Upload
andreas-tan
View
51
Download
0
Tags:
Embed Size (px)
Citation preview
1
Basic science
Respiratory System
Kelompok Tutorial C4
Nama Anggota Tutorial:
Yonathan Siswo P. (1210211011)
Andreas (1210211131)
Aldi Hafiz D. (1210211037)
Faza Keumalasari (1210211103)
Darmawan Gama (1210211173)
Gani Rahmani Hanief (1210211058)
Riza Huda Pratama (1210211141)
Aulia Livia (1210211048)
Yudha Taufan (1210211116)
Helsa Lukmana (1210211188)
Aryan Muhammad (1110211158)
Fakultas Kedokteran
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta
Tahun Ajaran 2014-2015
2
Lembar Pengesahan
Makalah
Basic science Respiratory System
Diajukan untuk memenuhi tugas tutorial di
Fakultas Kedokteran
UPN Veteran Jakarta
Pada tanggal : ........................................
Telah ditandatangani dan disetujui
Di Jakarta
Pembimbing Tutorial
Dr.Monita S.
3
Pendahuluan
Sistem Pernafasan manusia mengandung hal kompleks yang butuh pemahaman bahkan dari
segi sel dan jaringan sekalipun.Sistem respirasi terbagi menjadi dua yakni pernafasan internal
dan eksternal.
Embriologi,Anatomi,Histologi, serta Fisiologi mutlak untuk kita kuasai dan pelajari lebih
dalam untuk lebih bisa memahami organ-organ tubuh yang termasuk dalam respiratory
system.
Tingginya prevalensi penyakit yang berkaitan dengan sistem respiratory di Indonesia
mengharuskan kita sebagai calon tenaga medis kelak untuk mengerti mengenai sistem
pulmonary dan pada makalah ini kami tim penyusun berusaha untuk membahas dan
menguraikannya secara terperinci
Tujuan
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas tutorial c4 mengenai basic science respiratory
system.
Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa dalam memahami
embriologi, anatomi, histologi, serta fisiologi organ yang berhubungan dengan respiratory
system.
4
Daftar Isi
Lembar pengesahan...........................................................................................................2
Pendahuluan.......................................................................................................................3
Overview case....................................................................................................................5
Embrilogi organ pernafasan................................................................................................6-10
Anatomi organ pernafasan..................................................................................................11-18
Histologi organ pernafasan.................................................................................................18-21
Fisiologi..............................................................................................................................21-40
Penyakit Kongenital
Kelainan dinding dada........................................................................................................40-47
Kelainan trakea...................................................................................................................47-49
Kelainan laring....................................................................................................................49
Penyakit Paru lain...............................................................................................................53-58
Daftar pustaka.......................................................................................................................59
5
Halaman 1
Mengamati kehamilan bibinya, Fahira seorang siswi SLTA, bertanya kepada anda sebagai
mahasiswa kedokteran tentang tumbuh kembang bayi. Dia ingin mengetahui bagaimana janin
dapat bernapas, kapan dan bagaimana pembentukan sistem pernapasan.Fahira juga ingin
mengetahui tentang struktur sel di sistem pernapasan.
Halaman 2
Fahira mendapatkan kabar kalau adik sepupunya meninggal beberapa saat setelah
dilahirkan.Menurut bibi Fahira, bayinya tidak menangis saat dilahirkan. Dokter yang
menolong menyatakan ini merupakan persalinan prematur dan bayi mengalami distress
pernapasan.
Sebagai anak sekolah, Fahira mempunyai rasa ingin tahu yang besar.Saat ini, dia
menanyakan kepadamu mengapa bayi itu tidak menangis saat dilahirkan.Dan dia ingin tahu
bagaimana bayi dapat bernapas untuk pertama kali.
Fahira pernah membaca artikel tentang kelainan kongenital sistem respirasi dan gangguan
pernapasan pada bayi baru lahir.Tetapi dia belum sepenuhnya memahami, Fahira
menghubungi kamu untuk menanyakan beberapa hal seperti apakah perbedaan dan
persamaan Bronchopulmonary dysplasia dan Hyalin Membran Disease
6
Embriologi Paru
Saat mudigah 4 minggu
Akan terbentuk divertikulum respiratorium (tunas bakal paru)
Sebagai suatu benjolan dari dinding ventral usus depan.
Lokasi tunas di sepanjang tabung usus di tentukan oleh faktor transkripsi TBX4 yang
di ekspresikan di endoderm tabung usus di tempat di vertikulum respiratorium
Lapisan epitel dari laring, trakea, bronkus dan paru berasal dari endoderm.Komponen tulang
rawan, otot, dan jaringan ikat trakea dan paru berasal dari mesoderm splanknik yang
mengelilingi usus depan. Lalu terbentuk tracheoesophageal ridge.Dan terbentuk lah septum
trakeoesofageale .
7
Laring
Lapisan dalam berasal dari endoderm tetapi kartilago dan ototnya berasal dari mesenkim
faring keempat dan keenam.Lalu akibat proliferasi cepat mesenkim ini terbentuklah aditus
laringis. dari celah sagital menjadi berbentuk T.Lalu berubah menjadi seperti orang dewasa
sudah dapat di kenali ketika mesenkim dari kedua arkus berubah menjadi kartilago tiroidea,
krikoidea dan aritenoidea.
Di saat yang sama, epitel laring juga berpoliferasi dengan cepat sehingga terjadi oklusi lumen
temporal, yang dilanjutkan dengan vakuolisasi dan rekanalisasi yang menghasilkan sepasang
8
resesus lateral, ventrikulus laringis yang dibatasi oleh lipatan jaringan yang nantinya akan
berdiferensiasi menjadi pita suara sejati dan palsu. Semua otot laring disarafi oleh cabang-
cabang kranial ke sepuluh nervus vagus.
Minggu ke 5
Lalu, untuk pembentukan trakea, bronkus, dan paru. Sewaktu berpisah dengan usus paru,
tunas paru akan membentuk trakea dan dua kantung luar lateral/tunas bronkus. Di awal
minggu kelima, masing-masing tunas bronkus membesar membentuk bronkus utama kanan
dan kiri. Bronkus utama kanan akan membentuk tiga bronkus sekunder, sedangkan yang kiri
akan membentuk dua bronkus sekunder.
Tunas paru berkembang ke arah kaudal dan lateral rongga paru tubuh sehingga ruang paru,
kanalis perikardioperitonealis menjadi cukup sempit. Saluran-saluran terletak di kesua sisi
usus depan dan secara bertahap diisi oleh tunas paru yang terus membesar. Nantinya ada
lipatan pleuroperitoneum dan lipatan pleuroperikardium yang memisahkan kanalis
perikardioperitonealis dari rongga peritoneum dan rongga perikardium, dan ruang sisanya
akan membentuk rongga pleura primitif.
9
Nantinya semakin berkembang, mesoderm yang menutupi luar paru akan menjadi pleura
viseral dan mesoderm yang menutupi dinding tubuh dari bagian dalam menjadi pleura
parietal. Rongga diantara pleura viseral dan pleura parietal adalah rongga pleura.
Bronkus sekunder akan membelah berulang-ulang secara dikotomis, membentuk sepuluh
bronkus tersier (segmentalis) di paru kanan dan delapan bronkus tersier di paru kiri,
menciptakan segmentum bronkuspulmonale pada paru dewasa.
10
Sampai bulan ketujuh pranatal, pernapasan sudah dapat berlangsung ketika sebagian sel
bronkius respiratorius yang berbentuk kuboid menjadi sel gepeng tipis. Selama dua bulan
terakhir kehidupan pranatal dan selama beberap tahun selanjutnya, jumlah sakus terminalis
terus meningkat yang selain itu sel-sel yang melapisi sakus yang dikenal dengan sel epitel
alveolus tipe I. Pada bulan keenam terbentuk jenis sel lain, yaitu sel epitel alveolus tipe
II yang menghasilkan surfaktan, suatu cairan kaya fosfolipid yang dapat menurunkan
tegangan permukaan di pertemuan udara-alveolus.
11
Anatomi
2.2 Anatomi Sistem Pernapasan
2.2.1 Anatomi Saluran Pernapasan Bagian Atas
Saluran pernapasan bagian atas terdiri atas:
a. Lubang hidung (cavum nasalis)
Hidung dibentuk oleh tulang sejati (os) dan tulang rawan (kartilago). Hidung dibentuk
oleh sebagian kecil tulang sejati, sisanya terdiri atas kartilago dan jaringan ikat (connective
tissue). Bagian dalam hidung merupakan suatu lubang yang dipisahkan menjadi lubang kiri
dan kanan oleh sekat (septum). Rongga hidung mengandung rambut (fimbriae) yang
berfungsi sebagai penyaring (filter) kasar terhadap benda asing yang masuk. Pada permukaan
(mukosa) hidung terdapat epitel bersilia yang mengandung sel goblet. Sel tersebut
mengeluarkan lendir sehingga dapat menangkap benda asing yang masuk ke dalam saluran
pernapasan. Kita dapat mencium aroma karena di dalam lubang hidung terdapat reseptor.
Reseptor bau terletak pada cribriform plate, di dalamnya terdapat ujung dari saraf
kranial I (Nervous Olfactorius). Hidung berfungsi sebagai jalan napas, pengatur udara,
pengatur kelembaban udara (humidifikasi), pengatur suhu, pelindung dan penyaring udara,
indra pencium, dan resonator suara.
12
Gambar 2-1: Anatomi hidung dan sinus
b. Sinus paranasalis
Sinus paranasalis merupakan daerah yang terbuka pada tulang kepala. Dinamakan
sesuai dengan tulang tempat dia berada yaitu sinus frontalis, sinus ethmoidalis, sinus
sphenoidalis, dan sinus maxillaris. Sinus berfungsi untuk:
1. Membantu menghangatkan dan humidifikasi
2. Meringankan berat tulang tengkorak
3. Mengatur bunyi suara manusia dengan ruang resonansi
c. Faring
Faring merupakan pipa berotot berbentuk cerobong yang letaknya bermula dari dasar
tengkorak sampai persambungannya dengan esofagus pada ketinggian tulang rawan
(kabrtilago) krikoid. Faring digunakan pada saat digestion (menelan) seperti pada saat
bernapas. Berdasarkan letaknya faring dibagi menjadi tiga yaitu di belakang hidung (naso-
faring), belakang mulut (oro-faring), dan belakang laring (laringo-faring).
Naso-faring terdapat pada superior di area yang terdapat epitel bersilia (pseudo
stratified) dan tonsil (adenoid), serta merupakan muara tube eustachius. Tenggorokan
dikelilingi oleh tonsil, adenoid, dan jaringan limfoid lainnya. Struktur tersebut penting
sebagai mata rantai nodus limfatikus untuk menjaga tubuh dari invasi organisme yang masuk
ke dalam hidung dan tenggorokan.
Oro-faring berfungsi untuk menampung udara dari naso-faring dan makanan dari
mulut. Pada bagian ini terdapat tonsili platina (posterior) dan tonsili lingualis (dasar lidah).
d. Laring
Laring sering disebut dengan voice box dibentuk oleh struktur epiteliumlined yang
berhubungan dengan faring (di atas) dan trakhea (di bawah). Laring terletak di anterior tulang
belakang (vertebrae) ke-4 dan ke-6. Bagian atas dari esofagus berada di posterior laring.
