25
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Masalah selalu ada dalam berbagai aspek kehidupan manusia termasuk dalam bidang kesehatan dan kesejahteraan. Manusia yang ditimpa masalah berusaha mengenali dan mengatasinya. Masalah-masalah yang begitu luas dan kompleks dipelajari kemudian ditanggulangi sehingga dicapai kehidupan yang lebih baik dan sejahtera. Sudah menjadi kodrat manusia mempunyai sifat ingin tahu (human curiosity), yang bertanya tentang alam sekitarnya. Karena sifat itulah lalu dilanjutkan dengan pertanyaan, yang merupakan permulaan dari Ilmu; untuk menjawab pertanyaan digunakan metode berpikir ilmiah. Sedangkan proses dalam mencari suatu jawaban atau suatu kebenaran itu disebut Penelitian. Penelitian merupakan suatu kegiatan pengumpulan, pengolahan, penyajian dan analisis data yang dilakukan secara ilmiah, sistematis dan logis dalam rangka memahami dan memecahkan suatu masalah. Secara umum penelitian bertujuan untuk mengembangkan khazanah ilmu dengan memperoleh pengetahuan berupa fakta baru, sehingga kemudian 1

RISET KEL 2.docx

  • Upload
    julita

  • View
    234

  • Download
    5

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: RISET KEL 2.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Masalah selalu ada dalam berbagai aspek kehidupan manusia termasuk

dalam bidang kesehatan dan kesejahteraan. Manusia yang ditimpa masalah

berusaha mengenali dan mengatasinya. Masalah-masalah yang begitu luas

dan kompleks dipelajari kemudian ditanggulangi sehingga dicapai kehidupan

yang lebih baik dan sejahtera. Sudah menjadi kodrat manusia mempunyai

sifat ingin tahu (human curiosity), yang bertanya tentang alam sekitarnya.

Karena sifat itulah lalu dilanjutkan dengan pertanyaan, yang merupakan

permulaan dari Ilmu; untuk menjawab pertanyaan digunakan metode berpikir

ilmiah. Sedangkan proses dalam mencari suatu jawaban atau suatu kebenaran

itu disebut Penelitian.

Penelitian merupakan suatu kegiatan pengumpulan, pengolahan, penyajian

dan analisis data yang dilakukan secara ilmiah, sistematis dan logis dalam

rangka memahami dan memecahkan suatu masalah.

Secara umum penelitian bertujuan untuk mengembangkan khazanah ilmu

dengan memperoleh pengetahuan berupa fakta baru, sehingga kemudian

dapat disusun teori, konsep, hukum, kaidah, atau metodologi yang baru.

Untuk itu, ilmu (science) dan penelitian (research) tidak dapat dipisahkan.

Ilmu tidak akan berkembang tanpa penelitian, sebaliknya penelitian tidak

akan ada apabila tidak berada di dalam kerangka ilmu tertentu. Meskipun

banyak sekali definisi tentang ilmu dan penelitian, namun secara umum dapat

dikatakan bahwa ilmu merupakan filosofi (philosophy) sedang penelitian

merupakan tindakan (action) yang berguna untuk membangun serta

mengembangkan ilmu pengetahuan.

Ada begitu banyak metode dalam suatu penelitian. Namun penelitian yang

tepat adalah berbasis Metode Berpikir Ilmiah (MBI). MBI adalah sejumlah

pengetahuan yang berkaitan dengan cara atau jalan yang ditempuh oleh

1

Page 2: RISET KEL 2.docx

pikiran manusia, untuk mencapai kesimpulan atau putusan yang sah dan

benar (valid and true judgment).

MBI menjadi sangat penting untuk dipahami secara lebih mendalam,

termasuk dalam menyusun skripsi atau penelitian lainnya, khususnya

hubungan antara konsep dengan gejala di lapangan. Dari uraian latar belakang

di atas penulis tertarik untuk menelaah lebih jauh tentang Metode Berpikir

Ilmiah dan Logika sebagai salah satu teknik dalam metode berpikir ilmiah.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang penulisan di atas dapat dirumuskan masalah yang ada

sebagai berikut:

1. Apa itu metode berpikir ilmiah?

2. Apa itu logika?

3. Bagaimana penerapan metode ilmiah dalam penelitian keperawatan?

1.3 TUJUAN

Adapun tujuannya, antara lain:

1. Tujuan Umum

Untuk memahami mata kuliah Metodologi Riset Keperawatan.

