Upload
lexuyen
View
256
Download
13
Embed Size (px)
Citation preview
PENDI
Prof. Dr. Sa’dun Akbar, M.Pd.
Pidato Pengukuhan Guru Besar
Dalam Bidang Ilmu Pendidikan/Pendidikan Dasar
Disampaikan
KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS MALANG (UM)
REVITALISASI
PENDIDIKAN KARAKTER
DI SEKOLAH DASAR
Prof. Dr. Sa’dun Akbar, M.Pd.
Pidato Pengukuhan Guru Besar
alam Bidang Ilmu Pendidikan/Pendidikan Dasar
Disampaikan Pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Malang
Tanggal 8 Juni 2011
KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS MALANG (UM)
JUNI 2011
alam Bidang Ilmu Pendidikan/Pendidikan Dasar
Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 1 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011
Muliakan anakMuliakan anakMuliakan anakMuliakan anak----anakmu anakmu anakmu anakmu dan didiklah mereka dengan adabdan didiklah mereka dengan adabdan didiklah mereka dengan adabdan didiklah mereka dengan adab/budi pekerti /budi pekerti /budi pekerti /budi pekerti
yang baik (yang baik (yang baik (yang baik (HR.Ibnu MajjahHR.Ibnu MajjahHR.Ibnu MajjahHR.Ibnu Majjah))))
Tanah Tanah Tanah Tanah yang baikyang baikyang baikyang baik
tanamantanamantanamantanaman----tanamannya tumbuh suburtanamannya tumbuh suburtanamannya tumbuh suburtanamannya tumbuh subur
dengan seizin Allah,dengan seizin Allah,dengan seizin Allah,dengan seizin Allah, dan tanah yang tidak suburdan tanah yang tidak suburdan tanah yang tidak suburdan tanah yang tidak subur
tanamantanamantanamantanaman----tanamannya hanya tumbbuh merana,tanamannya hanya tumbbuh merana,tanamannya hanya tumbbuh merana,tanamannya hanya tumbbuh merana,
demikianlah kami mengulangi tandademikianlah kami mengulangi tandademikianlah kami mengulangi tandademikianlah kami mengulangi tanda----tandatandatandatanda
kebesaran kami (Allah) bagi orangkebesaran kami (Allah) bagi orangkebesaran kami (Allah) bagi orangkebesaran kami (Allah) bagi orang----orangorangorangorang
yang bersyukur (Alyang bersyukur (Alyang bersyukur (Alyang bersyukur (Al----A’rof 58).A’rof 58).A’rof 58).A’rof 58).
Berbuat Berbuat Berbuat Berbuat baik adalah sebuah kesempatanbaik adalah sebuah kesempatanbaik adalah sebuah kesempatanbaik adalah sebuah kesempatan sekaligus Rizkisekaligus Rizkisekaligus Rizkisekaligus Rizki, , , , ambillah kesempatan ambillah kesempatan ambillah kesempatan ambillah kesempatan dan rizki dan rizki dan rizki dan rizki itu sebelum diambil oleh orang lainitu sebelum diambil oleh orang lainitu sebelum diambil oleh orang lainitu sebelum diambil oleh orang lain agar agar agar agar
menjadi menjadi menjadi menjadi milik milik milik milik dan lading amal dan lading amal dan lading amal dan lading amal AndaAndaAndaAnda,,,, sehingga Anda sehingga Anda sehingga Anda sehingga Anda bibibibissssaaaa menikmatinya dunia akherat.menikmatinya dunia akherat.menikmatinya dunia akherat.menikmatinya dunia akherat.
Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 2 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011
REVITALISASI
PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Yth. Rektor selaku Ketua Senat Universitas Malang
Yth. Ketua dan Anggota Komisi Guru Besar Universitas Malang
Yth. Para Rektor Universitas di Malang
Yth. Para Anggota Senat, Pejabat Struktural, Dosen, Tenaga Administrasi, dan Mahasiswa
Universitas Malang
Yth. Keluarga Besar kami dari Pati dan Kroya-Cilacap Jawa Tengah
dan para hadirin yang mulia.
Sebagai muqoddimah pidato pengukuhan ini, perkenankanlah saya memanjatkan
puji syukur kehadlirat Allah SWT, karena dengan rahmat, taufieq, dan hidayah-Nya pidato
pengukuhan ini dapat dilaksanakan pada hari ini.
Hadirin Yang Mulia,
Secara umum, persoalan pendidikan karakter bukanlah merupakan masalah baru.
Istilah “pendidikan karakter”, sesungguhnya, sudah lahir bersamaan dengan kelahiran
istilah “pendidikan”, sebab pendidikan itu sendiri pada dasarnya adalah untuk
mengembangkan karakter baik. Secara khusus, pada sistem pendidikan di negeri ini pernah
(bahkan hingga sekarang sebagian masih) terdapat mata pelajaran dengan nama-nama: Budi
Pekerti, Aqidah Akhlaq, Pendidikan Agama, Pendidikan Pancasila/P4, Pendidikan Adab
dan lainnya, itu semua tidak lain adalah dalam rangka pendidikan karakter. Untuk itu, judul
pidato pengukuhan guru besar ini diberi judul: “Revitalisasi Pendidikan Karakter di
Sekolah Dasar”
Konsep revitalisasi pendidikan karakter dalam tulisan ini saya definisikan sebagai
upaya, proses, cara-cara, atau perbuatan menghidupkan dan memperkuat kembali praktik
pendidikan secara umum, dan khususnya yang terjadi di sekolah dasar dalam rangka
menjadikan peserta didik berkarakter baik. Untuk menghidupkan dan memperkuat kembali
pendidikan karakter di sekolah dasar, saya memandang perlu menyajikan: (1) pentingnya
pendidikan karakter; (2) persoalan dehumanisasi; (3) masalah malpraktik pendidikan; (4)
masalah pendidikan karakter di sekolah dasar, dan (5) gagasan-gagasan revitalisasi
pendidikan karakter di SD.
Pentingnya Pendidikan Karakter bagi Manusia
Hadirin yang Mulia,
Tuhan menciptakan manusia dalam keadaan belum selesai (belum jadi), manusia
merupakan ciptaan yang serba mungkin, dan belum terspesialisasi. Manusia, walaupun
sering dinyatakan sebagai ciptaan yang paling sempurna di antara ciptaan yang lain, belum
tentu dalam proses perkembangannya bisa menjadi manusia yang sesungguhnya. Manusia
Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 3 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011
yang ketika dilahirkan berujud manusia (yang tampaknya baik) bisa saja dalam proses
perkembangannya menjadi manusia yang kurang manusiawi (sangat jahat).
Hal ini berbeda dengan hewan, Hewan diciptakan oleh Allah dalam keadaan sudah
selesai, sudah jadi, cepat mandiri, dan sudah terspesialisasi. Hewan kambing misalnya,
sudah terspesialisasi sejak dilahirkan; tampak dari mereka makan dengan makanan yang
khusus—paling-paling dedaunan, rumput-rumputan, dan tanam-tanaman saja. Berbeda
dengan manusia, meskipun ketika dilahirkan mereka minum susu, makan bubur dan buah,
bisa saja dalam proses perkembangannya mereka menjadi pemakan nasi, buah-buahan,
pasir, batu, uang, bahkan makan temannya sendiri.
Untuk itu, dalam proses perkembangannya dan dalam sepanjang hidupnya, manusia
masih memerlukan bantuan secara terus-menerus melalui pendidikan. Pendidikan hadir
tidak lain adalah dalam kerangka memberikan bantuan kepada manusia agar mereka dapat
tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang sesungguhnya, manusia yang mempunyai
sifat manusiawi, dan berkarakter baik.
Pendidikan karakter bukanlah merupakan hal baru karena setiap upaya pendidikan
sebenarnya adalah dalam rangka membangun karakter.
Persoalannya adalah: “Mengapa akhir-akhir ini pendidikan karakter menjadi program
strategis Kementrian Pendidikan Nasional? Ada masalah apa dengan praktik pendidikan
karakter dalam dunia pendidikan kita dewasa ini? Jika memang banyak masalah dalam
praktik pendidikan karakter, lantas bagaimana upaya yang seharusnya dilakukan oleh dunia
pendidikan dalam rangka revitalisasi sehingga dapat memecahkan masalah-masalah
pendidikan karakter? Sesuai dengan bidang keilmuan guru besar saya, maka dalam pidato
ini cenderung difokuskan pada persoalan-persoalan pendidikan karakter di sekolah dasar
dan gagasan revitalisasinya.
Masalah Dehumanisasi Manusia
Hadirin yang mulia,
Manusia seharusnya bersifat human (humanis). Seorang manusia seharusnya
bersifat manusiawi. Gejala yang tampak dalam kehidupan sehari-hari adalah terjadinya
kecenderungan semakin terkikisnya sifat-sifat kemanusiawian manusia, yakni terjadi proses
dehumanisasi yang demikian pesat dewasa ini. Berikut dikemukanan lima macam
dehumanitas
Pertama, banyak manusia yang semakin jauh dengan Tuhannya. Gejala
semakin jauhnya manusia dengan Tuhannya ini tampak dari semakin banyaknya manusia
yang kurang patuh pada Ajaran Tuhan. Kemaksiyatan yang dilakukan manusia semakin
subur terjadi di mana-mana. Manusia sebagai ciptaan Tuhan seharusnya mengabdikan diri
dengan patuh dan taat pada ajaran-ajaran-Nya; Manusia seharusnya terus berupaya
mendekatkan diri kepada Tuhan, menyatu dengan Tuhan, merasakan dekat dengan Tuhan.
Dalam budaya jawa ada ungkapan (manunggaling kawulo gusti). Kecenderungan yang
terjadi adalah semakin banyaknya gejala yang menunjukkan hubungan manusia dengan
Tuhan semakin jauh, kurang harmonis, sehingga banyak orang yang kurang baik
perilakunya menurut ukuran agama-agama.
Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 4 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011
Kedua, banyak manusia yang semakin jauh dengan manusia lain. Mereka
kurang peka dan peduli pada penderitaan orang lain; merasa orang lain sebagai ancaman
dirinya; saling bermusuhan antara yang satu dengan yang lain; merasa benar sendiri; kurang
saling percaya; penghargaan pada orang lain rendah; sikap dan perilaku yang sangat
individualistik; Seharusnya antara manusia yang satu dengan yang lain sangat dekat dan
menyatu. Begitu banyak manusia yang dalam hubungannya dengan manusia lain tampak
buruk, padahal sesungguhnya mereka adalah makhluk sosial, manusia adalah ummat yang
satu.
Ketiga, banyak manusia yang merasa jauh dengan lingkungan alam tempat
hidupnya. Perusakan lingkungan alam terjadi di mana-mana. Exploitasi terhadap alam
dilakukan secara besar-besaran tanpa diimbangi dengan upaya konservasi secara memadai.
Penggundulan hutan, pencemaran air, tanah, udara, pemusnahan makhluk hidup terus
berlangsung, yang mengakibatkan keseimbangan alam menjadi terganggu, bencana alam
terjadi di banyak tempat, dan pemanasan global semakin menjadi-jadi. Karakter manusia
dalam hubungannya dengan lingkungan alamnya tampak semakin memburuk.
Keempat, banyak di antara manusia yang jauh dengan dirinya sendiri. Banyak
di antara manusia yang kurang mampu mengenali potensi dirinya sendiri, tidak tahu diri,
kurang percaya diri, bahkan menganiaya diri sendiri. Perilaku mereka banyak ditentukan
oleh kekuatan eksternal dirinya. Mereka seakan-akan seperti orang yang tidak mempunyai
keyakinan dan harga diri. Banyak orang yang tahu kebaikan, tetapi mereka tidak mau
melakukan kebaikan yang mereka ketahui. Banyak orang yang baru mau bergerak kalau
digerakkan orang lain, mereka baru mau bekerja kalau disuruh, pergerakan mereka seperti
robot. Banyaknya manusia yang perilakunya seperti robot tersebut adalah bukti terjadi
dehumanisasi manusia. Karakter manusia dalam hubungannya dengan dirinya sendiri
tampak buruk.
Kelima, banyak di antara manusia Indonesia yang perilakunya menyimpang
dari nilai-nilai Pancasila. Mereka banyak melakukan pelanggaran hokum, baik hukum
agama-agama maupun hukum positif yang berlaku di negeri ini. Banyak di antara mereka
yang kurang berpartisipasi dan bertanggungjawab terhadap berbagai persoalan bangsa dan
negaranya. Nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan demokrasi, dan
keadilan sosial kurang tumbuh subur pada diri warga bangsa Indonesia ini. Karakter
sebagian manusia Indonesia dalam relasi dengan bangsa dan negaranya semakin buruk.
Masalah Mal-Praktik Pendidikan
Hadirin yang Mulia,
Saya memandang, ada beberapa masalah dalam praktik pendidikan dewasa ini,
dunia pendidikan kurang mampu mengembangkan kepribadian peserta didiknya secara utuh
sehingga kurang optimal menumbuhkan karakter baik. Di antara masalah dalam praktik
pendidikan dewasa ini diuraikan sebagai berikut:
Pertama, persoalan orientasi taksonomik.
Berpuluh-puluh tahun praktik pendidikan kita telah berkiblat pada taksonomi Bloom
yang memilah-milah ranah pendidikan menjadi kognitif, afektif, dan psikomotor. Kalaulah
taksonomi Bloom tersebut benar, dalam praktiknya cenderung terpleset pada
Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 5 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011
pengembangan aspek kognitif. Praktik pendidikan terlalu overkognitif. Bahkan, beberapa
mata pelajaran yang pada awalnya diniatkan untuk memperkuat pendidikan karakter,
misalnya Pendidikan Moral Pancasila, Pendidikan Budi Pekerti, Pendidikan Agama, dan
Pendidikan Kewarganegaraan juga cenderung overcognitif.
Upaya-upaya pengembangan landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum
yang berlaku di negeri ini terus dilakukan. Arah kecenderungan pengembangan kurikulum
dari behaviorisme (Kurikulum 1975), ke arah kognitivisme (Kurikulum 1980-1990-an), dan
menjadi konstruktivisme (Kurikulum 2000-an) dalam praktiknya juga masih saja cenderung
overcognitive bahkan overbehavioristic (Akbar, 2011). Itu pun masih ditambah dengan
adanya kebijakan-kebijakan dibidang pendidikan yang selegenje dengan tuntutan
kurikulum, misalnya adanya ujian nasional yang cenderung kognitif yang hasilnya
dijadikan penentu nasib peserta didik. Kebijakan yang selegenje itu diberlakukan di tengah-
tengah berlakunya kurikulum yang berorientasi pada kompetensi. Ujian nasional bisa saja
menjadi sebuah kebijakan yang baik jika hasilnya tidak digunakan untuk menentukan nasib
peserta didik, tetapi sekadar untuk mendiagnosis ketercapaian tujuan pembelajaran pada
aspek kognisi pada mata pelajaran tertentu yang diujikan negara saja.
Hadirin yang Mulia,
Ada ranah yang terabaikan dalam taksonomi Bloom, yakni ranah konasi
(willingness)—yakni kemauan yang tumbuh dari dalam diri peserta didik. Bloom
melupakan ranah konasi ini. Oleh karena itu, wajar saja jika begitu banyak orang yang
“mengetahui kebaikan”, tetapi “tidak mau melakukan kebaikan yang mereka ketahui itu”.
Kemauannya kurang terbangun dalam proses pendidikan yang mereka alami.
Dengan praktik pendidikan yang cenderung overcognitive itu, maka menjadikan
dunia pendidikan kita lebih bermodus “memiliki” dari pada bermodus “menjadi”.
