Upload
anisa-eka-putri
View
23
Download
4
Tags:
Embed Size (px)
DESCRIPTION
tuberkulosis
Citation preview
CASE 3 : TUBERKULOSIS
Tutorial D4
Anggota : - Lucky Resa Santoso ( 1210211036) - Anisa Eka Putri ( 1210211054) - Marlin Feriani ( 1210211128) - Dessy Chintya Budiono (1210211094) - Faza Mahta Hafiza (1210211010) - Bella Yuspita (1210211154) - Titi Nurbaiti (1210211193) - Winastari (1110211074) - Septiana Abdurrachim (1210211106) - Okie Senna (1110211032) - Bagus Indra (1210211195) Fakultas Kedokteran
Universitas Pembangunan Nasional VETERAN
Jakarta
Tutor : Dr. dr Edy Sedyawan M.Sc
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan YME yang senantiasa melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita sekalian, sehingga dalam kehidupan kita daopat
berkarya serta melaksanakan tugas dan kewajiban dibidang masing-masing. Semoga kita
semua selalu mendapat petunjuk dan perlindungan-Nya sepanjang masa. Dan dalam pada itu
dengan izin-Nya, Alhamdulillah niat dan tekad penyusun untuk menyelesaikan penyusunan
Makalah Case 3: Tuberkulosis dapat tersusun dengan baik.
Makalah ini disususn dengan bahasa yang sederhana berdasarkan berbagai literature tertentu
dengan tujuan untuk mempermudah pemahaman mengenai teori yang di bahas. Kendati
demikian, tak ada gading yang tak retak. Penyusun menyadari bahwa dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu penyusun terbuka dengan senang hati
menerima kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak demi perbaikan dan
penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penyusun berharap sempga makalah ini dapat member manfaat bagi semua pihak
yang membacanya.
Wasalamualaikum Wr. Wb
KASUS 3
Halaman 1
Sesudah memimpin apel pagi di PUSKESMAS, anda menerima pasien, Tn. S, berusia
43 tahun, seorang penyapu jalan yang mengeluh batuk berdahak.
Keluhan batuk disertai dahak dengan warna kuning kehijauan. Beberapa kali Tn. S
melihat ada warna kemerahan di dahak yang keluar, menurut pasien seperti darah.
Sebenarnya batuk berdahak ini sudah lama diderita Tn. S. Dua tahun yang lalu pasien pernah
berobat dan mendapatkan obat yang harus diminum selama 6 bulan. Tn. S hanya minum obat
tersebut selama 2 bulan kemudian berhenti karena merasa agak sembuh.
Istri Tn. S yang mengantar menyampaikan kalau suaminya terihat semakin kurus.
Beberapa kali Tn. S mengeluh kepada istrinya kalau dia merasa mudah lelah, lemas dan
sering demam. Bila keluhan itu timbul pasien hanya beristirahat 1-2 hari tanpa minum obat.
Selain itu, pasien juga mengeluhkan kalau dia sering berkeringat malam hari terutama
menjelang subuh.
Pertanyaan penuntun:
1. Apa masalah yang dialami oleh Tn.S?
2. Apa hipotesis anda?
3. Jelaskan definisi dan mekanisme dari setiap masalah.
4. Informasi apa lagi yang anda perlukan untuk membuktikan hipotesis anda?
Halaman 2
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis
TB/BB: 168 cm/48 kg
Tanda vital:
- TD : 120/70 mmhg
- Nadi: 72x/menit
- Frek. Pernapasan : 21x/menit
- Suhu: 37C
Mata : konjungtiva pucat, sclera tidak ikterik
Leher: KGB a/r anterior muskulus sternokleidomastoideus teraba, kira-kira d= 1,5 cm,
bias digerakan. Nyeri tekan (-)
Thoraks
- Inspeksi : simetris saat statis dan dinamis
- Palpasi : vokal fremitus kanan= kiri
- Perkusi : sonor, batas jantung tidak melebar
- Auskultasi : ronki (+) dan suara amforik di region apeks paru kanan
- Abdomen : datar, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-), bising usus (+)
normal
Pertanyaan
1. Apakah data ini merubah hipotesis anda?
2. Pemeriksaan penunjang apa yang dibutuhkan untuk membuktikan hipotesis anda?
Halaman 3
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Darah
- Hb : 9,8 mg/dl
- Leukosit : 7800/mm
- LED : 95/100 mm/jam
Sputum S-P-S : positif-positif-positif
Rontgen toraks : gambaran di apeks paru kanan dengan kavitas (diameter 0,5 cm)
Pertanyaan:
1. Masalah apa yang anda temukan dari informasi di atas?
2. Apa saja diagnosis differensial yang anda ajukan?
3. Bagaimana pathogenesis TB paru?
4. Bagaimana interpretasi pemeriksaan sputum?
5. Adakah standar nasional dan internasional yang harus digunakan untuk menegakan
diagnosis TB? (ISTC 2)
6. Apakah masih ada informasi tambahan yang anda perlukan?
7. Apakah yang dimaksud dengan DOTS? Tolong jelaskan.
Halaman 4
Tn. S mendapatkan pengobatan sesuai dengan diagnosis kerja. Sesuai
permintaan dokter, Tn.S membawa istri dan anak-anaknya untuk diperiksa. Ny. G
sedang hamil anak ketiga dengan usia kehamilan 5 bulan. Mereka sudah memiliki 2
orang anak berusia 9 tahun dan 2 tahun.
Ny. G menanyakan mengenai kemungkinan ia dan anak-anaknya menderita
penyakit yang sama denga Tn.S. Istri pasien juga menanyakan mengenai
kemungkinan bayi yang dikandungnya akan tertular penyakit tersebut. Menurut Ny.G
berat badan anaknya yang berusia 2 tahun tidak mengalami peningkatan selama
setahun terakhir.
Mengingat kalau suaminya pernah berhenti minum obat karena tidak punya
uang, Ny. G menanyakan apakah suaminya harus membayar obat-obatan yang harus
diminum selama beberapa bulan tersebut. Anda menjelaskan mengenai program
pemerintah tentang pengobatan spesifik.
Anda memeriksa kedua anak Tn.S untuk memastikan apakah mereka sudah
mendapatkan vaksinasi BCG. Sesudah melakukan serangkaian pemeriksaan, anda
memastikan untuk merujuk salah satu anak ke dokter SpA untuk mendapatkan
pengobatan spesifik.
Pertanyaan:
1. Bagaimana penularan penyakit yang diderita Tn.S kepada anggota keluarga?
2. Jelaskan pathogenesis TB pada anak-anak.
3. Bagaimana menehakan diagnosis TB pada anak-anak?
4. Bagaimana pengobatan TB pada anak?
5. Apakah kuman TB dapat melalui sawar darah plasenta?
6. Bagaimana program pengendalian TB nasional?
7. Apa yang dimaksud dengan MDR (multi drugs resistant), mono resistant,
poliresistant dan XDR (extended drugs resistant)? Bagaimana penanganan TB pada
penderita TB dengan kondisi tersebut
8. Bagaimana penanganan TB pada kondisi khusus? Seperti TB paru pada ibu hamil,
DM, gangguan hepar, gangguan ginjal dan ODHA?
Terminologi Problem Hipotesis Meka
nisme
More info IDK LI
1. MDR
2. Mono
resistant
3.
Poliresistant
4. XDR
1. Mengapa Tn.S batuk
disertai dahak dgn warna
kuning kehijauan?
2. Apa saja factor yg
mempengaruhi keluhan
Tn.S?
3. Apa yg menyebabkan
warna dahak Tn.S
beberapa kali
kemerahan?
4. Apakah riwayat
penyakit pasien 2thn yg
lalu sama dgn yg ia alami
sekarang?
5. Apakah keluhan yg ia
rasakan sekarang
berhubungan dgn
ketidakpatuhan untuk
minum obat selama
6bln?
