67
PENGUASAAN RUSIA ATAS SUMBER DAYA ALAM SEBAGAI SUMBER NATIONAL POWER UTAMA Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana S-1 Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Disusun oleh : Galuh Ajinugraha 07 / 256438 / SP / 22361 Dosen Pembimbing Prof. Dr. Mohtar Mas’oed Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada 2013

Russia's Control Over Natural Resources as the Primary Source of National Power

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Final Assignment required for graduation in Fakultas ISIPOL UGM

Citation preview

PENGUASAAN RUSIA ATAS SUMBER DAYA ALAM

SEBAGAI SUMBER NATIONAL POWER UTAMA

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana S-1 Jurusan Ilmu Hubungan

Internasional

Disusun oleh :

Galuh Ajinugraha

07 / 256438 / SP / 22361

Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Mohtar Mas’oed

Jurusan Ilmu Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Gadjah Mada

2013

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Galuh Ajinugraha

NIM : 07/256438/SP/22361

Jurusan : Ilmu Hubungan Internasional

Judul Skripsi : Penguasaan Rusia atas Sumber Daya Alam sebagai Sumber National

Power Utama

Dengan ini, menyatakan bahwa dalam skripsi saya tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan juga tidak

terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak lain, kecuali

yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Pernyataan ini saya buat dengan penuh tanggung jawab dan saya bersedia menerima

sanksi apabila di kemudian hari diketahui tidak benar.

Yogyakarta, 28 Maret 2014

Yang Membuat Pernyataan,

Galuh Ajinugraha

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Pertama-tama saya bersyukur kepada Tuhan YME karena telah memberikan waktu bagi

saya untuk hidup dan mengobservasi dunia ini. Kemudian saya berterima kasih pada

Orang Tua dan Saudara-Saudara saya yang telah memberikan kesempatan untuk

mengenyam pendidikan sampai jenjang universitas. Semoga saja waktu ekstra yang

diperlukan untuk kelulusan ini tidak menjadi hal yang sia-sia.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada para Dosen dan Staf UGM terutama Jurusan

Hubungan Internasional yang telah membimbing dan membantu saya dalam menjalani

masa perkuliahan ini.

Terima kasih pula pada teman-teman, baik teman dekat maupun kenalan yang

mendampingi dan ikut menjalani proses perkuliahan yang cukup menguras berbagai

aspek dalam diri manusia. Terutama bagi mereka yang telah : Memberikan motivasi untuk

terus maju dengan memberikan contoh kelulusan dirinya yang sangat cepat; Menemani

petualangan saya ke segala penjuru dan aktivitas sehari-hari; Mengajak saya melakukan

berbagai hal yang terkadang penting namun terkadang trivial secara rutin; Menemani saya

joging dan menonton bioskop; dan terakhir kepada mereka yang berinteraksi dengan saya

yang mana walaupun bagi mereka adalah hal yang remeh namun berarti bagi saya.

Terima kasih pada semua yang terlibat dalam membantu merekonstruksi diri saya

menjadi saya yang ada pada saat ini.

Galuh Ajinugraha

v

KATA PENGANTAR

“For far too long the world's poorest people have seen no benefit from the vast natural

resources in their own backyards. It is time to end the injustice where ordinary people

are silent witnesses, left to suffer without basic services, as the profits from their

countries' assets are hidden and plundered by corrupt regimes.”

Nicholas William Peter "Nick" Clegg (Deputy Prime Minister of the United Kingdom

and Lord President of the Council)

Sumber Daya Alam selalu menjadi simbol kekuatan sebuah negara dalam

sejarah umat manusia. Definisi negara yang kuat pada masa lampau adalah negara yang

memiliki teritori yang luas dan sumber daya yang melimpah. Seiring perjalanan waktu

definisi tersebut mengalami perubahan, namun akses terhadap sumber daya tetap

menjadi suatu keharusan. Rusia adalah negara yang kuat berdasarkan semua definisi,

sumber daya alamnya yang melimpah telah membantunya melewati berbagai fase dalam

sejarah baik militerisme pada masa Perang Dunia 2 sampai Perang Dingin ataupun masa

damai dan modern pada saat ini.

Namun sumber daya alam bisa menjadi kutukan yang menciptakan

ketergantungan dan kemudian menghambat pertumbuhan suatu negara. Dalam kondisi

seperti itu dimana sumber daya alam menjadi bagian vital dari sebuah negara, kesalahan

manajemen sekecil apapun akan mempengaruhi hajat hidup orang banyak. Untuk sekian

lama rakyat Rusia tidak dapat menikmati sumber daya alam yang mereka meliki sebagai

ganti ideologi komunisme yang dianutnya selama masih manjadi bagian USSR. Setelah

berpisahpun sektor sumber daya kemudian dikuasai oleh sekelompok pebisnis yang

disebut Oligarch.

Kepemimpinan Vladimir Putin mengembalikan akses terhadap sumber daya

alam dan juga meningkatkan pengaruh dan kekuatan Rusia di kancah internasional,

mendekati pengaruh yang pernah dimiliki oleh USSR. Periode ini adalah saat dimana

masyarakat Rusia paling dapat menikmati keuntungan yang dihasilkan oleh kekayaan

sumber daya yang dimilikinya. Pada tingkat internasional, Rusia memperoleh leverage

vi

dari penggunaan sumber daya alamnya dalam perdagangan yang memudahkannya

dalam diplomasi terutama dengan negara-negara kawasan Eropa. Putin menetapkan

sumber daya alam sebagai faktor utama dalam formulasi Politik Luar Negeri yang

menandakan pentingnya fungsi sumber daya alam pada masa kini dan masa yang akan

datang.

Yogyakarta, 14 November 2013

Penulis,

Galuh Ajinugraha

vii

ABSTRACT

Galuh Ajinugraha. Russia’s Control Over Natural Resources as The Primary Source of National Power. Supervised by Moehtar Mas’oed.

The world of 21st century is a world that requires more sustenance than before. The world refers to the boundary of humanity, as the population grows and the usage of technology and machinery increases, the energy required for the world to function also rises exponentially. Both Humans and their tools consume energy source, food for humans and fuel for their tools. Fuels are especially indispensable for the growth of modern world. Thus the world is in dire needs for those sustenance and then some countries commit themselves to fulfill those needs while gaining maximum profits. Those countries are known as energy exporting countries, some of them are Middle East countries which most them are part of OPEC, and several other countries which have large reserves of Natural Resources. One of them is Russia, which is the topic of this paper.

This paper was initally made in order to resolve the following cases : 1.) The condition of Russia’s Natural Resources and Geopolitical Situation ; 2.) Analyzing the role of Natural Resources in Russia’s transitions and diplomatic relations ; 3.) Investigating the next strategy of Russia with the newfound geopolitical power and potential and whether Russia be able to match or surpass the National Power of it’s predecessor, also to evaluate the challenges that have or may surfaced to deter Russia in relation to the control over Natural Resources. This paper was created with knowledge and information obtained from published books, article, and journal.

Several results were produced from the research, which the essences are the following : 1.) The loss of most Natural Resources from the dissolution of USSR and to Russian own Oligarchs ; 2.) Natural Resources are the main concern for International Relations involving Russia and the greatest factor that assign it’s position in diplomacy ; 3.) To secure more sources of Natural Resources beyond it’s national borders ; 4.) By controlling the energy sector, Russia has high chance on even surpassing the National Power of the then USSR ; 5.) The emergence of rival countries and Russia’s own inferior management are threats that pose significant dangers to Russia’s future actions.

Keywords : Natural Resources, Geopolitics, National Power, Energy Production of Russia, Russian Tycoon, Russia in European and World Energy Sector

viii

ABSTRAKSI

Galuh Ajinugraha. Penguasaan Rusia atas Sumber Daya Alam sebagai Sumber National Power Utama. Dibimbing oleh Moehtar Mas’oed.

Dunia di abad ke-21 adalah dunia yang memliki lebih banyak kebutuhan dari sebelumnya. Dunia sangat terkait dengan aktivitas manusia, seiiring dengan pertambahan penduduk dan penggunaan mesin, energi yang dibutuhkan dunia untuk berfungsi semakin meningkat. Baik manusia maupun mesin yang mereka gunakan membutuhkan energi, makanan bagi manusia dan bahan bakar untuk mesin. Bagi dunia modern bahan bakar adalah kebutuhan vital yang tidak bisa dilepaskan. Maka dari itu beberapa negara memutuskan untuk memenuhi kebutuhan tersebut seraya memperoleh keuntungan maksimal. Negara-negara tersebut dikenal sebagai negara pengekspor energi, sebagian adalah negara kawasan Timur Tengah yang juga anggota OPEC, dan beberapa negara lain yang memiliki cadangan sumber daya alam yang besar. Salah satunya adalah Rusia yang merupakan topik dari skripsi ini

Skripsi ini awalnya dibuat untuk menganalisa beberapa kasus seperti berikut : 1.) Kondisi Sumber Daya Alam dan Situasi Geopolitik Rusia ; 2.) Menganalisa peran Sumber Daya Alam pada masa transisi Rusia dan Hubungan Diplomatiknya ; 3.) Mengetahui strategi Rusia selanjutnya dengan kekuatan dan potensi geopolitik tersebut dan apakah Rusia dapat mencapai kembali atau melebihi National Power USSR, serta untuk mengetahui tantangan yang dapat muncul bagi Rusia dalam usahanya untuk menguasai SDA. Skripsi ini dibuat dengan ilmu dan informasi yang diperoleh dari buku cetak, artikel, dan jurnal.

Beberapa hasil diperoleh dari riset tersebut, yang intinya adalah sebagai berikut : 1.) Hilangnya sebagian besar SDA dari pecahnya USSR dan pada kelompok oligarch ; 2.) SDA adalah isu utama dalam Hubungan Internasional yang menyangkut Rusia dan merupakan faktor terbesar yang menentukan posisinya dalam diplomasi ; 3.) Rusia berusaha mendapatkan situs SDA di luar batas negaranya ; 4.) Dengan menguasai sektor energi Rusia dapat menyaingi National Power yang pernah dimiliki USSR ; 5.) Kemunculan negara-negara saingan dan manajemen sumber daya yang inferior merupakan ancaman bagi aktivitas Rusia di masa depan.

Keywords : Sumber Daya Alam, Geopolitik, National Power, Produksi Energi Rusia, Tycoon Rusia, Rusia di sektor energi Eropa dan dunia

ix

DAFTAR ISI

Sampul Depan................................................................................................... i

Halaman Persetujuan ........................................................................................ ii

Halaman Pengesahan ........................................................................................ iii

Surat pernyataan ............................................................................................... iv

Halaman Persembahan ..................................................................................... v

Kata Pengantar .................................................................................................. vi

Abstract ............................................................................................................. viii

Daftar Isi ........................................................................................................... x

Daftar Singkatan ............................................................................................... xii

Daftar Tabel dan Peta ....................................................................................... xii

Bab I : Pendahuluan

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................................. 10

C. Kerangka Berpikir ................................................................................ 11

D. Hipotesis ............................................................................................... 14

E. Metode Penelitian ................................................................................. 15

Bab II : Peran Sumber Daya Alam pada Periode Transisi Uni Soviet – Rusia dan

Sebagai Alat Konsolidasi Kekuasaan di Rusia sampai Beberapa Tahun Kemudian

A. Kondisi Sumber Daya Alam Rusia pasca keruntuhan USSR ............... 18

1. Hilangnya kendali atas situs-situs Sumber Daya Alam .................. 20

2. Terbentuknya Buffer States dari pecahan USSR ............................ 21

B. Kebijakan Yeltsin mengenai manajemen SDA .................................... 22

C. Pelantikan Vladimir Putin dan Upaya Legitimasi Kekuasaannya ........ 23

1. Melalui Patronage System .............................................................. 24

2. Melalui Penguasaan SDA ............................................................... 25

D. Gazprom sebagai perpanjangan tangan kekuasaan Putin ..................... 29

x

E. Strategi Rusia dengan menggunakan SDA dalam menghadapi

pengaruh Amerika dan negara-negara Eropa ....................................... 31

Bab III : Sumber Daya Alam Sebagai Faktor Utama Dalam Penentuan Kebijakan Politik

Luar Negeri Rusia

A. Analisa peran Sumber Daya Alam terutama minyak dan gas

alam dalam hubungan diplomatis Rusia dengan negara-negara

lain ........................................................................................................ 33

B. Fokus Rusia pada pemanfaatan minyak dan gas bumi untuk

mengembalikan pengaruh geopolitik yang pernah dimiliki oleh

USSR melalui sektor ekonomi dan ketahanan energi .......................... 44

C. Kesiapan Rusia dalam menghadapi tantangan-tantangan yang

dapat muncul yang dapat mengganggu kestabilan sektor

tersebut.................................................................................................. 46

D. Strategi selanjutnya dari Rusia dengan menggunakan potensi

geopolitik baru dalam sektor ekonomi dan ketahanan energi

tersebut.................................................................................................. 47

Bab IV : Kesimpulan

Kesimpulan ....................................................................................................... 49

Daftar pustaka ................................................................................................... 52

xi

DAFTAR SINGKATAN

AS : Amerika Serikat

CIS : Commonwealth of Independent States

EEC : Eurasian Economic Community

FDI : Foreign Direct Investment

GM : General Motors

LNG : Liquefied Natural Gas

MNC : Multinational Corporation

OPEC : Organization of the Petroleum Exporting Countries

SDA : Sumber Daya Alam

SDM : Sumber Daya Manusia

USSR : Union of Soviet Socialist Republics

WTO : World Trade Organization

DAFTAR TABEL DAN PETA

A. Peta 2.1 (Negara-negara Bekas USSR) ................................................ 16

B. Tabel 3.1 (Impor Migas Eropa dari Rusia) ........................................... 38

xii

BAB I

PENDAHULUAN

Rusia adalah negara dengan luas wilayah terbesar di dunia dengan luas 17.098.242 km2..

Rusia adalah salah satu negara dengan sumber daya alam terbesar di dunia, merupakan

produsen gas bumi terbesar di dunia dan produsen minyak bumi terbesar ke-8. Rusia

merupakan bekas bagian USSR, salah satu dari 2 superpower pasca Perang Dunia 2. Rusia

merajai produksi barang tambang dan kebutuhan akan air bersih terpenuhi, utamanya dari

Danau Baikal yang diestimasi menyimpan 1/5 cadangan air bersih dunia, namun dari segi

agrikultur Rusia memiliki kelemahan fatal karena sebagian besar lahannya tidak cocok

untuk bercocok tanam karena terlalu dingin atau terlalu kering. Didasarkan atas

pentingnya dan tergantungnya Rusia pada sumber daya alam, para pemegang keputusan

di Rusia meyakini bahwa sumber daya alam merupakan source of National Power yang

paling utama pada saat ini, terutama resources yang berkaitan dengan sektor energi.

A. Latar belakang

Sebuah entitas hanya akan menjadi entitas jika ada entitas lain yang

mengamatinya. Entitas-entitas tersebut akan saling mengamati dan pada saat tertentu akan

melakukan kontak dan terjadilah interaksi di antara mereka. Dalam interaksi antara 2

entitas atau lebih akan terjadi situasi dimana suatu entitas memiliki pengaruh yang lebih

besar dari entitas lain dalam suatu atau semua hal, situasi tersebut berarti bahwa entitas

tersebut memiliki Power, yaitu kemampuannya untuk mengontrol sesuatu yang berada di

sekitarnya, termasuk entitas lain. Negara merupakan salah satu entitas politik dan

demikian memiliki Power, yang disebut sebagai National Power. Power dan National

Power tidak absolut dan bersifat relatif, ukurannya akan berubah-ubah di tiap masa dan

juga tergantung pada entitas/negara yang menjadi titik acuan yang mana sangat

mempengaruhi Geopolitik. Sumber-sumber National Power menurut beberapa ahli ada

beberapa macam, dengan beberapa perbedaan namun juga dengan persamaan yang

mendasar :

1

Menurut Morgenthau National Power bersumber pada1 :

Stable Sources, yaitu sumber-sumber yang statis, jarang atau tidak pernah

mengalami perubahan, seperti kondisi geografis dan sumber daya alam, Dengan

mengecualikan kondisi-kondisi khusus ekstrem seperti annexation atau agresi militer,

juga perubahan topografi yang disebabkan bencana alam atau senjata pemusnah massal,

sumber-sumber tersebut umumnya akan selalu konstan.

Unstable Sources, yaitu sumber-sumber yang dinamis, selalu mengalami

perubahan dari waktu ke waktu, seperti kualitas pemerintah, kapasitas industri dan militer,

populasi, dan lain-lain.

Menurut Organski National Power2 bersumber pada :

Natural Sources, yaitu sumber yang berasal dari alam, yaitu geografi, sumber

daya alam dan populasi. Organski berasumsi bahwa manusia bisa hidup tanpa negara

sehingga populasi manusia awal adalah bagian dari alam.

Social Sources, yaitu sumber yang berasal dari manusia, atau lebih tepatnya dari

usaha manusia untuk berinteraksi dengan alam di sekitarnya. Meliputi Ekonomi, Politik,

Militer, dan sebagainya.

Minix mengembangkan teori Organski dan mendefinisikannya lebih jauh ke dalam 3

sumber,3 yaitu :

Natural Sources; Social-Psychological Sources atau kuasa manusia, meliputi

National Stability, Leadership, dan Political Will atau dengan kata lain Good

Governance; dan Synthetic Sources, yaitu sumber yang berasal dari produk yang

dihasilkan oleh kombinasi natural dan social-psychological sources, seperti kapasitas

industri dan militer.

Berdasarkan teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa hampir semua aspek dari

sebuah negara menyumbang pada National Power. Namun yang perlu diperhatikan ialah

1 Morgenthau, Hans J, “Politics Among Nations: The Struggle for Power and Peace”. 5th Revised Ed. (New York: Knopf Inc., 1973), 42. 2 Organski, AFK (1958). “World Politics”. New York. 3 Minix, Dean and Hawley, Sandra M. (1998). “Global Politics”. West/Wadsworth.

2

semua ahli tersebut berpendapat bahwa keunggulan dalam satu sumber saja tidak serta

merta berarti suatu negara memiliki National Power yang besar. Kombinasi yang

cocoklah yang menentukan besarnya National Power di masa ini. Pada masa lalu, di abad

pertengahan dan sebelumnya, kekuatan militerlah yang dominan, dan hanya dengan

kekuatan militer sebuah negara dapat mengatasi semua kekurangan lainnya dengan cara

menginvasi atau merampas kerajaan lain. Namun tidak begitu adanya di masa kini, yang

telah menjadi semakin kompleks dan semua masalah tidak lagi dapat diselesaikan melalui

adu jotos.

