23
1. PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Masalah Jalan merupakan salah satu sarana dan prasarana perhubungan yang sangat penting dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat (Silvia Sukirman, 1999) . Pada kenyataannya sarana jalan sangat menunjang laju perkembangan di berbagai sektor kehidupan manusia diantaranya sektor perekonomian, pendidikan, politik, dan sebagainya. Hal ini dimaksudkan untuk mewujudkan tujuan nasional demi tercapainya pembangunan nasional yang adil dan merata. Saat ini perkembangan transportasi terutama untuk mobilitas penduduk dan kendaraan sudah semakin meningkat. Oleh karena itu, diperlukan suatu prasarana jalan yang memadai untuk menghubungkan suatu daerah dengan daerah yang lain. Untuk membuat suatu jalan yang baik diperlukan perencanaan perkerasan jalan, yaitu lapisan perkerasan yang terdiri atas batu pecah sebagai agregat kasar dan semen sebagai bahan pengikatnya. Perkerasan beton yang kaku dan memiliki modulus elastisitas yang tinggi, akan mendistribusikan beban ke bidang tanah dasar yang cukup luas sehingga bagian terbesar dari kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari plat beton sendiri. Hal ini berbeda dengan perkerasan lentur dimana kekuatan perkerasan diperoleh dari tebal lapis pondasi bawah, lapis pondasi dan lapis permukaan. musafir Page 1

Riqi (Teknik Sipil)

  • Upload
    musafir

  • View
    239

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

1. PENDAHULUAN1.2 Latar Belakang Masalah Jalan merupakan salah satu sarana dan prasarana perhubungan yang sangat penting dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat (Silvia Sukirman, 1999) . Pada kenyataannya sarana jalan sangat menunjang laju perkembangan di berbagai sektor kehidupan manusia diantaranya sektor perekonomian, pendidikan, politik, dan sebagainya. Hal ini dimaksudkan untuk mewujudkan tujuan nasional demi tercapainya pembangunan nasional yang adil dan merata.Saat ini perkembangan transportasi terutama untuk mobilitas penduduk dan kendaraan sudah semakin meningkat. Oleh karena itu, diperlukan suatu prasarana jalan yang memadai untuk menghubungkan suatu daerah dengan daerah yang lain. Untuk membuat suatu jalan yang baik diperlukan perencanaan perkerasan jalan, yaitu lapisan perkerasan yang terdiri atas batu pecah sebagai agregat kasar dan semen sebagai bahan pengikatnya.Perkerasan beton yang kaku dan memiliki modulus elastisitas yang tinggi, akan mendistribusikan beban ke bidang tanah dasar yang cukup luas sehingga bagian terbesar dari kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari plat beton sendiri. Hal ini berbeda dengan perkerasan lentur dimana kekuatan perkerasan diperoleh dari tebal lapis pondasi bawah, lapis pondasi dan lapis permukaan.Yang paling penting adalah mengetahui kapasitas struktur yang menanggung beban, maka faktor yang paling diperhatikan dalam perencanaan tebal perkerasan beton semen adalah kekuatan beton itu sendiri. Adanya beragam kekuatan dari tanah dasar dan atau pondasi hanya berpengaruh kecil terhadap kapasitas struktural perkerasannya.Lapis pondasi bawah jika digunakan di bawah plat beton karena beberapa pertimbangan, yaitu antara lain untuk menghindari terjadinya pumping, kendali terhadap sistem drainasi, kendali terhadap kembang-susut yang terjadi pada tanah dasar dan untuk menyediakan lantai kerja (working platform) untuk pekerjaan konstruksi dasar penawaran yang diajukan oleh kontraktor adalah gambar dan spesifikasi pekerjaan yang diberikan. Namun tidak semua pelaku konstruksi memahami hal tersebut.Pengukuran kuantitas/volume pekerjaan konstruksi (quantities take off) merupakan suatu proses pengukuran/perhitungan terhadap kuantitas item-item pekerjaan berdasarkan pada gambar atau aktualisasi pekerjaan di lapangan. Hal ini dilakukan sebagai langkah awal dalam menyusun harga penawaran ataupun penghitungan pembayaran atas pekerjaan yang telah dikerjakan (Wahyudi P. Utama, Martalius Peli dan Dwifitra Y. Jumas, 2008 ). 1.3 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana cara pengukuran kuantitas pekerjaan konstruksi ? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: Mengetahui cara-cara pengukuran kuantitas pekerjaan dari suatu konstruksi ?1.5 Manfaat PenelitianManfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu setelah melakukan pengukuran kuantitas pekerjaan pada suatu konstruksi secara benar maka kita dapat mengetahui syarat teknis dan kegunaan dari konstruksi jalan tersebut dan apa saja yang menjadi penyebab mengapa perlu di adakan pengukuran setelah konstruksi terlaksana.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Persyaratan Teknis JalanBerdasarkan peraturan pemerintah no 34 tahun 2006 terdapat pada:Persyaratan teknis jalan meliputi kecepatan rencana, lebar badan jalan, kapasitas, jalan masuk, persimpangan sebidang, bangunan pelengkap, perlengkapan jalan, penggunaan jalan sesuai dengan fungsinya, dan tidak terputus, persyaratan teknis jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi ketentuan keamanan, keselamatan, dan lingkungan.

