Upload
yoni-gumilar
View
1.915
Download
656
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Arahan mengenai Rencana Kerja dan Spesifikasi Teknis Pekerjaan
Citation preview
| 0
RENCANA KERJA DAN SYARATRENCANA KERJA DAN SYARATRENCANA KERJA DAN SYARATRENCANA KERJA DAN SYARAT
( RKS )
PROYEK KAWASAN PRIORITAS PENGEMBANGAN SENTRA AGROPOLITAN
DESA KEDONDONG
Jl Sokaraja – Ledug km 3 RT 02 RW 02 Kedondong – Sokaraja
Jawa Tengah – Indonesia
| 1
RENCANA KERJA DAN SYARAT
( RKS )
1. SYARAT – SYARAT TEKNIS UMUM
1.1. Penjelasan Umum
1.1.1 Pemberian pekerjaan meliputi :
Pekerjaan mendatangkan, pengolahan, pengangkutan semua bahan,
pengarahan tenaga kerja, pengadaan semua alat-alat bantu dan sebagainya
yang pada umumnya langsung atau tidak langsung termasuk di dalam usaha
penyelesaian dengan baik dan menyerahkan pekerjaan dengan sempurna
dan lengkap.
Juga disini dimaksudkan pekerjaan-pekerjaan atau bagian-bagian pekerjaan
yang walaupun tidak disebutkan di dalam bestek tetapi masih berada di dalam
lingkungan pekerjaan haruslah dilaksanakan sesuai petunjuk Direksi.
1.1.2. Pembangunan yang dilaksanakan ialah :
PROYEK KAWASAN PRIORITAS PENGEMBANGAN SENTRA
AGROPOLITAN DESA KEDONDONG
Pekerjaan struktur meliputi :
a. Pekerjaan pondasi struktur Foot plat, Slof, dan Pondasi batu kali.
b. Pekerjaan struktur beton lantai panggung, kolom, balok, plat lantai
panggung, ring balk dll.
c. Pekerjaan beton bukan struktur (praktis) lantai 01 dan lantai panggung
d. Pekerjaan struktur atap
e. Pekerjaan talud pasangan batu kali untuk jalan masuk
f. Dan pekerjaan struktur lainnya sesuai dokumen.
1.2. Tempat Proyek
Pekerjaan ini dilaksanakan / dilakukan di Jl Sokaraja – Ledug km 3 RT 02 RW 02
Kedondong – Sokaraja Jawa Tengah – Indonesia , selanjutnya akan ditunjukan
pada waktu aanwijzing.
2. SYARAT-SYARAT TEKNIS PELAKSANAAN PEKERJAAN
2.1. Pekerjaan Persiapan / Pembongkaran / Pelaksana an.
| 2
2.1.1. Kontraktor pelaksana harus membuat bangunan darurat untuk keperluan
sendiri sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan ini berupa kantor
administrasi lapangan, los kerja dan gudang
2.1.2. Kontraktor pelaksana harus membersihkan lapangan dari segala hal yang
bisa mengganggu pelaksanaan pekerjaan, serta mengadakan pengukuran
untuk membuat tanda tetap sebagai dasar ukuran ketinggian lantai dan
bagian-bagian bangunan yang lainnya.
2.1.3. Tanda tetap itu dibuat dari beton 15x15x100cm, di ujung ujung bangunan
yang tempatnya akan ditentukan kemudian oleh Direksi lapanan/ pemberi
tugas dan harus dijaga serta dipelihara selama waktu pelaksanaan hingga
pekerjaan selesai seluruhnya untuk penyerahan pekerjaan.
2.1.4. Sebagai ukuran dasar ±0.00 (peil lantai) adalah Jl Sokaraja – Ledug km 3
RT 02 RW 02 Kedondong – Sokaraja -Jawa Tengah – Ind onesia
2.1.5. Untuk dasar ukuran sumbu-sumbu bangunan harus dibuat papan
pelaksanaan (Bouwplank) yang harus dibuat dari bahan kayu meranti tebal
minimal 3cm dengan permukaan atasnya diserut sipat dasar (waterpass)
2.1.6. Pemborong harus menyediakan alat-alat ukur sepanjang masa pelaksanaan
berikut ahli ukur yang berpengalaman dan setiap kali apabila dianggap perlu
siap untuk mengadakan pengukuran ulang, dengan alat ukur minimal
Theodolit.
2.1.7. Kendaraan proyek sebelum masuk dan keluar site proyek harus dalam
keadaan bersih. Pada lokasi disiapkan tempat cuci/siram/semprot sebagai
filter kendaraan keluar proyek.
2.1.8. Kebersihan dan kerapian di lingkungan sekitar site proyek adalah tanggung
jawab kontraktor/pemborong. Lingkup pekrjaan termasuk pembersihan jalan
akibat sirkulasi proyek.
2.2. Prosedur Umum
Prosedur umum pelaksanaan adalah dijelaskan sebagai berikut :
| 3
2.2.1. Kontraktor harus meyerahkan contoh dari semua bahan-bahan atau material
yang akan digunakan untuk pekerjaan ini seperti pasir, kerikil, besi beton, dan
lain-lain sesuai dengan referensi yang ditentukan dalam RKS ini kepada
pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
2.2.2. Shop drawing / gambar kerja
2.2.3. Kontraktor juga harus menyiapkan gambar kerja / shop drawing kepada
pengawas untuk keperluan pemeriksaan dan persetujuan yang di dalamnya
minimal meliputi :
a. Rencana pembesian (pemotongan, pembengkokan, sambungan-
sambungan, angker dan lain-lain)
b. Jadwal pengecoran, rencana mix design, tenaga, peralatan dan lain-lain.
2.3. Pekerjaan Tanah
2.3.1. Lingkup pekerjaan
Termasuk dalam kegiatan ini adalah penggalian galian pondasi, sloof, pondasi
batu kali sesuai dengan dengan gambar rencana.
Penggalian material bahan pengisi dan pengangkutanya ke dalam lapangan
serta menimbunnya di daerah lapangan dengan pemadatan yang cukup
seperti dicantumkan dalam syarat-syarat. Termasuk minimal seperti yang
akan dijelaskan sebagai berikut :
a. Pembongkaran dan memindahkan semua hal yang mungkin merintangi
jalannya pekerjaan tanpa menambah biaya pelaksanaan.
b. Melindungi benda-benda berharga yang berada di lapangan dan benda-
benda yang berfaedah lainnya.
c. Pengeringan dan pengontrolan drainase
d. Penggalian dan penimbunan (untuk penimbunan dengan tanah sirtu)
e. Pemadatan, dengan dibuktikan tes standar
f. Pemindahan material-material yang tak berguna dan puing-puing keluar
site dan tidak boleh ada penimbunan di site.
g. Menyediakan material-material pengisi yang baik.
