16
| 376 | Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.15, No.3 September 2011, hlm. 376–391 Terakreditasi SK. No. 64a/DIKTI/Kep/2010 Korespondensi dengan Penulis: Siti Komariah : Telp. + 62 22 727 5855 Ext. 258; Faks. +62 22 720 2997 E-mail: [email protected] RETURN SAHAM, INFLASI, DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP RISIKO INVESTASI Siti Komariah Julenah M. Chudori Universitas Widyatama Jl. Cikutra No. 204A Bandung, 40125 Abstract: The economic crisis in Indonesia had an impact on the declining performance of the company’s fundamentals on the stock market. This degradation was caused by a failure in risk management, especially the unsystem- atic risk. Many companies could not manage their debt policy, investment decision, earnings management, liquidity, and ownership structure that had implications for the risk. The objective of this research was to investigate the effect of stock return, inflation and ownersip stucture to investment risk of manufacturer industries in 2003-2009. Population of this research was manufacturing companies listed in BEI. The sam- pling method used in this research was purposive sampling and the results were 126 companies based on the criteria of the sample. Polling data method and judgment sampling were used to collect the data and two stage least squares (2 SLS) were as the analysis method. Based on the hypothesis test, it could be summarized that all predictors had a significant effect simultaneously. Result of the 1 st model showed that only investment and profitability effect to stock return partially ; 2 nd model, SBI, KURS, and M2 had an effect to the inflation partially; 3 rd model was only dividend payout ratio and debt to equity ratio effected to ownership structure partially ; 4 th model showed that only return variable significantly influenced to investment risk partially. Key words: stock return, inflation, ownership structure, investment risk Sebagaimana dipahami, pasar modal merupakan kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek tersebut. Pasar modal bertindak sebagai peng- hubung antara para investor dengan perusahaan ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan sekuritas. Di dalam teori investasi dikatakan bahwa setiap sekuritas akan menghasilkan return dan risiko. Return merupakan tingkat pengembalian dari nilai investasi yang diserahkan oleh investor, sedangkan risiko adalah perbedaan return yang diharapkan dengan return yang terelisasi dari sekuritas tersebut. Orang seringkali mengibarat- kan return dan risiko sebagai dua sisi dalam mata uang dimana return yang tinggi akan mempunyai risiko yang tinggi dan return yang rendah akan mempunyai risiko yang rendah juga (Haryanto & Riyatno, 2007).

RETURN SAHAM, INFLASI, DAN STRUKTUR · PDF fileReturn Saham, Inflasi, dan Struktur Kepemilikan terhadap Risiko Investasi Siti Komariah, Julenah, & M. Chudori | 377 | Memahami seluk-beluk

Embed Size (px)

Citation preview

| 376 |

Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.15, No.3 September 2011, hlm. 376–391Terakreditasi SK. No. 64a/DIKTI/Kep/2010

Korespondensi dengan Penulis:

Si t i Kom ar iah : Telp. + 62 22 727 5855 Ext . 258; Faks. +62 22 720 2997

E-mai l: si t i .komariah@w idyat ama.ac.id

RETURN SAHAM, INFLASI, DAN STRUKTUR KEPEMILIKANTERHADAP RISIKO INVESTASI

Siti KomariahJulenah

M. ChudoriUniversitas Widyatama

Jl. Cikutra No. 204A Bandung, 40125

Abstract:The economic crisis in Indonesia had an impact on the declining performance of the company’s fundamentalson the stock market. This degradation was caused by a failure in risk management, especially the unsystem-atic risk. Many companies could not manage their debt policy, investment decision, earnings management,liquidity, and ownership structure that had implications for the risk. The objective of this research was toinvestigate the effect of stock return, inflation and ownersip stucture to investment risk of manufacturerindustries in 2003-2009. Population of this research was manufacturing companies listed in BEI. The sam-pling method used in this research was purposive sampling and the results were 126 companies based on thecriteria of the sample. Polling data method and judgment sampling were used to collect the data and two stageleast squares (2 SLS) were as the analysis method. Based on the hypothesis test, it could be summarized that allpredictors had a significant effect simultaneously. Result of the 1st model showed that only investment andprofitability effect to stock return partially ; 2nd model, SBI, KURS, and M2 had an effect to the inflationpartially; 3rd model was only dividend payout ratio and debt to equity ratio effected to ownership structurepartially ; 4th model showed that only return variable significantly influenced to investment risk partially.

Key words: stock return, inflation, ownership structure, investment risk

Sebagaimana dipahami, pasar modal merupakankegiatan yang bersangkutan dengan penawaranumum dan perdagangan efek, perusahaan publikyang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya,serta lembaga dan profesi yang berkaitan denganefek tersebut. Pasar modal bertindak sebagai peng-hubung antara para investor dengan perusahaanataupun institusi pemerintah melalui perdagangansekuritas.

Di dalam teori investasi dikatakan bahwasetiap sekuritas akan menghasilkan return dan

risiko. Return merupakan tingkat pengembaliandari nilai investasi yang diserahkan oleh investor,sedangkan risiko adalah perbedaan return yangdiharapkan dengan return yang terelisasi darisekuritas tersebut. Orang seringkali mengibarat-kan return dan risiko sebagai dua sisi dalam matauang dimana return yang tinggi akan mempunyairisiko yang tinggi dan return yang rendah akanmempunyai risiko yang rendah juga (Haryanto &Riyatno, 2007).

Return Saham, Inflasi, dan Struktur Kepemilikan terhadap Risiko InvestasiSiti Komariah, Julenah, & M. Chudori

| 377 |

Memahami seluk-beluk investasi sangatpenting bagi para investor. Selain return saham,terdapat faktor makro nasional yang dapat meme-ngaruhi risiko investasi. Inflasi juga memengaruhinilai uang yang diinvestasikan oleh investor. Inflasiitu akan menggerus keuntungan investasi para in-vestor. Kombinasi ekonomi yang buruk dan pe-ningkatan biaya produksi membuat kinerja perusa-haan itu juga memburuk. Dalam Pengujian-peng-ujian yang dilakukan pada pasar modal di Indo-nesia banyak diilhami oleh penelitian-penelitianterdahulu yang dilakukan di negara lain, sepertipenelitian Tandelilin (1997) yang ingin membuk-tikan bahwa variabel makro memengaruhi risiko.Penelitian lain yang membuktikan bahwa variabelekonomi memengaruhi risiko investasi ditunjuk-kan oleh Widjaja (2004). Widjaja (2004) membukti-kan bahwa variabel inflasi memengaruhi risikoinvestasi.

Selain faktor return saham dan inflasi, struk-tur kepemilikan (ownership structure) juga sangatberpengaruh terhadap besar kecilnya risko inves-tasi. Para pemegang saham, melalui manajemen,bisa menyebabkan perusahaan memutuskan untukmelaksanakan sebuah proyek investasi baru yangmemiliki tingkat risiko yang lebih besar dari yangdiharapkan oleh kreditor dan dengan ekspektasikeuntungan yang lebih besar pula. Kenaikan risikoini akan menyebabkan return yang diharapkan (re-quired rate of return) atas utang semakin tinggi yangpada gilirannya akan membuat nilai atas suratutang yang diterbitkan perusahaan menurun. Jikaproyek investasi berhasil, maka semua keuntunganakan mengalir kepada pemegang saham, karenareturn yang diterima kreditor tetap. Sebaliknya jikaproyek gagal, maka kreditor menerima bagian ataskegagalan tersebut. Karena kreditor melalui per-janjian utang akan cenderung membatasi dividenmaka diharapkan terdapat hubungan negatif antaraagency problem yang terjadi antara kreditor denganpemegang saham dengan dividen.

Industri manufaktur boleh jadi merupakansosok yang paling menggambarkan problematika

perekonomian Indonesia dewasa ini. Di era duniadatar (flat world) yang dipicu oleh globalisasi danliberalisasi, industri manufaktur berada di lini ter-depan dalam pertarungan menghadapi persaingan.Hal ini disebabkan industri manufaktur merupakansatu dari tiga sektor tradables. Dua sektor lainnyaialah pertanian serta pertambangan & galian.

