Upload
others
View
23
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
SAMBUTAN
Puji dan syukur kami haturkan kepada Allah SWT atas anugerah
yang diberikan berupa kesempatan yang luar biasa, sehingga kita bisa
berpartisipasi menjadi bagian dalam upaya penegakan demokrasi di
Negeri tercinta ini.
Pemilihan Umum (Pemilu) yang dilaksanakan oleh bangsa Kita
merupakan cerminan yang menunjukan bahwa Indonesia merupakan
Negara Demokratis. Indonesia sendiri telah melangsungkan beberapa
kali Pemilu, dan telah beberapa kali pula terdapat perubahan dalam
mekanisme penyelenggaraannya.
Kompleksitas yang terdapat pada sebuah penyelenggaraan
Pemilu, menuntut pentingnya sebuah pemahaman yang integral
terhadap keseluruhan aspek yang terdapat dalam Pemilu, seperti aktor
Pemilu, sistem Pemilu, manajemen Pemilu dan penegakan hukum
Pemilu.
Pemilu merupakan kegiatan politik yang sangat kompleks.
Sebuah kompetisi politik ketat yang tidak hanya melibatkan ideologi dan
kepentingan partai politik dan calon, tetapi juga emosi massa pemilih.
Selain untuk menyalurkan aspirasi rakyat pemilu juga bertujuan
membentuk pemerintahan. Untuk menyederhanakan kompleksitas
tersebut sekaligus mendapatkan pemahaman yang komprehensif,
Pemilu bisa dilihat dari empat sisi: aktor, sistem, manajemen, dan
penegakan hukum.
Laporan ini merupakan rangkuman rangkaian proses yang telah
kami lakukan dalam upaya melakukan kegiatan penindakan
pelanggaran Pemilu pada setiap tahapan pelaksanaan Pemilu dalam
wilayah kerja Kabupaten Gayo Lues untuk Pemilihan Umum Anggota
DPR, DPD, DPRD, DPRK serta Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden
Tahun 2019.
Panitia Pengawas Pemilihan Kabupaten Gayo Lues
Koordonator Divisi HPP-PS,
ALI NURDIN
ii
“Bersama Rakyat Awasi Pemilu Bersama
Bawaslu Tegakkan Keadilan Pemilu”
iii
DAFTAR ISI
Daftar Isi
i. Sambutan ......................................................................................... i
ii. Tag Line Bawaslu ............................................................................ ii
iii. Daftar Isi ........................................................................................ iii
iv. Daftar Tabel ..................................................................................... v
v. Daftar Diagram ............................................................................ viii
vi. Daftar Gambar................................................................................ vii
BAB I Pendahuluan ......................................................................................... 1
a. Latar Belakang ................................................................................... 1
b. Dasar Hukum Penyusunan Laporan .................................................. 9
c. Ruang Lingkup ................................................................................. 10
d. Maksud dan Tujuan Pembuatan Laporan......................................... 11
BAB II Tugas, Wewenang dan Kewajiban Bawaslu Kabupaten/Kota ................ 13
a. Tugas ............................................................................................... 14
b. Wewenang ........................................................................................ 17
c. Kewajiban ........................................................................................ 19
BAB III Gakkumdu ....................................................................................... 21
a. Kelembagaan ................................................................................... 21
b. Struktur Organisasi Gakkumdu Kabupaten .................................... 22
c. Tugas dan Fungsi Gakkumdu ......................................................... 23
BAB IV Persiapan Penindakan Pelanggaran Pada Penyelenggaraan Pemilu
Tahun 2019 ................................................................................................. 30
a. Penguatan kapasitas dalam Penindakan Pelanggaran .................... 30
BAB V Penindakan Pelanggaran Pada Penyelenggaraan Pemilu Tahun 2019 .. 32
a. Temuan Dugaan Pelanggaran Pemilu ............................................. 32
b. Pelanggaran Administrasi Pemilu ................................................... 38
c. Tindak Pidana Pemilu .................................................................... 42
d. Pelanggaran Hukum Lainnya ......................................................... 43
e. Laporan Dugaan Pelanggaran Pemilu ............................................. 44 Pelanggaran Administrasi Pemilu ................................................................................................................................ ................................................................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................................................................ ..................................................................................... 5
g. Laporan Pelanggaran Dugaan Tindak Pidana Pemilu ..................... 49
h. Supervisi Dan Pendampingan penanganan dugaan pelanggaran
Pemilu ............................................................................................ 53
i. Tindak Lanjut Penindakan Pelanggaran Pemilu ................................ 54
BAB VI Hambatan, Dan Capaian Penindakan Pelanggaran Pada Penyelenggaraan Pemilu Tahun 2019 ...................................................................................... 56
iv
a. Hambatan dan kendala Penindakan Pelanggaran oleh Panwaslih
Kabupaten Gayo Lues Pada Penyelenggaraan PemiluTahun 2019 ... 56
b. Keberhasilan (capaian) Penindakan Pelanggaran oleh Panwaslih
Kabupaten Gayo Lues Pada PenyelenggaraanPemiluTahun 2019 .... 58
BAB VII Penutup .......................................................................................... 63
a. Kesimpulan .................................................................................... 63
b. Rekomendasi .................................................................................. 65
v
DAFTAR TABEL
No. Nomor Tabel Judul Tabel Hal.
1. Tabel 3.1. Struktur Organisasi Gakkumdu Kabupaten Gayo
Lues Pada Pemilihan Umum Tahun 2019 23
2. Tabel 4.1 Rincian Jumlah Keseluruhan Pelanggaran
Pemilu 2019 33
3. Tabel 4.2 Rekapitulasi temuan dugaan pelanggaran per
tahapan 34
4. Tabel 4.3. Pelanggaran Yang Bersumber Dari Temuan
Panwaslu Kecamatan 36
5. Tabel 4.4. Temuan Pelanggaran Panwaslih Kabupaten Gayo
Lues 41
6. Tabel 4.5. Temuan Pelanggaran Hukum Lainnya 43
7. Tabel 4.6. Rekapitulasi Laporan Dugaan Pelanggaran
Pemilu per tahapan 46
8. Tabel 4.6a. Kecenderungan Pelaku Tindak Pidana Pemilu 49
viii
DAFTAR DIAGRAM
No. Nomor Diagram Judul Diagram Hal.
1. Diagram 4.1 Penerimaan Laporan Pelanggaran Pemilihan
Anggota DPR,DPD dan DPRD per Kecamatan 44
2. Diagram 4.2. Penerimaan Laporan Pelanggaran Pemilihan
Anggota DPR,DPD dan DPRD 48
3. Diagram 4.3. Pelapor Dugaan Pelanggaran Pemilu 48
4. Diagram 4.4. Penerimaan Laporan Pelanggaran Pemilu oleh
Kabupaten 49
5. Diagram 4.5. Jumlah Laporan Tindak Pidana Pemilu 50
6. Diagram 4.6. Laporan Pelanggaran Hukum Lainnya 51
7. Diagram 4.7.
Tindak Lanjut Instansi Terkait Atas
Rekomendasi Bawaslu Yang Bersumber Dari
Laporan
51
8. Diagram 4.8.
Penghentian Penanganan Temuan Tindak
Pidana Pemilu oleh Sentra Gakkumdu pada
Pembahasan I dan II
52
vii
DAFTAR GAMBAR
No. Nomor Gambar Judul Gambar Hal.
1. Gambar 1. DOKUMENTASI KEGIATAN PENANGANAN PELANGGARAN PANWASLIH KABUPATEN GAYO LUES
65
2.
1
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Pada tanggal 14 April 2019, bangsa Indonesia telah
menyelenggarakan pemilihan umum (Pemilu) untuk memilih Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD),
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan Presiden dan Wakil
Presiden. Sejak tahun 2004, sistem Pemilu yang digunakan berbeda
jauh dengan Pemilu sebelum era reformasi, dimana sekarang yang
menentukan wakil rakyat dan pemimpin adalah masyarakat sendiri
secara langsung. Mengingat demikian pentingnya arti Pemilu dalam
negara yang berlandaskan pada prinsip kedaulatan rakyat, maka
Undang-Undang Dasar 1945 telah mengamanatkan penyelenggaraan
Pemilu secara berkala, yaitu sekali dalam lima tahun.
Dalam kerangka negara demokrasi, pelaksanaan Pemilu
merupakan momentum yang sangat penting bagi pembentukan
pemerintahan dan penyelenggaraan negara untuk periode
berikutnya. Pemilu selain merupakan mekanisme bagi rakyat untuk
memilih para wakilnya, juga dapat dilihat sebagai proses evaluasi
dan pembentukan kembali kontrak sosial. Pemilu menyediakan
ruang untuk terjadinya proses “diskusi” antara pemilih dan calon-
calon wakil rakyat, baik sendiri-sendiri maupun melalui partai
politik, tentang bagaimana penyelenggaraan negara dan
pemerintahan harus dilakukan. Melalui pemilihan umum rakyat
memberikan persetujuan siapa pemegang kekuasaan pemerintahan
dan bagaimana menjalankan kekuasaan tersebut.
Pemilihan umum anggota legislatif pada tanggal 14 April 2019
diselenggarakan melalui berbagai tahapan, mulai dari pendataan
calon pemilih, pendaftaran dan penetapan peserta Pemilu, masa
kampanye, pemungutan dan penghitungan suara, penetapan hasil
2
Pemilu hingga pelantikan anggota DPR, DPD, DPRD provinsi dan
DPRD kabupaten/kota terpilih. Setiap tahapan tersebut harus
dilaksanakan sesuai dengan asas langsung, umum, bebas, rahasia,
jujur dan adil. Untuk menjamin pelaksanaan Pemilu sesuai dengan
asas-asas konstitusional, dibentuk peraturan perundang-undangan
yang mengatur norma dan prosedur pelaksanaan Pemilu yang harus
dipatuhi oleh semua pihak, yaitu Undang-Undang Nomor 7 Tahun
2017 tentang Pemilihan Umum.
Salah satu mekanisme penting dalam pelaksanaan Pemilu
adalah penyelesaian pelanggaran Pemilu. Mekanisme ini diperlukan
untuk mengoreksi jika terjadi pelanggaran atau kesalahan dan
memberikan sanksi kepada pelaku pelanggaran sehingga proses
Pemilu benar-benar dilaksanakan secara demokratis dan hasilnya
mencerminkan kehendak rakyat. Pelanggaran Pemilu adalah
pelanggaran-pelanggaran terhadap Undang-Undang Pemilu, yang
dapat berupa pelanggaran Administratif, pelanggaran pidana Pemilu
dan pelanggaran kode etik penyelenggara Pemilu.
Pelanggaran Pemilu dapat dilakukan oleh banyak pihak
bahkan dapat dikatakan semua orang memiliki potensi untuk
menjadi pelaku pelanggaran Pemilu. Sebagai upaya antisipasi,
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemiliham Umum
(UU Pemilu) mengaturnya pada setiap tahapan dalam bentuk
kewajiban dan larangan dengan tambahan ancaman atau sanksi.
Potensi pelaku pelanggaran Pemilu dalam UU Pemilu antara
lain :
1. Penyelenggara Pemilu, yang meliputi anggota KPU, KPU
Propinsi, KPU Kabupaten/Kota,PPK, PPS, KPPS, anggota
Bawaslu, Bawaslu Propinsi, Bawaslu Kabupaten Kota, Panwas
Kecamatan, Pengawas Desa, Pengawas TPS, jajaran sekretariat
dan petugas pelaksana lapangan lainnya;
3
2. Peserta Pemilu, yaitu pengurus partai politik, calon anggota
DPR, DPD, DPRD, dan tim kampanye;
3. Pejabat tertentu, seperti PNS, anggota TNI, anggota Polri,
pengurus BUMN/BUMD, Gubernur/pimpinan Bank Indonesia,
Perangkat Desa, dan badan lain yang anggarannya bersumber
dari keuangan negara;
4. Profesi media cetak/elektronik, pelaksana pengadaan barang,
distributor;
5. Pemantau dalam negeri maupun asing;
6. Masyarakat pemilih, pelaksana survey atau hitungan cepat, dan
umum yang disebut sebagai “setiap orang”.
Meski banyak sekali bentuk pelanggaran yang dapat terjadi
dalam Pemilu, tetapi secara garis besar UU Pemilu membagi
pelanggaran Pemilu berdasarkan kategori/jenis sebagai berikut :
(1) Pelanggaran Administratif Pemilu
Pasal 460 UU Pemilu mendefinisikan pelanggaran Administratif
adalah Pelanggaran administratif Pemilu meliputi pelanggaran
terhadap tata cara, prosedur, atau mekanisme yang berkaitan
dengan Administratif pelaksanaan Pemilu dalam setiap tahapan
Penyelenggaraan Pemilu. Pelanggaran terhadap ketentuan UU Pemilu
yang tidak termasuk dalam ketentuan pidana Pemilu dan kode etik.
Dengan demikian maka semua jenis pelanggaran, kecuali yang telah
ditetapkan sebagai tindak pidana, termasuk dalam kategori
pelanggaran Administratif.
Contoh pelanggaran Administratif tersebut misalnya : tidak
memenuhi syarat-syarat untuk menjadi peserta Pemilu,
menggunakan fasilitas pemerintah, tempat ibadah dan tempat
pendidikan untuk berkampanye, tidak melaporkan rekening awal
4
dana kampanye, pemantau Pemilu melanggar kewajiban dan
larangan.
(2) Tindak Pidana Pemilu
Pasal 476 UU Pemilu mengatur tentang tindak pidana Pemilu
sebagai pelanggaran Pemilu yang mengandung unsur pidana.