Padahal, seharusnya pendidikan itu lebih bermodus “menjadi” dari pada sekadar
“memiliki”. Ketika pendidikan bermodus “memiliki” maka seluruh energy pendidikan
diarahkan pada “agar siswa memiliki pengetahuan yang banyak”. Pengetahuan yang berasal
dari guru, buku-buku pelajaran, dan sumber lainnya dipindah ke peserta didik agar mereka
memiliki pengetahuan yang banyak. Persoalannya adalah “milik” itu bisa hilang, seperti
kita memiliki uang bisa hilang dan lepas dari diri kita. Pengetahuan yang memenuhi kepala
siswa-siswi kita bisa saja hilang tidak membekas. Hal ini berbeda jika kita menjadikan
pendidikan lebih bermodus “menjadi”. Seluruh proses pendidikan diupayakan untuk
menjadikan peserta didik menjadi dirinya sendiri. Apa yang dipelajari peserta didik
menjadi bagian kepribadiannya. Proses pendidikan dilakukan dalam rangka menghadirkan
nilai-nilai, internalisasi nilai, menyemaikan dan mengembangkan nilai-nilai kebaikan dari
berbagai dunia nilai sehingga teraktualisasi pada perilaku baik peserta didik.
Kedua, masalah kurang adanya keseimbangan antara aspek “pikir” dengan
“hati” dalam praktik pendidikan.
Ada dua keberadaan yang sekaligus menjadi kekuatan yang luar biasa pada diri
manusia, yaitu kekuatan pikiran dan kekuatan hati. Dalam praktik pendidikan yang terjadi
dewasa ini cenderung lebih memperkuat (mempertajam) pikiran daripada hati. Pendidikan
seharusnya mampu mencerdaskan pikiran dan mempertajam matahati sekaligus. Pikiran
Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 6 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011
manusia dapat diasah dan dipertajam atau dicerdaskan melalui berbagai macam ilmu
pengetahuan empiric. Pikiranlah yang dapat menerima kebenaran ilmu pengetahuan yang
cenderung bersifat rasional. Hati manusia dapat dipertajam atau diasah dengan agama-
agama. Hatilah yang bisa menerima kehadiran Tuhan, hati pula yang bisa menerima ajaran
agama-agama (baik yang rasional maupun nonrasional) pada diri seseorang. Oleh karena
itu, untuk mempertajam matahati perlu dilakukan dengan sebanyak-banyak mengingat
Tuhan (dzikrullah) dalam arti seluas-luasnya. Ketika pikiran dikendalikan oleh hati (agama)
maka bisa dipastikan akan mampu melahirkan perilaku berakal (perilaku baik). Meskipun
kata “akal” sering disatukan dengan “pikiran” menjadi “akal-pikiran”, sebenarnya antara
akal dengan pikiran itu tidak sama, “akal” dengan “pikiran” merupakan dua konsep yang
berbeda (Akbar, 2000). Manusia berakal adalah manusia yang bisa membedakan mana
yang benar dan mana yang salah; manusia yang perilakunya sudah dipikirkan secara
matang dan ditimbang dengan ajaran agama-agama. Pendidikan yang kurang
memperhatikan keseimbangan antara pikiran dengan hati akan menghasilkan kepribadian
yang tidak utuh dan potensial melahirkan karakter yang kurang baik.
Ketiga, kurang adanya keseimbangan pengembangan antara
Programmed Curriculum dengan Hidden Curriculum.
Kurikulum adalah seluruh upaya satuan pendidikan untuk mempengaruhi belajar.
Belajar terjadi kalau terjadi perubahan perilaku. Belajar bisa saja terjadi baik di ruang-ruang
kelas, taman-taman bermain, atau di luar sekolah sekalipun. Kurikulum itu tidak sekadar
program pendidikan yang direncanakan secara tertulis saja, kurikulum bisa juga berupa
pengalaman-pengalaman belajar lain, meskipun tidak tertulis tetapi mampu
mengembangkan/dan mengubah perilaku. Perubahan perilaku tidak sekadar dipicu oleh
pembelajaran di kelas melalui berbagai mata pelajaran, tetapi dapat juga karena penataan
fisik, penataan sosial, penataan psikologis melalui pembiasaan dan keteladanan yang terjadi
dan dialami di sekolah.
Keempat, masalah penghadiran dan internalisasi nilai-nilai melalui berbagai
mata pelajaran.
Disajikaannya berbagai mata pelajaran dalam praktik pendidikan tidak lain adalah
dalam kerangka untuk menghadirkan dan internalisasi nilai-nilai dari berbagai dunia nilai,
yakni simbolik, empirik, estetik, etik, sinnoetik, dan sinoptik yang diwujudkan dalam
berbagai mata pelajaran dalam rangka untuk mengembangkan perilaku (membangun
karakter) peserta didik. Dalam praktiknya, banyak pengembang dan praktisi pendidikan
yang kurang menyadari persoalan ini sehingga praktik pendidikan dan pembelajaran
cenderung kurang berbasis pada nilai-nilai yang terkandung pada berbagai mata pelajaran
yang sajikan.
Kelima, masalah kurang optimalnya praktik pendidikan dan pembelajaran
untuk pengembangan kepribadian.
Di sekolah-sekolah kita disajikan matapelajaran-mata pelajaran seperti: Pendidikan
Agama, Pendidikan Pancasila (PPKn), Budi Pekerti, Akhlaq, Pendidikan Adab, dan
sejenisnya. Namun, dalam praktiknya cenderung terpeleset pada mementingkan aspek
kognisi (overcognitive), terlalu berat pada upaya mempertajam daya pikir daripada
Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 7 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011
mempertajam matahati dan agak mengabaikan afeksi dan konasi. Praktik pendidikan kita
kurang sesuai dengan prinsip-prinsip dalam pendidikan karakter.
Pendidikan Karakter
Hadirin yang mulia,
Mengacu kepada persoalan-persoalan pentingnya pendidikan karakter, terjadinya
dehumanisasi manusia, dan mal-praktik dunia pendidikan di atas maka revitasasi
pendidikan karakter mendesak untuk dilakukan. Lantas, apa tujuan, landasan, dan seperti
apa paradigma pendidikan karakter itu? Sebagaimana tujuan dan landasan pendidikan
karakter seperti yang pernah saya tulis dalam Naskah Akademik (untuk bahan)
pengembangan Pedoman Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar yang dikembangkan oleh
Direktorat Pendidikan Sekolah Dasar (1911) maka tujuan dan landasan pendidikan karakter
adalah sebagai berikut:
Tujuan Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter yang dimaksud dalam pidato ini adalah upaya fasilitasi yang
dilakukan oleh (pendidik, tenaga kependidikan, dan komunitas) di sekolah dasar untuk
menjadikan peserta didik berkarakter baik. Karakter baik saya definisikan sebagai “hidup
dengan benar dalam hubungan seseorang dengan Tuhannya, sesama manusia, alam
lingkungan hidupnya, bangsa dan negaranya, serta dengan diri sendiri. Munir (2010)
menyebutnya pendidikan karakter bertujuan untuk menumbuhkan karakter positif
(memperkuat karakter baik dan memperlemah karakter buruk). Q-Anees (2008)
menyatakan bahwa tujuan pendidikan karakter adalah untuk mengembangkan insan kamil.
Pendidikan karakter yang dibangun dalam pendidikan dapat mengacu pada Pasal 3
UU Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, bahwa: “Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, adab, atau ciri kepribadian seseorang yang
terbentuk dari hasil internalisasi berbagai nilai kebajikan (virtues) yang diyakini dan
digunakan sebagai landasan berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan bersumber dari
sejumlah nilai, moral, dan norma, yang diyakini kebenarannya yang terwujud dalam
hubungan-hubungan yang membangun interaksi antara manusia dengan tuhannya, sesama
manusia, lingkungan hidupnya, bangsa dan negaranya, dan dengan dirinya sendiri.
Hubungan-hubungan itulah yang menimbulkan penilaian baik-buruknya karakter
seseorang.
Pendidikan karakter sering juga disebut dengan pendidikan nilai karena karakter
adalah value in action nilai yang diwujudkan dalam tindakan (Lickona,1991). Karakter juga
sering disebut operative value atau nilai-nilai yang dioperasionalkan dalam tindakan
(perilaku). Oleh karena itu, pendidikan karakter pada dasarnya merupakan upaya dalam
Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 8 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011
proses menginternalisasikan, menghadirkan, menyemaikan, dan mengembangkan nilai-nilai
kebaikan pada diri peserta didik. Dengan internalisasi nilai-nilai kebajikan pada diri peserta
didik di atas, diharapkan dapat mewujudkan perilaku baik.
Dalam proses menghadirkan (internalisasi) nilai-nilai pada diri peserta didik, Ki
Hajar Dewantoro (1962) menekankan pentingnya prinsip: (1) Ngerti, Ngroso, lan Nglakoni;
(2) Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani,
Lickhona (1991) menyebutnya sebagai unsur-unsur karakter yang mencakup moral
knowing, moral feeling, dan moral action. Sementara itu, Abdullah Gymnastiar (Akbar,
2000, Akbar, 2007) sering mengungkapkan dengan keseimbangan fikir, dzikir, dan ikhtiar.
Prinsip-prinsip dan unsur-unsur karakter tersebut hendaknya diimplementasikan dalam
praktik pendidikan karakter.
Landasan Pendidikan Karakter
Pertama, landasan filsafat manusia. Secara filosofis, manusia diciptakan oleh Tuhan
dalam keadaan “belum selesai”, mereka dilahirkan dalam keadaan belum jadi. Manusia yang ketika
dilahirkan berwujud anak manusia belum tentu dalam proses perkembangannya menjadi manusia
yang sesungguhnya. Agar dapat menjadi manusia yang sesungguhnya, dalam proses pertumbuhan
dan perkembangannya anak-anak manusia itu memerlukan bantuan. Upaya membantu manusia
untuk menjadikan manusia yang sesungguhnya itulah yang disebut pendidikan. Berbeda dengan
hewan, anak-anak hewan hanya memerlukan bantuan yang sedikit saja dalam hidupnya dari
masyarakat hewan, anak-anak hewan akan cepat mandiri. Hewan adalah ciptaan yang sudah selesai,
sudah jadi, dan sudah terspesialisasi. Mereka dilahirkan dalam wujud hewan dan dalam proses
perkembangannya akan tetap menjadi hewan yang sesungguhnya dan berkarakter sebagai hewan.
Berbeda sekali dengan hewan, manusia yang ketika masih usia kanak-kanak terlihat
berkarakter baik—bisa saja kalau terjadi salah didik bisa menjadi manusia yang sangat
buruk karakternya, sifat-sifat kemanusiawiannya bisa terkikis dan tidak pantas disebut
sebagai manusia yang dikaruniai akal, mendapat julukan sebagai makhluk yang paling
mulia, yang bermartabat dan beradab. Dalam proses perkembangannya karakter manusia
bisa menjadi lebih buruk dari pada hewan. Untuk itu, pendidikan karakter sangat diperlukan
bagi manusia dalam sepanjang hidupnya agar mereka dapat menjadi manusia yang
berkarakter baik.
Kedua, dari sisi landasan filsafat Pancasila, manusia Indonesia yang ideal adalah yang
Pancasilais menghargai nilai-nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan
Sosial. Nilai-nilai Pancasila itulah yang seharusnya menjadi core value dalam pendidikan karakter
di negeri ini.
Ketiga, landasan filsafat pendidikan umum yang menyatakan bahwa pendidikan pada
dasarnya adalah untuk mengembangkan kepribadian utuh dan warga negara yang baik. Seseorang
yang berkepribadian utuh digambarkan dengan terinternalisasikannya nilai-nilai dari berbagai
dunia makna (nilai), yakni: simbolik, empirik, estetik, etik, sinoptik, dan sinnoetik. Dengan nilai-
nilai tersebut menjadikan seseorang berkarakter baik. Nilai simbolik ada dalam bahasa, ritual-ritual
keagamaan, dan matematika. Nilai empirik ada pada berbagai macam disiplin ilmu empirik
Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 9 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011
diantaranya IPA dan IPS. Nilai Etik berupa pilihan-pilihan perilaku moral, nilai-nilai etik ini
dikembangkan melalui pendidikan: moral, budi pekerti, adab, dan akhlak. Nilai estetik ada pada
kesenian: seni tari, lukis, drama, dan lain-lain. Nilai sinnoetik adalah nilai yang bersifat personal
yang hadir dari pengalaman-pengalaman personal yang bersifat relasional—antar seseorang dengan
penciptanya, pengalaman hidup yang unik dan sangat mengesankan yang mampu mengubah
perilaku. Nilai sinoptik— di dalamnya terangkum nilai-nilai simbolik, estetik, etik, dan sinnoetik,
nilai-nilai tersebut hadir dalam pendidikan agama, sejarah, dan filsafat. Karena pendidikan karakter
pada dasarnya adalah proses internalisasi nilai dari berbagai dunia nilai di atas, maka pendidikan
karakter dapat diintegrasikan dalam berbagai macam mata pelajaran yang diajarkan di satuan-satuan
pendidikan.
Keempat, landasan religius, manusia pada dasarnya adalah ciptaan Tuhan. Dalam agama-
agama dan sistem kepercayaan yang berkembang di Indonesia, manusia baik adalah manusia yang
(1) secara jasmani dan rokhani sehat dan bisa melaksanakan berbagai aktivitas hidup yang
dikaitkan dengan peribadatannya kepada Tuhan; (2) bertaqwa dengan menghambakan diri
(mengabdikan dan melayani) kemauan Tuhannya, mereka sebagai abdi Tuhan yang patuh dan taat
terhadap ajaran-ajaran-Nya; (3) menjadi pemimpin dirinya, keluarganya, dan masyarakatnya yang
dapat dipercaya atas dasar jujur, amanah, disiplin, kerja keras, ulet, dan bertanggung jawab, (4)
manusiawi dalam arti besifat/berkarakter sebagai manusia yang mempunyai sifat-sifat cinta kasih
terhadap sesama, kepedulian yang tinggi terhadap penderitaan orang lain, berlaku baik terhadap
sesama manusia, dan bermartabat. Untuk itu pendidikan karakter perlu mengembangkan karakter
manusia agar menjadi manusia yang perilaku hidupnya sehat, patuh terhadap ajaran-ajaran Tuhan
(taqwa) dan patuh pada peraturan-peraturan dalam hidup berbangsa dan bernegara (good citizen),
dan mempunyai sifat-sifat manusiawi (empatik, simpatik, perhatian, peduli, membantu, menghargai,
dll).
Kelima, landasan sosiologis. Secara sosiologis, manusia Indonesia hidup di tengah-tengah
masyarakat dan bangsa-bangsa yang sangat heterogen dan terus berkembang. Mereka berada di
tengah-tengah masyarat yang berasal dari suku, etnis, agama, golongan, status sosial dan ekonomi
yang berbeda-beda. Di samping itu, bangsa Indonesia juga hidup berdampingan dan melakukan
pergaulan dengan bangsa-bangsa lain. Untuk itu, upaya mengembangkan karakter yang saling
menghargai dan toleran pada bermacam-macam tatanan kehidupan dan aneka ragam perbedaan itu
menjadi sangat mendasar.
Keenam, landasan psikologis. Dari sisi psikologis, menurut Supriatna, (dalam
Kemendiknas, 2010) karakter dapat dideskripsikan dari dimensi-dimensi intrapersonal,
interpersonal, dan interaktif. Dimensi intrapersonal terfokus pada kemampuan atau upaya manusia
untuk memahami dirinya sendiri. Esensi dari dimensi intrapersonal adalah kemampuan yang
bersifat reflektif dan retrospektif dari manusia yang diarahkan pada dirinya sendiri sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa—yang tercakup di dalamnya adalah kesadaran diri, peninjauan diri,
penghargaan diri, dan adaptasi diri.
Dimensi interpersonal secara umum dibangun atas kemampuan inti untuk mengenali
perbedaan; sedangkan secara khusus, merupakan kemampuan mengenali perbedaan dalam suasana
hati, temperamen, motivasi, dan kehendak. Dalam bentuk yang lebih maju, dengan dimensi
interpersonal ini memungkinkan orang dewasa mampu membaca kehendak dan keinginan orang
Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 10 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011
lain, bahkan ketika keinginan itu disembunyikan. Dengan pengembangan kecakapan interpersonal
dapat menjadikan seseorang mampu memahami dan bekerja sama dengan orang lain. Untuk
memahami orang lain diperlukan karakter empati, hormat, ramah, dan membimbing.
