104
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Strata Satu Disusun Oleh: MIMING RATNA WULANSARI NIM. I 0204083 JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 SEKOLAH MONTESSORI DI SOLO BARU dengan Penerapan Prinsip Pendidikan Montessori ke dalam Desain Bangunan

SEKOLAH MONTESSORI DI SOLO BARU dengan Penerapan …/Sekolah... · DAFTAR GAMBAR viii ... 2. Struktur Dinding 94 3. Struktur Atap 94 N. Konsep Utilitas 1. Konsep Sistem Penyediaan

Embed Size (px)

Citation preview

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Strata Satu

Disusun Oleh:

MIMING RATNA WULANSARI

NIM. I 0204083

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

SEKOLAH MONTESSORI DI SOLO BARU dengan Penerapan Prinsip Pendidikan Montessori ke dalam

Desain Bangunan

ii

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR Jl. Ir. Sutami 36A Surakarta Telp. (0271) 643666 E-mail [email protected] Surakarta

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

JUDUL : Sekolah Montessori di Solo Baru

dengan Penerapan Prinsip Pendidikan Montessori ke dalam

Desain Bangunan

PENYUSUN : MIMING RATNA WULANSARI

NIM : I 0204083

Surakarta, April 2010

Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Mengetahui,

Ir. Agoes Soediamhadi NIP. 19460318 197501 1 001

Ir. Leny Pramesti, MT NIP. 19610628 199802 2 001

Ir. Noegroho Djarwanti, MT NIP. 19561112 198403 2 007

Ir. Hardiyati, MT NIP. 19561209 198601 2 001

Pembantu Dekan I FT UNS

Ketua Jurusan Arsitektur FT UNS

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR PENGESAHAN ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR TABEL x

DAFTAR SKEMA xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Judul 1

B. Pengertian Judul 1

C. Latar Belakang

1. Sifat Dasar Anak 1

2. Kualitas Pendidikan di Indonesia 2

3. Metode Montessori Untuk Anak 3

4. Solo Baru dan Fasilitas Pendidikan di Dalamnya 5

5. Kebutuhan Sekolah di Solo Baru 6

D. Permasalahan

1. Permasalahan Umum 6

2. Permasalahan Khusus 6

E. Tujuan dan Sasaran

1. Tujuan 7

2. Sasaran 7

F. Batasan dan Lingkup Pembahasan

1. Batasan Pembahasan 8

2. Lingkup Pembahasan 8

G. Metode Pengumpulan Data dan Pembahasan

1. Metode Pengumpulan Data 8

2. Metode Pembahasan 9

H. Sistematika Pembahasan 9

BAB II TINJUAN TEORI DAN STUDI KASUS

A. Metode Montessori

1. Sejarah 10

2. Sifat 10

iv

3. Kekhasan 11

4. Teori utama tentang cara belajar 11

5. Prinsip pendidikan Montessori 12

6. Program belajar 16

7. Perbedaan Montessori dengan Metode Lain 18

8. Montessori Lebih Sesuai Dengan Karakter Anak 18

B. Sekolah Montessori

1. Pengertian 18

2. Filosofi 19

3. Tujuan pendidikan 19

4. Program yang disediakan 20

5. Waktu belajar 20

C. Tinjauan anak

1. Karakter Anak 20

2. Kebutuhan Anak 21

3. Tinjauan Keruangan (Anak dan Lingkungan Belajar) 23

D. Studi kasus Sekolah Montessori

1. Ruang dalam (Indoor) 25

2. Ruang luar (Outdoor) 26

BAB III TINJAUAN SOLO BARU

A. Kondisi Fisik Kota Solo Baru 27

B. Rencana Pemanfaatan Ruang Kawasan Perkotaan Solo Baru 28

C. Fasilitas Pendidikan dan Rencana Pengembangannya di Solo Baru 29

BAB IV PROSES PENENTUAN KONSEP PERENCANAAN DAN

PERANCANGAN SEKOLAH MONTESSORI DI SOLO BARU

A. Proses Penentuan Konsep Peruangan

1. Proses Penentuan Konsep Kegiatan dan Kebutuhan Ruang 31

2. Proses Penentuan Konsep Pola Hubungan Ruang 37

3. Proses Penentuan Konsep Besaran Ruang 41

B. Proses Penentuan Konsep Lokasi dan Site

1. Proses Penentuan Konsep Lokasi 44

2. Proses Penentuan Konsep Site 47

C. Proses Penentuan Konsep Peletakan Pintu Utama (Main Entrance)

dan Pintu Servis (Service Entrance) 50

D. Proses Penentuan Konsep Zone Berdasarkan Tingkat Kebisingan 51

E. Proses Penentuan Konsep Zone Berdasarkan Pada Pencapaian

1. Proses Penentuan Konsep Zone Berdasarkan Pada Pintu Utama (ME) 52

2. Proses Penentuan Konsep Zone Berdasarkan Pada Pintu Servis (SE) 53

v

F. Proses Penentuan Konsep Zone Berdasarkan Fungsi 53

G. Proses Penentuan Konsep Massa Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan

Montessori

1. Proses Penentuan Konsep Bentuk Dasar Massa 54

2. Proses Penentuan Konsep Jumlah Massa 56

3. Proses Penentuan Konsep Pembagian Massa 56

4. Proses Penentuan Konsep Tata Massa 58

H. Proses Penentuan Konsep Sirkulasi Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan

Montessori 58

I. Proses Penentuan Konsep Penampilan Bangunan Berdasarkan Pada

Prinsip Pendidikan Montessori 59

J. Proses Penentuan Konsep Pemilihan Bahan Bangunan Berdasarkan

Pada Prinsip Pendidikan Montessori 62

K. Proses Penentuan Konsep Warna Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan

Montessori 64

L. Proses Penentuan Konsep Lansekap Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan

Montessori 64

M. Proses Penentuan Konsep Struktur Bangunan

1. Struktur Pondasi 68

2. Struktur Dinding 68

3. Struktur Atap 69

N. Proses Penentuan Konsep Utilitas

1. Proses Penentuan Konsep Sistem Penyediaan Air Bersih 69

2. Proses Penentuan Konsep Sistem Sanitasi 70

3. Proses Penentuan Konsep Sistem Kelistrikan 72

4. Proses Penentuan Konsep Sistem Pengamanan Bahaya Kebakaran 73

5. Proses Penentuan Konsep Jaringan Komunikasi 73

6. Proses Penentuan Konsep Penanganan Sampah 74

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SEKOLAH MONTESSORI

DI SOLO BARU

A. Konsep Peruangan

1. Konsep Kegiatan dan Kebutuhan Ruang 75

2. Konsep Pola Hubungan Ruang 80

3. Konsep Besaran Ruang 82

B. Konsep lokasi dan site

1. Konsep Lokasi 84

2. Konsep Site 84

C. Konsep Peletakan Pintu Utama (Main Entrance) dan Pintu Servis

(Service Entrance) 86

vi

D. Konsep Penentuan Konsep Zone Berdasarkan Tingkat Kebisingan 86

E. Konsep Zone Berdasarkan Pada Pencapaian

1. Konsep Zone Berdasarkan Pada Pintu Utama (ME) 86

2. Konsep Zone Berdasarkan Pada Pintu Servis (SE) 87

F. Konsep Zone Berdasarkan Fungsi 87

G. Konsep Massa Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan Montessori

1. Konsep Bentuk Dasar Massa 87

2. Konsep Jumlah Massa 87

3. Konsep Pembagian Massa 87

4. Konsep Tata Massa 88

H. Konsep Sirkulasi Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan Montessori 88

I. Konsep Penampilan Bangunan Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan Montessori 89

J. Proses Penentuan Konsep Pemilihan Bahan Bangunan Berdasarkan Pada

Prinsip Pendidikan Montessori 91

K. Proses Penentuan Konsep Warna Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan

Montessori 92

L. Konsep Lansekap Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan Montessori 92

M. Konsep Struktur Bangunan

1. Struktur Pondasi 94

2. Struktur Dinding 94

3. Struktur Atap 94

N. Konsep Utilitas

1. Konsep Sistem Penyediaan Air Bersih 94

2. Konsep Sistem Sanitasi 95

3. Konsep Sistem Kelistrikan 95

4. Konsep Sistem Pengamanan Bahaya Kebakaran 95

5. Konsep Jaringan Komunikasi 96

6. Konsep Penanganan Sampah 96

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

UCAPAN TERIMAKASIH

vii

Abstrak

Miming Ratna Wulansari, I0204083, Sekolah Montessori di Solo Baru dengan Penerapan Prinsip Pendidikan Montessori ke dalam Desain Bangunan.

Pada era modernisasi saat ini, dimana terlalu sedikitnya penekanan diberikan berdasarkan

kebaikan hakiki dan pendidikan yang layak bagi anak, pandangan yang mendalam dan metode

pengajaran Montessori yang penuh inspirasi dapat memperkenalkan suatu dimensi baru dan yang

menyenangkan dalam dunia pendidikan.

Munculnya ide untuk menciptakan Sekolah Montessori adalah sebuah solusi alternatif yang

mencoba untuk mengakomodasi semua perkembangan atau fenomena-fenomena baru dalam hal

penyediaan sarana pendidikan untuk anak sebagai wadah pendidikan serta pengembangan kecerdasan

dan kreativitas anak. Sekolah Montessori mencoba menghadirkan suasana belajar dan bermain melalui

pendekatan Metode Montessori. Melalui Prinsip-Prinsip Pendidikan Montessori, yaitu kebebasan,

keindahan, keteraturan, alami, kohesi kemasyarakatan dan penggunaan alat peraga yang diterapkan ke

dalam desain bangunan menjadikan Sekolah Montessori menjadi sebuah sekolah alternatif untuk

pendidikan pra-sekolah (TK) dan sekolah dasar (SD) yang dirancang agar anak-anak tumbuh dengan

kreativitas mereka sendiri, tidak kehilangan kegembiraan masa kecil mereka, dan membuka ruang yang

lebar untuk mengeksplorasi lingkungannya, yaitu dengan Metode Montessori.

Selain itu, melihat perkembangan pendidikan di Solo Baru yang semakin baik, diharapkan

adanya Sekolah Montessori dapat menjadi persiapan awal bagi kota Solo Baru untuk mewadahi

kebutuhan masyarakat akan fasilitas pendidikan anak yang lebih lengkap, serta dapat melayani semua

anak-anak dari semua golongan, tanpa membedakan SARA.

viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Judul

Sekolah Montessori di Solo Baru dengan Penerapan Prinsip Pendidikan Montessori di Solo Baru ke

dalam Desain Bangunan.

B. Pengertian Judul 1. Sekolah

a. Suatu lembaga/bangunan untuk belajar mengajar serta tempat menerima dan memberi

pelajaran (menurut tingkatannya, ada : dasar, menengah pertama dan menengah ke atas).1

b. Suatu tempat/bangunan di mana pengajaran diberikan. Suatu pertemuan yang teratur bagi

guru dan murid untuk belajar mengajar.2

2. Montessori

Metode pendidikan yang ditemukan oleh pakar pendidikan usia dini, Dr. Maria Montessori yang

didasarkan pada potensi dan karakter anak sesuai dengan perkembangan usianya.3 Tujuan

pendidikan dalam metode Montessori adalah mengembangkan seluruh potensi anak yang dapat

dilakukan melalui proses pembelajaran di kelas maupun melalui berbagai latihan praktis yang

berkaitan dengan kehidupan anak itu sendiri.4

3. Prinsip Pendidikan Montessori

Prinsip pendidikan yang meliputi kebebasan, keteraturan, keindahan, alami, alat peraga

Montessori, kohesi kemasyarakatan.5

4. Solo baru

Salah satu kota/wilayah di Kabupaten Sukoharjo.6

“Sekolah Montessori di Solo Baru” adalah fasilitas pendidikan untuk anak usia 2-6 tahun (pra-

sekolah) dan 7-12 tahun (Sekolah Dasar) yang terletak di Solo baru dengan menggunakan

Metode Montessori yang bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi anak yang dapat

dilakukan melalui proses pembelajaran di kelas maupun melalui berbagai latihan praktis yang

berkaitan dengan kehidupan anak itu sendiri dengan penerapan prinsip Pendidikan Montessori

ke dalam desain bangunan.”

C. Latar Belakang 1. Sifat Dasar Anak

1 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia. PN. Balai Pustaka, Jakarta : Dep.

P&K, 1089) 2 The New Grouer Webster Int. Dictionary of English Language, Vol. 1 (1971) The English Language Inst. Of America. Inc) 3 Sumber Inspiredkids (22/03/09),”Metode Belajar yang Tepat Bagi Anak” 4 Dikutip dari Florentinabeo’s blog ,”Prinsip Dasar dan Penerapan Metode Pendidikan Menurut Maria Montessori,download 28 november

2008 5 Elizabeth G. Hainstock, Kenapa Montessori ?, Mitra Media, 2008, hal.53 6 RUTR-Kawasan Solo baru 1990-2010

ix

Pembinaan dan pendidikan anak sedini mungkin sangat berperan terhadap kemajuan

perkembangan tingkat kecerdasan anak. Dari hasil penelitian dibuktikan bahwa pada usia 4

tahun anak mencapai 50% dari tingkat kecerdasan, dan mendekati usia 8 tahun mencapai 80%

dan setelah usia itu usaha apapun pada pendidikan hanya meningkatkan kecerdasan 10% saja.7

Oleh sebab itu pendidikan dan pembinaan anak sangat mutlak diperhatikan dengan

sungguh-sungguh. Untuk bisa memilih metode apa yang sekiranya tepat diterapkan pada anak-

anak dalam mendidik dan membina mereka, terlebih dulu kita memahami keinginan dan karakter

dalam diri anak-anak. Secara normal setiap anak memliki sifat untuk mencari tahu, konsentrasi

spontan, mulai memahami realita, suka keyenangan dan bekerja sendiri, memiliki rasa posesif,

ingin melakukan semuanya sendiri, patuh, independen dan berinisiatif, disiplin diri spontan, serta

ceria.8

2. Kualitas pendidikan di Indonesia

Sejak berusia dua tahun, anak mempunyai keingintahuan yang sangat besar, senang

bereksplorasi, dan senang mencoba hal baru. Karenanya, kita sebaiknya bisa melihat bahwa

setiap anak memiliki kepribadian yang ingin dikembangkannya sendiri, mereka memiliki inisiatif,

mereka memilih sendiri apa yang ingin mereka lakukan, bertahan untuk terus melakukannya dan

merubahnya sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya sendiri. Mereka sangat ‘hand-

minded’ dan senang mengamati berbagai hal dan meresponnya dengan cara mereka sendiri-

sendiri sesuai dengan perkembangan motorik, sensorik dan bahasa melalui penggunaan kelima

panca indera mereka.

Menurut Dr.Thomas Amstrong, pakar pendidikan dari Amerika, setiap anak dilahirkan

dengan membawa potensi yang memungkinkan mereka untuk menjadi cerdas. Sifat yang

menjadi bawaan itu antara lain: keingintahuan, daya eksplorasi terhadap lingkungan, spontanitas,

vitalitas, dan fleksibilitas. Dipandang dari sudut ini maka tugas setiap orang tua dan guru

hanyalah mempertahankan sifat-sifat yang mendasari kecerdasan ini agar bertahan sampai

anak-anak itu tumbuh dewasa.9

Namun yang terjadi, pendidikan anak di Indonesia, beberapa aspek di atas kurang

mendapatkan perhatian secara mendalam. Bahkan sampai saat ini masih sering kita temui cara

mengajar yang masih konvensional, di mana guru seringkali tidak memperhatikan perkembangan

anak didiknya. Mereka dituntut untuk menyampaikan banyak materi kepada anak didiknya,

hinggga kadangkala mereka mengabaikan sisi-sisi psikologis anak.

Ada banyak permasalahan yang dihadapi oleh anak-anak tatkala mereka mengikuti

kegiatan belajar di sekolah-sekolah umum. Salah satu hal yang seringkali kita temui dalam

kegiatan belajar di sekolah umum adalah kesibukan yang luar biasa. Terutama bagi sekolah-

sekolah yang telah menerapkan konsep akselerasi, dimana anak didik mereka dituntut pandai

dan tahu dalam segala hal, namun mereka mengabaikan kondisi psikologis anak didiknya. Hal

7 Dikutip dari Wijanarko, Wijang, Fasilitas Pendidikan Anak, Yogyakarta, TA-UGM, 1998 8 Sumber Inspiredkids,”Metode Belajar yang Tepat Bagi Anak”, 22/03/09 9 http//mandikdasmen.aptisi3.org/download 3 november 2008

x

yang kita takutkan adalah ketika mereka merasa terasing dari dunianya, dunianya yang

semestinya menyenangkan dan penuh warna tetapi sehari-harinya mereka terlalu dijejali dengan

pekerjaan dan tugas, baik di rumah maupun di sekolah. Tak heran, jam pelajaran di sekolah

dirasakan demikian sempit, mereka harus berpacu dengan materi pelajaran hingga kadangkala

siswa harus les, demi menguasai bahan pelajaran yang sudah dipelajari di kelas. Atau, sekolah

sendiri yang menyediakan pelajaran tambahan di sore hari, sampai-sampai siswa harus sekolah

dua kali, pagi dan sore.

Jika kita lihat sistem pendidikan di sekolah-sekolah umum, terlihat begitu kurangnya

interaksi anak dengan lingkungan. Metode mengajar yang diberikan bersifat teoritis, jarang sekali

anak-anak dicoba dan diajak belajar langsung dari obyek-obyek yang mereka pelajari. Padahal

kita mengetahui bahwa memori, kreativitas dan daya ingat anak-anak sangatlah tajam. Terlebih

lagi bagi anak-anak taman kanak-kanak, mereka sangat membutuhkan sistem pendidikan yang

mampu memberi rangsangan pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani.

Rangsangan ini sangat penting agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih

lanjut.

Beberapa hal inilah yang seharusnya kita perhatikan secara mendalam demi keberhasilan

pendidikan anak dimasa yang akan datang. Dan yang terpenting kehidupan anak bukanlah milik

kita karena mereka berhak untuk menentukan keinginan dan masa depan, sedangkan kita hanya

sebagai pendamping mereka, pengarah dan fasilitator bagi mereka.

Bertolak dari kenyataan itulah perlu dikembangkan pendekatan pendidikan yang menjadi

alternatif bagi sekolah pada umumnya. Penyediaan sebuah sekolah alternatif ini haruslah

dirancang atas pendekatan bahwa setiap anak itu mempunyai kecerdasannya sendiri.

Lingkungan sekolah dirancang agar anak-anak tumbuh dengan kreativitas mereka sendiri, tidak

kehilangan kegembiraan masa kecil mereka, dan membuka ruang yang lebar untuk

mengeksplorasi lingkungannya.

3. Metode Montessori Untuk Anak

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok

orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan yang

terdiri dari proses, cara, serta perbuatan mendidik dengan tujuan membantu anak agar mampu

melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Namun dewasa ini pendidikan dengan kurikulum atau

metode yang berubah-ubah sering tidak mengakar dan membuat bingung para siswa.

Pendidikan yang seharusnya memberi peluang bagi anak untuk berkembang dalam setiap

aspek kehidupannya, kadang hanya menyentuh satu aspek saja. Misalnya kurikulum yang

terus berganti membuat anak hanya belajar untuk mengejar nilai tanpa peduli akan lingkungan

dan kehidupan sosialnya.10

10 Dikutip dari Florentinabeo’s blog ,”Prinsip Dasar dan Penerapan Metode Pendidikan Menurut Maria Montessori,download 28 november

2008

xi

Pendekatan ‘Teacher Centre’ yang digunakan dalam pendidikan nasional kita kurang

begitu berhasil dalam mengembangkan kemampuan anak seutuhnya karena metode ini

membuat kelas cenderung pasif dan membosankan.11

Dr. Maria Montessori sebagai pakar pendidikan yang sekaligus peduli akan kehidupan

anak mengembangkan metode pendidikan yang tidak hanya memperhatikan aspek kognitif,

tetapi juga melalui latihan-latihan praktis yang menyentuh jiwa anak. Ia mengemukakan bahwa

kemandirian seseorang harus dilatih sejak dini khususnya pada masa kanak-kanak. Ia melatih

kemandirian anak lewat latihan-latihan yang sederhana misalnya di sekolahnya ia merancang

berbagai alat sederhana yang menunjang anak dalam belajar atau melakukan aktivitas yang

berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian, anak tidak hanya menerima pengetahuan dari gurunya tetapi

mengembangkan diri dengan berbagai sarana yang ada. Semuanya ini menjadi satu kebutuhan

bersama dalam kehidupan anak. Jika anak hanya berkembang pada satu sisi akan

mempengaruhi sisi yang lain. Maka pentinglah pendidikan mencakup semua aspek tersebut di

atas.

Pada Montessori, metode yang digunakan adalah ‘Child Centre’, dimana anak sebagai

subjek pembelajaran dan guru hanya sebagai fasilitator.

Pendidikan merupakan usaha dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada

pendewasaan anak itu atau membantu anak agar mampu melaksanakan tugas hidupnya

sendiri secara mandiri. Menurut Dr. Maria Montessori, untuk menjadi pribadi yang mandiri,

seseorang harus dilatih sejak dini khususnya pada masa kanak-kanak karena pada masa itu

merupakan masa peka dimana anak mampu menerima segala sesuatu yang diajarkan.

Pendidikan dalam metode Montessori memberikan tempat bagi anak untuk beraktivitas

sebebas-bebasnya sesuai dengan kemampuan masing-masing yang sekaligus merupakan

basis pembentukan kemandirian dan kedisiplinan bagi anak. Bagi Montessori, pendidikan tidak

berarti anak hanya menerima dari guru melainkan anak juga bisa menemukan sendiri apa yang

berguna bagi mereka melalui aktivitas mereka sendiri. Kebebasan dalam Metode Montessori

adalah kebebasan yang mendukung perkembangan seluruh kepribadian anak bukan hanya

secara fisik tetapi juga mental termasuk perkembangan otak.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan dalam Metode Montessori

adalah mengembangkan seluruh potensi anak yang dapat dilakukan melalui proses

pembelajaran di kelas maupun melalui berbagai latihan praktis yang berkaitan dengan

kehidupan anak itu sendiri.

4. Solo Baru dan Fasilitas Pendidikan di Dalamnya

Solo Baru adalah salah satu wilayah alternatif bagi Kota Surakarta sebagai pusat untuk

menampung jumlah penduduk yang semakin bertambah dari beberapa wilayah di Surakarta.

11 Dikutip dari Sukresno, Taufik, Jogja Montessori School, Yogyakarta, TA-UII, 2005

xii

Solo Baru dapat dianggap sebagai kota satelit atau kota yang dalam perkembangannya selalu

mengikuti laju pertumbuhan kota lama.

