8
UJIAN AKHIR SEMESTER KEBIJAKAN DAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN Disusun oleh : HENRI SETIAWAN 1404195159 PROGRAM PENDIDIKAN PASCA SARJANA MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT

Rencana Strategis Kementrian Kesehatan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kmpk

Citation preview

UJIAN AKHIR SEMESTERKEBIJAKAN DAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

Disusun oleh :HENRI SETIAWAN1404195159

PROGRAM PENDIDIKAN PASCA SARJANAMAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT STIKES HELVETIA MEDAN2015

PENDAHULUAN

Masalah utama dalam pengelolaan tenaga kesehatan adalah distribusi SDM yang tidak merata. Juga yang tak kalah bermasalahnya adalah Over-staffing untuk tenaga nonprofesional (non tekhnis) dan under-staffing untuk tenaga profesional (tenaga tekhnis. Disisi lain banyak dokter yang bekerja sebagai kepala puskesmas (struktural) dan sebagai dokter yang praktek (fungsional), kekurangan jumlah tenaga adalah akar masalah yang sebenarnya .Program Pegawai Tidak Tetap (PTT) untuk dokter, dokter gigi dan bidan menyebabkan kekurangan tenaga medis di puskesmas untuk daerah sulit dan kering dan sebaliknya untuk daerah yang perspektif akan terjadi antrian tenaga medis. Penyebaran tenaga medis tidak merata baik antar propinsi maupun antar kabupaten dalam propinsi yang sama. Selain itu, di propinsi-propinsi yang memiliki fakultas kedokteran/kedokteran gigi terdapat populasi tenaga medis yang relatif lebih banyak dibandingkan dengan yang lain. Jumlah yang banyak ini jika ditelusuri berasal dari kota dimana fakultas kedokteran/kedokteran gigi itu berada. Penumpukan tenaga medis ini terjadi juga di daerah dengan tingkat sosial ekonomi daerah yang lebih maju, sementara di daerah yang sosial ekonominya masih belum baik atau di daerah yang sulit (terpencil dan sangat terpencil) banyak puskesmas yang tidak memiliki tenaga medis. Untuk menunjang seluruh upaya pembangunan kesehatan diperlukan tenaga yang mempunyai sikap nasional, profesional, semangat pengabdian yang tinggi, berilmu dan terampil. Tenaga kesehatan dantenaga penunjang perlu ditingkatkan kualitas, kemampuan serta persebarannya agar merata dan dapat mendukung penyelenggaraan pembangunan kesehatan di setiap tingkatan khususnya dalam mendukung pelaksanaan otonomi daerah.

RENCANA STRATEGIS KEMENTRIAN KESEHATANTAHUN 2015 2019KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIANOMOR HK 02.02/MENKES/52/2015

Meningkatkan Jumlah, Jenis, Kualitas Dan Pemerataan Tenaga Kesehatan Strategi yang akan dilakukan berbagai upaya antara lain: a. Penugasan Khusus Tenaga Kesehatan berbasis Tim (Team Based). b. Peningkatan distribusi tenaga yang terintegrasi, mengikat dan lokal spesifik. c. Pengembangan insentif baik material dan non material untuk tenaga kesehatan dan SDM Kesehatan. d. Peningkatan produksi SDM Kesehatan yang bermutu. e. Penerapan mekanisme registrasi dan lisensi tenaga dengan uji kompetensi pada seluruh tenaga kesehatan. f. Peningkatan mutu pelatihan melalui akreditasi pelatihan. g. Pengendalian peserta pendidikan dan hasil pendidikan. h. Peningkatan pendidikan dan pelatihan jarak jauh. i. Peningkatan pelatihan yang berbasis kompetensi dan persyaratan jabatan. j. Pengembangan sistem kinerja