HIPOTESIS

Pengaruh Kebijakan Pendanaan (DER) terhadapReturn Saham

Setiap perusahaan menginginkan adanya ke-langsungan operasinya dan pertumbuhan di masayang akan datang. Salah satu keputusan pentingyang harus dilakukan manajer (keuangan) dalamkaitannya dengan kelangsungan operasi perusaha-an adalah keputusan pendanaan atau keputusanstruktur modal. Menurut De Angelo & Masulis(1980), menyatakan bahwa pendanaan dapatmeningkatkan nilai perusahaan. Apabila pendana-an didanai melalui utang, peningkatan tersebut ter-jadi akibat dari efek tax deductible. Artinya, perusa-haan yang memiliki utang akan membayar bungapinjaman yang dapat mengurangi penghasilan kenapajak, dan dapat memberi manfaat bagi pemegangsaham. Selain itu, penggunaan dana eksternal akanmenambah pendapatan perusahaan yang nantinyaakan digunakan untuk kegiatan investasi yang meng-untungkan bagi perusahaan. Hal ini tentunya akanmeningkatan harga saham perusahaan. Pernyataanini sesuai dengan penelitian Haruman (2006) danUlupui (2006), Pribawanti (2007). Dari penjelasantersebut, maka penulis mengambil hipotesis seba-gai berikut:H1: Keputusan pendanaan (DER) berpengaruh

terhadap return saham

Pengaruh Investasi terhadap Return Saham

Persoalan mengenai investasi berhubungandengan masalah sumber dana untuk investasi,umur ekonomis dari investasi tersebut, dan yang

Jurnal Keuangan dan Perbankan | KEUANGANVol. 15, No. 3, September 2011: 376–391

| 378 |

paling penting adalah mengenai expected return dariinvestasi tersebut. Setiap perusahaan tentunya ti-dak ingin dana atau modal yang dimiliki terbuangpercuma tanpa mendapatkan hal yang sesuai de-ngan yang diharapkan. Sehingga kebijakan me-ngenai investasi sangat berpengaruh terhadap nilaiperusahaan. Jika salah dalam mengambil kebijakandalam investasi maka akan mengakibatkan kinerjamenurun. Investasi yang dilakukan perusahaanpada dasarnya adalah untuk meningkatkan per-tumbuhan perusahaan dan mencapai tujuan per-usahaan di dalam mensejahterakan para pemegangsaham sehingga nilai perusahaan dapat meningkat.Myers (1977) menyatakan bahwa nilai perusahaanyang dibentuk melalui indikator nilai pasar sahamsangat dipengaruhi oleh peluang-peluang investasidan pengeluaran discretionary di masa yang akandatang. Fama (1978) menyatakan bahwa nilai per-usahaan semata-mata ditentukan oleh keputusaninvestasi. Sehingga, hubungan investasi denganreturn saham adalah positif sesuai dengan hasilpenelitian Yuniningsih (2002) dan Haruman (2006).Dari penjelasan tersebut, maka penulis mengambilhipotesis sebagai berikut:H2: Investasi berpengaruh terhadap return saham

Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap ReturnSaham

Untuk mencapai tujuan perusahaan yaitu me-maksimumkan kesejahteraan para pemegangsaham atau nilai perusahaan, manajer akan meng-ambil keputusan (corporate action) sesuai dengan apayang menurut manajer benar, salah satunya de-ngan membagikan dividen atau menahan laba.Semakin besar dividen yang dibagikan kepada pe-megang saham, maka kinerja emiten atau perusa-haan akan dianggap semakin baik pula dan padaakhirnya perusahaan yang memiliki kinerja yangbaik dianggap menguntungkan dan tentunya peni-laian terhadap perusahaan tersebut akan semakinbaik pula (Sujoko dan Soebiantoro, 2007 dan Murhadi,2008). Persepsi investor tersebut akan memengaruhi

nilai perusahaan. Hal ini didukung oleh Gordon(1963) dan Bhattacharya (1979) dengan bird in thehand theory yang menjelaskan bahwa investor me-nyukai dividen yang tinggi karena dividen yangditerima seperti burung di tangan yang risikonyalebih kecil dibandingkan dengan dividen yang ti-dak dibagikan. Berbeda dengan teori tersebut,Modigliani dan Miller berpendapat bahwa dividentidak relevan terhadap nilai perusahaan. Dari pen-jelasan tersebut, maka penulis mengambil hipotesissebagai berikut:H3: Kebijakan dividen (DPR) berpengaruh ter-

hadap return saham

Pengaruh Likuiditas terhadap Return Saham

Likuiditas merupakan rasio yang menggam-barkan kemampuan perusahaan di dalam memba-yarkan kewajiban-kewajiban jangka pendeknya.Semakin tinggi rasio ini, maka semakin lancar se-buah perusahaan membayarkan kewajiban-kewa-jibannya. Apabila likuiditas perusahaan tinggi,maka persepsi investor terhadap perusahan akansemakin baik. Jika persepsi ini terus bertahan,maka hal ini akan meningkatkan permintaan sahamterhadap perusahaan sehingga harga saham per-usahaan akan semakin tinggi. Jika tahun ke tahunharga saham meningkat, maka return sahampunakan tinggi (Agung, 2004 dan Zulvita, 2006).Pengaruh likuiditas terhadap return saham ini dite-liti juga oleh Ulupui (2007) dengan hasil ber-pengaruh positif. Hal ini mengindikasikan bahwapemodal akan memperoleh return yang lebih tinggijika kemampuan perusahaan memenuhi kewajibanjangka pendeknya semakin tinggi. Dari penjelasandi atas, maka penulis mengambil hipotesis sebagaiberikut:H4: Likuiditas berpengaruh terhadap return saham

Pengaruh Profitabilitas terhadap Return Saham

ROA adalah salah satu faktor untuk menen-tukan suatu keuntungan (return) yang diharapkan

Return Saham, Inflasi, dan Struktur Kepemilikan terhadap Risiko InvestasiSiti Komariah, Julenah, & M. Chudori

| 379 |

pada suatu perusahaan dengan risiko yang melekatpada saham tersebut. Nilai inilah yang diestimasioleh para pemodal atau analis, dan hasil dari estimasiini dibandingkan dengan nilai saham pasar seka-rang (current market price) sehingga dapat diketahuisaham-saham yang overprice maupun yang under-price. Penelitian oleh Haryanto & Sugiharto (2003)mengatakan bahwa profitabilitas perusahaan ada-lah salah satu cara untuk menilai secara tepat sejauhmana tingkat pengembalian yang akan didapat dariaktivitas investasinya. Jika kondisi perusahaandikategorikan menguntungkan atau menjanjikankeuntungan di masa mendatang maka banyak in-vestor yang akan menanamkan dananya untukmembeli saham perusahaan tersebut. Dan hal itutentu saja mendorong harga saham naik menjaditinggi. Karena harga saham merupakan refleksidari nilai perusahaan yang bersangkutan, maka de-ngan harga saham yang naik dapat dikatakan nilaiperusahaan tersebut pun tinggi. Sehingga profita-bilitas memiliki pengaruh positif dengan return sa-ham sesuai dengan hasil penelitian Soejoto (2001),Kennedy (2003), Pribawanti (2007), dan Sujoko &Soebiantoro (2007). Dari penjelasan tersebut, makapenulis mengambil hipotesis sebagai berikut:H5: Profitabilitas berpengaruh terhadap return

saham

Pengaruh Suku Bunga terhadap Inflasi

Di Indonesia sampai dengan saat ini, sukubunga SBI masih merupakan rujukan bagi perkem-bangan suku bunga di pasar uang, terutama sukubunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB) selain sukubunga dana berupa giro, tabungan dan deposito.Dalam mencapai tujuan akhir pencapaian targetinflasi maka pemahaman akan perilaku sukubunga sangat dibutuhkan. Kebijakan moneter yangmenetapkan inflasi sebagai sasaran target akan di-respon oleh masyarakat melalui ekspektasi inflasi.Apabila target yang ditetapkan bank sentral terca-pai maka tingkat ekspektasi masyarakat juga akan

mengarah pada target inflasi tersebut. Denganpertimbangan bahwa dengan tingginya suku bungadalam negeri maka akan menyebabkan adanyaaliran modal dari luar negeri ke Indonesia. Aliranmodal ini pada gilirannya akan menyebabkan be-sarnya permintaan rupiah sehingga akan menaik-kan harga rupiah itu sendiri, dapat meningkatkanuang yang beredar di masyarakat sehingga dapatmenimbulkan inflasi. Hal ini menunjukan bahwaSBI memiliki pengaruh dengan arah hubunganpositif dengan inflasi. Hal ini sesuai dengan peneli-tian Ardiansyah (2003), Andrianus & Niko (2006),dan Endri (2008). Dari penjelasan tersebut, makapenulis mengambil hipotesis sebagai berikut:H6: Suku bunga berpengaruh terhadap inflasi