Solo Baru yang berada di wilayah Kabupaten Sukoharjo, dalam perkembangannya jelas

akan saling berpengaruh dengan kondisi regional yang melengkapinya. Dari potensi dan kondisi

yang ada bahwa Solo Baru terletak di antara wilayah Sukoharjo dan Surakarta, mengakibatkan

peran Solo Baru yang cukup strategis dalam mendukung perkembangan di sekitarnya.

Solo Baru sebagai fungsi primer diharapkan mampu untuk ikut mendukung

perkembangan di sekelilingnya yaitu Kota Surakarta dan Kabupaten Sukoharjo baik sebagai

terminal distribusi barang, jasa, maupun fasilitas lain. Selain kaitannya dengan perkembangan

regional, Solo Baru yang juga tumbuh dan berkembang juga harus mampu melayani tuntutan

kebutuhan penduduk di wilayahnya. Dengan demikian Solo Baru harus mampu seoptimal

mungkin mengembangkan sektor kegiatan yang ada di wilayahnya.

Kawasan Solo Baru yang merupakan perluasan dari Kabupaten Sukoharjo dan

Kotamadya Surakarta mempunyai jumlah penduduk usia pra sekolah yang cukup banyak.

Banyaknya anak usia sekolah yang seharusnya sangat potensial untuk mendapat pendidikan

dan bimbingan sebagai bekal masa depannya tidak diimbangi dengan ketersediaan jumlah

fasilitas pendidikan yang cukup. Tabel I.1 Analisa Kuantitas Fasilitas Jasa Pendidikan

No Fasilitas Standar Jumlah

ideal

Jumlah

eksisting

1 TK 1 unit/1000 penduduk 147 64

2 SD 1 unit/1600 penduduk 92 61

3 SMP 1 unit/4800 penduduk 31 10

4 SMU 1 unit/4800 penduduk 31 5

Sumber : Hasil perhitungan 2003 dalam RUTRK Solo Baru 1990-2010

Kebanyakan dari TK tersebut tidak dilengkapi dengan play group atau kelompok bermain

untuk anak berumur 2-3 tahun.

Berdasarkan tabel di atas, maka untuk pendidikan pra-sekolah (TK) dan Sekolah Dasar

(SD) sampai akhir tahun perencanaan masih diperlukan.

5. Kebutuhan Sekolah Montessori di Solo Baru

Pada era modernisasi saat ini, dimana terlalu sedikitnya penekanan diberikan

berdasarkan kebaikan hakiki dan pendidikan yang layak bagi anak, pandangan yang mendalam

dan metode pengajaran Montessori yang penuh inspirasi dapat memperkenalkan suatu dimensi

baru dan yang menyenangkan dalam dunia pendidikan.

Munculnya ide untuk menciptakan Sekolah Montessori adalah sebuah solusi alternatif

yang mencoba untuk mengakomodasi semua perkembangan atau fenomena-fenomena baru

dalam hal penyediaan sarana pendidikan untuk anak sebagai wadah pendidikan serta

pengembangan kecerdasan dan kreativitas anak. Sekolah Montessori mencoba menghadirkan

suasana belajar dan bermain melalui pendekatan metode Montessori.

Melihat perkembangan pendidikan di Solo Baru yang semakin baik, diharapkan adanya

Sekolah Montessori dapat menjadi persiapan awal bagi kota Solo Baru untuk mewadahi

xiii

kebutuhan masyarakat akan fasilitas pendidikan anak yang lebih lengkap, serta dapat melayani

semua anak-anak dari semua golongan, tanpa membedakan SARA.

Hal ini merupakan salah satu pertimbangan utama untuk merencanakan sebuah sekolah

alternatif untuk pendidikan pra-sekolah (TK) dan sekolah dasar (SD) yang dirancang agar anak-

anak tumbuh dengan kreativitas mereka sendiri, tidak kehilangan kegembiraan masa kecil

mereka, dan membuka ruang yang lebar untuk mengeksplorasi lingkungannya, yaitu dengan

Metode Montessori.

D. Permasalahan 1. Permasalahan Umum

Bagaimana rumusan konsep perencanaan dan perancangan Sekolah Montessori di Solo Baru

yang mampu mewadahi kegiatan belajar anak usia 2-12 tahun guna mengembangkan seluruh

potensi anak dengan menggunakan Metode Montessori melalui konsep tata ruang, baik interior

maupun eksterior.

2. Permasalahan Khusus

a. Bagaimana rumusan konsep peruangan yang meliputi :

1) Konsep program kegiatan dan kebutuhan ruang

2) Konsep pola hubungan ruang

3) Konsep besaran ruang

b. Bagaimana rumusan konsep lokasi dan site

c. Bagaimana rumusan konsep pintu utama (main entrance) dan pintu servis (Service Entrance)

d. Bagaimana rumusan konsep zone berdasarkan tingkat kebisingan

e. Bagaimana rumusan konsep zone berdasarkan pada pencapaian

1) Konsep zone berdasarkan pada pintu utama (ME)

2) Konsep zone berdasarkan pada pintu servis (SE)

f. Bagaimana rumusan konsep zone berdasarkan pada fungsi

g. Bagaimana rumusan konsep massa meliputi :

1) Konsep bentuk dasar massa

2) Konsep jumlah massa

3) Konsep pembagian massa

4) Konsep tata massa

h. Bagaimana rumusan konsep sirkulasi berdasarkan pada prinsip pendidikan Montessori

i. Bagaimana rumusan konsep tampilan bangunan berdasarkan pada prinsip pendidikan

Montessori yang meliputi :

1) Konsep Eksterior

2) Konsep Interior

j. Bagaimana rumusan konsep pemilihan bahan bangunan berdasarkan pada prinsip

pendidikan Montessori

k. Bagaimana rumusan konsep warna berdasarkan pada prinsip pendidikan Montessori

l. Bagaimana rumusan konsep lansekap berdasarkan pada prinsip pendidikan Montessori

xiv

m. Bagaimana rumusan konsep sistem struktur bangunan

n. Bagaimana rumusan konsep utilitas

E. Tujuan dan Sasaran 1. Tujuan

Menyusun rumusan konsep perencanaan dan perancangan Sekolah Montessori di Solo Baru

yang mampu mewadahi kegiatan belajar anak usia 3-12 tahun guna mengembangkan seluruh

potensi anak dengan menggunakan metode Montessori melalu konsep tata ruang, baik interior

maupun eksterior.

2. Sasaran

a. Rumusan konsep peruangan yang meliputi :

1) Konsep program kegiatan dan kebutuhan ruang

2) Konsep pola hubungan ruang

3) Konsep besaran ruang

b. Rumusan konsep lokasi dan site

c. Rumusan konsep pintu utama (main entrante) dan pintu servis (Service Entrante)

d. Rumusan konsep zone berdasarkan tingkat kebisingan

e. Rumusan konsep zone berdasarkan pada pencapaian

1) Konsep zone berdasarkan pada pintu utama (ME)

2) Konsep zone berdasarkan pada pintu servis (SE)

f. Rumusan konsep zone berdasarkan pada fungís

g. Rumusan konsep massa meliputi :

1) Konsep bentuk dasar massa

2) Konsep jumlah massa

3) Konsep pembagian massa

4) Konsep tata massa

h. Konsep sirkulasi berdasarkan pada prinsip pendidikan Montessori

i. Rumusan konsep tampilan bangunan berdasarkan pada prinsip pendidikan Montessori yang

meliputi :

1) Konsep Exterior

2) Konsep Interior

j. Rumusan konsep pemilihan bahan bangunan berdasarkan pada prinsip pendidikan

Montessori

k. Rumusan konsep warna berdasarkan pada prinsip pendidikan Montessori

l. Rumusan konsep lansekap berdasarkan pada prinsip pendidikan Montessori

m. Rumusan konsep sistem struktur bangunan

n. Rumusan konsep utilitas

F. Batasan dan Lingkup Pembahasan 1. Batasan Pembahasan

xv

Pembahasan ditekankan sesuai dengan permasalahan perencanaan dan perancangan Sekolah

Montessori di Solo Baru yang dapat mengungkap faktor perencanaan dan perancangan fisik

dengan menggunakan metode Montessori.

2. Lingkup Pembahasan

Pembahasan ditekankan pada disiplin ilmu Arsitektur, hal-hal diluar disiplin ilmu Arsitektur

dibatasi dan disesuaikan dengan masalah-masalah yang muncul dalam mewujudkan Sekolah

Montessori di Solo Baru yang hendak dicapai.

G. Metode Pengumpulan Data dan Pembahasan 1. Metode Pengumpulan Data

a. Data Primer

Data-data yang didapat secara langsung melalui survey lapangan dan hasil wawancara

dengan pihak terkait, yang meliputi:

1) Pendataan eksisting site.

2) Pencarian potensi dan permasalahan yang terdapat pada site.

b. Data sekunder

Data yang didapat dari studi literatur (pustaka dan internet) yang berhubungan dengan

pembuatan konsep bangunan Sekolah Montessori di Solo Baru.

2. Metode Pembahasan

a. Analisa Kuantitatif, yaitu analisa yang menyangkut perhitungan pasti, seperti besaran ruang

yang dibutuhkan guna mewadahi kegiatan Sekolah Montessori di Solo Baru.

b. Analisa Kualitatif, yaitu analisa yang tidak menyangkut besaran pasti, seperti kurikulum

Montessori, suasana, kenyamanan, jenis fasilitas yang dibutuhkan, serta keindahan di dalam

lingkungan sekolah Montessori.

c. Sintesa, yaitu tahap penggabungan dari data sumber di lapangan, literatur dan pengalaman

empiris yang telah dikaji pada tahap analisa dan kemudian diolah menjadi sebuah konsep

perencanaan dan perancangan

H. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan direncanakan :

Tahap I : Memaparkan latar belakang dan permasalahan.

Tahap II : Memaparkan tujuan dan sasaran yang akan dicapai.

Tahap III : Memaparkan batasan serta lingkup pembahasan yang akan dilakukan.

Tahap IV : Memaparkan metode yang akan digunakan serta sistematika pembahasan.

Tahap V : Memaparkan tinjauan teori yang akan digunakan sebagai landasan dalam

menentukan rancangan Sekolah Montessori agar sesuai dengan tujuan dan

sasaran. Tinjauan teori tentang Metode Montessori mencakup sejarah; sifat;

kekhasan; teori utama tentang cara belajar; prinsip pendidikan Montessori;

perbedaan metode Montessori dengan metode lain, Sekolah Montessori mencakup

xvi

pengertian; filosofi; tujuan pendidikan Montessori; program yang disediakan; waktu

belajar,

Tahap VI : Memaparkan tinjauan teori tentang anak, meliputi karakter anak, kebutuhan anak,

dan tinjauan keruangan (anak dan lingkungan belajar).

Tahap VII : Memaparkan studi kasus Sekolah Montessori.

Tahap VIII : Memaparkan tinjauan umum mengenai Solo Baru, keadaan fisik, lingkungan

geografi, fasilitas pendidikan dan rencana pengembangannya di Solo Baru.

Tahap IX : Memaparkan proses penentuan konsep perencanaan dan perancangan Sekolah

Montessori berdasarkan pada prinsip pendidikan Montessori di Solo Baru.

Tahap X : Memaparkan kesimpulan dari tahap analisis penentuan konsep perencanaan dan

perancangan Sekolah Montessori di Solo Baru.

BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI KASUS

A. Metode Montessori

1. Sejarah12

Metode Montessori adalah suatu metode pendidikan untuk anak-anak, berdasar pada

teori perkembangan anak dari Dr. Maria Montessori, seorang pendidik dari Italia di akhir abad 19

dan awal abad 20. Metode ini diterapkan terutama di pra-sekolah dan sekolah dasar, walaupun

ada juga penerapannya sampai jenjang pendidikan menengah.

Dr. Maria Montessori mengembangkan "Metode Montessori" sebagai hasil dari

penelitiannya terhadap perkembangan intelektual anak yang mengalami keterbelakangan mental.

Dengan berdasar hasil kerja dokter Perancis, Jean Marc Gaspard Itard dan Edouard Seguin, ia

berupaya membangun suatu lingkungan untuk penelitian ilmiah terhadap anak yang memiliki

berbagai ketidakmampuan fisik dan mental. Mengikuti keberhasilan dalam perlakuan terhadap

anak-anak ini, ia mulai meneliti penerapan dari teknik ini pada pendidikan anak dengan

kecerdasan rata-rata.

Dr. Maria Montessori melanjutkan bekerja dengan anak-anak dari berbagai budaya dan

latar belakang. Tidak hanya anak cacat, tetapi juga anak normal. Maria Montessori

menyimpulkan anak perlu lebih dari sekadar perawatan fisik dan medis guna menunjang

pertumbuhan dan perkembangan jiwa dan raga. Anak memerlukan lebih dari sekadar pelajaran

yang diajarkan sekolah umum.

Dr. Maria Montessori memperkenalkan strategi pendidikan yang mencakup melatih

panca indera dan ketrampilan motorik anak, dengan alat peraga khusus, di lingkungan ramah 12 http://www.wikipedia.org/

xvii

anak. Maria Montessori berpendapat jika anak diberi materi dan lingkungan yang tepat, anak

cenderung bisa mengerjakan aktivitas secara spontan. Lewat aktivitas, anak mendapatkan

pengetahuan dan ketrampilan. Anak akan belajar sesuai keinginan pribadi dan mengatasi

ketidakmampuan tanpa bantuan dan campur orang tua.

2. Sifat

Sifat dari metode pembelajaran Montessori adalah13 :

a. Anak-anak bekerja/bermain dalam satu kelompok/group, baik group kecil maupun besar.

b. Pada pre-school tidak ada penggolongan kelas berdasarkan umur.

c. Tidak ada aktivitas kompetitif.

d. Pembelajaran dengan cara permainan/games, tentu saja dengan material dan permainan

yang mempunyai tujuan pembelajaran tertentu.

e. Suasana gembira dalam belajar.

f. Kelas aktif, karena anak-anak yang bekerja sedangkan guru sebagai pembimbing.

g. Lebih banyak pembinaan gerak motorik dan kreativitas.

h. Penekanan pada proses, bukan pada produk.

i. Bebas bekerja dengan langkah dan material yang mereka pilih sendiri.

j. Lingkungan disiapkan untuk memaksimalkan pelajaran yang mandiri dan mengundang anak

untuk belajar dan ber-eksplorasi.

k. Guru sebagai perancang lingkungan, peraga, penjaga, peninjau tiap-tiap pertumbuhan dan

perilaku anak.

3. Kekhasan

25 karakteristik metode Montessori14 : Tabel II.1. Karakteristik Metode Montessori

Menghargai anak Belajar kesopanan dan saling menghormati

Menghargai sesama Motivasi intrinsik

Ragam budaya Inisiatif

Kemampuan untuk menyesuaikan diri Lingkungan yang dipersiapkan

Cosmic education Material yang mendidik

Kepribadian Penggabungan kurikulum

Kemandirian Sense of order

Kebebasan memilih Pengelompokan secara heterogen

Pembelajaran “hands-on” Kepekaan diri

Cinta pekerjaan Moving

Peduli pada diri sendiri Auto education

Konsentrasi secara spontan Guru sebagai fasilitator

Disiplin diri

Sumber : A Child’s Place Montessori School, 2009

13 Dikutip dari Sukresno, Taufik, Jogja Montessori School, Yogyakarta, TA-UII, 2005 14 A Child’s Place Montessori School, 2009

xviii

4. Teori utama tentang cara belajar 15

a. Proses Pikiran Penyerap (Absorbent Mind)

Kapasitas belajar dari dalam diri anak. Belajar lewat berinteraksi dengan lingkungan

dan alat peraga. Anak melatih, melihat, mendengar, membaui, merasakan, dan meraba

lingkungan.

b. Lingkungan yang disiapkan (Prepared Environment)

Lingkungan pembelajaran yang disusun guna terjadinya pengembangan pengertian-

pengertian tertentu dalam diri anak. Dalam model Montessori, guru mempunyai tanggung

jawab terhadap lingkungan pembelajaran bagi murid-muridnya dengan memilih dan

menyusun alat-alat belajar sehingga memungkinkan proses belajar terjadi. Alat untuk belajar

harus dipilih dengan cermat dan ditempatkan sedemikian rupa sehingga mudah menarik

minat anak. Meja dan tempat duduk harus sesuai dengan ukuran anak. Berat perabotan

harus pula disesuaikan dengan kekuatan anak sehingga memungkinkan anak

memindahkannya sesuai kemampuan mereka. Lingkungan harus ditata sedemikian rupa

sehingga dapat menumbuhkan kesadaran akan keindahan.

c. Auto-education

Kemampuan anak untuk mengorganisasikan pemikiran sendiri apabila dikaitkan

dengan kegiatan tertentu. Guru bertanggung jawab menyajikan materi pelajaran sedemikian

rupa sehingga menumbuhkan pengalaman yang bersifat logis. Anak perlu mendapat

kesempatan mengamati dan kemudian melakukan sesuatu yang berarti anak

mengorganisasi dunianya dan pemikirannya sendiri. Peran utama guru dalam model

Montessori adalah memperagakan bagaimana suatu alat dipergunakan dan bagaimana

suatu tugas diselesaikan. Sebagian besar dari alat-alat yang dipergunakan Montessori

bersifat ‘mengoreksi diri’. Materi dirancang sedemikian rupa sehingga apabila anak

menggunakan alat tersebut mereka langsung mendapat umpan balik terhadap bertepatan

anak dalam menggunakan alat tersebut.

5. Prinsip pendidikan Montessori

a. Kebebasan

Pengertian kebebasan16 :

1) Berlapang-lapang, longgar, leluasa, los, merdeka, sesuka hati.

2) Informal, lapang, lega, rileks, santai, terbuka.

“Jika anak dihadapkan pada lingkungan yang tepat, dan memberikan peluang kepada

mereka untuk secara bebas merespon secara individual terhadap lingkungan tersebut, maka

pertumbuhan alami anak terbuka dalam kehidupan mereka.”17

15 Elizabeth G. Hainstock, Kenapa Montessori ?, Mitra Media, 2008, hal.17 16 Eko Endarmiko, Tesaurus Bahasa Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2007 17Dikutip dari David Gettman (1987),”Basic Montessori: Learning Activities for Under-Fives” (New York: St. Martin’Press), hal 30

xix

Metode Montessori menekankan pentingnya kebebasan karena kebebasan

memberikan ruang gerak dan kemampuan untuk mencoba hal-hal baru dan mendapatkan

pengalaman baru yang beragam.

Kebebasan untuk anak di dalam kelas Montessori :

1) Kebebasan bergerak (di dalam maupun di luar ruangan).

2) Kebebasan memilih aktivitasnya sendiri di dalam kelas.

3) Kebebasan berbicara.

4) Kebebasan untuk tumbuh dan membangun mental dalam lingkungan yang dirancang.

5) Bebas untuk menyayangi dan disayangi.

6) Bebas dari bahaya.

7) Bebas dari persaingan.

8) Bebas dari tekanan.

Meskipun anak diberi kebebasan namun ada juga batasan ataupun arahan dalam

pemberian aktivitas kepada anak, antara lain :

1) Anak bebas untuk melakukan aktivitas apa saja sejauh tidak melanggar/merampas hak

orang lain dalam kelas (menghormati orang lain).

2) Menghormati barang mainan (alat peraga); anak dapat menggunakan alat peraga untuk

melakukan aktivitas sejauh menggunakannya dengan cara yang benar (tidak merusak

barang tersebut atau benda lain di sekitarnya. Tugas guru untuk mengarahkan hal-hal

seperti ini.

3) Menghormati lingkungan; anak diarahkan untuk dapat memperlakukan semua aspek

dengan penuh kasih sayang, perhatian dan penghargaan. Anak diarahkan untuk

memperlakukan teman lain dan guru dengan lembut, sopan dan penuh penghargaan.

4) Menghormati diri sendiri.

b. Keteraturan

Pengertian keteraturan18 :

1) Apik, simetris, sistematis, terorganisasi, tertata, rapi, tertib, urut, berirama, harmonis.

2) Ajek, konstan, periodik.

“Ruangan yang dipergunakan untuk ‘belajar’ harus punya iklim yang teratur, terawat dan

estetis. Hal itu tidak hanya membangkitkan semangat belajar namun juga memberikan

kebebasan dan kemerdekaan anak untuk mengolah diri”19

Keteraturan alam semesta harus tercermin dalam lingkungan kelas Montessori.

Melalui keteraturan, anak akan belajar untuk percaya pada lingkungan dan belajar

berinteraksi dengan lingkungan dengan cara yang positif.

18 Eko Endarmiko, Tesaurus Bahasa Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2007 19 Hainstock, 1997 : 8, mengutip Montessori, 1995

xx

c. Keindahan

Pengertian keindahan20 : artistik, bagus, cakap, cantik, elok, permai.

Lingkungan Montessori harus sederhana. Semua yang ada di dalamnya harus

memiliki desain dan kualitas yang baik.

d. Alami

Pengertian alami21 : alamiah, natural, wajar.

“Manusia adalah milik alam, begitu pula khususnya bagi anak. Mereka membutuhkan

gambaran dunia yang akan mereka hadapi kelak melalui alam. Semua hal yang diperlukan

untuk mengembangkan jiwa dan raga mereka adalah alam sebenarnya.” (Dr. Maria

Montessori)

Montessori percaya bahwa alam merangsang pertumbuhan otak dan tubuh.

Lingkungan pendidikan Montessori didasarkan atas prinsip realita dan alami. Segala

sesuatunya dirancang sealami dan serealistis mungkin, baik lingkungan indoor maupun

outdoor.

Lingkungan belajar yang alami memberikan kesempatan anak untuk :

1) Belajar sambil bermain karena bermain merupakan cara belajar anak

2) Belajar dari lingkungan

3) Belajar mengalami realita secara alami

4) Merangsang pertumbuhan otak dan tubuh

e. Alat Peraga Montessori

“Hal penting pertama perkembangan anak adalah konsentrasi … Ia harus menemukan cara

bagaimana berkonsentrasi, dan oleh karenanya mereka membutuhkan benda-benda yang

dapat membuatnya berkonsentrasi … “ (Dr. Maria Montessori)

Alat peraga Montessori merupakan benda-benda atau alat-alat bermain yang dapat

membantu pembentukan internal anak, untuk membantu perkembangan fisik dan

pembangunan diri anak, disesuaikan dengan kebutuhan internal anak. Setiap benda atau

alat bermain dirancang agar memungkinkan terjadinya auto-edukasi. Artinya kontrol

kesalahan berada pada benda tersebut bukan pada guru. Kontrol kesalahan ini akan

mebimbing anak dalam menggunakan benda tersebut dan memungkinkan anak menyadari

kesalahannya sendiri dan memperbaikinya.

