315

senapati 2011

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: senapati 2011
Page 2: senapati 2011

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA

SENAPATI

Singaraja – BALI, 20 September 2011

Tema :

“Optimalisasi Pemanfaatan Aplikasi TI dalam Dunia Pendidikan”

Dewan Redaksi :

Tim Reviewer :

Dr. Ir. Rinaldi Munir, M.T. (Institut Teknologi Bandung) Paulus Insap Santosa, M.Sc., Ph.D (Universitas Gadjah Mada) Prof. Dr. I Wayan Santyasa, M.Si (Universitas Pendidikan Ganesha) Dr. Wayan Sukra Warpala, S.Pd., M.Sc (Universitas Pendidikan Ganesha)

Tim Editor : (Universitas Pendidikan Ganesha) Made Windu Antara Kesiman, S.T., M.Sc Ketut Agustini, S.Si, M.Si Dessy Seri Wahyuni, S.Kom, M.Eng I Made Gede Sunarya, S.Kom I Made Agus Wirawan, S.Kom I Gede Mahendra Darmawiguna, S.Kom. M.Sc Luh Made Yulyantari, S.Kom, M.Pd Padma Nyoman Crisnapati, S.Kom, M.Pd I Gede Adi Saputra Yasa, S.Pd Nyoman Sugihartini, S.Pd Luh Putu Eka Damayanthi, S.Pd

Page 3: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 3

Kata Pengantar Ketua Panitia SENAPATI 2011 Om Swastyastu,

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika (SENAPATI) 2011 ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika (SENAPATI) 2011 ini merupakan rangkaian kegiatan Peringatan HUT ke-4 Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Universitas Pendidikan Ganesha. Seminar ini adalah sebuah kegiatan berskala nasional, dan ditujukan untuk seluruh kalangan akademisi dan praktisi teknologi maupun kependidikan yang bergerak dalam bidang pendidikan dan teknologi informatika. Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika (SENAPATI) 2011 mengusung tema utama ”Optimalisasi Pemanfaatan Aplikasi TI dalam Dunia Pendidikan” dengan dua kelompok bidang ilmu dan subtema yang lebih spesifik, yaitu Kelompok A: Bidang Kependidikan Informatika/TIK secara luas, dan Kelompok B: Bidang Teknologi Informatika.

Sesuai dengan latar belakang dan tema yang diusung dalam kegiatan ini, maka Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika (SENAPATI) 2011 bertujuan untuk memfasilitasi bertemunya pelaksana, mahasiswa, praktisi, dan ahli bidang kependidikan dan teknologi informatika dalam sebuah forum ilmiah resmi, serta memfasilitasi penyebaran dan sosialisasi hasil studi, hasil-hasil penelitian, ataupun evaluasi kondisi terkini dari pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang kependidikan dan teknologi informatika.

Prosiding ini merupakan kumpulan makalah ilmiah dari makalah utama yang disampaikan oleh pembicara utama SENAPATI 2011 serta makalah pendamping yang dikirimkan oleh peserta, yang sudah melalui proses review oleh tim reviewer. Terima kasih banyak kami sampaikan kepada semua reviewer dan narasumber yang telah berkontribusi menyumbangkan ide-ide serta pemikiran-pemikiran kreatifnya melalui makalah ilmiah yang dikirimkan. Tidak lupa juga kami sampaikan terima kasih kepada seluruh panitia yang telah bekerja keras demi terselenggaranya kegiatan ini dengan baik.

Akhir kata kami sampaikan permohonan maaf apabila dalam prosiding ini masih terdapat kesalahan-kesalahan dalam penulisan nama, nama instansi maupun kesalahan lainnya. Segala kritik, saran, dan komentar dapat disampaikan melalui email ke alamat: [email protected]. Terima kasih. Om çanti, çanti, çanti Om

Singaraja-Bali, September 2011 Ketua Panitia SENAPATI 2011

Luh Made Yulyantari, S.Kom., M.Pd.

Page 4: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 4

Sambutan Dekan Fakultas Teknik dan Kejuruan UNDIKSHA

Om Swastyastu, Salam sejahtera untuk kita semua,

Terlebih dahulu marilah kita panjatkan puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas karuniaNya, sehingga Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika (SENAPATI) 2011 dapat terlaksana sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menghimpun wacana pemikiran baru dan cemerlang dari berbagai pihak, seperti kalangan ahli, praktisi industri dan usaha, untuk kemajuan Pendidikan Teknik Informatika. Kegiatan ini juga merupakan wadah untuk menghimpun informasi dan komunikasi tenaga Pendidikan Teknik Informatika.

Pada kesempatan ini, saya atas nama pimpinan dan keluarga besar Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, menyampaikan selamat dan sukses kepada panitia SENAPATI 2011, peserta SENAPATI 2011 yang telah mencurahkan waktu, tenaga dan pikirannya demi kelancaran kegiatan ini, dan pada kesempatan ini saya juga menyampaikan dan memberikan penghargaan kepada semua pihak yang telah meluangkan waktu dan menyumbangkan pikiran untuk kemajuan Pendidikan Teknik Informatika.

Akhirnya saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua panitia yang telah memberikan sumbangan tenaga dan dharma baktinya demi kesuksesan kegiatan ini. Saya juga mohon maaf atas segala kekurangan yang terdapat dalam pelaksanaan kegiatan ini, semoga kegiatan ini memberikan makna dan manfaat bagi kita semua. Om çanti, çanti, çanti Om

Singaraja – Bali, September 2011

Dekan Fakultas Teknik dan Kejuruan Universitas Pendidikan Ganesha

Dra. I Dewa Ayu Made Budhyani, M.Pd

Page 5: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 5

Sambutan Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik

dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha Om Swastyastu, Salam Sejahtera bagi kita semua,

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa, Tuhan Yang Maha Kuasa, dimana hanya karena rahmat dan ijin-Nya maka SEminar NAsional PendidikAn Teknik Informatika 2011 (SENAPATI-2011) ini dapat terselenggara dengan baik. Saya ucapkan selamat datang kepada semua pemakalah dan peserta SENAPATI-2011 di Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja. SENAPATI-2011 merupakan kegiatan Seminar Nasional ke-2 Jurusan Pendidikan Teknik Informatika yang akan diadakan setiap tahun dalam rangkaian kegiatan ulang tahun Jurusan Pendidikan Teknik Informatika FTK Undiksha. Topik yang dipresentasikan mengusung Tema utama “Optimalisasi Pemanfaatan Aplikasi TI dalam Dunia Pendidikan”. Tema tersebut akan didukung dan dijabarkan dalam kelompok-kelompok bidang ilmu dan sub tema yang lebih spesifik diantaranya Bidang Kependidikan Informatika/TIK secara luas dan Bidang Teknologi Informatika. Dengan cakupan materi ini diharapkan partisipan kegiatan SENAPATI-2011 berasal dari kalangan peneliti, akademisi termasuk Guru dan praktisi.

Forum ini diharapkan bisa menjembatani kesenjangan antara pemahaman riset-riset Informatika yang paling muntakhir dengan tingkat pendidikan masyarakat awam sehingga dapat berjalan secara berdampingan dan saling mendukung. Selain itu seminar ini dapat menjadi wahana untuk berdiskusi dan berkomunikasi serta meningkatkan kerjasama antar peneliti dan praktisi.

Akhirnya, perkenankanlah saya sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah mendukung suksesnya penyelenggaraan SENAPATI-2011, terutama sekali kepada Panitia pelaksana dan pihak-pihak lain yang secara langsung maupun tidak langsung telah ikut memberikan andil bagi terselenggaranya SENAPATI-2011. Semoga kegiatan Seminar Nasional ini akan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi semua pihak yang memerlukan.

Om çanti, çanti, çanti Om

Made Windu Antara Kesiman, S.T., M.Sc.

Page 6: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 6

Daftar Isi Kata Pengantar Ketua Panitia SENAPATI 2011 ................................................... 3

Sambutan Dekan Fakultas Teknik dan Kejuruan UNDIKSHA ............................. 4 Sambutan Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Informatika Fakultas Teknik dan Kejuruan Universitas Pendidikan Ganesha ........................................................... 5

Daftar Isi .............................................................................................................. 6 Makalah Utama : Perkembangan Teknologi Informasi Komunikasi dan Aplikasinya dalam Pembelajaran ....................................................................... 10 I Wayan Muderawan10

Makalah utama : Masa Depan eLearning dalam era Cloud, Social dan Mobile . 19

Putu Sudiarta19

Makalah Kelompok A : ................................................................................... 25

A.1. Pengaruh Penerapan Pembelajaran Interactive Engagement (IE) Berbantuan Lembar Kerja Siswa (LKS) Terhadap Hasil Belajar siswa Kelas XI Sma Negeri 3 Singaraja Tahun Ajaran 2010/2011 ................................................................... 26 I Gede Partha Sindu, Ketut Agustinii, Made Windu Antara Kesiman26

A.2. Pengembangan Media Pembelajaran Fotografi Berbasis Inkuiri Pada Mata Pelajaran Produktif Multimedia Studi Kasus Siswa Kelas X-TMM Smk TI Bali Global Singaraja. .............................................................................................. 33

I Gede Ngurah Dody Prayoga, Ketut Agustini, I Made Agus Wirawan33

A.3. Pengaruh Penggunaan E-Modul Pengolah Angka Berbasis Hyperteks Terhadap Hasil Belajar KKPI Siswa Kelas X SMK Negeri 2 Singaraja .............. 38 I Made Dika Anggara, Made Windu Antara Kesiman, Ketut Agustini38

A.4. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) Terhadap Hasil Belajar TIK Siswa Kelas X Sma Negeri 1 Sukasada Tahunajaran 2010/2011 ....................................................... 44 I Putu Eka Sutariawan, Dessy Seri Wahyuni Ketut Agustini44

A.5. Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Berbasis Inkuiri Terbimbing Untuk Mata Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIK) Dengan Pokok Bahasan Komponen Perangkat Keras Komputer Pada Siswa Kelas VII Smp Negeri 3 Singaraja ..................................................................................... 53

Putu Ananta Sena, Ketut Agustini, I Made Agus Wirawan53

Page 7: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 7

A.6. Hubungan Antara Daya Analitis Dan Daya Kreativitas Terhadap Hasil Belajar Sub Keilmuan Informatika Pada Jurusan Pendidikan Teknik Informatika Undiksha Singaraja ........................................................................................... 59

Ni Putu Pasek Wida Astuti, Made Windu Antara Kesiman, Ketut Agustini59

A.7. Model Konseptual Pemanfaatan Teori Flow Dalam e-Learning .................. 68 Paulus Insap Santosa68

A.8. Modifikasi Claroline dengan Metode Pembelajaran Computer-Supported Collaborative Learning (CSCL) Berbasis Konstruktivisme ................................. 76

Made Santo Gitakarma76

A.9. Pemanfaatan Teknologi Open Source Dalam Pengembangan Proses Belajar Jarak Jauh di Perguruan Tinggi ........................................................................ 91 Ferrianto Gozali91

A.10. Pengembangan Modul Ajar Teknologi Informasi Dan Komunikasi (Tik) Pokok Bahasan Program Pengolah Angka Berorientasi Learning Cycle Untuk Siswa Kelas Viii Di Smp Negeri 1 Kubutambahan ............................................ 105

I Gede Krisna Mahendra, Dessy Seri Wahyuni, I Gede Ratnaya105

A.11. Pengembangan Modul Fisika Kontekstual Interaktif Berbasis Web Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Hasil Belajar Fisika Siswa Sma Di Singaraja ......................................................................................................... 118 Rai Sujanem118

Makalah Kelompok B .................................................................................... 128

B.1. Sistem Pendukung Keputusan (SPKk) Seleksi Penerimaan Siswa Baru (Studi Kasus Di Smk Ti Bali Global Denpasar) .......................................................... 129 Ni Made Rai Maryati, Made Windu Antara Kesiman, Ketut Agustini129

B.2. Penyandian Pesan Teks Pada Gambar Format JPEG Menggunakan Algoritma Electronic Code Book (ECB) Dan Least Significant Bit (LSB) Di Handphone ...................................................................................................... 139

I Putu Ashadi Sedana Pratama, Made Windu Antara Kesiman, I Made Agus Wirawan139

B.3. Pengembangan Aplikasi Kriptografi File Audio Dengan Algoritma Data Encryption Standard (DES) ............................................................................. 151

I Wayan Dana Asmara, Made Windu Antara Kesiman, Ketut Agustini151

Page 8: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 8

B.4. Pengembangan Prototype Sistem Informasi Geografis Rabies Control Berbasis Web ................................................................................................... 162

I Gede Agus Desy Sagita, Made Windu Antara Kesimanc, I Made Agus Wirawan162

B.5. Pengembangan Prototype Aplikasi Rabies Alert System (RAS) Berbasis Short Message Service (SMS) .................................................................................... 174

Gde Angga Putra Sutanjaya, Made Windu Antara Kesiman, I Made Agus Wirawan174

B.6. Pengembangan Sistem Pendukung Keputusan Berbasis Mobile Untuk Pengisian Kartu Rencana Studi Dengan Fuzzy Multi-Attribute Decision Making (FMADM) Metode Simple Additive Weighting (SAW) Di Jurusan Pendidikan Teknik Informatika Universitas Pendidikan Ganesha ....................................... 185

Anak Agung Gde Putra Ajiwerdhi, Made Windu Antara Kesiman, I Made Agus Wirawan185

B.7. Pengembangan Media Text To Speech Untuk Aplikasi Tokoh Virtual ....... 199 Ni Luh Rupayani, Made Windu Antara Kesiman, I Made Agus Wirawan199

B.8. Studi Implementatif Digitalisasi Dan Restorasi Citra Digital Lontar Kuno Bali .................................................................................................................. 210 Ni Made Ayu Gunung Rinjani, Made Windu Antara Kesiman, Dessy Seri Wahyuni210

B.9. Kerangka Sistem Berbasis Aturan Menggunakan Certainty Factor, Dengan Runut Maju Dan Runut Mundur ....................................................................... 219 Putu Hendra Suputra219

B.10. Aplikasi Teknologi GSM/GPRS Pada Sistem Deteksi Kebakaran Berbasis Mikrokontroller Atmega 8535 .......................................................................... 234 Ade Silvia Handayani234

B.11. Menganalisis Sistem ERP Oracle E-Business Suite Pada Modul Plan-To-Produce Di PT MT ........................................................................................... 244

Henny Hendarti244

B.12. Perencanaan Pelatihan Pada Implementasi Sistem ERP Modul Material Management .................................................................................................... 256

Yanti256

B.13. Sistem Pengalokasian Dinamik Vlan Dalam Mendukung Proses Belajar Terdistribusi .................................................................................................... 277

Ferrianto Gozali, Billion Lo277

Page 9: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 9

B.14. Perancangan Sistem Basis Data Pembelian, Penjualan dan Persediaan pada TP. Swari Andini ..................................................................................... 286

I Gusti Made Karmawan286

B.15. Penerapan Logika Fuzzy Dan Jst Pada Sistem Penilaian Berbasis Komputer ......................................................................................................... 301 I Gede Santi Astawa301

Page 10: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 10

Makalah Utama : Perkembangan Teknologi Informasi Komunikasi dan Aplikasinya dalam Pembelajaran I Wayan Muderawan

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI KOMUNIKASI DAN APLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN

Oleh

I Wayan Muderawan

Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, Bali 81117, Fax. 0362-

22570. E-mail: [email protected]

I. Pendahuluan Perkembangan dalam bidang sains terutama smart material membawa dampak yang luar biasa dalam perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, terutama komputer. Komputer dari tahun-ketahun mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama kemampuan dan kecepatannya menyimpan, mengolah, dan mengirim data. Dengan kemampuan komputer yang sangat tinggi, memungkinkan teknologi informasi dan komunikasi berkembang sangat pesat, demikian juga aplikasinya. Untuk mengetahui sejauh mana perkembangan komputer saat ini dan arahnya nanti ke depan maka akan dibahas perkembangan teknologi komputer yang mendasari teknologi informasi dan komunikasi dan aplikasinya dalam dunia pendidikan terutama dalam pembelajaran.

II. Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi Istilah Teknologi Informasi dan Komunikasi berasal dari bahasa Inggris

Information and Comunication Technology (ICT). Teknologi (technology) merupakan alat atau sarana teknis yang digunakan manusia untuk meningkatkan perbaikan/penyempurnaan lingkungannya. Teknologi merupakan suatu pengetahuan tentang cara menggunakan alat dan mesin untuk melaksanakan tugas secara efisien. Selain itu, teknologi dapat juga dikatakan sebagai pengetahuan, alat, dan sistem yang digunakan untuk membuat hidup lebih mudah dan lebih baik (make our life more easy and comfortable). Melalui pemanfaatan teknologi memungkinkan orang dapat berkomunikasi dan/atau menyampaikan/menerima informasi dengan lebih baik dan lebih cepat.

Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi tergantung pada perkembangan komputer. Semakin pesat perkembangan komputer, semakin pesat pula perkembangan TIK.

Page 11: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 11

Komputer adalah suatu mesin yang menggunakan sistem pemrograman yang didisain untuk melaksanakan operasi aritmetika dan operasi logika secara sistematis dan otomatis. Komputer konvensional terdiri dari beberapa memori untuk penyimpan data, paling sedikit satu memori yang dapat melaksanakan operasi aritmetika dan logika, dan unsur pengurut dan pengontrol yang dapat mengubah susunan operasi yang didasari pada informasi yang disimpan. Unit pemrosesan komputer mampu melangsungkan sederet instruksi yang dapat dibaca, dimanipulasi dan menyimpan data.

Komputer elektronik pertama dikembangkan pada pertengahan abad 20 (1940–1945). Komputer modern yang didasari atas sirkuit terintegrasi (integrated circuits, IC) memiliki kemampuan jutaan – miliar kali lebih tinggi dibandingkan komputer pertama. Komputer personal dalam berbagai bentuknya merupakan ikon era informasi (Information Age). Nanotransistor

Kemampuan komputer tergantung sekali dengan teknologi IC. Perusahan komputer telah mampu mengebangkan chips yang menggunakan teknologi fabrikasi 32 nanometer (Klabunde, 2001 dan Ratner, 2003). Chips tersebut terdiri dari sekitar 1.9 miliar transistor dalam kepingan chip tunggal. Semakin banyak transistor yang mampu dimuat dalam single chip maka komputer memiliki kemampuan semakin tinggi.

Sebagai perbandingan, Pentium 4 menggunakan chip dengan 42 juta transistor berukuran 0,18 mikron atau 180 nanometer. Pada tahun 2011, ukuran transistor semakin kecil mencapai 0,025 mikron (25 nm). Semakin banyak transistor berarti chips semakin cepat. Dengan satu miliar transistor dalam satu chip akan menghasilkan kecepatan 10 – 20 GHz. Teknologi Layar Seiring dengan evolusi transistor, teknologi layar (monitor) yang digunakan untuk tampilan komputer juga mengalami evolusi. Perkembangan dalam bidang smart material telah mengubah teknologi layar (display technology) dari monitor Cathode Ray Tube (CRT) menjadi Liquid Crystal Display (LCD), plasma display, dan terakhir Light Organic Emiting Diode (LOED) display. Teknologi LOED display menggunakan smart material polimer penghantar listrik (György, 2008), sehingga ketebalan layar menjadi semakin tipis, sampai suatu saat nanti akan dihasilkan layar fleksibel.

Chips dengan teknologi transistor ukuran 32 nm.

Page 12: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 12

III. Aplikasi TIK dalam Pembelajaran Pemahaman mengenai teknologi informasi dan komunikasi dalam konteks

pembelajaran di kelas adalah sebagai alat atau sarana (Haddad, 2005) yang digunakan untuk melakukan perbaikan/penyempurnaan kegiatan pembelajaran sehingga para pebelajar menjadi lebih otonom dan kritis dalam menghadapi masalah, yang pada akhirnya bermuara pada peningkatan hasil kegiatan belajar pebelajar (Karsenti, 2005). Teknologi dapat dan benar-benar membantu pebelajar mengembangkan semua jenis keterampilan, mulai dari tingkat yang sangat mendasar sampai dengan tingkat keterampilan berpikir kritis yang lebih tinggi (MacKinnon, 2005).

Kementerian Negara Riset dan Teknologi memberikan rumusan pengertian mengenai TIK sebagai bagian dari ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Lebih jauh dikemukakan bahwa TIK secara umum adalah semua teknologi yang berhubungan dengan pengambilan, pengumpulan (akuisisi), pengolahan, penyimpanan, penyebaran, dan penyajian informasi. Pemahaman TIK yang demikian ini mencakup semua perangkat keras, perangkat lunak, kandungan isi, dan infrastruktur.

Dari uraian yang telah dikemukakan di atas mengenai TIK, maka penerapannya di lingkungan pendidikan/pembelajaran dapatlah dikatakan bahwa TIK mencakup perangkat keras, perangkat lunak, kandungan isi (materi pelajaran/perkuliahan), dan infrastruktur yang fungsinya berkaitan dengan pengambilan, pengumpulan (akuisisi), pengolahan, penyimpanan, penyebaran, dan penyajian informasi (materi pelajaran/perkuliahan).

Dalam blue print TIK untuk pendidikan, fungsi-fungsi TIK digambar sebagai sebuah bangunan gedung. Terdiri dari pondasi, tiang, dan atap, sebagaimana dapat dilihat pada gambar PERANAN TIK DI INDONESIA

Page 13: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 13

Pertama, dapat kita lihat bahwa TIK berfungsi sebagai Sumber Belajar, dapat berupa referensi berbagai ilmu pengetahuan yang tersedia dan dapat diakses melalui fasilitas TIK, pengelolaan pengetahuan, jaringan pakar, jaringan antara institusi pendidikan, dll.

Kedua, fungsi TIK sebagai alat bantu pembelajaran dapat berupa alat bantu mengajar bagi pengajar, alat bantu belajar bagi pebelajar, serta alat bantu interaksi antara pengajar dengan pebelajar.

Ketiga, fungsi TIK sebagai fasilitas pendidikan di kampus/tempat belajar dapat berupa pojok internet, perpustakaan digital, kelas virtual, lab multimedia, papan elektronik, dll.

Aplikasi TIK dalam pembelajaran terutama dalam pembuatan materi

pembelajaran, media dan e-learning.

3.1 Media Pembelajaran berbasis TIK Menurut Arsyad (2008) kata media berasal dari bahasa Latin medius yang berarti “tengah”, “perantara” atau “pengantar”. Pengertian media mengarah kepada sesuatu yang mengantar atau meneruskan informasi (pesan) antara pemberi pesan (sumber) dan penerima pesan. Hubungan komunikasi interaksi akan berjalan lancar dan tercapai hasil yang maksimal apabila digunakan alat bantu yang disebut media. UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Agar proses pembelajaran berlangsung dengan baik dan dengan hasil yang optimal maka media pembelajaran sangat diperlukan. Dalam proses pembelajaran, media didefinisikan sebagai sesuatu yang membawa informasi atau pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara dosen dan mahasiswa atau antara gugu dan siswa. Setiap media yang digunakan pada umumnya memiliki manfaat untuk tujuan pencapaian proses belajar mengajar. Menurut Sujana (dalam Pasek, 2011) media pembelajaran memiliki empat manfaat. Pertama, pembelajaran akan lebih menarik perhatiam mahasiswa/siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. Kedua, materi pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh mahasiswa/siswa. Ketiga, metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh dosen, sehingga mahasiswa tidak bosan dan dosen tidak kehabisan tenaga. Keempat, mahasiswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian dosen, tetapi juga aktivitas lainnya seperti mengamati, melakukan, mendengarkan, dan mendemontrasikan. Munadi (dalam Saprudin, 2010) menjelaskan bahwa media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efektif dan efisien.

Page 14: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 14

Hakekat media dalam proses pembelajaran berfungsi sebagai instrumental, dengan kata lain media berarti tidak hanya sekedar alat saja, namun untuk mencapai atau memiliki tujuan. Alat yang dimaksud dalam media adalah alat untuk memebantu proses pembelajaran, alat untuk mempermudah pemahaman masalah yang sedang dibahas, dan alat untuk mempermudah mengungkapkan hal-hal yang rumit. Jadi sebagai alat, media bisa digunakan untuk berbagai tujuan, tetapi tidak semua tujuan, karena setiap media memiliki ciri atau karakteristik dan kekhasannya masing-masing, sehingga hanya tepat digunakan untuk tujuan-tujuan yang khas dan sesuai pula. Setiap penggunaan media pembelajaran memiliki tujuan dalam pemcapaian tujuan pembelajaran. Raharjo (dalam Pasek, 2011) menjelaskan penggunaan media pembelajaran memiliki enam tujuan: (1) sebagai ilustrator yaitu berperan menggambarkan masalah secara jelas, (2) membentuk kode (sandi), (3) mampu menunjukkan gambaran hidup (animasi), (4) memahami maknanya (kodifikasi), (5) melahirkan kesadaran baru (dekodifikasi), dan (6) mewujudkan terjadinya perubahan ke arah perbaikan (transformasi). Terdapat berbagai jenis media pembelajaran, antara lain: simulasi, audio, visual, gambar, grafis, gambar cetakan, audio visual, dan multimedia. Penggabungan beberapa media sering disebut multimedia. Menurut Hamalik (1986), Jamarah (2002), dan Sadiman dkk (1986) mengelompokkan media berdasarkan jenisnya menjadi tiga jenis, yaitu:

(1) Media audio, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti taperecorder.

(2) Media visual, yaitu media yang hanya mengandalkan indera penglihatan dalam wujud visual.

(3) Media audiovisual, yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, dan media ini dibagi ke dalam dua jenis yaitu: (a) audiovisual diam, yang menampilkan suara dan visual diam, seperti film sound slide, dan (b) audiovisual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak, seperti film, video cassete da VCD.

Menurut tim pengembang MPBTIK (2010) beberapa definisi multimedia yaitu: (1) Multimedia adalah kombinasi dari komputer dan video (2) Multimedia secara umum merupakan kombinasi tiga elemen yaitu suara,

gambar, dan teks. (3) Multimedia adalah kombinasi dari paling sedikit dua media input atau

output dari data, media ini dapat berupa audio (suara, musik), animasi, video, teks, grafik, dan gambar.

(4) Multimedia merupakanalat yang menciptakan presentasi yang dinamis dan interaktif ang mengkombinasikan teks, grafik, animasi, audio, dan gambar video.

(5) Multimedia adalah pemanfaatan komputer untuk membuat dan menggabungkan teks, grafik, audio, video dan animasi dengan

Page 15: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 15

menggabungkan link dan tool yang memungkinkan pemakai melakukan navigasi, berinteraksi, berkreasi, dan berkomunikasi.

Levie dan Lentz (dalam Sandi, 2011) mengemukana empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual. (1) Fungsi atensi. Seringkali pada awal pembelajaran siswa tidak tertarik dengan materi pelajaran. Media visual dapat digunakan untuk menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi pada isu pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. (2) Fungsi afektif. Gambar visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa. (3) Fungsi kognitif. Sesuai hasil penelitian, media visual dapat memperlancar pencapaian tujuan untuk mengingat dan memahami informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar. (4) Fungsi kompensatoris. Media visual yang memberikan konsteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. 3.2 E-learning

Secara sederhana e-learning dapat diartikan sebagai pembelajaran elektronik. LearnFram.Com dalam Glossary of E-learning Terms mendefinisikan e-lerning sebagai sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung pembelajaran dengan media internet, jaringan komputer, maupun komputer standalone. Beberapa istilah lain yang digunakan untuk e-learning adalah: internet-based learning (pembelajaran berbasis intenet), virtual learning environment (pembelajaram melalui lingkungan maya), dan web-based learning (pembelajaran berbasis web). Menurut Praherdhiono (2010) e-learning memiliki kharakteristik seperti diuraikan di bawah ini. Karakteristik Penjelasan Non-linearity Pemakai (user) bebas untuk mengakses (browse)

tentang objek pembelajaran dan terdapat fasilitas untuk memberikan persyaratan tergantung pada pengetahuan pemakai.

Self Managing Pemakai dapat mengelola sendiri proses pembelajaran dengan mengikuti struktur yang telah dibuat.

Feedback-Interactivity Pembelajaran dapat dilakukan dengan interaktif dan disediakan feedback pada proses pembelajaran.

Multimedia-Learners style E-learning menyediakan fasilitas multimedia. Keuntungan dengan menggunakan multimedia, siswa dapat memahami lebih jelas dan nyata sesuai dengan tipe siswanya.

Page 16: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 16

Karakteristik Penjelasan Just in time E-learning menyediakan kapan saja yang

diperlukan pemakai, untuk menyelesaikan permasalahan atau hanya ingin meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan.

Dynamic updating Mempunyai kemampuan memperbaharui isi materi secara otomatis pada perubahan yang terbaru.

Easy Accessibility/Access Ease

Hanya menggunakan browser atau mungkin diperlukan beberapa aplikasi pendukung.

Collaborative learning

Dengan tool pembelajaran memungkinkan kita saling interaksi, maksudnya bisa berkomunikasi secara langsung pada waktu yang bersamaan (synchronous) atau berkomunikasi pada waktu yang berbeda (asynchronous). Pemakai bisa berkomunikasi dengan pembuat materi, siswa yang lain, pengunjung.

Setidaknya ada 3 (tiga) fungsi pembelajaran elektronik terhadap kegiatan

pembelajaran di dalam kelas (classroom intruction), yaitu sebagai tambahan (suplement) yang sifatnya pilihan/opsional, pelengkap (complement), dan pengganti (substituent).

E-learning memiliki kelebihan dibandingkan dengan pembelajaran langsung yang biasa digunakan saat ini. Berikut adalah kelebihan yang ada dalam e-learning. a) Interactivity: Siswa maupun pengajar memungkinkan tersedianya komunikasi

lebih banyak dan interaktif, baik secara langsung maupun tidak langsung. b) Independency: Mengenai tempat, waktu, pengajar menjadi fleksibel.

Pembelajaran lebih berorientasi pada siswa (siswa lebih banyak aktif). c) Accessibility: Dengan menggunakan teknologi, banyak sumber-sumber yang

mudah dicapai. d) Adaptivity: Mudah beradaptasi dengan lingkungannya. Bebas, dapat

sambil beristirahat. e) Enrichment/enlivenment: Dalam presentasi untuk memperkaya pengajaran

memungkinkan menggunakan video streaming, simulasi, dan animasi.

IV. Penutup Kemajuan dalam Teknologi Informasi dan Komunikasi yang dicapai saat ini tergantung dari perkembangan sains khususnya material yang digunakan dalam komputer. Teknologi Informasi dan Komunikasi ini memberikan nilai manfaat

Page 17: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 17

yang sangat besar dalam pendidikan khusunya dalam pembelajaran, karena TIK sangat membantu pembelajaran, mulai dari pembuatan materi ajar, media, sampai e-learning. Daftar Pustaka Arsyad, A. 2008. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. György Inzelt. 2008. “Conducting Polymers”. Berlin. Heidelberg: Springer. Haddad, W D. (2011). Technology and Teacher Education: Making the

Connection. Sumber: http://www.techknowlogia.org/TKL_active_pages2/CurrentArticles/ main.asp?IssueNumber=18&FileType=PDF&ArticleID=434 (diakses tanggal 31 Mei 2011).

Karsenti, T. (2011). From Blackboard to Mouse Pad: A Case Study of the

Effectiveness of E-Learning and Technology in Teacher Education Programs. Sumber: http://www.Techknow logia.org/TKL active_pages2/ CurrentArticles/main.asp?IssueNumber=18&FileType=PDF&ArticleID= 446 (diakses tanggal 31 Mei 2011)

Klabunde, K. J. 2001. Nanoscale Material in Chemistry. Singapore: Wiley-Interscience. Ratner, M. dan Ratner, D. 2003. Nanotechnology. New Jersey: Prentice Hall. MacKinnon, S. (2011). Technology Integration in the Classroom: Is There Only

One way to Make It Effective? Sumber:http://www.techknowlogia.org/ TKL_active_ pages2/CurrentArticles/main.asp? Issue Number=18&FileType =PDF&ArticleID=445 (diakses tanggal 31 Mei 2011).

Pasek, I N. 2011. Pengaruh Penggunaan Multimedia Pembelajaran Terhadap

Pemahaman Konsep Fisika ditinjau dari Gaya Belajar Siswa. Tesis. Singaraja: Undiksha.

Praherdhiono, H. 2010. Konsep E-learning. Makalah disampaikan dalam

Pelatihan Pembuatan Media Pembelajaran Berbasis TIK di FMIPA Undiksha.

UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sandi, G. 2011. Pengaruh Model Blended Learning Terhadap Hasil Belajar Kimia

Ditinjau dari Kemandirian Siswa SMA Negeri 5 Denpasar, Tesis, Singaraja: Undiksha.

Page 18: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 18

Saprudin. 2010. Penggunaan Multimedia Interaktif dalam Pembelajaran Rangkaian Arus Listrik Bolak-Balik Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains dan Berpikir Kritis Mahasiswa. Tesis. Bandung. FPMIPA UPI.

Tim Pengembang MPBPTIK. 2010. Membangun LMS Berbasis Web dengan

Aplikasi Moodle. Bogor: Kementerian Pendidikan Nasional.

Page 19: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 19

Makalah utama : Masa Depan eLearning dalam era Cloud, Social dan Mobile Putu Sudiarta

MASA DEPAN ELEARNING DALAM ERA CLOUD, SOCIAL DAN MOBILE

Oleh

Putu Sudiarta

(Direktur PT.Bamboomedia Cipta Persada)

I. Pengantar

Istilah e-Learning 2.0 digunakan untuk merujuk kepada cara pandang baru terhadap pembelajaran elektronik yang terinspirasi oleh munculnya teknologi Web 2.0. Sistem konvensional pembelajaran elektronik biasanya berbasis pada paket pelajaran yang disampaikan kepada siswa dengan menggunakan teknologi Internet (biasanya melalui LMS). Peran siswa dalam pembelajaran terdiri dari mempelajari materi dan mempersiapkan tugas. Kemudian tugas dievaluasi oleh guru. Sebaliknya, e-learning 2.0 memiliki penekanan pada pembelajaran yang bersifat sosial dan penggunaan perangkat lunak sosial (social networking) seperti blog, wiki, podcast dan Second Life. Fenomena ini juga telah disebut sebagai Long Tail learning. Selain itu juga, E-learning 2.0 erat hubungannya dengan Web 2.0, social networking (Jejaring Sosial) dan Personal Learning Environments (PLE). II. Komputasi Awan (Cloud)

Cloud computing atau komputasi awan merupakan definisi untuk teknologi komputasi grid (grid computing) yang digunakan pada pertengahan hingga akhir 1990-an. Jargon komputasi awan mulai muncul pada akhir tahun 2007, digunakan untuk memindahkan layanan yang digunakan sehari-hari ke Internet, bukan disimpan di komputer lokal lagi.

Email yang tersedia dalam bentuk web mail merupakan contoh yang sangat kecil dari teknologi cloud computing. Dengan menggunakan layanan email seperti Gmail dan Yahoo Mail, orang tidak perlu lagi menggunakan Outlook atau aplikasi desktop lainnya untuk email mereka. Membaca email dengan browser memungkinkan dilakukan di mana saja sepanjang ada koneksi internet.

Pada tahun 2007, layanan lain termasuk pengolahan kata, spreadsheet, dan presentasi telah dipindahkan ke dalam komputasi awan. Google menyediakan pengolah kata, spreadsheet dan aplikasi presentasi di lingkungan komputasi yang awan dan terintegrasi dengan Gmail dan Google Calendar, menyediakan lingkungan kantor di web (atau di awan). Microsoft dan perusahaan lain juga bereksperimen dengan mengalihkan program-program ke awan untuk

Page 20: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 20

membuatnya lebih terjangkau dan lebih mudah diakses oleh pengguna komputer dan Internet. Perangkat lunak sebagai layanan (istilah Microsoft untuk komputasi awan) adalah barang yang sangat baru bagi kebanyakan orang di Microsoft.

Cloud computing saat ini sangat populer, selain dari pemain besar software seperti Microsoft dan Google, perusahaan lain bermunculan hanya untuk menyediakan layanan berbasis awan sebagai pengganti atau penyempurnaan aplikasi pada PC hari ini. Beberapa dari perusahaan tersebut adalah Zoho.com, sebuah office suite online, Evernote.com, merupakan sebuah situs yang ditujukan untuk catatan online, dan RememberTheMilk.com, manajemen tugas online.

Teknologi komputasi dan teknik pemrograman baru atau teknik pengembangan berubah dengan cepat, tujuan dalam komputasi awan nampaknya akan membuat teknologi menjadi sangat mudah dimata user dan menjadikannya sesederhana mungkin. Pengembangan berbasis internet sangat pesat saat ini dengan boomingnya blogging dan microblogging serta layanan jejaring sosial yang bertujuan untuk menemukan cara baru membantu individu dan bisnis untuk dapat berkomunikasi satu sama lain di arena komputasi awan

Page 21: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 21

III. Social Media Media sosial adalah sebuah media online dimana para penggunanya bisa

dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, sosial network atau jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki mungkin merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia.

Sementara jejaring sosial merupakan situs dimana setiap orang bisa membuat web page pribadi, kemudian terhubung dengan teman-teman untuk berbagi informasi dan berkomunikasi. Jejaring sosial terbesar antara lain Facebook, Myspace, dan Twitter. Jika media tradisional menggunakan media cetak dan media broadcast, maka media sosial menggunakan internet. Media sosial mengajak siapa saja yang tertarik untuk berpertisipasi dengan memberi kontribusi dan feedback secara terbuka, memberi komentar, serta membagi informasi dalam waktu yang cepat dan tak terbatas. Saat teknologi internet dan mobile phone makin maju maka media sosial pun ikut tumbuh dengan pesat. Kini untuk mengakses facebook atau twitter misalnya, bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja hanya dengan menggunakan sebuah mobile phone. Demikian cepatnya orang bisa mengakses media sosial mengakibatkan terjadinya fenomena besar terhadap arus informasi tidak hanya di negara-negara maju, tetapi juga di Indonesia. Karena kecepatannya media sosial juga mulai tampak menggantikan peranan media massa konvensional dalam menyebarkan berita-berita.

Menurut Antony Mayfield dari iCrossing, media sosial adalah mengenai menjadi manusia biasa. Manusia biasa yang saling membagi ide, bekerjasama, dan berkolaborasi untuk menciptakan kreasi, berfikir, berdebat, menemukan orang yang bisa menjadi teman baik, menemukan pasangan, dan membangun sebuah komunitas. Intinya, menggunakan media sosial menjadikan kita sebagai diri

Page 22: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 22

sendiri. Selain kecepatan informasi yang bisa diakses dalam hitungan detik, menjadi diri sendiri dalam media sosial adalah alasan mengapa media sosial berkembang pesat.

Jika dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa menyampaikan pendapat secara terbuka karena satu dan lain hal, maka tidak jika kita menggunakan media sosial. Kita bisa menulis apa saja yang kita mau atau kita bebas mengomentari apapun yang ditulis atau disajikan orang lain. Ini berarti komunikasi terjalin dua arah. Komunikasi ini kemudian menciptakan komunitas dengan cepat karena ada ketertarikan yang sama akan suatu hal. IV. Teori Social Learning

Teori pembelajaran sosial adalah gagasan bahwa orang belajar paling efektif ketika mereka berinteraksi dengan pelajar lain tentang suatu topik tertentu. Psikolog pendidikan mengacu pada konstruktivisme sebagai sosial. Kredibilitas terakhir untuk teori ini datang dari sebuah studi oleh Dr Richard J. Cahaya (Harvard School of Education) yang mengidentifikasi faktor-faktor yang mengarah pada kesuksesan bagi mahasiswa. Menurut Dr Light, penentu terkuat dari siswa 'sukses di perguruan tinggi-bahkan lebih dari rincian instruktur mereka mengajar gaya-adalah kemampuan mereka untuk membentuk atau berpartisipasi dalam kelompok belajar kecil. Siswa yang belajar dalam kelompok, bahkan hanya sekali seminggu, lebih terlibat dalam studi mereka, lebih siap untuk kelas, dan belajar secara signifikan lebih dari siswa yang belajar sendiri.

Prinsip-prinsip belajar sosial (konstruktivisme sosial) adalah sangat penting untuk para pemimpin belajar dan desainer instruksional bertanggung jawab untuk menciptakan pengalaman belajar online. Tanpa perencanaan yang disengaja untuk memungkinkan interaksi sosial, belajar online dapat mengisolasi peserta didik dari satu sama lain. Untungnya, adopsi online praktik pembelajaran sosial meningkat. Menurut Laporan Tahunan 2008 pada Pelatihan Perusahaan, kolaborasi terstruktur sekarang digunakan oleh sekitar 70 persen dari semua organisasi. Hal ini difasilitasi oleh peningkatan dramatis dalam ketersediaan alat-alat online yang mendukung pembelajaran sosial. Menurut laporan yang sama, "Menggunakan komunitas, peserta didik dapat berinteraksi dan berbagi ide dalam sebuah masyarakat online . Kelompok ini belajar menarik format untuk lebih muda, pelajar sadar sosial dan dibangun di sekitar gagasan bahwa 'banyak pikiran lebih baik dari satu.' " V. Informasi dan Komunikasi Bergerak (Mobile)

Mobile Computing: Sebuah teknologi yang memungkinkan transmisi data, melalui komputer, tanpa harus tersambung ke link fisik tetap. Mobile komunikasi suara secara luas didirikan di seluruh dunia dan telah mengalami peningkatan yang sangat pesat dalam jumlah pelanggan ke berbagai jaringan selular selama beberapa tahun terakhir. Perpanjangan dari teknologi ini

Page 23: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 23

adalah kemampuan untuk mengirim dan menerima data di jaringan-jaringan selular. Ini adalah prinsip komputasi mobile.

Mobile Data komunikasi telah menjadi teknologi yang sangat penting dan

berkembang pesat karena memungkinkan pengguna untuk mengirimkan data dari lokasi terpencil ke lokasi terpencil atau tetap lainnya. Hal ini terbukti menjadi solusi bagi masalah terbesar orang bisnis saat bepergian – mobilitas.

Sebuah jaringan selular terdiri dari unit mobile dihubungkan bersama untuk peralatan switching, yang interkoneksi berbagai bagian dari jaringan dan memungkinkan akses ke Public Switched tetap Telephone Network (PSTN). Teknologi ini tersembunyi dari pandangan, melainkan tergabung dalam sejumlah tranceivers disebut base station (BS). Setiap BS terletak di tempat strategis yang dipilih dan mencakup daerah tertentu atau sel – maka nama komunikasi selular. Sejumlah sel yang berdekatan dikelompokkan bersama-sama membentuk suatu area dan BSS berkomunikasi yang sesuai melalui Mobile Switching disebut Centre (MSC). MSC adalah jantung dari sistem radio selular. Hal ini bertanggung jawab untuk routing, atau switching, panggilan dari originator ke destinator tersebut. Hal ini dapat dianggap mengelola sel, bertanggung jawab untuk mengatur kontrol-up, routing dan pemutusan panggilan, untuk manajemen tangan antar-MSC atas dan layanan tambahan, dan untuk mengumpulkan pengisian dan informasi akuntansi. MSC dapat dihubungkan ke MSC lainnya pada jaringan yang sama atau ke PSTN.

Layanan lain yang terkait dengan mobile computing adalah komputasi awan, atau kemampuan untuk menggunakan layanan website dari komputer mobile. Cloud computing menyediakan akses ke lingkungan jaringan seperti dengan berbagai aplikasi dan sumber daya hampir tak terbatas sehingga perwakilan lapangan, misalnya, dapat memanfaatkan sumber daya website bukannya disertakan dengan berat, mesin mahal dikemas dengan perusahaan

Page 24: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 24

perangkat lunak dan data. Komputasi Mobile juga menyediakan akses ke jaringan virtual private perusahaan (VPN) dengan tunneling melalui Internet. Sudah hampir tidak mungkin untuk memperkirakan nilai peningkatan produktivitas bisnis yang diberikan oleh komputasi mobile.

VI. Penutup

Perkembangan teknologi informasi memang benar-benar tidak terbendung diabad 21 ini dikarenakan abad ini adalah abad informasi. Teknologi ini mengubah cara kita mencari informasi, berkomunikasi, belajar dan berbagai cara hidup kita. Dapat kita bayangkan kemudian, manakala teknologi ini benar-benar berkolaborasi secara optimal (Cloud, Social dan Mobile) maka eLearning akan menemukan bentuk barunya yang tidak sepenuhnya dapat kita perkirakan saat ini. Bukan tidak pada saatnya nanti kita harus melakukan redifinisi dari arti kata Belajar, Guru, Siswa dan Kelas yang sudah dikenal manusia selama berabad-abad.

Adalah penting untuk menikmati segala perkembangan teknologi ini agar kita dapat berperan serta dalam proses kemajuan dunia yang berbasia digital pada era ini. Namun apapun perkembangan tersebut, senantiasa kita tanyakan kembali apakah kehadiran teknologi tersebut memang meningkatkan kualitas hidup kita lahir batin atau tidak. Teknologi mestinya membuat hidup menjadi lebih mudah dan berkualitas, bila tidak berarti ada yang salah dengan cara kita mengapresiasi teknologi. Semoga bermanfaat.

Page 25: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 25

Makalah Kelompok A : Bidang Kependidikan Informatika /

TIK Secara Luas

Page 26: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 26

A.1. Pengaruh Penerapan Pembelajaran Interactive Engagement (IE) Berbantuan Lembar Kerja Siswa (LKS) Terhadap Hasil Belajar siswa Kelas XI Sma Negeri 3 Singaraja Tahun Ajaran 2010/2011 I Gede Partha Sindu, Ketut Agustinii, Made Windu Antara Kesiman

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN INTERACTIVE ENGAGEMENT (IE) BERBANTUAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SMA NEGERI 3

SINGARAJA TAHUN AJARAN 2010/2011

Oleh

I Gede Partha Sindu, Ketut Agustini, Made Windu Antara Kesiman Jurusan Pendidikan Teknik Informatika

Universitas Pendidikan Ganesha email: [email protected], [email protected]

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui pengaruh

penerapan pembelajaran Interactive Engagement berbantuan lembar kerja siswa (LKS) terhadap hasil belajar untuk materi Microsoft Access siswa kelas XI SMA Negeri 3 Singaraja dan (2) mengetahui respon siswa terhadap penerapan pembelajaran Interactive Engagement (IE) berbantuan lembar kerja siswa (LKS) untuk materi Microsoft Access siswa kelas XI SMA Negeri 3 Singaraja

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu. Populasi penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 3 Singaraja. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 dan XI IPA 3 SMA Negeri 3 Singaraja semester ganjil tahun ajaran 2010/2011 sebanyak 70 orang. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Post Test Only with Non Equivalent Control Group Design. Pada akhir pembelajaran kedua kelas sampel diberi tes dengan menggunakan instrumen yang sama yang telah diuji validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda soal. Pengumpulan data dilakukan dengan metode tes pilihan ganda satu jawaban benar. Metode tes dilakukan untuk memperoleh data nilai akhir setelah diberi perlakuan pada kelompok eksperimen. Sebelum dianalisis dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Kemudian data dianalisis menggunakan uji t. Sedangkan untuk respon menggunakan metode angket yang dianalisis secara deskriptif kualitatif.

Berdasarkan perhitungan uji normalitas dan uji homogenitas varians yang hasilnya adalah kedua data baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol berdistribusi normal dan mempunyai varians yang homogen. Hasil dari perhitungan uji homogenitas ini selanjutnya digunakan dalam uji hipotesis dengan teknik statistik uji-t dengan taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan

Page 27: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 27

221 −+ nn . Dari perhitungan uji-t didapat thitung = 3,978 dan ttabel = 1,995. Karena thitung > ttabel maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap penerapan pembelajaran Interactive Engagement (IE) berbantuan lembar kerja siswa (LKS) terhadap hasil belajar untuk materi Microsoft Access siswa kelas XI SMA Negeri 3 Singaraja. Sedangkan untuk respon siswa sebanyak 44,12 % siswa memberikan respon sangat positif, 52,94 % siswa merespon positif dan 2,94 % siswa merespon cukup positif.

Kata-kata kunci : Interactive Engagement (IE) berbantuan lembar kerja siswa

(LKS), hasil belajar, respon siswa. I. Pendahuluan

Pemerintah Indonesia melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan penyempurnaan kurikulum. Penyempurnaan kurikulum ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Kurikulum yang sedang diterapkan saat ini yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), sehingga diharapkan dapat terjadi perubahan paradigma pembelajaran dari teacher centered (berpusat pada guru) menjadi student centered (berpusat pada siswa).

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SMA Negeri 3 Singaraja didapat bahwa hasil belajar siswa tahun ajaran 2008/2009 dan tahun 2009/2010 menunjukkan nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah sebesar 75. Rendahnya hasil belajar tersebut disebabkan karena belum optimalnya penggunaan komputer, proses pembelajaran yang diterapkan di sekolah cenderung berpusat pada guru, dan belum optimalnya penggunaan sumber belajar seperti Lembar Kerja Siswa (LKS) bagi siswa. Pada proses pembelajaran TIK di sekolah, sering dijumpai apabila siswa diberikan masalah tampak bahwa siswa cenderung tidak menggunakan pertimbangan dalam memecahkan masalah, dan siswa juga kurang seksama dalam membaca soal sehingga kinerja pemecahan masalah siswa masih tergolong rendah. Dalam memecahkan suatu permasalahan, guru cenderung mengarahkan siswa untuk mendapatkan hasil (jawaban yang benar) tanpa memperhatikan proses atau kegiatan yang dilakukan siswa selama pencarian solusi dari permasalahan tersebut. Gambaran sistem belajar seperti ini tampaknya kurang efektif dalam hal menumbuhkan minat siswa terhadap pelajaran itu sendiri. Sehingga untuk itu perlu diadakannya perubahan model pembelajaran yang baru dan lebih inovatif untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menguasai materi/pokok bahasan pembelajaran secara teoritik dan praktik.

Salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran Interactive Engagement (IE). Model pembelajaran IE merupakan model pembelajaran yang berorientasi pada siswa (student centered), dimana siswa dilibatkan langsung dalam berbagai jenis kegiatan pembelajaran di kelas. Model pembelajaran IE membuat siswa saling berinteraksi dalam berbuat

Page 28: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 28

dan berpikir (hand on and minds on) yang menghasilkan umpan balik secara langsung terhadap materi pelajaran yang diberikan.

Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis akan mencoba untuk mengkaji lebih jauh tentang pengaruh penerapan pembelajaran Interactive Engagement (IE) berbantuan lembar kerja siswa (LKS) terhadap hasil belajar untuk materi Microsoft Access siswa kelas XI SMA Negeri 3 Singaraja tahun ajaran 2010/2011.

II. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Eksperimen Semu (Quasi Experimental). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI semester ganjil (1) SMA Negeri 3 Singaraja tahun ajaran 2010/2011 sebanyak 7 kelas dengan jumlah 234 siswa. Sampel penelitian ini dipilih dengan teknik “ random sampling” sehingga didapat dua kelas sebagai sampel yaitu kelas XI-IPA 3 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI-IPA 2 sebagai kelas kontrol dengan desain penelitian “Post Test Only with Non Equivalent Control Group Design”. Adapun data yang ingin dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu: (1) hasil belajar siswa dengan menggunakan tes hasil belajar (tes obyektif) di akhir pelajaran, (2) respon siswa terhadap penerapan pembelajaran Interactive Engagement (IE) dengan cara memberikan kuisioner (angket respon) pada siswa yang diterapkan pembelajaran tersebut.

Untuk tes hasil belajar yang akan diberikan pada kelompok eksperimen dan kontrol, terlebih dahulu tes tersebut diujicobakan dan dianalisis. Hasil dari analisis uji instrumen tersebut dipakai untuk tes hasil belajar di akhir pembelajaran kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Adapun teknik yang dipakai untuk menganalisis uji instrumen adalah uji validitas, uji reliabilitas, daya beda item dan tingkat kesukaran butir tes yang masing-masing rumusnya adalah sebagai berikut.

1. Uji Validitas

q

p

S

MM

t

tppbi

−=γ

Kriteria butir soal dalam kategori valid jika Tabelrhitung pbipbi −>−γ

pada taraf signifikan 5%.

2. Uji Reliabilitas

−= ∑

2

2

1.1 1 s

pqs

n

nr

Tes hasil belajar yang dapat diterima sebagai perangkat tes adalah yang berada pada kategori derajat reliabilitas sedang (0,40< 1.1r ≤0,60), tinggi

(0,60< 1.1r ≤ 0,80), dan sangat tinggi (0,80<1.1r ≤1,00).

Page 29: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 29

3. Daya Beda Item

Soal yang dapat digunakan adalah soal yang memiliki indeks deskriminasi 0,4 sampai 0,7

4. Tingkat Kesukaran Butir Tes

JS

BP =

Untuk tes standar, biasanya butir yang ditoleransi dianjurkan memiliki rentangan: 70,030,0 ≤≤ P

Setelah tes hasil belajar diberikan pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dan angket respon siswa, selanjutnya data yang didapat dari tes hasil belajar dan respon siswa tersebut dianalisis. Adapun teknik analisis yang digunakan adalah sebagai berikut.

1. Uji Normalitas Data

h

h

f

ffX

202 )( −

=∑

Kriteria pengujian pada taraf signifikan 5% data terdistribusi normal jika:

hitX 2 < tabelX 2

2. Uji Homogenitas Varians

kecilVarianster

besarVariansterFhitung =

Kriteria pengujian pada taraf 5% adalah kedua sampel homogen, jika

hitungF < ( )( )1,1 21 −− nntabelF α

3. Uji Hipotesis

( ) ( )

+

−+−+−

−=

2121

222

211

21

11

2

11

nnnn

snsn

XXthit

Keterangan: X1 : nilai rata-rata skor post test kelompok eksperimen X2 : nilai rata-rata post test kelompok kontrol n1 : banyak siswa kelompok eksperimen n2 : banyak siswa kelompok kontrol s1 : simpangan baku kelompok eksperimen s2 : simpangan baku kelompok kontrol.

BAB

B

A

A PPJ

B

J

BD −=−=

Keterangan :

:2X Chi Kuadrat

0f : Frekuensi observasi

hf : Frekuensi yang diharapkan

Page 30: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 30

4. Respon Siswa

Untuk mengetahui respon siswa terhadap penerapan pembelajaran Interactive Engagement (IE) berbantuan lembar kerja siswa, terlebih dahulu ditentukan rata-rata ( )X respon siswa yaitu jumlah skor respon siswa dibagi dengan jumlah siswa. Rata-rata ini kemudian digolongkan berdasarkan kriteria penggolongan respon siswa yang digolongkan menjadi 5 kriteria yaitu sangat positif, positif, cukup positif, kurang positif dan sangat kurang positif. Untuk menggolongkan respon siswa tersebut, terlebih dahulu dicari nilai dari mean ideal (MI) dan standar deviasi ideal (SDI) dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut.

Mi = 1/2 ( skor tertinggi + skor terendah ) Sdi = 1/6 ( skor tertinggi – skor terendah )

III. Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan analisis statistik yang telah dilakukan mengenai uji normalitas data, uji homogenitas varians, dan uji-t (hipotesis) sesuai dengan rumus yang dipaparkan di atas, maka diperoleh hasil uji normalitas data pada kelompok eksperimen dengan model pembelajaran IE mendapatkan hasil 6,98 dan kelompok kontrol dengan model pembelajaran DI mendapatkan hasil 4,69 dengan nilai tabel 11,070. Untuk homogenitas varians dari kedua kelompok tersebut hasilnya adalah 1,02 dan nilai tabelnya 1,77. Karena hasil dari normalitas data dan homogenitas varians lebih kecil dari nilai tabel sehingga datanya berdistribusi normal dan homogen. Setelah melakukan uji hipotesis didapat bahwa hasil dari t-hitung dan ttabel dengan taraf signifikan 5% masing-masing yaitu 3,978 dan 1,995.

Secara deskriptif hasil analisisnya menyatakan bahwa skor rata-rata kelompok eksperimen dengan model pembelajaran IE dan kelompok kontrol dengan model pembelajaran DI setelah diberikan post-test adalah 32,21 dan 28,67. Berdasarkan kedua skor tersebut, terlihat bahwa skor rata-rata kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan dengan skor rata-rata kelompok kontrol. Dilihat dari perhitungan uji normalitas dan homogenitas hasilnya tidak jauh berbeda, dimana kedua kelompok tersebut memiliki data yang berdistribusi normal dan homogen.

Berdasarkan seluruh penemuan yang diperoleh baik dari secara deskriptif maupun berdasarkan analisis statistik uji-t, maka dapat diambil suatu keputusan bahwa pembelajaran Interactive Engagement (IE) berbantuan lembar kerja siswa (LKS) pada pokok bahasan Microsoft Access memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Hal ini dikarenakan siswa lebih mudah menentukan dan memahami konsep-konsep yang sulit dengan mendiskusikan bersama temannya. Melalui diskusi akan terjalin komunikasi dan terjadi interaksi dengan siswa lain dengan saling berbagi ide serta memberi kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan pendapatnya. Dengan belajar secara berkelompok siswa yang lebih pandai dapat memberikan bantuan

Page 31: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 31

kepada siswa yang kurang pandai. Ini dapat menumbuhkan motivasi belajar bagi siswa yang akan berdampak positif pada hasil belajar mereka.

Kendala yang ada dari penelitian ini adalah skor hasil belajar siswa pada kelompok dengan model pembelajaran IE belum sepenuhnya mampu mencapai kategori sangat baik dan perbedaan skor rata-rata kelompok eksperimen dengan skor rata-rata kelompok kontrol tidak terlalu tinggi. Kendala ini disebabkan oleh: (1) rentang waktu belajar di sekolah yang singkat sehingga tidak mengakomodasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran berbantuan LKS secara utuh. (2) siswa belum terbiasa dengan LKS yang berorientasi pada model pembelajaran IE yang diberikan. (3) siswa belum terbiasa melakukan presentasi atau mengungkapkan pendapat di depan kelas.

IV. Penutup

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan, hasil penelitian dan pembahasan seperi yang telah diuraikan di depan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1) terdapat pengaruh yang signifikan penerapan model pembelajaran Interactive Engagement (IE) berbantuan lembar kerja siswa (LKS) terhadap hasil belajar untuk materi Microsoft Access siswa kelas XI SMA Negeri 3 Singaraja, (2) Respon yang diperoleh dari penerapan pembelajaran Interactive Engagement (IE) berbantuan lembar kerja siswa (LKS) adalah positif.

Dari hasil simpulan tersebut di atas, maka disarankan kepada para guru maupun pihak sekolah diharapkan bersedia menggunakan model pembelajaran IE sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang sesuai dengan paradigma konstruktivisme dan mengacu pada KTSP. Untuk para pembaca yang berminat mengadakan penelitian lebih lanjut, selain membandingkan hasil belajar siswa bisa juga membandingkan aspek kemampuan pemecahan masalah siswa, aspek kemampuan berpikir kritis siswa, serta aspek pemahaman siswa menggunakan model pembelajaran IE. Selain itu bagi para peneliti lain agar memperhatikan kendala-kendala yang peneliti alami sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan pelaksanaan penelitian.

Daftar Pustaka Arikunto, S. 2005. Manajemen penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. Cahyadi, V. 2003. ”The Effect of Interactive Engagement Teaching Method to

Student Understanding of Introductory Physics at the Faculty Engineering, University of Surabaya, Indonesia”. http:/surveys.canterbury.ac.nz (diakses pada tanggal 8 Juni 2010).

Hake, R. R. 1998. ”Interactive-Engagement versus Traditional Methods: A six-

Thousand-Student Survey of Mechanics Test Data for Introductory Physics Courses”. American Journal of Physics. 66 (1). 64-74.

Page 32: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 32

Melly Soliastini, Putu. 2010. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Untuk Materi Microsoft Access di Kelas XI SMA Negeri 3 Singaraja. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Teknik Informatika Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja.

Pari Purna V, I Gede. 2009. Pengaruh Model Pembelajaran IE Terhadap

Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Singaraja Tahun Ajaran 2008/2009. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja.

Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta.

Page 33: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 33

A.2. Pengembangan Media Pembelajaran Fotografi Berbasis Inkuiri Pada Mata Pelajaran Produktif Multimedia Studi Kasus Siswa Kelas X-TMM Smk TI Bali Global Singaraja. I Gede Ngurah Dody Prayoga, Ketut Agustini, I Made Agus Wirawan PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN FOTOGRAFI BERBASIS

INKUIRI PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF MULTIMEDIA STUDI KASUS SISWA KELAS X-TMM SMK TI BALI GLOBAL

SINGARAJA

Oleh

I Gede Ngurah Dody Prayoga, Ketut Agustini, I Made Agus Wirawan Jurusan Pendidikan Teknik Informatika

Universitas Pendidikan Ganesha email: [email protected], [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk (1) merancang dan mengimplementasikan

pengembangan Media pembelajaran berbasis inkuiri untuk materi Fotografi di kelas X-TMM SMK TI Bali Global Singaraja; (2) mengetahui respon siswa kelas X-TMM SMK TI Bali Global Singaraja terhadap pengembangan Media pembelajaran berbasis inkuiri pada mata pelajaran produktif multimedia.

Jenis penelitian yang digunakan adalah Research and Development (R&D) dengan model pengembangan Dick and Carey. Penelitian ini melibatkan siswa kelas X-TMM SMK TI Bali Global Singaraja tahun ajaran 2010/2011. Data tentang sumber belajar siswa diperoleh dengan menggunakan metode wawancara. Kevalidan media pembelajaran berbasis inkuiri serta respon siswa diperoleh dengan menggunakan metode angket. Kevalidan isi media pembelajaran berbasis inkuiri diperoleh dengan melakukan bimbingan dengan ahli isi dan ahli media. Data yang diperoleh tersebut dianalisis secara deskriptif. Pengembangan media menggunakan model pengembangan waterfall. Pengembangan media pembelajaran fotografi berbasis inkuiri ini diimplementasikan menggunakan software Adobe Flash CS4.

Hasil analisis data respon siswa menunjukkan bahwa persentase siswa yang memberikan respon sangat positif sebesar 43,3 % persentase siswa yang memberikan respon positif sebesar 56,7 %, dan tidak ada siswa yang memberikan respon ragu-ragu, negatif maupun sangat negatif. Skor rata-rata respon siswa yang diperoleh adalah sebesar 66,50. Skor tersebut menunjukkan bahwa respon siswa terhadap pengembangan Media pembelajaran berbasis inkuiri berada pada kategori sangat positif.

Page 34: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 34

Kata-kata kunci: Media pembelajaran, Inkuiri, Fotografi, Waterfall, Research and Development / R&D, Dick and Carrey.

I. Pendahuluan

Perkembangan teknologi informasi memungkinkan dihasilkannya berbagai multimedia interaktif dalam pembelajaran yang dapat memudahkan dan membangkitkan motifasi belajar siswa dalam pembelajaran. Hal ini dijelaskan oleh Matsumoto dalam (Wahyuni, 2008) bahwa teknologi komputer memiliki potensi mengajarkan keterampilan berfikir.

Mata pelajaran fotografi merupakan salah satu dari beberapa mata pelajaran produktif multimedia. Dalam penelitian ini, peneliti yang juga sebagai guru mata pelajaran produktif di SMK TI Bali Global Singaraja menemukan beberapa permasalahan terkait pembelajaran mata pelajaran fotografi. Beberapa permasalah tersebut dapat dipaparkan antara lain: (1) Didalam mata pelajaran Fotografi kegiatan pembelajaran didominasi oleh kegiatan identifikasi peralatan dan praktek sehingga memerlukan alat-alat fotografi yang memiliki harga relative mahal sehingga sulit untuk memperolehnya dalam mendukung proses pembelajaran. (2) Keterbatasan sarana dan prasarana juga berdampak pada metode pengajaran guru yang kurang variatif, akibatnya siswa kurang aktif dalam proses belajar mengajar. Siswa lebih banyak mendengar dan menulis keterangan guru yang menyebabkan isi pelajaran sebagai hapalan. Akibatnya siswa tidak memahami konsep yang sebenarnya.

Berdasarkan permasalahan diatas peneliti ingin mengembangkan sebuah media pembelajaran yang di dalam media tersebut menerapkan metode pembelajaran yang mengutamakan proses penemuan dalam kegiatan pembelajarannya untuk memperoleh pengetahuan. Dimana siswa mengutamakan proses penemuan dalam kegiatan pembelajarannya untuk memperoleh pengetahuan khususnya di dalam media pembelajaran yang digunakan. Sehingga siswa akan lebih mudah mengjingat dan memahami materi pelajaran saat siswa tersebut menemukan jawaban dari pertanyaan itu sendiri (Muslimin Ibrahim, 2010). Oleh karena itu dalam penelitian ini media yang ingin dikembangkan peneliti akan menerapkan metode pembelajaran inkuiri. Dimana inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis (Schmidt, 2003).

Berdasarkan paparan tersebut di atas, maka penulis termotivasi untuk mengembangkan media pembelajaran dalam penelitian yang berjudul “Pengembangan Media Pembelajaran Fotografi Berbasis Inkuiri pada Mata Pelajaran Produktif Multimedia untuk Siswa Kelas X-TMM SMK TI Bali Global Singaraja.”

Page 35: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 35

II. Metode Penelitian Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah Penelitian dan Pengembangan

(Research and Development / R&D). Penelitian ini dilakukan di SMK TI Bali Global singaraja. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X-TMM SMK TI Bali Global Singaraja pada semester ganjil tahun ajaran 2010/ 2011 yang berjumlah 30 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket. Data yang dikumpulkan untuk dianalisis dalam penelitian ini meliputi kevalidan media pembelajaran berbasis inkuiri serta respon siswa terhadap media pembelajaran yang dikembangkan.

Analisis validitas isi suatu media pembelajaran dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana media pembelajaran yang telah dibuat memenuhi kriteria materi ajar, tampilan dari sebuah media pembelajaran berdasarkan penilaian validator yang ditunjuk dengan menggunakan lembar validasi ahli, hasil validasi ahli menjadi dasar dan pertimbangan dalam melakukan revisi di analisis secara deskriptif kualitatif. Data yang diperoleh melalui bimbingan dari ahli, dari bimbingan tersebut diperoleh data/ saran-saran yang nantinya di jadikan revisi penulis, bimbingannya pun dilakukan berulang- ulang. Dalam hal ini yang ditunjuk sebagai ahli adalah dosen pembimbing penulis.

Analisis respon siswa dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana respon siswa terhadap media interaktif yang dikembangkan. Data respon siswa secara klasikal dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Analisis ini didasarkan pada rata-

rata kelas (X ) dari respon siswa, mean ideal (MI) dan Standar Deviasi Ideal (SDI) (Masidjo,1995) . Rata-rata kelas dari skor respon siswa dihitung dengan rumus:

N

XX∑=

Keterangan :

X = Rata-rata kelas untuk skor respon siswa

∑X = Jumlah skor respon siswa

N = Banyaknya siswa

Untuk mencari Mean Ideal (MI) dan Standar Deviasi Ideal(SDI) dapat dilakukan dengan rumus berikut: MI = 1/2 (sekor tertinggi ideal + sekor terendah ideal) SDI = 1/6 (sekor tertinggi ideal + sekor terendah ideal)

Respon siswa terhadap media pembelajaran dapat diketahui berdasarkan tabel di bawah ini Tabel 2.1. Tabel Konversi Respon Siswa

Rentangan Respon Siswa X > M + 1,5 SD Sangat Positif

M + 0,5 SD < X ≤ M + 1,5 SD Positif M – 0,5 SD < X ≤ M + 0,5 SD Ragu-ragu M – 1,5 SD ≤ X ≤ M – 0,5 SD Negatif

Page 36: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 36

III. Hasil dan Pembahasan

Hasil analisis data respon siswa menunjukkan bahwa skor rata-rata respon siswa yang diperoleh adalah sebesar 66,50. Distribusi respon siswa terhadap pengembangan media pembelajaran berbasis inkuiri tersebut menunjukkan bahwa dari 30 orang siswa kelas X-TMM, 13 orang siswa memberikan respon yang sangat positif dan sisanya 17 orang siswa memberikan respon yang positif, serta tidak ada siswa yang memberikan respon ragu-ragu, negatif, dan sangat negatif. Jumlah tersebut menunjukkan bahwa persentase siswa yang memberikan respon sangat positif terhadap pengembangan Media pembelajaran berbasis inkuiri adalah sebesar 43,3%, persentase siswa yang memberikan respon positif sebesar 56,7 %, serta presentase yang memberikan respon ragu-ragu, negatif, dan sangat negatif sebesar 0% .

Dari hasil analisis tersebut, respon siswa terhadap pengembangan media pembelajaran fotografi berbasis inkuiri untuk materi pelajaran fotografi dapat digolongkan pada kategori positif. Respon positif tersebut menunjukkan bahwa media pembelajaran yang dikembangkan dapat membuat respon siswa menjadi bertambah dan siswa akan merasa senang mengikuti mata pelajaran fotografi. Beberapa hal yang menjadi alasan siswa menjadi merasa senang dalam mengikuti pelajaran fotografi dapat dilihat dari beberapa indikator diantaranya adalah materi yang dipaparkan menjadi lebih jelas, langkah-langkah pengerjaan suatu materi mudah dipahami, contoh-contoh yang diberikan dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari, soal-soal latihan pada media pembelajaran berbasis inkuiri sesuai dengan tingkat kemampuannya, selain itu dengan di kemasnya media ini dalam bentuk pembelajaran individu, dapat menuntun siswa belajar mandiri, serta dapat menambah wawasan bagi siswa. IV. Penutup

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada penelitian pengembangan Media pembelajaran berbasis inkuiri ini maka dapat disimpulkan sebagai berikut. (1) Pengembangan media pembelajaran berbasis inkuiri pada materi fotografi untuk siswa kelas X-TMM SMK TI Bali Global Singaraja dirancang untuk menyediakan sumber belajar tambahan bagi siswa sehingga dapat mempercepat pemahaman teoritis, sehingga nantinya akan mampu meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, serta dapat meningkatkan minat siswa belajar dalam pelajaran Produktif Multimedia. (2) Respon siswa terhadap pengembangan media pembelajaran fotografi berbasis inkuiri untuk siswa kelas X-TMM SMK TI Bali Global Singaraja menunjukkan bahwa presentase siswa yang memberikan respon sangat positif sebesar 43,3 % dan presentase siswa yang memberikan respon positif sebesar 56,7 % dengan rata-rata skor respon siswa sebesar 66,50.

X < M – 1,5 SD Sangat negatif

Page 37: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 37

Dari hasil simpulan tersebut di atas, maka disarankan kepada para peneliti yang berminat mengembangkan penelitian ini, dapat mengembangkannya sampai dengan tahap pengukuran hasil pembelajaran.

Daftar Pustaka Massidjo, Ign. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah.

Yogyakarta: Kanisius. Muslimin Ibrahim. 2010. “Model Pembelajaran Inkuiri”.

http://fisika21.wordpress.com/2010/07/09/model-pembelajaran-inkuiri/, (diakses tanggal 27 September 2010).

Sri Wahyuni (2008). Analisis Keterampilan Berfikir Kritis Siswa kelas XI IPA

Pada Materi Laju Reaksi Menggunakan Software Berbasis Web. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Kimia, FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia.

Page 38: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 38

A.3. Pengaruh Penggunaan E-Modul Pengolah Angka Berbasis Hyperteks Terhadap Hasil Belajar KKPI Siswa Kelas X SMK Negeri 2 Singaraja I Made Dika Anggara, Made Windu Antara Kesiman, Ketut Agustini

PENGARUH PENGGUNAAN E-MODUL PENGOLAH ANGKA BERBASIS HYPERTEKS TERHADAP HASIL BELAJAR KKPI SISWA

KELAS X SMK NEGERI 2 SINGARAJA

Oleh

I Made Dika Anggara, Made Windu Antara Kesiman, Ketut Agustini

Jurusan Pendidikan Teknik Informatika Universitas Pendidikan Ganesha

Email: [email protected], [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui pengaruh penggunaan e-modul pengolah angka berbasis hyperteks terhadap hasil belajar KKPI siswa kelas X SMK Negeri 2 Singaraja dan (2) mengetahui respon siswa tentang penggunaan e-modul pengolah angka berbasis hyperteks terhadap hasil belajar KKPI siswa kelas X SMK Negeri 2 Singaraja.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu, dimana populasi dalam penelitian adalah siswa kelas X SMK Negeri 2 Singaraja dengan sampel penelitian siswa kelas X P4 dan X T2 SMK Negeri 2 Singaraja semester genap tahun ajaran 2010/2011 sebanyak 67 orang. Penelitian ini menggunakan rancangan Posttest-Only Control Design. Diakhir pembelajaran, kedua kelas sampel diberi tes kognitif dan tes psikomotor dengan menggunakan instrumen yang sama yang telah diuji secara kualitatif dan kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan metode tes pilihan ganda satu jawaban benar dan tes unjuk kerja. Metode tes dilakukan untuk memperoleh data nilai akhir setelah diberi perlakuan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, sebelum dianalisis dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Data dianalisis menggunakan uji t, sedangkan untuk respon siswa menggunakan metode angket. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa kelas X SMK Negeri 2 Singaraja pada mata pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi (KKPI) antara siswa yang menggunakan e-modul pengolah angka berbasis hyperteks dengan siswa yang menggunakan modul pembelajaran konvensional. Hasil analisis uji-t memperoleh thitung sebesar 8,263 dan ttabel sebesar 1,997 untuk dk sebesar 65 dengan taraf signifikan 5%. Berdasarkan kriteria pengujian diperoleh thitung > ttabel, ini berarti H0

Page 39: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 39

ditolak. Hasil analisis respon siswa menunjukkan respon positif dengan rata-rata nilai respon sebesar 77, terdapat 2 orang siswa memberikan respon sangat positif, 27 orang siswa memberikan respon positif dan 5 orang siswa memberikan respon cukup positif, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan e-modul pengolah angka berbasis hyperteks terhadap hasil belajar KKPI siswa kelas X SMK Negeri 2 Singaraja dan terdapat respon yang positif dari siswa terkait penggunaan e-modul pengolah angka berbasis hyperteks dalam pembelajaran. Kata-kata kunci : e-modul pengolah angka berbasis hyperteks, modul

pembelajaran konvensional, hasil belajar. I. Pendahuluan

Pendidikan di Indonesia sekarang ini dapat diibaratkan seperti mobil tua yang mesinnya rewel dan sedang melintasi jalur lalu lintas di jalan bebas hambatan, pada satu sisi dunia pendidikan di Indonesia saat ini dirundung masalah yang besar dan pada sisi lain tantangan menghadapi milenium ketiga semakin besar. Dari sisi kualitas, pendidikan kita sangat memprihatinkan dibandingkan dengan kualitas pendidikan bangsa lain dan perlu diingat bahwa pendidikan memegang peranan penting dalam mencetak sumber daya manusia yang handal dan mampu mengembangkan kemampuan dan keterampilan untuk menyesuaikan diri dalam perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS) dewasa ini (Ferdy H.Pantar, 2009).

Guru sebagai barisan paling depan dalam rangka mencetak sumber daya manusia berkualitas, pada umumnya para guru menggunakan buku - buku pegangan atau modul ajar. Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya (Rosyid, 2010), penggunaan modul ajar sangatlah bermanfaat untuk mengatasi keterbatasan frekuensi tatap muka antara siswa dengan pengajar, dengan adanya modul ajar tersebut siswa dapat belajar secara mandiri. Belajar merupakan suatu proses aktif dalam memperoleh pengalaman atau pengetahuan baru sehingga timbul perubahan tingkah laku, misalnya setelah belajar seorang mampu mendemonstrasikan dan keterampilan dimana sebelumnya siswa tidak dapat melakukannya (Hudojo, 1987).

Seiring dengan kemajuan Teknologi Informasi (TI), dunia pendidikan senantiasa bergerak maju secara dinamis, khususnya untuk menciptakan media, metode dan materi pendidikan yang semakin menarik dan interaktif. Criticos (dalam Santyasa, 2007) menyatakan media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan, sedangkan Sadiman (dalam Samsul, 2010) menyatakan media sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan pengirim pesan kepada penerima pesan, sehingga dapat merangsang perasaan, perhatian, dan

Page 40: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 40

minat serta perhatian siswa sedemikian rupa, sehingga proses belajar mengajar berlangsung dengan efektif dan efesien sesuai dengan yang diharapkan. Sektor pendidikan kita harus mampu memanfaatkan Teknologi Informasi (TI) untuk mengembangkan sistem pendidikan berbasis media elektronik.

Hasil wawancara dengan guru mata pelajaran KKPI kelas X untuk materi pengolah angka di SMK Negeri 2 Singaraja, bahwa selama ini siswa telah diberikan soal-soal latihan praktek dan modul ajar pengolah angka, tetapi kurang dari segi materi maupun contoh-contoh soalnya, disamping itu modul ajar konvesional kurang menarik perhatian siswa untuk dipelajari karena berupa buku cetak. Sebelumnya telah dilakukan penelitian pengembangan media pembelajaran yang berjudul pengembangan e-modul pengolah angka pada mata pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi (KKPI) berbasis hyperteks untuk kelas X di SMK Negeri 2 singaraja. Hasil penelitian tersebut, respon siswa terhadap pengembangan e-modul ajar pengolah angka (Microsoft excel 2003) berbasis hyperteks ini berada pada kategori sangat positif dilihat dari rata-rata respon siswa yaitu 88.25, sedangkan untuk prosentasenya mencapai 95% sangat positif, 5% positif, 0% cukup, 0% negatif dan 0% sangat negatif dan terdapat saran untuk mengembangkan penelitian ini menjadi penelitian eksperimen.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti termotivasi untuk mengkaji lebih jauh apakah penggunaan e-modul pengolah angka pada mata pelajaran KKPI (keterampilan komputer dan pengelolaan informasi) berbasis hyperteks untuk kelas X di SMK Negeri 2 Singaraja berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam penelitian yang berjudul “ Pengaruh Penggunaan E-Modul Pengolah Angka Berbasis Hyperteks Terhadap Hasil Belajar KKPI Siswa Kelas X SMK Negeri 2 Singaraja”.

II. Metodelogi Penelitian

Penelitian ini tergolong penelitian eksperimen semu dengan menggunakan desain penelitian “Posttest-Only Control Design” (Sugiyono, 2009), dimana terdapat dua kelas yaitu kelas eksperimen dengan jumlah siswa sebanyak 34 dan kelas kontrol dengan jumlah siswa sebanyak 33. Kelas eksperimen diberikan perlakuan berupa penggunaan e-modul pengolah angka berbasis hyperteks saat proses pembelajaran berlangsung dan diakhir pembelajaran kedua kelas diberikan tes akhir untuk mengetahui hasil belajar KKPI siswa.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes dan angket. Metode tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar KKPI siswa dengan menggunakan tes pilihan ganda dan tes unjuk kerja, sedangkan metode angket digunakan untuk mengetahui respon siswa terkait penggunaan e-modul pengolah angka berbasis hyperteks dalam proses pembelajaran dengan menggunakan angket respon siswa. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif akan dianalisis dengan analisis statistik deskriptif untuk mendeskripsikan data hasil belajar siswa, kemudian data kualitatif dianalisis dengan memberi makna terhadap

Page 41: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 41

deskripsi data. Analisis statistik yang akan digunakan berupa uji normalitas, uji homogenitas, dan uji hipotesis.

