18

Click here to load reader

SAP TOXO

Embed Size (px)

DESCRIPTION

toxoplasmosis

Citation preview

PAKET PENYULUHAN

TOXOPLASMOSIS

Oleh:FIRDANI SAM LUBIS

ALIYAH ADEK RAHMAH

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2015

LEMBAR PENGESAHAN

PAKET PENYULUHAN

PENYAKIT JANTUNG BAWAANG RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG, RUANG 15

Oleh :Aliyah Adek Rahmah105070200111024

Firdani Sam Lubis105070207111002

Telah diperiksa kelengkapannya pada:

Hari

: Jumat

Tanggal : 27 Maret 2015Mengetahui,Pembimbing Ruangan 29

Pembimbing Institusi

NIP

NIP

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan: ToxoplasmosisWaktu

: 60 MenitHari / Tanggal

: Jumat, 27 Maret 2015 Tempat

: Ruang 29 RSU Dr. Saiful Anwar Malang

Sasaran

: Keluarga dan pasien di Ruang 29 RSU Dr. Saiful Anwar Malang

A. LATAR BELAKANGPenyakit parasiter saat ini menjadi ancaman yang cukup serius bagi manusia. Ada 6 jenis penyakit parasiter yang sangat serius melanda dunia, yaitu malaria, schistosomiasis, leismaniasis, toksoplasmosis, filariasis, dan tripanosomiasis. Penyakit parasiter tersebut hampir semuanya dijumpai di negara-negara tropis yang memiliki berbagai ragam masalah seperti penduduk yang padat, pertumbuhan penduduk relatif tinggi dan jaminan kesehatan yang masih rendah (Artama, 2009). Berdasarkan data WHO diketahui sekitar 800 juta orang di daerah tropis menderita malaria, 200juta schistosomiasis, 200 juta leismaniasis, 120 juta filariasis, 13 juta tripanosomiasis dan lebih dari 300 juta menderita toksoplasmosis (WHO,2012)

Toksoplasmosis adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh protozoa bersel tunggal yang disebut Toxoplasma gondii. Distribusi infeksi penyakit ini tersebar luas di seluruh dunia. Luasnya penyebaran toksoplasmosis pada manusia dan hewan baik hewan piaraan maupun satwa liar menyebabkan penyakit ini telah lama dimasukkan ke dalam program zoonosis dari Food and Agricultural Organization (FAO) dan World Health Organization (WHO) (Soejoedono, 2004).

Infeksi Toxoplasma gondii dapat terjadi karena perolehan maupun kongenital, yang sering kali tidak menimbulkan gejala yang jelas atau sub klinis sehingga kebanyakan tidak disadari. Gejala klinis yang paling banyak terjadi adalah limfadenopati sedangkan manifestasi berat dapat terjadi ensefalitis (peradangan pada otak), sepsis sindrom atau shock dan miokarditis, namun gejala tersebut jarang dijumpai pada manusia yang mempunyai daya tahan tubuh yang baik (Juanda, 2013). Toksoplasmosis pada individu dengan status imunodefisiensi karena AIDS, penyakit keganasan, kemoterapi anti tumor/kanker, reinfeksi laten Toxoplasma gondii dapat menyebabkan penyakit yang mengancam jiwa penderita bahkan sangat fatal dan dapat berakibat kematian (Dharmana, 2007).

Untuk itu diperlukan adanya promosi kesehatan pada klien dan keluarga ruang 29 RSSA dalam hal penyakit toxoplasma agar klien dan keluarga dapat ikut terlibat dalam upaya promosi kesehatan dan peningkatan harapan hidup klien agar terhindar dari infeksi toxoplasma.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum :Setelah dilakukan tindakan pendidikan kesehatan diharapkan klien dan / atau keluarga dapat memahami mengenaipenyakit Toxoplasmosis2. Tujuan Khusus :Setelah mengikuti pendidikan kesehatan selama 1 x 20 menit, diharapkan Pasiendan keluarga dapat mengetahui tentang :

a. Pengertian penyakit Toxoplasmosisb. Faktor penyebab penyakit Toxoplasmosisc. Tanda dan gejala penyakit Toxoplasmosisd. Cara pencegahan penyakit ToxoplasmosisC. METODE Ceramah dan diskusiD. MEDIA

