7
Tugas THT 1 – Nisrina Karima Lisdianingtyas (1102010208) RHINITIS ATROPHICANS/ RHINITIS ATROFI DEFINISI Rinitis atrofi merupakan penyakit kronik nonspesifik yang ditandai dengan mukosa dan konka yang atrofi, kelainan mukosa yang menyebabkan terbentuknya krusta, kavum nasal yang luas, anosmia, dan bau busuk. Rinitis atrofi memiliki banyak istilah lain seperti Rinitis sika, Rinitis kering, sindrom hidung terbuka dan ozaena. EPIDEMIOLOGI Insidensi terjadinya Rinitis atrofi sudah berkurang pada abad terakhir, dicurigai akibat meningkatnya penggunaan antibiotik pada kasus infeksi kronis nasal. Selain menyerang manusia, Rinitis atrofi juga sering menyerang babi dan sapi. Prevalensi terjadinya Rinitis atrofi primer tinggi pada daerah yang kering, jarang hujan seperti pada gurun-gurun di Arab Saudi. Studi melaporkan bahwa Rinitis atrofi banyak ditemui di pada orang Asia, Hispanics dan Afrika-Amerika. Pada satu studi dilaporkan bahwa 69.6% penderita berasal dari rural area dan 43.5% merupakan pekerja pabrik. Rinitis atrofi banyak menyerang orang dengan sosial ekonomi rendah, dan higienis yang buruk. Angka kejadian enam kali lebih sering pada wanita dibandingkan dengan laki-laki. ETIOLOGI Penyebab dari rinitis atrofi primer masih belum jelas diketahui, tetapi infeksi bakteri kronik pada hidung dan nasal sering dikatakan sebagai penyebab terjadinya Rinitis alergi primer. Dari hasil pemeriksaan sediaan apus nasal, ditemukan Klebsiella Ozaenae (paling banyak), Coccobacillus of Perez, Coccobacillus of Loewenberg, Pseudomonas Aeruginosa, dll. Defisiensi FE, defisiensi vitamin A, kelainan hormonal, penyakit kolagen dan kelainan autoimun juga sering dikaitkan dengan terjadinya kasus Rinitis atrofi. Rinitis atrofi sekunder merupakan Rinitis atrofi yang terjadi setelah ada kondisi fisik yang terjadi sebelumnya, seperti trauma, infeksi, post operation, dalam terapi radiasi dan lainnya. PATOLOGI RINITIS ATROFI 1

Rhinitis Atrofi dan Vicarious Menstruation

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Rhinitis Atrofi dan Vicarious Menstruation

Citation preview

Page 1: Rhinitis Atrofi dan Vicarious Menstruation

Tugas THT 1 – Nisrina Karima Lisdianingtyas (1102010208)

RHINITIS ATROPHICANS/ RHINITIS ATROFI

DEFINISIRinitis atrofi merupakan penyakit kronik nonspesifik yang ditandai dengan mukosa

dan konka yang atrofi, kelainan mukosa yang menyebabkan terbentuknya krusta, kavum nasal yang luas, anosmia, dan bau busuk. Rinitis atrofi memiliki banyak istilah lain seperti Rinitis sika, Rinitis kering, sindrom hidung terbuka dan ozaena.

EPIDEMIOLOGIInsidensi terjadinya Rinitis atrofi sudah berkurang pada abad terakhir, dicurigai akibat

meningkatnya penggunaan antibiotik pada kasus infeksi kronis nasal. Selain menyerang manusia, Rinitis atrofi juga sering menyerang babi dan sapi.

Prevalensi terjadinya Rinitis atrofi primer tinggi pada daerah yang kering, jarang hujan seperti pada gurun-gurun di Arab Saudi. Studi melaporkan bahwa Rinitis atrofi banyak ditemui di pada orang Asia, Hispanics dan Afrika-Amerika. Pada satu studi dilaporkan bahwa 69.6% penderita berasal dari rural area dan 43.5% merupakan pekerja pabrik. Rinitis atrofi banyak menyerang orang dengan sosial ekonomi rendah, dan higienis yang buruk. Angka kejadian enam kali lebih sering pada wanita dibandingkan dengan laki-laki.