2. Tujuan Khusus

Untuk memahami lebih jauh tentang metode berpikir ilmiah dan logika

serta penerapannya dalam penelitian keperawatan.

2

Page 3: RISET KEL 2.docx

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 METODE BERPIKIR ILMIAH

MBI adalah sejumlah pengetahuan yang berkaitan dengan cara atau jalan

yang ditempuh oleh pikiran manusia, untuk mencapai kesimpulan atau

putusan yang sah dan benar (valid and true judgment).

A. BENTUK-BENTUK PEMIKIRAN ILMIAH

Perbincangan berikut ini, dimulai dengan membedakan antara berpikir

dengan bernalar yang terjadi dalam khazanah ilmu pengetahuan.

Pemikiran ilmiah bukan suatu pemikiran yang manasuka melainkan suatu

pemikiran yang memiliki tatacara dan prosedural.

Berpikir (thinking) adalah suatu proses atau aktivitas kejiwaan pada

seseorang yang mencoba menghubungkan segala pengertian dan

pengalaman yang dimilikinya, untuk mencapai suatu kesimpulan yang sah

dan benar.

Dalam berpikir, masih terjadi proses kejiwaan yang umum.

Menalar (reasoning) adalah suatu proses alau aktivitas kejiwaan

dalam diri seseorang, di mana seseorang yang berpikir dengan

mempergunakan asas-asas atau pola berfikir tertentu, untuk memperoleh

kesimpulan yang sah dan benar. Konsep tersebut terdapat asas alau pola

pikir yang dipergunakan seseorang, sehingga dapat mencapai kesimpulan

yang sah dan benar.

Menalar dalam pikiran dapat dianggap sebagai suatu proses sistemik

dalam arti terdapat aktivitas yang kompleks menghubungkan unsur/elemen

atau komponen pengertian, sehingga tercapai suatu tujuan tertentu.

Proses berpikir adalah suatu proses makro yang sangal luas dan

kompleks, baik dengan mempergunakan “akal murni” (reinen vernunf)

maupun dengan akal praktis (praktisen vernunft). Berawal dari

pemahaman bahwa pengertian dan pengetahuan manusia dibedakan

menjadi dua (1) pengetahuan bentuk, dan (2) pengetahuan isi/materinya.

3

Page 4: RISET KEL 2.docx

Oleh karena itu muncul pemahaman tentang jenis pemikiran yang berbeda,

yaitu pemikiran formal dan pemikiran material.

Dalam filsafat Logika, proses berpikir dapat dibedakan menjadi:

1. Berpikir Formal

Berpikir formal adalah berpikir yang mendasarkan premi premi dari

bentuk pengertian (aspek eksternal).

Contoh:

Semua pemimpin negara dan bangsa berhati jujur, si Ali adalah

seorang pemimpin negara dan bangsa

Si Ali pasti berhati jujur

Kesimpulan atau putusan diperoleh melalui hubungan bentuk (formal)

pada aspek eksternalnya saja, dan bukan pada aspek isinya (aspek

internal) .

2. Berpikir Material

Berpikir material adalah berpikir yang lebih mendasarkan premi premi

dari isi pengertian (aspek internal) .

Contoh :

Semua manusia pasti akan mati di kemudian hari.

Si Ali adalah manusia Si Ali pasti akan mati di kemudian hari

Kesimpulan atau putusan diperoleh melalui hubungan antara “isi

pengertian" pada aspek internalnya, dan bukan pada aspek

eksternalnya.

Konsep pemikiran di atas, kemudian lahirlah perbincangan yang

sangat luas dan kompleks tentang kesimpulan formal dan kesimpulan

material dan kemudian tentang kebenaran fomal dan kebenaran material.

Manakala kita memperhatikan isi materi suatu argumentasi, suatu

argumentasi akan menghasilkan kesimpulan formal dan material.

Demikian juga, setiap argumentasi akan menghasilkan kebenaran formal

dan kebenaran material.

