26
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Sectio caesarea berarti bahwa bayi dikeluarkan dari uterus yang utuh melalui operasi abdomen. Di negara- negara maju, angka sectio caesarea meningkat dari 5 % pada 25 tahun yang lalu menjadi 15 %. Peningkatan ini sebagian disebabkan oleh “mode”, sebagian karena ketakutan timbul perkara jika tidak dilahirkan bayi yang sempurna, sebagian lagi karena pola kehamilan, wanita menunda kehamilan anak pertama dan membatasi jumlah anak (Jones, 2002). Menurut statistik tentang 3.509 kasus sectio caesarea yang disusun oleh Peel dan Chamberlain, indikasi untuk sectio caesaria adalah disproporsi janin panggul 21%, gawat janin 14%, plasenta previa 11% pernah sectio caesaria 11%, kelainan letak janin 10%, pre eklamsi dan hipertensi 7% dengan angka kematian ibu sebelum dikoreksi 17% dan sesudah dikoreksi 0,5% sedangkan kematian janin 14,5% (Winkjosastro, 2005).

sectio cesar.docx

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah sectio caesarea

Citation preview

Page 1: sectio cesar.docx

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Sectio caesarea berarti bahwa bayi dikeluarkan dari uterus yang utuh

melalui operasi abdomen. Di negara-negara maju, angka sectio caesarea

meningkat dari 5 % pada 25 tahun yang lalu menjadi 15 %. Peningkatan ini

sebagian disebabkan oleh “mode”, sebagian karena ketakutan timbul perkara jika

tidak dilahirkan bayi yang sempurna, sebagian lagi karena pola kehamilan, wanita

menunda kehamilan anak pertama dan membatasi jumlah anak (Jones, 2002).

Menurut statistik tentang 3.509 kasus sectio caesarea yang disusun oleh

Peel dan Chamberlain, indikasi untuk sectio caesaria adalah disproporsi janin

panggul 21%, gawat janin 14%, plasenta previa 11% pernah sectio caesaria 11%,

kelainan letak janin 10%, pre eklamsi dan hipertensi 7% dengan angka kematian

ibu sebelum dikoreksi 17% dan sesudah dikoreksi 0,5% sedangkan kematian janin

14,5%(Winkjosastro, 2005).

Menurut Andon dari beberapa penelitian terlihat bahwa sebenarnya angka

kesakitan dan kematian ibu pada tindakan operasi sectio caesarea lebih tinggi

dibandingkan dengan persalinan pervaginam. Angka kematian langsung pada

operasi sesar adalah 5,8 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kesakitan

sekitar 27,3 persen dibandingkan dengan persalinan normal hanya sekitar 9 per

1000 kejadian. WHO (World Health Organization) menganjurkan operasi sesar

hanya sekitar 10-15 % dari jumlah total kelahiran.

Page 2: sectio cesar.docx

Anjuran WHO tersebut tentunya didasarkan pada analisis resiko-resiko

yang muncul akibat sesar. Baik resiko bagi ibu maupun bayi. (Nakita, 2008).

Pada tahun 2007-2008 jumlah persalinan dengan tindakan section

caesarea di Rumah Sakit Umum Meuraxa Banda Aceh berjumlah 145 kasus dari

745 persalinan keseluruhannya atau 19,46 %. Dari data diatas dapat disimpulkan

bahwa angka tersebut sudah melebihi batas yang ditetapkan oleh WHO yaitu 10-

15 % (Iqbal, 2002).

Post partum dengan sectio caesaria dapat menyebabkan perubahan atau

adaptasi fisiologis yang terdiri dari perubahan involusio, lochea, bentuk tubuh,

perubahan pada periode post partum terdiri dari immiediate post partum, early

post partum, dan late post partum, proses menjadi orang tua dan adaptasi

psikologis yang meliputi fase taking in, taking hold dan letting go. Selain itu juga

terdapat luka post op sectio caesarea yang menimbulkan gangguan

ketidaknyamanan : nyeri dan resiko infeksi yang dikarenakan terputusnya jaringan

yang mengakibatkan jaringan terbuka sehingga memudahkan kuman untuk masuk

yang berakibat menjadi infeksi.

Page 3: sectio cesar.docx

BAB II

Konsep Teoritis Secara Medis

I. Pengertian

Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan

membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi

untuk melahirkan janin dari dalam rahim.

Sectio cecarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan cara membuat

sayatan pada dinding uterus melalui dinding perut atau vagina (Mochtar 1998).

Menurut Wiknjosastro (2002) sectio cecarea adalah pembedahan untuk

melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus.

