Upload
arya-wiratama
View
213
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/10/2019 Semua Tentang GASTRITIS
1/8
Semua tentang GASTRITIS.... part 3)
Faktor Risiko Gastritis
Lanjut usia
Lanjut usia meningkatkan resiko gastritis disebabkan karena dinding mukosa
lambung semakin menipis akibat usia tua dan pada usia tua lebih mudah untuk
terinfeksiHelicobacter pyllori atau penyakit autoimun daripada usia muda (Jackson
2006).
Pola makan
Perubahan pola makan meliputi tidak teraturnya waktu makan, frekuensi
makan, jenis makanan dan porsi makanan yang dikonsumsi. Perubahan pola makan
lansia antara lain cepat merasa kenyang, makan menjadi malas dan tidak teratur
sehingga berisiko mengalami gangguan pada saluran pencernaan khususnyagastritis (Miller 2004).
Gangguan fungsional dan proses penyakit
Penurunan kemampuan (fungsional) berhubungan erat dengan nutrisi yang
kurang dan kesulitan memproses makanan (Miller 2004). Misalnya jika terjadi
gangguan penglihatan dan gangguan mobilitas akan mempengaruhi kemampuan
lansia memproses dan menyiapkan makanan sehingga menyebabkan pola makan
menjadi tidak teratur. Penyakit lain seperti demensia dan stroke dapat
menyebabkan terjadinya disfagia (kesulitan menelan) sehingga mempengaruhikemampuan fungsional lansia dan mempengaruhi kualitas hidup lansia.
Efek obat-obatan
Obat-obatan dapat menjadi faktor risiko terjadinya kerusakan pada saluran
pencernaan dan mempengaruhi pemenuhan nutrisi akibat efeknya terhadap proses
pencernaan makanan, pola makan dan penyerapan makanan. Efek obat-obatan
sering terjadi pada usia lanjut akibat peningkatan pemakaian jenis obatan-obatan
yang dapat memiliki efek samping yang saling berlawanan (Miller 2004). Efek
samping obat-obatan dapat berupa anoreksia, xerostomia, earlysatiety (cepat merasa
kenyang) dan menurunkan kemampuan rasa dan penciuman sehingga
menyebabkan gangguan pada pola makan.
Gaya hidup
Gaya hidup seperti konsumsi alkohol merokok dan konsumsi kafein dapat
mempengaruhi terjadinya gastritis. Alkohol dan zat nikotin dalam rokok dapat
mengiritasi mukosa lambung. Alkohol dapat mengganggu absorbsi vitamin B
kompleks dan vitamin C sehingga dapat menyebabkan gangguan pemenuhan
nutrisi sehingga dapat menyebabkan penurunan daya tahan tubuh dan
menyebabkan individu rentan untuk mengalami infeksi, termasuk infeksi
8/10/2019 Semua Tentang GASTRITIS
2/8
kuman Helicobacter pyllori yang dapat menyebabkan gastritis (Miller 2004, Smeltzer
& Bare 1996). Merokok dapat menurunkan kemampuan penciuman dan pengecapan
makanan serta mengganggu absorbsi vitamin C dan asam folat (Miller 2004). Kafein
dapat menstimulasi produksi pepsin yang bersifat asam sehingga dapat
menyebabkan iritasi dan erosi mukosa lambung (Smeltzer & Bare 1996).
Faktor psikososial
Faktor psikososial yang terjadi pada lansia antara lain kehilangan (pasangan,
teman, keluarga, pekerjaan, kegiatan, hubungan sosial), penyakit kronik yang
dialami, serta peningkatan ketergantungan pada orang lain dalam pemenuhan
kebutuhan hidup dapat merupakan sumber stres bagi lansia sehingga dapat
menyebabkan terjadinya gastritis. Efek stres pada saluran pencernaan menyebabkan
penurunan aliran darah pada sel epitel lambung dan mempengaruhi fungsi sel
epitel dalam melindungi mukosa lambung (Greenberg 2002).Faktor budaya dan sosial ekonomi
Latar belakang etnis, nilai-nilai kepercayaan, dan faktor budaya lainnya
sangat mempengaruhi dalam memilih, menyiapkan dan mengkonsumsi makanan
dan minuman. Pada budaya tertentu menyukai jenis makanan yang pedas atau
asam sehingga menyebabkan peningkatan risiko terjadinya gastritis. Faktor sosial
ekonomi juga mempengaruhi pola makan dan pemilihan makanan. Pada lansia
penurunan pendapatan atau penghasilan menyebabkan keterbatasan pada
pemilihan dan penyediaan makanan sehingga menyebabkan penurunan asupannutrisi yang adekuat (Miller 2004).
