108

repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health
Page 2: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health
Page 3: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health
Page 4: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health
Page 5: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health
Page 6: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

PENDIDIKAN SARJANA KEPERAWATAN PROGRAM STUDI ILMU

KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS

PADANG

Skripsi, Agustus, 2016

DINA DESTRI PUTRI

12103084105010

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

ABORTUS DI RSUD DR. ADNAAN WD PAYAKUMBUH TAHUN 2016.

IX + VI BAB + 65 HALAMAN + 10TABEL + 2 SKEMA +7 LAMPIRAN.

ABSTRAK

Abortus adalah terhentinya atau keluarnya janin berumur 20 minggu atau berat janin kurang

dari 500 gram atau panjag janin kurang dari 25 cm. Di RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh

didapatkan dari catatan rekam medik 50 orang pasien mengalami abortus dalam 4 bulan

terakhir. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian abortus di RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh tahun 2016. Metode

penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan desainpendekatan Retrospektif

Study, kemudian data diolah dengan menggunakan uji Chi Square. Populasi dalam penelitian

ini adalah 200 orang dengan sampel sebanyak 50 orang responden. Hasil penelitian univariat

didapatkan lebih dari separoh 56 % usia pasien tidak beresiko, lebih dari separoh 58% faktor

paritas tidak beresiko, sedangkan jarak kehamilan sama 50% antara beresiko dengan tidak

beresiko dan riwayat abortus lebih separoh 54% pernah terjadi serta kejadian abortus lebih

separoh 66% tidak terjadi abortus. Hasil uji statustik didapatkan untuk usia nilai p value

0,016, paritas nilai p value 0,001, jarak kehamilan nilai p value 0,000 dan riwayat abortus

nilai p value 0,047, ke empat faktor abortus di atas nilai p value nya < 0,05. Kesimpulannya

ada hubungan antara faktor usia, paritas, jarak kehamilan, riwayat abortus dengan kejadian

abortus. Disarankan kepada institusi Rumah Sakit khususnya Ruang Kebidanan atau poli

kebidanan untuk dapat memberikan edukasi atau Pendidikan Kesehatan tentang faktor yang

berhubungan dengan kejadian abortus.

Kata kunci : Faktor-faktor, Kehamilan, Abortus.

Daftar bacaan : 21 (2002-2013)

Page 7: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM SCHOOL OF HEALTH SCIENCE

PERINTIS FOUNDATION WEST SUMATRA

Skripsi, Agustus 2016

DINA DESTRI PUTRI

FACTORS ASSOCIATED WITH GENESIS ABORTION IN HOSPITAL DR.

ADNAAN WD PAYAKUMBUH 2016

IX + VI CHAPTER (64 PAGE:YARD) + 10 TABLES+2PICTURES+7

ENCLOSURE

ABSTRACT

Abortion is the interruption or release of 20-week old fetus or fetal weight of less than 500

grams or panjag fetus is less than 25 cm. Abortion is influenced by several factors: age,

parity, spacing pregnancies and abortion history. In the Hospital Dr. Adnaan WD

Payakumbuh obtained from a medical record of 50 patients experienced a miscarriage in

the last 4 months. The purpose of this study was to determine the factors associated with the

incidence of abortion in Hospital Dr. Adnaan WD Payakumbuh 2016. This study used a

descriptive analytic methods Retrospective Study design approach, then the data is

processed by using Chi Square test. The population in this study were 200 people with a

sample of 50 respondents. Research results of univariate obtained more than half of the 56%

of the age of the patient is not at risk, more than half the 58% factor of parity is not at risk,

while the spacing pregnancies at 50% of risk with no risk and a history of abortion more

than half 54% never happened and abortion more than half 66 % not occur abortion. The

test results obtained for age statustik p value of 0.016, p value 0.001 parity, pregnancy

spacing p value of 0.000 and a history of abortion p value 0,047, the four factors of abortion

above its p value <0.05. In conclusion there is a relationship between age, parity, spacing

pregnancies, history of abortion by abortion. It is advisable to institutional Hospital

Midwifery or poly particular space to be able to provide education or health education

about abortion.

Keyword : Factors-factors , Pregnancy , Abortion .

Bibliography:21 (2002-2013)

Page 8: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

Rahmat dan Karunia-Nya kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan

Skripsi ini dengan judul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian

Abortus Di RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh Tahun 2016” sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan. Dalam penulisan

Skripsi ini, peneliti banyak mendapat bantuan, pengarahan, bimbingan dari

berbagai pihak, pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terima kasih

kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan sehingga

penulisan Skripsi ini dapat di selesaikan :

1. Terima kasih kepada bapak (almarhum) Dr. H .Rafki Ismail M.Ph selaku

pendiri kampus.

2. Bapak Yohandes Rafki, S.H, selaku ketua Yayasan Perintis Padang, yang

telah memberikan fasilitas dan sarana kepada penulis selama perkuliahan.

3. Bapak Yendrizal Jafri S.Kp M.Biomed selaku Ketua STIKes Perintis Padang.

4. Ibu Ns. Yaslina M. Kep, Sp. Kom selaku Ka Prodi Ilmu Keperawatan Perintis

Padang.

5. Ibuk Ns.Maera Delima ,M.Kep selaku pembimbing I yang telah meluangkan

waktu untuk memberikan pengarahan, bimbingan maupun saran serta

dorongan sehingga peneliti dapat menyelesaikan Skripsi ini.

6. Ibuk Ns.Erlinda Rosya M. Kep selaku pembimbing II yang juga telah

meluangkan waktu untuk memberi pengarahan, bimbingan, motivasi maupun

saran serta dorongan sehingga peneliti dapat menyelesaikan Skripsi ini.

7. Kepada Tim Penguji Skripsi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan

pengarahan, kritik maupun saran demi kesempurnaan Skripsi ini.

8. Dosen dan Staff Prodi Ilmu Keperawatan STIKes Perintis Padang yang telah

memberikan bekal ilmu dan bimbingan selama peneliti dalam pendidikan.

Page 9: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

ii

9. Semua pihak yang dalam kesempatan ini tidak dapat seluruhnya disebutkan

namanya satu persatu yang telah banyak membantu baik dalam penyelesaian

Skripsi ini maupun dalam menyelesaikan perkuliahan di Program Studi Ilmu

Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis Padang.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa Skripsi ini masih banyak

terdapat kekurangan-kekurangan. Hal ini bukanlah suatu kesengajaan

melainkan karena keterbatasan ilmu dan kemampuan Peneliti. Untuk itu

Peneliti mengharapkan tanggapan, kritikan dan saran yang bersifat

membangun dari semua pihak demi kesempurnaan Skripsi ini.

Akhir kata kepada-Nya jualah kita berserah diri, semoga Skripsi ini

dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya di bidang kesehatan. Wassalam

Bukittingi, Juni 2016

Peneliti,

Page 10: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ...................................................................................... vi

DAFTAR SKEMA ..................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 4

1. Tujuan Umum ................................................................ 4

2. Tujuan Khusus ............................................................... 4

D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 5

1. Bagi Peneliti ................................................................... 5

2. Bagi Institusi Rumah Sakit ............................................ 6

3. Bagi Institusi Rumah Pendidikan .................................... .6

E. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Abortus ....................................................................................... 7

1. Defenisi .................................................................................. 7

2. Etiologi .................................................................................. 15

3. Tanda gejala ........................................................................... 23

Page 11: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

4. Mekanisme Abortus .............................................................. 25

5. Klasifikasi ............................................................................. 26

6. Patofisiologi .......................................................................... 27

B. Kerangka Teori ........................................................................... 29

BAB III KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep ........................................................................ 30

B. Defenisi Operasional ................................................................... 31

C. Hipotesa....................................................................................... 33

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ......................................................................... 34

B. Tempat danWaktu Penelitian ...................................................... 34

C. Populasi, Sample dan Teknik Sampling .................................... 34

D. Pengumpulan Data ..................................................................... 36

E. Tenik Pengolahan dan Analisa Data .......................................... .37

F. Etika Penelitian ........................................................................... 38

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian ............................................................................. 39

1. Analisa Univariat .................................................................. 40

2. Analisa Bivariat ..................................................................... 43

B. Pembahasan .................................................................................. 47

1. Analisis Univariat.................................................................. 47

2. Analisis Bivariat .................................................................... 55

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .................................................................................. 63

B. Saran ............................................................................................. 64

Page 12: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 13: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

DAFTAR TABEL

Tabel 3.2 Defenisi Operasional ..................................................................... 26

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan faktor

usia di RSUD Dr. Adnaan WD Tahun 2016 ............................... 40

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Paritas

di RSUD Dr. Adnaan WD Tahun 2016 ....................................... 41

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jarak

Kehamilan di RSUD Dr. Adnaan WD Tahun 2016 ................... 41

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat

Abortus di RSUD Dr. Adnaan WD Tahun 2016 ........................ 42

Tabel 5. 5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan kejadian

abortus di RSUD Dr. Adnaan WD Tahun 2016 ......................... 42

Tabel 5.6 Hubungan Faktor Usia Dengan Kejadian Abortus di

RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh Tahun 2016

Hubungan Faktor Paritas Dengan Kejadian Abortus di

RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh Tahun 2016 ...................... 43

Tabel 5.7 Hubungan Faktor Paritas Dengan Kejadian Abortus

di RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh Tahun 2016 .................. 44

Tabel 5.8 Hubungan Faktor Jarak Kehamilan Dengan Kejadian

Abortus di RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh

Tahun 2016 ................................................................................... 45

Tabel 5.9 Hubungan Faktor riwayat abortus Dengan Kejadian

Abortus di RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh

Tahun 2016 ................................................................................... 46

Page 14: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

DAFTAR SKEMA

Skema 2.4 Kerangka Teori ............................................................................ 24

Skema 3.1 Kerangka Konsep ........................................................................ 25

Page 15: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Observasi

Lampran 2 : Jadwal Skripsi

Lampiran 2 : Surat Izin Pengambilan Data

Lampiran 3 : Lembar Konsultasi Bimbingan

Page 16: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap negara di dunia mempunyai komitmen untuk mencapai 8 sasaran

pembangunan milenium yang disingkat dengan MGDs (Millennium

Development Goals) untuk dicapai pada tahun 2020 sebagai satu paket tujuan

terukur untuk pembangunan dan pengentasan kemiskinan. Tantangan-

tantangan ini sendiri diambil dari seluruh tindakan dan target yang dijabarkan

dalam Deklarasi Milenium yang diadopsi oleh 189 negara termasuk Indonesia

dan ditandatangani oleh 147 kepala negara pada saat Konferensi Tingkat

Tinggi (KTT) Milenium di New York pada bulan september tahun 2000.

Adapun tujuan kelima MDGs yaitu meningkatkan kesehatan ibu mempunyai

dua target antara lain menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga

perempatnya antara 1990-2020 yaitu 97 serta mencapai dan menyediakan

akses kesehatan reproduksi untuk semua pada tahun 2020. Adapun kematian

ibu yang paling banyak yaitu diakibatkan oleh abortus.

Abortus adalah terhentinya (mati) dan 2 dikeluarkannya kehamilan sebelum

janin berumur 20 minggu (dihitung dari haid terakhir) atau berat janin kurang

dari 500 gram atau panjang janin kurang dari 25 cm (Ansar, 2002). Abortus

sangat terkait dengan Angka Kematian Ibu (AKI). Frekuensi abortus yang

secara klinis bertambah 12% pada wanita yang berusia kurang dari 20 tahun,

menjadi 26% pada wanita berumur diatas 40 tahun (Cunningham, 2005). Dari

sejumlah abortus yang terjadi ditemukan bahwa jika ibu berusia lebih dari 35

Page 17: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

2

tahun maka resiko itu lebih tinggi (Littler, 2010). Frekuensi abortus yang

secara klinis terdeteksi meningkat 12% pada wanita berusia kurang dari 20

tahun menjadi 26% pada mereka yang usianya lebih dari 40 tahun

(Cunningham, 2005).

Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang ibu baik lahir hidup

maupun mati. Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut

kematian maternal. Paritas 1 dan paritas lebih dari 3 mempunyai angka

kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian

maternal, sedangkan resiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah

dengan keluarga berencana. Sebagai kehamilan pada paritas tinggi adalah

tidak direncanakan (Wikjosastro, 2002).