2.3.2. Syarat-syarat pelaksanaan
a. Pemeriksaaan Lapangan
Pemborong harus mengadakan pemeriksaan dan pengecekan langsung
ke lapangan guna menentukan dengan pasti kondisi lapangan, bahan-
| 4
bahan yang kelak akan dijumpainya dan keadaan lapangan sekarang
yang nanti mungkin akan mempengaruhi jalannya pekerjaan.
b. Penggalian dan pembersihan
i. Seluruh rintangan yang ada dalam lapangan yang akan merintangi
pekerjaan harus disingkirkan, dan dibersihkan dari lapangan, kecuali
hal-hal yang mungkin akan ditentukan kemudian untuk dibiarkan tetap.
Perlindungan harus diberikan kepada hal-hal yang seperti itu
ii. Pelaksanaan penggalin baru bisa dimulai setelah as-as ditetapkan
secara cermat dan disetujui oleh direksi lapangan/pemberi tugas.
iii. Apabila selama pelasanaan penggalian terjadi kelongsoran,
pemborong harus mencegahnya misalkan dengan casing dan lain
cara sehingga pekerjaan tetap lancar tanpa menambah biaya
pelaksanaan.
iv. Pelaksanaan pekerjaan penggalian jalur pondasi, sloof, haruslah
sedemikian rupa sehingga menjamin barang-barang berharga yang
mungkin berada di lapangan dari kerusakan.
v. Reparasi kerusakan pada benda-benda milik kepentingan umum, di
dalam atau di luar lapangan pekerjaan semuanya harus ditanggung
oleh kontraktor.
vi. Pemindahan semua material-material akibat penggalian dan semua
benda-benda yang merintangi pekerjaan, harus menurut petunjuk-
petunjuk Direksi lapangan/pemberi tugas.
vii. Seluruh pohon-pohon, semak-semak, rumput-rumput, dan seluruh
tumbuhan-tumbuhan yang semacam itu harus dipindahkan seluruhnya
dari daerah yang akan ditimbun keluar site.
c. Perlindungan terhadap benda-beda berfaedah.
i. Kecuali ditunjukan untuk dipindahkan, seluruh barang-barang berharga
yang mungkin ditemui di lapangan harus dilindungi dari kerusakan,
dan bila sampai menderita kerusakan harus direparasi/diganti oleh
pemborong dengan tanggungan biayanya sendiri.
ii. Bila didapat alat/pelayanan serta fasilitas dinas/umum yang masih
berfungsi ditemui di lapangan dan hal tersebut tak dijumpai pada
gambar, atau cara lain yang dapat diketahui oleh pemborong dan
ternyata diperlukan perlindungan atau pemindahan, pemborong harus
| 5
bertanggung jawab untuk mengambil setiap langkah apapun untuk
menjamin bahwa pekerjaan yang sedang berlangsung tersebut tidak
tergannggu. Termasuk kewajiban untuk berkoordinasi dengan pihak ke
tiga yang terkait atas biaya kontraktor.
iii. Bila pekerjaan pelayanan umum terganggu sebagai akibat pekerjaan
pemborong, pemborong harus segera mengganti kerugian-kerugian
yang terjadi yang dapat berupa perbaikan dari barang yang rusak
akibat pekerjaan pemborong.
iv. Sarana (Utilitas) yang sudah tidak bekerja lagi yang mungkin
ditemukan di bawah tanah dan terletak di dalam lapangan pekerjaan
harus dipindahkan keluar lapangan ketempat yang disetujui oleh
Direksi lapangan/pemberi tugas atas tanggungan pemborong.
d. Pemeriksaan Permukaan Tanah dan Air tanah.
i. Daerah sekitar bangunan-bangunan yang lebih rendah dari lapisan
sekelilingnya harus dilindungi dari kemungkinan terjadinya bahaya
erosi. Untuk itu pemborong harus mempersiapkan saluran
pembuangan yang cukup menghindari terjadinya bahaya erosi
tersebut.
ii. Pemborong diminta untuk mengawasi hal-hal seperti di bawah ini:
1. Tidak diperkenankan air tergenang di dalam/sekitar lapangan
pekerjaan kontrak ini.
2. melindungi semua penggalian bebas overflow dan genangan air.
3. Lapisan tanah teratas (Top soll)
Dalam daerah lapangan pekerjaan, topsoll ( lapisan tanah paling
atas) harus dikupas sampai kedalaman 20cm dan digunakan
sebagai bahan pengisi untuk daerah yang lain seperti yang akan
ditentukan oleh Direksi lapangan/pemberi tugas.
Setelah topsoll terkupas daerah tersebut harus dipadatkan
sampai setebal 15cm sebelum pengisian bahan pengisi dilakukan.
e. Bahan pengisi
i. Bahan pengisi harus cukup baik, dan adalah bahan yang telah disetujui
oleh Direksi/pemberi tugas yang diambil dari daerah lapangan atau
bahan yang telah disetujui oleh Direksi lapangan/pemberi tugas yang
| 6
diambil dari daerah di luar lapangan pekejaan, dan bahan yang kaya
akan tanah berbatu kerikil (granular soil/sirtu)
ii. Bahan tersebut harus bebas dari akar-akar bahan-bahan organis,
barang-barang bekas/sampah-sampah, dan batu-batu yang besarnya
lebih dari 10cm.
f. Syarat-syarat penimbunan dan backfill
i. Seluruh penimbunan harus dibawah pengawasan Direksi
lapagan/pemberi tugas yang harus menyetujui seluruh bahan pengisi
lebih dahulu digunakan. Direksi lapangan/pemberi tugas juga akan
mempersiapkan test-test yang diperlukan dan penyelidikan-
penyelidikan yang dibutuhkan atas biaya pemborong.
Pemborong tidak diperkenankan melakukan penimbunan tanpa
kehadiran dari Direksi lapangan/pemberi tugas.
ii. Pemborong harus menempatkan bahan penimbun di atas lapisan
tanah yang akan ditimbun, dibasahi seperti yang diharuskan,
kemudian digilas atau dipadatkan sampai tercapai kepadatan yang
diinginkan. Untuk pemadatan sirtu di bawah pondasi setempat dan plat
lajur dengan stemper, sedangkan untuk pemadatan halaman parkir
dengan mesin wals 4 sampai dengan 6 ton.
iii. Pekerjaan urugan dilakukan pada daerah urugan (fill) sebagai yang
tercantum dalam gambar rencana dan daerah-daerah yang peil
permukaan akhir (final grade)
iv. Pada daerah-daerah basah/tergenang air/ rawa, pelaksanaan
pekerjaan/pemborong hars membuat saluran-saluran pembuangan
sementara atau memompa air untuk mengeringkan daerah tersebut.