Faktor lingkungan
Lingkungan rumah dapat mempengaruhi pola makan dan sekaligus dapat
menjadi sumber stres bagi lansia. Lingkungan rumah yang bising atau padat
penghuni mempengaruhi konsumsi makanan dan kemampuan menikmati
makanan. Lingkungan rumah yang sepi atau tidak ada teman juga dapat merupakan
stresor bagi lansia dan memicu stres psikologis, sehinngga meningkatkan resiko
terjadinya gangguan saluran pencernaan termasuk gastritis (Miller 2004).
Perilaku berhubungan dengan ketidakpahaman
Kurang pengetahuan tentang diet dan proses penyakit gastritis dapat
menyebabkan risiko terjadinya gastritis dan kekambuhan penyakitgastritis.
Pengetahuan tentang makanan dan minuman pantangan pada penderita gastritis
sangat mempengaruhi perilaku lansia dalam pemilihan makanan. Penelitian yang
ada menunjukan bahwa pada individu dengan pendidikan rendah berhubungan
dengan asupan nutrisi yang kurang dan kurangnya kunjungan ke pelayanan
kesehatan (Miller 2004).
8/10/2019 Semua Tentang GASTRITIS
3/8
E. FAKTOR RISIKO
1. Pola Makan Menurut Yayuk Farida Baliwati (2004), terjadinya gastritis dapat disebabkan
oleh pola makan yang tidak baik dan tidak teratur, yaitu frekuensi makan, jenis, dan jumlahmakanan, sehingga lambung menjadi sensitif bila asam lambung meningkat.
a. Frekuensi Makan
Frekuensi makan adalah jumlah makan dalam sehari-hari baik kualitatif dan kuantitatif.
Secara alamiah makanan diolah dalam tubuh melalui alat-alat pencernaan mulai dari mulut
sampai usus halus. Lama makanan dalam lambung tergantung sifat dan jenis makanan. Jika
rata-rata, umumnya lambung kosong antara 3-4 jam. Maka jadwal makan ini pun
menyesuaikan dengan kosongnya lambung (Okviani, 2011).
Orang yang memiliki pola makan tidak teratur mudah terserang penyakit gastritis. Pada saat
perut harus diisi, tapi dibiarkan kosong, atau ditunda pengisiannya, asam lambung akanmencerna lapisan mukosa lambung, sehingga timbul rasa nyeri (Ester, 2001). Secara alami
lambung akan terus memproduksi asam lambung setiap waktu dalam jumlah yang kecil,
setelah 4-6 jam sesudah makan biasanya kadar glukosa dalam darah telah banyak terserap
dan terpakai sehingga tubuh akan merasakan lapar dan pada saat itu jumlah asam lambung
terstimulasi.
Bila seseorang telat makan sampai 2-3 jam, maka asam lambung yang diproduksi semakin
banyak dan berlebih sehingga dapat mengiritasi mukosa lambung serta menimbulkan rasa
nyeri di seitar epigastrium (Baliwati, 2004). Kebiasaan makan tidak teratur ini akan membuat
lambung sulit untuk beradaptasi. Jika hal itu berlangsung lama, produksi asam lambung akanberlebihan sehingga dapat mengiritasi dinding mukosa pada lambung dan dapat berlanjut
menjadi tukak peptik. Hal tersebut dapat menyebabkan rasa perih dan mual. Gejala tersebut
bisa naik ke kerongkongan yang menimbulkan rasa panas terbakar (Nadesul, 2005). Produksi
asam lambung diantaranya dipengaruhi oleh pengaturan sefalik, yaitu pengaturan oleh otak.
Adanya makanan dalam mulut secara refleks akan merangsang sekresi asam lambung. Pada
manusia, melihat dan memikirkan makanan dapat merangsang sekresi asam lambung
(Ganong 2001).
b. Jenis Makanan.
Jenis makanan adalah variasi bahan makanan yang kalau dimakan, dicerna, dan diserap akan
menghasilkan paling sedikit susunan menu sehat dan seimbang. Menyediakan variasi
makanan bergantung pada orangnya, makanan tertentu dapat menyebabkan gangguan
pencernaan, seperti halnya makanan pedas (Okviani, 2011). Mengkonsumsi makanan pedas
secara berlebihan akan merangsang sistem pencernaan, terutama lambung dan usus untuk
berkontraksi. Hal ini akan mengakibatkan rasa panas dan nyeri di ulu hati yang disertai
dengan mual dan muntah. Gejala tersebut membuat penderita makin berkurang nafsu
makannya.