Fungsi utama laring adalah untuk pembentukan suara, sebagai proteksi jalan napas bawah
dari benda asing dan untuk memfasilitasi proses terjadinya batuk.
Laring terdiri atas:
1. Epiglotis; katup kartilago yang menutup dan membuka selama menelan.
2. Glotis; lubang antara pita suara dan laring.
13
3. Kartilago tiroid; kartilago yang terbesar pada trakhea, terdapat bagian yang membentuk
jakun.
4. Kartilago krikoid; cincin kartilago yang utuh di laring (terletak di bawah kartilago tiroid).
5. Kartilago aritenoid; digunakan pada pergerakan pita suara bersama dengan kartilago tiroid.
6. Pita suara; sebuah ligamen yang dikontrol oleh pergerakan otot yang menghasilkan suara
dan menempel pada lumen laring.14
Gambar 2-2: Laring
2.2.2 Anatomi Saluran Pernapasan Bagian Bawah
Saluran pernapasan bagian bawah (tracheobronchial tree) terdiri atas:
a. Trakhea
Trakhea merupakan perpanjangan laring pada ketinggian tulang vertebre torakal ke-7
yang bercabang menjadi dua bronkhus. Ujung cabang trakhea disebut carina. Trakhea bersifat
sangat fleksibel, berotot, dan memiliki panjang 12 cm dengan cincin kartilago berbentuk
huruf C.
b. Bronkhus dan Bronkhiolus
14
Cabang bronkhus kanan lebih pendek, lebih lebar, dan cenderung lebih vertikal
daripada cabang yang kiri. Hal tersebut menyebabkan benda asing lebih mudah masuk ke
dalam cabang sebelah kanan daripada bronkhus sebelah kiri.
Segmen dan subsegmen bronkhus bercabang lagi dan berbentuk seperti ranting masuk
ke setiap paru-paru. Bronkhus disusun oleh jaringan kartilago sedangkan bronkhiolus, yang
berakhir di alveoli, tidak mengandung kartilago. Tidak adanya kartilago menyebabkan
bronkhiolus mampu menangkap udara, namun juga dapat mengalami kolaps. Agar tidak
kolaps alveoli dilengkapi dengan poros/lubang kecil yang terletak antar alveoli yang
berfungsi untu mencegah kolaps alveoli.
Saluran pernapasan mulai dari trakhea sampai bronkhus terminalis tidak mengalami
pertukaran gas dan merupakan area yang dinamakan Anatomical Dead Space. Awal dari
proses pertukaran gas terjadi di bronkhiolus respiratorius.14
2.2.3 Saluran Pernapasan Terminal
Saluran pernapasan terminal terdiri atas:
a. Alveoli
Parenkim paru-paru merupakan area yang aktif bekerja dari jaringan paru-paru.
Parenkim tersebut mengandung berjuta-juta unit alveolus. Alveolimerupakan kantong udara
yang berukuran sangat kecil, dan merupakan akhir dari bronkhiolus respiratorus sehingga
memungkinkan pertukaran O2 dan CO2. Seluruh dari unit alveoli (zona respirasi) terdiri ats
bronkhiolus respiratorius, duktus alveolus, dan alveolar sacs (kantong alveolus). Fungsi
utama dari unit alveolus adalah pertukaran O2 dan CO2 diantara kapiler pulmoner dan
alveoli.
Gambar 2-3: Alveolus
b. Paru-paru
15
Paru-paru terletak pada rongga dada, berbentuk kerucut yang ujungnya berada di atas
tulang iga pertama dan dasarnya berada pada diafragma. Paru-paru kanan mempunyai tiga
lobus sedangkan paru-paru kiri mempunyai dua lobus. Kelima lobus tersebut dapat terlihat
dengan jelas. Setiap paru-paru terbagi lagi menjadi beberapa subbagian menjadi sekitar
sepuluh unit terkecil yang disebut bronchopulmonary segments.
Paru-paru kanan dan kiri dipisahkan oleh ruang yang disebut mediastinum. Jantung,
aorta, vena cava, pembuluh paru-paru, esofagus, bagian dari trakhea dan bronkhus, serta
kelenjar timus terdapat pada mediastinum.14
Gambar 2-4: Paru-paru
c. Dada, Diafragma, dan Pleura
Tulang dada (sternum) berfungsi melindungi paru-paru, jantung, dan pembuluh darah
besar. Bagian luar rongga dada terdiri atas 12 pasang tulang iga (costae). Bagian atas dada
pada daerah leher terdapat dua otot tambahan inspirasi yaitu otot scaleneus dan
sternocleidomastoid.
Diafragma terletak di bawah rongga dada. Diafragma berbentuk seperti kubah pada
keadaan relaksasi. Pengaturan saraf diafragma (Nervus Phrenicus) terdapat pada susunan
saraf spinal.
Pleura merupakan membran serosa yang menyelimuti paru-paru. Pleura ada dua
macam yaitu pleura parietal yang bersinggungan dengan rongga dada (lapisan luar paru-paru)
dan pleura visceral yang menutupi setiap paru-paru. Diantara kedua pleura terdapat cairan
pleura seperti selaput tipis yang memungkinkan kedua permukaan tersebut bergesekan satu
sama lain selama respirasi, dan mencegah pelekatan dada dengan paru-paru. Tekanan dalam
rongga pleura lebih rendah daripada tekanan atmosfer sehingga mencegah kolaps paru-paru.
16
Masuknya udara maupun cairan ke dalam rongga pleura akan menyebabkan paru-paru
tertekan dan kolaps. Apabila terserang penyakit, pleura akan mengalami peradangan.14
Gambar 2-5: Pleura
d. Sirkulasi Pulmoner
Paru-paru mempunyai dua sumber suplai darah yaitu arteri bronkhialis dan arteri
pulmonalis. Sirkulasi bronkhial menyediakan darah teroksigenasi dari sirkulasi sistemik dan
berfungsi memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan paru-paru. Arteri bronkhialis berasal
dari aorta torakalis dan berjalan sepanjang dinding posterior bronkhus. Vena bronkhialis akan
mengalirkan darah menuju vena pulmonalis.
Arteri pulmonallis berasal dari ventrikel kanan yang mengalirkan darah vena ke paru-
paru di mana darah tersebut mengambil bagian dalam pertukaran gas. Jalinan kapiler paru-
paru yang halus mengitari dan menutupi alveolus merupakan kontak yang diperlukan untuk
pertukaran gas antara alveolus dan darah.
Vaskularisasi Paru-paru dan Pleura
Paru-paru menerima dan mensuplai darah melewati 2 rangkaian, yaitu :
1) Sirkiulasi pulmonary
2) Arteri dan vena bronchial
SIRKULASI PULMONARY
17
Setiap paru-paru memiliki artery pulmonary besar yang mensuplai darah ke paru-paru dan
vena pulmonary yang mengeluarkan darah dari paru-paru.
Artery pulmonary kanan dan kiri berasal dari pulmonary trunk dan membawa darah yang
miskin O2 ke paru-paru untuk oksigenisasi. Secara anatomy gambar artery pulmonary
berwarna biru. Setiap artery pulmonary menjadi bagian root dari paru-paru dan mengeluarkan
cabang pertamanya ke superior lobe sebelum memasuki hilum. Di dalam paru-paru setiap
artery descend ke bagian posterolateral bronkus utama dan terbagi menjadi arteri lobar dan
arteri segmental. Kemudian cabang tersebut terus bercabang ke setiap lobe dan segment
bronchopulmonary paru-paru. Arteri dan bronchi berpasangan di paru-paru. Di daerah duktus
alveoli, cabang-cabang arteri tersebut membentuk jalinan kapiler di dalam septum
interalveolaris.
Darah yang teroksigenasi kembali ke jantung terjadi dengan melewati 4 vena pulmonary yang
mengalirkan ke atrium kiri.
Vena pulmonary membawa darah yang kaya O2 dari paru-paru ke atrium kiri jantung. Secara
anatomy gambar vena pulmonary berwarna merah. Vena pulmonary mengalir pada arteri dan
bronchi, yang menerima darah dari segment-segment berdekatan ketika sedang mengalir ke
hilum. Vena dari pleura visceral mengalir ke vena pulmonary dan vena dari pleura parietal
bergabung dengan vena sistemic pada bagian dinding thoracic yang berdekatan.
ARTERI & VENA BRONCHIAL
18
1) Arteri Bronchial
Mensuplai darah untuk menutrisi struktur-struktur yang membentuk root paru-paru,
jaringan penyokong paru-paru dan pleura visceral
Terbagi menjadi :
a. Arteri bronchial kiri ; berasal dari superior thoracic aorta
b. Arteri bronchial kanan ; berasal dari arteri intercostal posterior kanan (biasanya yang
ke-3), common trunk bersama arteri bronchial superior, atau aorta.
2) Vena Bronchial
Mengalir ke kapiler proksimal yang disuplai oleh arteri bronchial dan vena pulmonary.
Terbagi menjadi :
a. Vena bronchial kanan ; mengalir ke vena azygous
b. Vena bronchial kiri ; mengalir ke vena hemiazygous accessory atau vena intercostal
superior kiri.
Histologi
Epiglottis
Sediaan dari epiglotis menunjukan
Permukaan laringeal di lapisi epitel bertingkat silindris bersilia & sel goblet.Permukaan
lingual di lapisi epitel brlapis gepeng tnpa lapisan tanduk serta kerangka epiglotis yaitu tulang
rawan elastic.
19
Trakea
Sedangkan pada sediaan Trakea terdapat gambaran histologi:
Mukosa trakea d lapisi epitel brtingkat silindris, brsilia& sel goblet.Di dalam lamina propia
terdapat kelenjar seromukosa.Tulang rawan yang menjadi rangka yaitu tulang rawan hialin
bentuk C, bagian yang mengandung tulang rawan ini di sebut pars kartilangea trakea.Celah
pada huruf C di tutup oleh kerangka jaringan otot polos (pars membranasea).Di sekeliling
trakea terdapat tunika adventisia.
20
Bronkus intrapulmonal
Gambaran histologi bronkus intrapulmonal adalah mukosa saluran ini tidak rata, berkelok &
di lapisi epitel bertingkat silindris bersilia & sel goblet. Di bawah lapisan otot polos terdapat
penggalan tulang rawan hialin.
Bronkiolus:
Gambaran histologi bronkiolus
besar- epitelx selapis torak, bersilia, sel goblet
kecil- epitel selapis kubus tak bersilia
Bronkiolus kecil akan menyalurkan udara ke dalam bronkiolus terminalis
21
22
Fisiologi
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
a. perkembangan sistem organ fetus
Sekitar 1 bulan setelah fertilisasi ovum, semua organ fetus telah terbentuk sebagian
(minimal) dan selama dua tiga bulan keempat organ-organ fetus sama dengan organ
neonatus. Perkembangan struktur organ yang lebih kecil (struktur sel)lebih baik dan
memerlukan lima bulan kehamilan sisanya untuk menyempurnakan perkembangan. Bahkan
ketika lahir, beberapa struktur tertentu (sistem saraf,ginjal,dan hati) belum sempurna.
b. Pengertian Adaptasi fisiologi fetus
Fisiologi neonatus merupakan ilmu yang mempelajari fungsi dan proses vital
neonatus. Neonatus adalah individu yang baru saja mengalami proses kelahiran dan harus
menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin. Selain itu, neonatus
adalah indivisu yang sedang bertumbuh.
c. Pengertian adaptasi neonatal
Adaptasi neonatal (bayi baru lahir) adalah proses penyesuaian fungsional neonatus
dari kehidupan di dalam uterus. Kemampuan adaptasi fungsional neonatus dari kehidupan di
23
dalam uterus kekehidupan di luar uterus.Kemampuan adaptasi fisiologis ini di sebut juga
homeostasis.Bila terdapat gangguan adaptasi, maka bayi akan sakit. Banyak perubahan yang
akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam lingkungan interna (dalam kandungan ibu)
yang hangat dan segala kebutuhannya terpenuhi(Oksigen dan nutrisi)ke lingkungan eksterna
(diluar kandungan ibu) yang dingin dan segala kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain
untuk memenuhinya.
