30
BAB I PENDAHULUAN Toksikologi adalah disiplin ilmu yang berkaitan dengan pemahaman mekanisme efek beracun yang dihasilkan bahan kimia pada jaringan hidup atau organisme; studi tentang kondisi (termasuk dosis) di mana paparan bahan kimia pada makhluk hidup berbahaya. Toksikologi analitik diperlukan utk mengenali zat toksik yg tdk dikenal dgn analisis cairan tubuh, isi lambung, tmpat makanan yg dicurigai dll. Toksikologi klinik, untuk mengatasi toksisitas , mengupayakan tindakan menghilangkan gejala dan mengeluarkan racun secepatnya dr tubuh misal dengan memberi antidotum. Toksikologi forensic, masalah hukum dalam kasus toksisitas. Toksikologi kerja, keracunan yg terjadi di tempat kerja. Toksikologi lingkungan, mempelajari pencemaran lingkungan, sumber bahan, transportnya, degradasi, biokonsentrasi di lingkungan serta pengaruhnya pd manusia. Toksikologi hokum, undang2, standart yg membatasi pengggunaan zat kimia beracun. Toksikologi konvensional, penelitian tentang toksikologi untuk menentukan gambaran efek toksik. Toksikologi mekanistik, pengetahuan cara kerja zat toksik

toksikologi forensik.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: toksikologi forensik.doc

BAB I

PENDAHULUAN

Toksikologi adalah disiplin ilmu yang berkaitan dengan pemahaman

mekanisme efek beracun yang dihasilkan bahan kimia pada jaringan hidup atau

organisme; studi tentang kondisi (termasuk dosis) di mana paparan bahan kimia

pada makhluk hidup berbahaya. Toksikologi analitik diperlukan utk mengenali zat

toksik yg tdk dikenal dgn analisis cairan tubuh, isi lambung, tmpat makanan yg

dicurigai dll. Toksikologi klinik, untuk mengatasi toksisitas , mengupayakan

tindakan menghilangkan gejala dan mengeluarkan racun secepatnya dr tubuh

misal dengan memberi antidotum. Toksikologi forensic, masalah hukum dalam

kasus toksisitas. Toksikologi kerja, keracunan yg terjadi di tempat kerja.

Toksikologi lingkungan, mempelajari pencemaran lingkungan, sumber bahan,

transportnya, degradasi, biokonsentrasi di lingkungan serta pengaruhnya pd

manusia. Toksikologi hokum, undang2, standart yg membatasi pengggunaan zat

kimia beracun. Toksikologi konvensional, penelitian tentang toksikologi untuk

menentukan gambaran efek toksik. Toksikologi mekanistik, pengetahuan cara

kerja zat toksik

Page 2: toksikologi forensik.doc

BAB II

TOKSIKOLOGI

Definisi toksikologi

Toksikologi adalah disiplin ilmu yang berkaitan dengan pemahaman

mekanisme efek beracun yang dihasilkan bahan kimia pada jaringan hidup atau

organisme; studi tentang kondisi (termasuk dosis) di mana paparan bahan kimia

pada makhluk hidup berbahaya.

Toksikologi karena metanol

Methanol (CH3OH;metyl alcohol;carbinol;alcohol kayu) diperoleh dari

distilasi destruktif kayu.merupakan merupakan alcohol yang paling sederhana,

dengan rumus kimia CH3OH, berat molekul 32,04, titik didih 64,5 C(147F),

bersifat ringan, mudah menguap, tak berwarna, mudah terbakar, beracun dan

berbau khas. Methanol digunakan sebagai bahan penambah bensin, bahan

pemanas ruangan, pelarut industry, pada larutan fotokopi, serta sebagai bahan

makanan untuk bakteri yang memproduksi protein. Keracunan methanol sering

terjadi di Negara kita dan dapat menyebabkan meningkatnya morbiditas dan

mortalitas. Methanol paling banyak dijumpai dalam rumah tangga dalam bentuk

“canned heat” atau cairan pembersih kaca mobil.1,3

Methanol dapat diabsorbsi ke dalam kulit, saluran pernafasan atau

pencernaan dan didistribusikan ke dalam cairan tubuh. Mekanisme utama

methanol di dalam tubuh manusia adalah dengan oksidasi menjadi formaldehida,

asam format dan CO2. Methanol juga dapat disingkirkan dengan membuat

muntah, dan dalam jumlah kecil diekskresikan melalui pernafasan, keringat dan

urin. Methanol tidak dapat diikat dengan karbon.2

Pada manusia kepekaan khusus terhadap keracunan methanol mungkin

disebabkan oleh produksi metabolit format dari methanol yang membutuhkan

folat dan bukan oleh metanolnya sendiri atau formaldehid, suatu metabolit antara.2

