprovinsi lain.

Dari latar belakang tersebut, penelitisangat tertarik untuk menjadikan cerita“Dayang Rindu” sebagai objek penelitian.Dengan menggunakan teori naratologiVladmir Propp, peneliti inginmengungkapkan morfologi cerita rakyat ini.Adapun tujuan dari penelitian ini adalahmendeskripsikan morfologi cerita sehinggahasilnya dapat dimanfaatkan olehakademisi sebagai referensi pengajaransastra, oleh peneliti sebagai pemerkayatinjaun riset sastra lisan, dan olehmasyarakat luas untuk lebih memahamistruktur naratologi cerita sebagai wujud daripelestarian kebudayaan lokal.

2. METODE PENELITIAN

Naratologi pada hakikatnya merupakansemiotik yang diterapkan dalam bidanganalisis cerita atau “wacana/ nonliterer”(Susanto, 2012: 109). Naratologi disebut jugateori wacana (teks) naratif. Baik naratologimaupun teori wacana (teks) naratifdiartikan sebagai seperangkat konsepmengenai cerita dan penceritaan. Sementarastruktur naratif fiksional adalah rangkaianperistiwa yang di dalamnya terkandungunsur-unsur lain, seperti tokoh, latar, sudutpandang, dan sebagainya. Kajian wacananaratif dalam hubungan ini dianggap telah

Page 3: “SI DAYANG RINDU TUNANG RAJA PALEMBANG”: MORFOLOGI

175

DIAN ANGGRAINI: “SI DAYANG RINDU TUNANG RAJA PALEMBANG”: MORFOLOGI...

melibatkan bahasa, sastra dan budaya yangdengan sendirinya sangat relevan sebagaiobjek humaniora (Ratna, 2004: 128).

Salah satu dari dua ahli yangmemengaruhi munculnya teori naratalogiadalah Vladimir Propp. Vladimir JakovlevicPropp lahir 17 April 1896 di St. Petersburg,(kini Rusia: Leningrad). Teorinyamenekankan perhatian pada motif naratif,yakni tindakan atau perbuatan. Tindakantersebut dinamakan fungsi. Propp jugamengatakan bahwa yang terpenting adalahpelaku bukan tokoh. Lebih tegasnya,tindakan adalah pelaku yang terdapatdalam fungsi. Fungsi adalah tindakanseorang tokoh yang dibatasi dari segimaknanya untuk jalannya suatu cerita.Masih menurut Propp (dalam Susanto, 2012)bahwa suatu cerita pada dasarnya memilikikonstruksi. Konstruksi yang terdiri atas mo-tif-motif memiliki tiga unsur, yakniperbuatan, pelaku, dan penderita. Ketigaunsur itu dapat dibagi menjadi dua, yakniunsur yang tetap dan unsur yang tidaktetap. Unsur tetap adalah perbuatan danunsur tidak tetapnya adalah pelaku danpenderita. Menurut Propp (Taum, 2011:123) unsur yang paling terpenting adalahunsur tetap (perbuatan), yaitu fungsi itusendiri. Contohnya dalam konstruksi“raksasa menculik seorang gadis,”perbuatan menculik itulah unsur yang pal-ing penting. Perbuatan tersebut membentuksuatu fungsi tertentu dalam suatu cerita.

Propp menyatakan bahwa dalam setiapdongeng paling banyak mengandung 31fungsi. Namun, tidak setiap dongengmengandung semua fungsi tersebut sebabfungsi itulah yang membentuk pokokpikiran. Adapun ketiga puluh satu fungsitesebut adalah sebagai berikut.

Tabel 1Fungsi dan Lambangnya

(Sumber: Suwondo, 2011: 57)

Page 4: “SI DAYANG RINDU TUNANG RAJA PALEMBANG”: MORFOLOGI

176

METASASTRA Jurnal Penelitian Sastra, Vol. 9 No. 2, Desember 2016: 173—184

Ketiga puluh fungsi tersebut dapatdidistribusikan ke dalam lingkaran tindakan(spheres of action). Lingkaran tindakantersebut adalah (1) villain (lingkungan aksipenjahat); (2) donor, provider (lingkunganaksi donor, pembekal); (3) helper(lingkungan aksi pembantu); (4) the princessand her father (lingkungan aksi seorang putridan ayah); (5) dispatcher (lingkungan aksiperantara/pemberangkat); (6) hero(lingkungan aksi pahlawan); (7) false hero(lingkungan aksi pahlawan palsu). Melaluitujuh lingkungan tindakan (aksi) itu,frekuensi kemunculan pelaku dapatdideteksi dan cara bagaimana watak pelakudiperkenalkan pun dapat diketahui.