Power point (LCD)

Leaflet penyakit Toxoplasmosis Banner tentang penyakit jantung bawaan (PJB)E. Proses PelaksanaanNoKegiatanPenyuluhanPesertaWaktu

1.Pendahuluan Mengucapkan salam Memperkenalkan diri Menggali pengetahuan tentang penyakit Toxoplasmosis Menjelaskan tujuan yang akan dicapai berkaitan dengan materi penyuluhan yang akan disampaikan Melakukan kontrak waktuMenjawab salamMenyimak dan mendengarkan

5 menit

2.Pelaksanaan Diskusi Menjelaskan pengertian penyakit Toxoplasmosis Menjelaskan faktor penyebab penyakit Toxoplasmosis Menjelaskan tanda dan gejala penyakit Toxoplasmosis Menjelaskan cara pencegahan Toxoplasmosis Audien menyampaikan pertanyaan kepada penyaji (1 season 3 pertanyaan) Penyaji menanggapi pertanyaan dari audien.Memberikan ulasan Mendengarkan dan memperhatikan10 menit10 menit

15 menit

3.

4.Evaluasi

Penutup Mengevaluasi : menanyakan tentang materi yang sudah dijelaskan

Menarik kesimpulan Memberikan tindak lanjut Memberikan ucapan terimakasih Menutup penyuluhan dengan salamMendengarkan

Memperhatikan dan Menjawab pertanyaan

Menjawab salam15 menit5 menit

F. Setting Tempat:Peserta penyuluhan duduk berhadapan dengan perawatG. Kriteria Evaluasi :1. Evaluasi Struktur

a. Kesiapan materi

b. Kesiapan SAP

c. Kesiapan media : leaflet dan power point

d. Peserta hadir di tempat penyuluhan

e. Penyelenggaraan penyuluhan di laksanakan di Ruang 29 RSU Dr. Saiful Anwar Malang

f. Pengorganisasian penyelenggaraan di lakukan sebelumnya2. Evaluasi Proses

a. Peserta memperhatikan saat pemberian materi penyuluhan

b. Peserta bertanya tentang materi penyuluhan

c. Peserta antusias mengikuti sampai kegiatan selesai

d. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar

3. Evaluasi Hasil

Keluarga pasien / audien menjelaskan Pengertian Toxoplasmosis Keluarga pasien / audien menjelaskan faktor penyebab penyakit Toxoplasmosis Keluarga pasien / audien menjelaskan tanda dan gejala penyakit Toxoplasmosis Keluarga pasien / audien menjelaskan Cara pencegahan penyakit ToxoplasmosisLampiran :Materi Penyuluhan

TOXOPLASMOSIS

A. Definisi

Toxoplasmosis merupakan penyakit zoonosis yaitu penyakit pada hewan yang dapat ditularkan ke manusia. Penyakit ini disebabkan oleh sporozoa yang dikenal dengan nama Toxoplasma gondii, yaitu suatu parasit intraselluler yang banyak menginfeksi manusia dan hewan peliharaan. Toxoplasma adalah parasit protozoa dengan sifat alami dengan perjalanannya dapat akut atau menahun, simtomatik maupun asimtomatik.

B. Manifestasi Klinik

Umumnya infeksi Toxoplasma gondii ditandai dengan gejala seperti infeksi lainnya yaitu Demam

Malaise, nyeri sendi, pembengkakan kelenjar getah bening (toxoplasmosis limfonodosa acuta). Gejala mirip dengan mononukleosis infeksiosa. Infeksi yang mengenai susunan syaraf pusat menyebabkan encephalitis (toxoplasma cerebralis acuta). Parasit yang masuk ke dalam otot jantung menyebabkan peradangan. Lesi pada mata akan mengenai khorion dan rentina menimbulkan irridosklitis dan khorioditis (toxoplasmosis ophithal mica akuta). Bayi dengan toxoplamosis kongenital akan lahir sehat tetapi dapat pula timbul gambaran eritroblastosis foetalis, hidrop foetalis (Institute for International Cooperation in Animal Biologics, 2005).