Manifestasi dari keracunan methanol adalah muntah, sakit kepala, nyeri

ulu hati, dyspneu, bradikardia dan hipotensi. Bisa terjadi delirium kemudian

Page 3: toksikologi forensik.doc

pasien akan segera menjadi koma. Asidosis metabolic sangat khas terjadi pada

keracunan methanol, yang disebabkan karena terbentuknya asam format yang

merupakan metabolit dari methanol yang telah mengalami metabolism di dalam

hati. Toksisitas yang spesifik yaitu kerusakan pada retina. Penglihatan kabur,

pelebaran pembuluh darah diskus optikus selalu mendahului kematian yang

disebabkan oleh gagal nafas.2

Methanol dapat diabsorbsi kedalam tubuh melalui saluran pencernaan, kulit dan

paru-paru. Methanol didistibusikan secara luas dalam cairan tubuh dengan volume

distribusi 0,6 L/kg. Methanol secara perlahan dimetabolisme di hati. Sekitar 3%

dari methanol diekskresikan melalui paru atau diekskresi melalui urin.3

Methanol beracun melalui dua mekanisme. Pertama methanol yang telah

masuk kedalam tubuh baik melalui, menelan menghirup atau diserap melalui kulit

dapat menekan saraf pusat seperti yang terjadi pada keracunan etanol. Kedua

methanol beracun setelah mengalami pemecahan oleh enzim alcohol

dehidrogenase di hati menjadi asam format dan formaldehida. Dosis yang

berbahaya dapat terjadi bila seseorang terekspos terus menerus terhadap uap

methanol atau cairan methanol tanpa menggunakan pelindung. Dosis yang

mematikan adalah 100-125 ml (4fl oz).4

Cara kerja methanol sama dengan cara kerja etanol. Methanol lebih

bersifat toksik dibandingkan dengan etanol. Toksisitas methanol semakin

meningkat disebabkan oleh stukturnya yang tidak murni. metanol diekskresikan

secara lambat di dalam tubuh dan kemudian secara kumulatif methanol dapat

bersifat toksik di dalam tubuh. Selama penelanan methanol secara cepat

diabsorbsi dalam traktus gastrointestinal dan dimetabolisme dihati. Pada langkah

pertama dari degradasi, methanol diubah menjadi formaldehid oleh ensim alcohol

dehidrogenase. Reaksi ini lebih lambat dari reaksi kedua, oksidasi dari

formaldehid menjadi asam format oleh ensim aldehid dehidrogenase. Oksidasi ini

berlangsung cepat sehingga hanya sedikit formaldehid yang terakumulasi dalam

serum. Hal ini menjelaskan latensi dari gejala antara penelanan dan timbulnya

efek. Waktu paruh dari formaldehid adalah sekitar 1-2 menit.1,3

Page 4: toksikologi forensik.doc

Asam format kemudian dioksidasi menjadi karbondioksida dan air oleh

tetrahidrofolat. Metabolism dari asam format sangat lambat sehingga dapat

terakumulasi di dalam tubuh yang menimbulkan asidosis metabolic. Asam format

juga menghambat respirasi seluler sehingga terjadi asidosis laktat.5

Kecepatan absorbsi dari methanol tergantung dari beberapa factor, dua

factor yang paling berperan adalah konsentrasi methanol dan ada tidaknya

makanan dalan saluran cerna. Methanol dalam bentuk larutan lebih lambat diserap

dibanding dengan methanol yang murni dan adanya makanan dalam saluran cerna

terutama lemak dan protein akan memperlambat absorbsi methanol dalam saluran

cerna. Setelah diabsorbsi, methanol didistribusi ke seluruh jaringan dan cairan

tubuh kecuali jaringan lemak dan tulang, disini konsentrasi methanol paling

rendah. Konsentrasi methanol di dalam darah mencapai maksimum kira-kira

setengah sampai satu jam setelah methanol dikonsumsi. Konsentrasi methanol di

dalam otak setelah tercapai keseimbangan adalah lebih sedikit dibanding dengan

konsentrasi di dalam darah.5

Methanol yang telah diabsorbsi, dimetabolisme di dalam tubuh didalam

hepar melalui proses oksidasi. Secara normal, tubuh dapat memetabolisme 10 gms

methanol murni. jika dikonsumsi berlebihan, konsentrasi methanol dalam darah

akan meningkat dan orang tersebut akan mulai menunjukkan keluhan dan gejala

keracunan alcohol, kecuali orang tersebut telah mengalami toleransi terhadap

methanol. Methanol dalam jumlah yang maksimum yaitu 300 ml methanol murni,

dapat dimetabolisme dalam tubuh dalam 24 jam. Keracunan methanol dapat

menyebabkan gangguan pada hepar dan ginjal.1

Gejala awal yang timbul setelah keracunan methanol adalah gejala yang terjadi

karena depresi system saraf pusat seperti sakit kepala, pusing, mual, koordinasi

terganggu, kebingungan dan pada dosis yang tinggi tidak sadarkan diri dan

kematian. Gejala awal ini lebih ringan dari yang terjadi pada keracunan etanol.4

Bila gejala awal telah dilalui rangkaian kedua dari gejala, terjadi 10-30

jam setelah paparan awal terhadap methanol. Akumulasi asam format pada saraf

optic dapat menyebabkan penglihatan kabur. Hilangnya penglihatan secara total

dapat disebabkan oleh berhentinya fungsi mitokondria pada saraf optic dimana

Page 5: toksikologi forensik.doc

terjadi hiperemi, edema dan atropi saraf optic. Demielinisasi saraf optic juga dapat

terjadi karena penghancuran myelin oleh asam format. Akumulasi asam format

didalam darah dapat menyebabkan asidosis metabolic. Interval antara masuknya

racun sampai timbulnya gejala berhubungan dengan volume methanol yang

tertelan. Kadar methanol dalam darah mencapai puncaknya setelah 30-90 menit.