Dimensi interaktif adalah kemampuan manusia berinteraksi sosial dengan sesama secara
bermakna. Sebagai makhluk sosial, manusia berinteraksi dengan lingkungan alamiah atau fisik dan
dengan lingkungan sosial. Melalui lingkungan sosial itulah manusia belajar, yang merupakan
aktivitas khas manusiawi, yang berbeda dari makhluk lainnya. Belajar membangkitkan berbagai
proses perkembangan internal yang mampu beroperasi hanya ketika seseorang berinteraksi dengan
orang-orang di lingkungannya dan dengan teman-temannya. Kemampuan berinteraksi sosial secara
bermakna diperlukan karakter humor, toleransi, dan mengatasi konflik.
Dari segi psikologi perkembangan, terdapat tahapan-tahapan dalam perkembangan
manusia. Perkembangan manusia tercermin dari karakteristik masing-masing dalam setiap tahap
perkembangan. Usia anak-anak berbeda karakteristiknya dengan usia remaja, pemuda, dan usia tua.
Di antara mereka perlu saling memahami dan menghargai sesamanya yang tingkat
perkembangannya berbeda-beda. Oleh karena itu, diperlukan pendidikan karakter yang terkait
dengan kesopanan, kesantunan, penghargaan, dan kepedulian.
Jadi, dilihat dari sisi filosofis, sosiologis, dan psikologis, maka pendidikan karakter bangsa
adalah menjadi sebuah keharusan bagi bangsa Indonesia; di samping untuk memperbaiki karakter
bangsa yang semakin terpuruk dewasa ini, juga mengembangkan karakter bangsa Indonesia untuk
masa depan yang lebih baik.
Ketujuh, landasan teoretik pendidikan karakter
Ada beberapa teori pendidikan dan pembelajaran yang dapat dirujuk untuk pengembangan
karakter: (1) teori-teori yang berorientasi behavoristik yang menyatakan bahwa “perilaku seseorang
sangat ditentukan oleh kekuatan external, dimana perubahan perilaku tersebut bersifat mekanistik”.
Teori ini dikenal juga sebagai teori Stimulus-Respon atau Teori Laboratorium yang sangat populer
pada implementasi kurikulum 1970-an. Teori-teori behavioristik ini dikembangkan dengan
menggunakan Hewan sebagai objek ujicobanya. Pada tahun 1980-an tmbuh kesadaran baru,
ternyata manusia itu tidak sama dengan hewan sehingga teori behavioristik dipandang kurang cocok
untuk pendidikan karakter—karena menjadikan manusia seperti robot; (2) teori-teori yang
berorientasi kognitivistik yang juga dikenal sebagai teori pemprosesan informasi, dengan prinsip
input-proses-output. Teori ini menganalogikan cara kerja pikiran manusia seperti cara kerja
komputer. Jika pikiran di-entry data-data (informasi) tentang kebaikan-kebaikan, maka di yakini
akan dapat mewujudkan perilaku baik. Sayangnya ditemukan fakta banyak orang yang mengetahui
kebaikan-kebaikan tetapi begitu banyak diantara mereka yang mengetahui kebaikan itu perilakunya
tidak selalu baik. Untuk itu, di awal tahun 2000-an tumbuh kesadaran baru, bahwa teori-teori
kognitivistik (pemrosesan informasi) kurang begitu cocok untuk pendidikan karakter; (3). teori-teori
yang berorientasi komprehenship (misalnya teori konstruktivistik, teori holistik—diantaranya teori
medan, teori motivasi, dan teori konteks sosial) yang menyatakan bahwa perilaku seseorang sangat
ditentukan baik oleh kekuatan internal maupun eksternal.
Saya berpendapat, dengan tanpa mengabaikan teori behavioristik dan kognitivistik, untuk
keperluan pendidikan karakter dipandang lebih tepat jika menggunakan teori-teori yang
berorientasi pada komprehenship (holistik) yang mengimplementasikan secara seimbang antara
Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 11 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011
kekuatan internal dan eksternal, antara kekuatan skemata dengan lingkungan, antara kekuatan
pikiran dengan hati, dan antara (ngerti, ngroso, nglakoni; atau moral knowing, moral feeling, dan
moral action; atau antara fikir, dzikir, dan ikhtiar). Secara metodologis (misalnya persoalan:
perumusan tujuan, pilihan sumber dan media pembelajaran, penciptaan situasi/kultur pembelajaran,
pilihan model-model pembelajaran, evaluasi dan penilaian pendidikan, hendaknya juga
menyesuaikan dengan orientasi teori komprehensif yang digunakan untuk memandu praktik
pendidikan karakter.
Paradigma Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar
Mengacu kepada tujuan pendidikan dan landasan-landasan pendidikan karakter di
atas maka disusunlah paradigma pendidikan karakter sebagai berikut:
Gambar-1: Diagram Paradigma Pendidikan Karakter
Dari gambar-1 di atas dapat dideskripsikan bahwa pendidikan karakter pada
dasarnya proses menghadirkan nilai-nilai dari berbagai dunia nilai (simbolik, empirik, etik,
estetik, etik, sinnoetik, dan sinoptik) pada diri peserta didik sehingga dengan nilai-nilai
tersebut akan mengarahkan, mengendalikan, dan mengembangkan kepribadian secara utuh
yang terwujud dengan ciri pribadi dengan karakter baik.
KARAKTER
Ngerti
Nglakoni Ngroso
TUHAN Y M E
SESAMA DIRI SENDIRI
LINGKUNGAN KEBANGSAAN
Nilai-
Nilai
Nilai-
Nilai
Nilai-
Nilai
Nilai-
Nilai
Nilai-
Nilai
Nilai Simbolik Nila Empirik
Nilai Estetik Nilai Etik
Nilai
Sinnoetik dan
Sinoptik
Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 12 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011
Dalam prosesnya, pendidikan karakter hendaknya mampu: (1) mengembangkan
unsur-unsur karakter Ngerti, Ngroso, Nglakoni dengan praktik pendidikan yang
mementingkan tumbuhnya kesadaran diri (tidak mekanik); (2) menggunakan pendekatan
komprehensif dan holistik, dengan prinsip-prinsip ing ngarso sung tulodo, ing madyo
mangun karso, dan tut wuri handayani. Pembelajaran nilai dalam rangka pendidikan
karakter dapat terintegrasi melalui berbagai macam (dunia nilai/mata pelajaran) maupun
melalui berbagai program dan kultur sekolah yang kondusif mampu menghadirkan
(menginternalisasikan) nilai-nilai pada diri peserta didik.
Masalah Praktik Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar
Hadirin yang Mulia,
Berdasarkan riset-riset yang saya lakukan (2002-2011) ditemukan masalah-masalah
yang terkait dengan praktik pendidikan karakter di Sekolah Dasar:
Pertama, pendidikan karakter di SD cenderung belum dibangun berdasarkan
prinsip-prinsip pendidikan nilai yang benar. Banyak SD di Jawa Timur, misalnya yang
belum menjadikan nilai-nilai kehidupan yang hidup di lingkungan sekolah dasar yang
melandasi pengembangan budi pekerti luhur menjadi core value dalam pendidikan karakter.
Kedua, hampir di seluruh SD yang diteliti (Akbar, 2009) belum mempunyai grand
desain pendidikan karakter di SD masing-masing. Misalnya, nilai-nilai inti belum
dimasukkan dalam visi sekolah, kebijakan-kebijakan sekolah yang berpihak pada
pendidikan karakter sangat minim, tata tertib sekolah cenderung disusun secara sepihak—
oleh kepala sekolah/guru (kurang melibatkan siswa); visi-misi-tujuan pendidikan sekolah
dasar belum secara explisit bermuatan nilai-nilai inti untuk pendidikan karakter; karakter
siswa yang diharapkan sekolah juga kurang tampak pada profile lulusan yang diharapkan
untuk masa depan; Visi dan misi sekolah (pendidikan karakter) juga cenderung kurang
disosialisasikan pada seluruh warga sekolah, orang tua, dan komunitas sekitar sekolah; dan
kurang terbangun komitmen bersama di antara mereka.
Ketiga, pelaksanaan pendidikan nilai dan karakter di SD-SD Jawa Timur (Akbar,
2009) kurang mengembangkan dan peduli pada nilai-nilai kehidupan seperti kecintaan,
penghargaan, kedamaian, kerjasama, kepatuhan, demokrasi dalam praktik pendidikan di
SD. Memang tampak ada nilai-nilai tertentu yang dipraktikkan di SD misalnya
kedisiplinan, kerjasama, dan tanggung jawab, akan tetapi dalam praktik pembelajarannya
masih cenderung behavioristik dan kognitivistik sehingga kesadaran diri untuk
Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 13 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011
mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam praktik kehidupan sehari-hari di sekolah juga belum
optimal.
Keempat, visi, misi, dan tujuan pendidikan karakter di SD di Jawa Timur (Akbar,
2009) cenderung kurang tersosialisasikan ke seluruh warga SD (siswa, guru, staf
administrasi, para penjual jajanan di sekitar sekolah, orang tua, dan komunitas), kurang
adanya komitmen bersama di antara mereka untuk mewujudkannya secara bersama-sama.
Kelima, berbagai tatanan yang diciptakan untuk pendidikan karakter di sekolah
masih didominasi oleh guru dan kepala sekolah (dalam proses penyusunan tatanan tersebut
cenderung belum melibatkan siswa dan orang tua siswa). Tata tertib siswa cenderung lebih
menuntut kewajiban dan tanggung jawab siswa dari pada hak-hak siswa yang harus
dipenuhi oleh sekolah; tata hubungan antara guru-siswa, guru-kepala sekolah, tata
hubungan sosial antara orang tua dengan sekolah cenderung belum ada. Berbagai tatanan
yang ada di sekolah dasar kurang ditegakkan secara optimal.
Keenam, ditemukan perilaku siswa, guru, dan kepala sekolah yang kurang sesuai
dengan nilai-nilai kehidupan ideal di sekolah dasar. Ditemukan ada anak-anak SD di kelas
atas yang melarang siswa-siswa dari kelas yang lebih rendah melintas di depan kelasnya.
Masih banyak guru yang berbicara kasar kepada siswanya, memanggil siswa dengan
julukan-julukan yang buruk; dan overestimate terhadap dirinya.
Ketujuh, banyak sekolah yang melakukan hukuman secara mekanik. Hukuman
berdasarkan kesadaran diri dan hukuman yang bersifat kelompok atas pelanggaran
peraturan sekolah belum begitu banyak diterapkan di sekolah dasar.
Masalah Perilaku Moral di Sekolah Dasar
Berdasarkan pengamatan yang saya lakukan di beberapa SD (2004-2009) ditemukan
masalah-masalah perilaku moral yang terjadi di sekolah dasar.
Pertama, banyak siswa yang rasa tanggung jawab dan rasa memiliki fasilitas
sekolah sangat rendah ditemukan di sebuah SD tertentu di Riau dan Kalimantan Timur.
Ada mesin-mesin AC yang dimasuki uang logam, paku, dan lain-lain. Bangku sekolah yang
dicorat-coret.
Kedua, tanggung jawab dan rasa memiliki siswa terhadap barang miliknya sendiri
juga sangat rendah. Banyak barang-barang milik siswa yang tertinggal di sekolah tidak
mereka cari. Suatu ketika dijumpai seorang anak SD yang sedang menarik tas sekolahnya
yang beroda, tampak tas itu terguling sehingga kedua rodanya tidak menyentuh tanah, ada
seorang guru yang mengatakan “Tas Adik kan masih baru dan bagus, kalau diseret begini
kan rusak”. Dengan spontan anak itu mangatakan “emangnya gua pikirin”. Ketika siswa-
siswa dari SD tertentu dari Kaltim itu berwisata di Batu Malang, ditemukan banyak pakaian
dalam dan pakaian kotor ditinggal begitu saja di kamar-kamar mandi di sebuah hotel Agro
Kusuma Batu.
Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 14 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011
Ketiga, di sebuah SD di Riau terjadi pergaulan yang kurang setara antara siswa yang
orang tuanya sebagai pekerja kelas atas (yang lebih dikenal sebagai anak papa) dengan
siswa yang orang tuanya sebagai pekerja kelas bawah (yang lebih dikenal dengan anak
pipa). Mereka tidak bisa membaur.
Keempat, ditemukan juga banyak orang tua yang begitu mudah intervensi ke
sekolah ketika seorang guru melakukan hukuman tertentu kepada siswanya. Banyak orang
tua yang begitu cepat menyebar gossip (menjelek-jelekkan sekolah) melalui internet dari
satu orang tua ke orang tua yang lain.
Kelima, dari 75 guru SD di Jawa Timur yang mengisi angket semiterbuka (Akbar,
2009) masih terdapat rata-rata (10,58%) perilaku siswa yang sangat tidak diharapkan dan
rata-rata (21,54%) kurang diharapkan. Perilaku moral tersebut tersebar pada perilaku:
terlambat masuk kelas, tidak mengerjakan PR, berbicara keras-keras, marah-marah kepada
teman, premanisme, berkelahi, mengolok-olok teman, membantu teman berkelahi, corat-
coret bangku sekolah, corat-coret KM/WC sekolah, merusak fasilitas sekolah, kurang
membaur dengan teman, menghina teman, tidak mengenakan seragam sekolah, melarang
adik kelas melintas di depan kelas, membuang sampah sembarangan, dan kebiasaan
menyontek.
Keenam, perilaku guru yang kurang diharapkan juga terjadi di SD di Jawa Timur.
Dari 75 guru SD di Jawa Timur (Akbar, 2009) terdapat rata-rata (4,38%) perilaku guru
yang sangat tidak diharapkan, dan (9,48%) kurang diharapkan masih terjadi di sekolah.
Perilaku guru yang tersebut tersebar pada perilaku: terlambat masuk kelas, tidak
mengerjakan administrasi sekolah, membentak siswa, mengolok-olok siswa, berlaku kasar
kepada siswa, menghukum fisik siswa secara keras, merokok di ruang kelas, mencontek
karya orang lain, menggunakan fasilitas sekolah untuk kepentingan pribadi, suka membuat
kekacauan di sekolah, kurang membaur, menghina pekerjaan teman, tidak mengenakan
seragam dinas sekolah, tidak mengembalikan pekerjaan siswa, membuang sampah
sembarangan, sikap kurang menghargai orang lain, dan cenderung mau bekerjasama hanya
dengan kelompok guru tertentu.
Ketujuh, masalah lain yang ditemukan (Akbar, 2009) adalah: adanya WC sekolah
yang aromanya tidak sedap (41%), coretan-coretan di KM/WC sekolah (44%), sampah
yang berceceran di sembarang tempat (51%); asessories/pajangan berupa kata-kata mutiara,
gambar pahlawan, kata-kata bijak yang masa pemajangannya sangat lama/jarang diganti
(40%), jajanan di sekitar SD yang mengandung zat pewarna (33%), jajanan di lingkungan
SD yang terkesan kurang bersih/kurang hiegenis (32%), dan jajanan di sekitar sekolah yang
mengandung zat pengawet makanan (35%).
Masalah-masalah praktik pendidikan karakter dan masalah perilaku moral di
sekolah dasar sebagaimana diuraikan di atas dapat menjelaskan dan meyakinkan
pentingnya revitalisasi pendidikan karakter di sekolah dasar.
Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 15 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011
Revitalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar
Mengacu kepada pentingnya pendidikan karakter bagi manusia, masalah
dehumanisasi manusia, mal-praktik pendidikan, praktik pendidikan karakter yang kurang
diimplementasikan secara benar, dan masalah perilaku moral di sekolah dasar sebagaimana
diuraikan di atas, maka sekolah dasar perlu menghidupkan dan memperkuat kembali
(revitalisasi) pendidikan Karakter melalui cara-cara dan proses sebagai berikut:
1. Implementasikan pendidikan nilai dan karakter di SD dengan pendekatan
menyeluruh (comprehenship approach).
Pendekatan menyeluruh dalam pendidikan karakter adalah cara pandang bahwa
untuk membangun karakter perlu dikembangkan sebuah sistem pendidikan karakter yang
memungkinkan seluruh unsur-unsur karakter (Ngerti, Ngroso, dan Nglakoni) atau unsur-
unsur (moral knowing, moral feeling, dan moral action) atau keseimbangan pikir, dzikir,
ikhtiar dapat dipraktikkan dalam kehidupan dan pembelajaran nilai dan karakter di sekolah
dasar melalui berbagai program sekolah.