Pengaruh Nilai Tukar Rp terhadap US$ (Kurs)terhadap Inflasi

Perubahan-perubahan nilai tukar secara lang-sung dapat memengaruhi harga-harga domestikmelalui perubahan-perubahan harga barang-ba-rang konsumsi yang diimpor, dan secara tidak lang-sung memengaruhi harga produsen dan konsumendomestik yang menyebabkan perubahan-perubah-an biaya produksi melalui harga input yang di-impor. Pergerakan-pergerakan nilai tukar jugamenyebabkan perubahan-perubahan harga relatifmelalui pergeseran permintaan terhadap barang-barang luar negeri (barang-barang dalam negeri)terhadap barang-barang dalam negeri (barang-ba-rang luar negeri) dan pergeseran-pergeseran per-mintaan tersebut memengaruhi harga domestik(Kim, 1995). Dampak kenaikan permintaan ini padaakhirnya akan menaikan harga. Kenaikan hargasecara serempak ini memicu terjadinya inflasi. Halini sesuai dengan hasil penelitian Sasana (2004),Rahmat (2008), dan Endri (2008). Dari penjelasantersebut, maka penulis mengambil hipotesis se-bagai berikut:H7: Nilai tukar Rp terhadap US$ (kurs) berpenga-

ruh terhadap inflasi

Jurnal Keuangan dan Perbankan | KEUANGANVol. 15, No. 3, September 2011: 376–391

| 380 |

Pengaruh Uang Beredar (M2) terhadap Inflasi

Pemerintah melalui Bank Sentral mempunyaitujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilanharga, yang tercermin dari tingkat inflasi yang ren-dah dan stabil. Untuk memenuhi kewajibannya ter-sebut, bank sentral menjalankan serangkaian kebi-jakan moneter guna mengendalikan jumlah uangberedar dalam perekonomian. Perubahan jumlahuang beredar akan memengaruhi permintaanmasyarakat terhadap barang dan jasa secaraagregat. Di samping itu, jumlah uang beredar yangberlebihan dalam perekonomian yang menganutsistem nilai tukar fleksibel akan memberikan tekan-an terhadap nilai tukar mata uang domestik terha-dap mata uang asing. Nilai tukar yang terdepresiasiakan menimbulkan substitusi impor dan mening-katkan permintaan luar negeri terhadap produkdomestik. Kondisi permintaan agregat apabilatidak dapat dipenuhi oleh penawaran agregat,akan mendorong terjadinya kenaikan harga. Jum-lah uang beredar yang berlebihan dalam perekono-mian yang menganut sistem nilai tukar fleksibelakan memberikan tekanan terhadap nilai tukarmata uang domestik terhadap mata uang asing.Nilai tukar yang terdepresiasi akan menimbulkansubstitusi impor dan meningkatkan permintaanluar negeri terhadap produk domestik. Kondisipermintaan agregat yang tidak dapat diimbangidengan penawaran agregat, akan mendorong ter-jadinya kenaikan harga (Sasana, 2004; Rahmat,2008; dan Yunan, 2009). Dari penjelasan tersebut,maka penulis mengambil hipotesis sebagai berikut:H8: Jumlah uang yang beredar (M2) berpengaruh

terhadap inflasi

Pengaruh Keputusan Pendanaan terhadapStruktur Kepemilikan

Manajerial ownership dan investor institusionaldapat memengaruhi keputusan pencarian danaapakah melalui utang atau right issue. Jika pendana-an diperoleh melalui utang berarti rasio utang

terhadap equity akan meningkat, sehingga akhirnyaakan meningkatkan risiko. Chen & Steiner (1999)yang menambahkan bahwa kepemilikan manajerialmenyebabkan penurunan utang karena adanyasubstitusi monitoring. Sehingga kepemilikan mana-jerial bisa menggantikan peranan utang dalam me-ngurangi agency cost. Friend & Lang (1988), menun-jukkan bahwa debt ratio mempunyai hubungan ne-gatif dengan kepemilikan manajerial. Ini menunjuk-kan bahwa penggunaan utang akan semakin ber-kurang seiring dengan meningkatnya kepemilikanmanajerial didalam perusahaan. Kim & Sorensen(1986), serta Mehran (1992) menguji pengaruh ke-pemilikan manajerial terhadap rasio utang perusa-haan, hasilnya terdapat hubungan yang positifantara kepemilikan manajer dengan rasio utang.Namun, penelitian yang dilakukan oleh Jensen, etal. (1992), menyatakan bahwa terdapat hubungannegatif antara persentase kepemilikan manajer de-ngan rasio utang. Hasil inipun konsisten denganpenelitian Mardiyah (2002). Berbeda dengan Suranta& Midiastuti (2003) dan Rahayu & Faisal (2005).Hasil penelitiannya menunjukan hubungan positifantara struktur modal dengan struktur kepemilik-an. Dari penjelasan tersebut, maka penulis meng-ambil hipotesis sebagai berikut:H9: Keputusan pendanaan (DER) berpengaruh

terhadap struktur kepemilikan

Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap StrukturKepemilikan

Rozeff (1982) menyatakan bahwa pembayar-an dividen adalah bagian dari monitoring. Perusa-haan cenderung untuk membayar dividen yangtinggi jika manajer memiliki proporsi saham yanglebih rendah. Rozeff (1982) dan Easterbrook (1984)menyatakan bahwa pembayaran dividen pada pe-megang saham akan mengurangi sumber-sumberdana yang dikendalikan oleh manajer, sehinggamengurangi kekuasaan manajer dan membuatpembayaran dividen mirip dengan monitoring capi-tal market yang terjadi jika perusahaan memperoleh

Return Saham, Inflasi, dan Struktur Kepemilikan terhadap Risiko InvestasiSiti Komariah, Julenah, & M. Chudori

| 381 |

modal baru. Jensen, et al. (1992) menguji pengaruhinsider ownership dan kebijakan dividen terhadapkebijakan utang (debt ratio), hasil lainnya bahwainsider ownership akan menyebabkan penurunanrasio pembayaran dividen. Hasil penelitian Chen& Steiner (1999) menyebutkan bahwa managerialownership memiliki hubungan yang negatif dengandebt dan dividen. Hasil ini mengindikasikan bahwadebt dan dividen sebagai monitoring agen yangdapat mereduksi agency cost, sedangkan hasil Turi-yasingura (2000) menyebutkan bahwa hubunganantara managerial ownership secara signifikan berhu-bungan positif. Berbeda dengan hasil penelitianMurhadi (2008), Kebijakan dividen tidak berpenga-ruh terhadap struktur kepemilikan. Dari penjelasantersebut, maka penulis mengambil hipotesis se-bagai berikut:H10: Kebijakan dividen (DPR) berpengaruh terha-

dap struktur kepemilikan

Pengaruh Agency Cost terhadap StrukturKepemilikan

Perusahaan yang manajemennya juga sebagaipemegang saham (manajer pemilik) menyebabkankonflik kebijakan dividen semakin kecil. Jensen &Meckling (1976) berpendapat bahwa pemilik akandapat meyakinkan dirinya bahwa agen akan mem-buat keputusan yang optimal bila diberikan insen-tif yang memadai. Salah satu carannya adalah de-ngan memberikan kepemilikan kepada manajemen.Biaya keagenan dalam suatu perusahaan yangdikelola oleh manajer pemilik akan lebih rendahkarena ada kepentingan yang sama antara peme-gang saham dan manajemen (Jensen & Meckling,1976). Kondisi ini disebabkan oleh manajer pemiliktidak terlalu terbebani dengan kewajiban untukmengatur laba (yang bersifat moral hazard). Demsetz& Lehn (1985) menyimpulkan bahwa konsentrasikepemilikan digunakan perusahaan untuk menghi-langkan masalah keagenan. Crutchley & Hansen(1989), Bathala, Moon, & Rao (1994) menyimpulkanbahwa level kepemilikan manajerial yang lebih