4

Page 5: RISET KEL 2.docx

Seperti disebutkan di awal, metode berpikir ilmiah adalah suatu

aktivitas yang selalu berupaya untuk mencapai kesimpulan yang sah dan

valid. Suatu argumentasi dapat saja mengandung kebenaran formal,

namun belum tentu mengandung kebenaran material atau sebaliknya.

Dari bentuk berpikir, kemudian kita melangkah ke arah pembicaraan

tentang pola umum dalam berpikir (berlaku untuk semua pengetahuan).

Paling tidak terdapat dua pola umum berpikir, yaitu:

1. Deduksi

Deduksi adalah sesuatu proses herpikir, yang mempergunakan premis

premis khusus. Ada juga orang yang menyatakan deduksi sebagai

suatu "proses berpikir dari hal-hal yang umum menuju hal-hal khusus”.

Ini berarti ada gerak herpikir dari umum ke khusus. Sebagai contoh :

a. Deduksi 1

Semua mahasiswa STIKes CHMK wajib membawa pasien KB

(umum)

Gladys adalah mahasiswa STIKes CHMK (khusus)

Kesimpulannya, Gladys wajib membawa pasien KB (khusus)

b. Deduksi 2

Semua ibu hamil mengalami mual dan muntah (umum)

Ibu Nani sedang hamil (khusus)

Kesimpulannya, ibu Nani mengalami mual dan muntah (khusus)

Pola berpikir deduksi hanyak dilakukan dalam pengetahuan religi atau

nengetahuan sosial lainnya terutama dalam pengetahuan hukum. Terdapat

kecenderungan manusia dalam berpikir deduksi untuk menyatakan hahwa

premis yang dipergunakan harus di benar.

Pola berpikir deduktif ini telah melahirkan telaah khusus tentang

logika deduktif dalam dunia ilmu. Salah satu hentuk klasik dari logika

deduktif adalah apa yang disebut dengan silagisme. Logika silogisne

memiliki bentuk, struktur dan aturan-aturan sendiri yang cukup kompleks

(Mehra dan Jazir, 1986).

5

Page 6: RISET KEL 2.docx

2. Induksi

Sebagai lawan deduksi, induksi adalah proses berpikir dengan

mempergunakan premis-premis khusus, kemudian bergerak menuju

premis umum. Dengan perkataan lain, induksi adalah suatu proses

berpikir dari hal-hal yang khusus menuju hal-hal yang umum.

Dasar pola berpikir ialah observasi. Observasi adalah jalan yang

penting dalam dunia ilmu pengetahuan. Pengetahuan ilmiah diperoleh

melalui observasi yang dilakukan di lapangan. Pengetahuan observatif

itulah kemudian menjadi pengetahuan-pengetahuan yang khusus.

Observasi mendahuli adanya induksi, demikian menurut Chalmers.

Contoh pemikiran induktif ialah:

a) Induksi-1:

Mahasiswa A telah melunasi uang registrasi (khusus)

Mahasiswa B telah melunasi uang registrasi (khusus)

Mahasiswa C telah melunasi uang registrasi (khusus)

Semua mahasiswa telah melunasi uang registrasi (umum).

b) Induksi-2:

Mahasiswa A mengalami stres ketika ingin masuk ruang prodi

(khusus)

Mahasiswa B mengalami stres ketika ingin masuk ruang prodi

(khusus)

Mahasiswa C mengalami stres ketika ingin masuk ruang prodi

(khusus)

Semua mahasiswa mengalami stres ketika ingin masuk ruang prodi

(umum).

Pemikiran ilmiah sebenarnya memakai pola berpikir induksi-

deduksi secara bolak balik dan terus menerus tanpa ada henti-hentinya.

Dengan perkataan lain, ilmu memakai pola pemikiran sintesis antara

induksi dengan deduksi.

6

Page 7: RISET KEL 2.docx

Pola pemikiran induktif ini melahirkan telaah yang kompleks

dalam logika indutif, yang banyak membahas hal-hal yang berkaitan

dengan: (1) generalisasi induktif, (2) hubungan sebab-akibat menurut

John. S. Mill, (3) hukum probabilitas, dan (4) teori induktif dan teori

ilmiah (R.G., 1985).

