33
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI PENCERNAAN DAN PERNAFASAN PRAKTIKUM KE : 1 JUDUL KASUS : RINITIS ALERGI DAN BATUK OLEH: GOLONGAN/ KELOMPOK : II / 4 MINAT : FKK HARI/ TANGGAL PRAKTIKUM : RABU / 13OKTOBER 2010 NAMA MAHASISWA NIM TTD DANIAR PRATIWI FA / 07764 DINAR TRIE PADMASARI FA / 07765 QORY ADDIN FA / 07768 MAMTA VESUDAVE FA / 08233 DOSEN JAGA PRAKTIKUM : Prof.Dr.Zullies Ikawati, Apt. LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK BAGIAN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK

Rhinitis Alergy1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Rhinitis Alergy1

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOTERAPI PENCERNAAN DAN PERNAFASAN

PRAKTIKUM KE : 1

JUDUL KASUS : RINITIS ALERGI DAN BATUK

OLEH:

GOLONGAN/ KELOMPOK : II / 4

MINAT : FKK

HARI/ TANGGAL PRAKTIKUM : RABU / 13OKTOBER 2010

NAMA MAHASISWA NIM TTD

DANIAR PRATIWI FA / 07764

DINAR TRIE PADMASARI FA / 07765

QORY ADDIN FA / 07768

MAMTA VESUDAVE FA / 08233

DOSEN JAGA PRAKTIKUM : Prof.Dr.Zullies Ikawati, Apt.

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK

BAGIAN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2010

Page 2: Rhinitis Alergy1

RHINITIS ALERGI

I. TUJUAN PRAKTIKUM

Agar mahasiswa mampu memahami dan mengevaluasi tatalaksana terapi rhinitis.

II. DASAR TEORI

Rhinitis disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan lokal yang berlangsung di

rongga nasal yang mana mekanisme ini dilakukan dengan tujuan untuk

menghindarkan bahan iritan dan alergen memasuki paru. Rhinitis adalah inflamasi yang

terjadi pada membran mukosa nasal. Rhinitis dapat diklasifikasikan berdasarkan

penyebabnya, terbagi menjadi dua golongan rhinitis, yaitu rhinitis alergi yang

disebabkan oleh adanya alergen yang terhirup oleh hidung dan rhinitis non-alergi, yaitu

disebabkan oleh faktor-faktor pemicu tertentu (bukan alergen). Simptom-simptom

yang terjadi pada pasien rhinitis adalah seperti hidung berair (rhinorrhea), bersin-

bersin (sneezing), hidung tersumbat (nasal congestion), dan gatal-gatal dihidung

(itching). Rhinitis yang terjadi selama kurang dari enam minggu dikategorikan rhinitis

akut dan lebih dari enam minggu dikenali sebagai rhinitis kronis.

a. Rhinitis Alergi

Pengertian rinitis adalah inflamasi pada membran mukosa nasal yang

disebabkan oleh penghirupan senyawa alergenik yang kemudian memicu respon

imunologi spesifik.

Rhinitis merupakan suatu reaksi tipe I yang diantarai oleh antibodi IgE yang

spesifik bagi alergen tertentu. Sistem imun membuat antibodi khas tersebut dengan

maksud memerangi alergen dan memusnahkannya, namun juga menimbulkan suatu

reaksi peradangan. (Tjay dan Raharja, 2002) Pada paparan pertama, alergen dari

udara terhirup oleh hidung dan kemudian direspon oleh limfosit dengan memproduksi

IgE yang spesifik terhadap alergen tertentu, sehingga host akan tersensitisasi. IgE yang

BagianFarmakologidanFarmasiKlinikFakultasFarmasiUniversitasGadjahMadaSekip Utara, Yogyakarta 55281 Telp. (0274) 902660 Fax (0274) 543120

Page 3: Rhinitis Alergy1

diproduksi tersebut akan berikatan dengan sel mast pada reseptornya. Pada paparan

berikutnya, IgE yang sudah berikatan pada sel mast tersebut akan berinteraksi dengan

alergen dan memicu pelepasan histamin dan mediator inflamasi lain yang berasal dari

metabolisme asam arakhidonat, seperti prostaglandin, leukotrien, tromboksan, dan

platelet activating factor. Mediator-mediator ini menyebabkan berbagai reaksi antara

lain vasodilatasi, peningkatan permeabilitas vaskuler, dan produksi sekresi nasal.

Diantara mediator-mediator tersebut, histamin merupakan mediator terpenting dalam

reaksi alergi. (Ikawati, 2002)

Rhinitis alergi dikarakterisasi oleh respon fase cepat dan respon fase lambat.

Setiap tipe respon dikarakterisasi oleh bersin-bersin, hidung tersumbat, dan hidung

berair, tetapi hidung tersumbat mendominasi fase lambat. (Wallace et al, 2008)

Berdasarkan waktu paparan alergen ada dua tipe rhinitis alergi yaitu:

- Rhinitis seasonal (hay fever), yaitu alergi yang terjadi karena

menghirup alergen yang terdapat secara musiman, seperti serbuk sari bunga. Pada

umumnya alergen bersifat eksternal atau berada di luar rumah.

- Rhinitis parrenial, yaitu alergi yang terjadi tanpa tergantung musim,

misalnya alergi debu, kutu rumah, bulu binatang, jamur, dll, dan umumnya

menyebabkan gejala kronis yang lebih ringan. Alergen umumnya diperoleh di dalam

rumah.