Lapisan lumpur yang ada, harus dibuang ketempat yang akan ditunjuk
oleh konsultan pengawas sebelum pengurugan dilakukan.
v. sebelum pekerjaan dimulai, pada daerah yang telah selesai dibabat
dan dibersihkan, pelaksana pekerjaan/harus mengerjakan pengisian
lubang-lubang yang disebabkan karena pencabutan akar-akar pohon,
bekas-bekas sumur, saluran dan sebagainya dengan menggunakan
material yang baik sesuai dengan petunjuk konsultan pengawas dan
harus segera dilakukan perataan dan pemadatan pada permukaan
tanah tersebut.
| 7
vi. Penghamparan material urugan dapat dimulai setelah ada persetujuan
konsultan pengawas.
vii. Pengurugan dilakukan lapis demi lapis dan setiap lapis harus
dipadatkan sampai mencapai kepadatan 95% dari kepadatan maxmun
menurut AASHTO 99-70. Lapisan dari material lepas selain dari
material batu-batuan, tebal tiap lapisan tidak boleh lebih dari 30cm,
dan harus dipadatkan dengan alat makanis (compaction equipment).
Kadar air pada tanah urugan harus diatur agar dapat dicapai
kepadatan yang mximum.
viii. Material urugan yang tidak mengandung kadar air yang cukup untuk
dapat mencapai kepadatan yang dikehendaki, harus ditambah air
dengan alat penyemprot (sprinkler) dan dicampur/aduk sampai merata
(homogeny). Material urugan yang mempunyai kadar air lebih tinggi
dari seharusnya tidak boleh dipadatkan sebelum dikeringkan dan
disetujui oleh konsultan pengawas, pekerjaan pemadatan tanah
urugan tadi harus dilaksanakan pada kadar air optimum sesuai dengan
sifat alat-alat pemadatan yang tersedia. Pada pelaksanaan pelaksana
pekerjaan/pemborong harus mengambil langkah-langkah yang perlu
agar pada pekerjaan tersebut air hujan dapat mengalir dengan encer.
ix. Kontraktor diharuskan menggunakan peralatan pemadatan dengan
mesin untuk seluruh pemadatan, atau mempergunakan stemper.
Pemadatan tangan atau dengan menggunakan timbris, sama sekali
tidak diperkenankan.
x. Pembersihan, seluruh sisa penggalian yang tidak dipakai buat
penimbunan dan penimbunan kembali, juga seluruh sisa-sisa puing-
puing, runtuhan-runtuhan, sampah-sampah harus disingkirkan dari
lapangan pekerjaan. Seluruh biaya untuk ini adalah tanggung jawab
pemborong.
xi. Pekerjaan pengurugan dianggap selesai setelah mendapat
persetujuan dari konsultan pengawas.
2.4. Pekerjaan Anti Rayap / Terminte Control
2.4.1. Lingkup Pekerjaan
Jenis pencegahan rayap yang digunakan:
a. Ground treatment, soil treatment dan floor treatment yang bertujuan untuk
membuat barier pada pondasi dan permukaan tanah yang digunakan untuk
bangunan adalah jenis PRG contruction termite control.
| 8
b. Wood treatment/wood dranching, yang bertujuan untuk memberikan zat
kimia aktif yang bisa berfungsi sebagai termida (pembasmi rayap) untuk
seluruh bagian yang menggunakan kayu pada bangunan ini.
c. Terminte maintenance program, yang bertujuan untuk mencegah,
menghalau dan membasmi serangan rayap yang datang dari luar
bangunan.
2.4.2. Pengendalian Pekerjaan
Seluruh pekerjaan anti rayap harus memenuhi syarat :
a. Pelaksanaan anti rayap harus memenuhi dilakukan oleh tenaga kerja yang
telah berpengalaman melaksanakan pekerjaan semacam ini dan dipimpin
oleh tenaga ahli yang berpengalaman.
b. Pemborong harus dapat menunjukkan surat ijin yang masih berlaku untuk
kegiatan bidang termite control yang dikeluarkan oleh departemen
kesehatan.
c. Apabila pelaksanaan ini tidak memiliki surat ijin tersebut di atas, maka
pemborong boleh bekerjasama dengan pihak ke tiga dalam melaksanakan
pekerjaan ini dengan syarat:
- Pihak ketiga memiliki surat ijin tersebut
- Untuk pihak ketiga diusulkan pada Direksi lapangan/pemberi tugas
untuk dapat disetujui oleh konsultan perencana.
2.4.3. Bahan-bahan
a. Bahan-bahan yang digunakan disetujui konsultan perencana
b. Bahan-bahan termite control dalam proyek ini terlebih dahulu harus
diusulkan kepada Direksi lapangan/pemberi tugas dilengkapi dengan
brosur dan referensi yang diperlukan.
c. Bahan termite control yang akan digunakan adalah bahan yang disetujui
oleh direksi lapangan/pemberi tugas
2.4.4. Pencegahan pelaksana
Dalam pelaksanaan pekerjaan ini pemborong harus sudah melakukan
langkah-langkah pengaman yang diperlukan guna mencegah terjadinya
kecelakaan, keracunan serta hal-hal lain yang bisa membahayakan kehidupan
(manusia, hewan, tanaman dan barang) yang dilakibatkan oleh pekerjaannya.
| 9
2.4.5. Peralatan
Pekerjaan anti rayap yang sudah terpasang harus diamankan dari perbuatan/
kejadian-kejadian yang bisa merusak pekerjaan anti rayap ini.
2.4.6. Jaminan
Pemborong harus memberi garansi secara tertulis bagi pekerjaan anti rayap ini
selama minimal 10 tahun
2.4.7. Peralatan yang digunakan
Dalam melaksanakan pekerjaan ini pemborong harus menggunakan
peralatan-peralatan yang memadai dan diperlukan untuk pekerjaan ini.
2.5. Pekerjaan Pondasi Dangkal
2.5.1. Lingkup pekerjaan
a. Termasuk dalam lingkup pekerjaan ini adalah pekerjaan pondasi meliputi :
Pekerjaan pondasi batu kali untuk dinding, pondasi untuk pagar dinding,
saluran, dll sesuai gambar.
b. Pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan, peralatan dan tenaga kerja serta
pelaksanaan pekerjaan beton sesuai RKS dan gambar-gambar
pelaksanaan yang telah disediakan untuk proyek ini.