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui sebaran data hasil belajar KKPI pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan analisis Chi-Square (Sudijono, 2007) dan uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah varians kelompok eksperimen dan kelompok kontrol homogen atau sama dengan menggunakan uji F (Sudjana, 2005), sedangkan uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis alternatif yang telah diajukan diterima atau ditolak dengan menggunakan rumus polled varians. Skor rata – rata respon siswa didapatkan dengan membagi jumlah skor respon siswa dengan jumlah siswa (Nurkancana dan Sunartana, 1992).

III. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Analisis dari hasil penelitian memperoleh rata-rata post-test hasil belajar KKPI yang dicapai siswa pada kelas eksperimen sebesar 29,85, sedangkan rata-rata post-test hasil belajar KKPI untuk kelas kontrol sebesar 24,71. Berdasarkan hal tersebut, rata-rata post-test hasil belajar KKPI pada kelas eksperimen lebih besar dibandingkan dengan kelas kontrol.

Perhitungan normalitas dan homogenitas kedua kelas memiliki data yang normal dan homogen, berdasarkan uji normalitas yang telah dilakukan diperoleh bahwa distribusi data dari kedua kelas normal, dimana hasil perhitungan pada kelas eksperimen memperoleh X2

hitung sebesar 1,2147, sedangkan pada kelas kontrol memperoleh X2hitung sebesar 1,4457 dengan X2

tabel sebesar 11,070, karena X2

hitung dari kedua kelas lebih kecil dari X2tabel maka dapat dinyatakan bahwa

distribusi data dari kedua kelas normal, sedangkan dari uji homogenistas yang telah dilakukan diperoleh bahwa varians antara kelas eksperimen dan kelas kontrol homogen, dimana diperoleh nilai Fhitung sebesar 1,163 dengan Ftabel sebesar 1,720, karena nilai Fhitung lebih kecil dari Ftabel maka dapat dinyatakan bahwa varians dari kedua kelas homogen.

Setelah diketahui bahwa sebaran data pada kedua kelas normal, kemudian varians dari kedua kelas homogen dan jumlah siswa pada masing – masing kelas berbeda, maka dilakukan pengujian hipotesis menggunakan rumus polled varians dengan taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan 65, dimana dari perhitungan tersebut memperoleh thitung sebesar 8,263 dengan ttabel sebesar 1,997, karena thitung lebih besar dari ttabel maka hipotesis alternatif yang telah diajukan diterima yang artinya terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan e-modul pengolah angka berbasis hyperteks terhadap hasil belajar KKPI siswa kelas X SMK Negeri 2 Singaraja.

Besarnya hasil belajar KKPI kelas eksperimen yang menggunakan e-modul pengolah angka berbasis hyperteks diakibatkan karena siswa lebih mudah memahami materi pelajaran yang terdapat pada e-modul pengolah angka berbasis hyperteks, penyajian materi pada e-modul pengolah angka berbasis hyperteks lebih menarik dan beragam, tidak hanya berbentuk tulisan tapi penyajian

Page 42: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 42

materinya juga berbentuk video, sedangkan pada modul pembelajaran konvensional hanya menyajikan materi pelajaran dalam bentuk tulisan. Informasi atau materi pelajaran yang ditampilkan melalui suara, gambar, gerakan dan warna akan membuat perhatian siswa terpusat pada pembelajaran, sehingga siswa lebih mudah memahami materi pelajaran.

Respon siswa kelas XP4 SMK Negeri 2 Singaraja terhadap penggunaan e-modul pengolah angka berbasis hyperteks adalah positif dengan rata-rata nilai respon sebesar 77, terdapat 2 orang siswa memberikan respon sangat positif, 27 orang siswa memberikan respon positif dan 5 orang siswa memberikan respon cukup positif.

IV. Penutup

Berdasarkan perumusan masalah, tujuan penelitian, pengajuan hipotesis dan analisis data penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1) Adanya pengaruh yang signifikan antara siswa yang pembelajarannya mengunakan e-modul pengolah angka berbasis hyperteks dengan modul pembelajaran konvensional pada siswa kelas X semester II SMK Negeri 2 Singaraja. Hal ini dapat dilihat dari hasil perolehan t hitung sebesar 8,263 sedangkan t tabel sebesar 1,997, dengan demikian Ha diterima dan H0 ditolak, sehingga e-modul pengolah angka berbasis hyperteks berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar KKPI siswa kelas X SMK Negeri 2 Singaraja; (2) Respon siswa kelas XP4 SMK Negeri 2 Singaraja terhadap penggunaan e-modul pengolah angka berbasis hyperteks adalah positif dengan rata-rata nilai respon sebesar 77, terdapat 2 orang siswa memberikan respon sangat positif, 27 orang siswa memberikan respon positif dan 5 orang siswa memberikan respon cukup positif.

Dari hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut : (1) Pihak sekolah diharapkan bersedia menggunakan e-modul pengolah angka berbasis hyperteks dalam proses pembelajaran sehingga mampu meningkatkan prestasi belajar siswa; (2) Hendaknya sekolah menyediakan sebuah speaker atau head-phone untuk menunjang pembelajaran menggunakan e-modul pengolah angka berbasis hyperteks karena selain bebentuk tulisan, penyajian materinya juga berbentuk video; (3) Bagi pihak sekolah, pihak lembaga terkait lainnya dan peneliti berikutnya diharapkan bisa mengadakan penelitian lanjutan dengan mengambil populasi yang lebih besar sehingga diperoleh simpulan yang lebih luas untuk semakin mengembangkan pembelajaran e-modul di Indonesia. Daftar Pustaka Ferdy H.Pantar. 2009. “Model Pembelajaran Kuantum”.

http://sarkomkar.blogspot.com/2009/02/model-pembelajaran-quantum-teaching.html

Page 43: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 43

Hudojo. 1987. Belajar Mengajar. Jakarta: Departemen P dan K Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Nurkancana dan Sunartana. 1992. Evaluasi hasil belajar. Surabaya: Usaha

Nasional Rosyid. 2010. “Pengertian, Fungsi dan Tujuan Penulisan Modul”.

http://www.rosyid.info/2010/06/pengertian-fungsi-dan-tujuan-penulisan.html (diakses tanggal 5 Desember 2010).

Samsul. 2010. “Macam – Macam Media Pembelajaran”.

http://www.unjabisnis.com/2010/06/macam-macam-media-pembelajaran.html (diakses tanggal 7 Oktober 2010).

Santyasa, I Wayan. 2007. “Landasan Konseptual Media Pembelajaran”. Makalah

disajikan dalam Workshop Media Pembelajaran bagi Guru-Guru SMA Negeri Banjar Angkan, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Ganesha, Banjar Angkan Klungkung 10 Januari 2007.

Sudijono, Anas. 2007. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada. Sudjana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja

Rosdakarya. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R&D. Bandung: CV. ALFABETA.

Page 44: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 44

A.4. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) Terhadap Hasil Belajar TIK Siswa Kelas X Sma Negeri 1 Sukasada Tahunajaran 2010/2011 I Putu Eka Sutariawan, Dessy Seri Wahyuni Ketut Agustini PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) TERHADAP HASIL BELAJAR TIK SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 SUKASADA

TAHUNAJARAN 2010/2011

Oleh

I Putu Eka Sutariawan, Dessy Seri Wahyuni, Ketut Agustini Jurusan Pendidikan Teknik Informatika

Universitas Pendidikan Ganesha Email: [email protected], [email protected]

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered-Heads-Together) terhadap hasil belajar TIK siswa kelas X SMA Negeri 1 Sukasada dan (2) mengetahui bagaimana respon siswa terhadap penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered-Heads-Together).

Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan rancangan penelitian yang digunakan Post Test Only Control Group Design. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Sukasada semester genap tahun ajaran 2010/2011 dengan sampel penelitian menggunakan siswa kelas X2 sebagai kelompok kontrol dan X3 sebagai kelompok eksperimen dengan total jumlah siswa sebanyak 60 orang. Pada akhir pembelajaran kedua kelas sampel diberi tes uji keterampilan (Psikomotor) dengan perolehan rata-rata nilai pada kelompok eksperimen sebesar 32,90 dan kelompok kontrol sebesar 28,33 untuk tes pilihan ganda (Kognitif) diperoleh rata-rata nilai pada kelompok eksperimen sebesar 29,43 untuk kelompok kontrol sebesar 27,96. Sebelum digunakan tes tersebut telah dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Selanjutnya, nilai hasil belajar dianalisis dengan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Kemudian data dianalisis menggunakan uji t. Sedangkan untuk respon menggunakan metode angket.

Berdasarkan uji normalitas dan homogenitas data hasil tes dari kelompok tersebut diperoleh bahwa data kedua sampel normal dan homogen. Pengujian hipotesis digunakan uji t, dari hasil perhitungan diperoleh thitung = 3,58 sedangkan nilai ttabel = 2.00, oleh karena itu thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sedangkan sebanyak 83% siswa memberikan respon positif, 17%

Page 45: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 45

siswa merespon Cukup Positif dengan rata-rata nilai respon sebesar 73,2 termasuk kategori Positif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dalam penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) terhadap hasil belajar TIK siswa kelas X SMA Negeri 1 Sukasada. Kata-kata kunci : model pembelajaran kooperatif tipe NHT, model pembelajaran

langsung I. Pendahuluan

Pendidikan mempunyai peranan yang amat penting dalam menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan suatu bangsa. Zamroni (dalam Anwar,2006) menyatakan bahwa bangsa dan negara akan dapat memasuki era globalisasi dengan tegar apabila memiliki pendidikan yang berkualitas. Ini berarti pendidikan menentukan kemajuan suatu bangsa. Dunia pendidikan tentu saja tidak dapat dipisahkan dengan peserta didik, sehingga dapat dikatakan bahwa peserta didik merupakan generasi penerus yang menjadi kunci keberhasilan dan kemajuan suatu bangsa. Peserta didik setelah lulus diharapkan mampu mengaplikasikan ilmunya dalam dunia kerja dan ikut mengisi pembangunan di indonesia.

Keberhasilan pendidikan di suatu sekolah dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain guru, siswa, kurikulum, strategi pembelajaran, lingkungan belajar dan lainnya. Guru dan siswa merupakan dua faktor terpenting dalam proses pembelajaran. Pentingnya faktor guru dan siswa dapat dirunut melalui pemahaman hakekat pembelajaran, yakni sebagai proses membangun pemahaman terhadap informasi dan pengalaman. Proses membangun pemahaman tersebut dapat dilakukan sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Proses itu disaring dengan persepsi, pikiran, dan perasaan siswa (Indra Jati Sidi, 2004).

Proses pemahaman harus diimbangi dengan strategi pembelajaran yang diterapkan. Strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru harus mampu mengarahkan siswa supaya dalam belajar siswa tidak hanya sekedar mengingat, tetapi harus benar-benar mengerti dan dapat menerapkan ilmu pengetahuan mereka sehingga mereka bisa bekerja untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu bagi dirinya sendiri, dan selalu bergulat dengan ide-ide (M. Nur, dkk, 2000).

Keterlibatan guru hanya sebagai fasilitator dan moderator dalam proses pembelajaran tersebut. Winkel (2005) menyatakan, untuk mencapai hasil pendidikan yang lebih baik, bentuk program pendidikan sekolah haruslah berpusat pada aktivitas belajar siswa, sehingga proses belajar yang terjadi pada siswa lebih bermakna dan hasil belajar siswa mencapi tingkat yang memuaskan.

Seorang guru didalam melaksanakan kewajibannya tidak jarang mengalami kendala dalam melakukan proses belajar mengajar. Masalah yang timbul bisa bersumber dari dalam diri dan bisa juga timbul dari pihak luar diri guru itu sendiri. Salah satu masalah yang timbul dari dalam diri guru yaitu guru

Page 46: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 46

lebih banyak menempatkan siswa sebagai objek dan bukan sebagai subjek pendidikan. Kondisi pembelajaran seperti itu tentunya akan berdampak pada hasil belajar siswa. Hal tersebut juga terjadi pada pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di SMA Negeri 1 Sukasada.

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai bagian kegiatan pendidikan memiliki peranan penting di dalam membentuk sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas guna menghadapi maraknya teknologi yang berkembang di zaman globalisasi seperti sekarang ini. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran TIK di SMA Negeri 1 Sukasada, Made Pasek Suardita,S.Pd menyatakan bahwa “tujuan mata pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang diterapkan di SMA Negeri 1 Sukasada yaitu agar siswa dapat menggunakan perangkat TIK secara cepat dan optimal guna mendapatkan informasi dalam kegiatan belajar mengajar maupun kehidupan sehari-hari dimasyarakat seiring dengan perkembangan teknologi, serta bisa digunakan sebagai pengembangan bakat, kreativitas kemampuan yang terdapat pada diri siswa itu sendiri”.

Berdasarkan hasil observasi dan pengamatan awal yang telah dilakukan di SMA Negeri 1 Sukasada dan melalui wawancara, SMA Negeri 1 Sukasada adalah sekolah yang telah menerapkan KTSP. Kelas X di SMA Negeri 1 Sukasada dibagi menjadi 6 kelas, dimana semua kelas tersebut wajib mendapat pengetahuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran TIK di SMA Negeri 1 Sukasada, Made Pasek Suardita,S.Pd maka dapat tergambarkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa mata pelajaran TIK masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dimana siswa dapat dikatakan tuntas belajar apabila nilai yang diperoleh mencapai nilai KKM 70,00, sehingga hal ini dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa kelas X dalam mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) masih perlu ditingkatkan. Kedua, dari hasil wawancara dengan guru TIK, guru jarang membentuk kelompok dalam kelas pada saat proses belajar mengajar. Hal tersebut terjadi karena tidak efektifnya siswa dan kurangnya tanggung jawab siswa dalam belajar kelompok, pada saat belajar kelompok tidak semua anggota kelompok ikut berperan aktif dalam memecahkan suatu masalah yang diberikan oleh guru, dalam mengerjakan tugas kelompok, lebih cenderung siswa yang mengerjakan tugas adalah siswa yang mempunyai kemampuan lebih tinggi ”siswa pintar” dan siswa rajin, sedangkan anggota kelompok yang lain hanya sebagai pelengkap (numpang nama), pedahal dengan pembelajaran secara kelompok dapat melatih siswa menjadikan peserta didik mandiri dalam belajar dan mempunyai kemampuan bersosialisasi dan memiliki jiwa kepemimpinan. Ketiga, dari hasil wawancara dan observasi kegiatan belajar mengajar di kelas. Model pembelajaran yang diterapkan masih terpusat pada guru. Metode yang diterapkan selama pembelajaran yaitu guru menjelaskan materi yang diajarkan secara lengkap, terperinci dan tahap demi tahap. Mengajar seperti ini mengarah pada model pembelajaran langsung, cara

Page 47: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 47

belajar seperti ini tentunya akan menyebabkan kelas dalam keadaan pasif dan rendahnya aktivitas siswa dalam belajar serta tidak efektif untuk mengembangkan ketrampilan belajar siswa. Ditinjau dari segi materi yang diajarkan untuk siswa kelas X pada semester genap yaitu menggunakan perangakat lunak pengolah kata (microsoft word), pada materi tersebut lebih banyak mengarah pada pembelajaran yang bersifat praktik yang lebih mengutamakan keaktifan siswa dalam mengkonstruksi dan mengaplikasikan pengetahuannya,maka model pembelajaran yang berpusat pada guru kurang tepat untuk diterapkan karena model pembelajaran yang berpusat pada guru kegiatan yang dilakukan oleh siswa menonton dan menyimak apa yang dilakukan oleh guru dan mengakibatkan siswa tidak dapat mengaplikasikan keterampilannya. Salah satu model pembelajaran yang mampu membelajarkan siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan, konsep, keterampilan dengan inovatif adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil.

Saat guru membentuk kelompok kecil dalam pembelajaran, guru berpikir dapat membelajarkan siswa secara aktif serta dapat memecahkan masalah bersama-sama dalam kelompok, tetapi kenyataan berkata lain karena kurang terstrukturnya pembagian tugas dalam kelompok sehingga peran setiap anggota kelompok belum terlihat dalam pembelajaran dan banyak anggota kelompok yang mengandalkan temannya yang lebih mampu. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan berbagai tipe, salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered-Heads-Together).

Model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered-Heads-Together) merupakan salah satu tipe dalam model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (1993) (Ibrahim et al., 2000). Alasan pemilihan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered-Heads-Together) mengacu pada permasalahan pokok yang dihadapi yaitu pembelajaran masih berpusat pada guru, kurang aktif dan kurangnya tanggung jawab siswa pada saat belajar kelompok, siswa mengandalkan teman yang lebih pintar dalam menyelesaikan tugas kelompok “numpang nama”. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered-Heads-Together) mampu mengatasi masalah-masalah tersebut hal ini dikarenakan ciri khas model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered-Heads-Together) yaitu hanya menginginkan satu siswa yang mewakili kelompoknya tanpa menginformasikan sebelumnya kepada kelompok tersebut siapa yang akan menjadi wakilnya. Hal ini mampu meningkatkan tanggung jawab individu dalam kelompok. Semua anggota kelompok harus menguasai materi pelajaran, karena memiliki peluang yang sama untuk dipanggil oleh guru sehingga tidak ada istilah “numpang nama” dalam kelompok (Mahaputri, 2003).

Selain itu, model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered-Heads-Together) juga lebih menekankan pada interaksi antar kelompok dalam menyelesaikan suatu permasalahan atau tugas yang diberikan oleh guru. Pembelajaran seperti ini lebih menekankan aktivitas siswa sehingga bersifat

Page 48: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 48

student centered. Penekanan pada tanggung jawab individu dalam kelompok dan peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya dapat meningkatkan semangat belajar siswa dalam belajar. Manfaat yang dapat dipetik dari model pembelajaran ini antara lain pemahaman yang lebih mendalam, motivasi belajar lebih besar, penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar, rasa harga diri menjadi lebih tinggi, dan hasil belajar menjadi lebih tinggi (Ibrahim et al., 2000).

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti termotivasi untuk mengkaji lebih jauh apakah ada pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered-Heads-Together) terhadap hasil belajar TIK siswa kelas X di SMA Negeri 1 Sukasada dengan penelitian yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) Terhadap Hasil Belajar TIK Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Sukasada Tahun Ajaran 2010/2011”.

II. Metode Penelitian

Penelitian ini tergolong penelitian eksperimen semu dengan menggunakan desain penelitian “Posttest-Only Control Design” (Sugiyono, 2009), dimana terdapat dua kelas yaitu kelas eksperimen dengan jumlah siswa sebanyak 30 dan kelas kontrol dengan jumlah siswa sebanyak 30. Kelas eksperimen diberikan perlakuan berupa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) saat proses pembelajaran berlangsung dan diakhir pembelajaran kedua kelas diberikan tes akhir untuk mengetahui hasil belajar TIK siswa.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes dan angket. Metode tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar TIK siswa dengan menggunakan tes pilihan ganda dan tes unjuk kerja, sedangkan metode angket digunakan untuk mengetahui respon siswa terkait penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) dalam proses pembelajaran dengan menggunakan angket respon siswa. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif akan dianalisis dengan analisis statistik deskriptif untuk mendeskripsikan data hasil belajar siswa, kemudian data kualitatif dianalisis dengan memberi makna terhadap deskripsi data. Analisis statistik yang akan digunakan berupa uji normalitas, uji homogenitas, dan uji hipotesis.

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui sebaran data hasil belajar TIK pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan analisis Chi-Square (Sudijono, 2007) dan uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah varians kelompok eksperimen dan kelompok kontrol homogen atau sama dengan menggunakan uji F (Sudjana, 2005), sedangkan uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis alternatif yang telah diajukan diterima atau ditolak dengan menggunakan rumus polled varians. Skor rata – rata respon siswa didapatkan dengan membagi jumlah skor respon siswa dengan jumlah siswa (Nurkancana dan Sunartana, 1992)

Page 49: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 49

III. Hasil Penelitian Berdasar hasil analisis nilai TIK semester II siswa kelas X SMA Negeri 1

Sukasada tahun pelajaran 2010/2011 menunjukkan keadaan sampel yang homogen. Data berdistribusi normal dan memiliki varians yang tidak berbeda secara signifikan. Ini menunjukkan bahwa sebelum diberi perlakuan kedua kelompok mempunyai kemampuan awal yang sama sehingga kelompok eksperimen dapat diberi perlakuan yaitu dengan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together). Setelah diberi perlakuan pada kelas eksperimen diberikan tes akhir, begitu pula pada kelas kontrol. Analisis dari hasil penelitian didapat bahwa rata-rata post-test hasil belajar TIK yang dicapai siswa pada kelompok eksperimen adalah 31,03, sedangkan rata-rata post-test hasil belajar TIK untuk kelompok kontrol sebesar 28,3. Dengan demikian, rata-rata post-test hasil belajar TIK pada kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol. Perhitungan normalitas, homogenitas dan uji-t menggunakan Microsoft Excel 2007 dan SPSS 16.0 hasil yang didapat tidak jauh berbeda. Kedua kelompok baik kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memiliki data yang normal dan homogen. Perhitungan uji hipotesis dengan uji-t menggunakan Microsoft Excel 2007, dengan taraf signifikansi 5% dan derajad kebebasan 58 diperoleh thitung = 3.58 dan ttabel = 2.00. Karena thitung > ttabel maka H0 ditolak dan Ha diterima. Sedangkan analisis uji-t dengan SPSS 16.0 mendapatkan hasil t hitung sebesar 3.974 dan t tabel dicari dengan tabel distribusi t pada taraf kepercayaan 95% (α = 5%, karena uji-t bersifat 2 sisi, maka nilai α yang dirujuk adalah α/2= 5%/2= 0,025) dan derajad bebas (df) = n1 + n2 -2 = 60-2 = 58, sehingga ttabel = t (0,025;58) = 2.00, karena thitung>ttabel, maka H0 ditolak. Berarti kedua temuan tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) terhadap hasil belajar TIK siswa kelas X SMA Negeri 1 Sukasada tahun pelajaran 2010/2011.

Hasil belajar kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) pada pokok bahasan perangkat lunak pengolah kata (Microsoft Word 2003) lebih baik, dilihat dari nilai rata-rata skor siswa kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol (31,03>28,3). Hal ini dikarenakan (1) keunggulan model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini adalah optimalisasi partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. Pada tahap berpikir bersama siswa diberi kebebasan untuk diskusi dengan kelompoknya bertanya dan sebagainya yang mendukung kerja kelompok sehingga siswa merasa senang dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran, hal ini memudahkan siswa memahami dan mengingat kembali apa yang telah dipelajari karena pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa sendiri baik secara personal maupun sosial; (2) Siswa yang berada dalam kelompok eksperimen dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yang heterogen yang berarti dalam satu kelompok terdapat siswa dengan kemampuan sangat tinggi, tinggi, sedang dan rendah. Hal ini

Page 50: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 50

mengakibatkan terjadinya proses saling memberi dan menerima dalam kelompok. Siswa dengan kemampuan tinggi akan memberikan bantuannnya kepada siswa yang berkemampuan di bawahnya, dengan kegiatan tersebut tentunya pemahaman materi yang dipelajari siswa berkemampuan tinggi akan lebih mendalam, sedangkan siswa dengan kemampuan sedang dan rendah akan semakin mengerti dan paham dengan penjelasan dari temannya; (3) Dalam pembelajaran pada kelompok eksperimen guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya tersebut. Sehingga cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa dan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok. Dengan adanya keterlibatan total semua siswa tentunya akan berdampak positif terhadap motivasi belajar siswa; (4) Dalam model pembelajaran NHT guru hanya berfungsi sebagai fasilitator yaitu membimbing siswa yang mengalami kesulitan pada saat diskusi kelompok, keaktifan siswa lebih ditekankan. Sedangkan pada kelompok kontrol pembelajaran berpusat pada guru, semua materi pelajaran dieksplor kesiswa oleh guru sehingga siswa cenderung pasif dan kurang terlibat dalam pembelajaran.

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini tidak luput dari kekurangan-kekurangan yang perlu di evaluasi agar lebih memaksimalkan hasil belajar siswa, antara lain dalam fase berfikir bersama masih sedikit siswa yang mau bertanya kepada guru pada saat kesulitan dalam diskusi kelompok hal tersebut dikarenakan siswa masih merasa malu bertanya kepada guru. Masalah lain yang perlu dievaluasi yaitu guru kesulitan dalam mengkondisikan kelas pada saat siswa belajar kelompok, hal tersebut terjadi karena pada saat diskusi kelompok kelas dalam kondisi rame dan kesempatan untuk siswa yang ingin berkonsentrasi untuk memahami suatu materi pelajaran menjadi terganggu beda dengan kelas kontrol dalam keadaan tenang karena kelas dapat diatur oleh guru.

Pengaruh yang signifikan hasil belajar yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered-Heads-Together) disebabkan karena adanya perbedaan sintak atau langkah-langkah di dalam pembelajaran. Informasi hasil pengajaran kooperatif tipe NHT (Numbered-Heads-Together) telah mampu memberikan gambaran yang jelas kepada siswa sehingga siswa dapat memahami materi pelajaran yang diajarkan melalui diskusi dalam kelompok-kelompok kecil. IV. Penutup

Berdasarkan perumusan masalah, tujuan penelitian, pengajuan hipotesis dan analisis data penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1) Adanya pengaruh yang signifikan dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered-Heads-Together) untuk pokok bahasan perangkat lunak pengolah kata pengolah kata (Microsoft Word 2003) pada siswa kelas X semester II SMA Negeri 1 Sukasada. Hal ini dapat dilihat dari hasil perolehan t hitung = 3,58 sedangkan t tabel =2,00 dengan demikian Ha diterima dan H0

Page 51: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 51

ditolak. Sehingga model pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered-Heads-Together) berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar TIK siswa kelas X semester II SMA Negeri 1 Sukasada ; (2) Respon siswa kelas X SMA Negeri 1 Sukasada terhadap penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered-Heads-Together) adalah positif dengan rata-rata nilai respon sebesar 73,2, terdapat 25 orang siswa memberikan respon positif, 5 orang siswa memberikan respon cukup positif.

Dari hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut : (1) Pembelajaran kooperatif NHT perlu disosialisasikan agar dapat digunakan sebagai alternatif dalam pembelajaran TIK pokok bahasan perangkat lunak pengolah kata (Microsoft Word 2003) ; (2) Pembelajaran kooperatif NHT perlu terus diterapkan dan dikembangkan pada materi yang lain agar siswa lebih memahami materi; (3) Guru diharapkan semakin meningkatkan kreatifitasnya dalam menciptakan suatu situasi yang mampu membangkitkan motivasi siswa untuk belajar dan bekerjasama antar sesama anggota kelompoknya dengan cara mengadakan variasi pembelajaran kooperatif tipe NHT, misalnya berupa mengadakan permainan antar kelompok NHT sehingga akhirnya dapat ditentukan penghargaan bagi kelompok yang unggul; (4) Bagi pihak sekolah, pihak lembaga terkait lainnya dan peneliti berikutnya diharapkan bisa mengadakan penelitian lanjutan dengan mengambil populasi yang lebih besar dan dengan materi yang lainnya sehingga diperoleh simpulan yang lebih luas atau melakukan peneltian tindakan kelas untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered-Heads-Together) Daftar Pustaka Anwar. 2006. “Penggunaan Peta Konsep Melalui Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe STAD untuk Meningkatkan Proses, Hasil belajar, dan Respons pada Konsep Ekosistem”. Jurnal Penelitian Kependidikan. 16(2). 217-244.

Ibrahim. H. M., Rachmadiarti & F., Nur, M., 2000. Pembelajaran Kooperatif.

Surabaya: University Press. Indra Jati Sidi. 2004. Pelayanan Profesional, Kegiatan-Belajar Mengajar yang

Efektif. Jakarta: Puskur Balitbang Depdiknas. Mahaputri, N. L. 2003. Implementasi pendekatan struktural tipe numbered head

together. Dalam pembelajaran kalor dan perpindahan kalor sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas IIF SLTP Negeri 1 Sukasada tahun ajaran 2003/2004. Skripsi (Tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Fisika. Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Negeri Singaraja.

Page 52: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 52

Nur, M. D & Prima Retno Wikandari. 1998. Pendekatan-Pendekatan Konsturktivitas Dalam Pembelajaran. Surabaya: Program Pasca Sarjana IKIP Surabaya.

Nurkancana & Sunartana. 1992. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha

Nasional. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R&D. Bandung: CV. ALFABETA.

Page 53: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 53

A.5. Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Berbasis Inkuiri Terbimbing Untuk Mata Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIK) Dengan Pokok Bahasan Komponen Perangkat Keras Komputer Pada Siswa Kelas VII Smp Negeri 3 Singaraja Putu Ananta Sena, Ketut Agustini, I Made Agus Wirawan PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS

INKUIRI TERBIMBING UNTUK MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) DENGAN POKOK BAHASAN

KOMPONEN PERANGKAT KERAS KOMPUTER PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 SINGARAJA

Oleh

Putu Ananta Sena, Ketut Agustini, I Made Agus Wirawan

Jurusan Pendidikan Teknik Informatika Universitas Pendidikan Ganesha

email: [email protected], [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk (1) merancang dan mengimplementasikan pengembangan Media pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing untuk materi perangkat keras komputer di kelas VII SMP N 3 Singaraja; (2) mengetahui respon siswa kelas VII SMP N 3 Singaraja terhadap pengembangan Media pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing pada mata pelajaran TIK khususnya pada materi perangkat keras komputer.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian dan Pengembangan (Research and Development / R&D) dengan model pengembangan Dick and Carey. Penelitian ini melibatkan siswa kelas VII SMP N 3 Singaraja tahun ajaran 2010/2011. Data tentang sumber belajar siswa diperoleh dengan menggunakan metode wawancara. Kevalidan media pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing serta respon siswa diperoleh dengan menggunakan metode angket. Data yang diperoleh tersebut dianalisis secara deskriptif.

Pengembangan media pembelajaran perangkat keras komputer berbasis inkuiri terbimbing ini menggunakan model Waterfall, dan dirancang dengan menggunakan Block Diagram, serta diimplementasikan menggunakan software Macromedia Flash 8. Hasil analisis data respon siswa menunjukkan bahwa persentase siswa yang memberikan respon sangat positif sebesar 84% persentase siswa yang memberikan respon positif sebesar 16%, dan tidak ada siswa yang memberikan respon ragu-ragu, negatif maupun sangat negatif. Skor rata-rata respon siswa yang diperoleh adalah sebesar 65,92. Skor tersebut menunjukkan

Page 54: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 54

bahwa respon siswa terhadap pengembangan Media pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing berada pada kategori sangat positif.

Kata-kata kunci : Media Pembelajaran, Inkuiri Terbimbing, Perangkat Keras

Komputer. I. Pendahuluan

Di era globalisasi sekarang ini, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sudah sangat berkembang pesat, untuk itu diharapkan dapat beradaptasi dengan perkembangan jaman. Peran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah merambah ke segala bidang kehidupan, terlebih lagi di bidang pendidikan. Peran TIK dalam bidang pendidikan sangat penting karena dapat membantu penyampaian berbagai informasi pendidikan kepada berbagai komponen pendidikan.

Dari hasil observasi dan wawancara dengan Bapak Ambara Dwi Yulianto, S.Pd selaku guru mata pelajaran TIK kelas VII di SMP Negeri 3 Singaraja, diketahui bahwa mayoritas siswa SMP Negeri 3 Singaraja berasal dari daerah timur di luar kota Singaraja, yang dimana sebagian besar dari siswa belum memiliki komputer di rumahnya, sehingga perlu ditanamkan konsep mendasar bagi siswa dalam pembelajaran TIK kelas VII, khususnya pada pokok bahasan komponen perangkat keras komputer. Dalam upaya penanaman konsep bagi siswa menurut Bapak Ambara, masih sulit dilakukan karena kurangnya sarana berupa media yang mendukung dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran selama ini beliau lebih banyak berceramah dan menggunakan media seadanya yang bersifat pasif. Siswa lebih banyak mendengar dan menulis keterangan guru, sehingga siswa sering kali tidak memahami konsep yang sebenarnya, dan tidak tertarik untuk belajar. Kurangnya respon siswa terhadap materi ajar, pada akhirnya mengakibatkan pembelajaran tidak berjalan dengan kondusif. Terlihat dari nilai rata-rata pada pelajaran TIK tahun 2009/2010, khususnya kelas VII untuk materi komponen perangkat keras masih dibawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan sekolah yaitu 65.

Media interaktif sangat mendukung siswa untuk dapat aktif dalam belajar, karena media interaktif dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna, sehingga pengguna dapat memilih apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya ataupun dapat berinteraksi dengan media. Untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar, maka media pembelajaran yang dibuat berbasis inkuiri terbimbing. Inkuiri berkaitan dengan aktivitas dan keterampilan aktif yang fokus pada pencarian pengetahuan atau pemahaman untuk memuaskan rasa ingin tahu (Haury, 1993). Peneliti memilih inkuiri terbimbing, dengan pertimbangan bahwa penelitian yang akan dilakukan terhadap siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama (SMP), dimana tingkat perkembangan kognitif siswa masih pada tahap peralihan dari operasi konkrit ke operasi formal, dan siswa masih belum berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri, sehingga

Page 55: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 55

peneliti beranggapan untuk siswa kelas VII SMP pendekatan inkuiri terbimbing lebih susuai untuk diterapkan.

Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti ingin mengembangkan sebuah media pembelajaran dalam penelitian, yang berjudul “Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dengan Pokok Bahasan Komponen Perangkat Keras Komputer pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Singaraja”. II. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah Penelitian dan Pengembangan (Research and Development / R&D). Research and Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2008). Model pengembangan yang digunakan yaitu model pengembangan Dick and Carey.

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 3 Singaraja. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 3 Singaraja. Sedangkan objek penelitian ini adalah media pembelajaran interaktif berbasis inkuiri terbimbing.

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian pengembangan ini adalah pedoman wawancara dan angket. Seluruh data yang diperoleh dari angket dikelompokkan menurut sifatnya menjadi dua, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Analisis data yang digunakan untuk mengerjakan penelitian ini adalah sebagai berikut.

2.1 Analisis Validitas Isi Suatu Media Pembelajaran Interaktif

Analisis validitas isi suatu media pembelajaran interaktif dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana media pembelajaran yang telah dibuat memenuhi kriteria materi ajar, tampilan dari sebuah media pembelajaran berdasarkan penilaian validator yang ditunjuk dengan menggunakan lembar validasi ahli, hasil validasi ahli menjadi dasar dan pertimbangan dalam melakukan revisi di analisis secara deskriptif kualitatif. Data yang diperoleh dari bimbingan tersebut berupa saran-saran yang nantinya dijadikan revisi penulis, yang dimana bimbingan ini dilakukan berulang- ulang. Dalam hal ini yang ditunjuk sebagai ahli adalah dosen pembimbing penulis.

2.2 Analisis Data Respon Siswa

Analisis respon siswa dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana respon siswa terhadap media pembelajaran interaktif yang dikembangkan. Data respon siswa secara klasikal dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Data respon siswa dihitung menggunakan ukuran statistik nilai rata-rata ideal (mean ideal) dan deviasi standar ideal (standard deviation ideal).

Page 56: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 56

Rumus yang digunakan untuk menentukan mean ideal (Mi) :

M i = 2

1 (skor maksimal ideal + skor minimal ideal) ………….(3.1)

Rumus yang digunakan untuk menentukan standard deviasi ideal (SDi) :

SDi = 6

1 (skor maksimal ideal - skor minimal ideal) ………….(3.2)

Patokan yang digunakan untuk mengkonversikan respon siswa dari data

kuantitatif ke data kualitatif adalah sebagai berikut.

Tabel 2.1 Tabel Konversi Respon Siswa Rentangan Kriteria

X > Mi + 1,5 SDi Sangat Positif M i + 0,5 SDi < X ≤ Mi + 1,5 SDi Positif M i – 0,5 SDi < X ≤ Mi + 0,5 SDi Ragu-Ragu M i – 1,5 SDi < X ≤ Mi – 0,5 SDi Negatif

X ≤ M i – 1,5 SDi Sangat Negatif (Nurkancana dan Sunartana, 1990)

III. Hasil dan Pembahasan

Pengembangan Media pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing untuk materi komponen perangkat keras komputer dirancang untuk meningkatkan respon siswa kelas VII di SMP Negeri 3 Singaraja.

Gambar 1 Menu Utama Media Pembelajaran Perangkat Keras

Komputer Berbasis Inkuiri Terbimbing

Page 57: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 57

Hasil analisis data respon siswa menunjukkan bahwa skor rata-rata respon siswa yang diperoleh adalah sebesar 65,92. Distribusi respon siswa terhadap pengembangan media pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing tersebut menunjukkan bahwa dari 25 orang siswa kelas VII, 21 orang siswa memberikan respon yang sangat positif dan sisanya 4 orang siswa memberikan respon positif, serta tidak ada siswa yang memberikan respon ragu-ragu, negatif, dan sangat negatif. Jumlah tersebut menunjukkan bahwa persentase siswa yang memberikan respon sangat positif terhadap pengembangan media pembelajaran berbasis inkuiri adalah sebesar 84%, persentase siswa yang memberikan respon positif sebesar 16%, serta presentase yang memberikan respon ragu-ragu, negatif, dan sangat negatif sebesar 0%. Dari hasil analisis tersebut, respon siswa terhadap pengembangan media pembelajaran komponen perangkat keras komputer berbasis inkuiri terbimbing dapat digolongkan pada kategori sangat positif.

IV. Penutup

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada penelitian pengembangan Media pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing ini maka dapat disimpulkan sebagai berikut. (1) Pengembangan media pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing pada materi komponen perangkat keras komputer untuk siswa kelas VII di SMP Negeri 3 Singaraja ini dilaksanakan menggunakan jenis penelitian yaitu Penelitian dan Pengembangan (Research and Development / R&D) dengan model pengembangan Dick and Carey. Pengembangan media menggunakan model waterfall, dan dirancang dengan menggunakan block diagram, serta diimplementasikan menggunakan software Macromedia Flash 8. (2) Respon siswa terhadap pengembangan media pembelajaran komponen perangkat keras komputer berbasis inkuiri terbimbing untuk siswa kelas VII di SMP Negeri 3 Singaraja, menunjukkan bahwa presentase siswa yang memberikan respon sangat positif sebesar 84% dan presentase siswa yang memberikan respon positif sebesar 16% dengan rata-rata skor respon siswa sebesar 65,92. Pengembangan media pembelajaran ini berada pada kategori sangat positif sehingga media pembelajaran ini layak diimplementasikan dalam pembelajaran.

Penelitian pengembangan ini hanya sampai pada tahap untuk mengetahui respon siswa. Untuk itu bagi pembaca yang berminat mengembangkan penelitian ini, dapat mengembangkannya sampai dengan tahap pengukuran hasil pembelajaran. Diharapkan untuk kedepannya dapat dikembangkan kembali media pembelajaran untuk materi – materi yang lainnya.

Daftar Pustaka Haury. 1993. “Teaching Science Through Inquiry”.

http://iqbalali.com/2010/01/29/inkuiri-inquiry-download-lks (diakses tanggal 19 November 2010).

Page 58: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 58

Nurkancana, Wayan dan Sunartana. 1990. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha Nasional.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif

dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Page 59: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 59

A.6. Hubungan Antara Daya Analitis Dan Daya Kreativitas Terhadap Hasil Belajar Sub Keilmuan Informatika Pada Jurusan Pendidikan Teknik Informatika Undiksha Singaraja Ni Putu Pasek Wida Astuti, Made Windu Antara Kesiman, Ketut Agustini

HUBUNGAN ANTARA DAYA ANALITIS DAN DAYA KREATIVITAS

TERHADAP HASIL BELAJAR SUB KEILMUAN INFORMATIKA PA DA JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA UNDIKSHA

SINGARAJA

Oleh

Ni Putu Pasek Wida Astuti, Made Windu Antara Kesiman, Ketut Agustini Jurusan Pendidikan Teknik Informatika

Universitas Pendidikan Ganesha email: [email protected], [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui hubungan antara daya analitis terhadap hasil belajar sub keilmuan informatika pada Jurusan Pendidikan Teknik Informatika Undiksha, (2) mengetahui hubungan antara daya kreativitas terhadap hasil belajar sub keilmuan informatika pada Jurusan Pendidikan Teknik Informatika Undiksa Singaraja, dan (3) mengetahui hubungan antara daya analitis dan daya kreativitas secara bersama-sama terhadap hasil belajar sub keilmuan informatika pada Jurusan Pendidikan Teknik Informatika Undiksa Singaraja.

Penelitian ini merupakan penelitian korelasi yang sifatnya expose-facto, dimana variabel penelitian terdiri dari dua variabel bebas dan empat variabel terikat. Populasi dalam penelitian adalah mahasiswa reguler Jurusan Pendidikan Teknik Informatika Undiksha Singaraja sebanyak 249 orang. Sampel dari penelitian ini adalah seluruh mahasiswa reguler dari angkatan 2007/2008 s.d 2010/2011 sebanyak 249 orang, sehingga penelitian merupakan penelitian populasi. Data untuk daya analitis dan daya kreativitas dikumpulkan melalui angket daya analitis dan angket daya kreativitas. Selanjutnya data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial. Hasil penelitian ini menunjukan: 1) daya analitis memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan hasil belajar sub keilmuan informatika, baik itu sub keilmuan programming, jaringan, basis data, dan multiemedia dengan sumbangan sebesar 43% untuk programming, 41,61% untuk jaringan, 44,06% untuk basis data, dan 36,56% untuk multimedia, 2) daya kreativitas memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan hasil belajar sub keilmuan informatika, baik itu sub keilmuan programming, jaringan, basis data, dan multimedia dengan sumbangan sebesar 31,47% untuk programming, 30,27% untuk jaringan, 40,71% untuk basis

Page 60: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 60

data, dan 62,78% untuk multimedia, 3) daya analitis dan daya kreativitas secara bersama-sama memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan hasil belajar sub keilmuan informatika, baik itu sub keilmuan programming, jaringan, basis data, dan multimedia dengan sumbangan sebesar 92,30% untuk programming, 80,05% untuk jaringan, 81,29% untuk basis data, dan 90,62% untuk multimedia. Kata-kata kunci: korelasi, daya analitis, daya kreativitas, hasil belajar

programming, hasil belajar jaringan, hasil belajar basis data, hasil belajar multimedia.

I. Pendahuluan

Setiap mahasiswa mempunyai daya analitis dan daya kreativitas yang berbeda, sehingga setiap mahasiswa mempunyai tingkat pemahaman yang berbeda tehadap masing-masing kelompok mata kuliah tersebut. Hal tersebut dapat dilihat di lapangan khususnya pada Jurusan Teknik Informatika dimana mahasiswa yang mempunyai hasil belajar yang baik pada kelompok mata kuliah programming belum tentu memiliki kemampuan yang sama pada kelompok mata kuliah Multimedia atau kelompok mata kuliah lainnya, seperti Basis Data dan Jaringan. Berbedanya kemampuan yang dimiliki setiap mahasiswa disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya daya analisis dan daya kreativitas.

Berpikir kreatif adalah suatu cara berpikir dimana seseorang mencoba menemukan hubungan-hubungan baru, untuk memperoleh jawaban baru terhadap suatu masalah. Dalam berpikir kreatif, seseorang dituntut untuk dapat memperoleh lebih dari satu jawaban terhadap suatu persoalan dan untuk itu diperlukan imajinasi yang tinggi.

Berpikir analitis adalah berpikir dengan menggunakan pendekatan logis menuju ke jawaban tunggal. Dalam memecahkan suatu masalah kita membutuhkan kedua jenis cara berpikir tersebut, yaitu berpikir analitis dan berpikir kreatif. Berpikir analitis oleh Guilford sering disebut dengan berpikir konvergen, karena cara berpikir cenderung menyempit menuju ke jawaban tunggal. Sementara itu berpikir kreatif sering disebut oleh Guilford sebagai berpikir divergen, karena pikiran di dorong untuk menyebar jauh dan meluas dalam mencari ide-ide baru (Munadar, 1987).

Hasil belajar sub keilmuan informatik adalah hasil yang diperoleh mahasiswa setelah proses atau interaksi belajar mengajar pada pelajaran TIK khusunya pada bidang sub keilmuan informatika, yang meliputi kemampuan intelektual (kognitif), sikap (afektif) dan psikomotorik.

II. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

Page 61: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 61

1. Apakah ada hubungan Daya Analitis terhadap hasil belajar Sub Keilmuan Informatika pada Jurusan Pendidikan Teknik Informatika Undiksha Singaraja?

2. Apakah ada hubungan Daya Kreativitas terhadap hasil belajar Sub Keilmuan Informatika pada Jurusan Pendidikan Teknik Informatika Undiksha Singaraja?

3. Apakah ada hubungan antara Daya Analitis dan Daya Kreativitas secara bersama-sama terhadap hasil belajar Sub Keilmuan Informatika pada Jurusan Pendidikan Teknik Informatika Undiksha Singaraja?

III. Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang dari rumusan masalah, tujuan yang ingin

dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Ada hubungan Daya Analitis terhadap hasil belajar Sub Keilmuan

Informatika pada Jurusan Pendidikan Teknik Informatika Undiksha Singaraja.

2. Ada hubungan Daya Kreativitas terhadap hasil belajar Sub Keilmuan Informatika pada Jurusan Pendidikan Teknik Informatika Undiksha Singaraja.

3. Ada hubungan antara Daya Analitis dan Daya Kreativitas secara bersama-sama terhadap hasil belajar Sub Keilmuan Informatika pada Jurusan Pendidikan Teknik Informatika Undiksha Singaraja.

IV. Manfaat Penelitian

Secara umum manfaat penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan pada saat ini dan masa yang akan datang. Secara rinci manfaat yang bisa diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Bagi Universitas khususnya Jurusan Pendidikan Teknik Informatika. Penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang hubungan antara daya analitis dan daya kreativitas terhadap hasil belajar sub keilmuan informatika pada Jurusan Pendidikan Teknik Informatika.

2. Bagi Mahasiswa . Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan yang sangat penting untuk menyesuaikan diri dalam proses pembelajaran, baik itu dengan merubah cara belajar atau menambah jam belajar agar mampu menguasai materi yang disampaikan saat perkuliahan.

3. Bagi penulis. Untuk mengaplikasikan teori yang telah diperoleh pada bangku kuliah dengan fenomena yang ada di lapangan dan menambah wawasan terkait hubungan daya analitis dan daya kreativitas terhadap hasil belajar sub keilmuan informatika.

Page 62: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 62

V. Metode Penelitian

5.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian korelasi (correlational research).

Sukardi (2003) mengemukakan bahwa penelitian korelasi adalah suatu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data guna menentukan apakah ada hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini sifatnya expose-facto yaitu mengungkapkan fakta yang sudah terjadi di mana penyebabnya tidak bisa diinterfensi.

5.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian korelasi, yaitu Hubungan Antara Daya Analitis dan Daya Kreativitas Terhadap Hasil Belajar Sub Keilmuan Informatika pada Jurusan Pendidikan Teknik Informatika Undiksha Singaraja. Oleh karena itu penelitian ini akan dilaksanakan di Fakultas Teknik dan Kejuruan (FTK), yaitu di Jurusan Pendidikan Teknik Informatika (PTI) Undiksha Singaraja.

5.3 Identifikasi Variabel

Variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini adalah dua variabel bebas dan satu variabel terikat.

5.4 Populasi dan Sampel Penelitian

Pupolasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa reguler jurusan Pendidikan Teknik Informatika sebanyak 249 orang. Sampel dari penelitin ini adalah populasi penelitian, sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi.

VI. Prosedur Penelitian

Adapun tahapan - tahapan penelitian yang akan dilaksanakan untuk dapat mengungkapkan secara tuntas terkait permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini terdapat pada Tabel 3.2

Tabel 6.1 Tahapan – Tahapan Penelitian No Tahapan Uraian Kegiatan 1 Orientasi 1. Menentukan tempat penelitian. Sebelum

membuat proposal. 2. Menentukan sampel penelitian, dimana sampel

yang digunakan adalah seluruh mahasiswa reguler Jurusan Pendidikan Teknik Informatika.

3. Membuat Proposal. 3 Merancang

instrumen penelitian

1. Merancang kisi-kisi angket tentang daya analitis dan daya kreativitas.

2. Membuat daftar pernyataan angket untuk mengukur daya analitis dan daya kreativitas.

4 Analisis 1. Mengadakan analisis secara kualitatif yang

Page 63: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 63

No Tahapan Uraian Kegiatan Kualitatif dilakukan oleh Dosen Pembimbing terhadap

instrumen penelitian. Hasil analisis terlampir pada Lampiran 1, 2, 3, 4, dan 5.

5 Uji coba instrumen penelitian

1. Setelah analisis kualitatif terhadap instrumen penelitian selesai dilakukan, maka diadakan uji coba instrumen penelitian.

6 Analisis Kuantitatif

1. Mengadakan analisis kuantitatif (uji validitas dan reliabilitas) terhadap instrumen penelitian yang telah diuji cobakan.

7 Pengambilan Data

1. Pengambilan data dilakukan dengan menyebar angket daya analitis dan daya kreativitas.

8 Analisis data 1. Menganalisis data hasil penelitian untuk menguji apakah hipotesis yang telah diajukan diterima atau ditolak dan menarik kesimpulan berdasarkan hasil uji hipotesis.

9 Pembuatan laporan

1. Menyusun laporan hasil penelitian.

VII. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode angket/kuesioner dan metode dokumentasi.

VIII. Uji Coba Instrumen Penelitian

Pengujian instrumen pada penelitian menggunakan 2 jenis analisis butir pernyataan yaitu, analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.

IX. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif akan dianalisis dengan analisis statistik deskriptif untuk mendeskripsikan data hasil belajar Sub Keilmuan Informatika mahasiswa, kemudian data kualitatif dianalisis dengan memberi makna terhadap deskripsi data. Analisis statistik yang akan digunakan berupa uji Linieritas, uji Keberartian Regresi, dan uji hipotesis.

9.1 Deskripsi Data

Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui tinggi rendahnya hasil belajar hasil belajar sub keilmuan informatika, daya analitis, dan daya kreativitas. Metode analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan cara menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka atau persentase mengenai suatu objek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan umum.

Page 64: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 64

9.2 Uji Linieritas dan Uji Keberartian Regresi Uji linieritas dan uji keberartian regresi digunakan rumus-rumus ANAVA.

9.3 Uji Hipotesis Penelitian ini merupakan penelitian korelasi yang melibatka dua variabel

bebas dan empat variabel terikat maka uji hipotesis digunakan dua analisis, yaitu yaitu analisis regresi sederhana dan analisis regresi ganda.

X. Hasil Dan Pembahasan Hasil penelitian ini terdapat pada tabel 10.1

Tabel 10.1 Tabel Rangkuman hasil pembahasan Uji Hipotesis Hubungan Daya

Analitis, Daya Kreativitas, dan Hasil Belajar Sub Keilmuan Informatika.

No Sub Keilmuan Informatika

Daya Analitis

Daya Kreativitas

Daya Analitis & Daya Kreativitas

1 Programming Ŷ = 12,25 + 0,81X1

(R2) = 43,56%

Ŷ = 25,69 + 0,59X2

(R2) = 31,47%

Ŷ = 4,73 + 0,61X1 + 0,29X2 (R2) = 92,30%

2 Jaringan Ŷ = 29,11 + 0,63X1

(R2) = 41,61%

Ŷ = 33,05 + 0,57X2

(R2) = 30,27%

Ŷ = 14,84 + 0,49X1 + 0,34X2

(R2) = 80,06%

3 Basis Data Ŷ = 22,22 + 0,71X1

(R2) = 44,07%

Ŷ = 24,48 + 0,67X2

(R2) =40,71%.

Ŷ = 13,35 + 0,46X1 + 0,37X2

(R2) = 81,29%

4 Multimedia Ŷ = 30,18 + 0,59X1

(R2) = 36,59%

Ŷ = 14,49 + 0,59X2

(R2) = 63,78%

Ŷ = 6,77 + 0,25X1 + 0,67X2

(R2) = 90,62%

Dari hasil penelitian yang terdapat pada tabel 4.35 terlihat bahwa daya analitis dan daya kreativitas mempunyai hubungan yang signifikan dengan hasil belajar sub keilmuan informatika, baik itu sub keilmuan programming, sub keilmuan jaringan, sub keilmuan basis data maupun sub keilmuan multimedia. dimana sumbangan dari daya analitis sebesar 43,61% untuk sub keilmuan programming, 41,61% untuk jaringan, 44,06% untuk basis data dan 30,27% untuk multimedia. Sedangkan daya kreativitas memberikan sumbangan sebesar 31,47% untuk programming, 30,27% untuk jaringan, 40,71% untuk basis data, dan 62,78% untuk multimedia. Dilihat dari hasil penelitian dapat disimpulkan,

Page 65: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 65

untuk memperoleh nilai programming yang maksimal dibutuhkan lebih banyak sumbangan dari daya analitis dibandingkan daya kreativitas, untuk nilai maksimal dari sub keilmuan jaringan dan basis data dibutuhkan sumbangan yang seimbang antara daya analitis dan daya kreativitas, sedangkan untuk nilai multimedia yang maksimal dibutuhkan lebih banyak sumbangan dari daya kreativitas dibandingkan daya analitis. Hal tersebut sesuai dengan yang terjadi di langangan, dimana pada umunya mahasiswa yang mempunyai daya analitis yang sangat tinggi akan mempunyai nilai yang maksismal pada sub keilmuan programming, mahasiswa yang mempunyai daya kreativitas yang sangat tinggi akan mempunyai nilai maksimal pada sub keilmuan multimedia, sedangkan masiswa yang mempunyai kesimbangan antara daya analitis dan daya kreativitas akan mempunyai nilai yang bagus pada tiap sub keilmuan. Sebaliknya, mahasiswa yang mempunyai daya analitis yang rendah akan mempunyai nilai yang rendah pada sub keilmuan programming, sedangkakan mahasiswa yang mempunyai daya kreativitas yang rendah akan mempunyai nilai multimedia yang rendah.

XI. Simpulan

Berdasarkan perumusan masalah, tujuan penelitian, pengajuan hipotesis dan analisis data penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Adanya hubungan yang signifikan antara daya analitis dan hasil belajar sub keilmuan informatika mahaiswa jurusan Pendidikan Teknik Informatika Undiksa Singaraja, baik itu untuk sub keilmuan proramming, jaringan, basis data, dan multimedia dengan sumbangan daya analitis sebesar 43,56% untuk sub keilmuan programming, 41,61% untuk jaringan, 44,06% untuk basis data dan 36,56% untuk multimedia. Dengan demikian Ha diterima dan H0 ditolak, sehingga daya analitis mempunyai hubungan yang signifikan dan dapat menentukan atau berkontribusi terhadap hasil hasil belajar sub keilmuan informatika pada jurusan Pendidikan Teknik Informatika Undiksa Singaraja.

2. Adanya hubungan yang signifikan antara daya kreativitas dan hasil belajar sub keilmuan informatika mahaiswa jurusan Pendidikan Teknik Informatika Undiksa Singaraja, baik itu untuk sub keilmuan proramming, jaringan, basis data, dan multimedia dengan sumbangan daya kreativitas sebesar 31,47% untuk programming, 30,27% untuk jaringan, 40,71% untuk basis data dan 62,78% untuk multimedia. Dengan demikian Ha diterima dan H0 ditolak, sehingga daya kreativitas mempunyai hubungan yang signifikan dan dapat menentukan atau berkontribusi terhadap hasil hasil belajar sub keilmuan informatika pada jurusan Pendidikan Teknik Informatika Undiksa Singaraja.

3. Adanya hubungan yang signifikan antara daya analitis dan daya kreativitas secara bersama-sama terhadap hasil belajar sub keilmuan

Page 66: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 66

informatika mahaiswa jurusan Pendidikan Teknik Informatika Undiksa Singaraja, baik itu untuk sub keilmuan proramming, jaringan, basis data, dan multimedia dengan sumbangan daya analitis dan daya kreativitas secara bersama-sama sebesar 92,30% untuk sub keilmuan programming, 80,05% untuk jaringan, 81,29% untuk basis data dan 90,62 untuk multimedia. Dengan demikian Ha diterima dan H0 ditolak, sehingga daya analitis dan daya kreativitas secara bersama-sama mempunyai hubungan yang signifikan dan dapat menentukan atau berkontribusi terhadap hasil hasil belajar sub keilmuan informatika pada Jurusan Pendidikan Teknik Informatika Undiksa Singaraja.

Daftar Pustaka Anomin. 2009. “Cara Kerja Otak”. http://berita-iptek.blogspot.com/2009/02/cara-

kerja- otak.html. (diakses tanggal 14 Nopember 2010). Ali,Mohammad. 2009. Psikologi Remaja (Perkembangan Peserta Didik). Jakarta:

Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta. -----------. 2006. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: Rineka

Cipta. Danim, Sudarwan.2002. Inovasi Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia. Desianti, I. W. 2009. Kontribusi Kemampuan Berbahasa Inggris dan Motivasi

Berprestasi terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI Pada Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) SMA Negeri 1 Gianyar. Skripsi (tidak diterbitkan). Program Sarjana (S1), Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.

Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Cetakan ketiga. Jakarta:

PT Rineka Cipta. Djiwandoso, S.E.W. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Gramedia

Widiasarana Indonesia. Hasan, I. 2004. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: PT Bumi

Aksara.

Page 67: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 67

Hilary. 2007 “Otak Kanan dan Otak Kiri”. http://hil4ry.wordpress.com/2007/10/03/otak-kiri-dan-otak-kanan/ (diakses tanggal 14 Nopember 2010).

Machmud, Nely. 2004. Proses Berpikir Matematika. Jakarta: PT Rineka Cipta. Nazir, M. 1983. Metode Penelitian. Jakarta: Balai Aksara. Nugroho, Andi. 2004. Konsep Pengembangan Sistem Basis Data. Bandung:

Informatika. Permana, Buyung Indara. 2010. Panduan Bekerja di Dunia Teknologi.

Yogyakarta: Mitra Pelajar. Rusyam, A.T. 1993. Proses Belajar dan Mengajar yang Efekrif. Jakarta: PT Bina

Budaya. Sardiman. 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka

Cipta. Sedarmayanti. 2002. Metode Penelitian. Bandung: Mandar Maju. Sukardi. 2003. Metode Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya.

Jakarta: PT Bumi Aksara. Suherman, E. & Sukjaya, Y. 1990. Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi

Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah 157. Suryabrata,S. 1984. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rajawali. Sudjana, 2002. Metode Penelitian.Bandung: Mandar Maju. Suharjono. 2007. “Kunci Sukses Keseimbangan Otak Kanan”.

http://suharjono.wordpress.com/2007/04/24/kunci-sukses-keseimbangan-otak-kanan-%E2%80%93-otak-kiri/ (diakses tanggal 14 Nopember 2010).

Uno, Hamzah B. 2007. Teori Motivasi dan Pengukurannya, Analisis di Bidang

Pendidikan. Jakarta. PT Bumi Aksara. Yanuar, Dwi. 2010. “Karakter Otak Kanan dan Otak Kiri”.

http://www.kompasiana.com/yanuartechno (diakses tanggal 14 Nopember 2010).

Page 68: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 68

A.7. Model Konseptual Pemanfaatan Teori Flow Dalam e-Learning Paulus Insap Santosa

MODEL KONSEPTUAL PEMANFAATAN TEORI FLOW DALAM ELEARNING

Oleh

Paulus Insap Santosa

Jurusan Teknik Elektro & Teknologi Informasi, FT UG M [email protected]

ABSTRAK

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi membawa pengaruh

pada cara penyampaian materi kuliah. Kuliah yang secara tradisional disampaikan secara tatap muka, saat ini banyak yang disampaikan lewat bantuan situs Web yang dikenal dengan sebutan eLearning. Tantangan yang dihadapi oleh mahasiswa ketika “menyerap” pengetahuan yang disampaikan secara tatap muka berbeda dengan ketika mahasiswa “menyerap” pengetahuan yang sama eLearning. Kemampuan yang dimiliki mahasiswa, dalam konteks ini, adalah pengetahuan sebelumnya (prior knowledge) dan kemampuannya dalam hal menavigasi web eLearning. Makalah ini menyajikan model konseptual pemanfaatan teori flow dalam eLearning untuk memperoleh tingkat kinerja mahasiswa yang tinggi. Dalam makalah ini disampaikan tiga buah proposisi yang menunjukkan relasi antar konstruk dalam model konseptual.

Kata-kata kunci: teori flow, tantangan, kemampuan, antecedent, eLearning I. Pendahuluan

Dengan perkembangan dan ketersediaan Internet yang makin luas, banyak aktifitas, termasuk pendidikan, dilakukan secara online. Dengan semakin banyaknya kuliah yang dilakukan secara online, semakin banyak mahasiswa yang dapat menghadiri kuliah secara virtual, sehingga mereka dapat memperoleh gelar yang mereka inginkan tanpa harus secara fisik hadir di tempat kuliah. Dengan semakin mudahnya menyiapkan materi kuliah pada eLearning, yang pada dasarnya merupakan sistem pembelajaran berbasis Web, Clark dan Lyons (1999) meramal bahwa sistem pembelajran berbasis Web merupakan masa depan dari semua tipe pembelajaran jarak jauh.

Web dan teknologi Internet menawarkan kemudahan dalam hal pengembangan dan penyampaikan materi kuliah secara online. Tetapi, pengembangan materi berbasis Web butuh pertimbangan yang menyeluruh karena teknologi dan peranti bantu untuk authoring dan penyampaian materi kuliah

Page 69: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 69

berevolusi sangat cepat (Benyon dkk, 1997). Sebagai tambahan, meskipun secara umum Internet menawarkan informasi dalam jumlah yang besar, tetapi tidak semua informasi yang tersedia sesuai dengan materi yang diperlukan oleh mahasiswa. Sehingga, semua keunggulan yang dimiliki oleh Internet sebagai media penyampaian materi secara online, dapat tertutupi oleh kurangnya disiplin mahasiswa, karena mereka dengan mudah terganggu oleh materi lain yang lebih menarik. Konsekuensinya, kinerja mahasiswa dapat terganggu, meskipun kinerja mahasiswa juga tergantung dari ragam pembelajaran (Raven dkk, 1993).

Dari penjelasan di atas nampak bahwa permasalahan yang dihadapi oleh mereka yang merancang sistem eLearning adalah bagaimana menyeimbangkan antara kemampuan mahasiswa dari sisi pengetahuan dan keahlian mereka menavigasi web eLearning dengan konten dan pembuatan navigasi agar mahasiswa tetap berkonsentrasi penuh pada materi mata kuliah yang ingin mereka pelajari. Dari sisi mahasiswa, masalah yang dihadapi adalah bagaimana pengetahuan yang sebelumnya mereka miliki, baik dari sisi materi kuliah maupun pengalaman berselancar di Web, dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja mereka. II. Teori Flow: Antecedent, Gejala, dan Konsekuensi

Flow didefinisikan sebagai kondisi psikologis ketika seseorang merasa dalam situasi kognitif yang efisien, termotivasi, dan senang (Moneta dan Csikszentmihalyi, 1996). Situasi ini merujuk kepada perasaan yang sangat menyenangkan ketika seseorang sedang melakukan aktifitas yang memerlukan keterlibatan, konsentrasi dan kesenangan secara total, dan mengalami suatu perasaan terdistorsinya waktu selama melakukan aktifitas tersebut (Chen et al., 1999). Hoffman dan Novak (1996) mengatakan bahwa ketika seseorang berada pada kondisi (flow), pikiran dan persepsi yang tidak relevan akan diabaikan, kesadaran diri akan hilang, perasaan akan waktu akan terdistori, dan seseorang akan berada dalam keadaan pikiran yang sangat menyenangkan. Dalam kondisi flow, satu waktu akan mengalir secara holistik ke waktu berikutnya tanpa disadari. Kondisi ini akan menuju kepada perasaan self-efficacy yakni kepuasaan yang sangat tinggi (Csizkszentmihalyi, 1990).

Ada dua aspek penting dari teori flow (Moneta dan Csikszentmihalyi, 1996). Pertama, pengalaman flow didefinisikan sebagai dua peubah eksperimental subjektif, yaitu tantangan (challenge) dan kemampuan/keahlian (skill). Csikszentmihalyi (1990) menyebutkan bahwa agar terjadi flow, tantangan harus sepadan dengan kemampuan (atau sebaliknya) yang dimiliki oleh setiap orang yang akan melakukan aktifitas tertentu. Tantangan dan keahlihan harus dilihat sebagai kondisi dinamis; jika tidak, seseorang dapat menjadi apatis. Dengan demikian, tantangan dan kemampuan merupakan antecedent dari flow. Kedua, pengalaman individu ketika melakukan aktifitas tertentu tidak mempunyai titik maksimum atau titik keseimbangan. Teori flow mengasumsikan bahwa tidak ada

Page 70: senapati 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraj

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti

batasan karena lewat pengalaman kompleksitas dan kesenangan yang lebih tinggi.

Flow cenderung terjadi ketika seseorang menghadapi tujuan yang jelas yang memerlukan tanggapan yang sesuai (Csikszentmihalyi, 1997). Tujuan dan aturan2 yang mengikutinya memungharus mereka kerjakan tanpa bertanyaFlow biasanya terjadi tidak ketika seseorang sedang bersenangketika seseorang sedang terlibat dalam tugas yang sulit yang memekemampuan fisik dan mental yang kuat (Jellinghaus, 1995). Karena alas an inilah, flow akan susah didapatkan ketika tidak ada usaha yang keras. sekedar “menghabiskan waktu.” Seseorang akan mengalami semacam kebahagiaan atau pengalamamenantang tetapi dapat dicapai (Donner dan Csikszentmihalyi, 1992). Dengan penjelasan di atas, Csikszentmihalyi (1997) menambahkan tujuan yang jelas dan umpan balik, untuk melengkapi tantangan dan kemampuan, sebdari flow. Gambar 1 menunjukkan status mental seseorang berdasar tingkat tantangan dan kemampuannya ketika dia sedang melakukan suatu aktifitas.

Gambar 1. Status mental seseorang berdasar tingkat tantangan dan kemampuannya (Csikszentmiha

Para peneliti sudah mengidentifikasi konsekuensi positif dari dan Webster (1992) melaporkan bahwa pekerja dan outcome tugaspositif juga dilaporkan oleh Baronas dan Louis (1988). Hoffman dan Novak (1996) melaporkan bahwa pelanggan yang mengalami kondisi hypermedia diperkirakan mempunyai dibanding mereka yang tidak mengalaminya III. Model Konseptual

Tantangan dan kemampuan merupakan dua flow. Dalam eLearning, tantangan berasal dari materi kuliah yang ingin dipelajari

ISSN 2087Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011)Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti

batasan karena lewat pengalaman flow, seseorang cenderung untuk mencari kompleksitas dan kesenangan yang lebih tinggi.

cenderung terjadi ketika seseorang menghadapi tujuan yang jelas yang memerlukan tanggapan yang sesuai (Csikszentmihalyi, 1997). Tujuan dan aturan2 yang mengikutinya memungkinkan pemain untuk melakukan apa yang harus mereka kerjakan tanpa bertanya-tanya apa yang harus mereka kerjakan.

biasanya terjadi tidak ketika seseorang sedang bersenang-senang, tetapi ketika seseorang sedang terlibat dalam tugas yang sulit yang memekemampuan fisik dan mental yang kuat (Jellinghaus, 1995). Karena alas an inilah,

akan susah didapatkan ketika tidak ada usaha yang keras. Flow tidak hanya sekedar “menghabiskan waktu.” Seseorang akan mengalami semacam kebahagiaan atau pengalaman optimal ketika mereka mengejar tujuan yang menantang tetapi dapat dicapai (Donner dan Csikszentmihalyi, 1992). Dengan penjelasan di atas, Csikszentmihalyi (1997) menambahkan tujuan yang jelas dan umpan balik, untuk melengkapi tantangan dan kemampuan, sebagai

. Gambar 1 menunjukkan status mental seseorang berdasar tingkat tantangan dan kemampuannya ketika dia sedang melakukan suatu aktifitas.

Gambar 1. Status mental seseorang berdasar tingkat tantangan dan

kemampuannya (Csikszentmihalyi, 1997).

Para peneliti sudah mengidentifikasi konsekuensi positif dari flowdan Webster (1992) melaporkan bahwa flow berasosiasi positif dengan sikap

tugas-tugas yang berhubungan dengan komunikasi. Sikap rkan oleh Baronas dan Louis (1988). Hoffman dan Novak

(1996) melaporkan bahwa pelanggan yang mengalami kondisi flow dalam CME hypermedia diperkirakan mempunyai perceived behavioral control dibanding mereka yang tidak mengalaminya

al Tantangan dan kemampuan merupakan dua antecedent yang penting dari

. Dalam eLearning, tantangan berasal dari materi kuliah yang ingin dipelajari

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Bali,

70

eseorang cenderung untuk mencari

cenderung terjadi ketika seseorang menghadapi tujuan yang jelas yang memerlukan tanggapan yang sesuai (Csikszentmihalyi, 1997). Tujuan dan

kinkan pemain untuk melakukan apa yang tanya apa yang harus mereka kerjakan.

senang, tetapi ketika seseorang sedang terlibat dalam tugas yang sulit yang memerlukan kemampuan fisik dan mental yang kuat (Jellinghaus, 1995). Karena alas an inilah,

tidak hanya sekedar “menghabiskan waktu.” Seseorang akan mengalami semacam

n optimal ketika mereka mengejar tujuan yang menantang tetapi dapat dicapai (Donner dan Csikszentmihalyi, 1992). Dengan penjelasan di atas, Csikszentmihalyi (1997) menambahkan tujuan yang jelas dan

agai antecedent . Gambar 1 menunjukkan status mental seseorang berdasar tingkat

tantangan dan kemampuannya ketika dia sedang melakukan suatu aktifitas.

Gambar 1. Status mental seseorang berdasar tingkat tantangan dan

flow. Trevino berasosiasi positif dengan sikap

tugas yang berhubungan dengan komunikasi. Sikap rkan oleh Baronas dan Louis (1988). Hoffman dan Novak

dalam CME lebih baik

yang penting dari . Dalam eLearning, tantangan berasal dari materi kuliah yang ingin dipelajari

Page 71: senapati 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraj

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti

oleh para mahasiswa dan sistem eLearning yang digunakan untuk menampilkan materi kuliah. Kemampuan mahasiswa (prior knowledgepengetahuan tentang ilmu yang terkait dengan materi kuliah prasyarat dari mata kuliah yang akan diambil, dan pengelaman mahasiswa tersebut menggueLearning (yang biasanya diimplementaskan dalam sebuah Web). Gambar 2 menunjukkan model konseptual dari pemanfaatan teori

3.1 Pengetahuan Sebelumnya dan Pengalaman Menggunakan Web

Pengetahuan sebelumnya (pengetahuan yang dimiliki oleh mahasiswa tentang mata kuliah tertentu. Pengetahuan sebelumnya memegang peran penting dalam proses belajar ketika seseorang secara aktif berusaha memahami kejadiandalam pembentukan dan i1983). Pengetahuan sebelumnya berisi sejumlah konsepsi alternatif yang akan mempengaruhi pembelajaran berikutnya (Tsai, 2001).

Gambar 1. Model konseptual pemanfaatan teori 3.2 Navigasi Web dan Materi

Para peneliti, misalnya Nielsen (1999) setuju bahwa isi situs web dan kemudahan navigasi merupakan dua faktor yang sangat penting dalam rancangan situs web. Konsistensi antarmuka juga merupakan faktor yang penting yang dapat memberikan kinerja yang lebih tdan Salvendy, 2001), yang dapat meningkatkan kepuasan pengguna. Navigasi adalah proses incrementalfisik (disebut locomotion

ISSN 2087Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011)Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti

oleh para mahasiswa dan sistem eLearning yang digunakan untuk menampilkan materi kuliah. Kemampuan berasal dari pengetahuan yang dimiliki oleh

prior knowledge). Kemampuan dapat dikelompokkan menjadi pengetahuan tentang ilmu yang terkait dengan materi kuliah prasyarat dari mata kuliah yang akan diambil, dan pengelaman mahasiswa tersebut menggueLearning (yang biasanya diimplementaskan dalam sebuah Web). Gambar 2 menunjukkan model konseptual dari pemanfaatan teori flow dalam eLearning.

Pengetahuan Sebelumnya dan Pengalaman Menggunakan Web Pengetahuan sebelumnya (prior knowledge) didefinisikan sebagai

pengetahuan yang dimiliki oleh mahasiswa tentang mata kuliah tertentu. Pengetahuan sebelumnya memegang peran penting dalam proses belajar ketika seseorang secara aktif berusaha memahami kejadian-kejadian dengan terlibat dalam pembentukan dan interpretasi pengalaman individu (Pope dan Gilbert, 1983). Pengetahuan sebelumnya berisi sejumlah konsepsi alternatif yang akan mempengaruhi pembelajaran berikutnya (Tsai, 2001).

Gambar 1. Model konseptual pemanfaatan teori

Navigasi Web dan Materi Kuliah Para peneliti, misalnya Nielsen (1999) setuju bahwa isi situs web dan

kemudahan navigasi merupakan dua faktor yang sangat penting dalam rancangan situs web. Konsistensi antarmuka juga merupakan faktor yang penting yang dapat memberikan kinerja yang lebih tinggi dan laju kesalahan yang lebih rendah (Ozok dan Salvendy, 2001), yang dapat meningkatkan kepuasan pengguna. Navigasi

incremental yang bersifat real-time yang menggabungkan aktifitas locomotion) dan pembuatan keputusan (Jul dan Furnas, 1997).

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Bali,

71

oleh para mahasiswa dan sistem eLearning yang digunakan untuk menampilkan berasal dari pengetahuan yang dimiliki oleh ). Kemampuan dapat dikelompokkan menjadi

pengetahuan tentang ilmu yang terkait dengan materi kuliah prasyarat dari mata kuliah yang akan diambil, dan pengelaman mahasiswa tersebut menggunakan eLearning (yang biasanya diimplementaskan dalam sebuah Web). Gambar 2

dalam eLearning.

ikan sebagai pengetahuan yang dimiliki oleh mahasiswa tentang mata kuliah tertentu. Pengetahuan sebelumnya memegang peran penting dalam proses belajar ketika

kejadian dengan terlibat nterpretasi pengalaman individu (Pope dan Gilbert,

1983). Pengetahuan sebelumnya berisi sejumlah konsepsi alternatif yang akan

Para peneliti, misalnya Nielsen (1999) setuju bahwa isi situs web dan kemudahan navigasi merupakan dua faktor yang sangat penting dalam rancangan situs web. Konsistensi antarmuka juga merupakan faktor yang penting yang dapat

inggi dan laju kesalahan yang lebih rendah (Ozok dan Salvendy, 2001), yang dapat meningkatkan kepuasan pengguna. Navigasi

yang menggabungkan aktifitas dan Furnas, 1997).

Page 72: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 72

Navigasi tidak hanya sekedar perpindahan secara fisik, tetapi juga melibatkan aktifitas kognisi. Menurut Kim dan Hirtle (1995), pengguna harus melakukan sejumlah tugas secara bersamaan ketika mereka terlibat dalam aktifitas yang berkaitan dengan Web. Beberapa tugas ini dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori: tugas navigasi (merencanakan rute perjalanan dan mengeksekusinya), tugas informasi (membaca dan memahami isi yang disajikan dalam sebuah Web dan kaitan antara satu isi dengan isi yang lain), dan tugas pengelolaan (mengkoordinasi tugas navigasi dan informasi).

Tugas-tugas yang harus dilakukan secara serentak merupakan tantangan bagi mahasiswa agar mereka dapat mempelajari materi kuliah yang disajikan dalam situs eLearning. Isi situs web merujuk kepada informasi, fitur, atau layanan yang ditawarkan lewat situs web (Huizingh, 2000). Dalam eLearning, yang diimplementasikan ke dalam situs Web, materi mata kuliah yang menjadi isi dari situs eLearning tersebut. Dengan cara seperti ini tantangan bagi mahasiswa yang menggunakan eLearning adalah materi kuliah.

3.3. Perceived Control dan Konsentrasi

Perceived control dan konsentrasi merupakan dua gejala flow yang dialami oleh seseorang yang berada dalam kondisi flow (Csizkszentmihalyi, 1990). Dalam keadaan flow, pikiran dan persepsi yang tidak relevan akan diabaikan dan mahasiswa secara penuh memfokuskan dirinya pada interaksi dengan situs Web tempat mahasiswa tersebut mempelajari materi kuliah. Ketika mahasiswa berada pada kondisi flow, mereka akan berkonsentrasi penuh pada apa yang sedang mereka kerjakan, dan akan mengabaikan hal-hal lain yang tidak penting (Hoffman dan Novak, 1996).

3.4 Pengalaman Flow dan Kinerja Mahasiswa

Kinerja mahasiswa sering digunakan untuk mengukur efektifitas pembelajaran (Lu dkk., 2003). Kinerja mahasiswa didefinisikan sebagai prestasi yang diperoleh mahasiswa setelah melewati evaluasi atas serangkaian test terhadap materi kuliah yang disajikan menggunakan bantuan situs Web. Kinerja mahasiswa dapat diukur berdasarkan jumlah kesalahan yang dilakukan oleh mahasiswa ketika melakukan test evaluasi. Kinerja mahasiswa yang lebih tinggi dinyatakan dengan jumlah kesalahan yang lebih sedikit. Dalam evaluasi menggunakan MCQ, penghitungan mahasiswa dapat dilakukan dengan sangat mudah. Tetapi jika pertanyaannya berupa soal essay, jawaban “terstandarisasi” menjadi salah satu kendala dalam penilaiannya.

Dengan berbekal pada sejumlah argumen di atas, maka disusunlah tiga proposisi untuk menunjukkan relasi dari beberapa seperti ditunjukkan dalam Gambar 1, Dengan telah disampaikannya sejumlah argumen

P1a. Ketika mahasiswa menggunakan menggunakan eLearning, perceived control akan dipengaruhi oleh tantangan yang dihadapi mahasiswa dan kemampuan yang dimiliki mahasiswa

Page 73: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 73

P1.b. Ketika mahasiswa menggunakan menggunakan eLearning, konsentrasi mahasiswa dalam menangkap pengetahuan baru akan dipengaruhi oleh tantangan yang dihadapi mahasiswa dan kemampuan yang dimiliki mahasiswa

P2. Flow yang dialami oleh mahasiswa akan memperngaruhi kinerja mahasiswa.

IV. Penutup

Satu keuntungan nyata dari eLearning adalah bahwa mahasiswa tidak harus datang ke kampus secara fisik untuk ‘hadir’ kuliah. Mahasiswa dapat belajar materi kuliah yang baru dari kenyamanan tempat tinggalnya. Tetapi, karena mahasiswa dapat dengan mudah terganggu dari aktifitas utamanya, perancang eLearning harus menyadari bahwa rancangan mereka harus memotivasi mahasiswa untuk tetap fokus pada materi yang disampaikan. Hal ini merupakan tantangan yang berat dari perancang karena masing-masing mahasiswa pasti mempunyai karakteristik yang berbeda, yang kesemuanya memerlukan perhatian yang seksama.