Sedangkan klasifikasi yang lebih baru menurut guideline dari ARIA, 2001

(Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) disdasarkan pada waktu terjadinya

gejala dan keparahannya adalah:

Berdasarkan lamanya terjadi gejala

Klasifikasi Gejala dialami selama

Intermitten Kurang dari 4 hari seminggu, atau kurang

dari 4 minggu setiap saat kambuh.

Persisten Lebih dari 4 hari seminggu, atau lebih

dari 4 minggu setiap saat kambuh.

Berdasarkan keparahan dan kualitas hidup

Ringan Tidak mengganggu tidur, aktivitas harian,

olahraga, sekolah atau pekerjaan. Tidak ada

gejala yang mengganggu.

Page 4: Rhinitis Alergy1

Sedang sampai berat Terjadi satu atau lebih kejadian di bawah

ini:

1. gangguan tidur

2. gangguan aktivitas harian,

kesenangan, atau olah raga

3. gangguan pada sekolah atau

pekerjaan

4. gejala yang mengganggu

b. Rinitis non alergi

Rinitis non alergi dikarakterisasi oleh gejala periodik atau parrenial yang

bukan merupakan hasil dari kejadian IgE-dependent.

Tipe-tipe rinitis non alergi adalah:

- Rinitis Infeksiosa

Rinitis infeksiosa biasanya disebabkan oleh infeksi pada saluran pernafasan

Bagian atas, baik oleh bakteri maupun virus. Ciri khas dari rinitis infeksiosa adalah lendir

hidung yang bernanah, yang disertai dengan nyeri dan tekanan pada wajah, penurunan

fungsi indera penciuman serta batuk.

- Rinitis Non-Alergika Dengan Sindroma Eosinofilia

Penyakit ini diduga berhubungan dengan kelainan metabolisme prostaglandin.

Pada hasil pemeriksaan apus hidung penderitanya, ditemukan eosinofil sebanyak 10-20%.

Gejalanya berupa hidung tersumbat, bersin, hidung meler, hidung terasa gatal dan

penurunan fungsi indera penciuman (hiposmia).

- Rinitis Okupasional

Gejala-gejala rinitis hanya timbul di tempat penderita bekerja. Gejala-gejala

rinitis biasanya terjadi akibat menghirup bahan-bahan iritan (misalnya debu kayu,

bahan kimia). Penderita juga sering mengalami asma karena pekerjaan.

- Rinitis Hormonal

Beberapa penderita mengalami gejala rinitis pada saat terjadi gangguan

keseimbangan hormon (misalnya selama kehamilan, hipotiroid, pubertas, pemakaian

pil KB). Estrogen diduga menyebabkan peningkatan kadar asam hialuronat di selaput

hidung. Gejala rinitis pada kehamilan biasanya mulai timbul pada bulan kedua, terus

Page 5: Rhinitis Alergy1

berlangsung selama kehamilan dan akan menghilang pada saat persalinan tiba.

Gejala utamanya adalah hidung tersumbat dan hidung berair.

- Rinitis Karena Obat-obatan (rinitis medikamentosa)

Obat-obatan yang berhubungan dengan terjadinya rinitis adalah dekongestan

topikal, ACE inhibitor, reserpin, guanetidin, fentolamin, metildopa, beta-bloker,

klorpromazin,gabapentin, penisilamin, aspirin, NSAID, kokain, estrogen eksogen, pil KB.

- Rinitis Gustatorius

Rinitis gustatorius terjadi setelah mengkonsumsi makanan tertentu, terutama

makanan yang panas dan pedas.

- Rinitis Vasomotor

Rinitis vasomotor diyakini merupakan akibat dari terganggunya keseimbangan

sistem parasimpatis dan simpatis. Parasimpatis menjadi lebih dominan sehingga

terjadi

pelebaran dan pembengkakan pembuluh darah di hidung. Gejala yang timbul

berupa hidung tersumbat, bersin-bersin dan hidung berair. Gangguan vasomotor hidung

adalah terdapatnya gangguan fisiologik lapisan mukosa hidung yang disebabkan oleh

bertambahnya aktivitas parasimpatis. Rinitis vasomotor adalah gangguan pada mukosa

hidung yang ditandai dengan adanya edema yang persisten dan hipersekresi kelenjar

pada mukosa hidung apabila terpapar oleh iritan spesifik. Etiologi yang pasti belum

diketahui, tetapi diduga sebagai akibat gangguan keseimbangan fungsi vasomotor

dimana sistem saraf parasimpatis relatif lebih dominan. Keseimbangan vasomotor ini

dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berlangsung temporer, seperti emosi, posisi

tubuh, kelembaban udara, perubahan suhu luar, latihan jasmani dan sebagainya, yang pada

keadaan normal faktor-faktor tadi tidak dirasakan sebagai gangguan oleh individu

tersebut. Merupakan respon non spesifik terhadap perubahan perubahan lingkungannya,

berbeda dengan rinitis alergi yang mana merupakan respon terhadap protein spesifik

pada zat allergennya. Faktor pemicunya antara lain alkohol, perubahan temperatur /

kelembapan, makanan yang panas dan pedas, bau – bauan yang menyengat ( strong odor ),

asap rokok atau polusi udara lainnya, faktor – faktor psikis seperti : stress, ansietas,

penyakit – penyakit endokrin, obat-obatan seperti anti hipertensi, kontrasepsi oral.