Pendekatan komprehenship oleh (Commonwealth Australia, 2005) digambarkan
dengan implementasi praktik pendidikan nilai yang baik sebagai berikut:
Gambar 2: Diagram Value Eduction Good Practice Commonwealth of Australia.
School Planning mencakup: (1) pendidikan nilai hendaknya dirumuskan secara
eksplisit; (2) nilai-nilai yang dikembangkan di sekolah dibuat secara ekspilsit dengan
Value Education
Good Practice
Partnership within the
school community
Quality
Teaching School
Planning
Whole School
Approach
Save and Supportive
Learning Environment
Supportive
for Student
Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 16 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011
pelayanan dari komunitas sekolah; (3) tujuan dan hasil pendidikan nilai dibuat dan
didefinisikan secara jelas; dan (4) berbagai peraturan diciptakan dan menjadi bagian dalam
perencanaan sekolah.
Partnership Within the School Community terdiri atas: (1) sekolah selalu
berkomunikasi dengan orang tua tentang nilai-nilai yang sedang diajarkan; (2) komunitas
yang ada di sekolah juga memberi andil dalam pendidikan nilai, sekolah melibatkan
komunitas terdekat sekolah dalam implementasi dan monitoring program-program
pendidikan nilai.
Quality Teaching digambarkan dengan adanya guru-guru yang trampil dalam
praktik pendidikan nilai yang baik, guru menjadi sumber dan pendorong semangat dalam
perannya sebagai pendidik nilai, guru-guru mengajarkan nilai dalam seluruh area kurikulum
dan kehidupan sekolah, dan ada pengakuan pada para pemimpin—guru, kepala sekolah,
tenaga administrative akan komitmennya pada pembelajaran nilai.
Whole School Approach ditandai dengan pendidikan nilai diterapkan pada seluruh
aspek kehidupan sekolah yakni pada: (1) visi sekolah—sebab visi sekolah dapat menjadi
sumber motivasi bagi akselerasi peningkatan mutu sekolah (Bafadal, 2007) dan sistem nilai
dalam visi menjadi spirit perilaku baik; (2) kurikulum; (3) organisasi-struktur dan
kebijakan; (4) prioritas pendanaan; (5) penyusunan pola pengambilan keputusan; dan (6)
layanan keamanan, kenyamanan, dan kesejahteraan hidup dalam komunitas sekolah.
Safe and Supportive Learning Environment terekspresikan dengan penciptaan iklim
yang kondusif yang dapat memicu dan memacu perkembangan nilai-nilai yang diunggulkan
di sekolah, penciptaan lingkungan sekolah yang kondusif dimana siswa, guru, staff, dan
orang tua dengan kompak menyuburkan pertumbuhan nilai-nilai, dan pendidikan nilai
dilakukan sesuai dengan tingkat perkembangan fisik dan psikologis siswa.
Support for Student dinyatakan dengan sekolah memberdayakan siswa untuk
berpartisipasi dalam budaya sekolah dan mengembangkan tanggung jawab baik secara
lokal, regional, dan nasional; sekolah menggunakan nilai-nilai pendidikan dalam
mengembangkan berbagai kecakapan siswa, dan nilai-nilai pendidikan digunakan untuk
membantu perkembangan hubungan-hubungan yang lebih baik.
Pendekatan komprehenship ini dapat juga dimaknai bahwa sekolah dapat
melakukan intervensi dan mengintegrasikan pendidikan nilai ke dalam seluruh program
sekolah, sebabgaimana di gambarkan dalam grand desain . Pengembangan Pendidikan
Karakter dalam Kebijakan Nasional Pendidikan Karakter (Kemendiknas, 2009) dalam
konteks mikro—level satuan pendidikan, sebagai berikut:
Pidato Pengukuhan Guru Besarpada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM,
Gambar-3: Diagram Pendidikan Karakter dalam Konteks Mikro (pada level Satuan
Pendidikan)
Pendidikan karakter hendaknya dilakukan melalui
dalam kegiatan belajar mengajar yang diintegrasikan dalam KBM
melalui pengembangan budaya sekolah
yang terjadi di sekolah; (3) melalui kegiatan ekstra kurikuler seperti pramuka, olah raga,
karya tulis, dll; dan (4) kegiatan kese
pembiasaan kehidupan keseharian di rumah yang selaras dengan yang terjadi di satuan
pendidikan.
2. Pendidikan karakter
Pancasila.
Pendidikan karakter
(sebagaimana pernah saya tulis dalam naskah akademik Pedoman Pengembangan
Pendidikan Karakter melalui Pendekatan Menyeluruh) Direktorat
Dasar (2011) bahwa pendidikan karakter di SD he
dengan prinsip: (1) mempromosikan nilai
Pancasila; (2) nilai-nilai yang diinternalisasikan d
dan menjadi manusia yang berkarakter ba
pada visi, misi, tujuan, dan harapan peran masa depan
diinternalisasikan dapat diaplikasikan dalam praktik kehidupan komu
konsisten; (5) pengembangan ni
dengan pendidik, tenaga kependidikan, keluarga, dan lingkungan masyarakat sebagai
bagian dari sistem pendekatan utuh pendidikan karakter; (6) n
dukungan lingkungan belajar yang kondusif dimana peserta didik dapat menggali nilai
dari dirinya sendiri dan dari lingkungan belajarnya; (7) p
oleh pendidik dan tenaga kependidikan yan
memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung jawab
esar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan DasarFakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011
Diagram Pendidikan Karakter dalam Konteks Mikro (pada level Satuan
Pendidikan)
Pendidikan karakter hendaknya dilakukan melalui berbagai program sekolah: (1)
dalam kegiatan belajar mengajar yang diintegrasikan dalam KBM setiap m
melalui pengembangan budaya sekolah dengan pembiasaan dalam kegiatan keseharian
yang terjadi di sekolah; (3) melalui kegiatan ekstra kurikuler seperti pramuka, olah raga,
4) kegiatan keseharian di rumah dan masyarakat melalui penerapan
pembiasaan kehidupan keseharian di rumah yang selaras dengan yang terjadi di satuan
arakter di SD hendaknya terfokus pada nilai-nilai
bangsa di sekolah dasar dilaksanakan berdasarkan
saya tulis dalam naskah akademik Pedoman Pengembangan
Pendidikan Karakter melalui Pendekatan Menyeluruh) Direktorat Pembinaan Sekolah
pendidikan karakter di SD hendaknya berintikan nilai
empromosikan nilai-nilai efektif yang berintikan dari nilai
nilai yang diinternalisasikan dapat membantu peserta didik memahami
i manusia yang berkarakter baik; (3) nilai-nilai yang diinternalisasikan eksplisit
pada visi, misi, tujuan, dan harapan peran masa depan sekolah; (4) n
diinternalisasikan dapat diaplikasikan dalam praktik kehidupan komunitas sekolah secara
engembangan nilai-nilai dan karakter, terjadi dalam hubungan peserta didik
dengan pendidik, tenaga kependidikan, keluarga, dan lingkungan masyarakat sebagai
katan utuh pendidikan karakter; (6) nilai utama diwujudkan dengan
belajar yang kondusif dimana peserta didik dapat menggali nilai
dan dari lingkungan belajarnya; (7) pengembangan karakter dilakukan
oleh pendidik dan tenaga kependidikan yang kompeten dan patut diteladani; (8)
h staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung jawab
sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 17
Diagram Pendidikan Karakter dalam Konteks Mikro (pada level Satuan
program sekolah: (1)
setiap mata pelajaran; (2)
pembiasaan dalam kegiatan keseharian
yang terjadi di sekolah; (3) melalui kegiatan ekstra kurikuler seperti pramuka, olah raga,
harian di rumah dan masyarakat melalui penerapan
pembiasaan kehidupan keseharian di rumah yang selaras dengan yang terjadi di satuan
nilai Inti dalam
asar dilaksanakan berdasarkan pada
saya tulis dalam naskah akademik Pedoman Pengembangan
Pembinaan Sekolah
ndaknya berintikan nilai-nilai Pancasila
kan dari nilai-nilai
apat membantu peserta didik memahami
nilai yang diinternalisasikan eksplisit
sekolah; (4) nilai-nilai yang
nitas sekolah secara
nilai dan karakter, terjadi dalam hubungan peserta didik
dengan pendidik, tenaga kependidikan, keluarga, dan lingkungan masyarakat sebagai
ilai utama diwujudkan dengan
belajar yang kondusif dimana peserta didik dapat menggali nilai-nilai
engembangan karakter dilakukan
g kompeten dan patut diteladani; (8)
h staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung jawab
Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 18 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011
untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang sama; (9) kepala sekolah, guru-
guru, staf administrasi, laboran, dan pengelola kantin di sekolah menjalankan
kepemimpinan moral, memberi dukungan dan jaringan secara luas dalam membangun
inisiatif pendidikan karakter; (10) memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai
mitra dalam usaha membangun karakter dengan prinsip saling menghargai, setara, dan
memberi manfaat; (11) pengembangan budaya sekolah dilaksanakan dengan prinsip
terpadu, konsisten, menyenangkan dan berkelanjutan; (12) pembelajaran nilai dalam rangka
pendidikan karakter dilakukan melalui pembelajaran yang berorientasi pada PAKEM baik
melalui program intrakurikuler maupun ekstrakurikuler; (13) mengevaluasi pendidikan
karakter di sekolah, tenaga pendidik dan kependidikan sebagai pendidik karakter, dan
mewujudkan karakter posisitif dalam kehidupan peserta didik; dan (14) menerapkan
pendekatan menyeluruh dalam implementasi pendidikan karakter di Sekolah Dasar.
3. Pengoperasian pendidikan karakter dengan sebelas prinsip.
Hadirin yang Mulia,
Saya berpandangan bahwa 12 prinsip berikut ini cukup membantu dalam
mengembangkan karakter baik di SD dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
Pertama, jadikan kedekatan dengan Tuhan sebagai inti dalam praktik
pendidikan karakter di sekolah dasar. Manusia pada dasarnya adalah makhluk religius.
Para ahli antropologi (Alisyahbana, 1986) menyatakan bahwa hingga kini agama-agama
masih merupakan sumber nilai terbesar diantara sumber nilai yang lain. Jadikan pendidikan
karakter dalam rangka untuk semakin mendekatkan diri kepada Tuhan, untuk mencapai
kecintaan kepada Tuhan. Kecintaan kepada Tuhan dapat menjadi spirit lahirnya perilaku
baik (Akbar, 2000-a, 2000-b).
Kedua, bawalah anak-anak kita ke arah pandangan bahwa “berbuat baik adalah
sebuah kesempatan sekaligus merupakan rizki dari Allah”. Tidak semua orang
berkesempatan berbuat baik dan diberi rizki berupa peluang-peluang untuk berbuat baik
(Akbar, 2008-c). Oleh karena itu, tanamkan kepada siswa-siswa SD bahwa begitu mereka
bertemu dengan kesempatan berbuat baik segera ambillah kesempatan berbuat baik itu,
anggaplah setiap bertemu dengan kesempatan berbuat baik berarti merupakan rezqi bagi
Anda—sebab rizki yang hakiki itu bukan berupa apa yang diterima seseorang dari orang
lain tetapi yang diberikan seseorang kepada orang lain. Dengan prinsip bahwa berbuat baik
adalah kesempatan dan rizki maka yang ada pada pikiran dan hati peserta didik di sekolah
dasar adalah berbuat baik, dan berbuat baik secara terus-menerus .
Ketiga, operasikan pendidikan karakter dengan pembelajaran berprinsip pada
khidmad (layanan) dan khikmah (mengambil pelajaran/manfaat). Khidmad artinya
“layanan” dan “khikmah” berarti mengambil pelajaran/manfaat. Dalam pendidikan karakter
hendaknya guru berperan sebagai pelayan peserta didik—dengan cara memberikan bantuan
Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 19 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011
kepada peserta didik, biasakan diantara peserta didik ada kesediaan saling melayani.
Bantulah peserta didik di sekolah dasar untuk selalu mengambil khikmah (pelajaran) dari
setiap pengalaman belajarnya—baik pengalaman yang menyedihkan, menyenangkan,
maupun menyakitkan. Dengan prinsip khidmad dan Khikmah inilah yang dapat
mengembangkan karakter sabar dan selalu berpikir positif dan berprasangka baik. Akbar
(2000, 2007) menemukan bahwa aktivitas khidmad (saling melayani) dapat
mengembangkan rasa percaya diri, perasaan dipercaya, dan kesediaan melayani orang lain.
Keempat, tatalah situasi pendidikan yang kondusif untuk pendidikan karakter,
baik penataan fisik, sosial, maupun psikologis. Penataan fisik mencakup penataan ruang,
penataan bangunan, penataan perabotan, penataan asesories—poster, gambar, kata-kata
bijak dan lainnya di lingkungan sekolah. Tatalah hubungan-hubungan antar manusia yang
ada dalam komunitas sekolah. Mengapa perlu di tata, karena pendidikan pada dasarnya
adalah “dialog”. Dialog antara peserta didik dengan lingkungan belajarnya (ruang
hidupnya). Dalam ruang hidup terdapat gejala-gejala yang teramati, dari apa yang diamati
akan menjadi sebuah penghayatan, dan dari penghayatan itulah yang akan melahirkan
perilaku (karakter). Agar isi ruang hidup tetap hidup maka isi ruang hidup perlu diusahakan
terus diubah-ubah sedinamis mungkin agar menjadi sarana dialog edukatif bagi peserta
didik. Hiasi dengan poster-poster yang tertata dalam ruang hidup dengan kata-kata yang
menyentuh perasaan peserta didik, mengganti kata-kata yang bernada “larangan” dengan
kata-kata yang berirama “sentuhan” perasaan. Gantilah kata-kata seperti” dilarang
merokok” dengan “merokok mengganggu orang lain”; “buanglah sampah ditempatnya”
dengan “simpanlah sampah ditempatnya”; “ngebut benjut” dengan “Anda sopan, kami
segan” dan lain-lain sangat potensial untuk menumbuhkan kesadaran diri untuk berperilaku
baik.
Ciptakan tata hubungan sosial di antara orang-orang yang berada dalam komunitas
sekolah melalui: tata tertib untuk peserta didik, tata tertib bagi guru dan staff administrasi;
tata tertib bagi orang tua siswa; tata tertib bagi komunitas terdekat sekolah, dan lain-lain
dengan aturan yang dibuat dengan melibatkan orang-orang yang diatur, sosialisasikan, dan
membangun komitmen bersama untuk mematuhinya.
Kelima, terapkan prinsip: Ngerti, Ngroso, Nglakoni dan prinsip Ing Ngarso Sung
Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani, serta prinsip fikir, dzikir, dan
ikhtiar dengan Tahapan pendidikan karakter melalui tahap-tahap: Syareat (aturan perilaku
yang tampak secara fisik melalui pembiasaan) untuk Siswa SD, dan pada tingkatan yang
lebih tinggi masuk ke tahap Hakekat (memahami substansi), Tarekat (dipraktikkan dalam
berbagai bentuk laku), dan Ma’rifat (paham, insyaf dengan penuh kesadaran diri) sesuai
tahapan perkembangan siswa, sebagaimana telah diletakkan oleh Ki Hajar Dewantoro
(1962).
Keenam, praktikkan pendidikan karakter melalui berbagai program
pembiasaan baik melalui program yang bersifat rutin, insidental, maupun yang
Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 20 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011
terprogram. Mutiara pendidikan yang dikemukanan Dorothy (dalam Dryden dan Vos,
2000) berikut ini patut direnungkan kembali:
• Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki.
• Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi.
• Jika anak dibesarkan dengan cemooohan, ia belajar rendah diri.
• Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyesali diri.
• Jika anak dibesarkan dengan dengan toleransi, ia belajar menahan diri.
• Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri.
• Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai.
• Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan, ia belajar keadilan.
• Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan.
• Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri.
• Jika anak dibesarkan dengan penuh kasih sayang, ia belajar menemukan cinta dalam
kehidupan.
