43
P P Pi Dalam Bida Dis KEME U REVITALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR Prof. Dr. Sa’dun Akbar, M.Pd. idato Pengukuhan Guru Besar ang Ilmu Pendidikan/Pendidikan Dasa sampaikan Pada Sidang Terbuka Senat Universitas Malang Tanggal 8 Juni 2011 ENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS MALANG (UM) JUNI 2011 ar

REVITALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR

  • Upload
    lexuyen

  • View
    256

  • Download
    13

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: REVITALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR

PENDI

Prof. Dr. Sa’dun Akbar, M.Pd.

Pidato Pengukuhan Guru Besar

Dalam Bidang Ilmu Pendidikan/Pendidikan Dasar

Disampaikan

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS MALANG (UM)

REVITALISASI

PENDIDIKAN KARAKTER

DI SEKOLAH DASAR

Prof. Dr. Sa’dun Akbar, M.Pd.

Pidato Pengukuhan Guru Besar

alam Bidang Ilmu Pendidikan/Pendidikan Dasar

Disampaikan Pada Sidang Terbuka

Senat Universitas Malang

Tanggal 8 Juni 2011

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS MALANG (UM)

JUNI 2011

alam Bidang Ilmu Pendidikan/Pendidikan Dasar

Page 2: REVITALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR

Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 1 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

Muliakan anakMuliakan anakMuliakan anakMuliakan anak----anakmu anakmu anakmu anakmu dan didiklah mereka dengan adabdan didiklah mereka dengan adabdan didiklah mereka dengan adabdan didiklah mereka dengan adab/budi pekerti /budi pekerti /budi pekerti /budi pekerti

yang baik (yang baik (yang baik (yang baik (HR.Ibnu MajjahHR.Ibnu MajjahHR.Ibnu MajjahHR.Ibnu Majjah))))

Tanah Tanah Tanah Tanah yang baikyang baikyang baikyang baik

tanamantanamantanamantanaman----tanamannya tumbuh suburtanamannya tumbuh suburtanamannya tumbuh suburtanamannya tumbuh subur

dengan seizin Allah,dengan seizin Allah,dengan seizin Allah,dengan seizin Allah, dan tanah yang tidak suburdan tanah yang tidak suburdan tanah yang tidak suburdan tanah yang tidak subur

tanamantanamantanamantanaman----tanamannya hanya tumbbuh merana,tanamannya hanya tumbbuh merana,tanamannya hanya tumbbuh merana,tanamannya hanya tumbbuh merana,

demikianlah kami mengulangi tandademikianlah kami mengulangi tandademikianlah kami mengulangi tandademikianlah kami mengulangi tanda----tandatandatandatanda

kebesaran kami (Allah) bagi orangkebesaran kami (Allah) bagi orangkebesaran kami (Allah) bagi orangkebesaran kami (Allah) bagi orang----orangorangorangorang

yang bersyukur (Alyang bersyukur (Alyang bersyukur (Alyang bersyukur (Al----A’rof 58).A’rof 58).A’rof 58).A’rof 58).

Berbuat Berbuat Berbuat Berbuat baik adalah sebuah kesempatanbaik adalah sebuah kesempatanbaik adalah sebuah kesempatanbaik adalah sebuah kesempatan sekaligus Rizkisekaligus Rizkisekaligus Rizkisekaligus Rizki, , , , ambillah kesempatan ambillah kesempatan ambillah kesempatan ambillah kesempatan dan rizki dan rizki dan rizki dan rizki itu sebelum diambil oleh orang lainitu sebelum diambil oleh orang lainitu sebelum diambil oleh orang lainitu sebelum diambil oleh orang lain agar agar agar agar

menjadi menjadi menjadi menjadi milik milik milik milik dan lading amal dan lading amal dan lading amal dan lading amal AndaAndaAndaAnda,,,, sehingga Anda sehingga Anda sehingga Anda sehingga Anda bibibibissssaaaa menikmatinya dunia akherat.menikmatinya dunia akherat.menikmatinya dunia akherat.menikmatinya dunia akherat.

Page 3: REVITALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR

Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 2 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

REVITALISASI

PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Yth. Rektor selaku Ketua Senat Universitas Malang

Yth. Ketua dan Anggota Komisi Guru Besar Universitas Malang

Yth. Para Rektor Universitas di Malang

Yth. Para Anggota Senat, Pejabat Struktural, Dosen, Tenaga Administrasi, dan Mahasiswa

Universitas Malang

Yth. Keluarga Besar kami dari Pati dan Kroya-Cilacap Jawa Tengah

dan para hadirin yang mulia.

Sebagai muqoddimah pidato pengukuhan ini, perkenankanlah saya memanjatkan

puji syukur kehadlirat Allah SWT, karena dengan rahmat, taufieq, dan hidayah-Nya pidato

pengukuhan ini dapat dilaksanakan pada hari ini.

Hadirin Yang Mulia,

Secara umum, persoalan pendidikan karakter bukanlah merupakan masalah baru.

Istilah “pendidikan karakter”, sesungguhnya, sudah lahir bersamaan dengan kelahiran

istilah “pendidikan”, sebab pendidikan itu sendiri pada dasarnya adalah untuk

mengembangkan karakter baik. Secara khusus, pada sistem pendidikan di negeri ini pernah

(bahkan hingga sekarang sebagian masih) terdapat mata pelajaran dengan nama-nama: Budi

Pekerti, Aqidah Akhlaq, Pendidikan Agama, Pendidikan Pancasila/P4, Pendidikan Adab

dan lainnya, itu semua tidak lain adalah dalam rangka pendidikan karakter. Untuk itu, judul

pidato pengukuhan guru besar ini diberi judul: “Revitalisasi Pendidikan Karakter di

Sekolah Dasar”

Konsep revitalisasi pendidikan karakter dalam tulisan ini saya definisikan sebagai

upaya, proses, cara-cara, atau perbuatan menghidupkan dan memperkuat kembali praktik

pendidikan secara umum, dan khususnya yang terjadi di sekolah dasar dalam rangka

menjadikan peserta didik berkarakter baik. Untuk menghidupkan dan memperkuat kembali

pendidikan karakter di sekolah dasar, saya memandang perlu menyajikan: (1) pentingnya

pendidikan karakter; (2) persoalan dehumanisasi; (3) masalah malpraktik pendidikan; (4)

masalah pendidikan karakter di sekolah dasar, dan (5) gagasan-gagasan revitalisasi

pendidikan karakter di SD.

Pentingnya Pendidikan Karakter bagi Manusia

Hadirin yang Mulia,

Tuhan menciptakan manusia dalam keadaan belum selesai (belum jadi), manusia

merupakan ciptaan yang serba mungkin, dan belum terspesialisasi. Manusia, walaupun

sering dinyatakan sebagai ciptaan yang paling sempurna di antara ciptaan yang lain, belum

tentu dalam proses perkembangannya bisa menjadi manusia yang sesungguhnya. Manusia

Page 4: REVITALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR

Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 3 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

yang ketika dilahirkan berujud manusia (yang tampaknya baik) bisa saja dalam proses

perkembangannya menjadi manusia yang kurang manusiawi (sangat jahat).

Hal ini berbeda dengan hewan, Hewan diciptakan oleh Allah dalam keadaan sudah

selesai, sudah jadi, cepat mandiri, dan sudah terspesialisasi. Hewan kambing misalnya,

sudah terspesialisasi sejak dilahirkan; tampak dari mereka makan dengan makanan yang

khusus—paling-paling dedaunan, rumput-rumputan, dan tanam-tanaman saja. Berbeda

dengan manusia, meskipun ketika dilahirkan mereka minum susu, makan bubur dan buah,

bisa saja dalam proses perkembangannya mereka menjadi pemakan nasi, buah-buahan,

pasir, batu, uang, bahkan makan temannya sendiri.

Untuk itu, dalam proses perkembangannya dan dalam sepanjang hidupnya, manusia

masih memerlukan bantuan secara terus-menerus melalui pendidikan. Pendidikan hadir

tidak lain adalah dalam kerangka memberikan bantuan kepada manusia agar mereka dapat

tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang sesungguhnya, manusia yang mempunyai

sifat manusiawi, dan berkarakter baik.

Pendidikan karakter bukanlah merupakan hal baru karena setiap upaya pendidikan

sebenarnya adalah dalam rangka membangun karakter.

Persoalannya adalah: “Mengapa akhir-akhir ini pendidikan karakter menjadi program

strategis Kementrian Pendidikan Nasional? Ada masalah apa dengan praktik pendidikan

karakter dalam dunia pendidikan kita dewasa ini? Jika memang banyak masalah dalam

praktik pendidikan karakter, lantas bagaimana upaya yang seharusnya dilakukan oleh dunia

pendidikan dalam rangka revitalisasi sehingga dapat memecahkan masalah-masalah

pendidikan karakter? Sesuai dengan bidang keilmuan guru besar saya, maka dalam pidato

ini cenderung difokuskan pada persoalan-persoalan pendidikan karakter di sekolah dasar

dan gagasan revitalisasinya.

Masalah Dehumanisasi Manusia

Hadirin yang mulia,

Manusia seharusnya bersifat human (humanis). Seorang manusia seharusnya

bersifat manusiawi. Gejala yang tampak dalam kehidupan sehari-hari adalah terjadinya

kecenderungan semakin terkikisnya sifat-sifat kemanusiawian manusia, yakni terjadi proses

dehumanisasi yang demikian pesat dewasa ini. Berikut dikemukanan lima macam

dehumanitas

Pertama, banyak manusia yang semakin jauh dengan Tuhannya. Gejala

semakin jauhnya manusia dengan Tuhannya ini tampak dari semakin banyaknya manusia

yang kurang patuh pada Ajaran Tuhan. Kemaksiyatan yang dilakukan manusia semakin

subur terjadi di mana-mana. Manusia sebagai ciptaan Tuhan seharusnya mengabdikan diri

dengan patuh dan taat pada ajaran-ajaran-Nya; Manusia seharusnya terus berupaya

mendekatkan diri kepada Tuhan, menyatu dengan Tuhan, merasakan dekat dengan Tuhan.

Dalam budaya jawa ada ungkapan (manunggaling kawulo gusti). Kecenderungan yang

terjadi adalah semakin banyaknya gejala yang menunjukkan hubungan manusia dengan

Tuhan semakin jauh, kurang harmonis, sehingga banyak orang yang kurang baik

perilakunya menurut ukuran agama-agama.

Page 5: REVITALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR

Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 4 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

Kedua, banyak manusia yang semakin jauh dengan manusia lain. Mereka

kurang peka dan peduli pada penderitaan orang lain; merasa orang lain sebagai ancaman

dirinya; saling bermusuhan antara yang satu dengan yang lain; merasa benar sendiri; kurang

saling percaya; penghargaan pada orang lain rendah; sikap dan perilaku yang sangat

individualistik; Seharusnya antara manusia yang satu dengan yang lain sangat dekat dan

menyatu. Begitu banyak manusia yang dalam hubungannya dengan manusia lain tampak

buruk, padahal sesungguhnya mereka adalah makhluk sosial, manusia adalah ummat yang

satu.

Ketiga, banyak manusia yang merasa jauh dengan lingkungan alam tempat

hidupnya. Perusakan lingkungan alam terjadi di mana-mana. Exploitasi terhadap alam

dilakukan secara besar-besaran tanpa diimbangi dengan upaya konservasi secara memadai.

Penggundulan hutan, pencemaran air, tanah, udara, pemusnahan makhluk hidup terus

berlangsung, yang mengakibatkan keseimbangan alam menjadi terganggu, bencana alam

terjadi di banyak tempat, dan pemanasan global semakin menjadi-jadi. Karakter manusia

dalam hubungannya dengan lingkungan alamnya tampak semakin memburuk.

Keempat, banyak di antara manusia yang jauh dengan dirinya sendiri. Banyak

di antara manusia yang kurang mampu mengenali potensi dirinya sendiri, tidak tahu diri,

kurang percaya diri, bahkan menganiaya diri sendiri. Perilaku mereka banyak ditentukan

oleh kekuatan eksternal dirinya. Mereka seakan-akan seperti orang yang tidak mempunyai

keyakinan dan harga diri. Banyak orang yang tahu kebaikan, tetapi mereka tidak mau

melakukan kebaikan yang mereka ketahui. Banyak orang yang baru mau bergerak kalau

digerakkan orang lain, mereka baru mau bekerja kalau disuruh, pergerakan mereka seperti

robot. Banyaknya manusia yang perilakunya seperti robot tersebut adalah bukti terjadi

dehumanisasi manusia. Karakter manusia dalam hubungannya dengan dirinya sendiri

tampak buruk.

Kelima, banyak di antara manusia Indonesia yang perilakunya menyimpang

dari nilai-nilai Pancasila. Mereka banyak melakukan pelanggaran hokum, baik hukum

agama-agama maupun hukum positif yang berlaku di negeri ini. Banyak di antara mereka

yang kurang berpartisipasi dan bertanggungjawab terhadap berbagai persoalan bangsa dan

negaranya. Nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan demokrasi, dan

keadilan sosial kurang tumbuh subur pada diri warga bangsa Indonesia ini. Karakter

sebagian manusia Indonesia dalam relasi dengan bangsa dan negaranya semakin buruk.

Masalah Mal-Praktik Pendidikan

Hadirin yang Mulia,

Saya memandang, ada beberapa masalah dalam praktik pendidikan dewasa ini,

dunia pendidikan kurang mampu mengembangkan kepribadian peserta didiknya secara utuh

sehingga kurang optimal menumbuhkan karakter baik. Di antara masalah dalam praktik

pendidikan dewasa ini diuraikan sebagai berikut:

Pertama, persoalan orientasi taksonomik.

Berpuluh-puluh tahun praktik pendidikan kita telah berkiblat pada taksonomi Bloom

yang memilah-milah ranah pendidikan menjadi kognitif, afektif, dan psikomotor. Kalaulah

taksonomi Bloom tersebut benar, dalam praktiknya cenderung terpleset pada

Page 6: REVITALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR

Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 5 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

pengembangan aspek kognitif. Praktik pendidikan terlalu overkognitif. Bahkan, beberapa

mata pelajaran yang pada awalnya diniatkan untuk memperkuat pendidikan karakter,

misalnya Pendidikan Moral Pancasila, Pendidikan Budi Pekerti, Pendidikan Agama, dan

Pendidikan Kewarganegaraan juga cenderung overcognitif.

Upaya-upaya pengembangan landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum

yang berlaku di negeri ini terus dilakukan. Arah kecenderungan pengembangan kurikulum

dari behaviorisme (Kurikulum 1975), ke arah kognitivisme (Kurikulum 1980-1990-an), dan

menjadi konstruktivisme (Kurikulum 2000-an) dalam praktiknya juga masih saja cenderung

overcognitive bahkan overbehavioristic (Akbar, 2011). Itu pun masih ditambah dengan

adanya kebijakan-kebijakan dibidang pendidikan yang selegenje dengan tuntutan

kurikulum, misalnya adanya ujian nasional yang cenderung kognitif yang hasilnya

dijadikan penentu nasib peserta didik. Kebijakan yang selegenje itu diberlakukan di tengah-

tengah berlakunya kurikulum yang berorientasi pada kompetensi. Ujian nasional bisa saja

menjadi sebuah kebijakan yang baik jika hasilnya tidak digunakan untuk menentukan nasib

peserta didik, tetapi sekadar untuk mendiagnosis ketercapaian tujuan pembelajaran pada

aspek kognisi pada mata pelajaran tertentu yang diujikan negara saja.

Hadirin yang Mulia,

Ada ranah yang terabaikan dalam taksonomi Bloom, yakni ranah konasi

(willingness)—yakni kemauan yang tumbuh dari dalam diri peserta didik. Bloom

melupakan ranah konasi ini. Oleh karena itu, wajar saja jika begitu banyak orang yang

“mengetahui kebaikan”, tetapi “tidak mau melakukan kebaikan yang mereka ketahui itu”.

Kemauannya kurang terbangun dalam proses pendidikan yang mereka alami.

Dengan praktik pendidikan yang cenderung overcognitive itu, maka menjadikan

dunia pendidikan kita lebih bermodus “memiliki” dari pada bermodus “menjadi”.

