22
Statement of Authorship Saya/ kami yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa RMK/ makalah/ tugas terlampir adalah murni hasil pekerjaan saya/ kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang saya/ kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya. Materi ini tidak/ belum pernah disajikan/ digunakan sebagai bahan untuk makalah/ tugas pada mata ajaran lain kecuali saya/ kami menyatakan dengan jelas bahwa saya/ kami menggunakannya. Saya/ kami memahami bahwa tugas yang saya/ kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme. Mata Kuliah : AUDIT FORENSIK Judul RMK/ Makalah/Tugas : FRAUD DEFINITION AND TAXONOMY Tanggal : 13-03-2015 Dosen : Dr. H. M. Rasuli, SE., M.Si., Akt., CA KELOMPOK 1 Nama : Aprilla Shinta Uli N I M : 1202120396 Nama : Fadhilah Risma N I M : 1202112673 Nama : Desma Anggraini N I M : 1202112556 Tanda tangan:

Ringkasan Materi Kuliah II

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kuliah asp

Citation preview

Statement of Authorship

Saya/ kami yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa RMK/ makalah/ tugas terlampir adalah murni hasil pekerjaan saya/ kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang saya/ kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.

Materi ini tidak/ belum pernah disajikan/ digunakan sebagai bahan untuk makalah/ tugas pada mata ajaran lain kecuali saya/ kami menyatakan dengan jelas bahwa saya/ kami menggunakannya.

Saya/ kami memahami bahwa tugas yang saya/ kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.

Mata Kuliah

: AUDIT FORENSIK

Judul RMK/ Makalah/Tugas

: FRAUD DEFINITION AND TAXONOMYTanggal

: 13-03-2015

Dosen

: Dr. H. M. Rasuli, SE., M.Si., Akt., CA

KELOMPOK 1

Nama

: Aprilla Shinta Uli

N I M

: 1202120396

Nama

: Fadhilah Risma

N I M

: 1202112673

Nama

: Desma Anggraini

N I M

: 1202112556

Tanda tangan:

APRILLA SHINTA ULI FADHILAH RISMA

DESMA ANGGRAINI

RINGKASAN MATERI KULIAH II

FRAUD DEFINITION AND TAXONOMY

PENGERTIAN KECURANGANKata kecurangan dalam kehidupan sehari-hari merupakan hal yang sering didengar dan berkonotasi negatif. Secara awam kecurangan adalah tindakan tidak jujur dengan bentuk tipu muslihat termasuk dalam penyajian suatu fakta yang sengaja disalahkan.

Kecurangan merupakan kumpulan tindakan ketidakberesan dan tindakan melawan hukum, bentuk-bentuk kecurangan yang memiliki konsekuensi hukum antara lain : penggelapan, penyuapan, pencurian dengan cara menipu, penggelapan, korupsi, kolusi, nepotisme, menyalahgunakan wewenang dan jabatan, kecurangan dalam pelaporan keuangan.

Kecurangan secara organisasi adalah tindakan melawan atau melanggar hukum yang dilakukan oleh orang atau kelompok yang berasal dari dalam atau luar organisasi dan secara langsung maupun tidak langsung dapat merugikan organisasi maupun orang lain.

Banyak yang berpandangan kecurangan (fraud) sama dengan white collar crime yang didefinisikan oleh Amin (1992) sebagai tindakan kesalahan atau suatu seri tindakan yang dilakukan dengan alat non phisik atau dengan penyembunyian atau akal bulus/tipu muslihat untuk mendapatkan uang atau harta, menghindari pembayaran atau kerugian uang/harta, atau mendapatkan keuntungan bisnis atau pribadi.

Berdasarkan berbagai pengertian kecurangan tersebut maka dapat dilihat bahwa kecurangan mengandung beberapa unsur, yaitu :

1. Terdapat tindakan yang melanggar/melawan hukum (illegal-acts).

2. Ditemukan salah saji dan kekeliruan dalam penyajian laporan (mispresentation).

3. Dilakukan oleh individu atau kelompok dari dalam/atau luar organisasi.

4. Pihak yang dirugikan harus beraksi (acted) terhadap kekeliruan penyajian atau pernyataan terhadap salah/kekeliruan penyajian (misrepresentation).