Pemahaman terhadap struktur Web dapat meminimalisir waktu navigasi untuk berpindah dari satu halaman ke halaman lain pada sebuah situs Web. Hal ini memberikan keuntungan lebih pada mahasiswa yang sudah akrab dengan struktur Web yang digunakan dibandingkan dengan mereka yang kurang akrab. Dengan demikian, perancang eLearning, khususnya untuk bagian navigasi, harus berusaha keras agar rancangannya selalu konsisten, sehingga mahasiswa yang kurang pengalaman dapat terbantu dengan adanya rancangan yang konsisten. Daftar Pustaka Baronas, A.K. dan Louis, M.R., Restoring a sense of control during

implementation, MIS Quarterly, 12, pp. 111-123. Benyon, D, Stone, D. dan Woodroffe, M. (1997), Experience with developing

multimedia courseware for the World Wide Web: the need for better tools dan clear pedagogy, International Journal of Human Computer Studies, 47, pp. 197-218.

Chen, H., Wigand, R.T. dan Nilan, M.S. (1999), Optimal experience of Web

activities, Computers in Human Behaviour, 15, pp. 585-608. Clark, R & Lyons, C. (1999), Using Web-based training wisely, Training, 36, pp.

51-56. Csikszentmihalyi, M. (1990), Flow: The Psychology of Optimal Experience, New

York: Harper dan Row.

Page 74: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 74

Csikszentmihalyi, M. (1997), Finding Flow, The Psychology of Engagement with Everyday Life, BasicBook, New York.

Donner, E. J. dan Csikszentmihalyi, M. (1992), Transforming Stress to Flow,

Executive Excellent, Provo, 9, pp. 16-18. Hoffman, D.L. dan Novak, T.P. (1996), Marketing in Hypermedia Computer-

Mediated Environments Conceptual Foundations, Journal of Marketing, 60, pp. 50-68.

Huizingh, E.K.R.E. (2000), The Content and Design of Web sites: an Empirical

Study, Information & Management, 37, pp. 123-134. Jellinghaus, R. (1995), Flow: What’s worth living for, (tersedia di

http://www.unrealties. com/essays/flow.htm, diakses pada tanggal 20 Oktober 2002).

Jul, S. dan Furnas, G.W. (1997), “Navigation in Electronic Worlds: A CHI 97

Workshop”, ACM SIGCHI Bulletin, Vol. 29, No. 4, (tersedia di http://www/acm.org/sigchi/bulletin/1997.4/ jul.html, diakses pada tanggal 17 Juli 2002).

Kim, H. dan Hirtle, S.C. (1995), Spatial metaphors and disorientation in hypertext

browsing, Behavior and Information Technology 14 (1995) pp. 239-250. Lu, J., Yu, C-S. dan Liu, C., (2003) Learning style, learning patterns, and learning

performance in a WebCT-based MIS course, Information & Management, 40, pp. 497-507.

Moneta, G.B., dan Csikszentmihalyi, M. (1996), The effect of perceived

challenges and skills on the quality of subjective experience, Journal of Personality, 64, pp. 275-310.

Nielsen, J. (1999), Differences between Print Design and Web Design, (tersedia di

http://www.useit.com/alertbox/990124.html, diakses pada tanggal 24 Maret 2001).

Ozok, A.A. dan Salvendy, G. (2001), How Consistent is Your Web Design?

Behaviour & Information Technology, 20, pp. 433-447. Pope, M. dan Gilbert, J. (1983), Personal experience and the construction of

knowledge in science, Science Education, 67, pp. 193–203

Page 75: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 75

Raven, M.T., Cano, J., Garton, B.L., dan Shelhamer, V. (1993), A comparison of learning styles, teaching styles, and personality styles of pre-service Montana and Ohio agriculture teachers, Journal of Agriculture Education, 31, pp. 40-50.

Trevino, L. E. dan Webster, J. (1992), Flow in Computer-Mediated

Communication, Communication Research, 19, pp. 539-573. Tsai, C-C. (2001), The interpretation construction design model for teaching

science and its applications to Internet-based instruction in Taiwan. International Journal of Educational Development, 21, pp. 401–415.

Page 76: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 76

A.8. Modifikasi Claroline dengan Metode Pembelajaran Computer-Supported Collaborative Learning (CSCL) Berbasis Konstruktivisme Made Santo Gitakarma

MODIFIKASI CLAROLINE DENGAN METODE PEMBELAJARAN COMPUTER-SUPPORTED COLLABORATIVE LEARNING (CSCL)

BERBASIS KONSTRUKTIVISME

Oleh

Made Santo Gitakarma1), Luh Putu Ary Sri Tjahyanti 2) 1) Program Studi D3 Teknik Elektronika, Universitas Pendidikan Ganesha,

Jl. Udayana, Singaraja, Bali 81116, Email : [email protected] 2) Program Studi Teknik Informatika, AMIKOM, Jl. AMIK OM-ASM

Kekalik Mataram, NTB 83125 E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Claroline merupakan salah satu sistem eLearning untuk manajemen pelatihan (Course Management System). Pembelajaran kolaboratif dengan sistem eLearning dapat dilakukan dengan memanfaatkan Claroline. Metode pembelajaran kolaboratif berbantuan komputer atau web sering disebut sebagai Computer-Supported Collaborative Learning (CSCL). Metode ini bertujuan sebagai wadah untuk mendukung suatu kelompok pelajar dalam belajar bersama secara efektif dengan cara berbagi informasi dan mendiskusikan masalah yang diberikan. Konsep konstruktivisme dapat diterapkan dalam sistem ini dengan memberikan perlakuan (treatment) topik yang sesuai kemudian dilakukan Pretest dan Posttest. Pretest untuk mengukur pengetahuan awal (prior knowledge) pelajar yang diklasifikasikan ke dalam level belajar (level 1 hingga 4) dan Posttest untuk mengukur tingkat pencapaian hasil belajar. Pengujian dilakukan di Jurusan Teknik Informatika AMIKOM Mataram untuk topik Software Requirements pada perkuliahan Rekayasa Perangkat Lunak. Hasil pengujian pada 30 mahasiswa didapatkan nilai rata-rata Pretest sebesar 4,68 dan nilai rata-rata Posttest sebesar 8,12. Hasil evaluasi sistem dengan Kuesioner Pemakaian (Usability Questionnaire) menyatakan sebagian besar pengguna SCK setuju adanya sistem ini dengan rata-rata setuju sebesar 84,42 %. Dan hasil uji reliabilitas instrumen Kuesioner Pemakaian didapatkan koefisien reliabilitas (Cronbach) sebesar 0,57. Kata-kata kunci: pembelajaran kolaboratif, konstruktivisme, CSCL, eLearning,

usability questionnaire, cronbach.

Page 77: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 77

I. Pendahuluan Lingkungan pendidikan saat ini sedikit demi sedikit beralih dari cara

tradisional yaitu lingkungan belajar di kelas menjadi pembelajaran kolaborasi dan atau mandiri secara adaptif melalui perkembangan Internet, teknologi mobile dan wireless [1]. Teknologi informasi menawarkan teknik komunikasi berbasis web dan pendekatan kolaborasi tradisional diadopsi menggunakan basis web [2].

Collaborative Learning (CL) adalah sebuah strategi instruksional yang terstruktur dan sistematis dimana sekelompok pelajar bekerja sama memaksimalkan pembelajaran rekan-rekan mereka [3]. Bentuknya dapat berupa dialog, negosiasi dan argumen untuk memecahkan masalah yang mereka miliki.

Computer supported collaborative learning (CSCL) adalah pembelajaran kolaboratif dimana sekelompok pelajar berada dalam sebuah jaringan komputer dalam rangka memaksimalkan individu, tim, dan hasil pembelajaran untuk mencapai tujuan melalui diskusi dan asistensi yang bermanfaat [4]. Saat ini ada beberapa penelitian sistem pembelajaran kolaborasi berbantuan komputer seperti sistem CSCL berbasis manajemen pengetahuan (CLS-KM) [5], CSCL berbasis kontrak pembelajaran [4], dan CSCL konsensus berbasis struktur pohon biner [6]. Konsep-konsep penelitian tersebut masih berfokus pada tujuan akhir pembelajaran, dan masih kurang dalam penilaian (assessment) selama proses pembelajaran berlangsung.

Makna pengetahuan yang didapat dalam pembelajaran itu tidak semata-mata didapat langsung dari guru maupun informasi yang ada di dalam sistem. Namun, makna yang dibangun sangat bergantung pada struktur kognitif yang telah ada sebelumnya (prior knowledge) pada masing-masing individu pelajar, dan sifatnya personal. Oleh karena itu, teori belajar yang sesuai untuk hal ini adalah model pembelajaran konstruktivisme.

E-learning adalah sebuah metode yang menggunakan multimedia dan internet yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan memberi akses ke sumber dan pelayanan jarak jauh serta kolaborasi dan komunikasi jarak jauh. Salah satu e-learning yang cukup populer untuk pembelajaran jarak jauh yaitu claroline. Claroline merupakan e-learning open source yang dapat didownload secara gratis di website www.claroline.net. Karena sifatnya open source, claroline dapat dimodifikasi untuk tujuan pembelajaran kolaboratif berbasis konstruktivisme.

Dalam penelitian ini akan dilakukan modifikasi e-learning Claroline untuk tujuan pembuatan sistem CSCL berbasis konstruktivisme. Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah dihasilkannya sebuah sistem e-learning yang teruji untuk menampung aktivitas-aktivitas perkuliahan secara online dalam pembelajaran kolaboratif yang dapat menilai tingkat keberhasilan pembelajaran melalui konsep konstruktivisme.

Page 78: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 78

II. Landasan Teori 2.1 Model Pembelajaran Konstruktivisme

Saat ini pengetahuan lebih dipandang sebagai suatu proses konstruksi yang terus-menerus, terus berkembang dan berubah dibandingkan dipandang hanya sebagai kumpulan fakta-fakta. Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari kepala seseorang (guru) ke kepala orang lain (murid). Murid itu sendirilah yang memberi makna terhadap apa yang telah diajarkan guru, dengan menyesuaikannya dengan pengalaman-pengalaman mereka. Pengetahuan tidak bersifat deterministik, tetapi suatu proses menjadi tahu.

Model pembelajaran berbasis konstruktivisme lebih menekankan pada pembentukan makna tersendiri bagi pelajar, menghubungkan dengan pengetahuan awal (prior knowledge), dan mengkonstruksinya menjadi pengetahuan baru. Gagasan-gagasan dari pengetahuan sebelumnya direstrukturisasi melalui pengalaman sensori baru yang diterimanya. Disinilah pelajar memahami apa dan bagaimana belajar bermakna (meaningful learning).

Model belajar konstruktivis diawali dengan identifikasi kompetensi yang ingin dicapai, kemudian dilanjutkan dengan menetapkan isi (produk) belajar yang ingin dihasilkan. Model belajar konstruktivis didasari adanya prior knowledge (pengetahuan awal) yang dimiliki pelajar, sehingga pengetahuan awal ini perlu diidentifikasi dan diklarifikasi untuk menentukan perencanaan program pembelajaran yang ingin dilakukan dan bagaimana cara implementasinya. Restrukturisasi ide-ide pelajar terdiri dari tiga bagian yaitu: klarifikasi dan pertukaran ide-ide pelajar, penyajian konflik kognitif, dan pengkonstruksian ide-ide baru. Tahap akhir model pembelajaran konstruktivisme ialah evaluasi. Evaluasi sangat berguna untuk melihat seberapa jauh peningkatan hasil belajar yang dicapai dan evaluasi terhadap tahapan-tahapan dalam model pembelajaran konstruktivisme. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.

Page 79: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 79

Gambar 1 Diagram alur model belajar konstruktivis

Pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran ialah pelajar berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran mereka sendiri dan membangun pengetahuan mereka sendiri [5]. Sebenarnya, pembelajaran kolaboratif juga terletak dalam paradigma konstruktivisme sosial. Fitur-fitur kritis pembelajaran konstruktivisme adalah sebagai berikut : [7]

1. Semua pengetahuan yang dibangun melalui proses abstraksi reflektif. 2. Struktur kognitif dalam pelajarnya memfasilitasi proses pembelajaran. 3. Struktur kognitif dalam individu-individu dalam proses pembangunan

konstan. Jika gagasan tentang pembelajaran konstruktivis diterima, maka metode-metode pembelajaran dan pengajaran harus disetujui. 2.2 Pemodelan CSCL Berbasis Konstruktivisme

Sistem CSCL yang akan dibuat dalam penelitian ini terdiri dari lima bagian yaitu: strategi pembelajaran kolaboratif, perpustakaan informasi pengguna,

Page 80: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 80

antarmuka mahasiswa, antarmuka dosen, dan administrasi. Struktur sistem CSCL ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2 Struktur sistem CSCL

Konsep konstruktivisme akan diterapkan dalam sistem ini sehingga menjadi Sistem CSCL berbasis konstruktivisme (SCK). Open source Claroline dimodifikasi sehingga sesuai dengan konsep SCK. Modifikasi ini meliputi modifikasi umum dan modifikasi khusus. Modifikasi umum yaitu penyempurnaan bahasa untuk tujuan sistem dalam perguruan tinggi dan tampilan sistem. Modifikasi khusus meliputi :

- Penambahan menu Pretest di dalam menu setiap topik yang dibuat. Pretest ini dapat mengambil soal-soal dari Bank Soal yang disetting oleh Dosen bersangkutan, kemudian Pretest secara otomatis aktif saat pertama kali Mahasiswa masuk ke Topik dan tidak aktif jika mahasiswa sudah pernah masuk ke Topik. Nilai Pretest akan diklasifikasikan menjadi 4 level yang menentukan level Dokumen-dokumen yang dapat diakses.

- Menu Dokumen dimodifikasi berdasarkan level agar terlihat hanya di level tertentu saja dan di bawah level tersebut.

- Menu Kelompok dimodifikasi untuk tujuan sistem CSCL yaitu penambahan siapa yang menjadi Ketua Kelompok.

- Menu Tugas dimodifikasi sehingga saat pengumpulan tugas Kelompok dapat dilakukan oleh setiap anggota secara berulang kali (diskusi Kelompok). Hanya Ketua Kelompok yang dapat mengesahkan tugas untuk dikumpulkan ke Dosennya.

Page 81: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 81

register

mendaftar topik

pretestmasuktopik

aktivitas sistem

collaborativelearning

posttest

evaluasi

Membuat profil dasarmahasiswa

Penerapan Metode Konstruktivisme : Identifikasi Prior

Knowledge mahasiswa untuk menentukan level

Dokumen-dokumen yang dapat diakses

Restrukturisasi Ide-Ide Mahasiswa dengan Tugas, Grup,

dan Konsultasi Online

Mendaftar ke topik-topikyang dibuat tutor

Mendefinisikan Tugas Grup, anggota Grup, diskusi Grup, dan

evaluasi hasil Tugas Grup

rekomendasi berdasarkan evaluasi

Mengevaluasi kemampuan mahasiswa dan grup

mahasiswa

M engkaji hasil Tugas dan Test untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang diinginkan

Gambar 3 Pemodelan sistem yang diusulkan

Sistem yang akan diusulkan ini dapat dimodelkan seperti pada Gambar 3. Dari Gambar 3, proses yang terjadi pada sistem dapat dijelaskan dalam beberapa tahap, yaitu:

1. Dosen dan Mahasiswa melakukan registrasi untuk mendapatkan account. Konfirmasi account dapat dilakukan via email maupun secara langsung.

2. Dosen membuat topik baru, mendeskripsikan topik yang dibuat, dan mengisi pertanyaan-pertanyaan dalam form pretest. Mahasiswa mendaftar ke topik-topik yang dibuat oleh Dosen.

3. Mahasiswa mengisi pretest untuk mengidentifikasi pengetahuan awal mahasiswa tentang topik yang akan diikuti. Hasil pretest ini akan menentukan level mahasiswa terhadap topik tersebut dan akan berpengaruh pada dokumen-dokumen sesuai level yang dapat diakses mahasiswa. Aktivitas sistem dapat diarahkan dalam alur pembelajaran, yaitu pembelajaran kolaboratif. Kegiatan kolaboratif berada di menu kelompok, tugas, forum, tes latihan, wiki dan chat.

4. Dosen membuat posttest pada akhir masa pembelajaran terhadap masing-masing Mahasiswa.

5. Dosen mengevaluasi peningkatan pengetahuan Mahasiswa dengan membandingkan hasil pretest dan posttest.

Page 82: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 82

6. Dosen memberi rekomendasi berdasarkan evaluasi terhadap Mahasiswa yang hasil Posttest kurang dari standar yang diharapkan. Rekomendasi ini dapat berupa pemberian tugas maupun tes ulang terhadap Mahasiswa tersebut.

2.3 Skenario Pengujian Skenario pengujian dilakukan dengan mahasiswa harus login. Jika login sudah disetujui maka mahasiswa dapat mendaftar ke materi topik perkuliahan yang ingin diikuti. Use case untuk skenario pengujian sistem dapat dilihat pada Gambar 4.

2.3.1 Pretest

Saat memasuki topik perkuliahan mahasiswa diwajibkan mengisi Pretest yang soal-soalnya telah ditentukan oleh dosen pengampu perkuliahan. Pretest hanya dijawab sekali oleh mahasiswa, dan tidak dapat dilihat kembali atau diisi kembali jika pretest sudah pernah dilakukan. Total ada 4 level yang diatur dalam sistem ini.

Gambar 4 Use case skenario pengujian SCK

2.3.2 Quiz

Dosen menentukan kapan dibuat quiz untuk naik ke level selanjutnya. Quiz dapat dibuat pada menu Tes Latihan. Quiz telah dimodifikasi untuk level tertentu sehingga dapat digunakan dosen untuk memberikan tes kenaikan level

Page 83: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 83

pada mahasiswa. Perbedaan menu Tes Latihan yang asli dengan yang modifikasi terletak pada penambahan kolom level pada modifikasinya. 2.3.3 Posttest Di akhir masa pembelajaran dosen dapat memberikan posttest untuk menilai tingkat pemahaman mahasiswa terhadap topik yang diberikan. Mahasiswa diberikan pertanyaan pilihan unik yang sama dengan pertanyaan pada Pretest untuk melihat tingkat keberhasilan pembelajaran dengan sistem ini. 2.4 Open Source Claroline Claroline adalah platform eWorking dan E-learning Management System) dikeluarkan di bawah lisensi Open Source (GPL). Claroline umumnya digunakan oleh suatu organisasi seperti universitas, sekolah, perusahaan, asosiasi dan sebagainya untuk membuat dan mengadministrasi pelatihan dan media kolaborasi melalui web. Platform ini sudah digunakan di lebih dari 80 negara dan tersedia dalam lebih dari 30 bahasa. Claroline merupakan salah satu sistem manajemen pelatihan atau Course Management System berbasis web. Di dalam Claroline, guru atau tutor dapat membuat dan mengelola situs web mengenai ilmu tertentu. Kemampuan lainnya yaitu mempublikasikan dokumen dalam bentuk format (PDF, HTML, Microsoft Office, Video, dan sebagainya), mengelola daftar link, menjalankan forum diskusi publik atau privat, menuliskan latihan, membuat kelompok pelajar, struktur agenda dengan tugas dan tenggat waktu, membuat pengumuman (juga melalui e-mail), meminta pelajar mengirimkan tugas atau karya, dan melihat statistik berkala dan keberhasilan dalam latihan. Claroline dapat didownload secara gratis di www.claroline.net. Sistem yang dibuat dalam tesis ini didasari pada sistem Claroline versi 1.9.4 dengan beberapa tambahan fitur menyesuaikan sistem CSCL berbasis konstruktivisme. Screenshot tampilan awal dari Claroline yang sudah dimodifikasi untuk tesis ini dapat dilihat pada Gambar 5.

Page 84: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 84

Gambar 5 Screenshot tampilan awal Claroline 2.5 Uji Reliabilitas Instrumen Kuisioner

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan pemakai terhadap sistem yang telah dibuat yaitu Kuisioner Pemakaian (Usability Questionnaire). Instrumen ini dapat diuji tingkat kepercayaannya (reliabilitas) dengan mengukur koefisien reliabilitas instrumen (Cronbach Alpha) [8]. Rumus koefisien reliabilitas instrumen sebagai berikut.

−= ∑

2

2

1)1( i

b

k

kr

σσ

(1)

dengan r = koefisien Cronbach Alpha k = banyaknya butir pertanyaan

∑ 2bσ = total varians butir

2iσ = total varians peserta

bi = banyaknya butir pilihan (i = 1,…, k) pi = peserta ke-i yang terlibat

Nilai-nilai untuk pengujian reliabilitas berasal dari skor-skor item angket yang valid. Item yang tidak valid tidak dilibatkan dalam pengujian reliabilitas. Interpretasi reliabilitas menggunakan pertimbangan berikut ini.

Page 85: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 85

Gambar 6 Interval uji reliabilitas Cronbach

III. Hasil dan Diskusi 3.1 Pengujian Sistem eLearning SCK

Pengujian penerapan SCK telah dilakukan pada topik perkuliahan Software Requirements, salah satu topik perkuliahan Rekayasa Perangkat Lunak di Jurusan Teknik Informatika AMIKOM Mataram. Berikut screenshot SCK yang dihasilkan.

(a)

(b)

Page 86: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 86

(c)

(d)

(e)

Gambar 7 (a) Tampilan login Mahasiswa; (b) Tampilan menu utama mahasiswa untuk topik Software Requirements; (c) Tampilan menu Kelompok; (d) Tampilan

pengumpulan tugas dari Kelompok 1 (Anggota Kelompok); (e) Tampilan pengumpulan tugas Kelompok 1 (Ketua Kelompok)

Dari Gambar 7d dan 7e tampak ketua kelompok diberikan hak untuk

mengedit dan mendownload semua berkas pengumpulan tugas dari anggota kelompoknya. Sedangkan Anggota kelompok hanya berhak mengedit dan mendownload berkas terakhir saja. Dokumen yang dikumpulkan oleh anggota

Page 87: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 87

kelompok dimodifikasi dengan mengatur versinya. Ketua kelompok kemudian dapat mengesahkan berkas yang dianggap final untuk dikumpulkan ke dosen seperti Gambar 8, sehingga yang dilihat oleh dosen hanyalah berkas yang disahkan saja.

Gambar 8 Tampilan edit/ubah tugas dari ketua kelompok

Uji coba dilakukan di Jurusan Teknik Informatika AMIKOM Mataram pada topik Software Requirements pada mata kuliah Rekayasa Perangkat Lunak. Hasil uji coba yang dilakukan pada 30 orang mahasiswa dapat dilihat pada tabel berikut.

Page 88: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 88

Tabel 1 Hasil pengujian tes latihan (pretest, quiz, dan posttest)

Dari tabel 1 didapatkan nilai rata-rata Pretest sebesar 4,68 dan nilai rata-rata Posttest sebesar 8,12. Sehingga terjadi peningkatan sebesar 3,44 selama pembelajaran berlangsung. Hal ini berarti sistem CSCL berbasis Konstruktivisme ini memberikan kontribusi yang besar dalam meningkatkan hasil pembelajaran.

3.2 Evaluasi Sistem dengan Kuesioner Pemakaian (Usability Questionnaire)

Evaluasi SCK dapat dilakukan dengan kuesioner pemakaian yang diadopsi dari metode evaluasi pemakaian oleh Zakarias [9]. Kuesioner ini diberikan setelah pelatihan SCK terhadap 10 dosen dan 30 mahasiswa yang totalnya 40 orang. Hal ini berarti data yang dikelola terdiri dari 40 responden.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan rata-rata penilaian sistem sebagai berikut. Rata-rata yang menyatakan Tidak Setuju (TS) sebesar 2,81 %, Netral (N) sebesar 12,77 %, Setuju (S) sebesar 66,67 %, dan Sangat Setuju (SS) sebesar 17,75 %. Sehingga sistem ini dianggap disetujui oleh sebagian besar penggunanya dengan rata-rata yang setuju sebesar 84,42 % (S + SS).

Page 89: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 89

3.3 Uji Koefisien Reliabilitas Cronbach Dari hasil pengujian didapat varians butir pertanyaan σ1

2 = 0,75, σ22 =

2,89, σ32 = 6,22, σ4

2 = 5,84 sehingga totalnya 15,71. Untuk total varians peserta didapat 5,272 =iσ . Dari nilai total varians di atas dapat dicari nilai koefisien reliabilitas Cronbach seperti persamaan (1) sebagai berikut.

57,05,27

71,151

)14(

4 =

−=r

Berdasarkan interval uji reliabilitas pada Gambar 6 dapat disimpulkan bahwa tingkat reliabilitas hasil kuisioner pemakaian di atas reliabilitas rendah yaitu > 0,50. Sehingga dapat dikatakan tingkat reliabilitasnya baik. IV. Kesimpulan Berikut ini beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini :

1. SCK dimodifikasi dari open source e-learning Claroline dengan penambahan Pretest, pelevelan dokumen, perubahan aturan kelompok, dan perubahan aturan pengumpulan tugas kelompok.

2. Hasil pengujian pada 30 mahasiswa didapatkan nilai rata-rata Pretest 4,68 dan Posttest 8,12. Hal ini berarti SCK memberikan kontribusi yang besar dalam meningkatkan hasil pembelajaran.

3. Hasil evaluasi sistem dengan Kuesioner Pemakaian menyatakan sebagian besar pengguna SCK setuju adanya sistem ini dengan rata-rata 84,42 %. Hal ini berarti SCK telah memenuhi kriteria-kriteria sistem yang diinginkan oleh penggunanya.

4. Hasil uji reliabilitas Kuesioner Pemakaian didapatkan koefisien reliabilitas (Cronbach) sebesar 0,57 yang artinya tingkat kepercayaan yang baik terhadap instrumen kuesioner yang digunakan.

V. Saran

Sistem CSCL berbasis Konstruktivisme ini dapat dikembangkan dari segi isi agar bisa membaca dokumen berbentuk multimedia. Sistem CSCL berbasis Konstruktivisme bila dikembangkan lebih lanjut dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran jarak jauh / Blanded E-learning, dan dapat juga dikembangkan sebagai alternatif materi yang diberikan di sekolah Home Schoolling. Daftar Pustaka [1] Toshio Okamoto. (2004). Collaborative Technology and New e-Pedagogy.

Proceedings of the IEEE International Conference on Advanced Learning Technologies (ICALT’04).

[2] Xinhua He dan Wenfa Hu (2008), “An Innovative Web-Based Collaborative Learning Model and Application Structure”, 2008 International Conference on Comp. Sci. and Software Eng., IEEE Computer Society, pp. 56-59.

Page 90: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 90

[3] Wu Junqi, et. al.. (2009). Design of Collaborative Learning in Cyber-schools.

First International Workshop on Database Technology and Applications, 978-0-7695-3604-0/09, pp.703-706.

[4] Xinyu D., Li Min. (2008). Design of Computer Supported Collaborative

Learning System Based on Learning Contract. International Conference on Computer and Electrical Engineering, IEEE Computer Society 978-0-7695-3504-3/08, pp.181-184.

[5] Zhao R. et. al.. (2009). A Framework for Collaborative Learning System Based on Knowledge Management. 2009 First International Workshop on Education Technology and Computer Science, IEEE Computer Society, pp. 733-736.

[6] Lan Yu-Feng, et. al. (2009). Designing an Efficient Collaborative Learning Model to Construct a Consensus Based on Binary Tree Structure. Fifth International Joint Conference on INC, IMS and IDC, 978-0-7695-3769-6/09, pp.182-187.

[7] Melissa, C. (2009). Using Wiki technology to support student engagement:

Lessons from the trenches. Computers & Education. [8] Juliandi Azuar. (2010). Uji Reliabilitas Instumen Penelitian dengan Cronbach

Alpha (Manual). http://www.azuarjuliandi.com, diakses terakhir tanggal 23 Juni 2011.

[9] P. Zacharias and A. Poulymenakou. (2009). Developing a usability evaluation

method for e-learning applications: Beyond functional usability. In International Journal of Human-Computer Interaction, 25(1):75-98.

Page 91: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 91

A.9. Pemanfaatan Teknologi Open Source Dalam Pengembangan Proses Belajar Jarak Jauh di Perguruan Tinggi Ferrianto Gozali, Billion Lo

PEMANFAATAN TEKNOLOGI OPEN SOURCE DALAM

PENGEMBANGAN PROSES BELAJAR JARAK JAUH DI PERGURUAN TINGGI

Oleh

Ferrianto Gozali dan Billion Lo

Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri , Universitas Trisakti, Jakarta

( [email protected], [email protected] )

ABSTRAK

Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi atau disingkat TIK, ikut memberikan kontribusi dalam pengembangan bidang pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar di perguruan tinggi, salah satunya adalah Proses Belajar Jarak Jauh (distance learning atau e-learning). E-learning komersial berkembang maju mulai dari konsep e-Learning 1.0 ke e-Learning 2.0. Perkembangan terutama dijumpai dalam proses komunikasi yang tersedia, jenis media yang digunakan serta peranan pengajar dan murid dalam proses belajar mengajar tersebut. Berbagai perguruan tinggi di dunia mulai memanfaatkan e-learning kedalam sistem pendidikan mereka.

Walaupun banyak manfaat yang diperoleh dengan menggunakan e-learning namun proses belajar mengajar pada perguruan tinggi di tanah air umumnya masih bersifat konvensional dengan kegiatan tatap muka dikelas. Terlepas dari masalah sumber daya informasi yang tersedia, kultur serta perundangan yang belum mendukung pemanfaatan e-learning tersebut, masalah financial umumnya menjadi salah satu unsur penghambat yang utama.

Keberadaan serta perkembangan teknologi open source yang berkaitan dengan e-learning yang ada saat ini seperti Sistem Operasi Linux, applikasi Learning Management System atau LMS seperti moodle, Sakai, Dukeos, applikasi blog seperti Wordpress, Joomla, Drupal, applikasi web conference Netmeeting, serta applikasi untuk pengembangan animasi dan simulasi seperti Flash dan Blender, memungkinkan kita untuk mengembangkan dan menggunakan e-learning di Perguruan Tinggi di tanah air tanpa terlalu berkuatir dengan masalah finansial. Dari berbagai pilihan yang ada, maka ketepatan dalam memanfaatkan teknologi open source dalam proses pengembangan e-learning merupakan yang harus diperhatikan, Tulisan ini membahas tentang pemanfaatan teknologi open source yang tersedia saat ini dalam pengembangan proses belajar jarak jauh

Page 92: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 92

khususnya di perguruan tinggi serta hal-hal yang perlu dipertimbangkan didalam penerapannya. Kata-kata kunci: e-learning, open source. I. Pendahuluan

Proses belajar mengajar dengan menggunakan web dan internet bukanlah hal yang baru dijumpai saat ini. Kita mengenal berbagai istilah seperti distance learning, web based training atau WBT, virtual learning, e-learning, dsb. Untuk selanjutnya kita gunakan istilah yang paling umum yaitu e-learning. Tujuan pemanfaatan e-learning pun sangat beragam, mulai dari sekedar penyampaian materi pelajaran tertentu, pengelolaan suatu virtual class room bahkan suatu virtual university atau cyber campus. Tujuan yang berbeda menyebabkan perbedaan fungsi yang disediakan oleh suatu portal e-learning serta penyediaan dan pengelolaan sumber daya informasi yang berbeda pula.

Dalam kajian ini, yang menjadi fokus dari Tim Pengembangan IT di Universitas Trisakti adalah pemanfaatan e-learning dalam menunjang salah satu kegiatan utama dalam perguruan tinggi yaitu proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar yang bersifat konvensional, dimana dosen dan mahasiswa melakukan kegiatan tatap muka di ruang kelas seringkali mengalami berbagai kendala khususnya dalam waktu dan tempat. Untuk mengatasi kendala tersebut maka mulai dikembangkan proses belajar jarak jauh dengan memanfaatkan e-learning. Selain berperan sebagai sarana penunjang kegiatan perkuliahan formal di perguruan tinggi maka e-learning juga dapat dimanfaatkan untuk menunjang dharma ketiga perguruan tinggi melalui kegiatan belajar non-formal yang ikut menunjang proses pendidikan masyarakat luas.

Pemanfaatan e-learning didalam proses belajar mengajar haruslah sedapat mungkin mendekati layaknya suatu proses belajar secara konvensional yang baik dimana terdapat komunikasi interaktif antara pengajar dan murid serta mendukung kegiatan terkait lainnya didalam suatu proses belajar mengajar. Hal ini berdampak dalam pemilihan sumber daya informasi yang dibutuhkan dan digunakan didalam pemanfaatan e-learning tersebut. Ketersediaan berbagai perangkat lunak yang bersifat open source serta deklarasi gerakan Indonesia Go Open Source (IGOS) merupakan landasan yang kuat dalam pengembangan e-learning dengan menggunakan berbagai suber daya informasi yang bersifat open source tanpa terlalu kuatir dengan masalah finansial yang ditimbulkannya.

Saat ini, perkembangan teknologi open source menyediakan berbagai alternatip pilihan dalam sumber daya perangkat lunak yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan e-learning tergantung pada tujuan pemanfaatan e-learning tersebut. Seperti yang sudah kita ketahui, tools open source tersebut umumnya tidak berbayar dan terbuka bagi setiap pengembang aplikasi untuk mengembangkan, memodifikasi atau mengintegrasikan dengan aplikasi lain. Pada

Page 93: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 93

tulisan ini ini, dibahas penggunaan sumber daya perangkat lunak yang bersifat open source dalam pengembangan proses belajar jarak jauh tersebut.

II. Proses Belajar Jarak Jauh

Proses belajar mengajar umumnya merupakan proses pengembangan individu yang melibatkan tiga aspek dasar yaitu aspek kognitip, aspek affektip, aspek motorik ataupun kombinasi antara ketiganya. Proses belajar mengajar secara konvensional yang bersifat tatap muka dapat mengembangkan ketiga aspek diatas melalui berbagai metoda belajar yang sangat beragam didalam pengelolaan proses belajar.

Proses belajar mengajar jarak jauh dengan memanfaatkan e-learning merupakan proses transfer skill dan pengetahuan melalui media komputer, jaringan komputer atau internet. Jenis aplikasi e-learning umumnya dijumpai dalam bentuk aplikasi berbasis web dan internet, aplikasi berbasis komputer dengan menggunakan berbagai konten digital yang mendukung proses belajar mengajar seperti audio, gambar, video, dan animasi. Walaupun pada awalnya proses hanya berkaitan dengan aspek kognitip namun dalam perkembangannya pemanfaatan e-learning 2 serta pemilihan konten digital yang tepat tidak menutup kemungkinan pengembangan aspek lainnya (lihat tabel.1). Kelebihan e-learning dibandingkan dengan metode konvensional antara lain:

• Proses belajar mengajar tidak terikat pada waktu dan tempat • Materi yang diterima oleh murid seragam • Efisiensi biaya, dimana jumlah pengajar dapat diminimalkan dan biaya

transportasi maupun akomodasi yang dibutuhkan pengajar pada metode pengajaran konvensional dapat dieliminasi.

• Mendukung just in time training, dimana pelajar / pegawai perusahaan tidak perlu menghapal materi yang diberikan, namun materi tersebut dapat dicari dan dipelajari kapan saja dibutuhkan

Namun demikian, terdapat beberapa faktor yang menghambat pengadopsian e-learning sebagai pengganti proses belajar mengajar konvensional antara lain:

• Hambatan Organisasi, seperti kurang siapnya sumber daya informasi yang tersedia, ketidak mampuan untuk memasarkan program, keselarasan program dengan misi dan visi organisasi, rendahnya dukungan menejemen, kultur, dan kegagalan menetapkan ekspektasi dari program

• Ketidakcocokan metode belajar mengajar, seperti kegagalan untuk fokus pada murid dan ketidak cocokan penggunaan e-learning sebagai metode belajar mengajar yang mandiri

• Masalah Teknologi, meliputi isu seperti: membutuhkan SDM pengajar yang mengerti IT dalam proses belajar mengajar, perencanaan dalam pengintegrasian dengan sistem yang telah ada, dan pengembangan hanya terfokus pada teknologi saja tidak pada metode pengajaran

Page 94: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 94

• Masalah finansial, merupakan masalah yang dihadapi terutama pada saat pengembangan, dimana membutuhkan biaya yang cukup besar.

Seiring dengan perkembangan teknologi, konsep e-learning juga mengalami

evolusi. Dimulai pada awal 1960 dengan dikembangkannya program edukasi bagi sekolah dasar oleh Prof. Patrick Suppes dan Richard C. Atkinson (Stanford University).Dengan adanya internet dan ditemukannya web, email, dll, pada tahun 1993 William D Graziadei menjelaskan penggunaan email sebagai media pembelajaran online, Kemudian William mengeluarkan publikasi yang menjelaskan strategi pengembangan materi dan menejemen untuk sistem edukasi yang berbasis teknologi (1997).

Sebelum menuju ke e-Learning 2.0, telah digunakan konsep e-Learning 1.0 (primitive) yang merupakan sistem konvensional pembelajaran elektronik berbasis pada paket pelajaran yang disampaikan kepada siswa dengan menggunakan teknologi Internet.Peran siswa dalam proses belajar hanyalah membaca dan menyelesaikan tugas untuk kemudian dievaluasi oleh guru. Sebaliknya, e-learning 2.0 memiliki penekanan pada pembelajaran yang bersifat sosial dan penggunaan perangkat lunak sosial (social networking), tabel.1.memperlihatkan perbedaan antara e-Learning 1.0 (primitive) dan e-Learning 2.0. E-learning berkembang hingga saat ini, dimana terdapat banyak teknologi yang mendukung untuk proses pembelajaran, seperti blogs, e-Portofolio hingga virtual classroom. Tabel 1, Perbedaan E-Learning 1.0 dan E-Learning 2.0

E-Learning 1.0 E-Learning 2.0 Arah Komunikasi Komunikasi satu arah Komunikasi dua arah

Distribusi Proses Pembelajaran

Berasal dari Pengajar Terdistribusi secara rata untuk semua partisipan, baik pengajar maupun murid

Materi

Dalam bentuk PowerPoint, Document tulisan maupun gambar

Dalam bentuk Web Confrence, Simulasi dalam bentuk Animasi, Video dan Audio

Media

LMS yang berisi repository materi kuliah dan tugas

LMS terintegrasi dengan fitur social networking, seperti blog, wiki, podcast, Audio dan Video, Web Conference, hingga Animasi atau simulasi

Peran E-learning

Suplemen dari proses kegiatan belajar mengajar konvensional di kelas

Substitusi dari proses belajar mengajar di kelas

Definisi Penilaian dan Pencapaian

Dari pengajar, sesuai dengan standard dari Institusi Pendidikan

Dari murid, dengan bantuan dari pengajar

Penilaian Dari Pengajar Dari murid, dengan bantuan dari pengajar

Page 95: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 95

Perkembangan perangkat lunak e-Learning komersial ikut mendorong perkembangan perangkat lunak yang bersifat open source yang dapat digunakan maupun dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan proses belajar mengajar.Perkembangan e-Learning yang berbasis web dan internet dimulai dengan diperkenalkannya perangkat lunak Learning Management System (LMS) pada awal tahun 1990an. Salah satunya adalah WebCT yang dipublikasikan pada 1998 dan hingga saat ini masih digunakan sebagai salah satu LMS yang bersifat komersial. Pada tahun 2001, dipublikasikan moodle yang merupakan LMS open source. Pada tahun 2000an juga banyak perangkat lunak-perangkat lunak yang dibuat yang membantu proses evolusi dari e-Learning, dimana adanya blog yang open source (Wordpress, Joomla, Drupal), media sharing seperti Youtube yang open source ( PhpMotion dan OsTube), dll.

III. Pengembangan Proses Belajar Jarak Jauh dengan Teknologi Open

Source Pengembangan proses belajar mengajar jarak jauh atau e-learning perlu

memperhatikan seluruh aspek sumber daya informasi yang terkait didalam proses belajar mengajar di perguruan tinggi yaitu aspek teknologi yang meliputi perangkat lunak, perangkat keras dan jaringan serta sumber daya manusia, aspek kebijakan/policy dan aspek manajemen didalam perguruan tinggi.

Peguruan tinggi yang berbeda memiliki sumber daya informasi yang berbeda serta tujuan pengembangan yang berbeda pula. Dalam tulisan ini hanya dibahas tentang teknologi open source yaitu aspek teknologi yang berhubungan dengan penggunaan perangkat lunak applikasi e-learning untuk mendukung proses belajar jarak jauh sedangkan aspek lainnya akan diuraikan pada kesempatan lain. 3.1 Perangkat Lunak E-Learning Open Source 3.1.1 Sistem Operasi Linux

Secara umum, Linux adalah suatu sistem operasi yang serupa namun tidak sama dengan sistem operasi Unix, dimana Linux bebas biaya lisensi dan dapat diperoleh oleh siapapun, dengan lisensi dibawah GNU Public License (GPL).

Sistem operasiLinux mengacu pada kernel yang dibuat oleh Linus Torvald dan didistribusikan dengan nama yang sama diberbagai situs didunia. Kernel merupakan bagian inti dari sistem operasi, dan berbagai distribusi Linux seperti Red Hat, SuSE, Debian, Slackware dan distribusi linux lainnya mengembangkan driver dari perangkat keras, integrasinya dengan aplikasi-aplikasi diatasnya dan GUI (Graphical User Interface) yang dibutuhkan.

Page 96: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 96

Gambar 1.Contoh Beberapa Distribusi Linux

Sistem operasi Linux dapat digunakan pada perangkat komputer yang low

end hingga server dengan berbagai distribusi linux yang dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan pemakaian.Tidak hanya digunakan diperangkat komputer, sistem operasi linux ini juga digunakan diperangkat smartphone.Salah satunya adalah Android yang merupakan sistem operasi yang dikembangkan oleh Google yang sedang naik daun, dimana lebih dari 1/3 perangkat smartphone didunia menggunakan sistem operasi tersebut. 3.1.2 Learning Management System (LMS)

LMS merupakan suatu sistem yang dikembangkan untuk mendukung lingkungan belajar dan mengajar berbasis web.Terdapat beberapa vendor yang menyediakan LMS yang bersifat open source yang popular digunakan adalah Moodle, Sakai dan Dokeos.

Gambar 2. Contoh beberapa LMS yang populer

LMS menyediakan kemampuan bagi para pengajar untuk membangun website yang dinamis untuk mendukung lingkungan belajar yang baik bagi muridnya.LMS umumnya menyediakan fitur:

• Menejemen dari perkuliahan, seperti hak akses user ke suatu mata kuliah, dapat sebagai pengajar, murid atau coordinator mata kuliah; tenggang waktu perkuliahan, materi perminggu, dll.

• Menyediakan pelaporan aktivitas dan nilai dari murid. • Media komunikasi antara pengajar dengan murid, dalam bentuk forum,

chat, blog dan wiki. • Menyediakan sarana pengumpulan tugas, quiz dan ujian. • Menyediakan data repository materi mata kulaih yang sedang diambil.

Dilihat dari fitur-fitur yang disediakan oleh LMS; dapat dilihat bahwa LMS memegang peran penting dalam perkembangan e-learning yaitu untuk menyediakan sarana administrasi dan pelaporan permatakuliahan atau kursus bagi pengajar maupun murid.

Page 97: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 97

Gambar 3. Contoh hasil implementasi Moodle

3.1.3 Blog Blog merupakan singkatan dari “web log” yang merupakan sebuah media

komunikasi dari pribadi atau komunitas yang berbasis internet.Informasi yang disediakan dapat berupa edukasi, panduan travel, pengalaman pribadi, kesehatan dll.Sesuai dengan fungsinya, dalam E-Learning blog merupakan fasilitas dimana pengajar dapat sharing pengetahuan, informasi perkuliahan dan tanya jawab.

Gambar 4. Beberapa contoh CMS blog open source

Terdapat beberapa perangkat lunak CMS (Content Management System)

berbasis open source yang popular digunakan untuk membantu dalam pembuatan blog, yaitu Wordpress, Joomla dan Drupal.

Page 98: senapati 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraj

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti

Gambar 5. Penggunaan blog dalam bidang Pendidikan

Gambar 6. Contoh posting

3.1.4 Netmeeting Netmeeting merupakan perangkat lunak yang menyediakan layanan untuk

melakukan Conferenceberbicara satu sama lain didalamnya, komunikasi yang dilakukan dua arah) daSeminar (pengguna seminarkomunikasi yang dilakukan hanya satu arah) melalui lunak yang berbayar seperti produk Windows dan open source seperti Dim Dim, untuk melakukan Netmeeting.Fitur-Fitur yang tersedia dalam Netmeeting umumnya adalah :

• Komunikasi dalam bentuk Video dan atau Audio.• Ada Papan Tulis, yang dapat menggambar, menulis dan mengedit baik

gambar maupun dokumen. Hasil gambar atau dokumen yang ditampilkan di Papan tulis dapat

• Terdapat fitur BackUp data

ISSN 2087Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011)Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti

Gambar 5. Penggunaan blog dalam bidang Pendidikan

Gambar 6. Contoh posting blog dalam dunia Bisnis

Netmeeting merupakan perangkat lunak yang menyediakan layanan untuk Conference (tiap pengguna conference dapat bertatap muka dan

berbicara satu sama lain didalamnya, komunikasi yang dilakukan dua arah) daseminar hanya dapat melihat dan mendengar si pemateri,

komunikasi yang dilakukan hanya satu arah) melalui Web. Terdapat perangkat lunak yang berbayar seperti produk Windows dan open source seperti Dim Dim, untuk melakukan Netmeeting.

Fitur yang tersedia dalam Netmeeting umumnya adalah : Komunikasi dalam bentuk Video dan atau Audio. Ada Papan Tulis, yang dapat menggambar, menulis dan mengedit baik gambar maupun dokumen. Hasil gambar atau dokumen yang ditampilkan di Papan tulis dapat di simpan dan dipanggil kembali.

BackUp data dan merekam proses perkuliahan.

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Bali,

98

Netmeeting merupakan perangkat lunak yang menyediakan layanan untuk dapat bertatap muka dan

berbicara satu sama lain didalamnya, komunikasi yang dilakukan dua arah) dan hanya dapat melihat dan mendengar si pemateri,

. Terdapat perangkat lunak yang berbayar seperti produk Windows dan open source seperti Dim Dim,

Ada Papan Tulis, yang dapat menggambar, menulis dan mengedit baik gambar maupun dokumen. Hasil gambar atau dokumen yang ditampilkan

Page 99: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 99

Gambar 7. Tampilan penggunaan Netmeeting dalam Edukasi

3.1.5 Flash Animation dan Blender

Animasi atau simulasi dalam sangatlah membantu dalam proses belajar mengajar, terutama dalam belajar mengajar peningkatan skill, dimana murid dapat belajar dan bereksperimen mendekati kondisi nyata. Animasi ini dapat dikembangkan dengan menggunakan perangkat lunak seperti Adobe Flash yang merupakan perangkat lunak yang berbayar dan juga Blender yang merupakan perangkat lunak opensource yang dapat membantu pengembangan animasi 3D, dimana animasi dalam bentuk 3D ini akan sangat berguna dimasa yang akan datang.

Gambar 8. Gambar aplikasi flash untuk mendukung pengenalan blog di Univ

Trisakti

Gambar 9 Gambar aplikasi flash untuk mendukung pengenalan blog di Univ

Trisakti

Page 100: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 100

3.2. Aplikasi Sistem E-Learning yang Dikembangkan Secara umum proses belajar jarak jauh yang dikembangkan dalam bentuk

sistem e-learning menggunakan berbagai aplikasi yang bersifat open source seperti sistem operasi Linux Centos, aplikasi Moodle sebagai Learning Management System, WordPress untuk aplikasi Blog dan Net Meeting untuk menunjang proses web conference, dapat dilihat pada gambar 10. Pada gambar terlihat sistem e-learning memiliki 3 sub bagian yang penting, yaitu:

(1) Sistem Otentikasi CAS (Central Authentication Services) yang berfungsi

untuk melakukan otentikasi kelayakan apakah pengguna dapat menggunakan sistem e-learning tersebut,

(2) Sistem Aplikasi yang menyediakan bentuk kegiatan belajar mengajar yang disediakan serta

(3) Data Repository yang menyimpan berbagai konten digital yang berkaitan dengan proses belajar mengajar maupun data pengguna.

Gambar 10. Sistem Arsitektur E-Learning

Sistem Aplikasi memiliki 3 macam aplikasi yang pemanfaatannya dapat

dipilih berdasarkan kebutuhan proses belajar mengajar yang hendak diterapkan untuk tiap mata pelajaran yaitu aplikasi Online Seminar, aplikasi Moodle, dan aplikasi Blog. Aplikasi Online Seminar merupakan aplikasi berbasis internet yang menyediakan layanan seminar bagi para pengguna. Aplikasi ini memungkinkan dilaksanakannya seminar yang diberikan oleh pengajar yang sifatnya remote, berasal dari luar kota atau luar negri. Pada aplikasi ini, diatur mekanisme pendaftaran seminar dan pembukaan ruangan seminar. Aplikasi Online Seminar dan aplikasi Moodle mengakses aplikasi Netmeeting yang menjadi backend (core engine kegiatan Web Conference) sedangkan untuk mendukung proses belajar,

Page 101: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 101

aplikasi moodle dan aplikasi blog mengakses Data Animasi dan Repositori data sebagai bahan materi.

Sebagai pengguna e-Learning, pengajar maupun murid perlu melakukan otentikasi terlebih dahulu melalui CAS untuk dapat mengakses Aplikasi Online Seminar dan Moodle sedangkan untuk mengakses materi atau posting dari Blog, tidak perlu melakukan otentikasi, tetapi jika pengguna ingin memposting suatu materi (dapat berbagai bentuk konten digital), pengguna tetap perlu melalui proses otentifikasi. Pada Proses Otentikasi diatur mekanisme pendaftaran pengguna, baik pengajar dan murid serta hak akses ke aplikasi yang tersedia. Pada sistem Otentikasi ini digunakan CAS (Central Authentication Services) dan LDAP. Use case diagram untuk proses registrasi dapat dilihat pada Gambar 11 berikut:

Gambar 11. Use Case Diagram untuk proses Registrasi

Pada gambar 11 diatas terlihat, proses pendaftaran e-Learning yang

dilakukan oleh murid dan dipantau oleh Course Manager. Email konfirmasi status pendaftaran akan diterima oleh murid tersebut sedangkan proses pendaftaran dosen Pengajar (dosen) dilakukan oleh Course Manager.

Page 102: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 102

Gambar 12.Use Case Diagram secara umum sistem E-Learning

Pada gambar 12, terlihat sistem e-learning melibatkan 4 aktor yang

berbeda yaitu Course Manager, Pengajar, Murid dan Publik. Pada proses belajar mengajar yang bersifat perkuliahan, yang diatur oleh Moodle, Course Manager berperan sebagai pengatur kelas, baik pengajar yang mengajar kuliah tersebut, maupun murid yang akan mengikuti kuliah.

Pengajar berperan sebagai penginput materi perkuliahan. Perkuliahan tersebut nantinya akan diakses oleh pengajar dan murid terutama pada saat menggunakan aplikasi netmeeting, perkuliahan tersebut juga dapat menggunakan animasi yang telah dibuat dan data repository yang disimpan ditempat yang terpisah.

Online Seminar menggunakan aplikasi netmeeting sebagai backendnya. Dalam hal ini, Course Manager berperan sebagai pengatur seminar dan akses pengajar luar. Pengajar dan murid dapat mengakses Online seminar tersebut. Pada aplikasi blog, pendaftaran hanya dilakukan oleh pengajar, dengan pemantauan Course Manager. Pada saat melakukan posting blog, pengajar dapat menggunakan animasi dan data repository untuk menyusun posting tersebut dan posting tersebut dapat dilihat oleh murid dan masyarakat publik secara bebas.

Page 103: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 103

IV. Penerapan Sistem Untuk tujuan proses uji coba sistem belajar jarak jauh dengan teknologi

open source ini dikembangkan module belajar penggunaan aplikasi blog yang yang dikaitkan dengan proses pengembangan blog bagi dosen dan karyawan sedangkan untuk membantu kegiatan perkuliahan formal untuk tingkat strata satu dan diploma masih membutuhkan persiapan sumber daya informasi lainnya selain dari aspek teknologi perangkat lunak dan integrated campus network yang sudah sudah siap untuk digunakan.

Berbagai portal e-learning yang telah ada dan digunakan saat ini umumnya digunakan untuk program pendidikan Strata 2, seperti Magister Management MM-Elearning www.tell.trisakti.ac.id , Islamic Banking and Finance Institute IBFI Usakti www.ibfi-trisakti.ac.id , Program Magister Akuntansi Usakti www.Maksi-trisakti.ac.id , Trisakti E-Learning Magister Management Corporate Social Responsibility www.MMCSRUsakti.org dan umumnya masih menggunakan e-learning yang bersifat komersial seperti WebCT dan belum menggunakan teknologi berbasis open source. V. Kesimpulan

Dengan adanya proses belajar jarak jauh atau e-learning diharapkan dapat menjadi pelengkap atau menjadi substitusi bagi kegiatan belajar mengajar yang konvensional didalam kelas dimana berbagai macam keterbatasan yang ada dapat dikurangi dan dapat ditemui. Pengembangan proses belajar jarak jauh di perguruan tinggi dengan memanfaatkan teknologi open source sudah bukan merupakan hal yang sulit untuk dilakukan. Sudah banyak perangkat lunak yang dapat digunakan terutama yang berbasis open source, yang dapat mengurangi biaya yang dibutuhkan dalam pengembangan sistem. Kendala utama dalam penerapan khususnya datang bukan dari teknologi yang ada namun pada kesiapan sumber daya informasi lainnya yang dimiliki oleh perguruan tinggi. Daftar Pustaka Rosen, Anita. 2009, E-Learning 2.0 : proven practices and emerging technologies

to achieve results, New York: AMACOM Chao, Lee. 2009, Utilizing open source tools for online teaching and learning :

applying Linux technologies, Hershey PA: Information Science Reference Carliner, Saul; Shank, Patti.2008, The E-Learning Handbook, San Francisco: John

Willey and Sons Kozlowski ,Timo. E-Learning 1.0 and E-learning 2.0, Paper for the International

E-Learning Conference at the Rajabhat Suan Dusit University.

Page 104: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 104

Lo, Billion. 2009, Implementasi Sistem Dynamic Virtual Local Area Network untuk Aplikasi Web Confrence, Jakarta: Universitas Trisakti

Ramadhana, Yovira. 2008, Sistem Konferensi Video Berbasis Web dengan Menggunakan Aplikasi Open Source, Freeware dan Shareware, Jakarta: Universitas Trisakti

Page 105: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 105

A.10. Pengembangan Modul Ajar Teknologi Informasi Dan Komunikasi (Tik) Pokok Bahasan Program Pengolah Angka Berorientasi Learning Cycle Untuk Siswa Kelas Viii Di Smp Negeri 1 Kubutambahan I Gede Krisna Mahendra, Dessy Seri Wahyuni, I Gede Ratnaya

PENGEMBANGAN MODUL AJAR TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) POKOK BAHASAN PROGRAM PENGOLAH

ANGKA BERORIENTASI LEARNING CYCLE UNTUK SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 KUBUTAMBAHAN

Oleh

I Gede Krisna Mahendra1, Dessy Seri Wahyuni2, I Gede Ratnaya3

1Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika Universitas Pendidikan Ganesha

Email: [email protected] 2Staf Pengajar Pendidikan Teknik Informatika Universitas Pendidikan

Ganesha Email: [email protected]

3Staf Pengajar Pendidikan Teknik Informatika Universitas Pendidikan Ganesha

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Merancang dan mengimplementasikan pengembangan modul ajar TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) berorientasi Learning Cycle untuk siswa kelas VIII di SMP N 1 Kubutambahan (2) Untuk mengetahui respon siswa kelas VIII di SMP N 1 Kubutambahan terhadap modul ajar TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) yang dikembangkan berorientasi Learning Cycle Subyek penelitian adalah ahli isi pembelajaran dan siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Kubutambahan tahun pelajaran 2010/2011. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian pengembangan yang memakai Model Dick and Carey (1990). Keluaran utama yang dihasilkan berupa modul ajar TIK pokok bahasan program pengolah angka berorientasi learning cycle. Data yang dikumpulkan berupa data karakteristik peserta didik, model pembelajaran dan sumber belajar, penilaian serta revisi dari ahli isi pembelajaran, dan terakhir respon siswa terhadap pengembangan modul ajar TIK berorientasi learning cycle yaitu dengan menggunakan angket. Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan teknik analisis deskriptif, yaitu berupa analisis pembelajaran dan sumber belajar, analisis karakteristik siswa, analisis kevalidan modul ajar dan terakhir analisis data respon siswa.

Page 106: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 106

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : telah tercipta sebuah modul ajar TIK pokok bahasan program pengolah angka berorientasi learning cycle dengan respon siswa tersebar pada kategori sangat positif 8%, positif 12%, cukup 60 %, negatif 12 % dan sangat negatif 12%. Rata-rata skor respon siswa yaitu 96.04, sehingga respon siswa terhadap pengembangan media ini dapat dikategorikan cukup.

Kata-kata kunci : Modul ajar, TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi), Model

Dick and Carey dan Learning Cycle I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Seorang guru dituntut untuk merancang proses pembelajaran dengan menghadirkan sumber belajar yang tepat agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan menyenangkan. Guru sebagai ujung tombak pendidikan diharapkan dapat memotivasi siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran serta mampu untuk belajar secara mandiri atau membelajarkan diri sendiri (self instructional) sehingga mencapai kompetensi minimal yang telah ditentukan dan menghadirkan pembaharuan dalam proses pembelajaran untuk peningkatan mutu pendidikan.

Mata pelajaran TIK memerlukan sumber dan bahan belajar yang tepat sehingga dapat membantu siswa belajar secara mandiri dan pembelajaran berlangsung lebih efektif. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti di SMP Negeri 1 Kubutambahan, beberapa faktor yang menyebabkan belum terpenuhi kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan adalah sebagai berikut : kurang adanya sumber belajar yang sesuai untuk kondisi siswa, kondisi infrastruktur yang masih minim. Dari hasil wawancara dengan guru bidang studi TIK, kondisi proses pembelajaran TIK selama ini adalah sebagai berikut: sumber belajar siswa hanya berupa LKS dan belum menggunakan modul ajar yang mampu mengkotruksi atau membangun pemahaman dan pengetahuan siswa untuk belajar secara mandiri dan efektif sesuai dengan waktu yang disediakan.

Guru sebaiknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan eksplorasi pengetahuan yang akan dipelajari dengan demikian siswa akan belajar mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dan dengan kondisi belajar yang lebih melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Guru dapat memilih salah satu model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik yaitu siklus belajar. Siklus belajar terdiri dari 3 tahapan yaitu: 1) Tahap eksplorasi, 2) tahap pengenalan konsep, dan 3) tahap aplikasi konsep (lawson, 1996). Selama tahap eksplorasi siswa melakukan penyelidikan terhadap fenomena baru yang menjadi pertanyaan dan untuk menemukan dari fenomena tersebut. Pada tahap pengenalan konsep, guru memperkenalkan konsep-konsep yang berhubungan dengan pola yang telah ditemukan pada eksplorasi, sedangkan pada tahap aplikasi konsep, siswa diberi

Page 107: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 107

kesempatan untuk menerapkan konsepsi barunya dalam situasi yang baru. Dengan menggunakan model pembelajaran learning cycle diharapkan nantinya siswa akan menjadi lebih aktif dan mandiri dalam mengikuti proses pembelajaran mata pelajaran TIK di kelas serta memudahkan mereka dalam memahami konsep mata pelajaran TIK agar mempermudah siswa untuk praktek. Terwujudnya situasi belajar yang aktif dan mandiri hendaknya dibantu dengan sumber belajar berorientasi model pembelajaran. Dari observasi awal didapatkan guru dan siswa di SMP Negeri 1 kubutambahan belum memiliki dan belum pernah menggunakan sumber belajar berupa modul ajar dengan berorientasikan learning cycle.

Berdasarkan hasil penelitian Siti Djumhurijah (2008) bahwa dengan penggunaan model pembelajaran Learning Cycle guru mampu meningkatkan ketuntasan belajar siswa dan antusias siswa dalam pembelajaran semakin aktif, kreatif dan inovatif. Sejalan dengan temuan itu Suhemi Sya’ban (2003) menemukan bahwa siklus belajar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Berdasarkan latar belakang di atas penulis ingin mengembangkan modul ajar TIK pokok bahasan program pengolah angka berorientasi Learning Cycle untuk siswa Kelas VIII di SMP N 1 Kubutambahan. 1.2. Rumusan Masalah Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah rancangan dan implementasi modul ajar TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) pokok bahasan program pengolah angka yang dikembangkan berorientasi Learning Cycle untuk siswa Kelas VIII di SMP N 1 Kubutambahan?

2. Bagaimanakah respon siswa kelas VIII di SMP N 1 Kubutambahan terhadap modul ajar TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) pokok bahasan program pengolah angka yang dikembangkan berorientasi Learning Cycle?

1.3 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Merancang dan mengimplementasikan pengembangan modul ajar TIK

(Teknologi Informasi dan Komunikasi) pokok bahasan program pengolah angka berorientasi Learning Cycle untuk siswa kelas VIII di SMP N 1 Kubutambahan.

2. Untuk mengetahui respon siswa kelas VIII di SMP N 1 Kubutambahan terhadap modul ajar TIK (Teknologi Informasi dan Konmunikasi) pokok bahasan program pengolah angka yang dikembangkan berorientasi Learning Cycle.

Page 108: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 108

1.4 Manfaat Adapun manfaat yang ingin diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut. a. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah dapat memberikan sumbangan pikiran yang positif guna pengembangan dan kemajuan kemampuan siswa dalam hal Teknologi Informasi dan Komunikasi

b. Manfaat Praktis

1) Bagi Siswa (subjek didik) Siswa mengetahui dan mendapat pengalaman belajar dari sumber belajar lain, selain sumber belajar yang mereka gunakan sebelumnya.

2) Bagi Guru Memberikan gambaran pemahaman yang lebih baik tentang langkah-langkah pengembangan modul ajar berorientasi learning cycle sebagai sumber ajar yang nanti dapat diharapkan membantu proses belajar mengajar di kelas.

3) Bagi Peneliti Peneliti akan memperoleh pengalaman dalam penilitian khususnya

yang berkaitan dengan penelitian pengembangan modul ajar TIK pokok bahasan program pengolah angka berorientasi learning cycle.

II. Kajian Pustaka

Teori dan model rancangan pembelajaran hendaknya memperlihatkan tiga komponen utama, yaitu (1) kondisi belajar, (2) metode pembelajaran, dan (3) hasil pembelajaran. Berdasarkan penjelasan tersebut, pengembangan modul harus mengikuti langkah-langkah yang sistematis. Langkah-langkah tersebut adalah 1. Analisis tujuan dan karakteristik isi bidang studi. 2. Analisis sumber belajar. 3. Analisis karakteristik pebelajar. 4. Menetapkan sasaran dan isi pembelajaran. 5. Menetapkan strategi pengorganisasian isi pembelajaran. 6. Menetapkan strategi penyampaian isi pembelajaran. 7. Menetapkan strategi pengelolaan pembelajaran. 8. Pengembangan prosedur pengukuran hasil pembelajaran.

Langkah-langkah (1), (2), (3), dan (4) merupakan langkah analisis kondisi pembelajaran, langkah-langkah (5), (6), dan (7) merupakan langkah pengembangan, dan langkah (8) merupakan langkah pengukuran hasil pembelajaran. Salah satu model pengembangan yang mengikuti langkah-langkah tersebut adalah model pengmbangan Dick and Carey.

Model pengembangan Dick and Carey terdiri dari lima tahap yaitu: 1) tahap penetapan materi pelajaran, 2) tahap analisis kebutuhan, 3) tahap

Page 109: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 109

pengembangan modul, 4) tahap penyusunan modul, 5) tahap review/uji coba. Bagan alir tahapan pengembangan ditunjukan pada gambar 2, berikut bagan dari model pengembangan Dick and Carey secara umum.

Gambar 2.1 Desain Pengembangan Pembelajaran (Santyasa, 2009)

Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Pengembangan atau dalam bahasa Inggrisnya Research and Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Pengembangan yang digunakan untuk mengembangkan modul ajar teknologi informasi dan komunikasi (TIK) pokok bahasan program pengolah angka berorientasi learning cycle untuk siswa kelas VIII di SMP negeri 1 kubutambahan. tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pengembangan modul ajar ditunjukkan pada gambar 1.

III. Metode Penelitian 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Pengembangan atau dalam bahasa Inggrisnya Research and Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. 3.2 Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Subjek penelitian adalah berupa benda, hal atau tempat variabel melekat dan yang dipermasalahkan (Arikunto, 2005). Dengan demikian subjek dalam penelitian ini adalah siswa dan ahli isi pembelajaran. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah modul ajar TIK pokok bahasan program pengolah angka berorientasi

Analisis Tujuan

Dan Karakteristik

ISI

Analisis Sumber

Belajar

Analisis

Karakteristik

Pebelajar

Penentuan

Tujuan Belajar

Dan Isi

Penetapan Strategi

Penyampaian

Penetapan Strategi

Pengorganisasian

Penetapan Strategi

Pengelolaan

Pengukuran

Hasil

Pembelajaran

Page 110: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 110

learning cycle dan respon siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Kubutambahan terhadap pengembangan modul ajar TIK pokok bahasan program pengolah angka berorientasi learning cycle. 3.3 Model Pengembangan

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan modul ajar TIK pokok bahasan program pengolah angka berorientasi Learning Cycle untuk kelas VIII di SMP Negeri 1 Kubutambahan. Namun pada penelitian ini, penulis tidak sampai pada pengukuran hasil pembelajaran, hanya pada tahap pengembangan dan menganalisis respon siswa terhadap modul ajar yang dikembangkan. Model pengembangan yang digunakan mengacu pada model pengembangan Model Dick and Carey. Tahapan pengembangan terdiri dari lima yaitu: a. Tahap Pertama Pada tahap ini menentukan mata pelajaran yang menjadi objek pengembangan. Mata pelajaran yang akan dijadikan objek pengembangan modul oleh penulis yaitu mata pelajaran TIK. b. Tahap Kedua

Menganalisis segala sesuatu yang diperlukkan dalam pengembangan modul ajar seperti :

1) Analisis Pembelajaran dan Sumber belajar Analisis Pembelajaran dan sumber belajar dilakukan untuk mengetahui buku – buku atau tutorial yang digunakan oleh guru, langkah-langkah atau cara guru dalam menyampaikan materi sehingga siswa menjadi tertarik untuk belajar.

c. Tahap Ketiga Tahap proses pengembangan draft. Pada tahap ini melakukan analisis

terhadap pembelajaran dan langkah pengembangan. 1) Mengidentifikasikan Kurikulum

Kurikulum yang digunakan di SMP N 1 Kubutambahan untuk kelas VIII adalah KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).

2) Menganalisis Kompetensi dan Indikator Hasil Belajar Mengidentifikasi dan menganilisis kompetensi dan indikator yang harus dikuasai siswa SMP berdasarkan kurikulum yang digunakan.

3) Mengidentifikasi Tingkah Laku dan Karakteristik Masukan Analisis karakteristik ini diperoleh melalui angket karakteristik siswa. Analisis ini bertujuan mengetahui karakteristik siswa sebagai acuan dalam pengembangan modul ajar

4) Merumuskan Kompetensi Dasar dan Indikator Hasil Belajar Merumuskan hasil belajar yang ingin dicapai dengan mengacu pada standar kompetensi yang dibuat. Karena keterbatasan waktu jadi

Page 111: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 111

penulis hanya menetapkan satu standar kompetensi yaitu “Menggunakan Perangkat Lunak Pengolah Angka untuk Menyajikan Informasi”.

5) Mengembangkan Strategi Isi Pembelajaran Strategi isi pembelajaran adalah menjelaskan komponen-kompenen umum dari suatu perangkat bahan pembelajaran dan prosedur-prosedur yang akan digunakan bersama-sama bahan-bahan tersebut untuk mencapai hasil belajar dari siswa (Dick & Carey, 1990). Strategi penyampaian isi modul direncanakan menggunakan strategi pembelajaran Learning Cycle dengan memilih tipe Empiris Induktif karena menurut Lawson dan Renner (dalam Sudiatmaka, 1997), tipe Empiris Induktif cocok diterapkan untuk anak SMP

6) Mengembangkan Instrumen Evaluasi Uji Ahli dan Angket Respon Siswa Pada tahap ini penulis merancang instrumen evaluasi uji ahli, uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil dan angket respon siswa untuk dipergunakan pada tahap kelima yaitu tahap review atau uji coba

d. Tahap Keempat Tahap Penyusunan draft meliputi tahap penyusunan modul ajar berupa

Kata Pengantar, Kompetensi Dasar dan Indikator Hasil Belajar, Kegiatan Belajar dan Daftar Pustaka. Pada kegiatan belajar yaitu menentukan isi pembelajaran dengan penjabaran meliputi fase eksplorasi, pengenalan konsep dan aplikasi konsep, rangkuman, tes, kunci jawaban dan umpan balik.

Penjabaran modul ajar TIK program pengolah angka berorientasi Learning Cycle disingkat LC direncanakan terdiri dari : materi untuk kegiatan eksplorasi, materi pengenalan konsep TIK, dan pertanyaan serta tugas untuk aplikasi konsep yang telah dimiliki siswa. Tipe LC empirif-induktif dipilih untuk diterapkan dalam modul. Melalui modul ini nantinya siswa akan belajar berdasarkan tiga tahap sesuai dengan LC, yaitu

1) Materi Tahap Eksplorasi Pada tahap ini materi modul bertujuan untuk mendapatkan perhatian siswa, mendorong kemampuan berpikir, membantu mereka mengakses pengetahuan awal yang telah dimilikinya. Timbulnya rasa ingin tahu siswa tentang tema atau topik yang akan dipelajari dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa tentang fakta/fenomena yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari.

2) Materi Tahap Pengenalan Konsep Pada tahap ini materi modul akan menguraikan atau memaparkan pengenalan materi dan pengembangan konsep TIK sesuai standar kompetensi serta indikator yang harus dimiliki dan dikuasai siswa.

3) Materi Tahap Aplikasi Konsep

Page 112: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 112

Pada tahap ini didalam modul ajar akan terdapat beberapa latihan-latihan praktek dan soal-soal penerapan dari tahap pengenalan konsep yang siswa pelajari pada tahap sebelumnya.

e. Tahap Kelima Tinjauan ahli dan uji coba terhadap produk yang dikembangkan. Pada tahapan ini modul ajar akan mengalami perubahan-perubahan dari penyusunan draft sebelumnya. Perbaikan diberikan oleh para ahli yaitu dari ahli isi pembelajaran. Setelah itu dilanjutkan uji perorangan siswa dan kelompok kecil siswa di SMp Negeri 1 Kubutambahan.

IV. Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan materi pokok mata pelajaran TIK yang digunakan sebagai acuan dalam penyusunan modul ini, serta berorientasi pada model pembelajaran learning cycle maka modul ini disusun dan dikembangkan menjadi empat bab pada tiap bab terdapat 3 tahapan model pembelajaran learning cycle yaitu: tahap 1 Eksplorasi, tahap 2 pengenalan konsep, tahap 3 aplikasi konsep. Adapun struktur modul ajar TIK pokok bahasan program pengolah angka berorientasi learning cycle adalah sebagai berikut:

I. Cover Modul Ajar II. Kata Pengantar III. Daftar Isi IV. Daftar Gambar V. Daftar Tabel VI. Sampul BAB I : Menu dan Ikon Perangkat Lunak Pengolah Angka

– Tahap 1 Eksplorasi – Tahap 2 Pengenalan Konsep – Tahap 3 Aplikasi Konsep – Rangkuman – Pengujian diri – Kunci Jawaban dan Umpan Balik

VII. BAB II : Penggunaan Menu dan Ikon Perangkat Lunak Pengolah Angka – Tahap 1 Eksplorasi – Tahap 2 Pengenalan Konsep – Tahap 3 Aplikasi Konsep – Rangkuman – Pengujian diri – Kunci Jawaban dan Umpan Balik

VIII. BAB III : Pembuatan Dokumen Pengolah Angka Program Microsoft Excel – Tahap 1 Eksplorasi – Tahap 2 Pengenalan Konsep

Page 113: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 113

– Tahap 3 Aplikasi Konsep – Rangkuman – Pengujian diri – Kunci Jawaban dan Umpan Balik

IX. BAB IV : Rumus dan Fungsi untuk Manipulasi Data – Tahap 1 Eksplorasi – Tahap 2 Pengenalan Konsep – Tahap 3 Aplikasi Konsep – Rangkuman – Pengujian diri – Kunci Jawaban dan Umpan Balik

X. Rangkuman Modul Ajar XI. Soal-soal XII. Daftar Pustaka

Respon siswa terhadap pengembangan modul ajar TIK pokok bahasan program pengolah angka berorientasi learning cycle dikumpulkan dengan menggunakan angket respon siswa. Skor tiap respon siswa dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1Total Skor Respon Siswa Uji Coba Lapangan Responden Ke-

Total Skor

Responden Ke-

Total Skor

Responden Ke-

Total Skor

1 99 11 92 21 88 2 100 12 97 22 104 3 102 13 95 23 96 4 72 14 95 24 98 5 97 15 118 25 95 6 99 16 112 7 101 17 108 8 93 18 91 9 93 19 70 10 98 20 88

Dari total skor respon siswa pada tabel 1 didapatkan nilai rata-rata (M) dan standar deviasi (SD) sebagai berikut.

M = 96,04 SD = 9,99 Sehingga dari nilai rata-rata dan standar deviasi di atas, dapat ditentukan

konversi respon siswa yang disajikan pada tabel 2 berikut. Tabel 2 Konversi Respon Siswa

No Kelas Interval Frekuensi Persentase Kategori 1. 111,024 ≤ X 2 8% Sangat Positif

Page 114: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 114

No Kelas Interval Frekuensi Persentase Kategori 2. 101,03 ≤ X < 111,024 3 12% Positif 3. 91,045 ≤ X < 101,03 15 60% Cukup 4. 81,055 ≤ X < 91,045 3 12% Negatif 5. X < 81,055 2 8% Sangat Negatif

Respon siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Kubutambahan pengembangan

modul ajar TIK pokok bahasan program pengolah angka berorientasi Learning Cycle tersebar pada kategori sangat positif 8%, positif 12%, cukup 60 %, negatif 12 % dan sangat negatif 8%. Rata-rata skor respon siswa yaitu 96.04, sehingga respon siswa terhadap pengembangan media ini dapat dikategorikan cukup.

Persentase respon siswa terhadap pengembangan modul ajar TIK pokok bahasan program pengolah angka berorientasi learning cycle dapat disajikan pada gambar 2 berikut.

Gambar 2 Grafik Respon Siswa

Modul ajar TIK pokok bahasan program pengolah angka berorientasi

learning cycle pada tiap bab materi dirancang dan diorientasikan dengan membagi menjadi tiga tahapan pembelajaran mengikuti model pembelajaran learning cycle disingkat LC, model pembelajaran LC berpusat pada pebelajar berdasarkan prinsip pembelajaran konstruktivis. Pada tiap bab materi disajikan dalam 3 tahapan yaitu tahap eksplorasi, pengenalan konsep dan aplikasi konsep. Implementasi modul didahuli dengan pembuatan draft modul. Modul ajar TIK memuat materi berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah disusun dan dirumuskan dari standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran TIK di SMP Negeri 1 Kubutambahan serta dari analisis karakteristik siswa yang dilakukan peneliti.

Berdasarkan analisis pembelajaran dan sumber belajar bahwa guru mata pelajaran TIK belum menggunakan modul ajar, sumber belajar yang digunakan guru sebatas buku paket dan LKS. Untuk Sumber belajar siswa menggunakan buku LKS itupun hanya beberapa orang anak saja. Selama ini guru mata pelajaraan TIK dalam pembelajaran belum pernah menerapkan model

GRAFIK RESPON SISWA

8%12%

60%

12%8%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

Sangat Positif Positif Cukup Negatif Sangat Negatif

KATEGORI

PE

RS

EN

TA

SE

Persentase

Page 115: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 115

pembelajaran learning cycle. Oleh sebab itu perlu sekali dikembangkan modul ajar yang mampu menjadikan siswa untuk belajar secara mandiri dan tidak menjenuhkan bagi siswa serta guru mampu menghadirkan pembelajaran yang inovatif.

Dari analisis karakteristik siswa dapat diketahui bahwa mereka sangat tertarik dengan pembelajaran TIK, namun tingkat pemahaman akan materi mata pelajaran TIK masih dirasa kurang. Selama ini siswa belum pernah di ajak untuk melakukan eksplorasi. Mereka belum pernah atau belum memahami bagaimana mengeksplorasi untuk menggugah pengetahuan mereka dalam mengikuti pembelajaran dan pembentukan pemahaman konsep mata pelajaran TIK secara mandiri. Pada pembelajaran TIK siswa menginginkan lebih banyak praktek untuk itulah siswa memerlukkan sumber belajar yang membantu dan menuntun siswa untuk praktek.

Dari pengembangan modul ajar TIK pokok bahasan program pengolah angka berorientasi learning cycle, diharapkan dapat dimanfaatkan di sekolah dalam proses pembelajaran sehingga dapat membantu siswa dalam pembelajaran mata pelajaran TIK. Dengan penggunaan modul ajar ini siswa akan dapat melakukan eksplorasi sehingga dapat menggugah pengetahuan awal mereka dan timbulnya rasa ingin tahu akan materi pembelajaran TIK dengan timbulnya rasa ingin tahu dari siswa diharapkan muncul motivasi untuk mengikuti pembelajaran.

Sebelumnya modul ajar ini sudah mengalami tahap proses uji coba dan perbaikan. Perbaikan diberikan oleh para ahli yaitu dari ahli isi pembelajaran. Menurut uji ahli I modul ajar dilengkapi dengan rangkuman seluruh materi dan soal latihan pada akhir modul, ahli II modul ajar menyarankan mengubah ukuran font agar menambah gairah untuk membaca, dicantumkan tujuan pembelajaran serta pada aplikasi konsep mengadopsi kondisi real dan merupakan pemahaman yang dapat diaplikasikan. Atas penilaian ahli isi pembelajaran penulis merivisi modul ajar, hal ini dilakukan untuk menyempurnakan isi dari modul ajar, sehingga akan benar-benar bisa diterapkan di sekolah pada proses pembelajaran. Dengan adanya modul ajar ini nantinya dapat mengubah suasana pembelajaran lebih aktif dan siswa belajar secara mandiri.

Modul ajar ini sangat berperan penting dalam dalam proses pembelajaran. Dengan modul ajar ini siswa mengalami tahap proses pembentukan pengetahuan yang bertahap dari eksplorasi yaitu tahapan siswa untuk memancing timbulnya rasa ingin tahu tentang topik yang akan dipelajari dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada pada tahap eksplorasi modul ajar. Setelah tahap eksplorasi dilanjutkan dengan tahapan pengenalan konsep. pada tahapan ini siswa diberikan pemahaman dan memperbaiki pengetahuan awal tahap eksplorasi yang siswa dapatkan dari pemaparan materi pada tahap pengenalan konsep modul ajar. Terakhir setelah tahap pengenalan konsep dilanjutkan ke tahap aplikasi konsep pada tahapan ini siswa mengaplikasikan pemahaman konsep mereka yang telah mereka dapatkan dari tahap pengenalan konsep melalui mengerjakan soal-soal latihan pada aplikasi konsep modul ajar.