Padahal, seharusnya pendidikan itu lebih bermodus “menjadi” dari pada sekadar

“memiliki”. Ketika pendidikan bermodus “memiliki” maka seluruh energy pendidikan

diarahkan pada “agar siswa memiliki pengetahuan yang banyak”. Pengetahuan yang berasal

dari guru, buku-buku pelajaran, dan sumber lainnya dipindah ke peserta didik agar mereka

memiliki pengetahuan yang banyak. Persoalannya adalah “milik” itu bisa hilang, seperti

kita memiliki uang bisa hilang dan lepas dari diri kita. Pengetahuan yang memenuhi kepala

siswa-siswi kita bisa saja hilang tidak membekas. Hal ini berbeda jika kita menjadikan

pendidikan lebih bermodus “menjadi”. Seluruh proses pendidikan diupayakan untuk

menjadikan peserta didik menjadi dirinya sendiri. Apa yang dipelajari peserta didik

menjadi bagian kepribadiannya. Proses pendidikan dilakukan dalam rangka menghadirkan

nilai-nilai, internalisasi nilai, menyemaikan dan mengembangkan nilai-nilai kebaikan dari

berbagai dunia nilai sehingga teraktualisasi pada perilaku baik peserta didik.

Kedua, masalah kurang adanya keseimbangan antara aspek “pikir” dengan

“hati” dalam praktik pendidikan.

Ada dua keberadaan yang sekaligus menjadi kekuatan yang luar biasa pada diri

manusia, yaitu kekuatan pikiran dan kekuatan hati. Dalam praktik pendidikan yang terjadi

dewasa ini cenderung lebih memperkuat (mempertajam) pikiran daripada hati. Pendidikan

seharusnya mampu mencerdaskan pikiran dan mempertajam matahati sekaligus. Pikiran

Page 7: REVITALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR

Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 6 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

manusia dapat diasah dan dipertajam atau dicerdaskan melalui berbagai macam ilmu

pengetahuan empiric. Pikiranlah yang dapat menerima kebenaran ilmu pengetahuan yang

cenderung bersifat rasional. Hati manusia dapat dipertajam atau diasah dengan agama-

agama. Hatilah yang bisa menerima kehadiran Tuhan, hati pula yang bisa menerima ajaran

agama-agama (baik yang rasional maupun nonrasional) pada diri seseorang. Oleh karena

itu, untuk mempertajam matahati perlu dilakukan dengan sebanyak-banyak mengingat

Tuhan (dzikrullah) dalam arti seluas-luasnya. Ketika pikiran dikendalikan oleh hati (agama)

maka bisa dipastikan akan mampu melahirkan perilaku berakal (perilaku baik). Meskipun

kata “akal” sering disatukan dengan “pikiran” menjadi “akal-pikiran”, sebenarnya antara

akal dengan pikiran itu tidak sama, “akal” dengan “pikiran” merupakan dua konsep yang

berbeda (Akbar, 2000). Manusia berakal adalah manusia yang bisa membedakan mana

yang benar dan mana yang salah; manusia yang perilakunya sudah dipikirkan secara

matang dan ditimbang dengan ajaran agama-agama. Pendidikan yang kurang

memperhatikan keseimbangan antara pikiran dengan hati akan menghasilkan kepribadian

yang tidak utuh dan potensial melahirkan karakter yang kurang baik.

Ketiga, kurang adanya keseimbangan pengembangan antara

Programmed Curriculum dengan Hidden Curriculum.

Kurikulum adalah seluruh upaya satuan pendidikan untuk mempengaruhi belajar.

Belajar terjadi kalau terjadi perubahan perilaku. Belajar bisa saja terjadi baik di ruang-ruang

kelas, taman-taman bermain, atau di luar sekolah sekalipun. Kurikulum itu tidak sekadar

program pendidikan yang direncanakan secara tertulis saja, kurikulum bisa juga berupa

pengalaman-pengalaman belajar lain, meskipun tidak tertulis tetapi mampu

mengembangkan/dan mengubah perilaku. Perubahan perilaku tidak sekadar dipicu oleh

pembelajaran di kelas melalui berbagai mata pelajaran, tetapi dapat juga karena penataan

fisik, penataan sosial, penataan psikologis melalui pembiasaan dan keteladanan yang terjadi

dan dialami di sekolah.

Keempat, masalah penghadiran dan internalisasi nilai-nilai melalui berbagai

mata pelajaran.

Disajikaannya berbagai mata pelajaran dalam praktik pendidikan tidak lain adalah

dalam kerangka untuk menghadirkan dan internalisasi nilai-nilai dari berbagai dunia nilai,

yakni simbolik, empirik, estetik, etik, sinnoetik, dan sinoptik yang diwujudkan dalam

berbagai mata pelajaran dalam rangka untuk mengembangkan perilaku (membangun

karakter) peserta didik. Dalam praktiknya, banyak pengembang dan praktisi pendidikan

yang kurang menyadari persoalan ini sehingga praktik pendidikan dan pembelajaran

cenderung kurang berbasis pada nilai-nilai yang terkandung pada berbagai mata pelajaran

yang sajikan.

Kelima, masalah kurang optimalnya praktik pendidikan dan pembelajaran

untuk pengembangan kepribadian.

Di sekolah-sekolah kita disajikan matapelajaran-mata pelajaran seperti: Pendidikan

Agama, Pendidikan Pancasila (PPKn), Budi Pekerti, Akhlaq, Pendidikan Adab, dan

sejenisnya. Namun, dalam praktiknya cenderung terpeleset pada mementingkan aspek

kognisi (overcognitive), terlalu berat pada upaya mempertajam daya pikir daripada

Page 8: REVITALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR

Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 7 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

mempertajam matahati dan agak mengabaikan afeksi dan konasi. Praktik pendidikan kita

kurang sesuai dengan prinsip-prinsip dalam pendidikan karakter.

Pendidikan Karakter

Hadirin yang mulia,

Mengacu kepada persoalan-persoalan pentingnya pendidikan karakter, terjadinya

dehumanisasi manusia, dan mal-praktik dunia pendidikan di atas maka revitasasi

pendidikan karakter mendesak untuk dilakukan. Lantas, apa tujuan, landasan, dan seperti

apa paradigma pendidikan karakter itu? Sebagaimana tujuan dan landasan pendidikan

karakter seperti yang pernah saya tulis dalam Naskah Akademik (untuk bahan)

pengembangan Pedoman Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar yang dikembangkan oleh

Direktorat Pendidikan Sekolah Dasar (1911) maka tujuan dan landasan pendidikan karakter

adalah sebagai berikut:

Tujuan Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter yang dimaksud dalam pidato ini adalah upaya fasilitasi yang

dilakukan oleh (pendidik, tenaga kependidikan, dan komunitas) di sekolah dasar untuk

menjadikan peserta didik berkarakter baik. Karakter baik saya definisikan sebagai “hidup

dengan benar dalam hubungan seseorang dengan Tuhannya, sesama manusia, alam

lingkungan hidupnya, bangsa dan negaranya, serta dengan diri sendiri. Munir (2010)

menyebutnya pendidikan karakter bertujuan untuk menumbuhkan karakter positif

(memperkuat karakter baik dan memperlemah karakter buruk). Q-Anees (2008)

menyatakan bahwa tujuan pendidikan karakter adalah untuk mengembangkan insan kamil.

Pendidikan karakter yang dibangun dalam pendidikan dapat mengacu pada Pasal 3

UU Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, bahwa: “Pendidikan nasional

berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,

dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, adab, atau ciri kepribadian seseorang yang

terbentuk dari hasil internalisasi berbagai nilai kebajikan (virtues) yang diyakini dan

digunakan sebagai landasan berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan bersumber dari

sejumlah nilai, moral, dan norma, yang diyakini kebenarannya yang terwujud dalam

hubungan-hubungan yang membangun interaksi antara manusia dengan tuhannya, sesama

manusia, lingkungan hidupnya, bangsa dan negaranya, dan dengan dirinya sendiri.

Hubungan-hubungan itulah yang menimbulkan penilaian baik-buruknya karakter

seseorang.

Pendidikan karakter sering juga disebut dengan pendidikan nilai karena karakter

adalah value in action nilai yang diwujudkan dalam tindakan (Lickona,1991). Karakter juga

sering disebut operative value atau nilai-nilai yang dioperasionalkan dalam tindakan

(perilaku). Oleh karena itu, pendidikan karakter pada dasarnya merupakan upaya dalam

Page 9: REVITALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR

Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 8 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

proses menginternalisasikan, menghadirkan, menyemaikan, dan mengembangkan nilai-nilai

kebaikan pada diri peserta didik. Dengan internalisasi nilai-nilai kebajikan pada diri peserta

didik di atas, diharapkan dapat mewujudkan perilaku baik.

Dalam proses menghadirkan (internalisasi) nilai-nilai pada diri peserta didik, Ki

Hajar Dewantoro (1962) menekankan pentingnya prinsip: (1) Ngerti, Ngroso, lan Nglakoni;

(2) Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani,

Lickhona (1991) menyebutnya sebagai unsur-unsur karakter yang mencakup moral

knowing, moral feeling, dan moral action. Sementara itu, Abdullah Gymnastiar (Akbar,

2000, Akbar, 2007) sering mengungkapkan dengan keseimbangan fikir, dzikir, dan ikhtiar.

Prinsip-prinsip dan unsur-unsur karakter tersebut hendaknya diimplementasikan dalam

praktik pendidikan karakter.

Landasan Pendidikan Karakter

Pertama, landasan filsafat manusia. Secara filosofis, manusia diciptakan oleh Tuhan

dalam keadaan “belum selesai”, mereka dilahirkan dalam keadaan belum jadi. Manusia yang ketika

dilahirkan berwujud anak manusia belum tentu dalam proses perkembangannya menjadi manusia

yang sesungguhnya. Agar dapat menjadi manusia yang sesungguhnya, dalam proses pertumbuhan

dan perkembangannya anak-anak manusia itu memerlukan bantuan. Upaya membantu manusia

untuk menjadikan manusia yang sesungguhnya itulah yang disebut pendidikan. Berbeda dengan

hewan, anak-anak hewan hanya memerlukan bantuan yang sedikit saja dalam hidupnya dari

masyarakat hewan, anak-anak hewan akan cepat mandiri. Hewan adalah ciptaan yang sudah selesai,

sudah jadi, dan sudah terspesialisasi. Mereka dilahirkan dalam wujud hewan dan dalam proses

perkembangannya akan tetap menjadi hewan yang sesungguhnya dan berkarakter sebagai hewan.

Berbeda sekali dengan hewan, manusia yang ketika masih usia kanak-kanak terlihat

berkarakter baik—bisa saja kalau terjadi salah didik bisa menjadi manusia yang sangat

buruk karakternya, sifat-sifat kemanusiawiannya bisa terkikis dan tidak pantas disebut

sebagai manusia yang dikaruniai akal, mendapat julukan sebagai makhluk yang paling

mulia, yang bermartabat dan beradab. Dalam proses perkembangannya karakter manusia

bisa menjadi lebih buruk dari pada hewan. Untuk itu, pendidikan karakter sangat diperlukan

bagi manusia dalam sepanjang hidupnya agar mereka dapat menjadi manusia yang

berkarakter baik.

Kedua, dari sisi landasan filsafat Pancasila, manusia Indonesia yang ideal adalah yang

Pancasilais menghargai nilai-nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan

Sosial. Nilai-nilai Pancasila itulah yang seharusnya menjadi core value dalam pendidikan karakter

di negeri ini.

Ketiga, landasan filsafat pendidikan umum yang menyatakan bahwa pendidikan pada

dasarnya adalah untuk mengembangkan kepribadian utuh dan warga negara yang baik. Seseorang

yang berkepribadian utuh digambarkan dengan terinternalisasikannya nilai-nilai dari berbagai

dunia makna (nilai), yakni: simbolik, empirik, estetik, etik, sinoptik, dan sinnoetik. Dengan nilai-

nilai tersebut menjadikan seseorang berkarakter baik. Nilai simbolik ada dalam bahasa, ritual-ritual

keagamaan, dan matematika. Nilai empirik ada pada berbagai macam disiplin ilmu empirik

Page 10: REVITALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR

Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 9 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

diantaranya IPA dan IPS. Nilai Etik berupa pilihan-pilihan perilaku moral, nilai-nilai etik ini

dikembangkan melalui pendidikan: moral, budi pekerti, adab, dan akhlak. Nilai estetik ada pada

kesenian: seni tari, lukis, drama, dan lain-lain. Nilai sinnoetik adalah nilai yang bersifat personal

yang hadir dari pengalaman-pengalaman personal yang bersifat relasional—antar seseorang dengan

penciptanya, pengalaman hidup yang unik dan sangat mengesankan yang mampu mengubah

perilaku. Nilai sinoptik— di dalamnya terangkum nilai-nilai simbolik, estetik, etik, dan sinnoetik,

nilai-nilai tersebut hadir dalam pendidikan agama, sejarah, dan filsafat. Karena pendidikan karakter

pada dasarnya adalah proses internalisasi nilai dari berbagai dunia nilai di atas, maka pendidikan

karakter dapat diintegrasikan dalam berbagai macam mata pelajaran yang diajarkan di satuan-satuan

pendidikan.

Keempat, landasan religius, manusia pada dasarnya adalah ciptaan Tuhan. Dalam agama-

agama dan sistem kepercayaan yang berkembang di Indonesia, manusia baik adalah manusia yang

(1) secara jasmani dan rokhani sehat dan bisa melaksanakan berbagai aktivitas hidup yang

dikaitkan dengan peribadatannya kepada Tuhan; (2) bertaqwa dengan menghambakan diri

(mengabdikan dan melayani) kemauan Tuhannya, mereka sebagai abdi Tuhan yang patuh dan taat

terhadap ajaran-ajaran-Nya; (3) menjadi pemimpin dirinya, keluarganya, dan masyarakatnya yang

dapat dipercaya atas dasar jujur, amanah, disiplin, kerja keras, ulet, dan bertanggung jawab, (4)

manusiawi dalam arti besifat/berkarakter sebagai manusia yang mempunyai sifat-sifat cinta kasih

terhadap sesama, kepedulian yang tinggi terhadap penderitaan orang lain, berlaku baik terhadap

sesama manusia, dan bermartabat. Untuk itu pendidikan karakter perlu mengembangkan karakter

manusia agar menjadi manusia yang perilaku hidupnya sehat, patuh terhadap ajaran-ajaran Tuhan

(taqwa) dan patuh pada peraturan-peraturan dalam hidup berbangsa dan bernegara (good citizen),

dan mempunyai sifat-sifat manusiawi (empatik, simpatik, perhatian, peduli, membantu, menghargai,

dll).

Kelima, landasan sosiologis. Secara sosiologis, manusia Indonesia hidup di tengah-tengah

masyarakat dan bangsa-bangsa yang sangat heterogen dan terus berkembang. Mereka berada di

tengah-tengah masyarat yang berasal dari suku, etnis, agama, golongan, status sosial dan ekonomi

yang berbeda-beda. Di samping itu, bangsa Indonesia juga hidup berdampingan dan melakukan

pergaulan dengan bangsa-bangsa lain. Untuk itu, upaya mengembangkan karakter yang saling

menghargai dan toleran pada bermacam-macam tatanan kehidupan dan aneka ragam perbedaan itu

menjadi sangat mendasar.

Keenam, landasan psikologis. Dari sisi psikologis, menurut Supriatna, (dalam

Kemendiknas, 2010) karakter dapat dideskripsikan dari dimensi-dimensi intrapersonal,

interpersonal, dan interaktif. Dimensi intrapersonal terfokus pada kemampuan atau upaya manusia

untuk memahami dirinya sendiri. Esensi dari dimensi intrapersonal adalah kemampuan yang

bersifat reflektif dan retrospektif dari manusia yang diarahkan pada dirinya sendiri sebagai makhluk

Tuhan Yang Maha Esa—yang tercakup di dalamnya adalah kesadaran diri, peninjauan diri,

penghargaan diri, dan adaptasi diri.

Dimensi interpersonal secara umum dibangun atas kemampuan inti untuk mengenali

perbedaan; sedangkan secara khusus, merupakan kemampuan mengenali perbedaan dalam suasana

hati, temperamen, motivasi, dan kehendak. Dalam bentuk yang lebih maju, dengan dimensi

interpersonal ini memungkinkan orang dewasa mampu membaca kehendak dan keinginan orang

Page 11: REVITALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR

Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 10 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

lain, bahkan ketika keinginan itu disembunyikan. Dengan pengembangan kecakapan interpersonal

dapat menjadikan seseorang mampu memahami dan bekerja sama dengan orang lain. Untuk

memahami orang lain diperlukan karakter empati, hormat, ramah, dan membimbing.