Perbedaan lingkungan fisik sebelum dan sesudah lahir (Timiras dalam Johnson, 1986), adalah
sbb :
Sebelum Lahir Sesudah Lahir
1. Lingkungan fisik Cairan Udara
2. Suhu Luar Pada umumnya tetap Berubah-ubah
3. Simulasi sensoris Terutama kinestetik atau
vibrasi
Bermacam-macam stimulli
4. Gizi Tergantung zat gizi yang
terdapat dalam darah ibu
Tergantung tersedianya
bahan makanan dan
kemampuan saluran cerna
5. Penyediaan oksigen Berasal dari ibu ke janin
melalui plasenta
Berasal dari paru-paru ke
pembuluh darah paru-paru
6. Pengeluaran hasil
metabolism
Dikeluarkan ke sistem
peredaran darah ibu
Dikeluarkan melalui paru-
paru, kulit, ginjal, dan
saluran pencernaan
2.2 Perubahan Sistem Pernapasan
Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta dan
setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru bayi. Organ yang bertanggung
jawab untuk oksigensi janin sebelum bayi lahir adalah plsenta. Selama masa kehamilan bayi
mengalami banyak perkembangan yang menyediakan infrastruktur untuk mulainya proses
pernapasan. Pada masa kehamilan di trimester II atau III janin sudah mengembangkan otot-
otot yang diperlukan untuk bernapas, alveoli juga berkembang dan sudah mampu
menghasilkan surfaktan, fosfolipid yang mengurangi tegangan permukaan pada tempat
pertemuan antara udara- alveoli. Ruang interstitial antara alveoli sangat tipis sehinga
memungkinkan kontak maksimum antara kapiler dan alveoli untuk pertukaran udara.
24
Pada saat bayi lahir, dinding alveoli disatukan oleh tegangan permukaan cairan kental
yang melapisinya. Diperlukan lebih dari 25 mmHg tekanan negatif untuk melawan pengaruh
tegangan permukaan tersebut dan untuk membuka alveoli untuk pertama kalinya. Tetapi
sekali membuka alveoli, pernapasan selanjutnya dapat di pengaruhi pergerakan pernapasan
yang relatif lemah. Untungnya pernapasan bayi baru lahir yang pertamakali sangat kuat,
biasanya mampu menimbulkan tekanan negatif sebesar 50 mmHg dalam ruang intrapleura.
Pada bayi baru lahir, kekuatan otototot pernapasan dan kemampuan diafragma untuk
bergerak, secara langsung mempengaruhi kekuatan setiap inspirasi dan ekpirasi. Bayi yang
baru lahir yang sehat mengatur sendiri usaha bernapas sehingga mencapai keseimbangan
yang tepat antar-oksigen, karbon dioksida, dan kapasitas residu fungsional. Frekuensi napas
pada bayi baru lahir yang normal adalah 40 kali permenit dengan rentang 3060 kali permenit
( pernapasan diafragma dan abdomen ) apabila frekuensi secara konsisten lebih dari 60 kali
permenit, dengan atau tanpa cuping hidung, suara dengkur atau retraksi dinding dada, jelas
merupakan respon abnormal pada 2 jam setelah kelahiran.
Rangsangan gerakan pernapasan pertama terjadi karena beberapa hal berikut :
1. Tekanan mekanik dari torak sewaktu melalui jalan lahir (stimulasi mekanik)
2. Penurunan PaO2 dan peningkatan PaO2 merangsang kemoreseptor yang terletak di sinus
karotikus (stimulasi mekanik).
3. Rangsangan dingin di daerah muka dan perubahan suhu di salam uterus ( stimulasi
sensorik).
4. Refleks deflasi Hering Breur.
Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit pertama sesudah
lahir.Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan alveoli,selain karena adanya
surfaktan,juga karena adanya tarikan nafas dan pengeluaran napas dengan merintih sehingga
udara bisa gtertahan di dalam. Cara neonates bernapas dengan cara bernapas difragmatik dan
abdominal, sedangkan untuk frekuensi dan dalamnya bernapas belum teratur. Apabila
surfaktan berkurang, maka alveoli akan kolaps dan paru-paru kaku, sehingga terjadi
atelektasis. Dalan kondisi seperti ini(anoksia), neonatus masih mempertahankan hidupnya
karena adanya kelanjutan metabolism anaerobik.
a. Perkembangan paru-paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang bercabang dan
kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus proses ini terus
berlanjut sampai sekitar usia 8 tahun, sampai jumlah bronkus dan alveolus akan sepenuhnya
berkembang, walaupun janin memperlihatkan adanya gerakan napas sepanjang trimester II
25
dan III. Paru-paru yang tidak matang akan mengurangi kelangsungan hidup BBL sebelum
usia 24 minggu. Hal ini disebabkan karena keterbatasan permukaan alveolus,
ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru dan tidak tercukupinya jumlah surfaktan.
b. Awal adanya napas
Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi adalah :
1) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang
merangsang pusat pernafasan di otak.
2) Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru - paru selama
persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam paru - paru secara mekanis. Interaksi
antara system pernapasan, kardiovaskuler dan susunan saraf pusat menimbulkan pernapasan
yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk kehidupan.
3) Penimbunan karbondioksida (CO2). Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam
darah dan akan merangsang pernafasan. Berkurangnya O2 akan mengurangi gerakan
pernafasan janin, tetapi sebaliknya kenaikan CO2 akan menambah frekuensi dan tingkat
gerakan pernapasan janin.
4) Perubahan suhu. Keadaan dingin akan merangsang pernapasan.
c. Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernapas
Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :
1). Mengeluarkan cairan dalam paru-paru
2). Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali.
Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat survaktan (lemak lesitin /sfingomielin)
yang cukup dan aliran darah ke paru paru. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu
kehamilan, dan jumlahnya meningkat sampai paru-paru matang (sekitar 30-34 minggu
kehamilan). Fungsi surfaktan adalah untuk mengurangi tekanan permukaan paru dan
membantu untuk menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasan.
Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveoli kolaps setiap saat akhir pernapasan,
yang menyebabkan sulit bernafas. Peningkatan kebutuhan ini memerlukan penggunaan lebih
banyak oksigen dan glukosa. Berbagai peningkatan ini menyebabkan stres pada bayi yang
sebelumnya sudah terganggu.
d. Dari cairan menuju udara
26
Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya. Pada saat bayi melewati jalan
lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini diperas keluar dari paru-paru. Seorang
bayi yang dilahirkan secara sectio cesaria kehilangan keuntungan dari kompresi rongga dada
dan dapat menderita paru-paru basah dalam jangka waktu lebih lama.Dengan beberapa kali
tarikan napas yang pertama udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus BBL. Sisa cairan di
paru-paru dikeluarkan dari paru-paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah.
e. Fungsi sistem pernapasan dan kaitannya dengan fungsi kardiovaskuler
Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat penting dalam
mempertahankan kecukupan pertukaran udara.Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-
paru akan mengalami vasokontriksi. Jika hal ini terjadi, berarti tidak ada pembuluh darah
yang terbuka guna menerima oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga menyebabkan
penurunan oksigen jaringan, yang akan memperburuk hipoksia.
Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus
dan akan membantu menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang perubahan sirkulasi
janin menjadi sirkulasi luar rahim.
2.3 Perubahan Pada Sistem Sirkulasi
Penyesuaian sirkulasi sangat memungkinkan aliran darah yang adekuat melalui paru
adalah satu faktor penting selain mulainya pernapasan ketika lahir. Oleh karena itu paru tidak
berfungsi terutama selama kehidupan fetal,maka jantung fetus tidak perlu memompa banyak
darah melalui paru.sebaliknya jantung fetus harus memompa darah dalam jumlah besar
melalui plasenta. Sebagian besar darah yang masuk ke atrium kanan dari vena kava inferior
langsung berjalan lurus melalui permukaan posterior atrium kanan dan kemudian melalui
foramen ovale langsung masuk ke dalam atrium kiri. Jadi, darah yang di ogsigenisasi baik
dari plasenta masuk ke sisi kiri jantung bukan ke sisi kanan jantung dan dipompa oleh
ventrikel kiri terutrama ke dalam pembuluh darah kepala dan anggota gerak bawah.
Darah yang masuk atrium kanan dari vena kava superior langsung berjalan turun
melalui katup trikuspidalis masuk ke dalam ventrikel kanan. Darah ini terutama darah
deoksigenisasi dari daerah kepala fetus, dan dipompa oleh ventrikel kanan masuk ke dalam
arteria pulmonalis, kemudian terutama melalui duktus arteriosus masuk ke dalam aorta
27
desenden dan melalui arteria umbilikalis masukke plasenta, tempat darah deoksigenisasi
mengalami oksigenisasi.
2.4 Sistem Sirkulasi dan Hematologi
Aliran darah fetal bermula dari vena umbilikalis, akibat tahanan pembuluh paru yang
besar (lebih tinggi dibanding tahanan vascular sistemik) hanya 10% dari keluaran ventrikel
kanan yang sampai paru, sedangkan sisanya (90%) terjadi shunting kanan ke kiri melalui
duktus arteriosus bottali.
Pada waktu bayi lahir, terjadi pelepasan dari plasenta secara mendadak (saat
umbilical cord dipotong/dijepit),tekanan atrium kanan menjadi rendah,tahanan pembuluh
darah sistemik(SVR) naik dan pada saat yang sama paru mengembang,tahanan vascular paru
menyebabkan penutupan foramen ovale menutup setelah beberapa minggu,aliran darah di
duktus arteriosus bottali berbalik dari kiri ke kanan. Kejadian ini disebut sirkulasi transisi.
Penutupan duktus arteriosus secara fisiologis terjadi pada umur bayi 10-25 jam yang di
sebabkan kontraksi otot polos pada akhir atreri pulmonalis dan secara anatomis pada usia 2-3
minggu.
Pada neonatus, reaksi pembuluh darah masih sangat kurang sehingga keadaan
kehilangan darah, dehidrasi,dan kelebihan volume juga sangat kurang untuk di toleransi.
Manajemen cairan pada neonatus harus dilakukan dengan cermat dan teliti. Tekanan sistolik
merupakan indicator yang baik untuk menilai sirkulasi volume darah dan dipergunakan
sebagai parameter yang adekuat terhadap penggantian volume. Otoregulasi aliran darah otak
pada bayi baru lahir tetap terpelihara normal pada tekanan sistemik antara 60-130 mmHg.
Frekuensi nadi bayi rata-rata 120x/menit dengan tekanan darah sekitar 80/60mmHg.