Pelanggaran ini merupakan tindakan yang dalam UU Pemilu
diancam dengan sanksi pidana. Sebagai contoh tindak pidana
Pemilu antara lain sengaja menghilangkan hak pilih orang lain,
menghalangi orang lain memberikan hak suara dan merubah hasil
suara. Seperti tindak pidana pada umumnya, maka proses
penyelesaian tindak pidana pemilu dilakukan oleh lembaga penegak
hukum yang ada yaitu kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan.
a. Mekanisme Penyelesaian Pelanggaran Pemilu
Meski jenis pelanggaran Pemilu bermacam-macam, tata cara
penyelesaian telah diatur dalam Undang-undang nomor 7 tahun
2017 tentang Pemilihan Umum dan diperkuat mekanismenya dengan
Peraturan Bawaslu, Juknis dan Surat Edaran Bawaslu hanya
mengenai pelanggaran pidana Pemilu.
1. Mekanisme Pelaporan
Penyelesaian pelanggaran Pemilu diatur dalam Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 2017 pasal 476. Secara umum, pelanggaran
diselesaikan melalui Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dan Panitia
Pengawas Pemilu (Panwaslu) sesuai dengan tingkatannya sebagai
lembaga yang memiliki kewenangan melakukan pengawasan dan
penindakan terhadap pelanggaran pada setiap tahapan pelaksanaan
Pemilu. Dalam proses pengawasan tersebut, Bawaslu dapat
menerima laporan, melakukan kajian atas laporan dan temuan
adanya dugaan pelanggaran, dan meneruskan temuan dan laporan
dimaksud kepada institusi yang berwenang.
5
Selain berdasarkan temuan Bawaslu, pelanggaran dapat
dilaporkan oleh anggota masyarakat yang mempunyai hak pilih,
pemantau pemilu dan peserta pemilu kepada Bawaslu, Panwaslu
provinsi, Panwaslu kabupaten/kota paling lambat 7 (tujuh) hari
sejak diketahui terjadinya pelanggaran Pemilu oleh pelapor. Bawaslu
memiliki waktu selama 7 (tujuh) hari untuk melakukan kajian atas
laporan atau temuan terjadinya pelanggaran. Apabila Bawaslu
menganggap laporan belum cukup lengkap dan memerlukan
informasi tambahan, maka Bawaslu dapat meminta keterangan
kepada pelapor dengan perpanjangan waktu selama 14 (empat belas)
hari.
Berdasarkan kajian tersebut, Bawaslu dapat mengambil
kesimpulan apakah temuan dan laporan merupakan tindak
pelanggaran Pemilu atau bukan. Dalam hal laporan atau temuan
tersebut dianggap sebagai pelanggaran, maka Bawaslu
membedakannya menjadi :
1) pelanggaran pemilu yang bersifat administratif;
2) pelanggaran yang mengandung unsur pidana;
3) pelanggaran kode etik penyelenggara pemilu;dan
4) pelanggaran hukum lainnya.
Bawaslu meneruskan hasil kajian tersebut kepada instansi yang
berwenang untuk diselesaikan.
2. Mekanisme Penyelesaian Pelanggaran Administratif
Pelanggaran Pemilu yang bersifat Administratif juga menjadi
kewenangan Bawaslu untuk menyelesaikannya. UU membatasi
waktu bagi Bawaslu untuk menyelesaikan pelanggaran Administratif
tersebut dalam waktu 14 (empat belas) hari sejak diterimanya
dugaan laporan pelanggaran dari Bawaslu. Sesuai dengan sifatnya,
maka sanksi terhadap pelanggaran Administratif berupa sanksi
Administratif. Sanksi tersebut dapat berbentuk teguran, pembatalan
6
kegiatan, penonaktifan dan pemberhentian bagi pelaksana Pemilu.
Aturan lebih lanjut tentang tata cara penyelesaian pelanggaran
Administratif dibuat dalam peraturan Bawaslu. Peraturan Bawaslu
mengenai hal ini adalah Peraturan Bawaslu Nomor 8 Tahun 2017
tentang Tata Cara Penyelesaian Pelanggaran Administratif Pemilu.
3. Mekanisme Penyelesaian Pelanggaran Pidana Pemilu
1) Proses Penyidikan
Sebenarnya penanganan tindak pidana Pemilu tidak
berbeda dengan penanganan tindak pidana pada umumnya,
yaitu melalui kepolisian kepada kejaksaan dan bermuara di
pengadilan. Secara umum perbuatan tindak pidana yang diatur
dalam UU Pemilu juga terdapat dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP). Tata cara penyelesaian juga mengacu
kepada Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).
Dengan asas lex specialist derogat lex generali maka aturan
dalam UU Pemilu lebih utama. Apabila terdapat aturan yang
sama maka ketentuan yang diatur KUHP dan KUHAP menjadi
tidak berlaku.
Mengacu kepada Pasal 476 UU Pemilu, temuan dan
laporan tentang dugaan pelanggaran Pemilu yang mengandung
unsur pidana, setelah dilakukan kajian dan didukung dengan
data permulaan yang cukup, diteruskan oleh Bawaslu kepada
penyidik kepolisian. Proses penyidikan dilakukan oleh penyidik
Polri dalam jangka waktu selama-lamanya 14 (empat belas) hari
terhitung sejak diterimanya laporan dari Bawaslu. Kepolisian
mengartikan 14 (empat belas) hari tersebut tidak termasuk hari
libur. Hal ini mengacu kepada KUHAP yang mengartikan hari
adalah 1 x 24 jam dan 1 bulan adalah 30 hari.
Setelah menerima laporan pelanggaran dari Bawaslu,
penyidik segera melakukan penelitian terhadap : (1)
7
kelengkapan Administratif laporan yang meliputi keabsahan
laporan (format, stempel, tanggal, penomoran, penanda tangan,
cap/stempel), kompetensi Bawaslu terhadap jenis pelanggaran,
dan kejelasan penulisan; dan (2) materi laporan yang antara
lain : kejelasan indentitas (nama dan alamat) pelapor, saksi dan
tersangka, tempat kejadian perkara, uraian kejadian/
pelanggaran, waktu laporan. Berdasarkan identitas tersebut,
penyidik melakukan pemanggilan terhadap saksi, 14
(empatbelas) hari sejak diterimanya laporan dari Bawaslu,
pihak penyidik harus menyampaikan hasil penyidikan beserta
berkas perkara kepada penuntut umum (PU).
Maksimal 7 (tujuh) hari sejak berkas diterima, penuntut
umum melimpahkan berkas perkara kepada pengadilan.
Karena sejak awal penanganan kasus di kepolisian pihak
kejaksaan sudah dilibatkan untuk mengawal proses penyidikan
maka duduk perkara sudah dapat diketahui sejak Bawaslu
melimpahkan perkara ke penyidik. Dengan demikian maka
penuntut umum dapat mempersiapkan rencana awal
penuntutan yang memuat unsur-unsur tindak pidana dan
fakta-fakta perbuatan. Pada saat tersangka dan barang bukti
dikirim/diterima dari kepolisian maka surat dakwaan sudah
dapat disusun pada hari itu juga. Karena itu masalah limitasi
waktu tidak menjadi kendala.
Untuk memudahkan proses pemeriksaan terhadap adanya
dugaan pelanggaran pidana Pemilu, Bawaslu, kepolisian dan
kejaksaan telah membuat kesepahaman bersama dan telah
membentuk Sentra Penegakan Hukum Terpadu (Gakumdu).
Adanya Gakumdu memungkinkan pemeriksaan perkara
pendahuluan melalui gelar perkara.
8
2) Proses Persidangan
Tindak lanjut dari penanganan dugaan pelanggaran pidana
Pemilu oleh kejaksaan adalah pengadilan dalam yuridiksi
peradilan umum. Mengingat bahwa Pemilu berjalan cepat, maka
proses penanganan pelanggaran menggunakan proses perkara
yang cepat (speed tryal). Hakim dalam memeriksa, mengadili
dan memutus perkara pidana Pemilu menggunakan KUHAP
sebagai pedoman beracara, kecuali yang diatur secara berbeda
dalam UU Pemilu. Perbedaan tersebut terutama menyangkut
masalah waktu yang lebih singkat dan upaya hukum yang
hanya sampai banding di Pengadilan Tinggi.
7 (tujuh) hari sejak berkas perkara diterima, Pengadilan
Negeri memeriksa, mengadili, dan memutus perkara pidana
Pemilu. Batasan waktu ini akan berimbas kepada beberapa
prosedur yang harus dilalui seperti pemanggilan saksi dan
pemeriksaan khususnya di daerah yang secara geografis banyak
kendala. Untuk itu maka UU memerintahkan agar penanganan
pidana Pemilu di pengadilan ditangani oleh Majelis khusus
Tindak Pidana Pemilu yang diatur lebih lanjut dalam pasal 485
UU Pemilu. Majelis Khusus sebagai mana dimaksud di sini
adalah merupakan hakim karier pada pengadilan negeri dan
pengadilan tinggi yang ditetapkan secara khusus memeriksa,
mengadili dan memutus perkara tindak pidana pemilu.
Dalam hal terjadi penolakan terhadap putusan Pengadilan
Negeri, para pihak memiliki kesempatan untuk melakukan
banding ke Pengadilan Tinggi. Permohonan banding terhadap
putusan tersebut diajukan paling lama 3 (tiga) hari setelah
putusan dibacakan. Pengadilan Negeri melimpahkan berkas
perkara permohonan banding kepada Pengadilan Tinggi paling
lama 3 (tiga) hari sejak permohonan banding diterima.
Pengadilan Tinggi memiliki kesempatan untuk memeriksa dan
9
memutus permohonan banding paling lama 7 (tujuh) hari
setelah permohonan banding diterima. Putusan banding
tersebut merupakan putusan yang bersifat final dan mengikat
sehingga tidak dapat diajukan upaya hukum.
3) Proses Pelaksanaan Putusan
Tiga hari setelah putusan pengadilan dibacakan,
Pengadilan Negeri/ Pengadilan Tinggi harus telah
menyampaikan putusan tersebut kepada penuntut umum.
Putusan harus dilaksanakan paling lambat 3 (tiga) hari setelah
putusan diterima jaksa. Jika perkara pelanggaran pidana
Pemilu menurut UU Pemilu dipandang dapat mempengaruhi
perolehan suara peserta Pemilu maka putusan pengadilan atas
perkara tersebut harus sudah selesai paling lama 5 (lima) hari
sebelum KPU menetapkan hasil Pemilu secara nasional. Khusus
terhadap putusan yang berpengaruh terhadap perolehan suara
ini, KPU, KPU provinsi dan KPU kabupaten/kota, dan peserta
Pemilu harus sudah menerima salinan putusan pengadilan
pada hari putusan dibacakan. KPU berkewajiban untuk
menindaklanjuti putusan sebagaimana dimaksud.
b. Dasar Hukum Penyusunan Laporan
Lapran Panitia Pengawas Pemilihan Kabupaten Gayo Lues
disusun sebagai salah satu bentuk pertanggung jawaban atas
pelaksanaan tugas, wewenang dan kewajiban sebagai
Lemabaga Pemilihan Umum sebagaimana tertera di dalam
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan
Umum, secara lengkad dasar hukum penyusunan laporan ini
adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan
Umum
10
c. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari penyusunan laporan ini meliputi :
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
b. Dasar Hukum Penyusunan Laporan
c. Ruang Lingkup
d. Maksud Dan Tujuan Pembuatan Laporan
Tugas, Wewenang Dan Kewajiban Bawaslu Kabupaten /Kota
a. Tugas
b. Wewenang
c. Kewajiban
Gakkumdu
a. Kelembagaan
b. Struktur Organisasi GakkumduProvinsi
c. Tugas dan Fungsi Gakkumdu
Persiapan Penindakan Pelanggaran Pada Penyelenggaraan
Pemilu Tahun 2019
a. Penguatan kapasitas dalam Penindakan Pelanggaran
b. Penindakan Pelanggaran Pada Penyelenggaraan Pemilu Tahun
2019
c. Temuan Dugaan Pelanggaran Pemilu
1. Pelanggaran Administratif Pemilu
2. Pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilu
3. Tindak Pidana Pemilu
4. Pelanggaran Hukum Lainnya
d. Laporan Dugaan Pelanggaran Pemilu
1. Pelanggaran Administratif Pemilu
2. Pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilu
3. Tindak Pidana Pemilu
4. Pelanggaran Hukum Lainnya
11
e. Pelimpahan Temuan/Laporan dugaan pelanggaran Pemilu
f. Pengambil Alihan Temuan/Laporan dugaan pelanggaran
Pemilu
g. Supervisi Dan Pendampingan penanganan dugaan
pelanggaran Pemilu Tindak Lanjut Penindakan Pelanggaran
Pemilu
Hambatan, Dan Capaian Penindakan Pelanggaran Pada
Penyelenggaraan Pemilu Tahun 2019
a. Hambatan dan kendala Penindakan Pelanggaran Panwaslih
Kabupaten Gayo Lues, Pada Penyelenggaraan PemiluTahun
2019
b. Keberhasilan (capaian) Penindakan Pelanggaran oleh
Panwaslih Kabupaten Gayo Lues Pada Penyelenggaraan
PemiluTahun 2019
Penutup
Kesimpulan
Rekomendasi
Lampiran
d. Maksud Dan Tujuan Pembuatan Laporan
Laporan Divisi Penindakan ini disusun untuk menyediakan
informasi yang relevan mengenai data dan informasi pelanggaran
pemilu yang terjadi selama proses pelaksanaan tahapan Pemilu 2019
Laporan keuangan terutama digunakan untuk membandingkan
sejauh mana proses penindakan pelanggaran dan informasi
berkaitan dengan data pelanggaran yang terjadi selama pelaksanaan
tahapan pemilu, mengevaluasi efektifitas dan efisiensi suatu entitas
pelaporan dan membantu menentukan ketaatannya terhadap
peraturan perundang-undangan.
Panwaslih Kabupaten Gayo Lues mempunyai kewajiban untuk
melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan serta hasil yang
12
dicapai dalam pelaksanaan kegiatan penidakan pelanggaran selama
Pemilu 2019 untuk tujuan :
1) Akuntabilitas
Mempertanggungjawabkan seluruh penanganan dugaan
pelanggaran selama proses pelaksanaan tahapan Pemilu 2019
yang disajikan dalam bentuk data dan informasi.
