16
Sejarah Tanaman Sagu Orang Sentani Sejarah persebaran tanaman sagu, menurut asal muasalnya tanaman sagu merupakan tanaman asli yang berasal dari Pulau Papua. Perjalan perserbaran tanaman sagu dari pusat kepala burung dimulai dengan melalui dua arah, yaitu ke barat dan ke timur. Persebaran ke arah barat melalui wilayah kepulauan Maluku, Ternate dan sampai ke Pulau Sumatera. Persebarannya ke arah timur dimulai dari kepala burung lalu melewati wilayah pesisir pantai dan rawa- rawa. Namun sepanjang pendistribusiannya melewati daerah- daerah tersebut (arah barat dan timur) ditemukan hampir kebanyakan tempat tidak cocok untuk ditanam tanaman sagu. Maksudnya tidak cocok dalam artian tanaman sagu dapat tumbuh pada sebagian daerah pesisir Papua namun jumlahnya dan jenisnya tidak begitu banyak. Dari seluruh daerah yang menjadi persebaran tanam sagu (arah barat maupun timur) hanya terdapat dua tempat yang cocok diarah bagian timur untuk budi daya tanaman sagu, yaitu Sarmi dan Sentani. Pada kenyataannya kedua tempat inilah yang paling banyak dijumpai tanaman sagu dengan berbagai jenis. Tanaman Sagu Dalam Kebudayaan Suku Sentani. Dalam tatanan sistem mata pencaharian orang Sentani, mengenal tiga usaha pokok, yaitu memancing ikan di danau, meramu sagu, dan berladang. Pada setiap usaha pokok mata pencaharian tersebut diserahkan urusannya kepada masing- masing marga yang diberi kepercayaan untuk mengerjakannya. Khusus dalam urusan sagu diserahkan kepada marga Mokay. Dalam urusan pengelolaan sagu pada sistem mata pencaharian Suku Sentani dikerjakan sepenuhnya oleh marga

