22
SPONDYLOLISTHESIS Definisi Kata spondylolisthesis berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas kata spondylo yang berarti “tulang belakang (vertebra)”, dan listhesis yang berarti “bergeser”. Maka spondilolistesis merupakan istilah deskriptif untuk pergeseran (biasanya ke anterior) dari vertebra relatif terhadap vertebra yang dibawahnya. 1,4,5,9 Etiopatofisiologi Penyebab dari sindrom ini adalah malformasi persimpangan lumbosakral (kecil bagian belakang dan bagian belakang panggul) yang kecil, sendi facet tidak kompeten, yang dapat bersifat kongenital (bawaan), disebut sebagai spondilolisthesis displastik, atau mungkin terjadi selama masa remaja karena patah tulang atau cedera pada salah satu tulang- tulang belakang darikegiatan olahraga terkait seperti angkat berat, berlari, berenang, atau sepak bola yang menyebabkan seseorang memiliki spondilolisthesisisthmic. 1,9 Ada lima jenis utama dari Spondilolisthesisdikategorikan oleh sistem klasifikasi Wiltse: 1. Displatik. - Sendifacetmemungkinkanpergeseran kedepan. - Lengkungan neural biasanya masih utuh. 2 2. Isthmic. - Lesi dari pars. - Terdapat 3 subtipe: fraktur stress, pemanjangan dari pars, dan fraktur pars akut. 2 1

s Pondy Lolis Thesis

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: s Pondy Lolis Thesis

SPONDYLOLISTHESIS

Definisi

Kata spondylolisthesis berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas kata spondylo

yang berarti “tulang belakang (vertebra)”, dan listhesis yang berarti “bergeser”. Maka

spondilolistesis merupakan istilah deskriptif untuk pergeseran (biasanya ke anterior) dari

vertebra relatif terhadap vertebra yang dibawahnya.1,4,5,9

Etiopatofisiologi

Penyebab dari sindrom ini adalah malformasi persimpangan lumbosakral (kecil

bagian belakang dan bagian belakang panggul) yang kecil, sendi facet tidak kompeten, yang

dapat bersifat kongenital (bawaan), disebut sebagai spondilolisthesis displastik, atau mungkin

terjadi selama masa remaja karena patah tulang atau cedera pada salah satu tulang-tulang

belakang darikegiatan olahraga terkait seperti angkat berat, berlari, berenang, atau sepak bola

yang menyebabkan seseorang memiliki spondilolisthesisisthmic.1,9

Ada lima jenis utama dari Spondilolisthesisdikategorikan oleh sistem klasifikasi

Wiltse:

1. Displatik.

- Sendifacetmemungkinkanpergeseran kedepan.

- Lengkungan neural biasanya masih utuh.2

2. Isthmic.

- Lesi dari pars.

- Terdapat 3 subtipe: fraktur stress, pemanjangan dari pars, dan fraktur pars akut.2

3. Degeratif.

Spondilolisthesis bisa disebabkan oleh penuaan, umum, dan keausan tulang, jaringan,

otot-otot, dan ligamen tulang belakang disebut sebagai spondilolisthesis degeneratif.2

4. Trauma.

Setelah kecelakaan besar atau trauma untuk kembali menghasilkan kondisi

yang disebut spondilolisthesis trauma.2

5. Patologis.

Jenis terakhir Spondilolisthesis, yang juga yang paling langka, disebut

spondilolisthesispatologis. Jenis Spondilolisthesis terjadi karena kerusakan pada

elemen posterior dari metastasis (kanker sel-sel yang menyebar ke bagian lain dari

tubuh dan menyebabkan tumor) atau penyakit tulang metabolik. Jenis ini telah

1

Page 2: s Pondy Lolis Thesis

dilaporkan dalam kasus-kasus penyakit Paget tulang (dinamai Sir James Paget,

seorang ahli bedah Inggris yang menggambarkan gangguan kronis yang biasanya

menghasilkan tulang membesar dan cacat), tuberkulosis (penyakit menular

mematikan yang biasanya menyerang paru-paru tetapi dapat menyebar ke bagian lain

dari tubuh), tumor sel raksasa, dan metastasis tumor.2

Diagnosis yang tepat dan identifikasi jenis atau kategori Spondilolisthesis adalah

penting untuk memahami serta keparahan dari pergeseran yang terbagi menjadi 5 kelas

sebelum pengobatan yang tepat untuk kondisi tersebut dapat disarankan.2

Epidemiologi

Insidensi spondilolisthesis tipe ismik berkisar 5% berdasarkan studi otopsi.