Pokok pikiran Propp yang palingpenting menurut Taum (2011: 125) adalahbahwa unsur dongeng yang paling stabildan tidak berubah bukanlah tokoh ataumotif, melainkan fungsi atau perannya.Sekalipun pelaku dan penderita dalamsetiap dongeng berubah, tetapi fungsinyatidak berubah. Lalu, fungsi dalam dongengjumlahnya terbatas dan merupakan satuanpokok dalam alur cerita, urut-urutan fungsibiasanya sama dan dari segi struktur satudongeng hanya mewakili satu tipe saja.

Penelitian lain yang menggunakan teorinaratologi cukup banyak. Lestari (2015: 139)menemukan 21 fungsi naratif dalam ceritarakyat “Arso Watuwe”. Selain itu, ia jugamendapati tiga pola cerita di dalamnya yangmenunjukkan alur maju karena keterkaitancerita yang selalu berkembang. Sedangkanlingkaran tindakan (spheres of actions) hanyaberjumlah lima.

Sementara itu, saat mengaplikasikanteori naratologi Propp, Fajrin (2014: 18)hanya menemukan sembilan fungsi dan tigalingkungan aksi yang terbentuk dari duapola keinginan. Keinginan pertamamendapatkan istri dan keinginan keduamendapatkan keturunan serta harta yangmelimpah ruah.

Penelitian ini menggunakan metodekualitatif. Metode kualitiatif adalah prosedurpenelitian yang menghasilkan data deskriptifberupa kata tertulis atau lisan dari orang-

orang dan perilaku yang diamati (Bogdandan Taylor dalam Moleong, 2001: 3). Ceritarakyat yang dikaji dalam penelitian iniadalah “Si Dayang Rindu Tunang RajaPalembang” yang ditulis oleh H. A. RifaiWahid. Cerita tersebut ditulis dalam bahasaLampung berbentuk manuskrip.

Teknik analisis data dalam penelitian inimenggunakan teori struktural naratologiyang dikemukan oleh Vladimir Propp.Adapun langkah-langkah yang dilakukan,yaitu pembacaan secara menyeluruh ceritarakyat ini kemudian membaginya ke dalamfungsi-fungsi yang telah ditentukan. Darifungsi yang ditemukan akan terlihat fungsiskema cerita, pola cerita, dan fungsi dikalangan pelaku.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Analisis Fungsi

Dalam analisis ini, fungsi-fungsi pelakudisajikan dalam lambang beserta dengankutipan. Kutipan ini berupa isi ceritalangsung yang ditulis dalam bahasaLampung yang kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia yang gunanyasebagai penjelas fungsi. Hasil analisis fungsidalam cerita “Si Dayang Rindu Tunang RajaPalembang” adalah sebagai berikut.

a. Situasi Awal, lambang α

Situasi awal dalam cerita ini adalahPangeran Riyo yang mendapat laporan daribudak bahwa ada wanita yang begitu cantikdari Tanjung Iran. Pangeran yang telahdiangkat menjadi raja ini memang belummemiliki permaisuri. Dari sinilah pergerakancerita dimulai sehingga munculah berbagaifungsi.

“Suatu panas ngadeplah wopunangkawan di Pusiban KeratuanPelimbang sai kebetulan Rajo Pelimbang saiadegno Pengiran Riyo lagei wat dissan.Pengiran Riyo sijo lagi lak makko permaisureimulo jeng beliau lagei lak dinobatken begelaghSultan. Ulun tuhono kak sako matei danbeliaulah melakeuken tugas Rajo.”

Page 5: “SI DAYANG RINDU TUNANG RAJA PALEMBANG”: MORFOLOGI

177

DIAN ANGGRAINI: “SI DAYANG RINDU TUNANG RAJA PALEMBANG”: MORFOLOGI...

“Suatu hari datang menghadap dua or-ang punakawan di Paseban KeratuanPalembang yang kebetulan rajanya yangbernama Pangeran Riyo masih ada diPaseban. Pangeran Riyo ini belummemiliki permaisuri, mulanyakedudukan beliau belum dinobatkanbergelar sultan. Orang tuanya sudahlama mangkat dan beliau langsungmelakukan tugas pekerjaan raja.”

b. Deliver y= penyampaian (informasi),lambang ζ

Para budak meminta maaf jika informasiyang mereka berikan kurang berkenan dihati Pangeran Riyo. Mereka mendapat kabarbahwa di kerajaan Tanjung Iran disebelahudik Muara Kisam ada gadis cantik jelitaseperti bidadari. Kulitnya kuning langsat,rambutnya hitam berkilauan seperti suteraulung menyapu jagad, mukanya bundar,bulu matanya menungkat kening, dan alisnyaberbentuk taji. Jadi, pantaslah jika ia menjadipermaisuri di Kerajaan Palembang. KeriyoNiru, adik Pangeran Riyo juga mengatakanhal serupa, gadis tersebut benar-benarcantik. Di dalam kerajaan itu tiada satu or-ang pun yang mampu menandingikecantikannya. Ia bagaikan bidadari turundari kayangan. Kabarnya gadis tersebutbelumlah memiliki kekasih hati sehinggabanyak orang yang inginmempersuntingnya sebagai pasanganhidup.