6. Apa yg menyebabkan
pasien semakin kurus?
7. Apa yg menyebabkan
pasien mudah lelah,
lemas dan sering
demam?
8. Apakah dgn
beristirahat 1-2 hari
tanpa minum obat dapat
mengurangi keluhan yg
dia alami?
9. Mengapa ia sering
berkeringat malam hari
terutama menjelang
subuh?
10. Apakah bakteri TB
dapat menembus sawar
1. Infeksi
Saluran
Pernapasan
Bawah:
- TB Paru
-
Pneumonia
2.
Neoplasma
3.
Bronkhiekt
hesis
1. Histologi
2. Anatomi
3. Fisiologi
4. Patologi
a. TB
b. Pneumonia
Bronkhiekthas
is
c. Neoplasma
Def- Talak
Klasifikasi
-Pulmonal
-EKstrapulmonal
- anak & ibu hamil
- dewasa
-Keadaan khusus:
DM
ODHA
Gg. Hepar
Gg. Ginjal
MDR
XDR
Mono resistant
Poli resistant
Penangan TB:
- Program
pemerintah
- Penegakka
n diagnose
ISTC 2
- DOTS
darah plasenta? Jika ya,
bagaimana
mekanismenya
11. Bagaimana cara
penularan bakteri TB?
12. Bagaimana pengaruh
TB terhadap tumbuh
kembang anak?
13. Bagaimana program
pemerintah terhadap
pengobatan kasus TB?
14. Bagimana pengaruh
dan mekanisme kerja
vaksinasi BCG\?
15. Apa yg dimaksud
dgn DOTS?
16. Bagaimana
penanganan TB pada
kondisi khusus?
(ex: DM, Ibu hamil, gg.
Hepar, gg. Ginjal,
ODHA)
ANATOMI SALURAN PERNAPASAN
- Atas : hidung - nasofaring
- Bawah : trakea alveolus
Zona konduksi : zona dimana hanya menjadi tempat lewat dari aliran udara. Berperan sebagai saluran udara pernapasan, membersihkan, melembabkan dan menyamakan suhu udara dengan suhu tubuh. Jika udara yang masuk terlalu dingin dapat menyebabkan alveolus kering. Organnya adalah hidung, faring, trakea, bronkus & bronkioli terminalis. Dalam hidung terdapat rambut, mukus dan silia yang berfungsi
sebagai sistem pembersih dengan dibantu oleh konka nasalis yang dapat menyebabkan turbulensi sehingga jika terdapat benda asing, benda tersebut dapat mengendap.
Zona respiratorik : zona dimana menjadi tempat lewat dan menjadi tempat pertukaran gas. bronkioli respiratorik, sakus alveol & alveol
Urutan bronkus-alveolus:
Bronkus utama bronkus lobar bronkus segmental bronkus subsegmental bronkus kecil bronkioli bronkioli terminalis duktus alveolaris & sakus alveolaris
VASKULARISASI
Vaskularisasi dari sistem pernapasan adalah arteri bronkial yang memperdarahi sampai bronkioli terminalis.
INERVASI
Aferen otonomik
Eferen parasimpatis
Eferen simpatik dari trunkus simpatis
OTOT-OTOT RESPIRASI
Otot inspirasi utama
M interkostalis externus : untuk mengangkat iga
M inter cartilagenous parasternal : menghubungkan bagian antar tulang rawan iga
Diafragma : untuk melebarkan rongga dada
Otot inspirasi tambahan
M. sternocleidomastoideus : untuk mengangkat sternum ke atas & depan
Otot ekspirasi
M intercostalis internus kecuali m. inter cartilagenous parasternal : untuk menekan iga ke arah dalam
HISTOLOGI
1. EPIGLOTIS Punya 2 permukaan :
mukosa laringeal = epitel bertingkat silindris bersilia & bersel goblet mukosa lingual = epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk
Terdapat tulang rawan elastis di tengah.
2. TRAKEA - Mukosa trakea = epitel bertingkat torak bersilia dan bersel goblet - Lamina propria - Tulang rawan hialin C
3. PARU pulasan AgNO3 - Alveolus dan stigma
4. PARU - Bronkus intrapulmonal, bronkiolus, bronkiolus terminalis, bronkiolus respiratori - Duktus alveolaris dan sakus alveolaris
Fisiologi
Sistem Pernafasan
Fungsi utama respirasi (pernafasan) adalah memperoleh O2 untuk digunakan oleh sel tubuh dab mengeluarkan CO2 yang diproduksi oleh sel
Respirasi mencakup dua proses yang terpisah tetapi berkaitan :
Respirasi Internal
Respirasi Eksternal
Respirasi internal / repirasi sel proses metabolik intrasel yang dilakukan didalam mitokondria yang menggunakan O2 dan menghasilkan CO2 selagi mengambil energi dari molekul nutrien
Respirasi Eksternal seluruh rangkaian kejadian dalam pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan tubuh
Langkah langkah :
Proses mekanis bernapas / ventilasi, udara secara bergantian dimasukan ke dan dikeluarkan dari paru sehingga udara dapat dipertukarkan antara atmosfer (lingkungan eksternal) dan kantung udara paru
Oksigen dan CO2 dipertukarkan antara udara di alveolus dan darah didalam kapiler paru melalui proses difusi
Darah mengangkut O2 dan CO2 antara paru dan jaringan
O2 dan CO2 dipertukarkan antara jaringan dan darah melalui proses difusi menembus kapiler sistemik (jaringan)
Fungsi Respiratorik Membantu mempertahankan keseimbangan asam basa,Memungkinkan kita berbicara, menyanyi dan vokalisasi,Merupakan sistem pertahanan terhadap benda asing yang terhirup,Meneluarkan, memodifikasi, mengaktifkan atau menginaktifkan berbagai bahan yang mengalir melewati sirkulasi paru, dan organ Hidung, berfungsi sebagai organ pencium.
Mekanika Pernafasan
Udara cenderung mengalir dari daerah tekanan tinggi ke daerah dengan tekanan rendah, yaitu menuruni gradien tekanan
Hubungan antara tekanan didalam dan diluar paru penting dalam ventilasi, tiga tekanan yang berperan penting :
Tekanan atmosfer (barometrik) (760 mmHg), tekanan yang ditimbulkan oleh berat udara di atmosfer pada benda di permukaan bumi
Tekanan intra alveolus / intraparu, tekanan di dalam alveolus
Tekanan intrapleura / intrathoraks (rerata 756 mHg saat istirahat), tekanan di dalam kantung pleura. Tekanan ini tidak menyeimbangkan dgn tekanan atmosfer / intra alveolus karena tdk ada komunikasi lngsung rongga pleura dan atmosfer atau paru
Hukum Boyle menyatakan bahwa pada suhu konstan, tekanan yg ditimbulkan oleh suatu gas berbanding terbalik dengan volume gas,
yaitu sewaktu volume gas meningkat, tekanan yang ditimbulkan oleh gas berkurang secara proposional, sebaliknya.