Perubahan pada Sistem Peredaran Darah
Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan
mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan. Untuk
membuat sirkulasi yang baik, kehidupan diluar rahim harus terjadi dua perubahan besar, yaitu
sebagai barikut :
Sistem sirkulasi darah janin yaitu melalui,
a. Vena umbilical
1. Berasal dari korda umbilika ke sisi bawah hati dan bawah darah kaya akan oksigen dan
nutrisi.
28
2. Vena ini punya satu cabang yang menghubungkan vena porta dan menyuplai hati.
b. Ductus Venosus (dari vena ke vena)
1. Menghubungkan vena umbilikal ke vena cava inverior.
2. Pada titik ini, darah tercampur dengan darah deogsigenasi yang kembali dari bagian bawah
tubuh.jadi, darah terogsigenasi dengan baik .
c. Foramen ovale
1. Foramen ovale adalah lubang sementara antara atrium yang merupakan jalan masuk
mayoritas darah dari vena cava inferior menyebrang ke dalam atrium kiri.
2. Alas an pengalihan ini adalah darah tidak perlu melalui paru-paru untuk mengumpulkan
oksigen.
d. Duktus arteriosus (dari arteri ke arteri)
Duktus dari arah dua percabangan arteri pulmoner ke aorta desenden, masuk ke titik dibawah
tempat terdapat arteri subklavia dan arteri carotid.
e. Arteri hipogastik
Percabangan dari arteri iliaka interna dan jadi arteri umbilikal saat percabangan ini masuk ke
korda umbilical.Percabangan ini megembalikan darah ke plasenta. Darah perlu waktu 1,5
menit untuk bersikulasi dan melalui perjalanan berikutnya.
Adaptasi ke kehidupan ekstrauterin
a. Setelah anak lahir anak bernapas untuk pertama kalinya.maka, terjadilah penurunan
tekanan dalam arteri pulmonalis sehingga banyak darah yang mengalir ke paru-paru.
b. Ductus arteriosus tertutup satu sampai dua menit setelah anak bernapas
c. Dengan terguntingnya tali pusat, darah dalam vena cava inferior berkurang. Dengan
demikian, tekanan dalam atrium atau serambi kanan berkurang.
d. Sebaliknya, tekanan dalam atrium kiri bertambah sehingga menyebabkan penutupan
voramen ovale.
e. Sisa ductus arteri menjadi ligamentum arteriosus.
f. Sisa ductus venosus menjadi ligamentum teres hepatic.
g. Arteri umbilikal menjadi ligamentum pesikoumbilical lateral kiri dan kanan.
Struktur anatomi khas sirkulasi fetal, paru tidak berfungsi selama kehidupan fetal dan hati
hanya berfungsi sebagaian, maka tidak perlu bagi jantung fetus untuk memompa banyak
darah baik melalui paru atau hati. Sebaliknya jatung fetus harus memompa darah dalam
jumlah yang besar melalui plasenta. Oleh karena itu, susunan anatomi sistem sirkulasi fetal
bekerja sangat berbeda dengan sistem sirkulasi orang dewasa.
Peredaran darah
29
Pada masa fetus, peredaran darah dimulai dari plasenta melalui vena umbilikalis lalu
sebagian ke hati dan sebagian lainnya langsung ke serambi kiri jantung, kemudian ke bilik
kiri jantung. Dari bilik kiri darah di pompa melalui aorta ke seluruh tubuh, sedangkan yang
dari bilik kanan darah di pompa sebagian ke paru dan sebagian melalui duktus arteriosus ke
aorta.
Setelah bayi lahir, paru akan berkembang yang akan mengakibatkan tekanan arteriol
dalam paru menurun yang diikuti dengan menurunnya tekanan pada jantung kanan. Kondisi
ini menyebabkan tekanan jantung kiri lebih besar dibandingkan dengan tekanan jantung
kanan, dan hal tersebutlah yang membuat foramen ovale secarafungsional menutup. Hal ini
terjadi pada jam-jam pertama setelah kelahiran. Oleh karena tekanan dalam paru turun dan
tekanan dalam aorta desenden naik dan juga karena rangsangan biokimia (PaO2 yang naik)
serta duktus arteriosus yang berobliterasi. Hal ini terjadi pada hari pertama.
Aliran darah paru pada hari pertama kehidupan adalah 4-5 liter per menit/m (gessner,
1965). Aliran darah sistolik pada hari pertama rendah yaitu 2,96 liter/menit/m dan bertambah
pada hari kedua dan ketiga (3,54 liter/m) karena penutupan duktus arteriosus. Tekanan darah
pada waktu lahir di pengaruhi oleh jumlah darah yang melalui transfuse plasenta yang pada
jam-jam pertama sedikit menurun, untuk kemudian naik lagi dan menjadi konstan kira-kira
85/40 mmHg.
Transisi Pada Darah
Pada umumnya bayi baru lahir ( BBL) dilahirkan dengan nilai hemoglobin ( Hb) yang
tinggi. Hemoglobin F adalah Hb yang dominan pada periode janin, namun akan lenyap pada
satu bulan pertama kehidupan selama beberapa hari pertama. Nilai Hb akan meningkat
sedangkan volume plasma akan menurun, akibatnya hematokrit normal hanya pada 51 56%
neonatus. Pada saat kelahiran meningkat dari 3% manjadi 6% , pada minggu ke-7 sampai ke-
9 setelah bayi baru lahir akan turun perlahan. Nilai Hb untuk bayi berusia 2 bulan rata-rata 12
g/dl.
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai hemoglobin pada bayi baru lahir :
1. waktu pengkleman tali pusat. Penundaan pengkleman tali pusat dapat meningkatakan volume
darah neonotus 25-40% , keuntungan penundaan pengkleman :
a. Volume yang besar meningkatkan perfusi kapiler baru
b. Berlanjutnya bolus darah teroksigenasi selama nafas pertama yang tidak teratur.
2. Pencapaian oksigenasi adekuat yang lebih cepat membuat penutupan struktur janin.
3. Posisi bayi baru lahir segera setelah lahir
30
Sedangkan darah merah BBL memiliki umur yang singkat , yaitu 80 hari , sedangkan sel
darah merah orang dewasa 120 hari. Pergantian sel yang cepata ini menghasilkan lebih
banyak sampah metabolic akibat penghancuran sel termasuk bilirubin yang harus di
metabolisme. Muatan bilirubin yang berlebihan ini menyebabkan ikterus fisiologis yang
terlihat pada bayi baru lahir. Oleh karena itu, terdapat hitung retukulosit yang tinggi pada
bayi baru lahir yang mencerminkan pembentukan sel darah merah baru dalam jumlah besar.
Sel darah putih rata-rata pada bayi baru lahir memiliki rentang dari 10.000 hingga
30.000/mm . peningkatan lebih lanjut dapat terjadi pada BBL normal selama 24 jam pertama
kehidupan. Pada saat menangis yang lama juga dapat menyebabkan hitung sel darah putih
mengandung granulosit dalam jumlah yang besar.
Perbedaan sirkulasi darah fetus dan bayi :
a. Sirkulasi Darah Fetus
1) Struktur tambahan pada sirkulasi fetus
a). Vena umbulicalis
membawa darah yang telah mengalami deoksigenasi dari plasenta ke permukaan dalam
hepar
b). Ductus venosus
meninggalkan vena umbilicalis sebelum mencapai hepar dan mengalirkan sebagian besar
darah baru yang mengalami oksigenasi ke dalam vena cava inferior.
c). Foramen ovale
merupakan lubang yang memungkinkan darah lewat atrium dextra ke dalam ventriculus
sinistra
d). Ductus arteriosus
merupakan bypass yang terbentang dari venrtriculuc dexter dan aorta desendens
e). Arteri hypogastrica
dua pembuluh darah yang mengembalikan darah dari fetus ke plasenta. Pada feniculus
umbulicalis, arteri ini dikenal sebagai ateri umbilicalis. Di dalam tubuh fetus arteri tersebut
dikenal sebagai arteri hypogastica.
2) Sistem sirkulasi fetus
a). Vena umbulicalis
31
membawa darah yang kaya oksigen dari plasenta ke permukaan dalam hepar. Vena hepatica
meninggalkan hepar dan mengembalikan darah ke vena cava inferior
b). Ductus venosus
merupakan cabang cabang dari venaumbilicalis dan mengalirkan sejumlahbesar darah
yang mengalami oksigenasi ke dalam vena cava inferior
c). Vena cava inferior
mengalirkan darah yang telah beredar dalam ekstremitas inferior dan badan fetus, menerima
darah dari vena hepatica dan ductus venosus dan membawanya ke atrium dextrum
d). Foramen ovale
memungkinkan lewatnya sebagian besar darah yang mengalami oksigenasi dalam ventriculus
dextra untuk menuju ke atrium sinistra, dari sini darah melewati valvula mitralis ke
ventriculuc sinister dan kemudian melaui aorta masuk kedalam cabang ascendensnya untuk
memasok darah bagi kepala dan ekstremitas superior. Dengan demikian hepar, jantung dan
serebrum menerima darah baru yang mengalami oksigenasi
e). Vena cava superior
mengembalikan darah dari kepala dan ekstremitas superior ke atrium dextrum. Darah ini
bersama sisa aliran yang dibawa oleh vena cava inferior melewati valvula tricuspidallis
masuk ke dalam venriculus dexter
f). Arteria pulmonalis
mengalirkan darah campuran keparu - paru yang nonfungsional,yanghanya memerlukan
nutrien sedikit.
g). Ductus arteriosus :
mengalirkan sebagian besar darah dari vena ventriculus dexter ke dalam aorta descendens
untuk memasok darah bagi abdomen, pelvis dan ekstremitas inferior
h). Arteria hipogastrika
merupakan lanjutan dari arteria illiaca interna, membawa darah kembali ke plasenta dengan
mengandung leih banyak oksigen dan nutrien yang dipasok dari peredaran darah maternal.
b. Perubahan yang terjadi pada saat lahir
1) Penghentian pasokan darah dari plasenta
2) Pengembangan dan pengisian udara pada paru-paru
3) Penutupan foramen ovale
4) Fibrosis
a). Vena umbilicalis
32
b). Ductus venosus
c). Arteriae hypogastrica
d). Ductus arteriosus
sirkulasi pulmonari : vena umbilikus, duktus venosus,foramen ovale,dan duktus anteriosus.
Sirkulasi Fetus
a. Rintangan tinggi pada saat sirkulasi pulmonal.
b. Rintangan rendah pada saat sirkulasi sistemik.
Terjadinya pergerakan darah dari sebelah kanan ke kiri.
a. Foramen Ovale
Tekanan arteri sebelah kiri rendah karena darah yang kembali ke paru-paru adalah rendah dan
tingginya tekanan pada arteri sebelah kanan karena isis pada darah dari plasenta tinggi.
b. Duktus Arteriosus
Rintangan tinggi pada sirkulasi pulmonary. Rintanga (resisten) rendah pada sirkulasi sistemik
fetus dan fungsi prostaglandin.
Sirkulasi Neonatal
a. Banyak perubahan dalam sirkulasi ketika kelahiran. Bertambahnya aliran darah pada
sirkulasi pulmonal terjadi akibat turunnya resisten pada sirkulasi pulmonal sehingga paru-
paru mengembang.
b. Darah vena kembali daripada jantung meningkat.
c. Tekanan arteri kiri meningkat,sedangkan arteri kanan berkurang mengakibatkan foramen
ovale tertutup.
d. Resisten sirkulasi sistemik lebih tinggi daripada resisten pulmonal dalam masa 24 jam.