Bila kebiasaan mengkonsumsi makanan pedas lebih dari satu kali dalam seminggu selama
minimal 6 bulan dibiarkan terus-menerus dapat menyebabkan iritasi pada lambung yang
disebut dengan gastritis (Okviani, 2011). Gastritis dapat disebabkan pula dari hasil makanan
8/10/2019 Semua Tentang GASTRITIS
4/8
yang tidak cocok. Makanan tertentu yang dapat menyebabkan penyakit gastritis, seperti buah
yang masih mentah, daging mentah, kari, dan makanan yang banyak mengandung krim atau
mentega. Bukan berarti makanan ini tidak dapat dicerna, melainkan karena lambung
membutuhkan waktu yang labih lama untuk mencerna makanan tadi dan lambat
meneruskannya kebagian usus selebih-nya. Akibatnya, isi lambung dan asam lambungtinggal di dalam lambung untuk waktu yang lama sebelum diteruskan ke dalam duodenum
dan asam yang dikeluarkan menyebabkan rasa panas di ulu hati dan dapat mengiritasi
(Iskandar, 2009).
c. Porsi Makan
Porsi atau jumlah merupakan suatu ukuran maupun takaran makanan yang dikonsumsi pada
tiap kali makan. Setiap orang harus makan makanan dalam jumlah benar sebagai bahan bakar
untuk semua kebutuhan tubuh. Jika konsumsi makanan berlebihan, kelebihannya akan
disimpan di dalam tubuh dan menyebabkan obesitas (kegemukan). Selain itu, Makanan
dalam porsi besar dapat menyebabkan refluks isi lambung, yang pada akhirnya membuatkekuatan dinding lambung menurun. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan peradangan atau
luka pada lambung (Baliwati, 2004).
2. Kopi
Menurut Warianto (2011), kopi adalah minuman yang terdiri dari berbagai jenis bahan dan
senyawa kimia; termasuk lemak, karbohidrat, asam amino, asam nabati yang disebut dengan
fenol, vitamin dan mineral. Kopi diketahui merangsang lambung untuk memproduksi asam
lambung sehingga menciptakan lingkungan yang lebih asam dan dapat mengiritasi lambung.
Ada dua unsur yang bisa mempengaruhi kesehatan perut dan lapisan lambung, yaitu kafein
dan asam chlorogenic. Studi yang diterbitkan dalam Gastroenterology menemukan bahwaberbagai faktor seperti keasaman, kafein atau kandungan mineral lain dalam kopi bisa
memicu tingginya asam lambung. Sehingga tidak ada komponen tunggal yang harus
bertanggung jawab (Anonim, 2011). Kafein dapat menimbulkan perangsangan terhadap
susunan saraf pusat (otak), sistem pernapasan, serta sistem pembuluh darah dan jantung. Oleh
sebab itu tidak heran setiap minum kopi dalam jumlah wajar (1-3 cangkir), tubuh kita terasa
segar, bergairah, daya pikir lebih cepat, tidak mudah lelah atau mengantuk. Kafein dapat
menyebabkan stimulasi sistem saraf pusat sehingga dapat meningkatkan aktivitas lambung
dan sekresi hormon gastrin pada lambung dan pepsin. Hormon gastrin yang dikeluarkan oleh
lambung mempunyai efek sekresi getah lambung yang sangat asam dari bagian funduslambung. Sekresi asam yang meningkat dapat menyebabkan iritasi dan inflamasi pada
mukosa lambung (Okviani, 2011). Jadi, gangguan pencernaan yang rentan dimiliki oleh
orang yang sering minum kopi adalah gastritis (peradangan pada lapisan lambung). Beberapa
orang yang memilliki gangguan pencernaan dan ketidaknyamanan di perut atau lambung
biasanya disaranakan untuk menghindari atau membatasi minum kopi agar kondisinya tidak
bertambah parah (Warianto, 2011).
3. Teh
Hasil penelitian Hiromi Shinya, MD., dalam buku The Miracle of Enzyme menemukan
bahwa orang-orang Jepang yang meminum teh kaya antioksidan lebih dari dua gelas secarateratur, sering menderita penyakit yang disebut gastritis. Sebagai contoh Teh Hijau, yang
8/10/2019 Semua Tentang GASTRITIS
5/8
mengandung banyak antioksidan dapat membunuh bakteri dan memiliki efek antioksidan
berjenis polifenol yang mencegah atau menetralisasi efek radikal bebas yang merusak.