2) Manajemen
Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan
kegiatan dalam periode laporan sehingga memudahkan fungsi
perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas proses
penanganan pelanggaran pemilu untuk kepentingan pelaksanaan
pemilu yang akan datang.
3) Transparansi
Memberikan informasi yang terbuka kepada masyarakat
berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak
untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas
penanganan dugaan pelanggaran pemilu yang terjadi selama
pelaksanaan tahapan pemilu 2019.
13
BAB II
Tugas, Wewenang Dan Kewajiban Panwaslih Kabupaten Gayo Lues
Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu), berdasarkan
Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017 saat ini memiliki kewenangan
besar, tidak hanya sebagai pengawas, sekaligus sebagai eksekutor
hakim pemutus perkara. Pemilu sebagai suatu mekanisme
demokrasi sesungguhnya didesain untuk mentransformasikan sifat
konflik di masyarakat menjadi ajang politik yang kompetitif dan
penuh integritas melalui pemilihan umum yang berjalan lancar,
tertib, dan berkualitas. Pemilu merupakan sarana perwujudan
kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan Negara yang
demokratis berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,
sesuai Pasal 1 ayat (2) yang berbunyi, "Kedaulatan berada ditangan
rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar". Pasal
22E Ayat (1) UUD 1945 menggariskan enam kriteria pemilu
demokratis, yaitu langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.
Selanjutnya, UU Pemilu menambah dua kriteria lagi, yakni
transparan dan akuntabel. Pemilihan umum telah menjadi fenomena
global dan telah dipraktikkan, baik di negara yang telah maju
demokrasinya maupun negara yang masih dalam proses transisi
menuju demokrasi. Namun demikian, fenomena pemilu di berbagai
negara, termasuk negara maju, masih menunjukkan bahwa pemilu
tidak bisa lepas dari berbagai pelanggaran dan kecurangan (electoral
malpractices). Bawaslu provinsi/kabupaten/kota memiliki wewenang
menerima, memeriksa, mengkaji, dan memutuskan pelanggaran
Administratif Pemilu. Namun, seiring dinamika tinggi dalam
masyarakat, pada sisi lain regulasi yang ada belum mampu
mengakomodasi dinamika tinggi tersebut. Termasuk makin
"canggihnya" modus dan bentuk pelanggaran serta kompetisi pemilu
yang mulai tidak sehat, terutama penggunaan kampanye hitam,
14
kampanye negatif dan "penyiasatan aturan" pelanggaran pemilu yang
berpotensi menimbulkan beragam pelanggaran pemilu. Ke depan,
Bawaslu harus mendorong partisipasi masyarakat secara optimal.
Bawaslu harus mampu bekerja sinergis bersama seluruh elemen
bangsa untuk mengawasi dan menegakkan hukum pemilu secara
tegas dan adil. Keadilan pemilu dapat diwujudkan jika Bawaslu
bekerja secara terbuka, profesional, imparsial, akuntabel, dan
berintegritas. Dalam melakukan upaya pencegahan, Bawaslu harus
memiliki strategi pengawasan yang tepat berdasarkan pemahaman
akan potensi pelanggaran yang dipotret dengan benar. Masih
terdapat beragam persoalan, misalnya pemutakhiran daftar pemilih,
sistem pemilu, politik uang, akuntabilitas penyelenggaraan,
netralitas aparatur sipil negara, serta integritas proses dan hasil
pilkada, pemilu dan pilpres. Keberhasilan atau kegagalan pemilu,
pilkada, dan pilpres sesungguhnya ditentukan oleh banyak faktor
dan aktor.
a. Tugas
Berdasarkan UU Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan
Umum, bahwa Tugas, Wewenang, Kewajiban Panwaslih Kabupaten
Gayo Lues adalah sebagai berikut ;
Tugas Panwaslih Kabupaten Gayo Lues (pasal 101)
a. Melakukan pencegahan dan penindakan di wilayah Kabupaten
Gayo Lues terhadap:
1. Pelanggaran Pemilu; dan
2. Sengketa Proses Pemilu
b. Mengawasi pelaksanaan tahapan Penyelenggaraan Pemilu di
wilayah Kabupaten Gayo Lues, yang terdiri atas:
1. Pemutakhiran data pemilih, penetapan daftar pemilih
sementara dan daftar pemilih tetap;
15
2. Pencalonan yang berkaitan dengan persyaratan dan tata cara
pencalonan anggota DPRK Kabupaten Gayo Lues;
3. Penetapan calon anggota DPRK Gayo Lues;
4. Pelaksanaan kampanye dan dana kampanye;
5. Pengadaan logistik Pemilu dan pendistribusiannya;
6. Pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan suara
hasil Pemilu;
7. Pengawasan seluruh proses penghitungan suara di wilayah
kerjanya;
8. Pergerakan surat suara, berita acara penghitungan suara,
dan sertilikat hasil penghitungan suara dari tingkat TPS
sampai ke PPK;
9. Proses rekapitulasi suara yang dilakukan oleh KIP Kabupaten
Gayo Lues dari seluruh kecamatan;
10. Pelaksanaan penghitungan dan pemungutan suara ulang,
Pemilu lanjutan, dan Pemilu susulan; dan
11. Proses penetapan hasil Pemilu anggota DPRK Gayo Lues;
c. Mencegah terjadinya praktik politik yang di wilayah Kabupaten
Gayo Lues;
d. Mengawasi netralitas semua pihak yang dilarang ikut serta dalam
kegiatan kampanye sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
ini;
e. Mengawasi pelaksanaan putusan/keputusan di wilayah
Kabupaten Gayo Lues, yang terdiri atas;
1. Putusan DKPP
2. Putusan pengadilan mengenai pelanggaran dan sengketa
Pemilu;
3. Putusan/keputusan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan
Panwaslih Kabupaten Gayo Lues;
4. Keputusan KPU, KIP Aceh, dan KIP Kabupaten Gayo Lues;
dan
16
5. Keputusan pejabat yang berwenang atas pelanggaran
netralitas semua pihak yang dilarang ikut serta dalam
kegiatan kampanye sebagaimana diatur di dalam Undang-
Undang ini;
f. Mengelola, memelihara, dan merawat arsip serta melaksanakan
penyusutannya berdasarkan jadwal retensi arsip sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
g. Mengawasi pelaksanaan sosialisasi Penyelenggaraan Pemilu di
wilayah kabupaten/kota;
h. Mengevaluasi pengawasan Pemilu di wilayah Kabupaten Gayo
Lues;
i. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Sementara itu, Pasal 102 menyebutkan:
Dalam melakukan pencegahan pelanggaran Pemilu dan pencegahan
sengketa proses Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 101
huruf a, Panwaslih Kabupaten Gayo Lues bertugas:
a. mengidentilikasi dan memetakan potensi pelanggaran Pemilu di
wilayah Kabupaten Gayo Lues;
b. mengoordinasikan, menyupervisi, membimbing, memantau, dan
mengevaluasi Penyelenggaraan Pemilu di wilayah Kabupaten
Gayo Lues;
c. melakukan koordinasi dengan instansi pemerintah dan
pemerintah daerah terkait; dan
d. meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengawasan Pemilu
di wilayah Kabupaten Gayo Lues.
Dalam melakukan penindakan pelanggaran Pemilu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 101 huruf a, Panwaslih Kabupaten Gayo Lues
bertugas:
17
a. menyampaikan hasil pengawasan di wilayah Kabupaten Gayo
Lues kepada Bawaslu melalui Panwaslih Provinsi Aceh atas
dugaan pelanggaran kode etik Penyelenggara Pemilu dan/atau
dugaan tindak pidana Pemilu di wilayah Kabupaten Gayo Lues;
b. menginvestigasi informasi awal atas dugaan pelanggaran Pemilu
di wilayah Kabupaten Gayo Lues;
c. memeriksa dan mengkaji dugaan pelanggaran Pemilu di wilayah
Kabupaten Gayo Lues;
d. memeriksa, mengkaji, dan memutus pelanggaran Administratif
Pemilu; dan
e. merekomendasikan tindak lanjut pengawasan atas pelanggaran
Pemilu di wilayah Kabupaten Gayo Lues kepada Bawaslu melalui
Panwaslih Provinsi Aceh.
Dalam melakukan penindakan sengketa proses Pemilu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 101 huruf a, Panwaslih Kabupaten Gayo Lues
bertugas:
a. menerima permohonan penyelesaian sengketa proses Pemilu di
wilayah Kabupaten Gayo Lues;
b. memverifikasi secara formal dan materiel permohonan sengketa
proses Pemilu di wilayah Kabupaten Gayo Lues;
c. melakukan mediasi antar pihak yang bersengketa di wilayah
Kabupaten Gayo Lues;
d. melakukan proses adjudikasi sengketa proses Pemilu di wilayah
Kabupaten Gayo Lues apabila mediasi belum menyelesaikan
sengketa proses Pemilu; dan
e. memutus penyelesaian sengketa proses Pemilu di wilayah
Kabupaten Gayo Lues.
b. Wewenang
Undang – Undang No 7 tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum
Pasal 103, Panwaslih Kabupaten berwenang:
18
1. Menerima dan menindaklanjuti laporan yang berkaitan dengan
dugaan pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan
perundang-undangan yang mengatur mengenai pemilu;
2. Memeriksa dan mengkaji pelanggaran pemilu di wilayah
kabupaten/kota serta merekomendasikan hasil pemeriksaan
dan pengkajiannya kepada pihak-pihak yang diatur dalam
undang-undang ini;
3. Menerima, memeriksa, memediasi atau mengadjudikasi, dan
memutus penyelesaian sengketa proses pemilu di wilayah
kabupaten/kota;
4. Merekomendasikan kepada instansi yang bersangkutan
mengenai hasil pengawasan di wilayah kabupaten/kota
terhadap netralitas semua pihak yang dilarang ikut serta
dalam kegiatan kampanye sebagaimana diatur dalam undang-
undang ini;
5. Mengambil alih sementara tugas, wewenang, dan kewajiban
panwaslu kecamatan setelah mendapatkan pertimbangan
bawaslu provinsi apabila panwaslu kecamatan berhalangan
sementara akibat dikenai sanksi atau akibat lainnya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
6. Meminta bahan keterangan yang dibutuhkan kepada pihak
terkait dalam rangka pencegahan dan penindakan pelanggaran
pemilu dan sengketa proses pemilu di wilayah
kabupaten/kota;
7. Membentuk panwaslu kecamatan dan mengangkat serta
memberhentikan anggota panwaslu kecamatan dengan
memperhatikan masukan bawaslu provinsi, dan
8. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
19
c. Kewajiban
Undang – Undang No 7 tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum
Pasal 104, Panwaslih Kabupaten berkewajiban :
1. Bersikap adil dalam menjalankan tugas dan wewenangnya;
2. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
tugas pengawas pemilu pada tingkatan di bawahnya;
3. Menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada bawaslu
provinsi sesuai dengan tatapan pemilu secara periodik dan/
atau berdasarkan kebutuhan;
4. Menyampaikan temuan dan laporan kepada bawaslu provinsi
berkaitan dengan dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh
kpu kabupaten/kota yang mengakibatkan terganggunya
penyelenggaraan tatrapan pemilu di tingkat kabupaten/kota;
5. Mengawasi pemutakhiran dan pemeliharaan data pemilih
secara berkelanjutan yang dilakukan oleh kpu kabupaten/kota
dengan memperhatikan data kependudukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
6. Mengembangkan pengawasan pemilu partisipatif; dan
7. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Secara garis besar Undang-Undang (UU) Pemilu memberikan banyak
tugas dan wewenang baru bagi Badan Pengawas Pemilu Kabupaten
dalam rangka mewujudkan penyelenggaran pemilu yang lebih adil,
bersih, dan demokratis.
Di Pasal 93, selain bertugas mengawasi semua tahapan pemilu dan
mencegah terjadinya praktik politik uang, Bawaslu juga bertugas
mengawasi netralitas Aparatur Sipil Negara (ASN), netralitas anggota
Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan netralitas anggota Kepolisian
Republik Indonesia (Polri), mengawasi pelaksanaan putusan Dewan
Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP), pengadilan, keputusan
Komisi Pemilihan Umum (KPU), dan keputusan pejabat yang
20
berwenang atas pelanggaran netralitas ASN, anggota TNI, dan
anggota Polri, serta menyampaikan dugaan pelanggaran kode etik
penyelenggara pemilu kepada DKPP.
Kemudian, di Pasal 95 disebutkan wewenang Bawaslu. Tak hanya
memeriksa dan mengkaji, Bawaslu juga berhak memutus
pelanggaran Administratif, pelanggaran politik uang, dan
penyelesaian sengketa pemilu. Bawaslu bahkan berhak memberikan
rekomendasi kepada instansi yang bersangkutan mengenai hasil
pengawasan terhadap netralitas ASN, anggota TNI, dan anggota Polri.
Mengenai politik uang, di Pasal 515 dinyatakan bahwa setiap
orang yang dengan sengaja pada saat pemungutan suara
menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya kepada
pemilih supaya tidak menggunakan hak pilihnya atau memilih
peserta pemilu tertentu atau menggunakan hak pilihnya dengan cara
tertentu sehingga surat suaranya tidak sah, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 3 tahun dan denda paling banyak 36 juta
rupiah.
Pasal tersebut tak memberikan sanksi kepada penerima politik
uang seperti yang pernah dinormakan oleh UU No.10/2016 tentang
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).
Untuk penegakkan tindak pidana pemilu, Bawaslu, pada Pasal
476, mesti berkoordinasi dengan Sentra Penegakkan Hukum
Terpadu (Gakkumdu) sebelum menyatakan suatu perbuatan atau
tindakan merupakan tindak pidana pemilu.
