Upload
risyuni
View
5.051
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
Makalah Seni Rupa India
Nama : 1. Risyuni2. Nurmiati3. Akmal Shoaling4. Muh.Try Sandi Nagir5. Reski Jaladara6. Ahmad Rifqi Makkasau
Kelompok :
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
sehingga atas rahmat dan hidayahnya kami dapat menyusun sebuah makalah yang
bertemakan tentang “Seni Rupa India” meskipun bentuknya sangat jauh dari
kesempurnaan, selanjutnya salawat dan salam kami kirimkan kepada Nabi Besar
Muhammad SAW yang sebagaimana telah mengangkat derajat manusia dari alam
kegelapan menuju alam yang terang benderang.
Dalam penulisan makalah, penulis memberikan sejumlah materi yang terkait
dengan materi yang disusun secara langkah demi langkah, agar mudah dan cepat
dipahami oleh pembaca.
Dan penulis juga ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada para pembina
terutama pembina seni atas bimbingannya selama ini sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.
Kami juga mengharapkan agar makalah ini dapat dijadikan pedoman apabila,
pembaca melakukan hal yang berkaitan dengan makalah ini, karena apalah gunanya
kami membuat makalah ini apabila tidak dimanfaatkan dengan baik.
Sebagai manusia biasa tentu kami tidak dapat langsung menyempurnakan
makalah ini dengan baik, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun dari pembina maupun pembaca.
Sengkang, Januari 2013
Kelompok
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang...................................................................... 1
B.Rumusan Masalah................................................................. 1
C.Tujuan......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................ 2
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan............................................................................. 14
B.Saran.................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Globalisasi dan modernisasi telah melanda dunia kita, banyak hal-hal baru
bermunculan yang bahkan kita tidak mengetahui jika itu merupakan hal yang baik untuk
kita atau tidak. Munculnya hal baru dan kebiasaan yang baru menjadikan kita lupa akan
budaya dan sejarah dunia.
Salah satu hal yang sering luput dari ingatan kita adalah sejarah dan
perkembangan seni rupa, padahal kita menyadari bahwa kita hidup di dunia ini selalu
berdampingan dengan rupa entah dimana dan kapan pun kita berada pasti kita
membawa serta seni rupa walaupun hanya sedikit.
Tuntutan dan pengaruh zaman global secara tidak sadar telah merubah arah dan
sikap kita terhadap seni rupa sehingga perlu penyadaran kembali akan penting dan
menariknya mengetahui dan mencermati sejarah dan seluk beluk dari seni rupa
sehingga walaupun kita berada dalam tengah-tengah globalisasi kita tetap
mengembangkan dan menggunakan seni rupa dalam kehidupan sehari-hari dengan
menjaga kemurniaan keanekaragamannya.
Untuk itulah dalam pembuatan makalah ini kami mengangkat sebuah
pembahasan tentang seni yang berkaitan dengan seni rupa di India guna mengingatkan
kembali hal – hal yang menarik dan bersejarah yang patut kita ketahui.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah seni rupa di India ?
2. Apa saja seni arsitektur, seni patung, seni lukis yang terdapat di Turki ?
C. Tujuan
1. Mengetahui sejarah seni rupa di India
2. Mengetahui seni arsitektur, seni patung, seni lukis yang terdapat di Turki
BAB II
PEMBAHASAN
India berasal dari nama salah satu sungai yang ada di jazirah ini yaitu sungai Sindu.
Untuk mengetahui penduduk pertama yang mendiami jazirah India sampai saat ini
belum dapat diketahui secara pasti. Akan tetapi bila dirujuk lebih awal ke sejarah
turunnya manusia ke bumi, maka manusia pertama sebagai nenek moyang manusia, Siti
Hawa diturunkan Allah disekitar jazirah India. Begitu juga bila melihat secara geografi
maka India dahulunya diyakini bertautan dengan Indonesia dan benua Australia. Hanya
saja setelah itu dipisahkan karena pergeseran-pergeseran lempeng bumi dan naiknya air
pada masa glacial.