Page 116: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 116

Dari persentase respon siswa terhadap pengembangan modul ajar TIK pokok bahasan program pengolah angka berorientasi learning cycle untuk kelas VIII dapat dikategorikan ke dalam kategori cukup. Respon cukup tersebut menunjukkan bahwa siswa cukup senang dan siswa mampu belajar secara aktif dan mandiri.

V. Penutup

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada penelitian ini, maka dapat diambil simpulan yaitu (1) Pengembangan Modul Ajar TIK Pokok Bahasan Program Pengolah Angka Berorientasi Learning Cycle untuk Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 1 Kubutambahan dirancang dan diimplementasikan dengan menggunakan model pengembangan pembelajaran Dick and Carey, (2) Respon siswa terhadap pengembangan modul ajar ini berada pada kategori cukup sehingga modul ajar ini cukup layak diimplementasikan dalam pembelajaran. Tetapi masih kiranya perlu ada perbaikan agar nanti mendapat respon sangat positif dari siswa.

Berdasarkan pengamatan penulis, ada beberapa hal yang dapat dijadikan pertimbangan bagi pembaca antara lain yaitu: (1) Pengembangan modul ajar ini telah diujikan dan mendapatkan respon cukup, bagi peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian ini sampai pada tahap pengukuran hasil belajar serta dapat mengembangkannya menjadi penelitian eksperimen atau penelitian tindakan kelas, (2) bagi peneliti selanjutnya, dapat mengembangkan modul ajar selain untuk kelas VIII nanti juga mengembangkan modul ajar untuk kelas VII dan kelas IX, dan (3) bagi pengguna modul, dapat menggunakan modul ajar tersebut dengan sebaik mungkin dan diharapkan nanti pengguna memberikan revisi jika modul ajar ini perlu perbaikan sesuai dengan tuntutan tujuan pembelajaran jika ada perubahan. Daftar Pustaka Arindawati, Anike Erlina dan Huda Hasbullah. 2004. Beberapa alternatif

pembelajaran di sekolah dasar. Malang: Banyumedia publishing. Budi Adnyani, Putu dan Citrawathi, Desak. 2007. Pengembangan Modul Biologi

Berorientasi Siklus Belajar untuk Meningkatkan Penalaran dan Keterampilan Inkuiri Siswa SMA. Singaraja : Undiksha Singaraja.

Dick W & I. Carey. 1990. The Systematic design of Intstruction, 3rded. USA:

Harper Cllins Suheimi Syaba’an. 2003. Siklus belajar sebagai upaya meningkatkan kualitas

pembelajaran dalam mempelajari hukum lavoiser siswa kelas 1 SMU Negeri Singaraja Tahun Ajaran 2002/2003. Tesis (tidak diterbitkan). PPS Universitas Negeri Malang.

Page 117: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 117

Djumhurijah, Siti. 2008. “Penggunaan Model Pembelajaran Learning Cycle

Untuk Meningkatkan Ketuntasan Belajar Siswa Pada Konsep Pemuaian Di Kelas VII di SMP Negeri 8 Bogor” . http://www.docstoc.com/docs/36261501/djumhurijah-fisika-learning (diakses tanggal 20 Februari 2010).

Page 118: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 118

A.11. Pengembangan Modul Fisika Kontekstual Interaktif Berbasis Web Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Hasil Belajar Fisika Siswa Sma Di Singaraja Rai Sujanem

PENGEMBANGAN MODUL FISIKA KONTEKSTUAL INTERAKTIF BERBASIS WEB UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP

DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA KELAS XII DI SIN GARAJA

Oleh

Rai Sujanem Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Udiksha

ABSTRAK

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk 1) menyusun dan

mengembangkan modul fisika kontekstual interaktif berbasis web untuk siswa kelas XII SMA, 2) menjelaskan perbedaan pengaruh antara modul fisika kontekstual interaktif berbasis web (MKIW) dan modul kontekstual konvensional (MKK) terhadap pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran fisika, dan 3) menjelaskan perbedaan pengaruh antara MKIW dan MKK terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran fisika.

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap, pertama, pengembangan produk modul fisika kontekstual, dan kedua, eksperimen untuk menguji keunggulan komparatif produk. Populasi penelitian adalah siswa-siswa kelas XII semester I SMA di kota Singaraja tahun 2010/2011. Pengambilan sampel eksperimen dilakukan dengan teknik random kelompok bertahap. Berdasarkan tehnik tersebut, terpilih kelompok-kelompok siswa yang belajar dengan fasilitas MKIW dan MKK adalah SMAN 1, SMAN 2, SMAN 3, dan SMAN 4 Singaraja. Instrumen yang digunakan dalam eksperimen adalah tes pemahaman konsep dan tes hasil belajar. Analisis data dilakukan dengan statistik deskriptif dan Multivariat analysis of covariance (MANCOVA). Tehnik analisis menggunakan program SPSS 17.0 FW dengan pengujian hipotesis dilakukan pada taraf signifikansi 5%.

Berdasarkan hasil analisis data, ditemukan hasil-hasil penelitian seperti berikut. Pertama, hasil penelitian pengembangan produk mengungkapkan temuan seperti berikut. (1) Delapan modul fisika kontekstual interaktif berbasis web. Modul ini berisikan komponen-komponen: (a) masalah-masalah autentik yang ada di sekitar kehidupan siswa, (b) miskonsepsi dan sangkalan, (c) konsep dan prinsip esensial dan strategis, (d) contoh-contoh konseptual dan kontekstual, dan (e) pertanyaan konseptual dan kontekstual yang memandu pemerolehan pemahaman konsep dan hasil belajar. Komponen-komponen modul fisika kontekstual

Page 119: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 119

interaktif berbasis web dikemas dalam bentuk animasi teks, gambar, foto, dan video. Hasil uji ahli isi, ahli media, ahli media, ahli desain, siswa perorangan, siswa kelompok kecil, dan guru terhadap modul ini menyatakan bahwa sosok modul tersebut memiliki kelayakan untuk diimplementasikan dalam pembelajaran. Kedua, profil pengetahuan awal siswa terhadap konsep-konsep gelombang sebagian besar masih diwarnai miskonsepsi (27,5% untuk model MKIW dan 30,8% untuk model MKK). Ketiga, uji komparasi produk menunjukkan hasil-hasil sebagai berikut. 1) Terdapat perbedaan signifikan pemahaman konsep antara kelompok MKIW dan MKK. Nilai rata-rata pemahaman konsep kelompok MKIW lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok MKK. 2) Terdapat perbedaan signifikan hasil belajar antara kelompok MKIW dan MKK. Nilai rata-rata hasil belajar kelompok MKIW lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok MKK. Kata-kata kunci : modul fisika kontekstual – interaktif - web- pemahaman – hasil

belajar. I. Pendahuluan

Masalah universal yang melanda dunia pendidikan fisika sebagian besar masih berkutat di sekitar upaya meningkatkan pemahaman konsep siswa. Pemahaman konsep dan hasil belajar fisika siswa, khusus siswa SMA dalam belajar fisika masih relatif rendah, karena pengemasan pendidikan sering tidak sejalan dengan hakekat belajar dan mengajar fisika (Degeng dalam Santyasa, 2004; Brook & Brook, 1993). Untuk itu perlu dirancang pengemasan pendidikan yang sejalan dengan hakekat belajar dan mengajar yakni : bagaimana siswa belajar, bagaimana guru mengajar, bagaimana pesan pembelajaran di dalam bahan ajar itu, bukan semata-mata pada hasil belajar (Brook & Brook, 1993, Lawson, 1998, Novak, 1985). Pengemasan bahan ajar fisika dan implementasinya hendaknya diorientasikan pada penyediaan peluang kepada siswa dalam pencapaian pemahaman dan hasil belajar siswa SMA. Namun, pengemasan bahan ajar fisika selama ini masih bersifat linier, yaitu : bahan ajar yang hanya menyajikan konsep dan prinsip, contoh-contoh soal dan pemecahannya, dan soal-soal latihan. Kemasan buku ajar fisika yang digunakan sebagai pegangan siswa maupun guru belum dikemas secara komprehensip yang berisikan sajian masalah real, miskonsepsi, konsep-konsep esensial, contoh konseptual dan kontekstual, yang mengintegrasikan teknologi serta dalam lingkungan problem-based learning (PBL).

Pengintegrasian teknologi khususnya media berbasis TIK dalam pembelajaran belum dimanfaatkan secara optimal, padahal fasilitas penunjang pembelajaran berbasis TIK yang tersedia di SMA-SMA di Singaraja cukup memadai (Sujanem, et al, 2008, Sujanem, et al, 2009). Demikian pula dengan kompetensi Guru dan siswa dalam bidang TIK juga cukup memadai, namun pembelajaran berbasis web belum dapat dilaksanakan secara optimal. Belum

Page 120: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 120

optimalnya pembelajaran berbasis TIK diimplementasikan di SMA-SMA di Singaraja, karena sumber-sumber belajar seperti software pembelajaran berbasis TIK yang tersedia sangat terbatas. Di samping itu, software pembelajaran yang tersedia belum memberi peluang belajar secara mandiri, belum dilengkapi dengan pembelajaran yang bersifat interaktif yang memberi peluang kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya secara mandiri sesuai dengan pandangan konstruktivisme. Berdasarkan kondisi ini perlu dikembangkan modul fisika kontekstual interaktif berbasis web dalam lingkungan PBL untuk dioperasikan pada jaringan internet. Modul tersebut berisikan sajian permasalahan kontekstual, miskonsepsi beserta sangkalan, konsep ilmiah, animasi/simulasi, contoh dan latihan soal kontekstual.

Tujuan utama yang ingin dicapai melalui penelitian ini, yaitu 1) menyusun dan mengembangkan modul fisika kontekstual interaktif berbasis web untuk siswa kelas XII SMA, 2) menjelaskan perbedaan pengaruh antara modul fisika kontekstual interaktif berbasis web (MKIW) dan modul kontekstual konvensional (MKK) terhadap pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran fisika, dan 3) menjelaskan perbedaan pengaruh antara MKIW dan MKK terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran fisika. Penelitian ini dapat memberikan manfaat, yaitu : pertama, modul fisika kontekstual interaktif berbasis web memberi peluang kepada siswa untuk meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa. Modul ini mampu membangun jaringan materi yang baik. Menurut teori belajar kognitif, siswa belajar berarti membuat peta antara informasi yang sudah ada diketahui dengan informasi yang sedang dipelajari. Jadi, melalui modul berbasis web ini siswa sendirilah yang “membangun” pengetahuannya. Selama berinteraksi dengan modul berbasis web ini, siswa dilatih menggunakan kognisinya untuk mengorganisasikan informasi-informasi menurut kebutuhannya sebelum digunakan atau diterapkan pada tugas yang dihadapi. Kedua, Modul berbasis web menyajikan materi-subjek dalam berbagai tautan dan pilihn memberikan fleksibelitas kepada pembaca untuk menyusun ulang materi sesuai yang diinginkan. Jadi, pada modul berbasis web ini, siswa bukan sekadar pembaca akan tetapi sekaligus sebagai “co-author” bahan bacaannya. Pembaca memiliki control yang kuat terhadap bacaannya. Merekalah yang akan menentukan urutan dari bahan ajar, yang berarti sekaligus menentukan konteks dari bacaannya. II. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam dalam dua tahap, yaitu: pertama, pengembangan produk modul fisika kontekstual untuk siswa kelas XII, dan kedua, eksperimen untuk menguji keunggulan komparatif produk.

Pengembangan produk menggunakan desain model Dick dan Carey. Proses pengembangan mendasarkan diri pada analisis kebutuhan. Proses pengembangan menggunakan instrumen-instrumen: angket fasilitas pendukung pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK), angket

Page 121: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 121

kompetensi guru dan siswa dalam TIK, angket ahli isi, angket ahli media, angket ahli media, angket siswa perorangan, angket siswa kelompok kecil, dan anget respon implementasi pada pembelajaran. Studi pendahuluan melibatkan 320 siswa kelas XII SMA, 12 orang guru TIK, dan 30 guru fisika. Proses uji formatif melibatkan 3 ahli isi dan media pembelajaran, 3 ahli desain, 6 siswa perorangan, 12 siswa kelompok kecil, dan 3 orang guru. Dalam implementasi modul fisika kontekstual dilakukan dengan penelitian kuasi eksperimen dengan model unequivalence pretest-posttest control group design. Populasi penelitian adalah siswa-siswa kelas XII semester I SMA di kota Singaraja tahun 2010/2011. Pengambilan sampel eksperimen dilakukan dengan teknik random kelompok bertahap. Berdasarkan tehnik tersebut, terpilih kelompok-kelompok siswa yang belajar dengan fasilitas MKIW dan MKK adalah SMAN 1, SMAN 2, SMAN 3, dan SMAN 4 Singaraja. Jumlah anggota sample pada masing-masing kelompok adalah 120 siswa untuk MKIW, dan 120 siswa untuk MKK. Instrumen yang digunakan dalam eksperimen adalah tes pemahaman konsep dan tes hasil belajar. Instrumen tes pemahaman konsep terdiri 12 butir dengan internal consistency bergerak dari r= 0,40 sampai dengan r=0,69, dan alpha Cronbach = 0,713. Instrumen tes hasil belajar terdiri 12 butir dengan internal consistency bergerak dari r= 0,34 sampai dengan r=0,77, dan alpha Cronbach = 0,733. Analisis data dilakukan dengan statistik deskriptif, Multivariat analysis of covariance (MANCOVA). Tehnik analisis menggunakan program SPSS 17.0 FW dengan pengujian hipotesis dilakukan pada taraf signifikansi 5%. III. Hasil 3.1 Hasil Pengembangan Modul Fisika Kontekstual berbasis web

Berdasarkan analisis data penelitian pendahuluan terungkap bahwa fasilitas penunjang pembelajaran berbasis web yang tersedia di SMA-SMA di Singaraja cukup memadai. Di samping itu, kompetensi Guru dan siswa dalam bidang TIK juga cukup memadai, namun pembelajaran berbasis web belum dapat dilaksanakan secara optimal. Belum optimalnya pembelajaran berbasis TIK diimplementasikan di SMA-SMA di Singaraja, karena sumber-sumber belajar seperti software pembelajaran berbasis TIK yang tersedia sangat terbatas. Di samping itu software pembelajaran yang tersedia belum memberi peluang belajar secara mandiri, belum dilengkapi dengan pembelajaran yang bersifat interaktif yang memberi peluang kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya secara mandiri sesuai dengan pandangan konstruktivisme. Di lain fihak buku-buku penunjang pembelajaran fisika SMA yang konvensional khususnya yang bermuatan kontekstual yang mengarah bermakna juga sangat terbatas, belum diterapkannya secara optimal model pembelajaran kontekstual sebagai salah satu wujud komunitas belajar di SMA, dan kebiasaan para guru melakukan pembelajaran yang cenderung linier dan rutinitas, merupakan faktor utama yang mendorong pengembangan modul fisika kontekstual interaktif berbasis web dalam

Page 122: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 122

lingkungan pembelajaran berbasis masalah serta implementasinya untuk meningkatkan pemahaman konsep dan hasil belajar siswa kelas XII SMA di kota Singaraja. Pengembangan modul fisika kontekstual mengikuti model Dick & Carey (1991). Berawal dari analisis kebutuhan lapangan, perencanaan, evaluasi, uji coba, dan revisi merupakan prosedur dalam mengembangkan dan memproduksi materi ajar tersebut. Prosedur pengembangan dilaksanakan dengan melibatkan para guru fisika, ahli isi pembelajaran, ahli media pembelajaran, ahli desain pembelajaran, dan siswa pemakai. Draft modul fisika kontekstual yang dihasilkan terdiri dari 8 modul. Masing-masing modul memuat antara 1-2 sub-modul. Masing-masing sub-modul memiliki sistimatika, yaitu (1) sajian masalah-masalah kontekstual atau pertanyaan-pertanyaan konseptual di awal sub bab, (2) sajian miskonsepsi dan sajian sangkalan, (3) sajian konsep atau prinsip ilmiah, (4) sajian contoh-contoh konseptual atau kontekstual, dan (5) sajian pertanyaan-pertanyaan di akhir teks yang dikemas dalam bentuk Lembaran Kerja Siswa (LKS). Modul fisika kontekstual interaktif berbasis web yang dikembangkan dalam penelitian ini dilengkapi dengan animasi, video, gambar, bunyi, dan variasi huruf/teks. 3.2 Uji coba terbatas Hasil uji coba menunjukkan bahwa para evaluator memberikan penilaian dengan kategori baik dan amat baik. Hal ini menyatakan bahwa draf modul fisika kontekstual yang dihasilkan sangat layak digunakan sebagai penunjang pembelajaran fisika siswa kelas XII SMA. Modul fisika kontekstual berikut perangkat pembelajarannya berupa LKS yang dikemas dalam bentuk animasi, video, gambar, bunyi, dan variasi huruf/teks, layak digunakan sebagai perangkat penunjang pembelajaran fisika untuk siswa kelas XII SMA. 3.3 Hasil Kuasi Eksperimen

Dari penelitian kuasi eksperimen diperoleh hasil seperti berikut. Pertama, profil pengetahuan awal siswa kelas XII terhadap konsep-konsep gelombang sebagian besar masih diwarnai miskonsepsi (27,5% untuk model MKIW dan 30,8% untuk model MKK). Setelah eksperimen, profil miskonsepsi siswa mengalami penurunan menjadi 13,3% untuk kelompok model MKIW dan 19,0% untuk kelompok MKK. Secara deskriptif setelah perlakuan kelompok MKIW relatif lebih berhasil menurunkan jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi dibandingkan dengan MKK. Kedua, uji komparasi produk menunjukkan hasil-hasil sebagai berikut. 1) Terdapat perbedaan signifikan pemahaman konsep antara kelompok MKIW dan MKK (F= 53,868; p<0,05. Nilai rata-rata pemahaman konsep kelompok MKIW lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok MKK (∆µ=5,525; SD=0,573, p<0,05). 2) Terdapat perbedaan signifikan hasil belajar antara kelompok MKIW dan MKK (F= 5,716; p<0,05. Nilai rata-rata hasil belajar kelompok MKIW lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok MKK (∆µ=2,841; SD=1,188, p<0,05).

Page 123: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 123

3.4 Pembahasan

Temuan penelitian ini sejalan dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya (Williams, et al., 1998, Candiasa, 2005, Sujanem, et al., 2007a, Sujanem, et al., 2007b, Sujanem, et al., 2008) mengemukakan bahwa pemanfaatan modul kontekstual interaktif berbasis web dapat membantu siswa lebih memahami materi pembelajaran dan meningkatkan pemahaman konsep. Pembelajaran yang difasilitasi modul kontekstual interaktif berbasis web (mencakup, teks, simulasi, video, sound, dan animasi) dapat meningkatkan pemahaman konsep fisika (Dancy, & Beichner, 2006, Sujanem, et al., 2007b, Sujanem, et al., 2008, Sujanem, et al., 2009).

Modul interaktif berbasis web merupakan media dinamis dan tidak linier, yang konsep-konsepnya saling berkaitan dengan penuh makna dalam berbagai bentuk hubungan (Antonenko, 2005, Turner dan Handler, 1997, McKnight, 1996, Sujanem, et al., 2007b, Sujanem, et al., 2008, Sujanem, et al., 2009). Penyajian masalah yang konseptual dan kontekstual dalam modul kontekstual berbasis web ini memberi peluang kepada siswa untuk mengembangkan ketrampilan dalam merumuskan masalah, dan memecahkan masalah, merefleksikan belajarnya, dan mengembangkan pemahaman pada domain konten (Liu, et al, 2002, Jacobson & Spiro, 1995, Sujanem, et al., 2007b). Pemahaman konsep secara mendalam merupakan langkah awal dalam pemerolehan hasil belajar.

Melalui web, siswa dapat mengakses sumber belajar di dalam pesan atau tautan yang telah ditetapkan, dan siswa dapat melakukan navigasi pada lingkungan yang tak linear (Burton, et al, dalam Williams, et al, 1998). Dukungan berbagai jenis media dan kemungkinan navigasi non linear secara khusus berguna di dalam mengkreasi lingkungan PBL berbasis komputer (Williams, et al, 1998:468). Sifat-sifat non linear web interaktif adalah sesuai dengan karakteristik PBL. Dengan sifat-sifat non linear dari web ini akan memberi peluang kepada siswa untuk mengeksplorasi lingkungan PBL, mengakses berbagai sumber sesuai yang diinginkan. Web interaktif mempunyai potensi untuk membuat alat kognitif yang siap digunakan siswa. Web interaktif dapat menyuguhkan masalah-masalah real lewat simulasi, atau video. Di samping itu, web dapat mempresentasikan skenario, dan mempunyai keunggulan dalam memberi peluang kepada siswa untuk mengeksplorasi lingkungan di mana skenario dirancang. Skenario ini dapat mencerminkan proses mana siswa menggunakan alamat problem di dalam setting kehidupan nyata. Web interaktif juga dapat memfasilitasi perkembangan autentik dalam lingkungan belajar (Williams, et al, 1998). Dengan demikian, siswa terlibat aktif dalam PBL, mereka dapat mengumpulkan data dan mengakses sumber belajar. Hal ini menunjukkan derajat kontrol yang tinggi bagi siswa untuk mengakses sumber-sumber yang diperlukan, mengontrol lebih banyak seluruh belajarnya. Dengan demikian, siswa menjadi aktif di dalam pengambilan keputusan.

Page 124: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 124

Pengkemasan modul físika kontekstual berbasis web dalam lingkungan pembelajaran berbasis masalah atau problem based learning memberi peluang kepada siswa untuk peka pada masalah-masalah real dan memecahkan masalah, merumuskan masalah, mencari solusi, dan membangun pamahaman. Dalam pembelajaran berbasis masalah, siswa diberikan tanggung jawab utama untuk membentuk dan mengarahkan pembelajarannya sendiri, menggunakan kelompok-kelompok kooperatif dalam pembelajaran, dan menuntut siswa untuk menampilkan apa yang telah mereka pelajari melalui hasil atau penampilan (Savoi, 1994). Demikian pula, hasil penelitian Tau dan Gunstone (dalam Kearney, 2001) menunjukkan bahwa penggunaan komputer dalam kegiatan pembelajaran Fisika memberikan peluang kepada siswa untuk mengerjakan variasi metode pemahaman dan untuk menginterpretasikan tabel bilangan, grafik, persamaan, atau diagram. Eadie (2001) menunjukkan bahwa pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi berpengaruh terhadap peningkatan pemahaman dan hasil belajar siswa.

Berdasarkan pembahasan tersebut, maka modul físika kontekstual interaktif berbasis web dapat diacu sebagai fasilitas pembelajaran alternatif untuk mengoptimalkan pembelajaran fisika dalam pencapaian pemahaman konsep dan hasil belajar.

Secara teoritis, model modul físika kontekstual interaktif berbasis web menyiapkan peluang masalah-masalah real yang dikemas dalam bentuk video, animasi, atau multimedia, menyediakan peluang materi yang saling bertautan yang mudah diakses, materi ajar yang bersifat non linear yang memberi peluang siswa dalam mengkonstruksi makna, menyediakan model laboratorium, dan menyediakan pemecahan masalah dalam bentuk LKS yang dikemas berupa hiperteks, gambar, video, dan animasi, yang dapat memfasilitasi siswa dalam perolehan pemahaman konsep dan hasil belajar (Candiasa, 2005, Theyßen,2006, Jacobson, 2006, Mayes, 2003, Antonenko, 2005, Sujanem, et al., 2007a, Sujanem, et al., 2007b, Sujanem, et al., 2008, Sujanem, et al., 2009). Model modul kontekstual linear adalah bahan ajar linear yang berisikan masalah-masalah real, materi ajar, latihan/tugas, dan LKS yang dikemas dalam bentuk teks dan gambar.

IV. Penutup Berdasarkan hasil-hasil penelitian pengembangan dan implementasinya dalam pembelajaran dengan pola penelitian kuasi eksperimen, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. Pertama, hasil penelitian pengembangan produk modul fisika kontekstual mengungkapkan temuan, yaitu: telah berhasil dikembangkan modul fisika kontekstual interaktif berbasis web yang memiliki kelayakan untuk diimplementasikan dalam pembelajaran fisika kelas XII SMA. Kedua, dalam uji komparasi keunggulan produk melalui penelitian eksperimen kuasi, dapat diungkapkan simpulan-simpulan sebagai berikut. (1) Terdapat perbedaan pemahaman konsep antara siswa yang menggunakan model modul fisika kontekstual interaktif berbasis web dan yang menggunakan model modul

Page 125: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 125

físika kontekstual konvensional. Siswa yang menggunakan model modul fisika kontekstual interaktif berbasis web menunjukkan pemahaman konsep yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang menggunakan model modul físika kontekstual konvensional. (2) Terdapat perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang menggunakan model modul fisika kontekstual interaktif berbasis web dan yang menggunakan model modul físika kontekstual konvensional. Siswa yang menggunakan model modul fisika kontekstual interaktif berbasis web menunjukkan hasil belajar fisika yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang menggunakan model modul físika kontekstual konvensional

Berdasarkan hasil-hasil penelitian, kendala yang dialami, dan cara mengatasi kendala tersebut, dapat diajukan saran-saran penelitian seperti berikut. Pertama, modul fisika untuk siswa kelas XII SMA sebaiknya dikembangkan secara ekplisit memuat materi pembelajaran yang kontekstual. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, sebaiknya materi ajar fisika yang kontekstual tersebut dikemas dalam bentuk web interaktif. Kedua, dalam implementasi model modul físika kontekstual interaktif berbasis web tersebut, disarankan agar terlebih dahulu menggali masalah-masalah yang real yang sifatnya kompleks tak terstruktur, kemudian pengkemasan masalah-masalah tersebut hendaknya lebih banyak dalam bentuk video, sehingga masalah-masalah disajikan benar-benar autentik yang ada di sekitar siswa. Daftar Pustaka Antonenko,P. 2005. Considering the Learner in Educational Hypermedia Design:

Cognitive Load or Cognitive Flexibility? Iowa State University Human Komputer Interaction Technical Report ISU-HCI-2005-02

Brooks,J.G.,& Brooks,N.G.1993. In search of understanding : The case for

constructivist classrooms. Virginia : Association for supervision and Curriculum Development.

Candiasa, M. 2004. Pembelajaran dengan modul berbasis web. Jurnal Pendidikan

dan Pengajaran No 3 Th XXXVII Juli 2004 hal 1-12. Candiasa, M. 2005. Implementasi Jaringan Semantik dengan hypermedia. Jurnal

Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Vol 2 No 1 Januari 2005 hal 64-72. Dancy, M.H & Beichner. R.2006. Impact of animation on assessment of

conceptual understanding in physics. PHYSICAL REVIEW SPECIAL TOPIKS - PHYSICS EDUCATION RESEARCH 2, 010104 _2006 hal 1-7

Jacobson, M.J., 2006. Running head : hypermedia system for problem-based

learning: theory, research, and learning emergeing scientific conceptual perspectives.

Page 126: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 126

Kearney, M., Treagust, F.D., Yeo, S., Zadnik, M. Student and teacher perceptions

of the use of multimedia supported predict-observe-explain task to probe understanding.

Lawson, A.E. 1998. Science Teaching and The Development of Thinking.

California:Wadworth Publishing Company. Liu,M. 2005. Alien Rescue: A Problem-Based Learning Environment for Middle

School Science. http://tip.missouri.edu/tip.nsf/0/D03C1427DD93E76F86256BE7007FB59F? OpenDocument

McKnight, C. & Dillon, A. 1996.User-Centered Design Hypertext/Hypermedia

for Education. Handbook of Research for Educational Communication and Technology, ed. David H. Jonassen. London : Prentice Hall International.

Novak, J.D. & Gowin.D.B.1985. Learning how to learn. Ne York : Cambride

University Press. Santyasa, I.W.2004. Pengaruh Model dan Seting Pembelajaran terhadap remediasi

miskonseps, pemahaman konsep dan hasil belajar fisika pada siswa SMU. Disertasi (tidak dipublikasikan). Program Doktor Teknokogi Pembelajaran Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang.

Sujanem, R., Lagasudha, N., & Susila, K. 2007ª. Pengembangan materi ajar e-

learning físika kontekstual dalam pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa SMA. Laporan Research for Comdev I-MHERE undiksha tahun 2007.

Sujanem, R., Suwindra, I.N.P, & Subratha, N. 2007b. Pengaruh bahan ajar

berdesain hipermedia dan seting pembelajaran terhadap pemahaman konsep dan hasil belajar siswa SMPN di Singaraja. Laporan Penelitian PHK-A2 Jurdik Físika tahun 2007.

Sujanem, R Suwindra, I.N.P, Tika,K. 2008. Pengembangan Modul Fisika

Kontekstual interaktif berbasis Web Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Hasil Belajar Fisika Siswa SMA di Singaraja. Laporan Penelitian Hibah Bersaing Tahun Pertama (2008). Lemlit Undiksha Singaraja.

Page 127: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 127

Sujanem, R Suwindra, I.N.P, Tika,K. 2009. Pengembangan Modul Fisika Kontekstual interaktif berbasis Web Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Hasil Belajar Fisika Siswa SMA di Singaraja. Laporan Penelitian Hibah Bersaing Tahun Kedua (2009). Lemlit Undiksha Singaraja.

Turner, S. V., & Handler, M. G. (1997). Hypermedia in education: Children as

audience or authors? Journal of Information Technology for Teacher Education, 6 (1), 25-35.

Theyßen,H. 2003. Students' Attitudes Towards the Hypermedia Learning

Environment "Physics for Medical Students" [Online]. EURODOL .Tersedia: [http://www.idn.uni-bremen.de/]

William, D.C., Pedersen, S., & Liu, M. 1998. An Evaluation of the Use of

Problem-Based Learning Software By Middle School Students. Journal of Universal Komputer Science vol 4 issue 4 hal 466-483.

Page 128: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 128

Makalah Kelompok B : Bidang Teknologi Informatika

Page 129: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 129

B.1. Sistem Pendukung Keputusan (SPKk) Seleksi Penerimaan Siswa Baru (Studi Kasus Di Smk Ti Bali Global Denpasar) Ni Made Rai Maryati, Made Windu Antara Kesiman, Ketut Agustini

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN (SPK) SELEKSI PENERIMAAN SISWA BARU (STUDI KASUS DI SMK TI BALI GLOBAL DENPA SAR)

Oleh

Ni Made Rai Maryati, Made Windu Antara Kesiman, Ketut Agustini

Jurusan Pendidikan Teknik Informatika Universitas Pendidikan Ganesha

email: [email protected], [email protected], [email protected]

ABSTRAK

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu merancang dan mengimplementasikan sebuah perangkat lunak Sistem Pendukung Keputusan (SPK) seleksi penerimaan siswa baru berbasis web yang mengambil studi kasus di SMK TI Bali Global Denpasar. Perangkat lunak ini diharapkan dapat membantu panitia penerimaan siswa baru sehingga proses seleksi siswa dapat dilakukan dengan lebih cepat, lebih mudah dan data yang dihasilkan sistem lebih akurat.

Perangkat lunak ini hanya menangani proses penyeleksian siswa melalui jalur Nilai Ujian Nasional (NUN). Proses penyeleksian ini terdiri dari dua proses utama yaitu proses penentuan bobot mata pelajaran ujian nasional dan proses perhitungan nilai total calon siswa. Bobot nilai ujian nasional untuk masing-masing program keahlian didapatkan dengan cara mengaitkan pekerjaan dengan keterampilan dan mata pelajaran ujian nasional. Nilai total calon siswa dihitung menggunakan metode Bayes. Nilai total ini dijadikan acuan untuk memutuskan apakan seorang calon siswa diterima atau tidak diterima. Dalam perancangan sistem digunakan DFD (Dataflow Diagram).

Bobot mata pelajaran ujian nasional pada program keahlian Rekayasa Perangkat Lunak adalah : Matematika=0.5, Bahasa Indonesia=0.2 dan Bahasa Inggris=0.3. Bobot mata pelajaran ujian nasional pada program keahlian Multimedia adalah : Matematika=0.4, Bahasa Indonesia=0.2 dan Bahasa Inggris=0.4. Bobot mata pelajaran ujian nasional pada program keahlian Teknik Komputer dan Jaringan adalah : Matematika=0.5, Bahasa Indonesia=0.25 dan Bahasa Inggris=0.25. Dalam implemetasi sistem, selain menangani proses perhitungan bobot dan nilai total, sistem juga menangani proses pembagian kelas, proses backup dan restore.

Kata-kata kunci : Sistem Pendukung Keputusan, Seleksi Penerimaan Siswa

Baru, SMK TI Bali Global Denpasar, Metode Bayes, DFD (Dataflow Diagram).

Page 130: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 130

I. Pendahuluan

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akhir-akhir ini begitu pesat. Perkembangan ini telah berdampak terhadap kehidupan manusia di berbagai bidang termasuk dalam bidang pendidikan. Dunia pendidikan di Indonesia sedang berbenah diri guna menghadapai tantangan di masa depan. Kebijakan pendidikan menengah saat ini diarahkan pada meningkatnya proporsi dan mutu SMK. Salah satu sekolah menengah kejuruan yang ada di Bali adalah SMK TI Bali Global Denpasar. Sekolah ini melakukan penyeleksian siswa melalui jalur Nilai Ujian Nasional (NUN) dan Tes Potensi Akademik. Namun dalam penelitian ini, penulis hanya membahas tentang penyeleksian siswa melalui jalur NUN.

Dalam penyeleksian siswa melalui jalur NUN, siswa tidak melaksanakan tes, namun siswa wajib mengumpulkan fotocopy ijasah SMP yang sudah dilegalisir. Dari ijasah tersebut akan didapatkan nilai Ujian Nasional siswa yang merupakan variabel yang menjadi tolak ukur dalam menentukan penerimaan dan penjurusan siswa, dimana proses ini menggunakan kaedah/metode Bayes. Dalam penerapan metode Bayes ini, yang dijadikan kriteria adalah mata pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional (UN) dan bobot dari masing-masing kriteria ini dimasukkan langsung dalam bentuk angka. Proses perhitungan dilakukan secara manual dengan bantuan software Microsoft Excel. Kendala yang biasanya dialami yaitu kompleksitas perhitungan, kendala waktu dan dokumentasi data yang kurang baik sehingga seringkali menghambat proses pencarian data pada tahap selanjutnya. Saat ini SMK TI Bali Global Denpasar sedang berupaya melakukan berbagai pembenahan, salah satunya adalah dengan merencanakan pengembangan sebuah perangkat lunak yang dapat membantu proses penyeleksian calon siswa baru. Dengan memanfaatkan perangkat lunak tersebut diharapkan proses penyeleksian calon siswa baru dapat dilakukan dengan lebih cepat, lebih mudah serta data yang dihasilkan lebih akurat, sehingga dapat meringankan tugas Panitia Penerimaan Siswa Baru dan penyeleksian bisa dilakukan secara murni tanpa ada manipulasi, disamping itu siswa tidak perlu menunggu hasil tes terlalu lama. Dengan demikian diharapkan sekolah bisa menyaring calon siswa baru yang memiliki kualitas yang baik serta meningkatkan citra sekolah di mata masyarakat. Dalam Turban (2005) di kakatakan bahwa Sistem Pendukung Keputusan dapat diterapkan dalam bidang pendidikan, salah satu contohnya adalah CAPA (Cource Approval Procces Automatic) yaitu Sistem Pendukung Keputusan untuk proses persetujuan kuliah yang dikembangkan oleh Universitas Georgia. CAPA adalah sistem berbasis-web (intranet). Pengaplikasian CAPA dapat menghemat waktu dan biaya terutama bagi para penggunanya. Berdasarkan uraian di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah merancang dan mengimplementasikan SPK seleksi penerimaan siswa baru yang mengambil studi kasus di SMK TI Bali Global Denpasar.

Page 131: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 131

Turban & Aronson (2001) menyebutkan bahwa konsep sistem pendukung keputusan (SPK) muncul pertama kali pada awal tahun 1970-an oleh scott-Morton. Mereka mendefinisikan SPK sebagai suatu sistem interaktif berbasis komputer yang dapat membantu para pengambil keputusan dalam menggunakan data dan model untuk memecahkan persoalan yang bersifat tidak terstruktur.

Dalam Marimin (2004) dinyatakan bahwa Metode Bayes merupakan salah satu teknik yang dapat dipergunakan untuk melakukan analisis dalam pengambilan keputusan terbaik dari sejumlah alternatif dengan tujuan menghasilkan perolehan yang optimal. Untuk menghasilkan keputusan yang optimal, perlu dipertimbangkan beberapa kriteria. Pembuatan keputusan dengan metode Bayes dilakukan melalui upaya pengkwalifikasian kemungkinan terjadinya suatu kejadian dan dinyatakan dalam bilangan antara 0 dan 1. Persamaan Bayes yang digunakan untuk menghitung nilai setiap alternatif sering disederhanakan menjadi :

dimana :

Total Nilaii = total nilai akhir dari alternatif ke-i Nilaiij = nilai alternatif ke-i pada kriteria ke-j Krit j = tingkat kepentingan (bobot) kriteria ke-j

i = 1,2,3,…n; n=jumlah alternatif j = 1,2,3,…m; m=jumlah kriteria

II. Analisis Dan Perancangan Masalah yang akan diteliti adalah proses seleksi siswa melalui jalur Nilai

Ujian Nasional (NUN). Penelitian ini mengambil tempat di SMK TI Bali Global Denpasar yang berlokasi di jalan Tukad Citarum nomor 44, Panjer, Denpasar. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei sampai dengan November 2010. Seleksi siswa melalui jalur NUN ini menggunakan metode Bayes untuk menghasilkan sebuah nilai total yang dijadikan acuan untuk memutuskan apakan seorang calon siswa diterima atau tidak diterima. Proses ini terdiri dari dua proses utama yaitu proses penentuan bobot mata pelajaran UN dan proses perhitungan nilai total calon siswa.

2.1 Proses Pembobotan Mata Pelajaran UN Untuk mendapatkan bobot dari masing-masing mata pelajaran UN pada masing-masing program keahlian, langkahnya adalah sebagai berikut :

a. Rekam mata pelajaran UN, jenis pekerjaan dan keterampilan. b. Tentukan keterampilan yang diperlukan oleh masing-masing jenis

pekerjaan.

m Total Nilaii= ∑ Nilaiij (Krit j) j=1

Page 132: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 132

c. Tentukan mata pelajaran UN yang melatih masing-masing jenis keterampilan.

Setelah mendapatkan keterkaitan antara pekerjaan, keterampilan dan mata pelajaran UN, selanjutnya hitung bobot dari masing-masing mata pelajaran UN pada masing – masing program keahlian menggunakan persamaan di bawah ini.

Keterangan : BM = Bobot mata pelajaran MP = jumlah satu jenis mata pelajaran (yang sama) MPJ = jumlah seluruh mata pelajaran yang ada dalam suatu program keahlian Berikut ini adalah besarnya bobot mata pelajaran UN pada masing-masing program keahlian. a) Rekayasa Perangkat Lunak (RPL)

Jenis pekerjaan untuk program keahlian RPL ada tiga yaitu operator software, pelaksana pemrograman software dan maintenance software (Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, 2004a).

Tabel 1. Ruang lingkup pekerjaan bagi lulusan Program Keahlian RPL No Jenis Pekerjaan Kemampuan yang diperlukan 1 Operator software

aplikasi spesifik Kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik

2 Pelaksana pemrograman software aplikasi spesifik (pemrogram / pengembang perangkat lunak)

Kemampuan intelektual, Kemampuan untuk memecahkan masalah, Kemampuan untuk menyederhanakan masalah, Kemampuan menganalisa, Punya rasa ingin tahu yang tinggi, Kemampuan untuk menterjemahkan bahasa, Kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik

3 Maintainen software aplikasi spesifik

Kemampuan menganalisa, Kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik, Kemampuan untuk memecahkan masalah

Masing-masing kemampuan dihubungkan dengan mata pelajaran UN yang

melatih keterampilan tersebut, seperti terlihat pada tabel 2.

Tabel 2. Keterkaitan anatara Ketrampilan dan Mata Pelajaran Ujian Nasional No Ketrampilan / kemampuan yang dilatih Mata Pelajaran 1 kemampuan intelektual Matematika, Bahasa

MP BM = x 100%

MPJ

Page 133: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 133

Indonesia, Bahasa Inggris 2 kemampuan untuk memecahkan masalah Matematika 3 kemampuan untuk menyederhanakan

masalah Matematika

4 Kemampuan menganalisa Matematika 5 punya rasa ingin tahu yang tinggi Matematika 6 kemampuan untuk menterjemahkan bahasa Bahasa inggris 7 kemampuan untuk berkomunikasi dengan

baik Bahasa indonesia, Bahasa Inggris

Dari tabel 2, didapatkan perhitungan seperti di bawah ini : Bobot mata pelajaran (BM) Matematika = (5/10) x 100% = 50 % = 0.5 Bobot mata pelajaran (BM) Bhs Indonesia = (2/10) x 100% = 20 % = 0.2 Bobot mata pelajaran (BM) Bhs Inggris = (3/10) x 100% = 30 % = 0.3

b) Multimedia (MM) Jenis pekerjaan untuk program keahlian MM ada dua yaitu pembuat web

dan pembuat animasi (Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, 2004b). Tabel 3. Ruang lingkup pekerjaan bagi lulusan Program Keahlian Multimedia

No Lingkup pekerjaan Kemampuan yang diperlukan 1 Pembuat web Kreativitas

Kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik Kemampuan untuk menterjemahkan bahasa Kemampuan memecahkan masalah

2 Pembuat animasi Kreativitas Kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik

Masing-masing kemampuan dihubungkan dengan mata pelajaran UN yang

melatih keterampilan tersebut, seperti terlihat pada tabel 4.

Tabel 4. Keterkaitan antara Ketrampilan dan Mata Pelajaran UN No Ketrampilan / kemampuan yang dilatih Mata Pelajaran 1 Kreativitas Matematika 2 kemampuan untuk memecahkan masalah Matematika 3 kemampuan untuk menterjemahkan bahasa Bahasa inggris 4 kemampuan untuk berkomunikasi dengan

baik Bahasa indonesia, Bahasa Inggris

Dari tabel 4, didapatkan perhitungan seperti di bawah ini :

Bobot mata pelajaran (BM) Matematika = (2/5) x 100% = 40 % = 0.4 Bobot mata pelajaran (BM) Bhs Indonesia = (1/5) x 100% = 20 % =0.2 Bobot mata pelajaran (BM) Bhs Inggris = (2/5) x 100% = 40 % = 0.4

c) Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ)

Page 134: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 134

Jenis pekerjaan untuk program keahlian TKJ ada dua yaitu teknisi komputer dan administrator jaringan (Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, 2004c).

Tabel 5. Ruang lingkup pekerjaan bagi lulusan Program Keahlian TKJ No Jenis Pekerjaan Kemampuan yang diperlukan 1 Teknisi Komputer Kemampuan untuk memecahkan masalah

Punya rasa ingin tahu yang tinggi Kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik

2 Administrator Jaringan Kemampuan untuk memecahkan masalah Masing-masing kemampuan dihubungkan dengan mata pelajaran UN yang

melatih keterampilan tersebut, seperti terlihat pada tabel 6. Tabel 6. Keterkaitan anatara Ketrampilan dan Mata Pelajaran UN No Ketrampilan / kemampuan yang dilatih Mata Pelajaran 1 kemampuan untuk memecahkan masalah Matematika 2 punya rasa ingin tahu yang tinggi Matematika 3 kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik Bahasa indonesia, Bahasa Inggris

Dari data pada tabel 6 maka didapatkan perhitungan seperti di bawah ini :

Bobot mata pelajaran (BM) Matematika = (2/4) x 100% = 50% = 0.5 Bobot mata pelajaran (BM) Bhs Indonesia = (1/4) x 100% = 25% =0.25 Bobot mata pelajaran (BM) Bhs Inggris = (1/4) x 100%= 25 % = 0.25

1. Proses Perhitungan Nilai Total dan Peringkat Calon Siswa Perhitungan nilai total calon siswa menggunakan metode Bayes, dimana

nilai UN calon siswa sebagai kriteria dan calon siswa sebagai alternatif pilihan.

dimana :

NTi = nilai total dari calon siswa yang ke-i Nij = nilai dari calon siswa yang ke-i pada mata pelajaran ke-j Bj = bobot mata pelajaran ke-j i = 1,2,3,…n; n=jumlah siswa j = 1,2,3,…m; m= mata pelajaran

Jika dibuat tabel keputusan seleksi siswa, misalnya untuk program keahlian RPL, akan terlihat seperti yang ditunjukkan pada tabel 7. Tabel 7. Contoh tabel keputusan seleksi siswa

Calon siswa (alternatif

Mata pelajaran (kriteria) Nilai calon

Pering kat Bahasa Bahasa Matematik

m NTi = ∑ Nij (Bj) j=1

Page 135: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 135

pilihan) Indonesia Inggris a siswa 1. Putra 7 6 8 7,2 2 2. Merlin 6 8 5 6,1 5 3. Angelica 7 7 8 7,5 1 4. Ariadi 8 5 7 6,6 3 5. Wangi 8 8 5 6,5 4

Bobot mata pelajaran

0,2 0,3 0,5

Berikut ini adalah Diagram Konteks SPK Seleksi Penerimaan Siswa Baru.

Gambar 1. Diagram Konteks SPK Seleksi Penerimaan Siswa Baru

Pada Diagram Konteks SPK Seleksi Penerimaan Siswa Baru terdapat

empat entitas yaitu Siswa, Panitia PSB(Penerimaan Siswa Baru), Administrator dan Kepala Sekolah. Siswa dapat menerima info penerimaan siswa baru melalui jalur NUN yang dihasilkan oleh sistem. Panitia PSB memiliki hak akses terhadap pengelolaan data siswa serta data terkait lainnya. Administrator memiliki hak akses terhadap pengelolaan data user, proses seleksi siswa, pemagian kelas, proses backup dan restore, pengelolaan web sekolah serta data terkait lainnya sedangkan kepala sekolah dapat melihat laporan yang dihasilkan oleh sistem. Relasi Basis Data SPK Seleksi Penerimaan Siswa Baru dapat digambarkan sebagai berikut.

Page 136: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 136

Gambar 2 Relasi Basis Data SPK Seleksi Penerimaan Siswa Baru

III. Implementasi Dan Pengujian

Dalam implementasi sistem spesifikasi perangkat keras yang digunakan diantaranya : Komputer Pentium IV Dual Core 2.2 GHz, RAM 1 GB dan Hardisk 80 GB. Sementara untuk spesifikasi perangkat lunak yang digunakan diantaranya : Sistem operasi Windows XP Profesional SP 2, Web server Apache 2.2.6, Bahasa pemrograman berbasis web PHP 5.2.3, Database MySQL 5.0.45 dan Web browser Internet Explorer 7.

Lokasi penempatan sistem ada dua yaitu di jaringan lokal dan online di Internet. Hal ini dilakukan agar proses pengelolaan data bisa lebih cepat dan sistem yang berjalan di jaringan lokal relatif lebih aman karena pengguna yang bisa mengakses sistem jumlahnya terbatas. Sistem yang berjalan di jaringan lokal digunakan untuk melakukan pengelolaan data serta penyeleksian siswa, sedangkan sistem yang online berfungsi sebagai website sekolah yang akan menginformasi hasil penyeleksian siswa serta berita terkait lainnya. Agar data yang dikelola pada web lokal bisa dipindahkan ke web online, maka pada web lokal disediakan fasilitas backup data dan pada web online disediakan fasilitas restore data.

Berikut ini adalah tampilan beberapa layar antarmuka sistem.

Page 137: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 137

Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa sistem bisa menangani masukan yang tidak valid dan menampilkan output sesuai dengan apa yang direncanakan serta melaksanakan mekanisme perhitungan dan logika dengan benar.

IV. Penutup

Simpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut : 1. Untuk menggambarkan rancangan sistem, digunakan DFD (Data

Flow Diagram). Rancangan basis data dibuat dalam bentuk diagram relasi basis data. Rancangan form dibuat dalam bentuk gambar yang menyerupai tampilan dari form yang akan dibuat.

2. Implemetasi SPK seleksi siswa menghasilkan suatu program aplikasi yang menangani proses-proses antara lain : manipulasi dan pencarian data, pelaporan / cetak data, pembobotan nilai UN, seleksi siswa, pembagian kelas, backup dan restore data

Adapun saran yang dapat diberikan dalam upaya penyempurnaan sistem yaitu diharapkan agar sistem bisa mengolah data dalam bentuk file gambar serta mampu menangani proses penyeleksian siswa melalui jalur lain.

Gambar 3 Form pembobotan nilai UN

Gambar 4 Form informasi pengadaan calon siswa

Page 138: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 138

Daftar Pustaka Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. 2004a. Kurikulum SMK 2004

Bidang Keahlian Teknologi Informasi dan Komunikasi Program Keahlian Rekayasa Perangkat Lunak. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan.

-------. 2004b. Kurikulum SMK 2004 Bidang Keahlian Teknologi Informasi dan

Komunikasi Program Keahlian Multimedia. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan.

-------. 2004c. Kurikulum SMK 2004 Bidang Keahlian Teknologi Informasi dan

Komunikasi Program Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan.

Marimin. 2004. Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Yogyakarta: Andi. Turban, Efraim et.al. 2005. Sistem Pendukung Keputusan dan Sistem Cerdas

terjemahan dwi prabantini. Decision Support System and Intelligent System. 2005. Edisi ke-7. Yogyakarta: Andi

Page 139: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 139

B.2. Penyandian Pesan Teks Pada Gambar Format JPEG Menggunakan Algoritma Electronic Code Book (ECB) Dan Least Significant Bit (LSB) Di Handphone I Putu Ashadi Sedana Pratama, Made Windu Antara Kesiman, I Made Agus Wirawan

PENYANDIAN PESAN TEKS PADA GAMBAR FORMAT JPEG MENGGUNAKAN ALGORITMA ELECTRONIC CODE BOOK (ECB) DAN

LEAST SIGNIFICANT BIT (LSB) DI HANDPHONE

Oleh

I Putu Ashadi Sedana Pratama, Made Windu Antara Kesiman, I Made Agus Wirawan Jurusan Pendidikan Teknik InformatikaFakult as Teknik dan

Kejuruan Universitas Pendidikan Ganeshae-mail: [email protected], [email protected], [email protected]

ABSTRAK

Salah satu cara untuk merahasiakan pesan teks adalah menyembunyikan

pada suatu media seperti gambar. Untuk melakukan penyandian pesan teks pada gambar dapat dilakukan dengan mengkombinasikan antara konsep Kriptografi dengan konsep Steganografi. Kriptografi dipergunakan untuk menyandikan pesan teks, sedangkan Steganografi dipergunakan untuk menyisipkan hasil penyandian pada gambar. Pada proses pembangunan perangkat lunak mempergunakan algoritma Electronic Code Book (ECB) yaitu algoritma Kriptografi kunci private dan merupakan algoritma Kriptografi cipher blok. Pada konsep Steganografi mengimplementasikan algoritma Least Significant Bit (LSB). Format gambar yang dipergunakan sebagai media penyisipan adalah gambar format JPEG dengan jenis gambar yaitu gambar berwarna, grayscale, dan hitam-putih.

Pada implementasi algoritma ECB mempergunakan jenis dan nilai kunci dalam pengamanannya, sedangkan pada algoritma LSB mempergunakan kunci sebagai umpan Pseudo Random Number Generator (PRNG) dengan metode Linier Congruential Generator (LCG) dalam membangkitkan bilangan acak untuk memilih piksel gambar yang akan disisipi pesan teks. Pada implementasi masing-masing algoritma memperhatikan keterbatasan perangkat yang dimiliki oleh handphone seperti keterbatasan dalam mengolah data gambar sehingga algoritma LSB perlu untuk dimodifikasi.

Perangkat lunak ini berbasis Java dengan J2ME sebagai lingkungan pembangunan. Perangkat lunak yang dibangun telah diujicobakan dan dapat diaktifkan pada beberapa jenis handphone yang mendukung perangkat handphone dengan spesifikasi MIDP 2.0 dan CDLC 1.0.

Page 140: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 140

Kata-kata kunci: pesan teks, gambar, JPEG, Kriptografi, Steganografi, ECB, LSB, J2ME, handphone

I. Pendahuluan

Dewasa ini Short Messages Service (SMS) atau pesan teks pada handphone menjadi salah satu sarana komunikasi yang penting dan menjadi kebutuhan bagi masyarakat. Seiring perkembangan komunikasi dan teknologi, pengiriman pesan tidak hanya dapat dilakukan pada pesan teks, melainkan dapat dilakukan dengan berbagai media. Salah satu cara yang dilakukan adalah pengiriman dengan media gambar ataupun video. Kalangan masyarakat menggunakan pesan teks sebagai sarana komunikasi karena mudah dalam penggunaannya dan harga pengiriman pesan teks tergolong murah saat ini. Banyaknya lalu lintas pengiriman pesan teks yang setiap detiknya terus berlangsung mengakibatkan pentingnya untuk menjaga kerahasian isi dari pesan teks yang dikirim, karena ada pesan teks yang dikirimkan bersifat pribadi atau rahasia. Perlu adanya alternatif pengamanan pesan teks yang berasal dari pesan yang dikirimkan yaitu dari penyandian pesan teks meliputi isi pesan teks dan bentuk dari pesan teks.

Pada penyandian pesan teks ini mengimplementasikan algoritma Electronic Code Book (ECB) yang merupakan salah satu algoritma private key dan juga merupakan algoritma Block Cipher yang memiliki kemudahan dalam pembentukkan blok-blok bit dan pengiriman blok yang lebih cepat. Sifat yang paing mendasar dari algoritma ECB adalah blok teks asli yang sama akan dikodekan menjadi kode yang sama. (Dony Aryus, 2008). Salah satu algoritma Steganografi yang dipergunakan dalam penyandian pesan teks ini adalah algoritma Least Significant Bit (LSB). Algoritma LSB ini telah banyak digunakan, hal ini disebabkan karena algoritma ini cepat dan mudah diimplementasikan. Pada Algoritma LSB media yang dipergunakan untuk menyembunyikan pesan rahasia adalah media gambar (citra digital). Format gambar (citra digital) yang dipergunakan sebagai media untuk menyembunyikan pesan teks (covertext) adalah gambar dengan format JPEG. Format gambar JPEG merupakan salah satu jenis format gambar yang sering dipergunakan pada handphone dan format gambar ini sesuai untuk gambar yang memiliki banyak warna (color image) seperti gambar pemandangan.

Proses pengiriman pesan teks pada gambar dengan format JPEG akan disisipkan dengan pesan teks yang telah dienkripsi menggunakan algoritma ECB, setelah itu gambar yang telah tersisipi pesan teks akan dikirimkan. Kombinasi antara steganografi dengan kriptografi dilakukan apabila gambar yang berisi pesan yang telah disisipkan diketahui isinya, sehingga dengan adanya kriptografi pesan yang telah diketahui isinya tidak secara pasti dapat dibaca karena masih berupa cipherteks yang memerlukan kunci untuk dapat membaca kembali isi pesan yang sebenarnya (plainteks), sehingga dari proses pengiriman yang dilakukan dapat digunakan sebagai salah satu jenis pengiriman pesan teks pada handphone.

Page 141: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 141

II. Kriptografi

Kriptografi merupakan ilmu sekaligus seni untuk menjaga keamanan pesan (Cryptography is the art and science of keeping messages secure) (Rinaldi Munir, 2006), selain itu ada pengertian tentang kriptografi yaitu kriptografi merupakan ilmu yang mempelajari teknik-teknik matematika yang berhubungan dengan aspek keamanan informasi seperti kerahasiaan, integritas data, serta otentikasi (Rinaldi Munir, 2006). Kata “seni” di dalam definisi di atas maksdnya adalah mempunyai cara yang unik untuk merahasiakan pesan (kata “graphy” di dalam “cryptography” itu sendiri sudah menyiratkan sebuah seni). (Rinaldi Munir, 2006). 2.1 Algoritma Kriptografi Electronic Code Book (ECB)

Cara yang digunakan dalam melakukan enkripsi dan dekripsi pada algoritma ini adalah dengan membagi data ke dalam blok-blok data terlebih dahulu yang besarnya sudah ditentukan. Keuntungan Mode ECB adalah karena tiap blok plainteks dienkripsi secara independen, maka tidak perlu mengenkripsi file secara linier. Keuntungan lain yang dimiliki oleh algoritma ECB yaitu jika satu atau lebih bit pada blok cipherteks mengalami kesalahan, maka kesalahan ini hanya mempengaruhi cipherteks yang bersangkutan pada waktu dekripsi (Dony Ariyus, 2008). Skema enkripsi dan dekripsi adalah seperti Gambar 3 seperti berikut.

(a) enkripsi Algoritma ECB

(b) dekripsi Algoritma ECB Gambar 3 Skema Enkripsi-Dekripsi Algoritma ECB (Sumber : Pengantar Ilmu

Kriptografi, Dony Ariyus)

Page 142: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 142

III. Steganografi Kata steganografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata Steganos

(tersembunyi atau terselubung) dan Graphien (tulisan) yang berarti tulisan tersembunyi (Rinaldi Munir, 2006). Steganografi adalah suatu teknik untuk menyembunyikan informasi yang bersifat pribadi dengan sesuatu yang hasilnya akan tampak seperti informasi normal lainnya. Adapun media yang sering digunakan dalam Steganografi adalah a) teks b) audio c) gambar (Citra Digital) d) video. Terdapat beberapa istilah yang berkaitan dengan steganografi antara lain.

1) Hiddentext atau embedded message, yaitu pesan yang disembunyikan. 2) Covertext atau cover-object, yaitu pesan yang digunakan untuk

menyembunyikan embedded message. 3) Stegotext atau stego-object, yaitu pesan yang sudah berisi embedded

message. Penyisipan pesan ke dalam media covertext dinamakan encoding, sedangkan

ekstraksi pesan dari stegotext dinamakan decoding. Kedua proses ini memerlukan kunci rahasia (stegokey) agar hanya pihak yang berhak saja yang dapat melakukan penyisipan dan ekstraksi pesan, seperti pada Gambar 4 berikut ini.

Gambar 4 Skema Penyisipan dan Ekstaksi Pesan Pada Steganografi (Sumber : Putri Alatas, Implementasi Teknik Steganografi Dengan Algoritma LSB Pada

Citra Digital)

Proses penyembunyian pesan pada gambar ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan, yaitu antara lain. a)fidelity yaitu setelah melakukan penyisipan data rahasia, kualitas gambar cover-object tidak jauh berubah b)robustness yaitu data yang disembunyikan harus tahan terhadap manipulasi pada cover-object c)recovery yaitu pesan yang disembunyikan harus dapat diungkapkan kembali. Steganografi hanya memerlukan dua kriteria, yaitu fidelity dan recovery. Kriteria robustness hanya dipenuhi oleh copyright marking. (Putri Alatas, 2009). 3.1 Algoritma Least Significant Bit (LSB)

Cara paling umum untuk menyembunyikan pesan adalah dengan memanfaatkan Algoritma Least Significant Bit (LSB), walaupun terdapat kekurangan pada metode ini, tetapi kemudahan implementasi dan kecepatan permrosesannya membuat metode ini tetap digunakan sampai sekarang. Apabila digunakan image 24 bit color sebagai cover-object, sebuah bit dari masing-masing

Encoding (Embbedding)

Decoding (Extration)

covertext covertext

Hiddentext Stegotext

Hiddentext

key key

Page 143: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 143

komponen Red, Green, dan Blue, maka digunakan 3 bit untuk disimpan pada setiap piksel. Proses penyisipan 1 bit karakter tersebut juga dapat dilakukan pada salah satu komponen warna dalam satu piksel gambar yaitu pada komponen Red, Green, atau Blue, sehingga untuk menyisipkan karakter A tersebut dibutuhkan 8 piksel warna. Masing-masing salah satu komponen warna pada 1 piksel gambar disisipi dengan 1 bit karakter, sehingga menghasilkan penyisipan pesan yang lebih aman dan terjaga kerahasiaannya.

Dalam memperkuat teknik penyembunyian data, bit-bit data rahasia tidak digunakan mengganti byte-byte yang berurutan, namun dipilih susunan byte secara acak. Bilangan acak dapat dibangkitkan dengan program Pseudo Random Number Generator (PRNG). PRNG menggunakan kunci rahasia untuk membangkitkan posisi piksel yang akan digunakan untuk menyembunyikan bit-bit. PRNG dibangun dalam sejumlah cara, salah satunya dengan menggunakan algoritma kriptografi berbasis blok (block cipher). Tujuan dari enkripsi adalah menghasilkan sekumpulan bilangan acak yang sama untuk setiap kunci enkripsi yang sama, jika kunci yang digunakan pada waktu ekstraksi sama dengan kunci pada waktu penyisipan, maka bilangan acak yang dibangkitkan juga sama, dengan demikian bit-bit data rahasia yang bertaburan di dalam citra dapat dikumpulkan kembali. (Rinaldi Munir, 2006) IV. Linear Congruential Generator (LCG)

Linear Congruential Generator (LCG) atau jika diubah ke dalam bahasa Indonesia menjadi Pembangkit Bilangan Acak Kongruen-Lanjar. LCG ditemukan oleh D.H Lehmer. Keunggulan LCG terletak pada kecepatannya dan hanya membutuhkan sedikit operasi bit. LCG didefinisikan dalam relasi berulang berikut.

xn = (A x xn – 1 + B) mod M, dimana

Keterangan : xn = bilangan acak ke-n dari deretnya xn-1 = bilangan acak sebelumnya A = faktor pengali B = increment M = modulus x0 adalah kunci pembangkit atau disebut juga umpan (seed) V. Analisis

Pada bagian analisis memaparkan tentang penerapan penyandian pesan teks di handphone yang berupa metode-metode yang diimplementasikan pada perangkat lunak yang dibangun. Analisis dilakukan terhadap implementasi algoritma ECB dan LSB di handphone, mengingat keterbatasan pemrosesan yang dimiliki oleh perangkat handphone. Algoritma ECB diimplementasikan di

Page 144: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 144

handphone sesuai dengan konsep ECB secara murni, namun untuk algoritma LSB tidak dapat diimplementasikan secara murni karena pada mobile device memiliki keterbatasan pada pengolahan data gambar. Ini diketahui dari hasil analisis yang telah dilakukan pada gambar yang terdapat pada emulator mobile device. Komponen warna gambar memiliki rentang nilai warna yang membentuk masking warna untuk nilai warna tertentu sebagai berikut. a) 0-15 = 0 b) 16-31 = 17 c) 32-47 = 34 d) 48-63 = 51 e) 64-79 = 68 f) 96-111 = 102 g) 112-127 = 119 h) 128-143= 136 i) 144-159 = 153 j) 160-175 = 170 k) 192-207 = 204 l) 208-223 = 221 m) 224-239 = 238 n) 240-255=255

Modifikasi dilakukan dengan tidak menggunakan nilai bit terakhir sebagai

penyimpan data pesan teks terenkripsi pada bit komponen warna, melainkan mengubah nilai warna sebanyak 16 tingkat dengan menggunakan bit terakhir sebagai penyimpan data pesan teks terenkripsi. Pada tiap-tiap algoritma menggunakan kunci, kunci yang pertama untuk melakukan enkripsi dan dekripsi pesan teks, sedangkan kunci yang kedua digunakan membangkitkan bilangan acak dalam pemilihan piksel gambar saat proses penyisipan dan ekstraksi pesan teks dilakukan. a. Kebutuhan Perangkat Lunak

Perangkat lunak yang akan dibangun bernama StegosECB. Adapun proses-proses yang dapat diimplementasikan oleh perangkat lunak, yaitu diantaranya a)melakukan enkripsi dan dekripsi pesan teks di handphone b)membangkitkan bilangan acak untuk memilih piksel gambar c)melakukan penyisipan dan ekstraksi pesan teks di handphone d)menampilkan gambar yang disediakan dengan format JPEG di handphone e)melakukan pengiriman melalui MMS pada gambar yang telah tersisipi pesan teks terenkripsi di handphone. Kelima proses tersebut merupakan gambaran umum dari perangkat lunak yang akan dibangun b. Tujuan Pengembangan Perangkat Lunak

Perangkar lunak StegosECB merupakan perangkat lunak yang menerapakan penyandian pesan teks di handphone dengan algoritma Kriptografi ECB dan

Page 145: senapati 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraj

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti

algoritma Steganografi yang memiliki pesan teks rahasia yang ingin disampaikan untuk menjaga kerahasiaan pesannya c. Masukan dan Keluaran Perangkat Lunak

Perangkat lunak menerima masukan untuk proses enkripspesan teks asli yang akan dienkripsi dan kunci yang digunakan untuk enkripsi pesan teks. Keluaran untuk proses ini adalah pesan teks terenkripsi. Masukan untuk proses penyisipan pesan teks terenkripsi adalah pesan teks terenkripsi, atribut panjang karakter pesan teks terenkripsi, kunci pembangkit bilangan acak, sebuah gambar berformat konstanta untuk pembangkit bilangan acak yang didapat dari ukuran gambar. Keluaran dari proses penyisipan pedisisipi pesan teks terenkripsi.

Masukan untuk proses ekstraksi pesan teks terenkripsi adalah gambar yang berisi pesan teks terenkripsi, kunci untuk membangkitkan bilangan acak, dan konstanta untuk pembangkit bKeluaran dari proses ekstraksi pesan teks terenkripsi adalah pesan teks terenkripsi. Masukan untuk proses dekripsi pesan teks adalah pesan teks terenkripsi dan kunci yang digunakan untuk dekripsi pesan teks. Keteks asli. d. Model Fungsional

Interaksi antara perangkat lunak dan secara jelas yang terjadi pada perangkat lunak seperti masukan dan keluaran dari proses yang dikerjakan. Model fungsidideskripsikan menggunakan melakukan beberapa proses interaksi yang terdapat pada pada Gambar 5 berikut ini.

Gambar 5 UseVI. Perancangan

ISSN 2087Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011)Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti

algoritma Steganografi LSB. StegosECB diharapkan dapat membantu seseorang yang memiliki pesan teks rahasia yang ingin disampaikan untuk menjaga

Masukan dan Keluaran Perangkat Lunak Perangkat lunak menerima masukan untuk proses enkripsi pesan teks adalah

pesan teks asli yang akan dienkripsi dan kunci yang digunakan untuk enkripsi pesan teks. Keluaran untuk proses ini adalah pesan teks terenkripsi. Masukan untuk proses penyisipan pesan teks terenkripsi adalah pesan teks terenkripsi,

but panjang karakter pesan teks terenkripsi, kunci pembangkit bilangan acak, sebuah gambar berformat JPEG yang akan disisipi pesan terenkripsi, dan konstanta untuk pembangkit bilangan acak yang didapat dari ukuran gambar. Keluaran dari proses penyisipan pesan teks terenkripsi adalah gambar yang telah disisipi pesan teks terenkripsi.

Masukan untuk proses ekstraksi pesan teks terenkripsi adalah gambar yang berisi pesan teks terenkripsi, kunci untuk membangkitkan bilangan acak, dan konstanta untuk pembangkit bilangan acak yang didapat dari ukuran gambar. Keluaran dari proses ekstraksi pesan teks terenkripsi adalah pesan teks terenkripsi. Masukan untuk proses dekripsi pesan teks adalah pesan teks terenkripsi dan kunci yang digunakan untuk dekripsi pesan teks. Keluaran untuk proses ini adalah pesan

Model Fungsional Interaksi antara perangkat lunak dan user dapat memberikan bentuk proses

secara jelas yang terjadi pada perangkat lunak seperti masukan dan keluaran dari proses yang dikerjakan. Model fungsional dari perangkat lunak StegosECBdideskripsikan menggunakan Unified Modeling Language (UML). melakukan beberapa proses interaksi yang terdapat pada perangkat lunak

berikut ini.

Use Case Diagram Perangkat Lunak StegosECB

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Bali,

145

diharapkan dapat membantu seseorang yang memiliki pesan teks rahasia yang ingin disampaikan untuk menjaga

i pesan teks adalah pesan teks asli yang akan dienkripsi dan kunci yang digunakan untuk enkripsi pesan teks. Keluaran untuk proses ini adalah pesan teks terenkripsi. Masukan untuk proses penyisipan pesan teks terenkripsi adalah pesan teks terenkripsi,

but panjang karakter pesan teks terenkripsi, kunci pembangkit bilangan acak, yang akan disisipi pesan terenkripsi, dan

konstanta untuk pembangkit bilangan acak yang didapat dari ukuran gambar. san teks terenkripsi adalah gambar yang telah

Masukan untuk proses ekstraksi pesan teks terenkripsi adalah gambar yang berisi pesan teks terenkripsi, kunci untuk membangkitkan bilangan acak, dan

ilangan acak yang didapat dari ukuran gambar. Keluaran dari proses ekstraksi pesan teks terenkripsi adalah pesan teks terenkripsi. Masukan untuk proses dekripsi pesan teks adalah pesan teks terenkripsi dan kunci

luaran untuk proses ini adalah pesan

dapat memberikan bentuk proses secara jelas yang terjadi pada perangkat lunak seperti masukan dan keluaran dari

StegosECB ). User akan

perangkat lunak seperti

Page 146: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 146

Perancangan terhadap perangkat lunak dibangun berdasarkan analisis terhadap masalah yang dikaji yaitu penyandian pesan teks yang menggunakan algoritma ECB dan algoritma LSB di handphone. 6.1 Batasan Perancangan Perangkat Lunak

a) StegosECB hanya dapat digunakan untuk melakukan enkripsi dan dekripsi pesan teks.

b) StegosECB hanya dapat digunakan untuk menampilkan gambar yang disediakan.

c) StegosECB hanya dapat digunakan untuk menyisipkan pesan teks pada gambar yang telah disediakan oleh perangkat lunak.

d) StegosECB hanya dapat digunakan untuk mengirimkan gambar yang telah disisipi pesan teks.

e) StegosECB tidak menyediakan fasilitas untuk menyimpan gambar yang telah disisipi pesan teks terenkripsi.

f) StegosECB tidak menyediakan fasilitas untuk melakukan pengolahan gambar dengan format JPEG.

g) StegosECB tidak menyediakan informasi mengenai hasil kualitas gambar yang telah disisipi pesan.

6.2 Perancangan Arsitektur Perangkat Lunak

Pada perancangan arsitektur perangkat lunak menggambarkan bagian-bagian modul, struktur ketergantungan antar modul, dan hubungan antar modul dari perangkat lunak yang dibangun.

Gambar 6 Structure Chart Perangkat Lunak StegosECB

Pada Perangkat lunak StegosECB terdapat 8 Class yang digunakan untuk

melakukan enkripsi, dekripsi, sisip pesan, kirim gambar stego, memilih gambar, dan ekstrak pesan yaitu antara lain.

a) Class CAritmatika, adalah class untuk menangani proses perpangkatan b) Class CBit, adalah class untuk menangani proses yang terjadi pada

nilai biner, seperti konversi data dari atau ke biner dan operasi biner XOR, Left Shift, serta Right Shift.

c) Class CCitra, adalah class untuk menangani proses penyisipan dan ekstraksi pesan teks pada citra menggunakan algoritma LSB. Selain itu juga menangani proses masking color pada citra serta pengecilan gambar.

Page 147: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 147

d) Class CEcb, adalah class untuk menangani setting kunci baik itu kunci PIN dan kunci cover, setting atribut panjang karakter pesan teks dan menangani enkripsi serta dekripsi algoritma ECB.

e) Class CLcg, adalah class untuk menangani proses pembangkitan nilai acak piksel yang terdiri dari setting konstanta A,B,M, dan nilai piksel acak.

f) Class CListCitra, adalah class untuk menangani penampungan gambar citra yang akan digunakan sebagai gambar cover dan icon pada menu.

g) Class MMSThread, adalah class untuk menangani pengiriman dan penerimaan MMS.

6.3 Perancangan Struktur Data

Struktur data utama yang sering digunakan dalam perangkat lunak StegosECB ini adalah struktur data untuk objek String, array integer, dan array byte. Struktur data untuk objek String berfungsi untuk melakukan manipulasi nilai bit yang digunakan untuk mengubah data pesan teks menjadi nilai biner. Struktur data untuk objek array integer berfungsi untuk menyimpan nilai-nilai piksel dari gambar. Untuk proses pengiriman pesan gambar menggunakan struktur data untuk objek array byte. Selain struktur data tersebut, perangkat lunak StegosECB juga memanfaatkan struktur data untuk objek Image yangdigunakan untuk mendapatkan nilai piksel gambar dalam bentuk objek array integer. Selain itu berfungsi untuk membentuk gambar berdasarkan nilai dari array integer dan untuk memperoleh atribut lain dari gambar seperti lebar dan tinggi dari ukuran gambar. 6.4 Perancangan Antarmuka

Antarmuka perangkat lunak terdiri atas Form menu utama. Hasil dari implementasi perancangan antarmuka dapat dilihat pada bagian 7. VII. Implementasi Perangkat Lunak

Dari analisis dan perancangan yang telah dilakukan, langkah selanjutnya adalah melakukan tahapan implementasi.

7.1 Implementasi Modul Tabel 1 Tabel Pemetaan Terhadap Class Implementasi Class Perancangan

Class Implementasi Penjelasan Class Implementasi

CArimatika CAritmatika.java Berisi method untuk melakukan proses perpangkatan.

CBit CBit.java Berisi method untuk melakukan operasi bit.

CCitra CCitra.java Berisi method untuk melakukan

Page 148: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 148

Class Perancangan

Class Implementasi Penjelasan Class Implementasi

steganografi algoritma LSB pada citra.

CEcb CEcb.java Berisi method untuk melakukan kriptografi algoritma ECB pada pesan teks.

CLcg CLCG.java Berisi method untuk melakukan pembangkitan bilangan acak piksel gambar.

CListCitra CListCitra.java Berisi method untuk menampilkan daftar gambar dan icon.

MMSThread StegosECB.java

Berisi method untuk menampilkan antarmuka yang tersedia pada perangkat lunak dan terdapat method untuk mengirimkan dan menerima MMS.

7.2 Implementasi Struktur Data

Struktur data yang diimplementasikan berupa objek yang telah tersedia seperti objek String dan objek array, serta penggunaan tipe data primitif seperti tipe data integer, boolean, dan char. Objek String digunakan untuk mengubah dan mengolah bilangan biner yang digunakan saat enkripsi serta dekripsi pesan teks. Objek array integer digunakan untuk menampung data piksel gambar. Objek array byte digunakan untuk menampung data byte gambar yang akan dikirim, sedangkan untuk objek array String digunakan untuk menampung data gambar dan icon menu. Adapun objek lain yang diimplementasikan adalah objek message wireless, objek Image, dan objek recordstore. Objek message wireless untuk melakukan proses pengiriman pesan gambar dan penerimaan pesan gambar yang dikirim. Objek Image untuk melakukan pengambilan data piksel pada gambar dan untuk melakukan manipulasi gambar saat proses penyisipan pesan teks terenkripsi. Objek recordstore memiliki fungsi untuk menyimpan pesan gambar yang terkirim ataupun yang diterima. 7.3 Implementasi Antarmuka

Rancangan antarmuka diimplementasikan pada lingkungan implementasi yaitu J2ME. Untuk implementasi antarmuka Form Menu Utama dapat dilihat pada Gambar 7 berikut ini.

Page 149: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 149

Gambar 7 Implementasi Layar Antarmuka Form Menu Utama

Daftar Pustaka Alatas, Putri. 2009. “Implementasi Teknik Steganografi Dengan Algoritma LSB

Pada Citra Digital”. http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/ graduate/computer-science/2009/Artikel_11104284.pdf (diakses tanggal 9 Juli 2010).

Ariyus, Dony. 2008. Pengantar Ilmu Kriptografi Teori, Analisis, dan

Implementasi. Yogyakarta:CV. Andi Offset. Bardosono, Saptawati. 2009. ”Kuisioner”.

http://repository.ui.ac.id/dokumen/lihat/2707.pdf (diakses tanggl 10 oktober 2010).

Dharwiyanti, Sri. 2003. ”Pengantar Unified Modeling Language (UML)”.

http://ilmukomputer.com/Rekayasa Perangkat Lunak/Pengantar Unified Modeling Language (UML)/yanti-uml.pdf (diakses tanggal 12 Mei 2009).

Hariwibowo, Yudi. 2007. ”Kriptanalisis terhadap Pembangkit Bilangan Acak

Semu”. http://scriptkiddy394.blogspot.com/Makalah-082.pdf (diakses tanggal 12 September 2010).

Probeyekti, Umi. 2008. ”Bahan Ajar Rekaya Perangkat Lunak Software Process

Model I”. http://lecturer.ukdw.ac.id/othie/softwareprocess.pdf (diakses tanggal 4 Oktober 2010).

Raharjo, Budi et.al. 2007. Tuntunan Pemrograman Java untuk Handphone.

Bandung:Informatika Bandung.

Page 150: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 150

Rinaldi Munir. 2006. ”Bahan Kuliah, IF 5054 Cipher Block”. http://www.informatika.org/~rinaldi/Kriptografi/2006-2007/kripto2006.htm (diakses tanggal 21 Juli 2010).

Rinaldi Munir. 2006. ”Bahan Kuliah 1, IF 5054 Kriptografi Pengantar

Kriptografi”. http://www.informatika.org/~rinaldi/Kriptografi/2006-2007/kripto2006.htm (diakses tanggal 21 Juli 2010).

Rinaldi Munir. 2006. ”Bahan Kuliah 7, IF 5054 Steganografi dan Watermaking”.

http://www.informatika.org/~rinaldi/Kriptografi/2006-2007/bahankuliah2006.htm (diakses tanggal 21 Juli 2010)

_____, http://ti.stmik-dci.ac.id/download/modul_rpl_oo.doc (diakses tanggal 4

Oktober 2010).

Page 151: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 151

B.3. Pengembangan Aplikasi Kriptografi File Audio Dengan Algoritma Data Encryption Standard (DES) I Wayan Dana Asmara, Made Windu Antara Kesiman, Ketut Agustini

PENGEMBANGAN APLIKASI KRIPTOGRAFI FILE AUDIO DENGAN ALGORITMA DATA ENCRYPTION STANDARD (DES)

Oleh

I Wayan Dana Asmara, Made Windu Antara Kesiman, Ketut Agustini

Jurusan Pendidikan Teknik Informatika Universitas Pendidikan Ganesha

email: [email protected], [email protected]

ABSTRAK

Keamanan data merupakan salah satu isu penting di era teknologi informasi dan komunikasi. Salah satu alternatif untuk menjaga keamanan data adalah dengan mengembangkan aplikasi yang menerapkan algoritma kriptografi. Penelitian ini bertujuan untuk merancang dan mengembangkan sebuah aplikasi kriptografi yang mengimplementasikan algoritma Data Encryption Standard (DES).

Perancangan sistem aplikasi ini menggunakan UML (Unified Modeling Language) dengan enkripsi dan dekripsi file WAV sebagai rancangan utama. Proses enkripsi dan dekripsi ini menggunakan algoritma DES. Algoritma DES merupakan algoritma kriptografi simetri yaitu algoritma kriptografi yang menggunakan kunci yang sama untuk enkripsi dan dekripsi. Algortima DES bekerja pada blok data 64 bit dan menggunakan panjang kunci 64 bit. Proses-proses yang terdapat pada algoritma DES meliputi pembangkitan kunci internal, permutasi awal, enchipering, dan permutasi akhir.