Mansjoer (1999) berpendapat bahwa sectio cecarea adalah pembedahan untuk

melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan rahim. Ahli lain

berpendapat bahwa sectio cecarea adalah persalinan melalui sayatan pada dinding

abdomen yang masih utuh dengan berat janin lebih dari 1000 gram atau umur

kehamilan lebih dari 28 minggu (Manuaba 1998).

II. Jenis – Jenis Operasi Sectio Caesarea

Abdomen (sectio caesarea abdominalis)

a. Sectio caesarea transperitonealis:

1) SC klasik atau corporal (dengan insisi memanjang pada corpus uteri).

Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10 cm

Page 4: sectio cesar.docx

· Kelebihan:

Mengeluarkan janin dengan cepat.

Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik.

Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal.

· Kekurangan:

Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada reperitonealis

yang baik.

Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan.

2) SC ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada segmen bawah

rahim).

Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen bawah

rahim (low servical transversal) kira-kira 10 cm.

· Kelebihan:

Penjahitan luka lebih mudah.

Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik.

umpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi

uterus ke rongga peritoneum.

Page 5: sectio cesar.docx

Perdarahan tidak begitu banyak.

Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau lebih kecil.

· Kekurangan:

Luka dapat melebar kekiri, kanan, dan bawah sehingga dapat menyebabkan

uteri uterine pecah sehingga mengakibatkan perdarahan banyak.

Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi.

b. SC ekstra peritonealis yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengan

demikian tidak membuka cavum abdominal.

Vagina (section caesarea vaginalis)

Menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Sayatan memanjang (longitudinal).

2. Sayatan melintang (transversal).

3. Sayatan huruf T (T insicion).

III. Indikasi

Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan

menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-hal

yang perlu tindakan SC proses persalinan normal lama/ kegagalan proses

persalinan normal (Dystosia):

- Fetal distress.

- His lemah/melemah.

Page 6: sectio cesar.docx

- Janin dalam posisi sungsang atau melintang.

- Bayi besar (BBL > 4,2 kg).

- Plasenta previa.

- Kalainan letak.

- Disproporsi Cevalo-Pelvik (ketidakseimbangan antar ukuran kepala dan

panggul).

- Rupture uteri mengancam.

- Hydrocephalus.

- Primi muda atau tua.

- Partus dengan komplikasi.

- Panggul sempit.

- Problema plasenta.

IV. Pohon Masalah

Page 7: sectio cesar.docx

Kelemahan Umum, partus tidak maju/partus lama, penyakit Jantung,

Placenta Previa dengan perdarahan hebat atau Placenta previa marginalis

Pintu vagina lemah, tumor vagina tumor cervic

Kehamilan Serotinus (lebih dari 42 minggu)

Distocia karena kekurangan his

Prolapsus Foniculli

Sectio Caesarea

Perdarahan Nyeri Abdomen Gangguan Integritas Kulit

Perlukaan

Shock Gangguan Rasa Nyaman

Defisit Volume Cairan Gangguan Aktivitas Resiko Tinggi Infeksi

V. Tanda dan Gejala

Page 8: sectio cesar.docx

a) Kejang parsial ( fokal, lokal )

Kejang parsial sederhana :

Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal berikut ini:

1. Tanda – tanda motoris, kedutan pada wajah, atau salah satu sisi tubuh;

umumnya gerakan setipa kejang sama.

2. Tanda atau gejala otonomik: muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi pupil.

3. Gejala somatosensoris atau sensoris khusus : mendengar musik, merasa seakan

ajtuh dari udara, parestesia.

4. Gejala psikis : dejavu, rasa takut, visi panoramik.

Kejang parsial kompleks

1. Terdapat gangguankesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang parsial

simpleks.

2. Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik : mengecap – ngecapkan

bibir,mengunyah, gerakan menongkel yang berulang – ulang pada tangan dan

gerakan tangan lainnya.

3. Dapat tanpa otomatisme : tatapan terpaku

b) Kejang umum ( konvulsi atau non konvulsi )

Kejang absens

1. Gangguan kewaspadaan dan responsivitas

Page 9: sectio cesar.docx

2. Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung kurang dari 15

detik

3. Awitan dan akhiran cepat, setelah itu kempali waspada dan konsentrasi penuh

Kejang mioklonik

1. Kedutan – kedutan involunter pada otot atau sekelompok otot yang terjadi

secara mendadak.

2. Sering terlihat pada orang sehat selaam tidur tetapi bila patologik berupa

kedutan keduatn sinkron dari bahu, leher, lengan atas dan kaki.

