33
Analisa Log & Korelasi PRAKTIKUM PRINSIP STRATIGRAFI Acara : Analisa Log Log adalah suatu grafik kedalaman (bisa juga waktu), dari satu set data yang menunjukkan parameter yang diukur secara berkesinambungan di dalam sebuah sumur. Di pandang dari segi waktu log dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu log lapangan, log transmisi, dan log hasil proses. 1. Analisa Log untuk Litologi. Dalam analisa litologi, kurva log terdiri dari beberapa jenis dimana masing-masing mempunyai parameter tersendiri beserta kegunaannya. i. Log SP (Spontaneous Potential) Log SP adalah rekaman perbedaan potensial listrik antara elektroda di permukaan yang tetap dengan elektroda yang terdapat di dalam lubang bor yang bergerak naik turun. Skala SP adalah dalam millivolt. Dari kurva log SP ini dapat diinterpretasi jenis Praktikum Prinsip Stratigrafi

Sap Analisa Log n Korelasi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Sap Analisa Log n Korelasi

Analisa Log & Korelasi

PRAKTIKUM PRINSIP STRATIGRAFI

Acara : Analisa Log

Log adalah suatu grafik kedalaman (bisa juga waktu), dari satu set data yang

menunjukkan parameter yang diukur secara berkesinambungan di dalam sebuah sumur.

Di pandang dari segi waktu log dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu log lapangan,

log transmisi, dan log hasil proses.

1. Analisa Log untuk Litologi.

Dalam analisa litologi, kurva log terdiri dari beberapa jenis dimana masing-masing

mempunyai parameter tersendiri beserta kegunaannya.

i. Log SP (Spontaneous Potential)

Log SP adalah rekaman perbedaan potensial listrik antara elektroda di

permukaan yang tetap dengan elektroda yang terdapat di dalam lubang bor yang

bergerak naik turun. Skala SP adalah dalam millivolt. Dari kurva log SP ini dapat

diinterpretasi jenis litologi atau suatu lapisan yang permeabel dan serpih (shale)

yang tak permeabel. Litologi serpih ditunjukkan oleh kenampakan kurva yang

terdefleksi ke kanan, sedangkan litologi permeabel (batupasir) terdefleksi ke kiri.

ii. Log Resistivitas

Log resistivitas digunakan untuk menginterpretasi larutan di dalam suatu

formasi. Juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya batubara (tingkat

resistensi tinggi), lapisan tipis batugamping dalam serpih (tingkat resistensi

tinggi) dan bentonik (tingkat resistensi rendah). Pada sumur-sumur tua dimana

Praktikum Prinsip Stratigrafi

Page 2: Sap Analisa Log n Korelasi

Analisa Log & Korelasi

sedikit jenis log telah berjalan, log resistivitas dapat digunakan untuk

menentukan bagian atas dan bawah suatu formasi, dan dalam korelasi antar

beberapa sumur. Batuan-batuan porous jenuh memiliki tingkat resistivitas yang

tinggi, sehingga log ini dapat digunakan dalam pemisahan serpih dari batupasir

dan karbonat yang porous.

iii. Log Gamma-ray (GR)

Prinsip log GR adalah suatu rekaman tingkat radioaktivitas alami yang terjadi

karena 3 unsur : uranium (U), thorium (Th), dan potassium (K) yang ada pada

batuan. Ketiga elemen tersebut umum dijumpai pada mineral-mineral lempung

dan beberapa evaporit. Ada 3 hal utama yang dapat diinterpretasi dari log gamma

ray, yaitu : 1) kenampakan kurva log yang diakibatkan oleh proses diagenetik, 2)

lempung-lempung radioaktif dalam pori batuan, serpih yang banyak mengandung

illit (unsur K tinggi) lebih bersifat radioaktif daripada mengandung

montmorillonit atau klorit, dan 3) batupasir arkose (K-felspar tinggi) lebih

radioaktif daripada yang tidak mengandung felspar.

iv. Log Sonik

Log sonik digunakan untuk mengukur besarnya kecepatan gelombang bunyi

dalam batuan. Kecepatan ini tergantung pada jenis litologi yang dilewati, jumlah

ruang pori batuan yang saling berhubungan, dan jenis larutan dalam pori.

v. Log Porositas

Jenis log yang dapat mengindikasikan besarnya tingkat porositas batuan adalah

log densitas dan log-log neutron. Log densitas digunakan untuk mengidentifikasi

beberapa jenis litologi yang mengandung anhidrit, halit, dan batuan karbonat

Praktikum Prinsip Stratigrafi

Page 3: Sap Analisa Log n Korelasi

Analisa Log & Korelasi

yang tidak porous. Sedangkan log neutron mengukur konsentrasi hidrogen (pada

air atau minyak) dalam batuan. Porositas neutron diperhitungkan berdasarkan

minyak atau air yang mengisi ruang pori batuan. Udara, atau air terikat dalam

mineral-mineral lempung, memberikan nilai anomali yang rendah.

vi. Log Kaliper

Jenis log ini merekam data besarnya diameter lubang bor dan daya tahan log-log

lainnya.

vii. Log Dipmeter

Log dipmeter digunakan untuk mengukur kemiringan struktur dan dalam analisis

stratigrafi.