tinggi dapat digunakan untuk mengurangi masalahkeagenan. Namun, menurut Faisal (2005), agencycost yang diukur oleh perputaran aktiva tidak ber-hubungan dengan kepemilikan. Berdasarkan pen-jelasan tersebut, dapat dikembangkan hipotesisberikut.H11: Agency cost berpengaruh terhadap struktur ke-

pemilikan

Pengaruh Return Saham terhadap RisikoInvestasi

Prasetyo (2003) melakukan penelitian yangbertujuan untuk mengetahui kinerja perusahaanyang terdaftar dalam JII (Jakarta Islamic Index).Penelitian ini menghasilkan kesimpulan tentangreturn dari perusahaan-perusahaan dan juga tingkatrisikonya jika kita melakukan investasi di dalam-nya. Tingkat pengembalian rata-rata saham syariahperiode Juli-Desember 2003 sebesar 7,61% dantingkat risiko rata-rata sebesar 12,40%. Hasil se-rupa diberikan oleh penelitian Limbong (2007);Dewantoro & Sinaga (2009) yang menjelaskan bah-wa kenaikan return saham akan memicu kenaikanrisiko di dalamnya. Berdasarkan penjelasan ter-sebut, dapat dikembangkan hipotesis berikut.H12: Return saham berpengaruh terhadap risiko

investasi

Pengaruh Inflasi terhadap Risiko Investasi

Aliya (2002) melakukan penelitian tentangfaktor makro dan mikro terhadap risiko investasisaham property di BEI. Dari hasil analisis regresiberganda yang digunakan dalam penelitian, dapatdisimpulkan bahwa variabel bebas yang mem-punyai pengaruh signifikan terhadap risiko inves-tasi saham property adalah faktor makro yang terdi-ri dari nilai tukar dollar, tingkat inflasi, dan tingkatsuku bunga. Penelitian yang telah dilakukan Tan-delilin (1997) mengenai penentuan faktor-faktoryang memengaruhi risiko sistematik yang terjadidi Indonesia. Hasil dari penelitian tersebut adalah

Jurnal Keuangan dan Perbankan | KEUANGANVol. 15, No. 3, September 2011: 376–391

| 382 |

variabel-variabel ekonomi makro seperti, tingkatinflasi, tingkat suku bunga, dan perubahan GDPsecara bersama-sama tidak berpengaruh signifikanterhadap risiko sistematik. Berdasarkan penjelasantersebut, dapat dikembangkan hipotesis sebagaiberikut.H13: Inflasi berpengaruh terhadap risiko investasi

Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadapRisiko Investasi

Manajemen pada umumnya merupakan ke-panjangan tangan dari golongan pemegang sahammayoritas tersebut. Dengan kondisi demikian, per-

usahaan publik khususnya di lingkungan pasar mo-dal di Indonesia bisa dikatakan tidak atau belummemiliki makna sebagaimana namanya. Di dalamsebuah perusahaan selalu terdapat agency conflictantara manajemen dan pemilik. Terkadang ke-inginan pemilik dan manajemen berbeda. Manaje-men sering melakukan tindakan opportunistik yangmengabaikan kepentingan para pemegang saham.Hal ini jelas akan berpengaruh pada nilai perusaha-an yang tercermin dari harga saham. Jika perkem-bangan harga saham naik, maka akan berpengaruhpada return saham dan akan meningkatkan risikoinvestasi. Untuk itu penurunan risiko dapat diper-kecil dengan pengelolaan agency conflict yang ter-

Tabel 1. Operasional Variabel

Variabel Pengertian Perhitungan Skala

Risiko investasi

Potensi kerugian yang diakibatkan oleh penyimpangan tingkat pengembalian yang diharapkan dengan tingkat pengembalian aktual

Rasio

Return saham

Tingkat keuntungan dari perubahan harga saham

1

1

n

nn

PPP

Rasio

Managerial ownership (OWN)

Tingkat kepemilikan saham pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan, diukur oleh proporsi saham yang dimiliki manajer pada akhir tahun yang dinyatakan dalam %

Persentase kepemilikan saham oleh manajerial perusahaan

Rasio

Investasi (INV)

Pertumbuhan total aset perusahaan dari tahun ke tahun yang menunjukkan perkembangan investasi perusahaan.

1

1

t

t

AssetsTotalAssetsTotalAssetsTotal Rasio

Debt to equity ratio (DER)

Rasio untuk menentukan pembelanjaan atas aktiva dan sekaligus menggambarkan kebijakan utang.

EquityTotalDebtTotal Rasio

Dividend payout ratio (DPR)

Rasio pendistribusian laba yang dibagikan kepada pemegang saham. EPS

SahamLembarPerDividen Rasio

Profitability (PRO)

Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari modal yang diinvestasikannya. TA

EAT

Rasio

Liquidity (LIQ)

Kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban-kewajibannya yang segera harus dipenuhi.

sLiabilitieCurrentInventoryAssetsCurrent Rasio

Tingkat inflasi (INFL)

Perbandingan tingkat harga pada satu tahun dengan tahun yang lainnya

1P x100

0P

Rasio

Return Saham, Inflasi, dan Struktur Kepemilikan terhadap Risiko InvestasiSiti Komariah, Julenah, & M. Chudori

| 383 |

jadi di dalam perusahaan. Pengelolaan agency con-flict ini dapat dilakukan dengan pengurangan agencycost dengan pensejajaran kepemilikan oleh mana-jemen. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat di-kembangkan hipotesis berikut.H14: Struktur kepemilikan berpengaruh terhadap

risiko investasi

METODE

Populasi pada penelitian ini adalah perusaha-an industri manufaktur yang terdaftar di Bursa EfekIndonesia (BEI) pada tahun 2003-2009. Kriteria pe-nentuan sampel perusahaan adalah: (1) perusaha-an yang telah terdaftar di BEI sejak tahun 2003 danmasih aktif sampai dengan tahun 2009, dan (2)menyampaikan laporan keuangan dan data lain didalam Indonesia Capital Market Directory (ICMD).Berdasarkan kriteria tersebut maka terdapat 128perusahaan.

Variabel-variabel yang dioperasionalisasi-kan adalah semua variabel yang terkandung dalamhipotesis yang telah dirumuskan. Penelitian ini ter-diri dari tujuh variabel utama: (1) risiko investasi(RISK); (2) return saham (RETURN) (3) inflasi(INF); dan (4) struktur kepemilikan (OWN), se-dangkan variabel lain yang bertindak sebagai vari-abel control, adalah: (1) debt to equity ratio (DER) ;(2) dividend payout ratio (DPR) (3) profitability (PRO),(4) investasi (INVST) ; (5) likuiditas (LIQ); (6) sukubunga (SBI); (7) nilai tukar Rp terhadap US$(KURS) ; dan (8) jumlah uang beredar (M2) ; (9) biayakeagenan (COST).

Untuk mendapatkan kejelasan variabel danpenentuan data yang diperlukan, maka dari uraiantentang variabel-variabel penelitian di atas secaralengkap dapat dioperasionalisasikan sebagaimanaditunjukkan pada Tabel 1.