2.5.2. Pedoman pelaksanaan
a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan pondasi kontraktor harus mengadakan
pengukuran-pengukuran untuk as-as pondasi seperti pada gambar
konstruksi dan harus dimintakan persetujuan Direksi lapangan/pemberi
tugas.
b. Kontraktor wajib melaporkan kepada Direksi/pemberi tugas bila ada
perbedaan gambar-gambar dari konstruksi dengan gambar-gambar
arsitektur atau apabila ada hal-hal yang kurang jelas.
c. Ketentuan tentang kewajiban pembuatan shop drawing.
2.5.3. Penggalian
a. Penggalian tanah dasar pondasi dilakukan sampai kedlaman dasar lapis
pasir (sesuai gambar)
| 10
b. Jika pada kedlaman tersebut ternyata masih ditemukan lapisan tanah jelek,
maka perlu konsultasi dengan perencana untuk mendapatkan pengarahan
lebih lanjut.
c. Lebar penggalian di bawah minimal lebar pondasi di tambah 2x10cm.
d. Lebar penggalian di sebelah atas disesuaikan dengan keadaan tanah,
dengan pengarahan “hindarkan kelongsoran”
e. Tanah dasar pondasi harus dipadatkan dengan stemper atau vibroroller
hingga mencapai kepadatan 95% standar proctor.
f. Jika penggalian melampaui kedlaman yang ditentukan sedangkan lapis
tanah yang baik sudah mencapai peil yang ditentukan, maka galian yang
terlalu dalam tersebut harus ditimbun dengan pasir pasang dan dipadatkan
hingga 95% atas beban pemborong.
2.5.4. Pengurugan kembali
a. Semua bekas-bekas sumur harus diurug dengan pasir pasang.
b. Lapisan pasir bawah pondasi harus dipadatkan dengan vibroroller/stemper
sehingga mencapai kepadatan minimal 95% standar proctor.
c. Pengurugan kembali dengan tanah:
i. Tanah yang akan digunakan untuk pengurugan harus mendapat
persetujuan dari pengawas
ii. Semua bahan-bahan organis, sisa-sisa bongkaran bekesting, puing,
sampah-sampah harus disingkirkan
iii. Bongkaran-bongkaran tanah harus dipecahkan menjadi komponen-
komponen yang lebih kecil dahulu.
iv. Pemadatan harus dilakukan lapis demi lapis (max 30cm per-lapis)
dengan vibro/stemper dengan memperhatika kadar air tanah sehingga
memperoleh kepadatan minimal 90%
2.5.5. Pelaksanaan pondasi
a. Pelaksanaan pondasi harus dalam keadaan lobang pondasi kering.
b. Ketentuan mengenai struktur dan kwalitas beton lihat pasal pekerjaan
beton dalam buku spesifikasi ini dan gambar pondasi.
c. Stek kolom, stek kolom penguat, sparing-sparing yang diperlukan harus
terpasang bersamaan dengan pekerjaan pondasi.
d. Ketentuan mengenai pondasi batu kali, lihat ketentuan pasangan batu kali,
dengan catatan:
| 11
i. Tidak boleh ada rongga dalam pasangan tersebut.
ii. Batu kali disusun satu persatu dengan penyangga
e. Pelaksanaan pondasi juga harus memperhatikan gambar arsitek dan M.E,
jika ada kelainan/ketidakcocokan harus dikonsultasikan dengan perencana.
2.5.6. Pondasi pasangan batu kali
a. Kegiatan pekerjaan pasangan pondasi batu kali dilaksanakan pada
pekerjaan struktur dinding bata dalam bangunan, bak-bak bunga dan lain-
lain sesuai gambar rencana.
b. Bahan-bahan yang digunakan:
i. Batu kali dan pasir, harus keras dan kekar serta bermutu yang disetujui
Direksi/pemberi tugas/perencana dan owner.
ii. Semen, sesuai ketentuan Portland cement Indonesia : NI 80 1972.
iii. Air yang dipakai harus besih yang dapat diminum/tawar
2.6. Pekerjaan Sub Structure (Pekerjaan struktur Ba wah)
Dalam pekerjaan pondasi ini pemborong diwajibkan untuk mempelajari dan
mengajukan penawaran serta mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan
untuk pekerjaan pondasi. Pemborong diwajibkan membuat uraian dan metode
pekerjaan serta waktu pekerjaan (time schedule) pondasi yang disesuaiakan
dengan site yang ada dan diajukan ke Direksi lapangan untuk disetujui.
2.6.1. Pekerjaan persiapan pondasi
a. Lingkup pekerjaan.
Pekerjaan ini meliputi penyediaan dan pendaya gunaan semua tenaga
kerja, bahan-bahan, instalasi konstruksi dan perlengkapan-
perlengkapan untuk semua pekerjaan penggalian,
pengisian/pengurugan dan pembuatan konstruksi pondasi.
Pelaksanaan pekerjaan pondasi memerlukan ketepatan, ketelitian dan
pengetahuan pelaksanaan yang cukup tinggi, karena pembormng harus
mampu meyediakan peralatan yang baik, lengkap dan pekerja atau
pengawas ahli yang terampil dan berpengalaman.
b. Sifat pekerjaan
Kontraktor yang ditunjuk harus memahami secara tepat mengenai sifat
penggalian dan pengurugan yang diharuskan, sehingga harga-harga
| 12
penawarannya telah memungkinkan bagi terlaksananya pekerjaan
tersebut dengan baik.
c. Penggalian tanah.
Syarat-syarat pelaksanaan :
i. Semua galian harus dilaksanakan sesuai dengan gambar dan
syarat-syarat yang ditentukan menurut keperluan
ii. Dasar dari semua galian harus waterpass, bilamana pada
dasar setiap galian masih terdapat akar-akar atau bagian-
bagian gembur, maka ini harus digali keluar dan dipadatkan
sehingga mendapatkan kembali dasar yang waterpass.
iii. Terhadap kemungkinan adanya air di dasar, baik pada waktu
penggalian maupun pada waktu pekerjaan pondasi, harus
disediakan pompa air atau pompa lumpur yang jika diperlukan
dapat bekerja terus-menerus, untuk menghindari
tergenangnya air pada dasar galian.
iv. Pemborong harus memperhatikan pengamanan terhadap
dinding tepi galian agar tidak longsor dengan memberikan
suatu dinding penahan atau penunjang sementara atau lereng
yang cukup.
v. Semua tanah kelebihan yang berasal dari pekerjaan galian,
setelah mencapai jumlah tertentu yaitu sampai mencapai
ketinggian tanah asli semula, harus segera disigkirkan dari
halaman pekerjaan.