Populasi besar tidak lagi dapat secara langsung dikonversi menjadi kekuatan

militer, karena peperangan modern lebih mengutamakan persenjataan canggih dan

jangkauan senjata yang lebih jauh. Populasi besar India, Cina, dan Indonesia menurunkan

derajad kualitas kemakmuran di negara-negara tersebut karena negara tidak mampu

memberikan pekerjaan yang layak bagi mereka namun konsumsi nasional berbanding

lurus dengan jumlah populasi, menjadikan pengeluaran negara semakin bertambah

dikarenakan impor yang tidak terkendali untuk pemenuhan kebutuhan rakyat yang juga

ditunggangi kaum kapitalis, dalam hal ini populasi besar berubah menjadi beban.

Kekuatan militerpun saat ini tidak seberharga pada masa lampau. Korea Utara

memiliki militer yang kuat dengan persenjataan yang semakin canggih, namun

mengorbankan kesejahteraan rakyat sebagai gantinya. Pada masa ini menyerang negara

lain memiliki resiko untuk memulai perang dengan seluruh dunia, seperti yang terjadi

pada Irak setelah ia menyerang Iran dan Kuwait yang kemudian ditumpas dengan cepat

oleh NATO hanya dalam beberapa hari melalui Operation Desert Storm4. Militerisme

sebuah negara juga dapat merusak hubungan diplomatis dengan negara lain dan

merupakan fakta yang telah ada sejak ribuan tahun yang lalu, efeknya di era modern ini

sangat fatal karena tidak semua negara dapat mencukupi kebutuhannya sendiri dan dapat

mengakibatkan berbagai krisis.

Berdasarkan penjelasan di atas maka diperlukan kombinasi yang baik antara

sumber-sumber tersebut agar sumber-sumber potensial dapat diberdayakan dan dengan

4 “Operation Desert Storm” (online) <http://www.ushistory.org/us/60a.asp> Last Checked on March 28, 2014.

3

efektivitas yang tinggi. Di antara sumber-sumber tersebut, setiap negara tanpa terkecuali

memiliki Natural Sources walau sekecil apapun, dan dari Natural Sources tersebut yang

mengindikasikan kekayaan awal sebuah negara adalah Sumber Daya Alam yang

merupakan kekayaan alam yang berada dalam teritori negara tersebut.

a. Pengertian Sumber Daya Alam

Sumber daya alam (SDA) atau Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang

muncul secara alami memiliki nilai guna bagi manusia. Sumber daya alam adalah

keseluruhan faktor fisik, kimia, biologi dan sosial yang membentuk lingkungan sekitar

kita. Hunker menyatakan bahwa sumber daya alam adalah semua yang berasal dari bumi,

biosfer, dan atmosfer, yang keberadaannya tergantung pada aktivitas manusia. Semua hal

yang ada di sekitar kita dan awalnya netral namun saat manusia berinteraksi dengannya

menjadi memiliki nilai guna.

Berdasarkan kemampuannya untuk dapat diperbaharui dan relevansi dengan

skripsi ini, sumber daya alam dapat dibedakan menjadi 4 macam,5 yaitu :

Perpetual Resources merupakan sumber daya yang tidak akan habis selamanya,

setidaknya dalam dimensi manusia. Contohnya adalah sinar matahari yang akan terus ada

selama matahari masih ada, dan manusia akan musnah jauh sebelum matahari berhenti

bersinar.

Potential Resources merupakan sumber daya yang saat ini belum memiliki nilai

karena keterbatasan manusia, namun diperkirakan di masa yang akan datang akan

memilikinya dan dapat berubah menjadi salah satu dari 3 macam SDA lainnya.

Contohnya adalah segala material yang berada di luar angkasa seperti batuan asteroid,

Helium-3 di bulan, dan materi teoritis yang mengisi ruang hampa. Beberapa sumber daya

potensial kini telah menjadi SDA yang dapat dimanfaatkan, seperti shale rocks6 yang

dapat diproses menjadi migas dan tumbuhan seperti jarak yang dapat diproses menjadi

minyak yang dapat digunakan sebagai pelumas,bahan bakar kendaraan, dan sebagainya.

5 Cutter, Susan L; Renwick, William H. (2004). “Exploitation, Conservation, Preservation, A Geographic Perspective on Natural Resource Use”. Fourth edition. John Wiley & Sons, Inc. 6 “Shale Training and Education Center - Definition” (online) <http://www.shaletec.org/whatis.htm> Last Checked on March 28, 2014.

4

Renewable Resources merupakan sumber daya yang dapat diperbaharui atau

digunakan berulang-ulang setelah melalui proses pemurnian baik secara natural maupun

manual dan dikembalikan ke wujud awalnya. Contohnya adalah air dan tanah yang dapat

dipergunakan kembali dengan pengecualian polutan yang sangat merusak seperti zat

radioaktif yang pada saat ini membutuhkan ratusan tahun untuk murni kembali.

Unrenewable Resources merupakan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui

dan penggunaanya sangat terbatas atau bahkan hanya satu kali, sekaligus menjadikannya

sumber daya yang paling bernilai pada saat ini, juga menjadi tipe sumber daya yang

dibahas dalam skripsi ini. Contohnya adalah hampir seluruh barang tambang seperti

logam yang setelah dipisahkan dari bijihnya tidak bisa dan tidak ada gunanya untuk

dikembalikan menjadi bijih lagi, selain itu yang terpenting adalah minyak bumi dan gas

alam yang merupakan sumber energi utama dunia pada saat ini.

Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui merupakan komoditas yang

memiliki nilai komersial tertinggi pada masa ini. Di antara komoditas tersebut adalah

migas yang menempati posisi tertinggi, karena selain fungsi utamanya sebagai energi

penggerak dunia modern, migas juga menghasilkan produk-produk lain yang dibutuhkan

oleh manusia. Utilisasi migas telah menjadi kebijakan utama USSR dan kemudian Rusia

terutama di bawah kepemimpinan Putin, dikarenakan fungsinya yang tidak tergantikan

pada era ini.

b. Fungsi Minyak Bumi dan Gas Alam di Dunia Modern

Minyak bumi dan gas alam merupakan hidrokarbon yang berasal dari benda-

benda organik yang ada di masa lalu atau dengan kata lain adalah hasil penguraian dari

makhluk hidup di masa lampau.7 Bangkai makhluk hidup tersebut terkubur dalam tanah

dan mengalami pemanasan sehingga terurai menjadi larutan dan gas yang mana adalah

minyak dan gas bumi. Kedua SDA tersebut berasal dari sumber yang sama dan dengan

melalui proses distilasi untuk minyak bumi dan cooling untuk gas alam, dapat diperoleh

produk yang sama. Hal itu dikarenakan bentuk paling murni dari minyak bumi adalah gas

7 “Origins of Oil and Gas” (online) <http://www.oilandgasuk.co.uk/publications/Origins_of_Oil_and_Gas.cfm> Last Checked on March 28, 2014.

5

alam. Migas memiliki fungsi yang sangat vital bagi dunia pada saat ini karena migas dapat

diproses menjadi produk-produk yang sangat bermanfaat bagi manusia. Migas atau lebih

tepatnya minyak mentah telah diproses dan menghasilkan lebih dari 6000 macam produk

pada saat ini, hal tersebut dikarenakan minyak mentah merupakan material utama bagi

barang-barang berbahan dasar carbon.8 Beberapa produk yang dihasilkan dari migas

adalah contohnya adalah Bahan Bakar, Pupuk, Plastik, Aspal, Kosmetik, dan Barang-

barang berbahan dasar carbon lain

Dengan fungsi migas yang sangat vital dalam dunia modern, menjadikannya

komoditas yang sangat bernilai. Seluruh negara yang memiliki kekayaan migas dalam

jumlah besar kemudian memberdayakannya dan sebagian di antaranya menjadi negara

yang kaya secara finansial. Negara-negara Timur Tengah memiliki cadangan migas yang

besar dan selain Iran, Mesir, dan Turki semuanya memiliki populasi di bawah 35 juta,

menjadikan mereka negara dengan surplus devisa yang besar.9 Negara-negara lain seperti

Amerika Serikat dan Indonesia membutuhkan konsumsi migas yang besar dan sebagai

gantinya kemampuan ekspor pun berkurang. Rusia di lain pihak, memiliki cadangan

migas yang besar dan kemampuan produksi tertinggi di dunia, menjadikannya dapat

melakukan ekspor setelah dengan mudah memenuhi konsumsi dalam negerinya.

Sebagian besar migas (84%) diproses menjadi bahan bakar, minyak mentah

diproses menjadi berbagai bentuk melalui proses distilasi yaitu melalui pemanasan

sampai 400° C dimana produk akhirnya adalah gas alam. Migas dalam kondisi alaminya

hanya memiliki 2 wujud, yaitu minyak mentah dan gas alam. Bahan pembentuk migas

(organisme) yang terkubur dalam bumi mengalami pemanasan seperti proses distilasi,

namun setelah waktu yang lama (sampai jutaan tahun) produk-produk tersebut kembali

ke bentuknya yang paling stabil, substansi yang paling bersih dan paling kotor yaitu gas

alam dan minyak mentah. Bahan bakar dibuat melalui produk yang dihasilkan dari

pemanasan di atas 100° C, dengan semakin murni bahan bakar maka semakin besar

tenaga dan semakin kecil zat sisanya.

8 “Products of Petroleum” (online) <http://www.ranken-energy.com/Products from Petroleum.htm> Last Checked on March 28, 2014. 9 2012 and prior census reports

6

Pada saat ini sumber energi untuk mesin dapat disederhanakan menjadi 2 sumber,

yaitu Explosive Energy dari bahan bakar yang menghasilkan energi mekanik dengan

tenaga besar dan Electromagnetic dari listrik yang menghasilkan energi mekanik bersifat

micro. Bahan bakar digunakan untuk menggerakkan mesin-mesin berat sementara listrik

digunakan untuk menggerakkan peralatan sensitif yang umumnya berukuran lebih kecil.

Pabrik-pabrik saat ini sudah jelas tidak bisa beroperasi tanpa bahan bakar dan selain itu

95% kendaraan bermotor di dunia menggunakan bahan bakar. Hanya beberapa negara

saja yang mampu mendukung penggunaan kendaraan listrik sepenuhnya dan itu hanya di

daerah perkotaan (kecuali KRL). Sampai saat ini hanya bahan bakar dari migas yang

gampang digunakan, mudah didapatkan, dan relatif murah karena merupakan substansi

yang paling umum sebagai bahan bakar. Selain itu bagi sebagian besar negara, tidak ada

alternatif lain selain migas yang dapat menggantikan fungsinya di dunia modern saat ini.

Geografi atau Teritori adalah fondasi dari sebuah negara. Negara tidak bisa

terbentuk tanpa teritori, karena merupakan salah satu dari 5 unsur pembentuk negara, dan

yang paling penting. Dapat diklasifikan bahwa ada 2 komponen pembentuk negara, yaitu

manusia dan wilayah. Berbeda dengan alat-alat elektronik, dalam hal ini replaceable

parts-nya adalah manusia. Manusia akan lahir dan mati dan siklus tersebut akan

berlangsung selamanya, namun wajah bumi akan tetap sama (selama tidak ada

apocalyptic disasters). Menurut logika dalam kondisi seperti tersebut di atas, maka

expendable items harus digunakan semaksimal mungkin untuk melindungi essential

items, maka wajar jika jika rakyat harus melindungi negaranya. Sepanjang sejarah,

derajad kepentingan sebuah wilayah terus berubah-ubah. Awalnya hanya tanah yang datar

dan subur yang memiliki nilai tinggi karena bisa dipergunakan untuk bermukim dan

bertani, sedangkan lahan tandus dan lahan dengan topografi yang kasar seperti bukit dan

gunung hanya penting dari sisi strategis defensif. Namun semenjak era industrialisasi,

berbagai macam resources menjadi sangat penting untuk menunjang kehidupan manusia

modern, dan lahan-lahan kasar tersebut mendapat nilai baru dan bahkan lebih penting dari

lahan yang subur.

Pada masa ini, batas-batas negara sudah terdefinisikan dan berada pada posisi

statis. Tidak ada lagi lahan bebas kemana sebuah negara dapat memperluas batas

negaranya, maka dari itu setiap negara berusaha memaksimalkan potensi yang

7

dimilikinya, yang mana adalah SDM dan SDA. Manusia adalah variable yang sangat sulit

untuk dikendalikan, kita tidak dapat dengan sengaja menciptakan manusia sekelas

Einstein atau Da Vinci maka umumnya negara berfokus untuk mengendalikan variable

yang lain, yaitu SDA. SDA sangat terkait dengan wilayah, maka dari itu Rusia memiliki

advantage sebagai negara terluas di dunia. Kepadatan penduduk Rusia hanya 8 orang per

km2 dan total wilayah yang dihuni hanya di bawah 20% dari total luas wilayah.10 Ini

berarti Rusia memiliki lebih dari 13 juta km2 lahan yang dapat digunakan sesuai

keinginannya, baik itu weapon testing atau ekstraksi sumber daya. Melalui aktivitas-

aktivitas pemanfaatan tersebut negara-negara dapat meningkatkan National Power yang

dimilikinya.

Seperti yang telah dijelaskan di awal, National Power berasal dari 3 sumber, yang

mana proporsi 3 sumber ini berbeda-beda bagi setiap negara dan tiap negara memiliki

fokus masing-masing. Misalnya Jepang dan China yang fokus pada Industrial Capacity

dan negara-negara Timur Tengah yang fokus pada SDA. Dengan menjamurnya

Demokrasi dan Kapitalisme dalam Ekonomi Pasar, semakin banyak negara yang beralih

pada Industrial Capacity sektor manufaktur sebagai Source of National Power. Namun

itu adalah kondisi pada saat sekarang dan kemungkinan di masa yang akan datang. Salah

satu negara yang fokus pada SDA adalah Rusia.

Sejak tahun 2000 sampai dengan sekarang pertengahan 2013, Rusia berada di

bawah kekuasaan total Vladimir Putin. Ambisi Putin untuk memegang kekuasaan

tertinggi di Rusia baru terbukti pada Mei 2012 dimana ia kembali dilantik menjadi

Presiden Rusia. 2 masa jabatannya sebelumnya, dari 2001 – 2004 dan 2004 – 2008 hanya

terhenti karena konstitusi Rusia melarang 3 kali kepresidenan berturut-turut. Namun pada

periode 2008 – 2012, kepresidenan Dmitri Medvedev, Putin tidak keluar dari

pemerintahan dan menjadi perdana menteri tunggal Rusia. Sampai point itu kita hanya

menganggap bahwa Putin adalah seseorang yang berkompeten dan dibutuhkan oleh Rusia.

Namun dilantiknya Putin untuk ketiga kalinya mengingatkan kita pada seseorang, mantan

Presiden Soeharto, yang sebagian dari kita anggap sebagai diktator.

10 “World Bank Database on Population Density” (online) <http://www.tradingeconomics.com/russia/population-density-people-per-sq-km-wb-data.html> Last Checked on March 28, 2014.

8

Rusia, seperti juga negara lain yang telah lolos dari suatu krisis, mengalami

perkembangan di segala bidang, dan perkembangan yang spektakuler di sektor-sektor

tertentu. Pada masa Boris Yeltsin, Rusia yang dalam masa recovery atas kejatuhan Uni

Soviet, mencanangkan pembangunan yang merata, namun belum mampu melaksanakan

perubahan drastis karena terkendala Public Approval. Baru setelah Putin berkuasa, ia

mampu melaksanakan program-program yang tertunda tersebut dan serta merta meraih

dukungan masyarakat, sekali lagi mengingatkan kita pada suksesi Soekarno – Soeharto.

Salah satu sektor yang merupakan fokus utama dari Putin adalah energi, terutama

minyak dan gas alam. Di masanya, Rusia berubah menjadi eksportir energi terbesar,

bersaing dengan negara-negara OPEC. Namun Rusia memiliki keunggulan yang sangat

besar utamanya untuk pasar Eropa dan Asia, karena Rusia di era Putin telah membangun

pipeline minyak dan gas alam yang menghubungkan negara-negara Eropa dan Asia

dengan Rusia sehingga export energi semakin mudah dan meniadakan kompetisi dengan

eksportir lain. Kekhawatiran tentang tidak mampunya Rusia untuk mempertahankan

kemampuan produksi dan eksport energinya tidak terbukti. Bukannya menurun, yang

terjadi adalah Rusia menjadi eksportir energi nomor 1 di dunia. Selain itu berhasil

masuknya Rusia dalam WTO meningkatkan legitimasi dan memperluas pasar bagi Rusia.

Dengan demikian dependensi Rusia pada sektor energi belum akan berakhir dalam waktu

dekat.

Fokus Rusia pada sektor energi memang memberikan National Power yang besar

pada Rusia dan leverage yang kuat dalam geopolitik. Namun adanya safety net tersebut

membuat sektor-sektor lain tidak berkembang secara maksimal. Industri otomotif Russia

tidak terlalu populer selain di Eropa dan Industri militer, walaupun adalah eksportir

senjata nomor 2 di dunia, bukan merupakan cutting edge teknologi. Walaupun senjatanya

fungsional, namun bisa dikatakan tertinggal beberapa generasi dari Amerika Serikat.

Satu kecemasan lain juga, yaitu mengenai korupsi dalam pemerintahan Putin.