Tanda-tanda yang terkait dengan toksoplasmosis yaitu (Medows, 2005):

1) Toxoplasma pada orang yang imunokompetenBiasanya terdapat pembengkakan kelenjar getah bening (sering di leher). Gejala lain bisa termasuk demam, malaise, keringat malam, nyeri otot, ruam makulopapular dan sakit tenggorokan.

2) Toxoplasmosis pada orang dengan sistem kekebalan yang lemahToxoplasmosis pada orang dengan sistem kekebalan yang lemah misalnya, pasien dengan AIDS dan kanker. Pada pasien ini, infeksi mungkin melibatkan otak dan sistem syaraf, menyebabkan ensefalitis dengan gejala termasuk demam, sakit kepala, kejang-kejang dan masalah penglihatan, ucapan, gerakan atau pemikiran. Manifestasi lain dari penyakit ini termasuk penyakit paru-paru, menyebabkan demam, batuk atau sesak nafas dan miokarditis dapat menyebabkan gejala penyakit jantung, dan aritmia.

3) Toxoplasma OkularToksoplasmosis okular oleh uveitis, sering unilateral, dapat dilihat pada remaja dan dewasa muda, sindrom ini sering merupakan akibat dari infeksi kongenital tanpa gejala atau menunda hasil infeksi postnatal. Infeksi diperoleh pada saat atau sebelum kehamilan sehingga menyebabkan bayi toksoplasmosis bawaan. Banyak bayi yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala saat lahir, namun sebagian besar akan mengembangkan pembelajaran dan cacat visual atau bahkan yang parah.

4) Toksoplasmosis pada wanita hamilPada kondisi tertentu, infeksi pada wanita selama kehamilan menyebabkan abortus spontan, lahir mati, dan kelahiran prematur. Aborsi dan stillbirths juga dapat dipertimbangkan, terutama bila infeksi terjadi pada trimester pertama. Tanda dan gejalanya yaitu penglihatan kabur, rasa sakit, fotofobia, dan kehilangan sebagian atau seluruh keseimbangan tubuh.

5) Toxoplasmosis congenital

Bayi yang terinfeksi selama kehamilan trimester pertama atau kedua yang paling mungkin untuk menunjukkan gejala parah setelah lahir. Tanda-tandanya yaitu demam, pembengkakan kelenjar getah bening, sakit kuning (menguningnya kulit dan mata), sebuah kepala yang sangat besar atau bahkan sangat kecil, ruam, memar, pendarahan, anemia, dan pembesaran hati atau limpa. Mereka yang terinfeksi selama trimester terakhir biasanya tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi pada kelahiran, tetapi mungkin menunjukkan tanda-tanda toksoplasmosis okular atau penundaan perkembangan di kemudian hari.

C. Diagnosa

Uji laboratorium biasanya digunakan untuk diagnosis. Beberapa pemeriksaan diagnostik yang biasanya dilakukan diantaranya :

a) Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan antibodi spesifik toksoplasma, yaitu IgG, IgM dan IgG affinity.

IgM adalah antibodi yang pertama kali meningkat di darah bila terjadi infeksi toksoplasma. IgG adalah antibodi yang muncul setelah IgM dan biasanya akan menetap seumur hidup pada orang yang terinfeksi atau pernah terinfeksi. IgG affinity adalah kekuatan ikatan antara antibodi IgG dengan organisme penyebab infeksi. Manfaat IgG affinity yang dilakukan pada wanita yang hamil atau akan hamil karena pada keadaan IgG dan IgM positif diperlukan pemeriksaan IgG affinity untuk memperkirakan kapan infeksi terjadi, apakah sebelum atau pada saat hamil. Infeksi yang terjadi sebelum kehamilan tidak perlu dirisaukan, hanya infeksi primer yang terjadi pada saat ibu hamil yang berbahaya, khususnya pada trimester I. Bila IgG (-) dan IgM (+)Kasus ini jarang terjadi, kemungkinan merupakan awal infeksi. Harus diperiksa kembali 3 minggu kemudian dilihat apakah IgG berubah jadi (+). Bila tidak berubah, maka IgM tidak spesifik, yang bersangkutan tidak terinfeksi toksoplasma.

