Upload
iwan-miswar
View
55
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
RHINITIS AKIBAT KERJA
Sri Ramadhani0707101010015
Pembimbing: Dr. Lily Setiani, Sp.THT-KL
Pendahuluan Penyakit akibat kerja merupakan penyakit yang
diakibatkan atau dihubungkan dengan lingkungan kerja.
Lingkungan dengan polusi udara memberikan dampak peningkatan keluhan saluran nafas
Hidung merupakan target potensial pajanan polusi udara yang akan menimbulkan iritasi mukosa hidung, perubahan resistensi aliran udara, dan perubahan pada bersihan mukosa.
Penyakit akibat kerja yang tersering adalah asma dan rhinitis.
85%
15%
Rhinitis Akibat Kerja
Penyakit akibat kerjaRhinitis akibat kerja
48%
29%
13%10%
Jenis Pekerjaan
Pekerja industriPekerja administrasiPengolah bahan jadiLain-lain
Anatomi & Fisiologi Hidung
Vaskularisasi
Inervasi
Fungsi Respirasi
• Mengatur kondisi udara, penyaring udara, mekanisme imunologi lokal
Fungsi Penghidu
• Terdapat mukosa olfaktorius dan reservoir udara untuk menampung stimulus penghidu
Fungsi Fonetik
• Berguna untuk resonansi suara, membantu proses bicara dan membantu pembentukan konsonan nasal
Rhinitis Akibat Kerja
Penyakit Karena Hubungan Kerja
Penyakit Akibat Kerja
Penyakit yang mempunyai penyebab yang spesifik atau asosiasi kuat dengan pekerjaan, yang pada umumnya terdiri dari satu agen penyebab yang sudah diakui.
Rhinitis Akibat Kerja(Occupational Rhinitis)
Inflamasi hidung baik bersifat persisten atau sementara yang ditandai dengan kongesti
hidung, bersin-bersin, rinore, gatal, gangguan aliran udara hidung dan atau hipersekresi yang
disebabkan oleh kondisi lingkungan kerja
(EAACI, 2009)
Risiko tinggi
• Petani• Pekerja laboratorium farmasi• Tukang kayu/cat• Pekerja industri makanan• Pekerja Kesehatan• Polisi lalu lintas, sopir, pekerja di
jalan raya
Risiko tinggi
• Polisi lalu lintas
17%
83%
Thailand
28%
72%
Italia
Keluhan rhinitis
Etiologi
• Golongan Fisik:– Suhu ekstrem
• Golongan Kimiawi:– Bahan kimia dalam bentuk
debu, uap, gas, larutan, kabut
• High molecules weight:– Gandum, lateks
• Low molecules weight:– Diisosianat, as. anhidrida
Etiologi
• Golongan Biologik:– Bakteri, virus, jamur
• Golongan Fisiologik:– Beban kerja
• Golongan Psikososial:– Stress psikis, tuntutan pekerjaan
Di negara maju faktor fisik, biologi dan kimiawi sudah dapat dikendalikan sehingga golongan fisiologik dan psikososial yang menjadi penyebab utama
Etiologi
Patofisiologi
Mekanisme Alergi
• Alergen berikatan dengan Ig E tersensitasi degranulasi mastosit pelepasan mediator inflamasi (histamin, leukotrien, sitokin, triptase) reaksi inflamasi vasodilatasi, ekstravasasi plasma (edema), hipersekresi, kontraksi otot polos keluhan klinis
Mekanisme refleks neurogenik
• Bahan iritan stimulasi reseptor saraf saluran napas refleks parasimpatis dan refleks akson pelepasan neurotransmitter peptide dari cabang afferent N. V vasodilatasi, ekstravasasi plasma (edema), hipersekresi, kontraksi otot polos keluhan klinis
Gejala klinis
• Bersin-bersin• Hidung beringus• Hidung tersumbat• Ingus belakang hidung• Keluhan timbul atau memberat pada saat
bekerja dan hilang atau berkurang pada saat pulang kerja atau pada saat libur
Diagnosis
Hak pekerja
Dasar terapi
Melindungi pekerja lain
Diagnosis
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
Anamnesis
• Awal mula timbul gejala• Perkembangan penyakit• Hubungan gejala dengan pekerjaan• Riwayat pekerjaan: tempat bekerja, jenis
pekerjaan, aktivitas pekerjaan, faktor dalam pekerjaan, lingkungan kerja
Pemeriksaan
Rhinoscopy anterior- Terbanyak berupa hipertrofi konka inferior
Peak Nasal Inspiratory Flowmeter (PNIF)- Alat untuk mengukur derajat aliran udara
hidung dengan menghitung besarnya kecepatan aliran udara dalam satuan liter per menit
- RAK= Penurunan PNIF sebesar 20% dari nilai baseline.
Pemeriksaan
Pemeriksaan alergi (skin test) sebelum bekerja tidak dianjurkan pada pekerja tanpa asma karena hasil tes kulit positif terhadap HMW di masyarakat akibat pekerjaan cukup tinggi
Pemeriksaan eosinofil kerokan mukosa hidung, spesimen dapat diambil dengan teknik kerokan, usapan kapas lidi, bilasan, brushing dan imprint
Penatalaksanaan
• Secara umum sama dengan rhinitis lain• Penting untuk menghindari pajanan dari
bahan penyebab• Makin cepat terbebas dari pajanan makin baik
prognosisnya• Melanjutkan pekerjaan di tempat pajanan
akan memperburuk gejala
Penatalaksanaan
• Antihistamin (chlorpheniramin maleat, difenhidramin, prometasin)
• Preparat simpatomimetik gol. Agonis alfa adrenergik sebagai dekongestan (Fenilefrin HCl, Nafazolin HCl, Tetrahidrozolin HCl)
• Intranasal kortikosteroid (fluticasone, beclometasone, triamcinolone)
• Preparat sodium kromoglikat topikal• Antikolinergik topikal (ipratropium bromida)
Pencegahan
• Penyuluhan tentang prilaku kesehatan di lingkungan kerja.
• Menurunkan pajanan, dapat berupa subsitusi bahan, memperbaiki ventilasi, automatis proses (robot), modifikasi proses untuk menurunkan sensitisasi, mengurangi debu rumah dan tempat kerja.
• Pemeriksaan kesehatan sebelum mulai bekerja untuk mengetahui riwayat kesehatan dan menentukan individu dengan resiko tinggi.
• Kontrol administrasi untuk mengurangi pekerja yang terpajan ditempat kerja dengan rotasi pekerjaan dan cuti.
• Menggunakan alat proteksi pernapasan
Pencegahan
TERIMA KASIH