Seperti juga era Soeharto di Indonesia, pemerintahan Putin dianggap authoritarian,

melalui media manipulation dan censorship, Putin dianggap menyebarkan image positif

yang bertolak belakang dengan apa yang sebenarnya terjadi. Putin juga dianggap

menasionalisasi perusahaan-perusahaan besar untuk keuntungan pribadi, seperti

Perusahaan minyak bumi terbesar di Rusia, Yukos. Mengesampingkan apakah isu itu

benar atau tidak, Rusia di era Putin memang terkesan authoritarian. Namun negara

9

sekaliber rusia dengan kekayaan dan Human Development Index yang tinggi seharusnya

sudah beralih pada demokrasi total. Authoritarian untuk negara dunia pertama hanya

menjadi penghambat dalam perkembangan negara tersebut.11

Berbicara mengenai negara dan pemimpin, kita kerap kali mendengar di siaran

berita atau membaca di surat kabar hal-hal seperti, "Obama menarik mundur pasukan di

Afghanistan" atau "Kim Jong Il mengecam tindakan Amerika Serikat" dll, yang dengan

kata lain adalah simbolisasi pemimpin sebagai negaranya. Ini berarti jika mereka

mengatakan Obama melakukan ini itu, yang dimaksud adalah negara Amerika Serikat

yang melakukan hal tersebut. Istilah tersebut umumnya hanya dipakaikan pada

pemimpin-pemimpin yang sangat charismatik, contoh yang paling umum misalnya

"Hitler menginvasi Polandia" dimana Hitler dengan Jerman adalah satu. Dengan

datangnya era demokrasi, orang-orang yang bekerja dalam pemerintahan bukan lagi

manusia super atau apapun, melainkan hanya replaceable parts yang saat masa

jabatannya habis kandidat penggantinya tidak terhitung jumlahnya. Presiden pun

termasuk di dalamnya, jadi walaupun presiden dibunuh, negara tidak akan serta merta

collapse, dan hanya perlu melantik orang lain sebagai presiden. Degradasi nilai manusia

dalam pemerintahan membuat simbolisasi pemimpin sebagai negara semakin jarang

dipergunakan. Misalnya kita mendengar bahwa Shinzou Abe atau SBY memberikan

bantuan pada Mauritania, kita tidak langsung berpikir bahwa negara ikut di belakangnya

dan lebih berpikir itu hanya personal charity. Hanya pemimpin-pemimpin paling

berpengaruh di dunia yang mendapat perlakuan seperti itu, dan Putin adalah salah satunya.

Mengesampingkan usaha internal Putin untuk konsolidasi kekuasaan dalam negeri Rusia,

tidak dapat dipungkiri bahwa secara internasional Putin adalah sosok yang diakui dan

merupakan simbolisasi Rusia pada saat ini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka yang menjadi masalah

utama adalah bagaimana posisi Sumber Daya Alam dalam strategi diplomasi Rusia,

11 “Does democracy help or hurt economic growth?” Anna Nadgrodkiewicz, June 30, 2008 (online) <http://www.cipe.org/blog/2008/06/30/does-democracy-help-or-hurt-economic-growth> Last Checked on March 28, 2014.

10

utamanya dalam menghadapi negara-negara Barat? Kemudian bagaimana Rusia

memanfaatkan kekuatan politik yang bersumber dari Sumber Daya Alam tersebut

dam hasil-hasil apakah yang telah dicapai dan yang mungkin akan dicapai dari

penerapan kekuatan tersebut?

C. Kerangka Berpikir

Untuk menganalisa isu mengenai Sumber Daya Alam maka penulis memilih

konsep Geopolitik. Geopolitik menurut Rudolf Kjellen adalah “Mempelajari Politik dari

aspek Geografi”, definisi ini lebih lanjut dikembangkan oleh Evans, G & Newnham, J.

menjadi “Geopolitik merupakan metode analisis kebijakan luar negeri yang berupaya

memahami, menjelaskan, dan memperkirakan perilaku politik internasional dalam

variabel geografi. Variabel geografi tersebut umumnya mengarah pada: lokasi geografis

negara atau negara yang dipertanyakan, ukuran negara yang terlibat, iklim wilayah

tempat negara tersebut berada, topografi wilayah, demografi, sumber daya alam, dan

perkembangan teknologi.”.12 Konsep ini sangat relevan sampai akhir Perang Dunia 2

yang juga menjadi akhir masa kolonialisme sedangkan saat ini melalui kemajuan

teknologi transportasi dan komunikasi, globalisasi, dan inovasi berbagai kekurangan

geografi dapat diatasi dan untuk beberapa kasus bahkan menjadi keunggulan. Untuk

kasus spesifik Rusia penggunaan konsep ini sangat mencerminkan perspektif pemegang

keputusan dari masa ke masa.

Konsep berikutnya berkaitan erat dengan Geopolitik, yaitu Geostrategi. James

Rogers and Luis Simón dalam jurnal mereka “Think Again: European Geostrategy”

menyebutkan bahwa "Geostrategy is about the exercise of Power over particularly

critical spaces on the Earth’s surface; about crafting a political presence over the

international system. It is aimed at enhancing one’s security and prosperity; about

making the international system more prosperous; about shaping rather than being

shaped. A geostrategy is about securing access to certain trade routes, strategic

bottlenecks, rivers, islands and seas. It requires an extensive military presence, normally

12 Evans, G & Newnham, J. (1998). "The Penguin Dictionary of International relations". Penguin Books, London, Uk.

11

coterminous with the opening of overseas military stations and the building of warships

capable of deep oceanic Power projection. It also requires a network of alliances with

other great Powers who share one’s aims or with smaller ‘lynchpin states’ that are

located in the regions one deems important." Definisi tersebut konsisten dengan intisari

definisi tokoh-tokoh lain yang menyatakan bahwa Geostrategi adalah Geopolitik untuk

mencapai tujuan nasional dan dapat ditempuh melalui kekuatan militer. Saat ini

penguasaan atas Geografi Strategis13 melalui perang atau kekuatan militer sulit dicapai,

karena itu negara-negara menempuh jalur lain utamanya kesepakatan ekonomi. Dalam

konteks ini penguasaan Rusia atas situs-situs SDA di dalam dan luar negeri membutuhkan

penggunaan konsep tersebut.

Konsep Power dan National Power tidak bisa dipisahkan dari suatu negara,

karena dengan interaksi antara 2 negara atau lebih konsep tersebut akan muncul dengan

sendirinya. Terlebih karena SDA merupakan sumber Power yang sangat penting,

sepanjang sejarah negara-negara bangkit dan lenyap dalam usaha merebut atau

mempertahankan teritori dan SDA yang terkandung di dalamnya. Salah satu tujuan

nasional Rusia adalah mencapai Power yang pernah dimiliki USSR dan hal tersebut

dilakukan dengan penguasaan SDA. Konsep Power kemudian mengarah pada konsep

Food and Energy Security yang merupakan ketahanan nasional sebuah negara di era

modern.

Selain itu, konsep-konsep yang akan digunakan juga berkaitan dengan kedua

konsep di atas dan perdagangan sumber daya di tingkat internasional yaitu konsep

manajemen sumber daya alam dan Land Development14. Rusia merupakan negara terluas

di dunia, pemanfaatan lahan yang merupakan bagian dari manajemen SDA merupakan

isu yang ambigu. Di satu sisi Rusia memiliki terlalu banyak lahan untuk diurus dan

dikembangkan, namun di sisi lain, tiap-tiap lahan tersebut kemungkinan menyimpan

potensi berupa kekayaan tambang. Topografi Rusia yang sulit dan iklim yang keras

menyulitkan eksplorasi dan ekstraksi SDA, karena itu kewenangan diberikan pada

perusahaan swasta, namun saat pertambangan akan dilaksanakan, pemerintah Rusia

melakukan intervensi dengan menasionalisasi perusahaan-perusahaan tersebut ataupun

13 Akses atau kontrol pada lokasi geografis yang memiliki peran penting bagi keamanan dan kemakmuran suatu negara 14 Pengalihan fungsi lahan untuk memberikan fungsi baru padanya

12

membatasi akses perusahaan-perusahaan swasta pada tambang-tambang baru.

Menyiratkan bahwa sektor publik Rusia ingin memonopoli sektor energi dari SDA.

Kepemilikan Rusia atas SDA tersebut kurang lebih mendefinisikan eksistensinya bagi

negara-negara tetangga pada saat ini. Ketimbang memperoleh uang dari perdagangan

SDA-nya, kemampuan yang diperoleh dari dominasi SDA adalah yang lebih penting.

Kemampuan untuk mengalokasi SDA utamanya sumber energi bagi negara-negara

sekitar mengamankan posisi Rusia dalam hubungan diplomatisnya.

Saat ini Rusia menganut sistem ekonomi campuran seperti juga negara-negara lain,

berupa sebagian Ekonomi Terencana atau Centralized Planning, yang didasarkan pada

aktivitas ekonomi Rusia yang tidak memberikan kebebasan dan inisiatif pada warga

negaranya dimana aktivitas ekonomi utama dikuasai oleh negara melalui perusahaan-

perusahaan milik negara dan bahkan menasionalisasi sektor-sektor privat yang bergerak

di sektor-sektor penting terutama sumber daya alam sektor energi yang mana hal ini

mencerminkan sejarah totalitarian yang diwarisi dari USSR dan Kekaisaran Rusia di masa

lampau dan sebagian Ekonomi Pasar yang merupakan warisan dari pemerintahan Yeltsin.

Namun Rusia tidak mengarah pada State Capitalism, seperti yang diungkapkan

Medvedev bahwa pada 2016 pemerintah Rusia akan mulai melepas perusahaan-

perusahaan negara untuk mengarah lebih ke kapitalisme liberal. Namun selama ini

kontrol atas SDA dan penjualannya menjadi leverage untuk mengamankan kepentingan

ekonomi dan politik Rusia dalam hubungan internasional, berkurangnya kontrol negara

atas hal tersebut dapat dipastikan mempengaruhi politik luar negeri Rusia secara

signifikan.

Sebagai negara terluas di dunia, Rusia berbatasan darat dengan banyak negara lain,

yang mana kebanyakan juga merupakan pecahan dari USSR. Kondisi geografis Rusia

mirip dengan Indonesia dan cenderung terkendala masalah persatuan dan nasionalisme,

namun Indonesia yang juga dipisahkan oleh lautan memiliki masalah yang skalanya lebih

besar, sehingga walaupun tanpa event fenomenal seperti keruntuhan USSR, provinsi di

Indonesia berusaha memerdekakan diri mereka sendiri, walaupun hanya berupa gerakan

separatis menggunakan kekerasan, atau dengan kata lain, pemberontak. Namun buktinya

Indonesia telah kehilangan Timor Timur sebelumnya, serta pulau-pulau terluar seperti

Sipadan dan Ligitan yang menjadi milik Malaysia setelah dispute teritorial. Lao Tzu

mengatakan bahwa pemimpin yang terbaik adalah yang invisible bagi rakyatnya, bukan

13

yang disanjung atau ditakuti. Itu benar, namun tidak berlaku untuk kasus Indonesia dan

Rusia, karena walaupun invisible, itu bukan karena mereka merasa secure, namun karena

sejak awal tidak merasa sebagai bagian dari negara tersebut.

Kembali ke Rusia, negara-negara yang berbatasan langsung dengannya

kebanyakan adalah pecahan USSR, dan dengan demikian statusnya dapat dikatakan

sebagai sekutu dan diplomasi umumnya dapat berjalan lebih mulus. Keputusan untuk

memecah negara seperti ini sebenarnya telah ada sejak zaman prasejarah, saat sebuah

suku menjadi terlalu kuat dan besar, normal untuk memecah suku tersebut menjadi

beberapa suku. Dengan melakukan hal tersebut, manajemen dan development lebih

mudah untuk dilakukan. Untuk Rusia, dengan demikian border interactions menjadi

terbatas dan dapat fokus ke hubungan dengan negara non-USSR yaitu China, Mongolia,

dan negara-negara Scandinavia.

Rusia dengan negara-negara tersebut dan Jepang serta Canada terlibat dalam

konflik geopolitik menyangkut kawasan Kutub Utara. Laut Arktik merupakan kawasan

dengan potensi SDA migas yang besar, dan negara-negara utara tersebut memperebutkan

hak pengelolaannya. Rusia memiliki legal claim yang paling besar berdasarkan kondisi

geografis, namun negara-negara lainnya tidak membiarkannya begitu saja. Muncul

rencana untuk berkompromi melalui treaty seperti yang terjadi pada hak pemanfaatan

Kutub Selatan, namun kasusnya berbeda karena Kutub Selatan tidak dalam proximity

negara manapun, sedangkan wilayah Arktik berada dalam jangkauan negara-negara

tersebut. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa Rusia akan tetap mempertahankan

klaimnya dan hal ini akan menjadi salah satu konflik geopolitik utama dalam beberapa

waktu ke depan.

D. Hipotesis

Rusia di awal pecahnya dari USSR memiliki berbagai masalah di dalam dan luar

negeri terkait dengan transisi kepemimpinan. Buruknya manajemen sumber daya

merupakan akibat langsung dari transisi tersebut. Kondisi Rusia pada masa itu tidak siap

untuk menghadapi perubahan radikal, namun Boris Yeltsin menerapkan kebijakan untuk

menggeser Rusia kepada kapitalisme dalam waktu yang singkat. Perubahan dari

komunisme ke kapitalisme instan tersebut menghancurkan ekonomi Rusia dan

14

menghasilkan banyak masalah baru, diantaranya adalah hilangnya sebagian besar akses

pada sektor sumber daya dan energi pada oligarchs15. Sumber Daya Alam yang melimpah

selalu menjadi perhatian utama dalam formulasi kebijakan dan Politik Luar Negeri namun

dengan era Yeltsin hilanglah keunggulan tersebut.

Vladimir Putin yang menjabat sebagai presiden setelah periode kedua Yeltsin

menyadari pentingnya SDA di dunia modern dan memprediksi kebutuhan akannya akan

meningkat drastis kemudian berupaya mengambil alih sektor-sektor yang lepas tersebut

dengan berbagai cara, terkadang di ambang batas kelegalan. Putin melebur perusahaan-

perusahaan migas ke dalam perusahaan negara Gazprom dan memberikan berbagai

keistimewaan padanya termasuk hak pengembangan situs-situs baru yang secara efektif

mengembalikan kontrol atas SDA migas yang kemudian menjadi faktor utama dalam

kebijakan Politik Luar Negeri Rusia sampai saat ini.

Rusia yang kini dalam periode ketiga Putin setelah diselingi Dmitri Medvedev

setelah periode keduanya menempatkan pemanfaatan SDA sebagai kebijakan jangka

panjang dengan penjualan migas melalui jalur pipa kepada beberapa negara seperti Cina,

Jepang, dan negara-negara Eropa. Berbagai tantangan masih menghadang Rusia dalam

hal tersebut, di antaranya adalah investasi dan penjualan aset besar-besaran oligarchs

termasuk dari sektor energi ke luar Rusia, bertambahnya negara eksportir SDA dan energi

dimana Indonesia termasuk di dalamnya, intervensi AS di negara-negara klien Rusia, dan

lain sebagainya. Tantangan-tantangan tersebut mempersulit Rusia yang menerapkan

penguasaan SDA sebagai sumber National Power untuk mengamankan kepentingan

ekonomi dan politiknya.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah studi kepustakaan, yaitu

mengumpulkan data dari berbagai sumber informasi sekunder seperti buku, artikel, jurnal,

baik cetak maupun elektronik. Metode penelitian ini diambil karena metode experiment

15 Sekelompok orang yang memiliki kekuatan politik yang besar, dalam konteks Rusia mengacu pada pebisnis yang memiliki kekayaan yang sangat besar

15

atau direct observation tidak dapat dilakukan karena terkendala hambatan ruang dan

waktu.

Tulisan kemudian dibuat dalam struktur naratif-deskriptif yang dimulai dari

kejatuhan USSR dan terbentuknya Rusia pada tahun 1991. Seluruh argumen didasarkan

atas peran, keuntungan, kerugian, dan usaha menguasai Sumber Daya Alam sebagai

sumber National Power dan alat diplomasi.

16

BAB 2

PERAN SUMBER DAYA ALAM PADA PERIODE TRANSISI UNI SOVIET –

RUSIA DAN SEBAGAI ALAT KONSOLIDASI KEKUASAAN DI RUSIA

SAMPAI BEBERAPA TAHUN KEMUDIAN

Keruntuhan USSR mengingatkan kembali kita tentang keruntuhan Macedonia

setelah kematian Alexander Agung. Sebuah peristiwa yang mengakibatkan perpecahan

pada salah satu kekuatan terbesar di dunia pada masanya masing-masing. Runtuhnya

Macedonia membuatnya terbagi menjadi 4 kerajaan dengan persebaran kekuatan yang

hampir sama rata dan tanpa penerus resmi. Sedangkan USSR terpecah menjadi 15 negara

dengan Rusia sebagai penerus resminya. Distribusi kekuatan tidak merata yang dapat

berarti jika perpecahan ini terjadi tidak di era modern maka tidak lama setelah perpecahan

Rusia akan menyatukan kembali sebagian atau seluruh negara pecahan tersebut melalui

baik Soft Power16 maupun Hard Power17.

Peta 2.1 – Negara-negara Bekas USSR

16 Kemampuan mempengaruhi entitas lain tanpa menggunakan paksaan atau kekerasan 17 Kemampuan mempengaruhi entitas lain melalui militer dan ekonomi (paksaan dan kekerasan)

17

Selain hilangnya kekuatan karena dipisahkan oleh batas negara, Rusia dan negara

bekas USSR juga kehilangan kekuatan dikarenakan hilangnya kontrol atas berbagai

industri dan produknya. Perpecahan tersebut menghasilkan ilusi bahwa tiap negara

memiliki excess goods yang mana sebenarnya kebutuhan total USSR. Barang-barang

tersebut kemudian dilepas dengan harga murah ke negara-negara lain di luar USSR,

sebagian bahkan diselundupkan tanpa memperhitungkan akibatnya. Persenjataan juga

termasuk dalam barang-barang tersebut dan ikut lepas ke berbagai penjuru dunia. Namun

yang paling penting ialah hilangnya kendali dan akses kepada situs-situs penghasil

sumber daya alam.

A. Kondisi Sumber Daya Alam Rusia pasca keruntuhan USSR

Pada tahun 1983 Robert G. Jensen co. menerbitkan buku “Soviet Natural

Resources in the World Economy” yang memprediksi melimpahnya SDA dan fungsinya

dalam ekonomi dunia di masa yang akan datang di wilayah USSR. Ia mendasarkan

teorinya pada kemampuan produksi USSR pada saat itu yang membuatnya menjadi salah

satu kekuatan militer terbesar pada periode perang dingin, menyaingi Amerika Serikat.

Pada saat itu SDA di USSR difokuskan dalam pembangunan militer, namun Jensen

memperkirakan bahwa di periode damai dalam beberapa tahun ke depan, SDA tersebut

akan memiliki pengaruh yang besar di sektor sipil. Pada dekade 1980 perdagangan luar

negeri USSR memiliki peran yang sangat kecil dalam ekonomi USSR, hanya berkisar 4%,

USSR merupakan sebuah negara yang self-sufficient dan sampai tingkat tertentu

melakukan protectionisme.18 Jensen telah menyadari kekuatan besar yang ada pada SDA

melimpah yang dimiliki USSR.