2. Analisa Log untuk Lingkungan Pengendapan.

Tanpa adanya data bor, definisi dan interpretasi fasies di bawah permukaan adalah

sangat umum dan tidak teliti. Serpih (shale) dan batulempung umumnya lebih mudah

dipelajari berdasarkan data bor dibandingkan outcrop (singkapan) (jejak fosil lebih baik

kenampakan pada data bor). Data bor selalu diamati dari log yang menunjukkan

pemeriksaan terhadap kelengkapan data, korelasi log bor, dan tanggapan log.

Bentuk-bentuk kurva log yang panjang dapat menginterpretasikan fasies

pengendapan karena adanya kemiripan terhadap urutan ukuran butir (Selley,1978).

Apabila pasangan log SP – Resistivitas atau gamma – sonik digunakan, pola-pola akan

terbentuk, seperti menghasilkan profil bentuk bell dan bentuk funnel.

Praktikum Prinsip Stratigrafi

Page 4: Sap Analisa Log n Korelasi

Analisa Log & Korelasi

Beberapa macam pola-pola vertikal yang terlihat pada log gamma-ray, SP dan

resistivitas. Dalam diagram tersebut ditegaskan bahwa tidak ada pola khusus tertentu,

atau berdasarkan dari, lingkungan pengendapan tertentu. Sehingga dalam

menginterpretasi yang didasarkan pada satu bentuk kurva log saja adalah tidak terlalu

tepat.

Skala urut-urutan fasies juga merupakan syarat penting dalam interpretasi bentuk-

bentuk kurva. Contohnya, pola bentuk funnel dapat memiliki ketebalan terdiri dari

beberapa meter sampai ratusan meter. Tingkat kesulitan dalam menginterpretasi pola-

pola log dapat diakibatkan dari penyimpangan urut-urutan individu fasies dari model

umum, mungkin beberapa kasus karena perubahan level dasar pengendapan.

3. Hidrokarbon prospek

Membahas mengenai prospek keterdapatan adanya kandungan minyak di dalam

permukaan bumi sangat erat kaitannya dengan batuan reservoar (mengandung minyak).

Pada gambar 2 terlihat gambaran batuan kandung hidrokarbon yang berpori-pori. Antara

butiran ada ruang pori yang berisi air, minyak, dan mungkin juga gas. Air akan

menempati celah-celah yang sangat halus, minyak menempati ruang pori yang lebih

besar, dan jika terdapat gas akan menempati ruang pori yang paling besar, terpisah dari

minyak.

Sifat batuan yang penting untuk analisis log adalah porositas, kejenuhan air, dan

permeabilitas. Dengan dua parameter pertama banyaknya hidrokarbon di lapisan formasi

dapat dihitung, sedangkan dengan parameter yang terakhir, dapat ditunjukkan pada

tingkat mana hidrokarbon dapat diproduksi.

Praktikum Prinsip Stratigrafi

Page 5: Sap Analisa Log n Korelasi

Analisa Log & Korelasi

Porositas

Porositas, ditandai dengan ф, adalah bagian dari volume total batuan yang berpori.

Pada formasi-renggang (unconsolidated formation) besarnya porositas tergantung

pada distribusi ukuran butir, tidak pada ukuran butiran mutlak. Porositas akan

menjadi tinggi antara 0,35 - 0,4 jika semua butirannya mempunyai ukuran yang

hampir sama. Dan akan menjadi rendah jika ukuran butir bervariasi sehingga

butiran yang kecil akan mengisi ruang pori di antara butiran yang lebih besar.

Kejenuhan Air

Kejenuhan air atau saturasi air adalah bagian dari ruang pori yang berisi air (simbol

Sω). Sisa bagian yang berisi minyak atau gas disebut kejenuhan hidrokarbon, Sh,

atau sama dengan (1 – Sw). Asumsi umum adalah bahwa reservoar mula-mula terisi

air dan selang masa perubahan geologi, minyak atau gas yang terbentuk di tempat

lain pindah ke formasi berpori, menggantikan air pada ruang pori yang lebih besar

Permeabilitas

Permeabilitas (K) adalah kemampuan mengalir dari fluida formasi. Dinyatakan

dalam millidarcies (md); nilai 1000 md adalah tinggi dan 1,0 adalah rendah untuk

ukuran produksi. Permeabilitas sangat tergantung pada ukuran butiran batuan.