21
BAB III
GAKKUMDU
a. Kelembagaan
Gakkumdu adalah pusat aktivitas penegakan hukum tindak
pidana pemilu yang terdiri dari unsur Pengawas Pemilihan Umum,
Badan Pengawas pemilihan Umum Provinsi, dan/atau Badan
Pengawas Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, Kepolisian Negara
Republik Indonesia, Kepolisian Daerah, dan/atau Kepolisian Resor,
dan Kejaksaan Agung Republik Indonesia, Kejaksaan Tinggi
dan/atau Kejaksaan Negeri.
Pembentukan Gakkumdu bertujuan untuk menyamakan
pemahaman (persepsi) dan pola penanganan tindak pidana pemilu
oleh Bawaslu, Kepolisian NKRI dan Penuntut yang berasal dari
Kejaksaan.
Gakkumdu berperan dalam menekan tindak pidana pemilu
sesuai dengan fungsi gakkumdu yaitu sebagai forum koordinasi
dalam peroses penanganan setiap pelanggaran tidak pidana pemilu
berdasarkan Standar Oprasional dan Prosedur (SOP) yaitu
pelanggran tidak pidana pemilu dilaksanakan melalui 3 (tiga) tahap
yaitu :
1. Penerimaan, Pengkajian dan penyampaian laporan/temuan
dugaan tindak pidana pemilu kepada pengawas pemilu, dalam
tahap ini pengawas pemilu berwenang menerima laporan/temuan
dugaan pelanggran pemilu yang diduga mengandung unsur
tindak pidana pemilu. Setelah menerima laporan/temuan adanya
dugaan tindak pidan pemilu, pengawas pemilu harus segera
berkoordinasi dengan Sentra Gakkumdu dan menyampaikan
temuan/laporan tersebut kepada Gakkumdu dalam jangka waktu
paling lama 24 jam sejak diterimanya laporan/temuan;
22
2. Tundak lanjut Sentra Gakkumdu terhadap laporan/temuan
dugaan pelanggaran pidana pemilu oleh anggota Gakkumdu yang
berasal dari Pengawas Pemilu;
Tindak lanjut pengawas pemilu terhadap rekomendasi
Gakkumdu, dalam tahapan ini disusun rekomendasi yang
menentukan apakah suatu temuan atau laporan merupakan
tindak pidana pemilu atau bukan atau apakah temuan/laporan
tersebut perlu dilengkapi syarat Formil/syarat materil.
b. Struktur Organisasi Gakkumdu Kabupaten Gayo Lues
Sentra Gakkumdu Kabupaten Gayo Lues ditetapkan dengan
Surat Keputusan Panwaslih Kabupaten Gayo Lues NOMOR :
085/K.BAWASLU/AC.14/PM.06.02/VIII/2018 tanggal 13 Agustus
2018 dengan komposisi anggota terdiri dari Penasehat, Pembina
Kordinator dan Anggota, yang dalam pelaksanaan kegiatannya
dilaksanakan di Kantor Sekretariat Panwasli Kabupaten Gayo Lues.
Adapun Struktur Organisasi Gakkumdu Kabupaten Gayo Lues
Pada Pemilihan Umum Tahun 2019 adalah sebagai berikut :
No Nama Jabatan Kedudukan Dalam Tim
1. Sulaiman Ketua Panwaslu Kabupaten Gayo Lues
Penasehat
2. Eka Surahman,SIK
AKBP NRP. 7610505
Kepala Kepolisian
Resort GayoLues Penasehat
3. Bobbi Sandri, SH. MH NIP.19780416200212
1006
Kepala Kejaksaan Negeri Kabupaten
GayoLues
Penasehat
4. Hazijah Ritonga
Kordiv. Organisasi dan
SDM Panwaslu Kab. Gayo
Lues
Pembina
5. Abdul Hamid, SH IPTU NRP. 77100409
Kasat Reskrim Polres Gayo Lues
Pembina
6. P. M. Meliala,SH. NIP.
19731029200031002
Kasi Pidum Kejaksaan Negeri
Gayo Lues
Pembina
23
7. Ali Nurdin
Kordiv. Penindakan
Pelanggaran Panwaslu Kab. Gayo Lues
Ketua/
Koordinator
8. Abdul Hamid, SH IPTU NRP. 77100409
Kasat Reskrim Polres Gayo Lues
Koordinator
9.
P. M. Meliala,SH.
NIP. 19731029200031002
Kasi Pidum Kejaksaan
Negeri Gayo Lues
Koordinator
TIM PELAKSANA
1. Junaidy Adam Kepala Sekretariat Panwaslu Kab. Gayo Lues
Anggota
2. Qasim Redha Husmar
Staf Sekretariat
Panwaslu Kab. Gayo Lues
Anggota
3. Bambang Suwarno
Aiptu NRP 74010196
Penyidik Kepolisian
Polres Gayo Lues Anggota
4. Hendra Novriandi Brigadir NRP 8612576
Penyidik Kepolisian Polres Gayo Lues
Anggota
5. Januwar,SH Brigadir NRP.
91060016
Penyidik Kepolisian
Polres Gayo Lues Anggota
6. Rifo Cundra,SH. NIP.
198312022009121001
Jaksa Tindak Pidana Umum Kejaksaan
Negeri Gayo Lues
Anggota
7.
Muhamad Nur Ajie
A.A. SH NIP.
198701112014031002
Jaksa Tindak Pidana Umum Kejaksaan
Negeri Gayo Lues
Anggota
8. Salahyddin Ayubi,SH NIP.
197202131997031001
Jaksa Tindak Pidana Umum Kejaksaan
Negeri Gayo Lues
Anggota
Tabel 3.1. Struktur Organisasi Gakkumdu Kabupaten Gayo Lues Pada
Pemilihan Umum Tahun 2019
c. Tugas dan Fungsi Gakkumdu
Undang-undang No. 7 Tahun 2017 telah mengatur
keberadaan Sentra Penegakan Hukum Terpadu (Sentra Gakkumdu)
dalam penanganan tindak pidana pada Pemilihan. Pada Pasal 152
24
ayat (1) Undang-Undang tersebut menyebutkan bahwa “untuk
menyamakan pemahaman dan pola penanganan tindak pidana
Pemilihan, Bawaslu Provinsi, dan/atau Panwas Kabupaten/Kota,
Kepolisian Daerah dan/atau Kepolisian Resor, dan Kejaksaan Tinggi
dan/atau Kejaksaan Negeri membentuk penegakkan hukum
terpadu”.
Sentra Gakkumdu terdiri dari 3 (tiga) lembaga, yaitu Lembaga
Pengawas, Kepolisian, dan Kejaksaan. Ketiga lembaga tersebut
nantinya akan menyatu dalam menindaklanjuti dugaan terjadinya
tindak pidana pada Pemilihan Umum. Meskipun pada dasarnya
ketiga lembaga tersebut memiliki fungsi dan tugas yang berbeda,
yaitu Lembaga Pengawasan berfungsi untuk melakukan pengawasan
dalam penyelenggaraan Pemilihan Umum dan menindaklanjuti atas
dugaan pelanggaran yang terjadi di dalamnya, Kepolisian berfungsi
untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan, serta Kejaksaan
berfungsi untuk melakukan penuntutan, sebagaimana diatur dalam
Kitab Undang-Undang Hukuk Acara Pidana (KUHAP).
Sentra Gakkumdu bertugas dan bewenang melakukan
penanganan tindak pidana Pemilihan sejak adanya laporan dan/atau
temuan yang diterima oleh Panwaslih Kabupaten. Dengan kata lain,
Kepolisian dan Kejaksaan (sebagai penyidik dan penuntut) juga telah
bertugas pada saat diterimanya laporan dan/atau temuan tersebut
oleh Panwaslih Kabupaten. Hanya saja, Kepolisian dan Kejaksaan
melakukan pendampingan kepada Panwaslih Kabupaten dalam
proses penanganan pelanggaran, baik pada tahap penerimaan
laporan dan/atau temuan, penentuan pasal yang diduga telah
dilanggar, pengumpulan alat bukti, pemeriksaan para pihak (pelapor,
saksi dan terlapor), sampai pada kajian. Hal tersebut sebagaimana
diatur Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Republik
Indonesia Nomor 9 dan 31, Tentang Sentra Penegakan Hukum
Terpadu Pada Pemilihan Umum 2019 “dalam menerima
25
Laporan/Temuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bawaslu
Provinsi atau Bawaslu Kabupaten/Kota didampingi dan dibantu oleh
Penyidik Tindak Pidana Pemilihan dan Jaksa yang tergabung dalam
Sentra Gakkumdu.”.
Dalam melaksanakan tugas, Pengawas Pemilu berewenang
menerima Laporan/Temuan dugaan tindak pidana Pemilihan dengan
membuat dan mengisi format laporan/temuan serta memberikan
nomor serta terhadap pelapor diberikan Surat Tanda Penerimaan
Laporan. Dalam menerima laporan/temuan tersebut, Panwaslih
Kabupaten harus didampingi dan dibantu oleh Penyidik Tindak
Pidana Pemilihan dan Jaksa yang tergabung dalam Sentra
Gakkumdu. Pendampingan tersebut dilakukan dengan identifikasi,
verifikasi, dan konsultasi terhadap laporan/temuan dugaan
pelanggaran Tindak Pidana Pemilihan. Selain melakukan
pendampingan, khusus untuk Penyidik Tindak Pidana Pemilihan
diberikan wewenang untuk melakukan Penyelidikan setelah
Panwaslih Kabupaten mengeluarkan surat perintah tugas untuk
melaksanakan Penyelidikan dan selanjutnya Penyidik Tindak Pidana
Pemilihan mengeluarkan Surat Perintah Penyelidikan berdasarkan
Surat Perintah Tugas tersebut.
Pengawas Pemilu, Penyidik Tindak Pidana Pemilihan dan
Jaksa pada Sentra Gakkumdu paling lama 1 x 24 (satu kali dua
puluh empat) jam terhitung sejak tanggal laporan/temuan diterima
oleh Pengawas Pemilu melakukan pembahasan pertama, yang
selanjutnya dituangkan dalam Berita Acara Pembahassan yang
ditandatangani oleh Pengawas Pemilu, Penyidik Tindak Pidana
Pemilihan, dan Jaksa. Pembahasan pertama tersebut dilakukan
untuk menemukan peristiwa pidana Pemilihan, mencari dan
mengupulkan bukti-bukti serta selanjutnya menentukan pasal yang
disangkakan terhadap peristiwa yang dilaporkan/ditemukan untuk
ditindaklanjuti dalam proses kajian pelanggaran Pemilihan oleh
26
Pengawas Pemilu dan Penyelidikan oleh Penyidik Tindak Pidana
Pemilihan.
Setelah dilakukan pembahasan pertama, Panwaslu
melakukan kajian dugaan Tindak Pidana Pemilihan dengan
didampingi oleh Penyiidik Tindak Pidana Pemilihan dan Jaksa.
Dalam melaksanakan kajian, Pengawas Pemilu dapat mengundang
Pelapor, Terlapor, Saksi, dan/atau Ahli untuk dimintakan
keterangan dan/atau klarifikasi yang dilakukan di bawah sumpah,
untuk selanjutnya dituangkan dalam Berita Acara Klaifikasi.
Selanjutnya, hasil dari proses kajian pelanggaran Pemilihan oleh
Pengawas Pemilu berupa dokumen kajian laporan/temuan. Selain
itu, hasil penyelidikan oleh Penyidik Tindak Pidana Pemilihan
membuat Laporan Hasil Penyelidikan.
Proses penanganan dugaan tindak pidana Pemilihan
dilakukan paling lambat sampai 5 (lima) hari sejak diterimanya
laporan/temuan oleh Pengawas Pemilu. Selanjutnya setelah
dilakukan kajian, Pengaws Pemilu, Penyidik Tindak Pidana
Pemilihan dan Jaksa melakukan pembahasan kedua pada hari
kelima tersebut. Pembahasan kedua dilakukan untuk menentukan
laporan/atau temuan tersebut telah memenuhi unsur atau tidak
memenuhi unsur Tindak Pidana Pemilihan.
Setelah dilakukannya pembahasan kedua oleh Sentra
Gakkumdu, hasil pembahasan tersebut menjadi dasar Pengawas
Pemilu memutuskan laporan/temuan pada rapat pleno untuk
diteruskan ke tahap penyidikan atau dihentikan. Dalam hal hasil
rapat pleno laporan/temuan diteruskan ke tahap penyidikan,
Pengawas Pemilu meneruskan laporan/temuan tersebut kepada
Penyidik Tindak Pidana Pemilihan dan menerbitkan Surat Perintah
Tugas untuk melaksanakan Penyidikan yang ditandatangani oleh
Ketua Panwaslu Kabupaten/Kota. Namun jika hasil rapat pleno
memutuskan laporan/temuan penanganan pelanggaran Pemilihan
27
dihentikan maka Pengawas Pemilu memberitahukan kepada Pelapor
dengan surat disertai dengan alasan penghentian.
Dalam hal laporan/temuan diteruskan ke tahap penyidikan,
Pengawas Pemilu meneruskan laporan/temuan tersebut kepada
Penyidik Tindak Pidana Pemilu disertai dengan berkas perkara yang
memuat surat pengantar, surat perintah tugas untuk melaksanakan
penyidikan yang dikeluarkan oleh pengawas pemilihan, daftar isi,
laporan/temuan dugaan Tindak Pidana Pemilihan, hasil kajian,
laporan hasil penyelidikan, surat undangan klarifikasi, berita acara
klarifikasi, berita acara klarifikasi di bawah sumpah, berita acara
pembahasan pertama, berita acara pembahasan kedua, daftar saksi
dan/atau ahli, daftar terlapor, daftar barang bukti, barang bukti,
dan Administratif penyelidikan. Setelah laporan/temuan diteruskan
ketahap penyidikan, Penyidik Tindak Pidana Pemilihan membuat
Administratif penerimaan penerusan laporan/temuan berupa
laporan polisi dengan pelapor yang telah melapor kepada pengawas
Pemilihan dan surat tanda bukti laporan. Selanjutnya Penyidik
Tindak Pidana Pemilihan dalam Sentra Gakkumdu berkoordinasi
dengan Sentra Pelayanan Kepolisian untuk mendapatkan nomor
registrasi laporan polisi.