ETIOLOGIPenyebab dari rinitis atrofi primer masih belum jelas diketahui, tetapi infeksi bakteri

kronik pada hidung dan nasal sering dikatakan sebagai penyebab terjadinya Rinitis alergi primer. Dari hasil pemeriksaan sediaan apus nasal, ditemukan Klebsiella Ozaenae (paling banyak), Coccobacillus of Perez, Coccobacillus of Loewenberg, Pseudomonas Aeruginosa, dll. Defisiensi FE, defisiensi vitamin A, kelainan hormonal, penyakit kolagen dan kelainan autoimun juga sering dikaitkan dengan terjadinya kasus Rinitis atrofi.

Rinitis atrofi sekunder merupakan Rinitis atrofi yang terjadi setelah ada kondisi fisik yang terjadi sebelumnya, seperti trauma, infeksi, post operation, dalam terapi radiasi dan lainnya.

PATOLOGI RINITIS ATROFIRinitis atrofi mempunyai gejala yang khas yaitu dengan adanya perubahan atrofi pada

seluruh bagian hidung. Dr.Benhard Fraenkel pada tahun 1876 menyatakan adanya trias Rinitis Atrofi meliputi, bau, krusta, dan atrofi nasal.

Histopatologi Rinitis atrofi ditandai dengan adanya perubahan epitel respirasi normal menjadi epitel kubus atau epitel gepeng skuamosa betingkat (metaplasia), dengan atau tanpa keratinisasi. Atrofi pada silia, mukosa dan kelenjar submukosa, dimana mukosa menjadi pucat, tampak lengket, terdapat secret yang mengering membentuk krusta berwarna hijau kekuningan dan scabs. Bau yang tercium merupakan akibat dari terjadinya infeksi sekunder.

Keluhan anosmia terjadi karena proses atrofi juga mengenai epitel olfaktorius, sel saraf bipolar dan serat saraf, ditambah dengan insufisiensinya udara untuk mencapai area olfaktorius karena adanya krusta yang menghalangi.

Rinitis atrofi dibagi menjadi dua jenis. Rinitis Atrofi tipe satu, merupakan tipe yang sering terjadi, dimana ditemukannya endarteritis obliterans, periarteritis, dan fibrosis periarteria terminal arteriol akibat dari infeksi kronik dengan infiltrate sel plasma. Rinitis atrofi tipe satu ini berespon baik terhadap efek vasodilator terapi estrogen. Rinitis atrofi tipe dua, lebih jarang ditemui. Pada tipe ini, sel endotel pada kapiler yang berdilatasi memiliki

1

Page 2: Rhinitis Atrofi dan Vicarious Menstruation

Tugas THT 1 – Nisrina Karima Lisdianingtyas (1102010208)

sitoplasma yang berlebih, dan menunjukkan adanya resorpsi tulang melalui ditemukannya alkaline fosfatase. Rinitis atrofi tipe dua tidak berespon baik terhadap terapi estrogen.

DIAGNOSAa. Anamnesa

Keluhan yang paling sering di keluhkan pasien adalah adanya perasaan hidung yang tersumbat dikarenakan adanya blunting effect, dan krusta yang besar yang mengahalangi aliran udara.