Sedimen butiran besar dengan pori-pori besar mempunyai permeabilitas tinggi,

sedangkan batuan berbutir halus dengan pori-pori kecil dan alur yang berliku-liku

mempunyai permeabilitas rendah.

Batuan Kandung Hidrokarbon (Hydrocarbon-Bearing Rocks)

Praktikum Prinsip Stratigrafi

Page 6: Sap Analisa Log n Korelasi

Analisa Log & Korelasi

Batuan yang mengandung hidrokarbon umumnya terdiri dari batupasir, gamping

dan dolomit. Formasi yang berisi hanya pasir atau karbonat disebut formasi bersih,

sedangkan bila berisi lempung maka dinamakan formasi kotor atau formasi

serpih.

Lempung dan Serpih

Lempung adalah komponen umum batuan sedimen, terdiri dari aluminosilikat biasa

berupa montmorillonit, illit, klorit, atau kaolinit tergantung pada lingkungan

pembentukannya. Lempung mempunyai ukuran partikel sangat kecil di bawah

butiran pasir tetapi memiliki rasio permukaan volume yang sangat tinggi. Sehingga

secara efektif dapat mengikat banyak air yang tidak akan mengalir tetapi

mempengaruhi tanggapan log.

Serpih adalah campuran dari lempung dan lanau (silica halus) yang diendapkan oleh

proses sedimentasi berenergi rendah. Serpih mempunyai porositas yang baik, tetapi

permeabilitasnya mutlak sama dengan nol. Sehingga serpih murni tidak begitu

berperan dalam produksi hidrokarbon, walaupun merupakan batuan sumber (source

rocks) untuk perminyakan.

Lapisan-lapisan prospek dapat diidentifikasi dengan log, dan lapisan-lapisan tidak

produktif dapat diabaikan.

a. Lapisan serpih yang tak permeabel ditunjukkan oleh :

- Tingginya aktifitas sinar Gamma.

- Tidak adanya kerak Lumpur, lubang bor sering (tapi tidak selalu) membesar.

- Pemisahan negatif dari kurva-kurva mikrolog

Praktikum Prinsip Stratigrafi

Page 7: Sap Analisa Log n Korelasi

Analisa Log & Korelasi

- Pembacaan alat resistivitas-dalam hampir sama dengan resistivitas- dangkal.

- Pembacaan porositas (tampak neutron lebih tinggi dari densitas).

b. Lapisan permeabel dapat ditunjukkan oleh :

- rendahnya aktifitas sinar gamma

- adanya kerak Lumpur.

- Pemisahan positif pada kurva-kurva mikrolog.

- Porositas sedang hingga tinggi.

c. Lapisan yang mengandung hidrokarbon dapat ditunjukkan oleh :

- pemisahan yang lebih besar antara alat resistivitas mikro dan alat resistivitas-dalam.

d. Gas dapat dibedakan dari minyak oleh :

- Porositas Neutron yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan porositas densitas.

4. Analisa Profil untuk Data Log (Well Log)

4.1 Dapat membedakan pola kurva/tipe log untuk menentukan litologi berdasarkan log

Gamma-ray (GR) dan SP (berdasarkan tabel 3).

LITOLOGI/ MINERAL

KENAMPAKAN KURVA LOG (DEFLEKSI)

Gamma Ray (GR) Self Potential (SP)

Serpih kanan KananBatupasir kiri KiriBatugamping kiri KananDolomit kanan KananHalit kiri KiriAnhidrit kiri KiriBatulanau kanan KananBatubara kiri Kiri

Praktikum Prinsip Stratigrafi

Page 8: Sap Analisa Log n Korelasi

Analisa Log & Korelasi

Catatan : Untuk defleksi kurva log yang sama antara dua jenis litologi, perhatikan kenampakan kurva lebih spesifik pada tabel 3 tersebut atau perhatikan nilai yang ditampilkan pada tabel 2.

4.2 Bedakan bentuk karakter log halus (smooth) dan kasar (serrate),

4.3 Gunakan pola log untuk menentukan unit genetik/paket siklus sedimen, dapat terlihat

pada gambar 1. Seperti pola cylindrical, funnel shaped, bell shaped, symmetrical,

dan irregular.

4.4 Kenali pola umum yang berkembang pada setiap lingkungan pengendapan.

4.5 Sebelum membuat korelasi sedapat mungkin setiap profil sudah tuntas dianalisa.

4.6 Dalam menganalisa profil log, gunakanlah tanda, kode yang dapat memberikan

informasi mengenai unit/paket-paket sedimen.

4.7 Gunakanlah model untuk menentukan perkembangan cekungan. Apakah regresi

(progradasi) atau transgresi (progradasi).