Di samping terdapat 2 pola pemikiran (deduksi dan induksi),

sesungguhnya masih ada pola berpikir lain yang dianggap sebagai

pelengkap yaitu pola berpikir analogis (analogical thinking) dan pola

berpikir komparatif (comparative thinking).

Pola berpikir analogis adalah proses berpikir yang dilakukan pada

seorang yang menyatakan bahwa dalam dunia terdapat hal-hal atau

segala sesuatu yang memiliki sifat kemiripan satu sama lain

(similarity). Oleh karena hal-hal atau segala sesuatu memiliki sifat-

sifat yang mirip, maka kemudian hal-hal sesuatu dianggap memiliki

sifat yang sama.

Pola berpikir komparatif adalah proses berpikir yang dilakukan

seseorang segala pengalamannya yang sedang terjadi dibandingkan

dengan pengalamannya yang terjadi sebelumnya. Pengertian-

pengertian yang di berikan sekarang dibandingkan dengan pengertian

sebelumnya. Umpamanya pengertian logos sekarang dibandingkan

dengan pengertian logos dalam zaman Yunani kuno.

Suatu istilah ternyata memiliki arti yang tak tetap, ibarat sebuat

balon karet. Seberapa besarkah volume yang harus ditiupkan ke

daalam balon karet itu? Ini sangat tergantung dari seseorang

memberikan makna atau arti terhadap suatu istilah. Pemahaman

terhadap pengertian akan melahirkan masalah yang sangat rumit

tentang konsep dan proposisi dalam dunia ilmu.

B. KESALAHAN-KESALAHAN DALAM BERPIKIR ILMIAH

7

Page 8: RISET KEL 2.docx

Hendaknya kita yang bergumul dalam dunia ilmu tidak terjatuh

kedalam sikap yang serba diterministik atau serba absolut. Kita yakin

bahwa ilmu penuh dengan kelemahan atau keterbatasan.

Dalam logika ilmiah dijumpai materi tentang kesesatan berpikir

(fallacia atau fallacy) yaitu suatu proses berpikir yang mengahsilkan

putusan akal atau kesimpulan yang pasti salah atau keliru.

Kita menemukan banyak sumber yang mendatangkan kesesatan dalam

berpikir ilmiah yaitu:

1. Bahasa

Terdapat banyak istilah dalam suatu bahasa, yang memiliki pengertian

yang jamak pula. Satu istilah belum tentu memiliki satu pengertian.

Jika pengertian yang terdapat dalam istilah yang dipakai sudah pasti

salah, maka kesimpulannya akan salah pula.

2. Hal yang tak relevan (irrelevant)

Banyak pihak berpikir diikuti dengan perasaan yang emosional,

sehingga seseorang tak memperhatikan apa yang dipikirkan,

melainkan orang yang diajak berpikir. Kesalahan ini disebut dengan

argumentum ad-hominem (karena orang) atau argumentum ad-

misericondiam (karena perasaan kasih sayang).

3. Konsep dan proporsisi

Mereka yang berpikir memakai konsep secara tak jelas atau

pengertian konsep itu sendiri tak jelas, sehingga hubungan konsep

akan tak jelas pula. Jika pengertian konsep telah salah sejak awal.

Maka arrgumentasi dan hubungan antar konsep/konstrak akan

menghasilkan kesimpulan yang salah.

4. Pro-causal non-causal

Kesalahan ini berkaitan dengan hal-hal tentang gejala fenomena

kausalitas. Seringkali apa yang ada dalam kausalitas logis, belum

tentu ada dalam kausalitas empiris. Argumentasi akan menghasilkan

kesimpulan yang salah, manakala telah terjadi kesalahan kesalahan

dalam mengindentifikasi gejala kausalitas.

8

Page 9: RISET KEL 2.docx

5. Defenisi dan komposisi

Kesalahan dalam menarik kesimpulan karena memakai definisi

sebagai pangkal pikir atau komposisi yang salah. Jika pangkal pikir

salah, maka kesimpulannya akan salah juga.

6. Asas petitio-principii

Logika ilmiah banyak sekali dirumuskan dalam pola atau asas logika

yang bentuknya sederhana. Seringkali pola dan asas itu tak dapat

menampung semua gejala yang ada, sehingga mencoba menerapkan

pola untuk semuanya. Manakala suatu model telah keliru, hasil

kesimpulannya akan keliru pula.

7. Asas ignorantio-elenchi

Banyak pihak secara emosional tidak menerima dan menyatakan jalan

pikiran orang lain adalah keliru. Kaum pragmatisme tidak mau tau

pandangan analisis yang kompleks sehingga hanya mau hal-hal yang

praktis saja. Kesimpulan akan salah manakala hal-hal yang kompleks

begitu saja dijdikan hal-hal yang sederhana.

Kesalahan-kesalahan berpikir ilmiah memang tidakn dapat dihindari,

namun perlu diupayakan kesalahan-kesalahan besar dalam berpikir. Kita

harus mampu mencapai kesimpulan yang benar dan sah dengan derajad

(kausalitas) yang tinggi.

2.2 LOGIKA

JENIS LOGIKA DAN PROSES LOGIKA-ILMIAH

Terdapat beberapa jenis logika yang dipergunakan dalam metode berpikir

ilmiah seperti: (1) tradisional, (2) simbolik, (3) modern atau logika

matematik. Namun ada juga yang membedakan logika dengan cara lain,

yaitu: (1) tradisional, (2) simbolik, (3) logika kuantifikasional, (4) deduktif,

(5) induktif.

Penulis tidak akan banyak membahas dan memaparkan bentuk-bentuk

logika di atas, dan semua bentuknya itu memiliki tujuan yang sama yaitu

9

Page 10: RISET KEL 2.docx

ingin memperoleh putusan akal atau kesimpulan yang benar dan sah (true and

valid).

Setelah pendapat August Comte berkembang dan kaum empirisme

mempengaruhi filasafat ilmu pengetahuan, sangat dirasakan bahwa “ilmu

pengetahuan modern sangat mendasarkan diri pada bentuk logika induktif”.

Informasi tersebut diperoleh melalui pengetahuannnya yang diobservasi di

lapangan. Metode observasi sebagai cara untuk memperoleh pengetahuan

menjadi cara yang sangat penting dalam dunia ilmu.

Di samping itu kita masih perlu mengingat pandangan John S. Mill yang

menyatakan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang mempelajari gejala

kausalitas. Maksud gejala kausalitas dalam hal ini, ialah gejala umum yang

digambarkan ke dalam hubungan sebab akibat (entecedence and

consequence).

Bahkan Mill menyatakan bahwa ilmu adalah pengetahuan tentang gejala

kausalitas yang dapat diukur. Konsep kausalitas harus dapat dikembalikan ke

dalam konsep yang dapat diukur (dikuantifikasikan).

Salah satu cara yang dipakai untuk melihat ilmu ialah pandangan

sistemik. Ilmu digambarkan sebagai suatu sistem besar, dengan komponen

atau elemen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk mencapai suatu

tujuan. Umpamanya ilmu terdiri dari komponen logika, konsep, teori, data,

hipotesis, analisi, generalisasi, dan sebagainya.

Namun, ilmu dapat juga dipandang sebagai suatu proses sistemik yang

organis. Ilmu adalah suatu aktifitas atau proses dari suatu tahapan ke tahapan

yang lain, yang sifatnya siklik. Untuk melihat suatu “model proses keilmuan”

khusus, ditampilkan pandangan yang agak klasik dari Water Wallace, yaitu:

1. Ilmu memiliki komponen utama yaitu teori, hipotesis, data, dan

generalisasi.

2. Proses keilmuan bergerak dari teori ke hipotesis, ke data dan generalisasi.

3. Proses induksi akan berakhir pada keinginan untuk melakukan suatu

generalisasi.

4. Proses keilmuan akan menghasilkan suatu “teori baru”.

10

Page 11: RISET KEL 2.docx

Dewasa ini telah diketahui dan disepakati bahwa formula logika ilmu

ialah apa yang disebut dengan logicohipotetetico-verifikatif. Pernyataan ini

meringkaskan proses keilmuan sebagai proses pembuktian hipotesis.

Nampaknya pembuatan dan pemunculan hipotesis sangat penting dalam ilmu,

dan kemudian hipotesis dibuktikan (diverifikasi) dalam penelitian di

lapangan.