Riwayat abortus pada penderita abortus merupakan predisposisi terjadinya

abortus berulang. Kejadiannya sekitar 3-5% data dari beberapa studi

menunjukkan bahwa setelah 1 kali abortus pasangan punya resiko 15% untuk

mengalami keguguran lagi, sedangkan bila pernah 2 kali, resiko nya akan

meningkat 25%. Beberapa studi meramalkan bahwa resiko abortus setelah 3

kali abortus berurutan adalah 30-45%. Menurut Suryadi (1994) penderita

dengan riwayat abortus 1 kali dan 2 kali menunjukkan adanya pertumbuhan

janin yang terlambat pada kehamilan berikutnya melahirkan bayi prematur.

Sedangkan dengan riwayat abortus 3 kali atau lebih, ternyata terjadi

pertumbuhan janin yang terlambat, prematuritas(Suryadi, 1994).

Menurut Rahmani (2013) Bila jarak kelahiran dengan anak sebelumnya

kurang dari 2 tahun. Rahim dan kesehatan ibu belum pulih dengan baik.

Page 18: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

3

Kehamilan dalam keadaan ini perlu di waspadai karena ada kemungkinan

pertumbuhan janin kurang baik, mengalami persalinan yang lama atau

perdarahan (abortus). Insidensi abortus meningkat pada wanita yang hamil

dalam 3 bulan setelah melahirkan.

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2002 diperkirakan 4,2 juta

abortus terjadi setiap tahun di Asia Tenggara Pada siklus hidupnya, wanita

mengalami tahap-tahap kehidupan di antaranya dapat hamil dan melahirkan.

Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang akan berakhir dengan

kelahiran bayi (Saifuddin, 2006). Kehamilan merupakan hal yang paling

membahagiakan bagi setiap pasangan suami istri yang telah menikah atau di

dalam keluarga. Selain itu juga merupakan ancaman bagi setiap wanita yang

disebabkan karena perubahan yang di alami ibu baik perubahan fisik,

emosional, perubahan sosial dalam keluarga, maupun resiko terjadinya

abortus.

Di Indonesia angka kejadian abortus berkisar antara 750.000 sampai 1,5 juta

kasus. Abortus di Indonesia terjadi baik di daerah perkotaan maupun

pedesaan. Data yang di rilis oleh Departemen Kesehatan RI pada tahun 2003

menyatakan tingkat abortus di Indonesia masih cukup tinggi di bandingkan

dengan Negara-Negara maju di dunia, yakni mencapai 2,3 juta abortus per

tahun (Depkes RI, 2003).

Di Sumatera Barat Angka kematian ibu tahun 2016 sebesar 230 per 100.000

kelahiran hidup dan menurun tahun 2007 sebesar 229 per kelahiran hidup

dengan angka kematian bayi (AKB) sebesar 2,7 per 1000 kelahiran hidup dan

Page 19: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

4

meningkat menjadi 16,5 per 1000 kelahiran hidup (DINKES Sumatera Barat,

2007). Kejadian abortus disebabkan oleh beberapa faktor tertentu.

Ada beberapa faktor yang merupakan predisposisi terjadinya abortus

misalnya faktor paritas dan usia ibu, risiko abortus semakin tinggi dengan

bertambahnya paritas dan semakin bertambahnya usia ibu. Usia kehamilan

saat terjadinya abortus dapat memberi gambaran tentang penyebab dari

abortus tersebut. Beberapa kehamilan berakhir dengan kelahiran tapi tidak

jarang yang mengalami abortus. (Prawirohardjo, 2009).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rahmani 2014, bahwa faktor-

faktor yang mempengaruhi terjadinya abortus pada ibu hamil adalah usia,

paritas, riwayat abortus, sosial ekonomi, pendidikan, penyakit infeksi,

alkohol, merokok, status perkawinan, dan jarak kehamilan

Berdasarkan survey awal yang dilakukan pada tanggal 21 April 2016 ke

beberapa rumah sakit, diantaranya RSUD Batusangkar terdapat 8 pasien yang

mengalami abortus dalam 2 bulan terakhir dan RSUD Suliki terdapat 4 orang

pasien mengalami abortus dalam 2 bulan terakhir, serta RSUD Dr. Adnaan

WD Payakumbuh didapatkan dari catatan rekam medik 50 orang pasien

mengalami abortus dalam 4 bulan terakhir. Ini merupakan angka kejadian

abortus yang tinggi yang tercatat di RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh

dibanding RSUD Batusangkar dan RSUD Suliki. Berdasarkan wawancara

kepada kepala ruangan kebidanan RSUD Dr. Adnan WD Payakumbuh

tanggal 22 april tahun 2016 mengatakan bahwa banyak pasien yang di rawat

Page 20: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

5

di ruang kebidanan karena mengalami abortus (RSUD Dr. Adnaan WD

Payakumbuh, 2016)

Oleh karena itu, berdasarkan survey awal yang dilakukan, peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian di RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh,

khususnya di ruang kebidanan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang peneliti merumuskan masalah “Faktor-faktor

apakah yang berhubungan dengan kejadian abortus di RSUD Dr. Adnaan WD

Payakumbuh tahun 2016.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian abortus di

RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh tahun 2016.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi distribusi frekuensi faktor resiko usia di RSUD

Dr. Adnaan WD Payakumbuh tahun 2016.

b. Mengidentifikasi distribusi frekuensi faktor resiko paritas di

RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh tahun 2016.

c. Mengidentifikasi distribusi frekuensi faktor jarak kehamilan

abortus di RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh tahun 2016.

Page 21: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

6

d. Mengidentifikasi distribusi frekuensi faktor resiko riwayat abortus

di RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh tahun 2016.

e. Mengidentifikasi kejadian abortus di RSUD Dr. Adnaan WD

Payakumbuh tahun 2016.

f. Mengidentifikasi hubungan faktor resiko usia dengan kejadian

abortus di RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh tahun 2016.

g. Mengidentifikasi hubungan faktor resiko paritas dengan kejadian

abortus di RSUD Payakumbuh tahun 2016.

h. Mengidentifikasi hubungan faktor resiko jarak kehamilan dengan

kejadian abortus di RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh.

i. Mengidentifikasi hubungan faktor resiko riwayat abortus dengan

kejadian abortus di RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh tahun

2016.

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam

mengaplikasikan mata ajar Riset Keperawatan khususnya tentang

faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian abortus di RSUD

Dr. Adnaan WD Payakumbuh tahun 2016.

Page 22: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

7

b. Bagi Institusi Kesehatan

Dari hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai informasi bagi

institusi tentang faktor-faktor kejadian abortus khususnya Ruang

Kebidanan di RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh tahun 2016.

c. Bagi Institusi Pendidikan

Data dan hasil yang di peroleh dapat menjadi bahan informasi dan

masukan wahana dalam pembelajaran Maternitas sehingga

informasi ini dapat di kembangkan dalam praktek belajar

lapangan.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan

kejadian abortus di RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh tahun 2016. Desain

penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan Retrospektif Study

dimana yang menjadi variabel independen usia, paritas, riwayat abortus, jarak

kehamilan. Sedangkan variabel dependennya adalah kejadian abortus di

RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh dan penelitian di lakukan dari tanggal

2-4 Agustus 2016. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang

berada di Ruang Kebidanan di RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh tahun

2016. Teknik pengumpulan menggunakan lembar observasi melalui status

pasien. Teknik pengolahan data dilakukan dengan cara editing, coding, entry,

dan cleaning. Analisis data diolah dengan menggunakan program

komputerisasi dan dianalisis dengan analisis univariat dan bivariat dengan

menggunakan uji statistik Chi-Square.

Page 23: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Abortus

1. Defenisi

Keguguran atau abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat

hidup didunia luar, tanpa mempersoalkan sebabnya. Menurut WHO, aborsi

berarti keluarnya janin dengan berat badan janin <500 gram atau usia

kehamilan <22 minggu. Mengingat kondisi penanganan bayi baru lahir

berbeda-beda di berbagai negara, usia kehamilan seperti pada defenisi abartus

dapat berbeda-beda pula. Di negara maju oleh karena teknologi ilmu

kedokteran yang canggih, keguguran saat ini artinya sebagai keluarnya hasil

konsepsi ketika usia kehamilan <20 minggu atau berat janin < gram

(Martaadisoebrata, 2013).

Kata abortus (aborsi, abortion) berasal dari bahasa latin aboriri-keguguran.

Menurut New Shorter Oxford Dictionari (2002), abortus adalah persalinan

kurang bulan sebelum usia janin yang memungkinkan untuk hidup, dalam hal

ini kata ini bersinonim dengan keguguran. Abortus juga berarti induksi

penghentian kehamilan untuk menghancurkan janin. Meskipun dalam konteks

medis kedua kata tersebut dapat diprtukarkan, pemakaian kata abortusoleh

orang awam mengisyaratkan penghentian kehamilan secara sengaja. Karena

itu, banyak orang cenderung memakai kata keguguran untuk menunjukkan

kematian janin spontan sebelum janin dapat hidup (Cuningham, 2012).

Page 24: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

9

Pembagian Abortus dapat di bagi menjadi dua golongan :

1. Abortus spontan

Abortus spontan yaitu abortus yang terjadi dengan tidak di dahuluai

faktor-faktor mekanis atau pun medisinalis, semata-mata disebabkan oleh

faktor-faktor alamiah (Sofian, 2011).

Abortus ini terbagi pula atas :

a. Abortus Iminens (Keguguran Mengancam).

Abortus yang disebut juga keguguran mengancam didiagnosis bila

seorang wanita sedang hamil <20 minggu mengeluarkan darah

pervaginam. Perdarahan dapat berlanjut selama beberapa hari atau

berulang, dapat pula disertai sedikit nyeri perut bawah atau nyeri

punggung bawah, seperti saat menstruasi. Sekitar 50% abortus

iminens akan menjadi abortus komplet atau inkomplet 50% kasus

akan melanjutkan kehamilannya. Risiko keguguran berkurang bila

janin sudah memperlihatkan aktifitas jantung pada pemeriksaan

ultrasonografi (USG), tetapi beberapa kepustakaan menyebutkan

adanya risik persalinan preterem atau gangguan pertumbuhan dalam

rahim pada kasus seperti ini.

Perdarahan yang sedikit pada kehamilan muda mungkin juga

disebabkan oleh hal ini, misalnya placental sign yaitu perdarahan dari

pembuluh-pembuluh darah sekitar plasenta. Gejala ini selalu di jumpai

pada kera Macacus rhesus yang sedang hamil. Erosi porsio lebih

mudah berdarah pada kehamilan, demikian juga polip serviks, ulserasi

vagina, kersinoma serviks, kehamilan ektopik dan kelaianan trofoblas

Page 25: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

10

harus dibedakan dari abortus iminens karena dapat pula menyebabkan

perdarahan per vaginam. Pemeriksaan spekulum dapat membedakan

polip, ulserasi vagina atau karsinoma serviks, sedangkan kelainan lain

didiagnosis dengan pemeriksaan ultrasonografi (Martaadisoebrata,

2013).

Menurut Sofian (2011) Keguguran belum terjadi sehingga kehamilan

dapat dipertahankan dengan cara :

1) Tirah baring

2) Gunakan preparat progesteron

3) Tidak berhubungan badan

4) Evaluasi secara berkala dengan USG untuk melihat

perkembangan.

b. Abortus Insipiens (Keguguran Berlangsung).

Abortus insipiens berarti abortus sedang berlangsung. Abortus ini

didiagnosis bila seorang wanita yang sedang hamil <20 minggu

mengalami perdarahan banyak, terkadang disertai gumpalan darah dan

nyeri karena kontraksi kuat uterus serta terdapat dilatasi serviks,

sehingga jari pemeriksa dapat masuk dan meraba ketuban. Kadang-

kadang, perdarahan dapat menyebabkan kematian ibu dan jaringan

yang tertinggal dapat menyebabkan infeksi, sehingga evakuasi harus

segera dilakukan. Janin biasanya sudah mati, sehingga upaya

mempertahankan kehamilan pada keadaan inii merupakan

kontraindikasi (Martaadisoebjata, 2013).

Page 26: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

11

c. Abortus Inkompletus (Keguguran Tidak Lengkap).

Abortus inkompletus didiagnosis sebagian hasil konsepsi telah lahir

atau teraba di vagina tetapi sebagian masih tertinggal, biasanya

jaringan plasenta. Perdarahan biasanya terus berlangsung, dapat

banyak membahayakan ibu. Ostium uteri sering kali tetap terbuka

karena masih ada benda didalam rahim yang di anggap sebagai benda

asing sehingga uterus akan berusaha mengeluarkannya dengan

berkontraksi sehingga ibu merasa nyeri tetapi tidak sehebat pada

abortus insipiens. Pada beberapa kasus, perdarahan todak banyak dan

bila dibiarkan serviks akan menutup kembali (Martaadisoebrata,

2013).