Dimensi interaktif adalah kemampuan manusia berinteraksi sosial dengan sesama secara

bermakna. Sebagai makhluk sosial, manusia berinteraksi dengan lingkungan alamiah atau fisik dan

dengan lingkungan sosial. Melalui lingkungan sosial itulah manusia belajar, yang merupakan

aktivitas khas manusiawi, yang berbeda dari makhluk lainnya. Belajar membangkitkan berbagai

proses perkembangan internal yang mampu beroperasi hanya ketika seseorang berinteraksi dengan

orang-orang di lingkungannya dan dengan teman-temannya. Kemampuan berinteraksi sosial secara

bermakna diperlukan karakter humor, toleransi, dan mengatasi konflik.

Dari segi psikologi perkembangan, terdapat tahapan-tahapan dalam perkembangan

manusia. Perkembangan manusia tercermin dari karakteristik masing-masing dalam setiap tahap

perkembangan. Usia anak-anak berbeda karakteristiknya dengan usia remaja, pemuda, dan usia tua.

Di antara mereka perlu saling memahami dan menghargai sesamanya yang tingkat

perkembangannya berbeda-beda. Oleh karena itu, diperlukan pendidikan karakter yang terkait

dengan kesopanan, kesantunan, penghargaan, dan kepedulian.

Jadi, dilihat dari sisi filosofis, sosiologis, dan psikologis, maka pendidikan karakter bangsa

adalah menjadi sebuah keharusan bagi bangsa Indonesia; di samping untuk memperbaiki karakter

bangsa yang semakin terpuruk dewasa ini, juga mengembangkan karakter bangsa Indonesia untuk

masa depan yang lebih baik.

Ketujuh, landasan teoretik pendidikan karakter

Ada beberapa teori pendidikan dan pembelajaran yang dapat dirujuk untuk pengembangan

karakter: (1) teori-teori yang berorientasi behavoristik yang menyatakan bahwa “perilaku seseorang

sangat ditentukan oleh kekuatan external, dimana perubahan perilaku tersebut bersifat mekanistik”.

Teori ini dikenal juga sebagai teori Stimulus-Respon atau Teori Laboratorium yang sangat populer

pada implementasi kurikulum 1970-an. Teori-teori behavioristik ini dikembangkan dengan

menggunakan Hewan sebagai objek ujicobanya. Pada tahun 1980-an tmbuh kesadaran baru,

ternyata manusia itu tidak sama dengan hewan sehingga teori behavioristik dipandang kurang cocok

untuk pendidikan karakter—karena menjadikan manusia seperti robot; (2) teori-teori yang

berorientasi kognitivistik yang juga dikenal sebagai teori pemprosesan informasi, dengan prinsip

input-proses-output. Teori ini menganalogikan cara kerja pikiran manusia seperti cara kerja

komputer. Jika pikiran di-entry data-data (informasi) tentang kebaikan-kebaikan, maka di yakini

akan dapat mewujudkan perilaku baik. Sayangnya ditemukan fakta banyak orang yang mengetahui

kebaikan-kebaikan tetapi begitu banyak diantara mereka yang mengetahui kebaikan itu perilakunya

tidak selalu baik. Untuk itu, di awal tahun 2000-an tumbuh kesadaran baru, bahwa teori-teori

kognitivistik (pemrosesan informasi) kurang begitu cocok untuk pendidikan karakter; (3). teori-teori

yang berorientasi komprehenship (misalnya teori konstruktivistik, teori holistik—diantaranya teori

medan, teori motivasi, dan teori konteks sosial) yang menyatakan bahwa perilaku seseorang sangat

ditentukan baik oleh kekuatan internal maupun eksternal.

Saya berpendapat, dengan tanpa mengabaikan teori behavioristik dan kognitivistik, untuk

keperluan pendidikan karakter dipandang lebih tepat jika menggunakan teori-teori yang

berorientasi pada komprehenship (holistik) yang mengimplementasikan secara seimbang antara

Page 12: REVITALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR

Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 11 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

kekuatan internal dan eksternal, antara kekuatan skemata dengan lingkungan, antara kekuatan

pikiran dengan hati, dan antara (ngerti, ngroso, nglakoni; atau moral knowing, moral feeling, dan

moral action; atau antara fikir, dzikir, dan ikhtiar). Secara metodologis (misalnya persoalan:

perumusan tujuan, pilihan sumber dan media pembelajaran, penciptaan situasi/kultur pembelajaran,

pilihan model-model pembelajaran, evaluasi dan penilaian pendidikan, hendaknya juga

menyesuaikan dengan orientasi teori komprehensif yang digunakan untuk memandu praktik

pendidikan karakter.

Paradigma Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar

Mengacu kepada tujuan pendidikan dan landasan-landasan pendidikan karakter di

atas maka disusunlah paradigma pendidikan karakter sebagai berikut:

Gambar-1: Diagram Paradigma Pendidikan Karakter

Dari gambar-1 di atas dapat dideskripsikan bahwa pendidikan karakter pada

dasarnya proses menghadirkan nilai-nilai dari berbagai dunia nilai (simbolik, empirik, etik,

estetik, etik, sinnoetik, dan sinoptik) pada diri peserta didik sehingga dengan nilai-nilai

tersebut akan mengarahkan, mengendalikan, dan mengembangkan kepribadian secara utuh

yang terwujud dengan ciri pribadi dengan karakter baik.

KARAKTER

Ngerti

Nglakoni Ngroso

TUHAN Y M E

SESAMA DIRI SENDIRI

LINGKUNGAN KEBANGSAAN

Nilai-

Nilai

Nilai-

Nilai

Nilai-

Nilai

Nilai-

Nilai

Nilai-

Nilai

Nilai Simbolik Nila Empirik

Nilai Estetik Nilai Etik

Nilai

Sinnoetik dan

Sinoptik

Page 13: REVITALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR

Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 12 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

Dalam prosesnya, pendidikan karakter hendaknya mampu: (1) mengembangkan

unsur-unsur karakter Ngerti, Ngroso, Nglakoni dengan praktik pendidikan yang

mementingkan tumbuhnya kesadaran diri (tidak mekanik); (2) menggunakan pendekatan

komprehensif dan holistik, dengan prinsip-prinsip ing ngarso sung tulodo, ing madyo

mangun karso, dan tut wuri handayani. Pembelajaran nilai dalam rangka pendidikan

karakter dapat terintegrasi melalui berbagai macam (dunia nilai/mata pelajaran) maupun

melalui berbagai program dan kultur sekolah yang kondusif mampu menghadirkan

(menginternalisasikan) nilai-nilai pada diri peserta didik.

Masalah Praktik Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar

Hadirin yang Mulia,

Berdasarkan riset-riset yang saya lakukan (2002-2011) ditemukan masalah-masalah

yang terkait dengan praktik pendidikan karakter di Sekolah Dasar:

Pertama, pendidikan karakter di SD cenderung belum dibangun berdasarkan

prinsip-prinsip pendidikan nilai yang benar. Banyak SD di Jawa Timur, misalnya yang

belum menjadikan nilai-nilai kehidupan yang hidup di lingkungan sekolah dasar yang

melandasi pengembangan budi pekerti luhur menjadi core value dalam pendidikan karakter.

Kedua, hampir di seluruh SD yang diteliti (Akbar, 2009) belum mempunyai grand

desain pendidikan karakter di SD masing-masing. Misalnya, nilai-nilai inti belum

dimasukkan dalam visi sekolah, kebijakan-kebijakan sekolah yang berpihak pada

pendidikan karakter sangat minim, tata tertib sekolah cenderung disusun secara sepihak—

oleh kepala sekolah/guru (kurang melibatkan siswa); visi-misi-tujuan pendidikan sekolah

dasar belum secara explisit bermuatan nilai-nilai inti untuk pendidikan karakter; karakter

siswa yang diharapkan sekolah juga kurang tampak pada profile lulusan yang diharapkan

untuk masa depan; Visi dan misi sekolah (pendidikan karakter) juga cenderung kurang

disosialisasikan pada seluruh warga sekolah, orang tua, dan komunitas sekitar sekolah; dan

kurang terbangun komitmen bersama di antara mereka.

Ketiga, pelaksanaan pendidikan nilai dan karakter di SD-SD Jawa Timur (Akbar,

2009) kurang mengembangkan dan peduli pada nilai-nilai kehidupan seperti kecintaan,

penghargaan, kedamaian, kerjasama, kepatuhan, demokrasi dalam praktik pendidikan di

SD. Memang tampak ada nilai-nilai tertentu yang dipraktikkan di SD misalnya

kedisiplinan, kerjasama, dan tanggung jawab, akan tetapi dalam praktik pembelajarannya

masih cenderung behavioristik dan kognitivistik sehingga kesadaran diri untuk

Page 14: REVITALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR

Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 13 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam praktik kehidupan sehari-hari di sekolah juga belum

optimal.

Keempat, visi, misi, dan tujuan pendidikan karakter di SD di Jawa Timur (Akbar,

2009) cenderung kurang tersosialisasikan ke seluruh warga SD (siswa, guru, staf

administrasi, para penjual jajanan di sekitar sekolah, orang tua, dan komunitas), kurang

adanya komitmen bersama di antara mereka untuk mewujudkannya secara bersama-sama.

Kelima, berbagai tatanan yang diciptakan untuk pendidikan karakter di sekolah

masih didominasi oleh guru dan kepala sekolah (dalam proses penyusunan tatanan tersebut

cenderung belum melibatkan siswa dan orang tua siswa). Tata tertib siswa cenderung lebih

menuntut kewajiban dan tanggung jawab siswa dari pada hak-hak siswa yang harus

dipenuhi oleh sekolah; tata hubungan antara guru-siswa, guru-kepala sekolah, tata

hubungan sosial antara orang tua dengan sekolah cenderung belum ada. Berbagai tatanan

yang ada di sekolah dasar kurang ditegakkan secara optimal.

Keenam, ditemukan perilaku siswa, guru, dan kepala sekolah yang kurang sesuai

dengan nilai-nilai kehidupan ideal di sekolah dasar. Ditemukan ada anak-anak SD di kelas

atas yang melarang siswa-siswa dari kelas yang lebih rendah melintas di depan kelasnya.

Masih banyak guru yang berbicara kasar kepada siswanya, memanggil siswa dengan

julukan-julukan yang buruk; dan overestimate terhadap dirinya.

Ketujuh, banyak sekolah yang melakukan hukuman secara mekanik. Hukuman

berdasarkan kesadaran diri dan hukuman yang bersifat kelompok atas pelanggaran

peraturan sekolah belum begitu banyak diterapkan di sekolah dasar.

Masalah Perilaku Moral di Sekolah Dasar

Berdasarkan pengamatan yang saya lakukan di beberapa SD (2004-2009) ditemukan

masalah-masalah perilaku moral yang terjadi di sekolah dasar.

Pertama, banyak siswa yang rasa tanggung jawab dan rasa memiliki fasilitas

sekolah sangat rendah ditemukan di sebuah SD tertentu di Riau dan Kalimantan Timur.

Ada mesin-mesin AC yang dimasuki uang logam, paku, dan lain-lain. Bangku sekolah yang

dicorat-coret.

Kedua, tanggung jawab dan rasa memiliki siswa terhadap barang miliknya sendiri

juga sangat rendah. Banyak barang-barang milik siswa yang tertinggal di sekolah tidak

mereka cari. Suatu ketika dijumpai seorang anak SD yang sedang menarik tas sekolahnya

yang beroda, tampak tas itu terguling sehingga kedua rodanya tidak menyentuh tanah, ada

seorang guru yang mengatakan “Tas Adik kan masih baru dan bagus, kalau diseret begini

kan rusak”. Dengan spontan anak itu mangatakan “emangnya gua pikirin”. Ketika siswa-

siswa dari SD tertentu dari Kaltim itu berwisata di Batu Malang, ditemukan banyak pakaian

dalam dan pakaian kotor ditinggal begitu saja di kamar-kamar mandi di sebuah hotel Agro

Kusuma Batu.

Page 15: REVITALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR

Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 14 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

Ketiga, di sebuah SD di Riau terjadi pergaulan yang kurang setara antara siswa yang

orang tuanya sebagai pekerja kelas atas (yang lebih dikenal sebagai anak papa) dengan

siswa yang orang tuanya sebagai pekerja kelas bawah (yang lebih dikenal dengan anak

pipa). Mereka tidak bisa membaur.

Keempat, ditemukan juga banyak orang tua yang begitu mudah intervensi ke

sekolah ketika seorang guru melakukan hukuman tertentu kepada siswanya. Banyak orang

tua yang begitu cepat menyebar gossip (menjelek-jelekkan sekolah) melalui internet dari

satu orang tua ke orang tua yang lain.

Kelima, dari 75 guru SD di Jawa Timur yang mengisi angket semiterbuka (Akbar,

2009) masih terdapat rata-rata (10,58%) perilaku siswa yang sangat tidak diharapkan dan

rata-rata (21,54%) kurang diharapkan. Perilaku moral tersebut tersebar pada perilaku:

terlambat masuk kelas, tidak mengerjakan PR, berbicara keras-keras, marah-marah kepada

teman, premanisme, berkelahi, mengolok-olok teman, membantu teman berkelahi, corat-

coret bangku sekolah, corat-coret KM/WC sekolah, merusak fasilitas sekolah, kurang

membaur dengan teman, menghina teman, tidak mengenakan seragam sekolah, melarang

adik kelas melintas di depan kelas, membuang sampah sembarangan, dan kebiasaan

menyontek.

Keenam, perilaku guru yang kurang diharapkan juga terjadi di SD di Jawa Timur.

Dari 75 guru SD di Jawa Timur (Akbar, 2009) terdapat rata-rata (4,38%) perilaku guru

yang sangat tidak diharapkan, dan (9,48%) kurang diharapkan masih terjadi di sekolah.

Perilaku guru yang tersebut tersebar pada perilaku: terlambat masuk kelas, tidak

mengerjakan administrasi sekolah, membentak siswa, mengolok-olok siswa, berlaku kasar

kepada siswa, menghukum fisik siswa secara keras, merokok di ruang kelas, mencontek

karya orang lain, menggunakan fasilitas sekolah untuk kepentingan pribadi, suka membuat

kekacauan di sekolah, kurang membaur, menghina pekerjaan teman, tidak mengenakan

seragam dinas sekolah, tidak mengembalikan pekerjaan siswa, membuang sampah

sembarangan, sikap kurang menghargai orang lain, dan cenderung mau bekerjasama hanya

dengan kelompok guru tertentu.

Ketujuh, masalah lain yang ditemukan (Akbar, 2009) adalah: adanya WC sekolah

yang aromanya tidak sedap (41%), coretan-coretan di KM/WC sekolah (44%), sampah

yang berceceran di sembarang tempat (51%); asessories/pajangan berupa kata-kata mutiara,

gambar pahlawan, kata-kata bijak yang masa pemajangannya sangat lama/jarang diganti

(40%), jajanan di sekitar SD yang mengandung zat pewarna (33%), jajanan di lingkungan

SD yang terkesan kurang bersih/kurang hiegenis (32%), dan jajanan di sekitar sekolah yang

mengandung zat pengawet makanan (35%).

Masalah-masalah praktik pendidikan karakter dan masalah perilaku moral di

sekolah dasar sebagaimana diuraikan di atas dapat menjelaskan dan meyakinkan

pentingnya revitalisasi pendidikan karakter di sekolah dasar.

Page 16: REVITALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR

Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 15 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

Revitalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar

Mengacu kepada pentingnya pendidikan karakter bagi manusia, masalah

dehumanisasi manusia, mal-praktik pendidikan, praktik pendidikan karakter yang kurang

diimplementasikan secara benar, dan masalah perilaku moral di sekolah dasar sebagaimana

diuraikan di atas, maka sekolah dasar perlu menghidupkan dan memperkuat kembali

(revitalisasi) pendidikan Karakter melalui cara-cara dan proses sebagai berikut:

1. Implementasikan pendidikan nilai dan karakter di SD dengan pendekatan

menyeluruh (comprehenship approach).

Pendekatan menyeluruh dalam pendidikan karakter adalah cara pandang bahwa

untuk membangun karakter perlu dikembangkan sebuah sistem pendidikan karakter yang

memungkinkan seluruh unsur-unsur karakter (Ngerti, Ngroso, dan Nglakoni) atau unsur-

unsur (moral knowing, moral feeling, dan moral action) atau keseimbangan pikir, dzikir,

ikhtiar dapat dipraktikkan dalam kehidupan dan pembelajaran nilai dan karakter di sekolah

dasar melalui berbagai program sekolah.