“Mulei sijo sikep temen, babaknokuning lassak, buekno agheng bekilaughehheg setero ulung bekilau nyiccem taneh,pukem pudak buleu matono nukkek kening,buleu keningno bettuk tajei dan menurut sikmpatteslah yo sijo jadei calon permaisuriKeratan Palembang.”“Gadis ini memang cantik betul, kulitnyakuning langsat, rambutnya hitamberkilauan seperti sutra ulung menyapujagat, mukanya bundar, bulu matanyamenungkat kening, alisnya berbentuk taji,menurut hamba pantaslah dia menjadicalon permaisuri Keratuan Palembang.”

c. Lack = kekurangan kebutuhan,lambang a

Pangeran Riyo memang belumlahmemiliki permaisuri sehinggakedudukannya belum dinobatkan untukbergelar Sultan. Orang tuanya sudah lamameninggal dan beliau langsung melakukantugas pekerjaan raja. Adiknya, Keriyo Nirubahkan sudah memiliki istri dan beberapaanak. Oleh orang tuanya, Keriyo Niru diberikekuasaan untuk memimpin satu wilayahdi Palembang. Kerajaan Palembang initerletak di tepi Sungai Musi dan cukupmakmur serta aman tentram.Penduduknya, umumnya memiliki aktivitasberdagang, bertani, dan bertambak. Beliaumemerintah didampingi oleh patihnya yangbergelar Adipati Anom dan Panglimaperangnya yang bernama TumenggungItam. Di sepanjang kepulauan Sumatera,keperkasaan kedua patih tersebut sangatlahdikenal, nyaris tak ada peperangan yangberhasil menjatuhkan keduanya.

“Kerajaan Pelimbang sijo teletak dipinggri Way Musi dan cukup makmur sertoaman tenterem. Pendudukno umumno dagangdan sebagian betanei. Belau merittah diapikulah patihno sai begelagh Adipati Anon danpanglimo perangno sai begelagh TemenggungItem.”“Kerajaan Palembang ini terletak di tepiSungai Musi dan cukup makmur suburserta aman tentram. Penduduknya,umumnya berdagang dan sebagian jugabertani. Beliau memerintah didampingioleh patihnya yang bergelar AdipatiAnom dan Panglima perangnya yangbernama Tumenggung Itam.”

d. Reconnaissance = pengintaian,lambang ε

Keriyo Niru yang sudah berjalan pulangke kerajaanya mampir dahulu ke TanjungIran untuk mengintai. Akan tetapi,perbuatannya itu diketahui oleh hulubalangTanjung Iran, Ki Bayi Radin.

“Keriyo Niru sai kak lapah mennomudik adek anegno lapah nyubuk kerajoan

Page 6: “SI DAYANG RINDU TUNANG RAJA PALEMBANG”: MORFOLOGI

178

METASASTRA Jurnal Penelitian Sastra, Vol. 9 No. 2, Desember 2016: 173—184

Tanjung Irandan dipandayi ulun hulubalangsai dissan sai gelaghno Ki Bayi Radin.Seghadeu bebattah antaro Keriyo Niru jamobeliau sino terjdilah lago tiyan wo sino denganngeggunaken keghis.”“Keriyo Niru yang sudah berjalan lebihdahulu mudik ke kampungnya, pergimenyiasati Kerajaan Tanjung Iran dandiketahui oleh hulubalangnya yangbernama Ki Bayi Radin. Setelah terjadipercekcokan antara Keriyo Niru denganbeliau itu, terjadilah perkelahian merekaberdua dengan menggunakan keris.”

e. Villainy = kejahatan, lambang A

Setelah terjadi percekcokan antarakeduanya, pertikaian pun pecah. Merekaberdua kemudian bertarung denganmenggunakan keris. Mula-mula Keriyo Nirumenikam Ki Bayi Radin, tetapi Ki BayiRadin rupanya kebal besi. Begitu pula saatKi Bayi Radin menikam Keriyo Nirubagaikan menikam awan kuning. Rupa-rupanya, keduanya memiliki kesaktian yangseimbang. Oleh karena tidak ada yang kalahdan menang, keduanya pun berpisah.

“Ulah mak makko sai kalah liwagpaid dan beghadeu pai betarung sijo. Nengeibeghito sijo. Temunggung Item jamorumbungan sai kak ago berakkat adek TanjungIran, yo merittahken juak-juak nyuak danngundang kaban Ketib, Imam, PenguleuLanggar dan unyem kaban ajei-ajei untukhadir di Pusiban kereno wat hal sai ago didiperbicangkn dan musyawarahken.”