Implementasi Algoritma DES pada aplikasi kriptografi file audio menghasilkan sebuah perangkat lunak yang disebut dengan AudioEncryptor. Berdasarkan hasil pengujian perangkat lunak diperoleh bahwa AudioEncryptor mampu mengenkripsi file audio dengan baik. Suara yang dikeluarkan file audio terenkripsi tidak sama dengan suara sebenarnya, sehingga kerahasiaan informasi yang terkandung dalam file audio yang sudah dienkripsi sangat aman. Selain enkripsi dan dekripsi, AudioEncryptor juga dilengkapi dengan fasilitas record dan play audio yaitu fasilitas untuk merekam dan memutar file audio. Perangkat Lunak AudioEncryptor sendiri dikembangkan dengan menggunakan bahasa pemrograman Java yaitu pada lingkungan Java 2 Standard Edition (J2SE).

Kata-kata kunci : Kriptografi, File audio, Algoritma DES, WAV

Page 152: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 152

I. Pendahuluan Teknologi informasi saat ini semakin populer digunakan dalam seluruh

aspek kehidupan. Hampir seluruh informasi kini dikelola dalam bentuk digital. Hal ini didukung oleh berbagai keuntungan yang dapat diperoleh seperti kemudahan dalam penyimpanan dan kecepatan dalam pendistribusian. Akan tetapi, penggunaan data digital dalam mengelola pesan bukan berarti meningkatkan keamanan pesan tersebut. Berbagai teknik penyerangan telah muncul sehingga pihak yang tidak bertanggungjawab dapat mengetahui dan menyalahgunakan informasi rahasia yang terkandung dalam pesan. Oleh karena itu, faktor keamanan menjadi salah satu isu penting dalam pengelolaan data digital (Rasyid, 2009).

Kriptografi sebagai suatu ilmu hadir untuk meningkatkan aspek keamanan pesan. Hal ini dilakukan dengan menyandikan pesan ke dalam bentuk acak yang tidak dapat dimengerti lagi maknanya. Akan tetapi, dengan suatu algoritma dan kunci yang sudah ditentukan sebelumnya, bentuk acak tersebut dapat dikembalikan ke pesan semula.

Pengamanan data digital dengan kriptografi dapat diimplementasikan pada berbagai bentuk format data digital. Beberapa contohnya adalah implementasi kriptografi pada data teks, gambar, dan audio. Kriptografi pada data teks memang lebih familiar dikenal dikalangan masyarakat luas. Aplikasi-apikasi yang sudah menerapkan kriptografi pada data teks pun sudah banyak dikembangkan. Beberapa penelitian di bidang kriptografi khususnya yang menggunakan algoritma DES yaitu Simulasi Aplikasi Algoritma DES Pada Transfer Data Uang Bank (Fitria, 2006) dan Simulasi Kerahasiaan / Keamanan Informasi Dengan Menggunakan Algoritma DES (Data Encryption Standard) (Indra Syahputra, 2009). Namun, pengimplementasian algoritma DES pada penelitian ini masih terbatas untuk file teks.

Selain file teks, file audio juga sangat perlu untuk disandikan terlebih-lebih file audio yang bersifat penting dan rahasia. Sebagai contoh yaitu file audio yang berisi rekaman instruksi perang atau strategi perang dan file audio yang berisi rekaman lagu untuk sebuah ajang kompetisi yang akan dikirim melalui internet. Contoh lainnya yaitu file audio yang berisi rekaman mengenai warisan yang harus disimpan dalam waktu tertentu dan file audio yang berisi rekaman pidato politik yang hanya boleh diketahui oleh internal partai tertentu. File-file audio tersebut sudah seharusnya dijaga kerahasiaannya. Sehingga, apabila file tersebut jatuh ke pihak yang tidak bertanggungjawab tidak akan memiliki makna yang berarti baginya. Salah satu cara untuk menjaga kerahasiaan file audio tersebut adalah dengan menggunakan aplikasi kriptografi, khususnya aplikasi kriptografi file audio.

Page 153: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 153

II. Kajian Pustaka 2.1 Kriptografi

Kriptografi merupakan ilmu sekaligus seni untuk menjaga keamanan pesan (Cryptography is the art and science of keeping messages secure) (Rinaldi Munir, 2006), selain itu ada pengertian tentang kriptografi yaitu kriptografi merupakan ilmu yang mempelajari teknik-teknik matematika yang berhubungan dengan aspek keamanan informasi seperti kerahasiaan, integritas data, serta otentikasi (Rinaldi Munir, 2006). Kata “seni” di dalam definisi di atas maksdnya adalah mempunyai cara yang unik untuk merahasiakan pesan (kata “graphy” di dalam “cryptography” itu sendiri sudah menyiratkan sebuah seni). (Rinaldi Munir, 2006). 2.2 Algoritma Kriptografi Data Encryption Standard (DES)

Data Encryption Standard (DES) termasuk ke dalam sistem kriptografi simetri dan tergolong jenis cipher blok. DES merupakan algoritma enkripsi yang paling banyak dipakai di dunia, yang diadopsi oleh NIST (National Institute of Standards and Technology) sebagai standar pengolahan informasi federal AS. Secara umum DES terbagai menjadi tiga kelompok, yaitu pemrosesan kunci, enkripsi data 64 bit dan dekripsi data 64 bit (Dony Ariyus, 2008).

DES menggunakan algoritma yang sama untuk proses enkripsi dan dekripsi. Jika pada proses enkripsi urutan kunci internal yang digunakan adalah K1, K2, …, K16, maka pada proses dekripsi urutan kunci yang digunakan adalah K16, K15, …, K1. Dengan kata lain, algoritma yang digunakan untuk enkripsi dan dekripsi sebenarnya sama, hanya perbedaannya pada dekripsi penggunaan kunci internal yang terbalik.

Skema Algoritma DES yang lebih rinci ditampilkan pada Gambar 1.

Page 154: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 154

Plainteks

IP

L0 R0

f

),( 1001 KRfLR ⊕=L1 = R0

K1

f

),( 2112 KRfLR ⊕=L2 = R1

K2

),( 15141415 KRfLR ⊕=L15 = R14

K16

),( 16151516 KRfLR ⊕= L16 = R15

IP-1

Cipherteks

f

Gambar 1. Algoritma Data Encryption Standard (DES)

(Sumber: Rinaldi Munir, 2006)

2.3 File WAV Dalam teknologi perangkat lunak dikenal adanya file yang berekstensi WAV. File WAV ini merupakan file audio standar yang digunakan oleh Windows. File WAV ini memungkinkan suara direkam dalam berbagai kualitas, seperti 8-bit atau 16-bit samples dengan rate 11025Hz, 22050Hz atau 44100Hz. Untuk kualitas yang baik, yaitu: 44100Hz, 16-bit akan memakan kapasitas sekitar 150Kb setiap detiknya. Suara yang berupa digital audio dalam file WAV disimpan dalam bentuk gelombang, karena itulah file ini memiliki ekstensi WAV. File WAV ini dapat dibuat dengan menggunakan berbagai program wave editor maupun wave recorder. Contoh wave recorder adalah Sound Recorder milik Windows atau Sound o’LE milik Soundblaster, sedangkan contoh wave editor adalah Goldwave, dan Coolwave. Struktur file WAV ditampilkan pada Gambar 2.

Page 155: senapati 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraj

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti

(Sumber: http://ccrma.stanford.edu/courses/422/projects/waveFormat/) III. Analisis Dan Perancangan 3.1 Analisis Perangkat Lunak3.1.1 Kebutuhan Perangkat Lunak

Perangkat lunak yang akan dibangun bernama proses-proses yang dapat diimplementasikan oleh perangkat lunak AudioEnrcyptor, yaitu diantaranya a) membaca dan menyimpan file audio untuk dienkripsi ataupun untuk didekripsi, b)digunakan pada proses enkripsi dan deberdasarkan key yang diinputkan oleh user, c) melakukan enkripsi dan dekripsi file audio, d) merekam file audio dalam format WAV, dan e) memutar file audio yang akan dienkripsi dan didekripsi serta file audio yang telah

3.1.2 Tujuan Pengembangan Perangkat Lunak

Perangkar lunak menerapakan algoritma Kriptografi DES untuk mengenkripsi file audio khususnya file audio dengan format WAV. seseorang yang memiliki file audio yang bersifat penting dan rahasia tetap terjaga kerahasiaan informasi yang terkandung di dalamnya.

ISSN 2087Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011)Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti

Gambar 2. The Canonical Wave File Format http://ccrma.stanford.edu/courses/422/projects/waveFormat/)

III. Analisis Dan Perancangan

3.1 Analisis Perangkat Lunak 3.1.1 Kebutuhan Perangkat Lunak

Perangkat lunak yang akan dibangun bernama AudioEnrcyptor. proses yang dapat diimplementasikan oleh perangkat lunak

, yaitu diantaranya a) membaca dan menyimpan file audio untuk dienkripsi ataupun untuk didekripsi, b) membentuk 16 internal keydigunakan pada proses enkripsi dan dekripsi dimana internal key

yang diinputkan oleh user, c) melakukan enkripsi dan dekripsi file audio, d) merekam file audio dalam format WAV, dan e) memutar file audio yang akan dienkripsi dan didekripsi serta file audio yang telah direkam.

Tujuan Pengembangan Perangkat Lunak Perangkar lunak AudioEncryptor merupakan perangkat lunak yang

menerapakan algoritma Kriptografi DES untuk mengenkripsi file audio khususnya file audio dengan format WAV. AudioEncryptor diharapkan dapat seseorang yang memiliki file audio yang bersifat penting dan rahasia tetap terjaga kerahasiaan informasi yang terkandung di dalamnya.

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Bali,

155

http://ccrma.stanford.edu/courses/422/projects/waveFormat/)

AudioEnrcyptor. Adapun proses yang dapat diimplementasikan oleh perangkat lunak

, yaitu diantaranya a) membaca dan menyimpan file audio untuk internal key untuk

internal key dibentuk yang diinputkan oleh user, c) melakukan enkripsi dan dekripsi

file audio, d) merekam file audio dalam format WAV, dan e) memutar file audio

merupakan perangkat lunak yang menerapakan algoritma Kriptografi DES untuk mengenkripsi file audio khususnya

membantu seseorang yang memiliki file audio yang bersifat penting dan rahasia tetap terjaga

Page 156: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 156

3.1.3 Masukan dan Keluaran Perangkat Lunak Berdasarkan proses yang telah dijelaskan sebelumnya, perangkat lunak

AudioEncryptor memiliki 4 proses utama yaitu record file audio, play file audio, enkripsi file audio, dan dekripsi file audio.

Masukan untuk proses record file audio adalah berupa gelombang suara yang dalam hal ini diambil dari kartu suara (sound card). Keluaran untuk proses ini adalah file audio dalam format wav. Masukan untuk proses play file audio adalah file audio dalam format wav, baik berupa file yang baru direkam pada proses record file audio atau file audio yang sudah tersimpan di data storage.. Keluaran dari proses play file audio adalah berupa suara yang dioutputkan pada speaker.

Masukan untuk proses enkripsi file audio adalah file audio asli yang akan dienkripsi dan masukkan berupa key untuk digunakan dalam proses enkripsi. Adapun keluaran dari proses ini adalah berupa file audio dengan sample data teracak tetapi tetap memiliki format yang sama dengan file audio asli. Sedangkan masukan untuk proses dekripsi adalah berupa file audio yang sudah dienkripsi sebelumnya dan key. Key yang dimasukkan ketika proses dekripsi harus sama dengan key yang dimasukkan ketika proses enkripsi. Keluaran dari proses dekripsi ini adalah file audio asli, yaitu sama dengan file audio sebelum dienkripsi.

3.1.4 Model Fungsional

Pada model fungsional perangkat lunak menjelaskan gambaran umum terhadap proses yang terjadi dalam perangkat lunak. Model fungsional dapat memberikan gambar terhadap proses yang terjadi antara perangkat lunak dengan pengguna luar (user). Interaksi antara perangkat lunak dan user dapat memberikan bentuk proses secara jelas yang terjadi pada perangkat lunak seperti masukan dan keluaran dari proses yang dikerjakan. Model fungsional dari perangkat lunak AudioEncryptor dideskripsikan menggunakan Unified Modeling Language (UML). User akan melakukan beberapa proses interaksi yang terdapat pada perangkat lunak seperti pada Gambar 3.

Gambar 3. Use Case Diagram Perangkat Lunak AudioEncryptor

Page 157: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 157

3.2 Perancangan Perangkat Lunak Pada perancangan perangkat lunak AudioEncryptor ini terdapat beberapa

tahapan yang dilalui, yaitu batasan perancangan, perancangan arsitektur, perancangan struktur data, dan perancangan antar muka.

3.2.1 Batasan Perancangan Perangkat Lunak

Adapun batasan yang terdapat dalam perancangan perangkat lunak AudioEncryptor adalah sebagai berikut.

a) AudioEncryptor menyediakan fasilitas record, play, enkripsi, dan dekripsi file audio.

b) AudioEncryptor hanya dapat merekam, memutar, mengenkripsi dan mendekripsi file audio dengan format WAV.

c) Besarnya ukuran file audio yang dapat direkam, diputar, dienkripsi dan didekripsi tergantung dari besarnya memori yang tersedia pada komputer user.

3.2.2 Perancangan Arsitektur Perangkat Lunak

Pada perancangan arsitektur perangkat lunak menggambarkan bagian-bagian modul, struktur ketergantungan antar modul, dan hubungan antar modul dari perangkat lunak yang dibangun.

Gambar 4. Structure Chart Perangkat Lunak AudioEncryptor

Pada Perangkat lunak AudioEncryptor terdapat 6 Class utama yang digunakan untuk merekam, memutar, mengenkripsi, dan mendekripsi file audio.

a) Class Main, adalah class untuk pembuatan antar muka perangkat lunak (GUI).

b) Class recordAudio, adalah class untuk merekam suara dan menyimpannya dalam format WAV.

c) Class playAudio, adalaha class untuk memutar file audio khusus file audio dengan format WAV.

d) Class wavIO, adalah class untuk membaca dan menyimpan file audio. e) Class internalKey, adalah class untuk meng-generate 16 sub-key yang

akan digunakan pada proses enkripsi. f) Class enkripsiByDES, adalah class yang menangani proses enkripsi dan

dekripsi.

Utama

Record audio Play audio Enkripsi file

audio

Dekripsi file

audio

Page 158: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 158

3.2.3 Perancangan Struktur Data Perangkat lunak ini dibangun pada area pemrograman berorientasi objek,

oleh karena itu struktur data yang digunakan adalah objek dan jenis tipe data primitif lainnya. Struktur data utama yang sering digunakan dalam perangkat lunak AudioEncryptor ini adalah struktur data untuk objek String, integer, dan array byte. Struktur data untuk objek String berfungsi untuk melakukan manipulasi nilai bit yang digunakan untuk mengubah sample data file audio menjadi nilai biner. Nilai biner yang terdiri dari nilai 0 dan 1 dibentuk menggunakan objek String dan untuk memanipulasinya, menggunakan operasi biner yang disesuikan oleh operasi pada objek String. Struktur data untuk objek integer berfungsi untuk menyimpan size dari sebuah file audio. Sedangkan struktur data untuk objek array byte berfungsi untuk menyimpan nilai sample data dari sebuah file audio.

Selain struktur data tersebut, perangkat lunak AudioEncryptor juga memanfaatkan struktur data lain seperti objek file karena AudioEncryptor pada prinsipnya bekerja pada level operasi file seperti membaca, mengelola, dan menyimpan file. Sedangkan struktur data pendukung yang lainnya yaitu objek Image dan Icon. Objek Image dan Icon ini digunakan untuk memperindah tampilan GUI dari perangkat lunak AudioEncryptor.

3.2.4 Perancangan Antarmuka

Antarmuka perangkat lunak terdiri atas Form menu utama sebagai berikut.

Gambar 5. Form Utama Aplikasi Kriptografi AudioEncryptor IV. Implementasi Perangkat Lunak

Dari analisis dan perancangan yang telah dilakukan, langkah selanjutnya adalah melakukan implementasi perangkat lunak.

Workspace

Record audio

Play audio

Encrypt audio

Decrypt audio

File About Help

Aplication Title

Page 159: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 159

4.1 Implementasi Modul Tabel 1. Tabel Pemetaan Terhadap Class Implementasi

Class Perancangan

Class Implementasi

Penjelasan Class Implementasi

Main Main.java Class yang berisi method untuk membuat GUI.

recordAudio recordAudio.java Class yang berisi method untuk merekam audio.

playAudio playAudio.java Class yang berisi method untuk memutar audio.

wavIO wavIO.java Class yang berisi method untuk baca dan simpan file audio.

internalKey internalKey.java Class yang berisi method untuk meng-generate 16 sub-key.

enkripsiByDES enkripsiByDES.java Class yang berisi method untuk menangani proses enkripsi dan dekripsi.

4.2 Implementasi Struktur Data

Sesuai dengan rancangan struktur data yang telah dibuat, dapat diimplementasikan struktur data pada lingkungan pengembangan perangkat lunak. Perangkat lunak ini dibangun berdasarkan orientasi objek sesuai dengan lingkungan pengembangan perangkat lunak yaitu Java. Dalam java, tipe data dikelompokkan menjadi dua jenis tipe data, yaitu tipe data primitif dan tipe data referensi. Berdasarkan lingkungan pengembangan tersebut, struktur data yang diimplementasikan merupakan struktur data yang berupa tipe data primitif seperti tipe data integer, boolean, dan long serta penggunaan tipe data referensi yang berupa objek yang telah tersedia seperti objek String dan objek array.

Objek String digunakan untuk mengubah dan mengolah bilangan biner yang digunakan ketika enkripsi dan dekripsi file audio. Objek array yang digunakan adalah integer dan array byte. Struktur data integer berfungsi untuk menyimpan size dari sebuah file audio. Sedangkan objek array byte digunakan untuk menampung nilai sample data dari sebuah file audio.

4.3 Implementasi Antarmuka

Rancangan layar antarmuka perangkat lunak AudioEncryptor diimplementasikan menggunakan class-class yang terdapat pada package java.awt dan java.swing. Implementasi layar antarmuka perangkat lunak AudioEncryptor ini menggunakan NetBeans IDE 6.0.1 sebagai editor. Untuk implementasi antarmuka Form Menu Utama dapat dilihat pada Gambar 6.

Page 160: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 160

Gambar 6. Implementasi Layar Antarmuka Form Menu Utama

V. Penutup

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan yaitu “Pengembangan Aplikasi Kriptografi File Audio dengan Algoritma Data Encryption Standard (DES)” adapun simpulan yang didapat antara lain. a) Rancangan sistem aplikasi kriptografi file audio digambarkan menggunakan

Unified Modeling Language (UML) yang dapat menggambarkan arus data dalam sistem dengan jelas dan sebagai alat dokumentasi yang baik. Penggambaran UML Pengembangan Aplikasi Kriptografi File Audio dengan Algoritma DES terdiri dari usecase diagram, activity diagram, sequence diagran, dan VOPC diagram.

b) Implementasi Algoritma DES pada aplikasi kriptografi file audio menghasilkan sebuah perangkat lunak yang mampu mengenkripsi file audio dengan size file audio hasil enkripsi dan file audio hasil dekripsi yang tetap sama dengan size file audio sebelum dienkripsi. Suara yang dikeluarkan oleh file audio hasil enkripsi tidak sama dengan suara sebenarnya, sehingga kerahasiaan informasi yang terkandung dalam file audio yang sudah dienkripsi sangat aman.

Daftar Pustaka Ariyus, Dony. 2008. Pengantar Ilmu Kriptografi Teori, Analisis, dan

Implementasi. Yogyakarta: CV. Andi Offset. Fitria, Faiz Sungkar. 2006. “Simulasi Aplikasi Algoritma Des Pada Transfer Data

Uang Bank”. Jurnal Informatika, Vol.6, No.1. STMIK Darmajaya. Hermawan, Benny. 2004. Menguasai Java 2 & Object Oriented Programming.

Yogyakarta: Andi Publisher. Indra Syahputra. 2009. Simulasi Kerahasiaan / Keamanan Informasi Dengan

Menggunakan Algoritma DES (Data Encryption Standard). Skripsi (tidak diterbitkan). Universitas Sumatera Utara.

Page 161: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 161

Rasyid, Muhamad Fajrin. 2009. ”Kriptografi Audio dengan Teknik Interferensi

Data Non Biner”. http://digilib.itb.ac.id (diakses tanggal 20 Desember 2010).

Rinaldi Munir. 2006. ”Bahan Kuliah 1, IF 5054 Kriptografi Pengantar

Kriptografi”. http://www.informatika.org/~rinaldi/Kriptografi/2006-2007/kripto2006.htm (diakses tanggal 20 Desember 2010).

Rinaldi Munir. 2006. ”Bahan Kuliah, IF 5054 Cipher Block”.

http://www.informatika.org/~rinaldi/Kriptografi/2006-2007/kripto2006.htm (diakses tanggal 20 Desember 2010).

Rinaldi Munir. 2006. ”Data Encryption Standard (DES)”.

http://kur2003.if.itb.ac.id/file/DES.doc (diakses tanggal 20 Desember 2010).

Scott Wilson. 2003. “WAVE PCM soundfile format”.

https://ccrma.stanford.edu/courses/422/projects/WaveFormat/ (diakses tanggal 4 Desember 2010).

William Stallings. 2003. Network Security Essentials – Appications and Standard.

New Jersey: Prentice Hall. William Wilson. 2007. “Steganography”. http://www.dreamincode.net/

forums/topic/27950-steganography (diakses tanggal 20 Desember 2010).

Page 162: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 162

B.4. Pengembangan Prototype Sistem Informasi Geografis Rabies Control Berbasis Web I Gede Agus Desy Sagita, Made Windu Antara Kesimanc, I Made Agus Wirawan

PENGEMBANGAN PROTOTYPE SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS RABIES CONTROL BERBASIS WEB

Oleh

I Gede Agus Desy Sagita, Made Windu Antara Kesiman, I Made Agus

Wirawan Jurusan Pendidikan Teknik Informatika

Universitas Pendidikan Ganesha Email: [email protected], [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk (1) merancang prototype pengembangan

sistem informasi geografis rabies control; (2) mengimplementasikan rancangan prototype pengembangan sistem informasi geografis rabies control ke dalam perangkat lunak berbasis web.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian dan Pengembangan (Research and Development / R&D). Pengembangan prototype sistem informasi geografis rabies control berbasis web menggunakan model Waterfall dengan alokasi waktu selama enam bulan dari Januari sampai dengan Juni 2011.

Perangkat lunak SIG Rabies Control dirancang dengan menggunakan Diagram Konteks dan Data Flow Diagram (DFD) untuk menggambarkan secara jelas mengenai keterlibatan antara entitas luar (pengguna web) dengan perangkat lunak SIG Rabies Control. Selanjutnya, hasil rancangan diimplementasikan menggunakan perangkat lunak Macromedia Dreamweaver 8 sebagai editor kode program, XAMPP sebagai penyedia layanan server dan basis data, serta Microsoft Internet Explorer yang dilengkapi pengaya tambahan (add-ons browser) SVG Viewer sebagai browser untuk menampilkan informasi goegrafis dengan basis vektor yang dikenal dengan istilah scalable vector graphic (SVG).

Kata-kata kunci : Sistem Informasi Geografis, Rabies Control, Web.

I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Rabies adalah suatu penyakit menular akut yang menyerang susunan saraf pusat yang disebabkan oleh Virus lyssa dari family rhabdo-viride dan mengakibatkan kematian, dapat menyerang semua hewan berdarah panas

Page 163: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 163

termasuk manusia. Penularan Rabies pada hewan dan manusia terjadi melalui gigitan hewan yang menderita Rabies. Hewan – hewan yang biasanya dapat menularkan Virus ini adalah Binatang berdarah panas seperti Anjing, Kucing, kelelawar, dan Kera (Gus Dwi, 2009).

Di Provinsi Bali penyakit rabies muncul kembali pada tanggal 14 Nopember 2008, menimpa seorang warga Banjar Giri Darma, Desa Unggasan, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung. Selanjutnya sampai akhir Oktober 2010 penyakit rabies, menyebar ke Kota Denpasar, Kabupaten Tabanan, Kabupaten Karangasem dan beberapa kabupaten di Provinsi Bali. Penyebaran virus rabies di Bali semakin mengkhawatirkan. Data terakhir dilansir pemerintah provinsi sebanyak 239 desa tertular penyakit mematikan itu. Berdasar data Dinas Peternakan Provinsi Bali pada tahun 2008, virus yang dibawa anjing gila itu baru menyerang tiga kecamatan. Tahun 2009 sudah meningkat menjadi 19 kecamatan dan tahun 2010 menyerang di 55 kecamatan. Sampai saat ini virus rabies sudah menjalar ke 239 desa tersebar dari 722 desa yang tersebar di 8 kabupaten di Pulau Bali. Sekitar 33 persen desa di Bali sudah tertular virus rabies. Adapun desa yang paling banyak tertular rabies berada di Kabupaten Karangasem. Sementara Kabupaten Jembrana paling sedikit ditemukan kasus virus rabies. Di pihak lain, serangan virus rabies terhadap manusia sejak tiga tahun terakhir terus meningkat. Daerah penyebaran kasus rabies sangat aktif, setiap bulan selalu ada laporan kasus korban gigitan anjing. Rabies di Bali memang harus segera ditanggulangi agar tidak berdampak pada industri pariwisata (Lusia Kus Anna, 2010).

Beberapa upaya yang telah dilakukan Pemda Bali bersama dengan Kabupaten/Kota se-Bali dalam menghadapi penyakit rabies di antaranya dengan mengeluarkan peraturan gubernur no. 88 tahun 2008 tentang penutupan sementara keluar masuknya anjing, kucing dan kera dari dan ke Provinsi Bali, membentuk tim koordinasi dan tim teknis penanganan rabies, dan membangun konter-konter informasi rabies. Pemerintah juga bekerja sama dengan pemerintah Australia dan organisasi kesehatan dunia (WHO) dalam upaya pengadaan vaksin. WHO memberikan bantuan vaksin kepada Bali, baik untuk vaksin anjing, maupun manusia yang digigit anjing. Sejumlah badan dan organisasi dunia juga menyediakan dana untuk menanggulangi rabies di Bali, dengan harapan mampu mempercepat penanganan rabies di Bali secara tuntas dalam tahun 2012.

Meski Pemerintah Daerah Bali telah melakukan berbagai upaya penanggulangan mulai dari elimininasi anjing liar hingga vaksinasi, tetap saja korban masih terus berjatuhan (Muhammad Hasanudin, 2010). Penyajian data persebaran penyakit rabies yang kurang mengacu pada keadaan geologis merupakan kendala dalam menangani penyakit tersebut. Penyajian data masih berupa data non-spasial, artinya data yang disajikan belum bersipat keruangan. Sedangkan persebaran penyakit rabies di Bali memiliki wilayah (ruang) sesuai tempat persebarannya. Sebaiknya data mengenai persebaran penyakit rabies yang dimiliki dipetakan secara geologis agar lebih cepat dan lebih mudah dibaca sehingga informasi yang diberikan lebih mudah dimengerti dan dipahami.

Page 164: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 164

Untuk memudahkan penanganan terkait persebaran penyakit rabies, perlu dikembangkan suatu sistem informasi yang dapat memberikan informasi secara geologis daerah yang memiliki persebaran penyakit tersebut. Diharapkan dari data persebaran yang diberikan dapat ditangani oleh pihak yang terkait secara cepat dan tepat. Sistem informasi geografis rabies control berbasis web dirasa sangat perlu untuk dikembangkan karena dapat menangani permasalahan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang dapat dirumuskan permasalahan yang akan dicari solusinya adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana rancangan prototype sistem informasi geografis rabies control?

2. Bagaimana implementasi prototype sistem informasi geografis rabies control?

1.3 Batasan Masalah Pengembangan prototype sistem informasi geografis rabies control berbasis web aktivitas-aktivitas sebagai berikut.

1. Menampilkan persebaran penyakit rabies di daerah Bali. 2. Detail daerah tempat persebaran penyebar penyakit rabies adalah tingkat

kecamatan. 3. Sumber data yang ditampilkan berasal dari database yang ditangani oleh

sistem Rabies Alert System (RAS) Berbasis Short Message Service (SMS). 4. Menampilkan jumlah dan persentase persebaran penyakit rabies di

masing-masing kabupaten. 5. Menghasilkan informasi persebaran penyakit rabies dalam bentuk berkas

laporan yang bertipe pdf.

1.4 Tujuan Tujuan dikembangkannya prototype sistem informasi geografis rabies control berbasis web antara lain.

1. Merancang prototype sistem informasi geografis rabies control. 2. Mengimplementasikan prototype sistem informasi geografis rabies

control.

1.5 Manfaat Manfaat prototype sistem informasi geografis rabies control berbasis web dapat dirasakan oleh beberapa pihak yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam pengelolaan sistem ini.

1. Bagi masyarakat Bali a. Memperoleh informasi persebaran penyakit rabies.

2. Bagi pihak terkait yaitu dinas kesehatan dan dinas peternakan a. Dapat mengetahui informasi persebaran penyakit rabies di Bali.

Page 165: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 165

b. Dapat mengetahui daerah rawan dan rentan penyakit rabies secara geografis.

3. Bagi peneliti a. Dapat mengembangkan ilmu yang diperoleh pada saat perkuliahan. b. Menghasilkan produk yang dapat dinikmati oleh khalayak luas.

II. Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian pengembangan dengan terlebih dahulu membuat rancangan dari aplikasi yang akan dibuat, sehingga dari rancangan yang telah dibuat dapat dibangun sebuah prototype system informasi geografis rabies control berbasis web di mana nantinya aplikasi ini dapat menampilkan informasi tentang persebaran penyakit rabies berdasarkan data dari database yang dimiliki oleh sistem Rabies Alert System (RAS) Berbasis Short Message Service (SMS).

Model yang digunakan dalam mengembangkan aplikasi ini adalah Model Waterfall, Model proses ini sering disebut sebagai Waterfall atau Classic Life Cycle Model. Model Waterfall ini merupakan model klasik yang bersifat sistematis, berurutan dalam membangun perangkat lunak. Pada model ini menyarankan pendekatan yang sistematis dan sekuensial dalam pengembangan perangkat lunak yang dimulai pada level sistem dan bergerak maju mulai tahap analisis, desain, coding, testing, operation, dan maintenance. Model Waterfall yang digunakan dalam membuat aplikasi adalah jenis Model Waterfall menurut referensi Sommerville.

Gambar 2.1 Model Waterfall Referensi Sommerville

Penjelasan langkah-langkah pada tiap tingkatan proses dapat dipaparkan sebagai berikut.

Page 166: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 166

1. Requirements Analysis and Definition Mengumpulkan kebutuhan secara lengkap kemudian dianalisis dan

didefinisikan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh aplikasi yang akan dibangun. Pada tahap ini akan dilakukan pengumpulan data dengan mencari data-data tentang bagaimana cara mengintegrasikan data non spasial dan data spasial yang dimiliki untuk ditampilkan dalam SIG. Setelah semua data terkumpul, yang dilakukan selanjutnya adalah melakukan analisis kebutuhan tentang pembatasan masalah dari aplikasi yang dibuat dengan memperhatikan ketersediaan waktu, dana, dan kemampuan dari pembuat aplikasi, serta hal-hal apa saja yang dibutuhkan dalam pembuatan aplikasi tersebut. 2. System and Software Design Setelah data yang terkumpul telah lengkap dan analisis terhadap kebutuhan telah dilakukan, langkah selanjutnya adalah membangun aplikasi yang dibuat dengan pendesainan. Pendesainan meliputi rancangan sistem, rancangan antar muka, dan rancangan database. Adapun rancangan yang dimaksud adalah seperi berikut. 2.1. Rancangan Sistem Gambaran secara umum tentang cara kerja sistem ini dapat dijelaskan melalui diagram konteks. Diagram konteks menggambarkan hubungan antara masukan dan keluaran, hubungan sistem dengan entitas luar dalam perangkat lunak ini.

Gambar 2.2 Diagram Konteks perangkat lunak SIG Rabies Control

2.2. Rancangan Antar Muka

Antarmuka adalah jembatan antara sistem dengan user untuk berinteraksi secara visual untuk mempermudah pengguna memberikan perintah terhadap sistem. Terdapat beberapa layar yang dirancang pada perangkat lunak SIG Rabies Control di antaranya sabagai berikut.

Page 167: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 167

1. Rancangan layar utama

Gambar 2.3 Rancangan Layar Utama SIG Rabies Control

Pada layar utama ditampilkan informasi persebaran penyakit rabies per kabupaten, grafik persebaran penyakit rabies per kabupaten, kontrol layer, dan navigasi peta.

2. Rancangan layar lihat grafik

Gambar 2.4 Rancangan Layar Lihat Grafik

Pada layar lihat grafik terdapat pilihan daerah yang meliputi kabupaten di seluruh bali atau seluruh kecamatan dalam suatu kabupaten di mana setiap kabupaten atau kecamatan akan ditampilkan pada kotak list. Sedangkan grafiknya akan ditampilkan dalam bentuk lingkaran (grafik pie) dan grafik batang.

Page 168: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 168

3. Rancangan layar lihat detail kasus

Gambar 2.5 Rancangan List Kasus Rabies

Pada layar lihat detail kasus ditampilkan list kasus persebaran penyakit rabies pada daerah (kecamatan) tertentu pada kotak list kasus. Sedangkan informasi detail dari suatu kasus yang dipilih akan ditampilkan pada kotak detail informasi kasus.

2.3. Rancangan Database Rancangan database aplikasi ini menggunakan Tabel dalam database yang telah disediakan oleh sistem lain. Adapun Tabel yang dilibatkan dalam SIG ini antara lain.

Gambar 2.4 Relasi Antartabel perangkat lunak SIG Rabies Control

Page 169: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 169

3. Implementation Setelah desain aplikasi, selanjutnya adalah mengimplementasikan

rancangan sistem yang dibuat dengan menuangkan rancangan tersebut dalam bentuk kode (coding) pada program. Desain tersebut ditranslasikan ke dalam suatu bahasa pemrograman tertentu, aplikasi ini dibangun dalam bahasa PHP dan menggunakan pengolah database MySQL.

4. Integration and System Testing

Setelah kode program dibangun dilakukan dengan penyatuan unit-unit program kemudian diuji secara keseluruhan (system testing). Program diuji (testing) untuk memastikan bahwa semua kebutuhan dan persoalan dapat diselesaikan dan benar. Proses pengujian fokus pada logika perangkat lunak, memastikan bahwa dari proses input, pemrosesan, hingga output benar dan sesuai dengan yang diinginkan.

5. Operation and Maintenance

Mengoperasikan aplikasi di lingkungannya dan melakukan pemeliharaan, seperti penyesuaian atau perubahan karena adaptasi dengan situasi sebenarnya. Pada tahap ini tidak dilakukan oleh peneliti karena peneliti hanya membuat prototype aplikasi saja dan belum menetapkan lingkungan aplikasi dioperasikan. III. Hasil Dan Pembahasan 3.1 Lingkungan Implementasi Perangkat Lunak SIG Rabies Control

Perangkat lunak SIG Rabies Control dikembangkan dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP, Javacript, dan HTML. Perangkat lunak ini dijalankan atau dioperasikan pada sebuah jaringan komputer atau internet. Untuk dapat mengunakan perangkat lunak SIG Rabies Control setidaknya dalam perangkat komputer harus terhubung dengan internet dan terinstall dengan beberapa perangkat lunak berikut.

1. Sistem operasi, yaitu sistem operasi yang digunakan pada komputer, misalnya Mincrosoft Windows, Linux, atau Machintos.

2. Web Browser, yaitu perangkat lunak yang berfungsi sebagai antarmuka pengguna komputer dengan halaman web pada internet. Contoh web browser misalnya Internet Explorer, Mozilla Firefox, Opera, Safari, Google Chrome, atau Maxton.

3. SVG Viewer, yaitu pengaya (add-ons) yang terintegrasi dengan web browser. Pengaya ini adalah perangkat lunak yang berfungsi untuk menampulkan peta berbasis voktor atau yang lebih dekinal dengan scalable vector graphic (SVG). Sedangkan untuk keperluan perangkat keras, Perangkat lunak SIG Rabies

Control memerlukan spesifikasi perangkat keras sebagai berikut. 1. Monitor 14 inchi dengan resolusi 1280 x 800 pixel.

Page 170: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 170

2. Processor Intel(R) Pentium III. 3. RAM 64 MB. 4. Harddisk dengan kapasitas 10 GB.

3.2 Batasan Implementasi Perangkat Lunak SIG Rabies Control

Adapun batasan-batasan yang terdapat dalam perangkat lunak SIG Rabies Control adalah sebagai berikut.

1. Menampilkan persebaran penyakit rabies di daerah Bali. 2. Detail daerah tempat persebaran penyakit rabies pada peta adalah tingkat

kecamatan sedangkan detail kasus adalah tingkat desa. 3. Sumber data yang ditampilkan berasal dari database yang ditangani oleh

sistem Rabies Alert System (RAS) Berbasis Short Message Service (SMS). 4. Menampilkan jumlah dan persentase persebaran penyakit rabies di

masing-masing kabupaten dalam bentuk grafik batang atau grafik lingkaran.

5. Menghasilkan laporan persebaran penyakit rabies di tingkat kecamatan dalam bentuk berkas dengan jenis pdf.

3.3 Implementasi Layar Antarmuka Perangkat Lunak SIG Rabies Control Implementasi layar antarmuka perangkat lunak SIG Rabies Control

didesain dengan menggunakan Adobe Photoshop CS3 dan Macromedia Dreamweaver 8 sebagai editor dalam kode HTML dan CSS. Adapun layar antarmuka yang telah diimplementasikan adalah sebagai berikut. 1. Implementasi Layar Utama

Layar utama SIG Rabies Control menampilkan peta Bali beserta semua kabupaten dan jumlah kasus rabies yang ada di kabupaten yang bersangkutan. Dari layar utaman ini, pengguna dapat memilih kabupaten mana yang akan dilihat informasi detail kasusnya. Implementasi layar utama SIG Rabies Control yang dimaksud dapat dilihat pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Layar Utama SIG Rabies Control

Page 171: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 171

2. Implementasi Layar Lihat Grafik

Layar lihat grafik menampilkan jumlah dan persentase persebaran penyakit rabies secara umum di Bali atau di suatu kabupaten tertentu sesuai dengan pilihan pengguna. Implementasi layar lihat grafik yang dimaksud dapat dilihat pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6 Layar Lihat Grafik Persebaran Penyakit Rabies

3. Implementasi Layar Lihat Detail Kasus

Layar lihat detail persebaran penyakit rabies menampilkan jumlah data persebaran penyakit rabies pada suatu kecamatan tertentu sesuai dengan pilihan pengguna. Implementasi layar lihat detail persebaran penyakit rabies yang dimaksud dapat dilihat pada Gambar 2.7.

Gambar 2.7 Layar Lihat Detail Persebaran Penyakit Rabies

Page 172: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 172

IV. Penutup Bab V ini memaparkan tentang simpulan yang didapat dari pelaksanaan

penelitian skripsi. Selain itu juga terdapat uraian saran untuk pengembangan terhadap penelitian yang telah dilakukan. V. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan yaitu “Pengembangan Sistem Informasi Geografis Rabies Control Berbasis Web” adapun simpulan yang diperoleh antara lain.

1. Rancangan prototype sistem informasi geografis rabies control digambarkan menggunakan Data Flow Diagram (DFD) yang dapat menggambarkan arus data dalam sistem dengan jelas. Sedangkan hubungan antara data di antara tabel yang saling berkaitan digambarkan melalui relasi antartabel.

2. Implementasi prototype sistem informasi geografis rabies control menghasilkan perangkat lunak SIG Rabies Control yang mampu memberikan informasi persebaran penyakit rabies dalam bentuk grafik dan persebaran secara geografis dalam bentuk peta.

5.1 Saran Menyikapi keterbatas yang ada pada penelitian “Pengembangan Sistem

Informasi Geografis Rabies Control Berbasis Web”, peneliti menyarankan untuk pengembangan selanjutnya menambahkan hal-hal sebagai berikut.

1. Detail daerah pada peta dikembangkan pada tingkat desa atau tingkat yang lebih spesifik seperti banjar.

2. Mengimplementasikan sistem pendukung keputusan (SPK) untuk penentuan daerah yang rawan terkena penyakit rabies serta bentuk penanganannya menggunakan logika SPK yang dapat dikembangkan pada perangkat lunak, misalnya logika fuzzy.

Daftar Pustaka Anna, Lusia Kus. 2010. “Penyakit Rabies Semakin Tak Terkendali”.

http://health.kompas.com/read/2010/10/25/0953250/Penyakit.Rabies.Semakin.Tak.Terkendali (diakses tanggal 24 Desember 2010).

Dwi, Gus. 2009. “Awasi penyakit anjing gila (Rabies)”. http://gusdwi.info/awasi-

penyakit-anjing-gila-rabies.html (diakses tanggal 24 Desember 2010). Hakim, Lukmanul. 2008. Membongkar Trik Rahasia Para Master PHP.

Yogyakarta: Lokomedia.

Page 173: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 173

Hasanudin, Muhammad. 2010. “Rabies Mengganas di Bali”. http://health.kompas.com/read/2010/10/16/16161121/Rabies.Mengganas.di.Bali (diakses tanggal 24 Desember 2010).

Perry, Greg. 2000. HTML 4.01 Weekend Crash Course. Jakarta: PT. Elex Media

Komputindo. Ramono, Andi dan M. Syafii. 2004. Kolaborasi Flash, Dreamweaver, dan PHP

untuk Aplikasi Web Site. Yogyakarta: Andi Offset. Riyanto, dkk. 2009. Pengembangan Aplikasi Sistem Informasi Geografis Berbasis

Desktop dan Web. Yogyakarta: Gava Media.

Page 174: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 174

B.5. Pengembangan Prototype Aplikasi Rabies Alert System (RAS) Berbasis Short Message Service (SMS) Gde Angga Putra Sutanjaya, Made Windu Antara Kesiman, I Made Agus Wirawan

PENGEMBANGAN PROTOTYPE APLIKASI RABIES ALERT SYSTEM (RAS) BERBASIS SHORT MESSAGE SERVICE (SMS)

Oleh

Gde Angga Putra Sutanjaya, Made Windu Antara Kesiman, I Made Agus

Wirawan Jurusan Pendidikan Teknik Informatika

Universitas Pendidikan Ganesha email: [email protected], [email protected]

ABSTRAK

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu merancang dan

mengimplementasikan sebuah perangkat lunak Aplikasi Rabies Alert System (RAS) Berbasis Short Message Service (SMS). Penelitian ini diharapkan mampu membantu masyarakat dalam pelaporan kasus rabies secara praktis, cepat dan mudah kepada dinas terkait.

Penelitian ini adalah penelitian pengembangan rekayasa perangkat lunak yang diciptakan untuk dapat membangun sebuah aplikasi rabies control berbasis SMS di mana nantinya aplikasi ini dapat mengelola dan menampung seluruh laporan masyarakat tentang kasus rabies yang dikirim melalui SMS. SMS laporan kasus yang dikirim dari masyarakat akan langsung diteruskan kepada birokrasi penanganan sebuah kasus rabies seperti, bupati, camat, kepala desa, dan petugas dinas terkait dalam hal ini seluruh jajaran dinas peternakan sehingga laporan dari masyarakat dapat tertangani dengan cepat. Pengembangan media Aplikasi Rabies Alert System (RAS) Berbasis Short Message Service (SMS) ini menggunakan model Waterfall, dan dirancang dengan menggunakan Data Flow Diagram (DFD).

Pengembangan media Aplikasi Rabies Alert System (RAS) Berbasis Short Message Service (SMS) ini diimplementasikan menggunakan software Adobe Dreamweaver CS 3 dan Mysql serta Gammu sebagai aplikasi SMS Gateway. Penelitian ini mengasilkan informasi laporan kasus rabies dari masyarakat yang dikirimkan melalui SMS.

Kata kunci: Rabies, SMS Gateway, Dinas Peternakan, Penelitian

Pengembangan

Page 175: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 175

I. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Rabies (penyakit anjing gila) merupakan penyakit menular akut yang

menyerang susunan syaraf pusat pada manusia dan hewan berdarah panas yang disebabkan oleh virus rabies, ditularkan melalui saliva (anjing, kucing, kera) yang kena rabies dengan jalan gigitan atau melalui luka terbuka. Penyakit rabies masuk pertama kali ke Indonesia pada tahun 1884, ditemukan oleh Schrool (orang Belanda) pada kuda, kemudian tahun 1889 Esser W, J,. dan Penning menemukan penyakit rabies pada anjing. Pada tahun 1894 , pertama kali virus rabies menyerang manusia, ditemukan oleh EV De Haan (www.diskes.baliprov.go.id, 17 desember 2010).Di Bali sendiri wabah mulai masuk sejak tahun 2008. Beragam cara dilakukan dan dengan susah payah untuk mempertahankan Bali dari penularan penyakit rabies, tetapi akhirnya tak mampu juga. Pemerintah menyatakan Pulau Bali berstatus wabah rabies.

Pencegahan rabies pada hewan adalah tanggung jawab Dinas Peternakan dan dalam pelaksanaannya akan bekerja sama dengan semua instansi. Apabila ada informasi hewan tersangka rabies atau menderita rabies, maka Dinas Peternakan harus melakukan penangkapan atau membunuh hewan tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Apabila setelah dilakukan observasi selama lebih kurang dua minggu ternyata hewan itu masih hidup, maka diserahkan kembali kepada pemiliknya setelah divaksinasi, atau dapat dimusnahkan apabila tidak ada pemiliknya.

Sesuai dengan regulasi yang ditetapkan oleh Dinas Peternakan, tata cara pelaporan kasus rabies dapat dijelaskan dari gambar berikut :

1. Apabila ada persangkaan rabies pada hewan, Kepala Desa harus segera

melaporkan kepada Caroat dan petugas Peternakan di kecamatan. 2. Camat setelah menerima laporan dari kepala desa tentang adanya

persangkaan rabies pada hewan harus segera melaporkan kepada Bupati/Walikota madya Daerah Tingkat II.

3. Petugas peternakan di Kecamatan setelah menerima laporan dari kepala desa dan pimpinan unit kesehatan setempat tentang adanya persangkaan rabies harus segera melaporkan kepada kepala Dinas Peternakan Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II.

4. Kepala Dinas Peternakan di Kabupaten/Kotamadya setelah menerima laporan harus segera melaporkan kepada Bupati/Walikota madya.

5. Dinas Peternakan setelah melakukan pemeriksaan klinis atau menerima hasil pemeriksaan laboratorium dari spesimen yang berasal dari hewan tersangka rabies harus segera melaporkan kepada unit Kesehatan yang melakukan perawatan penderita.

Page 176: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 176

6. Pimpinan Unit Kesehatan yang dimaksud selanjutnya melaporkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. (www.diskes.baliprov.go.id, 17 desember 2010)

Melihat panjangnya birokrasi pelaporan kasus di atas, maka dari situ

penulis memandang perlu untuk mengembangkan sebuah Sistem Informasi yang dapat mempermudah masyarakat di dalam melaporkan sebuah kasus rabies sehingga kasus yang terjadi dapat cepat tertangani pihak terkait. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis ingin mengembangkan sebuah prototype Aplikasi Rabies Alert System (RAS) Berbasis Short Message Service (SMS) agar mampu membantu masyarakat dalam pelaporan kasus rabies secara praktis, cepat dan mudah kepada dinas terkait serta menciptakan Bali bebas rabies 2012 sesuai dengan cita-cita Pemerintah Provinsi Kabupaten Bali. Aplikasi ini nantinya akan menampung SMS yang dikirimkan dari warga yang mencurigai adanya anjing yang terjangkit rabies di suatu daerah yang kemudian akan diinformasikan kepada dinas terkait agar dapat dilakukan tindakan penanganan secara cepat dan tepat. Dengan aplikasi ini diharapkan nanti dapat membantu mengendalikan penularan rabies tentunya dengan kerja sama warga agar mau melaporkan dengan cepat suatu kasus rabies agar bisa ditangani langsung oleh pihak terkait. 1.2 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai yaitu mengembangkan sebuah Sistem Informasi yang dapat mempermudah masyarakat di dalam melaporkan sebuah kasus rabies sehingga kasus yang terjadi dapat cepat tertangani pihak terkait. Dengan adanya perangkat lunak ini diharapkan proses pelaporan sebuah kasus rabies dari masyarakat dapat lebih mudah dan kasus yang terjadi bias lebih cepat tertangani oleh petugas terkait. II. Kajian Teori

2.1 Penyakit Rabies

Rabies (penyakit anjing gila) merupakan penyakit menular akut yang menyerang susunan syaraf pusat pada manusia dan hewan berdarah panas yang disebabkan oleh virus rabies, ditularkan melalui saliva (anjing, kucing, kera) yang kena rabies dengan jalan gigitan atau melalui luka terbuka.

Penyakit rabies masuk pertama kali ke Indonesia pada tahun 1884, ditemukan oleh Schrool (orang Belanda) pada kuda, kemudian tahun 1889 Esser W, J,. dan Penning menemukan penyakit rabies pada anjing. Pada tahun 1894 , pertama kali virus rabies menyerang manusia, ditemukan oleh EV De Haan (orang Belanda).

Di Provinsi Bali penyakit rabies muncul kembali pada tanggal 14 Nopember 2008, menimpa seorang warga Banjar Giri Darma, Desa Unggasan, Kecamatan Kuta Selatan Kabupaten Badung. Selanjutnya sampai akhir Oktober

Page 177: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 177

2010 penyakit rabies, menyebar ke Kota Denpasar, Kabupaten Tabanan, Kabupaten Karangasem dan beberapa kabupaten di Provinsi Bali.

2.2 SMS Gateway

Istilah gateway dapat diartikan sebagai pintu gerbang. Namun pada dunia komputer, gateway dapat diartikan sebagai jembatan penghubung antara satu sistem dengan sistem yang lain, sehingga dapat terjadi pertukaran data antar sistem tersebut. Dengan demikian, SMS gateway dapat diartikan sebagai penghubung untuk lalu lintas data-data SMS. Pada awalnya, SMS gateway dibutuhkan untuk menjembatani antar SMSC. Hal ini dikarenakan SMSC yang dibangun oleh perusahaan yang berbeda memiliki protokol komunikasi sendiri, dan protokol tersebut bersifat pribadi. SMS gateway ini kemudian ditempatkan di antara kedua SMSC yang berbeda protokol tersebut, yang akan menerjemahkan data dari protokol SMSC satu ke protokol SMSC lainnya yang dituju. Gambar F.3 menunjukkan ilustrasi SMS gateway:

Gambar 2.1 Ilustrasi SMS Gateway (http://id.wikipedia.org/wiki/SMS_Gateway)

Namun seiring perkembangan teknologi komputer dan perkembangan

teknologi komunikasi, SMS gateway tidak lagi dimaksudkan sebagaimana yang tampak pada gambar 3.1 tersebut. Dewasa ini, masyarakat lebih mengartikan SMS gateway sebagai suatu jembatan komunikasi yang menghubungkan perangkat komunikasi (dalam hal ini ponsel) dengan perangkat komputer. Gambar F.4 menunjukkan ilustrasi aplikasi SMS gateway:

Gambar 2.2 Ilustrasi Aplikasi SMS Gateway SMS gateway kemudian lebih mengarah kepada sebuah program yang

mengomunikasikan sistem operasi komputer dengan perangkat komunikasi yang terpasang untuk mengirim atau menerima SMS.

Page 178: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 178

III. Racangan Sistem

3.1 Model Fungsional Perangkat Lunak Dari hasil analisis sistem yang telah dilakukan maka sebagai tindak lanjut

bagi penyelesaian masalah tersebut dapat dibuat suatu rancangan aplikasi RAS Berbasis SMS. Rancangan aplikasi ini akan digambarkan dengan menggunakan DFD. Berikut diagram konteks dari aplikasi ini.

ADMIN DATA KEC

RAS

INFO KEC

DATA KAB

INFO KAB

INFO DES

DATA DES

INFO PETUGAS

DATA PETUGAS

PELAPOR

INFO KASUS

DATA KASUS

DATA KODE VERIFIKASI

INFO KODE VERIFIKASI

PETUGAS

INFO KASUS

DATA STATUS KASUSDATA USER

INFO DATA USER

Gambar 3.1 merupakan diagram konteks aplikasi RAS berbasis SMS

yang menunjukan hubungan secara umum antara sistem dengan entitas luarnya. Pada aplikasi ini terdapat tiga entitas yang digunakan, yaitu admin, petugas,dan pelapor.

Admin memiliki hak akses terhadap pengelolaan data kabupaten, kecamatan, desa, petugas, dan data status kasus. Dari data yang dikelolanya tersebut, administrator dapat menentukan status kasus fiktif, dan memonitoring semua SMS laporan yang masuk ke sistem. Entitas yang kedua adalah pelapor, entitas ini hanya dapat melakukan pelaporan kasus dengan mengirimkan SMS ke sistem dan juga menerima kode verifikasi kasus yang akan dipakai untuk memvalidasi kasus oleh petugas lapangan. Entitas yang terakhir adalah petugas, entitas ini hanya dapat menerima data kasus yang akan diterima dalam bentuk SMS dari sistem dan juga dapat memvalidasi kasus yang sudah tertangani dengan mengirimkan kode verifikasi kasus yang diberikan kepada pelapor.

3.2 Rancangan Penerapan Aplikasi (Protokol)

Penerapan Aplikasi Rabies Alert System (RAS) Berbasis Short Message Service (SMS) yang akan dibuat dapat dijelaskan pada bagan gambar berikut ini :

Gambar 3.1 Diagram konteks

Page 179: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 179

Laporan kasus dari masyarakat

Laporan kasus kepada Bupati

Laporan kasus kepada kepala desa

Laporan kasus kepada Camat

Inforamasi ke petugas lapanganDan SMS validasi dari petugas

Dinas peternakan kecamatan mengakses laporan melalui WEB

Server tingkat provinsiDinas peternakan kabupaten mengakses laporan melalui

WEB

Kode Verifikasi kasus

Gambar 3.2 Rancangan Penerapan Aplikasi

Aplikasi dimulai dengan SMS laporan dari masyarakat yang sesuai dengan format yang telah disepakati. SMS akan diterima pertama kali pada server tingkat provinsi. SMS monitoring pada aplikasi di system yang akan menyaring seluruh SMS yang masuk ke system. Apabila SMS yang diterima merupakan SMS dengan pelaporan terjadinya kasus rabies yang benar, maka system akan menyimpannya ke database untuk nanti disusun sebagai laporan daerah-daerah mana saja yang mengalami kasus rabies, system juga akan meneruskan SMS laporan masyarakat tersebut kepada kepala desa, kepala camat, dan bupati agar kasus yang terjadi di ketahui seluruh tingkatan birokrasi dan petugas lapangan melalui SMS agar nantinya dapat dengan cepat diberikan penanganan yang benar di tempat terjadinya kasus rabies. Kemudian setelah kasus di tangani, petugas lapangan memberikan SMS validasi ke server yang menyatakan kasus sudah tertangani. Untuk dinas peternakan cabang kecamatan dan kabupaten, monitoring kasus yang terjadi di tiap daerahnya dapat dilihat dari mengakses aplikasi WEB.

3.3 Rancangan Database Rancangan database aplikasi ini menggunakan 7 (tujuh) tabel yaitu tabel pelapor, tabel kasus, tabel petugas, tabel kabupaten, tabel kecamatan, tabel desa, tabel user.

Page 180: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 180

Tabel Kasus

Tabel Kecamatan

Tabel PetugasTabel Desa

Tabel User

Tabel Kabupaten

Tabel Peta

Id KasusId PelaporNo Hp PelaporTangga LaporanId DesaStatus KasusKode VerifikasiTanggal validasi

Id DesaId KecamatanNama DesaNo Hp

Id Layer Id KecamatanId KabupatenNama KecamatanNo Hp

Id KabupatenNama KabupatenNo Hp

Id PetugasNama PetugasNo Hp

UsernamePassword

n

1

1 1

n

1

n

1

n

1

n

1

1

11

1

3.4 Kebutuhan Perangkat Lunak Perangkat lunak Pengembangan Prototype Aplikasi Rabies Alert System

(RAS) Berbasis Short Message Service (SMS) yang akan dikembangkan menangani proses-proses antara lain: a. Login

Proses login berfungsi untuk memvalidasi user yang akan mengakses perangkat lunak. Terdapat dua halaman login yang berbeda yaitu login untuk web lokal dan login untuk web online. b. Rekam Laporan Kasus

Proses rekam laporan kasus ini terdiri dari proses input data SMS laporan kasus rabies dari masyarakat ke dalam database. Setiap SMS laporan kasus dari masyarakat yang diterima sistem dan sesuai dengna format yang ditetapkan akan disimpan ke dalam database. c. Rekam Data Daerah

Proses rekam data daerah terdiri dari proses input, edit, delete data daerah. Proses ini dikerjakan oleh Administrator. d. Auto forward Laporan Kasus

Proses auto forward laporan kasus ini merupakan proses kirim SMS auto forward laporan kasus dari masyarakat kepada pihak terkait. Proses ini dikerjakan secara otomatis oleh sistem. Setiap laporan SMS kasus dari masyarakat yang

Gambar 3.3 Relasi Antar Tabel

Page 181: senapati 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraj

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti

diterima sistem, nantinya akan langsung diteruskan kepada bupati, camat, kepala desa, dan petugas dinas peternakan mele. Validasi kasus

Proses validasi kasus ini merupakan proses validasi kasus yang sudah tertangani. Proses validasi kasus ini juga berfungsi untuk mencegah adanya petugas yang “nakal”, atau tidak mau langsung menuju lokasi tempat kasus rabies terjadi karena setiap pelapor yang melaporakan sebuah kasus rabies melalui SMS, akan diberikan sebuah kode verifikasi kasus oleh sistem yang dikirimkan melalui SMS ke nomor pelapor. Kode verifikasi ini nantinya harus diberitahukan kepada petugas dinas peternakan digunakan untuk memvalidasi sebuah kasus sudah tertangani atau tidak. Apabila terjadi laporan fiktif, petugas dinas peternakan dapat berkoordinasi dengan kepala desa setempat untuk menyatakan bahwa statkasus fiktif yang akan divalidasi melalui admin provinsi.

IV. Implementasi Perangkat Lunak 4.1 Antar Muka

Berikut adalah tampilan antar muka dari perangkat lunak Aplikasi Alert System (RAS) berbasis administrator.

4.2 Pengujian Perangkat lunakPelaksanaan pengujian perangkat lunak

(RAS) berbasis Short Message Service

ISSN 2087Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011)Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti

diterima sistem, nantinya akan langsung diteruskan kepada bupati, camat, kepala desa, dan petugas dinas peternakan melalui SMS.

Proses validasi kasus ini merupakan proses validasi kasus yang sudah tertangani. Proses validasi kasus ini juga berfungsi untuk mencegah adanya petugas yang “nakal”, atau tidak mau langsung menuju lokasi tempat kasus rabies

karena setiap pelapor yang melaporakan sebuah kasus rabies melalui SMS, akan diberikan sebuah kode verifikasi kasus oleh sistem yang dikirimkan melalui SMS ke nomor pelapor. Kode verifikasi ini nantinya harus diberitahukan kepada petugas dinas peternakan yang datang untuk menangani kasus, yang nantinya akan digunakan untuk memvalidasi sebuah kasus sudah tertangani atau tidak. Apabila terjadi laporan fiktif, petugas dinas peternakan dapat berkoordinasi dengan kepala desa setempat untuk menyatakan bahwa status kasus yang terjadi merupakan kasus fiktif yang akan divalidasi melalui admin provinsi.

Implementasi Perangkat Lunak

Berikut adalah tampilan antar muka dari perangkat lunak Aplikasi (RAS) berbasis Short Message Service (SMS) yaitu halaman utama

Gambar 4.1 Form Halaman Utama

Pengujian Perangkat lunak pengujian perangkat lunak Aplikasi Rabies Alert System

Short Message Service (SMS) bisa dilihat pada Tabel 4.1

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Bali,

181

diterima sistem, nantinya akan langsung diteruskan kepada bupati, camat, kepala

Proses validasi kasus ini merupakan proses validasi kasus yang sudah tertangani. Proses validasi kasus ini juga berfungsi untuk mencegah adanya petugas yang “nakal”, atau tidak mau langsung menuju lokasi tempat kasus rabies

karena setiap pelapor yang melaporakan sebuah kasus rabies melalui SMS, akan diberikan sebuah kode verifikasi kasus oleh sistem yang dikirimkan melalui SMS ke nomor pelapor. Kode verifikasi ini nantinya harus diberitahukan kepada

yang datang untuk menangani kasus, yang nantinya akan digunakan untuk memvalidasi sebuah kasus sudah tertangani atau tidak. Apabila terjadi laporan fiktif, petugas dinas peternakan dapat berkoordinasi dengan kepala

us kasus yang terjadi merupakan

Berikut adalah tampilan antar muka dari perangkat lunak Aplikasi Rabies (SMS) yaitu halaman utama

Rabies Alert System 4.1.

Page 182: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 182

Tabel 4.1 Pelaksanaan Uji Kasus No Uji coba Uraian Penanganan Pelaksanaan 1 Login User ID atau Password

salah Muncul pesan “Akses ditolak” √

2 Input data dan Edit data

Data yang diinputkan sudah ada di dalam database.

Muncul pesan “Data sudah ada” √

Data berhasil di eksekusi

Muncul pesan “Data telah tersimpan”

3 Delete data

Sebelum hapus data dilakukan

Muncul pesan “Anda yakin ingin menghapus data ini?”

4 Penerimaan SMS laporan kasus

Jika SMS tidak masuk ke sistem

Periksa operator selular, dan kirim ulang laporan kasus

Jika SMS diterima sistem

Sistem akan melakukan auto replay SMS

5 Validasi SMS laporan kasus

Jika kata kunci salah Sistem akan melakukan auto replay SMS “Maaf format SMS anda salah”

Jika kabupaten salah Sistem akan melakukan auto replay SMS “Maaf data kabupaten tidak ada”

Jika kecamatan salah Sistem akan melakukan auto replay SMS “Maaf data kecamatan tidak ada”

Jika desa salah Sistem akan melakukan auto replay SMS “Maaf data desa tidak ada”

6 Simpan SMS laporan kasus

Jika format SMS benar Sistem akan melakukan auto replay SMS “Terima kasih atas laporan anda + kode verifikasi kasus”

7 Auto forward

Jika format SMS benar Sistem akan melakukan auto forward SMS kepada bupati, cama, kepala desa, dan petugas dinas peternakan.

8 Terima SMS kode verifikasi kasus

Jika kata kunci salah Sistem akan melakukan auto replay SMS “Maaf format salah”

Jika kode verifikasi salah

Sistem akan melakukan auto replay SMS “Maaf kode verifikasi salah”

Jika kode verifikasi benar

Sistem akan melakukan auto replay SMS “Terimaksih kode sudah diterima” dan mengupdate

Page 183: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 183

No Uji coba Uraian Penanganan Pelaksanaan

data status kasus

9 Validasi kasus fiktif

Jika validas gagal Data status kasus tidak berubah √ Jika validasi berhasil Data status kasus berbah

menjadi “Kasus fiktif” √

V. Penutup 5.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan yaitu “Pengembangan Aplikasi Rabies Alert System (RAS) berbasis Short Message Service (SMS)” adapun simpulan yang diperoleh antara lain.

3. Rancangan prototype sistem Aplikasi Rabies Alert System (RAS) berbasis Short Message Service (SMS) digambarkan menggunakan Data Flow Diagram (DFD) yang dapat menggambarkan arus data dalam sistem dengan jelas. Sedangkan hubungan antara data di antara tabel yang saling berkaitan digambarkan melalui relasi antartabel.

4. Implementasi prototype Aplikasi Rabies Alert System (RAS) berbasis Short Message Service (SMS) menghasilkan perangkat lunak yang mampu memebantu masyarakat didalam melaporakan sebuah kasus rabies melalui SMS, sehingga dapat cepat tertangani oleh pihak terkait dalam hal ini seluruh jajaran Dinas Peternakan Provinsi Bali.

5.2 Saran

Penulis berharap agar Aplikasi Rabies Alert System (RAS) berbasis Short Message Service (SMS) ini bisa disempurnakan dan dikembangkan lebih jauh sehingga menjadi lebih lengkap dan sempurna. Adapun saran yang dapat diberikan dalam upaya penyempurnaan dan pengembangan sistem adalah sebagai berikut:

1. Sistem perlu dikembangkan agar mampu menangani masalah jaringan provider selular kaitannya dalam pengiriman sebuah SMS.

2. Pengembangan selanjutnya diharapkan agar sistem Aplikasi Rabies Alert System (RAS) berbasis Short Message Service (SMS) ini bisa dikembangkan menjadi suatu CMS (Content Management System), yang isinya bisa dicostomize, misalnya penggantian header, sehingga sistem bisa digunakan di banyak tempat dan kasus penyakit yang berbeda.

Daftar Pustaka Dwi, Gus. 2009. “Awasi penyakit anjing gila (Rabies)”. http://gusdwi.info/awasi-

penyakit-anjing-gila-rabies.html (diakses tanggal 24 Desember 2010).

Page 184: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 184

Hakim, Lukmanul. 2008. Membongkar Trik Rahasia Para Master PHP. Yogyakarta: Lokomedia.

Hasanudin, Muhammad. 2010. “Rabies Mengganas di Bali.”

http://health.kompas.com/read/2010/10/16/16161121/Rabies.Mengganas.di.Bali (diakses tanggal 24 Desember 2010).

Nugroho, Bunafit. 2004. Database Relasional Dengan MySQL. Yogyakarta: Andi

Offset. Perry, Greg. 2002. HTML 4.01, Weekend Crash Course. Jakarta: Gramedia. Rosihan, Ari. 2011. “Setting Gammu untuk aplikasi SMS Gateway.”

http://blog.rosihanari.net/ (diakses tanggal 17 Desember 2010). Rosihan, Ari. 2009. “Pengenalan tentang teknologi SMS (Short Message

Service).” http://www.ittelkom.ac.id (diakses tanggal 19 Desember 2010). Rozidi, Romzi Imron. 2004. Membuat Sendiri SMS Gate way, Berbasis Protokol

SMPP. Yogyakarta: Andi. Ramono, Andi dan M. Syafii. 2004. Kolaborasi Flash, Dreamweaver, dan PHP

untuk Aplikasi Web Site. Yogyakarta; Andi Offset.

Page 185: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 185

B.6. Pengembangan Sistem Pendukung Keputusan Berbasis Mobile Untuk Pengisian Kartu Rencana Studi Dengan Fuzzy Multi-Attribute Decision Making (FMADM) Metode Simple Additive Weighting (SAW) Di Jurusan Pendidikan Teknik Informatika Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja Anak Agung Gde Putra Ajiwerdhi, Made Windu Antara Kesiman, I Made Agus Wirawan

PENGEMBANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN BERBASIS MOBILE UNTUK PENGISIAN KARTU RENCANA STUDI DENGAN FUZZY MULTI-ATTRIBUTE DECISION MAKING (FMADM)

METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW) DI JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA

Oleh

Anak Agung Gde Putra Ajiwerdhi, Made Windu Antara K esiman, I Made Agus Wirawan

Jurusan Pendidikan Teknik Informatika Universitas Pendidikan Ganesha

email: [email protected], [email protected]

ABSTRAK

Kartu Rencana Studi (KRS) adalah kartu yang berisi daftar matakuliah yang diikuti oleh setiap mahasiswa dalam satu semester. Setiap mahasiswa harus mengisi KRS untuk menentukan matakuliah yang akan diambil setiap semesternya. Seiring perkembangan teknologi di masa sekarang ini Jurusan Pendidikan Teknik Informatika telah mengembangkan sebuah perangkat lunak KRS mobile. Namun perangkat lunak yang dikembangkan masih terbatas pada proses pengisian KRS saja dan belum mampu membantu mahasiswa dalam memilih matakuliah yang akan diambil sehingga proses pengisian KRS memerlukan waktu yang cukup lama. Berdasarkan permasalahan tersebut perlu dikembangkan sebuah aplikasi yang dapat membantu mahasiswa dalam memilih matakuliah saat pengisian KRS.

Untuk membantu mahasiswa memilih matakuliah dalam pengisian KRS diperlukan sebuah sistem pendukung keputusan (SPK). SPK ini merupakan sistem yang dapat membantu mahasiswa mengambil keputusan dengan melengkapi mahasiswa dengan informasi mengenai matakuliah yang disarankan dan tidak disarankan untuk diambil saat pengisian KRS. Sehingga sistem ini tidak dimaksudkan untuk menggantikan mahasiswa dalam pengambilan keputusan. Sedangkan model yang digunakan dalam SPK ini adalah Fuzzy Multi-Atribute Decision Making (FMADM) dengan metode Simple Additive Weighting (SAW).

Page 186: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 186

Hasil penelitian ini berupa aplikasi berbasis mobile phone yang digunakan untuk mengakses SPK pengisian KRS dan aplikasi web yang digunakan untuk mengelola data untuk proses SPK pada aplikasi mobile. Aplikasi ini dibangun menggunakan bahasa pemprograman Java yaitu J2ME dan PHP serta MySQL sebagai databasenya. Dengan adanya perangkat lunak ini akan memudahkan mahasiswa dalam memilih matakuliah yang akan diambil saat pengisian KRS setiap semesternya.

Kata kunci: kartu rencana studi, sistem pendukung keputusan, FMADM, SAW,

mobile phone I. Pendahuluan

Kartu Rencana Studi (KRS) adalah kartu yang berisi daftar mata kuliah yang akan diikuti oleh setiap mahasiswa dalam satu semester. Pengisian KRS di setiap semesternya merupakan bagian yang berperan penting dalam sistem akademik setiap perguruan tinggi salah satunya Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha). Setiap mahasiswa harus mengisi KRS untuk menentukan mata kuliah yang akan diambil setiap semesternya. Hal ini menjadikan pengisian KRS sebagai hal yang vital bagi kelancaran perkuliahan mahasiswa karena jika mahasiswa tidak mengisi KRS maka mahasiswa bersangkutan dinyatakan cuti atau berhenti kuliah.

Seiring dengan perkembangan teknologi dan komunikasi di masa sekarang ini, Jurusan Pendidikan Teknik Informatika telah mengembangkan aplikasi KRS berbasis mobile. KRS berbasis mobile atau KRS mobile ini merupakan salah satu alternatif untuk mengakses form pengisian KRS. Dengan adanya KRS mobile memudahkan setiap mahasiswa dalam pengisian KRS setiap semesternya karena untuk mengisi KRS, mahasiswa tidak lagi harus mencari warung internet (warnet) atau area hostpot uuntuk membuka halaman web melalui komputer atau laptop. Namun perangkat lunak yang dikembangkan masih terbatas pada proses pengisian KRS saja dan belum mampu membantu mahasiswa dalam memilih matakuliah yang akan diambil sehingga proses pengisian KRS memerlukan waktu yang cukup lama.

Untuk membantu mahasiswa memilih matakuliah dalam pengisian KRS diperlukan sebuah sistem pendukung keputusan (SPK). Menurut Alter dalam Kusrini (2007), SPK merupakan sistem informasi interaktif yang menyediakan informasi, pemodelan dan pemanipulasian data. Sistem ini tidak dimaksudkan untuk menggantikan mahasiswa atau pembimbing akademik dalam proses pembuatan keputusan. Fuzzy Mutiple-Attribute Decision Making (FMADM) merupakan salah model yang dapat digunakan dalam penyelesaian SPK. FMADM adalah suatu model yang digunakan untuk mencari alternatif optimal dari sejumlah alternatif dengan atribut tertentu. Dalam menyelesaikan masalah FMADM metode yang dapat digunakan salah satunya adalah Simple Additive Weighting (SAW). SAW merupakan metode yang paling sederhana untuk

Page 187: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 187

menurunkan bobot atribut atau kriteria (Kusumadewi, 2006). Konsep dasar metode SAW adalah mencari penjumlahan terbobot dari rating kinerja pada setiap alternatif dari semua atribut. Hal ini membuat metode SAW cocok untuk digunakan dalam pembuatan perangkat lunak berbasis mobile yang memiliki jumlah memori terbatas, sedikit daya dari baterai, layar yang kecil dan bandwith jaringan yang rendah.

II. Kajian Pustaka 2.1 Kartu Rencana Studi

Kartu Rencana Studi (KRS) adalah sebuah kartu atau borang (form) yang berisi tentang jumlah dan jenis matakuliah yang harus diambil atau diprogram, sesuai dengan hasil prestasi mahasiswa pada semester sebelumnya dan prasyarat tiap matakuliah. Pengisian KRS dilaksanakan pada awal semester sebelum perkuliahan berlangsung. Sebelum mengisi KRS setiap mahasiswa akan mendapatkan Kartu Hasil Studi (KHS) semester sebelumnya. KHS ini berisikan nilai-nilai dari matakuliah yang diambil pada semester sebelumnya, Indeks Prestasi Semester (IPS) dan Indeks Prestasi Komulatif (IPK). IPS yang ada pada KHS semester sebelumnya yang akan menentukan berapa jumlah SKS maksimal yang dapat diambil oleh mahasiswa. Sebelum pengisian KRS umumnya mahasiswa melakukan beberapa hal seperti mengecek matakuliah yang keluar pada semester ini, mengecek nilai-nilai matakuliah pada semester sebelumnya kemudian menkonsultasikan matakuliah yang akan diambil dengan Pembimbng Akedemik (PA). 2.2 Sistem Pendukung Keputusan

Sistem Pendukung Keputusan (SPK) atau Decision Support Systems (DSS) pada awalnya diciptakan oleh dua professor di MIT (Anthony Gorry dan Michael S.Morton) pada tahun 70-an. Menurut mereka DSS harus diarahkan untuk mendukung manajemen pada masalah-masalah yang semi-structured (semi-terstruktur), yaitu masalah yang memiliki informasi kurang lengkap sehingga para manajer ragu dalam mengambil keputusan. DSS akan memberi dukungan atau alternatif penyelesaian sehingga para manajer dapat menguji alternatif ini untuk memilih mana yang terbaik. (Akib, 2009). Menurut Alter dalam Kusrini (2007), DSS merupakan sistem informasi interaktif yang menyediakan informasi, pemodelan dan pemanipulasian data. Sistem ini digunakan untuk membantu pengambilan keputusan dalam situasi yang semi terstruktur dan situasi yang tidak terstruktur, dimana tak seorang pun tahu secara pasti bagaimana keputusan seharusnya dibuat.

Arsitektur dari sistem pendukung keputusan dapat dilihat pada Gambar 1.

Page 188: senapati 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraj

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti

Gambar 1 Arsitektur dari Sistem Pendukung Keputusan

2.3 Fuzzy Multiple Attribute Decision Making

FMADM adalah suatu metode yang digunakan untuk mencari alternatif optimal dari sejumlah alternatif dengan kriteria (atribut) FMADM adalah menentukan nilai bobot untuk setiap atribut, kemudian dilanjutkan dengan proses perangkingan yang akan menyeleksi alternatif yang sudah diberikan (Wibowo S, 2009)dilakukan melalui 2 langkahalternatif berdasarkan agregasi drajat kecocokan pada semua kriteriamelakukan perangkingan alternatifdemikian, bisa dikatakan bahwa, masalah FMADM adalah mengevalualternatif Ai (i=1,2,…,m) terhadap sekumpulan atribut atau kriteria C(j=1,2,…,n), dimana setiap atribut saling tidak bergantung satu dengan yang lainnya. Matriks keputusan setiap alternatif terhadap setiap atribut, X, diberikan sebagai : (Kusumadewi, 2006).

Dimana xij merupakan rating kinerja alternatif kebobot yang menunjukkan tingkat kepentingan relatif setiap atribut, diberikan sebagai, W :

W = { w1, w2, … , wn }Rating kinerja (X), dan nilai bobot (W) merupakan nilai utama yang merepresentasikan preferensi FMADM diakhiri dengan proses perangkingan untuk mendapatkan alternatif terbaik yang diperoleh berdasarkan nilai diberikan.(Kusumadewi, 2006)

ISSN 2087Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011)Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti

Gambar 1 Arsitektur dari Sistem Pendukung Keputusan (Sumber : Laymond, 2010)

Fuzzy Multiple Attribute Decision Making FMADM adalah suatu metode yang digunakan untuk mencari alternatif

optimal dari sejumlah alternatif dengan kriteria (atribut) tertentu. Inti dari FMADM adalah menentukan nilai bobot untuk setiap atribut, kemudian dilanjutkan dengan proses perangkingan yang akan menyeleksi alternatif yang

Wibowo S, 2009). Sebagian besar pendeketan FMADM dilakukan melalui 2 langkah, yaitu : pertama, membuat rating pada setiap alternatif berdasarkan agregasi drajat kecocokan pada semua kriteriamelakukan perangkingan alternatif-alternatif keputusan tersebut. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa, masalah FMADM adalah mengevalu

(i=1,2,…,m) terhadap sekumpulan atribut atau kriteria C(j=1,2,…,n), dimana setiap atribut saling tidak bergantung satu dengan yang

Matriks keputusan setiap alternatif terhadap setiap atribut, X, diberikan i, 2006).

..……………...…………...

merupakan rating kinerja alternatif ke-i terhadap atribut kebobot yang menunjukkan tingkat kepentingan relatif setiap atribut, diberikan

W = { w1, w2, … , wn } ………………………………………... Rating kinerja (X), dan nilai bobot (W) merupakan nilai utama yang merepresentasikan preferensi absolute dari pengambil keputusan. Masalah FMADM diakhiri dengan proses perangkingan untuk mendapatkan alternatif terbaik yang diperoleh berdasarkan nilai keseluruhan preferensi yang diberikan.(Kusumadewi, 2006)

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Bali,

188

FMADM adalah suatu metode yang digunakan untuk mencari alternatif tertentu. Inti dari

FMADM adalah menentukan nilai bobot untuk setiap atribut, kemudian dilanjutkan dengan proses perangkingan yang akan menyeleksi alternatif yang

Sebagian besar pendeketan FMADM membuat rating pada setiap

alternatif berdasarkan agregasi drajat kecocokan pada semua kriteria; kedua alternatif keputusan tersebut. Dengan

demikian, bisa dikatakan bahwa, masalah FMADM adalah mengevaluasi m (i=1,2,…,m) terhadap sekumpulan atribut atau kriteria Cj

(j=1,2,…,n), dimana setiap atribut saling tidak bergantung satu dengan yang Matriks keputusan setiap alternatif terhadap setiap atribut, X, diberikan

..……………...…………... (2.1)

i terhadap atribut ke-j. Nilai bobot yang menunjukkan tingkat kepentingan relatif setiap atribut, diberikan

………………………………………... (2.2) Rating kinerja (X), dan nilai bobot (W) merupakan nilai utama yang

dari pengambil keputusan. Masalah FMADM diakhiri dengan proses perangkingan untuk mendapatkan alternatif

keseluruhan preferensi yang

Page 189: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 189

2.4 Metode Simple Additive Weighting Metode SAW sering juga dikenal istilah metode penjumlahan terbobot.

Konsep dasar metode SAW adalah mencari penjumlahan terbobot dari rating kinerja pada setiap alternatif dari semua atribut. Metode SAW membutuhkan proses normalisasi matriks keputusan (X) ke suatu skala yang dapat diperbandingkan dengan semua rating alternatif yang ada.

