Upload
inspektorat-kabupaten-banjar
View
148
Download
12
Embed Size (px)
Citation preview
SERTIFIKASI AUDITOR FORENSIK
Untuk menunjang kinerja Inspektorat Kabupaten Banjar dan sebagai pemenuhan
atas salah satu pernyataan formulir isian kapabilitas APIP di level 3, maka Inspektur
diperintahkan oleh Bupati Banjar untuk mengikuti pelatihan audit forensik di
Lembaga Pengembangan Fraud Auditing (LPFA) dan sertifikasi auditor forensik atau
Certified of Forensic Auditor (CFrA) di Lembaga Sertifikasi Profesi-Auditor Forensik
(LSP-FA). Hal ini adalah bentuk komitmen pimpinan untuk berperan dalam
mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih dan berwibawa (good
governance) melalui dukungan sumberdaya aparatur yang kompeten dan
profesional dibidang pencegahan, pendeteksian dan investigasi fraud serta
Perhitungan Kerugian Keuangan Negara (PKKN). Sampai saat ini, standar
internasional yang dijadikan rujukan bagi para auditor dalam mengembangkan
kompetensinya adalah sebagai fraud auditor yang standar kualitasnya dapat diukur
dengan menjadi seorang Certified Fraud Examiner (CFE). Sedangkan untuk Auditor
Forensik diatur dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
(Menakertrans) Nomor Kep. 46/Men/II/2009 tentang Standar Kompetensi Kerja
Nasional Indonesia (SKKNI) Bidang Audit Forensik. CFE dan CFrA merupakan
pembuktian pengetahuan dan pengalaman pemegang sertifikasi tersebut sebagai
seorang profesional dibidang anti-fraud.
SKKNI adalah rumusan kemapuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan,
ketrampilan dan atau keahlian serta sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan
tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. dengan dikuasainya kompetensi tersebut oleh
seseorang, maka yang bersangkutan akan mampu mengerjakan suatu tugas atau
pekerjaan, mengorganisasikan agar pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan,
mengetahui apa yang harus dilakukan bilamana terjadi sesuatu yang berbeda
dengan rencana semula dan menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk
memecahkan masalah atau melaksanakan tugas dengan kondisi yang berbeda.
standar kompetensi tersebut di formulasikan dengan menggunakan format Regional
Model Competency Standard (RMCS) yang merupakan standar kompetensi yang
dikembangkan berdasarkan pada fungsi dan tugas yang ada pada bidang pekerjaan
bukan berdasar pada jabatan. Standar kompetensi ini dapat dipergunakan oleh
pihak-pihak yang berkepentingan terhadap profesi tersebut.
Latar belakang diterbitkannya SKKNI Bidang Audit Forensik dikarenakan semakin
berkembangnya bentuk kecurangan, ketidakjujuran, penggelapan dan berbagai
macam bentuk serta modus kejahatan lainnya yang mengakibatkan hilangnya uang
dan kemampuan baik di sektor pemerintahan dan sektor swasta. Audit forensik
merupakan keahlian audit yang diperlukan untuk mebuktikan dan mengingkapkan
eksistensi kasus samapi penyelesaiannya termasuk penelusuran dan pemulihan
terhadap aset atau jumlah kerugian yang diakibatkan oleh kecurangan (fraud).
Begitu besarnya manfaat dari audit forensik terutama sejak terungkapnya kasus-
kasus besar dan menghebohkan dunia seperti kasus Enron, World.com, Sosiale
Generale Bank, maupun kasus-kasus di dalam negeri yang menghilangkan uang
negara dan privat hingga trilyunan rupiah, menjadi dasar bagi para ahli dibidang
akunting dan auditing untuk mengembangkan jenis audit forensik. Berdasarkan
kenyataan dan tantangan besar yang akan dihadapi di masa mendatang tersebut,
maka perlu adanya standar kompetensi yang tidak saja diakui secara nasional akan
tetapi juga diakui oleh dunia internasional.