Resistensi saluran nafas
Resistensi saluran napas mempengaruhi kecepatan aliran
Resistensi saluran nafas meningkat abnormal pada penyakit paru obstruktif kronik
Faktor yg mempengaruhi resistensi saluran napas
Surfaktan
Merupakan zat yg terdapat pada permukaan alveoli
Dihasilkan oleh pneumonosit / sel alveoli tipe 2
Pada inspirasi dan ekspirasi diameter alveoli tidak terlalu sama, terjadi dua perubahan :
Perubahan diameter alveoli
Terjadinya aliran udara diantara beberapa alveoli dalam paru
Fungsi :
Merendahkan tekanan permukaan alveoli apabila compliance bertambah
Menstabilkan alveoli bila terjadi perpindahan udara diantara alveoli
Mempertahankan tekanan alveoli supaya tetap tinggi, oleh karena cairan ini akan ke rongga alveoli, sehingga tegangan permukaan tetap kecil
Volume paru
Volume tidal volume udara yang diinspirasi atau diekspirasi setiap kali bernapas normal 500ml
Volume cadangan inspirasi volume udara ekstra saat inspirasi maksimal dan diatas vol. tidal 3000ml
Volume cadangan ekspirasi volume ekstra maksimal saat ekspirasi kuat pada akhir ekspirasi tidal normal 1100 ml
Volume residu volume udara yg masih ada dalam paru setelah ekspirasi paling kuat 1200ml
Pertukaran gas
Pertukaran gas ditingkat kapiler paru dan kapiler jaringan berlangsung secara difusi pasif secara sederhana O2 dan CO2 menuruni gradien tekanan parsial
Gas mengalir menuruni gradien tekanan parsial
Oksigen masuk dan CO2 meninggalkan darah diparu secara pasif menuruni gradien tekanan parsial
Faktor diluar gradien tekanan parsial mempengaruhi kecepatan pemindahan gas
Faktor yg mempengaruhi kecepatan transfer gas menembus alveolus
Difusi O2 dan CO2 antara alveolus dan jaringan
Difusi bersih O2
Terjadi antara alveolus -> darah -> jaringan
Terjadi karena gradien takanan parsial O2, berkat penyaluran terus menerus O2 segar oleh ventiasi alveolus dan pemakaian terus menerus O2 oleh jaringan
Difusi bersih CO2
Terjadi antara jaringan -> darah -> alveolus
Terjadi karena gradien tekanan parsial CO2, berkat pembentukan terus menerus CO2 di sel dan pengeluaran terus menerus CO2 alveolus mll proses ventilasi alveolus
Transpor Gas
O2 yg diserap oleh darah di paru harus diangkut ke jaringan untuk digunakan oleh sel
CO2 yg diproduksi ditingkat sel harus diangkut ke paru untuk dikeluarkan
Sebagian besar O2 dalam darah diangkut dalam keadaan terikat dgn hemoglobin
Regulasi Respirasi
Pusat respirasi
Dalam regulasi pernapasan terdapat dua sistem :
Sistem yg mengontrol respirasi yg terletak di medula oblongata
Sistem yg mengontrol otomasasi yg terletak pada pons
Sebagai aferen : badan karotid dan strecht reseptor yang terdapat pada bronkiolus
Pusat respirasi terdapat 2 lokasi :
Respirasi yg terletak di kiri dan kanan secara simetris
Terdapatnya persarafan yg resipork
Pernapasan dipengaruhi oleh dua faktor, yakni :
Pengaruh aneural (pengaruh langsung)
Pengaruh neural (pengaruh refleks)
Refleks Hering Breuer
Refleks sino aortik
Tuberculosis
Definisi
Tuberculosis atau TB adalah penyakit yg disebebkan oleh infeksi Mycobacterium
tuberculosis complex (PDPI)
TB adalah penyakit granulomatosa kronis yang menular yg disebebkan oleh Mycobacterium
tuberculosis (Robins: 2012)
Epidemiologi
Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru
tuberkulosis pada tahun 2002, dimana 3,9 juta adalah kasus BTA (Basil Tahan Asam) positif.
Setiap detik ada satu orang yang terinfeksi tuberkulosis di dunia ini, dan sepertiga penduduk
dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis. Jumlah terbesar kasus TB terjadi di Asia tenggara
yaitu 33 % dari seluruh kasus TB di dunia, namun bila dilihat dari jumlah pendduduk,
terdapat 182 kasus per 100.000 penduduk.Di Afrika hampir 2 kali lebih besar dari Asia
tenggara yaitu 350 per 100.000 pendduduk
Pada tahun 2004 WHO memperkirakan setiap tahunnya muncul 115 orang penderita
tuberkulosis paru menular (BTA positif) pada setiap 100.000 penduduk. Saat ini Indonesia
masih menduduki urutan ke 3 di dunia untuk jumlah kasus TB setelah India dan China.
Etiologi
M. tuberculosis merupakan penyebab utama TB.
Mycobacterium penyebab TB: M. tuberculosis , M. bovis , M. africanum , M. microti ,
M. canetti
Gambar: Mycobacterium tubelculosis
Klasifikasi
Kasus TB diklasifikasikan berdasarkan:
1. Letak anatomi penyakit
2. Hasil pemeriksaan dahak dan bakteriologi (termasuk hasil resistensi)
3. Riwayat pengobatan sebelumnya
4. Status Pasien
Patogenesis
Gambar: Petogenesis TB paru primer < 3 minggu
Gambar: Petogenesis TB paru primer > 3 minggu
Klasifikasi TB berdasarkan patogenesisnya
Gambaran Histopatologis
Organ target bakteri TB
TB dapat menginfeksi berbagai organ tubuh. Namun organ yang sering menjadi target infeksi
adlah sebagai berikut
Brain
Lymph nodePleuraLung
SpineKidney
Bone
Larynx
Gambar: Organ yang sering terkena infeksi TB
Gejala Klinis
Gejala klinik tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala respiratorik
(atau gejala organ yang terlibat) dan gejala sistemik.
1. Gejala respiratorik
batuk 3 minggu
batuk darah
sesak napas
nyeri dada
Gejala respiratorik ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai gejala
yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang penderita terdiagnosis pada saat medical
check up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka penderita mungkin tidak
ada gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi karena iritasi bronkus, dan selanjutnya batuk
diperlukan untuk membuang dahak ke luar.
Gejala tuberkulosis ekstra paru tergantung dari organ yang terlibat, misalnya pada
limfadenitis tuberkulosa akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak nyeri dari kelenjar
getah
bening, pada meningitis tuberkulosa akan terlihat gejala meningitis, sementara pada pleuritis
tuberkulosa terdapat gejala sesak napas & kadang nyeri dada pada sisi yang rongga pleuranya
terdapat cairan.
2. Gejala sistemik
Demam
Gejala sistemik lain: malaise, keringat malam, anoreksia, berat badan
menurun
Diagnosis
Diagnosis TB paru
Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu -
pagi - sewaktu (SPS).
Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB
(BTA). Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak
mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan
dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai
dengan indikasinya.
Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja.
Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga
sering
terjadi overdiagnosis.
Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu menunjukkan aktifitas penyakit.
Untuk lebih jelasnya lihat alur prosedur diagnostik untuk suspek TB paru.
Diagnosis TB ekstra paru.
Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku kuduk pada
Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis), pembesaran kelenjar limfe
superfisialis pada limfadenitis TB dan deformitas tulang belakang (gibbus) pada
spondilitis TB dan lainlainnya.
Diagnosis pasti sering sulit ditegakkan sedangkan diagnosis kerja dapat ditegakkan
berdasarkan gejala klinis TB yang kuat (presumtif) dengan menyingkirkan
kemungkinan
penyakit lain. Ketepatan diagnosis tergantung pada metode pengambilan bahan
pemeriksaan dan ketersediaan alat-alat diagnostik, misalnya uji mikrobiologi, patologi
anatomi, serologi, foto toraks dan lain-lain.
Gambar: Algoritma penanganan TB
Gambar: Indikasi Foto Thoraaks
Tata Laksana
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah
kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman
terhadap OAT.
Tabel: Jenis, sifat dan dosis OAT
Prinsip pengobatan
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut:
OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan
dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi) .
Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT KDT) lebih menguntungkan dan sangat
dianjurkan.
Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung (DOT =
Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).
Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.
Tahap awal (intensif)
- Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara
langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.
- Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular
menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
- Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan.
Tahap Lanjutan
- Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu
yang lebih lama
- Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya
kekambuhan
Paduan OAT yang digunakan di Indonesia
Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan Tuberkulosis di
Indonesia:
- Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.
- Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.
Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan (HRZE)
- Kategori Anak: 2HRZ/4HR
Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket berupa obat
kombinasi dosis tetap (OAT-KDT), sedangkan kategori anak sementara ini disediakan dalam
bentuk OAT kombipak.
Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya
disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu
pasien.
Gambar: Panduan TB Kategori 1
Gambar: Panduan TB Kategori 2
Gambar: Panduan TB Sisipan
Gambar: Panduan tata laksana TB
TB pada ibu hamil
Insiden
Tb pada ibu hamil sangat jarang terjadi pada Negara maju. Kasus semacam ini paling sering terjadi dikalangan imigran baru.
Tanda dam gejala
Sebagian besar gejala TB sama dengan gejala kehamilan, seperti lesu, nafsu makan menurun dan lelah, sehingga biasanya diagnosis TB terlambat.
Efek terhadap janin/ neonates
TB congenital atau neonates merupakan kondisi yang sangat inorbid dan da[at bersifat fatal jika terjad kesalahn diagnosis.
Pencegahan
Pemberian derivate protein yang telah dipurifikasi ( Purified Protein Derivat, PPD ) secara intradermal merupakan cara yabg akurat untuk screening TB. Interpretasi uji PPD bergantung pada status risiko pasien.
Pengobatan
Pada kehamilan, diagnosis foto toraks tidak dianjurkan. Bila TB (+), pengobatan sama dengan pengobatan TB pads umumnya. OAT lini pertama ( RHZE ), terbukti aman bagi janin, kecuali streptomisin ( S ). Streptomisin tidak dianjurkan pada ibu hamil, karena dapat menembus sawar darah plasenta dan memliki efek samaping yang merusak saraf pendengaran. Sekitar 30% bayi yang dilahirkan ibu penguna streptomisin mengalami tuli berat.
Tuberkulosis Perinatal
Infeksi TB pada neonates dapat terjadi secara congenital ( prenatal ), selama proses kelahiran ( natal), maupun transmisi pasca natal oleh ibu pengidap TB aktif. Oleh karena itu, transmisi pada neonates ini disebut sebagai TB perinatal. Pada TB congenital, transmisi terjadi karena penyebaran hematogen melalui vena umbilicalis atau aspirasi cairan amnion yang terinfeksi. Pada TB natal, transmisi terjado melalui proses [persalinan, sedangkan pada TB pascanatal terjadi akibat penularan secara droplet.
Mycobacterium Tuberculosis tidak dapat melalui sawar plasenta yang sehat, sehingga kuman akan menempel pada plasenta dan membentuk tuberkel. Apabila tuberkel pecah, maka terjadi penyebaran hematogen dan menyebabkan infeksi pada cairan amnion melalui vena umbilikalis. Pada saat penyebaran hematogen, M. tuberculosis menyebabkan focus primer di hati dan melibatkan KGB periportal, dan pada perkembangan selanjutnya akan menyebar ke paru. Selain cara diatas, penularan ke paru dapat terjadi melalui aspirasi cairan amnion yang
mengandung M. Tuberculosis langsung ke paru. Sedangkan penuran pasca natal adalah secara droplet dengan pathogenesis yang sama seperti TB anak pada umumnya.
Manifestasi klinis TB congenital dapat timbul segera setelah lahir atau pada minggu ke 2-3 kehidupan. Gejala TB congenital sulit dibedakan dengan sepsis neonatal, sehingga sering terjadi keterlambatan dalam mendiagnosis. Gejala tang sering timbul adalah distress pernapsan, hepatosplenimegali, dan demam. Gejala lain yang dapat ditemukan antara lain prematuritas, berat lahir rendah, sulit minum, letargi, dan kejang. Selain itu dapat juga terjadi abortus/ kematian bayi.
TB Anak
Epidemiologi
Diperkirakan jumlah kasus TB anak per tahun adalah 5-6% dari total kasus TB
Factor resiko
1. Risiko infeksi TB
- anak yang terpajan dengan orang dewasa dengan TB aktif
- daerah endemis
- kemiskinan
- lingkungan yang tidak sehat
- tempat penampungan umum yang banyak terdapat pasien TB dewasa aktif
2. Risiko Sakit TB
- Usia
anak usia
Manifestasi klinis umum/ non spesifik
1. Demam lama > 2 minggu, tidak tinggi dan berulang tanpa sebab yang jelas
2. Batuk lama > 3 minggu, sebab lain telah disingkirkan
3. BB turun tanpa sebab yang jelas, atu tidak naik dalam 1 bulan dengan penangan gizi yang adekuat
4. Nafsu makan tidak ada
5. Gagal tumbuh
6. Lesu dan malaise
7. Diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan baku diare
manifestasi klinik spesifik/lokal
1. Kelenjar limfe
Cirri-crinya terdapat pembesaran kelenjar yang multiple, unilateral, tidak nyeri tekan, tidak terasa hangat dan mudah digerakkan.
2. SSP
Gejala klinisnya nyeri kepala, penurunan kesadaran, kaku kuduk, muntah dan kejang
3. Skeletal
Gejala klinisnya nyeri dan bengkak pada sendi, gangguan keterbatasan gerak.
Skeletal lebih sering terjadi pada anak daripada dewasa, karena sedang dalam masa pertumbuhan, sehingga vaskularisasinya lebih besar dibandingkan dengan epifisis tulangnya, dimana kuman TB lebih menyukai daerah ini.
4. Kulit
Terdapat gambaran skrofuloderma yang paling banyak terlihat pada bagian wajah dan leher.
Diagnosis TB anak
Kesulitan menegakkan diagnosis pasti disebabkan oleh 2 hal, yaitu:
1. Sedikitnya jumlah kuman
jumlah kuman TB di sekret bronkus pasien anak lebih sedikit daripada dewasa, karena lokasi kerusakan jaringan TB paru primer terletak di kelenjar limfe hilus dan parenkim paru bagian perifer
2. Sulitnya pengambilan spesimen
produksi sputum tidak ada/minimal karena pada anak lokasi kelainannya di parenkim tidak berhubungan langsung dengan bronkus. Selain itu kalaupun ada, biasanya dahaknya akan ditelan.
Diagnosis TB anak ditegakkan berdasarkan anmnesis yang cermat dan teliti (termasuk riwayat kontak dengan pasien TB dewasa ), pemeriksaan fisik ( termasuk analisis dan kurvta pertumbuhan) serta hasil pemeriksaan penunjang uji tuberkulin radiologi serta pemeriksaan sputum BTA bila dimungkinkan.
Pada anak batuk bujkan merupakan gejala utama TB. Pengambilan dahak pada anak biasanya sulit, maka diagnosis TB anak dapat menggunakan criteria lain yaitu dengan menggunakan system pembobotan. Apabila diagnosis hanya berdasarkan diagnosis dan foto toraks atau laboratorium saja, sering terjadi misdiagnosis, underdiagnosis atau overdiagnosis.
Ikatan Dokter Anak Indonesia ( IDAI ) telah membuat Pedoman Nasional Tuberkulosis anak dengan menggunakan system pembobotan, yaitu pembobotan terhadap gejala atau tanda klinis yang dijumpai. Pedoman tersebut secara resmi digunakan oleh Program Nasional Penaggulangan Tuberkulosis untuk diagnosis TB anak.