Bila IgG (-) dan IgM (-)Belum pernah terinfeksi dan beresiko untuk terinfeksi. Bila sedang hamil, perlu dipantau setiap 3 bulan pada sisa kehamilan (dokter mengetahui kondisi dan kebutuhan pemeriksaan anda). Lakukan tindakan pencegahan agar tidak terjadi infeksi.

Bila IgG (+) dan IgM (+)Kemungkinan mengalami infeksi primer baru atau mungkin juga infeksi lampau tapi IgM nya masih terdeteksi. Oleh sebab itu perlu dilakukan tes IgG affinity langsung pada serum yang sama untuk memperkirakan kapan infeksinya terjadi, apakah sebelum atau sesudah hamil.

Bila IgG (+) dan IgM (-)Pernah terinfeksi sebelumnya. Bila pemeriksaan dilakukan pada awal kehamilan, berarti infeksinya terjadi sudah lama (sebelum hamil) dan sekarang telah memiliki kekebalan, untuk selanjutnya tidak perlu diperiksa lagi.b) Pemeriksaan cairan serebrospinal

Menunjukkan adanya pleositosis ringan dari mononuklear predominan dan elevasi protein. c) Pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR)Digunakan untuk mendeteksi DNA Toxoplasmosis gondii. Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk Toxoplasmosis gondii dapat juga positif pada cairan bronkoalveolar dan cairan vitreus atau aquos humor dari penderita toksoplasmosis yang terinfeksi HIV. Adanya PCR yang positif pada jaringan otak tidak berarti terdapat infeksi aktif karena tissue cyst dapat bertahan lama berada di otak setelah infeksi akut.

d) CT scanMenunjukkan fokal edema dengan bercak-bercak hiperdens multiple dan biasanya ditemukan lesi berbentuk cincin atau penyengatan homogen dan disertai edema vasogenik pada jaringan sekitarnya. Ensefalitis toksoplasma jarang muncul dengan lesi tunggal atau tanpa lesi.

e) Biopsi otak Untuk diagnosis pasti ditegakkan melalui biopsi otak

D. Penatalaksanaan

Obat-obat yang dipakai sampai saat ini hanya membunuh bentuk takizoid T. gondii dan tidak membasmi bentuk kistanya, sehingga obat-obat ini dapat memberantas infeksi akut, tetapi tidak dapat menghilangkan infeksi menahun, yang dapat menjadi aktif kembali. Obat-obatan yang biasanya dipakai :

Spiramisin

antibiotik makrolida yang dihasilkan oleh Streptomyces ambofaciens yang bekerja dengan cara menghambat sintesa protein bakteri. Spiramisin efektif terhadap kuman Stafilokokus, Streptokokus, Pneumokokus, Bordetella pertusis. Obat ini dapat diberikan pada wanita hamil yang mendapat infeksi primer, sebagai obat profilaksis untuk mencegah transmisi T. gondii ke janin dalam kandungannya. Dewasa : 500 mg, 3 x sehari selama 5 hari. Pada infeksi berat, dosis dapat ditingkatkan sampai maksimal 3000 mg/hari. Anak-anak : sehari 50-100 mg/kg berat badan terbagi dalam 2-3 dosis. Efek samping yang serius dari spiramisin namun sangat jarang seperti mual, muntah, diare, nyeri epigastrik, ruam kulit dan urtikari. Kombinasi pirimetamin dan sulfadiazine