Penyidik Tindak Pidana Pemilihan di Sentra Gakkumdu
melakukan Peyidikan setelah diterbitkannya Surat Pemberitahuan
Dimulainya Penyidikan (SPDP) oleh koordinator Sentra Gakkumdu
dari unsur kepolisian bersamaan dengan dikelarkannya Surat
Perintah Penyidikan. Penyidik Tindak Pidana Pemilihan
menyerahkan SPDP dan Administratif penyidikan lainnya yang telah
ditandatangani oleh Koordinator Sentra Gakkumdu dari unsur
kepolisian kepada Jaksa. Dalam melaksanakan tahap penyidikan,
Penyidik Tindak Pidana Pemilihan melakukan penyidikan paling
lama 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak penerusan
laporan/temuan yang diterima daeri pengawas Pemilihan dan/atau
28
laporan Polisi dibuat. Jaksa pada Sentra Gakkumdu melakukan
pendampingan dan monitoring terhadap proses Penyidikan.
Setelah dilakukannya tahap penyidikan, Penyidik Tindak
Pidana Pemilihan menyampaikan hasil Penyidikan dalam
pembahasan ketiga yang dipimpin oleh ketua Koordinator Sentra
Gakkumdu Kabupaten/Kota pada waktu proses penyidikan, yang
menghasilkan kesimpulan pelimpahan kasus kepada Jaksa. Hasil
pembahasan ketiga dituangkan dalam berita acara pembahasan yang
ditandatangani oleh Pengawas Pemilu, Penyidik Tindak Pidana
Pemilihan dan Jaksa.
Selama 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak penerusan
laporan/temuan yang diterima oleh Pengawas Pemilihan dan/atau
laporan Polisi dibuat, Penyidik Tindak Pidana Pemilihan
menyampaikan hasil Penyidikan disertai berkas perkara kepada
Jaksa. Dalam hal hasil penyidikan belum lengkap, dalam waktu
paling lama 3 (tiga) hari kerja penuntut umum mengembalikan
berkas perkara kepada Penyidik Tindak Pidana Pemilihan dalam
Sentra Gakkumdu disertai petunjuk tentang hal yang harus
dilakukan untuk dilengkapi, yang hanya dilakukan 1 (satu) kali.
Setelah berkas dikembalikan oleh Jaksa, Penyidik Tindak Pidana
Pemilihan mengembalikan berkas perkara kepada Jaksa paling lama
3 (tiga) hari kerja sejak tanggal penerimaan berkas. Setelah berkas
perkara diterima oleh Jaksa dan dinyatakan lengkap Penyidik Tindak
Pidana Pemilihan menyerahkan tersangka dan barang bukti kepada
Jaksa.
Penuntut Umum melimpahkan berkas perkara kepada
Pengadilan Negeri paling lama 5 (lima) hari kerja terhitung sejak
berkas perkara diterima dari Penyidik Tindak Pidana Pemilihan dan
syarat pengantar pelimpahan yang ditandatangani oleh Pembina
Sentra Gakkumdu dari unsur Kejaksaan sesuai tingkatan.
Selanjutnya, Penuntut Umum membuat rencana dakwaan dan surat
29
dakwaan, serta menyusun rencana penuntutan dan membuat surat
tuntutan yang dilaporkan kepada Pembina Sentra Gakkumdu dari
unsur Kejaksaan sesuai tingkatan. Tembusan surat dakwaan
tersebut disampaikan kepada Koordinator Sentra Gakkumdu unsur
kepolisian dan Pengawas Pemilu sesuai tingkatan.
Setelah putusan Pengadilan dibacakan, penuntut umum
melaporkan kepada Pembina Sentra Gakkumdu dari unsur
Kejaksaan, yang selanjutnya dilakukan pembahsan paling lama 1 x
24 jam setelah putusan Pengadilan dibacakan, dengan dihadiri oleh
Koordinator dari unsur Pengaws Pemilu, Koordinator dari unsur
Kepolisian, dan Koordinator dari unsur Kejaksaan sesuai tingkatan
guna mengambil sikap untuk dilakukan upaya hukum atau
menindaklanjuti putusan Pengadilan.
Dalam hal Penutut Umum mengajukan banding dan memori
banding paling lama 3 (tiga) hari setelah putusan dibacakan. Selain
itu, dalam hal terdakwa melakukan upaya hukum bandig terhadap
putusan Pengadilan, Penuntut Umum membuat kontra memori
banding. Selanjutnya, dalam hal putusan Pengadilan telah
berkekuatan hukum tetap, Jaksa pada Sentra Gakkumdu
melaksanakan putusan tersebut paling lamba 3 (tiga) hari setelah
putusan diterima oleh Jaksa dan dapat didampingi oleh Penyidik
Tindak Pidana Pemilihan dan Pengawas Pemilu.
30
BAB IV
Persiapan Penindakan Pelanggaran Pada Penyelenggaraan Pemilu Tahun 2019
a. Penguatan Kapasitas dalam Penindakan Pelanggaran
Penguatan struktur kelembagaan pengawas pemilu
mempunyai arti penting tidak saja terhadap peningkatan peran dan
fungsi pengawas pemilihan di daerah, namun juga memberikan efek
positif terhadap aspek psikologis para pengawas di daerah yang
selama ini memiliki masalah kepercayaan diri dengan fungsi dan
kewenangannya yang bersifat ad-hoc. Perubahan status kelembagaan
Panwaslu yang kini bersifat tetap dan berubah nama menjadi
Bawaslu memunculkan tantangan baru pula berupa penyiapan dan
penguatan aspek sumber daya manusia.
Tahapan pemilihan sudah di depan mata dan banyak beban
tanggungjawab yang akan bertumpu di level kabupaten/kota di awal
tahapan, ditambah lagi belum terbentuknya lembaga sekertariat
yang harus dikepalai oleh pejabat setingkat eselon III. Kondisi ini
benar-benar memaksa lembaga ini untuk berjibaku dengan program-
program peningkatan kapasitas pengawas pemilihan dari level
menengah sampai ke tingkat bawah.
Tidak kalah pentingnya dalam upaya menekan persoalan
SDM yang sangat mungkin terjadi maka Bawaslu perlu menerapkan
sistem meritokrasi dengan mempertimbangkan aspek-aspek yang
dimiliki oleh calon-calon komisionernya yang akan direkrut di
daerah, seperti kemampuan teknis dan verbal, pengalaman, mental
kepengawasan, keahlian, dan terutama integritas. Kombinasi
gabungan berdasarkan bidang keilmuan atau latar pengalaman pada
unsur keanggotaan Bawaslu juga penting untuk diadaptasikan.
Bidang keahlian hukum, komunikasi, politik, kepemiluan,
pengalaman keorganisasian dan pengalaman birokrasi akan menjadi
31
kombinasi yang ideal bila disesuaikan dengan kebutuhan divisi yang
ada.
Pelatihan Penyidik Anggota Gakkumdu Kabupaten telah
mengikuti 2 (dua) kali pelatihan yang dilaksanakan secara nasional 1
(satu) kali yang diikuti oleh Kasat Reskrim Polres Gayo Lues
sedangkan untuk pelatihan yang dilaksanakan oleh Panwaslih
Provinsi Aceh diikuti oleh 3 (tiga) orang anggota penyidik Polres
Kabupaten Gayo Lues.
Sedangkan untuk tingkat provinsi Aceh, peningkatan
kapasitas tim Sentra Gakkumdu telah beberapa kali dilaksanakan,
baik secara bersama-sama, maupun untuk masing-masing lembaga.
Sentra Gakkumdu di Kabupaten Gayo Lues juga Pernah
mengadakan beberapa kali pertemuan dan Rapat Koordinasi terkait
penguatan dan kapasitan dan mempersamakan pemahaman baik
dalam pencegahan maupun penindakan, khususnya pada
penanganan tindak pidana pemilu pada pemilu tahun 2019
Selain peningkatan kapasitas, personil sentra Gakkumdu Kabupaten
Gayo Lues juga membuat jadwal piket di sekretariat gakkumdu
untuk mendampingi penerimaan laporan pelanggaran pidana pemilu.
32
BAB V
Penindakan Pelanggaran Pada Penyelenggaraan Pemilu Tahun 2019
a. Temuan Dugaan Pelanggaran Pemilu
Berdasarkan hasil pengawas seluruh jajaran pengawas
pemilu ada sejumlah temuan dugaan pelanggaran pemilu, baik
berupa dugaan pelanggaran Pidana, admnistrasi, dan pelanggaran
hukum lainnya.
Temuan oleh pengawas kabupaten dan kecamatan sebagian
besar tidak dapat diregister karena setelah dilakukan berbagai
tindakan pembuktian baik mengidentifikasi secara langsung ke
tempat kejadian dugaan pelanggaran dan melakukan klarifikasi
langsung dengan penduduk terdekat dengan tempat dugaan
terjadinya pelanggaran tidak ditemukannya bukti yang cukup untuk
memenuhi unsur formil dan materil, sehingga temuan dugaan
pelanggaran tersebut tidak dapat ditindaklanjuti oleh Panwaslih
Kabupaten Gayo Lues, sampai saat ini telah menangani temuan
dugaan dugaan pelanggaran sebanyak 10 (sepuluh) temuan. Kasus
pelanggaran pemilu tersebut terdiri dari:
1. Pelanggaran Administratif pemilu yang telah ditangani oleh
Panwaslih Kabupaten Gayo Lues sebanyak 4 kasus pelanggaran
pemilu;
2. Dugaan pelangaran tindak pidana pemilu berupa Politik Uang,
tindakan pemilih yang menguntungkan peserta pemilu dan
perusakan Alat peraga Kampanye yang ditemukan oleh Pengawas
Kecamatan sebanyak 5 temuan, terjadi di Kecamatan
Kutapanjang, Blangkejeren, Dabun Gelang dan Putri Betung dan;
3. Pelangaran perundang-undangan lainnya yaitu tentang Netralitas
ASN, adapun rincian jumlah keseluruhan pelanggaran Pemilu
2019 adalah sebagai berikut :
No Kabupaten Kecamatan
Jumlah Temuan Yang di temukan
Ditemukan Dilimpahkan Ditangani sendiri
Pilleg Pilpres Pilleg PilPres Pilleg Pilpres
1 Gayo Lues Kutapanjang 3 ..... ....... ...... 3 .......
2 Blangkejeren 4 ....... ...... ..... 4 .......
3
Dabun Gelang 2 2
4 Blangpegayon 1 1
Total
10
10
Tabel 4.1 rincian jumlah keseluruhan pelanggaran Pemilu 2019
34
No Kabupaten Kecamatan
Jumlah temuan
Total
Perencanaan
program dan
anggaran serta
penyusunan
Peratruran
Pelaksana
PemutPenindak
an an dan
Penyusunan
Daftar Pemilih
Penetapan
peserta Pemilu
Penetapan
Daerah Dapil
Pencalonan
Presiden dan Wakil
Presiden serta
Anggota DPR, DPD, dan
DPRD.
Kampanye
Pemilu
Masa Tenang
Pemungutan dan
Penghitungan Suara
Penetapan Hasil pemilu
Pengucapan
Sumpah /Janji
Presiden dan Wakil
Presiden serta
Anggota DPR, DPD, dan
DPRD
Pilleg
Pilpres
Pilleg
PilPres
Pilleg
Pilpres
Pilleg
Pilpres
Pilleg
PilPres
Pilleg
Pilpres
Pilleg
Pilpres
Pilleg
PilPres
Pilleg
Pilpres
Pilleg
Pilpres
Pilleg
PilPres
1 Gayo Lues Kutapanjang 3
2 Blangkejeren 2 2
3
Blangpegayon 1
4 Dabun Gelang 2
5
Total
2
7
1
Tabel 4.2. Rekapitulasi Temuan Dugaan Pelanggaran Pemilu Bawaslu Provinsi per Tahapan
Berdasarkan tabel di atas, temuan pelanggaran pemilu paling
banyak terjadi adalah dugaan pelanggaran pada tahapan Kampanye
a. Temuan Pelanggaran Administasi Pemilu
Salah satu Sumber dugaan pelanggaran pemilu adalah
temuan yang merupakan hasil pengawasan Pengawas pemilu yang
mengandung dugaan pelanggaran, Khusus untuk "Penanganan
Administratif Pemilu," Bawaslu beserta jajaran berwenang dan dapat
menyelesaikan penanganan pelanggaran tersebut secara cepat.
Penanganan pelanggaran administratif secara cepat dapat
diselesaikan dua (2) hari terhitung sejak laporan diregistrasi dan
dapat diselesaikan di tempat kejadian dengan mempertimbangkan
kelayakan dan keamanan. Selain penanganan pelanggaran
administratif pemilu secara cepat, Bawaslu dalam hal ini Bawaslu
Kabupaten/Kota juga berwenang memutus pelanggaran
administratif pemilu dengan proses persidangan atau adjudikasi.