Negeri ini telah memiliki taraf kemajuan kebudayaan semenjak 2.300 SM. Bukti
kemajuan itu diketahui dari penyelidikan terhadap dua buah kota kuno yaitu Harappa
dan Mohenjo-Daro. Dari hasil penyelidikan atas kemajuan kebudayaan India ini
ditemukan seni bangunan, kemampuan menulis, gudang-gudang tempat menyimpan
makanan, dan tepian tempat mandi. Kemajuan India dalam soal beragamapun juga
telah lama sebelum nabi Isa a.s lahir. Dari jazirah ini pula lahir agama Brahmana dan
Budha Gautama.
Perkembangan sejarah India yang begitu panjang tentu meliputi sejarah kesenian
mereka. Khusus tentang sejarah seni rupa India yang diketahui sekarang dan dikaji
dimulai pada masa bangsa Arya menyerbu daerah ini sekitar 2.000 – 1.200 SM. Bangsa
Arya ini mendesak penduduk yang telah mendiami India yakni bangsa Drawida.
Sejarah perkembangan India selanjutnya dipengaruhi dan diwarnai dengan
munculnya kerajaan-kerajaan besar di jazirah ini. Hubungannya dengan luar negeri dan
agama juga
memberi andil dalam mempengaruhi perkembangan budaya negeri ini. Agama yang
dominan mempengaruhi sejarah India adalah Hindu, Budha dan Islam. India yang
dimaksud dalam sejarah ini meliputi negara India, Pakistan, Banglades, dan Sri Langka.
Tiga negara terahir (Pakistan, Banglades, dan Sri Langka) yang merupakan bahagian dari
India sebelumnya kemudian berpisah menjadi negara merdeka.
1. Seni Arsitektur
Gambar : Taj Mahal
Arsitektur India. Taj Mahal di kenal sebagai contoh karya arsitektur muslim
India. Selain itu, Taj Mahal dikenang sebagai lambang cinta abadi Kaisar Shan Jahan
untuk istrinya Mumtaz Mahal. Taj Mahal merupakan simbol cinta dan hasarat. Taj Mahal
dibangun Kaisar Mogul ke lima itu antara tahun 1631-1648 untuk mengenang, Arjuman
Bano Begum, atau lebih dikenal sebagai Mumtaz Mahal. Awalnya, Shan Jahan hanya
menyebut masjid itu hanya sebagai makam Mumtaz Mahal, namun akhirnya
berkembang menjadi Taj Mahal. Taj Mahal jika diterjemahkan berarti "Istana Mahkota",
sebuah perluasan dari nama Mumtaz Mahal yang berasal dari Persia.
Mumtaz Mahal meninggal di usia 39 tahun, ketika melahirkan anak ke-14 pada tahun
1631. Kematian Sang Permaisuri ini membuat Sang Raja begitu berduka. Sebelum
meninggal, Mumtaz berpesan "ingin dibuatkan makam yang tak pernah disaksikan dunia
sebelumnya untuk mengenangnya".
Shah Jahan memerintahkan Ustaz Ahmad membentuk bangunan ini. Ustaz Ahmad
mengumpulkan 20,000 orang pekerja yang terdiri daripada tukang batu, tukang emas,
dan pengukir yang termasyhur dari seluruh dunia.Arsitek yang paling terampil, tatahan
pengrajin, ahli kaligrafi, pemahat batu dan tukang batu datang dari seluruh India dan
daerah yang jauh seperti Persia dan Turki. Master tukang batu itu dari Baghdab, seorang
ahli dalam membangun kubah ganda dari Persia, dan seorang spesialis tatahan dari
Delhi.
Dengan bumbung, kubah dan menara yang diperbuat daripada marmar putih, serta seni
mozek yang indah, Taj Mahal merupakan salah satu daripada Tujuh Benda Ajaib di
dunia. Sebanyak 43 jenis batu permata, termasuknya berlian, jed, kristal, topaz dan
nilam telah digunakan. Pembinaan Taj Mahal menelan masa selama 22 tahun. Bahan
bangunan didatangkan dari seluruh India dan Asia Tengah dengan menggunakan 1000
gajah. Dan berdirilah kubah utama setinggi 57 meter.