Pandangan yang lain dikemukakan oleh DR. Jujun Suriasumantri, yang

menyatakan bahwa proses keilmuan kalau dilihat dari logika adalah

merupakan suatu logicohipotetetico-verifikatif. Proses keilmuan ini

merupakan langkah-langkah yang harus memenuhi procedural, seperti:

1. Perumusan masalah.

2. Penyusunan kerangka berpikir.

3. Penyusunan hipotesis.

4. Pengujian hipotesis

5. Penarikan kesimpulan.

Namun ada juga yang menyatakan bahwa logika ilmiah dirumuskan

menjadi deducto-inducto-hipotetico-verifikatif. Pandangan ini masih ingin

menggambarkan pola penalaran deduksi dalam ilmu dengan pola penalaran

induksi.

Dengan demikian proses berpikir ilmiah dalam ilmu ialah melalui proses:

1. Deduksi.

2. Induksi.

3. Penyusunan hipotesis.

4. Pembuktian hipotesis/Verifikasi.

Kini telah terjadi perkembangan lain terutama apa yang dilakukan oleh

Thomas Khun. Thomas Khun ingin membangun suatu ilmu baru tanpa perlu

memperhatikan formula-formula yang lama. Ilmu bukan suatu pengetahuan

11

Page 12: RISET KEL 2.docx

akumulatif, melainkan suatu penemuan paradigma baru. Ilmu pengetahuan

modern mungkin saja dapat berangkat dari sautu anomali.

Gema akan kebebasan pemikiran dalam filsafat ilmu ini semakin luas.

Muncul masalah-masalah baru seperti apakah realitas itu suatu kausalitas,

apakah penelitian harus dimulai dengan masalah, apakah penelitian dimulai

dengan kerangka teori yang telah mapan, apakah penelitian harus melakukan

suatu generalisasi, dan sebagainya.

Namun demikian, semua aliran filsafat ilmu (positivisme,

konstruksionisme, idealisme, realisme, induksinisme, dan sebagainya.) selalu

mengembangkan pandangan-pandangannya sendiri tentang logika keilmuan.

Logika keilmuan terus berkembang setelah memperoleh dukungan besar dari

perkembangan teknologi, matematika, dan bahasa.

2.3 METODE ILMIAH DALAM PENELITIAN KEPERAWATAN

Secara umum pelbagai disiplin ilmu dapat di kategorikan menjadi, ilmu

alamiah, ilmu sosial, maupun budaya. Yang mana dalam pendekatan

penelitiannya ketiga disiplin ilmu tersebut juga memiliki perbedaan.

Ilmu alamiah menerapkan pendekatan empiris, ilmu sosial dengan

pendekatan empiris-normatif, sedangkan pengetahuan budaya dengan

penelitian normatif.

Berdasarkan pendekatan yang telah disebutkan di atas, ilmu keperawatan

termasuk dalam disiplin ilmu alamiah. Sehingga dalam melakukan penelitian,

ilmu keperawatan menggunakan pendekatan empiris.

Berikut adalah alur penelitian ilmu empiris.

12

Page 13: RISET KEL 2.docx

Aktivitas penelitian dimulai dari kejelian peneliti dalam

mengidentifikasikan kesenjangan antara apa yang seharusnya ada (teori)

dengan apa yang sekarang ada (fakta). Peneliti kemudian merumuskan

masalah serta membangun hipotesis. Awal penelitian merupakan proses

deduksi, yakni peneliti menerapkan apa yang ada dalam teori (yang bersifat

umum) kepada masalah khusus. Untuk menguji hipotesis, ia harus menyusun

rancangan penelitian dengan metodologi penelitian yang sesuai. Hasil

penelitian, yang bersifat khusus, di generalisasi sebagai pernyataan umum

yang akan memperkaya teori baru; generalisasi ini merupakan proses induksi.

Hasil penelitian dapat digunakan untuk menyusun hipotesis beru yang timbul

sebagai tindak lanjut penelitian, sehingga ilmu pengetahuan akan selalu

bertambah melalui proses siklus deduksi-induksi ini.