2.2 Lebar Lajur Lalu LintasMenurut Silvia Sukirman (1999) lebar lajur lalu lintas merupakan bagian yang paling menentukan lebar melintang jalan secara keseluruhan, lebar kendaraan penumpang umumnya bervariasi antara 1,50 m 1,75 m. Bina marga mengambil lebar kendaraan rencana untuk mobil penumpang adalah 1,70 m, dan 2,50 m untuk kendaraan rencana truck/bus/semitrailer. Lebar lajur lalu lintas merupakan lebar kendaraan ditambah dengan ruang bebas antara kendaraan yang besarnya sangat ditentukan oleh keamanan dan kenyamanan yang diharapkan.Pada jalan lokal (kecepatan rendah) lebar jalan minimum 5,50 m (2 x 2,75 m) cukup memadai untuk jalan 2lajur 2 arah. Dengan pertimbangan biaya yang tersedia, lebar 5 m pun masih diperkenankan, jalan arteri yang direncanakan untuk kecepatan tinggi, mempunyai lebar lajur lau lintas lebih besar dari 3,35 m, sebaiknya 3,50 m (silvia sukirman, 1999).

2.2.1 Bahu jalanMenurut Silvia sukirman (1999), Bahu jalan adalah jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalu lintas.Fungsi bahu jalan sebagai:Ruangan untuk tempat berhenti sementara kendaraan yang mogok atau yang sekedar berhenti karena pengemudi ingin berorientasi mengenai jurusan yang akan ditempuh, atau untuk beristirahat.

Ruangan untuk menghindarkan diri dari saat saat darurat, sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan.Memberikan kelegaan pada pengemudi, dengan demikian dapat meningkatkan kapasitas jalan yang bersangkutan.Memberikan sokongan pada konstruksi perkerasan jalan dari arah samping.Ruangan pembantu pada waktu mengadakan pekerjaan perbaikan atau pemeliharaan jalan (untuk penempatan alat-alat, dan penimbunan bahan material).Ruangan untuk lintasan kendaraan-kendaraan patroli, ambulans, yang sangat dibutuhkan pada keadaan darurat seperti terjadinya kecelakaan.2.2.2 Jenis bahu jalanBerdasarkan tipe perkerasannya, bahu jalan dapat dibedakan atas: Bahu yang tidak diperkaras, yaitu bahu yang hanya dibuat dari material perkerasan jalan tanpa bahan pengikat, biasanya digunakan material agregat bercampur sedikit lampung. Bahu yang tidak diperkeras ini dipergunakan untuk daerah-daerah yang tidak begitu penting, dimana kendaraan yang berhenti dan mempergunakan bahu tidak begitu banyak jumlahnya.Bahu yang diperkeras, yaitu bahu yang dibuat dengan mempergunakan bahn pengikat sehingga lapisan tersebut lebih kedap air dibandingkan dengan bahu yang tidak diperkeras. Bahu jenis ini dipergunakan untuk jalan-jalan dimana kendaraan yang berhenti dan memakai bagian tersebut besar jumlahnya, seperyi di sepanjang jalan tol, di sepanjang jalan arteri yang melintasi kota, dan tikungan-tikungan yang tajam.Berdasarkan letaknya terhadap arah lalu lintas, maka bahu di bedakan atas:Bahu kiri/bahu luar (left shoulder/outer shoulder), adalah bahu yang terletak di tepi sebelah kiri dari jalur lalu lintas.Bahu kanan/bahu dalam (right/ilner shoulder), adalah bahu yang terletak di tepi sebelah kanan dari jalur lalu lintas.