vi. Seluruh barang-barang berharga yang mungkin ditemui di
lapangan harus segera dilaporkan ke Direksi
lapangan/pemberi tugas dan juga ke pemberi tugas dan harus
dilindungi dari kerusakan dan bila menderita kerusakan akibat
kelalaian pemborong maka harus direparasi/diganti oleh
pemborong atas tanggunannya sendiri.
vii. Bila suatu alat pelayanan dinas yang masih berfungsi ditemui
di lapangan dan hal tersebut tidak tertera pada gambar dan
ternyata diperlukan perlindungan atau pemindahan,
pemborong harus bertanggungjawab untuk mengembil setiap
langkah apapun yang diperlukan untuk perlindungan.
| 13
2.6.2. Pengurugan pondasi
a. Lingkup pekerjaan
i. Untuk peninggian guna mencapai suatu level konstruksi sesuai
dengan gambar
ii. Urugan kembali pada akhr pekerjaan untuk pengisian dan
leveling disekitar konstruksi pondasi
iii. Luas daerah pengurugan adalah sesuai gambar rencana
b. Bahan-bahan
i. Bila tidak mencantumkan dalam gambar-gambar detail, maka
pada bagian atas urugan, di bawah pelat-pelat bertulang,
beton rapat dan pondasi-pondasi harus terdiri dari urugan
pasir setebal 10cm padat.
ii. Di bawah lapisan-lapisan atau di samping pondasi, urugan
yang dipakai adalah dari jenis tanah “sirtu” yang bersih tanpa
potongan-potongan bahan yang bias lapuk serta batuan yang
telah dipecahkan.
iii. Pemborong waib mengusahakan agar semua bahan urugan
terdiri dari mutu bahan yang baik.
2.6.3. Pekerjaan pondasi batu kali.
a. Batu kali digunakan untuk pondasi harus batu pecah, sudut
runcing, berwarna abu-abu hitam, keras, tidak berpori (porous)
b. Permukaan dasar galian harus ditimbun dengan pasir urug setebal
minimal 10cm, disiram dan diratakan dan di atasnya diberi batu
kali pecah yang dipasang sesuai dengan gambar.
c. Pondasi batu kali menggunakan adukan dengan campuran 1Pc
:4Ps. Untuk kepala pondasi digunakan adukan kedap air dengan
campuran 1Pc:2Ps setinggi 20cm, dihitung dari permukaan
pondasi kebawah. Adukan harus membungkus batu kali pada
bagian tengah pondasi sedemikian rupa sehingga tidak aa bagian
pondasi yang berongga.tidak padat.
d. Pada pondasi untuk kolom-kolom harus disediakan stek-stek
tulangan kolom dengan diameter dan jumlah besi yang sama
dengan tulangan pokok yang teraman baik dalam pondasi sedalam
sesuai dengan yang tertera dalam gambar.
| 14
2.7. Pekerjaan beton bertulang
2.7.1. Pekerjaan beton bertulang dilaksanakan sebagai berikut:
a. campuran untuk adukan beton biasa dipergunakan pada:
- kolom-kolom utama dan kolom-kolom praktis
- balok-balok induk, balok anak, balok ring, plat, lisplang beton dan
tangga
b. campuran untuk adaukan beton rabat air dipergunakan pada:
- lantai yang tekena air langsung, balok dan plat luifel atap dan
teras/ balkon.
- Lisplang beton
- Dinding ground reservoir, dinding STP
- Balok dan lantai WC, pekerjaan beton lainnya yang terkena
genangan ait atau banyak hubungan langsung dengan air.
2.7.2. Ukuran-ukuran, pembesian dari semua bagian konstruksi beton
bertulang diberikan secara lengkap di dalam gambar-gambar dan
merupakan patokan di dalam perhitungan volume pekerjaan beton
pada perincian harga penawaran.
2.7.3. Untuk pelaksanaan pekerjaan beton bertulang berlaku ketentuan-
ketentuan dalam:
- SNI-03-2847-2002, standar tata cara perencanaan struktur beton
untuk bangunan gedung.
- SNI-03-2458-1991, metode pengujian dan pengambilan contoh
untuk campuran beton segar.
- SNI-03-4810-1998, meetode pembuatan dan perawatan benda uji
di lapangan.
- SNI-03-1974-1990, metode pengujian kuat tekan beton
- SNI-03-2492-1991, metode pengambilan benda uji beton inti
- SNI-03-3403-1994, metode pengujian kuat tekan beton inti.
- Ni-2-PBI 1971, peraturan beton Indonesia (1971)
- SK SNI T-15-1991-03, tata cara perhitungan struktur beton untuk
bangunan gedung.
- NI-3-1970, peraturan umum bahan bangunan Indonesia
- PUUDI-1982, persyaratan umum beban bangunan di Indonesia.
- SII, standar industry Indonesia
| 15
2.7.4. Syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan di dalam SNI-03-2847-2002
menegenai bahan-bahan untuk beton bertulang, cara-cara
pelaksanaan konstruksi beton bertulang dan pemeriksaan (test),
mengenai hal-hal itu harus medapatkan perhatian yang sesame dari
kontraktor dan menjadi dasarr dari seluruh pekerjaan.
2.7.5. Kontraktor diharuskan mentaati petunjuk-petunjuk dari pengawas ahli
sesuai dengan ketentuan dan syarat-syarat yang tercantum dalam SNI
03-2847-2002
2.7.6. Tidak diperkenankan kepada kontraktor untuk melaksanakan
pengecoran beton, tanpa ijin terlebih dahulu kepada manajemen
konstruksi ahli untuk diadakan pengematan/pemeriksaan konstruksi
dan selanjutnya dinyatakan persetujuan pengecoran secara tertulis.
2.7.7. Bahan-bahan.
a. Bahan-bahan yang dipergunakan pada pekerjaan pembuatan
beton bertulang harus memenuhi ketentuan-ketentuan yang
tercantum di dalam SNI-03-2847-2002.
b. Kontraktor diwajibkan untuk mematuhi setiap petunjuk yang
diberikan oleh petugas ahli dan Direksi lapangan dan kontraktor
berkewajiban untuk membantu penuh Direksi lapangan dan
pengawas ahli di dalam melaksanakan pemeriksaan bahan-bahan.
c. Portland cemen dan mutu besi, digunakan porland cemen menurut
SNI 15-2049-1994. Kecuali ditentukan lain dama gambar, untuk
mendapatkan jaminan akan kualitas besi yang diminta, maka
disamping adanya certificate dari suppliers3 juga harus
ada/dimintakan certificate dari laboratorium resmi dari perguruan
tinggi atau instansi pemerintah baik pada saat pemesanan maupun
secara periodic minimal 2 contoh percobaan dan perlengkungan
untuk setiap 20cm ton besi. Direksi lapangan/pemberi tugas harus
menyaksikan pengetesan besi dan segala biaya yang berkenaan
dengan pekerjaan ini menjadi tanggung jawab kontraktor. Besi
bertulang yang digunakan adalah produk Krakatau steel/setara
yang memenuhi standar SII
| 16
2.7.8. Admixture (bahan-bahan tambahan) dalam adukan beton
a. Cara penggunaan additive untuk beton harus sesuai dengan
petunjuk petunjuk dari produsen bahan tersebut.
b. Penyimpangan dari ketentuan di atas harus dengan persetujuan
tenaga ahli/konsultan.