3. Umumnya berlangsung kurang dari 5 detik dan terjadi dalam kelompok.

4. Kehilangan kesadaran hanya sesaat.

Kejang tonik klonik

1. Diawali dengan kehilangan kesadaran dan saat tonik, kaku umum pada otot

ekstremitas, batang tubuh dan wajah yang berlangsung kurang dari 1 menit.

2. Dapat disertai hilangnya kontrol usus dan kandung kemih.

3. Saat tonik diikuti klonik pada ekstrenitas atas dan bawah.

4. Letargi, konvulsi, dan tidur dalam fase postictal

Kejang atonik

Page 10: sectio cesar.docx

1. Hilngnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan kelopak mata

turun, kepala menunduk,atau jatuh ke tanah.

2. Singkat dan terjadi tanpa peringatan.

VI. Komplikasi

Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain:

1. Infeksi puerperal (Nifas):

- Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari.

- Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit

kembung.

- Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik.

2. Perdarahan:

- Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka.

- Perdarahan pada plasenta bed.

3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila

peritonealisasi terlalu tinggi.

4. Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan berikutnya.

VII. Pemeriksaan Diagnostik

Page 11: sectio cesar.docx

1. Elektroensefalogram ( EEG ) : dipakai unutk membantu menetapkan jenis dan

fokus dari kejang.

2. Pemindaian CT : menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dri biasanya

untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.

3. Magneti resonance imaging ( MRI ) : menghasilkan bayangan dengan

menggunakan lapanganmagnetik dan gelombang radio, berguna untuk

memperlihatkan daerah – daerah otak yang itdak jelas terliht bila menggunakan

pemindaian CT

4. Pemindaian positron emission tomography ( PET ) : untuk mengevaluasi kejang

yang membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik

atau alirann darah dalam otak

5. Uji laboratorium

Pungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler

Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit

Panel elektrolit

Skrining toksik dari serum dan urin

GDA

Kadar kalsium darah

Kadar natrium darah

Kadar magnesium darah

Page 12: sectio cesar.docx

VIII. Penatalaksanaan

1. Memberantas kejang Secepat mungkin.

Diberikan antikonvulsan secara intravena jika klien masih dalam keadaan kejang,

ditunggu selama 15 menit, bila masih terdapat kejang diulangi suntikan kedua

dengan dosis yang sama juga secara intravena. Setelah 15 menit suntikan ke 2

masih kejang diberikan suntikan ke 3 dengan dosis yang sama tetapi melalui

intramuskuler, diharapkan kejang akan berhenti. Bila belum juga berhenti dapat

diberikan fenobarbital atau paraldehid 4 % secara intravena.

2. Pengobatan penunjang

Sebelum memberantas kejang tidak boleh Dilupakan perlunya pengobatan

penunjang

Semua pakaian ketat dibuka

Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung

Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen, bila perlu

dilakukan intubasi atau trakeostomi.

Penhisapan lendir harus dilakukan secara tertur dan diberikan oksigen.

3. Pengobatan rumat

Profilaksis intermiten

Page 13: sectio cesar.docx

Untuk mencegah kejang berulang, diberikan obat campuran anti konvulsan dan

antipietika. Profilaksis ini diberikan sampai kemungkinan sangat kecil anak

mendapat kejang demam sederhana yaitu kira - kira sampai anak umur 4 tahun.

Profilaksis jangka panjang

Diberikan pada keadaan

Epilepsi yang diprovokasi oleh demam

Kejang demam yang mempunyai ciri:

- Terdapat gangguan perkembangan saraf seperti serebral palsi, retardasi

perkembangan dan mikrosefali

- Bila kejang berlangsung lebih dari 15 menit, berdifat fokal atau diikiuti kelainan

saraf yang sementara atau menetap

- Riwayat kejang tanpa demam yang bersifat genetik

- Kejang demam pada bayi berumur dibawah usia 1 bulan

4. Mencari dan mengobati penyebab

BAB III

Konsep Teoritis Asuhan Keperawatan

Page 14: sectio cesar.docx

A. Pengkajian

1. Sirkulasi

Perhatikan riwayat masalah jantung, udema pulmonal, penyakit vaskuler perifer

atau stasis vaskuler (peningkatan resiko pembentukan thrombus).

2. Integritas ego

Perasaan cemas, takut, marah, apatis, serta adanya factor-faktor stress multiple

seperti financial, hubungan, gaya hidup. Dengan tanda-tanda tidak dapat

beristirahat, peningkatan ketegangan, stimulasi simpatis.

3. Makanan/cairan

Malnutrisi, membrane mukosa yang kering pembatasan puasa pra operasi

insufisiensi Pancreas/ DM, predisposisi untuk hipoglikemia/ ketoasidosis.

4. Pernafasan

Adanya infeksi, kondisi yang kronik/batuk, merokok.