Parameter Kontak TB Tidak jelas Laporan
keluarga, BTA tidak jelas
BTA (+)
Uji Tuberkulin negatif Positif (>10mm, atau >5mm pada
keadaan imunosupresi)
Berat badan/ keadaan gizi
Bawah garis merah (KMS) atau BB/U <
80%
Klinis gizi buruk ( BB/U
2 minggu jelas
Batuk* > 3 minggu Pembesaran
kelenjar limfe koli,
aksila,inguinal
>1 cm, jumlah >1, tidak nyeri
Pembengkakan tulang/sendi
panggung, lutut, falang
Ada pembengkakan
Foto toraks Normal/tidak jelas
Kesan TB
Perlu perhatian khusus jika ditemukan salah satu keadaan dibawah ini:
1. Tanda bahaya: Kejang, kaku kuduk Penurunan kesadaran Kegawatan lain misalnya sesak nafas
2. Foto toraks menggambarkan milier, kavitas, efusi plura 3. Gibus, koksitis
Setelah dokter melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, maka dilakukan system pembobotan dengan system skor. [asien dengan jumlah skor yang lebih atau sama dengan enam, didiagnosis sebagai TB anak dan ditatalaksana dengan OAT. Bila skor kurang dari 6 tetapi secara klinis kecurigaan ke arah TB kuat makaperlu dilakukan pemeriksaan diagnosis lainnya sesuai indikasi, seperti:
Pemeriksaan mikrobiologi specimen bilasan lambung, cairan pleura, cairan serebrospinal, cairan asites atau specimen lain.
Pemeriksaan patologi anatomis dengan specimen hasil operasi dan atau biopsy Pemeriksaan pencritaan diluar paru sesuai indikasi jika perlu menggunakan CT-scan Pemeriksaan lain-lain menggunakan funduskkopi
Pengobatan Pasien TB anak
Dari segi pengobatan, TB anak dikelompokkan menjadi duaa, yaitu: a. TB anak dengan terapi standard b. TB anak dengan terapi khusus:
b.1 diseminata ( TB milier, meningitis TB) b.2 TB ekstraparu
sebagian pasien pada anak termasuk dalam kelompok pertama, yang pengobatannya mengikuti alur berikut ini:
alur Tatalaksana Pasien TB Anak
diagnosis kerja: TB hasil scoring >6
Beri OAT 2 bln terapi, evaluasi
respons klinis membaik respon klinis menetap/memburuk terapi TB diteruskan teruskan terapi TB sambil mencari penyebab, jika perlu konsultasikan ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap pada sebagian besar kasus TB anak pengobatan selama 6bulan cukup adekuat. Setelah pemberian obat 6 bulan, lakukan evaluasi klinis. Pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan radiologi tidak perlu dilakukan secara rutin, kecuali pada kasus khusus. Evaluasi klinis pada TB anak merupakan parameter terbaik untuk menilai keberhasilan pengobatan. Bila dijumpai perbaikan klinis yang nyata walaupun gambaran radiologis tidak menunjukkan perubahan yang berarti, pemberian OAT cukup diberikan selama 6 bulan. Untuk kasus TB diseminata dan TB ekstraparu diperlukan tatalaksana khusu, yaitu paduan obat lebih lengkap, penambahan obat lain dan masa pengobatan ebih panjang sesuai dengan Pedoman Nasional TB Anak dari IDAI. Kasus seperti ini lebih baik dikeloloa di rumah sakit dengan fasilitas dan SDM lengkap.
1. Prinsip dasar pengobatan anak Prinsip dasar pengobatan anak minimal 3 macam obat dan diberikan minimal dalam waktu 6 bulan. Terapi TB anak dibagi menjadi 2 tahap, yaitu intnsif dan lanjutan. Pada tahap intensif selama 2 bulan awal, mulai bulan ketiga dan selanjutnya merupakan tahap lanjutan. Pada tahap intansif diberikan paduan > 3 OAT, sedangkan pada tahap lanjutan diberikan paduan 2 obat H dan R. Pemberian OAT pada anak dilakukan setiap
hari, baik pada tahap intensif maupun tahap lanjutan. Dosis obat harus disesuaikan dengan berat badan anak.
2. Sediaan obat Terdapat dua macam sediaan obat kombinasi dengan dosis yang telah di tentukan,
yaitu: 1. Kombipak
kombipak merupakan sediaan OAT yang digabung dalam satu bungkus aluminium foil ( sachet )
2. KDT ( Kombinasi Obat Tepat) sediaan OAT dalam bentuk tablet atau kapsul yang sekaligus mengandung > 2 obat dalam kombinasi dosis yang tetap
3. Dosis obat TB Anak Berbeda dengan pasien dewasa, pada dosis anak obat termasuk OAT memerlukan perhitungan ysng tepat sesuai dengan berat badan.
Satu bungkus kombipak anak tahap intensif berisi : 1 tablet isoniazid 100mg, 2 kapsul rifampisin @ 75mg, dan 2 tablet pirazinamid @ 200mg, sedangkan pada tahap lanjutan berisi: 1 tablet isoniazid 100mg dan 2 kapsul rifampisin @75mg
Satu tablet KDT tahap intensif berisi: isoniazid 50mg, rifampisin 75mg, dan
pirazinamid 150mg, sedangkan tahap lanjutan berisi: isoniazid 50mg, dan rifampisin 75mg
TB pada ODHA
Epidemiologi
Paparan awal TB, progresivitas pd ODHA 40%, non ODHA 5%
Mortalitas HIV terkait TB 20,31%
Asia 40% kasus kematian ODHA krn TB
Gambaran Klinis
Batuk
Sputum produktif
BB turun
Demam
Keringat malam
Kelelahan
Pada ODHA mayoritas TB ekstrapulmonal
Px standar px BTA 3 kali, px sputum pagi hari, foto thoraks
Gejala Klinis
RPD
IMS
Herpes Zoster
Pneumonia berulang
bakteriemia
Gejala
BB turun
Diare lebih dr 1 bln
Nyeri saat menelan
Rasa terbakar di kaki
Tanda-tanda
Jar parut herpes zoster
Ruam papular yg gatal
Limfoma generalisata persisten
Kandidiasis oral
Ulkus genital yg persisten dan nyeri
Diagnosa
2 px pokok pemeriksaan ODHA maupun non ODHA :
BTA
Kultur sputum dilakukan 3 kali dan pada pagi hari atau dikumpulkan min semalam
Tatalaksana
Obat ARV 3 kelompok :
Nucleoside dan Nucleotide Reverse Trancriptase Inhibitor (NRTI dan NtRTI)
Non-Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NNRTI)
Protease Inhibitors (PI)
Panduan pengobatan ARV pd ODHA dg TB
LINI 1
2 NRTI + EFV
Teruskan
2 NRTI + NVP
Ganti dg 2 NRTI + EFV atau 2 NRTI + LPV/r
LINI 2
2 NRTI + PI
Ganti atau teruskan (LPV/r)
Interaksi OAT dengan ARV
Zidovudin meningkatkan efek toksik OAT
Didanosin diberikan selang 1 jam dg OAT utk menghasilkan interaksi yg efektifitas
Rifampicin tdk diberikan bersamaan dg nelfinavir krn dpt menurunkan kadar NFV sampai 82% dan NVP sampai 37%
Berikan profilaksis kotrimoksasol dg dosis 960 mg/hari selama pemberian OAT
Bronkiektasis
Definisi
Keadaan dimana terjadi dilatasi kronik pada bronkus dan bronkiolus ukuran sedang yang menetap dan disertai penebalan dinding bronkus
Epidemiologi
pada masa kanak-kanak pra sekolah atau awal sekolah meningkat pd negara berkembang
Etiologi
Infeksi berulang sal napas bagian bawah
Penyumbatan bronkus akibat neoplasma atau benda asing
Kelainan kongenital
Penurunan daya tahan tubuh
Penyakit keturunan
Komplikasi Allergic Bronchopulmonary Aspergillus (ABPA)
Gambaran klinis