Fungsi prostaglandin menyebabkan duktus arteriosus menutup.
e. Arteri-arteri umbilikus mengerut dan aliran darah ke plasenta berhenti.
Perubahan Sirkulasi Fetal Waktu Lahir
a. Hilangnya aliran darah dalam jumlah besar melalui plasenta.
Sebenarnya hal ini meningkatkan tekanan aorta serta tekanan atrium kiri.
b. Tahapan vaskular paru sangat menurun.
Sebagai akibat dari pengembangan paru-paru. Pada fetus yang tidak mengembang, pembuluh
darah tertekan karena volume paru yang kecil. Segera setelah mengembang, pembuluh darah
tersebut tidak lagi tertekan dan tahanan terhadap aliran darah berkurang.
c. Penutupan foramen ovale
33
Tekanan atrium kanan yang rendah dan tekanan atrium kiri yang tinggi, secara sekunder akan
berpengaruh terhadap perubahan tahanan paru dan sistem waktu lahir sehingga menyebabkan
kecenderungan darah mengalirkan balik dari atrium kiri ke atrium kanan bukan
sebaliknya,seperti yang terjadi dalam kehidupan fetal. Akibatnya katup kecil yang terletak
diatas foramen ovale pada sisi kiri septum atrium menutup lubang tersebut karena hal
tersebut dapat mencegah aliran lebih lanjut.
d. Penutupan duktus arteriosus
Efek yang sama terjadi dalam hubungannya dengan duktus arteriosus karena meningkatkan
tahanan pada paru dan mengurangi trahanan pada arteri purmonalis. Sebagai akibatnya,
segera setelah lahir, darah mulai mengalir balik dari aorta ke arteri pulmonalis bukan dengan
arah sebaliknya dari aorta seperti kehidupan fetal. Akan tetapi, hanya setelah beberapa jam
dinding otot duktus arteriosus mengadakan kontraksi nyata, dan dalam 8 hari kontraksi cukup
untuk menghentikan aliran darah. Hal ini dinamakan penutupan fungsional duktus arteriosus.
Kemudian, terkadang selama bulan ke-2 kehidupan, biasanya duktus arteriosus tertutup
secara anatomi oleh pertumbuhan jaringan fibrosa.
Pembentukan Sel-Sel Darah
a. Sel-sel darah berinti mulai dibentuk pada kantung kuning telur dan lapisan mesotel
plasenta sekitar minggu ke-3 perkembangan fetus. Satu minggu kemudian diikuti
pembentukan sel-sel darah merah oleh mesenkim dan endotel pembuluh darah fetus.
b. Minggu ke-6, hati mulai membentuk sel darah.
c. Pada bulan ke-3 dan seterusnya sumsum tulang mulai semakin membentuk sel-sel darah
merah dan putih. Sementara itu, struktur-struktur lain kehilangan kemampuannya sama sekali
untuk membentuk sel-sel darah.
2.5 Perubahan pada Sistem Gastrointestinal
Sebelum lahir, janin cukup bulan mempraktikkan perilaku mengisap dan menelan. Pada
saat lahir, reflek muntah dan batuk yang matur telah lenyap. Kemampuan bayi baru lahir
cukup bulan untuk menelan dan mencerna sumber makanan dari luar cukup terbatas.
Sebagaian besar keterbatasan tersebut membutuhkan berbagai enzim dan hormon pencernaan
yang dapat di saluran cerna ( mulai dari mulut sampai dengan usus ).
Kamampuan absorpsi karbohidrat pada bayi baru lahir kurang efisien, sedangkan absorpsi
monosakarida ( glukosa ) telah efisien. Regurgitasi pada bayi baru lahir disebabkan oleh
sfingter jantung, sambungan esophagus bawah, dan lambung yang tidak sempurna. Kapasitas
34
lambung pada bayi baru lahir cukup bulan sangat terbatas, kurang dari 30cc. hal ini di
sebabkan karena usus bayi baru lahir relatif tidak matur dan sistem otot yang menyusun organ
tersebut lebih tipis dan kurang efisien di bandingkan orang dewasa sehingga gelombang
peristaltiknya sukar untuk di prediksi. Lipatan dan vili dinding usus belum berkembang
sempurna. Sel epitel yang melapisi usus halus bayi baru lahir tidak berganti dengan cepat
sehingga meningkatkan absorpsi yang paling efektif. Awal pemberian makan oral
menstimulasi lapisan usus agar matur dengan meningkatkan pergantian sel yang cepat dan
produksi enzim mikrovilus. Epitel sel yang tidak matur mempengaruhi usus untuk
melindungi dirinya dari zat-zat yang sangat berbahaya.
Pada awal kehidupan, bayi baru lahir menghadapi proses penutupan usus ( permukaan
epitel usus menjadi tidak permeable terhadap antigen ). Sebelum penutupan usus bayi akan
rentan terhadap infeksi virus / bakteri dan juga terhadap stimulasi allergen melalui
penyerapan molekul-molekul besar oleh usus. Kolon bayi baru lahir kurang efisien dalam
menyimpan cairan daripada kolon orang dewasa sehingga bayi cenderung mengalami
kompilasi kehilangan cairan, misalnya gangguan diare.
2.6 Perubahan imunitas
Pada kehamilan 8 minggu telah ditemukan limfosit, dengan tuanya kehamilan maka
limfosit juga banyak di temukan dalam ferifer dan terdapat pula limfe. Sel sel limfoid
membentuk molekul immunoglobulin gamma G yang merupakan gabungan immunoglobulin
gamma A dan gamma M. Gamma G dibentuk paling banyak setelah 2 bulan bayi dilahirkan.
Gamma G globulin janin di dapat dari ibu melalui plasenta. Bila terjadi infeksi maka janin
mengadakan reaksi dengan plasmasitosis, penambahan penambahan folikel limfoid dan
sintesis gamma M immunoglobulin. Gamma A immunoglobulin telah dapat dibentuk pada
kehamilan 2 bulan dan banyak ditemukan segera setelah lahir, khususnya sekret dari traktus
digestifus,respiratorus,kelenjar ludah,pancreas dan traktus urogenital.
Gamma M immunoglobulin meningkat segera setelah bayi dilahirkan setara dengan
keadaan flora normal dalam saluran pencernaan. Akan tetapi bayi hanya dilindungi oleh
Gamma G immunoglobulin dari ibu dan terbatas kadarnya juga kurangnya Gamma A
immunoglobulin yang menyebabkan neonatus berkemungkinan besar rentan infeksi dan
sepsis.
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan neonatus
rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang matang akan memberikan
35
kekebalan alami maupun yang di dapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan
tubuh yang mencegah atau meminimalkan infeksi.
Berikut beberapa contoh kekebalan alami:
a. perlindungan oleh kulit membran mukosa
b. fungsi saringan saluran napas
c. pembentukan koloni mikroba oleh klit dan usus
d. perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung
Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel yaitu oleh sel darah yang membantu
BBL membunuh mikroorganisme asing. Tetapi pada BBL se-sel darah ini masih belum
matang, artinya BBL tersebut belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi secara
efisien.
Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian. BBL dengan kekebalan pasif
mengandung banyak virus dalam tubuh ibunya. Reaksi antibodi keseluruhan terhadap antigen
asing masih belum dapat dilakukan sampai awal kehidupa anak. Salah satu tugas utama
selama masa bayi dan balita adalah pembentukan sistem kekebalan tubuh.
Bayi memiliki imunoglobulin waktu lahir, namun keberadaannya dalam rahim
terlindung membatasi kebutuhan untuk bereaksi pada kekebalan trhadap antigen tertentu.
Ada tiga macam imunoglobulin (Ig) atau antibodi (huruf menunjukan masing-masing
golongan ),yaitu IgG,igA, dan IgM. Hanya IgG yang cukup kecil melewati pembatas plasenta
, IgG merupakan golongan antibodi yang sangat penting dan kira-kira 75% dari seluruh
antibodi. IgG mempunyai kekebalan terhadap infeksi kuman virus tertentu. Pada waktu lahir,
tingkat IgG bayi sama dengan atau sedikit lebih banyak daripada ibu. Tingkat Ig ini
memberikan kekebalan pasif selama beberapa bulan kehidupan.
IgM dan IgA tidak melintasi pembatas plasenta, namun dibuat oleh janin. Tingkat
IgM pada periode kehamilan besarnya 20% dari IgM orang bisa dan diperlukan waktu 2
tahun untuk dapat menyamai tingkat orang dewasa. Tingkat IgM yang relative rendah
membuat bayi rentan terkena infeksi. IgM juga penting sebab sebagian besar antibodi yang
terbentuk pada sewaktu terjadi respons primer adalah golongan ini. Tingkat IgA sangat
rendah dan diproduksi dalam waktu yang lama walaupun tingkat salive sekresi mencapai
tingkat oreang dewasa dalam kurun waktu 2 bulan. IgA melindungi dari infeksi saluran
pernafasan , saluran usus lambung ,dan mata. Sedangkan ,imunoglobulin jenis lainnya, yaitu
IgD dan IgE, tidak begitu berkembang pada masa awal bayi/neonatus.
36
2.7 Perubahan Sistem Ginjal
Bayi baru lahir memiliki rentang keseimbangan kimia dan rentang keamanan yang
kecil. Infeksi,diare, dan pola makan yang tidak teratur secara cepat dapat menimbulkan
asidosis dan ketidakseimbangan cairan seperti dehidrasi dan edema ketidakmaturan ginnjal
dapat membatasi kemampuan bayi baru lahir untuk mengeksresi obat. Biasanya sejumlah
kecil urine terdapat pada kandung kemih bayi saat lahir tetapi bayi baru lahir memungkinkan
tidak mengeluarkan urine selama 12
24 jam. Berkemih sering terjadi selama periode ini.Berkemih 6-10x dengan warna urine pucat
menunjukan masukan cairan yan cukup. Umumnya, bayi cukup bulan mengeluarkan urine 15
sampai 60 ml per kilogram /hari.
Ginjal janin mulai terbentuk pada kehamilan 12 minggu,dimana dalam kandung
kemih telah ada air kemih yang diekresi kedalam air ketuban.Pada bayi baru lahir,kapasitas
kandung kemih kira-kira 45 cc dan produksi air kemih rata-rata 0,05 0,10 cc
permenit.Ginjal bayi baru lahir menunjukkan penurunan aliran darah ginjal dan penurunan
kecepatan filtrasi glomerulus. Kondisi itu mudah meyebabkan retensi cairan dan intoksikasi
air. Fungsi tubulus tidak matur sehingga dapat menyebabkan kehilangan natrium dalam
jumlah yang besar dan ketidak seimbangan elektrolit lain. Bayi baru lahir tidak mampu
mengonsentrasikan urine yang baik yang tercermin dalam berat urine ( 1,004 ) dan osmolitas
urine yang rendah. Semua keterbatasan ginjal ini lebih buruk pada bayi kurang bulan.
