Sensor (Electrophysiology)

  • Upload
    osma

  • View
    46

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

(Electrophysiology)

Citation preview

  • 5/25/2018 Sensor (Electrophysiology)

    1/7

    Sensor (Elecrophysiology)

    Osmalina Nur Rahma

    Pascasarjana Jurusan Teknologi Biomedis, Universitas Indonesia

    I. PendahuluanTubuh manusia menghasilkan sinyal-

    sinyal listrik yang disebut biopotensial dan

    untuk mengetahui besar biopotensial tubuh

    dibutuhkan sensor yang dapat mengukur

    aktivitas listrik dalam biologis dan jaringan

    tubu. Sensor tersebut dikenal dengan

    electrophysiology sensor. Sensor fisiologi

    banyak digunakan dalam peralatan medis

    seperti ECG (electrocardiogram), EEG

    (electroenchephalogram) dan EMG

    (electromyogram) dengan elektroda

    biopotensial sebagai transdusernya.

    Elektroda memiliki berbagai macam jenis

    dan saat ini telah mulai dikembangkan

    sensor fisiologi dengan menggunakan

    elektroda biopotensial kering, sehingga

    tidak perlu menggunakan gel sebagai

    perantara namun tetap dapat berfungsi

    dengan baik dan dengan noise kecil.

    II. Sensor dan TransduserD Sharon, dkk (1982), mengatakan

    sensor adalah suatu peralatan yang

    berfungsi untuk mendeteksi gejala-gejala

    atau sinyal-sinyal yang berasal dari

    perubahan suatu energi seperti energi

    listrik, energi fisika, energi kimia, energi

    biologi, energi mekanik dan sebagainya.

    Sensor terdiri dari transduser yang

    berfungsi untuk mengubah energi satu ke

    bentuk energi yang lain. Menurut William

    D.C, (1993), transduser adalah sebuah alat

    yang bila digerakan oleh suatu energi di

    dalam sebuah sistem transmisi, akan

    menyalurkan energi tersebut dalam

    bentuk yang sama atau dalam bentuk yang

    berlainan ke sistem transmisi berikutnya.

    Transmisi energi ini bisa berupa listrik,

    mekanik, kimia, optic (radiasi) atau

    thermal (panas).

  • 5/25/2018 Sensor (Electrophysiology)

    2/7

    III. ElektrodaElektroda adalah konduktor yang

    digunakan untuk bersentuhan dengan

    bagian atau media non-logam dari sebuah

    sirkuit (misal semikonduktor, elektrolit

    atau vakum). Umumnya eletroda terbuat

    dari bahan Ag yang dilapisi AgCl.

    Jenis eletroda dibgi menjadi 2

    macam, yaitu elektroda permukaan tubuh

    (non-invasive) dan elektroda internal

    (invasive). Elektroda permukaan tubuh

    lebih sering digunakan karena sifatnya

    tidak melukai. Jenis elektroda biopotensial

    permukaan tubuh diantaranya adalah : [1]

    a. Elektroda Metal-Plate

    Gambar 1 ElektrodaMetal-Plate

    Elektroda ini terdiri dari konduktor

    metal yang bersentuhan atau kontak

    dengan kulit menggunakan gel sebagai

    media atau perantara untuk

    mempertahankan kontak tersebut.

    Ada berbagai bentuk elektroda

    metal-plate yang terutama digunakan

    untuk elektroda anggota tubuh pada

    ECG. Bentuk pertama adalah terdiri dari

    plat metal seperti silinder. Terminalnya

    terletak di atas pelat tersebut dan ada

    karet yang melekatkan elektroda ke

    anggota tubuh. Elektrodanya dibuat dari

    german silver (nickel-silver alloy).

    Sebelum dilekatkan ke anggota tubuh,

    bagian permukaan yang konkaf diberi

    gel elektrolit. [1] [2]

    Bentuk kedua adalah bentuk metal

    disk. Terminalnya juga terletak di atas

    metal disk. Digunakan pada ECG

    sebagai elektoda di dada dan juga untuk

    memonitor jantung untuk jangka waktu

    yang panjang. Elektroda terbuat dari

    bahan Ag dengan lapisan AgCl pada

    permukaan kontak kemudian dilapisi gel

    elektrolit dan direkatkan di dada pasien.

    Bentuk elektoda ini juga populer untuk

    pencatatan potensial permukaan pada

    EMG dan EEG.