28 batu-batuan indah dari berbagai wilayah Asia digunakan. Seperti batu pasir merah
dari Fatehpur Sikri, jasper dari Punjab, jade dan kristal dari Cina, batu pirus dari Tibet,
lapis lazuli dan safir dari Srilanka, batubara dan batu kornelian dari Arab, dan berlian
dari Panna. Lantainya pun terbuat dari pualam yang bercahaya dari Makrana, Rajasthan.
Tak seperti makam Mughal lainnya, taman Taj Mahal berada di depan makam. Latar
belakang Taj Mahal adalah langit, sehingga Taj Mahal terlihat begitu gemerlap dengan
warna. Komposisi bentuk dan garisnya pun simetris sempurna.
Taj Mahal menggabungkan bentuk tradisi seni Persia dan seni Mughal awal. Inspirasi
khusus datangnya dari Dinasti Timurid dan bangunan Mughal termasuk; Gur-e Amir
(makam Timur, pengasas dinasti Mughal, di Samarkand),makam Humayun, Makam
Itmad-Ud-Daulah (yang disebut sebagai Bayi Taj), dan Masjid Jama. Sementara
bangunan Mughal awal biasanya dibangun dari batu pasir merah, Shah Jahan
menganjurkan penggunaan marmar putih dihias dengan batu separa bernilai, dan
bangunan di bawah naungannya mencapai tahap kehalusan baru.
2. Seni Patung India
Gambar : Patung Ganesha
Perkembangan seni patung India kian terasa pada masa awal masehi. Pada masa
ini orang India mulai bersentuhan dengan budaya luar yakni Yunani dan Romawi. Orang-
orang India belajar cara membuat patung dalam bentuk figur manusia yang lebih ditail
pada bangsa Yunani/ Romawi yang telah dulu memvisualisasi dewanya dalam bentuk
patung. Pengaruh patung Yunani/ Romawi itu terlihat pada patung-patung pada bagian
utara-barat India.
Selain sejarah panjang tentang seni patung India baik pada masa Mohenjo-daro
maupun dalam masa pengaruh agama Hindu dan Budha yang perlu disimak tersendiri
adalah tentang ganesa. Kisah mengenai Ganesa seringkali muncul dalam kitab-kitab
Purana. Brown mengatakan, sementara kitab-kitab Purana tidak menyebutkan kapan
tepatnya suatu peristiwa terjadi, penuturan kisah hidup Ganesa yang lebih detil ada
dalam kitab yang muncul belakangan, sekitar th. 600–1300. Yuvraj Krishan mengatakan
bahwa mitos mengenai kelahiran Ganesa dan bagaimana ia memperoleh kepala gajah,
ada dalam Purana yang digubah dari th. 600 dan seterusnya. Ia meneliti masalah dan
mengungkapkan bahwa referensi tentang Ganesa yang terdapat dalam Purana-purana
awal, seperti misalnya Bayupurana dan Brahmandapurana, adalah sisipan di kemudian
hari yang dibuat dari abad ke7 sampai abad ke-10.
Nama Ganesa pada mulanya adalah Ekadanta (satu gading), merujuk kepada
gadingnya yang utuh hanya berjumlah satu, sedangkan yang lainnya patah. Beberapa
citra menunjukkan ia sedang membawa patahan gadingnya. Hal penting di balik
penampilan khusus ini dikandung dalam kitab Mudgalapurana, yang mengatakan bahwa
nama penjelmaan Ganesa yang kedua adalah Ekadanta.
Ganesa banyak dipuja saat acara kerohanian maupun kegiatan sehari-hari;
khususnya saat mulai berniaga seperti misalnya membeli kendaraan atau memulai
bisnis. K.N. Somayaji berkata, "jarang ada rumah (Hindu di India) yang tidak memiliki
arca Ganapati. Ganapati, sebagai dewa yang termahsyur di India, dipuja oleh hampir
seluruh kasta dan di seluruh penjuru negara". Pemujanya percaya bila Ganesa dibuat
senang, ia akan memberi kesuksesan, kemakmuran dan perlindungan terhadap
bencana.