Alat-alat yang digunakan dalam pendidikan di Sekolah Montessori terbagi dalam

empat kategori, yaitu : Tabel II.2. Alat-Alat Peraga Montessori

Kategori Fungsi Contoh

a. Alat

pengembangan

Menumbuhkan :

- disiplin diri

Ketrampilan yang dipergunakan sehari-hari

adalah mengurus diri dan lingkungannya,

20 Eko Endarmiko, Tesaurus Bahasa Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2007 21 Eko Endarmiko, Tesaurus Bahasa Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2007

xxi

ketrampilan - kemandirian - konsentrasi - kepercayaan diri

seperti :

- alat untuk belajar memasang kancing - alat untuk belajar memasang tali sepatu - alat untuk menyapu lantai, dll

b. Alat

pengembangan

fungsi sensoris

- Pertumbuhan intelektual - Mengembangkan fungsi indera untuk

membantu kecerdasan anak

- Menara pink (1 set sepuluh kubus dengan berbagai ukuran)

- 7 Macam tekstil yang berbeda kualitasnya, mulai dari yang halus sampai yang kasar (beludru, sutera, wol, linen halus, linen kasar, katun halus, katun kasar)

- Cylinder blocks - Constructive triangles - Knobless cylinders

c. Alat

pengembangan

akademis

Mengembangkan kemampuan akademik

anak

Bahasa

- Huruf-huruf yang dapat dipindah-pindahkan, permukaannya terdiri dari ampelas yang dapat ditempelkan pada papan flannel

- Sandpaper letters, dll

Matematika

- Sandpaper numbers - Numerical rods - Papan penambahan - Papan pembagian, dll

Geografi

Gb.II.1.Contoh alat pengembangan

ketrampilan

Sumber : www.a2zmontessori.co.nz/

Gb.II.2.Contoh alat pengembangan fungsi sensoris

Sumber : www.Imj365.com/ShippingProof-2.htm

Gb.II.3.Contoh alat pengembangan bahasa

Sumber : www.montessori.ie/

Gb.II.4.Contoh alat pengembangan matematika

Sumber : www.montessori.ie/

xxii

- Globe - Puzzle map - Flags of the world - Land and water form cards, dll

Biologi

- Botany puzzles - Zoology puzzles - Leaf cards, dll

Dll

d. Alat

pengembangan

artistik atau yang

berorientasi pada

budaya

Membantu anak untuk belajar menyukai

dan menghargai seni dan budaya

- Alat-alat musik, seperti Pentatonic Montessori Bells, not position materials, dll

- Gamelan

- Wayang

Sumber :Elizabeth G.Hainstock, Kenapa Montessori ?, Mitra Media, 2008

f. Kohesi Kemasyarakatan

Gb.II.5.Contoh alat pengembangan geografi

Sumber : www.montessori.ie/

Gb.II.6.Contoh alat pengembangan biologi

Sumber : www.montessori.ie/

Gb.II.7.Contoh alat-alat musik

Sumber : www.a2zmontessori.co.nz/

Gb.II.9.Contoh wayang

Sumber : www.google.com

Gb.II.8.Contoh gamelan

Sumber : www.google.com

xxiii

1) Pengertian kohesi22 : daya gabung, keterikatan, ketertarikan.

2) Pengertian kemasyarakatan23 : sosial.

Lingkungan ramah anak merangsang anak berkomunikasi dengan anak lain secara alami

dan melatih sosialisasi.

6. Program Belajar24

a. Kehidupan Praktis

Anak akan belajar bagaimana menyikat gigi, mencuci tangan, mengancingkan baju,

mengikat tali sepatu, membawa piring ke dapur, mengambil piring di meja, menuangkan air

dari teko ke gelas, dan makan dengan garpu. Selain itu, anak dilatih ketrampilan

bermasyarakat, seperti bermain peran (menyapa, menyela, berterima kasih, bereaksi

terhadap lawan bicara, berperilaku di acara sosial dan di pelajaran). Aktivitas-aktivitas

tersebut menyumbang pada kendali dan koordinasi gerakan, pengembangan ketrampilan

berkonsentrasi dan peningkatan rasa percaya diri anak.

Kehidupan praktis membantu anak mengembangkan ketrampilan (motorik) dan belajar

mandiri.

b. Pengalaman Sensorik

Kurikulum Montessori berkontribusi terhadap perkembangan mental. Dengan melatih

ketrampilan panca sensorimotor, alat peraga sensorik memungkinkan anak menerima

pengetahuan dunia-fisik dan membuat keputusan tentang berbagai kualitas. Tujuan utama

pengelaman sensorik adalah pertumbuhan intelektual. Anak mulai diperkenalkan dengan alat

peraga sederhana, anak melatih panca indra dan cengkeraman jari, pengenalan warna.

c. Bahasa

Kurikulum Montessori menggunakan pendekatan bunyi untuk memperkenalkan

bahasa. Huruf alfabet diajarkan menurut bentuk dan ejaannya. Anak akan digiatkan untuk

menunjukkan ekspresinya secara lisan, mengenali huruf sebagai awal pembelajaran

membaca, tata bahasa dan menulis tangan. Pelajaran bahasa dalam kurikulum Montessori

meningkatkan intelektual anak dengan menambah perbendaharaan kata, yang merupakan

sarana bernalar dan berkomunikasi.

d. Matematika

Anak akan belajar tentang angka sebagai dasar belajar berhitung dan ilmu ukur. Sifat

alami materi-materi yang digunakan dalam kehidupan praktis dan sensor membawa kepada

pengembangan beberapa keterampilan matematika: ketepatan, keteraturan, diskriminasi,

pengenalan persamaan dan perbedaan, gradasi, perkiraan dan penghitungan.

e. Seni dan musik

22 Eko Endarmiko, Tesaurus Bahasa Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2007 23 Eko Endarmiko, Tesaurus Bahasa Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2007 24 Elizabeth G. Hainstock, Kenapa Montessori ?, Mitra Media, 2008, hal.75

xxiv

Kurikulum Montessori berupaya membangkitkan minat alami anak terhadap seni dan

musik. Dengan memberikan kebebasan kepada anak untuk menggunakan alat lukis dan alat

lain diharapkan dapat menumbuhkan kreativitas dan pengungkapan diri. Musik menjadi

komponen paling penting dalam kurikulum Montessori karena dapat membantu

meningkatkan kepekaan indera pendengaran.

f. Gerakan kreatif dan gerakan fisik

Kebebasan bergerak memperlancar perkembangan fisik dan motorik, serta melatih

sifat mandiri pada anak yang kemudian bermanfaat untuk perkembangan sosial, emosional

dan akademis anak-anak.

Setiap program bertujuan untuk memenuhi kebutuhan perkembangan anak secara

individual dan membantu mereka mengembangkan pribadinya. Tiap-Tiap tahap yang

diberikan materi yang disesuaikan dengan umur dan kemampuan anak.

7. Perbedaan Montessori dengan Metode Lain

Untuk lebih mudah membedakan antara Montesori dengan Pendidikan Nasional, lihat

tabel dibawah ini25 : Tabel II.3. Perbedaan antara Montessori dengan Pendidikan Nasional

Montessori Pendidikan Nasional

Pendekatan Childs Centre Teacher Centre

Media/alat belajar Dengan permainan Dengan buku

Suasana kelas Kelas full active Kelas pasif

Penilaian anak Tidak kompetitif Kompetitif

Tujuan pembelajaran Mengutamakan proses Cenderung ke hasil/produk

Sifat kelas Bebas dalam menyelesaikan

pekerjaan Sesuai dengan contoh Guru

Kurikulum Depdikbud & khusus Depdikbud

Pengembangan kemampuan Motorik & kreativitas/imajinasi Motorik halus

Quotient EQ (Emotional Quotient) IQ (Intelegen Quotient)

Fasilitas Material Montessori Material kurang

Model kelas Group & moving Individu

Waktu belajar Full day Part time

Sumber : Taufik Sukresno, TA-JogjaMontessori School, Fakultas Teknik UII, 2005 8. Montessori Lebih Sesuai Dengan Karakter Anak

a. Dengan kebebasan anak dalam memilih cara/material dalam menyelesaikan pekerjaan,

anak-anak secara tidak langsung mengembangkan kepercayaan diri, kreativitas dan

kedisiplinan.

b. Kelompok/group membantu anak dalam menukar gagasan dan mendiskusikan

pekerjaan/kesulitan mereka dengan orang lain.

c. Full active. Kelas mempunyai interaksi sosial yang tinggi karena anak-anak yang

menyelesaikan pekerjaan mereka sendiri dan guru hanya sebagai fasilitator.

25 Dikutip dari Sukresno, Taufik, Jogja Montessori School, Yogyakarta, TA-UII, 2005

xxv

d. Keragaman umur membentuk seperti keluarga, di mana pelajaran dapat berlangsung secara

alami, anak yang lebih tahu/berpengalaman akan belajar bagaimana berbagi dengan orang

lain begitu juga anak yang tidak tahu belajar untuk menangkap apa yang mereka

interaksikan.

e. Learning by Doing. Sebagian besar pencapaian kurikulum dengan cara praktik langsung,

sehingga memori anak sangat kuat dengan praktik tersebut yang tentu saja praktik tersebut

mempunyai tujuan pembelajaran tertentu. Anak-anak mengajar diri mereka melalui

aktivitasnya bukan guru yang mengajari mereka melalui suara/perintah.

B. Sekolah Montessori

1. Pengertian

Fasilitas pendidikan untuk anak usia 2-6 tahun (pra-sekolah) dan 7-12 tahun (Sekolah

Dasar) untuk mengembangkan seluruh potensi anak yang dapat dilakukan melalui proses

pembelajaran di kelas maupun melalui berbagai latihan praktis yang berkaitan dengan kehidupan

anak itu sendiri dengan menggunakan Metode Montessori.

2. Filosofi 26

a. Setiap anak memiliki cita-cita.

b. Montessori telah mengenali bahwa satu-satunya dorongan untuk belajar anak adalah

motivasi diri seorang anak.

c. Seorang anak harus memiliki kebebasan untuk mengembangkan potensi, intelektual, fisik

dan spiritual, kebebasan untuk meraih sesuatu melalui perintah dan disiplin diri.

d. Perintah dan disiplin diri dapat diperoleh dalam “Lingkungan ramah anak” yang mengijinkan

anak untuk belajar dengan kecepatannya sesuai kapasitas dan kemampuan mereka sendiri

dalam suasana yang non-kompetitif.

e. Guru menyiapkan lingkungan, mengarahkan kegiatan dan menstimulasi anak sehingga anak

dapat belajar dengan sendirinya.

f. Pola gambaran ketekunan dan kecermatan ditanamkan semenjak dini sehingga

menghasilkan siswa yang percaya diri dan kompeten.

g. Montessori mengajarkan anak untuk meneliti, berpikir, dan memutuskan.

h. Metode Montessori mengenalkan kepada anak cara belajar yang menyenangkan pada tahap

awal dan menyediakan kerangka kerja di mana intelektual dan disiplin sosial diajarkan.

3. Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan dalam metode Montessori adalah mengembangkan seluruh potensi anak

yang dapat dilakukan melalui proses pembelajaran di kelas maupun melalui berbagai latihan

praktis yang berkaitan dengan kehidupan anak itu sendiril.27

26 http://www.montessori-school.com 27 Dikutip dari Florentinabeo’s blog ,”Prinsip Dasar dan Penerapan Metode Pendidikan Menurut Maria Montessori,download 28 november

2008

xxvi

Secara keseluruhan, menurut American Montessori Society (1984), tujuan pendidikan

Montessori adalah :

a. Pengembangan konsentrasi

b. Ketrampilan mengamati

c. Keselarasan memahami tingkatan dan urutan

d. Koordinasi kesadaran dalam melakukan persepsi dan ketrampilan praktis

e. Konsep yang bersifat matematis

f. Ketrampilan membaca dan menulis

g. Ketrampilan berbahasa

h. Terbiasa dengan kesenian yang kreatif

i. Memahami dunia alam lingkungan

j. Memahami ilmu sosial

k. Berpengalaman dalam menyelesaikan masalah

4. Program yang disediakan Tabel. II.4. Program yang disediakan

Umur Program

2-3 tahun - Latihan penginderaan

- Pertolongan terhadap diri sendiri

“self-help”

- Bahasa

- Ketrampilan praktis

- Perkembangan emosi dan sosial

4-6 tahun - Ilmu pengetahuan alam

- Bahasa

- Matematika

- Sejarah

- Geografi

- Musik

- Memasak

- Budaya

7-12 tahun - Ilmu pengetahuan alam

- Bahasa

- Matematika

- Bahasa asing

- Sejarah

- Geografi

- Biologi

- Pelajaran sosial

- Seni

- Musik

Semua umur

- Bahasa asing

- Musik

- Tari

- Drama

- Olah raga (senam)

- Komputer

- Memasak

- Agama

Sumber :http:// www.montessori-unlimited.com

5. Waktu belajar

a. Kelompok bermain (2-3 tahun) : Senin-Jumat; pukul 8.00-11.30 WIB

b. Taman Kanak-kanak (4-6 tahun) : Senin-Jumat; pukul 8.00-12.30 WIB

c. Sekolah Dasar (7-12 tahun) : Senin-Sabtu; pukul 07.30-14.00 WIB

xxvii

C. Tinjauan tentang Anak 1. Karakter Anak

a. Karakter Psikologi Anak

Usia awal masa kanak-kanak adalah masa kritis bagi perkembangan kepribadian

dan sikap sehingga usia tersebut diistilahkan dengan “golden age”. Pada dasarnya anak-

anak memiliki kreativitas alamiah yang perlu dikenali dan dirangsang sejak dini sehingga

anak harus mendapatkan bimbingan dan pengasuhan yang terencana, sistematis dan

terprogram. Dengan pola pengasuhan dan bimbingan yang sistematis anak mengalami

perkembangan dan pertumbuhan yang maksimal28. Contoh karakter dominan anak berkaitan

dengan psikologi anak29

a. Bebas dan dinamis b. Aktif dan selalu ingin tahu c. Bermain

b. Karakter Gerak Anak Secara umum, anak bergerak secara aktif, bebas, dan spontan. Bergerak dengan

bebas karena anak tidak suka diatur. Bergerak dengan spontan, yaitu melakukan kegiatan

yang dianggapnya menarik. Anak lebih suka melakukan kegiatan-kegiatan yang berlari,

melompat-lompat daripada melakukan kegiatan dengan tenang. Selain itu, anak-anak lebih

suka melakukan kegiatan dalam ruang di atas lantai daripada harus duduk di kursi.

c. Karakter Fisik Anak Karakter fisik anak dapat mempengaruhi perancangan. Faktor yang mempengaruhi

adalah tinggi badan dan ruang gerak anak. Tinggi badan dan ruang gerak akan berpengaruh

pada penataan ruang serta kenyamanan gerak dan visual. Tabel II.5. Ruang Gerak Bermain dalam Ruang Personal Space Anak-Besaran Minimal Ruang

Usia (tahun) Tinggi (m) Ruang Gerak (m2)

2-4 0.95 0.71

4-7 1.10 0.95

7-11 1.25 1.21

11-13 1.38 1.50

Sumber : Osmond, 1974 dalam Tesis Pusat pengembangan

Kreativitas Anak di Yogyakarta, 2000; hal 21

Tabel II.6. Ruang Gerak Bermain di Luar Ruang Berdasarkan usia Anak-Social Distance

Usia (tahun) Tinggi (m) Ruang Gerak (m2)

2-4 1.22 1.20

4-7 1.53 1.80

7-11 1.83 2.60

11-13 2.14 3.60

28 Tim Pengembang Dinas, GBPP Kelompok Bermain, Dinas BPKB, Ungaran 2000 29 Conny Semiawan, Perspektif Anak Berbakat, Grasindo, Jakarta

xxviii

Sumber : Osmond, 1974 dalam Tesis Pusat pengembangan

Kreativitas Anak di Yogyakarta, 2000; hal 22

2. Kebutuhan Anak

Anak membutuhkan lingkungan yang dapat memberikan rasa aman dan nyaman, bebas,

hangat dan akrab, dan juga yang dapat merangsang perkembangan fisik motoriknya30.

a. Adanya rasa aman dan nyaman

Rasa aman dan nyaman dengan cara menyediakan lingkungan fisik yang aman dan

nyaman di mana kegiatan yng dilakukan oleh anak mudah diawasi orang dewasa sebagai

pengawas sekaligus fasilitator jika terjadi sesuatu pada anak.

b. Adanya rasa bebas

Agar anak dapat dengan bebas bergerak sesuai dengan keinginanya dan

kebutuhannya sehingga dapat memberikan kenyamanan gerak bagi anak untuk melakukan

kegiatan. Sebaiknya ruang-ruang yang disediakan dapat memberikan kebebasan untuk

melakukan kegiatan tersebut.

c. Adanya rasa hangat dan akrab

Dapat menciptakan suasana ruang yang akrab akan dapat membantu anak untuk

merasa lebih nyaman. Bisa melalui desain interior bangunan yang sesuai dengan karakter

anak (penggunaan furniture dan warna interior dinding).

d. Merangsang perkembangan fisik dan motorik

Dapat dilakukan dengan menyediakan ruang yang menarik bagi anak dengan

sarana dan prasarana yang mendukung.

Di dalam lingkungan Sekolah Montessori, kepekaan anak dapat dirangsang dengan mendidik

panca indera anak dengan materi-materi alam (tanaman, hewan, air, dsb) sehingga diri anak

sendirilah yang belajar untuk membuka diri menjadi reseptif dan peka. Mata untuk mengamati,

hidung untuk mencium, mulut untuk merasakan, telinga untuk mendengar, kulit untuk merasakan

(Teori utama tentang cara belajar anak31).

1) Indera Penglihatan

90% masukan indera untuk otak berasal dari sumber visual32. Penglihatan sekeliling

merupakan alat belajar tak sadar yang sangat ampuh. Materi-materi alam diatur supaya anak

mengamati kehidupan mereka, perkembangannya setiap hari.

30 Tedjasaputra, Bermain, Mainan, dan Permainan, Grasindo, Jakarta 2001 31 Elizabeth G. Hainstock, Kenapa Montessori ?, Mitra Media, 2008, hal.17 32 Quantum Teaching, Bobby Piter

Garis alam sebagai dinding semu Pohon sebagai pembatas

transparan

Dinding masif

Gb. II.10. Jenis pembatas ruang

Sumber : Ir. Rustam Hakim, Unsur Perancangan dalam Arsitektur Lansekap, Bumi Aksara, 1993

xxix

Batasan ruang : tinggi di atas mata (sebagai perlindungan), tinggi sebatas dada

(membentuk ruang/enclosure), di bawah pinggang (pengatur/pembentuk sirkulasi), setinggi

lutut (pola pengarah), setinggi telapak kaki (sebagai penutup)33.

2) Indera Penciuman

Daerah penciuman merupakan reseptor bagi endofrin yang menyuruh tanggapan

tubuh menjadi senang dan sejahtera. Manusia dapat meningkatkan kemampuan berpikir

secara kreatif sebanyak 30% saat diberikan bunga tertentu. Di sekitar ruang-ruang belajar

dapat ditata tanaman yang menimbulkan bau menyegarkan dan menyenangkan. Bukaan

ruang (jendela, pintu) memberi keleluasaan angin segar untuk masuk ke dalam ruang

belajar.

3) Indera Pendengaran

Pendengaran bisa melatih kepekaan persepsi. Sering mendengar suara-suara

tertentu, anak akan bisa membedakan, apakah itu suara ayam, suara kambing, suara sapi,

suara kuda, dst.

4) Indera Peraba

Indera peraba dapat dilatih dengan tekstur materi alam yang mudah dipahami.

Dengan menyentuh tanaman dan hewan secara langsung, anak mudah merasakan,

memahami dan mengingatnya.

Tekstur materi bangunan juga mendukung indera peraba anak yang semakin

mendekatkan perasaannya dengan alam. Bahan-bahan bangunan alami yang dapat

digunakan : batu, kayu, bamboo, jerami, dst.

33 Ir. Rustam Hakim, Unsur Perancangan dalam Arsitektur Lansekap, Bumi Aksara, 1993

Di atas mata Sebatas dada Di bawah pinggang Lutut Telapak kaki

Gb.II.11. Tinggi batasan ruang

Sumber : Ir. Rustam Hakim, Unsur Perancangan dalam Arsitektur Lansekap, Bumi Aksara, 1993

Gb.II.12. Contoh kegiatan anak untuk

melatih indera peraba

Sumber : www.kinderhauskids.org

Gb.II.13. Contoh kegiatan anak untuk melatih indera

peraba

Sumber : www.country-meadows-montessori.com

xxx

3. Tinjauan Keruangan (Anak dan Lingkungan Belajar)

a. Ruang Sosial

Lingkungan belajar secara sosial adalah lingkungan di mana anak berinteraksi

dengan komunitasnya, baik dengan teman-teman sebaya ataupun dengan yang lebih muda

atau lebih tua dari anak. Anak-anak harus merasa cocok dan sesuai dengan lingkungan

belajarnya sehingga anak akan belajar dengan rasa nyaman.

b. Ruang fisik

Ruang fisik bagi anak-anak berhubungan dengan bentuk (pola ruang), warna,

tekstur, material, volume dan skala. Ruang fisik perlu diciptakan sesuai dengan karakter

anak sehingga anak merasa nyaman berada dalam ruang tersebut.

Ada beberapa model ruang fisik bagi anak yang dibedakan berdasarkan bentuk (pola ruang),

warna, tekstur, material, volume dan skala, yaitu :

1) Ruang aktif

Warna yang cerah, penuh dengan cahaya yang terang, ruang gerak bebas, pola, warna,

skala dan tekstur yang ramai (misal ruang publik, koridor, hall, gymnasium).

2) Ruang istirahat/tenang

Warna yang lembut dan sejuk, cahaya redup, pola, warna, skala dan tekstur yang teratur

(misal perpustakaan, ruang istirahat, ruang kesehatan, ruang administrasi).

3) Ruang aktif dan tenang

Warna terang yang lembut, pola, warna, skala dan tekstur yang teratur, cahaya terang,

ruang gerak yang bebas (misal ruang kelas).

c. Skala ruang

Skala ruang dapat dibentuk dengan permainan elemen-elemen horizontal dan

vertikal. Faktor penentu ruang salah satunya adalah dimensi tubuh.