Pendekatan komprehenship oleh (Commonwealth Australia, 2005) digambarkan

dengan implementasi praktik pendidikan nilai yang baik sebagai berikut:

Gambar 2: Diagram Value Eduction Good Practice Commonwealth of Australia.

School Planning mencakup: (1) pendidikan nilai hendaknya dirumuskan secara

eksplisit; (2) nilai-nilai yang dikembangkan di sekolah dibuat secara ekspilsit dengan

Value Education

Good Practice

Partnership within the

school community

Quality

Teaching School

Planning

Whole School

Approach

Save and Supportive

Learning Environment

Supportive

for Student

Page 17: REVITALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR

Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 16 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

pelayanan dari komunitas sekolah; (3) tujuan dan hasil pendidikan nilai dibuat dan

didefinisikan secara jelas; dan (4) berbagai peraturan diciptakan dan menjadi bagian dalam

perencanaan sekolah.

Partnership Within the School Community terdiri atas: (1) sekolah selalu

berkomunikasi dengan orang tua tentang nilai-nilai yang sedang diajarkan; (2) komunitas

yang ada di sekolah juga memberi andil dalam pendidikan nilai, sekolah melibatkan

komunitas terdekat sekolah dalam implementasi dan monitoring program-program

pendidikan nilai.

Quality Teaching digambarkan dengan adanya guru-guru yang trampil dalam

praktik pendidikan nilai yang baik, guru menjadi sumber dan pendorong semangat dalam

perannya sebagai pendidik nilai, guru-guru mengajarkan nilai dalam seluruh area kurikulum

dan kehidupan sekolah, dan ada pengakuan pada para pemimpin—guru, kepala sekolah,

tenaga administrative akan komitmennya pada pembelajaran nilai.

Whole School Approach ditandai dengan pendidikan nilai diterapkan pada seluruh

aspek kehidupan sekolah yakni pada: (1) visi sekolah—sebab visi sekolah dapat menjadi

sumber motivasi bagi akselerasi peningkatan mutu sekolah (Bafadal, 2007) dan sistem nilai

dalam visi menjadi spirit perilaku baik; (2) kurikulum; (3) organisasi-struktur dan

kebijakan; (4) prioritas pendanaan; (5) penyusunan pola pengambilan keputusan; dan (6)

layanan keamanan, kenyamanan, dan kesejahteraan hidup dalam komunitas sekolah.

Safe and Supportive Learning Environment terekspresikan dengan penciptaan iklim

yang kondusif yang dapat memicu dan memacu perkembangan nilai-nilai yang diunggulkan

di sekolah, penciptaan lingkungan sekolah yang kondusif dimana siswa, guru, staff, dan

orang tua dengan kompak menyuburkan pertumbuhan nilai-nilai, dan pendidikan nilai

dilakukan sesuai dengan tingkat perkembangan fisik dan psikologis siswa.

Support for Student dinyatakan dengan sekolah memberdayakan siswa untuk

berpartisipasi dalam budaya sekolah dan mengembangkan tanggung jawab baik secara

lokal, regional, dan nasional; sekolah menggunakan nilai-nilai pendidikan dalam

mengembangkan berbagai kecakapan siswa, dan nilai-nilai pendidikan digunakan untuk

membantu perkembangan hubungan-hubungan yang lebih baik.

Pendekatan komprehenship ini dapat juga dimaknai bahwa sekolah dapat

melakukan intervensi dan mengintegrasikan pendidikan nilai ke dalam seluruh program

sekolah, sebabgaimana di gambarkan dalam grand desain . Pengembangan Pendidikan

Karakter dalam Kebijakan Nasional Pendidikan Karakter (Kemendiknas, 2009) dalam

konteks mikro—level satuan pendidikan, sebagai berikut:

Page 18: REVITALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR

Pidato Pengukuhan Guru Besarpada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM,

Gambar-3: Diagram Pendidikan Karakter dalam Konteks Mikro (pada level Satuan

Pendidikan)

Pendidikan karakter hendaknya dilakukan melalui

dalam kegiatan belajar mengajar yang diintegrasikan dalam KBM

melalui pengembangan budaya sekolah

yang terjadi di sekolah; (3) melalui kegiatan ekstra kurikuler seperti pramuka, olah raga,

karya tulis, dll; dan (4) kegiatan kese

pembiasaan kehidupan keseharian di rumah yang selaras dengan yang terjadi di satuan

pendidikan.

2. Pendidikan karakter

Pancasila.

Pendidikan karakter

(sebagaimana pernah saya tulis dalam naskah akademik Pedoman Pengembangan

Pendidikan Karakter melalui Pendekatan Menyeluruh) Direktorat

Dasar (2011) bahwa pendidikan karakter di SD he

dengan prinsip: (1) mempromosikan nilai

Pancasila; (2) nilai-nilai yang diinternalisasikan d

dan menjadi manusia yang berkarakter ba

pada visi, misi, tujuan, dan harapan peran masa depan

diinternalisasikan dapat diaplikasikan dalam praktik kehidupan komu

konsisten; (5) pengembangan ni

dengan pendidik, tenaga kependidikan, keluarga, dan lingkungan masyarakat sebagai

bagian dari sistem pendekatan utuh pendidikan karakter; (6) n

dukungan lingkungan belajar yang kondusif dimana peserta didik dapat menggali nilai

dari dirinya sendiri dan dari lingkungan belajarnya; (7) p

oleh pendidik dan tenaga kependidikan yan

memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung jawab

esar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan DasarFakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

Diagram Pendidikan Karakter dalam Konteks Mikro (pada level Satuan

Pendidikan)

Pendidikan karakter hendaknya dilakukan melalui berbagai program sekolah: (1)

dalam kegiatan belajar mengajar yang diintegrasikan dalam KBM setiap m

melalui pengembangan budaya sekolah dengan pembiasaan dalam kegiatan keseharian

yang terjadi di sekolah; (3) melalui kegiatan ekstra kurikuler seperti pramuka, olah raga,

4) kegiatan keseharian di rumah dan masyarakat melalui penerapan

pembiasaan kehidupan keseharian di rumah yang selaras dengan yang terjadi di satuan

arakter di SD hendaknya terfokus pada nilai-nilai

bangsa di sekolah dasar dilaksanakan berdasarkan

saya tulis dalam naskah akademik Pedoman Pengembangan

Pendidikan Karakter melalui Pendekatan Menyeluruh) Direktorat Pembinaan Sekolah

pendidikan karakter di SD hendaknya berintikan nilai

empromosikan nilai-nilai efektif yang berintikan dari nilai

nilai yang diinternalisasikan dapat membantu peserta didik memahami

i manusia yang berkarakter baik; (3) nilai-nilai yang diinternalisasikan eksplisit

pada visi, misi, tujuan, dan harapan peran masa depan sekolah; (4) n

diinternalisasikan dapat diaplikasikan dalam praktik kehidupan komunitas sekolah secara

engembangan nilai-nilai dan karakter, terjadi dalam hubungan peserta didik

dengan pendidik, tenaga kependidikan, keluarga, dan lingkungan masyarakat sebagai

katan utuh pendidikan karakter; (6) nilai utama diwujudkan dengan

belajar yang kondusif dimana peserta didik dapat menggali nilai

dan dari lingkungan belajarnya; (7) pengembangan karakter dilakukan

oleh pendidik dan tenaga kependidikan yang kompeten dan patut diteladani; (8)

h staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung jawab

sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 17

Diagram Pendidikan Karakter dalam Konteks Mikro (pada level Satuan

program sekolah: (1)

setiap mata pelajaran; (2)

pembiasaan dalam kegiatan keseharian

yang terjadi di sekolah; (3) melalui kegiatan ekstra kurikuler seperti pramuka, olah raga,

harian di rumah dan masyarakat melalui penerapan

pembiasaan kehidupan keseharian di rumah yang selaras dengan yang terjadi di satuan

nilai Inti dalam

asar dilaksanakan berdasarkan pada

saya tulis dalam naskah akademik Pedoman Pengembangan

Pembinaan Sekolah

ndaknya berintikan nilai-nilai Pancasila

kan dari nilai-nilai

apat membantu peserta didik memahami

nilai yang diinternalisasikan eksplisit

sekolah; (4) nilai-nilai yang

nitas sekolah secara

nilai dan karakter, terjadi dalam hubungan peserta didik

dengan pendidik, tenaga kependidikan, keluarga, dan lingkungan masyarakat sebagai

ilai utama diwujudkan dengan

belajar yang kondusif dimana peserta didik dapat menggali nilai-nilai

engembangan karakter dilakukan

g kompeten dan patut diteladani; (8)

h staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung jawab

Page 19: REVITALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR

Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 18 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang sama; (9) kepala sekolah, guru-

guru, staf administrasi, laboran, dan pengelola kantin di sekolah menjalankan

kepemimpinan moral, memberi dukungan dan jaringan secara luas dalam membangun

inisiatif pendidikan karakter; (10) memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai

mitra dalam usaha membangun karakter dengan prinsip saling menghargai, setara, dan

memberi manfaat; (11) pengembangan budaya sekolah dilaksanakan dengan prinsip

terpadu, konsisten, menyenangkan dan berkelanjutan; (12) pembelajaran nilai dalam rangka

pendidikan karakter dilakukan melalui pembelajaran yang berorientasi pada PAKEM baik

melalui program intrakurikuler maupun ekstrakurikuler; (13) mengevaluasi pendidikan

karakter di sekolah, tenaga pendidik dan kependidikan sebagai pendidik karakter, dan

mewujudkan karakter posisitif dalam kehidupan peserta didik; dan (14) menerapkan

pendekatan menyeluruh dalam implementasi pendidikan karakter di Sekolah Dasar.

3. Pengoperasian pendidikan karakter dengan sebelas prinsip.

Hadirin yang Mulia,

Saya berpandangan bahwa 12 prinsip berikut ini cukup membantu dalam

mengembangkan karakter baik di SD dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:

Pertama, jadikan kedekatan dengan Tuhan sebagai inti dalam praktik

pendidikan karakter di sekolah dasar. Manusia pada dasarnya adalah makhluk religius.

Para ahli antropologi (Alisyahbana, 1986) menyatakan bahwa hingga kini agama-agama

masih merupakan sumber nilai terbesar diantara sumber nilai yang lain. Jadikan pendidikan

karakter dalam rangka untuk semakin mendekatkan diri kepada Tuhan, untuk mencapai

kecintaan kepada Tuhan. Kecintaan kepada Tuhan dapat menjadi spirit lahirnya perilaku

baik (Akbar, 2000-a, 2000-b).

Kedua, bawalah anak-anak kita ke arah pandangan bahwa “berbuat baik adalah

sebuah kesempatan sekaligus merupakan rizki dari Allah”. Tidak semua orang

berkesempatan berbuat baik dan diberi rizki berupa peluang-peluang untuk berbuat baik

(Akbar, 2008-c). Oleh karena itu, tanamkan kepada siswa-siswa SD bahwa begitu mereka

bertemu dengan kesempatan berbuat baik segera ambillah kesempatan berbuat baik itu,

anggaplah setiap bertemu dengan kesempatan berbuat baik berarti merupakan rezqi bagi

Anda—sebab rizki yang hakiki itu bukan berupa apa yang diterima seseorang dari orang

lain tetapi yang diberikan seseorang kepada orang lain. Dengan prinsip bahwa berbuat baik

adalah kesempatan dan rizki maka yang ada pada pikiran dan hati peserta didik di sekolah

dasar adalah berbuat baik, dan berbuat baik secara terus-menerus .

Ketiga, operasikan pendidikan karakter dengan pembelajaran berprinsip pada

khidmad (layanan) dan khikmah (mengambil pelajaran/manfaat). Khidmad artinya

“layanan” dan “khikmah” berarti mengambil pelajaran/manfaat. Dalam pendidikan karakter

hendaknya guru berperan sebagai pelayan peserta didik—dengan cara memberikan bantuan

Page 20: REVITALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR

Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 19 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

kepada peserta didik, biasakan diantara peserta didik ada kesediaan saling melayani.

Bantulah peserta didik di sekolah dasar untuk selalu mengambil khikmah (pelajaran) dari

setiap pengalaman belajarnya—baik pengalaman yang menyedihkan, menyenangkan,

maupun menyakitkan. Dengan prinsip khidmad dan Khikmah inilah yang dapat

mengembangkan karakter sabar dan selalu berpikir positif dan berprasangka baik. Akbar

(2000, 2007) menemukan bahwa aktivitas khidmad (saling melayani) dapat

mengembangkan rasa percaya diri, perasaan dipercaya, dan kesediaan melayani orang lain.

Keempat, tatalah situasi pendidikan yang kondusif untuk pendidikan karakter,

baik penataan fisik, sosial, maupun psikologis. Penataan fisik mencakup penataan ruang,

penataan bangunan, penataan perabotan, penataan asesories—poster, gambar, kata-kata

bijak dan lainnya di lingkungan sekolah. Tatalah hubungan-hubungan antar manusia yang

ada dalam komunitas sekolah. Mengapa perlu di tata, karena pendidikan pada dasarnya

adalah “dialog”. Dialog antara peserta didik dengan lingkungan belajarnya (ruang

hidupnya). Dalam ruang hidup terdapat gejala-gejala yang teramati, dari apa yang diamati

akan menjadi sebuah penghayatan, dan dari penghayatan itulah yang akan melahirkan

perilaku (karakter). Agar isi ruang hidup tetap hidup maka isi ruang hidup perlu diusahakan

terus diubah-ubah sedinamis mungkin agar menjadi sarana dialog edukatif bagi peserta

didik. Hiasi dengan poster-poster yang tertata dalam ruang hidup dengan kata-kata yang

menyentuh perasaan peserta didik, mengganti kata-kata yang bernada “larangan” dengan

kata-kata yang berirama “sentuhan” perasaan. Gantilah kata-kata seperti” dilarang

merokok” dengan “merokok mengganggu orang lain”; “buanglah sampah ditempatnya”

dengan “simpanlah sampah ditempatnya”; “ngebut benjut” dengan “Anda sopan, kami

segan” dan lain-lain sangat potensial untuk menumbuhkan kesadaran diri untuk berperilaku

baik.

Ciptakan tata hubungan sosial di antara orang-orang yang berada dalam komunitas

sekolah melalui: tata tertib untuk peserta didik, tata tertib bagi guru dan staff administrasi;

tata tertib bagi orang tua siswa; tata tertib bagi komunitas terdekat sekolah, dan lain-lain

dengan aturan yang dibuat dengan melibatkan orang-orang yang diatur, sosialisasikan, dan

membangun komitmen bersama untuk mematuhinya.

Kelima, terapkan prinsip: Ngerti, Ngroso, Nglakoni dan prinsip Ing Ngarso Sung

Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani, serta prinsip fikir, dzikir, dan

ikhtiar dengan Tahapan pendidikan karakter melalui tahap-tahap: Syareat (aturan perilaku

yang tampak secara fisik melalui pembiasaan) untuk Siswa SD, dan pada tingkatan yang

lebih tinggi masuk ke tahap Hakekat (memahami substansi), Tarekat (dipraktikkan dalam

berbagai bentuk laku), dan Ma’rifat (paham, insyaf dengan penuh kesadaran diri) sesuai

tahapan perkembangan siswa, sebagaimana telah diletakkan oleh Ki Hajar Dewantoro

(1962).

Keenam, praktikkan pendidikan karakter melalui berbagai program

pembiasaan baik melalui program yang bersifat rutin, insidental, maupun yang

Page 21: REVITALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR

Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 20 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

terprogram. Mutiara pendidikan yang dikemukanan Dorothy (dalam Dryden dan Vos,

2000) berikut ini patut direnungkan kembali:

• Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki.

• Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi.

• Jika anak dibesarkan dengan cemooohan, ia belajar rendah diri.

• Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyesali diri.

• Jika anak dibesarkan dengan dengan toleransi, ia belajar menahan diri.

• Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri.

• Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai.

• Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan, ia belajar keadilan.

• Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan.

• Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri.

• Jika anak dibesarkan dengan penuh kasih sayang, ia belajar menemukan cinta dalam

kehidupan.