5. Pola-Pola Profil Sistem Pengendapan

5.1 Lingkungan Pengendapan Darat

5.1.1 Fasies Fluviatil

5.1.1.1 Sungai Bermeander

Jenis sungai ini mempunyai aliran yang berkelok-kelok dan pada kedua tepinya

yang berlawanan menunjukkan proses yang berbeda. Pada salah satu tepi terjadi erosi

dan pada tepi yang lain terjadi sedimentasi secara akresi.

Secara morfologi sungai bermeander terdiri dari 3 bagian utama :

a. Point Bar

Praktikum Prinsip Stratigrafi

Page 9: Sap Analisa Log n Korelasi

Analisa Log & Korelasi

Pada bagian ini terjadi pengendapan secara akresi dari hasil erosi pada tepi yang

berlawanan.

b. Channel

Selalu tergenang oleh aliran sungai, dimana pada bagian dasarnya terdiri dari

endapan berupa material-material berukuran gravel.

c. Leeve

Merupakan bagian tepi sungai dengan tebing yang relatif lebih terjal, mengalami

erosi yang diendapkan oleh point bar.

Sekwen-sekwen Sungai Bermeander

Dalam perkembangan sungai bermeander, aliran sungai dapat meninggalkan

“meander loop” dan “channel abandonment”. Terbagi atas 2 macam proses :

- Chute cut off, yaitu proses yang terjadi secara berangsur-angsur. Sekwen yang terjadi

berturut-turut adalah endapan dengan struktur trough cross bedding berukuran pasir

di atas lag deposits, relatif tipis, lapisan tebal pasir halus dengan struktur ripple cross

lamination, dan bagian atas adalah endapan halus dapat berukuran sampai lempung.

- Neck cut off, dimana proses abandonment terjadi secara tiba-tiba. Endapan yang

terjadi adalah pasir halus dengan struktur cross laminasi, kemudian selanjutnya

didominasi oleh endapan akresi vertical (silt mud).

5.1.1.2 Sungai Teranyam

Sungai teranyam banyak dijumpai pada daerah-daerah arid dan semiarid, dimana

fluktuasi aliran merupakan faktor yang sangat penting. Secara umum, sungai teranyam

terdiri dari fasies :

Praktikum Prinsip Stratigrafi

Page 10: Sap Analisa Log n Korelasi

Analisa Log & Korelasi

- Channel floor (B)

Lag deposits yang kasar, ditutupi oleh trough cross bedding yang kurang jelas

(poorly defined).

- Sekwen bar channel

Trough cross bedding yang nyata (fasies B) dan susunan planar cross bedding yang

besar (fasies C) dengan orientasi arus purba yang divergen.

- Sekwen bar top

Susunan planar tabular cross bedding yang lebih kecil (fasies D) dan lapisan tipis

dari akresi vertikal yang berupa batulanau dengan cross lamination berselang-seling

dengan dengan batulempung (fasies F), serta batupasir cross stratifikasi sudut rendah

(fasies G).

5.1.1.3 Kipas Lembab (Humid Fan)

Merupakan kipas alluvial yang berkembang dalam iklim lembab. Terjadi pada

lingkungan pengendapan yang disebabkan oleh perbedaan relief yang tinggi dan

mempunyai kesamaan dengan kipas di daerah iklim kering (arid fans), hanya saja suplai

air menerus. Humid fans dapat berkembang menjadi besar dengan daerah yang luas

mencapai ratusan kilometer.

Terbagi atas 3 macam fasies, yaitu :

a. Fasies Kipas Proximal, didominasi oleh gravel, perlapisan tidak jelas dan imbrikasi

tersebar secara luas.

Praktikum Prinsip Stratigrafi

Page 11: Sap Analisa Log n Korelasi

Analisa Log & Korelasi

b. Fasies Mid-Fan, dicirikan oleh unit antara lapisan gravel dan cross stratification

serta pebbly sandstone. Struktur scouring sangat jelas pada bagian dasar masing-

masing bagian.

c. Fasies Distal, mempunyai lebih banyak variasi dan karakteristik, misalnya trough

cross stratification sandstone.

5.1.2 Fasies Lacustrine

Pada umumnya danau-danau mempunyai tubuh yang kecil jika dibandingkan

dengan tubuh laut. Kalau begitu tidak menutup adanya danau yang lebih besar dari

tubuh laut (contoh Laut Kaspia lebih besar dari Teluk Persia). Adanya sedimentasi

pelagis umumnya dipengaruhi oleh gelombang dan khas dengan partikel sedimen

berbutir halus seperti batulempung dan lanau. Pada danau-danau yang besar dan dalam

dapat terjadi arus turbidit yang membawa banyak material-material sedimen.

5.1.2 Fasies Gumuk Pasir

Gumuk pasir merupakan akumulasi pasir lepas berupa gundukan yang dihasilkan

oleh arah angin yang bekerja pada suatu daerah dan mempunyai bentuk yang teratur.