5. Terjadi pada waktu yang lalu atau saat ini (past or present).

6. Untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau kelompok.

7. Adanya bukti yang material (material fact).

8. Langsung atau tidak langsung dapat merugikan pihak lain (detriment).

9. Dilakukan secara sengaja atau tanpa pertimbangan (make-knowingly or recklessly).

10. Mengakibatkan pihak lain bereaksi.

KLASIFIKASI KECURANGANDitinjau dari sisi pelaku, kecurangan dapat dilakukan oleh orang dalam maupun luar organisasi. Pelaku kecurangan dalam organisasi dapat melibatkan manajemen, karyawan, atau dari pihak dalam yang bekerjasama dengan pihak luar organisasi.

Terlepas dari pelaku kecurangan, tindakan kecurangan secara umum mencakup berbagai tindakan dan perbuatan, antara lain :

Ketidakjujuran

Penyembunyian

Penggelapan

Penyalahgunaan wewenang dan jabatan

Penyelewengan

Pencurian

Perilaku yang tidak baik.Peran dan Tanggung Jawab Internal Auditor Dalam Masalah Kecurangan

Terdapat 4 pilar utama dalam memerangi kecurangan yaitu :

1. Pencegahan kecurangan (fraud prevention)

2. Pendeteksian dini kecurangan (eraly fraud detection)

3. Investigasi kecurangan (fraud investigation)

4. Penegakan hukum atau penjatuhan sanksi (follow-up lega action)

Berdasarkan 4 pilar utama dalam rangka memerangi kecurangan tersebut, peran penting dari internal auditor dalam ikut membantu memerangi perbuatan kecurangan khususnya mencakup :

Preventng Fraud (mencegah kecurangan)

Detecting Fraud (mendeteksi kecurangan)

Investigating Fraud (melakukan investigasi kecurangan)

Tanggung Jawab Internal Auditor

Tanggung jawab internal auditor dalam pencegahan, pendeteksian dan menginvestigasi perbuatan kecurangan memegang peranan penting dalam mendukung penerapan good corporate governance. Efektifitas peran internal auditor dalam mencegah dan mendeteksi kecurangan sangat tergantung pada besar kecilnya status kewenangan yang dimiliki dan mekanisme pelaporan hasil investigasi kecurangan yang dapat dijalankannya.

Dalam Standar Internal Auditing (SIAS) No.3, tanggung jawab internal auditor dalam mendeteksi kecurangan yang mencakup :

1. Internal auditor harus memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang memadai atas kecurangan agar dapat mengidentifikasi kondisi yang menunjukkan tanda-tanda fraud yang mungkin terjadi.

2. Internal auditor harus mempelajari dan menilai struktur pengendalian perusahaan untuk mengidentifikasi timbulnya kesempatan terjadinya kecurangan, seperti kurangnya perhatian dan efektivitas terhadap sistem pengendalian intern yang ada.

Berkaitan dengan pendeteksian kecurangan yang efektif, internal auditor harus mampu melakukan, antara lain :

Mengkaji sistem pengendalian intern untuk menilai kekuatan dan kelemahannya,

Mengidentifikasi potensi kecurangan berdasarkan kelemahan yang ada pada sistem pengendalian intern,

Mengidentifikasi hal-hal yang menimbulkan tanda tanya dan transaksi-transaksi diluar kewajaran (non prosedural),

Membedakan faktor kelemahan dan kelalaian manusia dari kesalahan yang bersifat fraud,

Berhati-hati terhadap prosedur, praktik dan kebijakan manajemen,

Dapat menetapkan besarnya kerugian dan membuat laporan atas kerugian karena kecurangan, untuk yujuan penuntutan pengadilan (litigasi), penyelesaian secara perdata, dan penjatuhan sanksi internal (skorsing hingga pemutusan hubungan kerja),

Mampu melakukan penelusuran dan mengurai arus dokumen yang mendukung transaksi kecurangan,

Mencari dokumen pendukung untuk transaksi yang dipertanyakan (dispute),

Mereview dokumen yang sifatnya aneh/mencurigakan,

Menguji jalannya implementasi motivasi dan etika organisasi di bidang pencegahan dan pendeteksian kecurangan.