Ganesa bukan dewa bagi sekte tertentu, dan umat Hindu dari seluruh
denominasi memanggil namanya saat memulai persembahyangan, memulai usaha yang
penting, dan upacara keagamaan. Penari dan musisi, khususnya di India Selatan,
memulai pertunjukkan seni seperti misalnya tari Bharatnatyam dengan terlebih dahulu
memuja Ganesa. Mantra-mantra seperti misalnya Om Shri Ganeshāya Namah (Om,
hormat pada Hyang Ganesa yang mahsyur-mulia)
Ganesa (Sanskerta; ganeṣa ) adalah salah satu dewa terkenal dalam agama Hindu
dan banyak dipuja oleh umat Hindu, yang memiliki gelar sebagai Dewa pengetahuan
dan kecerdasan, Dewa pelindung, Dewa penolak bala/bencana dan Dewa kebijaksanaan.
Lukisan dan patungnya banyak ditemukan di berbagai penjuru India; termasuk Nepal,
Tibet dan Asia Tenggara. Dalam relief, patung dan lukisan, ia sering digambarkan
berkepala gajah, berlengan empat dan berbadan gemuk. Ia dikenal pula dengan nama
Ganapati, Winayaka dan Pilleyar. Dalam tradisi pewayangan, ia disebut Bhatara Gana,
dan dianggap merupakan salah satu putera Bhatara Guru (Siwa). Berbagai sekte dalam
agama Hindu memujanya tanpa mempedulikan golongan. Pemujaan terhadap Ganesa
amat luas hingga menjalar ke umat Jaina, Buddha, dan diluar India.
Meskipun ia dikenal memiliki banyak atribut, kepalanya yang berbentuk gajah
membuatnya mudah untuk dikenali. Ganesa mahsyur sebagai "Pengusir segala
rintangan" dan lebih umum dikenal sebagai "Dewa saat memulai pekerjaan" dan "Dewa
segala rintangan" (Wignesa, Wigneswara), "Pelindung seni dan ilmu pengetahuan", dan
"Dewa kecerdasan dan kebijaksanaan". Ia dihormati saat memulai suatu upacara dan
dipanggil sebagai pelindung/pemantau tulisan saat keperluan menulis dalam upacara
Beberapa kitab mengandung anekdot mistis yang dihubungkan dengan kelahirannya
dan menjelaskan ciri-cirinya yang tertentu.
Ganesa diidentikkan dengan mantra Aum dalam agama Hindu (Simbol: juga dieja
'Om'). Istilah oṃ(ng) kāraswarūpa (Aum adalah wujudnya), ketika diidentikkan dengan
Ganesa, merujuk pada sebuah pemahaman bahwa ia menjelma sebagai bunyi yang
utama. Kitab Ganapati Atharwashirsa memberi penjelasan mengenai hubungan ini.
Swami Chinmayananda menerjemahkan pernyataan yang relevan berikut ini
(O Hyang Ganapati!) Engkaulah (Tritunggal) Brahma, Wisnu, dan Mahesa. Engkaulah Indra.
Engakulah api (Agni) dan udara (Bayu). Engkaulah matahari (Surya) dan bulan (Candrama).
Engkaulah Brahman. Engkaulah (tiga dunia) Bhuloka [bumi], Antariksa-loka [luar angkasa], dan
Swargaloka [sorga]. Engkaulah Om. (Itu sebagai tanda, bahwa Engkaulah segala hal tersebut).
Beberapa pemuja melihat kesamaan antara lekukan tubuh Ganesa dalam
penggambaran umum dengan bentuk simbol Aum dalam aksara Dewanagari dan Tamil.
Menurut Kundalini yoga, Ganesa menempati cakra pertama, yang disebut
muladhara. Mula berarti "asal, utama"; adhara berarti "dasar, pondasi". Cakra
muladhara adalah hal penting yang merupakan manifestasi atau pelebaran pokok-pokok
kekuatan ilahi yang terpendam. Hubungan Gansea dengan hal ini juga diterangkan
dalam Ganapati Atharwashirsa.