2.7.9. Penyimpanan
a. Pengiriman dan penyimpanan bahan-bahan pada umumnya harus
sesuai dengan waktu dan urutan pelaksana.
b. Cement harus didatangkan dalam zak yang tidak pecah (utuh)
tidak terdapat kekurangan berat dari apa yang tercantum pada
zak, segera setelah diturunkan disimpan dalam gudang yang
kering, terlindung dari pengaruh cuaca, berventilasi secukupnya
dan lantai yang bebas dari tanah. Cement harus masih dalam
keadaan fres (belum mulai mengeras) jika ada bagian yang mulai
mengeras bagian tersebut masih harus dapat ditekan hancur
dengan tangan bebas dan jumlahnya tidak boleh melebihi 5%
berat, dan kepada campuran tersebut diberi tambahan cement
baik dalam jumlah yang sama. Semuanya dengan catatan kualitas
beton yang diminta harus tetap terjamin.
c. Besi beton harus bebas dari tanah dengan menggunakan
bantalan-bantalan kayu dan bebas dari lumpur atau zat-zat asing
lainnya (missal :minyak dan lain-lain)
d. Aggregates harus ditempatkan dalam bak-bak yang cukup terpisah
dari satu dan lain jenisnya/gradasi-nya dan di atas latai beton
ringan untuk menghindari tercampurnya dengan tanah.
2.7.10. Pelaksanaan pembuatan beton/kualitas beton. Adukan beton adalah
campuran dari cement Portland, pasir beton, batu pecah/krikil dan air,
semuanya diaduk dalam perbandingan tertentu sehingga didapat
kekentalan yang baik dengan kekuatan yang dinginkan.
2.7.11. Pemeriksaan mutu hasil pelaksanaan
a. Koontraktor diwajibkan untuk mengadakan pemilihan proporsi
campuran beton (trial-mixes) sesuai dengan SNI-03-2847-2002
| 17
b. Evaluasi dan penerimaan beton dilakukan sesuai dengan SNI-03-
2847-2002. Frekuensi pengujian kekuatan masing-masing mutu
beton yang dicor setiap harinya haruslah dari satu contoh uji per
hari atau tidak kurang dari satu contoh uji untuk setiap 120M3 beton
atau tidak kurang dari satu contoh uji untuk setiap 500M2 luasan
permukaan lantai atau dinding.
c. Pemeriksaan benda uji dilakukan di laboratorium bahan dan
kontruksi atas persetujuan konsultan pengawas. Hasil uji
dilaporkan kepada pemberi tugas.
d. Pengambilan benda uji langsung dilakukan dari bagian-bagian
konstruksi yang sedang dalam proses pengecoran sesuai
ketentuan dan arahan konsultan pengawas dan tidak boleh diambil
langsung dari mixer ready-mix.
2.7.12. Kualitas beton
a. Kecuali yang ditentukan lain dalam gambar, kualitas beto untuk
beton struktur adalah f’c=20 Mpa atau setara K-250 kg/cm2 dan
beton pada kolom praktis digunakan f’c=15Mpa atau setara K-
175kg/cm2.
b. Pelaksanaan haru memberikan jaminan atas kemampuan
membuat kwalitas beton ini dengan memperhatika data-data
pelaksanaan dilain tempat atau dengan mengadakan trial-mixes.
c. Pengambilan benda-benda uji harus dengan periode antara yang
disesuaikan dengan kecepatan pembetonan.
d. Kontrakto harus membuat laporan tertulis atas data-data kwalitas
beton yang dibuat dengan disyahkanya oleh Direksi lapangan,
laporan tersebut harus dilengkapi dengan harga karakteristiknya.
e. Selama pelaksanan harus ada pengujian slump minimal 5cm,
maximum 12 cm. cara pengujian slump adalah sebagai berikut:
Contoh : beton diambil saat sebelum dituangkan kedalam cetakan
beton (bekisting), cetakan slump dibasahkan dan ditempatkan di
atas kayu yang rata atau plat beton.
Cetakan di isi sampai kurang lebih 1/3nya, kemudian adukan
tersebut ditusuk-tusuk 25 ali dengan besi 16mm panjang 30cm
dengan ujung yang bulat (seperti peluru)
Pengisian dilakukan dengan cara serupa untuk dua lapisan
berikurnya. Setiap lapis ditusuk-tusuk 25 kali dan setiap tusukan
| 18
harus masuk dalam satu lapisan yang di bawahnya. Setelah
diratakan, sgera cetakan diangkat perlahan lahan dan diukur
penurunannya (slum-nya)
f. Jika hasil kuat tekan benda-benda uni tidak memberikan angka
kekuatan yang diminta, maka harus dilakukan pengujian beton
ditempat dengan cara-cara seperti ditetapkan dalam SNI-03-2847-
2002 dengan tidak menambah beban biaya bagi pemberi tugas
(=beban kontraktor)
g. Pengadukan beton dalam mixer tidak boleh kurang dari 75 detik
terhitung setelah seluruh komponen aduka ke dalam mixer.
h. Penyampaian beton (adukan) dari mixer ketempat pengecoran
darus dilakukan dengan cara iyang tidak mengakibatkan terjadinya
segrasi komponen-komponen beton.
i. Harus digunakan vibrator untuk pemadatan beton.
2.7.13. Siar-siar konstruksi dan pembongkaran bekisting.
Pembongkaran bekisting dan penempatan siar-siar pelaksanaan,
sepanjang tidak ditentukan lain dalam gambar, harus mengikuti SNI-
03-2847-2002, siar-siar tersebut harus dibasahi lebih dahulu dengan
air cement tepat sebelum pengecoran lanjutan dimulai. Letak siar-siar
tersebut harus disetujui oleh Direksi lapangan.