5. Keamanan

- Adanya alergi atau sensitive terhadap obat, makanan, plester dan larutan.

- Adanya defisiensi imun.

- Munculnya kanker/adanya terapi kanker.

- Riwayat keluarga, tentang hipertermia malignan/reaksi anestesi.

- Riwayat penyakit hepatic.

Page 15: sectio cesar.docx

- Riwayat tranfusi darah.

- Tanda munculnya proses infeksi.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Devisit Volume Cairan b.d perdarahan.

2. Gangguan Aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi.

3. Gangguan rasa nyaman: Nyeri b.d luka post operasi.

4. Resiko tinggi Infeksi s.d perdarahan, luka post operasi.

5. Gangguan Integritas Kulit b.d tindakan pembedahan.

C. Intervensi Keperawatan

Dx 1. Devisit Volume Cairan b.d Perdarahan

Tujuan: Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output

baik jumlah maupun kualitas.

Intervensi:

a. Kaji kondisi status hemodinamika.

R/ Pengeluaran cairan akibat operasi yang berlebih merupakan faktor utama

masalah.

b. Ukur pengeluaran harian.

Page 16: sectio cesar.docx

R/ Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah dengan

jumlah cairan yang hilang selama masa post operasi dan harian.

c. Berikan sejumlah cairan pengganti harian.

R/ Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan masif.

d. Evaluasi status hemodinamika.

R/ Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui pemeriksaan fisik.

Dx 2. Gangguan Aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi

Tujuan: Kllien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi

Intervensi:

a. Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas.

R/ Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi perdarahan masif

perlu diwaspadai untuk menccegah kondisi klien lebih buruk.

b. Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi luka dan kondisi tubuh umum.

R/ Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ reproduksi,

tetapi dapat mempengaruhi kondisi luka post operasi dan berkurangnya energi.

c. Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari.

R/ Mengistiratkan klilen secara optimal.

Page 17: sectio cesar.docx

d. Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan/kondisi

klien.

R/ Mengoptimalkan kondisi klien, pada abortus imminens, istirahat mutlak sangat

diperlukan.

e. Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas.

R/ Menilai kondisi umum klien.

Dx 3. Gangguan rasa nyaman : Nyeri b.d luka post operasi

Tujuan: Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami.

Intervensi:

a. Kaji kondisi nyeri yang dialami klien.

R/ Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala maupun

dsekripsi.

b. Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya.

R/ Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi nyeri.

c. Ajarkan teknik distraksi.

R/ Pengurangan persepsi nyeri.

d. Kolaborasi pemberian analgetika.

R/ Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan pemberian

analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum luas/spesifik.

Page 18: sectio cesar.docx

Dx 4. Resiko tinggi Infeksi b.d perdarahan, luka post operasi.

Tujuan: Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan dan luka operasi.

Intervensi:

a. Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau dari luka

operasi.

R/ Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart keluar. Adanya

warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda infeksi.

b. Terangkan pada klien pentingnya perawatan luka selama masa post operasi.

R/ Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan luka.

c. Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart.

R/ Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart.

d. Lakukan perawatan luka.

R/ Inkubasi kuman pada area luka dapat menyebabkan infeksi.

e. Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda inveksi.

R/ Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik infeksi; demam

dan peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan gejala infeksi.

Page 19: sectio cesar.docx

BAB IV

Kesimpulan

Dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien pre dan pasca SC,

terdapat 4 hal penting yang secara terus menerus harus diperhatikan, yaitu:

1. Pemahaman terhadap sifat kegawatdaruratan yang dapat mengancam dua

kehidupan sekaligus yaitu Ibu dan bayinya.

2. Pemahaman respons fisik tubuh klien terhadap luka operasi serta berbagai

masalah yang dapat mempengaruhinya.

3. Pemahaman respons psikis klien berkaitan dengan operasi yang akan

dilaksanakan pada dirinya maupun pada citradiri pasca operasi,

4. Pemahaman pada upaya mempersiapkan ibu dan bayi untuk perawatan mandiri

dirumah merupakan hal penting yang perlu dibahas secara bersama. 

Page 20: sectio cesar.docx

DAFTAR PUSTAKA

1. Doengoes, M E, 2000, Rencana Askep pedoman untuk perencanaan dan

pendokumentasian perawatan klien, Jakarta : EGC

2. Muchtar, Rustam,(1998), Sinopsis Obstetri, Edisi 2, Jilid 1, EGC. Jakarta.

3. Prawirohardjo, S. 2000. Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal

dan neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

4. Sarwono Prawiroharjo,(1999)., Ilmu Kebidanan, Edisi 2 Cetakan II Yayasan

Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

5. Winkjosastro, Hanifa, 2005, Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka