109
RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, KECAMATAN SAKETI, PANDEGLANG, BANTEN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh: Dede Nur Afiyah NIM. 11140321000068 JURUSAN STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439H/2018M

RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, KECAMATAN

SAKETI, PANDEGLANG, BANTEN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Dede Nur Afiyah

NIM. 11140321000068

JURUSAN STUDI AGAMA-AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439H/2018M

Page 2: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual
Page 3: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual
Page 4: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual
Page 5: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

iv

ABSTRAK

Ritual adalah suatu bentuk kegiatan keagamaan yang terdapat dalam

masyarakat tertentu dan dilaksanakan secara turun temurun. Ritual telah menjadi

suatu tradisi yang sakral dan dilakukan secara rutin oleh masyarakat tertentu.

Masyarakat yang telah melakukan suatu tradisi berupa upacara ritual selama

beberapa generasi, akan memegang teguh tradisi tersebut dan menganggap bahwa

jika upacara itu tidak dilakukan, maka akan terjadi bencana, musibah atau

keburukan yang menimpa seluruh warga desa.

Di Desa Girijaya terdapat suatu upacara ritual yang telah menjadi

tradisi secara turun temurun dan dilaksanakan secara rutin setiap tahun. Salah

satunya adalah ritual Rebo Kasan. Rebo Kasan adalah salah satu tradisi

masyarakat Desa Girijaya yang telah dilaksanakan sejak dahulu dan secara rutin

diselenggarakan setiap tahun oleh warga desa.

Makna pokok dari tujuan Rebo Kasan adalah menghindari dari

berbagai macam marabahaya yang datang pada hari Rebo terakhir pada bulan

Safar. Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual tolak bala,

ritual mandi Safar, dan ritual mendaki Gunung Pulosari. Oleh karena itu,

penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengangkat dan menulis tentang “Ritual

Perayaan Rebo Kasan Desa Girijaya Kecamatan Saketi Pandeglang Banten”.

Adapun metode yang dilakukan penulis adalah penelitian lapangan,

dengan pengumpulan data observasi maupun wawancara. Sumber data yang

digunakan adalah para informan baik yang terlibat maupun yang dianggap

mengerti tentang ritual tersebut, yaitu para tokoh masyarakat serta buku-buku

yang menunjang dalam penelitan tersebut.

Kata Kunci : Rebo Kasan, Masyarakat, dan Ritual.

Page 6: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

v

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Ahamdulilah segala puji dan puji syukur penulis panjatkan kepada

Allah SWT, Dia lah yang telah melimpahkan nikmat iman, nikmat Islam dan

nikmat sehat. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu

syarat memperoleh gelar sarjana Agama (S.Ag). Dalam bidang Studi Agama-

agama Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Rangkaian shalawat dan salam terhatur kepada Rasullah SAW putra

padang pasir, reformis Islam sedunia, insan pilihan Allah SWT, pembebas umat

manusia dan alam semesta dari segala bentuk penindasan dan kezaliman. Beliau

juga insan teladan sejati bagi umatnya.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penyelesaian skripsi ini,

banyak pihak yang senantiasa membimbing dan membantu serta tulus dengan

sepenuh hati meluangkan waktunya dalam memberikan kritik, saran dan inspirasi

hingga selesai dalam menulis skripsi ini. Oleh karena itu penulis ingin

mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada pihak-pihak tersebut

khususnya kepada:

1. Kedua orang tuaku mamah Yayu Khotimah dan bapak Itong yang tercinta

yang tiada henti memberikan motivasi yang begitu kuat serta doa yang tidak

pernah putus sepanjang masa untuk keberhasilian penulis, semoga Allah

menyayangi kalian berdua di dunia maupun akhirat.

2. Ibu Dra. Halimah M.Ag, sebagai pembimbing dalam penulisan skripsi ini

yang telah banyak meluangkan waktu dan tenaganya serta kesabaran

Page 7: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

vi

memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis sehingga membuka

cakrawala berpikir dan nuasa keilmuan yang baru.

3. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A Selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

4. Prof. Dr. Masri Mansoer, M.A Selaku Dekan Fakultas Ushuluddin Rektor

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Dr. Media Zainul Bahri, M.A. selaku Ketua Jurusan Studi Agama-Agama UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah menyetujui permohanan skripsi ini dan

memberikan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, terkhusus Bapak Syaiful Azmi, M.A, Dra. Siti Nadroh

M.A, yang telah membantu penulis dalam menemukan pokok permasalahan

penelitian.

7. Teruntuk Maydumi yang telah membantu medampingi penulis wawancara

baik moril maupun materi dalam penulisan skripsi ini.

8. Sepupu dan anggota keluarga besar yang senantiasa memberikan doa dan

dukungan semangat kepada penulis.

9. Bapak Tedi Setiadi sebagai Ketua Desa Girijaya, Asep Saepudin sebagai Kaur

Perencana, staf Desa Girijaya dan seluruh masyarakat desa Girijaya yang telah

memberikan banyak sumber utama skripsi ini serta meluangkan waktunya

kepada penulis untuk dapat berdiskusi secara langsung, sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan dengan tepat waktu.

10. Sahabat-sahabat terbaikku Meli, Babin, Elva, Fida, Windi, Tika,

(BERTUJUH) penulis mengucapkan terima kasih. Hal yang terpenting kalian

Page 8: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

vii

adalah keluarga kedua sebagai perlengkapan hidup. Kalian adalah yang

terbaik dan terindah yang aku punya.

11. Aldi yang telah memberikan motivasi dan arahan dalam proses menyelesaikan

skripsi ini sehingga selesai.

12. Ka Jamil yang telah banyak membantu penulis dalam penulisan skripsi ini

13. Sahabat dan rekan seperjuangan tercinta yang tiada henti memberi motivasi

kepada penulis.

14. Seluruh pihak yang tidak disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam

proses penulisan skripsi ini hingga selesai, saya sayang kalian semua.

Akhirnya penulis hanya bisa berdoa semoga skripsi ini dapat

bermanfaat khususnya bagi penulis dan pada umumnya untuk perkembangan ilmu

pengetahuan di tanah air. Atas semua sumbangsih dan informasi yang telah

diberikan, semoga Allah memberikan balasan yang berlipat ganda. Amiin

Penulis, 07 Juni 2018

Penulis

Page 9: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

ix

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................ i

SURAT PERNYATAAN ...................................................................................... ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASYAH ...................................... iii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... v

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah .......................................................................... 6

D. Tinjauan Pustaka .................................................................................................. 8

E. Metodologi Penelitian ......................................................................................... 10

F. Sistematika Penulisan ......................................................................................... 15

BAB II .................................................................................................................. 17

SEJARAH PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA ......................... 17

A. Asal-usul Ritual Rebo Kasan ............................................................................. 17

B. Mitos Rebo Kasan ............................................................................................... 20

BAB III ................................................................................................................. 25

GAMBARAN UMUM DESA GIRIJAYA KECAMATAN SAKETI

PANDEGLANG BANTEN ................................................................................. 25

A. Sejarah Desa Girijaya ......................................................................................... 25

B. Kondisi Keagamaan Desa Girijaya ................................................................... 30

C. Kondisi Sosial Ekonomi Desa Girijaya ............................................................. 35

BAB IV ................................................................................................................. 38

RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA ............................ 38

A. Persiapan dan Perlengkapan Rebo Kasan Desa Girijaya ............................... 38

1. Tahap Persiapan ............................................................................................. 38

2. Tahap Pelaksanaan ......................................................................................... 40

B. Proses Ritual Perayaan Rebo Kasan Desa Girijaya ........................................ 41

1. Pelaksanaan Ritual Tolak Bala ...................................................................... 41

2. Pelaksanaan Ritual Mandi Safar ................................................................... 43

3. Pelaksanaan Ritual Mendaki Gunung Pulosari ........................................... 46

C. Makna Simbolik Ritual dalam Tradisi Perayaan Rebo Kasan....................... 49

Page 10: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

x

BAB V ................................................................................................................... 53

PENUTUP ............................................................................................................ 53

A. Kesimpulan .......................................................................................................... 53

B. Saran .................................................................................................................... 54

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 55

LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................. 59

Lampiran 1 .................................................................................................................. 59

Lampiran 2 .................................................................................................................... 62

Lampiran 3 .................................................................................................................... 64

Page 11: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia Indonesia, dengan berbagai suku, agama dan ras, tentu saja

memiliki berbagi keunikan maupun kekhasan tersendiri dalam beberapa hal, di

antaranya bersangkutan dengan tradisi maupun budaya. Masyarakat muslim

Indonesia yang relijius, penyebutan tradisi masyarakat di sini hanya untuk

membedakan dengan dogma ataupun ajaran Islam. Islam memiliki ajaran yang

tentunya berasal dari Allah SWT dan Rasul-Nya (al-Quran dan Hadist) yang

harus dijalankan dan diikuti oleh setiap pemeluknya sedangkan tradisi

merupakan kebiasaan dalam suatu kelompok masyarakat yang tidak harus

untuk diikuti ataupun dijalankan oleh sebagian kelompok yang lainnya,

meskipun sesama muslim tetapi tidak menutup kemungkinan tradisi tersebut

mengandung unsur-unsur Islam yang diinternalisasikan oleh pihak-pihak

tertentu yang berkepentingan1.

Setelah agama-agama besar seperti Hindu dan Buddha muncullah

agama Islam di Nusantara yang menjadi pandangan hidup selama berabad-

abad lamanya. Ajaran animisme yaitu kepercayaan mengenai roh-roh pada

zaman nenek moyang dengan bentuk keyakinan telah menyatu dalam

kehidupan masyarakat ketika ulama-ulama datang untuk menyiarkan dakwah

tentang agama Islam, tradisi meyakinkan kehidupan masyarakat dan dibiarkan

1Bakhtiar, Ritual Mandi Safar Praktik dan Fungsi dalam Masyarakat (Yogyakarta,

Pustaka Pelajar, 2015), h. 1.

Page 12: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

2

berjalan apa adanya tetapi ada juga yang disesuaikan dengan ajaran

masyarakat itu sendiri. 2

Tradisi merupakan suatu kebiasaan yang diwariskan atau disalurkan

dari masa lalu hingga saat ini sebagai suatu sistem nilai maupun ajaran ketika

membahas mengenai tradisi masyarakat muslim berarti membahas juga yang

berkaitan dalam beberapa praktik ritual dan terus menerus akan tetap

berfungsi dalam kehidupan masyarakat Muslim yang berhubungan langsung

antara manusia dan Tuhan Yang Maha Esa.

Tradisi yang bermakna keagamaan berkembang dalam masyarakat

muslim Indonesia, memiliki keanekaragaman dari segi waktu peristiwa dan

keduanya saling berhubungan dari segi waktu, berkaitan dengan kelahiran

seorang anak, misalnya, tradisi pemberian nama (tasmiyah) dan cukuran

(aqiqah dan puputan). Sedangkan yang berkaitan dengan kematian seseorang,

terdapat tradisi slametan atau kenduri secara berkala dari tiga hari (Jawa: niga

hari) sampai satu tahun (mendak atau haul) pasca wafat. Selain itu, berkaitan

dengan datangnya bulan-bulan tertentu dalam perhitungan kalender Hijriyah,

ada tradisi Suroan pada bulan Muharam, Saparan pada bulan Safar, Grebeg

Mulud atau Sakatenan pada bulan Rabiul Awal, Grabeg Syawal pada bulan

Syawal, dan lainnya. Berkaitan dengan musim tertentu, adanya tradisi sedekah

bumi, sedekah laut, dan sebagainya. Semua tradisi itu adalah tradisi

masyarakat muslim Indonesia yang menjadi ritual keagamaan dan bahkan

2Abdul Chalik, Agama dan Politik dalam Tradisi Perayaan Rebo Wekasan, Jurnal

Kebudayaan Islam, (Januari- Juni 2016), vol. 14, no. 1, h. 14.

Page 13: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

3

menjadi kewajiban untuk melakukannya dalam kesempatan tertentu yang

disesuaikan dengan kebudayaan masyarakat setempat.3

Sejarah menentukan bahwa manusia adalah bagian dari kejadian

maupun masalah yang ada secara mendasar berarti mendekati segala sumber

sesuatunya melihat dengan teropong kebudayaan. Manusia adalah pokok dari

kebudayaan. Kebudayaan adalah keseluruhan ide-ide, tindakan dan hasil karya

manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang berhubungan antara

manusia dan manusia, hubungan manusia dan alam, dan hubungan manusia

dan Tuhan Yang Maha Esa.4 Kebudayaan dianggap sebagai sesuatu yang

standar untuk menentukan sesuatu, menentukan apa yang bisa dibuat, apa

pendapat tentang itu, apa yang diperbuat terhadapnya.

Adapun faktor dari beberapa yang menjadikan tradisi menggabungkan

dalam syariat Islam, maka timbullah praktik keagamaan yang bermacam-

macam namun tidak sedikitpun mengurangi substansi ajaran Islam

sebagaimana yang telah diajarkan dalam kitab suci yaitu Al-Quran.

Praktik Islam lokal pada satu sisi mengantarkan Islam Nusantara yang

dinamis dan beragam, tetapi disisi lain juga mengantarkan betapa sulitnya

untuk membedakan antara syariat Islam dan tradisi Islam.5 Hal ini pun terjadi

pada suku Sunda yang memiliki beraneka ragam budaya yang khas dan

menarik. Suku Sunda adalah orang-orang yang secara turun-menurun

menggunakan bahasa Sunda serta dialeknya dalam kehidupan Sunda.6 Suku

3Bakhtiar, Ritual Mandi Safar Praktik dan Fungsi dalam Masyarakat, h. 1-3.

4Ali Moertopo, Strategi Kebudayaan (Jakarta: CSIS, 1978), h.3-4.

5Abdul Chalik, “Agama dan Politik dalam Tradisi Perayaan Rebo Wekasan”, Jurnal

Kebudayaan Islam, vol. 14, no. 1, (Januari- Juni 2016), h. 14. 6Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia (Jakarta: Djambatan, 1993), h.

3.

Page 14: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

4

Sunda sebagai salah satu daerah yang sangat istemewa dan terkenal dengan

masyarakat yang relijius dan agamis. Orang Sunda kebanyakan patuh dan taat

dalam menjalankan kewajiban beragama seperti shalat lima waktu,

menjalankan ibadah puasa dan hasrat untuk menunaikan ibadah haji di

samping itu, orang Sunda terutama daerah pedasaan banyak yang pergi ke

makam-makam suci untuk meminta permohonan dalam meminta usaha,

maupun pesta. Kepercayaan ini sering melibatkan kekuatan ghaib dan

menyebabkan adanya beberapa ritual keagamaan yang sering dilakukan oleh

budaya Sunda salah satu tradisi yang saat ini masih dilakukan oleh sebagian

kecil orang Sunda khususnya pada masyarakat Pandeglang adalah tradisi Rebo

Kasan.

Tradisi Rebo Kasan sesungguhnya merupakan tradisi yang dianut

pertama kali oleh sebagian orang Jawa, seperti contohnya, Yogyakarta,

Gresik, dan daerah lainnya. Suku Sunda merupakan salah satu daerah yang

mempercayai dan melakukan tradisi Rebo Kasan tersebut terutama daerah

yang terpencil dan pedesaan pada hakikatnya tidak semua orang melakukan

tradisi tersebut karena tidak sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini yang

menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat karena menganggap

sebagai tindakan bid‟ah yang tidak boleh dilakukan. Meskipun tujuan mereka

melakukan tradisi ini semata hanya ingin berdoa kepada Tuhan Yang Maha

Esa tetapi disimbolkan dengan sesuatu yang berbeda karena berhubungan

dengan budaya yang selama ini berkembang berdasarkan tradisinya.

Tradisi Rebo Kasan adalah salah satu tradisi di mana suatu kelompok

masyarakat berkumpul dan berdoa kepada Tuhan dengan tujuan untuk

Page 15: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

5

menolak adanya beribu-ribu bala maupun marabahaya ke muka bumi ini.

Konon turunnya pada bulan Safar. Rebo Kasan ini berasal dari bahasa Jawa

yaitu hari Rabu terakhir atau pengahabisan pada bulan Safar, yang menurut

mereka diturunkannya 320.000 bala atau marabahaya ke muka bumi ini.

Secara umum Rebo Kasan dilakukan oleh umat Islam, yaitu Rebo Wekasan

(Jawa), Rabu Pungkasan (Yogyakarta), atau Rebo Kasan (Banten).7

Tradisi-tradisi lokal menggambarkan adanya proses akulturasi yang

akhirnya membentuk tradisi yang bernuasa “sinkretis” antara tradisi lokal dan

doktrin Islam dari sekian banyaknya tradisi ritual yang bernuansa keagamaan

dan cukup marak oleh sebagian masyarakat muslim di beberapa wilayah di

Indonesia di antaranya yaitu ritual tolak bala, ritual mandi Safar dan mendaki

gunung Pulosari. Ritual merupakan tata cara dalam upacara atau suatu

perbuatan keramat yang dilakukan oleh sekelompok umat beragama dan

ditandai dengan adanya berbagai macam unsur dan komponen, yaitu adanya

waktu, tempat-tempat di mana upacara dilakukan, alat-alat dalam upacara,

serta orang-orang yang menjalankan upacara.8

Ritual tolak bala, ritual mandi Safar dan ritual mendaki gunung

Pulosari adalah suatu upaya spritual pendekatan diri kepada Allah dengan

tujuan mencegah datangnya marabahaya, menghilangkan penyakit, kesialan,

serta penyucian diri dari dosa.9 Ritual ini sangat penting dan mengandung

kepercayaan terhadap adanya kekuatan alam yang harus didukung dan

dipertahankan karena ritual ini masih diselenggarakan oleh masyarakat Desa

7Rian Rahmawati, Zikri Fachrul Nurhadi, Novie, “Makna Simbolik Tradisi Rebo

Wekasan”, Jurnal Penelitian Komunikasi, Vol. 20, No. 1, (Juli 2017), h.62-63. 8Koentjaraningrat, Beberapa Pokok Antropologi Sosial (Jakarta: Dian Rakyat, 1985), h.

56. 9Bakhtiar, Ritual Mandi Safar Praktik dan Fungsi dalam Masyarakat, h. 3.

Page 16: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

6

Girijaya Kecamatan Saketi Pandeglang Banten. Terkait penelitian ini, penulis

berusaha untuk meneliti mengenai rangkaian tradisi Rebo Kasan yang

merupakan ritual sangat unik dan jarang sekali orang-orang mengetahui

dengan maksud dari ritual ini, sehingga penulis ingin mengupas dan meneliti

lebih dalam lagi mengenai ritual dalam tradisi Rebo Kasan. Berdasarkan latar

belakang di atas, maka judul skiripsi yang diangkat oleh. penulis yaitu

“RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA,

KECAMATAN SAKETI, PANDEGLANG, BANTEN”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Untuk mendalami permasalahan mengenai pengaruh agama terhadap

tradisi yang berkembang di masyarakat dan juga bagaimanakah pengaruh dari

suatu tradisi tersebut mempengaruhi nilai dan sudut pandang masyarakat.

Maka penelitian yang penulis lakukan yaitu studi lapangan, secara khusus

telah menjadi gambaran umum pada penulis untuk mendeskripsikan persoalan

tersebut. Agar pembahasan dalam penelitian penulis tidak melebar dan terlalu

umum penulis secara khusus melakukan studi lapangan di Desa Girijaya

Kecamatan Saketi Pandeglang Banten dan meneliti ritual perayaan Rebo

Kasan. Dalam menyusun skripsi ini, penulis merumuskan beberapa masalah

yang menjadi landasan dari penelitian dan pembahasan skripsi yang penulis

ajukan yaitu:

1. Bagaimana ritual perayaan Rebo Kasan di Desa Girijaya Kecamatan

Saketi Pandeglang Banten?

Page 17: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

7

C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan penelitian ini adalah tercapainya sasaran yang sesuai dengan

harapan yang diinginkan yaitu:.

a. Untuk mengetahui ritual dan makna simbol ritual dalam perayaan

Rebo Kasan di Desa Girijaya, Kecamatan Saketi, Pandeglang,

Banten.

b. Dengan adanya penelitian ini diharapkan bisa menambahkan

wawasan para pembaca dalam memahami rtiual perayaan Rebo

Kasan Desa Girijaya, Kecamatan Saketi, Pandeglang, Banten.

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini terbagi menjadi tiga bagian, yakni teoritis,

praktis, dan akademis.

a. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

bahan tambahan untuk penelitian secara lebih jauh atau spesifik, untuk

memperkaya khazanah keilmuan tentang tradisi leluhur yang mulai

dilupakan karena tergurus oleh zaman, menambah wawasan

kesundaaan serta melestarikan tradisi nenek moyang, dan menambah

sumber bacaan tentang Rebo Kasan.

b. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan koreksi bagi para

Theologi zaman sekarang tentang ritual perayaan Rebo Kasan Desa

Girijaya, Kecamatan Saketi, Pandeglang, Banten. Kemudian hasil

Page 18: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

8

penelitian ini dapat bermanfaat menjadi rujukan penelitian-penelitian

serupa di kemudian hari.

c. Kegunaan Akademis

Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi

persyaratan akhir perkuliahan guna mendapatkan gelar Sarjana Agama

(S.Ag) jurusan Studi-Studi Agama Fakultas Ushuluddin Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

D. Tinjauan Pustaka

Penulis telah berusaha melakukan penelitian terhadap pustaka yang

ada, berupa karya-karya penelitian terdahulu yang mempunyai relavansi

dengan topik yang diteliti, di antaranya:

1. Fathul Khakim mahasiswa Fakultas Ushuluddin Institut Agama Islam

Negeri Walisongo Semarang tahun 2014 dengan judul: “Makna Tradisi

Rebo Wekasan di Kecamatan Suradadi Kabupaten Tegal”. Fokus

penelitian Fathul Khakim ini yaitu pandangan atau persepsi masyarakat

terhadap tradisi Rebo Wekasan di Kecamatan Suradadi Kabupaten Tegal.10

Perbedaan penulis dengan Fathul Khakim adalah penulis mengupas

mengenai ritual perayaan Rebo Kasan yang diselenggarakan di Desa

Girijaya, Kecamatan Saketi, Pandeglang, Banten.

2. Romlah mahasiswi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

tahun 2016 dengan judul “Tradisi Rebo Pungkasan di Wonokromo Plaret

Bantul”. Fokus penelitian Romlah yaitu tentang nilai-nilai Max Scheer

10

Fathul Khakim, “Makna Tradisi Rebo Wekasan di Kecamatan Suradadi Kabupaten

Tegal”, Skripsi, (Fakutas Ushuluddin Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, 2016).

Page 19: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

9

filosofis Tradisi Rebo Pungkasan.11

Perbedaan Romlah dengan penulis

yaitu penulis akan mengupas mengenai ritual perayaan Rebo Kasan yang

diselenggarakan di Desa Girijaya Kecamatan Saketi Pandeglang Banten.

3. Zia Ulhaq Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2010

dengan judul “Tradisi Rebo Kasan (Studi Kasus di Desa Air Anyir)”,

Kecamatan Merawang, Kabupaten Bangka Induk, Propinsi Kepulauan

Bangka Belitung”. Fokus penelitian Zia Ulhaq yaitu menitikberatkan

simbol, makna, dan nilai-nilai yang terkandung dalam Tradisi Rebo

Kasan.12

Perbedaan Zia Ulhaq dengan penulis yaitu penulis akan

mengupas mengenai ritual perayaan Rebo Kasan di Desa Girijaya,

Kecamatan Saketi, Pandeglang, Banten.

Dari beberapa penelitian tersebut, bahwa belum ada yang menuliskan

skripsi yang berjudul Ritual Perayaan Rebo Kasan Desa Girijaya, Kecamatan

Saketi, Pandeglang, Banten. Skripsi di atas yang penulis temukan selama

melakukan tinjauan pustaka. Adapun tema yang menyerupai dengan judul

penulis tersebut lebih membahas nilai-nilai filosofis menurut Max Scheler,

simbol, makna, pandangan masyarakat, dan nilai yang terkandung dalam

tradisi Rebo Wekasan. Maka yang penulis buat tentunya akan berbeda dengan

tema-tema di atas yaitu dengan menitikberatkan bagaiamana proses ritual

perayaan Rebo Kasan di Desa Girijaya, Kecamatan Saketi, Pandeglang,

Banten.

11

Romlah, “Tradisi Rebo Pungkasan di Wonokromo Paret Bantu”, Skripsi, (Fakultas

Ushuuddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016). 12

Zia Ulhaq, “Tradisi Rebo Kasan Studi Kasus di Desa Air Anyir, Kecamatan Merawang,

Kabupaten Bangka Induk, Propinsi Kepulauan Bangka Belitung” Skripsi, (Fakultas Adap UIN

Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010).

Page 20: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

10

E. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan yang bersifat kualitatif

dan diskriptif. Adapun penelitian lapangan dilakukan penulis pada:

Hari : Jumat-Minggu

Tanggal : 6 April 2018 – 23 April 2018

Tempat : Desa Girijaya Pandeglang Banten

Narasumber : a. Ketua Desa Giri Jaya Pandeglang Banten

b. Tokoh Pemimpin Ritual Adat

c. Sesepuh Desa Girijaya

d. Masyarakat sekitar Desa Girijaya

Dalam proses penelitian lapangan ini penulis melakukan wawancara

kepada beberapa narasumber untuk menelaah informasi yang akurat terkait

dengan judul skripsi. Penulis juga akan observasi langsung ke Desa

Girijaya guna untuk pengamatan terhadap Ritual Rebo Kasan yang jarang

sekali orang memahami terhadap ritual ini. Penulis juga tidak lupa untuk

mendokumentasikan hasil dari data yang diperoleh melalui penelitian

lapangan.

2. Pendekatan Penelitian

Dalam pembahasan suatu masalah, metode penelitian yang digunakan

oleh penulis yaitu pendekatan historis, pendekatan antropologis dan

pendekatan sosiologis. Pendekatan historis menurut Shiddiq adalah

tentang signifikasi waktu dan prinsip-prinsip kesejarahan tentang individu

dan perkembangan. Menurut Khaldun tujuan dari analisis sejarah agar

Page 21: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

11

mendapatkan kebenaran bagaimana peristiwa-peristiwa tersebut dapat

terjadi. Oleh sebab itu analisis sejarah berkaitan dengan analisis subjektif

dan objektif yang menjadi sebab dan akibat dalam pendekatan historis ini

digunakan untuk mendiskripsikan sejarah, pola pemikiran, budaya,

keadaan lingkungan sekitar Desa Girijaya Kecamatan Saketi Pandeglang

Banten. Pendekatan antropologis ini lebih berkaitan dengan soal-soal

kepercayaan, peribadatan, tindakan dan kebiasaan masyarakat yang tetap

dan sebelum mengenal jauh mengenai tulisan, oleh sebab itu mengacu

kepada apa yang dianggapnya itu suci dan supernatural dalam hal ini

pendekatan antropologis tidak hanya mengarah kepada masyarakat primitif

saja, melainkan juga masyarakat yang kompleks dan maju dalam

menganalisis mitos.13

Pendekatan antropologis ini salah satu upaya dalam

memahami keagamaan dengan cara melihat wujud praktik keagamaan,

kepercayaan, mitos yang berkembang melalui tradisi Rebo Kasan pada

masyarakat Desa Girijaya Kecamatan Saketi Pandeglang Banten.

3. Sumber Penelitian

a. Sumber data primer adalah data lapangan yang diperoleh dari sumber

pertama, berupa karya yang ditulis langsung oleh para ahli dalam

bidangnya. Sumber data primer ini dapat berupa wawancara, dan

peneliti harus melakukan observasi lapangan secara individu.14

13

Imam Suprayogo, Metode Penelitian Sosial-Agama (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2001), h. 62-67. 14

Suharsini Ari Kunto, Prosedur Penelitian Suatu Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2002),

h. 117.

Page 22: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

12

b. Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh melalui hasil dari

pihak lain yaitu dokumentasi, angket, catatan-catatan, rekaman vidio

atau suara dan lain sebagiannya15

.

Adapun sumber data primer yang digunakan peneliti yaitu:

1. Sumber wawancara langsung dengan Bapak Tedi Setiadi selaku

Kepala Desa Girijaya, Kyai H. Lukman selaku Kyai daerah

Girijaya, Ustadz Andi dan Abah Simin selaku sesepuh Desa

Girijaya, dan masyarakat sekitar Desa Girijaya Kecamatan

Pandeglang Banten.

2. H. Bakhtiar, Ritual Mandi Safar Praktik dan Fungsinya dalam

Masyarakat, Yogyakarata: Pustaka Pelajar, 2015.

Adapun sumber data sekunder, maka peneliti juga mempelajari

buku-buku yang membahas tentang dalam perayaan Rebo Kasan

sebagai sumber sekunder. Buku-buku yang digunakan penulis

yaitu:

1. Aristo Farela, A. Short History of Java Sejarah Singkat tentang

Pulau Jawa, Kultur, Manusia dan Budayanya, Surabaya:

Ecosystem Publishing, 2017.

2. Denys Lombard, Nusa Jawa: Silang Budaya Jaringan Asia 2,

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum, 2000.

3. Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Jakarta:

Djambatan, 1993.

4. Moertopo Ali, Strategi Kebudayaan, Jakarta: CSIS, 1978.

15

Ipah Farihah, Buku Panduan Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Jakarta: UIN

Jakarta Press, 2006), h. 45.

Page 23: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

13

5. Rian Rahmawati, Zikri Fachrul Nurhadi, Novie Susanti Suseno,

“Makna Simbollik Tradisi Rebo Wekasan”, Jurnal Penelitian

Komunikasi, vol. 20, no. 1, (Juli 2017).

6. Chalik Abdul, “Agama dan Politik Dalam Tradisi Perayaan Rebo

Wekasan”, Jurnal Kebudayaan Islam, vol. 14, no. 1, (Januari- Juni

2016).

7. Ahmad Nurozi, “Rebo Wekasan dalam Ranah Sosial Keagamaan

Kabupaten Tegal Jawa Tengah” Jurnal An-Nika vol. 3, no. 1, (Juli

2016).

b. Teknik Pengumpulan Data

Langkah pertama yang dilakukan dalam tahap ini adalah memilih

lokasi situasi, setiap situasi mengandung beberapa unsur yaitu tempat,

pelaku, dan kegiatan. Dalam hal ini penulis harus memperhatikan

empat hal dalam memasuki lapangan adalah hubungan formal dan

informal, mendapatkan ijin, menanamkan rasa saling menghormati dan

mempercayai, dan mengidentifikasikan responden sebagai informasi.

1) Observasi adalah pengamatan yang sistematis terhadap gejala-

gejala yang diteliti. Observasi ini menjadi salah satu teknik

pengumpulan data apabila sesuai dengan tujuan penelitian. dalam

penggunaan observasi ini yang terpenting adalah ingatan penulis.

Kemudian penulis akan terjun langsung mengamati proses acara

Rebo Kasan berlangsung di Desa Girijaya Kecamatan Saketi

Pandeglang Banten.

Page 24: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

14

2) Wawancara adalah tanya jawab lisan antara dua orang ataupun

lebih secara langsung untuk mengetahui seluk buluk mengenai

ritual dalam tradisi perayaan Rebo Kasan berlangsung. Wawancara

berguna untuk mendapatkan data dari tangan pertama (primer).16

Jenis-jenis wawancara terbagi menjadi dua yaitu wawancara

berstuktur dan wawancara tidak berstuktur. Wawancara berstuktur

adalah komunikasi langsung antara responden dengan penulis, dan

tidak lupa juga penulis membawa kuisioner yang kemudian

diajukan kepada responden untuk dijawab. Wawancara tidak

berstuktur pedoman wawancara yang berisi pokok-pokok

pemikiran secara spotanitas dan tidak terarah ketika wawancara itu

berlangsung.17

3) Studi Dokumentasi Teknik pengumpulan data dokumentasi ini

dengan cara memperoleh dari vidio, foto-foto, rekaman, dan

dokumen-dokumen yang tertulis maupun tidak tertulis yang

berkaitan dengan penyusunan penelitian. Data-data yang

dikumpulkan cendrung merupakan data sekunder.18

4. Cara pengumpulan Data

Cara pengumpulan data dalam penulisan ini dilakukan melalui:

a. Usaha yang bersifat kompilatif, yaitu mengumpulkan data secara

keseluruhan baik yang bersumber dari literature maupun dari hasil

penelitian lapangan.

16

Husaini Usman, Metode Penelitian Sosial, h. 52-83. 17

Ipah Farihah, Buku Panduan Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, h. 47. 18

Husaini Usman, Metode Penelitian Sosial, h. 69.

Page 25: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

15

b. Usaha selektif komparatif, yaitu menyeleksi sumber yang

dikumpulkan, dipilih yang paling relavan dengan pokok pembahasan

dengan dibanding-bandingkan dengan data yang lain untuk mencapai

penyajian yang mengarah.

5. Teknik Penulisan

Teknik penulisan skripsi ini, penulis merujuk pada buku Pedoman

Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Desertasi) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan oleh Biro Akademik dan

Kemahasiswaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013/2014.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam pembahasan, skripsi tersebut dibagi

menjadi beberapa bab dan sub bab, yaitu:

Bab pertama: Pendahuluan. Bab ini membahas tentang alasan

pemilihan judul, dengan menunjukkan faktor yang mendorong pemilihan judul

skripsi. Kemudian diikuti dengan menuliskan rumusan masalah, tujuan

penelitian dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian,

dan sistematika penulisan. Secara garis besar bagian ini bertujuan sebagai

landasan teoritis metodologis dalam penelitian.

Bab kedua: Bab ini membahas sejarah singkat mengenai Rebo Kasan,

asal-usul dan mitos tradisi Rebo Kasan.

Bab ketiga: Bab ini membahas gambaran umum Desa Girijaya

Kecamatan Saketi Pandeglang Banten dari segi letak geografis, kondisi

keagamaan, kondisi pendidikan dan kondisi sosial ekonomi desa Girijaya. Bab

ini sangat berfaedah agar lebih mudah dalam membahas bab selanjutnya.

Page 26: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

16

Bab keempat: Bab ini membahas mengenai fokus permasalahan dalam

penelitian yaitu persiapan dan perlengkapan Rebo Kasan desa Girijaya

Kecamatan Saketi Pandeglang Banten yang meliputi persiapan dan

perlengkapan Rebo Kasan, Tahap Persiapan dan tahap pelaksanaan. proses

ritual dalam perayaan Rebo Kasan Desa Girijaya yang meliputi pelaksanaan

ritual tolak bala, pelaksanaan ritual mandi safar, dan pelaksanaan ritual

mendaki Gunong Pulosari. Setelah itu membahas mitos tolak bala, mitos ritual

mandi safar, mitos mendaki Gunung Pulosari dan yang terakhir bab ini akan

membahas makna simbolik ritual dalam tradisi perayaan Rebo Kasan.

Bab kelima: Bab ini adalah penutup yang merupakan bagian akhir dari

skripsi yang berisi kesimpulan dan saran-saran. Kesimpulan yang merupakan

jawaban atas rumusan masalah dari hasil analisis keseluruhan permasalahan

dalam bab-bab terdahulu.

Page 27: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

17

BAB II

SEJARAH PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA

A. Asal-usul Ritual Rebo Kasan

Ritual merupakan suatu bentuk atau perayaan yang berhubungan

dengan beberapa kepercayaan atau agama dengan ditandai oleh sifat khusus,

yang menimbulkan rasa hormat yang luhur dalam arti merupakan suatu

pengalaman yang suci. Pengalaman itu mencangkup segala sesuatu yang

digunakan oleh manusia untuk menyatakan hubungannya dengan Tuhan Yang

Maha Esa. Ritual agama dipandang dari bentuknya dari bentuknya secara

lahiriah merupakan hiasan atau semacam alat saja, tetapi intinya yang lebih

hakiki adalah “pengungkapan iman”. Oleh karena itu, upacara atau ritual

agama diselenggarakan di beberapa tempat dan waktu yang khusus, perbuatan

yang luar biasa, dan berbagai peralatan ritual lain bersifat sakral.19

Ritual keagamaan dalam rangka pertemuan atau hubungan seorang

individu dengan Yang Maha Tinggi, baik untuk memohan maupun memuja

terkadang dilakukan dengan berbagai macam cara yang dikaitkan dengan

momen-momen tertentu. Misalnya, dalam ajaran Islam, seperti salat Istisqa

(salat untuk meminta hujan) dan salat gerhana matahari atau bulan (salat

khusuf) yang pertama adalah ritual yag tujuannya minta diturunkan hujan saat

musim kemarau sedangkan yang kedua adalah salat yang dilakukan ketika

terjadi gerhana matahari atau bulan tujuannya adalah untuk mendekatkan diri

kepada Allah SWT dalam rangka mengungkapkan rasa ketakziman atau

kekuasaan Allah yang tiada duanya.

19

Bakhtiar, Ritual Mandi Safar Praktik dan Fungsi dalam Masyarakat, h. 43-44

Page 28: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

18

Beberapa ritual tersebut merupakan ritual yang memang benar-benar

ada aturannya di dalam sunah Rasulullah aturan itu tentu mendapatkan

perintah atau persetujuan dari Allah SWT namun, di kalangan umat Islam

sendiri pada masyarakat umumnya, terutama di Indonesia, masih banyak ritual

yang merupakan hasil karya dan cipta manusia yang tujuannya tidak lain

untuk mendekatkan diri kepada Zat Yang Kuasa maupun untuk memohon

sesuatu atau sekedar wujud dari bentuk ungkapan syukur atas apa yang telah

diberikan-Nya kepada umat manusia. Di Desa Girijaya sendiri banyak

ditemukan berbagai macam ritual diantaranya ritual pemandian tombok

turunan, selamatan, Muharram dan ritual Rebo Kasan.20

Ritual Rebo Kasan ini dilaksanakan oleh masyarakat Desa Girijaya

tidak terlepas dari kepercayaan masyarakat yang diwarisi dari generasi ke

generasi kepercayaan tersebut menimbulkan sugesti kepada masyarakat untuk

melakukan ritual tersebut, dan jika tidak dilaksanakan, maka akan timbul

malapetaka yang akan menimpa seluruh masyarakat.21

Menurut H. Anwar sebagai sosok tokoh masyarakat menyatakan

bahwa pada bulan Safar merupakan “nahas” yang berdasarkan pada Q.S al-

Qomar ayat 18-20 yaitu:

صزا في يىم حض هظتوش ( اا ار طلا عليهن ريحا صز 81كذبت عاد فكيف كاى عذا بي وذر )

(02( تشع الاص كاهن اعجا س خل هقعز)81)

Artinya:“ Kaum „Ad pun telah mendustakan, maka betapa dahsyatnya

azab-Ku dan pringatanKu. Sesungguhnya Kami telah menghembuskan angin

yang sangat kencang kepada mereka pada hari nahas yang terus-menerus.

20

Bakhtiar, Ritual Mandi Safar Praktik dan Fungsi dalam Masyarakat, h. 44-46. 21

Wawancara Pribadi dengan Ustad Andi sesepuh Desa Girijaya. Banten, 10 April 2018.

Page 29: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

19

Yang membuat manusia bergelimpangan, mereka bagaikan pohon-pohon

kurma yang tumbang dengan akar-akarnya.”22

Beberapa Ulama dan Kyai berpandapat bahwa kejadian itu terjadi

pada hari terakhir bulan Safar atau penanggalan Jawa pada bulan Safar.23

Ritual Rebo Kasan bagi masyarakat Girijaya memiliki sejarah yang

tinggi, ritual Rebo Kasan yang rutin diadakan pada hari Rabu Akhir pada

bulan Safar di desa Girijaya Kecamatan Saketi Pandeglang Banten ini

berlangsung sejak tahun 1794 M. Latar belakang dari ritual ini adalah Syekh

Maulana Masyuruddin mampu menyembuhkan penyakit dan sihir yang

menyerang masyarakat Girijaya kejadian itu berlangsung ketika bulan Safar.

Kemudian Syekh Masyur Masyuruddin menyuruh masyarakat untuk

berwudhu di Sumur Cimajeb dan melakukan shalat tolak bala. Keesokan

harinya Syekh Masyur Masyuruddin berjalan kaki menuju Gunung Pulosari

untuk berziarah ke makam Wali dengan kejadian tersebut masyarakat Girijaya

melakukan ritual Rebo Kasan setiap tahunnya agar di jauhkan dari segala

marabahaya dan sebagai wujud ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT.24

Mayoritas masyarakat menyakini peristiwa Rebo Kasan adalah

sebagai hukum adat yang akan terus menerus berkembang karena masyarakat

mempercayai bulan Safar ini adalah bulan nahas (sial). Rebo Kasan dapat

diartikan hari Rabu dalam bahasa Jawa yang diartikan kedalam bahasa

Indonesia sedangkan Kasan dalam bahasa Sunda dapat diartikan “terakhir”.

22

Al-Quran Anul Karim, Departemen Agama RI (Bandung: PT Syaamil Cipta Media

2009), h.529. 23

Wawancara Pribadi dengan H. Anwar. Tokoh Agama Desa Girijaya. Banten, 8 April

2018. 24

Wawancara Pribadi dengan Kyai H. Lukman Tokoh Agama Desa Girijaya. Banten 22 September 2018.

Page 30: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

20

Jadi Rebo Kasan adalah Rebo terakhir, tapi menurut istilah adalah Rabu

terakhir pada bulan Safar. Bulan Safar yaitu bulan kedua dari dua belas bulan

penanggalan hijriyah jadi Rebo Kasan ini artinya memperingati hari terakhir

di bulan Safar dengan tujuan untuk menolak bahla dari langit.25

B. Mitos Rebo Kasan

Mitos ialah cerita tentang asal mula terjadinya dunia seperti sekarang

ini, cerita tentang alam peristiwa-peristiwa yang tidak biasa sebelum atau di

belakang alam duniawi yang kita hadapi. Cerita-cerita itu menurut

kepercayaan sungguh-sungguh terjadi dan dalam arti tertentu kramat.26

Mitos merupakan bentuk pengungkapan intelektual yang primordial

dari berbagai sikap dan kepercayaan keagamaan mitos telah dianggap sebagai

filsafat primitif, bentuk pengungkapan yang sederhana serangkaian usaha

untuk memahami dunia, untuk menjelaskan kehidupan dan kematian, takdir

dan hakikat, dewa-dewa dan ibadah tetapi mitos juga merupakan jenis

pernyataan manusia yang kompleks melalui mitos manusia tidak hanya

menjelaskan dunia mereka tetapi, secara simbolis juga menampilkannya

kembali. Mitos mempunyai cara lain dalam melihat dunia, suatu cara yang

mengungkapkan kesatuannya bersama dengan keterlibatan emosional manusia

dan partisipasi di dalamnya. Mitos adalah ungkapan serius tentang pertalian

dengan dunia.27

Safar berasal dari bahasa Arab shafara yang menurut bahasa

(linguistic) berarti kosong. Sebagian orang juga mengartikannya kuning sebab

25

Wawancara Pribadi dengan Abah Simin Sesepuh Desa Girijaya. Banten, 7 April 2018. 26

Roger M. Keesing, Antropologi Agama Suatu Perspektif Kontemporer (Jakarta: PT

Gelora Aksara Pratama,1981), h. 106-110. 27

Thomas f. O‟Dea, Sosisologi Agama Suatu Pengenalan Awal (Yogyakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 1995), h. 79-81.

Page 31: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

21

pada bulan Safar kebiasaan orang-orang Arab zaman dulu sering

meninggalkan rumah mereka sehingga kosong kepergian mereka tidak lain

karena berperang menuntut pembalasan musuh-musuh mereka.28

Nama Safar

diambil nama suatu jenis penyakit sebagaimana yang diyakini oleh orang-

orang Arab Jahiliyah, karena pada zaman dahulu, yakni penyakit Safar yang

bersarang di dalam perut akibat dari adanya sejenis ulat besar yang sangat

berbahaya.

Menurut kepercayaan masyarakat Girijaya, bulan Safar adalah bulan

yang dianggap pamali, untuk mengadakan pesta perayaan seperti hajatan

pernikahan atau sunatan anak selain itu juga dipercayai akan turunnya

berbagai penyakit pada Rabu Kasan.29

Adapun terdapat beberapa versi yang

dimitoskan mengenai Rebo Kasan di kalangan masyarakat Girijaya adalah

sebagai berikut:

Versi pertama, bulan Safar diyakini sebagi bulan penuh bencana atau

bulan sial karena pada bulan ini akan diturunkan 320000 penyakit dari langit

untuk setahun kedepan dan keyakinan ini sudah terpatri dalam benak

masyarakat Girijaya hingga jaman sekarang yang sudang modern.30

Versi kedua, menurut masyarakat Girijaya pandangan bulan Safar

karena wilayah mereka dekat dengan hutan dan masih terdapat beberapa

anjing liar pada bulan ini sering terdengar gonggongan dan lolongan anjing.

Anjing-anjing tersebut naik birahi dan melakukan perkawinan oleh sebab itu

28

Bakhtiar, Ritual Mandi Safar Praktik dan Fungsinya dalam Masyarakat, h. 46. 29

Wawancara Pribadi dengan Usun Tokoh Mayarakat yang mengikuti Ritual Rebo Kasan.

Banten, 8 April 2018.

30Wawancara Pribadi dengan Abah Simin Sesepuh Desa Girijaya. Banten, 7 April 2018.

Page 32: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

22

masyarakat enggan untuk melakukan pernikahan di bulan ini, karena tidak

mau disamakan dengan anjing yang dianggap najis oleh umat Islam.

Versi ketiga apabila seorang bayi lahir pada bulan Safar maka ketika

bayi tersebut akan menjadi pribadi yang nakal dan suka marah-marah atau

dalam istilah bahasa Sunda “sasafaeun”.31

Versi keempat bulan Safar dipercayai tidak akan ada yang

melangsungkan hajatan pernikahan maupun sunatan karena apabila mereka

melangsungkan acara pernikahan mereka meyakini pernikahan mereka tidak

akan kekal dan mereka juga akan sulit mendapatkan keturunan.32

Versi kelima bulan Safar ini adalah bulan ”tepayu” di mana di bulan

ini janur kuning tidak dapat terlihat lagi menghiasi gang-gang maupun

gedung-gedung serbaguna dalam hal ini bagi mereka yang mempunyai bisnis

hajatan akan mengalami tepayu karena tidak akan ada yang mengundang atau

dalam kondisi ini diesbut dengan “tieseun” (sepi order). Tetapi ketika bulan

Mulud itu datang kembali kebanjiran order selain itu pada bulan ini

masyarakat Girijaya akan mengalami kemarau khususnya kepada para petani

akan mengalami “paceklik” di mana sawah dan ladang mereka akan sulit

mendapatkan air dan berimbas kepada padi mereka.33

Versi keenam konon pada bulan Safar ilmu-ilmu magik masih

berkembang dan sangat ditakuti oleh masyarkat Girijaya karena pada bulan ini

orang-orang yang menguasai ilmu sihir semacem guna-guna, santet dan teluh

31

Wawancara Pribadi dengan Marjuki Tokoh Agama Desa Girijaya. Banten, 10 April

2018. 32

Wawancara Pribadi dengan Dicky Herliman Tokoh Mayarakat yang mengikuti Ritual

Rebo Kasan. Banten, 8 April 2018. 33

Wawancara Pribadi dengan H. Anwar Tokoh Agama Desa Girijaya. Banten, 8 April

2018.

Page 33: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

23

akan melakukan ritual khusus untuk mengirimkan ilmunya kepada orang lain

dengan tujuan ilmu magik yang mereka punya lebih ampuh ketika bulan safar.

Ilmu yang mereka lepas tersebut lebih ampuh dibandingkan dengan bulan-

bulan yang lain dan orang terkena ilmu itupun akan sulit disembuhkan. Jika

ilmu tersebut digunakan untuk membuat orang terikat maka keampuhan ilmu

tersebut membuat orang tergila-gila. Pada bulan ini juga bagi para dukun yang

mempunyai racun-racun yang mematikan akan melepaskan racun tersebut

guna untuk mencari mangsa agar racun tersebut tetap mempunyai

keampuhannya.

Versi ketujuh pada bulan Safar ini masyarakat Girijaya mengganggap

bahwa orang buang sial, di mana pada bulan ini orang-orang akan gampang

marah, dan apa-apa dibawa emosi hingga pada akhirnya bulan Safar ini

dianggap bulan panas.34

Versi kedelapan pada bulan Safar ini masyarakat Girijaya tidak akan

berpergian terlalu jauh karena apabila pergi telalu jauh akan menimbulkan

malapetaka, dan pada bulan ini juga jarang sekali masyarakat desa Girijaya

yang membangun rumah karena apabila masyarakat membangun rumah pada

bulan Safar rumah tersebut akan dihuni oleh makhluk ghaib.

Dalam hal ini masyarakat Sunda khususnya Desa Girijaya keyakinan

tersebut dipandang memiliki benang merah dengan kearifan lokal (lokal

wisdom). Larangan tersebut untuk melakukan aktivitas hajatan di bulan safar

memang tepat karena di bulan ini kondisi cuaca sering kali tidak bersahabat

dengan adanya larangan ini dapat diartikan sebagai penumbuh kesadaran

34

Wawancara Pribadi dengan Usun Tokoh Mayarakat yang mengikuti Ritual Rebo Kasan.

Banten, 10 April 2018.

Page 34: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

24

masyarakat tentang keseimbangan hidup masyarakat diajarkan ada waktunya

untuk bersuka cita, bergembira dan berpesta serta adakalanya pula harus

bersiap-siap menghadapi cobaan dengan begitu akan tumbulah kesadaran yang

lebih hakiki dan mensyukuri nikmat Tuhan Yang Maha Esa.35

35

Wawancara Pribadi dengan Ustad Andi Sesepuh Desa Girijaya. Banten, 10 April 2018.

Page 35: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

25

BAB III

GAMBARAN UMUM DESA GIRIJAYA KECAMATAN SAKETI

PANDEGLANG BANTEN

A. Sejarah Desa Girijaya

Dalam bab ini, penulis akan menjelaskan mengenai desa tempat di

mana akan diselenggarakannya ritual dalam tradisi Rebo Kasan. Hal ini

dipandang untuk mendapatkan gambaran yang akurat mengenai tempat

terjadinya peristiwa ritual dalam tradisi tersebut. Secara administrasi Desa

Girijaya terletak di wilayah Kecamatan Saketi, Kabupaten Pandeglang,

Provinsi Banten. Wilayah desa Girijaya dibatasi oleh wilayah-wilayah desa

tetangga dapat dilihat dari posisi arah mata angin, desa Girijaya mempunyai

batasan-batasan wilayah sebagai berikut:

a. Pada bagian sebelah selatan berbatasan dengan Desa Ciandur

b. Disebelah barat berbatasan dengan Desa Talagasari.

c. Disebalah sisi timur berbatasan dengan Desa Kadudampit dan

d. Disebelah utara berbatasan dengan Desa Wanagiri.36

Desa Girijaya merupakan desa pemekaran dari Desa Wanagiri pada

tahun 1982 sebagaimana keterangan dari tokoh agama dan sesepuh

masyarakat bahwa pada tahun 1982 pada saat itu desa Wanagiri sudah padat

penduduk serta kondisi wilayah yang sangat repot bagi sebagian besar

masyarakat untuk menempuh jarak ke kantor desa atas pertimbangan dan

persetujuan pihak yang terkait maka dimekarkanlah menjadi desa Girijaya

36

Observasi, Lihat dari Arsip Desa Girijaya Kecamatan Saketi Pandeglang Banten, 6

April 2018.

Page 36: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

26

dengan silsilah kata “Giri” berarti Gunung yakni sebagaimana bahwa Desa

Girijaya berada dibagian selatan Gunung Pulosari, serta “Jaya” yakni

merupakan kata yang mencermikan kekuatan ataupun kokoh sebuah Gunung,

maka disepakati tokoh-tokoh dan kesepuhan masyarakat dinamakan Desa

Girijaya37

. Adapun dari sisi pemerintahan, kepala desa yang pernah

memerintah desa Girijaya antara lain:

1. Tahun 1981 sampai 1995 dipimpin oleh bapak Akmad

2. Tahun 1995 sampai 2000 dipimpin oleh bapak Umar

3. Tahun 2001 sampai 2003 dipimpin oleh bapak Umar

4. Tahun 2003 sampai 2006 dipimpin oleh bapak Sawari

5. Tahun 2007 sampai 2013 dipimpin oleh bapak Madroji

6. Tahun 2013 sampai 2015 dipimpin oleh bapak Sapyudina

7. Tahun 2015 sampai saat ini dipimpin oleh bapak Tedi

Setiadi.38

Secara keseluruhan luas wilayah desa Girijaya adalah sebesar 666,0

Ha. Luas wilayah tersebut yang ada tersebut dibagi menjadi dalam beberapa

perentuhan, dapat dikelompokkan seperti untuk fasilitas umum, permukiman,

pertanian, kegiatan ekonomi dan lain-lain. Luas lahan yang diperuntukkan

untuk fasilitas umum seperti jalan, permukiman, tempat pemakaman umum

(TPU), sekolah, sarana ibadah dan lain-lain adalah 357 Ha. Sedangkan untuk

37

Diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Girijaya,_Saketi,_Pandeglang Pada Tanggal 6

April 2018 Pukul 10.00. 38

Observasi, Lihat dari Arsip Desa Girijaya Kecamatan Saketi Pandeglang Banten, 6

April 2018.

Page 37: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

27

aktifitas pertanian, terdiri dari lahan sawah, ladang, pertenakan dan hutan 309

Ha.39

Gambar 2.1: Peta Desa Girijaya yang ada di Kantor Desa. Foto ini diambil oleh: Asep

Saepudin

Secara keseluruhan Desa Girijaya terdiri dari 3 dusun, 6 RW dan 16

RT. Di antaranya adalah: Cimao I, Cimao II, Cimerak I, Cimerak II, Cimerak

III, Timbang I, Timbang II, Timbang III, Timbang IV, Timbang V, Timbang

VI, Bandrong I, Bandrong II, Kadupagut, Tajur, Sindangreret.

Menurut data administrasi pemerintahan desa tahun 2018, jumlah

penduduk secara keseluruhan pada 2018 adalah 2.853 jiwa, dengan jumlah

laki-laki terdiri dari 1.398 orang dan perempuan 1.455 orang. Jumlah usia

yang ada di desa Girijaya lebih banyak kaum dewasa dibandingkan dengan

remaja. Kondisi tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

39

Observasi, Lihat dari Arsip Desa Girijaya Kecamatan Saketi Pandeglang Banten, 6

April 2018.

Page 38: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

28

Tabel 2.1: Jumlah Penduduk Desa Girijaya Menurut Jenis Kelamin

No. Usia Penduduk Laki-Laki Perempuan

1. 0 Tahun 41 35

2. 1-5 Tahun 99 97

3. 6-10 Tahun 121 86

4. 11-20 Tahun 226 289

5. 21-25 Tahun 102 213

6. 26-35 Tahun 318 239

7. 36-50 Tahun 260 215

8. 51-60 Tahun 119 126

9. 61-70 Tahun 72 102

10 71-75 Tahun 40 43

Jumlah 1.398 1.455

Sumber : Profil Desa Girijaya, Tahun 2018.40

Jumlah kartu keluarga (KK) di desa Girijaya adalah 688 kartu

keluarga (KK).41

Data yang diperoleh bahwa kedudukan penduduk menurut

jenis kelamin menunjukkan jumlah penduduk perempuan lebih banyak,

karena hal ini penduduk desa Girijaya mengalami kesulitan dalam masalah

ekonomi dan juga disebabkan banyaknya pernikahan yang dilakukan para

lelaki dengan perempuan yang berasal dari desa lain atau dari luar banten,

maka pihak laki-laki tersebut harus ikut dengan keluarga perempuan dan

menetap dengan demikian hal ini mengurangi jumlah populasi laki-laki di

desa Girijaya.

40

Tabel I didapatkan dari Kantor Desa Girijaya pada tanggal 6 April 2018. 41

Observasi, Lihat dari Arsip Desa Girijaya Kecamatan Saketi Pandeglang Banten, 6

April 2018.

Page 39: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

29

Desa Girijaya memiiki jarak tempuh yang cukup dekat menuju

Kecamatan Saketi 2 km, menuju Kabupaten Pandeglang 26 km, dan menuju

Provinsi Banten 47 km. Berdasarkan topografinya Desa Girijaya memiliki

ketinggian tempat 100-200 mdl di atas permukaan laut.42

Desa Girijaya mempunyai visi dan misi yaitu menjadikan desa

mandiri, maju, berkembang dan berkarya sebagai wadah menuju masyarakat

desa yang sejahtera. Misi Desa Girijaya yaitu:

1. Mewujudkan pelayanan ramah cepat dan prima terhadap

kebutuhan masyarakat.

2. Menciptakan sinergisitas antara aparatur pemerintahan desa

dan masyarakat dalam membangun desa disegala bidang.

3. Mewujudkan asas keterbukaan serta berpegang teguh pada nilai

kejujuran dan kearifan lokal desa.

4. Menciptakan aparatur desa yang harmonis, tanggap, teliti,

tegas, dan tanggung jawab.

5. Menunjang tinggi nilai-nilai demokrasi dengan melibatkan

peran peserta masyarakat dalam membangun desa.

Desa Girijaya dalam sepintas sama dengan desa-desa yang lain yang

ada di kecamatan Saketi, namun yang membedakan daerah di Desa Girijaya

dengan desa lain yaitu infrastruktur jalan belum baik, sehingga dapat

menghambat kelancaran transprotasi yang berdambak pada lambatnya

pertumbuhan ekonomi dan rendahnya kesadaran masyarakat untuk memiliki

42

Wawancara Pribadi dengan Tedi Setiadi Ketua Desa Girijaya. Banten, 6 April 20018.

Page 40: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

30

data diri seperti: kartu tanda penduduk (KTP), kartu keluarga (KK), dan akte

kelahiran.43

B. Kondisi Keagamaan Desa Girijaya

Agama telah dicirikan sebagai pemersatu aspirasi manusia yang

paling sublim sebagai sejumlah besar moralitas sumber tatanan masyarakat

dan perdamaian batin individu sebagai sesuatu yang memuliakan dan yang

membuat manusia beradab tetapi agama telah dituduh sebagai penghambat

kemajuan manusia, dan mempertinggi fanatisme dan sikap tidak toleran,

pengacuhan, dan pengabaian.44

Agama dan kepercayaan merupakan suatu yang asas dalam kehidupan

manusia sistem agama dan kepercayaan merupakan aspek kehidupan yang

terjalin luas dalam masyarakat melalui agama dan kepercayaan inilah

manusia melakukan hubungan dengan Tuhan yang di pandang mempunyai

pengaruh dalam kehidupan manusia.45

Agama juga mengikat manusia sebagai

pedoman dalam hidupnya agama yang dianut oleh masyarakat untuk

mengatur kehidupannya di dunia ini agar menjadi teratur dan selaras, sesuai

dengan ajaran-ajaran yang ada dalam agama sehingga tidak terjadi

kekacauan.

Secara keseluruhan masyarakat desa Girijaya 100% beragama Islam.

Masyarakat Desa Girijaya merupakan penganut keagamaan yang taat dengan

nilai-nilai agama diyakini memiliki kebenaran mutlak oleh masyarakat

43

Observasi, Lihat dari Arsip Desa Girijaya Kecamatan Saketi Pandeglang Banten, 6

April 2018. 44

Thomas F. O‟ dea, Sosiologi Agama: Suatu Pengantar Awal (Jakarta: Raja Grafindo

Persada), Cet. Ke- 6, h. 3. 45

Hasbullah, Toyo, dan Awang Azman Awang Pawl, “Ritual Tolak Bala pada Masyarakat

Melayu Kajian pada Masyarakat Petalangan Kecamatan Pangkalan Kuras Kabupaten Palalawan”,

Jurnal Ushuluddiin, (Januari-Juni 2017), Vol. 25. No. 1. H. 89.

Page 41: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

31

Girijaya. Ritual-ritual keagamaan harus dilaksanakan dengan rutin dan penuh

keikhlasan keharusan melakukan perintah atau larangan dalam agama adalah

hukum sosial yang tidak dapat dibantah sanksi bagi pelanggar ajaran agama

telah disebutkan secara tekstual pasal-pasalnya jelas, berupa ayat-ayat ilahi

yang dikuatkan oleh sabda Rasul-Nya.46

Dengan corak penduduk yang

homogen, yaitu masyarakat desa ini bergotong royong dan saling membantu

dalam hal apapun penduduk desa ini juga rajin beribadah, seperti sholat, dan

puasa pantang bagi mereka untuk meninggalkan ajaran agama.

Masyarakat Desa Girijaya membedakan antara agama dan

kepercayaan. Dalam pandangan mereka agama hanyalah yang diakui

pemerintah yaitu: agama Islam, Kristen, Protestan, Hindu, Buddha dan

Konghucu, Sedangkan kepercayaan adalah keyakinan masyarakat kepada

kekuatan yang dimiliki oleh kekuatan-kekuatan lain. Kepercayaan juga

meliputi upacara seperti menghormati benda pusaka yaitu golok turunan dan

tombak turunan.47

Secara keberagamaan ataupun sosial, manusia tidak dilepaskan dari

religi ataupun sistem kepercayaan masyarakat memiliki kecendrungan untuk

mempercayai kekuatan supernatural, dan sesuatu yang dijadikan objek

persembahan. Agama dan sistem kepercayaan terintegrasi dengan

kebudayaan. Dalam artian agama menjadi salah satu sumber moral dan

mempengaruhi nilai dan budaya manusia.48

46

Wawancara Pribadi dengan H. Anwar Tokoh Agama Desa Girijaya. Banten, 6 April

2018. 47

Wawancara Pribadi dengan Tedi Setiadi Ketua Desa Girijaya. Banten, 6 April 2018. 48

Beni Ahmad Saebani, Pengantar Antropologi (Bandung: Pustaka Setia, 2012), h. 283.

Page 42: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

32

Pada masyarakat ini agama merupakan salah satu aspek kehidupan

semua kelompok sosial akan tetapi, dalam perkembangan masyarakat, para

spesialis agama dan magis tampil lebih awal.

Masyarakat desa Girijaya banyak yang paham agama, itu berpengaruh

terhadap prilaku masyarakat dengan ukhuwah islamiyah masyarakat setempat

cukup kuat selain itu tradisi yang mengakar di Desa Girijaya adalah adanya

acara tujuh bulanan, selamatan, Muharram, rajaban, tahililan dan termasuk

Rebo Kasan.49

Dengan jumlah penduduk yang berdasarkan 100% beragama

Islam pembangunan fasilitas tempat ibadah bagi masyarakat desa Girijaya

sesuai dengan agama yang dianut yaitu Islam hanya ada masjid dan musollah

saja.

C. Kondisi Pendidikan Desa Girijaya

Pendidikan adalah hak setiap warga negara Indonesia berbagai

program yang dirancangkan pemerintah, setiap warga negara wajib belajar 9

tahun, BOS (Bantuan Oprasinal Siswa), BKG (Bantuan kesejahteraan Guru),

dan program-program lainnya ditunjukan untuk memajukan pendidikan

warga negara Indonesia.

Desa Girijaya dilihat dari taraf pendidikan secara umum sangatlah

rendah karena kurangnya kesadaraan orang tua untuk menyekolahkan

anaknya ke jenjang yang lebih tinggi adapun faktor yaitu jauhnya jarak

sekolah dan faktor ekonomi yang masih kurang memadai. Hal ini dibuktikan

dengan memberikan kesempatan pada masyarakat untuk menuntut ilmu,

49

Wawancara Pribadi dengan Tedi Setiadi Ketua Desa Girijaya. Banten, 6 April 2018.

Page 43: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

33

maka sebab itu didirikannya berbagai macam-macam sarana dan prasarana

baik formal maupun non-formal50

.

Tabel 2.2: Kependudukan Jenjang Pendidikan Desa Girijaya

No. Tingkatan Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah

1. Tamat S-1/Sederajat 28 10 38

2. Tamat D-3/ Sederajat 15 7 22

3. Tamat D-2/ Sederajat 2 4 6

4. Tamat D-1/ Sederajat 0 0 0

5. SLTA 273 282 555

6 SLTP 309 317 624

7 SD 167 221 338

8 7-18 Tahun Sedang SD 205 219 424

9 3-6 Tahun Sedang TK 174 32 206

10 Tidak Sekolah 24 8 32

11 Usia 18-56 Tahun Tidak Tamat

SLTA

8 4 13

12 Usia 12-56 Tidak Tamat SLTP 4 96 100

13 Usia 18-56 Tahun Tidak sekolah 102 162 264

14 3-6 Tahun Tidak Masuk TK 87 83 170

Jumlah 1.398 1.455 2.853

Sumber: Profil Desa Girijaya 2018.51

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan

masyarakat Girijaya dikatakan cukup berkembang dan beberapa pengajar di

50

Observasi, Lihat dari Arsip Desa Girijaya Kecamatan Saketi Pandeglang Banten, 6

April 2018. 51

Tabel V didapatkan dari Kantor Desa Girijaya pada tanggal 6 April 2018.

Page 44: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

34

sekolah desa Girijaya sebagaian sudah bergelar Sarjana karena pada

umumnya masyarakat desa Girijaya telah melanjutkan pendidikan ke jenjang

yang lebih tinggi baik di dalam maupun di luar desa dan sebagian pengajar

terdapat dari desa yang lainnya.52

Kondisi tersebut tentunya kesadaran

masyarakat akan pentingnya pendidikan karena pendidikan adalah pondasi

bagi kemajuan anak bangsa dan menciptakan manusia yang berkualitas,

berintelektual dan jauh dari kebodohan sesuai arti pendidikan menurut

Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003, dijelaskan bahwa “Pendidikan

nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak setra

peradaban bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, berakhak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.53

Pada zaman dahulu sebagian besar masyarakat desa Girijaya hanya

sampai pada tingkat Sekolah Dasar (SD) dengan alasan yaitu masyarakat

mengutamakan bekerja karena bagi mereka menempuh pendidikan formal

hanyalah menghabiskan uang apalagi keadaan ekonomi mereka yang cukup

sulit sehingga pentingnya pendidikan belum ada dalam pemikiran masyarakat

Desa Girijaya. Masyarakat Girijaya juga mempercayai untuk menitipkan

anaknya kepada lembaga pendidikan yang dipimpin oleh Kiyai atau yang

berlatar belakang agama, karena anak-anaknya harus dibekali ilmu

keagamaan sebagai bekal pedoman hidupnya kelak. Menurut mereka didalam

52

Wawancara Pribadi dengan Tedi Setiadi Ketua Desa Girijaya. Banten, 6 April 2018. 53

Maemunah, Pendidikan Berbasis Multipe Intelligences (Bandung: Pustaka Aura

Semesta, 2013), h. 1.

Page 45: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

35

kubur nanti, malaikat tidak akan menanyakan matematika atau bahasa

Inggris, tapi akan bertanya dengan bahasa Al-Quran.54

C. Kondisi Sosial Ekonomi Desa Girijaya

Sebagai makhuk sosial yang membutuhkan sarana sosialisasi dan juga

mempertahankan diri, manusia memiliki pekerjaan yang mempertahankan

untuk memenuhi kehidupannya dengan manusia bekerja, seseorang dapat

mencukupi kebutuhannya seperti rumah, pakaian, makanan.55

Masyarakat di

Desa Girijaya ini telah mengalami perkembangan gaya pola hidup yang

cukup maju, baik dari segi pergaulan, pakaian, dan gaya bahasa yang

mengikuti perkembangan zaman modern ini.56

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data tentang kondisi sosial

ekonomi masyarakat Desa Girijaya diperoleh melalui wawancara dengan

Kepala Desa Bapak Tedi Setiadi sebagaimana umumnya masyarakat

pedesaan, sumber utama pemenuhan kebutuhan ekonominya adalah sektor

pertanian. Hal ini di dukung oleh faktor wilayah desa Girijaya yang terletak di

daerah pegunungan, tepatnya di lereng gunung Polosari hasil pertanian yang

berupa padi, cengkeh, kelapa, melinjo, kopi.57

Desa Girijaya termasuk

kategori desa tertinggal, yang masyarakatnya 65% termasuk kepada rumah

tangga miskin akibat dari sumber daya manusia yang tidak konsumtif dan

54

Wawancara dengan Tedi Setiadi Ketua Desa Girijaya. Banten, 6 April 2018. 55

Yusron Razak, Ervan Nartawaban, Antropologi Agama (Jakarta: Lembaga Penelitian

UIN Jakarta 2007), h. 26. 56

Wawancara Pribadi dengan Tedi Setiadi Ketua Desa Girijaya. Banten, 6 April 2018. 57

Wawancara Pribadi dengan Tedi Setiadi Ketua Desa Girijaya. Banten, 6 April 2018.

Page 46: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

36

mempengaruhi ekonomi masyarakat desa Girijaya yang tertinggal

dibandingkan desa-desa yang lain.58

Pembangunan ekonomi tidak hanya berfokus pada salah satu bidang

usaha pertanian tetapi di bidang lain yaitu: peternak, pegawai negeri, pegawai

swasta, pedagang dan lain-lain. Mengenai data penduduk dapat dilihat dalam

tabel sebagai berikut:

Tabel 2.3: Jumlah Mata Pencaharian Desa Girijaya Tahun 2018

NO. Jenis Pekerjaan Laki-laki Perempuan Jumlah

1. Karyawan Swasta 92 122 214

2. Pegawai Negeri Swasta 5 6 11

3. Buruh Tani 82 42 124

4. Petani 321 127 448

5. Pedagang Keliling 7 16 23

6. Peternak 9 0 9

7. Montir 4 0 4

8. Bidan swasta 0 1 1

9. Perawat Swasta 0 1 1

10. Pembantu Rumah Tangga 12 76 88

11. Polri 1 0 1

12. Pengusaha Kecil, Menengah dan

Besar

42 32 74

13. Ahli Pengobatan Alternatif 4 1 5

58

Diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki,_Saketi,_Pandeglang Pada Tanggal 6 April 2018, Pukul 10.00.

Page 47: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

37

14. Dukun Tradisional 0 2 2

15. Buruh Migran 6 0 6

16. Pengrajin 14 22 36

Jumlah 559 448 1.047

Sumber : Profil Desa Girijaya 2018.59

59

Tabel VI didapatkan dari Kantor Desa Girijaya pada tanggal 6 April 2018.

Page 48: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

38

BAB IV

RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA

A. Persiapan dan Perlengkapan Rebo Kasan Desa Girijaya

1. Tahap Persiapan

Seperti yang telah dijelaskan, masyarakat Desa Girijaya seluruhnya

menganut Agama Islam karena kegiatannya masyarakat sehari-hari mengacu

pada nilai ajaran Islam yaitu al-Quran dan Hadist. Masyarakat Desa Girijaya

juga masih kental akan tradisi-tradisi warisan dari nenek moyang, yang

dianggap sakral dan harus dilestarikan oleh budaya-budaya yang ada tersebut.

Adapun beberapa macam ritual yang dilakukan mayarakat Girijaya yaitu:

Maulud, Isra‟ miraj, Rajaban, Muharram, dan termasuk ritual Rebo Kasan.60

Ritual dalam tradisi Rebo Kasan adalah suatu perayaan, perjamuan,

yang benar-benar dianggap sebagai hukum adat daerah Girijaya.61

Bagi

masyarakat Desa Girijaya dalam pelaksanaan ritual Rebo Kasan ini pada

setiap tahunnya perlu persiapan yang matang karena memungkinkan

munculnya saran ataupun pendapat peningkatan atau pengembangan baik

sarana dan prasarana maupun muatan acara yang akan dilakukan.

Hal ini melibatkan masyarakat Girijaya karena ini bukan hanya

kepentingan para tokoh agama melainkan seluruh masyarakat Girijaya, oleh

sebab itu ritual ini harus dilaksanakan secara gotong royong baik dalam

tenaga maupun materi, dalam hal ini warga membawa ketupat, leupeut, dan

hasil bumi semampunya kaum ibu juga terlibat aktif dalam pelaksanaan ini

60

Wawancara Pribadi dengan Ustad Abdurahman Nugrah anak dari Kyai H. Lukman.

Banten, 10 April 2018. 61

Bakhtiar, Ritual Mandi Safar Praktik dan Fungsinya dalam Masyarakat, h. 6.

Page 49: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

39

karena sebelum menjelang ritual mereka secara bergotong royong memasak

dan membawa makanan ke masjid.62

Adapun tahap persiapan untuk

melakukan ritual ini kurang lebihnya dua minggu sebelum pelaksanaan

perayaan. Perayaan tradisi Rebo Kasan biasanya persiapan yang

dikoordinasikan oleh tokoh agama, sesepuh yaitu Kyai H. Lukman dan H.

Anwar, Kepala Desa Girijaya, serta aparat desa guna untuk membentuk

kepanitian. Kepanitian disusun sesuai dengan keperluan, terdiri atas

penasihat, ketua, dan lain-lain.

Ritual Rebo Kasan di Desa Girijaya sebelum memulai mengadakan

musyawarah terlebih dahulu agar pelaksanaan ritual ini berjalan dengan

lancar dan penuh khidmat selain itu musyawarah ini bertujuan untuk

menyepakati dan menetapkan beberapa hal antara lain berkaitan dengan

waktu dan tempat pelaksanaan. Pelaksanaan ritual Rebo Kasan biasanya

dilaksanakan pada hari Rabu terakhir bulan Safar waktu pelaksanaan biasanya

pada pagi hari hingga menjelang maghrib.

Dalam melaksanakan ritual Rebo Kasan terbagi menjadi tiga yaitu:

pertama, masjid untuk melakukan shalat tolak bala. Kedua, pinggir jalan

biasanya di perbatasan kampung bertujuan untuk makan-makan pada saat itu

diadakan di pinggir jalan supaya masyarakat yang melintas dapat mencicipi

makanan tersebut. Ketiga, Sumur Cimajeb untuk melaksanakan ritual mandi

safar. Keempat, Gunung Pulosari dalam ritual ini biasanya hanya anak muda

yang melakukan ritual ini.63

62

Wawancara Pribadi dengan Tedi Setiadi Kepala Desa Girijaya. Banten, 10 April 2018. 63

Wawancara Pribadi dengan Ustad Abdurrahman Nugrah Anak dari Kyai H. Lukman.

Banten, 10 April 2018.

Page 50: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

40

2. Tahap Pelaksanaan

Ritual Rebo Kasan dipimpin oleh Kyai H. Lukman, sesepuh, dan

tokoh agama lainnya. Mereka memimpin secara bersama-sama, tidak ada

yang mendominasi, tiada yang berkuasa mutlak tiap keputusan merupakan

hasil kesepakatan musyawarah dengan tokoh yang lainnya.

Adapun tahap pelaksanaan ritual Rebo Kasan adalah pertama, menulis

beberapa tulisan Arab yang berwujud rajah dengan tulisan Bismillah

hirohman Nirohim sebanyak 130 baris, tujuh ayat al-Quran yang berawalan

lafal Salamun.

ب (Yasin: 81) رحين طالم قىال هي ر

(Siaaifit –fsh : 91) طالم على ىح في العالويي

(Siaaifit –fsh: 821 ) طالم على إبزاهين

(Siaaifit –fsh: 802 ) طالم على هىطى وهاروى

(Siaaifit –fsh: 832 ) طالم على الياطيي

(Zimar-Ah: 93) طبتن فادخلىها خالذيي طالم عليكن

(Zidar-Ah: 8) طالم هى حتى هطلع الفجز

Ayat-ayat tersebut ditulis di kertas yang ditulis langsung oleh Kyai H.

Lukman tulisan tersebut ditulis pada malam hari sebelum pelaksanaan Rebo

Kasan. Kedua, mempersiapkan bunga tujuh rupa untuk mempersiapkan ritual

mandi Safar. Ketiga, sambutan-sambutan dari ketua panitia yang menjelaskan

kepada masyarakat bagaimana teknis dan urgensi ritual Rebo Kasan.

Keempat, bagi kaum ibu-ibu mempersiapkan makanan ke tempat yang telah

disediakan yaitu di pinggir jalan perbatasan kampung. Kelima, proses mandi

Page 51: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

41

bersama di Sumur Cimajeb yang diawali dengan niat. Keenam, setelah selesai

mandi, para pemuda melanjutkan naik Gunung Pulosari.

Setelah prosesi ritual Rebo Kasan selesai, dilanjutkan dengan kegiatan

salam-salaman antar warga dan meminta maaf atas semua kesalahan yang

pernah diperbuat.64

B. Proses Ritual Perayaan Rebo Kasan Desa Girijaya

1. Pelaksanaan Ritual Tolak Bala

Pelaksanaan ritual tolak bala merupakan suatu ritual yang sangat

penting ritual ini memiliki simbol dan makna tertentu. Ritual menanamkan

sikap ke dalam kesadaraan diri yang tinggi yang sangat memperkuat mereka,

dan hal itu akan memperkuat komunitas moral.65

Adapun pelaksanaan ritual tolak bala melalui beberapa tahapan, yaitu:

petama, persiapan artinya sebelum tradisi dimulai biasanya sudah

mempersiapkan air ke dalam teko, botol kecil, gelas dan kompan. Serta

berbagai macam makanan tetapi dalam ritual ini masyarakat Girijaya hanya

membawa leupet dan lauk pauk yang lainnya dan dibawa kemasjid untuk

didoakan kemudian tepatnya ba‟da subuh marbot masjid mengumumkan

kepada masyarakat Girijaya untuk segera ke masjid karena Rebo Kasan akan

segera dimulai dan masyarakat Girijaya berbondong bondong menuju masjid

sambil membawa makanan.

64

Wawancara Pribadi dengan Ustad Marjuki Tokoh Agama Desa Girijaya. Banten, 10

April 2018. 65

Hasbullah, Toyo, dan Awang Azman Pawi, Ritual Tolak Bala pada Mayarakat Melayu

(kajian Pada Masyarakat Petalangan Kecamatan Pangkalan Kuras Kabupaten Pelalawan), Jurnal

Ushuluddin, (Januari-Juni 2017) Vol. 25, No. 1, h. 90-91.

Page 52: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

42

Kedua pembukaan, tepatnya pada pukul 06.00 WIB para bapak-bapak

dan ibu-ibu berkumpul di masjid untuk mengikuti perayaan Rebo Kasan yang

dipimpin oleh Kyai H. Lukman pembukaan perayaan dimulai dengan

memberikan pengarahan dakwah singkat sekitar tujuh menit mengenai tradisi

Rebo Kasan sampai pada bagaimana pelaksanaan salat tolak bala hal ini

penting untuk dijelaskan sebelumnya karena trradisi ini adalah tradisi tahunan

dan dikhawatirkan masyarakat Girijaya lupa dalam perayaan tersebut.66

Ketiga, solat tolak bala setelah berlangsungnya pembukaan, barulah

masyarakat melaksanakan shalat tolak bala secara berjamaah dan dipimpin

oleh kyai H. Lukman dalam melaksanakan salat tolak bala setiap rakaatnya

membaca surat al-Fatihah sekali, surat al-Kausar 15 kali, surat al-Ikhlas

sekali, surat al-Falaq sekali, surat an-Nass sekali. Setelah itu pembacaan doa

dan solawat, selanjutnya dalam ritual solat tolak bala melaksanakan beberapa

runtutan doa yang terditi dari pembacaan Yassin dan kemudian surat al-

Fatihah, surat al-Falaq, surat al- Ikhlas, surat an-Nass, doa untuk yang telah

meninggal dunia tasawuf atau disebut juga pemberian hadiah dan shalawat

nabi.

Keenam, penutup, setelah berbagai ritual mereka lakukan pemimpin

perayaan Rebo Kasan menutup perayaan dengan doa tolak bala dan

pengharapan yang baik pada saat itu.

Ketujuh, masyarakat desa Girijaya berbondong-bondong menuju

tempat yaitu jalan dekat perbatasan kampung antar kampung Bandrong

dengan kampung Timbang dan disitu masyarakat ngeriung atau disebut juga

66

Wawancara Pribadi dengan Dicky Herliman tokoh masyarakat yang mengikuti dalam

Ritual Rebo Kasan. Banten, 10 April 2018.

Page 53: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

43

makan-makan dan saling membagikan makanan antar warga dengan warga

yang lainnya.

Masyarakat Girijaya telah mengenal ritual tolak bala ini sejak dahulu

kala dan akan terus menurus dilaksanakan sebagai upaya pelestarian budaya

nenek moyang mereka ritual ini dilaksanakan dengan tujuan menolak bala

atau bencana, baik secara pribadi atau untuk keamanan kampung. Ritual tolak

bala juga disebut sebagai kegiatan memelihara dan mengobati kampung

masyarakat Girijaya mengadakan ritual tolak bala sebagai antisipasi dari

beberapa penyakit yang mengakibatkan oleh gangguan makhluk gaib, musim

panas berkepanjangan, hujan berkepanjangan. Adapun dengan mengadakan

ritual tolak bala membuat alam seimbang sesuai dengan keinginan

masyarakat.67

2. Pelaksanaan Ritual Mandi Safar

Ritual mandi Safar yang dilaksanakan rabu terakhir pada bulan Safar

setelah mengadakan ritual tolak bala, ritual ini masih tetap dilaksanakan

dengan berkumpulnya masyarakat Girijaya yang telah ditentukan tempatnya

dengan menyiapkan segala peralatan dan bersiap menuju tempat baik secara

rombongan maupun individu yaitu di Sumur Cimajeb dalam pelaksanaan

ritual ini tidak jauh dari kampung di mana masyarakat tinggal umumnya

tempat ini adalah airnya mengalir dari pegunungan Pulosari. Sumur Cimajeb

ini airnya sangat bersih, jernih dan terdapat banyak ikan kecil masyarakat

Girijaya menyakini air dalam sumur Cimajeb ini memiliki beberapa khasiat

67

Wawancara Pribadi dengan Ustad Marjuki Tokoh Agama Desa Girijaya. Banten 10

April 2018.

Page 54: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

44

sebagai obat beberapa masyarakat juga sering melakukan beberapa ritual

seperti ritual memandikan Kris, batu cincin dan lain-lain.

Ritual ini menjadi suatu kewajiban yang diwariskan oleh nenek

moyang dan dilakukan secara turun menurun tidak berani dilanggar oleh

keturunan karena bagi masyarakat desa Girijaya apabila dilanggar akan

mendapatkan kutukan dari para leluhur bagi sejumlah masyarakat Girijaya,

mandi safar ini merupakan ritual untuk meminta kepada Allah agar terhindar

dari bahaya, penyakit dan mensucikan diri dari dosa tetapi pada proses ritual

ini tidak ada sanksi bagi yang tidak ikut.68

Adapun proses ritual ini adalah:

Proses pertama dari ritual mandi Safar adalah masyarakat yang

mengikuti proses ritual ini sebelumnya membekali diri dengan

mempersiapkan kertas yang sudah di tulis oleh Kyai H. Lukman dan bunga

tujuh rupa.

Proses kedua sebelum memulai mandi Safar sesepuh Desa Girijaya

yaitu Abah Simin selaku tetua adat memimpin doa memohon keselamatan

dirangkum ke dalam satu istilah yang disebut dengan doa Salamun Tujuh doa.

Doa salamun tujuh mengandung makna permohonan untuk kesejahteraan

bagi seluruh alam, ucap syukur kepada Allah yang telah memberikan nikmat

sehat. Ritual Rebo Kasan ini upaya agar terhindar dari penyakit atau bala

yang terjadi pada hari-hari yang dianggap nahas, yaitu Bulan Safar ritual

Rebo Kasan bentuk nyareat kepada Allah agar terhindar dari segala macam

68

Wawancara Pribadi dengan H. Lukman Tokoh Agama Desa Girijaya. Banten, 10 April

2018

Page 55: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

45

bahaya dan mensucikan diri karena jika badan dan jiwa kotor akan mudah

datangnya penyakit.69

Tahap ketiga yaitu merendam kertas tersebut bersamaan dengan

kembang tujuh rupa yaitu bunga kantil, bunga melati, bunga kenanga, bunga

mawar merah, bunga mawar putih, bunga telon, bunga melati gambir ke

dalam Sumur Cimajeb.

Tahap keempat setelah merendam kertas dan bunga tujuh rupa yaitu

masyarakat mandi tidak diatur dengan syarat khusus mandi Safar dilakukan

seperti halnya mandi besar pada umumnya yang terpenting adalah ujung

rambut kepala hingga kaki dibasahi dengan air tujuannya adalah

menghayutkan bala seiring dengan guyuran air bersih yang dilakukan saat

mandi.

Dalam ritual mandi Safar ini adalah upaya doa untuk keselamatan

yang diwujudkan dalam praktik tradisonal, seperti minum dan mandi dengan

air yang mengandung doa. Doa mandi Safar yang berisikan ayat Qur‟an

Bismillahirohmannirohim sebanyak 130 dan ayat quran yang berawal dari

salamun, bertujuan untuk memohon dengan penuh keselamatan, penuh

harapan, dan optimis, tetapi mandi dan minum hanyalah prantara, yang

menyembuhkan adalah Tuhan Yang Maha Esa.

Ritual mandi Safar ini bertujuan agar terhindar dari berbagai bala atau

bencana bentuk-bentuk ritual ini merupakan transformasi simbolis dari

beberapa pengalaman kebutuhan primer manusia. Ini merupakan kegiatan

yang mengandung kekuatan yang menghubungkan kehendak manusia dengan

69

Wawancara Pribadi dengan Abah Simin Sesepuh Desa Girijaya. Banten, 10 April 2018.

Page 56: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

46

penguasanya oleh karena itu, masyarakat Girijaya benar-benar mendatangkan

keselamatan atau menghindarkan mereka dari bahaya atau musibah.70

3. Pelaksanaan Ritual Mendaki Gunung Pulosari

Gunung oleh banyak masyarakat disekitarnya dianggapnya sebagai

tempat yang sakral kepercayaan tersebut membuat masyarakat lokal kerap

melakukan ritual adat untuk keselamatan kepada calon pendaki gunung.71

Gunung Pulosari yang dipercayai sebagai salah satu gunung kramat

diperkirakan telah muncul jauh sebelum berdirinya kerajaan Banten Girang

yaitu kerajaan yang bercorak Hindu atau Buddha sebelum berdirinya

Kesultanan Banten Islam.

Berita-berita dari beberapa pakar kepurbakalaan seperti Pleyte

mengisahkan Sanghyangdengdek. Berdasarkan sumber cerita Ahmad

Djayadiningrat pada tahun 1913 dan NJ Krom dalam Rapporten van der

Oudheikundingen Diens in Nederlandsch Indie tahun 1914 menyatakan pula

bahwa di seputar Kabupaten Pandeglang ada peninggalan arkeologi berupa

arca nenek moyang. Salah satu arca yang dimaksud adalah patung tipe

polinesia di Tenjo (Sanghyangdengdek). Gambaran Gunung Pulosari sebagai

gunung keramat diperoleh pula dari keterangan Claude Guillot bahwa di Desa

Sanghyangdengdek, Kecamatan Saketi, Kabupaten Pandeglang terdapat

pemujaan lama yang menyandang nama dewa.

Tempat pemujaan tersebut sudah lama dikenal berupa batu berdiri

yang tingginya kira-kira satu meter dan puncaknya dipahat sederhana dan

70

Wawancara Pribadi dengan Ustad Abdurahman Nugraha Cucu dari Kyai H. Ahmad

Baehaqi. Banten, 10 April 2018. 71Diakses dari https://www.goegle.co.id/amp/s/lifestyle.okezone.com/amp//ritual-adat-

yang-harus-dilakukan-sebelum-mendaki-dua-gunung-ini Pada Tanggal 7 Mei 2018 Pukul 14.30.

Page 57: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

47

kasar berbentuk kepala, mata bulat, mulutnya hanya berupa goresan,

telinganya dibuat hanya tipis sederhana dan hidung tidak nyata, lengan-

lengan dan kelamin lelaki kelihatan pula, tetapi hampir tidak menonjol. Tidak

hanya itu keberadaan Gunung Pulosari yang dikenal sebagai gunung keramat

dapat dikatakan sebagai salah satu pusat peradaban masa lalu di daerah

Banten. Pernyataan ini tentunya didukung bukti-bukti peninggalannya. Kira-

kira empat kilometer dari Sanghyangdengdek di atas bukit Kaduguling

tepatnya di perbatasan Desa Sukasari dan Desa Bongkaslandeuh, Kecamatan

Menes, Kabupaten Pandeglang terdapat kompleks megalitik berlanjut yang

disebut Batu Goong-Citaman. Hasil penggambaran di rektorat Purbakala

tahun 1999, tampak situs Batu Goong adalah punden berundak yang

merekayasa bentukan alam. Bukit Kaduguling sebagai bukit tertinggi di

seputar situs, posisinya tepat berada pada garis lurus ke Sanghyangdengdek

berorientasi ke puncak Gunung Pulosari dibentuk pelataran-pelataran bertrap-

trap makin ke timur makin tinggi menjadikan bentuk memusat ke belakang di

tempat tertinggi itulah ditempatkan Batu Goong bersama menhir. Menhir ini

berdiri di tengah-tengah sebagai pusat dikelilingi oleh batu-batu yang

berbentuk gamelan seperti gong dan batu pelinggih. Formasi semacam ini

lazim disebut formasi “temu gelang” di tempat lain dapat diperbandingkan

dengan peninggalan megalitik di Matesih, Jawa Tengah, dan di situs

Pugungraharjo di Lampung Timur.72

Dalam melaksanakan ritual mendaki Gunung Pulosari sudah menjadi

kebiasaan masyarakat Girijaya dalam melaksanakan ritual Rebo Kasan hanya

72

Diakses dari http://telagacempakapermaie3isunjeh.blogspot.co.id/2016/06/gunung-

pulosari-pusat-peradaban-masa.html?m=1 Pada Tanggal 19 Mei Pukul 01.18.

Page 58: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

48

saja ritual ini biasanya hanya pemuda dan pemudi desa Girijaya yang akan

kuat secara fisik mendaki gunung Pulosari ini adalah sebagai bentuk hablum

minal alam berkaca dari musibah selama bulan safar berlangsung, ritual ini

juga sebagai bentuk paragdigma pembelajaran orang tua terhadap putra-

putrinya atau generasi agar selalu bersabar dalam perjalanan dan tafakur

mengenal alam yang begitu besar akan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa

selain itu masyarakat tidak lupa membawa makanan selama perjalanan

berlangsung.73

Adapun beberapa tahap dalam melakukan ritual ini yaitu: tahap

pertama, adalah berkumpul sebelum mendaki berlangsung setelah itu

membaca doa bersama yang dipimpin oleh Kyai H. Lukman dengan tujuan

selamat sampai tujuan kemudian tidak lupa juga membawa makanan dan

minuman yaitu ketupat sebagai bekal di perjalanan.

Kedua, sebelum mencapai gunung Pulosari biasanya masyarakat

Girijaya apabila melihat lubang mereka akan memasukkan tangan mereka

kedalam lubang tersebut untuk mengetahui kecocokan mereka dalam

keahlianya jika di dalam lubang tersebut mereka mendapatkan beras

kemungkinan mereka mendapatkan keahlian sebagai petani dan apabila

mereka mendapatkan uang logam dari lubang tersebut maka kemungkinan

mereka mendapatkan keahlian sebagai wiraswasta.74

Ketiga, sesampainya mereka di puncak Gunung Pulosari mereka akan

berziarah ke makam wali konon zaman dahulu terdapat makam wali disekitar

puncak Pulosari setelah itu mereka melihat pemandangan kawah dengan

73

Wawancara dengan Tedi Setiadi Kepala Desa Girijaya. Banten, 10 April 2018. 74

Wawancara dengan Ustad Andi Sesepuh Desa Girijaya. Banten, 10 April 2018.

Page 59: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

49

tujuan tafakur akan ciptaan dan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa tetapi bagi

kaum wanita yang sedang berhalangan haid mereka tidak akan jelas melihat

keindahan alam yang sesungguhnya.75

C. Makna Simbolik Ritual dalam Tradisi Perayaan Rebo Kasan

Terkait dengan cara-cara yang dilakukan pada ritual Rebo Kasan ini,

penulis melihat terdapat beberapa unsur-unsur yang memiliki hubungan di

antara bagaimana masyarakat Girijaya memiliki hubungan melakukan

komunikasi ritual melalui berbagai pertanda yang digolongkan sebagai

petanda denotasi meliputi Rebo Kasan di antaranya adalah leupeut, ketupat,

air putih, pisang, dan bunga tujuh rupa.

Adapun kelengkapan sarana dalam ritual Rebo Kasan, yakni:

Pertama leupet, makanan yang terbuat dari beras ketan yang

dibungkus dengan daun pisang di bentuk persegi panjang dan diikat dengan

simbol memperkuat atau mempererat setiap berkumpulnya orang-orang

didalam suatu pertemuan yang baik dapat mempererat persaudaraan dengan

tali silaturahni karena silaturahmi dapat memberikan umur panjang.

Kedua ketupat, makanan yang terbuat dari beras yang dibungkus

dengan daun kelapa yang diikat melambangkan perginya bencana yang

datang kepada keluarga.

Ketiga air putih, benda cair yang tidak memiliki rasa tawar, tidak

berbau, dan tidak berwarna dengan simbol kesucian untuk menghilangkan

berbagai kesialan dan menyembuhkan berbagai penyakit.

75

Wawancara Pribadi dengan Ustad Marjuki tokoh Agama Desa Girijaya. Banten, 10

April 2018.

Page 60: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

50

Keempat buah pisang, dengan simbol keberkahan dan untuk

menanamkan saling berbagi terhadap sesama makhluk hidup.76

Kelima, bunga tujuh rupa yang terdiri dari:

Bunga kantil, dengan makna harapan agar seseorang memiliki jiwa

spritual yang kuat, sehingga seseorang dapat meraih sukses lahir dan batin.

Bunga kantil ini berarti pula adanya ikatan tali rasa yang bermakna kasih

sayang yang mendalam tidak terputus dan sebuah curahan kasih sayang

kepada makhluk hidup.

Bunga melati, bermakna ketika melakukan tindakan selalu melibatkan

hati, tidak semata tindakan fisik saja. Bunga melati melambangkan agar

seseorang selalu meninggikan ketulusan hati nurani terdalam lahir dan batin

haruslah selaras, tidak munafik, bicara pun tidak asal bunyi.

Bunga kenangan, bermakna filosofis hendaknya setiap anak selalu

mengenang semua pusaka atau warisan leluhur berupa benda-benda seni,

tradisi, kebudayaan, nilai kearifan lokal.

Bunga mewar merah, yang bermakna lahirnya manusia ke dunia.

Mawar merah melambangkan ibu, tempat di mana jiwa dan raga manusia

diukir dan bunga mawar dapat digantikan dengan bubur merah.

Bunga mawar putih, berlambang dari bapa yang meretas ruh manusia

menjadi ada bapa di sini adalah Bapa langit, sedangkan ibunya adalah ibu

Bumi. Bapaknya jiwa bangsa Indonesia, ibunya adalah nusantara Ibu Pertiwi.

Bunga telon dari kata tilu tiga dengan haparan agar meraih tiga

kesempurnaan dan kemuliaan hidup. Bunga telon terdiri atas bunga mawar,

76

Wawancara Pribadi dengan Abdurrahman Nugraha Cucu dari Kyai H. Ahmad Baehaqi.

Banten, 10 April 2018.

Page 61: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

51

melati, kantil, yang dijadikan satu kesatuan. Bunga melati gambir memiliki

arti kesederhanaan bahwa dalam menjalani kehidupan seseorang berlaku

sederhana dalam banyak hal, tidak kekurangan dan tidak pula berlebihan

setiap kebutuhan dipenuhi secukupnya saja, sementara keinginan atau nafsu

selalu dikendalikan.77

Rebo Kasan yang mempunyai makna filosofis keterkaitan dengan

unsur-unsur yang ada pada makna tradisi Rebo Kasan yaitu adanya simbol-

simbol yang memiliki ciri ataupun kekhasan dalam proses persiapannya Rebo

Kasan dalam sebuah ritual yang khas di Desa Girijaya. Makanan yang

digunakan tersebut ada yang telah ditentukan dan adapula yang tidak

ditentukan sejak awal dan yang telah ditentukan tidak bisa digantikan dengan

makanan yang lain dan dalam hal ini adalah cara masyarakat bersedakah

untuk mensyukuri nikmat Tuhan Yang Maha Esa. Berbagai simbol tradisi

Rebo Kasan yang digunakan sesuai dengan ajaran nenek moyang daerah di

mana tempat tradisi tersebut lahir dan berkembang seperti halnya simbol pada

sebagian masyarakat Banten belom tentu dapat dijumpai pada perayaan

tradisi Rebo Kasan di daerah lain sehingga hal ini erat kaitannya dengan

bagaimana suatu budaya menggunakan dan memaknai simbol tersebut sesuai

dengan nilai dan ideologi yang mereka anut dalam ritual Rebo Kasan adanya

tindakan religius bersifat simbolis, sehingga dalam tindakan ini digunakan

simbol khas yang mewakilinya di mana simbol-simbol tersebut mempunyai

fungsi, peranan, dan makna ritual semua makna budaya diciptakan dengan

77

Aristo Farela, A short History of Java (Surabaya: Ecosystem Publishing, 2017), h.115-

116.

Page 62: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

52

menggunakan simbol-simbol makna dan dapat disimpan di dalam simbol.

Simbol itu meliputi apa yang dapat dirasakan atau dialami.78

78

Rian Rahmawati, Zikri Fachrul Nurhadi, Novie, „Makna Simbolik Tradisi Rebo

Wekasan”, Jurnal Penelitian Komunikasi, Vol. 20, No. 1, (Juli 2017), H.63-65.

Page 63: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

53

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ritual Rebo Kasan ini dilaksanakan oleh masyarakat desa Girijaya

tidak terlepas dari kepercayaan masyarakat yang di warisi dari generasi ke

generasi kepercayaan tersebut menimbulkan sugesti kepada masyarakat untuk

melakukan ritual tersebut sesuai dengan rumusan masalah mengenai ritual

dalam tradisi perayaan Rebo Kasan, maka ada beberapa hal yang dapat

diambil untuk dijadikan sebagai kesimpulan yaitu:

Proses ritual dalam tradisi Rebo Kasan terbentuk dari konstruksi sosial

yang diciptakan oleh masyarakat, yaitu meliputi proses eksternalisasi,

objektifikasi dan internalisasi. Dalam proses eksternalisasi bahwa sejarah

Rebo Kasan sudah ada sejak jamannya nenek moyang. Dalam proses

objektifikasi, para ulama dan masyarakat berusaha melambangakan proses

tersebut dalam sebuah ritual tradisi Rebo Kasan sebagai wujud menolak bala

yang turun pada bulan safar. Sementara dalam Internalisasi dalam benak

mereka seolah-olah ritual tersebut menjadi kebutuhan batin yang harus

dipertahankan dalam hal ini masyarakat Girijaya menempelkan unsur Islam

dalam ritual tradisi Rebo Kasan sehingga fenomena ini menjelaskan bahwa

ritual Rebo Kasan merupakan hasil akulturasi antara Islam dengan

kepercayaan lama yang terdapat pada masyarakat Girijaya meskipun pada

hakikatnya masyarakat Girijaya sepenuhnya beragama Islam.

Page 64: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

54

Proses ritual Rebo Kasan dijalankan penuh khidmat memohon

keselamatan hidup adalah tujuan utama yang dilaukan secara ritual Rebo

Kasan serangkaian ritual dalam tradisi ini dengan berbagai tatacaranya

merupakan manifestasi dari tuntunan untuk memperoleh keselamatan hidup.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dari uraian-uraian atau pembahasan dan

kesimpulan yang sudah dijelaskan dari hasil penelitian maka ada beberapa

saran dari penulis dianataranya sebagai berikut:

Bagi masyarakat Desa Girijaya hendaklah dapat memelihara dan

melestarikan ritual tradisi Rebo Kasan yang sudah berkembang sejak dahulu

dengan baik.

Untuk menjaga kearifan lokal di era modern, sebaiknya masyarakat

dan perangkat Desa Girijaya dengan aktif menginformasikan dan melibatkan

langsung generaasi muda dalam kegiatan ritual Rebo Kasan di Desa Girijaya.

Bagi masyarakat Girjaya agar tetap menjalin tali silaturahmi dan

pesatuan umat islam khususnya desa Girijaya.

Menghimbau ada peneliti lain yang bisa melanjutkan penelitian yang

terkait dengan ritual dalam tradisi Rebo Kasan tentunya pada sisi lain sebagai

bentuk pengembangan khazanah keilmuan.

Page 65: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

55

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur‟an Anul Karim. Departemen Agama RI. Bandung: PT Syaamil Cipta

Media 2009.

Ari Kunto, Suharsini. Prosedur Penelitian Suatu Praktek. Jakarta: Rineka Cipta,

2002.

Bakhtiar, Ritual Mandi Safar Praktik dan Fungsi dalam Masyarakat Yogyakarta,

Pustaka Pelajar, 2015.

Chalik, Abdul. “Agama dan Politik Dalam Tradisi Perayaan Rebo Wekasan”.

Jurnal Kebudayaan Islam. vol. 14, No. 1, (Januari- Juni 2016).

Farela, Aristo. A short History of Java. Surabaya: Ecosystem Publishing, 2017.

Farihah Ipah, Buku Panduan Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta:

UIN Jakarta Press, 2006.

Harahap, Nusapia. “Penelitian Kepustakaan”. Jurnal Iqro. vol. 08, No. 1, Mei

2014.

Hasbullah, Toyo, dan Awang Azman Awang Pawl, “Ritual Tolak Bala pada

Masyarakat Melayu Kajian pada Masyarakat Petalangan Kecamatan

Pangkalan Kuras Kabupaten Palalawan”, Jurnal Ushuluddiin, Januari-

Juni 2017, Vol. 25. No. 1.

Keesing, Roger M. Antropologi Agama Suatu Perspektif Kontemporer, Jakarta:

PT Gelora Aksara Pratama, 1981.

Khakim, Fathul. “Makna Tradisi Rebo Wekasan di Kecamatan Suradadi

Kabupaten Tegal”. Skripsi, Fakultas Ushuluddin Institut Agama Islam

Negeri, 2016.

Page 66: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

56

Koentjaraningrat. Beberapa Pokok Antropologi Sosial, Jakarta: Dian Rakyat,

1985.

Koentjaraningrat. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia Jakarta: Djambatan,

1993.

Lombard, Denys. Nusa Jawa: Silang Budaya Jaringan Asia 2. Jakarta, PT

Gramedia Pustaka Utama, 2000.

Maemunah. Pendidikan Berbasis Multipe Intelligences. Bandung, Pustaka Aura

Semesta, 2013.

Moertopo, Ali. Strategi Kebudayaan Jakarta: CSIS, 1978.

O‟ dea, Thomas F. Sosiologi Agama: Suatu Pengantar Awal. Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 1995.

Rahmawati, Rian, Zikri Fachrul Nurhadie dan Novie Susanti Suseno. “Makna

Simbollik Tradisi Rebo Wekasan”. Jurnal Penelitian Komunikasi, vol.

20, No. 1, Juli 2017.

Razak, Yusron dan Ervan Nartawaban. Antropologi Agama Jakarta: Lembaga

Penelitian UIN Jakarta, 2007

Romlah. “Tradisi Rebo Pungkasan di Wonokromo Paret Bantu”. Skripsi, Fakultas

Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016.

Saebani, Beni Ahmad. Pengantar Antropologi. Bandung: Pustaka Setia, 2012.

Suprayogo, Imam. Metode Penelitian Sosial-Agama Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2001.

Ulhaq, Zia. “Tradisi Rebo Kasan Studi Kasus di Desa Air Anyir, Kecamatan

Merawang, Kabupaten Bangka Induk, Propinsi Kepulauan Bangka

Page 67: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

57

Belitung” Skripsi, Fakultas Adap UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,

2010.

Usman, Husaini. Metode Penelitian Sosial Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009.

Wawancara Pribadi dengan Abdurrahman Nugraha. Banten 10 April 2018.

Wawancara Pribadi dengan Andi. Banten 10 April 2018.

Wawancara Pribadi dengan Dicky Herliman. Banten 10 April 2018.

Wawancara Pribadi dengan H. Anwar. Banten 10 April 2018.

Wawancara Pribadi dengan H. Lukman. Banten 10 April 2018.

Wawancara Pribadi dengan Marjuki. Banten 10 April 2018.

Wawancara Pribadi dengan Simin. Banten 10 April 2018.

Wawancara Pribadi dengan Tedi Setiadi. Banten 6 April 2018.

Wawancara Pribadi dengan Usun. Banten 10 April 2018.

Diakses dari:

https://id.wikipedia.org/wiki/Girijaya,_Saketi,_Pandeglang#E._KEAD

AAN_EKONOMI Pada Tanggal 6 April 2018, Pukul 10.00.

Diakses dari:

https://www.geooge.co.id/amp/s/ishahuddin.wordpress.com/2010/01/0

4/bulan-safar-antara-mitos-dan-realitas-2/amp/ Pada Tanggal 7 April

2018, Pukul 10.00.

Diakses dari:

https://www.goegle.co.id/amp/s/lifestyle.okezone.com/amp/2016/11/2

3/406/154950//ritual-adat-yang-harus-dilakukan-sebelum-mendaki-

dua-gunung-ini diaksses pada tanggal 7 Mei 2018 Pada Pukul 14.30.

Page 68: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

58

Diakses dari:

http://telagacempakapermaie3isunjeh.blogspot.co.id/2016/06/gunung-

pulosari-pusat-peradaban-masa.html?m=1 Pada Tanggal 19 Mei

Pukul 01.18.

Page 69: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual
Page 70: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual
Page 71: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual
Page 72: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual
Page 73: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual
Page 74: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual
Page 75: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual
Page 76: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual
Page 77: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual
Page 78: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual
Page 79: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual
Page 80: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1

Foto bersama dengan bapak Tedi Setiadi Selaku Ketua desa Girijaya

Foto bersama dengan Ustad Andi Selaku sesepuh Desa Girijaya

Foto bersama dengan Ustad Marjuki selaku Tokoh Agama Desa Girijaya

Page 81: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

Foto bersama Abah Simin selaku sesepuh Desa Girijaya

Foto bersama dengan H. Anwar selaku Tokoh Agama Desa Girijaya

Musyawarah sebelum melakukan ritual dalam tradisi Rebo Kasan

Page 82: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

Makan-makan ritual dalam tradisi Rebo Kasan.

Penulisan Rajah yang ditulis langsung oleh Kyai H. Lukman untuk melakukan ritual mandi Safar.

Page 83: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

Lampiran 2

Pedoman Wawancara untuk Mayarakat Desa Girijaya Kecamatan Saketi

Pandeglang Banten

Data Singkat Informan:

Nama :

Umur :

Jabatan :

Tanggal Wawancara :

Tepat Wawancara :

Daftar Peryataan:

A. Sejarah dan Tradisi Rebo Kasan Desa Girijaya

1. Bagaimana asal-usul ritual perayaan Rebo Kasan Desa Girijaya?

2. Apa makna dari Rebo Kasan?

3. Ritual apa saja yang dilakukan pada bulan Safar? Dan apa tujuannya dari

ritual tersebut?

4. Bagaimana upaya Desa Girijaya melestarikan ritual tersebut?

5. Apa saja mitos yang terjadi pada saat bulan Safar?

6. Bagaimana tahap persiapan dan perlengkapan terjadinya ritual Rebo

Kasan?

7. Bagaimana proses terjadinya ritual tolak bala dan apa manfaat dari ritual

tersebut?

8. Bagaimana proses terjadinya ritual mandi Safar dan apa manfaat dari ritual

tersebut?

Page 84: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

9. Bagaimana proses terjadinya ritual mendaki Gunung Pulosari dan apa

manfaatnya ritual tersebut?

10. Apa makna simbol yang terkait dalam ritual Rebo Kasan?

Page 85: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

Lampiran 3

1. Wawancara dengan Abdurrahman Nugraha.

P: Bagaimana asal-usul ritual perayaaan Rebo Kasan Desa Girijaya ?

J: Asal-usul ritual perayaan Rebo Kasan sudah ada pada jamannya nenek

moyang terdahulu, saya hanya mengikuti tetapi ritual ini tentunya mengacu

kepada nilai ajaran agama Islam yaitu al- Quran dan Hadis.

P: Ritual apa saja yang dilakukan pada bulan Safar? Dan apa tujuannya dari

ritual tersebut?

J: Ritual yang digunakan adalah ritual tolak bala, ritual mandi Safar, dan ritual

mendaki Gunung Pulosari tujuannya adalah untuk mencegah bahla yang

datang khususnya pada bulan Safar maupun untuk mencegah keamanan

kampung.

P: Apa saja mitos yang terjadi pada saat bulan Safar?

J: Untuk mitos pada bulan Safar menurut orang terdahulu adalah dimana hari

Rebo Kasan itu hari sial dan terdapat beberapa penyakit yang allah turunkan

pada bulan Safar ini dan jarang sekali masyarakat yang berpergian pada hari

Rabu terakhir bulan safar karena dianggap pamali.

P: Bagaimana tahap persiapan dan perlengkapan terjadinya ritual Rebo Kasan?

J: Tahap persiapan untuk melakukan ritual ini kurang lebihnya dua minggu

sebelum pelaksanaan perayaan. Perayaan tradisi Rebo Kasan biasanya

persiapan yang dikoordinasikan oleh tokoh agama, sesepuh yaitu Kyai H.

Lukman, H. Anwar dan Kepala Desa Girijaya, serta aparat desa guna untuk

membentuk kepanitian hal ini disusun sesuai dengan keperluan, terdiri atas

penasihat, ketua, dan lain-lain.

Page 86: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

Ritual Rebo Kasan di Desa Girijaya sebelum memulai mengadakan

musyawarah terlebih dahulu agar pelaksanaan ritual ini berjalan dengan

lancar dan penuh khidmat. Selain itu musyawarah ini bertujuan untuk

menyepakati dan menetapkan beberapa hal antara lain berkaitan dengan

waktu dan tempat pelaksanaan dalam melaksanakan ritual Rebo Kasan

terbagi menjadi tiga yaitu: pertama, masjid untuk melakukan shalat tolak

bala. Kedua, pinggir jalan biasanya di perbatasan kampung bertujuan untuk

makan-makan pada saat itu diadakan di pinggir jalan supaya masyarakat yang

melintas dapat mencicipi makanan tersebut. Ketiga, Sumur Cimajeb untuk

melaksanakan ritual mandi Safar. Keempat, Gunung Pulosari dalam ritual ini

biasanya hanya anak muda yang melakukan ritual ini.

P: Bagaimana proses terjadinya ritual tolak bala dan apa manfaat dari ritual

tersebut?

J: Pelaksanaan ritual tolak bala melalui beberapa tahapan, yaitu: petama,

persiapan artinya sebelum tradisi dimulai biasanya sudah mempersiapkan air

ke dalam teko, botol kecil, gelas dan kompan serta berbagai macam makanan

tetapi dalam ritual ini masyarakat Girijaya hanya membawa ketupat, leupet

dan lauk pauk yang lainnya dan dibawa kemasjid untuk didoakan kemudian

tepatnya ba‟da subuh marbot masjid mengumumkan kepada masyarakat

Girijaya untuk segera ke masjid karena Rebo Kasan akan segera dimulai dan

masyarakat Girijaya berbondong-bondong menuju masjid sambil membawa

makanan.

Kedua pembukaan, tepatnya pada pukul 06.00 WIB para bapak-bapak

dan ibu-ibu berkumpul di masjid untuk mengikuti perayaan Rebo Kasan yang

Page 87: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

dipimpin oleh Kyai H. Lukman pembukaan perayaan dimulai dengan

memberikan pengarahan dakwah singkat sekitar tujuh menit mengenai tradisi

Rebo Kasan sampai pada bagaimana pelaksanaan salat tolak bala. Hal ini

penting untuk dijelaskan sebelumnya karena tradisi ini adalah tradisi tahunan

dan dikhawatirkan masyarakat Girijaya lupa dalam perayaan tersebut.

Ketiga, solat tolak bala setelah berlangsungnya pembukaan, barulah

masyarakat melaksanakan shalat tolak bala secara berjamaah dan dipimpin

oleh Kyai H. Lukman dalam melaksanakan salat Tolak Bala setiap rakaatnya

membaca surat al-Fatihah sekali, surat al-Kausar 15 kali, surat al-Ikhlas

sekali, surat al-Falaq sekali, surat an-Nass sekali dan penutup. Keempat,

masyarakat desa Girijaya makan-makan di perbatasan kampung.

P: Bagaimana proses terjadinya ritual mandi safar dan apa manfaat dari ritual

tersebut?

J: Proses pertama dari ritual mandi Safar adalah masyarakat yang mengikuti

proses ritual ini sebelumnya membekali diri dengan mempersiapkan kertas

yang sudah di tulis oleh Kyai H. Lukman dan bunga tujuh rupa.

Proses kedua sebelum memulai mandi Safar sesepuh Desa Girijaya

yaitu Abah Simin selaku tetua adat memimpin doa memohon keselamatan

dirangkum kedalam satu istilah yang disebut dengan doa Salamun Tujuh doa.

Doa salamun tujuh mengandung makna permohonan untuk kesejahteraan

bagi seluruh alam ucap syukur kepada Allah yang terhindar dari penyakit dan

bahaya dan untuk terhindar dari bala yang terjadi pada hari-hari yang

dianggap nahas, yaitu mulai terbitnya matahari pada hari Rabu sampai

keesokan harinya hari Kamis dan menceritakan bahwa ritual ini dilakukan

Page 88: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

untuk menolak bala nyareat kepada Allah agar terhindar dari segala macam

bahaya dan mensucikan diri karena jika badan dan jiwa kotor akan mudah

datangnya bencana.

Proses ketiga yaitu merendam kertas tersebut bersamaan dengan

kembang tujuh rupa yaitu bunga kantil, bunga melati, bunga kenanga, bunga

mawar merah, bunga mawar putih, bunga telon, bunga melati gambir ke

dalam Sumur Cimajeb.

Proses keempat setelah merendam kertas dan bunga tujuh rupa yaitu

masyarakat mandi tidak diatur dengan syarat khusus mandi Safar dilakukan

seperti halnya mandi besar pada umumnya yang terpenting adalah ujung

rambut kepala hingga kaki dibasahi dengan air. Tujuannya adalah

menghayutkan bala seiring dengan guyuran air bersih yang dilakukan saat

mandi.

Dalam ritual mandi Safar ini adalah upaya doa untuk keselamatan

yang diwujudkan dalam praktik tradisonal, seperti minum dan mandi dengan

air yang mengandung doa. Doa mandi safar yang berisikan ayat Qur‟an

Bismillahirohmannirohim sebanyak 130 dan ayat quran yang berawal dari

salamun, bertujuan untuk memohon dengan penuh keselamatan, penuh

harapan, dan optimis, tetapi mandi dan minum hanyalah prantara, yang

menyembuhkan adalah Tuhan Yang Maha Esa.

P: Bagaimana proses terjadinya ritual mendaki Gunung Pulosari dan apa

manfaatnya ritual tersebut?

J: Saya belum pernah mengikuti ritual tersebut karena saya tidak mampu

melakukannya tetapi yang saya dengar disana mereka berziarah.

Page 89: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

P: Apa makna simbol yang terkait dalam ritual Rebo Kasan?

J: Makna simbol dari ritual ini kan terdiri dari leupeut, ketupat, air putih,

pisang, dan bunga tujuh rupa.

Leupet, makanan yang terbuat dari beras ketan yang dibungkus

dengan daun pisang di bentuk persegi panjang dan diikat dengan simbol

memperkuat atau mempererat. Setiap berkumpulnya orang-orang di dalam

suatu pertemuan yang baik dapat mempererat persaudaraan karena

silaturahmi dapat memberikan umur panjang.

Ketupat, makanan yang terbuat dari beras yang dibungkus dengan

daun kelapa yang diikat melambangkan perginya bencana yang datang

kepada keluarga.

Air putih, benda cair yang tidak memiliki rasa tawar, tidak berbau, dan

tidak berwarna dengan simbol kesucian untuk menghilangkan berbagai

kesialan dan menyembuhkan berbagai penyakit. Pisang, dengan simbol

keberkahan dan untuk menanamkan saling berbagi terhadap sesama makhluk

hidup.

Page 90: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

2. Wawancara dengan Tedi Setiadi.

P: Bagaimana asal-usul ritual dalam tradsi Rebo Kasan Desa Girijaya?

J: Sejarah Rebo Kasan ini tidak ada yang tau pasti dan jelas mengenai sejarah

Rebo Kasan di Desa Girijaya hanya saja sudah turun menurun dari nenek

moyang terdahulu.

P: Apa saja mitos yang terjadi pada saat bulan Safar?

J: Menurut zaman dahulu sampai sekarang ini tidak akan ada yang melakukan

hajatan, sunatan maupun pesta-pesta yang lainnya karena bulan ini dianggap

bulan yang pamali untuk melakukan hal tersebut

P: Bagaimana tahap persiapan dan perlengkapan terjadinya ritual Rebo Kasan?

J: Masyarakat Desa Girijaya dalam pelaksanaan ritual Rebo Kasan ini pada

setiap tahunnya perlu persiapan yang matang karena memungkinkan

munculnya saran ataupun pendapat peningkatan atau pengembangan baik

sarana dan prasarana maupun muatan acara yang akan dilakukan. Hal ini

melibatkan masyarakat Girijaya karena ini bukan hanya kepentingan para

tokoh agama melainkan seluruh masyarakat Girijaya, oleh sebab itu ritual ini

harus dilaksanakan secara gotong royong baik dalam tenaga maupun materi,

dalam hal ini warga membawa “leupeut´, ketupat dan hasil bumi semampunya

kaum ibu juga terlibat aktif dalam pelaksanaan ini karena sebelum menjelang

ritual mereka secara bergotong royong memasak dan membawa makanan ke

masjid setelah itu masyarakat pergi ke masjid untuk melaksanakan solat tolak

bala, berlanjut dengan makan-makan diperbatasan kampung kemudian ke

Sumur Cimajeb melakukan ritual mandi safar, setelah itu barulah mendaki

Gunung Pulosari.

Page 91: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

P: Bagaimana proses terjadinya ritual tolak bala dan apa manfaat dari ritual

tersebut?

J: Persiapan artinya sebelum tradisi dimulai biasanya sudah mempersiapkan

air botol kecil dan berbagai macam makanan tetapi dalam ritual ini masyarakat

Girijaya hanya membawa leupet, ketupat dan lauk pauk yang lainnya dan

dibawa kemasjid untuk didoakan kemudian para bapak-bapak dan ibu-ibu

berkumpul di masjid untuk mengikuti perayaan Rebo Kasan yang dipimpin

oleh Kyai H. Lukman memberikan pengarahan dakwah singkat mengenai

tradisi Rebo Kasan sampai pada bagaimana pelaksanaan salat Tolak Bala.

Solat tolak bala setelah berlangsungnya pembukaan, barulah masyarakat

melaksanakan shalat tolak bala secara berjamaah dan dipimpin oleh Kyai H.

Lukman dalam melaksanakan salat tolak bala setelah itu pembacaan doa,

solawat, dan beberapa runtutan doa yang terditi dari pembacaan Yassin dan

kemudian surat al-Fatihah, surat al-Falaq, surat al- Ikhlas, surat an-Nass, doa

untuk yang telah meninggal dunia dan shalawat nabi.

Masyarakat desa Girijaya berbondong-bondong menuju tempat yaitu

jalan dekat perbatasan kampung antar kampung Bandrong dengan kampung

Timbang disitu masyarakat ngeriung atau disebut juga makan-makan dan

saling membagikan makanan antar warga dengan warga yang lainnya.

Manfaatnya menolak bala yang akan terjadi pada hari Rebo terakhir pada

bulan Safar.

P: Bagaimana proses terjadinya ritual mandi Safar dan apa manfaat dari ritual

tersebut?

Page 92: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

J: Masyarakat yang mengikuti proses ritual ini sebelumnya membekali diri

dengan mempersiapkan kertas yang sudah di tulis oleh Kyai H. Lukman dan

bunga tujuh rupa sebelum memulai mandi Safar sesepuh Desa Girijaya yaitu

Abah Simin selaku tetua adat memimpin doa Kemudian masyarakat mandi

tidak diatur dengan syarat khusus mandi safar dilakukan seperti halnya mandi

besar pada umumnya manfaat melakukan mandi safar untuk mensucikan

badan dari dosa dosa yang kita perbuat.

P: Bagaimana proses terjadinya ritual mendaki Gunung Pulosari dan apa

manfaatnya ritual tersebut?

J: Proses tahap dalam melakukan ritual ini yaitu: tahap pertama, adalah

berkumpul sebelum mendaki berlangsung setelah itu membaca doa bersama

yang dipimpin oleh kyai H. Lukman dengan tujuan selamat sampai tujuan

kemudian tidak lupa juga membawa makanan dan minuman yaitu ketupat

sebagai bekal di perjalanan sebelum mencapai Gunung Pulosari biasanya

masyarakat Girijaya apabila melihat lubang mereka akan memasukkan tangan

mereka kedalam lubang tersebut untuk mengetahui kecocokan mereka dalam

keahlianya, jika di dalam lubang tersebut mereka mendapatkan beras

kemungkinan mereka mendapatkan keahlian sebagai petani dan apabila

mereka mendapatkan uang logam dari lubang tersebut maka kemungkinan

mereka mendapatkan keahlian sebagai wiraswasta manfaatnya untuk

bertafakur kepada alam.

P: Apa makna simbol yang terkait dalam ritual Rebo Kasan?

J: Makna Simbol Rebo Kasan adalah bersedekah dan saling menjaga antar

sesama.

Page 93: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

3. Wawancara dengan Ustad Andi

P: Bagaimana asal-usul ritual dalam tradsi Rebo Kasan Desa Girijaya?

J: Ritual Rebo Kasan ini dilaksanakan oleh masyarakat Desa Girijaya tidak

terlepas dari kepercayaan masyarakat yang diwarisi dari generasi ke generasi.

Kepercayaan tersebut menimbulkan sugesti kepada masyarakat untuk

melakukan ritual tersebut, dan jika tidak dilaksanakan, maka akan timbul

malapetaka yang akan menimpa seluruh masyarakat.

P: Ritual apa saja yang dilakukan pada bulan Safar? Dan apa tujuannya dari

ritual tersebut?

J: Seperti solat tolak bala, mandi Safar di Sumur Cimajeb, dan mendaki

Gunung Pulosari dengan tujuannya untuk menolak bala ataupun penyakit yang

akan diturunkan sebanyak 320000.

P: Apa saja mitos yang terjadi pada saat bulan Safar?

J: Ketika bulan Safar mengganggap bahwa orang buang sial, di mana pada

bulan ini orang-orang akan gampang marah, dan apa-apa dibawa emosi hingga

pada akhirnya bulan Safar ini dianggap bulan panas dan pada bulan Safar

masyarakat Girijaya tidak akan berpergian terlalu jauh karena apabila pergi

telalu jauh akan menimbulkan malapetaka, dan pada bulan ini juga jarang

sekali masyarakat desa Girijaya yang membangun rumah karena apabila

masyarakat membangun rumah pada bulan Safar rumah tersebut akan dihuni

oleh makhluk ghaib kemudian anak yag lahir pada bulan safar cendrung keras

kepala dan susah diatur.

P: Bagaimana tahap persiapan dan perlengkapan terjadinya ritual Rebo Kasan?

Page 94: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

J: Tahap persiapannya biasanya membawa makanan, teko yang berisi air

untuk di doakan kemudian solat tolak bala, baca doa bersama, mandi Safar,

dan mendaaki Gunung Pulosari.

P: Bagaimana proses terjadinya ritual tolak bala dan apa manfaat dari ritual

tersebut?

J: Pada pukul 06.00 WIB para bapak-bapak dan ibu-ibu berkumpul di masjid

dipimpin oleh Kyai H. Lukman berceramah dan memberi arahan terlebih

dahulu kemudian solat tolak bala secara berjamaah dan dipimpin oleh kyia H.

Lukman dalam melaksanakan salat tolak bala setiap rakaatnya membaca surat

al-Fatiha sekali, surat al-Kausar 15 kali, surat al-Ikhlas sekali, surat al-Falaq

sekali, surat an-Nass sekali. Setelah itu pembacaan doa dan solawat,

selanjutnya dalam ritual solat tolak bala melaksanakan beberapa runtutan doa

yang terditi dari pembacaan Yassin dan kemudian surat al-Fatihah, surat al-

Falaq, surat al-Ikhlas, surat an-Nass dan doa untuk yang telah meninggal dunia

tawasuf atau disebut juga pemberian hadiah dan shalawat nabi. Setelah iru ke

perbatasan kampung makan-makan. Adapun manfaat ritual tolak bala untuk

menghindar tolak bala yang akan datang pada bulan Safar.

Page 95: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

4. Wawancara Pribadi dengan H. Anwar

P: Bagaimana kondisi keagamaan desa Girijaya?

J: Secara keseluruhan masyarakat desa Girijaya 100% beragama Islam.

Masyarakat Desa Girijaya merupakan penganut keagamaan yang taat. Ritual-

ritual keagamaan harus dilaksanakan dengan rutin dan penuh keikhlasan

keharusan melakukan perintah atau larangan dalam agama adalah hukum

sosial yang tidak dapat di bantah sanksi bagi pelanggar ajaran agama telah

disebutkan secara tekstual pasal-pasalnya jelas, berupa ayat-ayat ilahi yang

dikuatkan oleh sabda Rasul-Nya. Masyarakat Girijaya selain melaksanakan

ritual Rebo Kasan ada pula ritual upacara menghormati benda pusaka yaitu

golok turunan dan tombak turunan.

P: Bagaimana asal-usul ritual dalam tradsi Rebo Kasan Desa Girijaya?

J: Asal usul ritual Rebo Kasan di tetapkan pada ayat al-Quran Q.S. al-Qomar

ayat 18-20. Pada ayat tersebut beberapa Ulama dan Kyai berpandapat bahwa

kejadian itu terjadi pada hari terakhir bulan Safar atau istilah penanggalan

jawa pada bulan Safar.

P: Apa saja mitos yang terjadi pada saat bulan Safar?

J: Bulan Safar ini adalah bulan ”tepayu” di mana di bulan ini janur kuning

tidak dapat terlihat lagi menghiasi gang-gang maupun gedung-gedung

sebaguna dalam hal ini bagi mereka yang mempunyai bisnis hajatan akan

mengalami tepayu karena tidak akan ada yang mengundang atau dalam

kondisi ini diesbut dengan “tieseun” (sepi order) tetapi ketika bulan mulud itu

datang kembali kebanjiran order selain itu pada bulan ini masyarakat Girijaya

akan mengalami kemarau khususnya kepada para petani akan mengalami

Page 96: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

“paceklik” di mana sawah dan ladang mereka akan sulit mendapatkan air dan

berimbas kepada padi mereka bulan Safar juga dipercayai tidak akan ada yang

melangsungkan pernikahan karena akibatnya akan fatal.

P: Bagaimana tahap persiapan dan perlengkapan terjadinya ritual Rebo Kasan?

J:Sebelum menjelang Rebo Kasan mengadakan musyawarah untuk

membentuk kepanitian setelah itu Kyai H. Lukman mebuat tulisan rajah untuk

melakukan mandi safar. Tahap persiapanya biasanya ibu-ibu masyarakat

Girijaya membuat ketupat, leupeut dan lauk pauk kemudian membawanya

kemasjid untuk didoakan terlebih dahulu setelah itu masyarakat berkumpul di

masjid dan melaksanakan tolak bala yang dipumpin oleh Kyai H. Lukman.

P: Bagaimana proses terjadinya ritual tolak bala dan apa manfaat dari ritual

tersebut?

J: Pada pukul 06.00 WIB para bapak-bapak dan ibu-ibu berkumpul di masjid.

solat tolak bala setelah berlangsungnya pembukaan, barulah masyarakat

melaksanakan shalat tolak bala secara berjamaah dan dipimpin oleh Kyai H.

Lukman dalam melaksanakan salat tolak bala setiap rakaatnya membaca surat

al-Fatiha sekali, surat al-Kausar 15 kali, surat al-Ikhlas sekali, surat al-Falaq

sekali, surat an-Nass sekali setelah itu pembacaan doa dan solawat,

selanjutnya dalam ritual solat tolak bala melaksanakan beberapa runtutan doa

yang terdiri dari pembacaan Yassin dan kemudian surat al-Fatihah, surat al-

Falaq, surat al- Ikhlas, surat an-Nass, doa untuk yang telah meninggal dunia

dan shalawat nabi. Setelah menutup perayaan dengan doa tolak bala dan

pengharapan yang baik pada saat itu. Barulah makan-makan di perbatasan

Page 97: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

kampung ritual ini dilaksanakan dengan tujuan menolak bencana, baik secara

pribadi atau untuk keamanan kampung.

P: Apa makna simbol yang terkait dalam ritual Rebo Kasan?

J: Menolak marabahaya yang datang pada bulan safar, melesatarikan tradisi

nenek moyang dan bersedekah.

Page 98: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

5. Wawancara Pribadi dengan Dicky

P: Bagaimana asal-usul ritual dalam tradsi Rebo Kasan Desa Girijaya?

J: Saya kurang tau tapi konon sudah ada sejak nenek mayong terdahulu

P: Ritual apa saja yang dilakukan pada bulan Safar? Dan apa tujuannya dari

ritual tersebut?

J: Ritual yang dilakukan dan pernah saya ikuti itu terdiri dari tolak bala, mandi

Safar, dan mendaki Gunung Pulosari.

P: Bagaimana upaya Desa Girijaya melestarikan ritual tersebut?

J: Biasanya di umumkan di masjid sehari sebelumnya.

P: Apa saja mitos yang terjadi pada saat bulan safar?

J: Biasaya kalau anak yang lahir pada bulan Safar anak itu nakal karena sudah

ada buktinya adik saya keras kepala dan susah diatur karena dia lahir pada

bulan Safar kemudian tidak ada yang hajatan ataupun yang bikin rumah.

P: Bagaimana tahap persiapan dan perlengkapan terjadinya ritual Rebo Kasan?

J: Persiapannya saya sebagai masyarakat membawa air minum dam makanan

untuk didoakan di masjid.

P: Bagaimana proses terjadinya ritual mandi Safar dan apa manfaat dari ritual

tersebut?

J: Membawa kertas rajah yang sudah dtulis oleh Kyai H. Lukman kemudian

doa bersama dan mencelupkan kertas tersebut ke Sumur Cimajeb setelah itu

mandi seperti biasanya dengan tujuan untuk mensucikan badan dari penyakit.

P: Apa makna simbol yang teRkait dalam ritual Rebo Kasan?

J: Menjauhkan kita dari marabahaya ataupun musibah dan juga bersedekah.

Page 99: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

6. Wawancara Pribadi dengan Usun

P: Bagaimana asal-usul ritual dalam tradsi Rebo Kasan Desa Girijaya?

J: untuk asal-usul memang ritual ini sudah ada sejak dahulu kala.

P: Apa makna dari Rebo Kasan?

J: Nama Safar diambil nama suatu jenis penyakit sebagaimana yang diyakini

oleh orang-orang Arab Jahiliyah, karena pada zaman dahulu, yakni penyakit

Safar yang bersarang di dalam perut akibat dari adanya sejenis ulat besar yang

sangat berbahaya. Bulan Safar adalah bulan yang dianggap pamali, untuk

mengadakan pesta perayaan seperti hajatan pernikahan atau sunatan anak.

selain itu juga dipercayai akan turunnya berbagai penyakit pada Rabu Kasan.

P: Apakah desa Girijaya sendiri menyuruh masyarakat untuk melakukan

tradisi tersebut?

J: Tidak hanya saja ini sudah menjadi hukum adat Desa Girijaya.

P: Apa saja mitos yang terjadi pada saat bulan Safar?

J: Konon pada bulan Safar ilmu-ilmu magik masih berkembang dan sangat

ditakuti oleh masyarakat Girijaya karena pada bulan ini orang-orang yang

menguasai ilmu sihir semacem guna-guna, santet, teluh, atau (perang maya)

melakukan ritual khusus untuk mengirimkan ilmunya kepada orang lain

dengan tujuan ilmu magik yang mereka punya lebih ampuh ketika bulan Safar.

Ilmu yang mereka lepas tersebut lebih ampuh dibandingkan dengan bulan-

bulan yang lain dan orang terkena ilmu itupun akan sulit disembuhkan jika

ilmu tersebut digunakan untuk membuat orang terikat maka keampuhan ilmu

tersebut membuat orang tergila-gila pada bulan ini juga bagi para dukun yang

mempunyai racun-racun yang mematikan akan melepaskan racun tersebut

Page 100: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

guna untuk mencari mangsa agar racun tersebut tetap mempunyai

keampuhannya.

Kemudian pada bulan Safar ini masyarakat Girijaya mengganggap

bahwa orang buang sial, di mana pada bulan ini orang-orang akan gampang

marah, dan apa-apa dibawa emosi hingga pada akhirnya bulan Safar ini

dianggap bulan panas.

P: Bagaimana proses terjadinya ritual tolak bala dan apa manfaat dari ritual

tersebut?

J: Solat tolak bala secara berjamaah dan dipimpin oleh Kyai H. Lukman dalam

melaksanakan salat tolak bala kemudian menuju perbatasan kampung untuk

mengadakan makan-makan dengan tujuan untuk mecegah bala yang datang

dan bersedekah.

P: Bagaimana proses terjadinya ritual mandi safar dan apa manfaat dari ritual

tersebut?

J: Mandi Safar ini merupakan ritual untuk meminta kepada Allah agar

terhindar dari penyakit dan mensucikan diri dari dosa prosesnya seperti mandi

biasa hanya berbeda dengan niat dan tempatnya di Sumur Cimajeb.

P: Apa makna simbol yang terkait dalam ritual Rebo Kasan?

J: Mempererat tali persaudaraan dan bersedekah.

Page 101: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

7. Wawancara Pribadi dengan Ustad Marjuki

P: Bagaimana asal-usul ritual dalam tradsi Rebo Kasan Desa Girijaya?

J: Rebo Kasan sudah dari orang tua kita (nenek moyang)

P: Apa saja mitos yang terjadi pada saat bulan Safar?

J: Bulan Safar diyakini sebagi bulan penuh bencana atau bulan sial karena

pada bulan ini akan diturunkan 320000 penyakit kemudian menurut

masyarakat Girijaya pandangan bulan safar karena wilayah mereka dekat

dengan hutan dan masih terdapat beberapa anjing liar. Pada bulan ini sering

terdengar gonggongan dan lolongan anjing. Anjing-anjing tersebut naik birahi

dan melakukan perkawinan oleh sebab itu masyarakat enggan untuk

melakukan pernikahan di bulan ini, karena tidak mau disamakan dengan

anjing yang dianggap najis oleh umat Islam.

Apabila seorang bayi lahir pada bulan safar maka ketika bayi tersebut

akan menjadi pribadi yang nakal dan suka marah-marah atau dalam istilah

bahasa Sunda “sasafaeun”.

P: Bagaimana tahap persiapan dan perlengkapan terjadinya ritual Rebo Kasan?

J: Ritual Rebo Kasan dipimpin oleh Kyai H. Lukman, sesepuh, dan tokoh

agama lainnya. Mereka memimpin secara bersama-sama, tidak ada yang

mendominasi, tiada yang berkuasa mutlak tiap keputusan merupakan hasil

kesepakatan musyawarah dengan tokoh yang lainnya. Adapun tahap

pelaksanaan ritual Rebo Kasan adalah pertama, menulis beberapa tulisan Arab

yang berwujud rajah dengan tulisan Bismillah hirohman Nirohim sebanyak

130 baris, tujuh ayat al-Quran yang berawalan lafal Salamun.

ب رحين طالم قىال هي ر

Page 102: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

طالم على ىح في العالويي

طالم على إبزاهين

طالم على هىطى وهاروى

طالم على الياطيي

طالم عليكن طبتن فادخلىها خالذيي

حتى هطلع الفجز طالم هى

Ayat-ayat tersebut ditulis di kertas yang ditulis langsung oleh Kyai H.

Lukman tulisan tersebut ditulis pada malam hari sebelum pelaksanaan Rebo

Kasan. Kedua, mempersiapkan bunga tujuh rupa untuk mempersiapkan ritual

mandi safar. Ketiga, sambutan-sambutan dari ketua panitia yang menjelaskan

kepada masyarakat bagaimana teknis dan urgensi ritual Rebo Kasan.

Keempat, bagi kaum ibu-ibu mempersiapkan makanan ke tempat yang telah

disediakan yaitu di pinggir jalan perbatasan kampung. Kelima, proses mandi

bersama di Sumur Cimajeb yang diawali dengan niat. Keenam, setelah selesai

mandi, para pemuda melanjutkan naik Gunung Pulosari.

Setelah prosesi ritual Rebo Kasan selesai, dilanjutkan dengan kegiatan

salam-salaman antar warga dan meminta maaf atas semua kesalahan yang

pernah diperbuat.

P: Bagaimana proses terjadinya ritual tolak bala dan apa manfaat dari ritual

tersebut?

J: Solat tolak bala setelah berlangsungnya pembukaan, barulah masyarakat

melaksanakan shalat tolak bala secara berjamaah dan dipimpin oleh kyia H.

Lukman dalam melaksanakan salat Tolak Bala setiap rakaatnya membaca

surat al-Fatihah sekali, surat al-Kausar 15 kali, surat al-Ikhlas sekali, surat al-

Page 103: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

Falaq sekali, surat an-Nass sekali setelah itu pembacaan doa dan solawat,

selanjutnya dalam ritual solat tolak bala melaksanakan beberapa runtutan doa

yang terditi dari pembacaan Yassin dan kemudian surat al-Fatihah, surat al-

Falaq, surat al- Ikhlas, surat an-Nass, doa untuk yang telah meninggal dunia

tawasuf atau disebut juga pemberian hadiah dan shalawat nabi dan penutup,

setelah berbagai ritual mereka lakukan pemimpin perayaan Rebo Kasan

menutup perayaan dengan doa tolak bala dan pengharapan yang baik pada saat

itu kemudian masyarakat desa Girijaya makan makan di perbatasan Kampung.

Masyarakat Girijaya telah mengenal ritual tolak bala ini sejak dahulu

kala dan akan terus menurus dilaksanakan sebagai upaya pelestarian budaya

nenek moyang mereka ritual ini dilaksanakan dengan tujuan menolak bala

atau bencana, baik secara pribadi atau untuk keamanan kampung ritual tolak

bala juga disebut sebagai kegiatan memelihara dan mengobati kampung.

Masyarakat Girijaya mengadakan ritual tolak bala sebagai antisipasi dari

beberapa penyakit yang mengakibatkan oleh gangguan makhluk gaib, musim

panas berkepanjangan, hujan berkepanjangan. Adapun dengan mengadakan

ritual tolak bala membuat alam seimbang sesuai dengan keinginan

masyarakat.

P: Bagaimana proses terjadinya ritual mandi safar dan apa manfaat dari ritual

tersebut?

J: S ebenarnya ritual mandi Safar sama halnya kita mandi biasa hanya saja kita

berniat dan melakukannya di Sumur Cimajeb yang sudah dituliskan oleh

tulisan rajah dan bunga tujuh rupa dengan tujuan untuk mensucikan diri kita.

Page 104: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

P: Bagaimana proses terjadinya ritual mendaki Gunung Pulosari dan apa

manfaatnya ritual tersebut?

J: Sebelum mendaki berlangsung setelah itu membaca doa bersama yang

dipimpin oleh kyai H. Lukman dengan tujuan selamat sampai tujuan

kemudian tidak lupa juga memmbawa makanan dan minuman yaitu ketupat

sebagai bekal di perjalanan.

Kemudian sebelum mencapai Gunung Pulosari biasanya masyarakat

Girijaya apabila melihat lubang mereka akan memasukkan tangan mereka

kedalam lubang tersebut untuk mengetahui kecocokan mereka dalam

keahlianya jika di dalam lubang tersebut mereka mendapatkan beras

kemungkinan mereka mendapatkan keahlian sebagai petani dan apabila

mereka mendapatkan uang logam dari lubang tersebut maka kemungkinan

mereka mendapatkan keahlian sebagai wiraswasta.

Setelah di puncak Gunung Pulosari mereka akan berziarah ke makam wali

konon zaman dahulu terdapat makam wali disekitar puncak Pulosari. Setelah

itu mereka melihat pemandangan kawah dengan tujuan tafakur akan ciptaan

dan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Tetapi bagi kaum wanita yang sedang

berhalangan haid mereka tidak akan jelas melihat keindahan alam yang

sesungguhnya.

Page 105: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

8. Wawancara Pribadi dengan Abah Simin.

P: Bagaimana asal-usul ritual dalam tradsi Rebo Kasan Desa Girijaya?

J: Sudah ada pada jaman dahulu kala.

P: Apa makna dari Rebo Kasan?

J: Rebo Kasan dapat diartikan hari Rabu dalam bahasa Jawa yang diartikan

kedalam bahasa Indonesia. Sedangkan kasan dalam bahasa Sunda dapat

diartikan “terakhir”. Jadi Rebo Kasan adalah Rebo terakhir, tapi menurut

istilah adalah rabu terakhir pada bulan Safar. Bulan Safar yaitu bulan kedua

dari dua belas bulan penanggalan hijriyah. Jadi Rebo Kasan ini artinya

memperingati hari terakhir di bulan Safar dengan tujuan untuk menolak bahla

dari langit.

P: Ritual apa saja yang dilakukan pada bulan Safar? Dan apa tujuannya dari

ritual tersebut?

J: Biasanya ritual tolak bala, mandi safar, dan mendaki Gunung Pulosari.

Mecegah bahaya yang datang.

P: Apa saja mitos yang terjadi pada saat bulan safar?

J: Menurut masyarakat Girijaya pandangan bulan safar karena wilayah mereka

dekat dengan hutan dan masih terdapat beberapa anjing liar pada bulan ini

sering terdengar gonggongan dan lolongan anjing. Anjing-anjing tersebut naik

birahi dan melakukan perkawinan oleh sebab itu masyarakat enggan untuk

melakukan pernikahan di bulan ini, karena tidak mau disamakan dengan

anjing yang dianggap najis oleh umat Islam.

Apabila seorang bayi lahir pada bulan Safar maka ketika bayi tersebut

akan menjadi pribadi yang nakal dan suka marah-marah atau dalam istilah

Page 106: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

bahasa Sunda “sasafaeun”. Bulan Safar dipercayai tidak akan ada yang

melangsungkan hajatan pernikahan maupun sunatan Karena apabila mereka

melangsungkan acara pernikahan mereka meyakini pernikahan mereka tidak

akan kekal dan mereka juga akan sulit mendapatkan keturunan.

Ritual tolak bala sebagai kegiatan memelihara, mengobati kampung

dan sebagai antisipasi dari beberapa penyakit yang mengakibatkan oleh

gangguan makhluk gaib.

P: Bagaimana proses terjadinya ritual mandi safar dan apa manfaat dari ritual

tersebut?

J: Mandi Safar sebenarnya hanya mandi biasa tetapi menggunakan tulisan

rajah dan bunga tujuh rupa dan memulai mandi safar di Sumur Cimajeb sudah

ada tulisan rajah yang terdiri dari ayat-ayat al-Quran. Kita sebagai umat Islam

hanya bisa nyareat agar tidak terjadi hal-hal yang tidak dinginkan dan

mensucikan diri dari jiwa yang kotor.

P: Bagaimana proses terjadinya ritual mendaki Gunung Pulosari dan apa

manfaatnya ritual tersebut?

J: Terjadinya tradisi mendaki Gunung Pulosari sebenernya tafakur kepada

Alam prosesnya sebelum berangkat kita berdoa terlebih dahulu agar di beri

keselamatan kemudian membawa bekal selama di perjalanan. Sesampainya

disana kita berziarah pada makan wali.

P: Apa makna simbol yang terkait dalam ritual Rebo Kasan?

J: Bersedekah dari apa yang kita punya dan mempererat tali persaudaraan.

Page 107: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

9. Wawancara Pribadi dengan Kyai H. Lukman.

P: Bagaimana asal-usul ritual dalam tradisi Rebo Kasan Desa Girijaya?

J: Ritual Rebo Kasan bagi masyarakat Girijaya memiliki sejarah yang tinggi, ritual

Rebo Kasan yang rutin diadakan pada hari Rabu Akhir pada bulan Safar di desa

Girijaya Kecamatan Saketi Pandeglang Banten ini berlangsung sejak tahun 1794

M. Latar belakang dari ritual ini adalah Syekh Maulana Masyuruddin mampu

menyembuhkan penyakit dan sihir yang menyerang masyarakat Girijaya kejadian

itu berlangsung ketika bulan Safar. Kemudian Syekh Masyur Masyuruddin

menyuruh masyarakat untuk berwudhu di Sumur Cimajeb dan melakukan shalat

tolak bala. Keesokan harinya Syekh Masyur Masyuruddin berjalan kaki menuju

Gunung Pulosari untuk berziarah ke makam Wali dengan kejadian tersebut

masyarakat Girijaya melakukan ritual Rebo Kasan setiap tahunnya agar di jauhkan

dari segala marabahaya dan sebagai wujud ungkapan rasa syukur kepada Allah

SWT.

P: Bagaimana tahap persiapan dan perlengkapan terjadinya ritual Rebo Kasan?

J: Sebelum melaksanakan saya sendiri menyiapkan tulisan rajah. Tulisan rajah ini

berisi kandungan ayat-ayat Al-Quran dengan harapan menolak berbagai macam

penyakit yang datang pada bulan safar ini. Kemudian para kaum ibu-ibu memasak

ketupat, leupeut, dan lauk-pauk yang lainnya dengan tujuan bersedekah.

P: Bagaimana proses terjadinya ritual tolak bala dan apa manfaat dari ritual

tersebut?

J: Masyarakat mempersiapkan air kedalam botol dan makanan untuk dibawa

kemasjid untuk didoakan terlebih dahulu kemudian pembukaan ritual tersebut

dimulai dengan memberi arahan karena tradisi ini setahun sekali dikhawatirkan

Page 108: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

masyarakat lupa dalam ritual tersebut setelah itu solat tolak bala secara berjamaah

setiap rakaatnya membaca surat al-Fatiha sekali, surat al-Kausar 15 kali, surat al-

Ikhlas sekali, surat al-Falaq sekali, surat an-Nass sekali. Setelah itu pembacaan

surat Yassin dan kemudian berdoa untuk orang yang sudah mendahulukan kita,

sholawat nabi. Ritual tolak bala ini tujuannya untuk menolak bala agar tidak

terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

P: Bagaimana proses terjadinya ritual mandi Safar dan apa manfaat dari ritual

tersebut?

J: Melakukan ritual mandi Safar ini bertujuan untuk mensucikan diri dari jiwa

yang kotor masyarakat desa Girijaya melakukan ritual ini di Sumur Cimajeb

dimana sumur ini airnya sangat bersih, jernih dan banyak pula ikannya. Sumur ini

juga sebagai mata air Desa Girjaya airnyya yang mengalir dari pegunungan

Pulosari. Sumur Cimajeb ini bukan hanya untuk melakukan ritual Rebo Kasan

saja melainkan digunakan juga sebagai ritual memandikan Kris, batu cincin dan

lain-lain. Dalam melakukan ritual Rebo Kasan sebelumnya tetua adat memimpin

doa agar terhindar dari penyakit dan ucap sukur kepada Allah atas nikmat yang

telah diberikan kemudian tulisan rajah dicelupkan kedalam Sumur Cimajeb

bersamaan dengan bunga tujuh rupa setelah itu masyarakat mandi tidak diatur

dengan syarat khusus yang terpenting adalah ujung rambut kepala hingga kaki

dibasahi dengan air dengan tujannya menghayutkan bala seiring dengan guyuran

air bersih yang dilakukan pada saat mandi.

P: Bagaimana proses terjadinya ritual mendaki Gunung Pulosari dan apa

manfaatnya ritual tersebut?

Page 109: RITUAL PERAYAAN REBO KASAN DESA GIRIJAYA, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42104/1/DEDE NUR... · Adapun yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan cara ritual

J: Proses mendaki Gunung Pulosari biasanya dilakukan oleh kaum pemuda

pemudi medaki gunung Pulosari sebenarnya sebagai bentuk hablum minal alam

dalam proses ini sebelum berjalan menuju Gunung Pulosari kita berdoa terlebih

dahulu agar selamat sampai tujuan dan tidak lupa membawa bekal makanan dan

minuman sesampainya disana apabila mereka Girijaya apabila melihat lubang

mereka akan memasukkan tangan mereka kedalam lubang tersebut untuk

mengetahui kecocokan mereka dalam keahlianya. Jika di dalam lubang tersebut

mereka mendapatkan beras kemungkinan mereka mendapatkan keahlian sebagai

petani dan apabila mereka mendapatkan uang logam dari lubang tersebut maka

kemungkinan mereka mendapatkan keahlian sebagai wiraswasta setelah itu

sesampainya mereka di puncak Gunung Pulosari mereka akan berziarah ke

makam wali konon zaman dahulu terdapat makam wali disekitar puncak Pulosari.

Setelah itu mereka melihat pemandangan kawah dengan tujuan tafakur akan

ciptaan dan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Tetapi bagi kaum wanita yang

sedang berhalangan haid mereka tidak akan jelas melihat keindahan alam.

P: Apa makna simbol yang terkait dalam ritual Rebo Kasan?

J: Makna yang terkait dalam ritual ini mempererat tali silaturahmi karena

silaturahmi dapat memberikan umur panjang, dan menolak bala yang datang dan

bersedekah.