2.7.14. Penggantian besi
a. Kontraktor harus mengusahakan supaya besi yang dipasang adlah
sesuai dengan apa yang tertera pada gambar.
b. Dalam hal dimana berdasarkan pengalaman kontraktor atau
pendapatnya terdapat kekeliruan atau kekurangan atau perlu
penyempurnaan pembesian yang ada maka:
- kontraktor dapat menambah ekstra besi dengan tidak
mengurangi pembesian yang setara dalam gambar,
secepatnya hal ini diberitahukan pada direksi
lapangan/pemberi tugas kontruksi dan konsultan perencana
sekedar informasi
- jika terjadi penambahan ekstra besi maka dapat dimintakan
oleh kontraktor sebagai kerja lebih. Penambahan tersebut
| 19
dapat dilakukan setelah ada persetujuan tertulis dari pemberi
tugas.
- Jika diusulkan perubahan dari jalannya pembesian maka
perubahan tersebut dapat dijalankan dengan perssetujuan
tertulis dari konsultan perencana.
c. Jika pemborong tidak berhasil mendapatkan diameter besi yang
sesuai dengan yang ditetapkan dalam gambar maka dapat
dilakukan penukaran diameter dengan diameter yang terdekat
dengan catatan:
- Jumlah besi persatuan panjang atau jumlah besi ditempat
tersebut tidak boleh kurang dari tertera dalam gambar ( dalam
hal ini yang dimaksudkan adalah jumlah luas).
- Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan keruwetan
pembesian di tempat tersebut atau di daerah overlapping
yang dapat menyulitkan pembetonan atau penyampaian
penggetar.
- Harus menyampaikan perhitungan struktur (analisa) ke
konsultan perencana.
d. Toleransi
Diameter, ukuran sisi (atau jarak
antara dua permukaan yang
berlawanan)
Variasi dalam berat yang diperbolehkan
Toleransi diameter
Di bawah 10mm ±7% ±0,4 mm
10 mm samoai 16mm (tapi tidak termasuk 16mm)
±5% ±0,4 mm
16mm sampai 28mm ±5% ±0,5mm
29mm dan 32mm ±4% -
2.7.15. Cetakan dan acuan/bekisting
a. Pembuatan cetakan dan acuan harus memenuhi ketentuan-
ketentuan di dalam SNI-03-2847-2002
b. Untuk mencegah terserapnya air beton oleh cetakan, maka
cetakan harus dilapis dengan lembaran plastic yang dihubungkan
dengan cermat.
c. Pekerjaan pembuatan cetakan (form work) dengan pemotongan
dan pemasangan yang rapih serta sistimatis agar mendapatkan
| 20
kecermatan dan ketelitian kerja untuk mencapai hasil cetakan
engan kesempurnaan yang maksimal.
d. Di dalam melaksanakan seluruh konstruksi beton bertulang tidak
diperkenankan terjadinya kesalahan pembuatan cetakan. Papan-
papan bekas cetakan hanya boleh dipergunakan jika masih dalam
keadaan baik dan harus disetujui oleh Direksi lapangan.
e. Untuk tiang-tiang penyangga acuan tidak diperkenankan
menggunakan bamboo.
f. Bekisting yang digunakan dapat dalam bentuk beton, baja,
pasangan batu kali diplester atau kayu. Lain-lain jenis yang akan
digunakan harus dengan persetujuan Direksi lapangan.
g. Bekisting harus direncanakan sedemikianrupa sehingga tidak ada
perubahan bentuk yang nyata dan cukup dapat menampung
beban-beban sementara sesuai dengan jalannya kecepatan
pembetonan. Semua bekisting harus diberi penguat datar dan
silangan sehingga kemungkinan bergeraknya bekisting selama
pelaksanaan dapat ditiadakan, juga cukup rapat untuk
menghindarkan keluarnya adukan (mortar-leakage)
h. Cukup penyangga dan silangan-silangan adalah menjadi
tanggungjawab kontraktor, demikian juga kedudukan dan dimensi
yang tepat dan bekisting adalah menjadi tanggungjawabnya.
i. Pada bagian terendam (dari setiap phase pengecoran) dari
bekisting kolom atau dinding harus ada bagian yang mudah dibuka
untuk inspeksi dan pembesian.
j. Adakan tindakan untuk menghindarkan pengumpulan air
pembasahan tersebut pada sisi bawah.
k. Pembongkaran bekisting. Bekisting lantai tingkat harus
dipertahankan beberapa lantai teratas dengan catatan harus
memenuhi ketentuan bahwa lantai teratas yang sedang dikerjakan
atau sedang dicor harus dipandang sebagai beban yang bias
dipindahkan bebannya kepada lantai di bawahnya yang betonya
sudah berumur lebih dari 28 hari atau sekurangnya melebihi K-
250.
| 21
2.7.16. Pemasangan pipa-pipa, pemasangan pipa dalam beton harus tidak
boleh sampai merugikan kekuatan konstruksi, untuk ini lihat SNI-03-
2847-2002.
2.7.17. Lantai kerja. Untuk bagian-bagian konstruksi beton bertulang yang
terletak langsung di atas tanah, dibawahnya harus dibuat lantai kerja
setebal 5cm dengan campuran semen pasir dan kerikil dalam
perbandingan 1:3;5.
2.7.18. Pekerjaan mengaduk. Pengadukan beton harus dengan mesin
pengaduk beton dengan daya aduk seimbang dengan besar bagian
pekerjaan beton yang akan dicor. Jenis dan daya aduk dari mesin
pengaduk yang akan dipergunakan terlebih dahulu harus
mendapatkan persetujuan dari Direksi lapangan. Untuk pengadukan
minimum 2 (dua) menit setelah seluruh bahan yang diperlukan masuk
ke dalam mesin pengaduk.
2.7.19. Pengangkutan adukan. Pengangkutan adukan beton dari tempat
pengadukan ketempat pengecoran harus dilaksanakan dengan cara
yang disetujui oleh Direksi lapangan. Cara pengankutan harus
memenuhi persyaratan :
- Tidak berakibat pemisahan dan kehilangan bahan-bahan
- Tidak terjadi perbedaan waktu pengikat yang menyolok antara
beton yang sudah dicor dan yang akan dicor.
Adukan beton harus dicor dalam waktu paling lambat 1 (satu) jam
setelah pengadukan dengan air dimulai.
