6
RHINITIS ALERGI Rhinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama serta dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen spesifik tersebut. Definisi menurut WHO ARIA tahun 2011 adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantarai oleh IgE. KLASIFIKASI RHINITIS ALERGI Saat ini digunakan klasifikasi rhinitis alergi berdasarkan rekomendasi dari WHO ARIA tahun 2011 yaitu berdasarkan sifat berlangsungnya dibagi menjadi: 1. Intermiten (kadang-kadang), bila gejala kurang dari 4 hari per minggu atau kurang dari 4 minggu 2. Persisten (menetap), bila gejala lebih dari 4 hari per minggu dan lebih dari 4 minggu Sedangkan untuk derajat berat ringannya penyakit, rhinitis alergi dibagi menjadi:

Rhinitis Alergika

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Diskusi Topik - Rhinitis Alergika

Citation preview

RHINITIS ALERGI

Rhinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama serta dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen spesifik tersebut.Definisi menurut WHO ARIA tahun 2011 adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantarai oleh IgE.

KLASIFIKASI RHINITIS ALERGISaat ini digunakan klasifikasi rhinitis alergi berdasarkan rekomendasi dari WHO ARIA tahun 2011 yaitu berdasarkan sifat berlangsungnya dibagi menjadi:1. Intermiten (kadang-kadang), bila gejala kurang dari 4 hari per minggu atau kurang dari 4 minggu2. Persisten (menetap), bila gejala lebih dari 4 hari per minggu dan lebih dari 4 minggu

Sedangkan untuk derajat berat ringannya penyakit, rhinitis alergi dibagi menjadi:1. Ringan, bila tidak ditemukan gangguan tidur, gangguan aktivitas harian, bersantai, berolahraga, belajar, bekerja, dan hal-hal lain.2. Sedang-berat, bila terdapat satu atau lebih dari gangguan di atas.

DIAGNOSISAnamnesisGejala rhinitis alergi yang khas adalah terdapatnya serangan bersin berulang. Gejala lain adalah keluarnya ingus (rinore) yang encer dan banyak, hidung tersumbat, dan mata gatal, yang kadang-kadang disertai keluar banyak air mata (lakrimasi). Seringkali gejala yang timbul tidak lengkap terutama pada anak.

Pemeriksaan fisikPada rinoskopi anterior tampak mukosa edema, basah, berwarna pucat atau livid disertai adanya sekret encer yang banyak. Bila gejala persisten, mukosa inferior tampak hipertrofi.Gejala spesifik lain pada anak adalah terdapatnya bayangan gelap di daerah bawah mata yang terjadi akibat stasis vena sekunder karena obstruksi hidung. Gejala ini disebut allergic shiner. Selain itu juga akan sering tampak anak menggosok-gosok hidung karena gatal dengan punggung tangan. Keadaan ini disebut allergic salute. Keadaan menggosok hidung ini lama kelamaan akan mengakibatkan timbulnya garis melintang di dorsum nasi bagian sepertiga bawah yang disebut allergic crease.Mulut sering terbuka dengan lengkung langit-langit yang tinggi, sehingga akan menyebabkan gangguan pertumbuhan gigi-geligi (facies adenoid). Dinding posterior faring tampak granuler dan edema (cobblestone appearance), serta dinding lateral faring menebal. Lidah tampak seperti gambaran peta (geographic tongue).

Pemeriksaan penunjangIn vitro:Hitung eosinofil dalam darah tepi dapat normal atau meningkat. Demikian pula pemeriksaan IgE total seringkali menunjukkan nilai normal kecuali bila tanda alergi pada pasien lebih dari satu macam penyakit misanya rhinitis alergi dan asma bronchial. Pemeriksaan ini bergina untuk prediksi alergi pada bayi atay anak kecil dari suatu keluarga yang tinggi.Pemeriksaan sitologi hidung atau kerokan muksa walaupun tidak dapat memastikan diagnosis namun berguna sebagai pemeriksaan pelengkap. DItemukannya eosinofil dalam jumlah banyak menunjukkan kemungkinan alergi inhalan. Jika basofil kebih dari 5 sel per lapang pandang mungkin disebabkan oleh alergi makanan.

In vivo:Alegen penyebab dapat dicari dengan cara pemeriksaan tes cukit kulit. Uji intrakutan atau intradermal tunggal maupun berseri dilakukan untuk alergen inhalan dengan cara menyuntikkan alergen dengan berbaai konsentrasi.Untuk alergi makanan, uji kulit yang dilakukan adalah Intracutaneous Provocative Dilutional Food Test. Namun baku emasnya dalah dengan diet elimnasi dan provokasi (Challenge test).

TATALAKSANA1. Terapi yang paling ideal adalah dengan menghindari kontak dengan alergen penyebab dan eliminasi2. Medika mentosa Antihistamin Generasi-1 (klasik) Bersifat lipofilik sehingga dapat menembus sawar darah otak dan plasenta sehingga mempunyai efek kolinergik.Yang termasuk generasi-1 adalah difenhidramin, klorfeniramin, prometasin, siproheptadin, dan yang bisa diberikan secara topikal adalah azelastin. Generasi-2 (non sedative) Bersifat lipofobik sehingga sulit menembus sawar darah otak.Generasi-2 dapat dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan keamanannya. Yang pertama adalah astemisol dan terfenadin yang mempunyai efek kardiotoksik. Kelompok kedua adalah loratadin, setirisin, fexofenadin, desloratadin, dan levosetirisin. Preparat simpatomimetik golongan agonis adrenergic alfa dipakai sebagai dekogestan hidung oral atau topikal. Namun pemakaian topikal hanya boleh beberapa hari untuk menghindari terjadinya rhinitis medikamentosa Kortikosteroid dipilih bila gejala terutama sumbatan hidung akibat respons fase lambat dan tidak berhasil diatasi dengan obat lain.Yang sering dipakai adalah kortikosteroid topical (beklometason, budesonide, flunisolid, flutikason, mometason furoat, dan triamsinolon) Preparat antikolinergik topical adalah ipratropium bromida bermanfaat untuk mengatasi rinore Pengobatan terbaru adalah dengan leukotrien (zafirlukast/montelukast), anti IgE, DNA rekombinan.3. OperatifKonkotomi parsial (pemotongan sebagian konka inferior, konkoplasti, atau multiple outfractured, inferior turbinoplasty perlu dipikirkan bila konka inferior hipertrofi berat dan tidak berhasil dikecilkan dengan kauterisasi memakai AgNO3 25% atau triklor asetat.4. ImunterapiCara ini dilakukan pada alergi inhalan dengan gejala berat yang berlangsung lama serta pengobatan lain tidak memberikan hasil yang memuaskan.

KOMPLIKASI Polip hidung Otitis media efusi Rinosinositis