Gejala abortus inkompletus yaitu :

1) Amenorea

2) Sakit perut dan mules-mules

3) Perdarahan yang bisa sedikit atau banyak biasanya berupa

stolsel (darah beku).

4) Sudah ada keluar fetus atau jaringan pada abortus yang sudah

lama terjadi atau pada abortus provokatus yang dilakukan oleh

orang yang tidak ahli.

5) Sering terjadi infeksi.

Pada pemeriksaan dalam (V.T) untuk abortus yang baru terjadi

didapati serviks terbuka, kadang-kadang dapat diraba sisa-sisa

jaringan dalam kanalis servikalis atau kavum uteri, serta uterus yang

berukuran lebih kecil dari seharusnya (Sofian, 2011).

Page 27: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

12

d. Abortus kompletus (Keguguran Lengkap)

Bila hasil konsepsi lahir lengkap abortus disebut komplet dan kuretasi

tidak perlu dilakukan. Pada setiap abortus, jaringan yang terlahir harus

selalu diperiksa kelengkapannya untuk membedakan dengan kelainan

trofoblas (mola hidatidosa). Pada abortus komplet, perdarahan segera

berkurang setelah isi rahim dikeluarkan dan berhenti total selambat-

lambatnya setelah 10 hari, karena dalam masa ini luka rahim telah

sembuh dan epitelisasi telah selesai. Serviks juga segera menutup

kembali. Bila perdarahan masih berlangsung melebihi 10 hari setelah

abortus, harus dipikirkan kemungkinan aboryus inkomplet atau

endometritis pasca abortus (Martaadisoebrsta, 2013).

e. Abortus tertunda

Abortus tertunda terjadi bila hasil konsepsi yang telah mati tertahan di

dalam rahim selama 8 minggu atau lebih. USG menunjukkan bahwa

janin tidak utuh dan membentuk gambaran kompleks. Diagnosis via

USG tidak selalu mengharuskan hasil konsepsi tertahan >8 minggu,

asalkan ditemukan kehamilan yang nonvible tanda gejala perdarahan.

Disekitar janin yang sudah mati terkadang terdapat sedikit perdarahan

pervaginam, sehingga menimbulkan gambaran seperti abortus

iminens. Namun, rahim selanjutnya tidak membesar tetapi malah

mengecil karna air ketuban terasorpsi dan janinmengalami maserasi.

Tidak ada gejala bermakna lainnya, hanya saja amenorea terus

berlangsung. Abortus spontan biasanya terjadi selambat-lambat nya 6

minggu setelah janin mati. Bila kematian janin terjadi pada kehamilan

Page 28: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

13

yang masih muda sekali, janin akan lebih cepat dikeluarkan.

Sebaliknya, bila kematian janin terjadi pada kehamilan yang lebih

lanjut janin akan lebih lama tertahan/retensi.

f. Abortus Habitualis (Keguguran Berulang)

Hal ini juga disebut sebagai abortus spontan berulang dan keguguran

berulang dan keguguran berulang (reccurent spontaneous abortion

dan recurrent pregnansi loss yaitu abortus habitualis. Secara klasik

hal ini didefenisikan sebagai keguguran tiga kali berturut-turut atau

lebih pada 20 minggu atau kurang atau kurang denagan beratjanin

kurang dari500 gram. Sebagian besar wanita dengan keguguran

berulang mengalami kematian mudigah atau janin dini, dan sebagian

kecil keguguran setelah 14 minggu. Meskipun definisi ini menyatakan

tiga atau lebih dari keguguran. Banyak yang bersepakat bahwa

evaluasi ini harus dipertimbangkan setelah dua keguguran berturut-

turut. Hal ini karena resiko keguguran berikutnya setelah 2 kali

keguguran berturut-turut sama dengan yang terjadi setelah keguguran

tiga kali sekitar 30 % (Harger, dkk, 1983). Yang mencolok

kemungkinan kesuksesan kehamilan dapat mendekati 50 % bahkan

setalah enam kali keguguran.

Keguguran berulang perlu dibedakan dari keguguran sporadik yang di

jelaskan di bagian sebelumnya. Keguguran sporadik mengisyaratkan

bahwa ada kehamilan di antara keguguran yang menghasilkan bayi

sehat. Beberapa penulis membedakan keguguran berulang primer

belum pernah mengalami kehamilan yang sukses dari keguguran

Page 29: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

14

berulang sekunder pernah melahirkan bayi hidup karena kelompok

yang terakhir ini tidak mengalami risiko keguguran berikutnya sebesar

32 % sampai setelah tiga kali keguguran. Karena itu, evaluasi

keguguran rekuren kedua dapat ditunda sampai terjadi keguguran tiga

kali berturut-turut (Poland, 1977).

Penyebab keguguran serupa dengan keguguran sporadik, meskipun

insiden relatif berbeda antara kedua kategori. Sebagai contoh,

keguguran trimester pertama dengan keguguran berulang dengan

memperlihatkan insiden anomali genetik yang lebih rendah (Sullivan,

2004). Pada contoh lain faktor genetik sering menyebabkan kemtian

mudigah dini, sementara penyakit autoimun atau anatomis lebih besar

kemungkinannya menyebabkan keguguran trimester kedua (

Cuningham, 2012).

2. Abortus Provokatus

Abortus Provokatus adalah abortus yang di sengaja, baik dengan memakai

obat-obatan maupun alat-alat. Abortus ini terbagi menjadi :

a. Abortus medisinalis (abortus therapeutica).

Abortus medis adalah abortus karena tindakan kita sendiri dengan

alasan bila kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu

(berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mendapat

persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli (Sofian, 2012).

Abortus medisinalis (abortus terapeutik ) terbagi pula menjadi 2

bagian :

Page 30: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

15

1) Teknik aborsi bedah

Meliputi ekstraksi menstrual (aspirasi kavum

endometrium dengan kateter tipis dan spuit pada usia

kehamilan 5-8 minggu), kuretase vakum (dilatasi serviks

dan peningsapan uterus pada usia <14 minggu), D&C

(dilatasi serviks lebih lanjut dan kuretase dengan kuret

logam pada kehamialan <14 minggu) atau dilatasi dan

evakuasi (D&E dilatasi serviks lebar yang diikuti dengan

kuretase vakum setelah kehamilan 16 minggu). Tenda

laminaria, tenda lamicel, dan pesarium gemeprost adalah

produk-produk yang diinsersi ke dalam serviks untuk

memulai dilatasi dan mengurangi trauma pada serviks

(Wahyuningsih, 2009).

Komplikasi meliputi

a) Perdarahan

b) Infeksi

c) Perforasi uterus

d) Abortus inkomplet

e) Koagulopati konsumtif berpotensi fatal

f) Inkompetensi serviks selanjutnya atau sineka

uterus.

2) Induksi medis aborsi

Induksi medis aborsi dilakukan dokter sebelum kehamilan

berusia 8 minggu. Setelah kehamilan berusia 8 minggu,

Page 31: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

16

aborsi melalui tindakan bedah lebih dipilih, metotreksat

yang diberikan pada kehamilan awal menghambat kerja

asam folat, mencegah sintesis RNA dan DNA, dan

menyebabkan kematian sel, terutama memengaruhi

jaringan yang berpoliferasi cepat, seperti trofoplas.

Produksi HCG berhenti dan perlekatan

trofoblastik/desidual luruh dalam waktu 72 jam.

Misoprostol (Cytotec) adalah analog prostag landin

sintesis E1, yang meningkatkan amplitudo kontraksi

uterus, membantu pengeluaran isi. Antiprogesteron RU

486 (Mifepriston), agens antiprogenteron oral, dapat

diberikan bersama misoprostol untuk mengakhiri

kehamilan. Induksi medis aborsi setelah usia kehamilan 8

minggu dapat mencakup pematangan laminaria, induksi

oksitosin, prostagladin dan larutan hiperosmotik intra-

amniotik (Wahyuningsih,2009).

b. Abortus kriminalis

Abortus yang terjadi oleh tindakan-tindakan yang tidak legal atau

tidak berdasarkan indikasi medis (Sofian, 2009)

2. Etiologi

Penyebab abortus merupakan gabungan dari beberapa faktor, umumnya

abortus didahului oleh kematian janin. Pada 53 % abortus spontan trimester

pertama dan pada 36% abortus spontan trimester kadua, janin tidak normal.

Kebanyakan merupakan kemungkinan mutasi dan bukan kelainan yang akan

Page 32: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

17

berulang pada kehamilan berikut nya. Abortus spontan dengan kromosom

normal lebih sering dialami wanita usia lanjut 14-19% (Wahyuningsih, 2009).

Faktor-faktor yang dapat meningkatkanterjadinya abortus

1. Faktor Janin

Kelainan yang paling sering dijumpai adalah gangguan pertumbuhan

zigot, embrio, janin atau plasenta. Kelainan tersebut biasanya

menyebabkan abortus pada trimester pertama, berupa :

a. Kelainan telur

Telur kosong (blighted ovum), kerusakan embrio, kelainan

kromosom (monosomi, trisomi atau poliploidi), merupakan

sekitar 50% penyebab abortus.

b. Trauma embrio

Pasca sampling vili korionik, amniosentesis.

c. Kelainan pembentukan plasenta (Martaadisoebrata, 2013)

2. Faktor maternal

a. Infeksi

Beresiko bagi janin yang sedang berkembang, terutama pada

akhir trimester pertama atau awal trimester kedua. Penyebab

kematian jain tidak diketahui secara pasti akibat infeksi janin

atau oleh toksin yang di hasilkan mikroorganisme penyebab

infeksi. Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan abartus

antara lain :

Page 33: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

18

1) Virus

Rubella, sitomegalovirus, herpes simpleks,

varicella zoster, vassinia, campak, hepatitis, polio,

ensefalomielitis.

2) Bakteri

3) Parasit

b. Penyakit vaskular

Hipertensi, penyakit jantung

c. Kelainan endokrin

Abortus spondan dapat terjadi bila produksi progesteron tidak

mencakupi terjadi disfungsi tiroid atau defisiensi insulin.

d. Imunologi

Ketidak cocokan (inkompatibilitas) sistem HLA (Human

Leukocyte Antigen), SLE (System lupus erythematosus, lupus

eritematosus sistemik).

e. Trauma

Jarang terjadi, umumnya segera setelah trauma, misalnya

trauma akibat perdarahan.

1) Pengangkatan ovarium yang mengandung korpus

luteum graviditatum sebelum minggu ke-8.

2) Pembedahan intra abdominal dan pembedahan uterus

pada saat hamil.

Page 34: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

19

f. Kelainan uterus

Hipoplasia uterus, mioma (terutama mioma submukosa),

serviks atau retroflexio uteri gravidi

incarcerata)(martaadisoebrata, 2013)

3. Faktor eksternal

a. Radiasi

Dosis 1-10 rad dapat merusak janin berusia 9 minggu, dosis

lebih tinggi dapat menyebabkan keguguran.

b. Obat-obatan

Antagonis asam folat, antikoagulan, dll. Sebaiknya tidak

menggunakan obat-obatan ketika usia kehamilan< 16 minggu

kecuali obat terbukti tidak membhayakan janin atau indikasi

penyakit ibu yang parah.

c. Sosioekonomi, pendidikan, konsumsi kafein, dan ketika

sedang hamil tidak terbukti merupakan resiko abortus

(Martaadisoebrata, 2013).

4. Faktor resiko terjadinya abortus

a. Usia

Pada kehamilan usia muda keadaan ibu masih labil dan belum

siap mental untuk menerima kehamilannya. Akibatnya, selain

tidak ada persiapan, kehamilannya tidak di peliharadengan

baik. Kondisi ini menyebabkan ibu jadi stres dan akan

meningkatkan resiko terjadinya resiko abortus (Prawihardjo,

2002).

Page 35: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

20

Kejadian abortus berdasarkan usia 42% terjadi pada kelompok

usia di atas 35 tahun, kemudian di ikuti kelompok usia 30-34

tahun dan antara 25-29 tahun. Hal ini disebabkan usia di atas

35 tahun secara medik merupakan usia yang rawan untuk

kehamilan. Selain itu ibu cendrung memberi perhatian yang

kurang terhadap kehamilannya di karenakan sudah mengalami

kehamilan lebih dari sekali dan tidak bermasalah pada

kehamilan sebelumnya.