Ketujuh, integrasikan praktik pendidikan karakter di Sekolah Dasar ke dalam

berbagai mata pelajaran yang ada di SD. Pengintegrasian ini sesuai dengan filsafat

pendidikan umum (Phenix, 1956) bahwa pendidikan umum pada dasarnya adalah untuk

mengembangkan kepribadian secara utuh dan menjadikan warga negara yang berkarakter

baik. Pribadi utuh dan karakter baik tersebut akan terwujud pada diri seseorang ketika pada

diri seseorang itu hadir (terinternalisasi) nilai-nilai dari dari dunia simbolis (bahasa dan

matematika), dunia empiris (ilmu pengetahuan empiric misalnya IPA dan IPS), dunia

estetik (kesenian), dunia etik (pilihan perilaku moral: budi pekerti, akhlaq, pendidikan

moral), dan dunia sinoptik (agama, filsafat, dan sejarah).

Kedelapan, praktikkan pendidikan karakter SD dengan pembelajaran yang

berorientasi komprehensif, konstruktivistik dan terpadu dengan menggunakan

model-model pendidikan nilai dan karakter yang sesuai dengan dunia anak, dan

berorientasi pada proses internalisasi nilai.

Hadirin yang mulia,

Di muka sudah disinggung bahwa pembelajaran yang berorientasi behavioristik

yang dihasilkan dari ujicoba binatang, dipandang kurang tepat bagi manusia karena

manusia berbeda dengan hewan. Hewan sangat ditentukan dan tunduk oleh lingkungan

sedangkan manusia menentukan dirinya sendiri; pendidikan dengan orientasi pada teori

behavioristik akan menghasilkan manusia mekanik yang perilakunya seperti robot. Teori-

teori yang berorientasi kognitivistik juga banyak kelemahannya, memang teori ini telah

terbukti menjadikan manusia-manusia yang pandai (pinter) tetapi tidak jarang diantara

mereka yang menggunakan kepintarannya untuk “minteri” orang lain; teori ini telah

menghasilkan orang-orang yang “rumongso biso” tetapi “ora biso rumongso”;

menghasilkan orang pandai tetapi banyak diantara mereka yang perilakunya seperti orang

bodoh. Meskipun ada kalanya implementasi teori behavioristik dan kognitivistik masih

Page 22: REVITALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR

Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 21 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

dirasa diperlukan untuk pengembangan kompetensi-kompetensi tertentu, akan tetapi teori-

teori yang berorientasi konstruktivistik dengan model pembelajaran terpadu di sekolah

dasar dipandang lebih sesuai untuk mengembangkan karakter.

Pembelajaran nilai dalam monteks pendidikan karakter dengan pembelajaran yang

berorientasi konstruktivistik dipandang lebih sesuai, karena pembelajaran konstruktivistik

lebih memungkinkan peserta didik lebih aktif, kreatif, dan memperoleh makna dari

pengalaman belajarnya. Pembelajaran konstruktivistik dengan model-model pembelajaran

terpadu yang bercirikan: holistik, otentik, aktif-kreatif-menyenangkan, bermakna, dan

kontekstual adalah sangat efektif untuk pendidikan karakter. Latif (2007) menyatakan

bahwa pembelajaran berbasis konteks menawarkan satu alternatif untuk mengembangkan

potensi soft skill seperti nilai-nilai keterbukaan, kejujuran, tanggung jawab, dan

pengendalian diri.

Pembelajaran terpadu yang salah satu cirinya adalah menggunakan situasi

kehidupan riil sebagai sumber dan media belajar merupakan pembelajaran, sejalan dengan

filsafat ‘Alam Terkembang Menjadi Guru” sebagaimana diungkapkan oleh Mohammad

Syafei seorang tokoh Pendidikan NIS Kayutaman (dalam Faizah, 2010) bahwa alam

semesta adalah maha guru yang terkait rapat dengan kecerdasan spiritual dan dipenuhi

kecerdasan social emosional sehingga menumbuhkan karakter pekerja keras, rasa percaya

diri, pantang menyerah, memiliki rasa estetika, kreatif, dan peka sebagai hamba yang

berketuhanan.

Hasil penelitian Akbar (2003) menyatakan bahwa model-model pembelajaran PPKn

terpadu sangat efektif mampu mencapai tujuan pembelajaran PPKn di Sekolah Dasar yang

ditargetkan. Penelitian Akbar (2007-b, 2008-a, 2008-b, 2009-a, 2009-b, dan 2009-c)

tentang pembelajaran tematik di Sekolah Dasar baik dalam ujicoba skala terbatas (di

Malang) maupun skala luas (di Jawa Timur) untuk 10 tema menunjukkan bahwa

implementasi model-model pembelajaran tematik (terpadu) sangat efektif dapat mencapai

tujuan pembelajaran yang ditargetkan, mengaktifkan siswa, menjadikan siswa kreatif, dan

mampu mengembangkan kecakapan-kecakapan personal (misalnya tumbuhnya kesadaran

diri), kecakapan sosial (kemampuan berkomunikasi, berkolaborasi, dan bekerjasama),

kecakapan akademik (misalnya kemampuan membangun dan menggunakan teori), dan

kecakapan vokasional (kemampuan yang berkaitan dengan dunia kerja).

Ujicoba model pembelajaran nilai dan karakter berbasis nilai-nilai kehidupan di

Sekolah Dasar yang dikembangkan (Akbar, 2002, 2010) sebuah model pembelajaran nilai

yang berorientasi komprehenshif, yakni sebuah model yang memadukan prinsip Ngerti,

Ngroso, dan Nglakoni (Manunggaling Ngo), atau memadukan unsur-unsur karakter yakni

Moral Knowing, Moral Feeling, dan Moral Action (Intregrated Three in One) dalam satu

pengalaman belajar, menunjukkan bahwa implementasi model Manunggaling Ngo

(Integrated Three in One) dapat mengembangkan nilai-nilai kehidupan secara efektif

(yakni: nilai kepatuhan kepada peraturan, kerjasama, dan penghargaan kepada orang lain).

Untuk memperoleh gambaran yang lebih komprehenship tentang model Manunggaling Ngo

Page 23: REVITALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR

Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 22 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

(Integrated Three in One Model) ini tentang langkah-langkah dan pengoperasian model

dalam pembelajaran nilai diterbitkan secara tersendiri.

Dunia anak SD adalah bermain. Pembelajaran nilai untuk membangun karakter

peserta didik di SD sangat baik dengan menggunakan berbagai “permainan yang

menggunakan aturan” sebagai media dan sumber belajarnya. Dengan bermain anak-anak

SD dapat belajar kecermatan, menjunjung tinggi kejujuran, kepatuhan pada aturan,

sehingga permainan dapat dipandang sebagai upaya membangun mental dan moral secara

konkrit (Faizah, 2008).

Pembelajaran konstruktivistik dengan menerapkan pola-pola pembelajaran di SD

yang membantu terjadinya proses internalisasi nilai-nilai melalui proses siklus:

understanding, action, dan reflection (sebagaimana ditekankan oleh Bohlin dkk (2001) dan

dibuktikan melalui riset-riset yang dilakukan Akbar (2002, 2009, dan 2010) adalah sangat

efektif dapat mempercepat terjadinya proses internalisasi nilai-nilai. Pembelajaran melalui

ikhtiar (Akbar, 2000, 2007-b) dalam dunia secara riil (action) dapat menghilangkan

perasaan malu dan rendah diri, dapat mengembangkan keberanian, kreatifitas, kepercayaan

diri, kerja keras, optimism, dan kemandirian.

Kesembilan, para Kepala Sekolah, Guru, Orang Tua, dan Staf Administrasi

hendaknya menerapkan kepemimpinan moral (moral leadership).

Hadirin yang Mulia,

Moral leadersip (Sergiovanni, 1996) adalah kepemimpinan yang digambarkan

dengan satunya keyakinan, ucapan, sikap, dan tindakan sang pemimpin. Ada konsistensi

anatara kebenaran yang diyakini dengan ucapan, sikap, dan perbuatan sang pemimpin.

Kepemimpinan moral inilah yang mampu menjadikan sang pemimpin yang keyakinan,

ucapan, sikap, dan perilakunya patut diteladani, kepribadian sang pemimpin menjadi

tampak kokoh, disegani, dikagumi, dan kharismatik. Kepemimpinan moral ini sangat

efektif untuk pendidikan karakter. Para kepala sekolah, guru, orang tua, dan staf

administrasi hendaknya menerapkan kepemimpinan moral (moral leadership). Hidayatullah

(2010) menyatakan guru-guru yang dapat mendidik karakter adalah guru-guru yang

berkarakter dengan karakteristik amanah, patut diteladani, dan cerdas. Penelitian Akbar

(2000, 2007-b) menunjukkan bahwa kepercayaan yang tinggi pada pemimpin dan

keteladanan (kyai) dapat mempercepat terjadinya proses internalisasi nilai-nilai. Melalui

kepercayaan dan keteladanan terjadi proses identifikasi, atensi, retensi, dan proses

motivasional sehingga terjadi penyadaran diri secara mendalam.

Kesepuluh, hindarkan praktik pembelajaran dan pendidikan dengan

kekerasan, kekangan, ancaman, disiplin yang kaku, larangan dan hukuman yang

keras.

Page 24: REVITALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR

Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 23 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

Hadirin yang Mulia,

Didiklah peserta didik di Sekolah Dasar dengan penuh kasih sayang, bantuan,

emphati, dan menjadi pamong yang bersifat membebaskan berkembangnya potensi positif

diri mereka sendiri. Pendidikan semacam ini yang dapat menghadirkan rasa cinta, kepekaan

perasaan, dan sifat peduli dan melingi pada diri siswa SD.

Puisi pembebasan yang ditulis oleh Khalil Gibran ini patut direnungkan kembali:

ANAK-ANAKMU

Anak-anakmu bukanlah anak-anakmu.

Mereka adalah anak kehidupan yang rindu akan dirinya sendiri.

Mereka lahir melalui Engkau, tetapi bukan darimu.

Meskipun mereka ada bersamamu, tetapi mereka bukan milikmu.

Pada mereka Engkau memberikan cintamu, tetapi bukan pikiranmu.

Karena, mereka memiliki pikiran mereka sendiri.

Engkau bisa merumahkan tubuh-tubuh mereka., tetapi bukan jiwa mereka.

Karena jiwa-jiwa itu tinggal di rumah hari esok, yang tidak pernah dapat engkau

kunjungi walaupun dalam mimpi.

Engkau bisa menjadi mereka, tetapi jangan coba menjadikan mereka sepertimu.

Karena hidup tidak pernah berjalan mundur dan tidak pernah pula berada di masa

lalu.

Engkau adalah busur tempat anak-anakmu, menjadi anak panah yang diluncurkan.

Sang pemanah membidik kearah keabadian, dan ia merenggangkan kekuatannya,

sehingga anak panah itu dapat melesat dan meluncur dengan cepat nan jauh di sana.

Jadikanlah tarikan tangan sang pemanah itu suatu kegembiraan,

Sebab, ketika ia mencintai anak-anak panah yang terbang,

maka ia juga mencintai busur yang telah meluncurkannya dengan penuh kekuatan.

Kesebelas, lakukan pembelajaran nilai dengan latihan dengan

laku-laku yang mengingatkan kepada Tuhan (dzikrullah),

puasa, dan doa.

Masyarakat Indonesia sangat religius, peserta didik di Sekolah Dasar sangat percaya

dengan adanya Tuhan dengan segala sifat-sifatnya. Dalam agama apapun, keteringatan

seseorang kepada Tuhan dapat menjadi pendorong berperilaku baik. Hampir seluruh agama

ada ajaran untuk berpuasa dengan berbagai cara dan variasi masing-masing. Puasa diyakini

sebagai laku yang dapat menangkal karakter buruk dan menjadikan karakter baik. Ki Hajar

Dewantoro (1962) juga menyarankan kepada guru-guru untuk mengarahkan peserta didik

menjalankan laku-laku puasa dan perjalanan jauh dengan berziarah dalam pendidikan adab

ketika mereka sudah masuk pada tahapan thoriqot. Do’a juga bisa menjadi semangat untuk

melahirkan perilaku baik sebagaimana yang diminta oleh para pendo’a.

Page 25: REVITALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR

Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 24 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

Kepala sekolah, guru-guru, staff dan administrasi di sekolah dasar hendaknya terus

berdo’a untuk karakter baik peserta didiknya. Siswa-siswa dibiasakan untuk berdo’a

dengan do’a-do’a yang motivasional sesuai konteks pembelajaran nilai dan karakter yang

sedang dibelajarkan. Kurangi intensitas do’a-do’a yang bersifat mekanik (do’a tanpa

kesadaran diri). Biasakan peserta didik di SD berdo’a dengan tahap: (1) peserta didik di SD

dibawa dalam suasana religius dengan memuji asma Tuhan, mengingat Tuhan, pengakuan

syukur atas karunia Tuhan; (2) pengakuan dosa-dosa yang telah dilakukan dengan

penyesalan dan memohon ampunan untuk tidak kembali pada dosa-dosa yang sama; (3)

mohon kepada Nya untuk diberi kekuatan menjadi manusia yang berkarakter lebih baik

menuju maqomat yang lebih tinggi, dan (4) dalam berdo’a menggunakan bahasa yang

dipahami pendo’a, dengan bahasa yang menyentuh perasaan, ada introspeksi diri

(muhasabah), ada pertobatan (taubatannasuha), nilai-nilai dan perubahan perilaku yang

menjadi tujuan proses pembelajaran di kemas dalam do’a. Do’a yang berkarakteristik

tersebut dapat mempercepat proses internalisasi dan mengembangkan nilai-nilai dan

mempengaruhi perilaku baik seseorang (Akbar, 2001). Berdoa identik dengan berdzikir

(mengingat Tuhan). Akbar (2000, 2007-b) menemukan prinsip bahwa melalui dzikrullah

dapat mengembangkan keberanian, kepercayaan diri, kerja keras, dan berpikir positif.

Hadirin yang Mulia,

Izinkan saya untuk menyampaikan firman Allah dalam Surat Al-A’raf 58: “wal

baladuttoyyibu yakhruju nabaatuhu biidzni robbihi, walladziina khobutsa laa yakhruju

illaa nakida; kadzaalika nushorriful aayaati liqoumiyyasykuruun”, artinya, dan tanah yang

baik tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah, dan tanah yang tidak subur

tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana, demikianlah kami mengulangi tanda-tanda

kebesaran kami (Allah) bagi orang-orang yang bersyukur.

Revitalisasi Pendidikan karakter di Sekolah Dasar yang saya sampaikan dalam

pidato ini dapat dianalogikan sebagai upaya menyuburkan tanah sebagaimana dinyatakan

dalam Surat Al-A’raf 58 diatas. Peserta didiknya bagaikan tanaman yang tumbuh diatas

tanah itu, tenaga pendidik dan kependidikannya bagaikan petani yang merawat tanaman itu

dengan memupuk, menyiangi tetumbuhan parasitnya, memberatas hamanya, dan menata

iklimnya sehingga tanaman itu bisa tumbuh subur dengan seizin Allah. Sekolah sekedar

berupaya untuk mengembangkan sistem pendidikan karakter yang baik agar tumbuh

generasi yang berkarakter baik. Dalam Ayat diatas juga jelas sekali bahwa, jika tanah itu

kita biarkan gersang, maka hampir dapat dipastikan tanamannya akan tumbuh merana.

Untuk itu, revitalisasi pendidikan karakter di SD perlu dilakukan agar tercita situasi

pendidikan karakter yang kondusif untuk mewujudkan karakter generasi mendatang yang

lebih baik. Allahlah yang paling mengetahui segalanya.

Page 26: REVITALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR

Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 25 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

Ucapan Terima Kasih

Hadirin yang Mulia,

Akhirnya, saya menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

Pertama, Rektor dan para pejabat struktural di lingkungan UM, Ketua dan Anggota

Senat UM, Tim Penilai Angka Kredit FIP dan UM, Dekan FIP UM, dan Ketua Jurusan

KSDP FIP UM yang telah memfasilitasi pengusulan Guru Besar saya dan Penyelenggaraan

Pidato Pengukuhan hari ini. Terimakasih juga kepada para kolega yang telah mereview

naskah-naskah akademik saya untuk persyaratan mengajukan jabatan fungsional Guru

Besar saya sehingga jabatan fungsional tertinggi tersebut dapat saya raih.