Sejarah Tanaman Sagu Orang Sentani

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PendahuluanIsiPenutup

Citation preview

Sejarah Tanaman Sagu Orang SentaniSejarah persebaran tanaman sagu, menurut asal muasalnya tanaman sagu merupakan tanaman asli yang berasal dari Pulau Papua. Perjalan perserbaran tanaman sagu dari pusat kepala burung dimulai dengan melalui dua arah, yaitu ke barat dan ke timur. Persebaran ke arah barat melalui wilayah kepulauan Maluku, Ternate dan sampai ke Pulau Sumatera. Persebarannya ke arah timur dimulai dari kepala burung lalu melewati wilayah pesisir pantai dan rawa-rawa. Namun sepanjang pendistribusiannya melewati daerah-daerah tersebut (arah barat dan timur) ditemukan hampir kebanyakan tempat tidak cocok untuk ditanam tanaman sagu. Maksudnya tidak cocok dalam artian tanaman sagu dapat tumbuh pada sebagian daerah pesisir Papua namun jumlahnya dan jenisnya tidak begitu banyak.Dari seluruh daerah yang menjadi persebaran tanam sagu (arah barat maupun timur) hanya terdapat dua tempat yang cocok diarah bagian timur untuk budi daya tanaman sagu, yaitu Sarmi dan Sentani. Pada kenyataannya kedua tempat inilah yang paling banyak dijumpai tanaman sagu dengan berbagai jenis.Tanaman Sagu Dalam Kebudayaan Suku Sentani.Dalam tatanan sistem mata pencaharian orang Sentani, mengenal tiga usaha pokok, yaitu memancing ikan di danau, meramu sagu, dan berladang. Pada setiap usaha pokok mata pencaharian tersebut diserahkan urusannya kepada masing-masing marga yang diberi kepercayaan untuk mengerjakannya. Khusus dalam urusan sagu diserahkan kepada marga Mokay.Dalam urusan pengelolaan sagu pada sistem mata pencaharian Suku Sentani dikerjakan sepenuhnya oleh marga Mokay dengan memanjatkan ritual-ritual khusus. Sagu sebelum ditanam oleh marga lain terlebih dahulu mengundang salah satu orang dari marga Mokay untuk mendahului penenaman untuk memperlancar pertumbuhan sagu. Untuk hasil panen pun harus dilakukan terlebih dahulu dengan mengundang orang dari marga Mokay untuk terlebih dahulu melakukan pengambilan empulur. Tujuan dari keterlibatan marga Mokay adalah agar pohon sagu yang ditanam dapat bertumbuh dan menghasilkan empulur yang banyak pula.Tanaman sagu menurut orang Sentani dikenal dalam beberapa jenis yang menjadi andalan secara khusus pada acara-acara adat dan paling sering dikonsumsi. Jenis-jenis tersebut dibedakan berdasarkan daun, isi empulur, batang dan duri pada tanaman sagu. Orang Sentani menyebut jenis-jenis sagu tersebut adalahrando, para, yepah, folo, monggin, ruruna, yakalope, mannodanpanne.Masing-masing jenis sagu ini ada yang berkualitas baik dan ada yang hasilnya kurang baik. Misalnya sagu jenisparamerupakan sagu yang memiliki kualitas baik sehingga lebih banyak dikhususkan bagi pembayaran anak perempuan.Sedangkan sagu jenisyepahjuga merupakan salah satu jenis sagu dengan kualitas baik yang sering dimanfaatkan pada acara-acara besar saja. Sedangkan sagu jenispanneadalah jenis pohon sagu yang tinggi besar tetapi jika dipanen hasilnya kurang begitu bagus dan tidak banyak menghasilan pati sagu. Oleh sebab itu bagi orang Sentani sagu jenis ini lebih banyak dimanfaatkan untuk mengasilkan jamur sagu dan ulat sagu.Pemanfaatan Tanaman Sagu Oleh Orang SentaniSecara keseluruhan komponen tanaman sagu terdiri dari batang, daun dan pelepa daun yang merupakan komponen tanaman sagu. Di Kabupaten Jayapura, ketiga komponen dari tanaman sagu dalam pengelolaannya masing-masing dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.1.Daun SaguDalam kalangan penduduk Kabupaten Jayapura, pemanfaatan daun sagu biasanya dijadikan sebagai atap rumah. Biasanya daun yang dikumpulkan adalah daun sagu yang sudah cukup tua. Daun tersebut kemudian dijemur hingga kering dan dijahit meyerupai atap rumah dengan tali rotan dan jenis bamboo yang khusus digunakan dalam membuat atap rumah.2.Pelepa Daun SaguPelepa daun atau dalam bahasa sehari-hari disebut dengan gabah adalah merupakan komponen lain dari tanaman sagu yang juga sering dimanfaatkan oleh masyarakat setempat. Secara umum gabah dimanfaatkan oleh penduduk lokal sebagai bahan bangunan khususnya bagi pembuatan dinding rumah.3.Batang SaguBatang sagu merupakan komponen utama dari seluruh komponen tanaman sagu dan yang paling sering dimanfaatkan oleh penduduk lokal Jayapura. Sebab didalam batang sagu terdapat serat yang banyak mengandung pati sagu dan dijadikan sebagai makanan pokok/bahan makanan lokal. Selain itu batang pohon sagu juga dapat dimanfaatkan sebagai tiang atau balok jembatanTeknik Pengolahan Sagu Pada Orang SentaniUntuk memperoleh tepung sagu bukanlah suatu hal yang mudah, untuk itu diperlukan waktu dan tenaga ekstra dan juga memerlukan alat yang khusus pula. Proses awalnya dimulai dengan pemilihan pohon sagu yang usianya sudah cukup siap untuk dipanen. Biasanya usia pohon yang siap untuk dipanen pada usia 15 tahun. Setelah pemilihan pohon maka langkah selanjutnya adalah dilakukannya pembersihan tanaman/batang pohon sagu dari sisa-sisa pelepa daun dan tanamah lain yang tumbuh disekitar pohon sagu atau disekeliling batang pohon dan selanjutnya dilakukan penebangan.Pohon sagu yang telah ditebang kemudian dikupas kulitnya sampai terlihat serat (empulur) yang didalamnya mengandung pati sagu. Serat atau empulur tersebut kemudian diambil untuk kemudian diproses hingga menghasilkan tepung sagu. Untuk mengambil empulur biasanya dilakukan dengan memangkur atau dalam bahasa sehari-hari disebut menokok agar memisahkan empulur tersebut dari dalam batang pohon sagu. Pada saat proses pengambilan empulur dilakukan bersamaan dengan itu dibuatkan tempat peremasan untuk menaruh empulur.Serat atau empulur yang telah diambil dari batang pohon sagu kemudian dimasukkan kedalam tempat peremasan dan diaduk dengan air sehingga terjadi pemisahan antara pati sagu dengan empulur tersebut. Pati sagu yang terpisah akan terbawa oleh air kedalam wadah yang telah disediakan dan dibiarkan hingga mengendap. Hasil endapat pati sagu yang terdapat didalam wadah itulah yang kemdudian diambil menjadi tepung sagu yang siap diolah menjadi makanan pokok penduduk lokal Jayapura.Pekerjaan pemanenan tanaman sagu ini biasanya dilakukan oleh laki-laki dan perempuan, dimana laki-laki lebih kepada pekerjaan penebangan dan pengambilan empulur. Sedangkan peremapuan lebih kepada pekerjaan peremasan untuk mendapatkan pati sagu. Untuk melakukan pekerjaan pemanenan sagu biasanya dikerjakan paling kurang satu minggu atau lebih untuk menyelesaikan seluruh rangkaian kegiatan tersebut.Peralatan Pengolahan Sagu Orang SentaniUntuk menenebang pohon sagu biasanya digunakan kampak, yang juga digunakan untuk menguliti kulit batang pohon sagu. Sedangkan untuk menokok digunakan alat penokok yang terbuat dari dari kayu dan dikat dengan rotan. Ujuang alat penokok sagu dibuat dari satu gelang besi agar dapat menghancurkan empulur batang. Namun saat ini seiring dengan perkembangan teknologi alat penokok ini sudah jarang digunakan.Masyarakat lebih memilih menggunakan mesin parut yang didesain khusus untuk melakukan pemarutan terhadap empulur sagu. Alasan memilih mesin parut adalah karena dengan menggunkan alat ini maka pekerjaan mengambil empulur menjadi lebih cepat selesai dan lebih hemat waktu dan energy. Sebab dengan menggunkan alat penokok tradisional lebih banyak terjadi pemborosan waktu dan tenaga dan juga penyelesaian pekerjaan menjadi lebih lama.http://sosbud.kompasiana.com/2014/06/25/pengelolaan-sagu-pada-orang-sentani-669058.html