Adapun data pelanggaran Administratif pemilu yang bersumber dari
temuan adalah sebagai berikut :
a. Temuan Panwaslu Kecamatan
No Kecamatan
Disampaikan kepada Bawaslu
Kabupaten/kota
Dihentikan Brdsr Putusan Pendahuluan
Bawaslu Kabupaten/Kot
a
Dilanjutkan Brdsr Putusan Pendahuluan
Bawaslu Kabupaten/K
ota
Putusan Bawaslu Kab/kota Terlapor Terbukti Bersalah
Putusan Bawaslu Kab/kota Terlapor
Tidak Terbukti Bersalah
Putusan Bawaslu Kab. Kota atas
Temuan Pengawas
Kecamatan ditindaklanjuti
Putusan Bawaslu Kabupaten/Kota
atas Temuan Panwascam tidak
ditindaklanjuti
Pilleg PilPre
s Pilleg
Pilpres
Pilleg Pilpre
s Pilleg
PilPres
Pilleg Pilpre
s Pilleg
Pilpres
Pilleg PilPres
1 Kutapanjang 1 1 1 1
2 Blangkejeren 1 1 1 1
3 Blangpegayon 1 1 1 1
Tabel 4.3. Temuan Administratif Pemilu oleh Panwaslu Kecamatan diteruskan kepada Bawaslu Kabupaten
Pelanggaran Administratif pemilu yang ditangani oleh
Panwaslih Kabupaten Gayo Lues yang bersumber dari temuan dan
semuanya telah diputuskan dalam sidang Adjudikasi Pelanggaran
Pemilu yang dilaksanakan oleh Panwaslih Gayo Lues, adapun
putusan tersebut beragam, mulai dari pencoretan dari daftar calon,
peringatan, dan perbaikan terhadap prsedur. Salah satu temuan
Pelanggaran Administratif Pemilu yang berkaitan dengan pencalonan
diteruskan ke Panwaslih Provinsi Aceh dan diputus dalam sidang
adjudikasi Pelanggaran Administratif Pemilu dengan putusan
menerima permohonan Panwaslih Kabupaten Gayo Lues untuk
seluruhnya. Adapun rincian dari temuan pelanggaran pemilu
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pelanggaran Administratif Pemilu Oleh Partai Golkar Atas Nama
Nuraini, Calon Anggota DPRK Kabuten Gayo Lues Daerah
Pemilihan (Dapil) 1 Nomor Urut 9 Partai Golkar, yang masih
berstatus sebagai guru honorer pada SMPN Satu Atap Agusen
Kecamatan Blangkejeren Kabupaten Gayo Lues.
Berdasarkan fakta, alat bukti dan klarifikasi terhadap sejumlah
saksi, dengan merujuk kepada ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku, maka diduga telah terjadi
pelanggaran administratif pemilu yang dilakukan oleh Terlapor,
bahwa yang bersangkutan tidak mengajukan pengunduran diri
dari SMPN Satu Atap Agusen Kecamatan Blangkejeren
Kabupaten Gayo Lues pada saat pendaftaran Calon Anggota
DPRK Gayo Lues. Berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang nomor
17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara meliputi : e.
Penerimaan Daerah; f. Pengeluaran Daerah berdasarkan
ketentuan tersebut tenaga honor daerah yang ditetapkan oleh
bupati Gayo Lues yang anggarannya termasuk kedalam salah
satu instansi yang dibiayai oleh APBK Gayo Lues;
38
2. Pelanggaran Administratif Pemilu oleh Partai Persatuan
Pembangun Caleg DPRA Daerah Pemilihan 8 Aceh Nomor Urut 2
atas nama H. SYAMSUAR. pada tanggal 13 Maret 2019 H.
SYAMSUAR datang ke Desa Bener Untuk menghadiri Acara
enggenap (Musyawarah persiapan pesta sunat rasul) cucu Am.
Jemiah di Desa Bener Kecamatan Kutapanjang dengan
mengadakan Pertemuan tatap muka (kampanye) tanpa STTP dari
Kepolisian. Pada tanggal 14 Maret 2019 Pengawas Kecamatan
Kutapanjang meneruskan temuan dugaan pelanggaran tersebut
kepada Panwaslih Kabupaten.
Berdasarkan informasi tersebut Panwaslih Kabupaten Gayo Lues
menindaklanjuti dengan cara Sidang Acara Cepat Pelanggaran
Administratif Pemilu. Dalam pelaksanaan sidang Administratif
Cepat di pimpin oleh Majelis Tunggal yaitu Kordiv Penindakan
Pelanggaran atas nama Ali Nurdin,S.Kom. dengan Putusan
Cepat H. SYAMSUAR dinyatakan telah melanggar Pasal 22 ayat
(1) dan ayat (2) Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 23
Tahun 2018 tentang Kampanye Pemilihan Umum, Pasal 19,Pasal
45 ayat (1), dan Pasal 46 ayat (1) Ketentuan Peraturan Badan
Pengawas Pemilu Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2018
tentang Pengawasan Kampanye Pemilihan Umum. Berdasarkan
Pertimbangan Majelis Pemeriksa memutuskan, Menyatakan
Terlapor, terbukti secara sah dan menyakinkan melakukan
pelanggaran Administratif Pemilu, Menjatuhkan sanksi
administratif Kepada H.SYAMSUAR Caleg DPRA Partai PPP
Daerah Pemilihan 8 Aceh berupa Peringatan Tertulis;
3. Pemungutan Suara di TPS 01 Kampung Cinta Maju, berdasarkan
pemeriksaan dan penelitian Pengawas TPS proses pelaksanaan
pemungutan dan penghitungan suara tidak dilakukan menurut
tata cara yang ditetapkan dalam ketentuan Peraturan
Perundang-Undangan. Bahwa telah terjadi pelanggaran pemilu
39
pada tahapan pemungutan suara berupa pemberian kertaas
suara sebanyak 5 (lima) lembar kepada pemilih yang masuk
dalam Daftar Pemilih Tambahan (DPTb). Oleh Panwaslih
Kabupaten Gayo Lues di tindaklanjuti berupa pemberian sanksi
perbaikan terhadap tata cara dan prosedur pemungutan suara.
b. Temuan Panwaslih Kabupaten Gayo Lues
Pelanggaran Administratif Pemilu yang ditemukan pada tangga
24 Januari 2019 oleh Sulaiman (Ketua Panitia Pengawas Pemilihan
Kabupaten Gayo Lues), Ali Nurdin (Anggota Panitia Panwaslih
Kabupaten Gayo Lues) dan Hajizah Ritonga (Anggota Panitia
Panwaslih Kabupaten Gayo Lues) Terhadap Ahmad Zaini Calon Tetap
Partai Daerah Aceh Caleg DPRA pada pemilu tahun 2019
Berdasarkan Keputusan Komisi Independen Pemilihan Aceh Nomor
53/PL.01.4-Kpt/11/Prov/XII/2018 Tentang Perubahan Atas
Keputusan Komisi Independen Pemilihan Aceh Nomor 41/PL.01.4-
Kpt./11/Prov/IX/2018 Tentang Penetapan Daftar Caloon Tetap
Anggota DPRA Pemilu tahun 2019 yang diumumkan dalam
Pengumuman KIP Aceh Nomor : 11/PL.01.4.Pu/11/Prov/IX/2018
Tentang Pengumuman Daftar Calon Tetap Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Aceh Pemilihan Umum Tahun 2019 di situs resmi
Komisi Independen Pemilihan Provinsi Aceh yaitu
https://kip.acehprov.go.id/pengumuman-daftar-calon-tetap-dct-
dpra/;
Berdasarkan hasil Rapat Pleno Panwaslih Kabupaten Gayo
Lues, setelah melakukan investigasi dan pengumpulan data
didapatkan dugaan pelanggaran administratif pemilu dan telah
ditindak lanjuti sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Bahwa berdasarkan fakta dan hasil pengawasan dan
klarifikasi terhadap saksi maka Terlapor diduga telah melanggar
Pasal 240 ayat (1) huruf k Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017
40
tentang Pemilihan Umum, Pasal 7 ayat (1) huruf n PKPU Nomor 20
Tahun 2018 tentang Pencalonan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota
No Kabupaten
Total Plgr Administrat
if
Disampaikan kepada Bawaslu Provinsi
Dihentikan Brdsr
Putusan Pendahulu
an Bawaslu provinsi
Dilanjutkan Brdsr Putusan
Pendahuluan
Bawaslu Provinsi
Putusan Bawaslu Provinsi Terlapor Terbukti Bersalah
Putusan Bawaslu Provinsi Terlapor
Tidak Terbukti Bersalah
Putusan Bawaslu Provinsi
atas Temuan
Kabupaten/Kota
ditindaklanjuti
Putusan Bawaslu Provinsi
atas Temuan
Kabupaten/Kota tidak ditindaklan
juti
Pilleg
Pilpres
Pilleg
PilPres
Pilleg
Pilpres
Pilleg
Pilpres
Pilleg
PilPres
Pilleg
Pilpres
Pilleg
Pilpres
Pilleg
PilPres
1 Gayo Lues 1 1 1 1
Tabel 4.4. Temuan Pelanggaran Panwaslih Kabupaten Gayo Lues
Temuan Pelanggaran Administratif pemilu selama
pelaksanaan tahapan pemilu tahun 2019 berjumlah 4 diantaranya: 2
yang terjadi pada tahapan Pencalonan, 1 pada Tahapan Kampanye,
dan 1 pada Tahapan Pungut Hitung.
b. Temuan Pelanggaran Tindak Pidana Pemilu
Jajaran Panwaslih Kabupaten Gayo Lues memperoleh
beberapa Temuan Dugaan tindak pidana pemilu selama pelaksanaan
tahapan pemilu tahun 2019 berupa perusakan Alat Peraga
Kampanye, namun berdasarkan hasil investigasi tidak dapat
diteruskan karena tidak memenuhi beberapa ketentuan syarat formil
dan materil dari temuan tersebut. Adapun sebarannya yaitu : di
Kecamatan Kutapanjang 1 (satu) pelanggaran, Kecamatan
Blangkejeren 1 (satu) pelanggaran, kecamatan Dabun Gelang 1 (satu)
pelanggaran dan di Kecamatan Putri Betung 2 (dua) pelanggaran.
c. Temuan Pelanggaran Hukum Lainnya
No Kabupaten Kecamatan
Total Temuan Pelanggaran
Hukum lainnya
Diteruskan kepada Instansi yang berwenang
Rekomendasi ditindaklanjuti oleh instansi
terkait
Rekomendasi tidak
ditindaklanjuti oleh instansi
terkait
Pilleg Pilpres Pilleg PilPres Pilleg PilPres Pilleg Pilpres
1 Gayo Lues Kutapanjang 1
1
1
1
2
Tabel 4.5. Tabel Temuan Bawaslu Kabupaten Kota tentang pelanggaran Hukum Lainnya
Temuan Pelanggaran pelanggaran hukum lainnya selama
pelaksanaan tahapan pemilu tahun 2019 berjumlah 1 pelanggaran
yang terjadi pada tahapan Kampanye. Pelanggaran tersebut terjadi
berupa pelanggaran terhadap netralitas Pegawai Negeri Sipil.
Panwaslih Kabupaten Gayo Lues telah merekomendasikan kepada
KASN dengan Surat Nomor : 015/K.Bawaslu.AC-
14/HM.02.00/III/2019 hal: Penerusan Netralitas ASN untuk dapat
ditindaklanjuti.
Diagram 4.1. Penerimaan Laporan Pelanggaran Pemilihan Anggota
DPR, DPD dan DPRD
f. Laporan Dugaan Pelanggaran Pemilu
Merujuk kepada ketentuan Pasal 1 angka 26 Perbawaslu No.
7 Tahun 2018 mengatur definisi dari laporan pelanggaran Pemilihan
Umum. Laporan yang dimaksud adalah laporan langsung Warga
Negara Indonesia yang mempunyai hak pilih, Peserta Pemilu, atau
pemantau Pemilu kepada Bawaslu dan/atau Bawaslu
Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Panwaslu Kelurahan/Desa,
Panwaslu LN, dan/atau Pengawas TPS pada setiap tahapan
Penyelenggaraan Pemilu.
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
KabupatenGayo Lues
KecamatanKutapanjang
1 1
Jumlah
Jumlah
45
Atas dasar itu, sumber informasi dari laporan adalah pihak
eksternal di luar Bawaslu secara institusi. Orang yang berhak
melakukan pelaporan terhadap adanya dugaan pelanggaran pemilu
menurut Perbawaslu ini terdiri dari warga negara Indonesia yang
mempunyai hak pilih, kemudian para pemantau pemilu, ataupun
peserta pemilu. Pada tahap menyampaikan laporan, para pelapor
sebagaimana yang telah disebutkan, dapat didampingi oleh kuasa
yang telah menerima surat kuasa dari pelapor. Waktu pelaporan
disampaikan kepada Bawaslu Sejak waktu dugaan pelanggaran
diketahui terjadi oleh pelapor, maka terdapat rentang waktu
maksimal 7 hari diberikan kepada pelapor maupun kuasanya untuk
menyampaikan laporan tersebut kepada Bawaslu. Setelah waktu 7
hari tersebut, apabila baru disampaikan laporan dugaan pelanggaran
sebagaimana yang diketahui, Bawaslu tidak dapat lagi memproses
laporan tersebut.
Berdasarkan ketentuan Perbawaslu No. 7 Tahun 2018,
tahapan penanganan laporan tersebut pertama-tama diterima secara
langsung di kantor pengawas pemilu dengan dituangkan ke dalam
formulir B.1. Formulir tersebut diisi berdasarkan keterangan pelapor
secara rinci dan lengkap. Pada saat pengisian formulir tersebut,
pihak pelapor wajib melengkapi dan menyertakan fotokopi kartu
tanda penduduk elektronik atau kartu identitas lainnya.
Pelapor kemudian menandatangani formulir penerimaan
laporan dugaan pelanggaran pemilu untuk kemudian diserahkan
kepada petugas yang menerima laporan. Petugas tersebut kemudian
membuatkan tanda bukti penerimaan laporan dugaan pelanggaran
dalam 2 rangkap yang dituangkan dalam formulir model B.3.
Terakhir, petugas penerima laporan kemudian memberikan satu
rangkap tanda bukti penerimaan laporan dan satu rangkap lainnya
dipegang oleh pengawas.
46
Pasal 17 Perbawaslu No. 7 Tahun 2018 mengatur durasi
penanganan temuan maupun laporan dugaan pelanggaran pemilu.
Bawaslu pada setiap tahapan dalam memutuskan untuk
menindaklanjuti atau tidak menindaklanjuti temuan maupun
laporan dugaan pelanggaran, paling lama 7 hari kerja setelah
diterima dan diregistrasi. Apabila terhadap temuan maupun laporan
tersebut, dibutuhkan adanya keterangan tambahan mengenai tindak
lanjut, maka terhadap keterangan tambahan dan kajiannya
diberikan waktu paling lama 14 hari kerja setelah diterima dan
diregistrasi.