Bayi baru lahir mengekskresikan sedikit urine pada 48 jam pertama kehidupan, serinmgkali
hanya 30 hingga 60 ml, seharusnya tidak terdapat protein atau darah dalam urine bayi baru
lahir. Debris sel yang banyak dapat mengidentifikasi adanya cedera atau iritasi di dalam
sistem ginjal.
Fungsi ginjal belum sempurna karena :
a. Jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa
b. Ketidakseimbangan luas permukaan glomerulus dan volume tubulus proksimal
c. Renal blood flow relative kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa
2.8 Ikterus Neonatorum Fisiologis
Ikterus sendiri sebenarnya adalah perubahan warna kuning akibat deposisi bilirubin
berlebihan pada jaringan; misalkan yang tersering terlihat adalah pada kulit
dan konjungtiva mata.
Sedangkan definisi ikterus neonatorum adalah keadaan ikterus yang terjadi pada bayi baru
lahir dengan keadaan meningginya kadar bilirubun di dalam jaringan ekstravaskuler sehingga
37
kulit, konjungtiva,mukosa dan alat tubuh lainnya berwarna kucing.
Ikterus juga disebut sebagai keadaan hiperbilirubinemia (kadar bilirubin dalam darah lebih
dari 12 mg/dl). Keadaan hiperbilirubinemia merupakan salah satu kegawatan pada BBL
karena bilirubin bersifat toksik pada semua jaringan terutama otak yang menyebabkan
penyakit kern icterus (ensefalopati bilirubin) yang pada akhirnya dapat mengganggu tumbuh
kembang bayi.
Ikterus neonatorum dibedakan menjadi 2,yaitu :
1. Neonatorum Fisiologis
Adalah keadaan hiperbirirubin karena faktor fisiologis merupakan gejala normal dan sering
dialami bayi baru lahir.
Ikterus ini terjadi atau timbul pada hari ke-2 atau ke-3 dan tampak jelas pada hari ke-5
sampai dengan ke-6 dan akan menghilang pada hari ke-7 atau ke-10. kadar bilirubin serum
pada bayi cukup bulan tidak lebih daro 12 mg/dl dan pada BBLR tidak lebih dari 10 mg/dl,
dan akan menghilang pada hari ke-14. Bayi tampak biasa, minum baik dan berat badan naik
biasa.
Penyebab ikterus neonatorum fisiologis diantaranya adalah organ hati yang belum matang
dalam memproses bilirubin, kurang protein Y dan Z dan enzim glukoronyl tranferase yang
belum cukup jumlahnya. Meskipun merupakan gejala fisiologis, orang tua bayi harus tetap
waspada karena keadaan fisiologis ini sewaktu-waktu bisa berubah menjadi patologis
terutama pada keadaan ikterus yang disebabkan oleh karena penyakit atau infeksi.
2. Ikterus Neonatorum Patologis
Adalah keadaan hiperbilirubin karena faktor penyakit atau infeksi. Ikterus neonatorum
patologis ini ditandai dengan :
a. Ikterus timbul dalam 24 jam pertama kehidupan; serum bilirubin total lebih dari 12 mg/dl.
b. Peningkatan kadar bilirubin 5 mg/dl atau lebih dalam 24 jam.
c. Konsentrasi bilirubin serum melebihi 10 mg% pada bayi kurang bulan (BBLR)
dan12,5 mg% pada bayi cukup bulan.
d.Ikterus yang disertai proses hemolisis.
e. Bilirubin direk lebih dari 1 mg/dl, atau kenaikan bilirubin serum 1 mg/dl/jam atau
lebih 5 mg/dl/hari.
f. Ikterus menetap sesudah bayi berumur 10 hari (cukup bulan) dan lebih dari 14 hari
pada BBLR.
2.9 Perubahan Sistem Termogulasi
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka, sehingga akan mengalami
38
stress dengan adanya perubahan-perubahan lingkungan. Pada saat bayi meninggalkan
lingkungan rahim ibu yang hangat, bayi tersebut kemudian masuk ke dalam lingkungan ruang
bersalin yang jauh lebih dingin. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat
kulit, sehingga mendinginkan darah bayi. Pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu
tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk
mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan
hasil penggunaan lemak coklat terdapat di seluruh tubuh, dan mereka mampu meningkatkan
panas tubuh sampai 100 %. Untuk membakar lemak coklat, seorang bayi harus menggunakan
glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat
tidak dapat diproduksi ulang oleh bayi baru lahir dan cadangan lemak coklat ini akan habis
dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin. Semakin lama usia kehamilan, semakin
banyak persediaan lemak coklat bayi. Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai
mengalami hipoglikemia, hipoksia dan asidosis. Oleh karena itu, upaya pencegahan
kehilangan panas merupakan prioritas utama dan bidan berkewajiban untuk meminimalkan
kehilangan panas pada bayi baru lahir. Disebut sebagai hipotermia bila suhu tubuh turun
dibawah 360C.Suhu normal pada neonatus adalah 36,537,0 Bayi baru lahir mudah
sekali terkena hipotermia yang disebabkan oleh:
a. Pusat pengaturan suhu tubuh pada bayi belum berfungsi dengan sempurna.
b. Permukaan tubuh bayi yang relatife lebih luas.
c. Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas.
d. Bayi belum mampu mengatur possisi tubuh dan pakaiannya agar ia tidak kedinginan.
Hipotermia dapat terjadi setiap saat apabila suhu disekeliling bayi rendah dan upaya
mempertahankan suhu tubuh tidak diterapkan secara tepat, terutama pada masa stabilisasi
yaitu 6 12 jam pertama setelah lahir. Misal: bayi baru lahir dibiarkan basah dan telanjang
selama menunggu plasenta lahir atau meskipun lingkungan disekitar bayi cukup hangat
namun bayi dibiarkan telanjang atau segera dimandikan.
Gejala hipotermi :
1. Sejalan dengan menurunnya suhu tubuh, bayi menjadi kurang aktif, letargis, hipotonus,
tidak kuat menghisap ASI dan menangis lemah.
2. Pernapasan megap-megap dan lambat, denyut jantung menurun.
3. Timbul sklerema : kulit mengeras berwarna kemerahan terutama dibagian punggung,
tungkai dan lengan.
4. Muka bayi berwarna merah terang
39
5. Hipotermia menyebabkan terjadinya perubahan metabolisme tubuh yang akan berakhir
dengan kegagalan fungsi jantung, perdarahan terutama pada paru-paru, ikterus dan kematian.
Terdapat empat mekanisme kemungkinan hilangnya panas tubuh dari bayi baru lahir
kelingkunganya.
a. Konduksi
Panas dihantarkan dari tubuh bayi ketubuh benda di sekitarnya yang kontak langsung
dengan tubuh bayi. (Pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek lain
melalui kontak langsung). Contoh hilangnya pans tubuh bayi secara konduksi, ialah
menimbang bayi tanpa alas timbangan, tangan dpenolong yang dingin memegang bayi baru
lahir, menggunakan stetoskop dingin untuk pemeriksaan bayi baru lahir.
b. Konveksi
Panas hilang dari bayi ke udara sekitanya yang sedang bergerak (jumlah pans yang
hilang tergantung pad kecepatan dan suhu udara). Contoh hilanya panas tubuh bayi secara
konveksi, ialah membiarkan atau menempatkan bayi baru lahir dekat jendela, membiarkan
bayi baru lahir diruangan yang terpasng kipas angin.
c. Radiasi
Panas di pancarkan dari bayi baru lahir, keluar tubuhnya kelingkungan yang lebih dingin
(Pemindahan panas anatar dua objek yang mempunyai suhu berbeda). Contoh bayi
mengalami kehilangan panas tubuh secara radiasi, ialah bayi baru lahir di biarkan dalam
ruangan dengan Air onditioner (AC) tanpa di berikan pemanas(Radiant Warmer), bayi baru
lahir dibiarkan keadaan telanjang, bayi baru lahir di tidurkan berdekatan dengan ruangan
yang dingin, misalnya dekat tembok.
d. Evaporasi
Panas hilang melalui proses penguapan tergantung kepada kecepatan dan kelembababan
udara (perpindahan panas dengan cara merubah cairan menjadu uap). Evaporasi di pengaruhi
oleh jumlah panas yang di pakai tingkat kelembaban udara, aliran udar yang melewati apabila
bayi baru lahir di biarkan suhu kamar 250C, maka bayi akan kehilangan panas melalui
konveksi, radiasi dan evaporasi 200 perkilogram berat badan (Perg BB), sedangkan yang di
bentuk hanya satu persepuluhnya.
Untuk mencegah kehilangan panas pada bayi baru lahir, antar lain mengeringkan bayi
secara seksama, menyelimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat,
menutup bagian kepala bayi, menganjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya.
40
2.10 Sistem Metabolisme
Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan
tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai
mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah
akan turun dalam waktu cepat (1 sampai 2 jam).
Koreksi penurunan kadar gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara :
a. melalui penggunaan ASI
b. melaui penggunaan cadangan glikogen
c. melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak.
BBL yang tidak mampu mencerna makanan dengan jumlah yang cukup, akan
membuat glukosa dari glikogen (glikogenisasi). Hal ini hanya terjadi jika bayi mempunyai
persediaan glikogen yang cukup. Bayi yang sehat akan menyimpan glukosa dalam bentuk
glikogen terutama di hati, selama bulan-bulan terakhir dalam rahim.
Bayi yang mengalami hipotermia, pada saat lahir yang mengakibatkan hipoksia akan
menggunakan cadangan glikogen dalam jam-jam pertama kelahiran. Keseimbangan glukosa
tidak sepenuhnya tercapai dalam 3-4 jam pertama kelahiran pada bayi cukup bulan. Jika
semua persediaan glikogen digunakan pada jam pertama, maka otak dalam keadaan berisiko.
Bayi yang lahir kurang bulan (prematur), lewat bulan (post matur), bayi yang mengalami
hambatan pertumbuhan dalam rahim dan stres janin merpakan risiko utama, karena simpanan
energi berkurang (digunakan sebelum lahir).
Gejala hipoglikemi dapat tidak jelas dan tidak khas,meliputi; kejang-kejang halus,
sianosis, apneu, tangis lemah, letargi,lunglai dan menolak makanan. Hipoglikemi juga dapat
tanpa gejala pada awalnya. Akibat jangka panjang hipoglikemi adalah kerusakan yang meluas
di seluruh di sel-sel otak.
Penyakit kongenital
Kelainan pada dinding dada
1. Pectus excavatum
Pectus excavatum, juga dikenal sebagai cekung atau dada corong, adalah bawaan
deformitas dinding dada di mana beberapa tulang rusuk dan sternum tumbuh tidak normal,
41
menghasilkan cekung di dinding dada anterior. Pectus excavatum adalah deformitas sering
hadir pada saat lahir ( kongenital ) yang bisa ringan atau berat .
Gambar di bawah ini menggambarkan penampilan khas kelainan ini pada anak laki-laki16
tahun
Gambar di bawah ini menggambarkan penampilan khas kelainan ini pada anak perempuan 10
tahun
Epidemiologi
Pectus excavatum adalah jenis yang paling umum dari bawaan kelainan dinding dada (
90 % ) , diikuti oleh pectus carinatum ( 5-7 % ). Pectus excavatum terjadi pada sekitar 1
dalam 300-400 kelahiran , dengan dominasi laki-laki ( rasio laki- perempuan 3:1 ) . Kondisi
ini biasanya \saat lahir , dan lebih dari 90 % dari kasus yang didiagnosis dalam tahun pertama
42
kehidupan . Memburuknya penampilan dada dan timbulnya gejala biasanya dilaporkan
selama pertumbuhan tulang yang cepat pada usia remaja awal . Banyak pasien tidak dibawa
ke perhatian dari seorang ahli bedah pediatrik sampai pasien dan keluarga pemberitahuan
perubahan tersebut . Munculnya dada bisa sangat mengganggu remaja muda . Masalah
dengan harga diri dan persepsi citra tubuh yang sering dilaporkan pada pasien remaja .