1) Ketinggian rata-rata tiap kelompok umur :

a) Usia 3 tahun : 90 cm (h1)

b) Usia 5 tahun : 110 cm (h2)

c) Usia 8 tahun : 130 cm (h3)

d) Usia 12 tahun : 150 cm (h4)

2) Rumus perhitungan ruang khusus anak :

a) Kesan intim : 1,5 x h1, 2, 3, 4

b) Kesan manusiawi : 1,5 x h1, 2, 3, 4

xxxi

c) Kesan shock : > 10 x h1, 2, 3, 4

3) Rumus perhitungan ruang umum :

Ketinggian orang dewasa + ½ ketinggian anak

D. Studi Kasus Sekolah Montessori 1. Ruang Dalam (Indoor)

Metode Montessori menerapkan kebebasan dan kesenangan dalam belajar dan juga belajar

dalam satu kelompok sehingga dalam satu kelas terdapat ruang group dan ruang terbuka (share

learning).

Shared learning area yang memberi anak kebebasan dalam belajar.

Ruang terbuka tanpa tempat duduk dengan penempatan rak-rak di sekeliling ruang memberi

kebebasan anak dalam beraktivitas dalam shared learning area.

Gb. II.18. Ruang kelas Montessori

Sumber : www.designshare.com

xxxii

Rak-rak peralatan yang ditempatkan di sekeliling ruangan dengan memperhatikan skala anak

memudahkan anak menjangkau dan mengembalikannya ke tempat semula.

2. Ruang Luar (Outdoor)

Open space menjadi ruang yang penting dalam anak berinteraksi dengan anak-anak lain (yang

berbeda umur) dan lingkungannya. Keamanan dan kontrol anak merupakan hal penting yang

diperhatikan dalam pengolahan ruang terbuka (ruang bermain outdoor).

Penempatan mainan yang menyertakan vegetasi dalam objek mainan menjadi hal yang positif

bagi interaksi anak dengan lingkungannya.

Ruang terbuka (open space) juga sebagai ruang belajar, terutama belajar dari lingkungannya.

xxxiii

BAB III TINJAUAN SOLO BARU

A. Kondisi Fisik Kota Solo Baru

Secara administratif cakupan wilayah Kawasan Solo Baru meliputi 2 bagian wilayah

kecamatan di Kabupaten Sukoharjo, yaitu Kecamatan Grogol (terdiri dari; Desa Madegondo,

Manang, Langenharjo, Grogol, Sanggrahan, Cemani, Banaran, Gedangan, Kwarasan, Telukan,

Kadokan, Pandeyan, Parangjoro dan Pondok) dan Kecamatan Baki (terdiri dari; Desa Gentan, Siwal,

Baki, Pandeyan, Kudu, Kadilangu, Ngrombo, Mancasan, Bentakan, Jetis, Menuran, Gedongan,

Purbayan, Waru dan Duwet), dengan luas wilayah 5.147 ha.34

4. Kondisi geografis

Kawasan Solo Baru meliputi sebagian besar wilayah Kecamatan Grogol dan Kecamatan

Baki, beriklim tropis dengan kondisi topografi relatif datar dengan kemiringan tanah bekisar

antara 0-2% , struktur batuan yang cukup kuat dan stabil yang tediri dari endapan alluvial dan

batu vulkanik kuarter tua dan muda.

Adapun batas wilayah Kawasan Perkotaan Solo Baru adalah :

Sebelah Utara : Kota Surakarta

Sebelah Timur : Kecamatan Mojolaban dan Polokarto

Sebelah Selatan : Kabupaten Klaten

Sebelah Barat : Kecamatan Kartasura dan Gatak

5. Kondisi Klimatologis

a. Sinar matahari

Kadar penyinaran matahari Kota Solo Baru

1) Untuk yang 8 jam (pkl. 08.00 – 16.00) = 76,8 %

34 RUTR-Kawasan Solo Baru, tahun 1990-2010

xxxiv

2) Untuk yang 12 jam (pkl. 06.00 – 18.00) = 60,7 %

b. Angin

1) Arah angin

Arah angin berubah-ubah secara periodik, yaitu bervariasi antara Tenggara dan Barat

Laut.

2) Kecepatan angin

Kecepatan rata-rata per tahun minimum 0.50 m/dt yang terjadi pada Bulan September-

Januari.

3) Suhu udara

Wilayah Solo Baru termasuk dalam iklim panas. Pada daerah equatorial, yaitu antara 5o

LU dan 10o LS. Perbedaan pada daerah equatorial pada umumnya berkisar antara 8oC

dengan maksimal temperatur pada siang hari berkisar 24oC. Suhu udara rata-rata

tercatat pada tahun 1995 maksimal 32.04oC dan 19.82oC.

4) Kelembaban

Kelembaban udara relatif umum 74.83%.

5) Curah hujan

Curah hujan yang terjadi pada wilayah tropis equatorial pada umumnya antara 2.000-

5.000 mm/bln dengan maksimal curah hujan adalah 500 mm/bln pada musim kemarau.

Pada tahun 1994 curah hujan maksimal adalah 200 mm/bln.

B. Rencana Pemanfaatan Ruang Kawasan Perkotaan Solo Baru Kegiatan dan fasilitas yang memanfaatkan ruang di Kota Solo Baru mengacu pada fungsi

Kota Solo Baru yang telah direncanakan dan ditegaskan sampai tahun 2010, yaitu :

1. Kawasan pusat pengembangan perumahan

2. Kawasan pusat pengembangan perkantoran pemerintah

3. Kawasan pusat pengembangan perdagangan dan jasa

4. Kawasan pusat pengembangan pendidikan 5. Kawasan pusat pengembangan kesehatan

6. Kawasan pusat pengembangan peribadatan

7. Kawasan pusat pengembangan perindustrian

8. Kawasan pusat pengembangan pertanian

9. Rencana tata hijau dan ruang terbuka (taman lingkungan)

10. Pekarangan dan pemakaman

Berdasarkan faktor-faktor penentu pemanfaatan ruang kota seperti fasilitas pendukung

ketersediaan lahan, kecenderungan pengembangan, dampak lingkungan, kemungkinan hambatan

pengembangan, maka potensi lokasi untuk penyediaan ruang, khususnya untuk sarana pendidikan

perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut35 :

35 Rencana penyediaan dan penyebaran sarana sosial berdasarkan RUTR-Kawasan Solo Baru, tahun 1990 2010

xxxv

1. Taman Kanak-kanak (TK) dan Sekolah dasar (SD), lokasi sebaiknya tidak menyeberang jalan

kolektor/lokal primer (jalur jalan Solo-Sukoharjo, melewati Desa Grogol, Kadokan, Telukan,

Pandeyan serta jalur jalan Solo Baru-Daleman, melewati Desa Kwarasan, Kedangan, Kadilangu,

Baki, Bentakan, Gedongan)

2. Taman Kanak-kanak (TK) dan Sekolah dasar (SD), lokasi sebaiknya terletak maksimal 1 km dari

area yang dilayani (pemukiman penduduk)

C. Fasilitas Pendidikan dan Rencana Pengembangannya di Solo Baru Fasilitas pendidikan tidak hanya penting bagi peningkatan derajat pendidikan masyarakat

dalam hal kecerdasan, ketrampilan, kreativitas, kemandirian namun juga berfungsi untuk

mengimbangi perkembangan dan pertumbuhan penduduk di Kota Solo baru.

Kawasan Solo Baru yang merupakan perluasan dari Kabupaten Sukoharjo dan Kotamadya

Surakarta mempunyai jumlah penduduk usia sekolah yang cukup banyak, dengan angka

pertumbuhan 2 %. Banyaknya anak usia sekolah yang seharusnya sangat potensial untuk

mendapat pendidikan dan bimbingan sebagai bekal masa depannya tidak diimbangi dengan

ketersediaan jumlah fasilitas pendidikan yang cukup. Tabel III.1. Jumlah penduduk menurut kelompok umur di Kec.Grogol 2004 2005 2006 2007

Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan

0-4 3 518 3 208 3 571 3 250 3 627 3 288 3 672 3 321

5-9 4 518 4 196 4 585 4 252 4 657 4 301 4 716 4 345

10-14 4 280 4 106 4 344 4 161 4 412 4 209 4 467 4 251

Sumber : Badan Pusat Statisik Sukoharjo 2007

Tabel III.2. Jumlah penduduk menurut kelompok umur di Kec.Baki 2004 2005 2006 2007

Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan

0-4 1 765 1 573 1 774 1 578 1 787 1 588 1 800 1 598

5-9 2 349 2 198 2 360 2 204 2 378 2 218 2 396 2 232

10-14 2 159 2 086 2 169 2 092 1 889 2 105 2 202 2 118

Sumber : Badan Pusat Statisik Sukoharjo 2007

Tabel III.3.. Analisa Kuantitas Fasilitas Jasa Pendidikan

No Fasilitas Standar Jumlah

ideal

Jumlah

eksisting

Penilaian

1 TK 1 unit/1000 penduduk 147 64 Kurang

2 SD 1 unit/1600 penduduk 92 61 Kurang

3 SMP 1 unit/4800 penduduk 31 10 Kurang

4 SMU 1 unit/4800 penduduk 31 5 Kurang

Sumber : Hasil perhitungan 2003 dalam RUTRK Solo Baru 1990-2010

Kebanyakan dari TK tersebut tidak dilengkapi dengan play group atau kelompok bermain

untuk anak berumur 2-3 tahun.

xxxvi

Berdasarkan tabel di atas, maka untuk pendidikan pra-sekolah (Kelompok Bermain dan

Taman Kanak-kanak) dan Sekolah Dasar (SD) sampai akhir tahun perencanaan masih diperlukan.

Melihat perkembangan pendidikan di Solo Baru yang semakin baik, diharapkan adanya

Sekolah Montessori dapat menjadi persiapan awal bagi kota Solo Baru untuk mewadahi kebutuhan

masyarakat akan fasilitas pendidikan anak yang lebih lengkap, serta dapat melayani semua anak-

anak dari semua golongan, tanpa membedakan SARA.

Hal ini merupakan salah satu pertimbangan utama untuk merencanakan sebuah sekolah

alternatif untuk pendidikan pra-sekolah (Kelompok Bermain dan Taman Kanak-kanak) dan Sekolah

Dasar (SD) yang dirancang agar anak-anak tumbuh dengan kreativitas mereka sendiri, tidak

kehilangan kegembiraan masa kecil mereka, dan membuka ruang yang lebar untuk mengeksplorasi

lingkungannya, yaitu dengan Metode Montessori.

BAB IV

xxxvii

PROSES PENENTUAN KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SEKOLAH MONTESSORI DI SOLO BARU

A. Proses Penentuan Konsep Peruangan

1. Proses Penentuan Konsep Kegiatan dan Kebutuhan Ruang

a. Tujuan : Analisa ini bertujuan untuk

mendapatkan ruang yang didasarkan pada pendekatan kegiatan pelaku pada

Sekolah Montessori ini dan unit kegiatan lainnya.

b. Proses :

1) Kegiatan yang berlangsung dalam Sekolah Montessori di Solo Baru dikelompokkan

menjadi beberapa kelompok berdasarkan jenis kegiatannya, meliputi:

a) Kegiatan pendidikan sebagai kegiatan

utama (belajar dan bermain indoor/outdoor, kegiatan ibadah, kegiatan pendidikan

jasmani, kegiatan ekstrakulikuler).

Kegiatan pendidikan merupakan kegiatan paling utama yang diwadahi, karena

semua kegiatan ini berpusat pada lingkungan sekolah dengan menggunakan Metode

Montessori. Kegiatan yang diadakan bersifat rutin dan insidental yang diperuntukkan

bagi anak-anak dan pengajar.

b) Kegiatan pengelola

Unit Kegiatan Pengelola yang dilakukan oleh pihak sekolah,merupakan unit

penyelenggara kegiatan-kegiatan Sekolah Montessori yang berfungsi

merencanakan, mengatur, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang

ada.

c) Kegiatan penunjang

d) Kegiatan servis

2) Pelaku kegiatan dalam Sekolah Montessori di Solo Baru

Adapun pelaku kegiatan dalam Sekolah Montessori di Solo Baru yang diklasifikasikan

berdasarkan jenis kegiatannya, antara lain:

a) Kegiatan pendidikan

- Anak didik

Anak didik di dalam Sekolah Montessori terbagi menjadi beberapa kelompok,

yaitu :

Siswa/i unit pendidikan Kelompok Bermain (KB)

Anak didik dalam kelompok ini berusia sekitar 2-4 tahun.

Siswa/i unit pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK)

Anak didik dalam kelompok ini berusia sekitar 5-6 tahun.

Siswa/i unit pendidikan Sekolah dasar (SD)

xxxviii

Anak didik dalam kelompok ini berusia sekitar 7-12 tahun.

- Tenaga pengajar (guru)

Membina dan mendidik dalam proses pendidikan maupun praktek yang

dilakukan di dalam dan di luar ruangan (indoor/ outdoor), bimbingan, dan

pengkajian bersama anak-anak.

Tenaga pengajar unit pendidikan Kelompok Bermain

(KB)

Tenaga pengajar unit pendidikan Taman Kanak-Kanak

(TK)

Tenaga pengajar unit pendidikan Sekolah dasar (SD)

- Pengantar/penunggu

b) Kegiatan pengelola

Pengelola adalah personil yang melaksanakan kegiatan pengelolaan dalam fasilitas

ini, sehingga kegiatan yang ada dapat berjalan lancar sesuai dengan fungsi, tugas

dan tujuan serta sasaran.

- Kepala Sekolah (Kelompok Bermain (KB)-Taman Kanak-Kanak

(TK)

- Kepala Sekolah Sekolah Dasar (SD))

- Wakil Kepala Sekolah/Kabag Kelompok Bermain (KB)-Taman

Kanak-Kanak (TK)

- Wakil Kepala Sekolah/Kabag Sekolah Dasar (SD)

- Tata Usaha (TU)

- Administrasi

- Staf perpustakaan

- Staf kesehatan

- Staf psikologi anak

c) Kegiatan penunjang

Kegiatan penunjang ini meliputi taman bermain yang edukatif, gedung serbaguna

(multifungsi), kantin, koperasi, dll.

d) Kegiatan servis

- Staf kebersihan

- Staf keamanan

- Staf teknisi mekanikal elektrikal

c. Hasil :

xxxix

Tabel IV.1. Pelaku, Kegiatan dan Kebutuhan ruang

Kegiatan Kegiatan Kebutuhan ruang Indoor /

Pelaku Outdoor Kegiatan pendidikan

- Anak didik Kelompok

Bermain (KB)

Datang

Parkir

Membaca

Kegiatan belajar

Kegiatan latihan kehidupan

praktis

Bermain terstruktur

Belajar musik dan alat musik

Belajar melukis&seni bentuk

Bermain peran, dongeng

Belajar bahasa

Belajar teknologi

Kegiatan olahraga

Beribadah

Bermain/istirahat

Makan dan minum

Memeriksakan kesehatan

Metabolisme (Toilet training)

Pengenalan alam

Entrance

Area parkir

Perpustakaan, ruang kelas

Ruang kelas :

- Shared learning

area

- Small group area

Area kehidupan praktis

(Practical activities area)

Sentra balok

Sentra musik

Sentra lukis&seni bentuk

Sentra drama

Sentra bahasa (readiness

area)

Sentra teknologi

Ruang olahraga

Sentra ibadah

Outdoor learning

environment/Playground

Ruang kelas/Kantin

Ruang kesehatan (UKS)

Toilet anak

Lab. alam

Outdoor

Outdoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor/Outdoor

Indoor

Outdoor

Indoor

Indoor

Indoor

Outdoor

- Anak didik Taman

Kanak-Kanak (TK)

Datang

Parkir

Membaca

Kegiatan belajar

Kegiatan latihan kehidupan

praktis

Bermain terstruktur

Belajar musik dan alat musik

Belajar melukis&seni bentuk

Bermain peran, dongeng

Belajar bahasa

Belajar teknologi

Kegiatan olahraga

Entrance

Area parkir

Perpustakaan, ruang kelas

Ruang kelas :

- Shared learning

area

- Small group

Area kehidupan praktis

(Practical activities area)

Sentra balok

Sentra musik

Sentra lukis&seni bentuk

Sentra drama

Sentra bahasa (readiness

area)

Sentra teknologi

Outdoor

Outdoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor/Outdoor

xl

Beribadah

Bermain/istirahat

Makan dan minum

Memeriksakan kesehatan

Metabolisme (Toilet training)

Pengenalan alam

Ruang olahraga

Sentra ibadah

Outdoor learning

environment/Playground

Ruang kelas/Kantin

Ruang kesehatan (UKS)

Toilet anak

Lab. alam

Indoor

Outdoor

Indoor

Indoor

Indoor

Outdoor

- Anak didik Sekolah

Dasar (SD)

Datang

Parkir

Membaca

Kegiatan belajar :

- Kegiatan belajar di

dalam ruang

- Kegiatan belajar di

luar ruang

Kegiatan memasak

Kegiatan olahraga

Kegiatan seni :

- Menyanyi/bermain

alat musik

- Melukis

- Menari/balet

- Bermain peran

Belajar beribadah

Mengadakan pameran

Bermain/istirahat

Makan dan minum

Memeriksakan kesehatan

Metabolisme

Pengenalan alam

Entrance

Area parkir

Perpustakaan, ruang kelas

Ruang kelas :

- Shared learning

area

- Small group

Ruang belajar luar

(Outdoor learning

environment)

Ruang memasak

Ruang olahraga

Kelas musik

Kelas lukis

Kelas tari

Kelas drama

Sentra ibadah

Taman/ Ruang belajar luar

(Outdoor learning

environment)

Ruang kelas/Kantin

Ruang kesehatan

Toilet anak

Lab. alam

Outdoor

Outdoor

Indoor

Indoor

Outdoor

Indoor

Indoor/Outdoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Outdoor

Indoor

Indoor

Indoor

Outdoor

- Guru Kelompok

Bermain (KB)

Datang

Parkir

Mempersiapkan materi

Mengajar

Mengadakan rapat/pertemuan

Menyimpan berkas sementara

Menyimpan arsip

Menyimpan barang

Menerima tamu

Beribadat

Entrance

Area parkir

Ruang kantor guru

Ruang kelas

Ruang rapat/pertemuan

Loker

Ruang arsip

Gudang

Ruang tamu

Sentra ibadah

Outdoor

Outdoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

xli

Makan dan minum

Metabolisme

Ruang makan bersama

Toilet orang dewasa

Indoor

Indoor

- Guru Taman kanak-

Kanak (TK)

Datang

Parkir

Mempersiapkan materi

Mengajar

Mengadakan rapat/pertemuan

Menyimpan berkas sementara

Menyimpan arsip

Menyimpan barang

Menerima tamu

Beribadat

Makan dan minum

Metabolisme

Entrance

Area parkir

Ruang kantor guru

Ruang kelas

Ruang rapat/pertemuan

Loker

Ruang arsip

Gudang

Ruang tamu

Sentra ibadah

Ruang makan bersama

Toilet orang dewasa

Outdoor

Outdoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

- Guru Sekolah Dasar

(SD)

Datang

Parkir

Mempersiapkan materi

Mengajar

Mengadakan rapat/pertemuan

Menyimpan berkas sementara

Menyimpan arsip

Menyimpan barang

Menerima tamu

Beribadat

Makan dan minum

Metabolisme

Entrance

Area parkir

Ruang kantor guru SD

Ruang kelas

Ruang rapat/pertemuan

Loker

Ruang arsip

Gudang

Ruang tamu

Sentra ibadah

Ruang makan bersama

Toilet orang dewasa

Outdoor

Outdoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

- Pengantar/penunggu/

orang tua siswa/i

Datang

Parkir

Menunggu dan berinteraksi

Mencari informasi

Mengurus administrasi

Berkonsultasi mengenai

kesehatan anak

Berkonsultasi mengenai

psikologi anak

Metabolisme

Entrance

Area parkir

Area tunggu

Ruang informasi

Ruang administrasi

Ruang dokter/UKS

Ruang konsultasi

Toilet orang dewasa

Outdoor

Outdoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Kegiatan pendidik dan pengelola

- Kepala sekolah

Datang

Parkir

Bekerja

Pemeriksaan dan pengawasan

Rapat

Menggelar pertemuan dengan

Entrance

Area parkir

Ruang kantor Kepsek

Semua ruang

Ruang rapat

Ruang serbaguna

Outdoor

Outdoor

Indoor

Indoor

Indoor

xlii

orang tua murid

Beribadah

Makan dan minum

Metabolisme

Sentra ibadah

Ruang makan bersama

Toilet orang dewasa

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

- Wakil kepala

sekolah/Kabag KB-TK dan

SD

Datang

Parkir

Bekerja

Rapat

Beribadah

Makan dan minum

Metabolisme

Entrance

Area parkir

Ruang kantor

wakasek/Kabag KB-

TK&SD

Ruang rapat

Sentra ibadah

Ruang makan bersama

Toilet orang dewasa

Outdoor

Outdoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

- Tata usaha (TU)

Datang

Parkir

Bekerja

Beribadah

Makan dan minum

Metabolisme

Entrance

Area parkir

Ruang adminstrasi

Ruang ibadah

Ruang makan bersama

Toilet orang dewasa

Outdoor

Outdoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

- Staf administrasi Datang

Parkir

Bekerja

Beribadah

Makan dan minum

Metabolisme

Entrance

Area parkir

Ruang adminstrasi

Sentra ibadah

Ruang makan bersama

Toilet orang dewasa

Outdoor

Outdoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

- Staf perpustakaan

Datang

Parkir

Bekerja

Rapat internal

Beribadah

Makan dan minum

Metabolisme

Entrance

Area parkir

Ruang perpustakaan

Ruang rapat

Sentra ibadah

Ruang makan bersama

Toilet orang dewasa

Outdoor

Outdoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

- Staf kesehatan

Datang

Parkir

Pelayanan kesehatan

Rapat

Beribadah

Makan dan minum

Metabolisme

Entrance

Area parkir

Ruang kesehatan

Ruang rapat

Sentra ibadah

Ruang makan bersama

Toilet orang dewasa

Outdoor

Outdoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

- Staf psikologi anak

Datang

Parkir

Pelayanan konsultasi psikologi

anak

Rapat internal

Entrance

Area parkir

Ruang konsultasi

Ruang rapat

Outdoor

Outdoor

Indoor

Indoor

xliii

Beribadah

Makan dan minum

Metabolisme

Sentra ibadah

Ruang makan bersama

Toilet orang dewasa

Indoor

Indoor

Indoor

Kegiatan servis

- Staf kebersihan

Datang

Parkir

Bekerja

Beribadah

Makan dan minum

Metabolisme

Entrance

Area parkir

Lingkungan sekolah

Sentra ibadah

Ruang makan bersama

Toilet orang dewasa

Outdoor

Outdoor

Indoor&Outdoor

Indoor

Indoor

Indoor

- Staf keamanan

Datang

Parkir

Bekerja

Beribadah

Makan dan minum

Metabolisme

Entrance

Area parkir

Pos

keamanan&Lingkungan

sekolah

Sentra ibadah

Ruang makan bersama

Toilet orang dewasa

Outdoor

Outdoor

Indoor&Outdoor

Indoor

Indoor

Indoor

- Staf

mekanikal&elektrikal

Datang

Parkir

Bekerja

Beribadah

Makan dan minum

Metabolisme

Entrance

Area parkir

Gudang, Ruang ME

Sentra ibadah

Ruang makan bersama

Toilet orang dewasa

Outdoor

Outdoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Sumber : Analisa Pribadi, 2010

2. Proses Penentuan Konsep Pola Hubungan Ruang

Pola hubungan ruang dinyatakan dengan :

- Erat ( )

Kegiatan yang terwadahi mempunyai keterkaitan, perletakan ruangnya berdekatan tanpa

perantara.