………….............. (2.3)

dimana rij adalah rating kinerja ternormalisasi dari alternatif A i pada atribut Cj; i=1,2,...,m dan j=1,2,...,n. Nilai preferensi untuk setiap alternatif (Vi) diberikan sebagai

……………………………………..…………... (2.4)

Nilai V i yang lebih besar mengindikasikan bahwa alternatif A i lebih terpilih.

2.5 Java 2 Micro Edition

J2ME adalah Java versi Sun yang ditujukan untuk mesin-mesin dengan sumber daya hardware yang terbatas seperti PDA, telepon seluler, dan elektronik konsumen dan perangkat embedded. Jadi bisa dikatakan J2ME adalah satu set spesifikasi dan teknologi yang fokus kepada perangkat konsumen. Perangkat ini memiliki jumlah memori yang terbatas, menghabiskan sedikit daya dari baterai, layar yang kecil dan bandwith jaringan yang rendah (Oracle, 2011).

J2ME menyediakan suatu interface yang sesuai dengan perangkat. Aplikasi-aplikasi tersebut tidak harus dikompile ulang supaya mampu dijalankan pada mesin yang berbeda. Inti dari J2ME terletak pada configuration dan profile-profile. Suatu configuration menggambarkan lingkungan runtime dasar dari suatu sistem J2ME. Ia menggambarkan core library, virtual machine, fitur keamanan dan jaringan. J2ME sendiri ini dibagi menjadi dua bagian diantaranya ialah bagian configuration dan profile.

Page 190: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 190

Gambar 2 Java 2 Micro Edition (Sumber : Prasetijo, 2005) Dilihat dari Gambar 2, maka J2ME mempunyai lapisan konfigurasi dan profil yang didukung oleh Java Virtual Machine (CVirtual Machine dan K-Virtual Machine). III. Analisis Dan Perancangan 3.1 Analisis Perangkat Lunak 3.1.1 Kebutuhan Perangkat Lunak

Perangkat lunak yang dibangun merupakan aplikasi berbasis mobile. yang digunakan untuk mengakses SPK pengisian KRS. Selain itu untuk membantu proses SPK dalam aplikasi mobile penulis membuat aplikasi berbasis web yang digunakan administrator untuk mengelola data atribut dan variabel atribut yang digunakan dalam proses SPK. Perangkat lunak ini terdiri dari dua proses utama yaitu pemilihan matakuliah dan pemetaan matakuliah yang ada pada aplikasi mobile.

3.1.2 Tujuan Pengembangan Perangkat Lunak

Tujuan pengembangan SPK berbasis mobile untuk pengisian KRS adalah untuk membantu mahasiswa memilih matakuliah yang akan diambil dalam pengisian KRS setiap semesternya dan untuk memetakkan matakuliah pada semester selanjutnya sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih matakuliah.

3.1.3 Masukan dan Keluaran Perangkat Lunak

Masukan untuk SPK berbasis mobile untuk pengisian KRS ini yaitu data mahasiswa, data matakuliah, data kelompok matakuliah, data detail kelompok matakuliah, data matakuliah prasyarat, data matakuliah prasyarat khusus, data matakuliah syarat, data nilai mahasiswa, data atribut dan variabel atribut sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan, dan jumlah SKS maksimal yang bisa diambil per semester. Sedangkan keluaran dari sistem pendukung keputusan ini terdiri dari dua yaitu informasi matakuliah yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengisian dan informasi pemetaan matakuliah pada semester berikutnya. 3.1.4 Model Fungsional

Model fungsional dari SPK berbasis mobile untuk pengisian KRS ini dirancang menggunakan Data Flow Diagram (DFD). DFD merupakan alat yang digunakan pada metodologi pengembangan sistem yang terstruktur. DFD biasanya digunakan untuk menggambarkan suatu aplikasi yang telah ada atau aplikasi baru yang akan dikembangkan secara logika tanpa harus mempertimbangkan lingkungan fisik dimana data tersebut mengalir atau

Page 191: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 191

lingkungan fisik dimana data itu disimpan. Sehingga dapat menggambarkan arus data di dalam sistem secara terstruktur dan jelas (Wijaya,2009). Pada tahap analisis perangkat lunak, penggunaan notasi ini sangat membantu sekali di dalam komunikasi dengan pemakai sistem untuk memahami sistem secara logika. Model fungsional dari SPK berbasis mobile untuk pengisian KRS dalam bentuk diagram konteks yang dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Diagram Konteks SPK Untuk Pengisian KRS

3.2 Perancangan Perangkat Lunak 3.2.1 Batasan Perancangan Perangkat Lunak

Perangkat lunak yang dibangun adalah perangkat lunak berupa SPK untuk pengisian KRS. Perangkat lunak yang dibuat dirancang hanya untuk mahasiswa regular khususnya semester 2 ke atas yang akan mengambil matakuliah ke bawah atau ke atas atau kombinasi dan yang tidak dapat mengambil matakuliah yang disarankan.

3.2.2 Perancangan Arsitektur Perangkat Lunak

Rancangan arsitektur SPK untuk pengisian KRS terlihat pada gambar 3.8 Perangkat lunak pada sistem ini dibagi menjadi dua yaitu aplikasi mobile dan web. Aplikasi mobile merupakan aplikasi yang digunakan oleh mahasiswa untuk mengakses sistem ini, sedangkan aplikasi web merupakan fasilitas yang digunakan dosen untuk mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan sistem ini.

Gambar 4 Arsitektur SPK Untuk Pengisian KRS

Page 192: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 192

3.2.3 Perancangan Struktur Data Perancangan struktur data perangkat lunak merupakan tahap pendefinisian

dari kebutuhan-kebutuhan fungsional dalam suatu tahap pengembangan sistem. Kebutuhan-kebutuhan fungsional yang dimaksudkan adalah isi file atau struktur dari tiap-tiap file yang diidentifikasi. Perancangan struktur data dari SPK untuk Pengisian KRS dijelaskan selengkapnya pada Gambar 5.

Gambar 5 Relasi Antartabel SPK Untuk Pengisian KRS

3.2.4 Perancangan Antarmuka

Rancangan antarmuka halaman SPK Berbasis Mobile untuk Pengisian KRS dapat dilihat pada Gambar 6.

Page 193: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 193

Sistem Pendukung KeputusanPengisian KRS

Lanjut

Ke Bawah

Ke Atas

Kombinasi

Kategori Pemilihan MK yaitu mengambil :

Catatan : SPK ini merupakan fasilitas yangmembantu mahasiswa untuk memilih matakuliahyang akan diambil bukan sebagai fasilitas untukmenentukan matakuliah yang akan diambil.Fasilitas ini hanya berfungsi untuk mahasiswareguler.

Keluar

!

Gambar 6 Rancangan Antarmuka HalamanUtama SPK

Berbasis Mobile untuk Pengisian KRS IV. Implementasi Perangkat Lunak

Dari analisis dan perancangan yang telah dilakukan, langkah selanjutnya adalah melakukan implementasi perangkat lunak.

4.1 Implementasi Arsitektur Perangkat Lunak

Pada implementasi arsitektur perangkat lunak ini berupa hasil dari perancangan arsitektur perangkat lunak berupa unit-unit atau file-file kode program sesuai dengan lingkungan implementasi perangkat lunak. Berdasarkan perancangan sebelumnya implementasi arsitektur SPK berbasis mobile untuk pengisian KRS terdiri ari dua bagian yaitu bagian mobile dan bagian web. Implementasi arsitektur perangkat lunak ini pada bagian mobile dan bagian web selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2

Tabel 1 Implementasi Arsitektur SPK Untuk Pengisian KRS Bagian Mobile

No Rancangan Implementasi

Class Koneksi ke database 1 Pemilihan

Matakuliah KrsMobile.java

└SpkPemilihanMk └SpkPemilihanMk()

spk_pemilihan_mk.php

2 Pemetaan Matakuliah

KrsMobile.java └SpkPemilihanMk

└SpkPemilihanMk()

spk_pemetaan_mk.php

Page 194: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 194

Tabel 2 Implementasi Arsitektur SPK Untuk Pengisian KRS Bagian Web

No Rancangan Implementasi

1 Validasi Login

Index.php

2 Mengolah data atribut

atribut.php └update_atribut.php

3 Mengolah data variabel atribut

variabel_atribut.php └update_variabel_atribut.php

4.2 Implementasi Struktur Data Perangkat Lunak

Dalam pengimplementasian struktur data perangkat lunak ini, digunakan sebuah database dengan nama pti_siak. Berikut hasil implementasi struktur data SPK berbasis mobile untuk pengisian KRS.

1) Tabel User

Gambar 7 Implemetasi Struktur Tabel User

2) Tabel mahasiswa

Gambar 8 Implemetasi Struktur Tabel Mahasiswa

Page 195: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 195

3) Tabel matakuliah

Gambar 9 Implementasi Struktur Tabel Matakuliah

4) Tabel kelompok matakuliah

Gambar 10 Implementasi Struktur Tabel Kelompok Matakuliah

5) Tabel matakuliah prasyarat

Gambar 11Implementasi Struktur Tabel Matakuliah Prasyarat

6) Tabel matakuliah prasyarat khusus

Gambar 12 Implementasi Struktur Tabel Matakuliah Prasyarat Khusus

7) Tabel matakuliah syarat

Gambar 13 Struktur Tabel Matakuliah Syarat

Page 196: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 196

8) Tabel nilai

Gambar 14 Implmentasi Struktur Tabel Nilai

9) Tabel atribut

15 Implementasi Struktur Tabel Atribut

10) Tabel variabel atribut

Gambar 16 Implementasi Struktur Tabel Variabel Atribut

4.3 Implementasi Antarmuka

Implementasi layar antarmuka halaman SPK Berbasis Mobile untuk Pengisian KRS dapat dilihat pada Gambar 17.

Gambar 17 Implementasi Layar Antarmuka HalamanUtama

SPK Berbasis Mobile Untuk Pengisian KRS

Page 197: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 197

V. Penutup Berdasarkan hasil analisis, perancangan, dan implementasi di depan

dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. 1) Rancangan sistem perangkat lunak SPK berbasis mobile untuk pengisian

KRS digambarkan dengan menggunakan Data Flow Diagram (DFD). DFD ini mengambarkan bagaimana arus data di dalam sistem secara terstruktur dan jelas.

2) Impementasi SPK berbasis mobile untuk pengisian KRS menghasilkan informasi daftar matakuliah yang disarankan dan tidak disarankan serta menghasilkan daftar pemetaan matakuliah pada semester selanjutnya. Dengan adanya informasi tersebut dapat membantu mahasiswa dalam pemilihan matakuliah pada saat pengisian KRS sehingga pengisian KRS dapat berjalan dengan baik dan lancar. Sedangkan untuk menjalankan SPK berbasis mobile ini membutuhkan handphone yang mendukung Java minimal MIDP 2.0, dan GPRS.

Daftar Pustaka Akid, Faisal. 2009. “Sistem Pendukung Keputusan”. http://teknik-

informatika.com/sistem-pendukung-keputusan/ (diakses tanggal 17 Pebruari 2011).

Kusumadewi, Sri et.al. 2006. Fuzzy Multiple-Attribute Decision Making (Fuzzy

MADM). Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu. Kusrini. 2007. Konsep dan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan.

Yogyakarta:Penerbit Andi. Laymond, Rajim. 2010. “Komponen Sistem Pendukung Keputusan”.

http://sindarku.wordpress.com/2010/10/08/komponen-sistem-pendukung-keputusan-bag-4/ (diakses tanggal 22 Maret 2011).

Oracle. 2011. “Java ME Technology”. http://www.oracle.com/technetwork/java/

javame/tech/index.html (diakses tanggal 22 Maret 2011). Prasetijo, Agung Budi et.al. 2005. “Simulasi Aplikasi Java 2 Platform Micro

Edition (J2ME) - Java Midlet Pada Jadwal Ujian”. http://www.elektro.undip.ac.id/transmisi/des05/agungbpdes05.PDF (diakses tanggal 22 Maret 2011).

Wibowo S, Henry et.al. 2009. “Sistem Pendukung Keputusan untuk Menentukan

PenerimaBeasiswa Bank BRI Menggunakan FMADM (Studi Kasus: Mahasiswa Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia)”.

Page 198: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 198

http://journal.uii.ac.id/index.php/Snati/article/viewFile/1073/998 (diakses tanggal 17 Pebruari 2011).

Wijaya, Arif et.al. 2009. “Layanan Informasi Pembayaran Kuliah Berbasis SMS Interaktif”. http://journal.uii.ac.id/index.php/Snati/article/viewFile/950/911 (diakses tanggal 22 Maret 2011).

Page 199: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 199

B.7. Pengembangan Media Text To Speech Untuk Aplikasi Tokoh Virtual Ni Luh Rupayani, Made Windu Antara Kesiman, I Made Agus Wirawan

PENGEMBANGAN MEDIA TEXT TO SPEECH UNTUK APLIKASI TOKOH VIRTUAL

Oleh

Ni Luh Rupayani, Made Windu Antara Kesiman, I Made Agus Wirawan

Jurusan Pendidikan Teknik Informatika Universitas Pendidikan Ganesha

email: [email protected], [email protected]

ABSTRAK

Saat ini teks tidak lagi bisu, sebutan tersebut dikenal dengan TTS. TTS ini dapat membantu pembacaan teks, artikel atau informasi berupa teks tanpa harus meminta orang untuk membacakannya. Dalam hal ini, banyak program atau media yang membantu ataupun memudahkan seseorang dengan menginputkan teks serta program tersebut membaca teks yang diinputkan, namun sebagian besar dengan aksen yang diucapkan masih menggunakan bahasa Inggris. Artinya bila seseorang mengetikkan kata dalam bahasa Indonesia yang tidak ada kesamaannya dalam bahasa Inggris maka akan diucapkan berbeda pula sehingga menghasilkan makna yang berbeda, seperti orang asing yang baru belajar bahasa Indonesia. Berdasarkan permasalahan tersebut perlu dikembangkan aplikasi dengan pemanfaatan teknologi TTS yaitu IndoTTS yang merupakan program yang dibuat menggunakan aksen bahasa Indonesia yang bertujuan untuk siapa saja (masyarakat umum) dalam hal pembacaan teks dengan visualisasi pengucapannya berbahasa Indonesia.

Dengan pemanfaatan IndoTTS, dibuatkan aplikasi dengan visualisasi pengucapannya yang dapat membantu seseorang dalam hal pembacaan teks berbahasa Indonesia tanpa harus membacakannya. Rancangan aplikasi tokoh virtual ini menggunakan UML. Pengembangan aplikasi tokoh virtual ini tidak dimaksudkan untuk mengatasi seluruh permasalahan dalam pemanfatan teknologi text to speech khususnya speech berbahasa Indonesia. Pada aplikasi tokoh virtual ini masukan yang diberikan pada sistem yaitu berupa teks berbahasa Indonesia, selanjutnya oleh modul IndoTTS dan Mbrola, tersebut akan diubah menjadi ucapan/suara tokoh dengan visualisasi pengucapannya.

Hasil penelitian ini berupa aplikasi dekstop dan diimplementasikan dengan menggunakan software Microsoft VB.NET, Macromedia Flash, IndoTTS dan Mbrola. Aplikasi ini mengkonversi teks berbahasa Indonesia menjadi ucapan/suara disertai visualisasi pengucapan dengan menampilkan animasi tokoh

Page 200: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 200

virtual. Selain itu dilengkapi pula fasilitas zoom animasi tokoh virtual serta bisa mengganti costume dari pada animasi tokoh virtual tersebut. Kata-kata kunci: aplikasi, tokoh virtual, TTS, IndoTTS, zoom, dan costume. I. Pendahuluan

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi menghasilkan media-media yang membantu dalam penyampaian informasi, baik berupa buku maupun perangkat lunak. Media buku atau pun media berupa perangkat lunak yang digunakan membantu dalam proses penyampaian informasi saat ini kebanyakan menampilkan teks yang sama halnya dengan isi dari sumber informasi yang lain. Perbedaannya yaitu cara penyampaian informasi dari pada masing-masing media tersebut. Media buku ataupun media perangkat lunak sama-sama mempunyai fungsi sebagai alat bantu penyampaian informasi dan sebagai media sumber belajar.

Pada media buku ataupun media perangkat lunak tersebut, informasi berupa teks yang disampaikan sudah diatur dan fix, yang tidak bisa diubah-ubah informasinya serta harus membacanya untuk mendapatkan sesuatu yang ingin disampaikan dari informasi tersebut. Saat ini jarang ada media yang informasi bisa diinputkan serta bisa mengeluarkan suara yang sesuai dengan informasi berupa teks yang diinputkan tadinya. Media ini pula dapat membantu pembacaan teks, artikel atau informasi berupa teks tanpa harus meminta orang untuk membacakannya.

Dalam hal ini, banyak program atau media yang membantu ataupun memudahkan seseorang dengan menginputkan teks serta program tersebut membaca teks yang diinputkan tadinya, namun sebagian besar dengan aksen yang diucapkan masih menggunakan bahasa Inggris. Artinya bila seseorang mengetikkan kata dalam bahasa Indonesia yang tidak ada kesamaannya dalam bahasa Inggris maka akan diucapkan berbeda pula sehingga menghasilkan makna yang berbeda, seperti orang asing yang baru belajar bahasa Indonesia.

Dengan pemanfaatan teknologi informasi, saat ini telah berkembang suatu sistem TTS (Text to Speech) yang merupakan salah satu aplikasi dalam bidang teknologi bahasa. TTS ini dapat mengkonversi teks dalam format suatu bahasa menjadi ucapan sesuai dengan pembacaan teks dalam bahasa yang digunakan. Dengan pemanfaatan teknologi tersebut telah berkembang IndoTTS. IndoTTS merupakan program yang dibuat menggunakan aksen bahasa indonesia atau yang dikenal sebagai diphone database bahasa indonesia yang pertama di Indonesia. Program IndoTTS dikembangkan oleh bapak Arry Akhmad Arman dari teknik elektro, Institut Teknologi Bandung. Diphone database yang digunakan oleh IndoTTS adalah "id1" yang dibuat pada tahun 2000, di Belgia. Diphone database “id1” ini bisa digunakan secara bebas untuk penggunaan atau pembuatan aplikasi yang bersifat non-komersial dan non-militer oleh siapa pun. Software pendukung yang dikembangkan untuk IndoTTS yaitu MBrola. MBrola merupakan software

Page 201: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 201

yang berfungsi sebagai pembangkit sinyal ucapan berdasarkan kode-kode fonem dari teks yang dimasukan.

Di Universitas Pendidikan Ganesha, tepatnya di jurusan Pendidikan Teknik Informatika telah dikembangkan aplikasi Text to Speech dalam pembuatan kamus untuk tunanetra oleh Luh Putu Eka Damayanthi. Aplikasi yang dikembangkan dengan menggunakan teknologi IndoTTS, diphone database yang digunakan juga “id1” dan software pendukung MBrola. Aplikasi kamus yang dikembangkan bertujuan untuk membantu penyandang tunanetra dalam melakukan penerjemahan suatu kata dengan memanfaatkan indra pendengarannya dengan menginputkan teks ataupun kata.

Dalam temuan tersebut, penulis mencoba merancang dan mengembangkan media text to speech untuk aplikasi tokoh virtual yang bersifat dinamis (bisa dikembangkan lebih lanjut) dengan pemanfaatan diphone database “id1” dari IndoTTS dan software MBrola. Serta mencoba mengimplemetasikan media ini pada dengan menginputkan teks yang diinginkan, disertai dengan visualisasi pengucapannya dari tokoh animasi yang ditampilkan. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis termotivasi untuk mengembangkan aplikasi, yaitu “Pengembangan Media Text To Speech untuk Aplikasi Tokoh Virtual”. Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang, diantaranya (a) Bagaimana rancangan media text to speech untuk aplikasi tokoh virtual?, (b) Bagaimana implementasi terhadap media text to speech untuk aplikasi tokoh virtual?

II. Hasil dan Pembahasan

Perancangan dari perangkat lunak ini menggunakan pemodelan UML (Unified Modeling Language) dengan menggunakan Rational Rose untuk penggambaran atau pemodelan dari sistem ini. UML menyediakan notasi standar yang bias digunakan sebagai alat komunikasi bagi para pelaku dalam proses analisis, yaitu Use Case Diagram, Activity Diagram, Sequence Diagram, dan VOPC Diagram. Proses interaksi yang terjadi antara pengguna dengan perangkat lunak, antara lain (a) Memasukkan teks yaitu pengguna bisa langsung melakukan proses memasukkan teks, (b) Membesarkan tampilan animasi yaitu pengguna bisa membesarkan tampilan dari pada tokoh animasi sebelum memasukkan teks untuk visualisasinya, (c) Mengganti kostum tokoh animasi yaitu pengguna bisa mengganti costume dari pada tokoh animasi sesuai dengan costume yang telah disediakan sistem.

Lingkungan implementasi perangkat lunak ini menggunakan beberapa perangkat lunak dan perangkat keras. Perangkat lunak yang digunakan antara lain Microsoft Visual Basic .Net, Macromedia Flash , IndoTTS, dan Mbrola. Sedangkan Perangkat keras yang digunakan seperangkat komputer dengan spesifikasi antara lain Processor Intel CoreTM i3-350M, Intel HD Graphics, RAM 1 GB, Harddisk 320 GB, Layar 14 inch, serta dilengkapi alat input dan output.

Adapun batasan untuk perangkat lunak aplikasi tokoh virtual ini, antara lain (a) Aplikasi ini hanya menampilkan visualisasi pengucapan serta gerakan dari

Page 202: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 202

teks yang diinputkan, berupa animasi dengan menggunakan suara pria versi berbahasa Indonesia, (b) Aplikasi ini menyediakan fasilitas dapat mengganti kostum dari animasi yang ditampilkan, namun kostum yang dipilih hanya sebatas yang disediakan oleh sistem, (c) Aplikasi ini menyediakan fasilitas dapat membesarkan animasi tokoh virtualnya, namun sistem sudah menentukan seberapa besar animasi tokoh diperbesar, (d) Untuk memasukkan teks yang panjang dibatasi untuk aplikasi ini. Dengan kata lain, teks yang panjang, yang diinputkan dibatasi dengan meng-enter/dengan menggunakan tanpa baca (seperti aturan dalam membuat kalimat).

Gambar 1. Tampilan Input Text

Gambar 2. Tampilan Ganti Kostum

Dalam pengujian perangkat lunak dilakukan dengan tujuan, yaitu (a)

Menguji masukan/inputan teks kalimat menjadi keluaran/output suara serta visualisasi pengucapannya, (b) Menguji penggunaan zoom animasi/tokoh virtual, (c) Menguji pergantian kostum pada tokoh virtual, (d) Menguji penggunaan perangkat lunak tokoh virtual pada 10 orang. Berdasarkan tujuan pengujian perangkat lunak yang dalam pengujian perangkat lunak ini dibagi lagi menjadi beberapa tata ancang pengujian antara lain (a) Pengujian output/keluaran suara dan visualisasi pengucapan tokoh virtual dari inputan teks secara manual, (b) Pengujian output/keluaran suara dan visualisasi pengucapan tokoh virtual dari file

Page 203: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 203

(*. txt), (c) Pengujian output/keluaran suara dan visualisasi pengucapan tokoh virtual dari masukan teks yang panjang baik manual maupun dari file, (d) Pengujian output/keluaran suara dan visualisasi pengucapan tokoh virtual setelah proses zoom animasi/tokoh virtual dan input teks, (e) Pengujian output/keluaran suara dan visualisasi pengucapan tokoh virtual setelah mengganti kostum tokoh virtual dan input teks, (f) Pengujian penggunaan perangkat lunak/aplikasi tokoh virtual pada 10 orang.

Dalam melakukan pengujian output/keluaran suara dan visualisasi pengucapan tokoh virtual baik dari inputan teks secara manual maupun dari file (*. txt), pengguna melakukan inputan teks secara manual ataupun dari file (*.txt) dan menyimak, melihat output/keluaran dari inputan teks tersebut menjadi suara dan disertai visualisasi pengucapannya. Pengujian output/keluaran suara dan visualisasi pengucapan tokoh virtual dari inputan teks yang panjang baik manual maupun dari file adalah pengguna melakukan inputan teks yang panjang dengan/ataupun tidak disertai tanda baca untuk melanjutkan inputan teks selanjutnya. Pengujian output/keluaran suara dan visualisasi pengucapan tokoh virtual setelah proses zoom animasi/tokoh virtual adalah pengguna melakukan proses membesarkan/zoom tampilan animasi/tokoh virtual, kemuadian melakukan inputan teks.

Pengujian output/keluaran suara dan visualisasi pengucapan tokoh virtual setelah mengganti kostum tokoh virtual dan input teks adalah pengguna melakukan proses mengganti kostum tokoh virtual kemudian melakukan inputan teks. Pengujian penggunaan perangkat lunak tokoh virtual ini, dilakukan uji coba kepada 10 orang, dengan teknik penyebaran angket terhadap pengguna aplikasi tokoh virtual.

Adapun hasil dari pengujian perangkat lunak aplikasi tokoh virtual, yaitu sebagai berikut

No Kasus Uji

Nama Pengguna

Ge

de S

ukra

wa,

S.P

d (G

uru)

Pt

Ira

Sita

, S

.Pd

(Gur

u)

Ma

de S

uha

riast

ini,

S.

Pd

(Gur

u)

Ni K

oma

ng T

risna

yant

i, S

. P

d (G

uru)

Ni K

etut

Art

inia

sih,

S.P

d (G

uru)

N

i Put

u S

ept

a A

ksa

raw

ati,

S

.Pd

(Gur

u) I

Gd

Indr

a a

ddy

Tom

y A

rtha

, S.P

d (G

uru)

Ka

dek

Ayu

Ast

iti,

S.P

d (G

uru)

V

. T

itie

k M

(P

ega

wa

i T

ata

Usa

ha)

Ka

dek

Yud

i Nop

iana

(T

ekn

isi)

1. Output visualisasi pengucapan + suara dari input teks manual

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √

Page 204: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 204

No Kasus Uji

Nama Pengguna

Ge

de S

ukra

wa,

S.P

d (G

uru)

Pt

Ira

Sita

, S

.Pd

(Gur

u)

Ma

de S

uha

riast

ini,

S.

Pd

(Gur

u)

Ni K

oma

ng T

risna

yant

i, S

. P

d (G

uru)

Ni K

etu

t A

rtin

iasi

h, S

.Pd

(Gur

u)

Ni P

utu

Se

pta

Aks

ara

wa

ti,

S.P

d (G

uru)

I G

d In

dra

add

y T

omy

Art

ha,

S.P

d (G

uru)

Ka

dek

Ayu

Ast

iti,

S.P

d (G

uru)

V

. T

itie

k M

(P

ega

wa

i T

ata

Usa

ha)

Ka

dek

Yud

i Nop

iana

(T

ekn

isi)

2. Output visualisasi pengucapan + suara dari file (*. txt)

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √

3. Output visualisasi pengucapan + suara dari file (bukan *.txt)

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √

4. Zoom in dan zoom out tokoh virtual animasi dengan button

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √

5. Zoom in dan zoom out tokoh virtual animasi tanpa button

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √

6. Mengganti costume tokoh virtual animasi

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √

7. Output visualisasi pengucapan +

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √

Page 205: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 205

No Kasus Uji

Nama Pengguna

Ge

de S

ukra

wa,

S.P

d (G

uru)

Pt

Ira

Sita

, S

.Pd

(Gur

u)

Ma

de S

uha

riast

ini,

S.

Pd

(Gur

u)

Ni K

oma

ng T

risna

yant

i, S

. P

d (G

uru)

Ni K

etu

t A

rtin

iasi

h, S

.Pd

(Gur

u)

Ni P

utu

Se

pta

Aks

ara

wa

ti,

S.P

d (G

uru)

I G

d In

dra

add

y T

omy

Art

ha,

S.P

d (G

uru)

Ka

dek

Ayu

Ast

iti,

S.P

d (G

uru)

V

. T

itie

k M

(P

ega

wa

i T

ata

Usa

ha)

Ka

dek

Yud

i Nop

iana

(T

ekn

isi)

suara dari teks manual setelah diperbesar

8. Output visualisasi pengucapan + suara dari file (*. txt) setelah diperbesar

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √

9. Output visualisasi pengucapan + suara dari teks manual setelah mengganti costume

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √

10. Output visualisasi pengucapan + suara dari file (*. txt) setelah mengganti costume

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √

11. Output √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

Page 206: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 206

No Kasus Uji

Nama Pengguna

Ge

de S

ukra

wa,

S.P

d (G

uru)

Pt

Ira

Sita

, S

.Pd

(Gur

u)

Ma

de S

uha

riast

ini,

S.

Pd

(Gur

u)

Ni K

oma

ng T

risna

yant

i, S

. P

d (G

uru)

Ni K

etu

t A

rtin

iasi

h, S

.Pd

(Gur

u)

Ni P

utu

Se

pta

Aks

ara

wa

ti,

S.P

d (G

uru)

I G

d In

dra

add

y T

omy

Art

ha,

S.P

d (G

uru)

Ka

dek

Ayu

Ast

iti,

S.P

d (G

uru)

V

. T

itie

k M

(P

ega

wa

i T

ata

Usa

ha)

Ka

dek

Yud

i Nop

iana

(T

ekn

isi)

visualisasi pengucapan + suara dari teks manual setelah mengganti costume dan diperbesar

12. Output visualisasi pengucapan + suara dari file (*. txt) setelah mengganti costume dan diperbesar

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √

13. Output visualisasi pengucapan + suara dengan inputan teks yang diketik panjang (teks dipisahkan dengan meng-enter /disertai tanpa baca untuk teks/kalimat berikutnya)

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √

14. Output √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

Page 207: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 207

No Kasus Uji

Nama Pengguna

Ge

de S

ukra

wa,

S.P

d (G

uru)

Pt

Ira

Sita

, S

.Pd

(Gur

u)

Ma

de S

uha

riast

ini,

S.

Pd

(Gur

u)

Ni K

oma

ng T

risna

yant

i, S

. P

d (G

uru)

Ni K

etu

t A

rtin

iasi

h, S

.Pd

(Gur

u)

Ni P

utu

Se

pta

Aks

ara

wa

ti,

S.P

d (G

uru)

I G

d In

dra

add

y T

omy

Art

ha,

S.P

d (G

uru)

Ka

dek

Ayu

Ast

iti,

S.P

d (G

uru)

V

. T

itie

k M

(P

ega

wa

i T

ata

Usa

ha)

Ka

dek

Yud

i Nop

iana

(T

ekn

isi)

Visualisasi pengucapan + suara dengan inputan teks yang diketik panjang (teks dipisahkan dengan meng-enter /disertai tanpa disertai tanda baca untuk teks/kalimat berikutnya)

Berdasarkan hasil dari pengujian kasus uji, bahwa perangkat lunak tokoh virtual ini bisa mengeksekusi teks dari inputan secara manual maupun dari file (hanya *.txt), dari inputan tersebut dihasilkan keluaran/output berupa suara yang disertai dengan visualisasi pengucapan dari pada tokoh virtual yang ditampilkan.

Pada perangkat lunak tokoh virtual ini bisa membesarkan tampilan animasi/tokoh virtual, sebelum proses inputan teks dilakukan. Pada perangkat lunak ini tidak bisa melakukan zoom/membesarkan animasi ketika visualisasi ucapan dari animasi/ tokoh virtual sedang berlangsung, karena zoom/membesarkan animasi/tokoh virtual hanya bisa dilakukan ketika memilih untuk diperbesar. Selain itu pada perangkat lunak tokoh virtual ini bisa mengganti kostum tokoh virtual-nya dengan kostum animasi yang sudah disediakan sebelum melakukan inputan teks.

Dalam melakukan inputan teks, baik yang manual maupun dari file (*.txt) sangat diharapkan untuk teks yang panjang (paragraf/gabungan kalimat) dipisahkan dengan meng-enter/disertai tanda baca untuk melanjutkan teks berikutnya. Selain itu pula diharapkan tidak meng-copy paste teks dari file yang berbeda, karena baik IndoTTS maupun aplikasi ini tidak dapat mengeksekusi teks tersebut.

Page 208: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 208

Adapun kelemahan-kelemahan yang dimiliki IndoTTS dari hasil uji coba antara lain (a) IndoTTS tidak bisa mengeksekusi teks yang terlalu panjang tanpa ada pemisah (enter, tanda titik), (b) Kata yang diinputkan tidak bisa sembarangan teks/kata/kalimat, teks harus berbahasa Indonesia, (c) IndoTTS tidak bisa mengeksekusi inputan teks dari file bukan *.txt. (d) IndoTTS tidak bisa mengeksekusi teks yang sebelumnya di-copy paste dari file lain terutama bukan file *.txt, (e) IndoTTS tidak bisa mengeksekusi karakter-karakter tertentu (!, @, #, $, %, ^, *, (, ), :, ;, {},[], ?, ., , , ~,””, ‘’ ). III. Penutup

Dari perancangan dan implementasi yang telah dilakukan, terdapat beberapa kesimpulan yang diperoleh berdasarkan “Media Text To Speech untuk Aplikasi Tokoh Virtual ” yaitu (a) Perancangan aplikasi tokoh virtual ini dengan menggunakan pemodelan UML yang dapat digunakan oleh siapa saja (masyarakat umum) dalam melakukan pembacaan teks tanpa harus membacanya, karena aplikasi ini sudah dilengkapi suara dan visualisasi pengucapan untuk membacakan teks sesuai dengan teks yang ingin dibacakan, (2) Pengimplementasian aplikasi tokoh virtual ini dengan menggunakan software Microsoft VB.NET, Macromedia Flash, IndoTTS dan MBrola. Aplikasi ini dibuat untuk memvisualisasikan pengucapan disertai suara dari teks yang diinputkan berbahasa Indonesia baik secara manual maupun dari file *.txt. Selain itu, aplikasi ini bisa men-zoom/membesarkan tampilan animasi tokoh virtual-nya dan dapat mengganti kostum animasi tokoh virtual-nya.

Dari hasil implementasi yang telah dilakukan terdapat saran-saran yang disampaikan berkenaan dengan pengembangan selanjutnya diantaranya (1) Berkaitan dengan telah dikembangkan aplikasi tokoh virtual dengan pemanfaatan teknologi text to speech, maka aplikasi ini dapat dijadikan sebagai alat bantu belajar untuk semua kalangan, yang mengkonversikan teks menjadi suara disertai animasi/tokoh virtual dengan visualisasi pengucapannya, (2) File teks yang mampu dieksekusi oleh perangkat lunak tokoh virtual tidak hanya file *.txt, tetapi lebih beragam untuk file teks yang lain, (3) Perangkat lunak tokoh virtual yang dikembangkan dapat men-zoom animasi secara otomatis ketika visualisasi pengucapan berlangsung serta dapat menambah kostum secara dinamis untuk tokoh virtual-nya, (4) Animasi dari tokoh virtual pada perangkat lunak dapat dikembangkan dengan memperhalus gerakannya, dalam hal ini IndoTTS bisa diterapkan pada flash saja atau TTS dipanggil melalui flash, (5) Perangkat lunak tokoh virtual yang dikembangkan dapat mengeksekusi inputan teks yang panjang tanpa disertai tanda baca ataupun meng-enter teks selanjutnya, (6) Perangkat lunak tokoh virtual yang dikembangkan dapat dibuat sendiri dalam pembuatan suara (membuat IndoTTS baru) untuk text to speech yang dihasilkan agar visualisasi pengucapan bisa lebih sesuai dengan suara.

Page 209: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 209

Daftar Pustaka Eka Damayanthi, Luh Putu. 2010. Pengembangan Aplikasi Text To Speech

Dalam Pembuatan Kamus Untuk Tunanetra. Skripsi (belum diterbitkan) Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Universitas Pendidikan Ganesha.

Fanani. A.Zainul. 2006. Tip & Trik Animasi Macromedia Flash Menyingkap

Rahasia Teknik Animasi. Yogyakarta: Graha Ilmu. Kurniawan. 2003. Belajar Sendiri Pemrograman Visual Basic.Net. Jakarta:PT

Elexmedia Kamputindo. Ramadianto, Anggra Yudha. 2008. Membuat Gambar Vektor dan Animasi

Interaktif dengan Macromedia Flash Professional 8. Bandung: Yrama Widya.

Sehendar,A , S.Si dan Hariman Gunadi, S.Si., MT. 2002. Visual Modeling

Menggunakan UML dan Rational Rose. Bandung: Informatika Bandung.

Page 210: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 210

B.8. Studi Implementatif Digitalisasi Dan Restorasi Citra Digital Lontar Kuno Bali Ni Made Ayu Gunung Rinjani, Made Windu Antara Kesiman, Dessy Seri Wahyuni

STUDI IMPLEMENTATIF DIGITALISASI DAN RESTORASI CITRA DIGITAL

LONTAR KUNO BALI

Oleh

Ni Made Ayu Gunung Rinjani, Made Windu Antara Kesiman, Dessy Seri Wahyuni

Jurusan Pendidikan Teknik Informatika Universitas Pendidikan Ganesha

email: [email protected], [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) merancang sistem Digitalisasi dan Restorasi Citra Digital Lontar Kuno Bali, (2) mengimplementasikan rancangan sistem Digitalisasi dan Restorasi Citra Digital Lontar Kuno Bali. Dalam perancangan dan pengimplementasiannya, penelitian ini menggunakan 3 jenis metode restorasi yaitu deteksi tepi (edge detection) operator prewitt, operasi morphologi black top hat dan reduksi noise dengan median filtering. Inputan dari sistem ini adalah citra hasil scan lontar kuno Bali dengan warna RGB dan format citra inputan berekstensi bitmap (*.bmp) sedangkan output dari sistem ini yaitu berupa citra biner. Pengujian akan dilakukan pada beberapa lontar Bali dengan menggunakan 4 jenis proses yaitu restorasi I, restorasi II, restorasi III dan restorasi IV pada masing - masing lontar dan dipilih citra dengan hasil restorasi terbaik. Pada proses pengujian ini diperlukan 3 orang ahli dalam bidang lontar dari Museum Gedong Kirtya guna menentukan citra terbaik hasil dari restorasi.

Dalam merancang dan mengimplementasikan rancangan sistem, penulis menggunakan model waterfall atau yang sering disebut dengan classic life cycle model. Model waterfall ini merupakan model klasik yang bersifat sistematis atau berurutan dalam membangun perangkat lunak yang meliputi beberapa tahapan yakni: (1) requirements definition, (2) system and software design, (3) implementation and unit testing dan (4) integration and system testing.

Hasil analisis, implementasi dan pengujian pada penelitian ini adalah suatu sistem digitalisasi dan restorasi citra digital lontar kuno Bali yang (1) dirancang menggunakan DFD (Data Flow Diagram) dengan entitas pengguna (user), dan (2) diimplementasikan menggunakan bahasa pemrograman Borland Delphi 7.0 dengan menggunakan 3 jenis metode restorasi yaitu deteksi tepi (edge detection) operator prewitt, operasi morphologi black top hat dan reduksi noise dengan

Page 211: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 211

median filtering. Dan dari data hasil angket uji coba lontar di dapat bahwa restorasi I terlihat jelas dibandingkan dengan restorasi yang lainnya. Ini disebabkan karena deteksi tepi operator prewitt mampu meningkatkan penampakan garis batas atau objek di dalam citra lontar sehingga dapat menghasilkan titik - titik tepi yang cukup tebal dan jelas dari aksara Bali di lontar. Selain itu, perbaikan citra dengan sistem Digitalisasi dan Restorasi Citra Digital Lontar Kuno Bali jauh lebih efisien dibandingkan dengan perbaikan citra lontar secara manual dan lontar kuno dalam bentuk digital tidak akan berubah sepanjang waktu. Kata-kata kunci: digitalisasi, restorasi, citra digital, lontar kuno Bali. I. Pendahuluan

Berdirinya kantor Dokumentasi Budaya Bali tidak terlepas dari upaya penyelamatan dan pelestarian nilai-nilai budaya Bali, terutama yang tersimpan dalam bentuk lontar. Lenyapnya naskah lontar sebagai salah satu bentuk warisan budaya daerah cukup beralasan, karena warisan budaya tersebut yang ditulis diatas daun lontar tidak akan bertahan lama disebabkan oleh keadaan iklim di Indonesia yang berubah-ubah sehingga dapat mempercepat proses pelapukan. Peralatan yang dapat digunakan untuk melindungi lontar agar tidak cepat rusak masih relatif sedikit jumlahnya, maka dari itu perlu adanya proses digitalisasi pada lontar kuno tersebut terutama pada lontar yang tulisannya hampir tidak dapat terbaca oleh mata. Proses digitalisasi adalah proses mengubah data analog menjadi data digital (Sutoyo, 2009 : 12). Alat yang dapat digunakan dalam proses digitalisasi adalah scanner. Lontar - lontar kuno dalam bentuk digital ini perlu diberikan restorasi (perbaikan kembali) agar citra lontar kuno dapat lebih mudah dibaca. Restorasi meliputi penghilangan noise (reduksi noise), deteksi tepi (edge detection) dan morphologi dengan hasil akhir adalah citra biner.

Melihat pentingnya keberadaan lontar kuno di tengah - tengah masyarakat Bali, maka perlu dikembangkannya suatu sistem digitalisasi dan restorasi citra digital lontar kuno yang dapat memberikan kemudahan yakni dapat digunakan oleh banyak orang dan lontar kuno dalam bentuk digital tidak akan berubah sepanjang waktu. Dalam memperbaiki lontar yang tulisannya tidak dapat terbaca lagi metode yang digunakan antara lontar yang satu dengan lontar yang lain belum tentu sama tergantung dari jenis kerusakannya.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti termotivasi untuk membangun sebuah sistem yang berjudul ”Studi Implementatif Digitalisasi dan Restorasi Citra Digital Lontar Kuno Bali” yang dapat digunakan untuk memperbaiki lontar kuno yang tulisannya sudah tidak dapat terbaca lagi.

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, dapat dibuat beberapa rumusan masalah yaitu sebagai berikut. (a) Bagaimana rancangan sistem Digitalisasi dan Restorasi Citra Digital Lontar Kuno Bali?, (b) Bagaimana

Page 212: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 212

implementasi rancangan sistem Digitalisasi dan Restorasi Citra Digital Lontar Kuno Bali?

II. Kajian Pustaka

Studi Implementatif Digitalisasi dan Restorasi Citra Digital Lontar Kuno Bali merupakan salah satu pengolahan citra digital yang digunakan untuk memperbaiki sebuah citra khususnya pada citra lontar kuno Bali yang tulisannya hampir tidak dapat terbaca lagi. Proses digitalisasi pada lontar kuno dilakukan dengan menggunakan alat scanner. Lontar - lontar kuno dalam bentuk digital ini perlu diberikan restorasi (perbaikan kembali) agar citra lontar kuno dapat lebih mudah dibaca. Proses restorasi pada lontar kuno tersebut meliputi deteksi tepi (edge detection), morphologi dan penghilangan noise (reduksi noise) dengan hasil akhir adalah citra biner. Citra biner adalah citra yang setiap pixelnya hanya memiliki 2 kemungkinan nilai pada setiap pixel - pixelnya yaitu bernilai 0 (warna hitam) dan 1 (warna putih) (Munir, 2004:179). Thresholding adalah suatu proses yang digunakan untuk menghasilkan citra biner yaitu citra dengan hanya dua warna, yaitu: hitam dan putih. Deteksi tepi yang digunakan dalam Studi Implementatif Digitalisasi dan Restorasi Citra Digital Lontar Kuno Bali adalah deteksi tepi operator Prewitt karena dapat menghasilkan titik-titik tepi yang cukup tebal (jelas) sehingga dapat mempermudah dalam mendeteksi citra lontar kuno Bali. Operasi morphologi yang digunakan adalah operasi morphologi black top hat karena operasi morphologi black top hat dilakukan dengan cara mengurangi hasil operasi closing oleh kernel dengan citra input. Sedangkan untuk menghilangkan noisenya digunakan median filtering karena memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mengurangi noise. III. Analisis Dan Perancangan Perangkat lunak yang akan dibangun adalah berupa aplikasi desktop yang dapat menampilkan 4 jenis proses yaitu restorasi I, restorasi II, restorasi III dan restorasi IV. Masing - masing lontar akan diujicobakan pada keempat restorasi ini dan dipilih citra dengan hasil restorasi terbaik.

Pengembangan perangkat lunak ini tentunya membutuhkan suatu masukan yang akan diproses untuk menghasilkan keluaran yang diinginkan. Sistem ini membutuhkan masukkan berupa citra hasil scan lontar kuno Bali dengan warna RGB dan format citra inputnya berekstensi bitmap (*.bmp). Data-data masukkan tersebut nantinya diolah atau diproses sedemikian rupa dengan keempat jenis proses restorasi sehingga menghasilkan keluaran berupa citra biner dari lontar kuno Bali dengan kualitas yang lebih baik dari citra masukan. Pada proses pengujian ini diperlukan 3 orang ahli dalam bidang lontar guna menentukan citra terbaik hasil dari restorasi.

Perancangan dari perangkat lunak ini menggunakan DFD (Data Flow Diagram). DFD (Data Flow Diagram) adalah suatu model logika data atau proses yang dibuat untuk menggambarkan dari mana asal data, kemana tujuan data yang

Page 213: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 213

keluar dari sistem, dimana data disimpan, proses apa yang menghasilkan data tersebut, bagaimana interaksi antara data yang tersimpan, serta proses apa yang dikenakan pada data tersebut (Hartini, “http://www.unsri.ac.id/fasilkom/old_ version/dosen/hartini/materi/VIII_DFD.pdf”). Keuntungan penggunaan DFD adalah memudahkan pemakaian yang kurang menguasai bidang komputer untuk mengerti sistem yang akan dikerjakan atau dikembangkan. Teknik dasar DFD yang digunakan pada Studi Implementatif Digitalisasi dan Restorasi Citra Digital Lontar Kuno Bali adalah teknik Yourdan and DeMarco.

IV. Implementasi Dan Pengujian

Lingkungan implementasi perangkat lunak ini menggunakan beberapa perangkat lunak dan perangkat keras. Perangkat lunak yang digunakan antara lain Borland Delphi 7.0 dan Adobe Photoshop CS3. Sedangkan perangkat keras minimal dalam pengimplementasian Sistem Digitalisasi dan Restorasi Citra Digital Lontar Kuno Bali yaitu monitor 14 inch, Intel Pentium IV 1.6 GHz, RAM 1 GB, Harddisk 80 GB, Scanner, dilengkapi dengan alat input dan output serta sistem operasi Microsoft Windows XP.

Adapun batasan untuk perangkat lunak Digitalisasi dan Restorasi Citra Digital Lontar Kuno Bali ini, antara lain (a) Restorasi dilakukan pada citra hasil scan lontar kuno dengan warna RGB, (b) Format citra input bereksistensi bitmap (*.bmp), (c) Hasil akhir citra berbentuk citra biner, (d) Pengujian hasil program dilakukan dengan pengamatan secara visual dari para ahli lontar, (e) Menggunakan 3 jenis metode restorasi yaitu deteksi tepi (edge detection) operator prewitt, operasi morphologi black top hat dan penghilangan noise (reduksi noise).

Pengujian perangkat lunak dilakukan dengan tujuan, yaitu (a) Menguji kebenaran algoritma deteksi tepi operator prewitt, operasi morphologi black top hat dan reduksi noise dengan median filtering pada perangkat lunak Digitalisasi dan Restorasi Citra Digital Lontar Kuno Bali oleh ahli algoritma, (b) Menguji penggunaan perangkat lunak Digitalisasi dan Restorasi Citra Digital Lontar Kuno Bali untuk memperbaiki lontar yang tulisannya sudah tidak terbaca dengan menunjuk 3 orang ahli lontar dari Museum Gedong Kirtya.

Pelaksanaan pengujian perangkat lunak untuk uji algoritma dilakukan sebanyak 4 kali oleh ahli algoritma, dimana ahli algoritma yang dimintai bantuannya adalah salah seorang dosen Jurusan Pendidikan Teknik Informatika yaitu Bapak Made Windu Antara Kesiman, S.T., M.Sc. selaku dosen pembimbing I serta dosen pengempu mata kuliah Desain Analisis dan Algoritma serta mata kuliah Pengolahan Citra Digital. Berikut data hasil uji algoritma yang diisi oleh ahli lontar.

Page 214: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 214

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Algoritma

NO Nama Algoritma

Tanggal Pengujian 10 Mei 2011 16 Juni 2011 24 Juni 2011 8 Juli 2011

Sesuai Tidak Sesuai Sesuai

Tidak Sesuai Sesuai

Tidak Sesuai Sesuai

Tidak Sesuai

1 Metode Deteksi Tepi Operator Prewitt

2 Operasi Thresholding

3 Operasi Morphologi Black Top Hat

4 Reduksi Noise dengan Median Filtering

Keterangan : tanda cek (√) menandakan kasus uji algoritma telah sesuai / benar. Pengujian perangkat lunak untuk uji coba lontar dilakukan pada tanggal 4 Juli

2011 oleh para ahli lontar Museum Gedong Kirtya Singaraja, dimana ahli lontar yang dimintai bantuannya berjumlah 3 orang. Sebelum memulai proses pengujian perangkat lunak, penulis menginformasikan kepada para ahli lontar tentang alur dari aplikasi serta memperkenalkan tombol - tombol yang bisa mereka akses untuk menjalankan suatu fungsi tertentu. Usai memberikan informasi, penulis kemudian mempersilakan masing - masing ahli lontar untuk mencoba menggunakan atau menjalankan aplikasi Digitalisasi dan Restorasi Citra Digital Lontar Kuno Bali ini. Kemudian setelah diujicobakan, ahli lontar mengisi angket yang telah diberikan. Berikut data rekapitulasi hasil pengujian uji coba lontar yang dilakukan oleh para ahli lontar pada tanggal 4 Juli 2011.

Tabel 4.4 Data Rekapitulasi Hasil Pengujian Uji Coba Lontar

No Image Lontar

Ahli Lontar Hasil

Perbandingan Gede Yunarta I Made Sudirawan

Nyoman Sukadana

R1 R2 R3 R4 R1 R2 R3 R4 R1 R2 R3 R4 IMG 1 1 3 4 2 1 3 4 2 1 3 4 2 Sama IMG 2 1 3 4 2 1 3 4 2 1 3 4 2 Sama IMG 3 1 3 4 2 1 3 4 2 1 3 4 2 Sama IMG 4 1 3 4 2 1 3 4 2 1 3 4 2 Sama IMG 5 1 3 4 2 1 3 4 2 1 3 4 2 Sama IMG 6 1 3 4 2 1 3 4 2 1 3 4 2 Sama IMG 7 1 3 4 2 1 3 4 2 1 3 4 2 Sama

Page 215: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 215

No Image Lontar

Ahli Lontar Hasil

Perbandingan Gede Yunarta I Made Sudirawan

Nyoman Sukadana

R1 R2 R3 R4 R1 R2 R3 R4 R1 R2 R3 R4 IMG 8 1 3 4 2 1 3 4 2 1 3 4 2 Sama IMG 9 1 3 4 2 1 3 4 2 1 3 4 2 Sama IMG 10 1 3 4 2 1 3 4 2 1 3 4 2 Sama IMG 11 1 3 4 2 1 3 4 2 1 3 4 2 Sama IMG 12 1 3 4 2 1 3 4 2 1 3 4 2 Sama IMG 13 1 3 4 2 1 3 4 2 1 3 4 2 Sama IMG 14 1 3 4 2 1 3 4 2 1 3 4 2 Sama IMG 15 1 3 4 2 1 3 4 2 1 3 4 2 Sama IMG 16 1 3 4 2 1 3 4 2 1 3 4 2 Sama IMG 17 1 3 4 2 1 3 4 2 1 3 4 2 Sama IMG 18 1 3 4 2 1 3 4 2 1 3 4 2 Sama IMG 19 1 3 4 2 1 3 4 2 1 3 4 2 Sama IMG 20 1 3 4 2 1 3 4 2 1 3 4 2 Sama IMG 21 1 3 4 2 1 3 4 2 1 3 4 2 Sama IMG 22 1 3 4 2 1 3 4 2 1 3 4 2 Sama IMG 23 1 3 4 2 1 3 4 2 1 3 4 2 Sama IMG 24 1 3 4 2 1 3 4 2 1 3 4 2 Sama IMG 25 1 3 4 2 1 3 4 2 1 3 4 2 Sama

Berdasarkan data rekapitulasi hasil pengujian uji coba lontar yang diisi

oleh ahli lontar Museum Gedong Kirtya Singaraja maka diperoleh informasi bahwa : 1. Restorasi I diberi nomer 1 karena hasil restorasi ini terlihat jelas dibandingkan

dengan restorasi yang lainnya. Ini disebabkan karena karakteristik dari deteksi tepi operator prewitt yang mampu meningkatkan penampakan garis batas atau objek di dalam citra lontar sehingga dapat menghasilkan titik - titik tepi yang cukup tebal dan jelas dari aksara Bali di lontar.

2. Restorasi IV merupakan restorasi gabungan dari operasi morphologi black top hat dengan deteksi tepi operator prewitt diberi nomer 2 oleh ahli lontar karena hasil restorasi ini terlihat cukup jelas. Ini disebabkan karena morphologi black top hat yang merupakan operasi morphologi level kedua menghasilkan citra yang tipis. Citra hasil morphologi ini kemudian di deteksi tepi dengan operator prewitt sehingga menghasilkan titik - titik tepi yang cukup jelas sesuai dengan karakteristik dari deteksi tepi itu sendiri.

3. Restorasi II diberi nomer 3 karena hasil restorasi ini terlihat kurang jelas dibandingkan dengan restorasi I dan restorasi IV. Ini disebabkan karena karakteristik dari morphologi black top hat yang mampu membedakan antara objek dan latar. Dimana latar dari citra lontar kuno akan menjadi hitam dan objek tulisan akan dimunculkan. Namun, karena citra lontar yang digunakan

Page 216: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 216

tulisannya sudah mulai sulit terbaca menyebabkan ada beberapa tulisan yang berubah menjadi latar sehingga hasil dari restorasi ini kurang jelas.

4. Restorasi III diberi nomor 4 karena hasil restorasi ini terlihat sangat tidak jelas. Berdasarkan teori, operasi thresholding digunakan untuk mengubah citra lontar RGB menjadi citra biner. Operasi thresholding akan mengubah pixel menjadi putih jika nilai aras keabuannya lebih besar daripada T dan akan diubah menjadi hitam jika aras keabuannya lebih kecil atau sama dengan T. Namun, karena citra lontar yang digunakan tulisannya sudah mulai sulit terbaca menyebabkan hasil dari operasi thresholding menjadi hitam atau gelap.

Secara umum pelaksanaan pengujian perangkat lunak berlangsung dengan lancar, baik pada saat pengujian uji algoritma oleh ahli algoritma maupun saat pengujian uji lontar oleh ahli lontar Museum Gedong Kirtya Singaraja. Dari pengujian uji algoritma yang dilakukan oleh ahli algoritma yaitu Bapak Made Windu Antara Kesiman, S.T.,M.Sc. sudah berhasil dengan baik, ini terbukti dari tanda sesuai pada uji algoritma. Dan untuk pengujian uji coba lontar, penulis meminta bantuan kepada 3 ahli lontar dari Museum Gedong Kirtya Singaraja untuk mengisi angket uji coba lontar. Data hasil angket uji coba lontar kemudian dibandingkan satu sama lain. Dan dari data hasil angket uji coba lontar di dapat bahwa pendapat para ahli adalah sama. Dimana restorasi I terlihat lebih jelas dibandingkan dengan restorasi yang lainnya. Ini disebabkan karena deteksi tepi operator prewitt mampu meningkatkan penampakan garis batas atau objek di dalam citra lontar sehingga dapat menghasilkan titik - titik tepi yang cukup tebal dan jelas dari aksara Bali di lontar. Selain itu perbaikan citra dengan sistem digitalisasi dan restorasi citra digital lontar kuno Bali jauh lebih efisien dibandingkan dengan perbaikan citra lontar secara manual dan lontar kuno dalam bentuk digital tidak akan berubah sepanjang waktu. V. Penutup

Berdasarkan hasil analisis, implementasi dan pengujian pada penelitian ini, maka dapat diambil simpulan yaitu (1) Sistem Digitalisasi dan Restorasi Citra Digital Lontar Kuno Bali dirancang menggunakan DFD (Data Flow Diagram) dengan entitas pengguna (user), (2) Sistem Digitalisasi dan Restorasi Citra Digital Lontar Kuno Bali diimplementasikan menggunakan bahasa pemrograman Borland Delphi 7.0 dengan menggunakan 3 jenis metode restorasi yaitu deteksi tepi (edge detection) operator prewitt, operasi morphologi black top hat dan reduksi noise dengan median filtering. Dan dari data hasil angket uji coba lontar di dapat bahwa restorasi I terlihat jelas dibandingkan dengan restorasi yang lainnya. Ini disebabkan karena deteksi tepi operator prewitt mampu meningkatkan penampakan garis batas atau objek di dalam citra lontar sehingga dapat menghasilkan titik - titik tepi yang cukup tebal dan jelas dari aksara Bali di lontar. Selain itu, perbaikan citra dengan Sistem Digitalisasi Dan Restorasi Citra Digital

Page 217: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 217

Lontar Kuno Bali jauh lebih efisien dibandingkan dengan perbaikan citra lontar secara manual dan lontar kuno dalam bentuk digital tidak akan berubah sepanjang waktu.

Berdasarkan pengamatan penulis, disarankan bagi pembaca yang ingin mengembangkan sistem ini agar dapat : (1) Mengembangkan sistem ini dengan format citra input yang tidak dibatasi lagi sehingga semua format citra dapat dieksekusi oleh sistem, (2) Mengembangkan sistem ini dibagian metode restorasi (tidak hanya sebatas 3 jenis restorasi) sehingga perbandingan hasil yang diperoleh lebih banyak, (3) Proses pengujian tidak hanya sebatas pada citra lontar kuno Bali ini saja tetapi bisa juga digunakan pada citra lain. Daftar Pustaka Achmad, B., Palandi, J.F, & Fatchurrochman. 2005. Pengolahan Citra Digital

Menggunakan Visual Basic. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu. Achmad, Balza & Firdausy.K. 2005. Teknik Pengolahan Citra Digital

Menggunakan Delphi. Yogyakarta: Penerbit Ardi Publishing. Alam, M. Agus J. 2003. Belajar Sendiri Membuat Program Aplikasi

Menggunakan Delphi 6 dan Delphi 7. Jakarta: Penerbit PT. Elex Media Komputindo.

Bardosono, Saptawati. 2009. ”Kuisioner”.

http://repository.ui.ac.id/dokumen/lihat/2707.pdf (diakses tanggl 10 oktober 2010).

Fadlisyah, dkk. 2008. Pengolahan Citra Menggunakan Delphi. Yogyakarta:

Penerbit Graha Ilmu. Gonzales, R. C., Woods, R.E, & Eddins, S.L. 2002. Digital Image Processing

Using MATLAB. India: Pearson Education. Hartini. 2006. “Analisis dengan Diagram Aliran Data (DFD)”.

http://www.unsri.ac.id/fasilkom/old_version/dosen/hartini/materi/VIII_DFD.pdf (diakses tanggal 3 Mei 2010).

Herdiyeni, Y. 2007. ”Edge Detection”. www. ilkom. fmipa. ipb.ac.id/~yeni/ files/

ppcd/Kuliah%2007%Edge%Detection. pdf (diakses tanggal 12 September 2010).

Hestiningsih, Idhawati. 2010. “Pengolahan Citra”.

http://toba.mytoba.com/dl/Pengolahan%20Citra.pdf (diakses tanggal 20 Mei 2010).

Page 218: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 218

Kadir, Abdul. 2008. Mudah Menjadi Programmer Delphi. Yogyakarta: Penerbit

Andi. Malik, Jaja Jamaludin. 2005. Tip & Trik Unik Delphi. Yogyakarta: Penerbit Andi. Malik, Jaja Jamaludin. 2006. Tip & Trik Unik Delphi Lanjutan. Yogyakarta:

Penerbit Andi. Munir, Rinaldi. 2004 Pengolahan Citra Digital dengan Pendekatan Algoritmik.

Bandung: Penerbit Informatika. Proboyekti, Umi. 2008. ”Bahan Ajar Rekaya Perangkat Lunak Software Process

Model I”. http://lecturer.ukdw.ac.id/othie/softwareprocess.pdf (diakses tanggal 4 Oktober 2010).

Putra, Darma. 2010. Pengolahan Citra Digital. Yogyakarta: Penerbit Andi. Purnomo, M. H., & Muntasa, Agus. 2010. Konsep Pengolahan Citra Digital dan

Ekstrasi Fitur. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu. Sutoyo, T., dkk. 2009. Teori Pengolahan Citra Digital. Yogyakarta: Penerbit

Andi Wijaya, M.C, & Prijono, A. 2007. Pengolahan Citra Digital Menggunakan

Matlab. Bandung: Penerbit Informatika.

Page 219: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 219

B.9. Kerangka Sistem Berbasis Aturan Menggunakan Certainty Factor, Dengan Runut Maju Dan Runut Mundur Putu Hendra Suputra

KERANGKA SISTEM BERBASIS ATURAN MENGGUNAKAN CERTAINTY FACTOR, DENGAN RUNUT MAJU DAN RUNUT MUNDUR

Oleh

PUTU HENDRA SUPUTRA1

ABSTRAK

Salah satu cara dalam membangun suatu sistem pakar adalah dengan

menggunakan kerangka (shell) yang membantu membangun knowledge base dan aplikasinya. Kerangka sistem pakar membantu pengembang sistem pakar sebagai fasilitas antarmuka pengguna dalam mengelola input dan output dari data. Kerangka sistem pakar juga mampu memanipulasi informasi dan basis pengetahuan yang dimiliki, untuk menghasilkan sebuah konklusi. Di samping fasilitas konstruksi pengetahuan yang mudah dan memadai, pengembangan sistem pakar dengan menggunakan kerangka (shell) sistem pakar juga perlu memperhatikan fasilitas penjelasan yang ramah penguna dan mampu menjelaskan bagaimana suatu kesimpulan diperoleh.

MyExSys adalah sebuah kerangka sistem berbasis aturan yang dikembangkan untuk membangun sebuah sistem pakar berbasis aturan (pengetahuan) yang memberi keleluasaan kepada pengguna untuk mengelola pengetahuan. Proses penalaran yang didukung adalah runut maju dan runut mundur serta jejaring kemungkinan Fasilitas penjelasan yang disediakan meliputi rangkuman proses penalaran yang berbasis teks, serta jejaring inferensi dalam bentuk grafik AND-OR Tree. MyExSys menggunakan certainty factor secara naif dalam merepresentasikan penaran atas ketidakpastian.

Kata kunci: sistem pakar, sistem berbasis aturan, kerangka, shell, certainty factor I. Pendahuluan

Program Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligent) yang menyerupai kemampuan seorang pakar yang mampu menyelesaikan permasalahan tertentu berdasarkan sekumpulan pengetahuan atas permasalahan tertentu yang spesifik diseput sistem berbasis aturan (knowledge based system) atau sistem pakar (expert system). Aplikasi sistem berbasis aturan tidak hanya pada pemecahan masalah saja, namun juga dapat diintegrasikan pada cabang-cabang kajian AI yang lain guna meningkatkan atau menyempurnakan metode sebagai bentuk dari hybrid 1 Putu Hendra Suputra, Staf pengajar Jurusan Manajemen Informatika UNDIKSHA

Page 220: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 220

system. Namun apapun tujuannya, setiap sistem berbasis aturan tetap berpegang pada area tertentu yang disebut domain atau task domain. Domain yang dimaksud adalah area atau lingkungan di mana permasalahan terdefinisikan.

Sistem pakar terdiri dari dua bagian utama yaitu basis pengetahuan (knowledge base) dan penalaran (reasoning). Knowledge base dalam sistem pakar mengandung pengetahuan yang bersumber dari pengetahun seorang (atau sekelompok) pakar, buku, jurnal, dan sebagainya, yang berhubungan dengan bidang tertentu yang direpresentasikan dengan format tertentu yang dapat diterima oleh komputer. Pekerjaan pengumpulan dan representasi pengetahun ini dilakukan oleh knowledge engineer. Sementara proses penalaran diimplementasikan berdasarkan konsep dan metode yang disesuaikan dengan kebutuhan atas pemecahan masalah yang dihadapi.

Pengetahuan dan informasi (fakta) tidak selalu seratus persen tepat. Bahkan sangat mungkin pada suatu kasus, pengetahuan yang diperoleh tidak lengkap. Untuk menghadapi ketidakyakinan atas suatu pengetahuan maupun fakta, suatu aturan (representasi atas pengetahuan) perlu diasosiasikan pada suatu confident factor atau suatu bobot tertentu. Metode paling naif dalam penalaran atas ketidakpsatian adalah metode Certainty Factor (CF).

Sistem pakar berbasis aturan dapat dibangun dengan dua cara, yaitu dengan membangun sistem keseluruhan dari rancangan dasar menggunakan bahasa pemrograman atau membangunnya menggunakan perangkat lunak khusus yang disebut dengan ”tool” atau ”shell”. Shell sistem pakar berbasis aturan merupakan suatu sistem yang dibangun berdasarkan sekumpulan metode-metode penalaran tanpa tergantung pada domain tertentu. Membangun sistem pakar berbasis aturan menggunakan shell ini menawarkan keuntungan yang signifikan. Sistem dapat dibangun untuk melakukan tugas tertentu (pada domain tertentu) dengan memasukkan pengetahuan yang dibutuhkan ke dalam shell. Mesin inferensi yang terinstalasi dalam shell akan mengolah pengetahuan tersebut untuk melakukan tugasnya. Dengan adanya shell ini, pembangunan sebuah sistem pakar dapat difokuskan pada pengumpulan dan representasi pengetahuan saja. Selain itu, shell sistem pakar dapat digunakan dalam pembelajaran bagaimana proses pemecahan masalah dilakukan melalui serangkaian inferensi simbolik. II. Elemen Sistem Pakar

Elemen-elemen yang umum dalam sistem pakar digambarkan seperti pada Gambar 1 (a). dalam sistem berbasis aturan, knoledge base berisi pengetahuan suatu domain yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah yang dikodekan dalam bentuk aturan-aturan (Giarratano dan Riley, 2005). Sistem pakar terdiri dari beberapa komponen sebagai berikut. a) User interface

User-interface merupakan sebuah mekanisme bagaimana para pengguna berinteraksi dengan sistem pakar.

b) Explanation facility

Page 221: senapati 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraj

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti

Fasilitas ini memberikan informasi kepapenalaran sehingga dihasilkan suatu keputusan.

c) Working memory Working-memory menyimpan faktaproses penalaran berlangsung.

d) Inference engine Inference-engine melakukan proses inferensi dengan cara memutuskan aturan mana yang memenuhi kondisi fakta atau objek, mempertimbangkan prioritas atas aturan-aturan yang memenuhi tadi, lalu mengeksekusi aturan yang memiliki prioritas tertinggi dari sederetan aturan tadi.

e) Agenda Agenda berisi aturaninference engine, di mana aturanberdasarkan fakta-fakta yang diketahui yang memenuhi kondisi aturan tersebut.

f) Knowledge acquisitionFasilitas ini mengakomodasi kebutuhan akan akuisisi dan representasi pengetahuan dengan cara yang lebih mudah dibandingkan dengan mengolah pengetahuan secara eksplisit dengan cara mengkode basis pengetahuan.

(a)

Gambar 1 (a) Struktur sistem berbasis aturan (Giarratano dan Riley, 2005),

III. Arsitektur MyExSys

MyExSys adalah nama sandi suatu berbasis visual yang memiliki fitur inferensi terhadap aturanbentuk representasi pengetahuan pada suatu domain. Antarmuka visual dipilih

INFERENCE ENGINE

AGENDA

KNOWLEDGEBASE

(RULES)

EXPLANATIONFACILITY

USERINTERFACE

ISSN 2087Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011)Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti

Fasilitas ini memberikan informasi kepada pengguna mengenai jalannya penalaran sehingga dihasilkan suatu keputusan.

menyimpan fakta-fakta yang digunakan pada aturan selama proses penalaran berlangsung.

melakukan proses inferensi dengan cara memutuskan aturan mana yang memenuhi kondisi fakta atau objek, mempertimbangkan prioritas

aturan yang memenuhi tadi, lalu mengeksekusi aturan yang memiliki prioritas tertinggi dari sederetan aturan tadi.

Agenda berisi aturan-aturan yang memiliki prioritas yang dibuat oleh , di mana aturan-aturan tersebut dipilih (dibangkitkan)

fakta yang diketahui yang memenuhi kondisi aturan

acquisition facility Fasilitas ini mengakomodasi kebutuhan akan akuisisi dan representasi pengetahuan dengan cara yang lebih mudah dibandingkan dengan mengolah pengetahuan secara eksplisit dengan cara mengkode basis pengetahuan.

(b)

Struktur sistem berbasis aturan (Giarratano dan Riley, 2005),(b) Arsitektur MyExSys

MyExSys MyExSys adalah nama sandi suatu framework sistem berbasis aturan

berbasis visual yang memiliki fitur inferensi terhadap aturan-aturan sebagai bentuk representasi pengetahuan pada suatu domain. Antarmuka visual dipilih

INFERENCE ENGINE

AGENDA

WORKINGMEMORY

(FACTS)

KNOWLEDGEACQUISITION

FACILITY

INTERFACE

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Bali,

221

da pengguna mengenai jalannya

fakta yang digunakan pada aturan selama

melakukan proses inferensi dengan cara memutuskan aturan mana yang memenuhi kondisi fakta atau objek, mempertimbangkan prioritas

aturan yang memenuhi tadi, lalu mengeksekusi aturan yang

aturan yang memiliki prioritas yang dibuat oleh aturan tersebut dipilih (dibangkitkan)

fakta yang diketahui yang memenuhi kondisi aturan

Fasilitas ini mengakomodasi kebutuhan akan akuisisi dan representasi pengetahuan dengan cara yang lebih mudah dibandingkan dengan mengolah pengetahuan secara eksplisit dengan cara mengkode basis pengetahuan.

Struktur sistem berbasis aturan (Giarratano dan Riley, 2005),

sistem berbasis aturan aturan sebagai

bentuk representasi pengetahuan pada suatu domain. Antarmuka visual dipilih

Page 222: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 222

dengan pertimbangan agar mempermudah pengguna untuk merepresentasikan pengetahuan dan fakta tanpa harus memahami format representasi aturan yang ditetapkan. Gambar 1.(b) menunjukkan arsitektur MyExSys. Bagian antarmuka menjembatani fasilitas penjelasan dan fasilitas akuisisi pengetahuan yang terkoneksi dengan mesin inferensi. Fasilitas penjelasan dapat memberikan suatu kesimpulan dan detail proses yang memberikan penjelasan kepada pengguna bagaimana suatu kesimpulan diperoleh. Dalam bagian ini pula disediakan jejaring aturan yang menunjukkan hubungan antar aturan yang terlibat dalam pengambilan suatu keputusan. Pengelolaan dan pembuatan set aturan diakomodasi pada fasilitas akuisisi pengetahuan. Antarmukanya didesain agar dapat mengurangi kemungkinan kesalahan pemasukan data. Pada fasilitas ini, knowledge engineer dapat mengelola set aturan – yang terdiri dari kunci dan aturan (rule) – maupun membuat sebuah set aturan yang baru. Perubahan atas set aturan tidak dilakukan langsung pada file, melainkan melalui perantara mesin inferensi. Pada mesin inferensi terdapat rutin-rutin yang dapat dipanggil termasuk rutin-rutin pengelolaan set aturan sehingga jika dilakukan pengembangan antarmuka, tidak terikat pada format aturan karena sudah built-in pada mesin inferensi sebagai core (inti) dari MyExSys. Perubahan pada shell dapat dilakukan dengan tujuan menyesuaikan kasus dan domain namun tetap menggunakan core yang sama sepanjang kebutuhan inferensinya tidak jauh berbeda dengan fitur yang mampu didukung oleh mesin inferensi.

Mesin inferensi menjadi fokus dalam penelitian ini karena proses inferensi terjadi pada bagian ini. Mesin inferensi dirancang untuk tidak memiliki ketergantungan terhadap antarmuka. Dalam bagian ini disediakan rutin atau metoda publik yang dapat dipanggil. Dengan demikian mesin inferensi dapat digunakan pada pada desain antarmuka yang berbeda tetapi harus compatible. Sebelum melakukan proses inferensi, mesin inferensi harus memuat data di dalam set pengetahuan, yang terdiri dari data kunci dan data aturan ke dalam memori. Hubungan antar komponen dalam mesin inferensi seperti pada Gambar 2.

Set pengetahuan terdiri dari file kunci dan file aturan. File kunci menyimpan data premis yang membangun aturan, dengan kata lain setiap aturan mereferensi pada data kunci. File aturan menyimpan data aturan yang dikodekan dengan format yang telah ditentukan.

Page 223: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 223

Gambar 2. Hubungan komponen dalam mesin inferensi (runut maju)

IV. Representasi Pengetahuan Sistem memiliki sebuah kode format yang menentukan bagaimana kondisi

dibentuk. Jika dibuat sebuah aturan : “IF Premis A AND NOT Premis B AND Premis C THEN Premis D”

Sebagai contoh, ID kunci seperti berikut ini.

ID Nama 1 Premis A 2 Premis B 3 Premis C 4 Premis D

dengan kode format bernilai 3, artinya setiap ID kunci dibuat dalam format 3 digit, sehingga aturannya menjadi:

IF 001002003 THEN 004 , dengan tandakondisi=101 (0=negasi) atau kondisi : 001002003 tandakondisi : 101 konklusi : 004 tandakonklusi : 1

Page 224: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 224

Gambar 3. Koleksi pengetahuan dalam MyExSys

Gambar 4. Antarmuka visual representasi aturan

V. Proses Penalaran Dua buah flag disediakan untuk menandai modus runut yang digunakan.

Flag ini nilainya ditentukan pada saat User memilih tombol runut yang dipilih. Proses runut maju dan runut mundur memiliki kontrol proses yang berbeda namun sama-sama memanfaatkan komponen-komponen dalam mesin inferensi. Di samping runut maju dan runut mundur, terdapat suatu fitur jejaring kemungkinan yang merupakan modifikasi dari runut maju seperti digambarkan pada Gambar 3.

Setiap melakukan eksekusi (firing) terhadap suatu aturan (rule), dibuat timestamp agar dapat melakukan pelacakan urutan masuknya aturan yang telah terpakai. Hal ini sangat membantu dalam menyusun penjelasan terutama dalam membangun jaring aturan (rule net) atau inference net.

Page 225: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 225

Gambar 5 Proses mulai inferensi

Gambar 4 Proses runut maju

Page 226: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 226

Gambar 5. Proses runut mundur

Runut mundur dilakukan dimulai dari evaluasi goal yang akan

dikonfirmasi status keberadaan kondisinya kepada USER. Proses runut mundur ini menggunakan proses rekursif dalam konfirmasinya (Gambar 5), karena suatu fakta pendukung bisa merupakan kesimpulan dari aturan lain yang dapat ditelusuri lagi kebenarannya. Dengan kata lain suatu aturan menghasilkan sebuah kesimpulan antara (subgoal) yang menjadi kondisi bagi kesimpulan yang lain. Dengan cara ini, penalaran yang dalam (deep reasoning) dapat dilakukan.

User dapat menentukan status suatu fakta apakah 'Ya' (true) atau 'Tidak' (false). Jika User memilih 'Ya', maka fakta yang bersangkutan akan bernilai true sekaligus menentukan nilai CF dan konfirmasi dilanjutkan dengan fakta berikutnya. Jika opsi 'Tidak' yang dipilih, maka fakta tersebut akan bernilai false yang berakibat pada fakta kesimpulan dari aturan yang bersangkutan akan turut bernilai false mengingat aturan dalam sistem ini hanya menggunakan aturan yang menggunakan operator AND pada kondisinya. Keberadaan fakta yang merupakan subgoal akan memicu perintah pada mesin inferensi untuk menelusuri keberadaan suatu fakta dari aturan yang menghasilkan kesimpulan fakta tersebut. Kondisi yang mendukung fakta tersebut akan dikonfirmasi dengan proses yang sama, demikian seterusnya. Jika kondisi terpenuhi (semua kondisi true) maka proses rekursif akan memberikan nilai true. VI. Certainty Factor

Penggunaan certainty factor dilakukan untuk: a) menentukan nilai keyakinan atas fakta awal yang diberikan oleh User,

Page 227: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 227

b) menentukan nilai keyakinan atas konklusi yang diperoleh dari aturan, nilai ini ditentukan oleh pakar ke dalam aturan,

c) menentukan nilai keyakinan atas fakta-fakta dan goal yang diperoleh selama proses penalaran dari hasil eksekusi aturan,

d) menyesuaikan nilai keyakinan atas fakta atau goal yang diperoleh dari aturan yang berbeda tetapi menghasilkan konklusi yang sama.

Bentuk dasar rumus certainty factor sebuah aturan dalam bentuk IF E then H adalah sebagai berikut.

CF ( H , e ) = CF ( E , e ) * CF ( H , E ) (3.2) di mana,

CF(E,e) adalah certainty evidence E yang dipengaruhi oleh evidence e

CF(H,E)

adalah certainty factor dari hipotesis, dengan asumsi evidence diketahui dengan pasti, yaitu ketika CF(E,e)=1.

CF(H,e) adalah certainty factor dari hipotesis berdasarkan ketidakyakinan atas evidence e

Jika dalam penalaran terdapat lebih dari satu aturan yang menghasilkan hipotesis yang sama namun dengan certainty factor, maka certainty factor dihitung dengan fungsi kombinasi yang didefinisikan sebagai berikut. VII. Jejaring Aturan

Aturan dari suatu perangkat aturan tidak terkait secara fisik, tapi hubungan logisnya dapat digambarkan dengan diagram hierarki. Umumnya diagram hierarki diwujudkan dalam sebuah pohon (tree) yang menunjukkan hubungan logis dari serangkaian aturan. Hasil dari inferensi ditampilkan dalam dua cara yaitu menggunakan pendekatan grafis dan teks. Pendekatan grafis dilakukan dengan menampilkan AND-OR Tree dari aturan-aturan yang terlibat, seperti ditampilkan pada Gambar 6.

Page 228: senapati 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraj

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti

VIII. Contoh Kasus TroubleshootingPengetahuan dalam domain ini merupakan pengetahuan yang digunakan

untuk praktikum troubleshootingRepresentasi atas ketidakpastian yang digunakan adalah certainty factor yang didukung oleh MyExSys. Aturan yang dimiliki yang tersusun dari lima puluh kunci.

(a)

Gambar 7 (a) Identifikasi kerusakan televisi, (b) Kesimpulan identifikasi

Hasil yang diperoleh setelah User mengkonfirmasi beberapa fakta

ditunjukkan pada Gambar 8. untuk selanjutnya jika ada aturan yang didukung oleh fakta tersebut, maka digunakan status konfirmasi sebelumnya. Jiterhadap suatu fakta, nilai CF juga disertakan. yang dikonfirmasi true adalah [Tidak ada gambar], [Tidak ada suara], dan [Raster putih terang].

ISSN 2087Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011)Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti

Gambar 6. Jejaring inferensi

Troubleshooting Televisi Pengetahuan dalam domain ini merupakan pengetahuan yang digunakan

troubleshooting kerusakan televisi (Budiarso, 2010). Representasi atas ketidakpastian yang digunakan adalah certainty factor yang didukung oleh MyExSys. Aturan yang dimiliki terdiri dari dua puluh dua aturan yang tersusun dari lima puluh kunci.