“Karena antara mereka tidak adayang kalah maka mereka berpisah duludan berhenti bertarung. Mendengarberita ini, Tumenggung Itam bersamarombongan yang sudah siap akanberangkat ke Tanjung Iranmemerintahkan budak-budak memanggildan mengundang para khatib, imam,penghulu langgar, dan semua para hajiuntuk hadir di paseban karena ada halyang mau diperbincangkan dan dimusyawarahkan.”

f. The first function of the donor = fungsipertama donor (pemberi), lambang D

Keriyo Carang meminta budak-budakuntuk memeriksa ke pelabuhan karenaterdengar begitu riuh. Hal lain yangdisangka angin bukanlah angin, disangkaombak bukan pula ombak, disangka guruhbukanlah guruh, tapi seperti suara badaibercampur hujan. Ternyata semua perahudari Palembang telah merapat ke pelabuhan.Di sana tampak berbaris kapal pinisi,malang melintang kapal tongkang, meletusbedil lalu bersorak sorai suara orang banyak.Orang yang datang ke Tanjung Iran sepertisuara ombak yang bersahutan, sangat ramai,bagai orang sedang berbicara silih berganti.

Budak-budak langsung menujupelabuhan menanyakan maksud dan tujuanrombongan Palembang datang. Lalu,mereka pun melaporkannya ke KeriyoCarang. Mendengar hal tersebut, KeriyoCarang mengutus Wayang Sewu untukmenyambut mereka. Wayang Sewukemudian mendatangi rombongan dipelabuhan dan disambut oleh TumenggungItam dan Ki Bayi Metig. Saat bercakap-cakapdengan Wayang Sewu tiba-tiba Ki Bayi Metigmenyela. Ia menyatakan jika pinangan tidakditerima maka mereka akan mendapat malu.Mendengar hal itu, Tumenggung Itammengatakan bahwa apabila hal itu terjadi,perang adalah solusinya, bertempur habis-habisan hingga salah satu dari merekamenang. Mendengar ucapan tersebut,Wayang Sewu menegaskan tidak akanmemberikan adiknya, Dayang Rindu,kepada Pangeran Palembang. Tidakberguna semua hantaran yang diberikankarena Dayang Rindu telah bertunangandan segera menjadi mantu Keriyo RalapBatin Paseg di Rambang. Kemudian,Wayang Sewu pun pergi tanpa berpamitan.

Wayang Sewu menceritakan semuanyakepada Keriyo Carang. Mendengar hal itu,Keriyo Carang menyarankan agarmemberikan saja Dayang Rindu kepadarombongan Palembang karena ia tidakmenginginkan perang terjadi. Meskipunmengangguk tanda setuju, Wayang Sewu

Page 7: “SI DAYANG RINDU TUNANG RAJA PALEMBANG”: MORFOLOGI

179

DIAN ANGGRAINI: “SI DAYANG RINDU TUNANG RAJA PALEMBANG”: MORFOLOGI...

tidaklah ikhlas menerimanya. Agung Kareppun, kakak Dayang Rindu, tidak relaDayang Rindu diambil orang Jawa sebabakan memberikan kesedihan berkelanjutan.Begitu pula seluruh handai tolan yang lain.Mereka tidak rela jika Dayang Rindumenjadi permaisuri Pangeran Palembang.

Ki bayi Radin dan Ki Bayi Cili jugaberjanji akan berperang hingga tetes darahterakhir demi Dayang Rindu kendatiDayang Rindu dengan ikhlas bersediamenjadi permaisuri di sana.

g. Complicity = keterlibatan, lambang θ

Dayang Rindu tidak ingin terjadi perangdi negerinya. Atas alasan tersebut, iabersedia menjadi permaisuri PangeranPalembang. Meski keputusan Dayang Rindutidak ditentang namun seisi negeri bersedih.Kabut menyelimuti Tanjung Iran saatmengiringi Dayang Rindu menuju KuttingSi Bandung Dua.

“Turun ujan recciek, ujang kuningmapag Dayang Rindeu najal bumei, yo lapahnualai kimbang wayang, gheggeh bidodareikenhanno dijjo, selajeuno yo luah anak lawangkurei, gecceh bagho iwang jimo ramiksenegaro, miwang kaban bubbai taualo anau,miwang kaban mulei menghanai, miwangkaban jual-juak di aneg, miwang unyen jimose nearo, miwang tiyan gheggeh putikbebarau, luh ghehak ghehheg ujan, miwangmak tatteu-tatteu lagei, ulah nyeddingDayang Rindeu ago milei adek Pelimbang.”