Pengobatan Rhinitis

Tujuan pengobatan rinitis adalah untuk mencegah atau meminimalkan gejala,

dan mengurangi efek samping. Untuk memilih terapi yang tepat, perlu diketahui tipe

rinitis

Page 6: Rhinitis Alergy1

yang diderita, apakah alergi atau non alergi.

Untuk rinitis alergi, terapi pencegahannya adalah dengan pencegahan terhadap

paparan alergen. Namun pencegahannya tidak mudah, apalagi jika alergen

penyebabnya belum bisa dipastikan. Pengobatan rinitis non alergi berdasarkan

penyebabnya, antara lain:

- Infeksi karena virus biasanya akan membaik dengan sendirinya dalam

waktu 7-10 hari; sedangkan infeksi bakteri memerlukan terapi antibiotik.

- Untuk status hipotiroid perbatasan, bisa diberikan ekstrak tiroid.

- Rinitis karena kehamilan biasanya akan berakhir pada saat persalinan tiba.

- Untuk mengatasi rinitis akibat pil KB sebaiknya pemakaian pil KB

dikurangi atau diganti dengan kontrasepsi lainnya.

- Menghindari faktor penyebab, seperti bau yang menyengat, perubahan

suhu, dll.

Obat-obat yang dapat digunakan antara lain:

Antihistamin

Dekongestan nasal

Kortikosteroid nasal

Antikolinergik

Golongan kromolin

Jika obat-obat di atas bersifat simtomatik, terapi menggunakan imunoterapi

bersifat kuratif, yaitu menghilangkan penyakit alerginya itu sendiri. Imunoterapi

merupakan proses yang lambat dan bertahap dengan menginjeksikan alergen yang

diketahui memicu reaksi alergi pada pasien dengan dosis semakin meningkat. Obat

golongan antihistamin dan kromoglikat serta imunoterapi tidak memberikan

perbaikan pada rinitis vasomotor.

III. DESKRIPSI KASUS

Page 7: Rhinitis Alergy1

Ny.MM (28 Tahun ), BB: 56 kg, TB: 150cm, sedang hamil 7 bulan anak

pertamanya. Sejak dua minggu yang lalu, setiap pagi ia mengalami bersin-bersin,

kemudian pilek, dan hidung tersumbat. Gejala ini cukup menganggu kesehariannya.

Terutama kalau menjelang pagi dan malam, atau terkena udara dingin. Tidak ada riwayat

alergi sebelumnya, juga tidak ada riwayat alergi keluarga. Ny MM pernah dirawat di RS

sebulan yang lalu karena ada gejala preeclampsia. Dua minggu sebelum dirawat di RS

karena preeclampsia, Ny MM baru saja pindah rumah dari Jakarta ke Yogyakarta, tepatnya

di daerah Pakem.

Setelah keluar rumah sakit sebulan yang lalu, Ny MM tidak menjaga tekanan

darahnya sehingga tekanan darah menjadi tidak stabil.Ny MM harus benar-benar menjaga

tekanan darahnya agar tidak terjadi eklampsia karena dapat sangat membahayakan janin.

Keluhan : - bersin-bersin

- pilek

- hidung tersumbat

- gangguan penciuman

Pemeriksaan :

- TD: 130/90 mmHg - AST: 40 IU/L

- Temperatur: 370C - ALT: 45 IU/L

- RR: 17/menit - HR: 80/menit

- Albumin: 5,5g/dL - CLcr : 120mL/jam

Riwayat pengobatan : Metildopa ( tetapi penggunaannya tidak taat )

Riwayat alergi : Tidak ada

Riwayat sosial : Ny MM adalah isteri seorang Pegawai Negeri yang baru saja

ditempatkan di Pakem.

Diagnosis : Rhinitis non-alergi- Rhinitis Vasomotor karena udara dingin.

IV. PEMILIHAN OBAT RASIONAL

1. Obat Rhinitis

a. Budesonide

Mekanisme aksi : mengontrol sintesis protein, menurunkan pergerakan

polimorfo nuklear leukosit, fibroblast.

Efek samping : sekresi perdarahan ringan dan epistasis, serangan bersin

(kadang)

Page 8: Rhinitis Alergy1

Kontraindikasi: -

b. Fluticasone

Mekanisme aksi : memperantarai ikatan fluorocarbotioate ester ke carbon

no 17

Efek samping : rasa kering dan iritasi pada hidung dan tenggorokan,

gangguan pada pengecapan dan penciuman, epiptaksis

Kontraindikasi: hipersensitif

c. Beclometason

Mekanisme aksi : belum diketahui jelas, tetapi diduga karena efek

vasokonstriksinya, dan menurunkan sensitivitas reseptor

terhadap bahan iritan.

Efek samping : rasa terbakar, gatal, keringnya mukosa, iritasi, sakit kepala,

perdarahan dari hidung. Asmatikus, tuberkulosis, infeksi

jamur / virus, wanita hamil terutama pada penggunaan yang

lama, hipersensitivitas.

Kontraindikasi : serangan sama akut atau statis

2. Obat Hipertensi

a. Metyldopa

Mekaisme aksi : inhibitor alfa adrenergic

Efek samping : lesu, mulut kering, sumbatan hidung, gangguan GI, sakit

kepala, pusing, ruam kulit, peningkatan BB, edema, impotensi.

Kontra Indikasi : Depresi gangguan hati.