Ganesa muncul dalam wujud klasiknya sebagai dewa yang mudah dikenali dengan
atribut-atribut yang tergambar dengan baik pada permulaan abad ke-4 sampai abad ke-
5. Shanti Lal Nagar mengatakan bahwa arca paling awal, yang diketahui sebagai wujud
Ganesa ada dalam sebuah ceruk di kuil Siwa di Bhumra, yang ditafsir berasal dari zaman
kerajaan Gupta. Pemujaan tersendiri terhadapnya muncul sekitar abad ke-10. Narain
mengikhtisarkan kontroversi antara pemuja Ganesa dan pandangan akademis terhadap
perkembangan Ganesa sebagai berikut : Apa yang selama ini tak terduga adalah
kemunculan Ganesa yang agak dramatis menurut pandangan sejarah. Pelopornya tak
jelas. Keterbukaan dan ketenarannya yang luas, yang melampaui batas mahzab dan
teritorial, sungguh menakjubkan.
Di satu sisi ada kepercayaan bagi umat yang ortodoks terhadap asal-usul Ganesa
dari zaman Weda dan dalam Purana terdapat penjelasan yang membingungkan, namun
merupakan mitologi yang cukup menarik. Di sisi lain terdapat keraguan mengenai
adanya gagasan dan arca tentang dewa ini sebelum abad keempat sampai kelima
Masehi.
Buku yang ditulis Thapan tentang perkembangan Ganesa mengandung sebuah bab
tentang spekulasi mengenai peran kepala gajah pada zaman awal di India, namun
berkesimpulan bahwa, "meski pada abad ke-2 Masehi ada perwujudan yaksa berkepala
gajah, itu tidak bisa dianggap menggambarkan Ganapati-Winayaka. Tidak ada bukti
mengenai dewa yang disebut memiliki wujud gajah atau berkepala gajah pada
permulaan zaman ini.
Hubungan dagang dan budaya telah memperluas pengaruh India di Asia Barat dan
Tenggara. Ganesa adalah salah satu dari banyaknya dewa-dewi Hindu yang menjamah
negeri asing. Ganesa khususnya disembah oleh para pedagang yang pergi ke luar India
untuk malakukan hubungan dagang. Periode sekitar abad ke-10 sampai seterusnya
ditandai oleh perkembangan jaringan-jaringan baru terhadap hal pertukaran,
pembentukan serikat dagang, dan bangkitnya sirkulasi keuangan. Selama masa ini
Ganesa menjadi dewa utama yang dikaitkan dengan para pedagang. Tulisan paling awal
yang mengandung seruan kepada Ganesa sebelum memanggil dewa-dewi lainnya
dikaitkan dengan komunitas rombongan pedagang.
Umat Hindu bermigrasi ke nusantara dan membawa budaya mereka termasuk
Ganesa. Sehingga arca-arca Ganesa ditemukan di sepanjang wilayah nusantara dalam
jumlah yang banyak. Wujud Ganesa didapati dalam kesenian Hindu di Jawa, Bali, dan
Kalimantan yang menunjukkan pengaruh regional yang spesifik. Penyebaran budaya
Hindu secara perlahan-lahan ke Asia Tenggara telah membuat wujud Ganesa
dimodifikasi di Burma, Kamboja, dan Thailand. Di Vietnam agama Hindu dan Buddha
dijalankan dengan berdampingan, dan pengaruh timbal balik bisa dilihat dalam
penggambaran Ganesa di wilayah itu. Di Thailand, Kamboja dan di Vietnam, Ganesa
terutama dianggap sebagai penyingkir segala rintangan. Bahkan kini oleh umat Buddha
di Thailand, Ganesa dihormati sebagai penyingkir segala rintangan, atau dewa
keberhasilan.
Sebelum kedatangan Islam, Afghanistan memiliki ikatan budaya yang erat dengan
India, dan pemujaan terhadap dewa-dewi Hindu maupun Buddha sama-sama
dijalankan. Beberapa contoh arca dari abad ke-5 sampai abad ke-7 telah bertahan,
mencerminkan bahwa pemujaan Ganesa adalah hal yang populer di wilayah itu.