Model Persamaan Simultan

Model penelitian ini menggunakan two-stageleast square (2SLS) dimana persamaan pada model1 dan model 2 dan model 3 diregresikan kembali

ke model 4. Berdasarkan kerangka pemikiran danhipotesis penelitian, keterkaitan antar variabeldalam penelitian ini dapat disusun 4 (model) modelanalisis dengan formulasi sebagai berikut:

Model 1

Model 2

NFL = 20+21SBI + 22 KURS 23M2+2

RETURN = 10+11DER+12 INV13DPR + 14PRO + 15LIQ +

1Model 2

Model 3

OWN = 30 + 31DER + 32DPR 33 COST + 3

Model 4

RISK = 40+41 E_RETURN + 42 E_INFL43 E_OWN +3

Keterangan:RISK = Risiko investasi (variabel endogenus)RETURN = Return saham (variabel endogenus)INFL = Inflasi (variabel endogenus)OWN = Kepemilikan manajerial (variabel

endogenus)DER = Keputusan pendanaan (variabel ekso-

genus)INV = Keputusan investasi (variabel ekso-

genus)DPR = Kebijakan dividen (variabel eksogenus)PRO = Profitability (variabel eksogenus)LIQ = Liquidity (variabel eksogenus)COST = Biaya agency (variabel eksogenus)SBI = Sertifikat Bank Indonesia (variabel

eksogenus)KURS = Nilai tukar Rp terhadap US$ (variabel

eksogenus)M2 = Jumlah uang beredar (variabel ekso-

genus)

Jurnal Keuangan dan Perbankan | KEUANGANVol. 15, No. 3, September 2011: 376–391

| 384 |

io = intersep/konstanta pada persamaanke-i

ij = koefisien regresi untuk regressor ke-jpada persamaan ke-i

i = error term untuk persamaan ke-i

Dari formulasi tersebut, variabel-variabel re-turn saham (RETURN), inflasi (INFL) dan strukturkepemilikan (OWN) bersifat saling menjelaskan ataumerupakan variabel-variabel endogenus (jointlydependent variabels). Dengan regressor yang terdiri darivariabel endogenus maka risiko juga merupakanvariabel endogenus. Adanya variabel-variabel endo-genus ini membuat model membentuk suatu modelpersamaan simultan.

HASIL

Pengujian Asumsi Klasik

Dari keempat model (Tabel 2), semua terbe-bas dari masalah normalitas, linieritas, multiko-

linieritas, autokorelasi dan heteroskedastisitas, se-hingga pengujian model regresi dapat dilakukan.

Deskriptif Statistik

Berdasarkan pengolahan data, maka hasil pe-ngolahan statistik disajikan pada Tabel 3.

Pada model return saham terlihat bahwa se-cara simultan variabel investasi, DER, DPR, likui-ditas dan ROI berpengaruh terhadap return saham,sedangkan secara parsial hanya investasi, dan ROIyang berpengaruh terhadap return saham.

Pada model inflasi terlihat bahwa secara si-multan dan parsial, variabel uang beredar, SBI dankurs berpengaruh terhadap inflasi.

Pada model ownership terlihat bahwa secarasimultan variabel DPR, DER dan agency cost ber-pengaruh terhadap ownership, sedangkan secaraparsial hanya DPR dan DER yang berpengaruh ter-hadap ownership.

Pengujian Model 1 Model 2 Model 3 Model 4 Normalitas Berdistribusi

Normal Berdistribusi Normal

Berdistribusi Normal

Berdistribusi Normal

Linieritas Linier Linier Linier Linier Multikolinieritas VIF < 5 VIF < 5 VIF < 5 VIF < 5 Autokorelasi Berada di daerah

penolakan Berada di daerah penolakan

Berada di daerah penolakan

Berada di daerah penolakan

Heteroskedastisitas Scaterplot menyebar

Scaterplot menyebar

Scaterplot menyebar

Scaterplot menyebar

Tabel 2. Pengujian Asumsi Klasik

Variabel Correlations Coefficients Nilai t Sig.t Constanta - 0,188 7,178 0,000 Investasi 0,073 0,050 1,960 0,004 DER -0,009 -0,002 -0,256 0,5998 DPR 0,033 0,003 0,106 0,159 LIQ 0,003 0,0000558 0,014 0,789 ROI 0,092 0,017 2,352 0,029 R = 0,756 ; Adj R Square = 0,572 ; Sig. F = 0,043

Tabel 3. Variabel Dependen; Return Saham

Return Saham, Inflasi, dan Struktur Kepemilikan terhadap Risiko InvestasiSiti Komariah, Julenah, & M. Chudori

| 385 |

Variabel Correlations Coefficients Nilai t Sig.t Constanta - -30,732 -69,609 0,000 M2 -0,202 -0,0000244 -21,633 0,000 SBI 0,917 1,657 76,668 0,000 Kurs 0,549 0,003 45,817 0,000 R = 0,979 ; Adj R Square = 0,959 ; Sig F = 0,000

Tabel 4. Variabel Dependen; Inflasi

Variabel Correlations Coefficients Nilai t Sig.t Constanta - 1,756 8,463 0,000 DPR -0,032 0,050 2,889 0,029 DER 0,002 0,001 3,007 0,040 Agency Cost -0,005 -0,064 -0,143 0,886 R = 0,474 ; Adj R Square = 0,221 ; Sig. F = 0,044

Tabel 5. Variabel Dependen; Struktur Kepemilikan

Variabel Correlations Coefficients Nilai t Sig.t Constanta 1,000 0,574 19,032 0,000 Return Saham 0,042 0,063 3,9973 0,045 Inflasi 0,011 0,006 0,210 0,834 Struktur Kepemilikan 0,035 0,043 1,354 0,176 R = 0,690 ; Adj R Square = 0,473 ; Sig. F = 0,033

Tabel 6. Variabel Dependen; Risiko Investasi

Pada model risiko investasi terlihat bahwasecara simultan variabel return saham, ownershipdan inflasi berpengaruh terhadap ownership, se-dangkan secara parsial hanya return saham yangberpengaruh terhadap risiko investasi.

PEMBAHASANPengaruh Investasi, Debt to Equity Ratio,Dividend Payout Ratio, Liquitity dan Return onInvestment terhadap Return Saham

Investasi memiliki pengaruh positif terhadapreturn saham. Apabila tingkat investasi di sebuahperusahaan tinggi, maka akan meningkatkan keper-cayaan investor terhadap perusahaan tersebutkarena pertumbuhan investasi tersebut dapat di-persepsikan sebagai good news bagi investor. Selainitu, peningkatan investasi ini akan dianggap seba-gai pertumbuhan perusahaan di masa yang akandatang. Myers (1977) menyatakan bahwa nilai per-

usahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pa-sar saham sangat dipengaruhi oleh peluang-peluanginvestasi dan pengeluaran discretionary di masa yangakan datang. Fama (1978) menyatakan bahwa nilaiperusahaan semata-mata ditentukan oleh keputus-an investasi. Pendapat tersebut dapat diartikanbahwa keputusan investasi itu penting, karena un-tuk mencapai tujuan perusahan hanya akan diha-silkan melalui kegiatan investasi perusahaan(Modigliani & Miller, 1958). Untuk itu, perusahaanharus terus meningkatkan kegiatan investasinyamelalui peningkatan nilai total aktivanya. Pertum-buhan aktiva ini mengindikasikan bahwa kegiataninvestasi yang dapat dilihat dari sisi aset perusaha-an selalu berkembang. Dan perkembangan aset iniakan menarik minat investor untuk menanamkanmodalnya di dalam perusahaan.

DER tidak memengaruhi nilai perusahaan.Apabila dilihat dari data terbukti bahwa utang per-usahaan yang tinggi tidak memengaruhi fluktuasi

Jurnal Keuangan dan Perbankan | KEUANGANVol. 15, No. 3, September 2011: 376–391

| 386 |

return saham. Return saham cenderung stabil wa-laupun ada kecenderungan menurun. Semakintinggi utang tidak selalu dianggap oleh investorsebagai kegagalan pengelolaan keuangan perusa-haan. Sebaliknya rendahnya utang tidak berartiperusahaan kekurangan dana. Investor akan meli-hat industri manufaktur itu sendiri. Terbukti per-usahaan yang bergerak di industri manufakturkhususnya food and beverage memiliki kontribusiyang tinggi terhadap IHSG dibandingkan denganindustri lainnya. Namun, bukan berarti bahwa in-vestor dapat mengabaikan rasio debt suatu perusa-haan. Sering kali kondisi financial distress yang diha-dapi perusahaan disebabkan oleh kegagalan dalammembayar utang. Proporsi utang yang semakintinggi menyebabkan fixed payment yang tinggi danakan menimbulkan risiko kebangkrutan (Natarsyah,2002).

DPR tidak berpengaruh terhadap return sa-ham. Hal ini menunjukan bahwa tinggi rendahnyadividen yang dibagikan kepada investor, tidakmemengaruhi return saham perusahaan. Jika dilihatdari hasil sebelumnya, investor lebih melihat inves-tasi sebagai good news bagi mereka. Pertumbuhaninvestasi yang tinggi merupakan signal positif yangdapat meningkatkan pendapatan mereka. Hasil inisesuai dengan teori Modigliani & Miller (MM) yangmenyebutkan bahwa nilai perusahaan tidak dipenga-ruhi oleh pembayaran dividen, tapi nilai perusaha-an dipengaruhi oleh kegiatan investasi perusahaan.