13

Page 14: RISET KEL 2.docx

BAB 3

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Uraian ringkas diatas dapat diketahui bahwa metode berpikir ilmiah adalah

suatu aktifitas atau proses berpikir, dengan asas-asas atau prinsip-prinsip

logika, unttuk mencapai suatu putusan akan atau kesimpulan yang benar dan

sah. Metode berpikir ilmiah adalah komponen penting dalam ilmu

pengetahuan.

Pola berpikir ilmiah yang umum ialah: (1) induksi, yaitu berpikir dari hal

yang khusus ke umum, dan (2) deduksi, yaitu berpikir dari yang umum ke

khusus. Pemikiran ilmiah melibatkan pola berpikir induksi-deduksi atau

sintesis antara induksi dengan deduksi yang berkesinambungan.

MBI adalah metode untuk mencapai pengetahuan ilmih (scientific).

Pengetahuan ilmiah adalah berpikir yang memiliki ciri berbeda dengan

pengetauan mitos, religi, filosofis, dan seni ciri-ciri pengetahuan ilmiah antara

lain adalah pengetahuan: (1) rasional-empiris, (2) aposteri-oris, (3) verifikatif,

(4) logika, (5) obyektif, dan terbuka. Ciri-ciri pengetahuan ilmiah yang lain

ialah relafif, netral, sistematik, tak emosional, dan sebagainya.

Proses logika daalam pemikiran ilmiah kemudian dirumuskan menjadi

formula sebagai logicohipotetico-verifikatif atau inductodeductohipotetico-

verifikatif.

Ilmu dapat dipandang dalam berbagai macam segi. Umpamanya ilmu

dilihat sebaagai sistem besar atau sistem organis yang hidup.

Ilmu sebagai sistem terdiri dari komponen-komponen seperti logika,

konsep, teori, hipotesis, data, analisis, generalisasi, dan sebagainya.

Menurut Walter Wallace, proses keilmuan adalah proses yang bergerak

dari teori ke hipotesis ke data ke generalisasi. Menurut Jujun Curiasumantri

bahwa proses keilmuan merupakaan proses prosedural yang meliputi

langkah-langkah perumusan masalah, penyusun kerangka teori, perumusan

hipotesis, pengujian hipotesis, daan penarikan kesimpulannya.

14

Page 15: RISET KEL 2.docx

Berpikir ilmiah hendaknya bersifat heuristik, dalam arti bahwa berpikir

yang selalu terbuka, selalu siap berubah menuju suatu proses penyempurnaan,

serta dilatarbelakangi dengan pola berpikir yang rasional, kritis, sangat

mendasar, serta bebas dan sebebas-bebasnya.

Metode Berpikir Ilmiah dalam penelitian keperawatan diterapkan

berdasarkan pendekatan empiris.

Demikian makalah ini dihangkan pembaca, semoga ada manfaatnya dalam

menelaah hakekat berpikir ilmiah, sebagai langkah awal untuk memahami

ilmu lebih dalam.

3.2 SARAN

Saran yang dapat diberikan penulis kepada :

a. Institusi

Karena materi yang diberikan cukup spesifik maka penulis menyarankan

kepada pihak kampus untuk meng-upgrade buku-buku yang ada di

perpustakaan.

b. Mahasiswa

Penulis menyarankan kepada calon tenaga medis, khususnya calon

perawat (mahasiswa STIKes CHMK) agar dapat memahami benar apa itu

Metode Berpikir Ilmiah agar mampu menelaah ilmu yang diberikan

dengan baik dan diharapkan mahasiswa dapat menyusun tugas akhir

dengan menerapkan Metode Berpikir Ilmiah.

c. Pembaca

Setelah mempelajari makalah ini, pembaca lebih mengerti apa itu Metode

Berpikir Ilmiah serta manfaat penerapannya.

15

Page 16: RISET KEL 2.docx

DAFTAR PUSTAKA

Chandra Budiman. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan.EGC : Jakarta

Lapau Buchari. 2012. Metode Penelitian Kesehatan : Metode Ilmiah Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Yayasan Pustaka Obor Indonesia : Jakarta

Riyanto Agus. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Nuha Medika:Yogyakarta

Setiadi. 2013. Konsep dan Praktik Penlulisan Riset Keperawatan, Edisi Kedua. Graha Ilmu : Yogyakarta

16