Ketujuh, integrasikan praktik pendidikan karakter di Sekolah Dasar ke dalam
berbagai mata pelajaran yang ada di SD. Pengintegrasian ini sesuai dengan filsafat
pendidikan umum (Phenix, 1956) bahwa pendidikan umum pada dasarnya adalah untuk
mengembangkan kepribadian secara utuh dan menjadikan warga negara yang berkarakter
baik. Pribadi utuh dan karakter baik tersebut akan terwujud pada diri seseorang ketika pada
diri seseorang itu hadir (terinternalisasi) nilai-nilai dari dari dunia simbolis (bahasa dan
matematika), dunia empiris (ilmu pengetahuan empiric misalnya IPA dan IPS), dunia
estetik (kesenian), dunia etik (pilihan perilaku moral: budi pekerti, akhlaq, pendidikan
moral), dan dunia sinoptik (agama, filsafat, dan sejarah).
Kedelapan, praktikkan pendidikan karakter SD dengan pembelajaran yang
berorientasi komprehensif, konstruktivistik dan terpadu dengan menggunakan
model-model pendidikan nilai dan karakter yang sesuai dengan dunia anak, dan
berorientasi pada proses internalisasi nilai.
Hadirin yang mulia,
Di muka sudah disinggung bahwa pembelajaran yang berorientasi behavioristik
yang dihasilkan dari ujicoba binatang, dipandang kurang tepat bagi manusia karena
manusia berbeda dengan hewan. Hewan sangat ditentukan dan tunduk oleh lingkungan
sedangkan manusia menentukan dirinya sendiri; pendidikan dengan orientasi pada teori
behavioristik akan menghasilkan manusia mekanik yang perilakunya seperti robot. Teori-
teori yang berorientasi kognitivistik juga banyak kelemahannya, memang teori ini telah
terbukti menjadikan manusia-manusia yang pandai (pinter) tetapi tidak jarang diantara
mereka yang menggunakan kepintarannya untuk “minteri” orang lain; teori ini telah
menghasilkan orang-orang yang “rumongso biso” tetapi “ora biso rumongso”;
menghasilkan orang pandai tetapi banyak diantara mereka yang perilakunya seperti orang
bodoh. Meskipun ada kalanya implementasi teori behavioristik dan kognitivistik masih
Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 21 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011
dirasa diperlukan untuk pengembangan kompetensi-kompetensi tertentu, akan tetapi teori-
teori yang berorientasi konstruktivistik dengan model pembelajaran terpadu di sekolah
dasar dipandang lebih sesuai untuk mengembangkan karakter.
Pembelajaran nilai dalam monteks pendidikan karakter dengan pembelajaran yang
berorientasi konstruktivistik dipandang lebih sesuai, karena pembelajaran konstruktivistik
lebih memungkinkan peserta didik lebih aktif, kreatif, dan memperoleh makna dari
pengalaman belajarnya. Pembelajaran konstruktivistik dengan model-model pembelajaran
terpadu yang bercirikan: holistik, otentik, aktif-kreatif-menyenangkan, bermakna, dan
kontekstual adalah sangat efektif untuk pendidikan karakter. Latif (2007) menyatakan
bahwa pembelajaran berbasis konteks menawarkan satu alternatif untuk mengembangkan
potensi soft skill seperti nilai-nilai keterbukaan, kejujuran, tanggung jawab, dan
pengendalian diri.
Pembelajaran terpadu yang salah satu cirinya adalah menggunakan situasi
kehidupan riil sebagai sumber dan media belajar merupakan pembelajaran, sejalan dengan
filsafat ‘Alam Terkembang Menjadi Guru” sebagaimana diungkapkan oleh Mohammad
Syafei seorang tokoh Pendidikan NIS Kayutaman (dalam Faizah, 2010) bahwa alam
semesta adalah maha guru yang terkait rapat dengan kecerdasan spiritual dan dipenuhi
kecerdasan social emosional sehingga menumbuhkan karakter pekerja keras, rasa percaya
diri, pantang menyerah, memiliki rasa estetika, kreatif, dan peka sebagai hamba yang
berketuhanan.
Hasil penelitian Akbar (2003) menyatakan bahwa model-model pembelajaran PPKn
terpadu sangat efektif mampu mencapai tujuan pembelajaran PPKn di Sekolah Dasar yang
ditargetkan. Penelitian Akbar (2007-b, 2008-a, 2008-b, 2009-a, 2009-b, dan 2009-c)
tentang pembelajaran tematik di Sekolah Dasar baik dalam ujicoba skala terbatas (di
Malang) maupun skala luas (di Jawa Timur) untuk 10 tema menunjukkan bahwa
implementasi model-model pembelajaran tematik (terpadu) sangat efektif dapat mencapai
tujuan pembelajaran yang ditargetkan, mengaktifkan siswa, menjadikan siswa kreatif, dan
mampu mengembangkan kecakapan-kecakapan personal (misalnya tumbuhnya kesadaran
diri), kecakapan sosial (kemampuan berkomunikasi, berkolaborasi, dan bekerjasama),
kecakapan akademik (misalnya kemampuan membangun dan menggunakan teori), dan
kecakapan vokasional (kemampuan yang berkaitan dengan dunia kerja).
Ujicoba model pembelajaran nilai dan karakter berbasis nilai-nilai kehidupan di
Sekolah Dasar yang dikembangkan (Akbar, 2002, 2010) sebuah model pembelajaran nilai
yang berorientasi komprehenshif, yakni sebuah model yang memadukan prinsip Ngerti,
Ngroso, dan Nglakoni (Manunggaling Ngo), atau memadukan unsur-unsur karakter yakni
Moral Knowing, Moral Feeling, dan Moral Action (Intregrated Three in One) dalam satu
pengalaman belajar, menunjukkan bahwa implementasi model Manunggaling Ngo
(Integrated Three in One) dapat mengembangkan nilai-nilai kehidupan secara efektif
(yakni: nilai kepatuhan kepada peraturan, kerjasama, dan penghargaan kepada orang lain).
Untuk memperoleh gambaran yang lebih komprehenship tentang model Manunggaling Ngo
Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 22 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011
(Integrated Three in One Model) ini tentang langkah-langkah dan pengoperasian model
dalam pembelajaran nilai diterbitkan secara tersendiri.
Dunia anak SD adalah bermain. Pembelajaran nilai untuk membangun karakter
peserta didik di SD sangat baik dengan menggunakan berbagai “permainan yang
menggunakan aturan” sebagai media dan sumber belajarnya. Dengan bermain anak-anak
SD dapat belajar kecermatan, menjunjung tinggi kejujuran, kepatuhan pada aturan,
sehingga permainan dapat dipandang sebagai upaya membangun mental dan moral secara
konkrit (Faizah, 2008).
Pembelajaran konstruktivistik dengan menerapkan pola-pola pembelajaran di SD
yang membantu terjadinya proses internalisasi nilai-nilai melalui proses siklus:
understanding, action, dan reflection (sebagaimana ditekankan oleh Bohlin dkk (2001) dan
dibuktikan melalui riset-riset yang dilakukan Akbar (2002, 2009, dan 2010) adalah sangat
efektif dapat mempercepat terjadinya proses internalisasi nilai-nilai. Pembelajaran melalui
ikhtiar (Akbar, 2000, 2007-b) dalam dunia secara riil (action) dapat menghilangkan
perasaan malu dan rendah diri, dapat mengembangkan keberanian, kreatifitas, kepercayaan
diri, kerja keras, optimism, dan kemandirian.
Kesembilan, para Kepala Sekolah, Guru, Orang Tua, dan Staf Administrasi
hendaknya menerapkan kepemimpinan moral (moral leadership).
Hadirin yang Mulia,
Moral leadersip (Sergiovanni, 1996) adalah kepemimpinan yang digambarkan
dengan satunya keyakinan, ucapan, sikap, dan tindakan sang pemimpin. Ada konsistensi
anatara kebenaran yang diyakini dengan ucapan, sikap, dan perbuatan sang pemimpin.
Kepemimpinan moral inilah yang mampu menjadikan sang pemimpin yang keyakinan,
ucapan, sikap, dan perilakunya patut diteladani, kepribadian sang pemimpin menjadi
tampak kokoh, disegani, dikagumi, dan kharismatik. Kepemimpinan moral ini sangat
efektif untuk pendidikan karakter. Para kepala sekolah, guru, orang tua, dan staf
administrasi hendaknya menerapkan kepemimpinan moral (moral leadership). Hidayatullah
(2010) menyatakan guru-guru yang dapat mendidik karakter adalah guru-guru yang
berkarakter dengan karakteristik amanah, patut diteladani, dan cerdas. Penelitian Akbar
(2000, 2007-b) menunjukkan bahwa kepercayaan yang tinggi pada pemimpin dan
keteladanan (kyai) dapat mempercepat terjadinya proses internalisasi nilai-nilai. Melalui
kepercayaan dan keteladanan terjadi proses identifikasi, atensi, retensi, dan proses
motivasional sehingga terjadi penyadaran diri secara mendalam.
Kesepuluh, hindarkan praktik pembelajaran dan pendidikan dengan
kekerasan, kekangan, ancaman, disiplin yang kaku, larangan dan hukuman yang
keras.
Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 23 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011
Hadirin yang Mulia,
Didiklah peserta didik di Sekolah Dasar dengan penuh kasih sayang, bantuan,
emphati, dan menjadi pamong yang bersifat membebaskan berkembangnya potensi positif
diri mereka sendiri. Pendidikan semacam ini yang dapat menghadirkan rasa cinta, kepekaan
perasaan, dan sifat peduli dan melingi pada diri siswa SD.
Puisi pembebasan yang ditulis oleh Khalil Gibran ini patut direnungkan kembali:
ANAK-ANAKMU
Anak-anakmu bukanlah anak-anakmu.
Mereka adalah anak kehidupan yang rindu akan dirinya sendiri.
Mereka lahir melalui Engkau, tetapi bukan darimu.
Meskipun mereka ada bersamamu, tetapi mereka bukan milikmu.
Pada mereka Engkau memberikan cintamu, tetapi bukan pikiranmu.
Karena, mereka memiliki pikiran mereka sendiri.
Engkau bisa merumahkan tubuh-tubuh mereka., tetapi bukan jiwa mereka.
Karena jiwa-jiwa itu tinggal di rumah hari esok, yang tidak pernah dapat engkau
kunjungi walaupun dalam mimpi.
Engkau bisa menjadi mereka, tetapi jangan coba menjadikan mereka sepertimu.
Karena hidup tidak pernah berjalan mundur dan tidak pernah pula berada di masa
lalu.
Engkau adalah busur tempat anak-anakmu, menjadi anak panah yang diluncurkan.
Sang pemanah membidik kearah keabadian, dan ia merenggangkan kekuatannya,
sehingga anak panah itu dapat melesat dan meluncur dengan cepat nan jauh di sana.
Jadikanlah tarikan tangan sang pemanah itu suatu kegembiraan,
Sebab, ketika ia mencintai anak-anak panah yang terbang,
maka ia juga mencintai busur yang telah meluncurkannya dengan penuh kekuatan.
Kesebelas, lakukan pembelajaran nilai dengan latihan dengan
laku-laku yang mengingatkan kepada Tuhan (dzikrullah),
puasa, dan doa.
Masyarakat Indonesia sangat religius, peserta didik di Sekolah Dasar sangat percaya
dengan adanya Tuhan dengan segala sifat-sifatnya. Dalam agama apapun, keteringatan
seseorang kepada Tuhan dapat menjadi pendorong berperilaku baik. Hampir seluruh agama
ada ajaran untuk berpuasa dengan berbagai cara dan variasi masing-masing. Puasa diyakini
sebagai laku yang dapat menangkal karakter buruk dan menjadikan karakter baik. Ki Hajar
Dewantoro (1962) juga menyarankan kepada guru-guru untuk mengarahkan peserta didik
menjalankan laku-laku puasa dan perjalanan jauh dengan berziarah dalam pendidikan adab
ketika mereka sudah masuk pada tahapan thoriqot. Do’a juga bisa menjadi semangat untuk
melahirkan perilaku baik sebagaimana yang diminta oleh para pendo’a.
Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 24 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011
Kepala sekolah, guru-guru, staff dan administrasi di sekolah dasar hendaknya terus
berdo’a untuk karakter baik peserta didiknya. Siswa-siswa dibiasakan untuk berdo’a
dengan do’a-do’a yang motivasional sesuai konteks pembelajaran nilai dan karakter yang
sedang dibelajarkan. Kurangi intensitas do’a-do’a yang bersifat mekanik (do’a tanpa
kesadaran diri). Biasakan peserta didik di SD berdo’a dengan tahap: (1) peserta didik di SD
dibawa dalam suasana religius dengan memuji asma Tuhan, mengingat Tuhan, pengakuan
syukur atas karunia Tuhan; (2) pengakuan dosa-dosa yang telah dilakukan dengan
penyesalan dan memohon ampunan untuk tidak kembali pada dosa-dosa yang sama; (3)
mohon kepada Nya untuk diberi kekuatan menjadi manusia yang berkarakter lebih baik
menuju maqomat yang lebih tinggi, dan (4) dalam berdo’a menggunakan bahasa yang
dipahami pendo’a, dengan bahasa yang menyentuh perasaan, ada introspeksi diri
(muhasabah), ada pertobatan (taubatannasuha), nilai-nilai dan perubahan perilaku yang
menjadi tujuan proses pembelajaran di kemas dalam do’a. Do’a yang berkarakteristik
tersebut dapat mempercepat proses internalisasi dan mengembangkan nilai-nilai dan
mempengaruhi perilaku baik seseorang (Akbar, 2001). Berdoa identik dengan berdzikir
(mengingat Tuhan). Akbar (2000, 2007-b) menemukan prinsip bahwa melalui dzikrullah
dapat mengembangkan keberanian, kepercayaan diri, kerja keras, dan berpikir positif.
Hadirin yang Mulia,
Izinkan saya untuk menyampaikan firman Allah dalam Surat Al-A’raf 58: “wal
baladuttoyyibu yakhruju nabaatuhu biidzni robbihi, walladziina khobutsa laa yakhruju
illaa nakida; kadzaalika nushorriful aayaati liqoumiyyasykuruun”, artinya, dan tanah yang
baik tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah, dan tanah yang tidak subur
tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana, demikianlah kami mengulangi tanda-tanda
kebesaran kami (Allah) bagi orang-orang yang bersyukur.
Revitalisasi Pendidikan karakter di Sekolah Dasar yang saya sampaikan dalam
pidato ini dapat dianalogikan sebagai upaya menyuburkan tanah sebagaimana dinyatakan
dalam Surat Al-A’raf 58 diatas. Peserta didiknya bagaikan tanaman yang tumbuh diatas
tanah itu, tenaga pendidik dan kependidikannya bagaikan petani yang merawat tanaman itu
dengan memupuk, menyiangi tetumbuhan parasitnya, memberatas hamanya, dan menata
iklimnya sehingga tanaman itu bisa tumbuh subur dengan seizin Allah. Sekolah sekedar
berupaya untuk mengembangkan sistem pendidikan karakter yang baik agar tumbuh
generasi yang berkarakter baik. Dalam Ayat diatas juga jelas sekali bahwa, jika tanah itu
kita biarkan gersang, maka hampir dapat dipastikan tanamannya akan tumbuh merana.
Untuk itu, revitalisasi pendidikan karakter di SD perlu dilakukan agar tercita situasi
pendidikan karakter yang kondusif untuk mewujudkan karakter generasi mendatang yang
lebih baik. Allahlah yang paling mengetahui segalanya.
Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 25 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011
Ucapan Terima Kasih
Hadirin yang Mulia,
Akhirnya, saya menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
Pertama, Rektor dan para pejabat struktural di lingkungan UM, Ketua dan Anggota
Senat UM, Tim Penilai Angka Kredit FIP dan UM, Dekan FIP UM, dan Ketua Jurusan
KSDP FIP UM yang telah memfasilitasi pengusulan Guru Besar saya dan Penyelenggaraan
Pidato Pengukuhan hari ini. Terimakasih juga kepada para kolega yang telah mereview
naskah-naskah akademik saya untuk persyaratan mengajukan jabatan fungsional Guru
Besar saya sehingga jabatan fungsional tertinggi tersebut dapat saya raih.
Kedua, para pejabat, rekan sejawat, dan staff administrasi di Jurusan MKDU FPIPS
IKIP Malang (1987-2001), FIP UM, Jurusan KSDP FIP UM, Lemlit UM, Bagian
Kepegawaian UM, dan PPS UM, baik langsung ataupun tidak langsung yang telah memberi
dukungan dalam mewujudkan jabatan fungsional tertinggi Guru Besar saya ini.