Tanggung jawab internal auditor berkaitan dengan investigasi kecurangan adalah :

Menetapkan apakah pengendalian yang ada telah cukup memadai dan efektif untuk mengungkap terjadinya kecurangan

Merancang suatu prosedur audit untuk mengungkap dan mencegah terulangnya kembali terjadinya kecurangan atau penyimpangan

Mendapatkan pengetahuan yang cukup untuk menginvestigasi kecurangan yang sering terjadi.

SUMBER: (Bambang Sugiarto, 2013. Laporan Pelatihan Audit Intern Tingkat Lanjutan II)

Mendeteksi Kecurangan

Teknik mendeteksi kecurangan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :

1. Critical Point Auditing (CPA)

CPA merupakan suatu teknik dimana melalui pemeriksaan atas catatan pembukuan, gejala suatu manipulasi dapat diidentifikasi.

Critical point auditing ini adalah :

a. Analisis Tren; pengujian ini terutama dilakukan atas kewajaran pembukuan pada rekening buku besar dan menyangkut pula pembandingannya dengan data sejenis untuk periode sebelumnya maupun dengan data sejenis dari cabang-cabang perusahaan.

b. Pengujian Khusus

Pengujian khusus dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan yang memiliki risiko tinggi untuk terjadinya kecurangan. Kegiatan-kegiatan tersebut seperti :

Pembelian

Pemeriksa tingkat kewenangan pejabat dalam melakukan pembelian dan menyetujui faktur.

Lakukan uji-petik terhadap kontrak, terutama dari pemasok yang barang-barangnya dibeli tanpa ada harga resminya.

Penjualan dan pemasaran. Kecurangan dalam aktivitas ini biasanya dilakukan dengan cara seolah-olah terjadi penjualan yang diikuti dengan pengiriman barang namun tanpa pendebetan pada rekening debitur.

Persediaan

Analisis hubungan

2. Job Sensitivity Analysis (JSA)

Teknik analisis kepekaan pekerjaan (job sensitivity analysis) didasarkan pada suatu asumsi. Dengan kata lain, teknik ini merupakan analisis dengan risiko kecurangan dari sudut pelaku potensial, sehingga pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya kecurangan dapat dilakukan misalnya dengan memperketat pengendalian intern pada intern pada posisi-posisi yang rawan kecurangan.

Audit Investigatif

Investigasi merupakan metode/teknik yang digunakan dalam audit investigatif. Audit investigatif mencakup review dokumentasi keuangan untuk tujuan tertentu, yang mungkin berhubungan dengan masalah litigasi dan pidana.

Adapun prinsip-prinsip investigasi adalah sebagai berikut :

1. Investigasi merupakan tindakan mencari kebenaran dengan memperhatikan keadilan dan berdasarkan pada ketentuan perundangan yang berlaku.

2. Kegiatan investigasi mencakup pemanfaatan sumber-sumber bukti yang dapat mendukung fakta yang dipermasalahkan.

3. Semakin kecil selang antara waktu terjadinya tindak kejahatan dengan waktu untuk merespon maka kemungkinan suatu tindak kejahatan dapat terungkap akan semakin besar.

4. Investigator mengumpulkan fakta-fakta sehingga bukti yang diperoleh dapat memberikan simpulan sendiri.

5. Bukti fisik merupakan bukti nyata

6. Penggunaan tenaga ahli merupakan bantuan bagi pelaksanaan investigasi, bukan merupakan pengganti dari investigasi.

7. Investigator harus selalu berusaha mengkonfirmasikan setiap pernyataan dan keterangan yang diberikan saksi.

8. Jika investigator mengajukan pertanyaan yang cukup kepada sejumlah orang yang cukup, dapat diharapkan memperoleh jawaban yang benar.