“Turun hujan rintik-rintik, hujankuning memapah Dayang Rindumenapak bumi, dia berjalan berlenggangmenyerupai wayang, tampak sepertibidadari. Kemudian dia keluar melaluipintu gerbang utama, gemuruh suaratangis orang banyak senegara, menangispara ibu-ibu tua, menangis para bujanggadis, menangis para budak-budak dikampung, semua menangis sepertiburung barau-barau, air mata jatuhseperti hujan, menangis tidak tentu lagikarena sedih, Dayang Rindu milir kePalembang.”

h. Struggle = berjuang, bertarung,lambang H

Perang besar akhirnya berkecamuk.Wayang Sewu naik ke Kutting Si BandungDua. Ia langsung berkelahi membabi butadengan menggunakan senjata keris, tombak,badik, pedang, dan segala macam senjatayang ada. Wayang Sewu berhadapandengan Ki Bayi Metig. Pertarunganmahadahsyat terjadi. Keduanya memilikikekuatan yang hampir sama. Wayang Sewuakhirnya meregang nyawa karenamendapat tusukan senjata di keningnya.Naik ke tebing, Ki Bayi Radin mengamukmelihat sia pa saja yang ada di dekatnya.Nyawa Ki Bayi Radin pun melayang olehKeriyo Niru. Saat sakaratul maut, DayangRindu yang telah berada di Kutting SiBandung Dua keluar dari kurung. KepadaKi Bayi Radin, Dayang Rindu berjanji akansegera menyusul Ki Bayi Radin setibanya iadi Palembang. Untuk itu, ia meminta Ki BayiRadin untuk menunggunya di pintu surga.

“Temunggung Item terus magas yo jamosenato keghis andam pitu, ditangkis makketangkis Ki Bayi Cili katan di bagian dadanocutik ghelemno kiro sejulak paghei gaweh yotenabuh upo kak ago matei. Ngenah hal sinobelumbo cekelang sambil bepekik SingoRalang ketunggugh dilangik yo ngegatteikenKi Bayi Cili sai ghadeu tughui tekapagh. Yoongamug ngebabui buto, yo ngamug jimoramik sai wat di peghahheu selaccar.”“Tumenggung Itamterus menikam KiBayi Cili dengan senjata keris andam pitu,ditangkis tidak tertangkis, Ki Bayi Cililuka di bagian dadanya sedalam kira-kirasesenti meter. Dia terjatuh seperti sudahmau mati. Melihat hal itu, para prajuritberlomba-lomba lari sambil memekik,bahkan suara Singa Ralang terdengarsampai ke kolong langit suaranya. SingaRalang menggantikan Ki Bayi Cili yangsudah tidur terkapar. Dia mengamukmembabi buta, dia mengamuk kepadaorang banyak yang ada di perahuselancar.”

Page 8: “SI DAYANG RINDU TUNANG RAJA PALEMBANG”: MORFOLOGI

180

METASASTRA Jurnal Penelitian Sastra, Vol. 9 No. 2, Desember 2016: 173—184

i. Victory = kemenangan, lambang I

Melihat gelagat orang Palembang akankalah perang, Tumenggung Itam memintaKi Bayi Radin untuk mengangkat jangkardan segera berbalik arah menuju Palembang.Perang terus belanjut. Singa Gita yang telahmerenggut banyak nyawa, kini berhadapandengan Tumenggung Itam. Karenaseimbang, Ki Bayi Metig turut menyerangSinga Gita hingga tewas. Selanjutnya,keduanya menyerang Ki Bayi Cili dengansenjata keris andam pitu. Tumenggung Itammenikam dada Ki Bayi Cili hingga roboh.Melihat kejadian ini, Singa Ralang langsungberteriak dan menyerang. Melihat SingaRalang yang mengamuk dan membuat takutprajurit Palembang, Ki Bayi Metig danTumenggung Itam memutuskan untukpulang ke Palembang.

Melihat Tumenggung Itam dan Ki BayiMetig akan melarikan diri, berteriaklahSinga Ralang. Dengan suara yang keras iamengatakan bahwa seorang yang bergelarprajurit tidak boleh melarikan diri dariperang. Tumenggung Itam pun mengajak KiBayi Metig untuk menyerahkan diri, karenalebih baik mendapat malu daripadakehilangan nyawa. Lalu, Ki Bayi Metigbersujud di depan Singa Ralang. SingaRalang lalu memberi tanda atas kekalahankeduanya, yaitu Tumenggung Itamkehilangan telinga sebelah, sedangkan KiBayi Metig kehilangan hidungnya sebelah.