(b)

Gambar 7 (a) Identifikasi kerusakan televisi, (b) Kesimpulan identifikasi kerusakan televisi

Hasil yang diperoleh setelah User mengkonfirmasi beberapa fakta ditunjukkan pada Gambar 8. Jika suatu fakta sudah pernah dikonfirmasi, maka untuk selanjutnya jika ada aturan yang didukung oleh fakta tersebut, maka digunakan status konfirmasi sebelumnya. Jika User memberi konfirmasi terhadap suatu fakta, nilai CF juga disertakan. Pada percobaan Gambar 7(a), fakta

adalah [Tidak ada gambar], [Tidak ada suara], dan [Raster

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Bali,

228

Pengetahuan dalam domain ini merupakan pengetahuan yang digunakan kerusakan televisi (Budiarso, 2010).

Representasi atas ketidakpastian yang digunakan adalah certainty factor yang terdiri dari dua puluh dua aturan

Gambar 7 (a) Identifikasi kerusakan televisi, (b) Kesimpulan identifikasi

Hasil yang diperoleh setelah User mengkonfirmasi beberapa fakta Jika suatu fakta sudah pernah dikonfirmasi, maka

untuk selanjutnya jika ada aturan yang didukung oleh fakta tersebut, maka ka User memberi konfirmasi true Pada percobaan Gambar 7(a), fakta

adalah [Tidak ada gambar], [Tidak ada suara], dan [Raster

Page 229: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 229

Dalam praktikum troubleshooting televisi, jika sumber kerusakan telah diketahui, maka diambil tindakan perbaikan. Penjelasan tentang tindakan dapat dimasukkan dalam penjelasan atau keterangan dari goal sehingga dapat ditampilkan sebagai sebuah kesimpulan seperti pada Gambar 7(b). ================================================ Evaluasi goal Power supply ------------------------------------------------ jika Tidak Ada Gambar dan Tidak ada suara dan Tidak ada raster maka Power supply ; CF=0.57 Konfirmasi fakta: Tidak Ada Gambar true dengan CF=1 Konfirmasi fakta: Tidak ada suara true dengan CF=1 Konfirmasi fakta: Tidak ada raster false Diturunkan fakta: Power supply false ================================================ Evaluasi goal TABUNG GAMBAR ------------------------------------------------ jika Tidak ada raster dan Gambar meredup perlahan dan Layar gelap dan Filamen tidak menyala maka TABUNG GAMBAR ; CF=0.47 Diturunkan fakta: TABUNG GAMBAR false ================================================ Evaluasi goal AUTOMATIC GAIN CONTROL ------------------------------------------------ jika Raster putih terang dan Tidak Ada Gambar dan Tidak ada suara maka AUTOMATIC GAIN CONTROL ; CF=0.41 Konfirmasi fakta: Raster putih terang true dengan CF=1 Diturunkan fakta: AUTOMATIC GAIN CONTROL true dengan CF=0.41

Gambar 8 Proses penalaran identifikasi kerusakan televisi

IX. Contoh Kasus Mediator Pemeliharaan Perkawinan Pengetahuan dalam domain ini merupakan pengetahuan yang digunakan

untuk memberikan nasehat atas permasalahan perkawinan pada Pengadilan Agama Kota Yogyakarta (Yahfizham, 2010). Premis-premis pembentuk aturan dikelompokkan menjadi kelompok Masalah, Alasan, Sebab, dan Nasehat. Aturan dalam pengetahuan ini merupakan kombinasi dari premis-premis dari masing-masing kelompok. Tidak terdapat representasi atas ketidakpastian yang digunakan. Goal yang dikehendaki berupa nasehat yang sudah didefinisikan sebelumnya

Aturan yang didukung dalam MyExSys mendukung kondisi dengan premis tunggal atau premis gabungan dengan operator AND. Konklusi yang didukung harus premis tunggal. Jika aturan tidak dalam bentuk yang disyaratkan, maka perlu ditransformasi terlebih dahulu. Berikut ini contoh beberapa transformasi aturan.

a) If A or B then G1

Page 230: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 230

Aturan yang menggunakan operator OR dalam kondisinya seperti di atas dapat dipecah menjadi aturan-aturan yang dapat didukung oleh sistem.

( )( ) ( ) ( ) ( )( ) ( )GBGA

GBGAGBAGBA

GBA

→∧→≡∨∧∨≡∨∧≡∨∨≡

→∨

b) If A and (B or C) then G1 Aturan yang menggunakan kombinasi operator AND dan operator OR

dalam kondisinya seperti di atas dapat dipecah menjadi aturan-aturan yang dapat didukung oleh sistem (mengeliminasi operator OR).

( )( ) ( )( )( ) ( )( )11

1

1

GCAGBA

GCABA

GCBA

→∧∧→∧≡→∧∨∧≡

→∨∧

c) If A then G1 and G2 Cara yang serupa juga dapat digunakan untuk mentransformasi aturan

yang bagian konklusinya bukan tunggal dan menggunakan operator AND. ( )( ) ( ) ( )

( ) ( )21

2121

21

GAGA

GAGAGGA

GGA

→∧→≡∨∧∨≡∧∨≡

∧→

Setelah aturan ditransformasi, dilakukan uji coba pada sistem. Runut yang direkomendasikan dalam pengetahuan ini adalah runut maju. Gambar 9(a) menunjukkan pemilihan fakta dengan hasil keputusan yang prosesnya digambarkan pada Gambar 9(b).

(a) (b)

Gambar 9 (a) Uji coba mediator perkawinan, (b) Jejaring inferensi mediator perkawinan

Nilai CF untuk seluruh fakta adalah 1 karena pada pengetahuan ini tidak

menggunakan certainty factor. Nasehat-nasehat (terdapat tiga nasehat) dapat

Page 231: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 231

ditampilkan dengan meng-klik tombol kesimpulan yang menampilkan penjelasan dari goal-goal yang diperoleh.

X. Kesimpulan

Telah dikembangkan suatu kerangka (shell) sistem berbasis aturan yang dikembangkan dengan modul terpisah antara bagian pengetahuan dan mesin inferensinya. Mesin inferensi dapat melakukan runut maju dan runut mundur. Penentuan runut tidak diatur secara default oleh sistem, karena rekomendasi strategi runut sangat tergantung dari domain permasalahan dan bagaimana pengetahuan direpresentasikan. Aturan yang digunakan merupakan representasi secara rinci sebuah pengetahuan dalam bentuk serangkaian rule yang mengikuti Post production system.

Sistem tidak dapat memisahkan jejaring inferensi menjadi jejaring yang independen untuk masing-masing cara, namun hal ini dapat menunjukkan bagaimana hubungan aturan-aturan yang terlibat dalam inferensi.

Antarmuka yang ditawarkan dalam kerangka ini dibuat sesederhana mungkin, menghindari kesalahan pengguna ketika memasukkan data. Prosedur penggunaan, baik akuisisi pengetahuan maupun prosedur penalaran dilakukan dengan pendekatan visual yang lebih ramah pengguna.

Uji coba sistem dengan menggunakan beberapa set pengetahuan telah dilakukan. Sistem mampu melakukan penalaran terhadap pengetahuan yang aturan-aturannya sesuai dengan format yang telah dirumuskan. Aturan yang belum memenuhi format harus ditransformasi dengan cara yang sesuai agar memenuhi format yang didukung. Sistem dapat melakukan inferensi terhadap pengetahuan untuk diagnosa penyakit tulang pada manusia (Afuan, 2008), namun tidak disediakan metoda fuzzy FMADM yang disyaratkan. Sementara pada uji coba yang lain sistem dapat memberikan hasil seperti yang dikehendaki.

XI. Saran

Sebagai sebuah purwarupa sistem berbasis aturan, sistem ini memiliki beberapa kekurangan yang perlu diperbaiki dan dikembangkan. Untuk penelitian selanjutnya, terdapat beberapa poin yang dapat menjadi pertimbangan sebagai berikut. a) Perbaikan representasi atas ketidakpastian, dengan mengkombinasikan metode

dan memperbaiki metode yang telah ada. b) Sistem ini menggunakan logika preposisi sebagai basis logika. Hal ini

mempermudah implementasi namun mengurangi fleksibilitas dan kemampuan program dalam merepresentasikan pengetahuan. Perlu dipertimbangkan penggunaan logika predikat.

c) Antarmuka visual mempermudah penggunaan sistem sekaligus memahami proses yang terjadi. Namun perlu disediakan fasilitas akuisisi pengetahuan berbasis konsol teks khususnya untuk mengakomodasi penggunaan logika predikat.

Page 232: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 232

d) Manajemen basis data yang lebih baik akan mempermudah pengelolaan dan akuisisi pengetahuan. Perlu dipertimbangkan penggunaan manajemen basis data yang sudah establish sehingga dapat fokus pada mesin inferensinya.

e) Penggunaan bahasa pemrograman yang lebih fleksibel dan lintas platform akan mempermudah pengembangan sistem berikutnya. Selain itu diperlukan penambahan fitur penggantian bahasa.

f) Uji coba pada kasus yang lebih banyak dan bervariasi guna evaluasi yang lebih komprehensif.

Daftar pustaka Afuan, L., 2008, Sistem Pakar Berbasis Web untuk Diagnosa Penyakit Tulang

Manusia Menggunakan Fuzzy MAMD (Berdasarkan Indeks Kekuatan dan Kelemahan), Tesis Ilmu Komputer UGM. Yogyakarta

Alfiani, D., 2002, Sistem Pakar untuk Identifikasi Kayu, Proceedings, Komputer

dan Sistem Intelijen (KOMMIT2002), Universitas Gunadarma, Jakarta Budiarso, Z., 2010, Sistem Pakar untuk Pembelajaran Praktikum Troubleshooting

Televisi, Tesis Ilmu Komputer UGM. Yogyakarta Delima, R., 2002, Sistem Penjadwalan Kuliah dengan Menggunakan Rule Based

Expert System: Studi Kasus: STMIK Bina Darma Palembang, Tesis Ilmu Komputer UGM. Yogyakarta

Giarratano, J.C., 2007, CLIPS User Guide, http://www.ghg.net/clips/CLIPS.html,

diakses tanggal 9 Desember 2009 Giarratano, J. dan Riley, G., 2005, Expert System Principles and Programming,

PWS Publishing Company, Boston Hartati, S. dan Iswanti, S., 2008, Sistem Pakar dan Pengembangannya, Graha

Ilmu, Yogyakarta Iswanti, S., 2004, Sistem Pakar Pendiagnosa Penyakit Pernafasan dan Saran

Terapinya Menggunakan Probabilitas Bayesian, Tesis Ilmu Komputer UGM. Yogyakarta

Jackson, P., 1999, Introduction to Expert System, Third Edition, Addison Wesley

Longman Limited, Essex Jain, M.B. , Amit, dan Srinivas M.B., 2008, A Web based Expert System Shell for

Fault Diagnosis and Control of Power System Equipment, Proceedings,

Page 233: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 233

International Conference on Condition Monitoring and Diagnosis, Beijing, China, Beijing

Kemp, E.A. 1996, Evaluating the Developer's Interface to a KBS Shell: Some

Reflections, Proceedings of the 6th Australian Conference on Computer-Human Interaction (OZCHI '96), 0-8186-7525-X/96 1996 IEEE, http://www.computer.org

Land, S.M., 1992, Expert System Design Shells: A Critical Analysis, Instructional

Technology Research Online, Penn State University, http://www.gsu.edu/research/issue of ex shell_files/ , 18 Juni 2010

Mulyana, S., 2000, Model Mesin Inferensi Sistem Pakar dengan Logika Samar,

Tesis Ilmu Komputer UGM. Yogyakarta Mustafidah, H., 2002, Exass: Sistem Pakar sebagai Penasehat Permasalahan

Studi Mahasiswa, Tesis Ilmu Komputer UGM. Yogyakarta Polly, Y.T., 2009, Sistem Pakar Pendiagnosa Penyakit Pernafasan Pada pada

Sapi, Tesis Ilmu Komputer UGM. Yogyakarta Riyadi, A., 2003, Sistem Pakar , sebagai Media Konsultasi Penyakit Kelamin

Pria, Tesis Ilmu Komputer UGM. Yogyakarta Sela, E.I., 2002, Sistem Berbasis Pengetahuan Pengarah Minat Studi Calon

Mahasiswa di STMIK AKAKOM, Tesis Ilmu Komputer UGM. Yogyakarta Siregar, H., dan Siregar, M., 2005, Begonia Kebun Raya Bali, UPT Balai

Konservasi Tumbuhan Kebun Raya 'Eka Karya' Bali – LIPI, Bali Sudarmana, L., 2004, Sistem Pakar untuk Mendiagnosa Penyakit Saluran

Pernafasan dan Menentukan Jenis Serta Dosis Obat, Tesis Ilmu Komputer UGM. Yogyakarta

Susilo, D., 2002, Sistem Pakar untuk Menentukan Spesifikasi Komputer Sebagai

Alat Bantu Pengambilan Keputusan dalam Pembelian Komputer, Tesis Ilmu Komputer UGM. Yogyakarta

Yahfizham, 2010, Sistem Pakar sebagai Mediator Pemeliharaan Perkawinan

pada Pengadilan Agama Kota Yogyakarta, Tesis Ilmu Komputer UGM. Yogyakarta

Page 234: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 234

B.10. Aplikasi Teknologi GSM/GPRS Pada Sistem Deteksi Kebakaran Berbasis Mikrokontroller Atmega 8535 Ade Silvia Handayani

APLIKASI TEKNOLOGI GSM/GPRS PADA SISTEM DETEKSI KEBAKARAN

BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 8535

Oleh

Ade Silvia Handayani

ABSTRAK

Informasi awal akan potensi kebakaran akan sangat membantu pencegahan musibah kebakaran, sehingga di butuhkan suatu sistem deteksi dan peringatan dini kebakaran yang memberikan informasi lebih awal untuk bertindak lebih cepat dan tepat. Sistem yang dikembangkan adalah dengan mendeteksi terjadinya bahaya kebakaran menggunakan telepon GSM dengan mikrokontroller AT 8535 sebagai pengendalinya. Sistem pendeteksi kebakaran ini dengan menggunakan sensor gas dan sensor suhu, dimana sensor akan mendeteksi adanya perubahan suhu (diatas 40o ) dan juga tekanan gas mulai dari 500 ppm – 10.000 ppm. Mikrokontroller akan melakukan perintah untuk mengirimkan informasi data (SMS) kepada nomor telepon seluler yang telah terprogram didalam mikrokontroler ATmega 8535. Setelah dilakukan pengujian terhadap alat, sistem-sistem yang terintegrasi bekerja dengan baik sesuai dengan apa yang diharapkan dimana pengiriman informasi yang dituju sudah bisa dilakukan. I. Pendahuluan

Sejalan dengan perkembangan teknologi saat ini, khususnya keamanan rumah hunian yang ditinggalkan pemiliknya ataupun dalam keadaan kosong dari bahaya kebakaran bukan hanya pencurian dan tindakan kriminal lainnya, bukanlah hal yang mengherankan apabila semakin hari manusia semakin menginginkan suatu sistem pengamanan yang lebih canggih dan modern. Sebagaimana yang diketahui solusi yang dilakukan begitu banyak. Namun tetap saja banyak kebakaran maupun bahaya akibat api tidak dapat dicegah, walaupun pengamannya dengan alat yang modern. Biasanya penyebabnya adalah karena pengaman hanya dengan alarm maupun dengan pemadam api, hal ini tidak terlalu efektif karena saat pemilik rumah tidak ada di tempat pencegahannya tidak dapat dilakukan.

Sistem pengaman dengan cara ini memungkinkan apabila terjadi kebakaran atau kenaikan suhu (di atas 40o) yang terdeteksi dengan sensor suhu dan gas maka informasi kebakaran langsung dikirimkan oleh HP base ke

Page 235: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 235

handphone personal yang dimiliki. Pada saat mengetahui adanya kebakaran yang tampil pada handphone pribadi yang dimiliki maka tindakan pencegahan pertama yang dapat dilakukan walaupun pada saat itu kita berada ditempat yang jauh adalah dengan menekan tombol YES pada handphone pribadi kita maka secara otomatis menggerakkan beban berupa mini pompa air yang dapat memadamkan api tersebut sehingga kita dapat mencegah kebakaran yang lebih besar. II. Landasan Teori 2.1 GSM (Global Sistem for Mobile Communication)

GSM merupakan teknologi seluler generasi kedua yang menggunakan modulasi digital. Menyediakan kapasitas lebih besar, kualitas suara serta sekuritas yang lebih baik jika dibandingkan dengan teknologi generasi pertama. GSM merupakan teknologi Time Division Multiple Access (TDMA) sebagai interfacenya. Pada teknologi ini, suatu pita dengan frekuensi tertentu yang lebih lebar dibagi-bagi kedalam beberapa time slot. Hal ini berarti bahwa beberapa panggilan dapat menggunakan kanal frekuensi yang sama, pada suatu slot waktu yang berbeda-beda. 2.2 Sensor

Sensor adalah jenis tranduser yang digunakan untuk mengubah besaran mekanis, magnetis, panas, sinar, dan kimia menjadi tegangan dan arus listrik. Sensor sering digunakan untuk pendeteksian pada saat melakukan pengukuran atau pengendalian. Beberapa jenis sensor yang banyak digunakan dalam rangkaian elektronik antara lain sensor cahaya, sensor suhu, dan sensor tekanan.

2.3 Sensor Suhu LM 35

Sensor suhu LM35 berfungsi untuk mengkonversi besaran panas yang ditangkap menjadi besaran tegangan. Jenis sensor suhu yang digunakan dalam sistem ini adalah IC LM35, sensor ini memiliki presisi tinggi. Sensor ini sangat sederhana dengan hanya memiliki buah 3 kaki. Kaki pertama IC LM35 dihubung kesumber daya, kaki kedua sebagai output dan kaki ketiga dihubung ke ground. Adapun gambar dan karakteristik dari IC LM35 adalah sebagai berikut :

Gambar 1 IC LM 35

Page 236: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 236

2.4 Sensor Asap/Gas TGS2610

Salah satu sensor yang memenuhi kriteria untuk mendeteksi gas LPG adalah sensor TGS 2610 buatan Figaro. Sensor akan mendeteksi kadar gas LPG secara terus-menerus dan selalu meng-update keluaran tegangan analog yang kemudian diolah oleh mikrokontroler.

Gambar 2 Sensor TGS 2610

Spesifikasi dari sensor ini dapat mendeteksi gas Butana dan LPG dalam

range 500 – 10.000 ppm. Sensor ini bekerja berdasarkan perubahan gas terhadap resistansi dari sensor tersebut. Semakin besar kandungan dari gas LPG maka semakin kecil resistansinya dan semakin kecil kandungan dari gas LPG yang diterimanya maka resistansinya akan semakin besar.

2.5 Mikrokontroller ATmega 8535

Mikrokontroler merupakan keseluruhan sistem komputer yang dikemas menjadi sebuah chip di mana di dalamnya sudah terdapat Mikroprosesor, I/O, Memori bahkan ADC, berbeda dengan Mikroprosesor yang berfungsi sebagai pemroses data (Heryanto, dkk, 2008:1).

Mikrokontroller AVR (Alf and Vegard’s Risc processor) memiliki arsitektur 8 bit, dimana semua instruksi dikemas dalam kode 16-bit dan sebagian besar instruksi dieksekusi dalam 1 siklus clock atau dikenal dengan teknologi RISC (Reduced Instruction Set Computing). Secara umum, AVR dapat dikelompokan ke dalam 4 kelas, yaitu keluarga AT90Sxx, keluarga ATMega dan AT86RFxx. Pada dasarnya yang membedakan masing-masing adalah kapasitas memori, peripheral dan fungsinya

III. Rancang Bangun 3.1 Diagram Blok Rangkaian

Berikut skema rangkaian pendeteksi kebakaran dengan menggunakan mikrokontroller ATmega 8535 yang akan dibuat pada alat ini.

Page 237: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 237

Gambar 3 Diagram rangkaian aplikasi teknologi GSM/GPRS pada sistem

pendeteksi kebakaran dengan mikrokontroller ATmega 8535

3.2 Perancangan Perangkat Lunak Dalam membuat perangkat lunak (software) yang pertama harus adalah

menentukan alur programnya (flowchart). Dari flowchart dapat dibuat realisasi programnya. Di dalam program terdapat program utama ( main unit ). Pada diagram flowchart terdiri dari 3 bagian, bagian yang pertama adalah flowchart keseluruhan dari alat pendeteksi kebakaran, bagian yang kedua merupakan flowchart dengan sensor suhu LM 35, dan yang terakhir flowchart dengan sensor gas TGS2610.

Gambar 4 Main unit flowchart aplikasi teknologi GSM pada sistem pendeteksi kebakaran berbasis mikrokontroller ATmega 8535

Page 238: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 238

Gambar dibawah ini adalah flowchart dengan sensor suhu LM 35 aplikasi

teknologi GSM pada sistem pendeteksi kebakaran berbasis mikrokontroller ATmega 8535.

Gambar 5 Flowchart dengan sensor suhu LM 35 aplikasi teknologi GSM pada

sistem pendeteksi kebakaran berbasis mikrokontroller ATmega 8535

Gambar 6 adalah flowchart dengan sensor gas TGS 2610 aplikasi teknologi GSM pada sistem pendeteksi kebakaran berbasis mikrokontroller ATmega 8535.

Page 239: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 239

Gambar 6 Flowchart dengan sensor gas TGS 2610 aplikasi teknologi GSM pada

sistem pendeteksi kebakaran berbasis mikrokontroller ATmega 8535

Pada rangkaian dibawah ini, dapat kita lihat bahwa sensor asap dan gas terhubung dengan mikrokontroller ATmega8535 yang dihubungkan dengan LCD. ATmega8535 terhubung dengan driver ULN2803A yang terhubung ke alarm, ponsel, dan pompa. Gambar dibawah ini menunjukkan rangkaian aplikasi teknologi GSM pada sistem pendeteksi kebakaran dengan mikrokontroller ATmega8535.

Page 240: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 240

Gambar 7 Gambar rangkaian aplikasi teknologi GSM pada sistem pendeteksi kebakaran berbasis mikrokontroller ATmega 8535

IV. Pembahasan 4.1 Hasil pengukuran pada saat sensor suhu dan gas aktif

Titik Uji di sensor TGS2610 Input = TGS 2610

Gambar 8 Pengukuran Pada Sensor Suhu dan Gas

Keterangan: Volt/div = 5 V/div Time/div = 250 ms Hasil : Vdc = 0,3 div x 5 volt

= 1,5 volt Pada titik pengukuran pada saat sensor suhu dan gas aktif maka tegangan

yang dihasilkan mengalami penurunan sehingga tegangan yang didapatkan sebesar 1,5 volt. Hal ini terjadi karena masing-masing sensor bekerja pada resistansi yang berbeda sehingga mempengaruhi keluaran (output) tegangan yang dihasilkan.

4.2 Pengujian Alat Secara Keseluruhan

Pengujian alat secara keseluruhan dilakukan dengan cara merangkai semuakomponen berdasarkan blok diagram yang telah dirancang dan memasukkan file hexademimal dari program yang telah dibuat berdasarkan data-data validasi daripengujian rangkaian sensor, mikrokontroller dan handphone.

Dari hasil pengujian yang dilakukan dimana pengiriman pesan dari ke nomor handphone tujuan telah berhasil terkirim. Pada pengujian ini waktu mengirim pesan dari handphone tujuan berdasarkan settingan program berbeda dengan waktu pada saat pengujian.

Page 241: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 241

Tabel 1 Hasil Pengujian Pengiriman Pesan No Nomor

Handphone Penerima

Hasil

Hasil Pesan terkirim berdasarkan

settingan program(detik)

Pesan terkirim berdasarkan

pengujian (detik)

1 0816328xxxx Pesan Terkirim

3 8

2 0813778xxxx Pesan Terkirim

6 11

3 0856692xxxx Pesan Terkirim

9 18

4 0812781xxxx Pesan Terkirim

12 23

5 0877948xxxx Pesan Terkirim

14 26

Dari tabel diatas dimana waktu untuk mengirim pesan dari ke handphone

berdasarkan pengujian mempunyai tota lwaktu selama 26 detik, sedangkan dari settingan program membutuhkan waktu selama 14 detik. Perbedaan waktu ini disebabkan karena adanya kepadatan jaringan padaoperator SMSC (Short Message Service Center) sehingga pesan yang dikirim ke masing – masing nomor tidak sesuai dengan waktu yang diatur dalam program. Akan tetapi meskipun terjadi perbedaan waktu pada pengujian diatas telah berhasil dilakukan.

Gambar 9 Tampilan Isi SMS

Adapun gambaran miniatur system pendeksi kebakaran secara keseluruhan dapat dilihat pada gamabr 10 dibawah ini.

Page 242: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 242

Gambar 10 Gambar miniatur alat pendeteksi kebakaran

V. Kesimpulan Dan Saran 5.1 Kesimpulan :

1. Ketika salah satu atau kedua sensor aktif / mendeteksi adanya kebakaran informasi akan dikirimkan mikrokontroller ATmega85 dan dibawa ke penguat/ driver ULN 2803A dan alarm akan menyala. Sensor akan mendeteksi adanya perubahan suhu dan juga tekanan gas mulai dari 500 ppm – 10.000 ppm.

2. Hasil deteksi dari sensor gas TGS 2610 dan sensor api atau suhu LM 35 akan diproses di dalam mikrokontroller ATMEGA 8535 dengan input masing-masing dikaki 39 dan kaki 40 dengan output dikaki 14 dan 15 menuju rangkaian driver/penguat ULN2803A dan diteruskan ke relay yang akan mengaktifkan sistem untuk menyalakan alarm, ponsel, dan pompa air mini yang telah terkoneksi satu sama lain.

3. Ketika sensor mendeteksi adanya kebakaran, handphone base akan mengirimkan pemberitahuan kepada handphone personal bahwa telah terjadi kebakaran dengan media SMS (Short Message Service).

4. Telepon selular yang berfungsi sebagai pengirim alamat rumah telah berhasil mengirimkan pesan ke handphone penerima.

Page 243: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 243

5.2 Saran 1. Lakukan pengecekan secara teratur untuk ketersediaan catu daya pada

ponsel, sensor gas dan sensor suhu. 2. Untuk pengembangan alat ini dapat menggunakan sensor suhu

lebih dari satusehingga dapat ditempatkan ke segala sisi pada suatu bangunan rumah.

Daftar Pustaka Andrianto, Heri. 2008. Pemrograman Mikrokontroller AVR ATMEGA16

Menggunakan Bahasa C(Code Vision AVR). Bandung: Informatika. Ariel Palazzesi, 2010, Familia,

http://www.ucontrol.com.ar/wiki/index.php?title=LM78xx, Budiharto, Widodo. 2007. Belajar sendiri 12 proyek mikrokontroller

untuk pemula. Andi.Offset:Yogyakarta Handoko, Djati,OTOMATISASI SISTEM PENANGANAN

KEBAKARANBERBASIS MIKROKONTROLER IC AT MEGA 8535, Seminar Nasional Sains danTeknologi-II 2008 Universitas Lampung, 17-18 November 2008

Page 244: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 244

B.11. Menganalisis Sistem ERP Oracle E-Business Suite Pada Modul Plan-To-Produce Di PT MT Henny Hendarti

ANALISA SISTEM ERP ORACLE E-BUSINESS SUITE PADA MODUL PLAN-TO-PRODUCE DI PT MT

Oleh

Oleh: Henny Hendarti, Noerlina, Megat Nagainaka,

Binus University, Jln KH Syahdan no 9 Jakarta Barat, 11480 E-mail: [email protected]

ABSTRAK :

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis proses bisnis berjalan

pada modul Plan-to-Produce di PT MT, menganalisis kesesuaian sistem ERP - Oracle E-Business Suite pada modul Plan-to-Produce berdasarkan kebutuhan user, serta memberikan solusi dan perbaikan sistem ERP - Oracle E-Business Suite, menganalisis proses pendataan material reject di Bagian Building guna mencari solusi dan memberikan perbaikan dengan cara melakukan revisi form manual untuk pendataan material reject di Bagian Building, membuat Report Material Defect untuk jenis material Green Tire (AM), Ply Cord (BM) dan Bead Wire (WM) di Bagian Produksi. Cara-cara penilitian dilapangan adalah dengan mengumpulkan data dari bagian terkait, dan mewawacarai bagian yang diperlukan serta melakukan observasi. Analisis permasalahan dengan menggunakan metode Fit/ Gap Analysis.

Hasil yang dicapai dengan penelitian ini dipahaminyai proses bisnis yang berjalan pada modul Plan-to-Produce di PT MT, Pembuatan Standard Job pada sistem ERP - Oracle E-Business Suite lebih terkontrol sehingga ketidaksesuaian antara planning dengan jumlah produksi dapat diminimalisasi, serta memberikan rekomendasi bagi pihak Perusahaan. Dapat disimpulkan kinerja aplikasi Oracle E-Business Suite belum dapat memenuhi seluruh proses bisnis di PT MT, sehingga untuk dapat memenuhi seluruh proses yang ada maka aplikasi Oracle E-Business Suite tersebut perlu dilakukan pengembangan sistem dengan cara melakukan personalisasi pada Form Discrete Jobs, Form Move Orders, dan Form Transact Move Orders serta merevisi Form Manual Reject Material Building. Kata kunci : ERP, E-business Suite, Oracle, Plan To Produce I. Latar Belakang

Pada era globalisasi, perkembangan teknologi dan informasi sedang mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat pesat. Pemanfaatan

Page 245: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 245

teknologi informasi dapat memberikan bantuan yang sangat berguna bagi perusahaan dalam meningkatkan dan memaksimalkan kinerja setiap divisi yang terdapat di dalamnya. Oleh karena itu, semakin banyak pula eksekutif perusahaan yang menyadari hal ini berupaya untuk menerapkan teknologi informasi tersebut di dalam perusahaannya.

PT MT yang merupakan perusahaan manufaktur ban sepeda motor dengan menerapkan tekhnologi muktahir dari Jepang dan Jerman dalam menciptakan tire, ban resmi motor Honda yang dirancang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) dan pengakuan mutu internasional dengan sertifikasi ISO 9001:2008.

Dalam menjalankan proses bisnisnya agar sistem dapat terintegrasi, PT MT telah melakukan implementasi ERP - Oracle E-Business Suite versi 12, adapun modul yang diterapkan pada PT MT yakni modul Finance, Order Management, Procure to Pay, Quality Control, Plan-to-Produce, Product Development, Enterprise Asset Management, dan Forecast-to-Plan.

II. Ruang Lingkup

Materi penulisan laporan ini meliputi modul Plan-to-Produce di PT MT yang akan dibahas sebagai berikut :

1. Pembahasan yang berkaitan dengan Form Discrete Job. 2. Pembahasan yang berkaitan dengan Form Transact Move Orders. 3. Pembahasan yang berkaitan dengan Form Move Orders. 4. Pembahasan yang berkaitan dengan masalah pendataan hasil reject

material di Bagian Building. 5. Pembahasan yang berkaitan dengan pengisian Form Move Transaction di

Bagian Building. 6. Pembahasan yang berkaitan dengan pembuatan report material defect

untuk jenis material Green Tire (AM), Ply Cord (BM) dan Bead Wire (WM) di Bagian Produksi.

III. Tujuan

Tujuan penelitian meliputi: 1. Menganalisis proses bisnis berjalan pada modul Plan-to-Produce di PT

MT. 2. Menganalisis kesesuaian sistem ERP - Oracle E-Business Suite pada

modul Plan-to-Produce berdasarkan kebutuhan user, serta memberikan solusi dan perbaikan sistem ERP - Oracle E-Business Suite.

3. Membuat Report Material Defect untuk jenis material Green Tire (AM), Ply Cord (BM) dan Bead Wire (WM) di Bagian Produksi.

4. Menganalisis proses pendataan material reject di Bagian Building guna mencari solusi dan memberikan perbaikan dengan cara melakukan revisi form manual untuk pendataan material reject di Bagian Building.

Page 246: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 246

IV. Manfaat 1. Memahami proses bisnis yang berjalan pada modul Plan-to-Produce di PT

MT. 2. Pembuatan Standard Job pada sistem ERP - Oracle E-Business Suite lebih

terkontrol sehingga ketidaksesuaian antara planning dengan jumlah produksi dapat diminimalisasi.

3. Perpindahan barang dari satu subinventory ke subinventory lainnya melalui menu Allocate dan Transact Move Orders pada sistem ERP - Oracle E-Business Suite lebih terkontrol.

4. Sekuritas transaksi Rework Out pada sistem ERP - Oracle E-Business Suite akan lebih terkendali dengan cara menerapkan pembatasan hak akses user.

5. Mempercepat proses pengerjaan Move Transaction pada sistem ERP - Oracle E-Business Suite di Bagian Building.

6. Terdatanya material defect untuk jenis material Green Tire (AM), Ply Cord (BM) dan Bead Wire (WM) di Bagian Produksi, ke dalam bentuk report di sistem ERP - Oracle E-Business Suite sehingga apabila pihak manager atau Bagian Produksi membutuhkan data tersebut secara cepat maka mereka dapat mengaksesnya melalui menu report di Oracle E-Business Suite.

7. Pendataan material reject di Bagian Building lebih akurat sehingga perbedaan Stock-on-Hand barang secara data dengan Stock-on-Hand barang secara aktual di Bagian Building dapat diminimalisasi.

V. Landasan Teori Cost/benefit analysis :

Define Problem

Identify Cost and Benefit

Quantity Cost and Benefit

Compare Alternative

Perform Sensitivity Analysis VI. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penulisan ini meliputi Metode Pengumpulan Data, Metode Analisis dan Kuisioner. Adapun pelaksanaan metode - metode tersebut sebagai berikut : 6.1 Metode Pengumpulan Data a) Observasi secara Langsung (Internship).

Page 247: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 247

Dilakukan dengan pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian di lapangan dalam kurun waktu tertentu. Metode ini digunakan untuk memperoleh data dengan mengamati proses bisnis yang terjadi secara real dan langsung di lapangan. Hal ini dilakukan agar pengamat benar-benar ikut serta dalam proyek yang dikerjakan melalui intership. b) Studi Pustaka

Dilakukan dengan membaca dan meringkas referensi dari buku-buku yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas. Metode ini digunakan untuk mendapatkan teori dan konsep-konsep dasar mengenai perencanaan strategi informasi, dan mencari referensi bahan dari internet. c) Kuisioner

Dilakukan dengan membagikan kuisioner kepada pihak yang berhubungan dengan user Bagian Produksi untuk mengukur hasil pengembangan sistem yang telah dilakukan. Data yang didapat dapat dijadikan suatu bentuk hasil evaluasi penelitian yang telah dilakukan. 6.2 Metode Analisis

Metode Fit/ Gap Analysis digunakan untuk mengidentifikasi permasalahan pada Bagian Produksi terkait dengan sistem ERP - Oracle E-Business Suite dan pendataan material reject di Bagian Building. Proses Bisnis Bagian Produksi Keterangan Bagian PPC (Production Planning Control)

Bagian PPC adalah bagian yang mengatur tentang perencanaan produksi material. Bagian PPC membuat standard job di dalam Oracle E-Business Suite dan kemudian mendistribusikan job tersebut ke setiap bagian-bagian produksi lainnya. Perencanaan produksi yang dilakukan oleh Bagian PPC adalah berdasarkan permintaan pelanggan.

Bagian Warehouse Bagian Warehouse adalah bagian yang mengatur persediaan bahan baku mulai dari pembelian bahan baku, penyimpanan, dan distribusi bahan baku kepada bagian produksi. Bagian Mixing menerima bahan baku berupa rubber, chemical, black carbon, dan bahan-bahan lainnya yang diperlukan untuk membuat Compound. Bagian SA (Special Article) menerima bahan baku berupa nilon, kawat, dan bahan-bahan lainnya yang diperlukan untuk membuat Ply Cord dan Bead Wire. Sedangkan Bagian SFG (Semi Finish

Page 248: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 248

Bagian Produksi Keterangan Good) menerima bahan baku berupa stiker, plastik, dan bahan-bahan lainnya untuk proses wrapping tire.

Bagian Mixing Bagian Mixing adalah bagian yang memproduksi Compound. Bahan baku pembuat Compound dikirim dari Bagian Warehouse. Compound diproduksi sesuai dengan job yang diberikan oleh Bagian PPC. Setelah Compound diproduksi, Compound kemudian dicek kualitasnya oleh Bagian Quality apakah Compound memenuhi syarat untuk digunakan dalam proses pembuatan material selanjutnya. Compound yang memenuhi parameter kualitas akan diambil oleh Bagian PSS (Part Stock Supply) yang nantinya akan dikirim ke Bagian SA dan Bagian Extruding.

Bagian PSS (Part Stock Supply)

Bagian PSS adalah bagian yang mengambil material dari satu bagian produksi dan mengirim material ke bagian produksi yang lain. Bagian PSS seperti gudang kecil yang menyimpan material dan mengontrol move order material. Bagian PSS mengambil Compound dari Bagian Mixing dan mengirimnya ke Bagian SA (untuk membuat Bead Wire dan Ply Cord) dan ke Bagian Extruding (untuk membuat Tread). Bagian PSS juga mengambil Bead Wire dan Ply Cord yang telah diproduksi oleh Bagian SA dan mengirimnya ke Bagian Building.

Bagian SA (Special Article)

Bagian SA adalah bagian yang memproduksi Ply Cord dan Bead Wire. Bagian SA menerima Compound dari Bagian PSS dan melakukan produksi sesuai dengan job yang diberikan oleh Bagian PPC. Setelah Ply Cord dan Bead Wire diproduksi, Ply Cord dan Bead Wire kemudian diambil oleh Bagian PSS untuk dikirim ke Bagian Building.

Bagian Extruding Bagian Extruding adalah bagian yang memproduksi Tread. Compound yang dikirim oleh Bagian PSS akan digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan Tread. Bagian Extruding memproduksi Tread sesuai dengan job yang diberikan oleh Bagian PPC. Setelah Tread diproduksi, Tread akan dipindahkan secara

Page 249: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 249

Bagian Produksi Keterangan langsung ke Bagian Building untuk pembuatan material selanjutnya di Building.

Bagian Building Bagian Building adalah bagian yang memproduksi Green Tire. Green Tire diproduksi dengan gabungan dari tiga material yaitu Tread, Ply Cord, dan Bead Wire. Bagian Building memproduksi Green Tire sesuai dengan job yang diberikan oleh Bagian PPC. Setelah Green Tire diproduksi, Green Tire akan dipindahkan ke Bagian Curing untuk tahap produksi selanjutnya.

Bagian Curing Bagian Curing adalah bagian yang memproduksi Tire. Tire diproduksi dari Green Tire yang dimasukkan ke dalam mesin pemanas. Bagian Curing memproduksi Tire sesuai dengan job yang diberikan oleh Bagian PPC. Setelah Tire diproduksi, Tire akan dipindahkan ke Bagian SFG untuk tahap produksi selanjutnya setelah dicek kualitasnya oleh Bagian Quality (Final Inspection).

Bagian SFG (Semi Finish Good)

Bagian SFG adalah bagian yang akan mengemas Tire yang telah diproduksi. Tire dikirim oleh Bagian Curing dan bahan baku untuk mengemas dikirim oleh Bagian Warehouse. Tire yang telah dikemas akan dikirim ke Bagian Finish Good dan siap untuk dijual.

Bagian Quality Bagian Quality adalah bagian yang mengecek material-material dan memberikan parameter material apakah material tersebut memenuhi standar kualitas produk atau tidak. Bagian Quality secara khusus mengecek Compund yang merupakan inti material pembuat Tire dan Tire yang akan siap untuk dipasarkan.

Bagian Waste Control Bagian Waste Control adalah bagian yang mengatur pembuangan material-material rusak dan tidak terpakai dalam produksi. Material (contohnya Compound) yang tidak terpakai akan diangkut oleh Waste Control dan dikumpulkan ke satu tempat pembuangan.

Bagian General Service Bagian General Service adalah bagian yang mengatur hasil buangan material dari Bagian Waste Control. Limbah material nantinya akan dijual oleh Bagian General Service.

Page 250: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 250

Bagian Produksi Keterangan Bagian RdanD (Research and Development)

Bagian RdanD adalah bagian yang bertugas untuk menentukan disposisi material yang defect di produksi, apakah material masih dapat dipakai atau tidak.

VII. Analisis Temuan Masalah Analisis Permasalahan Deskripsi Form Discrete Jobs Pada saat ini, Bagian Produksi memiliki pilihan type

Standard Job di Form Discrete Jobs sehingga Bagian Produksi dapat membuat Standard Job, yang berdampak terproduksinya barang yang tidak sesuai dengan demand, dikarenakan Bagian Produksi membuat Standard Job sendiri tanpa ada koordinasi dengan bagian PPC. Selain itu, Bagian Produksi juga dapat menaikkan tolerance value dari suatu job sehingga jumlah material defect menjadi tidak terdeteksi.

Form Transact Move Orders

Saat ini, Bagian Produksi memiliki tombol Allocate dan Transact yang aktif bersamaan sehingga hal tersebut membuat satu Bagian Produksi dapat melakukan proses Allocate dan Transact sendiri yang seharusnya proses tersebut dilakukan oleh dua subinventory yang berbeda . Jika satu Bagian Produksi melakukan proses Allocate dan Transact sendiri, maka menyebabkan terjadinya perbedaan stock on hand barang secara data dan aktual. Dan juga menyebabkan kesalahan dalam pengisian no lot jika yang melakukan proses Allocate dan Transact bagian produksi selaku penerima material dan hal tersebut menimbulkan ketidaksesuaian data di subinventory.

Form Move Orders Dikarenakan fungsi Rework Out yang dapat menghilangkan material maka hal tersebut sangat berbahaya jika hal tersebut dapat diakses oleh user yang tidak memiliki otoritas tersebut. Tapi pada saat ini, transaksi rework out pada Form Move Orders masih dapat diakses oleh semua user Bagian Produksi sehingga hal tersebut membuat Bagian Produksi dapat menghilangkan material melalui proses rework out dengan memilih transaction type rework out.

Form manual Reject Dalam Form manual Reject Material di Bagian

Page 251: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 251

Analisis Permasalahan Deskripsi Material di Bagian Building

Building, pendataan material yang reject hanya dilakukan berdasarkan jenis materialnya seperti Ply Cord, Bead Wire (B/W), Tread, dan Green Tire. Padahal setiap material tersebut terdiri atas master item yang berbeda, sehingga pada saat pendataaan hasil reject material di Bagian Building selalu mengalami kekacauan Selain itu pada form manual Reject Material di Bagian Building tidak mencantumkan satuan UOM (Unit of Measurity), sehingga user yang membaca data yang tertera di form manual Reject Material di Bagian Building menjadi bingung karena satuannya bisa berupa kilogram, meter maupun piece. Satu hal lagi yang menjadi kekurangan dan masalah dari Form Manual Reject Material di Bagian Building ialah pada form tersebut tidak mencantumkan nama gedung pada saat proses pendataan material reject, sehingga hal tersebut berdampak menjadi tidak terkontrolnya hasil material reject untuk setiap gedungnya.

Analisis Kebutuhan Deskripsi Move Transaction di Building

Pada saat ini Bagian Building mengalami kendala waktu dalam pengisian step-step pada Move Transaction sehingga dapat mengganggu kinerja Bagian Produksi. Hal tersebut dikarenakan setiap transaksi harus dilakukan secara sequence, jadi apabila transaksi di Bagian Building mengalami hambatan maka di bagian produksi selanjutnya juga akan terhambat karena harus menunggu data dari Bagian Building.

Report Defect Material Ply Cord, Bead Wire, dan Green Tire Per Hari

Untuk saat ini, pencatatan defect material Ply Cord, Bead Wire, dan Green Tire dilakukan secara manual dan belum ada report defect material Ply Cord, Bead Wire, dan Green Tire di dalam Oracle E-Business Suite. Padahal ketiga jenis material tersebut merupakan material yang penting dalam memproduksi Tire. Oleh karena itu diperlukan report khusus untuk mempermudah dalam mengetahui jumlah material defect yang ada.

Page 252: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 252

VIII. Pembahasan

8.1 Analisis Permasalahan Dengan Metode Fit / Gap Analysis 8.1.1 Analisis Fit/ Gap sangat diperlukan untuk mengetahui keadaan perusahaan saat ini, terutama setelah diterapkannya sistem Oracle E-Business Suite untuk modul Plan-to-Produce, hal tersebut dilakukan guna mencari cara untuk pengoptimalan sistem tersebut, dengan cara dilakukannya perbaikan-perbaikan pada sistem guna mendukung aktivitas produksi di PT MT.

Gambar Form Discrete Jobs

Tabel : Hasil Jumlah Fit/ Gap pada Form Discrete Jobs

Gambar : Diagram Fit/ Gap pada Form Discrete Jobs

Persentase Fit : ������ �

������ �� ������ × 100% = �

� × 100% = 75%

1

4

10 0 0

1 10

0

2

4

6

High Medium Low

Fit Partial Gap

Page 253: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 253

Persentase Partial : ������ �����

������ �� ������ × 100% = �

� × 100% = 0%

Persentase Gap : ������ ���

������ �� ������ × 100% = �

� × 100% = 25%

Form Move Orders

Gambar : Form Move Orders

IX. Simpulan 1. Berdasarkan hasil analisis Fit/ Gap, menunjukkan bahwa penenuhan

kebutuhan aplikasi Oracle E-Business Suite khususnya pada Form Discrete Jobs yang dikategorikan fit sebesar 75%, pada Form Move Orders yang dikategorikan fit sebesar 92,3%, pada Form Transact Move Orders yang dikategorikan fit sebesar 89%, dan pada Form Manual Reject Material Building yang dikategorikan fit sebesar 25%. Jadi dapat disimpulkan bahwa kinerja aplikasi Oracle E-Business Suite belum dapat memenuhi seluruh proses bisnis di PT. MT, sehingga untuk dapat memenuhi seluruh proses yang ada maka aplikasi Oracle E-Business Suite tersebut perlu dilakukan pengembangan sistem dengan cara melakukan personalisasi pada Form Discrete Jobs, Form Move Orders, dan Form Transact Move Orders serta merevisi Form Manual Reject Material Building.

2. Berdasarkan hasil analisis pengembangan sistem, menunjukkan bahwa

aplikasi Oracle E-Business Suite khususnya pada Form Move Transaction belum dapat memenuhi seluruh kebutuhan user dari segi efisiensi waktu, karena kinerja untuk pengerjaan job pada Form Move Transaction tergolong

Page 254: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 254

masih lambat sehingga menyebabkan proses bisnis Bagian Produksi selanjutnya menjadi terhambat, maka dari itu perlu dilakukan perbaikan dengan cara melakukan personalisasi. PT. MT juga masih belum memiliki laporan yang menyediakan data jumlah defect untuk material Ply Cord, Bead Wire, dan Green Tire, sehingga perlu dibuat Report Defect Material Ply Cord, Bead Wire, dan Green Tire yang dapat memberikan gambaran jumlah defect pada material Ply Cord, Bead Wire, dan Green Tire. Dengan demikian akan dapat mempermudah manager produksi dalam membuat keputusan strategis terkait perencanaan produksi selanjutnya.

3. Berdasarkan hasil pengukuran tingkat kepuasan user atas pengembangan

sistem yang dilakukan melalui kuesioner, dapat dijabarkan bahwa hasil pengembangan type job sebesar 94% dan tolerance value sebesar 92% di Form Discrete Jobs, rework out sebesar 90% di Form Move Orders, allocate dan transact sebesar 94% di Form Transact Move Orders, penambahan kolom master item sebesar 92%, penambahan kolom UOM sebesar 85%, dan penambahan kolom nama gedung sebesar 91% di Form Manual Reject Material Building, serta report defect Ply Cord, Bead Wire, dan Green Tire per hari sebesar 84%. Dari hasil persentase kepuasan di atas, dapat disimpulkan bahwa user puas atas hasil pengembangan sistem yang telah dijalankan.

Daftar Pustaka Definisi Enterprise Resources Planning. http://erpweaver.com/ tanggal kutip : 23

Oktober 2010 Anonim. Definisi Oracle EBS. http://logistics.about.com/od/supplychainsoftware/a/oracle_EBS.htm tanggal kutip : 23 Oktober 2010

Anonim. Oracle EBS,

http://www.oracle.com/us/products/applications/ebusiness/index.html tanggal kutip : 23 Oktober 2010

Fit/Gap Analysis, http://www.businessanalysistherealworld.com/pdfs/Chapter21-

Fit-apAnalysis.pdf tanggal kutip : 25 Oktober 2010 Oracle E-Business Suite 12.12 http://download oracle.com/docs/cd/B53825

04/current/html/docsethtml tanggal kutip : 23 Oktober 2010 Genald, King, Natchek. (2004). E-Business Suite Manufacturing & Supply Chain

Management. McGraw-Hill/ Osborne. Laudon (2007) Laudon, Kenneth C., Laudon, Jane.(2007). MIS, Managing the

Digital Firm : 10th edition. Pearson-Education Inc.New-Jersey.

Page 255: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 255

McLeod, Raymond,Jr.Schell, George P.(2007). Management Information System

: 10th edition. Pearson-Education Inc.USA. O’ Brien, James A. (2005). Pengantar Sistem Informasi, Edisi ke-12. Salemba

Empat, Jakarta. Schniederjans, Hamaker & Schniederjans, “Information Technology Investment :

Decision Making Methodology”,2008, World Scientific Publishing, (ISBN : 978 – 9 – 81 – 238695 -3)

Sugiyono (2007). Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung. Turban, Efrain. (2008). Introduction to Information System Enabling and

Transforming Business : 2nd Edition. John Willey & Sons Asia. Williams, BK. dan Sawyer, SC. (2005). Using Information Technology : A

Practical Introduction to Computers & Communications, edisi internasional. The Mc Graw-Hill Companies Inc, New York

Page 256: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 256

B.12. Perencanaan Pelatihan Pada Implementasi Sistem ERP Modul Material Management Yanti

PERENCANAAN PELATIHAN PADA IMPLEMENTASI SISTEM ERP MODUL MATERIAL MANAGEMENT

Oleh

Yanti

ABSTRAK

Enterprise Resource Planning (ERP) merupakan sebuah sistem software

yang digunakan untuk membantu mengatur proses bisnis suatu perusahaan dalam rangka meningkatkan efisiensi dan profitabilitas. PT. XYZ merupakan salah satu perusahaan yang berfokus pada penyediaan jaringan, jasa, dan konten telekomunikasi. Implementasi sistem SAP pada PT. XYZ menerapkan metode ASAP (Accelerated SAP) yang dimulai pada bulan mei 2010 dengan tahapan antara lain Project Preparation, Business Blueprint, Realization, Final Preparation, dan Go Live. Pengetahuan sumber daya manusia merupakan salah faktor yang sangat penting dalam keberhasilan implementasi sistem baru pada suatu organisasi. Sehingga pada proses implementasi, pelatihan yang ditujukan untuk pengguna sistem (end user) merupakan salah satu bagian pada tahap Final Preparation proyek yang sangat penting sebelum melangkah pada tahapan Go Live dimana sistem akan dijalankan secara penuh pada transaksi-transaksi bisnis PT. XYZ. Oleh karena tulisan ini menghasilkan suatu laporan perencanaan pelatihan pada implementasi sistem ERP berbasis SAP pada modul Material Management pada PT.XYZ Kata-kata kunci: Enterprise Resource Planning (ERP), Pelatihan SAP, Material

Management (MM)

I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Perkembangan teknologi yang semakin pesat membawa pengaruh yang besar pada seluruh aspek kehidupan, khususnya pada dunia bisnis dalam memasuki era globalisasi. Fenomena ini sangat mempengaruhi proses bisnis yang berjalan dalam sebagian besar perusahaan dan industri.

Kompleksitas proses dan fungsi-fungsi bisnis yang ada dalam suatu perusahaan menyebabkan perlunya suatu sistem yang terintegrasi agar dapat memberikan informasi yang real time sehingga meningkatkan efektivitas dan

Page 257: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 257

efisiensi kinerja operasional perusahaan. ERP (Enterprise Resource Planning) adalah suatu sistem yang dapat membantu perusahaan untuk mengintregasikan seluruh area fungsional bisnisnya dalam satu sistem informasi yang dapat diandalkan.

Berbagai vendor ERP berlomba meningkatkan daya saing serta keunggulan produk yang dimiliki dalam merebut pangsa pasar yang ada. SAP (System Application and Product in Data Processing) menjadi pemimpin pemasok ERP terbesar karena kapabilitas produk yang dimiliki. Pengembangan produk ERP yang dikeluarkan SAP terus dilakukan dalam mengikuti kemajuan teknologi serta kebutuhan bisnis dan industri.

Implementasi sistem SAP pada PT. XYZ menerapkan metode ASAP (Accelerated SAP) yang dimulai pada bulan mei 2010 dengan tahapan antara lain Project Preparation, Business Blueprint, Realization, Final Preparation, dan Go Live. Pengetahuan sumber daya manusia merupakan salah faktor yang sangat penting dalam keberhasilan implementasi sistem baru pada suatu organisasi. Sehingga pada proses implementasi, pelatihan yang ditujukan untuk pengguna sistem (end user) merupakan salah satu bagian pada tahap Final Preparation proyek yang sangat penting sebelum melangkah pada tahapan Go Live dimana sistem akan dijalankan secara penuh pada transaksi-transaksi bisnis PT. XYZ.

1.2 Lingkup Bahasan

Dalam penulisan ini dibahas tahap implementasi Final Preparation yang dibatasi pada pelatihan dan pengembangan sistem pelatihan pada implementasi sistem ERP berbasis SAP pada modul Material Management pada PT. XYZ. Adapun perencanaan pelatihan dan pengembangan sistem pelatihan yang akan dibahas pada laporan ini antara lain:

a. Profil sistem informasi dan proses bisnis berbasis SAP pada PT. XYZ, yang mencakup transaksi pembelian pada modul Material Management (MM).

b. Perencanaan pelatihan sistem informasi berbasis SAP pada PT. XYZ, yang mencakup:

• Perancangan learning documentation untuk pelatihan. • Perancangan pelatihan untuk pengguna sistem.

c. Pengembangan sistem pelatihan untuk mendukung pelatihan yang berlangsung.

1.3 Tujuan Adapun tujuan dari penulisan ini adalah Menganalisa kebutuhan yang

diperlukan dalam pelatihan pada implementasi sistem ERP berbasis modul Material Management serta menyusun perencanaan pelatihan pada implementasi sistem ERP berbasis SAP pada modul Material Management .

Page 258: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 258

II. Studi Literature 2.1 Sistem ERP

Menurut O’Brien (2004, p194), pengertian Enterprise Resource Planning (ERP) adalah tulang punggung perusahaan lintas fungsi yang mengintegrasi dan mengotomatisasi banyak proses bisnis internal dan system informasi dalam fungsi penjualan dan distribusi, produksi, logistik, akuntansi, dan sumber daya manusia sebuah perusahaan.

Beberapa aplikasi ERP

Seperti konsep ERP, software ERP juga memiliki sejarah dan perkembangannya masing- masing. Berikut ini adalah beberapa software ERP dan vendor yang telah ada sampai saat ini • SAP R/3 dari SAP • MySAP dari SAP • SAP Business One dari SAP • Accpac dari The Sage Group • Microsoft Dynamics ax dari Microsoft • Oracle e-Business suite dari Oracle • PeopleSoft dari Oracle • MAS 90, MAS 200, dan MAS 500 dari The Sage Group • SAGE ERP X3 dari The Sage Group

Selain aplikasi ERP proprietary terdapat beberapa aplikasi ERP yang bersifat opensource diantaranya: • Adempiere • Compiere • GNU Enterprise Tingkatan Organisasi pada SAP

Tingkatan organisasi dalam SAP R/3 merupakan replikasi dari struktur organisasi pada perusahaan. Penentuan tingkat organisasi dalam SAP R/3 merupakan suatu langkah kerja yang penting dalam proyek implementasi SAP. Pertama kali perlu dilakukan analisa terhadap struktur organisasi perusahaan, lalu menerjemahkannya kedalam struktur SAP.

Tingkatan organisasi pada SAP R/3, terdiri atas:

• Client Client merupakan suatu unit di dalam SAP R/3 yang bersifat resmi dan

memiliki syarat oraganisasi dalam hal data, terdiri atas master records dan kumpulan table yang independen. Dari sudut pandang bisnis, client merupakan representatif dari suatu kelompok korporasi (corporate Group). SCM500 (2006, P45)

Page 259: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 259

Client merupakan tingkatan hierarki tertinggi dalam system SAP/ R3. Spesifikasi atau data yang dimasukkan pada tingkatan ini, berlaku untuk semua company code dan unit organisasi lainnya dibawah client tersebut. Client didefinisikan secara unik di dalam sistem dengan tiga digit angka. SCM500 (2006, P45)

Menurut Martin Murray (2006, p25), Client didefinisikan sebagai organisasi dan entitas yang legal di dalam sistem SAP. Master Data diamankan di dalam client tersebut tidak dapat ditampilkan atau diubah dari client lainnya.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa, client merupakan tingkat hierarki tertinggi dalam sistem SAP R/3 yang bersifat resmi dan memiliki syarat organisasi dalam hal data, terdiri atas master records yang independen, semua data yang dimasukkan pada tingkatan ini berlaku untuk semua company code dan unit organisasi lainnya dibawah client tersebut.

• Company Code

Company code mempresentasikan suatu unit independen yang memiliki laporan keuangan sendiri, contohnya : suatu perusahaan dalam corporate Group (client). Company code didefinisikan dalam sistem dengan menggunakan 4 karakter alfanumerik yang bersifat unik dalam client. SCM500 (2006, P45)

Menurut Martin Murray (2006, p28), company code sebagai unit organisasi terkecil yang mempunyai laporan keuangan yang legal.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa, company code mempresentasikan suatu unit indpenden yang memiliki laporan keuangan yang legal.

• Plant

Plant merupakan suatu unit organisasi dalam logistik yang memisahkan perusahaan dari sudut pandang produksi, procurement, dan perencanaan material. Suatu plant dapat mempresentasikan beberapa entitas dalam perusahaan, seperti:

Plant didefinisikan dalam sistem dengan 4 karakter alfanumerik yang unik dalam client. (SAP-01Fundamentals, p33)

Menurut Martin Murray (2006, p30) definisi plant dapat berbagai macam plant dapat didefinisikan sebagai lokasi yang menampung valuated stock. Sedangkan production plan mendefinisikan plan sebagai organizational unit yang merupakan pusat dari perencanaan produksi. Plant juga dapat didefinisikan sebagai lokasi yang memuat jasa atau pemeliharaan fasilitas.

• Storage Location

Storage location adalah unit organisasi sebagai tempat untuk membedakan material dalam suatu plant. Manajemen persediaan (Inventory

Page 260: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 260

Management) dan persediaan secara fisik (Physical Inventory) terjadi pada tingkat storage location didefinisikan dengan 4 karakter alfanumerik yang unik dalam plant. SCM500 (2006, P46)

Suatu client dapat memiliki beberapa company code. Suatu company code dapat memiliki beberapa plant. Sedangkan suatu plant hanya dimiliki oleh satu company code dalam SAP/R3. Plant dapat memiliki beberapa storage location, tetapi suatu storage location tertentu hanya dapat dimiliki oleh satu plant saja. SCM500 (2006, P47)

Menurut Martin Murray (2006, p30) storage location adalah tempat dimana stok disimpan secara fisik di dalam plant. Akan selalu ada satu storage location yang dipasangkan untuk satu plant.

Bedasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa storage location merupakan unit organisasi dimana kegiatan manajemen persediaan dan persediaan fisik berlangsung, setiap storage location dipasangkan untuk satu plant.

• Purchasing Organization

Purchasing Organization merupakan unit organisasi dalam logistic yang membagi perusahaan bedasarkan kebutuhan pembelian. Purchasing Organization bertugas membeli material atau jasa, melakukan negosiasi atas kondisi pembelian dengan vendor, dan bertanggung jawab atas transaksi pembelian. SCM500 (2006, P48)

Purchasing bisa dimasukkan ke dalam struktur perusahaan dengan mengalokasikan Purchasing Organization ke dalam suatu company code atau ke beberapa plants.Beberapa purchasing organization dapat di-assign ke satu company code. Suatu Purchasing Organization tertentu hanya dimiliki oleh satu company code. Purchasing Organization juga bisa tidak di-assign ke company code (pembelian lintas company code). Beberapa plant dapat di-assign ke suatu Purchasing Organization dan juga satu plant ke beberapa purchasing organization. SCM500 (2006, P48)

Menurut Martin Murray (2006, p39), purchasing organization adalah sekelompok grup yang melakukan aktivitas pembelian yang dihubungkan dengan spesifik part dalam suatu perusahaan.

Bedasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa, purchasing organization merupakan unit organisasi logistic yang bertanggung jawab atas aktivitas pembelian material dan jasa.

• Purchasing Group

Purchasing Group merupakan buyer atau sekumpulan buyer yang bertanggung jawab dalam kegiatan pembelian tertentu. Secara internal, purchasing group bertanggung jawab dalam perolehan material atau class of material. Secara eksternal, purchasing group merupakan suatu bagian perusahaan yang bertugas melakukan kesepakatan dengan vendor. Purchasing

Page 261: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 261

group tidak di-assign ke unit lain dalam Enterprise Structure pada SAP/R3. SCM500 (2006, P48)

Menurut Martin Murray (2006, p41), purchasing group didefinisikan sebagai orang atau sekelompok kecil orang yang bertanggung jawab dalam menentukan persetujuan atas material atau kelompok material tertentu yang dibeli oleh purchasing organization.

Bedasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa purchasing group adalah sekelompok group atau orang yang disebut dengan buyer yang bertanggung jawab dalam kegiatan pembelian material tertentu yang dibeli oleh purchasing organization.

Perbedaan pilihan assignment antara company code, plant, dan purchasing

organization ditentukan bedasarkan kategori purchasing organization, yaitu:

• Plant specific Purchasing Organization

Gambar 2.13: Plant specific Purchasing Organization

Pada kategori ini, purchasing organization bertanggung jawab atas perolehan material hanya untuk satu plant. Dalam hal ini assignment yang dapat dilakukan: a) Assign Purchasing Organization ke company code b) Assign hanya satu plant dalam suatu company code ke purchasing

organization.

• Cross plant Purchasing Organization

Gambar 2.14: Cross plant Purchasing Organization

Page 262: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 262

Pada kategori ini, Purchasing Organization bertanggung jawab untuk membeli material dan jasa untuk beberapa plant dalam satu company code. Purchasing Organization di- assign ke company code tertentu, lalu beberapa plant di- assign ke Purchasing Organization yang bertanggung jawab.

• Cross Company code Purchasing Organization

Gambar 2.15: Cross Company code Purchasing Organization

Plant di-assign ke Purchasing Organization yang bertanggung jawab untuk melakukan pembelian atas plant tersebut. Untuk pembelian cross company code, purchasing organization tidak di- assign ke company code mana pun pada customizing. Jadi ketika membuat purchase order, sistem akan meminta user memasukkan company code mana material tersebut dibeli. SCM500 (2006, P49)

2.2 Implementasi Sistem ERP

Menurut Wawan Dhewanto (2007, p100), system ERP biasanya merupakan hal yang sangat kritis bagi efisiensi organisasi. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan proyek yang cermat. Berbagai isu pada manajemen proyek yang harus diperhatikan misalnya: • Estimasi waktu, penentuan skala prioritas, fleksibilitas jadwal, dan sebagainya

harus ditentukan dengan cermat. Sebagaimana lazimnya proyek system informasi, biasanya resiko perubahan waktu atau ruang lingkup sering terjadi. Ruang lingkup sering membengkak dari perkiraan semula karena adanya modifikasi yang harus dilakukan ketika proyek sedang berjalan sehinggan mengakibatkan bertambah lamanya waktu implementasi.

• Jenis system ERP yang akan diadopsi. Jika diputuskan akan mengadopsi satu sistem utuh dari satu vendor, maka biasanya system diterapkan dengan modifikasi yang minimal sehingga waktu kustomisasi bisa dipersingkat dan mengurangi kompleksitas proyek. Tetapi, tujuan utama implementasi sistem ERP adalah menerapkan sistem yang paling tepat untuk organisasi, bukan sekedar tepat waktu dan sesuai anggaran saja.

Page 263: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 263

• Penentuan orang-orang yang terlibat dalam ‘steering committee’, karena tim ini akan menentukan keberhasilan implementasi ERP. Idealnya steering committee terdiri atas manajemen senior yang mewakili atau yang berpengaruh pada fungsi korporat dan perwakilan para pengguna system. Komite ini biasanya sangat terlibat dalam fase pemilihan system, monitoring kemajuan proyek, dan pengelolaan konsultan eksternal.

2.3 Metodologi Accelerated SAP (ASAP)

Accelerated SAP (ASAP) adalah pendekatan yang secara khusus dikembangkan oleh SAP untuk membantu perusahaan dalam mengimplementasikan software SAP secara efektif dan efisien. Bedasarkan bacaan mengenai SAP. ASAP dapat mengurangi waktu implementasi sistem SAP R/3 sebanyak 50%. ASAP menyediakan isi, peralatan, dan keahlian dari ribuan implementasi yang telah sukses, yang dapat diggunakan ulang untuk memastikan kesuksesan implementasi. The Accelerated SAP Roadmap (ASAP Roadmap) menyediakan metodologi untuk mengimplementasikan dan secara berkelanjutan mengoptimalkan sistem SAP. Dokumentasi yang disimpan pada setiap tingkat dari struktur pohon Roadmap mengandung rekomendasi pada pengimplementasian sistem SAP dan menghubungkan pada peralatan dan accelerator yang membantu. Accelerator adalah kompponen dari ASAP yang dapat diggunakan bersama maupun secara individu. Accelerator didasarkan pada best practice dari pelanggan SAP dari seluruh dunia dan terdiri dari sejumlah template, pertanyaan, dan scenario yang membutuhkan input dari pengguna untuk membantu pengguna dalam menentukan cara terbaik untuk mengimplementasikan sistem R/3. ASAP Roadmap membagi proses implementasi menjadi lima tahap dan menawarkan perencanaan proyek yang detil sebagai bantuan. (ASAP91 Implementation)

1) Project Preparation 2) Business Blueprint 3) Realization 4) Final Preparation 5) Go Live and Support

2.4 Modul Material Management Siklus Procurement

Siklus procurement yang ada pada SAP R/3 adalah sebagai berikut: SCM500 (2006, P56 – P57)

Page 264: senapati 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraj

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti

a. Requirement DeterminationPada tahap requirement determination, user secara manual melewatkan tahap ini dengan membuat Jika telah menentukan suatu prosedur MRP untuk material master, maka system SAP R/3 akan membuat secara otomatis.

b. Determination of Source of SupllyTahap determination of source of supply calon vendor yang akan diajak untuk berkerja sama. Sebagai seorang pembeli, didukung dengan fasilitas pemmenggunakan pembeda (RFQs) dan kemudian memasukkan saja merajuk pada sistem.

ISSN 2087Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011)Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti

Gambar 2.1: Procurement Cycle

Requirement Determination requirement determination, user yang ada di departemen dapat

secara manual melewatkan tahap ini dengan membuat purchase requisition.Jika telah menentukan suatu prosedur MRP untuk material tersebut dalam

maka system SAP R/3 akan membuat purchase requisition

Gambar 2.2: Purchase Requisition

Determination of Source of Suplly

determination of source of supply merupakan tahap penentuan calonyang akan diajak untuk berkerja sama. Sebagai seorang pembeli,

didukung dengan fasilitas pemilihan source of supply.Pembeli dapat menggunakan pembeda source of supply untuk membuat request for quotation (RFQs) dan kemudian memasukkan quotation. Untuk pembuatan RFQs dapat saja merajuk pada purchase requisition dan kondisi yang telah ada pada

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Bali,

264

yang ada di departemen dapat purchase requisition.

tersebut dalam purchase requisition

merupakan tahap penentuan calon- yang akan diajak untuk berkerja sama. Sebagai seorang pembeli,

Pembeli dapat request for quotation

Untuk pembuatan RFQs dapat dan kondisi yang telah ada pada

Page 265: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 265

Gambar 2.3: Determination of Source of Supply

c. Vendor Selection

Vendor selection merupakan tahap pemilihan vendor yang akan diajak kerja sama. Sistem mempermudah pemilihan dari vendor dengan membuat price comparison antara beberapa quotation. Secara otomatis akan emngirimkan surat penolakkan.

d. Purchase Order Purchasing

Pada tahap purchase order processing, suatu purchase order (PO) dapat dibuat secara manual ataupun secara otomatis oleh system. Pemrosesan PO dapat dilakukan pengkopian data dari dokumen lainnya seperti purchase requisition atau quotations, untuk mengurangi jumlah usaha kerja yang dilakukan. PO juga dapat dibuat bedasarkan outline agreement.

Gambar 2.4: Purchase Order

e. Purchase Order Monitoring

Purchase order monitoring merupakan kegiatan memonitor status purchase order di dalam system yang dilakukan oleh pembeli. Pembeli dapat juga membedakan, contohnya apakah delivery atau invoice untuk PO tersebut telah dilakukan ataupun belum dilakukan. Dapat dilakukan peringatan kepada

Page 266: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 266

vendor tentang outstanding deliveries (pengiriman yang batas waktunya telah dekat).

f. Goods Receipt

Goods Receipt merupakan tahap penerimaan barang. Ketika memasukkan pengiriman yang telah datang kedalam system, maka dapat dicocokkan bedasarkan PO yang relevan. Jumlah usaha kerja dapat diminimalisir dan dapat di periksa apakah pengirman barang, beserta jumlah barang sesuai dengan PO. Sistem akan langsung memperbarui purchase order history dari PO.

Gambar 2.5: Goods Receipt

g. Invoice Verification

Invoice verification merupakan tahap pemeriksaan invoice. Ketika membuat Invoice yang bedasarkan PO yang lalu atau pengiriman yang lalu dapat diperiksa kalkulasi dan ketepatan invoice secara umum. Ketersediaan data dari purchase order dan goods receipt memungkinkan pembeli untuk melihat pada perbedaan kuantitas dan harga.

Page 267: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 267

Gambar 2.6: Invoice Verification

h. Payment Processing

Program pembayaran mengijinkan pembayaran kepada kewajiban kreditor. Financial Accounting mengeksekusi program ini secara reguler.

2.5 Master Data

Master data berisi rekaman data yang disimpan dalam database dalam periode waktu yang cukup lama. Rekaman data ini disimpan secara terpusat, dan diggunakan serta diproses pada cross application basis.

2.5.1 Material Master

Material master record merupakan sumber utama dari data spesifik material. Diggunakan oleh seluruh area dari logistics pada system SAP R/3.

Data disimpan dalam material master record dibutuhkan untuk berbagai tujuan termasuk:

• Purchasing data dibutuhkan untuk tujuan pemesanan. • Inventory Management data dibutuhkan untuk posting goods

movement dan membawa physical inventory. • Data accounting dibutuhkan untuk material valuation. • Materials Planning data dibutuhkan untuk Material Requirement

Planning. Layar untuk memproses material master record dapat dibedakan menjadi

tipe berikut ini: a. Main data

Main data merupakan layar untuk setiap individu user di departemen, seperti basic data, materials planning dan sebagainya.

b. Additional data

Page 268: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 268

Merupakan layar dimana dapat ditemukan informasi tambahan, seperti unit of measurre alternatif, material shorts descriptions dan comsumption values. Beberapa Data material valid untuk semua level organisasi, dan beberapa lainnya hanya valid pada level organisasi tertentu. Sehingga material data dapat diatur secara terpusat, mengurangi pengambilan data yang tidak diperlukan dari database demi meminimalisir redudansi informasi, material master dapat diatur dalam suatu cara yang mencerminkan struktur dari perusahaan.

c. Data at Client level General master data valid untuk seluruh perusahaan disimpan pada level client. Contohnya: material number, material short text, material group, base dan unit of measure alternatif.

d. Data at Plant Level Semua data yang valid dalam suatu plant dan untuk kepunyaan semua storage location disimpan dalam level plant. Contoh: purchasing data,MRP data, forecasting data, work scheduling data.

e. Data at storage location level Semua data yang valid dalam bagian dari storage location disimpan pada level storage location.

2.5.2 Vendor Master Records

Master data vendor dibuat dan di-maintain pada level client dan company code dalam SAP. Data vendor pada level client merupakan data yang bersifat umum (general data) dari suatu vendor, seperti data alamat, kontrol dan transasksi pembayaran. Sedangkan data vendor pada level company code merupakan data spesifik yang hanya digunakan pada satu company code tertentu, seperti data accounting info, transaksi pembayaran, korespondensi, dan withholding tax.

Akun-akun vendor dapat dikelompokkan menjadi beberapa account group sehingga dapat diorganisir dan diatur dengan lebih mudah. Account group tersebut ditetapkan dengan pemberian suatu jarak penomoran (number ranges) tertentu pada SAP.

Analisa Kebutuhan Pelatihan Sap Modul Material Management (Mm)

Untuk dapat memahami dan melakukan transaksi pada modul Material Management (MM), pengguna sistem harus terlebih dahulu memahami konsep dasar sistem informasi berbasis SAP pada PT. XYZ pada modul Material Management (MM): Integrasi dengan modul Financial Accounting (FI) dan Controlling (CO), struktur organisasi, serta konsep dasar membuat material master data (data barang),Purchase Requisition (Surat Permintaan Pembelian),

Page 269: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 269

Purchase Order (Surat Perintah Kerja), Contract (Surat KHS), Goods Receipt (Penerimaan Barang) dan Service entry sheet (Penerimaan Jasa) . Analisa kebutuhan pelatihan sistem infomasi berbasis SAP pada modul Material Management (MM) pada PT. XYZ, antara lain: Material Master Data (Data Barang)

Analisa kebutuhan pelatihan sistem informasi berbasis SAP pada Material Master data (data barang) pada PT. XYZ antara lain adalah sebagai berikut:

a. Target Peserta Pelatihan

Target peserta pelatihan ini adalah pengguna akhir yang dapat membuat material master data (data barang) pada sistem SAP PT. XYZ modul Material Management (MM), yang merupakan tugas dan tanggung jawab dari Catalog Admin.

b. Learning Outcomes Adapun learning outcomes/hasil pembelajaran yang diharapkan adalah peserta (pengguna akhir) pelatihan yang berperan sebagai Catalog Admin dapat memahami dan dapat membuat material master data (data barang) pada sistem informasi berbasis SAP pada PT. XYZ, modul Material Management (MM). Learning outcomes/hasil pembelajaran yang diharapkan tersebut antara lain adalah sebagai berikut: • Membuat atau mengubah dan melengkapi Material master data. • Membuat tanda penghapusan Material master data. Yang digunakan

untuk menyatakan bahwa material master yang telah ditandai sudah tidak ada.

Purchase Requisition (Surat Permintaan Barang)

Analisa kebutuhan pelatihan sistem informasi berbasis SAP pada Purchase Requisition (Surat Permintaan Barang) pada PT. XYZ antara lain adalah sebagai berikut:

a. Target Peserta Pelatihan

Target peserta pelatihan ini adalah pengguna akhir yang dapat menjalankan transaksi Purchase Requisition (Surat Permintaan Barang) pada sistem SAP PT. XYZ modul Material Management (MM), yang merupakan tugas dan tanggung jawab dari Purchase Requisition Admin.

b. Learning Outcomes Adapun learning outcomes/hasil pembelajaran yang diharapkan adalah peserta (pengguna akhir) pelatihan yang berperan sebagai Purchase Requisition Admin dapat memahami dan dapat menjalankan transaksi Purchase Requisition (Surat Permintaan Barang) pada sistem informasi berbasis SAP

Page 270: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 270

pada PT. XYZ, modul Material Management (MM). Learning outcomes/hasil pembelajaran yang diharapkan tersebut antara lain adalah sebagai berikut: • Mengerti konsep Purchase Requisition di SAP sebagai bagian dari overall

Procurement Process, yaitu proses pertama dalam menjalankan transaksi di Material Management.

• Menjalankan transaksi Purchase Requisition di SAP dengan berbagai variasi dan jenis pembebanan.

Purchase Order (Surat Perintah Kerja) dan Contract (Surat KHS)

Analisa kebutuhan pelatihan sistem informasi berbasis SAP pada Purchase Order (Surat Perintah Kerja) dan Contract (Surat KHS) pada PT. XYZ antara lain adalah sebagai berikut: a. Target Peserta Pelatihan

Target peserta pelatihan ini adalah pengguna akhir yang dapat menjalankan transaksi Purchase Order (Surat Perintah Kerja) dan Contract (Surat KHS) pada sistem SAP PT. XYZ modul Material Management (MM), yang merupakan tugas dan tanggung jawab dari Purchasing Admin.

b. Learning Outcomes Adapun learning outcomes/hasil pembelajaran yang diharapkan adalah peserta (pengguna akhir) pelatihan yang berperan sebagai Purchasing Admin dapat memahami dan dapat menjalankan transaksi Purchase Order (Surat Perintah Kerja) dan Contract (Surat KHS) pada sistem informasi berbasis SAP pada PT. XYZ, modul Material Management (MM). Learning outcomes/hasil pembelajaran yang diharapkan tersebut antara lain adalah sebagai berikut: • Memahami konsep dan proses transaksi Purchasing (pembelian) di SAP. • Membuat Purchase Order (Surat Perintah Kerja) dan Contract (Surat KHS)

untuk melakukan pembelian ke vendor (Supplier). • Selalu menjaga status dari Purchase Order (Surat Perintah Kerja) dan

Contract (Surat KHS). Goods Receipt (Penerimaan Barang)

Analisa kebutuhan pelatihan sistem informasi berbasis SAP pada Goods Receipt (Penerimaan Barang) pada PT. XYZ antara lain adalah sebagai berikut: a. Target Peserta Pelatihan

Target peserta pelatihan ini adalah pengguna akhir yang dapat menjalankan transaksi Goods Receipt (Penerimaan Barang) pada sistem SAP PT. XYZ modul Material Management (MM), yang merupakan tugas dan tanggung jawab dari Warehouse Admin.

b. Learning Outcomes Adapun learning outcomes/hasil pembelajaran yang diharapkan adalah peserta (pengguna akhir) pelatihan yang berperan sebagai Warehouse Admin dapat memahami dan dapat menjalankan transaksi Goods Receipt (Penerimaan Barang) pada sistem informasi berbasis SAP pada PT. XYZ, modul Material

Page 271: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 271

Management (MM). Learning outcomes/hasil pembelajaran yang diharapkan tersebut antara lain adalah sebagai berikut: • Mengerti konsep Goods Receipt (penerimaan barang) sebagai bagian dari

suatu siklus pengadaan di SAP. • Menjalankan transaksi Goods Receipt (penerimaan barang) untuk semua

barang stock yang berasal dari Vendor.