Kedua, para pejabat, rekan sejawat, dan staff administrasi di Jurusan MKDU FPIPS

IKIP Malang (1987-2001), FIP UM, Jurusan KSDP FIP UM, Lemlit UM, Bagian

Kepegawaian UM, dan PPS UM, baik langsung ataupun tidak langsung yang telah memberi

dukungan dalam mewujudkan jabatan fungsional tertinggi Guru Besar saya ini.

Ketiga, terimakasih kepada kedua orang tua saya: Almarhumah Ibunda Muntosiroh

yang telah dipanggil Allah ketika saya mulai menginjak di kelas-1 SMA Negeri I Pati, dan

Almarhum Bapak Syarbini yang wafat ketika saya menjelang lulus S-3 (1999) semoga jasa-

jasanya dalam membesarkan saya dan seluruh amalnya baiknya diterima Allah dan segala

dosa-dosanya diampuni-Nya. Terimakasih juga kepada kedua orang tua asuh saya Pamanda

Drs. K.H.Habib Hasan dan Bu Lik Hj.Mas’udah yang telah memberi beasiswa ketika saya

bersekolah di SMA dan kuliah pada program S1 di IKIP Yogyakarta juga memberi arahan,

bimbingan, asuhan, pendidikan dan perhatian pada diri saya, sehingga saya bisa memasuki

dunia perguruan tinggi, semoga jasa-jasanya menjadi amal sholeh yang tidak terputus

pahalanya. Terima kasih juga saya haturkan kepada para paman dan Bibi saya: H. Hamid

Hasan, M.Sc dan Bulik Santi, H.Hadziq Hasan dan Bu Lik Endang Hanifah, Hamim Hasan

dan Nurul Khasanah, dr. Khozin Hasan dan dr. Ida, Bulik Sholehah Hasan dan Bapak

Ahrori, yang telah memberi semangat dan bantuan kepada saya. Terimakasih juga saya

sampaikan kepada keluarga kedua mertua saya, Almarhumah Ibu Hj. Muslimah dan

Almarhum Bapak K.H. Munawwir Abdul Manan Kroya yang telah mempercaya dan

banyak memberi bantuan pada proses perkembangan keluarga saya semoga seluruh

amalnya menjadi amal sholeh dan segala dosanya diampuni Nya.

Keempat, terimakasih kepada saudara sekandung saya, kakak-kakak saya: Mbak

Syafi’ dan Mbak Fatim dan kakak Ipar Saya Mas Sukandar Djamal dan Bapak Ahmad

Suyuthi yang banyak menemani, memberi perhatian, merawat dan mengasuh saya sewaktu

saya masih kanak-kanak dan usia sekolah, juga perhatian dan bantuan dalam banyak hal

hingga saat ini. Terimakasih juga kepada adik-adik kandung saya: Shofiyatun, Sholihati,

Wafa, Sa’diyah, Busyroni, Mubassirin, dan Sholihul Hadi, dan adik-adik ipar saya:

Istikhory, Adib Al-Arief, Ali Masdiq, dan adik ipar lainnya yang telah menjadi pendorong

semangat dalam hidup saya.

Page 27: REVITALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR

Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 26 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

Kelima, Istri sholehah saya tercinta Nur Fatayati, SH yang dengan setia

mendampingi saya (termasuk ketika saya menempuh S2 dan S3 di Bandung) yang dalam

sepanjang usia perkawinan kami baik dalam keadaan suka maupun duka, selalu

mengingatkan, dan berkhidmad sepenuh hati sehingga kami dapat menjalani hidup dan

beribadah kepada Allah dengan upaya sebaik-baiknya. Terimakasih juga saya sampaikan

kepada Anak-cucu saya Azmi Azizi Muhammad yang telah memberi semangat dan

kebahagiaan dalam hidup kami semoga Engkau terus tumbuh dan berkembang secara

optimal menjadi anak sholeh yang segala amal baik yang dilakukannya karena Cintanya

kepada Allah. Terimakasih juga kepada keponakan saya kandidat Doktor dr. Umi Sholehah

Intansari, M.Kes, SPPK (Dosen FKU UGM) dan Ir.Sutiarsono (PNS di LAPAN) yang telah

begitu banyak berkorban untuk kebahagiaan keluarga kami, semoga pengurbanannya

menjadi amal sholeh yang pahalanya tidak pernah putus.

Keenam, secara khusus perkenankan saya mengucapkan terimakasih kepada Bapak-

bapak/Ibu: Prof. Dr. H. Imam Syafii, Drs. H. Syaiin Hasyim, Drs. H. Manan Idris, Dr. Siti

Malichah Thowaf, PhHD, Prof. Ibrahim Bafadal, Prof Dr. Hendyat Soetopo, M.Pd. Prof. Dr.

Sukowiyono, SH; Prof. Dr. Supriyono, M.Pd. Prof. Dr.Mundzir, M.Si, Prof. Moh. Sochieb, M.Pd,

Prof. Dr. Amat Mukadis, M.Pd, Drs. H. Taufieq Darmawan, M.Si; Prof. Dr. Mimien Henny Irawati,

M.Si, Dr. Hadi Sriwiyana, M.Pd, Prof. Dr. Liliek Kustiani, M.Pd. ; Prof. Dr. Hj. Siti Zubaedah,

M.Pd, Dr. Roekhan M.Pd, Prof. Dr. Ali Imron, M.Pd. Dra. Umi Dayati, M.Pd., Prof. Dr. Bambang

Budiwiyono, Prof. Dr. Hj. Ruminiati, M.Si, Prof.Moh.Huda AY, Prof. Dr. Anang Santoso, M.Pd,

Dr. Wawan Djuandi, Prof. Kasiram, Prof. Burhanuddin Drs. Margono, MPd, M.Si, Drs.

H.Maftuchin Romli, M.Pd, Drs. Budi Handoyo, M.Pd, Dr. Fatah Hanurawan, Drs. Sutrisno, M.Pd,

Drs. Nur Hadi, M.Pd., Drs. Joko Sayono, M.Pd, Drs. I Wayan Sutama, M.Pd, Drs. Pujianto, M.Sn,

dan rekan-rekan seinstitusi yang lain yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu yang telah banyak

berjasa dan bekerjasama dengan saya. Semoga seluruh jasa-jasanya dicatat oleh Allah sebagai amal

sholeh.

Ketujuh, Guru-guru SD dan MI yang menjadi mitra dalam penelitian-penelitian

saya, Bapak/Ibu: Luluk Faridatuz Zuhro, A.Ma, SP.d, S.Tp.; Desfita, S.Pd; Masrikah, S.Pd,

M.Zaenul Amin, S.Pd, Alfi Nur Isnaini, S.Pd., Irfatullaili, S.Ag, Ida Sri Wulandari, S.Pd,

Helina Tusa Adiah, S.Pd, M.Pd., dan Eny Suryanti, S.Pd. yang telah membantu dalam riset-

riset saya sehingga saya bisa menyusun dan menghasilkan karya ilmiah untuk persyaratan

meraih Guru Besar ini.

Kedelapan, terimakasih saya sampaikan kepada rekan-rekan tenaga Administrasi:

Bapak Purwanto, Ibu Hartini, Mas Suparto, Bapak Taat, Bapak Yusuf, Bapak Sudibyo,

Bapak Modjo, Ibu Aniek Isnaini, Ibu Lely dan Pak Yono, Ibu Ema Hayati, Ibu Yusnia, Mas

Didiek, Ibu Emy, Ibu Lilik, dan Mas Rochman, Windita dan Fitri, yang banyak membantu

dalam proses pekerjaan, riset dan pengurusan usulan guru besar saya.

Kesembilan, terimakasih yang sangat mendalam saya haturkan kepada para Guru-

guru dan para Dosen saya di: Madrasah Ibtidaiyyah Roudlatussubban Tawangrejo Pati,

Page 28: REVITALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR

Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 27 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

SMP Negeri Winong, SMA Negeri I Pati, IKIP Yogyakarta, IKIP Bandung, dan UPI

Bandung yang telah membekali ilmu pengetahuan dan agama kepada saya; terimakasih

kepada para pembimbing dan penguji skripsi, thesis, dan disertasi saya (Bapak-bapak: Drs.

Syarbini, Drs, Marwan, Drs. Gading Tua Siregar; Prof. Drs. H. Kosasih Djahiri, Dr. M.I.

Soelaeman, Prof. Dr. H. Ahmad Sanusi, S.H. M.P.A, Prof. Dr. H. M. Djawad Dahlan, Prof.

Dr. H. Djamari, Prof. Dr. K.H. Djalaluddin Rakhmat, M.Sc., Prof. Dr. H. Abdul Wahab,

M.A, dan Prof. Dr. H. Said Hamid Hasan, sehingga saya dapat mencapai gelar sarjana,

magister, doktor, dan Guru Besar. Saya sangat berterimakasih juga kepada almarhum

Bapak Prof. Dr. Zaini Hasan, dan Prof. Dr. Saladien, Prof. Dr. M. Noor Syam, SH, melalui

mengajar secara Tim di program S3 PPS UM saya banyak menimba ilmu pengetahuan dan

kearifan-kearifan dari Beliau bertiga, semoga apa yang saya serap dari Beliau diterima

sebagai ilmu yang bermanfaat yang tiada terputus pahalanya dari Allah SWT.

Kesepuluh, terimakasih yang tiada terhingga saya sampaikan kepada guru-guru

Ngaji saya di Desa Tawangreja (Ayahanda Almarhum Bapak.Syarbini dan Pamanda

H.Khusnan). Para Kiyai dan Ustadz yang pernah membekali ilmu agama saya di: (1)

Pesantren Miftahul Huda Gading Malang (K.H. Baedowi Muslih, Gus Rokhiem, Gus Mat,

Gus Man, Gus Shohibul Kahfi, Gus Lukman, Gus Hasan Bisri, dan Gus Imam Khusyairi);

(2) Pesantren Ilmu Al-Qur’an Singosari Malang (K.H.Basshori Alwi), dan Pesantren

Daarut-Tauhied Bandung (Abdullah Gimnastiar), Pesantren Daarul Falah Al-Munawwir

Kroya (Almarhum K.H. Munawwir), dan Pesantren Al-Hikam (Mbah Hasyim dan Ustadz

Nafi’) yang telah membekali ilmu agama kepada saya untuk menyinari kehidupan yang

saya lakoni ini, semoga amal ilmunya menjadi ilmu yang bermanfaat dan menjadi amal

sholeh.

Kesebelas, mahasiswa saya di berbagai perguruan tinggi dan para peserta seminar di

berbagai kesempatan, yang telah memberi tantangan pertanyaan-pertanyaan dan sanggahan

ketika mengikuti perkuliahan dan seminar yang saya presentasikan, sehingga menjadi

sarana bagi saya untuk belajar dan terus belajar dari mereka, hingga dapat saya dapat

menemukan jawaban, menghasilkan beberapa karya tulis yang dapat menghantarkan saya

ke podium ini.

Keduabelas, terimakasih saya sampaikan kepada para hadirin sekalian yang telah

meluangkan waktu untuk menghadiri pidato pengukuhan ini, dan kepada siapapun yang

telah berjasa dan bekerjasama dengan saya yang tidak dapay saya sebutkan satu persatu,

semuanya saya sampaikan terima kasih semoga menjadi amal sholeh.

Akhirnya, saya mohon dido’akan semoga Allah meridloi pencapaian guru besar ini,

dan jabatan fungsional tertinggi ini dapat menjadi sarana ibadah dan sarana untuk semakin

mendekatkan diri kepada-Nya. Amien.

Wabillahit-taufieq wal hidayah,

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Page 29: REVITALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR

Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 28 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

DAFTAR RUJUKAN

Akbar, Sa’dun. 2000-a. Prinsip-prinsip dan Vektor-vektor Percepatan Proses Internalisasi

Kewirausahaan: Studi pada Pendidikan Visi Pondok Pesantren Daarut-Tauhied

Bandung, Disertasi, Bandung: PPS UPI.

Akbar, 2000-b. Pendidikan Nilai dengan Pendekatan Sufistik, Artikel

dalam Jurnal Pendidikan Nilai , Edisi Mei Tahun 2000.

Akbar, Sa’dun, 2001. Pembelajaran Nilai dengan Do’a, Artikel: dalam

Jurnal Pendidikan Nilai, Edisi November 2001.

Akbar, Sa’dun, Margono, dan M. Noorsyam, 2002. Kajian Kurikulum dan Model-model

Pembelajaran PPKn SD, Penelitian Kompetisi Berskala Nasional melalui Proyek

SEQIP, Jakarta: Direktorat TK/SD.

Akbar, Sa’dun, Margono, dan M.Noorsyam, 2003. Pengembangan Model-model

Pembelajaran Terpadu untuk PPKn SD, Penelitian Kompetisi Berskala Nasional

melalui Proyek SEQIP, Jakarta: Direktorat TK/SD.

Akbar, Sa’dun, I Wayan Sutama, dan Pujianto, 2006. Pengembangan Model-model

Pembelajaran Tematik untuk Kelas-1 dan Kelas-2 SD, Laporan Penelitian Hibah

Bersaing Tahun-1 dengan Fokus: Identifikasi Masalah-masalah Pembelajaran

Tematik di SD Jawa Timur, Malang: Lemlit UM.

Akbar, Sa’dun, I Wayan Sutama, dan Pujianto, 2007-a. Pengembangan Model-model

Pembelajaran Tematik untuk Kelas-1 dan Kelas-2 SD, Laporan Penelitian Hibah

Bersaing Tahun-2 dengan Fokus: Ujicoba Model dalam Skala Terbatas, Laporan

Penelitian, Malang: Lemlit UM.

Akbar, Sa’dun, 2007-b, Pembelajaran Nilai Kewirausahaan dalam Perspektif Pendidikan

Umum, Malang: UM Press.

Akbar, Sa’dun, I Wayan Sutama, dan Pujianto, 2008-a. Pengembangan Model-model

Pembelajaran Tematik untuk Kelas-1 dan Kelas-2 SD, Hasil Penelitian Hibah

Bersaing Tahun-3 dengan Fokus: Ujicoba Model dalam Skala Luas, Laporan

Penelitian, Malang: Lemlit UM.

Akbar, Sa’dun, Luluk Faridatuz Z, 2008-b. Laporan Penelitian tentang Penerapan

Pembelajaran Tematik untuk Meningkatkan Kualitas Proses Pembelajaran Tema

Lingkungan di SDN Tanjungrejo V. Penelitian DIPA UM.

Akbar, Sa’dun. 2008-c. Pendidikan Karakter: Bagaimana Menjadi Manusia yang

berkarakter Baik, Artikel dalam Jurnal Pendidikan Nilai, Tahun 16, Nomor 2,

November, 2008.

Page 30: REVITALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR

Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 29 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

Akbar, Sa’dun, 2009-a, Pengembangan Model Pembelajaran Nilai dan Karakter Berbasis

Nilai-nilai Kehidupan di Sekolah Dasar: Laporan Penelitian Hibah Strategis

Nasional Tahun-1, dengan Fokus: Identifikasi Masalah-Masalah Pembelajaran

Nilai dan Karakter di SD Jawa Timur.

Akbar, Sa’dun, 2009-b. Pembelajaran Tematik SD, Jilid 1A, Buku Berbasis Riset,

Yogyakarta: Penerbit Cipta Media.

Akbar, Sa’dun, 2009-c. Pembelajaran Tematik SD, Jilid 2B, Buku Berbasis Riset,

Yogyakarta: Penerbit Cipta Media.

Akbar, Luluk Faridatuz Z, 2009-d. Prosedur Penyusunan Laporan dan Artikel Hasil

Penelitian Tindakan Kelas, Buku Berbasis Riset, Yogyakarta: Penerbit Cipta

Media.

Akbar, Sa’dun, 2011. Pendekatan Menyeluruh, Draf Awal untuk penyusunan Pedoman

Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar, disajikan pada Seminar dan Lokakarya

Nasional di The Imperium Hotel, Bandung, pada tanggal 25-28 Mei 2011.

Alisyahbana, STA, 1996. Antropologi Baru, Jakarta: Dian Rakyat.

Bafadal, Ibrahim, 2007. Pendidikan Dasar: Kontribusi, Artikulasi, Reorientasi, dan

Akselerasi, Teks Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Manajemen

Pendidikan Dasar, 22 Februari, Malang: UM.

Bohlin, Karen E, Deborah Farmer, Kevin Ryan, 2001. Building Character in Schools

Resource Guide, San Francisco: John Willey & Son.

Commonwealth of Australia, 2005. Values Education Forum: Engaging Your School

Community Australia: Departement of Education, Science and Training.