Ketiga, terimakasih kepada kedua orang tua saya: Almarhumah Ibunda Muntosiroh
yang telah dipanggil Allah ketika saya mulai menginjak di kelas-1 SMA Negeri I Pati, dan
Almarhum Bapak Syarbini yang wafat ketika saya menjelang lulus S-3 (1999) semoga jasa-
jasanya dalam membesarkan saya dan seluruh amalnya baiknya diterima Allah dan segala
dosa-dosanya diampuni-Nya. Terimakasih juga kepada kedua orang tua asuh saya Pamanda
Drs. K.H.Habib Hasan dan Bu Lik Hj.Mas’udah yang telah memberi beasiswa ketika saya
bersekolah di SMA dan kuliah pada program S1 di IKIP Yogyakarta juga memberi arahan,
bimbingan, asuhan, pendidikan dan perhatian pada diri saya, sehingga saya bisa memasuki
dunia perguruan tinggi, semoga jasa-jasanya menjadi amal sholeh yang tidak terputus
pahalanya. Terima kasih juga saya haturkan kepada para paman dan Bibi saya: H. Hamid
Hasan, M.Sc dan Bulik Santi, H.Hadziq Hasan dan Bu Lik Endang Hanifah, Hamim Hasan
dan Nurul Khasanah, dr. Khozin Hasan dan dr. Ida, Bulik Sholehah Hasan dan Bapak
Ahrori, yang telah memberi semangat dan bantuan kepada saya. Terimakasih juga saya
sampaikan kepada keluarga kedua mertua saya, Almarhumah Ibu Hj. Muslimah dan
Almarhum Bapak K.H. Munawwir Abdul Manan Kroya yang telah mempercaya dan
banyak memberi bantuan pada proses perkembangan keluarga saya semoga seluruh
amalnya menjadi amal sholeh dan segala dosanya diampuni Nya.
Keempat, terimakasih kepada saudara sekandung saya, kakak-kakak saya: Mbak
Syafi’ dan Mbak Fatim dan kakak Ipar Saya Mas Sukandar Djamal dan Bapak Ahmad
Suyuthi yang banyak menemani, memberi perhatian, merawat dan mengasuh saya sewaktu
saya masih kanak-kanak dan usia sekolah, juga perhatian dan bantuan dalam banyak hal
hingga saat ini. Terimakasih juga kepada adik-adik kandung saya: Shofiyatun, Sholihati,
Wafa, Sa’diyah, Busyroni, Mubassirin, dan Sholihul Hadi, dan adik-adik ipar saya:
Istikhory, Adib Al-Arief, Ali Masdiq, dan adik ipar lainnya yang telah menjadi pendorong
semangat dalam hidup saya.
Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 26 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011
Kelima, Istri sholehah saya tercinta Nur Fatayati, SH yang dengan setia
mendampingi saya (termasuk ketika saya menempuh S2 dan S3 di Bandung) yang dalam
sepanjang usia perkawinan kami baik dalam keadaan suka maupun duka, selalu
mengingatkan, dan berkhidmad sepenuh hati sehingga kami dapat menjalani hidup dan
beribadah kepada Allah dengan upaya sebaik-baiknya. Terimakasih juga saya sampaikan
kepada Anak-cucu saya Azmi Azizi Muhammad yang telah memberi semangat dan
kebahagiaan dalam hidup kami semoga Engkau terus tumbuh dan berkembang secara
optimal menjadi anak sholeh yang segala amal baik yang dilakukannya karena Cintanya
kepada Allah. Terimakasih juga kepada keponakan saya kandidat Doktor dr. Umi Sholehah
Intansari, M.Kes, SPPK (Dosen FKU UGM) dan Ir.Sutiarsono (PNS di LAPAN) yang telah
begitu banyak berkorban untuk kebahagiaan keluarga kami, semoga pengurbanannya
menjadi amal sholeh yang pahalanya tidak pernah putus.
Keenam, secara khusus perkenankan saya mengucapkan terimakasih kepada Bapak-
bapak/Ibu: Prof. Dr. H. Imam Syafii, Drs. H. Syaiin Hasyim, Drs. H. Manan Idris, Dr. Siti
Malichah Thowaf, PhHD, Prof. Ibrahim Bafadal, Prof Dr. Hendyat Soetopo, M.Pd. Prof. Dr.
Sukowiyono, SH; Prof. Dr. Supriyono, M.Pd. Prof. Dr.Mundzir, M.Si, Prof. Moh. Sochieb, M.Pd,
Prof. Dr. Amat Mukadis, M.Pd, Drs. H. Taufieq Darmawan, M.Si; Prof. Dr. Mimien Henny Irawati,
M.Si, Dr. Hadi Sriwiyana, M.Pd, Prof. Dr. Liliek Kustiani, M.Pd. ; Prof. Dr. Hj. Siti Zubaedah,
M.Pd, Dr. Roekhan M.Pd, Prof. Dr. Ali Imron, M.Pd. Dra. Umi Dayati, M.Pd., Prof. Dr. Bambang
Budiwiyono, Prof. Dr. Hj. Ruminiati, M.Si, Prof.Moh.Huda AY, Prof. Dr. Anang Santoso, M.Pd,
Dr. Wawan Djuandi, Prof. Kasiram, Prof. Burhanuddin Drs. Margono, MPd, M.Si, Drs.
H.Maftuchin Romli, M.Pd, Drs. Budi Handoyo, M.Pd, Dr. Fatah Hanurawan, Drs. Sutrisno, M.Pd,
Drs. Nur Hadi, M.Pd., Drs. Joko Sayono, M.Pd, Drs. I Wayan Sutama, M.Pd, Drs. Pujianto, M.Sn,
dan rekan-rekan seinstitusi yang lain yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu yang telah banyak
berjasa dan bekerjasama dengan saya. Semoga seluruh jasa-jasanya dicatat oleh Allah sebagai amal
sholeh.
Ketujuh, Guru-guru SD dan MI yang menjadi mitra dalam penelitian-penelitian
saya, Bapak/Ibu: Luluk Faridatuz Zuhro, A.Ma, SP.d, S.Tp.; Desfita, S.Pd; Masrikah, S.Pd,
M.Zaenul Amin, S.Pd, Alfi Nur Isnaini, S.Pd., Irfatullaili, S.Ag, Ida Sri Wulandari, S.Pd,
Helina Tusa Adiah, S.Pd, M.Pd., dan Eny Suryanti, S.Pd. yang telah membantu dalam riset-
riset saya sehingga saya bisa menyusun dan menghasilkan karya ilmiah untuk persyaratan
meraih Guru Besar ini.
Kedelapan, terimakasih saya sampaikan kepada rekan-rekan tenaga Administrasi:
Bapak Purwanto, Ibu Hartini, Mas Suparto, Bapak Taat, Bapak Yusuf, Bapak Sudibyo,
Bapak Modjo, Ibu Aniek Isnaini, Ibu Lely dan Pak Yono, Ibu Ema Hayati, Ibu Yusnia, Mas
Didiek, Ibu Emy, Ibu Lilik, dan Mas Rochman, Windita dan Fitri, yang banyak membantu
dalam proses pekerjaan, riset dan pengurusan usulan guru besar saya.
Kesembilan, terimakasih yang sangat mendalam saya haturkan kepada para Guru-
guru dan para Dosen saya di: Madrasah Ibtidaiyyah Roudlatussubban Tawangrejo Pati,
Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 27 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011
SMP Negeri Winong, SMA Negeri I Pati, IKIP Yogyakarta, IKIP Bandung, dan UPI
Bandung yang telah membekali ilmu pengetahuan dan agama kepada saya; terimakasih
kepada para pembimbing dan penguji skripsi, thesis, dan disertasi saya (Bapak-bapak: Drs.
Syarbini, Drs, Marwan, Drs. Gading Tua Siregar; Prof. Drs. H. Kosasih Djahiri, Dr. M.I.
Soelaeman, Prof. Dr. H. Ahmad Sanusi, S.H. M.P.A, Prof. Dr. H. M. Djawad Dahlan, Prof.
Dr. H. Djamari, Prof. Dr. K.H. Djalaluddin Rakhmat, M.Sc., Prof. Dr. H. Abdul Wahab,
M.A, dan Prof. Dr. H. Said Hamid Hasan, sehingga saya dapat mencapai gelar sarjana,
magister, doktor, dan Guru Besar. Saya sangat berterimakasih juga kepada almarhum
Bapak Prof. Dr. Zaini Hasan, dan Prof. Dr. Saladien, Prof. Dr. M. Noor Syam, SH, melalui
mengajar secara Tim di program S3 PPS UM saya banyak menimba ilmu pengetahuan dan
kearifan-kearifan dari Beliau bertiga, semoga apa yang saya serap dari Beliau diterima
sebagai ilmu yang bermanfaat yang tiada terputus pahalanya dari Allah SWT.
Kesepuluh, terimakasih yang tiada terhingga saya sampaikan kepada guru-guru
Ngaji saya di Desa Tawangreja (Ayahanda Almarhum Bapak.Syarbini dan Pamanda
H.Khusnan). Para Kiyai dan Ustadz yang pernah membekali ilmu agama saya di: (1)
Pesantren Miftahul Huda Gading Malang (K.H. Baedowi Muslih, Gus Rokhiem, Gus Mat,
Gus Man, Gus Shohibul Kahfi, Gus Lukman, Gus Hasan Bisri, dan Gus Imam Khusyairi);
(2) Pesantren Ilmu Al-Qur’an Singosari Malang (K.H.Basshori Alwi), dan Pesantren
Daarut-Tauhied Bandung (Abdullah Gimnastiar), Pesantren Daarul Falah Al-Munawwir
Kroya (Almarhum K.H. Munawwir), dan Pesantren Al-Hikam (Mbah Hasyim dan Ustadz
Nafi’) yang telah membekali ilmu agama kepada saya untuk menyinari kehidupan yang
saya lakoni ini, semoga amal ilmunya menjadi ilmu yang bermanfaat dan menjadi amal
sholeh.
Kesebelas, mahasiswa saya di berbagai perguruan tinggi dan para peserta seminar di
berbagai kesempatan, yang telah memberi tantangan pertanyaan-pertanyaan dan sanggahan
ketika mengikuti perkuliahan dan seminar yang saya presentasikan, sehingga menjadi
sarana bagi saya untuk belajar dan terus belajar dari mereka, hingga dapat saya dapat
menemukan jawaban, menghasilkan beberapa karya tulis yang dapat menghantarkan saya
ke podium ini.
Keduabelas, terimakasih saya sampaikan kepada para hadirin sekalian yang telah
meluangkan waktu untuk menghadiri pidato pengukuhan ini, dan kepada siapapun yang
telah berjasa dan bekerjasama dengan saya yang tidak dapay saya sebutkan satu persatu,
semuanya saya sampaikan terima kasih semoga menjadi amal sholeh.
Akhirnya, saya mohon dido’akan semoga Allah meridloi pencapaian guru besar ini,
dan jabatan fungsional tertinggi ini dapat menjadi sarana ibadah dan sarana untuk semakin
mendekatkan diri kepada-Nya. Amien.
Wabillahit-taufieq wal hidayah,
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 28 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011
DAFTAR RUJUKAN
Akbar, Sa’dun. 2000-a. Prinsip-prinsip dan Vektor-vektor Percepatan Proses Internalisasi
Kewirausahaan: Studi pada Pendidikan Visi Pondok Pesantren Daarut-Tauhied
Bandung, Disertasi, Bandung: PPS UPI.
Akbar, 2000-b. Pendidikan Nilai dengan Pendekatan Sufistik, Artikel
dalam Jurnal Pendidikan Nilai , Edisi Mei Tahun 2000.
Akbar, Sa’dun, 2001. Pembelajaran Nilai dengan Do’a, Artikel: dalam
Jurnal Pendidikan Nilai, Edisi November 2001.
Akbar, Sa’dun, Margono, dan M. Noorsyam, 2002. Kajian Kurikulum dan Model-model
Pembelajaran PPKn SD, Penelitian Kompetisi Berskala Nasional melalui Proyek
SEQIP, Jakarta: Direktorat TK/SD.
Akbar, Sa’dun, Margono, dan M.Noorsyam, 2003. Pengembangan Model-model
Pembelajaran Terpadu untuk PPKn SD, Penelitian Kompetisi Berskala Nasional
melalui Proyek SEQIP, Jakarta: Direktorat TK/SD.
Akbar, Sa’dun, I Wayan Sutama, dan Pujianto, 2006. Pengembangan Model-model
Pembelajaran Tematik untuk Kelas-1 dan Kelas-2 SD, Laporan Penelitian Hibah
Bersaing Tahun-1 dengan Fokus: Identifikasi Masalah-masalah Pembelajaran
Tematik di SD Jawa Timur, Malang: Lemlit UM.
Akbar, Sa’dun, I Wayan Sutama, dan Pujianto, 2007-a. Pengembangan Model-model
Pembelajaran Tematik untuk Kelas-1 dan Kelas-2 SD, Laporan Penelitian Hibah
Bersaing Tahun-2 dengan Fokus: Ujicoba Model dalam Skala Terbatas, Laporan
Penelitian, Malang: Lemlit UM.
Akbar, Sa’dun, 2007-b, Pembelajaran Nilai Kewirausahaan dalam Perspektif Pendidikan
Umum, Malang: UM Press.
Akbar, Sa’dun, I Wayan Sutama, dan Pujianto, 2008-a. Pengembangan Model-model
Pembelajaran Tematik untuk Kelas-1 dan Kelas-2 SD, Hasil Penelitian Hibah
Bersaing Tahun-3 dengan Fokus: Ujicoba Model dalam Skala Luas, Laporan
Penelitian, Malang: Lemlit UM.
Akbar, Sa’dun, Luluk Faridatuz Z, 2008-b. Laporan Penelitian tentang Penerapan
Pembelajaran Tematik untuk Meningkatkan Kualitas Proses Pembelajaran Tema
Lingkungan di SDN Tanjungrejo V. Penelitian DIPA UM.
Akbar, Sa’dun. 2008-c. Pendidikan Karakter: Bagaimana Menjadi Manusia yang
berkarakter Baik, Artikel dalam Jurnal Pendidikan Nilai, Tahun 16, Nomor 2,
November, 2008.
Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 29 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011
Akbar, Sa’dun, 2009-a, Pengembangan Model Pembelajaran Nilai dan Karakter Berbasis
Nilai-nilai Kehidupan di Sekolah Dasar: Laporan Penelitian Hibah Strategis
Nasional Tahun-1, dengan Fokus: Identifikasi Masalah-Masalah Pembelajaran
Nilai dan Karakter di SD Jawa Timur.
Akbar, Sa’dun, 2009-b. Pembelajaran Tematik SD, Jilid 1A, Buku Berbasis Riset,
Yogyakarta: Penerbit Cipta Media.
Akbar, Sa’dun, 2009-c. Pembelajaran Tematik SD, Jilid 2B, Buku Berbasis Riset,
Yogyakarta: Penerbit Cipta Media.
Akbar, Luluk Faridatuz Z, 2009-d. Prosedur Penyusunan Laporan dan Artikel Hasil
Penelitian Tindakan Kelas, Buku Berbasis Riset, Yogyakarta: Penerbit Cipta
Media.
Akbar, Sa’dun, 2011. Pendekatan Menyeluruh, Draf Awal untuk penyusunan Pedoman
Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar, disajikan pada Seminar dan Lokakarya
Nasional di The Imperium Hotel, Bandung, pada tanggal 25-28 Mei 2011.
Alisyahbana, STA, 1996. Antropologi Baru, Jakarta: Dian Rakyat.
Bafadal, Ibrahim, 2007. Pendidikan Dasar: Kontribusi, Artikulasi, Reorientasi, dan
Akselerasi, Teks Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Manajemen
Pendidikan Dasar, 22 Februari, Malang: UM.
Bohlin, Karen E, Deborah Farmer, Kevin Ryan, 2001. Building Character in Schools
Resource Guide, San Francisco: John Willey & Son.