Gangguan psikologis yang tidak biasa pada pasien yang lebih tua.
Penyebab
Penyebab pectus excavatum tidak diketahui. Mungkin berasal dari cacat genetik yang
menghasilkan pertumbuhan muskuloskeletal abnormal. Bagian tulang rawan dari tulang
rusuk sangat mungkin sumber utama pola pertumbuhan ini tidak normal. Kelainan tulang
rusuk morfogenesis dan pertumbuhan adalah penyebab paling mungkin dari pectus
excavatum dan pectus carinatum. Dalam pectus excavatum, sternum diduga didorong oleh
pertumbuhan abnormal pada artikulasi dengan tulang rusuk dan tulang rawan. Sekali lagi,
mekanisme yang tepat yang menghasilkan pola pertumbuhan yang abnormal ini tidak
diketahui. Peningkatan kerja pernapasan, seperti yang diamati pada pasien muda selama
aktivitas olahraga atau bermain, dapat berkontribusi untuk perkembangan deformitas pectus,
khususnya selama awal masa remaja. Namun, tidak ada bukti ilmiah yang mendukung teori
semacam itu . Namun , peneliti percaya bahwa kelainan ini disebabkan oleh pertumbuhan
berlebih dari jaringan ikat ( tulang rawan ) yang menghubungkan tulang rusuk ke tulang dada
( juga dikenal sebagai daerah costochondral ) , yang menyebabkan cacat ke dalam sternum .
Patofisiologi
Dalam pectus excavatum , pertumbuhan tulang dan tulang rawan di dinding dada
anterior tidak normal , biasanya mempengaruhi 4-5 tulang rusuk pada setiap sisi sternum .
Munculnya cacat secara luas bervariasi , dari yang ringan sampai kasus yang sangat parah ,
dan beberapa pasien datang dengan asimetri yang signifikan antara sisi kanan dan kiri .
Mekanisme yang tepat yang terlibat dalam tulang dan tulang rawan yang abnormal ini
pertumbuhan berlebih tidak diketahui , dan , sampai saat ini , tidak ada cacat genetik yang
dikenal secara langsung bertanggung jawab untuk pengembangan pectus excavatum .
Meskipun kurangnya penanda genetik diidentifikasi , terjadinya familial dari pectus cacat
43
dilaporkan dalam 35 % kasus . Selain itu , kondisi ini terkait dengan sindrom Marfan dan
sindrom Polandia .
Studi laboratorium
Tidak ada studi laboratorium khusus diperlukan dalam pemeriksaan pasien dengan
pectus excavatum . Sebagian besar anak-anak dengan kondisi ini dinyatakan sehat .
CT scan dada
Hal ini berguna dalam menentukan indeks Haller , yang diperoleh dengan membagi
diameter dada transversal dengan diameter anteroposterior . Indeks lebih dari 3,2 telah
berkorelasi dengan deformitas berat yang membutuhkan operasi. Pengalaman penulis telah
menunjukkan bahwa indeks dada juga dapat diperoleh dengan anteroposterior polos dan
lateral radiografi dada . Namun, hal ini tidak tepat sebagai pengukuran yang diperoleh dari
CT scan .
CT scan dapat memberikan informasi yang berguna terkait dengan asimetri sering
terlihat dada pada pasien dengan pectus excavatum . Hal ini juga jelas mengungkapkan
perpindahan dan rotasi jantung . Penelitian terbaru telah menunjukkan bahwa keparahan
pectus excavatum deformitas ( seperti yang dideteksi oleh CT scan) secara langsung
berkorelasi dengan tingkat penyakit paru-paru restriktif disebabkan oleh excavatum pectus .
Dalam kasus dengan asimetri yang signifikan , CT scan dapat memberikan informasi
berharga untuk perencanaan intervensi operasi dan juga dapat memberikan informasi yang
berguna mengenai volume perbedaan asimetris antara kanan dan kiri hemitoraks . Banyak
pasien dengan pectus excavatum memiliki beberapa derajat rib hipoplasia , yang dapat
menyebabkan satu hemitoraks menjadi jauh lebih kecil dari yang lain . Hal ini biasanya tidak
dapat dikoreksi dengan operasi.
Histologi
Penilaian histologis tulang rusuk yang terkena , tulang rawan , dan tulang dada
biasanya tidak mengungkapkan temuan abnormal selain bentuk yang tidak biasa dari tulang
rusuk cacat .
44
Bedah
Ada 2 prosedur :
1. Prosedur Ravitch yaitu dengan operas terbuka
2. Prosedur Nuss
2. Pectus Carinatum
Kelainan dinding dada yang terjadinya penonjolan pada dinding dada anterior. Sebuah
deformitas pectus carinatum adalah cacat lahir yang mungkin tidak terlihat pada anak usia
dini , tetapi akan menjadi lebih menonjol sebagai anak tumbuh , khususnya selama masa
remaja
Penyebab
Belum diketahui. Diduga ada faktor genetik. Dan juga kemungkinan berhubungan dengan
pertumbuhan berlebih dari tulang rusuk selama perkembangan dari dinding dada .
Epidemiologi
a. prevalensi 0,06%
b. laki-laki 4 kali lipat dari wanita
c. mempengaruhi sekitar 1 dari 1.500 anak-anak
Talak
Ada banyak pilihan pengobatan untuk pectus carinatum , termasuk bracing non -
bedah dan bedah
3. Kelainan costae dan kartilago
Sindrom Marfan
Merupakan kelainan berupa jaringan ikat yang tumbuh terus. Kelainan ini bersifat
autosomal dominan (herediter), dan dapat timbul pada orang yang bahkan tidak punya
riwayat yang sama pada keluarganya.
45
Epidemiologi
a. Mempengaruhi sekitar 1 dari 10.000 orang dan mungkin sebanyak 1 pada 3000-5000
b. Tidak ada spesifik gender
c. 75 % punya riwayat keluarga
d. 25 % muncul tanpa ada riwayat keluarga
Etiologi
a) Utama = Mutasi gen Fibrilin-1 (FBN 1) pada kromosom 15 yang mengkode protein
fibrilin.
b) Lain = mutasi gen TGF-beta
Patofisiologi
Gen FBN 1 berperan dalam pembuatan protein yang disebut fibrilin 1. Protein ini
diangkut ke luar sel menujun matriks ekstraseluler yang akan berikatan dengan molekul
fibrilin lain dan protein untuk membentuk jalinan filamen yang disebut mikrofibril.
Mikrofibril merupakan bagian dari serat elastis yang ada pada kulit, ligamen, dan pembuluh
darah. Mikrofibril juga ada dalam jaringan penyokong yang menyokong jaringan pada lensa
mata, saraf, otot. Selanjutnya mikrofibril memegang peran penting dalam mengatur faktor
pertumbuhan (Protein Transforming Growth Factor 'TGF-beta'). Peran mikrofibril =>
pertahankan kondisi TGF-beta dalam keadaan tidak aktif. Bila TGF-beta dilepaskan dari
mikrofibril, maka akan mengakibatkan pertumbuhan terus-menerus dari jaringan yang
bersangkutan.
Mutasi pada FBN1 mengakibatkan ketidaknormalan produksi protein fibrilin sehingga
tidak dapat berfungsi dengan baik. Akibatnya, jumlah fibrilin yang akan diubah membentuk
mikrofibril juga sedikit. Berkurangnya mikrofibril ini menurunkan elastisitas serat dan
memacu aktivitas berlebihan dari TGF-beta sehingga terjadi pertumbuhan yang terus-
menerus.
46
Manifestasi Klinis
Skeletal :
1. Perawakan tinggi
2. Lengan dan kaki panjang & kurus (dolikostenomilia). Rentangan tangan lebih panjang
jadi pada tinggi badan.
3. Araknodaktil => jari tangan dan kaki panjang (spider-like finger)
4. Wajah sempit
5. Palatum sangat melengkung
6. Deformitas pada dada
7. Gigi yang overcrowded
8. Skoliosis
9. Mata : Ektopik lensa. Meningkatnya resiko glaukoma, early katarak.
10. Cardiovaskular : Defek katup jantung, aorta dilatasi dan diseksi
11. Paru : bula => pneumonia spontan
Diagnosis
1. Anamnesis => riwayat keluarga
2. Pemeriksaan => Berdasarkan kriteria Berlin
Skeletal => Temuan = 1 atau 2 kriteria mayor + 2 kriteria minor
Perawakan tinggi, dolichostenomelia (disporposi ekstremitas dengan tubuh), aracnodactyly,
skoliosis > 20 derajat dan kifosis
Kriteria Mayor
Pectus Excavatum
Ekstremitas lebih panjang dibanding dengan tubuh
Tanda wrist (Walker) and thumb (Steinberg) positif
47
Skoliosis > 20
Sudut ekstensi dari siku < 170
Kekakuan sendi panggul
Kriteria Minor
Pectus excavatum of moderate severity
Skoliosis < 20
Lordosis dari toraks
Hipermobilitas sendi
Palatum yang sangat melengkung
Gigi berdesakan
Tatalaksana
Untuk jantung
diberikan beta blocker jika terjadi dilatasi aorta. Dan juga ACE-I. Pemberian Antibiotik
intravena => mencegah endokarditis bakterial. Myopi => kaca mata. Pasien dengan kaki yang
datar => dapat dibantu dengan sepatu khusus (berupa orthosis). Konseling psikologi =>
penyangkalan, depresi dari kondisi yang dialami.
5. Kelainan trakea dan bronkus
4. Kelainan trakea
Trakeomalasia
Definisi
Merupakan keadaan kelemahan trakea yang disebabkan karena atropi dan atau
berkurangnya serat elastis longitudinal pars membranasea, atau akibat gangguan integritas
kartilago sehingga jalan napas menjadi lemah dan mudah kolaps, terutama saat terjadi
48
peningkatan aliran udara, misalnya saat batuk, menangis, atau menyusui.
Epidemiologi
a. 1 per 1.445 bayi.
b. Dari 50 bayi dengan trakeomalasia didapatkan 48% merupakan trakeomalasia primer dan
52% trakeomalasia sekunder.
c. Trakeomalasia kongenital lebih sering ditemukan pada bayi prematur daripada bayi
cukup bulan.
Klasifikasi
1. Trakeomalasia primer, bersifat kongenital atau genetik
2. Trakeomalasia sekunder, bersifat selain kongenital atau genetik seperti intubasi
berkepanjangan, trakeostomi, trauma.
Manifestasi Klinis
Pada anamnesis didapat riwayat stridor ekspirasi yang biasanya timbul saat usia 4-8
minggu. Sebelum periode ini, gangguan pada aliran udara tersebut tampak sebagai suara
napas abnormal. Stridor ekspirasi meningkat saat aktivitas, posisi supinasi, menangis, infeksi
pernapasan, dan menurun saat istirahat. Kadang ditemukan kesulitan minum, suara parau dan
afonia. Perlu pula dicari adanya riwayat intubasi berkepanjangan, trakeostomi, trauma.