Spondilolisthesis degeneratif memiliki frekuensi tersering karena secara umum populasi

pastinya akan mengalami penuaan. Paling sering melibatkan level L4-L5. Sampai 5,8% pria

dan 9,1% wanita memiliki listhesis tipe ini.1,2,8

Gejala klinis

Presentasi klinis dapat bermacam-macam, tergantung pada jenis pergeseran dan usia

pasien.Selama tahun-tahun awal kehidupan, presentasi klinis dapat berupa nyeri punggung

bawah ringan yang sesekali dirasakan pada panggul dan paha posterior, terutama saat

beraktivitas. Gejala jarang berkorelasi dengan tingkat pergeseran, meskipun mereka

disebabkan ketidakstabilan segmental. Tanda neurologis seringkali berkorelasi dengan

tingkat selip dan melibatkan motorik, sensorik, dan perubahan refleks yang sesuai untuk

pelampiasan akar saraf (biasanya S1).3

Gejala yang palingumum darispondylolisthesis adalah:

1. Nyeripunggung bawah.

Hal inisering lebih memberat dengan latihan terutama dengan ekstensi tulang

belakang lumbal.4

2. Beberapa pasiendapat mengeluh kannyeri, mati rasa, kesemutan,atau kelemahan pada

kaki karena kompresi saraf.Kompresi parah dari saraf dapat menyebabkan hilangnya

kontrol dari usus atau fungsi kandung kemih.4

3. Keketatan dari paha belakang dan penurunan jangkauan gerak dari punggung bawah.4

2

Page 3: s Pondy Lolis Thesis

Pasien dengan spondilolistesis degeneratif biasanya lebih tua dan datang dengan nyeri

punggung, radikulopati, klaudikasio neurogenik, atau kombinasi dari gejala-gejala tersebut.

Pergeseran yang paling umum adalah di L4-5 dan kurang umum di L3-4. Gejala-gejala

radikuler sering hasil dari stenosis recessus lateral dari facet dan ligamen hipertrofi dan/ atau

disk herniasi. Akar saraf L5 dipengaruhi paling sering dan menyebabkan kelemahan

ekstensor halusis longus. Stenosis pusat dan klaudikasio neurogenik bersamaan mungkin atau

mungkin tidak ada.4

Penyebab gejala klaudikasio selama ambulasi adalah multifaktorial. Rasa sakit ini

berkurang ketika pasien memfleksikan tulang belakang dengan duduk atau bersandar. Fleksi

memperbesar ukuran kanal oleh peregangan ligamentum flavum menonjol, pengurangan

lamina utama dan aspek, dan pembesaran foramen tersebut. Hal ini mengurangi tekanan pada

akar saraf keluar dan, dengan demikian, mengurangi rasa sakit.4

Diagnosis

Pada kebanyakan kasus, jarang ditemukan kelainan pada pemeriksaan fisik pasien

spondilolistesis. Pasien biasanya mengeluh nyeri di bagian punggung yang disertai dengan

nyeri intermitten pada tungkai. Spondilolistesis sering menyebabkan spasme otot, atau

kekakuan pada betis.