2.2.3 Lebar bahu jalanBesarnya lebar bahu jalan sangat di pengaruhi oleh :a. Fungsi jalanJalan arteri yang direncanakan untuk kecepatan yang lebih tinggi dibandingkan denagn jalan lokal, dengan demikian jalan arteri membutuhkan kebebasan samping, keamanan, dan kenyamanan yang lebih besar, atau menuntut lebar bahu yang lebih lebar dari jalan local.Volume laulintasVolume lalulintas yang tinggi membutuhkan lebar bahu yang lebih lebar dibandingkan dengan volume lalulintas yang lebih rendah.Biaya yang tersedia sehubungan dengan biaya pembebasan tanah, dan biaya untuk konstruksiLebar bahu jalan dengan demikian dapat bervariasi antara 0,5 2,5 m.

2.3 Sistem Transportasi Sedangkan transportasi dapat diartikan sebagai usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain, di mana di tempat lain ini objek tersebut lebih bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan-tujuan tertentu. Transportasi merupakan kegiatan perpindahan orang dan barang dari suatu tempat (asal) ke tempat (tujuan) dengan menggunakan sarana (kendaraan) (Wijayanto, 2009). Adapun yang akan dibahas dalam sistem transportasi adalah jaringan prasarana jalan Jalan menurut UU No.38 Tahun 2004 Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. Jalan sebagai bagian sistem transportasi nasional mempunyai peranan penting terutama dalam mendukung bidang ekonomi, sosial dan budaya serta lingkungan dan dikembangkan melalui pendekatan pengembangan wilayah agar tercapai keseimbangan dan pemerataan pembangunan antar daerah, membentuk dan memperkukuh kesatuan nasional untuk memantapkan pertahanan dan keamanan nasional, serta membentuk struktur ruang dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan nasional (wijayanto, 2009).Sistem jaringan jalan terdiri atas sistem jaringan jalan primer Sistem jaringan jalan terdiri atas sistem jaringan jalan primer1. Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan. 2. Sistem jaringan jalan sekunder merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan. Jalan umum menurut fungsinya dikelompokkan ke dalam jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan: 1. Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna. 2. Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi. 3. Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi. 4. Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.

Klasifikasi jalan menurut kelas jalan adalah sebagai berikut: 1. Jalan Kelas I Jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dalam ukuran lebar tidak melebihi 2.500 mm, ukaran panjang tidak melebihi 18.000 mm dan muatan sumbu terbesar dijinkan lebih besar dari 10 ton. 2. Jalan kelas II Jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dalam ukuran lebar tidak melebihi 2.500 mm, ukuran panjng tidak melebihi 18.000 mm dan muatan sumbu terberat diijinkan 10 ton. 3. Jalan Kelas III A Jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 mm dan muatan sumbu terberat yang diijinkan adalah 18 ton. 4. Jalan Kelas III B Jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 mm dan muatan sumbu terberat yang diijinkan adalah 8 ton. 5. Jalan Kelas III C Jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 mm dan muatan sumbu terberat yang dijinkan adalah 8 ton