Anda mungkin pernah mendengar makanan ini, tapi pernahkah anda membayangkan bagaimana bentuknya ? Bagi anda yang belum tahu, mungkin anda bisa membayangkan kanji. Tahu kan tepung kanji yang dikasih air panas ? Kira-kira gimana bentuknya ? Seperti Lem bukan ? Kalau lem itu anda makan gimana rasanya ? heheh. Aneh pasti ya ?Maka dari itu, dulu pernah ada joke kalau orang ambon dilarang masuk kantor post. Lha kok bisa ? Soalnya lem surat dan perangko yang disedikan di kantor post nanti dikira papeda. Hahaha.Bahan utama papeda adalah berasal dari tepung sagu yang tentunya berasal dari pohon sagu juga. Nah, sagu ini sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia bagian timur, khususnya Maluku dan Papua. Tapi ternyata juga dikenal oleh masyarakat rumpun melayu yang lain, seperti Malaysia dan Brunai. Bahkan makanan yang disebut papeda ini, dikenal juga di sana dengan namaLinut. Selain itu, di Sulawesi Selatan, khususnya masyarakat daerah Luwu (Kota Palopo, Kabupaten Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur), papeda dikenal dengan namaKapurung.Walupun mungkin aneh bagi anda, bagi saya makanan ini cukup lezat disantap. Gimaan lezatnya, kalau makannya hanya begitu saja ? Ya memang, kalau hanya pepedanya doang, siapa juga yang mau. Jadi menurut saya, sajian papeda itu tidak bisa dipisahkan dari menu pelengkapnya. Sehingga kalau ada yang mengaku kalau ia pernah makan papeda, hal itu berarti papeda dicampur (mix) dengan menu yang lain.Saya tidak tahu bagaimana cara menyajikanya di Malaysia, Brunai atau di Sulawesi Selatan. Namun kebiasaan untuk masyarakat Maluku dan Papua, papeda disajikan bersama menu lain kuah ikan kuning dan ikan bakar atau goreng. Walaupun dapat dimix dengan menu yang lain, namun yang saya tahu, khususnya untuk masyarakat Maluku, papeda dipasangkan dengan (sayur) kuah ikan kuning, ini adalah pasangan yang tepat dan menjadi kegemaran banyak orang .