Pada usia 35 tahun atau lebih kesehatan ibu sudah menurun.

Akibatnya, ibu hamil pada usia itu mempunyai kemungkinan

lebih besar untuk mempunyai anak premature, persalinan

lama, perdarahan dan abortus (Leveno, 2009).

Resiko abortus meningkat seiring dengan usia ibu. Frekuensi

abortus yang secara klinis terdeteksi meningkat 12 % pada

wanita berusia <20 tahun, menjadi 26% pada usia >40 tahun.

Ibu yang telah mengalami abortus pada trimester 1 banyak

terdapat pada ibu yang hamil muda yaitu umur 18 tahun, lebih

rendah kejadiannya pada wanita 20-35 tahun dan berkembang

meningkat tajam pada usia >35 tahun (Cuninghams, 2005).

Kehamilan pada usia ibu <20 tahun merupakan resiko pada

ibu dan janin karena organ-organ reproduksi belum matang

dan berfungsi secara optimal termasuk endrometrium tempat

implementasi dan berkembangnya buah kehamilan untuk

Page 36: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

21

pemberian nutrisi, oksigenasi janin menyebabkan gangguan

pertumbuhan dan perkembangan (Depkes, RI, 2004).

b. Paritas

Pada kehamilan rahim ibu teregang oleh adanya janin. Bila

terlalu sering melahirkan, 4 anak atau lebih, maka perlu di

waspadai adanya gangguan pada waktu kehamilan, persalinan

nifas. Resiko abortus akan semakin meningkat dengan

bertambahnya paritas di samping lanjutnya usia ibu serta

ayah. Pada primipara, kejadian lebih tinggi dengan bayi yang

di lahirkan cenderung tidak matur atau komplikasi karena

merupakan pengalaman pertama terhadap kemampuan alat

reproduksi ibu dan kemungkinan akan timbul penyakit dalam

kehamilan dan persalinan, sedangkan pada grandemulti lebih

tinggi cenderung mengalami komplikasi dalam kehamilan

yang berpengaruh pada penghasilan.

Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang ibu

baik lahir hidup maupun mati. Paritas 2-3 merupakan paritas

paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1

dan paritas lebih dari 3 mempunyai angka kematian maternal

lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian

maternal, sedangkan resiko pada paritas tinggi dapat

dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana. Sebagai

kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan

(Wikjosastro, 2002).

Page 37: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

22

Seorang ibu yang melahirkan mempunyai resiko kesehatannya

dan juga bagi kesehatan anaknya. Hal ini beresiko karena

pada ibu dapat timbul kerusakan-kerusakan pada pembuluh

darah dinding uterus yang mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke

janin (Manuaba, 2010).

c. Riwayat abortus

Riwayat abortus pada penderita abortus merupakan

predisposisi terjadinya abortus berulang. Kejadiannya sekitar

3-5% data dari beberapa studi menunjukkan bahwa setelah 1

kali abortus pasangan punya resiko 15% untuk mengalami

keguguran lagi, sedangkan bila pernah 2 kali, resiko nya akan

meningkat 25%. Beberapa studi meramalkan bahwa resiko

abortus setelah 3 kali abortus berurutan adalah 30-45%.

Menurut Suryadi (1994) penderita dengan riwayat abortus 1

kali dan 2 kali menunjukkan adanya pertumbuhan janin yang

terlambat pada kehamilan berikutnya melahirkan bayi

prematur. Sedangkan dengan riwayat abortus 3 kali atau

lebih, ternyata terjadi pertumbuhan janin yang terlambat,

prematuritas.

Kejadian abortus diduga mempunyai efek terhadap

kehamilan berikutnya, baik pada timbulnya penyulit

kehamilan maupun pada hasil kehamilan itu sendiri. Wanita

dengan riwayat abortus mempunyai resiko yang lebih tinggi

Page 38: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

23

untuk terjadinya persalinan prematur, abortus

berulang(Prawirohardjo, 2009).

d. Jarak kehamilan

Menurut Rahmani (2013) Bila jarak kelahiran dengan anak

sebelumnya kurang dari 2 tahun. Rahim dan kesehatan ibu

belum pulih dengan baik. Kehamilan dalam keadaan ini perlu

di waspadai karena ada kemungkinan pertumbuhan janin

kurang baik, mengalami persalinan yang lama atau

perdarahan (abortus). Insidensi abortus meningkat pada

wanita yang hamil dalam 3 bulan setelah melahirkan.

Jarak kehamilan sangat mempengaruhi kesehatan ibu dan

janin yang dikandungnya. Seorang wanita memerlukan waktu

selama 2-3 tahun agar dapat pulih secara fisiologis dari satu

kehamilan atau persalinan dan mempersiapkan diri untuk

kehamilan berikutnya (Prawirohardjo, 2009)

Riwayat abortus pada penderita abortus merupakan

predisposisi erjadinya abortus berulang. Kejadiannya sekitar

3-5%. Data dari beberapa studi menunjukkan bahwa setelah 1

kali abortus pasangan punya resiko 15% untuk mengalami

keguguran lagi, sedangkan bila pernah 2 kali, risikonya akan

meningkat 25%. Beberapa studi meramalkan bahwa resiko

abortus setelah 3 kali abortus berurutan adalah 30-45%

(Prawirohardjo, 2009)

Page 39: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

24

Menurut Suryadi (1994) penderita dengan riwayat abortus

satu kali dan dua kali menunjukkan adanya pertumbuhan janin

yang terlambat pada kehamilan berikutnya melahirkan bayi

prematur. Sedangkan dengan riwayat abortus 3 kali atau lebih,

ternyata terjadi pertumbuhan janin yang terlambat,

prematuritas.

3. Tanda dan Gejala secara umum

1. Perdarahan vagina merah terang (segar), atau coklat gelap dan

dapat terjaditerus menerus untuk beberapa hari sampai 2 minggu

(Varney, 2002).

2. Nyeri kram ringan yang mirip dengan menstruasi atau nyeri

pinggang bawah (Kusmiyati, 2009).

3. Pemeriksaan ultrasuara yang menunjukkan cincin gestasi

terbentuk baik dengan gema dari embrio yang menunjukkan

bahwa kehamilan paling mungkin dianggap sehat (Cuningham,

2005).

4. Pemeriksaan tes kehamilan positif (Saifuddin, 2002).

5. Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum lemah, wajah

pucat, berkeringat banyak, tekanan darah menurun (Saifuddin,

2002).

6. Pada pemeriksaan dalam di temukan flukus ada (sedikit), ostium

uteri tertutup (Kusmiyati, 2009).

Page 40: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

25

Tanda dan gejala Abortus Spontan :

1. Abortus iminens

a. perdarahan sedikit

b. kadang di sertai rasa mulas.

2. Abortus insipiens

a. Perdarahan lebih banyak

b. Perut mules atau sakit lebih hebat

c. Pada pemeriksaan dijumpai perdarahan lebih banyak, kanalis

servikalis terbuka dan jaringan atau hasil konsepsi dapat di

raba.

3. Abortus inkomplit

a. Perdarahan memanjanf sampai terjadi keadaan anemis.

b. Perdarahaan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat.

c. Terjadi infeksi ditandai dengan suhu tinggi.

d. Dapat terjadi degenerasi ganas.

4. Abortus kompletus

a. Uterus telah mengecil

b. Perdarahan sedikit.

c. Canalis servikalis telah tertutup.

5. Abortus tertunda

a. Rahim tidak membesar, malahn mengecil karena absorbsi air

ketuban dan maserasi janin.

b. Buah dada mengecil kembali (Prawirohardjo, 2002).

Page 41: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

26

4. Mekanisme Abortus

Mekanisme awal terjadinya Abortus adalah lepasnya sebagian atau seluruh

bagian embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua. Kegagalan

fungsi plasenta yang terjadi akibat perdarahan subdesidua tersebut

menyebabkan terjadinya kontraksi uterus dan mengawali proses abortus. Pada

kehamilan kurang dari 8 minggu, embrio rusak atau cacat yang masih

terbungkus dengan sebagian desidua dan villi chorialis cenderung

dikeluarkan secara in to to, meskipun sebagian dari hasil konsepsi masih

tertahan dalam cavum uteri atau di canalis servicalis. Perdarahan pervaginam

terjadi saat proses pengeluaran hasil konsepsi.

Pada kehamilan 8-10 minggu, mekanisme diatas jug terjadi atau diawali

dengan pecahnya selaput ketuban lebih dulu dan diikuti dengan pengeluaran

janin yang cacat namun plasenta masih tertinggal dalam covum uteri. Plasenta

mungkin sudah berada dalam canalis servikalis atau masih melekat pada

dinding cavum uteri. Jenis ini sering menyebabkan perdarahan pervaginam

yang banyak. Pada kehamilan minggu ke 14-22, janin biasanya sudah

dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa saat kemudian.

Kadang-kadang plasenta masih tertinggal dalam uterus sehingga

menyebabkan gangguan kontraksi uterus dan terjadi perdarahan pervaginam

yang banyak. Perdarahan umumnya tidak terlalu banyak namun rasa nyeri

lebih menonjol. Dari penjelasan di atas jelas bhwa abortus ditandai dengan

adanya perdarahan uterus dan nyeri dengan intensitas beragam (

Prawirohardjo, 2002 ).

Page 42: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

27

5. Klasifikasi

Abortus dapat diklafikasikan berdasarkan kejadian dan gambaran klinis.

1. Berdasarkan kejadiannya

a. Abortus spontan adalah keluarnya hasil konsepsi tanpa

intersensi medis maupun mekanis, terjadi tanpa ada unsur

tindakan dari luar dan kekuatan sendiri.

b. Abortus buatan atau abortus provokatus (disengaja,

digugurkan), dibagi menjadi :

1) Abortus buatan menurut indikasi medis ( abortus

provokatus artifisialis atau theraupicus).

Abortus ini di sengajakan dilakukan sehingga

kehamilan dapat di akhiri. Upaya menghilangkan hasil

konsepsi dilakukan atas indikasi untuk menyelamatkan

jiwa ibu, misalnya : penyakit jantung, hipertensi

esensial dan karsionoma serviks. Keputusan ini di

tentukan oleh tim ahli yang terdiri atas dokter ahli

Kebidanan, penyakit dalam dan psikitri atau psikolog.

2) Abortus buatan kriminal (abortus provocatus

criminalis) adalah pengguguran kehamilan tanpa

alasan medis yang sah atau orang tidak berwenang dan

dilarang oleh hukum.

2. Berdasarkan gambaran klinis

a. Abortus iminens (keguguran mengancam)

b. Abortus insipiens (keguguran berlangsung)

Page 43: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

28

c. Abortus inkompletus (keguguran tidak lengkap)

d. Abortus kompletus (keguguran lengkap)

e. Abortus tertunda (missed abortion)

f. Abortus habitualis (keguguran berulang) (Martaadisoebrata, 2013).

6. Patofisiologis

Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis, ikuti nerloisi

jaringan yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing

dalam uterus. Sehingga menyebabkan uterus berkonsentrasi untuk

mengeluarkan benda asing tersebut. Apabila pada kehamilan kurang dari 8

minggu, nilai khorialis belum menembus desidua serta mendalam sehingga

hasil dapat dikeluarkan seluruhnya. Apabila kehamilan 8-14 minggu villi

khoriasli sudah menembus terlalu dalam hingga plasenta tidak dapat

dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan dari pada

plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta dan lengkap. Peristiwa ini

menyerupai persalinan dalam bentuk miniatur.

Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk, ada

kalanya kantung amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil tanpa

bentuk yang jelas, mungkin pula janin telah mati lama. Apabila yang mati

tidak dikeluarkandalam waktu singkat, maka ia dapat diliputi oleh lapisan

bekuan darah. Ini uterus dinamakan mola krenta. Bentuk ini menjadi mola

karnosa apabila pigmen darah telah diserap dalam sisinya terjadi organisasi,

sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain adalah mola tuberosa

dalam hal ini amnion tampak berbenjol-benjol karena terjadi hematoma

antara amion dan khorion.

Page 44: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

29

Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses

modifikasi janin mengering dan karena cairan amion menjadi kurang oleh

sebab diserap. Ia menjadi agak gepeng ( fetus kompresus ). Dalam tingkat

lebih lanjut ia menjadi tipis seperti kertas pigmenperkamen.

Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah

terjadinya maserasi, kulterklapas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar

karea terasa cairan dan seluruh jnin berwarna kemerah-merahan (Sarwono,

2006 ).