2.4 Sistem Lalu Lintas a. Terbentuknya Pergerakan Ada beberapa alasan mengapa suatu pergerakan terbentuk. Pertama adalah kenyataan bahwa pergerakan terbentuk karena memang manusia membutuhkan pergerakan tersebut bagi kegiatan kesehariannya, baik dalam skala lokal di mana mereka tinggal maupun dalam skala antar wilayah. Dalam skala lokal pergerakan timbul karena aktivitas manusia tidak selamanya dapat dilakukan di tempat mereka tinggal, apakah di kantor, di pabrik ataupun di daerah pertanian. Sedangkan dalam skala wilayah yang lebih besar dijumpai kenyataan bahwa secara spasial terjadi pemisahan antara satu potensi sumber daya dengan sumber daya yang lain. Sedangkan untuk memanfaatkan suatu sumber daya di suatu tempat akan memebutuhkan sumber daya yang lain di tempat lainnya, sedemikian sehingga akan membutuhkan pemindahaan sumber daya dari satu tempat ke tempat lainnya.b. Waktu Terjadinya Pergerakan Waktu terjadinya pergerakan sangat tegantung pada kapan seseorang melakukan aktivitas untuk kehidupan kesehariannnya. Dengan demikian waktu perjalanan sangat tergantung dari maksud perjalanan. Perjalanan ke tempat kerja atau perjalanan dengan maksud bekerja biasanya merupakan perjalanan yang dominan, dan karenanya sangat penting untuk diamati secara cermat. Karena pola kerja biasa dimulai sekitar jam 08.00 dan berakhir pada jam 16.00, maka waktu perjalanan untuk maksud tujuan kerja biasanya mengitkuti pola kerjanya. Dalam hal ini kita dapat menjumpai bahwa pada pagi hari, sekitar jam 06.00 sampai jam 08.00 akan dijumpai banyak perjalanan untuk tujuan bekerja. Pada sore hari sekitar jam 16.00 sampai 18.00 dijumpai banyak perjalanan dari tempat kerja ke tempat rumah masing-masing. Mengingat jumlah perjalanan dengan maksud kerja ini merupakan jumlah yang dominan, maka kita dapatkan bahwa teradinya perjalanan dengan maksud kerja ini menyebabkan waktu puncak, di mana dijumpai perjalanan paling banyak. Di samping kedua puncak tersebut, dijumpai pula waktu puncak lainnya, yaitu sekitar jam 12.00 sampai 14.00, di mana pada saat itu orang-orang yang bekerja bepergian untuk makan siang dan kembali lagi ke kantornya masing-masing. Tentu saja jumlah perjalanan yang dilakukan pada siang hari ini tidak sebanyak pagi hari atau sore hari, mengingat bahwa makan siang terkadang dapat dilakukan di kantor ataupun kantin di sekitar kantor. Perjalanan dengan maksud sekolah ataupun pendidikan cukup banyak jumlahnya dibandingkan dengan alasan lain, sehingga pola perjalanan sekolah ini turut mewarnai pola waktu puncak perjalanan. Mengingat bahwa sekolah-sekolah dari tingkat dasar sampai menengah pada umumnya terdiri dari dua shift, yaitu sekolah pagi dan sekolah sore, maka pola perjalanan sekolahpun dipengaruhi oleh keadaan ini. Dalam hal ini dijumpai 3 (tiga) puncak pergerakan, yaitu pada pagi hari jam 06.00 - 07.00, di siang hari pada jam 13.00 - 14.00 dan di sore hari jam 17.00 - 18.00. c. Karakteristik Lalu Lintas Pada dasarnya sistem lalu lintas jalan yang ada atau tersedia tidak selalu dapat menghubungkan ke setiap tempat tujuan. Umumnya pada sistem lalu lintas terdapat komponen utama, yaitu benda yang digerakkan, ruas jalan (way link), persimpangan jalan (way intersection), dan terminal. Ruas jalan, persimpangan, jalan, dan terminal dalam sistem lalu lintas biasanya dianggap sebagai fasilitas tetap karena mereka tetap berada pada suatu lokasi tertentu (berbeda halnya dengan kendaraan atau peti kemas). d. Arus Lalu Lintas Ada beberapa cara yang dipakai para ahli lalu-lintas untuk mendefinisikan arus lalu-lintas, tetapi ukuran dasar yang sering digunakan adalah konsentrasi aliran, kecepatan dan kapasitas dari jaringan jalan yang dilalui. Aliran dan volume lalu-lintas sering dianggap sama, meskipun istilah aliran lebih tepat untuk menyatakan arus lalu-lintas dan mengandung pengertian jumlah kendaraan yang terdapat dalam ruang yang diukur dalam satu interval waktu tertentu, sedangkan volume lalu-lintas lebih sering terbatas pada suatu jumlah kendaraan yang melewati satu titik dalam ruang selama satu interval waktu tertentu. Arus lalu-lintas tersusun mula-mula dari kendaraan tunggal yang terpisah, yang bergerak menurut kecepatan yang dikehendaki oleh pengemudinya, tanpa terhalang dan tidak tergantung pada kendaraan lain. Dengan adanya perbedaan kecepatan, kendaraan yang lebih cepat akan terus mendekati kendaraan yang lebih lambat, bila keadaan lalu-lintas menghalangi kendaraan yang akan mendahuluinya, maka terbentuklah satu arus tunggal. Dengan meningkatnya arus, konsentrasi juga akan meningkat sehingga akan menimbulkan gangguan yang disebabkan ketidakmampuan pengendara untuk menjaga jarak secara tetap dan tanpa adanya perubahan waktu, yang akhirnya akan menyebabkan ketidakstabilan dan hasil yang lebih rendah dari pada hasil maksimum. Secara teoretis pada kondisi demikian tingkat arus maksimum tidak dapat dicapai lagi sampai volume lalu-lintas input dikurangi. Tetapi bila arus meningkat terus maka konsentrasi juga akan meningkat dan kecepatan kendaraan akan turun sehingga ruang yang tersedia akan berkurang yang dapat mengurangi arus.Pada saat kecepatan kendaraan sama dengan nol, konsentrasi akan mencapai nilai maksimum yang lebih dikenal dengan istilah konsentrasi kemacetan (Jam Concentration), saat kendaraan saling berdesak-desakan ( F.D. Hobbs, 1995). Adanya konsentrasi kemacetan, tidak terlepas dari kondisi jalan yang dapat menampung pergerakan arus lalu-lintas dalam satu interval waktu tertentu atau lebih tepatnya dapat disebut kapasitas jalan, yaitu kemampuan jalan dalam menampung jumlah maksimum kendaraan yang dapat melewati sebuah titik pada interval waktu tertentu, yang diukur dalam unit kendaraan smp/jam.