Likuiditas tidak berpengaruh terhadap re-turn saham. Tinggi rendahnya likuiditas perusaha-an tidak berpengaruh terhadap return saham. Likui-ditas adalah rasio kemampuan perusahaan di da-lam membayar kewajiban jangka pendeknya.Sesuai dengan hasil sebelumnya, investor tidak me-lihat pada sumber pendanaan perusahaan namunpada investasi perusahaan. Pada perusahaan sektormanufaktur, likuiditas lebih direalisasikan padapada pembelian aktiva yang permanen guna me-manfaatkan kesempatan investasi

Profitabilitas memiliki pengaruh positif ter-hadap return saham. Hal ini mengindikasikan bah-

wa semakin tinggi profitabilitas maka akan mening-katkan return saham. Hasil ini konsisten denganteori dan pendapat Mogdiliani dan Miller (MM)yang menyatakan bahwa nilai perusahaan diten-tukan oleh earnings power dari aset perusahaan.Hasil yang positif menunjukkan bahwa semakintinggi earnings power semakin efisien perputaranaset dan atau semakin tinggi profit margin yang di-peroleh oleh perusahaan. Hal ini berdampak padapeningkatan nilai perusahaan yang dalam hal inireturn saham satu tahun ke depan. Temuan pene-litian inipun mendukung signaling theory, Batta-charya (1979) yang menyatakan bahwa perusahaanyang mempunyai earning yang semakin meningkatmerupakan signal bahwa perusahaan tersebut mem-punyai prospek bagus di masa yang akan datang.Kesimpulan ini juga mendukung hasil penelitianterdahulu, antara lain Silalahi (2001), Natarsyah(2002), Kennedy (2003) dan Sujoko & Soebiantoro(2007).

Pengaruh SBI, Kurs dan Uang Beredar terhadapInflasi

Jumlah uang beredar berpengaruh signifikanterhadap inflasi dengan arah hubungan negatif.Hasil ini bertentangan dengan pernyataan Ardian-syah (2003), Sasana (2004), Rahmat (2008), dan de-ngan “Teori Kuantitas dan Sisa Tunai” dan “ModelMonetarist” yang menyebutkan bahwa pada dasar-nya inflasi disebabkan oleh ekspansi moneter (per-tambahan penawaran uang).

SBI memiliki pengaruh dengan arah hubung-an positif terhadap inflasi. Hasil ini sesuai denganpernyataan Ferdian (2001), Ardiansyah (2003), danBank Indonesia (2009). Kebijakan Bank Indonesiadalam menetapkan suku bunga SBI akan diresponoleh bank-bank yang mengeluarkan suku bungadeposito, sehingga pergerakan suku bunga depo-sito sesuai dengan SBI. Dengan meningkatnya SBI,mengakibatkan investasi pada sektor riil meng-alami penurunan yang berdampak pada penurunanoutput sehingga tingkat suku bunga mempunyai

Return Saham, Inflasi, dan Struktur Kepemilikan terhadap Risiko InvestasiSiti Komariah, Julenah, & M. Chudori

| 387 |

hubungan yang positif dengan tingkat inflasi. Inflasiyang terjadi karena cost push inflation. Penggunaansuku bunga ekspektasi inflasi sejalan dengan kebu-tuhan akan suatu instrumen yang secara efektif da-pat menjelaskan fenomena pergerakan inflasi se-bagai sasaran akhir bagi kebijakan moneter.

Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerikamemiliki pengaruh dengan arah hubungan positif.Hasil ini sesuai dengan pernyataan Sasana (2004)dan Rahmat (2008). Dampak perubahan nilai tukarterhadap inflasi melalui impor barang konsumsi,adalah karena harga impornya dapat langsung me-mengaruhi harga jual produk dimaksud di dalamnegeri (kelompok ini mempunyai elastisitas yangtinggi terhadap perubahan nilai tukar), sedangkandampak melalui impor bahan baku dan barang mo-dal yaitu pembentukan harganya melalui prosesproduksi terlebih dahulu. Sementara itu, jalurtransmisi tidak langsung terjadi melalui doronganpermintaan (demand pull), dimana kenaikan hargaluar negeri ataupun kenaikan nilai mata uang asingmengakibatkan peningkatan penghasilan produseneksportir dalam negeri sehingga dapat meningkat-kan permintaan mereka akan barang dan jasa didalam negeri. Dampak kenaikan permintaan inipada akhirnya akan menaikan harga. Bagi negarayang masih banyak mengimpor bahan baku mau-pun barang modal dari negara lain, depresiasi matauang domestik tersebut akan berdampak negatifbagi perkonomian domestik, yaitu adanya pening-katan biaya produksi yang disebabkan oleh kenaik-an harga bahan baku maupun barang modal sehing-ga menimbulkan kenaikan barang-barang produksidan berpotensi menimbulkan inflasi.

Pengaruh Dividend Payout Ratio, Debt to EquityRatio dan Agency Cost terhadap StrukturKepemilikan

DPR berpengaruh terhadap struktur kepe-milikan dengan arah hubungan positif. Hal ini me-nunjukan bahwa semakin tinggi komposisi pem-bagian dividen, maka akan meningkatkan struktur

kepemilikan. Investor institusional menginginkanpembagian dividen yang tinggi, karena dividenmerupakan salah satu pendapatan yang dapat dite-rima oleh investor. Namun hal ini bertentangandengan penelitian yang dilakukan oleh Murhadi(2008).

DER berpengaruh terhadap struktur kepemi-likan dengan arah hubungan positif. Hal ini me-nunjukan bahwa tingginya komposisi utang akanmeningkatkan kepemilikan perusahaan oleh insti-tusional. Tingginya utang tidak selalu diindikasi-kan sebagai bad news bagi para investor institusi.Tingginya utang dapat mendatangkan beberapakeuntungan, yaitu dapat menambah modal untukkepentingan investasi, dan ada juga tax deductibleeffect yaitu efek utang dapat menurunkan bebanpajak perusahaan akibat adanya biaya bunga.

Agency cost tidak berpengaruh terhadapstruktur kepemilikan. Hal ini dapat diartikan bah-wa tinggi rendahnya agency cost, tidak meme-ngaruhi kepemilikan institusional sebuah perusa-haan. Berdasarkan hasil sebelumnya, para pemilikinstitusional hanya melihat besarnya modal yangdimiliki perusahaan dan besarnya pendapatan yangbisa diperoleh. Investor tidak melihat tingginya biayakonflik perusahaan karena keinginan investoruntuk memperoleh pendapatan dan menambahmodal dengan utang untuk kepentingan investasidi masa mendatang sudah terpenuhi.

Pengaruh Return Saham, Inflasi dan StrukturKepemilikan terhadap Risiko Investasi

Return saham berpengaruh dengan arah hu-bungan positif terhadap risiko investasi. Semakintinggi return saham, akan meningkatkan risikoinvestasi. Hal ini sesuai dengan prinsip portofoliokeuangan yaitu high risk high return begitupunsebaliknya. Pada investasi jenis saham, return yangakan diperoleh jauh lebih tinggi dibandingkandengan investasi jenis lain, misalnya deposito.Namun, risiko yang ditimbulkanpun relatif lebihbesar dibandingkan dengan yang lainnya. Hasil ini

Jurnal Keuangan dan Perbankan | KEUANGANVol. 15, No. 3, September 2011: 376–391

| 388 |

sesuai dengan penelitian Habbiburrahman, Limbong(2007) dan Dewantoro & Sinaga (2009).

Inflasi tidak berpengaruh terhadap returnsaham. Inflasi yang mewakili variabel moneter ter-nyata tidak memengaruhi risiko investasi. Risikoinvestasi di dalam pasar modal lebih banyak di-pengaruhi oleh pemain saham itu sendiri dan jugakinerja perusahaan yang diwakili oleh tinggi ren-dahnya harga saham. Apabila seorang investoratau pemain saham memimiliki kemampuan ana-lisis yang sangat baik termasuk menganalisis ke-adaan moneter di suatu negara, maka mereka da-pat memperkecil bahkan menghindari risiko inves-tasi. Seperti hasil sebelumnya, risiko investasi lebihbanyak dipengaruhi oleh perkembangan harga sa-ham itu sendiri. Hasil ini sesuai dengan penelitianZubaidah.