Dosis letal minimal adalah 1 mg/kg bb. Asidosis merupakan factor primer dari

keracunan methanol dan depresi dari system saraf pusat adalah factor yang

minor.4,5,

Ketika metabolime methanol telah berlangsung asidosis metabolic dengan

anion gap yang berat akan terjadi. Asidosis metabolic yang berat yang

berhubungan dengan gangguan penglihatan adalah tanda dari keracunan methanol.

Pasien biasanya mengalami penglihatan kabur, penglihatan ganda, atau perubahan

dari persepsi warna. Bisa juga terjadi pengecilan lapangan pandang dan terkadang

kehilangan penglihatan secara total. Tanda khas dari disfungsi penglihatan

termasuk dilatasi pupil dan hilangnya reflek pupil.3

Tanda dan gejala lebih lanjut dapat terjadi pernafasan dangkal, sianosis,

takipneu, koma, kejang, gangguan elektrolit dan perubahan hemodinamik yang

bervariasi termasuk hipertensi dan cardiac arrest. Dapat juga terjadi gangguan

memori yang ringan sampai berat, agitasi yang dapat berlanjut menjadi stupor dan

koma sejalan dengan memberatnya asidosis. Pada kasus yang berat dapat terjadi

kematian. Pasien yang bertahan dapat menderita gejala sisa seperti kebutaan yang

permanen atau deficit neurologis yang lain.

Gejala awal yang timbul setelah keracunan methanol adalah gejala yang terjadi

karena depresi system saraf pusat seperti sakit kepala, pusing, mual, koordinasi

terganggu, kebingungan dan pada dosis yang tinggi tidak sadarkan diri dan

kematian. Gejala awal ini lebih ringan dari yang terjadi pada keracunan etanol.4

Bila gejala awal telah dilalui rangkaian kedua dari gejala, terjadi 10-30

jam setelah paparan awal terhadap methanol. Akumulasi asam format pada saraf

optic dapat menyebabkan penglihatan kabur. Hilangnya penglihatan secara total

dapat disebabkan oleh berhentinya fungsi mitokondria pada saraf optic dimana

Page 6: toksikologi forensik.doc

terjadi hiperemi, edema dan atropi saraf optic. Demielinisasi saraf optic juga dapat

terjadi karena penghancuran myelin oleh asam format. Akumulasi asam format

didalam darah dapat menyebabkan asidosis metabolic. Interval antara masuknya

racun sampai timbulnya gejala berhubungan dengan volume methanol yang

tertelan. Kadar methanol dalam darah mencapai puncaknya setelah 30-90 menit.

Dosis letal minimal adalah 1 mg/kg bb. Asidosis merupakan factor primer dari

keracunan methanol dan depresi dari system saraf pusat adalah factor yang

minor.4,5,

Ketika metabolime methanol telah berlangsung asidosis metabolic dengan

anion gap yang berat akan terjadi. Asidosis metabolic yang berat yang

berhubungan dengan gangguan penglihatan adalah tanda dari keracunan methanol.

Pasien biasanya mengalami penglihatan kabur, penglihatan ganda, atau perubahan

dari persepsi warna. Bisa juga terjadi pengecilan lapangan pandang dan terkadang

kehilangan penglihatan secara total. Tanda khas dari disfungsi penglihatan

termasuk dilatasi pupil dan hilangnya reflek pupil.3

Tanda dan gejala lebih lanjut dapat terjadi pernafasan dangkal, sianosis,

takipneu, koma, kejang, gangguan elektrolit dan perubahan hemodinamik yang

bervariasi termasuk hipertensi dan cardiac arrest. Dapat juga terjadi gangguan

memori yang ringan sampai berat, agitasi yang dapat berlanjut menjadi stupor dan

koma sejalan dengan memberatnya asidosis. Pada kasus yang berat dapat terjadi

kematian. Pasien yang bertahan dapat menderita gejala sisa seperti kebutaan yang

permanen atau deficit neurologis yang lain.

Toksikologi karena etanol

Alkohol adalah istilah yang dipakai untuk menyebut etanol, yang juga

disebut “grain alkohol” dan kadang untuk minuman yang mengandung alkohol.

Hal ini disebabkan karena memang etanol yang digunakan sebagai bahan dasar

pada minuman tersebut, bukan metanol, atau group alkohol lainnya. Begitu juga

dengan alkohol yang digunakan dalam dunia farmasi. Alkohol yang dimaksudkan

adalah etanol. Sebenarnya alkohol dalam ilmu kimia memiliki pengertian yang

lebih luas lagi.

Page 7: toksikologi forensik.doc

Dalam bidang kimia, alkohol (atau alkohol) adalah istilah yang umum

untuk senyawa organik apa pun yang memiliki gugus hidroksil (-OH) yang terikat

pada atom karbon, yang ia sendiri terikat pada atom hidrogen dan atau atom

karbon lainnya.