Spondilolistesis mudah didiagnosis dengan menggunakan foto polos tulang belakang. X-

ray lateral akan menunjukkan kelainan apabila terdapat vertebra yang bergeser ke depan

dibandingkan dengan vertebra di dekatnya. Spondilolistesis dibagi berdasarkan derajatnya

berdasarkan persentase pergeseran vertebra dibandingkan dengan vertebra di dekatnya, yaitu:

1. Derajat I: pergeseran kurang dari 25%

2. Derajat II diantara 26-50%

3. Derajat III diantara 51-75%

4. Derajat IV diantara 76-100%

5. Derajat V, atau spondiloptosis terjadi ketika vertebra telah terlepas dari tempatnya

3

Page 4: s Pondy Lolis Thesis

Gambar 1. Pengukuran Derajat Spondilolisthesis

Gambar 2. Spondilolisthesis Grade I

Gambar 3. Spondilolisthesis Traumatik Grade IV.

Jika pasien mengeluh nyeri, kebas-kebas, kelemahan pada tungkai, pemeriksaan

penunjang tambahan mungkin diperlukan. Gejala-gejala ini dapat disebabkan stenosis atau

4

Page 5: s Pondy Lolis Thesis

penyempitan ruang tempat lewatnya saraf pada tungkai. CT scan atau MRI dapat membantu

mengidentifikasi kompresi saraf yang berhubungan dengan spondilolistesis. Pada keadaan

tertentu, PET scan dapat membantu menentukan adanya proses akftif pada tulang yang

mengalami kelainan. Pemeriksaan ini juga berperan dalam menentuskan terapi pilihan untuk

spondilolistesis.6

Pemeriksaan Penunjang

Berikut adalah pemeriksaan-pemeriksaan yang menunjang diagnosis

spondilolisthesis:

a. X-ray

Pemeriksaan awal untuk spondilolistesis yaitu foto AP, lateral, dan spot

view radiograffi dari lumbal dan lumbosacral junction. Foto oblik dapat

memberikan informasi tambahan, namun tidak rutin dilakukan. Foto lumbal dapat

memberikan gambaran dan derajat spondilolistesis tetapi tidak selalu

membuktikan adanya isolated spondilolistesis.

b. Computed tomography (CT) scan

CT scan dengan potongan 1 mm, koronal ataupun sagital, dapat

memeberikan gambaran yang lebih baik dari spondilolistesis. CT scan juga dapat

membantu menegakkan penyebab spondilolistesis yang lebih serius.

c. Magnetic resonance imaging (MRI)

MRI dapat memperlihatkan adanya edema pada lesi yang akut. MRI juga

dapat menentukan adanya kompresi saraf spinal akibat stenosis dadri kanalis

sentralis.

d. EMG

EMG dapat mengidentifikasi radikulopati lainnya atau poliradikulopati

(stenosis), yang dapat timbul pada spondilolistesis.7

Penatalaksanaan

5

Page 6: s Pondy Lolis Thesis

Nonoperatif

Pengobatan untuk spondilolistesis umumnya konservative. Pengobatan non operative

diindikasikan untuk semua pasien tanpa defisit neurologis atau defisit neurologis yang stabil.

Hal ini dapat merupakan pengurangan berat badan, stretching exercise, pemakaian brace,

pemakain obat anti inflamasi. Hal terpenting dalam manajemen pengobatan spondilolistesis

adalah motivasi pasien.6

Operatif

Pasien dengan defisit neurologis atau nyeri yang mengganggu aktifitas, yang gagal

dengan non operative manajemen diindikasikan untuk operasi. Bila radiologis tidak stabil

atau terjadi progresivitas slip dengan serial x-ray disarankan untuk operasi stabilisasi. Jika

progresivitas slip menjadi lebih 50% atau jika slip 50% pada waktu diagnosis, ini indikasi

untuk fusi. Pada high grade spondilolistesis walaupun tanpa gejala, fusi tetap harus

dilakukan. Dekompresi tanpa fusi adalah logis pada pasien dengan simptom oleh karena

neural kompresi. Bila manajemen operative dilakukan pada dewasa muda maka fusi harus

dilakukan karena akan terjadi peningkatan slip yang bermakna bila dilakukan operasi tanpa

fusi. Jadi indikasi fusi antara lain: usia muda, progresivitas slip lebih besar 25%, pekerja yang

sangat aktif, pergeseran 3mm pada fleksi/ekstensi lateral x-ray. Fusi tidak dilakukan bila

multi level disease, motivasi rendah, aktivitas rendah, osteoporosis, habitual tobacco abuse.