USSR di akhir dekade tersebut mengalami keruntuhan yang disebabkan oleh

pelaksanaan kebijakan Glasnost19 dan Perestroika20 oleh Gorbachev pada tahun 1986.

Kebijakan untuk memberikan kebebasan lebih pada rakyat justru menyebabkan mereka

semakin menuntut lebih jauh lagi dan memunculkan gerakan-gerakan nasionalisme yang

pada akhirnya meruntuhkan USSR. USSR terpecah dan beberapa negara independen

terbentuk termasuk Rusia yang mewarisi hampir seluruh karakteristik dan wilayah USSR.

18 “A Country Study: Soviet Union (Former)”. Library of Congress Call Number DK17 .S6396 1991. 19 Kebijakan Gorbachev untuk membuat pelaksanaan pemerintahan menjadi lebih transparan 20 Kebijakan Gorbachev untuk mereformasi politik dan ekonomi lebih bebas

18

Namun dalam periode transisi ini, sektor pertambangan SDA menjadi kacau balau dan

tidak terkecuali sektor-sektor lain. Ladang minyak dan instalasi pertambangan menjadi

tidak terkelola dengan baik atau bahkan oleh siapapun, hal ini dimanfaatkan oleh sebagian

orang untuk mengambil alih kepemilikan lokasi-lokasi tersebut dengan murah dan

menjadi milyuner instan. Aksi mereka dapat terjadi akibat kebijakan privatisasi oleh Boris

Yeltsin yang berusaha menghilangkan komunisme yang ia nilai merupakan sebab

keruntuhan USSR. Namun mayoritas rakyat Rusia tidak siap untuk hal itu dan lebih dari

50% jatuh dalam kemiskinan setelah kekacuan ekonomi yang mendadak berubah menjadi

ekonomi pasar, tetapi beberapa orang dapat memanfaatkan kekacauan tersebut untuk

memperoleh keuntungan besar dan menjadi Oligarchs.21

Rusia kehilangan 1/3 wilayah dari total wilayah USSR dan bersamanya juga

banyak instalasi penambangan migas. Hal ini menyebabkan produksi migas Rusia

berkurang drastis sedangkan negara-negara bekas USSR lain tidak memiliki reputasi

maupun posisi tawar yang baik seperti Rusia, yang mana karenanya tidak mendapat

keuntungan penuh dari perdagangan migas tersebut, sesuatu yang merupakan kerugian

bagi semua pihak. Rusia yang baru saja terbentuk belum memiliki kuasa untuk

berpartisipasi dalam utilisasi migas negara bekas USSR lain sehingga harus bertahan

dengan instalasi yang mereka miliki saat itu. Tetapi industri migas saat itu telah dikuasai

oleh sejumlah Oligarchs yang memanipulasi pejabat-pejabat korup Rusia untuk

melakukannya.

Setelah hampir 1 dekade barulah Pemerintah Rusia menyadari sepenuhnya

kekuatan SDA dengan melihat kesuksesan yang diperoleh oleh para Oligarchs tersebut.

Para Oligarchs tersebut telah menjadi orang-orang terkaya di dunia sementara negara

tempat ia bernaung mengalami kesulitan finansial. Namun hal itu berakhir saat Vladimir

Putin menjadi presiden. Putin menyadari potensi SDA Rusia terutama migas dan ia tidak

akan membiarkan sekelompok orang apalagi yang merupakan oposisinya untuk

menguasai potensi tersebut, dan kemudian ia bergerak cepat untuk mengatasinya.22 Hal

yang diperkiran oleh Jensen telah terbukti saat ini dan isu SDA telah menjadi salah satu

21 Sutela, Pekka (1994). "Insider Privatization in Russia: Speculations on Systemic Changes", Europe-Asia Studies 46:3, p. 420–21. 22 Gumbel, Peter. "Putin vs. the Oligarchs". Time. Nov 10, 2003: 68-69.

19

faktor utama yang mengakibatkan pergolakan di dunia politik Rusia dan juga dalam

ekonomi dunia. SDA yang selama ini hanya berada dalam gudang USSR akhirnya dilepas

ke dunia oleh Rusia dan menjadi roda gigi terbesar dalam ekonomi dunia, mengendalikan

kepentingan dan masa depan negara-negara di dunia.

1. Hilangnya kendali atas situs-situs Sumber Daya Alam

Setelah 1990 yang mana berarti adalah setelah keruntuhan USSR, Rusia

mengalami beberapa tantangan baik dari dalam maupun dari luar. Pengaruhnya sangat

besar di segala sektor dan menurunkan GDP terus menerus sampai beberapa tahun ke

depan.23 Pasca keruntuhan USSR dan carut marut suksesi yang menyertainya, beberapa

negara terbentuk menempati teritori bekas USSR. Di antara negara-negara tersebut, Rusia

merupakan penerus resmi dari USSR. Perpecahan ini mengubah kondisi geopolitik

seluruh dunia.

Menghilangnya blok timur menjadikan Amerika Serikat sebagai superpower

tunggal dan mengubah haluan semua negara di dunia, termasuk Rusia ke arah negara-

negara barat. Hubungan dan kepentingan geopolitik di wilayah Eurasia berubah menjadi

mendekati clean slate dengan munculnya negara-negara baru yang menggantikan posisi

USSR sebagai negara yang berbatasan dengan negara-negara di Eurasia. Ikut

menghilangnya tensi militer bersama USSR, dunia mulai berfokus pada kebijakan dan

kerjasama jangka panjang, integrasi ekonomi, dan bagi Rusia pun semakin terbuka

terhadap hubungan luar negeri dan dii kawasan konflik tertentu terjadi peningkatan

aktivitas militer dikarenakan oleh selundupan senjata bekas USSR.

Dunia mulai saling terhubung dan perkembangan selama 2 dekade terakhir

menjadi yang terpesat dalam sejarah umat manusia. Dalam kondisi ini Rusia memulai

babak baru dalam sejarah dengan handicap yang sangat besar. Pemasukan sebuah negara

yang didasarkan pada pemanfaatan SDA sangat berkaitan dengan luas wilayah sebuah

negara, apalagi pada era ini dimana semua tipe lahan dapat dimanfaatkan dengan

teknologi yang semakin berkembang. Rusia hanya mewarisi 60% teritori USSR namun

23 Nelson, Lynn D. and Kuzes, Irina Y. (April 1995). “Radical Reform in Yeltsin's Russia: Political, Economic, and Social Dimensions”.

20

mewarisi 100% kewajibannya, termasuk hutang external sebesar 81 milyar dollar.24 Hal

tersebut merupakan beban berat yang menjadi salah satu musuh utama Yeltsin.

Masalah berikutnya adalah carut marutnya kontrol Rusia atas instalasi-instalasi

USSR yang menjadi sumber pemasukannya dan juga instalasi militer. Hilangnya kontrol

atas instalasi militer dalam masa transisi ini menjadi sebab langsung dari meningkatnya

konflik di Afrika, Amerika Selatan, dan Timur Tengah dikarenakan oleh

diselundupkannya senjata-senjata pada instalasi militer tersebut. Instalasi penambangan

sumber daya juga tidak terkontrol dan kemudian dikuasai dengan mudah oleh sekelompok

orang yang kemudian menjadi oligarki, seperti yang telah dijelaskan pada Bab 2. Selain

kehilangan instalasi fisik yang hilang bersama teritori, Rusia juga kehilangan kepemilikan

dan potensi pemasukan dari instalasi di wilayahnya sendiri. Pada masa kepemimpinan

Yeltsin, diperkirakan Rusia hanya dapat mengutilisasikan 30% dari SDA yang

dimilikinya.25

2. Terbentuknya Buffer States dari pecahan USSR

Dengan terbentuknya negara-negara bekas USSR, Rusia tidak lagi berbatasan

langsung dengan kebanyakan negara Eropa dan beberapa negara Asia seperti India dan

Turki. Sebagai gantinya Rusia berbatasan dengan negara-negara bekas USSR, dengan

demikian event geopolitik menjadi lebih stabil dan Rusia tidak perlu terlalu dibebankan

oleh border security. Hal tersebut awalnya merupakan keunggulan, namun setelah tahun

2000 dan Putin berkuasa, hal tersebut merupakan hambatan bagi Rusia yang menjadi

eksportir migas melalui pipa transnasional. Pipa-pipa tersebut sebagian besar perlu

melalui negara-negara bekas USSR dan sebagian keuntungan diberikan pada negara-

negara tersebut sebagai tempat transit migas. Negara-negara bekas USSR tersebut pun

dapat membeli migas Rusia dengan harga yang lebih murah untuk kebutuhan sendiri

maupun untuk dijual kembali dan kini mereka juga mulai menjadi eksportir migas sendiri

melalui migas tersebut ditambah dengan migas dari instalasi bekas USSR dan menjadi

saingan kuat Rusia. Negara-negara tersebut tidak lagi menjadi buffer yang

menguntungkan Rusia melainkan menjadi parasit. Namun berkat kepemimpinan Putin,

24 Gaidar, Yegor (2007). “Collapse of an Empire : Lessons for Modern Russia”. 25 Gaddy, Clifford and Ickes, Barry W. (December 2006). “Addiction and Withdrawal: Resource Rents and the Collapse of the Soviet Economy”.

21

Rusia dapat mencapai dan bahkan melampau kemampuan produksi SDA USSR walau

dengan hambatan-hambatan tersebut.

Selain dari masalah ekonomi, keberadaan buffer states bagi Rusia berpotensi

untuk melemahkan penjagaan perbatasan ke arah negara bekas USSR. Karena ancaman

lebih sedikit, penjagaan menjadi lengah dan buffer states dapat berfungsi sebagai transit

barang-barang ilegal dari dan ke Rusia. Hal yang paling berbahaya adalah penyelundupan

material nuklir. Jumlahnya selalu menjadi rahasia, dan dengan runtuhnya administrasi

USSR beberapa instalasi nuklir menjadi milik buffer states. Negara-negara tersebut

mengembalikan semua material tersebut, namun pengamat di Amerikas Serikat

mencurigai ada sejumlah material yang menghilang dalam transisi tersebut.26 Beberapa

dugaan seperti Rusia menyembunyikannya di buffer states sebagai cadangan ataupun

telah diselundupkan ke luar Rusia. Namun hubungan Rusia dengan negara-negara bekas

USSR lain yang selalu fluktuatif hanya semakin menambah misteri dari negara terluas di

dunia tersebut.

B. Kebijakan Yeltsin mengenai manajemen SDA

Dengan runtuhnya USSR dan berdirinya Rusia, maka posisi kepala pemerintahan

baru terbuka di Rusia. Boris Yeltsin dilantik menjadi Presiden pertama Rusia dengan

perolehan suara sebesar 57% dan mengalahkan 5 kandidat lainnya. Kebijakan pertama

yang dikeluarkan oleh Yeltsin sangat radikal, yaitu secara total menghilangkan sosialisme

dan menggantikannya dengan kapitalisme. Kebijakan tersebut sekarang termasuk dalam

shock therapy karena berusaha menghasilkan perubahan yang cepat melalui stimulus

yang intens. Kebijakan ini gagal dengan sangat spektakuler dan berujung pada runtuhnya

ekonomi Rusia. Puluhan juta warga Rusia jatuh miskin dan GDP Rusia turun setengahnya.

Hasil ini juga menyebabkan konfrontasi antara Yeltsin dan Parlemen pada 1993.

Selain kegagalan tersebut Yeltsin juga mengeluarkan kebijakan yang kemudian

menggerogoti kekayaan Rusia sampai beberapa tahun kemudian. Dengan runtuhnya

USSR maka berbagai industri menjadi terbengkalai, perusahaan-perusahaan yang

26 “Nuclear Weapons : Who Has What at a Glance” Arms Control Association, Federation of American Scientists, International Panel on Fissile Materials, U.S. Department of Defense, and U.S. Department of State. November 2013.

22

bergerak di dalamnya kehilangan pilar penyokong berupa aktor dan dana. Yeltsin ingin

membangkitkan semua industri tersebut dengan seketika dan kemudian mengeluarkan

kebijakan privatisasi dengan cara memberikan voucher sebesar 10.000 rubble bagi setiap

warga Rusia untuk membeli saham perusahaan-perusahaan tersebut. Hal ini dimanfaatkan

oleh segelintir orang untuk membeli voucher-voucher tersebut dengan uang tunai (dengan

harga yang lebih rendah tentunya) dan mengakumulasi voucher tersebut untuk menguasai

saham perusahaan. Peristiwa tersebut berakhir dengan munculnya sejumlah oligarchs

yang menguasai industri-industri vital Rusia.

Oligarchs tersebutlah yang kemudian melakukan managemen SDA di atas

pemerintah karena sektor energi dan sumber daya juga dikuasai oleh mereka. Melalui

penggelapan pajak, monopoli, dan arah kebijakan perusahaan, sektor-sektor tersebut

beralih fungsi menjadi alat untuk memperkaya personal daripada untuk kemakmuran

negara. Sektor-sektor tersebut tetap berada dalam kuasa Oligarchs selama pemerintahan

Yeltsin dan baru dapat diambil alih kembali setelah pelantikan Presiden baru yang

menggantikan Yeltsin, Vladimir Putin.

C. Pelantikan Vladimir Putin dan Upaya Legitimasi Kekuasaannya

Interaksi antar negara adalah sesuatu yang bersifat logikal, tidak seperti interaksi

antar manusia yang bersifat logikal dan emosional. Negara mendasarkan tindakannya

pada untung rugi bukan pada simpati. Walaupun negara sendiri merupakan amalgamasi

dari manusia, namun karakteristik sebagai manusia tersebut telah disederhanakan melalui

posisi-posisi yang ada dalam pemerintahan. Jadi walaupun seorang presiden yang

merupakan aktor tertinggi dalam pemerintahan, tidak bisa mengendalikan negara sesuai

dengan perasaannya. Susilo Bambang Yudhoyono tidak bisa mengendalikan komponen

pemerintahan semaunya, apalagi membuat Indonesia melakukan tindakan yang bersifat

hostile pada negara lain. Barrack Obama juga hanya dapat menjalankan keputusannya

setelah proses pengambilan keputusan yang panjang dan perlawanan dari oposisi. Namun

tidak demikian dengan Vladimir Putin, ia memperlihatkan kebebasan yang jauh di atas

kewenangan presiden pada umumnya dan hampir ke ranah pemimpin autocracy. Putin

dapat membuat Rusia bergerak melebihi alasan logikal, menyerupai kapasitas Lenin di

masa Soviet. Rusia dan USSR memiliki riwayat yang unik yaitu haluan negaranya yang

23

kerap berubah-ubah dalam hubungannya dengan komunisme, terkadang bergerak

mendekati dan kadang menjauhi komunisme. Komunisme dalam esensinya adalah rakyat

menguasai negara, seharusnya lebih demokratis daripada demokrasi, namun dalam

penerapannya tetap diperlukan governing body atau pemerintah yang pada akhirnya

memiliki kuasa penuh atas negara dan rakyat termasuk di dalamnya. Rusia dan USSR

mengalami kemunduran saat bergerak menjauhi “komunisme” dan baru mulai mencapai

kejayaan kembali setelah Putin memimpin dan mengembalikan unsur-unsur komunisme

kepada Rusia.

Vladimir Putin adalah seorang tokoh yang memiliki latar belakang yang sangat

misterius. Masa lalu yang diketahui tentangnya hanyalah dia lulus dari Universitas

Leningrad pada 1975 kemudian bergabung dengan KGB, bahkan dalam autobiografinya

“Ot pervogo litsa: razgovory s Vladimirom Putinom”, tidak banyak sejarah mengenai

masa kecilnya, maupun detil dari hidupnya selama berada dalam KGB. Pada periodenya

bergabung dengan KGB sampai pengangkatannya menjadi Presiden, sebagaimana

seorang agen rahasia, ia hilang dari radar sama sekali. Dunia hanya mengenalnya setelah

ia menjadi salah satu kandidat presiden untuk menggantikan Yeltsin. Terpilih sebagai

orang paling berkuasa di dunia versi Forbes 2013, Putin mengokohkan dirinya sebagai

tokoh yang sangat influensial dan hal yang memberikan legitimasi padanya sebagai tokoh

dan presiden setelah sekian lama adalah sebagai berikut :

1. Melalui Patronage System

Putin sama sekali tidak berkecimpung dalam dunia politik sebelumnya, pengaruh

yang dia miliki di pemerintahan merupakan hasil dari hubungan interpersonal dimana dia

menjadi orang kepercayaan dari petinggi-petinggi Rusia. Hal tersebut wajar terjadi di

Rusia dimana Patronage System merupakan tradisi dalam politik Rusia. Berdasarkan

fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa Putin merupakan orang yang sangat ahli dalam

mempengaruhi orang lain dan ahli dalam menyembunyikan apa yang dia pikirkan.

Siapapun yang melihat Putin akan mendapat impresi bahwa ia tidak memiliki ambisi,

seperti tidak tertarik pada apapun, namun ia melakukan tugasnya dengan sangat baik,

karenanya banyak orang yang mempercayakan tugas penting pada dirinya, selain itu ia

juga populis yang berarti ia sangat berpengaruh di semua kelas.

24

Putin yang merupakan bekas anggota KGB memperoleh kepopuleran dan

posisinya dari kepercayaan Boris Yeltsin pada dirinya. Putin bergerak dalam bayangan

Yeltsin dan memperoleh dukungan dari orang-orang dalam pemerintahan, sampai

akhirnya ia menjadi salah satu Perdana Menteri, dan kemudian Presiden.27 Namun saat

itu ia tidak populer di masyarakat Rusia, tetapi sebuah peristiwa terjadi tepat pada saat itu

yaitu pemboman apartemen yang diduga dilakukan oleh teroris Chechnya. Putin

menggerakkan tentara untuk menumpasnya dan serta merta mendapatkan kepopuleran

dan dukungan dari rakyat. Sampai saat ini pengamat dan terlebih lagi teoritisi konspirasi

masih curiga mengenai peristiwa tersebut dan beberapa menduga bahwa itu adalah

konspirasi yang dilakukan pihak Putin untuk mendulang dukungan.28 Hal tersebut tidak

sulit untuk dibayangkan mengingat Putin sebelumnya pernah menjadi pemimpin dari FSB

yang merupakan penerus KGB. Beberapa kasus juga mendukung teori tersebut, dimana

yang paling populer adalah tewasnya Alexander Litvinenko, mantan KGB yang pernah

menentang Putin, di UK pada Januari 2006. Beberapa pihak menuding Pemerintah Rusia

dan Putin terlibat langsung dalam kasus tersebut namun sampai saat ini tidak ada

tersangka yang ditetapkan dan ditangkap.29

2. Melalui Penguasaan SDA

Pada awalnya Putin melanjutkan semua kebijakan dan rencana Yeltsin untuk

mengintegrasikan sistem ekonomi dan politik dengan dunia barat namun dengan

perbedaan mendasar bahwa sektor-sektor vital dikuasai pemerintah, bukan privatisasi

total seperti yang diinginkan Yeltsin. Kebijakan utama Putin adalah utilisasi SDA yang

sebagian besar meliputi peningkatan ekstraksi dan penjualan migas. Walaupun lebih

sederhana dari segi technical difficulties tidak seperti industri elektronik and otomotif

Jepang dan Amerika, namun strategi Rusia tersebut telah terbukti berfungsi dengan sangat

baik. Penjualan migas adalah suatu tindakan yang convenient dan menguntungkan, hasil

yang didapatkan jauh di atas usaha yang dilakukan. Beberapa pengamat menganggap

27 “Russia : Yeltsin & Putin -- A Portrait In Contrasts” (online) <http://www.rferl.org/content/article/1076070.html> Last Checked on March 28, 2014. 28 Sweeney, John. “The Fifth Bomb: Did Putin's Secret Police Bomb Moscow in a Deadly Black Operation?”. Cryptome, November 24, 2000. 29 Alderson, Andrew; Glover, James. "Leading Russian critic of Putin's regime is poisoned in London". The Daily Telegraph. November 20, 2006.

25

dependensi tersebut adalah faktor negatif yang menghambat kemajuan sebuah negara

karena bergantung pada sesuatu yang taken for granted. Namun walau bagaimanapun jika

dilihat dari hasil akhir saja, Putin telah berhasil memanfaatkan kondisi geopolitik menjadi

geostrategi yang memperkuat posisi Rusia dalam hubungan internasional. Setelah Putin

menjabat sebagai presiden, kebijakan tersebut ditangani oleh perusahaan migas Gazprom

yang di masa Putin menjelma menjadi perusahaan pengendali industri migas Rusia nomor

1 dan sekaligus pernah menjadi perusahaan dengan keuntungan terbesar di dunia pada

2011.30

Rusia menjual migas dan mendapatkan dana yang sangat besar sebagai gantinya,

sampai ke tahap dimana Rusia masuk 5 besar pemilik cadangan devisa terbesar, dan

hampir sepenuhnya disokong oleh industri migas yang melakukan dominasi dan

monopoli di berbagai negara.31 Migas mengokohkan Putin dalam pemerintahan dan ia

akan terus mempertahankan trend ini sebagaimana yang telah ia lakukan sebelumnya.

Putin dituding melakukan berbagai hal yang berada di antara batas kelegalan untuk

mengamankan industri migas, seperti memenjarakan aktor-aktor yang memiliki kuasa

dalam industri tersebut dan menasionalisasi perusahaan-perusahaan migas. Walaupun

usaha-usaha tersebut telah diinvestigasi dan tidak terbukti bermuatan politik, namun pada

akhirnya Pemerintah Rusia di bawah Putin yang mendapat keuntungan terbesar dari

peristiwa tersebut.32 Namun mayoritas masyarakat Rusia justru memuji langkah tersebut

karena menurut mereka kelompok Oligarchs tersebut lah yang mencuri kekayaan negara

dan memperkaya kelompoknya dengan mengorbankan seluruh rakyat Rusia.

Semenjak menjadi presiden pada tahun 2000, Putin terus meningkatkan produksi

migas Rusia dan pada 2007 berhasil melampaui produksi puncak era USSR walaupun

dengan luas wilayah dan lokasi pertambangan yang hanya 2/3-nya. Melalui tindakan

tersebut Putin memperoleh kekuatan untuk mengamankan cengkramannya di Moscow

30 “Forbes’ most profitable companies ranking of 2011” (online) <http://www.naturalgaseurope.com/gazprom-ranked-most-profitabe-worldwide-7401> Last Checked on March 28, 2014. 31 “Russian gas export monopoly Gazprom faces charges from EU regulators” (online) <http://www.theguardian.com/world/2013/oct/03/russia-gazprom-charges-eu-regulators> Last Checked on March 28, 2014. 32 “Russia's trial of oil magnate Khodorkovsky not political, court rules". Guardian (UK). 31 May 2011. Last Checked on March 28, 2014.

26

sampai 4 periode ke depan, dengan menempatkan orang kepercayaannya, Dmitri

Medvedev, untuk mengisi kursi kepresidenan karena konstitusi Rusia tidak mengizinkan

seseorang menjadi presiden untuk 3 kali berturut-turut. Medvedev merupakan orang dekat

Putin yang ia bawa ke dalam pemerintahan secara personal dan juga dipercayai untuk

memimpin Gazprom setelah Putin mereformasi perusahaan-perusahaan yang berada

dalam industri migas. Medvedev dan Alexei Miller yang ditunjuk langsung oleh Putin

berhasil menyelamatkan Gazprom dan pada 2008 Medvedev dilantik menggantikan Putin

menjadi Presiden Rusia. Beberapa pengamat mengistilahkan hubungan antara Putin dan

Medvedev sebagai duumvirate berdasarkan distribusi kekuasaan yang mereka lakukan,

dengan Putin sebagai yang dominan.33 Pada kenyataannya, termasuk dengan periode

2012, Putin telah berkuasa di Rusia untuk 4 periode atau 13 tahun. Sebagian besar

dikontribusikan oleh kuasanya atas sumber daya alam yang menjadi sumber pemasukan

utama Rusia.

Keberadaan sumber daya alam terutama barang tambang dan migas Rusia menjadi

pertimbangan geopolitik yang jauh lebih besar daripada variabel-variabel lain. Setelah

Perang Dunia 2, batas-batas negara di dunia tidak lagi banyak berubah selain di beberapa

kawasan seperti berdirinya Singapore dan Timor Timur, maka dari itu banyak variable

geopolitik yang static, seperti lokasi dan luas wilayah, dan dengan kemajuan teknologi

sebagian lain menjadi kehilangan nilai, seperti topografi dan iklim. Kapitalisme melanda

dunia dan berbagai pihak berbondong-bondong menjadi pedagang, baik perorangan,

kelompok, bahkan negara. Putin sebagai seorang pedagang adalah pemula menurut

beberapa ekonom, ia tidak netral karena menerapkan standar ganda dan setiap aktivitas

bisnis yang diduga dibacking oleh Putin juga bermuatan politis yang mana membuat

gusar para pelanggannya. Ia juga membuat keputusan-keputusan spekulatif yang muluk-

muluk seperti penambahan kapasitas produksi tanpa disertai pertambahan pasar.34;35

33 Martin, Brian Joseph (2009). “Beyond Weimar-Russia: The Putin-Medvedev Duumvirate as Imperial Revanchist”. The Ohio State University. 34 “Gazprom starts building Bulgarian pipeline stretch” (online) <http://www.huffingtonpost.com/huff-wires/20131031/eu--bulgaria-gazprom-pipeline> Last Checked on March 28, 2014. 35 “Gazprom Plans to Increase Production” (online) <http://online.wsj.com/news/articles/SB10001424052702303657404576359323547897708> Last Checked on March 28, 2014,

27

Bagi Rusia sendiri selama masih berada di bawah kepemimpinan Putin maka

segala aktivitas yang menyangkut sumber daya alam telah berlanjut ke level yang

berikutnya, yaitu geostrategi. Rusia telah mendedikasikan kekayaannya untuk lebih

berinvestasi di sektor industri, lebih tepatnya ekstraksi dan distribusi sumber daya alam

tambang. Rusia mencanangkan pembangunan lebih banyak pipa gas, eksplorasi tempat

penambangan baru, dan peningkatan kemampuan produksi di instalasi yang telah ada.

Rusia tidak berniat mundur dalam segala diskusi dan konflik yang menyangkut SDA,

dibuktikan dengan riwayat Rusia yang beberapa kali mengancam penghentian aliran

migas ke Eropa, tekanan pada negara bekas USSR dalam menguasai ladang migas Siberia,

dan kengototan Rusia dalam menguasai wilayah Arktik. Langkah yang diambil Rusia

mengenai SDA mengindikasikan bahwa ketahanan nasional Rusia berkaitan erat dengan

penguasaannya atas SDA, seperti juga Amerika Serikat yang merasa ketahanan

nasionalnya terancam jika ada pihak lain yang memiliki militer dan senjata yang lebih

kuat daripadanya.

Putin percaya bahwa negara harus mengontrol semua sektor vital agar segalanya

berada dalam kondisi maksimal, dan negara menurut definisi Putin adalah personal.

Sektor strategis seperti militer dan SDA dikuasai oleh negara, kembali memperkuat

argumen bahwa SDA bagian dari ketahanan nasional Rusia. Investor asing sangat sulit

untuk mendapatkan akses terhadap sektor-sektor tersebut di Rusia. Selain dari sektor

strategis, Rusia seperti juga yang ditempuh China mulai melakukan privatisasi di berbagai

sektor pada 2010. 36 Hal ini menandakan bahwa pemerintah sudah tidak sanggup

mengendalikan semuanya sekaligus. Di dunia dimana teknologi terus merevolusi

berbagai proses produksi, Rusia tidak berhasil melakukan inovasi yang dibutuhkan untuk

bertahan di persaingan dunia modern, karenanya Rusia mengalami penurunan pemasukan

dibandingkan negara maju lain. Rusia tengah mengalami masalah dalam EROI atau

Energy Return on Energy Investment, yang berarti usaha yang diperlukan untuk

memperoleh energi menjadi lebih besar sehingga keuntungan yang didapatkan sangat

kecil atau bahkan sampai di tingkat negatif.37 Putin melalui Gazprom berusaha menangani

36 Novosti, RIA, "Medvedev orders regions to adopt privatization plans by July". December 7, 2010. 37 Cutler, Cleveland (2011-08-30). "Energy return on investment (EROI)".

28

persoalan tersebut dengan cara yang tidak bisa dikatakan membuat pengamat ekonomi

terkesan.

D. Gazprom sebagai perpanjangan tangan dari kekuasaan Putin

Setelah Putin memegang kekuasaan sebagai Presiden Rusia, ia memberikan

perhatian maksimal untuk menumbuhkan perusahaan migas minor bernama Gazprom

menjadi perusahaan raksasa yang mendominasi dan memonopoli industri migas di Rusia.

Putin melakukan berbagai cara untuk membawa Gazprom ke puncak, termasuk

menempatkan orang dekatnya yaitu Medvedev dan Miller sebagai pemimpin perusahaan,

mengasimilasi aset perusahaan lain dengan secara langsung membelinya, menekan

perusahaan-perusahaan sehingga tidak mampu melanjutkan bisnis dan terpaksa

menjualnya, sampai menjerat pemimpin perusahaan tersebut dengan suatu kasus seperti

yang terjadi pada CEO Yukos, Mikhail Khodorkovsky yang merupakan perusahaan

migas terbesar Rusia pada saat itu. Gazprom ditempatkan menjadi pengendali industri

migas utama di Rusia dan merupakan perpanjangan tangan dari Pemerintah Rusia di

bawah kekuasaan Putin.

Pemasukan Rusia 40% berasal dari industri migas dan menurut data resmi

Pemerintah Rusia, Gazprom secara langsung menyumbang 11% atau ¼ dari seluruh

pemasukan migas. Jumlah tersebut memang besar, namun mengingat Gazprom memiliki

ratusan anak perusahaan dan perusahaan boneka juga riwayat Gazprom yang pernah

melakukan Tax Evasion mengindikasikan kemungkinan bahwa jumlah pendapatannya

jauh lebih besar dari itu. Beberapa pengamat khawatir bahwa uang tersebut masuk ke

kantong pribadi Putin dan akan digunakan untuk menjalankan agenda rahasianya.

Kebenaran hal tersebut memang belum dapat dipastikan, namun yang jelas adalah

Pemerintah Rusia memberi perhatian dan kuasa khusus pada Gazprom, dan isu-isu yang

melibatkan Gazprom seperti krisis dengan Ukraina dan Belarus menjadi prioritas utama

Rusia dalam setiap kesempatan dimana Presiden Putin turun tangan langsung

menyelesaikannya. Penunjukan orang-orang kepercayaan Putin ke dalam direksi

Gazprom seharusnya telah menyelesaikan masalah korupsi manajemen yang diklaim oleh

Putin dimana karenanya ia bisa mereformasi sektor industri migas, namun metode

Gazprom tidak jauh berbeda dari sebelumnya. Oleh sebab itu pengamat berpendapat

29

bahwa Gazprom tidak berbeda dari sebelumnya, hanya kali ini disokong dan ditunggangi

oleh Pemerintah Rusia dan dana tetap mengalir keluar dari jalur legal hanya kali ini masuk

ke kantong-kantong yang berbeda.

Dapat diasumsikan bahwa Gazprom adalah basis utama kekuatan Putin yang

melegitimasi kekuasaannya atas Rusia.38 Pengamat dari Institusi Ekonomi Internasional

Peterson, Anders Aslund bahkan mengatakan bahwa jika Gazprom digoyahkan maka

begitu juga kekuasan Putin akan tergoyahkan, yang mana ia perkirakan sangat mungkin

akan terjadi dikarenakan manajemen Putin yang buruk atas Gazprom. Ia mengkritik

rencana pengembangan industri migas yang akan dilakukan oleh Gazprom yang meliputi

pembangunan pipa gas baru ke Eropa, Afrika, dan Asia yang menghabiskan puluhan

milyar dollar padahal yang menjadi masalah bukanlah jalur distribusi melainkan limitasi

yang ditetapkan oleh negara-negara pada migas dari Rusia. Artinya masalahnya lebih

kepada terbatasnya pembeli dan standar ganda yang ditetapkan oleh Rusia yang bukan

merupakan anggota OPEC yang memberi harga bervariasi pada tiap-tiap negara, dimana

hal ini menyebabkan kecemburuan dan kekhawatiran untuk melakukan kontrak jangka

panjang.

Aslund berpendapat bahwa Rusia telah kalah pamor dengan negara-negara

pengekspor LNG yang jauh lebih flexible daripada pendistribusian melalui pipa gas.

Indonesia termasuk dalam negara pengekspor LNG tersebut dan bahkan ketiga terbesar

di dunia. Walaupun distribusi melalui pipa lebih cepat dan banyak namun metode tersebut

membutuhkan hubungan yang reliable antara negara-negara yang bersangkutan, yang

mana Rusia memiliki kesulitan dalam hal tersebut, ditunjukkan melalui kebijakannya

yang sulit diprediksi. Hal tersebut secara langsung menimbulkan insecurity bagi klien-

kliennya dan Aslund memprediksikan bahwa kepercayaan pada migas Rusia akan terus

turun selama Gazprom tidak dibenahi dan akan mengakibatkan kejatuhan Putin

bersamanya atau jika Gazprom bangkrut terlebih dahulu karena korupsi yang melandanya.

Gazprom merupakan salah satu perusahaan terbesar di dunia dengan total

kekayaan yang pernah mencapai 369 milyar dollar. Pemerintah Rusia mempertaruhkan

sejumlah besar kekayaannya pada perusahaan tersebut dan keputusan yang diambil oleh

38 Aslund, Anders.“Gazprom’s Demise Could Topple Putin”. Jun 10, 2013.

30

Gazprom adalah juga arah kebijakan Rusia, karena itulah keberadaannya merupakan

sesuatu yang vital. Dengan nilai pasar yang begitu besar maka banyak pihak baik di dalam

maupun di luar yang ingin mengambil keuntungan darinya. Masalah dari dalam

perusahaan yang paling penting adalah dugaan korupsi. Pada 2013 nilai perusahaan

berkurang menjadi hanya 1/3 dari nilai puncaknya, dimana sebagian besar diperkirakan

hilang akibat korupsi dan manajemen yang buruk. Namun dalam hal ini manajemen buruk

lebih dikarenakan Gazprom selain bersifat bisnis juga bersifat politis sehingga tidak

jarang ia melanggar prinsip-prinsip ekonomi demi kepentingan boss yang sebenarnya

yaitu Vladimir Putin. Sedangkan korupsi terjadi akibat siasat Gazprom yang berbalik

makan tuan, yaitu pembuatan ratusan anak perusahaan dan perusahaan boneka untuk

merahasiakan aktivitas-aktivitas perusahaan.39

Gazprom, jika murni merupakan MNC berpotensi untuk menjadi perusahaan

dengan kapitalisasi pasar tertinggi di dunia. Dengan cadangan migas yang merupakan

salah satu yang terbesar di dunia dan ratusan lisensi penambangan di seluruh dunia,

Gazprom dapat memperoleh keuntungan sebagai perusahaan terkaya dengan hanya

menentukan harga sesuai dengan harga OPEC. Namun CEO sebenarnya dari Gazprom

adalah Putin, dan setiap transaksinya ditunggangi oleh kepentingan nasional Rusia.

Walaupun memang posisi Gazprom sekarang ini adalah berkat suntikan dana tidak

terbatas dari Pemerintah Rusia, namun melencengnya tujuan perusahaan dari ekonomi

membuatnya kehilangan momentum dan kemudian menelan kerugian besar. Meskipun

demikian Pemerintah Rusia tidak akan melepaskan Gazprom dari kendalinya, karena

Gazprom telah menjadi sinonim dari National Power Rusia.

E. Strategi Rusia dengan menggunakan SDA dalam menghadapi pengaruh Amerika

dan negara-negara Eropa

Melalui metode-metode yang disebutkan sebelumnya yaitu Patronage dan

penguasaan SDA, Putin pada 2 periode pertama dan periode Medvedev berhasil

mengkonsolidasi kekuasaan internal Rusia yang sekaligus menurunkan ancaman internal

pada level minimal. Dengan demikian Putin dapat mengalihkan pandangannya pada

39 http://www.gazprom.com/about/subsidiaries/list-items/ “Companies with Gazprom's participation and other affiliated entities” Gazprom Official Publication

31

ancaman dari luar negeri. Tidak banyak kekuatan asing yang dapat memberikan ancaman

kepada Rusia utamanya dalam masalah pertahanan. Sebagai bekas superpower Rusia

mewarisi kekuatan militer USSR yang walaupun tidak sebesar pendahulunya namun tetap

tidak tersaingi oleh sebagian besar negara di dunia. Selain itu keberadaan buffer nations

yang mengelilingi Rusia juga memperkuat pertahanan Rusia. Ancaman besar yang datang

pada saat ini adalah pada sektor ekonomi, sosial, dan budaya yang mana ancaman tersebut

berasal dari negara-negara dunia pertama lainnya terutama Amerika Serikat dan negara-

negara Eropa.

Hubungan internasional mungkin tampak tenang di permukaan namun di

bawahnya selalu ada aktivitas yang berlangsung yang mempengaruhi berbagai aspek

global, baik pengaruh yang disengaja ataupun tidak. Negara-negara barat telah

mempengaruhi dunia dalam level personal sejak pertengahan abad ke-20 melalui produk-

produk dan nilai-nilainya. Untuk menangkal hal tersebut strategi Rusia adalah

menekankan pengaruhnya di level negara dan kebijakan utama yang ditetapkan oleh

Rusia adalah menggunakan SDA yang melimpah sebagai leverage dalam diplomasi Rusia

dengan negara-negara lain yang membuatnya memiliki bargaining position yang jauh

lebih baik dari oposisinya. Contoh-contoh kasus mengenai hal tersebut akan dijelaskan

pada bab selanjutnya.

Amerika dan negara-negara Eropa yang mengambil posisi sebagai the good guys

tidak dapat mengambil stance yang agresif dan penggunaan Hard Power pun terbatas,

terlebih lagi harus disertai dengan manipulasi media dan usaha untuk mendapatkan public

approval. Rusia di lain pihak, dengan Putin yang telah mengkonsolidasi kekuasaan

internal Rusia dapat lebih mudah dan cepat menentukan kebijakan dan haluan negara, hal

ini ditunjukkan salah satunya dengan keberhasilan geostrategi Rusia dalam annexasi

Crimea dari Ukraina yang tengah dilanda kekacauan politik. Rusia sebenarnya mampu

memperoleh lebih dari Crimea dan hal tersebut masih merupakan kemungkinan dengan

peluang yang cukup besar.

32

BAB 3

SUMBER DAYA ALAM SEBAGAI FAKTOR UTAMA DALAM PENENTUAN

KEBIJAKAN POLITIK LUAR NEGERI RUSIA

Saat Rusia masih berupa USSR ia bersaing keras dengan Amerika dalam pengaruh

atas negara-negara lain di dunia, menciptakan blok barat dan blok timur. Setelah

keruntuhan USSR negara-negara di blok timur yang menggantungkan hidupnya pada

USSR mengalami krisis karena hilangnya sekutu,bantuan dana, dan partner perdangan

yang mengakibatkan kekurangan berbagai barang kebutuhan yang awalnya disuplai oleh

USSR dan kelebihan barang produksi yang sebelumnya akan diekspor pada USSR. Hal

tersebut secara langsung menimbulkan keresahan warga di negara-negara sekutu USSR.

Peristiwa tersebut mengindikasikan besarnya peran USSR pada masa itu.

Rusia terpaksa membangun kembali relasi dengan negara-negara lain namun

dengan National Power yang lebih rendah dari masa USSR. Hal ini cukup sulit karena

bekas sekutu mereka banyak yang telah berpaling ke Amerika atau negara dan kawasan

lain. Namun kebijakan Putin untuk meningkatkan produksi sumber daya alam berhasil

menjadi alat untuk mengatasi hal tersebut atau bahkan melebihi pengaruh yang dimiliki

USSR di masa keemasannya.

A. Analisa peran Sumber Daya Alam terutama minyak dan gas alam dalam

hubungan diplomatis dengan negara-negara tetangganya

Pada era informasi dan globalisasi saat ini tidak ada lagi blindspot dalam

informasi umum mengenai suatu negara dan tiap-tiap negara dapat mengetahui dan

berkomunikasi dengan negara lain karenanya. Dengan informasi tersebut tiap negara

dapat melakukan berbagai pertukaran baik materi maupun non-materi melalui berbagai

aktor seperti perseorangan, organisasi, dan negara. Seperti juga dalam hubungan antar

manusia, semakin berguna seorang manusia semakin sering ia akan dibutuhkan oleh

orang lain, negara pun demikian. Kegunaan atau fungsi tersebut relatif dan bervariasi,

dapat berarti mereka saling membutuhkan dalam menjaga perbatasan, membutuhkan

SDA yang diproduksi oleh negara tersebut, hanya ingin memiliki partner yang gampang

dikendalikan dan sebagainya.

33

Rusia sebagai salah satu negara yang dapat dikatakan sebagai Superpower,

memiliki hubungan yang bervariasi dengan negara-negara lain di dunia. Posisinya yang

secara overall menempati nomor 2 di dunia sendiri telah menjelaskan kemampuan dan

kegunaannya. Mulai dari kegunaannya sebagai natural barrier bagi negara-negara di

sekitarnya dikarenakan teritorinya yang begitu luas, kemampuan militernya yang dapat

melindungi sekutunya, produksi SDA yang melimpah terutama minyak dan gas, dan

bahkan pengaruh yang diberikan oleh dukungan Rusia saja sudah dapat meningkatkan

bargaining position dalam hubungan internasional. Semakin tinggi kegunaan sebuah

negara semakin banyak negara lain yang ingin memiliki hubungan dengannya, baik

positif maupun negatif.

Di antara seluruh kegunaan yang dimiliki Rusia, pada saat ini yang paling

menonjol adalah kemampuan produksi SDA-nya. Ada beberapa hal yang menyebabkan

fakta tersebut, yakni :

Dengan pengecualian beberapa kawasan seperti Timur Tengah dan Amerika Latin,

dunia dapat dikatakan dalam kondisi relatif damai sehingga mobilisasi militer dan

persenjataan berat dalam skala besar tidak sering terjadi kecuali dalam latihan militer. Hal

ini mengakibatkan banyak negara mengurangi fokus dan budget militer lalu beralih pada

sektor ekonomi, akibatnya kegunaan Rusia sebagai produsen alat tempur mengalami

devaluasi.

Meningkatnya harga migas seiring dengan kemajuan teknologi dan

dibutuhkannya komoditas tersebut dalam industri membuat Rusia memfokuskan

usahanya dalam memproduksi komoditas tersebut dengan kapasitas maksimal bertujuan

untuk ekspor.

Migas bagi bumi modern adalah equivalen makanan dan minuman bagi makhluk

hidup, merupakan resources yang dibutuhkan untuk tumbuh dan berkembang. Semenjak

revolusi industri sampai setidaknya beberapa dekade ke depan, komoditas tersebut akan

selalu dibutuhkan. Sebagai negara di era modern dan globalisasi saat ini, tidak ada

alternatif lain selain menggunakan komoditas tersebut jika ingin berkembang. Maka dari

itu Rusia sebagai produsen migas nomor 1 di dunia memiliki nilai yang sangat tinggi

dalam hubungan internasional.

34

Haluan Rusia pada SDA merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi

politik luar negerinya dalam beberapa tahun belakangan atau dengan kata lain pada masa

kepemimpinan Putin. Tidak berlebihan jika mengatakan bahwa SDA merupakan akar dari

kebanyakan hubungan luar negeri Rusia dan juga yang paling menguntungkan. Berikut

akan diuraikan politik luar negeri Rusia dengan berbagai kawasan di dunia :

1. Rusia – Eropa

Eropa yang merupakan pelopor dari era kolonialisasi sangat mengerti pentingnya

SDA, ditunjukkan melalui penguasaannya atas wilayah “Dunia Baru” dan kekayaan SDA

yang terkandung di dalamnya. Berakhirnya masa kolonialisasi menyebabkan Eropa tidak

mampu lagi menyerap SDA tanpa kesepakatan perdagangan. Namun negara bekas

jajahan Eropa telah kehilangan sebagian besar resourcesnya kepada Eropa dan

kebanyakan negara tersebut belum memiliki manajemen maupun infrastruktur untuk

meningkatkan produksinya. Rusia muncul sebagai negara tetangga yang memiliki SDA

melimpah dan infrastruktur yang bukan hanya dapat meningkatkan produksi namun juga

menyalurkannya ke wilayah Eropa dengan mudah dalam bentuk jalur pipa migas. Secara

efektif Rusia menjadi partner perdagangan terbesar Eropa dengan total perdagangan luar

negeri Rusia sebesar 52.3%. Demikian juga Eropa menjadi investor terbesar di Rusia

dengan total FDI sebesar 75% sebagian besar di sektor sumber daya dan energi.40

Rusia merupakan exportir energi terbesar bagi Uni Eropa dengan rincian 32.6%

untuk minyak bumi dan 38% untuk gas. Rusia yang berbatasan langsung dengan Eropa

memiliki keunggulan sehingga dapat menjadi pemasok utama migas ke UE. Namun

hubungan tersebut tidak selalu berjalan mulus, contohnya pada krisis 2009 dimana Rusia

menghentikan pasokannya untuk sementara ke UE. Hubungan Rusia dengan negara-

negara Eropa sangat bervariasi namun isu terpenting dari hubungan tersebut sebagian

besar adalah mengenai Sumber Daya Energi, yang mana adalah sebagai berikut :

- Rusia – Ukraina41

Berita mengenai konflik Rusia-Ukraina tengah menghiasi media internasional

pada bulan Maret 2014 ini. Peristiwa terkini ialah lepasnya Crimea, wilayah strategis yang

40 EU-Russia bilateral trade relations, European Commission 41 “The Russian-Ukrainian Gas Conflict” Russian Analytical Digest No. 53. January 20, 2009.

35

menghubungkan Asia-Eropa dan 2 wilayah perairan penting Laut Hitam dan Laut Azov

dari Ukraina untuk bergabung dengan Rusia. Hal tersebut merupakan akibat langsung dari

persaingan geopolitik antara Uni Eropa yang didukung AS dengan Rusia untuk

mengendalikan Ukraina. Ukraina yang berada di ambang kebangkrutan memilik pilihan

untuk bergantung pada Uni Eropa atau Rusia. Bergantung pada Rusia lebih

menguntungkan dengan kesepakatan yang membuat Ukraina dapat memperoleh SDA

dengan mudah ke depannya, namun parlemen Ukraina berpihak pada Uni Eropa dan

menggulingkan Presiden Yanukovych. Peristiwa annexasi ini merupakan peristiwa

terpenting di tahun 2014 dan akan memetakan wajah politik di masa depan. Ukraina

sendiri telah menjadi target yang penting bagi Rusia semenjak terpisahnya dari USSR

dikarenakan posisinya yang menghubungkan Rusia dengan Eropa.

Krisis suplai migas 2009 dikarenakan oleh Ukraina yang menjadi jalur distribusi

utama melanggar ketentuan perdagangan migas. Lebih tepatnya perusahaan Ukraina,

Naftogaz yang tidak membayar hutangnya kepada Gazprom. Naftogaz merupakan

perusahaan intermediary yang menampung dan mendistribusikan migas dari Rusia.

Gazprom sendiri menggunakan anak perusahaannya RosUkrEnergo untuk bertransaksi

dengan Naftogas. Hubungan yang cukup rumit ini membuat terjadinya masalah dalam

pembayaran hutang yang berujung pada pemutusan suplai migas ke Ukraina untuk

sementara. krisis tersebut menurunkan citra kedua negara dalam UE, walaupun tidak serta

merta mengacaukan perdagangan migas dalam Rusia – UE dalam jangka panjang.

- Rusia – Belarus

Belarus, seperti juga Ukraina adalah pintu gerbang antara Eropa dan Rusia dan

merupakan jalur pipa distribusi migas antara keduanya. Belarus yang merupakan bekas

bagian USSR mendapatkan subsidi dari Rusia sehingga dapat membeli migas dengan

harga yang lebih murah sekitar 20% dari harga pasaran di Eropa. Namun berbeda dari

Ukraina yang merupakan reseller migas Rusia, Belarus hanya merupakan negara transit

bagi ekspor migas Rusia ke Eropa. Namun Belarus memanfaatkan perlakuan istimewa

tersebut dengan mengambil keuntungan ilegal dari transit migas Rusia, melalui

pelanggaran kesepakatan, penetapan tarif tinggi, dan pencurian minyak. Pada 2007,

Presiden Putin menyelesaikan sengketa tersebut setelah mengancam akan menghentikan

36

pasokan migas. Belarus bersama Rusia dan Kazakhstan merupakan pendiri EEC

(Eurasian Economic Community) yang bertujuan untuk menciptakan integrasi kawasan

menyerupai Uni Eropa.

- Rusia – Belanda

Belanda mengimpor sekitar 10% kebutuhan minyak buminya dari Rusia

sedangkan untuk gas alam belanda telah self-sufficient dan sebaliknya menjadi eksportir

kedua terbesar setelah Norwegia bagi kawasan Eropa.42 Pada tahun 2014 Rusia dan

Belanda merencanakan pembangunan terminal migas baru di Pelabuhan Rotterdam yang

direncanakan akan meningkatkan impor sampai 30%, namun ada kemungkinan hal ini

tidak terealisasi dikarenakan insiden Crimea pada Maret 2014. Perusahaan Shell dari

Belanda dan Gazprom dari Rusia melakukan kerjasama dalam pengembangan wilayah

Arktik sebagai areal penambangan migas. Keputusan tersebut telah ditandatangani pada

April 2013 yang menjadikan mereka partner sekaligus membatasi akses negara-negara

lain seperti Jepang dan AS dalam usaha mereka untuk menyuntikkan kepentingannya di

kawasan Arktik.

- Rusia – Jerman

Hubungan antara Rusia dan Jerman adalah stratetegic partnership dan

modernization partnership. Jerman menggunakan 36% migas dari Rusia yang berarti

keberadaan Rusia sangat dibutuhkan oleh Jerman dalam kelangsungan modernisasi yang

sangat membutuhkan sumber daya energi. Sedangkan Rusia yang memiliki cadangan

barang tambang yang besar namun tertinggal dalam teknologi selain militer,

membutuhkan teknologi terapan dari Jerman. Walaupun merupakan musuh dalam Perang

Dunia 2, namun hubungan keduanya telah membaik hingga memunculkan simbiosis

mutualisme di antara keduanya. Jerman merupakan salah satu negara yang paling pro

Rusia di Eropa, dikarenakan hubungan ekonominya yang kuat yang membatasi langkah

drastis diantaranya. Dalam insiden Crimea, Jerman sangat berhati-hati untuk menekan

Rusia walaupun tetap mengikuti langkah AS seperti juga negara Eropa lainnya.

42 “Netherlands Energy Overview” (online) <http://www.eia.gov/countries/country-data.cfm?fips=nl> Last Checked on March 28, 2014,

37

Berikut ini adalah tabel (3.1) mengenai perbedaan harga yang diberikan Gazprom

pada negara-negara Eropa bersama dengan persentase gas alam Rusia di negara-negara

tersebut pada akhir 2012 :

Tabel 3.1 (Impor Migas Eropa dari Rusia)43

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa Rusia tidak mengikuti prinsip

ekonomi secara murni mengenai perdagangan gas alam. Teori Absolute Advantage44 dan

Comparative Advantage45 mulai sering digunakan setelah perdagangan global terjadi,

dikarenakan karena berbagai negara memproduksi berbagai komoditas namun dengan

kualitas dan kuantitas yang berbeda. Negara-negara terkadang memiliki kesulitan untuk

memproduksi komoditas tertentu karena terkendala kebutuhan sumber daya, tenaga ahli,

pionir usaha, dan lain sebagainya. Pada saat seperti itu berbagai negara mulai melakukan

spesialisasi dan hanya memproduksi komoditas yang dikuasai oleh mereka dan kemudian

membeli komoditas lainnya dari negara-negara lain.

Hal yang terjadi pada saat ini pada komoditas migas adalah beberapa negara

mengambil posisi sebagai pengembang dan penentu kebijakan mengenai migas seperti

43 Komlev, Sergei, " Pricing the “Invisible” Commodity", Gazprom’s Contracts Structuring and Pricing Directorate. 44 Saat perdagangan terjadi pada komoditas yang tidak diproduksi sendiri, dikarenakan kemampuan produksi suatu pihak jauh di atas pihak lain, menghasilkan keuntungan maksimal bagi pihak-pihak atau pada situasi tertentu hanya salah satu pihak yang bersangkutan. 45 Komoditas tersebut dapat diproduksi oleh kedua pihak, namun dikarenakan oleh berbagai kondisi, akan lebih murah untuk membelinya dari pihak yang bukan produsen terbaik.

38

negara-negara OPEC dan untuk skala yang lebih kecil adalah negara-negara produsen

migas tunggal seperti Rusia, Canada, dan yang baru saja meningkatkan produksi

migasnya, Amerika Serikat. Negara-negara lainpun kemudian memilih untuk membeli

migas daripada memproduksinya sendiri, didasarkan pada Absolute and Comparative

Advantage. Namun walaupun negara-negara tersebut tidak memproduksi migas sendiri,

tidak berarti sumber daya migasnya menjadi tidak berguna. Pada saat tersebut lah

perusahaan-perusahaan Multinasional (MNC) masuk ke dalam permainan.

Pada awal pemberdayaan komoditas migas, perusahaan-perusahaan lah yang lebih

berperan daripada negara. Perusahaan lebih banyak memiliki opportunity dan flexibility

untuk melakukan usaha di negara lain dan hal itulah yang terjadi dalam industri migas.

Negara-negara yang memilih untuk tidak atau mengurangi memproduksi migas kemudian

memberikan hak pengelolaan migas kepada MNC dan menerima persentase keuntungan

dan atau komoditasnya. Tindakan tersebut tidak jarang menimbulkan masalah baik di

dalam maupun di luar negeri dan juga baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.

Harga migas sangat fluktuatif jauh di atas komoditas-komoditas lain yang juga

mengalami fluktuitas harga di era globalisasi ini. Harga migas sangat dipengaruhi tentu

saja oleh hukum supply and demand46 namun juga oleh hal-hal lain seperti kekeruhan

geopolitik (di Timur Tengah misalnya) dan ketahanan nasional, selain itu dipengaruhi

oleh hal-hal yang juga mempengaruhi komoditas lain dalam perdagangan global,

misalnya hambatan dalam distribusi, penurunan produksi, dan kekisruhan birokrasi.

Fluktuasi harga tersebut membuat kontrak antara negara dan MNC yang umumnya adalah

jangka panjang di atas 5 tahun menemui kesulitan dan tidak jarang kerugian besar bagi

negara tersebut. Buntut dari masalah tersebut adalah reaksi penolakan rakyat atas usaha

MNC di negara tersebut. Demonstrasi rakyat atas MNC dengan dasar eksploitasi SDA

negara bukanlah hal yang jarang terjadi. Masalah berikutnya dan yang paling berbahaya

adalah saat MNC berhenti menjadi MNC.

Penguasaan Rusia atas sektor vital (energi) membuatnya turut menguasai

perusahaan-perusahaan dan menentukan arah kebijakannya. MNC Gazprom seperti yang

46 Teori ekonomi yang menyatakan bahwa harga dan kuantitas suatu barang saling dipengaruhi oleh kebutuhan/permintaan konsumen dan kemampuan/keinginan produksi produsen (tidak memperhitungkan spekulasi initial price)

39

telah dijelaskan pada Bab sebelumnya, telah menjadi perpanjangan tangan Rusia. Kondisi

ini membuat Rusia memiliki kekuatan sebagai sebuah negara besar namun memiliki

kebebasan seperti sebuah MNC, hal ini berarti Rusia dapat mengembangkan SDA di

negara lain seperti perusahaan-perusahaan migas lain seperti Freeport, Exxon, dan Shell.

Perusahaan-perusahaan tersebut dapat mengakumulasi SDA dari berbagai sumber dan

menjualnya di pasar yang paling membutuhkan dengan harga yang fantastis. Gazprom

melakukan hal tersebut namun sejauh ini tidak menetapkan harga yang realistis,

diasumsikan terpengaruh oleh kepentingan politik Rusia. Namun usaha Gazprom

memberikan cadangan SDA bagi Rusia selain yang dihasilkan di dalam teritorinya sendiri.

Negara-negara besar umumnya tidak bergantung sepenuhnya pada negara lain

untuk memenuhi kebutuhannya, ialah mengapa negara-negara besar di Eropa seperti

Jerman, Perancis, dan Italia membatasi pembelian komoditas dari sebuah negara

walaupun dengan demikian negara-negara tersebut harus mengeluarkan dana lebih

banyak untuk mendapatkan komoditas tersebut dari sumber lain. Namun negara-negara

selain itu di Eropa tidak keberatan untuk melakukan hal tersebut. Estonia dan Finlandia

100% menggunakan migas dari Rusia dan lebih dari 5 negara lain juga menggunakan

hampir 100% migas yang sepenuhnya dari Rusia. Tentu saja kebutuhan akan migas tiap-

tiap negara berbeda, namun keputusan untuk sepenuhnya bergantung pada komoditas

negara lain menandakan pengaruh kuat industri migas Rusia di Eropa.

2. Rusia –Neighboring Asia

Negara-negara bekas Uni Soviet masih berada dalam pengaruh Rusia yang kuat

sehingga ketergantungannya pada SDA Rusia masih kuat dan kepemilikan common

interests dengan Rusia dapat memastikan loyalitas mereka dalam jangka panjang. Selain

itu ada China yang merupakan negara dengan pertumbuhan ekonomi dan industri yang

sangat tinggi, yang mana dengan demikian membutuhkan suplai resources yang sangat

besar dan rutin. Kebutuhan tersebut sejak awal dapat dipenuhi oleh Rusia dan China

memasok sebagian besar dari Rusia dan sebagian lain dari negara Timur Tengah dan

OPEC seperti Iran. Namun gejolak politik dan keamanan di Iran (akibat sanksi Amerika)

menyebabkan China mengurangi pembelian dari Iran dan sebagai gantinya menambah

pasokan dari Rusia. Selain ketergantungan atas SDA, China juga memiliki world view

40

dan ideologi yang serupa dengan Rusia dan karena posisinya yang berbatasan maka fungsi

perjanjian keamanan akan lebih tinggi.

Rusia dan sejumlah negara pecahan USSR telah membentuk CIS (Commonwealth

of Independent States) yang merupakan organisasi simbolik sebagai gerakan awal untuk

menyatukan wilayah Eurasia dalam sektor ekonomi. Salah satu organisasi baru yang telah

lahir dari CIS adalah EEC dengan anggota awal Belarus, Kazakhstan, dan Rusia yang

kemudian bertambah dengan negara bekas USSR lainnya. Organisasi tersebut bertujuan

untuk menciptakan free trade area dengan integrasi sektor energi dan transportasi serta

menyamakan regulasi dan hak warga negara di negara-negara anggotanya untuk

menyaingi Uni Eropa. Ukraina yang merupakan salah satu pendiri CIS memutuskan

untuk meninggalkan organisasi tersebut paska insiden annexasi Rusia pada Crimea.47

- Rusia – India

Rusia dan India telah memiliki hubungan baik dari masa USSR dan tetap berlanjut

setelah keruntuhannya. Rusia dan India bekerja sama dalam berbagai sektor seperti

Politik, Keamanan, Ekonomi, Pengembangan energi nuklir, dan Proyek luar angkasa.

Dalam perdagangan sumber daya India mengekspor bahan makanan, pakaian, dan alat

berat sedangkan Rusia mengekspor barang-barang tambang dan produk gandum. Untuk

saat ini India lebih memilih mengimpor migas dari negara-negara OPEC termasuk

Indonesia dan negara Timur Tengah seperti Iran dan Saudi Arabia. Sektor ekonomi

merupakan bagian baru dari hubungan Rusia dan India dan tidak menutup kemungkinan

akan meluas pada sektor energi dalam bentuk perdagangan migas, ditambah dengan

ketidakpastian keamanan di Timur Tengah, hal tersebut sangat mungkin terjadi.

3. Rusia – Timur Tengah

Timur Tengah tidak memiliki hubungan yang baik dengan Amerika, dan dengan

karenanya lebih terbuka terhadap Rusia yang merupakan oposisi dari Amerika. Negara-

negara Timur Tengah merupakan pemasok senjata dari Rusia, utamanya Suriah yang

mana Rusia adalah supplier senjata utamanya. Ketimbang fungsinya dalam ekonomi,

Timur Tengah lebih merupakan proxy battlefield antara Rusia dan AS. Di era dimana

47 “Ukraine quits CIS, sets visa regime with Russia, wants Crimea as 'demilitarized zone” (online) <http://rt.com/news/urkaine-cis-visa-demilitarized-917> Last Checked on March 28, 2014.

41

ekspansi teritorial sudah tidak etik untuk dilakukan, ekspansi pengaruh menggantikannya.

Dalam hal ini AS sudah mengambil start lebih awal dan secara kultural telah

menancapkan pengaruhnya di berbagai belahan dunia. AS merasa terancam dengan watak

keras negara Timur Tengah dan memutuskan untuk melakukan deterrance di kawasan

tersebut sekaligus memperluas pengaruhnya. Hal tersebut tentu saja ditentang oleh Rusia

dengan membantah peran AS sebagai polisi dunia karena jika posisi AS semakin kuat di

dunia maka Rusia akan kehilangan sejumlah kepentingannya.

4. Rusia – AS

Untuk mendefinisikan hubungan kedua negara tersebut, sebagian besar dapat

dikatakan sebagai saingan. Namun AS memiliki berbagai keunggulan di atas Rusia. Rusia

mengimpor sebagian besar kebutuhannya selain migas, dan beberapa komoditas seperti

otomotif dan elektronik sampai makanan dipasok oleh perusahaan asal Amerika (Boeing,

GM, dsb) namun tidak berlaku kebalikannya48. Dengan kata lain masyarakat Rusia hostile

pada Amerika namun di saat yang sama tetap mengenakan jeans biru dan mengendarai

mobil buatan Amerika, sulit menganggap mereka serius dan lebih menyerupai hipokrit.

Rusia menganggap AS sebagai penghambat kemajuan mereka dan selalu

mengkambinghitamkan AS di setiap kesempatan. Terlebih lagi AS mulai meningkatkan

kembali produksi gas alam dan menjualnya ke seluruh dunia dalam bentuk larutan (LNG)

yang secara langsung menyerang kepentingan Rusia yang masih berfokus pada

penggunaan pipa gas. Sementara itu AS merasa terancam dengan tingginya aktivitas

Rusia di industri migas dan di kawasan Arktik.

Kemampuan impor Rusia berbanding lurus dengan kemampuan ekspor migas

Rusia. Dana anggaran Rusia didominasi oleh keuntungan dari penjualan migas. Namun

perdagangan adalah aktivitas 2 arah, ada pembeli dan ada penjual, Rusia masih memiliki

kekurangan sebagai penjual sehingga walaupun memiliki cadangan migas terbesar di

dunia namun ia kekurangan pembeli, karena hal itulah Rusia menghambat usaha AS

untuk memasuki industri tersebut karena berpotensi mencuri calon pelanggannya. Rusia

yang bukan merupakan anggota OPEC akan memiliki posisi yang lebih tinggi dari lawan

48 “US - Russia Foreign Trade 1992 – 2014” (online) <http://www.census.gov/foreign-trade/balance/c4621.html> Last Checked on March 28, 2014.

42

negosiasinya karena dapat menentukan peraturan dalam kesepakatan tersebut, karena

itulah Rusia masih berada pada pilihan kedua setelah OPEC sebagai pemasok migas.

Komoditas yang ada pada saat ini memiliki nilai yang relatif, spekulatif, dan

bahkan imaginary. Nilai suatu barang ditentukan oleh makhluk intelektual yang ada di

sekitarnya dan normalnya semakin berguna sebuah barang maka semakin tinggi nilai

barang tersebut. Namun ada komoditas yang sengaja diciptakan hanya untuk

melambangkan nilai yang dapat diperolehnya dalam kondisi tertentu, komoditas tersebut

adalah uang. Uang sendiri tidak memiliki nilai utilitas namun negara menjamin bahwa

kertas atau logam tersebut dapat digunakan untuk memperoleh komoditas lain sesuai

dengan nilai yang tertera padanya. Pada masa lalu, tidak jarang uang dari sebuah kerajaan

tidak memiliki nilai sama sekali di negara lain, namun pada saat ini di era globalisasi

semua uang dari semua negara dapat dipertukarkan. Hal tersebut memberi pilihan untuk

transaksi yang lebih rumit dan metode untuk memperoleh uang sebuah negara tanpa harus

berurusan dengan negara yang bersangkutan. Uang yang awalnya digunakan negara untuk

meregulasi warganya kini diperdagangkan di kancah internasional, menjadikan uang

menyerupai komoditas lain.49

Hal ini menyebabkan beberapa negara untuk memutuskan memperoleh kekayaan

dari perdangan dengan negara lain. Salah satunya adalah Rusia yang memutuskan untuk

memperoleh Ruble dari luar negeri. Negara pada mulanya adalah sesuatu yang didesain

untuk dapat berdiri sendiri tidak seperti manusia, namun globalisasi menyebabkan negara

mulai memiliki karakteristik manusia ditambah dengan bertambahnya jenis barang

seiring dengan perkembangan teknologi. Negara yang awalnya memiliki kekuasaan tidak

terbatas dipaksa untuk menyamakan level dengan negara lain yang diakui oleh dunia

internasional. Peraturan internasional dan hak asasi manusia membatasi kuasa negara atas

rakyat yang kemudian secara langsung menghambat perkembangan. Rusia tidak bisa

dikatakan sebagai negara yang memprioritaskan kesejahteraan rakyat sebagai kebijakan

utamanya, namun kemakmuran negara yang kemudian dapat menjamin kesejahteraan

49 Purchasing Power Parity - An economic theory that estimates the amount of adjustment needed on the exchange rate between countries in order for the exchange to be equivalent to each currency's purchasing power. “(online) <http://www.investopedia.com/terms/p/ppp.asp> Last Checked on March 28, 2014.

43

rakyat. Demi mencapai tujuan tersebut Rusia berfokus pada pemanfaatan SDA terutama

komoditas yang paling bernilai pada masa ini yaitu minyak dan gas bumi.

B. Fokus Rusia pada pemanfaatan minyak dan gas bumi untuk mengembalikan

pengaruh geopolitik yang pernah dimiliki oleh USSR melalui sektor ekonomi dan

ketahanan energi

Jika diperhatikan persamaan dan perbedaan Rusia dan USSR maka sebenarnya

keduanya tidak jauh berbeda, setidaknya menurut pandangan mayoritas manusia di dunia.

USSR dan Rusia sangat tertutup bagi media dan sangat jarang menghiasi media massa

internasional. Hal tersebut merupakan salah satu ilusi dari informasi, Joseph Heller

mengatakan bahwa “The Truth is whatever people believe is the truth”, kebenaran adalah

apapun yang orang anggap benar. Manusia percaya bahwa Amerika adalah negara terkuat

saat ini dan sampai batas tertentu adalah benar, konsep ini membutuhkan informasi yang

cukup mengenai isu yang terkait. Amerika adalah pemrakarsa globalisasi, merupakan

negara yang paling sering muncul dalam media internasional negara manapun, sangat

transparan dalam berbagai hal termasuk militer dan program skala besar seperti misi luar

angkasa. Selain itu penyebaran Soft Power melalui budaya seperti film, musik, olahraga,

dan game membuatnya sangat populer di dunia dan memastikan posisinya sebagai negara

paling berpengaruh di bumi.

Rusia di lain sisi adalah negara yang sangat jarang diekspose di media

internasional selain pada situasi yang sangat tidak biasa atau pada edisi yang khusus

membahas tentang Rusia. Apa yang diketahui oleh masyarakat luas adalah bahwa mereka

tidak mengetahui apapun tentang Rusia. Manusia takut pada sesuatu yang asing baginya,

dan Rusia termasuk dalam kriteria itu, mereka tidak tahu kondisi Rusia saat ini namun

mereka mengetahui sejarah USSR, dan bagi sebagian orang keduanya tidaklah berbeda.

Tentu saja kita mengetahui bahwa banyak perubahan yang telah terjadi dalam berbagai

sektor di Rusia, namun frekuensi berita yang mengerikan dari Rusia memiliki porsi yang

lebih besar dari perkembangan normal sebuah negara. Pembunuhan tokoh-tokoh politik,

pemberitaan kepemilikan senjata nuklir terbanyak, dan fenomena dan bencana alam

seperti meteor di Chelyabinsk serta insiden Chernobyl memenuhi pikiran masyarakat

dunia dengan rasa segan dan takut pada Rusia. Ada yang berpendapat bahwa ini

44

merupakan siasat Amerika untuk mengisolasi Rusia, namun tampaknya Rusia di bawah

Putin tidak terlalu mempedulikan hal tersebut.

Rusia saat ini bagi sebagian besar orang memiliki image yang sama dengan USSR

dan membuka kemungkinan baginya untuk memperoleh kembali pengaruh geopolitik

USSR. Utilisasi migas memberikan National Power yang besar bagi Rusia dan

pengaruhnya semakin meningkat dalam dekade terakhir, walaupun ada beberapa kendala

yang muncul. Namun untuk menyaingi pengaruh USSR ada beberapa lapis tembok yang

baru muncul namun sulit untuk diatasi.

Kondisi Bipolaritas telah berakhir dengan kemenangan Amerika Serikat, dan sulit

bagi negara manapun untuk menyainginya. Kemunculan kekuatan-kekuatan baru yang

menyaingi superpower dalam sektor-sektor tertentu, seperti China dengan kemampuan

ekonominya dan Jepang dengan teknologinya. Peperangan semakin beresiko mencapai

level kehancuran dunia, sedangkan sebagian besar National Power USSR berasal dari

kekuatan militer.

Rusia butuh untuk berkolaborasi dengan negara-negara kuat tersebut jika ingin

mengembalikan pengaruhnya, apalagi Rusia memilih kebijakan utamanya untuk menjadi

negara pengekspor migas, karena itu akan sangat menguntungkan bagi Rusia jika mampu

mengintegrasikan dirinya pada ekonomi China dan Jepang dan negara-negara lain. 50

Rusia telah menggunakan opportunity cost-nya untuk mengembangkan SDA maka tidak

ada cara lain untuk sukses kecuali memaksimalkan keputusan tersebut. Amerika Serikat

masih menjadi hambatan utama bagi Rusia dalam berbagai kesempatan, seperti

berkecimpung dalam penjualan gas alam dan intervensinya dengan negara-negara klien

Rusia. Masa ini telah menjadi pertarungan syaraf antara Amerika dengan Keterbukaannya

dan Rusia dengan Kerahasiaannya.

50 Thornton, Judith and Ziegler, Charles E. (2002). " Russia’s Far East -A Region at Risk-", National Bureau of Asian Research.

45

C. Kesiapan Rusia dalam menghadapi tantangan-tantangan yang dapat muncul

yang dapat mengganggu kestabilan sektor tersebut

Salah satu hambatan yang menghantui perdagangan migas Rusia adalah

penentuan harga yang ditetapkan Rusia bagi negara-negara konsumennya. Salah satu ciri

mendasar dari ekonomi kapitalisme yang juga adalah sistem ekonomi dunia saat ini

adalah proses tawar menawar yang berlangsung di latar belakang dan terjadi dalam

frekuensi yang sangat singkat, dan proses tersebut tidak hanya memperhitungkan

konsumen yang akan membeli saat ini namun juga pasar secara keseluruhan untuk

mencapai keuntungan maksimal. Rusia tidak melakukan hal itu, tawar menawar hanya

dilakukan dengan memperhitungkan konsumen saat itu, atau bersifat bilateral dan tidak

memperhitungkan global market. Kesimpulan tersebut diperoleh melalui analisa

penentuan harga yang diberikan oleh Gazprom dengan mengesampingkan kepentingan

politik yang mungkin ada di dalamnya.

Dengan mengesampingkan kemungkinan adanya kepentingan politik dalam

kebijakan tersebut, Rusia melakukan hal yang merugikan dirinya. Namun dengan

memperhitungkan kepentingan politik pun, kebijakan Rusia tidak memberikan

keuntungan apapun, dikarenakan fakta bahwa negara-negara Eropa mulai mengurangi

ketergantungannya pada migas Rusia dan mulai mencari supplier alternatif yang

kemungkinan adalah negara bekas USSR lain atau Amerika Serikat. Sebagian pengamat

mulai berpendapat bahwa Rusia tidak memiliki strategi apapun dan yang terjadi hanyalah

Rusia memiliki manajemen sumber daya yang buruk.