Gugus fungsional alkohol adalah hidroksil yang terikat pada karbon

hibridisasi sp. Ada tiga jenis utama alkohol – ‘primer’, ‘skunder’, dan ‘tersier’.

Nama-nama ini merujuk pada jumlah karbon yang terikat pada karbon C-OH.

Etanol dan metanol (gambar di bawah) adalah alkohol primer. Alkohol skunder

yang paling sederhana adalah propan-2-ol, dan alkohol tersier sederhana adalah 2-

metilpropan-2-ol.Rumus kimia umu alkohol adalah CnH2n+1OH

Kandungan etanol minuman beralkohol dapat dinyatakan dalam % volume

per volume (% v/v) % berat per berat (% b/b) atau dinyatakan dalam proof. Nilai

proof merupakan rasio 2:1 dibandingkan kandungan etanol dalam % volume.

Contohnya, minuman dengan kandungan etanol 40% (v/v) sebanding dengan 80

proof.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 86/Menkes/Per/IV/77

tentang minuman keras, minuman beralkohol dikategorikan sebagai minuman

keras dan dibagi menjadi 3 golongan berdasarkan persentase kandungan etanol

volume per volume pada suhu 20 øC. Minuman dengan kadar etanol 1 -5 %

dikategorikan sebagai minuman keras golongan A, minuman dengan kadar etanol

lebih dari 5 % sampai dengan 20 % tergolong minuman keras golongan B

sedangkan minuman dengan kadar etanol golongan C mengandung etanol lebih

dari 20 % sampai 55 %.

Secara umum anggur dan brandy merupakan minuman beralkohol yang

dibuat dari buah anggur, jika tidak disebut jenis buahnya secara spesifik seperti

plum anggur (terbuat dari buah pulm) atau cherry brandy (terbuat dari buah ceri).

Dari jus apel dapat dibuat minuman cider. Di Amerika dan Kanada, cider atau

sweet cider merupakan istilah untuk jus apel yang tidak difermentasi, sedangkan

jus apel yang difermentasi disebut hard cider. Di Inggris, istilah cider selalu

digunakan untuk minuman beralkohol. Akan tetapi di Australia, istilah cider dapat

digunakan baik untuk produk beralkohol ataupun tidak. Hasil distilasi cider

Page 8: toksikologi forensik.doc

dengan proses pembekuan menghasilkan produk yang dinamakan applejack.

Bir secara umum terbuat dari barley. Akan tetapi dapat juga terbuat dari campuran

beberapa jenis biji-bijian. Minuman beralkohol yang dibuat dari campuran

beberapa jenis biji-bijian dikenal dengan nama whisky. Jenis-jenis whisky seperti

scotch, rye, dan bourbon menunjukkan jenis biji-bijian utama yang digunakan

dengan tambahan biji-bijian lain (yang paling sering adalah barley dan kadang-

kadang oat).

Dua jenis minuman hasil penyulingan yang paling umum adalah vodka

dan gin. Vodka dapat merupakan hasil distilasi dari fermentasi berbagai jenis

bahan dimana biji-bijian dan kentang merupakan sumber yang paling umum.

Karakteristik vodka yang utama adalah dilakukannya proses distilasi secara tuntas

sehingga aroma bahan asal sudah tidak tersisa sama sekali. Sedangkan gin

merupakan hasil distilat seperti vodka yang diberi flavor dengan cara

menambahkan herba ataupun jenis-jenis tumbuhan lain khususnya juniper berries.

Nama gin sendiri berasal dari nama minuman genever yang berasal dari Belanda

yang berarti juniper.

Dengan mengenal jenis-jenis minuman beralkohol seperti diuraikan di

atas, diharapkan konsumen muslim menghindarkan diri dari penggunaannya.Ir.

Muti Arintawati MSi, auditor LP POM MUI. Kandungan beberapa minuman

beralkohol dapat dilihat pada tabel berikut:Jenis minuman Kandungan Etanol (%);

Bir 3-5, Anggur 9 -18, Anggur obat 9 – 18, Liquor Min. 24, Whisky Min. 30,

Brandy Min. 30, Genever Min. 30, Cognac Min. 35, Gin Min. 38, Arak Min. 38,

Rum Min. 38, Vodka Min. 40

Alkohol yang dimaksud dalam pembahasan disini ialah etil alkohol atau

etanol, suatu senyawa kimia dengan rumus C2H5OH. Minuman beralkohol adalah

minuman yang mengandung alkohol (etanol) yang dibuat secara fermentasi dari

Dampak negatif dari minuman beralkohol lebih besar dari efek positifnya, seperti

misalnya : pengaruh buruk terhadap kesehatan jasmani dan rohani, kriminalitas,

kenakalan remaja, kamtibmas dan ketahanan nasional. Dampak positif alkohol

sebagai obat yang diminum sudah dapat diganti dengan bahan lain. Namun pada

obat luar/obat oles masih digunakan.

Page 9: toksikologi forensik.doc

Pengaruh ketagihan akibat meminum alkohol bukannya bergantung kepada jenis

alkohol tetapi jumlah yang diminum pada satu-satu masa. Pada dasarnya terdapat

dua pengaruh yang ketara pada penagih alkohol yaitu pengaruh jangka pendek dan

jangka panjang.