Pada habitual tobacco abuse angka kesuksesan fusi menurun. Brown dkk mencatat

pseudoarthrosis (surgical non union) rate 40% pada perokok dan 8% pada tidak perokok. Fusi

insitu dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan:6

1. anterior approach

2. posterior approach (yang paling sering dilakukan)

3. posterior lateral approach

Komplikasi

Progresifitas dari pergeseran dengan peningkatan tekanan ataupun penarikan

(traction) pada saraf spinal, bisa menyebabkan komplikasi. Pada pasien yang membutuhkan

penanganan dengan pembedahan untuk menstabilkan spondilolistesis, dapat terjadi

komplikasi seperti nerve root injury (<1%), kebocoran cairan serebrospinal (2%-10%),

kegagalan melakukan fusi (5%-25%), infeksi dan perdarahan dari prosedur pembedahan (1%-

5%). Pada pasien yang perokok, kemungkinan untuk terjadinya kegagalan pada saat

6

Page 7: s Pondy Lolis Thesis

melakukan fusi ialah (>50%). Pasien yang berusia lebih muda memiliki resiko yang lebih

tinggi untuk menderita spondilolistesis isthmic atau congenital yang lebih progresif.

Radiografi serial dengan posisi lateral harus dilakukan setiap 6 bulan untuk mengetahui

perkembangan pasien ini.8

Prognosis

Pasien dengan fraktur akut dan pergeseran tulang yang minimal kemungkinan akan

kembali normal apabila fraktur tersebut membaik. Pasien dengan perubahan vertebra yang

progresif dan degenerative kemungkinan akan mengalami gejala yang sifatnya intermiten.

Resiko untuk terjadinya spondilolistesis degenerative meningkat seiring dengan

bertambahnya usia, dan pergeseran vertebra yang progresif terjadi pada 30% pasien. Bila

pergeseran vertebra semakin progresif, foramen neural akan semakin dekat dan menyebabkan

penekanan pada saraf (nerve compression) atau sciatica hal ini akan membutuhkan

pembedahan dekompresi.8

7

Page 8: s Pondy Lolis Thesis

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PRIBADI

Nama : Asiah Usma

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 54 tahun

Suku Bangsa : Minang

Agama : Islam

Alamat : Gunung Pangilun,Padang

Status : Menikah

Pekerjaan : Tani

Tanggal Kunjungan ke Poli Syaraf M.Djamil : 25 September 2012

ANAMNESA

Keluhan Utama : Nyeri punggung bawah

RPS : Nyeri punggung bawah sejak 1minggu yang lalu dan semakin berat

sejak 2 hari sebelum berobat ke Poli syaraf M.Djamil Padang..

Awalnya nyeri dirasakan setelah pasien terpeleset di kamar mandi dan

jatuh terduduk,lalu pasien di urut karena merasa tidak ada perbaikan

pasien borobat ke Poli Syaraf M.Djamil Padang. Nyeri dirasakan saat

beraktivitas dan berkurang saat beristirahat sehingga pasien

mengeluhkan tidak sanggup lagi untuk pergi bekerja ke sawah. Pasien

juga merasakan kesemutan pada kedua tungkai sejak 2 hari ini.

Riwayat penyakit dahulu

- Riwayat trauma (+) 1 minggu yang lalu.

- Riwayat batuk batuk lama dengan penurunan berat badan (-)

- Riwayat tumor (-)

Riwayat penyakit keluarga

Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita sakit yang sama.