V. EVALUASI OBAT TERPILIH

Obat Rhinitis

Budesonide (Rhinocort Aqua ®)

Dosis : 2 kali semprot

Frekuensi : 2x sehari ( pagi dan sore hari )

Durasi : 2-3minggu, dosis kemudian dapat diturunkan jika sudah tercapai

respon yang diinginkan.

Interaksi obat : -

Biaya : 32 mcg/ dosis x 10 ml ( Rp 147.282,00 )

Page 9: Rhinitis Alergy1

Alasan : Ny MM yang semula tinggal di daerah yang suhu udaranya cukup tinggi

(Jakarta) pindah ke daerah yang cukup dingin (Pakem). Dari pilihan obat yang ada dipilih

kortikosteroid inhalasi karena obat ini aman untuk ibu hamil dibanding obat topikal yang

lain . Selain itu kostikosteroid inhalasi hanya berefek lokal dan tidak masuk ke sirkulasi

sistemik sehingga tidak mempengaruhi janin. Selain itu, Budesonide adalah kategori B

untuk wanita hamil dibandingkan dengan Fluticasone yang merupakan kategori C.

Obat Hipertensi Kehamilan

Methyldopa (Dopamet®)

Dosis : 250 mg

Frekuensi : 1x sehari

Durasi : 2 minggu

Interaksi obat : efek hipertensi dikurangi dengan obat simpatomimetik,

antidepresan trisiklik, fenotiazin. Dipertinggi dengan diuretic thiazid, alcohol, L-

dopa, vasodilator. Mempotensiasi kerja hipoglikemik dari tolbutamid

Biaya : 250 mg x 100 (Rp 150.000,00); untuk 2 minggu adalah

Rp1.500,00 x 14 = Rp 21.000,00

Alasan : Metildopa merupakan pilihan pertama pada hipertensi yang terjadi pada

Kehamilan. ( Kategori B )

VI. MONITORING DAN FOLLOW UP

1. Monitoring tekanan darah setiap satu minggu sekali.

Monitoring ini bisa dilakukan dimana saja yang dapat melakukan pengukuran

tekanan darah atau dapat dilakukan sendiri di rumah jika punya keahlian dan

memiliki tensimeter, tidak harus dilakukan oleh dokter, hanya perlu diedukasikan

untuk selalu mengontrol tekanan darah, jika tekanan darahnya tinggi mendekati

140/90 mmHg atau bahkan lebih komunikasikan agar langsung menkomunikasikan

ke dokter (kontrol).

2. Monitoring terjadinya serangan bersin, karena Budesonide yang menjadi pilihan

obat pada kasus ini menyebabkan bersin walaupun hanya kadang kala.

3. Monitoring gejala preeklampsia yang memungkinkan untuk muncul, seperti

naiknya tekanan darah, terjadinya udem, nyeri kepala, epigastrum, gangguan

penglihatan.

Page 10: Rhinitis Alergy1

4. Setelah kelahiran bayi, kontrol tekanan darah ibu untuk melihat status

hipertensinya.

VII. KOMUNIKASI, INFORMASI dan EDUKASI

1. Edukasikan tentang cara pemakaian kortikosteroid intranasal.

2. Informasikan bahwa metyldopa tidak boleh dikunyah karena merupakan tablet salut

harus ditelan langsung)

3. Edukasikan untuk selalu teratur makan, dan menjaga pola makan yang sehat,

khususnya pola makan sehat untuk ibu hamil yang banyak mengandung protein,

vitamin, asam folat, zat besi, dll.

4. Untuk menghindari kambuhnya rhinitis, maka disarankan agar rumah dibuat hangat

misalkan dengan menggunakan penghangat ruangan atau saat berada di lingkungan

rumah disarankan menggunakan pakaian yang hangat atau tebal.

5. Menyarankan agar pasien tidak pergi malam-malam untuk menghindari udara

dingin.

Page 11: Rhinitis Alergy1

PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini, mahasiswa diharapkan mampu dan memahami tatalaksana

terapi pada rhinitis.

Ny. MM (28 Tahun) dengan BB: 56 kg, TB: 150cm, sedang hamil 7 bulan anak

pertamanya. Sejak dua minggu yang lalu, setiap pagi ia mengalami bersin-bersin,

kemudian pilek, dan hidung tersumbat. Gejala ini cukup menganggu kesehariannya.

Terutama kalau menjelang pagi dan malam, atau terkena udara dingin. Tidak ada riwayat

alergi sebelumnya, juga tidak ada riwayat alergi keluarga. Ny MM pernah dirawat di RS

sebulan yang lalu karena ada gejala preeclampsia. Dua minggu sebelum dirawat di RS

karena preeclampsia, Ny MM baru saja pindah rumah dari Jakarta ke Yogyakarta, tepatnya

di daerah Pakem.

Setelah keluar rumah sakit sebulan yang lalu,

Berdasarkan gejala-gejalanya maka dapat disimpulkan bahwa Ny. MM menderita

rhinitis non-alergi, yaitu rhinitis vasomotor yang disebabkan karena pengaruh temperatur

yang rendah (udara dingin) akibat kepindahannya dari Jakarta yang suhu udaranya relatif

tinggi, ke Pakem yang suhu udaranya relatif rendah. Selain itu, Ny. MM ini juga menderita

preeklamsia, yaitu tekanan darahnya yang relatif agak tinggi akibat kehamilannya.