Pengaruh jangka pendek yang membabitkan pengambilan lebih kurang

satu botol besar menjadikan seseorang itu kurang daya koordinasi seperti tidak

boleh berjalan dengan betul dan tidak boleh membuka pintu. Dalam masa yang

singkat ini boleh menyebabkan hangover. Hangover lazimnya disebabkan oleh

keracunan alkohol, bahan lain dalam alkohol dan tindakbalas ketagih alkohol.

Tanda-tanda hangover termasuklah sakit kepala, loya, muntah, diare, gangguan

pergerakan usus dan menggeletar selama delapan dan 12 jam kemudian

Pengaruh jangka panjang akan dirasai setelah meminumnya selama beberapa

bulan atau tahun. Pengaruh utamanya adalah seperti sakit jantung, hati atau

penyakit dalam perut. Apabila situasi ini terjadi mereka akan kurang selera

Page 10: toksikologi forensik.doc

makan, kekurangan vitamin, mudah diserang penyakit, haid tidak lancar.

Kematian yang awal adalah lebih kerap pada orang yang terlalu banyak meminum

alkohol, terutamanya daripada sakit jantung atau hati, radang paru-paru, kanker,

keracunan alkohol yang kuat, kecelakaan, pembunuhan dan bunuh diri.

Pengaruh pada otak

Pada dasarnya setelah diminum, alkohol akan meresap dari usus kecil ke

dalam darah. Alkohol terus dibawa ke jantung kemudian dibawa ke seluruh tubuh.

Dari sini ia terus meresap ke dalam otak dan seterusnya ke urat saraf. Otak

merupakan salah satu organ penting yang dimiliki oleh manusia karena otaklah

yang mengontrol segala kegiatan

Pengaruh pada hati

Pengaruh alkohol yang paling bahaya adalah pengaruh pada hati. Setiap

kali seorang peminum mengambil alkohol, hatinya mendapat luka. Sel hati akan

mati dan menjadi mengecil. Hal ini akan mengurangi kemampuan hati untuk

berfungsi dengan sempurna. Pengecilan yang serius akan menyebabkan hati tidak

dapat berfungsi langsung. Keadaan ini disebut sirosis hati dan boleh membawa

maut.

Pembengkakan hati (hepatitis) juga bisa disebabkan oleh kelebihan toksik

alkohol. Pada mulanya menyebabkan hati mengembang dan lama kelamaan

saluran darah akan mengecil. Ini menyebabkan darah tidak dapat mengalir ke hati

dengan sempurna dan akhirnya saluran darah akan membengkak lalu pecah. Pada

peringkat kritikal pengidap hepatitis akan mengalami muntah darah dan kotoran

mereka akan bercampur dengan darah.

Pengaruh pada saraf

Kerusakan saraf dapat menyebabkan berbagai jenis penyakit seperti

sindrom Wernicke-Korsakoff dan kerusakan sel-sel otak, yang seterusnya

membawa kepada komplikasi psikiatri. Peminum mengalami halunisasi

pendengaran, amnesia, paranoia, depresi, dan kecenderungan membunuh diri.

Pengaruh pada janin

Peminum alkohol kronik yang sedang hamil menyebabkan kandungannya

mempunyai ciri-ciri kecacatan seperti kekurangan berat badan, ukuran kepala

Page 11: toksikologi forensik.doc

yang terlalu kecil berbanding tubuh, keadaan muka yang rata, dan kelemahan

sendi-sendi. Selain daripada pengaruh-pengaruh di atas, alkohol juga bertindak

dengan berbagai sistem dan organ tubuh. Contohnya, pengaruh terhadap sistem

peredaran tubuh menyebabkan darah lebih banyak dialirkan ke kulit. Ini

menyebabkan kulit peminum menjadi kemerah-merahan. Peminum alkohol juga

didapati lebih cenderung sering membuang air kecil karena etanol dapat

meningkatkan hormon penahan kecing.

Penggunaan ethanol berhubungan secara bermakna dengan peningkatan

cedera yang serius yang disebabkan kekurangan mekanisme penilaian dan

kontrol

Penekanan derajat kesadaran menutupi respon dari penyakit dan penyakit yang

mendasarinya

Penggunaan etanol sering berhubungan dengan penekanan pernafasan dan

reflek muntah

Ada diagnosis banding yang bermakna dari penderita dengan intoksikasi

alkohol (tabel 1)