8

Page 9: s Pondy Lolis Thesis

Riwayat Sosial ekonomi

Pasien adalah seorang petani.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : sedang

Keadaan gizi : baik

Kesadaran : compos mentis kooperatif

Tekanan Darah : 110/70 mmHg

Frekuensi Nadi : 88 kali/ menit

Frekuensi Nafas : 20 kali/menit

Suhu : 37,50C

Berat Badan : 50 kg

Tinggi Badan : 168 cm

Sianosis : tidak ada

Edema : tidak ada

Kulit : tidak ada kelainan

KGB : tidak membesar

Kepala : wajah simetris

Rambut : tidak ada kelainan

Mata : pupil isokor, reflek cahaya (+), diameter 3 mm/3mm

9

Page 10: s Pondy Lolis Thesis

gerak mata ke segala arah baik

konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Telinga : pendengaran baik

Hidung : tidak ada kelainan

Tenggorokan : tidak hiperemis

Mulut : caries tidak ada

Leher : JVP 5 - 2 cmH2O

Thorax

Paru : Inspeksi : gerakan nafas simetris statis dan dinamis

Palpasi : fremitus kiri = kanan

Perkusi : sonor

Auskultasi : suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing tidak ada

Jantung : Inspeksi : Iktus tidak terlihat

Palpasi : Iktus teraba pada 1 jari medial linea midclavicularis sinistra RIC V

Perkusi : Batas jantung atas : RIC II

Batas jantung kanan : Linea sternalis dekstra

Batas jantung kiri : 1 jari medial linea midclavicularis sinistra RIC

V

Auskultasi : Bunyi jantung murni, irama teratur, bising tidak ada.

10

Page 11: s Pondy Lolis Thesis

Abdomen

Inspeksi : Perut tidak membuncit

Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Punggung I : Deformitas (-), Gibbus (-).

Pa : Nyeri tekan (-)

Genitalia : tidak diperiksa.

Status Neurologis :

1. Tanda rangsangan meningeal :

Kaku kuduk : (-)

2. Tanda peningkatan tekanan intrakranial (-)

3. Nn. Kranial : tidak ada kelainan

4. Motorik :

Ekstremitas superior kanan kiri

Tonus eutonus eutonus

Kekuatan 555 555

Trofi eutrofi eutrofi

11

Page 12: s Pondy Lolis Thesis

Ekstremitas inferior

Tonus eutonus eutonus

Kekuatan 555 555

Trofi eutrofi eutrofi

5. Sensorik : Normal

6. Otonom : Normal

7.Refleks Fisiologis Kanan Kiri

B/T : ++/++ ++/++

KPR/APR : ++/++ ++/++

8. Refleks Patologis Kanan Kiri

H/T : -/- -/-

Babinski : - -

9. Tanda Perangsangan Radikuler

Laseque : (-)

Cross Laseque : (-)

Patrick : (-)

Contra Patrick : (-)

Lhermitte : (-)

Naffziger : (-)

Pemeriksaan Penunjang

Foto Lumbosakral AP/L

Kedudukan tulang-tulang vertebra baik,, densitas tulang terlihat menurun, tampak

penyempitan diskus intervertebralis L5/S1. Tampak listesis L5 terhadap S1 ke

12

Page 13: s Pondy Lolis Thesis

anterior. Tampak kompresi dari corpus L5. Jaringan lunak paravertebra baik. Tampak

osteofit dan sklerotik pada kedua sacroileo joint.

Kesan: Spondilolistesis grade I dan spondiloartrosis, penyempitan diskus L5/S1

Diagnosis Kerja :

Diagnosis Klinis : LBP

Diagnosis Topik : Vertebre L5

Diagnosis Etiologi : Spondylolisthesis

Diagnosis Sekunder : Spondyloartrosis

Pemeriksaan Anjuran

- CT Scan LumboSacral

Terapi

- Na Diclofenac 2 x 50 mg

-Neurodex 2 x 1

- Corset

Prognosa

Ad vitam : dubia ad bonam

Ad functionam : dubia ad bonam

Ad sanationam : dubia ad bonam

13

Page 14: s Pondy Lolis Thesis

DISKUSI

TEORI KASUS

Faktor risiko spondilolistesis adalah umur,

trauma, mengangkat beban berat,

berlari,penyakit kanker.

Pasien berusia 54 tahun dengan factor

resiko trauma dan umur.