Sagu didalam tumang - googleTepung sagu yang dipilih utuk membuat papeda harus yang baik, karna dapat menentukan kualitas papeda itu sendiri. Tapi bukan tepung sagu yang dijual di super market. Setahu saya, kualitas papeda yang saya makan berasal dari tepung sagu berwarna putih bersih yang agak basah dan padat, artinya tidak sehalus tepung sagu yang dijual di supermarket. Tepung sagu yang saya kenal itu ditempatkan dalam satu wadah yang juga terbuat dari daun sagu, yang dinamakan tumang.Cara membuat papeda walau kelihatannya mudah, tetapi tidak sembarang orang bisa melakukannya. Kalau sampai salah menakar, papeda yang dihasilkan terlalu cair. Biasanya tepung sagu dicairkan terlebih dahulu dengan air secukupnya (kadang dikasih gula dan garam juga). Setelah itu, gunakan air panas (mendidih) untuk dilarutkan ke tepung sagu yang sudah dicairkan tersebut. Pada saat air panas dituangkan, perlahan-lahan diaduk sehingga sagu matang secara merata.http://wisata.kompasiana.com/kuliner/2012/02/04/papeda-makanan-khas-yang-unik-432925.html

Cara mengabil Papeda - GoogleSetelah hidangan pelengkap lain telah tersedia, papeda juga siap untuk disantap. Nah cara mengambil papeda dari tempatnya untuk dipindahkan ke piring tentu saja memerlukan cara tersendiri. Tidak bisa menggunakan sendok, seperti mengambil kuah dari wadahnya. Biasanya papeda digulung berulang-ulang dengan dua belah sumpit bambu hingga terpisah dari gumpalan papeda utama untuk dipindahkan ke piring makan. Setelah dirasa cukup, papeda di piring ditambahkan dengan kuah ikan kuning secukupnya, ikan kuning itu sendiri atau ikan bakar yang ada. Papeda sendiri tidak memilki rasa, oleh karena itu sangat ditentukan dengan kelezatan Kuah ikan kuning. Inilah kunci dari hindangan papeda sesungguhnya.Nah bagian paling seru adalah cara menyantapnya. Banyak orang yang tidak biasa, mungkin berpikir untuk menggunakan sendok seperti biasanya. Memang tidak ada yang malarang, namun penduduk asli Maluku atau Papua tidak akan menggunakan cara tersebut. Papeda yang sudah dicampur dengan kuah ikan kuning akan disedot perlahan-lahan dari ujung (pinggir) piring, sambil meminum kuah ikan kuning. Aneh ya ? Tapi itu cara mereka menyantapnya.O yaa, papeda jangan dijadikan makanan utama atau tunggal kecuali bagi mereka yang sudah terbiasa, apalagi untuk mempertahankan rasa kenyang. Karena selang beberapa jam kemudian anda akan merasa lapar kembali. Setelah menyantap papeda secukupnya, anda boleh beralih ke jenis makanan lain untuk melengkapi kebutuhan perut anda.Ingin mencoba ?

Papeda Khas Papua7 Oktober, 2013 pukul 10:49 am Filed underKhas Daerahhttps://cuek.wordpress.com/2013/10/07/papeda-khas-papua/1 Votes

Bahan: 100 gr tepung sagu 1000 cc air 1/2 sdt garam 1/2 sdt gulaCara Membuat: Cairkan tepung sagu dengan 300 ml air Tambahkan garam dan gula Didihkan sisa air Tuang air yang sudah mendidih ke dalam larutan tepung sagu, aduk perlahan sehingga sagu matang merata Papeda dikatakan sudah matang jika sudah berwarna bening jika masih belum merata matangnya adonan bisa dimasak di atas api kecil sambil terus diaduk Jika sudah bening angkat dan sajikan hangat.Ikan Kuah Kuning Sebagai Pelengkap PapedaBahan : 1/2 kg ikan tongkol, bersihkan dan rendam dengan jeruk nipis dan garam 1 buah jeruk nipis, peras kemangi, siangi cabe rawit hijau, buang batangnya 2 sdm minyak untuk menumis 1 batang sereh, memarkan 2 lembar daun salam 600 ml air matangBumbu yang dihaluskan: 2 siung bawang putih 4 buah bawang merah 3 buah kemiri 2 cm jahe 2 cm kunyit 1 sdm gula pasir 1 sdt sdm garamCara membuatnya : Tumis bumbu yang sudah dihaluskan beserta sereh dan salam hingga harum dan matang Tambahkan air matang, masak hingga mendidih Masukkan ikan, garam, gula dan cabe rawit, masak hingga ikan matang Sesaat sebelum masakan diangkat, tambahkan daun kemangi dan jeruk nipis, aduk rata Sajikan sebagai pelengkap papedaSelamat Mencoba.

SAGU sangat penting bagi orang Asmat, menurut adat setempat Pohon sagu memiliki cerita sejarah asal-usul. Dari Ke-12 rumpun di Asmat masing-masing memiliki cerita Mitos asal-usul sagu secara berbeda. Namun inti mitos 12 rumpun tersebut sama. Yaitu Penemu pohon sagu di Asmat adalahBeweripits.