Preeklamsia biasanya timbul pada wanita-wanita yang sedang hamil, dan kebanyakan akan

sembuh sendiri setelah wanita tersebut melahirkan. Oleh karena itu harus tetap

diperhatikan tekanan darahnya, agar tidak terjadi eklamsia. Yang dapat membahayakan

janin.

Terapi yang diberikan bertujuan untuk mencegah kejadian rhinitis, menghilangkan

gejala rhinitis dan menghilangkan penyebab dari rhinitis alergi. Strategi terapi yang

digunakan unuk dapat mencapai tujuan dan sasaran terapi tersebut adalah sebagai berikut :

1. Terapi non farmakologi

Menghindarkan pasien dari alergen yang dapat menyebabkan rhinitis alergi

2. Terapi farmakologis

Apabila tidak dapat menghindari alergen, maka dapat digunakan obat anti alergi

baik OTC maupun ethical.

Obat yang dapat digunakan untuk mengurangi gejala :

- Antihistamin

- Dekongestan

Page 12: Rhinitis Alergy1

- Kortikosteroid nasal

- Sodium kromolin

- Ipratropium bromida

Apabila dengan pengobatan diatas tidak berhasil atau obat-obat tersebut

menyebabkan efek samping yang yidak bisa diterima oleh pasien maka dapat

dilakukan imunoterapi (terapi desensitisasi)

Dari kasus Ny. MM, kami memiliki pendapat untuk mencoba melakukan terapi non-

farmakologis terlebih dahulu kepada Ny. MM. Terapi non farmakologis dapat berupa

mempertahankan pola hidup normal, termasuk berpartisipasi dalam kegiatan luar ruangan

dan menghindari faktor pemicu alergi seperti memakai jaket pada waktu dingin dan

mengurangi bepergian pada waktu malam serta mengontrol diet dan istirahat total. Hal ini

penting dilakukan, sebab untuk langsung menggunakan obat-obatan agak berbahaya karena

pasien hamil 7 bulan dan menderita preeklampsia serta sedang mengkonsumsi methlydopa.

Hampir semua obat yang ada sekarang memiliki pregnancy category C dan D sehingga

berbahaya bagi janin dan obat-obat yang dipilih haruslah tidak kontraindikasi dengan obat

methlydopa dan aman bagi pasien hamil.

Apabila hasil terapi non farmakologis belum memuaskan, maka dapat dilanjutkan

dengan terapi farmakologis sambil tetap melakukan terapi non farmakologisnya. Untuk

terapi menggunakan obat-obatan, praktikan memilihkan obat rasional yang dapat

digunakan untuk terapi farmakologis rhinitis non alergi sebagai berikut:

1. Budesonide Nasal Spray

Mekanisme Aksi : Mengontrol kecepatan sintesis protein, menekan migrasi

leukosit polimorfonuklear dan fibroblast, mengembalikan permeabilitas kapiler dan

stabilisasi lisosomal pada tingkat seluler untuk mencegah / mengontrol inflamasi.

Kotraindikasi : Hipersensitivitas, asma akut, infeksi jamur dan virus pada

hidung

Efek samping : Sekresi perdarahan ringan dan epistaksis

Faktor Resiko Kehamilan: B

2. Fluticasone

Mekanisme aksi : memperantarai ikatan fluorocarbotioate ester ke carbon no

17

Efek samping : rasa kering dan iritasi pada hidung dan tenggorokan,

gangguan pada pengecapan dan penciuman, epiptaksis

Page 13: Rhinitis Alergy1

Kontraindikasi : hipersensitif

Faktor resiko kehamilan :B

3. Beclometason

Mekanisme aksi : -

Efek samping : bersin setelah penggunaan, , kadang-kadang hidung kering,

iritasi hidung dan tenggorokan, epistaksis, dll.

Kontra indikasi : Hipersensitifitas

4. Metyldopa

Mekanisme aksi : inhibitor alfa adrenergic

Efek samping : lesu, mulut kering, sumbatan hidung, gangguan GI, sakit

kepala, pusing, ruam kulit, peningkatan BB, edema, impotensi.

Kontra Indikasi : Depresi gangguan hati.

Faktor resiko kehamilan :B

Pada pasien wanita hamil, pengobatan rhinitis yang sejauh ini paling aman adalah

kromolin secara intranasal. Antihistamin klorfeniramin juga dapat dipilih karena terbukti

cukup aman pada kehamilan (kategori B untuk kehamilan). Antihistamin lain yang lebih

baru yang termasuk kategori B untuk kehamilan adalah loratadin dan setirizin, sedangkan

feksofenadin masuk kategori C. Namun kita tidak dapat menggunanakn antihistamin

dikarenakan rhinitis yang terjadi adalah rhinitis non alergi, yang pada tidak akan berefek

jika digunakan antihistamin, karena mekanisme rhinitis non alergi tidak melibatkan

histamine, sehingga obat yang dimasukkan ke pemilihan obat rasional adalah

kortikosteroid.

Adapun proses dari rhinitis vasomotor/non alergi adalah infeksi pada mukosa

hidung akan menyebakan terganggunya keseimbangan saraf otonom (simpatis dan

parasimpatis) pada mukosa hidung yang mana parasimpatis menjadi lebih dominan,

sehingga menyebabkan pelebaran dan pembengkakkan pembuluh darah hidung sehingga

terjadi vasodilatasi (hidung tersumbat) dan hipersekresi pada kelenjar mukus.