Ganesa muncul dalam agama Buddha Mahayana, tidak hanya dalam wujud dewa
Vināyaka dalam agama Buddha, namun juga sebagai wujud raksasa dengan nama yang
sama. Citranya muncul dalam arca-arca agama Buddha selama akhir masa kerajaan
Gupta. Sebagai dewa Vināyaka dalam agama Buddha, ia seringkali digambarkan sedang
menari. Wujud ini, disebut Nṛtta Ganapati, dan termahsyur di wilayah India Utara,
kemudian diadopsi di Nepal, lalu di Tibet. Di Nepal, wujud Ganesa secara Hindu, dikenal
sebagai Heramba, sangat terkenal; ia memiliki lima kepala dan menunggangi singa.
Penggambaran Ganesa di Tibet menunjukkan pandangan yang bertentangan
terhadapnya. Ganapati versi Tibet adalah tshogs bdag. Dalam versi Tibet, Ganesa
digambarkan sedang diinjak oleh kaki Mahākāla, yaitu dewa bangsa Tibet yang terkenal.
Penggambaran lain menampilkan wujudnya sebagai pemusnah segala rintangan,
kadangkala dalam wujud sedang menari. Ganesa muncul di Cina dan Jepang dalam
wujud yang menampilkan karakter wilayah yang berbeda. Di Cina Utara, ada patung
batu dari zaman awal yang dikenal sebagai Ganesa, disertai tulisan yang berangka tahun
531. Di Jepang, pemujaan terhadap Ganesa pertama kali disebutkan pada tahun 806.
Sastra agama Jaina (Jainisme) tidak menyebutkan adanya pemujaan terhadap
Ganesa. Namun, Ganesa dipuja oleh banyak umat Jaina, muncul sebagai pengambil alih
fungsi Kubera. Hubungan Jaina dengan komunitas perdagangan mendukung gagasan
bahwa Jainisme mengambil tradisi pemujaan Ganesa sebagai akibat dari hubungan
perdagangan. Patung Ganesa tertua versi Jaina ditaksir berasal dari abad ke-9. Sebuah
kitab Jaina dari abad ke-15 memaparkan prosedur untuk memasang citra Ganapati. Citra
Ganesa muncul dalam kuil Jaina di Rajasthan dan Gujarat.
3. Seni Lukis India
Sejarah dan perkembangan seni lukis India tidak sedahsat perkembangan seni
patung dan arsitekturnya. Data tentang seni lukis India amat terbatas terutama data-
data seni lukis masa-masa dinasti yang berkuasa di India. Namun seni lukis India
tentulah tetap ada sebagaimana ditemukannya lukisan yang terdapat di gua Ayanta.
Seni lukis zaman Ayanta ini merupakan seni lukis yang dianggap menemukan
tingkat kemajuan yang tinggi waktu itu. Ada dua tahap perkembangan seni lukis masa ini
yakni pertama abad 2 AD dan tahap kedua pada abad ke 5 AD di bawah naungan
Vakatakas yang memerintah di Deccan.
Karya-karya lukis dibuat dari filosofi yang dalam, yang anggun dan agung. Bila
dilihat dari teknik seni lukis moderen maka lukisan sudah sangat maju. Hal ini dapat
dilihat sudah adanya pemahaman perspektif yang dapat dilihat pada bagian tiang-tiang.
Gambar : Lukisan Visvantara Jataka, gua 17 abad 5, Ayanta
Objek gambaran adalah adegan dari kehidupan Budha dan Jatakas, cerita orang
melahiran. Lukisan ini membawa kita ke keindahan besar dengan sangat halus terhadap
makna hidup dan berbagai tahapan realita. Pencari kebenaran yang dilukis pada dinding
goa Ayanta, merupakan penggambaran kehidupan roh yang meliputi seluruh dunia.
Lukisan-lukisan di goa Ayanta menjadi sumber inspirasi lukisan-lukisan Budha di seluruh
Asia.
Disamping itu ditemukan lukisan abad 6 pada hindu Badami dari gua-gua di
Karnataka. Lukisan-lukisan terdapat pada semua dinding dan langit-langit goa yang
ditutup dengan mural. Lukisan pada abad ke 7 juga dijumpai di Yang Pallava Raja
sekarang Tamil Nadu. Tema-tema lukisan memberi ekspresi bergairah dan kemuliaan
yang berkaitan dengan Siva. Dalam lukisan di candi Panamalai dan Kailashanatar di
Kancheepuram abad ke 10 lukisan-lukisan dengan tema yang sama menjadi simbol
kemegahan kaum bangsawan raja-raja Chola.