Dewantara, Ki Hajar, 1962. Bagian I: Pendidikan, Yogyakarta: Majlis Luhur Taman

Siswa.

Dryden, Gordon dan Vos, Jeannete, 2000. Revolusi Cara Belajar, Terjemahan Word

Translation Service, Bandung: Kaifa.

Fahd, A-Malik, 2003. Al-Qur’an dan Terjemahnya, Saudi Arabia: Kerajaan Saudi Arabia.

Faizah, Dewi Utama, 2008. Keindahan Belajar dalam Perspektif Pedagogy: Memaknai

Pengembaraan dan Pergulatan di TK dan Kelas Awal SD, Jakarta: Penerbit Cindi

Grafika.

Faizah, Dewi Utama, 2010. Arah Aktif: Sebuah Seni Mendidik Berkreativitas dan

Berakhlak Mulia (1953), Gubahan Mohammad Syafei, Solo: Penerbit Tiga

Serangkai Pustaka Mandiri.

Page 31: REVITALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR

Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 30 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

Hidayatullah, M. Furqon, 2010. Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban bangsa,

Surakarta: UNS Press.

Latief, M. Adnan, 2007. Pengembangan Soft Skill Melalui Pembelajaran Bbahasa Inggris

Berbasis Konteks, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan

Bahasa Inggris, 21 Maret, Malang: Universitas Negeri Malang.

Lickona, Thomas, 1992. Educating for Character, New York: Bantam Books.

Munir, Abdullah, 2010. Pendidikan Karakter: Membangun Karakter Anak Sejak dari

Rumah, Yogyakarta: Pedagogia.

Phenix Philip, 1964. Realms of Meaning: Philoshophy of The Curriculum of General

Education, New York: Mc.Graw-Hill Book Company.

Kemendiknas 2009, Kebijakan Nasional Pendidikan Karakter Bangsa, Jakarta: Puskur

Litbang Kemendiknas.

Kemendiknas, 2010. Pedoman Pendidikan Karakter Bangsa, Jakarta: Ditjen PMPTK,

Direktorat Pembinaan Diklat.

Sergiovanni Thomas J, 1992. Moral Leadership, Sanfrancisco: Jossey Bass Publisher.

Tilman, Dianne, 2000. Living Values Parent Group: A Facilitator Guide, USA: HCI.

Page 32: REVITALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR

Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 31 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

CURRICULUM VITAE

A. Identitas Diri

Nama Lengkap : Prof. Dr. Sa’dun Akbar, M.Pd.

Nip : 196006131987011001

Tanggal Lahir : Pati, 13 Juni 1960.

Jabatan/Golongan: Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan/ Pendidikan Dasar pada

golongan IV/a, dan dapat dinaikkan pangkatnya secara bertahap

dalam golongan ruang IV/b, IV/c, IV/d, dan IV/e.

Jenis Kelamin : Laki-laki.

Agama : Islam

Pekerjaan : Dosen Jurusan KSDP, FIP, UM.

Alamat Kantor : Jl. Semarang 5 Malang.

Alamat Rumah : Jl. Sedap Malam, Kav. 20 Sengkaling, Malang.

Alamat E-mail : [email protected]

Keluarga

1. Istri : Nur Fatayati, S.H.

2. Anak-cucu : Azmi Azizi Muhammad

B. Riwayat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Nama dan Tempat Sekolah Tahun

Lulus

Pendidikan Formal

1 Madrasah

Ibtidaiyyah (MI)

Madrasah Ibtidaiyyah Rou-dlotussubban

Tawangrejo, Pati.

1972

2 SMP SMP Negeri Winong, Pati. 1975

3 SMA SMA Negeri I Pati 1979

4 Sarjana PDU FPIPS IKIP Yogyakarta 1986

5 Magister IKIP Bandung, Program Studi Pendidikan

Umum (Nilai-Nilai)

1996

6 Doktor UPI Bandung, Program Studi Pendidikan

Umum (Nilai-Nilai)

2000

Pendidikan Non-Formal

1 Pesantren Santri Kalong di Pondok Gading Malang. 1987-

1989.

2 Pesantren Santri Kalong di PIQ Singosari 1990

3 Pesantren Santri Kalong di Pesantren Daarut-Tauhied

Bandung.

1993-

2000

4 Pesantren Santri Kalong di Pesantren Al-Hikam Malang. s.d.

Page 33: REVITALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR

Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 32 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

sekarang

.

C. Pengalaman Kerja (Mengajar) dan Jabatan

No Tempat Bekerja (Mengajar) Tahun

1 Guru SMP Muhammadiyah Kompleks Kolombo Yogyakarta,

pada Mata Pelajaran IPS (di Lakoni saat menjadi mahasiswa

S1 Smester 3.

1982-1986.

2 Guru SMA Kolombo Yogyakarta (dilakoni saat menjadi

mahasiswa S1 smester 5), pada Mata Pelajaran Ekonomi.

1981-1986

3 Wakil Kepala Sekolah Urusan Kesiswaan di SMA Kolombo

Yogyakarta

1984-1986

4 Dosen Jurusan MKDU, FPIPS IKIP Malang, Mengajar MK:

Pendidikan Pancasila, Ilmu Sosial Dasar, Strategi Kebudayaan,

dan Pendidikan Kewarganegaraan.

1987-2000

5 Koordinator Mata Kuliah Ilmu Sosial Dasar di Jurusan MKDU lupa

6 Dosen Jurusan KTP FIP UM (selama sekitar 3 bulan) – belum

diberi tugas mengajar.

2001

7 Dosen Jurusan KSDP, FIP UM, Mengajar MK: Metodologi

Penelitian Pendidikan, Pembelajaran Tematik,

Pengembangan Kurikulum SD, dan Pendidikan Moral.

2001-

sekarang.

8 Dosen dan Pembimbing Disertasi pada Program Pascasarjana

UM pada Program S3 Pendidikan Ekonomi, Mengajar secara

Team untuk MK: Filsafat Ilmu Pengetahuan, Seminar-I (Kajian

Penelitian Bidang Studi), dan Seminar II (Kajian Disertasi dan

Pengembangan Desain Penelitian Disertasi).

2005an –

sekarang.

9 Sekretaris Lembaga Penelitian UM

2004-2008

10 Pembimbing Thesis pada Program Pascasarjana UM pada

Program S2 Pendidikan Dasar.

Mulai Mei

2011.

11 Lainnya … -

D. Pengalaman Penelitian 10 Tahun Terakhir

No Judul Penelitian dan Tahun Pelaksanaan. Sumber Dana Peran

dalam

Penelitian.

1 Penelitian Kompetisi tentang “Kajian Kurikulum Proyek Ketua

Page 34: REVITALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR

Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 33 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

dan Pengembangan Model Pembelajaran PPKn SD”

Penelitian Berskala Nasional—dilakukan di 7

Propinsi di Indonesia, dilakukan tahun 2002.

SEQIP,

Direktorat

TK/SD.

Peneliti

2 Penelitian Kompetisi tentang “Pengembangan

Model Pembelajaran Terpadu untuk PPKn SD”,

Penelitian Berskala Nasional – dilakukan di 5

Propinsi di Indonesia, dilakukan tahun 2003.

Proyek

SEQIP,

Direktorat

TK/SD.

Ketua

Peneliti

3 Penelitian Kompetisi tentang “Pengembangan

Model Pembela-jaran Tematik SD”, Hibah Bersaing

Tahun-1 dengan Fokus: Identifikasi Masalah-

masalah Pembelajaran Tematik SD di Jawa Timur,

dilakukan tahun 2006.

DP2M Dikti

Depdiknas.

Ketua

Peneliti.

4 Penelitian Kompetisi tentang “Pengembangan

Model Pembelajaran Tematik SD”, Hibah Bersaing

Tahun-2 dengan Fokus: Ujicoba Skala terbatas,

dilakukan tahun 2007.

DP2M Dikti,

Depdiknas.

Ketua

Peneliti.

5 Penelitian Kompetisi tentang “Pengembangan

Model Pembela-jaran Tematik SD”, Hibah Bersaing

Tahun-3 dengan Fokus: Ujicoba Model dalam Skala

luas di Jatim, dilakukan tahun 2008.

DP2M Dikti,

Depdiknas

Ketua

Peneliti

6 Penelitian Kompetisi tentang “Pengembangan

Model Pembelajaran Nilai dan Karakter Berbasis

Nilai-Nilai Kehidupan di SD”, Penelitian Hibah

Strategis Nasional; Tahun-1, Fokus: tentang

Identifikasi Masalah Pendidikan Karakter di SD

Jawa Timur, dilakukan Tahun 2009.

DP2M Dikti

Kemendiknas

Peneliti

Mandiri

7 Penelitian Pengembangan Model Pendidikan Nilai

dan Karakter SD Berbasis Pendidikan Nilai dan

Karakter Pesantren Daarut-Tauhied Bandung,

Penelitian Mandiri, 2009.

Swadana Peneliti

Mandiri.

8 Penelitian Kompetisi tentang “Pengembangan

Model Pembela-jaran Nilai dan Karakter Berbasis

Nilai-Nilai Kehidupan di SD”, Penelitian Hibah

Strategis Nasional; Tahun-2, Fokus: Ujicoba Model

dalam Skala terbatas di Malang, dilakukan tahun

2010.

DP2M Dikti,

Kemendiknas

.

Peneliti

Mandiri.

9 Penelitian Kompetisi tentang: “Pengembangan DP2M Dikti, Anggota

Page 35: REVITALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR

Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 34 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

Standard Makanan Jajanan ‘Murahati’ di

Lingkungan Sekolah Dasar Kota Malang”, Penelitian

Hibah Bersaing Tahun-1, Fokus: Identifikasi

Masalah Makanan Jajanan di SD Kota Malang,

Peneliti Utamanya Dra. Nunung Nurjannah, M.Kes,

dilakukan tahun 2009.

Kemendiknas

.

Peneliti

10 Penelitian Kompetisi tentang: “Pengembangan

Standard Makanan Jajanan ‘Murahati’ di

Lingkungan Sekolah Dasar Kota Malang”, Penelitian

Hibah Bersaing Tahun-2, Fokus: Ujicoba Standard

Makanan di SD Kota Malang, Peneliti Utamanya

Dra. Nunung Nurjannah, M.Kes, dilakukan tahun

2010.

DP2M Dikti,

Kemendiknas

.

Anggota

Peneliti

11 Anggota Tim Peneliti, pada Penelitian Berskala

Nasional tentang “Pelaksanaan Ujian Akhir Sekolah

Berstandard Nasional (UASBN) Sekolah Dasar,

Tahun 2010.

DIPA

Direktorat

TK/SD

Anggota

Peneliti.

12 Penelitian Kompetisi tentang “Pengembangan

Model Pembela-jaran Nilai dan Karakter Berbasis

Nilai-Nilai Kehidupan di SD”, Penelitian Hibah

Strategis Nasional; Tahun-3, Fokus: Ujicoba Model

dalam Skala Luas di Jawa Timur, sedang dalam

Proses Pelaksanaan Tahun 2011 ini .

DP2M Dikti,

Kemendiknas

Peneliti

Mandiri

E. Pengalaman Menulis Buku yang Diterbitkan dalam 8 tahun Terakhir.

No Judul Buku Penerbit

Terbit/Cetakan

ke…(tahun…)

1 Kajian Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan SD (Buku Berbasis Riset)

Winneka Cipta,

Malang.

Cetakan-I

(2003)

2 Model-model Pembelajaran Terpadu Pendidikan

Kewarganegaraan SD (Buku Berbasis Riset)

UM Press Malang,

Anggota IKAPI

No.059/JTI/89,

ISBN: 979-495-893-

x.

Cetakan-I

(2009).

3 Pembelajaran Nilai-nilai Kewirausahaan dalam

Perspektif Pendidikan Umum (Buku Berbasis Riset)

UM Press Malang;

Anggota IKAPI

No.059/JTI/89,

ISBN:979-3039-18-

3.

Cetakan-I

(2007)

Page 36: REVITALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR

Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 35 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

4 Penelitian Tindakan Kelas: Filosofi, Metodologi, dan

Implementasinya.

Cipta Media

Yogyakarta,

Anggota IKAPI

No.066/DIY/2010,

ISBN: 978-602-

95520-3-4.

Cetakan-I (Juni

2008), Cetakan

ke-II (Oktober

2009), Cetakan

ke-III (Maret,

2010), dan

Cetakan ke-IV

(Nopember,

2010)

5 Prosedur Penyusunan Laporan dan Artikel Hasil

Penelitian Tindakan Kelas (Buku Berbasis Riset).

Cipta Media

Yogyakarta,

Anggota IKAPI

No.066/DIY/2010,

ISBN: 978-602-

95520-4-1.

Cetakan-I

(Oktober 2009),

Cetakan ke-II

(Juni 2010), dan

Cetakan ke-III

(Maret, 2011).

6 Pembelajaran Tematik Sekolah Dasar IA, Buku

Berbasis Riset.

Cipta Media

Yogyakarta,

Anggota IKAPI

No.066/DIY/2010,

ISBN: 978-979-

15130-2-9.

Cetakan ke-I

(September

2009), dan

Cetakan ke-II (Mei

2010)

7 Pembelajaran Tematik Sekolah Dasar IIA, Buku

Berbasis Riset.

Cipta Media

Yogyakarta,

Anggota IKAPI

No.066/DIY/2010,

ISBN: 978-979-

15130-3-7.

Cetakan ke-I

(Oktober, 2009).

8 Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial.

Cipta Media

Yogyakarta,

Anggota IKAPI

No.066/DIY/2010,

ISBN: 978-979-

15130-9-8.

Cetakan-ke I

(Juni 2010,

Cetakan ke-II

(Maret, 2011)

9 Sedang ditulis/finishing: Pendidikan Karakter dalam

Perspektif Pendidikan Umum.

Dalam proses

negosiasi dengan

penerbit.

Diharapkan

Terbit

selambat-

lambatnya

Agustus 2011.

F. Artikel Ilmiah yang diterbitkan dalam Jurnal

No Judul Artikel dan Jurnal Tahun

1 Pendidikan dalam Konteks Pluralisme dan Multikulturalisme, dalam 1996

Page 37: REVITALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR

Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 36 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

JURNAL ILMU PENGETAHUAN SOSIAL, Tahun 30 Nomor 3 Desember 1996,

ISSN 0854-8250.

2 Kemitraan antara Sekolah dengan Dunia Usaha, dalam JURNAL ILMU

PENDIDIKAN, Edisi November 1997; jurnal terakreditasi.

1997

3 Pendidikan Nilai dengan Pendekatan Sufistik, dalam Jurnal PENDIDIKAN

NILAI Edisi Mei 2000, ISSN 0853-8158.

2000

4 Dimensi Moral dalam Otonomi Daerah, dalam JURNAL ILMU

PENGETAHUAN SOSIAL Edisi Oktober 2001, Jurnal terakreditasi.

2001

5 Pembelajaran Nilai dengan Do’a, dalam Jurnal PENDIDIKAN NILAI Edisi

November 2001, ISSN 0853-8158.

2001

6 Internalisasi Nilai di Pondok Pesantren Daarut-Tauhied Bandung, dalam

JURNAL ILMU PENGETAHUAN SOSIAL, Edisi Januari 2001, Jurnal

terakreditasi.

2001

7 Landasan Teoretik dan Masalah Akademik dalam Praktik Pendidikan

Umum di Perguruan Tinggi, dalam Jurnal PENDIDIKAN NILAI Tahun 10,

Nomor 1, Mei 2003. ISSN 0853-8158.

2003

8 Masalah-masalah Pembelajaran Tematik di Kelas-1 dan Kelas-2 SD di Jawa

Timur, dalam JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN, Tahun 16 Nomor 1 Juni

2006, Jurnal terakreditasi.

2006

9 Penerapan Pembelajaran Tematik untuk Meningkatkan Kualitas

Pembelajaran Tema Lingkungan di Kelas-3 SDN Tanjungrejo 5 Malang,

dalam ILMU PENDIDIKAN, ISSN 0854-8307, Tahun 35 Nomor 2, Juli 2008.

2008

10 Pendidikan Karakter: Nasehat Bagaimana Menjadi Manusia Berkarakter

Baik, dalam JURNAL PENDIDIKAN NILAI Tahun 16, Nomor 2, November

2008, ISSN 0853-8158.