“Yo ngejawab Singo Ralang, “ya AllahTemenggung Itemmetei wo ki bayi Metig,lamun wo ghabai matei, ghabai aghat nyawo,adek jo metei wo ago kukennei tando. Tandosijo adalah tando jimo banei, tando ulun saigelagh penyurit.”“Dia menjawab Singa Ralang, “Ya AllahTumenggung Itam, kalian berdua Ki BayiMetig, kalau kalian berdua takut mati,takut hilang nyawa, datanglah kemari,kalian berdua akan kuberi tanda. Tandaini adalah tanda orang pemberani, tandaorang yang bernama prajurit.”

j. Unfounded Claims = tuntutan yangtidak mendasar, lambang L

Kedatangan Dayang Rindu bersamadengan Tumenggung Itam dan Ki BayiMetig disambut dengan kemeriahan. Dipaseban, berbagai persiapan untukmenyambut Dayang Rindu disiapkan. Suaratetabuhan mulai ramai, penari telah bersiap-siap, dan suara rebab silih berganti berbunyi.Pangeran Riyo berbalut selempang pinangulung dan keemasan, ikat pinggangnyasepanjang sembilan hasta, memakai bajukain laken berkancing emas berpermataintan. Saat tangannya hendak digapai,Dayang Rindu berkata, Pangeran Riyo tidakperlu bersusah hati sebab ibu dantunangannya telah menunggunya di atas.Lalu, dalam sekejap mata Dayang Rinduterbang hinggap di batang pinang danterbang ke kayangan. Seketika itu, PangeranRiyo menggerutu. Malang benar nasibnya,emas yang dipegang menjadi batu, pedangdi tangan menjadi kacang panjang.Kejadian aneh tersebut membuat semua or-ang yang hadir menangis. Para ibu, gadis,bujang, dan seluruh rakyat Palembangdiselimuti kesedihan karena menyayangiDayang Rindu. Pangeran Riyo pulang keistananya dan tak sanggup menahantangisan.

Pangeran Riyo kemudian memanggilpara hulubalang yang masih tersisa. AdipatiAnom, Tumenggung Itam, dan Ki BayiMetig diperintahkan untuk menyiapkanpasukan yang tersisa untuk menuntutbalasdan menebus rasa malu yang merekaterima atas kejadian ini ke Tanjung Iran.

“Cawo Pengiran Riyo, “Adipati Anom,Temenggung Item, dan Ki Bayi Metig, meteitigo jeng supayo nyiapken perwatin ramik,unyen penyurit, hulubalang Pelimbang, lapahkupek mudik adek Tanjung Iran untuk bales,nebus maleu gham tano, yo, cawo tiyan tigo,”seperitah tuan sikam nutug.”“Berkatalah Pangeran Riyo, “AdipatiAnom, Tumenggung Itam, dan Ki BayiMetig, kalian bertiga siapkan orangbanyak, semua prajurit hulubalangPalembang pergi lagi mudik ke Tanjung

Page 9: “SI DAYANG RINDU TUNANG RAJA PALEMBANG”: MORFOLOGI

181

DIAN ANGGRAINI: “SI DAYANG RINDU TUNANG RAJA PALEMBANG”: MORFOLOGI...

Iran untuk menuntut balas menebus malukita sekarang”. “Ya,” kata mereka bertiga,“Seperintah tuan kami turut”.

k. Recognitition = (pahlawan) dikenali,lambang Q

Perang terulang kembali. Panglimaperang Kerajaan Palembang, Adipati Anom,penasaran bagaimana rupa Singa Ralangyang memiliki kekuatan luar biasa itu. Taklama kemudian, melaporlah budak-budakke Pangeran Riyo bahwa banyak prajuritdan hulubalang dihabisi oleh Singa Ralang.

“Singo Ralang perangno mak tatteu-tatteu lagei, kak luppo ghano, gheggehlemaweng tettek ikui, kekalo yo kenahhankekalo mak wat kenahhan, sinolah upomacemno perang Singa Ralang. Tiyanwo kibayi Cili ngamug sappai watteu luhur, tigehdi pulau Remas dan beghadeu kerno Ki BayiCili kesambut perang ulah Kangira Jaya.”“Singa Ralang berperang tak menentulagi, ia sudah lupa, tak sadar sepertiharimau hilang ekornya, kadang-kadangdia terlihat kadang-kadang tidak terlihat.Itulah rupa macamnya perang SingaRalang. Ia berdua dengan Ki Bayi Ciligugur dalam berperang oleh KangiraJaya.”

l. Solution = penyelesaian (tugas),lambang N

Melihat prajurit Palembang telahdihabisi oleh Singa Ralang, Pangeran Riyolari terbirit-birit. Bersama para prajurit yangtersisa, mereka menuju rumah batu. Ditempat tersebut mereka terlindungi karenaSinga Ralang tidak dapat masuk. Berkali-kaliSinga Ralang mencoba untuk masuk, tetapiupaya tersebut gagal. Para prajurit terus sajamenahan bola batu tersebut di muka gua.

“Tuyun cekelang Pengiran Riyojamo pak ngepuluh kughuk dillem gedungbateu, mak dapek Singo Ralang kughuk ulahdikucceino anjak lem.”

“Berlari terbirit-birit PangeranRiyo masuk bersama empat puluh orang

ke dalam rumah batu, Singa Ralang takdapat masuk karena dikunci dari dalam.”

m. Situasi akhir, lambang X

Situasi akhir cerita ini dikisahkandengan kembalinya Singa Ralang denganselamat ke Tanjung Iran. Hatinya begituhancur melihat Tanjung Iran telah porakporanda.