Keluhan lain yang juga sering dikeluhkan pasien adalah bau busuk yang dikeluhkan orang sekitar, yang membuat pasien jadi memiliki masalah sosial, pasien sendiri tidak dapat mencium bau busuk tersebut, karena pasien mengalami anosmia. Pusing, sekret purulent, krusta kehijauan berbau busuk yang terlepas dan menyebabkan pendarahan hidung, dll.

b. Pemeriksaan FisikPada 100% kasus ditemui (1) krusta, disusul dengan (2) kavum nasi yang

lapang dan tidak ditemuinya konka inferior (atrofi) pada rhinoskopi anterior (62% parsial, 37% total), atrofi konka media pada 57% kasus, adanya (3) sekret pada 52% kasus, dan (4) perforasi septum yang hanya ditemui pada 10% kasus.

c. Pemeriksaan Penunjang1) Radiologi

Pada foro rontgen ditemukan (1) penebalan mukoperiostal pada SPN, (2) hipoplasia sinus maksilaris, (3) pembesaran kavum nasi dengan erosi dan bowing pada dinding lateralnya, (4) resorpsi tulang dan atrofi mukosa konka inferior dan konka media.

Posisi foto yang dapat digunakan posisi Waters, AP, Caldwell dan Lateral.

2

Page 3: Rhinitis Atrofi dan Vicarious Menstruation

Tugas THT 1 – Nisrina Karima Lisdianingtyas (1102010208)

2) MikrobiologiDitemuinya kuman Klebsiella Ozaena, Pseudomonas Aeroginosa dan lainnya

seperti yang tertera di etiologi pada hasil kultur bakteri.

3) Biopsi (Histopatologi)Mukosa Normal Rhinitis Atrofi

Epitel kolumnar bertingkat semu Metaplasia skuamosaTerdapat kelenjar serosa dan kelenjar mucus

Atrofi kelenjar mucus

Absensi siliaEndarteritis obliterans

Perbandingan Biopsi Mukosa Normal dan Rhinitis Atrofi

DIAGNOSIS BANDINGDiagnosis Banding: Rinitis kronik tbc, rinitis kronik lepra, rinitis kronik sifilis dan

rinitis sika.

TATALAKSANAKarena etiologinya multifaktorial, maka pengobatan rinitis atrofi belum ada yang

baku. Pengobatan ditujukan untuk mengatasi etiologi dan mengatasi gejala. Pengobatan dapat dilakukan secara konservatif atau pembedahan.

a. KonservatifDiberikan antibiotika spektrum luas atau sesuai dengan uji resistensi kuman.

Terapi secara paliatif dapat di lakukan dengan melakukan irigasi atau cuci hidung untuk menghilangkan bau dan membersihkan krusta.

Nasal irrigation & douches, dengan komposisi 28.4g sodium bicarbonate (disolusi krusta), 28.4g sodium diborate (antiseptik, bertindak sebagai bakterisidal dalam asam dan membantu untuk membuffer bicarbonate), 56.7 sodium chloride (untuk membuat larutan menjadi isotonik). Satu sendok teh campuran diatas dicampur dengan 280ml air hangat-luke, dapat digunakan sebagai douches pada kavum nasi untuk membersihkan krusta menggunakan disposibel 10 atau 20 cc. Dapat diulang 3-4 kali sehari. Saat prosedur berlangsung, pasien diminta untuk terus mengucapkan “K,K,K…” untuk menutup nasofaringeal isthmus, sehingga resiko aspirasi jadi semakin kecil. Larutan dihirup ke dalam rongga hidung dan dikeluarkan lagi dengan menghembuskan kuat-kuat, air yang masuk ke nasofaring dikeluarkan melalui mulut. Berdasarkan studi di California, penggunaan hipertonik salin pulsasi nasal irigasi selama tiga sampai enam minggu menunjukkan perubahan yang signifikan pada

3

Page 4: Rhinitis Atrofi dan Vicarious Menstruation

Tugas THT 1 – Nisrina Karima Lisdianingtyas (1102010208)

gejala-gejala tersebut. Jika sukar mendapatkan larutan diatas dapat dilakukan juga dengan menggunakan 100cc air hangat, satu sendok makan betadine (15cc), atau larutan garam dapur setengah sendok teh dicampur segelas air hangat. Dapat diberikan juga vitamin A 3X50.000 unit dan preparat FE selama dua minggu.