Page 45: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

30

Skema 2.1

Kerangka Teori

Abortus

Pengertian abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum

janin dapat hidup di luar tanpa mempersoalkan sebabnya

(Martadisoebrata, 2013

Abortus di bedakan

menjadi 2 :

Abortus Spontan :

1. Abortus iminens

2. Abortus insipiens

3. Abortus inkomplit

4. Abortus kompletus

5. Abortus tertunda

6. Abortus habitualis

(Martadisoebrata,

2013)

Abortus

buatan/provokatus :

1. Abortus

medisinalis

2. Abortus

kriminalis

(Sofian, 2013)

Faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian abortus

Faktor resiko :

1. Usia

2. Paritas

3. Riwayat abortus

4. Jarak kehamilan

(Rochmawati,

2013).

Page 46: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

31

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang

ingin diamati atau di ukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan

(Notoatmojo,2005).

Pada penelitian ini kerangka konsep digunakan untuk melihat hubungan

variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen Faktor-

faktor yang berhubungan dengan terjadinya abortus Sedangkan variabel

dependen yaitu kejadian abortus pada ibu hamil. Dari kerangka konsep diatas

akan terlihat faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian abortus pada

ibu hamil di RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh.

Variabel Independen Variabel Dependen

Skema 3.1

Kerangka Konsep

Faktor Resiko

1. Usia

2. Paritas

3. Riwayat abortus

4. Jarak kehamilan

Kejadian Abortus

Page 47: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

32

B. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah mendefenisikan variabel secara operasional

berdasarkan karakteristik yang di amati, sehingga memungkinkan peneliti

untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu

objek dan fenomena (Nursalam, 2011). Variabel adalah sesuatu yang

digunakan sebagai ciri, sifat, ukuran yang di miliki oleh satuan penelitian

tentang suatu konsep pengertian tertentu (Nursalam, 2011).

Tabel B

Defenisi Operasional

Variabel Defenisi

Operasional

Cara

Ukur

Alat

Ukur

Skala

ukur

Hasil ukur

Variabel

dependen

Kejadian

abortus

Berakhirnya

kehamilan

sebelum janin

dapat hidup di

dunia luar tanpa

mempersooalka

n sebabnya.

Ceklis Lembar

observa

si

Nominal 1. Terjadi

abortus.

2. Tidak

terjadi

abortus.

Variabel

independen

1. Usia

Pada kehamilan

usia muda

keadaan ibu

masih labil

belum siap

mental untuk

menerima

kehamilannya,

akibatnya selain

tidak ada

persiapan

kehamilan tidak

di pelihara

dengan baik.

Ceklis Lembar

observa

si

Nominal 1. Beresiko

abortus

(<20

tahun/>35

tahun)

2. Tidak

beresiko

Abortus

(>20tahun

/<35

tahun)

(Prawiroh

ardjo,

2002)

2. Paritas Pada kehamilan

rahim ibu

teregang oleh

adanya janin,

bila terlalu

sering

melahirkan

Ceklis Lembar

observa

si

Nominal 1. Beresiko

abortus

(>3

paritas)

2. Tidak

beresiko

abortus

Page 48: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

33

rahim akan

semakin lemah,

bila ibu

melahirkan 4

anak atau lebih

maka perlu di

waspadai

adanya

gangguan waktu

kehamilan,

persalinan nifas.

(<3

paritas)

(Wikjosas

tro, 2002)

3. Jarak

kehamil

an

Bila jarak

kelahiran

dengan anak

sebelumnya

kurang dari 2

tahun rahim dan

kesehatan ibu

belum pulih

dengan baik.

Kehamilan

dalam kedaan

ini perlu

diwasadai

karena adanya

kemungkinan

pertumbuhan

janin yg kurang

bagi mengalami

persalinan yang

lama atau

perdarahan

(abortus).

Ceklis Lembar

observa

si

Nominal 1. Beresiko

abortus (< 2

tahun)

2. Tidak

beresiko

abortus (>2

tahun)

(Prawirohar

djo, 2009)

4. Riwayat

abortus

Penderita

dengan riwayat

abortus 1 kali

dan 2 kali

menunjukkan

adanya

pertumbuhan

janin yang

terlambat pada

kehamilan

berikutnya

melahirkan bayi

prematur

sedangkan

dengan riwayat

Ceklis Lembar

observa

si

Nominal 1. Pernah

abortus

2. Tidak

pernah

abortus

Page 49: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

34

abortus 3 kali

atau lebih

ternyata terjadi

pertumbuhan

janin yang

terlambat.

C. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara yang kebenarannya akan dibuktikan

dalam penelitian. Hipotesis ditarik dari serangkaian fakta yang muncul

sehubungan dengan masalah yang diteliti (Nursalam, 2011).

Berdasarkan kerangka konsep dan defenisi operasinal, maka hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini adalah :

Ha :

1. Ada hubungan faktor usia dengan kejadian abortus pada ibu hamil di

RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh tahun 2016.

2. Ada hubungan paritas dengan kejadian abortus pada ibu hamil di RSUD

Dr. Adnaan WD Payakumbuh tahun 2016.

3. Ada hubungan faktor jarak dengan kejadian abortus pada ibu hamil di

RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh.

4. Ada hubungan faktor riwayat abortus dengan kejadian abortus pada ibu

hamil di RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh.

Page 50: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

35

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian abortus di Ruang Kebidanan di RSUD Dr.

Adnaan WD Payakumbuh tahun 2016. Faktor-faktor tersebut adalah faktor

resiko usia, paritas, jarak kehamilan, riwayat abortus. Pengumpulan data

dilakukan dengan pendekatan secara Retrospektif Study, yaitu pengumpulan

data di mulai dari efek atau akibat yang telah terjadi, kemudian dari efek

tersebut di telusuri penyebabnya atau variabel-variabel yang mempengaruhi

akibat tersebut (Notoatmodjo, 2005).

B. Tempat dan Waktu

Penelitian ini telah dilaksanakan di Ruang Kebidanan RSUD Dr. Adnaan WD

Payakumbuh tahun 2016. Peneliti memilih rumahsakit ini sebagai tempat

penelitian karena mempunyai jumlah populasi abortus yang cukup banyak.

Penelitian dilakukan pada tanggal 2 s/d 4 Agustus 2016.

C. Populasi.

1. Populasi

Populasi menurut Notoatmodjo (2005) adalah keseluruhan objek

penelitian atau objek yang akan diteliti. Populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai

kuantitas dan kharakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Hidayat, 2009). Semua

pasien yang mengalami kejadian abortus dirawat di Ruang Kebidanan

Page 51: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

36

RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh bulan Januari-April tahun 2016

adalah sebanyak 50 orang dijadikan sampel.

D. Pengumpulan Data

1. Alat pengumpulan data

Pengumpulan data menggunakan alat Pengumpulan data berupa lembar

observasi merupakan alat ukur berupa angket/lembar ceklis (Hidayat,

2008).

Peneliti menggunakan lembar ceklis yang diisi langsung oleh peneliti.

Variabel independen dalam penelitian ini adalah faktor resiko usia, paritas,

jarak kehamilan, riwayat abortus sedangkan variabel dependennya

kejadian abortus.

2. Prosedur pengumpulan data

Peneliti mengajukan surat permohonan izin peneliti yang dikeluarkan oleh

Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Perintis Padang yang ditujukan

kepada direktur RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh. Mendapatkan izin

dari RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh pergi Ruang Rekam Medik

RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh unuk memberikan surat izin guna

mendapatkan data awal serta untuk penelitian nantinya. Setelah

mendapatkan data awal peneliti melakukan identifikasi status pasien.

3. Mengkode data (Coding)

Pada variabel kejadian abortus di kategorikan dengan tidak terjadi biberi

kode dengan 2, terjadi diberi kode 1. Untuk faktor usia tidak beresiko

diberi kode 2, beresiko di beri kode 1. Untuk paritas diberi kode beresiko

1, tidak beresiko 2. Untuk jarak kehamilan 1 beresiko abortus, 2 tidak

Page 52: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

37

beresiko abortus. Riwayat abortus diberi kode 1 pernah terjadi abortus, 2

tidak pernah terjadi abortus.

4. Memasukkan data(Enty)

Data yang di periksa dan di beri kode kemudian di masukkan ke dalam

komputer dan proses menggunakan program komputer.

5. Membersihkan data (Cleaning)

Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry pakah

ada kesalahan atau tidak.

6. Tabulasi (Tabulating)

Yakni membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian atau yang

diinginkan oleh peneliti (Notoatmodjo, 2012).

E. Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian, yang disajikan dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi dan persentase (Notoatmodjo, 2010).

Rumus ;

P = F X 100%

N

Keterangan :

P : Persentase

F : Frekuensi

N : Jumlah responden

Page 53: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

38

2. Analisa bivariat

Analisa ini bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya hubungan variabel

independen dan variabel dependen dengan tingkat kepercayaan 95%

(pvalue <0,05) dengan menggunakan analisis Chi-Square test sistem

komputerisasi

Rumus = X = Σ (O-E)2

E

Keterangan:

O = nilai observasi

E = nilai ekspektasi (harapan)

k = jumlah kolom

b = jumlah baris

F. Etika Penelitian

Sebelum dilakukan penelitian terlebih dahulu peneliti melakukan

pengurusan proses penelitian ke pendidikan, mulai dari perizinan dari

Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis

Sumatera Barat, kemudian peneliti menghubungi bagian umum Kesatuan

Bangsa Dan Politik (KESBANGPOL) Kota Payakumbuh, setelah itu

kebagian Diklat di RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh untuk

mendapatkan izin pengambilan data dan penelitian. Setelah mendapatkan

izin, peneliti melanjutkan menghubungi kepala ruangan untuk meminta

izin pengambilan data dan selanjutnya melakukan penelitian.

Page 54: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

39

Pengumpulan data yang dilakukan peneliti dengan pendekatan secara

retrospektif study melihat dari status pasien.

1. Anomity (Tanpa Nama)

Menjaga kerahasian subjek, identitas responden tidak perlu dicantumkan

nama responden tetapi pada lembar pengumpulan data peneliti hanya

mencantumkan atau menuliskan dengan memberikan kode.

2. Confidentiality (Kerahasiaan)

Informasi yang telah diberikan oleh responden serta semua data yang telah

terkumpul dijamin kerahasiaannya oleh peneliti. Informasi tersebut tidak

akan dipublikasikan atau diberikan ke orang lain tanpa seizin responden.

Page 55: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

40

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian yang telah dilakukan pada responden sebanyak 50 orang

responden dengan judul faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadiam

abortus di RSUD Dr. Adnan WD Payakumbuh 2016. Penelitian ini dilakukan

mulaitangaal 02 Agustus 2016 sampai dengan 04 Agustus 2016.

B. Analisa Univariat

Hasil penelitian yang peneliti dapat pada responden yang berjumlah sebanyak

50 orang responden, maka peneliti mendapatkan hasil univariat tentang

faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadiam abortus di RSUD Dr.

Adnan WD Payakumbuh 2016 sebagai berikut pada tabel dibawah ini.

1. Faktor Usia

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi PasienBerdasarkan Faktor Usia di RSUD Dr.

Adnaan WD Tahun 2016

Faktor Usia Frekuensi Persentase %

Beresiko 22 44

Tidak beresiko 28 56

Total 50 100

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwalebih dari separoh faktor usia

yang tidak beresiko sebanyak 28 orang pasien (56 %).

Page 56: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

41

2. Faktor Paritas

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Pasien Berdasarkan Faktor Paritas di RSUD Dr.

Adnaan WD Tahun 2016

Paritas Frekuensi Persentase %

Beresiko 29 58

Tidak Beresiko 21 42

Total 50 100

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwalebih dari separoh faktor paritas

yang besiko sebanyak 29 orang pasien (58%).

3. Faktor Jarak Kehamilan

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Pasien Berdasarkan Jarak Kehamilan di

RSUD Dr. Adnaan WD Tahun 2016

Jarak Kehamilan Frekuensi Persentase %

Tidak Beresiko 25 50

Beresiko 25 50

Total 50 100

Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwaseparoh mempunyai faktor

jarak kehamilan tidak beresiko sebanyak 25 orang pasien (50%), sama

dengan yang beresiko sebanyak 25 orang (50%).

Page 57: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

42

4. Faktor Riwayat Abortus

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Pasien Berdasarkan Riwayat Abortus di RSUD

Dr. Adnaan WD Tahun 2016

Riwayat Abortus Frekuensi Persentase %

Pernah terjadi abortus 27 54

Tidak pernah terjadi 23 46

Total 50 100

Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwalebih dari separoh pernah

terjadi abortus 27 orang (54%).