Namun, jika beberapa antioksidan bersatu akan membentuk suatu zat yang disebut tannin.
Tannin inilah yang menyebabkan beberapa buah dan tumbuh-tumbuhan memiliki rasa sepat
dan mudah teroksidasi (Shinya, 2008). Tannin merupakan suatu senyawa kimia yangmemiliki afinitas tinggi terhadap protein pada mukosa dan sel epitel mukosa (selaput lendir
yang melapisi lambung). Akibatnya terjadi proses dimana membran mukosa akan mengikat
lebih kuat dan menjadi kurang permeabel. Proses tersebut menyebabkan peningkatan proteksi
mukosa terhadap mikroorganisme dan zat kimia iritan. Dosis tinggi tannin menyebabkan efek
tersebut berlebih sehingga dapat mengakibatkan iritasi pada membran mukosa usus (Shinya,
2008). Selain itu apabila Tannin terkena air panas atau udara dapat dengan mudah berubah
menjadi asam tanat. Asam tanat ini juga berfungsi membekukan protein mukosa lambung.
Asam tanat akan mengiritasi mukosa lambung perlahan-lahan sehingga sel-sel mukosa
lambung menjadi atrofi. Hal inilah yang menyebabkan orang tersebut menderita berbagaimasalah lambung, seperti gastritis atrofi, ulcus peptic, hingga mengarah pada keganasan
lambung
4. Rokok.
Rokok adalah silinder kertas yang berisi daun tembakau cacah. Dalam sebatang rokok,
terkandung berbagai zat-zat kimia berbahaya yang berperan seperti racun. Dalam asap rokok
yang disulut, terdapat kandungan zat-zat kimia berbahaya seperti gas karbon monoksida,
nitrogen oksida, amonia, benzene, methanol, perylene, hidrogen sianida, akrolein, asetilen,
bensaldehid, arsen, benzopyrene, urethane, coumarine, ortocresol, nitrosamin, nikotin, tar,
dan lain-lain. Selain nikotin, peningkatan paparan hidrokarbon, oksigen radikal, dan substansiracun lainnya turut bertanggung jawab pada berbagai dampak rokok terhadap kesehatan
(Budiyanto, 2010).
Efek rokok pada saluran gastrointdstinal antara lain melemahkan katup esofagus dan pilorus,
meningkatkan refluks, mengubah kondisi alami dalam lambung, menghambat sekresi
bikarbonat pankreas, mempercepat pengosongan cairan lambung, dan menurunkan pH
duodenum. Sekresi asam lambung meningkat sebagai respon atas sekresi gastrin atau
asetilkolin. Selain itu, rokok juga mempengaruhi kemampuan cimetidine (obat penghambat
asam lambung) dan obat-obatan lainnya dalam menurunkan asam lambung pada malam hari,
dimana hal tersebut memegang peranan penting dalam proses timbulnya peradangan padamukosa lambung.
Rokok dapat mengganggu faktor defensif lambung (menurunkan sekresi bikarbonat dan
aliran darah di mukosa), memperburuk peradangan, dan berkaitan erat dengan komplikasi
tambahan karena infeksi H. pylori. Merokok juga dapat menghambat penyembuhan spontan
dan meningkatkan risiko kekambuhan tukak peptik (Beyer, 2004). Kebiasaan merokok
menambah sekresi asam lambung, yang mengakibatkan bagi perokok menderita penyakit
lambung (gastritis) sampai tukak lambung. Penyembuhan berbagai penyakit di saluran cerna
juga lebih sulit selama orang tersebut tidak berhenti merokok (Departemen Kesehatan RI,
2001).5. Obat-Obatan.
8/10/2019 Semua Tentang GASTRITIS
6/8
Obat-obatan yang sering dihubungkan dengan gastritis erosif adalah aspirin dan sebagian
besar obat anti inflamasi non steroid (AINS) (Suyono, 2001). Asam asetil salisilat lebih
dikenal sebagai asetosal atau aspirin. Asam asetil salisilat merupakan obat anti inflamasi
nonsteroid (OAINS) turunan asam karboksilat derivat asam salisilat yang dapat dipakai
secara sistemik. Obat AINS adalah salah satu golongan obat besar yang secara kimiaheterogen menghambat aktivitas siklooksigenase, menyebabkan penurunan sintesis
prostaglandin dan prekursor tromboksan dari asam arakhidonat. Siklooksigenase merupakan
enzim yang penting untuk pembentukkan prostaglandin dari asam arakhidonat. Prostaglandin
mukosa merupakan salah satu faktor defensive mukosa lambung yang amat penting, selain
menghambat produksi prostaglandin mukosa, aspirin dan obat antiinflamasi nonsteriod
tertentu dapat merusak mukosa secara topikal, kerusakan topikal terjadi karena kandungan
asam dalam obat tersebut bersifat korosif sehingga dapat merusak sel-sel epitel mukosa.