Tetes hidung glukosa-gliserin juga dapat di administrasikan setelah melakukan douches. Glukosa diharapkan dapat menghambat infeksi saprofitik, dan bakteri proteolitik, serta meningkatkan pertumbuhan flora komensal. Gliserin disisi lain membantu sebagai lubrikan dan agen higroskopik. Efek samping dari gliserin dapat menyebabkan iritasi.

Pada Rinitis Atrofi tipe satu dapat diberikan, estradiol dalam minyak arachis dalam bentuk obat tetes dan semprot (100.000 unit/ml). Perlu diperhatikan, penggunaan dekongestan merupakan kontraindikasi pada rinitis atrofi karena dapat memperburuk patologis penyakit.

b. PembedahanDilakukan jika tidak ada perbaikan setelah diberikan pengobatan konservatif.

Prinsip pembedahan pada rinitis atrofi dibagi dalam empat kelompok besar:1) Mengurangi ukuran dari kavum nasi, untuk mengurangi turbulensi udara dalam

kavum nasi dan mencegah pengeringan mukosa serta produksi krusta2) Menginduksi regenerasi mukosa normal nasal dengan cara penyempitan rongga

hidung sebagian atau total, dengan implantasi, dilakukan selama dua tahun3) Meningkatkan lubrikasi pada mukosa nasal yang kering4) Improvisasi vaskularisasi pada kavum nasi.

Pembedahan dengan tujuan mengurangi ukuran dari kavum nasi pertama kali dilakukan oleh Lautenschlager, dengan cara menarik dinding lateral nasal ke arah medial, atau dinding edial dari antrum maksilaris dengan metode Caldwell-Luc. Tindakan ini sering disebut juga “rekalibrasi fosa nasalis”. Menginduksi regenerasi mukosa nasal dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti Metode Young, disusul dengan Modifikasi Sinha, Modifikasi Gadre, Ghosh’s vestibuloplasty., dan lainya saling berkaitan dengan metode young. Induksi lubrikasi pada kavum nasal yang kering dapat dilakukan dengan metode Wiitmack, dimana dilakukan implantasi duktus stensen ke antrum maksilaris. Injeksi ganglion stellate dilakukan dengan tujuan adanya improvisasi vaskularisasi kavum nasi.

PROGNOSISPrognosis rinitis atrofi tergantung dari etiologi dan progresifitas penyakitnya, jika

cepat ditangani umumnya akan berakhir baik. Jika penyakit di diagnosa pada tahap awal dan penyebabnya dapat dipastikan bakteri, maka terapi antimikrobial yang adekuat serta cuci hidung yang rutin diharapkan dapat mmengembalikan fungsi hidung kembali. Jika penyakit didapati dengan gejala klinis yang parah, tetap dicoba dengan terapi medika mentosa, dan jika tidak berhasil perlu dipikirkan untuk melakukan tindakan bedah.

4

Page 5: Rhinitis Atrofi dan Vicarious Menstruation

Tugas THT 1 – Nisrina Karima Lisdianingtyas (1102010208)

VICARIOUS MENSTRUATION

Istilah ini dipakai untuk kasus-kasus tertentu yang jarang dijumpai, dimana terjadi perdarahan ekstraginetal dengan interval periodik yang sesuai dengan siklus haid.Tempat perdarahan yang paling sering di jumpai ialah mukosa hidung berupa epistaksis 30 persen dari seluruh kasus. Rupanya peningkatan kadar estrogen dapat menyebabkan edema dan kongesti pada alat-alat lain di luar alat-alat genital pada wanita yang peka.

Vicarious menstruation dapat juga terjadi pada berbagai organ, seperti lambung, usus, paru-paru, mammae, kulit.

Penanganan dapat dilakukan apabila pada organ yang berdarah ada kelaianan yang dapat diangkat atau diobati.

5