Berikut ini merupakan salah satu cerita rakyat diambil dari rumpunBismamAsmat. Seperti yang dikisahkan oleh sejumlah penulis cerita rakyat orang asmat, pada zaman dahulu di kali Pets hiduplah seorang Biwiripits (pria tampan dan gagah perkasa). Dan istrinya bernamaTeweraut(wanita cantik, molek dan lemah gemulai). Biwiripits dan Teweraut hidup bersama saudara-saudaranya dan mereka tidak mengenal sagu, sebelumnya. Mereka hanya makan ikan, pucuk nipah, buah nipah, siput dan kepiting (keraka) yang menjadi makanan pokok seharian mereka.

Suatu hari Biwiripits bermimpi menemui sejenis pohon palma yang berduri di tengah hutan. Dalam mimpinya, Dia bersama istrinya menebang pohon palma itu. Lalu menokok serta mengolah sari tepungnya dan memakan tepung itu dan hasilnya lezat. Setelah terbangun dari tidurnya, dia teringat dan termenung merenungkan isi mimpinya.

Keesokan harinya, Biwiripits pergi (sendirian) ke hutan mencari pohon impiannya. Setiap kali ia pulang seusai mencari pohon tersebut, ia selalu merahasiakan kepada istri dan saudara-saudarinya. Satu hari, Teweraut mendekatinya untuk menanyakan maksud kepergiannya. Namun ia sama sekali tidak mau menceritakan hal tersebut kepada siapapun, sampai suatu hari Ia berhasil menemukan pohon impiannya. Keadaan itu berlangsung terus menerus sehingga istrinya merasa jengkel. Kejengkelan mereka karena kuatir suaminya bisa mendapat musibah. Lagipula Biwiripits tidak mau istrinya mengikutinya. Maka Biwiripits bertujuan untuk mengelabuhi istrinya dengan cara (Biwiripits) pindah ke adat Jew. Di rumah Jew Ia bertingkah dan berbuat seakan-akan tidak pernah keluar dari Jew.

Suatu hari, Biwiripits ke hutan lagi. Di tengah hutan ia menginjak duri sagu sehingga kakinya terasa sakit. Setelah pulang ke rumah, ia mengambilTaf(duri ikan kakap). Biwiripits yakin bahwa duri yang menusuk kakinya adalah duri pohon impiannya. Kemudian duri (Taf) tersebut di bawah ke hutan dan ditanam kembali ke lumpur. Keesokan paginya Biwiripits pergi menengok ke tempat duri diletakkan, ternyata di tempat itu telah ditumbuhi sebatang pohon palma berduri sesuai impiannya ketika berpimpi. Akhirnya Biwiripits melompat kegirangan.

Biwiripits lekas pulang ke rumah dan memberitahu kepada istri dan saudara-saudaranya untuk menyiapkan peralatan sesuai dalam mimpinya. Setelah semuanya sudah siap, berangkatlah mereka ke tempat pohon sagu yang tumbuh. Biwiripits menebang pohon tersebut. Setelah pohon itu tumbang, duri-durinya yang melakat pada pohon tersebut dibersihkan, dikupas kulitnya dan ditokok serta sari tepungnya diramas sesuai petunjuk mimpi). Hasilnya diisi dalam noken yang dibawah oleh Biwiripits dan keluarganya. Karena noken Biwiripits terlalu penuh dan berat, sehingga ketika pulang Biwiripits tergelincir pada pada titian kayu setapak di tengah jalan. Akhirnya Biwiripits tertanam dalam lumpur sebatas leher, istri dan saudara-saudaranya berusaha mengangkatnya. Namun usaha keluarganya sia-sia belaka. Maka Biwiripits berpesan kepada mereka:biarlah kamu pulang dahulu ke rumah. Mendengar pesan tersebut, mereka semua berpulang ke rumah sambil meratapi nasib Biwiripits.

Keesokan harinya mereka ke hutan lagi untuk mengetahui keadaan Biwiripits, setibanya di sana mereka tidak melihat Biwiripits. Mereka hanya melihat pohon-pohon sagu disekitar dimana tempat Biwiripits tertanam. Biwiripits berubah menjadi pohon sagu.

Sejak itulah, orang Asmat mengenal dan memakan sagu (Ambas, Amos atau amsa) sebagai makanan pokok bagi orang asmat.

Sumber :[Willem Bobi/Tabloid Jubi]http://galerianakpapua.blogspot.com/2012/06/asal-mula-pohon-sagu.html?m=1