Era ini merupakan kesempatan yang baik bagi perdagangan internasional.

Spesialisasi yang dilakukan oleh seluruh dunia menjadikan kebanyakan negara tidak lagi

berusaha untuk mencukupi kebutuhannya sendiri. Semakin meningkatnya kebutuhan

manusia di atas kebutuhan primer, semakin mudahnya transaksi, dan diizinkannya

national debt dalam jumlah yang hampir tidak terbatas menjadikan roda ekonomi dunia

berputar dengan kecepatan berkali-kali lipat dari era sebelum keruntuhan USSR.

Momentum tersebut juga mengakibatkan stagnasi tidak lagi berlangsung lama dan

kemakmuran negara menjadi subjek bagi fluktuasi dengan frekuensi dalam beberapa

bulan saja.

46

Rusia gagal menangkap kesempatan tersebut dan membiarkan negara-negara

OPEC merebut pasar potensialnya. Kesempatan yang paling terkini dan dilewatkan oleh

Rusia adalah pemrosesan Shale Rocks menjadi gas alam dan pemrosesan gas alam

menjadi LNG. Perdagangan LNG lebih kompleks dan dengan kuantitas yang lebih sedikit

daripada melalui pipa, namun sebagai gantinya perdagangannya tidak perlu melalui pipa

yang berarti ketergantungan terhadap infrastruktur yang pembangunannya membutuhkan

banyak waktu, biaya, dan kerjasama. Selain itu perdagangan LNG yang tidak

membutuhkan infrastruktur membuatnya jauh lebih flexible dan seluruh dunia dapat

menjadi kliennya, potensi pasarnya jauh melampaui perdangan melalui pipa.

D. Strategi selanjutnya dari Rusia dengan menggunakan potensi geopolitik

baru dalam sektor ekonomi dan ketahanan energi tersebut

Dengan mengasumsikan bahwa dalam beberapa tahun ke depan Rusia berhasil

merebut kembali pasar yang mulai bimbang dan mengurangi pasokan migas dari Rusia,

maka Rusia akan memperoleh pengaruh dan reputasi yang besar. Hal tersebut akan

membantu Rusia untuk mencapai dominasi pasar di berbagai belahan dunia dan membuat

negara-negara dengan potensi SDA yang belum dikembangkan untuk memilih Gazprom

sebagai partner usahanya, yang berarti adalah Rusia.

Kondisi tersebut juga akan mengamankan posisi Rusia sebagai pengembang

utama wilayah Arktik yang memiliki cadangan migas yang sangat besar dan belum

menjadi kepemilikan siapapun. Dengan tambahan cadangan migas dari Arktik maka

Rusia akan terjamin kebutuhan migasnya sampai setengah abad ke depan dan sekaligus

memiliki kemungkinan untuk menggantikan OPEC sebagai kekuatan yang

mengendalikan harga migas di dunia. Beberapa dekade ke depan dunia diperkirakan akan

mencapai Peak Oil, kondisi puncak produksi migas dimana produksi selanjutnya akan

terus turun sampai 0, yang juga merupakan kondisi hipotesis pada keruntuhan USSR oleh

banyak pengamat, jika pada saat itu Rusia masih memiliki cadangan yang besar maka

Rusia akan mendapat keuntungan besar dari dunia dimana suplai migas akan turun terus

menerus.

Jika semua kondisi tersebut tercapai maka Rusia dapat menyuntikkan

kepentingannya pada negara-negara kliennya dan mengendalikan mereka sesuai

47

keinginannya. Bukan tidak mungkin pengaruh geopolitiknya akan menjadi yang terbesar

di dunia dan menggantikan Amerika Serikat sebagai pemegang posisi Unipolaritas pada

masa itu. Mengendalikan sumber energi sama artinya dengan memegang kendali atas

nutrisi bagi seseorang dan sudah jelas bahwa jika seseorang tidak memenuhi kebutuhan

nutrisinya maka lama kelamaan fungsi tubuhnya akan melemah dan pada akhirnya akan

berhenti berfungsi sama sekali. Rusia sangat berpotensi menjadi pemberi nutrisi utama

dunia di masa depan, yang mana berarti juga penentu utama kelangsungan hidup dunia

modern.

Namun rencana Kremlin untuk mengurangi peran pemerintah dalam ekonomi

akan menurunkan leverage yang dimiliki Rusia. Saat ini melalui kendali atas migas yang

mensuplai Eropa saja Rusia dapat menentukan nasib suatu negara, seperti yang terjadi

pada Ukraina dan Crimea yang melepaskan diri darinya untuk bergabung dengan Rusia.

Memprivatisasi sektor ini berarti manuver-manuver politik seperti ini akan lebih sulit

dilakukan dengan memprioritaskan keuntungan finansial.

Tentu saja saat ini kita hanya masih bisa berspekulasi pada efek yang mungkin

akan muncul jika hal itu terjadi, mengenai apakah Kremlin benar-benar menjalankan

strategi tersebut masih sangat disanksikan karena tidak semua negara dapat meniru

produktivitas China. Namun hal tersebut tidak merubah kenyataan bahwa Rusia adalah

produsen sumber daya dan energi terbesar. Dengan mengesampingkan apakah sektor

publik atau privat yang mengendalikannya, dapat dipastikan Kremlin akan melakukan

perubahan kebijakan untuk menyesuaikan dan memaksimalkan keuntungan yang

diperoleh oleh Rusia.

48

BAB IV

KESIMPULAN

Rusia merupakan negara penerus resmi dari USSR, salah satu dari 2 superpower

pasca Perang Dunia 2 selain Amerika Serikat. Rusia merupakan negara terluas di dunia

dan salah satu pemilik cadangan berbagai sumber daya alam terbesar di dunia. Skripsi ini

berfokus pada Rusia di bawah kepemimpinan Vladimir Putin, tokoh terkuat Rusia setelah

masa transisi Boris Yeltsin, yang berusaha meningkatkan National Power melalui

penguasaan atas sumber daya alam.

Berbagai aspek dari Rusia telah dibahas pada bab-bab sebelumnya dan dapat diambil

beberapa kesimpulan sebagai berikut :

Rusia pada era 1990-an tengah mengalami masa transisi dari keruntuhan USSR.

30% dari instalasi SDA USSR menjadi bagian negara-negara pecahan lain dan yang

diwarisi Rusia pun menghadapi berbagai kesulitan karena kurangnya kontrol pemerintah

atas lokasi-lokasi tersebut. Beberapa dari instalasi tersebut bahkan menjadi tidak

beroperasi atau disalahgunakan oleh berbagai pihak, pada saat itulah sekelompok orang

berhasil menguasai sebagian besar instalasi-instalasi tersebut dan menjadi oligarchs

hampir secara instan, baik melalui cara yang legal dan ilegal. Serta merta Rusia

kehilangan sebagian besar sektor sumber dayanya terutama sektor energi dari migas yang

keberadaannya sangat dibutuhkan oleh perkembangan negara di dunia modern.

Rusia juga mengalami perubahan dalam pengaruh geopolitik, baik pengaruh

positif maupun negatif. Posisi Rusia mengalami reset dalam hubungan internasional. Hal

ini berarti Rusia kehilangan kemampuan intimidasi yang dimiliki USSR dan juga posisi

sebagai superpower, diplomatic leverage-nya mengalami penurunan drastis. Namun reset

itu juga menyebabkan relasi dengan semua negara menjadi netral dan Rusia menjadi

mampu bekerjasama dengan negara mana saja yang diinginkan. Hal tersebut adalah hal

yang menguntungkan karena Rusia kemudian memilih menjadi negara eksportir SDA.

Semenjak tahun 2000 setelah Putin memimpin, Rusia meningkatkan produksi

SDAnya terutama migas dan membangun instalasi penambangan baru serta menambah

49

infrastruktur distribusi berupa pipa migas ke negara-negara Eropa dan Asia. Rusia

menjadi supplier energi yang besar bagi Eropa, yaitu 1/8 dari total kebutuhan energi, dan

bahkan memegang monopoli di berbagai negara Eropa. Rusia juga menyuplai migas pada

China yang tengah mengalami pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat dan juga menjadi

penyedia migas utama bagi negara-negara bekas USSR lain. Berdasarkan relasi tersebut

Rusia menjadi memiliki pengaruh geopolitik yang besar bagi negara-negara tetangganya

dan mendapatkan elevated position dalam hubungan diplomasi.

Rusia memanfaatkan potensi dan kekuatan geopolitik tersebut untuk

menyuntikkan kepentingannya dalam hubungan internasional. Posisi tersebut membuat

Rusia dapat lebih bebas menentukan harga yang diinginkan bagi komoditas-komoditas

yang diekspor dan juga keringanan harga bagi komoditas yang diimpor. Fokusnya

menjadi pengembang dan eksportir migas melalui perusahaan Gazprom juga membuat

Rusia dapat memperoleh lisensi pengembangan lokasi baru dengan posisi yang lebih

unggul daripada aktor lain. Lokasi tersebut termasuk kawasan Arktik yang diperkirakan

memiliki cadangan SDA yang sangat besar.

Pada era dimana mesin menjadi bagian vital dari perkembangan umat manusia,

baik untuk pertumbuhan ekonomi, pendukung sektor-sektor lain, maupun kehidupan

sehari-hari, keberadaan bahan bakar mesin-mesin tersebut menjadi sangat bernilai. Migas

adalah bahan bakar nomor 1 yang memenuhi kebutuhan tersebut. Rusia yang memilih

jalan menjadi supplier migas dan SDA dan kini yang terbesar di dunia, memiliki posisi

yang sangat kuat dalam hubungan internasional, walaupun dalam level yang sedikit

berbeda dengan USSR. Semenjak pengembangan bom nuklir, peperangan menjadi sangat

ditakuti, karena itu Rusia akan kesulitan mencapai posisi geopolitik USSR yang sebagian

besar disokong melalui militer. Namun dengan penguasaan atas SDA dan jika Rusia dapat

mempertahankan atau lebih baik lagi jika dapat meningkatkan sektor energi tersebut,

sangat mungkin Rusia dapat menyamai pengaruh USSR di masa lalu.

Namun dalam usaha tersebut ada berbagai rintangan yang menghadang Rusia.

Salah satunya adalah berkurangnya kepercayaan klien-klien Rusia pada suplai migasnya.

Hal tersebut dikarenakan oleh keputusan Rusia untuk menghentikan suplai pipa migasnya

untuk sementara yang terjadi beberapa kali dalam sejarah. Penghentian tersebut terjadi

50

karena konflik Rusia dengan negara-negara di jalur percabangan pipa migasnya dan Rusia

memutuskan untuk menghentikan pasokan ke negara tersebut untuk sementara, namun

pipa migas bersifat linear dan berarti negara-negara di ujung pipa-pipa tersebut juga tidak

mendapat pasokan, yang sayangnya berarti seluruh kawasan Eropa. Tindakan sepihak

tersebut dan penentuan harga migas yang sulit diprediksi membuat kliennya berniat untuk

melepaskan diri dari migas Rusia.

Tantangan lain muncul dari rival abadi USSR yaitu Amerika Serikat yang kini

mulai berkecimpung dalam ekspor migas dan akan terus berusaha mencegah negara lain

untuk melampauinya. Amerika Serikat yang mulai mengekspor LNG menggunakan

tanker dapat menjangkau negara-negara yang tidak dipasangi pipa Rusia dan dengan

harga yang stabil. Amerika Serikat juga menekan Rusia melalui negara-negara yang

memiliki relasi baik dengannya, seperti Suriah yang kini dicurigai menggunakan senjata

yang dilarang. Dengan merebut pasar Rusia maka Amerika Serikat akan tetap menjadi

superpower dan dollar tetap akan menguasai perekonomian dunia. Dalam menghadapi

tantangan-tantangan tersebut Rusia memilih untuk terus meningkatkan produksi SDA-

nya dengan memperoleh lisensi pengembangan di negara-negara lain seperti di Afrika

dan Asia. Rusia berharap dengan memproduksi SDA dalam jumlah yang sangat besar dari

negaranya dan ditambah sumber-sumber dari luar negeri dapat memberikan jaminan dan

ketahanan sektor energi dan dalam jangka panjang akan menguasai kebutuhan energi

dunia yang dengan demikian memberikan National Power terbesar bagi Rusia.

Melalui National Power dari penguasaan atas SDA tersebut Rusia mendapat

leverage yang besar dan mampu mendikte negara-negara lain untuk menyetujui

kesepakatan yang menguntungkan Rusia atau sesuai kehendak Rusia. National Power

Rusia sangat kuat sehingga mampu mengarahkan suatu negara pada crossroad yang

menentukan keberlangsungan hidup negara tersebut, seperti yang terjadi pada Revolusi

Ukraina yang menyebabkan annexasi Crimea oleh Rusia pada Maret 2014.

51

DAFTAR PUSTAKA

Published Books

Cutler, Cleveland (2011-08-30). "Energy return on investment (EROI)".

Cutter, Susan L; Renwick, William H. (2004). “Exploitation, Conservation, Preservation,

A Geographic Perspective on Natural Resource Use”. Fourth edition. John Wiley

& Sons, Inc.

Evans, G & Newnham, J. (1998). "The Penguin Dictionary of International relations".

Penguin Books, London, Uk.

Gaddy, Clifford and Ickes, Barry W. (December 2006). “Addiction and Withdrawal:

Resource Rents and the Collapse of the Soviet Economy”.

Gaidar, Yegor (2007). “Collapse of an Empire : Lessons for Modern Russia”.

Martin, Brian Joseph (2009). “Beyond Weimar-Russia: The Putin-Medvedev Duumvirate

as Imperial Revanchist”. The Ohio State University.

Minix, Dean and Hawley, Sandra M. (1998). “Global Politics”. West/Wadsworth.

Morgenthau, Hans J, “Politics Among Nations: The Struggle for Power and Peace”. 5th

Revised Ed. (New York: Knopf Inc., 1973), 42.

Nelson, Lynn D. and Kuzes, Irina Y. (April 1995). “Radical Reform in Yeltsin's Russia:

Political, Economic, and Social Dimensions”.

Organski, AFK (1958). “World Politics”. New York.

Sutela, Pekka (1994). "Insider Privatization in Russia: Speculations on Systemic

Changes", Europe-Asia Studies 46:3, p. 420–21.

Thornton, Judith and Ziegler, Charles E. (2002). " Russia’s Far East -A Region at Risk-",

National Bureau of Asian Research.

Official Statements, Online Articles and Journals

Alderson, Andrew; Glover, James. "Leading Russian critic of Putin's regime is poisoned

in London". The Daily Telegraph. November 20, 2006.

52

Aslund, Anders.“Gazprom’s Demise Could Topple Putin”. Jun 10, 2013.

Gumbel, Peter. "Putin vs. the Oligarchs". Time. Nov 10, 2003: 68-69.

Komlev, Sergei, " Pricing the “Invisible” Commodity", Gazprom’s Contracts Structuring

and Pricing Directorate.

Novosti, RIA, "Medvedev orders regions to adopt privatization plans by July". December

7, 2010.

Sweeney, John. “The Fifth Bomb: Did Putin's Secret Police Bomb Moscow in a Deadly

Black Operation?”. Cryptome, November 24, 2000.

“A Country Study: Soviet Union (Former)”. Library of Congress Call Number

DK17 .S6396 1991.

“Does democracy help or hurt economic growth?” Anna Nadgrodkiewicz, June 30, 2008

(online) <http://www.cipe.org/blog/2008/06/30/does-democracy-help-or-hurt-

economic-growth> Last Checked on March 28, 2014.

“Forbes’ most profitable companies ranking of 2011” (online)

<http://www.naturalgaseurope.com/gazprom-ranked-most-profitabe-worldwide-

7401> Last Checked on March 28, 2014.

“Gazprom Plans to Increase Production” (online)

<http://online.wsj.com/news/articles/SB10001424052702303657404576359323

547897708> Last Checked on March 28, 2014.

“Gazprom starts building Bulgarian pipeline stretch” (online)

<http://www.huffingtonpost.com/huff-wires/20131031/eu--bulgaria-gazprom-

pipeline> Last Checked on March 28, 2014.

“Netherlands Energy Overview” (online) <http://www.eia.gov/countries/country-

data.cfm?fips=nl> Last Checked on March 28, 2014.

“Nuclear Weapons : Who Has What at a Glance” Arms Control Association, Federation

of American Scientists, International Panel on Fissile Materials, U.S. Department

of Defense, and U.S. Department of State. November 2013

53

“Origins of Oil and Gas” (online)

<http://www.oilandgasuk.co.uk/publications/Origins_of_Oil_and_Gas.cfm>

Last Checked on March 28, 2014.

“Operation Desert Storm” (online) <http://www.ushistory.org/us/60a.asp> Last Checked

on March 28, 2014.

“Products of Petroleum” (online) <http://www.ranken-energy.com/Products from

Petroleum.htm> Last Checked on March 28, 2014.

“Purchasing Power Parity“(online) <http://www.investopedia.com/terms/p/ppp.asp>

Last Checked on March 28, 2014.

“Russia : Yeltsin & Putin -- A Portrait In Contrasts” (online)

<http://www.rferl.org/content/article/1076070.html> Last Checked on March 28,

2014.

“Russian gas export monopoly Gazprom faces charges from EU regulators” (online)

<http://www.theguardian.com/world/2013/oct/03/russia-gazprom-charges-eu-

regulators> Last Checked on March 28, 2014.

“Russia's trial of oil magnate Khodorkovsky not political, court rules". Guardian (UK).

31 May 2011. Last Checked on March 28, 2014.

“Shale Training and Education Center - Definition” (online)

<http://www.shaletec.org/whatis.htm> Last Checked on March 28, 2014.

“The Russian-Ukrainian Gas Conflict” Russian Analytical Digest No. 53. January 20,

2009.

“Ukraine quits CIS, sets visa regime with Russia, wants Crimea as 'demilitarized zone”

(online) <http://rt.com/news/urkaine-cis-visa-demilitarized-917> Last Checked

on March 28, 2014.

“US - Russia Foreign Trade 1992 – 2014” (online)

<http://www.census.gov/foreign-trade/balance/c4621.html> Last Checked on

March 28, 2014.

54

“World Bank Database on Population Density” (online)

<http://www.tradingeconomics.com/russia/population-density-people-per-sq-

km-wb-data.html> Last Checked on March 28, 2014.

55