Pemberian aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid juga dapat menurunkan sekresi
bikarbonat dan mukus oleh lambung, sehingga kemampuan faktor defensif terganggu. Jikapemakaian obat-obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya masalah lambung
akan kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau berlebihan dapat
mengakibatkan gastritis dan ulkus peptikum. Pemakaian setiap hari selama minimal 3 bulan
dapat menyebabkan gastritis
6. Stress
Stress merupakan reaksi fisik, mental, dan kimia dari tubuh terhadap situasi yang
menakutkan, mengejutkan, membingungkan, membahayakan dan merisaukan seseorang.
Definisi lain menyebutkan bahwa stress merupakan ketidakmampuan mengatasi ancaman
yang dihadapi mental, fisik, emosional, dan spiritual manusia, yang pada suatu saat dapatmempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut
a. Stress Psikis Produksi asam lambung akan meningkat pada keadaan stress, misalnya pada
beban kerja berat, panik dan tergesa-gesa. Kadar asam lambung yang meningkat dapat
mengiritasi mukosa lambung dan jika hal ini dibiarkan, lama-kelamaan dapat menyebabkan
terjadinya gastritis. Bagi sebagian orang, keadaan stres umumnya tidak dapat dihindari. Oleh
karena itu, maka kuncinya adalah mengendalikannya secara efektif dengan cara diet sesuai
dengan kebutuhan nutrisi, istirahat cukup, olah raga teratur dan relaksasi yang cukup
b. Stress Fisik Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar, refluks empedu
atau infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan juga ulkus serta pendarahan padalambung. Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi dapat mengakibatkan
peradangan pada dinding lambung yang selanjutnya dapat berkembang menjadi gastritis dan
ulkus peptik. Ketika tubuh terkena sejumlah kecil radiasi, kerusakan yang terjadi biasanya
sementara, tapi dalam dosis besar akan mengakibatkan kerusakan tersebut menjadi permanen
dan dapat mengikis dinding lambung serta merusak kelenjar-kelenjar penghasil asam
lambung (Anonim, 2010).
Refluks dari empedu juga dapat menyebabkan gastritis. Bile (empedu) adalah cairan yang
membantu mencerna lemak-lemak dalam tubuh. Cairan ini diproduksi oleh hati. Ketika
dilepaskan, empedu akan melewati serangkaian saluran kecil dan menuju ke usus kecil.Dalam kondisi normal, sebuah otot sphincter yang berbentuk seperti cincin (pyloric valve)
8/10/2019 Semua Tentang GASTRITIS
7/8
akan mencegah empedu mengalir balik ke dalam lambung. Tapi jika katup ini tidak bekerja
dengan benar, maka empedu akan masuk ke dalam lambung dan mengakibatkan peradangan
dan gastritis.
7. Alkohol
Alkohol sangat berperangaruh terhadap makhluk hidup, terutama dengan kemampuannyasebagai pelarut lipida. Kemampuannya melarutkan lipida yang terdapat dalam membran sel
memungkinkannya cepat masuk ke dalam sel-sel dan menghancurkan struktur sel tersebut.
Oleh karena itu alkohol dianggap toksik atau racun. Alkohol yang terdapat dalam minuman
seperti bir, anggur, dan minuman keras lainnya terdapat dalam bentuk etil alkohol atau etanol
(Almatsier, 2002).
Organ tubuh yang berperan besar dalam metabolisme alkohol adalah lambung dan hati, oleh
karena itu efek dari kebiasaan mengkonsumsi alkohol dalam jangka panjang tidak hanya
berupa kerusakan hati atau sirosis, tetapi juga kerusakan lambung. Dalam jumlah sedikit,
alkohol merangsang produksi asam lambung berlebih, nafsu makan berkurang, dan mual,sedangkan dalam jumlah banyak, alkohol dapat mengiritasi mukosa lambung dan duodenum.