Commonwealth of Australia, 2005. Values Education Forum: Engaging Your School
Community Australia: Departement of Education, Science and Training.
Dewantara, Ki Hajar, 1962. Bagian I: Pendidikan, Yogyakarta: Majlis Luhur Taman
Siswa.
Dryden, Gordon dan Vos, Jeannete, 2000. Revolusi Cara Belajar, Terjemahan Word
Translation Service, Bandung: Kaifa.
Fahd, A-Malik, 2003. Al-Qur’an dan Terjemahnya, Saudi Arabia: Kerajaan Saudi Arabia.
Faizah, Dewi Utama, 2008. Keindahan Belajar dalam Perspektif Pedagogy: Memaknai
Pengembaraan dan Pergulatan di TK dan Kelas Awal SD, Jakarta: Penerbit Cindi
Grafika.
Faizah, Dewi Utama, 2010. Arah Aktif: Sebuah Seni Mendidik Berkreativitas dan
Berakhlak Mulia (1953), Gubahan Mohammad Syafei, Solo: Penerbit Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri.
Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 30 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011
Hidayatullah, M. Furqon, 2010. Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban bangsa,
Surakarta: UNS Press.
Latief, M. Adnan, 2007. Pengembangan Soft Skill Melalui Pembelajaran Bbahasa Inggris
Berbasis Konteks, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan
Bahasa Inggris, 21 Maret, Malang: Universitas Negeri Malang.
Lickona, Thomas, 1992. Educating for Character, New York: Bantam Books.
Munir, Abdullah, 2010. Pendidikan Karakter: Membangun Karakter Anak Sejak dari
Rumah, Yogyakarta: Pedagogia.
Phenix Philip, 1964. Realms of Meaning: Philoshophy of The Curriculum of General
Education, New York: Mc.Graw-Hill Book Company.
Kemendiknas 2009, Kebijakan Nasional Pendidikan Karakter Bangsa, Jakarta: Puskur
Litbang Kemendiknas.
Kemendiknas, 2010. Pedoman Pendidikan Karakter Bangsa, Jakarta: Ditjen PMPTK,
Direktorat Pembinaan Diklat.
Sergiovanni Thomas J, 1992. Moral Leadership, Sanfrancisco: Jossey Bass Publisher.
Tilman, Dianne, 2000. Living Values Parent Group: A Facilitator Guide, USA: HCI.
Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 31 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011
CURRICULUM VITAE
A. Identitas Diri
Nama Lengkap : Prof. Dr. Sa’dun Akbar, M.Pd.
Nip : 196006131987011001
Tanggal Lahir : Pati, 13 Juni 1960.
Jabatan/Golongan: Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan/ Pendidikan Dasar pada
golongan IV/a, dan dapat dinaikkan pangkatnya secara bertahap
dalam golongan ruang IV/b, IV/c, IV/d, dan IV/e.
Jenis Kelamin : Laki-laki.
Agama : Islam
Pekerjaan : Dosen Jurusan KSDP, FIP, UM.
Alamat Kantor : Jl. Semarang 5 Malang.
Alamat Rumah : Jl. Sedap Malam, Kav. 20 Sengkaling, Malang.
Alamat E-mail : [email protected]
Keluarga
1. Istri : Nur Fatayati, S.H.
2. Anak-cucu : Azmi Azizi Muhammad
B. Riwayat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Nama dan Tempat Sekolah Tahun
Lulus
Pendidikan Formal
1 Madrasah
Ibtidaiyyah (MI)
Madrasah Ibtidaiyyah Rou-dlotussubban
Tawangrejo, Pati.
1972
2 SMP SMP Negeri Winong, Pati. 1975
3 SMA SMA Negeri I Pati 1979
4 Sarjana PDU FPIPS IKIP Yogyakarta 1986
5 Magister IKIP Bandung, Program Studi Pendidikan
Umum (Nilai-Nilai)
1996
6 Doktor UPI Bandung, Program Studi Pendidikan
Umum (Nilai-Nilai)
2000
Pendidikan Non-Formal
1 Pesantren Santri Kalong di Pondok Gading Malang. 1987-
1989.
2 Pesantren Santri Kalong di PIQ Singosari 1990
3 Pesantren Santri Kalong di Pesantren Daarut-Tauhied
Bandung.
1993-
2000
4 Pesantren Santri Kalong di Pesantren Al-Hikam Malang. s.d.
Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 32 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011
sekarang
.
C. Pengalaman Kerja (Mengajar) dan Jabatan
No Tempat Bekerja (Mengajar) Tahun
1 Guru SMP Muhammadiyah Kompleks Kolombo Yogyakarta,
pada Mata Pelajaran IPS (di Lakoni saat menjadi mahasiswa
S1 Smester 3.
1982-1986.
2 Guru SMA Kolombo Yogyakarta (dilakoni saat menjadi
mahasiswa S1 smester 5), pada Mata Pelajaran Ekonomi.
1981-1986
3 Wakil Kepala Sekolah Urusan Kesiswaan di SMA Kolombo
Yogyakarta
1984-1986
4 Dosen Jurusan MKDU, FPIPS IKIP Malang, Mengajar MK:
Pendidikan Pancasila, Ilmu Sosial Dasar, Strategi Kebudayaan,
dan Pendidikan Kewarganegaraan.
1987-2000
5 Koordinator Mata Kuliah Ilmu Sosial Dasar di Jurusan MKDU lupa
6 Dosen Jurusan KTP FIP UM (selama sekitar 3 bulan) – belum
diberi tugas mengajar.
2001
7 Dosen Jurusan KSDP, FIP UM, Mengajar MK: Metodologi
Penelitian Pendidikan, Pembelajaran Tematik,
Pengembangan Kurikulum SD, dan Pendidikan Moral.
2001-
sekarang.
8 Dosen dan Pembimbing Disertasi pada Program Pascasarjana
UM pada Program S3 Pendidikan Ekonomi, Mengajar secara
Team untuk MK: Filsafat Ilmu Pengetahuan, Seminar-I (Kajian
Penelitian Bidang Studi), dan Seminar II (Kajian Disertasi dan
Pengembangan Desain Penelitian Disertasi).
2005an –
sekarang.
9 Sekretaris Lembaga Penelitian UM
2004-2008
10 Pembimbing Thesis pada Program Pascasarjana UM pada
Program S2 Pendidikan Dasar.
Mulai Mei
2011.
11 Lainnya … -
D. Pengalaman Penelitian 10 Tahun Terakhir
No Judul Penelitian dan Tahun Pelaksanaan. Sumber Dana Peran
dalam
Penelitian.
1 Penelitian Kompetisi tentang “Kajian Kurikulum Proyek Ketua
Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 33 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011
dan Pengembangan Model Pembelajaran PPKn SD”
Penelitian Berskala Nasional—dilakukan di 7
Propinsi di Indonesia, dilakukan tahun 2002.
SEQIP,
Direktorat
TK/SD.
Peneliti
2 Penelitian Kompetisi tentang “Pengembangan
Model Pembelajaran Terpadu untuk PPKn SD”,
Penelitian Berskala Nasional – dilakukan di 5
Propinsi di Indonesia, dilakukan tahun 2003.
Proyek
SEQIP,
Direktorat
TK/SD.
Ketua
Peneliti
3 Penelitian Kompetisi tentang “Pengembangan
Model Pembela-jaran Tematik SD”, Hibah Bersaing
Tahun-1 dengan Fokus: Identifikasi Masalah-
masalah Pembelajaran Tematik SD di Jawa Timur,
dilakukan tahun 2006.
DP2M Dikti
Depdiknas.
Ketua
Peneliti.
4 Penelitian Kompetisi tentang “Pengembangan
Model Pembelajaran Tematik SD”, Hibah Bersaing
Tahun-2 dengan Fokus: Ujicoba Skala terbatas,
dilakukan tahun 2007.
DP2M Dikti,
Depdiknas.
Ketua
Peneliti.
5 Penelitian Kompetisi tentang “Pengembangan
Model Pembela-jaran Tematik SD”, Hibah Bersaing
Tahun-3 dengan Fokus: Ujicoba Model dalam Skala
luas di Jatim, dilakukan tahun 2008.
DP2M Dikti,
Depdiknas
Ketua
Peneliti
6 Penelitian Kompetisi tentang “Pengembangan
Model Pembelajaran Nilai dan Karakter Berbasis
Nilai-Nilai Kehidupan di SD”, Penelitian Hibah
Strategis Nasional; Tahun-1, Fokus: tentang
Identifikasi Masalah Pendidikan Karakter di SD
Jawa Timur, dilakukan Tahun 2009.
DP2M Dikti
Kemendiknas
Peneliti
Mandiri
7 Penelitian Pengembangan Model Pendidikan Nilai
dan Karakter SD Berbasis Pendidikan Nilai dan
Karakter Pesantren Daarut-Tauhied Bandung,
Penelitian Mandiri, 2009.
Swadana Peneliti
Mandiri.
8 Penelitian Kompetisi tentang “Pengembangan
Model Pembela-jaran Nilai dan Karakter Berbasis
Nilai-Nilai Kehidupan di SD”, Penelitian Hibah
Strategis Nasional; Tahun-2, Fokus: Ujicoba Model
dalam Skala terbatas di Malang, dilakukan tahun
2010.
DP2M Dikti,
Kemendiknas
.
Peneliti
Mandiri.
9 Penelitian Kompetisi tentang: “Pengembangan DP2M Dikti, Anggota
Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 34 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011
Standard Makanan Jajanan ‘Murahati’ di
Lingkungan Sekolah Dasar Kota Malang”, Penelitian
Hibah Bersaing Tahun-1, Fokus: Identifikasi
Masalah Makanan Jajanan di SD Kota Malang,
Peneliti Utamanya Dra. Nunung Nurjannah, M.Kes,
dilakukan tahun 2009.
Kemendiknas
.
Peneliti
10 Penelitian Kompetisi tentang: “Pengembangan
Standard Makanan Jajanan ‘Murahati’ di
Lingkungan Sekolah Dasar Kota Malang”, Penelitian
Hibah Bersaing Tahun-2, Fokus: Ujicoba Standard
Makanan di SD Kota Malang, Peneliti Utamanya
Dra. Nunung Nurjannah, M.Kes, dilakukan tahun
2010.
DP2M Dikti,
Kemendiknas
.
Anggota
Peneliti
11 Anggota Tim Peneliti, pada Penelitian Berskala
Nasional tentang “Pelaksanaan Ujian Akhir Sekolah
Berstandard Nasional (UASBN) Sekolah Dasar,
Tahun 2010.
DIPA
Direktorat
TK/SD
Anggota
Peneliti.
12 Penelitian Kompetisi tentang “Pengembangan
Model Pembela-jaran Nilai dan Karakter Berbasis
Nilai-Nilai Kehidupan di SD”, Penelitian Hibah
Strategis Nasional; Tahun-3, Fokus: Ujicoba Model
dalam Skala Luas di Jawa Timur, sedang dalam
Proses Pelaksanaan Tahun 2011 ini .
DP2M Dikti,
Kemendiknas
Peneliti
Mandiri
E. Pengalaman Menulis Buku yang Diterbitkan dalam 8 tahun Terakhir.
No Judul Buku Penerbit
Terbit/Cetakan
ke…(tahun…)
1 Kajian Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan SD (Buku Berbasis Riset)
Winneka Cipta,
Malang.
Cetakan-I
(2003)
2 Model-model Pembelajaran Terpadu Pendidikan
Kewarganegaraan SD (Buku Berbasis Riset)
UM Press Malang,
Anggota IKAPI
No.059/JTI/89,
ISBN: 979-495-893-
x.
Cetakan-I
(2009).
3 Pembelajaran Nilai-nilai Kewirausahaan dalam
Perspektif Pendidikan Umum (Buku Berbasis Riset)
UM Press Malang;
Anggota IKAPI
No.059/JTI/89,
ISBN:979-3039-18-
3.
Cetakan-I
(2007)
Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 35 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011
4 Penelitian Tindakan Kelas: Filosofi, Metodologi, dan
Implementasinya.
Cipta Media
Yogyakarta,
Anggota IKAPI
No.066/DIY/2010,
ISBN: 978-602-
95520-3-4.
Cetakan-I (Juni
2008), Cetakan
ke-II (Oktober
2009), Cetakan
ke-III (Maret,
2010), dan
Cetakan ke-IV
(Nopember,
2010)
5 Prosedur Penyusunan Laporan dan Artikel Hasil
Penelitian Tindakan Kelas (Buku Berbasis Riset).
Cipta Media
Yogyakarta,
Anggota IKAPI
No.066/DIY/2010,
ISBN: 978-602-
95520-4-1.
Cetakan-I
(Oktober 2009),
Cetakan ke-II
(Juni 2010), dan
Cetakan ke-III
(Maret, 2011).
6 Pembelajaran Tematik Sekolah Dasar IA, Buku
Berbasis Riset.
Cipta Media
Yogyakarta,
Anggota IKAPI
No.066/DIY/2010,
ISBN: 978-979-
15130-2-9.
Cetakan ke-I
(September
2009), dan
Cetakan ke-II (Mei
2010)
7 Pembelajaran Tematik Sekolah Dasar IIA, Buku
Berbasis Riset.
Cipta Media
Yogyakarta,
Anggota IKAPI
No.066/DIY/2010,
ISBN: 978-979-
15130-3-7.
Cetakan ke-I
(Oktober, 2009).
8 Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial.
Cipta Media
Yogyakarta,
Anggota IKAPI
No.066/DIY/2010,
ISBN: 978-979-
15130-9-8.
Cetakan-ke I
(Juni 2010,
Cetakan ke-II
(Maret, 2011)
9 Sedang ditulis/finishing: Pendidikan Karakter dalam
Perspektif Pendidikan Umum.
Dalam proses
negosiasi dengan
penerbit.
Diharapkan
Terbit
selambat-
lambatnya
Agustus 2011.
F. Artikel Ilmiah yang diterbitkan dalam Jurnal
No Judul Artikel dan Jurnal Tahun
1 Pendidikan dalam Konteks Pluralisme dan Multikulturalisme, dalam 1996
Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 36 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011
JURNAL ILMU PENGETAHUAN SOSIAL, Tahun 30 Nomor 3 Desember 1996,
ISSN 0854-8250.
2 Kemitraan antara Sekolah dengan Dunia Usaha, dalam JURNAL ILMU
PENDIDIKAN, Edisi November 1997; jurnal terakreditasi.
1997
3 Pendidikan Nilai dengan Pendekatan Sufistik, dalam Jurnal PENDIDIKAN
NILAI Edisi Mei 2000, ISSN 0853-8158.
2000
4 Dimensi Moral dalam Otonomi Daerah, dalam JURNAL ILMU
PENGETAHUAN SOSIAL Edisi Oktober 2001, Jurnal terakreditasi.
2001
5 Pembelajaran Nilai dengan Do’a, dalam Jurnal PENDIDIKAN NILAI Edisi
November 2001, ISSN 0853-8158.
2001
6 Internalisasi Nilai di Pondok Pesantren Daarut-Tauhied Bandung, dalam
JURNAL ILMU PENGETAHUAN SOSIAL, Edisi Januari 2001, Jurnal
terakreditasi.
2001
7 Landasan Teoretik dan Masalah Akademik dalam Praktik Pendidikan
Umum di Perguruan Tinggi, dalam Jurnal PENDIDIKAN NILAI Tahun 10,
Nomor 1, Mei 2003. ISSN 0853-8158.
2003
8 Masalah-masalah Pembelajaran Tematik di Kelas-1 dan Kelas-2 SD di Jawa
Timur, dalam JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN, Tahun 16 Nomor 1 Juni
2006, Jurnal terakreditasi.
2006
9 Penerapan Pembelajaran Tematik untuk Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran Tema Lingkungan di Kelas-3 SDN Tanjungrejo 5 Malang,
dalam ILMU PENDIDIKAN, ISSN 0854-8307, Tahun 35 Nomor 2, Juli 2008.
2008
10 Pendidikan Karakter: Nasehat Bagaimana Menjadi Manusia Berkarakter
Baik, dalam JURNAL PENDIDIKAN NILAI Tahun 16, Nomor 2, November
2008, ISSN 0853-8158.