Pembahasan.Kebijakan diatas sangat tidak efektif dan akan sangat susah untuk direalisasikan. Sebab sampai saat ini belum ada peraturan yang menetapkan tenaga medis dapat ditempatkan dalam suatu wilayah terpencil dalam waktu yang lama. Hal ini menyebabkan pendistribusian tenaga medis menjadi tidak merata. Saat ini yang terjadi dinegara kita tenaga medis hanya ingin berdomisili didaerah perkotaan saja. Sedangkan untuk daerah terpencil sangat jarang tenaga medis mau untuk menetap dan hidup di daerah tersebut. Hal ini menyebabkan terjadinya kesenjangan kesehatan antara penduduk yang ada dikota dengan penduduk pedalaman yang sangat kekurangan fasilitas dan pelayanan kesehatan. Para tenaga medis kurang tertarik untuk mengabdikan dirinya di daerah terpencil disebabkan beberapa faktor. Antara lain : Secara nasional dilihat dari rasio terhadap jumlah penduduk, tenaga kesehatan di Indonesia masih belum mencukupi. Jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga, rasio ini juga masih jauh tertinggal. Sebagian besar tenaga kesehatan berlokasi di Jawa dan Bali, namun jika dilihat dari rasio per penduduk, khususnya untuk tenaga dokter umum Rumah Sakit dan Puskesmas, distribusinya lebih menyebar. Kriteria utama penempatan dokter umum dan bidan adalah puskesmas yang tidak mempunyai dokter dan desa yang tidak mempunyai bidan. Permasalahan dapat timbul jika penempatan tidak sesuai dengan usulan, karena kurangnya koordinasi antara Dinas Kesehatan dengan BKD. Ketanggapan Puskesmas/Pustu yang diukur melalui tiga domain yaitu lama waktu tunggu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, kepuasan pelayanan kesehatan, dan penjelasan petugas kesehatan yang berkaitan dengan penyakit, masih rendah jika dibandingkan dengan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.. Ketanggapan Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan, khususnya kegiatan rawat jalan memberikan gambaran yang kurang memuaskan bagi masyarakat yang dilayaninya. Peranan Puskesmas dalam memelihara akses penduduk miskin untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dasar melalui pelaksanaan program JPSBK/PKPS-BBM cukup efektif. Perubahan kebijakan dalam pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan efektivitasnya perlu dikaji lebih lanjut Terdapat tiga jenis insentif yang paling diharapkan oleh petugas Puskesmas diperoleh dari Pemerintah Daerah yaitu berupa pemberian gaji/tunjangan yang lebih baik, peningkatan karir, dan penyediaan fasilitas (antara lain perumahan, kendaraan, peralatan komunikasi). Insentif lainnya yang diharapkan dapat diperoleh adalah kemudahan mendapatkan izin praktek dan kedekatan dengan keluarga.Rekomendasi yang dapat dilakukan : Untuk mengatasi berbagai kendala dalam perencanaan ketenagaan di daerah, pemerintah pusat dan propinsi dapat membantu dalam sosialisasi metode perencanaan, peningkatan kapasitas perencana dan pengumpulan data dan informasi. Pemerintah daerah perlu melakukan pembagian tugas yang jelas, dan menyediakan pendanaan. Perlu dimantapkan keterkaitan perencanaan, pengadaan dan penempatan tenaga agar tercapai keserasian antara kebutuhan, pendayagunaan tenaga dan penyediaan tenaga, misalnya dengan menajwab dua persamalah utama pengadaan tenaga kesehatan yaitu terbatasnya formasi dan terbatasnya dana. Untuk peningkatan akses masyarakat kepada tenaga dan fasilitas kesehatan di daerah terpencil, perlu dipetimbangkan kemungkinan untuk memperbanyak pustu dan polindes. Hingga saat ini masih banyak puskesmas yang belum mempunyai dokter, sehingga kriteria penempatan yang digunakan daerah biasanya berdasarkan pada kekosongan tenaga dokter di Puskemas. Oleh karena itu secara nasional kebijakan untuk pengadaan dokter Puskesmas ini dapat dijadikan suatu prioritas. Untuk meningkatkan atau mempertahankan tenaga kesehatan di kecamatan terpencil, perlu diperhatikan masalah insentif yang seharusnya lebih baik daripada petugas di kecamatan yang tidak terpencil, termasuk fasilitas (rumah, alat) serta kemudahan karir. Perlu dikembangkan sistem informasi tenaga kesehatan secara terpadu dan menyeluruh dalam rangka memanfaatkan data ketenagaan untuk perencanaan kebutuhan dan penyediaan tenaga kesehatan. Dalam rangka menjamin mutu tenaga kesehatan perlu dikembangkan upaya peningkatan mutu institusi pendidikan dan peran serta organisasi profesi serta masyarakat lainnya, terutama dalam sertifikasi, registrasi dan lisensi tenaga kesehatan Ketanggapan pelayanan Puskesmas terhadap masyarakat perlu ditingkatkan melalui pemberian informasi yang baik, pelibatan pasien untuk pengambilan keputusan, kebebasan memilih fasilitas kesehatan dan mempercepat waktu tunggu.