2.4 Kinerja Jalan Kinerja jalan dapat diukur dengan menggunakan arus lalu lintas dan waktu tempuh, kapasitas jalan, volume jalan, Volume Capacity Ratio, dan Level of Service. a. Arus Lalu Lintas dan Waktu Tempuh Besarnya waktu tempuh pada suatu ruas jalan sangat tergantung dari besarnya arus dan kapasitas ruas jalan tersebut. Hubungan antara arus dengan waktu tempuh adalah jika arus bertambah maka waktu tempuh akan bertambah (Tamin, 2000). Hal ini sebenarnya merupakan konsep dasar teori antrian yang menyatakan bahwa tundaan yang terjadi pada tingkat kedatangan dan tingkat pelayanan yang tersebar secara acak. Konsep dasar antrian dalam waktu pelayanan merujuk pada waktu minimum yang dibutuhkan kendaraan untuk melalui suatu ruas jalan sesuai dengan tingkat pelayanan jalan yang ada. Waktu pelayanan adalah waktu tempuh yang dibutuhkan ketika kondisi arus bebas (tidak ada kendaraan lain pada ruas jalan), sehingga tundaan antrian dapat dipertimbangkan sebagai pertambahan waktu tempuh akibat adanya kendaraan lain. Dimana waktu tempuh dapat dinyatakan sebagai berikut : Waktu Tempuh = Waktu Pelayanan + Tundaan

b. Kapasitas Jalan Arus Lalu lintas berinteraksi dengan sistem jaringan transportasi. Jika arus lalu lintas meningkat pada ruas jalan tertentu, semakin tinggi waktu tempuh yang dibutuhkan. Arus maksimum yang dapat melewati suatu ruas jalan disebut kapasitas ruas jalan tersebut (Tamin, 2000). Dengan kata lain kapasitas suatu jalan dapat berdefinisi jumlah kendaraaan maksimum yang dapat bergerak dalam periode waktu tertentu. Kapasitas ruas jalan perkotaan biasanya dinyatakan dengan kendaraan atau dalam Satuan Mobil Penumpang (smp) per jam. Hubungan antara arus dengan waktu tempuh atau kecepatan tidaklah linear. Penambahan kendaraan tertentu pada saat arus rendah akan menyebabkan penambahan waktu tempuh yang kecil jika dibandingkan dengan penambahan kendaraan pada saat arus tinggi. Jika arus lalu lintas mendekati kapasitas, kemacetan mulai terjadi. Kemacetan semakin meningkat apabila arus begitu besarnya sehingga kendaraan sangat berdekatan satu sama lain atau bergerak sangat lamban (Wijayanto, 2009). Faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas jalan adalah lebar jalur atau lajur, ada tidaknya pemisah/median jalan, hambatan bahu/kerb jalan, gradien jalan, didaerah perkotaan atau luar kota, ukuran kota. Persamaan untuk menghitung kapasitas jalan daerah perkotaan adalah sebagai berikut : C = Co x FCw x FCsp x FCsf x FCcs