“Miwang Singo Ralang miseg-biseg, yo nyedding Tanjung Iran ghadeucadang, dicadangken jimo Pelimbang lahnurunken si Dayang Rindeu, miwang SingoRalang lapah mulang adek Tanjung Irandengan Selamat.”

Menangis Singa Ralang terisak-isak, dia menyesali Tanjung Iran sudahrusak, dirusak orang Palembang karenaSi Dayang Rindu, menangis SingaRalang berjalan pulang ke Tanjung Irandengan selamat.”

3.2 Fungsi Skema

Jika cerita rakyat ini dibuat dalambentuk skema, kerangka cerita yangmembentuk strukturnya akan terlihatsebagai berikut:(α) : ξ A D θ aε E HI V L Q N: (X)

3.3 Pola Cerita

Setelah unsur-unsur penting sertaunsur-unsur penjelasnya dipaparkan,ditemukanlah pergerakan atauperkembangan cerita rakyat “Si DayangRindu Tunang Raja Palembang” sepertiberikut.

a……θH…………IL……………NKeterangan:1. a…θ adalah pola pertama kebutuhan

Pangerang Riyo terhadap kehadiranpermaisuri. Lalu, berdasarkan informasiyang ia terima dari budak serta adiknya,Keriyo Niru diputuskan untuk meminangDayang Rindu. Tumenggung Itam dan Ki

Page 10: “SI DAYANG RINDU TUNANG RAJA PALEMBANG”: MORFOLOGI

182

METASASTRA Jurnal Penelitian Sastra, Vol. 9 No. 2, Desember 2016: 173—184

Bayi Metig diperintahkan untuk menjadipimpinan dalam hajat tersebut. Sebelumberangkat ke Tanjung Iran, Keriyo Niruterlebih dahulu melakukan pengintaianuntuk melihat kekuatan lawan dan sempatpula mengadakan perang tanding. Olehkarena kesaktian para hulubalang TanjungIran cukup tinggi, diputuskanlahkeberangkatan rombongan Palembang selainmembawa barang hantaran juga membawaperalatan perang yang banyak dan jugaprajurit yang hebat. Pinangan ini merupakantugas yang sangat berat, tanggalkeberangkatannya pun harus ditentukanmelalui ramalan menggunakan KitabMastari.

2. H…I adalah pola kedua yangmenggambarkan keberangkatanrombongan Palembang menuju TanjungIran. Di tengah perjalanan, rombongansinggah dahulu di Kerajaan Keriyo Niru.Keriyo Niru dilibatkan dalam pinangan inikarena tugas yang diberikan begitu sulit.Selanjutnya, mereka bergerak menujuTanjung Iran. Kedatangan merekamemberikan reaksi kepada kubu DayangRindu. Semua handai tolan keberatan jikaDayang Rindu menjadi permaisuri rajaPalembang. Mereka akan berjuang hinggapenghabisan walaupun Dayang Rindudengan ikhlas menyerahan dirinya. Perangpun terjadi tak terelakkan. PasukanPalembang mengalami kekalahan.Tumenggung Itam dan Ki Bayi Metigmeminta ampun kepada Singa Ralang.Ditandailah keduanya oleh Singa Ralang.Mereka kemudian kembali ke Palembangdengan membawa Dayang Rindu.

3. L…N adalah pola ketiga yang berisiakhir cerita. Meskipun membawakekalahan, keberadaan Dayang Rindubersama dengan Tumenggung Itam dan KiBayi Metig memberikan kegembiraan bagirakyat Palembang. Mereka mempersiapkanberbagai macam penyambutan. Sayangnyakegembiraan itu disambut kesedihanDayang Rindu. Dalam sekejap, DayangRindu hilang dari pandangan menujukayangan. Kejadian aneh ini tentu sajamenyakiti hati Pangeran. Pangeran ingin

membalas dendam, ia ingin membalas maluyang ia terima. Perang pun kembali terjadi.Singa Ralang yang telah menandaiTumenggung Itam dan Ki Bayi Metig tidakkuasa menahan amarah melihat merekakembali datang. Prajurit Palembang habis ditanganya. Pangeran dan sisa prajurit lalulari terbirit-birit dan bersembunyi di rumahbatu. Sedihnya hati Singa Ralang melihatTanjung Iran porak poranda.