- Kurang erat ( )

Kegiatan yang diwadahi kurang ada keterkaitan, perletakan ruang terpisah, dapat

menggunakan perantara.

- Tidak ada hubungan ( )

Kegiatan yang diwadahi tidak memiliki keterkaitan sama sekali.

a. Pola Hubungan Ruang Makro

Area bersama yang berupa tempat parkir, ruang tunggu orang tua dan juga area

pelayanan kesehatan terletak paling dekat dengan entrance dan penerimaan agar lebih

xliv

mudah diakses. Sedangkan area pendidikan berdekatan dengan area pengelolaan dan

disatukan dengan laboratorium alam yang dapat mengarahkan ke area-area pendidikan yang

dituju.

c. Pola Hubungan Ruang Mikro

1) Area penunjang

Area bersama merupakan public space bagi orang tua dan tamu yang

mempunyai kepentingan di Sekolah Montessori.

2) Area pengelola

Area ini direncanakan mempunyai tiga ruang utama yang dapat langsung

diakses.

Parkir

Ruang tunggu

Kantin

Sentra ibadah

Toilet

Skema IV.2. Pola hubungan ruang di area bersama

Sumber : Analisa pribadi, 2010

Ruang

serbaguna

Koperasi

Entrance

Penerimaan Area penunjang

Area

pengelolaan

Area pelayanan

kesehatan

Lapangan

olahraga

Area pendidikan

KB

Area pendidikan

TK

Area pendidikan

SD

Laboratorium alam

Skema IV.1. Pola hubungan ruang makro

Sumber : Analisa pribadi, 2010

Outdoor

learning

environment

Outdoor learning

environment

xlv

a) Ruang TU dan administrasi, di mana

orang tua dapat dengan mudah membayar SPP di loket, mengurus pendaftaran, dll.

b) Ruang kepala sekolah agar dapat

mudah diakses dan mengawasi seluruh aktivitas yang ada.

3) Area Pendidikan KB

Laboratorium alam menjadi dasar alur sirkulasi di sekelilingnya yang menyatukan

massa dari kegiatan-kegiatan yang ada.

4) Area Pendidikan TK

Ruang tamu Ruang Kepsek Ruang TU &

Administrasi

Ruang

wakasek/Kabag

Ruang guru

Ruang rapat Ruang arsip

Skema IV.3. Pola hubungan ruang pengelolaan

Sumber : Analisa pribadi, 2010

Ruang olahraga indoor

Toilet anak Outdoor learning environment

Laboratorium

alam

Skema IV.4. Pola hubungan ruang pendidikan KB

Sumber : Analisa pribadi, 2010

Sentra bahasa/Readiness area

Lapangan olahraga

Sentra balok

Ruang kelas KB

Sentra musik

Sentra lukis dan

seni bentuk

Sentra drama

Sentra teknologi

Practical activities area

Sentra ibadah

Ruang olahraga indoor

Toilet anak Playground

Laboratorium

alam

Sentra bahasa/Readiness area

Lapangan olahraga

Sentra balok

Ruang kelas TK

Sentra musik

Sentra lukis dan Sentra teknologi

xlvi

5) Area Pendidikan SD

Laboratorium alam menjadi dasar alur sirkulasi di sekelilingnya menyatukan

massa dari kegiatan-kegiatan yang ada.

6) Laboratorium alam

3. Proses Penentuan Konsep Besaran Ruang

a. Tujuan : Mendapatkan perincian besaran tiap ruang

b. Kriteria :

1) Jumlah pengguna

2) Pendekatan kebutuhan ruang bagi anak untuk beraktivitas

3) Peralatan pendukung yang dipakai (alat peraga Montessori)

Kebun Kolam ikan

Skema IV.7. Pola hubungan laboratorium alam

Sumber : Analisa pribadi, 2010

Lapangan olahraga Ruang kelas SD

Ruang ibadah

Skema IV.6. Pola hubungan ruang pendidikan SD

Sumber : Analisa pribadi, 2010

Lab. sains

Ruang

memasak

Ruang olahraga indoor

Ruang komputer

Outdoor learning

environment

Toilet anak

Laboratorium

alam

Perpustakaan

Ruang seni

xlvii

4) Sirkulasi ditentukan sesuai dengan kebutuhan

Dasar perhitungan besaran ruang

Perhitungan khusus dilakukan berdasarkan standar ruang baku yang telah ditetapkan yaitu :

1) Neufert Architect Data/NAD

2) Dimensi Manusia & Ruang Interior

3) Perhitungan asumsi : berdasarkan studi banding kelas Montessori

dan asumsi.

c. Proses :

1) Untuk ruang kelas ruang kelas Kelompok Bermain (KB) jumlah siswa 8 anak/kelas, Taman Kanak-Kanak (TK) jumlah siswa 18 anak/kelas, dan Sekolah Dasar (SD) jumlah siswa 20 anak/kelas sesuai dengan standar maksimal di dalam kelas Montessori.

2) 2)

Di kelas Montessori anak diberi kebebasan untuk beraktivitas (belajar dan bekerja). Dengan

mempertimbangkan bahwa tidak seluruhnya anak berposisi duduk di atas kursi dengan meja

di depannyamaka setelah dirata-rata dan diasumsikan maka untuk kegiatan belajar dan

bekerja menggunakan ruang 1 m2@anak.

Perhitungan besaran ruang dalam Sekolah Montessori yaitu sebagai berikut :

1) Kegiatan penerima

Ruang Besaran Ruang

Kapasitas Pertimbangan Luas (m2) Flow Jumlah Total (m2)

Hall 20 0.8 m2/org 16 50% 24

Ruang tunggu penjemput KB-TK 20 1.5 m2/org 30 30% 39

Ruang tunggu penjemput SD 20 1.5 m2/org 30 30% 39

Ruang informasi (resepsionis) 2 orang 0.8 m2/org 1.6 10% 1 2

Total 104

2) Kegiatan pengelola Ruang Besaran Ruang

Kapasitas Pertimbangan Luas (m2) Flow Jumlah Total (m2)

Ruang kepala sekolah (KB-TK) 1 6 m2/org 6 50% 1 9

Ruang kepala sekolah (SD) 1 6 m2/org 8 50% 1 9

0.3 m 1 m 0.4 m

1 m Gambar IV.1. Posisi dalam kegiatan belajar

Sumber : Analisa pribadi, 2010

xlviii

Ruang wakasek (KB-TK) 1 4 m2/org 12 50% 1 6

Ruang wakasek (SD) 1 4 m2/org 12 50% 1 6

Ruang guru (KB-TK) 15 4 m2/org 90 50% 1 108

Ruang guru (SD) 17 4 m2/org 102 50% 1 122

Ruang tata usaha dan administrasi

KB-TK

6 6 m2/org 36 50% 1 48

Ruang tata usaha dan administrasi

SD

6 6 m2/org 12 50% 1 48

Ruang rapat 43 1.5 m2/org 64.5 50% 1 77

Toilet Toilet Pria 50 orang

3 m2/KM&WC/100 org

1.5 m2/urinoir/25 org

1.5 m2/washbasin/KM&

WC

7.5 20% 1 9

Total

wanita

50 orang 3 m2/KM&WC/100 org

1.5 m2/washbasin/KM&

WC

4.5 20% 1 5

Total 447

3) Kegiatan pendidikan KB-TK-SD Ruang Besaran Ruang

Kapasitas Pertimbangan Luas

(m2)

Flow Jumlah Total

(m2)

Ruang kelas

Kelompok Bermain

(KB)

Pelaku 8 anak

2 guru 1 m2/anak

1.3 m2/dewasa 10.6 50% 2 72

Perabot 13.6

Toilet 15 15

Ruang kelas

Taman Kanak-

Kanak (TK)

Pelaku 18 anak

3 guru 1 m2/anak

1.3 m2/dewasa

21.9 50% 2 120

Perabot 18.15

Toilet 15 15

Sentra balok 18 anak

1 guru 2 m2/org 38 1 38

Sentra musik Pelaku 18 anak

1 guru

1 m2/org 19 40% 1 43

Perabot 12.02

Sentra lukis

dan seni

bentuk

Ruang lukis & seni bentuk 18 anak

1 guru

1.4 x 1.2 m2/anak

2.7 m2/org

32.94 40% 1 46

Ruang cuci Asumsi 4 1 4

Sentra drama 18 anak

1 guru 2 m2/org 38 30% 1 49

Sentra teknologi Pelaku 18 anak

1 guru

1 m2/anak

1.3 m2/dewasa

19.3 20%

36

Perabot 8.28

xlix

Sentra

bahasa

Ruang penitipan Asumsi 6

R. peminjaman/pengembalian 2 meja 2.24 m2/set meja 4.5

Ruang koleksi buku 1.2 m2/100 buku 3 20% 1 4

Ruang baca 26 anak standar baca normal

0.9 m2/anak

standar baca santai

0.6 m2/anak

19 40% 1 26.6

Practical activities area 18 anak 2 m2/org 36 1 36

Ruang kelas

Sekolah Dasar (SD)

Kelas

1,2,3

Pelaku 20 anak

2 direktur

1.84 m2/anak

1.3 m2/dewasa

39.4 50% 3 252

Perabot 16.5

Gudang

(storage)

4 3 12

Kelas

4,5,6

Pelaku 20 anak

2 direktur 1.84 m2/anak

1.3 m2/dewasa

39.4 50% 3 270

Perabot 20.28

Gudang

(storage)

4 3 12

Kelas musik Pelaku 20 anak

1 guru

1 m2/org 21 40% 1 32

Perabot 1.8

Gudang (storage) 6 1 6

Kelas lukis

& seni

bentuk

Ruang lukis & seni bentuk 20 anak

1 guru

1.4 x 1.2 m2/anak

2.7 m2/org

36.3 40% 1 51

Ruang cuci Asumsi 4 1 4

Gudang Asumsi 14 1 14

Kelas drama 20 anak

1 guru

2 m2/org 42 30% 1 55

Kelas memasak (fun cooking) 20 anak 2 m2/org 40 1 40

Kelas komputer Pelaku 20 anak

1 guru

1 m2/anak

1.3 m2/dewasa

21.3 20%

1 40

Perabot 11.84

Lab. sains 20 anak 3.1 m2/org 62 1 62

Toilet

siswa/i SD

Toilet putra 60 anak

3 m2/KM&WC/100 org

1.5 m2/urinoir/25 org

1.5

m2/washbasin/KM&WC

7.5 20% 1 9

Total putri 60 anak 3 m2/KM&WC/100 org

1.5

m2/washbasin/KM&WC

4.5 20% 1 5

Ruang belajar luar (Outdoor learning

environment) KB-TK

Asumsi 240

Ruang belajar luar (Outdoor learning Asumsi 800

l

environment)

Perpustakaan SD

Ruang penitipan Asumsi 6

R. peminjaman/pengembalian 2 meja 2.24 m2/set meja 4.5

Ruang koleksi buku 1.2 m2/200 buku 6 20% 1 7

Ruang baca 50 anak standar baca normal

0.9 m2/anak

standar baca santai

0.6 m2/anak

37.5 40% 1 52.5

Ruang olah raga indoor (gymnasium) KB-TK 18 orang

1 guru

2.5 m2/anak 50 1 47.5

Ruang olah raga indoor (gymnasium) SD 20 orang

1 guru

2.5 m2/anak 50 1 52.5

Lapangan olah raga KB-TK Asumsi 294

Lapangan olah raga SD Asumsi 476

Laboratorium alam Asumsi 30% dari luas

sekolah

1400 1400

Total 4759.1

4) Kegiatan penunjang

Ruang Besaran Ruang

Kapasitas Pertimbangan Luas

(m2)

Flow Jumlah Total

(m2)

Ruang konsultasi 3 orang 2 m2/org 6 20% 1 9

Ruang dokter/UKS Bed 2 buah/bed @ 2 x 1 = 2 m2 4 70% 1 7

Ruang dokter 1 org 5 m2/org 5 1 5

Ruang serbaguna 250 orang 0.8 m2/org 174.4 30% 1 260

Sentra ibadah Asumsi 12 12

Koperasi Meja 1 buah 3 m2 3 30% 105

Kursi 4 buah

Area display Asumsi 20 m2 20

Kantin

Area makan 20 orang 1.25 m2/org 25 30% 1 127.5

Serving 2 counter 4 m2/counter 30% 2

Dapur&gudang Asumsi 20% dari area

makan

6 1

Total 525.85

5) Kegiatan servis

Ruang Besaran Ruang

Kapasitas Pertimbangan Luas

(m2)

Flow Jumlah Total

(m2)

Parkir Parkir sepeda 60 sepeda 1.33 m2/unit 79.8 50% 120

Parkir sepeda motor 30 motor 1.7x0.8 m2/unit 40.8 50% 61

li

Parkir mobil 26 mobil 2.5x4.5 m2/unit 351 50% 526.5

Pos satpam 2 org/pos 3 m2/org 6 2 12

Genset 4 m2 4 4

Ruang pompa air 1 tanki 12 m2/tanki

1 pompa 3 m2/pompa

16

Gudang 6 6

Total 745.5

d. Hasil :

Total kebutuhan ruang yang dibutuhkan untuk kawasan Sekolah Montessori adalah

No. Kelompok kegiatan Kebutuhan Ruang (m2)

a Kegiatan penerima 104 b Kegiatan pengelola 447 c Kegiatan pendidikan KB-TK-SD 4759.1 d Kegiatan penunjang 525.85 e Kegiatan servis 745.5

Total 6581.45

Perhitungan kebutuhan lahan :

- Perkiraan luasan pada lantai 1 adalah 6321.45m2

- Jumlah luasan taman dan sirkulasi luar adalah 5000 m2

- BC 60 %

Luas minimal lahan yang dibutuhkan adalah (60

100x 11321.5) + 260 m2

- Luas yang dibutuhkan adalah 18869.2+ 260 = 19129.2 m2 ~ 20000 m2

B. Proses Penentuan Konsep Pemilihan Lokasi dan Site

1. Proses Penentuan Konsep Lokasi

a. Tujuan : Menentukan fasilitas pendidikan untuk anak usia 2-6 tahun (pra-sekolah) dan 7-

12 tahun (Sekolah Dasar).

b. Kriteria pemilihan lokasi : 1) Lokasi sebaiknya tidak menyeberang jalan kolektor/lokal primer.36

2) Lokasi berada dalam radius maksimum 1 km dari pemukiman penduduk.37

3) Tingkat Aksesibilitas atau Pencapaian.

Faktor yang menentukan adalah :

a) Jenis jalan (jalan arteri sekunder dan kolektor sekunder).

b) Jarak pencapaian.

36 Standar peruntukan dan alokasi sarana pendidikan berdasarkan RUTRK Kawasan Solo Baru 1990-2010 37 Standar peruntukan dan alokasi sarana pendidikan berdasarkan RUTRK Kawasan Solo Baru 1990-2010

lii

c) Transportasi, baik umum (lokasi berjarak minimal 100 meter dari jalur jalan yang

dilewati kendaraan umum) maupun pribadi.

Semakin tinggi kategori jalan, semakin dekat jarak pencapaian dan semakin mudah

sarana transportasi menuju lokasi tersebut sehingga semakin tinggi pula tingkat

aksesibilitasnya.

4) Luas lahan mampu menampung semua aktivitas yang diwadahi.

c. Proses : 1) Lokasi sebaiknya tidak menyeberang jalan kolektor/lokal primer.38

38 Standar peruntukan dan alokasi sarana pendidikan berdasarkan RUTRK Kawasan Solo Baru 1990-2010

liii

2) Lokasi berada dalam radius maksimum 1 km dari pemukiman penduduk.39

3) Tingkat Aksesibilitas atau Pencapaian

39 Standar peruntukan dan alokasi sarana pendidikan berdasarkan RUTRK Kawasan Solo Baru 1990-2010

liv

4) Luas lahan mampu menampung semua aktivitas yang diwadahi

d. Hasil :

2. Proses Penentuan Konsep Site

a. Tujuan :

b. Kriteria site :

1) Luas lahan mampu menampung semua aktivitas yang diwadahi (total ruang yang

dibutuhkan 20000 m2).

2) Kondisi lingkungan mampu mendukung keberadaan fasilitas.

a) Aspek keamanan dan kenyamanan

sebagai bangunan yang menampung kegiatan anak-anak, site harus berada di

daerah yang relatif aman, dalam arti arus lalu lintas tidak terlalu tinggi.

b) Gangguan kebisingan cukup kecil dan

tidak berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan.

c. Proses :

Terdapat banyak lahan kosong

Gb. IV.5. Lokasi Site

Sumber : RUTRK Solo Baru 1990-2010

Gb. IV.6. Lokasi terpilih

Sumber : Dok. Analisa pribadi, 2010

lv

Dari alternatif blok site maka dilakukanlah penyaringan blok site dengan menggunakan tabel.

Blok yang terpilih adalah yang paling sesuai dengan kriteria site. Tabel IV.2.Penilaian alternatif site

Kriteria Blok site

Site A Site B Site C Site D

Luas lahan mampu menampung semua aktivitas yang diwadahi

(total ruang yang dibutuhkan m2)

1 3 3 2

Luas lahan memberikan kemungkinan pengembangan 1 3 3 1 Aspek keamanan dan kenyamanan sebagai bangunan yang

menampung kegiatan anak-anak, site harus berada di daerah

yang relatif aman, dalam arti arus lalu lintas tidak terlalu tinggi,

lokasi berada di daerah yang tidak rawan kejahatan

3 3 2 3

Gangguan kebisingan cukup kecil dan tidak berpotensi

menimbulkan gangguan kesehatan 3 3 3 2

Jumlah 8 12 11 8 Sumber : Analisa pribadi, 2010

Nilai : 1 : kurang

2 : cukup

3 : sangat

d. Hasil :

Dari tabel penialian alternatif site, blok site yang memenuhi 4 spesifikasi persyaratan adalah

site C.

Gb.IV.8. Site terpilih

Sumber : Dok. Analisa pribadi, 2010

lvi

1) Eksisting site

a) Site merupakan lahan kosong

b) Luas site 24000 m2

2) Batas site

a) Sebelah utara : Jalan utama, perumahan

b) Sebelah selatan : Lahan kosong

c) Sebelah timur : Sekolah Kristen Kalam Kudus (SMU)

d) Sebelah barat : Jalan lingkungan, lahan kosong

Gb.IV.9.Eksisting Site

Sumber : Analisa pribadi, 2010

SMU Kalam Kudus

Sumber : Dokumen pribadi, 2010

Lahan kosong

Sumber : Dokumen pribadi, 2010

Perumahan

Sumber : Dokumen pribadi, 2010

Jalan utama menuju site

Sumber :Dokumen pribadi,20109

lvii

C. Proses Penentuan Konsep Peletakan Pintu Utama (Main entrance) dan Pintu Servis (Service

entrance)

1. Tujuan : Menentukan letak pintu utama (masuk-

keluar) dan pintu servis (masuk-keluar)

2. Kriteria :

Pelaku kegiatan utama di Sekolah Montessori adalah anak-anak, maka penting untuk

memperhatikan keamanan saat mengantar dan menjemput anak. Satu pintu utama untuk masuk

dan keluar site dapat mengurangi resiko.

3. Proses :

Pintu masuk terdiri dari dua bagian, yaitu pintu utama (main entrance) dan pintu servis (service

entrance). Pintu utama mencakup fungsi pelayanan sedangkan pintu servis mencakup fungsi

servis. Berikut aspek-aspek yang menentukan peletakan pintu utama dan pintu servis :

a. Arah datang pengunjung.

b. Mudah dikenali dan dicapai dari jalan utama.

c. Kelancaran lalu lintas dan keamanan pengguna tanpa ada gangguan dengan kegiatan

sirkulasi dalam site.

d. Pemisahan fungsi.

Gb.IV.11.Eksisting jalan di sekitar site

Sumber : Analisa pribadi, 2010

lviii

4. Hasil :

D. Proses Penentuan Zone Berdasarkan Tingkat Kebisingan

1. Tujuan : Mendapatkan zoning berdasarkan tingkat kebisingan, dan peletakan tanaman sebagai

barier suara.

2. Kriteria :

Semakin jauh sebuah zona dari sumber kebisingan maka zona tersebut keadaannya semakin

tenang dan privat.

3. Proses :

4. Hasil :

Gb.IV.13.Analisa kebisingan

Sumber : Analisa pribadi, 2010

Gb.IV.12.Letak pintu utama dan pintu servis

Sumber : Analisa pribadi, 2010

lix

E. Proses Penentuan Konsep Zone Berdasarkan Pada Pencapaian

1. Proses Penentuan Konsep Zone Berdasarkan Pada Pintu Utama (ME)

a. Tujuan : Mendapatkan zoning berdasarkan pada pintu utama(ME).

b. Kriteria :

Semakin jauh letak sebuah zona dari pencapaian pintu utama (ME) maka akan semakin sulit

dijangkau oleh publik atau semakin privat.

c. Proses :

d. Hasil :

Gb.IV.15.Letak pintu utama/ME (masuk-keluar) site

Sumber : Analisa pribadi, 2010

lx

2. Proses Penentuan Konsep Zone Berdasarkan Pada Pintu Servis (SE)

a. Tujuan : Mendapatkan zoning berdasarkan pada pintu servis (SE).

b. Proses :

c. Hasil :

Gb.IV.16.Penentuan zoning berdasarkan

pencapaian ME site

Sumber : Analisa pribadi, 2010

Gb.IV.17.Letak pintu servis/SE (masuk-keluar) site

Sumber : Analisa pribadi, 2010

Gb.IV.18.Penentuan zoning berdasarkan

pencapaian SE site

Sumber : Analisa pribadi, 2010

lxi

F. Proses Penentuan Konsep Zone Berdasarkan Fungsi

1. Tujuan : Untuk mendapatkan tata letak/zoning

dalam site untuk masing-masing daerah kelompok kegiatan Sekolah Montessori.

2. Kriteria :

Rincian jenis aktivitas berdasarkan sifat kegiatan.