Keterangan : C : Kapasitas (smp/jam) Co : Kapasitas dasar (smp/jam) FCw : Faktor penyesuaian lebar jalan FCsp : Faktor penyesuaian pemisah arah (hanya untuk jalan tak terbagi) FCsf : Faktor penyesuaian hambatan samping dan bahu jalan/kerb FCcs : Faktor penyesuaian ukuran kota c. Volume Capacity Ratio Merupakan perbandingan antara volume yang melintas (smp) dengan kapasitas pada suatu ruas jalan tertentu (smp). Besarnya volume lalu lintas diperoleh berdasarkan survey yang dilakukan di ruas jalan, sedangkan besarnya kapasitas diperoleh dari lingkungan ruas jalan dan survey geometrik yang meliputi potongan melintang, persimpangan, alinyamen horizontal, dan alinyamen vertikal. Selanjutnya dihitung berdasarkan model yang di kembangkan oleh Indonesian Highway Capacity Manual (IHCM). Adapun tingkat pelayanan (VCR) dilakukan dengan persamaan sebagai berikut :

VCR =V/C

Keterangan : VCR : Volume kapasitas ratio (nilai tingkat pelayanan) V : Volume lalu lintas (smp/jam) C : Kapasitas ruas jalan (smp/jam) Smp : Satuan Mobil Penumpang Sedangkan standar nilai VCR ditetapkan berdasarkan (Indonesia Highway Capacity Manual) adalah sebagai berikut :

Tabel II.1Kriteri Jalan Tingkat PelayananTingkat PelayananKriteriaNilai

ATPSangat Tinggi0,00-0,20

BTP Tinggi0,21-0,44

CTP Sedang0,45-0,74

DTP Rendah0,75-0,84

ETP Sangat Rendah0,85-1,00

FTP Sangat Sangat Rendah>1,00

BAB IIIMETODELOGI PENELITIAN3.1 Tempat dan Waktu PenelitianPenelitian yang kami lakukan bertempat di kota Banda Aceh tepatnya di ruas jalan lampineung, penelitian kami di lakukan pada saat pengerjaan suatu konstruksi jalan yang sudah selesai sehingga kami dapat melakukan pengukuran kuantitas/volume pekerjaanya.3.2 Teknik SamplingDalam hal ini yang kami lakukan merupakan kontrol kuantitas/kontrol volume pekerjaan dimana yang menjadi obyek dari penelitian kami yaitu sesuai dengan pekerjaan yang ada antara lain pengerjaan Bahu jalan dengan menggunakan Urugan pilihan, Pengerjaan Pasangan batu, Pengerjaan Wet Lean Concrete/Concrete Treated Sub Base (CTSB) K 125, dan Rigid K 3503.3 Alat Alat PenelitianAlat-alat yang digunakan dalam melakukan pengukuran kuantitas berupa Rol meter, dan Kamera, adapun alat lain yang dapat lebih mempermudah kita dalam melakukan pengukuran yaitu seperti Waterpas, Mistar pengukur, Nivo, dan Unting-unting.3.4 Teknik Pengumpulan DataPada penelitian ini total panjang jalan yang ada yaitu sepanjang satu koma delapan kilometer, Penelitian dilakukan dengan membatasi tiap dua puluh meter hal ini dimaksudkan agar data yang di dapatkan bisa diolah dengan mudah, dan agar pengukuran kuantitas sedikitnya lima kali untuk tiap seratus meter, pengukuran dilakukan dengan menggunakan rol meter, kamera hanya digunakan untuk mengambil gambar sewaktu melakukan pengukuran sehingga data dokumentasi juga ada.3.5 Metode Analisa DataBanyaknya data yang diperoleh dari hasil pengukuran kuantitas hanya berupa perhitungan sederhana, untuk penjelasannya antara lain:

3.5.1 Perhitungan uruganUrugan harus diukur sebagai jumlah kubik meter bahan terpadatkan yang diperlukan, diselesaikan di tempat dan diterima. Metode perhitungan volume bahan haruslah metode luas bidang ujung,dengn menggunakan penampang melintang pekerjaan yang berselang jarak tidak lebih dari 20 mKuantitas yang diukur untuk pembayaran urugan pilihan harus dalam jumlah meter kubik atau ton,diukur di lapangan,dari jenis yang ditunjukkan dalam Daftar Kuantitas dan HargaKontrol kuantitas pada pembayaran pekerjaan urugan pilihan tetap beracuan pada volume pekerjaan.Volume = Panjang X Lebar X Tinggi timbunan.