Semua kortikosteroid nasal masuk kategori C, namun diantara semua

kortikosteroid, obat pilihan untuk pasien hamil adalah beklometason dipropionat, Karena

telah memiliki riwayat keamanan penggunaan yang cukup panjang. (Dykewicz dan Corren,

2002 )

Menurut penjelasan ini, maka sebenarnya beklometason dapat juga dimasukkan

dalam pemilihan obat rasional untuk pasien hamil, dan merupakan obat terpilih untuk

pasien rhinitis non alergi yang sedang hamil, akan tetapi jika kita melihat pada MIMS ,

Page 14: Rhinitis Alergy1

beclometason masuk dalam kategori C. dan satu-satunya obat kortikosteroid nasal yang

masuk dalam kategori B adalah budesonide. Oleh karena itu kita tetap akan memilih

budesonide untuk terapi pada rhinitisnya. Alasan lain mengapa dipilihkan sediaan nasal

spray, karena obat ini tidak mempengaruhi system saraf pusat dan hanya berefek sistemik,

sehingga lebih aman untuk pasien yang sedang hamil.

Selain itu, seharusnya kita juga memberikan suplemen asam folat yang berguna

bagi kehamilannya, misalnya :

Suplemen Kehamilan : Prenamia

Mekanisme Aksi : mencukupi kebutuhan vitamin dan mineral yang dibutuhkan

oleh tubuh selama masa kehamilan

Komposisi : Fe Fumarate 360mg, Asam Folat 1,5mg, Ca Carbonate 200mg,

Vitamin B12 15mcg, Vitamin C 75 mg, Vitamin D3 400 IU.

Kontraindikasi : -

Efek Samping : feses berwarna hitam dan mual

Setelah dipertimbangkan dari berbagai aspek, maka obat yang dipilih adalah :

Obat Rhinitis

Budesonide (Rhinocort Aqua ®)

Dosis : 2 kali semprot

Frekuensi : 2x sehari ( pagi dan sore hari )

Durasi : 2-3minggu, dosis kemudian dapat diturunkan jika sudah tercapai respon

yang diinginkan.

Interaksi obat : -

Biaya : 32 mcg/ dosis x 10 ml ( Rp 147.282,00 )

Alasan : Ny MM yang semula tinggal di daerah yang suhu udaranya cukup tinggi (Jakarta)

pindah ke daerah yang cukup dingin (Pakem). Dari pilihan obat yang ada dipilih

kortikosteroid inhalasi karena obat ini aman untuk ibu hamil dibanding obat topikal yang

lain . Intranasal kortikosteroid direkomendasikan sebagai terapi awal disertai dengan

penghindaran terhadap alergen karena efikasinya yg tinggi (DiPiro, 2005), Selain itu

kostikosteroid inhalasi hanya berefek lokal dan tidak masuk ke sirkulasi sistemik sehingga

tidak mempengaruhi janin. Selain itu, Budesonide adalah kategori B untuk wanita hamil

dibandingkan dengan Fluticasone dan beklometason yang merupakan kategori C.

Page 15: Rhinitis Alergy1

Obat Hipertensi Kehamilan

Methyldopa (Dopamet®)

Dosis : 250 mg

Frekuensi : 1x sehari

Durasi : 2 minggu

Interaksi obat : efek hipertensi dikurangi dengan obat simpatomimetik, antidepresan

trisiklik, fenotiazin. Dipertinggi dengan diuretic thiazid, alcohol, L-dopa, vasodilator.

Mempotensiasi kerja hipoglikemik dari tolbutamid

Biaya : 250 mg x 100 (Rp 150.000,00); untuk 2 minggu adalah

Rp1.500,00 x 14 = Rp 21.000,00

Alasan : Metildopa merupakan pilihan pertama pada hipertensi yang terjadi pada

Kehamilan. ( Kategori B ) dan pasien sebelumnya telah mengkonsumsi metildopa untuk

terapi hipertensi dan tidak menunjukkan adanya efek yang tidak diinginkan, sehingga

terapi menggunakan metildopa tetap dilanjutkan untuk mengontrol tekanan darahnya.

Suplemen tambahan

Prenamia Sanbe

Dosis : 1 tablet

Frekuensi : 1x sehari

Durasi : 1 bulan

Interaksi Obat : -

Analisis biaya : 30 tablet = Rp 21.000

Alasan :Pasien membutuhkan suplemen tambahan untuk memenuhi vitamin

yang dibutuhkan oleh tubuh dan janin (terutama asam folat)

Selama pasien menggunakan obat, perlu dilakukan monitoring dan hasilnya

ditindaklanjuti (follow up):

- Selama penggunaan budesonide , dipantau apakah timbul efek samping. Jika

muncul efek samping seperti perih, sakit kepala yang mengganggu, sebaiknya

pasien dibawa ke dokter.

- Pantau terhadap perbaikan gejala / simptom rhinitis seperti frekuensi bersin.

- Monitoring tekanan darah setiap satu minggu atau dua minggu sekali.

Monitoring ini bisa dilakukan dimana saja yang dapat melakukan pengukuran

tekanan darah atau dapat dilakukan sendiri di rumah jika punya keahlian dan

Page 16: Rhinitis Alergy1

memiliki tensimeter, tidak harus dilakukan oleh dokter, hanya perlu diedukasikan

untuk selalu mengontrol tekanan darah, jika tekanan darahnya tinggi mendekati

140/90 mmHg atau bahkan lebih komunikasikan agar langsung

mengkomunikasikan ke dokter (kontrol).