Kedua obat ini dapat melalui sawar-darah otak. Parasit Toxoplasma gondii membutuhkan vitamin B untuk hidup. Pirimetamin menghambat pemerolehan vitamin B oleh tokso. Sulfadiazin menghambat penggunaannya. Dosis normal obat ini adalah 50-75mg pirimetamin dan 2-4g sulfadiazin per hari. Kedua obat ini mengganggu ketersediaan vitamin B dan dapat mengakibatkan anemia. Orang dengan tokso biasanya memakai kalsium folinat (semacam vitamin B) untuk mencegah anemia.Pengobatan pada ibu hamil (Gnansia, 2003) :

Sebelum 30 minggu

jika toxoplasma tidak terdeteksi dengan cairan amniotik dan jika test ultrasonografi normal, maka menggunakan spiramycin dengan 9 juta UI per hari sampai persalinan

jika toxoplasma terdeteksi pada cairan amniotik fluid dan jika test ultrasound normal, maka menggunakan pyrimethamine dan sulfonamides, bersama dengan folic acid. Pada kasus cerebral microcalcifications atau hydrocephaly didiagnosis dengan ultrasound, seebuah penghentian kehamilan dapat diajukan ke orangtua

Setelah 30 minggu, resiko transmisi transplasenta tinggi, maka pengobatan menggunakan pyrimethamine dan sulfonamides

Ketika lahir, meskipun tidak ada bukti transmisi toxoplasma melalui placenta, infeksi congenital tidak dapat dihilangkan. Hal tersebut kemudian dipastikan untuk menguji kelahiran baru dengan transfontanellar ultrasonography dan ophthalmologic surveillance. Jika uji klinik dan serologi negatif, tidak ada pengobatan. Infeksi pada anak harus diobati dengan pyrimethamine and sulfonamides selama 12 bulanPengobatan pada bayi

Pirimetamin 2 mg/kg selama dua hari, kemudian 1 mg/kg/hari selama 2-6 bulan, di ikuti dengan 1 mg/kg/hari 3 kali seminggu, ditambah Sulfadiazin atau trisulfa 100 mg/kg/hari yang terbagi dalam dua dosis,ditambah lagi Asam folinat 5 mg/dua hari, atau dengan pengobatan kombinasi Spiramisin dosis 100 mg/kg/hari dibagi 3 dosis, selang-seling setiap bulan dengan pirimetamin Prednison 1 mg/kg/hari dibagi dalam 3 dosis sampai ada perbaikan korio-retinitis. Perlu dilakukan pemeriksaan serologis ulangan untuk menentukan apakah pengobatan masih perlu diteruskan

E. Pencegahan

Terdapat beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari penyakit toksoplasmosis, antara lain (Chin, 2000):

1) Mendidik ibu hamil tentang langkah-langkah pencegahan:

Gunakan iradiasi daging atau memasak daging pada suhu 1500F (660C) sebelum dimakan. Pembekuan daging tidak efektif untuk menghilangkan Toxoplasma gondii. Ibu hamil sebaiknya menghindari pembersihan sampah panci dan kontak dengan kucing. Memakai sarung tangan saat berkebun dan mencuci tangan setelah kerja dan sebelum makan

2) Makanan kucing sebaiknya kering, kalengan atau rebus dan mencegah kucing tersebut berburu (menjaga mereka sebagai hewan peliharaan dalam ruangan)

3) Menghilangkan feses kucing (sebelum sporocyst menjadi infektif). Feses kucing dapat dibakar atau dikubur. Mencuci tangan dengan bersih setelah memegang material yang berpotensial terdapat Toxoplasma gondii.

4) Cuci tangan sebelum makan dan setelah menangani daging mentah atau setelah kontak dengan tanah yang mungkin terkontaminasi kotoran kucing.

5) Control kucing liar dan mencegah mereka kontak dengan pasir yan digunakan anak-anak untuk bermain.

6) Penderita AIDS yang telah toxoplasmosis dengan gejala yang parah harus menerima pengobatan profilaksis sepanjang hidup dengan pirimetamin, sulfadiazine dan asam folinic.