3.5.2 Perhitungan Pasangan batuPekerjaan pasangan batu harus diukur untuk pembayaran dalam meter kubik sebagai volume nominal pekerjaan yang selesai dan diterima;Pekerjaan pasangan batu volume nominalnya harus ditentukan dari luas permukaan terekspos dari pekerjaan yang telah selesai dikerjakan dan tebal nominal lapisan untuk pelapisan;Setiap bahan yang melebihi volume teoritis yang disetujui tidak boleh diukur atau dibayar.Kuantitas pasangan batu ditentukan seperti yang disyaratkan di atas akan dibayarkan berdasarkan Harga Kontrak per satuan pengukuran Kontrol kuantitas pada pembayaran pekerjaan pasangan batu tetap beracuan pada volume pekerjaan. Volume = Panjang X Luas penampang

3.5.3 Perhitungan Concrete Treated Sub Base (CTSB)Jumlah wet lean concrete untuk leveling course akan dibayar berdasarkan jumlah meter persegi dari leveling course itu, yang telah diselesaikan dan disetujui sesuai dengan gambar rencana spesifikasi dan petunjuk Direksi Pekerjaan.Alas pasir akan dibayar berdasarkan jumlah meter persegi lapisan alas yang sudah selesai dan disetujui. Untuk penambahan kandungan semen atau untuk kelebihan ketebalan lapisan dari ketebalan minimum tidak ada tambahan pembayaran.Jumlah wet lean concrete dan lapisan alas pasir yang telah ditentukan di atas akan dibayar menurut Harga Kontrak. Pembayaran ini merupakan kompensai penuh untuk penyediaan seluruh tenaga kerja,perlatan dan material yang diperlukan.Kontrol kuantitas pada pembayaran pekerjaan Concrete Treated Sub Base (CTSB) tetap beracuan pada volume pekerjaan.Volume = Panjang jalan X Lebar X Tebal

3.5.4 Perhitungan Perkerasan Jalan Beton ( Rigid Pavement )a. Perkerasan jalan betonBeton untuk perkerasan jalan harus diukur dalam jumlah meter kubik yang telah ditempatkan dan diterima dalam pekerjaan sesuai dengan ukuran-ukuran sebagaimana diperlihatkan dalam gambar. Volume yang diukur harus merupakan hasil perkalian dari lebar jalur kendaraan yang diukur tegak lurus terhadap garis sumbu jalur kendaraan yang bersangkutan;Kuantitas yang diukur tidak termasuk daerah dimana perkerasan jalan beton lebih tipis dari ketebalan yang dietapkan, daerah pelat yang sudut tepinya pecah atau retak yang tidak dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan atau daerah-daerah dimana beton tidak mencapai kekuatan karakteristiknya;Ketebalan perkerasan jalan beton yang diukur untuk pembayaran dalam segala hal harus merupakan ketebalan nominal rencana sebagaimana diperlihatkan dalam gambar. Dalam hal Direksi Pekerjaan menyetujui atau menerima suatu lapisan yang lebih tipis yang cukup menurut alasan-alasan teknis, maka pembayaran untuk perkerasan jalan beton tersebut diadakan dengan menggunakan suatu harga satuan yang diubah sama dengan : Harga satuan penawaran x (ketebalan nominal yang diterima)/(ketebalan nominal rencana)

b. Membran kedap airMembran kedap air berfungsi untuk menahan air semen agar tidak keluar. Bila digunakan harus diukur untuk pembayaran sebagai jumlah meter persegi yang sesungguhnya dihampar di bawah perkerasan jalan beton. Luas yang diukur harus sama dengan luas untuk beton yang dihampar diatasnya.Kuantitas beton yang ditentukan sebagaimana diberikan di atas, dibayar menurut harga penawaran per satuan pengukuran untuk jenis pembayaran yang diberikan. Harga-harga dan penawaran tersebut harus dianggap merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan semua beton mutu K 350, besi tulangan sambungan melintang dan memanjang, membran kedap air, agregat dan semen, untuk pencampuran, penempatan, perataan, penyelesaian, perawatan dan perlindungan beton.Kontrol kuantitas pada pembayaran pekerjaan Rigid tetap beracuan pada volume pekerjaan. Volume = Panjang X Lebar X Tebal

musafirPage 6