Gambar : Raja Rajaraja Chola dan Guru Karuvurar
Briha deeswara di Candi Tamil Nadu
Ada juga lukisan dari akhir abad ke 9 (Jaina) di gua-gua di Ellora. Para pelukis di sini
melanjutkan tradisi lama, tetapi dengan kontribusi dari mereka sendiri. Selain
naturalisme dan ide-ide dari warisan Ayanta, angka dan huruf dilukis dengan
penggayaaan atau distilirisasi. Corak ini adalah perubahan signifikan yang kemudian
tercermin dalam lukisan dan kaligrafi di Indonesia.
Di Kasmir masih kawasan India terdapat corak baru perkembangan lukisan waktu
itu. Selain temanya yang tidak saja pengambaran para dewa melainkan juga dewi.
Lukisan-lukisan itu sama di berbagai tempat lain yakni terdapat didinding goa. Berbagai
tema lukisan jumpai pada masa ini, seperti tentang manusia, kesunyian, dan kebesaran.
Gambar : Lukisan Ramayana
Ini adalah sebuah contoh yang langka dari tradisi kuno mural India berbeda
dengan miniatur yang dibuat pada dinding dengan tema-tema lukisan kisah Ramayana.
Seni lukis India terutama lukisan didinding yang terdapat di goa, candi, dan kuil juga
dapat ditemui di daerah Punjab. Mural dari Punjab mungkin menjadi tahap akhir lukisan
dinding di India. Pada lukisan-lukisan terdapat wajah khas dari Punjab. Tema-tema dan
caranya yang sangat berakar pada budaya lokal. Ada rasa sepi yang bermartabat, yang
terbaik yang muncul dalam lukisan ini.. Lukisan mural ditemukan tersembunyi jauh di
candi di tengah-tengah pasar yang sibuk di Amritsar, di kuil di desa seperti Kishankot,
Qila Mubarak, dan Qila Androon dalam benteng Patiala.
Lukisan-lukisan India terutama yang bertemakan kisah Ramayana banyak
mempengaruhi seni lukis Bali corak tradisi. Selain tema lukisan beberapa teknik dan
pewarnaan juga banyak dipengaruhi lukisan India. Seni lukis dinding, seni relief
Indonesia juga mendapat pengaruh dari mural India. Sebagaimana diketahui sampai
saat ini di Bali masih banyak penganut agama Hindu dan juga beberapa tempat di Jawa.
Dari fakta ini maka pantas kesenian India mempengaruhi berbagai kesenian di Indonesia
terutama di daerah tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni media yang bisa
ditangkap mata dan dirasakan dengan rabaan. Seni rupa memiliki fungsi guna atau
pakai, artinya selain sebagai benda yang bernilai seni juga sebagai benda yang indah
dan dapat digunakan untuk kepentingan manusia.
Seni rupa daerah setempat digunakan untuk tujuan melestarikan nilai-nilai
tradisi dan adat dalam proses serta teknik berkarya seni rupa daerah setempat
sebagai aset atau kekayaan budaya nasional yang memiliki nilai tinggi.
Seni rupa yang terdapat di daerah India ini bangunan-bangunannya yang
terbilang unik sehingga dianggap patut untuk dinikmati oleh para wisatawan yang
menyukai sesuatu yang berbeda dari lainnya. Seni rupa India dapat kita lihat dari
seni arsitektur, seni patung, seni lukis, dan lain-lain.
B. SARAN
Penanaman pengetahuan mengenai seni semoga dapat memberikan
motivasi bagi kita, khususnya generasi muda agar lebih mencintai dan melestarikan
hasil karya terdahulu yang tidak bisa dianggap biasa saja. Selain itu kita juga bisa
termotivasi untuk berkarya agar nilai – nilai tradisi dan adat kita tidak hilang ditelan
bumi.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan –kesalahan, maka dari itu kami meminta maaf jika ada sesuatu
yang mengganjal menurut anda. Kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua dan dapat menambah wawasan kita.