Tata laksana
Sebagian besar anak dengan trakeomalasia tidak memerlukan intervensi. Kartilago trakea
akan menguat dan menjadi lebih kaku seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Pada trakeomalasia anak dengan gejala ringan-sedang, gejala klinis seringkali mereda saat
usia 1-2 tahun, sehingga untuk kasus ringan dipilih terapi konservatif. Tatalaksana
konservatif terdiri dari pemberian udara yang dilembabkan, fisioterapi dada, pemberian
minum dan makan yang perlahan-lahan dan hati-hati, serta pengobatan dengan antibiotika
jika terdapat infeksi.
49
Penggunaan CPAP (Continuous positive airway pressure) direkomendasikan untuk
pasien dengan distres pernapasan dan berguna untuk pasien yang memerlukan intervensi
dalam jangka waktu pendek karena kelainan ini akan sembuh sendiri. Penggunaan CPAP
meningkatkan aliran udara ekspirasi maksimal dari kapasitas residu fungsional secara
sekunder karena peningkatan volume paru pada bayi sehat dan bayi dengan trakeomalasia.
Penggunaan bronkodilator akan memperburuk trakeomalasia.
Fisioterapi berguna untuk mengatasi kesulitan bernapas akibat sekresi yang tertahan
dalam saluran napas.
Terapi bedah hanya direkomendasikan pada gejala berat dan terjadi kegagalan terapi
konservatif, gangguan pertumbuhan dan perkembangan, pneumonia atau apnea
berulang, obstruksi respirasi intermiten, dan obstruksi jalan napas yang memerlukan
dukungan jalan napas kronik.1-3 Terapi bedah mencakup koreksi penyakit dasarnya,
misalnya cincin vaskular, trakeostomi.
Kelainan Kongenital Laring
Athresia Laring
Atresia laring total merupkan keadaan yang tidak memungkinkan bayi untuk hidup.
Bayi yang didiagnosis menderita kelainan ini pada saat lahir jarang sekali dapat diselamatkan
dengan trakeistomi jarum dan ventilasi tekanan tinggi. Sampai saat ini belum dilaporkan
adanya keberhasilan penyembuhan yang ade kuat dari pembedahan saluran pernafasan atas.
Gejala : stridor berat
tangisan lemah
dispnea
Tatalaksana : laringoskopi langsung untuk diagnosis
lisis dengan laser karbondioksida
Laringomalasia
50
Suatu kelainan terjadi kelemahan struktur supraglotik sehingga terjadi kolaps dan
obstruksi jalan nafas
Etiologi : belum diketahui secara pasti, tetapi tingginya insiden gangguan neuromaskular
pada bayi dengan laringomalasia beberapa peneliti mempercayai bahwa gangguan
laringomalasia merupakan bentuk hipotonia laring.
Epidemiologi : 65%-75% kelainan pada bayi baru lahir disebabkan oleh laringomalasia
lk2 > pr 2,5:1
Manifestasi klinis : stridor dapat disertai retraksi sternum, interkostal, epigastrium akibat
usaha pernafasan dan diperburuk dengan bayi posisi terlentang
Diagnosis : laringoskopi
Tatalaksana
90% pada laringomalasia ringan tidak melakukan intervensi bedah, jika terjadi
saturasi
51
Kista kongenital
Sering tumbuh pada pangkal lidah/plika ventrikularis
Tatalaksana : bedah mikro untuk mengangkat kista
Laringokel
Penonjolan selaput lendir
Etiologi : peningkatan tek intralaring
Gejala :
- Eksterna : benjolan dileher
- Interna : suara serak. Penyumbatan saluran udara, batuk merasakan ada sesuatu
ditenggorokan
SEKUESTER PARU
Adalah penyakit kongenital yang ditandai dengan anomali dan malformasi, serta tidak
berfungsinya sebagian dari paru intralobar maupun ekstralobar. Anomali pada pembuluh
darah yang mensuplai sebagian dari sekuester juga terjadi akibat adanya malformasi.
Sekuester paru dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Sekuester paru intralobar
Sekuester paru intralobar, adalah sekuester yang Terjadi diantara
parenkim paru normal yang biasanya terlokalisir di segmen posterios dari lobus
bawah. Terdapat 3 pendapat yang menerangkan mengenai terjadinya sekuester
intralobar, yaitu, tidak cukupnya pembuluh darah yang menyuplai darah lobus ini,
atau dengan terdapatnya kista baru yang secara congenital yang bersamaan
dengan anomaly pada pembuluh darah yang mennyuplai. Terdapatnya kista yang
soliter atau multiple yang dilapisi oleh epitel paru, dimana didalamnya dapat
dijumapai cairan yang amorf. Secara klinis, sekuester paru intralobar biasanya
asimtomati, bila terdapat infeksi superimposed, baik secara hematogen maupun
yang melalui fistula bronkus yang sampai ke sekuester. Bila terjadi infeksi maka
kista akan berisi air. Sulit dibedakan antara kista paru, emfisema, bula ataupun
52
tumor. Sekuester paru interlobar dapat ditegakan dengan dilakukannya
pemeriksaan angiografi. Untuk terapi penyakit ini, harus dilakukan tindakan
reseksi paru.
2. Sekuester paru ekstralobar
Sekuester ini terpisah secara menyeluruh dari paru maupun dari pleura.
Biasanya bersamaan dengan penyakit kongenital lainnya seperti adanya
hernia diafragmatika dan paralisis diafragma. Angka kejadian sekuester
paru ekstralobar lebih sedikit dibandingkan dengan angka kejadian
sekuester paru intralobar yaitu hanya seperenam dari kejadian sekuester
paru intralobar. Berbeda dengan tipe intralobar yaitu kembalinya darah
dari jantung melalu vena bronkialis. Secara klinis pada bayi, akan terdapat
keadaan dimana tampak bayangan homogeny di dekat diafragma yang
dapat terlihat jelas dengan menggunakan CT scan. Penatalaksaan yang
dapat dilakukan untuk suerkter ini adalah sekuesterektomi, dimana
prognosis pascaoperasi adalah baik, hal ini
dikarenakan sekuester terpisah dari parenkim paru.
Emfisema Lobaris
Definisi
Keadaan paru yang abnormal yaitu adanya pelebaran rongga udara pada asinus yang sifatnya
permanen.Asinus adalah bagian paru yang terletak di bronkiolus distal.
Klasifikasi
Emfisema panasinar (panlobaris) : dilatasi keseluruhan asinus , terutama mengenai
lobus paru sebelah bawah, berkaitan dengan defisiensi 1-antitripsin
Emfisema sentriasinar (sentrilonularis) : dilatasi bagian proksimal asinus, pola
kelainan lebih tidak teratur, dan lokasinya di paru bagian atas. Berkaitan dengan
kebiasaan merokok
53
Patogenesis
Kerusakan alveoli disebabkan oleh adanya proteolisis elastin oleh enzim elastase yang
disebut protease.Dalam keadaan normal terdapat keseimbangan antara protease yang
mendegradasi jaringan paru dan protease-inhibitor yang menghambat kerja protease.Pada
penderita paru emfisematus ditemukan 1-antitripsin (suatu protease) dalam jumlah rendah
sehingga tidak ada yang menghambat kerja protease tripsin.1-antitripsin adalah suatu 1
globulin pada laki-laki.
Manifestasi Klinis
Sesak nafas saat kegiatan disertai batuk kering dan mengi
Kompliansi paru mengalami peningkatan karena terjadi destruksi jaringan elastik
Pink puffer
Prognosis
Penyakit seumur hidup dan bersifat kronis.Dengan komplikasi bronkitis kronis.Pneumotoraks
karena ruptur atau robekan jalan-napas.
Terapi
Bronkodilator atau antikolinergik
Kortikosteroid IV
Suplemen oksigen
Penyakit Paru lain
HYALIN MEMBRAN DISEASE
definisi
Hyalin membrane disease atau penyakit membran hialin (PMH), disebut juga sebagai
Respiratory Distress Syndrome (RDS), Adalah diagnosis klinis pada bayi baru lahir prematur
dengan kesulitan pernapasan, termaksud takipnea, retraksi dada dan sianosis.
epidemiologi
54
Penyakit membrane hialin ini merupakan penyebab kematian pada 20% bayi baru
lahir. Kejadian PMH berbanding terbalik dengan usia kehamilan dan berat lahir. Di Amerika
Serikatm penyakit ini diperkirakan terjadi pada 20.000-30.000 bayi baru lahir setiap tahun
dan merupakan komplikasi pada 1% kehamilan.
Usia kehamilan Berat badan lahir
50% 26-
28minggu
71% 501-
750gr
30% 30-
31minggu
54% 751-
1000gr
42% 751-
1500gr
36% 1001-
1250gr
22% 1251-
1250gr
Penyakit membran hialin kurang ditemukan di Negara berkembang, hal ini
dikarenakan sebagian besar bayi prematur yang kecil untuk usia kehamilan mereka telah
mengalami stress didalam rahim Karen adanya kekurangan gizi atau hipertensi yang
diinduksi kehamilan. Hal ini juga dikarenakan di Negara berkembang, sebagian besar
persalinan terjadi di rumah.
Etiologi
Kejadian PMH ini banyak terjadi diakibatkan oleh defisiensi surfaktan, penurunan
produksi atau penurunan sekresi. Konstituen utama surfaktan adalah dipamlmitoyl
fosfatidilkolin (lesitin), phosphatidylglyserol, apoprotein (protein surfaktan SP-A, -B, -C, -D)
dan kolesterol. Dengan pertambahan usia kehamilan, fosfolipid yang dihasilkan akan
meningkat dan disimpan dalam sel alveolar tipe II yang kemudian bahan aktif tersebut akan
dilepaskan ke dalam alveoli. Surfaktan ini akan berfungsi untuk mengurangi tagangan
55
permukaan dan membantu mempertahankan alveolus dengan mencegah runtuhnya ruang
udara kesil pada akhir ekspirasi. Tigkat maturitas dari surfaktan adalah 35minggu usia
kehamilan.
Selain dari akibat defisiensi surfaktan, PMH juga dapat terjadi akibat adanya factor
genetic yang berperan, meskipun jarang terjadi. Kelainan gen protein surfaktan B dan C serta
sebuah gen yang bertanggung jawab dalam pengangkutan surfaktan melintasi membrane
berhubungan dengan penyakit pernapasan berat yang diturunkan.
Manifestasi klinis
1. Pernapasan yang cepat dan dangkal, meningkat menjadi >60x/menit
2. Sering terdengar merintih
3. Retraksi interkostalis dan subcostalis
4. Napas cuping hidung
5. Sianosis yang tidak responsif terhadap pemberian oksigen
6. Bunyi nafas mungkin normal
7. Inspirasi dalam
8. Ronki halus dan dapat didengar, terutama pada bagian posterior basal paru
Gejala dari PMH akan muncul beberapa menit setelah lahir, mungkin akan tidak
disadari. Bila PMH tidak segera diobati, akan timbul sianosis secara progesif, dispnea,
tekanan darah menurun, kelelahan dan rintihan yang akan berkurang. Puncak dari gejala dan
tanda dari PMH adalah dalam waktu 3 hari, set