2008

11 Pengembangan Model Pendidikan Nilai dan Karakter SD Berbasis

Pendidikan Nilai dan Karakter Pesantren Daarut-Tauhied Bandung, dalam

JURNAL SEKOLAH DASAR, jurnal terakreditasi.

2009

12 Pengembangan Model Pembelajaran Tematik untuk Kelas-1 dan Kelas-2

SD, dalam JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, Volume 17 Nomor

1, April 2010; Jurnal Terakreditasi.

2010

13 Model Pembelajaran Nilai dan Karakter Berbasis Nilai-nilai Kehidupan di

Sekolah Dasar, dalam JURNAL ILMU PENDIDIKAN, Jilid 17, Nomor 1,

2010.

Page 38: REVITALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR

Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 37 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

Februari 2011, Jurnal Terakreditasi.

G. Penyaji Makalah dan Fasilitator dalam Seminar, Lokakarya, dan Diklat (Ada

Makalah dan Sertifikat tetapi tidak masuk dalam Prosiding).

No Tema Seminar, Lokakarya, dan Diklat. Tempat dan

waktu.

1 Penyaji Makalah pada Orasi Ilmiah pada acara Dise Natalis

Universitas Pancasakti Tegal Jawa Tengah; dengan judul Reposisi

Perguruan Tinggi pada Era Pasar Bebas.

Universitas

Pancasakti Tegal,

2004.

2 Penyaji Makalah pada Simposium Nasional tentang Revitalisasi

Matakuliah Umum sebagai Matakuliah Pengembangan

Kepribadian, 4-5 September 2004 di Hotel Asida Batu Malang.

Hotel Asida Batu,

2004.

3 Fasilitator TOT Nasional Kurikulum TK Angkatan-I, 01-05 Agustus

2004, di Hotel Grafika Mas, Puncak Bogor; diselenggarakan

Direktorat TK/SD.

Hotel Grafika

Mas, Cisarua,

Bogor, 2004.

4 Fasilitator TOT Nasional Kurikulum TK Angkatan-II, 05-10 Agustus

2004, di Hotel Grafika Mas, Puncak Bogor; diselenggarakan

Direktorat TK/SD.

Hotel Grafika

Mas, Cisarua,

Bogor, 2004.

5 Nara Sumber (Penyaji Makalah) pada Lokakarya Nasional

Pendidikan Berbasis Masyarakat, tentang Pembelajaran Terpadu,

29 September-1 Oktober 2004, FIP UM.

Hotel Asida Batu,

2004.

6 Penyaji Makalah tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembimbingan

Skripsi, S1 PGSD, FIP UM, 29 Januari 2004.

FIP UM, 2004.

7 Penyaji Makalah pada Konferensi Nasional Pendidikan Nasional

(KONASPI), 9 Oktober 2004, di Hotel Sangrilla Surabaya pada

Bidang Pendidikan Moral, judul Makalah “Pendekatan

Komprehenshif untuk Pendidikan Agama-Agama”.

Hotel Sangrilla

Surabaya.

8 Penyaji makalah pada Seminar dan Lokakarya tentang

Penyusunan Program Payung Keilmuan Sekolah Dasar, FIP UM.

2004.

FIP UM, 2004.

9 Penyaji Makalah tentang KBK pada acara Sosialisasi dan

Operasionalisasi KBK pada Dosen-Dosen Universitas Kanjuruhan

Malang, 16 Februari 2004.

Universitas

Kanjuruhan

Malang, 2004.

10 Penyaji Makalah tentang Filosofi KBK pada Seminar Nasional di

STAI Ibrahimi, Sukorejo, Situbondo.

2006

11 Penyaji Makalah pada Seminar tentang Implementasi KBK bagi

Pengawas TK/SD, Kepala Sekolah, dan Guru SD, di Dinas

Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lamongan, 26-28 Januari

2005.

Kantor Dinas P&K

Kabupaten

Lamongan, 2005.

12 Sosialisasi dan Advokasi KBK di: Kantor Kemendiknas Kota Blitar,

Kermendiknas Kab.Madiun, dan Kemendiknas Kab Probolinggo,

SD Lab Malang, dll.

2005-an

Page 39: REVITALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR

Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 38 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

13 Tim Penyaji Naskah Akademik pada Seminar Nasional tentang

“Artikulasi TK/SD Kelas Awal dalam Satu Atap” , diselenggarakan

Direktorat TK/SD, di Hotel Bumikarsa Bidakara, 12-14 Juni 2006.

Hotel Bumikarsa

Bidakara, Jakarta,

2006.

14 Penyaji Makalah dan Fasilitator Lokakarya Pengembangan Model

Pembelajaran Tematik, 6 dan 13 Agustus 2006, di Lemlit UM.

Lemlit UM 2006.

15 Penyaji Makalah dan Fasilitator pada beberapa Seminar,

Pelatihan dan Lokakarya Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan

Karya Ilmiah yang diselenggarakan oleh:

a. Fakultas Ekonomi, UM, 20-21 September 2006, di FE UM. FE UM, 2006.

b. Fakultas Ilmu Pendidikan UM dalam Rangka Pembinaan

Profesional Dosen FIP, 27-29 April 2007

FIP UM, 2007.

c. Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UM, pada Seminar

Tingkat Propinsi, 14 Desember 2008, di AULA FIP UM.

FIP UM, 2008.

d. Akademi Farmasi Malang, YPI, bagi Pembinaan Profesional

Dosen, 31 Januari 2009.

AKAFARMA

Malang, 2009.

e. UPPL UM dalam rangka pembelalan Dosen Pembimbing

Lapangan dan PKM, 18 Maret 2009.

UPPL UM, 2009.

f. Universitas Ronggolawe Tuban, dalam rangka

pengembangan professional dosen pengampu

matakuliah di PGSD, 2009.

Universitas

Ronggolawe

Tuban.

g. Kemendiknas Kaltim bekerjasama dengan FIP UM, dalam

rangka pengembangan professional guru-guru SD di

Kaltim; 26-28 Nopember 2010.

FIP UM, 2010.

h. Kemendiknas Probolinggo dalam Rangka Pengembangan

Profesional Guru di Kab Probolinggo.

Kantor

Kemendiknas Kab

Probolinggo, 2009

i. Sekolah-sekolah: SMA 6 Malang, SMA Widyagama

Malang, BA Restu Malang.

2009-2010an.

j. LPM UM dalam Rangka KKN mahasiswa dan Pengabdian

Masyarakat: di SMK I Blitar, Kantor Cabang Dinas Kec.

Pujon, Kantor Cabang Dinas Kec. Dau; Kantor Cabang

Dinas Kec.Gondang Legi; SDN III Kebonagung; SDN II

Pandanwangi; SDN III Pandanwangi; SMA Negeri II Batu,

SDN I Wagir; SDN Karangbesuki Malang; Guru-guru Kab

Malang—KKN Wonorejo Singosari di FE UM, dll

2009-2010 an.

k. Bebebrapa Lembaga Swadaya Masyarakat dalam Rangka

Pengembangan Profesionalitas Guru. Diselenggarakan di

Kantor Cabang NU Trenggalek; Kantor Cabang NU Tulung

Agung, STKIP Pasuruan, SMKN Kediri, Wisma Haji

Madiun, Kantor NU Cabang Situbondo, Gedung Guru

Lumajang, dan di Gedung IKA Universitas Brawijaya.

Periode 2009-

20010.

Page 40: REVITALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR

Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 39 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

16 Penyaji Makalah dan Fasilitator pada Lokakarya Pengembangan

Bahan Ajar berorientasi Konstruktivisti, diselenggarakan

Beberapa LSM di Gegung IKA Universitas Brawijaya, UPP-III PGSD

UM, LEC Blitar.

2010.

17 Penyaji Makalah dan Pembimbing Penyusunan Bahan Ajar PTK

Madrasah Ibtidaiyyah Grup 4-5 B yang diselenggarakan LAPIS

PGMI bagi Dosen-Dosen IAIN dan STAI untuk Indonesia Timur,

dengan Sponsor: USAID, di IAIN Surabaya.

IAIN Sunan Ampel

Surabaya.

18 Penyaji makalah pada Lokakarya Penyusunan Proposal Hibah

Bersaing Perguruan Tinggi bagi Dosen FIP, diselenggarakan FIP

UM, 25 Februari 2008.

FIP UM, 2008.

19 Penyaji Makalah dan Fasilitator pada Lokakarya Penyusunan

Bahan Ajar untuk Program S1 PGSD Berasrama, 31 Oktober 2008

FIP UM, 2008.

20 Penyaji Makalah tentang Metodologi Penelitian Pengembangan

bagi Dosen-Dosen PGSD Universitas Negeri Yogyakarta di Wisma

Bayangkara Malang.

FIP UM – Wisma

Bayangkara

Malang.

21 Penyaji Makalah tentang Penyusunan Acara Perkuliahan, pada

Lokakarya Pengembangan Kurikulum PGPAUD bagi Dosen-Dosen

PGPAUD KSDP FIP UM, di Gedung D2GKB FIP UM, November

2009.

GKB FIP UM,

2009.

22 Penyaji Makalah dan Instruktur pada Pelatihan dan Lokakarya

tentang Active Leraning for Higher Education (ALFHE) bagi Dosen-

dosen Universitas Negeri Malang, di LP3UM, April 2011

LP3UM, 2011

23 Penyaji Makalah/Naskah Akademik dan Fasilitator pada Seminar

dan Lokakarya tentang Pendidikan Karakter, yang

diselenggarakan oleh:

a. UNESA Surabaya, Penyumbang Makalah pada Seminar

Nasional tentang Pendidikan Karakter Bangsa.

UNESA Surabaya,

2010.

b. UPMU dalam rangka Kuliah Umum bagi mahasiswa UM

yang sedang menempuh Mata Kuliah Pengembangan

Kepribadian, di Aula A3 UM, 14 September 2010

UM, 2010.

a. Ikatan Alumni UM (IKA UM) Wilayah Kabupatem

Lumajang, Orasi Ilmiah, 6 Februari 2011.

Kantor Pendopo

Kabupaten

Lumajang.

2011

b. Departemen Agama Kabupaten Probolinggo, Ikatan Guru

Agama Islam Indonesia, dalam rangka Pembinaan

Profesional Guru Agama Kabupaten Probolinggo, 28

Maret 2011.

Kantor Islamic

Centre Kraksaan

Probolinggo.

2011

c. Direktorat PMPTK dalam Rangka Penyusunan Pedoman Hotel di Cisarua

Page 41: REVITALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR

Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 40 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

Pengembangan Pendidikan Karakter bagi Lembaga Diklat

dilingkungan Direktorat PMPTK, di Cisarua Bogor.

Bogor.

2011

a. Direktorat Pengelolaan Sekolah Dasar, dalam rangka

Penyusunan Pedoman Pengembangan Pendidikan

Karakter Bangsa untuk Sekolah Dasar di Indonesia, 9-11

Mei 2011.

The Imperium

Hotel Bandung.

2011

b. Kemendiknas Kota Batu, dalam rangka Pengembangan

Profesi Guru Kota Batu, 5 Februari 2011

Kantor Diknas

Kota Batu,

2011

c. Yayasan Pendidikan Islam Sabilillah Malang, dalam rangka

Pengembangan Profesional guru-guru di lingkungan

Ma’arif Kabupaten Malang, Mei 2011.

SMP Sabilillah

Malang, 2011.

d. Direkrorat PMPTK, pada Pelatihan TOT Pendidikan Karakter

bagi Lembaga Penyelenggara Diklat dilingkungan Direktorat

PMPTK, Kemendiknas RI di Jakarta.

Hotel Parama

Cisarua Bogor,

2011.

e. BEM FIP UM, 1 Mei 2011, di Gedung A3 UM Universitas Negeri

Malang 2011.

f. IKA Universitas Brawijaya Malang, dalam rangka Diklat

Penyusunan RPP berbasis Karakter, di Aula Fakultas Sastra

dan Budaya, 19 Juni 2011 yang akan Datang.

Universitas

Brawijaya

Malang.

24 Penyaji Makalah dan Fasilitator pada beberapa Lokakarya

Pengembangan Pembelajaran Tematik untuk Sekolah Dasar, dll.

Di berbagai

Tempat.

25 Penyaji makalah pada Pelatihan dan Lokakarya tentang

Pembelajaran Aktif di Sekolah bagi Mahasiswa UM asal Maluku di

UPP-3 Blitar, dan di FIP UM.

UPP-3 Blitar dan

FIP UM, 2010.

26 Penyaji Makalah dan Fasilitator pada Pelatihan dan Lokakarya

Active Learning for Higher Education bagi Dosen-dosen

Universitas Negeri Malang, 4-8 April 2011.

LP3 UM, 2011.

27 Penyaji Makalah tentang Pengembangan Bahan Ajar, di STKIP

PGRI Jombang.

2009

H. Pengalaman Lainnya

No Nama Kegiatan Tempat dan

Tahun

1 Reviewer Proposal di Lemlit UM 2004-2009.

2 TOT Revewer Penelitian Dosen Muda dan Kajian Wanita, di

Hotel Syafir Yogyakarta, diselenggarakan DP2M, Dikti.

2006.

3 Penyunting Jurnal Penelitian Pendidikan di Lemlit UM 2004-2011

4 Mitra Bestari Jurnal Ilmu Pendidikan (JIP) 2010-2011

5 Reviewer Penyusunan Bahan Ajar PTK Madrasah Ibtidaiyyah IAIN Sunan

Page 42: REVITALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR

Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 41 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

yang diselenggarakan LAPIS PGMI Bagi Dosen-dosen IAIN/UIN

untuk Indonesia Timur, di IAIN Sunan Ampel Surabaya, 9

Desember 2008

Ampel

Surabaya.

6 Validator Instrumen Penilaian Buku Teks diselenggaran BSNP,

11 Juni 2009.

Kemendiknas

Kota Malang.

7 Tim Pengembang Sekolah Unggulan Universitas Negeri Malang,

dalam rangka Pengembangan Sekolah: SD Kebon Agung dan

SMP 5 Pasuruan; TK-SD-SMP YSN-KPS Balikpapan; SD-SMP-SMA

Yayasan Pendidikan Cendana Pekanbaru Riau; Sekolah Unggulan

Terpadu Kemendiknas Lumajang; dan SMT-Bojonegoro.

Pasuruan,

Balikpapan,

Lumajang, dan

Pekan Baru,

periode 2004-

2011.

8 Peserta TOT Pembelajaran Aktif untuk Sekolah (ALIS); dan

Pembelajaran Aktif untuk Perguruan Tinggi (ALFHE) yang

diselenggarakan atas Kerjasama Kemendiknas—USAID, 2010.

Hotel Pitagiri

Jakarta, dan

Hotel Wijaya

Batu, 2010.

9 Organisasi Profesi: Ketua III ADPENSI (Asosiasi Dosen dan

Sarjana Pendidikan Umum/Nilai Indonesia).

Jakarta, 2011.

10 Memperoleh Piagam Penghargaan dari Presiden RI, Tanda

Kehormatan Satyalencana Karya Sapta XX tahun.

Jakarta, 2010.

11 Lulus Sertifikasi Dosen dan dinyatakan sebagai Dosen

Profesional pada bidang studi Kependidikan Dasar dan

Prasekolah (KSDP).

Yogyakaarta,

2010.

12 Dewan Pembina Yayasan Daarul Falah Al-Munawwir: Dengan

Program Pesantren Tahfidz Qur’an, Pengelolaan Masjid Al-

Munawwir, dan Madrasah Diniyyah.

Kroya, 2011.

I. Prestasi yang Pernah Dicapai

No Berprestasi dalam Hal Tahun

1 Juara I Lomba Karya Tulis Tingkat Nasional tentang

Perkoperasian di kalangan mahasiswa program S1, penghargaan

dari Mentri Koperasi RI.

Jakarta, 1983

2 Juara I Lomba Penulisan Artikel Ilmiah yang dimuat di jurnal

(terakreditasi) dikalangan Mahasiswa Program Pascasarjana dan

Dosen Universitas Pendidikan Indonesia, Penghargaan dari

Rektor UPI.

Bandung, 1999

Page 43: REVITALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR

Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 42 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011

3 Lulus Program Doktor (S3) PPS UPI dengan predikat Cumlaude.

Bandung, 2000

4 Dosen teladan I Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Malang.

Malang, 2005

Malang, 10 Mei 2011

Pembuat Daftar Riwayat Hidup,

Prof. Dr. Sa’dun Akbar, M.Pd.

NIP: 196006131987011001