  • 5/25/2018 Sensor (Electrophysiology)

    3/7

    Variasi ketiga adalah berbentuk disk

    yang besar dari busa plastik dengan

    silver-plated disk pada satu sisi

    kemudian dihubungkan dengan kabel ke

    monitor. Silver-plated disk bertindak

    sebagai elektroda yang dilapisi dengan

    AgCl dan gel elektrolit menutupi kulit.

    Bagian busa plastik tempat elektoda

    diberi perekat untuk ditempelkan di

    kulit. [1] [2]

    b. Elektroda Suction

    Gambar 2 Elektrodasuction

    Eletroda ini merupakan modifikasi

    dari bentuk metal-plate tetapi berbentuk

    suction atau penghisap karet. Elektroda

    ini sering digunakan pada ECG sebagai

    pre-cordial leads, karena bisa di mana

    saja diletakkan di dada untuk

    pencatatannya. Elektroda suction terdiri

    dari lekukan elektroda berbentuk silinder

    dari metal yang dapat kontak dengan

    kulit pada basisnya. Terminal untuk

    kabel terletak di metal silindernya.

    Kemudian pengisap karet berbentuk bola

    dilekatkan di atasnya. Gel elektrolit

    diletakkan pada permukaan elektrodanya

    dan bila bola karet ditekan dan

    diletakkan di dada kemudian dilepaskan

    maka elektroda akan menempel di kulit

    dada. Elektroda ini hanya digunakan

    pada jangka waktu yang pendek karena

    pengisapan dan penekanan pada dada

    dapat menyebabkan iritasi jika dilakukan

    dalam waktu yang lama meskipun

    elektrodanya cukup besar. [1]

    c. Elektroda Floating

    Gambar 3 Elektrodafloating

    Eletroda ini terdiri dari metal disk

    pada suatu ruangan yang dikelilingi oleh

    gel elektrolit. Ruangan ini tidak bisa

    bergerak sehingga tidak menimbulkan

  • 5/25/2018 Sensor (Electrophysiology)

    4/7

    gerakan mekanik. Elektroda direkatkan

    dengan plaster ke kulit dada. Elektroda

    terbuat dari bahan Ag/AgCl yang sangat

    stabil. Elektroda floating disposable

    terbuat dari busa disk yang berisi gel

    elektrolit dan diletakkan di sekitar

    elektroda metalnya. [1]

    d. Elektroda Flexible

    Gambar 4 Elektrodaflexible

    Eletroda flexible dapat

    menyesuaikan dengan bentuk

    permukaan tubuh yang tidak selalu datar.

    Salah satu tipenya dibuat dari kain nilon

    yang dapat diregang, diliputi dengan

    partikel perak. Kabel penghubung

    dilekatkan dengan lem epoxy. Bantalan

    gel digunakan untuk memonitor jangka

    pendek. Elektroda ini umumnya

    digunakan untuk memonitor bayi

    prematur. Elektroda untuk memonitor

    detak jantung dan pernapasan

    dihubungkan ke dada bayi prematur.

    Elektroda konvensional tidak dapat

    mengikuti bentuk kelengkungan pada

    bayi dan dapat menyebabkan ulserasi

    kulit yang berat. Elektroda konvensional

    juga harus diangkat bila akan dilakukan

    X-Ray dada karena elektroda ini gelap

    dan dapat menghambat pemandangan

    rongga dada di belakangnya. Namun,

    elektrodaflexible mempunyai lapisan Ag

    yang cukup tipis sehingga tidak diperlu

    diangkat bila akan dilakukan X-Ray

    dada dan kulit bayi terhindari dari iritasi

    karena pengangkatan dan pemasangan

    elektroda dilakukan dengan adhesive

    tape. [1] [2]

    e. Elektroda Kering (Dry)

    Jenis eletroda yang telah disebutkan

    sebelumnya semuanya menggunakan gel

    eletrolit sebagai media perantaranya,

    namun pada elektrode kering ini tidak

    menggunakan gel atau media apapun

    sebagai penghantar. Penelitian-penelitian

    saat ini telah banyak mengacu pada

  • 5/25/2018 Sensor (Electrophysiology)

    5/7

    bentuk elektroda kering yang dapat

    kontak langsung dengan kulit tetapi

    dengan noise yang kecil.

    Gambar 5 (a)Elektroda konvensional dan

    macam-macam jenis elektroda kering

    (b)metal-disc, (c)elektroda material

    fleksibel, (d)electrode fabric.

    Elektroda ini menggunakan konsep

    impedansi input yang sangat tinggi

    untuk memperkecil noise yang

    dihasilkan. Untuk hasil yang baik, input

    impedansi dari amplifier pada elektroda

    harus berada pada orde 1 G.