Struktur kepemilikan tidak berpengaruh ter-hadap risiko investasi. Hal ini menunjukan bahwarisiko investasi tidak dipengaruhi besar kecilnyakomposisi kepemilikan manajerial perusahaan.Risiko investasi dipengaruhi oleh pergerakan hargasaham. Pergerakan harga saham ini sangat me-mengaruhi return khususnya bagi para investoryang tujuannya jangka pendek dalam perolehancapital gain, sedangkan para pemilik manajerial padaumumnya memiliki tujuan jangka panjang dalambentuk dividen. Sehingga hal ini tidak memenga-ruhi risiko investasi.

KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifi-kasi pengaruh return saham, inflasi, dan strukturkepemilikan terhadap risiko investasi pada perusa-haan manufaktur. Hasil penelitian menunjukkaninvestasi, DER, DPR, likuiditas dan ROI secara ber-sama (simultan) berpengaruh terhadap return saham.

Pengaruh secara parsial yang diberikanmasing-masing variabel sebagai berikut: investasiberpengaruh positif terhadap return saham. Pening-katan investasi akan dianggap sebagai pertumbuh-

an perusahaan di masa yang akan datang. Apabilatingkat investasi di sebuah perusahaan tinggi, ma-ka akan meningkatkan kepercayaan investor ter-hadap perusahaan karena pertumbuhan investasitersebut dapat dipersepsikan sebagai good news bagiinvestor sehingga dapat meningkatkan harga sa-ham. DER tidak berpengaruh terhadap return sa-ham. Semakin tinggi utang tidak selalu dianggapoleh investor sebagai kegagalan pengelolaan ke-uangan perusahaan. Sebaliknya rendahnya utangtidak berarti perusahaan kekurangan dana. Inves-tor akan melihat industri manufaktur itu sendiri.DPR tidak berpengaruh terhadap return saham.Hasil ini sesuai dengan teori Modigliani & Miller(MM) yang menyebutkan bahwa nilai perusahaantidak dipengaruhi oleh pembayaran dividen, tapinilai perusahaan dipengaruhi oleh kegiatan inves-tasi perusahaan. Likuiditas tidak berpengaruh ter-hadap return saham. Pada perusahaan sektormanufaktur, likuiditas lebih direalisasikan padapada pembelian aktiva yang permanen guna me-manfaatkan kesempatan investasi. Investasi ber-pengaruh positif terhadap return saham. Perusaha-an yang mempunyai earning yang semakin mening-kat merupakan signal bahwa perusahaan tersebutmempunyai prospek bagus di masa yang akan da-tang. Semakin tinggi earnings power semakin efisienperputaran aset dan atau semakin tinggi profit mar-gin yang diperoleh oleh perusahaan. Hal ini ber-dampak pada peningkatan nilai perusahaan yangdalam hal ini return saham satu tahun ke depan.

Tingkat suku bunga SBI, nilai tukar Rupiahterhadap US$ (kurs) dan jumlah uang beredar se-cara bersama (simultan) berpengaruh terhadapinflasi. Adapun pengaruh secara parsial yang dibe-rikan masing-masing variabel tersebut adalah se-bagai berikut: jumlah uang beredar (M2) berpengaruhnegatif terhadap inflasi. Hal ini mengindikasikanbahwa semakin banyak uang beredar di masyara-kat, maka akan menaikkan menurunkan tingkatinflasi. Uang beredar di dalam penelitian ini adalahM2, yaitu uang beredar yang umum dipegang olehmasyarakat, sedangkan untuk industri manufaktur

Return Saham, Inflasi, dan Struktur Kepemilikan terhadap Risiko InvestasiSiti Komariah, Julenah, & M. Chudori

| 389 |

sendiri, diindikasikan lebih banyak menggunakanM1. Tingkat suku bunga SBI berpengaruh positifterhadap inflasi. Penggunaan suku bunga ekspek-tasi inflasi sejalan dengan kebutuhan akan suatuinstrumen yang secara efektif dapat menjelaskanfenomena pergerakan inflasi sebagai sasaran akhirbagi kebijakan moneter. Nilai tukar Rupiah terha-dap US$ (Kurs) berpengaruh positif terhadap inflasi.Naiknya nilai mata uang Rupiah terhadap dolarAmerika (depresiasi mata uang domestik) berdam-pak pada peningkatan biaya produksi yang dise-babkan oleh kenaikan harga bahan baku maupunbarang modal sehingga menimbulkan kenaikanbarang-barang produksi dan berpotensi menim-bulkan inflasi.

DPR, DER dan agency cost secara bersama(simultan) berpengaruh terhadap return saham.Adapun pengaruh secara parsial yang diberikanmasing-masing variabel tersebut adalah sebagaiberikut: DPR berpengaruh positif terhadap struk-tur kepemilikan. Investor institusional mengingin-kan pembagian dividen yang tinggi, karena dividenmerupakan salah satu pendapatan yang dapat dite-rima oleh investor. DER berpengaruh positif terha-dap struktur kepemilikan. Tingginya utang tidakselalu diindikasikan sebagai bad news bagi para in-vestor institusi. Agency cost tidak berpengaruh ter-hadap struktur kepemilikan. Investor tidak meli-hat tingginya biaya konflik perusahaan karena ke-inginan investor untuk memperoleh pendapatandan menambah modal dengan utang untuk kepen-tingan investasi di masa mendatang sudah terpe-nuhi.

Return saham, inflasi, dan struktur kepemi-likan secara bersama (simultan) berpengaruh ter-hadap risiko investasi. Adapun pengaruh secaraparsial yang diberikan masing-masing variabel se-bagai berikut: return saham berpengaruh positifterhadap risiko investasi. Hal ini sesuai denganprinsip portofolio keuangan yaitu high risk high re-turn begitupun sebaliknya. Inflasi tidak berpengaruhterhadap risiko investasi. Risiko investasi di dalampasar modal lebih banyak dipengaruhi oleh pemain

saham itu sendiri dan juga kinerja perusahaan yangdiwakili oleh tinggi rendahnya harga saham. Apa-bila seorang investor atau pemain saham memilikikemampuan analisis yang sangat baik termasukmenganalisis keadaan moneter di suatu negara,maka mereka dapat memperkecil bahkan meng-hindari risiko investasi. Struktur kepemilikan tidakberpengaruh terhadap risiko investasi. Risikoinvestasi dipengaruhi oleh pergerakan hargasaham. Pergerakan harga saham ini sangat meme-ngaruhi return khususnya bagi para investor yangtujuannya jangka pendek dalam perolehan capitalgain, sedangkan para pemilik manajerial padaumumnya memiliki tujuan jangka panjang dalambentuk dividen.

Saran

Emiten sebaiknya memperhatikan faktor-faktor yang dapat memengaruhi return sahamnya,karena hanya return yang memengaruhi risikoinvestasi perusahaan. Hal ini sesuai dengan prinsipportofolio yang menyatakan high risk high return.

Sebaiknya pemerintah lebih berhati-hati da-lam menjalankan kebijakan moneternya, karenasetiap kebijakan moneter yang diambil akan ber-dampak pada inflasi.

Penelitian ini mendukung keterbatasan-ke-terbatasan baik pada variabel-variabel penelitian,unit observasi, maupun instrumen penelitian. Padapenelitian lanjutan dapat memperluas dengan me-nambahkan hal-hal berikut: perusahaan yang dite-liti tidak hanya terbatas pada satu industri saja,tetapi mencangkup banyak industri sehingga hasildapat melingkupi seluruh perusahaan yang listingdi BEI, sehingga tidak hanya indeks harga sahamsektoral yang dapat diteliti, namun indeks hargasaham gabungan. Variabel nilai perusahaan dapatmenggunakan ukuran lain, tidak hanya sebataspada risiko investasi saja, tapi bisa dikaji atau di-lengkapi dengan risiko perusahaan, risiko moneter,dan lain-lain. Untuk variabel struktur kepemilikan,lebih baik dikaji dengan beberapa jenis struktur

Jurnal Keuangan dan Perbankan | KEUANGANVol. 15, No. 3, September 2011: 376–391

| 390 |

kepemilikan, misalnya institutional dan public own-ership, sehingga dapat dilakukan perbandinganhasil dan analisis.