5. Kejadian Abortus

Tabel 5. 5

Distribusi Frekuensi Pasien Berdasarkan Kejadian Abortus di RSUD

Dr. Adnaan WD Tahun 2016

Kejadian Abortus Frekuensi Persentase %

Terjadi 17 34

Tidak terjadi 33 66

Total 50 100

Berdasarkan tabel 5.5dapat dilihat bahwalebih dari separoh kejadian

abortus tidak terjadi sebanyak 33 orang responden (66%).

Page 58: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

43

a. Analisa Bivariat

Berdasarkan analisa bivariat yang peneliti lakukan, faktor-faktor apakah yang

berhubungan dengan kejadian abortus di RSUD DR. Adnaan WD

Payakumbuh tahun 2016. Memakai rumus Chi Square dengan alpha = 0,05

sebagai berikut dibawah ini.

1. Hubungan Faktor Usia Dengan Kejadian Abortus di RSUD

Dr.Adnaan WD Payakumbuh Tahun 2016

Tabel 5.6

Hubungan Faktor Usia Dengan Kejadian Abortus di RSUD Dr.

Adnaan WD Payakumbuh Tahun 2016

Faktor

usia

Kejadian abortus Total

P

value

OR

value Terjadi

Tidak

Terjadi

f % f % f %

Beresiko

12 54,5 10 45,5 22 100

0,016 5,520 Tidak

Beresiko 5 17,9 23 82,1 28 100

Total 17 34 33 66 50 100

Berdasarkan tabel 5.6 didapatkan bahwa faktor usia yangberesiko terjadi

abortus sebanyak 12 orang (54,5), faktor usia yang beresikotidak terjadi

abortus sebanyak 10 orang (45,5%), faktor usia yangtidak beresiko terjadi

abortus sebanyak 5 orang (17,9), faktor usia yang tidak beresiko tidak

terjadi abortus sebanyak 23 orang (82,1). Hasil uji statistik didapatkan nilai

p value 0,016 dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan antara faktor

usia dengan kejadian abortus. Hasil analisis di dapatkan nilai OR = 5,520

artinya faktor usia yang beresiko berpeluang 5,520 kali terjadinya kejadian

abortus dibandingkan dengan yang tidak beresiko.

Page 59: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

44

2. Hubungan Faktor Paritas Dengan Kejadian Abortus di RSUD Dr.

Adnaan WD Payakumbuh Tahun 2016

Tabel 5.7

Hubungan Faktor Paritas Dengan Kejadian Abortus di RSUD Dr.

Adnaan WD Payakumbuh Tahun 2016

Faktor

paritas

Kejadian abortus Total

P

value

OR

value Terjadi

Tidak

Terjadi

f % f % f %

Beresiko

16 55,2 13 44,8 29 100

0,001 24,615 Tidak

Beresiko 1 4,8 20 95,2 21 100

Total 17 34 23 66 50 100

Berdasarkan tabel 5.7 didapatkan bahwa faktor paritas yang beresiko

terjadi abortus sebanyak 16 orang (55,2%), faktor paritas yang

beresikotidak terjadi abortus sebanyak 13 orang (44,8%), faktor paritas

yang tidak beresiko terjadi abortus sebanyak 1 orang (4,8%), faktor

paritastidak beresikotidak terjadi abortus sebanyak 20 orang (95,2%).

Hasil uji statistik didapatkan nilai p value 0,001 dapat disimpulkan bahwa

adanya hubungan antara faktor paritas dengan kejadian abortus. Hasil

analisis di dapatkan nilai OR = 24,615artinya faktor paritas yang beresiko

berpeluang 24,615 kali terjadinya kejadian abortus dibandingkan dengan

yang tidak beresiko.

Page 60: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

45

3. Hubungan Faktor Jarak Kehamilan Dengan Kejadian Abortus di

RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh Tahun 2016

Tabel 5.8

Hubungan Faktor Jarak Kehamilan dengan Kejadian Abortus di

RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh Tahun 2016

Faktor

jarak

kehamilan

Kejadian abortus Total

P

value

OR

value Terjadi

Tidak

Terjadi

f % f % f %

Beresiko

15 60 10 40 25 100

0,000 17,250 Tidak

Beresiko 2 8 23 92 25 100

Total 17 34 33 66 50 100

Berdasarkan tabel 5.8 didapatkan bahwa faktor jarak kehamilan yang

beresiko terjadi abortus sebanyak 15 orang (60%), faktor jarak kehamilan

yang beresikotidak terjadi abortus sebanyak 10 orang (40%), faktor jarak

kehamilan yang tidak beresikoterjadi abortus sebanyak 2 orang (8%),

faktor jarak kehamilantidak beresikotidak terjadi abortus sebanyak 23

orang (92%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p value 0,000 dapat

disimpulkan bahwa adanya hubungan antara faktor jarak kehamilan

dengan kejadian abortus. Hasil analisis di dapatkan nilai OR = 17,250

artinya faktor jarak kehamilan yang beresiko berpeluang 17,250 kali

terjadinya kejadian abortus dibandingkan dengan yang tidak beresiko.

Page 61: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

46

4. Hubungan Faktor Riwayat Abortus dengan Kejadian Abortus di

RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh Tahun 2016

Tabel 5.9

Hubungan Faktor Riwayat Abortus dengan Kejadian Abortus di

RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh Tahun 2016

Faktor

riwayat

abortus

Kejadian abortus Total

P

value

OR

value Terjadi

Tidak

Terjadi

f % f % f %

Pernah

terjadi

13 48,1 14 51,9 27 100

0,047 4,411 Tidak

pernah

terjadi

4 17,4 19 82,1 23 100

Total 17 34 33 66 50 100

Berdasarkan tabel 5.9 didapatkan bahwa pernah terjadifaktor riwayat

abortus terjadi abortus sebanyak 13 orang (48,1%),pernah terjadi faktor

riwayat abortustidak terjadi abortus sebanyak 14 orang (51,9%), tidak

pernah terjadifaktor riwayat abortus terjadi abortus sebanyak 4 orang

(17,4%), tidak pernah terjadifaktor riwayat abortustidak terjadi abortus

sebanyak 19 orang (82,1%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p value

0,047 dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan antara faktor riwayat

abortus dengan kejadian abortus. Hasil analisis di dapatkan nilai OR =

4,411 artinya pernah terjadinya faktor riwayat abortus berpeluang 4,411

kali terjadinya kejadian abortus dibandingkan dengan yang tidak beresiko.

Page 62: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

47

B. PEMBAHASAN

1. Analisis Univariat

a. Faktor Usia

Hasil penelitian dapat dilihat bahwa lebih dari separoh faktor usia yang

tidak beresiko sebanyak 28 orang responden (56 %).

Berdasarkan penelitian Putri, pada tahun 2013 di Rumah Sakit Umum

Pusat Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten bahwa usia <20 tahun >35 tahun

mengalami abortus di dapatkan hasil distribusi frekuensi umur ibu 26%

yang beresiko abortus.

Sedangkan menurut penelitianRicika (2014), dengan judul penelitian

hubungan umur dengan kejadian abortus di RSU PKU Muhammadiyah

Bantul tahun 2014. Didapatkan hasil distribusi frekuensi umur ibu dari 30

orang responden yang mengalami abortus didapatkan 18 responden (60%)

dengan umur tidak beresiko, dan 12 responden (40%) dengan umur

beresiko.

Pada kehamilan usia muda keadaan ibu masih labil dan belum siap mental

untuk menerima kehamilannya. Akibatnya, selain tidak ada persiapan,

kehamilannya tidak di peliharadengan baik. Kondisi ini menyebabkan ibu

jadi stres dan akan meningkatkan resiko terjadinya resiko abortus

(Prawihardjo, 2002).

Pada usia 35 tahun atau lebih kesehatan ibu sudah menurun. Akibatnya,

ibu hamil pada usia itu mempunyai kemungkinan lebih besar untuk

Page 63: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

48

mempunyai anak premature, persalinan lama, perdarahan dan abortus

(Leveno, 2009).

Resiko abortus meningkat seiring dengan usia ibu. Frekuensi abortus yang

secara klinis terdeteksi meningkat 12 % pada wanita berusia <20 tahun,

menjadi 26% pada usia >40 tahun. Ibu yang telah mengalami abortus pada

trimester 1 banyak terdapat pada ibu yang hamil muda yaitu umur 18

tahun, lebih rendah kejadiannya pada wanita 20-35 tahun dan berkembang

meningkat tajam pada usia >35 tahun (Cuninghams, 2005).

Kehamilan pada usia ibu <20 tahun merupakan resiko pada ibu dan janin

karena organ-organ reproduksi belum matang dan berfungsi secara optimal

termasuk endrometrium tempat implementasi dan berkembangnya buah

kehamilan untuk pemberian nutrisi, oksigenasi janin menyebabkan

gangguan pertumbuhan dan perkembangan (Depkes, RI, 2004).

Menurut analisis peneliti bahwa kejadian abortus biasanya terjadi pada

usia yang lebih muda karena organ-organ reproduksi masil belum matang

atau berfungsi secara optimal, atau usia yang lebih tua karena kesehatan

ibu sudah menurun, yang mempunyai faktor risiko, atau penyakit penyerta.

semakin produktif usia seseorang semakin terhindar orang tersebut dari

kejadian abortus.

b. Faktor Paritas

Hasil penelitian dapat dilihat bahwa lebih dari separoh faktor paritas yang

tidak besiko sebanyak 29 orang responden (58%).

Page 64: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

49

Berdasarkan hasil penelitian Putri pada tahun 2013 di Rumah Sakit Umum

Pusat Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten bahwa >3 yang banyak mengalami

abortus yaitu sebanyak 140 responden (48,2%) dari 194 responden yang

mengalami abortus. Sedangkann menurut penelitian Ernawaty (2011),

dengan judul penelitian hubungan paritas dengan kejadian abortus di

instalasi rawat inap kebidanan RSU DR M SOEWANDHIE Surabaya

tahun 2011. Didapatkan hasil univariat bahwa >3 yang banyak mengalami

abortus yaitu sebanyak 197 responden (67,03%) yang mengalami abortus.

Penelitian ini tidak sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Ernawati

dan Putri karena penelitian ini lebih dari separoh yang tidak beresiko.

Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang ibu baik lahir

hidup maupun mati. Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau

dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas lebih dari 3 mempunyai

angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi

kematian maternal, sedangkan resiko pada paritas tinggi dapat dikurangi

atau dicegah dengan keluarga berencana. Sebagai kehamilan pada paritas

tinggi adalah tidak direncanakan (Wikjosastro, 2002).

Pada kehamilan rahim ibu teregang oleh adanya janin. Bila terlalu sering

melahirkan, 4 anak atau lebih, maka perlu di waspadai adanya gangguan

pada waktu kehamilan, persalinan nifas. Resiko abortus akan semakin

meningkat dengan bertambahnya paritas di samping lanjutnya usia ibu

serta ayah. Pada primipara, kejadian lebih tinggi dengan bayi yang di

lahirkan cenderung tidak matur atau komplikasi karena merupakan

Page 65: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

50

pengalaman pertama terhadap kemampuan alat reproduksi ibu dan

kemungkinan akan timbul penyakit dalam kehamilan dan persalinan,

sedangkan pada grandemulti lebih tinggi cenderung mengalami komplikasi

dalam kehamilan yang berpengaruh pada persalinan (Wikjosastro, 2002).

Menurut analisis peneliti bahwa semakin banyak jumlah anak yang

dilahirkan maka semakin beresiko untuk anak selanjutnya kerena pada

dinding-dinding rahim akan mengalami perubahan, kerusakan pada

pembuluh-pembuluh darah.Seorang ibu yang melahirkan mempunyai

resiko kesehatannya dan juga bagi kesehatan anaknya. Hal ini beresiko

karena pada ibu dapat timbul kerusakan-kerusakan pada pembuluh darah

dinding uterus yang mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin. Jumlah anak

yang dilahirkan akan mempengaruhi kehamilan yang akan datang karena

semakin banyak jumlah anak yang dilahirkan maka semakin beresiko

terhadap kejadian abortus dikarenakan sistem reproduksi sudah mengalami

penurunan fungsi.

c. Faktor Jarak Kehamilan

Hasil penelitian dapat dilihat bahwa separoh mempunyai faktor jarak

kehamilan tidak beresiko sebanyak 25 orang responden(50%), sama

dengan yang beresiko sebanyak 25 orang (50%).