2 bentuk anastomosis bronkiektasis :
Sakular atau kistik
dilatasi sal repiratorik yg progresif
Berakhir dg terbentuknya kista besar, sakulus berisi mukus dan berkelompok
Bronkiektasis berat
Silindris atau tubular
Hanya terdapat pelebaran saluran respiratorik
Varikosa
Ada daerah kontriksi fokal di sepanjang sal respiratorik akibat kerusakan dinding bronkus
Utama
Batuk produktif 97%
Pd pagi hari dan siang hari makin berat
Sputum mukopurulen byk 46%
Jernih kuning kuning kehijauan (> 6 mgg)
Ronkhi basah 44%
Clubbing fingers 37-51%
Tambahan
Demam
Sesak napas
Mengi
Perkusi pekas pada pf thoraks
Bila tidak diobati dan berlanjut :
Pneumonia rekuren
Malnutrisi
Gg fungsional tergantung pd luar jar paru yg terkena
Patogenesis
Diagnosis
Dilihat dari px penunjangnya
Px Lab
Px Bronkografi
Untuk diagnosa krn pd foto rontgen kurang sensitif
Px Radiologi
90% tampak kelainan :
Hilangnya bronchovascular markings
Rongga kistik honeycomb appearance
Bayangan opak yg menyebar
Atelektasis yg menyebar
Sal respiratorik yg melebar
Overinflasi daerah paru yg tdk terkena
Px HRCT (High Resolution CT)
Utk mengklarisikasi foto rontgen
Tampak seperti :
Silindrikal
Varicose
Kistik
Bentuk campuran
Tatalaksana
Pembersihan bronkus disertai drainase postural
Antibiotik
Utk mengatasi infeksi dari hasil tes resistensi bakteri
Fisioterapi
Utk postural drainage
Mukolitik
Untuk mengencerkan pus dan mencegah pembentukan pus
Bronkodilator
Menurunkan obstruksi sal napas
Membantu pembersihan sekret
Prognosis
Tergantung pd banyaknya perdarahan
Banyak sputum yg purulen
Dan ada tidaknya komplikasi lainnya
TB pada Ginjal
Definisi: merupakan infeksi sekunder yang diakibatkan oleh TB Paru
15% dari individu dengan TB Paru aktif mengalami TB Ginjal
Cara penyebaran kuman Tuberkulosis:
Hematogen
Patogenesis:
Hematogen
Kuman TB menginfeksi bagian korteks & medula renalis
Merusak jaringan, kuman bersifat progresif
Infeksi pada ureter
Striktur
Obstruksi
Suplai darah pada jar. Ginjal terganggu (akibat tuberkel)
TB di Ginjal Iskemik
Manifestasi Klinis:
- BB turun
- Anoreksia
- Demam
- Disuria ( nyeri sukar berkemih)
- Piuria (terdapat nanah di urin)
- Hematuria
Diagnosis:
- Kultur Urin
- USG
Talak:
Farmako:
4macam obat OAT:
1. Pirazinamid 2 bulan pertama
2. Etambutol
3. Rifampisin dilanjutkan selama 12bulan
4. Isoniazid
Dosis sama seperti TB lainnya
Non Farmako: Edukasi
TB pada Hati
Definisi: merupakan infeksi yang diakibatkan Tuberkulosis paru.
Merupakan TB ekstrapulmonal yang jarang ditemukan.
Cara Penyebaran:
1. Hematogen
2. Kelenjar Limfe
3. Plasenta
Manifestasi Klinis:
- Sama seperti Tuberkulosis Paru:
- Demam
- BB turun
- Anoreksia
- Gejala tambahan:
- Hepatomegali - Ikterus
- Splenomegali
- Nyeri perut
Diagnosis:
- Pemeriksaan TB secara umum
- Pemeriksaan TB Hati:
- Uji Fungsi Hati
- USG Hati
- Biopsi Hati
Non Farmako:
Pantau Fungsi Hati selama 2 bulan pertama, karena OAT bersifat hepatotoksik
Kanker Paru
Dalam arti luas: Semua penyakit keganasan diparu, mencakup keganasan yg berasal
dari paru sendiri maupun keganasan dari luar paru.
Ialah kanker paru primer yaitu tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus atau
Karsinoma bronkus
Tipe Kanker Paru, bergantung pada sel asal:
Karsinoma Paru non small cell (NSCLC):
1) Adenokarsinoma:
- Muncul dari sel epitel bronkus
- Lokasinya di perifer
- Bermetastasis sejak dini
2) Skuamosa:
- Muncul dari epitel skuamosa bronkus
- Lokasinya central
- Metastasis lambat
3) Sel besar (large cell):
- Kemungkinan berasal dari adenokarsinoma maupun skuamosa
- Kanker ini aplastik ( tumbuh tanpa bentuk/struktur) sehingga selnya
tidakteridentifikasi
Karsinoma Paru Small Cell (SCLC):
-Terletak ditengah dipercabangan utama bronki
- Tumor berbentuk sel-sel kecil (2x ukuran limfosit)
- Waktu pembelahannya cepat
Epidemiologi:
- Insiden tertinggi pada pria > 70 thn, pada wanita 50-60 thn
- Kanker ini merupakan pembunuh nomer 1 di Amerika Serikat
Etiologi:
- Merokok
- Paparan Industri tertentu
- Polusi udara
- Genetik
Gejala Klinis:
- Batuk dengan/tanpa dahak (dahak putih/purulen)
- Batuk darah
- Sesak napas
- Suara sesak
- Sakit dada
- BB turun drastis
- Demam hilang timbul
- Sulit/sakit menelan
- Benjolan dipangkal leher
- Nafsu makan menghilang
- Sakit kepala
Diagnosis:
Gambaran radiologis:
- Foto thoraks
- CT Scan
Pemeriksaan Khusus:
- Bronkoskopi
- Biopsi aspirasi jarum
- Sitologi sputum
Patogenesis:
Asap rokok
Oksidan, NNK, Karsinogen Gen supresor tumor
Mutasi DNA Apoptosis
Faktor pertumbuhan autokrin
KANKER
Talak:
Pencegahan:
- Berhenti merokok
- Konsumsi Antioksidan
- Konsumsi Buah dan Sayur
- Pembedahan
Kemoterapi
Radiasi
Terapi Gen
TB pada DM
Epidemiologi
TB pada pasien DM 10-15%
DM komorbid dasar tersering pasien TB 21,5%
Etiologi
Defek pd fungsi sel-sel imun dan mek pertahanan penjamu
Aktivitas bakterisidal leukosit yg ber(-) pd pasien DM
Defek pd makrofag alveolar yg lebih rendah pada pasien TB disertai DM
Gejala klinis
Demam, hemoptisis, pewarnaan sputum BTA (+), kavitasi, lapangan paru bawah terkena, angka kematian tinggi
Umum :
Batuk
Batuk berdarah
Sesak napas
Demam
Keringat malam
BB turun
Diagnosa
Dari px fisik curiga DM :
Poliuria
Polidipsi
Polifagi
BB turun
Lemah, kesemutan, gatal, pandangan kabur
GDS 200 mg/dl, GDP 126 mg/dl, TTGO
Tatalaksana
OAT 2 fase :
Fase intensif 2-3 bln
Fase lanjutan 4-6 bln
Lini 1 OAT :
Isoniazid
Rifampicin
Pirazinamid
Ethambutol
Streptomicin
Penatalaksanaan TB
DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse)
DOTS adalah strategi yang telah direkomendasikan oleh WHO dalam pelaksanaan program
penanggulangan TB, dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1995.
Komponen DOTS
1. Komitmen pemerintah untuk menjalankan program TB nasional, termasuk dukungan
dana.
2. Diagnosis TB dengan pemeriksaan sputum secara mikroskopis.
3. Pengobatan dengan paduan OAT jangka pendek yang diawasi secara langsung oleh
PMO
4. Kesinambungan persediaan OAT jangka pendek dgn mutu terjamin.
5. Monitoring serta pencatatan dan pelaporan secara baku/standar untuk memudahkan
pemantauan dan evaluasi program penanggulangan TB.
Elemen Strategi Stop TB rekomendasi WHO
1. Peningkatan dan ekspansi DOTS yang bermutu, meningkatkan penemuan kasus dan
penyembuhan melalui pendekatan yang efektif terhadap seluruh pasien terutama
pasien tidak mampu.