Selanjutnya dalam proses pengkajian terhadap temuan
maupun laporan dugaan pelanggaran, Bawaslu di semua tingkatan
dapat melakukan klarifikasi terhadap pelapor, terlapor, maupun
pihak yang diduga sebagai pelaku pelanggaran, saksi, atau ahli
untuk didengar keterangannya. Keterangan tersebut dituangkan
dalam berita acara klarifikasi sebagaimana formulir berita acara
klarifikasi.
Selanjutnya, terhadap hasil kajian terhadap temuan atau
laporan dugaan pelanggaran seagaimana yang diatur dalam
Peraturan Bawaslu, digunakan untuk menentukan sejumlah
kategori. Mulai dari ada tidaknya pelanggaran kode etik
penyelenggara pemilu, tindak pidana pemilu, pelanggaran
administratif pemilu, pelanggaran peraturan perundang-undangan
lainnya atau bukan pelanggaran.
Sepanjang pelaksanaan tahapan pemilu 2019 Panwaslih
Kabupaten Gayo Lues mendalami 2 (dua) laporan pelanggaran
pemilu berupa tindak pidana pemilu yang terjadi di kecamatan
Pantan Cuaca dan Dabu Gelang. Adapun rekapitulasi jumlah
laporan pelanggaran pemilu dapat diuraikan sebagai berikut :
47
No Kabu paten
Kecamatan
Jumlah Laporan
Total
Perencanaan program dan
anggaran serta
penyusunan Peratruran Pelaksana
PemutPenindak
an an dan
Penyusunan
Daftar Pemilih
Penetapan
peserta Pemilu
Penetapan
Daerah Dapil
Pencalonan Presiden
dan Wakil Presiden
serta Anggota
DPR, DPD, dan DPRD.
Kampanye
Pemilu
Masa Tenang
Pemungutan dan
Penghitungan Suara
Penetapan Hasil pemilu
Pengucapan Sumpah /Janji Presiden dan
Wakil Presiden serta Anggota DPR,
DPD, dan DPRD
Pilleg
Pilpres
Pilleg
PilPres Pilleg
Pilpres
Pilleg
Pilpres
Pilleg
PilPres
Pilleg
Pilpres Pilleg
Pilpres
Pilleg
PilPres
Pilleg
Pilpres
Pilleg
Pilpres
Pilleg
PilPres
1 GAYO LUES Pantan Cuaca 1
1
2 Dabun Gelang 1
1
3 dst.....
Total
1
1
Tabel 4.6. Rekapitulasi Laporan Dugaan Pelanggaran Pemilihan Umum Per Tahapan
49
Diagram 4.2. Penerimaan Laporan Pelanggaran Pemilihan Anggota DPR, DPD dan DPRD
Diagram 4.3. Diagram Pelapor Dugaan pelanggaran Pemilu
2
0
Pemilihan Anggota DPR, DPD dan DPRD
Ditangani
Dilimpahkan
0
0,5
1
Provinsi Aceh KabupatenGayo Lues
Kabupaten... Kabupaten...
WNI
Peserta
Pemantau
50
Diagram 4.4. Penerimaan Laporan Pelanggaran Pemilu oleh Kabupaten
g. Laporan Pelanggaran Dugaan Tindak Pidana Pemilu
No Provinsi Kabupaten Tim Kampanye
Calon Legislatif
Calon Presiden
Calon Wakil
Presiden Masyakarat ASN Pejabat dst
1 Aceh Gayo Lues 1
1 2 3
Jumlah 1
1 Tabel 4.6. Kecenderungan Pelaku Tindak Pidana Pemilu
0
0,5
1
1,5
2
2,5
Kabupaten GayoLues
KecamatanPantan Cuaca
KecamatanDabun Gelang
Jumlah Laporan
Jumlah Laporan
51
Diagram 4.5. Jumlah Laporan Tindak Pidana Pemilu
0
0,5
1
1,5
2
2,5
KabupatenGAYO LUES
KecamatanPantan Cuaca
KecamatanDabun Gelang
Jumlah Laporan Tindak Pidana Pemilu
Jumlah Laporan Pidana
52
Diagram 4.6. Laporan dugaan Pelanggaran hukum Lainnya
Diagram 4.7. tindak lanjut instansi terkait atas Rekomendasi Bawaslu yang bersumber dari Laporan
1 1
0 0 0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
Provinsi Aceh Kabupaten GayoLues
Pileg
Pilpres
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
KabupatenGayo Lues
KecamatanKutapanjang
1 1
Pilleg
Pilpres
53
Diagram 4.8. Penghentian Penanganan Temuan Tindak Pidana Pemilu oleh Gakkumdu pada Pembahasan I dan II
1 1
0 0 0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
Provinsi Aceh Kabupaten GayoLues
Pileg
Pilpres
Laporan Pelanggaran tindak pidana pemilu selama
pelaksanaan tahapan pemilu tahun 2019 berjumlah 2 (dua)
Pelanggran, 1 (satu) pelanggaran yang dapat diregistrasikan dan 1
(satu) pelanggran yang tidak dapat diregistrsi karena berdasarkan
hasil rapat Pleno Panwaslih Kabupaten Gayo Lues Pelanggaran
Tersebut tidak memenuhi unsur Formil Laporan.
h. Supervisi Dan Pendampingan penanganan Dugaan
Pelanggaran Pemilu
Dalam pelaksanaan supervisi dan monitoring penanganan
Dugaan Pelanggaran Pemilu ini Pimpinan Panwaslih Kabupaten
Gayo Lues, memberikan beberapa Penguatan dan masukkan
kepada Ketua dan Anggota Panwaslu Kecamatan diantaranya,
Pengawas Wajib menerima masukkan baik terkait dengan informasi
awal dugaan pelanggaran pemilu maupun masukan lainnya dari
pihak manapun, selama masukkan tersebut tidak bertentangan
dengan aturan dan Perundang-undangan yang berlaku. Setiap
Laporan yang dilaporkan baik oleh masyarakat maupun oleh
peserta pemilihan/Pemilu harus memenuhi syarat formil dan syarat
materil serta unsur-unsur yang telah diatur dalam aturan
Pemilihan dan Pemilihan Umum. Dalam menjalankan proses
penanganan pelanggaran Panitia pengawas Pemilihan Umum
jangan diintervensi oleh pihak manapun, harus sesuai dengan
prosedur dalam melaksanakan peraturan dan undang-undang
tentang Pemilihan (Independent). Dalam menjalankan penegakkan
hukum harus menjaga kesolidan sesama anggota dan sesama
penegak hukum (Panitia Pengawas Pemilihan Umum, Kepolisian,
Kejaksaan = Anggota Sentra Gakkumdu). Panitia Pengawas
Pemilihan UmumKabupaten/Kota harus mampu berkoordinasi,
baik kepada Komisioner/ Koordinator Divisi maupun juga kepada
55
staf sekretariat terkait dengan permasalahan yang ada didaerah
masing-masing.
i. Tindak Lanjut Penindakan Pelanggaran Pemilu
o Tindak Lanjut KIP Aceh berkenaan dengan putusan Panwaslih
Provinsi Aceh dengan Nomor :
003/TM/PL/ADM/PROV/01.00/II/2019 yang ditindaklajuti
oleh KIP Provinsi Aceh dengan surat Nomor : 284/PY.01.1-
SD/11/Prov/II/2019 dari KIP Provinsi Aceh tertanggal 15
Februari 2019 Prihal : Tindak lanjut putusan Panwaslih
Provinsi Aceh Nomor : 003/TM/PL/ADM/PROV/01.00/II/2019
dan KIP Provinsi Aceh Membatalkan Ahmad Zaini sebagai
Anggota Calon DPR Aceh Daerah Pemilihan 8 nomor Urut 5
dari Partai Daerah aceh (PDA) yang tertuang dalam Daftar
Calon Tetap (DCT) Anggota DPR Aceh pada Pemilihan Umum
tahun 2019.
o Tindak Lanjut KIP Gayo Lues
1. KIP Gayo Lues Membatalkan Nuraini,S.Pd sebagai Anggota
Calon DPRK Gayo Lues dari Partai Golkar Daerah Pemilihan
1 yang tertuang dalam Daftar Calon Tetap (DCT) Anggota
DPRK Gayo Lues pada Pemilihan Umum tahun 2019.
2. Tindak lanjut KIP Kabupaten Gayo Lues terhadap
rekomendasi yang disampaikan oleh PTPS TPS 01 Desa
Cinta maju Kecamatan Blangpegayo Kepada KPPS untuk
disampaikan Ke KIP Kabupaten Gayo Lues melalui PPK,
maka KIP Kabupaten Gayo Lues berdasarkan Keputusan
KIP menindaklanjuti rekomendasi PTPS tersebut untuk
dilaksanakannya Pemungutan suara ulang di TPS 01 Desa
cinta Maju Kecamatan Blangpegayon
o Tindak Lanjut Pelanggaran Hukum Lainnya
Dugaan Pelanggaran Pemilu Pemberian Barang Berupa kain
sarung berlogo Partai Golkar oleh Pegawai Negeri Sipil sekaligus
56
Sekretaris Panitia Pemungutan Suara untuk tampil dalam acara
Musrenbang Kecamatan Kutapanjang yang diduga dilakukan oleh
Sdr. SELAMAT yakni Kepala SD Negeri 7 Kutapanjang dan sekali
gus sebagai pembina Tari Saman di Kampung Rikit Dekat
Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues. Bahwa terhadap
dugaan pelanggaran ini telah direkomendasikan kepada KASN
karena sudah melanggar azaz netralitas Pegawai Negeri Sipil. Oleh
KASN ditindaklanjuti dengan pemberian sansi sedang kepada
terlapor.
57
BAB VI
Hambatan, Dan Capaian Penindakan Pelanggaran Pada Penyelenggaraan Pemilu Tahun 2019
a. Hambatan dan kendala Penindakan Pelanggaran oleh
Panwaslih
Kabupaten Gayo Lues, Pada Penyelenggaraan Pemilu Tahun
2019 Persoalan itu terutama menyangkut dosis kewenangan antara
komisioner dan sekertariat lembaga yang kadang-kadang saling
bergesekan. Hal ini diakibatkan oleh lemahnya pola komunikasi dan
pemahaman terhadap wilayah kewenangan dan tanggung jawab
masing-masing unsur. Bila tanggung jawab fungsional sekertariat
dapat terkontrol dengan baik sehingga dapat dijalankan dengan
tepat sesuai ketentuan maka tentunya akan cukup mendukung
stabilitas kelembagaan yang diharapkan. Begitupun sebaliknya bila
style leadership unsur-unsur pimpinan lembaga mampu
menciptakan pola komunikasi dan koordinasi yang lebih luwes maka
tentu saja akan memberi kontribusi bagi terwujudnya suasana
internal kelembagaan yang kondusif.
Problem berikutnya juga adalah birokrasi sekertariat Bawaslu
di daerah masih didominasi oleh staf pegawai yang diperbantukan
oleh pemerintah daerah otonom. Kondisi ini membuka celah besar
bagi elit dan aktor-aktor politik untuk memanfaatkannya demi
kepentingan politik. Para staf yang ditempatkan oleh pemerintah
daerah di lembaga Bawaslu memiliki kecenderugan untuk
meng’komoditas’kan loyalitas mereka dengan materi atau jabatan
kepada pihak-pihak tertentu.
Beberapa kendala dan hambatan dalam penindakan
pelanggaran pemilu 2019, yaitu :
58
a. Lemahnya pencatatan laporan hasil pengawasan (Form A) yang
dilakukan dilakukan oleh Divisi Pengawasan, sehingga
pengawasan aktif yang dilakukan terhadap kegiatan
pelaksanaan tahapan baik yang dilakukan oleh KIP Kabupaten
Gayo Lues, maupun kegiatan peserta pemilu tidak bisa
dilakukan telaahan secara mendetil terhadap indikasi dugaan
pelanggaran pemilu.
b. Masih sangat minimnya pembahasan hasil pengawasan dalam
rapat pleno Panwaslih Kabupaten Gayo Lues, sehingga temuan
pelanggaran tidak dibahas dengan baik.
c. Masih adanya kekosongan hukum dan regulasi yang berkaitan
dengan kewenangan antar divisi dalam menindaklanjuti
indikasi awal dugaan pelanggaran, sebagai contoh sejauh
mana peran divisi Pengawasan dalam melaksanakan
investigasi informasi awal untuk disampaikan dalam rapat
pleno.
d. Penting untuk memperkuat peran Bawaslu tidak hanya
melakukan proses pengawasan. Juga melakukan proses
penyidikan hingga penuntutan. Namun karena sifat pemilu
yang sekali dalam lima tahun, bawaslu dapat mengangkat
penyidik dan penuntut umum sementara. Penyidik dan
penuntut umum dapat direkrut dari unsur kepolisian dan
kejaksaan. Atau menyerahkan pelanggaran tindak pidana
pemilu ke kepolisian dengan catatan adanya peningkatan
kapasitas kepolisian dalam masalah- masalah kepemiluan dan
dilakukan pada unit khusus.
e. Perubahan regulasi tentang pengertian kampanye, peserta
kampanye, juru kampanye, yang mengakomodir pihak-pihak
yang diindikasikan ikut terlibat sebagai pelanggar, karena
dalam UU Pemilu ada pihak yang mendominasi pelanggara
tetapi tidak bisa dikenakan pasal pidana, seperti money politik
59
yang dilakukan oleh seseorang yang tidak masuk dalam SK
Tim kampanye dan tidak dilaksanakan dalam kegiatan
kampanye.
f. Perubahan regulasi terhadap jangka waktu pelaporan tindak
pidana pemilu yang harus disesuaikan dengan prinsip hukum
pidana. Jangka waktu pelaporan tindak pidana pemilu
hendaknya dihapuskan, kemudian diberlakuan daluarsa
sesuai aturan umum pidana yang berlaku.