Service Entry Sheet (Penerimaan Jasa) Analisa kebutuhan pelatihan sistem informasi berbasis SAP pada Service

Entry Sheet (Penerimaan jasa) pada PT. XYZ antara lain adalah sebagai berikut: a. Target Peserta Pelatihan

Target peserta pelatihan ini adalah pengguna akhir yang dapat menjalankan transaksi Service Entry Sheet (Penerimaan Jasa) pada sistem SAP PT. XYZ modul Material Management (MM), yang merupakan tugas dan tanggung jawab dari Receiving Admin.

b. Learning Outcomes Adapun learning outcomes/hasil pembelajaran yang diharapkan adalah peserta (pengguna akhir) pelatihan yang berperan sebagai Receiving Admin dapat memahami dan dapat menjalankan transaksi Service Entry Sheet (Penerimaan Barang) pada sistem informasi berbasis SAP pada PT. XYZ, modul Material Management (MM). Learning outcomes/hasil pembelajaran yang diharapkan tersebut antara lain adalah sebagai berikut: • Mengerti konsep penerimaan barang non stock dan Jasa sebagai bagian

dari suatu siklus pengadaan di SAP. • Menjalankan transaksi Service Entry Sheet (penerimaan jasa) untuk semua

barang non stock dan jasa yang berasal dari Vendor. III. Rancangan Learning Documentation

Untuk mendukung pelatihan sistem informasi SAP pada PT. XYZ, dilakukan perancangan learning documentation yang tidak hanya merangkum profil sistem SAP yang diimplementasikan pada PT. XYZ, tetapi juga dimaksudkan untuk memberi pemahaman kepada pengguna akhir (peserta pelatihan) dalam menggunakan sistem dengan dilakukannya latihan skenario secara langsung pada sistem SAP. Adapun beberapa jenis learning documentation tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

Training Material

Training material merupakan learning documentation yang berisi materi-materi utama yang merangkum profil sistem informasi SAP yang diimplementasikan yang akan digunakan pada saat pelatihan secara tatap muka (presentasi). Dengan adanya training material ini, instruktur pelatihan dapat menyampaikan materi dengan lebih mudah disertai materi yang terstruktur

Page 272: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 272

sehingga akan mempermudah pemahaman materi yang disampaikan kepada peserta pelatihan/pengguna sistem terkait dengan penggunaan transaksi pada sistem SAP yang akan diterapkan pada PT. XYZ. Training material ini akan dirancang pada setiap topik pelatihan dalam bentuk slide presentasi (powerpoint). Selain itu, training material juga dapat digunakan sebagai materi pembelajaran ulang oleh peserta pelatihan/pengguna sistem pada saat pelatihan telah selesai.

Buku Latihan

Selain training material, untuk mempermudah pemahaman sistem SAP dalam transaksi keseharian pada PT. XYZ, akan dirancang buku latihan yang digunakan pada saat pelatihan. Buku latihan ini berisi skenario-skenario latihan transaksi yang dapat langsung dipraktekkan oleh peserta pelatihan/pengguna sistem pada sistem SAP. Rancangan buku latihan akan disesuaikan dengan topik pelatihan (per-training material yang ada). Buku latihan ini akan mempermudah pemahaman konsep sistem SAP oleh peserta pelatihan/pengguna sistem yang telah diterima dari presentasi training material.

User Procedure

User procedure merupakan learning documentation yang berisi langkah-langkah atau prosedur standar dalam menjalankan transaksi tertentu pada sistem SAP pada PT. XYZ. Dengan adanya user procedure ini akan dapat membantu peserta pelatihan/pengguna sistem dalam menjalankan skenario transaksi yang ada pada buku latihan maupun dalam menjalankan transaksi pada PT. XYZ setelah sistem SAP go-live nantinya. IV. Rancangan Pelatihan

Berikut merupakan rancangan pelatihan SAP yang akan diadakan pada PT. XYZ antara lain adalah sebagai berikut:

Target Peserta

Target peserta yang akan mengikuti pelatihan yang diberikan adalah pengguna akhir (user) yang akan menggunakan sistem SAP pada PT. XYZ dengan berbagai peran yang telah disebutkan sebelumnya.

Metode Pelatihan

Pelatihan akan dilakukan secara tatap muka antara instruktur dan peserta pelatihan dalam ruang yang telah disediakan dengan beberapa metode, antara lain adalah sebagai berikut: a. Presentasi

Pada metode ini, instruktur akan memberikan pelatihan kepada peserta pelatihan/pengguna sistem secara langsung dengan melakukan presentasi training material yang berupa slide presentasi (powerpoint). Instruktur akan

Page 273: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 273

memberikan penjelasan mengenai konsep sistem SAP yang diimplementasikan pada PT. XYZ.

b. Demo Selain itu, dalam pelatihan ini juga akan diadakan demo menjalankan transaksi pada sistem SAP yang dilakukan oleh peserta pelatihan/pengguna sistem. Pada saat melakukan demo, instruktur akan membimbing peserta pelatihan/pengguna sistem dalam menjalankan transaksi pada sistem SAP PT. XYZ.

c. Latihan

Setelah dilakukannya demo, peserta pelatihan/pengguna sistem akan diberikan buku latihan untuk melakukan latihan skenario-skenario transaksi sesuai dengan apa yang telah diajarkan sebelumnya. Latihan ini akan membantu peserta pelatihan/pengguna sistem terbiasa dengan navigasi pada sistem SAP serta lebih memahami penggunaan sistem SAP pada transaksi sehari-hari. Apabila pada saat latihan peserta pelatihan/pengguna sistem mengalami kesulitan, mereka dibantu langsung oleh instruktur/asisten instruktur yang hadir.

d. Evaluasi Adapun evaluasi pelatihan dilakukan dengan dua cara, antara lain dengan pemberian kuis dan pembagian kuesioner. Pemberian kuis kepada peserta pelatihan/pengguna sistem digunakan untuk mengetahui seberapa jauh penguasaan dan pemahaman peserta pelatihan/pengguna sistem atas materi pelatihan yang telah diberikan, sedangkan pembagian kuesioner digunakan untuk mendapat masukan berupa respon dari peserta pelatihan/pengguna sistem atas pelatihan yang berjalan yang digunakan untuk pengembangan pelatihan disesi berikutnya. Adapun standar penilaian kuis yang diberikan adalah 0 sampai dengan 100, dengan nilai 70 sebagai nilai minimal seorang peserta pelatihan/pengguna sistem dapat dikatakan lulus. Pemberian kuis dan pembagian kuesioner ini akan dilakukan disetiap akhir sesi pelatihan.

Rancangan Pelatihan SAP pada Modul Material Management (MM) pada PT. XYZ

Berikut merupakan rancangan pelatihan SAP pada Modul Material

Management (MM) pada implementasi sistem ERP berbasis SAP pada PT. XYZ: Tabel 4.1: Rancangan Pelatihan SAP pada Modul Material Management pada PT. XYZ

Page 274: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 274

Kode Pelatihan

Kode Modul

Nama Pelatihan Deskripsi Outline

G100 NAV

Perkenalan dan Pengenalan SAP

Pelatihan ini akan membantu dalam mengerti overview dari SAP, modul-modul pada SAP dan bagaimana navigasi pada SAP.

- SAP Overview - Modul yang ada pada SAP - Log on/off - Navigasi SAP - Membuat Varians

M100 MMO Material Management Overview

Pelatihan ini akan membantu dalam mengerti konsep Material management di SAP.

• Pengenalan Material Management.

• Struktur Organisasi di Material Management.

• Master data di Material Management.

• Fungsi dasar modul Material Management.

M200 CAT Cataloguer

Pelatihan ini berguna untuk mengerti konsep dan proses Material Master di SAP dan Menghasilkan laporan yang berhubungan dengan Material Master.

• Pengenalan (Overview).

• Alur proses dan roles.

• Perubahan.

M300 PR Purchase Requisition

Pelatihan ini berguna untuk mengerti konsep Purchase Requisition di SAP dan menjalankan Purchase requisition di SAP.

• Pengenalan (Overview).

• Alur proses dan roles.

• Perubahan.

M400 PA Purchasing Admin

Pelatihan ini berguna untuk memahami konsep dan proses pembelian di SAP, menjalankan transaksi Purchase Order dan contract untuk melakukan pembelian kepada vendor dan mengontrol status dari

• Pengenalan (Overview).

• Alur proses dan roles.

• Perubahan.

Page 275: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 275

Kode Pelatihan

Kode Modul

Nama Pelatihan Deskripsi Outline

Purchase Order dan contract.

M500 WA Warehouse Admin

Pelatihan ini berguna untuk mengerti konsep penerimaan barang sebagai bagian dari suatu siklus pengadaan di SAP dan dapat menjalankan transaksi penerimaan barang di SAP.

• Pengenalan (Overview).

• Alur proses dan roles.

• Perubahan.

M600 RA Receiving Admin

Pelatihan ini berguna untuk mengerti konsep penerimaan barang non stock dan jasa dan dapat menjalankan transaksi penerimaan barang nonstock dan jasa.

• Pengenalan (Overview).

• Alur proses dan roles.

• Perubahan.

V. Simpulan

Adapun simpulan yang dapat diambil dari pelaksanaan perencanaan pelatihan dan pengembangan sistem pelatihan ERP berbasis SAP pada modul Material Management (MM), pada PT. XYZ adalah Untuk mendukung pelatihan yang diberikan kepada peserta pelatihan/pengguna sistem, dibutuhkan suatu dokumentasi pembelajaran (learning documentation) yang berupa training material, buku latihan dan user procedure. Adanya dokumentasi pembelajaran ini dapat membantu peserta pelatihan/pengguna sistem lebih memahami materi yang disampaikan pada saat pelatihan. Perancangan pelatihan ditujukan kepada peserta pelatihan/pengguna sistem SAP pada PT. XYZ. Pelatihan ini diberikan dengan beberapa metode antara lainnya dengan presentasi, demo, latihan dan evaluasi. Untuk mengevaluasi pelatihan yang berjalan, dalam setiap sesi pelatihan disertakan dengan pemberian kuis yang bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman dari peserta pelatihan/pengguna sistem setelah mengikuti pelatihan. Selain itu untuk mengevaluasi pelatihan ini juga diberikan kuesioner kepada peserta pelatihan/pengguna sistem untuk mengetahui pendapat dan kepuasaan dari pelatihan yang telah diberikan.

Daftar Pustaka Anonim. (2000). ASAP91 Implementation. SAP AG. Jerman Anonim. (2009). SAP R/3. http://www.en.wikipedia.org/SAP_R/3/

Page 276: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 276

Anonim. (2009). Master Data. http://sapmmhelp.blogspot.com/2008/2009/master-data-master-data-contains.html

Anonim. (2006). SCM 500 Procurement (Materials Management). SAP AG.

Jerman. Dhewanto, Wawan, Falahah. (2007). ERP Menyelaraskan Teknologi Informasi

dengan Strategi Bisnis dilengkapi dengan Ulasan Fitur Berbagai Software ERP Terkemuka. Informatika bandung. Jakarta.

Page 277: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 277

B.13. Sistem Pengalokasian Dinamik Vlan Dalam Mendukung Proses Belajar Terdistribusi Ferrianto Gozali, Billion Lo

SISTEM PENGALOKASIAN DINAMIK VLAN DALAM MENDUKUNG PROSES BELAJAR TERDISTRIBUSI

Oleh

Ferrianto Gozali, Billion Lo

ABSTRAK

Seiring perkembangan pendidikan, penggunaan ICT sangatlah besar

dalam proses perkembangan tersebut. Dengan penggunaan ICT ini, memungkinkan distance learning diimplementasi dimana proses belajar mengajar tidak harus lagi berada dikelas seperti pada pendidikan yang konvensional. Dengan adanya distance learning dapat memecahkan masalah spasial baik dari ukuran ruangan terhadap jumlah murid dan keterbatasan untuk dapat hadir kedalam ruang perkuliahan. Karena itulah, Sistem Pengalokasian Virtual Local Area Network (VLAN) secara Dinamis dibutuhkan. Sistem ini merupakan sistem yang berbasis protokol Radius yang dapat membantu untuk mengotentikasi dan memindahkan client antar sub jaringan (VLAN) didalam jaringan internal suatu perkuliahan.

Perancangan sistem digunakan aplikasi berbasis open source. Pada perancangan sistem Dinamik VLAN ini, penulis menggunakan sistem otentikasi berdasarkan MAC-Address dari client yang akan dimapping kedalam VLAN yang akan dituju. MAC-Address dan VLAN yang akan dituju disimpan didalam database. Untuk skema jaringannya, server dan client akan terhubung menggunakan manageable switch.

Mekanisme kerja dari sistem pengalokasian VLAN secara dinamis ini terdiri dari 3 (tiga) tahap yaitu: tahap penerimaan request dari Network Access Server (NAS), pengecekan MAC-Address terhadap VLAN yang dituju dan persetujuan otentikasi dan otorisasi. Untuk mendukung proses pembelajaran jarak jauh, digunakan Web Conference dan aplikasi seperti file sharing pada jaringan VLAN tersebut.Untuk pengujian sistem tersebut, kita menggunakan applikasi Web Conference dengan cara membandingkan performa jaringan pada saat dengan dan tanpa sistem tersebut.

Dalam mengimplementasikan sistem ini, terbilang murah karena suatu perusahaan hanya membutuhkan sebuah server dengan Sistem Operasi yang gratis dan aplikasi yang gratis dan dapat diimplementasikan langsung ke dalam jaringan perusahaan tanpa perubahan topologi jaringan yang menyeluruh.Namun dalam sistem ini masih terdapat kekurangan, dimana sistem ini hanya dapat diaplikasikan

Page 278: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 278

dengan menggunakan Manageable Switch dan belum dapat digunakan untuk Wi-fi dan Unmanageable Switch. Kata Kunci: Jaringan Komputer, Sistem Dinamik, VLAN, Radius. I. Pendahuluan

Perkembangan ICT saat ini sangat membantu dalam perkembangan bidang pendidikan, terutama dalam proses belajar dan mengajar antara guru dan murid. Proses ini, terutama diluar negeri, sudah tidak terpaku lagi pada proses belajar dan mengajar yang konvensional, dimana guru dan murid melakukan tatap muka di ruang kelas. Proses belajar tersebut sudah mulai beralih ke bentuk distance learning dimana problem spasial yang biasa kita temui dapat dipecahkan, terutama pada keterbatasan ukuran kelas terhadap jumlah murid dan keterbatasan untuk dapat hadir di ruang kelas.Karena itulah, Sistem Pengalokasian Virtual Local Area Network (VLAN) secara Dinamis dibutuhkan.

Sistem ini merupakan sistem yang berbasis protokol Radius yang dapat membantu untuk mengotentikasi dan memindahkan client antar sub jaringan (VLAN) didalam jaringan internal suatu perusahaan tanpa harus adanya seorang technical support untuk mengkonfigurasi jaringan baik router maupun switch secara manual.

Tulisan ini membahas apa itu VLAN, Radius, bagaimana pengalokasian VLAN secara dinamis, apa perubahan perlu yang dilakukan pada jaringan yang belum mengimplementasi sistem tersebut, dan pengetesan performa sistem tersebut dan perbandingannya dengan jaringan sebelum diimplementasi sistem tersebut.

Pada pengembangan sistem tersebut digunakan perangkat lunak Open Source sifatnya gratis dan sisi ketahanan dari sistem bisa dibilang cukup handal.Perangkat lunak yang digunakan adalah FreeRadius, MySQL server untuk sistem pengalokasian VLAN dinamis.

II. Konsep dasar VLAN

Virtual Local Area Network atau dikenal dengan VLAN merupakan fungsi logik dari sebuah perangkat jaringan, dimana fungsi logik ini mampu membagi jaringan LAN yang secara fisik tersambung dalam suatu jaringan global ke dalam beberapa jaringan yang bersifat virtual. Dengan menggunakan VLAN maka administrator jaringan dapat lebih mudah mengelompokkan workstation didalam jaringan berdasarkan fungsinya tanpa dibatasi oleh lokasi fisik workstation tersebut.Berbagai kelebihan VLANjika dibandingkan dengan LAN biasa, antara lain:

• Broadcast control, dimana VLAN mampu membatasi broadcast network dari masing-masing grup;

• Security, dimana VLAN membentengi akses ke sebuah grup dari group VLAN lain atau akses dari luar jaringan;

Page 279: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 279

• Performance, dimana pengelompokkan secara grup logik ini memberikan jalur data yangbersifat dedicated untuk tiap-tiap grup, sehingga secara otomatis masing-masing grup akan mendapat kinerja jalur data yang optimal;

• Management, prinsip logik pada VLAN memberikan kemudahan seorang user dari suatu grup VLAN untukberpindah lokasi tanpa perlu mengganti koneksi/sambungan ke switch, dan administrator dapat dengan mudah mengubah keanggotaan suatu grup VLAN melalui aplikasi jaringan tanpa harus mengubah jaringan secara fisik. Keanggotaan suatu workstation pada VLAN dapat dibedakan dalam dua

kelompok yaitu yang bersifat statis dan bersifat dinamis.VLAN Statis merupakan cara umum dalam mengembangkan VLAN, dan sekaligus merupakan cara yang paling aman. Port pada switch bertugas untuk mempertahankan konektifitas pada VLAN secara statis. Pada implementasi ini administrator secara manual mengubah penugasan atau keanggotaan dari port tersebut. Keanggotaan VLAN jenis ini, umumnya digunakan untuk jaringan komputer yang sederhana dan jumlah workstation yang terhubung sifatnya terbatas,

Untuk melakukan komunikasi antar perangkat jaringan atau komputer menggunakan VLAN didalam sebuah jaringan global, maka dibutuhkan penanda pada paketdata yang dikirim agar tidak tersebar ke VLAN lainnya. Penanda ini disebut Frame Tagging (IEEE 802.1q) seperti terlihat pada gambar.1. Pada header dari paket data ditambah tag sepanjang 2 byte, yang berisi informasi VLAN ID dan Prioritas dari data tersebut.

Gambar.1. VLAN Frame Tagging

VLAN dinamis , merupakan suatu pengembangan lanjut dari VLAN Statis dimana digunakan suatu aplikasi yang berfungsi untuk menentukan VLAN dari sebuah titik atau node secara otomatis. Dengan menggunakan aplikasi manajemen

Page 280: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 280

yang intelligenttersebut, maka dapat dibuat penugasan VLAN berdasarkan alamat-alamat perangkat keras (MAC Address), protocol-protocol, atau bahkan aplikasi-aplikasi, untuk menciptakan VLAN-VLAN dinamis. Keanggotan VLAN jenis ini umumnya digunakan untuk jaringan komputer yang kompleks, komputer maupun switch yang terhubung didalamnya banyak dan pergerakan user yang dinamik. III. Remote Authentication Dial In User Service (RADIUS)

Remote Authentication Dial In User Service(RADIUS) adalah protokol jaringan yang mengatur proses manajemen otentikasi, otorisasi dan akuntasi (AAA) yang tersentralisasi dalam memberikan akses pada komputer pengguna untuk menggunakan layanan jaringan tertentu. Tiga fungsi utama dari RADIUS adalah:

• Authentication, untuk mengotentikasi pengguna atau perangkat sebelum memberikan mereka akses ke jaringan,

• Authorization, untuk memberikan hak kepada pengguna atau perangkat untuk mengakses jaringan tertentu,

• Accounting, untuk menghitung penggunaan layanan dari pengguna atau perangkat tersebut.

Dalam berkomunikasi, Radius menggunakan UDP dengan port 1812 untuk proses akuntansi dan port 1813 untuk proses otentikasi dari Radius. Ketentuan ini didasarkan pada ketentuan yang ditetapkan oleh Internet Assigned Number Authority (IANA) walaupun sebelum ketentuan tersebut banyak yang menggunakan port 1645 dan 1646 (akuntansi dan otentikasi) menjadi standar port yang digunakan oleh banyak client / server Radius .

RADIUS menyediakan tiga metode otentikasi yang berbeda yaitu Password Authentication Protocol (PAP), Challenge-Handshake Authentication Protocol (CHAP) dan Extensible Authentication Protocol (EAP).Dalam uji coba ini digunakan metoda CHAP [RFC 1994].CHAP secara berkala melakukan verifikasi identitas dari client dengan menggunakan metode three-way handshake. Mekanisme otentikasi dari CHAP dapat dilihat pada Gambar 2.

Page 281: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 281

Gambar.2. Meknisme Otentkasi CHAP

Pertama-tama client sebagai Suplicant mengirimkan username kepada

Authenticator, Authenticator membalas dengan memberikan challenge kepada pengguna. Pengguna akan memberikan kembali informasi berikutnya yang dibutuhkan oleh Authenticator untuk berkomunikasi dengan Radius server yang berfungsi sebagai Authentication Server, yang mengakibatkan terjadinya akses request (CHAP) yang dikirimkan oleh Authenticator ke Server Radius. Server Radius akan memberikan response, apakah akses tersebut diterima atau ditolak kepada Authenticator, untuk kemudian dilanjutkan kepada client.

IV. Implementasi Sistem

Topologi yang digunakan dalam Implementasi sistem pengalokasian dinamik VLAN dapat dilihat pada gambar 3.

MAC Address VLAN

00-13-02-82-95-AE 100

00-B0-D0-86-BB-F7 100

00-13-01-88-90-AC 101

00-B0-D0-80-BA-F9 101

Gambar 3.Topologi global jaringan dari sistem Dinamik VLAN.

Page 282: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 282

Dalam implementasi ini, Server Radius berfungsi sebagai Authentication Server dan Switch Manageable berfungsi sebagai Authenticator.Pada server radius terdapat database yang berisi MAC-Address dari seluruh client yang dimapping terhadap VLAN yang dituju.Untuk uji coba digunakan 5 buah komputer, MAC-Address dari 4 buah komputer telah tercatat didatabase pada Server Radius dan MAC-Address dari 1 buah computer lainnya tidak tercatat didatabase. Dari percobaan ini, dapat dilihat bahwa 4 buah computer yang telah tercatat MAC-Addressnya mendapat VLAN 100 dan 101, sedangkan komputer lainnya hanya mendapat VLAN 1 (VLAN Guest) dimana pada policy di router, VLAN 1 tidak dapat terhubung ke VLAN 100 dan 101.Pada percobaan untuk mengukur utilisasi jaringan selanjutnya akan digunakan 4 buah computer yang mendapat VLAN 100 dan 101. 4.1. Proses Otentikasi dan Otorisasi

Pada server Radius, terdapat database MySQL yang menyimpan data MAC-Address dari client dan VLAN yang akan diakses.Proses Otentikasi terjadi pada saat pertama kali client terhubung ke switch. Client akan mengirimkan data MAC-Address ke switch dan dilanjutkan ke server Radius, jika MAC-Address dari client tersebut terdapat didalam database, server Radius akan memerintahkan switch untuk memberikan otorisasi kepada client untuk masuk ke VLAN yang tersimpan di database. Client akan terhubung ke dalam VLAN yang dituju dan meminta IP ke DHCP server. Namun jika MAC-Address dari client tidak tercatat di dalam database, maka client tersebut hanya akan mengakses VLAN untuk guest, dalam ini adalah VLAN 1.

4.2. Proses Implementasi pada topologi jaringan yang belum menggunakan

VLAN Untuk melakukan implementasi sistem ini pada jaringan yang belum

menggunakan VLAN, dimana seluruh karyawan dari divisi yang berbeda-beda terhubung satu sama lain dalam satu broadcast address, perlu ditambahkan sebuah server Radius, mengganti switch dengan manageable switch, mengganti router dengan router yang support VLAN namun topologi jaringan secara keseluruhan tidak perlu mengalami perubahan.

4.3. Pengukuran Perbandingan Utilisasi Jaringan tanpa dan dengan Sistem

Dinamik VLAN Perbandingan performa dari jaringan dengan sistem dinamik VLAN dan

tanpa sistem dinamik VLAN ini dilakukan dengan melihat faktor utilisasi jaringan.Pengukuran dilakukan dimana terdapat Server Web Confrence menggunakan sistem operasi Linux dan 4 buah client menggunakan sistem Windows XP. Proses pengukuran dilakukan dengan menghitung utilisasi jaringan rata-rata selama satu menit pada saat melakukan Web Confrence.

Page 283: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 283

Topologi jaringan tanpa sistem Dinamik VLAN dapat dilihat pada Gambar.4 dan hasil pengukuran utilisasi jaringan dapat dilihat pada Tabel.1.

Gambar.4. Topologi jaringan tanpa sistem Dinamik VLAN

Tabel.1. Hasil Pengukuran utilisasi jaringan Tanpa sistem Dinamik VLAN

Dari pengukuran diatas didapatkan utilitas rata-rata dari webserver yang digunakan untuk web conference sebesar 2,282 Mbps dan utilisasi rata-rata client sebesar 670 kbps.

Topologi jaringan dengan system dinamik VLAN dapat dilihat pada gambar.5.dan hasil pengukuran utilisasi jaringan dapat dilihat pada Tabel.2.

Page 284: senapati 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraj

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti

Gambar.5.Topologi jaringan tanpa sistem dinamik VLAN

Tabel.2. Hasil Pengukuran utilisasi Jaringan dengan sistem Dinamik VLAN

Dari pengukuran diatas didapatkan utilitas rata

digunakan untuk web conferesebesar 440 kbps. Tabel.3. Hasil Pengujian VLAN dengan jumlah client sebanyak 4 buah

Tabel.3. Tabel Utilisasi Jaringan tanpa dan dengan Dinamik VLAN

Gambar.6.Hasil Perbandingan pada jaringan tanpa dan dengan sistem Dinamik

0

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

Web

Server

tanpa VLAN dan

Radius Server

Hasil Perbandingan Pengujian Web Conference pada jaringan

ISSN 2087Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011)Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti

Gambar.5.Topologi jaringan tanpa sistem dinamik VLAN

Tabel.2. Hasil Pengukuran utilisasi Jaringan dengan sistem Dinamik VLAN

Dari pengukuran diatas didapatkan utilitas rata-rata dari webserver yang digunakan untuk web conference sebesar 2,36 Mbps dan utilisasi rata

Tabel.3. Hasil Pengujian Web Conference di Jaringan Tanpa VLAN dan dengan VLAN dengan jumlah client sebanyak 4 buah

Tabel.3. Tabel Utilisasi Jaringan tanpa dan dengan Dinamik VLAN

Gambar.6.Hasil Perbandingan pada jaringan tanpa dan dengan sistem Dinamik

VLAN

Client Web

Server

Client

tanpa VLAN dan

Radius Server

dengan VLAN dan

Radius Server

Hasil Perbandingan Pengujian Web Conference pada jaringan

VLAN dan Tanpa VLAN

Utilisasi Rata-Rata (bits/s)

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Bali,

284

Tabel.2. Hasil Pengukuran utilisasi Jaringan dengan sistem Dinamik VLAN

rata dari webserver yang nce sebesar 2,36 Mbps dan utilisasi rata-rata client

di Jaringan Tanpa VLAN dan dengan

Tabel.3. Tabel Utilisasi Jaringan tanpa dan dengan Dinamik VLAN

Gambar.6.Hasil Perbandingan pada jaringan tanpa dan dengan sistem Dinamik

Rata (bits/s)

Page 285: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 285

Dengan melakukan perbandingan antara jaringan tanpa dan dengan system pengalokasian dinamik VLAN, kita mendapatkan perbedaan yang kecil pada utilisasi jaringan rata-rata dari web server, yaitu sebesar 76,8 kbps dimana terjadi peningkatan sebesar 3,36% jika dibandingkan dengan jaringan tanpa system pengalokasian dinamik VLAN. Namun perbedaan yang sangat besar telihat pada utilisasi client, dimana terjadi penurunan sebesar 231,5 kbps jika dibandingkan dengan jaringan tanpa system pengalokasian dinamik VLAN. Namun perbedaan yang sangat besar ini bukan merupakan pengaruh dari penggunaan system pengalokasian dynamic VLAN, tetapi karena adanya perbedaan switch yang digunakan saat implementasi jaringan. Pada jaringan tanpa system pengalokasian dinamik VLAN digunakan unmanageable switch3Com dan pada jaringan dengan system dinamik VLAN digunakan manageable switchHP Procurve dimana pada spesifikasinya terdapat fitur packet compression. V. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengukuran dari penggunaan Sistem Dinamik VLAN dan aplikasi Web Conference, dapat disimpulkan bahwa Penggunaan sistem Dinamik VLAN tersebut tidak memberikan perbedaan yang sangat signifikan pada utilisasi jaringan. Pada pengujian, dapat dibandingkan utilisasi server Web Conference tanpa sistem dinamik VLAN sebesar 2.282.400 bps dan utilisasi server Web Conference dengan sistem dinamik VLAN sebesar 2,359,200 bps. Didapatkan bahwa terjadi peningkatan utilisasi sebesar 3,36 %.

Dalam implementasi sistem ini, tidak memerlukan perubahan topologi jaringan secara besar-besaran dan digunakan aplikasi open source yang cukup handal untuk menjalankan aplikasi-aplikasi seperti halnya pada aplikasi berbayar.

Daftar Pustaka Hassell,Jonathan. 2002, RADIUS Securing Public Access to Private Resources,

Amerika Serikat: O'Reilly Media

Lammle, Tod. 2007, CCNA: Cisco Certified Network Associate Study Guide, Indiana Polis, Indiana, Amerika Serikat: Willey Publishing

Lo, Billion. 2009, Implementasi Sistem Dynamic Virtual Local Area Network

untuk Aplikasi Web Confrence, Jakarta: Universitas Trisakti Ramadhana, Yovira. 2008, Sistem Konferensi Video Berbasis Web dengan

Menggunakan Aplikasi Open Source, Freeware dan Shareware, Jakarta: Universitas Trisakti

Page 286: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 286

B.14. Perancangan Sistem Basis Data Pembelian, Penjualan dan Persediaan pada TP. Swari Andini I Gusti Made Karmawan

PERANCANGAN SISTEM BASIS DATA PEMBELIAN, PENJUALAN DAN PERSEDIAAN PADA PT. SWARI ANDINI

Oleh

I Gusti Made Karmawan1

1 Jurusan Komputerisasi Akuntansi, Fakultas Ilmu Komputer, Binus University

[email protected]

ABSTRAK

PT. Swari Andini merupakan perusahaan yang bergerak dalam general trading (perdagangan umum khususnya peralatan yang mendukung pengeboran dan produksi minyak). Dalam mendukung kegiatan bisnisnya, perlu adanya bantuan di bidang komputerisasi untuk mengorganisir pembelian, penjualan dan persediaan yang terjadi di perusahaan, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Metodologi yang dipakai ada 3 yaitu studi kepustakaan dengan mempelajari buku-buku teks yang bersangkutan, lalu metode fact-finding yang dilakukan dengan menganalisa dan survei pada sistem yang sedang berjalan di perusahaan juga dengan wawancara karyawan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan, dan metode perancangan basis data dengan tiga konsep perancangan konseptual, perancangan logikal, dan perancangan fisikal, juga rancangan layar input, output yang dihasilkan, dan laporan-laporan yang berisi informasi yang dibutuhkan. Dalam perancangan basis data digunakan piranti lunak microsoft SQL Server 2000. Kata Kunci

Basisdata, pembelian, penjualan, persediaan 1. Latar Belakang

Melihat dari kebutuhan akan informasi perusahaan yang cepat, tepat dan akurat sangat penting. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan baik kecil maupun besar sudah mulai melakukan perubahan seperti komputerisasi terhadap sistem perusahaannya dengan tujuan agar dapat bersaing di zaman yang maju ini. Seiring berkembangnya perusahaan dan bertambahnya jumlah pelanggan serta barang maka jumlah transaksi juga mengalami peningkatan.

Perusahaan memiliki kesulitan dalam menangani pembelian dan penjualan barang. Hal ini disebabkan banyaknya jenis barang dan terbatasnya waktu,

Page 287: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 287

sehingga seringkali mengganggu kegiatan operasional perusahaan seperti pencarian stok, transaksi jual-beli, dan sebagainya. Hal seperti ini tentunya akan menurunkan kinerja perusahaan dan menghambat pertumbuhan perusahaan. Untuk menangani masalah ini maka dibuatnya sebuah perancangan sistem basis data. Perancangan sistem basis data berguna untuk menjamin keakuratan data agar dapat meningkatkan kinerja perusahaan yang sangat dibutuhkan.

PT. Swari Andini dalam usahanya sebagai General Trading dan Contractor khususnya dalam bidang supplier oil gas (supplier alat-alat pengeboran minyak) dan perlengkapan kantor seperti meja dan kursi sering melakukan transaksi pembelian dan penjualan.

Banyaknya jumlah dan harga barang, dalam suatu transaksi, menyebabkan PT. Swari Andini mengalami kesulitan, contohnya untuk mengetahui pembelian, penjualan, persediaan dan sebagainya. II. Tinjauan Teori 2.1. Pengertian Basis Data

Basis data adalah suatu kumpulan logikal data yang terhubung satu sama lain dan deskripsi dari suatu data yang dirancang sebagai informasi yang dibutuhkan oleh organisasi (Connolly, 2002, p14).

Basis data adalah pada dasarnya menyimpan record-record di dalam suatu sistem yang dilakukan secara komputerisasi yang tujuannya adalah menjadi suatu kumpulan data yang terhubung dan Database Management System (DBMS)/ Sistem Manajemen Basis data menjadi program yang mengatur dan mengontrol akses ke basis data serta memelihara informasi dan membuat informasi tersebut tersedia berdasarkan permintaan (Date, 2002, p5). a. Normalisasi

Normalisasi adalah proses formal dalam menentukan atribut mana yang harus dikelompokkan bersama dalam satu relasi (Hoffer, 2002, p189).

Relasi basis data mengoperasikan tabel-tabel data dan tabel-tabel tersebut harus didefenisikan untuk mendapat keuntungan dari basisdata Proses penentuan dari tabel-tabel yang sesuai tersebut untuk suatu basisdata disebut normalisasi (Post, 2002, p66).

Normalisasi merupakan suatu teknik untuk menghasilkan kumpulan relasi-relasi dengan properti yang diperlukan, untuk menyediakan kebutuhan data dari perusahaan. Normalisasi adalah suatu teknik formal untuk menganalisa relasi berdasarkan primary key dan ketergantungan fungsional diantara attribut tiap tabelnya (Connolly, 2002, p376-377). Manfaat normalisasi:

1. Meminimalkan jumlah kapasitas penyimpanan yang diperlukan untuk menyimpan data.

2. Meminimalkan resiko data yang tidak konsisten dalam suatu basis data. 3. Meminimalkan kemungkinan update dan delete anomally. 4. Memaksimalkan stabilitas dari struktur data.

Page 288: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 288

Bentuk-bentuk normalisasi antara lain:

1. First Normal Form (1NF) Menurut Connolly (2002, p388), First Normal Form adalah relasi

dimana pertemuan antar setiap baris dan kolom terdiri 1 (satu) dan hanya 1 (satu) nilai. Dalam normalisasi pertama ini, data yang berulang-ulang dihilangkan.

2. Second Normal Form (2NF)

Menurut Connolly (2002, p392), Second normal form (2NF) adalah merupakan sebuah relasi dalam 1NF yang setiap atribut non-primary key bersifat Full Function Dependency pada primary key dari relasi tersebut. Dalam normalisasi kedua ini, atribut yang tergantung pada sebagian dari suatu composite key sebuah tabel dipindahkan ke sebuah tabel yang terpisah.

3. Third Normal Form (3NF)

Menurut Connolly (2002, p394), Third normal form (3NF) adalah sebuah relasi yang memenuhi normal pertama dan normal kedua dimana tidak terdapat atribut non primary key yang bersifat transitively dependent dari primary key-nya.

Keuntungan dari tabel relasional dalam 3NF adalah menghilangkan data yang berulang-ulang dengan tujuan menghemat tempat dan mengurangi keanehan manipulasi.

4. Boyce-Codd Normal Form (BCNF).

Menurut Connolly (2002, p.412) BCNF adalah sebuah relasi di mana setiap penentu atau determinan adalah candidate key.

5. Fourth Normal Form (4NF).

Normalisasi keempat dilakukan untuk menghilangkan multi-valued dependency.

6. Fifth Normal Form (5NF).

Normalisasi kelima menyebabkan relasi tidak mempuyai join dependency.

Siklus Hidup Aplikasi Basisdata

Page 289: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 289

Gambar 1 Tahap-tahap Siklus Hidup Aplikasi Basisdata

( Sumber : Connolly, 2002, p272)

Perancangan Basis data Menurut Connolly (2002, p419), tahap-tahap dalam perancangan basis data: a. Perancangan Konseptual

Proses membangun sebuah rancangan informasi yang digunakan dalam suatu perusahaan yang bebas dari pertimbangan fisikal. Perancangan basis data konseptual secara keseluruhan bebas dari rincian implementasi seperti software DBMS sasaran, program aplikasi, bahasa pemrograman, hardware platform, atau pertimbangan fisikal lainnya.

b Perancangan Logikal Proses membangun sebuah rancangan informasi yang digunakan

dalam suatu perusahaan berbasis pada rancangan data yang spesifik, tetapi masih bebas dari penentuan DBMS dan pertimbangan fisikal yang lain.

C Perancangan Fisikal

Proses menghasilkan sebuah deskripsi/gambaran implementasi basis data pada media penyimpanan yang menggambarkan hubungan dasar, organisasi data, dan indeks-indeks yang memungkinkan pengaksesan data yang efisien.

III. Metodologi Penelitian 3.1 Metode perancangan

Pada tahapan ini dilakukan perancangan basis data dengan menggunakan metode perancangan konseptual, perancangan logikal, perancangan fisikal, rancangan layar dan laporan yang dihasilkan.

Page 290: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 290

IV. Pembahasan 4.1 Sistem yang sedang berjalan Sistem yang sedang berjalan pada PT. Swari Andini masih belum terintegrasi dan semi-computerized. Maksud semi-computerized adalah komputer yang ada hanya dimanfaatkan sebagai sarana pengetikan dokumen-dokumen dan untuk penghitungan keuangan seperti gaji, pembayaran pajak, pendapatan dan pengeluaran perusahaan. Pencatatan hasil penjualan dan pembelian masih menerapkan cara penyalinan data-data pada buku penjualan dan pembelian. Sedangkan untuk persediaan tidak pernah dicatatkan karena setelah PT. Swari Andini mendapatkan barang dari Supplier, barang langsung dikirimkan ke customer. Laporan penjualan dan pembelian dibuat sekali dalam 3 (tiga) bulan.

4.2.Permasalahan yang dihadapi Belum adanya sistem yang secara penuh terkomputerisasi dalam mengendalikan aliran data pembelian, penjualan, persediaan dan menghasilkan keluaran berupa laporan persediaan barang, pembelian dan penjualan Secara spesifik masalah yang dihadapi perusahaan adalah :

1. Sering terjadi duplikasi dalam memberikan kode form permintaan (inquiry), pembelian (purchase order), penagihan (invoice) dan kode customer maupun Supplier.

2 PO (Purchase Order) yang dikeluarkan ke Supplier tidak terkoneksi dengan PO yang diterima dari customer. Maksudnya, perusahaan mengalami kesulitan menemukan PO dari customer mana yang sesuai dengan PO ke Supplier karena banyaknya PO yang dibuat untuk banyak Supplier dan banyaknya PO yang diterima dari customer.

4.3 Analisis Kebutuhan Informasi Tabel 1 Tabel Kebutuhan Informasi pada PT. Swari Andini Nama Entiti Deskripsi Customer Merupakan entiti yang memberikan informasi tentang

pelanggan dari PT. Swari Andini Supplier Merupakan entiti yang memberikan informasi tentang

Supplier dari PT. Swari Andini Product Merupakan entiti yang memberikan informasi tentang

persediaan barang pada PT. Swari Andini. Pembelian Merupakan entiti yang memberikan informasi tentang

serangkaian transaksi pada saat pembelian barang kepada supplier.

Penjualan Merupakan entiti yang memberikan informasi tentang serangkaian transaksi pada saat penjualan barang kepada pelanggan.

Page 291: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 291

V. Perancangan Dan Implementasi 5.1 Perancangan Basis data 5.1.1. Perancangan Konseptual Langkah-langkah dalam perancangan basis data konseptual:

1. Mengidentifikasikan tipe entiti. Setelah menganalisa sistem yang berjalan pada PT. Swari Andini diperoleh entiti-entiti yaitu Customer, Supplier, Product, Pembelian dan Penjualan.

2. Mengidentifikasikan tipe hubungan. Entiti-entiti tersebut dihubungkan dengan relasi dan menggambarkannya dengan Entiti Relationship Diagram (ERD).

3. Mengidentifikasikan dan menghubungkan atribut dengan tipe entiti atau hubungan. Tujuan dari tahapan ini adalah untuk mengidentifikasikan dan menghubungkan atribut dengan tipe entiti atau hubungan.

4. Menentukan atribut candidate dan primary key. Pada tahap ini ditentukan atribut candidate dan primary key dari setiap entiti yang ada dan digambarkan dengan ERD.

5.2 Perancangan Logikal Langkah-langkah dalam metodologi perancangan basisdata logikal: 1. Membuat dan menvalidasi model data logikal lokal untuk setiap view

• Menghilangkan fitur-fitur yang tidak kompatibel dengan model relasional (langkah pilihan).

• Fitur-fitur yang tidak kompatibel misalnya hubungan many to many. • Membuat hubungan untuk model data logikal lokal. • Validasi hubungan dengan menggunakan normalisasi. • Menggunakan UNF, 1NF, 2NF, 3NF. • Validasi hubungan terhadap transaksi pengguna. • Menentukan batasan-batasan integritas. • Meninjau ulang model data logikal lokal dengan pengguna.

2. Membuat dan menvalidasi model data logikal global • Menggabungkan model data logikal lokal ke dalam model global. • Validasi model data logikal global. • Mengecek perkembangan yang akan datang. • Meninjau ulang model data logikal global dengan pengguna.

Pada perancangan basis data logikal, hal yang paling penting dan yang harus dilakukan adalah Normalisasi.

5.3 Normalisasi 5.3.1 Pembelian UNF

Page 292: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 292

Pembelian = @beli_code + supp_code + PObeli_no + PO_belidate + Pobeli_attn + returbeli_no + returbeli_date + returbeli_memo + invoicebeli_no + invoicebeli_date + invoicebeli_memo + { @prod_code + prod_name + descr + qty + unit_price + sub_total + total } + deliver_time + term_pay + memo 1NF Pembelian = @beli_code + supp_code + PObeli_no + PO_belidate + Pobeli_attn + returbeli_no + returbeli_date + returbeli_memo + invoicebeli_no + invoicebeli_date + invoicebeli_memo + @prod_code + prod_name + descr + qty + unit_price + deliver_time + term_pay + memo 2NF Pembelian = @beli_code + @prod_code + qty + unit_price Pembelian_details = @beli_code + supp_code + PObeli_no + PO_belidate + Pobeli_attn + returbeli_no + returbeli_date + returbeli_memo + invoicebeli_no + invoicebeli_date + invoicebeli_memo + @prod_code + prod_name + descr + deliver_time + term_pay + memo 3NF Pembelian = @beli_code + @prod_code + qty + unit_price Pembelian_details = @beli_code + supp_code + PObeli_no + returbeli_no + invoicebeli_no + deliver_time + term_pay + memo Supplier = @supp_code + supp_name + supp_add + phone + fax + email Product = @prod_code + prod_name + descr PObeli = @PObeli_no + PObeli_date + PObeli_attn Returbeli = @returbeli_no + returbeli_date + returbeli_memo Invoicebeli = @invoicebeli_no + invoicebeli_date + invoicebeli_memo 4NF Pembelian = @beli_code + @prod_code + qty + unit_price Pembelian_details = @beli_code + supp_code + deliver_time + term_pay + memo Supplier = @supp_code + supp_name + supp_add + phone + fax + email Product = @prod_code + prod_name + descr PObeli = @PObeli_no + beli_code + PObeli_date + PObeli_attn Returbeli = @returbeli_no + beli_code + returbeli_date + returbeli_memo Invoicebeli = @invoicebeli_no + beli_code + invoicebeli_date + invoicebeli_memo 5.3.2 Penjualan UNF Penjualan = @jual_code + cust_code + quote_no + quote_date + quote_ref_tender + quote_memo + POjual_no + POjual_date + POjual_attn + DO_no + DO_date + returjual_no + returjual_date + returjual_memo + invoicejual_no + invoicejual_date + invoicejual_memo + { @prod_code + prod_name + descr + qty + unit_price + sub_total + total } + deliver_time +deliver_point + term_pay + memo

Page 293: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 293

1NF Penjualan = @jual_code + @prod_code + qty + unit_price Penjualan_details = @jual_code + cust_code + quote_no + quote_date + quote_ref_tender + quote_memo + POjual_no + POjual_date + POjual_attn + DO_no + DO_date + returjual_no + returjual_date + returjual_memo + invoicejual_no + invoicejual_date + invoicejual_memo + @prod_code + prod_name + descr + qty + unit_price + deliver_time + deliver_point + term_pay + memo 2NF Penjualan = @jual_code + @prod_code + qty + unit_price Penjualan_details = @jual_code + cust_code + quote_no + quote_date + quote_ref_tender + quote_memo + POjual_no + POjual_date + POjual_attn + DO_no + DO_date + returjual_no + returjual_date + returjual_memo + invoicejual_no + invoicejual_date + invoicejual_memo + @prod_code + prod_name + descr + deliver_time + deliver_point + term_pay + memo 3NF Penjualan = @jual_code + @prod_code + qty + unit_price Penjualan_details = @jual_code + cust_code + quote_no + POjual_no + DO_no + returjual_no + invoicejual_no + deliver_time + deliver_point + term_pay + memo Customer = @cust_code + cust_name + cust_add + phone + fax + email Quote = @quote_no + quote_date + quote_ref_tender + quote_memo POjual = @POjual_no + POjual_date + POjual_attn DO = @DO_no + DO_date Retur jual = @returjual_no + returjual_date + returjual_memo Invoicejual = @invoicejual_no + invoicejual_date + invoicejual_memo 4NF Penjualan = @jual_code + @prod_code + qty + unit_price Penjualan_details = @jual_code + cust_code + deliver_time + deliver_point + term_pay + memo Customer = @cust_code + cust_name + cust_add + phone + fax + email Quote = @quote_no + jual_code + quote_date + quote_ref_tender + quote_memo POjual = @POjual_no + jual_code + POjual_date + POjual_attn DO = @DO_no + jual_code + DO_date Retur jual = @returjual_no + jual_code + returjual_date + returjual_memo Invoicejual = @invoicejual_no + jual_code + invoicejual_date + invoicejual_memo

Page 294: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 294

5.3.3 Perancangan Relasional Basisdata Berikut ini merupakan perancangan DBDL (Database Defenition

Language) untuk setiap entiti yang bertujuan untuk membuat domain dari setiap atribut agar pemakai dapat mengerti penggunaan setiap atribut berdasarkan penjelasannya beserta dengan batasan yang terdapat dalam setiap atribut, antara lain: DBDL untuk Pembelian

Domain PembelianCode Variabel length character string, length 25 Domain ProductCode Variabel length character string, length 25 Domain Quantity Variabel Number Domain UnitPrice Variabel Number Pembelian (

beli_code PembelianCode NOT NULL prod_code ProductCode NOT NULL qty Quantity SET DEFAULT “0” unit_price UnitPrice NOT NULL PRIMARY KEY (beli_code, prod_code) FOREIGN KEY (beli_code) REFERENCES Pembelian(beli_code) ON UPDATE CASCADE ON DELETE

SET NULL FOREIGN KEY (prod_code) REFERENCES

Product(prod_code) ON UPDATE CASCADE ON DELETE SET NULL

)

DBDL untuk Pembelian_details Domain PembelianCode Variabel length character string, length 25 Domain SupplierCode Variabel length character string, length 25 Domain DeliverTime Variabel Date Domain TermPay Variabel length character string, length 500 Domain Memo Variabel length character string, length 100 Pembelian_details (

beli_code PembelianCode NOT NULL supp_code SupplierCode NOT NULL deliver_time DeliverTime NULL term_pay TermPay NULL memo Memo NULL PRIMARY KEY (beli_code) FOREIGN KEY (supp_code) REFERENCES Supplier (supp_code) ON UPDATE CASCADE ON DELETE SET NULL )

DBDL untuk PObeli

Page 295: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 295

Domain NomorPOBeli Variabel length character string, length 25 Domain BeliCode Variabel length character string, length 25 Domain TanggalPOBeli Variabel Date Domain POBeliAttention Variabel length character string, length 20 PObeli (

PObeli_no NomorPOBeli NOT NULL beli_code BeliCode NOT NULL PObeli_date TanggalPOBeli NOT NULL PObeli_attn POBeliAttention NOT NULL

PRIMARY KEY (PObeli_no) FOREIGN KEY (beli_code) REFERENCES Pembelian

(beli_code) ON UPDATE CASCADE ON DELETE SET NULL

)

DBDL untuk Returbeli Domain NomorReturBeli Variabel length character string, length 25 Domain BeliCode Variabel length character string, length 25 Domain TanggalReturBeli Variabel Date Domain ReturBeliMemo Variabel length character string, length 500 Returbeli (

returbeli_no NomorReturBeli NOT NULL beli_code BeliCode NOT NULL returbeli_date TanggalReturBeli NOT NULL returbeli_memo ReturBeliMemo NULL PRIMARY KEY (returbeli_no) FOREIGN KEY (beli_code) REFERENCES Pembelian

(beli_code) ON UPDATE CASCADE ON DELETE SET NULL

)

DBDL untuk Penjualan Domain PenjualanCode Variabel length character string, length 25

Page 296: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 296

Domain ProductCode Variabel length character string, length 25 Domain Quantity Variabel Number Domain UnitPrice Variabel Number Penjualan (

jual_code PenjualanCode NOT NULL prod_code ProductCode NOT NULL qty Quantity SET DEFAULT “0” unit_price UnitPrice NOT NULL PRIMARY KEY (jual_code, prod_code) FOREIGN KEY (jual_code) REFERENCES Penjualan

(jual_code) ON UPDATE CASCADE ON DELETE SET NULL

FOREIGN KEY (prod_code) REFERENCES Product (prod_code) ON UPDATE CASCADE ON DELETE SET NULL

)

DBDL untuk Penjualan_details Domain PenjualanCode Variabel length character string, length 25 Domain CustomerCode Variabel length character string, length 25 Domain DeliverTime Variabel Date Domain DeliverPoint Variabel length character string, length 50 Domain TermPay Variabel length character string, length 50 Domain Memo Variabel length character string, length 100 Penjualan_details (

jual_code PenjualanCode NOT NULL cust_code CustomerCode NOT NULL deliver_time DeliverTime NULL deliver_point DeliverPoint NULL term_pay TermPay NULL memo Memo NULL PRIMARY KEY (jual_code) FOREIGN KEY (cust_code) REFERENCES Customer

(cust_code) ON UPDATE CASCADE ON DELETE SET NULL

)

Page 297: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 297

DBDL untuk Returjual

Domain NomorReturJual Variabel length character string, length 25 Domain PenjualanCode Variabel length character string,

length 25 Domain TanggalReturJual Variabel Date Domain ReturJualMemo Variabel length character string, length 500 Returjual (

returjual_no NomorReturJual NOT NULL jual_code PenjualanCode NOT NULL returjual_date TanggalReturJual NOT NULL returjual_memo Retur JualMemo NULL PRIMARY KEY (returjual_no) FOREIGN KEY (jual_code) REFERENCES Penjualan

(jual_code) ON UPDATE CASCADE ON DELETE SET NULL

) 5.2 Peranncangan Aplikasi Berikut ini merupakan contoh aplikasi yang dibuat :

1. Tampilan Menu Utama

Gambar 2 Tampilan Menu Utama

Setelah pengguna memasukkan User name dan Password dengan benar,

maka akan ditampilkan halaman utama dari program aplikasi Setelah halaman utama ditampilkan, langkah selanjutnya adalah

pengentrian data-data salah satunya data supplier dengan meng-klik menu “Data” � “Data Suplier ” kemudian akan ditampilkan form Supplier dengan tampilan sebagai berikut:

Page 298: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 298

Gambar 3. Tampilan Form Supplier

Selanjutnya adalah melakukan transaksi pembelian maupun penjualan. Maka dapat meng-klik Transaction → Transaksi Pembelian atau Transaksi → Transaksi Penjualan. Berikut ini Tampilan Transaksi Pembelian :

Gambar 4 Tampilan Transaksi Pembelian

Pada form ini berisi data transaksi dengan supplier seperti kode pembelian, jalur pembayaran, retur pembelian, tagihan yang diterima dari supplier dan dapat melihat produk apa saja yang dibeli pada supplier tersebut. Selanjutnya adalah memmbuat laporan Pembelian dengan meng-klik “Laporan” pada Menu Utama � Laporan Pembelian :

Page 299: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 299

Gambar 5 Tampilan Form Laporan Pembelian

Pada Form Laporan Pembelian ini disediakan fasilitas untuk mencetak hasil laporan pembelian ke kertas. Berikut tampilan output laporan pembelian.

Gambar 6 Tampilan Laporan Pembelian

VI. Simpulan

Berdasarkan analisis dari perancangan basis data pada PT. Swari Andini maka dapat diambil kesimpulan :

1. Melalui basis data ini, user dapat mengetahui laporan persediaan produk, pembelian dan penjualan produk.

2. User dapat memanipulasi data seperti menambah, mengurangi dan mengupdate data.

Page 300: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 300

3. Pada perancangan konseptual dihasilkan 5 entity awal yaitu customer, supplier, product, pembelian dan penjualan. Setelah mengalami proses normalisasi pada perancangan logikal diperoleh 16 entiti akhir yaitu customer, supplier, product, supply, pembelian, pembelian_details, PObeli, retur beli, invoice beli, penjualan, penjualan_details, quote, PO jual, DO, retur jual dan invoice jual.

Daftar Pustaka Connoly, Thomas & Carolyn Begg, (2002), Database System: A Practical

Approach to Design, implementation, and Management, Third Edition, Addison Wesley Publishing Company Inc., USA.

Date, CJ, (2002), An Introduction to Database System, Volume 1-6th edition,

Addison Wesley Publishing Company Inc., USA. Fathansyah, (2001), Buku Teks Ilmu Komputer : Basis Data, Informatika

Bandung. Hoffer, Jeffrey A., Mary B. Prescott & Fred R. McFadden, (2002), Modern

Database Management, 6th Edition, Prentice-Hall Pearson Education International Inc., New Jersey.

Mulyadi, (2000), Sistem Akuntansi, Edisi 3, Universitas Gajah Mada, STIE

YKPN, Yogyakarta. Post, Gerald V., (2002), Database Management System : Designing and Building

Bussiness Application, 2nd Edition, McGraw-Hill Companies Inc, New York.

Rangkuti, Freddy, (2000), Manajemen Persediaan : Aplikasi di bidang bisnis,

Edisi 2, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta. Render, Barry & Jay Heizer, (2001), Prinsip-prinsip Manajemen Operasi, Edisi

Bahasa Indonesia, Salemba Empat, Jakarta.

Page 301: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 301

B.15. Penerapan Logika Fuzzy Dan Jst Pada Sistem Penilaian Berbasis Komputer I Gede Santi Astawa

PENERAPAN LOGIKA FUZZY DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA SISTEM PENILAIAN BERBASIS KOMPUTER

Oleh

I Gede Santi Astawa

Jurusan Ilmu Komputer, Fakultas MIPA, Universitas Udayana Kampus Bukit Jimbaran, Badung – Bali

( E-mail: [email protected], [email protected] )

ABSTRAK

Pemanfaatan teknologi informasi di dalam dunia pendidikan dewasa ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Fasilitas pembelajaran jarak jauh melalui media internet memungkinkan siswa melakukan proses pembelajaran secara mandiri. Fasilitas pembelajaran jarak jauh juga diupayakan mampu bersifat adaptif, yaitu mampu secara automatis mengarahkan proses belajar siswa sesuai dengan kemampuan siswa tersebut. Untuk memenuhi harapan ini maka sistem harus dapat memerankan peranan selayaknya seorang pengajar, termasuk di dalamnya melakukan penilaian hasil belajar siswa. Penilaian dilakukan dengan memperhatikan aturan-aturan penilaian dari pengajar yang bersangkutan. Namun karena tidak ada aturan yang jelas dan berlaku umum bagi seorang pengajar dalam melakukan penilaian, maka proses penilaian dalam fasilitas belajar jarak jauh haruslah dirancang mampu secara adaptif menyesuaikan perhitungannya dengan aturan-aturan penilaian dari pengajar yang sedang menggunakan sistem.

Pada penelitian ini, digunakan pendekatan metode logika fuzzy dan metode jaringan syaraf tiruan dalam melakukan proses penilaian. Dengan menggunakan variabel-variabel penilaian yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif sebagai acuan penilaian disertai aturan-aturan penilaian yang dimasukkan ke dalam sistem, diharapkan dapat menghasilkan hasil penilaian belajar siswa yang mendekati penilaian sebenarnya dari pengajar yang sedang menggunakan sistem. Kata-kata kunci : metode logika fuzzy, jaringan syaraf tiruan, sistem penilaian

berbasis komputer. I. Pendahuluan

Dalam Rencana Strategis Depertemen Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009 disebutkan bahwa salah satu kendala dalam pemerataan pendidikan di Indonesia adalah cakupan geografis yang luas. Hal ini merupakan salah satu faktor yang mengharuskan pengembangan teknologi informasi dan komunikasi

Page 302: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 302

(ICT) dalam dunia pendidikan di Indonesia. Agar kualitas sumber daya manusia Indonesia yang merupakan produk dari pendidikan itu semakin baik dan dapat bersaing dalam dunia yang berbasiskan teknologi. Pesatnya perkembangan teknologi informasi, khususnya internet, memungkinkan pengembangan layanan informasi yang lebih baik dalam suatu institusi pendidikan. Dilingkungan perguruan tinggi, pemanfaatan teknologi informasi dapat diwujudkan dalam suatu sistem yang disebut electronic university (e-University). Pengembangan e-University bertujuan untuk mendukung penyelenggaraan pendidikan, sehingga perguruan tinggi dapat menyediakan layanan informasi yang lebih baik kepada komunitasnya, baik didalam maupun diluar perguruan tinggi tersebut melalui internet. Layanan pendidikan lain yang dapat dilaksanakan melalui sarana internet yaitu dengan menyediakan fasilitas pembelajaran secara online dan dapat diakses oleh siapa saja yang membutuhkan.

Fasilitas pembelajaran melalui media internet memungkinkan siswa melakukan pembelajaran mandiri sehingga dapat memperlancar dan memperluas proses belajar mengajar. Selain itu dengan pengembangan sistem yang bersifat adaptif, diharapkan fasilitas ini mampu mengarahkan proses belajar yang sedang berlangsung, sehingga peruses pembelajaran yang terjadi menyerupai proses pembelajaran di dalam kelas. Untuk memenuhi harapan tersebut maka fasilitas ini harus menyediakan sebuah sistem yang dapat memerankan peranan selayaknya seorang pengajar, termasuk di dalamnya melakukan penilaian hasil belajar siswa. Dalam melakukan perhitungan penilaian, aturan-aturan yang dimiliki seorang pengajar dalam melakukan penilaian harus sangat diperhatikan. Oleh karena itu sistem dapat dirancang sehingga memberikan keleluasaan bagi pengajar untuk menentukan aturan-aturan penilaian yang akan digunakan oleh sistem.

Dalam memberikan penilaian, seorang pengajar dapat menggunakan beberapa faktor, misalnya nilai ujian akhir, nilai ujian tengah, nilai quiz, nilai tugas, kehadiran, dan keaktifan. Akan tetapi aturan-aturan perhitungan nilai akhirnya umumnya berbeda-beda pada masing-masing pengajar. Range penilaian yang digunakan biasanya adalah antara 0 sampai 100. Sehingga apabila membuat aturan dengan cara crisp (bilangan desimal), maka akan ada banyak sekali aturan. Untuk menghindari hal ini maka sebaiknya aturan yang dibuat pun harus aturan-aturan yang bersifat simbolik/ aturan yang bersifat fuzzy. Contohnya : “jika kondisi nilainya sedikit maka hasilnya sedikit”, “jika kondisi nilainya cukup maka hasilnya cukup”, atau “jika kondisi nilainya banyak maka hasilnya banyak”. Penalaran menggunakan metode logika fuzzy dan menggunakan metode jaringan syaraf tiruan telah banyak dikembangkan dalam berbagai permasalahan, kemampuan metode logika fuzzy dalam melakukan penalaran yang mendekati proses penalaran yang dilakukan manusia (pakar) dan kemampuan metode jaringan syaraf tiruan dalam beradaptasi dengan lingkungannya, membuat kedua metode ini secara luas digunakan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Najjaran (2006) yang menyimpulkan bahwa metode logika fuzzy baik digunakan dalam menilai sifat korosif dari tanah

Page 303: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 303

karena penalarannya menggunakan variabel linguistik sehingga mendekati penalaran yang dilakukan oleh manusia (pakar)[1]. Kesimpulan yang serupa juga dihasilkan oleh Lahsasna (2010) mengenai penilaian kredit [2]. Sementara Vasconcelos(2000), dalam penelitiannya menggunakan metode jaringan syaraf tiruan sebagai metode dalam menentukan penilaian resiko kredit, menyimpulkan bahwa kemampuan jaringan syaraf tiruan dalam mempelajari data-data kredit yang sudah ada sebelumnya, sangat memudahkan dalam pengambilan aturan penilaian resiko kredit.[3].

II. Sistem Penilaian Mahasiswa 2.1. Metode logika fuzzy

Metode logika fuzzy memiliki keunggulan dalam proses penalaran. Hal ini dimungkinkan mengingat penalaran dalam metode ini menggunakan variabel-variabel yang bersifat linguistik/ variabel simbolik. Proses penalarannya menjadi sangat mendekati penalaran yang dilakukan oleh manusia, karena pada dasarnya seorang manusia akan cenderung menggunakan variabel-variabel simbolik dalam melakukan penalaran, seperti “jika jaraknya masih jauh maka kecepatannya diperbesar”, “jarak jauh” dan “kecepatan besar” merupakan variabel yang bersifat fuzzy, karena setiap orang dapat berbeda pendapat dalam menentukan jarak yang dikatakan jauh, atau kecepatan yang dikatakan besar.

Diagram proses penalaran menggunakan metode logika fuzzy dapat digambarkan seperti Gambar 1. berikut:

Gambar 1. Penalaran logika fuzzy

Dari Gambar 1., untuk membentuk sebuah sistem penalaran fuzzy,

langkah-langkah yang harus dilakukan adalah: 1. Menentukan variabel-variabelnya baik variabel input, maupun variabel

output. 2. Menentukan langkah fuzzifikasi, yaitu mentransformasi bentuk variabel

input, dari bentuk crisp ke bentuk fuzzy. Pada langkah ini dibuan fungsi keanggotaan fuzzy untuk masing-masing variabel.

3. Menentukan aturan-aturan yang berlaku pada sistem

fuzzifikasi Mesin inferensi defuzzifikasi

Basis data aturan

Variabel

input (crisp)

Variabel

input (fuzzy) Variabel output(fuzzy)

Variabel

output (crisp)

Aturan

Page 304: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 304

4. Menentukan langkah defuzzifikasi, yaitu mentransformasi bentuk variabel output dari bentuk fuzzy ke bentuk crisp.

2.1.1 Fungsi keanggotaan fuzzy

Sistem yang dirancang memiliki dua variabel input, yaitu nilai kuntitatif yang selanjutnya disebut nilai , dan nilai kualitatif yang selanjutnya disebut absen(keaktifan). Untuk perancangan fungsi keanggotaan fuzzynya digunakan grafik segitiga dengan tiga macam kreteria yaitu : kecil, sedang, dan besar.

Fungsi keanggotaan fuzzy untuk nilai kwantitatif (nilai) Faktor nilai dirancang memiliki range nilai dari 0 sampai 100, untuk

selanjutnya didesain sebuah grafik fungsi keanggotaan seperti terlihat pada Gambar 2. di bawah ini :

Gambar 2. Fungsi keanggotaan fuzzy untuk nilai

Secara matematis fungsi diatas dapat dituliskan sebagai berikut:

nilaiSedikit(x)=

≤≤

≤≤−≤≤

100)x(50, 0

50)x(5, 45

x50

5)x,0 1

nilaiCukup(x)=

≤≤−

≤≤−≤≤≤≤

95)x(50, 45

x95

50)x(5, 45

5x

100))x5)atau(95x((0, 0

nilaiBanyak(x)=

≤≤

≤≤−≤≤

100)x(95, 1

95)x(50, 45

50x50)x(5, 0

Fungsi keanggotaan fuzzy untuk nilai kualitatif (absen) Faktor absen dirancang memiliki range nilai dari 0 sampai 10, untuk selanjutnya didesain sebuah grafik fungsi keanggotaan seperti terlihat pada Gambar 3.

Page 305: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 305

Gambar 3. Fungsi keanggotaan fuzzy untuk absen

Secara matematis fungsi diatas dapat dituliskan sebagai berikut:

absenSedikit(x)=

≤≤

≤≤−≤≤

10)x(5, 0

5)x(0.5, 4.5

x50.5)x(0, 1

absenCukup(x)=

≤≤−

≤≤−≤≤≤≤

9.5)x(5, 4.5

x9.5

5)x(0.5, 4.5

0.5x10))x.50.5)atau(9x((0, 0

absenBanyak(x)=

≤≤

≤≤−≤≤

10)x(9.5, 1

9.5)x(5, 4.5

5x5)x(0, 0

Fungsi keanggotaan fuzzy untuk hasil Variabel hasil dirancang memiliki range nilai dari 1 sampai 4, untuk selanjutnya didesain sebuah grafik fungsi keanggotaan seperti terlihat pada Gambar 4. berikut :

Gambar 4. Fungsi keanggotaan fuzzy untuk hasil

Secara matematis fungsi diatas dapat dituliskan sebagai berikut:

Page 306: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 306

hasilSedikit(x)=

≤≤

≤≤−≤≤

4)x(2.5, 0

2.5)x(1.5, 1

x2.51.5)x(1, 1

hasilCukup(x)=

≤≤−

≤≤−≤≤≤≤

3.5)x(2.5, 1

x3.5

2.5)x(0.5, 1

0.5x4))x.50.5)atau(3x((1, 0

hasilBanyak(x)=

≤≤

≤≤−≤≤

4)x(2.5, 1

2.5)x(0.5, 1

2.5x0.5)x(0, 0

Aturan-aturan yang disimpan oleh sistem pada umumnya berbentuk: “JIKA kondisi1 DAN kondisi2 MAKA hasil”. Untuk kondisi1 dan kondisi2 bisa ditambahkan dengan fungsi “sangat”, fungsi “agak” dan juga fungsi “tidak”. 2.1.2. Fuzzyfikasi

Variabel nilai yang dimasukkan dalam bentuk crisp, pertama kali harus dirubah ke dalam bentuk fuzzy terlebih dahulu. Untuk merubahnya digunakan fungsi keanggotaan fuzzy yang sudah dibuat. Misalkan sebuah input crisp 75,5 pada nilai akan dirubah menjadi:

pertama: 75,5 akan dihitung pada fungsi nilai sedikit menghasilkan nilai fuzzy 0 kedua: 75,5 akan dihitung pada fungsi nilai cukup menghasilkan nilai fuzzy 0.43 ketiga: 75.5 akan dihitung pada fungsi nilai banyak menghasilkan nilai fuzzy 0.57

kemudian dapat digambarkan dalam grafik fungsi keanggotaan seperti Gambar 5. berikut:

Gambar 5. Grafik nilai fuzzy untuk nilai =75.5

Page 307: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 307

2.1.3. Defuzzyfikasi Untuk melakukan proses defuzzyfikasi digunakan metode center of area

(COA) dengan perumusan hasil=

khasilbanyahasilcukupithasilsedik

banyakkhasilbanyacukuphasilcukupsedikitithasilsedik

%%%

*%*%*%

++++

.

Contoh:

Gambar 6. Contoh hasil penalaran aturan fuzzy

Apabila dimiliki gabungan hasil aturan seperti Gambar 6., maka diperoleh hasil berikut.

hasil=1,06,03,0

5,3*1,05,2*6,05,1*3,0

++++

=.2,35

2.2. Metode jaringan syaraf tiruan

Masukan pada sistem jaringan syaraf tiruan adalah tetap seperti masukan pada sistem logika fuzzy. Sedangkan untuk nilai keluaran (output) pada sistem logika fuzzy memiliki harga antara 0 – 4, sehingga fungsi aktifasi yang dipilih untuk neuron “hasil (keluaran)” pada Gambar 7. adalah fungsi sigmoid yang memiliki harga antara 0-1. Untuk menyesuaikan dengan nilai keluaran sistem, maka nilai keluaran dari neuron “hasil (keluaran)” pada Gambar 7. dipetakan terlebih dahulu dengan rumusan ����� �! "#"$�% & !#��# "hasil" ( 4.

Gambar 7. Struktur jaringan JST

Page 308: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 308

2.2.1. Mekanisme Pembelajaran Sistem (Learning) Proses pembelajaran menggunakan data-data penilaian pengajar yang

sebelumnya ditentukan secara manual. Diambil 70 data penilaian pada mata pelajaran yang sama, dimana 40 diantaranya digunakan sebagai data pembelajaran jaringan syaraf tiruan yang sudah dirancang. Pembelajaran menggunakan metode backpropagation dengan faktor kesalahan dihitung dengan metode mean square

error (MSE) dimana perumusannya adalah *+, &∑ .//0/�

123456 7585 dan toleransi

MSE dalam pembelajaran ditetapkan 0,001.

III. Implementasi sistem penilaian berbasis komputer Metode logika fuzzy dan metode jaringan syaraf tiruan pada pembahasan

sebelumnya kemudian diaplikasikan pada proses perhitungan penilaian. Masukan dari sistem adalah nilai (0-100) yang merupakan nilai total dari nilai ujian akhir, ujian tengah, dan tugas atau quiz. Dan absen (0-10) yang dihitung menggunakan persentasi absen dan keaktifan siswa. Gambar 8. Merupakan tampilan sistem penilaian menggunakan metode logika fuzzy, dimana pengguna juga dapat melihat nilai keanggotaan fuzzy dari variabel masukan dan juga variabel keluaran.

Gambar 8. Tampilan sistem penilaian dengan metode logika fuzzy

Pada aplikasi Gambar 8., pengguna diminta untuk memasukkan nilai

mahasiswa dan nilai fakor pendukung lain dalam bentuk crisp. Selanjutnya sistem akan menghitung nilai keanggotaan fuzzy dari masing-masing masukan, dan mengenakannya pada semua aturan yang dimiliki sistem. Setelah didapatkan gabungan dari kesimpulan seluruh aturan, maka dilakukan proses defuzzyfikasi.

Pada proses perhitungan penilaian menggunakan metode logika fuzzy, sistem meminta basis data aturan penilaian dosen sebagai dasar melakukan penilaian. Karena aturan penilaian dari beberapa pengajar cenderung berbeda-beda, maka sistem menyediakan fasilitas bagi seorang dosen untuk memasukkan aturan-aturan penilaiannya. Gambar 9. di bawah ini adalah gambar ketika seorang pengajar memasukkan aturan penilaiannya ke dalam sistem yang kemudian disimpan oleh sistem sebagai dasar perhitungan logika fuzzy.

Page 309: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 309

Gambar 9. Tampilan untuk memasukkan aturan-aturan penilaian ke dalam sistem

Pada proses Gambar 9. di atas, pengajar dapat menambah atau mengurangi aturan penilaiannya, sedangkan keseluruhan aturan yang sudah dimasukkan dapat dilihat pada bagian bawah tampilan tersebut.

Berbeda dengan perhitungan menggunakan metode logika fuzzy, metode jaringan syaraf tiruan tidak memerlukan data aturan penilaian, karena sistem jaringan syaraf tiruan akan secara langsung mempelajari aturan-aturan penilaian tersebut berdasarkan pada data-data penilaian sebelumnya. Oleh karena itu sebelum sistem siap untuk digunakan maka terlebih dahulu sistem harus melewati proses belajar untuk menentukan harga dari masing-masing bobotnya.

Gambar 10. Tampilan sistem penilaian dengan metode JST

Pada Gambar 10., pengguna dapat melakukan proses belajar dengan

menekan tombol “ulangi” dengan terlebih dahulu menentukan kecepatan belajar

Page 310: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 310

dan toleransi kesalahan belajarnya. Ketika proses belajar sistem akan automatis mengambil nilai random sebagai nilai bobotnya mula-mula, kemudian mempelajari semua data belajar sehingga nantinya ditemukan nilai dari bobot yang sesuai.

Untuk melakukan penilaian, pengguna diminta memasukkan nilai mahasiswa dan nilai faktor lain, kemudian dengan menggunakan fungsi aktivasi sigmoid akan didapatkan keluaran sistem antara 0 sampai 1. Keluaran JST ini kemudian dipetakan ke dalam nilai akhir yang berkisar antara 0 sampai 4.

IV. Hasil dan Pembahasan

4.1. Logika fuzzy

Penelitian dilakukan terhadap 70 data penilaian oleh seorang pengajar pada suatu mata pelajaran tertentu. Tabel 1. merupakan aturan penilaian dari pengajar yang dipilih dalam penelitian.

Tabel 1. Aturan penilaian seorang dosen

Nomor Kondisi Kesimpulan Nilai Faktor lain

1 Sedikit Sedikit Sangat sedikit 2 Sedikit Cukup Sedikit 3 Sedikit Banyak Sedikit 4 Cukup Sedikit Sedikit 5 Cukup Cukup Agak cukup 6 Cukup Banyak Cukup 7 Banyak Sedikit Sangat cukup 8 Banyak Cukup Agak banyak 9 Banyak Banyak Banyak

Dengan menggunakan fungsi keanggotaan fuzzy seperti Gambar 2.,

Gambar 3., dan Gambar 4., perbandingan hasil dari perhitungan logika fuzzy dengan penilaian sebenarnya oleh dosen untuk 70 data yang digunakan dalam percobaan dapat dilihat seperti grafik pada Gambar 11. berikut.

Page 311: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 311

Gambar 11. Perbandingan hasil penilaian fuzzy

dengan hasil penilaian sebenarnya dari seorang pengajar

Dari hasil perbandingan penilaian seperti terlihat pada Gambar 11., secara umum dapat disimpulkan bahwa hasil penilaian menggunakan logika fuzzy sudah mampu mendekati hasil penilaian sebenarnya yang dilakukan seorang pengajar. Kesimpulan ini dapat dipertegas dengan melihat grafik error yang terjadi pada 70 data percobaan yang digunakan. Gambar 12. merupakan grafik error penilaian menggunakan metode logika fuzzy apabila dibandingkan dengan hasil penilaian sebenarnya dari seorang pengajar.

Gambar 12. Grafik error pada 70 data percobaan menggunakan metode logika

fuzzy Rata-rata error pada Gambar 12. adalah 0,028571, dengan error terbesar adalah 0,1. 4.2. Jaringan syaraf tiruan

Selanjutnya data penelitian yang sama juga digunakan untuk menguji sistem penilaian menggunakan metode jaringan syaraf tiruan. Pertama kali jaringan digunakan untuk mempelajari 40 data percobaan yang diambil secara acak dari 70 data penilaian yang ada, kemudian jaringan yang sudah terbentuk digunakan

Page 312: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 312

untuk menilai kembali data 70 siswa pada data percobaan. Gambar 13. merupakan perbandingan hasil penilaian menggunakan metode jaringan syaraf tiruan yang dibandingkan dengan data hasil penilaian sebenarnya dari seorang pengajar.

Gambar 13. Perbandingan hasil penilaian metode JST

dengan hasil penilaian sebenarnya dari seorang pengajar

Berdasarkan grafik perbandingan pada Gambar 13., dapat dilihat bahwa hasil penilaian menggunakan metode jaringan syaraf tiruan juga mampu mendekati hasil penilaian sebenarnya dari seorang pengajar. Gambar 14. merupakan error yang terjadi pada 70 data percobaan yang digunakan.

Gambar 14. Grafik error pada 70 data percobaan menggunakan metode JST

Rata-rata error yang terjadi pada grafik Gambar 14. adalah 0,032214, dengan error terbesar adalah 0,1.

Dari hasil penilaian menggunakan metode logika dan metode JST di atas, dapat dibandingkan berdasarkan kesalahan (error) yang ditemukan bahwa metode logika fuzzy lebih baik digunakan. Namun pada system yang menggunakan metode logika fuzzy, pengajar yang sedang menggunakan sistem diharuskan untuk memasukkan aturan-aturan penilain yang dimilikinya. Berbeda dengan metode JST yang mampu mempelajari aturan penilaian pengajar berdasarkan data-data penilaian sebelumnya, sehingga system hanya memerlukan data-data penilaian sebelumnya.

Page 313: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 313

V. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan tersebut maka diperoleh beberapa kesimpulan yaitu: 1. Sistem penilaian dengan menggunakan metode logika fuzzy atau metode

jaringan syaraf tiruan sebagai dasar perhitungan memungkinkan sebuah sistem penilaian menilai hasil belajar siswa sesuai dengan aturan-aturan penilaian yang dimiliki oleh seorang pengajar. Sehingga sistem tersebut dapat dianggap sudah mampu menilai hasil belajar siswa selayaknya seorang pengajar.

2. Hasil penilaian pada 70 data percobaan dengan menggunakan metode logika fuzzy mampu mendekati hasil penilaian dari pengajar, dimana terdapat rata-rata kesalahan sebesar 0,028571 pada skala 0-4.

3. Hasil penilaian pada 70 data percobaan dengan menggunakan metode jaringan syaraf tiruan mampu mendekati hasil penilaian dari pengajar, dimana terdapat rata-rata kesalahan sebesar 0,023214 pada skala 0-4.

4. Sistem penilaian dengan metode logika fuzzy sangat baik digunakan untuk proses penalaran, namun menuntut seorang pengajar untuk dapat menuangkan aturan-aturan penilaiannya dengan jelas ke dalam sistem.

5. Sistem penilaian dengan metode JST mampu secara automatis mengambil aturan-aturan penilaian seorang pengajar berdasarkan data penilaian pengajar tersebut, namun sistem ini tidak dapat menjelaskan proses penalaran yang dilakukannya.

VI. Saran Walaupun sistem penilaian yang dikembangkan pada penelitian ini sudah

mampu melakukan penilaian selayaknya seorang pengajar, namun untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan dari kedua metode yang digunakan, dapat dikembangkan sistem penilaian dengan menggunakan metode neural fuzzy yang merupakan penggabungan dari metode logika fuzzy dan metode jaringan syaraf tiruan.

Daftar Pustaka Najjaran, H., Sadiq, R., Rajani, B.B., 2006, Sistem pakar fuzzy untuk menilai

korosi cast/ductile iron pipes from backfill properties cor / pipa besi ulet dari properti backfill, Computer-Aided Teknik Sipil dan Infrastruktur, v. 21, no. v. 21, no. 1, January 2006, pp. 67-77. 1, Januari 2006, hlm 67-77.

Lahsasna, A., Ainon, N., Wah, T., 2010, Credit Scoring Model Menggunakan

Perangkat Lunak Computing Methods: A Survey Metode Komputasi: Sebuah Survei, Journal Arab Internasional Teknologi Informasi, Vol. 7, No. 2, April 2010 7, No 2 April 2010.

Page 314: senapati 2011

ISSN 2087-2658 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika

(SENAPATI 2011) Singaraja – Bali, 20 September 2011

Penyelenggara : Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana Kampus Tengah, Singaraja – Bali,

Telp. (0362) 27213, http://www.undiksha.ac.id/pti 314

Vasconcelos, G.C., Adeodato, L., Monteiro, P., 2000, A Neural Network Based Solution for the Credit Risk Assessment Problems, Proceedings of the IV Brazilian Conference on NN, pp. 269-274, Brazil.

George J. Klir, Bo Yuan, 1995, Fuzzy Sets and Fuzzy Logic (Theory and

Applications), Prentice-Hall Inc. Negnevitsky, M., 2002, Artificial Intelligence : a guide to intelligent systems,

Pearson Education, Inc., England.

Page 315: senapati 2011