Dapat terbentuk pada daerah yang endapannya lepas seperti pasir pada daerah gurun dan

daerah pantai.

Struktur khas pada gumuk pasir adalah cross bedding dan ripple mark. Dari struktur

yang terbentuk karena pergeseran antara angin dengan butiran pasir, maka dapat dipakai

untuk menentukan arah mata angin.

5.2 Lingkungan Pengendapan Transisi

5.2.1 Fasies Delta

Praktikum Prinsip Stratigrafi

Page 12: Sap Analisa Log n Korelasi

Analisa Log & Korelasi

Delta merupakan proses akumulasi sedimen dari darat terutama akumulasi pada

muara sungai yang dapat terjadi di pantai maupun di danau. Secara umum akan

mempunyai asosiasi antara endapan darat seperti perlapisan pada fasies fluviatil dan

perlapisan pada laut terbuka.

Syarat terbentuknya delta antara lain :

a. Jumlah material yang dibawa sungai sebagai hasil erosi cukup banyak.

b. Bahan sedimentasi tidak terganggu oleh air laut.

c. Arus sungai pada bagian muara mempunyai kecepatan minimum.

d. Laut pada muara cukup tenang.

e. Tidak ada gangguan tektonik.

5.2.2 Fasies Estuarium

Yaitu muara sungai yang berbentuk corong, dimana proses pembentukannya

dipengaruhi oleh erosi lateral dan aktivitas pasang surut air laut.

Tipe morfologi estuarium ada 4 macam yaitu lembah sungai tenggelam, fiord, estuarium

yang dibangun oleh bar, dan estuarium produk dari tektonik. Secara tekstural sekuennya

adalah fining-upward. Sedangkan struktur sedimennya seperti cross-stratifikasi, lapisan

flaser, lapisan bergelombang, lapisan lentikuler bersama dengan bioturbasi.

5.2.3 Fasies Lagoon

Lagoon merupakan daerah dimana pada saat air pasang tergenang air laut dan pada

saat air surut ada air yang tertinggal di situ yang bisa bercampur dengan air hujan/air

sungai. Dengan demikian kadar garam lagoon adalah payau (brachish lagoon).

Ciri-ciri fasies lagoon adalah sebagai berikut :

Praktikum Prinsip Stratigrafi

Page 13: Sap Analisa Log n Korelasi

Analisa Log & Korelasi

a. Struktur bioturbasi dan burrow dominan horizontal.

b. Batuan dengan ukuran butir lanau sampai lempung atau batupasir halus.

c. Adanya endapan batubara.

d. Kaya akan sisa-sisa tumbuhan.

e. Shale (lanau) memperlihatkan struktur flaser.

f. Batulempung atau lanau berwarna gelap, kemungkinan banyak mengandung material

organik.

5.2.3 Fasies Barrier

Barrier merupakan penghalang yang letaknya di depan pantai dan berhubungan

langsung dengan air laut. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut :

a. Batupasir ukuran butir halus sampai sangat halus.

b. Struktur parallel laminasi.

c. Biasa dijumpai cross-bedding.

d. Bioturbasi dominan vertikal.

5.3 Lingkungan Laut Dangkal

Dalam hal ini lebih ditekankan pada lingkungan pantai non deltaik, yaitu hingga

kedalaman 200 m. Berdasarkan kisaran pasang surut (tidal range) pantai terdiri dari 3

macam :

- Pantai Microtidal, kisaran pasang surut kurang dari 2 m.

- Pantai Mesotidal, kisaran pasang surut 2 – 4 m.

- Pantai Macrotidal, kisaran pasang surut lebih dari 4 m.

Praktikum Prinsip Stratigrafi

Page 14: Sap Analisa Log n Korelasi

Analisa Log & Korelasi

5.3.1 Fasies-Fasies Permukaan Pantai

Daerah permukaan pantai secara umum dapat dipisahkan menjadi sub-sub

lingkungan pengendapan yang sejajar dengan garis pantai, sebagai berikut :

a. Aeolian Sand Dunes

Merupakan daerah permukaan pantai di atas rata-rata (supra tidal) membentuk

punggungan-punggungan (gumuk pasir) dengan struktur cross bedding, sudut curam

serta dengan arah yang berubah-ubah. Endapan ini mempunyai pemilahan yang baik,

dan dapat dijumpai akar-akar tanaman.

b. Back shore

Merupakan daerah supratidal dari pantai, dimana tergenang pada waktu terjadi badai.

c. Fore shore

Merupakan daerah intertidal dari permukaan pantai, dan umumnya menunjukkan

swash flow dan swash zone. Pada umumnya daerah ini didapatkan punggungan-

punggungan asimetri yang dipisahkan oleh tunnel-tunnel dengan lebar 100 – 200m.

d. Shore face

Merupakan bagian permukaan pantai yang lebih dalam lagi, yaitu dari permukaan

rata-rata air surut sampai dengan dasar gelombang kondisi tenang, jadi merupakan

subtidal.