Kadar etanol darah turun 20-30 mg % perjam

Glascow Coma Scale (GCS) secara statistik tidak dipengaruhi oleh alkohol

sampai kadar alkohol darah mencapai > 200 mg %. Jadi jangan memasukkan

penuturunan kesadaran karena alcohol kecuali kadar alkohol penderita

sedikitnya 200 mg %

Tabel 1: Diagnosa banding penurunan kesadaran pada penderita intoksikasi

alkohol

Kelainan susunan saraf pusat Kejang atau postikal,stroke, subdural

hematome, tumor

Kelainan lingkungan hipotermi

Infeksi Meningitis/ ensefalitis, pneumonia,

sepsis

Kelainan metabolic Ketoasidosis diabetic, ensefalopati

Page 12: toksikologi forensik.doc

hepatic, hipokalsemia, hiponatremia,

uremia

Kelainan respirasi Hipoksemia

Keracunan Benzodiazepine, karbonmonoksida,

etanol, etilen glikol, isopropyl alcohol,

methanol, narkotik, hipnotik sedative

Trauma Gegar otak, Kontusio serebri, hematom

epidural, hipotensi, perdarahan

subarahnoid

Toksikologi karena Barbiturat

            Asam barbiturat pertama kali disintesis oleh peneliti Jerman Adolf Von

Baeyer pada tanggal 6 Desember 1864. Hal ini dilakukan dengan cara

mengkondensasi urea dari hewan produk limbah dengan dietil malonat (ester dari

asam apel). Ada beberapa cerita tentang bagaimana substansi ini mendapatkan

namanya. Kisah yang paling mungkin adalah bahwa Von Baeyer dan rekan-

rekannya pergi untuk merayakan penemuan mereka di sebuah kedai dimana

artileri tentara kota juga merayakan hari Raya Saint Barbara-Santo pelindung

artileri. Perwira artileri dikatakan telah dibaptis zat baru dengan mencampur

“Barbara” dengan “urea”. Tidak ada substansi medis ditemukan, namun, sampai

1903 ketika dua kimiawan Jerman yang bekerja di Bayer, Emil Fischer dan

Joseph von Mering, menemukan bahwa barbital ini sangat efektif dalam

menginduksi tidur anjing. Barbital kemudian dipasarkan oleh Bayer di bawah

nama dagang Veronal. Von Mering mengusulkan nama ini karena tempat paling

damai yang ia tahu adalah kota Verona, Italia.

            Barbiturat adalah obat yang bertindak sebagai depresan sistem saraf pusat,

dan menghasilkan efek yang luas, dari sedasi ringan sampai anestesi total.

Barbiturat juga efektif sebagai anxiolitik, hipnotik, dan antikolvusan. Barbiturat

memiliki potensi kecanduan, baik secara fisik dan psikologis. Barbiturat pada

umumnya digunakan sebagai asam bebas atau garam untuk sodium, kalsium,

Page 13: toksikologi forensik.doc

kalium, magnesium, litium, dan lain-lain. Kodein dan dionine berbasis garam-

garam dari asam barbiturat telah dikembangkan. Pada tahun 1912, Bayer

memperkenalkan turunan asam barbiturat lainnya, seperti phenobarbital dan lain-

lain.

            Turunan asam barbiturat seperti pentobarbital dan phenobarbital sudah

lama digunakan sebagai anxiolitik dan hipnotik. Barbiturat sebagian besar telah

digantikan oleh benzodiazepin dalam praktek medis rutin – misalnya dalam

pengobatan kecemasan dan insomnia – karena benzodiazepin secara signifikan

kurang menyebabkan overdosis. Namun barbiturat masih digunakan dalam

anastesi umum, serta untuk epilepsi.  

            Barbiturat diklasifikasikan menjadi barbiturat aksi-sangat pendek

(ultrashort-acting),  aksi-pendek (short-acting), aksi-menengah (intermediate-

acting), dan aksi-lama (long-acting) tergantung pada seberapa cepat barbiturat

beraksi dan berapa lama efek barbiturat berakhir. Barbiturat aksi sangat pendek

(ultrashort-acting) masih banyak digunakan untuk anestesi bedah, terutama untuk

menginduksi anestesi meskipun penggunaan barbiturat selama induksi anestesi

sebagian besar telah digantikan oleh propofol. Barbiturat ultrashort acting seperti

thiopental (pentothal) menghasilkan ketidaksadaran dalam waktu sekitar satu

menit intravena injeksi. Obat ini digunakan untuk menyiapkan pasien untuk

pembedahan; anestesi umum lain seperti sevofluran atau isofluran kemudian

digunakan untuk menjaga pasien dari bangun sebelum operasi selesai. Thiopental

dan barbiturat ultrashort-acting biasanya digunakan dalam pengaturan rumah sakit

dan sangat tidak mungkin untuk disalahgunakan.

Phenobarbital digunakan sebagai antikonvulsan untuk orang yang menderita

gangguan kejang seperti kejang demam, kejang tonik-klonik, status epileptikus,

dan eklampsia. Barbiturat long-acting berlaku hingga 12 jam atau lebih.

Thiopental, barbiturat ultrashort-acting yang dipasarkan dengan nama Sodium

Pentothal, kadang-kadang digunakan sebagai “serum kebenaran”. Bila dilarutkan

dalam air, dapat ditelan atau diberikan melalui suntikan intravena. Obat sendiri

tidak memaksa orang untuk mengatakan yang sebenarnya, tetapi diperkirakan

Page 14: toksikologi forensik.doc

penurunan hambatan, membuat subjek lebih mungkin tertangkap basah saat

ditanyai.