2. Memberikan perhatian pada kasus TB-HIV , MDR-TB, dengan aktivitas gabungan
TB-HIV, DOTS-PLUS dan pendeketan-pendekatan lain yang relevan.
3. Kontribusi pada sistem kesehatan, dengan kolaborasi bersama program kesehatan
yang lain dan pelayanan umum.
4. Melibatkan seluruh praktisi kesehatan, masyarakat, swasta dan non pemerintah
dengan pendekatan berdasarkan PPM (public-private mix) untuk mematuhi
International Standars of TB Care.
5. Mengikutsertakan pasien dan masyarakat yang berpengaruh untuk berkontribusi pada
pemeliharaan kesehatan yang efektif.
6. Memungkinkan dan meningkatkan penelitian untuk pengembangan obat baru, alat
diagnostik dan vaksin.
Tujuan Pengobatan
- Mencapai angka kesembuhan yang tinggi
- Mencegah putus berobat
- Menurunkan tingkat penularan
- Mengatasi efek samping obat jika timbul
- Mencegah resistensi terhadap OAT
Langkah Pelaksanaan OAT
Yang pertama harus ada PMO dan harus hadir di Unita Pelayanan Kesehatan untuk mendapat
penjelasan tentang OAT.
Tersangka TBC ygang ditemukan di UPK
Dahak penderita diperiksa dengan menggunakan mikroskop
Dikonseling, diberi obat dan ditunjuk PMO
Minum obat selama 6 bulan secara teratur dan diawasi oleh PMO
Dinyatakan sembuh dengan pemeriksaan dahak ulangan
PMO (Pengawas Minum Obat)
Yang menjadi PMO adalah:
- Petugas kesehatan
- Keluarga pasien
- Kader
- Pasien yang sudah sembuh
- Tokoh masyarakat
Syaratnya yaitu:
- Dikenal
- Dipercaya
- Disetujui
- Disegani dan dihormati
- Tempat tinggal dekat dengan pasien
- Bersedia membantu pasien dengan sukarela sampai sembuh selama pengobatan
dengan OAT
- Bersedia dilatih atau mendapatkan penyuluhan
Tugasnya adalah:
- Bersedia mendapat penjelasan di tempat berobat
- Mengawasi pasien agar minum obat
- Mengingatkan pasien untuk pemeriksaan sputum ulang sesuai jadwal yang ditentukan
- Memberikan dorongan terhdapa pasien untuk berobat secara teratur
- Mengenai efek samping ringan obat
- Merujuk bila efek samping makin berat
- Menganjurkan anggota keluarga untuk memeriksa dahak bila ditemui gejala TB.
Multi Drug Resistance (MDR) dan Extensive Drug Resistance (XDR)
Definisi
Mycobacterium tuberculosis yang resisten minimal terhadap rifampisin dan INH dengan atau tanpa OAT lainnya
Epidemiologi
Muncul stlh pemakaian rifampisin scr meluas sejak 1970an
Indonesia peringkat ke 8
Kasus baru TB-MDR 2,07%
Pada pasien yg telah diobati sebelumnya 16,3%
Etiologi
3 faktor utama :
Kuman
Klinis
Program
Human error :
Pemakaian obat tunggal dlm pengobatan TB
Pemberian obat yg tdk adekuat
Kombinasi obat yg tdk tepat
Penyediaan obat
Pengetahuan penderita yg minim ttg penyakit TB
Klasifikasi
Kategori resisten
Mono-resistance
kekebalan terhadap salah satu obat OAT
Poly-resistance
kekebalan terhadap lebih dari satu OAT, selain kombinasi isoniazid dan rifampisin
Multi Drug Resistance
kekebalan terhadap sekurang-kurangnya isoniazid dan rifampisin
Extensive Drug Resistance
TB-MDR ditambah kekebalan terhadap salah satu obat golongan fluorokuinolon dan sedikitnya salah satu dari OAT injeksi lini kedua (kapreomisin,kanamisin dan amikasin)
Total Drug Resistance
resisten baik lini pertama ataupun lini ke dua. Tidak ada lagi obat yang dapat dipakai
Kategori perkembangan
Resistensi Primer
Sebelumnya blm mendapat terapi OAT atau sudah tapi < 1 bulan
Terpajan kuman yg telah resisten OAT
Resistensi Sekunder
Pada penderita yg pernah mendapat terapi OAT sebelumnya min 1 bln
Akibat pengobatan OAT yg tdk adekuat
Diagnosis
Dipastikan berdasarkan uji kepekaan
Semua suspek TB-MDR diperiksa sputumnya px biakan + uji kepekaan, bila hasil uji kepekaan terdapat M.tuberculosis yang resisten terhadap rifampisin dan INH TB-MDR
Suspek TB-MDR
1. Individu yg gagal terapi setelah retreatment (80%)
2. Individu yg gagal terapi dg OAT kategori 2 (sputum (+) pd bln ke 3)
3. Individu yg diterapi OAT tapi sputum (+) pd bln ke 3 stlh diberi sisipan kategori 1
4. Individu yg kembali stlh DO pd pengobatan kategori 1 atau kategori 2
5. Punya riw pengobatan TB yg tdk adekuat tp non DOTS
6. Tinggal di daerah yg kasus TB-MDR tinggi
7. Kasus TB kambuhan
8. Individu dg keluhan TB dan berkontak erat dg TB-MDR
9. Individu dg infeksi HIV
Penatalaksanaan
Strategi pengobatan
Berdasarkan data uji kepekaan dan frekuensi penggunaan OAT .
1. Pengobatan standar
menggunakan data DRS populasi pasien shg seluruh pasien mendapat regimen terapi yg sama dan utk pasien suspek TB-MDR yg telah dikonfirmasi dg uji kepekaan
2. Pengobatan empiris
berdsrkan riw pengobatan TB pasien sebelumnya dan data hasil uji kepekaan populasi yg disesuaikan dg hasil uji kepekaan individu
3. Pengobatan individual
berdasarkan riwayatan pengobatan TB sebelumnya dan hasil uji kepekaan
Regimen Standar TB-MDR
Pake obat lini 1
(+) salah satu obat injeksi berdsrkan hasil uji kepekaan dan riw terapi
(+) obat golongan fluorokuinolon
(+) obat golongan 4 sampai min tersedia 4 jenit obat yg efektif
Kelompok 1 OAT lini 1. isoniazid (H), rifampisin (R), etambutol (E), pirazinamid (Z), rifabuBn (RC)
Kelompok 2 Obat sunBk : kanamisin (Km), amikasin (Am), kapreomisin (Cm), streptomisin (S)
Kelompok 3 Fluorokuinolon : moksioksasin (Mfx), levooksasin (Lfx), ooksasin (Ofx)
Kelompok 4
BakteriostaBk OAT lini ke dua: eBonamid (Eto), proBonamid (Pto), siklosrin (Cs), terzidone (Trd), PAS
Kelompok 5
Obat yang belum diketahui efekBvitasnya : klofazimine (Cfz), linezoid (Lzd), amoksiclav (Amx), Bosetazone (Thz), imipenem/cilasBn (lpm/cln), H dosis Bnggi, klaritromisin (Clr)
Pertimbangkan penambahan 2 obat dr golongan 5 dg konsul ke pakar TB-MDR sblmnya dan bila dirasa 4 obat diatas tdk efektif
Pengobatan TB-MDR
Tahap awal
OAT lini 2 min 4 jenis OAT yg salah satunya obat injeksi
Kanamisin etambutol ethionamid levofloksasin pirazinamid sikloserin
Tahap lanjutan
OAT lini 2 diawal, kec obat injeksinya
Etambutol ethionamid levofloksasin pirazinamid sikloserin
Pembedahan TB-MDR
Indikasi
DR-TB dg kerusakan jar paru yg luas
Kavitas luas atau persisten
Konversi sputum stlh terapi OAT slm 4 bln
Sebelum tind bedah harus terapi OAT selama 3-4 bln utk menurunkan infeksi bakteri di sekitar jaringan paru
Stlh tindakan bedah, dilanjutkan dg terapi OAT lagi selama 18-24 bln
PNEUMONIA Definisi :
- Pneumonia adalah peradangan parenkim paru, dimana asinus terisi cairan dan sel radang. Dengan / tanpa disertai infiltrasi sel radang ke dalam dinding alveolus dan rongga interstisium (unair).
- Peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat (IPD UI).
Etiologi : Pneumonia disebabkan oleh infeksi / dapat juga disebabkan oleh bahan lain, seperti:
Pneumonia lipid Karena aspirasi minyak mineral Pneumonia kimiawi inhalasi bahan-bahan organik/anorganik seperti
berilium Ekstrinsik alergik alveolitis inhalasi debu mengandung alergen Pneumonia e.c obat nitrofurantoin, busulfan, metotreksat Pneumonia e.c radiasi Pneumonia idiopatik
Epidemiologi :
Pneumonia banyak terjadi pada anak dan neonates, pada remaja atau dewasa biasanya terjadi pada perokok. Usia lanjut juga rentan terjadi pneumonia karena terjadinya penurunan fungsi tubuh. Pada penderita PPOK juga rentan terhadap terjadinya pneumonia.
Pathogenesis Mikroorganisme terhisap ke paru bagian perifer melalui saluran respiratori, setelah mencapai alveolus agen mikroba yang menyebabkan pneumonia mempunyai 3 bentuk transmisi primer :
Aspirasi sekret Mikroorganisme patogen yang berkolonisasi pada orofaring Inhalasi aerosol infeksius Penyebaran hematogen dari ekstrapulmonal
Klasifikasi :
Berdasarkan klinis dan epidemiologis - Pneumonia komuniti merupakan pneumonia yang didapat dari masyarakat atau
disuatu komunitas (pedesaan, kompleks,dll) biasanya infeksi disebabkan oleh streptokokus pneumonia
- Pneumonia nosokomial adalah pneumonia yang terjadi setelah pasien dirawat minimal 48 jam di RS
- Pneumonia aspirasi adalah pneumonia yang disebabkan oleh terhirupnya benda padat, cair, gas
- Pneumonia immunocompromised adalah pneumonia pada penderita HIV/ keganasan yang menyebabkan penurunan fungsi imun
Berdasarkan penyebab
- Pneumonia bacterial (tipikal) - Pneumonia virus - Pneumonia atipikal
Berdasarkan predileksi infeksi
- Pneumonia lobaris - Bronkopneumonia - Pneumonia interstisial Pneumonia Pneumokokkus
Pneumonia pneumokokus ialah suatu infeksi paru akut pneumonia lobaris / bronkopneumonia timbul beberapa hari setelah infeksi. Pneumonia pneumokok disebabkan oleh pneumokokkus ( streptokokkus pneumonia). Akhir akhir ini insiden menurun karena perbaikan higien dan pemakaian obat anti mikroba. Kuman yang masuk bersama sekret bronkus ke alveolus reaksi radang berupa: - Kongesti (4-12 jam pertama), eksudat serosa masuk ke alveoli melalui pembuluh
darah yang dilatasi dan bocor
- Hepatisasi merah (48 jam berikutnya), paru tampak merah dan bergranula - Hepatisasi kelabu (3-8 hari), paru tampak kelabu - Resolusi (7-11 hari), eksudat lisis absorpsi makrofag pseudopodi
sitoplasmik kembali ke struktur semula Gejala klinis : bersifak akut, Panas dingin + menggigil (suhu 40 derajat) pagi dan sore hari. Batuk disertai dahak warna merah coklat, kadang hijau dan purulent. Dapat disertai darah, nyeri dada pleuritik saat menarik nafas dalam, lobus bagian bawah paru paling sering terkena, mialgia ( lengan, tungkai )
Diagnosa fisik :
Inspeksi; panas tinggi, menggigil, melokalisasi hemitoraks yang sakit, gerak nafas tertinggal pada bag yg sakit
Palpasi ; fremitus raba meningkat ditempat yg sakit Perkusi ; redup Auskultasi ; napas bronkial, ronki basah halus, gesekan pleura Px sputum ; banyk sel PMN diplokokkus gram + bentuk lanset, LED
tinggi, bilirubin direct / indirect meningkat. Radiologis ; bayangan suram yg homogen
Terapi :
Penisilin 300 ribu 600 ribu U dlm bntuk penisilin procain 1-2x tiap hari selama 7-10 hari.
Penisilin oral 4dd 250 mg Eritromisin , kloramfenikol, tetrasiklin, lincomysin. Oksigen
Prognosis :
Bila terkena 1 lobus mortalitas 1%. Bila terkena 2-3 lobus naik menjadi 10%. Mortalitas ini dapat meningkat pula pada umur tua, ibu hamil trimester III, DM, penyakit ginjal, sirosis hati, penyakit jantung dan penyakit paru sebelumnya.
Pneumonia Streptokokus
Kuman penyebab pneumonia streptokokus adalah streptokokus beta hemolitikus group A. Banyak dijumpai kematian karena pneumonia streptokokus dan umumnya mengenai orang muda, usia lanjut dan anak debil
Gejala klinis :
Timbul mendadak, disertai menggigil,panas, batuk yang banyak mengeluarkan dahak (sering ditemui batuk darah) serta nyeri dada.
Radiologis :
Terdapat gambaran satu atau dua focus pneumonitis
Laboratorium :
Pada px darah tepi ditemukan leukosit yang meningkat dengan jumlah PMN matur dan immature yang lebih banyak
Terapi :
Penisilin prokain G 600rb U 2x/hari, tapi bila penyebab penyakit adalah kuman streptokokus yang resisten maka dibutuhkan 3-6 juta/ hari
Sefaloporin generasi I & linkomisin
Pneumonia Stafilokokus
Pneumonia jenis ini biasanya menyerang :
- Bayi & anak
Radiologi :
Konsolidasi di lobus, lobulus atau segmen dari 1/lebih lobus, infiltrat kasar disertai cairan di pleura
Terapi :
Penisilin G 3,6 20 juta U / hari secara i.m./i.v.
Pneumonia Klebsiela atau Friedlanderss
Kuman Klebsiela berbentuk batang pleomorfik, berkapsul, gram negative dan tumbuh cepat pada media biasa secara aerobic.
Gejala klinis :
Timbul mendadak, panas, batuk dan nyeri dada Sebagian kecil, batuk produktif dengan sputum purulen dan warna
merah Tampak sakit, sesak berat, takipneu, sianosis dan hipotensi Px lab : PMN dan kokus gram negative ditemukan, predileksi di lobus
bawah dan segmen posterior dari lobus atas.
Radiologis :
Konsolidasi massif di paru dengan fisura interlobaris yang cembung ke arah lobus yang sehat. Terdapat satu/lebih abses yang tidak tampak jelas.
Terapi :
Kombinasi sefalosporin dan aminoglikosid Penanganan harus cepat dan intensif, jika tidak mortilitas meningkat
20-25% Oksigen Sesak napas akibat secret/ penyempitan saluran napas dapat diberikan
pengencer dahak dan bronkodilator.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ganong. Buku ajar fisiologi kedokteran. 20th ed.Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC,
2002. p. 645-52.
2. Sherwood. Human physiology: from cell to systems. 5th ed. United States.Brooks/Cole
Thompson Learning Inc, 2004. p. 495-501.
3. Dorland, W.A Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta: EGC. 4. Guyton, Arthur C. Hall, John E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta:
EGC 5. Patofisiologi Sylvia Volume 2
6. Patologi Robin Kumar Volume 2