Selanjutnya semakin jauh lagi merupakan off shore.

Praktikum Prinsip Stratigrafi

Page 15: Sap Analisa Log n Korelasi

Analisa Log & Korelasi

Korelasi stratigrafi merupakan suatu operasi dimana satu titik dalam suatu

penampang stratigrafi disambungkan/ dihubungkan dengan titik- titik yang lain pada

penampang-penampang stratigrafi lainnya dengan pengertian bahwa titik-titik tersebut

terdapat dalam bidang perlapisan yang sama (Koesoemadinata). Jadi korelasi adalah

adalah meneruskan bidang-bidang atau lapisan yang memiliki hubungan waktu dan

bidang “isochronous”. Pelu diperhatikan bahwa hal yang penting dalam pengkorelasian

harus berada pada satu platform yang sama.

Dalam melakukan korelasi perlu diperhatikan posisi stratigrafi. Posisi stratigrafi

adalah posisi relatif terhadap suatu bidang perlapisan. Dua lapisan pada dua penampang

stratigrafi yang berlainan dikatakan berada dalam posisi stratigrafi yang sama jika

mereka terletak pada bidang perlapisan yang sama. Jadi satu lapisan dapat dikatakan

pada posisi stratigrafi lebih rendah atau lebih tinggi, jika lapisan itu terdapat pada

bidang perlapisan yang lebih di bawah atau lebih di atas terhadap suatu bidang

perlapisan tertentu.

Operasi korelasi menimbulkan adanya hubungan lateral dari lapisan. Hal ini terutama

akan muncul jika suatu penampang melintang telah di hubungkan dan direkonstruksikan.

Beberapa hubungan lateral lapisan dalam pengkorelasian penampang adalah sbb :

Ketebalan

Suatu lapisan atau zona lapisan dibatasi oleh dua bidang perlapisan (dua garis

korelasi) dapat memperlihatkan ketebalan yang berbeda-beda. Hal ini jelas

disebabkan karena perbedaan kecepatan pengendapan dan penurunan dasar

cekungan. Pada umumnya terdapat keseragaman menipis atau menebal ke suatu

arah. Penipisan yang tiba-tiba di salah satu sumur, kemudian menebal lagi disumur

berikutnya harus dicurigai akan adanya patahan.

Pembajian lapisan/pinch-out, wedge-out

Gejala ini cukup sulit dibedakan dengan penyerpihan (shale-out). Hal ini

disebabkan karena hilangnya suatu lapisan batuan tidak selalu dikarenakan

pembajian tetapi dapat juga dikarenakan oleh adanya perubahan fasies. Metode

pengenalan [embajian tergantung pada kemampuan mengkorelasikan penampang

stratigrafi. Batas atas dan batas bawah lapisan harus terbukti menjadi satu atau

Praktikum Prinsip Stratigrafi

Page 16: Sap Analisa Log n Korelasi

Analisa Log & Korelasi

menipis secara meyakinkan kemudian menghilang ( kedia bidang perlapisan pada

saat dikorelasikan menjadi satu), biasanya dijumpai pada teknik korelasi log listrik.

Pembajian biasanya berhubungan dengan suatu ketidakselarasan terutama dalam

bentuk overlap-onlap. Penggambaran dalam penampang melintang harus jelas

diperlihatkan bersatunya garis korelasi yang kemudian bersatu menjadi bidang

ketidakselarasan. Dalam menafsirkan adanya suatu pembajian harus selalu di

pahami dari segi sedimentasi

Pengisian saluran atau channel fill.

Dalam hal ini jelas bahwa sedimentasi terbatas pada suatu cekungan, jadi lapisan

menipis dengan jelas secara cepat secara lateral. Pengenalan channel fil bukan

dilakukan pada channel fill-nya sendiri, tetapi atas dasar korelasi dari lapisan

Truncation

Dalam hal ini lapisan dierosi dan menghilang, kemudian ditutupi oleh lapisan-

lapisan baru, hal ini terjadi pada suatu ketidakselarasan. Suatu truncation dapat

dikenali, karena tidak dapat dilanjutkan korelasinya, tetapi lapisan-lapisan diatas

sedikit banyak sub paralel terhadap bidang truncation. Keadaan akan lebih ruwet

jika adanya onlap, karena seolah-olah adanya penipisan dari atas dan bawah bidak

ketidakselarasan

Peruban fasies-penyerpihan (shale-out)

Perubahan fasies disebabkan oleh perbedaan karakteristik litologi dan fauna/fosil

yang dimanifestasikan oleh endapan yang bersamaan umurnya. Perubahan tersebut

terjadi secara lateral sepanang suatu lapisan. Perubahan fasies ini sering terjadi pada

lapisan batuan yang menyerpih (shale-out).