Pada 1950-an dan 1960-an, laporan tentang overdosis barbiturat dan

masalah ketergantungan meningkat, yang akhirnya menyebabkan penjadwalan

barbiturat sebagai obat terkontrol. Pada tahun 1970, beberapa barbiturat ditunjuk

di Amerika Serikat sebagai zat yang dikendalikan dengan berlakunya Act

Amerika Controlled Substances 1970. Pentobarbital dan amobarbital secobarbital

ditunjuk sebagai jadwal obat II, butabarbital jadwal III, dan phenobarbital sebagai

jadwal IV. Pada tahun 1971, Konvensi Psikotropika ditandatangani di Wina.

Dirancang untuk mengatur amfetamin, barbiturat, dan sintetik lainnya, perjanjian

ini juga mengatur secobarbital, amobarbital, butalbital, cyclobarbital, dan

pentobarbital sebagai jadwal III, dan allobarbital, methylphenobarbital,

phenobarbital, serta vinylbital sebagai jadwal IV.

Mekanisme utama dari aksi barbiturat diyakini untuk menarik reseptor

GABA A. GABA adalah neurotransmitter inhibisi utama dalam sistem saraf

mamalia pusat (SSP). Barbiturat mengikat reseptor GABA A pada subunit alpha,

tempat pengikatan GABA itu sendiri berbeda dari tempat pengikatan

benzodiazepin. Seperti benzodiazepin, barbiturat mempotensiasi efek GABA di

reseptor ini. Selain efek GABA-ergic, barbiturat juga memblokir reseptor AMPA,

suatu subtipe reseptor glutamat. Glutamat adalah neurotransmitter rangsangan

utama di SSP mamalia. Secara keseluruhan, temuan bahwa barbiturat berpotensial

menghambat reseptor GABA A dan menghambat reseptor rangsang AMPA dapat

menjelaskan efek depresan SSP dari agen ini. Pada konsentrasi tinggi mereka

menghambat Ca2+-bergantung pelepasan neurotransmiter.

Sifat fisik barbiturat:

Bubuk putih, biasanya berbentuk kristal

Tidak berbau

Rasanya sedikit pahit

Mudah larut dalam alkohol, sedikit larut dalam air

Bersifat asam lemah

Dalam bentuk garam Na : kristal, basa, rasa pahit, mudah larut dalam air

Page 15: toksikologi forensik.doc

Barbiturat menghasilkan efek farmakologis dengan meningkatkan durasi

pembukaan saluran ion klorida pada reseptor GABA A (farmakodinamik: ini

meningkatkan efektivitas dari GABA), sedangkan benzodiazepin meningkatkan

frekuensi pembukaan saluran ion klorida pada reseptor GABA A

(farmakodinamik: ini meningkatkan potensi GABA). Pembukaan saluran ion

klorida adalah alasan peningkatan toksisitas dari barbiturat dibandingkan dengan

benzodiazepin dalam keadaan overdosis.

Orang tua dan wanita hamil harus mempertimbangkan risiko yang terkait

dengan penggunaan barbiturat. Bagi orang tua (sudah berumur), tubuh kurang

mampu menyingkirkan barbiturat itu sendiri. Akibatnya, orang-orang di atas usia

enam puluh lima berada pada risiko yang lebih tinggi, mengalami efek bahaya

dari barbiturat, termasuk ketergantungan obat dan overdosis tak disengaja. Jika

barbiturat diminum selama kehamilan, obat melewati aliran darah ibu ke janin-

nya. Setelah bayi lahir, mungkin mengalami gejala kesulitan bernapas. Selain itu,

ibu menyusui  yang meminum barbiturat dapat mengalirkan barbiturat pada bayi

mereka melalui ASI.

Dengan penggunaan teratur efek barbiturat dapat berkembang. Ini pada

akhirnya dapat menyebabkan kebutuhan untuk meningkatkan dosis obat untuk

mendapatkan efek asli yang diinginkan farmakologi atau terapi. Kecanduan

barbiturat secara psikologi dapat berkembang dengan cepat. Reseptor GABAA

diperkirakan memainkan peran penting dalam pengembangan ketergantungan

pada barbiturat  serta gembira “tinggi” yang dihasilkan barbiturat.

Overdosis terjadi ketika seseorang mengambil dosis yang lebih besar-daripada-

resep obat. Gejala overdosis biasanya termasuk kelesuan, kesulitan dalam

berpikir, kelambatan bicara, mengantuk, napas pendek, kehilangan keseimbangan,

dan dalam kasus-kasus yang parah koma dan kematian. Barbiturat dalam dosis

mematikan memilki efek yang sangat bervariasi dari satu individu ke individu

lain. Bahkan, meski dalam pengawasan, pemberian barbiturat masih menjadi

masalah, karena dapat menyebabkan gejala berbahaya dan tidak menyenangkan

ketika obat berhenti, setelah ketergantungan terhadap obat berkembang.

Page 16: toksikologi forensik.doc

Seperti etanol, barbiturat memabukkan dan menghasilkan efek yang sama selama

intoksikasi. Gejala-gejala keracunan barbiturat termasuk depresi pernapasan,

menurunkan tekanan darah, kelelahan, demam, kegembiraan yang tidak biasa,

iritabilitas, pusing, konsentrasi yang buruk, sedasi, kebingungan, gangguan

koordinasi, gangguan penilaian, kecanduan, dan pernapasan yang dapat

menyebabkan kematian.