3. Proses :

1) Zona penerima

1) Hall

2) Ruang informasi

3) Ruang tunggu

4) Ruang pengelola

2) Zona kegiatan utama (pendidikan)

a) Ruang pendidik

b) Ruang kelas dan pendidikan KB-TK-SD

3) Zona penunjang

a) Ruang kesehatan/UKS

b) Ruang serbaguna

c) Ruang tunggu

d) Kantin

e) Koperasi

4) Zona servis

Kegiatan yang bersifat operasional bangunan

4. Hasil :

Gb.IV.19.Penzoningan

Sumber : Analisa pribadi, 2010

lxii

G. Proses Penentuan Konsep Massa Berdasarkaan Pada Prinsip Pendidikan Montessori

1. Proses Penentuan Konsep

Bentuk Dasar Massa

a. Tujuan : Untuk mendapatkan bentuk dasar massa sebagai dasar merancang wadah

kegiatan.

b. Kriteria :

Bentuk dasar massa mengambil pendekatan filosofi hubungan antara pendidik/guru dengan

murid/anak didik, khususnya hubungan dalam proses kegiatan belajar mengajar di dalam

kelas, di mana kegiatan ini mengutamakan hubungan timbal balik yang intensif dan

kemudahan sistem pengawasan antara guru dengan murid.

c. Proses :

1) Ruang kelas Montessori terdiri dari small group area dan shared learning area. Dua area

ini dipisahkan agar keteraturan dalam ruang kelas bisa tercapai (prinsip keteraturan Montessori).

2) Peletakan perabot memberi anak kebebasan untuk memilih aktivitasnya di dalam kelas

(prinsip kebebasan Montessori). Contoh perabot yang digunakan dalam ruang kelas Montessori :

Ukuran perabot seperti meja dan kursi anak disesuaikan dengan ukuran anak sehingga

anak dapat dengan mudah memindah-mindah meja dan kursi sesuai dengan aktivitas

yang diinginkan. Anak juga bisa berpartisipasi menjaga ruang kelas tetap rapi (prinsip kebebasan dan keteraturan Montessori).

Penataan meja dan kursi dalam ruang kelas Montessori :

Gb.IV.20.Pembagian ruang kelas

Sumber : Analisa pribadi, 2010

Gb.IV.21.Contoh perabot ruang kelas Montessori

Sumber : Analisa pribadi, 2010

lxiii

Penataan rak dalam ruang kelas Montessori :

Berdasarkan analisa ruang kelas di atas maka pada bangunan Sekolah Montessori ini

menggunakan bentuk dasar segi empat, dengan beberapa alasan, yaitu :

- Mudah dikembangkan sesuai fungsi kegiatan.

- Efisien dalam peletakan ruang-ruang, dimungkinkan

tidak ada ruang yang terbuang.

d. Hasil :

Bentuk dasar massa yang digunakan adalah segi empat.

2. Proses Penentuan Konsep

Jumlah Massa

a. Tujuan : Menentukan jumlah massa bangunan yang akan digunakan untuk

menjamin kelancaran dan keefektifan kegiatan.

b. Kriteria :

1) Memberi kesan bebas (tidak terikat) prinsip kebebasan Montessori. 2) Tampilan bangunan dinamis, tidak monoton, dan tidak terkesan formal.

3) Kejelasan fungsi tiap kelompok ruang.

4) Kemudahan kelancaran sirkulasi antar ruang.

c. Proses :

Penilaian jumlah massa : Massa banyak Massa tunggal

Memberi kesan bebas (tidak terikat) prinsip kebebasan

Montessori

3 1

Tampilan bangunan dinamis, tidak monoton, dan tidak terkesan

formal

3 2

Kejelasan fungsi tiap kelompok ruang 3 2

Kemudahan kelancaran sirkulasi antar ruang 1 2

Jumlah 10 7

Nilai : 1 : kurang

2 : cukup

3 : sangat

Gb.IV.22.Alternatif penataan meja dan kursi ruang kelas

Sumber : Analisa pribadi, 2010

Rak juga berfungsi sebagai

pembatas/sekat untuk memisahkan shared

learning area dan small group area

Gb.IV.23.Contoh penataan rak

Sumber : Analisa pribadi, 2010

lxiv

d. Hasil :

Dari dua alternatif jumlah massa di atas, dipilih jumlah massa banyak.

3. Proses Penentuan Konsep

Pembagian Massa

a. Tujuan : Menentukan pembagian massa untuk seluruh fasilitas yang direncanakan.

b. Kriteria :

1) Sesuai dengan karakter dan macam kegiatan

2) Hubungan antar kelompok kegiatan

c. Proses :

d. Hasil :

Massa 1 : Hall/ruang tunggu penjemput, ruang informasi, ruang tunggu, ruang pendidik

dan pengelola, ruang konsultasi, ruang dokter/UKS.

Massa 2 : Ruang kelas KB

Massa 3 : Ruang kelas TK

Massa 4 : Sentra-sentra, perpustakaan, ruang olahraga indoor KB-TK

Massa 5 : Ruang kelas SD kelas 1, 2, 3

Massa 6 : Ruang kelas SD kelas 4, 5, 6

Massa 7 : Perpustakaan dan ruang kelas seni SD

Massa 8 : Ruang kelas seni SD

Entrance

Penerimaan Area penunjang

Area

pengelolaan

Area pelayanan

kesehatan

Lapangan

olahraga

Area pendidikan

KB

Area pendidikan

TK

Area pendidikan

SD

Laboratorium alam

Skema IV.8. Pola hubungan ruang makro

Sumber : Analisa pribadi, 2010

Outdoor learning

environment

Outdoor learning

environment

lxv

Massa 9 : Ruang olahraga indoor SD

Massa 10 : Kantin

Massa 11 : Koperasi

Massa 12 : Tower air

Massa 13 : Ruang parkir sepeda, sepeda motor, dan ruang servis

Tata massa berdasarkan pada prinsip keteraturan Montessori (terorganisasi/tertata) di

mana laboratorium alam menjadi dasar alur sirkulasi di sekelilingnya yang menyatukan

massa dari kegiatan-kegiatan yang ada. Mengingat pengguna utama adalah anak-anak (2-12

tahun) maka perlu juga diperhatikan unsur kedinamisan dalam pengolahan tata massa

(prinsip kebebasan Montessori).

4. Proses Penentuan Konsep Tata

Massa

a. Tujuan : Menentukan penempatan massa seluruh fasilitas yang direncanakan.

b. Kriteria :

1) Prinsip keteraturan Montessori

2) Prinsip kebebasan Montessori

c. Proses :

Dengan sistem tata massa majemuk, maka antar kelompok ruang perlu pemisahan atau

penggabungan. Hal ini didasarkan pada zoning akhir.

Tata massa berdasarkan pada prinsip keteraturan Montessori (terorganisasi/tertata) di

mana laboratorium alam menjadi dasar alur sirkulasi di sekelilingnya yang menyatukan

massa dari kegiatan-kegiatan yang ada. Mengingat pengguna utama adalah anak-anak (2-12

tahun) maka perlu juga diperhatikan unsur kedinamisan dalam pengolahan tata massa

(prinsip kebebasan Montessori).

Kegiatan pendidikan :massa 2, massa 3, massa 4, massa 5, massa 6, massa 7, massa 8, massa 9

Kegiatan non pendidikan : - Kegiatan penerima dan pengelola (massa 1)

- Kegiatan penunjang (massa 1, massa 10, massa 11)

- Kegiatan servis (massa 12, massa 13)

d. Hasil :

Gb.IV.24.Penzoningan

Sumber : Analisa pribadi, 2010

lxvi

H. Proses Penentuan Konsep Sirkulasi Berdasarkaan Pada Prinsip Pendidikan Montessori

1. Tujuan : Untuk mendapatkan pola sirkulasi antar

massa dan antar ruang dalam massa.

2. Kriteria :

Sekolah Montessori merupakan sarana belajar untuk anak usia 2-12 tahun sehingga diperlukan

karakter sirkulasi yang santai dan fleksibel (prinsip kebebasan Montessori) namun tetap jelas

menghubungkan antara satu kegiatan/massa dengan kegiatan/massa yang lainnya (prinsip keteraturan Montessori).

3. Proses :

Konsep sirkulasi untuk area Sekolah Montessori ini diutamakan adalah sirkulasi horisontal

karena sebagian besar bangunan hanya terdiri dari satu lantai.

4. Hasil :

Gb.IV.25.Tata massa

Sumber : Analisa pribadi, 2010

Gb.IV.26.Sirkulasi

Sumber : Analisa pribadi, 2010

Keterangan :

Jalur kendaraan

Jalur pejalan kaki

lxvii

I. Proses Penentuan Konsep Penampilan Bangunan Berdasarkaan Pada Prinsip Pendidikan

Montessori

1. Tujuan : Memperoleh bentuk penampilan bangunan.

2. Kriteria :

Tampilan bangunan Sekolah Montessori memperhatikan karakter pengguna utama, yaitu anak-

anak, dengan menekankan pada prinsip-prinsip pendidikan Montessori.

3. Proses :

Eksterior Beberapa aspek yang diharapkan mampu mendukung penampilan bangunan adalah :

a. Atap

Penggunaan atap tradisional (limasan dan pelana) untuk memberikan kesan alami/natural

(prinsip alami Montessori).

b. Ketinggian bangunan

Sesuai dengan prinsip kohesi kemasyarakatan Montessori, ketinggian bangunan Sekolah

Montessori tidak melebihi bangunan di sekitarnya. Bangunan di sekitar site maksimal terdiri

dari 2 lantai dengan ketinggian sekitar 6-7 m. Sebagian besar massa bangunan Sekolah

Montessori direncanakan hanya satu lantai. Namun untuk bangunan pendidik dan pengelola

dibuat dua lantai.

c. Ornamen bangunan

Ornamen tidak hanya sebagai tampilan estetik saja namun juga harus memiliki fungsi.

Beberapa ornamen yang direncanakan adalah :

1) Penonjolan fungsi elemen struktural

Penonjolan fungsi elemen struktural dalam kaitannya dengan eksplorasi indera

penglihatan dan imajinasi anak. Secara fisik struktural penonjolan fungsi merangsang

perkembangan kreativitas anak dilakukan dengan pemberian warna agar tetap terlihat

menarik (prinsip keindahan Montessori).

Gb.IV.27.Permainan bentuk-bentuk yang

diambil dari salah satu alat peraga Montessori

Sumber : Analisa pribadi, 2010

Alat peraga Montessori

(botany puzzle)

Mengambil bentuk

kupu-kupu (salah satu

karakter binatang yang

dengan warna-warna

yang menarik

Alat peraga Montessori

(botany puzzle)

lxviii

2) Bentuk-bentuk geometris

Pemakaian elemen dinding dengan permainan bentuk-bentuk geometri yang diambil dari

salah satu Montessori material (Alat Peraga Montessori), yang ditata secara dinamis

(prinsip kebebasan Montessori) dengan warna-warna yang menarik sebagai usaha

untuk mengenalkan pada anak konsep bentuk dan warna.

Interior

Pengolahan tampilan dinding interior massa bangunan Sekolah Montessori yang cukup

spesifik adalah pengolahan untuk kelompok kegiatan utama/pendidikan, karena pemakai

ruangnya adalah anak-anak maka tampilan dinding interior harus cukup variatif dalam bentuk,

pewarnaan dan polanya sehingga mampu menampilkan kesan dinamis (prinsip kebebasan Montessori).

Bentuk dinding yang variatif dibentuk dari tambahan bentuk-bentuk baru yang bisa

memberi kejutan, misalnya dengan adanya penonjolan atau penciptaan tekstur pada dinding.

Tampilan dinding yang variatif juga dapat dicapai lewat pengecatan. Untuk dicat dipilih kombinasi

warna cerah dan lembut.

4. Hasil :

Eksterior

Interior

Penonjolan dinding

memberi kesan

dinamis (prinsip

kebebasan

Montessori)

dengan warna-

warna cerah

(merah-kuning)

Dinding dicat dengan warna oranye lembut, memberi

kesan ceria/menarik namun tetap terkesan natural

senada dengan warna perabot di dalamnya (warna asli

kayu) (prinsip keindahan dan alami Montessori)

Rak menjadi

Gb.IV.30.Gambar tampak yang direncanakan

Sumber : Analisa pribadi, 2010

Ruang kelas kelompok bermain Ruang kelas taman kanak-kanak

Ruang kelas sekolah dasar

Alat peraga Montessori Gb.IV.28.Permainan bentuk-bentuk geometris

Sumber : Analisa pribadi,2010

lxix

J. Proses Penentuan Konsep Pemilihan Bahan Bangunan Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan

Montessori

1. Bidang dinding

a. Tujuan : Menerapkan penggunaan permukaan bidang dinding yang bernuansa natural/alami

(prinsip alami Montessori). b. Kriteria : Menerapkan karakter asli bahan.

c. Proses :

1) Batu alam dan batu bata ekspose

Untuk tempat-tempat yang membutuhkan kesan natural. Seperti pada kolom, dinding.

2) Kaca

Memberi kesan terbuka, luas, dan mampu memberikan pencahayaan alami di siang hari

serta mengakses view di luar.

3) Kayu berpola

Untuk tempat- tempat yang membutuhkan kenyamanan penghawaan, kesan terbuka dan

natural. Seperti untuk dinding-dinding selasar.

Gb.IV.31.Gambar tata ruang perpustakaan yang direncanakan

Sumber : Analisa pribadi, 2010

Gb.IV.32.Batu alam

Sumber : Analisa pribadi, 2010 Gb.IV.33.Batu bata ekspose

Sumber : Analisa pribadi, 2010

Gb.IV.34.Kayu berpola

lxx

d. Hasil :

2. Bidang lantai

Bahan penutup lantai :

a. Proses :

1) Keramik, untuk ruangan yang membutuhkan perawatan yang mudah seperti ruang kelas,

selasar. Keramik menggunakan pola yang dapat memberikan kesan alami/natural

(prinsip alami Montessori). 2) Karpet, untuk ruangan yang membutuhkan ketenangan seperti sentra ibadah, ruang

kelas.

b. Hasil :

Gb.IV.35.Penggunaan material alami pada tampilan bangunan

Sumber : Analisa pribadi,2010

Gb.IV.36.Penggunaan keramik dan

karpet pada ruang kelas

Sumber : Analisa pribadi,2010

Gb.IV.37.Penggunaan keramik berpola

pada selasar

Sumber : Analisa pribadi,2010

Penggunaan kayu

berpola pada dinding

selasar

Penggunaan batu alam

pada dinding selasar

Penggunaan elemen batu alam

pada dinding ruang kelas

Penggunaan batu bata ekspos pada

dinding kamar mandi

lxxi

3. Bidang atap

Bahan penutup atap : genteng.

K. Proses Penentuan Konsep Warna Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan Montessori

1. Tujuan : Menciptakan keindahan visual pengamat melalui pemakaian warna pada tampilan

bangunan (prinsip keindahan Montessori). Kriteria : Warna-warna yang ceria dan menarik.

2. Proses :

Selain memberikan nilai estetika pada tampilan bangunan (prinsip keindahan Montessori), penggunaan warna juga bertujuan untuk mengenalkan konsep warna pada anak.

3. Hasil :

L. Proses Penentuan Konsep Lansekap Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan Montessori

1. Tujuan : Menciptakan keindahan visual

pengamat dan sebagai penyeimbang lingkungan dari efek yang kurang baik (iklim dan suara).

2. Kriteria :

Penggunaan warna-

warna pelangi pada

tampilan bangunan

Gb.IV.39. Contoh penggunaan warna-warna pelangi pada tampilan

bangunan ruang kelas TK

Sumber : Analisa pribadi, 2010

Gb.IV.38.Spektrum warna

Sumber : www.Designbiz.com

lxxii

Pemilihan vegetasi dan lansekap furniture mampu mendukung fungsi kegiatan dalam bangunan

sekaligus berfungsi sebagai pelindung, penyejuk udara, filter polusi serta estetika berdasar

prinsip alami Montessori (alami/natural) dan prinsip keindahan Montessori (indah/cantik).

3. Proses :

Elemen alami lansekap :

a. Air

Kolam dan air mancur yang dominan tersusun oleh unsur air (prinsip alami Montessori) selain berfungsi untuk memberi kesan estetika (prinsip keindahan Montessori) juga bisa

difungsikan sebagai penyetabil suhu kawasan.

Air mancur kolam ikan diletakkan di area laboratorium alam, selain sebagai bahan ilmu

pengetahuan juga berfungsi untuk mempercantik lansekap.

b. Vegetasi

Beberapa hal yang menjadi dasar penentuan vegetasi:

1) Optimalisasi nuansa alam pada desain dengan tidak mengasingkan

vegetasi dari bangunan, dengan kata lain ada kesatuan antara taman dengan bangunan

(prinsip alami Montessori). 2) Semua vegetasi yang ada ditanam tanpa menggunakan pot untuk

menjaga kealamiannya (prinsip alami Montessori). 3) Pemilihan vegetasi mempertimbangkan estetika (prinsip keindahan

Montessori). 4) Vegetasi yang memiliki manfaat pada bangunan maupun fungsinya. Vegetasi terpilih :

1) Cemara kipas, palem berfungsi sebagai vegetasi pengarah pada jalur

sirkulasi. Ditanam dalam jarak 4 m.

2) Akasia, asem jawa sebagai vegetasi peneduh.

3) Teh-tehan dan bougenville rendah berfungsi sebagai vegetasi pembatas

pada jalur sirkulasi.

4) Rumput manila/rumput jepang sebagai penutup permukaan tanah

(groundcover). Selain itu juga berfungsi untuk menghindari cidera anak pada saat jatuh.

5) Tanaman bunga yang indah dan berbau harum untuk mempercantik

taman (prinsip keindahan Montessori). Diletakkan di dekat kolam dan laboratorium

alam.

a) Bunga teratai pada kolam hias.

Gb.IV.40.Vegetasi untuk jalur sirkulasi

Sumber : Analisa pribadi, 2010

lxxiii

b) Bunga kanthil sebagai vegetasi penyambut pada taman.

c) Bunga mawar dengan variasi warna dan bentuknya dapat memperindah taman.

d) Melati dengan wanginya yang khas dan semerbak melengkapi wewangian taman.

e) Berbagai jenis bunga (bougenville, geranium, bunga mentega, soka, kembang

sepatu, dll) sebagai bahan ilmu pengetahuan yang terdapat di laboratorium alam.

6) Tanaman buah

a) Buah jeruk yang terdapat pada laboratorium alam.

b) Anggur, tanaman buah merambat sehingga letaknya dapat diatur tidak

terlalu tinggi agar mudah dijangkau.

7) Sayuran

Tomat, cabai, dll. sebagai bahan ilmu pengetahuan yang terdapat di laboratorium alam.

c. Batuan

Batu sebagai salah satu elemen natural juga dapat menambah kesan alamiah pada

lansekap.

1) Jalur pedestrian

Perkerasan kerikil atau batu alam, memiliki tekstur abstrak dan baik untuk jalur sirkulasi

pedestrian. Memiliki daya serap air hujan cukup baik. Selain itu penggunaan batu alam

dapat memberikan kesan alami/natural (prinsip alami Montessori). Batu alam dibuat

per kotak (1 m2) dengan sela-sela rumput sehingga menyerap air.

2) Jalur kendaraan

Pavingblock digunakan untuk jalur kendaraan.

d. Elemen tambahan (furniture lansekap)

1) Penerangan (lighting)

Perencanaan penerangan diharapkan bisa merata dan menyebar ke seluruh area

lansekap. Area yang perlu di beri penerangan, antara lain : jalur sirkulasi kendaraan,

pedestrian, area parkir, taman, titik-titik yang menjadi point of interest lansekap seperti

pada taman, laboratorium alam, kolam buatan.

Tabel IV.3.Bentuk-bentuk penerangan di Sekolah Montessori

Lampu jalur kendaraan

Lampu area parkir

lxxiv

Lampu pedestrian

Lampu taman

Sumber : Analisa pribadi, 2010

2) Tower air

Tower air berfungsi sebagai pengikat antara zona pendidikan KB-TK dan zona

pendidikan SD.

4. Hasil :

M. Proses Penentuan Konsep Struktur Bangunan

1. Tujuan : Mendapatkan pola peruangan yang nyaman dengan sistem konstruksi yang cocok.

2. Kriteria :

a. Kondisi site dan jenis tanah.

b. Kesesuaian struktur dengan tampilan bangunan.

3. Proses :

Gb.IV.41.Penataan lansekap

Sumber : Analisa pribadi, 2010

Area parkir sepeda siswa dan

sepeda motor guru dan

pengelola

Area parkir mobil

Area parkir untuk penjemput

Laboratorium alam

Kolam

Kolam

Lapangan olahraga SD

Lapangan olahraga KB-TK

Grassblock Outdoor Learning Environment KB-TK

Outdoor Learning

Environment SD

Taman dan ruang tunggu

penjemput

Tower air

Paving untuk jalur pejalan kaki Lampu taman

lxxv

a. Struktur pondasi

Dengan ketinggian bangunan yang relatif kecil dan jenis tanah yang tidak terlalu keras,

alternatif pondasi yang akan digunakan yaitu: Tabel IV.4.Jenis pondasi

No Jenis pondasi spesifikasi

1 Footplat

Mampu mendukung bangunan berlantai banyak, cocok untuk jenis tanah

yang tidak terlalu keras, tidak perlu menggali tanah terlalu dalam.

2 Sumuran

Mendukung bangunan berlantai banyak, dapat digunakan pada berbagai

jenis tanah, dimensi yang besar dan banyak membuang tanah galian.

Alternatif pondasi yang digunakan adalah pondasi footplat yang memiliki karakteristik sesuai

dengan jenis tanah area site yang juga karena ketinggian bangunan bukan berlantai banyak.

Pondasi footplat ini digunakan pada bangunan yang berlantai 2. Sehingga dari 11 massa

bangunan ada 1 massa yang menggunakan pondasi footplat. Pola grid persegi dengan

ukuran yang disesuaikan dengan ukuran bangunan. Sedangkan untuk bangunan yang

berlantai 1 menggunakan pondasi batu kali.

b. Struktur dinding

Alternatif sistem struktur Tabel IV.5. Jenis struktur

No Jenis struktur Spesifikasi

1 Bearing wall Dinding pemikul, dinding sebagai struktur

2 Frame system (rangka)

Kolom-kolom balok dipakai penyalur beban secara vertikal dan

horizontal, dinding hanya sebagai pembatas ruangan

3 Struktur gabungan Kombinasi frame style dan bearing wall, dimana dinding berfungsi

sebagai penguatan struktur bangunan terhadap gaya-gaya

horizontal

Bangunan terdiri dari maksimal dua lantai. Oleh karenanya, bangunan yang terdiri dari dua

lantai menggunakan struktur rangka.