Konsumsi alkohol berlebihan dapat merusak mukosa lambung, memperburuk gejala tukak
peptik, dan mengganggu penyembuhan tukak peptik. Alkohol mengakibatkan menurunnya
kesanggupan mencerna dan menyerap makanan karena ketidakcukupan enzim pankreas dan
perubahan morfologi serta fisiologi mukosa gastrointestinal (Beyer 2004).
8. Infeksi Helicobacter pylori
Helicobacter pylori adalah kuman Gram negatif, basil yang berbentuk kurva dan batang.
Helicobacter pylori adalah suatu bakteri yang menyebabkan peradangan lapisan lambung
yang kronis (gastritis) pada manusia. Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh bakteriHelicobacter pylori yang hidup di bagian dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding
lambung.
Walaupun tidak sepenuhnya dimengerti bagaimana bakteri tersebut dapat ditularkan, namun
diperkirakan penularan tersebut terjadi melalui jalur oral atau akibat memakan makanan atau
minuman yang terkontaminasi oleh bakteri ini. Infeksi Helicobacter pylori sering terjadi pada
masa kanak-kanak dan dapat bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan. Infeksi
Helicobacter pylori ini sekarang diketahui sebagai penyebab utama terjadinya ulkus peptikum
dan penyebab tersering terjadinya gastritis .
9. Usia.Usia tua memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita gastritis dibandingkan dengan
usia muda. Hal ini menunjukkan bahwa seiring dengan bertambahnya usia mukosa gaster
cenderung menjadi tipis sehingga lebih cenderung memiliki infeksi Helicobacter Pylory atau
gangguan autoimun daripada orang yang lebih muda.
Sebaliknya, jika mengenai usia muda biasanya lebih berhubungan dengan pola hidup yang
tidak sehat. Kejadian gastritis kronik, terutama gastritis kronik antrum meningkat sesuai
dengan peningkatan usia. Di negara Barat, populasi yang usianya pada dekade ke-6 hampir
80% menderita gastritis kronik dan menjadi 100% pada saat usia mencapai dekade ke-7.
Selain mikroba dan proses imunologis, faktor lain juga berpengaruh terhadap patogenesisGastritis adalah refluks kronik cairan penereatotilien, empedu dan lisolesitin (Suyono, 2001).
8/10/2019 Semua Tentang GASTRITIS
8/8
Almatsier. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Anonimous, 2010.
Baliwati, Yayak F. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya Beyer. 2004
Brunner dan Suddart, 2000, Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.
Budiyanto, Carko. 2010. Merokok Memang Ternyata Nikmat.
http://nina9yuli.student.umm.ac.id/2010/02/11/Merokok-Memang-Ternyata-Nikmat/
Ester, Monica. 2001. Pedoman Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Iskandar, H. Yul. 2009. Saluran Cerna. Jakarta: Gramedia Kelly, Gregory. 2010
Okviani, Wati. 2011. Pola Makan Gastritis.http://www.library.upnvj.ac.id/-
pdf/2s1keperawatan/205312047/.pdf
Nadesul. 2005. Sakit Lambung, Bagaimana Terjadinya.http://www.kompas.com/Sakit-Lambung-
Bagaimana/Terjadinya
Soeparman, 1999, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, FKUI, Jakarta.
Suyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbitan FKUI
Warianto, Chaidar. 2011. Minum Kopi Bisa Berakibat Gangguan Pencernaan.
http://www.griyawisata.com/pdf. php ? url pdf = 28640Yayak F. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya Beyer. 2004. Medical
Nutrition Therapy for Upper Gastrointestinal Tract Disorders.
http://www.library.upnvj.ac.id/-pdf/2s1keperawatan/205312047/.pdfhttp://www.library.upnvj.ac.id/-pdf/2s1keperawatan/205312047/.pdfhttp://www.library.upnvj.ac.id/-pdf/2s1keperawatan/205312047/.pdfhttp://www.kompas.com/Sakit-Lambung-Bagaimana/Terjadinyahttp://www.kompas.com/Sakit-Lambung-Bagaimana/Terjadinyahttp://www.kompas.com/Sakit-Lambung-Bagaimana/Terjadinyahttp://www.kompas.com/Sakit-Lambung-Bagaimana/Terjadinyahttp://www.kompas.com/Sakit-Lambung-Bagaimana/Terjadinyahttp://www.library.upnvj.ac.id/-pdf/2s1keperawatan/205312047/.pdfhttp://www.library.upnvj.ac.id/-pdf/2s1keperawatan/205312047/.pdf