Monitoring terjadinya serangan bersin, karena Budesonide yang menjadi pilihan

obat pada kasus ini menyebabkan bersin walaupun hanya kadang kala.

- Monitoring gejala preeklampsia yang memungkinkan untuk muncul, seperti

naiknya tekanan darah, terjadinya udem, nyeri kepala, epigastrum, gangguan

penglihatan.

Komunikasi, informasi & edukasi kepada pasien

Hal-hal yang perlu disampaikan kepada pasien dan keluarganya:

- Informasikan efek samping yang mungkin terjadi agar keluarga tidak kaget dan

dapat melaporkan tanda-tanda terjadinya efek samping kepada dokter.

- Edukasikan tentang cara pemakaian kortikosteroid intranasal..

- Memastikan kebersihan alat nasal spray sebelum dan setelah menggunakannya

untuk menghindari terjadinya infeksi

- Informasikan bahwa metyldopa tidak boleh dikunyah karena merupakan tablet salut

(harus ditelan langsung)

- Edukasikan untuk selalu teratur makan, dan menjaga pola makan yang sehat,

khususnya pola makan sehat untuk ibu hamil yang banyak mengandung protein,

vitamin, asam folat, zat besi, dll.

- Untuk menghindari kambuhnya rhinitis, maka disarankan agar rumah dibuat hangat

misalkan dengan menggunakan penghangat ruangan atau saat berada di lingkungan

rumah disarankan menggunakan pakaian yang hangat atau tebal.

- Menyarankan agar pasien tidak pergi malam-malam untuk menghindari udara

dingin.

- Jika gejala tidak membaik meski sudah menjalani pengobatan ini, anjurkan pasien

untuk kembali mengujungi dokter.

Page 17: Rhinitis Alergy1

KESIMPULAN

Rhinitis non alergi (rhinitis vasomotor) yang dialami pasien disebabkan oleh

adanya pengaruh perbedaan temperatur udara.

Pemilihan obat rhinitisnya harus diperhatikan karena pasien ini sedang hamil, oleh

karena itu dipilihkan obat-obat yang kategori keamanannya B. misalnya

Budesonide.

Untuk terapi preeklamsianya dipilihkan obat yang masuk dalam kategori B juga,

yaitu Methyldopa.

Bisa juga diberikan suplemen tambahan untuk kehamilannya, yaitu asam folat

Yogyakarta, 20 Oktober 2010

Mengetahui,

Asisten Praktikum Tim Penyusun

(…………………..)

Page 18: Rhinitis Alergy1

PERTANYAAN DAN JAWABAN

1. Mengapa dalam pemilihan obat rasional hanya dipilih kortikosteroid?

Jawab : Sebenarnya bisa pula dimasukkan dekongestan nasal.

2. Bagaimana cara memakai kortikosteroid intranasal?

Jawab : Salah satu lubang hidup ditutup (secara bergantian) kemudian kepala sedikit

di tengadahkan dan semprotkan kortikosteroid nasal pada lubang hidung.

3. Mengapa untuk pemilihan obat rasional untuk hipertensi hanya Metildopa?

Jawab : Karena methyldopa merupakan obat hipertensi yang paling aman untuk ibu

hamil.

4. Mengapa tidak efektif bila diberi anti histamin?

Jawab ; Karena rinitis vasomotor tidak diperantarai oleh histamin, sehingga pemberian

antihistamin tidak akan ada gunanya

5. Bagaimana patogénesis dari rinitis vasomotor?

Jawab : Tidak melibatkan histamin. Prosesnya : Infeksi pada mukosa hidung akan

menyebakan terganggunya keseimbangan saraf otonom (simpatis dan parasimpatis)

pada mukosa hidung yang mana parasimpatis menjadi lebih dominan, sehingga

menyebabkan pelebaran dan pembengkakkan pembuluh darah hidung sehingga terjadi

vasodilatasi (hidung tersumbat) dan hipersekresi pada kelenjar mukus.

6. Bagaimana kortikosteroid dapat berefek terhadap pertumbuhan tulang?

Jawab : Kortikosteroid (secara per oral) memiliki efek katabolisme, kemudian berefek

pada osteoporosi, maupun atrophy (penipisan) pada kulit

7. Apakah Kortikosteroid nasal bisa menyebabkan iritasi hidung?

Jawab : Bisa, berupa gatal dan epitaksis (berdarah)

8. Apakah Kortikosteroid nasal bisa mengatasi bersin dan hidung tersumbat?

Page 19: Rhinitis Alergy1

Jawab : bisa, karena kortikosteroid memiliki efek vasokonstriksi untuk mengatasi

vasodilatasi yang terjadi.

9. Mengapa hipertensi mengganggu janin?

Jawab : 1.Mengganggu pertukaran oksigen dan nutrisi sehingga nantinya berbahaya

bagi janin terutama pada ginjal janin

2.Menurunkan produk air seni janin sehingga air ketuban menjadi sedikit

10. Apakah Sodium klromolin bisa dipakai dalam rhinitis vasomotor pada pasien hamil ?

Jawab : Tidak efektif, karena Sodium digunakan ketika rinitis yang terjadi berkaitan

dengan sel mast, namun pada rinitis vasomotor tidak melibatkan sel mast.