Contoh perhitungan modul yang digunakan untuk bangunan kelas (berdasar pada alat peraga Montessori) : Ruang kelas kelompok bermain

Kursi kelas : 8 (1.2 x 0.8) = 0.5

Meja kelas : 8 (0.46 x 0.61) = 2.25

Rak : 4 (0.9 x 0.37) = 1.32

: 2.05

Loker : 2 (1.2 x 0.3) = 0.72

: 2 (1.2 x 0.3) = 0.72

Karpet : 6

lxxvi

c. Struktur atap Tabel IV.6.Jenis struktur atap

No Jenis struktur spesifikasi

1 Struktur rangka baja Bentangan relatif besar, kemungkinan variasi bentuk atap lebih

luas.

2 Struktur kabel Dapat menahan atap dengan bentangan besar

3 Struktur beton

bertulang

Bentangan besar dan kemungkinan variasi bentuk atap cukup luas

4 Space frame Bentangan relatif besar, kemungkinan variasi bentuk atap lebih luas

5 Struktur rangka kayu Bentangan relatif kecil dan variasi bentuk terbatas

Sumber: Alfitra Sofi H, Stasiun Televisi Swasta di Semarang

Struktur atap dipilih menggunakan struktur rangka baja (bangunan 2 lantai) dan kayu

(bangunan 1 lantai) sebagai solusi desain.

N. Proses Penentuan Konsep Sistem Utilitas

1. Penentuan Konsep Sistem Penyediaan Air Bersih

a. Tujuan : Menyediakan sistem penyediaan air bersih dan kebutuhan air bersih.

b. Kriteria :

1) Peletakan massa yang terpisah-pisah dan banyaknya variasi kegiatan yang diwadahi,

maka standar perhitungan kebutuhan air bersih sesuai dengan standar untuk bangunan

sejenis.

2) Minimalisasi anggaran.

c. Proses :

Kebutuhan air di seluruh kawasan berasal dari sumur pompa yang berada pada setiap zone

kegiatan, air dari pompa ditampung dalam water tower, baru didistribusikan ke fasilitas tiap

zone kegiatan.

Perhitungan kebutuhan air bersih (Panduan Sistem Bangunan Tinggi, 2002) :

Standar kebutuhan bersama = 1,5 m3/hari/ m2

Koefisien penggunaan air = 50%

Luas bangunan dalam kawasan = 6430.6 m2

Kebutuhan air bersih = 6430.6 m2 x 1,5 m3/hari/ m2 x 50%

= 48,23 m3

= 4823 liter

d. Hasil :

lxxvii

Kebutuhan air bersih = 4823 liter

2. Penentuan Konsep Sistem Sanitasi

a. Tujuan : Mendapatkan konsep sanitasi tanpa mengganggu lingkungan.

b. Kriteria :

Sistem sanitasi harus memiliki kemampuan tidak merusak lingkungan pada saat

pengoperasian maupun pembuangan. Sistem Sanitasi di dalam bangunan mencakup

pembuangan atau penyaluran air kotor dan air hujan.

c. Proses :

1) Air kotor

Air kotor merupakan air yang berasal dari area servis, pantry dan kamar mandi. Air kotor

dari lavatory masuk ke septic tank lalu ke pembuangan akhir yaitu peresapan. Di sekitar

sekolah tidak ada riool kota sehingga semua pembuangan akhir disalurkan ke

peresapan. Jika suatu saat septic tank penuh, dapat disedot menggunakan mobil tinja.

2) Air hujan

Pembuangan air hujan melalui saluran-saluran terbuka maupun tertutup. Untuk saluran

horisontal dilakukan dengan pengolahan kemiringan tanah dan daerah yang terkena

jatuhan air hujan. Untuk membantu penyerapan ke dalam tanah selain menggunakan

lapangan rumput di sekitar bangunan, jalan-jalan yang ada dibuat dengan menggunakan

bahan grass block.

Tabel IV.7. Pipa pembuangan air hujan dan sumur resapan40

Luas atap (m²) Diameter pipa (inci) Volume sumur resaan (m³)

« 50 2 2

51-99 2 4

100-149 2.5 6

150-199 2.5 8

40 Ibid 6, hal 203

Air hujan dari atap

Saluran vertikal Bak kontrol Saluran horisontal Peresapan

Air hujan sekitar site

Skema IV.10.Analisa Sistem sanitasi (air hujan)

Sumber: Muhammad Ridwan Ari, Garut Computer Centre

Air kotor (limbah

dari lavatory,

pantry, dan dapur)

Kotoran cair

Kotoran padat

Bak pengolahan

limbah

Septictank Sumur resapan

Skema IV.9.Analisa Sistem sanitasi (air kotor)

Sumber: Muhammad Ridwan Ari, Garut Computer Centre

lxxviii

200-299 3 12

300-399 4 16

400-499 4 20

500-599 4 24

600-699 5 28

700-799 5 32

800-899 5 36

900-999 5 40

1000-1500 6 60

1500-3000 8 120

Sumber : Panduan Sistem Bangunan Tinggi’ untuk arsitek dan praktisi bangunan

Penentuan diameter pipa saluran air hujan (Dh) dan volume sumur resapan (Vr) adalah

dengan menghitung luasan atap (La) setiap bangunan :

- Bangunan penerima dan pengelola : La= 581.6 m² + 20 % = 697.9 m²

(Dh = 5 inci, Vr = 28m³)

- Ruang kelas KB : La= 102 m² + 20% = 122.4 m²

(Dh = 2.5 inci, Vr = 6 m³)

- Ruang kelas TK : La = 157.5 m² + 20% = 189 m

(Dh = 2.5 inci, Vr = 8 m³)

- Ruang kelas SD (kelas 1,2,3) : La = 438m² + 20% = 525.6 m²

(Dh = 4 inci, Vr = 24 m³)

- Ruang kelas SD (kelas 4,5,6) : La = 405m² + 20% = 486 m²

(Dh = 4 inci, Vr = 20 m³)

- Sentra KB-TK : La = 192 m² + 20% = 230.4 m²

(Dh = 3 inci, Vr = 12 m³)

- Ruang kelas perpustakaan, : La = 312m² + 20% = 374.4 m²

ruang komputer, ruang memasak, (Dh = 4 inci, Vr = 16 m³)

lab. sains

- Ruang kelas musik, kelas : La = 252 m² + 20% = 302.4 m²

drama, kelas lukis dan seni bentuk (Dh = 4 inci, Vr = 16 m³)

- Ruang olahraga indoor : La = 7.87 + 20% = 105.2

(Dh = 2.5 inci, Vr = 6 m³)

- Bangunan kantin dan koperasi : La = 127.5 m² + 20% = 153 m²

(Dh = 2.5 inci, Vr = 8 m³)

- Bangunan servis : La = 224.2m² + 20% = 269.04 m²

(Dh = 3 inci, Vr = 12 m³)

3. Penentuan Konsep Sistem Kelistrikan

a. Tujuan : Mendapatkan sistem penyediaan listrik dan jumlah kebutuhan listrik.

b. Kriteria :

1) Jumlah kebutuhan listrik.

lxxix

2) Jaminan ketersediaan listrik.

c. Proses :

d. Hasil :

Sistem penyediaan listrik ada dua macam yaitu dari PLN dan mandiri menggunakan genset.

Listrik digunakan untuk pompa, penerangan dalam bangunan dan penerangan kawasan di

malam hari. Sumber utama adalah dari PLN. Genset digunakan sebagai persediaan

cadangan jika terjadi gangguan pada PLN.

Perhitungan kebutuhan listrik untuk penerangan : Tabel IV.8. Analisa kebutuhan listrik untuk penerangan

No Nama ruang Luas total ruang (m²) Daya yang dibutuhkan

(watt)

Total daya

(watt)

1 Ruang kelas 1118.4 15 16776

2 Ruang serbaguna 260 5 1300

3 Perpustakaan 111.1 15 1666.5

4 Kelas komputer 82 30 2460

5

Penerima dan

pengelola

554 15

8310

6 Kantin 127.5 20 2550

7 Koperasi 105.35 20 2107

8 utilitas 213 5 1065

9 Gudang 94 5 470

10 Lavatory 75 5 375

Total jumlah kebutuhan listrik untuk penerangan 37079.5

Sumber : analisa pribadi, 2010

4. Penentuan Konsep Sistem Pengamanan Bahaya Kebakaran

a. Tujuan : Mendapatkan sistem pengaman terhadap bahaya kebakaran.

b. Kriteria :

1) Mendukung

2) Fungsi bangunan

3) Luas bangunan

4) Peralatan yang ada di dalam bangunan yang mampu memicu terjadinya kebakaran.

c. Proses :

PLN Meteran Panel utama

Panel sekunder

Panel sekunder

Distribusi

Distribusi

Skema IV.11.Analisa Penyediaan Listrik

Sumber: Muhammad Ridwan Ari, Garut Computer Centre

lxxx

Bangunan direncanakan maksimal terdiri dari 2 lantai dan tersebar di site dengan lansekap

yang tertata. Kebutuhan akan pengamanan bahaya kebakaran tidak serumit bangunan

berlantai banyak. Oleh karenanya pengaman yang digunakan adalah :

1) Indoor hydrant

Spesifikasi : Berupa gulungan selang dan hydrant sebagai sumber airnya, digunakan

untuk memadamkan api yang cukup besar. Diletakan di tempat-tempat strategis yang

mudah dan dikenali serta di tempat yang memiliki resiko kebakaran yang tinggi. Indoor

hydrant ditempatkan pada jarak 20 m (Panduan Sistem Bangunan Tinggi, 2002).

2) Outdoor hydrant

Spesifikasi : Dihubungkan pada pipa PDAM untuk mendapatkan kepastian sumber air

dan tekanan air yang memadai. Outdoor hydrant diletakkan di halaman terbuka (taman)

yang dekat dengan jalan yang bisa dialui oleh pemadam kebakaran.

d. Hasil :

Penempatan dan jumlah pengaman kebakaran:

1) Indoor hydrant diletakkan di ruang penerimaan.

2) Outdoor hydrant diletakkan di

bagian depan (agar dapat dijangkau mobil pemadam kebakaran), dekat bangunan

pendidik dan pengelola dan dekat dengan bangunan servis.

5. Penentuan Konsep Jaringan Komunikasi

Macam-macam sistem komunikasi yang dipakai adalah :

Macam-macam sistem komunikasi yang dipakai adalah :

a. Telepon

Alat komunikasi yang menggunakan jasa Telkom ini diletakkan di kantor pengelola untuk

kebutuhan pengelolaan dan pelayanan informasi.

b. Faksimile

Faksimile adalah alat fotokopi jarak jauh untuk pengiriman berita secara tertulis melalui

saluran telepon. Alat ini diletakkan di kantor pengelola berjumlah 3 unit.

PT. Telkom Terminal dan panel kontrol Operator Telepon faks. internet

SLJJ/SLI

Skema IV.12.Analisa Jaringan Komunikasi

Sumber: Muhammad Ridwan Ari, Garut Computer Centre

lxxxi

6. Penentuan Konsep Penanganan Sampah

Sampah terdiri dari dua macam, yaitu sampah organik dan anorganik. Ini harus dipisahkan pada

tempat pembuangan sampah sementara untuk memudahkan mengangkutan ke tempat

pembuangan akhir. Sampah di TPA akan dilebur menggunakan cara berdasarkan sifat masing-

masing sampah.

Rencana dalam pengembangan antara lain penyediaan tempat sampah yang terdiri dari dua

tempat sampah yang masing-masing diberi keterangan tempat untuk sampah organik maupun

anorganik. Jarak antar tempat sampah adalah 50 m. TPS di dekat jalan pintu SE untuk

memudahkan pengangkutan untuk dibuang..

Jumlah sampah = 5.000 cm³ sampah per 100 m² kawasan (Panduan Sistem Bangunan Tinggi,

2002). Luas site 000.24 m ²

Asumsi jumlah sampah per hari = 100

005,024000x = 1.2 m³

Jadi, pembuatan TPS harus mampu menampung sampah minimal 1.2 m³.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

SEKOLAH MONTESSORI DI SOLO BARU B. Konsep Peruangan

2. Konsep Kegiatan dan Kebutuhan Ruang Tabel V.1. Pelaku, Kegiatan dan Kebutuhan ruang

Kegiatan Kegiatan Kebutuhan ruang Indoor /

Pelaku Outdoor Kegiatan pendidikan

- Anak didik Kelompok

Bermain (KB)

Datang

Parkir

Membaca

Kegiatan belajar

Kegiatan latihan kehidupan

praktis

Bermain terstruktur

Belajar musik dan alat musik

Belajar melukis&seni bentuk

Bermain peran, dongeng

Entrance

Area parkir

Perpustakaan, ruang kelas

Ruang kelas :

- Shared learning

area

- Small group

Area kehidupan praktis

(Practical activities area)

Sentra balok

Sentra musik

Sentra lukis&seni bentuk

Outdoor

Outdoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

lxxxii

Belajar bahasa

Belajar teknologi

Kegiatan olahraga

Beribadah

Bermain/istirahat

Makan dan minum

Memeriksakan kesehatan

Metabolisme (Toilet training)

Pengenalan alam

Sentra drama

Sentra bahasa (readiness

area)

Sentra teknologi

Ruang olahraga

Sentra ibadah

Outdoor learning

environment/Playground

Ruang kelas/Kantin

Ruang kesehatan (UKS)

Toilet anak

Lab. alam

Indoor

Indoor

Indoor/Outdoor

Indoor

Outdoor

Indoor

Indoor

Indoor

Outdoor

- Anak didik Taman

Kanak-Kanak (TK)

Datang

Parkir

Membaca

Kegiatan belajar

Kegiatan latihan kehidupan

praktis

Bermain terstruktur

Belajar musik dan alat musik

Belajar melukis&seni bentuk

Bermain peran, dongeng

Belajar bahasa

Belajar teknologi

Kegiatan olahraga

Beribadah

Bermain/istirahat

Makan dan minum

Memeriksakan kesehatan

Metabolisme (Toilet training)

Pengenalan alam

Entrance

Area parkir

Perpustakaan, ruang kelas

Ruang kelas :

- Shared learning

area

- Small group

Area kehidupan praktis

(Practical activities area)

Sentra balok

Sentra musik

Sentra lukis&seni bentuk

Sentra drama

Sentra bahasa (readiness

area)

Sentra teknologi

Ruang olahraga

Sentra ibadah

Outdoor learning

environment/Playground

Ruang kelas/Kantin

Ruang kesehatan (UKS)

Toilet anak

Lab. alam

Outdoor

Outdoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor/Outdoor

Indoor

Outdoor

Indoor

Indoor

Indoor

Outdoor

- Anak didik Sekolah

Dasar (SD)

Datang

Parkir

Membaca

Kegiatan belajar :

- Kegiatan belajar di

dalam ruang

- Kegiatan belajar di

luar ruang

Entrance

Area parkir

Perpustakaan, ruang kelas

Ruang kelas :

- Shared learning

area

- Small group

Ruang belajar luar

Outdoor

Outdoor

Indoor

Indoor

Outdoor

lxxxiii

Kegiatan memasak

Kegiatan olahraga

Kegiatan seni :

- Menyanyi/bermain

alat musik

- Melukis

- Menari/balet

- Bermain peran

Belajar beribadah

Mengadakan pameran

Bermain/istirahat

Makan dan minum

Memeriksakan kesehatan

Metabolisme

Pengenalan alam

(Outdoor learning

environment)

Ruang memasak

Ruang olahraga

Kelas musik

Kelas lukis

Kelas tari

Kelas drama

Sentra ibadah

Taman/ Ruang belajar luar

(Outdoor learning

environment)

Ruang kelas/Kantin

Ruang kesehatan

Toilet anak

Lab. alam

Indoor

Indoor/Outdoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Outdoor

Indoor

Indoor

Indoor

Outdoor

- Guru Kelompok

Bermain (KB)

Datang

Parkir

Mempersiapkan materi

Mengajar

Mengadakan rapat/pertemuan

Menyimpan berkas sementara

Menyimpan arsip

Menyimpan barang

Menerima tamu

Beribadat

Makan dan minum

Metabolisme

Entrance

Area parkir

Ruang kantor guru

Ruang kelas

Ruang rapat/pertemuan

Loker

Ruang arsip

Gudang

Ruang tamu

Sentra ibadah

Ruang makan bersama

Toilet orang dewasa

Outdoor

Outdoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

- Guru Taman kanak-

Kanak (TK)

Datang

Parkir

Mempersiapkan materi

Mengajar

Mengadakan rapat/pertemuan

Menyimpan berkas sementara

Menyimpan arsip

Menyimpan barang

Menerima tamu

Beribadat

Makan dan minum

Metabolisme

Entrance

Area parkir

Ruang kantor guru

Ruang kelas

Ruang rapat/pertemuan

Loker

Ruang arsip

Gudang

Ruang tamu

Sentra ibadah

Ruang makan bersama

Toilet orang dewasa

Outdoor

Outdoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

- Guru Sekolah Dasar

(SD)

Datang

Parkir

Entrance

Area parkir

Outdoor

Outdoor

lxxxiv

Mempersiapkan materi

Mengajar

Mengadakan rapat/pertemuan

Menyimpan berkas sementara

Menyimpan arsip

Menyimpan barang

Menerima tamu

Beribadat

Makan dan minum

Metabolisme

Ruang kantor guru SD

Ruang kelas

Ruang rapat/pertemuan

Loker

Ruang arsip

Gudang

Ruang tamu

Sentra ibadah

Ruang makan bersama

Toilet orang dewasa

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

- Pengantar/penunggu/

orang tua siswa/i

Datang

Parkir

Menunggu dan berinteraksi

Mencari informasi

Mengurus administrasi

Berkonsultasi mengenai

kesehatan anak

Berkonsultasi mengenai

psikologi anak

Metabolisme

Entrance

Area parkir

Area tunggu

Ruang informasi

Ruang administrasi

Ruang dokter/UKS

Ruang konsultasi

Toilet orang dewasa

Outdoor

Outdoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Kegiatan pendidik dan pengelola

- Kepala sekolah

Datang

Parkir

Bekerja

Pemeriksaan dan pengawasan

Rapat

Menggelar pertemuan dengan

orang tua murid

Beribadah

Makan dan minum

Metabolisme

Entrance

Area parkir

Ruang kantor Kepsek

Semua ruang

Ruang rapat

Ruang serbaguna

Sentra ibadah

Ruang makan bersama

Toilet orang dewasa

Outdoor

Outdoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

- Wakil kepala

sekolah/Kabag KB-TK dan

SD

Datang

Parkir

Bekerja

Rapat

Beribadah

Makan dan minum

Metabolisme

Entrance

Area parkir

Ruang kantor

wakasek/Kabag KB-

TK&SD

Ruang rapat

Sentra ibadah

Ruang makan bersama

Toilet orang dewasa

Outdoor

Outdoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

- Tata usaha (TU)

Datang

Parkir

Bekerja

Entrance

Area parkir

Ruang adminstrasi

Outdoor

Outdoor

Indoor

lxxxv

Beribadah

Makan dan minum

Metabolisme

Ruang ibadah

Ruang makan bersama

Toilet orang dewasa

Indoor

Indoor

Indoor

- Staf administrasi Datang

Parkir

Bekerja

Beribadah

Makan dan minum

Metabolisme

Entrance

Area parkir

Ruang adminstrasi

Sentra ibadah

Ruang makan bersama

Toilet orang dewasa

Outdoor

Outdoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

- Staf perpustakaan

Datang

Parkir

Bekerja

Rapat internal

Beribadah

Makan dan minum

Metabolisme

Entrance

Area parkir

Ruang perpustakaan

Ruang rapat

Sentra ibadah

Ruang makan bersama

Toilet orang dewasa

Outdoor

Outdoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

- Staf kesehatan

Datang

Parkir

Pelayanan kesehatan

Rapat

Beribadah

Makan dan minum

Metabolisme

Entrance

Area parkir

Ruang kesehatan

Ruang rapat

Sentra ibadah

Ruang makan bersama

Toilet orang dewasa

Outdoor

Outdoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

- Staf psikologi anak

Datang

Parkir

Pelayanan konsultasi psikologi

anak

Rapat internal

Beribadah

Makan dan minum

Metabolisme

Entrance

Area parkir

Ruang konsultasi

Ruang rapat

Sentra ibadah

Ruang makan bersama

Toilet orang dewasa

Outdoor

Outdoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Kegiatan servis

- Staf kebersihan

Datang

Parkir

Bekerja

Beribadah

Makan dan minum

Metabolisme

Entrance

Area parkir

Lingkungan sekolah

Sentra ibadah

Ruang makan bersama

Toilet orang dewasa

Outdoor

Outdoor

Indoor&Outdoor

Indoor

Indoor

Indoor

- Staf keamanan

Datang

Parkir

Bekerja

Beribadah

Entrance

Area parkir

Pos

keamanan&Lingkungan

sekolah

Sentra ibadah

Outdoor

Outdoor

Indoor&Outdoor

Indoor

lxxxvi

Makan dan minum

Metabolisme

Ruang makan bersama

Toilet orang dewasa

Indoor

Indoor

- Staf

mekanikal&elektrikal

Datang

Parkir

Bekerja

Beribadah

Makan dan minum

Metabolisme

Entrance

Area parkir

Gudang, Ruang ME

Sentra ibadah

Ruang makan bersama

Toilet orang dewasa

Outdoor

Outdoor

Indoor

Indoor

Indoor

Indoor

Sumber : Analisa Pribadi, 2010

3. Konsep Pola Hubungan Ruang

Pola hubungan ruang dinyatakan dengan :

- Erat ( )

Kegiatan yang terwadahi mempunyai keterkaitan, perletakan ruangnya berdekatan tanpa

perantara.

- Kurang erat ( )

Kegiatan yang diwadahi kurang ada keterkaitan, perletakan ruang terpisah, dapat

menggunakan perantara.

- Tidak ada hubungan ( )

Kegiatan yang diwadahi tidak memiliki keterkaitan sama sekali.

b. Pola Hubungan Ruang Makro

Skema V.1. Pola hubungan ruang makro

Sumber : Analisa pribadi, 2010

Entrance

Penerimaan Area penunjang

Area

pengelolaan

Area pelayanan

kesehatan

Lapangan

olahraga

Area pendidikan

KB

Area pendidikan

TK

Area pendidikan

SD

Laboratorium alam

Outdoor

learning

environment

Outdoor learning

environment

lxxxvii

b. Pola Hubungan Ruang Mikro

1) Area penunjang

2) Area pengelola

3) Area Pendidikan KB

Laboratorium alam menjadi dasar alur sirkulasi di sekelilingnya yang menyatukan

massa dari kegiatan-kegiatan yang ada.