2.7.20. Pengecoran dan pemadatan.
a. Sebelum pekerjaan pengecoran beton dilakukan, semua pekerjaan
acuan (bekisting) baja-baja tulangan, tarikan pipa-pipa instalasi air
dan instalasi listrik serta angkur angkur yang harus ditanam dalam
beton, sudah harus selesai terpasang dan mendapat pemeriksaan
dan persetujuan tertulis dari Direksi lapangan.
b. Acuan harus dibersihkan terlebih dahulu dengan cara
penyemprotan air bersih atau dapat memakai compressor
sehingga semua kotoran tersapu bersih dari dalam acuan.
| 22
c. Selama pengecoran berlangsung kepada siapapun dilarang
berjalan dan berdiri di atas baja tulangan. Untuk dapat mencapai
setiap tempat dengan mudah dan aman kontraktor jharus
mempersiapkan dan menggunakan jalur-jalur tempat berjalan
tersebut dari papan yang cukup lebar ditumpangkan di atas kaki-
kaki yang mudah dipindah-pindahkan dan tidak akan membebani
baja tulangan.
d. Beton harus dicor pada tempat pekerjaan secepat mungkin setelah
bidang acuan dibasahi dengan air dimulai.
e. Bilaman pengecoran pada salah satu bagian konstruksi terpaksa
harus diputuskan, maka tempatnya harus terletak pada batas/siar
pelaksanaan yang akan ditentukan oleh Direksi lapangan
berdasarkan ketentuan-ketentuan yang berlaku untuk konstruksi
beton bertulang. Sebelum pekerjaan yang diputuskan itu
dilanjutkan maka permukaan beton yang telah mengeras itu harus
dibersihkan dari benda lepas, dibuat kasar kemudian diberi cairan
semen (calbon) dan selanjutnya segera pengecoran beton
dilaksanakan.
f. Adukan yang telah mulai mengeras atau mencampurnya dengan
bahan-bahan campuran beton atau mencampurnya dengan
adukan adukan beton baru tidak diperkenankan. Adukan beton
pada wktu pengecoran terdapat pemisahan antara kerikil dan
spesinya tidak diperkenankan untuk dipakai. Adukan beton tidak
boleh dituanhgkan terlau tinggi yang dapat mengakibatkan
terjadinya pemisahan kerikil dan spesinya. Tinggi maximal
pengecoran menuangkan adukan beton tidak boleh lebih dari
1,5m.
g. Selama pengecoran berlangsung adukan beton pada acuan harus
dipadatkan dengan menggunkan alat penggetar (vibrator). Alat
tersebut sudah harus berada di tempat pekerjaan sebelum
pekerjaan pengecoran dimulai.
| 23
2.7.21. Perawatan beton.
Beton yang sudah dicor terutama plat atap dan luifel harus dijaga agar
tidak terlalu cepat kehilangan kelembaban untuk paling sedikit 14 hari.
Untuk kepeluan tersebut dtetapkan cara sebagai berikut:
a. Pada umumnya dipergunakan sebagai penutup permukaan beton
karung-karung yang senantiasa basah.
b. Pada plat-plat kedap air seperti plat talang atap dan luifel
pembahasan terus menerus ini harus dilakukan dengan cara
merendamnya (menggenang) dengan air.
2.7.22. Hasil pekerjaan beton yang tidak baik seperti terdapatnya srang krikil,
munculnya pembesian pada permukaan beton dan lain-lain hal yang
tidak memenuhi syarat atas perintah Direksi lapangan harus dibongkar
kembali sebagian atau seluruhnya. Untuk selanjutnya diganti atau
doperbaiki segera dan menjadi resiko kontraktor sepenuhnya. Cara-
cara perbaikan lainnya harus senantasa diketahui dan dapat
persetujuan manajemen konstruksi ahli terlebih dahulu.
2.7.23. Tanggungjawab kontraktor
a. Kontraktor bertanggung jawab penuh atas kualitas konstruksi
sesuai dengan ketentuan-ketentuan di atas dan sesuai dengan
gambar-gambar konstruksi yang diberikan. Adanya atau kehadiran
Direksi lapangan selaku wakil pemberi tugas atau konsultan yang
sejauh mungkin melihat/menegur atau member nasehat tidaklah
mengurangi tanggung jawab penuh tersebut di atas.
b. Direksi lapangan tidak dibenarkan member ketentuan-ketentuan
tambahan yang menyimpang dari ketentuan yang telah digariskan
di atas ( dan yang telah tertera dalam gambar)
2.7.24. Gambar kerja
a. Sebelum pabrikasi dimulai kontraktor harus membuat gambar
gambar kerja yang diperlukan dan harus disetujui Direksi sebelum
dimulai dengan pabrikasi.
b. Walaupun semua gambar kerja telah disetujui Direksi tidaklah
berarti mengurangi tanggung jawab kontraktor apabila terdapat
kesalahan atau perubaham dalam gambar.
| 24
c. Tanggung jawab atas ketepatan ukuran selama erection tetap ada
pada kontraktor.
d. Pengukuran denga skala dalam gambar tidak diperkenankan.
2.8. Ketentuan lain-lain
2.8.1. Semua bahan dan alat-alat perlengkapan yang akan diperoleh atau
dipasang pada bangunan ini sebelum dipergunakan harus diperiksa dan
diluluskan oleh Direksi
2.8.2. Apabila diperlukan pemeriksaan bahan, maka biaya pemeriksaan
ditanggung oleh pemborong.
2.8.3. Jika ada perbedaan antara gambar dan RKS, gambar petunjuk dan detail
maka segera dilaporkan ntuk diputuskan dengan tetap mengindahkan
kepentingan bangunan itu sendiri.
2.8.4. Apabila ada hal yang tidak tercantum dalam gambar maupun RKS tetapi itu
mutlak diutuhkan’ maka hal tersebut harus dikerjakan/dilaksanakan.
2.8.5. Hal-hal yang belum tercantum dalam uraian-uraian dalam pasal-pasal RKS
ini akan dijelaskan dalam aanwijing.
2.8.6. Pada hakekatnya kontraktor wajib membuat shop drawing untuk seluruh
jenis dan tahapan pekerjaan konstruksi / struktur, degan ketentuan sebagai
berikut:
a. Disetujui konsultan pengawas untuk shop drawing sebagai penjelas da
detail dalam pelaksanaan.
b. Diperiksa oleh konsultan pengawas dan perencana dan disetujui oleh
owner bila terjadi perubahan disain dan atau mengakibatkan perubahan
biaya.
| 25
Banyumas, Agustus 2011
,
Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Kepala Desa MAJU PRATAMA Desa Kedondong
SLAMET SUTRISNO, S.Pd AMIN SACHURI Koordinator BKM
MENGETAHUI,
Kepala Bappeda Kabupaten Banyumas Koordinator Kota PNPM MP Selaku Ketua Tim Teknis PLPBK Kabupaten Banyumas Drs. NOORYONO, MM PUJI KARYANTO, SP Pembina Tingkat I
NIP. 19580508 198503 1 010
| 26