9. Investigator harus mempertimbangkan segala kemungkinan untuk dapat memperoleh informasi.

10. Pengamatan, informasi dan wawancara merupakan bagian yang penting dalam investigasi.

Tahap audit investigatif

1. Perencanaan

2. Pelaksanaan (pengumpulan bukti dan kegiatan evaluasi bukti)

3. Pelaporan

Aspek Hukum

Terhadap temuan hasil audit yang diperoleh dari hasil investigasi, perlu dikomunikasikan kepada manajemen auditee yang akan menyelesaikan atau menindaklanjuti temuan audit dan rekomendasi sebagaimana tercantum dalam laporan hasil audit. Selanjutnya, auditor perlu mengidentifikasi apakah kasus yang ditangani termasuk kasus perdata atau kasus pidana.

SUMBER : (Modul Pembelajaran Fraud Auditing, 2008. YPIA. Jakarta)A. Kecurangan Perusahaan (corporate fraud) Kecurangan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan secara umum berkaitan dengan kebijakan dan kinerja perusahaan. Kecurangan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan dapat berbentuk pemberian informasi yang tidak wajar baik itu pada laporan keuangan, produksi dan kondisi non produksi kepada kreditor, investor, petugas pajak, konsumen maupun akuntan publik. Kecurangan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan memiliki tujuan berbeda-beda, antara lain :

Pada umumnya kecurangan pada kreditor dan investor berkaitan dengan nilai laba yang dibuat tinggi dengan tujuan menunjukan prestasi atau bonus dari kinerja yang baik.

Kecurangan yang ditujukan pada petugas pajak bertujuan menunjukan ketidak mampuan atau penghindaran pajak.

Sedangkan kecurangan yang ditujukan pada akuntan publik bertujuan untuk mendapat opini yang baik atas laporan keuangan.

Tindakan curang perusahaan yang ditujukan pada konsumen dan masyarakat pada umumnya bertujuan untuk meningkatkan penjualan, market share, brand image dimata masyarakat.

Kecurangan yang dilakukan oleh perusahaan sering mengaitkan antara jabatan, pekerjaan dan organisasi, hal ini sering disebut white collar crime, karena tindakan kecurangan yang dilakukan oleh perusahaan didukung oleh norma sosial yang ada dan pihak-pihak tertentu yang mendukung tindakan illegal perusahaan. Secara umum white collar crime akan menimbulkan kerusakan struktur susunan sosial dan kerugian ekonomis yang saling terkait.

B. Kecurangan Struktural Kecurangan struktural ini merupakan tindakan curang yang dilakukan oleh pejabat-pejabat struktural yang ada dalam suatu organisasi perusahaan.

Tindakan curang yang dilakukan oleh para pejabat struktural pada umumnya berbentuk :

Perintah yang tidak jelas.

Manipulasi anggaran seperti target pendapatan yang ditetapkan lebih rendah dari potensi dan target biaya yang terlalu tinggi dari semestinya.

Penyalahgunaan wewenang atas kekuasaan.

Mengubah laporan tanpa pertimbangan diskusi.

Memberikan laporan tanpa substansi yang jelas.

Tujuan dari tindakan curang yang dilakukan oleh pejabat struktural berbeda-beda, antara lain :

Kecurangan dengan perintah tidak jelas bertujuan menghindar dari tanggungjawab yang sesungguhnya dan melimpahkannya pada pihak lain terutama bawahan.

Kecurangan melalui manipulasi anggaran bertujuan untuk mempertahankan posisi karena dianggap mampu mencapai target.

Kecurangan melalui penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan bertujuan untuk memperkaya diri sendiri dan menutupi kelemahan atas kemampuan yang dimiliki.

Mengubah laporan dan laporan tanpa substansi memiliki tujuan yang sama dengan kecurangan anggaran, hal ini dilakukan untuk mempertahankan diri dan posisi supaya dianggap mampu.

C. Kecurangan Karyawan (employement fraud) Tindakan kecurangan yang dilakukan oleh karyawan berupa ketidakjujuran, manipulasi, pencurian. Kecurangan itu pada umumnya melibatkan aktivitas perpindahan kekayaan seperti pengelapan atau pencurian, mark-up pembelian, mark-up biaya operasional, pengeluaran fiktif, penggelapan penerimaan, pencairan cek pembayaran ke pemasok yang dibawa, pemalsuan dokumen, penjualan yang tidak dicatat, pemakaian uang penjualan baik yang dibayarkan tunai maupun melalui cek (kitting).