Berdasarkan hasil penelitian Putri pada tahun 2013 di Rumah Sakit Umum

Pusat Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten bahwa mayoritas ibu dan jarak

kehamilan <2 tahun yang banyak mengalami abortus yaitu sebanyak 138

responden (37,2%) dari 194 responden yang mengalami abortus.

Page 66: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

51

Sedangkan jarak kehamilan >2 tahun yang mengalami abortus sebanyak

56 responden (15,1%) dari 194 responden yang mengalami abortus.

Sedangkan menurut penelitian Qodariyah (2013), dengan judul hubungan

antara jarak kehamilan dengan kejadian abortus di RSU PKU

Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2013. Didapatkan hasil univariat jarak

kehamilan jauh (>4 tahun) sebanyak 23 orang responden (57,5%) dan

minoritas ibu yang mengalami abortus spontan termasuk dalam kategori

jarak kehamilan sedang sebanyak 1 orang responden (2,5%). Penelitian ini

berbeda dengan penelitian yang dilakukan Putri dan Qodariyah karena

penelitian ini hasil univariatnya separoh yang beresiko dan separoh lagi

tidak beresiko.

Jarak kehamilan sangat mempengaruhi kesehatan ibu dan janin yang

dikandungnya. Seorang wanita memerlukan waktu selama 2-3 tahun agar

dapat pulih secara fisiologis dari satu kehamilan atau persalinan dan

mempersiapkan diri untuk kehamilan berikutnya (Prawirohardjo, 2009).

Menurutkan Suryadi (1994) penderita dengan riwayat abortus satu kali dan

dua kali menunjukkan adanya pertumbuhan janin yang terlambat pada

kehamilan berikutnya melahirkan bayi prematur. Sedangkan dengan

riwayat abortus 3 kali atau lebih, ternyata terjadi pertumbuhan janin yang

terlambat, prematuritas.

Menurut analisis peneliti jarak kehamilan harus diperhatikan untuk

kesehatan kehamilan yang akan datang, karena semakin singkat jarak

kehamilan seseorang maka akan berisiko terhadap kehamilan selanjutnya.

Page 67: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

52

Pada saat melahirkan dinding-dinding rahim akan menjadi tegang, dan

belum pulih setelah melahirkan sebaiknya jarak kehamilan perlu di atur .

Selain untuk kesehatan janin, dan juga untuk kesehatan ibu.

d. Faktor Riwayat Abortus

Hasil penelitian dapat dilihat bahwa bahwa lebih dari separoh pernah

terjadi abortus 27 orang 54%.

Berdasarkan hasil penelitian Rahmani tahun 2014 menunjukkan bahwa

pada pasien yang mengalami abortus, ada sebanyak 26 (26,3%) pasien

yang pernah mengalami abortus sebelumnya dan terdapat 73 (73,7%)

pasien yang tidak memiliki riwayat abortus sebelumnya. Sedangkan pada

kelompok yang tidak mengalami abortus, ada 28 (14,0%) pasien yang

pernah mengalami abortus sebelumnya dan sebanyak 172(86%) pasien

yang tidak memiliki riwayat sebelumnya. Penelitian ini berbeda dengan

penelitian yang dilakukan oleh Rahmani karena penelitian ini lebih dari

separoh pernah terjadi abortus.

Riwayat abortus pada penderita abortus merupakan predisposisi erjadinya

abortus berulang. Kejadiannya sekitar 3-5%. Data dari beberapa studi

menunjukkan bahwa setelah 1 kali abortus pasangan punya resiko 15%

untuk mengalami keguguran lagi, sedangkan bila pernah 2 kali, risikonya

akan meningkat 25%. Beberapa studi meramalkan bahwa resiko abortus

setelah 3 kali abortus berurutan adalah 30-45% (Prawirohardjo, 2009).

Page 68: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

53

Menurut Suryadi (1994) penderita dengan riwayat abortus 1 kali dan 2 kali

menunjukkan adanya pertumbuhan janin yang terlambat pada kehamilan

berikutnya melahirkan bayi prematur. Sedangkan dengan riwayat abortus 3

kali atau lebih, ternyata terjadi pertumbuhan janin yang terlambat,

prematuritas.

Menurut analisis peneliti riwayat abortus sangat mempengaruhi kehamilan

yang akan datang dikarenakan semakin banyak orang tersebut mengalami

riwayat abortus maka semakin beresiko dengan kehamilan yang akan

datang karena dinding-dinding rahim sudah mengalami kerusakan.

e. Kejadian Abortus

Hasil penelitian dapat dilihat bahwa lebih dari separoh kejadian abortus

tidak terjadi sebanyak 33 orang responden (66%).

Keguguran atau abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat

hidup didunia luar, tanpa mempersoalkan sebabnya. Menurut WHO, aborsi

berarti keluarnya janin dengan berat badan janin <500 gram atau usia

kehamilan <22 minggu. Mengingat kondisi penanganan bayi baru lahir

berbeda-beda di berbagai negara, usia kehamilan seperti pada defenisi

abartus dapat berbeda-beda pula. Di negara maju oleh karena teknologi

ilmu kedokteran yang canggih, keguguran saat ini artinya sebagai

keluarnya hasil konsepsi ketika usia kehamilan <20 minggu atau berat

janin <500 gram (Martaadisoebrata, 2013).

Page 69: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

54

Menurut New Shorter Oxford Dictionari (2002), abortus adalah persalinan

kurang bulan sebelum usia janin yang memungkinkan untuk hidup, dalam

hal ini kata ini bersinonim dengan keguguran. Abortus juga berarti induksi

penghentian kehamilan untuk menghancurkan janin. Meskipun dalam

konteks medis kedua kata tersebut dapat diprtukarkan, pemakaian kata

abortusoleh orang awam mengisyaratkan penghentian kehamilan secara

sengaja. Karena itu, banyak orang cenderung memakai kata

keguguranuntuk menunjukkan kematian janin spontan sebelum janin dapat

hidup (Cuningham, 2012).

Penyebab abortus merupakan gabungan dari beberapa faktor, umumnya

abortus didahului oleh kematian janin. Pada 53 % abortus spontan

trimester pertama dan pada 36% abortus spontan trimester kadua, janin

tidak normal. Kebanyakan merupakan kemungkinan mutasi dan bukan

kelainan yang akan berulang pada kehamilan berikut nya. Abortus spontan

dengan kromosom normal lebih sering dialami wanita usia lanjut 14-19%

(Wahyuningsih, 2009).

Menurut analisis peneliti kejadian abortus merupakan kejadian yang

sangat mengancam keselamatan janin dan ibu. Semakin sering ibu

mengalami abortus maka semakin membahayakan pada kehamilan yang

akan datang karena abortus yang berulang bisa merusak dinding-dinding

rahim, pembuluh darah pada rahim dan lain-lainnya.

Page 70: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

55

2. Analisis Bivariat

a. Hubungan Faktor Usia Dengan Kejadian Abortus di RSUD Dr.

Adnaan WD Payakumbuh Tahun 2016

Hasil penelitian didapatkan bahwa faktor usia yang beresiko terjadi

abortus sebanyak 12 orang (54,5), faktor usia yang beresiko tidak terjadi

abortus sebanyak 10 orang (45,5%), faktor usia yang tidak beresiko terjadi

abortus sebanyak 5 orang (17,9), faktor usia yang tidak beresiko tidak

terjadi abortus sebanyak 23 orang (82,1). Hasil uji statistik didapatkan nilai

p value 0,016 dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan antara faktor

usia dengan kejadian abortus. Hasil analisis di dapatkan nilai OR = 5,520

artinya faktor usia yang beresiko berpeluang 5,520 kali terjadinya kejadian

abortus dibandingkan dengan yang tidak beresiko.

Menurut penelitian diatas dihubungkan dengan penelitian Rahmani tahun

2014 didapatkan hasil penelitian hubungan antara usia ibu dengan kejadian

abortus diperoleh hasil uji statistik dengan p value 0,000 artinya ada

hubungan antara usia ibu dengan kejadian abortus.Sedangkan menurut

penelitian Ricika (2014), tentang hubungan umur dengan kejadian abortus

di RSU PKU Muhammadiyah Bantul tahun 2014. Didapatkan hasil uji

statistik dengan p value 0,041 artinya ada hubungan antara umur dengan

kejadian abortus. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Rahmani dan

Ricika karena sama-sama berhubungan antara usia denga kejadian abortus.

Penelitian ini sesuai dengan teori Cuninghams, (2005).Resiko abortus

meningkat seiring dengan usia ibu. Frekuensi abortus yang secara klinis

terdeteksi meningkat 12 % pada wanita berusia <20 tahun, menjadi 26%

Page 71: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

56

pada usia >40 tahun. Ibu yang telah mengalami abortus pada trimester 1

banyak terdapat pada ibu yang hamil muda yaitu umur 18 tahun, lebih

rendah kejadiannya pada wanita 20-35 tahun dan berkembang meningkat

tajam pada usia >35 tahun.

Pada kehamilan usia muda keadaan ibu masih labil dan belum siap mental

untuk menerima kehamilannya. Akibatnya, selain tidak ada persiapan,

kehamilannya tidak di peliharadengan baik. Kondisi ini menyebabkan ibu

jadi stres dan akan meningkatkan resiko terjadinya resiko abortus

(Prawihardjo, 2002).

Kejadian abortus berdasarkan usia 42% terjadi pada kelompok usia di atas

35 tahun, kemudian di ikuti kelompok usia 30-34 tahun dan antara 25-29

tahun. Hal ini disebabkan usia di atas 35 tahun secara medik merupakan

usia yang rawan untuk kehamilan. Selain itu ibu cendrung memberi

perhatian yang kurang terhadap kehamilannya di karenakan sudah

mengalami kehamilan lebih dari sekali dan tidak bermasalah pada

kehamilan sebelumnya. Pada usia 35 tahun atau lebih kesehatan ibu sudah

menurun. Akibatnya, ibu hamil pada usia itu mempunyai kemungkinan

lebih besar untuk mempunyai anak premature, persalinan lama, perdarahan

dan abortus (Leveno, 2009).

Kehamilan pada usia ibu <20 tahun merupakan resiko pada ibu dan janin

karena organ-organ reproduksi belum matang dan berfungsi secara optimal

termasuk endrometrium tempat implementasi dan berkembangnya buah

Page 72: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

57

kehamilan untuk pemberian nutrisi, oksigenasi janin menyebabkan

gangguan pertumbuhan dan perkembangan (Depkes, RI, 2004).

Menurut analisis peneliti semakin muda usia seseorang maka akan

beresiko terjadinya abortus dan semakin tua umur seseorang akan beresiko

terhadap terjadinya abortus. Maka merencanakan kehamilan sebaiknya

pada usia produktif karena pada usia produktif sistem organ reproduksi

secara anatomi sangat sempurna atau baik sehingga dapat meminimalkan

kejadian abortus.

b. Hubungan Faktor Paritas Dengan Kejadian Abortus di RSUD Dr.

Adnaan WD Payakumbuh Tahun 2016

Hasil penelitian didapatkan bahwa faktor paritas yang beresiko terjadi

abortus sebanyak 16 orang (55,2%), faktor paritas yang beresikotidak

terjadi abortus sebanyak 13 orang (44,8%), faktor paritas yang tidak

beresiko terjadi abortus sebanyak 1 orang (4,8%), faktor paritas tidak

beresikotidak terjadi abortus sebanyak 20 orang (95,2%). Hasil uji statistik

didapatkan nilai p value 0,001 dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan

antara faktor paritas dengan kejadian abortus. Hasil analisis di dapatkan

nilai OR = 24,615 artinya faktor paritas yang beresiko berpeluang 24,615

kali terjadinya kejadian abortus dibandingkan dengan yang tidak beresiko.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Rahmani tahun

(2012), hasil analisis hubungan antara paritas dengan kejadian abortus

diperoleh bahwahasil uji statistik diperoleh nilai p=0.001 maka dapat

disimpulkan ada hubungan kejadian abortus antara pasien yang memiliki

paritas <1 dan >5 dengan pasien yang paritasnya 1-5 (ada hubungan yang

Page 73: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

58

signifikan antara paritas dengan kejadian abortus). Sedangkan penelitian

yang dilakukan oleh Ernawaty (2011), tentang hubungan paritas dengan

kejadian abortus di instalasi rawat inap kebidanan RSU DR M

SOEWANDHIE Surabaya tahun 2011. Hasil uji statistik didapatkan p

value 0,027 artinya adanya hubungan antara paritas dengan kejadian

abortus. Penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Rahmani dan Ernawati karena sama-sama berhubungan antara paritas

dengan kejadian abortus.