Ruang tamu Ruang Kepsek Ruang TU &

Administrasi

Ruang

wakasek/Kabag

Ruang guru

Ruang rapat Ruang arsip

Skema V.3. Pola hubungan ruang pengelolaan

Sumber : Analisa pribadi, 2010

Parkir

Ruang tunggu

Kantin

Mushola

Toilet

Skema V.2. Pola hubungan ruang di area bersama

Sumber : Analisa pribadi, 2010

Ruang

serbaguna

Koperasi

Ruang olahraga indoor

Toilet anak Playground

Laboratorium

alam

Skema V.4. Pola hubungan ruang pendidikan KB

Sumber : Analisa pribadi, 2010

Sentra bahasa/Readiness area

Lapangan olahraga

Sentra balok

Ruang kelas KB

Sentra musik

Sentra lukis dan

seni bentuk

Sentra drama

Sentra teknologi

Practical activities area

Sentra ibadah

lxxxviii

4) Area Pendidikan TK

5) Area Pendidikan SD

Laboratorium alam menjadi dasar alur sirkulasi di sekelilingnya menyatukan

massa dari kegiatan-kegiatan yang ada.

6) Laboratorium alam

4. Konsep Besaran Ruang

a. Kegiatan penerima Ruang Total (m2)

Hall 24

Ruang tunggu penjemput KB-TK 39

Ruang tunggu penjemput SD 39

Kebun Kolam ikan

Skema V.7. Pola hubungan laboratorium alam

Sumber : Analisa pribadi, 2010

Lapangan olahraga Ruang kelas SD

Ruang ibadah

Skema V.6. Pola hubungan ruang pendidikan SD

Sumber : Analisa pribadi, 2010

Lab. sains

Ruang

memasak

Ruang olahraga indoor

Ruang komputer

Outdoor learning

environment

Toilet anak

Laboratorium

alam

Perpustakaan

Ruang olahraga indoor

Toilet anak Playground

Laboratorium

alam

Skema V.5. Pola hubungan ruang pendidikan TK

Sumber : Analisa pribadi, 2010

Sentra bahasa/Readiness area

Lapangan olahraga

Sentra balok

Ruang kelas TK

Sentra musik

Sentra lukis dan

seni bentuk

Sentra drama

Sentra teknologi

Practical activities area

Sentra ibadah

Ruang seni

lxxxix

Ruang informasi (resepsionis) 2 Total 104

b. Kegiatan pengelola

Ruang Total (m2)

Ruang kepala sekolah (KB-TK) 9

Ruang kepala sekolah (SD) 9

Ruang wakasek (KB-TK) 6

Ruang wakasek (SD) 6

Ruang guru (KB-TK) 108

Ruang guru (SD) 122

Ruang tata usaha dan administrasi KB-TK 48

Ruang tata usaha dan administrasi SD 48

Ruang rapat 77

Toilet pengelola&pendidik Toilet Pria 9 Total wanita 5

Total 447

c. Kegiatan pendidikan KB-TK-SD Ruang Total (m2)

Ruang kelas Kelompok Bermain (KB) 84

Ruang kelas Taman Kanak-Kanak (TK) 135

Sentra balok 38

Sentra musik 43

Sentra lukis dan seni bentuk 46

Sentra drama 49

Sentra teknologi 36

Sentra bahasa 41

Practical activities area 36

Ruang kelas Sekolah Dasar (SD) Kelas 1,2,3 264

Kelas 4,5,6 282

Kelas musik 38

Kelas lukis & seni bentuk 69

Kelas drama 55

Kelas memasak (fun cooking) 40

Kelas komputer 40

Lab. sains 62

Toilet siswa/i SD Toilet putra 8

Total putri 5

Ruang belajar luar (Outdoor learning environment)

KB-TK

240

Ruang belajar luar (Outdoor learning environment) 800

xc

SD

Perpustakaan SD 70

Ruang olah raga indoor (gymnasium) KB-TK 47.5

Ruang olah raga indoor (gymnasium) SD 52.5

Lapangan olah raga KB-TK 294

Lapangan olah raga SD 476

Laboratorium alam 1400

Total 4759.1

d. Kegiatan penunjang

Ruang Total (m2) Ruang konsultasi 11

Ruang dokter/UKS 12

Ruang serbaguna 260

Sentra ibadah 12

Koperasi 105

Kantin 127.5

Total 525.85

e. Kegiatan servis Ruang Total (m2)

Parkir

Parkir sepeda 120

Parkir sepeda motor 61

Parkir mobil 526.5

Pos satpam 6

Genset 4

Ruang pompa air 16

Gudang 6

Total 745.5

Total kebutuhan ruang yang dibutuhkan untuk kawasan Sekolah Montessori adalah :

No. Kelompok kegiatan Kebutuhan Ruang (m2)

a Kegiatan penerima 104 b Kegiatan pengelola 447 c Kegiatan pendidikan KB-TK-SD 4759.1 d Kegiatan penunjang 525.85 e Kegiatan servis 745.5

Total 6581.45

xci

Perhitungan kebutuhan lahan :

Luas yang dibutuhkan adalah 20000 m2

D. Konsep Pemilihan Lokasi dan Site

1. Konsep Lokasi

2. Konsep Site

e. Eksisting site

1) Site merupakan lahan kosong

2) Luas site 24000 m2

Gb. V.1. Lokasi terpilih

Sumber : Dok. Analisa pribadi, 2010

Gb.V.2. Site terpilih

Sumber : Dok. Analisa pribadi, 2010

xcii

f. Batas site

1) Sebelah utara : Jalan utama, perumahan

2) Sebelah selatan : Lahan kosong

3) Sebelah timur : Sekolah Kristen Kalam Kudus (SMU)

4) Sebelah barat : Jalan lingkungan, lahan kosong

E. Konsep Peletakan Pintu Utama (Main entrance) dan Pintu Servis (Service entrance)

SMU Kalam Kudus

Sumber : Dokumen pribadi, 2010

Lahan kosong

Sumber : Dokumen pribadi, 2010 Jalan lingkungan

Sumber : Dokumen pribadi, 2010

Lahan kosong

Sumber : Dokumen pribadi, 2010

Perumahan

Sumber : Dokumen pribadi, 2010

Jalan utama menuju site

Sumber :Dokumen pribadi,2010

Gb. V.4.Batas site

Sumber : Analisa pribadi, 2010

xciii

O. Konsep Zone Berdasarkan Tingkat Kebisingan

P. Konsep Zone Berdasarkan Pada Pencapaian

1. Konsep Zone Berdasarkan Pada Pintu Utama (ME)

2. Konsep Zone Berdasarkan Pada Pintu Servis (SE)

Gb.V.5.Letak pintu utama dan pintu servis

Sumber : Analisa pribadi, 2010

Gb.V.7.Zoning berdasarkan pencapaian ME site

Sumber : Analisa pribadi, 2010

Gb.V.6.Zonifikasi berdasarkan tingkat kebisingan

Sumber : Analisa pribadi, 2010

Gb.V.8.Zonifikasi berdasarkan pencapaian SE site

xciv

Q. Konsep Zone Berdasarkan Fungsi

R. Konsep Massa Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan Montessori

1. Konsep Bentuk Dasar Massa

Bentuk dasar massa mengambil pendekatan filosofi hubungan antara pendidik/guru dengan

murid/anak didik, khususnya hubungan dalam proses kegiatan belajar mengajar di dalam kelas,

di mana kegiatan ini mengutamakan hubungan timbal balik yang intensif dan kemudahan sistem

pengawasan antara guru dengan murid.

Berdasarkan analisa ruang kelas di atas maka pada bangunan Sekolah Montessori ini

menggunakan bentuk dasar segi empat. 2. Konsep Jumlah Massa

Jumlah massa bangunan yang akan digunakan untuk menjamin kelancaran dan keefektifan

kegiatan adalah jumlah massa banyak, sekaligus memberi kesan bebas/tidak terikat (prinsip kebebasan Montessori).

3. Konsep Pembagian Massa

Massa 1 : Hall/ruang tunggu penjemput, ruang informasi, ruang tunggu, ruang pendidik

dan pengelola, ruang konsultasi, ruang dokter/UKS.

Massa 2 : Ruang kelas KB

Massa 3 : Ruang kelas TK

Massa 4 : Sentra-sentra, perpustakaan, ruang olahraga indoor KB-TK

Massa 5 : Ruang kelas SD kelas 1, 2, 3

Massa 6 : Ruang kelas SD kelas 4, 5, 6

Massa 7 : Perpustakaan dan ruang kelas seni SD

Gb.V.9.Penzoningan

Sumber : Analisa pribadi, 2010

xcv

Massa 8 : Ruang kelas seni SD

Massa 9 : Ruang olahraga indoor SD

Massa 10 : Kantin

Massa 11 : Koperasi

Massa 12 : Tower air

Massa 13 : Ruang parkir sepeda, sepeda motor, dan ruang servis

4. Konsep Tata Massa

Tata massa berdasarkan pada prinsip keteraturan Montessori (terorganisasi/tertata) di mana

laboratorium alam menjadi dasar alur sirkulasi di sekelilingnya yang menyatukan massa dari

kegiatan-kegiatan yang ada. Mengingat pengguna utama adalah anak-anak (2-12 tahun) maka

perlu juga diperhatikan unsur kedinamisan dalam pengolahan tata massa (prinsip kebebasan Montessori).

S. Konsep Sirkulasi Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan Montessori

Sekolah Montessori merupakan sarana belajar untuk anak usia 2-12 tahun sehingga diperlukan

karakter sirkulasi yang santai dan fleksibel (prinsip kebebasan Montessori) namun tetap jelas

menghubungkan antara satu kegiatan/massa dengan kegiatan/massa yang lainnya (prinsip keteraturan Montessori).

Gb.V.10.Tata massa

Sumber : Analisa pribadi, 2010

Keterangan :

Jalur kendaraan

Jalur pejalan kaki

xcvi

T. Konsep Penampilan Bangunan Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan Montessori

Tampilan bangunan Sekolah Montessori memperhatikan karakter pengguna utama, yaitu anak-anak,

dengan menekankan pada prinsip-prinsip pendidikan Montessori.

Eksterior e. Atap

Penggunaan atap tradisional (limasan dan pelana) untuk memberikan kesan alami/natural

(prinsip alami Montessori). Selain itu juga sebagai usaha untuk mempertahankan identitas

lokal Surakarta serta penggunaan tritisan sebagai penyesuaian terhadap iklim lokal yaitu tropis.

f. Ketinggian bangunan

Sesuai dengan prinsip kohesi kemasyarakatan Montessori, ketinggian bangunan Sekolah

Montessori tidak melebihi bangunan di sekitarnya. Sebagian besar massa bangunan Sekolah

Montessori direncanakan hanya satu lantai. Namun untuk bangunan pendidik dan pengelola

dibuat dua lantai.

g. Ornamen bangunan

Beberapa ornamen yang direncanakan adalah :

3) Penonjolan fungsi elemen struktural

Penonjolan fungsi elemen struktural dalam kaitannya dengan eksplorasi indera penglihatan

dan imajinasi anak. Secara fisik struktural penonjolan fungsi merangsang perkembangan

kreativitas anak dilakukan dengan pemberian warna agar tetap terlihat menarik (prinsip keindahan Montessori).

4) Bentuk-bentuk geometris

Pemakaian elemen dinding dengan permainan bentuk-bentuk geometri yang diambil dari

salah satu Montessori material (Alat Peraga Montessori), yang ditata secara dinamis

(prinsip kebebasan Montessori) dengan warna-warna yang menarik sebagai usaha untuk

mengenalkan pada anak konsep bentuk dan warna.

xcvii

Interior

Gb.V.12.Gambar tampak ruang kelas kelompok bermain yang direncanakan

Sumber : Analisa pribadi, 2010

Gb.V.13.Gambar tampak ruang kelas taman kanak-kanak yang direncanakan

Sumber : Analisa pribadi, 2010

Gb.V.14.Gambar tampak ruang kelas sekolah dasar yang direncanakan

Sumber : Analisa pribadi, 2010

Gb.V.16.Gambar tata ruang perpustakaan yang direncanakan

Sumber : Analisa pribadi, 2010

Gb.V.15.Gambar tata ruang kelas yang direncanakan

Sumber : Analisa pribadi, 2010

Penonjolan dinding

memberi kesan

dinamis (prinsip

kebebasan

Montessori)

dengan warna-

warna cerah

(merah-kuning)

Lantai dari keramik

dengan motif

seperti parket,

sehingga memberi

kesan natural

Dinding dicat dengan warna oranye lembut, memberi

kesan ceria/menarik namun tetap terkesan natural

senada dengan warna perabot di dalamnya (warna asli

kayu) (prinsip keindahan dan alami Montessori)

Rak menjadi

sekat/pembatas

antara shared

learning area dan

xcviii

U. Konsep Pemilihan Bahan Bangunan Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan Montessori

1. Bidang dinding

2. Bidang lantai

3. Bidang atap

Bahan penutup atap : genteng.

Gb.V.18.Penggunaan keramik dan

karpet pada ruang kelas

Sumber : Analisa pribadi, 2010

Gb.V.19.Penggunaan keramik berpola

pada selasar

Sumber : Analisa pribadi, 2010

Gb.V.17.Penggunaan material alami pada

tampilan bangunan

Sumber : Analisa pribadi, 2010

Penggunaan kayu

berpola pada dinding

selasar

Penggunaan batu alam

pada dinding selasar

Penggunaan elemen batu alam

pada dinding ruang kelas

Penggunaan batu bata ekspose pada

dinding kamar mandi

xcix

V. Konsep Warna Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan Montessori

Penggunaan warna-warna yang ceria dan menarik (seperti warna-warna pelangi) sehingga dapat

memberikan nilai estetika pada tampilan bangunan (prinsip keindahan Montessori), penggunaan

warna juga bertujuan untuk mengenalkan konsep warna pada anak.

W. Konsep Lansekap Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan Montessori

Elemen alami lansekap :

1. Air

Kolam dan air mancur yang dominan tersusun oleh unsur air (prinsip alami Montessori) selain

berfungsi untuk memberi kesan estetika (prinsip keindahan Montessori) juga bisa difungsikan

sebagai penyetabil suhu kawasan.

2. Vegetasi

Tanaman bunga yang indah dan berbau harum untuk mempercantik taman (prinsip keindahan Montessori). Diletakkan di dekat kolam dan laboratorium alam.

3. Batuan

Perkerasan kerikil atau batu alam, memiliki tekstur abstrak dan baik untuk jalur sirkulasi

pedestrian. Memiliki daya serap air hujan cukup baik. Selain itu penggunaan batu alam dapat

memberikan kesan alami/natural (prinsip alami Montessori). Batu alam dibuat per kotak (1 m2)

dengan sela-sela rumput sehingga menyerap air.

4. Elemen tambahan (furniture lansekap)

a. Penerangan (lighting) Tabel V.2.Bentuk-bentuk penerangan di Sekolah Montessori

Gb.V.21. Contoh penggunaan warna-warna pelangi pada tampilan

bangunan ruang kelas KB

Sumber : Analisa pribadi, 2010

Gb.V.20. Contoh penggunaan genting metal pada atap bangunan penerima

Sumber : Analisa pribadi, 2010

c

Lampu jalur kendaraan

Lampu area parkir

Lampu pedestrian

Lampu taman

Sumber : Analisa pribadi, 2010

b. Tower air

Tower air berfungsi sebagai pengikat antara zona pendidikan KB-TK dan zona pendidikan

SD.

X. Konsep Struktur Bangunan

1. Struktur pondasi

Alternatif pondasi yang digunakan adalah pondasi footplat yang memiliki karakteristik sesuai

dengan jenis tanah area site yang juga karena ketinggian bangunan bukan berlantai banyak.

Pondasi footplat ini digunakan pada bangunan yang berlantai 2. Sehingga dari 13 massa

bangunan ada 2 massa yang menggunakan pondasi footplat. Pola grid persegi dengan ukuran

yang disesuaikan dengan ukuran bangunan. Sedangkan untuk bangunan yang berlantai 1

menggunakan pondasi batu kali.

2. Struktur dinding

Gb.V.22.Penataan lansekap

Sumber : Analisa pribadi, 2010

Area parkir sepeda

siswa dan sepeda

motor guru dan

pengelola

Area parkir mobil

Area parkir untuk penjemput

Laboratorium alam

Kolam

Kolam

Lapangan olahraga SD

Lapangan olahraga KB-TK

Grassblock Outdoor Learning

Environment KB-TK

Outdoor Learning

Environment SD

Taman dan ruang

tunggu penjemput

Tower air

Paving untuk jalur pejalan kaki Lampu taman

ci

Contoh modul struktur yang digunakan untuk bangunan kelas (berdasar pada alat peraga Montessori) : Ruang kelas kelompok bermain

Kursi kelas : 8 (1.2 x 0.8) = 0.5

Meja kelas : 8 (0.46 x 0.61) = 2.25

Rak : 4 (0.9 x 0.37) = 1.32

: 2.05

Loker : 2 (1.2 x 0.3) = 0.72

: 2 (1.2 x 0.3) = 0.72

Karpet : 6

3. Struktur atap

Struktur atap dipilih menggunakan struktur rangka baja (bangunan 2 lantai) dan kayu (bangunan

1 lantai) sebagai solusi desain.

Y. Konsep Sistem Utilitas

1. Konsep Sistem Penyediaan Air Bersih

Kebutuhan air bersih = 4823 liter

2. Konsep Sistem Sanitasi

a. Air kotor

Air kotor dari lavatory masuk ke septic tank lalu ke pembuangan akhir yaitu peresapan. Di

sekitar sekolah tidak ada riool kota sehingga semua pembuangan akhir disalurkan ke

peresapan. Jika suatu saat septic tank penuh, dapat disedot menggunakan mobil tinja.

b. Diameter pipa saluran air hujan (Dh) dan volume sumur resapan (Vr) adalah:

1) Bangunan penerima dan pengelola : (Dh = 5 inci, Vr = 28m³)

2) Ruang kelas KB : (Dh = 2.5 inci, Vr = 6 m³)

3) Ruang kelas TK : (Dh = 2.5 inci, Vr = 8 m³)

4) Ruang kelas SD (kelas 1,2,3) : (Dh = 4 inci, Vr = 24 m³)

Gb.V.23.Modul ruang kelas KB

Sumber : Analisa pribadi, 2010

cii

5) Ruang kelas SD (kelas 4,5,6) : (Dh = 4 inci, Vr = 20 m³)

6) Sentra KB-TK : (Dh = 3 inci, Vr = 12 m³)

7) Ruang kelas perpustakaan, : (Dh = 4 inci, Vr = 16 m³)

ruang komputer, ruang memasak,

lab. sains

8) Ruang kelas musik, kelas : (Dh = 4 inci, Vr = 16 m³)

drama, kelas lukis dan seni bentuk

9) Ruang olahraga indoor : (Dh = 2.5 inci, Vr = 6 m³)

10) Bangunan kantin dan koperasi : (Dh = 2.5 inci, Vr = 8 m³)

11) Bangunan servis : (Dh = 3 inci, Vr = 12 m³)

3. Konsep Sistem Kelistrikan

Sistem penyediaan listrik ada dua macam yaitu dari PLN dan mandiri menggunakan genset.

Listrik digunakan untuk pompa, penerangan dalam bangunan dan penerangan kawasan di

malam hari. Sumber utama adalah dari PLN. Genset digunakan sebagai persediaan cadangan

jika terjadi gangguan pada PLN. Tabel V.3. Kebutuhan listrik untuk penerangan

No Nama ruang Total daya (watt)

1 Ruang kelas 16776

2 Ruang serbaguna 1300

3 Perpustakaan 1666.5

4 Kelas komputer 2460

5

Penerima dan

pengelola

8310

6 Kantin 2550

7 Koperasi 2107

8 utilitas 1065

9 Gudang 470

10 Lavatory 375

Total 37079.5

Sumber : analisa pribadi, 2010

5. Konsep Sistem Pengamanan Bahaya Kebakaran.

a. Indoor hydrant diletakkan di ruang penerimaan.

b. Outdoor hydrant diletakkan di bagian

depan (agar dapat dijangkau mobil pemadam kebakaran), dekat bangunan pendidik dan

pengelola dan dekat dengan bangunan servis.

6. Konsep Jaringan Komunikasi

ciii

a. Telepon

Alat komunikasi yang menggunakan jasa Telkom ini diletakkan di kantor pengelola untuk

kebutuhan pengelolaan dan pelayanan informasi.

b. Faksimile

Faksimile adalah alat fotokopi jarak jauh untuk pengiriman berita secara tertulis melalui

saluran telepon. Alat ini diletakkan di kantor pengelola berjumlah 3.

6. Konsep Penanganan Sampah

Pembuatan TPS harus mampu menampung sampah minimal 1.2 m³.

DAFTAR PUSTAKA

Endarmiko, Eko, (2007), Tesaurus Bahasa Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Gettman, David, (1987), Basic Montessori: Learning Activities for Under-Fives, St.Martin/Press, New

York.

Hainstock, Elizabeth. G., (2008), Kenapa Montessori ?, Mitra Media.

Hainstock, Elizabeth. G., (2002), Montessori Untuk Sekolah Dasar, PT. Pustaka Delapratasa.

Hakim, Rustam, (1993), Unsur Perancangan dalam Arsitektur Lansekap, Bumi Aksara.

Mini A. P., Rose, (2007), Panduan Mengenal dan Mengasah Kecerdasan Majemuk Anak,

IndocarmPrima.

Osmond, (2000), Pusat Pengembangan Kreativitas Anak di Yogyakarta, Tesis : Yogyakarta.

Semiawan, Conny, Perspektif Anak Berbakat, Grasindo, Jakarta.

Sukresno, Taufik, (2005), Jogja Montessori School, TGA-UII : Yogyakarta.

Tedjasaputra, Mayke S, (2001), Bermain, Mainan dan Permainan untuk Pendidikan Usia Dini, PT

Gramedia, Jakarta.

Tim Pengembang Dinas, (2000), GBPP Kelompok Bermain, Dinas BPKB, Ungaran.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, (1989), Kamus Besar Bahasa

Indonesia., PN. Balai Pustaka, Dep. P&K., Jakarta.

Wijanarko, Wijang, (1998), Fasilitas Pendidikan Anak, TA-UGM : Yogyakarta.

http://cahayahati.multiply.com/journal/item/164/coretan-pendidikan-ala-Montessori

http://fakultas luar kampus.net/pola-pendidikan-baru-menurut-montessori/

http://herijurnalis.blogspot.com/2007/10/solo-baru-kota-mandiri-di-jawa.html

http//mandikdasmen.aptisi3.org/download 3 november 2008

http://www.wikipedia.org/

http://www.montessoribali.com

civ

http:// www.montessori-unlimited.com

http://www.sekolahrumah.com

The Foundation Montessori www.montessori=pl.org/montessori/

www.children.com

www.country-meadows-montessori.com

www.designshare.com

www.edfacilities.com

www.google.com

www.googleearth.com

www.kinderhauskids.org

www.skyscrapercity.com

www.solobaru.com

www.surakarta.go.id