D. Kecurangan Pihak Luar (external fraud)Hal ini merupakan kecurangan yang dilakukan oleh pihak-pihak diluar perusahan namun memiliki kepentingan dengan pihak perusahaan, pihak-pihak tersebut antara lain supplier, debitur, kontraktor. Supplier kecurangan yang dilakukan berupa kecurangan pada saat pengiriman barang yang tidak sesuai dengan perjanjian jual-beli, seperti : kualitas barang berbeda, jumlah tidak sesuai, pengiriman tidak tepat waktu, penagihan berulang-ulang yang dilakukan pada transaksi sama. Sedangkan oleh debitur sebagai penerima piutang pada umumnya melakukan penggelapan barang, pembayaran piutang tidak sesuai perjanjian.

Kecurangan yang dilakukan oleh kontraktor pada umumnya dilakukan dalam bentuk pengurangan kualitas pekerjaan, wan-prestrasi kontrak, jangka waktu penyelesaian tidak sesuai perjanjian, denda tidak dibayar.

E. Kecurangan Kolusi Luar dan Dalam OrganisiasiKecurangan dalam bentuk ini berawal dari persekongkolan atau kolusi negatif dari dua sisi, yaitu perusahaan dan pihak terkait dengan perusahaan, sebagai contoh perusahaan dengan bagian kredit perbankan, dimana keduanya saling menjanjikan, perusahaan menjanjikan imbalan sedangkan pihak kredit perbankan menetapkan imbalan untuk pencairan kredit karena kurangnya administrasi sehingga berakibat kredit macet.

Kecurangan kolusi dapat dikelompokan menjadi bonafide conspiracy dan pseudeo conspiracy. Bonafide conspiracy terjadi dimana kedua belah pihak sadar jika terjadi kecurangan, sedangkan pseudeo conspiracy ada pihak-pihak yang tidak tahu jika terjadi kecurangan.

Kecurangan jika dilihat dari sisi korban perlu dilihat tujuannya yaitu : apakah mengakibatkan kerugian organisasi, atau sebaliknya mengakibatkan kerugian pihak lain tapi mengguntungkan pihak organisasi.

F. Kecurangan Terhadap OrganisasiKecurangan terhadap organisasi ini dapat dilakukan oleh pihak dari dalam maupun dari luar organisasi. Kecurangan yang sering dilakukan terhadap organisasi misalnya melakukan penambahan karyawan fiktif, sehingga mengakibatkan manipulasi upah, penagihan terhadap persediaan yang rusak dan usang, kecurangan oleh supplier, pabrik, kontraktor berupa pemberian barang pesanan tidak sesuai kualitas, jumlah sedikit, penggantian spesifikasi barang tidak sesuai dengan perjanjian, penagihan berulang-ulang.G. Kecurangan untuk Kepentingan OrganisasiKecurangan yang dilakukan oleh organisasi seperti perusahaan pada umumnya dilakukan terhadap investor, kreditor dan pemerintah. Pada sisi investor perusahaan cenderung melakukan manipulasi terhadap kinerja penjualan dengan cara meninggikan penjualan dan merendahkan biaya, sehingga dapat menciptakan keuntungan dengan tujuan bonus. Sedangkan pada sisi kreditor dapat menunjukan kemampuan perusahaan menyelesaikan segala kewajibannya.

Pada sisi pemerintah terutama fiskus, kecurangan yang dilakukan perusahaan cenderung pada tindakan merendahkan penjualan dan meninggikan biaya dengan tujuan rugi untuk penghindaran pajak. Perusahaan juga tidak jarang berbuat curang terhadap konsumen dengan cara mengganti bahan baku dengan kualitas yang lebih rendah dan juga dengan timbangan yang tidak wajar dan tidak standar.