Pengguna melaporkan bahwa penggunaan barbiturat dosis tinggi memberi

mereka perasaan kepuasan dan euforia. Risiko utama dari penyalahgunaan

barbiturat adalah depresi pernapasan akut. Ketergantungan fisik dan psikologis

juga dapat berkembang dengan penggunaan berulang. Efek lain dari keracunan

barbiturat meliputi mengantuk, nistagmus lateral dan vertikal, bicara cadel dan

ataksia, kecemasan menurun, hilangnya hambatan. Barbiturat juga digunakan

untuk mengurangi efek samping atau penarikan dari penyalahgunaan narkoba.

Pengguna narkoba cenderung memilih barbiturat short-acting dan intermediate-

acting. Yang paling sering disalahgunakan adalah amobarbital (amytal),

pentobarbital (Nembutal), dan secobarbital (Seconal). Kombinasi amobarbital dan

secobarbital (disebut Tuinal) juga sering disalahgunakan. Barbiturat short-acting

dan intermediate-acting biasanya diresepkan sebagai obat penenang dan pil tidur.

Pil ini mulai bertindak 15-40 menit setelah diminum, dan efeknya bertahan lima

sampai enam jam. Dokter hewan menggunakan pentobarbital untuk anestesi

hewan sebelum operasi; dalam dosis besar, dapat digunakan untuk euthanise

hewan.

Temuan otopsi pada delayed death barbiturat bronchopneumonia

hipostatik dapat juga terjadi nekrosis globus pallidus (DD/keracunan CO)

Sedangkan pada De Groat terdapat gambaran small ring hemorraghe, degenerasi

neuron dan edema perivaskuler.

Toksikologi Asam Sianida (HCN)

Asam sianida adalah suatu cairan tidak berwarna, mudah menguap,

mendidih pada suhu 26Oc, tingkat toksisitas yang sangat tinggi (LD :

Page 17: toksikologi forensik.doc

1-2mg/kgBB oral) dan memiliki bau khas yaitu bau almond pada Natrium

Sianida. 6

Pemeriksaan Keracunan Sianida

Bau dapat tercium dengan menekan dada mayat sehingga akan keluar gas

dari mulut dan hidung.

Sianosis pada wajah dan bibir, busa keluar dari mulut, lebam mayat

berwarna terang

Pada pembedahan tercium bau amandel yang khas pada saat membuka

rongga dada, perut dan otak serta lambung (bila melalui mulut), darah dan

otot berwarna merah terang.

Pada korban yang menelan garam alkalisianida dapat ditemukan kelainan

pada mukosa lambung berupa korosi dan berwarna merah kecoklatan

karena terbentuk hematin alkali dan mukosa licin seperti sabun.

Arsen (As)

Arsen adalah suatu logam toksik yang sering diklasifikasikan sebagai

logam tetapi lebih bersifat nonlogam. 6,7

Arsen tidak rusak oleh lingkungan, hanya berpindah menuju air atau tanah

yang dibawa oleh debu, atau hujan.

Senyawa arsen biasa digunakan sebagai pestisida, komponen obat.

LD arsen pada dewasa 70-200mg atau 1mg/kg/hari

Gejala keracunan arsen

-. Sakit di daerah perut

-. Produksi air liur berlebihan

-. Muntah

-. Haus

-. Kaku di tenggorokan

-. Suara serak dan sulit bicara

Page 18: toksikologi forensik.doc

-. Keringat basah

-. Kram

-. Mata merah

Pemeriksaan Forensik keracunan As 6,7

Pada korban mati akut dapat ditemukan, tanda dehidrasi.

Pada pembedahan ditemukan :

Iritasi lambung mukosa berwarna merah, dapat menyebabkan produksi mucin

yang menutupi mukosa.

Perdarahan sub-endokard pada septum jantung

Pada korban mati kronik pada pemeriksaan luar tampak keadaan gizi

buruk, pada kulit terdapat pigmentasi coklat (melanosis arsenik), kuku

menebal secara tidak teratur, bisa terjadi kebotakan

Pestisida

Pestisida biasa digunakan untuk membunuh atau mengendalikan hama

Pada pemeriksaan jenazah dapat ditemukan bau menyerupai minyak tanah, kulit

berwarna kuning. 7

Page 19: toksikologi forensik.doc

DAFTAR PUSTAKA

1. Modi’s.Medical Jurisprudence and Toxicology. In:Alcohol Intoxication 18th edition

2. Bertram G Katzung (1998), Alkohol. Farmakologi Dasar dan Klinik edisi VI, EGC, PP.369-379

3. “Methanol Poisoning Overview”.Available: http://www.antizol.com/mpoisono.htm (accesed:2008, jan 18)

4. “Methanol”. Available : http//www.wikipedia.com/ (accesed:2008, jan 3)

5. “Methanol Intoxication” Available: http://www.emedicine.com/NEURO/topic217htm (accesed: 2008, jan 3)

6. Mansyur. Toksikologi Keamanan Unsur dan Bidang-bidang Toksikologi. http://www.freewweb.com. Di akses Oktober 2008

7. William G. Eckert. Introduction to Forensic Sciencis Second Adition. New York, Elsevier: 1992.