Ketidakselarasan

Pada hakekatnya bidang ketidakselarasan bukan merupakan bidang perlapisan

ataupun bidang kesamaan waktu, sehingga secara prinsip tidak dapat dikorelasikan.

Tettapi bidang ketidakselarasan adalah bidang erosi dan merupakan batas fisik antara

dua kelompok sistem sedimentasi. Ketidakselarasn dapat disebutkan secara lateral

dengan menyambungkannya dari satu sumur ke sumur lain, hal ini sering disebut

korelasi walaupun sebenarnya tidak tepat.

Praktikum Prinsip Stratigrafi

Page 17: Sap Analisa Log n Korelasi

Analisa Log & Korelasi

Bidang ketidakselarasan sering memotong garis-garis korelasi, sehingga

sebetulnya bidangnya an-sich tidak mewakili suatu interval waktu tertentu. Waktu atau

ketebalan formasi yang hilang (diwakili oleh bidang ketidakselarasan) dapat berkisar

dari beberapa ribu meter - 0 meter. Beberapa bidang ketidakselarasan dapat digabung

menjadi satu, juga untuk satu atau lebih kelompok lapisan –lapisan dapat membaji dan

menjadi satu bidang ketidakselarasan. Penerusan bidang ketidakselarasan kadang sulit

pada korelasi lapisan, karena bidang atas/bawah lapisan dapat berubah-rubah dalam

posisi stratigrafinya dari sumur satu ke sumur lain, untuk itu diperlukan latihan secara

kuantitatif untuk mengkorelasikan penampang secara baik. Prinsip dasar dalam

penggambaran perlapisan terhadap bidang ketidakselarasan adalah sbb:

Lapisan – lapisan yang dibawah bidang ketidakselarasan dapat membuat sudut

terhadap bidang tersebut sehingga seolah-olah terpancung.

Lapisan – lapisan yang ada diatas bidang ini umumnya sub paralel terhadap

bidang-bidang ketidakselarasan.

Jika onlapping terjadi dari lapisan-lapisan diatas terhadap bidang

ketidakselarasan, maka penggambaran harus dilakukan sedemikian rupa

sehingga setiap lapisan membaji terhadapnya.

Korelasi data berdasarkan konsep litostratigrafi (formasi, sand to sand)

Korelasi data berdasarkan konsep litostratigrafi adalah korelasi berdasarkan kesamaan

jenis batuan, formasi ataupun penyamaan lapisan dengan litologi yang sama Metode ini

merupakan metode korelasi yang paling kasar, karena kemampuannya hanya terbatas

pada jarak yang pendek. Untuk jarak yang jauh harus diperhitungkan adanya pergeseran

fasies dalam posisi stratigrafi. Perlu ditekankan bahwa dalam melakukan korelasi

dilakukan antara titik dengan titik pada penampang stratigrafi yang berbeda dan bukan

antara satuan stratigrafi (contoh formasi dengan formasi). Satuan-satuan stratigrafi pada

berbagai penampang stratigrafi dapat dikorelasikan hanya jika kita yakin bahwa batas

atas dan bawah dari satuan tersebut masing- masing terdapat pada bidang perlapisan

yang sama. Jadi sangat dimungkinkan bahwa batas bawah suatu satuan stratigrafi

Praktikum Prinsip Stratigrafi

Page 18: Sap Analisa Log n Korelasi

Analisa Log & Korelasi

(formasi) dikorelasikan dengan bagian tengah satuan stratigrafi (formasi) yang sama

pada penampang yang lain.

Korelasi data berdasarkan litostratigrafi dapat dilakukan dengan memperhatikan :

- Pemilihan bidang datum, dipilih untuk menggantungkan seluruh

penampang melintang. Datum ini sebaiknya suatu garis korelasi yang

betul- betul dapat dipercaya dan mudah dikenal misalnya suatu lapisan

penunjuk Lapisan penunjuk harus memiliki sifat : harus cukup tipis dan

penyebarannya luas di seluruh daerah; harus mempunyai ketetapan/

keseragaman dalam sifat-sifat litologi pada seluruh penyebaran lapisan,

sehingga mudah dikenali kembali; harus dapat meyakinkan bahwa pada

semua tempat lapisan ini terbentuk dalam waktu yang bersamaan;

sebaiknya sifat-sifat litologi ini jangan diulang oleh lapisan-lapisan

lainnya.

- Mengkorelasikan litologi yang sama yang diyakini berada pada lapisan

yang sama

- Adanya lapisan batubara

- Mengkorelasikan lapisan yang mengandung fosil yang sama, tetapi

diyakini berumur sama (isochron) dipakai dalam daerah ynag terbatas.