Klasifikasi kecurangan yang lain bisa berupa kecurangan dari sisi akibat hukum yang ditimbulkan, dari sisi pencatatan, frekwensi, keunikan. Pada sisi hukum yang ditimbulkan kecurangan dapat berupa tindakan kriminal, melawan hukum dan pelanggaran hukum. Sedangkan pada sisi pencatatan umumnya kecurangan dilakukan dalam bentuk pencurian aset yang tampak melalui duplikasi pembukuan (fraud open on the books), pencurian aset tak terlihat dengan cara menyembunyikan diantara catatan akuntansi yang baik (fraud hidden on the books), pencurian piutang dagang yang telah dihapuskan (fraud off-books).

Pada sisi frekwensi, kecurangan dikelompokan menjadi kecurangan berulang (repeating fraud) dan tidak berulang (non-repeating fraud). Kecurangan berulang merupakan yang terjadi mengikuti transaksi-transaksi yang berulang secara otomatis, dan akan berhenti jika ada perintah penghentian transaksi. Sedangkan kecurangan tidak berulang merupakan kecurangan bersifat tunggal dan dilakukan oleh orang yang berbeda.

Dari sisi keunikan, kecurangan dapat dikelompokan dalam kecurangan umum (garden varieties of fraud) dan kecurangan khusus (specialized fraud). Kecurangan umum dapat dilakukan oleh setiap orang dengan tujuan dan kepentingan berbeda-beda namun bersifat umum dalam kegiatan bisnis, seperti : harga yang tidak sesuai, barang yang dikirim tidak sesuai perjanjian, pembayaran kontak yang diminta berulang-ulang. Sedangkan kecurangan khusus hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang bekerja pada perusahaan jenis tertentu, seperti : bank, asuransi, pialang.

Menurut Association of Certified Fraud Examinations (2000) mengkatagorikan kecurangan dalam tiga kelompok, yaitu :

Financial statement fraud (kecurangan laporan keuangan). Merupakan kecurangan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan dengan cara membuat salah saji laporan keuangan secara material sehingga dapat mengelabuhi pihak-pihak pengambil keputusan yang didasarkan pada data laporan keuangan, seperti : investor dan kreditor.

Asset missappropriation (Penyalahgunaan asset). Kecurangan ini merupakan tindakan-tindakan baik administratif maupun operasional menyalahgunakan penerimaan, pengeluaran dan pemakaian aktiva perusahaan seperti kas, surat berharga, piutang, persediaan, aktiva tetap lainnya.

Corruption (Korupsi). Kecurangan pada kelompok korupsi merupakan tindakan-tindakan yang berkaitan dengan suap, pemerasan, dan pemberian illegal.SUMBER : (JURNAL 30 AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 10, NO. 1, MEI 2008: 22-33)PENDEKATAN FRAUD THEORYTeori kecurangan dimulai dengan asumsi berdasarkan fakta-fakta yang diketahui, dan melakukan pengujian apakah fakta-fakta tersebut terbukti atau tidak. Fraud theory meliputi proses:

Analisa data awal yang tersedia.Jika audit atas suatu fungsi dalam perusahaan dianggap telah terjamin pelaksanaan fungsi tersebut, maka audit dilakukan pada waktu itu dan secara khusus mengarah kepada kemungkinan terjadinya kecurangan berdasarkan informasi yang diterimanya.

Menyusun dan menciptakan sebuah hipotesa.Hipotesa dalam mengidentifikasi kecurangan merupakan dugaan terhadap kondisi terburuk atas suatu kecurangan. Beberapa dugaan terhadap tindakan curang dapat dibuat seperti bentuk-bentuk hipotesis berikut ini : diduga ada pemberian suap, diduga adanya conflict of interest, diduga ada penyalahgunaan wewenang, diduga adanya kickbacks.

Berdasarkan beberapa dugaan yang dibuat, auditor harus dapat mengenali karakteristik unik dari setiap skim kecurangan, yang dilihat dari tanda-tanda peringatan (warning sign/red flag) terjadinya kecurangan.