2008
11 Pengembangan Model Pendidikan Nilai dan Karakter SD Berbasis
Pendidikan Nilai dan Karakter Pesantren Daarut-Tauhied Bandung, dalam
JURNAL SEKOLAH DASAR, jurnal terakreditasi.
2009
12 Pengembangan Model Pembelajaran Tematik untuk Kelas-1 dan Kelas-2
SD, dalam JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, Volume 17 Nomor
1, April 2010; Jurnal Terakreditasi.
2010
13 Model Pembelajaran Nilai dan Karakter Berbasis Nilai-nilai Kehidupan di
Sekolah Dasar, dalam JURNAL ILMU PENDIDIKAN, Jilid 17, Nomor 1,
2010.
Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 37 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011
Februari 2011, Jurnal Terakreditasi.
G. Penyaji Makalah dan Fasilitator dalam Seminar, Lokakarya, dan Diklat (Ada
Makalah dan Sertifikat tetapi tidak masuk dalam Prosiding).
No Tema Seminar, Lokakarya, dan Diklat. Tempat dan
waktu.
1 Penyaji Makalah pada Orasi Ilmiah pada acara Dise Natalis
Universitas Pancasakti Tegal Jawa Tengah; dengan judul Reposisi
Perguruan Tinggi pada Era Pasar Bebas.
Universitas
Pancasakti Tegal,
2004.
2 Penyaji Makalah pada Simposium Nasional tentang Revitalisasi
Matakuliah Umum sebagai Matakuliah Pengembangan
Kepribadian, 4-5 September 2004 di Hotel Asida Batu Malang.
Hotel Asida Batu,
2004.
3 Fasilitator TOT Nasional Kurikulum TK Angkatan-I, 01-05 Agustus
2004, di Hotel Grafika Mas, Puncak Bogor; diselenggarakan
Direktorat TK/SD.
Hotel Grafika
Mas, Cisarua,
Bogor, 2004.
4 Fasilitator TOT Nasional Kurikulum TK Angkatan-II, 05-10 Agustus
2004, di Hotel Grafika Mas, Puncak Bogor; diselenggarakan
Direktorat TK/SD.
Hotel Grafika
Mas, Cisarua,
Bogor, 2004.
5 Nara Sumber (Penyaji Makalah) pada Lokakarya Nasional
Pendidikan Berbasis Masyarakat, tentang Pembelajaran Terpadu,
29 September-1 Oktober 2004, FIP UM.
Hotel Asida Batu,
2004.
6 Penyaji Makalah tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembimbingan
Skripsi, S1 PGSD, FIP UM, 29 Januari 2004.
FIP UM, 2004.
7 Penyaji Makalah pada Konferensi Nasional Pendidikan Nasional
(KONASPI), 9 Oktober 2004, di Hotel Sangrilla Surabaya pada
Bidang Pendidikan Moral, judul Makalah “Pendekatan
Komprehenshif untuk Pendidikan Agama-Agama”.
Hotel Sangrilla
Surabaya.
8 Penyaji makalah pada Seminar dan Lokakarya tentang
Penyusunan Program Payung Keilmuan Sekolah Dasar, FIP UM.
2004.
FIP UM, 2004.
9 Penyaji Makalah tentang KBK pada acara Sosialisasi dan
Operasionalisasi KBK pada Dosen-Dosen Universitas Kanjuruhan
Malang, 16 Februari 2004.
Universitas
Kanjuruhan
Malang, 2004.
10 Penyaji Makalah tentang Filosofi KBK pada Seminar Nasional di
STAI Ibrahimi, Sukorejo, Situbondo.
2006
11 Penyaji Makalah pada Seminar tentang Implementasi KBK bagi
Pengawas TK/SD, Kepala Sekolah, dan Guru SD, di Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lamongan, 26-28 Januari
2005.
Kantor Dinas P&K
Kabupaten
Lamongan, 2005.
12 Sosialisasi dan Advokasi KBK di: Kantor Kemendiknas Kota Blitar,
Kermendiknas Kab.Madiun, dan Kemendiknas Kab Probolinggo,
SD Lab Malang, dll.
2005-an
Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 38 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011
13 Tim Penyaji Naskah Akademik pada Seminar Nasional tentang
“Artikulasi TK/SD Kelas Awal dalam Satu Atap” , diselenggarakan
Direktorat TK/SD, di Hotel Bumikarsa Bidakara, 12-14 Juni 2006.
Hotel Bumikarsa
Bidakara, Jakarta,
2006.
14 Penyaji Makalah dan Fasilitator Lokakarya Pengembangan Model
Pembelajaran Tematik, 6 dan 13 Agustus 2006, di Lemlit UM.
Lemlit UM 2006.
15 Penyaji Makalah dan Fasilitator pada beberapa Seminar,
Pelatihan dan Lokakarya Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan
Karya Ilmiah yang diselenggarakan oleh:
a. Fakultas Ekonomi, UM, 20-21 September 2006, di FE UM. FE UM, 2006.
b. Fakultas Ilmu Pendidikan UM dalam Rangka Pembinaan
Profesional Dosen FIP, 27-29 April 2007
FIP UM, 2007.
c. Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UM, pada Seminar
Tingkat Propinsi, 14 Desember 2008, di AULA FIP UM.
FIP UM, 2008.
d. Akademi Farmasi Malang, YPI, bagi Pembinaan Profesional
Dosen, 31 Januari 2009.
AKAFARMA
Malang, 2009.
e. UPPL UM dalam rangka pembelalan Dosen Pembimbing
Lapangan dan PKM, 18 Maret 2009.
UPPL UM, 2009.
f. Universitas Ronggolawe Tuban, dalam rangka
pengembangan professional dosen pengampu
matakuliah di PGSD, 2009.
Universitas
Ronggolawe
Tuban.
g. Kemendiknas Kaltim bekerjasama dengan FIP UM, dalam
rangka pengembangan professional guru-guru SD di
Kaltim; 26-28 Nopember 2010.
FIP UM, 2010.
h. Kemendiknas Probolinggo dalam Rangka Pengembangan
Profesional Guru di Kab Probolinggo.
Kantor
Kemendiknas Kab
Probolinggo, 2009
i. Sekolah-sekolah: SMA 6 Malang, SMA Widyagama
Malang, BA Restu Malang.
2009-2010an.
j. LPM UM dalam Rangka KKN mahasiswa dan Pengabdian
Masyarakat: di SMK I Blitar, Kantor Cabang Dinas Kec.
Pujon, Kantor Cabang Dinas Kec. Dau; Kantor Cabang
Dinas Kec.Gondang Legi; SDN III Kebonagung; SDN II
Pandanwangi; SDN III Pandanwangi; SMA Negeri II Batu,
SDN I Wagir; SDN Karangbesuki Malang; Guru-guru Kab
Malang—KKN Wonorejo Singosari di FE UM, dll
2009-2010 an.
k. Bebebrapa Lembaga Swadaya Masyarakat dalam Rangka
Pengembangan Profesionalitas Guru. Diselenggarakan di
Kantor Cabang NU Trenggalek; Kantor Cabang NU Tulung
Agung, STKIP Pasuruan, SMKN Kediri, Wisma Haji
Madiun, Kantor NU Cabang Situbondo, Gedung Guru
Lumajang, dan di Gedung IKA Universitas Brawijaya.
Periode 2009-
20010.
Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 39 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011
16 Penyaji Makalah dan Fasilitator pada Lokakarya Pengembangan
Bahan Ajar berorientasi Konstruktivisti, diselenggarakan
Beberapa LSM di Gegung IKA Universitas Brawijaya, UPP-III PGSD
UM, LEC Blitar.
2010.
17 Penyaji Makalah dan Pembimbing Penyusunan Bahan Ajar PTK
Madrasah Ibtidaiyyah Grup 4-5 B yang diselenggarakan LAPIS
PGMI bagi Dosen-Dosen IAIN dan STAI untuk Indonesia Timur,
dengan Sponsor: USAID, di IAIN Surabaya.
IAIN Sunan Ampel
Surabaya.
18 Penyaji makalah pada Lokakarya Penyusunan Proposal Hibah
Bersaing Perguruan Tinggi bagi Dosen FIP, diselenggarakan FIP
UM, 25 Februari 2008.
FIP UM, 2008.
19 Penyaji Makalah dan Fasilitator pada Lokakarya Penyusunan
Bahan Ajar untuk Program S1 PGSD Berasrama, 31 Oktober 2008
FIP UM, 2008.
20 Penyaji Makalah tentang Metodologi Penelitian Pengembangan
bagi Dosen-Dosen PGSD Universitas Negeri Yogyakarta di Wisma
Bayangkara Malang.
FIP UM – Wisma
Bayangkara
Malang.
21 Penyaji Makalah tentang Penyusunan Acara Perkuliahan, pada
Lokakarya Pengembangan Kurikulum PGPAUD bagi Dosen-Dosen
PGPAUD KSDP FIP UM, di Gedung D2GKB FIP UM, November
2009.
GKB FIP UM,
2009.
22 Penyaji Makalah dan Instruktur pada Pelatihan dan Lokakarya
tentang Active Leraning for Higher Education (ALFHE) bagi Dosen-
dosen Universitas Negeri Malang, di LP3UM, April 2011
LP3UM, 2011
23 Penyaji Makalah/Naskah Akademik dan Fasilitator pada Seminar
dan Lokakarya tentang Pendidikan Karakter, yang
diselenggarakan oleh:
a. UNESA Surabaya, Penyumbang Makalah pada Seminar
Nasional tentang Pendidikan Karakter Bangsa.
UNESA Surabaya,
2010.
b. UPMU dalam rangka Kuliah Umum bagi mahasiswa UM
yang sedang menempuh Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian, di Aula A3 UM, 14 September 2010
UM, 2010.
a. Ikatan Alumni UM (IKA UM) Wilayah Kabupatem
Lumajang, Orasi Ilmiah, 6 Februari 2011.
Kantor Pendopo
Kabupaten
Lumajang.
2011
b. Departemen Agama Kabupaten Probolinggo, Ikatan Guru
Agama Islam Indonesia, dalam rangka Pembinaan
Profesional Guru Agama Kabupaten Probolinggo, 28
Maret 2011.
Kantor Islamic
Centre Kraksaan
Probolinggo.
2011
c. Direktorat PMPTK dalam Rangka Penyusunan Pedoman Hotel di Cisarua
Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 40 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011
Pengembangan Pendidikan Karakter bagi Lembaga Diklat
dilingkungan Direktorat PMPTK, di Cisarua Bogor.
Bogor.
2011
a. Direktorat Pengelolaan Sekolah Dasar, dalam rangka
Penyusunan Pedoman Pengembangan Pendidikan
Karakter Bangsa untuk Sekolah Dasar di Indonesia, 9-11
Mei 2011.
The Imperium
Hotel Bandung.
2011
b. Kemendiknas Kota Batu, dalam rangka Pengembangan
Profesi Guru Kota Batu, 5 Februari 2011
Kantor Diknas
Kota Batu,
2011
c. Yayasan Pendidikan Islam Sabilillah Malang, dalam rangka
Pengembangan Profesional guru-guru di lingkungan
Ma’arif Kabupaten Malang, Mei 2011.
SMP Sabilillah
Malang, 2011.
d. Direkrorat PMPTK, pada Pelatihan TOT Pendidikan Karakter
bagi Lembaga Penyelenggara Diklat dilingkungan Direktorat
PMPTK, Kemendiknas RI di Jakarta.
Hotel Parama
Cisarua Bogor,
2011.
e. BEM FIP UM, 1 Mei 2011, di Gedung A3 UM Universitas Negeri
Malang 2011.
f. IKA Universitas Brawijaya Malang, dalam rangka Diklat
Penyusunan RPP berbasis Karakter, di Aula Fakultas Sastra
dan Budaya, 19 Juni 2011 yang akan Datang.
Universitas
Brawijaya
Malang.
24 Penyaji Makalah dan Fasilitator pada beberapa Lokakarya
Pengembangan Pembelajaran Tematik untuk Sekolah Dasar, dll.
Di berbagai
Tempat.
25 Penyaji makalah pada Pelatihan dan Lokakarya tentang
Pembelajaran Aktif di Sekolah bagi Mahasiswa UM asal Maluku di
UPP-3 Blitar, dan di FIP UM.
UPP-3 Blitar dan
FIP UM, 2010.
26 Penyaji Makalah dan Fasilitator pada Pelatihan dan Lokakarya
Active Learning for Higher Education bagi Dosen-dosen
Universitas Negeri Malang, 4-8 April 2011.
LP3 UM, 2011.
27 Penyaji Makalah tentang Pengembangan Bahan Ajar, di STKIP
PGRI Jombang.
2009
H. Pengalaman Lainnya
No Nama Kegiatan Tempat dan
Tahun
1 Reviewer Proposal di Lemlit UM 2004-2009.
2 TOT Revewer Penelitian Dosen Muda dan Kajian Wanita, di
Hotel Syafir Yogyakarta, diselenggarakan DP2M, Dikti.
2006.
3 Penyunting Jurnal Penelitian Pendidikan di Lemlit UM 2004-2011
4 Mitra Bestari Jurnal Ilmu Pendidikan (JIP) 2010-2011
5 Reviewer Penyusunan Bahan Ajar PTK Madrasah Ibtidaiyyah IAIN Sunan
Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 41 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011
yang diselenggarakan LAPIS PGMI Bagi Dosen-dosen IAIN/UIN
untuk Indonesia Timur, di IAIN Sunan Ampel Surabaya, 9
Desember 2008
Ampel
Surabaya.
6 Validator Instrumen Penilaian Buku Teks diselenggaran BSNP,
11 Juni 2009.
Kemendiknas
Kota Malang.
7 Tim Pengembang Sekolah Unggulan Universitas Negeri Malang,
dalam rangka Pengembangan Sekolah: SD Kebon Agung dan
SMP 5 Pasuruan; TK-SD-SMP YSN-KPS Balikpapan; SD-SMP-SMA
Yayasan Pendidikan Cendana Pekanbaru Riau; Sekolah Unggulan
Terpadu Kemendiknas Lumajang; dan SMT-Bojonegoro.
Pasuruan,
Balikpapan,
Lumajang, dan
Pekan Baru,
periode 2004-
2011.
8 Peserta TOT Pembelajaran Aktif untuk Sekolah (ALIS); dan
Pembelajaran Aktif untuk Perguruan Tinggi (ALFHE) yang
diselenggarakan atas Kerjasama Kemendiknas—USAID, 2010.
Hotel Pitagiri
Jakarta, dan
Hotel Wijaya
Batu, 2010.
9 Organisasi Profesi: Ketua III ADPENSI (Asosiasi Dosen dan
Sarjana Pendidikan Umum/Nilai Indonesia).
Jakarta, 2011.
10 Memperoleh Piagam Penghargaan dari Presiden RI, Tanda
Kehormatan Satyalencana Karya Sapta XX tahun.
Jakarta, 2010.
11 Lulus Sertifikasi Dosen dan dinyatakan sebagai Dosen
Profesional pada bidang studi Kependidikan Dasar dan
Prasekolah (KSDP).
Yogyakaarta,
2010.
12 Dewan Pembina Yayasan Daarul Falah Al-Munawwir: Dengan
Program Pesantren Tahfidz Qur’an, Pengelolaan Masjid Al-
Munawwir, dan Madrasah Diniyyah.
Kroya, 2011.
I. Prestasi yang Pernah Dicapai
No Berprestasi dalam Hal Tahun
1 Juara I Lomba Karya Tulis Tingkat Nasional tentang
Perkoperasian di kalangan mahasiswa program S1, penghargaan
dari Mentri Koperasi RI.
Jakarta, 1983
2 Juara I Lomba Penulisan Artikel Ilmiah yang dimuat di jurnal
(terakreditasi) dikalangan Mahasiswa Program Pascasarjana dan
Dosen Universitas Pendidikan Indonesia, Penghargaan dari
Rektor UPI.
Bandung, 1999
Pidato Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 42 pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis, 8 Juni 2011
3 Lulus Program Doktor (S3) PPS UPI dengan predikat Cumlaude.
Bandung, 2000
4 Dosen teladan I Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Malang.
Malang, 2005
Malang, 10 Mei 2011
Pembuat Daftar Riwayat Hidup,
Prof. Dr. Sa’dun Akbar, M.Pd.
NIP: 196006131987011001