Gejala yang paling umum

darispondylolisthesis adalah nyeri

punggung bawah yang memberat dengan

latihan terutama dengan ekstensi tulang

belakang lumbal, mati rasa, kesemutan,atau

kelemahan pada kaki karena kompresi saraf

(kompresi parah dari saraf dapat

menyebabkan hilangnya kontrol dari usus

atau fungsi kandung kemih), keketatan

daripaha belakang dan penurunan

jangkauan gerak dari punggung bawah.

Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan

nyeri punggung bawah yang memberat

dengan perubahan posisi dan aktivitas,

kebas dirasakan os, kelemahan kaki tidak

dijumpai, keketatan paha belakang dan

penurunan jangkauan gerak punggung

bawah dijumpai pada os, hilangnya kontrol

usus dan kandung kemih tidak dijumpai.

Spondilolistesis mudah didiagnosis dengan

menggunakan foto polos tulang belakang.

X-ray lateral akan menunjukkan kelainan

apabila terdapat vertebra yang bergeser ke

depan dibandingkan dengan vertebra di

dekatnya. Selain itu, gejala klinis,

perjalanan penyakit dan hasil pemeriksaan

fisik juga dapat membantu diagnosis

sementara pasien sebelum ada hasil X-ray

lateral.

Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan:

- CT-Scan

- MRI

Pada pasien telah dilakukan foto

lumbosakral AP/L. Pada hasil foto tampak

listesis L5 terhadap S1 ke anterior.

Pasien dianjurkan melakukan pemeriksaan

lumbalsacral.

14

Page 15: s Pondy Lolis Thesis

Pengobatan untuk spondilolistesis

umumnya konservatif. Hal ini dapat

merupakan pengurangan berat badan,

stretching exercise, pemakaian brace,

pemakain obat anti inflamasi. Hal

terpenting dalam manajemen pengobatan

spondilolistesis adalah motivasi

pasien.Pasien dengan defisit neurologis atau

nyeri yang mengganggu aktifitas, yang

gagal dengan non operative manajemen

diindikasikan untuk operasi.

Penatalaksanaan yang diberikan pada

pasien adalah:

-Na Diclofenac 2 x 50 mg

-Neurodex 2 x 1

- Corset

Prognosis dengan fraktur akut dan

pergeseran tulang yang minimal

kemungkinan akan kembali normal apabila

fraktur tersebut membaik. Pasien dengan

perubahan vertebra yang progresif dan

degenerative kemungkinan akan mengalami

gejala yang sifatnya intermiten.

Prognosis pada kasus ini:

Ad vitam : dubia ad bonam

Ad functionam : dubia

Ad sanationam : dubia ad bonam

DAFTAR PUSTAKA

15

Page 16: s Pondy Lolis Thesis

1. Sjamsuhidajat R, Jong Wd.2005. Spondilolistesis.Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi

ke-2. Jakarta: EGC. 835

2. Word press. 2011. Spondylolisthesis. Diunduh dari http://www.spondylolisthesis.org/

[Diakses tanggal 26 September 2012].

3. Syaanin, Syaiful. Neurosurgery of Spondylolisthesis. Padang: RSUP. Dr. M.

Djamil/FK-UNAND Padang.

4. Nicrovic, Peter. A. 2009. Back pain in children and adolescents: Overview of causes.

UpToDate Systematic review ver. 17.3

5. Lee, Dennis, 2011. Spondylolisthesis Symptoms. Diunduh dari

http://www.medicinenet.com/spondylolisthesis/page2.htm#symptoms [Diakses

tanggal 26 september 2012].

6. Irani, Z. Spondylolisthesis Imaging. Diunduh dari

http://emedicine.medscape.com/article/396016-overview#showall [Diakses tanggal 26

Septermber 2012]

7. Shiel Jr, William C.Spondylolisthesis. MedicineNet.com . Diunduh dari :

http://www.medicinenet.com/spondylolisthesis/page2.htm[Diakses tanggal 26

September 2012]

8. Japardi, I.2002, Spondilolistesis. Dalam USU digital Library. Fakultas Kedokteran,

Bagian Bedah, Universitas Sumatera Utara.

9. Medical Disability Guidelines, 2009. Spondylolisthesis. Didapat dari :

http://www.mdguidelines.com/spondylolisthesis/definition

16