DAFTAR PUSTAKAAndrianus, F. & Niko, A. 2006. Analisa Faktor-Faktor

yang Mempengaruhi Inflasi di Periode 1997. JunalEkonomi Pembangunan, 2:2.

Ardiansyah, M. 2003. Pengaruh Variabel Keuanganterhadap Return Awal dan Return 15 Hari SetelahIPO di Bursa Efek Jakarta. Prosiding. SimposiumNasional Akuntansi IV.

Bank Indonesia. Laporan Triwulanan Bank Indonesia.Berbagai Edisi.

Bank Indonesia. Statistik Ekonomi KeuanganIndonesia.Berbagai Edisi.

Bhattacharya, S. 1979. Imperfect Information, DividendPolicy and The Bird In The Hand Fallacy. Bell Jour-nal of Economics, 10:259-270.

Chen, R.C. & Steiner,T, 1999. Managerial Ownership andAgency Conflicts: A Nonlinear SimultaneousEquation Analysis of Managerial Ownership, RiskTaking, Debt Policy, and Dividend Policy. Finan-cial Review, 34: 119--137.

Crutchley, C.E & Hansen, R.S. 1989. A Test of the AgencyTheory of Managerial Ownership, Corporate Le-verage, and Corporate Dividends. Financial Mana-gement (Winter), 36-46.

Dewantoro, M.A. & Sinaga, J.E.V. 2009. Analysis of In-vestment Holding-Period, Return, and Risk. BAI.

Endri. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang MempengaruhiInflasi di Indonesia. Jurnal Pembangunan Ekonomi,13(1).

Fama, E.F. 1978. The Effect of The Firm’s Invesment andFinancing Decision on the Welfare of it SecurityHolders. American Economics Review, 68: 272-284.

Friend, I. & Lang, L.H.P. 1988. An Empirical Test of theImpact of Managerial Self-Interest on CorporateCapital Structure. The Journal of Finance, 43: 271-282.

Gordon, M.J. 1963. Optimal Invesment and FinancingPolicy. Journal of Finance, 264-272.

Hadi, S.S. & Taufik, A. 2005. Analisis Faktor-Faktor yangMempengaruhi Tingkat Pengembalian HargaSaham Sektor Perdagangan pada Bursa EfekJakarta. Jurnal Ekonomi STE, 1.

Haruman, T., Komariah, S., & Henry, J. 2006 AnalisisBeberapa Variabel yang Mempengaruhi KebijakanDividen dan Pengaruhnya terhadap NilaiPerusahaan pada Industri Barang KonsumsiTahun 1994-2003. Prosiding, Seminar and Call forPapers on Knowledge Management. UniversitasWidyatama dan Institut Teknologi Bandung.

Haruman, T. 2006. Pengaruh Keputusan Keuanganterhadap Nilai Perusahaan Berdasarkan StrataStruktur Kepemilikan Studi Kasus pada IndustriManufaktur. Prosiding. Semiloka Nasional BetterManagement to Support Good Corporate Gover-nance, Kontribusi Pendidikan Tinggi Manajemendalam Peningkatan Daya Saing Usaha NasionalPasca Krisis. Fakultas Ekonomi dan ManajemenInstitut Pertanian Bogor.

Haryanto & Sugiharto,T. 2003. Pengaruh RasioProfitabilitas terhadap Harga Saham padaPerusahaan Industri di Bursa Efek Indonesia.Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 3: 141-154.

Haryanto, D., & Riyanto. 2007. Pengaruh Suku BungaSertifikat Bank Indonesia dan Nilai Kurs terhadapRisiko Sistematik Saham Perusahaan di BEJ. JurnalKeuangan dan Bisnis, 5(1): 24 – 40.

Institute for Economic and Financial Research. 2008. In-donesian Capital Market Directory 2003-2007.

Jensen, G.R., Solberg, D.P., & Zorn, T.S. 1992. SimultineousDetermination of Insider Ownership, Debt. andDividends Policies. Journal of Financial and Quanti-tative Analysis, 247-263.

Kim, W.S. & Sorensen, E.G. 1986. Evidence on the Impactof the Agency Cost of Debt on Corporate DebtPolicy. Journal of Finance and Quantitative Analysis,21: 121-144.

Mardiyah, A.A. 2002. Pengaruh Informasi Asimetri danDisclosure terhadap Cost of Capital. Jurnal RisetAkuntansi Indonesia, 5(2): 229-256.

Mehran, H., 1992. Executive Insentive Plans, CorporateControl and Capital Structure. Journal of Financeand Quantitative Analysis, 27: 539-560.

Return Saham, Inflasi, dan Struktur Kepemilikan terhadap Risiko InvestasiSiti Komariah, Julenah, & M. Chudori

| 391 |

Murhadi, W. 2008. Studi Kebijakan Dividen: Antesedendan Dampaknya terhadap Harga Saham. JurnalManajemen dan Kewirausahaan, 10(1).

Myers, S.C. 1977. Determinants of Corporate Borrowing.Journal of Financial Economics, 5: 147-175.

Natarsyah. Syahib. 2000. Analisis Pengaruh BeberapaFaktor Fundamental Dan Risiko SistematisTerhadap Harga Saham, Jurnal Ekonomi dan BisnisIndonesia, Vol 15. No. 3.294-312

Prasetyo, R. 2003. Analisis Saham Syariah dalam RangkaPengambilan Keputusan Investasi Syariah diPasar Modal. Skripsi. Universitas MuhammadiyahMalang.

Pribawanti, T.M. 2007. Analisis Pengaruh RasioKeuangan terhadap Total Return Saham padaPerusahaan Induatri Manufaktur yangMembagikan Dividen di Bursa Efek Jakarta. Skripsi.(Tidak Dipublikasikan). Universitas NegeriSemarang.

Rahayu, D. S. & Faisal. 2005. Pengaruh KepemilikanManajerial dan Institusional pada Struktur ModalPerusahaan. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 7(2): 190-203.

Rahmat, A.A. 2008. Analisis Faktor-Faktor yangMempengaruhi Inflasi di Indonesia. Skripsi. Uni-versitas Islam Indonesia Fakultas Ekonomi.Yogyakarta.

Rozeff, M. 1982. Growth, Beta, and Agency Cost as Deter-minants of Dividend Payout Ratios. Journal of Fi-nancial Research, 11(5): 249-259.

Sujoko & Soebiantoro. 2007. Pengaruh StrukturKepemilikan Saham, Leverage, Faktor Intern danFaktor Ekstern terhadap Nilai Perusahaan. JurnalManajemen dan Kewirausahaan, 9(1): 41-48.

Suranta, E. & Midiastuti, P. 2003. Hubungan KepemilikanManajerial, Nilai Perusahaan dan Investasidengan Model Persamaan Linier Simultan. JurnalRiset Akuntansi Indonesia, 6(1).

Tandelilin, E. 1997. Determinant of Systematic Risk: TheExperience of Some Indonesia Common Stock.Kelola, 16(4): 101-114.

Ulupui I. G. K. A. 2009. Analisis Pengaruh RasioLikuiditas, Leverage, Aktivitas, dan Profitabilitasterhadap Return Saham (Studi pada PerusahaanMakanan dan Minuman dengan Kategori IndustriBarang Konsumsi di BEJ). Jurnal Ekonomi Univer-sitas Udayana.

Widjaja, E. 2004. Analisi Pengaruh Inflasi terhadapTingkat Risiko Saham (Studi Kasus pada Saham-Saham Kategori LQ 45 Tahun 2001-2002).Atmajaya, XVIX(1): 55-67.

Yunan. 2009. Analisis Faktor-faktor yang MempengaruhiPertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Thesis. (TidakDipublikasikan). Universitas Sumatra Utara,Medan.

Yuniningsih. 2002. Interdepedensi antara Kebijakan Divi-dend Payout Ratio, Financial Leverage, danInvestasi pada Perusahaan Manufaktur yangListed. Jurnal Bisnis dan Ekonomi.