Standar kompetensi merupakan suatu standar bagi auditor yang melakukan audit
forensik atau disebut auditor forensik yang memiliki kemampuan untuk menyajikan
bukti-bukti (evidences), informasi keuangan dan bukti-bukti lain yang dapat diterima
oleh pengadilan dalam proses litigasi yang mampu bersaing secara internasional.
Standar kompetensi seorang auditor forensik meliputi bidang-bidang kemampuan
mencegah dan mendeteksi fraud (kecurangan), kemapuan melaksanakan audit
forensik, kemapuan memberikan pernyataan secara keahlian dan kemampuan
perhitungan kerugiaan keuangan dan penelusuran aset. Sebagai prasyarat terhadap
bidang kompetensi dimaksud, maka seorang auditor harus memiliki pemahaman
dan pengetahuan atas bidang-bidang ilmu seperti perilaku menyimpang, penilaian
risiko fraud, valuasi bisnis, pencucian uang, penelusuran aset, pemberian
keterangan ahli, teknik audit atas transaksi keuangan, kecurangan pengadaan
barang dan jasa, kerangka hukum dan perundang-undangan, pencegahan dan
deteksi fraud, teknik wawancara dan komunikasi lanjutan, komputer dan teknologi
informasi serta 4 (empat) bidang materi CFE yaitu Financial Transaction ang Fraud
Schemes, Criminology and Ethics, Law and investigation.
Berdasarkan standar kompentensi dari SKKNI, untuk menjadi Auditor Forensik harus
memiliki 27 kompetensi dari 4 sub bidang yang masing-masing adalah pertama
untuk pencegahan dan pendeteksian fraud (kecurangan) terdiri dari 6 kompetensi
yaitu melakukan presentasi anti-fraud; mengapresiasi peraturan perundang
undangan yang terkait dengan fraud; mengapresiasi standar profesi yang terkait
anti-fraud; mengevaluasi sistem pengendalian intern; mengevaluasi keberadaan
sistem anti-fraud; melakukan bimbingan teknis untuk implementasi sistem anti-fraud.
Kedua berkaitan dengan pelaksanaan audit forensik harus memiliki 6 kompetensi
yaitu melakukan identifikasi dan penelaahan masalah; melakukan perencanaan
audit forensik; melakukan pengumpulan bukti; melakukan evaluasi bukti; menyusun
dan mereviu kertas kerja; dan menyusun laporan hasil penugasan audit. Ketiga
pemberian pernyataan secara keahlian terdiri dari 3 kompetensi yaitu Melakukan
pemberian keterangan ahli di depan penyidik; melakukan pemberian keterangan ahli
di depan persidangan dan melakukan penyusunan laporan pemberian keterangan
ahli.
Keempat perhitungan kerugiaan keuangan dan penelusuran aset terdiri dari 12
kompetensi yaitu komptensi untuk perhitungan keuangan adalah melakukan
penelaahan awal melalui ekspose; mempersiapkan penugasan dan pengumpulan
bukti-bukti; melakukan penghitungan kerugian suatu kasus/perkara; melakukan
pemaparan hasil penghitungan kerugian serta menyusun dan mereviu kertas kerja
Menyusun dan mereviu laporan. Sementara untuk penelusuran aset kompetensinya
terdiri dari mengumpulkan informasi berkaitan dengan penyembunyian dan atau
pengkonversian aset; melakukan tukar menukar informasi dengan pihak terkait;
melakukan penyitaan aset; melakukan inventarisasi dan verifikasi aset yang telah
disita dan menyusun dan mereviu kertas kerja penelusuran aset Menyusun dan
mereviu laporan penelusuran aset. Dari total 27 unit kompetensi tersebut, SKKNI
Auditor Forensik membagi dalam 94 elemen kompetensi yang dijabarkan dalam 332
Kriteria Unjuk Kerja. Sebagai lembaga yang berhak melakukan pengujian dan
pemberian sertifikat Auditor Forensik adalah LSP-AF. Materi materi ini didapat dari
jenjang pelatihan di Fraud auditing dan audit forensik dari lembaga atau badan diklat
seperti LPFA.