    Contohnya adalah elektroda yang

    dikembangkan oleh Ko dan Hynececk

    (1974) yang terdiri dari suatu disk yang

    stainless steel dengan diameter 7 mm.

    Suatu IC mikroelectronic impedance

    converting amplifier diletakkan pada

    bagian belakang disk elektroda dan

    inputnya dihubungkan ke disk elektroda.

    [1] [2]

    IV. Elektrode Kering (Dry Electrode)dibandingkan dengan Elektrode Gel

    Elektrode kering tanpa penggunaan

    gel elektrolit tetap memberikan hasil yang

    sama dengan elektrode gel. Gambar 6 dan

    7 menunjukkan bahwa pada pada elektroda

    gel, elektrode kontak dengan kulit melalui

    gel , sedangkan pada elektroda kering,

    elektroda kontak dengan kulit

    menggunakan carbon nanotube arrays

    (CNT Arrays) yang dapat menembus

    lapisan terluar kulit (Stratum Corneum).

    Bentuk elektroda kering dapat

    bermacam-macam sesui kebutuhan dan

    fungsinya. Misalnya elektroda kering untuk

    EEG, pin elektroda nya perlu panjang

    tertentu untuk menjangkau kulit dari

    Gambar 6 Elektroda gel Gambar 7 Elektrode kering

  • 5/25/2018 Sensor (Electrophysiology)

    6/7

    tebalnya rambut sehingga bentuk elektroda

    kering EEG tampak seperti gambar 8.

    Gambar 8 Elektroda kering EEG

    Akurasi hasil elektroda gel dibanding

    elektroda kering tidak menunjukkan

    perbedaan yang signifikan atau tidak jauh

    berbeda.

    Gambar 9 Perbandingan akurasi elektroda

    kering dan elektroda gel

    Saab,J., dkk dalam penelitiannya yang

    berjudul Simultaneous EEG Recordings

    with Dry and Wet Electrodes in Motor-

    Imagery menunjukkan akurasi dari

    performa eletroda kering aktif dan

    elektroda gel pasif sebesar 60,83% dan

    63,88%.

    V. KesimpulanSensor fisiologi (electrophysiology)

    digunakan untuk mengukur aktivitas

    biopotensial tubuh dan saat ini telah

    banyak berkembang sensor fisiologi

    dengan elektroda kering sebagai

    transdusernya. Elektroda kering tidak

    menggunakan gel elektrolit sebagai

    perantara namun menggunakan carbon

    nanotube arrays (CNT Arrays) yang dapat

    menembus lapisan terluar kulit.

    Penggunaan elektroda kering ini lebih

    praktis dan lebih nyaman untuk pasien

    dibanding elektroda gel, misalnya untuk

    pasien rehabilitasi stroke yang memakai

    eletroda dalam waktu cukup lama untuk

    monitoring. Selain itu penggunaan eletroda

    kering juga lebih praktis untuk

    pemeriksaan lainnya karna pasien tidak

    perlu membersihkan sisa gel elektrolit yang

    menempel pada tubuh.

  • 5/25/2018 Sensor (Electrophysiology)

    7/7

    VI. Referensi[1] Z. Arifin, Biopotensial Elektroda di

    Bidang Medis, Majalah Kedokteran

    Nusantara, vol. 38, no. 2, pp. 195-198,

    Juni 2005.

    [2] J. Webster, Medical Instrumentation

    Application and Design 4nd Ed., New

    York: John Wiley & Son Inc., 2010.

    [3] J. Saab, B. Battes dan M. Grosse-

    Wentrup, Simultaneous EEG

    Recording with Dry and Wet Electrodes

    in Motor-Imagery, Teubingen,

    Germany.

    [4] N. Meziane, J. Webster, M. Attari dan

    J. Nimunkar, Dry Electrodes for

    Electrocardiography, Physiological

    Measurement, vol. 34, pp. R47-R69,

    2013.

    [5] G. Ruffini, S. Dunne, E. Farres, J.

    Marco-Pallares, C. Ray, E. Mendoza,

    R. Silva dan C. Grau, A Dry

    Electrophysiology Electrode Using

    CNT Arrays.

    [6] ,. E. J. D. Bronzino dan M. R. Neuman,

    Biopotential Electrode, dalam The

    Biomedical Engineering Handbook,

    second Edition, Boca Raton, CRC Pres

    LLC, 2000, p. 853.

    [7] S. Grandis, Instrumentation for

    Coronary Care, London, Cambridge

    University Press, 1988, pp. 186, 197.