Menguji hipotesa. Pendekatan skenario jika .maka., Jika ada dugaan penyuapan kepada perchusing agent maka auditor akan mencari fakta yang mendukung dugaan kecurangan yang telah disusun, contohnya seperti :

1. Adanya hubungan personal antara buyer dan vendor,

2. Bahwa agen pembelian memiliki kemampuan financial yang mengarahkan bisnis kepada vendor tertentu,

3. Bahwa harga lebih tinggi atau kualitas lebih rendah untuk produk yang dibeli,

4. Terjadi pengeluaran yang berlebih dari agen pembelian.

Menyempurnakan dan memperbaiki hipotesa. Sangat mungkin terjadi kondisi data berbeda dengan fakta, sehingga skenario hipotesa perlu direvisi dan disempurnakan. Contoh kasus seorang manajer keuangan diidentifikasi berbuat curang, ternyata tidak bergaya hidup berlebihan namun sedang mendapat kesulitan keuangan dengan hutang-hutangnya. Berdasarkan contoh diatas maka perlu dilakukan revisi terhadap skenario hipotesa dengan cara melakukan interview pada pihak terkait, observasi dan pengujian dokumen laporan keuangan, catatan keuangan, dan dokumen-dokumen pendukung lainnya. Tindakan tersebut dilakukan supaya hipotesa yang disusun dapat mendekati kondisi dan fakta kecurangan yang sesungguhnya.SUMBER : ( https://bhuono76.wordpress.com/2011/01/07/fraud-dan-klasifikasinya/ )

Mencegah Terjadinya Kecurangan

A. Jenis Kecurangan

Jenis-jenis kecurangan yang dikenal selama ini meliputi kecurangan-kecurangan berikut ini :

2. Employee embezzlement atau occupational fraud, yaitu kecurangan yang dilakukan pegawai karena jabatan atau kedudukannya dalam organisasi.

3. Management fraud, yaitu kecurangan yang dilakukan oleh manajemen, biasanya dengan melakukan penyajian laporan keuangan yang tidak benar untuk keuntungan organisasi atau perusahaan.

4. Investment scam, yaitu kecurangan yang dilakukan dengan membujuk investor untuk menanamkan uangnya pada suatu bentuk investasi dengan janji akan memperoleh hasil investasi yang berlipat dalam waktu capat.

5. Vendor fraud, yaitu kecurangan yang dilakukan oleh pemasok atau organisasi yang menjual barang/jasa dengan harga yang teralu tinggi dibandingkan dengan kwalitasnya, atau barang/jasanya tidak direalisasikan walaupun pembeli telah membayar.

6. Customer fraud, yaitu kecurangan yang dilakukan pembeli/pelanggan.

7. Computer fraud, yaitu kecurangan yan dilakukan dengan cara merusak program komputer, file data, sistem operasi, alat atau media yang digunakan yang mengakibatkan kerugian bagi organisasi yang sistem komputernya dimanipulasi.

Ada tiga elemen kunci yang disebut sebagai Fraud Triangel yang mendorong seseorang atau sekelompok orang melakukan kecurangan. Ketiga elemen tersebut adalah :

1. Adanya tekanan (perceived pressure)

2. Adanya kesempatan (perceived opportunity)

3. Adanya alasan pembenaran (rationalization)

Elemen pertama dan ketiga lebih melekat pada kondisi kehidupan dan sikap mental pribadi seseorang, sedangkan elemen kedua terkait dengan sistem pengendalian internal dalam suatu organisasi atau perusahaan.

Untuk menutup atau meminimalkan kecurangan, membangun sistem pengendalian intern merupakan cara yang dapat dilakukan oleh manajemen. Agar pengendalian intern dengan sarana-sarana pengendaliannya dapat berjalan secara efektif, Committee of Sponsoring Organization of The Treadway Commission yang dikenal dengan singkatan COSO, menetapkan 5 (lima) komponen Struktur Pengendalian Intern yang harus dilaksanakan, meliputi :

1. Lingkungan pengendalian (control environment)

2. Penilaian risiko (risk assessment)

3. Aktivitas pengendalian (control activities/control procedures)

4. Informasi dan komunikasi (information and communication)

5. Pemantauan (monitoring)