- Mengkorelasikan zona mineral tertentu, misalnya zona glauconite, zona

mineral berat seperti zirkon, rutile, zona kaoline dan zonamineral

analcime ( lapukan tuff).

Korelasi data sumur/well

Korelasi data sumur terdiri dari beberapa sumur yang sekala vertikalnya biasanya sangat

diperbesar terhadap sekala horisontal. Hal ini dikarenakan hubungan lateral lapisan dari

berbagai sumur lebih diutamakan sedangkan sekala horisontal biasanya relatif saja. Jika

dua sumur terlalu dekat menurut sekala, maka jaraknya dapat diregangkan begitupun

jika jarak antar sumur terlalu jauh dapat diperpendek. Jarak antar sumur-sumur

dicantumkan dalam kilometer.

Korelasi data sumur dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal sbb:

Praktikum Prinsip Stratigrafi

Page 19: Sap Analisa Log n Korelasi

Analisa Log & Korelasi

- Perhatikan karakteristik data sumur yang menunjukkan jenis litologi

tertentu.

- Perhatikan pola umum yang berkembang secara tuntas

- Pola yang sama dapat dikorelasikan dengan memastikan bahwa pola

tersebut berada pada lapisan yang sama.

Korelasi data log

Korelasi data log merupakan korelasi berdasarkan data-data log bawah permukaan yang

diperkecil dan dipasang secara keseluruhan. Pada penampang log-log listrik/composite

log hanya berupa garis-garis korelasi yang diperlihatkan terutama titik dengan titik. Jika

mungkin, batas-batas satuan stratigrafi. Batas-batas formasi diberikan secara tipis saja,

begitupun jika formasi-formasi ini membaji atau berubah fasies. Garis korelasi yang

dipilih sebagai datum digambarkan horisontal dan diberi label atau tanda panah ke arah

garis tersebut, sesuai dengan simbol-simbol yang berlaku (gambar.7) Nama-nama

formasi serta nama-nama lapisan lainnya diberikan di pinggir penampang ataupun dalam

penampang.

Gambar 7 ( lambang-lambang korelasi dalam penampang) :

Garis lurus hitam : garis korelasi

: garis bidang perlapisan (batas litplogi yang

bersifat bidang perlapisa).

Garis lurus merah : garis korelasi/zona fosil Garis lurus putus-putus : garis korelasi/ zona fosil kurang

meyakinkan Garis bergelombang : garis (bidang) erosi

: garis ketidakselarasan

garis bergerigi : garis yang memperlihatkan litologi lateral

(perubahan fasies)

: perubahan lateral secara berangsur

garis konvergensi : pembajian lapisan secara total.

Praktikum Prinsip Stratigrafi

Page 20: Sap Analisa Log n Korelasi

Analisa Log & Korelasi

garis konvergensi yang : penyerpihan-perubahan litologi secara lateral

bergerigi dan berangsur-angsur

garis menjemari : litologi menjemari secara lateral

Korelasi data log dapat dilakukan dengan memperhatikan :

- Pemilihan bidang datum (sama dengan korelasi litostratigrafi)

- Mempergunakan key bed/ lapisan penunjuk/marker bed diperlihatkan dengan suatu

lapisan yang tipis (kadang ± 1 m atau < 1 m), atau tebal sampai beberapa puluh

meter, ataupun berubah- rubah ketebalannya namun dapat diikuti pada suatu daerah

yang luas.

- Lapisan gamping tipis dan persisten (lapisan dengan perubahan fasies secara

berangsur-angsur) sering dapat dilihat dengan jelas dari kenampakan kurva yang

menyolok dalam kurva resistivitas.

- Lapisan benthonite biasanya merupakan perubahan lapisan tuff yang tipis dan luas

dan diendapkan dalam laut, terdapat dalam urut-urutan serpih. Biasanya nampak

dalam resistivitas log yang lebih rendah dari serpih biasa dan nampak jauh masuk

kedalam kick ke kiri (dalam).

- Shale break, dalam urutan pasir/gamping masih sering di temukan adanya atau

lebih lapisan serpih yang tipis. Lapisan ini sangat sering dikorelasikan, hal ini

menunjukkan lingkungan pengendapan tertentu terjadi secara periodik dalam daerah

yang luas.

- Suatu kick, dalam kurva resitivitas umumnya menerus dalam daerah yang luas.

Karakteristik kick disebabkan oleh kelimpahan fosil tertentu, zona mineral tertentu

atau sifat kimiawi tertentu.

- Meneruskan bidang-bidang refleksi yang sama pada suatu penampang

Praktikum Prinsip Stratigrafi

Page 21: Sap Analisa Log n Korelasi

Analisa Log & Korelasi

- Menghubungkan batas-batas berbagai lapisan batuan berdasarkan persamaan posisi

dalam urutan (position in sequence)

Praktikum Prinsip Stratigrafi