3.4 Distribusi Fungsi di Kalangan Pelaku

Dalam cerita “Si Dayang Rindu TunangRaja Palembang” terdapat 13 fungsi pelakuyang menjadi kerangka pokok cerita. Fungsitersebut dapat didistribusikan ke dalamlingkaran tindakan (spheres of action).Menurut Propp (dalam Suwondo: 2011 69—70) ada tujuh lingkaran tindakan dalamcerita rakyat. Setiap lingkaran (lingkungan)tindakan dapat meliputi satu atau beberapafungsi. Akan tetapi, ceria “Si Dayang RinduTunang Raja Palembang” hanya memilikiempat lingkaran tindakan, yakni donor atauprovider atau lingkungan aksi donor,pembekal : D; hero atau lingkungan aksipahlawan : E, H, V, I, Q, N; villain ataulingkungan aksi penjahat : æ, a, å, A, L;lingkungan aksi seorang putri : θ.

3.5 Pengenalan Pelaku

Hasil analisis menunjukkan bahwadiperoleh beberapa cara pengenalan pelakusebagai berikut. Pelaku yang dimaksudadalah penjahat, pahlawan, putri, dan do-nor. Perantara dalam cerita ini jugabertindak sebagai penjahat. Awalnya,Pangeran memerintahkan perantara (KiBayi Metig dan Tumenggung Itam) untukmeminang Dayang Rindu. Tugas yang iaberikan bukanlah untuk mendatangkanmalapetaka, tetapi kebaikan untuk rakyatPalembang. Perang pun pecah kendati putribersedia turut ke Palembang. Singa Ralang,meskipun menjadi pahlawan dalam perangini, tetap merasakan kesedihan karenaTanjung Iran telah hancur.

Page 11: “SI DAYANG RINDU TUNANG RAJA PALEMBANG”: MORFOLOGI

183

DIAN ANGGRAINI: “SI DAYANG RINDU TUNANG RAJA PALEMBANG”: MORFOLOGI...

4. PENUTUP

Setelah analisis fungsi dilakukanberdasarkan teori naratologi Propp, ceritarakyat ini hanya memiliki 13 fungsi. Fungsitersebut yakni situasi awal, lambang α;delivery atau penyampaian (informasi),lambang ζ; lack atau kekurangankebutuhan, lambang a; reconnaissance ataupengintaian, lambang ε; villain ataukejahatan, lambang A. Lalu, the first func-tion of the donor atau fungsi pertama donor(pemberi), lambang D; complicity atauketerlibatan, lambang θ; struggle atauberjuang, bertarung, lambang H. Selajutnya,victory atau kemenangan, lambang I; un-founded claims atau tuntutan yang tidakmendasar, lambang L; recognitition atau(pahlawan) dikenali, lambang Q; solution

atau penyelesaian (tugas), lambang N;situasi akhir, lambang X.

Cerita ini juga memiliki tiga pola cerita:dimulai dengan keinginan memiliki DayangRindu, lalu berangkat menuju Tanjung Iran,dan terakhir melampiaskan dendam ataskekalahan Kerajaan Palembang. Polaberalur maju tersebut muncul karenapergerakan dari pola pertama dan kedua.

Analisis ini juga berhasil menujukkancara pengenalan pelaku dalam cerita ini:penjahat, pahlawan, putri, dan donor. Olehkarena tuntutan yang tidak mendasar itulah,kedua kerajaan tidak mendapatkan apapunselain kesedihan.

5. DAFTAR PUSTAKA

Amir, Adriyetti. 2013. Sastra Lisan Indonesia. Yogyakarta: Andi Offset.A.Z., Arman. 2013. “Dayang Rindu, Cerita Rakyat Lampung yang Terlupakan”. Lampung. http://

www.teraslampung.com/2013/10/dayang-rindu-cerita-rakyat-yang.html#ixzz3Qpl8zKzY.Diunggah 11 Februari 2015, Pukul 11.30 WIB.

Fajrin, Hasina. 2014. “Gonggang Ri Sadoqkoq (Morfologi Cerita Rakyat Vladimir Prrop)”.Sawerigading, Agustus,Volume 20, 2014.

Lestari, Ummu Fatimah Ria. 2015. “Morfologi Cerita Rakyat Arso Watuwe (Sebuah Analisis NaratologiVladimir Propp)”. Metasastra, Volume 8, Nomor 1, 2015.

Moleong, Lexy. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Sastra Anak. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.Ratna, I Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.Susanto, Dwi. 2012. Pengantar Teori Sastra. Yogyakarta: CAPS.Suwondo, Tirto. 2011. Studi Sastra: Konsep Dasar dan Penerapannya pada Karya Sastra. Yogyakarta:

Gama Media.Taum, Yoseph Yopi. 2011. Studi Sastra Lisan. Yogyakarta: Lamalera.Teeuw, A. 2003. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta : Pustaka Jaya.Wahid, A. Rivai. 2002. “Si Dayang Rindu Tunang Raja Palembang”. Telubetung: Tanpa Penerbit.Wellek, Rene dan Austin Warren. 2014. Teori Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum.

Page 12: “SI DAYANG RINDU TUNANG RAJA PALEMBANG”: MORFOLOGI

184

METASASTRA Jurnal Penelitian Sastra, Vol. 9 No. 2, Desember 2016: 173—184