g. Faktor gegografis yang berjauhan sehingga sulit untuk akses
transportasi dalam melakukan investigasi dan klarifikasi saksi
dan terlapor
h. Faktor komunikasi yang terhambat karena sebagian besar
wilayah Kabupaten Gayo Lues tidak terjangkau sinyak
komunikasi dengan baik.
b. Keberhasilan (capaian) Penindakan Pelanggaran oleh Panwaslih Kabupaten Gayo Lues Pada Penyelenggaraan Pemilu
Tahun 2019
a. Terselesaikannya sengketa antara partai Aceh Dengan KIP
Gayo Lues berkaitan dengan penetapan Daftar Calon
Sementara (DCS) pada tahap mediasi. Dalam sengketa ini,
menurut KIP Gayo Lues, Calon dari Partai Aceh tidak
melengkapi dokumen pengunduran dirinya dari jabatan kepala
Desa, sedangkan menurut Partai Aceh sudah melengkapi,
bahkan sudah disampaikan ke Bagian Tata Pemerintahan
Setdakab Gayo Lues, sehingga dengan tidak dicantumkan
dalam Daftar Calon Sementara, Partai Aceh mengajukan
gugatan Sengketa Proses kepada Panwaslih Kabupaten Gayo
Lues. Dalam menyelesaikan sengketa ini, Panwaslih
Kabupaten Gayo Lues menindaklanjuti dengan
mempertumukan kedua belah pihak (mediasi), dalam proses
60
penyelsaian ini disepakati oleh kedua belah pihak untuk
diselesaikan, karena KIP Kabupaten Gayo Lues memandang
kebenaran dan keabsahan proses pengunduran diri dari calon
yang bersangkutan.
b. Temuan pelanggaran atas nama Nuraini,S.Pd. calon Anggota
DPRK dari Partai Golkar Atas Nama Nuraini, Calon Anggota
DPRK Kabuten Gayo Lues Daerah Pemilihan (Dapil) 1 Nomor
Urut 9 Partai Golkar, yang masih berstatus sebagai guru
honorer pada SMPN Satu Atap Agusen Kecamatan
Blangkejeren Kabupaten Gayo Lues. Berdasarkan fakta, alat
bukti dan klarifikasi terhadap sejumlah saksi, dengan merujuk
kepada ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang
berlaku, maka diduga telah terjadi pelanggaran administratif
pemilu yang dilakukan oleh Terlapor, bahwa yang
bersangkutan tidak mengajukan pengunduran diri dari SMPN
Satu Atap Agusen Kecamatan Blangkejeren Kabupaten Gayo
Lues pada saat pendaftaran Calon Anggota DPRK Gayo Lues.
Berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara meliputi : e. Penerimaan Daerah; f.
Pengeluaran Daerah berdasarkan ketentuan tersebut tenaga
honor daerah yang ditetapkan oleh bupati Gayo Lues yang
anggarannya termasuk kedalam salah satu instansi yang
dibiayai oleh APBK Gayo Lues. Dalam putusan sidang
adjudikasi Panwaslih Kabupaten Gayo Lues, memutuskan
memerintahkan KIP Kabupatenb Gayo Lues mencoret
Nuraini,S.Pd. dari Daftar Calon Tetap (DCT)
c. Pelanggaran Administratif Pemilu oleh Partai Persatuan
Pembangun Caleg DPRA Daerah Pemilihan 8 Aceh Nomor Urut
2 atas nama H. SYAMSUAR. pada tanggal 13 Maret 2019 H.
SYAMSUAR datang ke Desa Bener Untuk menghadiri Acara
enggenap (Musyawarah persiapan pesta sunat rasul) cucu Am.
61
Jemiah di Desa Bener Kecamatan Kutapanjang dengan
mengadakan Pertemuan tatap muka (kampanye) tanpa STTP
dari Kepolisian. Pada tanggal 14 Maret 2019 Pengawas
Kecamatan Kutapanjang meneruskan temuan dugaan
pelanggaran tersebut kepada Panwaslih Kabupaten.
Berdasarkan informasi tersebut Panwaslih Kabupaten Gayo
Lues menindaklanjuti dengan cara Sidang Acara Cepat
Pelanggaran Administratif Pemilu. Dalam pelaksanaan sidang
Administratif Cepat di pimpin oleh Majelis Tunggal yaitu Kordiv
Penindakan Pelanggaran atas nama Ali Nurdin,S.Kom. dengan
Putusan Cepat H. SYAMSUAR dinyatakan telah melanggar
Pasal 22 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Komisi Pemilihan
Umum Nomor 23 Tahun 2018 tentang Kampanye Pemilihan
Umum, Pasal 19,Pasal 45 ayat (1), dan Pasal 46 ayat (1)
Ketentuan Peraturan Badan Pengawas Pemilu Republik
Indonesia Nomor 28 tahun 2018 tentang Pengawasan
Kampanye Pemilihan Umum. Berdasarkan Pertimbangan
Majelis Pemeriksa memutuskan, Menyatakan Terlapor,
terbukti secara sah dan menyakinkan melakukan pelanggaran
Administratif Pemilu, Menjatuhkan sanksi administratif
Kepada H. SYAMSUAR Caleg DPRA Partai PPP Daerah
Pemilihan 8 Aceh berupa Peringatan Tertulis.
Dengan dijatuhkannya sanksi ini, H. SYAMSUAR mulai taat
pada peraturan dan ketentuan kampanye rapat tatap muka
dan pertemuan terbatas, sehingga selalu membuat surat
pemberitahuan kepada kepolisian dalam setiap kegiatannya.
d. Pada tahapan Pemungutan Suara di TPS 01 Kampung Cinta
Maju, berdasarkan pemeriksaan dan penelitian Pengawas TPS
proses pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara
tidak dilakukan menurut tata cara yang ditetapkan dalam
ketentuan Peraturan Perundang-Undangan. Bahwa telah
62
terjadi pelanggaran pemilu pada tahapan pemungutan suara
berupa pemberian kertaas suara sebanyak 5 (lima) lembar
kepada pemilih yang masuk dalam Daftar Pemilih Tambahan
(DPTb). Oleh Panwaslih Kabupaten Gayo Lues di tindaklanjuti
dalam sidang Pelanggaran Administratif Cepat dan dijatuhkan
sanksi berupa perbaikan terhadap tata cara dan prosedur
pemungutan suara
e. Pelanggaran Administratif Pemilu yang ditemukan pada tangga
24 Januari 2019 Terhadap Ahmad Zaini Calon Tetap Partai
Daerah Aceh Caleg DPRA pada pemilu tahun 2019, masih
menjabat sebagai anggota MPU yang sumber anggarannya dari
APBK Gayo Lues. Berdasarkan hasil Rapat Pleno Panwaslih
Kabupaten Gayo Lues, setelah melakukan investigasi dan
pengumpulan data didapatkan dugaan pelanggaran
administratif pemilu dan diteruskan ke Panwaslih Provinsi
Aceh untuk ditindaklanjuti dalam sidang adjudikasi
pelanggaran Administratif pemilu, dan oleh Panwaslih Provinsi
Aceh dijatuhkan sanksi berupa pencoretan yang bersangkutan
dari Daftar Calon Tetap
f. Temuan Pelanggaran pelanggaran hukum lainnya selama
pelaksanaan tahapan pemilu tahun 2019 berjumlah 1
pelanggaran yang terjadi pada tahapan Kampanye.
Pelanggaran tersebut terjadi berupa pelanggaran terhadap
netralitas Pegawai Negeri Sipil. Panwaslih Kabupaten Gayo
Lues telah merekomendasikan kepada KASN dengan Surat
Nomor : 015/K.Bawaslu.AC-14/HM.02.00/III/2019 hal:
Penerusan Netralitas ASN untuk dapat ditindaklanjuti, dan
oleh KASN diberikan sanksi sedang dan pembinaan disiplin
Pegawai Negeri Sipil.
63
BAB VII
PENUTUP
a. Kesimpulan
Penyelesaian pelanggaran Pemilu adalah melalui Badan
Pengawas Pemilu (Bawaslu) sesuai dengan tingkatannya sebagai
lembaga yang memiliki kewenangan melakukan pengawasan
terhadap setiap tahapan pelaksanaan Pemilu.
Pintu masuk utama pelanggaran sendiri terdapat dua arah,
yaitu bersumber dari temuan dan laporan. Temuan itu sendiri
merupakan hasil dari pengawasan aktif pengawas pemilu dalam
setiap tahapan yang memiliki unsur pelanggaran dan dilakukan
investigasi untuk pendalamannya.
Dalam melaksanakan pengawasan, seluruh jajaran Panwaslih
Kabupaten Gayo Lues hendaknya aktif dalam menyampaikan
informasi dugaan pelanggaran pemilu, terutama dalam rapat rutin
Ketua dan Anggota Panwaslih Kabupaten Gayo Lues.
Temuan merupakan sumber utama perolehan kasus dugaan
pelanggaran, sebagai mana disampaikan dalam laporan ini, sebagai
perbandingan dengan laporan pelanggaran dari pihak eksternal,
laporan pelanggaran pemilu banyak kendala yang menyebabkan
sehingga faktor di luar pengawas pemilu enggan untuk
menyampaikan laporannya, semisal adanya intimidasi, keengganan
menjalani birokrasi dalam melapor, faktor jarak tempuh, biaya
transportasi, bukti yang kurang, keengganan saksi, faktor internal
partai, faktor sosial di masyarakat, dan lain-lain, sehingga banyak
pelanggaran yang diketahui oleh masyarakat secara umum akan
tetapi tidak dilaporkan kepada pengawas pemilu, dan ini
penghambat utama sehingga dalam laporan ini Panwaslih Kabupaten
Gayo Lues hanya mendapatkan 2 (dua) laporan pelanggaran pemilu,
dan tidak tertutup kemungkinan indikasi pelaporan disebabkan
“hanya” ketidakpuasan akibat perolehan suara yang tidak sesuai
64
dengan diharapkan (karena pelapor adalah calon), bukan karena
didasari ingin menegakkan aturan pemilu.
Oleh karena itu, sangat dibutuhkan peran aktif dari Divisi
Pengawasan dalam memperoleh temuan pelanggaran dengan
melakukan pengawasan aktif serta pencatatan terhadap proses
pengawasan, apabila terdapat informasi awal dugaan pelanggaran
dapat dilakukan investigasi dengan mendatangi terlapor dan saksi,
sehingga pelanggaran yang terjadi di daerah yang jauh dan tidak
memiliki sinyal komunikasi dapat ditangani.
Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah pelanggaran yang
ditangani oleh Panwaslih Kabupaten Gayo Lues mayoritas bersumber
dari temuan, meskipun sebagian besar bukan merupakan hasil
pengawasan yang dilakukan oleh Divisi Pengawasan, namun
informasi awal yang disampaikan oleh masyarakat, yang kemudian
dibahas dalam rapat pleno Panwaslih Kabupaten Gayo Lues.
Disamping itu, sebagai mana amanah Undang-undang
Pemilu, salah satu tugas Panwaslih Kabupaten Gayo Lues adalah
melakukan pencegahan, baik terhadap indikasi pelanggaran maupun
sengketa.
Dalam melaksanakan perannya, Panwaslih Kabupaten Gayo
Lues banyak sekali melakukan pencegahan, seperti contoh,
penghentian kegiatan tanpa surat pemberitahuan kepada kepolisian,
koordiansi langsung kepada calon untuk memindahkan sendiri APK
yang tidak sesuai, pencegahan terhadap indikasi pelanggaran
terhadap kepada desa dan perangkat desa, pencegahan terhadap
praktek politik uang dan barang, patroli pada minggu tenang,
koordinasi langsung dengan partai politik, menyurati partai politik,
himbauan, sosialisasi, dan lain-lain. Peran pencegahan ini banyak
dilakukan oleh jajaran Panwaslih Kabupaten Gayo Lues, sehingga
berhasil menekan angka terjadinya pelanggaran dan sengketa
pemilu.
65
b. Rekomendasi
Secara umum UU Pemilu telah memberikan pedoman untuk
menyelesaikan pelanggaran yang terjadi. Pengaturan penyelesaian
pelanggaran Pemilu dengan batasan waktu yang singkat bertujuan
untuk mendorong penyelesaian kasus yang disesuaikan dengan
tahapan pelaksanaan Pemilu sehingga ada jaminan bahwa Pemilu
diselenggarakan secara bersih. Penanganan pelanggaran secara jujur
dan adil merupakan bukti adanya perlindungan kedaulatan rakyat
dari tindakan-tindakan yang dapat mencederai proses dan hasil
Pemilu. Adalah kewajiban bagi pengawas, penyelenggara dan aparat
penegak hukum untuk memastikan bahwa semua pelanggaran
Pemilu yang terjadi dapat diselesaikan secara adil dan konsisten.
Adapun rekomendasi dari laporan ini adalah :
1. Temuan Sebagai salah satu pintu utama masuknya kasus
pelanggaran pemilu, jajaran pengawas pemilu, terutama bagian
pengawasan perlu ditekankan untuk pro aktif dalam
menginformasikan hasil pengawasan melalui Form A dan
menyampaikannya dalam rapat pleno, baik mengandung unsur
pelanggaran ataupun tidak.
2. Ketua sebagai pemegang fungsi manajerial hendaknya senatiasa
mengkoordinir pelaksanaan pembahasan atas hasil pengawasan
secara rutin dalam rapat pleno, sehingga indikasi pelanggaran
dapat ditindaklanjuti.
3. Perlunya penegasan regulasi berkaitan dengan peran divisi di
lembaga pengawas pemilu.
4. Lembaga Gakkumdu sebagai tim yang menangani pelanggaran
pidana pemilu hendaknya lebih diperkuat, baik berkenaan dengan
kapasitas sebagai pelaksana tugas, maupun yang berkaitan
66
dengan komitmen dalam menindaklanjuti pelanggaran pidana
yang ditangani.