Pada kehamilan rahim ibu teregang oleh adanya janin. Bila terlalu sering

melahirkan, 4 anak atau lebih, maka perlu di waspadai adanya gangguan

pada waktu kehamilan, persalinan nifas. Resiko abortus akan semakin

meningkat dengan bertambahnya paritas di samping lanjutnya usia ibu

serta ayah. Pada primipara, kejadian lebih tinggi dengan bayi yang di

lahirkan cenderung tidak matur atau komplikasi karena merupakan

pengalaman pertama terhadap kemampuan alat reproduksi ibu dan

kemungkinan akan timbul penyakit dalam kehamilan dan persalinan,

sedangkan pada grandemulti lebih tinggi cenderung mengalami

komplikasi dalam kehamilan yang berpengaruh pada persalinan.

Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang ibu baik lahir

hidup maupun mati. Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau

dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas lebih dari 3 mempunyai

angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi

kematian maternal, sedangkan resiko pada paritas tinggi dapat dikurangi

Page 74: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

59

atau dicegah dengan keluarga berencana. Sebagai kehamilan pada paritas

tinggi adalah tidak direncanakan (Wikjosastro, 2002).

Seorang ibu yang melahirkan mempunyai resiko kesehatannya dan juga

bagi kesehatan anaknya. Hal ini beresiko karena pada ibu dapat timbul

kerusakan-kerusakan pada pembuluh darah dinding uterus yang

mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin (Manuaba, 2010).

Menurut analisis peneliti jumlah anak yang dilahirkan akan berpengaruh

dengan kejadian abortus, semakin banyak jumlah anak yang dilahirkan

maka semakin beresiko terhadap kehamilan selanjutnya karena area sekitar

rahim sudah mengalami penurunan fungsi, dinding rahim sudah berangsur

rusak, pembuluh darah juga mulai rusak di sekitar rahim, oleh sebab itu

jumlah anak yang di lahirkan sebaiknya diatur supaya bisa meminimalkan

kejadian abortus.

c. Hubungan Faktor Jarak Kehamilan Dengan Kejadian Abortus di

RSUD dr. Adnaan WD Payakumbuh Tahun 2016

Hasil penelitian didapatkan bahwa faktor jarak kehamilan yang beresiko

terjadi abortus sebanyak 15 orang (60%), faktor jarak kehamilan yang

beresikotidak terjadi abortus sebanyak 10 orang (40%), faktor jarak

kehamilan yang tidak beresiko terjadi abortus sebanyak 2 orang (8%),

faktor jarak kehamilan tidak beresikotidak terjadi abortus sebanyak 23

orang (92%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p value 0,000 dapat

disimpulkan bahwa adanya hubungan antara faktor jarak kehamilan

dengan kejadian abortus. Hasil analisis di dapatkan nilai OR = 17,250

Page 75: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

60

artinya faktor jarak kehamilan yang beresiko berpeluang 17,250 kali

terjadinya kejadian abortus dibandingkan dengan yang tidak beresiko.

Menurut Rahmani (2013) dengan judul hubungan jarak kehamilan dengan

kejadian abortus. Didapatkan hasil uji statistik dengan p value 0,001

artinya ada hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian

abortus.Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Qodariyah (2013),

tentang hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian abortus di RSU

PKU Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2013. Responden dalam

penelitian ini sebayak 40 orag responden. Hasil uji statistik didapatkan p

value 0,001 artinya adanya hubungan antara jarak kehamilan dengan

kejadian abortus.Penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan

oleh Rahmani dan Qodariyah karena sama-sama berhubungan antara jarak

kehamilan dengan kejadian abortus.

Jarak kehamilan sangat mempengaruhi kesehatan ibu dan janin yang

dikandungnya. Seorang wanita memerlukan waktu selama 2-3 tahun agar

dapat pulih secara fisiologis dari satu kehamilan atau persalinan dan

mempersiapkan diri untuk kehamilan berikutnya (Prawirohardjo, 2009)

Menurut analisis peneliti didapatkan semakin dekat jarak kehamilan

seseorang maka semakin beresiko terhadap kejadian abortus, karena jarak

kehamilan yang dekat akan membuat dinding rahim belum stabil dan akan

menjadi rusak karen belum lama siap melahirkan keadaan pada dinding

rahim belum stabil atau belum bekerja dengan sempurna.

Page 76: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

61

d. Hubungan Faktor Riwayat Abortus Dengan Kejadian Abortus di

RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh Tahun 2016

Hasil penelitian didapatkan bahwa pernah terjadi faktor riwayat abortus

terjadi abortus sebanyak 13 orang (48,1%),pernah terjadi faktor riwayat

abortustidak terjadi abortus sebanyak 14 orang (51,9%), tidak pernah

terjadi faktor riwayat abortus terjadi abortus sebanyak 4 orang (17,4%),

tidak pernah terjadi faktor riwayat abortustidak terjadi abortus sebanyak 19

orang (82,1%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p value 0,047 dapat

disimpulkan bahwa adanya hubungan antara faktor riwayat abortus dengan

kejadian abortus. Hasil analisis di dapatkan nilai OR = 4,411 artinya

pernah terjadinya faktor riwayat abortus berpeluang 4,411 kali terjadinya

kejadian abortus dibandingkan dengan yang tidak beresiko.

Riwayat abortus pada penderita abortus merupakan predisposisi terjadinya

abortus berulang. Kejadiannya sekitar 3-5% data dari beberapa studi

menunjukkan bahwa setelah 1 kali abortus pasangan punya resiko 15%

untuk mengalami keguguran lagi, sedangkan bila pernah 2 kali, resiko nya

akan meningkat 25%. Beberapa studi meramalkan bahwa resiko abortus

setelah 3 kali abortus berurutan adalah 30-45%. Menurut Suryadi (1994)

penderita dengan riwayat abortus 1 kali dan 2 kali menunjukkan adanya

pertumbuhan janin yang terlambat pada kehamilan berikutnya melahirkan

bayi prematur. Sedangkan dengan riwayat abortus 3 kali atau lebih,

ternyata terjadi pertumbuhan janin yang terlambat, prematuritas.

Kejadian abortus diduga mempunyai efek terhadap kehamilan berikutnya,

baik pada timbulnya penyulit kehamilan maupun pada hasil kehamilan itu

Page 77: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

62

sendiri. Wanita dengan riwayat abortus mempunyai resiko yang lebih

tinggi untuk terjadinya persalinan prematur, abortus berulang

(Prawirohardjo, 2009).

Menurut analisis peneliti semakin banyak riwayat abortus seseorang maka

semakin besar orang tersebut akan mengalami kejadian abortus karena,

kejadian abortus berulang akan membuat keadaan rahim akan rusak dan

penurunan fungsi karena di kurek. Pada kehamilan selanjutnya akan

membuat anak akan sulit berkembang di dalam rahim.

Page 78: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

63

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 50 responden dengan kejadian

abortus di RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh tahun 2016, dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Lebih dari separoh faktor usia yang tidak beresiko sebanyak 28 orang

responden dengan persentasi 56 %.

2. Lebih dari separoh yang faktor paritas yang tidak besiko sebanyak 29 orang

responden dengan persentasi 58% dan separoh lagi yang faktor paritas yang

beresiko sebanyak 21 responden dengan persentasi 42%.

3. Separoh mempunyai faktor jarak kehamilan tidak beresiko sebanyak 25 orang

responden dengan persentasi 50%, dan yang beresiko sebanyak 25 orang

dengan persentase 50%.

4. Lebih dari separoh pernah terjadi abortus 27 orang dengan persentase 54%.

5. Lebih dari separoh kejadian abortus tidak terjadi sebanyak 33 orang

responden dengan persentasi 66%.

6. Ada hubungan antara faktor usia dengan kejadian abortus di RSUD Adnaan

WD dengan p value 0,016.

7. Ada hubungan antara paritas dengan kejadian abortus di RSUD Dr. Adnaan

WD Payakumbuh dengan p value 0,001.

8. Ada hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian abortus di RSUD Dr.

Adnaan WD Payakumbuh dengan p value 0,000.

Page 79: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

64

9. Ada hubungan antara riwayat kehamilan dengan kejadian abortus di RSUD

Dr. Adnaan WD Payakumbuh dengan p value 0,047.

B. Saran

1. Bagi Peneliti Lain

Hasil peneliti ini agar dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam membuat

penelitian selanjutnya terutama di bidang kesehatan dan keperawatan

maternitas. Untuk peneliti selanjutnya di sarankan sampel nya lebih

banyak, tempat penelitian berbeda, desain penelitiannya menggunakan

pendekatan secara Prospektif study dengan metode yang lebih mendalam.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Agar hasil penelitian ini dapat berguna sebagai informasi dan

perbandingan atau juga pemahaman bagi penaliti lain yang sehubungan

dengan kejadian abortus.

3. Bagi Rumah Sakit

Disarankan kepada institusi Rumah Sakit khususnya Ruang Kebidanan

atau Poli Kebidanan untuk dapat memberikan edukasi atau Pendidikan

Kesehatan tentang faktor yang berhubungan dengan kejadian abortus

dengan menggunakan leafleat dan brosur.

Page 80: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

65

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto S,2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prektik,ed revisi VI,

penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta.

Cuningham, F.G. (2005). Obstetri Williams. Jakarta : EGC Edisi :21

Prawirihardjo, Sarwono, 2009. Imu Kebidanan, Penerbit Yayasan Bina

Pustaka Sarwono, Prawirohadjo, Jakarta.

Dinas Kesehatan Sumatera Barat. 2007. Angka Kematian Ibu dan Bayi.

Djamboer Martaadisoebrata, firman F. Wirakusumah, Jusuf S. Effendi. Edisi : 3,

Jakarta : EGC, 2013.

Eni meiliya, Esti Wahyuningsih. Buku Saku Kebidanan.Jakarta : EGC, 2009.

Erniwati. 2011. Hubungan antara Paritas Dengan Kejadian Abortus di RSU DR

M Soewandhie Surabaya.

Hidayat. 2009. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Bineka Cipta.

Kenneth J. Leveno Obstetri Williams : Panduan Ringkas, ed.21 Jakarta : EGC,

2009.

Manuaba, IBG, 2007, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga

Berencana untuk Pendidikan Bidan, Jakarta.

Manuaba IBG, 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk

Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta : ECG.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi penelitian kesehatan,P.T. Rineka

Cipta. Jakarta.

Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Kesehatan, jakarta

: Rineka Cipta, Jakarta.

Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.

Jakarta : PT Bina Pustaka Rukiyah, dkk.2009. asuhan kebidanan 1

(kehamilan). Jakarta : Trans Info Media.

Qodariyah. 2013. Hubungan antara Jarak Kehamilan Dengan Kejadian Abortus

di RSU PKU Muhammaddiyah Yogyakarta.

Page 81: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health

66

Ricika. 2014. Hubungan umur dengan kejadian abortus di RSU PKU

Muhammadiyah Bantul.

RI. 2003. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta : Diktoral Jendral Departemen

Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Rochmawati, Putri Nurfita, Faktor-faktoryang mempengaruhi abortus di Rumah

Sakit Umum Pusat Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Jurnal.

Sarwono, S. 2005. Ilmu Kebidanan, EGC, Jakarta.

Salimi Lisani Rahmawati, Faktor-faktor Risiko Kejadian Abortus Di RS Prikasih

Jakarta Selatan pada tahun 2013, jakarta 2014.

Sugiono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif

dan R&D. Bandung.

Suryadi (1994). Hubungan Faktor Riwayat Abortus Dengan Kejadian Abortus.

Jakarta.

Varney Helen. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4, Volume 2. Jakarta.

Page 82: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health
Page 83: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health
Page 84: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health
Page 85: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health
Page 86: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health
Page 87: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health
Page 88: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health
Page 89: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health
Page 90: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health
Page 91: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health
Page 92: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health
Page 93: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health
Page 94: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health
Page 95: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health
Page 96: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health
Page 97: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health
Page 98: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health
Page 99: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health
Page 100: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health
Page 101: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health
Page 102: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health
Page 103: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health
Page 104: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health
Page 105: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health
Page 106: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health
Page 107: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health
Page 108: repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/431/1/54 DINA LESTARI PUTRI.pdf · 2019. 9. 17. · daftar bacaan : 21 (2002 -201 3) nursing science study program school of health