11. Adakah pasien memiliki kemungkinan untuk tidak alergi lagi?

Jawab : Mungkin saja, karena secara bertahap dia akan mengalami desensitisasi

karena terpapar udara dingin terus menerus, sehingga rinitis itu tidak muncul. Namun

jika dia pindah rumah lagi, dengan kondisi temperatur yang berbeda, rinitis vasomotor

tersebut akan muncul lagi.

12. Mengapa beklomethason tidak dimasukkan dalam pemilihan obat rasional?

Jawab : Seharusnya bisa, ini adalah kesalahan kami yang lupa untuk menulisnya.

13. Jika beklometason dimasukkan dalam pemilihan obat rasional, lebih dipilih

beklomethason atau budesonide?

Jawab : tetap meilih budesonide karena kami tidak menemukan sediaan nasal pada

beclometason.

14. Bagaimana maksud dari penurunan dosis?

Jawab : Penggunaan obat tidak boleh dihentikan secara langsung tiba-tiba, sehingga

dosis harus diturunkan dahulu secara perlahan untuk memberi waktu kepada sistem

endogen untuk bisa kembali bekerja memproduksi steroid.

15. Apakah Rhinitis vasomotor bisa sembuh total?

Page 20: Rhinitis Alergy1

Jawab : Tidak bisa, memang bisa mengalami kesembuhan setelah terpapar secara

berangsur-angsur, namun, dalam kasus ini misalnya Ny.MM pindah rumah lagi,

dengan kondisi temperatur yang berbeda, rinitis vasomotor tersebut akan muncul lagi.

16. Mengapa penggunaan kortikoteroid nasal pagi dan sore?

Jawab : pagi suapaya lebih taat. Sebenarnya bisa pagi saja, namun harus 4 kali

semprot, sedangkan jika ingin digunakan 2 kali, gunakan pagi dan sore, masing-

masing 2 kali semprotan.

17. Ada sebuah sumber yang mengatakan bahwa metildopa dapat menyebabkan rinitis,

jadi tetap akan menggunakan metildopa atau tidak?

Jawab : Iya, karena penggunaan metyldopa hanya bersifat sementara dikarenakan

hipertensi terjadi selama kehamilan saja, sehingga ketika ia sudah melahirkan, tekanan

darah akan kembali normal dan tidak memeakai metildopa kembali.

18. Setelah melahirkan, obat-obat tersebut masih dilanjutkan atau tidak?

Jawab : Untuk penggunaan metildopa tidak dilanjutkan, karena penggunaan

metyldopa hanya bersifat sementara dikarenakan hipertensi terjadi selama kehamilan

saja, sehingga ketika ia sudah melahirkan, tekanan darah akan kembali normal dan

tidak memeakai metildopa kembali. Sedangkan untuk penggunaan kortikosteroid,

dilihat 2-3 minggu, jika sembuh dosis diturunkan secara bertahap, kemudian

dihentikan.

Page 21: Rhinitis Alergy1

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, CV. Sagung Seto, Jakarta.

Anonim, 2007, MIMS dan Petunjuk Konsultasi Edisi 7 2007/2008, PT. Infomaster,

Jakarta.

Anonim, 2008, ISO Indonesia Volume 43-2008, PT. ISFI Penerbitan, Jakarta.

Anonim, 2008, Drug Information Handbook 17th edition, Lexi-Comp inc, Ohio.

DE S., FENTON J. E., JONES A.S., CLARKE R., 2005, Passive smoking, allergic

rhinitis and nasal obstruction on children, The Journal of Laryngology &

Otology (2005), 119 : 955-957 diakses dari

www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16354357

Dipiro, and Michael, 2005, Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, Mc-

Graw-Hill Publishing Inc. Page 1235-1255.

Hillenbrand A., Bruns D.H., Wurl P., 2006, Cough induced rib fracture, rupture of th

diaphragm and abdominal herniation, World Journal of Emergency Surgery

(2006), 1 : 34 diakses dari www.wjes.org/content/1/1/34

Kariyawasam H.H., Scadding G.K., 2010, Seasonal allergic rhinitis : fluticasone

propionate and fluticasone furoate therapy evaluated, Journal of Asthma and

Allergy (2010), 3 : 19-28 diakses dari http://www.dovepress.com/seasonal-

allergic-rhinitis-fluticasone-propionate-and-fluticasone-furo-peer-reviewed-

article-JAA-recommendation1

Shahab R, PHILLIPS D E., JONES A.S., 2005, Prostaglandins, leukotriens and

perennial rhinitis, The Journal of Laryngology & Otology (2004), 118 : 500-

507 diakses dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15318955

Slager R.E., Poole J.A., LeVan T.D., et al , 2009, Rhinitis associated with pesticide

exposure among commercial pesticide applicators in the Agricultural Health

Study, Occup Environ Med (2009), 66 : 718-724 diakses dari

Page 22: Rhinitis Alergy1

http://oem.bmj.com/content/66/11/718.full?cited-

by=yes&legid=oemed;66/11/718&related-urls=yes&legid=oemed;66/11/718

Sukandar,E.Y., Andrajati, R., Sigit, J.I., Adnyana, I.K., Setiadi, A.A.P., Kusnandar.,

2009, ISO Farmakoterapi, PT. ISFI Penerbitan, Jakarta

Tjay, Tan Hoan, 2002, Obat-obat Penting Edisi V, PT Elex Media Komputindo, Jakarta